Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR
SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA DENGAN
KONTROL DAYA REAKTIF
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Disusun oleh:
IKA ARVA ARSHELLA
NIM: 155114019
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
TUGAS AKHIR
SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA DENGAN
KONTROL DAYA REAKTIF
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Disusun oleh:
IKA ARVA ARSHELLA
NIM: 155114019
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
FINAL PROJECT
SIMULATION OF POWER FLOW OPTIMIZATION
WITH REACTIVE POWER CONTROL
In partial fulfilment of the requirements
for the degree Sarjana Teknik
Department of Electrical Engineering
Faculty of Science and Technology, Sanata Dharma University
Arranged by:
IKA ARVA ARSHELLA
NIM: 155114019
DAPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 September 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP
“It doesn't matter
How many times you fall
As long as you get back up
and keep trying”
Tugas Akhir Ini Saya Persembahkan Untuk:
Tuhan Yesus Kristus sebagai bentuk Puji dan Syukur
Papa, Mama dan Adik tercinta yang telah memberi dukungan dan doa
yang melimpah
Teman-Teman Teknik Elektro
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ika Arva Arshella
Nomor Mahasiswa : 15514019
Demi pembangunan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
SIMULATION OF POWER FLOW OPTIMIZATION
WITH REACTIVE POWER CONRTOL
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta izin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 30 September 2019
Ika Arva Arshella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
INTISARI
Kebutuhan energi listrik selalu bertambah setiap tahun seiring dengan perkembangan
penduduk, teknologi serta ekonomi masyarakat. Peningkatan tersebut juga berbanding lurus
dengan peningkatan pada pengelolaan sistem tenaga listrik. Peningkatan kapasitas terpasang
dan jumlah pembangkit listrik menyebabkan peningkatan penggunaan bahan bakar fosil
untuk pengoprasian pembangkit. Mengoptimalkan aliran daya pada pembangkit merupakan
salah satu cara untuk menghemat pengeluaran biaya yang berlebihan. Tujuan dari simulasi
ini adalah untuk mengoptimalkan sistem pembangkit dengan mengurangi rugi-rugi daya
aktif pada sistem.
Metode yang digunakan dalam simulasi optimasi ini adalah metode Newton Raphson
dan dengan metode kontrol daya reaktif. Perhitungan dilakukan pada sistem 5 bus, 14 bus
dan 30 bus. Untuk menguji proses pada simulator, dilakukan perhitungan manual untuk
metode Newton Raphson dan metode Kontrol Daya Reaktif pada sistem 5 bus.
Berdasarkan analisa hasil pengujian simulator, perhitungan dengan metode Newton
Raphson dapat menghasilkan keluaran yang sama seperti hasil perhitungan manual dengan
nilai galat yang dihasilkan adalah 0%. Simulasi dengan menggunakan metode Kontrol Daya
Reaktif dapat menghasilkan nilai individu awal yang sama seperti perhitungan manualnya
dengan nilai galat kurang dari 0,1%. Metode Kontrol Daya Reaktif dapat menghasilkan nilai
rugi daya yang lebih kecil dari perhitungan Newton Raphson pada sistem 5 bus dan 14 bus,
dan berbanding terbalik pada sistem 30 bus. Meskipun begitu, perhitungan Kontrol Daya
Reaktif masih belum dapat berjalan sempurna dan nilai yang dihasilkan tidak dapat
digunakan pada sistem karena nilai variabel yang dihasilkan berada diluar batasan sehingga
perlu dilakukan penambahan fungsi untuk menjaga nilai variabel tetap pada batasannya.
Kata Kunci: Optimasi, Newton Raphson, Kontrol Daya Reaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Electricity needs increase along away with the population growth and economic
society these increasing also directly propotional to the electricity management. The
increasing of capacity and amount of power plant cause escalation of fossil fuel used for
operating power plant. Optimizing power flow on power plant is a solution to save on excess
costs. The aim of this simulation is to optimizing power plant system by decreasing active
power losses.
Method used on this optimizing simulation are Newton Raphson method and
Reactive Power Control method. Calculation done on 5 bus, 14 bus and 30 bus system. To
examine the simulation proses done by manualy calculation to Newton Raphson method and
reactive power control method on 5 bus system.
Based on analyzed result simulation test, calculation by Newton Raphson method
can produce the same result as the produce calculation by manual with error value 0%.
Simulation with Reactive Power Control method can produce the same result as the produce
calculation by manual with error value less than 0.1%. Reactive power control can produce
lower power loss value than Newton Raphson method on 5 bus and 14 bus system, but
opposite on 30 bus system. Although the calculation, reactive power control cannot be run
perfectly yet and the result value cannot be use on system because variable result value is
beyond the boundary. So need to add more function to keep variable value on its boundary.
Kata Kunci: Optimization, Newton Raphson, Reactive Power Control
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya
yang telah diberikan selama ini sehingga tugas akhir yang berjudul “Simulasi Optimasi
Aliran Daya Dengan Kontrol Daya Reaktif” ini dapat terselesaikan. Banyak pihak yang telah
memberikan dukungan serta doa agar pengerjaan tugas akhir ini dapat berjalan baik. Pada
kesempatan ini ucapan terima kasih akan diberikan kepada:
1. Ali Bunjamin, S.E., dan Rini Hartini,S.E., selaku orang tua yang selalu mendukung
dari segala bidang, memberikan banyak doa dan banyak cinta
2. Elsa Arva Danica selaku adik, yang telah memberikan segala bentuk dukungan dan
telah bersabar menghadapi kakak memiliki banyak permintaan.
3. Bapak Petrus Setyo Prabowo, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
Universitas Sanata Dharma serta selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
dengan baik, meluangkan waktu, dan sangat sabar dalam proses pengerjaan tugas
akhir ini.
4. Bapak Tjendro, M.Kom, dan Bapak Martanto, M.T., selaku Dosen Penguji yang telah
membantu dan memberi saran dalam pengerjaan tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen, Laboran dan staf Teknik Elektro yang telah membimbing hingga
sampai pada tahap penulisan tugas akhir.
6. Bima Wahyu Prasetya sebagai rekan satu dosen pembimbing yang mau meluangkan
waktunya untuk membantu pengerjaan tugas akhir ini
7. Teman-teman angkatan 15 yang telah berjuang bersama-sama selama lebih dari 4
tahun.
8. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, karena sekecil apapun
yang telah diberikan merupakan bentuk dukungan yang sangat berarti bagi
kelancaran penulisan tugas akhir ini
Dengan segala kerendahan hati, penyusunan laporan tugas akhir ini masih memiliki
banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh sebab itu diharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun agar berguna bagi kemudian hari.
Yogyakarta, 30 September 2019
Ika Arva Arshella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN UTAMA (BAHASA INDONESIA) ................................................................. i
HALAMAN UTAMA (BAHASA INGGRIS) ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP ..................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii
INTISARI ........................................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 2
1.3. Batasan Masalah ..................................................................................................... 2
1.4. Metodologi Penelitian ............................................................................................. 3
BAB II DASAR TEORI ........................................................................................................ 4
2.1. Sistem Pembangkit.................................................................................................. 4
2.2. Daya ........................................................................................................................ 5
2.2.1. Faktor Daya ..................................................................................................... 5
2.2.2. Daya Nyata / Aktif ........................................................................................... 5
2.2.3. Daya Semu / Total ........................................................................................... 6
2.2.4. Daya Reaktif .................................................................................................... 6
2.2.5. Segitiga Daya ................................................................................................... 7
2.3. Studi Aliran Daya ................................................................................................... 8
2.3.1. Klasifikasi Bus ................................................................................................. 8
2.3.2 Diagram Segaris ............................................................................................ 11
2.3.3. Sistem Per-Unit.............................................................................................. 14
2.3.4. Metode Newton Raphson .............................................................................. 15
2.4. Optimasi ................................................................................................................ 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.4.1. Kontrol Daya Reaktif ..................................................................................... 20
2.5. MATLAB .............................................................................................................. 23
2.5.1. GUI (Graphical User Interface) .................................................................... 23
2.5.2. Matriks ........................................................................................................... 24
BAB III RANCANGAN PENELITIAN ............................................................................. 26
3.1. Perancangan Perangkat Lunak dan GUI ............................................................... 26
3.1.1. Tampilan GUI ................................................................................................ 26
3.1.2. Flowchart GUI .............................................................................................. 27
3.2. Pemodelan Sistem ................................................................................................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 43
4.1. Perubahan .............................................................................................................. 43
4.1.1. Perubahan Pada Penggunaan Metode ............................................................ 43
4.1.1.1. Rumusan Masalah .................................................................................. 43
4.1.1.2. Pertidaksamaan Kendala (Inequality Constraints) ................................. 43
4.1.1.3. Gambaran Mengenai Algoritma Evolutionary ....................................... 44
4.1.1. Perubahan Pada Tampilan GUI Utama ......................................................... 47
4.1.3 Perubahan Pada Flow Chart (Diagram Alir) ................................................. 48
4.2. Metode Newton Raphson ...................................................................................... 51
4.3. Metode Kontrol Daya Reaktif ............................................................................... 57
4.4. Perbandingan Hasil Perhitungan ........................................................................... 66
4.4.1. Pengujian Simulator ...................................................................................... 66
4.4.2. Proses Pada 5 Bus .......................................................................................... 69
4.4.3. Proses Pada 14 Bus ........................................................................................ 72
4.4.4. Proses Pada 30 Bus ........................................................................................ 77
4.5. Tampilan Data ....................................................................................................... 81
4.6. Tampilan Gambar ................................................................................................. 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 83
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 83
5.2 Saran ..................................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 84
LAMPIRAN ........................................................................................................................ L1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Segitiga Daya [5] ............................................................................................. 8
Gambar 2. 2. Lambang-lambang Peralatan [7] .................................................................... 11
Gambar 2. 3. Sistem Transmisi 2 bus, (a) Diagram Rangkaian, (b) Rangkaian Ekivalen [4]
............................................................................................................................................. 12
Gambar 2. 4. Tampilan tools dalam membuat GUI [14] ..................................................... 24
Gambar 2. 5. Contoh Tampilan GUI [13] ........................................................................... 24
Gambar 2. 6. Matriks A sebesar m x n [12] ........................................................................ 25
Gambar 3. 1. Tampilan GUI utama…………………………………......…………………26
Gambar 3. 2. Diagram Alir Utama GUI .............................................................................. 28
Gambar 3. 3. Diagram Alir Pemanggilan Data ................................................................... 29
Gambar 3. 4. Diagram Alir Proses Perhitungan .................................................................. 29
Gambar 3. 5. Diagram Alir Perhitungan Newton Raphson ................................................. 30
Gambar 3. 6. Diagram Alir Perhitungan Newton Raphson (lanjutan) ................................ 31
Gambar 3. 7. Diagram Alir Perhitungan Kontrol Daya Reaktif .......................................... 33
Gambar 3. 8. Diagram Alir Proses Kontrol Daya Reaktif (lanjutan) .................................. 34
Gambar 3. 9. Diagam Alir Pemanggilan Gambar Bus ........................................................ 34
Gambar 3. 10. Diagram Alir Reset ...................................................................................... 35
Gambar 3. 11. Diagram Segaris Sistem 5 Bus .................................................................... 35
Gambar 3. 12. Diagram Segaris Sistem 14 Bus [15] ........................................................... 37
Gambar 3. 13. Diagram Segaris Sistem 30 Bus [17] ........................................................... 39
Gambar 4. 1. Diagram Alir Perhitungan Kontrol Daya Reaktif……………………………46
Gambar 4. 2. Tampilan GUI Utama Setelah Perubahan ...................................................... 47
Gambar 4. 3. Diagram Blok Perancangan ........................................................................... 48
Gambar 4. 4. Diagram Alir GUI Utama Baru ..................................................................... 48
Gambar 4. 5. Diagram Alir GUI Utama Baru (lanjutan) ..................................................... 49
Gambar 4. 6. Diagram Alir Proses Perhitungan Baru ......................................................... 50
Gambar 4. 7. Diagram Alir Hasil Perhitungan .................................................................... 50
Gambar 4. 8. Diagram Alir Reset Baru ............................................................................... 51
Gambar 4. 9. Listing Program Metode Newton Raphson Pada Program GUI .................... 51
Gambar 4. 10. Listing Program Pembacaan Data ............................................................... 52
Gambar 4. 11. Listing Program Pembacaan Data (Lanjutan) .............................................. 52
Gambar 4. 12. Listing Program Perhitungan Admitansi ..................................................... 53
Gambar 4. 13. Listing Program perhitungan daya aktif dan daya reaktif ........................... 54
Gambar 4. 14. Hasil Simulasi Perhitungan Daya dan Delta Daya ...................................... 54
Gambar 4. 15. Listing Program Jacobian Bagian 1(H) ....................................................... 55
Gambar 4. 16. Listing Program Jacobian Bagian 2(N) ....................................................... 55
Gambar 4. 17. Listing Program Jacobian Bagian 3(K) ....................................................... 55
Gambar 4. 18. Listing Program Jacobian Bagian 4(L) ........................................................ 56
Gambar 4. 19. Listing Program Menghitung Dalta Sudut dan Tegangan ........................... 56
Gambar 4. 20. Listing Program Menghitung Nilai Sudut dan Tegangan Baru ................... 56
Gambar 4. 21. Listing Program Menghitung Daya Aktif pada Slack Bus .......................... 57
Gambar 4. 22. Listing Program Perhitungan Daya Saluran dan Rugi Daya Aktif .............. 57
Gambar 4. 23. Listing Program Pengambilan Data Pada KDR ........................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 4. 24. Listing Program Utama KDR ...................................................................... 59
Gambar 4. 25. Listing Program KDR Inisialisasi Nilai Individu ........................................ 60
Gambar 4. 26. Tampilan Populasi Dengan 1 Individu ........................................................ 60
Gambar 4. 27. Listing Program KDR Populasi dan Ploss ................................................... 61
Gambar 4. 28. Listing Program KDR Perhitungan Fitness ................................................. 62
Gambar 4. 29. Listing Program KDR Perhitungan Fitness (lanjutan) ................................. 62
Gambar 4. 30. Listing Program KDR Pembuatan Populasi ................................................ 63
Gambar 4. 31. Listing Program KDR Proses Memilih Individu Acak ................................ 63
Gambar 4. 32. Hasil Penentuan Individu Acak ................................................................... 64
Gambar 4. 33. Listing Program KDR Proses XGbest ......................................................... 64
Gambar 4. 34. Listing Program KDR Proses Mutasi .......................................................... 64
Gambar 4. 35. Listing Program KDR Proses Persilangan (Crossover) ............................... 65
Gambar 4. 36. Listing Program KDR Proses Regenerasi .................................................... 65
Gambar 4. 37. Listing Program KDR Proses Seleksi .......................................................... 65
Gambar 4. 38. Hasil Akhir Simulasi Pada Command Window .......................................... 66
Gambar 4. 39. Percobaan 1 KDR Sistem 14 Bus Dengan Galat 0,1 ................................... 74
Gambar 4. 40. Percobaan 2 KDR Sistem 14 Bus Dengan Galat 0,1 ................................... 74
Gambar 4. 41. Listing Program bus_data ............................................................................ 81
Gambar 4. 42. Tampilan GUI Data Bus (a) dan Data Saluran (b) ...................................... 82
Gambar 4. 43. (a)Listing Program Gambar Bus, (b) Tampilan GUI Gambar Bus ............. 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Klasifikasi Jenis Bus Pada Sistem Pembangkit………………………………....9
Tabel 3. 1. Sistem Bus Data 5 Bus [14]................................................................................36
Tabel 3. 2. Sistem Line Data 5 Bus [14] ............................................................................. 36
Tabel 3. 3. Sistem Bus Data 14 bus [16] ............................................................................. 37
Tabel 3. 4. Sistem Bus Data 14 Bus [16]............................................................................. 38
Tabel 3. 5 Sistem Line Data 14 Bus .................................................................................... 38
Tabel 3. 6.Sistem Line Data 14 Bus(lanjutan) ..................................................................... 39
Tabel 3. 7. Sistem Bus Data 30 Bus [16]............................................................................. 40
Tabel 3. 8. Batasan Daya Aktif dan Daya Reaktif ............................................................... 40
Tabel 3. 9. Sistem Line Data 30 Bus [16] ........................................................................... 41
Tabel 3. 10. Sistem Line Data 30 Bus [16] (lanjutan) ......................................................... 42
Tabel 4. 1. Perbandingan Hasil Perhitungan Newton Raphson 5 Bus……………………..67
Tabel 4. 2. Perbandingan Daya Perhitungan Newton Raphson 5 bus ................................. 67
Tabel 4. 3. Perbandingan Individu Awal ............................................................................. 68
Tabel 4. 4. Perbandingan Nilai PLoss dan Fitness .............................................................. 68
Tabel 4. 5. Hasil Simulasi NR 5 Bus ................................................................................... 69
Tabel 4. 6. Nilai Variabel Sebelum dan Sesudah NR 5 Bus ............................................... 69
Tabel 4. 7. Hasil Simulasi KDR Sistem 5 Bus .................................................................... 70
Tabel 4. 8. Nilai Variabel Hasil Simulasi KDR Sistem 5 Bus ............................................ 70
Tabel 4. 9. Perbandingan NR dan KDR 5 Bus .................................................................... 72
Tabel 4. 10. Hasil Simulasi NR 14 Bus ............................................................................... 72
Tabel 4. 11. Nilai Variabel Sebelum Dan Sesudah NR 14 Bus........................................... 73
Tabel 4. 12. Hasil Simulasi KDR Sistem 14 Bus ................................................................ 74
Tabel 4. 13. Nilai Variabel Hasil Simulasi KDR Sistem 14 Bus ........................................ 75
Tabel 4. 14. Perbandingan Hasil NR dan KDR Untuk Sistem 14 Bus ................................ 76
Tabel 4. 15. Hasil Simulasi NR 30 Bus ............................................................................... 77
Tabel 4. 16. Nilai Sebelum dan Sesudah NR 30 Bus .......................................................... 77
Tabel 4. 17. Nilai Sebelum dan Sesudah NR 30 Bus (lanjutan) .......................................... 78
Tabel 4. 18. Hasil Simulasi KDR 30 Bus ............................................................................ 78
Tabel 4. 19. Nilai Variabel Hasil Simulasi KDR 30 Bus .................................................... 79
Tabel 4. 21. Perbandingan Simulasi NR dan KDR Sistem 30 Bus ..................................... 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi listrik merupakan salah satu energi yang menjadi kebutuhan primer yang dapat
menunjang kegiatan sehari-hari manusia, contohnya dalam bidang rumah tangga, fasilitas
umum, industri, pendidikan dan lain-lain. Kebutuhan energi listrik selalu bertambah dari
tahun ke tahun seiring dengan perkembangan penduduk, teknologi serta ekonomi
masyarakat. Berdasarkan data Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya
Mineral), konsumsi listrik Indonesia pada tahun 2017 mencapai 1.012 Kilowatt per Hour
(KWH)/kapita, naik 5,9 persen dari tahun sebelumya. Tahun ini pemerintah menargetkan
konsumsi listrik masyarakat akan meningkat menjadi 1.129 kwh/kapita [1].
Peningkatan kebutuhan dan konsumsi listrik ini harus diimbangi dengan ketersediaan
listrik dari Negara. Pembangkit Tenaga Listrik (PLT) sudah banyak dibangun untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, contohnya adalah PLT Uap, PLT Gas, PLT Diesel, PLT Air,
PLT Bayu, PLT Surya dan masih banyak lagi. Sebagian besar pembangkit yang berada di
Indonesia menggunakan bahan bakar fosil yang berupa batu bara, minyak dan gas.
Berdasarkan data statistik dari Direktorat Jendral Ketenagalistrikan tahun 2016, Indonesia
memiliki 4913 pembangkit dengan bahan bakar fosil dan kapasitas terpasangnya mengalami
peningkatan sejak tahun 2012 hingga 2016 [2].
Peningkatan kapasitas terpasang dan jumlah pembangkit listrik thermal menyebabkan
peningkatan penggunaan bahan bakar fosil untuk pengoprasian pembangkit. Penggunaan
yang makin banyak berdampak pada persediaan bahan bakar fosil yang semakin menipis dan
juga mengakibatkan harga bahan bakar fosil semakin mahal. Perkiraan biaya bahan bakar
yang meningkat membuat perkiraan biaya operasional yang meningkat pula. Diperlukan
suatu metode untuk menghemat biaya pengeluaran dan operasional agar pembangkit dapat
beroperasi seoptimal mungkin.
Mengoptimalkan aliran daya pada pembangkit merupakan salah satu cara untuk
menghemat pengeluaran biaya yang berlebihan. Dalam mengoptimalkan aliran daya, nilai
dari beberapa atau semua variabel kontrol harus ditentukan sehingga dapat mengoptimalkan
tujuan yang telah ditetapkan. Hasil perhitungan yang digunakan adalah yang
memaksimalkan pemanfaatan aset yang ada atau memilih pilihan kontrol alternatif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lebih murah untuk menginstal fasilitas baru [3]. Optimasi aliran daya yang sering diterapkan
oleh beberapa sistem pembangkit adalah Gaush Seidle, Newton Raphson, Lagrange, Linier,
Non-Linier dan masih banyak lainnya [3]. Optimasi yang akan disimulasikan merupakan
jenis optimasi aliran daya dengan pengendalian daya reaktif dari sebuah pembangkit listrik
thermal. Perhitungan ini melibatkan tegangan pada bus, konduktansi dari saluran, daya
reaktif dan perbedaan sudut tegangan antar bus. Perhitungan menggunakan Kontrol Daya
Reaktif nantinya akan meminimalkan rugi-rugi daya yang dihasilkan sehingga pembangkit
dapat menghasilkan listrik yang maksimal dan tidak banyak listrik yang terbuang sia-sia.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan tugas akhir berjudul Simulasi Optimasi Aliran Daya Dengan
Kontrol Daya Reaktif adalah
a. Menghasilkan program untuk mensimulasikan perhitungan optimasi menggunakan
Kontrol Daya Reaktif dan Newton Raphson.
b. Membandingkan hasil optimasi menggunakan Newton Raphson dan menggunakan
Kontrol Daya Reaktif.
Manfaat dari pembuatan tugas akhir ini diharapkan dapat:
a. Mengoptimalkan kerja pada sistem pembangkit listrik thermal dengan memperkecil
rugi daya saluran.
b. Dapat menginspirasi mahasiswa Teknik Elektro Sanata Dharma untuk memperdalam
bidang pembangkit dan optimasi.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan membatasi tugas akhir dengan judul Simulasi Optimasi
Aliran Daya dengan Kontrol Daya Reaktif ini adalah:
1. Simulasi perhitungan dibuat menggunakan perangkat lunak MATLAB, hasilnya
berupa m.file dengan tambahan GUI (Graphical User Interface) sebagai tampilan
yang memudahkan pengguna dalam menggunakan simulasi perhitngan.
2. Penggunaan data untuk proses optimisasi menggunakan data sistem pembangkit
Standard IEEE 5-bus, 14-bus, 30-bus.
3. Format masukan data yang digunakan yaitu excel dalam bentuk file .xlsx
4. Optimisasi dilakukan pada sistem pembangkit thermal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.4. Metodologi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, metode penelitian yang digunakan adalah:
1. Studi literatur, merupakan proses awal dalam mengerjakan Tugas Akhir ini, yaitu
dengan cara mempelajari teori-teori dasar yang berkaitan dengan Tugas Akhir
melalui media buku, jurnal dan artikel dari internet yang dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Pengumpulan Data, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data IEEE yang sesuai
dengan data yang dibutuhkan dan yang telah dipelajari dalam studi literatur
sebelumnya. Data yang akan digunakan adalah data dari 5-bus, 14-bus, 30-bus.
Kemudian mengubah format data .pdf menjadi data .xlsx untuk dianalisis ditahap
berikutnya menggunakan simulasi optimasi aliran daya dengan Kontrol Daya Reaktif
dan Newton Raphson.
3. Perancangan Perangkat Lunak dan GUI (Graphical User Interface), yaitu proses
perancangan program yang akan digunakan untuk mensimulasi perhitungan dan
disertai dengan tampilan GUI yang diharapkan dapat mempermudah pengguna untuk
menggunakan simulasi tersebut. Perangkat lunak yang akan digunakan untuk
mensimulasi Tugas Akhir ini adalah MATLAB. Diagram blok mengenai
perancangan perangkat lunak ditunjukan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Diagram Blok Perancangan
4. Pengujian simulator yang telah dibuat, yaitu dengan menguji kerja simulator saat
memproses masukan yang telah diberikan dan harapannya telah sesuai dengan hasil
yang diinginkan. Dalam menguji kebenaran program akan dilakukan pengujian
dengan perhitungan manual (non-program) untuk sistem yang kecil.
5. Analisa Hasil Pengujian dan Penarikan Kesimpulan, yaitu membandingkan hasil
simulasi optimasi menggunakan Kontrol Daya Reaktif dengan perhitungan
komputasi Newton Raphson, dan menyimpulkan hasil simulasi dan perbandingan.
Harapannya hasil perhitungan dengan Kontrol Daya Reaktif akan menghasilkan daya
reaktif yang dapat meminimalkan rugi daya saluran pada pembangkit.
Daya aktif bus
Daya reaktif bus
Rugi daya saluran
Tegangan bus
Masukan Beban Total
Masukan Lamda
Perhitungan dengan
Kontrol Daya Reaktif
dan Newton Raphson
Pemilihan Data IEEE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Sistem Pembangkit
Sistem pembangkitan tenaga listrik berfungsi membangkitkan energi listrik melalui
berbagai macam pembangkit tenaga listrik. Pada pembangkit tenaga listrik ini sumber-
sumber energi alam diubah oleh penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa
kecepatan atau putaran yang selanjutnya diubah menjadi energi lisrik oleh generator. Sistem
tenaga terdiri dari beberapa subsistem, yaitu:
1. Pembangkitan (Generation)
Piranti utama di sub-sistem pembangkitan adalah generator yang merupakan sumber
energi listrik. Generator sesungguhnya mengubah energi non-listrik menjadi energi listrik.
Generator ini, di pusat pembangkit tenaga air misalnya, digerakkan (diputar) oleh turbin air
dan turbin sendiri digerakkan oleh air terjun sehingga turbin menjadi penggerak pemula
untuk generator [4].
2. Transmisi (Transmission)
Daya listrik dari pusat pembangkit disalurkan ke berbagai tempat melalui saluran
transmisi. Tegangan saluran transmisi di sistem PLN adalah 150 kV, yang disebut Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan 275 – 500 kV yang disebut Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET). Piranti yang menghubungkan generator dan saluran transmisi
adalah transformator, yang berfungsi untuk mengubah tegangan keluaran generator ke
tegangan transmisi yang lebih tinggi [4].
3. Distribusi: primer, sekunder
Saluran transmisi mencatu gardu-gardu induk, di mana tegangan diturunkan menjadi
tegangan distribusi primer. Pada tahap terakhir, tegangan diturunkan lagi menjadi 380/220
V. Jaringan yang melayani pengguna pada tegangan rendah ini merupakan jaringan distribusi
sekunder. Jaringan ini bisa sangat rumit, terutama di lokasi padat pengguna [4].
4. Beban
Beban (pengguna/pelanggan) mengambil energi listrik dari jaringan. Ada hal-hal yang
harus dipenuhi dalam melayani beban ini [4].
a. Tegangan dan frekuensi harus konstan, tidak naik-turun.
b. Bentuk gelombang tegangan sedapat mungkin sinusoidal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2.2. Daya
Dalam mempelajari bidang kelistrikan ada beberapa besaran pokok yang harus
dimengerti, mulai dari tegangan, arus, daya, resistansi, kapasitansi, dan masih banyak lagi.
Besaran yang akan banyak digunakan adalah tegangan, arus dan daya. Daya listrik
didefinisikan sebagai kecepatan aliran energi listrik pada satu titik jaringan listrik tiap satuan
waktu dengan satuan watt atau joule/detik dalam satuan SI (standart internasional). Daya
listrik menjadi besaran terukur adanya produksi energi listrik oleh pembangkit, maupun
adanya penyerapan energi listrik oleh beban listrik [5].
2.2.1. Faktor Daya
Sewaktu menyebutkan faktor daya, wajib memasukan informasi mengenai tanda 𝜃.
Faktor daya tertinggal jika 𝜃 > 0 (arus tertinggal dari tegangan, beban induktif) atau faktor
daya mendahului jika 𝜃 < 0 (arus mendahului tegangan, beban kapasitif) [5] [6]. Dengan
menyatakan jaringan pasif dalam kawasan frekuensi dengan impedansi pengganti 𝑍 = 𝑍∠𝜃
diperoleh
𝑃𝐹 = cos 𝜃 = 𝑅
𝑍 (2.1)
Keterangan:
PF = Faktor daya
𝜃 = Sudut arus (°/𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡)
R = Resistansi (𝛺/𝑜ℎ𝑚)
Z = Impedansi (𝛺/𝑜ℎ𝑚)
2.2.2. Daya Nyata / Aktif
Daya nyata atau daya aktif adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya aktif
menunjukan aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan beban untuk
dikonversikan menjadi energi lain. Daya listrik pada arus DC, dirumuskan sebagai perkalian
arus dan tegangan listrik.
𝑃 = 𝑉𝐼 (2.2)
Namun pada listrik AC, perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena melibatkan faktor
daya.
𝑃 = 𝑉𝐼 cos 𝜃 (2.3)
Keterangan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
P = Daya Nyata/Aktif (W / watt)
𝑉 = Tegangan Listrik (V / volt)
𝐼 = Arus Listrik (A / ampere)
2.2.3. Daya Semu / Total
Daya total adalah hasil perkalian antara tegangan efektif dengan arus efektif. Tegangan
efektif adalah nilai tegangan listrik AC yang akan menghasilkan daya yang sama dengan
daya listrik DC ekuivalen pada suatu beban resistif yang sama. Pengertian tersebut juga
berlaku pada arus efektif. Nilai efektif atau rms dari fungsi-fungsi sinus dan kosinus adalah
𝑉𝑒𝑓𝑓 =𝑉𝑚
√2 (2.4)
𝐼𝑒𝑓𝑓 =𝐼𝑚
√2 (2.5)
𝑆 = 𝑉𝑒𝑓𝑓𝐼𝑒𝑓𝑓 (2.6)
Keterangan:
𝑉𝑒𝑓𝑓 = Tegangan Efektif (V / volt)
𝑉𝑚 = Tegangan Maksimal (V / volt)
𝐼𝑒𝑓𝑓 = Arus Efektif (A / ampere)
𝐼𝑚 = Arus Maksimal (A / ampere)
𝑆 = Daya Semu (VA / volt ampere)
Pada kondisi beban resistif dimana tidak terjadi pergeseran grafik sinusoidal arus
maupun tegangan, keseluruhan daya total akan tersalurkan ke beban listrik sebagai daya
nyata. Dapat dikatakan jika beban listrik besifat resistif, maka nilai daya semu (S) sama
dengan daya nyata (P).
2.2.4. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk membangkitkan medan magnet
dikumparan-kumparan beban induktif. Pada trafo, daya reaktif berfungsi untuk
membangkitkan medan magnet pada kumapran primer, sehingga medan magnet primer
tersebut menginduksi kumparan sekunder. Satuan daya reaktif adalah volt-ampere reaktif
(VAR). Daya Reaktif adalah daya imajiner yang menunjukan adanya pergeseran grafik
sinusoidal arus dan tegangan listrik AC akibat adanya beban reaktif. Daya reaktif memiliki
fungsi yang sama seperti faktor daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Sekalipun daya reaktif hanya daya imajiner, pengendalian daya reaktif pada sistem
jaringan distribusi listrik AC sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini tak lepas dari
pengaruh beban reaktif terhadap kondisi jaringan litrik AC. Beban kapasitif yang bersifat
menyimpan tegangan sementara, cenderung mengakibatkan nilai tegangan jaringan menjadi
lebih tinggi daripada seharusnya, sedangkan beban induktif yang bersifat menyerap arus
listrik, cenderung membuat tegangan listrik jaringan turun.
Berubah-ubahnya tegangan listrik jaringan tersebut sangat mengganggu proses
distribusi energi listrik dari pembangkit ke konsumen. Perubahan tegangan jaringan
berkaitan langsung dengan kerugian-kerugian distribusi listrik seperti kerugian panas dan
emisi elektromagnetik yang terbentuk sepanjang jaringan distribusi. Semakin jauh nilai
tegangan jaringan dari angka yang seharusnya, maka akan semakin besar kerugian distribusi
listriknya dan akan semakin mengganggu proses distribusi daya nyata listrik.
Beban induktif, yang dominan terjadi pada siang hari dapat dikompensasi dengan dua
cara. Cara pertama adalah digunakannya bank kapasitor sehingga penurunan tegangan listrik
jaringan dapat dikompensasi. Cara kedua adalah dengan menaikkan tegangan listrik keluaran
generator pembangkit dengan cara menaikkan arus eksitasi generator, sehingga tegangan
keluaran generator naik.
Kompensasi juga dilakukan jika beban jaringan bersifat kapasitif sehingga
menyebabkan tegangan jaringan melebihi nilai normalnya. Generator akan menurunkan
tegangan keluarannya dengan cara mengurangi arus eksitasi. Penggunaan bank induktor juga
digunakan untuk meredam kenaikan tegangan jaringan agar tidak melampaui batas.
Pada kondisi beban reaktif, sebagian daya nyata juga terkonversi sebagian daya reaktif
untuk mengkompensasi adanya beban reaktif tersebut. Nilai dari daya reaktif adalah sebesar
sin 𝜃 dari daya total
𝑄 = 𝑆. sin 𝜃 (2.7)
𝑄 = 𝑉𝑒𝑓𝑓𝐼𝑒𝑓𝑓 sin 𝜃 (2.8)
Keterangan :
𝑄 = Daya Reaktif (VAR / volt ampere reakif)
2.2.5. Segitiga Daya
Hubungan antara daya aktif, daya reaktif dan daya semu dapat diilustrasikan ke dalam
sebuah segitiga siku-siku dengan sisi miring sebagai daya semu, sisi tegak sebagai daya
reaktif dan sisi mendatar adalah daya aktif seperti pada gambar 2.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gambar 2. 1. Segitiga Daya [5]
Berbagai besaran daya semuanya dapat diturunkan dari persamaan daya kompleks [6]
𝑆 = 𝑆∠𝜃 = 𝑃 + 𝑗𝑄 (2.9)
Keterangan:
𝑆∠𝜃 = Daya kompleks
𝑃 + 𝑗𝑄 = Daya Nyata sebagai bagian riil dan Daya Reaktif sebagai bagian imajiner
2.3. Studi Aliran Daya
Studi Aliran Daya adalah penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya, dan faktor
daya atau daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik dalam suatu jaringan listrik pada
keadaan pengoprasian normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan
terjadi dimasa yang akan datang. Studi Aliran Daya dinilai sangat penting karena
pengoprasian yang baik dari sistem tersebut banyak tergantung pada diketahuinya efek
interkoneksi dengan sistem tenaga yang lain, beban yang baru, stasiun pembangkit baru,
serta saluran transmisi baru atau sebelum semuanya itu dipasang [7].
Dalam analisis aliran daya terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1.5. Sistem dalam keadaan seimbang, dengan demikian dapat dilakukan perhitungan
menggunakan model satu-fasa
1.6. Semua besaran dinyatakan dalam per-unit, sehingga berbagai tingkatan tegangan
yang pada sistem tidak menjadi persoalan
2.3.1. Klasifikasi Bus
Bus-bus dalam rangkaian sistem tenaga merupakan simpul-simpul rangkaian yang
biasa kita kenal dalam analisis rangkaian listrik [4]. Tiap-tiap bus memiliki 4 parameter
besaran sebagai berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Daya aktif (P).
2. Daya reaktif (Q).
3. Magnitude tegangan (|V|).
4. Sudut fasa tegangan (θ).
Dari empat kuantitas, dua di antaranya ditentukan di setiap bus dan dua sisanya
ditentukan dari solusi aliran beban. Untuk memasok kehilangan daya nyata dan reaktif dalam
jalur yang tidak akan diketahui sampai akhir oleh solusi aliran daya, bus generator, yang
disebut slack atau swing bus dipilih. Di bus ini, besarnya tegangan generator dan sudut fase
ditentukan sehingga kehilangan daya yang tidak diketahui juga ditugaskan ke bus ini di
samping keseimbangan pembangkitan, jika ada. Secara umum, di semua bus lain, besarnya
tegangan dan daya nyata ditentukan. Di semua bus beban, tuntutan beban nyata dan reaktif
ditentukan. Tabel 2.1 menggambarkan jenis bus dan variabel yang diketahui dan tidak
diketahui [8].
Tabel 2. 1. Klasifikasi Jenis Bus Pada Sistem Pembangkit [8]
Jenis Bus Variabel yang diketahui Variabel yang dihitung
Slack bus/Swing bus
(Bus referensi)
Magnitudo tegangan |V|,
Sudut fasanya (θ)
Daya aktif (P) dan daya
reaktif (Q)
Bus Generator (PV) Magnitudo tegangan |V|,
Daya aktif (P)
Sudut fasa tegangan (θ) dan
daya reaktif (Q)
Bus Beban (PQ) Daya aktif (P) dan daya reaktif
(Q)
Magnitudo |V| dan sudut fasa
(θ) tegangan bus
Bus-generator adalah bus dimana generator dihubungkan melalui transformator. Daya yang
masuk dari generator ke bus generator ke-i adalah
𝑆𝐺𝑖 = 𝑃𝐺𝑖 + 𝑗𝑄𝐺𝑖 (2.10)
Keretangan:
𝑆𝐺𝑖 = Daya Semu generator pada bus-i (pu / perunit)
𝑃𝐺𝑖 = Daya Aktif generator pada bus-i (pu / perunit)
𝑗𝑄𝐺𝑖 = Daya Reaktif generator pada bus-i (pu / perunit)
Dari bus ke-i ini mengalir daya kedua jurusan, yang pertama adalah aliran daya
langsung ke beban yang terhubung ke bus dan yang kedua adalah aliran daya menuju saluran
transmisi. Daya yang menuju beban adalah
𝑆𝐵𝑖 = 𝑃𝐵𝑖 + 𝑗𝑄𝐵𝑖 (2.11)
Keterangan:
𝑆𝐵𝑖 = Daya Semu beban pada bus-i (pu / perunit)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
𝑃𝐵𝑖 = Daya Aktif beban pada bus-i (pu / perunit)
𝑗𝑄𝐵𝑖 = Daya Reaktif beban pada bus-i (pu / perunit)
Dan daya yang terhubung dengan saluran transmisi adalah
𝑆𝑖 = 𝑃𝑖 + 𝑗𝑄𝑖 = 𝑆𝐺𝑖 − 𝑆𝐵𝑖 (2.12)
Bus yang tidak terhubung ke generator tetapi hanya terhubung pada beban disebut bus beban.
Dari bus beban ke-j mengalir daya menuju ke beban sebesar 𝑆𝐵𝑗 atau menuju saluran
transmisi terbesar
𝑆𝑗 = −𝑆𝐵𝑗 (2.13)
Jika hanya memperhatikan daya sumber dan daya beban, teorema Tellegen tidak akan
terpenuhi kerena masih ada daya keluar dari rangkaian yang tidak diketahui yaitu daya yang
diserap oleh saluran dan transformator. Oleh karena itu, untuk keperluan analisis, jika
tegangan semua bus-beban diketahui, tegangan bus-generator juga harus dapat ditetapkan
kecuali satu diantaranya yang dibiarkan mengambang; bus mengambang ini disebut slack
bus. Slack bus seolah berfungsi sebagai simpul sumber tegangan bebas dalam analisis
rangkaian listrik yang biasa kita kenal. Dengan cara ini maka teori Tellegen akan bisa
dipenuhi [4].
Persamaan kesetimbangan daya nyata dengan mengabaikan rugi-rugi transmisi dirumuskan
sebagai berikut [3]:
𝑃𝐷 = ∑(𝑃𝑖)
𝑛
𝑖=1
(2.14)
Keterangan:
PD = Total permintaan/kebutuhan daya nyata pada titik beban dari sistem (MW)
Permintaan/kebutuhan daya nyata pada sistem (𝑃𝐷) adalah jumlah
permintaan/kebutuhan pada titik beban di dalam sistem. Berdasarkan persamaan 2.14, dapat
dirumuskan persamaan batasan daya dari beban sistem sebagai berikut:
𝑃𝐷 − ∑(𝑃𝑖)
𝑛
𝑖=1
= 0 (2.15)
Jika parameter rugi-rugi transmisi ikut dipertimbangkan, maka berdasarkan
persamaan 2.14 dimodifikasi sebagai berikut:
𝑃𝐷 = ∑(𝑃𝑖)
𝑛
𝑖=1
− 𝑃𝐿 (2.16)
Keterangan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
PL = Rugi-rugi transmisi (MW)
Batasan-batasan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
a. Equality Constraint
Equality constraint atau batasan persamaan merupakan kesetimbangan daya nyata,
sebagaimana total daya nyata yang dibangkitkan harus sama dengan permintaan daya
nyata (𝑃𝐷) yang terlampir pada persamaan 2.14 [3].
b. Inequality Constraint
Inequality constraint atau batasan pertidaksamaan merupakan batasan minimum dan
maksimum dari kombinasi keluaran daya nyata yang dibangkitkan oleh tiap unit
generator. Inequality constraint dirumuskan sebagai berikut [9]:
𝑃𝑖(𝑚𝑖𝑛) ≤ 𝑃𝑖 ≤ 𝑃𝑖(𝑚𝑎𝑥) (2.17)
2.3.2 Diagram Segaris
Representasi fasa tunggal dengan diagram segaris selalu dilakukan untuk studi aliran
beban karena sistem dianggap seimbang. Diagram segaris merupakan penyederhanaan dari
diagram sistem listrik 3 fasa. Dengan suatu garis tunggal dan lambang standar, diagram ini
menunjukan saluran transmisi dan peralatan-peralatan yang berhubungan dari suatu sistem
listrik. Pada Gambar 2.2 menunjukan beberapa lambang yang sering digunakan pada
diagram segaris [7]. Pada Gambar 2.3.(a) merupakan contoh penerapan lambang-lambang
dalam membuat diagram segaris. Sistem yang digambarkan merupakan sistem 2 bus. Dalam
diagram rangkaian tersebut terdapat bus generator nomer 1 yang terhubung melalui saluran
transmisi ke bus generator nomer 2. Pada gambar 2.3(b) merupakan rangkaian ekivalennya.
Gambar 2. 2. Lambang-lambang Peralatan [7]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(a)
(b)
Gambar 2. 3. Sistem Transmisi 2 bus,
(a) Diagram Rangkaian, (b) Rangkaian Ekivalen [4]
Keterangan :
𝑆𝐺1,𝑆𝐺2 = Daya per-fasa generator (pu / perunit)
𝑉1, 𝑉2 = Tegangan fasa netral (pu / perunit)
𝐼1, 𝐼2 = Arus ke saluran transmisi dari bus-1 dan bus-2 (pu / perunit)
𝐼𝐵1 , 𝐼𝐵2
= Arus beban (langsung) dari bus-1 dan bus-2 (pu / perunit)
𝑧12 = Impedansi seri antar bus dalam rangkaian ekivalen π (pu / perunit)
𝑦𝑝 = Admitansi paralel saluran transmisi pada rangkaian ekivalen π (pu / perunit)
Arus yang keluar dari bus 1 ke saluran transmisi adalah
𝐼1 = 𝑦𝑝𝑉1 + 𝑦12(𝑉1 − 𝑉2) = (𝑦𝑝 + 𝑦12)𝑉1 − 𝑦12𝑉2 (2.18)
Dengan 𝑦12 = 1 𝑧12⁄ adalah admitansi transfer antara bus-1 dan bus-2.
Admitansi total yang dilihat oleh bus-1 didefinisikan sebagai:
𝑌11 = 𝑦𝑝 + 𝑦12 (2.19)
Dengan pengertian ini maka relasi dapat ditulis
𝐼1 = 𝑌11𝑉1 − 𝑦12𝑉2 (2.20)
𝐼2 = 𝑌22𝑉2 − 𝑦12𝑉1 (2.21)
Sedangkan untuk sistem 3 bus adalah :
𝐼1 = 𝑌11𝑉1 − 𝑦12𝑉2 − 𝑦13𝑉3 (2.22)
𝐼2 = −𝑦12𝑉1 + 𝑌22𝑉2 − 𝑦23𝑉3 (2.23)
𝐼3 = −𝑦12𝑉1 − 𝑦23𝑉2 + 𝑌33𝑉3 (2.24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dengan 𝑌𝑖𝑗 = −𝑦𝑖𝑗, persamaan 2.22, 2.23 dan 2.24 dapat dituliskan dalam bentuk matriks
sebagai
[
𝐼1𝐼2𝐼3
] = [ 𝑌11 𝑌12 𝑌13
𝑌12 𝑌22 𝑌23
𝑌13 𝑌23 𝑌33
] [
𝑉1
𝑉2
𝑉3
] (2.25)
Sehingga dapat di kembangkan untuk n-bus menjadi
[ 𝐼1𝐼2𝐼3.𝐼��]
=
[ 𝑌11 𝑌12 𝑌13
𝑌12 𝑌22 𝑌23
𝑌13 𝑌23 𝑌33
⋯𝑌1𝑛
𝑌2𝑛
𝑌3𝑛
⋮ ⋱ ⋮𝑌1𝑛 𝑌2𝑛 𝑌3𝑛 ⋯ 𝑌𝑛𝑛]
[ 𝑉1
𝑉2
𝑉3.𝑉��]
(2.26)
Variabel dan parameter yang terkait dengan bus i dan bus tetangga j diwakili dalam notasi
biasa sebagai berikut:
𝑉𝑖 = |𝑉𝑖| exp 𝑗𝛿𝑖 = 𝑉𝑖(cos 𝛿𝑖 + jsin 𝛿𝑖) (2.27)
Admitansi bus:
𝑌𝑖𝑗 = |𝑌𝑖𝑗| exp 𝑗𝜃𝑖𝑗 = |𝑌𝑖𝑗|(cos 𝜃𝑖𝑗 + jsin 𝜃𝑖𝑗) (2.28)
Daya kompleks:
𝑆𝑖 = 𝑃𝑖 + 𝑗𝑄𝑖 = 𝑉𝑖𝐼𝑖∗ (2.29)
Menggunakan indeks G untuk generator dan L untuk rugi-rugi:
𝑃𝑖 = 𝑃𝐺𝑖 − 𝑃𝐿𝑖 = 𝑅𝑒𝑎𝑙 [𝑉𝑖𝐼𝑖∗] (2.30)
𝑄𝑖 = 𝑄𝐺𝑖 − 𝑄𝐿𝑖 = 𝐼𝑚𝑎𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟 [𝑉𝑖𝐼𝑖∗] (2.31)
Arus pada bus i:
𝐼𝑖 = 𝑌𝑖𝑉𝑖 (2.32)
Dari beberapa rumus diatas maka didapatkan rumus [8]:
𝑃𝑖 = ∑𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗(cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗))
𝑛
𝑗=1
(2.33)
𝑄𝑖 = ∑𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗(sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗))
𝑛
𝑗=1
(2.34)
i = 1, 2, ..... n; i ≠ slack bus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.3.3. Sistem Per-Unit
Sistem per-unit sesungguhnya merupakan cara penskalaan atau normalisasi. Besaran-
besaran sistem dalam satuan masing-masing, tegangan dalam volt, arus dalam ampere,
impedansi dalam ohm, ditransformasikan ke dalam besaran tak berdimensi yaitu per-unit
(p.u). Nilai per-unit dari suatu besaran merupakan rasio dari besaran tersebut dengan suatu
besaran basis. Besaran basis ini berdimensi sama dengan dimensi besaran aslinya sehingga
nilai- per-unit besaran itu menjadi tidak berdimensi [4].
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟 − 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑎𝑠𝑖𝑠 (2.35)
Nilai sesungguhnya mungkin berupa bilangan kompleks, namun nilai basis yang ditetakan
adalah bilangan nyata. Oleh karena itu sudut fasa nilai dalam per-unit sama dengan sudut
fasa sesungguhnya [4].
Pada daya kompleks:
𝑆 = ��𝐼∗ = 𝑉𝐼∠(𝛼 − 𝛽) (2.36)
Dimana α adalah sudut fasa tegangan dan ꞵ adalah sudut fasa arus. Untuk menyatakan S
dalam per-unit maka ditetapkan 𝑆𝐵𝑎𝑠𝑖𝑠 yang berupa bilangan nyata, sehingga:
𝑆𝑝𝑢 = 𝑆∠(𝛼 − ꞵ)
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠= 𝑆𝑝𝑢∠(𝛼 − ꞵ)
(2.37)
Didefinisikan pula mengenai
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 = 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 (2.38)
Nilai 𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 dipilih secara bebas dan biasanya dipilih angka yang memberi kemudahan
seperti puluhan, ratusan dan ribuan. Jika kita hitung 𝑆𝑝𝑢 dari persamaan diatas maka:
𝑆𝑝𝑢 = 𝑆
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
(𝑉∠𝛼 )(𝐼∠ − ꞵ)
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠= 𝑉𝑝𝑢𝐼∗
𝑝𝑢 (2.39)
Nilai basis untuk impedansi ditentukan menggunakan relasi
𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 = 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
𝐼𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
(2.40)
Dengan 𝑍𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 ini, relasi arus dan tegangan �� = 𝑍𝐼 akan menjadi
𝑍𝑝𝑢 =𝑉𝑝𝑢
𝐼𝑝𝑢
(2.41)
Karena 𝑍 = 𝑅 + 𝑗𝑋 maka
𝑍𝑝𝑢 = 𝑅𝑝𝑢 + 𝑗𝑋𝑝𝑢 (2.42)
Sehingga tidak perlu menentukan nilai basis untuk R dan X secara sendiri-sendiri. Selain itu
nilai basis untuk P dan Q juga tidak perlu ditentukan secara sendiri-sendiri pula [4].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
𝑆
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
𝑃 + 𝑗𝑄
𝑆𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
(2.43)
𝑆𝑝𝑢 = 𝑃𝑝𝑢 + 𝑗𝑄𝑃𝑢
(2.44)
2.3.4. Metode Newton Raphson
Metode Newton-Raphson memiliki perhitungan lebih baik bila digunakan untuk sistem
tenaga listrik yang besar karena lebih efisien dan praktis dibanding metode aliran daya yang
lainnya. Jumlah iterasi yang dibutuhkan untuk memperoleh solusi, ditentukan berdasarkan
ukuran sistem. Solusi permasalahan dari sekumpulan persamaan daya pada sistem tenaga
listrik mampu diselesaikan menggunakan bentuk koordinat rectangular dan bentuk
koordinat polar sebagai berikut [3]:
a. Aliran daya Newton-Raphson dalam bentuk koordinat rectangular
Daya yang masuk menuju bus-i direpresentasikan sebagai berikut [8]:
𝑆𝑖 = 𝑃𝑖 + 𝑗𝑄𝑖 (2.45)
= 𝑉𝑖 𝐼𝑖∗ = 𝑉𝑖 ∑𝑌𝑖𝑗
∗ 𝑉𝑖𝑗∗ ; 𝑖 = 1,2, … , 𝑛
𝑛
𝑗=1
(2.46)
dimana,
𝑉𝑖 = 𝑣𝑖′ + 𝑗𝑣𝑖
′′ (2.47)
𝑌𝑖𝑗 = 𝐺𝑖𝑗 + 𝑗𝐵𝑖𝑗 (2.48)
Dengan :
Yij = Admitansi bus-i ke bus-j (pu)
Gij = Konduktansi bus-i ke bus-j (pu)
Bij = Suseptansi bus-i ke bus-j(pu)
maka,
𝑃𝑖 + 𝑗𝑄𝑖 = [( 𝑣𝑖′ + 𝑗𝑣𝑖
′′)∑(𝐺𝑖𝑗 + 𝑗𝐵𝑖𝑗)( 𝑣𝑗′ + 𝑗𝑣𝑗
′′)
𝑛
𝑗=1
] ( 𝑉𝑗′ + 𝑉𝑗
′′) (2.49)
𝑃𝑖 = ∑[𝑣𝑖′(𝐺𝑖𝑗
𝑣𝑗′ − 𝐵𝑖𝑗
𝑣𝑗′′) + 𝑣𝑖
′′(𝐺𝑖𝑗 𝑣𝑗
′′ − 𝐵𝑖𝑗 𝑣𝑗
′)]
𝑛
𝑗=1
(2.50)
𝑄𝑖 = ∑[𝑣𝑖′(𝐺𝑖𝑗
𝑣𝑗′ − 𝐺𝑖𝑗
𝑣𝑗′′) − 𝑣𝑖
′′(𝐺𝑖𝑗 𝑣𝑗
′′ + 𝐺𝑖𝑗 𝑣𝑗
′)]
𝑛
𝑗=1
(2.51)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Hubungan daya nyata dengan daya reaktif pada tiap bus dan bentuk persamaan linier
dapat direpresentasikan menggunakan matriks Jacobian sebagai berikut [8]
[
∆𝑃𝑖
⋮
∆𝑃𝑛−1
⋯∆𝑄𝑖
⋮
∆𝑄𝑛−1 ]
=
[
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑖′′
⋮𝜕𝑃𝑛−1
𝜕𝑣𝑖′
⋯𝜕𝑄𝑖
𝜕𝑣𝑖′′
⋮𝜕𝑄𝑛−1
𝜕𝑣𝑖′
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑛−1′′
⋮𝜕𝑃𝑛−1
𝜕𝑣𝑛−1′
⋯𝜕𝑄𝑛−1
𝜕𝑣𝑛−1′′
⋮𝜕𝑄𝑛−1
𝜕𝑣𝑛−1′
⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑛′′
⋮𝜕𝑃𝑛−1
𝜕𝑣𝑛′′
⋯𝜕𝑄𝑖
𝜕𝑣𝑖′′
⋮𝜕𝑄𝑛−1
𝜕𝑣𝑖′′
⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑛−1′′
⋮𝜕𝑃𝑛−1
𝜕𝑣𝑛−1′′
⋯𝜕𝑄𝑛−1
𝜕𝑣𝑛−1′′
⋮𝜕𝑄𝑛−1
𝜕𝑣𝑛−1′′
]
[
∆𝑣𝑖
⋮
∆𝑣𝑛−1′
⋯∆𝑣𝑖
′′
⋮
∆𝑣′𝑛−1′ ]
(2.52)
atau bentuk umum dari matriks Jacobian dinyatakan sebagai berikut [8]:
[∆𝑃∆𝑄
] = [ 𝐽1𝐽3
𝐽2𝐽4
] [∆𝑣𝑖
′
∆𝑣𝑖′′] (2.53)
J1, J2, J3, dan J4 merupakan elemen matriks Jacobian yang dapat dihitung sebagai berikut:
1. Elemen J1:
Elemen diagonal luar:
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑗′ = 𝐺𝑖𝑗𝑣𝑗 + 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑗
′′ , 𝑖 ≠ 𝑗 (2.54)
Elemen diagonal:
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑗′ = 2𝐺𝑖𝑗𝑣𝑗 − 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑗
′′ + 𝐵𝑖𝑖𝑣𝑖′′ + ∑(𝐺𝑖𝑗𝑣𝑗
′ − 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑗′′)
𝑛
𝑗=1𝑗≠𝑖
(2.55)
2. Elemen J2:
Elemen diagonal luar:
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑗′ = 𝐺𝑖𝑗𝑣𝑗
′′ − 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑗′ , 𝑗 ≠ 𝑖 (2.56)
Elemen diagonal:
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝑣𝑗′′ = −𝐵𝑖𝑖𝑣𝑖
′ + 2𝐺𝑖𝑖𝑣𝑗′ + 𝐵𝑖𝑖𝑣𝑖
′′ + ∑(𝐺𝑖𝑗𝑣𝑗′′ + 𝐵𝑖𝑖𝑣𝑗
′)
𝑛
𝑗=1𝑗≠𝑖
(2.57)
3. Elemen J3:
Elemen diagonal luar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
𝜕𝑄𝑖
𝜕𝑣𝑗′ = 𝐺𝑖𝑗𝑣𝑖
′′ − 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑖′ , 𝑗 ≠ 𝑖 (2.58)
Elemen diagonal:
𝜕𝑄𝑖
𝜕𝑣𝑖′ = 𝐺𝑖𝑖𝑣𝑖
′′ − 𝐺𝑖𝑖𝑣𝑗′′ − 2𝐵𝑖𝑖𝑣𝑖
′ + ∑(𝐺𝑖𝑗𝑣𝑗′′ + 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑗
′)
𝑛
𝑗=1𝑗≠𝑖
(2.59)
4. Elemen J4:
Elemen diagonal luar:
𝜕𝑄𝑖
𝜕𝑣𝑗′ = −𝐺𝑖𝑗𝑣𝑖
′ − 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑖′′ , 𝑗 ≠ 𝑖 (2.60)
Elemen diagonal:
𝜕𝑄𝑖
𝜕𝑣𝑖′ = 𝐺𝑖𝑖𝑣𝑖
′′ − 2𝐵𝑖𝑖𝑣𝑖′ − ∑(𝐺𝑖𝑗𝑣𝑗
′′ − 𝐵𝑖𝑗𝑣𝑗′)
𝑛
𝑗=1𝑗≠𝑖
(2.61)
Ingat bahwa elemen-elemen matriks dapat dinyatakan sebagai berikut [8]
𝐽4𝑖𝑗= −𝐽1𝑖𝑗
(2.62)
𝐽2𝑖𝑗= 𝐽3𝑖𝑗
(2.63)
Setiap bus generator kecuali slack bus atau bus referensi memiliki magnitudo tegangan yang
dinyatakan sebagai berikut [8]
|𝑉𝑖2| = 𝑣𝑖
′2 + 𝑣𝑖′′2 (2.64)
Selanjutnya, pada setiap simpul generator, variabel ΔQi dapat diganti dengan Δ|Vi |2 [8].
b. Aliran daya Newton-Raphson dalam bentuk koordinat polar
Permasalahan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson dengan bentuk
koordinat polar, untuk setiap bus-i dirumuskan sebagai berikut:
𝑉𝑖 = |𝑉𝑖|𝑒𝑗𝛿𝑖 (2.65)
𝑉𝑖∗ = |𝑉𝑖|𝑒
−𝑗𝛿𝑖 (2.66)
𝑉𝑗 = |𝑉𝑗|𝑒𝑗𝛿𝑗 (2.67)
𝑌𝑖𝑗 = |𝑌𝑖𝑗|𝑒−𝑗𝜃𝑖𝑗 (2.68)
δ adalah sudut fasa dari tegangan bus dan θpq adalah sudut dari admitansi. Berdasarkan
gambar model saluran transmisi yang terlampir diatas, arus yang masuk pada bus-i dapat
dicari menggunakan persamaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
𝐼𝑖 = ∑𝑌𝑖𝑗
𝑛
𝑗=1
(2.69)
Jika ditulis dalam bentuk polar menjadi,
𝐼𝑖 = ∑|𝑌𝑖𝑗𝑉𝑗|
𝑛
𝑗=1
∠𝜃𝑖𝑗 + 𝛿𝑗 (2.70)
Daya kompleks pada bus-i dinyatakan sebagai berikut:
𝑃𝑖 − 𝑗𝑄𝑖 = 𝑉𝑖∗ 𝐼𝑖 (2.71)
Substitusikan persamaan arus ke persamaan daya kompleks dibawahnya menjadi
𝑃𝑖 − 𝑗𝑄𝑖 = |𝑉𝑖|∠ − 𝛿𝑖 ∑ |𝑌𝑖𝑗𝑉𝑗|
𝑛
𝑗=1
∠𝜃𝑖𝑗 + 𝛿𝑗 (2.72)
Pisahkan antara daya aktif dan daya reaktif menggunakan persamaan 2.33 dan 2.34.
Persamaan 2.73 dikembangkan dari deret Taylor seperti persamaan 2.73:
[ ∆𝑃2
(𝑘)
⋮
∆𝑃𝑛(𝑘)
⋯
∆𝑄2(𝑘)
⋮
∆𝑄𝑛(𝑘)
]
=
[ 𝜕𝑃2
(𝑘)
𝜕𝛿2
⋮
𝜕𝑃𝑛(𝑘)
𝜕𝛿2⋯
𝜕𝑄2(𝑘)
𝜕𝛿2
⋮
𝜕𝑄𝑛(𝑘)
𝜕𝛿2
⋯ ⋱ ⋯ ⋯ ⋱ ⋯
𝜕𝑃2(𝑘)
𝜕𝛿𝑛
⋮
𝜕𝑃𝑛(𝑘)
𝜕𝛿𝑛⋯
𝜕𝑄2(𝑘)
𝜕𝛿𝑛
⋮
𝜕𝑄𝑛(𝑘)
𝜕𝛿𝑛
⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮⋮
𝜕𝑃2(𝑘)
𝜕|𝑉2|⋮
𝜕𝑃𝑛(𝑘)
𝜕|𝑉2|⋯
𝜕𝑄2(𝑘)
𝜕|𝑉2|⋮
𝜕𝑄𝑛(𝑘)
𝜕|𝑉2|
⋯ ⋱ ⋯ ⋯ ⋱ ⋯
𝜕𝑃2(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛|⋮
𝜕𝑃𝑛(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛|⋯
𝜕𝑄2(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛|⋮
𝜕𝑄𝑛(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛| ]
[ ∆𝛿2
(𝑘)
⋮
∆𝛿𝑛(𝑘)
⋯
∆|𝑉2(𝑘)
| ⋮
∆|𝑉𝑛(𝑘)
|]
(2.73)
Berdasarkan persamaan (2.73), diasumsikan bahwa bus-1 sebagai slack bus/swing bus
(bus referensi). Matriks Jacobian memberikan perbandingan linier antara perubahan pada
sudut tegangan Δδi(k) dan besarnya tegangan Δ|Vi
(k)| dengan sedikit perubahan pada daya aktif
(ΔPi(k)) dan daya reaktif (ΔQi
(k)). Bentuk umum dari matriks Jacobian dapat adalah sebagai
berikut:
[∆𝑃∆𝑄
] = [𝐻 𝑁𝐾 𝐿
] [∆𝛿
∆|𝑉|] (2.74)
H, N, K, dan L merupakan elemen matriks Jacobian atau disebut matriks admitansi
yang dapat dihitung sebagai berikut:
a. Elemen H
Elemen diagonal luar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝛿𝑗= −|𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗 ≠ 𝑖 (2.75)
Elemen diagonal:
𝜕𝑃𝑖
𝜕𝛿𝑖= ∑|𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗)
𝑛
𝑗≠1
(2.76)
b. Elemen N
Elemen diagonal luar:
𝜕𝑃𝑖
𝜕|𝑉𝑗|= |𝑉𝑖𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗 ≠ 𝑖 (2.77)
Elemen diagonal:
𝜕𝑃𝑖
𝜕|𝑉𝑖|= 2|𝑉𝑖𝑌𝑖𝑖| cos 𝜃𝑖𝑖 + ∑|𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗|
𝑛
𝑗≠𝑖
cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) (2.78)
c. Elemen K
Elemen diagonal luar:
𝜕𝑄𝑖
𝜕𝛿𝑗= −|𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) (2.79)
Elemen diagonal:
𝜕𝑄𝑖
𝜕𝛿𝑖= ∑|𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗)
𝑛
𝑗≠𝑖
(2.80)
d. Elemen L
Elemen diagonal luar:
𝜕𝑄𝑖
𝜕|𝑉𝑗|= −|𝑉𝑖𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗 ≠ 𝑖 (2.81)
Elemen diagonal:
𝜕𝑄𝑖
𝜕|𝑉𝑖|= −2|𝑉𝑖𝑌𝑖𝑖| sin(𝜃𝑖𝑖) +∑|𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗|sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗)
𝑛
𝑗≠𝑖
(2.82)
Harga dari ΔPi(k) dan ΔQi
(k) berbeda antara nilai yang terjadwal dengan nilai perhitungan atau
yang disebut dengan sisa daya (power residuals) yang dirumuskan sebagai berikut :
∆𝑃𝑖(𝑘)
= 𝑃𝑖𝑠𝑐ℎ − 𝑃𝑖
(𝑘) (2.83)
∆𝑄𝑖(𝑘)
= 𝑄𝑖𝑠𝑐ℎ − 𝑄𝑖
(𝑘) (2.84)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Perhitungan nilai yang baru untuk sudut fasa dan tegangan bus yang akan digunakan
untuk perhitungan pada iterasi selanjutnya dirumuskan sebagai berikut [8]:
𝛿𝑖(𝑘+1)
= 𝛿𝑖(𝑘)
+ ∆𝛿𝑖(𝑘)
(2.85)
|𝑉𝑖(𝑘+1)
| = |𝑉𝑖(𝑘)
| + |∆𝑉𝑖(𝑘)
| (2.86)
Daya kompleks Sij dari bus-i ke bus-j dan Sji dari bus-j ke bus-i adalah sebagai berikut [9]:
𝑆𝑖𝑗 = 𝑉𝑖𝐼𝑖𝑗∗ = 𝑉𝑖(𝑉𝑖
∗ − 𝑉𝑗∗)𝑦𝑖𝑗
∗ + 𝑉𝑖𝑉𝑖∗𝑦𝑖0
∗ (2.87)
𝑆𝑗𝑖 = 𝑉𝑗𝐼𝑗𝑖∗ = 𝑉𝑗(𝑉𝑗
∗ − 𝑉𝑖∗)𝑦𝑖𝑗
∗ + 𝑉𝑗𝑉𝑗∗𝑦𝑖0
∗ (2.88)
Rugi-rugi daya pada saluran i ke j merupakan penjumlahan aljabar dari aliran daya
sebagai berikut [9]:
𝑆𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑖𝑗 = 𝑆𝑖𝑗 + 𝑆𝑗𝑖 (2.89)
2.4. Optimasi
Studi aliran beban yang optimal berkaitan dengan operasi ekonomi sistem di semua
aspek. Aspek-aspek ini termasuk pertimbangan semua kendala sambil memuaskan
keseimbangan beban. Memuaskan kendala beban itu sendiri adalah solusi aliran beban. Oleh
karena itu, dalam operasi optimal, biayanya minimalisasi diimplementasikan sebagai
tambahan pertimbangan lebih lanjut. Dapat dicatat bahwa tegangan bus referensi juga harus
dioptimalkan untuk ekonomi sementara pilihan bus referensi dapat didasarkan pada
pertimbangan lain. [8]
2.4.1. Kontrol Daya Reaktif
Pengelolaan daya reaktif merupakan suatu hal yang sangat penting dalam operasi dan
kontrol pada sistem. Daya reaktif merupakan daya penyeimbang untuk mempertahankan
batas-batas tegangan keluaran pada generator, atau sebagai daya peredam karena adanya
beban reaktan.
