17
5.2 Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten/Kota di Satuan Wilayah Pengembangan 2 Jawa Timur 5.2.1 Analisis Location Quotient (LQ) Berdasarkan hasil perhitungan LQ dari Tahun 2009- 2013 untuk Kabupaten/Kota di satuan wilayah pengembangan 2 Jawa Timur dapat diketahui pada Tabel 5.29 sebagai berikut: Tabel 5.29 Hasil Perhitungan LQ Di Satuan Wilayah Pengembangan 2 Jawa Timur Lapangan Usaha Kabupat en Malang Kota Malan g Kota Batu 1. Pertanian 2.04 + 0. 02 - 1. 37 + 2. Pertambangan dan Penggalian 1.21 + 0. 02 - 0. 10 - 3. Industri Pengolahan 0.73 - 1. 19 + 0. 28 - 4. Listrik. Gas dan Air Bersih 0.54 - 1. 26 + 1. 16 + 5. Bangunan 0.58 - 0. 82 - 0. 53 - 6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 0.83 - 1. 30 + 1. 49 + 7. Pengangkutan dan Komunikasi 0.43 - 0. 43 - 0. 48 - 8. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.78 - 1. 39 + 0. 83 - 9. Jasa-jasa 1.47 + 1. 48 + 1. 61 + Sumber: PDRB Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2009-2013 (diolah) Hasil Analisis location quotient menunjukkan bahwa:

satuan wilayah pengembangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wilayah pengembangan 2

Citation preview

5.2 Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten/Kota di Satuan Wilayah Pengembangan 2 Jawa Timur5.2.1 Analisis Location Quotient (LQ)Berdasarkan hasil perhitungan LQ dari Tahun 2009-2013 untuk Kabupaten/Kota di satuan wilayah pengembangan 2 Jawa Timur dapat diketahui pada Tabel 5.29 sebagai berikut:

Tabel 5.29 Hasil Perhitungan LQ Di Satuan Wilayah Pengembangan 2 Jawa TimurLapangan UsahaKabupaten MalangKota MalangKota Batu

1. Pertanian2.04+0.02-1.37+

2. Pertambangan dan Penggalian1.21+0.02-0.10-

3. Industri Pengolahan0.73-1.19+0.28-

4. Listrik. Gas dan Air Bersih0.54-1.26+1.16+

5. Bangunan0.58-0.82-0.53-

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran0.83-1.30+1.49+

7. Pengangkutan dan Komunikasi0.43-0.43-0.48-

8. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan0.78-1.39+0.83-

9. Jasa-jasa1.47+1.48+1.61+

Sumber: PDRB Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2009-2013 (diolah)

Hasil Analisis location quotient menunjukkan bahwa:Di Kabupaten Malang mempunyai kegiatan potensial yang dapat dikembangkan, dengan pengertian sector tersebut mempunyai tingkat basis lebih besar dari sector yang sama di tingkat provinsi, sector tersebut adalah sector pertanian 2.04; pertambangan dan penggalian 1.21; dan jasa-jasa 1.47, hal ini berarti sector-sektor tersebut merupakan unggulan di Kabupaten Malang dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian. Dengan subsector unggulannya yakni tanaman bahan makanan dengan rata-rata sebesar 2.21; tanaman perkebunan 3.29; peternakan 1.72; kehutanan 1.36; penggalian 1.72; makanan, minuman dan tembakau 1.06; angkutan rel 1.47; angkutan jalan raya 1.35; lembaga keuangan non bank 1.60; jasa pemerintahan umum 1.54; jasa social 1.42; jasa hiburan dan kebudayaan 1.25; dan jasa perorangan dan rumah tangga 1.45.Di Kota Malang adalah kegiatan industri pengolahan 1.19; listrik, gas dan air bersih 1.26; perdagangan, hotel dan restoran 1.30; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1.39; serta jasa-jasa 1.48. Dengan subsector unggulannya yakni makanan, minuman dan tembakau dengan rata-rata 2.07; listrik 1.31; air bersih 1.65; perdagangan 1.18; restoran 2.06; angkutan rel 1.82; angkutan jalan raya 1.04; sewa bangunan 1.80; jasa perusahaan 1.48; jasa social 2.83; jasa hiburan dan kebudayaan 1.91; dan jasa perorangan dan rumah tangga dengan rata-rata 1.68.Di Kota Batu adalah pertanian 1.37; listrik, gas dan air bersih 1.16; perdagangan, hotel dan restoran 1.49; serta jasa-jasa 1.61. Dengan subsector unggulannya yakni tanaman bahan makanan dengan rata-rata 2.15; peternakan 1.07; kayu dan barang dari kayu 1.61; barang galian bukan logam 1.32; listrik 1.17; air bersih 2.22; perdagangan 1.19; hotel 12.32; angkutan jalan raya 1.17; lembaga keuangan non bank 1.44; sewa bangunan 1.47; jasa pemerintahan umum 2.42; jasa social 2.15; jasa hiburan dan kebudayaan dengan rata-rata sebesar 4.59.

5.2.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP).Tabel 5.30 Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kabupaten MalangLapangan UsahaRPrNotasiRPsNotasi

1. Pertanian0.29-1.85+

2. Pertambangan dan Penggalian0.81-1.00+

3. Industri Pengolahan0.80-1.53+

4. Listrik. Gas dan Air Bersih0.82-1.26+

5. Bangunan1.26+1.50+

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran1.40+0.91-

7. Pengangkutan dan Komunikasi1.57+0.83-

8. Keuangan. Persewaan dan Jasa perusahaan1.14+1.04+

9. Jasa-jasa0.74-1.22+

Pada Tabel 5.30 diatas menunjukkan bahwa kegiatan sector bangunan; dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan kegiatan yang dominan pertumbuhan yang artinya kegiatan tersebut pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten Malang mempunyai pertumbuhan menonjol. Sedangkan kegiatan yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Malang adalah sector pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan jasa-jasa, yang mana kegiatan ini diharapkan akan potensial peranannya dalam memberikan kontribusi pertumbuhan propinsi Jawa Timur.Sedangkan untuk sector-sektor seperti perdagangan, hotel dan restoran; dan pengangkutan dan komunikasi pertumbuhannya rendah di Kabupaten Malang, dan tinggi di tingkat Provinsi Jawa Timur yang artinya kegiatan sektoral tersebut kurang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Malang tersebut.

Tabel 5.31 Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kota MalangLapangan UsahaRPrNotasiRPsNotasi

1. Pertanian0.29--0.76-

2. Pertambangan dan Penggalian0.81--0.71-

3. Industri Pengolahan0.80-0.98-

4. Listrik. Gas dan Air Bersih0.82-1.00-

5. Bangunan1.26+1.29+

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran1.40+0.89-

7. Pengangkutan dan Komunikasi1.57+0.73-

8. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan1.14+0.86-

9. Jasa-jasa0.74-1.16+

Pada Tabel 5.31 diatas menunjukkan bahwa kegiatan sector bangunan merupakan kegiatan yang dominan pertumbuhan yang artinya kegiatan tersebut pada tingkat Provinsi maupun Kota Malang mempunyai pertumbuhan menonjol. Sedangkan kegiatan yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kota Malang adalah sector jasa-jasa, yang mana kegiatan ini diharapkan akan potensial peranannya dalam memberikan kontribusi pertumbuhan propinsi Jawa Timur.Sedangkan untuk sector-sektor seperti perdagangan, hotel dan restoran; dan pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pertumbuhannya rendah di Kota Malang, dan tinggi di tingkat Provinsi Jawa Timur yang artinya kegiatan sektoral tersebut kurang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kota Malang tersebut.Sebaliknya untuk sector pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih baik di tingkat Provinsi maupun Kota Malang memiliki pertumbuhan yang rendah. Sehingga sector-sektor tersebut kurang potensial untuk dikembangkan diwilayah tersebut.

Tabel 5.32 Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kota BatuLapangan UsahaRPrNotasiRPsNotasi

1. Pertanian0.29-2.28+

2. Pertambangan dan Penggalian0.81-1.33+

3. Industri Pengolahan0.80-1.21+

4. Listrik. Gas dan Air Bersih0.82-1.53+

5. Bangunan1.26+1.72+

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran1.40+0.94-

7. Pengangkutan dan Komunikasi1.57+0.85-

8. Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan1.14+1.11+

9. Jasa-jasa0.74-1.62+

Pada Tabel 5.32 diatas menunjukkan bahwa kegiatan sector bangunan; dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan kegiatan yang dominan pertumbuhan yang artinya kegiatan tersebut pada tingkat Provinsi maupun Kota Batu mempunyai pertumbuhan menonjol. Sedangkan kegiatan yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kota Batu adalah sector pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan jasa-jasa, yang mana kegiatan ini diharapkan akan potensial peranannya dalam memberikan kontribusi pertumbuhan propinsi Jawa Timur. Sedangkan untuk sector-sektor seperti perdagangan, hotel dan restoran; serta pengangkutan dan komunikasi pertumbuhannya rendah di Kota Batu, sebaliknya tinggi di tingkat Provinsi Jawa Timur yang artinya kegiatan sektoral tersebut kurang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kota Batu namun berpotensi untuk Provinsi Jatim.

5.2.3 Analisis OverlayDengan mempertimbangkan hasil analisis dari pertumbuhan (MRP) dan kriteria kontribusi (LQ) atas Kabupaten/Kota di SWP 2, deskripsi struktur ekonomi wilayah studi dapat ditentukan sebagai berikut:Tabel 5.33 Analisis Overlay Kabupaten/Kota di SWP 2 Jawa TimurLapangan UsahaKab. MalangKota MalangKota Batu

RPsLQTRPsLQTRPsLQT

1. Pertanian++++---++++

2. Pertambangan dan Penggalian++++---+-+

3. Industri Pengolahan+-+-+++-+

4. Listrik. Gas dan Air Bersih+-+-++++++

5. Bangunan+-++-++-+

6. Perdagangan. Hotel & Restoran----++-++

7. Pengangkutan dan Komunikasi---------

8. Keuangan. Pesewaan & Jasa Persh+-+-+++-+

9. Jasa-jasa++++++++++++

Dari Tabel 5.33 diatas, dapat diketahui bahwa sector yang dominan baik dari pertumbuhan maupun kontribusinya di tunjukkan oleh Kabupaten Malang adalah pertanian; pertambangan dan penggalian; serta sector jasa-jasa. Di Kota malang adalah sector Jasa-jasa. Di Kota Batu adalah sector pertanian; listrik, gas dan air bersih; serta sector jasa-jasa. Dilihat dari sector yang dapat dipacu menjadi kegiatan yang dominan di Kabupaten Malang adalah sector industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; dan keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan. Di Kota Malang yakni sector industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Di Kota Batu adalah sector pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Bila dilihat dari sector yang sedang mengalami penurunan yakni untuk Kota Malang yakni industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan, hotel dan restoran; serta sector keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kota Batu yakni sector perdagangan, hotel dan restoran. Bila dilihat dari sector yang tidak potensial baik dari kriteria pertumbuhan maupun kontribusinya maka untuk Kota Malang adalah sector perdagangan, hotel dan restoran; dan pengangkutan dan komunikasi. Di Kota Malang yakni sector pertanian; pertambangan dan penggalian; dan pengangkutan dan komunikasi. Selanjutnya untuk Kota Batu hanya sector pengangkutan dan komunikasi.5.2.4 Analisis Shift-Share dengan Keunggulan Spesialisasi dan Kompetitif

5.2.4.1 Sector Pertanian

Tabel 5.34 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Pertanian untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang2,280,452.680.02

2Kota Malang-2,088,130.51-0.04

3Kota Batu79,345.350.03

Dari hasil analisis Shift-Share, menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota yang tidak memiliki keunggulan baik kompetitif maupun spesialisasi atas sector pertanian yakni Kota Malang, sebaliknya untuk Kabupaten Malang dan Kota Batu justru memiliki kedua-duanya baik keunggulan kompetitif maupun spesialisasi.

5.2.4.2 Sector Pertambangan dan Penggalian

Tabel 5.35 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Pertambangan dan Penggalian untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang70,015.43-0.006

2Kota Malang-317,425.64-0.081

3Kota Batu-29,804.010.003

Dari hasil analisis Shift-Share, diketahui bahwa Kabupaten/Kota di WP 2 tidak ada yang mempunyai keunggulan kedua-duanya baik kompetitif maupun spesialisasi. Kabupaten Malang berspesialisasi untuk sector pertambangan dan penggalian namun tidak kompetitif. Sedangkan kota Malang tidak berkompetitif maupun spesialisisasi. Sedangkan untuk Kota Batu tidak memiliki keunggulan spesialisasi namun kompetitif untuk sector pertambangan dan penggalian.

5.2.4.3 Sector Industri Pengolahan

Tabel 5.36 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Industri Pengolahan Di SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang-1,044,670.470.028

2Kota Malang716,818.33-0.001

3Kota Batu-271,270.100.010

Dari hasil analisis Shift-Share, Kabupaten/Kota yang mempunyai keunggulan kompetitif untuk sector industri pengolahan yakni Kabupaten Malang, dan Kota Batu, namun tidak memiliki keunggulan spesialisasi. Sedangkan Kota Malang hanya memiliki keunggulan spesialisasi namun tidak kompetitif untuk sector industri pengolahan.

5.2.4.4 Sector Listrik, Gas dan Air Bersih

Tabel 5.37 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang-94,965.030.014

2Kota Malang51,184.520.000

3Kota Batu3,096.480.030

Dari hasil analisis Shift-Share, Kota Malang dan Kota Batu sama-sama memiliki keunggulan baik spesialisasi maupun kompetitif. Namun sebaliknya untuk Kabupaten Malang hanya memiliki keunggulan kompetitif namun tidak memiliki keunggulan spesialisasi untuk sector listrik, gas dan air bersih.

5.2.4.5 Sector Bangunan

Tabel 5.38 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Bangunan untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang-211,575.720.04

2Kota Malang-84,378.770.02

3Kota Batu-23,365.630.06

Kabupaten/Kota yang mempunyai keunggulan kompetitif untuk sector Bangunan yakni Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu. Sebaliknya di satuan wilayah pengembangan 2 tidak terdapat Kabupaten/Kota yang mempunyai keunggulan spesialisasi untuk sector bangunan.

5.2.4.6 Sector Perdagangan, Hotel dan Restoran

Tabel 5.39 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang-795,429.76-0.01

2Kota Malang1,404,970.76-0.01

3Kota Batu233,491.21-0.01

Untuk sector perdagangan, hotel dan restoran pada Tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada Kabupaten/Kota yang mempunyai keunggulan kompetitif. Sebalikanya untuk keunggulan spesialisasi hanya Kabupaten Malang yang tidak memiliki spesialisasi untuk sector ini, sedangkan untuk Kota Malang dan Kota Batu memilki keunggulan spesialisasi untuk sector ini wailaupun tidak kompetitif. Sehingga hanya Kabupaten Malang yang tidak memiliki keunggulan baik spesialisasi maupun kompetitif untuk sector ini.

5.2.4.7 Sector Pengangkutan dan Komunikasi

Tabel 5.40 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Pengangkutan dan Komunikasi untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang-641,491.50-0.02

2Kota Malang-614,131.86-0.03

3Kota Batu-57,512.52-0.02

Pada Tabel diatas, diketahui bahwa Kabupaten/Kota di satuan wilayah pengembangan 2 Jawa Timur bahwa tidak ada yang memiliki keunggulan baik kompetitif maupun keunggulan spesialisasi untuk sector pengangkutan dan komunikasi.

5.2.4.8 Sector Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Tabel 5.41 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang-186,704.990.003

2Kota Malang315,164.69-0.011

3Kota Batu-13,603.730.008

Kabupaten/Kota yang mempunyai keunggulan kompetitif untuk sector keuangan, persewaan dan jasa yakni Kabupaten Malang dan Kota Batu. Sedangkan Kabupaten/Kota yang mempunyai spesialisasi hanya Kota Malang. Dan untuk Kabupaten Malang dan Kota Batu tidak memiliki spesialisasi.

5.2.4.9 Sector Jasa-jasa

Tabel 5.42 Hasil Analisis Shift Share untuk Sektor Jasa-jasa untuk SWP 2NoKabupaten/KotaSpesialisasiKompetitif

1Kabupaten Malang624,369.360.01

2Kota Malang615,928.480.01

3Kota Batu79,622.980.03

Pada Tabel diatas dapat diketahui bahwa Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu semuanya sama-sama memiliki keunggulan untuk kedua-duanya baik keunggulan kompetitif maupun spesialisasi.

Tabel 5.43 Hasil analisis Shift-Share Tentang Keunggulan Spesialisasi dan Kompetitif persektor Kabupaten/Kota di SWP 2 Jawa Timur

Kabupaten/KotaSektor

123456789

1. Kabupaten MalangSpesSSNSNSNSNSNSNSS

CompCACDCACACACDCDCACA

2. Kota MalangSpesNSNSSSNSSNSSS

CompCDCDCACACACDCDCDCA

3. Kota BatuSpesSNSNSSNSSNSNSS

CompCACACACACACDCDCACA

Sumber: BPS, berbagai edisi, yang diolah

Keterangan:CA: Competitive Advantage.CD: Competitive Disadvantage.S: Specialized.NS: Not Specialized.

Berdasarkan hasil analisis Shift-Share (S-S) atas keunggulan kompetitif dan spesialisasi menurut sectoral Kabupaten/Kota di SWP 2 Jawa Timur, secara keseluruhan terlihat bahwa tidak semua sector di Kabupaten/Kota berspesialisasi maupun berkompetitif secara bersamaan.Sehingga secara keseluruhan efek alokasi di setiap Kabupaten/Kota di WP 2 Jawa Timur menunjukkan nilai yang negatif, yang artinya kurang meratanya distribusi pendapatan atau kesempatan kerja diatanra sector ekonomi dengan keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing sector.Jika kita deskripsikan Kabupaten/Kota dengan sector-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif maupun spesialisasi untuk sector pertanian yakni Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Untuk sector industri pengolahan yakni hanya Kota Malang. Untuk sector listrik, gas dan air bersih yakni Kota Malang dan Kota Batu. Untuk sector jasa-jasa yakni Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu. Untuk sector pertambangan dan penggalian; dan bangunan; serta perdagangan, hotel dan restoran tidak ada Kabupaten/Kota yang memiliki keunggulan kedua-duanya.

5.2.5 Analisis Tipologi KlassenHasil analisis Tipologi untuk Kabupaten/Kota di Satuan Wilayah Pengembangan 2 Provinsi Jawa Timur terlihat bahwa hanya Kota Malang yang masuk dalam kuadran I yaitu daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and growth region), merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita Provinsi. Seperti yang terlihat pada Tabel dibawah, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan rata-rata Kota Surabaya sebesar 7.49% dan Rp. 18.273.135.42 yang mana lebih besar dari tingkat pertumbuhan dan pendapatan ekonomi rata-rata Provinsi yakni sebesar 6.54% dan Rp. 9.733.686,88. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota yang termasuk dalam kuadran II terdiri dari Kabupaten Malang dan Kota Batu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.44 sebagai berikut:

Tabel 5.44 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kabupaten/Kota Di SWP 2 Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2013NoWP 2PDRB PertumbuhanKuadran

Per Kapita Ekonomi

1Kabupaten Malang6366847.726.552

2Kota Malang18273135.427.491

3Kota Batu8125174.377.802

1Jawa Timur9733686.886.54