2
1 2.5.1 Seting Perilaku - Zenit 2.5.1 Seting Perilaku (Behavior Set- ting) (2) Haryadi & Setiawan, B. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. (26-28) B ehavior setting dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu in- teraksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang spesifik. Den- gan demikian, behavior setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, aktifitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan, serta waktu spesifik saat kegiatan tersebut dilaksanakan. Contoh dari behavior setting ini dapat dijumpai dimana-mana dalam kehidupan sehari-hari seperti di dalam suatu seting bank, kelas, ruang tunggu angkutan umum, kelompok bermain (play group), pasar kecil, sederet penjual kaki lima, dan banyak lagi. Istilah behav- ior setting pertama kali diperkenalkan oleh Barker, pelopor kajian ecologi- cal psychology, sekitar tahun 1950-an. Bersama Wright, dalam studi mereka tentang perilaku anak-anak di berbagai lokasi yang berbeda (misalnya : seko- lah minggu, tempat olahraga, tempat bermain dll), mereka menemukan pola perilaku yang unik dan spesifik terkait secara khusus dengan unsur-unsur fisik atau seting yang ada. Berdasar studi ini, mereka mengembangkan metode be- havior settting untuk mengkaji kaitan antara perilaku dan sistem seting. Hasil- hasil kajian mereka kemudian, dituangkan oleh Barker dalam satu buku yang cukup monumental di bidang kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, yakni ecological psychology terbit pada tahun 1969. Apa yang menjadi penekanan dalam kajian behavior setting adalah bagaimana kita dapat mengidentifikasi- kan perilaku-perilaku yang secara konstan atau berkala muncul pada situasi tempat atau seting tertentu. Tumbuh di bawah kajian psikologi lingkungan, kajian behavior setting berupaya mengembangkan metode-metode yang ditu- jukan untuk mengidentifikasi dan mengukur perilaku-perilaku individu yang konstan. Dalam banyak kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, istilah be- havior setting dijabarkan dalam dua istilah yakni sistem of setting dan sistem of activity, dimana keterkaitan antara keduanya membentuk satu behavior setting tertentu. System of setting atau sistem tempat atau ruang diartikan sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu. Con- toh dari seting adalah ruang yang dimanfaatkan sebagai ruang untuk pameran, ruang terbuka atau trotoar yang ditata untuk berjualan kaki lima. Sementara itu system of activity atau sistem kegiatan diartikan sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Con- tohnya adalah rangkaian persiapan dan pelayanan di dalam suatu restoran atau rangkaian upacara perkawinan dengan adat Jawa. Dipakainya istilah sistem dalam dua definisi di atas menegaskan bahwa di antara beberapa unsur

Seting Perilaku - Zenit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ebook

Citation preview

  • 12.5.1 Seting Perilaku - Zenit

    2.5.1 Seting Perilaku (Behavior Set-ting)

    (2) Haryadi & Setiawan, B. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta. (26-28)

    Behavior setting dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu in-teraksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang spesifik. Den-gan demikian, behavior setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan, aktifitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan, serta waktu spesifik saat kegiatan tersebut dilaksanakan. Contoh dari behavior setting ini dapat dijumpai dimana-mana dalam kehidupan sehari-hari seperti di dalam suatu seting bank, kelas, ruang tunggu angkutan umum, kelompok bermain (play group), pasar kecil, sederet penjual kaki lima, dan banyak lagi. Istilah behav-ior setting pertama kali diperkenalkan oleh Barker, pelopor kajian ecologi-cal psychology, sekitar tahun 1950-an. Bersama Wright, dalam studi mereka tentang perilaku anak-anak di berbagai lokasi yang berbeda (misalnya : seko-lah minggu, tempat olahraga, tempat bermain dll), mereka menemukan pola perilaku yang unik dan spesifik terkait secara khusus dengan unsur-unsur fisik atau seting yang ada. Berdasar studi ini, mereka mengembangkan metode be-havior settting untuk mengkaji kaitan antara perilaku dan sistem seting. Hasil-hasil kajian mereka kemudian, dituangkan oleh Barker dalam satu buku yang cukup monumental di bidang kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, yakni ecological psychology terbit pada tahun 1969. Apa yang menjadi penekanan dalam kajian behavior setting adalah bagaimana kita dapat mengidentifikasi-kan perilaku-perilaku yang secara konstan atau berkala muncul pada situasi tempat atau seting tertentu. Tumbuh di bawah kajian psikologi lingkungan, kajian behavior setting berupaya mengembangkan metode-metode yang ditu-jukan untuk mengidentifikasi dan mengukur perilaku-perilaku individu yang konstan.

    Dalam banyak kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, istilah be-havior setting dijabarkan dalam dua istilah yakni sistem of setting dan sistem of activity, dimana keterkaitan antara keduanya membentuk satu behavior setting tertentu. System of setting atau sistem tempat atau ruang diartikan sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu. Con-toh dari seting adalah ruang yang dimanfaatkan sebagai ruang untuk pameran, ruang terbuka atau trotoar yang ditata untuk berjualan kaki lima. Sementara itu system of activity atau sistem kegiatan diartikan sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Con-tohnya adalah rangkaian persiapan dan pelayanan di dalam suatu restoran atau rangkaian upacara perkawinan dengan adat Jawa. Dipakainya istilah sistem dalam dua definisi di atas menegaskan bahwa di antara beberapa unsur

  • 22.5.1 Seting Perilaku - Zenit

    ruang atau di antara beberapa kegiatan tersebut, terdapat suatu struktur atau rangkaian yang menjadikan kesatuan kegiatan atau perilakunya mempunyai makna, terlepas apakah makna ini dapat dibaca atau diartikan oleh orang lain yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.

    Behavior setting mempunyai spektrum yang luas, mulai dari seting suatu kamar sampai seting suatu kota (masalah ini akan dibahas pada bagi-ann 3). Setiap spektrum mempunyai batas area tersendiri, yang dalam ka-jian arsitektur lingkungan dan perilaku dikenal dengan istilah territory. Is-tilah ini dipakai untuk menegaskan bahwa dalam konteks system of setting tidak semua orang mempunyai hak dan dapat secara langsung terintegrasikan dalam sistem kegiatan yang berlangsung dalam seting tertentu. Dengan kata lain, dalam kajian arsitektur lingkungan dan perilaku penting diperhatikan bahwa kita berhadapan dengan sekelompok orang atau kelompok yang mem-punyai persepsi atau nilai-nilai yang sama atau mirip dan melakukan suatu rangkaian kegiatan atau perilaku tertentu untuk makna dan tujuan yang telah mereka sepakati. Dengan pengertian ini, setiap kelompok atau sekelompok manusia dapat membentuk suatu behavior setting yang berbeda, tergantung nilai, kesempatan, dan keputusan yang dibentuk oleh kelompok tersebut.