Upload
heka-widya-putri
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
1/13
Case Report Session
Sindroma Guillain Barre
OLEH:
Farah Nuruliayana
PEMBIMBING:
dr.Meiti Frida Sp.S
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMILPADANG
2013
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
2/13
SINDROMA GUILLAIN-BARRE
Sindroma Guillain-barre (SGB) adalah suatu jenis poliradikuloneuropati yang progesif
dan akut dengan gejala kelemahan, parestesia dan hiporefleksia, yang biasanya terjadi setelah
suatu febris atau infeksi virus. Penyakit ini digambarkan dengan kelumpuhan motorik yang
progesif dan berjalan asenden, disertai protein yang meninggi dan sel yang normal (disosiasi
sitoalbuminik) pada likuor serebrospinalis.
Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab kelumpuhan yang cukupsering
dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderitadan keluarganya
karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaandapat menimbulkan kematian,
meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yangbaik.
Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu
Idiopathicpolyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post
InfectiousPolyneuritis, Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy,GuillainBarre Strohl Syndrome, Landry Ascending paralysis, dan Landry Guillain
BarreSyndrome.
Definisi
Parry mengatakan bahwa, SGB adalah suatu polineuropati yang bersifatascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksiakut. Menurut Bosch, SGB
merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanyaparalisis flasid yang terjadi secara akut
berhubungan dengan proses autoimundimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus
kranialis.
Sejarah
Pada tahun 1859, seorang neurolog Perancis, Jean-Baptiste Landry pertamakali menulis
tentang penyakit ini, sedangkan istilah landry ascending paralysisdiperkenalkan oleh
Westphal.Osler menyatakan terdapatnya hubungan SGB dengankejadian infeksi akut.Pada tahun
1916, Guillain, Barre dan Strohl menjelaskantentang adanya perubahan khas berupa peninggian
protein cairan serebrospinal(CSS) tanpa disertai peninggian jumlah sel. Keadaan ini disebut
sebagai disosiasisitoalbuminik.Nama SGB dipopulerkan oleh Draganescu dan
Claudian.MenurutLambert dan Murder mengatakan bahwa untuk menegakkan diagnosa SGB
selainberdasarkan gejala klinis,pemeriksaan CSS, juga adanya kelainan pada pemeriksaanEMG
dapat membantu menegakkan diagnosa. Terdapat perlambatan kecepatanhantar saraf pada EMG.
Epidemiologi
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, kejadiannya pada semua musim.Dowlingdkk
mendapatkan frekwensi tersering pada akhir musism panas dan musim gugurdimana terjadi
peningkatan kasus influenza. Pada penelitian Zhao Baoxundidapatkan bahwa penyakit ini hampir
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
3/13
terjadi pada setiap saat dari setiap bulandalam setahun, sekalipun demikian tampak bahwa 60%
kasus terjadi antara bulanJuli s/d Oktober yaitu pada akhir musim panas dan musim gugur.
Insidensi sindroma Guillain-Barre bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus per100.000
orang pertahun. Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinicmelakukan penelitian
mendapatkan insidensi rate 1.7 per 100.000 orang.
Terjadi puncak insidensi antara usia 15-35 tahun dan antara 50-74 tahun.Jarang mengenai
usia dibawah 2 tahun. Usia termuda yang pernah dilaporkan adalah3 bulan dan paling tua usia 95
tahun. Laki-laki dan wanita sama jumlahnya. Daripengelompokan ras didapatkan bahwa 83%
penderita adalah kulit putih, 7% kulithitam, 5% Hispanic, 1% Asia dan 4% pada kelompok ras
yang tidak spesifik.
Data di Indonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak. PenelitianChandra
menyebutkan bahwa insidensi terbanyak di Indonesia adalah dekade I, II,III (dibawah usia 35
tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan wanita hampir sama. Sedangkan penelitian di
Bandung menyebutkan bahwa perbandingan laki-lakidan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5
tahun. Insiden tertinggi pada bulan Aprils/d Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dankemarau.
