1
[JAKARTA] Sejumlah per- ubahan yang telah dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dalam memimpin Pemprov DKI Jakarta, meru- pakan bentuk totalitas pela- yanan kepada publik. Selain itu, langkah tersebut dinilai sebagai strategis manakala peran masyarakat dirasa kurang aktif. Untuk itu, disa- rankan agar Pemprov men- cari cara untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam turut membangun kota, tidak semua hal diserahkan kepada petugas di lapangan. Demikian pandangan pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/4). Dia melihat, partisipasi warga Jakarta untuk menjaga dan memiliki kota masih rendah. Kekosongan partisipasi publik untuk terlibat dalam pembangunan kota ataupun menjaga kota agar tetap bersih dan indah, membuat Pemprov DKI Jakarta mela- kukan intervensi dengan menghadirkan pasukan ora- nye, biru, hijau, dan kini merah. “Perubahan tidak bisa sekejap apalagi jika masya- rakatnya tidak terlibat. Kehadiran pasukan-pasukan yang dimiliki Pemprov ini seharusnya juga tidak mem- buat masyarakat menjadi manja karena segala hal sudah ada yang mengurus,” ujarnya. Dia menegaskan, apa yang dilakukan Ahok-Djarot adalah bukti bahwa pemerintah hadir untuk rakyat, untuk memper- cepat penanganan masalah. Namun, hal itu semua seha- rusnya tidak membuat warga DKI Jakarta melupakan pen- tingnya kesadaran untuk peduli kepada sesama dan lingkungan sekitar. Misalnya, membangun kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan, membangun kesadaran untuk bergotong royong memperbaiki rumah tetangga yang tidak mampu yang nyaris roboh. “Warga DKI Jakarta jangan manja. Apa yang dilakukan Ahok-Djarot saat ini adalah untuk mendorong masyarakat untuk mau turut berperan serta membangun Jakarta bersama. Di sinilah warga juga harus sadar,” kata Yayat. Pendekatan ke Swasta Senada dengan Yayat, pengamat tata kota Nirwono Joga menilai, partisipasi warga DKI Jakarta untuk memba- ngun kotanya dan menjaga kota ini masih rendah. Nirwono mencontohkan, masih banyak warga yang abai akan pentingnya men- jaga trotoar agar tetap men- jadi nyaman bagi pejalan kaki dan bukannya digunakan untuk PKL ataupun sepeda motor. “Masih banyak juga warga yang membuang sampah begitu saja dari dalam mobil dengan asumsi nanti pasti dibersihkan oleh pasukan oranye. Ini salah. Tidak ada rasa memiliki atau menjaga kota jika hal seperti ini masih banyak kita temukan,” ujarnya. Selain itu, apa yang telah dilakukan Ahok-Djarot selama ini, menurut Nirwono, sudah maksimal dalam melakukan pendekatan kepada pihak swasta untuk menyalurkan dana CSR-nya. Sejumlah proyek pembangunan yang dilakukan di Jakarta tak terle- pas dari CSR yang diberikan sektor swasta. Misalnya, pembangunan sejumlah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). “Ini bagus. Saya apresi- asi. Namun juga jangan sampai membuat APBD menjadi tidak terserap mak- simal. Ada dana APBD tapi tidak dimanfaatkan. Ini kan salah. Penyerapan saat ini berkisar 45%. Banyak pejabat yang takut terjerat korupsi jika memanfaatkan dana APBD,” papar Nirwono. [RIA/A-17] 3 Suara Pembaruan Selasa, 11 April 2017 Utama [JAKARTA] Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menyebutkan pihaknya memprioritaskan pelayanan publik, karena hal tersebut sangat penting untuk men- jadikan Jakarta menjadi kota yang adil bagi masyarakat- nya. “Tanpa pelayanan yang baik, semua program tidak akan berjalan sesuai target,” ujarnya, kepada SP, Senin (10/4). Ia mengatakan, pelayan- an publik kepada masyara- kat penting dilakukan ter- utama dalam mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat. Beberapa hal yang sudah dilakukannya di DKI ter- kait dengan pelayanan publik, katanya, bertujuan untuk itu. “Ini dalam rangka mewujudkan keadilan sosi- al bagi seluruh warga Jakarta,” jelasnya. Senada dengan itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta nonaktif Djarot Saiful Hidayat menjelaskan, agar pelayanan publik semakin baik, selama ini dirinya bersama Ahok kerap turun ke lapangan, dan mendengar masukan warga. “Selalu ketika turun ke lapangan, kami mengecek juga kan pelayanan publik, mulai PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) sampai melihat apakah masih ada oknum Pemprov DKI yang malak-malak warga,” kata- nya, seusai menghadiri acara Jakarta Berzikir di Jalan Datok Tonggara, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (11/4). Oleh karenanya, Djarot mengaku bersyukur ketika ada oknum lurah yang tertangkap tangan melaku- kan pungutan liar (pungli). “Saya bersyukur kemarin ada yang menangkap tangan salah satu oknum lurah. Kalau sudah seperti itu langsung kita pecat,” tan- dasnya. Dengan adanya kasus ini, mantan Wali Kota Blitar ini menyadari perubahan mindset, paradigma, dan kultur dalam birokrasi Pemprov DKI masih belum sepenuhnya berhasil. “Karena untuk mengubah semua itu membutuhkan proses panjang. Padahal kita sudah sepakati gaji PNS DKI kita naikkan. Kesejahteraan betul-betul kita tingkatkan dengan membuat satu sistem TKD (Tunjangan Kinerja Daerah). Sehingga kalau ada mereka yang seperti itu tidak ada ampun. Nah ini pelayanan publik yang sedang kami bangun,” ujarnya. Pelayanan publik yang juga sedang dikembangkan termasuk kecepatan dalam menyelesaikan persoalan dengan membentuk berbagai pasukan. “Intinya, pelayan- an kami cek semua, termasuk kecepatan kita dalam mela- yani orang sakit kalau ada yang sakit,” tuturnya. [LEN/D-14] Jakarta Butuh Partisipasi Publik Pelayanan Publik untuk Keadilan Sosial Basuki Tjahaja Purnama FOTO-FOTO:ANTARA Djarot Saiful Hidayat

Selasa, 11 April 2017 Utama Jakarta Butuh Partisipasi Publikgelora45.com/news/SP_20170411_03.pdfpartisipasi rakyat dalam turut membangun kota, tidak semua hal diserahkan kepada petugas

Embed Size (px)

Citation preview

[JAKARTA] Sejumlah per-ubahan yang telah dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dalam memimpin Pemprov DKI Jakarta, meru-pakan bentuk totalitas pela-yanan kepada publik. Selain itu, langkah tersebut dinilai sebagai strategis manakala peran masyarakat dirasa kurang aktif. Untuk itu, disa-rankan agar Pemprov men-cari cara untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam turut membangun kota, tidak semua hal diserahkan kepada petugas di lapangan.

Demikian pandangan pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/4). Dia melihat, partisipasi warga Jakarta untuk menjaga dan memiliki kota masih rendah.

Kekosongan partisipasi publik untuk terlibat dalam pembangunan kota ataupun menjaga kota agar tetap bersih dan indah, membuat Pemprov DKI Jakarta mela-kukan intervensi dengan menghadirkan pasukan ora-nye, biru, hijau, dan kini merah. “Perubahan tidak bisa sekejap apalagi jika masya-rakatnya tidak terlibat. Kehadiran pasukan-pasukan yang dimiliki Pemprov ini seharusnya juga tidak mem-buat masyarakat menjadi manja karena segala hal sudah ada yang mengurus,” ujarnya.

Dia menegaskan, apa yang dilakukan Ahok-Djarot adalah bukti bahwa pemerintah hadir untuk rakyat, untuk memper-cepat penanganan masalah. Namun, hal itu semua seha-rusnya tidak membuat warga DKI Jakarta melupakan pen-tingnya kesadaran untuk peduli kepada sesama dan lingkungan sekitar. Misalnya, membangun kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan, membangun kesadaran untuk bergotong royong memperbaiki rumah tetangga yang tidak mampu yang nyaris roboh.

“Warga DKI Jakarta jangan manja. Apa yang dilakukan Ahok-Djarot saat ini adalah untuk mendorong masyarakat untuk mau turut berperan serta membangun Jakarta bersama. Di sinilah warga juga harus sadar,” kata Yayat.

Pendekatan ke SwastaSenada dengan Yayat,

pengamat tata kota Nirwono Joga menilai, partisipasi warga DKI Jakarta untuk memba-ngun kotanya dan menjaga kota ini masih rendah. Nirwono mencontohkan, masih banyak warga yang abai akan pentingnya men-jaga trotoar agar tetap men-jadi nyaman bagi pejalan kaki dan bukannya digunakan

untuk PKL ataupun sepeda motor.

“Masih banyak juga warga yang membuang sampah begitu saja dari dalam mobil dengan asumsi nanti pasti dibersihkan oleh pasukan oranye. Ini salah. Tidak ada rasa memiliki atau menjaga kota jika hal seperti ini masih banyak kita temukan,” ujarnya.

Selain itu, apa yang telah dilakukan Ahok-Djarot selama ini, menurut Nirwono, sudah maksimal dalam melakukan pendekatan kepada pihak swasta untuk menyalurkan dana CSR-nya. Sejumlah proyek pembangunan yang dilakukan di Jakarta tak terle-pas dari CSR yang diberikan sektor swasta. Misalnya, pembangunan sejumlah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).

“Ini bagus. Saya apresi-asi. Namun juga jangan sampai membuat APBD menjadi tidak terserap mak-simal. Ada dana APBD tapi tidak dimanfaatkan. Ini kan salah. Penyerapan saat ini berkisar 45%. Banyak pejabat yang takut terjerat korupsi jika memanfaatkan dana APBD,” papar Nirwono. [RIA/A-17]

3Sua ra Pem ba ru an Selasa, 11 April 2017 Utama

[JAKARTA] Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menyebutkan pihaknya memprioritaskan pelayanan publik, karena hal tersebut sangat penting untuk men-jadikan Jakarta menjadi kota yang adil bagi masyarakat-nya.

“Tanpa pelayanan yang baik, semua program tidak akan berjalan sesuai target,” ujarnya, kepada SP, Senin (10/4).

Ia mengatakan, pelayan-an publik kepada masyara-kat penting dilakukan ter-utama dalam mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat. Beberapa hal yang sudah dilakukannya di DKI ter-kait dengan pelayanan publik, katanya, bertujuan untuk itu.

“Ini dalam rangka mewujudkan keadilan sosi-al bagi seluruh warga Jakarta,” jelasnya.

Senada dengan itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta nonaktif Djarot Saiful

Hidayat menjelaskan, agar pelayanan publik semakin baik, selama ini dirinya bersama Ahok kerap turun ke lapangan, dan mendengar masukan warga.

“Selalu ketika turun ke lapangan, kami mengecek juga kan pelayanan publik, mulai PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) sampai melihat apakah masih ada oknum Pemprov DKI yang malak-malak warga,” kata-nya, seusai menghadiri acara

Jakarta Berzikir di Jalan Datok Tonggara, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (11/4).

Oleh karenanya, Djarot mengaku bersyukur ketika ada oknum lurah yang tertangkap tangan melaku-kan pungutan liar (pungli). “Saya bersyukur kemarin ada yang menangkap tangan salah satu oknum lurah. Kalau sudah seperti itu langsung kita pecat,” tan-dasnya.

Dengan adanya kasus ini, mantan Wali Kota Blitar ini menyadari perubahan mindset, paradigma, dan kultur dalam birokrasi Pemprov DKI masih belum sepenuhnya berhasi l . “Karena untuk mengubah semua itu membutuhkan proses panjang. Padahal kita sudah sepakati gaji PNS D K I k i t a n a i k k a n . Kesejahteraan betul-betul kita tingkatkan dengan membuat satu sistem TKD (Tunjangan Kinerja Daerah). Sehingga kalau ada mereka yang seperti itu tidak ada ampun. Nah ini pelayanan publik yang sedang kami bangun,” ujarnya.

Pelayanan publik yang juga sedang dikembangkan termasuk kecepatan dalam menyelesaikan persoalan dengan membentuk berbagai pasukan. “Intinya, pelayan-an kami cek semua, termasuk kecepatan kita dalam mela-yani orang sakit kalau ada yang sakit,” tuturnya.[LEN/D-14]

Jakarta Butuh Partisipasi Publik

Pelayanan Publik untuk Keadilan Sosial

Basuki Tjahaja Purnamafoto-foto:antara

Djarot Saiful Hidayat