8
Sikap, Pengetahuan, dan Perilaku Masyarakat di Kecamatan Pacar Keling sebagai Perwakilan Populasi Penduduk Surabaya Terhadap Diet Rendah Garam Satriyo, D.S 1 ; Ardhany, A.R 1 , Farapti, F 2 ; Mahdi, B.A 1 ; Windradi, C 1 ; Widiastuti, K.N 1 Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya. ARTIKEL PENELITIAN Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021 5 ABSTRAK Pendahuluan : Hipertensi merupakan masalah global di dunia dan diperkirakan pada tahun 2025, 29% penduduk dunia mengalami hipertensi. Modifikasi gaya hidup melalui diet rendah garam merupakan salah satu prinsip tatalaksana dalam menangani hipertensi. Studi kali ini akan meneliti sikap, pengetahuan, dan perilaku masyarakat Surabaya terhadap diet rendah garam. Metode : Studi dilakukan secara cross-sectional dengan melakukan survei kepada 50 peserta dewasa usia 24-71 tahun dari Prolanis Puskesmas Pacar Keling Surabaya dan masyarakat sekitar. Sebanyak 25 peserta Sebanyak 25 peserta prolanis adalah peserta yang memilki penyakit kronis hipertensi dan 25 peserta masyarakat sekitar yang sehat tidak menderita penyakit kronis hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung. Survei menggunakan Questionaire on Knowledge, Attitudes,and Behaviour toward Dietary Salt and Health dari Internasional Consumers dan Organization Panamericana de Salud. Hasil : Dari 50 responden terdiri 17 laki-laki dan 33 wanita dengan 23 berpendidikan lanjut dan 27 berpendidikan dasar. Rerata usia yang menderita hipertensi adalah 51,18 tahun (11,14) dan 84% dengan tingkat pendidikan dasar. Responden wanita me- ngetahui rekomendasi jumlah garam yang dikonsumsi per hari (57,6%) sedangkan responden laki-laki (35,3%). Responden wani- ta berusia 46-71 tahun (66,7% dan 71%) merasa sangat penting untuk melakukan pembatasan asupan garam dan yang berpendidikan dasar terkadang masih menambahkan garam ke dalam masakan untuk menambah rasa gurih dan lezat (39,4%, 45%, 40,7%). Pada kelompok usia, didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok usia 24-45 tahun dengan 46-71 tahun terhadap keinginan memberi label garam pada makanan (83,3% dan 50% p 0,003). Perbedaan signifikan pada responden berpendidikan dasar yang mempunyai keinginan melihat peringatan mengenai label garam (88,9% dan 11,1% p 0,049). Responden tamat sekolah dasar dan sarjana mempunyai perbedaan bermakna terhadap memberi label yang menunjukkan garam dalam gram (66,7% dan 87%, p 0,315). Begitupula dengan keinginan untuk memberi label pada makanan yang menunjukkan garam atau natrium sebagai persentase untuk rekomendasi tiap sajian per hari, didapatkan adanya perbedaan pada kelompok usia 24-45 tahun dengan 46-71 tahun (86,7% dan 55%, p 0,035) serta pendidikan dasar dan sarjana (63% dan 87%, p 0,025). Kesimpulan : Masyarakat mayoritas menyatakan setuju untuk berperilaku hidup sehat melalui diet rendah garam dan mengetahui dampak akibat berlebihnya garam dalam makanan. Usia dan tingkat pendidikan memberi gambaran bahwa mereka yang berusia kurang dari 46 tahun dan berpendidikan lanjut memliki kesadaran lebih baik akan pentingnya memperhatikan kandungan garam pada makanan. Membaca dan penyuluhan diet garam merupakan faktor penting untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya konsumsi garam secara berlebihan. Kata kunci: Sikap, Pengetahuan, Perilaku, Diet Rendah Garam, Hipertensi ABSTRACT Introduction: Hypertension is a global major health problem around the world and become the highest case in 2025, with an estimated 29% population will have hypertension. Lifestyle modification through a low-salt diet is one of the management principles in dealing with hyper- tension. This study will analyze the attitudes, knowledge, and behavior of the people of Surabaya towards low-salt diet. Diterima : April 2021 Disetujui : 28 Juni 2021 Diterbitka : Agustus 2021

Sikap, Pengetahuan, dan Perilaku

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Sikap, Pengetahuan, dan Perilaku Masyarakat di Kecamatan Pacar Keling sebag ai Perwakilan Populasi Penduduk Surabaya Terhadap Diet Rendah Garam

Satriyo, D.S1; Ardhany, A.R1, Farapti, F2; Mahdi, B.A1; Windradi, C1; Widiastuti, K.N1

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Dr. Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, SurabayaFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.

ARTIKEL PENELITIAN

Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021 5

ABSTRAKPendahuluan : Hipertensi merupakan masalah global di dunia dan diperkirakan pada tahun 2025, 29% penduduk duniamengala mi hipertensi. Modifikasi gaya hidup melalui diet rendah garam merupakan salah satu prinsip tatalaksana dalam menangan ihipertensi. Studi kali ini akan meneliti sikap, pengetahuan, dan perilaku masyarakat Surabaya terhadap diet rendah garam.Metode : Studi dilakukan secara cross-sectional dengan melakukan survei kepada 50 peserta dewasa usia 24-71 tahun dari ProlanisPuskesmas Pacar Keling Surabaya dan masyarakat sekitar. Sebanyak 25 peserta Sebanyak 25 peserta prolanis adalah peserta yangmemilki penyakit kronis hipertensi dan 25 peserta masyarakat sekitar yang sehat tidak menderita penyakit kronis hipertensi , diabetesmellitus, dan penyakit jantung. Survei menggunakan Questionaire on Knowledge, Attitudes,and Behaviour toward Dietary Salt and Healthdari Internasional Consumers dan Organization Panamericana de Salud.Hasil : Dari 50 responden terdiri 17 laki-laki dan 33 wanita dengan 23 berpendidikan lanjut dan 27 berpendidikan dasar. Reratausia yang menderita hipertensi adalah 51,18 tahun (11,14) dan 84% dengan tingkat pendidikan dasar. Responden wanita me -ngeta hui rekomendasi jumlah garam yang dikonsumsi per hari (57,6%) sedangkan responden laki-laki (35,3%). Responden wani-ta berusia 46-71 tahun (66,7% dan 71%) merasa sangat penting untuk melakukan pembatasan asupan garam dan yang berpendidikandasar terkadang masih menambahkan garam ke dalam masakan untuk menambah rasa gurih dan lezat (39,4%, 45%, 40,7%). Padakelompok usia, didapatkan per bedaa n yang signifikan antara kelompok usia 24-45 tahun dengan 46-71 tahun terhadap keinginanmemberi label garam pada makanan (83,3% dan 50% p 0,003). Perbedaan signifikan pada responden berpendidikan dasar yangmempu nyai keinginan melihat peringatan mengenai label garam (88,9% dan 11,1% p 0,049). Responden tamat sekolah dasar dansarjan a mempunyai perbedaan bermakna terhadap memberi label yang menunjukkan garam dalam gram (66,7% dan 87%, p 0,315).Begitupula dengan keinginan untuk memberi label pada makanan yang menunjukkan garam atau natrium sebagai persentase untukrekomendasi tiap sajian per hari, didapatkan adanya perbedaan pada kelompok usia 24-45 tahun dengan 46-71 tahun (86,7% dan 55%,p 0,035) serta pendidikan dasar dan sarjana (63% dan 87%, p 0,025).Kesimpulan : Masyarakat mayoritas menyatakan setuju untuk berperilaku hidup sehat melalui die t rendah garam dan mengetahuidampak akibat berlebihnya garam dalam makanan. Usia dan tingkat pendidikan memberi gambaran bahwa mereka yang berusiakuran g dari 46 tahun dan berpendidikan lanjut memliki kesadaran lebih baik akan pentingnya memperhatikan kandungan garampada makanan. Membaca dan penyuluhan diet garam merupakan faktor penting untuk meningkatkan kesadaran akanbahay a konsumsi garam secara berlebihan.

Kata kunci: Sikap, Pengetahuan, Perilaku, Diet Rendah Garam, Hipertensi

ABSTRACTIntroduction: Hypertension is a global major health problem around the world and become the highest case in 2025, with an estimated 29%population will have hypertension. Lifestyle modification through a low-salt diet is one of the management principles in dealing with hyper-tension. This study will analyze the attitudes, knowledge, and behavior of the people of Surabaya towards low-sal t diet.

