Se Jara He Kono Mi Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oudhjkk

Citation preview

SEJARAH EKONOMI INDONESIA

1. SEJARAH EKONOMI INDONESIASejarah ekonomi Indonesia dapat dibagi dalam empat orde/masa:

A. Masa Pemerintahan Orde Lama

B. Masa Pemerintahan Orde Baru

C. Masa Pemerintahan Transisi

D. Masa Pemerintahan Reformasi hingga Kabinet SBY

A. PEMERINTAHAN ORDE BARU

17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Indonesia menjelang akhir 1940-an menghadapi dua peperangan besar dengan Belanda, Polisi I, dan II. 27 Desemper 1949 RI mendapat pengakuan kemerdekaan dari Belanda sebagai hasil Konprensai Meja Bundar di Belanda (Denhaag) yang dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 1949.

1950 1965 Indonesia dilanda gejolak politik dalam negeri dan pembrontakan di sejumlah daerah seperti di Sumatera dan Sulawesi. Akibatnya selama pemerintahan orde lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk, walaupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hamper 7% selama decade 1950-an, dan setelah itu turun drastic menjadi rata-rata per tahun hanya 1,9% atau bahkan nyaris staflasi selama tahun 1965-1966. Tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atau produk domestic bruto (PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6% (Lihat Tabel 1)Tabel 1

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1951 1966

TAHUNIndeks

(1951=100)% PerubahanTAHUNIndeks

(1951=100)% Perubahan

1951100,0-1959149,1-1,9

1952103,83,81960146,8-1,5

1953126,822,11961149,41,7

1954128,61,41962145,3-2,7

1955133,43,71963141,4-2,7

1956136,42,21964144,72,4

1957144,45,81965145,50,5

1958152,05,31966146,40,6

Selain laju pertumbuhan ekonomi yang menurun terus sejak tahun 1958 defisit saldo neraca pembayaran (BoP) dan defisit APBN terus membesar dari tahun ke tahun. Misalnya, APBN, berdasarkan data yang dihimpun oleh Masoed (1989), jumlah pendapatan pemerintah rata-rata per tahun selama periode 1955 1965 sekitar 151 juta rupiah (disebut rupiah baru), sedangkan besarnya pengeluaran pemerintah rata-rata per tahun selama periode yang sama 359 juta rupiah, atau lebih dari 100% lebih besar dari rata-rata pendapatannya. Jika pada tahun 1955 defisitnya baru 2 juta rupiah, pada tahun 1965 sudah mencapai lebih dari 1 milliar rupiah: berarti suatu kenaikan yang sangat signifikan selama jangka waktu tersebut. Jika pada tahun 1955 defisit anggaran baru sekitar 14% dari jumlah pendapatan pemerintah pada tahun yang sama, pada tahun1965 defisitnya sudah hamper 200% dari besarnya pendapatan pada tahun yang sama. (Lihat Tabel 2)TABEL 2

Saldo APBN: 1955 1965 (juta rupiah)

TahunPendapatanPengeluaranSaldo

19551416-2

19561821-3

19572126-5

19582335-12

19593044-14

19605058-8

19616288-26

196275122-47

1963162330-168

1964283681-398

19659232.526-1.603

Kegiatan produksi di sector pertanian dan sector industri manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah karena keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung, baik fisik maupun nofisik, seperti pendanaan dari bank. Akibat rendahnya volume produksi dari sisi suplai dan tingginya permintaan akibat terlalu banyaknya uang beredar di masyarakat mengakibatkan tingginya tingkat inflasi yang sempat mencapai lebih dari 300% menjelang periode orde lama. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Arndt (1994), indeks harga pada tahun 1955 sebesar 135 (1954 = 100) dan jumlah uang beredar di masyarakat pada tahun yang sama tercatat sebanyak 12,20 juta rupiah, dan pada tahun 1966 indeks harga sudah mencapai di atas 150.000 dan jumlah uang beredar di atas 5 miliar rupiah. (Lihat table 3)TahunIndeks Harga

(1954 = 100)Jumlah Uang Beredar(Juta rupiah)

195513512,20

195613313,40

195720618,90

195824329,40

195927534,90

196033047,90

196164467,60

19621.648135,90

19633.770263,40

19648.870675,10

196561.4002.582,00

1966152.2005.593,50

Pada masa pemerintahan Soekarno, selain manajemen moneter yang buruk, banyaknya rupiah yang dicetak disebabkan oleh kebutuhan pada saat itu untuk membiayai dua peperangan, yakni merebut Irian Barat dan pertikaian dengan Malaysia dan Inggris, ditambah lagi kebutuhan untuk membiayai penumpasan sejumlah pemberontakan di beberapa daerah di dalam negeri.Dapat disimpulkan bahwa buruknya perekonomian Indonesia selama pemerintahan orde lama terutama diebabkan oleh hancurnya infrastruktur ekonomi, fisik maupun nonfisik, selama pendudukan Jepang, Perang Dunia II, dan perang rovolusi, serta gejolah politik di dalam negeri (termasuk sejumlah pemberontakan di daerah) ditambah lagi dengan manajemen ekonomi yang sangat jelek selama rezim tersebut. Dapat dimengerti bahwa dalam kondisi politik dan social dalam negeri seperti ini, sangat sulit sekali bagi pemeringah untuk mengatur roda perekonomian dengan baik.Menurut pengamatan Higgins (1957) sejak cabinet pertama dibentuk setelah merdeka, pemerintah Indonesia memberikan prioritas pertama terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, pembangunan industri, unifikasi, dan rekonstruksi. Akan tetapi , akibat keterbatasan akan faktor-faktor tersebut di atas dan dipersulit lagi oleh kekacauan politik nasional setelah perang revolusi tidak pernah terlaksana dengan baik.Pada akhir September 1965 ketidakstabilan politik di Indonesia mencapai puncaknya dengan terjadinya kudeta yang gagal dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejak peristiwa tersebut terjadi suatu perubahan politik yang drastic di dalam negeri, yang selanjutnya juga mengubah system ekonomi yang dianut Indonesia pada masa orde lama, yakni dari pemikiran-pemikiran sosialis ke semikapitalis (kalau tidak dapat dikatakan ke system kapitalis sepenuhnya).

Sebenarnya perekonomian Indonesaia menurut UUD 1945 pasal 33 mengatur suatu system yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kebersamaan atau koperasi berdasarkan ideology Pancasila. Akan tetapi, dalam praktik sehari-hari pada masa pemerintahan orde baru dan hingga saat ini pola perekonomian nasional cenderung memihak system kapitalis, seperti di AS atau Negara-negara industri maju lainnya, yang kaarena pelaksanaanya tidak baik mengakibatkan munculnya kesenganan ekonomi di tanah air yang terasa saat ini semakin besar, terutama setelah krisis ekonomi.

B. MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU

Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan orde baru. Pada era orde baru perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan social di tanah air. Pemerintah orde baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak Barat dan menjauhi pengaruh ideology komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan IMF.Sebelum rencana pembangunan lewat repelita dimulai, terlebih dahulu pemerintah melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, social, dan politik, serta rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi deficit keuangan pemerintah dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor, yang sempat mengalami stagnasi pada masa orde lama. Usaha pemerintah tersebut ditambah lagi dengan penyusunan rencana pembanguan lima tahun (repelita) secara bertahap dengan target-target yang jelas sangat dihargai oleh Negara-negara Barat. Seperti telah di bahas pada perkuliah yang lalu, menjelang akhir decade 1960, atas kerja sama dengan Bank Dunia, IMF, dan ADB dibentuk suatu kekompok konsorsium yang desebut dengan Inter-Government Group on Indonesia (IGGI) dengan tujuan membiayai ekonomi di Indonesia

Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa orde baru adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi dalam skala besar, yang pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya cara yang paling tepat dan efektif untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi, seperti kesempatan kerja dan deficit neraca pembayaran. Dengan kepercayaan yang penuh bahwa akan ada efek cucuran ke bawah pada awalnya pemerintah memusatkan pembangunan hanya di sector tertentu yang secara potensial dapat menymbang nilai tambah yang besar dalam waktu yang tidak panjang dan hanya di Pulau Jawa kerena pada saat itu fasilitas-fasilitas infrastruktur dan sumber daya manusia relative lebih baik dibandingkan di provinsi-provinsi lainnya di luar Pulau Jawa.

Tujuan utama pada pelaksanaan repelita I, adalah membuat Indonesia menjadi swasembada, terutama dalam kebutuhan beras. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah melakukan program penghijauan (revolusi hijau) di sector pertanian. Dengan dimulainya program penghijauan tersebut sector pertanian nasional memasuki era modernisasi dengan penerapan teknologi baru, khususnya dalam pengadaan system irigasi, pupuk, dan tata cara menanam.

Pada bula April 1969 repelita I dimulai dan dampaknya juga dari repelita-repelita berikutnya selama orde baru terhadap perekonomian Indonesia cukup mengagumkan terutama dilihat dari tingkat makro. Proses pembanguna sangat cepat dengan laju pertumbuhan rata-rata pertumbuhan yang cukup tinggi, jauh lebih baik daripada selama orde lama, dan juga relative lebih tinggi daripada laju rata-rata pertumbuhan ekonomi dari kelompok NSB. Pada awal repelita I PDB Indonesia tercatat 2,7 trilliun rupiah pada harga berlaku atau 4,8 trilliun rupiah pada harga konstan, dan pada tahun 1990 menjadi 188,5 trilliun rupiah pada harga berlaku atau 112,4 tririliun rupiah pada harga konstan. Selama periode 1969 1990 laju pertumbuhan PDB pada harga konstan rata-rata per tahun di atas 7% (Lihat Tabel 4)Keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia pada zaman Soeharto disebabkan:

Kemampuan cabinet yang dipimpin oleh Presiden Soeharto yang jauh lebih baik/solid disbanding pada masa orde lama dalam menyusun rencana, strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi. Penghasilan ekspor yang sangat besar dari minyak, terutama pada periode oil boom pertama pada tahun 1973/74 Pinjaman luar negeri PMA yang khususnya sejak decade 1980-an peranannya di dalam pembangunan ekonomi Indonesia meningkat tajam.Kebijakan Soeharto yang mengutamakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada system ekonomi liberal dan stabilitas politik yang pro Barat, telah membuat kepercayaan pihak Barat terhadap prospek pembangunan ekonomi Indonesia jauh lebih kuat.Tabel 4

PDB dan Laju Pertumbuhan per Tahun: 1969-1990

TahunPDB (triliun)*Laju Pertumbuhan

Harga BerlakuHarga KonstanHarga BerlakuHarga Konstan

19692,74,8

19703,25,219,17,5

19713,75,613,47,0

19724,66,124,39,4

19736,86,848,011,3

197410,77,358,67,6

197512,67,618,15,0

197615,58,222,36,9

197719,08,923,18,9

197822,89,619,57,7

197932,010,240,86,3

198045,511,241,99,9

198154,012,118,97,9

198259,612,310,42,2

198377,612,8/77,6**30,24,2

198489,983,015,87,0

198597,085,17,92,5

1986102,790,1 5,95,9

1987124,894,521,64,9

1988142,099,913,85,8

1989162,6104,514,57,5

1990188,5112,415,97,2

*Angka dibulatkan, **tahun-tahun setelah itu atas dasar harga 1983 (sebelumnya atas dasar harga 1973). Sumber: Nota Keuangan dan APBN 1991/1992 dan 1995/1996.Pada tingkat meso dan mikro, hasil pembangunan selama masa itu dapat dikatakan tidak terlalu memukau seperti pada tingkat makro. Walaupun jumlah orang miskin mengalami penurunan selama orde baru, tetapi jumlahnya masih besar dan kesenjagan ekonomi dan social cenderung melebar.Paradigma pembangunan ekonomi Indonesia pada era orde baru telah diwadahi dengan baik dalam konsep politik Triologi Pembangunan yaitu tiga prasyarat yang terkait erat saling memperkuat dan saling mendukung yakni:

1. Stabilitas nasional yang mantap dan dinamis dalam bidang politik dan ekonomi

2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan

3. Pemerataan pembangunan.

Di dalam GBHN dinyatakan secara tegas pentingnya usaha-usaha untuk menghilangkan kemiskinan dan kesenjangan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada waktu yang bersamaan. Dalam repelita VI orientasi kebijakan-kebijakannya mengalami perubahan dari penekanan hanya pada pertumbuhan ke pertumbuhan dengan pemerataan.Sebagai suatu rangkuman bahwa Indonesia telah mengalami dua (2) orientasi kebijakan ekonomi yang berbeda, yakni dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis pada zaman rezim Soekarno ke ekonomi terbuka berorientasi kapitalis pada masa pemerintahan Soeharto. Perubahan orientasi kebijakan ini membuat kinerja ekonomi nasional pada masa pemerintahan orde baru menjadi lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan orde lama.Dari pengalaman keberhasilan pembangunan ekonomi pada masa pemerintahan Soeharto maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kondisi utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar suatu usaha membangun ekonomi dapat berjalan dengan baik yaitu:

1. Kemauan politik yang kuat

Presiden Soeharto memiliki kemauan politik yang kuat untuk membangun ekonomi Indonesia. Pada masa orde lama, mungkin Indonesia baru saja merdeka, emosi nasionalisme baik dari pemerintah maupun kalangan masyarakat masih sangat tinggi, dan yang ingin ditonjolkan pertama kepada kelompok Negara-negara Barat adalah kebesaran bangsa dalam bentuk kekuatan militer dan pembangunan proyek-proyek mercusuar.2. Stabilitas politik dan ekonomi.

Pemerintah orde baru berhasil dengan baik menekan infalsi dari sekitar 500% pada tahun 1966 menjadi hanya sekitar 5% hingga pada awal decade 1970-an. Pemerintah orde baru juga berhasil menyatukan bangsa dan kelompok-kelompok masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa pembangunan ekonomi dan sosial adalah jalan satu-satunya agar kesejahteraan masyarakat di Indonesia dapat meningkat.

3. Sumber daya manusia yang lebih baik.

Dengan SDM yang semakin baik pemerintahan orde baru memiliki kemampuan untuk menyusun program dan strategi pembangunan dengan kebijakan-kebijakan yang terkait serta mampu mengatur ekonomi makro secara baik.

4. Sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat.

Pemerintahan orde baru menerapkan sistem politik dan ekonomi terbuka yang berorientasi ke Barat. Hal ini sangat membantu, khususnya dalam mendapatkan pinjaman luar negeri, penanaman modal asing, dan transfer teknologi dan ilmu pengetahuan.5. Kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik.

Selain oil boom, juga kondisi ekonomi dan politik dunia pada era orde baru, khususnya setelah perang Vietnam berakhir atau lebih lagi setelah perang dingin berakhir, jauh lebih baik daripada semasa orde lama.

Kebijakan-kebijakan ekonomi selama masa orde baru memang telah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yang pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi dengan biaya ekonomi tinggi dan fundamental ekonomi yang rapuh. Hal terakhir ini dapat dilihat antara lain buruknya kondisi sector perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal asing, termasuk pinjaman dan impor. Ini semua membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pertengahan tahun 1997.C.MASA PEMERINTAHAN TRANSISI

Pada tanggal 14 dan tanggal 15 Mei 1997 nilai tukar Bath Thailand terhadap dolar AS mengalami suatu poncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan Jual. Mereka mengambil sikap demikian karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian Negara tersebut, paling tidak untuk jangka pendek. Untuk mempertahankan nilai tukan Bath agar tidak jatuh terus, pemerintah Thailand melakukan intervensi dan didukung oleh intervensi yang dilakukan oleh bank sentral Singapura. Akan tetapi, pada hari Rabu, 2 Juli 1997, bank sentral Thailand terpaksa mengumumkan bahwa nilai tukar baht dibebaskan dari ikatan dengan dolar AS. Sejak itu nasibnya diserahkan sepenuhnya kepada pasar. Hari itu juga pemerintah Thailand meminta bantuan IMF. Pengumuman ini mendepresiasikan nilai bath sekitar 15% hingga 20% hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20 bath per dolar AS.Apa yang terjadi di Thailand akhirnya merembet ke Indonesia dan beberapa Negara Asia lainnya, awal dari krisis keuangan di Asia. Rupiah Indonesia mulai terasa goyang sekitar bulan Juli 1997, dari Rp.2.500 menjadi Rp.2.650 per dolas AS. Sejak saat itu, posisi mata uang Indonesia mulai tidak tabil. Menanggapi perkembangan itu, pada bulan Juli 1997 BI melakukan empat (4) kali intervensi, yakni memperlebar rentang intervensi. Akan tetapi, pengaruhnya tidak banyak, nilai rupiah dalam dolar terus tertekan, dan tanggal 13 Agustus 1997 rupiah mencapai rekor terendah dalam sejarah, yakni Rp.2.682 per dolar AS sebelulm akhirnya ditutup Rp.2.655 per dolar AS. Dalam aksinya, pertama-tama BI memperluas rentang intervensi rupiah dari 8% menjadi 12%, tetapi akhirnya juga menyerah dengan melepas rentang intervensinya, dan pada hari yang sama Rupiah anjlok ke Rp.2.755 per dolar AS. Hari-hari dan bulan-bulan berikutnya kurs rupiah terus melemah, walaupun sekali-sekali mengalami penguatan beberapa poin. Pada bulan Maret 1998 nilai rupiah mencapai Rp.10.550 untuk satu dolas AS, walaupun sebelumnya, antara bulan Januarai Februari, sempat menembus 11.000 rupiah pe dolar AS.Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah mulai menggoncang perekonomian nasional. Untuk mencegah agar keadaan tidak tambah buruk, pemerintah orde baru mengambil beberapa langkah konkrit, diantaranya menunda proyek-proyek senilai Rp.39 triliun dalam upaya mengimbangi keterbatasan anggaran belanja Negara yang sangat dipengaruhi oleh perubahan nilai rupiah tersebut. Pada awalnya pemerintah berusaha untuk menangani masalah krisis rupiah ini dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak dapat dibendung lagi dengan kekuatan sendiri, lebih lagi karena cadangan dolar AS di BI sudah mulai menipis karena digunakan untuk intervensi untuk menahan atau mendongkrat kembali nilai rupiah, tanggal 8 Oktober 1997 pemerintah Indonesia akhirnya menyatakan secara resmi akan meminta bantuan keuangan dari IMF. Hal ini juga dilakukan oleh pemerintah Thailand, Filipina, dan Korea Selatan.Pada akhir bulan Oktober 1997, lembaga keuangan internasional itu mengumumkan paket bantuan keuangannya pada Indonesia yang mencapai 40 miliar dolaar AS, 23 miliar di antaranya adalah pertahanan lapis pertama (front-line defence). Sehari setelah pengumuman itu, seiring dengan paket reformasi yang ditentukan oleh IMF, pemerintah Indonesia mengumumkan pencabutan izin usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak sehat. Ini merupakan awal dari kehancuran perekonomian Indonesia.Paket program pemulihan ekonomi yang disyaratkan IMF pertama kali diluncurkan pada bulan November 1997, bersama pinjaman angsuran pertama senilai 3 miliar dolarAS. Pertama diharapkan bahwa dengan disetujuinya paket tersebut oleh pemerintah Indonesia, nilai rupiah akan menguat dan stabil kembali. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa nilai rupiah terus melemah sampai pernah mencapai Rp.15.000 per dolar AS. Kepercayaan masyarakat di dalam dan luar negeri terhadap kinerja ekonomi Indoneisa yang pada waktu it uterus merosot membuat kesepakatan itu harus ditegaskan dalam nota kesepakatan (letter of intent; LoI) yang ditandatangani bersama antara pemerintah Indonesia dan IMF pada bulan Januari 1998. Nota kesepakatan itu terdiri dari 50 butir kebijaksanaan-kebijaksanaan mencakup ekonomi makro (fiscal dan moneter), restrukturisasi sector keuangan, dan reformasi struktural .Butir-butir dalam kebijaksanan fiskal mencakup:

