Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SINERGITAS PEMERINTAH DESA DENGAN
MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN
INFRASTRUKTUR JALAN DESA (Studi pada Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Skripsi
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
TIARA DIAN PRATIWI
NIM.105030607111002
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MINAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN
MALANG
2017
MOTTO
rencana Tuhan selalu indah dan tepat
pada waktu-Nya,
karena hanya Tuhan sang pemilik
skenario terbaik
_Tiara_
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : Sinergitas Pemerintah Desa dengan Masyarakat dalam
Perencanaan Infrastruktur Jalan Desa (Studi Pada Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi)
Disusun Oleh : Tiara Dian Pratiwi
NIM : 105030607111002
Fakultas : Ilmu Administrasi
Jurusan : Administrasi Publik
Minat : Perencanaan Pembangunan
Malang, Juli 2017
Komisi Pembimbing
Ketua
Dr. Sarwono, M.Si
195709091984031002
Anggota
Dr. Siswidiyanto, MS
196007171986011002
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI
Telah dipertahankan di depan majelis penguji skripsi, Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 01 Agustus 2017
Jam : 12.00-13.00 WIB
Skripsi atas nama : Tiara Dian Pratiwi
Judul : Sinergitas Pemerintah Desa dengan Masyarakat
dalam Perencanaan Infrastruktur Jalan Desa
(Studi Pada Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat
Kabupaten Banyuwangi)
Dan Dinyatakan LULUS
MAJELIS PENGUJI
Ketua
Dr. Sarwono, M.Si
NIP. 19570909 198403 1 002
Anggota 1
Dr. Siswidiyanto, MS
NIP. 19600717 198601 1 002
Anggota 2
Drs. Abdul Wachid, MAP
NIP.19561209 198703 1 008
Anggota 3
Drs. Minto Hadi, M.Si
NIP. 19540127 198103 1 003
LEMBAR PERSEMBAHAN
Segala Puji Syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus sang Alfa dan
Omega serta pelabuhan peristirahatan yang tenang atas terselesaikannya
skripsi ini. Tanpa Anugerah dan Kuasa-Nya skripsi ini tidak akan kunjung
terselesaikan.
Skripsi ini ku persembahkan kepada orang-orang yang ku sayangi. Ayahku,
Eko Susanto, S.Pd yang terus memantau sejauh mana progress skripsi ini.
Seseorang yang dengan kesibukannya tidak pernah lupa memantau
keberadaan putri bungsunya.
Skripsi ini ku persembahkan kepada Bundaku tersayang, Yoartiningsih
Betasri. Seorang malaikat tanpa sayap yang dipercaya Tuhan untuk
melahirkan, merawat serta membesarkanku. Seseorang yang pernah
menangis dan merasa bersalah ketika putri bungsunya merasa down saat
skripsinya tidak kunjung terselesaikan.
Tak lupa kusampaikan rasa sayang dan terima kasihku untuk kakakku
tersayang, Eunike Yoanita, S.Hum, yang 24 jam siaga untuk menjaga saat
adiknya harus dirawat di Rumah Sakit. Seorang kakak yang senantiasa
mengkhawatirkan dan memarahi adiknya saat adiknya mulai kehilangan
arah. “Aku rindu saat harus perang bantal denganmu kakak, baik-baik
dengan keluargamu ya. Maafkan sifat kekanak-kanakanku ya. Miss you so
much”
Tiara Dian Pratiwi
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya
peroleh (S-1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).
Malang, Juli 2017
Mahasiswa
Nama: Tiara Dian Pratiwi
NIM : 105030607111002
RINGKASAN
Tiara Dian Pratiwi,2017.“Sinergitas Pemerintah Desa dengan
Masyarakat dalam Perencanaan Infrastruktur Jalan Desa
(Studi Pada Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi)”. Dr. Sarwono, MS, Dr.Siswidiyanto, MS, Fakultas
Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 122 Hal + xv
Permasalahan sinergitas Pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan di Desa Benelan Lor berawal dari
ketersediaan infrastruktur yang membutuhkan pemeliharaan dan
sudah kurang layak digunakan untuk mobilisasi kegiatan
perekonomian. Dimana keberadaan infrastruktur jalan yang kurang
layak merupakan satu-satunya jalan untuk akses ke areal
persawahan. Sebagaimana di wilayah Desa Benelan Lor mayoritas
penduduknya menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian,
sehingga mereka sangat membutuhkan infrastruktur jalan yang
layak dalam mempermudah kegiatan pertanian.Baik Pemerintah
Desa maupun masyarakat telah berupaya untuk berusaha mencari
solusi dalam penyelesaian masalah tersebut, namun masih belum
ada tindak lanjut dari pemerintah setingkat Kabupaten.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
pendekatan kualitatif i n t e r a k t i f yang berlokasi di Kabupaten
Banyuwangi dan Desa Benelan Lor dengan melakukan wawancara
dan dokumentasi yang menggunakan analisis data. Perencanan
dengan metode analisis deskriptif dengan melihat keadaan di
lapangan.
Temuan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan,
dalam setiap permasalahan akan selalu melibatkan Pemerintah Desa
dengan masyarakat yang berpengaruh, paling dekat dan mempunyai
tingkat kepentingan pada suatu wilayah. Dalam terjalinnya sebuah
harmonisasi sinergitasantara pemerintah di tingkat Desa dan
masyarakat yang berkaitan dengan perencanaan terdapat faktor
pendukung dan penghambat. Faktor yang medukung dalam
penelitian ini adanya dukungan pemerintah yang selalu siap
memberikan kebijakannya untuk membantu menyelesaikan
permasalahan masyarakat di Desa Benelan Lor. Faktor yang
menghambat disini, dimana pemerintah Desa masih cenderung
menggantungkan pada pemerintah Kabupaten dari pada menjalin
kerja sama secara langsung dengan pihak swasta yang ada disekitar
wilayah tersebut.
Kata Kunci : Sinergitas, Infrastruktur
SUMMARY
Tiara Dian Pratiwi, 2017. "Synergy of Village Government with
Community in Village Road Infrastructure Planning (Study at
Benelan Lor Village, Kabat Sub-district of Banyuwangi District)".
Dr. Sarwono, MS, Drs.Siswidiyanto, MS, Faculty of
Administration, Universitas Brawijaya, 122 Hal + xv
The problem of stakeholder’s synergy in planning in
Benelan Lor village comesfrom the availability of infrastructure
that requires maintenance and inadequate to be used for the
mobilization of economic activities. That inadequate road
infrastructure is the only way to access the rice fields. In Benelan
Lor village, the majority of the population depends from the
agricultural products, so they desperately need anadequate road
infrastructure to facilitate agricultural activities. Both the Village
Government and the community have tried to find a solution to
solve the problem, but there is still no follow-up from the
government at the district level.
This research uses descriptive research method of
qualitative interactiveapproaches located in Banyuwangi and
Benelan Lor Villages by conductinginterviews and documentation
using the data analysis plan with descriptive analysis method by
looking at the situation in the field.
The findings obtained from the results of research in the
field, in each issue willalways involve influential stakeholders and
have an importance level. In the establishment of a harmonization
of stakeholders synergy between government at village level and
community related to planning there are supporting and inhibiting
factors. Factors that support in this research is government support
which is always ready to give its policy to help solve society
problem in Benelan Lor Village. Factors that hamper here is the
village government still tends to rely on the district government
than to establish direct cooperation with the private sector that is
around the area.
Keywords: Synergy, Infrastructure
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya dengan mengambil judul Sinergitas
Pemerintah Desa dengan Masyarakat dalam Perencanaan Infrastruktur Jalan Desa
(Studi Pada Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi).
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS Selaku Dekan Fakultas
Ilmu Administrasi.
2. Bapak Dr. M. R. Khairul Muluk, M.Si Selaku Pembantu Dekan
Bidang Akademik.
3. Bapak Drs. Heru Susilo, M.A Selaku Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum.
4. Ibu Dr. Sri Mangesti Rahayu, M.Si Selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaaan.
5. Bapak Dr. Choirul Saleh, M.Si Selaku Ketua Jurusan Administrasi
Publik.
6. Bapak Dr. Hermawan, S.IP, M.Si Selaku Ketua Minat Perencanaan
Pembangunan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.
7. Bapak Dr.Sarwono, M.Si Selaku Ketua Komisi Pembimbing Skripsi
8. Bapak Dr.Siswidiyanto, MS Selaku Anggota Komisi Pembimbing
Skripsi
9. Bapak H. M. Luqman, S.Sos, MBA, MM Selaku Camat Kabat yang
telah bersedia memberikan data dokumen pendukung
10. Bapak Anip Haryadi Selaku Kepala Desa Benelan Lor yang telah
bersedia membantu selama proses penelitian
11. Bapak Drs. Adbul Wachid, MAP Selaku Dosen Penguji Skripsi.
12. Bapak Drs. Minto Hadi, M.Si Selaku Dosen Penguji Skripsi.
13. Seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Semoga karyas kripsi ini bisa bermanfaat
dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, Juni 2017
Tiara Dian Pratiwi
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................................................................. i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... 3
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... 4
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... 5
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...................................................... 6
RINGKASAN ........................................................................................................ 7
SUMMARY ........................................................................................................... 8
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 9
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 11
DAFTAR TABEL ............................................................................................... 14
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... 15
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 16
BAB I PENDAHULUAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang .................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ............................. Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined.
D. Kontribusi Penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.
E. Sistematika Penulisan ....................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................. Error! Bookmark not defined.
A. Perencanaan Pembangunan ............... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Perencanaan Pembangunan ...... Error! Bookmark not
defined.
2. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional .... Error! Bookmark
not defined.
B. Governance ....................................... Error! Bookmark not defined.
C. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pembangunan Error!
Bookmark not defined.
1. Perencanaan Partisipatif/Konsensus........... Error! Bookmark not
defined.
D. Konsep Sinergi .................................. Error! Bookmark not defined.
E. Pembangunan Perdesaan ................... Error! Bookmark not defined.
1. Strategi Pembangunan Perdesaan Error! Bookmark not defined.
2. Kebijakan Pembangunan Perdesaan .......... Error! Bookmark not
defined.
F. Jalan .................................................. Error! Bookmark not defined.
1. Asas, Tujuan dan Lingkup ........... Error! Bookmark not defined.
2. Peran Jalan ................................... Error! Bookmark not defined.
3. Pengelompokan Jalan ................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ......................... Error! Bookmark not defined.
A. Jenis Penelitian ................................. Error! Bookmark not defined.
B. Fokus Penelitian ................................ Error! Bookmark not defined.
C. Lokasi Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.
D. Sumber dan Jenis Data ...................... Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Pengumpulan Data ................ Error! Bookmark not defined.
1. Pengamatan (observasi) ............... Error! Bookmark not defined.
2. Wawancara (In-depth Interview) . Error! Bookmark not defined.
3. Dokumen ...................................... Error! Bookmark not defined.
F. Instrumen Penelitian ......................... Error! Bookmark not defined.
G. Analisis Data ..................................... Error! Bookmark not defined.
1. Reduksi Data (data reduction) ..... Error! Bookmark not defined.
2. Penyajian Data (data display) ...... Error! Bookmark not defined.
3. Penarikan Kesimpulan (conclusion) .......... Error! Bookmark not
defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... Error! Bookmark not
defined.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . Error! Bookmark not defined.
1. Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi Error! Bookmark not
defined.
a. Keadaan Geografis .................. Error! Bookmark not defined.
b. Demografi ................................ Error! Bookmark not defined.
c. Visi dan Misi ........................... Error! Bookmark not defined.
2. Gambaran Umum Keberadaan Potensi Pertanian dan Keberadaan
Infrastruktur.................................. Error! Bookmark not defined.
3. Kecamatan Kabat ......................... Error! Bookmark not defined.
a. Gambaran Umum Kecamatan Kabat ..... Error! Bookmark not
defined.
b. Jumlah Penduduk .................... Error! Bookmark not defined.
c. Luas Wilayah Kecamatan dan Pembagian Wilayah Kecamatan
Kabat ....................................... Error! Bookmark not defined.
d. Bidang Pemerintahan Kecamatan Kabat Error! Bookmark not
defined.
4. Desa Benelan Lor ......................... Error! Bookmark not defined.
a. Gambaran Umum Desa Benelan Lor .... Error! Bookmark not
defined.
b. Gambaran Umum Keberadaan Infrastruktur Jalan Desa
Benelan Lor ............................. Error! Bookmark not defined.
B. Penyajian Data Fokus Penelitian ...... Error! Bookmark not defined.
1. Sinergitas pemerintah desa dengan masyarakat dalam
perencanaan infrastruktur jalan Desa Benelan Lor Kecamatan
Kabat Kabupaten Banyuwangi ..... Error! Bookmark not defined.
a. Peran pemerintah terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi Error!