Pengelolaan daya reaktif merupakan suatu hal yang sangat penting dalam operasi dan
kontrol pada sistem. Pengelolaan daya reaktif yang tepat diharapkan dapat mengurangi rugi-
rugi daya pada sistem dengan mengatur dan menyesesuaikan nilai-nilai dari variabel Kontrol
Daya Reaktif yakni tegangan pada pembangkit, pengaturan tap transformator dan sumber
daya reaktif pada sistem seperti kapasitor. Rugi-rugi daya reaktif dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya kapabilitas sumber daya reaktif seperti kapasitor, tegangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pembangkit, sudut fasa dan posisi tap transformator yang dapat menyebabkan adanya
masalah penyaluran daya reaktif optimal.
Tujuan utama dari optimasi daya reaktif adalah untuk meminimalkan rugi-rugi daya
nyata, untuk meningkatkan profil tegangan, biaya sistem menjadi murah dan meningkatkan
kestabilan tegangan sistem dengan tetap menjaga nilai profil tegangan sesuai dengan nilai
yang dapat diterima dengan mengontrol parameter-parameter yang disebutkan sebelumnya.
Daya reakrif sangat mempunyai peranan penting dalam mempertahankan stabilitas dan
kehandalan sistem sehingga pengiriman daya reaktif harus seoptimal mungkin.
Tujuan dari pengiriman daya reaktif adalah untuk meminimalkan kerugian daya aktif
dalam jaringan transmisi yang dapat ditunjukkan dengan rumus berikut [10]:
𝑓𝑝 = ∑ 𝑃𝑘𝐿𝑜𝑠𝑠
𝑘𝜖𝑁𝐸
= ∑ 𝑔𝑘
𝑘𝜖𝑁𝐸
(𝑉𝑖2 + 𝑉𝑗
2 − 2𝑉𝑖𝑉𝑗 cos 𝜃𝑖𝑗) (2.90)
Keterangan :
𝑓𝑝 = Rugi-rugi daya aktif total (MW)
𝜃𝑖𝑗 = Perbedaan sudut tegangan antara bus I dan j (rad)
𝑃𝑘𝐿𝑜𝑠𝑠 = Rugi-rugi daya aktif pada saluran k (p.u)
𝑉𝑖 = Tegangan pada bus i (p.u)
𝑉𝑗 = Tegangan pada bus j (p.u)
𝑁𝐸 = Jumlah saluran transmisi
𝑔𝑘 = Konduktansi dari saluran k (p.u)
Minimalisasi Fungsi di atas memiliki fungsi kendala (equality constraints) sebagai berikut
[11];
0 = 𝑃𝐺𝑖 − 𝑃𝐷𝑖 − 𝑉𝑖 ∑ 𝑉𝑗(𝐺𝑖𝑗 cos 𝜃𝑖𝑗 + 𝐵𝑖𝑗 sin 𝜃𝑖𝑗) 𝑖 ∈ 𝑁0
𝑗∈𝑁𝑖
(2.91)
0 = 𝑄𝐺𝑖 − 𝑄𝐷𝑖 − 𝑉𝑖 ∑ 𝑉𝑗(𝐺𝑖𝑗 cos 𝜃𝑖𝑗 + 𝐵𝑖𝑗 sin 𝜃𝑖𝑗) 𝑖 ∈ 𝑁𝑃𝑄
𝑗∈𝑁𝑖
(2.92)
Keterangan :
𝑃𝐺𝑖 = Daya aktif yang diinjeksi pada bus i (MW)
𝑃𝐷𝑖 = Kebutuhan daya aktif pada bus i (MW)
𝐺𝑖𝑗 = Konduktansi transfer antara bus i dan bus j (p.u)
𝐵𝑖𝑗 = Substansi transfer antara bus i dan bus j (p.u)
𝑁0 = Jumlah dari total bus, termasuk slack bus
𝑁𝑃𝑄 = Jumlah dari bus beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Fungsi di atas memiliki pertidaksamaan fungsi kendala yang tergantung pada nilai
variabel. Unit kendala menunjukkan adanya keterbatasan magnitude tegangan pada bus
beban, kapabilitas daya reaktif generator terbatas pada generator dan magnitude tegangan
yang terbatas pada jaringan transmisi. Berikut adalah fungsi kendala (inequality constraints)
dari tegangan generator [10].
𝑉𝑖𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑉𝑖 ≤ 𝑉𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠 (2.93)
Dimana: 𝑉𝑖 = Magnitude tegangan dari bus i (p.u.)
Selain tegangan generator, keluaran daya reaktif pada generator juga dibatasi dengan
persamaan berikut:
𝑄𝐺𝑖𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑄𝐺𝑖 ≤ 𝑄𝐺𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠 (2.94)
Dimana: 𝑄𝐺𝑖 = Sumber daya reaktif dari generator pada bus i (MVAr)
Berikut adalah fungsi kendala dari tap transformer :
𝑇𝑖𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑇𝑖 ≤ 𝑇𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠 (2.95)
Dimana: 𝑇𝑖 = Posisi tap dari transformator i
Pada kebanyakan masalah optimasi nonlinier, constraint dianggap sebagai perluasan
dari fungsi objektif yang dikenal dengan istilah penalti. Dalam masalah pengiriman daya
reaktif, tegangan dari bus pembangkit (𝑉𝑃𝑉), posisi transformator (T), jumlah sumber daya
reaktif (𝑄𝐶), adalah variabel kontrol yang selfconstrained. Tegangan dari bus beban (𝑉𝑃𝑄),
dan keluaran daya reaktif dari bus pembangkit (𝑄𝐺), injeksi daya reaktif dari kapasitor
dibatasi dengan menambahkan parameter sebagai istilah penalti ke fungsi objektif. Fungsi
penalti dibuat untuk menangani fungsi kendala yang pertidaksamaan. Masalah diatas dapat
ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut [10];
𝐹𝑄 = 𝑓𝑄 + ∑𝜆𝑉𝑖(𝑉𝑖 − 𝑉𝑖𝑙𝑖𝑚)² + ∑ 𝜆𝑄𝐺𝑖(𝑄𝐺𝑖 − 𝑄𝐺𝑖
𝑙𝑖𝑚)² (2.96)
Dengan:
𝑄𝐺𝑖= Daya reaktif yang diinjeksi pada bus i (p.u.)
𝑉𝑖 = Tegangan pada bus i (p.u)
Ketika 𝜆𝑉𝑖, dan 𝜆𝑄𝐺𝑖 masing-masing adalah faktor penalti untuk tegangan dari
generator, daya reaktif yang diinjeksikan atau dibangkitkan dari generator dan kapasitas
kapasitor. Namun fungsi kendala pertidaksamaan pada kontrol variabel yang digunakan,
dapat juga terdiri dari batas tegangan dari bus, batas daya reaktif yang diinjeksi dari kapasitor
dan batas posisi tap transformator, maka 𝑉𝑖𝑙𝑖𝑚, 𝑇𝑖
𝑙𝑖𝑚, dan 𝑄𝐺𝑖𝑙𝑖𝑚 didefinisikan sebagai berikut
[10]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
𝑉𝑖𝑙𝑖𝑚 = 𝑉𝑖
𝑚𝑎𝑘𝑠; 𝑉𝑖 > 𝑉𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠
= 𝑉𝑖𝑚𝑖𝑛; 𝑉𝑖 < 𝑉𝑖
𝑚𝑖𝑛 (2.97)
𝑄𝐺𝑖𝑙𝑖𝑚 = 𝑄𝐺𝑖
𝑚𝑎𝑘𝑠; 𝑄𝐺𝑖 > 𝑄𝐺𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠
= 𝑄𝐺𝑖𝑚𝑖𝑛; 𝑄𝐺𝑖 < 𝑄𝐺𝑖
𝑚𝑖𝑛 (2.98)
𝑇𝑖𝑙𝑖𝑚 = 𝑇𝑖
𝑚𝑎𝑘𝑠; 𝑇𝑖 > 𝑇𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠
= 𝑇𝑖𝑚𝑖𝑛; 𝑇𝑖 < 𝑇𝑖
𝑚𝑖𝑛 (2.99)
Dalam jaringan transmisi, kestabilan tegangan juga harus dijaga agar tidak melawati batas
atas maupun batas bawah nilai yang ditetapkan.
2.5. MATLAB
MATLAB merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk pemograman, analisis
serta komputasi teknis dan matematis berbasis matriks. MATLAB adalah singkatan dari
Matrix Laboratory karena mampu menyelesaikan masalah perhitungan dalam berntuk
matriks. MATLAB didesain untuk menyelesaikan masalah-masalah persamaan aljabar
linear. Bahasa pemograman yang kini dikembangkan oleh MathWorks.Inc menggabungkan
proses pemograman, komputasi dan visualisasi melalui lingkungan kerja yang mudah
digunakan [12].
2.5.1. GUI (Graphical User Interface)
Antarmuka pengguna grafis (Graphical User Interface) adalah tampilan grafis dalam
satu atau beberapa jendela mengandung kontrol, yang disebut komponen, yang
memungkinkan pengguna untuk melakukan tugas-tugas interaktif. Pengguna GUI tidak
harus membuat skrip atau mengetik perintah pada perintah line untuk menyelesaikan tugas.
Tidak seperti program pengkodean untuk menyelesaikan tugas, pengguna GUI tidak perlu
memahami detail tentang bagaimana tugas dilakukan.
Komponen GUI dapat mencakup menu, bilah alat, tombol, tombol radio, kotak daftar,
slider dan masih banyak lagi seperti yang terlihat pada gambar 2.4. GUI yang dibuat
menggunakan alat MATLAB juga dapat melakukan semua jenis perhitungan, membaca dan
menulis file data, berkomunikasi dengan GUI lain, dan menampilkan data sebagai tabel atau
sebagai plot [13]. Pada gambar 2.5 menunjukan tampilan hasil GUI yang sudah jadi.
Terdapat grafis tiga dimensi yang diberi detail warna. Terapat beberapa tombol juga untuk
memulai proses. Terdapat menu pilihan juga yang menggunakan pop menu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 2. 4. Tampilan tools dalam membuat GUI [14]
Gambar 2. 5. Contoh Tampilan GUI [13]
2.5.2. Matriks
Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat yang terdiri atas baris dan
kolom. Bilangan-bilangan dalam matriks disebut elemen matriks. Anggota yang disusun
mendatar disebut baris dan yang ditulis menurun disebut kolom. Suatu matriks memiliki
ukuran tertentu yang disebut ordo matriks. Jika suatu matriks A memiliki baris sebanyak m
dan kolom sebanyak n maka ordo matriks A adalah m x n [12] seperti ditunjukan pada
gambar 2.5. Untuk membuat matriks dalam MATLAB, digunakan kurung siku ([ ]) dan
ditulis baris perbaris. Tanda koma (,) untuk memisahkan kolom dan titik-koma (;) untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
memisahkan baris. pemisahan kolom dapat pula menggunakan spasi, sementara
untukpemisahan baris bisa dengan menekan enter ke baris baru [12]
Gambar 2. 6. Matriks A sebesar m x n [12]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1. Perancangan Perangkat Lunak dan GUI
GUI ini dirancangan untuk mempermudah pengguna dalam mensimulasikan program.
Dalam merancang perangkat lunak dan GUI ada beberapa rancangan yang mendukung, yaitu
tampilan dari GUI, flowchart GUI yang menjelaskan alur kerja dari sistem keseluruhan
dalam GUI, dan flowchart perhitungan Newton Raphson dan Kontrol Daya Reaktif untuk
memperjelas perancangan sistem secara matematis. Berikut adalah rancangan tampilan GUI
dan juga flowchart GUI.
3.1.1. Tampilan GUI
Gambar 3. 1. Tampilan GUI utama
Pada Gambar 3.1 menunjukan rancangan GUI yang akan dibuat. GUI tersebut
memiliki beberapa fasilitas yaitu check bar untuk pemilihan jumlah bus, check bar untuk
pemilihan metode perhitungan dan kolom isian untuk memberikan nilai masukkan untuk
perhitungan. Pilihan bus yang tersedia adalah 5 bus, 14 bus dan juga 30 bus. Dalam memilih
bus, hanya diperbolehkan untuk memilih salah satu bus, tidak bisa 2 atau 3 bus sekaligus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Metode perhitungan yang tersedia ada Newton Raphson dan juga Kontrol Daya
Reaktif. Pada tahapan memilih metode perhitungan, diperbolehkan untuk memilih salah satu
atau dua metode sekaligus. Masukan yang harus diberikan adalah beban total dan juga lamda.
Ketentuan dalam mengisi masukan akan diberikan dikolom catatan atau note dibagian bawah
dari GUI. Nilai lamda yang diberikan harus berkisar antara 0 sampai dengan 10.
Beberapa tombol proses disediakan dalam GUI untuk memilih proses yang
diinginkan pengguna. Tombol “Data Bus” untuk menampilkan data bus dari jumlah bus yang
telah dipilih. Tombol “Gambar Bus” untuk menampilkan gambar diagram segaris dari bus
yang telah dipilih beserta data sebelum dan sesudah perhitungan. Tombol “Hasil” untuk
menampilkan data-data hasil perhitungan dan juga kesimpulan dari perhitungan tersebut.
Data hasil yang ditampilkan adalah daya aktif bus, daya reaktif bus, rugi daya saluran dan
tegangan bus. Tombol “Reset” untuk mengosongkan pilihan-pilihan yang telah diisi
sebelumnya, sehingga pengguna tidak perlu menghapus isian satu persatu.
3.1.2. Flowchart GUI
Tampilan GUI yang telah dirancang pada Gambar 3.1 memiliki alur pengerjaan yang
dijelaskan dalam bentuk flowchart. Gambar 3.2 menjelaskan alur penggunaan GUI secara
keseluruhan. Dalam memulai simulasi, langkah pertama adalah melakukan pemilihan
jumlah bus yang akan dihitung, kemudian memberikan nilai masukan untuk beban total dan
lamda yang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan. Selanjutnya memilih metode
perhitungan yang diinginkan.
Tahapan berikutnya setelah memberikan masukan adalah memilih proses yang akan
dilaksanakan. Pada Gambar 3.1 terdapat beberapa tombol proses. Tombol pertama yaitu
“Data Bus”, saat ditekan maka proses pemanggilan data dilakukan. Proses pengambilan data
bus dapat dilihat pada gambar 3.3. Tombol berikutnya adalah “Hasil”, saat ditekan maka
proses perhitungan data dilakukan. Proses perhitungan ini dapat dilihat pada gambar 3.4.
Teralhir adalah tombol “Reset”, saat ditekan maka kolom untuk memberikan masukan akan
dikosongkan. Proses ini mempermudah pengguna bila ingin memilih masukan lainnya dan
masukkan tersebut sangat berbeda dengan masukan sebelumnya. Proses pengosongan kolom
masukan dapat dilihat pada gambar 3.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Mulai
Masukan:
Jumlah Bus,
metode
perhitungan,
nilai beban total
dan lamda
Tombol data bus
Tombol hasil
Tombol gambar
bus
Tombol reset
Selesai
Keluaran :
data bus
Keluaran :
hasil
perhitungan
Keluaran :
gambar
diagram
segaris
Kosongkan kolom
isian
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Pemanggilan
data
Pemanggilan
gambar
diagram segaris
Proses
perhitungan
A
A
Gambar 3. 2. Diagram Alir Utama GUI
3.1.2.1. Diagram Alir Pemanggilan Data
Telah dijelaskan sebelumnya pada gambar 3.2, proses pemanggilan data ini akan
terlaksana apabila pengguna telah memilih jumlah bus yang ingin ditampilkan dan juga telah
menekan tombol “Data Bus”. Dari Gambar 3.3 diketahui bahwa program akan mendeteksi
masukan mengenai jumlah bus yang sudah dipilih oleh pengguna kemudian program akan
memanggil file yang berkaitan dengan bus tersebut dan selanjutnya akan ditampilkan pada
figure GUI yang berbeda dan ditampilkan dalam bentuk tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Mulai
5 Bus?
Masukan
: Jumlah
Bus
14 Bus? 30 Bus?
Keluaran : Data 5
Bus
Keluaran : Data 14
Bus
Keluaran : Data 30
Bus
Selesai
Ya Ya Ya
Tidak Tidak Tidak
Proses
pemanggilan
data 5 bus
Proses
pemanggilan
data 14 bus
Proses
pemanggilan
data 30 bus
Gambar 3. 3. Diagram Alir Pemanggilan Data
3.1.2.2. Diagram Alir Proses Perhitungan
Mulai
Masukan : data bus, laju
mutasi, besar populasi,
metode hitung
Newton Raphson
Kontrol Daya Reaktif
Perhitungan Newton Raphson
Perhitungan Kontrol Daya
Reaktif
Selesai
Tidak Tidak
Ya Ya
Gambar 3. 4. Diagram Alir Proses Perhitungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dalam melaksanakan proses perhitungan, dibutuhkan semua data masukan yaitu,
jumlah bus, laju mutasi, besar populasi dan juga metode perhitungan. Masukan laju mutasi
dan besar populasi digunakan dalam perhitungan Kontrol Daya Reaktif saja. Pada gambar
3.4 dapat dilihat diagram alir proses perhitungan secara sederhana. Setelah masukan
diberikan, lalu metode sudah terpilih, maka akan ditentukan proses yang akan dikerjakan
selanjutnya. Diagram alir masing-masing metode akan dijelaskan tersendiri pada subbab
3.1.2.2.1 untuk metode perhitungan Newton Raphson dan 3.1.2.2.2 untuk metode
perhitungan Kontrol Daya Reaktif.
3.1.2.2.1. Proses Perhitungan Newton Raphson
Perhitungan dengan metode Newton Rapshon dijelaskan dalam 3 gambar. Gambar 3.5
menjelaskan tahapan yang dimulai dari pemberian masukan dari data bus yang sudah
dimasukkan pengguna. Data yang masih berupa excel dibaca melalui aplikasi MATLAB
kemudian dibaca perkolomnya untuk diproses. Tahapan selanjutnya adalah mengkonversi
satuan menjadi per-unit untuk memudahkan perhitungan dengan perbedaan tingkatan satuan.
Nilai basis yang akan digunakan adalah sebesar 100MVA sedangkan nilai yang akan
diubah satuannya didapat dari tabel data bus –data bus dapat dilihat pada tabel 3.1 untuk
data 5 bus, tabel 3.3 untuk data 14 bus dan tabel 3.5 untuk data 30 bus. Nilai yang akan
diubah satuannya adalah daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). Tahap berikutnya adalah
menghitung elemen matriks admitansi tiap saluran. Dalam menghitung elemen ini data yang
dibutuhkan adalah resistansi dan konduktansi tiap salurannya. Data tersebut dapat dilihat
pada tabel 3.2 untuk data 5 bus, tabel 3.4 untuk data 14 bus dan tabel 3.6 untuk data 30 bus.
Mulai
Masukan: Data Bus
Konversi satuan menjadi per-unit (p.u)
Hitung element matriks admitansi
Pemberian nilai awal yang tidak diketahui
Memberi nilai awal iterasi, k=0
B
Gambar 3. 5. Diagram Alir Perhitungan Newton Raphson
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
B
Hitung daya aktif dan daya reaktif
Hitung element matriks Jacobian
Hitung matriks sisa daya
Memperbarui nilaii tegangan dan sudut tegangan
Hitung nilai tegangan dan sudut tegangan baru
k=k+1
Hitung daya aktif untuk bus slack(MW)
Hitung total rugi daya transmisi saluran ij
Hitung aliran daya saluran ij dan ji
C
C
Selesai
Gambar 3. 6. Diagram Alir Perhitungan Newton Raphson (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Seperti yang sudah diketahui, tipe bus ada bermacam-macam dan tidak semua data
diketahui nilainya, untuk itu diperlukan pemberian nilai awal. Pada gambar 3.6 nilai awal
diberikan untuk magnitude tegangan bus senilai 1 pu dan sudut tegangan senilai 0 pu.
Kemudian dilakukan pemberian nilai awal untuk iterasi atau perulangan. Tahapan
berikutnya adalah menghitung daya aktif dan daya reaktif dalam koordinat polar
menggunakan persamaan 2.33 dan 2.34.
Selanjutnya adalah menghitung elemen matriks Jacobian menggunakan persamaan
2.75 sampai 2.82. Ketika sudah mendapatkan matriks Jacobian kemudian menghitung
matriks sisa daya aktif dan juga daya reaktif. Setelah mendapatkan sisa daya, kemudian sisa
daya tesebut digunakan untuk menghitung nilai tegangan dan sudut fasa yang baru,
kemudian dicari selisih antara nilai tegangan dan sudut yang baru dengan yang lama.
Iterasi atau perulangan perhitungan berhenti dilakukan ketika selisih nilai tegangan
dan sudut sudah mendekati 0 atau dikatakan sudah stabil. Iterasi akan terus dilakukan bila
belum memenuhi syarat. Tahapan berikutnya adalah menghitung daya aktif dan daya reaktif
bus menjadi satuan semula (MW). Kemudian dilakukan pengujian terhadap hasil daya yang
sudah dihitung. Daya aktif dan reaktif tersebut harus sesuai dengan jangkauan nilai maksimal
dan minimal dari masing-masing daya, jika belum sesuai maka dilakukan perhitungan lagi.
Tahapan terakhir adalah menghitung daya total saluran menggunakan persamaan 2.87 dan
2.88 kemudian menghitungkan rugi-rugi transmisi yang dihasilkan pada sistem
menggunakan persamaan 2.89. Perhitungan untuk bus selanjutnya dimulai dari awal lagi,
yaitu tahapan konversi satuan menjadi per-unit.
3.1.2.2.2. Proses Perhitungan dengan Kontrol Daya Reaktif
Pada gambar 3.7 menunjukan tahapan dalam perhitungan dengan metode Kontrol
Daya Reaktif. Dimulai dari memasukan data kemudian konversi satuan untuk
mempermudah perhitungan. Kemudian mencari nilai konduktansi transfer antara bus i dan
bus j (𝐺𝑖𝑗) dan substansi transfer antara bus i dan bus j (𝐵𝑖𝑗) dengan cara mencari nilai
admitansi seperti yang dilakukan pada perhitungan 2.48. Selanjutnya memberikan nilai
iterasi untuk perulangan perhitungan. Setelah itu menghitung daya aktif generator dan daya
reaktif generator menggunakan fungsi kendala 2.91 dan 2.92.
Bila hasil perhitungan tidak sesuai dengan batasan yang telah dibuat yaitu yang
ditunjukan pada gambar 3.8, maka daya reaktif akan ditambahkan dengan hasil perhitungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
fungsi pinalti. Fungsi pinalti dapat dilihat pada persamaan 2.96. Bila sudah sesuai dengan
batasannya maka perhitungan akan dilanjutkan untuk bus berikutnya lagi. Setelah itu
dilakukan perhitungan rugi daya total menggunakan persamaan 2.90. Hasil akhir
perhitungan akan memunculkan tegangan bus, daya aktif bus, daya reaktif bus dan rugi daya
saluran.
Mulai
Memberikan nilai awal untuk iterasi; h=0
Masukan : data bus, beban total dan lamda
Konversi satuan menjadi per-unit (pu)
Hitung elemen matriks admitansi
D
E
Gambar 3. 7. Diagram Alir Perhitungan Kontrol Daya Reaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
D
Perhitungan Rugi daya total
Daya aktif, daya reaktif, rugi daya
saluran dan tegangan bus
Selesai
Perhitungan Faktor Pinalti
Eh=h+1
Gambar 3. 8. Diagram Alir Proses Kontrol Daya Reaktif (lanjutan)
3.1.2.3. Diagram Alir Pemanggilan Data Gambar Bus
Mulai
5 Bus?
Masukan :
Jumlah Bus
14 Bus? 30 Bus?
Keluaran : diagram
segaris 5 Bus
Selesai
Ya Ya Ya
TidakTidak
Tidak
Keluaran : diagram
segaris 14 Bus
Keluaran : diagram
segaris 30 Bus
Proses pemanggilan
data gambar 5 bus
Proses pemanggilan
data gambar 14 busProses pemanggilan
data gambar 30 bus
Gambar 3. 9. Diagam Alir Pemanggilan Gambar Bus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Proses ini akan terlaksana ketika tombol gambar bus ditekan. Pada gambar 3.9 dapat
dilihat bahwa data yang dibutuhkan adalah jumlah bus. Fungsi masukan jumlah bus tentunya
adalah untuk memilih gambar diagram segaris yang sesuai dengan jumlah bus yang dipilih.
Tampilan diagram segaris tersebut akan ditampilkan pada GUI yang berbeda dengan GUI
utama, yaitu GUI khusus untuk menampilkan diagram segaris.
3.1.2.4. Diagram Alir Reset
Mulai
Mengosongkan nilai masukan
Pilihan bus = 0
Pilihan metode hitung = 0
Beban total = 0
Lamda = 0
Selesai
Gambar 3. 10. Diagram Alir Reset
Proses reset terbilang sederhana dibandingkan dengan proses lainnya. Seperti yang
dapat dilihat pada gambar 3.10, prosesnya adalah mengosongkan tabel-tabel isian yang
tersedia pada GUI dan mengosongkan tabel yang menampilkan hasil perhitungan. Fungsinya
adalah untuk membantu pengguna ketika ingin memberikan masukan baru untuk
perhitungan selanjutnya.
3.2. Pemodelan Sistem
Dalam menjalankan sistem uji, diperlukan beberapa data mengenai bus. Berikut data bus
yang akan digunakan:
3.2.1. 5 Bus
Gambar 3. 11. Diagram Segaris Sistem 5 Bus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 3. 11. Merupakan gambar diagram segaris dari sistem 5 bus. Gambar ini
akan tertampil saat pengguna memilih data 5 bus dan menekan tombol “Gambar”. Setelah
GUI untuk menampilkan gambar bus muncul, pengguna harus menekan tombol
“Tampilkan” untuk menampilkan gambar diagram segaris pada axes yang tersedia. Data
lebih lanjut mengenai sistem 5 bus tersebut ditampilkan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
Tabel 3. 1. Sistem Bus Data 5 Bus [14]
Nomor
Bus
Voltage
(p.u) θ
Pgi
(MW)
Qgi
(MVAR)
Pbi
(MW)
Qbi
(MVAR)
Pgi
min(MW)
Pgi
maks
(MW)
1 1,06 0 0 0 0 0 10 85
2 1,045 0 40 0 20 10 10 80
3 1,03 0 30 0 20 15 10 70
4 1 0 0 0 50 30 - -
5 1 0 0 0 60 40 - -
Dari tabel 3.1 telah diketahui ada 5 nomor bus yang masing- masing memiliki nilai
variabel yang diketahui. Tegangan bus pada data sudah dalam satuan per-unit dan biasanya
ditulis dengan 𝑉𝑖 untuk tegangan pada bus-i. Data tegangan ini banyak digunakan, contohnya
pada persamaan 2.18, 2.29, 2.65. Sudut tegangan biasa ditulis dengan 𝛿𝑖, dan contohnya
digunakan pada persamaan 2.33 dan 2.34. 𝑃𝐺𝑖 merupakan daya aktif dari generator pada bus
i. 𝑄𝐺𝑖 merupakan daya reaktif dari generator pada bus i. Daya aktif dan reaktif dari generator
ini contohnya digunakan dalam persamaan 2.91 dan 2.92. 𝑃𝑏𝑖 merupakan daya aktif beban
pada bus i. 𝑄𝐺𝑖 merupakan daya reaktif beban pada bus i. Daya aktif dan reaktif beban ini
contohnya digunakan dalam persamaan 2.11 dan 2.12. 𝑃𝐺𝑖min dan 𝑃𝐺𝑖maks merupakan
batas bawah dan batas atas dari daya aktif pada generator. Data ini digunakan untuk menjaga
nilai daya aktif agar tetap berada pada jangkauannya.
Tabel 3. 2. Sistem Line Data 5 Bus [14]
No
Saluran
From
Bus
To
Bus
R
(p.u)
X
(p.u)
Half Line Charging
Susceptance
T/F
Tap
MW
limit(p.u)
1 1 2 0,02 0,06 0,030 0 0,8
2 1 3 0,08 0,24 0,025 0 0,3
3 2 3 0,06 0,18 0,020 0 0,2
4 2 4 0,06 0,18 0,020 0 0,2
5 2 5 0,04 0,12 0,015 0 0,6
6 3 4 0,01 0,03 0,010 0 0,1
7 4 5 0,08 0,24 0,025 0 0,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Dari tabel 3.2 telah diketahui ada 7 saluran yang terbentuk dan masing- masing
memiliki nilai variabel yang diketahui. Tiap saluran memiliki nilai hambatan yang berbeda-
beda. Komponen penyusun hambatan tersebut adalah resistansi (R) dan reaktansi (X).
Komponen ini digunakan dalam menghitung impedansi dan admitansi pada persamaan 2.42.
Tap trafo digunakan sebagai fungsi kendala yaitu pada persamaan 2.95. Bila nilai tap trafo
tidak ada maka dapat diabaikan. Suseptansi (half line charging) merupakan nilai reaktansi
yang muncul pada bus terhadap ground. Data ini digunakan dalam menghitung nilai
admitansi total bus (𝑌11,𝑌22, 𝑌33, … , 𝑌𝑛𝑛). Data MW limit merupakan nilai batasan dari daya
aktif tiap saluran. Data ini digunakan dalam perhitungan menggunakan Kontrol Daya Reaktif
pada rumusan 2.101.
3.2.2. 14 Bus
Gambar 3. 12. Diagram Segaris Sistem 14 Bus [15]
Gambar 3. 12. merupakan gambar diagram segaris dari sistem 14 bus. Gambar ini akan
tertampil saat pengguna memilih data 14 bus dan menekan tombol “Gambar Bus”. Data lebih
lanjut mengenai sistem 14 bus tersebut ditampilkan pada Tabel 3.3, Tabel 3.4, dan Tabel 3.5.
Pada tabel 3.3 terdapat data batas atas dan batas bawah untuk variabel daya aktif dan daya
reaktif generator.
Tabel 3. 3. Sistem Bus Data 14 bus [16]
Nomor
Bus 𝑃𝑔𝑖
𝑀𝑖𝑛
(MW)
𝑃𝑔𝑖𝑀𝑎𝑘𝑠
(MW)
𝑄𝑔𝑖𝑀𝑖𝑛
(MVAR)
𝑄𝑔𝑖𝑀𝑎𝑘𝑠
(MVAR)
1 10 160 0 10
2 20 80 -42 50
3 20 50 23,4 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 3. 4. Sistem Bus Data 14 Bus [16]
Nomor
Bus
Voltage
(p.u) θ
Pgi
(MW)
Qgi
(MVAR)
Pbi
(MW)
Qbi
(MVAR)
1 1,06 0 0 0 0 0
2 1,045 0 40 0 21,7 12,7
3 1,01 0 20 0 94,2 19,1
4 1 0 0 0 47,8 -3,9
5 1 0 0 0 7,6 1,6
6 1 0 0 0 11,2 7,5
7 1 0 0 0 0 0
8 1 0 0 0 0 0
9 1 0 0 0 29,5 16,6
10 1 0 0 0 9 5,8
11 1 0 0 0 3,5 1,8
12 1 0 0 0 6,1 1,6
13 1 0 0 0 13,8 5,8
14 1 0 0 0 14,9 5
Sama seperti tabel 3.1, tabel 3.4 memiliki 14 nomor bus yang masing- masing memiliki
nilai variabel yang diketahui. Tegangan bus pada data sudah dalam satuan per-unit dan
biasanya ditulis dengan 𝑉𝑖 untuk tegangan pada bus-i. Sudut tegangan biasa ditulis dengan
𝛿𝑖. 𝑃𝐺𝑖 merupakan daya aktif dari generator pada bus i. 𝑄𝐺𝑖 merupakan daya reaktif dari
generator pada bus i. 𝑃𝑏𝑖 merupakan daya aktif beban pada bus i. 𝑄𝐺𝑖 merupakan daya reaktif
beban pada bus i.
Tabel 3. 5 Sistem Line Data 14 Bus
No
Saluran
From
Bus
To
Bus R (p.u) X (p.u)
half line
charging
susceptance
Tap
value
Mva
Rating
1 1 2 0,01938 0,05917 0,0264 0 120
2 1 5 0,05403 0,22304 0,0219 0 65
3 2 3 0,04699 0,19797 0,0187 0 36
4 2 4 0,05811 0,17632 0,0246 0 65
5 2 5 0,05695 0,17388 0,0170 0 50
6 3 4 0,06701 0,17103 0,0173 0 65
7 4 5 0,01335 0,04211 0,0064 0 45
8 4 7 0 0,20912 0 0,978 55
9 4 9 0 0,55618 0 0,969 32
10 5 6 0 0,25202 0 0 45
11 6 11 0,09498 0,1989 0 0,932 18
12 6 12 0,12291 0,25581 0 0 32
13 6 13 0,06615 0,13027 0 0 32
14 7 8 0 0,17615 0 0 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 3. 6.Sistem Line Data 14 Bus(lanjutan)
No
Saluran
From
Bus
To
Bus R (p.u) X (p.u)
half line
charging
susceptance
Tap
value
Mva
Rating
15 7 9 0 0,11001 0 0 32
16 9 10 0,03181 0,0845 0 0 32
17 9 14 0,12711 0,27038 0 0 32
18 10 11 0,08205 0,19207 0 0 12
19 12 13 0,22092 0,19988 0 0 12
20 13 14 0,17093 0,34802 0 0 12
Seperti tabel 3.2, tabel 3.5 dan 3.6 memiliki 20 saluran yang terbentuk, masing-masing
memiliki nilai variabel yang diketahui. Tiap saluran memiliki nilai hambatan yang berbeda-
beda. Komponen penyusun hambatan tersebut adalah resistansi (R) dan reaktansi (X).
Komponen ini digunakan dalam menghitung impedansi dan admitansi pada persamaan 2.42.
Terdapat data half line charging susceptance nilai tersebut digunakan dalam perhitungan
admitansi dan daya total pada tiap saluran.
3.2.3. 30 bus
Gambar 3. 13. Diagram Segaris Sistem 30 Bus [17]
Gambar 3. 14. Merupakan gambar diagram segaris dari sistem 30 bus. Gambar ini akan
tertampil saat pengguna memilih data 30 bus dan menekan tombol “Gambar Bus”. Data lebih
lanjut mengenai sistem 30 bus tersebut ditampilkan pada Tabel 3.7. dan Tabel 3.8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 3. 7. Sistem Bus Data 30 Bus [16]
Nomor
Bus Voltage Θ
Pgi
(MW)
Qgi
(MVAR)
Pbi
(MW)
Qbi
(MVAR)
1 1 0 0 0 0 0
2 1 0 40 0 21,7 12,7
3 1 0 0 0 2,4 1,2
4 1 0 0 0 7,6 1,6
5 1 0 30 0 94,2 19
6 1 0 0 0 0 0
7 1 0 0 0 22,8 10,9
8 1 0 20 0 30 30
9 1 0 0 0 0 0
10 1 0 0 0 5,919 2
11 1 0 20 0 0 0
12 1 0 0 0 11,2 7,5
13 1 0 20 0 0 0
14 1 0 0 0 6,2 1,6
15 1 0 0 0 8,2 2,5
16 1 0 0 0 3,5 1,8
17 1 0 0 0 9 5,8
18 1 0 0 0 3,2 0,9
19 1 0 0 0 9,5 3,4
20 1 0 0 0 2,2 0,7
21 1 0 0 0 17,5 11,2
22 1 0 0 0 0 0
23 1 0 0 0 3,2 1,6
24 1 0 0 0 8,7 6,7
25 1 0 0 0 0 0
26 1 0 0 0 3,5 2,3
27 1 0 0 0 0 0
28 1 0 0 0 0 0
29 1 0 0 0 2,4 0,9
30 1 0 0 0 10,6 1,9
Pada tabel 3.8 berisi tentang data batasan untuk daya aktif dan daya reaktif pada generator.
Tabel 3. 8. Batasan Daya Aktif dan Daya Reaktif
Nomor
Bus
𝑃𝑔𝑖𝑀𝑖𝑛
(MW)
𝑃𝑔𝑖𝑀𝑎𝑘𝑠
(MW)
𝑄𝑔𝑖𝑀𝑖𝑛
(MVAR)
𝑄𝑔𝑖𝑀𝑎𝑘𝑠
(MVAR)
1 50 200 -20 200
2 20 80 -20 100
5 15 50 -15 80
8 10 35 -15 60
11 10 30 -10 50
13 12 40 -15 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Sama seperti tabel 3.3, tabel 3.7 diketahui memiliki 30 nomor bus yang masing-
masing memiliki nilai variabel yang diketahui. Tegangan bus pada data sudah dalam satuan
per-unit. Sudut tegangan biasa ditulis dengan 𝛿𝑖. 𝑃𝐺𝑖 merupakan daya aktif dari generator
pada bus i. 𝑄𝐺𝑖 merupakan daya reaktif dari generator pada bus i. 𝑃𝑏𝑖 merupakan daya aktif
beban pada bus i. 𝑄𝐺𝑖 merupakan daya reaktif beban pada bus i.
Seperti tabel 3.2, tabel 3.9 dan tabel 3.10 diketahui memiliki 41 saluran yang terbentuk,
masing-masing memiliki nilai variabel yang diketahui. Tiap saluran memiliki nilai hambatan
yang berbeda-beda. Komponen penyusun hambatan tersebut adalah resistansi (R) dan
reaktansi (X). Komponen ini digunakan dalam menghitung impedansi dan admitansi pada
persamaan 2.42. Tap trafo bila tidak diketahui maka dapat diabaikan. Selain data-data
tersebut, terdapat data mengenai batasan tegangan dan sudut tegangan. Batas minimum
untuk tegangan adalah 0,95 p.u, batas maksimal tegangan pada bus generator adalah 1,1 p.u
dan batas maksimal tegangan untuk bus beban adalah 1,05 p.u.Batas minimum untuk sudut
tegangan adalah −45° dan maksimumnya adalah 45°.
Tabel 3. 9. Sistem Line Data 30 Bus [16]
No
Saluran
From
Bus
To
Bus R p.u X p.u
half line charging
susceptance
tap
setting
MVA
Rating
1 1 2 0,01920 0,05750 0,0264 0 130
2 1 3 0,04520 0,18520 0,0204 0 130
3 2 4 0,05700 0,17370 0,0184 0 65
4 2 5 0,04720 0,19830 0,0209 0 130
5 2 6 0,05810 0,17630 0,0187 0 65
6 3 4 0,01320 0,03790 0,0042 0 130
7 4 6 0,01190 0,04140 0,0045 0 90
8 4 12 0,00000 0,25600 0 1,032 65
9 5 7 0,04600 0,11600 0,0102 0 70
10 6 7 0,02670 0,08200 0,0085 0 130
11 6 8 0,01200 0,04200 0,0045 0 32
12 6 9 0,00000 0,20800 0 1,078 65
13 6 10 0,00000 0,55600 0 1,069 32
14 6 28 0,01690 0,05990 0,0065 0 32
15 8 28 0,06360 0,20000 0,0214 0 32
16 9 11 0,00000 0,20800 0 0 65
17 9 10 0,00000 0,11000 0 0 65
18 10 17 0,03240 0,08450 0 0 32
19 10 20 0,09360 0,20900 0 0 32
20 10 21 0,03480 0,07490 0 0 32
21 10 22 0,07270 0,14990 0 0 32
22 12 13 0,00000 0,14000 0 0 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 3. 10. Sistem Line Data 30 Bus [16] (lanjutan)
No
Saluran
From
Bus
To
Bus R p.u X p.u
half line charging
susceptance
tap
setting
MVA
Rating
23 12 14 0,12310 0,25590 0 0 32
24 12 15 0,06620 0,13040 0 0 32
25 12 16 0,09450 0,19870 0 0 32
26 14 15 0,22100 0,19970 0 0 16
27 15 18 0,10700 0,21850 0 0 16
28 15 23 0,10000 0,20200 0 0 16
29 16 17 0,08240 0,19320 0 0 16
30 18 19 0,06390 0,12920 0 0 16
31 19 20 0,03400 0,06800 0 0 32
32 21 22 0,01160 0,02360 0 0 32
33 22 24 0,11500 0,17900 0 0 16
34 23 24 0,13200 0,27000 0 0 16
35 24 25 0,18850 0,32920 0 0 16
36 25 26 0,25440 0,38000 0 0 16
37 25 27 0,10930 0,20870 0 0 16
38 27 29 0,21980 0,41530 0 0 16
39 27 30 0,32020 0,60270 0 0 16
40 28 27 0,00000 0,36900 0 1,068 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini membahas mengenai perubahan-perubahan dan hasil pengujian kinerja
simulator dalam memproses data sistem tenaga listrik dengan standar IEEE untuk ukuran 5
bus, 14 bus dan 30 bus. Simulasi dilakukan menggunakan metode perhitungan aliran daya
Newton Raphson (NR) dan Kontrol Daya Reaktif (KDR). Hasil pengujian berupa nilai
tegangan, sudut tegangan dan rugi daya yang dihasilkan dari kedua macam perhitungan.
4.1. Perubahan
4.1.1. Perubahan Pada Penggunaan Metode
Terdapat perubahan yang terjadi pada penggunaan metode Kontrol Daya Reaktif.
Perubahan terjadi disebabkan oleh ketidak lengkapan pada rumusan yang sebelumnya
digunakan, sehingga terdapat beberapa rumusan baru dan langkah-langkah pengerjaan yang
lebih rinci. Berikut merupakan rumusan yang digunakan dalam perhitungan menggunakan
metode Kontrol Daya Reaktif.
4.1.1.1. Rumusan Masalah
Permasalah aliran daya mempertimbangkan minimalisasi dengan menggunakan
batasan-batasan yang dapat dituliskan sebagai berikut
Meminimalkan f(x,u)
Ditunjukan kepada g(x,u) dan h(x,u)
Dimana f(x,u) merupakan fungsi objektif, g(x,u) dan h(x,u) merupakan persamaan kendala
dan pertidaksamaan kendala. Variabel kontrol yang kontinu (x) adalah magnitude tegangan
dari bus generator, sedangkan variabel kontrol diskrit (u) adalah pengaturan tap transformer
dan daya reaktif dari kompensator parallel
4.1.1.2. Pertidaksamaan Kendala (Inequality Constraints)
Pertidaksamaan Kendala h(x,u) mencerminkan batasan pada perangkat fisik pada
sistem tenaga dan batasan yang dibuat untuk memastikan keamanan sistem; Batas atas dan
batas bawah untuk daya aktif pada bus slack dan untuk daya reaktif pada generator adalah
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘(𝑚𝑖𝑛) ≤ 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 ≤ 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘(𝑚𝑎𝑘𝑠) (4.1)
Batas atas dan batas bawah untuk kompensator daya reaktif adalah sebagai berikut:
𝑄𝐶𝑖𝑚𝑖𝑛 ≤ 𝑄𝐶𝑖 ≤ 𝑄𝐶𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠 (4.2)
Batas atas dan batas bawah untuk rasio tap transformator adalah seperti pada persamaan 2.95
Pada algoritma evolutionary ini, semua variabel kontrol berada pada batasannya
masing-masing kecuali daya aktif pada bus slack. Menambahkan pertidaksamaan kendala
pada fungsi objekif, fungsi kecocokan (fitness) yang ditambah harus diminimalkan menjadi:
𝐹𝑇 = 𝐹 + 𝜆𝑠(𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 − 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘𝑙𝑖𝑚 )
2+ 𝜆𝑣 ∑ (𝑉𝑖 − 𝑉𝑖
𝑙𝑖𝑚)2𝑁𝐿
𝑖=1 + 𝜆𝑝 ∑ (𝑆𝑙𝑖 − 𝑆𝑙𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠)
2𝑁𝑏𝑟𝑖=1 (4.3)
Nilai 𝜆𝑠, 𝜆𝑣, 𝜆𝑝 merupakan faktor pinalti, nilainya positif dan konstan.
𝑆𝑙𝑖, 𝑆𝑙𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠= daya nyata dan nilai maksimal daya nyata pada saluran transmisi
F= total nilai rugi daya aktif yang dihasilkan dari perhitungan 2.90 atau 2.91
Nilai 𝑉𝑖𝑙𝑖𝑚 sama seperti persamaan 2.97 dan 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘
𝑙𝑖𝑚 didefinisikan sebagai berikut
𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘𝑙𝑖𝑚 = {
𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐼𝐹 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 > 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘
𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘𝑚𝑖𝑛 𝐼𝐹 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 < 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘
𝑚𝑖𝑛 (4.4)
4.1.1.3. Gambaran Mengenai Algoritma Evolutionary
Ada beberapa tahapan dalam melakukan perhitungan Kontrol Daya Reaktif menggunakan
algoritma evolutionary ini, yaitu:
a. Inisialisasi
Nilai inisial untuk tiap partikel dihasilkan secara acak antara batas atas dan batas
bawah, [𝑥𝑗𝐿 , 𝑥𝑗
𝑈].
𝑥𝑖,𝑗0 = 𝑥𝑗
𝐿 + 𝑟𝑎𝑛𝑑(𝑥𝑗𝑈 − 𝑥𝑗
𝐿) (4.5)
b. Mutasi Diferensial
Dari generasi yang telah dibentuk melalui inisialisasi, kemudian masuk ke tahap
mutasi, dimana 𝑌𝑖 diambil dari 3 parent yang acak yaitu 𝑋𝑟1, 𝑋𝑟2, 𝑑𝑎𝑛 𝑋𝑟3 dimana 𝑖 ≠ 𝑟1 ≠
𝑟2 ≠ 𝑟3. Dalam menentukan nilai mutasi, rumusan yang digunakan adalah
𝑌𝑖𝐺 = 𝑋𝑟1
𝐺 + 𝐹(𝑋𝑟2𝐺 − 𝑋𝑟3
𝐺 ) (4.6)
Dimana F merupakan faktor skala dan merupakan bilangan riil positif yang mana
divariasi antara 0 dan 2. Bentuk dari diferensial mutasi adalah sebagai berikut:
𝑌𝑖𝐺 = 𝑋𝑖
𝐺 + 𝐹(𝑋𝑟2𝐺 − 𝑋𝑟3
𝐺 ) + 𝑅∗(𝑋𝐺𝑏𝑒𝑠𝑡 − 𝑋𝑖𝐺) (4.7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dimana XGbest merupakan nilai individu terbaik pada generasi dan R merupakan
nilai acak antara 0 dan 1.
c. Crossover
Proses ini merupakan proses pencampuran nilai hasil mutasi dengan parent untuk
menghasilkan nilai pengujian.
𝑍𝑖,𝑗𝐺 = {
𝑌𝑖,𝑗𝐺 , 𝑖𝑓 𝑟𝑎𝑛𝑑𝑖,𝑗 ≤ 𝐶𝑟 𝑜𝑟 𝑗 = 𝑟𝑑(𝑗)
𝑋𝑖,𝑗𝐺 , 𝑖𝑓 𝑟𝑎𝑛𝑑𝑖,𝑗 > 𝐶𝑟 𝑜𝑟 𝑗 ≠ 𝑟𝑑(𝑗)
(4.8)
Dimana 𝑟𝑎𝑛𝑑𝑖,𝑗 ∈ [0,1] bilangan acak, 𝑟𝑑(𝑗) ∈ [1,… , 𝑑] merupakan indeks acak
yang terpilih, Cr merupakan parameter kontrol yang disebut Crossover rate / laju mutasi
(Cr ∈ (0,1)).
d. Seleksi
Tahap seleksi merupakan tahap pemilihan antara vector target dengan target
pengujian. Nilai kecocokan (fitness) dari target dibandingkan dengan nilai kecocokan dari
hasil pengujian. Yang memiliki nilai kecocokan yang paling baik akan dipilih untuk
melanjutkan perhitungan untuk generasi berikutnya.
𝑋𝑖𝐺+1 = {
𝑍𝑖𝐺 , 𝑖𝑓 𝑓𝑖𝑡𝑛𝑒𝑠𝑠(𝑍𝑖
𝐺) ≤ 𝑓𝑖𝑡𝑛𝑒𝑠𝑠(𝑋𝑖𝐺)
𝑋𝑖𝐺 , 𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟𝑤𝑖𝑠𝑒
(4..9)
e. Pengolahan Variabel Diskrit
Variabel kontrol diskrit melakukan penyesuaian dengan ukuran langkah 0.01.
Kemudian setiap pengaturan tap transformator dibulatkan ke nilai integer desimal terdekat
dari 0,01 dengan memanfaatkan operator pembulatan. Prisip yang sama juga dapat berlaku
untuk pengaturan nilai daya reaktif yang diinjeksikan oleh capasitor shunt. Operator
pembulatan hanya melakukannya pada evaluasi fungsi nilai kecocokan (fitness).
f. Langkah Algoritma
Berdasarkan diagram alir gambar 4.1, langkah perhitungan adalah seperti berikut:
1. Memberikan nilai besar populasi, laju mutasi dan data bus sebagai nilai
masukan dari GUI utama.
2. Inisialisasi individu acak pada populasi, dengan nilai sesuai batasannya
sebanyak besar populasi yang diminta.
3. Hitung nilai rugi daya dari tiap individu pada populasi menggunakan rumusan
2.90.
4. Hitung nilai kecocokan (fitness) dari tiap individu pada populasi
menggunakan rumusan 4.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
5. Menentukan nilai awal iterasi yaitu k=0
6. Menentukan nilai XGbest yang memiliki nilai kecocokan paling baik diantara
individu populasi.
7. Menggunakan rumusan diferensial mutasi 4.7 untuk mendapatkan nilai 𝑌𝑖
8. Menggunakan rumusan Crossover 4.8 untuk mendapatkan nilai 𝑍𝑖
9. Hitung nilai kecocokan baru antara 𝑋𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑍𝑖 menggunakan fungsi objektif
4.3
10. Menggunakan rumusan 4.9 untuk menseleksi nilai untuk generasi baru
11. Bila nilai fitness sudah mencapai batas yang ditentukan maka iterasi akan
dihentikan, sebaliknya, jila nilai fitness perhitungan belum mencukupi syarat
maka perhitungan dilanjutkan pada poin ke 6.
12. Mengambil Ubest= XGbest dan jalankan perhitungan aliran daya untuk
menghitung daya aktif pada bus slack, rugi daya aktif dan elemen lainnya dari
variabel statis
Mulai
Masukan nilai Besar populasi, laju
mutasi, data bus
Inisialisasi individu
Hitung nilai rugi daya
Hitung nilai kecocokan (fitness)
Menentukan nilai awal iterasiK=0
Menentukan nilai XGbest
Menghitung diferensial mutasi
Menghitung Persilangan
Menghitung nilai kecocokan antara Xi dan Zi
Menseleksi untuk generasi baru
Fitness<0.01
Memasukkan nilai terbaik pada variabel
masing-masing
Selesai
ya
tidak
Gambar 4. 1. Diagram Alir Perhitungan Kontrol Daya Reaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4.1.1. Perubahan Pada Tampilan GUI Utama
Perubahan juga terjadi pada GUI utama. Penyebab terjadinya perubahan adalah
tampilan GUI sebelumnya dinilai kurang efektif, karena data hasil perhitungan ditampilkan
pada GUI yang berbeda dengan GUI utamanya. Gambar 4.2 merupakan tampilan GUI
utama yang terbaru.
Gambar 4. 2. Tampilan GUI Utama Setelah Perubahan
Beberapa masukan sama seperti tampilan GUI sebelumnya. Bagian baru yang
pertama adalah kolom masukan. Pada GUI sebelumnya, kolom masukan ada untuk
memberikan nilai beban total dan lamda. Tampilan terbaru kolom masukan yaitu untuk
memasukan nilai besar populasi dan laju mutasi sebagai pelengkap masukan untuk metode
Kontrol Daya Reaktif. Yang kedua adalah tombol proses. Yang sebelumnya hanya ada
tombol hasil untuk menampilkan hasil perhitungan, sekarang ada tombol tambahan, yaitu
tombol “proses”. Tombol proses tersebut akan menjalankan proses perhitungan dan akan
menyimpan hasil perhitungannya kedalam tabel yang berbentuk file excel. Tombol “hasil”
kemudian ditekan untuk memunculkan data yang sudah tersimpan tadi agar muncul pada
tabel di GUI utama.
Yang ke-tiga adalah tabel-tabel keluaran. Tabel pertama akan memunculkan data dari
file excel “tampil1”. Tabel kedua akan memunculkan data dari file excel “tampil2”. Tabel
ketiga akan memunculkan data dari file excel “tampil3”. Tabel keempat akan memunculkan
data dari file excel “tampil4”. Tabel-tabel keluaran tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada
proses penjelasan proses perhitungan.
Perubahan yang ke-empat adalah kolom-kolom informasi yang berada pada paling
bawah. Informasi tersebut akan menunjukan berapa banyak nilai variabel yang dihasilkan
dan ditampilkan pada tabel 4, hasil perhitungan belum diurutkan sesuai dengan posisi dan
variabelnya. Keluaran yang sudah dikelompokan akan tertampil pada command window.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.1.3 Perubahan Pada Flow Chart (Diagram Alir)
Banyak terjadinya perubahan pada metode perhitungan dan GUI utama
mengakibatkan adanya perubahan lainnya yaitu pada diagram alir. Berikut merupakan
diagram alir yang berubah:
a. Diagram Blok pada Metodologi Penelitian BAB I
Gambar 4. 3. Diagram Blok Perancangan
Pada gambar 4.3 menunjukan adanya perubahan dibandingkan dengan gambar 1.1.
Masukan dari proses perhitungan bukanlah beban total dan lamda, tetapi besar populasi
dan laju mutasi.
b. Diagram Alir pada GUI utama
Mulai
Masukan: Jumlah Bus,
metode perhitungan, nilai
besar populasi, nilai laju
mutasi
Tombol Data
Bus
Tombol Proses
Keluaran :
Data Bus
Keluaran :
Tampill 1,
Tampil 2,
Tampil 3,
Tampil 4
Ya
Ya
Tidak
Pemanggilan
data
Proses
Perhitungan
Tidak
F
Gambar 4. 4. Diagram Alir GUI Utama Baru
Daya aktif bus
Daya reaktif bus
Rugi daya saluran
Tegangan bus
Masukan Besar
Populasi
Masukan Laju
Mutasi
Perhitungan dengan
Kontrol Daya Reaktif
dan Newton Raphson
Pemilihan Data
IEEE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
F
Tombol Gambar
Bus
Tombol Reset
Selesai
Keluaran :
Gambar
Diagram
Segaris
Kosongkan kolom isian
dan tabel nilai keluaran
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Pemanggilan
Gambar Diagram
Segaris
Tombol Hasil
Keluaran :
Hasil
Perhitungan
Pada GUIYa
Proses
Memunculkan
Hasil
Perhitungan
Gambar 4. 5. Diagram Alir GUI Utama Baru (lanjutan)
Pada GUI utama terjadi perubahan juga yang disebabkan oleh pergantian tampilan
dan penambahan komponen pada GUI utama. Seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.4,
masukkan pada GUI utama berganti dari nilai beban total dan lamda menjadi nilai besar
populasi dan nilai laju mutasi. Perubahan berikutnya ada pada bagian bila pengguna
menekan tombol “proses” maka langkah berikutnya GUI utama akan memulai proses
perhitungan yang menghasilkan keluaran berupa tampil1, tampil2, tampil3 dan tampil4 yang
berupa file excel.
Perubahan berikutnya seperti yang terlihat pada gambar 4.5 yaitu ada pada tombol
“hasil”. Bila pengguna menekan tombol “hasil” maka langkah yang akan dikerjakan adalah
membaca file excel tampil1, tampil2, tampil3 dan tampil4. Setelah melakukan pembacaan
file tersebut kemudian ditampilkan pada tabel dan juga kolom komentar yang berada pada
GUI. Banyaknya kolom hasil dan masukan pada GUI berpengaruh pada tombol “reset”.
Masih dengan fungsi yang sama yaitu mengosongkan kolom masukan, dan fungsi
tambahannya adalah mengosongkan tabel-tabel keluaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
c. Diagram Alir Proses
Mulai
Masukan : data bus, laju mutasi, besar populasi, metode
hitung
Newton RaphsonKontrol Daya
Reaktif
Perhitungan Newton Raphson
Perhitungan Kontrol Daya Reaktif
Selesai
Tidak Tidak
Ya Ya
Keluaran : tampil1 dan
tampil 2
Keluaran : tampil3 dan
tampil4
Gambar 4. 6. Diagram Alir Proses Perhitungan Baru
Perubahan yang ada pada diagram alir proses perhitungan dapat dilihat pada gambar
4.6. Terdapat masukan besar populasi dan laju mutasi. Keluaran dari masing-masing proses
disimpan dalam file excel. Dari proses perhitungan Newton Raphson, keluaran berupa file
tampil1 dan tampil 2. Pada proses perhitungan Kontrol Daya Reaktif, keluaran berupa file
tampil3 dan tampil4.
d. Diagram Alir Hasil
Mulai
Selesai
Membaca data excel tampil1, tampil2tampil3, tampil 4
Menampilkan isi tabel excel pada
tabel GUI
Gambar 4. 7. Diagram Alir Hasil Perhitungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Perubahan pada proses pemunculan hasil perhitungan dapat dilihat pada gambar 4.7.
Tahapan dimulai dari pembacaan file tampil 1, 2, 3 dan 4, kemudian memunculkannya pada
tabel GUI sesuai dengan urutannya
e. Diagram Alir Reset
Mulai
Mengosongkan nilai masukan dan tabel
keluaran
Tabel 1=0 Tabel 2=0
Tabel 3=0 Tabel 4=0
Besar populasi=0
Laju mutasi=0
Selesai
Gambar 4. 8. Diagram Alir Reset Baru
Perubahan pada diagram alir tombol “reset” dapat dilihat seperti pada gambar 4.8.
Beberapa yang harus dikosongkan dalam proses reset bertambah dari sebelumnya menjadi
pengosongan untuk tabel 1, tabel 2, tabel 3 dan tabel 4 serta kolom masukan besar populasi
dan laju mutasi.
4.2. Metode Newton Raphson
Pengujian perhitungan menggunakan metode Newton Raphson dilaksanakan setelah
pengguna memilih jumlah bus dan metode perhitungan Newton Raphson, kemudian
menekan tombol “Hitung”. Pemilihan dilakukan pada tampilan GUI. Konsep pemilihan bus
adalah dengan mengirimkan nilai dari radiobutton bus yang sudah dipilih, kemudian
dilanjutkan pemanggilan file newton untuk melanjutkan perhitungan aliran daya. Proses
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9.
Gambar 4. 9. Listing Program Metode Newton Raphson Pada Program GUI
Setelah pengiriman nilai bus, kemudian proses perhitungan Newton Raphson
berjalan. Tahapan yang terlaksana sama seperti yang telah dirancang sebelumnya pada bab
perancangan. Program awal merupakan proses dari pembacaan data untuk perhitungan.
Detail pengambilan data dan variabel dari excel dapat dilihat pada gambar 4.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 4. 10. Listing Program Pembacaan Data
Data yang diambil dari excel adalah tegangan tiap bus (vv), sudut tiap bus (dd).
Kemudian ada daya aktif dan reaktif dari bus generator dan beban(day), resistansi dan
reaktansi (impe), saluran pada sistem (sal1 dan sal2), batasan daya aktif, reaktif, dan
(pm,qm), nomor bus generator (gen), nomor bus beban (beb), daya aktif yang dihitung pada
sistem (hp), half line charging (susp) dan batasan daya aktif pada saluran (sm). Dalam file
pembacaan data, terdapat proses perhitungan dan pemberian nilai untuk variabel yang
bersifat tetap.
Gambar 4. 11. Listing Program Pembacaan Data (Lanjutan)
Pada gambar 4.11 menunjukan proses perhitungan untuk batasan tegangan pada bus.
Nilai 0.95 p.u merupakan batas nilai minimal untuk tegangan. Nilai 1.1 p.u merupakan nilai
batas maksimal untuk tegangan pada bus generator. Nilai 1.05 p.u merupakan nilai batas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
maksimal untuk tegangan pada bus beban. Kemudian terdapat proses perubahan satuan dari
satuan internasional menjadi satuan p.u (per unit) dengan menggunakan rumusan 2.35 dan
dengan nilai basis 100 MVA.
(a) (b)
Gambar 4. 12. Listing Program Perhitungan Admitansi
(a).Perhitungan Admitansi dan Sudut Admitansi, (b) Hasil Perhitungan
Pada Gambar 4.12(a) merupakan tahapan dalam menghitung admitansi, mulai dari
menghitung impedansi dari nilai kapasitif dan resistif. Tahap berikutnya adalah menghitung
admitansi dan sudutnya. Gambar 4.12(b) adalah tampilan hasil perhitungan admitansi dan
sudutnya. Setelah menghitung nilai admitansi lalu dilanjutkan dengan menghitung daya
aktif, daya reaktif, matriks sisa daya dan juga matriks Jacobian. Proses ini dilakukan secara
berkala, menggunakan batasan while. Iterasi akan berhenti ketika selisih antara tegangan
yang dihitung sekarang dan sebelumnya adalah 0.0001.
Pada gambar 4.13 menunjukan listing program dari perhitungan daya aktif dan daya
reaktif. Langkah pertama adalah pemberian nilai awal beberapa variabel yang digunakan
dalam perhitungan dengan memberikan nilai 0. Banyaknya daya aktif yang dihitung adalah
sebanyak bus pada sistem dikurangi 1. Pengurangan 1 tersebut terjadi karena adanya bus
slack sebagai bus referensi, sehingga untuk sistem 5 bus, daya aktif yang dihitung adalah
𝑃2, 𝑃3, 𝑃4, 𝑑𝑎𝑛 𝑃5. Sedangkan banyaknya daya reaktif yang dihitung adalah sebanyak bus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
beban. Pada sistem 5 bus, diketahui bus beban berada pada bus 4 dan 5, sehingga daya reaktif
yang dihitung adalah 𝑄4 𝑑𝑎𝑛 𝑄5.
(a) (b)
Gambar 4. 13. Listing Program perhitungan daya aktif dan daya reaktif
Setelah pemberian nilai awal, perhitungan daya aktif dan reaktif dapat dilakukan
menggunakan rumusan (2.33) dan (2.34), penulisan pada program menjadi seperti pada
gambar 4.13(a). Perhitungan berikutnya adalah nilai delta dari daya aktif dan reaktif,
penulisan program tertampil pada gambar 4.13 (b).
Gambar 4. 14. Hasil Simulasi Perhitungan Daya dan Delta Daya
“dayyy” pada gambar 4.14 merupakan hasil perhitungan daya aktif dan daya reaktif.
Sebelumnya sudah dijelaskan untuk sistem 5 bus, daya aktif yang dihitung ada 4 bus dan
daya reaktif yang dihitung ada 2 bus. Sehingga pembacaan hasil keluaran “dayyy” tersebut
adalah 𝑃2 = 0.1437 p.u, 𝑃3= 0.2446 p.u, , 𝑃4=-0.3750 p.u, 𝑃5=-0.1125 p.u, 𝑄4= -1.1800 p.u,
𝑄5= -0.3775 p.u. “power” merupakan hasil perhitungan selisih daya aktif dan daya reaktif
yang sebelumnya dihitung dengan daya aktif dan reaktif generator dan beban. Sebelumnya
sudah dijelaskan untuk sistem 5 bus, daya aktif yang dihitung ada 4 bus dan daya reaktif
yang dihitung ada 2 bus. Sehingga pembacaan hasil keluaran “power” tersebut adalah ∆𝑃2 =
0.0563 p.u, ∆𝑃3= -0.1446 p.u, , ∆𝑃4=-0.1250 p.u, ∆𝑃5=-0.4875 p.u, ∆𝑄4= 0.8800 p.u, ∆𝑄5=
-0.0225 p.u. Proses berikutnya merupakan perhitungan element penyusun matriks jacobian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 4. 15. Listing Program Jacobian Bagian 1(H)
Gambar 4. 16. Listing Program Jacobian Bagian 2(N)
Gambar 4. 17. Listing Program Jacobian Bagian 3(K)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 4. 18. Listing Program Jacobian Bagian 4(L)
Proses berikutnya adalah menghitung nilai matriks Jacobian menggunakan rumusan
2.75 sampai dengan 2.82. Penerapan rumus dalam program MATLAB seperti yang tertampil
pada gambar 4.15 merupakan penerapan rumus 2.75 dan 2.76, gambar 4.16 merupakan
penerapan rumus 2.77 dan 2.78, gambar 4.17 merupakan penerapan rumus 2.79 dan 2.80 dan
gambar 4.18 merupakan penerapan rumus 2.81 dan 2.82. Lalu komponen-komponen matriks
tersebut perlu untuk disusun menjadi 1 matriks besar Jacobian seperti pada gambar 4.19.
Gambar 4. 19. Listing Program Menghitung Dalta Sudut dan Tegangan
Setelah itu menghitung delta sudut dan delta tegangan menggunakan rumusan (2.74).
Penulisan pada program dapat dilihat pada gambar 4.19. Nilai tegangan dan sudut tegangan
baru dapat dicari setelah mendapatkan nilai delta sudut dan tegangan tadi menggunakan
rumusan 2.83 dan 2.84. Penulisan pada program dapat dilihat pada gambar 4.20.
Gambar 4. 20. Listing Program Menghitung Nilai Sudut dan Tegangan Baru
Setelah mendapatkan nilai tegangan dan sudut baru dari proses iterasi kemudian
dilanjutkan untuk menghitung daya aktif dari slack bus. Penulisan program dalam proses
menghitung daya aktif tersebut dapat dilihat pada gammbar 4.21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 4. 21. Listing Program Menghitung Daya Aktif pada Slack Bus
Tahapan berikutnya adalah menghitung nilai-nilai yang dijadikan batasan. Yang
menjadi penentu iterasi adalah nilai selisih dari tegangan bus terakhir terhadap nilai
sebelumnya. Bila nilai selisih sudah mencapai 0.0001, maka iterasi dihentikan
Setelah iterasi terselesaikan, nilai tegangan dan sudut akhir dimasukkan dalam
matriks baru. Kemudian proses pengubahan bentuk tegangan yang polar menjadi kompleks
dilakukan untuk perhitungan daya nyata pada semua saluran pada sistem. Daya tiap saluran
pada bus dihitung menggunakan rumusan (2.85) dan (2.86). Dengan daya nyata antar saluran
tersebut didapatkan nilai rugi daya aktif yang ada pada sistem menggunakan rumusan (2.87).
Proses perhitungan daya pada saluran tersebut dan rugi daya yang dihasilkan dapat dilihat
pada gambar 4.22.
Gambar 4. 22. Listing Program Perhitungan Daya Saluran dan Rugi Daya Aktif
Setelah nilai rugi daya aktif didapatkan, proses selanjutnya adalah memasukkan hasil
perhitungan pada file excel. Penyimpanan data ini dilakukan agar beberapa hasil perhitungan
dapat ditampilkan bersamaan pada tabel dalam GUI. Data keluaran yang dimasukkan ke
dalam file tampil1 adalah banyaknya iterasi, nilai rugi daya dan beban total. File tampil1
kemudian ditampilan pada tabel 1 pada GUI. Data keluaran yang dimasukan ke dalam file
tampil2 adalah daya aktif sebelum dan sesudah perhitungan, tegangan sebelum dan sesudah
perhitungan, dan sudut sebelum dan sesudah perhitungan. File tampil2 kemudian
ditampilkan pada tabel 2 pada GUI.
4.3. Metode Kontrol Daya Reaktif
Pengujian perhitungan menggunakan metode Kontrol Daya Reaktif dilaksanakan
setelah pengguna memilih jumlah bus dan metode perhitungan Kontrol Daya Reaktif serta
memberikan nilai masukan untuk variabel besar populasi dan laju mutasi. Langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
berikutnya adalah menekan tombol “Proses” untuk memulai perhitungan. Pemilihan
dilakukan pada tampilan GUI program_gui. Pada GUI utama terdapat kolom masukan “Laju
Mutasi” dan “Besar Populasi”. Batasan untuk nilai laju mutasi adalah 0-1 dan besar populasi
harus lebih besar dari 3. Konsep pemilihan bus sama dengan proses pemilihan bus untuk
metode Newton Raphson, kemudian dilanjutkan pemanggilan file reaktif untuk melanjutkan
perhitungan aliran daya.
Gambar 4. 23. Listing Program Pengambilan Data Pada KDR
Pada gambar 4.23, merupakan proses pengambilan data input yang sudah dikirimkan
dari program GUI utama yang terjadi pada file “reaktif”. Setelah itu adanya pemanggilan
file baca_data untuk mengambil dan membaca data sesuai dengan bus yang sudah dipilih.
Nilai masukan besar populasi dan laju mutasi yang diberikan melalui kotak isian perlu
dikonversi tipe datanya agar dapat digunakan dalam proses perhitungan. Masukan dari kotak
isian memiliki tipe data string, dan perlu diubah menjadi angka. Fungsi yang digunakan
adalah str2double yang artinya mengkonversi dari tipe data string menjadi angka yang
presisi.
Setelah mengubah tipe data kemudian memberikan nilai inisialisasi untuk nilai k dan
looping. Variabel k untuk menunjukan berapa banyak iterasi yang terjadi, dan looping
sebagai variabel penentu iterasi yang nilainya ditentukan berdasarkan nilai fitness. Sebelum
memulai perhitungan dan iterasi, dilakukan inisialisasi nilai populasi yang terdiri dari
beberapa individu yang banyaknya ditentukan dari masukan nilai besar populasi. Populasi
adalah kumpulan individu yang ingin diketahui nilainya. Dalam satu individu memiliki 3
data yaitu nilai inisial, PLoss dan fitness. PLoss merupakan nilai rugi daya yang didapat dari
nilai inisial pada individu menggunakan rumusan 2.90. Fitness merupakan nilai kecocokan
yang dihitung menggunakan rumusan 4.3. Nantinya nilai fitness ini akan menjadi penentu
proses iterasi dan hasil terbaik individu yang dapat dihasilkan.
Pada gambar 4.24 menunjukan program utama pada proses perhitungan Kontrol
Daya Reaktif yang terdiri dari beberapa fungsi yang memisahkan setiap prosesnya. Proses
yang dilakukan setelah menentukan nilai populasi awal adalah penentuan nilai individu acak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sebanyak 3 individu, kemudian penentuan nilai XGbest. Nilai XGbest merupakan individu
yang memiliki nilai fitness yang terkecil. Proses berikutnya adalah mutasi yang melibatkan
antara nilai individu, nilai acak pada populasi serta nilai XGbest.
Proses berikutnya adalah persilangan antara individu pada populasi dengan nilai-nilai
hasil dari proses mutasi yang dilakukan secara acak. Setelah dilakukan persilangan,
kemudian didapatkan populasi baru yaitu dengan memilih yang terbaik antara populasi lama
dengan hasil dari persilangan. Selanjutnya dilakukan pengujian dan perhitungan nilai fitness
dari populasi yang baru untuk melihat apakah sudah ada individu yang memiliki nilai fitness
yang sesuai dengan ketentuan yang membatasi iterasi. Pada gambar 4.24 terlihat bahwa
batasan nilai fitness untuk menghentikan iterasi adalah 0,1. Bila nilai fitness dari salah satu
individu pada populasi memiliki nilai kurang dari 0,1 maka iterasi akan dihentikan.
Gambar 4. 24. Listing Program Utama KDR
Proses pertama dalam menentukan individu adalah pemberian nilai inisialisasi.
Seperti yang tertampil pada gambar 4.25, fungsi untuk proses ini memerlukan masukan
batasan pada daya aktif (pum), batasan pada tegangan (vm), nomer bus yang menjadi bus
beban (beb), nomer bus generator (gen), batasan nilai pada daya reaktif (qum),dan jumlah
bus (n).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 4. 25. Listing Program KDR Inisialisasi Nilai Individu
Proses dimulai dengan mengetahui batas atas dan bawah komponen penyusun
individu. Nilai minimal dan maksimal dari daya aktif bus slack diambil dari data bus yang
telah dibaca pada bagian awal program. Nilai-nilai tersebut dapat dicek melalui tombol “data
bus” pada GUI utama. Setelah memberikan batasan-batasan nilai, kemudian pemberian nilai
individu menggunakan rumusan 4.5. Sebagai contoh agar dapat lebih mudah mengerti
mengenai pembuatan nilai individu dapat dilihat pada gambar 4.26.
Gambar 4. 26. Tampilan Populasi Dengan 1 Individu
Pada gambar 4.26 dapat dilihat bahwa populasi terdiri dari variabel inisial, rugi daya
(loss) dan nilai kecocokan (fitness). Pada variabel inisial telah diberikan bingkai-bingkai
pemisah untuk memudahkan dalam menjelaskan posisi-posisi dalam inisial. Angka dengan
bingkai berwarna ungu, dengan nilai 0,7110 merupakan nilai dari Pgslack atau disebut juga
dengan daya aktif generator pada bus slack. Angka dengan bingkai berwarna biru dengan
nilai 0,6374, -0,5859, 0,6493, dan 0,2079 merupakan nilai dari sudut tegangan semua bus
selain bus slack. Angka dengan bingkai berwarna hijau dengan nilai 0,9598 dan 0,9778
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
merupakan nilai dari tegangan bus beban. Angka dengan bingkai berwarna jingga dengan
nilai 0,0547, 0,4609 dan 0,3942 merupakan nilai dari daya reaktif bus generator. Bila
mengetahui jumlah variabel yang dicari, maka pengelompokan dapat dilakukan. Setelah
mendapatkan nilai individu untuk tiap populasinya, proses selanjutnya adalah menghitung
rugi daya tiap populasi menggunakan rumusan 2.90.
Gambar 4. 27. Listing Program KDR Populasi dan Ploss
Dari gambar 4.27 dapat diketahui bahwa untuk menghitung nilai rugi daya (PLoss)
dibutuhkan variabel inisial, jumlah bus (n), banyaknya bus beban (beb), banyaknya bus
generator (gen), saluran yang ada pada sistem (sal1 dan sal2), nilai riil dari admitansi (g) dan
tegangan (v). Tahap pertama adalah memasukan nilai random yang telah dibuat dengan
nama variabel inisial menuju posisinya masing-masing. Setelah dipisahkan nilai- nilai inisial
tadi, kemudian digunakan untuk mnghitung rugi daya menggunakan rumusan 2.90. Hasil
keluaran dari fungsi ini adalah nilai rugi daya aktif (PLoss), daya aktif generator pada bus
slack (pg), sudut tegangan bus (deg), tegangan bus (volt), dan daya reaktif bus generator
(qg).
Tahapan berikutnya adalah menghitung nilai kecocokan (fitness) menggunakan
fungsi yang dapat dilihat pada gambar 4.28. masukan yang dibutuhkan untuk fungsi tersebut
adalah daya aktif generator (pg), batasan daya aktif bus (pum), tegangan bus (volt), sudut
tegangan bus(deg), batasan nilai tegangan (vm), saluran yang ada pada sistem (sal1dan sal2),
nilai susceptansi (susp), jumlah bus yang dipilih (n), batasan dari daya semu dari sistem (sm),
rugi daya (PLoss) dan nilai admitansi yang sudah dikonjugasi (yk). Langkah pertama adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
menghitung beberapa variabel yang dibutuhkan dalam perhitungan. Batasan atau limit dari
daya aktif dapat dicari menggunakan rumusan 4.4. Batasan dari nilai tegangan dapat dicari
menggunakan rumusan 2.95. Langkah berikutnya adalah menghitung bentuk kompleks dari
tegangan bus dan nilai konjugasinnya.
Gambar 4. 28. Listing Program KDR Perhitungan Fitness
Tahap berikutnya dalam menghitung nilai fitness adalah menghitung daya total tiap
saluran. Seperti yang terlihat pada gambar 4.29, terdapat proses perhitungan daya total tiap
saluran. Jumlah daya aktif dari daya total saluran kemudian dikurangkan dengan batas
maksimal dari nilai daya total tiap saluran. Setelah semua sudah terhitung maka nilai-nilai
tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai fitness.
Gambar 4. 29. Listing Program KDR Perhitungan Fitness (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 4. 30. Listing Program KDR Pembuatan Populasi
Setelah dapat menghitung nilai inisial, rugi daya dan nilai fitness kemudian nilai
tersebut dijadikan satu dalam variabel populasi dengan menggunakan fungsi struct. Struct
merupakan perintah untuk membuar array berstruktur pada satu variabel. Seperti yang
sebelumnya sudah ditunjukan dalam gambar 4.26, dalam populasi terdapat inividu yang
memiliki nilai inisial, loss dan fitness. Dari gambar 4.30 dapat diketahui bahwa dalam satu
populasi, dapat diisi individu-individu sebanyak besar populasi yang diinginkan oleh
pengguna.
Gambar 4. 31. Listing Program KDR Proses Memilih Individu Acak
Proses berikutnya setelah memiliki array populasi yang berisikan beberapa individu
adalah memilih 3 individu secara acak. Untuk memilihnya secara acak digunakan perintah
randi. Fungsi randi adalah menghasilkan nilai acak dari 1 hingga nilai maksimal yang
diinginkan sejumlah ukuran matriks tertentu. Dari gambar 4.31 dapat dilihat bahwa nilai
random yang ingin dihasilkan adalah dari 1 sampai besarnya populasi dan sebanyak 1 nilai
saja. Sebagai contoh, bila masukan besar populasi adalah 40 maka individu yang akan
terpilih merupakan individu antara 1 hingga 40. Dapat dilihat pada gambar 4.32, individu
yang terpilih secara acak adalah individu ke-26, ke-39 dan ke-22. Setelah urutan individu
telah ditentukan maka nilainya dimasukan dalam variabel acak1, acak2 dan acak3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 4. 32. Hasil Penentuan Individu Acak
Langkah berikutnya adalah pencarian nilai XGbest. Nilai ini didapatkan dari individu
yang memiliki nilai fitness terendah diantara individu lainnya dalam satu populasi. Proses
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.33.
Gambar 4. 33. Listing Program KDR Proses XGbest
Setelah mendapatkan 3 individu secara acak dan nilai XGbest, langkah berikutnya
adalah melakukan mutasi. Proses tersebut dapat dilihat pada gambar 4.34. Rumusan yang
digunakan untuk menentukan proses mutasi adalah rumusan 4.7.
Gambar 4. 34. Listing Program KDR Proses Mutasi
Nilai mutasi yang dihasilkan memiliki besar populasi yang sama dengan populasi
yang sudah dibuat pada awal perhitungan. Kemudian diadakan persilangan nilai antara hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
perhitungan mutasi dengan populasi awal seperti yang terlihat pada gambar 4.35. Penentuan
ini menggunakan rumusan 4.8. Persilangan ini dipengaruhi oleh laju mutasi yang diberikan
sebagai masukan pada awal perhitungan.
Gambar 4. 35. Listing Program KDR Proses Persilangan (Crossover)
Proses berikutnya adalah menghitung nilai fitness dari masing-masing individu hasil
dari proses persilangan. Seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.36, hasil perhitungan
tersebut akan disimpan pada variabel populasi baru. Kemudian akan diseleksi untuk
menentukan solusi akhir menggunakan rumusan 4.9.
Gambar 4. 36. Listing Program KDR Proses Regenerasi
Proses seleksi pada gambar 4.37 menunjukan seleksi nilai fitness terbaik antara
populasi awal dengan populasi yang baru hasil dari persilangan dengan mutan. Dengan
mengumpulkan individu-individu terbaik tersebut maka akan mendapatkan hasil terbaik pula
ketika nilai fitness sudah mencapai nilai yang ditentukan yaitu 0,1.
Gambar 4. 37. Listing Program KDR Proses Seleksi
Tahapan akhir dalam proses perhitungan ini yaitu menyimpan hasil perhitungan
dalam file excel. Sebelum menyimpan hasil perhitungan, tahap yang diperlukan adalah
mengurutkan hasil inisial dari individu terbaik terhadap variabel yang dicari. Hasil
pemisahan nilai variabel akan tertampil pada command window seperti pada gambar 4.38.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 4. 38. Hasil Akhir Simulasi Pada Command Window
Gambar 4.38 menunjukan hasil yang tertampil pada command window pada sistem
5 bus adalah generasi yang dihasilkan, generasi tersebut merupakan banyaknya nilai populasi
yang dihasilkan selama proses perhitungan, dengan kata lain adalah jumlah iterasi. Yang
tertampil berikutnya adalah nilai daya aktif pada bus Slack, nilai sudut tegangan, nilai
tegangan pada bus beban dan terakhir adalah daya reaktif pada bus generator.
4.4. Perbandingan Hasil Perhitungan
Berdasarkan proses yang sudah dijelaskan pada sub-bab 4.2 dan 4.3 maka didapatkan
hasil simulasi dan perhitungan seperti berikut:
4.4.1. Pengujian Simulator
4.4.1.1. Newton Raphson
Sebelum menganalisa hasil simulasi, dilakukan pengujian simulator untuk
mengetahui kecocokan simulator yang telah dibuat dengan perhitungan manual. Semakin
kecil nilai error yang dihasilkan maka semakin baik kerja simulator. Dalam menghitung nilai
error antara perhitungan manual dengan simulasi, dapat menggunakan rumusan 4.10:
Nilai error = |Hasil perhitungan − Hasil simulasi
Hasil perhitungan| ∗ 100
(4.10)
Tabel 4.1 dan tabel 4.2 merupakan perbandingan-perbandingan antara hasil
perhitungan manual dan simulasi pada metode Newton Raphson. Proses perhitungan manual
dapat dilihat pada lampiran.Pada tabel 4.1 berisi perbandingan nilai tegangan dan sudut
tegangan setiap iterasi antara perhitungan pada simulasi MATLAB dan pada perhitungan
manual. Perbandingan hasil simulasi dan perhitungan manual untuk variabel sudut tegangan
pada tiap iterasi memiliki nilai error 0%. Perbandingan hasil simulasi dan perhitungan
manual untuk variabel tegangan bus beban memiliki nilai error 0%. Kecilnya nilai error ini
disebabkan oleh ketelitian dalam perhitungan secara manual dengan menggunakan bantuan
excel dan tanpa melakukan banyak pembulatan nilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4. 1. Perbandingan Hasil Perhitungan Newton Raphson 5 Bus
Var
Iterasi 1 Iterasi 2 Iterasi 3
Manual Matlab Error
(%) Manual Matlab
Error
(%) Manual Matlab
Error
(%)
𝛿2 -0.0303 -0.0303 0 -0.0311 -0.0311 0 -0.0311 -0.0311 0
𝛿3 -0.0453 -0.0453 0 -0.0465 -0.0465 0 -0.0465 -0.0465 0
𝛿4 -0.0556 -0.0556 0 -0.0556 -0.0556 0 -0.0556 -0.0556 0
𝛿5 -0.0757 -0.0757 0 -0.0757 -0.0757 0 -0.0757 -0.0757 0
𝑣4 1.0192 1.0192 0 1.0192 1.0192 0 1.0192 1.0192 0
𝑣5 0.9913 0.9913 0 0.9913 0.9913 0 0.9913 0.9913 0
Pada tabel 4.2 berisi perbandingan nilai daya aktif pada bus generator, total rugi daya
aktif dan beban total pada sistem antara perhitungan simulasi menggunakan MATLAB dan
perhitungan manual. Hasil perbandingan tersebut juga menghasilkan nilai error sebesar 0%
untuk setiap variabel yang dihitung. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan
bahwa simulator dapat melakukan simulasi optimasi dengan metode Newton Raphson untuk
sistem 5 bus sesuai dengan perhitungan manual.
Tabel 4. 2. Perbandingan Daya Perhitungan Newton Raphson 5 bus
Keluaran Perhitungan Manual Simulasi Error (%)
𝑃𝑔1 (MW) 83.0526 83.0526 0
𝑃𝑔2 (MW) 40 40 0
𝑃𝑔3 (MW) 30 30 0
𝑃𝐿 (MW) 3.0526 3.0526 0
𝑃𝐷 (MW) 150 150 0
4.4.1.2. Kontrol Daya Reaktif
Perhitungan dengan Kontrol Daya Reaktif dikerjakan dengan dua cara sama seperti
pada metode Newton Raphson. Dilakukan dengan dua cara agar perhitungan dapat diuji
kebenarannya. Perhitungan manual dapat dilihat pada bagian lampiran. Proses yang diuji
yaitu pada saat proses pembentukan 1 individu. Perhitungan manual tidak dapat menghitung
secara keseluruhan karena dalam perhitungan memerlukan individu yang cukup banyak
dalam satu populasi, sehingga memerlukan nilai acak yang banyak pula.
Salah satu nilai yang dapat dihitung untuk pengujian nilai adalah pada saat
pembuatan nilai awal untuk 1 individu. Pada sistem 5 bus, satu individunya memiliki 10
komponen penyusun. Komponen tersebut adalah daya aktif bus slack, sudut tegangan bus
(kecuali bus slack), tegangan pada bus beban dan daya reaktif pada bus generator. Berikut
adalah hasil perhitungan berdasarkan nilai acak yang tertampil pada sistem 5 bus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 4. 3. Perbandingan Individu Awal
Urutan Variabel Nilai
Acak
Inisial
Manual Simulasi Error (%)
1 𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 0,4387 0,4290 0,4291 0,0233
2 𝛿2 0,3816 -0,1860 -0,1860 0
3 𝛿3 0,7655 0,4171 0,4171 0
4 𝛿4 0,7952 0,4637 0,4637 0
5 𝛿5 0,1869 -0,4918 -0,4919 0,0203
6 𝑣4 0,4898 0,9990 0,9990 0
7 𝑣5 0,4456 0,9946 0,9946 0
8 𝑄1 0,6463 0,0646 0,0646 0
9 𝑄2 0,7094 0,2326 0,2326 0
10 𝑄3 0,7547 0,3593 0,3593 0
Berdasarkan tabel 4.3, hasil perhitungan nilai inisial antara perhitungan manual dan
simulasi ada beberapa nilai yang memiliki error yang lebih dari 0% yaitu pada inisial urutan
pertama dan kelima. Pada urutan pertama, nilai error antara perhitungan manual dan simulasi
adalah 0,0233%. Pada urutan kelima, nilai error antara perhitungan manual dan simulasi
adalah 0,0203%. Kedua nilai error tersebut tergolong nilai yang sangat kecil karena kurang
dari 0,1%. Selain urutan pertama dan kelima, semua urutan memiliki nilai yang sama antara
simulasi maupun perhitungan manual. Berikut adalah hasil perhitungan menggunakan nilai
inisial yang sudah dibuat untuk menghitung rugi daya dan nilai fitness.
Tabel 4. 4. Perbandingan Nilai PLoss dan Fitness Manual Simulasi Error (%)
PLoss 3,1032 3,1031 0,0032
Fitness 7,4809 7,4805 0,0053
Bila dilihat pada tabel 4.4, hasil perhitungan rugi daya dan nilai fitness antara
perhitungan manual dan simulasinya tidak memiliki nilai yang sama 100%. Nilai error pada
nilai rugi daya adalah sebesar 0,0032% sedangkan nilai error pada nilai fitness adalah
0,0053%. Nilai error yang kurang dari 0,1% tersebut menandakan proses perhitungan dalam
menghitung nilai rugi daya dan fitness menggunakan Kontrol Daya Reaktif sudah cukup baik
dan dapat digunakan untuk melakukan simulasi optimasi dengan baik.
Selain dilihat nilai error antara hasil simulasi dan hasil perhitungan manual,
pengujian juga perlu melihat apakah nilai inisial yang dihasilkan sesuai dengan batasan yang
telah diberikan. Dapat dilihat pada tabel 4.3, nilai PGslack yang sesuai batasan (0,1<
𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘<0,85), nilai sudut tegangan juga telah sesuai dengan batasan (-0,7854<ẟ<0,7854).
Variabel berikutnya adalah tegangan dan nilai daya reaktif bus generator. Nilai tegangan
sudah sesuai dengan batasan (0,95<v<1,05). Daya reaktif bus pertama sudah sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
batasan (0<𝑄1<0,1), daya reaktif bus kedua sudah sesuai dengan batasan (-0,42<𝑄2<0,5),
dan daya reaktif bus ketiga juga sudah sesuai dengan batasan (0,234<𝑄3<0,4) Sehingga
berdasarkan perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan dalam
menentukan nilai populasi awal dapat berjalan baik dengan nilai error kurang dari 0,1%.
4.4.2. Proses Pada 5 Bus
4.4.2.1. Newton Raphson
Tabel 4.5 dan tabel 4.6 merupakan hasil dari simulasi melalui MATLAB. Dari tabel
4.5 dapat diketahui proses perhitungan sistem 5 bus berhenti pada iterasi ke 3, dengan rugi
daya sebesar 3,0526 MW dan beban total sebesar 150 MW.
Tabel 4. 5. Hasil Simulasi NR 5 Bus
Jumlah Iterasi NR Rugi Daya NR (MW) Beban Total NR (MW)
3 3,0526 150,000
Tabel 4. 6. Nilai Variabel Sebelum dan Sesudah NR 5 Bus
No
bus
Daya
Aktif
Terjadwal
Daya aktif
terjadwal
sesudah
Tegangan
Bus
Sebelum
Tegangan
Bus
Sesudah
Sudut
tegangan
Sebelum
Sudut
Tegangan
Sesudah
1 0 83,0526 1,06 1,06 0 0
2 40 40 1,045 1,045 0 -0,0311
3 30 30 1,03 1,03 0 -0,0465
4 0 0 1 1,0186 0 -0,0566
5 0 0 1 0,9901 0 -0,0769
Dari tabel 4.6 didapatkan nilai daya aktif terjadwal untuk generator bus slack bernilai
83,0526 MW. Nilai tegangan pada bus keempat mengalami perubahan yaitu menjadi 1,0186
p.u dan nilai tegangan pada bus kelima juga mengalami perubahan menjadi 0,9901 p.u.
Tegangan pada bus 1, 2 dan 3 tidak menglami perubahan karena bus 1 merupakan bus slack,
2 dan 3 termasuk jenis bus generator dan bus beban. Ketiganya memiliki nilai tegangan yang
tetap. Setelah proses perhitungan, nilai sudut tegangan pada bus 2 menjadi -0.0311 p.u, sudut
tegangan pada bus 3 menjadi -0.0465 p.u, sudut tegangan pada bus 4 menjadi -0.0566 p.u,
dan sudut tegangan pada bus 5 menjadi -0.0769 p.u.
4.4.2.2. Kontrol Daya Reaktif
Perhitungan Kontrol Daya Reaktif pada sistem 5 bus memiliki hasil seperti yang
tertampil pada tabel 4.7 dan tabel 4.8. Data diambil dengan nilai masukan laju mutasi sebesar
0,4 dan besar populasi 50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 4. 7. Hasil Simulasi KDR Sistem 5 Bus
Variabel Nilai
Percobaan 1 Percobaan 2
Jumlah Iterasi 131 80
Rugi daya (MW) 2,8477 4,0954
Beban Total (MW) 124,4975 98,0127
Nilai Fitness 0,0416 0,0909
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, percobaan 1 memiliki jumlah iterasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan percobaan 2 dengan jumlah iterasi percobaan 1 adalah 131 dan jumlah
iterasi pada percobaan 2 adalah 80. Rugi daya yang dihasilkan pada percobaan 1 memiliki
nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan percobaan 2 dengan nilai rugi daya
percobaan 1 adalah 2,8477 MW dan nilai rugi daya percobaan 2 adalah 4,0954 MW. Beban
total yang dihasilkan pada percobaan pertama adalah 124,4975 MW sedangkan pada
percobaan ke 2 adalah 98,0127 MW. Nilai fitness pada percobaan pertama bernilai 0,0416
sedangkan pada percobaan 2 adalah 0,0909. Dari hasil tersebut dapat dianalisa bahwa dengan
jumlah iterasi yang banyak dapat memperoleh nilai fitness yang semakin kecil. Selain itu,
dengan memperoleh nilai fitness yang semakin kecil, maka nilai rugi daya juga menjadi
semakin kecil.
Tabel 4. 8. Nilai Variabel Hasil Simulasi KDR Sistem 5 Bus
Variabel Nilai (p.u)
Percobaan 1 Percobaan 2
𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 0,5734 0,3210
𝛿2 -0,0419 -0,0630
𝛿3 -0,0601 -0,0398
𝛿4 -0,0642 -0,0392
𝛿5 -0,0605 -0,0914
𝑣4 1,0403 1,0447
𝑣5 0,9988 1,0111
𝑄1 0,0117 0,1524
𝑄2 0,0585 -0,1173
𝑄3 1,3629 -0,1342
Nilai yang tertampil pada tabel 4.8 merupakan hasil akhir nilai variabel yang
digunakan untuk menghitung rugi daya dan fitness pada tabel 4.7. Bila pada tabel 4.3 dan
tabel 4.4 telah dibuktikan bahwa program sudah dapat berjalan dengan baik dalam
membentuk populasi awal, kali ini akan dilakukan pengujian untuk nilai-nilai yang
dihasilkan. Dalam menguji hasil akhir, diperlukan data nilai minimum dan maksimum yang
digunakan sebagai standar awal pada perhitungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Nilai 𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 memiliki nilai minimum 0,1 p.u dan nilai maksimum 0,85 p.u. Pada
percobaan 1 nilai 𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 adalah 0,5734 p.u dan pada percobaan 2 nilai 𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 adalah
0,3210 p.u. Berdasarkan hasil tersebut, pada percobaan 1 dan 2 nilai 𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 yang dihasilkan
sudah sesuai dengan batas minimum dan maksimumnya.
Nilai sudut tegangan seluruh bus (kecuali bus slack) memiliki nilai minimum -0,7854
p.u dan nilai maksimum 0,7854 p.u. Pada percobaan 1 nilai 𝛿2 adalah -0,0419 p.u, 𝛿3 adalah
-0,0601 p.u, 𝛿4 adalah -0,0642 p.u dan 𝛿5 adalah -0,0605 p.u. Pada percobaan 2 nilai 𝛿2
adalah -0,0630 p.u, 𝛿3 adalah -0,0398 p.u, 𝛿4 adalah -0,0392 p.u dan 𝛿5 adalah -0,0914 p.u.
Berdasarkan hasil tersebut, sudut tegangan yang dihasilkan oleh percobaan 1 dan percobaan
2 sudah sesuai dengan batas minimum dan maksimum yang telah ditentukan.
Nilai tegangan pada bus beban, yaitu pada bus 4 dan 5 memiliki nilai minimum 0,95
p.u dan nilai maksimum 1,05 p.u. Pada percobaan 1, 𝑣4 bernilai 1,0403 p.u dan 𝑣5 bernilai
0,9988 p.u. Pada percobaan 2, 𝑣4 bernilai 1,0447 p.u dan 𝑣5 bernilai 1,0111 p.u. Berdasarkan
hasil tersebut, nilai tegangan yang dihasilkan pada percobaan 1 dan 2 sesuai dengan batas
minimum dan maksimumnya.
Nilai daya reaktif pada bus generator, yaitu pada bus 1, 2 dan 3 memiliki nilai
minimum dan maksimum yang berbeda - beda. Nilai minimum daya reakif pada bus 1 adalah
0 dan maksimumnya adalah 0,1 p.u. Nilai minimum pada bus 2 adalah -0,42 p.u dan
maksimumnya adalah 0,5 p.u. Nilai minimum pada bus 3 adalah 0,2340 p.u dan
maksimumnya adalah 0,4 pu. Pada percobaan 1, 𝑄1 bernilai 0,0117 p.u, 𝑄2 bernilai 0,0585
p.u dan 𝑄3 bernilai 1,3629 p.u. Pada percobaan 2, 𝑄1 bernilai 0,1524 p.u, 𝑄2 bernilai -0,1173
p.u dan 𝑄3 bernilai -0,1342 p.u.
Berdasarkan hasil tersebut, nilai daya reaktif pada bus pertama dari kedua percobaan
memiliki nilai yang sesuai dengan batasan. Nilai daya reaktif pada bus kedua dari kedua
percobaan memiliki nilai yang sudah sesuai juga dengan batasan. Nilai daya reaktif pada bus
ketiga dari kedua percobaan masih belum sesuai dengan batasan yang telah ditentukan. Dari
analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan untuk proses perhitungan
menggunakan Kontrol Daya Reaktif dapat digunakan dengan baik dengan pengecualian nilai
yang kurang dari nilai minimum dan melebihi nilai maksimum.
Bila hasil perhitungan pada metode newton Raphson dan Kontrol Daya Reaktif
dibandingkan maka didapatkan hasil seperti pada tabel dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 4. 9. Perbandingan NR dan KDR 5 Bus
Variabel NR KDR
Percobaan 1 Percobaan 2
Jumlah Iterasi 3 131 80
Rugi Daya (MW) 3,0526 2,8477 4,0954
Beban Total (MW) 150 124,4975 98,0127
𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 83,0526 57,3451 32,1081
Tabel 4.9 menunjukan penggunaan metode Kontrol Daya Reaktif memerlukan proses
iterasi yang lebih banyak dibandingkan dengan metode Newton Raphson. Metode Newton
Raphson hanya memerlukan proses iterasi sebanyak 3 kali, sedangkan pada metode Kontrol
Daya Reaktif memerlukan proses iterasi sebanyak 80 kali dan 131 kali. Bila dibandingkan
berdasarkan nilai rugi daya, proses Kontrol Daya Reaktif dapat menghasilkan rugi daya yang
lebih kecil dibandingkan dengan metode newton Raphson. Tetapi proses Kontrol Daya
Reaktif juga dapat menghasilkan nilai rugi daya yang lebih besar dibandingkan rugi daya
pada metode newton Raphson. Perbedaan hasil pada metode Kontrol Daya Reaktif ini
disebabkan oleh nilai fitness yang dihasilkan dalam perhitungan. Seperti yang dapat dilihat
pada tabel 4.7, semakin kecil nilai fitness maka semakin kecil pula rugi daya yang dihasilkan.
