Upload
mansurfauzi
View
87
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
علوم القرأن
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah“Studi al-Qur’an Hadis Tematik”
Dosen Pengampu:Dr. H. M. Sa’ad Ibrahim, M.A
Dr. H. M. Mujab, MA
Oleh:Moh. Mansur Fauzi
Pendidikan Agama Islam Berbasis Multidisipliner (S3)PROGRAM PASCA SARJANA
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANGApril 2014
1
A. Pengertian Ulumul Qur’an
Ungkapan Ulumul Qur’an berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata Ulum
dan Al-Qur’an. Kata Ulum adalah bentuk plural dari kata Ilm. Ilmu sendiri al-
fahmu wa al-idrak (pemahaman dan pengetahuan).1 kata Ulum yang disandarkan
pada Al-Qur’an telah memberi pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan
sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya
sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang
terkandung di dalamnya. dengan demikian Ilmu al-Tafsir, Ilmu al-Qiraat,Ilmu
i’jazu al-Qu’ran, Ilmu asbabun nuzul, dan ilmu-ilmu yang ada kaitannya dengan
Al-Qur’an menjadi bagian dari Ulumul Qur’an. 2
Sedangkan definisi Ulumul Qur’an menurut terminologi, para ulama
memberikan redaksi yang berbeda-beda sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1. Menurut Manna’ Al-Qaththan. 3
اسبا معرفة حيث من بالقران المتعلقة االبحاث يتناول الذي العلموالناسخ والمدني المكي ومعرفة وترتيبه القران وجمع النزول ب
. بالقران صلة مماله ذلك غير إلى والمتشابه والمحكم والمنسوخ Artinya:
“Ilmu yang mencakup pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi informasi tentang asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya Al-Qur’an), kodifikasi dan tertib penyausunan Al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Makkah(Makkiyah) dan ayat-ayat yang diturunakan di Madinah (Madaniyah) dan hal-hal yang bekaitan dengan Al-Qur’an .” 2. Menurut Az-Zarqani. 4
وجمعه وترتيبه نزوله ناحية من الكريم بالقران تتعلق مباحثالشبه ودفع ومنسوخه وناسخه وإعجازه وتفسيره وقراءته وكتابته
ذلك . ونحو عنهArtinya:
“Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an dari sisi turun, urutan penulisan, kodifikasi, cara membaca, kemukjizatan, nasikh, mansukh, penolakan hal-hal yang dapat menimbulkan keraguan terhadapnya serta hal lainnya.”3. Menurut Abu Syahbah. 5
1 .Manna’ Al-Qaththan, Mabahis fi Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis, 1973, hlm. 11.
2 .Muhammad Abd Al-Azhim Az-Zarqani, Manhil Al-Irfan fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Fikr, Bairut, tt., Jilid I,hlm. 23.
3 .Al-Qaththan, op. Cit., hlm. 15-16.4 .Az-Zarqani, op. Cit., hlm. 27.5 .Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Quran Al-Karim
Maktabah As-Sunnah, Kairo, 1992, hlm. 18-20.
1
2
وترتيبه نزوله حيث من الكريم بالقران تتعلق مباحث ذو علمومنسوخه وناسخه وإعجازه وتفسيره وقراءته وجمعه وكتابته
هذا في تذكر التي المباحث من ذلك غير إلى ومتشابهه ومحكمهالعلم
Artinya:
“Sebuah ilmu yang memiliki banyak obyek pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, mulai dari proses ppenurunan, urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, nasikh-mansukh, mukhkam-mutasyabih, serta pembahasan lainnya.”
Dari definisi-definisi Ulumul Quran di atas, kita dapat mengambil
kesimpulan, bahwa Ulumul Quran adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup
semua ilmu yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu
agama, misalnya ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab, misalnya
ilmu I’rabil Quran.
B. Ruang lingkup pembahasan Ulumul Quran.
Banyaknya ilmu yang ada kaitannya dengan pembahasan Al-Quran ,
menyebabkan banyak pula ruang lingkup pembahasan Ulumul Quran. bahkan
menurut Abu Bakar Al-Arabi, ilmu-ilmu Al-Quran itu mencapai 77.4500.
hitungan ini di peroleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Quran dengan
empat kerena tiap-tiap kalimat mempunyai empat makna , yaitu zhahir, batin,
hadd, dan mathla. Jumlah itu semakin bertambah jika melihat urutan kalimat-
kalimat di dalam Al-Quran serta hubungan di antara urutan-urutan itu. Jika sisi itu
yang dilihat, ruang lingkup pembahasan Ulumul Quran tidak dapat dihitung (tak
terhingga) lagi.6
Berkenaan dengan persoalan ini, M. Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat
bahwa ruang lingkup pembahasan Ulumul Quran terdiri atas enam hal pokok
berikut ini.7
1. Persoalan turunnya Al-Quran (nuzul Al-Quran)
Persoalan ini menyangkut tiga hal:
a. Waktu dan tempat turunya Al-Quran (auqat nuzul wa mawathin an-
nuzul).
6 Az-Zarqani, op. Cit., hlm. 23. 7 T.M. Hasbie Ash-Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran, Bulan Bintang, Jakarta,
1994, hlm. 100-102.
2
3
b. Sebab-sebab turunya Al-Quran (asbab an-nuzul), dan
c. Sejarah turunya Al-Quran(tarikh an nuzul)
2. Persoalan sanad (rangkaian para periwayat)
Persoalan ini menyangkut enam hal:
a. Riwayat mutawatir
b. Riwayat ahad
c. Riwayat syadz
d. Macam-macam qira’at Nabi
e. Para perawi dan penghafal Al-Quran,dan
f. Cara menyebarkan riwayat (tahammul).
3. Persoalan qira’at(cara pembaca Al-Quran)
Persoalan menyangkut hal-hal berikut ini:
a. Cara berhenti (waqaf)
b. Cara memulai (ibtida’)
c. Imalah
d. Bacaan yang dipanjangkan (mad)
e. Bacaan hamzah yang diringankan, dan
f. Bunyi huruf yang sukun dimasukan pada bunyi sesudahnya (idgam)
4. Persoalan kata-kata Al-Quran
Persoalan ini menyangkut beberapa hal berikut ini:
a. Kata-kata Al-Quran yang asing (gharib)
b. Kata-kata Al-Quran yang berubah-ubah harakat akhirnya (mu’rab)
c. Kata-kata Al-Quran yang mempunyai makna serupa (homonim)
d. Padanan kata-kata Al-Quran (sinonim)
e. Isti’arah, dan
f. Penyerupaan (tasybih)
5. Persoalan makna Al-Quran yang berkaitan dengan hukum
Persoalan ini menyangkut beberapa hal berikut ini:
a. Makna umum (‘am) yang tetap dalam keumumanya,
b. Makna umum (‘am) yang di maksudkan makna khusus,
c. Makna umum (‘am) yang maknanya di khususkan sunah.
d. Nash
3
4
e. Makna lahir
f. Makna global (mujmal)
g. Makna ynag diperinci (mufashshal)
h. Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthuq)
i. Makna yang dapat dipahami dari konteks pembicaraan (mafhum)
j. Nash yang petunjuknya tidak melahirkan keraguan (muhkam)
k. Nash yang muskil diinterpretasikan karena terdapat kesamaran di
dalamnya (mutasyabih)
l. Nash yang maknanya tersembunyi kerena suatu sebab yang terdapat
pada kata itu sendiri (musykil)
m. Ayat yang “menghapus” dan yang “dihapus” (nasikh-mansukh),
n. Yang di dahulukan (muqaddam),dan
o. Yang diakhirkan (mu’akhakhar)
6. Persoalan makna Al-Quran yang berkaitan dengan hukum
Persoalan ini menyankut hal-hal berikut ini:
a. Berpisah (fashal)
b. Bersambung (washal)
c. Uraian singkat (i’jaz)
d. Uraian panjang (ithnab)
e. Uraian seimbang (musawah)
f. Pendek (qashr)
C. Cabang-cabang (Pokok bahasan) Ulumul Quran
Di antara cabang-cabang (pokok bahasan) Ulumul Quran adalah sebagai
berikut:8
1) Ilmu Adab Tilawat Al-Quran, yaitu ilmu-ilmu yang menerangkan aturan
pembacaan Al-Quran.
2) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara membaca Al-Quran ,
tempat memulai, atau tempat berhenti (waqaf).
3) Ilmu Muwathim An-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat, musim,
awal, dan akhir turunnya ayat.
8 Shiddieqy, op. Cit., hlm. 102-107.
4
5
4) Ilmu Twarikh An-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan menjelaskan
masa dan urutannya ayat, satu demi satu dari awal hingga yang terakhir
turun.
5) Ilmu Asbab An-Nuzul, yaitu ilmu-ilmu yang menerangkan sebab-sebab
turunnya ayat.
6) Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang menerangkan ragam qira’at (pembacaan
Al-Quran) yang telah diterima Rasulullah SAW. Apabila dikumpulkan,
qira’at ini terdiri atas sepuluh macam, ada yang sahih dan ada pula yang
tidak sahih.
7) Ilmu Gharib Al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata
ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab konvensional, atau tidak
terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini menerangkan kata-kata
yang halus, tinggi, dan pelik.
8) Ilmu I’rab Al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan harakat Al-Quran
dan kedudukan sebuah kata dalam kalimat.
9) Ilmu Wujuh wa Al-Nazha’ir, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata Al-
Quran yang mempunyai makna lebih dari satu.
10) Ilmu Ma’rifat Al-Muhkam wa Al-Mutasyabih, yaitu yang menerangkan
ayat-ayat yang dipandang muhkam dan yang dipandang mutasyabih.
11) Ilmu Nasikh wa Mansukh, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang
nasikh dan ayat yang mansukh oleh sebagian mufassir
12) Ilmu Badai’u Al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan keindahan
susunan bahasa Al-Quran.
13) Ilmu I’jaz Al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan segi-segi kekuatan
Al-Quran sehingga dipandang sebagai suatu mukjizat dan dapat
melemahkan penantang-penantangnya.
14) Ilmu Tanasub Al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan persesuaian
antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
15) Ilmu Aqsam Al-Quran, yaitu ilmu menerangkan arti dan makna Al-
Quran, yakni menerangkan ayat-ayat perumpamaan yang dikemukakan
Al-Quran.
5
6
16) Ilmu jadal Al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan berbagai
perdebatan yang telah dihadapkan Al-Quran kepada segenap kaum
musyrikin dan kelompok lainnya.