Etiologi
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pastipenyebabnya dan masih
menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakityang mendahului dan mungkin ada
hubungannya dengan terjadinya SGB, antaralain:
Infeksi Vaksinasi Pembedahan Penyakit sistematik:
o keganasan
o systemic lupus erythematosus
o tiroiditis
o penyakit Addison
Kehamilan atau dalam masa nifasSGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensikasus SGB yang
berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1sampai 4 minggu sebelum gejala
neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasanatas atau infeksi gastrointestinal.
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
4/13
Patogenesa
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yangmempresipitasi terjadinya
demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahuidengan pasti. Banyak ahli membuat
kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadipada sindroma ini adalah melalui mekanisme
imunlogi.
Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yangmenimbulkan jejas
saraf tepi pada sindroma ini adalah:
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi mediatedimmunity)terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran padapembuluh
darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitasseluler dan
imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya, yangpaling sering adalah
infeksi virus.
Peran imunitas seluler
Dalam sistem kekebalan seluler, sel limposit T memegang peranan pentingdisampingperan makrofag.Prekursor sel limposit berasal dari sumsum tulang (bonemarrow) steam cell yang
mengalami pendewasaan sebelum dilepaskan kedalamjaringan limfoid danperedaran.
Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi pada saraf tepi antigen harusdikenalkan pada
limposit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag yang telah menelan(fagositosis)
antigen/terangsang oleh virus, allergen atau bahan imunogen lain akanmemproses antigen
tersebut oleh penyaji antigen (antigen presenting cell = APC).Kemudian antigen tersebut
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
5/13
akandikenalkan pada limposit T (CD4). Setelah itulimposit T tersebut menjadi aktif karena
aktivasi marker dan pelepasan substansiinterlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa TNF.
Kelarutan E selectin dan adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh aktifasisel
endothelial akan berperan dalam membuka sawar darah saraf, untukmengaktifkan sel limfosit T
dan pengambilan makrofag . Makrofag akanmensekresikan protease yang dapat merusak protein
myelin disampingmenghasilkan TNF dan komplemen.
Patologi
Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran pembengkakansaraf
tepi.Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahanpertama berupa
edema yang terjadi pada hari ke tiga atau ke empat, kemudiantimbul pembengkakan dan
iregularitas selubung myelin pada hari ke lima, terlihatbeberapa limfosit pada hari ke sembilan
dan makrofag pada hari ke sebelas,poliferasi sel schwan pada hari ke tigabelas. Perubahan pada
myelin, akson, danselubung schwan berjalan secara progresif, sehingga pada hari ke enampuluh
enam,sebagian radiks dan saraf tepi telah hancur.Asbury dkk mengemukakan bahwa perubahan pertama yang terjadi adalahinfiltrasi sel
limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil pada endo danepineural.Keadaan ini segera
diikuti demyelinisasi segmental. Bila peradangannyaberat akan berkembang menjadi degenerasi
Wallerian. Kerusakan myelin disebabkanmakrofag yang menembus membran basalis dan
melepaskan selubung myelin darisel schwan dan akson.
Klasifikasi
Beberapa varian dari sindroma Guillan-Barre dapat diklasifikasikan, yaitu:
1. Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy
2. Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy3. Acute motor axonal neuropathy
4. Acute motor sensory axonal neuropathy
5. Fishers syndrome
6. Acute pandysautonomia
Gejala klinis dan kriteria diagnose
Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis.SBG ditandai dengantimbulnya suatu
kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dandidahului parestesi dua atau
tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasisitoalbumin pada likuor dan gangguan
sensorik dan motorik perifer.
Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute ofNeurological and
Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:
I. Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
6/13
Terjadinya kelemahan yang progresif Hiporefleksi
II. Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB:
a. Ciri-ciri klinis:
Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat,maksimal dalam 4 minggu,50% mencapai puncak dalam 2minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
Relatif simetris Gejala gangguan sensibilitas ringan Gejala saraf kranial 50% terjadi parese N VII dan seringbilateral. Saraf otak lain dapat
terkena khususnya yangmempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang < 5%
kasusneuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain
Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti,dapat memanjang sampaibeberapa bulan.
Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural,hipertensi dangejalavasomotor.
