Upload
afiya-fathina
View
32
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Saliva
Citation preview
I. Komponen Sistem Stomagtognathik
Milne (1995) menjelaskan system stomatognatik sebagai system yang terdiri
dari beberapa bagian kepala, leher, dada bagian atas dengan komponennya adalah
os, muskulus, ligament, fascia, dan persarafan. Sistem ini akan mengatur proses
menggigit, mengunyah, dan menelan. Andriyani (2001) menjelaskan lebih lanjut
system stogmatognatik ini mecakup gigi geligi beserta jaringan pendukungnya,
otot, persyarafan, maupun persendian antara maksila dan mandibula sehingga ilmu
pada system ini akan mempertimbangkan hubungan gigi geligi, rahang, sendi
temporomandibular, oklusi gigi, dan kraniofasial. Andriyani juga menambahkan
bahwa system ini juga mengatur pernapasan dan berbicara. Okeson (2008)
menambahkan system stomagtonathik berdasar komponen penyusunnya terbagi
menjadi beberapa macam diantaranya :
A. Skeletal
Okeson (2008) menjabarkan komponen skeletal ini terdiri dari 3 macam yang
kemudian dibagi lagi menjadi dua macam yaitu maksila dan mandibula, yang
menyokong gigi geligi, dan os temporal, yang menyokong mandibula untuk
berartikulasi dengan kranium.
1. Maksila
a. Gambaran Umum
Maksila berkembang dari penyatuan kedua os maksila pada midline
sutura palatine dimana kedua os ini kemudian akan membentuk sebagian
besar dari os muka bagian atas. Batas antar maksila kemudian mengalami
perpanjangan keatas membentuk lantai rongga hidung maupun lantai
rongga orbita sementara perpanjangan kearah bawah akan membentuk
palatum dan alveolar ridge yang menyokong gigi. Maksila ini akan
menyatu dengan komponen os-os kepala disekitarnya sehingga gigi geligi
di maksila akan menjadi bagian tetap dari tengkorak dan merupakan
komponen stasioner system mastikasi (Okeson, 2008).
b. Inervasi : Tidak ada
c. Vaskularisasi : Tidak ada
2. Mandibula
1
a. Gambaran Umum
Okeson (2008) menjelaskan mandibula sebagai os berbentuk U yang
dibangun mengitari suatu pusat patokan neuromuskular menyokong gigi
geligi bawah dan menyusun os wajah bagian bawah. Mandibula terletak
menggantung dibawah maksila dengan disokong otot-otot, ligament, dan
jaringan lunak lainnya yang juga membantunya mobile terhadap maksila.
McDevitt (2001) menambahkan bahwa mandibula memiliki beberapa
prosessus yang menyokong mandibula melaksanakan fungsi utamanya
yaitumendukung lengkung gigi bawah dan penggunaan gigi geligi untuk
mengunyah makanan. Mandibula dan mekanisme pengunyahan makanan
kita dapat dijelaskan dimana ketika makanan dicerna, digerus, dan
dipotong maka lengkung gigi geligi atas dan bawah harus dapat terpisah
dan bergerak searah ataupun berlawanan dengan kuat satu sama lain.
Gerakan – gerakan pengunyahan tersebut dapat dilakukan dengan posisi
lengkung gigi ada yang berada dalam posisi tetap dan ada yang berada
dalam posisi bergerak dimana sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang
berada dalam posisi tetap adalah maksila dan untuk yang mobile adalah
mandibula. Prosessus penyokong mandibula ini sendiri diantaranya :
1) Prosessus Aloveolaris
Prosessus ini memugkinkan gigi geligi berada dalam suatu lengkung
horizontal yaitu lengkung gigi dan mencekatkan gigi geligi tersebut ke
mandibula.
2) Prosessus Muskularis
Prosessus ini merupakan daerah perlekatan utamanya bagi jaringan otot
dimana ia mampu menggerakkan madibula dalam bidang vertical dan
memberikan daya pengunyahan. Prossesus ini terbagi lagi menjadi :
a) Prosessus Koronoideus
b) Krista Temporalis Profunda
c) Ramus
(1) Batas anterior dan linea oblique eksterna
(2) Permukaan dan sudut medial
(3) Permukaan dan sudut lateral
2
d) Tuberkulum genial
e) Puncak milohyoid
f) Adanya fosa perlekatan yang teridiri dari fosa digastrika dan fosa
pterigoidea yang berfungsi untul melekatkan otot-otot gerak
mandibula selain gerakan keatas pada bidang vertical.