D. Perkembangan Ulumul Quran
1. face sebelum kodifikasi (qabl ‘ ashr at-tadwin)
pada fase sebelum kodifikasi, Ulumul Quran telah dianggap sebagai benih
yang kemunculannya sangat dirasakan sejak masa Nabi, Hal itu di tandai dengan
kegairahan para sahabat untuk mempelajari Al-Quran dengan sungguh-sungguh.
terlebih lagi di antara mereka, sebagaimana dicerikan oleh Abdurrahman As-
Sulami,9 memilki kebiasaan untuk tidak berpindah kepada ayat lain, sebelum
memahami dan mengamalkan ayat yang sedang dipelajarinya. nampaknya, itulah
yang menyebabkan Ibn Umar memerlukan waktu delapan tahun hanya untuk
menghafal surat Al- Baqarah10
Kegairahan para sahabat untuk mempelajari dan mengamalkan Al-Quran
nampaknya lebih kuat lagi ketika Nabi hadir di tengah- tengah mereka. Hal inilah
yang kemudian mendorong Ibn Taimiyyah untuk mengatakan bahwa Nabi sudah
menjelaskan apa-apa yang menyangkut penjelasan Al-Quran kepada para
sahabatnya.11 Riwayat di bawah membuktikan adanya penjelasan Nabi kepada
para sahabat meyangkut penafsiran Al-Quran:
a) Riwayat yang dikeluarkan oleh Ahmad, Tirmidzi, dan yang lainnya
dari ‘Adi bin Hayyan. Ia berkatabahwa Rasulullah SAW. Pernah
bersabda:
رى : , : النصا هم الضالين وإن اليهود هم عليهم المغضوب . إن
Artinya :
“Yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai Allah adalah orang-orang Yahudi, sedangkan yang dimaksud dengan orang-orang yang tersesat adalah orang-orang Nasrani.”
b) Riwayat yang disampaikan oleh Ahmad, Bukhari, Muslim, dan yang
lainnya dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan tatkala turunnya ayat:
9 Ia adalah ‘Abdullah bin Hubaib At-Tabi’i Al-Muqri (w. 672 H). 10 Ahmad bin Taimiyah, Muqaddimah fi ‘Ushul At-Tafsir, Maktabah At-Turats Al-Islami,
Mesir,t.t., hlm.45.11 Al-qaththan, op. Cit., hlm. 347.
6
7
بظلم إيمانهم يلبسوا ولم امنوا الذين
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).”
Para sahabat merasa kebingungan dan bertanya kepada Rasulullah,
“siapa di antara kami yang tidak pernah menzalami diri sendiri?” Beliau
menjawab, “Hai itu bukan seperti yang kalian kira. Bukankah kalian
pernah mendengar perkataan Luqman Al-Hakim bahwa kemusyrikan itu
merupakan kezaliman yang besar? Itulah maksudnya.”
Riwayat penafsiran dan ilmu Al-Quran yang diterima oleh para
sahabat dari Nabi itu kemudian diterima oleh para tabi’in dengan jalan
periwayatan.
Dapat dijelaskan di sini bahwa para perintis Ulumul Quran pada
abad I (atau sebelum kodifikasi) adalah sebagai berikut:
a. dari kalangan sahabat: Khulafa Al-Rasyidin, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud,
Zaid Bin Tsabit, Ubai Bin Ka’ab, Abu Musa Al- Asy’ Ari, Dan
Abdullah Bin Zubair.
b. Dari kalangan tabi’in: Mujahid, Atha’ Bin Yasar, ‘Ikrimah , Qatadah,
Al-Hasa Al-Bashri, Sa’id Bin Jubair, Zaid Bin Aslam.
c. Dari kalangan tabi’ tabi’in: Malik Bin Anas.
Periode sebelum kodifikasi sekaligus menjelaskan perkembahan
Ulumul Quran pada abad I H.
2. Fase kodifikasi
Sebagaimana diketahui, pada sebelum kodifikasi, Ulumul Quran dan
ilmu-ilmu lainnya belum dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf.
Satu-satunya yang sudah dikodifikasikan saat itu hanyalah Al-Quran.12 Hal
itu terus berlangsung sampai ketika Ali Bin Abi Thalib memerintahkan Abu
Al-Aswad Al-Du’ali untuk menulis ilmu nahwu, perintah inilah yang
membuka gerbang pengodifikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.
Pengodifikasian itu semakin marak dan meluas ketika islam berada di
bawah pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah pada periode-
periode pemerintahannya.
12 Syahbah, op. Cit., hlm. 3.
7
8
a. Perkembangan Ulumul Quran abad ke II H
Pada masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak
permulaan abad II H, para ulama memberikan prioritas atas penyusunan
tafsir sebab tafsir merupakan induk Ulmul Quran.di antara ulama abad II
H.yang menyusun tafsir ialah:
1. Syu’bah Al-Hajjaj(W. 160 H.)13
2. Sufyan Bin ‘Uyaniyah (W. 198 H.)14
3. Sufyan Ats-Tsauri (W. 161 H.)
4. Waqi’ Bin Al-Jarrh(W. 128-197 H.)15
5. Muqatil Sulaiman (W. 150 H.)
6. Ibnu Jarir At-Thabari (w. 310 H.) tafsir yang di tulisnya, yakni
Jami’ Al-Bayan Fi Yafsir Al-Quran, dipandang sebagai kitab tafsir
yang terbaik karena penulisnya adalah orang yang pertama kali
menyajikan tafsir dengan mengemukakan berbagai pendapat yang di
sertai pula dengan proses tarjih. Kitab ini di pandang sebagai kitab
yang pertama kali mencampuradukan antara tafsir bi-al ma’tsur dan
tafsir bi ar-ra’yi.16
b. Perkembangan Ulumul Quran abad ke III H.
Pada abad III H. Selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai
menyusun beberpa ilmu Al-Quran (Ulumul Quran), di antaranya.
1. ‘Ali Bin Al-Madani (w. 234 H. ),17 gurunya Bukhari, yang
menyusun Ilmu Asbab An-Nuzul .
13 Nama lengkapnya syu’bah Al-Hajjaj bin Al-Ward Al-Itki Al-Azdi Al-Wasithi, Ia diberi kunyah Abu Bustham. Ahli hadis dari basrah ia pernah berjumpa dengan Anas bin Malik dan mendengar 400 hadis dari kalangan tabi’in.semua imam memandang bahwa hadis-hadisnya dapat dijadikan hujjah. Subhi as-shalih, Mabahis fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Qalam li Al-Malayyin, Beirut. 1988. Hlm. 121.
14 Sufyan bin Uyainah Al-Hilali Al-Kufi adalah syeikh dalam bidang tafsir dan hadis di hijas. Ibid., hlm. 121.
15 Nama lengkapnya adalah Waki’ bin Al-Jarrah bin Mulaih bin ‘Adi dan diberi kunyah Abu Sufyan Ar-Ruwasi Al-Kufi. Ia mendengar hadis dari Ibnu Juraij, Al-Amasy, Al-Auza’i, dan Sufyan Ats-Tsauri. Riwayat-riwayatnya diterima oleh Abdullah bin Al-Mubarak. Yahya bin Adam, Ahmad bin Hambal, dan Ali bin Al-Madini. Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa ia dapat dipercaya di Irak. Ibid.
16 Syahbah, op. Cit., hlm. 31.17 Nama lengkapnya Ali bin Abdullah bin Ja’far dan diberi kunyah Abu Ja’far. Biografi
lengkapnya dapat dilihat pada Tadzkirat Al-Huffazh, II: 15-16; Sydarat Adz-Dzahab. II: 81. Ash-Shalih, op. Cit., hlm. 121.
8
9
2. Abu Abaid Al-Qasimi Bin Salam (w. 224 H.), yang menyusun Ilmu
Nasikh Mansukh, Ilmu Qira’at, Dan Fadha ‘Il Al-Quran.
3. Muhammad bin Ayyub Adh-Dhurraits (w. 294 H.) yang menyusun
Ilmu Makki wa Al Madani.
4. Muhammad bin khalaf al- marzuban (w.309 H.) yang menyusun
kitab Al-Hawi Fi ‘Ulum Al-Quran.
c. Perkembangan Ulumul Quran abad ke IV H.
Pada abad IV H. Mulai disusun Al-Gharib Al-Quran dengan
beberapa kitab Ulumul Quran di antara ulama-ulama yang menyusun
ilmu itu adalah:
1. Abu Bakar As-Sijistani (w.330 H.)18 yang mnyusun kita Gharib Al-
Quran.
2. Abu Bakar Muhammad Bin Al-Qasim Al-Anbari(w 328 H.)yang
menyusun kitab ‘Aja’ib Ulum Al-Quran. Di dalam itu ia menjelaskan
prihal tujuh huruf (sab’ah ahruf). Penulisan mushaf, jumlah bilangan
surat, ayat dan surat dalam Al-Quran
3. Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w 324 H.)yang menyusun kitab Al-
Mukhtazan Fi Ulum Al-Quran.
4. Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad Bin Ali Al-Kurkhi (w 360
H.)yang menyusun kitab Nukat Al-Quran Ad-Dallah ‘Ala Al-Bayan Fi
Anwa ‘Al ‘Ulum Wa Al-Ahkam Al- Munbi’ah ‘An Ikhtilaf Al-Anam.
5. Muhammad bin ‘Ali Al-Adfawi (w 388 H.)yang menyusun kitab Al-
Istighna’ fi Ulum Al-Quran (20 jilid).
d. Perkembangan Ulumul Quran abad V H.
Pada abad ke V H. Mulai disusun ilmu I’rab Al-Quran dalam satu
kitab. Namun demikian, penulisan kitab-kitab Ulumul Quran masih terus
dilakukanoleh ulama masa ini. Di antara ulama yang berjasa dalam
pengembangan Ulumul Quran abad ini adalah:
18 Nama lenkapnya adalah Muhammad bin Al-Aziz bin Al-Azizi As-Sijistani. dilam kitab Al-itqan fi Ulum Al-Quran Jilid I:195, As-Suyuti menuturkan bahwa untuk menyusun kitab Gharib Al-Quran, As-Sijistani memerlukan waktu 15 tahun. Waktu yang lama itu dipergunakan untuk memeriksa karyanya itu bersama gurunya, Abu Bakar bin Al-Anbari. Ibid., hlm.122.
9
10
1. Ali Bin Ibrahim bin Sa’id Al-Hufi (w. 430 H.)19 selain memelopori
penyusunan I’rab Al-Qur’an, ia pun menyusun kitab Al-Burhan fi
Ulum Al-Quran, kitab ini selain menfsirkan Al-Quran secara
keseluruhan, juga menerangkan ilmu-ilmu Al-Quran yang ada
hubungannya dengan ayat-ayat Al-Quran yang ditafsirkan. Karena itu,
ilmu-ilmu Al-Quran tidak tersusun secara sistematis dalam kitab ini
sebab ilmu-ilmu Al-Quran diuraikan secara terpencar-pencar, tidak
terkumpul pada bab-bab berdasarkan judulnya. Namun demikian kitab
ini merupakan karya ilmiah yang besar dari seorang ulama yang telah
merintis penulisan Ulumul Quran secara lengkap.
2. Abu ‘Amar Ad-Dani (w 444 H.) yang menyusun kitab At- Taisir fi
Qira‘at As-Sab’i dan kitab Al-Muhkam fi An-Naqth.
e. Perkembangan Ulumul Quran abad VI H.
Pada abad ke VI H, di samping terdapat ulama yang meneruskan
perkembangan Ulumul Quran, juga terdapat ulama yang mulai menyusun
ilmu Mubhamat Al-Quran, di antaranya adalah:
1. Abu Al-Qasim bin ‘Abdurrahman As-Suhaili (w. 581 H.)20 yang
menyusun kitab Mubhamat Al-Quran. kita ini menjelaskan maksud
kata-kata Al-Quran yang tidak jelas apa atau apa yang dimaksud.
2. Ibn Al-Jauzi (w 596 H.) yang menyusun kitab funun Al-Afnan fi ‘Aja
‘in Al-Quran, dan kitab Al-Mujtab ‘fi ‘Ulmul Tata’allaq bi Al-Quran.
f. Perkembangan Ulumul Quran abad VII H.
Pada abad VII H. ilmu Al-Quran yang terus berkembang dengan
mulia tersusunnya Ilmu Majaz Al-Quran dan Ilmu Qira’at di antara
ulama abad VII menaruh perhatian terhadap ilmu-ilmu ini adalah:
1. Alamuddin As-Sakhawi (w 643 H.) kitabnya mengenai Ilmu-Ilmu
Qira’at dinamakan Al- Murtab Fi Mutasyabih. Kitab ini terkenal
dengan nama Manzhumah As-Sakhawiyah. Ia pun mempunyai sebuah
kitab mengenai ilmu ini, yaitu Jamal Al-Qurra’.19 Biografi lengkapnya dapat dilihat pada Hasan Al-Muhadharah. II:228 dan Anba’ Ar-
Ruiwah. II:21920 Nama lengkapnya adalah ‘Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad As-Suhaili dan diberi
kunyah Abu Al-Qasim. Wafat di Maruqus. Kitabnya yang berjudul Mubhamat Al-Quran dinamai lain oleh pengarang Kasyf Azh-Zhunun dengan nama Al-Ta’rif wa Al-I’lam bima Abhama fi Al-Quran min Al-Asma’ wa Al-A’lam, Ash- Ahalih, op. Cit., hlm. 122-123.
10
11
2. Ibn ‘Abd As-Salam terkenal dengan nama Al-‘Izz(w 660 H.)21 yang
memelopori penulisan Ilmu Majaz Al-Quran dalam satu kitab.
3. Abu Syamah (w 655 H.) yang menyusun kitab Al-Mursyid Al-Wajiz Fi
‘Ulum Al-Quran Tata’allaq Bi Al-Quran Al-‘Aziz.
g. Perkembangan Ulumul Quran abad VIII H.
Pada abad VIII H. Muncullah beberpa ulama yang menyusun ilmu-
ilmu baru tentang Al-Quran. Namun demikian, penulisan kitab-kitab
tentang Ulumul Quran tetab berjalan. Di antaranya mereka adalah:
1. Ibn Abi Al-Isba’ yang menyusun Ilmu Bada’i Al-Quran yaitu ilmu
yang membahas macam-macam badi’ (keindahan bahasa dan
kandungan Al-Quran ) dalam Al-Quran.
2. Ibn Al-Qayyim (w. 752 H.) yang menyusun Ilmu Aqsam Al-Quran,
yaitu ilmu-ilmu yang mambahas sumpah-sumpah yang terdapat dalam
Al-Quran.
3. Najmuddin Ath Thufi (w.716 H.) yang menyusun Ilmu Hujaj Al-
Quran atau Jadal Al-Quran, yaitu ilmu yang membahas bukti atau
argumentasi yang dipakai Al-Quran untuk menetapkan sesuatu.
4. Abu Al-Hasan Al-Mawardi, yang menyusun Ilmu Amtsal Al-Quran,
yaitu ilmu yang mambahas perumpaman yang terdapat di dalam Al-
Quran.
5. Bahruddin Az-Zarkasyi,(745-794 H.)22 yang menyusun kitab Al-
Burhan Fi ‘Ulum Al-Quran. Kitab ini telah di terbitkan oleh
Muhammad Abu Al-Fadhl Ibrahim (4 jilid ).kitab ini memuat 47
macam persoalan Ulumul Al-Quran.
6. Taqiyuddin Ahmad Bin Taimiyah Al-Harrani (w. 728 H.) yang
menyusun kitab Ushul
At-Tafsir.
21 Biogrifi lengkapnya dapat dilihat pada Thabaqat Asy-Syafiiyyah, V: 8 108: Syadzarat Adz-Dzahab, V: 310. Dr Rosihon Anwar, M.Ag., Ulumul-quran, cet. II. Bandung: Pustaka Setia, 2004. Hlm. 24.
22 Ia adalah imam Badruddin bin Muhammad bin Abdullah bin Bahadir Az-Zarkasyi. Dilahirkan di Kairo pada tahun 745 H. Ia mempelajari figih madzhab syafi’i. Untuk itu ia belajar kepada Jamaluddin aA-Isnawi, seorang pemuka madzhab syafi’iyyah di Mesir. Ia pun belajar kepada Sirajuddin Al-Bulqaini dan Al-Hafizh Mughlathai. Karya-karyyanya meliputi bidang fiqih dan ushul fiqih. Ia wafat tahun 794 H. Syahbah, op. Cit., hlm. 35.
11
12
h. Perkembangan Ulumul Quran abad IX dan X H.
Pada bad IX dan permulaan X H. Makin banyak karya para ulama
tentang Ulumul Quran. Pada masa ini, perkembangan Ulumul Quran
mencapai kesempurnaannya. Beberapa ulama yang menyusun Ulumul
Quran di antaranya:
1. Jalaluddin Al-Bulqini (w. 824 H.) 23 yang menyusun kitab Mawaqi’
Al-‘Ulum Min Muwaqi’ An-Nujum , As-Suyuthi menganggap Al-
Bulgini sebagai ulma yang memelopori penyusunan kitab Ulumul
Quran yang lengkap.di dalam kitabnya itu dimuat 50 macam
persoalan Ulumul Quran. di dalamnya muqaddimah kitabnya, Ia
bercerita “Dahulu tatkala berbicara di depan salah seorang kholifah
dari Bani Abbas,24 Asy-Syafi’i pernah menyebutkan sebagian ilmu-
ilmu Al-Quran sehingga aku memperoleh informasi banyak darinya.
dan aku bermaksud menulis kitab yang berkaitan dengan Al-Quran
sebatas pengetahuan yang kumiliki.”
2. Muhammad Bin Sulaiman Al-Kafiyaji 25 (w. 879 H.) yang menyusun
kitab At-Taisir Fi Qawa’id At Tafsir. karyanya itu, sebagaimana
dikatakan penulisnya sendiri, berbeda dari karya-karya sebelumnya.
Kitab ini sangat tipis, yaitu terdiri atas dua bab dan penutup. Bab
pertama menjalaskan makna tafsir, takwil , Al-Quran, surat, dan ayat.
23 Nama lengkapnya adalah Syeikh Abdurrahman bin Umar bin Ruslan Al-Kannani Al-Atsqalani, Abu Al-Fadhl, Jalaluddin. Ia termasuk salah satu ulama besar dalam bidang hadis di Mesir. Ibid., hlm. 36.
24 Yakni, peristiwa tatkala Asy-Syafi’i dituduh Khalifah Harun Ar-Rasyid memuji-memuji dan bekerja untuk kalangan oposisi dari kalangan Alawiyyin. Asy-Syafi’i pun ditangkap dan dibawa ke Baghdad dengan seekor bighal dalam keadaan terikat tali besi. Sesampainya di Baghdad, Asy-Syafi’i berhasil membuktikan dirinya tidak bersalah. Kebesaran ilmunya nampak tatkala Ia berdebat dengan Harun Ar-Rasyid yang ditemani oleh Muhammad bin Al-Hasan, salah seorang pemuka madzhab hanafi. Hadirin berdecak kagum atas jawaban-jawaban yang dilontarkan Asy-Syafi’i. Debatnya kira-kira berbunyi demikian: “Saya bertanya kepeda anda tentang kitab Allah.” “Kitab Allah mana yang engkau maksud, wahai amirul mukminin? Bukankah kitab Allah itu banyak?” “Benar tetapi saya ingin anda menjelasakan kitab yang telah diturunkan kepada anak pamanku (Muhammad).” “ilmu-ilmu Al-Quran itu sngat banyak. Apakah anda bertanya tentang muhkam mutasyabihnya? Atau taqdim dan taa’khirnya? Atau nasikh-mansukhnya? Atau ? atau....?” Asy-Syafi’i lalu menyebutkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran dan menjelaskan semuanya dengan sangat mengagumkan Ar-Rasyid dan hadirin. Kisah di atas sekaligus menjelaskan kepada kita bahwa pembahasan Ulumul Quran sudah banyak diperhatikan oleh para ulama sebelum ilmu-ilmu itu ditulis. Ibid., hlm. 36.
25 Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Sulaiman bin Sa’ad bin Mas’ud Ar-Rumi Al-Hanafi. Ia hidup bersama As-Suyuthi kurang lebih 14 tahun. Ia diberi gelar Al-Kafiyaji karena kesibukannya dalam persoalan al-kafiyah nahwu. Ibid., hlm. 36.
12
13
Bab kedua menjalaskan syarat-syrat penafsiran bi ar-ra’yi yang dapat
di terima, sedangkan khatimahnya berisi etika guru dan murid.
3. Jalaluddin Abdurrahman Bin Kamaluddin As-Suyuthi (849-911 H.)
yang menyusun kitab At- Tahbir Fi Ulum At-Tafsir. Kitab ini selesai
disusun pada tahun 872 H. Dan merupakan kitab Ulumul Quran yang
paling lengkap karena memuat 102 macam ilmu Al-Quran. Namun
imam As-Suyuti belum merasa puas atas karya ilmiahnya yang hebat
itu. Ia kemudian menyusun kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Quran (2 juz)
yang membahas 80 macam ilmu Al-Quran yang padat isinya dan
tersusun secara sistematis. Kitab Al-Itqan ini belum ada yang
menandingi mutunya sehingga diakui sebagai kitab standar dalam
mata pelajaran Ulumul Uuran. Setelah As-Suyuthi wafat pada tahun
911 H. Perkembangan ilmu Al-Quran seolah-olah mencapai
puncaknya dan berhenti dengan berhentinya kegiatan para ulama
dalam mengembangkan ilmu-ilmu Al-Quran. Keadaan ini terjadi sejak
wafatnya As-Suyuthi (911 H.) sampai akhir abad XIII H.
i. Perkembangan Ulumul Quran abad XIV H.
Setelah memasuki abad XIV H. perhatian ulama bangkit kembali
dalam menyusun kitab-kitab yang membahas Al-Quran dari berbagai
segi. hal ini di antaranya dipicu oleh kegiatan ilmiah di Universitas Al-
Azhar Mesir, terutama ketika Universitas ini membukan jurusan bidang
studi, yang salah satu jurusannya adalah tafsir hadis.
Ada sedikit pengembangan tema pembahasan yang dihasilkan para
ulama abad ini dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya, di antaranya
berupa penerjemahan Al-Quran kedalam bahasa-bahasa Ajam. Pada abad
ini, perkembangan Ulumul Quran diwarnai oleh usaha-usaha
menebarkan keraguan di seputar Al-Quran yang dilakukan kalangan
Orientalis atau kalangan orang Islam sendiri akibat pengaruh Orientalis.
Salah satunya adalah yang telah dilakukan Thaha Husein dalam karyanya
yang berjudul Asy-Syi’ri Al-Jahili. Di dalam karyanya itu, Husein
menebarkan berbagai keraguan di seputar Al-Quran. Bantahan
13
14
terhadapnya telah dilakukan, umpanya oleh Syeikh Muhammad Al-Khidr
Husein, salah seorang Syeikh Al-Azhar.
Karya Ulumul Quran yang lahir pada abad ini, di antaranya adalah:
1) Syeikh Thahir Al-Jazairi yang menyusun kitab At-Tibyan Fi Ulum Al-
Quran. Kitab ini selesai disusun pada tahun 1335 H.
2) Jamaluddin Al-Qasimi (w. 1332 H.) yang menyusun kitab Mahasin
At-Ta’wil. Juz pertama kitab ini dikhususkan untuk pembicaraan
Ulumul Quran.
3) Muhammad Abd Al-Azhim Az-Zarqani yang menyusun kitab
Manahil Al-Irfan Fi Ulum Al-Quran (2 jilid).
4) Muhammad Ali Salamah yang menyusun kitab Manhaj Al-Furqan Fi
Ulum Al-Quran.
5) Syeikh Tanthawi Jauhari yang menyusun kitab Al- Jawahir Fi Tafsir
Al-Quran Dan Al-Quran Wa Ulum Ashriyyah.
6) Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i yang menyusun kitab I’jaz Al-Quran.
7) Sayyid Quthub yang menyusun kitab At-Tashwir Al-Fani Fi Al-
Quran.
8) Malik Bin Nabi yang menyusun kitab Az-Zhahirah Al-Quraniyah.
Kitab ini sangat penting dan banyak berbicara mengenai wahyu.
9) Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha yang menyusun kitab Tafsir
Al-Quran Al-Hakim yang terkenal pula dengan nama Tafsir Al-Manar.
Di dalamnya banyak juga penjelasan tentang Ulum Al-Quran.
10) Syeikh Muhmmad Abdullah Darraz yang menyusun kitab An-
Naba’ Al-Azhim ‘An Al-Quran Al-Karim: Nazharat Jadidah fi Al-
Quran.
11) Dr. Subhi Ash-Shalih, guru besar islamic studies dan fiqhu lugah
pada fakultas adab Universitas Libanon, menyusun kitab Mabahits
Fi Ulum Al-Quran. Kitab ini selain membahas Ulum Al-quran,
juga menanggapi secara ilmiah pendapat-pendapat orientalis yang
diPandang salah mengenai berbagai masalah yang merhubungan
dengan Al-Quran.
14
15
12) Syeikh Muhmmad Abu Daqiqi yang menyusun kitab Ulum Al-
Quran.
13) Ustadz Muhammad Al-Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal
Al-Khalid.
14) Muhammad Al-Ghazali yang menyusun kitab Nazharat fi Al-
Quran.
15) Syeikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang menyusun sebuah
risalah yang menerangkan kebolehan kita menerjemahkan Al-
Quran. Ia pun menulis kitab Tafsir Al-Maraghi.26
E. Kelahiran istilah Ulumul Quran sebagai suatu ilmu yang lengkap dan
menyeluruh ( integral dan komprehensif) tentang Al-Quran
Di kalangan ulama, ada beberapa pendapat tentang kapan mulai lahir istilah
Ulumul Quran sebagai nama untuk suatu ilmu tentang Al-Quran yang lengkap
dan mencakup semua ilmu yang ada hubungan dengan Al-Quran dan siapakah
ulama yang mempeloporinya.
Di kalangan penulis sejarah Ulumul Quran, pada umumnya berpendapat,
bahwa lahirnya istilah ilmu Al-Quran sebagai suatu ilmu adalah pada abad VII H.
Dan ada pendapat lain menyatakan, bahwa Abu Al-Farj bin Al-Jauzi-lah yang
pertama kali memunculkan istilah tersebut pada abad VI H. 27 Adapun Az-Zarqani
menyatakan bahwa istilah itu muncul pada awal abad V H. Yang disampaikan
oleh Al-Hufi (w. 430 H.) dalam karyanya yang berjudul Al-Burhan Fi Ulum Al-
Quran.28 Pendapat lain dikemukakan Dr. Shubhi Al-Shalih.29 Ia berpendapat
bahwa istilah Ulumul Quran sebagai satu ilmu sudah muncul sejak abad III H.
Yaitu ketika Ibn Al-Marzuban menulis kitab yang berjudul Al-Hawi Fi Ulum Al-
Quran.
Dapat ditambahkan, bahwa Prof. T.M. Hasbi Al-Shiddiqi dalam bukunya
Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tafsir menerangkan, bahwa menurut hasil penelitian
sejarah, Al-Kafiyaji (w. 879 H.) adalah ulama yang pertama kali membukukan
26 Syahbah, op. Cit., hlm 35-41; Ash-Shalih, op. Cit., hlm. 120-126; Mahfk Zuhdi, Pengntar Ulumul Quran, Bina Ilmu, Surabaya. 1993 Hlm. 23-31.
27 Rosihon Anwar, op. Cit., hlm. 13-14.28 Az-Zarqani, op. Cit., hlm. 35.29 Al-Shalih, op. Cit., hlm. 124.
15
16
Ulumul Quran. Menurut Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi dalam bukunya Pengantar
Ulumul Quran berpendapat, bahwa pendapat Dr. Shubhi Al-Shalih adalah yang
paling tepat, sebab sejarah perkembangan ilmu-ilmu Al-Quran menunjukkan
dengan jelas, bahwa Ibn Al-Marzuban (w. 309 H.) adalah ulama yang pertama
kali mengemukakan istilah Ulumul Quran sacara jelas di dalam bukunya Al-Hawi
Fi Ulum Al-Quran.30
Dari uraian tentang sejarah perkembangan ilmu-ilmu Al-Quran ini, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Ulumul Quran sebagai suatu ilmu telah dirintis oleh Ibn
Al-Marzuban (w. 309 H.) pada abad III H. Kemudian diikuti oleh Al-Hufi (w. 430
H.) pada abad V H. Kemudian dikembangkan Ibn Al-Jauzi (w. 597 H.) pada VI
H. Kemudian diteruskan oleh Al- Sakhawi (643 H.)pada abad VII H. Kemudian
ditingkatkan lagi oleh Al-Bulqini (w 824 H.) dan Al-Kafiyaji (w 879 H.) pada
abad IX H. Akhirnya ilmu ini disempurnakan oleh Asy-Suyuti pada akhir abad IX
dan awal abad X H.
Kitab Al-Tahbir yang selesa disusun oleh Asy-Suyuti pada tahun 872 H.
Dan kitab Al-Itqan yang selesai disusun pada awal abad X H. Merupakan puncak
karya ilmiah seorang ulama dalam bidang Ulumul Quran, sebab setelah Asy-
Suyuti wafat pada tahun 911 H, maka berhentilah kemajuan Ulumul Quran
sampai akhir abad XIII H.
Alhamdulillah, pada abad XIV sekarang ini mulai bangkit kembali kegiatan
para ulama dan sarjana Islam untuk menyusun kitab-kitab tentang Al-Quran, baik
yang membahas Ulumul Quran sebagai suatu ilmu yang integral dan
komprehensif, misalnya Al-Zarqani dengan bukunya Manahil Al-Irfan Fi Ulum
Al-Quran dan Dr. Shubhi Ash-Shalih dalam bukunya Mabahits Fi Ulum Al-
Quran, maupun yang membahas salah satu atau beberapa ilmu yang termasuk
Ulumul Quran, misalnya Al- Syeikh Musthafa Al- Maraghi (ulama Mesir) dan
Syeikh Al-Islam Musthafa Shabri (ulama Turki) menyusun risalah tentang
masalah menerjemahkan Al- Quran.
30 Masjfuk Zuhdi, op. Cit., hlm. 31.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Shalih, Shubhi, Mabahis fi ‘Ulum Al-Quran, Dar Al-‘Ilm Li Al-Malaya, Beirut,1988.
Zarqani, Muhammad, Al-Manahil Al-‘Irfan fi ‘Ulumul Al-Quran, Isa Al-Babi Al-Halabi,Mesir.
Qaththan,Manna’ Al-, Mabahis Fi ‘Ulum Al-Quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadist,1973
Syahbah, Muhammad Abu, Al-Madkhal Li Dirasat Al-Quran Al-Karim, Maktabah As-Sunnah,Kairo, 1992.
Zuhdi, Masjfuk, Pengantar Ulumul Quran, Bina Ilmu, Surabaya. 1993 Ash-Shiddieqy,Tm Hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran, Bulan Bintang,
Jakarta, 1994.
17