Perbandingan berdasarkan beban total, pada metode Newton Raphson dihasilkan beban total
lebih besar dibandingkan dengan Kontrol Daya Reaktif. Nilai beban total dipengaruhi oleh
rugi daya yang dihasilkan serta nilai daya aktif generator pada bus slack, dapat dibuktikan
menggunakan rumus 2.16.
PD (NR) = 83,0526+40+30-3,0526=150
PD (KDR) = 57,3451+40+30-2,8477=124,4975
PD (KDR) = 32,1081+40+30-4,0954=98,0127
4.4.3. Proses Pada 14 Bus
4.4.3.1. Newton Raphson
Perhitungan Newton Raphson pada sistem 14 bus memiliki hasil seperti yang
tertampil pada tabel 4.10 dan tabel 4.11. Dari tabel 4.10 dapat dilihat perhitungan selesai
pada iterasi ke 3 dengan nilai rugi daya sebesar 11,1817 MW dan beban total sebesar
208,8183 MW.
Tabel 4. 10. Hasil Simulasi NR 14 Bus
Jumlah Iterasi NR Rugi Daya NR (MW) Beban Total NR (MW)
3 11,1817 208,8183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Pada tabel 4.11 menunjukan nilai daya aktif pada bus slack setelah perhitungan
adalah 160 MW. Tegangan bus sesudah perhitungan yaitu bus 4 memiliki nilai tegangan
sebesar 1,0065 p.u. Bus 5 memiliki nilai tegangan sebesar 1,0134 p.u. Bus 7 memiliki nilai
tegangan sebesar 0,9874 p.u. Bus 9 memiliki nilai tegangan sebesar 0,9710 p.u. Bus 10
memiliki nilai tegangan sebesar 0,9681 p.u. Bus 11 memiliki nilai tegangan sebesar 0,9801
p.u. Bus 12 memiliki nilai tegangan sebesar 0,9829 p.u. Bus 13 memiliki nilai tegangan
sebesar 0,9767 p.u. Bus 14 memiliki nilai tegangan sebesar 0,9539 p.u.
Tabel 4. 11. Nilai Variabel Sebelum Dan Sesudah NR 14 Bus
No
bus
Daya
Aktif
Terjadwal
Daya aktif
terjadwal
sesudah
Tegangan
Bus
Sebelum
Tegangan
Bus
Sesudah
Sudut
tegangan
Sebelum
Sudut
Tegangan
Sesudah
1 0 160 1,06 1,06 0 0
2 40 40 1,045 1,045 0 -0,0777
3 20 20 1,03 1,01 0 -0,1912
4 0 0 1 1,0065 0 -0,1629
5 0 0 1 1,0134 0 -0,1401
6 0 0 1 1 0 -0,2497
7 0 0 1 0,9874 0 -0,2229
8 0 0 1 1 0 -0,2229
9 0 0 1 0,9710 0 -0,2556
10 0 0 1 0,9681 0 -0,2602
11 0 0 1 0,9801 0 -0,2574
12 0 0 1 0,9829 0 -0,2666
13 0 0 1 0,9767 0 -0,2675
14 0 0 1 0,9539 0 -0,2812
Sudut tegangan bus sesudah perhitungan yaitu bus 2 memiliki nilai sudut tegangan
sebesar -0,0777 p.u. Bus 3 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -0,1912 p.u. Bus 4 memiliki
nilai sudut tegangan sebesar -0,1629 p.u. Bus 5 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -
0,1401 p.u. Bus 6 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -0,2497 p.u. Bus 7 memiliki nilai
sudut tegangan sebesar -0,2229 p.u.
Bus 8 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -0,2229 p.u. Bus 9 memiliki nilai sudut
tegangan sebesar -0,2556 p.u. Bus 10 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -0,2602 p.u.
Bus 11 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -0,2574 p.u. Bus 12 memiliki nilai sudut
tegangan sebesar -0,2666 p.u. Bus 13 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -0,2675 p.u. Bus
14 memiliki nilai sudut tegangan sebesar -0,2812 p.u.
Bila dilihat pada tabel 4.6, tegangan pada bus 6 dan pada bus 8 tidak mengalami
perubahan. Nilai tetap tersebut disebabkan oleh jenis bus 6 dan 8 adalah bus generator beban
sama seperti bus 2 dan 3. Sehingga nilai akhir tegangan pada bus 2,3,6 dan 8 sama seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
nilai awalnya. Untuk mengetahui jenis bus, dapat dilihat melalui diagram segaris contohnya
seperti pada gambar 3.12.
4.4.3.2. Kontrol Daya Reaktif
Perhitungan Kontrol Daya Reaktif pada sistem 14 bus memiliki hasil seperti yang
tertampil pada Tabel 4.12 dan 4.13. Data diambil dengan masukan laju mutasi 0,6 dan besar
populasi 150.
Tabel 4. 12. Hasil Simulasi KDR Sistem 14 Bus
Variabel Nilai
Percobaan 1 Percobaan 2
Jumlah Iterasi 770 1185
Rugi daya (MW) 6,9018 7,2631
Beban Total (MW) 147,0804 123,1145
Nilai Fitness 0,8997 0,9220
Tabel 4.12 menunjukan bahwa dilakukan 2 kali proses pengambilan data. Berbeda
dengan pengambilan data untuk sistem 5 bus, sistem 14 bus membutuhkan populasi yang
lebih besar dari sebelumnya (besar populasi untuk sistem 5 bus adalah 50) agar dapat
melakukan pencarian nilai dengan lebih cepat. Semakin besar populasinya maka semakin
banyak individu yang dihasilkan dan semakin banyak pula variasi nilai untuk melakukan
pencarian nilai yang diinginkan. Pada sistem 14 bus ini dilakukan perubahan pada batasan
iterasi, yang sebelumnya adalah 0,1 menjadi 1. Perubahan tersebut disebabkan oleh lamanya
proses perhitungan dan tidak terjadi penuruan nilai fitness setelah melakukan ratusan iterasi
tambahan seperti yang tertampil pada gambar 4.40 dan 4.41.
Gambar 4. 39. Percobaan 1 KDR Sistem 14 Bus Dengan Galat 0,1
Gambar 4. 40. Percobaan 2 KDR Sistem 14 Bus Dengan Galat 0,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Dengan menggunakan galat 1 maka didapatkan data seperti pada tabel 4.12 dan 4.13.
Tabel 4. 13. Nilai Variabel Hasil Simulasi KDR Sistem 14 Bus
Variabel Nilai (p.u)
Percobaan 1 Percobaan 2
𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 0,9398 0,7038
𝛿2 -0,0476 -0,0542
𝛿3 -0,0452 -0,0730
𝛿4 -0,1017 -0,1099
𝛿5 -0,1150 -0,1226
𝛿6 307,9635 -4979,7810
𝛿7 -0,2005 295,0339
𝛿8 4976,7043 -1005,2101
𝛿9 41,7922 -3,8389
𝛿10 1,1241 -14,2513
𝛿11 9,3980 242,3208
𝛿12 33,1896 -46,9923
𝛿13 195,0248 559,4250
𝛿14 -1,2177 485,6815
𝑣4 1,0169 1,0011
𝑣5 1,0132 1,0091
𝑣7 1,1067 0,8484
𝑣9 0,0465 0,0047
𝑣10 -0,0190 0,0292
𝑣11 0,0249 0,0206
𝑣12 0,0167 0,0361
𝑣13 0,0075 -0,0071
𝑣14 0,0510 0,0080
𝑄1 -5,3709 -112,2639
𝑄2 -55,3346 138,7248
𝑄3 6,9991 128,4354
Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa ada beberapa nilai puluhan, ratusan bahkan
ribuan. Nilai tersebut tentunya tidak sesuai dengan batas minimum dan maksimum yang
sudah ditentukan pada awal pembentukan populasi. Pada percobaan 1, nilai variabel yang
kurang atau melebihi batas adalah 𝛿6 dengan nilai 307,9635, 𝛿8 dengan nilai 4976,7043, 𝛿9
dengan nilai 41,7922, 𝛿10 dengan nilai 1,1241, 𝛿11 dengan nilai 9,3980, 𝛿12 dengan nilai
33,1896, 𝛿13 dengan nilai 195,0248, dan 𝛿14 dengan nilai -1,2177. Nilai tegangan pada
percobaan 1 yang melebihi atau kurang dari batasan adalah 𝑣7 dengan nilai 1,1067, 𝑣9
dengan nilai 0,0465, 𝑣10 dengan nilai -0,0190, 𝑣11 dengan nilai 0,0249, 𝑣12 dengan nilai
0,0167, 𝑣13 dengan nilai 0,0075, dan 𝑣14 dengan nilai 0,0510. Semua nilai daya reaktif
generator yang dihasilkan pada percobaan 1 berada di luar batas maksimum dan minimum.
Nilai 𝑄1 dengan nilai -5,3709, 𝑄2 dengan nilai -55,3346, 𝑄3 dengan nilai 6,9991.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada percobaan 2, nilai variabel yang kurang atau melebihi batas adalah 𝛿6 dengan
nilai -4979,7810, 𝛿7 dengan nilai 295,0334, 𝛿8 dengan nilai -1005,2101, 𝛿9 dengan nilai -
3,8389, 𝛿10 dengan nilai -14,2513, 𝛿11 dengan nilai 242,3208, 𝛿12 dengan nilai -46,9923,
𝛿13 dengan nilai 559,4250, dan 𝛿14 dengan nilai 485,6815. Nilai tegangan pada percobaan 2
yang melebihi atau kurang dari batasan adalah 𝑣7 dengan nilai 0,8484, 𝑣9 dengan nilai
0,0047, 𝑣10 dengan nilai 0,0292, 𝑣11 dengan nilai 0,0206, 𝑣12 dengan nilai 0,0361, 𝑣13
dengan nilai -0,0071, dan 𝑣14 dengan nilai 0,0080. Semua nilai daya reaktif generator yang
dihasilkan pada percobaan 2 berada di luar batas maksimum dan minimum. Nilai 𝑄1 dengan
nilai -112,2639, 𝑄2 dengan nilai 138,7248, 𝑄3 dengan nilai 128,4354.
Berdasarkan hasil simulasi Kontrol Daya Reaktif untuk sistem 14 bus, simulator
dapat mencapai nilai fitness yang ditentukan dengan baik, tetapi variabel yang dihasilkan
masih belum dapat digunakan karena tidak sesuai dengan batas minimum dan maksimum
yang telah ditentukan. Diperlukan pembatasan-pembatasan tambahan pada program untuk
menjaga nilai yang dihasilkan agar tetap pada batas yang diinginkan.
Dari hasil simulasi kedua metode terhadap sistem 14 bus, maka didapatkan data
seperti tabel 4.14.
Tabel 4. 14. Perbandingan Hasil NR dan KDR Untuk Sistem 14 Bus
Variabel NR KDR
Percobaan 1 Percobaan 2
Jumlah Iterasi 3 770 1185
Rugi daya (MW) 11,1817 6,9018 7,2631
Beban Total (MW) 208,8183 147,0804 123,1145
𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 160 93,9821 70,3776
Seperti yang tertampil pada tabel 4.14, berdasarkan jumlah iterasi, metode Newton
Raphson menyelesaikan perhitungan lebih cepat yaitu dengan jumlah iterasi 3, sedangkan
metode Kontrol Daya Reaktif membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 770 dan 1185 kali
iterasi. Berdasarkan nilai rugi daya yang dihasilkan, metode Newton Raphson memiliki nilai
rugi daya lebih besar dibandingkan dengan kedua rugi daya yang dihasilkan metode Kontrol
Daya Reaktif yaitu 11,1817, sedangkan KDR memiliki rugi daya yang cenderung lebih kecil
yaitu 6,9018 dan 7,2631. Walaupun metode Kontrol Daya Reaktif dapat menghasilkan nilai
rugi daya yang lebih kecil, tetapi nilai variabel yang dihasilkan dalam simulasi tidak dapat
digunakan karena tidak sesuai dengan batas minimum dan maksimum tiap variabelnya.
Beban total yang dihasilkan terbukti dipengaruhi nilai daya aktif pada generator dan rugi
daya aktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PD (NR) = 160+40+20-11,1817=208,8183
PD (KDR) = 93,9821+40+20-6,9018=147,0803
PD (KDR) = 70,3776+40+20-7,2631=123,1145
4.4.4. Proses Pada 30 Bus
4.4.4.1. Newton Raphson
Perhitungan Newton Raphson pada sistem 30 bus memiliki hasil seperti yang
tertampil pada tabel 4.17, 4.18 dan 4.19. Perhitungan selesai pada iterasi ke 4 dengan nilai
rugi daya sebesar 9,4735 MW dan nilai beban total 283,4 MW.
Tabel 4. 15. Hasil Simulasi NR 30 Bus
Jumlah Iterasi NR Rugi Daya NR (MW) Beban Total NR (MW)
4 9.4735 283.4
Tabel 4. 16. Nilai Sebelum dan Sesudah NR 30 Bus
No
bus
Daya
Aktif
Terjadwal
Daya
aktif
terjadwal
sesudah
Tegangan
Bus
Sebelum
Tegangan
Bus
Sesudah
Sudut
tegangan
Sebelum
Sudut
Tegangan
Sesudah
1 0 162,8735 1 1 0 0
2 40 40 1 1 0 -0.0695
3 0 0 1 0.9896 0 -0.1013
4 0 0 1 0.9865 0 -0.1216
5 30 30 1 1 0 -0.1883
6 0 0 1 0.9886 0 -0.1424
7 0 0 1 0.9853 0 -0.1707
8 20 20 1 1 0 -0.1514
9 0 0 1 0.9736 0 -0.1683
10 0 0 1 0.9530 0 -0.2062
11 20 20 1 1 0 -0.1255
12 0 0 1 0.9731 0 -0.1902
13 20 20 1 1 0 -0.1615
14 0 0 1 0.9560 0 -0.2090
15 0 0 1 0.9499 0 -0.2107
16 0 0 1 0.9567 0 -0.2025
17 0 0 1 0.9483 0 -0.2094
18 0 0 1 0.9376 0 -0.2237
19 0 0 1 0.9338 0 -0.2274
20 0 0 1 0.9377 0 -0.2233
21 0 0 1 0.9395 0 -0.2156
22 0 0 1 0.9401 0 -0.2153
23 0 0 1 0.9365 0 -0.2193
24 0 0 1 0.9278 0 -0.2235
25 0 0 1 0.9368 0 -0.2256
26 0 0 1 0.9176 0 -0.2343
27 0 0 1 0.9520 0 -0.2212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 4. 17. Nilai Sebelum dan Sesudah NR 30 Bus (lanjutan)
No
bus
Daya
Aktif
Terjadwal
Daya aktif
terjadwal
sesudah
Tegangan
Bus
Sebelum
Tegangan
Bus
Sesudah
Sudut
tegangan
Sebelum
Sudut
Tegangan
Sesudah 28 0 0 1 0.9856 0 -0.1518 29 0 0 1 0.9305 0 -0.2461 30 0 0 1 0.9180 0 -0.2640
Berdasarkan tabel 4.16 dan 4.17 dapat dilihat bahwa nilai daya aktif untuk bus slack
bernilai 162,8735 MW. Pada sistem 30 bus, bus generator beban terdapat pada bus 2,5,8,11
dan 13 sehingga tidak ada perubahan nilai tegangan pada bus tersebut. Perubahan nilai sudut
tegangan terjadi pada setiap bus kecuali bus slack.
4.4.4.2. Kontrol Daya Reaktif
Perhitungan Kontrol Daya Reaktif pada sistem 30 bus memiliki hasil seperti yang
tertampil pada Tabel 4.18 dan 4.19. Data diambil dengan masukan laju mutasi 0,6 dan besar
populasi 150.
Tabel 4. 18. Hasil Simulasi KDR 30 Bus
Variabel Nilai
Percobaan 1 Percobaan 2
Jumlah Iterasi 1911 2463
Rugi daya (MW) 32,8461 16,8406
Beban Total (MW) 284,0651 300,9633
Nilai Fitness 0,9451 0,9945
Berdasarkan tabel 4.18, Kontrol Daya Reaktif pada percobaan 1 berhasil melakukan
perhitungan dengan jumlah iterasi 1911. Nilai rugi daya yang dihasilkan sebesar 32,8461
MW, beban total yang dihasilkan adalah 284,0651 MW dengan nilai fitness sebesar 0,9451.
Percobaan 2 berhasil melakukan perhitungan dengan jumlah iterasi 2463. Nilai rugi yang
dihasilkan adalah 16,8406 MW, beban total yang dihasilkan adalah 300,9633 MW dengan
nilai fitness sebesar 0,9945. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
iterasi yang dilakukan semakin kecill nilai rugi daya yang dihasilkan. Bila sebelumnya telah
disimpulkan bahwa semakin kecil nilai fitness maka semakin kecil pula nilai rugi daya, pada
perhitungan sistem 30 bus ini tidak berlaku. Hal tersebut didasari data pada tabel 4.18, nilai
fitness pada percobaan 1 memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai
fitness percobaan 2 tetapi nilai rugi daya pada percobaan 2 bernilai lebih kecil dibandingkan
dengan rugi daya pada percobaan 1. Hal tersebut bisa saja terjadi dan disebabkan oleh nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
variabel yang dihasilkan selama melakukan iterasi. Berikut adalah nilai variabel yang
digunakan untuk menghitung rugi daya dan nilai fitness.
Tabel 4. 19. Nilai Variabel Hasil Simulasi KDR 30 Bus
Variabel Nilai (p.u)
Variabel Nilai (p.u)
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 1 Percobaan 2
𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 1,8691 1,8780 𝑣3 0,9655 0,9647
𝛿2 -0,0559 -0.0482 𝑣4 0,9846 0,9458
𝛿3 -0,0284 -0,0044 𝑣6 0,9868 0,9668
𝛿4 -0,0853 -0,0383 𝑣7 0,9595 0,9681
𝛿5 -0,1646 -0,1642 𝑣9 0,9272 0,7249
𝛿6 -0,1232 -0,0759 𝑣10 0,9940 0,9197
𝛿7 -0,1946 -0,1869 𝑣12 1,0336 0,9339
𝛿8 -0,1339 -0,0933 𝑣14 1,0026 0,9298
𝛿9 -0,1039 -2,9666 𝑣15 1,0327 0,9279
𝛿10 -0,1374 0,2816 𝑣16 0,9611 0,9290
𝛿11 0,2738 0,3935 𝑣17 0,9618 0,9184
𝛿12 -0,1350 0,2167 𝑣18 0,9805 0,9206
𝛿13 -0,2238 0,1210 𝑣19 0,9086 0,9238
𝛿14 -0,1561 0,2199 𝑣20 0,8907 0,9089
𝛿15 -0,1142 0,2257 𝑣21 1,0227 0,9178
𝛿16 -0,0892 0,2205 𝑣22 1,0141 0,9160
𝛿17 -0,1250 0,2431 𝑣23 1,0568 0,9264
𝛿18 -0,0500 0,2432 𝑣24 0,9741 0,9259
𝛿19 -0,0126 0,2320 𝑣25 0,9161 0,9332
𝛿20 -0,0338 0,2244 𝑣26 0,9283 0,9329
𝛿21 -0,1929 0,2691 𝑣27 0,8678 0,9414
𝛿22 -0,1997 0,2623 𝑣28 0,9930 0,9575
𝛿23 -0,1918 0,2199 𝑣29 0,7992 0,9462
𝛿24 -0,1949 0,1977 𝑣30 0,8514 0,9398
𝛿25 -0,0377 0,1051 𝑄1 -0,0671 -253,4625
𝛿26 -0,0707 0,1053 𝑄2 -2,4176 -2348,7472
𝛿27 0,0130 0,0146 𝑄5 -0,8707 311433
𝛿28 -0,1504 -0,0837 𝑄8 0,0071 -139875
𝛿29 0,0146 0,0096 𝑄11 -4,6778 418,0495
𝛿30 0,0274 0,0018 𝑄13 -3,9777 1362,6222
Berdasarkan hasil yang tertampil pada tabel 4.19 dan tabel 4.20 terdapat variabel-
variabel yang nilainya tidak sesuai dengan batasan yang ada. Pada percobaan 1 nilai yang
tidak sesuai adalah 𝑣9, 𝑣19, 𝑣25, 𝑣26, 𝑣27, 𝑣29, 𝑣30, 𝑄2, 𝑄5, 𝑄11, 𝑑𝑎𝑛 𝑄13
Pada percobaan 2 nilai yang tidak sesuai adalah
𝛿9, 𝑣4, 𝑣9, 𝑣10, 𝑣12, 𝑣14, 𝑣15, 𝑣16, 𝑣17, 𝑣18, 𝑣19, 𝑣20, 𝑣21, 𝑣22, 𝑣23, 𝑣24, 𝑣25, 𝑣26, 𝑣27, 𝑣29, 𝑣30
dan nilai daya reaktif yang tidak sesuai dengan batasan adalah 𝑄1,𝑄2, 𝑄5, 𝑄8 ,𝑄11, 𝑑𝑎𝑛 𝑄13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Kecilnya nilai tegangan pada variabel penentu rugi daya mengakitbatkan nilai rugi daya yang
kecil. Selain itu dapat dianalisa juga bahwa semakin banyak variabel yang berada diluar
batas nilai seharusnya maka semakin besar pula nilai fitnessnya. Variabel pada percobaan 2
memiliki nilai fitness yang besar dibandingkan dengan variabel pada percobaan 1, hal itu
disebabkan karena pada percobaan 2 terdapat lebih banyak variabel yang nilainya berada
diluar batasan. Setelah melakukan analisa untuk kedua metode, berikut adalah perbandingan
antar kedua metode.
Tabel 4. 20. Perbandingan Simulasi NR dan KDR Sistem 30 Bus
Variabel NR KDR
Percobaan 1 Percobaan 2
Jumlah Iterasi 4 1911 2463
Rugi daya (MW) 9,4725 32,8461 16,8406
Beban Total (MW) 283,4 284,0651 300,9633
𝑃𝐺𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 162,8735 186,9112 187,8038
Sama seperti perbandingan sebelumnya pada sistem 5 bus dan 14 bus, berdasarkan
tabel 4.21 perhitungan menggunakan metode Newton Raphson menjalankan proses dengan
jumlah iterasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode Kontrol Daya Reaktif. Pada
proses perhitungan Kontrol Daya Reaktif dibutuhkan jumlah iterasi yang sangat banyak
yaitu 1911 dan 2463 sedangkan metode Newton Raphson hanyak membutuhkan jumlah
iterasi sebanyak 4. Pada sistem 30 bus ini, metode Kontrol Daya Reaktif tidak dapat
menghasilkan rugi daya yang lebih kecil dibandingkan dengan metode Newton Raphson.
Bila di analisa lebih lanjut beban total yang dihasilkan kedua metode tidak berbeda jauh.
Pada newton Raphson, beban total bernilai 283,4.MW Pada Kontrol Daya Reaktif bernilai
284,0651 MW dan 300,9633 MW. Bila dilakukan perhitungan menggunakan rumus 2.16
maka hasilnya sebagai berikut:
PD (NR) = 162,8735+40+30+20+20+20-9,4725 = 283,401
PD (KDR) = 186,9112+40+30+20+20+20-32,8461 = 284,0651
PD (KDR) = 187,8038+40+30+20+20+20-16,8406 = 300,9632
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai variabel yang didapat melalui proses perhitungan
sangatlah berpengaruh untuk nilai rugi daya dan beban total. Nilai daya aktif pada bus slack
saling berpengaruh dengan rugi daya dan beban total.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4.5. Tampilan Data
Dalam menjalankan simulasi, pengguna dapat mengakses data bus yang sedang di
proses atau dihitung. Seperti yang telah dibahas dalam bab perancangan, terdapat tombol
untuk menampilkan data bus. Setelah menekan tombol tersebut, pengguna dapat melihat 2
macam data, yaitu data bus dan data saluran. Untuk memuculkan data pada tabel, pengguna
perlu untuk menekan tombol “Tampilkan” yang berada disebelah kanan tiap GUI.
Pada data bus terdapat nilai magnitude tegangan tiap bus (V), sudut tegangan tiap
bus (𝛿), besar daya aktif dan reaktif pada generator (𝑃𝑔𝑖 , 𝑄𝑔𝑖), besar daya aktif dan reaktif
pada bus beban (𝑃𝑏𝑖 , 𝑄𝑏𝑖), batas maksimum dan minimum dari daya aktif dan reaktif tiap
bus (𝑃𝑚𝑖𝑛, 𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 , 𝑄𝑚𝑖𝑛, 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠). Pada data saluran terdapat data resistansi dan konduktansi
dari tiap saluran (R, Xi), suseptansi kapasitor, nilai tap transformator serta batasan daya nyata
pada saluran (MVA limit).
Didalam file “bus_data” dan “line_data” terdapat rincian seperti pada gambar 4.41.
Terdapat rincian mengenai letak data yang akan dibaca. Kemudian proses dilanjutkan
dengan memasukan data yang telah dibaca tadi kedalam tabel yang berada pada GUI
bus_data dan GUI line_data. Selain itu ada kolom kecil yang berada di bagian kiri yang
fungsinya untuk menunjukan data yang sedang ditampilkan oleh sistem.
Gambar 4. 41. Listing Program bus_data
Gambar 4.42 menunjukan hasil simulasi dalam menampilkan data-data pada bus
yang sudah dipilih. Gambar 4.42 (a) merupakan tampilan data bus untuk sistem 5 bus dan
gambar 4.42 (b) merupakan tampilan data saluran untuk sistem 5 bus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
(a) (b)
Gambar 4. 42. Tampilan GUI Data Bus (a) dan Data Saluran (b)
4.6. Tampilan Gambar
Pilihan tampilan gambar juga tersedia setelah menekan tombol “Gambar Bus”.
Pembacaan data gambar memiliki konsep yang sama seperti pembacaan data bus. Tahapan
dimulai dengan pengambilan masukan berupa jumlah bus, lalu dikirimkan data jumlah bus
tersebut pada GUI gambar_bus. Kemudian adanya pemanggilan program gambar_bus.
Pada gambar 4.43(a) menunjukan program gambar_bus yang menerima data jumlah
bus dari program_gui utama. Setelah itu dilakukan proses pembacaan data luar yang berupa
gambar menggunakan imread. Kemudian pengaktifan axes untuk menampilkan data gambar
yang sudah dibaca. Pengguna harus menekan tombol tampilkan untuk memunculkan gambar
diagram segaris yang sudah dipilih sebelumnya. Hasil dari proses menampilkan gambar bus
dapat dilihat pada gambar 4.43(b).
(a) (b)
Gambar 4. 43. (a)Listing Program Gambar Bus, (b) Tampilan GUI Gambar Bus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi, analisis serta pembahasan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Selisih perhitungan Newton Raphson antara simulasi pada software MATLAB dan
perhitungan manual untuk sistem 5 bus adalah 0%.
2. Selisih perhitungan Kontrol Daya Reaktif antara simulasi pada software MATLAB
dan perhitungan manual dalam membuat satu nilai individu untuk sistem 5 bus adalah
kurang dari 0,1% .
3. Simulasi menggunakan metode Kontrol Daya Reaktif dapat menghasilkan rugi daya
yang lebih kecil dibandingkan dengan metode Newton Raphson pada sistem 5 bus
dan 14 bus, tetapi pada sistem 30 bus metode Newton Raphson menghasilkan rugi
daya yang lebih kecil dibandingkan Kontrol Daya Reaktif.
4. Penggunaan simulator metode Kontrol Daya Reaktif masih belum bisa maksimal
karena variabel yang dihasilkan dari simulasi memiliki nilai yang sesuai dengan
batasan hanya pada sistem 5 bus saja sedangkan pada bus 14 dan bus 30 memiliki
nilai variabel melebihi batas minimum dan maksimum yang telah ditentukan.
5. Jumlah Iterasi yang diperlukan metode Kontrol Daya Reaktif lebih banyak
dibandingkan dengan metode Newton Raphson. Semakin besar sistem maka semakin
besar jumlah iterasi yang diperlukan Kontrol Daya Reaktif.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini,
diperoleh saran-saran yang berguna bagi penelitian selanjutnya,
1. Penentuan metode harus dipikirkan dengan matang sebelum pembuatan program.
2. Penggunaan data untuk perhitungan simulasi menggunakan data dari PT. PLN
3. Menerapkan operasi optimasi sistem tenaga listrik menggunakan metode lainnya
4. Dapat membuat tampilan hasil keluaran perhitungan disertai gambar diagram segaris
dari sistem tenaga, sehingga tidak hanya berupa angka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR PUSTAKA
[1] "Konsumsi Listrik Nasional," 11 Januari 2018. [Online]. Available:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/01/11/inilah-konsumsi-listrik-nasional.
[Accessed 5 November 2018].
[2] J. K. Direktorat, "Statistik Ketenagalistrikan 2016," [Online]. Available:
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-statistik-ketenagalistrikan-tahun-
2016-1.pdf. [Accessed 10 Februari 2018].
[3] J. A. Momoh, Electric Power System Applications of Optimization, United State: Marcel
Dekker, Inc, 2001.
[4] S. Sudirham, Analisis Sistem Tenaga, Bandung: Darpublik, 2012.
[5] R. Listiyarini, Dasar Listrik dan Elektronika, Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2018.
[6] J. A. Edminister, Teori dan Soal-soal Rangkaian Listrik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003.
[7] W. D. S. Jr., Analisis Sistem Tenaga Listrik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.
[8] P. S. R. Murty, Operation and Control in Power System, England: BS Publication.
[9] C. Cekdin, Sistem Tenaga Listrik-Contoh Soal dan Penyelesaiannya Menggunakan MATLAB,
Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2006.
[10] "Optimasi Aliran Daya Reaktif Untuk Meminimalisir Rugi-Rugi Daya Dengan Menggunakan
Metode Particle Swarm Optimization (PSO)," 2017. [Online]. Available:
https://anzdoc.com/optimasi-aliran-daya-reaktif-untuk-meminimasi-rugi-rugi-daya.html.
[Accessed 11 November 2018].
[11] "Studi Optimal Power Flow pada Sistem Kelistrikan 500 kV," [Online]. Available:
http://ejnteti.jteti.ugm.ac.id/index.php/JNTETI/article/download/82/100.
[12] A. Tjolleng, Pengantar Pemograman MATLAB, Jakarta: Percetakan PT. Gamedia, 2017.
[13] "Creating Graphical User Interfaces," MATLAB, Oktober 2014. [Online]. Available:
http://www.apmath.spbu.ru/ru/staff/smirnovmn/files/buildgui.pdf.
[14] "Appendix IEEE 5 Bus System Data," [Online]. Available:
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/26549/14/14_appendix.pdf. [Accessed
12 Desember 2018].
[15] "Single line diagram for IEEE 14 bus system.," [Online]. Available:
https://www.researchgate.net/figure/Single-line-diagram-for-IEEE-14-bus-
system_fig2_322140152. [Accessed 29 Desember 2018].
[16] "IEEE 14 Bus System Data," [Online]. Available:
https://www.researchgate.net/profile/Mohamed_Mourad_Lafifi/post/Datasheet_for_5_m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
achine_14_bus_ieee_system2/attachment/59d637fe79197b8077995409/AS%3A39559435
6019200%401471328452063/download/DATA+SHEETS+FOR+IEEE+14+BUS+SYSTEM+19_a
ppendix.pdf. [Accessed 20 Desember 2018].
[17] "IEEE 30 Bus System Data," [Online]. Available: http://www.al-
roomi.org/multimedia/Power_Flow/30BusSystem/IEEE30BusSystemDATA2.pdf,. [Accessed
9 Oktober 2018].
[18] M. Abdelmoumene, "Optimal Reactive Power Dispatch Using Differential Evolution
Algorithm with Voltage Profile Control," Intelligent Systems and Applications, pp. 28-34,
2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-1
LAMPIRAN
A. Perhitungan Manual Menggunakan Metode Newton Raphson
Diketahui (Data IEEE 5 bus)
Tabel L. 1. Data Sistem 5 Bus
Nomor
Bus
Tipe
Bus Voltage
(p.u) θ
Pgi
(MW)
Qgi
(MVAR)
Pbi
(MW)
Qbi
(MVAR)
Pgi
min
(MW)
Pgi
maks
(MW)
1 1 1.06 0 0 0 0 0 10 85
2 2 1.045 - 40 0 20 10 10 80
3 2 1.03 - 30 0 20 15 10 70
4 3 - - 0 0 50 30 - -
5 3 - - 0 0 60 40 - -
Tabel L. 2. Data Saluran Sistem 5 Bus No
Saluran
From
Bus
To
Bus R (p.u)
X
(p.u) sus
T/F
Tap
MW
limit
1 1 2 0.02 0.06 0.03 0 0.8
2 1 3 0.08 0.24 0.025 0 0.3
3 2 3 0.06 0.18 0.02 0 0.2
4 2 4 0.06 0.18 0.02 0 0.2
5 2 5 0.04 0.12 0.015 0 0.6
6 3 4 0.01 0.03 0.01 0 0.1
7 4 5 0.08 0.24 0.025 0 0.1
Dicari: Rugi daya yang dihasilkan sistem
Langkah:
1. Konversi data menjadi satuan per unit (p.u)
Konversi dilakukan menggunakan rumusan (2.35), dengan nilai basis = 100MVA
maka:
𝑃2𝑠𝑐ℎ =
𝑃𝑔2(𝑀𝑊)
𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
40
100= 0.4 𝑝. 𝑢
𝑃3𝑠𝑐ℎ =
𝑃𝑔3(𝑀𝑊)
𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
30
100= 0.3 𝑝. 𝑢
𝑆𝑏2 =(𝑃𝑏2 + 𝑄𝑏2)
𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
(20 + 𝑗10)
100= 0,2 + 𝑗0,1𝑝. 𝑢
𝑆𝑏3 =(𝑃𝑏3 + 𝑄𝑏3)
𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
(20 + 𝑗15)
100100 = 0,2 + 𝑗0,15𝑝. 𝑢
𝑆𝑏4 =(𝑃𝑏4 + 𝑄𝑏4)
𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
(50 + 𝑗30)
100= 0,5 + 𝑗0,3𝑝. 𝑢
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-2
𝑆𝑏5 =(𝑃𝑏5 + 𝑄𝑏5)
𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠=
(60 + 𝑗40)
100= 0,6 + 𝑗0,4𝑝. 𝑢
2. Menghitung admitansi
Menghitung admitansi dilakukan menggunakan langkah (2.19) dan (2.20)
Tabel L. 3. Admitansi Diketahui Pada Sistem 5 Bus
Bentuk Kompleks
(a + bi)
Bentuk Polar
(√𝑎2 + 𝑏2) (tanh−1𝑏
𝑎)
𝑦12 =1
𝑍12=
1
0,02 + 0,06𝑖= 5 − 15𝑖
√52 + 152
= 15.81138830084
tanh−115
5= 1,2490457724
𝑦13 =1
𝑍13=
1
0,08 + 0,24𝑖= 1,25 − 3,75𝑖
√1,252 + 3,752
= 3.95284707521
tanh−13,75
1,25= 1,2490457724
𝑦23 =1
𝑍23=
1
0,06 + 0,18𝑖=
5
3− 5𝑖
√5
3
2
+ 52
= 5.27046276695
tanh−15
53⁄
= 1,2490457724
𝑦24 =1
𝑍24=
1
0,06 + 0,18𝑖=
5
3− 5𝑖
√5
3
2
+ 52
= 5.27046276695
tanh−15
53⁄
= 1,2490457724
𝑦25 =1
𝑍25=
1
0,04 + 0,12𝑖= 2,5 − 7,5𝑖
√2,52 + 7,52
= 7.90569415042
tanh−17,5
2,5= 1,2490457724
𝑦34 =1
𝑍34=
1
0,01 + 0,03𝑖= 10 − 30𝑖
√102 + 302
= 31.62277660168
tanh−130
10= 1,2490457724
𝑦45 =1
𝑍45=
1
0,08 + 0,24𝑖= 1,25 − 3,75𝑖
√1,252 + 3,752
= 3.95284707521
tanh−13,75
1,25= 1,2490457724
Berikut tampilan data admitansi seluruh saluran dalam bentuk tabel
Tabel L. 4. Admitansi Keseluruhan Sistem 5 Bus
Rumusan
Kompleks
(a + bi)
Polar
(√a2 + b2)
Sudut
(tanh−1b
a)
𝑌11 = 𝑦12+𝑦13 +
𝑠𝑢𝑠12 + 𝑠𝑢𝑠13 6,25 − 18,695𝑖 19.71206546763 -1.24816344328
𝑌12 = −𝑦12 −5 + 15𝑖 15.81138830084 1.89254688119
𝑌13 = −𝑦13 −1,25 + 3,75𝑖 3.95284707521 1.89254688119
𝑌14 = −𝑦14 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-3
Tabel L. 5. Admitansi Keseluruhan Sistem 5 Bus (lanjutan)
Rumusan
Kompleks
(a + bi)
Polar
(√a2 + b2)
Sudut
(tanh−1b
a)
𝑌15 = −𝑦15 0 0 0
𝑌21 = −𝑦12 −5 + 15𝑖 15.81138830084 1.89254688119
𝑌22 = 𝑦12+𝑦23 +𝑦24+𝑦25 + 𝑠𝑢𝑠12 +𝑠𝑢𝑠23 + 𝑠𝑢𝑠24 + 𝑠𝑢𝑠25
10,83333333− 32,415𝑖
34.17738047468 -1.24825930595
𝑌23 = −𝑦23 −5 3⁄ + 5𝑖 5.27046276695 1.89254688119
𝑌24 = −𝑦24 −5 3⁄ + 5𝑖 5.27046276695 1.89254688119
𝑌25 = −𝑦25 −2,5 + 7,5𝑖 7.90569415042 1.89254688119
𝑌31 = −𝑦13 −1,25 + 3,75𝑖 3.95284707521 1.89254688119
𝑌32 = −𝑦23 −5 3⁄ + 5𝑖 5.27046276695 1.89254688119
𝑌33 = 𝑦13+𝑦23 + 𝑦34 +𝑠𝑢𝑠13 + 𝑠𝑢𝑠23 + 𝑠𝑢𝑠34
12,91666667 −38,695𝑖
40.79391257011 -1.24861942134
𝑌34 = −𝑦34 −10 + 30𝑖 31.62277660168 1.89254688119
𝑌35 = −𝑦35 0 0 0
𝑌41 = −𝑦14 0 0 0
𝑌42 = −𝑦24 −5 3⁄ + 5𝑖 5.27046276695 1.89254688119
𝑌43 = −𝑦34 −10 + 30𝑖 31.62277660168 1.89254688119
𝑌44 = 𝑦24+𝑦34+𝑦45 +𝑠𝑢𝑠24 + 𝑠𝑢𝑠34 + 𝑠𝑢𝑠45
12,91666667 −38,695𝑖
40.79391257011 -1.24861942134
𝑌45 = −𝑦45 −1,25 + 3,75𝑖 3.95284707521 1.89254688119
𝑌51 = −𝑦15 0 0 0
𝑌52 = −𝑦25 −2,5 + 7,5𝑖 7.90569415042 1.89254688119
𝑌53 = −𝑦35 0 0 0
𝑌54 = −𝑦45 −1,25 + 3,75𝑖 3.95284707521 1.89254688119
𝑌55 = 𝑦25+𝑦45 +𝑠𝑢𝑠25 + 𝑠𝑢𝑠45
3,75 − 11,21 11.82060066156 -1.24797568185
3. Menginisialisasi nilai variabel
Variabel yang perlu diinisialisasi adalah:
k= 1; k merupakan variabel awal untuk melakukan iterasi, nilainya akan selalu
bertambah sesuai iterasi yang dilakukan.
Nilai tegangan pada bus beban (tidak diketahui) diberi nilai = 1.
Nilai sudut tegangan pada semua bus (tidak diketahui) diberi nilai =0.
4. Menghitung daya aktif dan daya reaktif tiap bus
Menghitung daya aktif dan reaktif merupakan tahap pertama dalam proses iterasi
ke 1 (k=1). Rumusan yang digunakan adalah 2.33 dan 2.34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-4
Iterasi 1
𝑃𝑖 = ∑𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗(cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝑐 + 𝛿𝑗))
𝑛
𝑗=1
𝑄𝑖 = ∑𝑉𝑖𝑉𝑗𝑌𝑖𝑗(sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗))
𝑛
𝑗=1
𝑃2(0)
= 𝑉2𝑉1𝑌21(cos(𝜃21 − 𝛿2 + 𝛿1)) + 𝑉2𝑉2𝑌22(cos(𝜃22 − 𝛿2 + 𝛿2)) +
𝑉2𝑉3𝑌23(cos(𝜃23 − 𝛿2 + 𝛿3)) + 𝑉2𝑉4𝑌24(cos(𝜃24 − 𝛿2 + 𝛿4)) +
𝑉2𝑉5𝑌25(cos(𝜃25 − 𝛿2 + 𝛿5))
= (1,045 ∗ 1,06 ∗ 15.81138830084 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) +
(1,045 ∗ 1,045 ∗ 34.17738047468 ∗ cos(−1.24825930595)) + (1,045 ∗
1,03 ∗ 5.27046276695 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1,045 ∗ 1 ∗
34.17738047468 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1,045 ∗ 1 ∗
7.90569415042 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0))
= 0.143687496 p.u
𝑃3(0)
= 𝑉3𝑉1𝑌31(cos(𝜃31 − 𝛿3 + 𝛿1)) + 𝑉3𝑉2𝑌32(cos(𝜃32 − 𝛿3 + 𝛿2)) +
𝑉3𝑉3𝑌33(cos(𝜃33 − 𝛿3 + 𝛿3)) + 𝑉3𝑉4𝑌34(cos(𝜃34 − 𝛿3 + 𝛿4)) +
𝑉3𝑉5𝑌35(cos(𝜃35 − 𝛿3 + 𝛿5))
= (1,03 ∗ 1,06 ∗ 3.95284707521 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1,03 ∗
1,045 ∗ 5.27046276695 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1,03 ∗ 1,03 ∗
40.79391257011 ∗ cos(−1.24825930595)) + (1,03 ∗ 1 ∗
31.62277660168 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + 0
= 0.244625 p.u
𝑃4(0)
= 𝑉4𝑉1𝑌41(cos(𝜃41 − 𝛿4 + 𝛿1)) + 𝑉4𝑉2𝑌42(cos(𝜃42 − 𝛿4 + 𝛿2)) +
𝑉4𝑉3𝑌43(cos(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3)) + 𝑉4𝑉4𝑌44(cos(𝜃44 − 𝛿4 + 𝛿4)) +
𝑉4𝑉5𝑌45(cos(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5))
= (0 + (1 ∗ 1,045 ∗ 5.27046276695 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1 ∗
1,03 ∗ 31.62277660168 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1 ∗ 1 ∗
40.79391257011 ∗ cos(−1.24825930595)) + (1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521 ∗
cos(1.89254688119 − 0 + 0))
= −0.375p.u
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-5
𝑃5(0)
= 𝑉5𝑉1𝑌51(cos(𝜃51 − 𝛿5 + 𝛿1)) + 𝑉5𝑉2𝑌52(cos(𝜃52 − 𝛿5 + 𝛿2)) +
𝑉5𝑉3𝑌53(cos(𝜃53 − 𝛿5 + 𝛿3)) + 𝑉5𝑉4𝑌54(cos(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)) +
𝑉5𝑉5𝑌25(cos(𝜃55 − 𝛿5 + 𝛿5))
= (0 + (1 ∗ 1,045 ∗ 7.90569415042 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + 0 +
(1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521 ∗ cos(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1 ∗ 1 ∗
11.82060066156 ∗ cos(−1.24825930595))
= −0.1125p.u
𝑄4(0)
= −[𝑉4𝑉1𝑌41(sin(𝜃41 − 𝛿4 + 𝛿1)) + 𝑉4𝑉2𝑌42(sin(𝜃42 − 𝛿4 + 𝛿2)) +
𝑉4𝑉3𝑌43(sin(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3)) + 𝑉4𝑉4𝑌44(sin(𝜃44 − 𝛿4 + 𝛿4)) +
𝑉4𝑉5𝑌45(sin(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)) ]
= −[(0 + (1 ∗ 1,045 ∗ 5.27046276695 ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)) +
(1 ∗ 1,03 ∗ 31.62277660168 ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1 ∗ 1 ∗
40.79391257011 ∗ sin(−1.24825930595)) + (1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521 ∗
sin(1.89254688119 − 0 + 0)) ]
= −1.18p.u
𝑄5(0)
= −[𝑉5𝑉1𝑌51(sin(𝜃51 − 𝛿5 + 𝛿1)) + 𝑉5𝑉2𝑌52(sin(𝜃52 − 𝛿5 + 𝛿2)) +
𝑉5𝑉3𝑌53(sin(𝜃53 − 𝛿5 + 𝛿3)) + 𝑉5𝑉4𝑌54(sin(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)) +
𝑉5𝑉5𝑌55(sin(𝜃55 − 𝛿5 + 𝛿5)) ]
= −[(0 + (1 ∗ 1,045 ∗ 7.90569415042 ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)) +
(1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521 ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)) + (1 ∗ 1 ∗
11.82060066156 ∗ sin(−1.24825930595))]
= −0.3775p.u
5. Menghitung elemen matriks sisa daya
Perhitungan sisa daya menggunakan rumusan 2.83 dan 2.84
∆𝑃2(0)
= 𝑃2𝑠𝑐ℎ − 𝑃2
(0)− 𝑃𝑏2
= 0,4 − 0,143687496 − 0,2
= 0.056312504
∆𝑃3(0)
= 𝑃3𝑠𝑐ℎ − 𝑃3
(0)− 𝑃𝑏3
= 0,3 − 0.244625 − 0,2
= −0.144625
∆𝑃4(0)
= 𝑃4𝑠𝑐ℎ − 𝑃4
(0)− 𝑃𝑏4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-6
= 0 − (−0.375) − 0,5
= −0.125
∆𝑃5(0)
= 𝑃5𝑠𝑐ℎ − 𝑃5
(0)− 𝑃𝑏5
= 0 − (−0.1125) − 0,6
= −0.4875
∆𝑄4(0)
= 𝑄4𝑠𝑐ℎ − 𝑄4
(0)− 𝑄𝑏4
= 0 − (−1.18) − 0,3
= 0.88
∆𝑄5(0)
= 𝑄5𝑠𝑐ℎ − 𝑄5
(0)− 𝑄𝑏5
= 0 − (−0.3775) − 0,4
= −0.0225 6. Menghitung element matriks Jacobian
Perhitungan element matriks Jacobian menggunakan rumusan 2.75 sampai 2.82…
𝐻11(0)
=𝜕𝑃2
𝜕𝛿2
= |𝑉2𝑉1𝑌21| ∗ sin(𝜃21 − 𝛿2 + 𝛿1) + |𝑉2𝑉3𝑌23| ∗ sin(𝜃23 − 𝛿2 + 𝛿3) +
|𝑉2𝑉4𝑌24| ∗ sin(𝜃24 − 𝛿2 + 𝛿4) + |𝑉2𝑉5𝑌25| ∗ sin(𝜃25 − 𝛿2 + 𝛿5)
= |1.045 ∗ 1.06 ∗ 15.81138830084| ∗ sin(1.89254688119 − 0 +
0) + |1,045 ∗ 1,03 ∗ 5.27046276695| ∗ sin(1.89254688119 − 0 +
0) + |1,045 ∗ 1 ∗ 34.17738047468| ∗ sin(1.89254688119 − 0 +
0) + |1,045 ∗ 1 ∗ 7.90569415042| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= 35.05975
𝐻12(0)
=𝜕𝑃2
𝜕𝛿3
= −|𝑉2𝑉3𝑌23| ∗ sin(𝜃23 − 𝛿2 + 𝛿3)
= −|1,045 ∗ 1,03 ∗ 5.27046276695| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= −5.38175
𝐻13(0)
=𝜕𝑃2
𝜕𝛿4
= −|𝑉2𝑉4𝑌24| ∗ sin(𝜃24 − 𝛿2 + 𝛿4)
= −|1,045 ∗ 1 ∗ 5.27046276695| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= −5.224999999
𝐻14(0)
=𝜕𝑃2
𝜕𝛿5
= −|𝑉2𝑉5𝑌25| ∗ sin(𝜃25 − 𝛿2 + 𝛿5)
= −|1,045 ∗ 1 ∗ 7.90569415042| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= −7.8375
𝐻21(0)
=𝜕𝑃3
𝜕𝛿2
= −|𝑉3𝑉2𝑌32| ∗ sin(𝜃32 − 𝛿3 + 𝛿2)
= −|1,03 ∗ 1,045 ∗ 5.27046276695| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= −5.38175
𝐻22(0)
=𝜕𝑃3
𝜕𝛿3
= |𝑉3𝑉1𝑌31| ∗ sin(𝜃31 − 𝛿3 + 𝛿1) + |𝑉3𝑉2𝑌32| ∗ sin(𝜃32 − 𝛿3 + 𝛿2) +
|𝑉3𝑉4𝑌34| ∗ sin(𝜃34 − 𝛿3 + 𝛿4) + |𝑉3𝑉5𝑌35| ∗ sin(𝜃35 − 𝛿3 + 𝛿5)
= |1.03 ∗ 1.06 ∗ 3.95284707521| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0) +
|1,03 ∗ 1,045 ∗ 5.27046276695| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0) +
|1,03 ∗ 1 ∗ 31.62277660168| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0) +
|1,03 ∗ 1 ∗ 0| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= 40.376
𝐻23(0)
=𝜕𝑃3
𝜕𝛿4
= −|𝑉3𝑉4𝑌34| ∗ sin(𝜃34 − 𝛿3 + 𝛿4)
= −|1,03 ∗ 1 ∗ 31.62277660168| ∗ sin(1,89254688119 − 0 + 0)
= −30.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-7
𝐻24(0)
=𝜕𝑃3
𝜕𝛿5
= −|𝑉3𝑉5𝑌35| ∗ sin(𝜃35 − 𝛿3 + 𝛿5)
= −|1,03 ∗ 1 ∗ 0| ∗ sin(0 − 0 + 0)
= 0
𝐻31(0)
=𝜕𝑃4
𝜕𝛿2
= −|𝑉4𝑉2𝑌42| ∗ sin(𝜃42 − 𝛿4 + 𝛿2)
= −|1 ∗ 1,045 ∗ 5.27046276695| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= −5.225
𝐻32(0)
=𝜕𝑃4
𝜕𝛿3
= −|𝑉4𝑉3𝑌43| ∗ sin(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3)
= −|1 ∗ 1,03 ∗ 31.62277660168| ∗ sin(1,89254688119 − 0 + 0)
= −30.9
𝐻33(0)
=𝜕𝑃4
𝜕𝛿4
= |𝑉4𝑉1𝑌41| ∗ sin(𝜃41 − 𝛿4 + 𝛿1) + |𝑉4𝑉2𝑌42| ∗ sin(𝜃42 − 𝛿4 + 𝛿2) +
|𝑉4𝑉3𝑌43| ∗ sin(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3) + |𝑉4𝑉5𝑌45| ∗ sin(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= |1 ∗ 1.06 ∗ 0| ∗ sin(0 − 0 + 0) + |1 ∗ 1,045 ∗ 5.27046276695| ∗
sin(1.89254688119 − 0 + 0) + |1 ∗ 1,03 ∗ 31.62277660168| ∗
sin(1.89254688119 − 0 + 0) + |1 ∗ 1 ∗
3.95284707521| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= 39.875
𝐻34(0)
=𝜕𝑃4
𝜕𝛿5
= −|𝑉4𝑉5𝑌45| ∗ sin(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= −|1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521| ∗ sin(1,89254688119 − 0 + 0)
= −3.75
𝐻41(0)
=𝜕𝑃5
𝜕𝛿2
= −|𝑉5𝑉2𝑌52| ∗ sin(𝜃52 − 𝛿5 + 𝛿2)
= −|1 ∗ 1.045 ∗ 7.90569415042| ∗ sin(1,89254688119 − 0 + 0)
= −7.8375
𝐻42(0)
=𝜕𝑃5
𝜕𝛿3
= −|𝑉5𝑉3𝑌53| ∗ sin(𝜃53 − 𝛿5 + 𝛿3)
= −|1 ∗ 1.03 ∗ 0| ∗ sin(0 − 0 + 0)
= 0
𝐻43(0)
=𝜕𝑃5
𝜕𝛿4
= −|𝑉5𝑉4𝑌54| ∗ sin(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)
= −|1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521| ∗ sin(1,89254688119 − 0 + 0)
= −3.75
𝐻44(0)
=𝜕𝑃5
𝜕𝛿5
= |𝑉5𝑉1𝑌51| ∗ sin(𝜃51 − 𝛿5 + 𝛿1) + |𝑉5𝑉2𝑌52| ∗ sin(𝜃52 − 𝛿5 + 𝛿2) +
|𝑉5𝑉3𝑌53| ∗ sin(𝜃53 − 𝛿5 + 𝛿3) + |𝑉5𝑉4𝑌54| ∗ sin(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)
= |1 ∗ 1.06 ∗ 0| ∗ sin(0 − 0 + 0) + |1 ∗ 1,045 ∗ 7.90569415042| ∗
sin(1.89254688119 − 0 + 0) + |1 ∗ 1,03 ∗ 0| ∗ sin(0 − 0 + 0) +
|1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521| ∗ sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= 11.5875
𝑁11(0)
=𝜕𝑃2
𝜕𝑉4
= |𝑉2𝑌24| cos(𝜃24 − 𝛿2 + 𝛿4)
= |1.045 ∗ 5.27046276695| ∗ cos (1.89254688119 − 0 + 0)
= −1.741666671
𝑁12(0)
=𝜕𝑃2
𝜕𝑉5
= |𝑉2𝑌25| cos(𝜃25 − 𝛿2 + 𝛿5)
= |1.045 ∗ 7.90569415042| ∗ cos (1.89254688119 − 0 + 0)
= −2.6125
𝑁21(0)
=𝜕𝑃3
𝜕𝑉4
= |𝑉3𝑌34| cos(𝜃34 − 𝛿3 + 𝛿4)
= |1.03 ∗ 31.62277660168| ∗ cos (1.89254688119 − 0 + 0)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-8
= −10.3
𝑁22(0)
=𝜕𝑃3
𝜕𝑉5
= |𝑉3𝑌35| cos(𝜃35 − 𝛿3 + 𝛿5)
= |1.03 ∗ 0| ∗ cos (0 − 0 + 0)
= 0
𝑁31(0)
=𝜕𝑃4
𝜕𝑉4
= 2 ∗ |𝑉4𝑌44| cos(𝜃44) + |𝑉1𝑌41| cos(𝜃41 − 𝛿4 + 𝛿1) +
|𝑉2𝑌42| cos(𝜃42 − 𝛿4 + 𝛿2) + |𝑉3𝑌43| ∗ 𝑐𝑜𝑠(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3) +
|𝑉5𝑌45|𝑐𝑜𝑠(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= 2 ∗ |1 ∗ 40.79391257011| cos(−1.24861942134) + |1 ∗
0| cos(0 − 0 + 0) + |1.045 ∗
5.27046276695| cos(1.89254688119 − 0 + 0) + |1.03 ∗
31.62277660168| ∗ 𝑐𝑜𝑠(1.89254688119 − 0 + 0) + |1 ∗
3.95284707521|𝑐𝑜𝑠(1.89254688119 − 0 + 0)
= 12.54166667
𝑁32(0)
=𝜕𝑃4
𝜕𝑉5
= |𝑉4𝑌45| cos(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= |1 ∗ 3.95284707521| ∗ cos (1.89254688119 − 0 + 0)
= −1.25
𝑁41(0)
=𝜕𝑃5
𝜕𝑉4
= |𝑉5𝑌54| cos(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)
= |1 ∗ 3.95284707521| ∗ cos (1.89254688119 − 0 + 0)
= −1.25
𝑁42(0)
=𝜕𝑃5
𝜕𝑉5
= 2 ∗ |𝑉5𝑌55| cos(𝜃55) + |𝑉1𝑌51| cos(𝜃51 − 𝛿5 + 𝛿1) +
|𝑉2𝑌52| cos(𝜃52 − 𝛿5 + 𝛿2) + |𝑉3𝑌53| ∗ 𝑐𝑜𝑠(𝜃53 − 𝛿5 + 𝛿3) +
|𝑉4𝑌54|𝑐𝑜𝑠(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)
= 2 ∗ |1 ∗ 11.82060066156| cos(−1.24797568185) + |1 ∗
0| cos(0 − 0 + 0) + |1.045 ∗
7.90569415042| cos(1.89254688119 − 0 + 0) + |1.03 ∗ 0| ∗
𝑐𝑜𝑠(0 − 0 + 0) + |1 ∗ 3.95284707521|𝑐𝑜𝑠(1.89254688119 − 0 +
0)
= 3.6375
K11(0)
=𝜕𝑄4
𝜕ẟ2
= −|𝑉4𝑉2𝑌42| cos(𝜃42 − 𝛿4 + 𝛿2)
= −|1 ∗ 1.045 ∗ 5.27046276695| cos(1.89254688119 − 0 + 0)
= 1.741666667
𝐾12(0)
=𝜕𝑄4
𝜕ẟ3
= −|𝑉4𝑉3𝑌43| cos(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3)
= −|1 ∗ 1.03 ∗ 31.62277660168| cos(1.89254688119 − 0 + 0)
= 10.3
𝐾13(0)
=𝜕𝑄4
𝜕ẟ4
= |𝑉4𝑉1𝑌41| cos(𝜃41 − 𝛿4 + 𝛿1) + |𝑉4𝑉2𝑌42| cos(𝜃42 − 𝛿4 + 𝛿2) +
|𝑉4𝑉3𝑌43| cos(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3) + |𝑉4𝑉5𝑌45| cos(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= |1 ∗ 1.06 ∗ 0| cos(0 − 0 + 0) + |1 ∗ 1.045 ∗
5.27046276695| cos(1.89254688119 − 0 + 0) + |1 ∗ 1.03 ∗
31.62277660168| cos(1.89254688119 − 0 + 0) + |1 ∗ 1 ∗
3.95284707521| cos(1.89254688119 − 0 + 0)
= −13.29166667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-9
𝐾14(0)
=𝜕𝑄4
𝜕ẟ5
= −|𝑉4𝑉5𝑌45| cos(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= −|1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521| cos(1.89254688119 − 0 + 0)
= 1.25
𝐾21(0)
=𝜕𝑄5
𝜕ẟ2
= −|𝑉5𝑉2𝑌42| cos(𝜃52 − 𝛿5 + 𝛿2)
= −|1 ∗ 1.045 ∗ 7.90569415042| cos(1.89254688119 − 0 + 0)
= 2.6125
𝐾22(0)
=𝜕𝑄5
𝜕ẟ3
= −|𝑉5𝑉3𝑌53| cos(𝜃53 − 𝛿5 + 𝛿3)
= −|1 ∗ 1.03 ∗ 0| cos(0 − 0 + 0)
= 0
𝐾23(0)
=𝜕𝑄5
𝜕ẟ4
= −|𝑉5𝑉4𝑌54| cos(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)
= −|1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521| cos(1.89254688119 − 0 + 0)
= 1.25
𝐾24(0)
=𝜕𝑄5
𝜕ẟ5
= |𝑉5𝑉1𝑌41| cos(𝜃51 − 𝛿5 + 𝛿1) + |𝑉5𝑉2𝑌52| cos(𝜃52 − 𝛿5 + 𝛿2) +
|𝑉5𝑉3𝑌53| cos(𝜃53 − 𝛿5 + 𝛿3) + |𝑉5𝑉4𝑌54| cos(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)
= |1 ∗ 1.06 ∗ 0| cos(0 − 0 + 0) + |1 ∗ 1.045 ∗
7.90569415042| cos(1.89254688119 − 0 + 0) + |1 ∗ 1.03 ∗
0| cos(0 − 0 + 0) + |1 ∗ 1 ∗ 3.95284707521| cos(1.89254688119 −
0 + 0)
= −3.8625
𝐿11(0)
=𝜕𝑄4
𝜕𝑉4
= −2|𝑉4𝑌44| sin(𝜃44) − |𝑉1𝑌41|sin(𝜃41 − 𝛿4 + 𝛿1) − |𝑉2𝑌42|sin(𝜃42 −
𝛿4 + 𝛿2) − |𝑉3𝑌43|sin(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3) − |𝑉5𝑌45|sin(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= −2|1 ∗
40.79391257011| sin(−1.24861942134) − |1.06 ∗ 0|sin(0 − 0 +
0) − |1.045 ∗ 5.27046276695|sin(1.89254688119 − 0 + 0) −
|1.03 ∗ 31.62277660168|sin(1.89254688119 − 0 + 0) −
|1 ∗ 3.95284707521|sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= 37.515
𝐿12(0)
=𝜕𝑄4
𝜕𝑉5
= −|𝑉4𝑌45| sin(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= −|1 ∗ 3.95284707521| sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= −3.75
𝐿21(0)
=𝜕𝑄5
𝜕𝑉4
= −|𝑉5𝑌54| sin(𝜃54 − 𝛿5 + 𝛿4)
= −|1 ∗ 3.95284707521| sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= −3.75
𝐿22(0)
=𝜕𝑄5
𝜕𝑉5
= −2|𝑉4𝑌44| sin(𝜃44) − |𝑉1𝑌41|sin(𝜃41 − 𝛿4 + 𝛿1) − |𝑉2𝑌42|sin(𝜃42 −
𝛿4 + 𝛿2) − |𝑉3𝑌43|sin(𝜃43 − 𝛿4 + 𝛿3) − |𝑉5𝑌45|sin(𝜃45 − 𝛿4 + 𝛿5)
= −2|1 ∗
40.79391257011| sin(−1.24861942134) − |1.06 ∗ 0|sin(0 − 0 +
0) − |1.045 ∗ 5.27046276695|sin(1.89254688119 − 0 + 0) −
|1.03 ∗ 31.62277660168|sin(1.89254688119 − 0 + 0) −
|1 ∗ 3.95284707521|sin(1.89254688119 − 0 + 0)
= 10.8325
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-10
7. Menghitung tegangan dan sudut baru
Dalam menentukan nilai tegangan dan sudut tegangan yang baru, rumusan
yang digunakan adalah 2.73. Berdasarkan rumusan tersebut, hasil perhitungan poin
5 dan 6 dapat disusun menjadi:
[ ∆𝑃2
(0)
∆𝑃3(0)
∆𝑃4(0)
∆𝑃5(0)
∆𝑄4(0)
∆𝑄5(0)
]
= [𝐻 𝑁𝐾 𝐿
] ×
[ ∆𝛿2
(0)
∆𝛿3(0)
∆𝛿4(0)
∆𝛿5(0)
∆𝑉4(0)
∆𝑉5(0)
]
Karena nilai delta sudut dan delta tegangan yang ingin dicari, makaharus dipiindah
luasan menjadi disisi kiri dari simbol sama dengan. Berikut penulisan rinci mengenai
matriks H,N,K dan L, serta pemindahan luasan:
[ ∆𝛿2
(0)
∆𝛿3(0)
∆𝛿4(0)
∆𝛿5(0)
∆𝑉4(0)
∆𝑉5(0)
]
=
[ 𝜕𝑃2
𝜕𝛿2
(0)𝜕𝑃2
𝜕𝛿3
(0) 𝜕𝑃2
𝜕𝛿4
(0) 𝜕𝑃2
𝜕𝛿5
(0) 𝜕𝑃2
𝜕𝑉4
(0) 𝜕𝑃2
𝜕𝑉5
(0)
𝜕𝑃3
𝜕𝛿2
(0)
𝜕𝑃4
𝜕𝛿2
(0)
𝜕𝑃5
𝜕𝛿2
(0)
𝜕𝑄4
𝜕ẟ2
(0)
𝜕𝑃3
𝜕𝛿3
(0) 𝜕𝑃3
𝜕𝛿4
(0)
𝜕𝑃4
𝜕𝛿3
(0) 𝜕𝑃4
𝜕𝛿4
(0)
𝜕𝑃3
𝜕𝛿5
(0)
𝜕𝑃4
𝜕𝛿5
(0)
𝜕𝑃3
𝜕𝑉4
(0)
𝜕𝑃4
𝜕𝑉4
(0)
𝜕𝑃5
𝜕𝛿3
(0) 𝜕𝑃5
𝜕𝛿4
(0) 𝜕𝑃5
𝜕𝛿5
(0) 𝜕𝑃5
𝜕𝑉4
(0)
𝜕𝑄4
𝜕ẟ3
(0) 𝜕𝑄4
𝜕ẟ4
(0) 𝜕𝑄4
𝜕ẟ5
(0) 𝜕𝑄4
𝜕𝑉4
(0)
𝜕𝑃3
𝜕𝑉5
(0)
𝜕𝑃4
𝜕𝑉5
(0)
𝜕𝑃5
𝜕𝑉5
(0)
𝜕𝑄4
𝜕𝑉5
(0)
𝜕𝑄5
𝜕ẟ2
(0)𝜕𝑄5
𝜕ẟ3
(0) 𝜕𝑄5
𝜕ẟ4
(0) 𝜕𝑄5
𝜕ẟ5
(0) 𝜕𝑄5
𝜕𝑉4
(0) 𝜕𝑄5
𝜕𝑉5
(0)
] −1
×
[ ∆𝑃2
(0)
∆𝑃3(0)
∆𝑃4(0)
∆𝑃5(0)
∆𝑄4(0)
∆𝑄5(0)
]
=
[ 35.0598 −5.3818 −5.22500 −7.83750 −1.74167 −2.6125−5.3818−5.2250−7.83751.74167
40.3760 −30.9000−30.900 39.875
0−3.75
−10.312.54167
0 −3.75 11.5875 −1.2510.300 −13.29167 1.25 37.515
0−1.253.6375−3.75
2.61250 0 1.25000 −3.8625 −3.75 10.8325] −1
[ 0.05631−0.1446−0.125−0.4875
0.88−0.0225]
Perhitungan invers diatas dapat diselesaikan dengan bantuan software MATLAB,
sehingga menghasilkan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-11
[ ∆𝛿2
(0)
∆𝛿3(0)
∆𝛿4(0)
∆𝛿5(0)
∆𝑉4(0)
∆𝑉5(0)
]
=
[ −0.0303−0.0453−0.0556−0.07570.0192
−0.0087]
Setelah mendapatkan delta untuk nilai tegangan dan sudut maka akan didapatkan pula
nilai tegangan dan sudut tegangan yang baru, perhitungan dapat menggunakan
rumusan 2.85 dan 2.86:
∆𝛿2(1)
= 𝛿2(0)
+ ∆𝛿2(0)
= 0 + (−0.0303)
= −0.0303
∆𝛿3(1)
= 𝛿𝑖(0)
+ ∆𝛿𝑖(0)
= 0 + (−0.0453)
= −0.0453
∆𝛿4(1)
= 𝛿𝑖(0)
+ ∆𝛿𝑖(0)
= 0 + (−0.0556)
= −0.0556
∆𝛿5(1)
= 𝛿𝑖(0)
+ ∆𝛿𝑖(0)
= 0 + (−0.0757)
= −0.0757
∆𝑉4(1)
= 𝑉𝑖(0)
+ ∆𝑉𝑖(0)
= 1 + (0.0192)
= 1.0192
∆𝑉5(1)
= 𝑉𝑖(0)
+ ∆𝑉𝑖(0)
= 1 + (−0.0087)
= 0.9913
8. Penentuan iterasi perhitungan
Penentuan iterasi perhitungan dilihat dari nilai selisih tegangan dan sudut tegangan
lama dan baru. Bila hasil perhitungan selisih tegangan didapat kurang dari 0.0001
(<10−4), perhitungan dihentikan dan dilanjutkan untuk tahapan berikutnya. Selisih
nilai tegangan bus akhir menjadi indikator.
