Click here to load reader
Upload
egayanti-prima
View
131
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Pokok bahasan : Asma
2. Sub pokok bahasan : Asma pada orang dewasa
3. Hari, tanggal :11 November 2010
4. Waktu : 30 menit
5. Sasaran : Warga di Desa Susiloharjo
6. Tempa : Rumah Pak RT Desa Susiloharjo
7. Tujuan :
a. Tujuan instruksional umum
Warga Desa Susiloharjo dapat mengetahui tentang asma.
b. Tujuan instruksional khusus
Warga dapat mengetahui tentang pengertian asma.
Warga dapat mengetahui tentang penyebab asma.
Warga dapat mengetahui tentang tanda dan gejala asma.
Warga dapat mengetahui tentang pengobatan asma
8. Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Media
1. Pembukaan
(5 menit)
Salam pembukaan
Perkenalan
Menjelaskan strategi penyuluhan
Menjelaskan tujuan
2. Penyuluhan
(20 menit)
Menjelaskan tentang pengertian
asma
Lembar
balik
Menjelaskan tentang penyebab
asma
Menjelaskan tentang tanda dan
gejala asma
Menjelaskan tentang pengobatan
asma
Leaflet
3. Penutup
(5 menit)
Evaluasi warga tentang materi
yang diberikan
Menyimpulkan materi
Salam penutup
9. Media : Lembar balik
Leaflet
10. Metode : Ceramah
Diskusi
Tanya jawab
11. Evaluasi
a. Standar persiapan
Menyiapkan materi penyuluhan
Menyiapkan tempat
Menyiapkan media
b. Standar proses
Membaca refrensi tentang asma
Member penyuluhan tentang asma
c. Standar hasil
Warga mampu mengetahui tentang pengertian asma.
Warga mampu mengetahui tentang penyabab asma.
Warga mampu mengetahui tentang tanda dan gejala asma.
Warga mampu mengetahui tentang pengobatan asma.
12. Pustaka
Alsagaff, H dan Mukty A, 2006, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya:
Airlangga University Press
Asih, N.G.Y, 2003, Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Jakarta: EGC
Reeves, C. J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Volume 1 Edisi 8, Jakarta: EGC
Isselbacher, K.J, 2000, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: EGC
13. Lampiran : Materi
Leaflet
Lampiran
ASMA
1. Pengertian
Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodik
spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronkhial (spasme bronkus).
Terdapat dua tipe utama asma, asma ekstrinsik dan intrinsik (Asih, 2003 : 95).
Menurut Isselbacher, 2000 : 1311 penyakit asma merupakan penyakit saluran
nafas yang ditandai oleh peningkatan daya responsif berbagai jenis stimulus.
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakhea dan bronkhi berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu
(Smeltzer, 2002 : 611). Menurut Reeves, 2001 : 48 asma adalah obstruksi jalan nafas
yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkhus mengalami inflamasi atau peradangan
dan hiperresponsif.
2. Penyebab
Menurut Smeltzer, 2001 : 611-612 etiologi dari asma adalah, sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi asma yaitu genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat
alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita sangat mudah terkana penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasan juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi asma yaitu alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi
tiga jenis yaitu, sebagai berikut:
Inhalasi yang masuk melalui saluran pernapasan misalnya debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
Ingestan yang masuk melalui mulut misalnya makanan dan obat-
obatan.
Kontaktan yang masuk melalui kontak dengan kulit misalnya:
perhiasan, logam dan jam tangan.
Menurut Isselbacher, 2000 : 1312 etiologi dari penyakit asma adalah, sebagai
berikut :
a. Alergen
Asma akibat alergi bergantung pada respons IgE yang dikendalikan
oleh limfosit T dan B dan diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan
molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast. Mekanisme dengan antigen
yang diinhalasi membangkitkan episode asma akut tidak diketahui tetapi
kelihatannya bergantung pada interaksi antibodi antigen pada permukaan
sel mast paru dengan diikuti pembentukan dan pelepasan mediator
hipersensitivitas cepat. Antigenik yang sangat kecil menembus pertahanan
paru dan berkontak dengan sel mast yang mendiami epitel pada permukaan
luminal jalan nafas. Selanjutnya mediator akan melepaskan histamine,
bradikinin, leukotrien (C, D dan E), dan prostaglandin kemudian
menimbulkan reaksi radang kuat dengan gejala bronkokonstriksi dan
produksi mukus meningkat.
b. Lingkungan dan polusi udara
Lingkungan penyebab asma biasanya berhubungan dengan keadaan
iklim yang menyebabkan konsentrasi polutan atmosfer dan antigen.
Keadaan ini ditemukan pada daerah yang padat industri ataupun daerah
kumuh yang padat penduduknya dan sering berhubungan dengan
perubahan suhu atau situasi yang berhubungan dengan masa udara yang
terhambat. Polutan udara yang diketahui memiliki efek seperti ini adalah
ozon, nitrogen dioksida dan sulfur dioksida.
c. Faktor pekerjaan
Asma yang berkaitan dengan kerja merupakan masalah kesehatan yang
bermakna dan obstruksi jalan nafas akut dan kronik dilaporkan terjadi
setelah pajanan terhadap sejumlah besar senyawa yang dapat dihasilkan
dari pekerjaan atau pajanan terhadap logam misalnya platinum, krom,
nikel. Pada beberapa kasus agen pengganggu menyebabkan cenderung
bersifat imunologik. Pada kasus yang lain materi yang dipergunakan dapat
menyebabkan pembebasan langsung unsur–unsur bronkokonstriktor.
d. Infeksi
Infeksi jalan nafas merupakan rangsangan yang paling umum
membangkitkan eksaserbasi asma akut. Koloni kecil pada saluran
trakeobronkial sudah cukup untuk mencetuskan episode akut
bronkospasme dan serangan asma terjadi hanya bila gejala infeksi jalan
nafas yang sedang berlangsung ditemukan atau gejala tersebut sudah ada.
Mekanisme bagaimana virus menginduksi timbulnya asma tidak diketahui,
tetapi mungkin bahwa hasil perubahan akibat radang mukosa jalan nafas
mengubah pertahanan pejamu dan menyebabkan saluran trakeobronkial
lebih rentan terhadap rangsangan eksogen.
e. Rangsangan farmakologi
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut
asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tertazin, antagonis beta
adrenergik dan bahan sulfat. Mekanisme dengan aspirin dan obat lain
dapat menyebabkan bronkospasme tidak diketahui tetapi mungkin
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus
oleh aspirin dan hipersensitivitas cepat kelihatan. Antagonis beta
adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada pasien asma.
Bahan sulfat juga dapat menimbulakan obstruksi jalan nafas akut pada
pasien yang sensitif.
f. Stres emosional
Perubahan ukuran jalan nafas kelihatannya dicetuskan melalui
pengubahan aktivitas saraf vagus eferen yang dapat merangsang kontraksi
otot polos bronkus. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan asetilkolin
sehingga merangsang pembentukan mediator kimiawi sehingga terjadi
bronkospasme.
g. Exercise
Exercise merupakan salah satu penyebab episode asma akut yang
paling sering ditemukan. Mekanisme bagaimana exercise akan
menghasilkan obstruksi mungkin berhubungan dengan hiperemia yang
disebabkan oleh pengisian darah mikrovaskuler dinding bronkhus.
h. Genetik
Penyakit asma dapat terjadi karena malfungsi atau defisiensi enzim
adenilsiklase dalam otot polos saluran nafas kelenjar pembuluh darah paru
yang didapat karena bawaan/keturunan. Penurunan katalisasi dan
pembentukan cyklik Adenosin Monopospat (cAMP) mengakibatkan tonus
kontriksi dari saluran nafas sehingga terjadi pelepasan mediator kimia dan
menyebabkan hipersensitivitas, dan ketika terpajan alergen dapat
mengakibatkan bronkospasme.
3. Tanda dan Gejala
Terdapat tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengi. Pada
beberapa keadaan, batuk merupakan satu-satunya gejala. Serangan asma sering kali
terjadi pada malam hari. Penyebabnya tidak dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin
berhubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang reseptor jalan
napas. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak
dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat dan mengi. Ekspirasi selalu lebih
susah dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak
dan menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalan napas yang tersumbat
menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi
lebih kuat. Sputum yang terdiri atas sedikit mukus mengandung masa gelatinosa
bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah. Tanda selanjutnya termasuk
sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-gejala retensi karbon dioksida,
termasuk berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi. Serangan asma dapat
berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan.
Meski serangan asma jarang yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat
yang disebut status asmatikus (Smeltzer, 2001: 612).
4. Pengobatan
Pengobatan asma yang paling berhasil menurut Asih, 2003 : 96 adalah dengan
penyingkiran agen penyebab dan edukasi atau penyuluhan kesehatan. Sasaran dari
penatalaksanaan medis asma adalah untuk meningkatkan fungsi normal individu,
mencegah gejala kambuhan, mencegah serangan hebat, dan mencegah efek samping
obat. Tujuan utama dari berbagai medikasi yang diberikan untuk klien asma adalah
untuk membuat klien mencapai relaksasi bronkhial dengan cepat, progresif, dan
berkelanjutan.
Karena diperkirakan bahwa inflamasi adalah merupakan proses fundamental
dalam asma, maka inhalasi steroid bersamaan preparat inhalasi β2-adrenergik lebih
sering diresepkan. Penggunaan inhalasi steroid memastikan bahwa obat mencapai
lebih dalam kedalam paru dan tidak menyebabkan efek samping yang berkaitan
dengan steroid oral. Direkomendasikan bahwa inhalasi β2-adrenergik diberikan
terlebih dahulu untuk membuka jalan napas, kemudian inhalasi steroid akan menjadi
lebih berguna.