119
ELMI KAMSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 SCREENING VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN PLASTIK FLEKSIBEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN SIMPAN BERAS: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah

SCREENING VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN PLASTIK ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63096/2013eka.pdf · Siam Unus had medium index of susceptibility. ... plastik

  • Upload
    vannhi

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ELMI KAMSIATI

  

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

SCREENING VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN PLASTIK FLEKSIBEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN

SIMPAN BERAS: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah

 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah. adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

Elmi Kamsiati NRP F153100081

ABSTRACT

Elmi Kamsiati. Rice Varieties Screening and Use of Flexible Plastic Package to Extent Storage Durability: Case Study Rice at Central Kalimantan. Under supervision of EMMY DARMAWATI dan YADI HARYADI.

Rice is an important commodity because being the staple food of the most of Indonesian people. During storage, the rice can be damaged due to environmental factors as well as postharvest pest. Sitophilus oryzae is postharvest insect pest that attack rice during storage causing quantity and quality losses. The objective of this research is to screening resistance of several local rice variety of Central Kalimantan, study effect of packages on S.oryzae mortality and determine appropriate packaging for rice storage. Eight rice varieties were tested against S.oryzae and then taken three variety (Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh) that packaged using “hermetic” laminat, polypropilen (PP) and low density polyetylen (LDPE). Result of the research showed that the lowest index of susceptibility was Siam Jurut, followed by Siam Palun, Siam Palas and Bayar Pahit that were be resistant varieties. Siam Unus had medium index of susceptibility. Rantul, Siam Pandak and Karang Dukuh had high Index of susceptibility. After storage, the resistant group had lower quantity losses, damaged grain and moisture content than susceptible group. The kind of plastic significantly effect to S.oryzae mortality. Total mortality of S.oryzae reached after three day for Siam Jurut, Siam Unus and Karang Dukuh in “hermetic” laminat plastic, six day for Siam jurut in PP plastic, seven day for Siam Unus and Karang Dukuh. In LDPE, total mortality reached after 20 storage day.

Keywords: rice, screening, S.oryzae, packaging

 

 

 

RINGKASAN

ELMI KAMSIATI. Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik

Fleksibel untuk Meningkatkan Umur Simpan Beras: Studi Kasus Beras di

Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EMMY DARMAWATI dan YADI

HARYADI.

Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan

makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi

Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah

pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun (Radius 2011).

Ketersediaan beras senantiasa dijaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain

masalah produksi, pasca panen merupakan bagian penting dalam penyediaan

beras untuk masyarakat.

Penyimpanan menjadi bagian penting dalam kegiatan pasca panen pada

rantai pasok beras dari produsen sampai ke konsumen. Menurut Direktorat

Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi

2010, susut pascapanen padi pada tahun 2007 sebesar 11.27%. Selama

penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena pengaruh lingkungan

maupun hama penyakit. Serangga hama Sitophilus oryzae banyak menyerang

beras dalam penyimpanan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mengurangi kerusakan beras selama penyimpanan adalah penggunaan varietas

yang resisten. Perlindungan beras selama penyimpanan juga dapat dilakukan

melalui pengemasan yang baik. Penelitian ini bertujuan melakukan screening

ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan Tengah terhadap serangan

hama Sitophilus oryzae, mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat

dan lama waktu kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan serta

menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu screening varietas beras terhadap serangan S.oryzae dan pengemasan beras. Screening varietas beras disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai faktor. Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor, yaitu varietas beras (tiga varietas) dan jenis plastik (tiga jenis) dengan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap ketahanan beras dari serangan S.oryzae. Dari delapan varietas beras (Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit Rantul dan Siam Unus) yang discreening, varietas Siam Jurut merupakan varietas yang paling resisten dengan nilai indeks perkembangan (ID), total populasi (Nt) dan laju perkembangan intrinsik (Rm) paling rendah. Varietas lain yang juga masuk kelompok resisten adalah Siam Palun, Siam Palas dan Bayar Pahit. Varietas Karang Dukuh dan Siam Pandak merupakan varietas dengan Nt tertinggi, periode perkembangan (D) yang rendah, ID dan λ tertinggi. Sedangkan varietas Siam Unus memiliki nilai medium, yaitu diurutan kelima untuk paremeter Nt, ID dan λ, serta pada urutan keenam untuk nilai D.

Kelompok varietas yang resisten (memiliki nilai ID rendah) tersebut juga memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang rendah, sedangkan varietas yang rentan memiliki persentase susut bobot dan biji berlubang yang tinggi. Kelompok varietas dengan susut bobot dan biji berlubang yang rendah adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Palun dan Siam Unus. Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul merupakan kelompok dengan persentase susut bobot dan biji berlubang yang tinggi. Populasi S.oryzae berkorelasi positif dengan persentase susut bobot (nilai r = 0.94), persentase biji berlubang (r = 0.85) dan kadar air (0.79) Pada penelitian tahap dua, beras varietas Siam Jurut, Siam Unus dan Karang Dukuh diinfestasi dengan S.oryzae dikemas dan disimpan. Hasil analisis ragam menunjukkan pada hari ketiga penyimpanan, jenis plastik dan interaksinya dengan varietas beras berpengaruh nyata pada persentase kematian S.oryzae. Persentase kematian S.oryzae mencapai 100% setelah tiga hari penyimpanan untuk ketiga varietas pada plastik hermetik dan tujuh hari pada plastik PP. Pada plastik LDPE, kematian S.oryzae mencapai 100% setelah 20 hari penyimpanan untuk varietas Siam Unus dan Karang Dukuh dan masih tersisa 3% S.oryzae yang hidup untuk varietas Siam Jurut. Jenis plastik berpengaruh pada komposisi udara dan persentase kematian S.oryzae dalam kemasan. Plastik “hermetik” laminat lebih mampu mempertahankan komposisi oksigen dan karbondioksida di dalam kemasan selama penyimpanan daripada plastik PP dan LDPE. Kata kunci: beras, screening, S.oryzae, pengemasan

®Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagaian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

ELMI KAMSIATI

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Pasca Panen

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

SCREENING VARIETAS PADI DAN PENGGUNAAN KEMASAN PLASTIK FLEKSIBEL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN

SIMPAN BERAS: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr.Ir. Ridwan Rachmat, M.Agr.

Judul Tesis : Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah.

Nama : Elmi Kamsiati NRP : F153100081  

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dr. Ir. Yadi Haryadi, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui, Ketua Program Studi Teknologi Pasca Panen Dr.Ir. Sutrisno, M.Agr.

Dekan Sekolah Pascasarjana Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal ujian: Tanggal lulus:

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan begitu banyak karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Screening Varietas Padi dan Penggunaan Kemasan Plastik Fleksibel untuk Meningkatkan Daya Tahan Simpan Beras: Studi Kasus Beras di Kalimantan Tengah.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr.Ir. Yadi Haryadi, M.Sc. selaku dosen pembimbing saya yang memberikan saran, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan proposal sampai penulisan karya ilmiah ini. Juga saya ucapkan terimakasih kepada Dr.Ir. Ridwan Rachmat, M.Agr. yang berkenan menjadi dosen penguji luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini. Kepada Dr.Sutrisno, M.Agr. selaku Koordinator Mayor Teknologi Pasca Panen dan staf pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (Ibu Siti Rusmiyati dan Bapak Ahmad Mulyatulloh). Kepada staf Laboratorium TPPHP Departemen TMB (Bapak Sulyaden dan Bapak Firman). Kepada Kepala BPTP Kalimantan Tengah & teman-teman peneliti yang atas saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Rasa terimakasih tak terhingga penulis sampaikan untuk Ibu dan Bapak atas curahan kasih sayang, bimbingan dan do’a yang tak pernah putus, untuk suamiku tercinta, Mas Aji Bayu atas cinta, kasih sayang, dukungan dan kesabarannya. Untuk Kakak-kakakku kang Ali, kang Topa dan mbak Puji, atas motivasi dan nasehatnya. Untuk Umi atas pengertian dan do’anya, untuk adik-adikku dek Nanda dan dek Tami atas pengertiannya dan seluruh keluarga yang memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis dalam menapaki hidup ini. Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan, TPP 2010 (teh Susi, Tajul, Cicih, Ani, Mbak Sandra, Putri, Fajri dan Syahirman) atas motivasi dan kebersamaan yang terus terjalin, teman-teman TMP 2010, TPP 2011, TEP 2010 dan TEP 45 (Kania, Bekti). Teman-teman di Kost Putri Kartika (Tyas, teh Yunny, Bu Yana, Niken, Dara, Uchi) atas kebersamaan dan motivasi yang diberikan. Serta masih banyak lagi ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang mohon maaf tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam tulisan ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013

Elmi Kamsiati

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 4 Februari 1982 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Saidi dan Ibu Tukirah. Penulis lulus SMUN 2 Ponorogo pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan Sarjana di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang, lulus pada tahun 2004. Sejak tahun 2005, penulis bekerja sebagai staf peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah, Badan Litbang Kementrian Pertanian. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Pasca Panen, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Badan Litbang Kementrian Pertanian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

GLOSARIUM

Screening varietas : proses pemilahan varietas dengan metode tertentu sehingga diketahui varietas yang tahan dan yang rentan terhadap serangan hama ataupun penyakit tertentu.

Plastik “hermetik” laminat : plastik yang dibuat dari laminasi yang memiliki permeabilitas gas dan uap air yang rendah.

Metode penyimpanan hermetik

: sistem penyimpanan tertutup berisi atmosfer termodifikasi yang berasal dari efek respirasi yang menghasilkan kondisi rendah oksigen dan tinggi karbon dioksida dalam atmosfer. Permeabilitas yang rendah dari kemasan dapat mempertahankan kadar air yang tetap rendah dan di dalam kemasan. (Villers et al. 2008).

Void (intergranular space) : ruang udara antar biji-bijian.

Serangga hama pascapanen

: serangga yang menyerang dan merusak komoditas hasil pertanian setelah dipanen termasuk dalam penyimpanan.

Resistensi : ketahanan suatu varietas terhadap serangan serangga tertentu, dalam penelitian ini Sitophilus oryzae.

Repelensi : sifat penolakan suatu bahan terhadap suatu jenis serangga.

Antifeedant : bahan fitokimia yang dapat mencegah serangga untuk makan (Isman et.al 1996 diacu dalam Negi et al. 2011)

 

 

xi  

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

Latar Belakang..................................................................................................... 1

Perumusan Masalah ............................................................................................. 3

Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5

Beras .................................................................................................................... 5

Penyimpanan Biji-bijian ...................................................................................... 7

Kondisi awal biji-bijian ................................................................................... 7 Faktor Fisik ...................................................................................................... 8 Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan ............................................................ 8

Sitophilus oryzae ............................................................................................... 10

Ketahanan varietas beras terhadap serangan hama pascapanen ........................ 12

Pengemasan Beras ............................................................................................. 13

Plastik “hermetik” laminat ............................................................................. 13 Polipropilen (PP) ........................................................................................... 14 Low Density Poli Etilen (LDPE) ................................................................... 14

METODE PENELITIAN ................................................................................... 17

Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 17

Bahan dan Alat .................................................................................................. 17

Metode Penelitian .............................................................................................. 18

Persiapan ........................................................................................................ 18 Screening varietas beras ................................................................................ 19 Pengemasan Beras ......................................................................................... 23

Metode Analisis ................................................................................................. 25

Perhitungan Hasil Pengamatan Screening ......................................................... 27

Karakteristik Resistensi ................................................................................. 27 Karakteristik Kehilangan Bobot .................................................................... 27

Rancangan Percobaan ........................................................................................ 28

Screening varietas beras ................................................................................ 28 Pengemasan beras .......................................................................................... 28

xii  

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 30

Karakteristik Beras............................................................................................. 30

Hasil ............................................................................................................... 30 Pembahasan .................................................................................................... 32

Resistensi Beras ................................................................................................. 35

Hasil ............................................................................................................... 35 Total populasi serangga (Nt) .......................................................................... 35 Periode Perkembangan (D) ............................................................................ 36 Indeks Perkembangan (ID) ............................................................................ 37 Laju Perkembangan intrinsik (Rm) ................................................................ 38 Kapasitas multiplikasi mingguan (λ) .............................................................. 38 Pembahasan .................................................................................................... 39

Karakteristik Kehilangan Pascapanen................................................................ 43

Hasil ............................................................................................................... 43 Persentase Susut bobot ................................................................................... 43 Persentase Biji berlubang ............................................................................... 44 Jumlah S.oryzae .............................................................................................. 44 Kadar air ......................................................................................................... 45 Derajat putih ................................................................................................... 45 Pembahasan .................................................................................................... 46

Pengemasan beras .............................................................................................. 51

Hasil ............................................................................................................... 51 Perubahan komposisi udara dalam kemasan selama penyimpanan ............... 51 Kadar oksigen ................................................................................................. 52 Kadar karbondioksida .................................................................................... 53 Kematian S.oryzae dalam kemasan ................................................................ 54 Pembahasan .................................................................................................... 59

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 65

Simpulan ............................................................................................................ 65

Saran .................................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

LAMPIRAN ......................................................................................................... 74

xiii  

DAFTAR TABEL 1.Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008 .............................................. 7 2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan ........ 15 3. Dimensi ukuran panjang, lebar dan rasio panjang/lebar delapan varietas beras di

Kalimantan Tengah .......................................................................................... 30 4. Rerata nilai kekerasan dan derajat putih beras .................................................. 31 5. Rerata kadar air, amilosa dan lemak beras ........................................................ 32 6. Rerata total populasi (Nt) S.oryzae pada beras ................................................. 36 7. Rerata periode perkembangan (D) S.oryzae pada beras .................................... 37 8. Rerata nilai Indeks Perkembangan (ID) beras .................................................. 37 9. Rerata laju perkembangan intrinsik (Rm) S.oryzae pada beras ........................ 38 10. Rerata kapasitas multiplikasi mingguan (λ) S.oryzae pada beras ................... 38 11. Rerata nilai total populasi (Nt), periode perkembangan (D), indeks

perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) .............................................................................. 39

12. Rerata susut bobot beras dalam penyimpanan ................................................ 43 13. Rerata biji berlubang pada beras dalam penyimpanan .................................... 44 14. Rerata jumlah total S.oryzae setelah penyimpanan ......................................... 45 15. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan ................................................... 46 16. Rerata derajat putih beras setelah penyimpanan. ............................................ 47 17. Persentase susut bobot, biji berlubang, total populasi S.oryzae, kadar air dan

derajat putih ................................................................................................... 49 18. Korelasi parameter-parameter susut bobot...................................................... 48 19. Korelasi antara kadar lemak dengan parameter kehilangan hasil ................... 49 20. Rerata kadar oksigen pada berbagai jenis plastik ......................................... 54 21. Rerata kadar karbondioksida pada berbagai jenis plastik ............................. 56 22. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbagai jenis plastik ......................... 57 23. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbegai varietas dan jenis plastik pada

hari ketiga penyimpanan ............................................................................... 59 24. Rerata kadar air beras dalam berbagai jenis plastik Lama kematian, kadar air

dan laju perubahan oksigen pada berbagai .................................................... 57 25. Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai jenis plastik dan varietas beras.............................................................. ....... 62  

xiv  

DAFTAR GAMBAR 1.Struktur Biji Padi ................................................................................................. 5 2.Imago Sitophilus oryzae ..................................................................................... 10 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae ...................................................... 19 4. Diagram Alir Seri I Screening Varietas Beras................................................... 21 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I. .............................................. 22 6. Diagram Alir Seri II Screening Varietas Beras ................................................. 22 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II .............................................. 23 8 Diagram alir pengemasan beras .......................................................................... 24 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik .............................................. 25 10. Beras varietas Karang dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam

Palas, Rantul, Bayar Pahit dan Siam Unus ..................................................... 33 11. Laju pertumbuhan turunan pertama (F1) S.oryzae pada berbagai varietas beras

........................................................................................................................ 35 12. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan

untuk varietas Siam Jurut ............................................................................... 51 13. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan

untuk varietas Siam Unus ............................................................................... 52 14. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan

untuk varietas Karang Dukuh ......................................................................... 52 15. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam

Jurut selama penyimpanan ............................................................................. 54 16. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam

Unus selama penyimpanan ............................................................................ 55 17. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Karang

Dukuh selama penyimpanan........................................................................... 55 18. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama

penyimpanan untuk varietas Siam Jurut ......................................................... 57 19. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama

penyimpanan untuk varietas Siam Unus ........................................................ 58 20. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama

penyimpanan untuk varietas Karang Dukuh .................................................. 58

xv  

DAFTAR LAMPIRAN  

1. Karakteristik beras yang digunakan dalam penelitian................................... 75 2. Karakteristik plastik yang digunakan dalam penelitian................................. 79 3a. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2011................................. 80 3b. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2010................................ 81 3c. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2009................................ 83 4a. Analisis ragam kadar amilosa beras.............................................................. 83 4b. Uji lanjut Duncan kadar amilosa beras.......................................................... 83 5a. Analisis ragam kadar lemak beras................................................................. 83 5b. Uji lanjut Duncan kadar lemak beras.............................................................. 83 6a. Analisis ragam kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I....................... 83 6b. Uji lanjut Duncan kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I................... 84 7a. Analisis ragam dimensi panjang beras .......................................................... 84 7b. Uji lanjut Duncan dimensi panjang beras....................................................... 84 8a. Analisis ragam dimensi lebar beras................................................................. 84 8b. Uji lanjut Duncan dimensi lebar beras............................................................ 85 9a. Analisis ragam dimensi rasio panjang:lebar beras........................................ 85 9b. Uji lanjut Duncan dimensi rasio panjang:lebar beras..................................... 85 10. Analisis ragam kekerasan beras....................................................................... 85 11a. Analisis Ragam derajat putih beras................................................................ 86 11b. Uji lanjut Duncan derajat putih beras............................................................. 86 12a. Analisis ragam jumlah total populasi S.oryzae seri I..................................... 86 12b. Uji lanjut Duncan jumlah total populasi S.oryzae seri I................................ 86 13a. Analisis ragam nilai periode perkembangan (D)............................................ 86 13b. Uji lanjut Duncan nilai periode perkembangan (D)....................................... 87 14a. Analisis ragam nilai indeks perkembangan (ID)........................................... 87 14b. Uji lanjut Duncan nilai indeks perkembangan (ID)...................................... 87 15a. Analisis ragam laju perkembangan intrinsik (Rm)......................................... 87 15b. Uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsik (Rm).................................... 87 16a. Analisis ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ)..................................... 88 16b. Uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ)................................ 88 17a. Analisis ragam susut bobot............................................................................ 88 17b. Uji lanjut Duncan susut bobot........................................................................ 88 18a. Analisis ragam persentase biji berlubang........................................................ 88 18b. Uji lanjut persentase biji berlubang................................................................ 89 19a. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum penyimpanan..................................................................................................

89

19b.Uji lanjut Duncan kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum penyimpanan...................................................................................................

89

xvi  

20. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II setelah simpan..............................................................................................................

89

21a. Derajat putih setelah penyimpanan............................................... 89 21b. Uji lanjut Duncan derajat putih setelah penyimpanan penelitian Tahap I seri II..............................................................................................................

90

22a. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-3......................................................... 90 22b. Uji lanjut Duncan kadar oksigen hari ke-3..................................................... 90 23. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-7.......................................................... 90 24a. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-3............................................ 91 24b. Uji lanjut Duncan kadar karbondioksida hari ke-3........................................ 91 25. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-7......................................... 91 26a. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-3........................................ 91 26b. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh varietas hari ke-3.........................................................................................................

92

26c. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh jenis plastik hari ke-3.........................................................................................................

92

26d. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh interaksi varietas dan jenis plastik hari ke-3................................................................

92

27. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-7........................................ 92 28. Analisis ragam kadar air awal beras yang dikemas pada penelitian Tahap II..........................................................................................................

92

29a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian Tahap II..........................................................................................................

93

29b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-1 penelitian Tahap II.........................................................................................................

93

30a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II..........................................................................................................

93

30b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II..........................................................................................................

93

   

 

 

 

1  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan komoditas penting di Indonesia, karena merupakan

makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk di provinsi

Kalimantan Tengah. Konsumsi beras per kapita penduduk Kalimantan Tengah

pada tahun 2011 adalah sebesar 121.27 kg/kapita/tahun, dengan jumlah penduduk

sebesar 2.25 juta orang, setidaknya diperlukan 273.86 ribu ton beras untuk

memenuhi konsumsi penduduk tersebut. Kebutuhan ini dipenuhi dari produksi

padi sebesar 610.24 ribu ton yang setara dengan 301.60 ribu ton beras (dengan

rendemen giling 55.7% dan susut pascapanen 11.27%). Berdasarkan jumlah

produksi dan jumlah konsumsi beras masih ada surplus beras sebesar 66.05 ribu

ton. (BPS Kalimantan Tengah 2010, 2011; Radius 2011)

Meskipun secara kuantitas kebutuhan beras secara regional terpenuhi,

namun kuantitas produksi padi yang dihasilkan tiap kabupaten/kota tidaklah selalu

mencukupi kebutuhan daerahnya. Dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah

ada 6 kabupaten yang mengalami surplus ketersediaan beras yaitu Kabupaten

Kapuas, Lamandau, Katingan, Pulang Pisau, Barito Timur dan Murung Raya.

Delapan lainnya, yaitu Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Barito Selatan,

Barito Utara, Sukamara, Seruyan, Gunung Mas dan Palangka Raya mengalami

minus ketersediaan beras (Lampiran 3a).

Peningkatan produksi terus dilakukan diantaranya dengan memperluas area

tanam maupun intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi yang

meningkatkan produktivitas. Penggunaan varietas-varietas unggul nasional yang

adaptif dengan agroekosistem setempat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,

selain itu juga dikembangkan varietas lokal unggul yang selain sesuai dengan

agroekosistem juga disukai oleh masyarakat setempat. Selain dari aspek produksi,

aspek pascapanen juga berperan penting dalam penyediaan beras untuk

masyarakat, karena terdapat potensi kehilangan hasil pada saat pascapanen.

Menurut Direktorat Penanganan Pasca Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu

dalam Haryadi (2010), susut pascapanen padi pada tahun 2007 sebesar 11.27%.

2  

Upaya untuk menurunkan susut pascapanen akan dapat meningkatkan

ketersediaan beras untuk masyarakat.

Salah satu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam rangkaian kegiatan

pascapanen beras adalah penyimpanan. Menurut Direktorat Penanganan Pasca

Panen Deptan dan BPS (2007) yang diacu dalam Haryadi (2010), susut

penyimpanan beras pada tahun 2007 sebesar 1.68%, yang jika dikonversikan

dengan produksi beras di Kalimantan Tengah pada tahun 2011, nilai ini setara

dengan 5 710 ton.

Selama penyimpanan, beras dapat mengalami kerusakan baik karena

pengaruh lingkungan maupun hama penyakit. Suhu dan kelembaban udara yang

tinggi dapat mempercepat kerusakan beras yang disimpan, selain itu hama pasca

panen, seperti tikus dan serangga lain dapat menyebabkan susut bobot dan

penurunan kualitas.

Salah satu serangga hama primer yang menyebabkan kerusakan yang

besar pada beras dalam penyimpanan adalah Sitophilus oryzae. Kumbang bubuk

beras tergolong hama primer dan paling dominan menimbulkan kerusakan beras

dalam penyimpanan. Imago merusak beras dari luar sedangkan larva memakan

beras dari dalam. Gejala serangan adalah adanya biji yang berlubang (yang

disebut exit hole). Dalam keadaaan ekstrim, beras yang diserang S.oryzae akan

rusak dan hancur menjadi tepung (Anggara dan Sudarmaji, 2009).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan

beras dalam penyimpanan dari serangan hama pascapanen di antaranya adalah

menanam varietas padi yang resisten. Penelitian-penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa varietas yang berbeda memiliki resistensi yang berbeda.

Rashid et al. (2009), melakukan pengujian resistensi tujuh varietas beras

yang berbeda terhadap serangan Sitophilus oryzae (L) dan hasilnya menunjukkan

ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut bobot yang rendah.

Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat varietas beras

(Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan oleh

Hasheminia (2011) yang menyatakan bahwa Sitophilus oryzae menunjukkan

preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda.

Nadeem et al. (2011) juga telah meneliti preferensi makan dan periode

3  

perkembangan Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) and

Trogoderma granarium Everts pada padi, beras pecah kulit dan beras giling dari

empat varietas padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda

memberikan respon yang berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan

kehilangan berat biji. Abebe et al. (2009) juga telah melaporkan ketahanan

beberapa varietas jagung terhadap serangan hama gudang Sitophilus zeamais

(Motsch.), salah satu hama penting dalam penyimpanan jagung. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu

varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten. Haryadi (1991) diacu dalam

Tarmudji (2008) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi

berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama. Metode ini

memberikan informasi yang lebih lengkap dibanding metode yang lain.

Disamping penggunaan varietas yang resisten, penggunaan kemasan yang

baik dapat melindungi beras yang disimpan dari serangan hama pascapanen.

Kemasan plastik memiliki fungsi pasif melindungi produk yang dikemas terhadap

kerusakan yang disebabkan faktor eksternal terkait dengan penanganan dan

serangan mikro dan makroorganisme (seperti serangga) (Riudavets et al. 2007).

Pemilihan jenis kemasan dan kadar air yang tepat, efektif dalam

mengurangi infestasi hama Sitrotoga cerealella, Sitophilus oryzae dan Tribolium

castaneum dan kehilangan berat padi yang disimpan (Dharmasena dan

Abeysiriwardena 2003). Penggunaan plastik hermetik pada beras pecah kulit

menunjukkan bahwa terjadi penurunan kondisi oksigen penyimpanan selama 8

bulan, yaitu dari 21% turun ke taraf 8-10 % yang berarti dapat menekan populasi

serangga hidup, dibandingkan dengan kemasan lainnya (Rachmat 2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

melakukan screening varietas beras lokal Kalimantan Tengah berdasarkan

ketahanan terhadap serangan Sitophilus oryzae dan pemilihan jenis kemasan yang

tepat untuk melindungi beras selama penyimpanan.

Perumusan Masalah

Beras merupakan komoditas pertanian penting di Kalimantan Tengah,

karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk di wilayah ini.

Ketersediaan beras di provinsi Kalinatan Tengah sudah dapat mencukupi

4  

kebutuhan penduduknya, namun kuantitas ketersediaannya tidak merata di setiap

kabupaten. Upaya menjamin ketersediaan beras tidak hanya dari aspek produksi

tetapi juga harus diikuti penanganan pascapanen yang tepat untuk mengurangi

kehilangan hasil. Penyimpanan merupakan salah satu rantai dalam pascapanen

beras sebelum sampai ke konsumen. Dalam penyimpanan beras dapat mengalami

kerusakan karena faktor lingkungan serta serangan hama dan penyakit. Serangga

hama Sitophilus oryzae merupakan hama yang banyak menyerang beras dalam

penyimpanan. Ketahanan setiap varietas beras terhadap hama penyakit berbeda

karena bentuk, kandungan gizi akan mempengaruhi kesukaan serangga hama

terhadap suatu bahan pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan screening varietas

untuk menentukan varietas beras yang tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae.

Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk melindungi beras yang disimpan

adalah teknik pengemasan yang baik. Pengemasan akan melindungi produk yang

disimpan dari kerusakan yang disebabkan serangan hama pascapanen.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Melakukan screening ketahanan beberapa varietas beras asli Kalimantan

Tengah terhadap serangan hama Sitophilus oryzae.

2. Mempelajari pengaruh jenis kemasan terhadap tingkat dan lama waktu

kematian serangga Sitophilus oryzae dalam penyimpanan.

3. Menentukan jenis kemasan yang sesuai untuk penyimpanan beras.

              

5  

TINJAUAN PUSTAKA

Beras

Beras adalah gabah yang bagian sekam dan pericarp (kulit ari)nya sudah

dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan

penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian

kulit luarnya (hull), disebut beras pecah kulit. Beras sosoh atau beras slyp atau

beras putih adalah butiran beras yang telah terbebas dari bekatul dan telah disosoh

untuk mendapatkan warna putih mengkilap (Rahmad 2009; Patiwiri 2006).

Biji padi atau gabah terdiri atas dua penyusun utama, yaitu 72-82% bagian

yang dapat dimakan atau kariopsis (disebut beras pecah kulit atau brown rice),

dan 18-28% kulit gabah atau sekam. Kariopsis tersusun dari 1-2% perikarp, 4-6%

aleuron dan testa, 2-3% lemma (sekam kelopak), dan 89-94% endosperm. Sumber

lain mengatakan kisaran yang berbeda, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan

varietas gabah, keadaan daerah penanaman dan perbedaan pola budidaya (Juliano,

1984 diacu dalam Haryadi, 2008). Perlu dikemukakan juga hasil penelitian lain

yang menyatakan bahwa kariopsis terdiri atas 6,5% perikarp, teta, nuselus dan

aleuron; 2-2,1% skutelum; 0,8-1,1% lembaga atau embrio; dan 90,4-90,6%

endosperm. (Juliano, 1980 diacu dalam Haryadi 2008). Stuktur biji padi dapat

dilihat pada Gambar 1.

   

Gambar 1.Struktur Biji Padi (Tengseng Rice Mill, 2011)

6  

Komponen terbesar penyusun beras adalah pati. Oleh sebab itu ciri-ciri

inderawi yang utama, khususnya teksturnya, ditentukan oleh sifat dan perilaku

pati. Berdasar kandungan amilosanya, beras dikelompokkan menjadi beras ketan

yang mengandung amilosa 0-2% bobot kering, beras berkandungan amilosa

rendah yaitu antara 9-20%, beras berkandungan amilosa menengah yaitu 20-25%,

dan beras berkandungan amilosa tinggi, yaitu lebih dari 25%. Beras ketan

digunakan untuk membuat olahan manis dan olahan yang mempunyai tekstur

lunak dan liat. Beras berkadar amilosa rendah digunakan untuk membuat

makanan bayi, sereal sarapan pagi dan roti dengan pengembangan volume

menggunakan ragi (Haryadi 2008).

Subspesies padi yang di tanam didunia secara umum dapat dikelompokkan

menjadi 3 subspesies, yaitu japonica (tipe A), javanica (tipe B) dan indica (tipe

C). Pengelompokan ini didasarkan pada bentuk gabah baik dari panjang maupun

lebarnya. Perbedaan yang paling menonjol dari kedua sub spesies antara javonica

dan indica adalah perbedaan ukuran butiran. Japonica memiliki bentuk butiran

yang pendek membulat, sedangkan indica memiliki bentuk memanjang. Rasio

panjang-lebar japonica lebih kecil dari 2.0 sedangkan indica memiliki rasio

panjang-lebar lebih tinggi hingga 4.0. Rasio lebar-tebal japonica berkisar antara

1.4 sampai 1.6, sedangkan indica 1.3 sampai 1.6. Berat per butir japonica

umumnya lebih tinggi daripada indica (Patiwiri 2006).Sedangkan subspesies

javanica memiliki ukuran butiran yang besar, yaitu memiliki panjang dan lebar

butiran yang tinggi. Indica memiliki rentang lebar butiran antara 2.0-3.5 mm dan

panjang 6.7 mm atau lebih, japonica memiliki rentang lebar butiran 2.7 mm atau

lebih dan panjang 7.7 mm atau lebih (Patiwiri 2006).

Varietas-varietas padi yang ditanam di Indonesia termasuk dalam subspesies

indica. Rasio panjang-lebar paling rendah 2.0 ditunjukkan oleh PB 36 dengan

panjang butiran 6.4 mm, sedangkan rasio panjang-lebar yang tinggi ditunjukkan

oleh varietas Rojolele dan Semeru sebesar 2.9 dengan panjang butiran 6.5-7.5 mm

(Patiwiri 2006).

Persyaratan mutu beras berdasarkan SNI No. 6128-2008 terdiri atas syarat

umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah: (a) bebas hama dan penyakit, (b)

bebas bau apek, asam atau bau asing lainnya, (c) bebas dari campuran dedak dan

bekatul dan (d) bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan

7  

dan merugikan. Sedangkan syarat khusus beras menurut SNI No.6128-2008

ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat khusus beras menurut SNI No. 6128-2008

No Komponen mutu Satuan Mutu I

Mutu II

Mutu III

Mutu IV

Mutu V

1 Derajat sosoh (min) (%) 100 100 95 95 85 2 Kadar air (maks) (%) 14 14 14 14 15 3 Beras kepala (min) (%) 95 89 78 73 60 4 Butir patah (maks) (%) 5 10 20 25 35 5 Butir menir (max) (%) 0 1 2 2 5 6 Butir merah (max) (%) 0 1 2 3 3 7 Butir kuning/rusak (max) (%) 0 1 2 3 5 8 Butir mengapur (max) (%) 0 1 2 3 5 9 Butir asing (max) (%) 0 0,02 0,02 0,05 0,2 10 Butir gabah (max) (butir/

100 g) 0 1 1 2 3

Sumber: BSN (2011)

Penyimpanan Biji-bijian

Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu

berkaitan dengan waktu. Tujuan penyimpanan dari biji-bijian adalah menjaga

kualitas, termasuk nilai nutrisi dan menjaga biji-bijian dalam kondisi yang bagus

untuk pemasaran dan pengolahan. Kualitas dari bahan yang disimpan dipengaruhi

oleh empat faktor, yaitu (a) kondisi awal biji-bijian, (b) kondisi lingkungan

selama periode penyimpanan, (c) faktor biotik, seperti serangga, tikus dan

mikroorganisme dan (d) berbagai perlakuan yang diaplikasikan pada biji-bijian

selama periode penyimpanan (seperti aerasi, pengeringan, fumigasi, kontrol

atmosfer, grain protectan) (Rajendran 2003).

Kondisi awal biji-bijian

Kondisi awal biji-bijian sebelum penyimpanan, seperti tingkat ketuaan biji,

metode panen dan metode penanganan mempengaruhi kualitas biji-bijian yang

disimpan. Aktivitas cendawan dan serangga hama dapat dimulai sejak dari lahan.

Kondisi sanitasi dan fisik biji bijian setelah panen, sebelum disimpan (seperti

kadar air, kebersihan dan densitas) akan mempengaruhi kualitas penyimpanan,

oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan kualitas biji-bijian sebelum disimpan.

Aktivitas air ataupun kadar air merupakan faktor paling penting, karena akan

8  

mempengaruhi pertumbuhan serangga hama dan organisme perusak lainnya.

Kadar air tidak akan seragam pada penyimpanan curah dan akan bervariasi antar

daerah, antar lot dan dalam penyimpanan karung akan berbeda antara yang lapisan

berbatasan dengan kemasan dengan yang di dalam, dan di penyimpanan curah

antara lapisan atas dengan lapisan luar atau di dalam. Pada penyimpanan curah,

kadar air tertinggi di beberapa bagian lebih penting daripada kadar air rata-rata

(Rajendran 2003).

Faktor Fisik

Faktor fisik yang berpengaruh terhadap penyimpanan biji-bijian adalah

suhu, aktivitas air/kadar air biji dan kelembaban udara. Aktivitas hama

bergantung pada suhu, sehingga suhu memiliki peran penting dalam

penyimpanan. Serangga dan kapang memiliki kondisi suhu optimum

pertumbuhan, masing-masing 25-31°C dan 25°C. Penurunan suhu akan

menurunkan aktivitas dan perkembangan serangga dan kapang. Kenaikan suhu

akan menyebabkan peningkatan aktivitas respirasi dari biji-bijian dan serangga,

sehingga reaksi deteriorasi lebih cepat terjadi. Faktor lain yang yang berkorelasi

dengan suhu adalah kadar air atau aktivitas air dari biji. Kadar air antara 12-14%

baik untuk pertumbuhan serangga. Jika aktivitas air (Aw) 0,9 atau lebih, kapang

akan tumbuh. Jika Aw rendah, aktivitas hama akan turun. Suhu dan kadar air

secara bersama-sama menentukan lama penyimpanan. Respirasi dari biji-bijian

dan hama serangga akan mengkonsumsi oksigen dan melepaskan karbon dioksida

selama penyimpanan. Kadar oksigen dan karbon dioksida juga mempengaruhi

populasi dan pertumbuhan serangga (Rajendran 2003).

Interaksi antara faktor fisik dengan proses biologi dalam ekosistem

penyimpanan biji-bijian berperan utama dalam perubahan komposisi biji-bijian

dan sifat fungsionalnya. Perubahan tersebut diantaranya penurunan kadar

karbohidrat termasuk penurunan jumlah gula reduksi dan total gula. Penurunan

kadar lemak dan peningkatan kadar asam lemak bebas karena aktivitas enzim

lipase serta penurunan kadar vitamin A dan B (Rajendran 2003).

Faktor Biotik dan Pengaruh Perlakuan

Faktor biotik seperti serangga, tungau, tikus, burung dan mikroorganisme

berperan pada susut kuantitas dan kualitas dalam penyimpanan biji-bijian, serta

berperan pada kontaminasi, pemanasan dan terkait dengan problem penyimpanan.

9  

Pada kasus yang ekstrim dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan (Rajendran

2003).

Serangga merupakan hama yang pertama berinteraksi dengan biji-bijian dan

menjadi ancaman utama dalam mempertahankan kualitas biji-bijian selama

penyimpanan. Serangga ini mengkonsumsi, mengkontaminasi dan menyebarkan

mikroflora. Serangga hama menyebabkan susut bobot terutama karena aktivitas

makan, dan kerusakan terjadi jika serangga meletakkan telur. Hal ini

menyebabkan kehilangan gula non reduksi, gula reduksi dan total gula dari biji-

bijian yang diinfestasi. Serangga hama juga mengeluarkan kotoran yang

mengandung asam urat, selain itu juga kontaminasi juga berupa potongan tubuh

dan serangga mati. Kontaminasi serangga dapat menurunkan harga produk dan

dapat juga menyebabkan penolakan produk. Serangga juga berperan dalam

menyebarkan cendawan penyimpanan (Rajendran 2003).

Perlindungan biji-bijian dari kerusakan dapat dilakukan secara fisik dengan

(a) manipulasi suhu, aktivitas air dan komposisi udara; (b) aplikasi “inert dust”

dan (c) pemisahan secara mekanis untuk membuang serangga hama, digunakan

sebelum perlindungan secara kimia dan fumigasi diperkenalkan. Perlakuan fisik

memiliki kelebihan karena bebas residu dan tidak mempengaruhi kualitas biji,

namun umumnya biayanya mahal, tetapi beberapa perlakuan telah dilakukan pada

skala komersial (Rajendran 2003). Kerusakan selama penyimpanan dapat dicegah

dengan fungisida, insektisida, cara pengemasan dan pengaturan ruangan serta

pengaturan kadar air dan suhu selama penyimpanan (Wardana 2010).

Penggunaan bahan pengemas yang dibuat dari bahan yang sukar ditembus

oleh serangga (tidak dapat digigit) merupakan salah satu metode untuk

melindungi bahan yang disimpan. Kemasan harus anti serangga (tidak ada

sambungan/keliman yang merupakan celah yang dapat dimasuki oleh serangga).

Contoh kemasan yang bersifat tahan terhadap serangan hama pascapanen adalah

poliester/polikarbonat dengan ketebalan > 40µm atau laminat plastik dengan

aluminium foil (alufo). Kemasan karung/kantong yang terbuat dari lembaran

plastik, lebih baik dibanding kantong atau karung yang terbuat dari anyaman

plastik. Penutupan kantong/karung secara dikelim/heat-seal lebih baik dibanding

penutupan dengan cara dijahit (Haryadi 2010).

10  

Sitophilus oryzae

Sitophilus oryzae merupakan hama yang yang paling merusak pada biji-

bijian yang disimpan. S.oryzae merupakan kumbang moncong kecil yang

bervariasi dalam ukuran, tapi rata-rata 2-3 mm. Moncong S.oryzae panjang (1

mm), hampir 1/3 bagian dari total panjangnya. Kepala dengan moncong hampir

sama panjangnya dengan protorak maupun elytra. Warnanya bervariasi dari merah

coklat kusam sampai hitam, dan biasanya ditandai dengan 4 bintik merah sampai

kuning pada bagian punggung (Gambar 2). Sayap bawah dari S.oryzae akan

berkembang dan dapat terbang. Thorak ditutupi oleh bintik-bintik padat yang

disebut puncture dan elytra memiliki memiliki barisan bintik menurut garis

membujur. Tahap larva dari dari serangga ini berwarna putih, lembut, tak berkaki

dan berada didalam biji, memakan biji dari dalam. Setelah berkembang, larva

akan menjadi pupa dan akhirnya menjadi imago (Kohler 2008; Jacobs dan Calvin

2001).

 

Gambar 2.Imago Sitophilus oryzae (Makarov 2002)

Selama musim panas, periode perkembangan lebih pendek, yaitu sekitar 26

hari. Periode ini akan lebih lama pada kondisi cuaca dingin. S.oryzae dapat

terbang, dan infestasi kemungkinan terjadi saat di lahan terlebih dahulu daripada

pada saat panen. S.oryzae merupakan hama yang merusak biji-bijian.

Berkembang di dalam biji menyebabkan kerusakan hampir semua biji-bijian

dalam elevator atau tempat penyimpanan (Jacobs dan Calvin 2001).

S.oryzae mengalami metamorfosis sempurna dengan perkembangan telur

hingga imago selama 35 hari di daerah tropis, dan 110 hari di daerah beriklim

dingin. Lingkungan paling sesuai bagi perkembangan hama ini adalah pada suhu

25-27°C dan kelembaban udara 70%. Rata-rata masa hidup imago 4-5 bulan ,

11  

tetapi beberapa individu mampu hidup hingga satu tahun. Betina bertelur selama

hidupnya dengan fekunditas total 300-400 butir, tetapi hanya ± 150 telur yang

diletakkan dengan puncak oviposisi pada umur imago 4-5 minggu (Anggara dan

Sudarmadji 2009).

Rentang waktu perkembangan serangga pradewasa bergantung pada kualitas

beras dan suhu lingkungan penyimpanan. Imago betina membuat lubang kecil

pada permukaan beras, bertelur di lubang tersebut, dan menutupnya kembali

dengan semacam zat lilin (egg-plug) yang disekresi mulutnya. Telur menetas

setelah telur diletakkan 3-6 hari. Larva tidak bertungkai (apoda), dan berkembang

melalui empat instar selama ± 25 hari (3-4 minggu) sebelum menjadi pupa. Pada

suhu 18°C, stadia larva berlangsung ± 98 hari. Setelah tujuh hari sebagai pupa,

imago muncul dan hanya menyisakan selaput kulit luar beras. Apabila menyerang

gabah, imago keluar dengan membuat lubang (emergence hole) pada sekam

(Anggara dan Sudarmadji 2009).

Kumbang bubuk beras merupakan salah satu hama penting dalam

penyimpanan biji-bijian. Hama ini berasal dari India dan telah menyebar ke

seluruh dunia melalui perdagangan. Baik serangga dewasa maupun larva makan

keseluruhan biji. Sitophilus oryzae dapat menyerang biji-bijian utuh yang

disimpan seperti, gandum, sorgum, barley dan beras (Kohler 2008).

Kerusakan beras yang disebabkan serangga susah diukur secara

keseluruhan. Akibat serangan serangga pada beras secara nyata dapat dilakukan

secara langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung dapat terjadi karena

serangga yang memakan beras, mengkontaminasi beras dan merusak struktur

penyimpanan; kerusakan tidak langsung terjadi terkait dengan pemanasan massa

biji-bijian, distribusi mikroorganisme dalam beras dan resistensi konsumen

terhadap produk yang terkontaminasi (Howell Jr 2003).

Internal feeder menyebabkan kerusakan yang besar pada biji, satu studi

menunjukkan bahwa kumbang bubuk beras memakan 30% biji saat berkembang

di dalam gandum. Kerugian dapat disebabkan beras terdegradasi karena adanya

butir rusak oleh serangga atau banyak bagian serangga pada beras (Howell Jr

2003).

12  

Ketahanan Varietas Beras terhadap Serangan Hama Pascapanen

Salah satu metode preventif yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan

hama pascapanen yang dapat menimbulkan kerusakan dan kehilangan bahan

pangan adalah dengan menyimpan serealia yang tahan terhadap serangan hama

pascapanen. Secara alamiah, ada varietas-varietas hasil panen yang rentan dan

adapula varietas tanaman yang resisten terhadap serangan hama pascapanen.

Haryadi (1991) telah mengembangkan metode screening untuk menyeleksi

berbagai varietas serealia yang tahan terhadap serangan hama pascapanen.

Berdasarkan metode yang dikembangkan tersebut, diketahui bahwa varietas eksotik

(di tanam di daerah tropis) lebih tahan terhadap serangan Sitophilus oryzae

dibanding beras varietas sub-tropis (Haryadi 2010).

Dengan rekayasa genetik atau teknik pemuliaan tanaman lainnya

dimungkinkan diciptakan varietas serealia yang menghasilkan biji yang resisten

terhadap serangan hama pascapanen. Selama ini telah dihasilkan berbagai varietas

baru serealia. Pada umumnya dihasilkan varietas yang unggul dari sisi produksi,

seperti tahan hama prapanen, tahan penyakit, produktivitas tinggi, rasa yang enak,

umur tanam yang lebih pendek, tahan keasaman tinggi, tahan kekerinagn dan

keunggulan lainnya. Akan tetapi penemuan varietas-varietas tersebut tidak

bermakna, apabila pada tahap penyimpanan, varietas-varietas baru tersebut tidak

tahan serangan agen-agen perusak khususnya serangan hama pascapanen (Haryadi

2010).

Screening varietas beras/padi terkait dengan ketahanannya terhadap

serangan hama pascapanen telah dilakukan. Rashid et al. (2009), telah melakukan

pengujian resistensi tujuh varietas beras terhadap serangan Sitophilus oryzae (L),

dan hasilnya menunjukkan ada beberapa varietas beras yang resisten dengan susut

bobot yang rendah. Selanjutnya preferensi makan dari Sitophilus oryzae pada empat

varietas beras (Taroum, Hashemi, Ali Kazemi dan Dylamani) juga telah dilaporkan

oleh Hasheminia (2011) yang menunjukkan bahwa Sitophilus oryzae memiliki

preferensi makan yang berbeda terhadap beras dari varietas yang berbeda. Nadeem

et al. (2011) juga telah meneliti preferensi makan dan periode perkembangan

Tribolium castaneum (Herbst), Rhyzopertha dominica (F.) dan Trogoderma

granarium Everts pada padi, beras pecah kulit dan beras giling dari empat varietas

13  

padi pada kondisi laboratorium. Varietas yang berbeda memberikan respon yang

berbeda terhadap feeding preference, perkembangan dan kehilangan berat biji.

Abebe et al. (2009) melaporkan ketahanan beberapa varietas jagung terhadap

serangan hama gudang Sitophilus zeamais (Motsch.), salah satu hama penting

dalam penyimpanan jagung. Dari 13 varietas yang di screening, diperoleh satu

varietas resisten sedangkan yang lain cukup resisten.

Pengemasan Beras

Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang

dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya

kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan

yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan,

benturan dan getaran. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk

hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni,

plastik, kertas dan gelombang karton (Syarief et al. 1989).

Kerusakan atau umur simpan dari bahan pangan dipengaruhi oleh faktor

intrinsik yang merupakan sifat dari produk itu sendiri dan faktor ekstrinsik

(lingkungan). Faktor ekstrinsik diantaranya adalah profil suhu dan waktu selama

processing, kontrol suhu, RH, paparan terhadap cahaya selama penyimpanan dan

distribusi, komposisi gas di dalam kemasan dan penanganan oleh konsumen

(Brown dan Williams 2003).

Pengemasan produk akan memberikan efek yang signifikan pada berbagai faktor ekstrinsik tersebut. Perkembangan bahan kemasan diarahkan oleh kebutuhan untuk mengurangi akibat dari pengaruh lingkungan dan meningkatkan umur simpan. Pada beberapa kasus kemasan sendiri dapat secara efektif meningkatkan umur simpan seperti menjadi barrier yang sempurna terhadap cahaya dan oksigen, sedangkan pada banyak kasus, berbagai faktor akan mempengaruhi efektitivitas kemasan (Brown dan Williams 2003).

Biji-bijian biasanya kering dan biasanya tidak mendukung pertumbuhan

bakteri. Serangga dan cendawan merupakan organisme utama yang menyebabkan

kerusakan dalam ekosistem penyimpanan biji-bijian dan mereka secara alami

bersifat aerobik. Oleh karena itu, menciptakan kondisi rendah oksigen dalam

14  

ekosistem penyimpanan biji-bijian memeliki efek mematikan pada serangga dan

cendawan dan meningkatkan umur simpannya (Jaya and Jeyamkondan 2002).

Perintis penyimpanan kedap udara modern telah menghasilkan penggunaan

penyimpanan kedap udara yang ekstensif, aman dan bebas dari pestisida yang

cocok untuk berbagai jenis komoditas dan biji-bijian, terutama pada daerah yang

beriklim panas dan lembab. Metode penyimpanan yang digunakan adalah

penyimpanan hermetis organik, yang lebih dikenal dengan penyimpanan hermetik

yaitu modifikasi udara untuk mempertahankan oksigen tetap rendah yang

didasarkan pada aktivitas metabolik dan respirasi serangga, mikroflora dan

komoditi itu sendiri di dalam ruang simpan/kemasan (Villers et al. 2007).

Plastik “Hermetik” laminat

Plastik hermetik adalah kantong plastik yang dibuat dari bahan dan teknik

khusus untuk menciptakan lingkungan hermetik (kedap dari pengaruh udara

luar). Jenis plastik ini memiliki ketebalan 0.078 mm dengan lapisan pelindung

dibagian luar dan barier gas di tengah. Plastik ini memiliki permeabilitas yang

rendah pada uap air dan gas (8 g.m-2.24 jam untuk uap air dan 0.3 cm3.m-2.24 jam

oksigen) (Villers dan Gummert 2009).

Polipropilen (PP)

Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,

ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup

mengkilap. Monomer polipropilen diperoleh dengan pemecahan secara termal

naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propilene dan homolog yang lebih tinggi

dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Titik didih PP 1600C dan

dapat digunakan dalam autoklaf (Syarief et al. 1989). Tembus pandang dan jernih

dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam bentuk kemasan kaku.

Low Density Poli Etilen (LDPE)

LDPE merupakan plastik termoplastik poliolefin yang pertama kali

digunakan secara komersial. LDPE memiliki struktur molekul yang unik, yaitu

memiliki rantai cabang panjang yang banyak. LDPE banyak digunakan untuk

berbagai hal, seperti film pengemas, pelapis, bahkan bahan insulasi kabel. Salah

satu alasan dari penggunaannya yang luas adalah stabilitas panasnya yang bagus

15  

dan toksisitasnya yang rendah. LDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi maka

plastik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus

yang tinggi. Titik lelehnya berkisar anatar 105-115°C. Digunakan untuk film

kemasan, mangkuk, botol dan wadah/kemasan. Sifat mekanis LDPE adalah kuat,

agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah

60°C sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air

tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

(Syarief 1989; Baker dan Mead 2000). Sifat barier terhadap gas dan uap air dari

berbagai plastik film kemasan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Sifat barrier terhadap gas dan uap air dari berbagai plastik film kemasan

Film (tebal 25µm)

Laju transmisi uap air (WVTR) g m-2/24 jam

Laju transmisi oksigen cm3 m-2/24 jam.

LDPE HDPE OPP Cast PP EVOH PVdC PA PS PET Aluminium

10-20 7-10 5-7

10-12 1 000

0.5-1.0 300-400 70-150 15-20

0

6 500-8 500 1 600-2 000 2 000-2 500 3 500-4 500

0,5 2-4

50-75 4 500-6 000

100-150 0

Keterangan: WVTR pada kondisi tropis dengan RH 90% pada 38°C Sumber: Kirwan dan Strawbridge (2003)

Beberapa penelitian penggunaan plastik untuk mengemas biji-bijian telah

dilakukan, diantaranya penggunaan plastik LDPE untuk pengemas beras Pandan

Wangi, dapat mempertahankan aroma beras dan disukai oleh panelis pada minggu

kedelapan pengamatan (Natalia 2007). Selanjutnya hasil penelitian Subarna et al.

(2006) dan Suroso et al. (2006) menunjukkan bahwa kandungan gizi proksimat

beras Ciherang, IR 64 dan Sintanur yang dikemas dalam kantong plastik selama

enam bulan tidak mengalami perubahan, namun terjadi perubahan aroma, rasa dan

kepulenan dari beras Ciherang dan Sintanur serta perubahan kadar air dan derajat

putih beras untuk semua varietas. Ferizli et al. (2000), meneliti penggunaan

kemasan kedap dalam penyimpanan jagung, hasilnya menunjukkan bahwa kemasan

kedap dapat menekan populasi serangga hama R.dominica dan T.castaneum yang

16  

diinfestasikan secara artifisial setelah penyimpanan selama dua bulan. Selanjutnya,

penggunaan kemasan film plastik sebagai pengemas juga dilakukan oleh Sanon et

al. (2011), yang hasilnya menunjukkan bahwa penyimpanan hermetik kacang

tunggak dalam dua lapis kantong plastik HDPE dengan ketebalan minimum 80 µm

secara signifikan dapat menurunkan jumlah Callosobruchus maculatus dan

kerusakan biji.

17  

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium TPPHP, Laboratorium

Leuwikopo dan Laboratorium Kimia Pangan BB Pascapanen Bogor. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Desember 2011-Oktober 2012.

Bahan dan Alat

Pada penelitian ini, ada delapan varietas beras lokal Kalimantan Tengah

yang digunakan, yaitu Karang Dukuh, Siam Unus, Siam Palas, Siam Pandak,

Siam Jurut, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Palun yang berasal dari kabupaten

Kapuas. Karakteristik beras dapat dilihat pada Lampiran 1. Kadar air sampel beras

tersebut berkisar antara 12-14%. Gabah Kering Giling (GKG) diperoleh dari

petani. Gabah yang telah dibersihkan dikemas dalam kantong plastik kemudian

disimpan sampai saat digunakan dalam penelitian. GKG dikirim ke Bogor dalam

kantong plastik kemudian dimasukkan karung plastik dan dikemas lagi dengan

kardus. Pengiriman melalui jasa pengiriman cepat. GKG selanjutnya digiling di

laboratorium untuk menghasilkan beras sosoh.

Serangga uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Sitophilus oryzae,

yang merupakan salah satu serangga hama pascapanen yang banyak menyerang

beras selama penyimpanan. S.oryzae diperoleh dari SEAMEO BIOTROP

(Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology) yang selanjutnya

diperbanyak sendiri dalam penelitian ini.

Bahan pengemas yang digunakan adalah (i) kantong kemasan “hermetik” laminat (ii) kantong plastik PP dan (iii) kantong LDPE dengan ketebalan 0.05 mm. Plastik dibeli dalam bentuk kantong ukuran besar. Pembuatan kantong ukuran kecil (8 x 12 cm) dilakukan dengan cara memotong plastik sesuai ukuran yang selanjutnya dirapatkan dengan sealer. Karakteristik plastik yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Bahan analisis yang digunakan adalah NaOH, asetat, KI, N-hexan. Alat

yang digunakan adalah sealer, oven model 2120 Isuzu Seisakusho, timbangan

elektrik Adam PW 184, timbangan digital Mettler PM 4800, labu erlenmeyer,

seperangkat labu soxhlet, pipet, Cosmotektor X 3140, Cosmotektor X 3180,

18  

spektrofotometer, Whiteness Meter Kett, Hardness tester Fujihara Seisakusho, dial

caliper, dan termometer.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, screening varietas beras

dan pengemasan beras.

Persiapan

Tahap persiapan terdiri atas pembiakan serangga Sitophilus oryzae untuk

memperoleh serangga dewasa yang berumur 7-15 hari sebagai serangga uji.

Pembiakan Sitophilus oryzae dilakukan dengan cara sebagai berikut: 250 ekor

serangga Sitophilus oryzae yang diperoleh dari SEAMEO BIOTROP

diinfestasikan pada media beras merah (yang cocok untuk nutrisi Sitophilus

oryzae) sebanyak 750 gram dalam wadah toples kaca yag ditutup dengan kain

kasa dan diinkubasi selama empat minggu pada suhu dan kelembaban ruang.

Sebelumnya, beras merah yang digunakan sebagai media, dipanaskan dalam oven

pada suhu 60ºC selama dua jam dengan tujuan untuk memastikan tidak ada

serangga yang hidup pada medium beras merah.

Setelah empat minggu masa infestasi, dilakukan pengayakan untuk

memisahkan serangga yang keluar. Media beras kemudian diinkubasi lagi dan

sehari kemudian serangga yang keluar dianggap berumur satu hari. Hari

berikutnya dilakukan pengambilan serangga dewasa yang keluar dan disimpan

pada media beras merah baru dan ditunggu sampai dengan serangga tersebut

berumur 7-15 hari. Penentuan umur serangga ini penting karena pada umur 7-15

hari, serangga tersebut mencapai kedewasaan kawin dan dapat memproduksi telur

secara maksimal (Haryadi 1991). Diagram alir pembiakan Sitophilus oryzae dapat

dilihat pada Gambar 3.

19  

Gambar 3. Diagram Alir Pembiakan Sitophilus oryzae

Screening varietas beras

Penelitian ini terdiri atas dua seri, seri I untuk mengetahui laju pertumbuhan

populasi S.oryzae dan seri II untuk mengetahui kerusakan dan susut bobot yang

disebabkan S.oryzae.

Seri I. Sebanyak 200 butir beras kepala dimasukkan ke dalam gelas plastik,

kemudian diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae. Wadah kemudian ditutup

dengan kain blacu dan diikat dengan karet gelang. Setelah tujuh hari masa

infestasi, serangga S.oryzae dikeluarkan dan dibuang. Beras kemudian dibiarkan

untuk memberi kesempatan telur berkembang sesuai siklus hidup serangga.

Setelah 14 hari mulai dilakukan pengamatan setiap hari untuk mengetahui

Beras merah

S.oryzae berumur 1 hari

Dioven pada suhu 60 °C, 2 jam

S.oryzae dipisahkan dari beras

Didinginkan pada suhu ruang, ditimbang 750 g, dimasukkan

toples plastik S.oryzae 250 ekor

Diinkubasi selama 1 bulan, suhu ruang

Beras merah serangga

Diinkubasi selama 1 hari, suhu ruang

Diinfestasikan pada media beras baru selama 7-15 hari

S.oryzae untuk penelitian

20  

keluarnya serangga turunan pertama (F1). Serangga dewasa yang keluar diangkat,

dihitung dan dibuang. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga tidak ada lagi

serangga turunan pertama yang keluar selama lima hari berturut-turut. Diagram

alir penelitian Seri I dapat dilihat pada Gambar 4 dan proses alurnya dapat dilihat

pada Gambar 5.

Parameter yang diamati adalah jumlah total populasi S.oryzae, total populasi

serangga (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju

perkembangan intrinsik (Rm), kapasitas multiplikasi mingguan (λ . (Haryadi

1991).

Selain itu juga dilakukan analisis kimia dan fisik beras yang meliputi

analisis kadar air dengan metode oven, analisis kadar lemak (AOAC, 1995) dan

kadar amilosa beras. Analisis fisik meliputi analisis kekerasan dengan Hardness

meter, derajat putih (Whiteness meter) dan ukuran beras.

Seri II. Pada seri II, 10 ekor S.oryzae yang dipilih secara acak kemudian

diinfestasikan ke dalam 25 gram beras masing-masing varietas yang ditempatkan

ke dalam gelas plastik yang ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet

gelang. Setelah 60 hari masa inkubasi, serangga S.oryzae dihitung dan dibuang.

Parameter yang diamati adalah total populasi serangga dewasa, kadar air,

persen biji berlubang dan kehilangan bobot serta derajat putih. Diagram alir

penelitian Seri II dapat dilihat pada Gambar 6 dan proses alurnya dapat dilihat

pada Gambar 7.

21  

 

Gambar 4. Diagram alir seri I screening varietas beras

 

 

Ditutup dengan kain blacu

S.oryzae dipisahkan dari beras

Beras 200 butir dalam wadah

Hitung jumlah serangga baru

Kadar air Kadar amilosa Kadar lemak Derajat putih

Kekerasan Ukuran

Beras sosoh

Inkubasi dilanjutkan sampai semua serangga baru muncul

S.oryzae baru muncul

Inkubasi dilanjutkan sampai 14 hari

Diinkubasi pada suhu ruang, selama 7 hari

S.oryzae 5 pasang

Hitung jumlah serangga baru

Nt (total populasi serangga)

D (periode perkembangan) ID (indeks perkembangan)

Rm (laju perkembangan intrinsik)

λ (kapasitas multiplikasi mingguan)

22  

 

 Keterangan: a. 200 butir beras diletakkan pada gelas plastik, b. Diinfestasi dengan lima pasang S.oryzae, c. Ditutup dengan kain blacu dan diletakkan pada keranjang, d. Setelah tujuh hari, S.oryzae dipisahkan, dan mulai hari ke-14 diamati

turunan pertama S.oryzae yang keluar.

Gambar 5. Proses penelitian screening varietas beras seri I.

Gambar 6.

Ditimbang Hitung jumlah biji

berlubang Berat biji berlubang

Hitung jumlah biji utuh Berat biji utuh

Kadar air Derajat putih

Kadar air Derajat putih

Beras 25 g dalam wadah

S.oryzae 10 ekor Ditutup dengan kain kasa dan diikat karet gelang

Disimpan pada suhu ruang, selama 60 hari

Gambar 6. Diagram alir seri II screening varietas beras  

c d

a b

23  

 

  Keterangan: a. 25 g beras diinfestasi dengan 10 ekor S.oryzae, ditutup dengan kain

kasa dan diletakkan pada keranjang. b. Setelah 60 hari, S.oryzae tutup dibuka. c. S.oryzae dipisahkan dari beras dan dihitung, kemudian diambil

1000 bulir beras sebagai sampel dipisahkan untuk menghitung biji berlubang dan susut bobot.

d. Biji utuh. e. Biji berlubang.

Gambar 7. Proses penelitian screening varietas beras seri II

Pengemasan Beras

Dari hasil screening dipilih tiga varietas (resisten, medium resisten dan rentan) yang akan dikemas menggunakan berbagai jenis kemasan. Kemasan yang digunakan adalah “hermetik’ laminat, PP (dua lapis) dan LDPE (dua lapis) dengan ukuran 8 x 12 cm (yang merupakan dimensi miniatur dari dimensi ukuran kemasan beras 2 kg dengan ukuran 18 x 27 cm) . Plastik PP dan LDPE digunakan dua lapis karena menurut penelitian Sanon et al. (2011), dua lapis plastik HDPE

e

a b

c

d

24  

dapat menghambat perkembangan serangga hama pascapanen pada kacang tunggak dibandingkan satu lapis pada tingkat ketebalan yang sama. Plastik PP dan PE dipilih sebagai kemasan yang banyak digunakan. Sedangkan plastik “hermetik” laminat merupakan plastik laminat yang memiliki permeebilitas gas yang rendah.

Beras dibersihkan, dipisahkan dari kotoran, kemudian ditimbang, 100 g untuk setiap perlakuan dan dimasukkan dalam berbagai jenis kemasan. Selanjutnya ke dalam masing-masing kemasan dilakukan infestasi Sitophilus oryzae sebanyak 100 ekor, kemudian kemasan ditutup rapat dengan menggunakan sealer. Beras yang telah dikemas diletakkan pada suhu ruang sampai seluruh serangga yang diinfestasikan dalam kemasan mati, sampel disiapkan untuk pengamatan selama 20 hari. Untuk setiap kombinasi perlakuan dibuat 3 ulangan.

Pengamatan dilakukan setiap hari, tiga sampel untuk setiap perlakuan. Parameter yang diamati adalah jumlah serangga mati, jumlah serangga hidup, kadar air, kadar oksigen dan kadar karbon dioksida. Pertama diukur O2 dan CO2

dalam kemasan, selanjutnya kemasan dibuka untuk menghitung jumlah S.oryzae yang hidup dan yang mati, kemudian diambil sampel untuk kadar air. Diagram alir pengemasan beras dapat dilihat pada Gambar 8 dan pengemasan beras dapat dilihat pada Gambar 9.

Beras bersih

Pengamatan setiap hari sampai seluruh serangga mati.

Benda asing

Ditimbang @ 100 g

Beras sosoh

Infestasi S.oryzae 100 ekor

Sortasi

Pengemasan (“hermetik” laminat, PP dan LDPE)

Analisis: Kadar O2, CO2

Jumlah serangga mati, hidup

Kadar air

Gambar 8 Diagram alir pengemasan beras

25  

 

 

Keterangan: a. kemasan “hermetik”, laminat . b. plastik polipropilen. c. plastik polietilen densitas rendah (LDPE)

Gambar 9. Pengemasan beras dengan berbagai jenis plastik 

Metode Analisis

Analisis Kadar air metode oven.

Sampel sebanyak ± 5 gram, ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan

yang telah diketahui beratnya. Cawan beserta isi dikeringkan dalam oven 105°C

selama 6 jam, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu

didinginkan dan ditimbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali sampai

a b

c

26  

diperoleh berat konstan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut

ini:

Kadar air (%bb) = (a-b) x 100% c Dimana: a = berat cawan dan sampel awal (g)

b = berat cawan dan sampel akhir (g)

c = berat sampel awal (g)

Analisis Kadar Amilosa Beras

Analisis kadar amilosa menggunakan metode kolorimetri. Sebanyak 100 mg

beras yang ditepungkan dimasukkan labu ukur 100ml, kemudian diberi 1 ml

alkohol 95% dan 9 ml NaOH 1 N. Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 23

jam, kemudian ditambah air destilata sampai tera, lalu dikocok. Dari larutan

tersebut diambil 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang

telah diisi 85 ml air destilata dan diberi 1 ml asetat 1 N dan 2 ml KI 2%, lalu

diencerkan sampai tanda tera. Nilai penyerapan cahaya dari larutan ini diukur

dengan spektrofotometer. Klasifikasi kadar amilosa dapat digolongkan sebagai

berikut: tinggi (>25%), sedang (20.1-25%, rendah (12.1-20,0%), dan sangat

rendah (5.1-12.0%) (Juliano dan Villareal 1993 dalam Lestari et al. 2007).

Analisis Kadar Lemak

Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan dalam saringan timbel dan ditutup

dengan kapas wool yang bebas lemak. Timbel yang berisi sampel diletakkan

dalam alat ekstraksi Soxhlet. Pelarut N-Hexan dituangkan ke dalam labu lemak

secukupnya. Di refluks selama 5 jam sampai pelarut yang ada dalam labu lemak

dan ditampung pelarutnya. Selanjutnya labu lemak hasil ekstraksi dipanaskan

dalam oven 105°C. Setelah mencapai berat yang tetap, sampel didinginkan dalam

desikator, labu dan lemaknya ditimbang. (Subarna et al. 2006)

Derajat putih

Pengukuran derajat putih dilakukan dengan Whiteness Meter Kett

menggunakan standar BaSO4.

Kekerasan beras

Pengukuran kekerasan beras dilakukan dengan menggunakan Kiya

Hardness Meter.

27  

Ukuran Beras

Sepuluh butir beras kepala diukur panjangnya secara manual menggunakan alat dial caliper. Bentuk beras diperoleh dari rasio panjang dibanding lebar beras (Lestari et al. 2007)

Perhitungan Hasil Pengamatan Screening

Karakteristik Resistensi

Hasil pengamatan dihitung dengan parameter sebagai berikut: a. Jumlah total populasi (Nt), dengan menghitung semua serangga yang ke luar

ditambah dengan serangga awal yang diinfestasikan. b. Periode perkembangan (D), yaitu lamanya waktu dari tengah-tengah waktu

infestasi sampai tercapai 50% dari total populasi F1 Sitophilus oryzae. c. Indeks perkembangan (ID), yang dihitung dari nilai Nt dan D, dengan formula:

ID = (ln Nt / D) x 100 d. Laju perkembangan intrinsik (Rm), dihitung dengan formula: Rm= Loge R Dm Dimana: R = Nt/No No = Jumlah serangga yang diinfestasikan Dm = periode perkembangan dalam satuan minggu e. Kapasitas multiplikasi minggunan (λ), dengan formula:

λ   

Karakteristik Kehilangan Bobot

a. Persen Biji Berlubang Diketahui dengan menghitung jumlah biji berlubang setelah masa infestasi dan dibandingkan dengan jumlah biji awal yang utuh, dihitung dengan formula: Persen Biji Berlubang = Jumlah biji berlubang x 100%

Jumlah biji utuh awal

28  

b. Persen Kehilangan Bobot

Dihitung menggunakan formula Adam, yaitu: Persen kehilangan bobot = U.Nd – D.Nu x 100%

U.N Dimana:

U = Bobot Biji Utuh Nu = Jumlah Biji Utuh D = Bobot Biji Berlubang Nd = Jumlah Biji Berlubang N = Nu + Nd

Rancangan Percobaan

Screening varietas beras

Rancangan percobaan untuk screening varietas beras menggunakan

Rancangan Acak Lengkap dengan varietas beras sebagai faktor dengan 3 kali

ulangan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Model matematiknya

sebagai berikut:

Yij = μ + Ai + єij Yij = Nilai pengamatan µ = nilai rata-rata umum

Aij = pengaruh varietas ke-i

Єij = galat percobaan

Pengemasan beras

Penelitian pengemasan beras menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Faktorial dengan faktor pertama varietas dan faktor kedua jenis kemasan. Varietas

yang digunakan adalah 1). varietas yang paling resisten, 2) varietas medium

resisten dan 3). varietas yang paling rentan yang diperoleh dari tahap penelitian

sebelumnya. Jenis kemasan yang digunakan adalah 1).plastik hermetik, 2). plastik

PP 0.05 mm (dua lapis) dan 3). Plastik LDPE 0.05 (dua lapis). Masing-masing

perlakuan diulang sebanyak tiga kali.

29  

Model matematiknya sebagai berikut:

Yijk = μ + Ai + Βj + (AB)ij + єijk Yijk = Nilai pengamatan µ = nilai rata-rata umum Ai = pengaruh varietas ke-i Bj = pengaruh kemasan ke j (AB)ij = pengaruh interaksi varietas dan kemasan Єijk = galat percobaan

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam

(ANOVA) dengan α= 0.05. Bila dari hasil ANOVA memperlihatkan pengaruh

yang berbeda nyata, akan dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan.

30  

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Beras

Hasil

Varietas beras yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas lokal dari

Kalimantan Tengah, ada delapan varietas yaitu Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam

Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Unus. Varietas-

varietas ini merupakan varietas padi yang ditanam di lahan pasang surut tipe A

maupun B. Varietas-varietas ini berumur panjang, yaitu baru bisa dipanen setelah

8-9 bulan. Varietas-varietas tersebut memiliki karakteristik fisik maupun nutrisi

yang berbeda. Karakteristik fisik dan kimia menjadi parameter yang diamati karena

terkait dengan sifat ketahanan varietas tersebut terhadap serangan S.oryzae.

Dimensi ukuran beras menjadi salah satu parameter fisik yang diamati. Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa faktor varietas beras memberikan pengaruh

yang berbeda nyata pada dimensi ukuran beras yang meliputi panjang, lebar dan

rasio panjang/lebar. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa varietas Rantul, Siam

Pandak, dan Bayar Pahit memiliki bentuk sedang (medium) yang berbeda nyata

dengan varietas Siam Jurut, Siam Unus, Siam Palun dan Karang Dukuh (ramping).

(Tabel 3)

Tabel 3. Dimensi ukuran panjang, lebar dan rasio panjang/lebar delapan varietas beras di Kalimantan Tengah

No. Varietas Panjang (mm) Lebar (mm) Rasio P/L 1. Karang Dukuh 5.97c 1.53a 3.90e

2. Siam Jurut 5.57b 1.83b 3.07bc

3. Siam Pandak 5.70b 2.30c 2.50a

4. Siam Palun 5.93c 1.80b 3.37d

5. Siam Palas 5.07a 1.87b 2.87b

6. Bayar Pahit 5.57b 2.17c 2.57a

7. Rantul 5.23a 2.30c 2.37a

8. Siam Unus 5.77bc 1.87b 3.10c

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Karakteristik fisik lain yang diukur adalah kekerasan dan derajat putih. Rerata

nilai kekerasan dari delapan varietas beras, diperoleh nilai kekerasan berkisar antara

3.9-6.9 Kg.F (Tabel 4). Nilai kekerasan tertinggi pada varietas Siam Palas dan

31  

terendah Bayar Pahit. Berdasarkan analisis ragam, faktor varietas memberikan

pengaruh yang berbeda nyata pada kekerasan beras dan berdasarkan uji lanjut

Duncan menunjukkan bahwa kekerasan varietas Siam Palas berbeda nyata dengan

ketujuh varietas lainnya, varietas dengan nilai kekerasan yang tidak berbeda nyata

adalah varietas Siam Jurut, Siam Pandak dan Rantul, kemudian kekerasan varietas

Siam Jurut tidak berbeda nyata dengan Siam Unus.

Tabel 4. Rerata nilai kekerasan dan derajat putih beras

No. Varietas Kekerasan (Kg.F) Derajat putih 1. Karang Dukuh 6.1e 46.9b 2. Siam Jurut 4.8bc 47.9c

3. Siam Pandak 5.3c 49.6e

4. Siam Palun 5.4d 49.2d

5. Siam Palas 6.9f 49.8e

6. Bayar Pahit 3.9a 50.9g

7. Rantul 5.3c 50.4f

8. Siam Unus 4.7b 45.3a

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Derajat putih menunjukkan tingkat warna putih dari butiran beras. Warna beras sosoh akan berada diantara warna kuning dan putih. Derajat putih beras merupakan kombinasi antara sifat fisik beras dengan derajat sosoh. Rerata nilai derajat putih dari delapan varietas beras lokal Kalimantan Tengah berkisar antara 45.3-50.9 (Tabel 4). Nilai terendah dimiliki oleh Siam Unus dan nilai tertinggi dimiliki oleh Bayar Pahit. Berdasarkan analisis ragam, faktor varietas memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada derajat putih beras. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki derajat putih yang berbeda nyata.

Karakteristik lain yang diamati pada varietas beras yang discreening adalah kandungan nutrisi yang meliputi kadar air, kadar amilosa dan lemak (Tabel 5).

32  

Tabel 5. Rerata kadar air, amilosa dan lemak beras

No. Varietas Kadar air (%) Kadar amilosa (%) Kadar lemak (%) 1. Karang Dukuh 10.85a 27.55c 0.41bc

2. Siam Jurut 11.56c 26.23a 0.41bc

3. Siam Pandak 11.72de 27.51c 0.47d

4. Siam Palun 11.81e 29.17e 0.42c

5. Siam Palas 11.29b 27.93c 0.37b

6. Bayar Pahit 11.81e 27.57c 0.40bc

7. Rantul 11.65cd 26.86b 0.62e

8. Siam Unus 11.72de 28.61d 0.32a

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Kadar air beras berkisar antara 10.85-11.81%. Berdasarkan hasil analisis

ragam, antar varietas beras memiliki kadar air yang berbeda nyata. Varietas dengan

kadar air terendah adalah Karang Dukuh dan varietas dengan kadar air tertinggi

adalah Siam Palun.

Parameter nutrisi yang juga diamati adalah kadar amilosa. Kadar amilosa

berkisar antara 26.23-29.17%. Berdasarkan analisis ragam, varietas beras

memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap amilosa beras. Varietas beras dengan

kadar amilosa yang terendah adalah Siam Jurut yang berdasarkan uji lanjut Duncan

berbeda nyata dengan ketujuh varietas lainnya, sedangkan varietas dengan kadar

amilosa tertinggi adalah Siam Palun.

Kadar lemak juga menjadi parameter yang diamati dalam penelitian ini.

Kadar lemak beras berkisar antara 0.32-0.62%. Analisis ragam menunjukkan bahwa

varietas beras yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada kadar

lemak beras. Varietas Siam Unus memiliki kadar lemak yang paling rendah, diikuti

dengan varietas Siam Palas. Varietas dengan kadar lemak tertinggi adalah Rantul.

Pembahasan

Beras yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas lokal Kalimantan

Tengah, ada delapan varietas yang digunakan yaitu Karang Dukuh, Siam Jurut,

Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Unus.

Kedelapan varietas tersebut dianalisis karakteristik fisik maupaun kimianya, dengan

tujuan mengkaitkan karakteristik fisik tersebut dengan ketahanannya terhadap

33  

serangan Sitophilus oryzae. Paramater fisik yang diamati adalah dimensi panjang,

lebar, dimensi panjang/lebar, kekerasan dan derajat putih.

Beras yang digunakan memiliki panjang berkisar antara 5.07-5.97 mm, lebar

antara 1.53-2.30 mm dan rasio panjang/lebar berkisar antara 2.50-3.90. Menurut

IRRI (1996) diacu dalam Sutaryo dan Sudaryo (2011), klasifikasi panjang dan

bentuk biji beras berdasarkan panjang beras adalah sangat panjang (> 7.5 mm),

panjang (6.61-7.50 mm); sedang (5.51-6.60 mm) dan pendek (< 5.51 mm.

Sedangkan menurut bentuknya (rasio panjang/lebar), adalah ramping (slender) >

3.0; sedang (medium) 2.1-3.0; dan bulat (bold) 1.0-2.0. Dari delapan varietas

beras lokal pada penelitian, empat varietas masuk kategori sedang (medium) dan

empat lainnya masuk kategori ramping (slender). Menurut Setyono dan Wibowo

(2008), karakter ukuran panjang dan bentuk beras diketahui banyak dipengaruhi

oleh sifat genetik, agroekosistem dan kesuburan lahan. Varietas beras yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10.

 

Gambar 10. Beras varietas Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palun, Siam Palas, Rantul, Bayar Pahit dan Siam Unus.

34  

Pada parameter kekerasan, nilai kekerasan berkisar antara 3.9-6.1 Kg.F.

Menurut Widiatmoko (2005), kekerasan beras merupakan sifat fisik beras yang

dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dan kadar air, lama penyimpanan beras dan

derajat sosohnya. Semakin banyak air yang terkandung dalam beras, maka beras

akan semakin rapuh sehingga nilai kekerasannya akan lebih kecil.

Nilai derajat putih beras berkisar antara 45.3-50.9. Suismono (2003) dalam

Aryunis (2009) menyatakan bahwa derajat putih beras di Indonesia berkisar antara

42-60%. Derajat putih akan mempengaruhi kilap beras.

Selain sifat sifik, sifat kimia beras juga dianalisis. Sifat kimia yang dianalisa

yaitu kadar air, kadar amilosa dan kadar lemak. Kadar air beras berkisar antara

10.85-11.81%. Menurut SNI No.6128-2008, standar kadar air maksimum untuk

beras adalah 14%. Kadar air beras yang lebih dari 14% menyebabkan kerusakan

yang lebih cepat pada saat penyimpanan.

Kadar amilosa delapan varietas beras yang digunakan berkisar antara 26.23-

29.17%. Hariyadi (2008) menyatakan bahwa berdasarkan kandungan amilosanya,

beras dikelompokkan menjadi beras ketan yang mengandung amilosa 0-2% berat

kering, beras dengan kandungan amilosa rendah yaitu antara 9-20%, beras dengan

kandungan amilosa menengah yaitu 20-20% dan beras dengan kandungan amilosa

tinggi, yaitu lebih dari 25% bobot kering. Sutaryo dan Sudaryono (2011)

menyatakan bahwa beras yang memiliki kandungan amilosa yang tinggi

menghasilkan tekstur nasi yang pera. Oleh karena itu diketahui bahwa kedelapan

varietas beras yang digunakan dalam penelitian ini termasuk beras dengan

kandungan amilosa tinggi yang memiliki tekstur nasi pera.

Parameter kimia yang juga diukur adalah kadar lemak. Kadar lemak delapan

varietas beras yang digunakan berkisar antara 0.32-0.62%. Menurut Widowati et al.

(2011) varietas beras yang berbeda memiliki kandungan lemak yang berbeda.

Kandungan lemak beras berkisar 0.58-1.23%. Subarna et al. (2006) menyatakan

bahwa kandungan lemak beras paling banyak berada pada lapisan aleuron.

Kandungan lemak beras berkisar antara 0.30-0.70%. Beras dengan kandungan

lemak tersebut memiliki derajat sosoh 95-100%. Semakin tinggi kandungan lemak,

ada kemungkinan mengalami oksidasi lemak yang semakin cepat yang

35  

mengakibatkan bau menjadi apek. Beras dengan kandungan lemak yang tinggi

lebih cepat mengalami kerusakan.

Resistensi Beras

Pengembangan beras yang resisten terhadap serangan hama pascapanen dapat

menjadi salah satu alternatif dalam upaya menurunkan kerusakan beras dalam

penyimpanan. Tingkat resistensi beras terkait dengan mudah tidaknya suatu jenis

beras diserang oleh hama. Pada penelitian ini resistensi beras diukur dengan

parameter total populasi, periode perkembangan, indeks perkembangan, laju

perkembangan intrinsik serta kapasitas multiplikasi mingguan.

Hasil

Total populasi serangga (Nt)

Total populasi (Nt) Sitophilus oryzae dihitung dengan menjumlahkan

S.oryzae yang diinfestasikan dengan keseluruhan turunan pertamanya (F1).

Pertumbuhan populasi serangga berkembang secara cepat dengan pola

eksponensial. Hasil pengamatan F1 pada delapan varietas beras lokal Kalimantan

Tengah dapat dilihat pada Gambar 11.

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

0 10 20 30 40 50 60

Jum

lah

F1 S

.ory

zae

Hari

Karang dukuh

Siam jurut

Siam pandak

siam palun

Siam palas

Bayar pahit

Rantul

Siam unus

Gambar 11. Laju pertumbuhan turunan pertama (F1) S.oryzae pada

berbagai varietas beras

36  

Rerata nilai total populasi S.oryzae pada delapan varietas beras berkisar

antara 14.00-38.33. Berdasarkan analisis ragam, varietas beras yang berbeda

berpengaruh nyata pada nilai Nt (p<0.05). Hasil uji lanjut Duncan, menunjukkan

bahwa varietas Siam Pandak memiliki nilai Nt tertinggi dan berbeda nyata dengan

varietas Siam Jurut yang memiliki Nt terendah. Total populasi S.oryzae pada

varietas Siam Jurut tidak berbeda nyata dengan Siam Palas, Bayar Pahit, dan Siam

Palun. Varietas Karang Dukuh memiliki nilai Nt yang tidak berbeda nyata dengan

varietas Siam Unus, Rantul dan Siam Pandak (Tabel 6).

Tabel 6. Rerata total populasi (Nt) S.oryzae pada beras No. Varietas Rerata nilai Nt 1 Karang Dukuh 33.33cd

2 Siam Jurut 14.00a

3 Siam Pandak 38.33d

4 Siam Palun 22.50abc

5 Siam Palas 16.67ab

6 Bayar Pahit 22.33abc

7 Rantul 32.00cd

8 Siam Unus 29.67bcd

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata- rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Periode Perkembangan (D)

Periode perkembangan adalah waktu yang diperlukan serangga untuk

berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa). Rerata periode

perkembangan S.oryzae berkisar antara 36.29-44.85 hari. Faktor varietas beras

berdasarkan analisis ragam berpengaruh nyata pada periode perkembangan

S.oryzae. Periode perkembangan S.oryzae paling lama terjadi pada varietas Siam

Palun, yang berdasarkan uji lanjut Duncan berbeda nyata dengan periode

perkembangan S.oryzae pada varietas Siam Palas (Tabel 7).

37  

Tabel 7. Rerata periode perkembangan (D) S.oryzae pada beras

No. Varietas Rerata nilai D (hari) 1 Karang Dukuh 36.29ab

2 Siam Jurut 39.50bc

3 Siam Pandak 37.42abc

4 Siam Palun 44.85d

5 Siam Palas 34.75a

6 Bayar Pahit 41.33cd 7 Rantul 37.66abc

8 Siam Unus 40.83bcd

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata- rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Indeks Perkembangan (ID)

Indeks perkembangan atau indeks kepekaan (Index Susceptibility) merupakan

parameter yang menunjukkan tingkat efektifitas bahan terhadap perkembangan

serangga. Nilai ID yang semakin tinggi menunjukkan bahwa suatu bahan lebih peka

terhadap serangan serangga.

Rerata nilai ID S.oryzae pada delapan varietas beras berkisar antara 6.69-

9.67. Faktor varietas berdasarkan analisis ragam berpengaruh nyata pada indeks

perkembangan S.oryzae. Berdasarkan uji lanjut Duncan, nilai ID tertinggi dimiliki

oleh varietas Karang Dukuh yang berbeda nyata dengan nilai ID varietas Siam Jurut

(Tabel 8). Kelompok varietas yang memiliki nilai ID yang tinggi adalah Karang

Dukuh, Siam Pandak dan Rantul. Sedangkan kelompok varietas yang memiliki nilai

ID yang rendah adalah Siam Jurut, Siam Palun dan Bayar Pahit.

Tabel 8. Rerata nilai Indeks Perkembangan (ID) beras

No. Varietas Rerata nilai ID 1 Karang Dukuh 9.67c

2 Siam Jurut 6.69a

3 Siam Pandak 9.65c 4 Siam Palun 6.92a

5 Siam Palas 7.55ab

6 Bayar Pahit 7.46ab

7 Rantul 9.18bc

8 Siam Unus 8.30abc

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

38  

Laju Perkembangan intrinsik (Rm)

Laju perkembangan intrinsik merupakan parameter yang menunjukkan

kesesuaian suatu bahan bagi perkembangan serangga. Semakin tinggi nilai Rm,

menunjukkan bahwa bahan tersebut semakin sesuai untuk perkembangan serangga.

Rerata nilai Rm S.oryzae pada delapan varietas beras berkisar antara 0.06-0.29.

Varietas Siam Jurut menghasilkan nilai Rm terendah berbeda nyata dengan nilai

Rm varietas Siam Pandak (Tabel 9).

Tabel 9. Rerata laju perkembangan intrinsik (Rm) S.oryzae pada beras

No. Varietas Rerata nilai Rm 1 Karang Dukuh 0.23cd

2 Siam Jurut 0.06a

3 Siam Pandak 0.29d 4 Siam Palun 0.09a

5 Siam Palas 0.09a

6 Bayar Pahit 0.13ab

7 Rantul 0.22bcd

8 Siam Unus 0.18bc

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Kapasitas multiplikasi mingguan (λ)

Kapasitas multiplikasi mingguan merupakan parameter yang menunjukkan

kemampuan serangga untuk menggandakan diri dalam satu minggu. Semakin tinggi

nilai kapasitas multiplikasi mingguan berarti semakin cepat serangga mengalami

perkembangbiakan sehingga pertambahan populasi semakin cepat. Nilai λ dapat

digunakan untuk memprediksi jumlah serangga pada satuan waktu tertentu.

Analisis ragam menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata

terhadap nilai kapasitas multiplikasi mingguan S.oryzae. Varietas Siam Pandak

memiliki nilai λ tertinggi, yaitu 1.28, dimana nilai ini berdasarkan uji lanjut

Duncan berbeda nyata dengan nilai λ terendah, yaitu 1.06 yang dimiliki Siam Jurut

(Tabel 10).

39  

Tabel 10. Rerata kapasitas multiplikasi mingguan (λ) S.oryzae pada beras

No. Varietas Rerata nilai kapasitas multiplikasi mingguan

1 Karang Dukuh 1.26d

2 Siam Jurut 1.06a

3 Siam Pandak 1.28d

4 Siam Palun 1.09ab

5 Siam Palas 1.10ab

6 Bayar Pahit 1.14abc

7 Rantul 1.24cd

8 Siam Unus 1.20bcd

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Pembahasan

Nilai total populasi, periode perkembangan, indeks perkembangan,

kapasitas multiplikasi mingguan merupakan parameter-parameter yang

menunjukkan aktivitas serangga dalam suatu bahan. Parameter-parameter tersebut

menunjukkan tingkat resistensi beras terhadap serangan S.oryzae.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varietas beras memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap semua parameter-parameter resistensi. Pada parameter

total populasi (Nt) urutan total populasi dari yang terendah ke tertinggi adalah Siam

Jurut, Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Palun, Siam Unus, Rantul, Karang Dukuh, dan

Siam Pandak. Kelompok dengan nilai Nt yang rendah adalah Siam Jurut, Siam

Palas, Bayar Pahit dan Siam Palun, sedangkan kelompok varietas dengan nilai Nt

medium adalah Siam Unus dan yang memiliki Nt tinggi adalah Siam Pandak,

Karang Dukuh dan Rantul (Tabel 11).

Menurut Harahap (2006), populasi serangga hama gudang akan segera

meningkat setelah infestasi, pada saat tersedia makanan dan faktor lingkungan yang

mendukung. Mekanisme proksimat mempengaruhi total populasi serangga yang

secara mendasar terkait dengan peletakan telur, pertumbuhan dan perkembangan.

Jumlah turunan pertama (F1) memberikan prediksi dari tipe interaksi antara

serangga dengan bahan makanan dalam tingkat resistensi atau kepekaan dari bahan

dan kemampuan reproduktif serangga dalam menyerangnya (Vowotor et al, 1995).

Total populasi S.oryzae terkait dengan sifat repelensi dari beras, beras yang

40  

memiliki sifat repelensi yang tinggi, mencegah S.oryzae meletakkan telur sehingga

populasinya rendah dan sebaliknya.

Tabel 11. Rerata nilai total populasi (Nt), periode perkembangan (D), indeks perkembangan (ID), laju perkembangan intrinsik (Rm), dan kapasitas multiplikasi mingguan (λ)

No Varietas Rerata nilai Nt

Rerata nilai D

Rerata nilai ID

Rerata nilai Rm

Rerata nilai λ

1 Karang Dukuh 33.33cd 36.29ab 9.67c 0.23cd 1.26d

2 Siam Jurut 14.00a 39.50bc 6.69a 0.06a 1.06a

3 Siam Pandak 38.33d 37.42abc 9.65c 0.29d 1.28d

4 Siam Palun 22.50abc 44.85d 6.92a 0.09a 1.09ab

5 Siam Palas 16.67ab 34.75a 7.55ab 0.09a 1.10ab

6 Bayar Pahit 22.33abc 41.33cd 7.46ab 0.13ab 1.14abc

7 Rantul 32.00cd 37.66abc 9.18bc 0.22bcd 1.24cd

8 Siam Unus 29.67bcd 40.83bcd 8.30abc 0.18bc 1.20bcd

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)

Dari Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa periode perkembangan (D) dari yang

terpendek ke terpanjang adalah Siam Palas, Karang Dukuh, Siam Pandak, Rantul,

Siam Jurut, Siam Unus, Bayar Pahit, dan Siam Palun. Kelompok dengan nilai D

yang rendah adalah Siam Palas, Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul.

Kelompok dengan nilai D medium adalah Siam Jurut, kemudian kelompok dengan

nilai D yang tinggi adalah Siam Unus, Bayar Pahit dan Siam Palun.

Pada hama-hama tanaman pangan, dan produk pertanian dalam penyimpanan,

makanan sangat diperlukan untuk menopang tingkat hidup yang aktif, terutama

pada periode kehidupannya menjadi relatif pendek apabila hama-hama tersebut

meletakkan telur. Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga

dalam memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau

dalam proses perkembangbiakan keturunannya. (Masmawati 2007).

Menurut Anggara dan Sudarmadji (2009), S.oryzae mengalami metamorfosis

sempurna dengan perkembangan telur hingga imago selama 35 hari di daerah

tropis, dan 110 hari di daerah beriklim dingin. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian Askanovi (2010) yang melaporkan bahwa periode perkembangan

S.oryzae pada beberapa beras sosoh berkisar antara 32.79-41.63 hari. Hanya

varietas Siam Palun yang berada diluar kisaran tersebut. Anggara dan Sudarmadji

41  

(2009), menyatakan bahwa rentang waktu perkembangan pradewasa S.oryzae

bergantung pada kualitas beras dan suhu lingkungan penyimpanan.

Periode perkembangan S.oryzae dipengaruhi sifat antifeedant yang terdapat

pada beras. Borror (1996), menyatakan bahwa daya antifeedant bersifat tidak

membunuh, menolak, ataupun menjerat tetapi lebih bersifat menghalangi kegiatan

makan serangga. Metabolisme serangga menjadi terhambat dan berakibat pada

periode perkembangan yang menjadi lebih lama sehingga serangga turunan pertama

yang muncul menjadi lebih lambat.

Jika dibandingkan dengan nilai total populasi, periode perkembangan yang

pendek, tidak selalu diikuti oleh total populasi yang tinggi. Seperti pada varietas

Siam Palun memiliki periode perkembangan yang panjang, ternyata memiliki total

populasi yang lebih tinggi daripada varietas Siam palas yang memiliki periode

perkembangan yang lebih pendek. Hal ini terkait dengan adanya sifat repelensi dan

antifeedant pada beras. Beras yang memiliki sifat repelensi akan mencegah

peletakan telur oleh S.oryzae, sedangkan daya antifeedant akan menyebabkan

S.oryzae tidak menyukai untuk memakan beras tersebut sehingga sifat resistensi

dari beras tidak dapat diukur dari nilai total populasi (Nt) saja ataupun periode

perkembangan (D) saja. Oleh karena itu perlu dihitung nilai Indeks perkembangan

(ID) yang menunjukkan tingkat kepekaan suatu bahan terhadap serangan serangga

hama. Semakin tinggi nilai ID semakin peka terhadap serangan serangga hama.

Pada perhitungan nilai ID, nilai Nt dan D merupakan variabel yang digunakan

dalam perhitungan.

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai ID dari yang terendah ke yang

tertinggi adalah Siam Jurut, Siam Palun, Bayar Pahit, Siam Palas, Siam Unus,

Rantul, Siam Pandak dan Karang Dukuh. Kelompok dengan nilai ID yang rendah

adalah Siam Jurut, Siam Palun, Bayar Pahit dan Siam Palas sehingga masuk

kelompok resisten. Kelompok dengan nilai ID medium adalah Siam Unus,

sedangkan kelompok dengan nilai ID tinggi atau rentan terhadap serangan S.oryzae

adalah Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul. Ashamo (2006) melaporkan

indeks perkembangan S.oryzae pada beberapa varietas beras berkisar antara 5.5-

10.8. Faktor fisik dan nutrisi berpengaruh pada pada indeks perkembangan.

Selain nilai indeks perkembangan, parameter lain yang dapat dihitung dari

nilai total populasi dan periode perkembangan adalah laju perkembangan intrinsik

42  

(Rm). Rm menunjukkan nilai laju perkembangan S.oryzae pada beras, semakin

tinggi nilai Rm, berarti semakin cepat perkembangan S.oryzae. Varietas beras yang

memiliki nilai Rm yang rendah adalah Siam Jurut, Siam Pandak, Siam Palas, Bayar

Pahit. Siam Unus memiliki nilai Rm yang medium, varietas Rantul, Karang Dukuh

dan Siam Pandak memiliki nilai Rm yang tinggi (Tabel 11). Menurut Lopulalan

(2010), nilai laju perkembangan intrinsik bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti kadar air, kandungan amilosa, bentuk dan ukuran butir beras, banyaknya

butir mengapur serta diduga juga karena faktor genetik.

Dari nilai Rm, dapat dihitung nilai kapasitas multiplikasi mingguan (λ), yang

dapat digunakan untuk memprediksi total populasi S.oryzae pada waktu tertentu,

jika populasi awal diketahui. Nilai λ dari yang terendah ke yang tertinggi adalah

Siam Jurut, Siam Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Unus, Rantul, Karang

Dukuh, dan Siam Pandak (Tabel 11).

Semakin tinggi nilai kapasitas multiplikasi mingguan berarti semakin cepat

serangga mengalami perkembangbiakan sehingga pertambahan populasi semakin

cepat. Menurut Lopulalan (2010), nilai kapasitas multiplikasi mingguan

dipengaruhi oleh faktor kadar air, kandungan amilosa, besarnya butir mengapur dan

faktor genetik.

Dari parameter-parameter tersebut diatas, dapat diketahui bahwa kelompok

varietas yang memiliki nilai ID yang rendah dan terpilih menjadi kelompok resisten

adalah Siam Jurut, Siam Palun, Bayar Pahit dan Siam Palas. Varietas Siam Unus

menjadi kelompok medium resisten karena memiliki nilai ID pertengahan,

sedangkan varietas Siam Pandak, Rantul dan Karang Dukuh yang memiliki nilai ID

yang tinggi masuk menjasi kelompok yang rentan. Berdasarkan nilai absolut, Siam

jurut memiliki nilai ID tertinggi sehingga terpilih menjadi varietas paling resisten,

Siam Unus menjadi varietas medium resisten sedangkan Karang Dukuh menjadi

varietas paling rentan.

Varietas yang memiliki nilai ID yang rendah, juga memiliki laju

perkembangan intrinsik (Rm), serta kapasitas muliplikasi mingguan (λ) yang

rendah dan sebaliknya. Dengan demikian pada varietas yang resisten S.oryzae akan

mengalami perkembang biakan yang lambat dan sebaliknya pada varietas yang

rentan, S.oryzae akan mengalami perkembangbiakan yang cepat.

43  

Karakteristik Kehilangan Pascapanen

Serangan S.oryzae pada beras selama penyimpanan, dapat menyebabkan

kerusakan dan kehilangan bobot maupun kualitas dari beras. Tingkat serangan

dipengaruhi diantaranya oleh ketahanan beras yang disimpan dan jumlah populasi

serangga yang menyerang. Pada penelitian ini, beras diinfestasi dengan 10 ekor

S.oryzae dan disimpan selama 60 hari kemudian diamati tingkat kerusakannya

yang meliputi persentase susut bobot, persentase biji berlubang, total populasi akhir

S.oryzae, kadar air dan derajat putih.

Hasil

Persentase Susut Bobot

Susut bobot beras dapat terjadi dalam penyimpanan beras sebagai akibat dari

aktivitas kapang, serangga, tikus maupun burung. Pada penelitian ini kehilangan

bobot beras diamati setelah beras diinfestasi dengan S.oryzae kemudian disimpan

selama 60 hari. Persentase susut bobot dalam penelitian ini menggunakan formula

Adams, yang menghitung kehilangan bobot berdasarkan berat dan jumlah biji

berlubang.

Rerata susut bobot beras berkisar antara 1.24-17.43%. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa faktor varietas berpengaruh nyata terhadap parameter susut

bobot. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan varietas Siam Palas memiliki kehilangan

bobot yang paling rendah dan berbeda nyata dengan varietas Siam Pandak, Karang

Dukuh dan Rantul (Tabel 12).

Tabel 12. Rerata susut bobot beras dalam penyimpanan

No. Varietas Rerata susut bobot (%)

1 Karang Dukuh 10.31c

2 Siam Jurut 4.07ab

3 Siam Pandak 11.73c

4 Siam Palun 4.32ab

5 Siam Palas 1.24a

6 Bayar Pahit 1.39a

7 Rantul 17.43d

8 Siam Unus 7.11bc

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

44  

Persentase Biji Berlubang

Biji berlubang merupakan salah satu kerusakan beras yang diakibatkan oleh

aktivitas S.oryzae. Rerata nilai persentase biji berlubang beras pada penelitian ini

berkisar antara 11.40-52.85%. Analisis ragam menunjukkan bahwa faktor varietas

beras berpengaruh nyata terhadap persentase biji berlubang. Persentase biji

berlubang terendah adalah pada varietas Siam Palas yang berbeda nyata dengan

persentase tertinggi pada varietas Rantul (Tabel 13).

Tabel 13. Rerata biji berlubang pada beras dalam penyimpanan

No Varietas Rerata biji berlubang (%)

1 Karang Dukuh 37.77c

2 Siam Jurut 18.65ab

3 Siam Pandak 36.94c

4 Siam Palun 28.75b 5 Siam Palas 11.40a

6 Bayar Pahit 16.20ab

7 Rantul 52.85d

8 Siam Unus 19.45ab Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-

rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Jumlah S.oryzae

Jumlah S.oryzae yang diinfestasikan pada awal penyimpanan sebanyak 10

ekor, setelah 60 hari penyimpanan jumlah S.oryzae mengalami perkembangan

(Tabel 14). Berdasarkan analisis ragam, varietas memberikan pengaruh yang

berbeda nyata pada jumlah S.oryzae yang berkembang pada beras. Uji lanjut

Duncan menunjukkan bahwa kelompok varietas dengan jumlah S.oryzae yang

sedikit adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut dan Siam Palun. Rantul, Siam

Pandak, Karang Dukuh termasuk kelompok dengan total S.oryzae tinggi.

45  

Tabel 14. Rerata jumlah total S.oryzae setelah penyimpanan No Varietas Jumlah total S.oryzae 1 Karang Dukuh 145.00b 2 Siam Jurut 28.00a 3 Siam Pandak 151.00b 4 Siam Palun 40.50a 5 Siam Palas 15.00a 6 Bayar Pahit 26.00a 7 Rantul 187.50b 8 Siam Unus 76.50a

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter penting dalam penyimpanan beras.

Berdasarkan analisis ragam varietas berpengaruh nyata pada kadar air beras yang

disimpan. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan berkisar antara 14.76%-

16.05%. Kadar air paling rendah dimiliki oleh varietas Siam Palas yang berbeda

nyata dengan Siam Pandak yang memiliki kadar air paling tinggi. Varietas-varietas

yang lain memiliki kadar air yang tidak berbeda nyata (Tabel 15).

Tabel 15. Rerata kadar air beras setelah penyimpanan

No Varietas Rerata kadar air (%)

1 Karang Dukuh 15.25ab 2 Siam Jurut 15.14ab 3 Siam Pandak 16.05b 4 Siam Palun 15.11ab 5 Siam Palas 14.76a 6 Bayar Pahit 15.14ab 7 Rantul 15.81ab 8 Siam Unus 15.75ab

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata- rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)

Derajat putih

Derajat putih diukur dengan menggunakan Kett Whiteness meter yang

menunjukkan tingkat derajat putih beras dibandingkan standart BaSO4. Rerata

derajat putih beras setelah penyimpanan berkisar antara 51.6-56.1. Berdasarkan

46  

hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata pada derajat

putih beras setelah penyimpanan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa derajat

putih paling tinggi pada varietas Rantul yang berbeda nyata dengan varietas lainnya

kecuali Siam Unus. Varietas Siam Jurut memiliki derajat putih yang tidak berbeda

nyata dengan Siam Pandak, Siam Palun, Bayar Pahit, Rantul dan Karang Dukuh

(Tabel 16).

Tabel 16. Rerata derajat putih beras setelah penyimpanan

No. Varietas Rerata derajat putih (%) 1 Karang Dukuh 54.3bc 2 Siam Jurut 55.6c 3 Siam Pandak 55.2c 4 Siam Palun 55.0c 5 Siam Palas 51.6a 6 Bayar Pahit 54.9c 7 Rantul 56.1c 8 Siam Unus 52.5ab Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-

rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Pembahasan

Hasil analisis ragam pada parameter-parameter karakteristik kehilangan

hasil menunjukkan bahwa varietas beras berpengaruh nyata pada persentase susut

bobot, biji berlubang, total populasi, kadar air dan derajat putih beras. Kelompok

varietas dengan susut bobot yang rendah adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam

Jurut dan Siam Palun. Kelompok varietas dengan susut bobot yang medium adalah

Siam Unus, sedangkan kelompok varietas dengan nilai susut bobot yang tinggi

adalah Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul (Tabel 17).

Seri penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Siam Jurut, Siam Palun,

Siam Palas dan Bayar Pahit merupakan varietas tahan yang memiliki nilai indeks

perkembangan ( ID) rendah. Varietas Siam Unus memiliki ketahanan medium dan

varietas Karang Dukuh, Siam Pandak dan Rantul merupakan varietas rentan, yang

memiliki ID tinggi. Jadi diketahui bahwa varietas yang memiliki nilai ID yang

tinggi atau varietas rentan menghasilkan susut bobot yang tinggi selama

penyimpanan dan sebaliknya. Ashamo (2006) menyatakan bahwa indeks

perkembangan yang tinggi berkaitan dengan tingkat kerusakan bahan. Varietas

47  

yang memiliki indeks perkembangan yang tinggi menyebabkan susut bobot yang

tinggi pada beras yang disimpan.

Tabel 17. Persentase susut bobot, biji berlubang, total populasi S.oryzae, kadar air dan derajat putih.

No Varietas % susut bobot

% biji berlubang

Total populasi S.oryzae

% kadar air

derajat putih

1 Karang Dukuh 10.31c 37.77c 145.00b 15.25ab 54.3bc 2 Siam Jurut 4.07ab 18.65ab 28.00a 15.14ab 55.6c 3 Siam Pandak 11.73c 36.94c 151.00b 16.05b 55.2c 4 Siam Palun 4.32ab 28.75b 40.50a 15.11ab 55.0c 5 Siam Palas 1.24a 11.40a 15.00a 14.76a 51.6a 6 Bayar Pahit 1.39a 16.20ab 26.00a 15.14ab 54.9c 7 Rantul 17.43d 52.85d 187.50b 15.81ab 56.1c 8 Siam Unus 7.11bc 19.45ab 76.50a 15.75ab 52.5ab

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Susut bobot terjadi karena aktivitas makan dan perkembangbiakan S.oryzae

yang diinfestasikan. Menurut Ashamo (2006), kerusakan yang ditimbulkan oleh

serangga pascapanen diantaranya adalah kehilangan berat karena serangga

mengkonsumsi biji, kehilangan atau konversi nutrisi, penurunan daya kecambah

dari benih, kontaminasi dari potongan tubuh dan sekresi cairan tubuh. Selanjutnya

Suparjo (2010) menyatakan bahwa serangga memakan dan merusak struktur fisik

bahan pangan yang disimpan, seperti berlubang, hancur dan memicu pertumbuhan

organisme lain. Aktivitas makan yang dilakukan oleh serangga menyebabkan bahan

yang disimpan kehilangan berat.

Pada Tabel 17, juga dapat dilihat bahwa varietas dengan persentase biji

berlubang yang rendah adalah Siam Palas, Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Unus, dan

Siam Palun. Seperti pada nilai persentase susut bobot, kelompok varietas ini pada

hasil penelitian seri sebelumnya diketahui sebagai kelompok yang resisten terhadap

serangan S.oryzae. Varietas Siam Pandak, Karang Dukuh dan Rantul memiliki

persentase biji berlubang yang tinggi, yang dari hasil penelitian seri sebelumnya

diketahui sebagai varietas yang rentan terhadap serangan S.oryzae. Jadi varietas

48  

yang rentan, menyebabkan persentase biji berlubang yang lebih tinggi pada beras

selama penyimpanan.

Biji berlubang pada beras terjadi karena S.oryzae betina yang meletakkan

telur dengan cara membuat lubang kecil pada permukaan beras, kemudian

menutupnya dengan semacam zat lilin. Telur ini berkembang menjadi larva, pupa

di dalam biji, kemudian setelah berkembang menjadi imago, S.oryzae akan keluar

dari dalam biji beras dengan meninggalkan lubang pada biji (Anggara dan

Sudarmadji 2009; Howell Jr 2003).

Dari Tabel 17 juga dapat dilihat bahwa S.oryzae yang diinfestasikan pada

beras mengalami perkembangbiakan selama penyimpanan. Varietas Siam Palas,

Bayar Pahit, Siam Jurut, Siam Palun dan Siam Unus merupakan kelompok dengan

total populasi akhir yang rendah, sedangkan Karang Dukuh, Siam Pandak dan

Rantul masuk kelompok dengan total populasi akhir yang tinggi. Hasil ini sesuai

dengan nilai Nt pada seri penelitian sebelumnya.

Menurut Pasaribu (2009), serangga yang diinfestasikan pada beras akan

mengalami perkembangbiakan sehingga populasinya akan meningkat selama

penyimpanan beras. Varietas beras berpengaruh pada jumlah populasi akhir

S.oryzae yang diinfestasikan pada saat penyimpanan.

Pada parameter kadar air (Tabel 17) dapat dilihat bahwa kadar air setelah

penyimpanan, yang tertinggi pada varietas Siam Palas dan terendah pada Siam

Pandak. Sebagai varietas yang tahan dengan total populasi yang rendah, Siam Palas

memiliki kadar air yang rendah dibanding yang lain karena air yang dihasilkan oleh

aktivitas metabolik S.oryzae pada beras juga lebih sedikit. Sebaliknya, Siam Pandak

yang merupakan varietas yang rentan, dengan total populasi S.oryzae yang tinggi

memiliki kadar air yang lebih tinggi.

Menurut Suparjo (2010), aktivitas metabolik serangga menyebabkan

peningkatan kadar air dan suhu bahan pakan yang dirusak. Peningkatan kadar air

setelah penyimpanan diakibatkan oleh aktivitas respirasi dari S.oryzae yang

menggunakan karbohidrat dan oksigen dengan menghasilkan karbon dioksida dan

air.

Beras yang disimpan juga memilki derajat putih yang berbeda, Siam Palas

memiliki derajat putih paling rendah. Siam Unus dan Karang Dukuh, memiliki

49  

derajat putih yang tidak berbeda nyata. Bayar Pahit, Siam Palun, Siam Pandak,

Siam Jurut dan Rantul merupakan kelompok dengan derajat putih yang tinggi.

Aktivitas S.oryzae pada beras dapat meningkatkan derajat putih beras, karena

terbentuknya tepung karena aktivitas makan S.oryzae, namun nilai derajat putih ini

juga dipengaruhi oleh derajat putih awal beras sebelum penyimpanan.

Dari, hasil korelasi antar parameter-parameter diketahui bahwa populasi

S.oryzae berkorelasi positif dengan persentase susut bobot (nilai r = 0.94) dan

persentase biji berlubang (r = 0.85). Semakin tinggi total populasi S.oryzae

menyebabkan nilai susut bobot dan biji berlubang yang lebih tinggi. Hal ini terjadi

karena aktivitas S.oryzae yang memakan beras serta berkembang biak yang

menyebabkan kerusakan beras berupa naiknya persentase biji berlubang dan susut

bobot.

Tabel 18. Korelasi parameter –parameter susut bobot

Parameter Nilai r Total populasi-susut bobot 0.94** Total populasi-persentase biji berlubang 0.85** Persentase biji berlubang-susut bobot 0.91** Total populasi S.oryzae- kadar air 0.79** Kadar air - persentase susut bobot 0.72** Kadar air-persentase biji berlubang 0.64** Persentase biji berlubang-derajat putih 0.61* Kadar air-derajat putih 0.51* Keterangan: *) korelasi signifikan; **) korelasi sangat signifikan

Dari Tabel 18 juga dapat dilihat bahwa kadar air memiliki korelasi positif

dengan total populasi S.oryzae (r=0.79), persentase susut bobot (r=0.72) dan

persentase biji berlubang (r=0.64). Populasi S.oryzae yang semakin meningkat akan

meningkatkan kadar air beras. Hal ini terjadi karena aktivitas respirasi S.oryzae

yang menghasilkan air.

Persentase biji berlubang juga berkorelasi dengan derajat putih (r=0.61), yang

berarti meningkatnya persentase berlubang akan meningkatkan derajat putih dari

beras. Hal ini terjadi karena aktivitas S.oryzae yang membuat lubang pada biji akan

menghasilkan tepung yang meningkatkan nilai derajat putih. Derajat putih juga

berkorelasi dengan kadar air. Hal ini terjadi karena aktivitas S.oryzae yang

50  

menghasilkan biji berlubang pada beras, selain meningkatkan derajat putih juga

meningkatkan kadar air beras sebagai akibat aktivitas metabolisme S.oryzae.

Peningkatan jumlah S.oryzae akan meningkatkan persentase susut bobot dan

biji berlubang yang menjadi parameter kerusakan beras. Selain itu juga akan

meningkatkan kadar air beras. Kadar air beras yang tinggi berpotensi menyebabkan

kerusakan lanjut seperti tumbuhnya kapang. Populasi S.oryzae yang semakin

banyak menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada beras dalam penyimpanan.

Varietas yang resisten akan mengalami kerusakan yang lebih rendah dan

sebaliknya, varietas rentan akan mengalami kerusakan yang lebih tinggi.

