SILSILAH NASAB DZURRIYAH · Web viewNur Aliyah Nabilah Moch Luqmanul Hakim Mustofa Alamat Prambanan Yogjakarta. Menikah dengan Nuri Isnaini Ummi Sa’diyah Menikah dengan Drs Sholichul

Embed Size (px)

Citation preview

SILSILAH NASAB DZURRIYAH

KH Muhammad Shiddiq dan lebih dikenal dengan nama Kyai Shiddiq atau Mbah Shiddiq, adalah seorang muballigh/da'i yang awal berjasa menyebarkan islam di kabupaten Jember yang dilanjutkan oleh para kader-kader muballigh/da'i-nya sehingga kabupaten Jember menjadi daerah islami. Terbukti sekarang banyak kyai/ulama, sejumlah + 3000 masjid, sejumlah + 750 pesantren dan sejumlah + 1000 lembaga pendidikan Islam lainnya di kabupaten Jember. Kyai Shiddiq meninggal di Jember pada hari Ahad Paing jam 17.45 tanggal 2 Romadlon 1353 H./9 Desember 1934 M. dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Turbah Jl Gajahmada Condro Jember.

Sebagai Kyai terkenal dapat diketahui dari makamnya di Turbah Kampung Condro atau jalan Gajahmada dikota Jember yang banyak diziarahi ummat Islam. Bahkan Para Peziarah yang datang untuk berzikir membaca tahlil ada yang berdatangan dari Jawa Barat pada hampir setiap malam Jumat dengan berombongan kendaraan bus. Selain itu, jasa beliau sbg Muballigh awal di Jember yang berjasa mendirikan pesantren awal dan 13 masjid sebagai langkah awal penyebaran islam di Jember.

Setelah pengembaraan mencari ilmunya, Kyai Shiddiq mendirikan pesantren sebagai pengabdian ilmunya di masyarakat, mula-mula di Lasem. Kemudian sekitar tahun 1884, beliau dalam usia 30 tahun hijrah ke Jember dan mendirikan pesantren dikampung Gebang Jember. Kemudian pada tahun 1918, beliau berusia 64 tahun pindah kekampung Talangsari Jember dan mendirikan pesantren yang kemudian sekarang dikenal sebagai Pesantren Ash-Shiddiqi Putra (PPI ASHTRA) di jalan KH Shiddiq 201 Jember yang diasuh oleh Gus H Firjaun bin KH Achmad Shiddiq. Pesantren di Gebang kemudian dilanjutkan oleh putranya (KH Machmud) dan kemudian dipindah ke kampung Tegal Boto yang sekarang dikenal sebagai Pesantren Al-Jauhar yang diasuh oleh (alm) Prof. DR. KH Sahilun A. Nasir M.PdI.

Melalui pesantren inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berkembangnya islam di Jember melalui strategi pengkaderan santri dan mendirikan masjid-masjid sebanyak +15 masjid yang tersebar diberbagai wilayah Jember, termasuk Masjid Jamik Al-Baitul Amin dijantung kota Jember. Terbukti, para santrinya tersebut yang kemudian menjadi kyai/muballigh/da'i yang menyebar-luaskan pengajaran islam dipelosok Jember melalui masjid-masjid yang telah dirintis beliau tersebut.

Beliau lahir tahun 1453 H (1854 M) di pedukuhan Punjulsari Desa Waru Gunung Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Lokasi pedukuhan Punjulsari perkebunan dan hutan sehingga beliau adalah Arek Ndeso. Menurut Garis nasab yang dicatat KH. Achmad Qusyairi bin KH Muhammad Shiddiq dan catatan KH. Abdul Halim bin KH Muhammad Shiddiq, menyebutkan Mbah Shiddiq keturunan kyai-kyai agung yang sambung nasab kepada Rosulullah Muhammad SAW.

Dan garis ayah, KH. Muhammad Shiddiq bin KH Abdullah (makam di Laut Merah) bin KH. Sholeh (makam di Lasem) bin KH. Asy'ari bin KH. Azroi bin KH Yusuf (makam di Pulandak Lasem) bin Sayyid Abdurrachman Al-Basyaiban (makam di Lasem) yang berjuluk Mbah Sambu alias Raden Muhammad Syihabuddin Sambu Digdodiningrat.