Diterima : April 2021Disetujui : 28 Juni 2021

Diterbitka : Agustus 2021

Material and Method: The study was conducted in a cross-sectional manner by surveying 50 adult participants aged 24-71 years old fromChronic Disease Management Program in Pacar Keling Public Health Center Surabaya and the surrounding community. A total of 25 ChronicDisease Management Program participants had chronic hypertension and 25 healthy participants from the surrounding community did notsuffer from chronic hypertension, diabetes mellitus, and heart disease. The survey used Questionaire on Knowledge, Attitudes, and Behaviourtoward Dietary Salt and Health from Internasional Consumers and Organization Panamericana de Salud.Result: Of the 50 respondents, 17 were male and 33 were female, with 23 of them had bachelor’s degree and 27 of them had basic educati-on. The mean age of those suffering from hypertension was 51.18 years (11.14) and 84% with basic education level. Female respondents hadbetter knowledge of salt intake recommendation per day (57.6%) while male respondents only (35.3%). Female respond ents aged 46-71 yearsold (66.7% and 71%) expressed that it was very important to restrict salt intake and those with basic education sometimes still add salt to theircooking to bring out the savory and delicious taste (39.4%, 45%, 40.7%). There was a significan t difference between the age group of 24-45years old and 46-71 years old in the desire to label food with salt (83.3% and 50% p 0.003). There was a significant difference in respondentswith basic education who had the desire to check the warnings regardi ng salt labels (88.9% and 11.1% p 0.049). Respondents who graduatedfrom elementary school and undergraduate level had a significant difference in labeling the salt in grams (66.7% and 87%, p 0.315). Likewisewith the desire to label foods which indicated salt or sodium as a percentage for the recommendation of each serving per day, there were dif-ferences between the age group of 24-45 years old and 46-71 years old (86.7% and 55%, p 0.035) as well as basic and undergraduate edu-cation (63% and 87%, p 0.025).Conclusion: The majority of people agree to have healthy lifestyle through low-salt diet and know the impacts of excess salt in food. Age andlevel of education illustrate that those who are younger than 46 years old and have advanced education have better awareness of the im-portance of paying attention to the salt content within their food. Low-salt diet literacy and counseling become important to increase awarn-ess about risk of dangerous effect excess salt consumption.

Keywords: Attitudes, Knowledge, Behavior, Low-Salt Diet, Hypertension

PENDAHULUAN

Hipertensi (HT) merupakan salah satu masalah ke-sehatan yang cukup berbahaya di seluruh dunia

karena hipertensi merupakan faktor risiko utamayang mengarah kepada penyakit kardiovaskulerseperti serangan jantung, gagal jantung, stroke danpenyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakitjantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebabkemati an utama di dunia. Pada tahun 2025 diper -kirak an 29% penduduk dunia akan mengalamihipertensi.1

Menurut American Heart Association (AHA),hipertensi adalah penyakit yang terjadi karenaadanya peningkatan tekanan darah sistolik >140mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg.Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantang -an besar di Indonesia. Hipertensi merupa kan kondisiyang sering ditemukan pada pelayanan kesehatanprimer.1 Hal itu merupa kan masalah kesehatan den-gan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, padatahun 2013 dan meningkat menjadi 34,1% di 2018.2Di samping itu, pengkontrolan hipertensi belumadekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyaktersedia .

Kasus hipertensi tertinggi tertinggi di JawaTimur pada tahun 2015 terletak di Kota Surabayadengan total kasus sebanyak 137.337 kasus danpada tahun 2016 terletak di Kabupaten Pasuruandengan total kasus sebanyak 88.502 kasus. Pada

tahun 2016 penyebaran penyakit ini lebih meratadibandingkan dengan tahun 2015. Perbedaan yangsangat menonjol tejadi di Kota Surabaya. Jumlahkasus hipertensi di Kota Surabaya meskipunmenurun, tetapi Kota Surabaya tetap berada dilim a besar kabupaten/kota dengan jumlah kasushipertensi tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Angkakejadian hipertensi di Jawa Timur pada tahun 2013sebesar 26,2% dan meningkat menja di 36,3% padatahun 2018.3

Sejauh ini penatalaksanaan yang diberikan pada pasien hipertensi terdiri dari terapi farma kologi s dannonfarmakologis. Terapi farmakologis diklasifikasikandalam beberapa kategori yaitu diure tik, betabloker,vasodilator, calsium antagonis, ACE Inhibitor danbloker reseptor angiotensin sedangkan terapi non-farmakologis yang diberikan kepada pasien denganhipertensi adalah memodifi kasi gaya hidup misalnyamengkonsumsi makanan rendah lemak dan garam,mengurangi stres serta tidak mengkonsumsi alkoholdan melakukan olahraga yang tidak terlalu beratsecar a teratur.4

Modifikasi gaya hidup adalah salah satunya lan -das a n dalam pengelolaan hipertensi. Menurutpedom an terbaru oleh American Heart Association,semu a pasien dengan hipertensi harus mengadopsidiet berikut ini saran: peningkatan konsumsi buahsegar, sayuran, produk susu rendah lemak dan nat -rium pengurangan.5

6 Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021

Sikap, Pengetahuan, dan Perilaku Masyarakat di Kecamatan Pacar Keling sebag ai Perwakilan Populasi Penduduk Surabaya Terhadap Diet Rendah Garam. 5–12