Hasil analisis korelasi antara sifat fisik dan kimia bahan baku beras

menunjukkan bahwa kadar lemak beras berkorelasi dengan persentase total

populasi (r=0.61), susut bobot (r=0.69), biji berlubang (r=0.76) dan kadar air beras

(r=0.53) (Tabel 19).

Tabel 19. Korelasi antara kadar lemak dengan parameter kehilangan hasil

Parameter Nilai r Kadar lemak-total populasi 0.61* Kadar lemak- persentase susut bobot 0.69** Kadar lemak-persentase biji berlubang 0.76** Kadar lemak- kadar air 0.53*

Keterangan: *) korelasi signifikan; **) korelasi sangat signifikan

Varietas dengan kadar lemak yang tinggi memiliki jumlah total populasi,

persentase susut bobot dan biji berlubang serta kadar air akhir yang tinggi. Menurut

Masson et al. (1997) diacu di dalam Mebarkia et al. (2010) menyatakan bahwa

kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral yang tinggi dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan S.oryzae. Yayuk et a. (1990) dalam Yasin (2009)

menyatakan bahwa serealia dengan kandungan lemak yang tinggi lebih cocok untuk

perkembang biakan serangga Sitophilus sp. Beras dengan kadar lemak tinggi lebih

disukai oleh S.oryzae dan mengalami kerusakan yang lebih tinggi selama

penyimpanan.

Beras yang memiliki resistensi yang tinggi terhadap serangan hama

pascapanen akan lebih tahan terhadap kerusakan selama penyimpanan. Beras yang

rentan terhadap kerusakan memerlukan perlindungan yang lebih untuk mengurangi

kerusakan selama penyimpanan.

51  

Pengemasan Beras

Dari penelitian sebelumnya, diperoleh informasi tingkat resistensi dari

delapan varietas beras yang diuji. Dari delapan varietas tersebut diambil tiga

varietas, yaitu resisten (Siam Jurut) , medium resisten (Siam Unus) dan rentan

(Karang Dukuh) yang selanjutnya dikemas dengan tiga jenis plastik. Plastik yang

digunakan adalah plastik “hermetik” laminat, polipropilen (dua lapis) dan polietilen

(dua lapis). Parameter yang diamati adalah kadar oksigen, karbondioksida,

persentase kematian S.oryzae dan kadar air.

Hasil

Perubahan Komposisi Udara dalam Kemasan Selama Penyimpanan

Komposisi udara dalam kemasan dipengaruhi oleh jenis kemasan serta

bahan yang dikemas. Pada penelitian ini, sebelum dikemas, beras diinfestasi dengan

S.oryzae. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis

kemasan untuk varietas Siam Jurut (Gambar 12), Siam Unus (Gambar 13) dan

Karang Dukuh (Gambar 14).

0

5

10

15

20

25

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Kadar oksigen/karbon dioksida

Hari pengamatan

O2_"Hermetik"_laminat

O2_Polipropilen

O2_LDPE

CO2_"Hermetik" laminat

CO2_ Polipropilen

CO2_LDPE

Gambar 12. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis

kemasan untuk varietas Siam Jurut.

Pada penelitian ini, pengamatan kadar oksigen dan karbon dioksida dilakukan

sampai 100% kematian S.oryzae, yaitu selama tiga hari untuk plastik “hermetik”

laminat, tujuh hari untuk plastik PP dan 20 hari untuk plastik LDPE.

52  

0

5

10

15

20

25

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Kadar oksigen/karbon

 dioksida

Hari pengamatan

O2_"Hermetik"_laminat

O2_Polipropilen

O2_LDPE

CO2_"Hermetik"_laminat

CO2_Polipropilen

CO2_LDPE

Gambar 13. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan untuk varietas Siam Unus.

0

5

10

15

20

25

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22

Kadar o

ksigen

/karbo

n dioksid

a

Hari pengamatan

O2_"Hermetik"_laminat

O2_Polipropilen

O2_LDPE

CO2_"Hermetik"_laminat

CO2_Polipropilen

CO2_LDPE

Gambar 14. Pola perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida pada tiga jenis kemasan untuk varietas Karang Dukuh.

Kadar oksigen

Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada beras varietas Siam Jurut terjadi

penurunan kadar oksigen secara drastis pada hari pertama penyimpanan dari 21%

pada hari ke 0 menjadi antara 11.8% pada plastik “hermetik” laminat, 9.9% pada

plastik PP dan 12.3% pada plastik LDPE. Selanjutnya kadar oksigen meningkat

secara perlahan seiring dengan bertambahnya hari penyimpanan.

Pada Gambar 13 dan Gambar 14, dapat dilihat bahwa, pola perubahan kadar

oksigen dan karbondioksida dalam kemasan untuk varietas Siam Unus dan Karang

Dukuh sama dengan pada varietas Siam Jurut. Pada varietas Siam Unus, kadar

oksigen turun secara drastis dari 21% menjadi 9.7% pada plastik “hermetik”

laminat,11.5% pada plastik PP dan 12.6% pada plastik LDPE pada hari pertama

53  

penyimpanan dan selanjutnya meningkat seiiring dengan bertambahnya hari

penyimpanan. Sedangkan pada varietas Karang Dukuh dari 21% menjadi 10.1%

pada plastik “hermetik” laminat, 9.5% pada plastik PP, dan 11.7% pada plastik

LDPE.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ke-3 dan 7, jenis plastik

memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0.05) terhadap kadar oksigen di

dalam kemasan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, kadar oksigen dalam plastik

“hermetik” laminat lebih rendah dan berbeda nyata dengan plastik PP dan LDPE.

Sedangkan pada hari ketujuh kadar oksigen dalam plastik PP lebih rendah dan

berbeda nyata dengan plastik LDPE (Tabel 20).

Tabel 20. Rerata kadar oksigen pada berbagai jenis plastik Jenis plastik Kadar oksigen (%) pada hari pengamatan ke-

3 7 “Hermetik” laminat 12.9a - PP 15.9b 19.7a LDPE 15.1b 20.5b

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)

Kadar karbondioksida

Berbanding terbalik dengan kadar oksigen, pada beras varietas Siam Jurut

pada hari pertama penyimpanan kadar karbon dioksida meningkat tajam dari 0.0%

pada hari ke nol menjadi 7.7% pada plastik “hermetik” laminat; 4.6% pada plastik

PP dan 2.1% pada plastik LDPE. Demikian juga dengan varietas Siam Unus dan

Karang Dukuh, kadar karbon dioksida meningkat menjadi 6.5% pada plastik

hermetik; 5.8% pada plastik PP dan 2.3% pada plastik LDPE. Sedangkan untuk

varietas Karang Dukuh menjadi 5.9% pada plastik “hermetik” laminat; 3.0% pada

plastik PP dan LDPE. Selanjutnya kadar karbon dioksida menurun seiring dengan

bertambahnya hari penyimpanan.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ke-3, dan 7 jenis plastik

berpengaruh nyata pada kadar karbondioksida dalam kemasan. Pada hari ketiga

kadar karbon dioksida dalam kemasan plastik “hermetik” laminat > PP > LDPE.

Sedangkan pada hari ketujuh kadar karbondioksida pada plastik LDPE lebih tinggi

daripada plastik PP (Tabel 21).

54  

Tabel 21. Rerata kadar karbondioksida pada berbagai jenis plastik Jenis plastik Kadar karbondioksida (%) pada hari pengamatan ke-

3 7 “Hermetik” laminat 6.0c - PP 2.1b 0.0a LDPE 1.5a 0.2b

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)

Kematian S.oryzae dalam kemasan

Kematian S.oryzae yang diinfestasikan diamati setiap hari sampai mengalami

kematian 100%, untuk plastik LDPE sampai hari ke-20. Persentase kematian

serangga cenderung meningkat dengan bertambahnya hari penyimpanan.

Untuk semua varietas, 100% kematian S.oryzae pada kemasan “hermetik”

laminat dicapai pada hari ketiga, pada plastik PP dicapai pada hari ketujuh.

Sedangkan untuk plastik LDPE pada hari ke-20 telah dicapai kematian 100%

S.oryzae untuk varietas Siam Unus dan Karang Dukuh, sedangkan varietas Siam

Jurut, masih ada 3% S.oryzae yang hidup (Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17).

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Persen

tase S.oryzaehidu

p

Hari penyimpanan

"Hermetik"_laminat

Polipropilen

LDPE

Gambar 15. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam Jurut selama penyimpanan

55  

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Persen

tase

S.oryzae

 hidup

Hari penyimpanan

"Hermetik"_laminat

Polipropilen

LDPE

Gambar 16. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Siam Unus selama penyimpanan

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Persen

tase  S.oryzae hidu

p

Hari pengamatan

"Hermetik"_laminat

Polipropilen

LDPE

Gambar 17. Persentase S.oryzae hidup dalam berbagai jenis plastik untuk varietas Karang Dukuh selama penyimpanan

Dari Gambar 15, Gambar 16 dan Gambar 17, terlihat bahwa pada plastik

“hermetik” laminat pada hari kedua sudah terjadi kematian yang tinggi pada

S.oryzae, yaitu 91.7% untuk Siam Jurut; 94% untuk varietas Siam Unus dan 96%

untuk varietas Karang Dukuh. Total kematian S.oryzae dalam plastik “hermetik”

laminat terjadi pada hari ketiga. Pada saat yang sama kematian S.oryzae dalam

plastik PP sebesar 50% untuk varietas Siam Jurut; 56% untuk varietas Siam Unus

dan 77% untuk Karang Dukuh. Sedangkan pada plastik LDPE, persentase

56  

kematiannya lebih rendah, yaitu 43.7% untuk varietas Siam Jurut; 22.3% untuk

varietas Siam Unus dan 39.3% untuk varietas Karang Dukuh.

Pada plastik PP, kematian S.oryzae yang tinggi terjadi pada hari ketiga, yaitu

97% untuk varietas Siam Jurut; 96.3% untuk varietas Siam Unus dan Karang

Dukuh. Pada hari berikutnya kematian S.oryzae berlangsung lambat dan total

kematian terjadi pada hari keenam pada varietas Siam Jurut, dan pada hari ketujuh

pada varietas Siam Unus dan Karang Dukuh. Total kematian S.oryzae dalam plastik

“hermetik” laminat terjadi pada hari ketiga. Pada saat yang sama persen kematian

S.oryzae dalam plastik LDPE sebesar 53% untuk varietas Siam Jurut; 38.7% untuk

varietas Siam Unus dan 81.0% untuk varietas Karang Dukuh.

Sedangkan dalam plastik LDPE, kematian yang tinggi terjadi pada hari

ketujuh penyimpanan, yaitu 99.5% untuk varietas Siam Jurut; 87.3% untuk varietas

Siam Unus dan 93% untuk varietas Karang Dukuh. Pada hari berikutnya, kematian

S.oryzae terjadi secara perlahan dan total kematian tercapi setelah 20 hari, kecuali

pada varietas Siam Jurut masih tersisa 3% S.oryzae yang hidup.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ketiga, jenis plastik

memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) pada tingkat kematian serangga

dalam kemasan. Persen kematian S.oryzae dalam kemasan plastik “hermetik”

laminat lebih tinggi dan berbeda nyata dengan plastik PP dan LDPE. Pada hari

ketujuh, jenis plastik tidak berpengaruh nyata pada persen kematian S.oryzae dalam

kemasan (Tabel 22).

Tabel 22. Rerata persen kematian S.oryzae pada berbagai jenis plastik Jenis plastik Hari pengamatan

3 7 “Hermetik” laminat 100.00c - PP 88.00b 100.00a LDPE 57.56a 86.78a

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Selanjutnya pada hari ketiga faktor interaksi varietas dan jenis plastik

memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0.05) pada persentase kematian

S.oryzae (Tabel 23).

57  

Tabel 23. Rerata persentase kematian S.oryzae pada berbagai varietas dan jenis plastik pada hari ketiga penyimpanan Siam Jurut Siam Unus Karang Dukuh “Hermetik” laminat 100.00d 100.00d 100.00d PP 97.00d 70.67c 96.33d LDPE 53.00b 38.67a 81.00c Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Kadar Air

Kadar air merupakan parameter penting yang menentukan kualitas beras

selama penyimpanan. Kadar air awal beras yang digunakan berkisar antara 12.30-

12.62%. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama

penyimpanan untuk varietas Siam Jurut dapat dilihat pada Gambar 18, Gambar 19

(varietas Siam Unus) dan Gambar 20 (varietas Karang Dukuh).

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

0 5 10 15 20 25

Kadar air (%

)

Hari pengamatan

"Hermetik"_laminat

Polipropilen

LDPE

Gambar 18. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama penyimpanan untuk varietas Siam Jurut.

Pada Gambar 18, Gambar 19, dan Gambar 20 dapat dilihat bahwa pola perubahan

kadar air berbeda untuk ketiga jenis plastik yang berbeda. Untuk plastik hermetik,

kadar air cenderung naik kemudian turun. Pada plastik PP dan LDPE pola

perubahan kadar air bersifat fluktuatif, naik turun, tapi cenderung naik selama

penyimpanan.

58  

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

0 5 10 15 20 25

Kadar air (%

)

Hari pengamatan

"Hermetik" laminat

Polipropilen

LDPE

Gambar 19. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama penyimpanan untuk varietas Siam Unus.

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

0 5 10 15 20 25

Kadar air (%

)

Hari pengamatan

"Hermetik"_laminat

Polipropilen

LDPE

Gambar 20. Perubahan kadar air beras dalam berbagai kemasan plastik selama penyimpanan untuk varietas Karang Dukuh.

Pada hari ke-3 jenis plastik memberikan pengaruh yang berbeda nyata

(P<0.05) terhadap kadar air beras. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar air

beras pada plastik “hermetik” laminat lebih rendah dan berbeda nyata dengan kadar

air beras pada plastik LDPE.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada hari ke-3, dan 7 varietas beras

memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) pada kadar air beras.

Berdasarkan uji lanjut Duncan beras varietas Siam Jurut dan Karang Dukuh

memiliki kadar air yang lebih rendah daripada varietas Siam unus (Tabel 24). Hal

59  

ini terjadi karena kadar air awal varietas Siam Unus lebih tinggi daripada varietas

Siam Jurut dan Karang Dukuh.

Tabel 24. Rerata kadar air berbagai varietas beras dalam kemasan plastik

Varietas Hari pengamatan 3 7

Siam Jurut 12.25a 12.53a Siam Unus 12.38ab 13.08b Karang Dukuh 12.49b 12.71ab

Keterangan: Huruf yang sama pada kolom yang sama dibelakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0.05)

Pembahasan

Penurunan kadar oksigen yang drastis pada hari pertama penyimpanan terjadi

karena S.oryzae yang diinfestasikan banyak mengkonsumsi oksigen dalam kemasan

meskipun ada oksigen dari lingkungan yang masuk ke dalam kemasan. Pada hari

selanjutnya kadar oksigen cenderung meningkat, hal ini disebabkan jumlah

S.oryzae yang semakin berkurang karena mengalami kematian, sehingga oksigen

yang dikonsumsi lebih sedikit, dan kadar oksigen di dalam kemasan masih tinggi.

Menurut Morino-Martinez (2000), pada penyimpanan jagung yang diinfestasi

dengan S.zeamais dan A.chevalieri secara hermetik, level oksigen akan turun

sampai dengan kadar 8.1% setelah 3 hari penyimpanan. Selanjutnya Lubis et al.

(2006) melaporkan selama penyimpanan gabah dengan menggunakan plastik

hermetik, terjadi fluktuasi kadar oksigen yang cenderung mengalami penurunan.

Selama 12 bulan penyimpanan, kandungan oksigen mengalami penurunan menjadi

13.73% dalam kemasan hermetik, sedangkan pada kemasan karung PP, kadar

oksigennya tetap 21%.

Berbanding terbalik dengan kadar oksigen, kadar karbon dioksida hasil

respirasi S.oryzae menyebabkan meningkatnya kadar karbon dioksida dalam

kemasan pada hari pertama penyimpanan. Selanjutnya kadar karbon dioksida

cenderung turun karena jumlah S.oryzae yang semakin berkurang seiring dengan

bertambahnya hari penyimpanan. Menurut Morino dan Martinez (2000),

peningkatan kadar karbon dioksida pada penyimpanan jagung secara hermetik yang

sebelumnya diinfestasi dengan serangga terjadi karena aktivitas respirasi biji dan

serangga.

60  

Perbedaaan komposisi udara di dalam kemasan plastik yang berbeda terjadi

karena perbedaan permeabilitas kemasan. Plastik “hermetik” laminat memiliki

permeabilitas gas yang lebih rendah dibanding PP dan LDPE. Permeabilitas yang

lebih rendah, menyebabkan gas lebih sulit untuk menembus film kemasan. Film

kemasan dengan permeabilitas lebih rendah memiliki sifat barrier yang lebih tinggi

sehingga gas tidak mudah keluar masuk kemasan.

Permeabilitas oksigen yang dimiliki plastik “hermetik” laminat sebesar 0.3-55

cc/m2/hari. Sedangkan permeabilitas oksigen yang dimiliki plastik PP

sebesar 3 500-4 500 cc/m2/hari, plastik LDPE sebesar 6 500-8 500 cc/m2/hari.

Permeabilitas karbon dioksida yang dimiliki plastik PP sebesar 1 000-2 000

cc.mil/100in2.hari.atm, plastik LDPE 700- 1 500 cc.mil/100in2.hari.atm. (Villers et

al. 2008; Kirwan dan Strawbridge 2003; De lassus 1997 diacu dalam Cooksey

2004).

Pada plastik dengan permeabilitas yang tinggi yaitu PP dan LDPE, pada hari

pertama penyimpanan, oksigen mengalami penurunan yang selanjutnya meningkat

pada hari berikutnya seiring dengan peningkatan kematian S.oryzae dan masuknya

oksigen dari lingkungan ke dalam kemasan. Namun, pada plastik “hermetik”

laminat, yang memiliki permeabilitas sangat rendah, masih terjadi peningkatan

kadar oksigen. Pada kemasan “hermetik” laminat yang memiliki permeabilitas yang

sangat rendah, dan kedap, seharusnya tidak terjadi peningkatan kadar oksigen.

Peningkatan kadar oksigen ini mungkin terjadi karena dalam penelitian ini, sampel

yang digunakan untuk pengamatan komposisi gas dalam kemasan berbeda setiap

harinya, sehingga bukan merupakan data series yang berlanjut seiiring dengan

waktu. Selain itu suhu dan RH ruang penyimpanan juga berpengaruh terhadap

transmisi gas ke dalam kemasan sehingga ada kemungkinan masuknya gas dari luar

ke dalam kemasan. Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki empat

sisi yang diseal secara manual, sehingga kemungkinan adanya seal yang kurang

rapat bisa saja terjadi.

Perubahan komposisi gas dalam kemasan terkait dengan aktivitas S.oryzae

yang diinfestasikan dan permeabilitas plastik. Pada plastik “hermetik” laminat yang

memiliki permeabilitas yang rendah, setelah kadar oksigen turun, selanjutnya hanya

sedikit mengalami peningkatan kadar oksigen yang berasal dari lingkungan.

61  

Sedangkan plastik PP dan LDPE yang memiliki permeabilitas yang lebih tinggi,

setelah terjadi penurunan kadar oksigen dalam kemasan, pada hari selanjutnya

kadarnya cenderung meningkat dan ketika semua S.oryzae mati, kadar oksigen

dalam kemasan berkisar 20-21% yang setimbang dengan kadar oksigen di luar

kemasan. Demikian juga dengan kadar karbondioksida dalam kemasan, setelah

kadarnya turun pada hari pertama, pada hari berikutnya cenderung naik dan saat

semua S.oryzae dalam kemasan mati, kadar karbondioksida menjadi nol yang

setimbang dengan kadar karbondioksida diluar kemasan.

Komposisi udara yang berbeda inilah yang menyebabkan persentase kematian

yang berbeda pada jenis plastik yang berbeda. Persentase kematian S.oryzae di

dalam plastik “hermetik” laminat dicapai setelah tiga hari penyimpanan untuk

semua varietas beras, pada plastik PP dicapai setelah tujuh hari, sedangkan pada

plastik LDPE dicapai setelah 20 hari penyimpanan untuk varietas Siam Unus dan

Karang Dukuh, tetapi untuk varietas Siam Jurut masih ada 3% yang hidup.

Persentase kematian S.oryzae di dalam kemasan “hermetik” laminat pada hari

ketiga, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan plastik PP dan LDPE, selanjutnya

pada plastik PP lebih tinggi dan berbeda nyata dengan plastik LDPE. Pada hari

ketujuh, persentase kematian S.oryzae di dalam kemasan PP lebih tinggi dari

LDPE, namun tidak berbeda nyata. Meskipun tidak berbeda nyata, adanya S.oryzae

di dalam kemasan LDPE pada hari ketujuh berpotensi menyebabkan kerusakan

pada beras, baik karena aktivitas makan maupun perkembangbiakan S.oryzae.

Kematian S.oryzae di dalam kemasan terjadi karena pada hari pertama

penyimpanan terjadi penurunan drastis kadar oksigen dan peningkatan kadar

karbon dioksida di dalam kemasan yang disebabkan aktivitas respirasi S.oryzae,

baik pada plastik hermetik, PP maupun LDPE. Terbatasnya oksigen dan tingginya

kadar karbondioksida menyebabkan kematian S.oryzae di dalam kemasan. Kadar

oksigen pada plastik “hermetik” laminat < PP < LDPE, sedangkan kadar

karbondioksida pada plastik “hermetik” laminat > PP > LDPE. Permeabilitas gas

yang rendah yang dimiliki oleh plastik “hermetik” laminat menyebabkan komposisi

udara (rendah oksigen, tinggi karbondioksida) dalam kemasan relatif dapat

dipertahankan selama penyimpanan. Sebagai organisme aerobik, S.oryzae

memerlukan oksigen untuk respirasi, keterbatasan oksigen akan menyebabkan

62  

kematian S.oryzae, demikian juga dengan tingginya karbondioksida, dapat

menyebabkan kematian S.oryzae. Plastik PP memiliki permeabilitas gas yang lebih

tinggi daripada plastik “hermetik” laminat, sedangkan plastik LDPE memiliki

permeabilitas yang lebih tinggi daripada plastik PP sehingga pada hari yang sama

persentase kematian S.oryzae dalam kemasan “hermetik” laminat > PP > LDPE.

Menurut Villers et al. (2008), penurunan kadar oksigen dan peningkatan

kadar karbondioksida melindungi komoditas yang disimpan dalam kemasan dari

serangga, cendawan dan efek oksidasi yang terjadi melalui proses metabolisme

alami dari respirasi serangga, dan pada beberapa kasus respirasi dari komoditi itu

sendiri. Kekurangan oksigen dapat menghambat metabolisme biji dan berkembang

biaknya mikroorganisme dan insekta selama penyimpanan (Adhikarinayake 2006

diacu di dalam Rachmat dan Lubis 2008).