3) Prosessus Artikularis
Prosessus ini akan menstabilkan mandibula yang bergerak dan
memberikan engsel maupun permukaan putaran pada prosessus
kondilaris kanan dan kiri serta permukaan gigi geligi rahang bawah.
b. Inervasi : Tidak ada
c. Vaskularisasi : Tidak ada
3. Os Temporal
a. Gambaran Umum
Okeson (2008) menjelaskan kondil mandibula akan berartikulasi pada
basis kraium dengan pars squamosa os temporal tepatnya di anterior
bagian timpanika, posterior terhadap radiks prosessus zygomatikus dan
lateral terhadap bagian pars petrosa. Daerah ini berbentuk suatu cekungan
seperti kubah di sebelah posterior yang disebut dengan fossa
glenoidalis/artikularis sementara pada lereng yang keluar dari daerah
tersebut di bagian anterior dikenal dengan eminensia
glenoidalis/artikularis. Os bagian dalam fossa glenoidalis/artikularis sangat
tipis sehingga ia tidak dapat menahan tekanan maupun mendukung
mandibula sementara bagian yang mampu menahan tekanan adalah
eminensia artikularis/glenoidalis karena ia tersusun dari os yang tebal.
b. Inervasi : Tidak ada
c. Vaskularisasi : Tidak ada
4. Os Oksipital
5. Os Sphenoidale
6. Os Hyoid
7. Os Klavikula
8. Os Skapula
9. Os Sternum
3
10. Dua tulang rusuk teratas pada tiap sisi
11. Tujuh tulang servikal dan 3 ruas tulang dada teratas
B. Joint
1. Temporomandibular joint
a. Gambaran Umum
Berkovitz, dkk (2009) menjelaskan bahwa sendi ini terbentuk dari
prosessus kondilaris mandibula yang berartikulasi dengan fossa glenoid
dari os temporal yang dipisahkan oleh diskus artikularis kemudian untuk
sendi ini sendiri merupakan artikulasi synovial antara mandibula dan
cranium dimana ia terkadang dikaitkan pula dengan sendi
kraniomandibula. Sendi ini bukan termasuk sendi synovial meskipun
memiliki beberapa kesamaan seperti adanya kapsul sendi, membrane
synovial yang mensekresikan cairan synovial, dan memiliki ligament –
ligament yang membatasi gerakan. Ciri unik persendian ini yang kemudian
dapat membedakannya dengan sendi sinvial diantaranya :
1) Bagian persendiannya terbagi menjadi dua kavitas dimana pada bagian
atasnya digunakan untuk gerakan meluncur sementara dibagian
bawahnya digunakan untuk gerak seperti pada sendi engsel. Okeson
(2008) menambahkan kemampuan melakukan gerakan seperti pada
gerak sendi engsel membuat sendi ini mampu digolongkan menjadi
sendi ginglymoid namun adanya kemampuan untuk melakukan gerak
meluncur membuatnya dapat pula diklasifikasikan pada sendi
arthrodial sehingga lebih lanjut sendi temporomandibula ini dikenal
pula dengan sendi ginglymoarthrodial.
2) Permukaan artikulasinya tersusun atas jaringan fibrosa bukan kartilago
hyaline dimana hal inilah yang menyebabkan adanya perkembangan
sendi bagian intramembran dibanding endochondralnya
3) Adanya kartilago kondil yang kedua pada kepala kondil yang muncul
hingga masa remaja
4) Pergerakan sendi ini dipengaruhi oleh gigi geligi
5) Kedua sendi temporomandibula yang terkait pada satu mandibula ini
pada gerakannya akan terkait satu sama lain dimana ketika satu sisi
4
bergerak sisi lainpun akan menyertai pergerakannya walaupun
mungkin dengan beban/tekanan yang berbeda
Okeson (2008) menambahkan bahwa sendi temporomandibula ini dapat
pula digolongkan menjadi sendi compound dimana ia tersusun oleh
minimal tiga os dimana pada kenyataannya sendi ini hanya terususun oleh
dua os yaitu prosessus kondilaris mandibula dan fossa glenoid dari os
temporal sehingga os ketiga secara fungsionalnya adalah diskus artikularis.
Diskus artikularis (meniscus) ini sendiri dijelaskan sebagai ruangan antara
os dan permukaan artikular sendi yang ditempati suatu struktur tidak
terputus. Diskus dilihat dari atas tanpak berbentuk oval maupun bujur
sangkar dengan flap segitiga meluas ke medial,lateral, dan bawah sehingga
dapat melekat ke kutub-kutub kondil. Berdasar ketebalannya dilihat dari
antero-posterior diskus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Pita posterior
Bagian ini meupakan bagian paling tebal dan terlebar di sisi antero-
posterior dimana permukaan atasnya tampak cembung disemua jurusan
dan permukaan bawahnya tampak cekung disemua jurusan. Pita ini
terletak dibagian dalam kubah fosa glenoida dengan mandibula di
posisi interkuspal maksimum. Puncak superior kondil ada di bagian
anterior permukaan inferior pita posterior. Pita ini berfungsi untuk
mencegah kondil keluar tidak keluar dari diskus ataupun pindah
kesebelah dorsal.
2) Pita anterior
Bagian ini terletak di ujung anterior daerah artikularis dimana dari sisi
antero-posterior ia terlihat sempit namun dari sisi latero-medial sebelah
anteriornya tampak cembung sementara sebelah inferiornya tampak
cekung. Kondil akan berputar didaerha ini pada fase-fase terakhir
protrusi atau depresi mandibula. Pita ini berfungsi untuk membantu
meletakkan permukaan artikular di zona intermediate ketika sendi
terbebani. Pita ini dengan pita posterior kemudian membentuk suatu
susunan pasak mekanikal self-centering untuk mempertahankan diskus.
3) Zona intermediate
5
Diskus terlihat sangat tipis di daerah ini dimana pada sisi antero-
posterior ia juga terlihat sempit.
b. Inervasi : Inervasi pada sendi ini baik nervus motorik
maupun sensoriknya akan sama dengan nervus pada otot-otot
penggeraknya namun utamanya cabang dari nervus mandibula akan
menjadi inervasi afferent. Sebagian besar inervasi sendi inipun
sebenarnya berasal dari nervus auriculotemporal yang akan naik secara
lateral dan keatas disekitar bagian posterior sendi ini. Inervasi
tambahan dapat pula berasala dari nervus deep temporal dan nervus
masterik (Okeson, 2008).
c. Vaskularisasi : Vaskularisasi sendi ini sangat bervariasi dimana
sebagian besarnya tersusun atas superficial temporal artery pada
bagian posterior, the middle meningeal artery pada bagian anteriornya,
dan the internal maxillary artery pada bagian inferior.Arteri lain yang
penting adalah deep auricular, anterior tympanic, dan ascending
pharyngeal arteries. Kondil sendiri akan memperoleh suplai darah dari
sumsum osnya melalui arteri alveolar inferior dan juga dari “feeder
vessels” yang menyalurkan secara langsung darah dari pembuluh darah
besar pada bagian anterior maupun posterior sendi ini (Okeson, 2008)
C. Ligament
1. Gambaran umum
a. Ligament Temporomandibular
Ligament ini merupakan ligament penguat utama sendi
temporomandibular dimana iatampak berbentu kipas dan berkembang
dengan baik dari sisi lateral sendi. Fasikuli kolagen putih keluar
sepanjang pita os temporal yang lebar, pada sisi lateral tuberkel
prosessus zigomatikus. Perlekatannya sediri sering ditandai dengan
adanya Krista kasar tinggi di os tengkorak kering. Ligamen ini
merupakan suau penebalan dinding lateral kapsul sehingga ia memiliki
banyak organ reseptor ujung saraf dan pembuluh darah. Fungsi utama
ligament ini adalah menahan disartikulasi menyeluruh arah postero-
inferior selama pergerakan fungsional seperti ketika kondil berada
6
dalam fossa sepenuhnya maka serabut anteriornya akan menjadi lebih
kencang untuk mencegah perpindahan mandibula kearah distal
(McDevitt, 2001).
b. Ligament Kolateral/Discal
Ligamen kolateral ini tebagi menjadi dua yaitu medial dan lateral
dimana ia merupakan pita-pita sempit yang tersusu horizontal dari
jaringan kolagen didalam kapsul sendi pada sisi lateral dan medial..
