Upload
nguyennguyet
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
Sebagai salah satu unsur penyelenggara negara, Inspektorat Jenderal
mempunyai kewajiban untuk membuat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang mengacu pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan
bentuk pertanggungjawaban atas tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal
dalam mencapai visi dan misi berdasarkan perencanaan strategis yang
ditetapkan dalam Rencana Startegis Kementerian Kesehatan selama lima
tahun yaitu tahun 2015 - 2019 yang dapat dijadikan lesson learnt untuk
perencanaan strategis pengawasan lingkup Kementerian Kesehatan dalam
lima tahun kedepan.
Sasaran program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur adalah
meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksanya
reformasi birokrasi. Target tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal yang
diuraikan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 -
2019 adalah ”Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur
Kementerian Kesehatan” yang pencapaiannya dinilai dengan capaian
Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
yaitu ”Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara
≤ 1% sebesar 100%”. Secara keseluruhan realisasi pencapaian sasaran
strategis Inspektorat Jenderal yang diukur dengan menggunakan Indikator
Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah persentase Satuan Kerja yang
memiliki temuan kerugian Negara ≤ 1% selama 5 tahun (tahun 2015 - 2019)
telah terealisasi 100%.
RINGKASAN EKSEKUTIF
ii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
Capaian kinerja Inspektorat Jenderal didukung dengan 6 indikator yaitu:
1. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki
temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.
2. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki
temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.
3. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki
temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.
4. Persentasi Satuan Kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki
temuan kerugian Negara ≤ 1% sebesar 100%.
5. Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi
kerugian Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai
kewenangan Inspektorat Jenderal sebesar 100%.
6. Persentase Satuan Kerja yang telah menerpkan program aksi
pencegahan dan pemberantasan korupsi sebesar 100%.
Pada tahun 2015 capaian kinerja Inspektorat Jenderal didasarkan pada 6
indikator dengan masing-masing target yang sudah ditetapkan, keseluruhan
indikator telah mencapai target bahkan berhasil melebihi target yang telah
ditetapkan yaitu jumlah satuan kerja di lingkungan setiap unit utama
Kementerian Kesehatan yaitu satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Upaya
Kesehatan dan Setjen, Ditjen Bina Gizi dan KIA dan Itjen, Ditjen PP-PL dan
Balitbangkes dan Ditjen Binfar & Alkes dan Badan PPSDMK yang dievaluasi
laporan kinerja dan keuangannya dengan nilai temuan kerugian negara ≤ 1%
semua telah mencapai target. Demikian juga penanganan pengaduan
masyarakat yang berindikasi kerugian negara di Lingkungan Kementerian
Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal dan Satuan Kerja yang
telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi
telah mencapai target.
iii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
Cakupan kegiatan pengawasan seperti reviu laporan keuangan sudah
menjangkau seluruh Satuan kerja namun kegiatan pengawasan dan
pembinaan lainnya untuk mempertahankan opini WTP yang telah dicapai
belum menjangkau seluruh satuan kerja karena adanya keterbatasan SDM.
Kendala yang masih melingkupi rangkaian pelaksanaan pengawasan
Inspektorat Jenderal adalah kepatuhan satuan kerja dalam menindaklanjuti
temuan hasil pengawasan terutama tindak lanjut berupa penyetoran kerugian
negara yang meilbatkan pihak ketiga serta pegawai yang sudah dimutasi
atau pensiun dan meninggal dunia masih merupakan kendala dalam
rangkaian pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat Jenderal. Untuk itu
peran Tim Penyelesaian kerugian Negara (TPKN) Kementerian Kesehatan
akan ditingkatkan dengan melibatkannya dalam kegiatan tindak lanjut LHP.
Kerja keras tak kenal lelah telah dilakukan karena menjadi tanggungjawab
Inspektorat Jenderal dalam mengawasi dan mencegah segala bentuk
tindakan yang dapat mengarah kepada korupsi. Dengan dukungan seluruh
unit terkait, upaya yang telah dilakukan membuahkan hasil yang
membanggakan, ini terbukti dengan beberapa prestasi yang diraih oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2015 ini dimana Inspektorat Jenderal
mempunyai andil dan memegang peranan penting dalam pencapaiannya.
Prestasi yang telah dicapai oleh kementerian kesehatan pada tahun 2015
beberapa di antaranya adalah: penandatanganan komitmen pelaksanaan
pembangunan kesehatan yg baik, bersih dan melayani dengan semangat
reformasi birokrasi yang disaksikan oleh pimpinan KPK dan Ombudsman;
penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian
Kesehatan dengan PPATK; terbitnya Permenkes 36 tahun 2015 tentang
pencegahan kecurangan (Fraud) dalam pelaksanaan program jaminan sosial
nasional; opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada Laporan Keuangan
Kementerian Kesehatan RI TA 2014; terbentuknya Unit Pengendalian
Gratifikasi (UPG) pada 124 Satuan Kerja Kementerian Kesehatan;
memperoleh nilai BB pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara; mendapatkan
iv
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
penghargaan sebagai Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) terbaik; RSUP Dr.
Sardjito Jogjakarta, RSUP Fatmawati Jakarta, KKP Kelas II Semarang, KKP
Kelas I Tanjung Priok, Balai Kesehatan Olah Raga Masyarakat Bandung, Bali
Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala, dan
Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia mendapat predikat Wilayah Bebas
Korupsi (WBK) dan RS. Dr. Kariadi Semarang berpredikat Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani (WBBM).
v
Kata Pengantar ..................................................................................................
Ringkasan Eksekutif ........................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................
Halaman
i
ii
vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
C. Tugas Pokok dan Fungsi ....................................................................... 2
D. Struktur Organisasi ................................................................................. 3
E. Sistematika ............................................................................................... 7
BAB II PERENCANAAN KINERJA ........................................................................ 10
A. Visi dan Misi............................................................................................ 10
B. Tujuan dan Sasaran ............................................................................... 11
C. Arah Kebijakan dan Program ................................................................. 13
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ....................................................................... 19
A. Pengukuran Kinerja ................................................................................ 19
B. Analisis Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015................................................21
C. Realisasi Anggaran ……................................……..….………….....…..37
D. Sumber Daya Penunjang.........................................................................40
E. Capaian Program Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun
2015 ........................................................................................................47
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 61
LAMPIRAN
1. Pernyataan Penetapan Kinerja Itjen Tahun 2014 Eselon I dan Eselon II
2. Penetapan Kinerja Itjen Tahun 2014 Eselon I dan Eselon II
vi
Daftar Isi
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
A. Latar Belakang
Kementerian Kesehatan telah mencanangkan visi “Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan” serta telah melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk merealisasikan visi
tersebut telah disusun strategi sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani
dan pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global;
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan mengutamakan pada upaya
promotif dan preventif;
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional;
4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan yang
merata dan bermutu;
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan;
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya
guna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang
bertanggung jawab.
Agar pencapaian visi dan pelaksanaan strategi tersebut sesuai dengan
semangat good governance dan clean government, maka Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan sebagai aparat pengawasan fungsional bertanggung
BAB I
PENDAHULUAN
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
jawab mengawal pelaksanaan keenam strategi yang dilaksanakan Kementerian
Kesehatan.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas, maka
Inspektorat Jenderal pada setiap tahunnya wajib menyampaikan Laporan
Akuntabilitas Kinerja kepada Menteri Kesehatan. Penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tersebut
merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi
Program Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 serta
penetapan kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2015.
Sistematika Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan tahun 2015 disusun berdasarkan Peraturan Menteri PAN & RB
Nomor: 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
B. Maksud dan Tujuan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2015 ini disusun
sebagai bentuk pertanggungjawaban Inspektur Jenderal secara tertulis kepada
Menteri Kesehatan atas pencapaian kinerja terhadap indikator-indikator
Inspektorat Jenderal sebagaimana tertuang dalam dokumen penetapan kinerja
Inspektorat Jenderal tahun 2015.
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Inspektorat Jenderal berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tanggal
19 Agustus 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Tugas Pokok
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
2. Fungsi
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok tersebut Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan
Menteri Kesehatan;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian
Kesehatan dan;
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.
D. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, susunan organisasi Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Sekretariat Inspektorat Jenderal
a. Tugas
Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan
Inspektorat Jenderal.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Inspektorat Jenderal
mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran
dan penyajian informasi hasil pengawasan dan dokumentasi;
2) Analisis pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan; dan
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
3) Pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian,
perlengkapan dan rumah tangga Inspektorat Jenderal.
2. Inspektorat I
a. Tugas
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup
Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat I mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup
Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan;
2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit,
reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Sekretariat Jenderal
dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan;
3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat I.
3. Inspektorat II
a. Tugas
Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup
Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat II mempunyai fungsi :
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup
Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak;
2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit,
reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Inspektorat Jenderal
dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak;
3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat II.
4. Inspektorat III
a. Tugas
Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat III mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit,
reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III.
6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
5. Inspektorat IV
a. Tugas
Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat IV mempunyai fungsi :
1) Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan;
2) Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit,
reviu, evaluasi dan pemantauan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
3) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
4) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat IV.
6. Inspektorat Investigasi
a. Tugas
Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat Investigasi mempunyai fungsi :
1) Perumusan rencana dan program kerja pengawasan investigasi;
2) Pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri;
3) Pengawasan investigasi dan pengawasan lainnya
7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
4) Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
5) Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat Investigasi.
Gambaran struktur organisasi Inspektorat Jenderal adalah sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010)
E. Sistematika
Laporan Akuntabilitas Kinerja pada dasarnya mengkomunikasikan pencapaian
kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2015. Capaian
kinerja tersebut dibandingkan dengan Penetapan Kinerja sebagai tolok ukur
keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja akan
memungkinkan teridentifikasikannya kendala dan hambatan untuk perbaikan
8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
kinerja di masa datang. Dengan dasar pemikiran tersebut, sistematika penyajian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
adalah sebagai berikut :
Ringkasan Eksekutif, disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dalam rencana strategis serta sejauh mana Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan mencapai tujuan dan sasaran utama serta kendala-kendala yang
dihadapi dalam pencapaiannya. Dijelaskan juga langkah-langkah yang telah
dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipasif untuk
menanggulangi kendala yang mungkin terjadi pada tahun mendatang.
Bab I: Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang penulisan laporan,
maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi, struktur
organisasi serta sistematika penulisan laporan.
Bab II: Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, dijelaskan mengenai rencana
strategis rencana kerja tahunan dan penetapan kinerja. Pada bab ini akan
disampaikan visi dan misi, kebijakan dan program indikator serta cara mencapai
tujuan dan sasaran yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian visi dan
misi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
Bab III: Akuntabilitas Kinerja, diuraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan
analisis akuntabilitas kinerja, termasuk menguraikan secara sistematis
keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi
serta langkah-langkah antisipasif yang akan diambil, disajikan pula alokasi dan
realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas lainnya termasuk
analisis tentang capaian indikator kinerja dan efisiensi.
9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
Bab IV: Penutup, mengemukakan tujuan secara umum tentang keberhasilan
dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan
kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan serta strategi pemecahan
masalah yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,
transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, sebagaimana telah
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-
2019 maupun Kebijakan Strategis Nasional Bidang Kesehatan yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
021/MENKES/SK/1/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 2014-2019.
Adapun penjabaran visi dan misi, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi
untuk mencapai target kinerja tahun 2015 adalah sebagai berikut:
A. Visi dan Misi
1. Visi
Tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal dijiwai oleh semangat untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan
kesehatan, untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good
governance) serta pemerintahan yang bersih (clean government).
Dengan berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 2015-2019, maka visi Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
adalah Kementerian Kesehatan yang akuntabel, bersih dan bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan misi Inspektorat Jenderal yang
menggambarkan hal-hal yang harus dilaksanakan, yaitu :
a. Meningkatnya kualitas pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
b. Mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan program
dan kegiatan pembangunan di Kementerian Kesehatan.
c. Meningkatkan peran Inspektorat Jenderal dalam mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik dan akuntabel.
d. Meningkatkan profesionalisme dan integritas aparatur pengawasan
Kementerian Kesehatan.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Terselenggaranya pengawasan secara komprehensif untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik, akuntabel, bersih dan bebas KKN
melalui rumusan sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas dan intensitas pengawasan dengan efektif dan
efisien.
b. Meningkatkan percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil
pengawasan.
c. Menyempurnakan kebijakan sistem prosedur pengawasan.
2. Sasaran
Sasaran program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Kesehatan adalah Meningkatnya Pengawasan dan
Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan.
Target terhadap sasaran dan indikator dijabarkan pada tabel sebagai
berikut :
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
Tabel 1 Indikator Inspektorat Jenderal Tahun 2015
No Program/Kegiatan Output/Outcome Indikator Target
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Kesehatan
Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi
Persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%
88%
1. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat I
Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat I
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%
84%
2. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat II
Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat II
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%
90%
3. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat III
Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat III
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%
94%
4. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan Inspektorat IV
Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat IV
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki temuan kerugian negara ≤1%
80%
5. Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan
Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara
Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal
100%
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan
Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan
Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi
20%
13
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
C. Kebijakan dan Program
Strategi pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan antara lain
dijabarkan dalam arah kebijakan dan program-program sebagai berikut:
1. Kebijakan
Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
dituntut untuk terus mempertahankan opini laporan keuangan Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP), hal tersebut dilakukan melalui peningkatan
peran dan fungsi pengawasan yang mendorong terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance),
memastikan pelayanan publik dilaksanakan sesuai kebijakan dan
rencana yang ditetapkan serta mendorong agar tujuan pembangunan
kesehatan dapat dicapai secara hemat, efisien, efektif dan bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sehingga pada akhirnya
diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian target
tersebut.
Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
tahun 2015 ditetapkan untuk memberikan arah dan acuan bagi
Inspektorat Jenderal dalam melakukan kegiatan pengawasan secara
efektif dan efisien melalui:
a. Peningkatan peran Inspektorat Jenderal sebagai :
1) Konsultan, yaitu memberikan arah/petunjuk kepada suatu masalah
agar kebijakan yang ditempuh obyek pengawasan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Katalisator, yaitu senantiasa mendorong/memacu terjadinya
perubahan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
3) Quality Assurance, yaitu menerapkan sistem kendali mutu yang
dimulai sejak tahap perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan pengawasan.
14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
b. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan
1) Peningkatan pengawasan terhadap program kesehatan prioritas.
2) Penetapan sasaran/objek audit berdasarkan penilaian risiko
3) Konsistensi pada penerapan NSPK pengawasan.
c. Peningkatan Opini Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan
menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), melalui :
1) Peningkatan kualitas laporan keuangan
Dalam rangka meningkatan opini Laporan Keuangan Kementerian
Kesehatan tahun 2015 Inspektorat Jenderal melaksanakan
kegiatan reviu atas:
(a) Laporan Keuangan Kemenkes tahun 2014 semester II.
(b) Laporan Keuangan Kemenkes tahun 2015 semester I.
Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan keyakinan tentang
akurasi, keandalan dan keabsahan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan sehingga laporan keuangan sesuai Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP).
2) Pendampingan penyusunan laporan keuangan berbasis risiko
Dilakukan dengan cara mendampingi penyusunan laporan
keuangan dalam setiap satuan kerja sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) sehingga terselenggara laporan
keuangan yang transparan dan akuntabel.
3) Pengamanan aset Kementerian Kesehatan
Pengamanan aset Kementerian Kesehatan dilakukan dalam upaya
mendorong terselenggaranya penatausahaan dan tata kelola aset
sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mengawal proses
hibah BMN pada masing-masing unit utama di lingkungan
Kementerian Kesehatan kepada Pemerintah Daerah.
4) Reviu penyusunan perencanaan anggaran tahun 2016
Dalam rangka meningkatkan penyusunan perencanaan anggaran
Kementerian Kesehatan tahun 2016, Inspektorat Jenderal akan
15
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
melaksanakan kegiatan reviu penyusunan perencanaan anggaran
tahun 2016 di masing-masing unit utama atau satuan kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan. Oleh sebab itu, Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan akan melakukan penelahaan
terhadap perencanaan anggaran terlebih dahulu sebelum
dilakukan penelahaan oleh Direktorat Jenderal Anggaran
Kementerian Keuangan.
d. Percepatan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan APF
Salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah memastikan bahwa
satuan kerja menindaklanjuti rekomendasi atau saran hasil audit
internal maupun eksternal. Oleh karena itu, Inspektorat Jenderal
Kemenkes mempunyai peran yang sangat penting dalam memantau
percepatan tindak lanjut, sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat
waktu sesuai ketentuan. Percepatan tindak lanjut dilakukan melalui
pemantauan dan pemutakhiran data, serta dilakukan bimbingan teknis
dalam rangka memberikan masukan kepada satker untuk
penyelesaian tindak lanjut hasil audit yang dilakukan secara berkala.
e. Kerjasama Pengawasan dengan APIP lain
Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat pengawasan lain,
baik dari intern maupun ekstern pemerintah.
f. Penanganan pengaduan masyarakat
Dalam rangka meningkatkan penyelesaian pengaduan masyarakat,
Kementerian Kesehatan telah membentuk tim untuk menangani
pengaduan masyarakat berdasarkan Kepmenkes
No.134/MENKES/SK/III/2012, tanggal 21 Maret 2012 tentang Tim
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu. Dalam
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan Permenkes No. 49 Tahun
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
2012, tanggal 4 Desember 2012 tentang Pedoman Penanganan
Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kemenkes.
g. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
1) Mendorong pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun
2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah
Tahun 2012-2014.
2) Penerapan PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
3) Mengoptimalkan peran Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG).
4) Mendorong peningkatan pelaporan LHKPN.
5) Mendorong terbentuknya WBK dan WBBM di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
6) Mendorong implementasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
Kementerian Kesehatan melalui :
a) Monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
b) Pembentukan agent of change dan assessor di seluruh unit
utama untuk mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
2. Program/Kegiatan
Untuk mencapai sasaran hasil program “Meningkatnya transparansi tata
kelola pemerintahan dan terlaksananya Reformasi Birokrasi”, didukung
oleh kegiatan- kegiatan dengan luaran dan indikator kinerja sebagai
berikut :
a. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan
Inspektorat I
Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan
terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat I.
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah :
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki
temuan kerugian negara ≤ 1 %
b. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan
Inspektorat II
Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan
terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat II.
Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah :
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki
temuan kerugian negara ≤ 1 %
c. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan
Inspektorat III
Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan
terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat III.
Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah :
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki
temuan kerugian negara ≤ 1 %
d. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satker Binaan
Inspektorat IV
Luaran: Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan
terlaksananya Reformasi Birokrasi lingkup Satker Binaan Inspektorat
IV.
Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah :
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki
temuan kerugian negara ≤ 1 %
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
e. Peningkatan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan
Kementerian Kesehatan
Luaran: Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang
berindikasi kerugian negara
Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah:
Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi
kerugian negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai
kewenangan Inspektorat Jenderal
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Kesehatan
Luaran: Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan
Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan.
Indikator pengukuran pencapaian luaran tersebut adalah:
Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi
pencegahan dan pemberantasan korupsi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
19
A. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah kegiatan membandingkan tingkat kinerja yang
dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Proses ini lebih lanjut dimaksudkan untuk menilai
pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang
keberhasilan.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian
dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh
gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan
pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing
indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan/program/kegiatan di
masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat
lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada
pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran dengan menggunakan strategi yang telah
ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) dan dituangkan dalam
Penetapan Kinerja yang disusun setiap awal tahun berjalan.
Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
pengungkapan informasi kinerja saat ini relevan dengan perubahan paradigma
penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasi secara jelas
keluaran (output) dari setiap kinerja dan hasil (outcome) dari setiap program.
Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pengukuran kinerja yang
menjadi bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
20
sebagaimana disebutkan diatas setidaknya mencakup perkembangan keluaran
dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program
sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja yang menjadi tolok
ukur keberhasilan organisasi.
Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Inspektorat
Jenderal melaksanakan 1 (satu) program dari 9 (sembilan) program yang telah
ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
yaitu program “Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Kesehatan”.
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Inspektorat
Jenderal dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator
Inspektorat Jenderal yang telah ditetapkan. Adapun sasaran kegiatan Inspektorat
Jenderal adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan terlaksananya
Reformasi Birokrasi pada masing-masing unit utama.
2. Meningkatnya penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian
negara.
3. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur
Kementerian Kesehatan.
Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi secara
menyeluruh yang menggambarkan tugas, peran dan fungsi organisasi tersebut
sebagai langkah yang rasional untuk menilai keberhasilan pelaksanaan. Indikator
kinerja organisasi cukup dilaporkan beberapa indikator kinerja saja yang paling
utama sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi.
Sesuai dengan dokumen Renstra/Penetapan Kinerja Inspektorat Jenderal,
telah ditetapkan satu indikator utama dalam sasaran hasil program, yaitu:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
21
Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan
dengan sasaran meningkatnya transparansi tata kelola pemerintahan dan
terlaksananya reformasi birokrasi. Untuk penilaian indikatornya adalah
Persentase Satuan Kerja yang Memiliki Temuan Kerugian Negara ≤ 1 %
Dalam mencapai indikator utama tersebut di atas, didukung oleh beberapa kinerja
kegiatan dengan menghasilkan luaran sebagai berikut:
1. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan
Inspektorat I
2. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan
Inspektorat II
3. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan
Inspektorat III
4. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja binaan
Inspektorat IV
5. Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian
Kesehatan
6. Meningkatnya dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
pada program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur
Kementerian Kesehatan
B. Analisis Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Dilihat dari capaian indikator, untuk tahun 2015 Inspektorat Jenderal dapat
melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan:
1. Indikator Kinerja Utama
Indikator pencapaian sasaran yang berasal Indikator Kinerja Utama (IKU)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
22
Inspektorat Jenderal pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015 - 2019 adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis Indikator Target
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan
Persentase satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara ≤ 1 %
88
Definisi operasional dari indikator kinerja utama:
Satuan kerja yang memiliki temuan kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja
pengelola APBN Kementerian Kesehatan dengan temuan kerugian negara
≤1% dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran
berdasarkan laporan hasil pengawasan.
Kondisi yang dicapai:
Realisasi capaian indikator kinerja utama itjen tahun 2015 adalah 97,68% dari
target 88% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes yang diaudit
x 100%
Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 776 satker (179 satker diaudit
oleh Itjen, 379 satker diaudit oleh BPK dan 218 satker diaudit oleh BPKP)
dengan 18 satker memiliki kerugian negara ≥1%.
Jika dimasukkan dalam rumus di atas maka perhitungannya menjadi:
758 satker 776 satker
x 100% = 97,68%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
23
2. Indikator Kinerja Kegiatan
Capaian kinerja Indikator Kinerja Utama tersebut di atas didukung oleh
beberapa kegiatan yang menghasilkan luaran sebagai berikut :
a. Peningkatan Pengawasan Program/Kegiatan Lingkup Satuan Kerja
Binaan Inspektorat I
Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu:
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat I yang memiliki
temuan kerugian negara ≤1%
Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:
Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat I yang memiliki temuan kerugian
negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian Kesehatan
di lingkup inspektorat I dengan temuan kerugian negara ≤1% dari total
realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran berdasarkan
laporan hasil pengawasan.
Kondisi yang dicapai:
Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat I tahun 2015
adalah 97,44% dari target 84% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat I yang diaudit
x 100%
Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 468 satker (80 satker
diaudit oleh Itjen, 216 satker diaudit oleh BPK, dan 172 satker diaudit oleh
BPKP) dengan 12 satker memiliki kerugian negara ≥1%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
24
Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:
456 satker 468 satker
X 100% = 97,44%
b. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja
binaan Inspektorat II
Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu:
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat II yang memiliki
temuan kerugian negara ≤1%
Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:
Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat II yang memiliki temuan
kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian
Kesehatan di lingkup inspektorat II dengan temuan kerugian negara ≤1%
dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran
berdasarkan laporan hasil pengawasan.
Kondisi yang dicapai:
Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat II tahun 2015
adalah 95,24% dari target 90% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat II yang diaudit
x 100%
Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 42 satker (11 satker diaudit
oleh Itjen, 27 satker diaudit oleh BPK dan 4 satker diaudit oleh BPKP)
dengan 2 satker memiliki kerugian negara ≥1%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
25
Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:
40 satker 42 satker
x 100% = 95,24%
c. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja
binaan Inspektorat III
Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu:
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat III yang memiliki
temuan kerugian negara ≤1%
Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:
Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat III yang memiliki temuan
kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian
Kesehatan di lingkup inspektorat III dengan temuan kerugian negara ≤1%
dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran
berdasarkan laporan hasil pengawasan.
Kondisi yang dicapai:
Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat III tahun 2015
adalah 97,40% dari target 94% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat III yang diaudit
x 100%
Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 154 satker (41 satker
diaudit oleh Itjen, 73 satker diaudit oleh BPK dan 40 satker diaudit oleh
BPKP) dengan 4 satker memiliki kerugian negara ≥1%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
26
Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:
150 satker 154 satker
x 100% = 97,40%
d. Peningkatan pengawasan program/kegiatan lingkup satuan kerja
binaan Inspektorat IV
Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu:
Persentase satuan kerja di lingkup binaan Inspektorat IV yang memiliki
temuan kerugian negara ≤1%
Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:
Satuan kerja di lingkup binaan inspektorat IV yang memiliki temuan
kerugian negara ≤1% adalah satuan kerja pengelola APBN Kementerian
Kesehatan di lingkup inspektorat IV dengan temuan kerugian negara ≤1%
dari total realisasi anggaran dalam satu periode tahun anggaran
berdasarkan laporan hasil pengawasan.
Kondisi yang dicapai:
Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat IV tahun 2015
adalah 100% dari target 80% dengan dasar perhitungan sebagai berikut:
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes dengan nilai temuan kerugian negara ≤1% berdasarkan hasil audit
Jumlah satker pengelola APBN Kemenkes di lingkup binaan Inspektorat IV yang diaudit
x 100%
Jumlah satker yang diaudit oleh APF sebanyak 110 satker (47 satker
diaudit oleh Itjen, 63 satker diaudit oleh BPK dan 2 satker diaudit oleh
BPKP) dengan 0 satker memiliki kerugian negara ≥1%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
27
Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:
112 satker 112 satker
x 100% = 100%
e. Peningkatan penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan
Kementerian Kesehatan
Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu:
Persentase penanganan pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian
negara di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai kewenangan
Inspektorat Jenderal
Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:
Penanganan pengaduan masyarakat adalah upaya yang dilakukan sesuai
kewenangan Inspektorat Jenderal dalam penyelesaian pengaduan
masyarakat yang berindikasi kerugian negara yang dapat dilakukan
melalui kegiatan klarifikasi/ADTT maupun koordinasi/konsultasi dalam
rangka penanganan pengaduan.
Kondisi yang dicapai:
Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Inspektorat Investigasi tahun
2015 adalah 100% dari target 100% dengan dasar perhitungan sebagai
berikut:
Jumlah penanganan pengaduan masyarakat berindikasi kerugian negara yang
diterima sesuai kewenangan Inspektorat Jenderal Jumlah pengaduan masyarakat yang berindikasi kerugian
negara yang diterima sesuai kewenangan Itjen
x 100%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
28
Jumlah pengaduan masyarakat dan permintaan ADTT selama tahun 2015
sebanyak 117 pengaduan yang diterima melalui surat dan WBS dengan
penanganan sebagai berikut:
1) Klarifikasi atau penelitian awal: 29 pengaduan
2) Klarifikasi lanjut investigasi: 10 pengaduan
3) ADTT atas perintah pimpinan: 12 pengaduan
4) Koordinasi: 1 pengaduan
5) Diteruskan dengan surat kepada yang berkompeten menangani: 22
pengaduan
6) Tidak ditangani karena informasinya sumir: 26 pengaduan
7) Telaah atau dalam proses: 14 pengaduan
8) Ditangani oleh Inspektorat lain: 5 pengaduan
Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:
117 pengaduan 117 pengaduan
x 100% = 100%
f. Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur
Kementerian Kesehatan
Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian luaran tersebut, yaitu:
Persentase satuan kerja yang telah menerapkan program aksi
pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Definisi operasional dari indikator kinerja kegiatan:
Satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan
program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah satuan kerja
yang telah melaksanakan salah satu dari kegiatan berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
29
1) Pengendalian gratifikasi
2) Pengelolaan pengaduan masyarakat
3) Pengelolaan LHKPN
4) Kebijakan benturan kepentingan
Kondisi yang dicapai:
Realisasi capaian indikator kinerja kegiatan Sekretariat Inspektorat
Jenderal tahun 2015 adalah 82,95% dari target 20% dengan dasar
perhitungan sebagai berikut:
Jumlah satuan kerja kantor pusat dan kantor daerah yang telah menerapkan
program aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi Jumlah satuan kerja kantor pusat
dan kantor daerah di lingkungan Kemenkes
x 100%
Jika dimasukkan dalam rumus diatas maka perhitungannya menjadi:
146 satker 176 satker
x 100% = 82,95%
3. Indikator Kinerja Output
a. Inspektorat I
1) Laporan hasil pengawasan
Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 162
(seratus enam puluh dua) laporan dari target 108 (seratus delapan)
laporan yang terdiri dari:
a) 80 (delapan puluh) laporan hasil audit dari target 28 (dua puluh
delapan) laporan. Capaian hasil audit melebihi target dikarenakan
51 (lima puluh satu) laporan merupakan hasil audit dengan tujuan
tertentu atas Barang Milik Negara (BMN) dalam rangka proses
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
30
hibah BMN berupa bangunan pada satker TP 04 dan TP 05 serta 29
(dua puluh sembilan) laporan berupa hasil audit operasional. Terkait
dengan audit dengan tujuan tertentu tersebut di atas, dilakukan
optimalisasi tim di mana satu tim melakukan audit terhadap 2-4
satuan kerja dalam satu periode audit.
b) 6 (enam) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit
Sekretariat Jenderal dan Ditjen Bina Upaya Kesehatan dari target 6
(enam) laporan.
c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Unit
Sekretariat Jenderal dan Ditjen. Bina Upaya Kesehatan dari target 5
(lima) laporan.
d) 71 (tujuh puluh satu) laporan hasil evaluasi lakip satker di
lingkungan Unit Sekretariat Jenderal dan Ditjen. Bina Upaya
Kesehatan dari target 69 (enam puluh sembilan) laporan. Capaian
melebihi target dikarenakan adanya penambahan 2 (dua) Kantor
Daerah (KD) baru.
2) Laporan Inspektorat I (Base Line) dengan capaian keluaran 40 (empat
puluh) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat I dari target
21 (dua puluh satu) laporan, pembinaan dilakukan berdasarkan hasil
reviu RKA-K/L dan penambahan permintaan dari satuan kerja.
3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas
Inspektorat I dengan capaian keluaran 11 (sebelas) laporan dari target 9
(sembilan) laporan.
Capaian melebihi target dikarenakan adanya permintaan dari satuan
kerja.
4) Laporan hasil pengawasan pelayanan kesehatan haji dengan capaian
keluaran 1 (satu) laporan dari target 1 (satu) laporan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
31
5) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit
Inspektorat I dengan capaian keluaran 44 (empat puluh empat) laporan
dari target 28 (dua puluh delapan) laporan dikarenakan adanya
optimalisasi tim dalam rangka percepatan penyelesaian kerugian negara
(KN) pada satuan kerja dalam provinsi yang sama.
b. Inspektorat II
1) Laporan hasil pengawasan
Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 32
(tiga puluh dua) laporan dari target 31 (tiga puluh satu) laporan yang
terdiri dari:
a) 11 (sebelas) laporan hasil audit dari target 10 (sepuluh) laporan.
Capaian melebihi target dikarenakan adanya optimalisasi realisasi
anggaran sehingga ada penambahan satker yang diaudit.
b) 4 (empat) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit
Ditjen. Bina Gizi dan KIA dan Inspektorat Jenderal dari target 4
(empat) laporan.
c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Ditjen.
Bina Gizi dan KIA dan Inspektorat Jenderal dari target 5 (lima)
laporan.
d) 12 (dua belas) laporan hasil evaluasi sakip satker di lingkungan Unit
Ditjen. Bina Gizi dan KIA dan Inspektorat Jenderal dari target 12
(dua belas) laporan.
2) Laporan Inspektorat II (Base Line) dengan capaian keluaran 11
(sebelas) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat II dari
target 2 (dua). Capaian melebihi target dikarenakan adanya 9
(sembilan) kegiatan pembinaan atas permintaan satker dan hasil reviu
laporan keuangan dan RKA-K/L.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
32
3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas
Inspektorat II dengan capaian keluaran 2 (dua) laporan dari target 2
(dua) laporan.
4) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit
Inspektorat II dengan capaian keluaran 10 (sepuluh) laporan dari target
10 (sepuluh) laporan.
c. Inspektorat III
1) Laporan hasil pengawasan
Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 133
(seratus tiga puluh tiga) laporan dari target 120 (seratus dua puluh)
laporan yang terdiri dari:
a) 41 (empat puluh satu) laporan hasil audit dari target 28 (dua puluh
delapan) laporan. Laporan merupakan hasil audit dengan tujuan
tertentu atas Barang Milik Negara (BMN) dalam rangka proses
hibah BMN berupa bangunan Teknologi Tepat Guna (TTG) pada
satker TP 05. Terkait dengan audit dengan tujuan tertentu tersebut
di atas, dilakukan optimalisasi tim di mana satu tim melakukan audit
terhadap 2-4 satuan kerja dalam satu periode audit.
b) 4 (empat) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit
Ditjen. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)
dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) dari target 4 (empat) laporan.
c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Ditjen.
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
dari target 5 (lima) laporan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
33
d) 83 (delapan puluh tiga) laporan hasil evaluasi sakip satker di
lingkungan Unit Ditjen. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) dari target 83 (delapan puluh tiga)
laporan.
2) Laporan Inspektorat III (Base Line) dengan capaian keluaran 29 (dua
puluh sembilan) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat III
dari target 23 (dua puluh tiga). Pembinaan dilakukan berdasarkan hasil
reviu RKA-K/L dan penambahan permintaan dari satuan kerja.
3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas
Inspektorat III dengan capaian keluaran 12 (dua belas) laporan dari
target 9 (sembilan) laporan.
Capaian melebihi target dikarenakan adanya penambahan
pendampingan pada satuan kerja dari target yang telah ditentukan.
4) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit
Inspektorat III dengan capaian keluaran 57 (lima puluh tujuh) laporan
dari target 28 (dua puluh delapan) laporan dikarenakan adanya
optimalisasi tim dalam rangka percepatan penyelesaian kerugian
negara (KN) pada satuan kerja dalam provinsi yang sama.
d. Inspektorat IV
1) Laporan hasil pengawasan
Capaian realisasi laporan hasil pengawasan di TA. 2015 tercapai 112
(seratus dua belas) laporan dari target 93 (sembilan puluh tiga) laporan
yang terdiri dari:
a) 47 (empat puluh tujuh) laporan hasil audit dari target 28 (dua puluh
delapan) laporan. Laporan merupakan hasil audit dengan tujuan
tertentu atas Barang Milik Negara (BMN) dalam rangka proses
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
34
hibah BMN berupa bangunan Teknologi Tepat Guna (TTG) pada
satker TP 05. Terkait dengan audit dengan tujuan tertentu tersebut
di atas, dilakukan optimalisasi tim di mana satu tim melakukan audit
terhadap 2-4 satuan kerja dalam satu periode audit.
b) 4 (empat) laporan hasil reviu Laporan Keuangan di lingkungan Unit
Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan dari target 4 (empat) laporan.
c) 5 (lima) laporan hasil reviu RKA-KL satker di lingkungan Unit Ditjen.
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan dari target 5
(lima) laporan.
d) 56 (delapan puluh tiga) laporan hasil evaluasi sakip satker di
lingkungan Unit Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan dari target 56 (delapan puluh tiga) laporan.
2) Laporan Inspektorat IV (Base Line) dengan capaian keluaran 30 (tiga
puluh) laporan hasil pendampingan/pembinaan Inspektorat IV dari target
20 (dua puluh). Pembinaan dilakukan berdasarkan hasil reviu RKA-K/L
dan penambahan permintaan dari satuan kerja.
3) Laporan pendampingan penyelenggaraan SPIP lingkup tugas
Inspektorat IV dengan capaian keluaran 11 (sebelas) laporan dari target
11 (sebelas) laporan.
4) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit
Inspektorat IV dengan capaian keluaran 75 (tujuh puluh lima) laporan
dari target 28 (dua puluh delapan) laporan dikarenakan adanya
optimalisasi tim dalam rangka percepatan penyelesaian kerugian negara
(KN) pada satuan kerja dalam provinsi yang sama.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
35
e. Inspektorat Investigasi
1) Laporan hasil audit dengan tujuan tertentu/audit investigasi dengan
capaian keluaran 52 (lima puluh dua) laporan dari target 65 (enam puluh
lima). Dari 117 (seratus tujuh belas) pengaduan yang diterima oleh
Inspektorat Investigasi hanya terdapat 50 (lima puluh) pengaduan yang
berkadar pengawasan untuk dilakukan klarifikasi dan 2 (dua) Audit
Dengan Tujuan Tertentu (ADTT) untuk PTT.
2) Laporan koordinasi penanganan pengaduan masyarakat lintas
program/lintas sektor dengan capaian keluaran 6 (enam) dari target 6
(enam) laporan.
3) Laporan hasil pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit
Inspektorat Investigasi dengan capaian keluaran 58 (lima puluh
delapan) laporan dari target 50 (lima puluh) laporan.
Capaian melebihi target karena adanya optimalisasi realisasi anggaran
sehingga ada penambahan 8 (delapan) satker yang menjadi objek
tindak lanjut hasil audit.
4) Laporan pendampingan program pencegahan korupsi dengan capaian
keluaran 84 (delapan puluh empat) laporan dari target 85 (delapan
puluh lima laporan).
f. Sekretariat Inspektorat Jenderal
1) Laporan lingkup Inspektorat Jenderal
Capaian realisasi laporan lingkup Inspektorat Jenderal di TA. 2015
tercapai 112 (seratus dua belas) laporan dari target 103 (seratus tiga)
laporan yang terdiri dari:
a) 17 (tujuh belas) dokumen laporan lingkup bagian program dan
informasi dari target 20 (dua puluh) laporan. Terdapat 3 (tiga) target
yang dialihkan ke lingkup bagian umum yaitu peningkatan
kepatuhan wajib lapor LHKPN.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
36
b) 66 (enam puluh enam) dokumen laporan lingkup bagian umum dari
target 54 (lima puluh empat) laporan. Capaian melebihi target
dikarenakan adanya kegiatan monev UPG dan pemutakhiran
LHKPN/LHKASN.
c) 27 (dua puluh tujuh) dokumen laporan lingkup bagian keuangan dari
target 27 (dua puluh tujuh) laporan.
d) 2 (dua) dokumen laporan lingkup bagian analisis dan pelaporan
tindak lanjut hasil pengawasan dari target 2 (dua) laporan Ikhtisar
Hasil Pengawasan Semester (IHPS).
2) Laporan pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan dengan capaian
keluaran 29 (dua puluh sembilan) laporan dari target 28 (dua puluh
delapan).
3) Rancangan regulasi dan standar lingkup Inspektorat Jenderal dengan
capaian keluaran 11 (sebelas) buku dari target 12 ( dua belas) laporan.
4) Layanan perkantoran dengan capaian keluaran 12 (dua belas) bulan
layanan dari target 12 (dua belas) bulan layanan.
5) Perangkat pengolah data dan komunikasi dengan capaian keluaran 504
(lima ratus empat) unit dari target 504 (lima ratus empat) unit.
6) Peralatan dan fasilitas perkantoran dengan capaian keluaran 129
(seratus tiga puluh) unit dari target 130 (seratus tiga puluh) unit.
Capaian kurang dari target karena pengadaan/belanja modal berupa
pemasangan work station tidak dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan keterbatasan waktu dan apabila tetap dilaksanakan
akan mengganggu ruang kerja pimpinan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
37
C. REALISASI ANGGARAN
Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI tahun 2015 didukung oleh dana yang bersumber dari DIPA
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI sesuai Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 024.02.1.415366/2015 tanggal 14 November 2014 dengan
alokasi sebesar Rp.102.971.000.000,-.
Ada peralihan anggaran yang dilakukan berdasarkan Instruksi Presiden No 2
tahun 2105 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemanfaatan Anggaran
Belanja Perjalanan Dinas dan meeting/consinyering Kementerian/Lembaga
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2015, Inspektorat Jenderal mengalami penghematan perjalanan dinas
sebesar Rp. 29.896.314.000,-. Sebagian besar dari penghematan Anggaran
tersebut tidak dapat dialihkan (refocusing) ke kegiatan pengawasan lainnya yang
bukan peruntukkan perjalanan dinas. Karena kegiatan utama pada satker
Inspektorat Jenderal adalah pengawasan yang aktifitasnya adalah perjalanan
dinas.
Alokasi tahun 2015 Rp.102.971.000.000,-. terdiri dari Belanja Pegawai Rp.
38.473.645.000,- dan Non Belanja Pegawai terdiri dari Belanja Barang sebesar
Rp. 56.209.009.000,- dan Belanja Modal sebesar Rp. 8.288.346.000,-. Dari
alokasi yang dianggarkan tersebut, sampai dengan tanggal 31 Desember 2015
telah di realisasikan sebesar Rp. 82.863.167.620,- (80,47%), sedangkan
anggaran yang tidak terserap sebesar Rp. 20.107.832.380,- (19,53%). Anggaran
tidak terserap sepenuhnya dikarenakan beberapa faktor, yang terbagi atas faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal tersebut yaitu :
1. Terdapat kelebihan alokasi tunjangan kinerja karena acuan perhitungan
alokasi Tunjangan Kinerja (tukin) 70% berdasarkan baseline 40% tukin yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
38
dibayarkan, sedangkan acuan perhitungan dari Kementerian Keuangan tidak
menggunakan baseline 40%.
2. Pembayaran tukin yang dialokasikan Inspektorat Jenderal selama 13 bulan
hanya disetujui oleh Kementerian Keuangan selama 9 bulan.