Tidak ada demam saat onset gejala neurologisb. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:
Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadipeningkatan pada LP serial Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3 Varian:
o Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggugejalao Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3
c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa:
Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus.Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari normalDiagnosa
Anamnesis
1. Merasa mati rasa (parestesi) pada ujung-ujung anggota gerak tubuh (ekstremitas), sepertitangan dan atau kaki
2. Kelumpuhan anggota gerak tubuh, biasanya dimulai dari anggota gerak bawah, menjalar kebadan, anggota gerak atas
3. Riwayat infeksi virus 2-4 minggu sebelumnya4. Nyeri setelah aktivitas fisikPemeriksaan Fisik
1. Penurunan kekuatan hingga kelumpuhan anggota gerak. Dimulai dari distal ke proximal.Refleks fisiologis menurun.
2. Gloves and stocking signs. Pemeriksaan sensibiltas terdapat gangguan.
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
7/13
3. Abnormalitas nervi kranialis terutama N.VII yaitu kelemahan otot wajah.4. Gangguan saraf otonom seperti takikardi, aritmia jantung, hipotensi postural serta sekresi
keringat yang abnormal
Pemeriksaan Laboratorium:
- Punksi LumbalHasil analisa CSS normal dalam 48 jam pertama, kemudian diikuti kenaikan kadar protein
CSS pada minggu II tanpa atau disertai sedikit kenaikan lekosit (albuminocytologic
dissociation).
Pemeriksaan Elektrofisiologi:
- EMG dan Kecepatan Hantaran Saraf (KHS):Minggu I: terjadi pemanjangan atau hilangnya F-response (88%), prolong distal latencies
(75%), blok pada konduksi (58%) dan penurunan kecepatan konduksi (50%). Minggu II:
terjadi penurunan potensial aksi otot (100%), prolong distal latencies (92%) dan penurunankecepatan konduksi (84%).
Pemeriksaan Radiologi:
- MRI: Sebaiknya MRI dilakukan pada hari ke 13 setelah timbulnya gejala SGB. PemeriksaanMRI dengan menggunakan kontras gadolinium memberikan gambaran peningkatan
penyerapan kontras di daerah lumbosakral terutama di kauda equina. Sensitivitas pemeriksaan
ini pada SGB adalah 83%.
Diagnosa Banding
Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan criteria diagnostik dariNINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus dibedakandengan keadaan lain, seperti:
Mielitis akuta Poliomyelitis anterior akuta Porphyria intermitten akuta Polineuropati post difteri
Terapi
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendir.Pengobatan secaraumum bersifat
simtomatik.Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuhsendiri, perlu dipikirkan waktuperawatan yang cukup lama dan angka kecacatan(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan
tetap harus diberikan.Tujuan terapikhusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan
mempercepat penyembuhanmelalui sistem imunitas (imunoterapi).
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
8/13
Kortikosteroid
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid tidakmempunyai
nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan factor autoantibodi yang
beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasilyang baik, berupa perbaikan
klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafasyang lebih sedikit, dan lama perawatan yang
lebih pendek. Pengobatan dilakukandengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14
hari.Plasmaparesis lebihbermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).
Pengobatan imunosupresan:
1. Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkandibandingkan plasmaparesis
karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosismaintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 haridilanjutkan dengan dosismaintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
2. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
6 merkaptopurin (6-MP) azathioprine cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakitkepala.
Prognosa
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi padasebagian kecil penderita
dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadipenyembuhan tanpa gejala sisa dalam
waktu 3 bulan bila dengankeadaan antara lain:
pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset progresifitas penyakit lambat dan pendek pada penderita berusia 30-60 tahun
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
9/13
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun dirawat di bangsal Saraf RSUP Dr.M.Djamil Padang
dengan
Keluhan Utama
Kelemahan keempat anggota gerak
Riwayat Penyakit Sekarang
- Kelemahan keempat anggota gerak sejak 5 hari yang lalu. Kelemahan diawali pada keduatungkai. Muncul secara tiba-tiba saat pasien sedang beraktivitas, pasien langsung tidak
bisa berjalan. Kelemahan tidak disertai dengan penurunan kesadaran. Kemudian diikuti
lengan kanan dan kiri pada waktu yang bersamaan dalam 24 jam. Kelemahan dirasakan
lebih berat di ujung-ujung anggota gerak tubuh seperti tangan dan kaki. Kelemahan
disertai rasa baal dan kesemutan di ujung-ujung tangan dan kaki. Kelemahan tidakmembaik dengan istirahat.
- Sebelumnya pasien mengalami demam dan infeksi saluran nafasRiwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami keluhan kelemahan seperti ini sebelumnyaRiwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang wiraswasta
Riwayat merokok tidak ada, riwayat minum kopi tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Tinggi Badan : 156 cm
Kesadaran : GCS15 (E 4V 6M5) Berat Badan : 56 kg
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Frekuensi nadi : 76x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit
Suhu : 36,90C
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
10/13
Status Internus
Kulit : tidak ada kelainan
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Kepala : Wajah simetris
KGB : Tidak ada pembesaran
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Telinga : Pendengaran baik
Hidung : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak hiperemis
Mulut : caries tidak ada
Leher : Jugular Venous Pressure 5-2 cmH2O
Thorax
Paru : Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonorAuskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidakada
Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba pada 1 jari medial linea midklavikularis sinistra RIC
V
Perkusi : Batas jantung kanan : linea sternalis dextra
Batas jantung kiri : 1 jari medial linea midklavikularis RIC V
Batas jantung atas : Linea parasternalis RIC II
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : perut tidak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi: bising usus (+) normal
Punggung : deformitas tidak ada
Status Neurologikus
Tanda perangsangan selaput otakKaku kuduk : - Brudzinsky II : -
Brudzinsky I : - Kernig : -
Tanda peningkatan Tekanan Intra KranialMuntah proyektil -
Sakit kepala progresif -
Pupil isokor ukuran 3 mm/3mm
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
11/13
Nervi KranialisN.I : Penghiduan baik
N.II : Penglihatan baik
N.III, IV, VI : Bola mata baik dan bisa digerakkan ke segala arah
N.V : membuka mulut (+), mengunyah (+), mengigit (+), refleks kornea
+/+
N.VII : bisa menutup mata sempurna, menggerakkan dahi dan bersiul
N.VIII : pendengaran baik
N.IX : refleks muntah (+)
N.X : bisa menelan, artikulasi baik
N.XI : bisa menoleh dan mengangkat bahu kanan dan kiri
N.XII : kedudukan lidah normal, deviasi lidah (-), tremor (-)
MotorikKekuatan 443/443
332/332Tonus : eutonus
Trofi : eutrofi
SensorikStocking and gloves phenomenon (+)
Sensibilitas : tidak ditemukan kelainan
Fungsi OtonomMiksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat: baik
Refleks fisiologisBiseps : +/+
Triseps : +/+
KPR : -/-
APR : -/-
Reflex patologisBabinsky : -/- Chadok : -/-
Opppenheim : -/- Gordon : -/-
Schaefer : -/- Hoffman : -/-
Fungsi luhur: baikDIAGNOSA
Diagnosis Klinik : Sindroma Guillain-Barre
Diagnosis Topik : Radiks
Diagnosis Etiologi : Autoimun
Diagnosis Sekunder : -
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
12/13
DIAGNOSIS BANDING
Myositis
Poliomyelitis
PENATALAKSANAAN
Umum : Diet Makanan Biasa
Fisioterapi
Khusus: Kortikosteroid : metil prednisolon 4x125 mg iv
Antihistamin-H2 Bloker : ranitidine 2x50mg iv
Neurotropik : metycobal 1x1 amp iv, bio ATP 3x1 tab
RENCANA PEMERIKSAAN SELANJUTNYA
Darah : rutin : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit: kimia klinik : Gula darah, Total kolesterol, HDL, LDL, Trigliserida, Asam urat,
ureum,kreatinin
Lumbal Punksi
Elektromyografi (EMG)
PROGNOSIS
Quo Ad Sanam : dubia et bonam
Quo Ad Vitam : dubia et bonam
Quo Ad Functionam : dubia et bonam
7/29/2019 SINDROMA GUILLAIN BARRE.docx
13/13