Kebutuhan masing-masing orang akan garamberbeda-beda. Banyak faktor yang bisa mem penga -ruhi, seperti aktivitas fisik, usia, sekresi garam melaluiurin, kepekaan individu terhadap garam, adanyapenyakit khusus, suhu, udara dan sebagainya. Untukpenderita hipertensi berat diet rendah garam yangdisarankan adalah 200-400 mg Na/hari sedangkanuntuk penderita hipertensi tidak terlalu berat dietrenda h garam yang disarankan 600-800 mg Na/haridan untuk penderita hipertensi ringan diet rendahgaram yang disaran kan adalah 1000-1200 mgNa/hari.6

Salah satu bentuk dari diet rendah garam adalahDietary Approaches to Stop Hypertension (DASH).Bagaimana menjalankan diet DASH ini yaitu : 1)Kurangi garam pada masakan; 2) Hindari makanankaleng atau olahan; 3) Baca label saat membelimakanan; 4) Konsumsi dalam jumlah porsi yangtepat; 5) Menjalankan diet DASH saat makan direstoran.2

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatandan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secaraterintegrasi yang melibatkan Peserta, FasilitasKesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangkapemelihara an kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatanyang menderita penyakit kronis untuk mencapaikualita s hidup yang optimal dengan biaya pelayanankesehatan yang efektif dan efisien. Tujuan prolanismendorong peserta penyandang penyakit kronismencapai kualitas hidup optimal dengan indikator75% peserta terdaftar yang berkunjung ke FaskesTingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemerik-saan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 danHipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehinggadapa t mencegah timbulnya komplikasi penyakit.7

Prolanis di lingkungan Puskesmas Pacar Keling,Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya berada dibawah wilayah kerja Puskesmas Pacar Keling terdapa t1 prolanis, dilaksanakan tiap hari sabtu pada mingguketiga bulan berjalan.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan olehpeneliti sebelumnya di Puskesmas Pacar KelingSurabaya menunjukan bahwa jumlah pasienhipertensi di Puskesmas Pacar Keling pada usia pro-duktif (18–59 tahun) mulai bulan September hinggaNovember tahun 2015 sebanyak 76 orang denganratarata usia 30 tahun sampai 57 tahun. Jumlahpasien hipertensi di Puskesmas Pacar Keling Surabayameningkat tiap dua bulan kurang lebih 20 orang de -nga n jumlah kunjungan baru pada bulan Septembersebanyak 5 orang, bulan Oktober sebanyak 10 orangdan bulan November sebanyak 19 orang.

Berdasarkan penelitian lainnya di tahun 2015 di-dapatkan data pada penelitian ini terdapat 32 subjek.Pada penelitian ini terbanyak ditemukan pada wanita(68,75%), usia pada pasien berkisar 61-70 tahun(50%), dengan Indeks Massa Tubuh dengan kategoriObesitas I (40,6%), kategori hyperte nsi tingkat 2 (75%),penderita hipertensi tanpa diabetes mellitus (68,75%),keluhan pusing nyeri kuduk (62,5%), Captopril sebagaiterapi farmako logi (58,62%), rujukan ke poli jantung(54,55%), dan rujukan ke Rumah Sakit DokterSoetomo (77,3%). Namun belum ada penelitian lebihlanjut untuk pasien hipertensi dengan usia lebih dari60 tahun yang di lakukan di Puskesmas Pacarkelingterkait sikap, pengetahuan, dan perilak u asupan dietrendah garam pada penderita hipertensi.

METODEKami melakukan studi cross-sectional dari survei

terhadap 50 peserta dewasa usia 24-71 tahun dari pe-serta program prolanis Puskesmas Pacar KelingSurabaya dan masyarakat sekitar. Sebanyak 25 pe-serta prolanis adalah peserta yang memilki penyakitkronis hipertensi dan 25 peserta masyarakat sekitaryang sehat tidak menderita penyakit kronis hiperten-si, diabetes mellitus, dan penyakit jantung. Surveimenggunakan Ques tionaire on Knowledge, Attitudes,and Behaviour towar d Dietary Salt and Health dari Inter -nasional Consumers dan Organization Panamericana de

Tabel 1. Karakteristik Dasar Responden Survey

Satriyo, D.S; Ardhany, A.R, Farapti, F; Mahdi, B.A; Windradi, C; Widiastuti, K.N. 5–12

Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021 7

Salud. Tes validitas dan reabilitas kuesioner kamulakukkan dengan software SPSS versi 24. Hasil darisurvei kami lakukan analisa secara deskriptif .

Instrumen SurveiQuestionaire on Knowledge, Attitudes,and Behaviour

toward Dietary Salt and Health dari InternasionalConsumers dan Organization Panamericana de Saludberisikan 8 pernyataan sikap terhadap diet garam dan20 pertanyaan yang terdiri 11 pertanyaan tentangpengetahuan diet garam dan 9 pertanyaan tentangperilaku terhadap diet garam.

HASILSebanyak 50 responden mengikuti survey ini den-

gan sempurna tanpa ada pertanyaan yang tidak ter-jawab. Seluruh jawaban dari koresponden dima-sukkan ke dalam data dan dianalisis secara statistikamenggunakan data komparasi. Rata-rata usia pasiendengan HT 51,8 (simpang baku ±11,14) tahun lebihtua dibanding dengan pasien non HT 35,92 (±10,07)tahun. Dengan rentang usia antara 24-71tahun, kamimembagi responden dalam dua kelompok yaitu usia24-45 tahun dan 46-71 tahun, dengan hasil 17 orangresponden usia 46-71 tahun mengalami HT (Tabel 1).

Lebih dari setengah koresponden (66%) berjeniskelamin wanita dan seluruhnya berdomisili diSurabaya (Tabel 1). Mayoritas koresponden lulusanpendidikan sarjana (D3, S1, S2) 46% (Tabel 1).Responden yang berpendidikan sarjana lebih banyakyang tidak mengalami HT (19 orang).

Setengah dari koresponden (50%) sebelumnyatelah terdiagnosis oleh HT yang merupakan penyakitpaling sering ditemukan akibat konsumsi garam.8Menurut American Heart Association (AHA), HT diten-tukan bila didapatkan adanya tekana n darah sistolik130-139 mm Hg dengan diastol ik 80-89 mmHg.9Koresponden yang terdiag nosis HT mendapat terapianti hipertensi teratu r yang diberikan oleh FasilitasKesehatan Dasar.

Pengetahuan dan Sikap terhadap Asupan GaramSebagai wujud nyata dari pembatasan asupan

garam, responden wanita mengetahui rekomendasijumlah garam yang dikonsumsi per hari (57,6%)sedangkan responden laki-laki mempunyai jumlahyang hampir sama besarnya (35,3%). Tidak ada perbe-daan yang signifikan pada faktor membatasi jumlahgaram yang dikonsumsi terhadap jenis kelamin dankelompok usia serta pendidikan. Rsponden wanitaberusia 46-71 tahun (66,7% dan 71%) merasa sangatpenting untuk melakukan pembatasan asupan garam

Tabel 2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden Surveyterhadap Asupan Garam

8 Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021

Sikap, Pengetahuan, dan Perilaku Masyarakat di Kecamatan Pacar Keling sebag ai Perwakilan Populasi Penduduk Surabaya Terhadap Diet Rendah Garam. 5–12

meskipun bila distratifikasi berdasar usia, jenis ke-lamin dan pendidikan tidak berbeda bermakna.Responden wanita usia 46-71 tahun yang berpen-didikan dasar terkadang masih menambahkangaram ke dalam masakan untuk menambah rasagurih dan lezat (39,4%, 45%, 40,7%). Hal tersebutmungkin dapat dilatarbela kangi beberapa responden(terutama) yang belum memahami banyaknya jum-lah garam yang dikon sums i per porsi dalam sajian(35,3%) walaupun tidak signifikan. Pada pemahamaninforma si kandungan nutrisi, responden belummnegetahui perbedaan anta ra kandungan natrium dan garam pada label makanan (53%).

Mayoritas koresponden menyetujui variabel untuksikap hidup sehat dengan meminimalkan asupangaram 100%, baik sesuai jenis kelamin, kelompokusia, dan pendidikan (Tabel 2). Koresponden jugamemahami bahwa mengkonsumsi garam dalam jum-lah besar dapat menyebabkan masalah kesehatan(100%). Mayoritas koresponden juga mengertahuibahwa asupan tinggi garam terkait dengan beberapapenyakit serius seperti HT, stroke, serangan jantungnamun hanya sedikit yang mengetahui hubungannya

Satriyo, D.S; Ardhany, A.R, Farapti, F; Mahdi, B.A; Windradi, C; Widiastuti, K.N. 5–12

Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021 9

Sikap, Pengetahuan, dan Perilaku Masyarakat di Kecamatan Pacar Keling sebag ai Perwakilan Populasi Penduduk Surabaya Terhadap Diet Rendah Garam. 5–12

terhadap asma, osteoporosis, dan batu ginjal. Olehkarena itu, mayoritas responden menyetujui untukkonsumsi makanan sehat, mengetahui jumlahkandung an garam dalam makanan (82,4%), membacainformasi nutrisi pada label makanan dan minuman.Sikap responden kelompok usia 24-45 tahun (96,7%)mempunyai perbedaan signfikan (p0,02) dengankelompok usia 46-71 tahun untuk menyetujui perlu -ny a mengetahui jumlah garam yang dikonsumsi(Tabel 2).

Perilaku terhadap Asupan GaramFaktanya, responden laki-laki maupun wanita

(29,4% dan 24,2%) tidak pernah (29,4% dan 24,2%)memperhatikan ada tanda atau label tanpa garamdan rendah garam pada makanan yang dikonsumsi.Bila dianalisis dari sisi usia dan pendidikan, tidak adaperbedaan bermakna antar kelompok terhadap peri-laku memperhatikan label garam pada masakan.Responden laki-laki juga sepertinya jarang (35,3%)membaca label nutrisi pada kemasan makanan. Disatu sisi, responden laki-laki menyetujui danmenginginkan memberikan label pada makanan se-hingga mengetahui kadar garam pada makanan(70,6%). Pada kelompok usia, didapat kan perbedaanyang signifikan antara kelompok usia 24-45 tahundengan 46-71 tahun terhadap keinginan memberilabe l garam pada makanan (83,3% dan 50% p 0,003).Baik responden laki-laki usia muda dan wanita mudamempunyai keinginan cukup kuat untuk melihatperingatan pada makanan dengan label tinggi garam(88,2% dan 96,7% serta 97% dan 90%). Bila dianalisisberdasar pendidikannya, ada perbedaan signifikanpada responden berpendidikan dasar yang mempu -nya i keinginan melihat peringatan mengenai labe lgaram (88,9% dan 11,1% p 0,049). Responden tamatsekolah dasar dan sarjana mempunyai perbedaanbermakna terhadap memberi label yang menun-jukkan garam dalam gram (66,7% dan 87%, p 0,315).Begitupula dengan keinginan untuk memberi labelpada makanan yang menunjukkan garam atau natri-um sebagai persentase untuk rekomendasi tiap sajianper hari, didapatkan adanya perbedaan pada kelom-pok usia 24-45 tahun dengan 46-71 tahun (86,7% dan55%, p 0,035) serta pendidikan dasar dan sarjana(63% dan 87%, p 0,025).

PEMBAHASAN(SIKAP) Hasil dari survey ini meliputi analisis dari

50 jawaban dari responden. Berdasar analisis datakarakteristik subyek penelitian, tidak ada perbedaanyang signifikan antara responden laki-laki dan perem-

puan yang menderita HT dan non HT (p 0,141).Terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata usiaresponden yang mengalami HT (51,8 ± 11,14 tahun)dan non HT (35,92 ± 10,07 tahun) (p,0,05). Padadasarnya, HT merupakan salah satu penyakit yangberhubungan dengan usia. Sesuai dengan surveyoleh National Health and Nutrition Examination Survey,bahwa 70% dari dewasa tua cenderung untuk men-galami HT, diban ding denga n dewasa usia 40-59tahun. Walaupun etiologi HT sendiri masih belumdiketa hui, beberapa efek fisiolo gis usia lanjut yangberpengaruh terhadap HT yaitu termasuk inflamasikronis, disfungsi mitokondria, stress oksidasi, dan dis-fungsi endotel.10

Responden dengan usia kelompok 24-45 tahundengan 46-71 tahun baik yang mengalami HT dan nonHT mempunyai perbedaan yang signifikan (p<0,005).Distribusi usia responden 46-71 tahun (17 tahun)lebih banyak dibanding dengan non HT sedangkanpada kelompok usia yang lebih muda lebih banyakrespon den yang tidak mengalami HT (22 orang). Latarbelakang pendidikan pada peneliti an ini berbedasignifik an (p < 0,05) dari berbag ai kelompok.Contohnya pada pendidikan SD semua respondenmengalami HT (7 orang) sebalik nya pada respondenberlatar belakang pendidi kan sarjana (D3/S1/S2)mayoritas (19 orang) tidak mengalami HT.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwamayoritas responden dari berbagai usia dan latarbelaka ng pendidikan menyetujui sikap untuk hidupsehat (Tabel 2). Hal tersebut dapat dijelaskan denganbeberapa pernyataan bahwa tidak ada perbedaansikap yang bermakna dari berbagai usia dan latarbelakan g pendidikan terhadap kepercayaan menge-nai keinginan untuk mencoba mengkonsumsimakanan sehat, meminimalkan jumlah konsumsilemak dan jumlah garam yang dikonsumsi tiap sajian.

Respon dari subyek dengan usia yang lebih muda berbeda signifikan dengan sikap usia lanjut untukmengetahui kandungan garam dalam makanan (p0.02). Kondisi ini serupa dengan penelitian yang di-lakukan di Australia, bahwa subye k usia muda lebihwaspada mengerti terhadap asupan garam yangdikonsumsi. Penelitian tersebut juga menyebutkanbahwa sekitar 39-58% dari seluruh subyek setujuuntu k memperhatikan asupan makanan sehat.11

Analisis sub grup menunjukkan bahwa sedikit respon -den yang mungkin menjadi alasan untuk tetapmengkonsumsi jumah garam lebih banyak darianjura n World Health Organization (WHO) sekitar 2gram per hari12 yaitu adanya pengetahuan mengenaijumlah kandung an garam dalam makanan serta

10 Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021

keinginan untuk membaca informasi nutrisi padalabe l makanan dan minuman. Hal tersebut dapatmen jad i bahan pertimbangan untuk meningkatkankese hatan populasi dengan pendekatan kesehatanberbasis komunitas.