Nilai |𝑉5(1)
− 𝑉5(0)
| = |0.9913-1|=0.0087, nilai tersebut masih lebih besar dari batasan
yang telah ditentukan (0.0087>0.0001), sehingga proses kembali pada poin ke-4, dan
nilai k bertambah menjadi 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-12
Iterasi ke-2
Proses kembali pada penentuan nilai daya aktif dan reaktif menggunakan nilai
tegangan dan sudut tegangan baru yang telah didapat dari iterasi 1. Cara hitung sama
seperti pada iterasi sebelumnya, sehingga menghasilkan nilai sebagai berikut.
𝑃2(1)
=0.203629389
𝑃3(1)
=0.107269444
𝑃4(1)
=-0.499917113
𝑃5(1)
=-0.593484402
𝑄4(1)
=-0.28040844
𝑄5(1)
=-0.390578886
Kemudian mencari nilai sisa daya dari nilai daya aktif dan reaktif yang baru:
∆𝑃2(1)
= 𝑃2𝑠𝑐ℎ − 𝑃2
(1)− 𝑃𝑏2
= 0,4 − 0.203629389 − 0,2
= −0.003629389
∆𝑃3(1)
= 𝑃3𝑠𝑐ℎ − 𝑃3
(1)− 𝑃𝑏3
= 0,3 − 0.107269444 − 0,2
= −0.007269444
∆𝑃4(1)
= 𝑃4𝑠𝑐ℎ − 𝑃4
(1)− 𝑃𝑏4
= 0 − 0.499917113 − 0,5
= −8.2887𝐸 − 05
∆𝑃5(1)
= 𝑃5𝑠𝑐ℎ − 𝑃5
(1)− 𝑃𝑏5
= 0 − 0.593484402 − 0,6
= −0.006515598
∆𝑄4(1)
= 𝑄4𝑠𝑐ℎ − 𝑄4
(1)− 𝑄𝑏4
= 0 − (−0.28040844) − 0,3
= −0.01959156
∆𝑄5(1)
= 𝑄5𝑠𝑐ℎ − 𝑄5
(1)− 𝑄𝑏5
= 0 − (−0.390578886) − 0,4
= −0.009421114
Nilai matriks Jaobian adalah:
=
[
35.09549936 −5.408052305 −5.368521155 −7.878843454 −1.608930891 −2.254107794−5.354236824−5.278710341−7.6437729971.909254806
40.98221909 −31.59973447−31.38348444 40.47556096
0−3.813366186
−9.98118926912.67416714
0 −3.762600373 11.40637337 −1.31358890510.8215782 −13.91734538 1.186512374 39.16281798
0−1.1969256273.118681968
−3.8468336392.939708428 0 1.338809812 −4.27851824 −3.691719361 10.718466265]
Hasil perkalian dari invers Jacobian dengan matriks sisa daya adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-13
[ ∆𝛿2
(1)
∆𝛿3(1)
∆𝛿4(1)
∆𝛿5(1)
∆𝑉4(1)
∆𝑉5(1)
]
=
[ −0.0008−0.0012−0.001−0.012−0.0006−0.0012]
Sehingga menghasilkan nilai tegangan dan sudut tegangan baru, yaitu:
[ 𝛿2
(2)
𝛿3(2)
𝛿4(2)
𝛿5(2)
𝑉4(2)
𝑉5(2)
]
=
[ −0.0311−0.0465−0.0566−0.07691.01860.9901 ]
Pengecekan iterasi, Nilai |𝑉5(2)
− 𝑉5(1)
| = |0.9901-0.9913|=0.0012, nilai tersebut
masih lebih besar dari batasan yang telah ditentukan (0.0012>0.0001), sehingga
proses kembali pada poin ke-4, dan nilai k bertambah menjadi 3.
Iterasi ke-3
Proses kembali pada penentuan nilai daya aktif dan reaktif menggunakan nilai
tegangan dan sudut tegangan baru yang telah didapat dari iterasi 0. Cara hitung sama
seperti pada iterasi sebelumnya, sehingga menghasilkan nilai sebagai berikut.
𝑃2(2)
= 0.200533909
𝑃3(2)
= 0.099967809
𝑃4(2)
= -0.500102037
𝑃5(2)
= -0.600238934
𝑄4(2)
= -0.3012962
𝑄5(2)
= -0.399770126
Kemudian mencari nilai sisa daya dari nilai daya aktif dan reaktif yang baru:
∆𝑃2(2)
= −0.000533909
∆𝑃3(2)
= 3.21915𝐸 − 05
∆𝑃4(2)
= 0.000102037
∆𝑃5(2)
= 0.000238934
∆𝑄4(2)
= 0.0012962
∆𝑄5(2)
= −0.000229874
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-14
Nilai matriks Jaobian adalah:
=
[
35.07986913 −5.408737069 −5.365688387 −7.870197953 −1.607877381 −2.250928417−5.35348662−5.275221048−7.6333448981.909185916
40.95897081 −31.5790978−31.36717149 40.44913712
0−3.806744585
−9.98738995912.66594667
0 −3.755565921 11.38891082 −1.31273618810.80893435 −13.90173735 1.183617087 39.11893258
0−1.1954520633.106634282
−3.8448081862.939203391 0 1.337153081 −4.276356472 −3.686987945 10.69525358 ]
Hasil perkalian dari invers Jacobian dengan matriks sisa daya adalah:
[ ∆𝛿2
(2)
∆𝛿3(2)
∆𝛿4(2)
∆𝛿5(2)
∆𝑉4(2)
∆𝑉5(2)
]
=
[ −9.96𝐸 − 064.25𝐸 − 06
−3.49𝐸 − 061.70𝐸 − 053.06𝐸 − 05
−1.00𝐸 − 06]
Sehingga menghasilkan nilai tegangan dan sudut tegangan baru, yaitu:
[ 𝛿2
(3)
𝛿3(3)
𝛿4(3)
𝛿5(3)
𝑉4(3)
𝑉5(3)
]
=
[ −0.03110996−0.04649575−0.05660349−0.076883051.018630590.990099 ]
Pengecekan iterasi, Nilai |𝑉5(3)
− 𝑉5(2)
| = |0.990099-0.9901|=0.000001, nilai tersebut
sudah mencukupi batasan yang telah ditentukan (0.000001<0.0001), sehingga proses
iterasi dihentikan dan dilanjutkan pada tahap berikutnya, yaitu menghitung daya pada
bus slack.
9. Menghitung daya aktif pada bus slack
𝑃1 = (1,06 × 1,06 × 19.71206546763 ×× cos(−1.24816344328)) +(1,06 ∗ 1,045 ∗ 15.81138830084 ∗ cos(1.89254688119 − 0 +(−0.03110996))) + (1,06 ∗ 1,03 ∗ 3.95284707521 ∗cos(1.89254688119 − 0 + (−0.04649575))) + (1,06 ∗ 1 ∗ 0 ∗cos(0 − 0 + 0)) + (1,06 ∗ 1 ∗ 0 ∗ cos(0 − 0 + 0))
= 0.830525682p.u
= 83.05256821 MW
10. Memastikan nilai hasil perhitungan berada diantara minimum dan maksimum
Tahapan berikutnya adalah menguji apakah semua hasil sudah berada dalam
jangkauan sesuai ketentuan data pada tabel 3.1.
𝑃1 = 83.05256821 MW, sudah sesuai dengan batasan dari data (10<𝑃1<85)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-15
𝑃2 = 𝑃2𝑠𝑐ℎ = 40 MW, sudah sesuai dengan batasan dari data (10<𝑃1<80)
𝑃3 = 𝑃3𝑠𝑐ℎ = 30 MW, sudah sesuai dengan batasan dari data (10<𝑃1<70)
11. Menghitung daya nyata tiap saluran
Rumusan yang akan digunakan untuk menghitung daya nyata tiap saluran adalah
2.87, 2.88 dan 2.89. Langkah pertama adalah menkonversi nilai tegangan dan sudut
tegangan menjadi bentuk kompleks:
Tabel L. 6. Nilai Tegangan Baru Bentuk Polar dan Kompleks
Tegangan Polar V∠δ Kompleks
𝑉 ∠𝛿 𝑎 = 𝑉 × cos (𝛿) 𝑏 = 𝑉 × 𝑖 sin (𝛿)
𝑉2 1.045 -0.03110996 1.04449435 -0.032504664i
𝑉3 1.03 -0.04649575 1.028886845 -0.047873369i
𝑉4 1.01863059 -0.05660349 1.016999202 -0.057627262i
𝑉5 0.990099 -0.07688305 0.987174202 -0.07604686i
Kemudian masukkan nilai tegangan yang sudah dalam bentuk kompleks ke dalam
rumusan 2.87 dan 2.88
𝑆12 = (𝑉1(𝑉1∗ − 𝑉2
∗)𝑦12∗ + 𝑉1𝑉1
∗𝑠𝑢𝑠12∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.06 ∗ (1.06 − 1.04449435 + 0.032504664i) ∗ (5 + 15𝑖) +(1.06 ∗ 1.06 ∗ (−0.03𝑖))) ∗ 100
= 59.9004 + 4.0557𝑖 𝑆21 = (𝑉2(𝑉2
∗ − 𝑉1∗)𝑦21
∗ + 𝑉2𝑉2∗𝑠𝑢𝑠12
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.04449435 − 0.032504664i ∗ (1.04449435 + 0.032504664i −1.06) ∗ (5 + 15𝑖) + (1.04449435 − 0.032504664i ∗ 1.04449435 +0.032504664i ∗ (−0.03𝑖))) ∗ 100
= −59.2519 − 8.7571𝑖 𝑆13 = (𝑉1(𝑉1
∗ − 𝑉3∗)𝑦13
∗ + 𝑉1𝑉1∗𝑠𝑢𝑠13
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.06 ∗ (1.06 − 1.028886845 + 0.047873369i) ∗ (1.25 +3.75𝑖) + (1.06 ∗ 1.06 ∗ (−0.025𝑖))) ∗ 100
= 23.1522 + 3.2153𝑖 𝑆31 = (𝑉3(𝑉3
∗ − 𝑉1∗)𝑦13
∗ + 𝑉3𝑉3∗𝑠𝑢𝑠13
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.028886845 − 0.047873369i ∗ (1.028886845 +0.047873369i − 1.06) ∗ (1.25 + 3.75𝑖) + (1.028886845 −0.047873369i ∗ 1.028886845 + 0.047873369i ∗ (−0.025𝑖))) ∗ 100
= −22.7447 − 7.4540𝑖 𝑆23 = (𝑉2(𝑉2
∗ − 𝑉3∗)𝑦23
∗ + 𝑉2𝑉2∗𝑠𝑢𝑠23
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.04449435 − 0.032504664i ∗ (1.04449435 + 0.032504664i −1.028886845 + 0.047873369i) ∗ (1.666666667 + 5𝑖) +(1.04449435 − 0.032504664i ∗ 1.04449435 + 0.032504664i ∗(−0.02𝑖))) ∗ 100
= 10.9137 + 2.9572𝑖 𝑆32 = (𝑉3(𝑉3
∗ − 𝑉2∗)𝑦23
∗ + 𝑉3𝑉3∗𝑠𝑢𝑠23
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.028886845 − 0.047873369i ∗ (1.028886845 +0.047873369i − 1.04449435 + 0.032504664i) ∗ (1.666666667 +
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-16
5𝑖) + (1.028886845 − 0.047873369i ∗ 1.028886845 +0.047873369i ∗ (−0.02𝑖))) ∗ 100
= −10.8337 − 7.0231𝑖 𝑆24 = (𝑉2(𝑉2
∗ − 𝑉4∗)𝑦24
∗ + 𝑉2𝑉2∗𝑠𝑢𝑠24
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.04449435 − 0.032504664i ∗ (1.04449435 + 0.032504664i −1.016999202 + 0.057627262i) ∗ (1.666666667 + 5𝑖) +(1.04449435 − 0.032504664i ∗ 1.04449435 + 0.032504664i ∗(−0.02𝑖))) ∗ 100
= 18.2174 + 7.2446𝑖 𝑆42 = (𝑉4(𝑉4
∗ − 𝑉2∗)𝑦24
∗ + 𝑉4𝑉4∗𝑠𝑢𝑠24
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.016999202 − 0.057627262i ∗ (1.016999202 +0.057627262i − 1.04449435 + 0.032504664i) ∗ (1.666666667 +5𝑖) + (1.016999202 − 0.057627262i ∗ 1.016999202 +0.057627262i ∗ (−0.02𝑖))) ∗ 100
= −17.9862 − 10.8103𝑖 𝑆25 = (𝑉2(𝑉2
∗ − 𝑉5∗)𝑦25
∗ + 𝑉2𝑉2∗𝑠𝑢𝑠25
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.04449435 − 0.032504664i ∗ (1.04449435 + 0.032504664i −0.987174202 + 0.07604686i) ∗ (2.5 + 7.5𝑖) + (1.04449435 −0.032504664i ∗ 1.04449435 + 0.032504664i ∗ (−0.015𝑖))) ∗ 100
= 50.1209 + 30.3677𝑖 𝑆52 = (𝑉5(𝑉5
∗ − 𝑉2∗)𝑦25
∗ + 𝑉5𝑉5∗𝑠𝑢𝑠25
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (0.987174202 − 0.07604686i ∗ (0.987174202 + 0.07604686i −1.04449435 + 0.032504664i) ∗ (2.5 + 7.5𝑖) + (0.987174202 −0.07604686i ∗ 0.987174202 + 0.07604686i ∗ (−0.015𝑖))) ∗ 100
= −48.8255 − 29.5900𝑖 𝑆34 = (𝑉3(𝑉3
∗ − 𝑉4∗)𝑦34
∗ + 𝑉3𝑉3∗𝑠𝑢𝑠34
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.028886845 − 0.047873369i ∗ (1.028886845 +0.047873369i − 1.016999202 + 0.057627262i) ∗ (10 + 30𝑖) +(1.028886845 − 0.047873369i ∗ 1.028886845 + 0.047873369i ∗(−0.01𝑖))) ∗ 100
= 43.5784 + 23.6266𝑖 𝑆43 = (𝑉4(𝑉4
∗ − 𝑉3∗)𝑦34
∗ + 𝑉4𝑉4∗𝑠𝑢𝑠34
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.016999202 − 0.057627262i ∗ (1.016999202 +0.057627262i − 1.028886845 + 0.047873369i) ∗ (10 + 30𝑖) +(1.016999202 − 0.057627262i ∗ 1.016999202 + 0.057627262i ∗(−0.01𝑖))) ∗ 100
= −43.3419 − 25.0158𝑖 𝑆45 = (𝑉4(𝑉4
∗ − 𝑉5∗)𝑦45
∗ + 𝑉4𝑉4∗𝑠𝑢𝑠45
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (1.016999202 − 0.057627262i ∗ (1.016999202 +0.057627262i − 0.987174202 + 0.07604686i) ∗ (1.25 + 3.75𝑖) +(1.016999202 − 0.057627262i ∗ 1.016999202 + 0.057627262i ∗(−0.025𝑖))) ∗ 100
= 11.3281 + 5.8260𝑖 𝑆54 = (𝑉5(𝑉5
∗ − 𝑉4∗)𝑦45
∗ + 𝑉5𝑉5∗𝑠𝑢𝑠45
∗ ) ∗ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
= (0.987174202 − 0.07604686i ∗ (0.987174202 + 0.07604686i −1.016999202 + 0.057627262i) ∗ (1.25 + 3.5𝑖) + (0.987174202 −0.07604686i ∗ 0.987174202 + 0.07604686i ∗ (−0.025𝑖))) ∗ 100
= −11.1745 − 10.4100𝑖
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-17
12. Menghitung rugi daya yang dihasilkan dalam sistem
𝑆𝐿12 = 𝑆12 + 𝑆21
= ( 59.9004 + 4.0557𝑖) + ( −59.2519 − 8.7571𝑖)
= 0.6485 − 4.7014𝑖 𝑆𝐿13 = 𝑆13 + 𝑆31
= ( 23.1522 + 3.2153𝑖) + ( −22.7447 − 7.4540𝑖)
= 0.4075 − 4.2388𝑖 𝑆𝐿23 = 𝑆23 + 𝑆32
= ( 10.9137 + 2.9572𝑖) + ( −10.8337 − 7.0231𝑖)
= 0.0800 − 4.0660𝑖 𝑆𝐿24 = 𝑆24 + 𝑆42
= ( 18.2174 + 7.2446) + ( −17.9862 − 10.8103𝑖)
= 0.2312 − 3.5657𝑖 𝑆𝐿25 = 𝑆25 + 𝑆52
= ( 50.1209 + 30.3677𝑖) + ( −48.8255 − 29.5900𝑖)
= 1.2954 + 0.7777𝑖 𝑆𝐿34 = 𝑆34 + 𝑆43
= ( 43.5784 + 23.6266𝑖) + ( −43.3419 − 25.0158𝑖)
= 0.2365 − 1.3891𝑖 𝑆𝐿45 = 𝑆23 + 𝑆32
= ( 11.3281 + 5.8260𝑖) + ( −11.1745 − 10.4100𝑖)
= 0.1536 − 4.5840𝑖 Rugi Daya transmisi total =
𝑆𝐿𝑇 = 𝑆𝐿12 + 𝑆𝐿13 + 𝑆𝐿23 + 𝑆𝐿24 + 𝑆𝐿25 + 𝑆𝐿34 + 𝑆𝐿45
= (0.6485 − 4.7014𝑖 ) + (0.4075 − 4.2388𝑖 ) + ( 0.0800 −
4.0660𝑖 ) + ( 0.2312 − 3.5657𝑖 ) + (1.2954 + 0.7777𝑖 ) + (0.2365 −
1.3891𝑖 ) + (0.1536 − 4.5840𝑖 )
= 3.0526 − 4.7014𝑖 MVA
Rugi daya aktif total (𝑃𝐿𝑇) = 3.0526 MW
13. Menghitung total beban
Setelah mengetahui nilai dari rugi daya transmisi, total beban dapat diperhitungkan
menggunakan rumusan 2.16
𝑃𝐷 = (𝑃1+𝑃2 + 𝑃3) − 𝑃𝐿𝑇
= (83.0526 + 40 + 30) − 3.0526
= 150.000 𝑀𝑊
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-18
B. Perhitungan Manual Menggunakan Kontrol Daya Reaktif
Tabel L. 7. Nilai Riil Admitansi Bus 1 2 3 4 5
1 5 1.25 0 0
2 5 1.6667 1.6667 2.5
3 1.25 1.6667 10 0
4 0 1.6667 10 1.25
5 0 2.5 0 1.25
Berikut adalah pembuktian perhitungan dalam menentukan nilai inisial awal.
Tabel L. 8. Nilai Random Untuk Tiap Komponen Individu
No Nilai Random No Nilai Random
1 0,4387 6 0,4898
2 0,3816 7 0,4456
3 0,7655 8 0,6463
4 0,7952 9 0,7094
5 0,1869 10 0,7547
Membuat nilai inisial menggunakan rumusan
𝑥𝑖,𝑗0 = 𝑥𝑗
𝐿 + 𝑟𝑎𝑛𝑑(𝑥𝑗𝑈 − 𝑥𝑗
𝐿)
Dengan nilai maksimal dan minimal:
Tabel L. 9. Batas Nilai Maksimal dan Minimal Tiap Komponen Individu
No Nilai Minimal Nilai Maksimal No Nilai Minimal Nilai Maksimal
1 0.1000 0.8500 6 0.9500 1.0500
2 -0.7854 0.7854 7 0.9500 1.0500
3 -0.7854 0.7854 8 0 0.1000
4 -0.7854 0.7854 9 -0.4200 0.5000
5 -0.7854 0.7854 10 0.2340 0.4000
Inisial ke-1 (PGslack) = 0,1000 + 0,4387(0,8500 − 0,1000) = 0,4290
Inisial ke-2 (ẟ2) = −0,7854 + 0,3816(0,7854 − (−0,7854)) = −0,1860
Inisial ke-3 (ẟ3) = −0,7854 + 0,7655(0,7854 − (−0,7854)) = 0,4170
Inisial ke-4 (ẟ4) = −0,7854 + 0,7952(0,7854 − (−0,7854)) = 0,4637
Inisial ke-5 (ẟ5) = −0,7854 + 0,1869(0,7854 − (−0,7854)) = −0,4918
Inisial ke-6 (𝑣4) = 0,9500 + 0,4898(1,0500 − 0,9500) = 0,9990
Inisial ke-7 (𝑣5) = 0,9500 + 0,4456 (1,0500 − 0,9500) = 0,9946
Inisial ke-8 (𝑄1) = 0 + 0,6463(0,1000 − 0) = 0,0646
Inisial ke-9 (𝑄2) = −0,4200 + 0,7094 (0,5000 − (−0,4200)) = 0,2326
Inisial ke-10 (𝑄3) = 0,2340 + 0,7547(0,4000 − 0,2340) = 0,3593
Menghitung Nilai Rugi Daya menggunakan rumusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-19
𝑓𝑝 = ∑ 𝑃𝑘𝐿𝑜𝑠𝑠
𝑘𝜖𝑁𝐸
= ∑ 𝑔𝑘
𝑘𝜖𝑁𝐸
(𝑉𝑖2 + 𝑉𝑗
2 − 2𝑉𝑖𝑉𝑗 cos 𝜃𝑖𝑗)
PL12 = 5(1,062 + 1,0452 − 2 ∗ 1,06 ∗ 1,045 ∗ cos(0 − 0,6206)) = 0,1922 PL13 = 1,25(1,062 + 1,032 − 2 ∗ 1,06 ∗ 1,03 ∗ cos(0 − 0,3003) = 0,2351
PL23 = 53⁄ (1,0452 + 1,032 − 2 ∗ 1,045 ∗ 1,03 ∗ cos(0,6206 − 0,3003)
= 0,6333 PL24 = 5
3⁄ (1,0452 + 0,99942 − 2 ∗ 1,045 ∗ 1,0071 ∗ cos(0,6206 − (−0,2346)))
= 0,7125 PL25 = 2,5(1,0452 + 0,95182 − 2 ∗ 1,045 ∗ 0,9518 ∗ cos (0,6206 − 0,4254))
= 0,2476
PL34= = 10(1,032 + 0,99942 − 2 ∗ 1,03 ∗ 0,9994 ∗ cos (0,3003 − (−0,2346))) = 0,0320 PL45 = 1,25(0,99942 + 0,95182 − 2 ∗ 0,9994 ∗ 0,9518 ∗ cos ((−0,2346) −
0,4254))
= 1,0505 Jumlah
PL
= PL12+PL13+PL23+ PL24+PL25+PL34+PL45
=3,1032
Menghitung Nilai fitness dari nilai inisial dan PLoss yang sudah dihitung menggunakan
rumusan :
𝐹𝑇 = 𝐹 + 𝜆𝑠(𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 − 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘𝑙𝑖𝑚 )
2+ 𝜆𝑣 ∑(𝑉𝑖 − 𝑉𝑖
𝑙𝑖𝑚)2
𝑁𝐿
𝑖=1
+ 𝜆𝑝 ∑(𝑆𝑙𝑖 − 𝑆𝑙𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠)
2𝑁𝑏𝑟
𝑖=1
Dengan F = PLoss
𝜆𝑠, 𝜆𝑣, 𝜆𝑝 = bernilai 0,1
𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘= 0,2381
𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘𝑙𝑖𝑚 = 0,2381 karena nilai tidak melebihi nilai maksimal dan tidak kurang dari nilai
minimal.
𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘 − 𝑃𝑔𝑠𝑙𝑎𝑐𝑘𝑙𝑖𝑚 = 0
𝑉1 = 1,06 ; 𝑉1𝑙𝑖𝑚 = 1,06 𝑉1 − 𝑉1
𝑙𝑖𝑚 = 0
𝑉2 = 1,045 ; 𝑉2𝑙𝑖𝑚 = 1,045 𝑉2 − 𝑉2
𝑙𝑖𝑚 = 0
𝑉3 = 1,03 ; 𝑉3𝑙𝑖𝑚 = 1,03 𝑉3 − 𝑉3
𝑙𝑖𝑚 = 0
𝑉4 = 1,0071 ; 𝑉4𝑙𝑖𝑚 = 1,0071 𝑉4 − 𝑉4
𝑙𝑖𝑚 = 0
𝑉5 = 0,9677 ; 𝑉4𝑙𝑖𝑚 = 0,9677 𝑉5 − 𝑉5
𝑙𝑖𝑚 = 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-20
𝑆𝑙1 = 𝑆𝑖𝑗 = 𝑉𝑖𝐼𝑖𝑗∗ = 𝑉𝑖(𝑉𝑖
∗ − 𝑉𝑗∗)𝑦𝑖𝑗
∗ + 𝑉𝑖𝑉𝑖∗𝑦𝑖0
∗
Tabel L. 10. Nilai Tegangan dan Sudut Tegangan Dari Inisialisasi
Tegangan Polar 𝑉∠𝛿 Kompleks
𝑉 ∠𝛿 𝑎 = 𝑉 × cos (𝛿) 𝑏 = 𝑉 × 𝑖 sin (𝛿)
𝑉2 1.045 -0,1860 1,0270 -0,1933i
𝑉3 1.03 0,4171 0,9417 0,4173i
𝑉4 0,9990 0,4637 0,8935 0,4468i
𝑉5 0.9946 −0,4919 0,8767 -0,4698
Etelah mendapatkan nilai tegangan dalam bentuk kompleks, kemudian dilakukan perhitungan daya
nyata pada saluran seperti pada tabel L.11.
Tabel L. 11. Daya Nyata Pada Saluran 5 Bus
Saluran Daya Nyata (MVA)
𝑆12 = (1.06 ∗ (1.06 − 1.0270 + 0.1933i) ∗ (5 + 15𝑖) + (1.06 ∗ 1.06 ∗(−0.03𝑖))) ∗ 100
= 3.2484 − 0.5335𝑖 𝑆13 = (1.06 ∗ (1.06 − 0,9417 − 0,4173i) ∗ (1.25 + 3.75𝑖) + (1.06 ∗
1.06 ∗ (−0.025𝑖))) ∗ 100
= −1,5020 + 9951𝑖 𝑆23 = (1.0270 − 0.1933i ∗ (1.0270 + 0.1933i − 0,9417 − 0,4173i) ∗
(1.666666667 + 5𝑖) + (1.0270 − 0.1933i ∗ 1.0270 + 0.1933i ∗(−0.02𝑖))) ∗ 100
= −2,7103 + 2,0240𝑖 𝑆24 = (1.0270 − 0.1933i ∗ (1.0270 + 0.1933i − 0,8935 − 0,4468i) ∗
(1.666666667 + 5𝑖) + (1.0270 − 0.1933i ∗ 1.0270 + 0.1933i ∗(−0.02𝑖))) ∗ 100
= −2,7232 + 2,3350𝑖 𝑆25 = (1.0270 − 0.1933i ∗ (1.0270 + 0.1933i − 0,8767 + 0,4698i) ∗
(2.5 + 7.5𝑖) + (1.0270 − 0.1933i ∗ 1.0270 + 0.1933i ∗(−0.015𝑖))) ∗ 100
= 2,5999 − 0,0421𝑖 𝑆34 = (0,9417 + 0,4173i ∗ (0,9417 − 0,4173i − 0,8935 − 0,4468i) ∗
(10 + 30𝑖) + (0,9417 + 0,4173i ∗ 0,9417 − 0,4173i ∗ (−0.01𝑖))) ∗100
= −1,1060 + 1,4607𝑖 𝑆45 = (0,8935 + 0,4468i ∗ (0,8935 − 0,4468i − 0,8767 + 0,4698i) ∗
(1.25 + 3.75𝑖) + (0,8935 − 0,4468i ∗ 0,8935 + 0,4468i ∗(−0.025𝑖))) ∗ 100
= 3,5737 + 0,5528𝑖
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-21
Nilai 𝑆𝑙𝑖𝑚𝑎𝑘𝑠 dan hasil pengurangannya adalah sebagai berikut
Tabel L. 12. Daya Nyata dan Daya Nyata Maksimal No sal 𝑆𝑙𝑛
𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑆1𝑛 − 𝑆𝑙𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠 (𝑆1𝑛 − 𝑆𝑙𝑛
𝑚𝑎𝑘𝑠)²
1 0,80 3,2484 − 0,8 = 2,4484 5,9946
2 0,30 −1,5020 − 0,3 = −1,8020 3,2472
3 0,20 −2,7103 − 0,2 = −2,9103 8,4698
4 0,20 −2,7232 − 0,2 = −2,9232 8,5451
5 0,60 2,5999 − 0,6 =1,9999 3,9996
6 0,10 −1,1060 − 0,1 = −1,2060 1,4544
7 0,10 3,5737 − 0,1 = 3,4737 12,0666
total 43,7773
Dengan data yang sudah lengkap maka perhitungan fitness dapat dikerjakan:
𝐹𝑇 = 3,1032 + 0,1 ∗ (0)2 + 0,1 ∗ (0) + 0,1 ∗ (43,7773)
𝐹𝑇 = 3,1032 + 4,3777
𝐹𝑇 = 7,4809
Hasil Simulasi
Berikut adalah hasil simulasi Metode Newton Raphson yang tertampil pada GUI dan
simulasi Kontrol Daya Reaktif pada command window
Gambar L. 1. Simulasi Newton Raphson Sistem 5 Bus Pada GUI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-22
Gambar L. 2. Simulasi Newton Raphson Sistem 14 Bus Pada GUI
Gambar L. 3. Simulasi Newton Raphson Sistem 30 Bus Pada GUI
Gambar L. 4. Hasil Simulasi Kontrol Daya Reaktif Sistem 5 Bus Pada Command Window
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-23
Gambar L. 5. Simulasi Kontrol Daya Reaktif Sistem 14 Bus Pada Command Window
Gambar L. 6. Simulasi Kontrol Daya Reaktif Sistem 30 Bus Pada Command Window
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-24
Gambar L. 7. Simulasi Kontrol Daya Reaktif Sistem 30 Bus Pada Command Window
(lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI