Upload
kinta-dkurchachi
View
51
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ghgjg
Citation preview
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KANKER LEHER RAHIM
SGD 3 :NI KADEK AYU PURNAMAYANI (0802105003)
NI LUH PUTRI SUWANDEWI (0802105013)
A. A. SAGUNG CITRA KUMALA DEWI (0802105018)
NI MADE ALIT NOPIANTI (0802105028)
KOMANG TRI DESI LOPITA R. (0802105032)
NI KOMANG AYU ARIATI (0802105035)
PUTU ITA PURWANTI DIANSARI (0802105045)
A. A. GEDE PUTRA SUMADI (0802105054)
NI KOMANG AYU SURYA DEWI (0802105059)
I GUSTI NGURAH JUNIARTHA (0802105072)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN KANKER LEHER RAHIM
PADA MASYARAKAT BR. BUAGAN, DESA PEMECUTAN KELOD,
KECAMATAN DENPASAR BARAT
Satuan Acara Pendidikan Kesehatan
Hari/Tanggal : Jumat, 8 April 2011
Waktu : 45 menit
Tempat Pelaksanaan : Balai Br. Buagan, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat
Sasaran : Ibu-ibu PKK Br. Buagan
Topik Kegiatan : Kanker Leher Rahim
Sub Topik : 1. Pengertian dan Penyebab Kanker Leher Rahim
2. Tanda dan Gejala Kanker Leher Rahim
3. Pengobatan dan Pencegahan Kanker Leher Rahim
4. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
A. LATAR BELAKANG
Kanker rahim (serviks) adalah satu dari sekian kanker yang paling menakutkan bagi
wanita. Angka harapan hidup yang minim dan mahalnya pengobatan bila terserang,
membuat kanker rahim kian terasa mengerikan bagi siapa pun. Namun justru karena
tingkat bahaya dan mahalnya bahaya mengatasi derita kanker rahim inilah, kita perlu
mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit satu ini agar kita punya cukup
bekal dalam menghadapi perang melawan kanker.
Kanker rahim disebut juga kanker serviks atau kanker leher rahim, atau kanker mulut
rahim menyerang bagian mulut/leher rahim. Bagian ini adalah bagian bawah rahim yang
menonjol atau menjorok ke rongga dalam vagina.
Kanker rahim termasuk penyakit pembunuh wanita No. 1 di dunia. Departemen
Kesehatan RI menyatakan bahwa sampai saat ini terdapat rata-rata 100 kanker rahim
setiap 100.000 penduduk Indonesia per tahunnya. Itu berarti terdapat 200.000 kasus per
tahun. Sementara data Yayasan Kanker Indonesia (2007) menyebutkan angka yang lebih
“hebat”, 500.000 perempuan di Indonesia terdeteksi telah mengidap kanker serviks setiap
tahun dan separuhnya meninggal akibat kanker tersebut. Sementara untuk seluruh dunia,
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 1
jumlah pengidap penyakit pembunuh ini mencapai 2,2 juta jiwa per tahun. Data
Departemen Kesehatan menyebutkanbahwa 70% pasien kanker rahim di rumah sakit
datang sudah dalam keadaan stadium lanjut. Inilah yang membuat angka harapan hidup
mereka di bawah 50% ketika memasuki perawatan rumah sakit.
Kanker serviks menduduki urutan pertama dalam jumlah kasus kanker di daerah-daerah
berkembang, sementara di negara maju hanya menempati urutan ke-10. Ini berarti,
tingkat pemahaman dan informasi mengenai penyakit ini cukup penting dalam upaya
mengurangi angka kematian yang diakibatkannya. Jenis kanker ini sering ditemukan
pada wanita berumur 35-55 tahun dan dalam keadaan aktif secara seksual. Secara umum
wanita tidak berhubungan seksual bebas dari ancaman kanker rahim, namun tidak
mustahil ada faktor risiko lain yang membuatnya tetap mungkin terjangkit kanker rahim.