Sedangkan dari garis ibu, KH. Muhammad Shiddiq binti Nyai Hj. Aminah (di makamkan di Jepara) bin Abdul Karim bin Penghulu Purwodadi bin Demang Sahid Imam (Kasruhan), bin Husein (Tuyuan), bin Waliyulloh Achmad (Lasem) bin Sayyid KH. Achmad Sholeh (Pati Raden KH. Abdul Adzim (Penghulu Lasem) bin Sayyid Abdurrachman Al-Basyaiban.

Pertemuan nasab garis ayah dengan garis ibunya Sayyid Abdurrachman Al-Basyaiban yang berjuluk Mbah Sambu alias Raden Muhammad Syihabuddin Sambu Digdodiningrat Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban tsb mempunyai 6 orang putra

1. Raden Sayyid KH. Jazuli (Waliullah dari Tuyuan)

2. Raden Sayyid Muhyiddin

3. Raden Sayyid Qosim

4. Raden Sayyid Yusuf (Menurunkan KH. Abdulloh)

5. Raden Sayyid Imam

6. Raden Sayyid KH. Abdul `Adzim (menurunkan Ny Hj Aminah)

Data nasab ini dapat tersajikan karena silsilah nasab bagi para ulama penting sekali yaitu menyangkut menjaga keluhuran akhlaq yang telah ditanamakan oleh para Leluhurnya. Dan tradisi mencatat nasab serta menjaga silaturahmi antar par ulam aadalah tradisi bangsa arab. Bangsa Artab mengenal istilah Syajaroh yaitu Catatan beranting mulai dari nenek moyangnya sampai keturunan dibawahnya. Dan konon dari istiklah Syajaroh inilah pengertian Sejarah dirumuskan.

Tetapi Catatan Nasab yang dalam tradisi sekarang dikenal sebagai Bani sudah dikenal sbg tradisi Arab sebelum Rosulullah Muhammad SAW. Selain kebaikan silaturrahmi tetapi pada sisi lain dapat menunjukkan kejelekannya yaitu akan muda taassub / sombong terhadap nama besar moyangnya.

Pada konteks inilah, Kyai Shiddiq Tak pernah menunjukkan keterangan asal-usul nasabnya saat ditanya oleh para putra-putranya. KH Achmad Qusyairi pernah menanyakan hal ini kepada beliau tetapi dijawab: Tak perlu tahu dan tak perlu dicari. Maksud Kyai Shiddiq adalah agar anak cucunya menghindar dari kesombongan dengan cara menyembunyikan nasabnya itu. Sungguhpun demikian, justru KH Achmad Qusyairi-lah yang melacak sampai ketemu catatan nasab ini. Pencarian catatan nasab ini dengan croscek kepada Catatan Syajaroh milik Habib Achmad bin Sahal al-Basyaiban dan Catatan Syajaroh Sayyid Ali. Bahkan, KH Hasan Abdillah cerita tentang KH Hamid (menantu KH Achmad Qusyairi) Pasuruan, melalui karamahnya yang dapat berkomunikasi dengan Mbah Sambu.

Menurut Kyai Hasan Abdillah (Glenmore Banyuwangi) yang mengutip dari keterangan ayahnya, almarhum Kyai Qusyairi tentang Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban alias Mbah Sambu alias Raden Muhammad Syihabuddin Sambu Digdodiningrat. Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban adalah 27 keturunan langsung (nasab) dari Rasulullah SAW. yang silsilahnya sebagai berikut :

1. Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban alias Mbah Sambu (makam di Lasem, Rembang)

2. bin Sayyid Muhammad Hasyim.

3. bin Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban

4. bin Sayyid Abdullah

5. bin Sayyid Umar.

6. bin Sayyid Muhammad

7. bin Sayyid Achmad

8. bin Sayyid Abubakar Basyaiban

9. bin Sayyid Muhammad Asy'adullah

10. bin Sayyid Hasan At-Taromi

11. bin Sayyid Ali

12. bin Sayyid Muhammad Al Fagih Muqoddam (makam di Hadramaut Yaman)

13. bin Sayyid Ali

14. bin Sayyid Muhammad Shohibi Mirbat (makam di Zafar, Hadramaut Yaman)

15. bin Sayyid Ali Khaliq Qosim (makam di Tarim, Hadramaut Yaman)

16. bin Sayyid Alwi (makam di Bait Jubair, Hadramaut)

17. bin Sayyid Muhammad (makam di Bait Jubair, Hadramaut)

