15
Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk. SEFALOSPORIN Kimia dan Klasifikasi Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun 1948 oleh Brotzu. Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-amino- sefalosporonat (7-ACA : 7-aminocephalosporanicacid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin betalaktam (table 42-4). Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotic sefalosporin. Modifikasi R 1 pada posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan aktivitas antimikrobanya, sedangkan substitusi R 2 pada posisi 3 cincin dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya. Sefamisin mempunyai struktur kimia yang mirip dengan sefalosporin, tetapi mempunyai gugus metoksi pada 7 cincin betalaktam. Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas anti mikrobanya yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya (Tabel 42-4). Dewasa ini sefalosporin yang lazim digunakan dalam pengobatan, telah mencapai generasi keempat. Aktivitas Antimikroba Seperti halnya antibotik betalaktam lain, mekanisme kerja anti mikroba sefalosporin ialah menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram-positif maupun Gram-negatif, tetapi spektrum anti-mikroba masing-masing derivate bervariasi. Sefalosporin Generasi Pertama (SG I) In vitro, sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spectrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman Gram-positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Aureus

Sefalosporin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

SEFALOSPORIN

Kimia dan KlasifikasiSefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada

tahun 1948 oleh Brotzu. Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporonat (7-ACA : 7-

aminocephalosporanicacid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin betalaktam (table 42-4). Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotic sefalosporin. Modifikasi R1 pada posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan aktivitas antimikrobanya, sedangkan substitusi R2 pada posisi 3 cincin dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya. Sefamisin mempunyai struktur kimia yang mirip dengan sefalosporin, tetapi mempunyai gugus metoksi pada 7 cincin betalaktam.

Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas anti mikrobanya yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya (Tabel 42-4). Dewasa ini sefalosporin yang lazim digunakan dalam pengobatan, telah mencapai generasi keempat.

Aktivitas AntimikrobaSeperti halnya antibotik betalaktam lain, mekanisme kerja anti mikroba sefalosporin

ialah menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram-positif maupun Gram-negatif, tetapi spektrum anti-mikroba masing-masing derivate bervariasi.

Sefalosporin Generasi Pertama (SG I)In vitro, sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spectrum antimikroba yang

terutama aktif terhadap kuman Gram-positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Aureus dan streptococcus termasuk S. viridans dan S. pneumoniae. Bakteri Gram-positif yang juga sensitive ialah S. anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes dan corynebacterium diphteriae. Aktivitas antimikroba berbagai jenis sefalosporin generasi pertama sama satu dengan yang lain, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap S. aureus. Mikroba yang resisten antara lain ialah strain S. aureus resisten metisilin, S. epidermidis dan S. faecalis.

Sefalosporin Generasi Kedua (SG II)Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri Gram-positif dibandingkan dengan

generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif; misalnya H. influenzae, P. mirabilis, E. coli dan klebsiella. Terhadap P. aeruginosa dan enterokokus golongan ini tidak aktif. Untuk infeksi saluran empedu golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi. Sefoksitin aktif terhadap kuman anaerob.

Page 2: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Sefalosporin Generasi Ketiga (SG III)Golongan ini umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap

kokus Gram-positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Seftazidim dan sefoperazon aktif terhadap P. aeruginosa.

Sefalosporin Generasi Keempat (SG IV) Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, sefpirom) mempunyai spectrum aktivitas

lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase. Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga.

Sifat Umum

Farmakokinetik Dari sifat farmakokinetiknya sefalosporin dibedakan dalam 2 golongan. Sefaleksin,

sefradin, sefaklor, sefadroksil, lorakarbef, sefprozil, sefiksim, sefpodoksim proksetil, seftibuten dan sefuroksim aksetil yang dapat diberikan per oral karena diabsorpsi melalui saluran cerna. Sefalotin dan sefapirin umumnya diberikan secara IV karena menyebabkan iritasi local dan nyeri pada pemberian IM.

Sefalosporin lain yang diberikan secara suntikan IM atau IV. Beberapa sefalosporin generasi ketiga misalnya sefuroksim, seftriakson, sefepim, sefotaksim dan seftizoksim mencapai kadar yang tinggi di cairan serebrospinal (CSS), sehingga dapat bermanfaat untuk pengobatan meningitis purulenta. Selain itu sefalosporin juga melewati sawar darah uri, mencapai kadar tinggi di cairan sinovial dan cairan perikardium. Pada pemberian sistemik, kadar sefalosporin generasi ketiga di cairan mata relative tinggi, tetapi tidak mencapai vitreus. Kadar sefalosporin dalam empedu umumnya tinggi, terutama sefoperazon.

Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses sekresi tubuli, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi melalui empedu. Karena itu dosis sefalosporin umumnya harus dikurangi pada pasien insufisiensi ginjal. Probenesid mengurangi ekskresi sefalosporin, kecuali moksalaktam dan beberapa lainnya. Sefalotin, sefapirin dan sefotaksim mengalami deasetilasi; metabolit yang aktivitas antimikrobanya lebih rendah juga diekskresi melalui ginjal.

Sifat farmakokinetik berbagai preparat sefalosporin dapat dilihat pada Tabel 42-5.

Page 3: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Tabel 42-5. Beberapa Data Parmakokinetik Sefalosporin

Jenis sefalosporin Cara pemberianIkatan protein plasma (%)

t ½ plasma (jam)

Ekskresi dalam urin (%)

Generasi pertama: Sefalotin Sefazolin Sefradin Sefaleksin Sefadroksil

Generasi kedua Sefamandol Sefoksitin Sefaklor Sefuroksim Sefuroksim aksetil

Generasi ketiga Sefotaksim Moksalaktam Sefoperazon Seftizoksim Seftriakson Seftazidim Sefsulodin

IV dan IMIV dan IMOral, IV dan IMOralOral

IV dan IMIV dan IMOral IV dan IMOral

IV dan IMIV dan IMIV dan IMIV dan IMIV dan IMIV dan IMIV dan IM

708514

10-1520

7570-80

4033-

40-5040-5082-93

3083-9617-20

30

0,61,80,80,91,5

0,80,80,81,71,7

1,12,12,11,88

1,81,7

70-8095869090

85>85

60-85>85

-

90 (50)*90

30**90

60-8075-8565-70

Keterangan:* Jumlah kadar yang dieksresikan dalam bentuk asal** Ekskresi terutama melalui empedu, sekitar 70% dalam bentuk asal

Efek SampingReaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi, gejalanya mirip

dengan reaksi alergi yang ditimbulkan oleh penisilin. Reaksi mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi. Reaksi silang umumnya terjadi pada pasien dengan alergi penisislin berat, sedangkan pada alergi penisilin ringan atau sedang kemungkinannya kecil. Dengan demikian pada pasien dengan pasien alergi penisilin berat, tidak dianjurkan penggunaan sefalosporin atau kalau sangat diperlukan harus diawasi dengan sungguh-sungguh. Reaksi coombs sering timbul pada penggunaan sefalosporin dosis tinggi. Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia dapat timbul meskipun jarang.

Sefalosporin bersifat nefrotoksik, meskipun jauh lebih ringan dibandingkan dengan aminoglikosida dan polimiksin. Nekrosi ginjal dapat terjadi pada pemberian sefaloridin 4 g/hari (obat ini tidak beredar di Indonesia). Sefalosporin lain pada dosis terapi jauh kurang toksik dibandingkan dengan sefaloridin.

Page 4: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Kombinasi sefalosporin dengan gentamisin atau tobramisin mempermudah terjadinya nefrotoksisitas.