Kemampuan hidup serangga atau mikroorganisme lain sangat ditentukan oleh

kadar air bahan, dan ketersediaan oksigen dari dalam ruang penyimpanan. Pada

kemasan penyimpanan yang kedap udara (kondisi hermetik) dan tidak ada sirkulasi

oksigen, kemampuan hidup serangga akan terbatas, sesuai dengan batas ambang

oksigen di dalam ruangan tersebut. Pada tingkatan dimana terjadi kandungan

oksigen yang tidak mencukupi, serangga akan mati, demikian pula mikroorganisme

lainnya sangat ditentukan oleh level oksigen pada suatu kondisi (Moreno-Martinez

et al. 2000).

Selain jenis plastik, pada hari ketiga penyimpanan, interaksi varietas dan jenis

plastik berpengaruh pada persentase kematian S.oryzae. Pada plastik “hermetik”

laminat, untuk ketiga jenis varietas, baik varietas resisten, medium resisten maupun

rentan, telah dicapai persentase kematian 100%. Persentase kematian S.oryzae pada

varietas Siam Jurut > Karang Dukuh > Siam Unus pada plastik PP (Siam Jurut

tidak berbeda nyata dengan Karang Dukuh), sedangkan pada plastik LDPE

persentase kematian S.oryzae pada varietas Karang Dukuh > Siam Jurut > Siam

Unus. Hal ini mungkin terjadi karena plastik LDPE memiliki sifat lebih fleksibel

sehingga varietas Karang Dukuh yang memiliki ukuran lebih ramping dan

menempati ruang yang lebih banyak dalam satuan volume yang sama sehingga

dalam kemasan terdapat “void” (ruang udara antar biji-bijian) yang lebih sedikit

dibanding kedua varietas lainnya. “Void” yang lebih sedikit inilah yang

63  

mempersulit S.oryzae dalam melakukan metabolisme sehingga lebih banyak

S.oryzae yang mati.

Selain perubahan komposisi udara, di dalam kemasan plastik juga terjadi

perubahan kadar air sebagai akibat dari respirasi S.oryzae dan permeabilitas

kemasan terhadap uap air. Menurut Suadnyana (1998), di dalam kemasan

kandungan air bahan senantiasa berubah yang dipengaruhi oleh jenis bahan, suhu

dan kelembaban.

Plastik hermetik memiliki laju transmisi uap air yang lebih kecil dari pada

plastik PP dan LDPE sehingga kadar air beras dalam plastik “hermetik” laminat

lebih rendah daripada plastik PP dan LDPE. Nugraha et al. (2006), melaporkan

bahwa pada penyimpanan gabah selama 12 bulan, kadar air gabah yang dikemas

dalam yoseph bag 10.97 %, pada plastic jar 9.83% (hermetik), sedangkan pada

karung plastik 14.55%. Pada kemasan yang tidak kedap udara, kadar air biji akan

mengikuti kadar air kesetimbangan di luar ruangan. Menurut Villers dan Gummert

(2009); Kirwan dan Strawbridge (2003), plastik “hermetik” laminat memiliki laju

transmisi uap air 8 g.m-2/24 jam, plastik PP memiliki laju transmisi uap air sebesar

10-12 g.m-2/24 jam, sedangkan plastik LDPE 10-20 g.m-2/24 jam.

Dari parameter kadar oksigen, karbon dioksida, tingkat kematian S.oryzae

dan kadar air beras diketahui bahwa plastik “hermetik” laminat yang memiliki

permeabilitas gas dan laju transmisi uap air yang lebih rendah daripada plastik PP

dan LDPE lebih melindungi beras selama penyimpanan. Pada plastik “hermetik”

laminat 100% kematian S.oryzae dicapai dalam waktu yang lebih singkat daripada

plastik PP dan LDPE, selain itu plastik “hermetik” laminat dapat menurunkan kadar

air dari beras yang disimpan. Selanjutnya plastik PP lebih melindungi beras

daripada plastik LDPE (Tabel 25).

Tabel 25. Lama kematian, kadar air dan laju perubahan oksigen pada berbagai jenis plastik dan varietas beras.

Lama kematian 100% (hari) Kadar air (%) V1 V2 V3 V1 V2 V3 “Hermetik” laminat 3 3 3 12,14 12,39 12,23 PP 6 7 7 12,55 13,28 12,69 LDPE 20 20 20 13,04 13,32 13,26 Keterangan: V1= Siam Jurut, V2= Siam Unus, V3= Karang Dukuh

64  

Dari Tabel 25 juga dapat dilihat bahwa plastik “hermetik” laminat

memberikan perlindungan yang lebih baik dari pada plastik PP dan LDPE untuk

semua jenis varietas, baik yang resisten, medium resisten maupun rentan, dimana

waktu yang diperlukan untuk 100% kematian S.oryzae dicapai setelah tiga hari

penyimpanan. Plastik PP memerlukan waktu kematian S.oryzae yang lebih singkat

daripada LDPE sehingga perlindungan plastik PP lebih baik daripada plastik LDPE.

Waktu kematian yang lebih singkat akan memberikan daya tahan simpan yang

lebih baik karena aktivitas makan dan perkembangbiakan yang lebih singkat

memberikan potensi kerusakan yang lebih rendah pada beras yang disimpan.

 

65  

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Varietas berpengaruh nyata terhadap ketahanan beras dari serangan S.oryzae.

2. Dari delapan varietas beras (Karang Dukuh, Siam Jurut, Siam Pandak, Siam

Palun, Siam Palas, Bayar Pahit, Rantul dan Siam Unus) yang discreening,

varietas Siam Jurut merupakan varietas yang paling resisten dengan nilai

indeks perkembangan (ID), total populasi (Nt) dan laju perkembangan intrinsik

(Rm) paling rendah. Varietas yang juga resisten adalah Siam Palun, Siam Palas

dan Bayar Pahit. Varietas Siam Unus menjadi varietas yang medium resisten,

sedangkan varietas Rantul, Siam Pandak dan Karang Dukuh adalah varietas

yang rentan.

3. Varietas berpengaruh nyata pada tingkat kerusakan beras yang diakibatkan

oleh S.oryzae selama penyimpanan. Varietas yang resisten memiliki

peresentase susut bobot dan biji berlubang lebih rendah daripada varietas yang

rentan. Total populasi S.oryzae berkorelasi positif dengan persentase biji

berlubang, susut bobot dan kadar air beras yang disimpan.

4. Varietas beras yang dikemas adalah Siam Jurut, Siam Unus dan Karang

Dukuh. Jenis plastik berpengaruh nyata pada tingkat kematian S.oryzae selama

penyimpanan. Kematian S.oryzae 100% terjadi setelah penyimpanan tiga hari

dalam plastik “hermetik” laminat untuk ketiga varietas, enam hari dalam

plastik polipropilen untuk varietas Siam Jurut, tujuh hari untuk varietas Siam

Unus dan Karang Dukuh dan 20 hari dalam plastik polietilen.

5. Kondisi rendah oksigen dan tinggi karbondioksida yang dapat dipertahankan

selama penyimpanan menyebabkan kematian S.oryzae dalam kemasan.

Kemasan dengan permeabilitas gas yang rendah lebih dapat mempertahankan

komposisi udara dalam kemasan.

6. Jenis kemasan yang lebih melindungi beras dari serangan hama pascapanen

adalah plastik “hermetik” laminat. Plastik PP dapat menjadi alternatif kedua

untuk melindungi beras daripada plastik LDPE.

66  

Saran

Dari hasil penelitian ini beberapa saran yang diberikan adalah:

1. Pada penelitian ini belum diketahui faktor penyebab resistensi dari beras,

penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui hal tersebut.

2. Pengamatan kematian S.oryzae pada penelitian ini hanya sampai tingkat

kematian 100%, penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama perlu

dilakukan untuk mengetahui perkembangan F1 dalam kemasan.

3. Perlu kajian secara ekonomi terkait dengan penggunaan plastik untuk

pengemasan beras, karena dalam penelitian ini kajian tersebut belum dilakukan.

67  

DAFTAR PUSTAKA

Abebe F, Tefera T, Mugo S, Beyene Y and Vidal S. 2009. Resistance of Maize

Varieties to the Maize Weevil Sitophilus zeamais (Motsch.) (Coleoptera:

Curculionidae). African Journal of Biotechnology 8 (21): 5937-5943.

Anggara AW, Sudarmaji. 2009. Hama Pascapanen Padi dan Pengendaliannya.

Balai Besar Padi. Sukamandi. hlm. 449-450.

Ant . 2010 Nov 08. Ketahanan Pangan Kalteng Cukup Baik. Borneo News. Berita

Utama. http://www.borneonews.co.id/index.php/berita-utama/4655-

ketahanan-pangan-kalteng-cukup-baik.html. [19 Februari 2012]

Aryunis. 2010. Karakterisasi dan Identifikasi Mutu Beras dari Padi Ladang Lokal

Asal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. J.Percikan. Vol 111, Edisi April

2010: 21- 27

Ashamo, MO.2006. Relative Succeptibility of Some Local and Elite Rice Varieties

to The Rice Weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae).

Journal of Food Agriculture & Environment Vol.4 (1): 249-252

Askanovi D. 2011. Kajian Resistensi Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh Dari Lima

Varietas Padi Unggul Terhadap Serangan Hama Beras Sitophilus oryzae

(L.). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB

[BPS] Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2010. Kalimantan Tengah dalam

Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. Palangka Raya.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2011. Statistik Kependudukan

2011. http://kalteng.bps.go.id/publikasilengkap-33-statistik-kependudukan-

kalimantan-tengah-tahun-2011.html. [20 Desember 2012]

[BPS] Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah. 2011. Statistik Tanaman Pangan

2011/2012.www.kalteng.bps.go.id/flippublikasi/tanamanpangan2011/index.

html. [20 Desember 2012]

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. SNI 6128:2008, Beras.

Baker A.M.M and Mead J. 2000.Termoplastics didalam Modern Plastics

Handbook. Harper C.A. ed. Mc.Graw Hill. New York.hlm:43-44.

http://dl.lux.bookfi.org/genesis/63000/99e58135185318d2d2e34d2dc4ecfbe

5/_as/[Harper_Ch._A.,_Modern_Plastics_Magazine,_Modern_P(BookFi.org

).rar. [8 November 2012].

68  

Borror DJ, Tripelhorn CA, dan Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran

Serangga. Edisi VI. Yogyakarta: UGM Press.

Brown H dan William J. 2003. Packaged Product Quality and Shelf life dalam Food

Packaging Technology. Coles R, Mc.Dowell D, Kirwan MJ ed. Blackwell

Publishing Ltd. Canada. hlm : 77-81

Cooksey, K. 2004. Important Factors for selecting Food Packaging Materials Based

on Permeability. Flexible Packaging Conference 2004.hlm 1-14.

http://www.burchamintl.com/papers/petpapers/62.pdf. [5 Desember 2012]

Dharmasena CMD, Des Abeysiriwardena DS. 2003. Effect of Variety, Grain

Moisture and Packing Material on Weight and Storage Pests of Rough Rice

During Storage. Rice Research and Development Institute, Batalagoda,

Ibbagamuwa.

Ferizli AG, Navarro S, Donahaye JE, Rindner M, Azrieli A. 2001. Airtight Granary

For Use By Subsistence Farmers. Di dalam: Donahaye EJ, Navarro S,

Leesch JG, editor. Proc. Int. Conf. Controlled Atmosphere and Fumigation

in Stored Products, Fresno, CA. 29 Oct. - 3 Nov. 2000, Executive Printing

Services, Clovis, CA, U.S.A. 2001. hlm 37-43.

Harahap I S.2006. Ekologi Serangga Hama Gudang di dalam Prijono D,

Dharmaputra OS, Widayanti S,editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu.

Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. Hlm 53-55.

Haryadi, Y. 1991. Sensibilité variétale du riz aux attaques de Sitophilus oryzae (L.)

et de Sitotroga cerealella (Oliv.). Analyse de l'origine d'une résistance

potentielle. Ph.D. thesis in Agronomical Sciences, Ecole Nat. Sup.

Agronomie, Montpellier, France. 113 pp

Haryadi Y. 2010. Peranan Penyimpanan Dalam Menunjang Ketahanan Pangan.

Majalah Pangan. 19 (4): 345-359.

Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Yogjakarta: Gajah Mada University

Press. hlm 18-27.

Hasheminia SM. 2011. The Study of Food Preference of Sitophilus oryzae L. On

Common Cultivars of Rice in Guilan Province. Journal of American

Science. Vol 7. No.6. 430-434. www.americanscience.org. [25 Juli 2011]

69  

Howell Jr, TA. 2003. Rice Storage didalam Rice: Origin, History, Technology, and

Production. Smith CW, Dilday RH, ed. USA: John Willey & Sons, Inc.

hlm: 555-559

Jacobs S, Calvin D. 2001. Weevils on Stored Grains. College of Agricultural

Science, U.S. Departement of Agriculture, and Pennsylvania Countries

Cooperating. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Jaya, D.S. and S. Jeyamkondan. 2002. Modified Atmosphere Storage of Grains

Meats Fruits and Vegetables. Biosystems Engineering (2002) 82 (3), 235–

251 doi:10.1006/bioe.2002.0080, available online at

http://www.idealibrary.com. [14 Maret 2011]

Kirwan MJ, Strawbridge JW. 2003. Plastic in Food Packaging di dalam Food

Packaging Technology. Coles R, McDowell D, Kirwan MJ, ed. CRC

Press: USA. Blackwell Publishing Ltd. Canada. hlm :174-227

Koehler PG. 2008. Rice Weevil, Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae).

ENY-261. Institute of Food and Agricultural Sciences. University of

Florida. http://edis.ifas.ufl.edu. [ 2 Agustus 2011]

Lazarde, I. 2010 Sept 17. Wah, Konsumsi Beras Indonesia Tertinggi di Dunia.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-

news/internasional/10/09/17/135002-wah-konsumsi-beras-indonesia-

tertinggi-di-dunia. [19 Februari 2012]

Lestari PA, Nugraha Y, Diredja M. 2007. Evaluasi Mutu Beras Calon Varietas Padi

Hibrida. Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. Balai Besar Penelitian

Tanaman Padi. hlm 791-801.

Lopulalan CGC. 2010. Analisa Ketahanan Beberapa Varietas Padi Terhadap

Serangan Hama Gudang (sitophilus zeamais Motschulsky). J.Budidaya

Pertanian. Vol 6 No.1 2010. 11-16

Lubis S. Sudaryono, Nugraha S, Rachmat R .2006. Efek Teknologi Penyimpanan

Hermetik Terhadap Mutu Gabah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Inovatif Pascapanen untuk pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Makarov KV. 2002. Sitophilus oryzae L. (Dryophthoridae) - atlas of beetles of

Russia. Coleoptera Department of the Laboratory of Insect Systematics of

70  

the Zoological Institute of the Russian Academy of Sciences.

http://www.zin.ru/animalia/coleoptera/eng/sitorykm.htm. [8 Agustus 2011]

Masmawati. 2007. Infestasi Serangga Hama Pada Perbedaan Struktur Fisik dan

Komposisi Kimia Bahan. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan

PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel. hlm: 54-63.

Mebarkia A, Rahbe Y, Guechi A, Bouras A, Makhlouf M. 2010. Susceptibility of

Soft Wheat Varieties (Triticum aestivum) to Sitophilus granarius (L.)

(Coleoptera: Curculionidae). Agric.Biol.J.N.Am., 2010, 1 (4): 571-578.

Morino-Martitez E, Jimenez, Vazquez ME. 2000. Effect of Sitophilus zeamais and

Aspergillus chevalieri on the Oxygen Level in Maize Stored Hermetically.

Journal of Stored Products Research 36 (2000): 25-36

Nadeem S, Hamed M , Shafique M. 2011. Feeding Preference and Developmental

Period of Some Storage Species in Rice Products. Pakistan J.Zool., 43 (1):

79-83.

Natalia. 2007. Karakterisasi Beras Pandan Wangi dan Pengaruh Jenis Kemasan

terhadap Stabilitas dan Mutu Selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Negi DS, Kumar A, Sharma RK, Shukla N, Negi N, Tamta ML, Bansal Y, Prasest

P, Cairns JRK. 2011. Structure Confirmation of Rare Conjugate Glycosides

from Glycosmis arborea (Roxb.) with the Action of β-Glucosidases.

Research Journal of Phytochemistry 5 (1): 32-40.

Nugraha S, Sudaryono, Lubis S. 2006. Pengaruh Pengemasan Terhadap Kandungan

Oksigen (Oxygen level) dan Perubahan Kualitas Gabah Selama

Penyimpanan. 189-197. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif

Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Pasaribu MJ. 2009. Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera:

Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras. Departemen Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Patiwiri AB. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama. hlm 11-21.

71  

Rachmat R dan Lubis S. 2008. Pengaruh Kemasan Terhadap Kulaitas Gabah

Selama Penyimpanan Sistem Hermetik.

Rachmat R. 2009. Stabilitas mutu beras pecah kulit melalui penerapan teknologi

penyimpanan hermetik. Majalah Pangan 18 (56). Oktober-Desember 2009:

87-94.

Radius DB. 2011 Mar 04. Kalteng Perluas Sawah Baru 11.000 Hektar.

www.kompas.com. [20 Desember 2012]

Rajendran S. 2003. Grain Storage: Persprektive and Problems. Di dalam Handbook

of Postharvest Technology: Cereals, Fruits, Vegetables, Tea, and Spices.

Chakravety A, Mujumdar AS,. Raghavan GSV, Ramaswamy HS, ed.

New York: Marcell Dekker, Inc. hlm: 183-200.

Rashid MH, Haque MA, Huda MS, Rahman MM, Ahsan AFMS. 2009. Study

on Resistance of Different Rice Varieties Against Rice Weevil, Sitophius

oryzae (L.). Int.J.Sustain.Crop Prod. 4(1): 35-40.

Riudavets J, Salas I, Pons MJ. 2007. Damage characteristics produced by insect

pests in packaging film. Journal of Stored Products Research 43: 564-570.

Sanon A, Dabire-Binso LC, Ba NM. 2011. Triple-bagging of cowpeas within high

density polyethylene bags to control the cowpea beetle Callosobruchus

maculatus F. (Coleoptera: Bruchidae). Journal of Stored Products Research

In Press, Corrected Proof (2011) 1-6. Available online 31 Maret 2011.

Setyono A, Wibowo P. 2008. Seleksi Mutu Beras Hubungannya dengan

Karakteristik Beberapa Galur Padi Inbrida dan Hibrida. Seminar Nasional

Padi. hlm: 1525 - 1534

Suadnyana, I. W. 1998. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap

perubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein [skripsi]. Bogor: Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Subarna, Suroso, Budijanto S, Sutrisno. 2006. Perubahan Kualitas Beras Selama

Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen

untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. BB Pascapanen. Bogor.

hlm: 387-398.

Suparjo. 2010. Teknik Penyimpanan Pangan:Kerusakan Bahan Pakan Selama

Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak. Jambi: Fakultas Peternakan

72  

Universitas

Jambi.http://www.fapet.unja.ac.id/files/PENYIMPANAN2010.pdf[ 3 Juni

2011]

Suroso, Subarna, Budijanto S, Sutrisno. 2006. Perubahan Kualitas Fisik Beras

Selama Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif

Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. BB

Pascapanen. Bogor. hlm: 498-507.

Sutaryo B dan Sudaryono T. 2011. Keragaan Mutu Gabah dan Beras 12 Genotipe Padi Saah Berpengairan Teknis. AGRITECH, Vol X111 No 1 Juni 2011: 1-14.

Syarief RS, Santausa S, Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB Bogor.

Tarmudji WM. 2008. Kajian Resistensi Biji Sorgum dari Lima Varietas Terhadap Serangan Sitophilus zeamais Motsch. Skripsi. IPB.

Tengseng Rice Mill. 2011. Structure of Rice Grain. http://www.teksengricemill.com/knowled/structure.htm. [13 Oktober 2011]

Villers P, Gummert. 2009. Seal Approval. Rice Today. Januari-March 2009. Villers P, T. De Bruin, S. Navarro., 2007. Advance in hermetic storage as methyl

bromide replacement. Int. Conf.Controlled Atmosphere and Fumigation in Stored Products, Gold-Coast Australia. 8-13th August 2004. FTIC Ltd. Publishing, Israel. Hlm: 07-223.

Vowotor KA, Bosque-Perez NA, Ayertey, JN. 1995.Effect of Maize Variety and Storage Form on Oviposition and Development of Maize Weevil, Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: curculionidae). Proceedings of the 6th International Working Conference on Stored-product Protection. Vol 1. hlm: 595-598.

Wardana, AS. 2010., Materi Ilmu Bahan Makanan, Serealia dan Kacang-kacangan., Sifat fisik, komposisi kimia dan faktor penyebab perubahan pada Serealia dan Kacang-kacangan., http://kuliahpangan77.wordpress.com/2010/02/ [30 Mei 2011]

Widiatmoko, A. 2005. Perubahan Mutu Fisik Beras IR 64 Ciherang dan Sintanur pada Proses Penyimpanan Model Karungan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

73  

Widowati S, Santausa BAS, Astawan M dan Akhyar. 2009. Penurunan Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Melalui Proses Pratanak. J.Pascapanen 6 (1) 2009: 1-9.

Yasin M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisikokimia yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional Serealia. hlm: 400-409.

 

74  

LAMPIRAN

 

75  

Lampiran 1. Karakteristik beras yang digunakan dalam penelitian

Gabah Beras pecah kulit Beras sosoh Karang Dukuh: ukuran beras sosoh: panjang: 5.97 mm lebar : 1.53 mm

Siam Jurut ukuran beras sosoh: panjang: 5.57 mm lebar : 1.83 mm

75

76  

Siam Pandak ukuran beras sosoh: panjang: 5.70 mm lebar : 2.30 mm

Siam Palun

76

6

77  

Siam Palas ukuran beras sosoh: panjang: 5.07 mm lebar : 1.87 mm

Bayar Pahit ukuran beras sosoh: panjang: 5.57 mm lebar : 2.17 mm

77

78  

Rantul ukuran beras sosoh: panjang: 5.23 mm lebar : 2.30 mm

Siam Unus ukuran beras sosoh: panjang: 5.77 mm lebar : 1.87 mm

78

79  

Lampiran 2. Karakteristik plastik yang digunakan dalam penelitian

Permeabilitas (cc/m2*day*atm) Laju transmisi uap air

(g m-2/24 jam) O2 CO2

“Hermetik” laminat 8-55 - 8 PP (tebal 0.25 µm) 3 500-4 500 15 500-31 000 10-12 LDPE (tebal 0.25 µm) 6 500-8 500 10 850-23 250 10-20 Sumber: Kirwan dan Strawbridge (2003); Delassus 1997 dalam Cooksey 2004; Villers dan

Gummert (2009)

80  

Lampiran 3a. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2011 

Sumber: BPS Kalimantan Tengah (2012); Radius (2011) diolah.