18. bin Sayyid Alwi (makam di Samal, Hadramaut)

19. bin Sayyid Abdullah Ubaidillah (makam di Al-Ardli Burt Hadrai)

20. bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir (makam di Basra Tarim, Hadramaut Yaman)

21. bin Sayyid `Isa An-Naqib (makam di Basrah, Iraq)

22. bin Sayyid Muhammad An Nagib (makam di Basrah, Iraq)

23. bin Sayyid Ali Al -'Uraidi (makam di Madinah)

24. bin Sayyid Ja'far Ash-Shodiq (makam di Madinah)

25. bin Sayyid Muhammad Al-Bagier (makam di Madinah)

26. bin Sayyid Ali Zainal Abidin (makam di Madinah)

27. bin Sayyidina Husein

28. binti Fatimah Az-Zahroh RA, Isteri Sahabat Sayyidina Ali Al Murtadlo RA (makam di Baqi Madinah, saudi Arabia)

29. bin Rosulullah Muhammad SAW (makam di Masjid Nabawi Madinah, Saudi Arabia)

Keterangan tambahan Kyai Hasan Abdillah tentang Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban alias Mbah Sambu alias Raden Muhammad Syihabuddin Sambu Digdodiningrat juga memiliki nama lain yaitu Pangeran Kusumo yang konon adalah calon Raja Mangkunegoro IV di Solo. Ia menjadi calon raja dalam usia kanak-kanak karena ayahnya, yaitu Sunan Ngalogo (yang disebutnya pada nama Sayyid Muhammad Hasyim) yang sudah wafat saat Kakeknya yang berjuluk Mangkunegoro III sedang memangku kerajaan Mangkunegaran Solo. Konon Pangeran Kusumo akan dibunuh oleh segolongan kerabat istana yang ingin merebut kekuasaan tetapi berhasil diselamatkan oleh Abdi setianya, yang memasukkannya dalam bangkai seekor sapi yang dihanyutkan ke sungai Solo.

Anehnya, bangkai tsb nyangkut dipinggir sungai lokasi Pesantren Kyai Sambo (nama desa di kab Lamongan). Tak ada keterangan yang valid apakah nama Kyai Sambo itu menunjukkan namanya atau asal daerahnya. Selanjutnya, Sang Pangeran tsb menjadi santri Kyai Sambo. Sang Pangeran tsb tumbuh menjadi Ulama yang berdakwah didaerah Lasem dan sekitarnya sampai wafatnya yang kemudian dimakamkan di Masjid Jami Lasem. Karena Sang Pangeran Kusumo tsb berasal dari desa Sambo maka dikenalah beliau dengan julukan "Mbah Sambu alias Kyai Sambu".

Keterangan lain dari Catatan Kyai Halim Shiddiq tentang Silsilah Kyai Sambu keatas sbb: Sayyid Abdurrachman al-Basyaiban alias Pangeran Muhammad Sihabuddin Sambu Digdodiningrat yang berjuluk Kyai Sambu bin Raden Tumenggung Joyonegoro bin Pangeran Alit bin Pangeran Joyokusumo bin Pangeran Selarong bin Raden Kyai Ageng (Joko Tingkir) binti Raden Ayu Pambayun (istrinya Joyodiningrat) bin Raden Brawijaya Prabudoyo bin Raden Damarwulan bin Raden Hudari bin Raden Hadiwijaya bin Raden Hardjokusumo bin Maulana sayyid Achmad bin Maulana Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) bin Maulana Sayyid Al-Amir Syech Ghozi Ibrahim bin Sayyid Jamaludin Husain bin Sayyid Muhammad Syah bin Sayyid Abdulloh bin Sayyid Abdul Malik bin Sayyid Ali bin Sayyid Muhammad Sohibi Mirbat dan seterusnya sama dengan versi KH Achmad Qusyairi. Versi lain dari Silsilah Kraton Solo, Kyai Sambu bin Raden Sumonegor (Bupati Lasem) bin Pangeran Joyokusumo bin Pangeran Hadiwijaya bin Pangeran Mas (Adipati Pajang) bin Pangeran Benowo (Sultan Pajang kedua) bin Sultan Hadiwijaya (Sultan Pajang kesatu). Kedua versi tersebut menyebutkan Mbah Sambu adalah keturunan Joko Tingkir yang memiliki nama kecil Mas Karebet alias Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan