24
MEI 31

SHOUT! Edisi mei 2013

  • Upload
    shout

  • View
    268

  • Download
    28

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Persembahan dari SIAGA FISIP UI, share it out!

Citation preview

Page 1: SHOUT! Edisi mei 2013

MEI 31

Page 2: SHOUT! Edisi mei 2013

THANKS TO

Page 3: SHOUT! Edisi mei 2013

EDITORIAL

CONTACT US

DAFTAR ISIBanyak yang masih berpikir bahwa pergerakan mahasiswa melulu berupa aksi turun ke jalan. Padahal bentuk gerakan itu sangat luas cakupannya. Dan saat ini ada sebuah alternatif yang cukup menarik pemuda-pemudi untuk bergerak. Itu adalah pergerakan kontemporer.

Pergerakan kontemporer bisa diartikan sebagai sebuah pergerakan yang bersifat kekinian. Cara-cara yang digunakan cenderung bisa lebih dekat dengan anak muda. SIAGA FISIP UI saat ini juga turut menggunakan bentuk-bentuk yang kontemporer sebagai cara untuk bergerak. Itulah kenapa SHOUT! edisi kali ini mengang-kat tema Pergerakan Kontemporer.

Edbert Gani

Twitter : @siaga_�sipuiGani : 087884283804Email : shout.siaga�[email protected]

TIM

Chief Editor : Edbert Gani | Editor Bahasa : Dinda Larasati | Kontributor : AryoAkmal, Brahmastra Bayang Sambadha , Eduard Lazarus Tjiadarma, Alvin Nicola, Cahandi-ka Ilham Arya | Fotografer : Faris Muhammad Hanif | Designer : Ahmad M. Islaha | Keuangan : Christroforus Agveriandika | Produksi : Muhamad Barka

1 SIAGA FISIP UI

BURUNG PERKUTUT

BERGERAK DENGAN PEMAHAMAN

YANG PENTING PERUBAHAN NYATA

BERGERAK, JANGAN HANYA TERGERAK

SIAGA? KOMUNITAS DEMO ITU YA?

WAWANCARA HANIF

BBM NAIK, PERLUKAH KHAWATIR?

4

86

10

1214

18

Page 4: SHOUT! Edisi mei 2013

MINI SHOUT

Tentang Sampul

“SHOUT!, Media yang fresh buat seluruh warga FISIP”M. Rifaldi A - Antropologi 2012

“Pergerakan kontemporer menurut gua itu adalah setiap perbuatan yang lo lakukan baik itu kecil atau besar, dan perbuatan itu bisa menebar manfaat bagi orang lain”Qaedi Aqsa - Politik 2012

“Semangat terus yaa SIAGA untuk menyurakan suara rakyat : )”Elita - Adm 2012

“Belum pernah baca SHOUT! karena ga kebagian, bisa dibilang laku dan banyak peminat berarti, dipelihara aja biar bertahan lama.”Ichi - Komunikasi 2012

“SHOUT! itu gerakan baru yang cerdas, media yang kreatif untuk penyambung suara.”Cal�n Murrin - HI 2012

“Ga kebagian SHOUT!, intinya kalo produksi yang banyakan yah! kalo ada rubrik untuk diisi, coba lebih dipublikasikan lagi supaya kontribusi anak-anak FISIP lebih terlihat dan dihargai.”Gerald - Komunikasi 2012

“Bangga dengan teman-teman SIAGA yang telah berhasil membuat edisi pertama majalah SHOUT!. Sebuah majalah yang menambah warna di FISIP tercinta. Tetap semangat, warga FISIP menanti karya kalian yang berikutnya : )”Prima

Kreativitas dan inovasi dalam pergerakan sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan perubahan dari pergerakan itu sendiri. Dalam hal ini SIAGA sebagai wadah gerakan kontemporer mengusung hal tersebut. Untuk mengilustrasikan konsep kontemporer tersebut, muncullah gagasan utama dari artwork ini yaitu bahwa pergera-kan kontemporer yang diusung SIAGA dianalogikan sebagai pohon yang kokoh. Akar yang kuat melambangkan passion untuk bergerak dan kanopi pohon yang lebat menunjukkan pergerakan yang akan memberi manfaat bagi yang dipayunginya.

Ahmad M. Islaha (AMI)

2 SIAGA FISIP UI

Page 5: SHOUT! Edisi mei 2013

POETLINE‘Pergerakan’

Mari lihat,apa yang namanya ‘pergerakan’

Anda tahu,bergerak tentu tak diam

Bergerak itu bebas,condong ke garis bilangan positif

atau negatif kah ituasal tak diam

Butakah Anda?Tulikah Anda?Bisukah Anda?

Lumpuhkah Anda?Memutlakan semua ‘pergerakan’ itu

Jangan-jangan,Memakan bara uang hingga

perut buncit Anda bilang ‘pergerakan’!!!

Nadya Octaviani FirdhaniaKriminologi 2012

Amor Platonicus

Kepada kita yang bersembunyiKepada kita yang ber-paradoks

Kepada rasa yang ingin didengar,dan satu sloki kesah yang setia

Orang bilang kita berbahagiaPada malam yang jadi benderangNyatanya ada yang tidak tergapaidalam perandaian di kala heningtentang kita dan pertentangan

Jika kelak kita hilang arahingat lagi rute delapan, sayang.

Karena kita bukan hipokritdan semua ada jawabnya

mi amor platonicus

Dea Malinda - @azaliadeaIlmu Politik 2012

Buat edisi pertama, cukup menarik, berani, lugas, dan aktual (asek). Kolom untuk rubrik untuk rubrik musik pada majalah ini, akan semakin menarik mahasiswa FISIP yang katanya heterogen.Alwin W. NIlmu komunikasi 2012

Halo SHOUT! edisi pertama temanya oke banget! desainnya juga menarik jadi ga bosen bacanya. Saran aja, publikasinya dikencengin ya! biar majalah sebagus ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh anak FISIP.Evani PuspitaniIlmu Komunikasi 2012

Shout edisi pertama design nya udah sabi banget. Menarik kontennya, ringan-ringan berat asik juga. Ditunggu SHOUT! selanjutnya, kalo bisa setebal Tempo.M. Rey D. PKriminologi 2012

TENTANG SHOUT

Page 6: SHOUT! Edisi mei 2013

SIAGA? KOMUNITAS DEMO ITU YA?

Sebagai wadah pergerakan, SIAGA FISIP UI nyatanya tidak melulu hanya fokus pada aksi di jalan. Kini, SIAGA FISIP UI melakukan “rebranding” sebagai sebuah komunitas pergerakan yang asyik. Apa sebenarnya yang dilakukan oleh ‘Singa-singa Pergerakan’ ? Kodel sebagai Koordinator 2013 punya

opininya sendiri.

Judul di atas adalah pertanyaan yang sering keluar dari mulut anak FISIP ketika ditanya soal SIAGA. Memang sedikit aneh. Namanya saja merupakan singkatan dari “Singa Pergerakan.” Terdengar cukup garang dan pantas jika menjadi nama komunitas yang disebut tukang demo.

Belum banyak orang yang tahu apa itu SIAGA dan siapa yang ada di baliknya. Apakah hanya sekumpulan orang iseng bertopeng singa psychedelic yang suka nongkrong dan tertawa-tawa? Ataukah sekumpulan orang sok serius yang menam-akan dirinya anak pergerakan yang kerjanya demonstrasi di jalan? Mau dijawab yang mana juga sulit. Disebut sekumpulan anak yang suka nongkrong sambil tertawa-tawa iya, dibilang anak yang sok mencoba jadi anak pergerakan juga mungkin iya.