Sebuah penelitian di Indonesia tepatnya yangdilaku kan di Jogjakarta, mengemukakan bahwamayorit as subyek penelitian yang berusia 55-64 tahunmengalami HT dengan usia menjadi sebuah faktorrisiko yang signifikan Faktor risiko lain yang berperanyaitu laki-laki dan pendidikan serta kondisi sosio -ekonomi yang rendah. Begitupula dengan pernyataansikap subyek pada penelitian tersebut juga menyetu-jui untuk hidup sehat, konsumsi makanan sehat danmengurangi asupan garam serta lemak.13

Membaca informasi label garam merupakan faktorpenting yang berhubungan dengan asupan garam.Responden mengakui bahwa jarang dan hampir tidakpernah menambahkan garam ke dalam ma kanan danmasakan. Sedangkan hal tersebut berkebalikan den-gan pernyataan baik laki - laki maupun wanitamenyetujui bahwa kadang masih mengkonsumsigaram dalam jumlah yang banyak. Meskipun sub gruppengetahuan tidak mempunyai perbedaan bermaknadari kelompok laki-laki dan wanita, dua kelompok usiadan latar belakang pendidikan, namun beberapa haldapat menjadi evaluasi alasan masih tingginya asu-pan garam. Pada poin pengetahuan, masih didap-atkan rendahnya pengetahuan perbedaan antaranatrium dan garam serta rekomendasi jumlah garamyang dikonsumsi, baik pendidikan dasar (55,5%;48,1%) dan sarjana (43,5%; 52,2%).

Hasil yang serupa pada penelitian sebelumnya diJogjakarta bahwa keinginan untuk hidup sehat belumdiikuti dengan pengetahuan yang cukup mengenaiinform asi terhadap pemahaman terhadap anjuranasupan garam yang baik dan penting nya informasikandungan garam pada makanan.13 Beberapa sub-yek mungkin mengeta hui bahwa membatasi asupangaram penting namu n masih terdapat kurangnyapengetahuan mengenai sumber garam pada ma -kanan sehari-hari seperti makanan dalam kemasan,roti, sereal, dan buah-buahan. Informasi daripenelitia n di Australia menyebutkan bahwa kurangdari setenga h subyek yang mengikuti survey, seperti-ga subyek kesulitan membaca label isi makanan. Haltersebut dapat berarti dua hal yaitu kurangnya penge-tahuan subyek atau informasi label makanan yangtidak cukup.11

(PERILAKU) Meskipun dalam penelitian ini subye kdengan pendidikan sarjana relatif banyak (22 orang),namun hal tersebut tidak diiringi dengan kebiasaan

baik dengan memperhatikan dan membaca label ren-dah garam dan nutrisi pada kemasan (47,8%; 47,8%).Usaha untuk memperbaiki perilaku sebenarnya besa rpada kelompok usia 24-45 tahun yaitu 83,3% subyeksetuju untuk memberi label garam pada makanan.Poin ini mempunyai perbedaan bermakna (p 0,003)antar kelompok usia. Kelompok pendidikan sarjanamayori tas (88,9%) ingin melihat peringatan yang tegastentang label tinggi garam pada kemasan makananberbeda bermakna antar kelompok (p 0,049). Begitupula dengan perilaku ingin memberi label padamakanan yang menunjukkan asupan garam yang di-rekomendasikan per hari, terdapat perbedaanbermakna antar kelompok usia 24-45 tahun (86,7%; p0,035) dan pendidikan (87%; p 0,025).

Perilaku ini serupa dengan subyek penelitianAustralia yang menunjukkan bahwa sepertiga darires pondennya membeli label yang dapat me nun juk -kan isi garam atau natrium dalam makanan.11 Hal inimungkin sulit diaplikasikan pada seluruh subyekkaren a rendahnya pendidikan dari subyek penelitianmenyebabkan kesulitan untuk membaca bahkanmemberi label isi garam atau natrium pada ke-masan.13 Penelitian sebelumnya menemu kan bahwalabel yang tepat mengenai peringatan isi garam padamakanan lebih mudah diterima. Informasi yang tepatterhadap kandungan garam- natrium membantupasien untuk mengerti jumlah garam yang dikonsum-si.14 Oleh karena itu, pembuatan label kemasanmakanan sangat dianjurkan dan membantu untukmenurunkan asupan garam.