Diare dapat timbul terutama pada pemberian sefoperazon, mungkin karena ekskresinya terutama melalui empedu, sehingga mengganggu flora normal usus. Pemberian sefamandol, moksalaktam dan sefaperazon bersama dengan minuman beralkohol dapat menimbulkan reaksi seperti yang ditimbulkan oleh disulfiram. Selain itu dapat terjadi perdarahan hebat karena hipoprotrombinemia, dan/atau disfungsi trombosit, khususnya pada pemberian moksalaktam.

Indikasi KlinikSefalosporin generasi I sangat baik untuk mengatasi infeksi kulit dan jaringan lunak

oleh S. aureus dan S. pyogenes. Pada tindakn bedah untuk mencegah kontaminasi bakteri yang berasal dari flora kulit, pemberian dosis tunggal sefazolin sesaat sebelum tindakan dilakukan merupakan terapi profilaksis dengan hasil yang baik. Obat ini juga sangat efekstif untuk mengatasi infeksi oleh K. pneumoniae. Perlu mendapat perhatian bahwa SG I tidak dianjurkan untuk mengatasi infeksi sistemik yang berat.

Sefalosporin generasi II umumnya sudah digeser oleh SG III untuk mengatasi berbagai infeksi. Sefoksitin dan sefotetan memberikan hasil yang baik untuk mengatasi berbagai infeksi yang melibatkan bakteri Gram-negatif dan anerob (misalnya: B. fragilis), seperti pada infeksi intra-abdominal, penyakit radang pelvis dan pada diabetic foot.

Sefalosporin generasi III tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Provedencia, Serratia dan Haemophilus spesies. Seftriakson dewasa ini merupakan obat pilihan untuk semua bentuk gonore dan infeksi berat penyakit Lyme. Sebagai bagian dari 3 kombinasi dengan vankomisin dan ampisilin, sefotaksim atau seftriakson digunakan untuk pengobatan meningitis pada dewasa dan anak usia lebih dari 3 bulan (sampai penyebab infeksi diidentifikasi). Ketiga kombinasi ini merupakan obat pilihan untuk meningitis oleh H. influenzae, S. pneumoniae yang sensitive, N. meningitides dan bakteri enteric Gram-negatif. Seftazidim dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan untuk meningitis oleh P. aeruginosa. Untuk pengobatan pneumonia yang didapat dari masyarakat misalnya oleh pneumococcus atau S. aureus, sefotaksim dan seftriakson sangat efektif.

Sefalosporin generasi IV diindikasikan untuk terapi empiric infeksi nosokomial yang diantisipasi disebabkan oleh bakteri yang memproduksi betalaktamase dengan spektrum diperluas (extended spectrum betalactamase, ESBL) atau menginduksi betalaktamase-kromosomal. Misalnya terhadap isolate nosokomial Enterobacter, Citrobacter dan Serratia spp, sefepim lebih superior dibandingkan dengan seftazidim dan piperasilin.

MonografiDosis untuk obat-obat di bawah ini dapat dilihat pada Tabel 42-6.

Page 5: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Sefalosporin Generasi PertamaSefalotin. Obat ini tidak diserap melalui saluran cerna, sehingga hanya diberikan secara suntikan. Suntikan IM menyebabkan nyeri di tempat suntikan sehingga diberikan secara IV. Kadar puncak plasma darah mencapai 20 µg/mL dengan dosis 1 g secara IM. Seperti sefalosporin generasi pertama yang lain, sefalotin tidak mencapai cairan otak, sehingga tidak bermanfaat untuk terapi meningitis. Obat ini terikat pada protein plasma sebanyak 70% dan tersebar luas keseluruh jaringan dan cairan tubuh kecuali CSS. Pada pemberian dosis tunggal, sekitar 70% dieliminasi melalui sekresi tubuli ginjal, sebagian besar dalam bentuk utuh, dan 30% sisanya diekskresi sebagai metabolit diasetil. Waktu paruh sefalotin dalam serum 45-60 menit.

Penggunaan obat ini seyogyanya dibatasi hanya untuk penyakit infeksi berat oleh kuman tertentu, misalnya S. aureus dan Streptococcus (kecuali enterokokus), K. pneuoniae, E. coli dan P. mirabilis. Obat ini sangat tahan penisilinase yang dihasilkan oleh stafilokokus sehingga merupakan obat terpilih diantara sediaan sefalosporin untuk infeksi oleh S. aureus penghasil penisilinase. Selain itu juga sebagai alternatif penisilin untuk infeksi disebabkan kuman sensitif, pada pasien alergi penisilin. Terhadap klostridia, kokus Gram-positif anaerob dan fusobakteri cukup efektif, tetapi terhadap infeksi B. fragilis pada saluran cerna bagian bawah tidak aktif.

Efek samping. Walaupun dapat timbul reaksi Coomb positif langsung, jarang terjadi anemia hemolitik yang jelas. Syok anafilaktik, neutropenia dan leukositopenia juga jarang terjadi. Kenaikan kadar SGOT dan nitrogen urea darah (BUN) dapat terjadi, tetapi dapat kembali normal selama pengobatan masih berlangsung. Dapat timbul superinfeksi antara lain oleh P. aeruginosa. Bahaya nefrotoksisitas sangat kecil, sehingga tetap dapat digunakan pada pasien gangguan fungsi ginjal dengan dosis disesuaikan. Tromboflebitis dapat terjadi akibat pemberian IV. Pemberian intratekal tidak dianjurkan.

Posologi. Dosis pemberian IV dewasa: 2-12 g/hari, dilarutkan dalam larutan garam faal atau dekstrosa; Untuk suntikan IM dosis dewasa: 0,5-1 g, 4-6 kali sehari, untuk infeksi berat dapat sampai 2 g tiap 4 jam dengan total 12 g sehari; bayi dan anak: 80-160 mg/kg dibagi beberapa dosis.

Page 6: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Tabel 42-6. Panduan Dosis Sefalosporin, Karbapenem dan GlikopeptidaDosis pada gagal ginjal

CIcr kira-kira 50 mL/mnt

CIcr kira-kira 10 mL/mnt

Sefalosporin generasi pertama Sefadroksil (PO)

Sefaleksin

Sefadrin (PO) Sefazolin (IV)

Sefalosporin generasi kedua Sefoksitin (IV)

Sefotetan (IV) Sefuroksin (IV)

Sefuroksim aksetil (PO)

Sefalosporin generasi ketiga Sefatoksim (IV)

Seftazidim (IV)

Seftriakson (IV)

Sefalosporin generasi keempat Sefepim (IV)

Karbapenem Imipenem (IV) Meropenem (IV)

Glikopeptida Vankomisin (IV)

0,5-1 g/h-2x

0,25-0,5 g/4x

0,5-2 g/8 jam

1-2 g/6-8 jam

1-2 g/12 jam0,75-1,5 g/8 jam

0,25-0,5 g bid

1-2 g/6-12 jam

1-2 g/8-12 jam

1-4 g/24 jam

0,5-2 g/12 jam

0,25-0,5g/6-8jam1 g q8h (2 g/8 jam untuk meningitis)

30mg/kg/h dalam2-3 dosis

30 mg/kg/h dalam 2 dosis25-50 mg/kg/hdalam 4 dosis

25-100 mg/kg/hdalam 3-4 dosis

75-150 mg/kg/hdalam 3-4 dosis

50-100 mg/kg/hdalam 3-4 dosis0,125-0,25 g bid

50-200 mg/kg/hdalam 4-6 dosis75-150 mg/kg/hdalam 3 dosis50-100 mg/kg/hdalam 2 dosis

75-120 mg/kg/hdalam 2-3 dosis

60-120 mg/kg/hdalam 3 dosis(maks 2 g/8 jam)

40 mg/kg/h dalam3-4 dosis

100 mg/kg/hdalam 2 dosis100-150 mg/kg/hdalam 2-3 dosis50 mg/kg/htunggal

15 mg/kg load, Lalu 20 mg/kg/hdalam 2 dosis

50%

50%

50%

50-75%

50%66%

-

50%

50%

-

50%

75%66%

40%

25%

25%

25%

25%

25%25-33%

25%

25%

25%

-

25%

50%50%

10%

(1) Dosis total < dosis dewasa

Sefazolin. Spektrumnya mirip dengan sefalotin. Obat ini mencapai kadar sekitar lima kali lebih tinggi dari sefalotin yaitu 64 µg/mL setelah pemberian 1 g IM. Dalam darah sampai 85% dari dosis diikat oleh protein plasma. Waktu paruh plasma sekitar 1,8 jam.

Efek samping: mirip sefalotin.

Page 7: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Sefaleksin. Obat ini kurang aktif terhadap S. aureus penghasil penisilinase; dapat diberikan per oral dan tahan terhadap asam lambung. Makanan dalam lambung tidak mengganggu absorpsinya, tetapi memperlambat tercapainya kadar puncak. Kadar puncak darah mencapai 32 µg/mL pada dosis terapi. Ekskresinya sekitar 90% melalui urin dalam bentuk tetap. Waktu paruh sekitar 1 jam.

Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg dan suspensi oral 125 dan 250 mg/5 mL.

Sefradin. Struktur dan aktivitas in vitro mirip sefaleksin. Dapat diberikan per oral, IM maupun IV. Karena absorpsi melalui saluran cerna sangat cepat dan lengkap, maka kadar plasma yang dapat dicapai mendekati pemberian IM yaitu sekitar 10-18 µg/mL sesudah pemberian 0,5 g per oral atau secara IM.

Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg, suspensi oral 125 dan 250 mg/5 mL, bubuk obat suntik 0,25; 0,5; 1 dan 2 g.

Sefadroksil. Obat ini merupakan derivat parahidroksi sefaleksin. Efek in vitro mirip sefalektin, tetapi kadar plasma agak lebih tinggi.

Sefalosporin Generasi KeduaSefamandol. Dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama, obat ini lebih aktif terhadap bakteri Gram-negatif tertentu, terutama H. influenzae, spesies Enterobacter, Proteus indol positif, E. coli dan spesies Klebsiella. Sebagian besar kokus Gram-positif sensitif terhadapnya. Waktu paruh 45 menit dan diekskresi melalui saluran kemih. Pada pemberian dosis 1 g IM, kadar plasma mencapai 36 µg/mL.

Sefoksitin. Sefamisin dihasilkan oleh Streptomyces lactamdurans. Obat ini kurang aktif terhadap spesies Enterobacter dan H. influenzae, dibanding sefamandol. Terhadap kuman Gram-positif juga kurang aktif bila dibandingkan dengan sefamandol dan sefalosporin generasi pertama. Tetapi obat ini lebih aktif dari sefalosporin generasi pertama dan generasi kedua yang lain terhadap kuman anaerob, misalnya B. fragilis.

Obat ini diindikasikan terutama untuk infeksi oleh kuman anaerobik atau campuran kuman aerobik dan anaerobik, misalnya penyakit radang pelvis dan abses paru-paru.

Obat ini tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 1,2 dan 10 g.

Sefaklor. Kadar plasma setelah pemberian oral mencapai sekitar 50% kadar sefaleksin dengan dosis yang sama. Terhadap H. influenzae, sefaklor lebih aktif daripada generasi pertama.

Sefuroksim. Sefuroksim sangat mirip sefamandol dalam struktur kimia dan aktivitas antibakteri in vitro. Waktu paruh 1,7 jam dan diberikan tiap 8 jam. Kadar dalam cairan serebrospinal sekitar 10% kadar plasma dalam dan ini efektif untuk pengobatan meningitis oleh H. influenzae (termasuk yang resisten meningitis), N. meningitis dan S. pneumoniae.

Sediaan sefalosporin generasi kedua lainnya mirip sefamandol, tetapi umumnya kurang aktif terhadap H. influenzae.

Page 8: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Sefalosporin Generasi KetigaSefotaksim. Obat ini sangat aktif terhadap berbagai kuman Gram-positif maupun Gram-negatif aerobik. Aktivitasnya terhadap B. fragilis sangat lemah dibandingkan dengan klindamisin dan metronidazol. Waktu paruh plasma sekitar 1 jam dan diberikan tiap 6 sampai 12 jam. Metabolitnya ialah desasetilsefotaksim yang kurang aktif. Obat ini efektif untuk pengobatan meningitis oleh bakteri Gram-negatif. Sefotaksim tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 1,2 dan 10 g.

Moksalaktam. Struktur kimia berbentuk oksabetalaktam yang terbentuk dari substitusi oksigen dengan atom sulfur pada nukleus sefem. Dibandingkan dengan sefotaksim, obat ini kurang aktif terhadap kuman Gram-positif, H. influenzae dan Enterobacteriaceae, tetapi lebih aktif terhadap P. aeruginosa dan B. fragilis. Waktu paruh sekitar 2 jam dan diekskresi melalui saluran kemih dalam bentuk asal.

Efek samping yang dapat fatal, yaitu perdarahan, kemungkinan disebabkan moksalaktam dapat mengganggu hemostasis akibat hipoprotrombinemia dan disfungsi trombosit. Dianjurkan untuk memberikan profilaksis vitamin K 10 mg/minggu pada penggunaan moksalaktam. Karena disfungsi trombosit berhubungan dengan besarnya dosis, maka pasien dengan fungsi ginjal normal yang mendapat dosis 4 g/hari selama lebih dari 3 hari dianjurkan untuk memonitor waktu perdarahan. Dosis lazim obat ini ialah 2-4 g IM atau IV tiap 8-12 jam. Dosis untuk anak ialah 150-200 mg/kgBB/hari yang dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis obat harus dikurangi pada keadaan gagal ginjal. Moksalaktam tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 1,2 dan 10 g.

Seftriakson. Obat ini umumnya aktif terhadap kuman Gram-positif, tetapi kurang aktif dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama. Waktu paruhnya mencapai 8 jam. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali sehari. Obat ini sekarang merupakan pilihan utama untuk uretritis oleh gonokokus tanpa komplikasi. Jumlah seftriakson yang terikat pada protein plasma umumnya sekitar 83-96%. Pada peningkatan dosis, persentase yang terikat protein menurun cepat. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0,25; 0,5; dan 1 g.

Sefoperazon. Obat ini lebih aktif terhadap P. aeruginosa dibandingkan dengan sefoktasim dan moksalaktam. Waktu paruhnya sekitar 2 jam. Ekskresinya terutama melalui saluran empedu. Karena itu bila ada gangguan fungsi ginjal dosis tidak perlu diubah. Namun pada gangguan fungsi hati hal ini perlu mendapat perhatian. Kadar puncak pada pemberian IV bervariasi dari 250 mg/mL setelah infus 2 g selama 20 menit sampai 375 mg/mL setelah suntikan bolus IV dengan jumlah yang sama. Pada pemberian IM kadar puncak dicapai 1 jam sesudah pemberian yaitu sekitar sepertiga sampai setengah kadar yang dapat dicapai dengan pemberian infus IV. Kadar tertinggi terdapat di dalam empedu. Pada meningitis, kadar dalam cairan serebrospinal dapat mencapai kadar antibakteri. Selain itu sefoperazon dapat melewati sawar uri.