3. Terdapat sisa anggaran yang berasal dari sisa pelelangan, sisa belanja
pegawai yang berasal dari Acres 10% yang tidak terealisasi, dan efisiensi
layanan perkantoran dan pemeliharaan BMN.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang menjadi alasan tidak terserapnya
anggaran secara penuh yaitu :
1. Adanya gagal lelang pada kegiatan belanja modal yang berasal dari
anggaran efisiensi perjalanan dinas.
2. Alokasi belanja modal dari efisiensi perjalanan dinas dilaksanakan pada akhir
tahun, sehingga pengadaan/belanja modal berupa pemasangan work station
tidak dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu
dan apabila tetap dilaksanakan akan mengganggu ruang kerja pimpinan.
Alokasi anggaran program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kemenkes RI selama tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel
berikut:
ALOKASI ANGGARAN BELANJA BERDASARKAN PROGRAM
TAHUN 2014 dan 2015
No Program Anggaran
Tahun 2014 Tahun 2015
1 Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan RI
92,926,900,000 102,971,000,000
J U M L A H 92,926,900,000 102,971,000,000
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
39
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pagu anggaran menurut program Itjen tahun
2015, naik sebesar Rp. 10.044.100.000,- atau sebesar 10,81% dibandingkan
dengan pagu anggaran tahun 2014.
Realisasi Anggaran Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian Kesehatan adalah sebesar Rp 83.285.221.410,-
(80,88%). Jumlah alokasi dan realisasi anggaran serta persentase realisasi
anggaran Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan selama 5 tahun (2011 –
2015) dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 3.1
Alokasi dan Realisasi Anggaran Itjen Kementerian Kesehatan Tahun 2011 - 2015 (dalam jutaan rupiah)
Pada grafik 3.1 di atas terlihat realisasi anggaran pada tahun 2015 mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya. Alokasi dan realisasi
anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2011-2014 terlihat pada grafik 3.2 berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
40
Grafik 3.2
Persentasi alokasi dan realisasi anggaran Inspektorat Jenderal tahun 2011-2014
D. SUMBER DAYA PENUNJANG
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selain dukungan anggaran,
Inspektorat Jenderal juga didukung dengan sumber daya penunjuang lainnya
yaitu sumber daya manusia serta sarana dan prasarana.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia di lingkungan Inspektorat Jenderal s.d Desember
2015 sebanyak 321 orang, dengan rincian sebagai berikut:
a. Berdasarkan Jabatan
Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan jabatan dapat
dilihat pada grafik berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
41
Grafik-3.3
Daftar Pegawai Itjen Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan grafik diatas dapat dijabarkan bahwa keadaan pegawai di
lingkungan Inspektorat Jenderal berdasarkan jabatan terdiri dari:
No Jabatan Jumlah
1 Struktural 23 Orang
2 Fungsional Tertentu 133 Orang
3 Fungsional Umum 165 Orang
Total 321 Orang
Untuk Jabatan Fungsional Tertentu (JFT), dapat dibedakan lagi menjadi
jabatan fungsional auditor dan arsiparis yaitu:
No JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU JUMLAH
1 Auditor Utama 2 Orang
2 Auditor Madya 17 Orang
3 Auditor Muda 49 Orang
4 Auditor Pertama 56 Orang
5 Auditor Kepegawaian Madya 1 Orang
6 Auditor Kepegawaian Muda 3 Orang
7 Auditor Kepegawaian Pertama 3 Orang
8 Arsiparis Penyelia 2 Orang
Total 133 Orang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
42
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari tabel diatas
komposisi terbanyak pada jenjang Auditor Pertama 56 orang (42.75%)
dan terendah pada jenjang Auditor Kepegawaian Madya sebanyak 1
orang (0,76%). Jika digambarkan dalam grafik terlihat sebagai berikut:
Grafik-3.4
Jumlah Auditor Berdasarkan Jenjang Jabatan
Jabatan Fungsional Umum (JFU) merupakan jabatan fungsional PNS
yang pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat tidak
disyaratkan dengan angka kredit, terdiri dari: auditor (JFU), Auditor
Pemula (JFU) dan lainnya yaitu:
No JABATAN FUNGSIONAL UMUM JUMLAH
1 Auditor Utama 76 Orang
2 Auditor Pemula 2 Orang
3 Lainnya 86 Orang
Total 164 Orang
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari tabel diatas
komposisi terbanyak pada jenjang JFU lainnya sebanyak 86 orang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
43
(52,44%) dan terendah pada jenjang Auditor Pemula sebanyak 2 orang
(1,22%). Jika digambarkan dalam grafik terlihat sebagai berikut:
Grafik-3.5
Jabatan Fungsional Umum
b. Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan kelompok
umur dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik-3.6
Jumlah Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
44
Berdasarkan grafik 3.6 di atas, dapat dilihat distribusi kelompok umur
pegawai yang paling banyak adalah kelompok umur 31-35 tahun
sebanyak 64 orang (20%) dan terendah adalah kelompok umur lebih
dari 55 tahun sebanyak 20 orang (6%).
c. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik-3.7
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pegawai jenis kelamin pria lebih
banyak dari pegawai jenis kelamin wanita yaitu 165 orang pria (51,40%)
dan 156 orang perempuan (48,60%).
d. Berdasarkan Pendidikan
Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan pendidikan
dapat dilihat pada grafik berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
45
Grafik-3.8
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan
SDM yang berada di lingkungan Inspektorat Jenderal apabila
diklasifikasikan berdasarkan pendidikan, menunjukkan bahwa
Pendidikan Strata-2 (S-2) merupakan tingkat pendidikan sebanyak
dengan 130 orang (40%) dan Strata-1 (S-1) sebanyak 160 orang (50%).
Sisanya 10% merupakan lulusan SLTA - Diploma III.
e. Berdasarkan Golongan
Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2015 berdasarkan golongan
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik-3.9
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Golongan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
46
Berdasarkan tabel 3.9 di atas, distribusi pegawai di lingkungan
Inspektorat Jenderal menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai
adalah golongan III yakni sebanyak 260 orang (81%) sedangkan
golongan IV sebanyak 43 orang (13%) dan golongan II sebanyak 18
orang (6%).
2. Sarana dan Prasarana
Keadaan Barang Milik Negara di lingkungan Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan RI pada 31 Desember 2015 adalah:
a. Nilai BMN per 31 Desember 2015
Nilai BMN per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 22.511.137.777,-
yang terdiri dari nilai BMN intrakomptabel (nilai BMN yang disajikan
dalam Neraca) sebesar Rp 22.492.693.277,- dan nilai BMN
ekstrakomptabel sebesar Rp 18.444.500,-.
b. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Tahun Anggaran 2015
Mutasi BMN per 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut:
1) Barang Persediaan
Saldo Persediaan pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI per 31
Desember 2015 sebesar Rp 128.950.290,-. Jumlah tersebut terdiri
dari saldo awal sebesar Rp 106.970.530,- mutasi tambah habis
pakai barang konsumsi persediaan selama periode laporan sebesar
Rp 21.979.760,-. Total nilai barang persediaan yang dalam kondisi
rusak dan usang adalah sebesar Rp 0,-.
2) Peralatan dan Mesin
Saldo Peralatan dan Mesin pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI
per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 20.189.738.759,-jumlah
tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp 18.467.428.829,-, mutasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
47
tambah sebesar Rp 1.741.399.430,-, dan mutasi kurang sebesar Rp
19.089.500,- .
3) Aset Tetap Lainnya
Saldo Aset Tetap Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI
per 31 Desember 2015 sebesar Rp 76.987.500,-. Jumlah tersebut
terdiri dari saldo awal sebesar Rp 76.987.500,-, mutasi tambah
sebesar Rp 0,- dan mutasi kurang sebesar Rp 0,-.
4) Aset Lainnya
Saldo Aset lainnya pada Inspektorat Jenderal Kemenkes RI per 31
Desember 2015 adalah sebesar Rp 2.426.568.918,-. Jumlah
tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp 2.190.134.918,-, mutasi
tambah sebesar Rp 236.434.000,-.
E. CAPAIAN PROGRAM AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
TAHUN 2015
Upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi yang telah dilaksanakan
Inspektorat Jenderal pada tahun 2015 di Kementerian Kesehatan yaitu:
1. Komitmen Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan yang Baik, Bersih
dan Melayani dengan Semangat Reformasi Birokrasi
Penandatanganan komitmen bersama untuk pembangunan kesehatan yang
baik, bersih dan melayani dengan semangat reformasi birokrasi antara
Menteri Kesehatan RI bersama pejabat Eselon I di lingkungan kementerian
kesehatan RI, disaksikan oleh pimpinan KPK, dan ketua Ombudsman.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
48
2. MoU Kemenkes-PPATK
Ditandatangani nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Kesehatan
dengan Pusat Pelaporan dan Analisis transaksi keuangan (PPATK). Lingkup
kegiatan yang dikerjasamakan meliputi pertukaran informasi, peningkatan
kapasitas, dan riset di bidang pencegahan dan pemberantasan tidak pidana
pencucian uang pada tanggal 30 April 2015.