KESIMPULANStudi ini merupakan penilaian awal tentang

evaluas i sikap, perilaku, dan pengetahuan masyarakatSurabaya terhadap diet rendah garam. Pada dasarnyamasyarakat menyatakan setuju untu k berperilakuhidup sehat melalui diet rendah garam dan menge-tahui dampak akibat berlebihnya garam dalammakanan. Usia dan tingkat pendidikan memberi gam-baran bahwa mereka yang berusia kurang dari 46tahun dan berpendidikan lanjut lebih sadar akanpentingnya memperhatikan kandungan garam padamakanan. Studi ini memberi gambaran sikap danpengetahuan diet rendah garam yang baik akan mem-bawa kesadaran terhadap perilaku untuk memper-hatikan kandungan garam pada makanan.

Penulis menyadari beberapa keterbatasan pada penelitian ini seperti terbatasnya jumlah sampel danmetode pengambilan sampel. Metode non probabilitysampling method mungkin meru pakan metode yangcocok. Selain itu, kami juga tida k mengelompokkan

Satriyo, D.S; Ardhany, A.R, Farapti, F; Mahdi, B.A; Windradi, C; Widiastuti, K.N. 5–12

Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021 11

Sikap, Pengetahuan, dan Perilaku Masyarakat di Kecamatan Pacar Keling sebag ai Perwakilan Populasi Penduduk Surabaya Terhadap Diet Rendah Garam. 5–12

12 Jurnal Kedokteran Indonesia Vol. 7, No. 1 l Mei - Agustus 2021

subyek ke dalam tingkatan stadium hipertensi se-hingga tidak mampu mengevalu asi peran garamterhad ap HT.

DAFTAR PUSTAKA1. Arnett DK, Blumenthal RS, Albert MA, Buroker AB, Goldberger ZD,

Hahn EJ, et al. 2019 ACC/AHA Guideline on the Primary Preventionof Cardiovascular Disease: Executive Summary. J Am Coll Cardiol.2019;74(10):1376–414.

2. Riskesdas K. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta; 2018. 3. Jatim D. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Jawa Timur 2018.

Jakarta Badan Penelit dan Pengemb Kesehatan, KementrianKesehat Republik Indones. 2018;1–82.

4. Nerenberg KA, Zarnke KB, Leung AA, Dasgupta K, Butalia S,McBrien K, et al. Hypertension Canada’s 2018 Guidelines forDiag nosis, Risk Assessment, Prevention, and Treatment ofHyper tension in Adults and Children. Vol. 34, CanadianJournal of Cardiology. Canadian Cardiovascular Society; 2018.506–525 p.

5. Schwingshackl L, Chaimani A, Hoffmann G, Schwedhelm C, BoeingH. Impact of different dietary approaches on blood pressure inhypert ensive and prehypertensive patients: Protocol for asystema tic review and network meta-analysis. BMJ Open.2017;7(4).

6. WHO. salt reduction. Salt reduction. 2016. 7. BPJS. Panduan praktis Prolanis (Program pengelolaan penyakit kro-

nis). BPJS Kesehatan. 2014;

8. Raj SE, Mei TL, Redzuan AM. Dietary salt intake: History, asses-sment, and benefit in hypertensive treatment. Asian J Pharm ClinRes. 2016;9(October 2016):39–42.

9. Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE, Col lins KJ,Himmelfarb CD, et al. 2017 ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ ASPC/NMA/PCNA guideline for the prevention, detec-tion, evaluation, and management of high blood pressure in adults:Executive summary: A report of the American college of cardiolo-gy/American Heart Association task . Vol. 71, Hypertension. 2018.1269–1324 p.

10. Buford TW. Hypertension and aging. Ageing Res Rev. 2016;26:96–111.

11. Grimes CA, Kelley SJ, Stanley S, Bolam B, Webster J, Khokhar D, etal. Knowledge, attitudes and behaviours related to dietary saltamong adults in the state of Victoria, Australia 2015. BMC PublicHealth. 2017;17(1):1–16.

12. Alawwa I, Dagash R, Saleh A, Ahmad A. Dietary salt consumptionand the knowledge, attitudes and behavior of healthy adults: across-sectional study from Jordan. Libyan J Med [Internet].2018;13(1). Available from: https://doi.org/10.1080/19932820.2018.1479602.

13. Wicaksana AL. Knowledge, attitude and behavior toward dietarysalt: The nescience among hypertensive patients in Indonesia. IntJ Res Med Sci. 2017;5(8):3413.

14. Hanbazaza MA, Mumena WA. Knowledge and practices related tosalt intake among saudi adults. Int J Environ Res Public Health.2020;17(16):1–10.