a. Penegasan tetap menggunakan prinsip anggaran berimbang (pengeluaran pemerintah sama dengan pendapatannya)

b. Usaha-usaha pengurangan pengeluaran pemerintah (menghilangkan subsidi bahan baker minyak (BBM) dan listrik

c. Membatalkan sejumlah proyek infrastruktur besar

d. Peningkatan pendapatan pemerintah dengan berbagai cara; menaikkan cukai terhadap sejumlah barang tertentu; mencabut semua fasilitas kemudahan pajak (penangguhan pajak pertambahan nilai (PPN); fasilitas pajak serta tariff yang selama ini diberikan antara lain kepada industri mobil nasional (Timor), mengenakan pajak tambahan terhadap bensin; memperbaiki audit PPN, dan memperbanyak objek pajak.

Korea Selaltan dan Thiland sangat serius dalam melaksanakan program reformasi, sementara pemerintah Indonesia tidak melakukan reformasi sesuai kesepakatannya dengan IMF, akhirnya pencairan pinjaman angsuran kedua senilai 3 miliar dolar AS yang seharusnya dilakukan pada bulan Maret 1998 terpaksa ditunda. Indoneisa harus bekerjasama sepenuhnya dengan IMF dikarenakan dua hal:1. Berbeda dengan kondisi krisis di Thailand, Korea Selatan dan Malaysia, krisis ekonomi di Indonesia sebenarnya sudah menjelma menjadi krisis kepercayaan. Masyarakat dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar negeri (termasuk bank-bank di Negara mitra dagang Indonesia yang tidak lagi menerima letter of credit (L/C) dari bank-bank nasional dan investor-investor dunia) tidak lagi percaya akan kemampuan Indonesia untuk menaggulangi sendiri krisisnya; bahkan mereka juga tidak lagi percaya pada niat baik atau keseriusan pemerintah dalam nenagani krisis ekonomi di dalam negeri. Oleh karena itu, satu-satunya yang masih bias menjamin atau memulihkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap Indonesia adalah melakukan kemitraaan usaha sepenuhnya antara pemerintah Indonesia dan IMF

2. Indonesia sangat membutuhkan dolar AS. Pada awal tahun 1998 kebutuhan itu diperkirakan sebesar 22,4 miliar dolas AS atau rata-rata 1,9 miliar dolar AS per bulan. Sementara posisi cadangan devisa bersih yang dimiliki BI hingga awal Juni 1998 hanya 14.621,4 juta dolas AS, naik 13.179,7 juta dolar AS pada akhir Maret 1998. Kebutuhan itu digunakan terutama untuk membayar ULN jangka pendek yang diperkirakan pada pertengahan tahun 1998 sebesar 20 miliar dolar AS, membayar bunga atas pinjaman jangka panjang 0,9 miliar dolar AS, dan sisanya sebanyak 1,5 miliar dolar AS untuk kegiatan ekonomi di dalam negeri yang juga sangat diperlukan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi.Kegagalan kesepakatan pertama Indonesia dan IMF pada bulan Maret 1998 maka dicapai lagi suatu kesepakatan baru pada bulan April 1998. Kesepakatan baru merupakan kelanjutan, pelengkap dan modifikasi dari 50 butir LoI pada bulan Januari 1977, ada yang ditunda yaitu penghapusan subsidi BBM dan Listrik serta penambahan butir-butir baru ada 5 yaitu:

1. Program stabilisasi, dengan tujuan utama menstabilkan pasar uang dan mencegah hipertensi.

2. Restrukturisasi perbankan, dengan tujuan utama untuk rangka penyehatan system perbankan nasional.3. Reformasi structural, yang mana disepakati agenda baru yang mencakup upaya-upaya dan sasaran yang telah disepakati dalam kesepakatan pertama (15 Januari 1998)

4. Penyelesaian ULN swasta (corporate debt). Dalam hal ini disepakati perlunya dikembangkan kerangka penyelesaian ULN swasta dengan keterlibatan pemerintah yang lebih besar, tetapi tetap dibatasi agar proses penyelesaiannya teetap dapat berlangsung lebih cepat.

5. Bantuan untuk rakyat kecil (kelompok ekonomi lemah). Penyelesaian ULN swasta dan bantuan untuk rakyat kecil merupakan dua hal yang di dalam kesepakatan pertama (Januari 1998) belum ada.

Krisis rupiah yang menjelma menjadi suatu krisis ekonomi, akhirnya juga memunculkan suatu krisis politik yang dapat dikatakan terbesar dalam sejarah Indonesia sejak merdeka tahun 1945. Krisis politk tersebut diawali dengan penembakan oleh tentara terhadap empat mahasiswa Universitas Trisakti, tepatnya tanggal 13 Mei 1998, yang dikenal dengan sebutan Tragedi Trisakti. Kemudian pada tanggal 14 dan 15 Mei kota Jakarta dilanda suatu kerusuhan yang juga dapat dikatakan paling besar dan paling sadis yang perna dialami Indonesia. Setelah kedua peristiwa tersebut, gerakan mahasiswa yang sebelumnya sudah berlangsung semakin gencar.Menjelang minggu-minggu terakhir bulan Mei 1998, DPR untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia dikuasai/diduduki oleh ribuan mahasiswa/siswi dari puluhan perguruan tinggi dari Jakarta dan luar Jakarta. Puncak dari keberhasilan gerakan mahasiswa tersebut di satu pihak dan dari krisis politik di pihak lain, adalah pada tanggal 21 Mei 1998, yakni Presiden Soeharto mengundurkan diri dan diganti oleh wakilnya Dr. Habibie. Tanggal 23 Mei 1998 Presiden Habibie membentuk cabinet baru, awal dari terbentuknya pemerintahan trasisi.

Pada awalnya pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintahan reformasi. Akan tetapi, setelah setahun berlalu, masyarakat mulai melihat bahwa sebenarnya pemerintahan baru ini tidak berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, mereka juga orang-orang rezim orde baru, dan tidak ada perubahan-perubahan yang nyata. Bahkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) semakin menjadi-jadi, kerusuhan muncul di mana-mana, dan masalah Soeharto tidak terselesaikan. Akibatnya, banyak kalangan masyarakat lebih suka menyebutnya pemerintahan transisi daripada pemerintahan reformasi.D. PEMERINTAHAN REFORMASI HINGGA KABINET SBY

Pertengahan tahun 1999 dilakukan pemilihan umum, yang akhirnya dimenangi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan IPDI-P). Partai Golkar mendapat posisi ke dua,. Bulan Oktober 1999 dilakukan SU MPR. Tanggal 20 Oktober 1999 diselenggarakan pemilihan presiden. KH Abdulrrachman Wahid atau dikenal dengan sebutan Gus Dur terpilih sebagai Presiden RI ke-empat dan Megawati Soekarno Putri sebagai wakil presiden. Tanggal 20 Oktober menjadi akhir daripada pemerintahan transisi dan awal dari pemerintahan Gus Dur yang sering disebut juga pemerintahan reformasi.

Awal pemerintahan reformasi yang dipimpin oleh presiden Wahid, masyarakat umum dan investor termasuk investor asing menaruh pengharapan besar terhadap kemampuan dan kesungguhan Gus Dur untuk membangkitkan kembali perekonomian nasional dan menuntaskan semua permasalahan yang ada di dalam negeri warisan rezim orde baru, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), supermasi hukum, hak azasi manuria (HAM), penembakan tragedy Trisakti dan Semanggi I dan II, peranan ABRI di dalam politik, masalah disintegrasi dan lainnya.

Dalam hal ekonomi dibandingkan tahun sebelumnya, tahun 1999 kondisi perekonomian mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif, walau tidak jauh dari 0%, tahun 2000 proses pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi dengan laju pertumbuhan hamper 5%, laju inflasi dan tingkat suku bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam negeri sudah mulai stabil.

Ketenagan masyarakat setelah Gus Dur terpilih menjadi presiden tidak berlangsung lama. Gus Dur mulai menunjukkan sikap dan mengeluarkan ucapan-ucapanan yang controversial yang membingungkan pelaku-pelaku bisnis. Gus Dur cenderung Diktator dan praktik KKN di lingkungannya semakin intensif, bukannya semakin berkurang yang merupakan salah satu tujuan daripada gerakan reformasi (yang berarti pemerintahan Gus Dur tidak berbeda dengan rezim orde baru)

Sikap GusDur tersebut menimbulkan perseteruan dengan DPR yang klimaksnya DPR mengeluarkan peringatan resmi kepada Gus Dur lewat memorandum I dan II. Dengan dikeluarkannya memorandum II, Gus Dur terancam akan diturunkan dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia, jika usulan percepatan siding MPR jadi dilaksanakan pada bulan Agustus 2001.Selama pemerintahan Gus Dur:

1. Praktis tidak ada satupun masalah di dalam negeri yang dapat terselesaikan dengan baik.

2. Kerusuhan social yang bernuansa disintegrasi dan secara terus berlanjut, (pembrontakan Aceh, konflik Maluku, dan pertikaian etnis di Kalimantan Tengah)

3. Demostrasi buruh semakin gencar yang mencerminkan semakin tidak puasnya mereka terhadap kondisi perekonomian di dalam negeri.

4. Pertikaian elit politik semakin besar.

5. Hubungan dengan IMF tidak baik, terutama mengenai amandemen UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Penerapan Otonomi Daerah terutama menyangkut kebebasan Daerah untuk pinjam uang dari luar negeri dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya. Tidak tuntasnya revisi tersebut mengakibatkan IMF menunda pencairan bantuannya kepada pemerintah Indonesia (roda perekonomian nasional saat ini sangat tergantung pada bantuan IMF.

6. Indonesia terancam dinyatakan bangkrut oleh Paris Club (Negara donor) diprediksi tidak mampu membayar kembali utangnya yang sebagian besar akan jatuh tempo tahun 2002.7. Bank Dunia mengancam akan menghentikan pinjaman baru, jika kesepakatan IMF dengan pemerintah Indonesia macet.

Ketidak stabilan politk dan social yang tidak semakin surut selama pemerintahan Abdurrachman Wahit menaikan tingkat Country Risk Indonesia. Ditambah buruknya hubungan antara pemerintah Indonesia dengan IMF membuat pelaku-pelaku bisnis termasuk investor asing, menjadi enggan melakukan kegiatan bisnis atau menanam modalnya di Indonesia. Akibatnya kondisi perekonomian Nasional pada masa Gus Dur cenderung lebih buruk daripada saat pemerintahan Habibie.

Lembaga pemeringkat Internasional Moodys Investor Service menginforamasikan bertambah buruknya resiko Negara Indonesia, meskipun beberapa indicator ekonomi makro mengalami perbaikan tetapi kekhawatiran kondisi politik dan social lembaga rating lainnya, seperti Standart & Poor, menurunkan prospek jangka panjang Indonesia dari stabil ke negative.Tabel 5

Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi Indonesia Sejak Krisis Ekonomi 1998

Indikator19981999200020012002200320042005200620072008

Pertumbuhan PDB riil (%)-13,10,84,93,84,34,95,15,75,56,36,0

PDB nominal (miliar US$)96140166164200239258287364433497

PDB per kapita (US$)977694742697948111711911308164119252183

Pertumbuhan Ekspor (%)-8,6-0,427,7-9,35,08,412,019,717,713,27,0

Pertumbuhan Import (%)-34,4-12,239,6-7,615,110,927,824,05,822,012,0

Neraca Perdaganan (miliar US$)21,524,728,625,423,524,621,228,039,739,639,1

Transaksi berjalan (% PDB)4,34,14,84,23,93,41,10,13,02,51,6

Gus Dur dan kabinetnya tidak menunjukkan keinginan politik yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan krisis ekonomi hingga tuntas dengan prinsip Once and for all

Beberapa hal yang mengakibatkan kehancuran ekonomi pada saat Pemerintahan GUS DUR:

1. Menyederhanakan krisis ekonomi dengan menganggap persoalannya hanya terbatas pada agenda masalah amandemen UU BI, masalah desentralisasi fiscal, masalah restrukturisasi utang, dan masalah BCA dan Bank Niaga.

2. Kebijakan yang controversial dan inkonsisten.3. Pengenaan bea masuk impor mobil mewah untu kegiatan KTT G-15 yang hanya 5% (nominalnya 75%)4. Pembebasan pajak atas pinjaman luar negeri dan hibah

5. Indikator ekonomi yakitu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari Maret 2000 hingga 8 Maret 2001 menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang negative. Selama periode itu IHSG merosoh hingga lebih dari 300 poin yang disebabkan lebih besarnya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian di dalam perdaganan saham di dalam negeri.

6. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Awal tahun 2000 kurs rupiah sekitar Rp.7000 dan pada tanggal 7 Maret 2001 menembus Rp.10.000 per dolar AS. Keadaan ini dicatat hari bersejarah sebagai awal kejatuhan GUS DUR.

7. Pada tanggal 12 Maret 2001 ketika istana presiden dikepung para demonstran yang menuntuk presiden Gus Dus mundur, nilai tukar rupiah semakin merosot. Pada bulan April 2001 kurs rupiah telah menyentuk Rp.12.000 per dolar AS.

8. Angka inflasi diprediksi mencapai dua digit.

9. Cadangan devisa pada minggu akhir Maret 2000 menurun dari 29 miliar dolar AS menjadi 28,875 dolar AS.

Setelah presiden Gus Dur turun, Megawati menjadi presiden yang kelima diangkat melalui Sidang Istimewa (SI) MPR, keadaan perekonomian jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gus Dur. Buruknya perekonomian pada masa pemerintahan Megawati adalah karena warisan dari pemerintahan Gus Dur. Pada masa pemerintahan Megawati dengan Kabinet Gotong Royong menunjukkan keadaan ekonomi seperti:

1. IHSG dan Nilai Tukar rupiah meningkat cukup significan, walupun posisinya belum kembali ke tingkat pada saat Gus Gudur terpilih menjadi presiden.

2. Suku Bunga SBI mencapai 17%, padahal awal pemerintahan Gus Dur hanya sekitar 13%. Bersamaan dengan itu, tingkat suku bunga deposito perbangkan juga ikut naik menjadi sekitar 18%3. Inflasi mencapai 7,7%, pada masa awal pemerintahan Gus Dur sekitar 2%, bahkan laju inflasi tahunan year on year selama periode 2000 Juli 2001 sudah mencapai 13,5%. Dalam APBN 2001 inflasi ditargetkan hanya 9,4%

4. Pertumbuhan PDB pada tahun 2002 (table 5) tumbuh 4,3% dibandingkan 3,8% tahun sebelumnya kemajuan ini berlangsung terus hingga akhir periode Megawati yang mencapai 5,1%.5. PDB nominal meningkat dari 164 miliar dolar AS tahun 2001 menjadi 258 miliar dolar AS tahun 2004.

6. Pendapatan perkapita meningkat dengan persentase yang cukup besar dari 697 dolar AS ke 1.191 dolar selama periode Megawati.

7. Kinerja ekspor membaik dengan pertumbuhan 5% tahun 2002 dibandingkan -9,3% tahun 2001 dan terus naik hingga mencapai 12% tahun 2004.

8. Neraca perdagangan (NP) saldo ekspor (X) impor (M) barang maupun transaksi berjalan (TB) sebagai persentase dari PDB mengalami penurunan.

Pada awal pemerintahan SBY, rakyat Indonesia, pelaku usaha luar dan dalam negeri maupun Negara-negara donor serta lembaga-lembaga dunia, seperti IMF, Bank Dunia, dan ADB, sempat optimis bahwa kinerja ekonomi Indonesia 5 tahun ke depan akan jauh lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan-pemerintahan sebelumnya sejak Soeharto lengser. Kabinet SBY dan lembaga-lembaga dunia menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2005 akan berkisar di atas 6%.Namun pertengahan tahun 2005 ekonomi Indonesia diguncang oleh dua peristiwa yang tak terduga sama sekali, yakni naiknya harga minyak mentah (BBM) di pasar internasional dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dua hal ini membuat realisasi pertumbuhan PDB tahun 2005 lebih rendah dari target tersebut (5,7)

Kenaikan BBM di pasar internasional dari 45 dolar AS per barrel awal tahun 2005 menjadi 70 dolar AS per barrel awal Agustus 2005 sangat tidak menguntungkan Inoensia.

Indonesia tidak seperti pada masa oil boom pertama tahun 1973, kedua tahun 80-a. Indonesia tidak saja menjadi net oil importer, tetapi sudah menjadi pengimpor BBM terbesar di Asia, jauh melebihi impor BBM Jepang yang bukan penghasil minyak. Tahun 2010 impor BBM Indonesia diprediksi akan mencapai sekitar 60% dan tahun 2015 akan menjadi sekitar 70% dari kebutuhan BBM dalam negeri (Kurtubi, 2005).

Akibat harga minyak ini menimbulkan tekanan yang sangat berat terhadap keuangan pemerintah (APBN), akibatnya pemerintah terpaksa mengeluarkan suatu kebijakan yang tidak populis, yakni mengurangi subsidi BBM, yang membuat harga BBM di pasar dalam negeri meningkat tajam.Kenaikan harga BBM sejak 1 Juli 2005, harga solar untuk industri dari Rp.2.200 per liter menjadi Rp.4.750 per liter (naik 115%). Tanggal 1 Agustus 2005 kenaikan harga minyak tanah untuk industri dari Rp.2.200 per liter menjadi Rp.5.490 per liter (naik 93%). Tanggal 1 Oktober 2005, pemerintah menaikkan lagi harga BBM yang berkisar antara 50% hingga 80%.

Dampak negative dari kenaikan BBM terhadap kegiatan atau pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan keminskinan diilustrasikan dalam suatu system keterkaitan:

Gambar 1: Efek kenaikan harga BBM terhadap Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia suatu Ilusustrasi TeoritisKenaikan harga BBM di pasar dunia jelas akan membuat deficit APBN tambah besar terhadap impor BBM. Defisit APBN yang meningkat selanjutnya akan mengurangi kemampuan pemerintah lewat sisi pengeluarannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara di sisi lain, kenaikan BBM akan mengurangi kegiatan produksi (Q) di dalam negeri akibat biaya produksi (BP) meningkat, yang selanjutnya berdampak negative terhadap ekspor (X) yang berarti pengurangan cadangan devisa (CD). Menurunnya kegiatan ekonomi/produksi menyebabkan berkurangnya pendapatan usaha yang selanjutnya akan memperbesar deficit APBN karena pendapaptan pajak berkurang. Harga BBM yang tinggi juga akan mendorong inflasi di dalam negeri. Semua ini akan berpengaruh negative terhadap kesempatan kerja atau akan meningkatkan pengangguran (U) dan kemiskinan (P). Kenaikan peganggruan atau kemiskinan juga akan menambah deficit APBN karena menurunnya pendapatan pemerintah dari pajak pendapatan, sementara, disisi lain, pengeluaran pemerintah terpaksa ditambah untuk membantu orang miskin. Juga peningkatan kemiskinan akan memperburuk pertumbuhan ekonomi lewat efek permintaan, yakni permintaan di dalam negeri berkurang.Menjelang akhir masa jabatan SBY yang akan berakhir tahun 2009, perekonomian Indonesia menghadapi dua goncangan eksternal, yakni harga BBM yang terus naik dan kenaikan harga pangan di pasar global. Kenaikan harga BBM yang terus-menerus sejak tahun 2005 memaksa pemerintah menaikkan BBM, terutama premium, di dalam negeri pada tahun 2008. Kedua goncangan eksternal tersebut sangat mengancam kestabilan perekonomian nasional, khususnya tingkat inflasi. Secara kumulatif inflasi ada periode Januari Februari 2008 sudah mencapai 2,44% yang merupakan angka tertinggi sejak tahun 2003. Dengan inflasi year on year yang mencapai 7,4%, maka ancaman inflasi yang lebih tinggi selama tahun 2008 bukanlah suatu hal yang mustahil.