Penandatanganan komitmen melaksanakan pembangunan kesehatan yg baik, bersih dan melayani dengan
semangat reformasi birokrasi.
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Kesehatan dengan PPATK
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
49
3. Terbitnya Permenkes Nomor 36 Tahun 2015
Upaya pencegahan korupsi yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI pada
pelaksanaan Sistem Jaminan Sosual Nasional adalah dengan diterbitkannya
Permenkes 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam
Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Nasional
4. Opini WTP pada Laporan Keuangan T.A 2014
Kementerian Kesehatan meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian dalam
laporan keuangan tahun anggaran 2014, penghargaan tersebut diberikan
langsung oleh anggota VI BPK RI, Prof.Dr. Bahrullah Negara VI Barullah
Akbar, M.B.A kepada Menteri Kesehatan RI, Prof.Dr.dr. Nila Farid Moeloek,
Sp.M(K).
5. Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi
Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi pengendalian gratifikasi ke
Unit Utama, Unit Pelaksana Teknis (UPT), organisasi profesi, satuan kerja,
universitas negeri & swasta. Diikuti focus group discussion (FGD) dengan
KPK tentang gratifikasi bagi penyelenggara negara serta pemahaman
gratifikasi terkait pelaku pelayanan publik dan workshop tentang UPG.
Penyerahan hasil pemeriksaan Laporan Keuangan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian oleh KPK
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
50
6. Komitmen Kemenkes dengan Mitra Kerja Tentang Gratifikasi
Menindaklanjuti komitmen Kemenkes dengan mitra kerja terkait
pengendalian gratifikasi, dilaksanakan sosialisasi gratifikasi yang dilanjutkan
dengan penandatanganan komitmen pengendalian gratifikasi di 4 rumah
sakit yaitu RS Wahidin Makassar, RS Cicendo Bandung, RS Dr Sardjito, dan
RS Sanglah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2015.
7. Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Gratifikasi
Dilaksanakan monitoring dan evaluasi Program Pengendalian Gratifikasi di
109 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemenkes seluruh Indonesia untuk
memperoleh gambaran pelaksanaan program pengendalian gratifikasi yang
telah dilaksanakan yang meliputi hambatan, permasalahan, serta penguatan
pelaksanaan program tersebut.
Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi
Komitmen Bersama Pengendalian Gratifikasi dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
51
8. Kajian Potensi Fraud
Melakukan kajian terhadap potensi fraud dalam pelayanan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL). Hasil kajian dan
rekomendasi hasil kajian tersebut ditindaklanjuti dengan lahirnya Permenkes
36/2015 tentang Pencegahan Fraud di Pelayanan Kesehatan.
9. Workshop Pengendalian Gratifikasi
Berdasarkan data per Oktober 2015 dari 210 Satker di lingkungan
Kementerian Kesehatan, sebanyak 124 Satker telah membentuk UPG.
Selanjutnya untuk memperkuat kapasitas dan kompetensi pengelola UPG,
dilaksanakan workshop pengendalian gratifikasi yang dilaksanakan selama 4
hari bekerjasama dengan KPK.
10. MoU Kemenkes dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
Melalui WBS
Dalam rangka upaya pencegahan tindak pidana korupsi dan melindungi
saksi dan pelapor telah dilakukan penandatanganan Kementerian Kesehatan
dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) nomor:
HK.05.01/MENKES/373/2015 dan nomor: NK-042/I.DIV4.2/LPSK/09/2015,
sebelum nota kesepahaman tersebut disepakati Kementerian Kesehatan
Workshop Pengendalian Gratifikasi bekerjasama dengan KPK
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
52
telah terlebih dahulu menerbitkan Permenkes 29/2014 tentang Tata Cara
Penanganan Pelanggaran
11. Membangun Integritas Kampus
Membangun integritas kampus bersama Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat, KPK yang diawali dengan workshop integitas
kampus di kampus percontohan yaitu Poltekkes Bengkulu dan Poltekkes
Malang.
12. Workshop Pencegahan Fraud
Workshop pencegahan fraud dalam pelaksanaan JKN bekerjasama dengan
KPK. Kegiatan ini akan dilakukan di beberapa kota dan diawali di Kota
Bandung pada awal November 2015. Setelah Bandung menyusul kemudian
Kupang dan Yogyakarta.
13. Pembekalan Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Bagi Tim Nusantara
Sehat
Guna menciptakan generasi muda di sektor kesehatan yang antikorupsi,
Inspektorat Jenderal melakukan pengajaran tentang Pendidikan dan Budaya
Anti Korupsi (PBAK) bagi peserta Nusantara Sehat.
14. Penganugerahan Piagam WBK Bagi satker dilingkungan Kemenkes
Menteri Kesehatan Memberikan piagam satuan kerja yang bepredikat
Wilayah Bebas dari Korupsi pada satker, RSUP Dr. Sardjito Jogjakarta,
RSUP Fatmawati Jakarta, KKP Kelas II Semarang, KKP Kelas I Tanjung
Priok, Balai Kesehatan Olah Raga Masyarakat Bandung, Bali Litbang
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala, dan Sekretariat
Konsil Kedokteran Indonesia.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
53
15. Penganugrahan Satuan Kerja Berpredikat WBBM
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (Kemen PAN
& RB) menganugrahkan predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM)
kepada satuan kerja Kementerian Kesehatan, RS. Dr. Kariadi Semarang.
16. Penghargaan Unit Pengendalian Gratifikasi Terbaik
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan penghargaan kepada
Kementerian Kesehatan sebagai Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
Penganugerahan piagam WBK bagi Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Kesehatan
Penganugerahan predikat WBBM kepada Satuan Kerja Kementerian Kesehatan oleh KPK
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
54
dengan UPG terbaik tahun 2015 dan Kementerian/Lembaga yang telah
menerapkan Program Pengendalian Gratifikasi dengan jumlah laporan
gratifikasi.
17. Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Menindaklanjuti Instruksi Presiden No. 7/2015 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (PPK) tahun 2015, Kementerian Kesehatan telah
melaksanakan seluruh target capaian pada checkpoint B07, B09, dan B12.
Hasil yang didapat dari verifikasi/penilaian seluruh aksi PPK oleh Bappenas,
kementerian Kesehatan mendapat nilai 100% dengan indikator warna hijau.
Adapun Aksi PPK untuk Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 adalah:
a. Optimalisasi pelaksanaan whistle blowing system (WBS) dan jaminan
perlindungan terhadap whistle blower/pelapor yang terintegrasi di
Kementerian/Lembaga.
b. Pelaksanaan upaya pengendalian gratifikasi di Kementerian Kesehatan.
c. Transparansi pelaksanaan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
di Rumah Sakit yang bekerjasama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
d. Pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme
pengadaan barang dan jasa.
Penghargaan Gratifikasi Terbaik Kementerian Kesehatan oleh KPK
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
55
e. Penyampaian data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan
dari Kementerian, lembaga, dan instansi pemerintah.
18. Pelaksanaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
HK.03.01/Menkes/066/I/2010 tanggal 13 Januari 2010 tetang Wajib Lapor
Harta Kekayaan bagi Pejabat di Lingkungan Kementerian Kesehatan, Itjen
Kemenkes mendorong pelaporan LHKPN tersebut kepada seluruh satker di
lingkungan Kemenkes. Sampai dengan 31 Desember 2015 dari jumlah wajib
lapor PNS sebesar 3.525, yang telah menyampaikan LHKPN adalah 2.827
orang (80,20%).
19. Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Penilaian penerapan SPIP pada Satuan Kerja lingkup Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal.
Penilaian ini dimaksudkan untuk melakukan assessment dan pemetaan
pelaksanaan SPIP pada seluruh Satker Kementerian Kesehatan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Hasil assessment dan pemetaan tersebut
diharapkan menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan berbagai
kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dalam
mendorong percepatan penerapan SPIP di lingkungan Kementerian
Kesehatan. Pada periode tahun 2015 Inspektorat Jenderal telah melakukan
penilaian penerapan SPIP pada 33 satuan kerja dilingkup Kementerian
Kesehatan.
Selama kurun waktu 2014 – 2015 Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan telah melakukan pemetaan SPIP pada 111 satker dari total satker
Kementerian Kesehatan yang berjumlah 214 satker atau sebesar 51,87%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
56
Hasil pemetaan penerapan unsur SPIP pada Satker tersebut meliputi:
1. Unsur Lingkungan Pengendalian;
2. Penilaian Risiko;
3. Kegiatan Pengendalian;
4. Informasi dan Komunikasi;
5. Pemantauan.
Grafik-3.9
Pemetaan SPIP 2014 - 2015
Berdasarkan grafik diatas, masih terdapat satker-satker khususnya yang
berada di provinsi DKI Jakarta dan Kantor Pusat masih banyak yang belum
dilaksanakan pemetaan SPIP oleh Inspektorat Jenderal sedangkan hampir
mayoritas APBN Kementerian Kesehatan ada disana sehingga memiliki
tingkat risiko yang tinggi. Dari 18 satker yang berada di Provinsi DKI Jakarta
baru 1 satker yang telah dilaksanakan pemetaan SPIP oleh Inspektorat
Jenderal sedangkan 46 satker yang berada di kantor pusat sama sekali
belum dilaksanakan pemetaan SPIP. Hal ini terjadi karena keterbatasan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
57
anggaran yang dimiliki oleh Inspektorat Jenderal sehingga pemetaan SPIP
baru bisa dilaksanakan secara bertahap.
Upaya penyelenggaraan SPIP secara bertahap dan terus menerus,
selanjutnya diharapkan dapat mewujudkan pencapaian empat tujuan sistim
pengendalian intern pemerintah, yaitu kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Perbaikan SPIP secara
berkelanjutan pada akhirnya akan memperbaiki pelaporan keuangan
pemerintah, efisiensi dan efektivitas kegiatan dan ketaatan pada peraturan
serta iklim yang kondusif untuk mencegah KKN yang akan memperkuat
akuntabilitas penyelenggaraan negara yang bermuara pada tata kelola
pemerintahan yang baik.
20. Terbitnya Permenkes Nomor 99 Tahun 2015
Upaya peningkatan pelayanan publik dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional mengenai akses informasi
pelayanan dan penanganan pengaduan keluhan pelayanan bagi peserta
Jaminan kesehatan nasional adalah dengan diterbitkannya Permenkes 99
tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kementerian Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan Nasional
21. Penilaian Satuan Kerja Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
Mewujudkan Lingkungan pemerintahan yang bebas dari Korupsi
merupakan tanggung jawab seluruh jajaran Kementerian Kesehatan.
Inspektorat Jenderal mempunyai peranan penting dalam upaya
pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Kesehatan baik dalam
upaya pencegahan dan penindakan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
58
Inspektorat Jenderal sangat berkepentingan dalam mendorong terwujudnya
wilayah bebas korupsi dengan mengimplementasikan dalam bentuk
asistensi pembangunan zona integritas. Pengertian Zona Integritas (ZI)
tersebut yaitu adanya komitmen untuk mewujudkan birokrasi yang bersih
dan melayani dari pimpinan satuan kerja dan jajarannya.
Hal ini dikuatkan dengan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 52
Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di
Lingkungan Instansi Pemerintah.
Proses Pembangunan dan penilaian Satuan Kerja Wilayah Bebas dari
Korupsi di Kementerian Kesehatan meliputi beberapa tahap, yakni:
1. Pencanangan Zona Integritas oleh Menteri Kesehatan diikuti oleh
Bawahannya
2. Pengusulan Calon Satuan Kerja Berpredikat WBK oleh Eselon I
3. Preassessment oleh Tim Penilai Internal (TPI)
4. Pendampingan Pemenuhan Indikator Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
5. Penilaian Satuan Kerja WBK oleh TPI
6. Pengusulan Satuan Kerja WBK kepada Menteri PAN dan RB
7. Penilaian Satuan Kerja WBK oleh Tim Penilai Nasional (TPN)
8. Pemberian Penghargaan Satuan Kerja WBK oleh Menteri PAN dan RB
Tabel berikut ini merupakan calon Satuan Kerja yang diusulkan menjadi unit
kerja yang menerapkan indikator Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi (WBK) pada tahun 2015:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
59
NO UNIT UTAMA SATUAN KERJA
1
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
2
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya
3
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta
4 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Tanjung Priok
5 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Semarang
6 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Padang
7
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Balai Besar Litbang Vektor Dan Reservoir Penyakit Salatiga
8 Balai Besar Litbang Tanaman Obat Dan Obat Tradisional Tawangmangu
9 Balai Litbang Biomedis Papua
10 Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Iodium Magelang
11 Balai Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Donggala
12 Balai Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara
13 Balai Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Tanah Bumbu
14 Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
15 Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
16
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) Bandung
17 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi Alat Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
60
Dengan meminimalisir korupsi diharapkan pada akhirnya korupsi dapat
dihilangkan sehingga program-program kesehatan yang ditujukan untuk
kesehatan dan kesejahteraan rakyat dapat berjalan dengan baik, akuntabel
dan bebas dari korupsi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
61
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Inspektorat Jenderal
merupakan bentuk perwujudan pertanggungjawaban yang berfungsi sebagai alat
penilai kinerja secara kuantitatif pelaksanaan tugas dan fungsi ) Inspektorat
Jenderal dalam pencapaian visi, misi dan sasaran program Inspektorat Jenderal
yang telah ditetapkan dalan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019 dan juga sebagai upaya dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance).
Penjabaran visi dan misi Inspektorat Jenderal dalam Penetapan Kinerja
Inspektorat Jenderal menitik beratkan pada program peningkatan Pengawasan
dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan yang kemudian diurai dalam
indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan yang semuanya berjumlah 13
indikator.
Dengan demikian laporan ini menjabarkan tentang capaian kinerja Inspektorat
Jenderal yaitu pengukuran terhadap sasaran program dan kegiatan pengawasan
yang tercermin dalam pencapaian indikator kinerja utama maupun indikator
kinerja kegiatan dan juga dukungan sumber daya keuangan yang sudah mencapai
80,88%. Dengan pengukuran kinerja dapat memberikan penilaian yang objektif
dalam pengambilan keputusan dalam menjalankan progran pengawasan
selanjutnya.
Dari hasil pengukuran dan analisis sasaran kinerja Inspektorat Jenderal tahun
2015 menunjukkan hasil yang secara umum sudah baik. Hal ini tergambar dari
capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Jenderal yang sudah
direalisasikan 100%, begitupun dengan capaian beberapa Indikator Kinerja
PENUTUP
BAB IV
Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Kemenkes Tahun 2015
62
Kegiatan (IKK) yang sudah memenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan.
Walaupun hasil capaian kinerja secara umum sudah baik namun masih terdapat
beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan program pengawasan seperti
keterbatasan SDM pengawasan dan tingkat kepatuhan satuan kerja dalam
menindaklanjuti rekomendasi atas temuan Inspektorat Jenderal yang masih perlu
untuk diingatkan.dan terutama tindak lanjut berupa penyetoran kerugian negara
yang meilbatkan pihak ketiga serta pegawai yang sudah dimutasi atau pensiun dan
meninggal dunia.
Untuk mensikapi permasalahan tersebut upaya yang dapat ditempuh dengan
pengangkatan pegawai Inspektorat Jenderal yang telah memenuhi syarat menjadi
auditor, peningkatan kompetensi auditor melalui pelatihan, workshop dan seminar-
seminar terkait pengawasan. Dalam mengatasi permasalahan penanganan tindak
lanjut terhadap rekomendasi dari temuan pemeriksaan maka dibentuk Tim
penyelesaian Temuan yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD), monitoring
Tindak Lanjut LHP serta melakukan pendampingan (bimbingan teknis) terhadap
satuan kerja dalam menindaklanjuti rekomendasi hasil pengawasan yaitu
dengan mengundang satuan kerja dalam pembahasan penyelesaian Tindak Lanjut
LHP .
Peran Inspektorat Jenderal dalam mendorong Kementerian Kesehatan untuk
mencapai good governance terlihat dari prestasi-prestasi yang telah diraih oleh
Kementerian Kesehatan yang erat kaitannya dengan tugas dan fungsi Inspektorat
Jenderal sebagai instansi pengawas intern Kementerian Kesehatan RI.
Keberhasilan yang telah dicapai Inspektorat Jenderal pada tahun akhir dari
periode Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 ini
diharapkan akan menjadi tonggak dan barometer dalam pelaksanaan program
pengawasanan lima tahun kedepan yang lebih efektif, efisien dan akuntabel
sehingga hasil pencapaian pelaksanaan program/kegiatan yang dilaksanakan dari
tahun ke tahun diharapkan selalu sesuai dengan rencana strategis dan dokumen
perencanaan lainnya yang telah ditetapkan.