Sel kanker berasal dari gangguan terhadap DNA atau informasi gen pengontrol
pertumbuhan sel. Tubuh kita memiliki mekanisme otomatis untuk menggurkan sel tua
dan membelah sel aktif untuk meregenerasi. Pada kondisi normal terddapat susunan
informasi dalam DNA dalam inti sel yang mengontrol proses tersebut. Jika jumlah sel
baru yang dibutuhkan telah mencukupi, proses akan berhenti dengan sendirinya. Pada
kasus terjadinya kanker, gangguan melanda pusat informasi (DNA) inti sel yang
berakibat pada pebelahan sel yang tidak terkontrol. Akibatnya sel baru berlebih dan
membentuk jaringan aktif yang menggumpal, inilah yang disebut tumor.
Pada awal munculnya tumor ini, risiko kanker belum begitu besar, namun akibat
mekanisme tubuh yang tidak mampu menahan, gumpalan tumor dapat berkembang
hingga mengalami proses pembentukan Angiogenesis (pembuluh darah baru) yang
menyuplai darah dan nutrisi kepada sel kanker tumor yang sekarang sudah bisa disebut
sabagai tumor ganas atau kanker. Pada tahap ini, pembuluh darah bisa berkembang lebih
pesat dari pembuluh darah normal dan cenderung “menyerobot” nutrisi. Tidak heran, jika
penderita kanker umumnya mengalami penurunan berat badan yang drastis. Sel kanker
ini pada tahap selanjutnya dapat bermetastasis, yaitu beberapa selnya mengalir bersama
darah dan berhenti serta berkembang di tempat lain, misalnya paru-paru dan sebagainya.
Apa yang menyebabkan sel kanker mulut rahim dapat berkembang tanpa kontrol? Para
ahli telah menyimpulkan penemuan virus penyebab kanker rahim. Virus ini bernama
Human Papilloma Virus (HPV). HPV menyebabkan beberapa sel mengalami mutasi gen,
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 2
dan berkembang secara abnormal. Proses perkembangan tahap pertama ini membutuhkan
waktu bertahun-tahun hingga tahap dimana terbentuk Angiogenesis (pembuluh darah
kanker). Umumnya penderita mengetahui bila dirinya terserang kanker setelah sel tumor
menjadi kanker dan berkembang, bahkan telah bermetastasis di organ tubuh lainnya.
Tahap pertama ketika sel termutasi oleh pengaruh HPV, sel mengalami kelainan epitel
dan memiliki pola pembelahan yang tidak terkontrol. Tahap ini disebut displasia. Dari
displasia, sel terus berkembang dan bertambah hingga menjadi karsinoma in situ (KIS),
yaitu tumor yang telah terbentuk namun belum memiliki jaringan pembuluh darah, dan
relatif masih bisa dipisahkan melalui operasi atau penyinaran. Tahap ini disebut tahap
pra-kanker. Untuk mencapai tahap KIS biasanya diperlukan waktu 1-7 tahun.
Dari KIS ini, sel terus berkembang hingga menjadi tumor ganas atau karsinoma invasi
yang telah memiliki jaringan pembuluh darah dan berkemampuan menyebar ke area
sekitarnya atau bahkan berpindah tempat ke organ lainnya. untuk berproses menjadi
karsinoma invasi ini dibutuhkan waktu selama 10-20 tahun. Jadi, sebenarnya
perkembangan kanker rahim membutuhkan waktu panjang, sehingga jika kita mampu
mendeteksi sejak dini, maka risiko yang fatal bisa kita hindari.
Melihat bahaya dan risiko dari kanker serviks, maka usaha pengendalian penyakit berupa
pencegahan dan pengobatan perlu dilaksanakan seintensif mungkin, salah satunya
dengan melaksanakan penyuluhan tentang kanker serviks kepada masyarakat. Melalui
penyuluhan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat sehingga
masyarakat bisa melakukan tindakan preventif agar tidak terjadi komplikasi yang lebih
lanjut.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 45 menit diharapakan peserta dapat
mengerti dan memahami mengenai Penyakit Kanker Leher Rahim.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan peserta dapat:
1) Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian dan penyebab kanker leher
rahim.
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 3
2) Mengetahui dan mampu menyebutkan tanda dan gejala kanker leher rahim.
3) Mengetahui dan mampu menyebutkan pengobatan dan komplikasi kanker leher
rahim.
4) Mengetahui dan mampu menyebutkan cara deteksi dini kanker leher rahim.
C. PESERTA PENYULUHAN
Ibu-ibu PKK Br. Buagan, Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat dengan
jumlah 50 orang.
D. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara penyuluhan Kanker Leher Rahim adalah mahasiswa semester enam
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
E. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. STRATEGI PELAKSANAAN
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan Mengucapkan salam
Melakukan perkenalan diri
Menyampaikan maksud dan tujuan
Mengadakan kontrak waktu
5 menit
Kerja Penyuluh menjelaskan mengenai:
1. Pengertian dan penyebab kanker leher rahim
2. Tanda dan gejala kanker leher rahim
3. Pengobatan dan komplikasi kanker leher rahim
4. Cara deteksi dini kanker leher rahim
15 menit
Tanya jawab 15 menit
Penutup Menyimpulkan seluruh materi yang diberikan dan
mengevaluasi jalannya ceramah.
10 menit
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 4
Mengakhiri kontrak
Melakukan evaluasi kegiatan
Salam penutup
Jumlah 45 menit
G. MEDIA DAN ALAT
1. Leaflet
2. Power Point
H. SETTING TEMPAT
Keterangan gambar:
1. Penyuluh
2. Peserta
3. Pembawa acara
4. Fasilitator
5. Observer
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 5
1
4
2 2
22
3
2
5
24
4
4 2 2
2 2 4
I. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Putu Ita Purwanti Diansari (0802105045)
Pembawa Acara : Ni Luh Putri Suwandewi (0802105013)
Observer : Ni Kadek Ayu Purnamayani (0802105003)
Fasilitator : A. A. Sagung Citra Kumala D. (0802105018)
Ni Made Alit Nopianti (0802105028)
Komang Tri Desi Lopita R. (0802105032)
Ni Komang Ayu Ariati (0802105035)
A. A. Gede Putra Sumadi (0802105054)
Ni Komang Ayu Surya Dewi (0802105059)
I Gusti Ngurah Juniartha (0802105072)
J. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan 2 hari sebelum kegiatan dan informasi
kepengurusan 1 hari sebelum kegiatan.
Evaluasi Proses
Kegiatan berlangsung tepat waktu
Peserta yang hadir 80% dari jumlah total
peserta
Tempat : Balai Banjar Buagan, Desa
Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat
Peserta yang aktif bertanya 20% dari total
peserta.
Evaluasi Hasil
a) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali pengertian dan penyebab
kanker leher rahim.
b) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali tanda dan gejala kanker leher
rahim.
c) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali pengobatan dan pencegahan
kanker leher rahim.
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 6
d) Peserta mengerti dan dapat menjelaskan kembali cara deteksi dini kanker leher
rahim.
K. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Materi
Soal
Leaflet
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 7
Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN KANKER LEHER RAHIM
PADA MASYARAKAT BR. BUAGAN, DESA PEMECUTAN KELOD,
KECAMATAN DENPASAR BARAT
A. DEFINISI
Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel-sel
abnormal secara cepat dan akhirnya mengganggu kinerja sel-sel normal (Nurcahyo,
Jalu. 2009).
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel
yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut
squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan,
Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo).
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (Anonim 1,
2009).
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks
merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Anonim 2, 2009).
Jadi kesimpulannya, kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang
terjadi pada serviks atau leher rahim yang terletak di antara rahim dan vagina.
B. ETIOLOGI
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 8
Virus (HPV) dan spermatozoa. Karsinoma serviks timbul di sambungan
skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks
ialah perilaku seksual berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan
lain-lain. Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain adalah :
1. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi
genetik dari orang tua ke anaknya.
2. Usia
Peningkatan usia seseorang selalu diiringi dengan penurunan kinerja organ-
organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu membuatnya relatif mudah terserang
berbagai infeksi. Kanker leher rahim berpotensi paling besar berada usia
antara 35 – 55 tahun.
3. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker
serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan
hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih
besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.
4. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa berganti-ganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah
infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks
menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang
atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor
pendamping.
5. Kebiasaan merokok
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 9
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan,
lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang dapat
menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi
virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @ piren yang dapat memicu
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang dapat menjadi mediator
terbentuknya displasia sel epitel pada serviks. Asap tembakau yang dihirup
dari asap rokok juga mengandung Polycyclic aromatic hydrocarbon
heterocyclic nitrosamines. Zat ini akan turut diedarkan oleh darah ke seluruh
tubuh. Para ahli telah menemukan fakta bahwa kandungan asap tembakau
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus.
6. Pemakaian Celana Ketat
Faktor ini memang tidak secara langsung memunculkan sel kanker. Seperti
diketahui, di daerah vulva dan vagina terdapat banyak sekali mikroorganisme
yang sebagian kecilnya berpotensi infeksi. Pemakaian celana ketat dapat
meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak daya hidup sebagian
mikroorganisme dan mendukung perkembangan sebagian mikroorganisme
lainnya. Akhirnya, pertumbuhan mikroorganisme menjadi tidak seimbang.
Kondisi tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru
menyebabkan infeksi.
7. Pemakaian Pil KB
Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan kanker leher
rahim. Pada pemakaian lebih dari 5 tahun, risiko ini meningkat menjadi sua
kali lebih besar dibandingkan wanita yang tidak mengkonsumsi pil KB. Pil
KB menghambat ovulasi dengan cara menjaga kekentalan lendir di mulut
rahim agar tidak mampu ditembus oleh luncuran sperma. Pemakaian pil KB
ini akan menghentikan perdarahan dan menstruasi, bahkan berpotensi
membuat penggunanya mengalami pembekuan darah. WHO menyatakan
pemakaian pil KB mengandung risiko kanker leher rahim bagi wanita sebesar
1,19 kali lebih besar dan meningkat sesuai lama pemakaiannya.
8. Pemakaian Antiseptik Vagina
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 10
Wanita modern ingin selalu tampil sempurna, termasuk di wilayah pribadinya.
Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang bisa membuat vagina
lebih bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu sering
itu tidak baik. Antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri di sekitar vagina,
termasuk bakteri yang menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis
yang terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi
pada kulit bibir vagina yang sangat lembut. Iritasi ini bisa berkembang
menjadi sel abnormal yang berpotensi displasia.
9. Makanan
Faktor risiko makanan berlaku untuk semua jenis kanker. Makanan berupa
gorengan berpotensi menimbulkan senyawa karsinogenik. Pada makanan yang
mengandung banyak karbohidrat, ketika digoreng maka karbohidratnya kana
terurai dan bereaksi dengan asam amino. Hasil persenyawaannya bersifat
karsinogen, yakni berpotensi displasia.
10. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C
dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang
makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
11. Paritas
Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal. Pada
proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan ada
kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut. Pada kasus
wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan dengan jarak yang terlalu dekat
bisa menyebabkan kerusakan jaringan epitel. Kerusakan ini berkembang ke
arah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas.
12. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan penyakit yang
sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS
13. Status sosial ekonomi lemah
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 11
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi lemah tidak
mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi Pap Smear secara
rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat dilakukan.
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan stadium (menurut FIGO 1978)
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
I a Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam
pembuluh limfe atau pembuluh darah.
I b Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian
atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat
tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai
dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah
infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar
panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 12
sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
Gambar 1 : Stadium Kanker Serviks
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
2. Perdarahan setelah berhubungan seksual (post coital bleeding) yang
kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 13
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kanker sangat bervariasi, bergantung pada tahap stadium pada
penanganannya. Perlu ditekankan kepada setiap orang bahwa penanganan kanker
tidak selalu harus berakhir di ujung pisau bedah atau sinar laser yang menyakitkan,
serta serangkaian kemoterapi yang juga tidak ringan dirasakan. Kanker bisa saja
ditangani dengan pengobatan sederhana atau sedikit penyinaran apabila bisa dideteksi
selagi masih dini.
Berikut beberapa uraian singkat mengenai langkah-langkah pengobatan yang lazim
dilakukan untuk melawan kanker leher rahim :
1. Vaksinasi
Vaksin diberikan sebagai pencegah kanker. Namun pada tahap lesi prakanker
terutama pada displasia ringan dan sedang, vaksin dapat diberikan sebagai upaya
membantu pertahanan tubuh dan membasmi infeksi HPV yang sudah mulai
terjadi.
2. Radioterapi
Radioterapi atau penyinaran adalah pengobatan dengan menggunakan sinar ion
dari jenis sinar X, sinar gamma, atau gelombang panas (hyperthermia) yang
ditembakkan ke sel-sel kanker. Metode ini dianggap cukup akurat dan aman.
3. Biopsy
Biopsy adalah pengobatan yang cukup lazim dilakukan terutama untuk kanker
stadium yang masih memungkinkan untuk disembuhkan (stadium II-III). Operasi
pembedahan ini bertujuan mengangkat jaringan tumor ganas dan memisahkan dari
jaringan tubuh. Biopsy juga memiliki kemungkinan gagal sebagaimana jenis
pengobatan lainnya.
4. Konisasi
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 14
Konisasi adalah semacam operasi, namun tidak seperti operasi besar, hanya
mengangkat jaringan selaput yang mengandung selaput lendir serviks. Konisasi
dilakukan apabila hasil sitologi meragukan, terutama jika dibandingkan dengan
hasil histologik. Konisasi dilakukan menggunakan pisau bedah khusus. Sesudah
konisasi biasanya akan dilakukan kuretase.
5. Histerektomi
Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim. Biasanya histerektomi dihindari
oleh pengidap kanker yang masih berusia muda, sebab setelah menjalani
histerektomi ia tidak bisa lagi mengandung. Histerektomi juga membawa risiko
berupa rasa sakit dan menopause dini bagi yang menjalaninya. Biasanya hal ini
dilakukan sebagai pilihan terakhir.
Pada praktiknya terdapat bermacam istilah histerektomi, namun hal ini sekedar
perkembangan teknis saja. Misalnya sebagai berikut :
Histerektomi total, pengangkatan seluruh organ rahim dan mulut rahim.
Histerektomi subtotal, hanya mengangkat bagian atas uterus. Mulut rahim
tetap di tempatnya.
Histerektomi radikal, pengangkatan seluruh organ rahim, mulut rahim,
bagian atas rongga vagina, dan jaringan sekitarnya.
Histerektomi dan salfingo-oovorektomi bilateral, pengangkatan rahim,
mulut rahim, kedua tuba falopii, dan ovarium. Pengangkatan ovarium ini
mengakibatkan menopause dini.
6. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obat dosis
tinggi yang telah dirancang untuk aktif bekerja dalam sel. Kemoterapi diberikan
baik sebagai pengobatan tunggal maupun sebagai pendukung pasca biopsy.
Pengobatan jenis ini bekerja di dalam sel dan menghambat pertumbuhan sel-sel
kanker serta meningkatkan daya kekebalan tubuh yang diharapkan turut
menghentikan perkembangan sel kanker. Pada stadium IIIb atau stadium IV
dimana kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi (karena
tingkat penyebaran kankernya yang telah meluas, atau faktor daya tahan pasien
terhadap risiko operasi), kemoterapi juga bisa dijalankan sebagai pengobatan
paliatif yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit dan membuat pasien memiliki
semangat untuk menjalani sisa hidupnya dengan lebih baik.
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 15
Terdapat beberapa efek samping dari kemoterapi, meskipun efek samping ini
tidak selalu sama pada setiap orang. Kemoterapi dapat mengakibatkan kerontokan
rambut, kulit menjadi gelap, pendarahan di bawah kulit, berkurangnya nafsu
makan dan mual atau muntah. Hal ini disebabkan reaksi obat yang bekerja pada
inti sel. Obat ini mempengaruhi sel pada akar rambut dan dinding saluran
pencernaan untuk mempercepat pembelahan dan regenerasi.
Kemoterapi juga dapat mempengaruhi proses pembentukan sel darah. Jika sel
darah terpengaruh maka sel darah mengalami pengaruh yang sama halnya dengan
yang dialami sel kanker, yaitu terhambat proses regenerasinya. Itu berarti produksi
sel darah merah dan keping darah juga akan terhambat. Akibatnya penderita akan
merasa lemas, mudah infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan yang sulit
membeku.
F. PENCEGAHAN
Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker leher rahim erat kaitannya dengan
menghindari factor penyebab antara lain :
Berhubungan seksual pada waktunya
Tidak berganti-ganti pasangan seksual
Melakukan vaksinasi HPV
Kurangi kebiasaan merokok
Tidak mencuci vagina dengan antiseptic terlalu sering
Mengatur pola makan
Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara rutin
G. DETEKSI DINI
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum
menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Dengan ditemukannya kanker ini pada
stadium dini, kemungkinan janin dapat dipertahankan dan penyakit ini dapat
disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker serviks ini
sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York University Medical Centre ,
dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 16
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk
deteksi dini yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear
adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou
pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita
yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru
timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau
melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang
sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita
mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.
Pedoman Melakukan Test Pap Smear :
1) Para wanita harus mulai melakukan tes Pap smear sekitar 3 tahun setelah mereka
mulai melakukan hubungan seks, tetapi tidak lebih tua dari usia 21 tahun.
2) Pengujian harus dilakukan setiap tahun jika tes Pap smear biasa digunakan, atau
setiap 2 tahun sekali jika Pap smear berbasis cairan digunakan.
3) Dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai hasil tes NORMAL
sebanyak 3x berturut-turut mungkin dapat menjalani tes Pap smear setiap 2
sampai 3 tahun sekali. Pilihan lainnya untuk wanita di atas 30an adalah menjalani
tes Pap smear setiap 3 tahun sekali plus tes HPV DNA.
4) Wanita yang memiliki faktor resiko tertentu (seperti infeksi HIV atau punya
imunitas lemah) harus mendapatkan tes Pap smear setiap tahun.
5) Wanita usia 70 tahun atau lebih tua dengan hasil tes Pap NORMAL selama 3
tahun berturut-turut (dan tidak mempunyai hasil tes ABNORMAL dalam 10
tahun terakhir) dapat memilih untuk berhenti melakukan tes Pap smear ini. Tapi
wanita yang telah menderita kanker serviks atau yang memiliki faktor risiko lain
(seperti yang disebutkan di atas) harus terus melalukan tes ini selama mereka
berada dalam kesehatan yang baik.
6) Wanita yang pernah menjalani total histerektomi juga dapat memilih untuk
berhenti melakukan tes Pap kecuali telah menjalani pembedahan untuk
mengobati kanker serviks atau pra-kanker. Wanita yang pernah menjalani
histerektomi sederhana (leher rahim tidak dihapus) harus tetap mengikuti
pedoman di atas.
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 17
Prosedur Pap Smear
1) Memasukkan (alat) speculum ke
dalam liang vagina untuk menahan
dinding vagina tetap terbuka.
2) Cairan/lendir rahim diambil dengan
mengusapkan (alat) spatula.
3) Usapan tersebut kemudian dioleskan
pada obyek-glass
4) Sample siap dibawa ke laboratorium
patologi untuk diperiksa.
Lampiran Soal
1. Apa itu kanker leher rahim?
2. Apa yang bisa menyebabkan kanker leher rahim?
3. Apa saja tanda dan gejala kanker leher rahim?
4. Apa saja pengobatan yang bisa dilakukan untuk kanker leher rahim?
5. Apa yang dapat Ibu lakukan untuk mencegah kanker leher rahim?
6. Bagaimana cara mendeteksi dini kanker leher rahim?
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2009. Askep Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Available at :
(http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-dengan-gangguan-sistem-
reproduksi. html). (Akses 4 April 2011)
Anonim 2. 2009. Kanker Leher Rahim. Available at : (http://infokesehatan2009.html). (Akses
4 April 2011)
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC
Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius
Nurcahyo, Jalu. 2009. Awas!!! Bahaya Kanker Rahim dan Kanker Payudara. Yogyakarta :
Wahana Totalita Publisher
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
SGD 3 – Pendidikan Kesehatan | 19