Anak pergerakan tapi kok malah nongkrong sambil tawa-tiwi? Cuma main – main, ya? Pertanyaan inilah yang terden-gung di masyarakat FISIP. Banyak orang yang prasangka dan asal cap kalau jadi anak gerakan itu harus siap jadi orang yang militan, serius, menderita, sibuk, tidak asyik, dan sebagainya. Kadang cap tersebut melekat sangat erat kepada mereka yang peduli dengan isu sosial politik. Seolah cap-cap seperti ini sudah pasti benar dengan melihat ritme yang biasanya berulang seperti kajian, diskusi, turun ke jalan, orasi, bentrok dengan aparat, dan upload foto ke jejaring sosial yang

menggambarkan keadaan aksi. Kadang dilengkapi dengan foto orang babak belur atau korban paska aksi.

Tidak ada yang salah dengan aksi turun ke jalan; berdemonstrasi, berorasi, atau melakukan pawai di lampu merah ibu kota. Yang salah adalah ketika semua ini seolah menjadi hegemoni gerakan mahasiswa yang secara tidak langsung menutup mata mahasiswa pada citra ‘pergerakan.’ Lantas pergerakan dianggap terbatas dilakukan oleh orang tertentu saja. Apakah hanya mereka yang siap menerima konsekuensi yang bisa berkontribusi di gerakan mahasiswa? Padahal, saat ini banyak anak muda yang mulai peduli tetapi tidak ingin cara seperti ‘mereka.’

FIR

ST

SH

OU

T

FIR

ST

SH

OU

T

4 SIAGA FISIP UI

Page 7: SHOUT! Edisi mei 2013

Bentuk kontribusi SIAGA FISIP UI dalam menanggapi problem di atas adalah menja-di wadah bagi mahasiswa FISIP UI yang ingin bergerak melalui hobi dan passion – nya masing – masing yang disebut oleh sebagian orang sebagai gerakan kontem-porer. Gerakan kontemporer adalah sebuah gerakan yang up to date dan selalu berino-vasi sesuai zaman. Kita dapat berkarya dengan �lm, musik, tulisan (majalah), mural, fotogra�, dan semua hal yang sesuai dengan passion kita untuk melakukan sebuah perubahan. Coba bayangkan ketika anda menonton sebuah �lm bagus yang menggugah, membaca tulisan yang inspiratif, atau ketika mendengarkan musik seperti dendang Iwan Fals atau Slank. Ketika anda melakukannya kemudian merasa tertegun dan terdorong untuk berkarya demi perubahan yang lebih baik, berarti media-media tersebut berhasil menjalankan fungsinya untuk menjadi saluran gerakan kontemporer. Bukankah membuat karya yang menarik dan bisa menyebarkan manfaat juga termasuk bentuk kontribusi?

Dengan itu semua, SIAGA berusaha untuk melakukan rebranding makna pergerakan, bahwa untuk bergerak itu tidak sulit dan untuk peduli itu tidak melulu harus berurat. Namun, bukan berarti menjadi anak pergerakan yang katanya kontempor-er juga anti untuk melakukan aksi. Kita harus melakukan aksi nyata dan tidak hanya menjadi orang di balik layar. Aksi pun membutuhkan inovasi. Kita harus mulai terbiasa berpikir keras untuk melakukan sebuah aksi yang efektif dan menyenang-kan.

Percayalah ketika semakin banyak orang yang tersenyum dan ceria saat kita melaku-

kan aksi maka simpati akan berdatangan. Mungkin kita dapat melakukan �ashmob, jamming, atau stand up comedy saat melaku-kan aksi. Contoh saja aksi Paguyuban Pekerja UI yang dilakukan di depan stasiun UI beberapa waktu lalu dengan ber-jamming ria saat melakukan aksinya. Atau, aksi buruh yang dilakukan Luviana (Reporter Metro TV yang di PHK) dan AJI (Aliansi Jurnalistik Indonesia) yang melakukan long march dengan membawa boneka gurita besar yang menjadi simbol perlawanan mereka. Atau mungkin yang paling keren adalah aksi pengumpulan koin untuk Prita yang berhasil menggaet berbagai lapisan kalangan untuk ikut serta dalam aksi. Padahal, hanya menyumbang koin tetapi terbukti efektif dan konkrit.

Terlepas dari bagaimana sebuah gerakan itu seharusnya dilakukan, SIAGA hanya ingin berkontribusi dengan cara yang disukai sambil berusaha memberi warna baru bagi gerakan mahasiswa yang kini mulai memudar menjadi abu-abu. Apabila semakin berwarna, maka layaknya pelangi ia akan menjadi indah. Semoga apa yang kita perjuangkan dapat tercapai. Boleh beda cara yang penting tetap satu tujuan. Hidup Pemuda Indonesia! Masih berpikir SIAGA komunitas demo? Mungkin Anda perlu membaca ulang tulisan ini.

Faris Muhammad Hanif (Kodel)Ilmu Komunikasi 2012

Koordinator SIAGA FISIP UI 2013

“PERCAYALAH KETIKA SEMAKIN BANYAK ORANG YANG

TERSENYUM DAN CERIA SAAT KITA MELAKUKAN AKSI MAKA

SIMPATI AKAN BERDATANGAN.”

FIR

ST

SH

OU

T

Camp SIAGA- dokumen SIAGA

5SIAGA FISIP UI

Page 8: SHOUT! Edisi mei 2013

Pergerakan mahasiswa yang konvensional ternyata dianggap sepi peminat oleh Ketua BEM FISIP UI 2013, Muhammad Hanif. Saat ditemui Kamis malam oleh tim SHOUT!, Hanif memaparkan pendapatnya mengenai peran mahasiswa dan dinamikanya dalam pergerakan. Takor malam itu, tepatnya 16 Mei 2013, menjadi latar dialog yang berujung pada satu simpulan bahwa pergerakan mahasiswa masa kini sesung-guhnya bisa dibuat seru dan menyenang-kan.

SHOUT! : Menurut Anda sendiri, mengapa mahasiswa harus bergerak?

Hanif: Saya mengutip sebuah kalimat dari buku Pram yang berjudul Semua Anak Bangsa yang berbunyi, “Apa yang terjadi di bawah kolong langit adalah tanggung jawab semua orang berpikir.”

Maksudnya “Semua orang berpikir”?

Hanif: Semua orang berpikir berarti orang-orang yang terpelajar, yakni akademisi. Mahasiswa juga merupakan bagian dari orang-orang terpelajar, di mana dengan ilmu yang ia dapat, mahasiswa diharapkan dapat berkontribusi untuk perubahan. Saya mahasiswa, maka saya juga bertanggung jawab.

SHOUT! :Apa masalah yang terjadi dalam pergerakan mahasiswa saat ini?

Hanif : Saat ini, banyak lembaga berusaha untuk meraup semua isu dan permasalahan nasional – mulai dari isu BBM, korupsi, pemilu, pendidikan – semuanya berusaha dikaji dan dicari solusinya oleh satu lemba-ga. Namun, apakah ada satupun masalah yang berhasil diselesaikan?

