Simantika Al-qur'an (Teori Makna)

Embed Size (px)

Citation preview

TEORI DENOTASI DAN KONOTASI{study komparatif makna ayat-ayat Al-Quran}Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah:

Semantika Al-Quran Dosen Pengampu: Prof.Dr.Moh.Sahiron, phil

Disusun Oleh Ali Farhan (07530007)

JURUSAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

TAFSIR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009Pendahuluan Kajian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata untuk meneliti makna kata, bagaimana asal mulanya, bahkan bagaimana perkembangannya, dan apa sebab-sebanya terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa. Disini penulis mencoba sedikit mengkaji makna kata dengan menggunakan teori konotasi dan denotasi dengan harapan membuka cakrawala keilmuan kita dan mengembangkan pemahaman kita tentang1

makna-makna yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Quran Pembahasan Roland Barthes dan Teori Konotasi Denotasi. Roland Barthes adalah seorang tokoh semiotika1 penganut madzhab Strukturalisnya Saussure, jadi tidak jauh berbeda dengan konsep Strukturalis ala Saussure2 yang tetap menganggap bahwa dalam tanda linguistik terdapat dua sisi yang saling berhubungan, yaitu penanda yang diistilahkan oleh Barthes dengan Expression, dan petanda yang diistilahkan dengan Content, kemudian keduanya terjadi Relasi (hubungan) yang menimbulkan makna Denotasi atau makna sebenarnya. Kesatuan expression yang berhubungan dengan content yang kemudian menimbulkan makna denotasi disebut sebagai sistem I, sedangkan dari sistem I ini kemudian berhubungan dengan content kedua yang akhirnya memunculkan makna Konotasi atau makna tidak sebenarnya. Dan kesatuan proses tadi sampai timbulnya makna konotasi kemudian disebut sitem II. Makna konotasi yang terus menerus akan menjadi Mitos, dan mitos yang terus-menerus akan menjadi Ideologi. Ketika saussure hanya berhenti sampai pada hubungan penanda dan petanda, maka Barthes meneruskan konsentrasinya pada makna konotasi yang timbul dari hubungan antara kedua tanda linguistik tersebut. Jika content berubah-ubah dari expresi yang tunggal, maka content-content tersebut dinamakan dengan makna Konotasi, sedangkan jika content-nya tetap dan expresinya yang berubahubah, maka itu dinamakan dengan Metabahasa. Ayat 60 dari surat Al-Anfal mencoba meninjau makna konotasi dan denotasi. Ayat itu berbunyi : rr&ur Ngs9 $B OFstG$# `iB ;oq% Bur $t/h @y9$##) cq7d ? m/ rt !$# N2rtur tyz#uur `B OgRr w NgtRqJn=s? !$# NgJn=t 4 $tBur (#q)Z? `B &x @6y !$# $uq N3s9) OFRr&ur w cqJn=? Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, dan musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). Teori ini jika kita terapkan pada ayat diatas adalah, tidak begitu jauh berbeda dengan konsep penanda dan petanda ala Saussure3. Seperti yang ada pada lafadz ini berposisi menjadi1 Tafsir Semiotic merupakan penafsiran yang lebih melihat pada analisa tentang bagaimana sistem penandaan yang berfungsi pada teks al-Quran 2 Saussure dianggap sebagai bapak semiologi, dengan teori semiotiknya yang terkenal dengan Struturalisme 3kata yang secara akar bahasa berasal dari kata yang diartikan takut/gentar. Sedangkan kata mayoritas mufassir mengartikan menakut-nakuti. Lafadz berposisi sebagai sebuah penanda karena bersifat material, sedangkan petanda dari lafadz tersebut berupa konsep yang muncul dari kata bisa berupa tindakan menakut-nakuti saja, dan bisa juga muncul konsep dalam benak kita yaitu menakut-nakuti dengan adanya unsur goncangan dan mungkin juga menakut-nakuti dengan adanya unsur teror. Karena menurut Saussure hubungan antara penanda dengan petanda

penanda yang dalam bahasa Barthes adalah expression atau ucapan, sedangkan petanda yang berupa konsep yang dalam bahasa Barthes adalah content atau isi adalah konsep tentang menakut-nakuti. Adanya hubungan antara expresi dan content kemudian memunculkan makna denotasi yaitu makna menakut-nakuti yang sesungguhnya. Dari makna denotasi tersebut, maka muncullah makna konotasi dari yang bisa berupa menakut-nakuti dengan teror statement, menakut-nakuti dengan pelecehan, menakut-nakuti dengan ancaman, menakut-nakuti dengan penyerangan atau bahkan menakut-nakuti dengan tindakan pengeboman. Maka semua itu dinamakan makna konotasi. Dan jika content-nya tetap yaitu konsep tentang menakut-nakuti, akan tetapi expresinya berbeda-beda, seperti kata menghujat, mengancam, menghardik, meneror, menyerang, atau mengebom, maka hal tersebut dinamakan metabahasa.4 Dari beberapa tokoh semiotik, kiranya memang Roland Barthes-lah yang terlihat lengkap dalam mengungkapkan apa yang terpancar dari proses pemikiriran tentang suatu petanda dibanding tokoh-tokoh lainnya seperti Saussure yang terkesan hanya memberikan metode dengan menggambarkan tentang keterkaitan antara tiga unsur dalam proses pemikiran dan Pierce yang justru menggambarkan tentang keterkaitan hasil suatu interpretasi dengan interpreter selanjutnya dan iluminasi-iluminasi seterusnya. Oleh karena itulah penulis di sini berusaha ingin mencontohkan lebih dalam tentang teori yang dikembangkan oleh Roland Barthes tersebut. 1. Denotasi Dari beberapa pemikirannya yang pertama adalah ia mengungkapkan bahwa suatu kata menunjukkan adanya satu artian kata sebagai maksudnya. Hal ini disebut dengan makna denotasi. Menurut hemat penulis kalau dalam al-Quran pengambilan makna seperti ini lebih cocok bila digunakan pada kalimat isim atau kata benda, lebih-lebih pada cerita-cerita masa lalu baik yang telah terbukti maupun belum sebagai penggambaran atau tamsil bagi pembacanya. Suatu contoh dari makna ini tergambar pada lafadz dari surat al-Fiil: 1, Os9r& ts? y#x. @ys y7 /u =ptr'/ @9$# Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu Telah bertindak terhadap tentara bergajah Lafadz al-fil pada ayat di atas memang menunjukkan arti yang sebenarnya, yaitu gajah yang mana ayat tersebut menceritakan pasukan gajah saat-saat penyerbuannya ke kota makkah. Selain itu ada contoh lainnya yaitu lafadz dan pada surat Ibrahim: 19, yang berupa konsep menakut-nakuti itu bersifat mana suka atau arbitrer. 4Richard E. Palmer, Hermeneutics, Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer. Evanston:Northwestern Univ. Press, 1969, hal. 12-32

3

Os9r& ts? cr& !$# Yn=y{ NuqyJ9$# uF{$#ur d,pt:$$/ 4 b) 'to `N37d N'tur 9,=s2 7y Tidakkah kamu lihat bagaimana Allah telah menciptakan langit dan bumi, apabila Ia berkehendak, Ia menghilangkan kalian dan mendatangkan nya dengan makhluk (ciptaan) baru. Lafadz dan pada ayat diatas berarti langit dan bumi sebagai bentuk perumpamaan bagi manusia ataupun pembacanya. 2. Konotasi Yang dimaksud dengan ungkapan ini adalah suatu lafadz tertentu mempunyai beberapa artian kata. Pada penafsiran ini konten makna lebih luas dari pada ekspresi atau penandanya, seperti penafsiran pada lafadz yang terdiri dari tiga huruf pokok . - Adakalanya lafadz tersebut berarti tidak bisa melihat karena gelapnya hari dan tidak adanya pelita. Hal tersebut digambarkan pada surat al-Baqarah: 18, BL N3/ J Ngs w tbq_t Tuli (tak bisa mendengar), bisu (tak berkata), buta (tak bisa melihat) Adakalanya juga menunjukkan arti orang yang buta hatinya meskipun tidak buta matanya, seperti terdapat pada surat Yunus: 43, Nk]Bur `B Zt s9) 4 |MRr'sr& ksE }J9$# qs9ur (#qR%x. w cr 7 Sebagian dari mereka merupakan orang yang memperhatikanmu, apakah engkau mampu memberikan petunjuk meskipun mereka tidak memperhatikanmu. Ada juga yang menunjukkan bahwa lafadz tersebut merupakan panggilan untuk orang tersesat yang tidak mengakui bahwa al-quran itu suatu yang haq, seperti pada surat Rad: 19 yJsr& On=t !$yJRr& tA R& y7s9) `B y7i/ ,pt:$# `yJx. uqd` #$}#yJr& 4 $oV) .xtGt (#q9'r& =t69F Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran Adakalanya menunjukkan arti orang yang buta matanya, seperti terdapat pada surat al-Anam: 50, b) 7?r& w) $tB #yrq n