56
[COVER DEPAN]

Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Samaritan Edisi 3: Bagaimana mengakhiri pertandingan dengan baik?Sehat ditengah rutinitas dan menjadi pengikut Kristus yang taat?Temukan jawabannya di sini. Check this out!

Citation preview

Page 1: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

[COVER DEPAN]

Page 2: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

2 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

RESENSI

enyimak Finishing Well, kita

diajak untuk melihat, bahwa Mdalam kehidupan hal yang

terpenting adalah bagaimana kita memulai

pertandingan, dan bagaimana kita

bertanding. Namun pada akhirnya yang

diperhitungkan adalah bagaimana kita

mengakhiri pertandingan. Tidaklah berat

untuk memulai sesuatu, yang berat adalah

bagaimana kita menyelesaikannya. Inilah

salah satu tantangan terbesar pemimpin;

ada banyak pemimpin yang telah memulai

sesuatu dengan baik namun hanya sejumlah

kecil di antara mereka yang mampu untuk

menyelesaikannya dengan baik.

Menyelesaikan dengan baik itu,

didefinisikan melalui tiga sisi, yakni:

1. Terhadap Allah, berarti kesetiaan terhadap

panggilan kita

2. Terhadap diri sendiri, berarti hati nurani

yang tulus. Kita telah melepaskan tanggung

Judul :

Penulis :

Isi :

Penerbit :

Menutup Babak Kehidupan yang Penting

Judul Asli : Finishing Well, Closing Life's Significant ChaptersDavid W.F. Wong

Penerjemah : C. Krismariana W.Editor : Sutrisno Harjanto &

Milhan K. Santoso202 Halaman

Ukuran : 15 x 21 cmYayasan Haggai Indonesia,

jawab kita dengan integritas sehingga kita

tidak memiliki alasan untuk merasa bersalah

terhadap rasa dendam yang belum

diselesaikan, kewajiban yang belum

dipenuhi, janji yang belum ditepati

3. Terhadap sesama, bagaimana kita

menghargai orang lain dan melakukan

perubahan yang berarti dalam hidup

mereka.

Untuk menyelesaikan dengan baik

babak kehidupan kita, bukan dengan

menunggu hingga akhir, namun perlu

dimulai dari sekarang. Lebih dari itu, setiap

orang perlu untuk menyelesaikan setiap

babak dengan baik guna mencapai sebuah

akhir yang baik. Sebagaimana sebuah

pertandingan catur, setiap babak dalam

kehidupan kita/langkah yang kita ambil

memiliki konsekuensi untuk menentukan

akhir pertandingan.

Dengan mengangkat biografi dari 13

tokoh Alkitab, David W. F. Wong mengajak

kita belajar dari perjalanan kehidupan

mereka. Tidak semua tokoh dapat

BAGAIMANAKITA MENGAKHIRIPERTANDINGAN

Page 3: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

3SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

menyelesaikan dengan baik, namun dari

sana kita dapat mengambil suatu pelajaran

penting bagi babak-babak kehidupan kita.

Ironisnya, terdapat beberapa tokoh yang

secara sekilas merupakan tokoh yang sangat

ternama dan menunjukkan kualitas

kehidupan yang baik—jika kita melihat

secara sekilas—namun ada babak-babak

dalam kehidupannya di mana mereka gagal

menyelesaikannya dengan baik—hingga

sampai akhirnya. Daud, misalnya, seorang

yang lunak hati dan 'dekat dengan Allah',

mampu dengan rendah hati mengakui

kegagalannya dan bertobat, namun gagal

menutup babak dukacita dengan menahan

pengampunan kepada Absalom. Imam Eli,

seorang imam yang saleh, ternyata gagal

justru di dalam permasalahan yang melekat

di dalam rumahnya sendiri—kegagalan

dalam mendidik dan mendisiplin anak-

anaknya, dan mengarahkan hidupnya pada

suatu akhir yang tragis. Selain itu ada

beberapa tokoh yang dapat memulai dengan

s a n g a t b a i k , n a m u n t a k d a p a t

menyelesaikannya dengan baik pula, seperti

Saul, Salomo, dan Simson. Berbagai macam

hal merintangi mereka untuk dapat

menyelesaikan dengan baik setiap babak

yang ada dalam kehidupannya. Suatu

peringatan bagi kita bahwa hal-hal yang

mungkin kita anggap sepele dan kita abaikan

dapat berdampak besar yang akhirnya

menahan kita untuk maju dan menang.

Sebaliknya, terdapat beberapa teladan

tokoh yang—sekalipun mengalami berbagai

k e j a t u h a n d a n t e k a n a n — m a m p u

menciptakan sebuah akhir yang baik. Di

tengah beragam hal yang mengecewakan

yang membuatnya sangat rentan untuk

jatuh, Samuel telah membuktikan diri

mampu memiliki ketahanan hingga akhir.

Simon Petrus, terlepas dari semua kegagalan

dan kesombongan yang pernah di alaminya,

ia mampu untuk menyelesaikan tugas

pelayanannya dengan kerendahan hati dan

ketaatan penuh pada Allah. Ayub mampu

menutup babak keraguan dalam hidupnya,

sekalipun sampai pada akhirnya tidak semua

pertanyaannya terjawab—ada banyak hal

yang masih tersembunyi dan menjadi misteri

Allah, namun dia mampu melihat kepada

seorang yang ia percayai, bukan pada ke

mana Dia akan membawanya. Kemenangan

yang serupa juga dialami Naomi dan Yusuf.

Namun tidak semua babak dapat

menemui akhir yang jelas—entah itu baik

atau buruk. Terdapat beberapa perjalanan

kehidupan yang memiliki akhir yang

terbuka/menggantung dan tidak dapat

dimengerti dengan baik saat itu juga—dan

baru terjawab sekian waktu kemudian. Kisah

Musa dan Yohanes Pembaptis merupakan

dua di antaranya. Musa sedemikian dekat

dengan Tanah Perjanjian namun tidak bisa

melangkahkan kakinya untuk masuk.

Yohanes Pembaptis yang disebutkan Yesus

sebagai 'seorang yang terbesar—namun juga

yang terkecil' ternyata hidupnya berakhir

tragis setelah sempat ragu akan kebenaran

identitas Yesus. Kedua hal ini nampak

menggantung dan menyisakan pertanyaan

yang belum terjawab dengan sempurna;

apaka—dengan akhir hidup seperti

itu—mereka telah menyelesaikan babak

hidupnya dengan baik, atau tidak?!

Jawabannya muncul beberapa waktu

Page 4: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

4 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

lamanya, membuktikan di mana posisi

mereka dalam mengakhiri pertandingan

tersebut.

D i b a g i a n a k h i r, D a v i d Wo n g

mengingatkan pembaca melalui kehidupan

Paulus, untuk bukan hanya dapat mencapai

kesuksesan, namun juga menutup babak

kesuksesan itu dengan baik. Seorang pendaki

profesional mengatakan bahwa mencapai

puncak adalah pilihan, namun menuruninya

adalah mandat. Banyak pemimpin yang

melupakan prinsip ini sehingga sekalipun

mereka dapat 'mencapai puncak tertinggi',

harus berakhir dengan buruk karena mereka

'tewas membeku di ketinggian dan tidak

pernah turun'.

Buku ini mengingatkan kita untuk

menapaki setiap babak kehidupan kita

dengan bijak dan menyelesaikannya dengan

baik. Melalui sebuah penuturan yang

sederhana dan disertai ilustrasi-ilustrasi

pendukung, buku ini menjadi bacaan yang

ringan namun bernilai tinggi. Biografi

merupakan saksi terbaik bagi dirinya sendiri

yang dengannya kita dapat bercerita

mengenai perjumpaan pribadi dengan

b iograf i , sebaga imana John P iper

menuliskan, “Biografi telah sama kuatnya

dengan dorongan manusia dalam kehidupan

saya dalam melawan apatis inferioritas.

Tanpa mereka saya cenderung melupakan

sukacita dalam konsistensi aspirasi dan

aktivitas yang berorientasi pada Allah”.

Kiranya perjuangan hidup para tokoh-tokoh

Alkitab ini dapat memberikan pelajaran yang

berarti bagi kita, so we can finishing well.

Sebagian besar orang dapat meraih

s e s u a t u d e n ga n m u d a h d a r i p a d a

mempertahankannya. Demikian juga dalam

mengerjakan sesuatu. Kita bisa memulai

sesuatu dengan baik, namun belum tentu

dapat mengakhirinya dengan baik pula. Hal

ini juga berlaku di bidang kepemimpinan.

Seorang pemimpin seharusnya bersikap

bijaksana dan bertindak hati-hati, sehingga

apa yang dikerjakan dengan baik di awal

dapat diselesaikan dengan baik pula.

Berbeda dari buku-bukunya yang lain,

dalam buku "Finishing Well, Closing Life's

Significant Chapters" ini, David Wong lebih

banyak membahas tentang prinsip-prinsip

kehidupan, yang dituangkan secara praktis

dengan ilustrasi yang relevan berdasarkan

kebenaran Alkitab dan pengalaman

hidupnya. Secara keseluruhan, buku ini

tersusun atas bagian Pendahuluan, Akhir

yang Baik dan yang Buruk, Akhir yang

Terbuka, Menutup Babak, dan Kesimpulan.

Dengan mengupas perjalanan hidup yang

diwarnai dengan kegagalan dan keberhasilan

para pemimpin dalam Alkitab, dari Saul,

Salomo, Daud, Simon Petrus, sampai Paulus,

David Wong menerangkan pentingnya

semangat dan ketaatan untuk tetap

melakukan yang terbaik sampai akhir.

Pada bab terakhir, Kesimpulan, Anda

juga dapat membaca 12 prinsip mengakhiri

dengan baik. Setelah itu, catatan akhir dan

pertanyaan diskusi juga dilampirkan untuk

membantu Anda dalam mendalami isi buku

ini lebih baik lagi. Anda ingin meneladani

Paulus, yang mengakhiri pertandingan iman

dengan baik? Segera simak buku ini, dan

selamat berjuang untuk membuat akhir yang

baik dalam hidup Anda!

Page 5: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

5SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

4

Samaritan diterbitkan sebagai saranainformasi dan pembinaan bagi

mahasiswa dan tenaga medis Kristen

Penerbit:Pelayanan Medis Nasional (PMdN)

Perkantas

Pemimpin Umum:dr. Lineus Hewis, Sp.A

Redaksi:

drg. Grace Lumempouw, Sp.ProsIr. Indrawaty Sitepu, MA

dr. Elia A.B. Kuncoro, Sp.Onk.Raddrg. Karmelia Nikke Darnesti

Redaksi Pelaksana:Thomas Nelson Pattiradjawane

Sekretaris Redaksi:Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey

Alamat Redaksi:Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5

Jakarta 10710Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170

email: [email protected]: Medis Nasional Perkantas

Twitter: @MedisPerkantas

Cover & Layout:Hendri Wijayanto

Percetakan:PT. Digigrafx

Isi diluar tanggung jawab percetakan

DR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MSdr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KIC

dr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN

Bagi sahabat PMdNyang rindu mendukung PMdN melalui

majalah SAMARITAN,dapan mentransfer ke

BCA, KCU. Matraman JakartaRek. 342 256 6799

a.n. Eveline Marceliana

Bukti transfer mohon dikirim melaluifax atau email dengan nama dan alamat

pengirim yang lengkap

DAFTAR ISI

*Foto dan gambar dari berbagai sumber

Edisi 3 Tahun 2014

7 FAKTUAL: BERMANFAAT BAGI KRISTUS9 FAKTUAL: TUHAN SELALU MENYERTAI11 FAKTUAL: MENEKUNI APA YANG TUHAN

TUNJUKAN14 FAKTUAL: SEHAT DI TENGAH RUTINITAS16 FAKTUAL: MEMIKIRKAN NASIB WANITA INDIA20 FAKTUAL: DIUTUS UNTUK MENYELESAIKAN

PERTANDINGAN22 UNTAIAN FIRMAN: MENGAKHIRI

PERTANDINGAN DENGAN BAIK26 KESAKSIAN: BANYAK HAL YANG HARUS

DIKERJAKAN29 KESAKSIAN: RENCANA-NYA INDAH DAN TAK

TERSELAMI33 INFO: 6 TAHUN JAMU SEBAGA BRAND

INDONESIA36 INFO: EBOLA RESPONSE ROADMAP42 INFO: ADA KEBUN OBAT KANKER HINGGA OBAT

KUAT DI TAWANGMANGU45 ETIKA KOLEGIAL: SIAPA YANG MENENTUKAN

KEMATIAN SAYA48 DARI SUKU KE SUKU: SUKU LAU JE, SUKU YANG

SAMAR-SAMAR50 SANA-SINI52 SALAM: MARIA MEMILIH UNTUK TAAT54 ANTAR KITA: SELAMAT ULANG TAHUN

Page 6: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

6 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

DARI REDAKSIelahiran Tuhan Yesus ditandai oleh sebuah bintang. Saya percaya, setiap

orang pun demikian. Terangnya bintang kitalah yang berbeda. Ada yang Kbersinar, ada juga yang dipendam hingga tak ada yang tahu.

Agnes Monica, beberapa tahun lalu saat ia diwawancara sebuah media,

mengatakan, bahwa ibunya mengajarkan dia untuk jadi yang nomor satu dibidang

apapun yang ia tekuni. Kalau ia menjadi atlit, ya atlit nomor satu. Kalau ia menjadi

penyanyi, ya penyanyi nomor satu. Bahkan kalau ia harus menjadi tukang sapu pun,

ya tukang sapu nomor satu. Melalui pesan tersebut, mengingatkan saya, apapun yang

kita jalani, kita wajib menjadi bintang.

Bila hidup adalah perlombaan, maka Natal adalah pitstop-nya. Setiap tahun kita

diingatkan akan kelahiran, pengurbanan, dan keselamatan. Menjadi bintang di

kehidupan kita, tidaklah mudah. Untuk menjadi bintang di gereja, kita harus

mengorbankan waktu, tenaga, bahkan keluarga. Untuk menjadi bintang di pekerjaan,

kita harus banyak belajar dan mengembangkan diri terus menerus. Untuk menjadi

bintang di keluarga, kita harus banyak mengalah, mendengar, dan mengerti.

Menjadi bintang bukan berarti happening, ngehits, atau populer. Menjadi bintang

berarti memaksimalkan potensi kita dan mengusahakan sebisa kita talenta yang telah

Tuhan berikan. Menjadi bintang berarti belajar, dan terus belajar menggali

kemampuan yang kita miliki.

Seorang teman mengatakan, bahwa sukses adalah saat kita sudah

menyelesaikan hidup kita di dunia. Kegagalan dan keberhasilan kita selama kita masih

hidup masih bisa kita perbaiki dan tingkatkan. Jadi selagi kita masih bernafas, belum

terlambat untuk membuat bintang kita bersinar terang. Kelak, bila nanti kita sudah

mencapai garis finish kita dapat mempersembahkan bintang kita yang terang kepada

pencipta kita.

Selamat Natal dan Selamat mengelola Tahun 2015!

Page 7: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

7SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

ATRIUMBERMANFAATBAGI KRISTUS

da orang-orang Kristen yang

nampaknya sama sekali tidak Abahagia sebagai orang Kristen. Bagi

mereka, seakan-akan hidup sebagai orang

Kristen itu tak ada nikmatnya, dan kita

bertanya-tanya, apakah sebabnya, mungkin

karena mereka tidak mengabdi secara total

kepada Kristus. Hal ini mungkin, karena

menaruh rasa takut kalau-kalau mereka

dianggap orang-orang fanatik, namun lebih

masuk akal lagi ialah bahwa tidak terdapat

dalam diri mereka suatu keinginan yang

ikhlas untuk menyerahkan diri secara total

kepada Kristus. Mungkin terpendam rasa

takut yang tersembunyi bahwa Tuhan

mengelabui kita, dan bahwa kita mungkin

akan terkucil dari segala kenikmatan dan

kebaikan dunia ini. Namun, kita dengan

mudah seka l i dapat menunjukkan

kemustahilan anggapan ini: siapakah yang

lebih tepat dapat membimbing kehidupan

saya selain Dia, Sang Pencipta?

Mungkin kita takut, bahwa apabila kita

mengikuti Dia tanpa syarat, maka kita akan

kehilangan nyawa kita. Sebab yang dituntut-

Nya dari kita ialah suatu penyangkalan diri

yang sepenuhnya untuk pelayanan-Nya,

suatu kesediaan untuk kehilangan nyawa

karena Dia dan karena Injil itu. Dengan

perkataan lain, yang dibutuhkan ialah suatu

penyerahan diri secara total dan tanpa syarat

kepada-Nya. Bisa jadi kita berdoa: “Ya Tuhan,

aku bersedia berbuat apapun yang Kau ingin

kuperbuat, ke mana pun Kau ingin aku pergi,

betapapun besar pengorbanan yang harus

kuber i . Aku mempercaya i -Mu dan

mempercayakan diriku pada-Mu untuk

melayani Engkau selama hidupku.” Tentu

inilah yang dimaksud rasul Paulus apabila ia

mengucapkan kata-kata penyerahan diri itu,

“Bahwa…dalam segala hal…Kristus dengan

nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik

oleh hidupku, maupun oleh matiku” (Filipi

1:20).

Sejatinya, kalau kita sudah mengalami

pertobatan dan menyebut Yesus Tuhan - itu

berarti, bahwa kita mengatakan “Ya” pada

semua perintah dan tuntutan-Nya. Tapi

kadang-kadang hal ini tidak disadari,

sekalipun untuk sebagian pada saat

pertobatan, dan di kemudian hari kita

mengalami suatu krisis ketidakpuasan

dengan kehidupan Kristen kita, dan kita pun

Page 8: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

48 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

harus mengakui bahwa kita sedang

menerima berkat-berkat Allah adalah untuk

kesenangan kita sendiri saja, dan bahwa kita

tak pernah sepenuhnya menyerahkan diri

kita dalam pelayanan kepada-Nya.

Alkitab menunjukkan kepada kita

bahwa dalam penyerahan diri secara total

kepada Kristus itu sebagai suatu tindakan

yang definitif, tercakup juga penyerahan

anggota-anggota tubuh kita; tangan dan kaki

kita, intelek kita, mulut kita, seks kita, energi

kita, pendeknya diri kita seluruhnya – semua

itu harus diserahkan pada-Nya.

Kalau dulu, tubuh yang dipersembahkan

sebagai korban itu adalah tubuh hewan yang

sudah mati, tapi sekarang tubuh yang kita

persembahkan itu adalah tubuh kita yang

hidup. Persembahan korban yang definitif

dan secara sekali untuk selama-lamanya itu

memantapkan seluruh arah serta tujuan dari

pada hidup kita. Dan implementasi

persembahan korban sehari-hari yang terus

menerus berulang itu dalam kehidupan kita

sehari-hari ialah kesediaan kita untuk

digunakan oleh Dia. Mungkin, atau lebih baik

dikatakan, dalam kehidupan kita terdapat

bidang-bidang dalam mana kita sepenuhnya

menyadari dedikasi kita yang total kepada

Dia. Juga di sini kita perlu mendedikasikan

diri kita kembali, sementara kita terus

menerus mempersembahkan diri kita

sebagai korban bagi Dia.

Banyak dari antara kita mengalami

konflik dan krisis dalam hidupnya, apabila

kita menjadi sadar bahwa selama ini kita

telah gagal untuk melayani Tuhan

sebagaimana mestinya. Mungkin hati kita

sudah menjadi dingin, atau kita telah

menjadi tinggi hati secararohani, atau sudah

kehilangan disiplin dalam penggunaan waktu

dan uang, atau telah alpa berdoa dan telah

menjadi kering dan tandus. Penyesalan dan

pembalikan kepada Tuhan, berarti ,

pembaruan persembahan diri kita kepada

Dia; kesadaran yang kembali segar akan

penyerahan diri kita secara sekali untuk

selama-lamanya itu yang telah pernah kita

lakukan suatu waktu di masa lampau.

Kita perlu senantiasa berusaha mendapat

penghayatan yang lebih dalam akan Tuhan,

dalam setiap segi dari kehidupan kita.

Kepuasan diri atas kemajuan rohani yang

telah tercapai, sungguh-sungguh bisa

menjadi suatu rintnagan yang serius: kita

perlu menjadi orang-orang yang haus dan

lapar akan kebenanran, yang sangat

merindukan kegunaan yang lebih besar serta

keserasian sebagai orang Kristen. Sama

seperti rasul Paulus, kita rindu supaya

dimanfaatkan dan menjadi bermanfaat bagi

Kristus. Kita harus tahu pasti bahwa sekarang

kita sudah mengabdi secara total, dan

s e l a n j u t nya p e n ga b d i a n i t u a ka n

berlangsung terus dan makin dalam dari hari

ke hari. “Aku tidak menghiraukan nyawaku

sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai

garis akhir dan menyelesaikan pelayanan

yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus

kepadaku…” (Kis. 20:24).

Thomas Nelson

Page 9: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

9SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

FAKTUALTUHAN SELALU

MENYERTAIOleh: dr. Yeny Tanoyo

ebenarnya, dari kecil saya tidak

pernah secara khusus bercita-cita jadi Sdokter. Sampai waktu SMA kelas 3,

dimana saya harus memilih jurusan untuk

kuliah, baru benar-benar berpikir, mau pilih

jurusan apa. Motivasi awal saya memilih FK:

ke r e n , m e r a s a t e r t a n t a n g u n t u k

membuktikan saya bisa masuk. Dan ternyata

setelah masuk dan menjalani, baru

mengerti, ternyata Tuhan punya rencana

buat saya dalam pilihan tersebut.

Bersyukur, Tuhan menempatkan saya di

kampus yang memiliki persekutuan yang

sangat sangat baik, namanya Persekutuan

Oikumene (PO) FKUI. Di sana saya

menemukan keluarga yang baru dan belajar

b a ga i m a n a m e n j a d i K r i s t e n y a n g

bertumbuh. Saya dibukakan bahwa saya

bukan sekedar dokter yang kebetulan

beragama Kristen, namun anak Tuhan yang

mendapat anugerah dipilih dan dipanggil

untuk melayani di profesi medis sebagai

seorang dokter. Sungguh suatu panggilan

yang istimewa, karena dokter memiliki hak

istimewa untuk bersentuhan langsung

dengan manusia dalam keseharian kerjanya.

Dan saya belajar bagaimana menjadi dokter

Kristen yang misioner, yang membagikan

kasih Kristus, menjadi murid yang baik dan

memuridkan orang lain.

Saya juga sangat bersyukur untuk

kesempatan PTT di RSU Bethesda Serukam di

Kalimantan Barat. Pengalaman melayani

kurang lebih 1,5 tahun sangat sangat

berharga, memperkaya, dan semakin

meneguhkan panggilan untuk melayani di

profesi medis.

Hingga saat ini saya berkesempatan

untuk belajar spesialis ilmu penyakit dalam.

Saya sangat bersyukur untuk anugerah ini

karena saya masih sangat banyak

kekurangan, dan karena itu masih harus

belajar banyak untuk dapat melayani Dia

dengan lebih efektif.

Nah, menurut saya, hal-hal yang

diperlukan untuk selalu siap dalam

panggilan-Nya adalah:

?Hati yang takut akan Tuhan. Permulaan

hikmat ialah takut akan Tuhan. Hal ini

yang paling utama diperlukan dalam kita

melakukan pelayanan kita sebagai

dokter.

Page 10: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

10 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

?Hati yang penuh belas kasihan. Ada

banyak hal yang kita temui sebagai dokter

yang berpotensi membuat hati kita

menjadi dingin dan tumpul. Karena

seringnya melihat hal-hal yang buruk, kita

menjadi sulit untuk berbelas kasih

terhadap orang lain. Berdoalah dan

mintalah kepada Tuhan agar setiap hari Ia

memenuhi hati kita dengan belas kasih

dari-Nya.

?Disiplin. Berarti, memanfaatkan setiap

waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.

Sebagai seorang dokter, waktu kita

sangat terbatas dan hal yang perlu untuk

dilakukan sangat banyak. Karena itu kita

harus membiasakan diri untuk bekerja

dengan efektif dan efisien, dan tidak

membuang waktu untuk hal yang sia-sia.

?Ilmu pengetahuan dan skill. Kita harus

belajar dan memperlengkapi diri dengan

sungguh-sungguh, supaya kita bisa

menjadi dokter yang profesional.

?Komunitas rohani. Sangat penting

memiliki komunitas rohani, di mana kita

bisa belajar Firman Tuhan, sharing hidup,

s a l i n g m e n d o a k a n d a n s a l i n g

menguatkan. Untuk itu memang kita

harus 'memaksa diri', meninggalkan zona

nyaman kita untuk menyediakan waktu

yang rutin untuk bertemu. Tidak mudah,

t a p i s a n g a t b e r h a r g a u n t u k

diperjuangkan.

Ingat, Tuhan selalu menyertai. Tidak perlu

takut dan kuatir terhadap apapun juga. Asal

kita melakukan bagian kita dengan sebaik-

baiknya dan berdoa, sisanya, serahkan

semua pada-Nya.

Apakah saya pernah mengalami “kekaburan”

dalam memandang panggilan-Nya?

Sering... saya sendiri sering mengalami

jatuh bangun. Satu hal yang selalu saya

pegang, bahwa Allah sangat mengasihi saya

dan telah memberikan yang terbaik untuk

saya. Maka tidak ada hal lain yang bisa saya

lakukan untuk membalas kasih-Nya selain

hidup dalam panggilan dan rencana-Nya.

Lagu yang sangat indah dan menolong saya:

Be Thou My Vision. Lagu ini selalu

mengingatkan saya untuk menjadikan Allah

sebagai satu-satunya visi hidup, sumber

kebahagiaan dan tujuan hidup saya.

Be Thou my Vision,O Lord of my heart

Naught be all else to me,save that Thou art

Thou my best Thought,by day or by night,

Waking or sleeping,Thy presence my light

Be Thou my wisdombe Thou my true word

I ever with Theeand Thou with me, LordThou my great Father,

and I thy true sonThou in me dwellingand I with Thee one

Page 11: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

11SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

FAKTUAL

MENEKUNI

TUNJUKKANAPA YANG TUHAN

Oleh: Dr.dr. Gede Ngurah Indraguna Pinatih, MSc, Akp, Sp.GK

aya masuk fakultas kedokteran,

karena ayah dan ibu saya mengatakan, Sdulu waktu kecil, saya pernah

ngomong, kalau besar nanti ingin menjadi

dokter. Saya sendiri lupa, kalau pernah

mengatakan hal itu. Seperti anak muda yang

lainnya, waktu lulus SMA saya bingung akan

memilih studi ke mana. Tahun 1976,

sebelum lulus saya sudah diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur tanpa testing

yang waktu itu dinamakan Sipenmaru.

Tetapi, ada juga keinginan untuk masuk FK.

Untuk mencegah spekulasi, pendaftaran

ulang untuk jalur tidak testing tersebut

dibuat bersamaan dengan hari pertama

testing Sipenmaru, sehingga kami harus

memilih ikut jalur test atau tanpa test.

Karena bingung saya ikut test minat bakat

dan dikatakan keduanya cocok baik di FK

maupun di pertanian. Atas saran orangtualah

saya menetapkan hati untuk masuk FK tetapi

tidak diterima di lima universitas negeri yang

ikut Sipenmaru dan masuk jalur FK Udayana.

Selama masa studi di FK inilah, saya

mengalami banyak pekerjaan Tuhan.

Menjadi orang yang sangat berdosa,

bertobat, tidak menjadi yang terpandai di

kelas tetapi tidak pernah gagal ataupun

mengulang (remedi), bahkan sampai lulus

dokter tidak ada satupun yang gagal. Pernah

stres dan mau berhenti kuliah tetapi ternyata

setelah dievaluasi kembali oleh dosen PA,

dinyatakan tidak ada alasan saya untuk

berhenti. Dengan dibimbing untuk mengenal

Kristus secara pribadi, sampai akhirnya lulus

sebagai dokter.

Setelah lulus dokter saya bingung lagi

antara melayani Tuhan lewat jalur

mahasiswa atau berkarir di profesi dokter.

Dalam kebingungan itulah saya seperti

diarahkan untuk kembali ke kampus

menekuni bidang ilmu yang sebetulnya saya

tidak pernah terbayangkan yaitu ilmu

Kesehatan Masyarakat (Public Health).

Setelah diterima sebagai staf di bagian Public

Health, saya pikir saya langsung bisa ketemu

dan melayani mahasiswa, tetapi ternyata

saya harus masuk ke Puskesmas terlebih

dahulu untuk waktu 3 tahun. Selesai

Puskesmas istirahat sebentar terus

melanjutkan sekolah untuk mencari S2.

Perasaan menjad i dokter yang

berorientasi pada pencegahan tumbuh

Page 12: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

12 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

pelan-pelan. Semula saya berpikir bahwa

dokter itu mengobati orang sakit bukan

mencegah orang menjadi sakit. Setiap kali

selesai mengobati orang dan orang tersebut

sembuh terasa puas karena merasa diri

berharga. Tetapi bilamana tidak ada yang

sakit malah merasa “tidak ada pekerjaan,

t i d a k a d a p e n g h a s i l a n d a n t i d a k

bermanfaat”.

Lama kelamaan saya melihat bahwa ada

bahkan banyak penyakit yang tidak bisa

disembuhkan (kronis) atau kalau toh sembuh

bisa cacat, sehingga saya berpikir mencegah

lebih baik daripada mengobati. Disamping

itu di bagian inilah saya belajar faktor-faktor

risiko penyakit dimana gaya hidup dapat

menjadi sumber dari timbulnya penyakit.

Dan setelah saya perhatikan banyak sekali

saudara-saudara kita yang terjebak dengan

gaya hidup yang berlawanan dengan Firman

Tuhan dan akhirnya mengakibatkan sakit.

Disini pula saya belajar bahwa banyak orang

“terikat” dengan gaya hidup yang buruk yang

berisiko menimbulkan sakit dan mereka

seolah-olah tidak sanggup keluar dari gaya

hidup tersebut dan akhirnya menimbulkan

sakit.

Belakangan saya mulai sadar bahwa

Tuhanlah yang membawa saya ke ranah lebih

banyak mencegah dibandingkan mengobati

dan inilah yang membuat saya menjadi

dokter yang “berbeda” dengan dokter pada

umumnya. Dan sebelum itu tanpa saya

sadari Tuhan mempersiapakan saya dengan

segala sesuatu yang dibutuhkan untuk ke

arah itu.

Bagaimana saya bersaing dengan dokter

yang lain?

Walaupun orang yang menekuni bidang

ilmu yang saya tekuni sebagai dokter, yaitu

Page 13: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

13SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

dokter gizi klinik, tidak banyak, bidang ilmu

ini sendiri masih tergolong relatif baru

sehingga diperlukan ketekunan untuk tetap

pada ilmu yang dipelajari. Dokter ahli gizi

masih belum dikenal baik di masyarakat

maupun di kalangan dokter lainnya. Banyak

dokter yang masih belum tahu ilmu ini atau

mereka tahu dan menganggap i tu

pent ingtapi mereka merasa dapat

melakukan sendiri padahal yang dilakukan

itu tidak sepenuhnya benar. Begitu juga di

masyarakat, walaupun banyak dari mereka

yang tahu ilmu gizi itu penting, tetapi hanya

sedikit yang mengetahui secara benar dari

situ hanya sedikit pula yang dapat

melakukannya, dipihak lain begitu banyak

informasi gizi yang salah, yang menipu, tetapi

membuat perhatian kita dibelokkan

sehingga sudah merasa baik dan sehat,

hanya dengan mengkonsumsi produk yang

“dikatakan baik” padahal tidak sesedarhana

itu dan sebagainya. Dalam konteks inilah

ketekunan untuk menekuni apa yang Tuhan

tunjukkan sangat penting. Saya beranggapan

bahwa hidup kita dipelihara oleh Tuhan dan

Tuhan tidak mungkin akan menelantarkan

anak-anak-Nya. Saya t idak beran i

membandingkan diri saya dengan dokter

lainnya yang “lebih sukses” dari segi finansial

atau ilmu karena itu akan membuat diri kita

menjadi stres tetapi saya melihat kebutuhan

saya dan keluarga yang sampai saat ini tidak

pernah kekurangan atau bahkan mungkin

“sangat dicukupkan”.

Dalam pertandingan, kalah dan menang itu

adalah hal yang dapat dikatakan normal dan

wajar. Ada kalanya kita menang yang

menimbulkan rasa senang, ada pula

waktunya kita kalah yang membuat kita

sedih, frustasi, bingung dan sebagainya.

Saat ini memang ilmu gizi sudah mulai

dilirik oleh orang maupun para dokter yanag

sudah penya pengalaman membuktikan

bahwa ilmu ini penting. Saya sudah mulai

“dapat pekerjaan” dari ilmu ini, bahkan

sudah ada beberapa yunior yang tertarik dan

mulai mengikuti mangmbil ilmu ini sebagai

spesialisasi.

Untuk dapat menekuni ini, saya

bukanlah tipe orang yang kuat dan tekun,

saya banyak dibantu oleh istri saya. Tuhan

memberi saya seorang penolong yang

bijaksana, berpikir cerdas (walaupun hanya

S1), pandai mengatur keuangan, sabar dan

lembut tetapi tegas, rendah hati, tulus dan

tidak banyak tuntutan. Dialah yang

menolong saya memberikan masukan positif

ketika saya menghadapi kegalauan saya

sendiri ketika saya merasa “tidak berguna”,

dia pula yang mendorong saya untuk kembali

ke jalur yang harus saya lakukan ketika

perhatian saya mulai berubah, dia pula yang

yang mampu melipat gandakan “berkat”

yang saya peroleh menjadi berlipat-lipat dan

dia pula dengan segala ketegasannya tetap

konsisten menolong saya walaupun saya

mengacuhkan ataupun merasa diri saya lebih

benar terhadap pendapatnya.

Tidak jarang saya merasa frustasi dan

galau terutama pada saat-saat ketika saya

merasa diri saya “tidak berguna” atau

b a h k a n s e b a l i k n y a s a y a m e r a s a

“dimanfaatkan oleh teman-teman” dan

sebaliknya sering juga saya justru menjadi

“sombong” tapi tersembunyi ketika saya

merasa diri saya berhasil dan “merasa

dibutuhkan”. Tapi istri sayalah yang menjadi

penyeimbang dari semua kelemahan saya.

Page 14: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

14 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

FAKTUAL

SEHAT

RUTINITASDI TENGAH

Oleh: dr. Handrawan Nadesul*

roblematika hidup kebanyakan orang

sekarang ini adalah karena hidup Pterlalu rutin. Nyaris menjadi seperti

mesin. Menjalani hidup seperti itu jelas tidak

nyaman. Bukannya sejahtera, malah

melelahkan. Merasa lelah dan tak nyaman

seperti itu yang membuat hidup akan

kehilangan makna. Apa kiatnya agar hidup

masih tetap bergairah di tengah rutinitas?

Konsekuensi modernisasi salah satunya

adalah menjadikan seseorang hidup seperti

mesin. Bahkan kehidupan biologis pun

menjadi otomatis bagaikan alat elektronik.

Mulai dari bangun pagi, sarapan, berangkat

kerja, mengisi absensi, bekerja, bertemu

dengan orang yang sama, pulang, dan tidur.

Begitu setiap hari, nyaris tak ada variasi.

Sebagian terasa begitu menjemukan. Di

mana nikmatnya hidup seperti itu?

Tapi itulah resiko menjadi bagian dari

lingkaran sistem kehidupan modern. Serba

diburu waktu, serba otomatis, serba tergesa-

gesa, serba monoton, tak berubah dari itu ke

itu lagi. Apabila kita pandai menyiasati, yang

tidak nyaman itu dapat kita minimalisasi.

Caranya adalah perlu kreatif mencari variasi.

Mencari variasi

Banyak hal yang dapat kita adopsi dari

kehidupan orang dahulu. Hidup tak hanya

untuk bekerja, tak hanya untuk mencari

penghasilan besar. Hidup juga butuh

selingan, perlu intermezzo dan time out

sejenak. Hal ini semata karena tubuh bukan

mesin.

Tidak hanya tubuh, kita juga punya jiwa

yang perlu dibugarkan. Bila jiwa tidak

tenang, tubuh juga dapat terganggu. Karena

itu keduanya perlu disegarkan.

Saat ini banyak terjadi di kalangan

profesional yang bekerja tanpa rasa senang

dan tanpa rasa mencintai pekerjaannya

(passion). Padahal rasa seperti ini dapat

menjadi modal agar tidak mudah merasa

letih pada saat bekerja. Apabila kita

menyukai bidang pekerjaan yang kita

lakukan, maka kita tidak akan pernah merasa

letih menjalaninya. Dengan seperti itu,

bekerja dirasakan bukan sebagai beban,

melainkan sudah menjadi bagian dari

kesenangan hidup.

Namun kenyataannya tidak semua

orang menghadapi pekerjaannya seperti itu.

Pada kelompok inilah variasi hidup

diperlukan. Hal itu tidak datang sendirinya

Page 15: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

15SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

tanpa diundang, melainkan harus dicari dan

diupayakan. Kita bisa mengadopsinya dari

apa saja. Mulai dari menciptakan suasana

berbeda di tempat kerja, hingga menemukan

teman (soulmate) tempat berbagi apa saja.

Karena penderitaan orang saat ini sering juga

terjadi karena merasa sendiri dan tidak ada

tempat untuk mencurahkan isi hati.

Logotherapy

Di negara maju banyak pekerja yang

merasa hidupnya tidak punya makna. Hidup

jadi kosong dan membosankan, bahkan ada

yang bertanya untuk apa hidup?. Pada titik

ini orang membutuhkan terapi jiwa. Kita

menyebutnya “logotherapy”, yaitu terapi

untuk meluruskan kembali makna hidup.

Bosan hidup, jenuh bekerja, dan rasa

tidak nyaman lain itu muncul dari diri sendiri.

Kita sendiri yang perlu mencegahnya.

Caranya adalah dengan menciptakan

suasana menyenangkan di lingkungan

rumah, di lingkungan bekerja dan di

lingkungan teman dekat.

Bersyukurlah kita masih hidup secara

berkelompok. Masih rukun tidak hanya

dengan keluarga inti saja, tapi ada orang lain

yang dapat menumbuhkan suasana riang,

dan tidak membuat kita merasa kesepian.

Mendengar dan berbagi dengan orang lain

itu adalah cara lain yang perlu kita adopsi

untuk memecahkan kebekuan hidup.

Kita tahu bahwa ada tujuan luhur kita

bekerja selain untuk mendapatkan uang.

Meyakini sejak awal bahwa tidak semua

dapat dibeli dengan uang, termasuk

kebahagiaan hidup, rasa nyaman, dan

nikmatnya memberi. Maka kejarlah semua

itu selagi kita bisa. Bukan orang lain atau

siapa pun yang dapat membuat kita bahagia,

melainkan diri kita sendiri.

Bekerja juga bagian dari ibadah. Sikap

rasa seperti itu akan membantu kita tidak

mudah merasa letih dan bosan bekerja.

Jika setiap bangun pagi kita merasa ada

yang akan kita rencanakan, mau apa hari ini,

ke mana akan pergi, dan bertemu siapa, apa

yang bakal menyenangkan hari ini, tentu

hidup akan menjadi senantiasa bergairah.

Sebaliknya akan menjadi membosankan jika

setiap bangun pagi tidak tahu mau apa, atau

tidak ada bayangan akan bagaimana hari ini.

Kegairahan hidup juga suatu hal yang

tidak dapat dibeli, tapi kita dapat

membangunnya sendiri. Di tempat kerja

akan bertemu siapa, membicarakan apa, ada

janji dengan siapa, pulangnya ada acara apa,

akan menambah rasa gembira bagi kita.

Semua itu kita sendiri yang menciptakannya.

Maka ciptakanlah suasana yang membuat

hidup tidak membosankan, misalnya dengan

sering berkumpul dan berseda gurau dengan

orang lain.

Cara paling sederhana untuk membuat

hidup terasa nyaman adalah dengan selalu

merasa bersyukur. Orang Denmark dikenal

tergolong sebagai orang yang paling bahagia

di dunia, karena pandai merasa bersyukur.

Agar kita dapat hidup dengan penuh rasa

bersyukur kita harus selalu mengingat

ungkapan, “jangan bersedih jika tidak punya

sepatu, sebelum melihat banyak orang lain

yang tidak punya kaki”. Hal ini karena rasa

puas dalam hidup itu tak ada batasannya.

*Diambil dari: www.sahabatnestle.co.id

Page 16: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

16 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

FAKTUALMEMIKIRKAN NASIB

WANITA INDIAOleh: Lineus Hewis

*Belajar dari Ida Scudder (1870-1960), Pendiri Vellore Christian Medical College

Buat para sahabat PMdN yang pernah

mendengar atau mengunjungi Christian

Medical College di Vellore, India tentulah

kagum bagaimana sebuah rumah sakit misi

Kristen dapat menjadi salah satu rumah sakit

rujukan terbesar di negara yang memiliki

populasi lebih dari 1,2 milyar dengan

mayoritas beragama Hindu. Rumah sakit

pendidikan yang mendidik ratusan spesialis

dan sub-spesialisasi ini melayani lebih dari

7.000 pasien rawat jalan dan lebih dari 2.000

pasien rawat inap setiap harinya.

Tentunya semua ini tidak terjadi secara

instan dan tidak banyak dari kita yang

mengetahui bagaimana perjuangan awal

mendirikan rumah sakit tersebut. Berikut ini

adalah tulisan singkat tentang pergumulan,

visi dan kerja keras dari seorang dokter Ida

Scudder yang disarikan dari buku Doctors

who Followed Christ, karangan Dan Graves di

tahun1999; halaman 169-176. Kiranya

p e r j u a n g a n d r. I d a S c u d d e r a ka n

menginspirasi dan memberi dorongan

semangat buat kita semua ketika kita

menggumulkan tentang totalitas dan terbaik

dalam menjalankan panggilan Tuhan.

da yang muda dan cantik tidak pernah

bermimpi untuk mendirikan sebuah Ifakultas kedokteran untuk wanita di

India. Yang ada dipikirannya saat itu adalah

menikah dengan jutawan dan menikmati

hidup yang nyaman di Amerika Serikat, jauh

dari India, tempat dimana dia dibesarkan

sebagai anak seorang dokter misionaris.

Namun mimpinya perlahan-lahan berubah

seiring dia menjalani pendidikan di Seminari

Wanita D.L. Moody di Amerika. Suatu hari Ida

mendapat kabar bahwa ibunya jatuh sakit,

dan ia diminta kembali ke India untuk

menolong keluarganya di sana.

Kehidupannya sebagai seorang anak

kec i l d i Ind ia , membuatnya b iasa

menyuapkan roti ke mulut anak-anak yang

karena kelaparan sudah terlalu lemah untuk

makan, demikian juga melihat mayat

terbaring di pinggir jalan, dan dia berfikir

Page 17: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

17SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

tentunya akan sangat indah kalau suatu hari

dia tidak perlu kembali ke India dan

melupakan semua memori ini.Namun

penderitaan 3 wanita muda India akhirnya

membuat pikirannya berubah.

Suatu malam seorang laki-laki dari kasta

tinggi Brahma datang ke rumahnya untuk

memohon pertolongan segera untuk

persalinan istrinya yang dalam kondisi

sekarat. Ida, yang tidak menguasai apapun

tentang kebidanan, mengatakan bahwa

ayahnya seorang dokter dan akan datang

menolong istrinya. Laki-laki itu menjawab

bahwa lebih baik istrinya mati dibandingkan

bila ada seorang laki-laki memasuki

rumahnya, lalu pergi. Beberapa saat

kemudian kembali Ida mendengar ada suara

langkah orang di beranda rumahnya. Kali ini

seorang laki-laki muslim memohon Ida

menolong istrinya yang sedang sekarat

dalam melahirkan. Dokter John Scudder,

ayah Ida , menawarkan d i r i untuk

menolongnya, namun ditolak karena tidak

ada laki-laki di luar keluarganya yang

diijinkan melihat wajah istrinya, lalu ia pun

pergi. Untuk kesekian kalinya kembali Ida

kedatangan tamu seorang laki-laki dari kasta

tinggi Hindu dan dia diminta menolong yang

istrinya juga dalam kesulitan persalinan. John

kembali ditolak, karena, hanya wanita yang

diijinkan menolong istrinya.

Ida tidak dapat tidur malam itu akibat

pengalaman buruk tersebut, karena

sesungguhnya ketiga wanita itu dalam

jangkauan tangannya namun ia tidak dapat

menolongnya. Ida menghabiskan sepanjang

malam dalam kesedihan dan doa. Keesokan

harinya ia mendengar suara kentungan dari

desa itu dan itu menimbulkan rasa takut di

hatinya karena bunyi itu menandakan

adanya kematian. Pelayan yang disuruhnya

mencari tahu ke desa tersebut, kembali

membawa pesan bahwa semalam ketiga

wanita tersebut meninggal. Ida kembali

mengunci diri di kamar memikirkan nasib

para wanita India dan setelah berfikir dengan

serius dan berdoa , Ida menghampiri ayah

dan ibu nya dan mengatakan bahwa dia ingin

kembal i ke Amerika untuk belajar

kedokteran dan kembali ke India untuk

menolong wanita-wanita tersebut.

I d a l a l u m e n j a l a n i p e n d i d i ka n

kedokteran di Philadelphia dan Cornell.

Walaupun ilmu kedokteran tropis tidak

diajarkan saat itu, Ida membaca sebanyak

yang dia mampu untuk persiapannya

melayani di India. Ketika mempersiapkan diri

kembali ke India, Ida diminta mengumpulkan

d a n a s e k i ta r 5 0 0 . 0 0 0 U S D u nt u k

membangun sebuah rumah sakit wanita di

Vellore dan melalui kerja kerasnya, Tuhan

menggerakan donatur yang memberikan

dalam jumlah yang besar. Rencana awal

untuk mengelola RS tersebut di bawah

supervisi ayahnya tidak terlaksana karena

beliau meninggal beberapa saat setelah Ida

kembali ke India, dan Ida-pun harus

mengerjakan proyek ini sendiri.

Awalnya masyarakat Tamil India ragu

dan curiga terhadap Ida, terutama setelah

d i a ga ga l m e ny e l a m a t ka n p a s i e n

pertamanya, yang ketika dirujuk memang

dalam kondisi yang sudah sangat buruk.

N a m u n T u h a n y a n g s u d a h

memperlengkapinya dengan begitu baik

tidak membiarkannya menganggur terlalu

Page 18: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

18 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

lama. Perlahan-lahan pasien bertambah dari

100, 200, 300, bahkan 500 pasien sehari.

Dalam kelelahannya, Ida akhirnya meminta

S a l o m i , p e l a y a n d a p u r n y a u n t u k

menolongnya, dan dia menjadi yang

pertama dari beberapa perawat yang

kemudian dilatih oleh Ida.

Kebutuhan dokter di India sangatlah

besar, dimana hanya ada 1 dokter untuk

setiap 10.000 ribu populasi. Saat itu praktek

perdukunan dan pengobatan tradisional

yang membahayakan penderita sangatlah

biasa ditemukan di masyarakat . Belas

kasihan mendorong Ida untuk bekerja lebih

dan lebih keras lagi. Ida berjuang untuk

melayani masyarakat sampai ke pelosok

desa, dari naik kereta yang ditarik kerbau

sampai mobil. Masyarakat akan menanti Ida

di pinggiran jalan, sebagian memintanya

turun untuk menangani kasus yang sudah

sangat berat.

Dalam kelelahannya Ida merenungkan

bahwa tidaklah mungkin mencukupi

kebutuhan dokter di India hanya dengan

menantikan dokter asing dari Amerika dan

Eropa dikirim ke India. Mereka akan seperti

setetes air di tengah samudera. Wanita India

harus diajar untuk menangani wanita India

sendiri, dan ide ini menjadi benih awal dari

Fakultas Kedokteran Vellore. Sejak awal Ida

memiliki visi yangjauh, yaitu jika ia mampu

melatih perawat, dia juga akan mampu

melatih dokter.

Angkatan pertama dokter wanita lulus

24 Maret 1922 dan awalnya mereka

dipandang sebelah mata, dan diperkirakan

akan sulit bersaing dengan para lulusan pria.

Namun ternyata dugaan ini meleset, ketika

hasil ujian nasional diumumkan, hanya 20%

dari dokter pria lulus, tapi dokter wanita yang

diajarnya lulus 100%.

Seluruh pencapaian ini tidak datang

dengan mudah, Ida bekerja untuk porsi kerja

6 orang! Pendukung-pendukungnya seperti

Gertrude Dodd, Hilda Olsen, dan Lucy

Peabody berjuang keras dan melewati waktu

yang panjang pada masa Depresi Berat dan

Perang Dunia II untuk mencari dana bagi

kelangsungan proyek Vellore. Dari waktu ke

waktu Tuhan mengijinkan pekerjaan ini

berada pada jurang krisis, namun pada

akhirnya kembali menyelamatkannya.Pada

suatu waktu ketika Ida sudah hampir

menyerah untuk membangun fakultas

ke d o k t e r a n t e r s e b u t , s a l a h s a t u

mahasiswanya masuk ke ruangannya dan

membagikan kata-kata ini:” Pertama-tama

renungkan, lalu keberanian. Kuasai fakta-

fakta. Hitung harga yang harus dibayar. Uang

bukanlah hal yang paling penting. Apa yang

Page 19: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

19SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

sedang engkau bangun bukanlah sebuah

fakultas kedokteran. Melainkan Kerajaan

Allah. Jangan berbuat kesalahan dengan

menganggap diri terlalu kecil. Jika ini adalah

kehendak Allah bahwa kita harus lanjut

dengan fakultas ini, ini harus dilaksanakan.”

Melalui semua itu, Vellore bertahan

untuk menyediakan lokasi bekerja untuk

beberapa dokter Kristen yang besar seperti

Jessie Findlay, Carol Jameson, Flora Innes, Dr.

Cochrane, Paul Brand, Pauline Jeffery, Hilda

Lazarus, dan Ida B. Scudder, keponakannya.

Ida juga berhasil menularkan visinya kepada

banyak dokter untuk datang melayani di

India, demikian juga dengan dokter-dokter

wanita India yang telah dilatihnya.

Dalam 4 generasi, keluarga Ida Scudder

telah mengutus 42 misionaris ke India dan

negara lain, dan yang terbesar dari antara

mereka adalah Ida, yang penuh dengan

energi dan vitalitas. Banyak yang berlutut di

hadapannya dan percaya bahwa dia adalah

inkarnasi dari beberapa ilah.

Kekuatan Ida adalah dalam Kristus. Ia

tidak hanya menggunakan jari-jari bedahnya

sebagai saksi-Nya, namun juga mengajarkan

pelajaran Alkitab. Apa yang diucapkan Ida

pada saat memberikan kata sambutan

kepada lulusan angkatan pertama dokter-

dokter yang dididiknya berikut ini mungkin

merupakan ringkasan yang paling tepat

untuk fokus dari seluruh pelayanannya:

”And last and greatest of all, may you follow

always and closely in the footsteps of the

Great Physician, Christ, who went about

doing good, healing the sick, outpouring His

wealth of love upon a sinning, sorrowing

world, encouraging, uplifting, and carrying

joy wherever He went.”

Page 20: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

20 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

FAKTUAL

DIUTUS UNTUKMENYELESAIKAN

[Belajar dari John Stephen Akhwari, Olympic Runner 1968]PERTANDINGAN

ang sering kali disebut dan dikenang

s e b a g a i p a h l a w a n - p a h l a w a n YOlimpiade, adalah orang-orang yang

memenangkan medali dalam ajang

kompetisi yang luar biasa ketat dan fierce itu.

Namun seorang pelari maraton dari

Tanzania, John Stephen Akhwari, yang kalah

dalam lomba maraton dalam Mexico City

Olympics 1968, tetap menjadi pahlawan di

hati jutaan orang hingga saat ini.

Kisah Akhwari terjadi ketika pada usia 30

ia mengikuti Mexico City Olympics di tahun

1968. Tidak lama setelah maraton dimulai,

Akhwari terjatuh dan mengalami luka yang

cukup parah, Akhwari terjatuh dan lututnya

terluka, mengalami dislokasi sendi dan

bahunya cedera berat. Ini terjadi karena

Akhwari yang berasal dari Tanzania, tidak

terbiasa dengan iklim Amerika Tengah itu.

Pelari-pelari lain dalam olimpiade itu

melewati Akhwari satu persatu, dan nampak

jelas bahwa kemungkinan Akhwari untuk

menang dalam lomba maraton itu makin

tipis. Namun demikian, ia tidak menyerah,

dan tetap berlari tertatih-tatih untuk

menyelesaikan pertandingan maraton

tersebut.

Ketika akhirnya Akhwari terpincang-

pincang memasuki stadion dengan tungkai

terbalut perban yang berdarah satu jam

setelah pemenang pertandingan pulang,

hanya ada beberapa penonton yang masih

berada di sana. Mereka sangat kaget dan

terpana, melihat Akhwari yang dengan

meringis kesakitan tetap berusaha

menyelesaikan langkah demi langkah

menuju garis finish. Namun mereka

bersyukur bisa menjadi saksi hidup suatu

peristiwa yang sangat menyentuh.

Ketika ditanya, mengapa dia tidak

berhenti saja ketika ia terluka, Akhwari

menjawab dengan sederhana: “Negara saya

tidak mengirim saya ke sini untuk memulai

pertandingan, mereka mengirim saya untuk

menyelesaikan pertandingan.”

Oleh: DR. dr. Lydia Pratanu .MS

Page 21: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

21SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Akhwari dikenang sebagai pahlawan

olimpiade Mexico - yang menyelesaikan

maratonnya selama 4,5 jam tanpa medali

dan sedikit penonton. Pada tahun itu, sedikit

sekali orang menulis tentang Akhwari, tetapi

Akhwari, simbol semangat olimpiade yang

tidak dikenal, menjadi inspirasi banyak orang

setelah beberapa tahun kemudian.

Semangat Akhwari di atas tidak hanya

menjadi berkat di arena pertandingan-

pertandingan olahraga, tetapi juga dalam

segala aspek kehidupan. Setiap orang harus

berjuang menyelesaikan pertandingan

hidupnya masing-masing. Apapun yang

dapat terjadi sepanjang perjalanan

pertandingan tersebut, kita seharusnya tidak

menyerah.

Seperti apa yang dituliskan oleh Rasul

Paulus kepada Timotius dalam 2 Tim.4:7:

“Aku telah mengakhiri pertandingan yang

baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku

telah memelihara iman.”

Di akhir tahun seperti ini, sangatlah baik

bila kita merenungkan pertandingan hidup

kita masing-masing. Hal-hal apakah yang

mempengaruhi lari kita, hal-hal yang dapat

menghambat terselesaikannya pertandingan

kita. Namun kita juga merenungkan

bagaimana Yesus yang memimpin kita dalam

pertandingan ini menolong kita untuk terus

berlari dengan tekun dan menyelesaikan

pertandingan kita dengan baik (Ibr. 12:2).

Sumber: Inspirational Stories:

John Stephen Akhwari, Olympic Runner 1968

Page 22: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

22 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

UNTAIANFIRMAN

MENGAKHIRI PERTANDINGANDENGAN BAIK

Eksposisi 2 Timotius 4:6-8Oleh : Ir.Daniel Adipranata, M.Div

etiap mahluk hidup punya umurnya.

Umur nyamuk hanya bertahan Sbeberapa minggu; lebah pekerja

beberapa bulan; tikus 4 tahun; burung kolibri

12 tahun; anjing 15 tahun; gajah 70 tahun;

ikan paus 100 tahun; kura-kura 150 tahun,

dan manusia, kata pemazmur “Masa hidup

kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat,

delapan puluh tahun, dan kebanggaannya

adalah kesukaran dan penderitaan; sebab

berlalunya buru-buru, dan kami melayang

lenyap” (Mazmur 90:10). Berapapun

umurnya, yang pasti setiap mahkluk hidup

memiliki dua tanggal penting dalam

hidupnya, tanggal dimana ia lahir dan tanggal

dimana ia mati.

Setiap mahluk hidup punya umurnya.

Umur nyamuk hanya bertahan beberapa

minggu; lebah pekerja beberapa bulan; tikus

4 tahun; burung kolibri 12 tahun; anjing 15

tahun; gajah 70 tahun; ikan paus 100 tahun;

kura-kura 150 tahun, dan manusia, kata

pemazmur “Masa hidup kami tujuh puluh

tahun dan jika kami kuat, delapan puluh

tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran

dan penderitaan; sebab berlalunya buru-

buru, dan kami melayang lenyap” (Mazmur

90:10). Berapapun umurnya, yang pasti

setiap mahkluk hidup memiliki dua tanggal

penting dalam hidupnya, tanggal dimana ia

lahir dan tanggal dimana ia mati.

Kehidupan dan kematian adalah fakta

kehidupan. Namun sayang, banyak manusia

y a n g t e r u s m e n e r u s b e r u s a h a

menyangkalinya. Manusia yang hidupnya

'berlalu buru-buru dan melayang lenyap',

berusaha agar seolah ia hidup selamanya

dan tidak lenyap. Apa penyebabnya? Salah

satunya adalah karena mereka tidak siap

mencapai garis finish dengan baik.

Melalui tulisan Rasul Paulus dalam 2

Timotius 4:6-8; kita akan belajar 3 (tiga)

fokus hidup Rasul Paulus dan bagaimana

prinsip-prinsip Rasul Paulus menjalani

kehidupannya sehingga dia mampu

mencapai garis finish dengan baik.

Menariknya, dalam ayat 6, Paulus fokus pada

masa kini (I am, present); pada ayat 7, fokus

pada masa lalu (I have, past) dan pada ayat 8,

Paulus fokus pada masa akan datang (In the

future).

Masa kini: hidup sebagai persembahan

Page 23: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

23SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Dalam teks Yunani, ayat 6 dimulai

dengan penekanan kata “I” (aku), yang mana

kontras dengan “you” (kamu) di ayat 5. Hal ini

menegaskan suatu peralihan, dan mulai ayat

6, Paulus berbicara tentang dirinya sendiri,

“Mengenai diriku, darahku sudah mulai

dicurahkan sebagai persembahan dan saat

kematianku sudah dekat”.

Dalam ayat ini, kita melihat satu konsep

hidup rasul Paulus. Ia selalu memandang

hidup dan pelayanannya kepada jemaat

sebagai persembahan kepada Tuhan (cf. Filipi

2:17). Dalam yang sama Paulus ungkapkan

dalam Roma 12:1, “Karena itu, saudara-

saudara, demi kemurahan Allah aku

menasihatkan kamu, supaya kamu

mempersembahkan tubuhmu sebagai

persembahan yang hidup, yang kudus dan

yang berkenan kepada Allah: itu adalah

ibadahmu yang sejati.”

Semua ini berarti bahwa kalau kita rindu

mencapai garis finish dengan baik, maka kita

harus mempersembahkan hidup sehari-

sehari kita secara utuh kepada Tuhan. Dalam

dunia profesi, kita tidak boleh menerapkan

standart ganda. Kebenaran - keadilan dan

nilai-nilai Kerajaan Allah harus menjadi nilai

yang operasional dalam kehidupan profesi

dan keluarga kita.

Dalam Kisah Para Rasul 20:24, Paulus

memberikan kesaksian bagaimana dia hidup,

“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku

sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai

garis akhir dan menyelesaikan pelayanan

yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku

untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih

karunia Allah”.

Masa lalu: antara anugerah dan disiplin

Bayangkan anda sedang duduk di

pesawat terbang, yang terbang setinggi

35.000 kaki di angkasa. Andaikan sang pilot

pesawat i tu t iba-t iba memberikan

pengumuman melalui pengeras suara:

“Saudara-saudara, kita dalam masalah besar.

Satu sayap pesawat kita akan patah. Anda

lebih suka sayap mana yang patah, yang kiri

atau yang kanan?”. Bukankah ini pertanyaan

yang konyol?. Tidak ada pesawat yang dapat

terbang dengan satu sayap. Kedua sayap

diperlukan.

Sekarang bayangkanlah pesawat

terbang itu seolah-olah anda sendiri. Dan

sayap kanan adalah “Anugerah”, sedangkan

sayap kiri adalah “Disiplin”. Pesawat terbang

ini mengilustrasikan salah satu prinsip

terpent ing da lam h idup kr i st ian i .

Sebagaimana pesawat harus punya dua

sayap untuk terbang, demikian juga kita pun

harus mengalami Anugerah Tuhan dan

menjalani Disiplin dalam hidup sebagai

murid Kristus. Kita tidak bisa memilih salah

satu.

Kehidupan rasul Paulus ditandai dengan

kedua 'sayap' itu, anugerah dan disiplin. Hal

ini terlihat jelas dalam kesaksian hidup yang

diajarkannya kepada kita. Misalnya, dalam

Titus 2:11-12 “ Karena kasih karunia Allah

yang menyelamatkan semua manusia sudah

nyata. Ia mendidik kita supaya kita

meninggalkan kefasikan dan keinginan-

keinginan duniawi dan supaya kita hidup

bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia

sekarang ini”. Kasih karunia Allah (anugerah)

tidak menyebabkan kita bebas semau kita

sendiri tetapi anugerah juga mendidik

Page 24: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

24 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

(disiplin) kita untuk tidak melakukan

kefasikan dan keinginan duniawi.

Gambaran hidup adalah pertandingan

juga menegaskan pentingnya kedisiplinan

dan juga tujuan hidup. Dalam 2 Timotius 4:7,

ada 3 kalimat penting rasul Paulus, yang

seharusnya juga menjadi 3 kalimat penting

kita. Aku telah mengakhiri pertandingan

yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan

aku telah memelihara iman.

Perhatikan penggunaan tiga kata “aku

telah”. Inilah fokus atau goal dalam

kehidupan rasul Paulus yang telah ia jalani.

Paulus sangat jelas tujuan atau goal dalam

hidupnya. Hidup tanpa tujuan ibarat kita

keluar rumah tanpa kita tahu akan kemana.

Kemanakah kita sampai? Tidak akan sampai

kemana-mana.

Ketika kita baru menjadi orang Kristen,

mungkin semangat kita menyala-nyala untuk

melayani Tuhan. Setiap hari kita rindu untuk

bersaksi atas cinta kasih Tuhan dalam hidup

kita. Namun dengan berjalannya waktu, kita

mengalami banyak penderitaan, godaan

untuk berkompromi, jatuh bangun dalam

dosa-dosa tertentu, atau permasalahan

hidup. Yang menjadi pertanyaan kita

bersama adalah masihkah kita bertanding

dalam pertandingan iman? Masihkah kita

punya goal untuk menang? Atau kita pasrah

dan masuk dalam zona nyaman tanpa

melakukan apa-apa?.

Hidup Paulus memiliki tujuan, untuk

terus bertanding sampai akhir, finish dengan

baik dan memelihara imannya. Bagaimana

dengan hidup kita?

Masa Akan Datang: Harapan yang nyata.

Rasul Paulus dapat mengakhir i

pertandingan dengan baik (finishing well)

Page 25: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

25SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

sebab ia memiliki harapan yang pasti akan

masa yang akan datang. Dalam ayat 8, Rasul

Paulus berkata “ Sekarang telah tersedia

bagiku mahkota kebenaran yang akan

dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim

yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya

kepadaku, melainkan juga kepada semua

orang yang merindukan kedatangan-Nya.”

Ada dua aspek dalam harapan Paulus

akan masa akan datang. Pertama, Rasul

Paulus dapat mengakhiri pertandingan

dengan baik karena ia hidup dalam

pengharapan untuk berjumpa dengan

Tuhan, hakim yang adil. Kerinduan untuk

berjumpa dengan Tuhannya, memberikan

bahan bakar untuk terus bertahan dan setia

sampai akhir. Tuhan yang akan memberikan

mahkota kehidupan. Tuhan yang akan

menegakkan keadilan dan kebenaran. Tuhan

yang akan memeluk dia, dan berkata

“Datanglah kemari, hamba-Ku yang baik dan

setia”.

Kedua, Rasul Paulus dapat mengakhiri

pertandingan dengan baik karena ia hidup

dalam pandangan (view) akan hari itu. Akan

datang hari dimana Kristus akan menjadi

Raja, dan semua lutut akan bertelut dan

semua lidah akan mengaku, Yesuslah Tuhan.

Saat ini, memang Tuhan mengutus kita,

ke dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa.

Kita diutus seperti domba ditengah serigala.

Penuh ancaman, ketidakadilan dan

penindasan. Bahkan pemazmur dalam

Mazmur 73, pernah merasa percuma saja

a k u m e m p e r t a h a n k a n h a t i y a n g

bersih,namun setiap hari aku kena tulah.

Sedangkan orang fasik bersenang-senang,

hidup mereka makmur seolah tanpa

kesusahan. Namun ada titik balik yang

membedakan, adalah pada saat pemazmur

melihat segala sesuatunya dari perspektif

kekekalan. Sampai aku (pemazmur) masuk

ke tempat Yang Maha Tinggi, dan melihat

kesudahan orang-orang fasik itu.

Melihat situasi kondisi hari ini dalam

perpektif hari akhir itu, akan memberikan

kita kekuatan untuk bertahan dan terus

bertanding dalam pertandingan iman, dan

mencapai finish dengan baik. Inilah

keyakinan rasul Paulus, ada hari akhir dimana

Iblis akan dikalahkan, dan Kristus akan

datang kedua kalinya sebagai Hakim yang

adil dan memerintah sebagai Raja.

Bagaimana dengan keyakinan kita?

Page 26: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

26 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

KESAKSIANBANYAK HAL

YANG HARUS DIKERJAKANOleh: dr. Renny Marlina Toreh

14 Juli 2014, saya pertama kalinya

menginjakkan kaki di Nusa Tenggara Timur

Kabupaten T imor Tengah Se latan ,

Kecamatan Kota So'E. Bukan hal yang mudah,

saya memutuskan datang melayani sebagai

dokter di daerah ini. Sejujurnya, saya sangat

takut untuk melangkah, karena saya

bingung, apakah ini kehendak Tuhan atau

bukan dan sejujurnya saya tidak tahu apa

yang mau saya kerjakan di sini dengan beban

yang Profesional Sinergi Indonesia (PSI)

sharingkan kepada saya. Saya juga takut

bahwa saya akan sendirian di sini. Sebab ini

juga menjadi kali pertama bagi saya untuk

pergi ke suatu daerah di mana di sana tidak

ada satu pun keluarga ataupun kenalan saya.

Memang pada awalnya terlalu banyak

ketakutan tetapi syukur kepada Tuhan

karena pada akhirnya Dia pulalah yang

meneguhkan saya untuk bermisi ke daerah

ini.

Lewat Saat Teduh dengan mempelajari

Kitab 1 Samuel, Allah berbicara dan

meneguhkan saya untuk datang melayani di

daerah ini. Ketika Tuhan memerintahkan

Samuel pergi ke Betlehem untuk pergi

mengurapi Daud menjadi raja. Ayat yang

berbicara dengan kuat kepada saya adalah

pada 1 Samuel 16 : 3. Allah memerintahkan

Samuel untuk pergi saja, nanti setelah tiba di

Betlehem barulah Allah kemudian akan

memberitahukan Samuel apa yang harus

Samuel selanjutnya perbuat. Lewat ayat ini,

Tuhan meneguhkan saya untuk pergi saja

dulu, selanjutnya Allah akan menunjukkan

kepada saya apa yang harus saya kerjakan di

sana. Yang diperlukan adalah sebuah langkah

awal, keluar dari zona nyaman, dan melawan

segala ketakutan dan kekuatiran.

Tiba di sini, serasa saya masuk ke dalam

lemari pendingin. Ya, saya tiba di sini ketika

daerah ini sedang memasuki puncak musim

dingin dan berkabut. Dari pagi hingga malam

terasa sangat dingin dan harus memakai

jaket yang tebal bila tidak ingin merasakan

dinginnya sampai ke tulang-tulang. Tetapi,

ketika masuk musim panas, maka daerah ini

pun sangat panas, serasa matahari ada dua.

Tetapi dibandingkan daerah lainnya di NTT,

Kota So'E merupakan salah satu daerah yang

subur, bahkan kota ini pernah terkenal

dengan beberapa hasil pertaniannya

khususnya buah-buahan seperti apel, jeruk,

alpukad, tetapi sayangnya pertanian di sini

tidak seperti dulu.

Page 27: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

27SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Kota So'E yang adalah ibukota kabupaten

Timor Tengah Selatan ini, mendapat julukan

“Yerusalem” Indonesia. Mayoritas penduduk

memeluk agama Kristen Protestan. Gereja

berdiri dimana-mana dan ada begitu banyak

persekutuan doa. Namun sungguh

disayangkan, wajah kekristenan tercoreng

karena kesaksian hidup yang tidak benar.

Kota ini juga menjadi daerah dengan tingkat

korupsi yang tinggi, walau angka perceraian

kurang tapi tingkat perselingkuhan tinggi

bahkan dilakukan terang-terangan, mereka

tidak malu-malu lagi untuk melakukannya,

pernikahan dini juga tinggi karena pergaulan

bebas, belum lagi masalah kesehatan yang

juga cukup memprihatinkan, terutama di

daerah kabuapaten ini masih banyak

dijumpai gizi buruk.

Rumah sakit tempat saya bekerja saat ini

adalah rumah sakit milik sinode Gereja

Masehi Injili di Timor (GMIT), dengan nama

Rumah Sakit Ibu dan Anak Ume Manekan

So'e terletak di Kabupaten Timor Tengah

Selatan Kecamatan Kota So'e kurang lebih 2-

3 jam lamanya perjalanan dari Kupang. Ume

artinya rumah dan Manekan berarti kasih

sayang. Jadi Ume Manekan artinya rumah

kasih sayang.Letak rumah sakit ini

sebenarmya sangat strategis dan punya

potensi yang sangat besar bila dikelola

dengan benar, karena di daerah ini hanya

hanya ada dua rumah sakit, selain rumah

sakit ini ada juga satu rumah sakit umum

daerah.

Pertama kali menginjakkan kaki di rumah

sakit ini, saya tidak menemui satu orang pun

pasien baik yang rawat inap maupun rawat

jalan. Untuk ukuran sebuah rumah sakit,

rumah sakit ini terlalu kecil dan sunyi bahkan

lebih cocok bila rumah sakit ini menjadi klinik

dan peralatan medis yang tersedia pun

sangat minim. Manajemen yang buruk

sehingga pada akhirnya rumah sakit ini

hampir saja tutup. Rumah sakit ini tidak

diurus dengan baik bahkan ada oknum-

o k n u m t e r t e n t u y a n g m e l a k u k a n

kecurangan-kecurangan untuk kepentingan

pribadi. Sebagai contoh mereka menetapkan

harga obat yang sangat tinggi, bisa mencapai

2-3 kali lipat bila dibandingkan dengan

apotek luar. Itulah yang pada akhirnya

menyebabkan pasien tidak mau lagi datang

Page 28: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

28 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

berobat ke rumah sakit ini, dan juga karena di

sini sering tidak ada dokter. Setiap harinya

paling tinggi pasien yang datang berobat

sekitar 3-5 orang, bahkan ada hari dimana

tidak ada sama sekali yang datang berobat ke

rumah sakit ini. Karena memang sudah

tersebar di masyarakat bahwa berobat di

rumah sakit ini sangat mahal dan tidak ada

dokternya. Tapi bersyukur dengan

keberadaan saya dan dr. Richo jumlah pasien

yang datang berobat ke rumah sakit ini mulai

mengalami peningkatan sedikit demi sedikit.

Memang masih banyak yang perlu kami

benahi untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal.

Oleh karena manajemen yang buruk

itulah maka PSI bekerja sama dengan pihak

sinode GMIT mengambil ahli menajemen

rumah sakit ini. PSI sama sekali tidak akan

mengambil keuntungan dari rumah sakit ini,

mereka hanya datang untuk membantu

manajemen di rumah sakit ini. Bersyukur

pada tanggal 18 Oktober 2014 sudah

dilakukan serah terima dari pihak sinode

GMIT kepada PSI disaksikan oleh jemaat

GMIT karena memang penyerahannya

diadakan dalam kebaktian minggu. Saya

bersama dr. Richo Kaesmetan (yang sudah

terlebih dahulu bekerja di RSIA selama 2

minggu) menjadi perpanjangan tangan PSI di

So'E, setelah sebelumnya kami berdua

ditraining oleh PSI selama sebulan di

beberapa rumah sakit di Banten, Jakarta dan

Lampung. Saya ditugasi untuk mengatur

pelayanan medik sedangkan dr. Richo

Kaesmetan sebagai direktur umumnya.

Tugas ini merupakan hal yang sangat baru

dan perdana bagi kami berdua dan kami

berdua tidak punya pengalaman apa-apa

sebelumnya dalam manajemen rumah sakit.

Tugas ini pun terasa semakin berat karena

tantangan yang besar yang harus kami

hadapi. Salah satu tantangan adalah

kurangnya sumber daya manusia yang

kompeten di bidang administrasi. Hampir

semua staf yang bekerja di administrasi

adalah lulusan SMA atau D1. Juga karena

selama ini kurang bahkan tidak ada pasien

jadi para pegawai baik medis maupun non

medis datang ke rumah sakit hanya

menghabiskan waktu dengan mengobrol

bahkan bergosip. Akibatnya di antara sesama

pegawai ini tercipta kubu-kubu yang saling

mencurigai satu sama lain. Jadi kekompakan

di antara mereka masih sangat kurang.

Tantangan yang lain pun adalah tentang

legalitas hukum dan masalah perijinan

rumah sakit ini. Awalnya rumah sakit ini

mendapat ini operasional sebagai Rumah

Sakit Ibu dan Anak Ume Manekan, tetapi

sekarang dalam proses untuk berubah

menjadi Rumah Sakit Umum Kristen Ume

Manekan. Tolong doakan kiranya hal ini bisa

segera diselesaikan.

Memang begitu banyak hal yang harus

dikerjakan dan nampaknya begitu sulit. Tapi

satu hal yang kami percaya bahwa Allah yang

telah memulai pekerjaan ini, maka Dia

pulalah yang akan menyelesaikannya. Kami

sangat membutuhkan dukungan doa dari

teman-teman semua agar kami tetap kuat,

tetap rendah hati, diberikan hikmat dan

terus mengandalkan Tuhan.

Kiranya Allah menyertai kita terus. Dan

biarlah segala kemuliaan hanya bagi Dia,

satu-satunya Allah yang hidup dan benar.

Page 29: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

29SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

KESAKSIAN

RENCANA-NYA INDAHDAN TAK TERSELAMI

Oleh: Drg Rani Dwicahyaniputri[Perserta Program Follow Up Magang MMC]

“TUHAN itu kekuatanku dan

mazmurku, Ia telah menjadi

keselamatanku. Ia Allahku,

kupuji Dia, Ia Allah bapaku,

kuluhurkan Dia.”

- Keluaran 15:2 -

“Tuhan itu kekuatanku", penggalan

firman ini telah menolong saya untuk dapat

berani mengambil langkah demi langkah

menjalani program follow up magang

Medical Mission Course (MMC) selama 2

bulan di Klinik Hohidiai, Maluku Utara.

Setelah mengikuti MMC selama 3 bulan di

Serukam, hati misi yang Tuhan taruhkan

sejak 7 tahun yang lalu kembali menyala dan

mendorong saya untuk mengambil

komitmen yang lebih lagi di ladang misi.

Program follow up MMC pun menjadi

kesempatan yang dirasa tepat untuk

merealisasikan komitmen tersebut. Namun,

beberapa hari menjelang keberangkatan ke

Ternate, saya baru sadar bahwa saya akan

berangkat sendirian ke suatu tempat yang

belum pernah saya injak sebelumnya. Dan di

tengah perasaan yang bercampur aduk

antara semangat melayani dengan ketakutan

menghadapi tempat yang baru, kembali

Tuhan meneguhkan Firman-Nya; bahwa saya

melangkah bukan dengan kekuatan saya

yang teramat kecil ini, Tuhanlah kekuatan

saya.

Saya pun berangkat dan memulai

perjalanan yang cukup panjang dari ibu kota

Jakarta ke desa Kusuri. Lima jam perjalanan

udara melalui Manado sampai Ternate, satu

jam perjalanan air menggunakan speed boat

hingga mencapai Sofifi, dan diakhiri dengan

perjalanan darat selama empat jam hingga

tiba di Kusuri. Namun tidak ada waktu untuk

beristirahat berlama-lama, setibanya di

Kusuri jam 6 sore pada hari Senin tanggal 1

September 2014, saya sudah harus bersiap

untuk mengikuti ibadah mingguan tiap Senin

malam yang akan dimulai pukul 7. Begitulah

Hohidiai, dari Senin sampai Jumat selalu ada

ibadah, baik di pagi maupun malam hari.

Ibadah pagi diadakan setiap hari Selasa dan

Kamis, sedangkan hari Rabu dan Jumat pagi

Page 30: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

30 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

ada komsel dimana pembahasan Firman

Tuhan dilakukan dalam kelompok kecil.

Klinik Hohidiai sendiri memiliki tujuan

membawa pemulihan baik secara jasmani,

emosi, maupun rohani khususnya kepada

masyarakat yang tidak mampu dan

terabaikan. Hal ini terangkum dalam nama

“Hohidiai” yang berasal dari bahasa lokal dan

memiliki arti restorasi/pemulihan. Klinik

ya n g t e r l e ta k d i d e s a Ku s u r i i n i

dilatarbelakangi oleh terjadinya konflik

bernuansa SARA yang terjadi 14 tahun yang

lalu. Dimulai dari pelayanan terhadap

pengungsi yang menjadi korban saat itu,

Yayasan Hohidiai telah setia memberikan

pelayanan kasih kepada masyarakat Maluku

Utara, baik dalam pelayanan medis, panti

asuhan, maupun sekolah internasional yang

terbuka untuk umum. Pelayanan medis yang

dilakukan oleh klinik ini meliputi pengobatan

pasien rawat jalan, rawat inap, pertolongan

persalinan, operasi minor, pelayanan pasien

jangka panjang (HIV/AIDS, lepra, TBC), dan

pelayanan keluar desa. Semua pelayanan

kesehatan itu diberikan secara cuma-cuma

kepada setiap pasien. Tim medis saat ini

terdiri dari 4 orang dokter umum, 1 bidan, 3

perawat, dan sejumlah tenaga medis

terlatih. Seluruh pekerja medis yang ada

menunjukkan hati melayani dan kepedulian

yang tinggi kepada pasien, saya pribadi

sangat diberkati oleh sikap yang ditunjukkan

setiap tenaga medis yang ada, melayani

dengan tulus dan tanpa pamrih.

Ke m u d i a n d i m u l a i l a h h a r i - h a r i

pelayanan saya di Hohidiai. Klinik ini memiliki

ruang poli gigi yang terbilang lengkap. Ada

kursi gigi, dental unit portable, scaller

portable, instrumen pencabutan gigi, alat

dan bahan penambalan, serta autoklav

untuk sterilisasi alat. Selama ini yang

menangani pasien gigi adalah seorang

perawat gigi dan staff medis terlatih, namun

terpaksa harus tutup beberapa minggu

karena kurangnya tenaga di klinik secara

keseluruhan. Saat saya datang, poli gigi

kembali dibuka, saya dan perawat gigi yang

ada bertugas bersama dari hari Senin-Jumat.

Hari Selasa dan Kamis dibuka untuk pasien

umum, sedangkan hari Senin, Rabu, Jumat

dikhususkan untuk melayani staf Hohidiai

yang ada baik staf medis, manajemen, guru-

guru sekolah, anak-anak asuh, bahkan

tukang masak di dapur dan sekuriti.

Satu hal yang saya sadari sejak awal

adalah keterbukaan setiap pasien yang

datang. Selama saya di sana tidak ada satu

pun yang menolak untuk didoakan, baik

pasien Kristiani maupun non-Kristiani. Saya

menyaksikan bagaimana Tuhan memakai

Page 31: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

31SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

pelayanan di tempat ini untuk membawa

Kasih-Nya di tengah-tengah Halmahera dan

untuk menjadi alat pemberitaan kabar baik

yang efektif bagi setiap jiwa yang datang.

Suatu hari kami melayani seorang pasien

penderita kanker paru-paru yang berasal dari

kepercayaan lain. Seorang teman yang sudah

fasih menceritakan kabar baik secara

kontekstual mulai membagikan mengenai

Isa Almasih menurut ayat-ayat dalam kitab

suci mereka. Pasien ini pun terbuka dan

menceritakan dosa, kepahitan, dan

pergumulannya dengan penyakitnya. Karena

sakit yang ia derita, dadanya sudah

membengkak dan membuatnya sesak napas,

sehingga jika tidur ia pun tidak bisa berbaring

di ranjang, ia harus duduk di sisi tempat tidur

dan menaruh kepalanya di ranjang dalam

posisi telungkup. Singkat cerita, siang itu ia

memutuskan untuk percaya dan berdoa

kepada Isa Almasih. Saya percaya Tuhan

menjamah hatinya hingga ia pun berdoa

sambil berlinang air mata. Lalu kami pulang

dan melanjutkan pelayanan ke pasien lain.

Saat kami bertemu kembali dengannya dua

hari kemudian, ia pun menceritakan apa

yang ia alami. Tak lama setelah kami pergi, ia

tidur dengan masih merasakan sesak napas.

Kemudian ia bermimpi bahwa ada sosok

berjubah putih datang masuk dari pintu

kamarnya dan berdiri di samping tempat

tidur. Awalnya ia berpikir bahwa sosok

tersebut adalah staf medis yang mau

memeriksanya. Namun kemudian sosok itu

menumpangkan tangan di atas kepalanya

dan ia merasakan ada kelegaan dan damai

sehingga ia dapat tidur dengan nyenyak. Saat

ia bercerita, ia pun menyimpulkan bahwa

sosok yang datang tersebut adalah Isa

Almasih. Kami semakin menguatkannya dan

berkata bahwa ia sangat spesial dan

b e r h a r g a d i m a t a Tu h a n , A l l a h

memperhatikannya dan mendengar bahkan

menjawab doanya. Pada saat itu, hati dan

cara pandang saya pun diubahkan oleh

Tuhan. Tuhan membukakan bagaimana Ia

sangat mengasihi mereka dan rindu mereka

mengenal-Nya. Bahkan seperti tak ingin

berlama-lama, Ia segera mendatangi pria ini

dan memperkenalkan diri-Nya sesaat setelah

Page 32: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

32 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

pria ini berdoa dalam nama Isa Almasih.

Kalau Tuhan sendiri begitu mengasihi

mereka, bukankah saya sebagai anak-Nya

juga harus memiliki hati yang sama? Tiga

minggu kemudian pria ini berpulang ke

Rumah Bapa. Sungguh bersyukur untuk

kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya

sebelum ia dipanggil pulang.

Sampai akhir waktu magang, saya terus

melayani bersama tim ini untuk mem-follow

up para pasien yang terbuka kepada

pemberitaan kabar baik. Beberapa pasien

sudah pulang ke rumah mereka masing-

masing. Apabila mereka terbuka, kami akan

berkunjung ke rumah mereka dan

melanjutkan dengan proses pemuridan

yakni menceritakan kisah nabi-nabi dari

Perjanjian Lama yang menekankan kepada

pentingnya kurban keselamatan, bahwa

tidak ada pengampunan dosa tanpa adanya

kurban. Hal ini akan menjelaskan mengapa

Yesus Kristus harus mengorbankan diri-Nya

sebagai kurban agung bagi keselamatan

umat manusia. Jika mereka tetap terbuka,

pemuridan pun akan dilanjutkan dengan

kisah hidup Isa Almasih dan kemudian

m e r e k a a k a n d i t a n t a n g u n t u k

dipermandikan. Melalui pelayanan ini saya

semakin belajar untuk bergantung pada

pimpinan Roh Kudus. Bagian kita adalah

untuk memberitakan dan menabur Firman,

Roh Kuduslah yang menumbuhkannya dalam

hati mereka.

Selain pelayanan pemberitaan kabar baik

kepada pasien, saya diberikan kesempatan

untuk bergabung dengan Sekolah Minggu

yang dihadiri oleh anak-anak yang tinggal di

Hohidiai. Materi pelayanan anak yang telah

diberikan dalam MMC, terlebih lagi

pengalaman melayani di sekolah minggu

d e s a b i n a a n s e l a m a M M C s a n gat

mempersiapkan saya untuk pelayanan ini.

Begitu juga dengan pelayanan penyampaian

Firman Tuhan, saya diberikan kesempatan

untuk berkhotbah di hadapan para staf

Hohidiai dan di hadapan pasien yang tinggal

di sana. Walaupun masih merasa gugup, tapi

kekuatan dari Tuhan lah yang memampukan

saya untuk melakukannya.

Untuk itu sekali lagi saya ingin menaikkan

ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus

yang rencana-Nya indah dan tak terselami.

Tak pernah saya bayangkan akan pergi ke

Maluku Utara dan menikmati pelayanan di

sana khususnya penjangkauan kepada yang

b e l u m m e n g e n a l K r i s t u s . S a n g a t

berterimakasih kepada Persekutuan Medis

Nasional (PMdN) Perkantas yang telah

mengutus dan setia mendoakan, serta para

donatur yang telah memungkinkan

terlaksananya program follow up MMC ini.

Tak lupa berterima kasih pula untuk Yayasan

Hohidia i Maluku Utara yang telah

membukakan pintunya bagi saya hingga

boleh magang disana. Rencana saya

berikutnya adalah kembali ke Maluku Utara

dan melayani di sana minimal untuk 1 tahun

ke depan. Kiranya nama Tuhan yang

dipermuliakan hingga seluruh penjuru bumi.

Tuhan Yesus memberkati.

Page 33: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

33SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

INFOTAHUN JAMU

SEBAGAI BRAND INDONESIAOleh: dr. Prapti Utami, Msi

6

erbincangan istilah jamu seakan tak

pernah selesai. Dari sebutan: kuno, Ppahit, atau kesan yang rendah dan

banyak hal lainnya dari sebagian lapisan

masyarakat yang belum legowo menerima

sebutan jamu. Jamu sendiri berasal dari kata

djampi oesodo. Djampi artinya obat, dan

oesodo adalah sehat, disingkat jadi djamoe.

Sekarang , pengembangan jamu

Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

jamu Indonesia yang aman, berkhasiat dan

bermutu dengan dukungan industri yang

mandiri dan berdaya saing pada pasar global

dan terlaksananya integrasi jamu dalam

pelayanan kesehatan untuk meningkatkan

ku a l i ta s h i d u p d a n ke s e j a hte ra a n

masyarakat.

Adapun arah pengembangan Jamu

Nasional adalah:

?Pengembangan Jamu untuk Kesehatan

(fitofarmaka)

?Pengembangan Jamu untuk kecantikan

dan kebugaran

?Pengembangan jamu untuk makanan dan

minuman

?Pengembangan Jamu untuk wisata dan

keagamaan.

Tanggal 26 November lalu, ada peringatan 6

tahun jamu sebagai brand Indonesia yang

dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Dalam pidatonya, beliau sangat berharap

jamu yang merupakan aset budaya

dikembangkan lebih optimal. Adapun tema

besar peringatan itu adalah “Jamuku

Indonesiaku : Menghargai Warisan Budaya

Untuk Kemakmuran Bangsa”, dimana

melibatkan 5 narasumber. Dari kementrian

kesehatan yang diwakili oleh Prof dr Agus

Purwadianto, bidang akademis diwakili Prof

Latifah dari IPB, dari kebudayaan diwakili

Jaya Suprana, dari kalangan pengusaha

Irwan Sidomuncul, dan kementrian

perdagangan bapak Bayu yang banyak

berperan dalam pengembangan jamu

menjadi brand Indonesia.

Dari nara sumber, mengemuka,

pelestarian budaya jamu sebagai warisan

Page 34: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

34 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

sejarah dan budaya bangsa dan peradaban

dunia itu, menyangkut kedaulatan NKRI

tentang format pengakuan dan perlindungan

hukum elemen jamu dan tahap invensinya

(biopyracy dan bioprospecting). Disamping

itu, melibatkan kebijakan pemberdayaan

masyarakat melalui identitas geografi oleh

pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat sesuai sumber daya genetik dan

pengetahuan tradisional masing masing

daerah. Meluas lagi adalah pembangunan

populasi manusia Indonesia yang sehat, adil

dan beradab serta berkelanjutan.

Tantangan di depan sangat besar,

khususnya masalah sosiologis. Dibutuhkan

sinkronisasi arah litbang jamu antar

kementriandan. Integrasi elemen sistem

produksi belum optimal dan berorientasi

pada mutu, infratruktur, sistem informasi

dan data belum memadai, serta kontinuitas

agroindustri tanaman obat pemasok bahan

baku bermutu.

Di Indonesia dengan kekayan alam yang

luar biasa dan jumlah pulau dan keragaman

budaya membuat jamu menjadi memiliki

identitas lokal yang sangat beragam, ramuan

Jawa, Madura, ramuan Kalimantan,

Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali dan

Papua.

Masalah sosiologis yang sangat klasik

adalah lemahnya sistem pembiayaan dan

permodalan, kelembagaan penunjang

belum optimal seperti koperasi, lembaga

pembiayaan, konsultan dan standarisasi.dll.

Labilnya supply dan demand untuk

pengembangan jamu tradisi leluhur juga

menjadi bagian masalah sosiologis yang

sudah menahun.

Kajian praktis jamu telah terbukti secara

empiris, pada awal abad ke-19, di Semarang,

Surabaya, Yogyakarta dan Solo dan

sekitarnya, dimana jamu mulai diproduksi

pada skala rumah tangga untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat sekitar. Produsen

jamu rumah tangga tersebut yang saat ini

berkembang menjadi industri jamu nasional

yang cukup besar. Menurut data Riskesdas

2010 sebanyak 59,12% penduduk Indonesia

Page 35: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

35SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

menggunakan jamu atau obat tradisional dalam

menjaga kesehatan dan mengatasi gangguan

kesehatan.

Hasil riset Tanaman Obat dan Jamu (RISTOJA)

2012-Kemenkes : dari 246 etnis (sekitar 20% dari

etnis yang ada di Indonesia) telah tercatat 24.927

jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan

pengobatan.

Adapun strategi pengembangan harus

d i l a k u k a n d e n g a n l a n g k a h t e r p a d u ,

komprehensif, mulai dari hulu ke hiir dengan

melibatkan stakeholders (pemerintah, peneliti,

pelaku usaha, kalangan profesi dan masyarakat)

dengan tetap berlandaskan pada kewenangan

dan tugas, keahlian dan kemampuan masing

masing.

UU no 36 thn 2009 tentang kesehatan, pasal

48 bahwa “pelayanan kesehatan tradisional

merupakan bagian dari penyelenggaraan

k e s e h a t a n ” a r t i n y a , p e n g o b a t a n

tradisional(indigenous health system) diakui

sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan

(health care).

Peringatan 6 tahun Jamu Brand Indonesia

adalah sebuah gerakan - diharapkan menjadi

momen kebangkitan kesadaran masyarakat

untuk mengkonsumsi jamu dan mendorong

berkembangnya industri jamu.

Page 36: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

36 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

INFOEBOLA RESPONSE ROADMAPSITUATION REPORT UPDATE

25 OCTOBER 2014

SUMMARY

1. COUNTRIES WITH WIDESPREAD AND

INTENSE TRANSMISSION

A total of 10 141 confirmed, probable,

and suspected cases of Ebola virus disease

(EVD) have been reported in six affected

countries (Guinea, Liberia, Mali, Sierra

Leone, Spain, and the United States of

America) and two previously affected

countries (Nigeria, Senegal) up to the end of

23 October. There have been 4922 reported

deaths.

Following the WHO Ebola Response 1Roadmap structure , country reports fall into

two categories: 1) those with widespread

and intense transmission (Guinea, Liberia,

and Sierra Leone); and 2) those with or that

have had an initial case or cases, or with

localized transmission (Mali, Nigeria,

Senegal, Spain, and the United States of

America). An overview of the situation in the

Democratic Republic of the Congo, where a

separate, unrelated outbreak of EVD is

occurring, is also provided (see Annex 1).

A total of 10 114 confirmed, probable,

and suspected cases of EVD and 4912 deaths

have been reported up to the end of 18

October 2014 by the Ministry of Health of

Liberia, 21 October by the Ministry of Health

of Guinea, and 22 October by the Ministry of

Health of Sierra Leone (table 1). All but one

district in Liberia and all districts in Sierra

Leone have now reported at least one case of

EVD since the start of the outbreak (figure 1).

Of the eight Guinean and Liberian districts

that share a border with C te d voire, only two

are yet to report a confirmed or probable

case of EVD.

A total of 450 health-care workers

(HCWs) are known to have been infected

with EVD up to the end of 23 October: 80 in

Guinea; 228 in Liberia; 11 in Nigeria; 127 in

Sierra Leone; one in Spain; and three in the

United States of America. A total of 244

HCWs have died.

WHO i s undertak ing extens ive

investigations to determine the cause of

infection in each case. Early indications are

that a substantial proportion of infections

occurred outside the context of Ebola

treatment and care. Infection prevention and

control quality assurance checks are now

underway at every Ebola treatment unit in

the three intense-transmission countries. At

the same time, exhaustive efforts are

ongoing to ensure an ample supply of

optimal personal protective equipment to all

Ebola treatment facilities, along with the

provision of training and relevant guidelines

to ensure that all HCWs are exposed to the

minimum possible level of risk.

2. COUNTRIES WITH AN INITIAL

CASE OR CASES, OR WITH

LOCALIZED TRANSMISSION

Five countries (Mali, Nigeria, Senegal,

Spain, and the United States of America)

have now reported a case or cases imported

Page 37: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

37SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Table 1: Confirmed, probable, and suspected cases in Guinea, Liberia, and Sierra Leone

Country

Case definition

Cumulative Cases

Deaths

Confirmed 1312 732

Guinea Probable 194 194

Suspected 47

0

All 1553 926

Confirmed 965 1241

Liberia*

Probable 2106

803

Suspected 1594 661

All 4665 2705

Confirmed 3389 1008

Sierra Leone** Probable 37 164

Suspected 470

109

All 3896 1281

Total 10 114 4912

*For Liberia, 276 more confirmed deaths have been reported than have confirmed cases. **For

Sierra Leone, 127 more probable deaths have been reported than have probable cases. Data

are based on official information reported by Ministries of Health. These numbers are subject to

change due to ongoing reclassification, retrospective investigation and availability of laboratory

results.

from a country with widespread and

intense transmission.

Nigeria, there were 20 cases and eight

deaths. n Senegal, there was one case and

no deaths. However, following a successful

response in both countries, the outbreaks

of EVD in Senegal and Nigeria were

declared over on 17 October and 19

October 2014, respectively.

On 23 October, Mali reported its first

confirmed case of EVD (table 2). The patient

was a 2-year old girl who travelled from the

Guinean district of Kissidougou with her

grandmother to the city of Kayes in western

Mali, which is approximately 600 km from

the Malian capital Bamako and lies close to

the border with Senegal. The patient was

symptomatic for much of the journey. On 22

October the patient was taken to Fousseyni

Daou hospital in Kayes, where she died on on

24 October. At present, 43 contacts, of whom

10 are HCWs, are being monitored; efforts to

trace further contacts are ongoing. A WHO

team was already in Mali to assess the country

s state of readiness for an initial case. A rapid-

response team will also arrive in the coming

days.

Spain, the single case tested negative for

EVD on 19 October. A second negative test

was obtained on 21 October. Spain will

therefore be declared free of EVD 42 days

after the date of the second negative test if no

new cases are reported. A total of 83 contacts

are being monitored.

Page 38: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

38 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Figure 1: Geographical distribution of new cases and total cases in Guinea, Liberia,

and Sierra Leone

Data are based on official information reported by Ministries of Health. The boundaries

and names shown and the designations used on this map do not imply the expression

of any opinion whatsoever on the part of the World Health Organization concerning the

legal status of any country, territory, city or area or of its authorities, or concerning the

delimitation of its frontiers or boundaries. Dotted and dashed lines on maps represent

approximate border lines for which there may not yet be full agreement.

Page 39: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

39SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

There have now been four cases and one death (table 2) in the United States of America.

The most recent case is a medical aid worker who volunteered in Guinea and returned to New

York City on 17 October. The patient was screened and was asymptomatic on arrival, but

reported a fever on 23 October, and tested positive for EVD. The patient is currently in isolation

at Bellevue Hospital in New York City, one of eight New York State hospitals that have been

designated to treat patients with EVD. Possible contacts are being identified and followed up.

Two HCWs who became infected after treating an EVD-positive patient at the Texas

Presbyterian Hospital of Dallas, Texas, have now tested negative for EVD. Of a total of 176

possible contacts linked with these cases, 109 are currently being monitored; 67 have

completed 21-day follow-up. n Ohio, 153 crew and passengers who shared a flight with one of

the infected HCWs (prior to the patient developing symptoms) are being followed-up, though

they are considered low-risk and are not considered to be contacts.

Table 2: Ebola virus disease cases and deaths in Mali, Spain, and the United States of America

Country

Case definition

Cases

Deaths

Confirmed 1 1

Mali Probable * *

Suspected *

*

All 1 1

Confirmed 1 0

Spain Probable * *

Suspected *

*

All 1 0

Confirmed 4 1

United States of America Probable * *

Suspected *

*

All 4 1

Total 6 2

*No available data. Data are based on official information reported by Ministries of Health. These

numbers are subject to change due to ongoing reclassification, retrospective investigation and

availability of laboratory results.

ANNEX 1: CATEGORIES USED TO CLASSIFY EBOLA CASES

Ebola cases are classified as suspected, probable, or confirmed depending on whether

they meet certain criteria (table 3).

Page 40: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

40 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Table 3: Ebola case-classification criteria

Class ification

Criteria

Any person, alive or dead, who has (or had) sudden onset

of high fever and had contact with a suspected, probable

or confirmed Ebola case, or a dead or sick animal OR any

Suspected person with sudden onset of high fever and at least three

of the following symptoms: headache, vomiting, anorexia/

loss of appetite, diarrhoea, lethargy, stomach pain, aching

muscles or joints, difficulty swallowing, breathing

difficulties, or hiccup; or any person with unexplained

bleeding OR any sudden, unexplained death.

Any suspected case evaluated by a clinician OR any person

Probable who died from ‘suspected Ebola and had an

epidemiological link to a confirmed case but was not

tested and did not have laboratory confirmation of the

disease.

Confirmed A probable or suspected case is classified as confirmed

when a sample from that person tests positive for Ebola

virus in the laboratory.

ANNEX 2: EBOLA OUTBREAK IN

DEMOCRATIC REPUBLIC OF THE

CONGO

As at 21 October 2014 there have been

67 cases (38 confirmed, 28 probable, 1

suspected) of Ebola virus disease (EVD)

reported in the Democratic Republic of the

Congo, including eight among health-care

workers (HCWs). In total, 49 deaths have

been reported, including eight among HCWs.

Of 1121 total contacts, 1116 have now

completed 21-day follow-up. Of five contacts

currently being monitored, all were seen on

21 October, the last date for which data has

been reported. On 10 October, the last

reported case tested negative for the second

time and was discharged. The Democratic

Republic of the Congo will therefore be

declared free of EVD 42 days after the date of

the second negative test if no new cases are

reported. This outbreak is unrelated to the

outbreak that originated in West Africa.

ANNEX 3: RESPONSE MONITORING

LEGEND

This colorimetric scale is designed to

enable quantification of the level of

implementation of Ebola response in

affected countries, against recommended

priority actions and assessed needs. It is

based on the best information available

through secondary data review from open

sources and other reports. It does not report

on quality or adequacy of the actions taken.

Page 41: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

41SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

The Ebola Response Roadmap is available at: http://www.who.int/csr/resources/publications/ebola/response-roadmap/en/

Page 42: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

42 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

INFOADA KEBUN OBAT KANKER

HINGGA OBAT KUATDI TAWANGMANGU

e b u n t a n a m a n o b a t d i

Tawangmangu, Solo yang dikelola Koleh Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

Republik Indonesia.

Siang itu urdara terasa sejuk di Desa

Tlogo Dl ingo, Tawangmangu, Solo.

Pepohonan dan tanaman sambang colok

bewarna merah keunguan berjajar

memanjang di sisi kiri dan kanan jalan yang

tak terlalu lebar.Tak jauh dari situ, kecubung gunung yang bunganya seperti terompet menggantung pun menarik perhatian. Ada pengunjung yang mendekati tanaman itu, ada pula yang berlalu dan melihat tanaman lain.

Saat itu, seorang pria bertopi dan mengenakan sepatu boot plastik, datang menghampiri. Teguh namanya. Teguh adalah penanggung jawab kebun yang dikelola oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penel i t ian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia itu.Teguh kemudian mengantar rombongan para awak media bersama SOHO Global Health mengelilingi kebun seluas 13 hektar itu. Kawasan kebun tanaman obat ini dinamakan Reseach Station yang berada di ketinggian mencapai 1700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

“Tanaman tidak di semua tempat mau

hidup. Jadi harus di daerah tinggi,” kata

Teguh saat ditemui Senin (8/12/2014).

Sejumlah tanaman di kebun ini tak hanya

Page 43: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

43SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

indah dipandang, tapi juga bermanfaat bagi

kesehatan. Sambang colok tadi misalnya.

Tanaman itu dapat menjadi peluruh air seni.

Sementara itu, kecubung gunung dipercaya

dapat menjadi obat anti asthma.

Dian Maharani Silibium, tanaman obat

berbunga cantik ini berkhasiat sebagai

pelindung hati. Tanaman obat ini berada di

kebun yang dikelola oleh Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Litbangkes) Kementerian

Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia,

Tawangmangu, Solo.

Teguh membawa rombongan melewati

jalur khusus untuk berjalan kaki

mengelilingi kebun. Dari kebun ini pun

diketahui bahwa tanaman obat di Indonesia

tak hanya kunyit, temulawak, maupun jahe.

Ada tanaman lainnya seperti rusmarin

sebagai obat batuk, silibium untuk pelindung

hati, parijoto untuk sariawan, cemara kipas

sebagai penurun demam, pohon minyak

kayu putih untuk penghangat badan, hingga

piretrum yang buahnya digunakan sebagai

obat nyamuk bakar.

Salah satu tanaman obat yang sudah dikenal

dan ada di kebun ini adalah purwaceng.

Purwaceng dipercaya dapat meningkatkan

h o r m o n t e s t o s t e r o n p a d a p r i a ,

meningkatkan libido, dan meningkatkan

stamina sehingga dikenal sebagai obat kuat

tradisional.

Koleksi tanaman obat di sini mayoritas

merupakan tanaman asli Indonesia. Berbagai

macam tanaman obat juga berkhasiat untuk

mencegah hingga mengobati penyakit kronik

seperti kanker dan jantung. Di antaranya,

ashitaba yang dipercaya ampuh mencegah

pertumbuhan sel kanker. Daun tanaman asal

Jepang ini mirip dengan seledri. Kemudian,

daun digitalis purpurea yang berkhasiat

sebagai obat lemah jantung.

Cukup mudah mengenal sejumlah tanaman

ini karena dilengkapi dengan papan nama

Page 44: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

44 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

t a n a m a n d a n k h a s i a t n y a . Te g u h

mengatakan, semua tanaman obat di kebun

ini pun tanpa campur tangan bahan kimia.

SAINTIFIKASI JAMU

Kebun ini menjadi salah satu lokasi

penelitian para dokter yang mengikuti

pendidikan dan pelatihan untuk saintifikasi

jamu. Sejumlah tanaman di sini juga

diproduksi dan dijadikan jamu atau obat

tradisional.“Setelah pasca panen, kebutuhan dokter (akan jamu) berapa nanti kita cukupi,” kata Teguh.

Jamu tersebut bisa diberikan pada sejumlah

warga yang berobat ke Klinik Saintifikasi

Jamu Hortus Medicus B2P2TOOT Kemenkes

RI. Adapun resep jamu akan diberikan oleh

para dokter yang pernah menjalani

pendidikan dan pelatihan di B2P2TOOT

Kemenkes RI.

Mulai dari penanaman tanaman obat,

panen, pengumpulan bahan jamu, proses

racikan, hingga pemanfaatan jamu memang

dilakukan di B2P2TOOT Kemenkes RI yang

berada di kawasan Tawangmangu.

Kawasan ini pun menjadi area untuk

Sumber: www.kompas.com

masyarakat lebih mengenal tanaman obat.

Tak jauh dari Gedung B2P2TOOT, terdapat

etalase tanaman obat. Etalase in i

menampilkan tanaman obat dalam jumlah

sedikit yang berasal dari Sabang sampai

Merauke dan beberapa tanaman dari luar

negeri. Penataan taman pun cukup apik dan

memudahkan pengunjung mengenali

tanaman obat. “Sejumlah tanaman obat kita

koleksikan di sini. Etalase ini menggabungkan

aspek estetika, edukasi dan rekreasi,” kata

Yuli Widyastuti, peneliti B2P2TOOT.

Beberapa tanaman yang dapat dilihat di

etalase ini yaitu ekinase. Ekinase yang

berbunga cantik berwarna merah muda itu

berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan

tubuh. Sejumlah tanaman yang diciptakan

Tuhan ini ternyata menyimpan banyak

manfaat bagi kesehatan.

Page 45: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

45SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

ETIKAKOLEGIAL

SIAPA YANG MENENTUKANKEMATIAN SAYA

Oleh: dr. Fushen, M.H., M.M.

ada bulan Juli 2014, jauh dari bayang-

bayang pesta demokrasi di Indonesia Ptelah lahir sebuah peraturan

perundangan yang mengatur tentang

penentuan kematian dan donor organ, yaitu

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37

Tahun 2014 (selanjutnya akan disingkat

PMK37). Kelahirannya tidak banyak

mendapatkan sorotan, mungkin, tenggelam

karena kemeriahan pesta demokrasi yang

melanda Indonesia. Tetapi bila dicermati

peraturan ini sarat dengan dilema etika.

Dalam tulisan ini, saya akan mengulas secara

umum hanya mengenai penentuan

kematian, sedangkan ulasan mengenai

donor organ akan dibahas pada kesempatan

yang lain.

PMK37 merupakan amanat Pasal 123 (3)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan. Tujuan PMK37 seperti

t e r c a n t u m d a l a m P a s a l 2 u n t u k

m e m b e r i ka n ke p a st i a n h u ku m d a n

memberikan perlindungan terhadap pasien

dan keluarga pasien, tenaga kesehatan serta

fasilitas pelayanan kesehatan. Benarkah

tujuan tersebut dapat dicapai dengan

adanya PMK37?

Pada bagian umum dalam PMK37

menekankan bahwa penentuan kematian

menjunjung tinggi nilai dan norma agama,

moral, etika, dan hukum (Pasal 4 angka 2).

Pada bagian ini juga diatur pihak yang

berwenang melakukan penentuan kematian.

Peraturan ini mencantumkan dua jenis

penentuan kematian seseorang yaitu dengan

menggunakan kriteria diagnosis kematian

klinis/konvensional atau kriteria diagnosis

kematian mati batang otak.

K r i t e r i a d i a g n o s a k e m a t i a n

klinis/konvensional sebagaimana dimaksud

dalam didasarkan pada telah berhentinya

fungsi sistem jantung sirkulasi dan sistem

pernafasan terbukti secara permanen.

Penentuan Mati Batang Otak (MBO)

dideskripsikan dengan lebih detail dalam

PMK37, tetapi secara umum penentuan

MBO harus didahului dengan kondisi koma

dan apnea yang disebabkan oleh kerusakan

otak struktural ireversibel akibat gangguan

yang berpotensi menyebabkan mati batang

Page 46: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

46 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

otak, tanpa penyebab reversibel. Kedua jenis

penentuan kematian tersebut secara teknis

tidak terlalu banyak diperdebatkan.

Bagian yang sensitif dan kerapkali

menjadi perdebatan adalah penghentian

(with-drawing) atau penundaan (with-

holding) terapi bantuan hidup (life supports).

Salah satu kondisi yang mendorong

munculnya bagian ini adalah pasien yang

berada dalam keadaan yang tidak dapat

disembuhkan akibat penyakit yang

dideritanya (terminal state) dan tindakan

kedokteran dianggap sudah sia-sia

(futile).Penentuan kriteria kondisi tersebut

ditetapkan oleh Direktur atau Kepala Rumah

Sakit (Pasal 14 angka 2). Pada bagian ini tentu

kita menyadari bahwa ada potensi bahwa

seseorang dengan kondisi yang sama dapat

memperoleh perlakuan yang berbeda terkait

terapi bantuan hidup di RS yang berbeda

(bahkan bila pasien tersebut diasumsikan

berada pada RS dengan kelas yang sama dan

fasilitas yang sama). Artinya pasien mungkin

tidak harus mati bila mendapatkan terapi

bantuan hidup jika ia memilih RS tertentu.

PMK37 cukup baik dengan mengatur

bahwa penghentian atau penundaan terapi

bantuan hidup harus melalui mekanisme

konsultasi dengan tim khusus yang dibentuk

oleh RS dan pemberian informasi kepada

keluarga serta syarat persetujuan dari

keluarga. Pada pasal 14 (6) juga jelas diatur

bahwa oksigen, nutrisi enteral, dan cairan

kristaloid tidak dapat dihentikan atau

ditunda pemberiannya.

Menurut saya Pasal 15 merupakan

bagian yang berpotensi menimbulkan

kerancuan pelaksanaan penghentian atau

penundaan terapi bantuan hidup. Secara

sederhana keputusan untuk hal tersebut

melibatkan pasien, tim dokter, dan keluarga

pasien. PMK37 memberikan otoritas mutlak

pada pasien untuk menentukan terapi

bantuan hidup apabila pasien dalam kondisi

kompeten. Otoritas ini menjadi sedikit rancu

ketika pasien berada dalam kondisi tidak

kompeten. Otoritas pasien yang tidak

kompeten dapat dialihkan dalam bentuk

wasiat pesannya tentang hal ini (advanced

directive) baik dalam hal pesan spesifik

maupun pendelegasian pembuat keputusan

(surrogate decision maker).

Wasiat yang spesifik terhadap keadaan

futile seringkali menjadi dilema etika karena

asumsi bahwa pesan tersebut dapat dibuat

pada waktu yang jauh berbeda dengan

kondisi saat pasien mulai tidak kompeten.

Misalnya wasiat dibuat saat pasien masuk RS

dalam kondisi sadar, sakit ringan, dan belum

memikirkan tentang kemungkinan terburuk

yang dapat terjadi dengan dirinya. Atau

kondisi yang berbeda misalnya ketika

membuat wasiat pasien sedang memiliki

masalah keluarga dan/atau ekonomi,

sedangkan saat pasien tidak kompeten

ternyata masalah keluarga dan/atau

ekonomi telah terselesaikan. Pada kondisi

seperti ini, benarkah hidup pasien

terlindungi oleh PMK37?

Pada bag ian in i juga terdapat

pernyataan keluarga pasien dapat meminta

dokter untuk melakukan penghentian atau

penundaan terapi bantuan hidup atau

meminta menilai keadaan pasien untuk

penghentian atau penundaan terapi bantuan

hidup. Kondisi tersebut dapat dilakukan

Page 47: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

INFO

47SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

dengan syarat pasien tidak kompeten dan

belum berwasiat, namun keluarga pasien

yakin bahwa seandainya pasien kompeten

akan memutuskan seperti itu, berdasarkan

kepercayaannya dan nilai-nilai yang

dianutnya. Hal ini juga sering menjadi

kontroversi ketika pasien tidak memiliki

hubungan yang baik dengan keluarganya.

Apakah kondisi ini menunjukkan bahwa

pasien terlindungi oleh PMK37?

Pertentangan pada bagian ini juga

ditunjukkan dengan hak keluarga pasien

untuk meminta penghent ian atau

penundaan terapi bantuan hidup (1), tetapi

keputusan ada di tangan tim dokter (2).

Bagaimana bila keluarga pasien meminta hal

tersebut, tetapi tim dokter memberikan

pendapat yang berbeda? PMK37 berusaha

memberikan solusi pada bagian (6), yaitu

dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara

permintaan keluarga dan rekomendasi tim

yang ditunjuk oleh komite medik atau komite

etik, dimana keluarga tetap meminta

penghentian atau penundaan terapi bantuan

hidup, tanggung jawab hukum ada di pihak

keluarga.

Pasal 15 (6) yang seharusnya merupakan

solusi dari potensi konflik menurut saya

menimbulkan ketidakjelasan dalam

p e l a ks a n a a n nya . B a g i a n i n i t i d a k

menjelaskan secara eksplisit siapa yang

menjadi pengambil keputusan terakhir,

tetapi menunjukkan proses pengalihan

tanggung jawab hukum kepada pihak

keluarga pasien apabila terjadi perbedaan

pendapat. Dalam bidang hukum terdapat

pr ins ip bahwa set iap orang harus

bertanggungjawab terhadap perbuatan yang

dilakukannya sehingga proses pengalihan

tanggung jawab hukum antar individu yang

kompeten sebenarnya tidak akan pernah

terjadi.

Secara global PMK37 berusaha

memberikan kepast ian hukum dan

perlindungan terhadap pasien, keluarga

pasien, tenaga kesehatan, dan fasilitas

layanan kesehatan. Namun, dalam peraturan

ini masih ditemukan potensi konflik pada

pelaksanaannya. Salah satu hal yang perlu

mendapatkan kr i t ik ada lah be lum

tercapainya perlindungan yang layak bagi

pasien. Selain itu, pemerintah juga belum

memberikan kebijakan yang menjadi solusi

untuk pembiayaan kesehatan pada pasien

yang membutuhkan terapi bantuan hidup.

Dari peraturan ini banyak hal yang dapat

kita pelajari sebagai orang kristen. Dilema

etika yang muncul menuntut kita untuk

memiliki pengetahuan yang cukup di bidang

etika, mendorong kita untuk memiliki

keterampilan medis dan sosial yang baik,

serta mengingatkan kita untuk tetap setia

dalam iman kita. Hal apa yang dapat kita

kerjakan untuk mewujudkan kesehatan yang

adil?

Page 48: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

48 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

DARISUKU KE SUKU

SUKU LAUJESUKU YANG SAMAR-SAMAR

Suku Lauje, adalah suatu komunitas suku

yang berada di kecamatan Tinombo dan

teluk Tomini kabupaten Parigi Moutong

provinsi Sulawesi Tengah Indonesia.

Samar-samar

Suku Lauje ini bermukim mulai

kecamatan palasa sampai kecamatan

Tinombo. Suku Lauje dipimpin oleh Olongian

(kepala suku). Suku ini mengadakan upacara

adat kesyukuran yang d i ist i lahkan

Momasoro setiap tahun sekali. Upacara adat

Momasoro dilaksanakan selama 7 hari,

selama kegiatan upacara, setiap malam

diadakan diskusi dengan para Sando atau

anggota suku yang tubuhnya dimasuki roh

halus. Upacara adat ini diakhiri dengan

pelepasan perahu di muara sungai Tinombo.

Suku Lauje Siavu yang berdiam di

pegunungan di sepanjang Teluk Tomini

provinsi Sulawesi Tengah. Suku Lauje Siavu,

suku Lauje Tinombo

terdiri dari 3 klan, dan terdiri dari 44

keluarga, dengan populasi 206 orang. Suku

Lauje Siavu masih mempertahankan tata

cara hidup sederhana, terpencil dan

mempertahankan cara-cara kuno, seperti

yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.

Suku Lauje dengan embel-embel "siavu",

istilah siavu berarti "samar-samar". Ini

karena puncak pegunungan ini selalu diliputi

kabut tebal, sulit terlihat. Istilah siavu identik

dengan masyarakat yang tetap bertahan di

dataran tinggi, tak terlihat dan terasing.

Masyarakat suku Lauje di Parigi Moutong

kecamatan Tinombo, mempunyai tradisi unik

dalam menerima tamu atau pembesar yang

baru berkunjung ke daerahnya. Mereka akan

menyambutnya dengan Tari Perang yang

d i m a i n k a n o l e h 4 l a k i - l a k i y a n g

menggunakan guma (parang panjang), serta

dua orang yang memegang tombak. Tarian

ini juga diiringi musik yang terdiri dari

susulan balok kayu, gendang dan gong besar.

Tari Perang ini disebut juga sebagai Meaju.

Biasanya dilaksanakan saat menerima tamu.

Saat tari berlangsung dan tamu diarak, 3

orang anggota komunitas suku Lauje

memainkan alat musik yang terdiri dari

Tadako, Kulintang, Gimbale (gendang) dan

Page 49: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

49SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

suku Lauje Siavu

Gong besar.

Suku Lauje dalam bertahan hidup, masih

menjalankan cara-cara lama, seperti berburu

binatang liar di hutan, atau memanfaatkan

hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan

hidup mereka. Beberapa dari mereka telah

mencoba teknik bercocok tanam, walau

masih sangat sederhana, tetapi hal ini sudah

membuat suku Lauje selangkah lebih maju

dari sebelumnya.

Sanitasi yang kurang baik

Di tahun 2010, ada 18 orang warga suku

Lauje (masyarakat asli) di Kecamatan

Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong,

Sulawesi Tengah, meninggal dunia akibat

diare. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten

Parigi Moutong, data tersebut merupakan

total korban yang meninggal dunia sejak

bulan Oktober-November.

Waktu itu, warga yang meninggal adalah

warga Dusun Patingke. Kemudian warga dari

Dusun Nanaan masing-masing Minyatia,

Irma, Ali, Adan, Leti, Udo dan Jeme dan dari

dusun Bobontolan tercatat dua orang

korban, yaitu Irawati dan Anita, serta dari

Dusun Gondolan dan dusun Tompeng

masing-masing satu orang korbam.

Salah satu penyebab wabah itu adalah,

sanitasi yang kurang baik dari masyarakat.

Mereka memiliki kebiasaan hidup yang

kurang baik dari sisi kebersihan lingkungan,

utamanya sanitasi sekitar rumah tempat

tinggal. Mereka adalah warga asli yang

memilih bertempat tinggal di kawasan

pegunungan.

Wilayah yang terserang wabah diare

merupakan kawasan Komunitas Adat

Terpencil (KAT). Akses jalan menuju lokasi

sangat sulit. karena letak topografinya yang

berada di atas pegunungan dan berjurang.

*/tnp, dari beberapa sumber.

Page 50: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

50 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

SANA-SINI

Page 51: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

51SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Sumber: www.ripley’s.com

Page 52: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

52 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

SALAMMARIA MEMILIHUNTUK TAAT

etika seluruh tulisan dalam majalah

Samaritan tahun ini mengacu kepada Ktopik “Totalitas dan Terbaik dalam

Pa n g g i l a n ”, m a ka p e r i s t i wa n ata l

sesungguhnya memperkenalkan kita kepada

sosok Maria, yang dari awal hingga akhir

perjalanan hidupnya merefleksikan sebuah

kehidupan yang habis terpakai untuk

menghidupi panggilannya sebagai ibu dari

Yesus, Sang Juru Selamat umat manusia.

Kita mulai berkenalan dengan tokoh

Maria ketika Kitab Injil memberitakan

tentang kelahiran Yesus. Maria tiba-tiba saja

hadir sebagai seorang perawan yang disapa

malaikat Gabriel sebagai wanita yang

mendapat kasih karunia di hadapan Allah

dan diberikan tugas untuk mengandung dan

melahirkan Yesus, Anak Allah Yang

Mahatinggi. Dalam keterkejutan yang luar

biasa Maria memutuskan untuk berkata,”

Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;

jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

(Lukas 1:26-38)

Saya tidak bisa membayangkan gejolak

perasaan dan bingungnya seorang gadis

sebelia Maria menerima mandat yang begitu

berat, apalagi mengingat dia sudah

bertunangan dengan Yusuf pada saat itu dan

membayangkan stigma sosial yang akan

diterimanya dari masyarakat sebagai wanita

yang hamil sebelum menikah. Namun

menarik, memperhatikan bagaimana Maria

memprioritaskan panggilan Tuhan atas

hidupnya lebih dari semua rencana yang

telah dirancangnya bersama Yusuf dan lebih

dari semua kekuatiran akan akibat yang akan

ditanggungnya dan alasannya sangat jelas

seperti ayat alkitab yang dikutip di atas, yaitu,

Maria memilih untuk taat karena menyadari

posisinya sebagai hamba Tuhan.

Beratnya perjalanan kembali ke

kampung halamannya dalam kondisi hamil

tua dan tidak menemukan tempat bersalin

ya n g l aya k t i d a k l a h m e m b u a t nya

mempertanyakan pimpinan Tuhan. (Luk. 2:1-

7). Demikian juga ketika harus menyingkir ke

Mesir untuk menghindari kejaran Raja

Herodes yang ingin membunuh bayinya,

Maria menjalaninya dengan taat. (Mat. 3:13-

15) Ketika harus membesarkan anak yang

sesungguhnya dari benih Ilahi dan pernah

ditegaskan Yesus ketika Dia 'terhilang' dari

rombongan dalam perjalanan kembali dari

perayaan di Yerusalem,”Mengapa kamu

mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa

Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”

(Luk. 2:49), Maria hanya menyimpan semua

perkara itu di dalam hatinya. Dia hanya

meneruskan tugasnya sebagai ibu dengan

bertanggung jawab seperti yang dicatat

dalam Lukas 2:52: “Dan Yesus makin

bertambah besar dan bertambah hikmat-

Nya dan besar-Nya dan makin dikasihi oleh

Allah dan manusia”.

Lalu, saat perkawinan di Kana, saat

Yesus memulai pelayanan dan mengadakan

mujizat pertama kali (Yoh. 2:1-11), sampai

dengan menyaksikan dari dekat drama

Page 53: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

53SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

penyiksaan dan penyaliban Yesus (Yoh.19:

25), Anak Allah yang pernah menghuni

rahimnya selama 9 bulan dan dilahirkannya

dengan penuh perjuangan, sungguhlah jauh

dari kemampuan kita sebagai manusia

normal untuk menerimanya. Saya salut

dengan cara sutradara Mel Gibson

memvisualisasikan kepedihan seorang Maria

ketika Yesus meregang nyawa dalam film The

Passion of Christ, namun saya yakin itu masih

jauh dari yang sesungguhnya harus

ditanggung oleh seorang Maria.

Saya juga tidak bisa membayangkan

perasaan Maria saat menjadi saksi dari

kebangkitan (Mar. 16:1-8) dan kenaikan

Yesus ke surga (Kis. 1:1-14). Saya

membayangkan, mungkin Maria dalam

keharuan dan ketakjuban akan bernafas lega

dan berucap “Terima kasih Tuhan, walau

awalnya saya tidak pernah berfikir semua

akan berakhir seperti ini, aku telah

menjalankan panggilanku dengan setia, saya

telah mendampinginya sampai akhir”.

Saya ingin menutup renungan ini dengan

mengutip syair lagu: “Christmas isn't

Christmas, 'till it happens in your heart.

Somewhere deep inside you is where

Christmas really starts. So give your heart to

Jesus, you'll discover when you do that's

Christmas really Christmas for you…”

Lagu ini mengalun merdu ketika semua

hadirin mengambil saat teduh dalam Ibadah

Natal Perkantas, awal Desember lalu. Lagu

ini kembali mengingatkan saya tentang

pentingnya mengalami kehadiran Yesus

dalam hati saya secara pribadi untuk

m e m a h a m i m a k n a N a t a l y a n g

sesungguhnya. Saya membayangkan kalau

Maria hadir dalam ibadah natal tersebut

maka dia akan mengangguk-anggukkan

kepalanya sebagai tanda setuju terhadap apa

yang dikatakan dalam lagu tersebut, seraya

bersaksi bahwa dalam seluruh kehidupannya

sebagai ibu dari Yesus, dia telah mengalami

banyak pergumulan dan memiliki banyak

pertanyaan, namun keputusannya untuk

taat sebagai hamba Allah dan menyambut

Yesus dalam kehidupannya serta totalitasnya

dalam menjalani panggilannya, telah

menjadikannya wanita yang pal ing

berbahagia di muka bumi.

Akhirnya, para sahabat PMdN yang saya

kasihi, kiranya Natal tahun ini menjadi

momen yang spesial buat para sahabat dan

keluarga, karena kita menyambut-Nya

sebagai Juru Selamat dan Tuhan atas hidup

kita. Marilah kita masuki tahun 2015 dengan

penuh suka cita dan bersemangat, bahkan

ketika pergumulan untuk sebuah totalitas

dan terbaik dalam panggilan, tidaklah

pernah menjanjikan jalan yang mudah. Saya

berdoa kiranya '… Christmas really Christmas

for you…”. Tuhan Yesus memberkati kita

semua.

dr. Lineus Hewis, Sp.A

(Ketua PMdN/ CMDFI)

Page 54: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

54 SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

Segenap Redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan StafPelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas

Mengucapkan:

ANTAR KITA

Selamat Ulang Tahundr. Magdalena Tobing 01 Nopember

dr. Alexander M.J. Saudale,SpPD 02 Desember

dr. Ida Bernida Sp. P 02 Nopember dr. Imelda Sastradibrata 03 Nopember

dr. Jefferson Nelson Munthe, SpOG 05 Nopember

dr. Mercy Monica Pasaribu 06 Nopember

dr. Andreas Infianto, MM 07 Nopember dr. Partogi Tua S 07 November

dr. Rita Astriani Noviati 08 Nopember

dr. Handy Intan, SpOG 08 Nopember

dr. Delia Marpaung 08 Nopember

dr. Novika Pristiwati 09 November dr. Ruth Minar N.Sitorus 10 Nopember

dr. Cahyo Novianto,MSiMed, SpB 10 Nopember dr. Ronald Efraim Pakasi 11 Desember

drg. Hilda Suherman 11 Nopember

drg. Alfrida Marsinta P 14 Nopember

drg. Hanny Christina W. 15 Nopember dr. Renata Marpaung 15 Nopember

dr. Shinta B. 15 Nopember

dr. Herlina Eka Shinta 15 Nopember

dr. Susi Hartati Novintry Sitorus 15 November dr. Erlyn Limoa ,SpKJ 17 Nopember

dr. Karlince Sitanggang 18 November

dr. Edi Kristanto 18 Nopember dr. Yusak Siahaan 20 November

dr. Zwingly Porajow 20 Nopember

dr. Nova Juliana Sagala 21 Nopember

dr. Levina S. Pakasi 21 Nopember drg. Daisy Novira, MARS 22 Nopember

Page 55: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

55SAMARITAN Edisi 3 Tahun 2014

ANTAR KITA

dr. Donna Pandiangan 25 Nopember

dr. Benny T.M. Togatorop 24 Nopember

dr. Lucy Nofrida Siburian 29 November

dr. Lucy Nofrida Siburian 29 November drg. Lince Devitrianto 01 Desember

drg. Destrin 01 Desember

dr. Sugianto 02 Desember dr. Naomi Felisia Tika 02 Desember

dr. Yonathan Kristiono Gunadi 05 Desember

dr. Sinthania karunia M T 07 Desember

dr. Desta Ardini 08 Desember dr. Arida S.D. Sumbayak 09 Desember

dr. Dodi Hendradi, SpOG 09 Desember

dr. Daniel Budiutomo 12 Desember dr. Sisca N. Siagian 15 Desember

dr. Timotius Dian P,Sp.A, Sp.KJ, MHA 15 Desember

dr. Anne Maria Sihotang 16 Desember

drg. Marice Herlina 17 Desember drg. Eveline M.Liman, SpKG 17 Desember

dr. Lukas Daniel Leatemia 17 Desember

drg. Setiawan Kusuma 19 Desember dr. Purnama Nugraha 20 Desember

dr. Dessy Setiawati 20 Desember

dr. Purnama Nugraha 20 Desember

dr. Budiani Christina N.M 22-Desember dr. Hannah Kiati Damar,SpKK 22 Desember

dr. Merry Anne Natalina S 23 Desember

dr. Natalina Soesilawati, SpA 24 Desember

dr. Indah Puspajaya 26 Desember dr. Herfina Yohanna Nababan 27 Desember

Page 56: Samaritan edisi tahun 2014 versi pdf

[COVER BELAKANG]