2. SISTEM PEREKONOMIANINDONESIAI. PENDAHULUANSistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah.

Sistem perekonomian yang dianut oleh negara Indonesia adalah Sistem perekonomian Pancasila yang berarti sistem perekonomian yang terjadi di Indonesia harus mengacu pada Pancasila terutama sila kelima. Sehingga secara normatif landasaan idiil sistem perekonomian di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945.

II. PEMBAHASAN

A. ARTI SISTEM

Sistem adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subjek dan objek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu.

Pengertian Sistem EkonomiSistem ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengoordinasikan perilaku masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem perekonomian di setiap negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ideologi / falsafah hidup bangsa, sifat dan jati diri bangsa, serta struktur ekonomi.

B. PERKEMBANGAN SISTEM PEREKONOMIAN

Sistem Perekonomian Pasar (Liberalis / Kapitalis)Sistem ekonomi liberal yaitu sistem ekonomi dimana ekonomi diatur oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Sistem ekonomi liberal adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan sepenuhnya dalam segala bidang perekonomian kepada masing-masing individu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sistem ekonomi liberal banyak dianut negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Ciri-ciri :

1. Kedaulatan konsumen dan kebebasan dalam konsumsi

2. Menerapkan sistem persaingan bebas

3. Peranan modal sangat penting

4. Peranan pemerintah dibatasi

Kelebihan :

1. Setiap individu bebas memiliki alat produksi sendiri

2. Kegiatan ekonomi lebih cepat maju karena adanya persaingan

3. Produksi didasarkan kebutuhan masyarakat

4. Kualitas barang lebih terjamin

Kekurangan :

1. Sulit terjadi pemerataan pendapatan.

2. Menimbulkan monopoli

3. Rentan terhadap krisis ekonomi

4. Adanya eksploitasi

Sistem Perekonomian Perencanaan (Etatisme / Sosialis)Sistem ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi dimana ekonomi diatur negara. Dalam sistem ini, jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara atau pemerintah pusat. Dalam perekonomia ini yang menjadi dasar adalah Karl Marx , dia berpendapat bahwa apabila kepemilikan pribadi dihapuskan maka tidak akan memunculkan masyarakat yang berkelas-kelas sehingga akan menguntungkan semua pihak. Negara yang menganut sistem ini seperti Rusia, Kuba, Korea Utara, dan negara komunis lainnya.

Ciri-ciri :

1. Hak milik individu tidak diakui.

2. Seluruh sumber daya dikuasai negara.

3. Semua masyarakat adalah karyawan bagi negara.

4. Kebijakan perekonomian disusun dan dilaksanakan pemerintah.

Kelebihan :

1. Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.

2. Kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi secara merata.

3. Pelaksanaan pembangunan lebih cepat.

4. Pemerintah bebas menentukan produksi sesuai kebutuhan masyarakat.

Kekurangan :

1. Individu tidak mempunyai kebebasan dalam berusaha

2. Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.

3. Potensi dan kreativitas masyarakat tidak berkembang.

Sistem Ekonomi CampuranSistem ekonomi campuran merupakan campuran atau perpaduan antara sistem ekonomi liberal dengan sistem ekonomi sosialis. Pada sistem ekonomi campuran pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian dalam perekonomian, namun pihak swasta (masyarakat) masih diberi kebebasan untuk menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang ingin mereka jalankan.

Ciri-ciri :

1. Jenis dan jumlah barang diproduksi ditentukan oleh mekanisme pasar.

2. Hak milik swasta atas alat produksi diakui, asalkan penggunaannya tidak merugikan kepentingan umum.

3. Pemerintah bertanggung jawab atas jaminan sosial dan pemerataan pendapatan.

4. Ada persaingan, tetapi masih ada kontrol pemerintah

Kelebihan :

1. Kestabilan ekonomi terjamin

2. Pemerintah dapat memfokuskan perhatian untuk memajukan sektor usaha menengah dan kecil

3. Adanya kebebasan berusaha dapat mendorong kreativitas individu

Kekurangan :

1. Sulit menentukan batas antara kegiatan ekonomi yang seharusnya dilakukan pemerintah dan swasta

2. Sulit menentukan batas antara sumber produksi yang dapat dikuasai oleh pemerintah dan swasta

C. SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Setiap negara menganut sistem ekonomi yang berbeda-beda terutama Indonesia dan Amerika serikat , dua negara ini pun menganut sistem ekonomi yang berbeda. Awalnya Indonesia menganut sistem ekonomi liberal, yang mana seluruh kegiatan ekonomi diserahkan kepada masyarakat. Akan tetapi karena ada pengaruh komunisme yang disebarkan oleh Partai Komunis Indonesia, maka sistem ekonomi di Indonesia berubah dari sistem ekonomi liberal menjadi sistem ekonomi sosialis.

Pada masa Orde Baru, sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa Indonesia diubah kembali menjadi sistem demokrasi ekonomi. Namun sistem ekonomi ini hanya bertahan hingga masa Reformasi. Setelah masa Reformasi, pemerintah melaksanakan sistem ekonomi yang berlandaskan ekonomi kerakyatan. Sistem inilah yang masih berlaku di Indonesia. Berikut sistem ekonomi yang dianut oleh Indonesia dari masa Orede Baru hingga sekarang :

Sistem Ekonomi DemokrasiSistem ekonomi demokras dapat didefinisikan sebagai suatu sistem perekonomian nasional yang merupakan perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah. Pada sistem demokrasi ekonomi, pemerintah dan seluruh rakyat baik golongan ekonomi lemah maupun pengusaha aktif dalam usaha mencapai kemakmuran bangsa. Selain itu, negara berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan kegiatan perekonomian. Dengan demikian terdapat kerja sama dan saling membantu antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Ciri-ciri positif pada sistem ekonomi demokrasi :

1. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

2. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

3. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

4. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang layak.

5. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat.

6. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

7. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Ciri-ciri negatif pada sistem ekonomi demokrasi :

1. Sistem free fight liberalism, yaitu sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional.

2. Sistem etatisme, di mana negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.

3. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

Sistem Ekonomi KerakyatanPemerintah bertekad melaksanakan sistem ekonomi kerakyatan dengan mengeluarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian Indonesia adalah sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi ini berlaku sejak tahun 1998. Pada sistem ekonomi kerakyatan, masyarakatlah yang memegang aktif dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah yang menciptakan iklim yang bagus bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha. Ciri-ciri sistem ekonomi ini adalah :

1. Bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan yang sehat.

2. Memerhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai keadilan, kepentingan sosial, dan kualitas hidup.

3. Mampu mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

4. Menjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja.

5. Adanya perlindungan hak-hak konsumen dan perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat.

D. PARA PELAKU EKONOMI

Terdapat tiga pelaku utama yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu perusahaan negara (pemerintah), perusahaan swasta, dan koperasi. Sebuah sistem ekonomi akan berjalan dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat saling bekerja sama dengan baik pula dalam mencapai tujuannya. Sikap saling mendukung di antara pelaku ekonomi juga sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan.

Pemerintah (BUMN)Pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomiPeran pemerintah sebagai pelaku kegiatan ekonomi berarti pemerintah melakukan kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi.

1. Kegiatan Konsumsi

Pemerintah juga membutuhkan barang dan jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya saat menjalankan tugasnya dalam rangka melayani masyarakat, yaitu mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya. Tentu saja pemerintah akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan tugasnya. Contoh-contoh lain mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah, seperti memberi gaji kepada pegawai-pegawai pemerintah, dan sebagainya.

2. Kegiatan Produksi

Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi, mendirikan perusahaan negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN dapat berbentuk Perjan (Perusahaan Jawatan), Perum (Perusahaan Umum), dan Persero (Perusahaan Perseroan). Pelaksanaan peran BUMN diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri, dan perdagangan serta konstruksi.

Secara umum, peran BUMN dapat dilihat pada hal-hal berikut ini:

1. Mengelola cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak.

2. Sebagai pengelola bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya secara efektif dan efisien.

3. Sebagai alat bagi pemerintah untuk menunjang kebijaksanaan di bidang ekonomi.

4. Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja.

3. Kegiatan Distribusi

Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan distribusi. Kegiatan distribusi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menyalurkan barang-barang yang telah diproduksi oleh perusahaan-perusahaan negara kepada masyarakat. Misalnya pemerintah menyalurkan sembilan bahan pokok kepada masyarakat-masyarakat miskin melalui BULOG. Penyaluran sembako kepada masyarakat dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah harus lancar. Apabila kegiatan distribusi tidak lancar maka akan mempengaruhi banyak faktor seperti terjadinya kelangkaan barang, harga barang-barang tinggi, dan pemerataan pembangunan kurang berhasil. Oleh karena itu, peran kegiatan distribusi sangat penting.

Pemerintah Sebagai Pengatur Kegiatan EkonomiPemerintah berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan terhadap jalannya roda perekonomian demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka melaksanakan peranannya tersebut pemerintah menempuh kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.

1. Kebijaksanaan dalam dunia usaha Usaha untuk mendorong dan memajukan dunia usaha, pemerintah melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan berikut ini.

1. Pemerintah mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

2. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 mengatur tentang Usaha Perbankan.

3. Pemerintah mengubah beberapa bentuk perusahaan negara agar tidak menderita kerugian, seperti Perum Pos dan Giro diubah menjadi PT Pos Indonesia, Perjan Pegadaian diubah menjadi Perum Pegadaian.

2. Kebijaksanaan di bidang perdagangan

Di bidang perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan berupa kebijaksanaan ekspor dan kebijaksanaan impor. Pemerintah menetapkan kebijakan ekspor dengan tujuan untuk memperluas pasar di luar negeri dan meningkatkan daya saing terhadap barang-barang luar negeri

3. Kebijaksanaan dalam mendorong kegiatan masyarakat Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong kegiatan masyarakat mencakup hal-hal berikut ini.

1. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana umum.

2. Kebijaksanaan menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil dan petani.

3. Kebijaksanaan untuk memperlancar distribusi hasil produksi.

Swasta (BUMS)BUMS adalah salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia. BUMS merupakan badan usaha yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan BUMS adalah untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Perkembangan usaha BUMS terus didorong pemerintah dengan berbagai kebijaksanaan. Kebijaksanaan pemerintah ditempuh dengan beberapa pertimbangan berikut ini.

1. Menumbuhkan daya kreasi dan partisipasi masyarakat dalam usaha mencapai kemakmuran sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

2. Terbatasnya modal yang dimiliki pemerintah untuk menggali dan mengolah sumber daya alam Indonesia sehingga memerlukan kegairahan usaha swasta.

3. Memberi kesempatan agar perusahaan-perusahaan swasta dapat memperluas kesempatan kerja.

4. Mencukupi kebutuhan akan tenaga ahli dalam menggali dan mengolah sumber daya alam.

Perusahaan-perusahaan swasta sangat memberikan peran penting bagi perekonomian di Indonesia. Peran yang diberikan BUMS dalam perekonomian Indonesia seperti berikut ini.

1. Membantu meningkatkan produksi nasional.

2. Menciptakan kesempatan dan lapangan kerja baru.

3. Membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pendapatan.

4. Membantu pemerintah mengurangi pengangguran.

5. Menambah sumber devisa bagi pemerintah.

6. Meningkatkan sumber pendapatan negara melalui pajak.

7. Membantu pemerintah memakmurkan bangsa.

KoperasiDalam UU No. 25 Tahun 1992, menyebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Landasan koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Koperasi Indonesia mempunyai beberapa landasan berikut ini.

1. Landasan idiil: Pancasila.

2. Landasan struktural: UUD 1945.

3. Landasan operasional: UU No. 25 Tahun 1992 dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

4. Landasan mental: kesadaran pribadi dan kesetiakawanan. UU No. 25 Tahun 1992 pasal 2

Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan peran koperasi seperti berikut ini.

1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka.

2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari :

1. Rapat anggota

2. Pengurus

3. Pengawas

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman :

1. Modal Sendiri Koperasi

1. Simpanan pokok, adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2. Simpanan wajib, adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama dan wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

3. Dana cadangan, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha. Dana cadangan digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi.

4. Hibah, yaitu sumbangan pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi dalam upayanya turut serta mengembangkan koperasi. Hibah tidak dapat dibagikan kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan.

2. Modal pinjaman koperasi

Modal pinjaman dapat berasal dari simpanan sukarela, pinjaman dari koperasi lainnya, pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sumber pinjaman lainnya yang sah.

Defisit

APBN

Harga

BBM

Pertumbuhan PDB

U

P

BP

Q

X

Inflasi

CD

Bab 1. Sejarah dan System Perekonomian Indonesia1