MUHAMMAD HANIF: ”Miris, bahwa pergerakan ma-

hasiswa mulai ditinggalkan oleh aktornya sendiri: maha-

siswanya.”

AS

K IT

OU

T

6 SIAGA FISIP UI

Page 9: SHOUT! Edisi mei 2013

Akan jauh lebih baik jika saat ini kita mengkolaborasikan berbagai lembaga untuk menyelesaikan berbagai masalah. Korupsi diselesaikan dari perspektif politik, komunikasi, kriminologi, dan seterusnya. Tidak mungkin korupsi diselesaikan oleh sebuah lembaga yang hanya memiliki satu sudut pandang saja.

SHOUT! : Bagaimana tanggapan Anda mengenai gerakan konvensional seperti turun ke jalan-orasi-capek-pulang?

Hanif : Banyak orang tidak suka dengan unjuk rasa yang anarkis, dan itu stigma yang ada di pergerakan mahasiswa saat ini. Miris, bahwa pergerakan mahasiswa mulai ditinggalkan oleh aktornya sendiri: mahasiswanya.

SHOUT! : Adakah alternatif untuk mahasis-wa yang tidak mau turun ke jalan?

Hanif : Nah! Pergerakan kontemporer dapat menjadi kolaborasi antar lembaga, bahkan komunitas. Siapa yang terpikir untuk menggabungkan komunitas pergerakan mahasiswa dengan komunitas Standup Comedy ?

Tapi itu yang dilakukan BEM UI pada hari anti korupsi tahun lalu. Mereka mengun-dang Hadi Mandi (Juara 1 Standup Comedy UI Art War 2012) dan banyak orang yang suka!

Pergerakan tidak terasa lagi sebagai hal yang kaku dan anarkis, tapi menyenangkan dan terbuka. Semua orang bisa berkontri-busi dengan cara dan passion mereka masing-masing.

Eduard Lazarus Tjiadarma

Pada SHOUT! edisi 29 April 2013 halaman 16, dalam artikel berjudul “Takor dan Gerakan Mahasiswa” terdapat bagian yang terpotong di bawah yang seharusnya tertulis: “...dinamis. Banyakan mana: Ide yang lahir dari diskusi informal (bahkan awalnya pun tidak jelas) di Takor dibandingkan yang lahir dari rapat di bangku semen atau di MBRC? Suasana dinamis yang mendorong lahirnya ide-ide unik (kadang-kadang gaib kalau melibatkan Sultana Duo) ini yang membawa kita pada hubungan Takor dengan gerakan mahasiswa yang menua, mengeropos, dan makin dogmatis tapi minim fantasi.” Kami

mohon maaf atas kesalahan tersebut.

Hanif-dokumen SIAGA

AS

K IT

OU

T

7SIAGA FISIP UI

Page 10: SHOUT! Edisi mei 2013

Keberadaan gerakan mahasiswa dalam konstelasi sosial politik di negeri ini tak bisa dipandang sebelah mata. Diakui atau tidak, keberadaan mereka menjadi salah satu kekuatan yang selalu dipertimbangkan oleh berbagai kelompok kepentingan (interest group), terutama pengambil kebijakan, yakni pemerintah atau negara. Salah satu elemen gerakan mahasiswa yang memiliki pengaruh signi�kan pada saat ini adalah gerakan mahasiswa yang bergerak dengan passion (gairah atas kegemaran pada bidang tertentu).

Mahasiswa yang bergerak dengan passion berarti bergerak dengan cara yang tidak terkesan konvensional, kaku, dan terbatas pada aturan tertentu. Tren mahasiswa saat ini memang cenderung mengarah pada gerakan-gerakan yang kreatif, seperti melakukian aksi freeze mob, membuat video, atau membuat instalasi yang bersifat kreatif. Tujuannya yaitu menyalurkan pemahaman mereka atas suatu masalah sehingga mudah ditangkap oleh banyak orang, terlebih sampai membuat orang lain turut bergerak.

Transisi dari pergerakan konvensional ke arah pergerakan yang kontemporer menghadapi berbagai kendala. Banyak mahasiswa yang masih terjebak dalam bentuk pergerakan dan romansa atau sejarah pergerakan masa lalu. Ingat bung, bahwa setiap zaman punya momentum yang pastinya berbeda dengan zaman-zaman sebelumnya. Kendala-kenda-la seperti inilah yang harus diatasi. Namun, bukan berarti kita meninggalkan cara-cara

yang bersifat konvensional yang mungkin sudah melekat pada sebagian mahasiswa Indonesia. Kita boleh melakukan penuansaan yang bersifat kreatif. Tapi, apakah cara kita untuk bergerak hanya sampai pada titik tersebut? Bagaimana ketika yang kita hadapi adalah suatu rezim pemerintahan yang tak goyah dengan gerakan-gerakan kreatif yang kita lakukan. Apakah hanya sebatas itu?

Jawaban sebenarnya ada pada setiap diri mahasiswa. Ingin bergerak dengan cara kreatifkah, atau bergerak dengan cara konvensionalkah, itu semua adalah pilihan. Yang penting, bergerak dengan pemaha-man. Persoalan yang harus diselesaikan kemudian adalah posisi mahasiswa yang belum punya keinginan untuk bergerak. Apakah kita harus menyebutnya sebagai seorang apatis? Tentunya tidak demikian.

Ketika kita menyebut mereka sebagai seorang yang apatis, maka itu menunjuk-kan kelemahan kita sendiri karena kita tidak mampu membuat mereka untuk bergerak. Jika kita melihat gerakan mahasiswa pada angkatan pra-kemerdekaan, paska-ke-merdekaan, orde lama dan orde baru, arah pergerakan mahasiswa waktu itu lebih bersifat nation problem oriented dengan melibatkan massa rakyat.

Meski demikian, saat ini masih terdapat kelompok mahasiswa yang memiliki ketertarikan terhadap kajian politik. Mereka ini sebenarnya merupakan kelompok termarginalkan dari kaum mahasiswa itu sendiri.

BERGERAK DENGAN PEMAHAMAN Bergerak! Mahasiswa harus bergerak sesuai tantangan zaman. Namun, pergerakan yang seperti apa yang patut diperjuangkan? Hal ini coba diungkapkan oleh Kepala Departemen Kajian dan

Aksi Strategis BEM FISIP UI, Achmad Eko Prabowo

PO

INT

OF

VIE

W

8 SIAGA FISIP UI 1SIAGA FISIP UI

Page 11: SHOUT! Edisi mei 2013

Mereka yang peduli ini ‘bertahan’ dan membuktikan ‘eksistensi’ dalam bentuk organisasi-organisasi kemahasiswaan seperti BEM, BPM, Dewan Kemahasiswaan atau kelompok studi yang berorientasi kepada kegiatan politik.

Jika kita melihat isu yang sering diambil oleh mahasiswa, isu lokal yang diusung organisasi kemahasiswaan diambil karena tingkat proximity-nya (kedekatan) tinggi. Jarak mempengaruhi minat individu atau kelompok untuk mengangkat sebuah isu. Isu yang diangkat biasanya mengenai kebijakan-kebijakan kampus. Seperti jumlah absensi 75%, naiknya SPP dari tahun ke tahun, atau problem birokrasi kampus yang tak kunjung beres.

Selain itu, gerakan mahasiswa saat ini memiliki kecenderungan memperjuangkan vested interest-nya (kepentingan pribadi) masing-masing. Misalnya, Senat di sebuah fakultas memperjuangkan kepentingan mahasiswanya atau BEM yang mengusaha-kan kepentingan-kepentingan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di bawahnya. Akhirnya malah kesan eksklusif yang justru didapat.

Dampaknya, tenaga dan pemikiran kritis mahasiswa kekinian hanya habis tersedot untuk mengurusi masalah-masalah lokal dan internal kampus (meski tidak di semua Perguruan Tinggi). Sementara, isu-isu nasional dikesampingkan atau tidak disorot sama sekali. Akibatnya, individu atau anggota organisasi kemahasiswaan tersebut terisolasi pengetahuannya tentang perkembangan politik dunia luar.

Di sini gerakan mahasiswa perlu mengatur taktik dan strategi. Problem ini bisa diatasi dengan cara melaku-kan pembagian tugas antar anggota di dalam organisasi. Pembagian berdasarkan urusan internal dan eksternal organisasi. Bagian internal

mengurusi problematika mahasiswa dan kampus (bahkan di beberapa lembaga pendidikan tinggi, fungsi ini diserahkan kepada organisasi lain seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan atau Himpunan Mahasiswa Program Studi). Sedangkan bagian eksternal bermain pada tataran luar, menjalin relasi dengan organisasi kemaha-siswaan ekstra-universiter. Juga membahas isu-isu yang bersifat nation problem oriented.

Jika individu adalah dasar setiap masyar-akat, maka mahasiswa adalah salah satu individu pilihan yang paling banyak kontribusinya di masyarakat, paling dinamis dan berpengetahuan. Masyarakat dapat bangkit bersama gerakan mahasis-wa, sebagaimana masyarakat akan diam jika mahasiswa melalaikan kewajiban dan peranannya.

Oleh karena itu, masyarakat sangat memperhatikan mahasiswa. Mereka mengamanahkan kepada mahasiswa lingkungan tempat ia belajar, mengaman-ahkan kepada guru atau dosen untuk mendidiknya secara individu di atas landasan aqidah dan memperhatikan aspek jasmani, akal, ruh, perasaan, dan emosi. Maupun secara kolektif juga memperhati-kan masyarakat, bangsa, umat, dan agama dengan integritas dan nilai-nilainya. Mereka turut memberikan segenap apa yang dimiliki kepada para mahasiswa yang tidak lain adalah anak-anak mereka sendiri.

Maka, menjadi kewajiban bagi mahasis-wa untuk menjawab tantangan peradaban

dengan memberikan segenap pemikiran, ilmu, dan amal

hingga ia maju bersama masyarakat. Dan masyar-

akat akan berbangga dengan keberadaannya.

Achmad Eko Prabowo

Kepala Departemen Kastrat BEM FISIP UI 2013

“Ingin bergerak dengan cara

kreatifkah, atau bergerak dengan cara konvensionalkah, itu

semua adalah pilihan. Yang penting,

bergerak dengan pemahaman.”

PO

INT

OF

VIE

W

9SIAGA FISIP UI

Page 12: SHOUT! Edisi mei 2013

Mini bus dengan AC alam itu terlihat di depan halte Fakultas Psikologi. Segerom-bolan orang yang membawa simbol-simbol khas UI mulai berkumpul. Jaket-jaket kuning bermakara warna-warni dihiasi dengan emblem-emblem kebanggaan atas organisasi atau kepanitiaan tertentu terlihat mendominasi. Panji-panji lusuh pun dikibarkan setelah lama teralienasi dari detergen. Beberapa orang mengenakan kain yang diikat di lengan. Sebagian kecil dari mereka terlihat mengenakan ikat kepala, mungkin untuk memperlihatkan semangat. Mayoritas dari mahasiswi mengenakan kerudung, khas golongan tertentu. Setelah satu jam dari jadwal pemberangkatan sebenarnya, mereka pun meluncur ke tempat tujuan. Biasanya ke depan istana negara, gedung DPR, atau lembaga negara lainnya. Berpanas-panasan di jalan dengan mengorbankan waktu kuliah. Akhirnya pada sore hari kembali ke tempat tinggalnya masing – masing.

Melihat fenomena tersebut, salah seorang teman saya bertanya, “Ada aksi apa sih hari ini?” Saya jelaskan salah satu gerakan advokasi vertikal yang akan terjadi hari itu dengan panjang lebar, mulai dari latar belakangnya hingga solusi. Agaknya tidak puas, teman saya kembali memper-tanyakan, “Terus kenapa? Apa ngaruhnya dengan gue? Kenapa harus dengan aksi?” Diserang secara bertubi-tubi, saya tertegun sejenak sebelum akhirnya diam karena

belum bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Pengalaman pribadi di atas setidaknya kembali teringat ketika minggu kedua bulan Mei 2013 saya menerima sebuah pesan singkat untuk menulis sebuah opini dengan tema gerakan kontemporer. Sebuah pertanyaan yang kemudian muncul adalah gerakan apa yang disebut sebagai gerakan konvensional yang dianggap sebagai antitesis dari gerakan kontempor-er? Atau katakanlah dengan bahasa kasarn-ya: apa itu gerakan kolot? Apa itu gerakan modern? Komparasi kedua kata tersebut lah yang mungkin akan menyelesaikan pertanyaan paripurna dari tema tulisan ini, yaitu apa itu gerakan kontemporer? Kenapa gerakan dengan label kontemporer itu ada? Dan apa perbedaan antar keduanya?

Gerakan mahasiswa atau secara umum dapat dikatakan sebagai gerakan pemuda seolah tak lepas dari sejarah yang di dalamnya terdapat suatu perubahan. Saya tak mungkin lupa bagaimana simbol #25Jan di dunia kicauan burung biru dapat menggulingkan rezim Hosni Mubarak di Mesir pada 2011 lalu. Apalagi dalam konteks Indonesia, kita semua tak mungkin lupa rezim Presiden kedua negeri Zamrud Khatulistiwa ini pun diturunkan atas nama demokrasi. Semuanya tak lepas dari pemuda atau secara khusus, mahasiswa, melalui gerakan aksi demonstasi turun ke jalan. Lalu, bagaimana keadaan gerakan tersebut saat ini?

YANG PENTING PERUBAHAN NYATA

Apa yang disebut-sebut sebagai gerakan kontemporer?Apa pula yang dinamakan gerakan konvensional yang keberadaannya telah membudaya sejak dahulu di kalangan mahasiswa? Dalam ulasan berikut, Ridha memaparkan perbedaan kedua jenis gerakan itu yang sebenarnya menga-kar pada esensi yang sama.

PO

INT

OF

VIE

W

FIR

ST

SH

OU

T

10 SIAGA FISIP UI

Page 13: SHOUT! Edisi mei 2013

Saya melihat bahwa gerakan itu hanyalah sekadar nama yang mempunyai satu esensi utama, dan diturunkan melalui berbagai macam bentuk (yang kemudian digolong-kan menjadi menjadi dua besar yaitu konvensional dan kontemporer). Esensi dari gerakan itu adalah perubahan. Hal ini sejalan dengan apa yang telah diucapkan oleh Profesor Rhenald Kasali, Founder dari Rumah Perubahan, dalam bukunya berjudul ‘Change’ yaitu, “Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yang bergerak belum tentu menyele-saikan (melakukan perubahan).” Pernyataan tersebut setidaknya mulai bisa digambar-kan dalam kedua bentuk gerakan ini, yaitu konvensional dan kontemporer. Khusus pada gerakan mahasiswa, gerakan konven-sional seolah masih dianggap relevan hingga sekarang (oleh mereka yang katanya sebagai perwakilan mahasiswa), dengan jargon jargon khas militer, aksi turun ke jalan, mengenakan berbagai simbol golongan atau organisasi tertentu, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana dengan gerakan kontemporer? Di sini, gerakan kontemporer tetap mempunyai esensi yang sama yaitu

p e r u b a h a n , namun berbeda dalam hal bentuk. Dengan melekatnya diksi k o n t e m p o r e r, memperlihatkan bahwa gerakan ini lebih dinamis ( b e r a d a p t a s i dengan perkem-

bangan zaman). Gerakan kontemporer ini setidaknya memperlihatkan suatu gerakan yang bersifat horizontal, turun langsung ke masyarakat, non politis (lebih bersifat sosial). Hal ini bisa dijabarkan dengan berbagai macam cara, seperti menonton �lm, bermain musik, pemberdayaan masyarakat (community development),

kewirausahaan sosial (social entrepreneur-ship), dan lain sebagainya. Salah seorang teman saya dari Fakultas Hukum sampai pernah berkata bahwa, “Bahkan kalau lu ngupil dan itu dapat mengubah sesuatu, maka bagi gue itu adalah gerakan.”

Setidaknya hal ini diamini oleh mereka yang sudah jengah dengan gerakan “itu itu saja” dan masuk dalam sistem pemerinta-han mahasiswa pada tahun ini. Beberapa hari lalu, saya mengobrol dengan salah seorang “anak BEM UI” tentang gerakan mahasiswa. Ia mengenalkan suatu konsep unik mengenai objektivikasi gerakan mahasiswa. Menurutnya, gerakan mahasis-wa hanya dide�nisikan oleh sekelompok orang atau katakanlah organisasi tertentu yang akhirnya menampik gerakan mahasis-wa lainnya. Proses ini memperlihatkan bagaimana gerakan mahasiswa masih terjebak romantisme momentum reformasi 1998. Saya pun mengamini argumennya bahwa memang gerakan kontemporer seolah termarginalkan, dialienasi, bahkan bisa jadi tidak dianggap kehadirannya.

Terakhir, saya melihat gerakan konven-sional mulai ditinggalkan karena dianggap kurang relevan lagi untuk sekarang karena tidak memperlihatkan esensinya yaitu perubahan. Dengan dibukanya keran demokrasi sebesar besarnya, ditambah lagi dengan munculnya fenomena media jejaring sosial, wajarlah saya mendengar banyak orang yang mulai melihat sebelah mata atas berbagai gerakan konvensional dengan cara demonstrasi langsung dengan berbagai jargon dan orasi. Saya berharap bahwa apapun bentuk gerakannya, baik konvensional maupun kontemporer, apalagi mengatasnamakan mahasiswa (UI pula) dapat menghasilkan perubahan nyata di masyarakat. Bukan sekadar wacana yang hanya dilupakan oleh sang kala. Semoga.

Ridha Intifadha

Kriminologi 2012

“Bahkan kalau lu ngupil dan itu dapat mengubah sesuatu, maka

bagi gue itu adalah gerakan.”P

OIN

T O

F V

IEW

11SIAGA FISIP UI

Page 14: SHOUT! Edisi mei 2013

BERGERAK, JANGAN HANYA TERGERAK

Dengan adanya gerakan kontemporer, bukan berarti pola konvensional ditinggalkan begitu saja. Setiap mahasiswa akan memilih caranya sendi-

ri-sendiri untuk bergerak. Tak hanya tergerak tapi betul-betul bergerak. Setidaknya, itulah yang ingin diungkapkan oleh Lutfan, staf Aksi dan

Propaganda BEM UI.

Mungkin, stigma dan perspektif kebanyakan orang tentang gerakan sudah mengacu pada demonstrasi dan hal semacamnya. Apabila dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak (air, laut, mesin); (2) pergerakan, usaha, atau kegiatan dl lapangan sosial (politik dsb): ~ kaum buruh. Dalam KBBI, gerakan dicontohkan lewat kaum buruh. Saya melihat banyak fakta dan fenomena terkait yang tersaji di golongan mahasiswa UI. Fenomena ini berupa golongan-golongan yang ingin bergerak, akan tetapi belum tahu atau bahkan tak tahu untuk memulai dari mana. Dalam golongan manusia-ma-nusia itu terdapat kaum borjuis dan proletar. Dengan tipikal masing-masing mereka ingin mencoba mencari jati diri. Mereka mencoba untuk bergerak.

Sulitnya bergerak dalam basis ideologi mengakibatkan manusia-manusia itu bingung dan kembali ke titik awal. Abu-abulah yang mereka pilih dalam menentukan hitam dan putih. Banyak yang kemudian berjuang di jalan passion. Sebuah kata yang penuh kekuatan untuk pencapaian yang indah dalam menyebran-gi sekat-sekat pembatas perjuangan. Dengan kekuatan itu manusia tahu cara menerjang ombak nan tinggi yang menghalang setelah sekat berhasil diterjang. Karena manusia yang bergerak dengan passion memiliki satu keyakinan yang pasti, yaitu "Gerakanku adalah perahu penuh kesenangan yang kunaiki untuk mengarungi lembah masalah rumit yang indah dalam capaian sejati dari rasa cinta dan kontribusi." Tentu saja dibarengi dengan tanggung jawab yang tinggi dan

tetap mengakar pada kepentingan rakyat. Sayangnya, banyak juga orang yang tersesat saat bergerak dengan passion.

Lupa Jati Diri

Hampir 15 tahun Indonesia menjalani romantika reformasi. Dalam era reformasi, semakin banyak masalah yang muncul ke permukaan. Pers yang seharusnya member-itakan masalah dengan berimbang malah ditunggangi berbagai pandangan politik. Ini berbeda dengan zaman sebelum terjadinya reformasi, saat ketika pers dibungkam dan tak bisa menyuarakan jeritan rakyat kecil yang tertindas. Saat itu pers berjuang dan bersatu padu melawan rezim otoriter. Kini, setelah pers mendapat-kan ruang yang cukup untuk berbicara, kepentingan-kepentingan penguasa malah masuk ke dalamnya.

Intervensi kepentingan penguasa dalam pers akan menanamkan ide dan doktrinisa-si kepada rakyat. Ini menyebabkan terben-tuknya pola pikir yang begitu sederhana dan kehilangan rasa kritis. Padahal, banyak masalah negara yang kompleks dan perlu dikritisi, mulai dari pangan hingga birokrasi tingkat elit yang semakin amburadul. Berbagai pengalihan isu akan membentuk opini publik menjadi pro pemerintah. Kasus-kasus besar seperti korupsi tak begitu diperhatikan. Kedaulatan energi, pangan, dan banyak lagi malah tersingkir walaupun ada pembahasannya. Mulai mencuat lagi pembahasannya akhir-akhir ini, tapi mungkin atas dasar kepentingan beberapa orang saja dan selebihnya adalah alat pencitraan menuju kursi Indonesia satu.

PO

INT

OF

VIE

W

12 SIAGA FISIP UI

Page 15: SHOUT! Edisi mei 2013

Masalah lain yang langsung menyinggu-ng kita adalah lunturnya keberadaan gerakan mahasiswa di Universitas Indone-sia. Katanya, Universitas Indonesia berperan sebagai tolak ukur pergerakan mahasiswa di Indonesia. Disebut-sebut UI memiliki sejarah pergerakan yang begitu panjang dan memiliki andil besar dalam perubahan di Indonesia mulai dari tahun 1966-1998. Itulah romantika gerakan yang sangat dibangga-banggakan sehingga kita lupa bahwa perjuangan belumlah selesai, masih banyak permasalah yang ada dan bersera-kan. Sifatnya bahkan lebih kompleks dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Sadar tidak sadar pemerintah sudah mulai mengambil tindakan dan mulai memendam gerakan mahasiswa. Tindakan-tindakan itu berawal dari intervensi pemerintah terhadap kampus dengan cara ikut ambil bagian dalam membuat peraturan. Contoh sederhananya adalah pembatasan jam malam untuk kegiatan mahasiswa di kampus. Pada era sebelum reformasi tak dapat dipungkiri bahwa kegiatan mahasiswa di atas jam 11 malam justur menjadi sangat sentral keberadaannya. Ide-ide revolusioner terbentuk pada saat-saat itu (mungkin terdengar sedikit aneh tapi inilah gambaran realita yang terjadi). Contoh lainnya yang bersinggungan dengan gerakan mahasis-wa yaitu diwajibkannya memiliki surat izin dari Rektorat apabila ingin mengadakan aksi mahasiswa. Hal semacam ini memung-kinkan gerakan mahasiswa yang berupa aksi akan terbaca dan kehilangan taringnya. Gerakan ‘bawah tanah’ pun kehilangan

posisi dalam realitas ini.

Persoalan lain adalah alur kaderisasi yang tersumbat dan sudah tak bersemangat-kan perubahan. Lagi-lagi, pemerintah melalui Rektorat mulai menjulurkan tangann-ya dalam alur kaderisasi di UI.

Contoh saja beberapa sesi OKK UI yang dimasuki kepentin-gan-kepentingan kampus. Sangat berbeda pada tahun-tahun sebelumnya yang mengisi kegiatan kaderisasi di UI dengan aroma pergerakan. Hal ini menyebabkan

gerakan mahasiswa di UI terfokuskan pada isu dalam kampus dan lupa pada isu yang sebenarnya yang lebih besar dan terkait dengan hajat orang banyak di luar sana.

Ada cerita sederhana tentang negeri ini yang saya kutip dari pemberitaan beberapa saat yang lalu. Seorang nenek ditangkap karena mencuri dua buah kakao dan dihukum dengan 2,5 tahun penjara atau denda sebesar 1 juta rupiah. Ternyata motif di balik pencurian ini adalah untuk sekadar mengganjal perutnya yang kosong karena puasanya beberapa hari silam dan juga untuk memberi makan cucunya. Menurut logika hukum memang nenek itu harus dihukum sesuai pasal yang berlaku, tetapi ketika melihat motifnya apakah kita harus tetap menerima operasi hukum yang seperti itu di negara kita?

“Aksi tidak menjanjikan sebuah peruba-han, tetapi tanpa aksi tidak akan ada perubahan.” Menghadapi realita di atas, pemerintah yang katanya adalah public service di negeri ini malah bertindak sewenang-wenang. Sudah sepantasnya lah mahasiswa mulai bergerak kembali sesuai dengan ‘kodratnya.’

Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pemuda-pemudi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran dan telah tercerahkan pemikirannya serta diteguhkan hatinya saat mereka berdiri di hadapan kezaliman. Oleh sebab itu, sepatutnya mahasiswa bergerak untuk mengubah kondisi bangsa menuju masyarakat madani yang adil dan makmur. (alinea pertama Pembukaan UUD IKM UI).

Kedzaliman pemerintah sudah tercium di mana-mana. Lantas sampai saat ini di mana posisi gerakan UI yang katanya sangat hebat, besar dan begitu melegenda? Saya yakin teman-teman di UI dalam hatinya ingin sekali bergerak tapi tak tahu ingin melakukan apa. Ya, dalam hatinya ingin sekali bergerak. Ya, hanya dalam hati…

Muhammad Lutfan Darmawan

Ilmu Politik 2012

Staf Departemen Aksi dan Propagan-da (Akprop) BEM UI 2013

“Oleh sebab itu, sepatutn-ya mahasiswa bergerak untuk mengubah kondisi bangsa menuju masyar-akat madani yang adil

dan makmur.”

PO

INT

OF

VIE

W

13SIAGA FISIP UI

Page 16: SHOUT! Edisi mei 2013

Burung PerkututDi desaku dulu, sewaktu aku mulai mengenal orang, seantero penduduk siapa yang tidak kenal dengan Pak Tua itu. Dikenal begitu karena dia pandai juga berceloteh, sana dan sini. Dia paling sering membicarakan indahnya surga dan bagaimana indahnya desa ini jika dia bikin seperti demikian. "Oh, tentu indah, bukan?" katanya seratus kali sehari. Itu tak hanya dia katakan pada beberapa orang saja. Kepada tukang pukul di desaku, kepada tukang pajak di desaku, kepada penjaga malam di desaku, kepada �lsuf-cendekia di desaku, kepada tukang kredit di desaku, kepada semuanya, kecuali keluargaku dan keluarga yang lain—tukang tulis lain lagi. Sst.. sebenarnya ini cerita yang rahasia. Aku harus menutup erat garis mulutku, tapi aku hendak muntah. Sudah bosan. Jadi sekalian saja kukatakan padamu, ya? Aku sungguh percaya kamu bisa memegang rahasia.

Jadi begini, pukul dua pagi waktu itu—ah, sebenarnya aku lupa persisnya jam berapa, yang pasti waktu itu hari sudah sepi—aku mendengar sayup-sayup suara dari arah 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS 106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT. Karena penasaran mengalahkan suntukku, aku telusuri saja suara-suara itu. Nah, telingaku mulai bisa mendengar cuap mereka: sebuah rencana! Menjadikan Pak Tua itu sebagai kepala desa. Persetanlah resmi atau tidak, jujur atau bohong, bersih atau kotor, semuanya dihalalkan. Karena agama hanya jadi sekedar dialog! Pemanis buatan! Cuih! Ah, maaf, maaf, aku jadi kesal sendiri. Aku sudah terlampau ingin menumpahkan muntahan-ku, sudah mual aku! Baik, maaf menunggu, aku lanjutkan. Pada cerita mereka itu, aku sudah bisa dengar dengan jelas bahwa desaku adalah desa yang kaya, penuh harta berlimpah di mana-mana: emas, pohon, tanah, sawit, dan kolam kami yang luas sekali. Bahkan ada desa lain yang tertarik untuk turut menjarang emas di sungai-sungai kami, atau mencabuti pohon-pohon kami, atau menggondol biji-biji sawit kami. Tapi, ini sudah terlampau modern untuk dekap senjata, harus ada cara lain! Namun Pak Tua mendapat tawaran, kemudian aku dengar dia mengiyakan! Aku lihat salah seorang yang perawakannya asing—mungkin dari desa lain, memberikan seekor unggas pada Pak Tua. Dia berwasiat baik-baik, burung itulah yang akan meloloskan upaya menjadi kepala desa. Setelah itu tak terdengar lagi olehku, perkumpulan itu bubar, sementara aku hanya bertanya-tanya. Esok paginya, bahkan sebelum kokok ayam jago kabarkan pagi, dia teriak-teriak di alun-alun desa. Penduduk sedesa berduyun-duyun tergopoh-gopoh datang. Maklum, maklumat semacam ini hanya datang lima tahun sekali. Sembari ngantuk-ngantuk—sebagian tertidur atau tidak peduli sebenarnya, penduduk desa mendengarkan Pak Tua sedikit berujar—berprosa mungkin."Ini adalah burung

PO

INT

OF

VIE

W

14 SIAGA FISIP UI

Page 17: SHOUT! Edisi mei 2013

garuda! Burung paling langka didunia, cuma ditemukan di desa ini! Saya pemiliknya! Saya penemunya! Dan ini burung ajaib!!" Sebagian mulai melek, sebagian lagi semakin dalam tidurnya—dongeng yang menarik sepertinya. Kemudian dia mengulas panji-panjinya, "Dengan burung ini, percayakanlah, orang susah makan tak punya kerja jadi berada! Kamu mau minta apa saja kebutuhan ada! Orang lapar tinggal bilang! Niscaya anak-anak kita jadi pintar tak mudah dibohongi! Penjahat-penjahat akan kapok sebelum datang! Kamu semua akan dijadikan manusia se-manusia-manusia-nya! Lumpur akan habis menguap! Sampah di kolam kita gara-gara desa sebelah akan ludes! Dan tidak ada desa lain yang akan menjamah emas kita!" Si Rakus tidak puas mendengar kampanye itu,"Belum cukup Pak Tua!" "Baiklah, Kus! Aku tambahkan delapan lagi! Tapi setelah kalian semua mengangkat aku jadi kepala desa! Si Rakus, yang serakah, manggut-manggut setuju, begitu juga yang lain, manggut-manggut. Padahal nama mereka bukan rakus, mungkin sifat bukanlah korelatif dengan nama. Mereka pagi itu mendaulat Pak Tua menjadi kepala desa. Sekilas dia kalem—tapi kupikir tak tegas.

Setelah menjabat, senyum melintang menawan menghias pertengahan pipinya. Dia pakai baju sebagus-bagusnya, 6 juta rupiah, mungkin guna mencirikan dia kepala desa. Dia pun tak mau lagi delman kuda coklat, maunya kuda putih yang punya sistem perlindungan hujan. Dia tak mau lagi makan di warung-warung dengan kami, maunya sepotong keju. Haah.. Sekarang, hari ini, malam ini, sudah dua kali dia menjadi kepala. Tukang ketik desa menyebar-kan koran burung garudanya sukses besar. 8 janji terpenuhi, 8 janji sedang diuji dan mening-galkan sisi positif.. Tapi, yang aku tahu, kami tidak boleh masuk ke ruang kerjanya, rahasia sekali. Kami berbeda, dan dibuat semakin berbeda, sesekali saling pukul. Tukang ketik hanya bekerja di kantornya, tidak di lapangan. Aku pikir dia sedang mengarang. Bandit-bandit masih saja nakal bermain api di desaku, kadang meledak.

Aku punya teman. Si Angon, yang jadi gembala di desa seberang, pulang tak punya bibir, habis dibakar. Sudah si Angon terluka begitu dibabak-beluri oleh desa sebelah, Pak Tua bersikap biasa saja, tak membela sepenuh hati. Batas desa diinjak-injak, Pak Tua pun biasa saja. Semua tukang pukul bangun rumah megah-megah, padahal gajinya harusnya hanya cukup bikin anyaman bambu, seperti guru-guru. Cendekia yang membangkang dari Pak Tua kena tukang pukul. Satu lagi adalah si tukang pajak hobi berlibur, perutnya buncit. Jadilah kami ini. Aku, hanya pemuda yang membicarakan impian-impian manis yang siap dipelintir sistem. Ibuku, pegawai Pak Tua yang bertambah miskin, gajinya untuk si Tukang Pajak. Si Rakus, juga seperti aku, berakhir di awang-awang. Si Angon, mati mendadak, tanpa pembelaan, bahkan dia mati pun hanya cacing yang tahu. Dan masih banyak lagi. Aku jadi curiga, itu bukan burung garuda. Tapi burung perkutut yang mengenakan kemeja biru.

Bardjan - @bardjanIlmu Komunikasi 2012

PO

INT

OF

VIE

W

15SIAGA FISIP UI

Page 18: SHOUT! Edisi mei 2013

Isu kenaikan BBM di tahun ini kembali menyeruak melalui pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (30/4/2013) lalu. Beliau menyatakan secara eksplisit dalam acara Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), “Subsidi bisa dikurangi, dengan menaikkan harga BBM secara terbatas dan terukur.” Nampaknya kenaikan BBM kini telah menjadi opsi bulat dari pemerintah.

Penolakan

Pernyataan Presiden SBY pada Musren-bangnas yang lalu tentu mengantarkan memori kita pada masa sekitar setahun yang lalu. Awal tahun lalu, opsi kenaikan BBM sempat menjadi bahasan hangat dalam kebijakan pemerintah, khususnya DPR. Ini menyusul pada kenaikan harga minyak dunia yang digadang-gadang akan menyebabkan APBN de�sit jika harga BBM bersubsidi tidak disesuaikan dengan indikator kenaikan minyak oleh NYMEX.

Seluruh tawaran pemerintah untuk menaikkan harga BBM dengan berbagai opsi, mentah di kursi kebijakan DPR. Suara mayoritas DPR menolak atas opsi tersebut. Ketika itu, selompok mahasiswa dan massa aksi turun ke jalan, berdemonstrasi menyu-arakan keberatan atas kenaikan harga BBM. Salah seorang pakar ekonomi ternama, Kwik Kian Gie, tercatat telah menuliskan analisanya dalam puluhan artikel di websitenya www.kwikiangie.com menge-nai dampak yang akan terjadi jika BBM

benar dinaikkan.

Tidak hanya perdebatan panas dalam ruang DPR, aspal jalan juga menjadi saksi gelombang penolakan atas rencana kebijakan pemerintah ketika itu. Dalam ruang debat publik yang disiarkan oleh berbagai stasiun televisi, Kwik Kian Gie kerap mendebat sengit Jero Wacik dan Alm. Partowidagdo yang mungkin justru membuat masyarakat semakin bingung dan terpecah pandangannya atas isu ini.

Akan tetapi, di luar perdebatan sengit itu, kenaikan BBM bersubsidi berhasil ditahan. Meski itu berarti APBN menghadapi risiko de�sit hingga jebol. Juga, kesempatan pengalihan alokasi anggaran subsidi BBM untuk optimalisasi fasilitas publik harus tertunda atau dikurangi jumlahnya.

“2013, kenaikan BBM tak terelakkan.” Demikian kutipan dalam website Kemente-rian Perindustrian Republik Indonesia. Dengan sekelumit data yang tercantum dalam laman website tersebut, pemerintah berusaha menyampaikan bahwa kenaikan BBM pada tahun 2013 memang tak terelak-kan lagi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan BBM saya olah dari berbagai sumber. Yang pertama adalah kenaikan harga minyak bumi berdasarkan Indonesian Crude Price (ICP). Kemudian, ada alokasi anggaran subsidi untuk optimalisasi pengembangan fasilitas publik serta alokasi APBN untuk BBM yang tidak tepat sasaran dan tidak merata.

BBM NAIK, PERLUKAH KHAWATIR?

Kenaikan harga BBM sudah hampir pasti. Rentetan dampak yang akan timbul tentu tidak hanya seujung kuku. Melalui sebuah opini, Ha�zh

mencoba mengajak kita untuk memikirkan polemik harga BBM dalam negeri.

MY

NA

TIO

N

16 SIAGA FISIP UI

Page 19: SHOUT! Edisi mei 2013

Subsidi BBM

Orang-orang yang menolak kenaikan harga BBM beranggapan bahwa harga BBM

sebenarnya masih dapat ditekan mengingat surplus yang akan didapatkan juga tidak seberapa layak. Kita kebingungan karena tidak menguasai formula makro dan minim data

valid dalam bermain dengan angka-angka. Kalau sudah demikian, mari kita coba mencernanya dengan logika sederhana.

Apa dampak jangka panjang yang akan terjadi jika alokasi anggaran terus menerus dipertahankan dan tidak sebanding dengan harga pasar internasional? Begini, jika alokasi anggaran tersebut terus dipertahankan maka kesejahteraan juga akan meningkat, bukan? Dengan kesejahteraan tersebut, daya beli masyar-akat ikut meningkat yang diikuti dengan meningkatnya jumlah permintaan. Karena fungsi sederhana dari tabungan adalah tabungan = pendapatan – konsumsi, maka tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi mengakibatkan suku bunga bank menurun. Akibatnya, investasi pun menurun. Kemudian, fase kesejahteraan yang terlihat kini mulai berubah arah.

Sektor riil turut menurun karena minim investasi dan dipengaruhi suku bunga. Jika sektor riil menurun, ini mengakibatkan pengangguran akan kembali melonjak. Tingginya angka pengangguran merupa-kan salah satu indikator rendahnya kesejahteraan masyarakat. Daya beli pun kemudian turun akibat kesejahteraan dan pengangguran yang menurun. Fase ini mempengaruhi in�asi harga-harga yang rendah di mata rupiah, dan ini mengakibat-kan rendahnya ekonomi per kapita Indone-sia pada fenomena alokasi anggaran ini.

Apakah kita terlalu takut untuk mengh-adapi tantangan perkembangan zaman? Penolakan yang terjadi berangsur terang sekaligus redup pada polemik harga BBM. Awal tahun 2013 ini, pemerintah kembali menggodok rancangan kenaikan harga BBM. Rakyat yang mana yang keberatan jika BBM naik? Rakyat kecil yang tidak memiliki kendaraan kah? Atau justru pabrik-pabrik besar dan milik asing yang berdiri mengangkang di atas emosi tuntutan rakyat? Sudah saatnya kita sadar bahwa BBM murah, tidak sepenuhnya untuk rakyat kecil.

(http://www.kemenperin.go.id/artikel/4349/2013-Ke-naikan-BBM-Tak-Terelakan).

Ha�zh Nuur A�f E.MIlmu Politik 2012

MY

NA

TIO

N

17SIAGA FISIP UI

“Sudah saatnya kita sadar bahwa BBM murah, tidak sepenuh-nya untuk rakyat kecil.”

Page 20: SHOUT! Edisi mei 2013

nggar, bermula di Perancis se- bagai ajang pertarungan. Para kesatria, tuan tanah, dan bangsawan Perancis lainnya bergaya layaknya “ayam jantan.” Mereka berduel pedang untuk adu kehormatan. Budaya duel dengan pedang Anggar itu ditiru oleh Spanyol yang kebetu-lan sedang menjelajah dunia. Maka, budaya ini semakin meluas dan terpelihara dengan baik. Kini, Anggar menjadi salah satu cabang olahraga.

Terdapat tiga jenis pedang yang mempu-nyai karakteristik dalam penggunaannya di setiap pertarungan. Yang pertama adalah Foil. Pedang ini unik karena bisa meleng-kung. Ujungnya tumpul (datar/bulat), berpegas, dan bisa naik turun saat menusuk lawan. Bagian bawah pedang bisa dipakai untuk menangkis serta menekan. Sesuai

karakteristiknya, area target dari penggu-naan pedang ini terbatas hanya hingga torso (seluruh badan minus anggotanya, plus di bawah leher).

Èpèe adalah pedang Anggar yang berbentuk segitiga dan mirip parit. Bentuk pangkalnya tebal, dari samping ke ujung berukuran kecil. Ujungnya datar dan berpegas dengan pelindung tangan besar. Bagian bawah pedang berguna untuk menangkis dan ujungnya untuk menusuk. Pedang ini sedikit lebih kaku daripada Foil. Dengan Èpèe, seluruh tubuh lawan bisa menjadi area target.

Selanjutnya ada Sabre yang tak selentur pedang-pedang sebelumnya. Batangan pedang ini bentuknya mengerucut, semak-in ke atas semakin pipih

SAAT PEDANG BERBICARA

En Garde! Pernah dengar kata itu saat menon-ton pertandingan atau latihan anggar? Nah, itu artinya “bersiap” dalam bahasa Perancis. Hilman ingin berbagi informasi unik seputar

Anggar.

18 SIAGA FISIP UI

PO

INT

OF

VIE

W

Page 21: SHOUT! Edisi mei 2013

bentuknya. Sudut pedang tidak tajam dengan ujung berbentuk segitiga. Ada pelindung pada bagian tangan sehingga dapat terhindar dari serangan ke tangan yang kadang memang tidak terlalu berbahaya namun vital sekali. Penggunaan Sabre paling sulit tingkatannya karena bentuk pedang ini hampir “serius.” Area target terbatas hanya pada seluruh bagian tubuh di atas pinggang.

Prinsip sederhana dalam olahraga Anggar adalah berusaha untuk menyentuh bagian lawan sesuai dengan tipe dan peruntukkan pedang demi mendapatkan skor. Sama dengan olahraga lainnya, Anggar memiliki berbagai tahapan

permainan seperti kuda-kuda dan line (pembagian posisi tubuh pemain anggar).

Anggar merupakan salah satu alternatif dari berbagai macam olahraga bela diri yang awalnya hanya untuk mempertahan-kan tradisi para kesatria Perancis era perten-gahan. Melalui duel pedang ini, para pemain Anggar tidak hanya bergaya a la “ayam jantan,” tetapi juga bisa dilakukan sebagai sebuah permainan yang menye-nangkan.

Evangelista, Nick (1996). The Art and Science of Fencing. Indianapolis: Masters Press. ISBN 1-57028-075-4.

Hilman Luth�

Ilmu Politik 2012

Foil and it’s cross section

Èpèe and it’s cross section

Sabre and it’s cross section

Foil target area Èpèe target area Sabre target area

19SIAGA FISIP UI

PO

INT

OF

VIE

W

Page 22: SHOUT! Edisi mei 2013
Page 23: SHOUT! Edisi mei 2013

Merasa punya opini menarik tapi bingung ingin kasih siapa? Merasa gak pede karena gak populer?Daripada bingung, mending kamu kasih tulisan ter-baik kamu ke SHOUT! Biar bisa dibaca oleh seluruh

warga FISIP!

Kirim opini kamu dengan format :A5

Times New Roman 10Spasi 1,5

Maks. 4 halaman

ke [email protected] ‘bergerak’ dengan tulisanmu!

Untuk info lebih lanjut bisa hubungi:Gani 087884283804

Atau mention ke @SIAGA_FISIPUI

Page 24: SHOUT! Edisi mei 2013