Page 9: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Semua efek samping sefalosporin yang umum, dapat timbul pada pemberian sefoperazon. Gejala seperti sindrom disulfiram terjadi pada peminum alkohol selama menggunakan obat ini, antara lain mual, muntah, diare, tekanan darah meningkat dan flush. Hipoprotrombinemia dapat terjadi pada penggunaan obat ini, tetapi dapat diatasi dengan vitamin K. Bila terjadi alergi berat, diatasi dengan pemberian antara lain epinefrin dan kortikosteroid bila perlu. Pada wanita hamil keamanan penggunaan obat ini belum diketahui secara pasti. Dosis lazim obat ini untuk orang dewasa ialah 1,5-4 g/6-8 jam/hari IM atau IV. Dosis untuk anak ialah 100-150 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 2 atau 3 dosis. Dosis obat tidak perlu disesuaikan pada keadaan gagal ginjal. Sefoperason tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 1 dan 2 g.

Seftazidim. Aktivitas seftazidin terhadap bakteri Gram-posistif tidak sebaik sefotaksim. Yang jelas menonjol ialah aktivitasnya terhadap P. aeruginosa, jauh melebihi sefotaksim, sefsulodin dan piperasilin. Seftazidim tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0,5; 1 dan 2 g.

Sefiksim. Sefiksim adalah suatu sefalosporin generasi ketiga yang dapat diberikan secara oral.

Spektrum aktivitas antibakteri. In vitro, obat ini stabil terhadap berbagai jenis betalaktamase dan mempunyai spektrum antibakteri menyerupai spektrum sefotaksim. Sefiksim tidak aktif terhadap S. aureus, enterokokus (misalnya E. faecalis), pneumokokus yang resisten terhadap penisilin, pseudomonas, L. monocytogenes, Acinetobacter dan B. fragilis.

Sefiksim digunakan untuk terapi otitis media akut, bronchitis akut, infeksi saluran kemih oleh kuman yang sensitif, dan gonore.

Efek samping sefiksim umumnya ringan. Yang tersering ialah diare (16%) dan keluhan saluran cerna lainnya.

Absorpsi sefiksim melalui oral berjalan lambat dan tidak lengkap. Bioavailabilitas absolute sekitar 40% sampai 50%. Dalam bentuk suspensi obat ini diserap lebih baik dari bentuk tablet. Kadar tinggi terdapat pada empedu dan urin.

Sefiksim diekskresi terutama melalui ginjal. Ekskresi melalui empedu sekitar 10% dari dosis. Obat ini tidak dimetabolisme. Waktu paruh eliminasi dalam serum antara 3 sampai 4 jam, dapat memanjang pada kelainan fungsi ginjal. Obat ini tidak bias dikeluarkan dari tubuh dengan hemodialisis atau dialisis peritoneal.

Dosis oral untuk dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 50 kg ialah 200-400 mg sehari yang diberikan dalam 1-2 dosis. Untuk anak dengan berat badan < 50 kg diberikan suspensi dengan dosis 8 mg/kg sehari. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 200 dan 400 mg, serta suspensi oral 100 mg/5 mL.

Sefalosporin generasi keempat. Sefepim dan sefpirom merupakan derivate sefaloporin generasi keempat. Sefepim relatif resisten terhadap betalaktamase tipe I kromosomal dan beberapa betalaktamase dengan spektrum diperluas (ESBL).

Page 10: Sefalosporin

Materi Kuliah. Sefalosporin.Bgn.Farmakologi.F.K. J.A.Najoan., dr.MKes.SpFk.

Dengan demikian obat ini aktif terhadap berbagai Enterobacteriaceae yang resisten terhadap sefalosporin lain karena induksi betalaktamase tipe I. Terhadap P. aeruginosa sefepim sebanding dengan seftazidin, terhadap bakteria Gram-negatif (H. Influenzae, N. gonorrhoeae, dan N. meningitis) sebanding dengan sefotaksim. Pada hewan coba dengan meningitis, penetrasi obat ini ke dalam cairan otak cukup tinggi.