 

 

 

Ketersediaan Beras di Kalimantan Tengah tahun 2011

No. Kabupaten Produksi

Padi Produksi

Beras Susut

pascapanen Ketersediaan

beras Jumlah

penduduk Kebutuhan

beras Ketersediaan

beras

(ton) Konsumsi (ton) (ton) (ton) (orang) (ton) (ton)

1 Kotawaringin Barat 25 026 13 939 1 571 12 369 239 753 29 192 (15 253)2 Kotawaringin Timur 28 908 16 102 1 815 14 287 380 443 46 323 (30 221)3 Kapuas 323 321 180 090 20 296 159 794 335 168 40 810 139 2804 Barito Selatan 15 262 8 501 958 7 543 126 207 15 367 (6 866)5 Barito Utara 23 382 13 024 1 468 11 556 123 610 15 051 (2 027)6 Sukamara 3 285 1 830 206 1 624 45 706 5 565 (3 735)7 Lamandau 14 590 8 127 916 7 211 64 258 7 824 3038 Seruyan 10 587 5 897 665 5 232 142 275 17 323 (11 426)9 Katingan 51 373 28 615 3 225 25 390 148 892 18 129 10 48610 Pulang Pisau 56 685 31 574 3 558 28 015 122 073 14 864 16 71011 Gunung Mas 3 115 1 735 196 1 540 98 615 12 007 (10 272)12 Barito Timur 31 069 17 305 1 950 15 355 99 003 12 055 5 25113 Murung Raya 23 577 13 132 1 480 11 652 98 480 11 991 1 14114 Palangka Raya 56 31 4 28 224 663 27 355 (27 324)

610 236 339 901 38 307 301 595 2 249 146 273 856 66 045

80

81  

Lampiran 3b. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2010

Ketersediaan Beras di Kalimantan Tengah tahun 2010

No. Kabupaten Produksi

Padi Produksi

Beras Susut

pascapanen Ketersediaan

beras Jumlah

penduduk Kebutuhan

Beras Ketersediaan

beras

(ton)

Konsumsi (ton)

(ton) (ton) (orang) (ton) (ton)

1 Kotawaringin Barat 17 881 9 960 1 122 8 837 235 803 28 711 (18 752)2 Kotawaringin Timur 33 639 18 737 2 112 16 625 374 175 45 560 (26 823)3 Kapuas 322 550 179 660 20 248 159 413 329 646 40 138 139 5234 Barito Selatan 16 693 9 298 1 048 8 250 124 128 15 114 (5 816)5 Barito Utara 23 602 13 146 1 482 11 665 121 573 14 803 (1 656)6 Sukamara 4 006 2 231 251 1 980 44 952 5 473 (3 242)7 Lamandau 20 360 11 341 1 278 10 062 63 199 7 695 3 6458 Seruyan 12 933 7 204 812 6 392 139 931 17 038 (9 834)9 Katingan 55 201 30 747 3 465 27 282 146 439 17 830 12 917

10 Pulang Pisau 86 992 48 455 5 461 42 994 120 062 14 619 33 83611 Gunung Mas 6 265 3 490 393 3 096 96 990 11 810 (8 320)12 Barito Timur 29 589 16 481 1 857 14 624 97 372 11 856 4 62513 Murung Raya 20 592 11 470 1 293 10 177 96 857 11 793 (324)14 Palangka Raya 113 63 7 56 220 962 26 904 (26 841)

650 416 362 282 39 707 312 615 2 212 089 269 344 92 938Sumber: BPS Kalimantan Tengah (2011); Ant (2010) diolah.

81

82  

Lampiran 3c. Ketersediaan beras di Kalimantan Tengah tahun 2009

Ketersediaan Beras di Kalimantan Tengah tahun 2009

No. Kabupaten Produksi Padi

Produksi Beras

Susut pascapanen

Ketersediaan beras

Jumlah penduduk

Kebutuhan Beras

Ketersediaan beras

(ton) Konsumsi (ton) (ton) (ton) (orang) (ton) (ton)

1 Kotawaringin Barat 9 927 5 529 623 4 906 258 767 35 969 (31 062)

2 Kotawaringin Timur 20 888 11 635 1 311 10 323 328 817 45 706 (35 382)

3 Kapuas 318 117 177 191 19 969 157 222 339 824 47 236 109 9864 Barito Selatan 18 891 10 522 1 186 9 336 127 058 17 661 (8 325)5 Barito Utara 23 326 12 993 1 464 11 528 122 776 17 066 (5 538)6 Sukamara 3 951 2 201 248 1 953 43 253 6 012 (4 059)7 Lamandau 15 499 8 633 973 7 660 63 079 8 768 (1 108)8 Seruyan 13 398 7 463 841 6 622 137 012 19 045 (12 423)9 Katingan 41 607 23 175 2 612 20 563 148 912 20 699 (136)

10 Pulang Pisau 58 601 32 641 3 679 28 962 122 542 17 033 11 92911 Gunung Mas 11 816 6 582 742 5 840 97 898 13 608 (7 768)12 Barito Timur 29 364 16 356 1 843 14 512 93 898 13 052 1 46113 Murung Raya 13 179 7 341 827 6 513 98 834 13 738 (7 225)14 Palangka Raya 197 110 12 97 200 998 27 939 (27 841)

578 761 322 370 36 331 286 039 2 183 668 303 530 (17 491)Sumber: BPS Kalimantan Tengah (2010), Lazarde (2010) diolah.

82

83  

Lampiran 4a. Analisis ragam kadar amilosa beras

Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 11.948 7 1.707 58.390 .000Galat .234 8 .029 Total 12.182 15

Lampiran 4b. Uji lanjut Duncan kadar amilosa beras Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 Siam Jurut 2 26.2300 Rantul 2 26.8550 Siam Pandak 2 27.5050 Karang Dukuh 2 27.5500 Bayar Pahit 2 27.5650 Siam Palas 2 27.9250 Siam Unus 2 28.6100 Siam Palun 2 29.1650Sig. 1.000 1.000 .050 1.000 1.000

Lampiran 5a. Analisis ragam kadar lemak beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.

Varietas .113 7 .016 53.335 .000Galat .003 9 .000 Total .115 16

Lampiran 5b. Uji lanjut Duncan kadar lemak beras Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 Siam Unus 2 .3200 Siam Palas 3 .3733 Bayar Pahit 2 .4000 .4000 Karang Dukuh 2 .4050 .4050 Siam Jurut 2 .4100 .4100 Siam Palun 2 .4200 Siam Pandak 2 .4700 Rantul 2 .6200 Sig. 1.000 .075 .299 1.000 1.000

Lampiran 6a. Analisis ragam kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I

Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 1.815 7 .259 43.616 .000Galat .048 8 .006 Total 1.862 15

84  

Lampiram 6b. Uji lanjut Duncan kadar air awal beras penelitian Tahap I seri I N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6 Rantul 2 13.7700 Siam palas 2 14.1000 Siam pandak 2 14.3100 Siam palun 2 14.4250 Bayar pahit 2 14.4900 14.4900 Siam unus 2 14.6250 14.6250 Siam jurut 2 14.7250 14.7250 Karang dukuh 2 14.9000 Sig. 1.000 1.000 .055 .118 .231 .053

Lampiran 7a. Analisis ragam dimensi panjang beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 2.113 7 .302 19.583 .000 Galat .247 16 .015 Total 2.360 23

Lampiran 7b. Uji lanjut Duncan dimensi panjang beras Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Siam palas 3 5.0667 Rantul 3 5.2333 Siam jurut 3 5.5667 Bayar pahit 3 5.5667 Siam pandak 3 5.7000 Siam unus 3 5.7667 5.7667 Siam palun 3 5.9333 Karang dukuh 3 5.9667 Sig. .120 .087 .079

Lampiran 8a. Analisis ragam dimensi lebar beras Jumlah

kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.

Varietas 1.545 7 .221 26.486 .000 Galat .133 16 .008 Total 1.678 23

85  

Lampiran 9a. Analisis ragam dimensi rasio panjang:lebar beras

Lampiran 8b. Uji lanjut Duncan dimensi lebar beras Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Karang dukuh 3 1.5333 Siam palun 3 1.8000 Siam jurut 3 1.8333 Siam palas 3 1.8667 Siam unus 3 1.8667 Bayar pahit 3 2.1667 Siam pandak 3 2.3000 Rantul 3 2.3000 Sig. 1.000 .423 .108

Jumlah kuadrat

df Kuadrat Tengah F Sig.

Varietas 5.420 7 .774 53.094 .000Galat .233 16 .015 Total 5.653 23

Lampiran 9b. Uji lanjut Duncan dimensi rasio panjang:lebar beras Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 Rantul 3 2.3667 Siam pandak 3 2.5000 Bayar pahit 3 2.5667 Siam palas 3 2.8667 Siam jurut 3 3.0667 3.0667 Siam unus 3 3.1000 Siam palun 3 3.3667 Karang dukuh 3 3.9000Sig. .071 .060 .740 1.000 1.000

Lampiran 10a. Analisis ragam kekerasan beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 17.772 7 2.539 32.584 .000Galat 1.247 16 .078 Total 19.018 23

Lampiran 10b. Uji lanjut Duncan kekerasan beras Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6 Bayar pahit 3 3.8667 Siam unus 3 4.6667 Siam jurut 3 4.8000 4.8000 Rantul 3 5.2667 5.2667 Siam pandak 3 5.3000 5.3000 Siam palun 3 5.4333 Karang dukuh 3 6.1000 Siam palas 3 6.9000Sig. 1.000 .567 .053 .499 1.000 1.000

86  

Lampiran 11a. Analisis Ragam derajat putih beras Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.

Varietas 77.513 7 11.073 260.549 .000Galat .680 16 .042 Total 78.193 23

Lampiran 11b. Uji lanjut Duncan derajat putih beras Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6 7 Siam unus 3 45.2667 Karang dukuh 3 46.8667 Siam jurut 3 47.8667 Siam palun 3 49.1667 Siam pandak 3 49.6000 Siam palas 3 49.8000 Rantul 3 50.3667 Bayar pahit 3 50.9333Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 .252 1.000 1.000

Lampiran 12a. Analisis ragam jumlah total populasi S.oryzae seri I Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.

Varietas 1522.601 7 217.514 4.039 .011 Galat 807.833 15 53.856 Total 2330.435 22

Lampiran 12b. Uji lanjut Duncan jumlah total populasi S.oryzae seri I Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 Siam jurut 3 14.00

Siam palas 3 16.67 16.67

Bayar pahit 3 22.33 22.33 22.33 Siam palun 2 22.50 22.50 22.50

Siam unus 3 29.67 29.67 29.67 Rantul 3 32.00 32.00 Karang dukuh 3 33.33 33.33 Siam pandak 3 38.33 Sig. .224 .070 .127 .215 Lampiran 13a. Analisis ragam nilai periode perkembangan (D) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 166.672 7 23.810 4.674 .007 Galat 71.321 14 5.094

Total 237.993 21

87  

Lampiran 13b. Uji lanjut Duncan nilai periode perkembangan (D) Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 Siam palas 2 34.75000 Karang dukuh 3 36.29167 36.29167 Siam pandak 3 37.41667 37.41667 37.41667 Rantul 3 37.65667 37.65667 37.65667 Siam jurut 3 39.50000 39.50000 Siam unus 3 40.83333 40.83333 40.83333Bayar pahit 3 41.33333 41.33333Siam palun 2 44.85000Sig. .191 .053 .090 .070

Lampiran 14a. Analisis ragam nilai indeks perkembangan (ID) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 28.715 7 4.102 4.792 .005

Galat 12.841 15 .856 Total 41.556 22

Lampiran 14b. Uji lanjut Duncan nilai indeks perkembangan (ID) Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Siam jurut 3 6.684967 Siam palun 2 6.916000 Bayar pahit 3 7.461200 7.461200 Siam palas 3 7.552700 7.552700 Siam unus 3 8.297667 8.297667 8.297667 Rantul 3 9.184167 9.184167 Siam pandak 3 9.645333 Karang dukuh 3 9.667233 Sig. .079 .058 .125

Lampiran 15a. Analisis ragam laju perkembangan intrinsik (Rm) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas .137 7 .020 8.327 .000 Galat .038 16 .002 Total .175 23

Lampiran 15b. Uji lanjut Duncan laju perkembangan intrinsik (Rm) Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 Siam jurut 3 .059300 Siam palun 3 .088700 Siam palas 3 .093933 Bayar pahit 3 .132000 .132000 Siam unus 3 .184133 .184133 Rantul 3 .214633 .214633 .214633 Karang dukuh 3 .230433 .230433 Siam pandak 3 .289767 Sig. .109 .064 .284 .090

88  

Lampiran 16a. Analisis ragam kapasitas multiplikasi mingguan (λ) Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas .148 7 .021 5.881 .002 Galat .057 16 .004 Total .205 23

Lampiran 16b. Uji lanjut Duncan kapasitas multiplikasi mingguan (λ) Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 Siam jurut 3 1.061167 Siam palun 3 1.094400 1.094400 Siam palas 3 1.098567 1.098567 Bayar pahit 3 1.142300 1.142300 1.142300 Siam unus 3 1.204300 1.204300 1.204300 Rantul 3 1.240133 1.240133 Karang dukuh 3 1.259267 Siam pandak 3 1.278733 Sig. .146 .054 .075 .180 Lampiran 17a. Analisis ragam susut bobot Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 444.389 7 63.484 15.167 .000 Galat 33.486 8 4.186 Total 477.875 15

Lampiran 17b. Uji lanjut Duncan susut bobot Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 Siam palas 2 1.2400 Bayar pahit 2 1.3850 Siam jurut 2 4.0650 4.0650 Siam palun 2 4.3150 4.3150 Siam unus 2 7.1050 7.1050 Karang dukuh 2 10.3100 Siam pandak 2 11.7250 Rantul 2 17.4250 Sig. .195 .192 .062 1.000 Lampiran 18a. Analisis ragam persentase biji berlubang Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 2736.910 7 390.987 9.827 .002 Galat 318.305 8 39.788 Total 3055.215 15

89  

Lampiran 18b. Uji lanjut persentase biji berlubang

Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4

Siam palas 2 11.3950 Bayar pahit 2 16.2000 16.2000 Siam jurut 2 18.6500 18.6500 Siam unus 2 19.4500 19.4500 Siam palun 2 28.7500 28.7500 Siam pandak 2 36.9400 Karang dukuh 2 37.7700 Rantul 2 52.8500 Sig. .264 .099 .207 1.000

Lampiran 19a. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum

penyimpanan Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 5.648 7 .807 122.485 .000 Galat .105 16 .007 Total 5.753 23

Lampiran 19b.Uji lanjut Duncan kadar air beras penelitian Tahap I seri II sebelum

penyimpanan Varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Rantul 3 12.1800 Karang dukuh 3 13.2433 Bayar pahit 3 13.3400 Siam unus 3 13.6167 Siam palun 3 13.6200 Siam jurut 3 13.6500 Siam pandak 3 13.7067 Siam palas 3 13.7400 Sig. 1.000 .164 .111

Lampiran 20. Analisis ragam kadar air beras penelitian Tahap I seri II setelah simpan Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 4.049 7 .578 1.571 .215 Galat 5.893 16 .368 Total 9.942 23

Lampiran 21a. Derajat putih setelah penyimpanan Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas 33.370 7 4.767 5.849 .012 Galat 6.520 8 .815 Total 39.890 15

90  

Lampiran 21b. Uji lanjut Duncan derajat putih setelah penyimpanan penelitian Tahap I seri II varietas N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 Siam palas 2 51.6000 Siam unus 2 52.5000 52.5000 Karang dukuh 2 54.2500 54.2500 Bayar pahit 2 54.9000 Siam palun 2 55.0000 Siam pandak 2 55.1500 Siam jurut 2 55.5500 Rantul 2 56.0500 Sig. .348 .089 .103

Penelitian Tahap II Lampiran 22a. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-3 Sumber Keragaman Type III Jumlah

Kuadrat df Kuadrat

Tengah F Sig.

Corrected Model 55.774a 8 6.972 4.238 .005 Intercept 5796.273 1 5796.273 3523.173 .000 varietas .865 2 .433 .263 .772 plastik 44.681 2 22.340 13.579 .000 varietas * plastik 10.228 4 2.557 1.554 .229 Error 29.613 18 1.645 Total 5881.660 27 Corrected Total 85.387 26 a. R Squared = .653 (Adjusted R Squared = .499)

Lampiran 22b. Uji lanjut Duncan kadar oksigen hari ke-3 Subset

1 2 hermetik 9 12.8889 LDPE 9 15.1444PP 9 15.9222Sig. 1.000 .215

Lampiran 23. Analisis ragam kadar oksigen hari ke-7 Sumber Keragaman

Type III Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah

F Sig.

Corrected Model 5.456a 5 1.091 2.810 .066 Intercept 7252.094 1 7252.094 18674.920 .000 varietas .028 2 .014 .036 .965 plastik 3.125 1 3.125 8.047 .015 varietas * plastik 2.303 2 1.152 2.966 .090 Error 4.660 12 .388 Total 7262.210 18 Corrected Total 10.116 17 a. R Squared = ,539 (Adjusted R Squared = ,347)

91  

Lampiran 24a. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-3 Sumber Keragaman

Type III Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah

F Sig.

Corrected Model 111.401a 8 13.925 28.227 .000 Intercept 279.689 1 279.689 566.938 .000 varietas 2.756 2 1.378 2.794 .088 plastik 105.890 2 52.945 107.321 .000 varietas * plastik 2.755 4 .689 1.396 .275 Error 8.880 18 .493 Total 399.970 27 Corrected Total 120.281 26 a. R Squared = ,926 (Adjusted R Squared = ,893)

Lampiran 24b. Uji lanjut Duncan kadar karbondioksida hari ke-3 plastik N Subset

1 2 LDPE 9 1.5444 PP 9 2.1111 hermetik 9 6.0000Sig. .104 1.000

Lampiran 25. Analisis ragam kadar karbon dioksida hari ke-7 Sumber Keragaman

Type III Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah

F Sig.

Corrected Model .278a 5 .056 2.439 .096 Intercept .109 1 .109 4.780 .049 varietas .084 2 .042 1.854 .199 plastik .109 1 .109 4.780 .049 varietas * plastik .084 2 .042 1.854 .199 Error .273 12 .023 Total .660 18 Corrected Total .551 17 a. R Squared = ,504 (Adjusted R Squared = ,297)

Lampiran 26a. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-3 Sumber Keragaman

Type III Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah

F Sig.

Corrected Model 12751.407a 8 1593.926 17.242 .000 Intercept 180892.593 1 180892.593 1956.771 .000 Varietas 2341.630 2 1170.815 12.665 .000 Plastik 8617.185 2 4308.593 46.607 .000 varietas * plastik 1792.593 4 448.148 4.848 .008 Error 1664.000 18 92.444 Total 195308.000 27 Corrected Total 14415.407 26 a. R Squared = .885 (Adjusted R Squared = .833)

92  

Lampiran 26b. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh varietas hari ke-3

Varietas N Subset 1 2

Siam unus 9 69.7778 Siam jurut 9 83.3333Karang dukuh 9 92.4444Sig. 1.000 .060

Lampiran 26c. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh jenis plastik

hari ke-3 plastik N Subset

1 2 3 PE 9 57.5556 PP 9 88.0000 hermetik 9 100.0000Sig. 1.000 1.000 1.000

Lampiran 26d. Uji lanjut Duncan persentase S.oryzae mati karena pengaruh interaksi

varietas dan jenis plastik hari ke-3 varietas plastik N Subset

1 2 3 4 Siam unus LDPE 3 38,67Siam jurut LDPE 53,00Siam unus PP 3 80,67Karang dukuh LDPE 3 81,00Karang dukuh PP 3 96,33Siam jurut PP 3 97,00Karang dukuh hermetik 3 100,00Siam unus hermetik 3 100,00Siam jurut hermetik 3 100,00

Lampiran 27. Analisis ragam persentase S.oryzae mati hari ke-7 Sumber Keragaman

Type III Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah

F Sig.

Corrected Model 1041.611a 5 208.322 .907 .508 Intercept 156986.722 1 156986.722 683.376 .000 varietas 127.444 2 63.722 .277 .762 plastik 786.722 1 786.722 3.425 .089 varietas * plastik 127.444 2 63.722 .277 .762 Error 2756.667 12 229.722 Total 160785.000 18 Corrected Total 3798.278 17 a. R Squared = .274 (Adjusted R Squared = -.028)

Lampiran 28. Analisis ragam kadar air awal beras yang dikemas pada penelitian Tahap II Jumlah kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. Varietas .102 2 .051 7.554 .067 Galat .020 3 .007 Total .123 5

93  

Lampiran 29a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian Tahap II Sumber Keragaman

Type III Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah

F Sig.

Corrected Model 1.834a 8 .229 8.691 .000Intercept 4135.168 1 4135.168 156745.107 .000plastik .258 2 .129 4.883 .020varietas 1.290 2 .645 24.441 .000plastik * varietas .287 4 .072 2.720 .062Error .475 18 .026 Total 4137.477 27 Corrected Total 2.309 26 a. R Squared = ,794 (Adjusted R Squared = ,703) Lampiran 29b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-3 penelitian Tahap II plastik N Subset

1 2 Hermetik 9 12.2522 PP 9 12.3833 12.3833LDPE 9 12.4911Sig. .104 .176

varietas N Subset

1 2 Siam jurut 9 12.1889 Karang dukuh 9 12.2556 Siam unus 9 12.6822Sig. .395 1.000 Lampiran 30a. Analisis ragam kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II Sumber Keragaman

Type III Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah

F Sig.

Corrected Model 1.183a 5 .237 2.461 .093Intercept 2937.867 1 2937.867 30563.866 .000plastik .072 1 .072 .751 .403varietas .942 2 .471 4.902 .028plastik * varietas .168 2 .084 .876 .441Error 1.153 12 .096 Total 2940.203 18 Corrected Total 2.336 17 a. R Squared = ,506 (Adjusted R Squared = ,301) Lampiran 30b. Uji lanjut Duncan kadar air beras yang dikemas hari ke-7 penelitian Tahap II varietas N Subset

1 2 Siam jurut 6 12.5317 Karang dukuh 6 12.7133 12.7133Siam unus 6 13.0817Sig. .330 .062