3
Sejarah FRESHT versi Gregori Hernando FRESHT itu apa? Dulu bukan FRESHT namanya, melainkan timkes HIMIKA. Kita dulu di divisi ini berjumlah 12 orang dari prodi keperawatan semua tentunya. Seiring berjalanya waktu satu persatu anggota dari divisi ini mulai pasif, ada yang sudah bersemester tinggi, ada yang ikut ikutan meramaikan saja, ada juga yang diangkat ke divisi lain bahkan ada juga yang dilempar ke divisi ini . Kebetulan didivisi ini diamanahi menjadi wakilnya Mas Andri jadi mau gak mau harus menikmati, Evina jadi sekretaris, Tika jadi bendahara, Mbak Tyna sama Mas Tegu menjadi Koordinator Pengabmas danEmergency. Selama jadi wakil, menstimulus saya untuk kepo lebih banyak tentang organisasi dan tentunya divisi ini sendiri, saya jadi lebih tahu bagaimana hubungan antar divisi i lain dan apa yang spesial dari divisi ini. Yang saya tahu waktu itu divisi ini sering ditunjuk kampus untuk melengkapi personel pengabmas kampus, punya proker tapi terencana di interna kampus aja. Selain itu saya juga tahu dari sesepuh timkes kalau timkes ingin memisahkan diri dari HIMIKA itu dari dulu bukan dari generasi saya ternyata. Menurut yang diceritakan, waktu itu mereka ingin memisahkan dan disetujui kampus hanya sebatas ‘iya iya aja” jadi kesannya kurang kuat dalam mendukung sehingga gagal dalam memisahkan. Dari cerita itu saya dapat mengaitkan kenapa muncul PIK-M dan juga dapat mengaitkan dekade Mas Ridwan sejak memimpin IMM . Waktu itu saya hanya sebatas cukup tahu aja dan menikamatinya ceritanya tapi lama kelamaan refrensi yang diceritakan itu seolah olah mereinkarnasi dan membisiki untuk membuat cerita baru. Dalam menjalani divisi ini ada kesan seperti kecemburan sosial dari divisi lain seolah olah dianak tirikan. jadi terkesan timkes itu mengeblok sendiri, padahal yang saya tahu kami tidak berniat seperti itu hanya saja kami sering jalan bareng ,jadi pada saat rapat wajar saja tidak sengaja duduk barengan. Ada saat itu kita tidak hadir rapat koordinasi di karenakan kita ada rapat proker yang tejadwal lebih dulu, namun tetap saja memdapat buah bibir, stigma buruk dari orang lain. Masih banyak lagi sebenarnya yang menjadi latar tidak mengenakkan seperti sering terjadinya miskomunikasi jarkom tentang rapat. Dari zona masalah masalah interna organisasi sudah tidak lagi nyaman dirasakan, namun kita tetap menjalani sesuai prosedur dan tetap menikmati saja.

Sejarah FRESHT Versi Gregory Hernando

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sejarah FRESHT Versi Gregory Hernando

Citation preview

Sejarah FRESHT versi Gregori Hernando FRESHT itu apa? Dulu bukan FRESHT namanya, melainkan timkes HIMIKA. Kita dulu di divisi ini berjumlah 12 orang dari prodi keperawatan semua tentunya. Seiring berjalanya waktu satu persatu anggota dari divisi ini mulai pasif, ada yang sudah bersemester tinggi, ada yang ikut ikutan meramaikan saja, ada juga yang diangkat ke divisi lain bahkan ada juga yang dilempar ke divisi ini . Kebetulan didivisi ini diamanahi menjadi wakilnya Mas Andri jadi mau gak mau harus menikmati, Evina jadi sekretaris, Tika jadi bendahara, Mbak Tyna sama Mas Tegu menjadi Koordinator Pengabmas danEmergency.Selama jadi wakil, menstimulus saya untuk kepo lebih banyak tentang organisasi dan tentunya divisi ini sendiri, saya jadi lebih tahu bagaimana hubungan antar divisi i lain dan apa yang spesial dari divisi ini. Yang saya tahu waktu itu divisi ini sering ditunjuk kampus untuk melengkapi personel pengabmas kampus, punya proker tapi terencana di interna kampus aja. Selain itu saya juga tahu dari sesepuh timkes kalau timkes ingin memisahkan diri dari HIMIKA itu dari dulu bukan dari generasi saya ternyata. Menurut yang diceritakan, waktu itu mereka ingin memisahkan dan disetujui kampus hanya sebatas iya iya aja jadi kesannya kurang kuat dalam mendukung sehingga gagal dalam memisahkan. Dari cerita itu saya dapat mengaitkan kenapa muncul PIK-M dan juga dapat mengaitkan dekade Mas Ridwan sejak memimpin IMM . Waktu itu saya hanya sebatas cukup tahu aja dan menikamatinya ceritanya tapi lama kelamaan refrensi yang diceritakan itu seolah olah mereinkarnasi dan membisiki untuk membuat cerita baru.Dalam menjalani divisi ini ada kesan seperti kecemburan sosial dari divisi lain seolah olah dianak tirikan. jadi terkesan timkes itu mengeblok sendiri, padahal yang saya tahu kami tidak berniat seperti itu hanya saja kami sering jalan bareng ,jadi pada saat rapat wajar saja tidak sengaja duduk barengan. Ada saat itu kita tidak hadir rapat koordinasi di karenakan kita ada rapat proker yang tejadwal lebih dulu, namun tetap saja memdapat buah bibir, stigma buruk dari orang lain. Masih banyak lagi sebenarnya yang menjadi latar tidak mengenakkan seperti sering terjadinya miskomunikasi jarkom tentang rapat. Dari zona masalah masalah interna organisasi sudah tidak lagi nyaman dirasakan, namun kita tetap menjalani sesuai prosedur dan tetap menikmati saja.Pada tanggal 15-17 Februari 2014 saya ditunjuk kampus dalam rangka Tanggap Darurat Erupsi Gunung Kelud, kediri, Jawa Timur. Awalnya sempat minder dengan tunjukan tersebut dan merasa masih gerogi takut salah dalam melayani namun setelah dijalani ternyata membawa banyak pengalaman. Pada erupsi ini yang dikirim hanya mahasiswa laki laki saja oleh kampus dengan pertimbangan mahasiswi itu perlu banyak pertimbangan dari ortu, keamanan dan lain sebagainya. Pada saat disana saya jadi kenal dengan dosen dari prodi lain, dari situlah saya mendapat semacam pertanyaan kecemburuan dari dosen Fisiotrapi dan juga Bidan. Seolah olah perbincangan itu menekankan prodi lain itu juga perlu dilibatkan dalam bidang bencana jadi terciptanya semacam TimKesahatan. Pada saat berangkat kesana, saya dikenalkan dengan salah satu anggota MDMC yang juga ikut konvoi perjalan ke Gunung Kelud, dan disitulah pertama kali saya bertanya tanya ini organisasi apa? Apa bedanya dengan BPBN?

Sepulang dari itu pada tanggal 22-23 Februari 2014 saya juga ditunjuk Tanggap Darurat Erupsi Gunung Kelud di BPBD DIY. Disana seperti menjadi timkes tim BPBD. Tidak disangka sebelumnya saya pernah bertanya tanya apa itu BPBN/BPBD ternyata dari situ saya juga mendapat refrensi apa itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah sembari menjadi timkes saya juga menjadi pendengar tentang pengalaman-pengalam tim disana dalam menghadapi bencana. Dari berbagai refrensi saya dapat menyimpulkan bahwa jogja ini perlu adanya organisasi mahasiswa yang tanggap bencana, terutama di bidang kesehatan. Karena keseringan merapat ke kampus kita lebih cepat tahu tentang info-info dari luar kampus dan sering mewakili undangan juga baik dari Pimpinan Muhammadiyah sampai dari organisasi lain. Kebetulan saya ditunjuk untuk menghadiri Mitigasi Bencana di Lingkungan Sekolah pada tanggal 26 april 2014 di Aula PDM kota Yogyakarta. MDMC, Muhammadiyah Disaster Management Center mengundang semua ortonom muhammadiyah yang ada di jogja. Kita berdiskusi tentang bencana yang sering terjadi, mitigasi bencana, disaster management dan kekuatan personil jika terjadi bencana di jogja. Pada tanggal inilah menjawab pertanyaan apa yang dulu saya pertanyakan tentang MDMC. Sudah cukup banyak refrensi yang saya dapatkan mengenai Tanggap Darurat.Di hari-hari biasa dikampus saya bertemu dengan Mas I am yang dulunya juga anak Timkes namun pada saat itu dia sudah menjadi petinggi IMM, disitu saya diceritakan bahwa kampus perlu laki laki yang bisa sering ikut pelatihan tanggap bencana. Tentunya saya senang sekali mendapatkan info tersebut namun setelah saya respon antusias ingin ikut ternyata infonya masih pasif dan saya langsung pertanyakan ke kampus apabenar ini ada. Dilain hari hari dikampus sebelumnya saya sempat melihat di lift ada mobil cap MDMC di parkiran, sempat bertanya kenapa mobil ini kekampus namun disibukan kuliah jadi dilewati sajalah. Pada saat saya bertanya disitu saya dijelaskan, oleh salah satu kemahasiswaan bahwa memang ada info tersebut dari MDMC langsung yang meminta, tetapi yang saya simpulkan disitu ternyata kampus menginginkan dan sudah menunggu sejak lama kapan berdirinya organisasi tanggap darurat bencana.