Ligamen kolateral lateral akan berjalan dari tubekulum arkus
zygomatikus ke kutub lateral kondil sementara ligament kolateral
medial akan berjalan ke kutub medial sisi medial eminensia artikularis
dimana ia juga merupakan pita horizontal dari fasikuli kolagen yang
serupa dengan ligament kolateral lateral namun kurang jelas terlihat.
Ligamen ini diketahui memiliki persarafan dan peredaran darah. Kedua
ligamen kolateral menjadi tegang ketika mandibula berada didalam
fossa glenoidalis dan bersama ligament temporomandibular dianggap
sebagai faktor penstabil mekanis acuan mandibula di bidang horizontal
selain itu secara mekanis dan biologi ia mampu membatasi gerak
kondil kearah distal sehingga mencega jaringan-jaringan retrokondilar
dari trauma. Tanggalnya gigi posterior dapat mengakibatkan regangnya
ligament ini maupun mengganggu kinerja ligament sehingga terjadi
perubahan control biologis dan mekanis pergerakan kondil ke posterior
(McDevitt, 2001).
c. Ligament Capsular
Ligament kapsular ini mengitari seluruh sendi temporomandibular
dimana bagian atas fibernya melekat ke os temporal sepenjang batas
permukaan artikularis dari fossa glenoid dan eminensia artikularis
sementara bagian bahwa fibernya melekat ke leher kondil. Fungsi
ligament ini sendiri untuk menolak/menahan tekanan baik dari arah
medial, lateral maupun inferior yang dapat memisahkan atau
mendislokasikan permukaan artikularis selain itu ligament ini akan
menyelimuti sendi temporomandibular dimana ia juga dapat
menahan/menjaga cairan synovial (McDevitt, 2001).
7
d. Ligamen Asesori
1) Ligamen Sphenomandibular
Ligamen ini melekat di permukaan medial mandibula pada region
lingua dan bagian runcing dari os sphenoidale dimana ia tampak
sebagai selaput tipis dengan batas yang kurang jelas. Fungsi
ligament ini sendiri tidak diketahui dimana bahkan letak
perlekatannya pun masih mejadi bahan perdebatan karena Burch
(1966 pada McDevitt 2001) menyebutkan bahwa perletakatannya
buka di ala sphenoidale namun pada fisura petro-timpanika dan
kemudian menuju laeus telinga tengah. Tegangan ligament ini
disebut mampu menggerakkan maleus (McDevitt, 2001).
2) Ligamen Stylomandibular
Ligamen ini berasal dari fasia local yang meluas dari prosessus
stiloideus hingga batas posterior sudut mandibula dan merupakan
suatu penguta kolagen. Struktur ligament ini dapat dikenali. Fungsi
dari ligament ini sendiri diduga dapat membatasi pergerakan
protrusive ipsilateral ekstrem mandibula (McDevitt, 2001)
2. Inervasi : Persarafan ligament – ligament ini terstruktur secara
padat untuk memonitor posisi dan gerak rahang secara propioreseptif.
Masukan kinestetik sensoris dapat digunakan untuk petunjuk pergerakan
rahang dimana peregangan, sobekan ataupun gangguan dari ligament atau
kapsul sendi akan mengganggu rasa kinestetik jaringan-jaringa yang ada
dan mengganggu etelitian pemonitoran gerak mandibula (McDevitt, 2001).
3. Vaskularisasi : Tidak ada
D. Otot – otot Pengunyahan
1. Masseter
a. Gambaran umum
McDevitt (2008) menjelaskan masseter sebagai massa otot yang tebal
dengan bentuk persegi empat panjang didaerah pinggir wajah tepatnya
melekat diantara permukan lateral ramus mandibula dan arkus
zygomatikus serta tepat dibawah kulit. Keempat persegi panjang itu
letaknya diagonal dengan satu sudut yang membulat menyesuaikan
8
garis bentuk membulat sudut mandibula. Masseter berfungsi untuk
mengunyah makanan yang keras mengingat ketebalannya selain itu ia
dapat digunakan untuk mengangkat mandibula ke vertical dan juga
memberikan vektor anterior di rahang ketika rahang diangkat dari
posisi depresi ke posisi interkuspal maksimal di busur mid-sagital
pengangkatannya. Hal lain yang perlu diingat adalah ia mampu
melakukan gerakan mengangkat (bilateral), pergerakan lateral
(unilateral), dan retrusi (bilateral)
b. Inervasi : cabang masseter dari nervus kranialis kelima
yaitu trigeminus
c. Vaskularisasi : cabang-cabang arteri masseterica
2. Temporalis
a. Gambaran umum
Liebgott (1994) menjelaskna otot ini berbentuk kipas denga tepi kipas
melekat disisi kepala dan tangan kipas melekat pada processus
coronoideus mandibula. Ketebalan oot ini sendiri semakin berkurang
pada arah antero-posterior dan hampir tidak terlihat di daerah linea
temporalis. Otot ini merupakan otot mandibula terbesar dengan
serabut-serabutnya terpanjang. Serabut-serabutnya sendiri memiliki
sususnan tiga dimensi sehingga memungkinkan otot ini menggerakkan
mandibula pada tiga bidang dari os. Gerakan yang mampu ia lakukan
diantaranya adalah tonus istirahat (bilateral), elevasi (bilateral), retrusi
(bilateral), dan gerak ipsilateral (unilateral) Daerah perlekatan otot ini
sangat luas sehinggga ia memiliki beberapa macam origo dengan
insersio yang besar pada tendon, datar, dan lentur dengan ragangan
lebar sesuai ragangan origo.
b. Inervasi : cabang temporalis dari divisi mandibularis saraf
kranialis kelima yaitu nervus trigeminus
c. Vaskularisasi : cabang-cabang temporalis arteri aurikulo-
temporalis
3. Pterygoideus medialis
a. Gambaran umum
9
Liebgott (1994) menjelaskan bahwa otot ini berada dalam fossa
infratemporalis dimana untuk melihatnya maka ramus mandibula perlu
disibakkan. Otot ini merupakan suatu massa jaringan otot yang kuat,
tebal, berbentuk empat peregi panjang dan erada di sisi medial dari
ramus mandible. Batas posteriornya serupa dengan batas posterior dari
masseter pada proyeksi lateral namun batas ateriornya lebih kearah
dorsal. Fungsi utama pterigoideus medialis adalah mengangkat
mandibula dimana kerja unilateral otot ini juga dapat meberikan vektor
anterior dan vektor medial pada pergerakan mandibula. Gerakan yang
mungkin ia lakukan diantaranya elevasi (bilateral), protrusi (bilateral),
dan gerak kontralaterl (unilateral).
b. Inervasi : cabang pterigoideus medialis divisi mandibularis
pada saraf kranialis kelima, nervus trigeminus
c. Vaskularisasi : cabang-cabang pterigoideus medialis dari arteri
maksilaris
4. Pterygoideus lateralis
a. Gambaran umum
McDevitt (2001) menjelaskan otot ini terletak di dalam ramus
mandibula dan otot temporalis dinding lateral nasofaring. Otot ini
persis terletak pada bawah dasar tengkorak, posterior terhadap maksila,
dan anterior terhadap batas posterior ramus mandibula. Otot ini secara
umum berbentuk segitiga dengan dua caput yang terpisah dimana ia
merupakan satu-satunya otot yang terletak pada posisi horizontal.
Penelitian elektromiograf yang dilakukanpun membuktikan bahwa
terdapat perbedaan peranan fungsional jaringan otot bagian inferior dan
bagian superior yang kemudian mengarahkan dugaan bahwa kedua
bagian tersebut mungkin merupakan kedua otot yang berbeda. Fungsi
kedua bagian terseut secara umum adalah terkait dengan posisi dan
keseimbangan persatuan kondil-diskus pada eminensia artikularis
selama adanya gerakan-gerakan fungsional dan kemungkinan juga
pada posisi postural. Bagian superior hanya akan aktif ketika persatuan
kondil-diskus pada satu sisi/sisi yang sama tertarik kebelakang kearah
10
fossa glenoida dan selama clenching sementara bagian inferior akan
aktif ketika terjadi persatuan kondil-diskus pada protrusi dan akan
distabilkan ketika protrusi. Gerakan yang mungkin dilakukan otot ini
secara umum diantaranya protrusi (bilateral), depresi (bilateral), dan
gerak kontralateral (unilateral).
b. Inervasi : cabang – cabang pterigoideus lateralis dari
divisimandibularis saraf kranialis kelima, nevus trigeminus
c. Vaskularisas : Arteri maksilaris yang berhubungan erat dan
pleksus venosus.
E. Jaringan Periodontal
a. Gambaran Umum
Harty dan Ogston (1995) menjelaskan bahwa jaringan ini menutupi dan
menyangga gigi geligi. Jaringan periodontal ini sendiri diantaranya
alveolus, ligament periodontal, gingiva, dan sementum. Alveolus dalam
hal ini tulang alveolar yang bersifat tipis namun dapat menutupi lamina
dura atau tulang padat yang mengelilingi gigi. Alveolus ini sendiri akan
membentuk soket akar gigi tempat benih gigi tertanam. Komponen
jaringan periodontal selanjutnya yang akan dibahas adalah gingival.
Gingiva ini merupakan jaringan fibrosa lalu ditutupi epitel yang
mengelilingi dan melekat di tulang alveolar serta meluas ke pertautan
muko-gingiva. Harty dan Ogston (1995) menjelaskan lebih lanjut untuk
ligament periodontal sendiri tersusun atas jaringan ikat fibroseluler yang
akan menempelkan sementum ke tulang alveolar. Ligamen ini pun berisi
pembuluh darah, saraf, dan serabut yang kemudian akan bertindak sebagai
gendongan bagi gigi dalam soketnya sehingga sedikit gerakan dapat
dilakukan. Kelompok utamanya bundle serabut kolagen ini adalah
kelompok oblik, apikal, servikaltranspetal, inte-radikular, dan sirkular.
Jaringan periodontal terkair dalam hal ini adalah sementum yang
merupakan jarinagn yang meyerupai tulang tipis dank eras yang kemudian
menutupi akar gigi dan tempat perlekatan serabut (Harty dan Ogston,
1995).
11
b. Inervasi : Berkovitz, dkk (2009) menjelaskan pada maksila
sendiri gingivs bagian palatal disarafi oleh nervus nasopalatina bagi daerah
gigi anterior dan nervus palatine mayor bagi gigi posterior sementara pada
gingiva bagian bukal daerah anteriornya disarafi oleh nervus infraorbitalis
dan pada daerah poteriornya disarafi olrh nervus alveolaris superior
poseterior dan nervus bukalis. Hal berbeda pada daerah mandibula dimana
pada gingiva bukal daerah anterior disarafi oleh nervus mentalis dan pada
daerah posterior disarafi oleh nervus bukalis dan cabang perforasi dari
nervus alveolaris inferior kemudian untuk giginva lingualisnya ia akan
dipersarafi oleh nervus lingualis dan cabang perforasi dari nervus
alveolaris inferior.
c. Vaskularisasi : Berkovitz, dkk (2009) menjelaskan pada mandibula
bagian posterior gingiva bukal akan disuplai oleh arteri bukalis yang
merupakan cabang dari arteri maksilaris yang melewati otot pterygoideus
lateral sementara pada bagian anterior dijelaskan ia disuplai oleh arteri
mentalis dan cabang perforasi arteri insisivus . Hal berbeda terdapat pada
maksila bagian posterior gingival bukalnya akan disuplai oleh gingival dan
cabang perforasi dari arteri bukalis dan arteri alveolaris superior posterior
kemudian untuk gingiva labial pada gigi anterior akan disuplai oleh cabang
labial arteri infraorbital dan cabang perforasi serta terakhir untuk gingiva
di bagian palatal akan disuplai oleh arteri. Drainase vena tidak dapat
ditemukan secara umum namun pengumpulan akan menuju pleksus
pterygoideus.
F. Gigi geligi
1. Gambaran Umum
Liebgott (1994) menjelaskan gigi geligi secara umum terbagi menjadi dua
yaitu bagian mahkota dan akar gigi sementara jaringan penyusun gigi
sendiri terdiri dari enamel, dentin, pulpa, dan sementum. Gigi sendiri
berdasar letaknya terbagi menjadi dua yaitu gigi anterior dan gigi posterior
kemudian berdasar fungsinya terbagi lagi menjadi gigi insisivus, gigi
caninus, gigi premolar, dan gigi molar. Gigi insisivus digunakan untuk
memotong makanan, gigi caninus untuk mengoyak makanan, gigi
12
premolar untuk menghaluskan dan memotong makanan serta untuk gigi
molar sendiri dapat digunakan untuk mengunyah atau memotong makanan.
2. Inervasi : Berkovitz, dkk (2009) menjelaskan inervasi pada gigi
geligi mandibular anterior akan dipersarafi oleh nervus insisivus dan untuk gigi
posteriornya akan dipersarafi oleh nervus alveolaris inferior. Hal berbeda
terdapat pada persarafan gigi geligi maksila anterior dimana inervasinya adalah
nervus alveolaris superior anterior, kemudian untuk gigi geligi bagian tengah
dari gigi premolar hingga molar pertama akan dipersarafi oleh nervus alveolaris
superior middle, dan untuk gigi molar kedua hingga molar terkahir dipersarafi
oleh nervus alveolaris superiorposterior.
3. Vaskularisasi : Vaskularisasi pada gigi geligi mandibular akan disokong
oleh arteri alveolar inferior yang berasal dari arteri maksilaris yang bersilangan
pada otot pterygoid lateral. Cabang nervus mylohyoid akan turun hingga
sebelum arteri alveolaris inferior yang kemudian akan memasuki foramen
mandibula dan melalui kanalis mandibula hingga kemudian akan muncul
sebagai arteri mentalis dan arteri insisivus, kemudian untuk drainase venanya,
aliran darah dari vena ini sendiri akan dikumpulkan pada satu atau lebih vena
alveolar inferior lalu berdrainase ke bagian anterior melalui foramen mentalis
untuk kemudian bergabung dengan vena fasialis ataupun jika berdrainase ke
bagian posterior akan melalui foramen mandibula untuk bergabung dengan
plexus pterygoideus pada fossa infratemporalis. Vaskularisasi berbeda terdapat
pada gigi geligi maksilaris dimana pembuluh vena ini sendiri akan berdrainase
ke bagian anterior menuju vena fasialis atau berdrainase ke posterior menuju
pleksus pterygoideus (Berkovitz, dkk, 2009).
II. Fisiologi Pengunyahan
Andriyani (2001) menjelaskan proses penelanan sebagai proses fisiologis
yang umum bagi semua orang yang melibatkan 3 grup utama otot dalam
prosesnya diantaranya otot-otot lidah, muskulus masseter, dan muskulus
buccinators serta muskulus orbicularis oris yang bekerja secara volunteer
dan dikenal dengan triangular force concept. Mengunyah sendiri merupakan
proses menghancurkan makanan menjadi makanan menjadi lebih kecil
dibantu saliva yang kemudian dapat mengubah konsistensi partikel makanan
13
menjadi bolus makanan sehingga mudah untuk ditelan. Penghancuran
makanan sendiri akan dilakukan oleh gigi geligi dengan bantuan otot-otot
pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui artikulasi
temporomandibular. Gerakan artikulasi ini sendiri adalah gerakan kapitulum
mandibula seperti membuka menutupnya mandibula ataupun gerakan
mandibula ke samping kanan maupun kiri dimana pada tahapan mengunyah
mandibula mengalami gerakan membuka dan menutup maupun
berkontaknya gigi antagonis.
Pengunyahan selain dibantu dengan otot mastikasi utama ia juga dibantu
dengan otot mastikasi tambahan seperti muskulus mylohyoid, m.
geniohyoid, m. stylohyoid, m. infrahyoid , m. buccinators, dan labium oris.
Otot yang aktif ketika pergerakan mandibula adalah m.pterygoideus lateralis
sementara ketiga muskulus mastrikasi utama lainnya akan berada dalam
keadaan istirahat sementara pada saat mandibula menutup justru m.
masseter, m. m.pterygoideus medialis, dan m. temporal yang bekerja namun
m. pterygoideus lateralis dalam keadaan relaksasi. Hal berbeda terjadi ketika
mandibula tertutup perlahan maka yang berperan m.masseter dan m.
temporalis dimana mereka membantu gigi antagonis untuk dapat berkontak.
Andriyani (2001) menambahkan ketika proses pengunyahan ini kepala
kondil akan melakukan gerakan lateral kearah sisi kerja yang disebut gerak
Bennet dimana ketika mandibula bergerak akan terbagi menjadi dua
kompartmen. Kompartmen atas ia akan terletak diantara meniscus dan fossa
mandibula sementara untuk kompartmen bawah ada diantara meniscus dan
kondilus mandibula yang sumbu geraknya arah transversal melalui kapitulu
mandibula. Pergerakan membuka mandibula diikuti peluncuran prosessus
kondilus dan meniscus kedepan dan belakang sepanjang tuberkulum
artikularis sementara pada gerakan menutup mandibula ia akan diikuti gerak
tertariknya prosessus kondilus dan meniscus keatas dan kebawah sepanjang
tuberkulum artikularis dalam fossa mandibula beserta pergerakan serat.
Pergerakan kesamping mandibula akan diikuti gerak tertariknya prosessus
kondilus dan meniscus kedepan dan ke eminensia artikularis.
14
Sherwood (2011) menambahkan proses penelanan ini sebenarnya merupakan
aktivitas yang pada awalnya volunteer namun kemudian akan berubah
menjadi gerak involunteer dengan gambaran posisi mulut menutup dan lidah
bagian ventral bergerak ke palatum sehingga bolus makanan terodorong
kedaerah isthmus fausium kemudian ke faring dan selanjutnya ke esophagus.
Tahapan proses penelanan makanan terbagi menjadi tiga yaitu tahap
oral/bukal atau tahap volunteer, tahap faringel atau tahap involunteer, dan
tahap esophageal.
1. Tahap Oral/Bukal atau Tahap Volunteer
Makanan yang telah dikunyah akan berbentuk bolus kemudian dengan
pergerakan vertikal lidah bolus makanan akan terdorong kedaerah
isthmus fausium yang merupakan daerah paling dorsal dari kavum oris
yang dibatasi oleh palatum molle bagian superior dan radiks lingua pada
bagian inferior. Bolus makanan yang melewati isthmus akan merangsang
m. palatoglossus untuk berkontraksi menyempitkan isthmus fasium
sehingga bolus makanan tidak masuk kembali. Bolus makanan yang
telah mencapai daerah orofaring akan diikuti adanya kontraksi m. levator
dan m. tensor veli palatine yang dibantu oleh m. palatofaringeus
sehingga hubungan nasofaring dan orofaring akan tertutup, makanan pun
tidak akan masuk kedalam hidung.
2. Tahap Faringel atau Tahap Involunteer
Pada tahap ini m. stylofaringeus dan m. palatofaringeus akan
berkontraksi sehingga faring tertai kearah cranial yang kemudian
memungkinkan bolus makanan terdorong kearah laringofaring dimana
paa saat bersamaan m. sritenoideus obliqus dan m. transverses serta m.
krikoarytenoideus lateral berkontraksi sehingga aditus laringis
menyempit. Kedua kartilago aritenoidea saat berkontraksi akan tertarik
kemudian saling bertemu di epiglottis, rima glotidis pun akan menutup
sehingga makanan tidak masuk kedalam laring namun berada didaerah
laringofaring.
3. Tahap Esophageal
15
Tahap ini menunjukkan m. konstriktor faring akan berkontraksi
bergantian dari atas ke bawah mendorong bolus makanan ke bawah
melewati laring. Laring yang terangkat dan sfingter laringoesophageal
yang berkontraksi maka seluruh otot-otot dinding faring berkontraksi.
Bolus makanan yang telah ada di dalam esophageal ini kemudian akan
didorong ke lambung melalui gerak peristaltik. Gerak peristaltik terbagi
menjadi dua macam yaitu peristaltik primer dan peristaltik sekunder.
Peristaltik primer merupakan gerakan mendorong bolus makanan dari
faring menuju ke esophageal selama tahap faringeal dan ketika peristaltik
primer ini gagal mendorong semua bolus makanan maka gelombang
peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esophagus yang
tertahanlah ang akan mendorong bolus makanan tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, A, 2001, Aspek Fisiologis Pengunyahan dan Penelanan pada Sistem
Stomatognasi
,repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7979/1/950600009.pdf, diakses
pada hari Minggu, 21 April 2013 pukul 15.00 WIB
Berkovitz, B, K, B, Holland, G, R, dan Moxham, B, J, 2009, Oral Anatomy, Hystology,
and Embriology, Toronto, Mosby
drg. Narlan Suwawinata), Jakarta, EGC
Harty, F., J., dan Ogston, R, 1995, Kamus Kedokteran Gigi (dialihbahasakan oleh :
Liebgott, B, 1994, Dasar – Dasar Anatomi Kedokteran Gigi (dialihbahasakan oleh :
drg.Ira, K. dan Lilian Y), Jakarta, EGC
McDevitt, W, E, 2001, Anatomi Fungsional dari Sistem Pengunyahan, Jakarta, EGC
Milne, H, 1995, The Heart of Listening, California, North Atlantic Book
Okeson, J,P, 2008, Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion,
Edition 6, Kentucky, Mosby
Sherwood, L, 2011, Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem, Edisi 6, Jakarta, EGC
17