Bookmark not defined.
b. Peran masyarakat terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi Error!
Bookmark not defined.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi ..... Error!
Bookmark not defined.
a. Faktor pendukung sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi .. Error! Bookmark
not defined.
b. Faktor penghambat sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi .. Error! Bookmark
not defined.
C. Analisis Data ..................................... Error! Bookmark not defined.
1. Proses terjalinnya sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor Kecamatan
Kabat Kabupaten Banyuwangi ..... Error! Bookmark not defined.
a. Peran pemerintah terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi Error!
Bookmark not defined.
b. Peran masyarakat terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi Error!
Bookmark not defined.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarkat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan
Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi Error! Bookmark
not defined.
a. Faktor pendukung sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi .. Error! Bookmark
not defined.
b. Faktor penghambat sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi .. Error! Bookmark
not defined.
BAB V PENUTUP .................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ....................................... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Luas Lahan Sawah di Indonesia Tahun 2010-2014 ...... Error! Bookmark not
defined.
2. Luas Panen, Produktifitas dan Produksi tanaman padi di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2011-2015 ....................... Error! Bookmark not defined.
3. Panjang jalan rusak di Desa Benelan Lor dari tahun 2010 - 2014 .......... Error!
Bookmark not defined.
4. Perkembangan Kependudukan 2011-2015 ..... Error! Bookmark not defined.
5. Perwujudan Visi RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2016-2021 .............. Error!
Bookmark not defined.
6. Jumlah Penduduk Kecamatan Kabat Per Desa Tahun 2015 Error! Bookmark
not defined.
7. Rekapitulasi Usia Penduduk ........................... Error! Bookmark not defined.
8. Mata Pencaharian dan Jumlahnya ................... Error! Bookmark not defined.
9. Nama Pejabat Pemerintah Desa Benelan Lor . Error! Bookmark not defined.
10. Daftar isu permasalahan Desa Benelan Lor .... Error! Bookmark not defined.
11. Jumlah peserta yang hadir dalam rapat/musyawarah .... Error! Bookmark not
defined.
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Kawasan Peruntukan Wilayah Kabupaten BanyuwangiError! Bookmark not
defined.
2. Hubungan Antar Sektor dalam Governance Error! Bookmark not defined.
3. Tangga Partisipasi Sherry R. Arnstein Error! Bookmark not defined.
4. Peta Kabupaten Banyuwangi Error! Bookmark not defined.
5. Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian misi ke-1 Error!
Bookmark not defined.
6. Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian misi ke-2 Error!
Bookmark not defined.
7. Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian misi ke-3 Error!
Bookmark not defined.
8. Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian misi ke-4 Error!
Bookmark not defined.
9. Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian misi ke-5 Error!
Bookmark not defined.
10. Peta Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi tahun 2014 Error! Bookmark not
defined.
11. Struktur Organisasi Kecamatan Kabat Error! Bookmark not defined.
12. Peta Desa Benelan Lor Error! Bookmark not defined.
13. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Desa Benelan Lor Error! Bookmark not
defined.
14. Kondisi infrastruktur jalan pada bagian tanjakan menuju areal persawahan
setelah 1 hari hujan dengan intensitas tinggi Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Surat Rekomendasi Penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.
2. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian Error! Bookmark not defined.
3. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (1) ......................... Error! Bookmark not defined.
4. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (2) ......................... Error! Bookmark not defined.
5. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (3) ......................... Error! Bookmark not defined.
6. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (4) ......................... Error! Bookmark not defined.
7. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (5) ......................... Error! Bookmark not defined.
8. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (6) ......................... Error! Bookmark not defined.
9. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (7) ......................... Error! Bookmark not defined.
10. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (8) ......................... Error! Bookmark not defined.
11. Daftar Usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Benelan Lor
Periode Tahun 2011-2015 (9) ......................... Error! Bookmark not defined.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi sumber daya alam.
Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam tersebut dalam bidang pertanian,
itulah mengapa Indonesia disebut Negara agraris. Sebagian penduduk Indonesia
menggantungkan kehidupannya dengan mata pencaharian dalam bidang pertanian.
Sesuai data Badan Pusat Statistik, mulai tahun 2010 sampai 2014 luas lahan
pertanian di Indonesia yang merupakan areal sawah yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke selalu menunjukkan perubahan, meski sempat meurun pada
tahun 2013.
Tabel 1. Luas Lahan Sawah di Indonesia Tahun 2010-2014
Tahun Luas Lahan Sawah di Indonesia (Ha)
2010 8.002.552
2011 8.095.962
2012 8.127.264
2013 8.112.103
2014 8.114.829
Sumber: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/895
(terakhir diakses pada tanggal 02 Agustus 2017)
2
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 33 ayat 3
menyebutkan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat”, demikian pula yang seharusnya diterapkan oleh pemerintah
indonesia. Dalam pelaksanaan pengelolaan pertanian dibutuhkan perencanaan
pembangunan yang matang dan berkelanjutan, agar pemanfaatan potensi pertanian
tidak tereksploitasi dengan percuma. Apabila hasil pertanian dikelola atau
dimanajemen dengan baik, maka hasil pertanian tersebut dapat dipergunakan
untuk kesejahteraan rakyat sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
Pemerintah pusat tentu saja tidak dapat melaksanakan sendiri setiap aktivitas
pemerintahan tanpa adanya bantuan dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah
juga tidak mempunyai wewenang untuk mengelola potensi di daerahnya tanpa
adanya peraturan yang berlaku. Dengan demikian pemerintah pusat mengeluarkan
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dimana dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahannya, pemerintah dapat melimpahkan
sebaigian urusan pemerintahan kepada perangkat pemerintah atau wakil
pemerintah di daerah untuk fokus mengelola potensi dari masing-masing
daerahnya yang selanjutnya diperbarui dalam Undang-Undang No 9 Tahun 2015.
Jawa Timur sebagai salah satu provinsi yang mampu menyangga kebutuhan
pangan nasional tertinggi. Pada tahun 2012 Jawa Timur mampu memproduksi
7.153.477 ton beras, sementara kebutuhan untuk konsumsi sebesar 3.588.501 ton
– versi Jurnal Pertanian (dikutip dari berita Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Jawa Timur tanggal 3 April 2013).Sehingga dengan pencapaian tersebut
3
diharapkan Jawa Timur mampu mencapai produksi beras sebesar 10 juta ton pada
tahun 2015. Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten yang menduduki
peringkat ke-11 Kabupaten/Kota Terkaya se-Indonesia 2012 versi Warta
Ekonomi. Selain itu catatan BPS terbaru menyebutkan, Produktivitas padi di
kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 adalah 65,22 kuintal perhektar, sehingga
total produksinya mencapai 717.193 ton, atau meningkat sekitar 11,23% dari
tahun sebelumnya.
Tabel 2 Luas Panen, Produktifitas dan Produksi tanaman padi
di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2015
Tahun Luas Panen
(Ha)
Produktifitas
(Kw/Ha)
Produksi
(Ton)
2011 116.728 65,22 761.317
2012 121.377 65,30 792.573
2013 115.498 65,87 760.824
2014 119.809 64,94 777.996
2015 136.688 65,83 899.880
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi tahun 2011-2015
Melihat potensi Kabupaten Banyuwangi yang terus meningkat (tabel 2) dalam
produktifitas pertanian (padi), tidak mudah bagi Kabupaten Banyuwangi untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan produktifitas pertaniannya (padi) tanpa
adanya kerja keras dari berbagai pihak dan fasilitas yang mendukung. Selain bibit
unggul, pupuk, obat-obatan dan peralatan yang digunakan dalam proses pertanian
(mulai musim tanam sampai musim panen), infrastruktur jalan menjadi hal yang
cukup penting untuk diperhatikan. Karena letak areal pertanian (sawah) yang
cukup jauh dari pusat kota/kabupaten, inilah alasan mengapa infrastruktur
4
terutama jalan menjadi kebutuhan vital terutama pada bidang pertanian yang erat
kaitannya dalam kegiatan perekonomian. Jalan merupakan sarana penting dalam
setiap kegiatan masyarakat. Ketidaktersediaan jalan yang memadai dapat
mengganggu aktivitas kegiatan masyarakat.Dalam Undang-undang no 38 tahun
2004 tentang Jalan.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
(pasal 1 ayat 4), selain itu jalan mempunyai peran sebagai bagian
prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi,
sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, sebagai prasarana
distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat,
bangsa, dan Negara, juga merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia
(pasal 5 ayat 1,2,3)”.
Tanpa adanya infrastruktur jalan yang memadai, para petani akan sangat kesulitan
untuk melaksanakan aktivitas pertanian maupun mendistribusikan hasil
pertaniannya pada saat musim panen tiba.
5
Gambar 1. Kawasan Peruntukan Wilayah Kabupaten Banyuwangi
Sumber:Statistik Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011
Kabupaten Banyuwangi mempunyai luas wilayah sekitar 5.782,50 km².
Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi masih merupakan daerah
kawasan hutan yang diperkirakan mencapai 183.396,3ha atau sekitar 31,72
persen, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan
dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah
permukiman dengan luas sekitar 127.454,22ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya
telah dipergunakan untuk jalan, ladang dan lain-lainnya seperti gambar
diatas.Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan, 217 Desa/Kelurahan.
Desa Benelan Lor merupakan salah satu desa di kecamatan Kabat yang
hampir seluruh masyarakatnya menggantungkan diri dari hasil pertanian.
Keberadan tersebut dapat dilihat dari luas areal persawahan yang ada di desa ini
Luas (Ha);
Hutan;
183.396,30;
32%
Luas (Ha);
Sawah;
66.152,00;
11%
Luas (Ha);
Kebun;
82.143,63;
14%
Luas (Ha);
Pemukima
n;
127.454,22;
22%
Jalan,
Ladang, dll
21%
Kawasan Peruntukan Kab.
Banyuwangi
6
sekitar 79% dari luas total 230.484 ha/m² atau sekitar 182.235 ha/m² yang
merupakan areal persawahan. Pada tahun 2013, komoditas pertanian padi di Desa
Benelan Lor mencapai 728.840 ton/ha.
Potensi komoditas pertanian padi di Desa Benelan Lor tentu tidak dapat
mencapai angka yang signifikan apabila tidak didukung dengan berbagai macam
faktor. Infrastruktur jalan menjadi salah satu faktor penting, di mana jalan
merupakan akses untuk melakukan aktivitas pertanian setiap harinya. Dengan
tidak adanya infrastruktur jalan yang mendukung, masyarakat juga akan sangat
kesulitan baik untuk aktivitas proses produksi pertanian maupun distribusi hasil
pertanian. Selain banyak areal persawahan yang letaknya tidak jauh dari jalan
yang menanjak, jalan yang menjadi akses satu-satunya menuju areal persawahan
sangat membahayakan bagi para petani dalam melaksanakan aktivitas
pertaniannya (seperti membawa pupuk menuju areal pertanian dan
mendistribusikan hasil pertanian).
Informasi yang didapatkan, infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor sudah
mulai rusak sejak 8 tahun terakhir. Dengan data kerusakan jalan 5 tahun terakhir
seperti tabel di bawah, di mana menunjukkan bahwa panjang jalan yang rusak
terus bertambah tiap tahunnya.
7
Tabel 3. Panjang jalan rusak di Desa Benelan Lor dari tahun 2010 - 2014
Tahun Panjang jalan rusak (km / unit) Total panjang jalan (km / unit)
2010 1368 2600
2011 1542 2600
2012 1690 2600
2013 1769 2600
2014 1815 2600
2015 1900 2600
Sumber: Profil Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Dari fakta dilapangan, implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang
Desa tergolong masih sangat lemah. Dibuktikan dengan keberadaan infrastruktur
jalan yang ada di Desa Benelan Lor yang sudah beberapa kali diusulkan dalam
kegiatan musrenbang (musyawarah rencana pembangunan), namun keberadaan
infrastruktur jalan di Desa ini belum menjadi prioritas utama untuk dilakukan
perbaikan dari pihak pemerintah Kabupaten.
Melihat keberadaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lemahnya
implementasi perencanaan yang sering kali tidak sesuai dengan dokumen
perencanaan yang sudah dibuat sehingga dapat menghambat proses kegiatan
perekonomian. Dengan kata lain, perencanaan yang sudah dibuat tidak bisa selalu
tepat dan bisa saja meleset dari dokumen perencanaan karena belum disetujui oleh
pemerintah yang ada setingkat diatasnya. Tentu saja peran para stakeholders
(pengambil keputusan) diperlukan dalam hal-hal yang mendesak dan menjadi
sangat penting seperti ini. Dalam hal ini pengambil keputusan yang paling dekat
dengan kondisi di Desa Benelan Lor adalah para perangkat desa dan masyarakat
desa. Namun, dalam pengambilan keputusan tentu saja tidak mudah. Semua itu
tidak lepas dari keberagaman pemikiran maupun pandangan perangkat desa dan
8
masyarakat, sehingga seringkali para perangkat desa dan masyarakatkurang
bersinergi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Rahmawati dkk, sinergi pada sebuah program dalam sebuah
pemerintahan (governance) tidak dapat terpenuhi jika terdapat aktor yang
dominan, komunikasi yang terjadi hanya satu arah dan tidak adanya
koordinasi.Oleh karena itu sinergi perangkat desa dan masyarakatmenjadi penting,
karena sedikit banyak telah memberikan pengaruh dan dampak secara tidak
langsung dalam perencanan pembangunan di bidang pertanian. Mengacu pada
masalah dilapangan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengambil judul
“Sinergitas Pemerintah Desa dengan Masyarakatdalam Perencanaan
Infrastruktur Jalan Desa (Studi pada Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat
Kabupaten Banyuwangi)”
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang mengenai kondisi riil di atas, penulis
mengambil beberapa pokok permasalahan, diantaranya:
1. Bagaimana sinergitas pemerintah Desadengan masyarakatdalam
perencanaan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat
Kabupaten Banyuwangi?
2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambatuntuk mewujudkan
sinergitas pemerintah Desadengan masyarakatdalam perencanaan
infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi?
9
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang ingin diangkat oleh penulis, adapun beberapa
tujuan penulis dalam mengangkat permasalahan sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan desa adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui dan menganalisis sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk
mewujudkan sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat dalam
perencanaan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat
Kabupaten Banyuwangi.
D. Kontribusi Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini diharapakan dapat dipergunakan sebagai
acuan atau salah satu sumber masukan bagi pihak-pihak lain yang
sekiranya akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sinergitas
pemerintah desa dengan masyarakat.
b. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
kajian serta tambahan wacana keilmuan dalam proses pengembangan
ilmu administrasi publik khususnya bidang perencanaan
pembangunan.
10
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,
pemerintah dan pihak-pihak lain baik yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung dalam proses pelaksanaan perencanaan
pembangunaninfrastruktur jalan Desa.
b. Selain itu, diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi
peneliti selanjutnya mengenai sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakatyang sampai sekarang masih banyak kekurangan dalam
implementasinya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini membantu untuk memberikan gambaran secara
sistematis mengenai susunan penulisan skripsi, di mana di dalamnya terdapat
bagian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan
terhadap perencanaan infrastruktur jalan desa yang menjadi salah satu
penunjang kegiatan perekonomian masyarakat desa, di mana dibutuhkan
sinergi baik dari pemerintah Desa dengan masyarakat. Disebutkan pula
rumusan masalah dari latar belakang, tujuan penelitian dan kegunaan
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini mengemukakan secara garis besar mengenai teori-teori
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini di mana teori-teori tersebut
11
menjadi dasar bagi peneliti untuk memberikan alternatif penyelesaian
permasalahan dalam penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan penulis dalam
penelitian, di mana didalamnya terdapat jenis penelitian yang digunakan,
fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian dan analisis data.
BAB IV : HASIL PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan gambaran secara umum lokasi penelitian yang
menjadi fokus penelitian yang akan digunakan serta dalam bab ini disajikan
data-data yang menjadi jawaban atas permasalahan dalam rumusan masalah.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan serta saran yang memungkinkan diberikan oleh penulis untuk
menjadi kontribusi dalam penyelesaian permasalahan dalam penelitian yang
dilakukan penulis.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Pembangunan
Pembangunan merupakan hal yang paling dibutuhkan dalam setiap sisi
kehidupan, dimana dalam setiap pembangunan membutuhkan perencanaan yang
matang dalam setiap aspek. Perencanaan merupakan sebuah proses dimana begitu
banyak hal siapkan untuk menjadikan apa yang ingin dibangun mempunyai
tujuanyang lebih baik kedepannya.
1. Pengertian Perencanaan Pembangunan
Setiap hal yang ada didalam kehidupan kita tentu tidak akan terlepas dari
proses perencanaan. Perencanaan tersebut tentu mempunyai tujuan dalam setiap
proses pelaksanaannya. Tjokroamidjojo (1985:12) mengemukakan beberapa
arti yang menjelaskan tentang perencanaan, diantaranya :
a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu
proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Oleh karena
itu pada hakekatnya terdapat pada tiap jenis usaha manusia.
b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-
baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya
lebih efisien dan efektif.
c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang
akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
d. Albert Waterston (1965) menyebutkan perencanaan pembangunan
adalah “melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai
alternative dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan
tersebut dengan terus mengikuti agar supaya pelaksanaannya tidak
menyimpang dari tujuan”.
e. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan
sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi)
13
yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial
ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif.
Dari beberapa pengertian mengenai perencanaan pembangunan diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa esensi yang ada dalam perencanaan
pembangunan tidak lainadalah menekankan dalam pencapaian untuk tujuan
yang lebih baik sehingga lebih efektif dan efisien.
2. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Dalam Undang-Undang no 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, sistem perecanaan pembangunan adalah satu kesatuan
tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan
Daerah. Oleh karena itu, Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan
demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan pembangunan nasional disusun
secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
Selain itu, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan
berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara dan bertujuan untuk:
a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun
antara Pusat dan Daerah;
14
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Selanjutnya, Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup
penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pernerintahan yang
meliputi semua bidang kehidupan secara, terpadu dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia, di mana Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas
perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya, sehingga Perencanaan Pembangunan
Nasional sebagaimana dimaksud di atas menghasilkan:
a. rencana pembangunan jangka panjang;
b. rencana pembangunan jangka menengah; dan
c. rencana pernbangunan tahunan.
B. Governance
Governance mempunyai banyak sekali pengertian yang lebih dari sekedar
pemerintahan. Dibawah ini, dijelaskan oleh beberapa ahli mengenai pengertian
governance.
Sumarto (2003), governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata
cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-
masalah publik.
15
Sedarmayanti (2009) mengungkapkan, pada dasarnya unsur-unsur dalam
kepemerintahan (governance stakeholders) dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kategori yaitu:
a. Negara/pemerintahan: konsepsi pemerintahan pada dasarnya adalah
kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor
swasta dan kelembagaan masyarakat madani.
b. Sektor swasta: pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang
aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri, pengolahan
perdagangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor
informal
c. Masyarakat madani: kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan
pada dasarnya berada di antara atau di tengah-tengah antara pemerintah
dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun
kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan
ekonomi.
16
Sumber: Sedarmayanti (2009, h.280)
Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam governance terdapat interaksi
diantara ketiga aktor stakeholders tersebut, di mana antara satu dengan yang lain
tidak saling mendominasi. Dengan demikian, pemerintah bukan aktor stakeholders
tunggal dalam suatu tata pemerintahan, melainkan interaksi diantara stakeholders
tersebut berarti adanya kesempatan yang sama bagi pemerintahan khususnya dalam
pelaksanaan program-program pemerintah dengan bekerja sama atau berkolaborasi
dengan masyarakat dan swasta untuk senantiasa mendukung program-program
yang ingin direalisasikan.
C. Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Pembangunan
Masyarakat merupakan salah satu aktor dalam stakeholdersyang mempunyai
peran penting dalam mewujudkan Good Governance. Partisipasi masyarakat terdiri
atas tiga tujuan yaitu: (1) merupakan sumber informasi dan kebijaksanaan dalam
NEGARA
MASYARAKAT
SEKTOR
SWASTA
Gambar 1: Hubungan Antar Sektor dalam Governance
17
meningkatkan efektivitas keputusan perencanaan, (2) merupakan suatu alat untuk
mengorganisir persetujuan dan pendukungan untuk tujuan program serta
perencanaan, dan (3) suatu cara pembenaran, perlindungan individu, dan kelompok.
Partisipasi masyarakat memiliki nilai dalam pencapaian tujuan akhir.Untuk itu
diperlukan suatu strategi agar dapat memberikan hasil yang terbaik.Penggunaan
strategi ini dilakukan pada organisasi yang terdiri atas perencana dan masyarakat
maupun organisasi, yang seluruhnya merupakan anggota masyarakat.
Partisipasi masyarakat dapat dilaksanakan dengan berbagai strategi dimana
masing-masing memiliki sasaran yang hendak dicapai.Keberhasilan pencapaian
sasaran tergantung pada kemampuan perencanaan atau organisator dari
organisasinya. Suatu kegiatan perencanaan akan sampai pada bentuk organisasi
formal, oleh karena itu strategi akan dipengaruhi oleh permintaan organisatoris,
antara lain: kemampuan koordinasi, orientasi kegiatan yang jelas, dan penyesuaian
dengan lingkungan. Strategi tergantung dari kemampuan organisasi untuk
memenuhi efektivitas dari strategi yang digunakan dan kemampuan organisator
untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Penggunaan strategi partisipasi masyarakat didasarkan pada asumsi, kondisi
dan kebutuhan dari masing-masing organisator. Terdapat enam macam strategi
partisipasi yang kita kenal yaitu:
(1) Strategi Terapi Pendidikan (Education-Therapy)
(2) Strategi Perubahan Tingkah Laku (Behavioral Change)
(3) Strategi Tambahan Staff (Staff Suplement)
(4) Strategi Kemitraan (Cooptation)
18
(5) Strategi Kekuatan Masyarakat (Community Power)
(6) Strategi Pembelaan (Advocacy)
Partisipasi masyarakat selain memiliki nilai dalam pencapaian tujuan akhir
juga dapat diukur. Sherry R. Anstein (1969, dalam WALHI: 2013) membagi
partisipasi masyarakat dalam 8 tingkatan yang dikenal dengan The Ladder of
Participations atau Tangga Partisipasi untuk mengetahui seberapa besar partisipasi
dalam masyarakat.
Gambar2. Tangga Partisipasi Sherry R. Arnstein
Sumber: WALHI (2013, h.9)
Arnstein dalam WALHI (2013) menjelaskan masing-masing tangga partisipasi
dalam masyarakat sebagai berikut:
1. Manipulasi (Manipulation)
Dalam anak tangga manipulasi, rakyat, atas nama partisipasi warga,
ditempatkan sebagai alat stempel saja untuk merekayasa dukungan
terhadap pemegang kekuasaan. Alih-alih partisipasi warga, anak
tangga terbawah ini menandakan distorsi partisipasi menjadi
kendaraan “Public Relation” oleh pemegang kekuasaan.
19
2. Terapi (Therapy)
Dalam anak tangga terapi, partisipasi warga hanyalah topeng,
seharusnyalah ia bagian dari tangga terendah sama dengan
manipulasi karena keduanya tidak jujur dan arogan. Pada anak
tangga terapi ini, rakyat ditempatkan sebagai pihak yang tidak
berdaya dan ketidakberdayaan tersebut perlu diterapi dengan
melakukan upaya pemberdayaan. Dalam proses pemberdayaan,
relasinya adalah subjek-objek atau pemberdaya dan yang
diberdayakan. Tidak ada partisipasi pada proses ini.
3. Pemberian Informasi (Informing)
Dalam anak tangga ini, sudah ada informasi kepada warga mengenai
hak, tanggung jawab dan pilihan-pilihan. Namun pada anak tangga
ini arus informasi berjalan searah, dari “pejabat” kepada “warga”
dan tidak disediakan umpan balik, serta tidak ada negosiasi.
Informasi yang disiapkan, biasanya diberikan pada tahap akhir dari
perencanaan, sehingga warga hanya memiliki waktu yang sempit
untuk mempengaruhi program yang dirancang agar sesuai dengan
“kepentingan mereka.” Alat yang paling sering digunakan untuk
komunikasi semacam ini adalah berita, pamflet, poster, dan
tanggapan terhadap pertanyaan. Selain itu, rapat (meeting) juga
dijadikan kendaraan untuk komunikasi satu arah dengan cara
memberikan informasi dangkal, menyederhanakan pertanyaan, atau
memberi jawaban yang tidak relevan.
4. Konsultasi (Consultation)
Meminta pendapat warga akan sama seperti anak tangga
“informing” yang bisa menjadi langkah sah menuju partisipasi
penuh. Namun, jika konsultasi ini tidak dikombinasikan dengan
model partisipasi yang lain, anak tangga masih dianggap palsu
karena tidak menawarkan jaminan bahwa pendapat dan gagasan
warga akan diperhitungkan. Metode yang paling sering digunakan
untuk orang konsultan adalah survei mengenai sikap warga,
pertemuan ketetanggaan, dan dengar pendapat publik.
Dalam tahap ini, bila pemegang kekuasaan membatasi masukan dari
warga, partisipasi dalam bentuk konsultasi hanya kedok semata.
Kehadiran warga dalam forum konsultasi menjadi sah diukur dari
berapa banyak warga yang datang ke pertemuan, membawa pulang
brosur, atau menjawab kuesioner.
5. Penentraman (Placation)
Dalam anak tangga ini, warga mulai memiliki beberapa tingkat
pengaruh meskipun tokenisme masih jelas. Tokenisme disini dalam
kacamata sosiologi, adalah sebuah kebijakan atau praktek-praktek
untuk membuat seakan-akan ada tindakan untuk melibatkan
kelompok minoritas. Contoh dari strategi penentraman adalah
menempatkan beberapa orang wakil dari warga/kelompok miskin
pada badan-badan publik atau komite-komite seperti dewan
pendidikan, komisi kepolisian, atau otoritas perumahan. Apabila
20
wakil-wakil warga tersebut tidak akuntabel kepada konstituen dan
apabila elite kekuasaan tradisional memegang mayoritas kursi di
badan-badan tersebut, maka warga miskin dapat dengan mudah
kalah suara dan dikelabui.
6. Kemitraan (Partnership)
Pada anak tangga, kekuasaan sebenarnya didistribusikan melalui
negosiasi antara warga dan pemegang kekuasaan. Mereka setuju
untuk berbagi peran dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
melalui struktur seperti badan pengambilan keputusan bersama,
komite perencanaan dan mekanisme untuk menyelesaikan
kebuntuan. Setelah aturan dasar dibentuk melalui proses bersama,
maka perubahan-perubahan aturan tidak dilakukan secara sepihak.
Kemitraan dapat bekerja paling efektif bila:
a) ada kekuatan warga yang terorganisir dan memiliki pemimpin
warga yang akuntabel;
b) ketika kelompok warga memiliki sumber daya keuangan untuk
membayar honor para pemimpinnya secara wajar ketika ia
bekerja untuk warga, dan
c) ketika kelompok memiliki sumber daya untuk menyewa (dan
memecat) teknisi sewaan, pengacara, dan community organizer.
Dengan materi ini, warga memiliki daya tawar riil yang
mempengaruhi hasil dari perencanaan (manakala kedua pihak
merasa ada kegunaan untuk tetap menjaga kemitraan).
7. Kekuasaan yang didelegasikan (Delegated Power)
Pada tingkat ini, warga telah berada pada titik dimana mereka
memegang posisi yang menentukan/dominan untuk sebuah rencana
atau program pembangunan. Untuk mengatasi perbedaan posisi,
pemegang kekuasaan perlu memulai proses tawar menawar dengan
warga daripada malah kembali menekan mereka.
8. Kontrol Warga (Citizen Control)
Pada tangga ini, daya kontrol warga semakin meningkat, misalnya
sekolah yang dikendalikan oleh komunitas, kontrol oleh warga
miskin, dan lain-lain. Meskipun tidak ada seorang pun di negara ini
memiliki kontrol mutlak. Para warga hanya menuntut agar tingkat
kekuatan (atau kontrol) bisa menjamin para warga dapat mengatur
sebuah program atau institusi, bertanggung jawab penuh atas
kebijakan dan manajerial, dan dapat menegosiasikan syarat-syarat
manakala ada “orang luar” yang akan merubahnya.
1. Perencanaan Partisipatif/Konsensus
Seperti dikemukakan di atas bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional mempunyai salah satu tujuan yaitu mengoptimalkan partisipasi
masyarakat, Innes (1995; 1996 dalam Rustiadi, dkk, 2011) menyatakan bahwa
21
proses membangun konsensus sebagai suatu metode dalam perencanaan telah
membuka peluang baru di dalam mereformulasikan perencanaan
komprehensif. Perencanaan rasional atau perencanaan komprehensif menuntut
adanya pengetahuan yang “sempurna”, suatu prasyarat yang merupakan
kondisi yang sangat sulit dipenuhi apabila kapasitas pengetahuan, pengalaman,
dan teknologi perencana, serta informasi dan komunikasi mengenai obyek dan
proses yang direncanakan sangat terbatas. Sedangkan permasalahan yang
dihadapi berkembang sedemikian kompleks. Karena informasi membatasi
kapasitas perencana dan stakeholdersyang terkait, maka rasionalitas dari
perencana dan stakeholders juga akan bersifat terbatas pula. Dengan demikian
maka rasionalitas setiap orang tidak akan sama, dan bersifat terbatas akibat
perbedaan informasi yang dimilikinya (bounded rationality).
Dalam situasi yang sangat terbatas seperti ini maka melakukan perencanaan
rasional menjadi tidak efektif di dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.
Di sisi lain, informasi sebenarnya tersebar beragam di masing-masing
stakeholders dengan kepentingan yang berbeda-beda pula. Oleh karenanya
sifat komprehensif suatu perencanaan pada dasarnya dapat dipenuhi dengan
membangun partisipasi seluruh stakeholders agar diperoleh informasi lengkap
dan dapat dipahami bersama guna membangun keputusan yang terbaik.
Pendekatan ini semula hanya dipandang sesuai untuk perencanaan
pembangunan di daerah-daerah dengan sistem informasi yang terbelakang,
seperti di tingkat komunitas perdesaan dinegara-negara yang sedang
berkembang. Namun dengan semakin kompleksnya permasalahan
22
pembangunan yang dihadapi dewasa ini, pendekatan seperti ini berkembang
dan dibutuhkan hingga pada lingkup perencanaan masyarakat perkotaan di
negara-negara industri paling maju.
D. Konsep Sinergi
Najiyati dan Rahmat (2011, dalam Rahmawati, 2014), mengartikan bahwa
sinergi sebagai kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat
menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Jadi sinergi dapat
dipahami sebagai operasi gabungan atau perpaduan unsur untuk
menghasilkan output yang lebih baik. Sinergitas dapat terbangun melalui
dua cara yaitu
a. Komunikasi
Sofyandi dan Garniwa (2007), pengertian komunikasi dapat dibedakan
atas dua bagian, yaitu:
1. Pengertian komunikasi yang berorientasi pada sumber menyatakan
bahwa, komunikasi adalah kegiatan dengan mana seseorang
(sumber) secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli guna
mendapatkan tanggapan.
2. Pengertian komunikasi yang berorientasi pada penerima
memandang bahwa, komunikasi sebagai semua kegiatan di mana
seseorang (penerima) menanggapi stimulus atau rangsangan.
b. Koordinasi
Disamping adanya komunikasi dalam menciptakan sinergitas juga
memerlukan koordinasi.Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri tanpa
adanya koordinasi seperti yang dinyatakan oleh Hasan bahwasannya
dalam komunikasi dibutuhkan koordinasi (2005, h.18).Silalahi (2011,
h.217), “koordinasi adalah integrasi dari kegiatan-kegiatan individual
dan unit-unit ke dalam satu usaha bersama yaitu bekerja kearah tujuan
bersama”.
Moekijat (1994, h.39) menyebutkan ada 9 (sembilan) syarat untuk
mewujudkan koordinasi yang efektif, yaitu
1. Hubungan langsung
Bahwa koordinasi dapat lebih mudah dicapai melalui hubungan
pribadi langsung.
2. Kesempatan awal
Koordinasi dapat dicapai lebih mudah dalam tingkat-tingkat awal
perencanaan dan pembuatan kebijaksanaan.
3. Kontinuitas
Koordinasi merupakan suatu proses yang kontinu dan harus
berlangsung pada semua waktu mulai dari tahap perencanaan.
4. Dinamisme
23
Koordinasi harus secara terus-menerus diubah mengingat perubahan
lingkungan baik intern maupun ekstern.
5. Tujuan yang jelas
Tujuan yang jelas itu penting untuk memperoleh koordinasi yang
efektif.
6. Organisasi yang sederhana
Struktur organisasi yang sederhana memudahkan koordinasi yang
efektif.
7. Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas
Wewenang yang jelas tidak hanya mengurangi pertentangan di
antara pegawai-pegawai yang berlainan, tetapi juga membantu
mereka dalam pekerjaan dengan kesatuan tujuan.
8. Komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif merupakan salah satu persyaratan untuk
koordinasi yang baik.
9. Kepemimpinan supervisi yang efektif
Kepemimpinan yang efektif menjamin koordinasi kegiatan orang-
orang, pada tingkat perencanaan.
Dari teori diatas, dapat dikatakan bahwa dalam menjalin sinergitas kearah
yang lebih baik, maka diperlukan 2 unsur penting yaitu komunikasi dan koordinasi.
Apabila pemerintah dan masyarakat dalam menjalin sinergitas mempertahankan
koordinasi dan komunikasi yang baik, maka sinergitas yang terjalin juga dapat
berdampak baik pada perencanaan maupun implementasi.
E. Pembangunan Perdesaan
Nugroho dan Dahuri (2012: 217) menyampaikan bahwa pembangunan
perdesaan atau desa dapat dikatakan menempati bagian paling dominan mengisi
wacana pembangunan daerah.Hal tersebut bukan saja didasarkan atas alasan fisik
geografis, sumberdaya alam atau sumberdaya manusianya, tetapi juga didalamnya
menyimpan potensi-potensi ekonomi (economic gap) yang harus dikenali dan
diperbaiki.Permasalahan pembangunan perdesaan senantiasa berhubungan dengan
partisipasi ketenagakerjaan (employment gap), akses dan kesempatan terhadap
faktor produksi (homogeneity gap), dan informasi yang berkaitan dengan pasar
24
(information gap) (Haeruman dalam Nugroho dan Dahuri 2012: 218). Dari
ketimpangan (gaps) itulah kemudian mengemuka berbagai permasalahan berikut,
yaitu:
(1) Kemiskinan
(2) Kesenjangan
(3) Kegagalan transformasi
(4) Merosotnya kelembagaan local masyarakat (social capital)
perdesaan
Selain itu, Nugroho dan Dahuri (2012: 222) menyatakan bahwa perumusan
kebijakan pembangunan untuk mendukung pengembangan perekonomian
perdesaan harus memuat 4 hal yaitu: (1) strategi dasar memecahkan permasalahan,
(2) pencapaian sasaran memecahkan permasalahan, (3) kebijakan pendukung
(secara tidak langsung), dan (4) kebijakan berorientasi program (secara langsung).
1. Strategi Pembangunan Perdesaan
Strategi dasar diarahkan kepada pengendalian seminimal mungkin
terjadinya ketimpangan (gaps) atau keadaan sumberdaya yang idle didalam (a)
ketenagakerjaan yang berwujud pengangguran, (b) akses, kemampuan dan
kesempatan terhadap faktor-faktor produksi yang berhubungan dengan kualitas
sumberdaya manusia, dan (c) informasi terhadap pasar yang berwujud kendala-
kendala struktural. Ketiga hal tersebut merupakan opportunity cost yang
menghambat produktivitas.
Sasaran utama pengembangan perekonomian perdesaan adalah perbaikan
indikator atau ukuran makro kesejahteraan atau pendekatannya, yang menunjuk
25
kepada (a) pengentasan kemiskinan, (b) pengurangan tingkat kesenjangan, (c)
penyerasian transformasi pembangunan pertanian, industri dan jasa, dan (d)
penguatan kelembagaan khususnya di masyarakat perdesaan. Inplikasinya,
empat sasaran utama tersebut bukan saja harus menjadi acuan atau dioperasikan
di dalam rumusan kebijakan, tetapi juga harus mencerminkan dan membawa
kepada kenaikan produktivitas.
Kebijakan pendukung yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap
tercapainya iklim yang mendukung aktivitas perekonomian yaitu:
(1) Pembangunan infrastruktur
(2) Kebijakan ekonomi makro
(3) Kebijakan penataan ruang dan pertanahan
(4) Pengembangan partisipasi masyarakat
(5) Kepemerintahan
(6) Membangun kelembagaan
2. Kebijakan Pembangunan Perdesaan
Kebijakan yang secara langsung berpengaruh terhadap aktivitas
perekonomian perdesaan adalah penyediaan kebutuhan pangan, papan, dan
pakaian disertai kenaikan produktivitas dan pendapatan. Upaya demikian harus
mencakup langsung perbaikan akses terhadap empat hal (Haeruman dalam
Nugroho dan Dahuri 2012: 226): (1) akses terhadap sumberdaya, (2) akses
terhadap teknologi, (3) akses terhadap pasar, dan (4) akses terhadap sumber-
sumber pembiayaan.
26
Sementara itu kerangka mikro yang menjadi pilihan daerah berhubungan
dengan potensi masing-masing yang dimiliki. Namun demikian berdasarkan
potensi dan permasalahan dominan yang telah diidentifikasi sebelumnya,
kebijakan langsung secara nasional bagi peningkatan perekonomian perdesaan
yaitu:
(1) Pengembangan agrobisnis dan peningkatan ketahanan pangan
(2) Penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan
(3) Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa
(4) Kebijakan bidang pertanahan.
F. Jalan
Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang jalan mendefinisikan bahwa jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
dan jalan kabel.
1. Asas, Tujuan dan Lingkup
Penyelenggaraan jalan berdasarkan pada asas kemanfaatan, keamanan dan
keselamatan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi
dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan
dan kemitraan. Selanjutnya, pengaturan penyelenggaraan jalan bertujuan
untuk:
27
a. mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan jalan;
b. mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;
c. mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam
pemberian layanan kepada masyarakat;
d. mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak
pada kepentingan masyarakat;
e. mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil
guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang
terpadu; dan
f. mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka.
Selain itu, Lingkup pengaturan dalam Undang-Undang ini mencakup
penyelenggaraan:
a. jalan umum yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan,
dan pengawasan;
b. jalan tol yang meliputi pengaturan, pembinaan, pengusahaan, dan
pengawasan; dan
c. jalan khusus.
2. Peran Jalan
Beberapa peran jalan yang diatur dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2004
yaitu:
a. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran
penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup,
28
politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
b. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat
nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
c. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.
3. Pengelompokan Jalan
Dalam Undang-Undang no 38 tahun 2004, jalan di kelompokkan dalam
beberapa bagian diantaranya:
1. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas:
a. jalan umum
jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan
kelas.
b. jalan khusus.
Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam
rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
2. Sistem jaringan jalan terdiri atas:
a. sistem jaringan jalan primer
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan.
29
b. sistem jaringan jalan sekunder.
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
3. Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam:
a. jalan arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
b. jalan kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. jalan lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d. jalan lingkungan.
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
30
4. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam:
a. jalan nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam
sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota
provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
b. jalan provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.
c. jalan kabupaten
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten.
d. jalan kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
yangmenghubungkan antara pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan
antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang
berada di dalam kota.
31
e. jalan desa.
Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Hasil dari teori diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jalan merupakan prasarana
penunjang utama suatu proses dalam mencapai tujuan yang mempunyai peran penting
dalam terlaksananya suatu proses tersebut. Dimana, jalan mempunyai peran penting untuk
menjadi penghubung dan pengikat seluruh wilayah Republik Indonesia. Jalan, sebagai
prasarana penunjang terselenggaranya suatu proses dikelompokkan sesuai dengan
peruntukannya dengan melihat indikator tertentu untuk membedakan sesuai fungsi,
maupun statusnya.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan proses panjang, di mana dalam sebuah penelitian
terdapat serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data
valid dan relevan yang nantinya akan diolah untuk digunakan sebagai jawaban atas
permasalahan sehingga dapat digunakan sebagai tujuan penelitian. Jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah metode peneltian yang bersifat deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.Strauss dan Corbin (2003:5)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan metode yang dapat digunakan
untuk mengungkapkan dan memahami semua fenomena yang sedikitpun belum
diketahui.
Melalui penelitian tentang sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
dalam perencanaan infrastruktur jalan desa, maka akan diketahui fenomena apa
yang sebenarnya terjadi di suatu daerah. Dengan diketahuinya fenomena tersebut,
apabila terdapat permasalahan tertentu, selanjutnya dapat dianalisis dan dapat
dipikirkan solusi apa yang tepat untuk digunakan.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan suatu hal yang dijadikan pusat perhatian dalam
sebuah penelitian. Dengan menentukan fokus penelitian, maka akan memudahkan
peneliti untuk melakukan proses penelitian, yaitu penelitian dapat terarah dan fokus
hanya pada permasalahan tertentu, sehingga dengan mudah ditentukan solusi yang
33
sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan kunci dari hal yang dijadikan pusat
perhatian dalam sebuah penelitian.
Menurut Sugiyono (2013:285) pembahasan masalah dalam penelitian kualitatif
disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang bersifat umum.Fokus
penelitian adalah objek yang merupakan tujuan untuk meneliti fenomena yang
terjadi atau sedang berlangsung.Fokus penelitian mempunyai esensi untuk
membatasi studi sehingga dapat digunakan untuk membantu membuat keputusan
yang tepattentang data mana yang perlu dan tidak perlu dimasukkan dan
dikumpulkan untuk mempermudah pencarian mengenai data dan informasi yang
diperlukan.
Dari permasalahan yang akan diambil oleh peneliti, yang menjadi fokus
penelitian yaitu:
1. Sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakatdalam perencanaan
infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi
a. Peran pemerintah Desa pada proses sinergitas dalam perencanaan
infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi
b. Peran masyarakat pada proses sinergitas dalam perencanaan
infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi
34
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk mewujudkan sinergitas
pemerintah Desa dengan masyarakatdalam perencanaan infrastruktur jalan
di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi merupakan tempat di mana suatu penelitian akan dilakukan. Didalam
sebuah penelitian kualitatif, lokasi penelitian dipilih dengan mengacu pada
permasalahan dan kenyataan yang ada di lapangan, di mana terdapat pertimbangan
tertentu untuk menentukan lokasi penelitian.Pemilihan lokasi penelitian ini
didasarkan atas pertimbangan keberadaan infrastruktur jalan desa yang menjadi
salah satu sarana untuk menunjang kegiatan perekonomian masyarakat sehari-
hari.Keberadaan infrastruktur ini sudah lama tidak mendapat perhatian sehingga
mempengaruhi keberlangsungan kegiatan perekonomian masyarakat
desa.Kenyataan tersebut dilihat dengan mengacu pada data selama beberapa tahun
terakhir, adapun lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian terletak di
Wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Dalam hal ini terdapat juga situs penelitian yang merupakan tempat dimana
peneliti memperoleh informasi dan data yang sesuai dengan permasalahan yang
telah dikemukakan, oleh karena itu situs yang digunakan dalam penelitian
adalahWilayah Desa Benelan Loryang digunakan sebagai penelitian, sekaligus
tempat didapatkannya informasi yang berkaitan dengan masyarakat diperoleh.
35
D. Sumber dan Jenis Data
Menurut Sugiono (2013:308) bila dilihat dari jenis data, maka pengumpulan
data dapat menggunakan data primer, dan data sekunder.Dalam penelitian ini, data
yang dimbil merupakan data dari sumber yang sesuai dengan jenis data yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan atau
saat dilakukannya penelitian. Data primer ini diperoleh dari orang-orang
yang berkaitan dengan permasalahan secara langsung, di mana
dalampenelitian ini yang merupakan sumber data primer yaitu:
a. Kepala Desa, perangkat Desa serta jajarannya
b. Masyarakat desa
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tertulis, di mana data tersebut berupa
dokumen atau buku-buku ilmiah serta informasi lain yang berkaitan dengan
objek penelitian. Lihat halaman 1, 3, 5, 42, 45, 49-54, 57, 59, 62, 65-67, 70,
71,72-75.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sebuah penelitian tentu tidak lepas dari data, di mana data merupakan sumber
yang sangat penting sebagai penunjang dalam menentukan fokus yang akan diteliti
maupun pengambilan keputusan.
1. Pengamatan (observasi)
36
Kegiatan observasi dapat dilakukan meliputi pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Sarwono,
2006:224).Observasi yang dilakukan peneliti berangkat dari pengamatan yang
dilakukan peneliti mengenai keberadaan kondisi infrastruktur di Desa Benelan
Lor kondisi yang ada dilapangandan setelah itu mendeksripsikan
permasalahan.Lihat halaman 76.
2. Wawancara (In-depth Interview)
Teknik wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu: 1) wawancara dengan cara melakukan pembicaraan
informal (informal conversational interview), 2) wawancara umum yang
terarah (general interview guide approach), dan 3) wawancara terbuka yang
standar (standardized open-ended interview) (Patton, 1990:280-290 dalam
Sarwono, 2006:224)
Cara melakukan wawancara ialah mirip dengan kalau kita sedang
melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita.Wawancara dimulai dengan
mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami
perspektif makna yang diwawancarai.Hal ini sesuai dengan asumsidasar
penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan
perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri
(Sarwono, 2006:224).
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait
dengan kegiatan (proses) perencanaan, yaitu :
37
1. Bapak Muslih (Sekretaris Desa)
2. Ibu Eka S. (Kaur Keuangan)
3. Bapak Mulyadi (Kepala Dusun Krajan)
4. Bapak Saroni (Ketua BPD)
5. Ibu Atik
6. Bapak Solichin
3. Dokumen
Dokumen merupakan sumber data sekunder yang dapat digunakan oleh
peneliti sebagai data pelengkap untuk dapat dijadikan bahan lampiran
kenyataan kondisi yang ada di lapangan, adapun dokumen yang digunakan
dalam penelitian dan sebagai bahan pelengkap dalam skripsi ini antara lain:
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes),
dokumen profil Desa, dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam
mengumpulkan data pada suatu penelitian. Adapun alat bantu yang digunakan
untuk memperoleh data dalam penelitian adalah :
1. Peneliti sendiri(human instrument), sebagai instrumen utama yang terjun
langsung untuk memperoleh data langsung dari nara sumber
2. Daftar pedoman wawancara (interview guide) sebagai panduan dalam
wawancara dengan orang yang menjadi sumber data dalam penelitian.
Pedoman wawancara memuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan
38
kepada sumber penelitian, tujuannya agar wawancara yang dilakukan
sesuai dengan topik yang telah ditetapkan.
3. Catatan lapangan (field note) dan alat-alat tulis lainnya yang digunakan
untuk mencatat data yang diperoleh dari lokasi penelitian.
G. Analisis Data
Miles dan Huberman (1992), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(conclusion).
1. Reduksi Data (data reduction)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti: komputer, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dengan reduksi, maka peneliti
merangkum, mengambil data yang penting, membuat kategorisasi, berdasarkan
huruf besar, huruf kecil dan angka, dan data yang tidak penting dibuang.
39
2. Penyajian Data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan
data.Data display dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk:
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Miles
dan Huberman (1992) menyatakan: “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the pas hast been narative text” artinya: yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks
yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, datadisplay dapat juga berupa
grafik, matriks, network (jejaring kerja).
Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang
ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di
lapangan akan mengalami perkembangan data. Peneliti harus selalu menguji apa
yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat
hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan
ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan
di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori
yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif,
berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui
pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah
didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang
baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya disajikan pada laporan
akhir penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan (conclusion)
40
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel
(dapat dipercaya).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif interaktif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Dalam kesimpulan penelitian
kualitatif diharapkan munculnya temuan baru yang belum pernah ada.Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas,
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi
a. Keadaan Geografis
Wilayah Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7°43’ - 8°46’
Lintang Selatan dan 113°53’ - 114°38’ Bujur Timur. Kabupaten
Banyuwangi mempunyai luas wilayah sekitar 5.782,50 km² dan menjadi
urutan Kabupaten terluas pertama di wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah
administrasi Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan, 217
Desa/Kelurahan yang terdiri dari dengan jumlah dusun sebanyak 736, RW
sebanyak 2.775 dan terdapat 10.177 RT.
Daerah di wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi atas dataran tinggi
yang merupakan daerah pegunungan, di mana daerah tersebut
menghasilkan berbagai produksi perkebunan. Sedangkan dataran medium
dan rendah menghasilkan produksi tanaman pertanian. Selain itu,
Kabupaten Banyuwangi mempunyai panjang garis pantai sekitar 282 km,
serta terdapat pulau-pulau sejumlah 15 buah. Daerah sekitar garis pantai
yang membujur dari arah Utara ke Selatan tersebut merupakan daerah
penghasil berbagai biota laut. Dimana secara administratif wilayah
Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan:
1. Utara : Kabupaten Situbondo
42
2. Timur : Selat Bali,
3. Selatan : Samudera Indonesia
4. Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso
Gambar 1. Peta Kabupaten Banyuwangi
Sumber : https://banyuwangikab.go.id/profil/peta.html
(terakhir diakses pada tanggal 02 Agustus 2017)
43
Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian Barat dan Utara
merupakan daerah pegunungan, sehingga mempunyai tingkat kemiringan
tanah dengan rata-rata mencapai 40 dengan rata-rata curah hujan lebih
tinggi bila dibanding dengan daerah yang lain.
Daerah datar terbentang luas dari bagian Selatan hingga Utara yang
tidak berbukit. Daerah ini banyak dialiri sungai-sungai yang sangat
bermanfaat untuk mengairi hamparan sawah yang luas. Selain ketersediaan
hamparan sawah yang cukup luas dan potensial itu, kontribusi Daerah
Aliran Sungai (DAS) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan banyaknya DAS di Kabupaten
Banyuwangi terdapat 35 DAS yang sepanjang tahun cukup untuk mengairi
hamparan sawah yang ada, dimana daratan yang datar tersebut sebagian
besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15 dengan rata-rata
curah hujan yang cukup memadai, sehingga akan bisa menambah tingkat
kesuburan tanah.
Dari gambaran kondisi alam yang demikian menjadikan Kabupaten
Banyuwangi pernah mendapat peringkat sebagai salah satu kabupaten di
Propinsi Jawa Timur yang merupakan daerah lumbung padi. Selain itu
menurut data statistik juga memberikan adanya indikasi kuat sebagai
kabupaten potensi pertanian yang relatif besar setelah Kabupaten Malang
dan Jember, bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Jawa
Timur.
44
Dengan demikian berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten
Banyuwangi merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan,
berpotensi besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan
kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya positif yang
mengarah pada peningkatan potensi kelautan. Hampir sepanjang garis
pantai yang ada, merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain
yang masih belum dikelola secara optimal.
b. Demografi
Kondisi masyarakat di wilayah Kabupaten Banyuwangi secara umum
merupakan kondisi masyarakat yang heterogen atau berasal dari beragam
suku dan latar belakang kebudayaan yang berbeda, sebagaimana kondisi
tersebut mempunyai kemungkinan besar terciptanya kondisi kehidupan
kota yang cenderung dinamis. Dari beberapa suku yang terdapat di
Kabupaten Banyuwangi, mayoritas penduduk berasal dari suku Jawa dan
Madura serta suku asli yang terdapat di wilayah tertentu di Kabupaten
Banyuwangi yaitu suku Osing. Bahasa pengantar yang digunakan sebagai
alat komunikasi penduduk sehari-hari antara lain Bahasa Osing, Bahasa
Jawa, Bahasa Madura dan Bahasa Indonesia. Adapun ciri khas lain yang
dimiliki oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang bersifat
majemuk yaitu sifat toleransi antar umat beragama dan sifat tenggang rasa
yang tinggi antara satu dengan yang lain.
Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi sebanyak menurut sensus
penduduk 2010 sebanyak 2.443.609 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-
45
laki 1.233.691 jiwa (50,8%) dan perempuan 1.191.309 jiwa (49,2%).
Tingkat pertumbuhan rata-rata 5 tahun terakhir 0,4 %, dan tingkat
kepadatan sebesar 685 jiwa/Km². Perkembangan jumlah penduduk di
Kabupaten Banyuwangi 5 tahun terakhir sejak tahun 2011 dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 1. Perkembangan Kependudukan 2011-2015
Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015
Luas
Wilayah Km2 5.782 5.782 5.782 5.782 5.782
Jumlah
Penduduk Jiwa 1.564.833
1.568.89
8
1.582.58
6
1.588.08
2 1.594.083
Jumlah
Laki-Laki Jiwa 778.763 778.906 787.384 789.924 793.018
Jumlah
Perempuan Jiwa 786.070 789.992 795.202 798.158 801.065
Laju
Pertumbuha
n Penduduk
% 0,06 0,03 0,03 0,03 0,03
Kepadatan
Penduduk Jw/Km2 271 271 273 274 276
Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi tahun 2011-2015
Dari data diatas pertumbuhan dalam 5 tahun rata-rata sebesar 0,036%
Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah sekitar 5.782,40km2
mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahun. Seperti yang
tergambar pada tabel perkembangan kependudukan Kabupaten
Banyuwangi mulai dari tahun 2011-2015.
c. Visi dan Misi
Tahun 2016-2021, Bupati Banyuwangi masih mengacu pada RPJM
tahun 2010-2015 dengan meneruskan visi 5 tahun yang lalu. Dimana, visi
46
dan misi Kabupaten Banyuwangi tahun 2016-2021 dijabarkan seperti di
bawah ini.
Visi
Visi Bupati terpilih pada tahun 2016-2021 masih sama dengan tahun
sebelumnya yaitu:
“Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi yang semakin Sejahtera, Mandiri,
dan Berakhlak Mulia melalui Peningkatan Perekonomian dan Kualitas
Sumber Daya Manusia”
Selanjutnya perumusan dan penjelasan terhadap visi yang dimaksud, maka
dihasilkan pilar-pilar visi yang diterjemahkan pengertiannya dalam tabel 5.
Tabel 2.Perwujudan Visi RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2016-2021
Visi Pilar-Pilar Visi Penjelasan
Terwujudnya
Masyarakat Banyuwngi
yang semakin sejahtera,
mandiri, dan berakhlak
mulia melalui
peningkatan
persekonomian dan
kualitas sumber daya
manusia
Meningkatnya kualitas
SDM Banyuwangi
Peningkatan kapasitas dan
kualitas suatu daerah melalui
pembangunan SDM yang
unggul merupakan tugas
bersama dala menciptakan
bangsa yang kuat dan negara
yang makmur. Melalui SDM
yang unggul, tangguh dan
berkualitas baik secara fisik
dan mental akan berdampak
positif tidak hanya
terhadappeningkatan daya
saing dan kemandirian suatu
47
Visi Pilar-Pilar Visi Penjelasan
daerah, namun juga dalam
mendukung pembangunan
nasionall. Peningkatan
kualitas SDM terutama
diupayakan melalui: 1)
pendidikan yang berkualitas,
berkarakter, bermoral dan
berakhlak mulia, 2) layanan
kesehatan yang terjangkau,
merata dan berkualitas.
Meningkatnya
perekonomian daerah
Modal untuk melakukan
pembangunan ekonomi
adalah adanya pertumbuhan
ekonomi, sehingga
pembangunan ekonomi akan
tercapai dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi.
Partisipasi masyarakat
memiliki peran yang penting
dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan
pendapatan perkapita,
sehingga melalui tercapainya
pembangunan ekonomi maka
akan berdampak kepada
peningkatan perekonomian
kabupaten banyuwangi.basis
ekonomi banyuwangi
48
Visi Pilar-Pilar Visi Penjelasan
diletakkan pada 3
komponenutama yaitu 1)
pertanian dalam skala luas
yang meliputi pertanian
tanaman pangan, perikanan
dan kelautan, kehutanan,
perkebunan, dan holtikultura,
2) pariwisata alam dan budaya
dengan segala kekhasannya di
Banyuwangi, 3) UMKM dan
perdagangan tradisional yang
menjadi mata pencaharian
sebagian besar masyarakat.
Masyarakat
Banyuwangi yang
semakin sejahtera
berlandaskan
semangat gotong
royong
Semangat gotong royong yang
melandasi pergerakan
perekonomian dimana
didalamnya terkandung nilai
moral yaitu adanya rasa ikhlas
untuk berpartisipasi,
kebersamaan dan saling
membantu antar sesama
karena lebih mengutamakan
kepentingan bersama yang
akan berdampak
meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat.
Kamandirian
masyarakat dan daerah
Mandiri dan majunya suatu
daerah tentu bersumber dari
kemandirian dan kemajuan
49
Visi Pilar-Pilar Visi Penjelasan
rakyatnya dan oleh sebab itu
kemandirian masyarakat
adalah gerbang utama menuju
kemajuan dan kesejahteraan.
Kemandirian daerah akan
memacu kemampuan
produktif guna memenuhi
kebutuhan dasar dan
mekanisme untuk tetap dapat
bertahan dalam situasi krisis.
Sumber : RPJMD Kab. Banyuwangi 2016-2021
Misi
Adapun dalam rangka mewujudkan visi tersebut diatas, maka ditetapkan
misi antara lain:
1). Mewujudkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang
pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya;
Misi yang pertama dijabarkan dengan langkah pencapaian sebagai
berikut:
50
Gambar 2: Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian
misi ke-1
Sumber : RPJMD Kab. Banyuwangi 2016-2021
2). Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan
berbasis potensi sumberdaya alam dan kearifan lokal;
Misi yang kedua dijabarkan dengan langkah pencapaian sebagai
berikut:
51
Gambar 3: Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian
misi ke-2
Sumber : RPJMD Kab. Banyuwangi 2016-2021
3). Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur fisik,
ekonomi dan sosial;
Misi yang ketiga dijabarkan dengan langkah pencapaian sebagai
berikut:
52
Gambar 4: Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian
misi ke-3
Sumber : RPJMD Kab. Banyuwangi 2016-2021
4). Optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan
masyarakat, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan;
Misi yang keempat dijabarkan dengan langkah pencapaian sebagai
berikut:
53
Gambar 5: Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian misi
ke-4
Sumber : RPJMD Kab. Banyuwangi 2016-2021
5). Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good
and Clean Governance) sera layanan publik yang berkualitas
berbasis Teknologi Informasi.
Misi yang kelima dijabarkan dengan langkah pencapaian sebagai
berikut:
54
Gambar 6: Logframe perencanaan terintegratif langkah pencapaian
misi ke-5
Sumber : RPJMD Kab. Banyuwangi 2016-2021
2. Gambaran Umum Keberadaan Potensi Pertanian dan Keberadaan
Infrastruktur
Infrastruktur merupakan pemicu pembangunan suatu wilayah serta sebagai
roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil catatan Unit Pelaksana Teknis
Bina Marga Provinsi Jawa Timur dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Banyuwangi yang dikutip dalam RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-
2015, pada tahun 2006 hingga 2010 tidak ada perubahan panjang jalan
kabupaten, yaitu sejumlah 2.718,80. Demikian pula panjang jalan nasional
55
sejumlah 130,08 km, dan panjang jalan provinsi sejumlah 114,26 km. Meskipun
demikian, terdapat peningkatan kondisi jalan nasional, pada tahun 2008 panjang
jalanyang telah dihotmix hanya sejumlah 100,53 km menjadi 118,08 km pada
tahun 2010.
Dari 118,08 km jalan nasional, sejumlah 90,2 dalam kondisi baik, 20,5 km
dalam kondisi sedang, dan 7,5 km rusak berat. Demikian pula pada kondisi jalan
provinsi, pada tahun 2006 jalan dalam kondisi baik sejumlah 102,26 km,
meningkat pada tahun 2008 sejumlah 108,26 km, dan pada tahun 2009
meningkat menjadi sejumlah 110,26 km. Sedangkan kondisi jalan kabupaten,
pada tahun 2006 panjang jalan yang telah dihotmix hanya sejumlah 336,4 km
menjadi 625,68 km pada tahun 2008, dan meningkat menjadi 956,6 km pada
tahun 2010. Dari 2.718,8 km jalan kabupaten, sejumlah 1.703,8 dalam kondisi
baik, 200,3 km dalam kondisi rusak sedangdan 190,8 km dalam keadaan rusak
berat.
Kondisi kerusakan jalan juga tergantung dari adanya trotoar dan drainase
atau saluran pembuangan air. Pada tahun 2006 jalan yang trotoar dan drainase
atau saluran pembuangan air sejumlah 19.100 meningkat pada tahun 2007
menjadi 19.700 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 21.400.
dari jumlah tersebut drainase dalam kondisi baik sejumlah 45 persen tahun
2006, meningkat menjadi 55 persen tahun 2008 dan menjadi 60 persen tahun
2010.
Pada sisi lain pengembangan jalan penghubung utama di bagian Selatan atau
dikenal Jalan Lintas Selatan (JLS) sebagai program regional telah direspon
56
Kabupaten Banyuwangi. Jalan yang diarahkan untuk menghubungkan mulai
dari Pacitan – Trenggalek – Tulungagung – Blitar – Malang – Lumajang –
Jember – Banyuwangi dengan panjang ruas 618,80 km. Di Kabupaten
Banyuwangi, Jalan Lintas Selatan akan menghubungkan Tengkinol -
Malangsari – Kendenglembu – Glenmore – Gentengkulon – Rogojampi –
Banyuwangi – Ketapang, dengan panjang 110 Km.
Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Banyuwangi berkaitan dengan
penyediaan infrastruktur. Salah satu permasalahan tersebut adalah belum
meratanya pembangunan infrastruktur terutama infrastruktur pertanian dan
pedesaan. Pembangunan infrastruktur pertanian (irigasi) merupakan prasarana
penting dalam mendukung pembangunan pertanian untuk mencapai ketahanan
pangan sedangkan pembangunan jaringan jalan merupakan prasarana
transportasi yang penting untuk memperlancar distribusi barang antar daerah
serta meningkatkan mobilitas penduduk untuk melakukan kegiatan
perekonomian. Dalam konteks pembangunan pertanian dan pedesaan, jaringan
jalan sangat dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor produksi maupun
pemasaran hasil. Jaringan irigasi menjadi infrastruktur utama dalam
peningkatan pembangunan pertanian. Luas irigasi Kabupaten Banyuwangi
dalam kondisi baik pada tahun 2006 sebesar 95 persen, meningkat pada tahun
2007 sebesar 98 persen dan pada tahun 2009 mencapai 99 persen.
Dukungan infrasruktur pertanian serta upaya intensifikasi yang telah
dilakukan menunjukkan hasil yang memadai. Produktifitas pertanian meningkat
dari 5,89 ton per hektar tahun 2006 menjadi 6,03 ton per hektar tahun 2008, dan
57
menjadi 6,35 ton per hektar tahun 2010. Cakupan bina kelompok tani pada
tahun 2006 sebesar 25,03 persen mengalami peningkatan pada tahun 2009
menjadi 25,75 persen dan tahun 2010 menjadi 25,95 persen.
Gambar 7: Peta Infrastruktur Kabupaten Banyuwangi tahun 2014
Sumber : http://loketpeta.pu.go.id/3400-peta-infrastruktur-kabupaten-
banyuwangi-2014(terakhir diakses pada tanggal 02 Agustus
2017)
3. Kecamatan Kabat
a. Gambaran Umum Kecamatan Kabat
Kecamatan Kabat merupakan salah satu wilayah yang terdapat di
Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Kabat menduduki urutan ketiga
setelah Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Rogojampi yang
58
mempunyai jumlah kelurahan/desa terbanyak di wilayah Kabupaten
Banyuwangi. Kecamatan Kabat terletak pada titik koordinat 114,26°
BT – 114,35° BT dan 08,23° LS – 08,30° LS. Mayoritas masyarakat di
Kecamatan Kabat mempunyai mata pencaharian sebagai petani dengan
jumlah hasil produksi tanaman padi sawah pada tahun 2014 mencapai
40.756 ton dengan luas areal persawahan 7.355 Ha.
b. Jumlah Penduduk
Penduduk di Kecamatan Kabat pada tahun 2015 dengan jumlah
laki-laki 34.144 orang, perempuan 34.888 orang serta total keseluruhan
69.032.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kecamatan Kabat Per Desa Tahun 2015
Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
Bareng 818 808 1626
Bunder 1959 2025 3984
Gombolirang 1345 1462 2807
Benelan Lor 1576 1624 3200
Labanasem 1535 1591 3126
Pakistaji 2914 3005 5919
Badean 3277 3549 6826
Sukojati 1476 1475 2951
Pondok Nongko 1706 1595 3301
Dadapan 3103 3104 6207
59
Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
Kedayunan 2478 2519 4997
Kabat 2324 2380 4704
Macan Putih 3863 3869 7732
Tambong 1296 1349 2645
Pendarungan 1849 1860 3709
Kalirejo 2625 2673 5298
JUMLAH 34144 34888 69032
Sumber: Kecamatan Kabat dalam Angka Tahun 2015
c. Luas Wilayah Kecamatan dan Pembagian Wilayah Kecamatan
Kabat
Luas wilayah Kecamatan Kabat sekitar 81,58km2. Kecamatan
Kabat mempunyai wilayah yang terdiri dari 16 wilayah desa. Keenam
belas wilayah desa tersebut antara lain Bareng, Bunder, Gombolirang,
Benelan Lor, Labanasem, Pakistaji, Badean, Sukojati, Pondok Nongko,
Dadapan, Kedayunan, Kabat, Macan Putih, Tambong, Pendarungan,
Kalirejo. Dari ke 16 Desa, Macan Putih memiliki wilayah terluas yaitu
sebesar 12,0 persen dari seluruh Kecamatan Kabat, atau sekitar 9,97
km², sementara desa terkecil adalah Desa Bareng sebesar 3 persen atau
2,42 km².
60
d. Bidang Pemerintahan Kecamatan Kabat
Dari segi pemerintahan, Kecamatan Kabat dibagi menjadi 16 Desa.
Untuk dapat mempermudah koordinasi dan komunikasi, setiap desa
dibagi menjadi beberapa Dusun, Rukun Warga (RW), dan Rukun
Tetangga (RT). Secara global, Kecamatan Kabat mempunyai 60 dusun,
213 rukun warga (RW) dan 525 rukun tetangga (RT). Desa Macan Putih
merupakan desa dengan jumlah dusun dan RT terbanyak dengan jumlah
9 dusun dan 66 RT, sedangkan desa Bareng dan Benelan Lor
merupakan desa dengan jumlah pembagian RW terkecil yaitu masing-
masing 7 RW.
1). Visi dan Misi
Sejalan dengan Visi Kabupaten Banyuwangi yang sudah tertuang
dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
tahun 2016-2021, maka Kecamatan Kabat sebagai salah satu Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten mempunyai peran untuk
mendukung tercapainya visi yang dimaksud. Sehingga sebagai upaya
dalam mewujudkan hal tersebut, Kecamatan Kabat mepunyai visi
sebagai berikut:
“Terwujudnya Masyarakat yang Sejahtera”
Sedangkanuntuk mewujudkan visi tersebut, maka Kecamatan Kabat
menetapkan 6 butir misi yang telah disusun antara lain:
61
1. Meningkatkan penyelenggaraan tertib Administrasi
umum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
2. Meningkatkan pelayanan publik bidang
penyelenggaraan Pemerintahan
3. Meningkatkan Pemberdayaan masyarakat bidang
Pembangunan, Sosial dan Ekonomi
4. Mewujudkan peningkatan pembangunan infrastruktur
sosial dan ekonomi yang berkelanjutan
5. Meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi di
bidang pendidikan formal dan non formal
6. Meningkatkan kegiatan monitoring dan evaluasi
terhadap peaksanaan kegiatan pemberdayaan suatu
penggerakan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
2). Struktur Organisasi
Kecamatan Kabat sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
berada di bawah Kabupaten Banyuwangi, tentu saja tidak lepas dari
peran sebagian besar orang dalam menjalankan sistem administrasi
pemerintahan. Adapun struktur organisasi Satuan Kerja Perangkat
Daerah di Kecamatan Kabat dijabarkan dalam gambar 11.
62
Gambar 8:Struktur Organisasi Kecamatan Kabat
Sumber : LAKIP SKPD Kecamatan Kabat tahun 2016
4. Desa Benelan Lor
a. Gambaran Umum Desa Benelan Lor
1). Sejarah Singkat
Sejarah Desa Benelan Lor tidak terlepas dari sejarah
Masyarakat Bersaudara di Kabupaten Banyuwangi. Awalnya ada
seorang yang bernama Tompo Wijoyo bertempat tinggal di Dusun
Gombol (Sekarang Desa Benelan Kidul Kecamatan Singojuruh
Kabupaten Banyuwangi). Dia seorang petani yang rajin dan ulet.
Dengan semangat yang tinggi tak ayal dia boleh dibilang petani
yang sukses dikala itu. Karena keberhasilannya sebagai petani
yang sukses, akhirnya dia berhasil memperluas areal persawahan
CAMAT
Kelompok
Jabatan
Fungsional
SEKCAM
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaian
Seksi Tata
Pemerintahan
Seksi
Pemberdayaan
Masyarakat
dan Desa
Seksi
Keamanan dan
Ketertiban
Seksi
Kesejahteraan
Sosial
Seksi Pemuda
dan Olah Raga
63
dan kebunnya sampai di tepi sungai Antogan. Karena areal sawah
dan kebunnya yang begitu luas sehingga aktifitasnya sebagai
petani sehari-harinya dilakukan sampai pulang larut malam bahkan
seringkali tidak pulang, bermalam di kebunnya agar keesokan
harinya dapat melanjutkan kegiatan dengan cepat. Berawal dari
kondisi yang seperti itulah sehingga dia mempunyai gagasan
mendirikan pondok (rumah kecil) sebagai tempat istirahat atau
bermalam ditepi sungai Antogan. Namun karena semakin hari dia
semakin sering bermalam di pondoknya, dia merasa sangat
kesepian, apalagi dikala larut malam karena tidak ada seorangpun
disisinya. Sehingga akhirnya timbullah keinginan untuk mencari
seorang istri dengan harapan seorang tersebut bisa
mendampinginya dalam mengarungi hidup ditempat pondoknya.
Dalam waktu yang singkat dia mendapatkan seorang gadis
disekitar sungai Antogan dan langsung dia persunting menjadi istri
kedua. Waktu demi waktu, tahun demi tahun pasangan suami istri
tersebut mempunyai anak cucu dan begitu seterusnya sehingga di
daerah tersebut terbentuklah sebuah kelompok masyarakat Desa
Benelan Lor. Desa Benelan Lor diambil dari kata Benel – (Bahasa
Jawa) nama sejenis bambu, karena lahan milik Tompo Wijoyo
banyak bambunya. Dan kata Lor – (Bahasa Jawa) artinya utara.
Karena Desa Benelan Kidul adalah nama wilayah istri pertama
64
Tompo Wijoyo, maka Wilayah istri kedua Tompo Wijoyo yang
kebetulan disebelah utara diberi nama Desa Benelan Lor.
2). Gambaran umum wilayah
Geografis Desa Benelan Lor terletak pada posisi
114,28259°BT dan 8,28936°LS. Topografi ketinggian desa ini
adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 94 m diatas permukaan
air laut. Desa Benelan Lor mempunyai letak di bagian paling
selatan dari wilayah Kecamatan Kabat di mana luas wilayah desa
ini 266,565 Ha dengan curah hujan 100-400 mm/tahun.
Secara administratif Desa Benelan Lor terletak di wilayah
kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi dengan posisi dibatasi
oleh desa-desa tetangga.
1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Gombolirang
2) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Bareng
3) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Pengantigan
4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Gitik
65
Gambar 9: Peta Desa Benelan Lor
Sumber : http://bhabinkamtibmasBenelan
Lor.blogspot.co.id/(diakses tanggal 20 april
2017)
Jarak tempuh Desa Benelan Lor ke Ibu Kota kecamatan
adalah 5 Km, yang ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit hingga
1 jam. Sedangkan jarak tempuh ke Ibu kota Kabupaten adalah 15
Km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1-3 jam.
3). Data Penduduk Desa Benelan Lor
Penduduk Desa Benelan Lor, mayoritas merupakan penduduk
asli daerah tersebut. Rekapitulasi data usia penduduk yang ada di
Desa Benelan Lor dijabarkan dalam tabel dibawah:
Tabel 4. Rekapitulasi Usia Penduduk
No Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Prosentase
1 0-12 bulan 22 23 45 1,4 %
66
No Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Prosentase
2 1-5 tahun 79 82 161 5 %
3 0-7 tahun 67 62 129 4 %
4 7-18 tahun 253 248 501 15,6 %
5 18-56 tahun 749 796 1545 48,2 %
6 > 56 tahun 406 413 819 25,5 %
Jumlah Total 1576 1624 3200
Sumber: Profil Desa Benelan Lor tahun 2015
Data diatas dapat kita lihat bahwa penduduk usia produktif pada
rentang usia 18-56 tahun di Desa Benelan Lor sekitar 1.545 atau sekitar
48,2%. Dari data jumlah usia produktif tersebut merupakan modal
berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM di mana usia
produktif penduduk Desa tersebut mencapai hampir setengah dari total
keseluruhan penduduk. Tingkat /kemiskinan di Desa Benelan Lor
tergolong sangat tinggi. Dari jumlah 1.136 KK di atas, sejumlah 494
KK tercatat sebagai pra sejahtera; 210 KK tercatat keluarga sejahtera I;
147 KK tercatat keluarga sejahtera II; 155 KK tercatat keluarga
sejahtera III; 130 KK tercatat keluarga sejahtera III plus. Jika KK
golongan prasejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK
golongan miskin, maka sekitar 61 % Desa Benelan Lor adalah keluarga
miskin.
Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Benelan
Lor dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok/jenis mata
pencaharian yaitu pertanian, peternakan, PNS, karyawan swasta,
67
TNI/POLRI, perindustrian dan jasa yang meliputi jasa perdagangan,
jasa kesehatan, jasa angkutan serta jasa keterampilan. Berdasarkan data
yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 666
orang, yang bekerja di sektor jasa berjumlah 300 orang, yang bekerja di
sektor perindustrian 169 orang, dan bekerja di sektor lain lain 137
orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata
pencaharian berjumlah 1272 orang berikut ini adalah tabel jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 5. Mata Pencaharian dan Jumlahnya
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pertanian 666
2 Peternakan 4
3 PNS 52
4 Karyawan Swasta 76
5 TNI / POLRI 5
6 Perindustrian 169
7 Jasa
1.Jasa Perdagangan 67
2.Jasa Kesehatan 7
3.Jasa Angkutan 134
4.Jasa Ketrampilan 92
Jumlah 1.272
Sumber : Dokumen Profil Desa Benelan Lor tahun 2013
4). Bidang Pemerintahan Desa Benelan Lor
a). Visi dan Misi
Keberlangsungan sebuah pemerintahan tentu tidak lepas dari
cita-cita sebagai tujuan untuk masa depan lebih baik yang ingin
dicapai oleh setiap pemerintah untuk wilayah tertentu. Tidak lain
68
halnya dengan pemerintah Desa Benelan Lor yang mempunyai
harapan untuk masa depan Desa yang lebih baik oleh karena itu
dirumuskan dan ditetapkan visi Desa Benelan Lor sebagai berikut:
“Terwujudnya Desa Benelan Lor yang aman, tentram, rukun,
adil dan makmur serta mewujudkan Pembangunan Desa yang
merata di segala bidang”
Untuk menjalankan visi tersebut dengan mempertimbangkan
potensi dan hambatan baik internal maupun eksternal, maka misi
yang telah disusun antara lain:
1. Mewujudkan dan mengembangkan kegiatan keagamaan
untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa
2. Mewujudkan dan mendorong terjadinya usaha-usaha
kerukunan antar dan intern warga masyarakat yang
disebabkan karena adanya perbedaan organisasi dan
lainnya dalam suasana saling menghargai dan
menghormati
3. Membangun dan meningkatkan hasil pertanian dengan
jalan penataan pengairan, perbaikan jalan sawah/jalan
usaha tani, pemupukan dan pola tanam yang baik
4. Menata pemerintahan Desa Benelan Lor yang kompak
dan bertanggung jawab dalam mengemban amanat
masyarakat
69
5. Meningkatkan pelayanan masyarakat secara terpadu dan
serius
6. Mencari dan menambah debit air untuk mencukupi
kebutuhan pertanian
7. Menumbuh kembangkan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani serta bekerja sama dengan HIPPA untuk
memfasilitasi kebutuhan petani
8. Menumbuhkembangkan usaha kecil dan menengah
9. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan
di dalam melestarikan lingkungan hidup
10. Membangun dan mendorong majunya bidang
pendidikan baik formal maupun informal yang mudah
diakses dan dinikmati seluruh warga masyarakat tanpa
terkecuali yang mampu menghasilkan insan intelektual,
inovatif dan entrepreneur (wirausahawan)
11. Membangun dan mendorong usaha-usaha untuk
pengembangan dan optimalisasi sektor pertanian,
perkebunan, peternakan dan industry, baik tahap
produksi maupun tahap pengolahan hasilnya.
b). Struktur Organisasi
Keberadaan Rukun Tetangga (RT) sebagai bagian dari suatu
wilayah pemerintahan Desa Benelan Lor memiliki fungsi yang
sangat berarti terhadap pelayanan kepentingan masyarakat wilayah
70
tersebut, terutama yang berkaitan hubungannya dengan
pemerintahan pada level di atasnya. Dari kumpulan Rukun
Tetangga inilah sebuah Padukuhan (Rukun Warga: RW) terbentuk.
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa
Benelan Lor tidak bisa lepas dari struktur administratif
pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini dapat di lihat dalam
bagan berikut ini:
Gambar 10: Susunan Organisasi dan Tata Kerja Desa Benelan Lor
Sumber : Dokumen RPJM Desa Benelan Lor tahun 2011-2015
Tabel 6. Nama Pejabat Pemerintah Desa Benelan Lor
No Nama Jabatan
1 Anip Hariyadi Kepala Desa
2 Muslih Ali, BA Sekretaris Desa
3 Mulyadi Kasun Krajan
4 Danuri Kasun Gumuksari
5 Suruji Kasun Popongan
6 Wafiqni Kaur Pemerintahan
71
No Nama Jabatan
7 Budi Harsono Kaur Pembangunan
8 Siti Rofi’ah Kaur Umum
9 Eka Susilowati Kaur Keuangan
10 M. Ihsan Kaur Kesra
11 Hilwah Ketua PKK
12 Eko Toto Pranoto Ketua LPMD
13 Saroni Ketua BPD
Sumber : Dokumen Profil Desa Benelan Lor tahun 2015
c). Isu Permasalahan dan Program Pemerintah Desa Benelan
Lor
Pemerintah Desa Benelan Lor mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab kepada pemerintah yang lebih tinggi (Pemerintah
Pusat) untuk mengatur dan melaksanakan tatanan pemerintahan
yang ada di tingkat Desa sesuai dengan sistem perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Setiap 5 tahun sekali
pemerintah desa mempunyai kewajiban untuk menentukan
berbagai macam program yang diperlukan sebagai bagian dari
kegiatan pembangunan, dimana pada setiap tahunnya hasil
penjabaran program 5 tahunan ini akan diusulkan untuk ditindak-
lanjuti pada tingkat yang lebih tinggi untuk mendapatkan bantuan
realisasi dari pemerintah yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat
urgensi (ke-mendesak-an) program tersebut. Adapun program
pemerintah Desa Benelan Lor diantaranya diidentifikasikan dalam
menjadi 8 isu/permasalahan, yaitu:
1. Sarana dan prasarana wilayah
72
2. Ekonomi
3. Kelembagaan
4. Keagamaan
5. Sosial
6. Pendidikan
7. Pertanian
8. Kesehatan
Dari 8 isu permasalahan tersebut, dibagi lagi menjadi beberapa sub
isu/permasalahan seperti tabel 10.
Tabel 7. Daftar isu permasalahan Desa Benelan Lor
No Harapan 5 Tahun ke Depan Program
1. Sarana
dan
Prasarana
1. Teratasinya
masalah Jalan
a. Pemavingan gang Dusun krajan,
Dusun Popongan dan Gumuksari
b. Perbaikan Jalan Raya Benelan Lor
c. Perbaikan Jalan Jurusan Desa
Bareng
d. Perbaikan Jalan urusan Desa
Labanasen
2. Teratasinya
masalah
jembatan demi
peningkatan dan
percepatan
pertumbuhan
ekonomi
a. Rehab jembatan Dusun Krajan
RT. 01 RW. 03
b. Rehab Plat Duiker jalan Dusun
Gumuksari
c. Rehab Plat Duiker Jalan Raya
Benelan Lor
d. Rehab Plat Duiker Jalan Popongan
3. Pencegahan
Banjir
a. Drainase kanan kiri jalan Dusun
Krajan
b. Drainase kanan kiri jalan Dusun
Popongan
c. Pembangunan Trotoar Jalan
4. Tersedianya air
bersih
a. Pembuatan MCK Dusun
Gumuksari
b. Penambahan Tandon air bersih
73
No Harapan 5 Tahun ke Depan Program
5. Meningkatkan
mutu hasil
pertanian
a. Saluran irigasi sawah dusun
Krajan
b. Saluran Irigasi Dusun Popongan
c. Saluranirigasi Dusun Gumuksari
sawah racak
6. Tersedianya
sarana pelayanan
masyarakat dan
tempat ibadah
yang memadai
a. Rehab masjid dan musholla
b. Rehab kantor PKK
c. Rehab Kantor Desa
d. Finishing rehab Balai Desa
e. Pembuatan gapura Batas Desa
f. Pembuatan poskamling
2. Pembang
unan
Ekonomi
1. Terwujudnya
ekonomi
produktif melalui
kredit lunak
a. Pembuatan toko pertanian
2. Terciptanya
tenaga-tenaga
pertukangan yang
memadai
a. Pelatihan pertukangan
b. Pinjaman modal usaha yang lunak
3. Kelembag
aan
1. Terwujudnya
peningkatan
kinerja para
perangkat desa
a. Meningkatkan kinerja aparat desa
b. Bimbingan/penyuluhan teknis
administrasi perangkat desa
c. Buku panduan yang lengkap
d. Pengawasan dan pengarahan
secara kontinyu/berkelanjutan
2. Adanya
informasi dan
komunikasi antar
lembaga dan
masyarakat
a. Menghidupkan kembali rembug
desa
b. Memfungsikan BPD secara
maksimal oleh masyarakat
c. BPD masuk kantor minimal sekali
dalam seminggu
d. Pengadaan computer/meja kerja di
setiap lembaga
4. Keagama
an
1. Sarana
pendidikan
agama
a. Bantuan sarana dan prasarana
TPQ
b. Pengadaan buku-buku agama dan
Al-Qur’an
5. Sosial 1. Meningkatkan
taraf hidup demi
terciptanya
kesejahteraan
masyarakat
a. Penerangan jalan
b. Bantuan untuk pengentasan
kemiskinan
c. Penyuluhan di bidang hukum,
kesehatan dan pertanian
d. Perbaikan rumah tidak layak huni
74
No Harapan 5 Tahun ke Depan Program
6. Pendidika
n
1. Tersedianya
sarana
pendidikan yang
layak
a. Pemavingan halaman MI
Tarbiyatul Mubtadiin dan MTs
Maulana Ishaq
b. Pemavingan halaman SD Negeri 1
Benelan Lor
c. Pemavingan halaman TK
Popongan
d. Membantu melengkapi sarana dan
prasarana pendidikan
e. Diadakannya peningkatan
pembelajaran siswa melalui
kursus-kursus untuk mencapai
kurikulum
f. Bantuan sarana sekolah ditingkat
TK, SD/MI dan MTs/SMP seperti
komputer, meubelair, buku untuk
SD/MI/MTs dan APE untuk
TK/RA
g. Bantuan beasiswa warga miskin
7. Pertanian 1. Hasil pertanian
dapat mencukupi
kebutuhan
a. Bantuan hand tracktor
b. Penyuluhan teknologi pembuatan
pupuk organik
c. Penyuluhan pertanian
2. Meningkatnya
penghasilan
petani
a. Bantuan pupuk organik dan
pestisida
b. Bantuan bibit unggul
c. Pinjaman petani tanpa bunga
d. Penyetaraan harga gabah
8. Kesehata
n
1. Peningkatan
pelayanan
kesehatan
a. Pembangunan poskesdes
b. Bantuan sarana medis
c. Bantuan biaya KB
d. Penyuluhan kesehatan
e. Bantuan obat-obatan
9. Lingkung
an hidup
1. Penanganan
pencemaran
lingkungan
a. Pembangunan tempat
pembuangan sampah tiap
lingkungan
b. Pembangunan tempat
pembuangan sampah akhir
c. Pengelolaan sampah
2. Pelestarian
lingkungan hidup
a. Penghijauan
Sumber: RPJM Desa Benelan Lor tahun 2010-2015
75
b. Gambaran Umum Keberadaan Infrastruktur Jalan Desa Benelan
Lor
Pembangunan suatu wilayah selalu berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi yang ada pada suatu wilayah tertentu. Dalam mewujudkan
pertubuhan ekonomi tentu saja tidak terlepas dari prasarana sebagai
penunjang kegiatan perekonomian tersebut. Tanpa adanya prasarana, dalam
hal ini infrastruktur jalan, dapat dipastikan dapat menghambat sistem
perekonomian suatu wilayah.
Pada latar belakang, telah dijabarkan sebagaimana wilayah Desa
Benelan Lor kurang mendapat perhatian dari segi infrastruktur jalan dalam
beberapa kurun waktu terakhir.
76
Gambar 11: Kondisi infrastruktur jalan pada bagian tanjakan menuju
areal persawahan setelah 1 hari hujan dengan intensitas
tinggi
Sumber : Data primer hasil observasi peneliti tahun 2017
Gambar 14 seperti diatas menunjukkan kondisi infrastruktur jalan pada
bagian tanjakan yang menuju areal persawahan. Dimana, gambar tersebut
diambil dalam selang waktu 1 hari setelah hujan turun dengan intensitas
tinggi. Jalan yang berlubang tersebut memiliki kedalaman mencapai batas
paling atas dari mata kaki orang dewasa.
77
Kondisi tersebut yang senantiasa diresahkan dan dikawatirkan
masyarakat Desa apabila tidak segera mendapat penanganan dari
pemerintah pada tingkat Kabupaten, maka dampak permasalahan ini bisa
menjadi semakin melebar. Sebagaimana yang disampaikan salah seorang
masyarakat saat itu bahwa kondisi tersebut sudah lebih dari 5 tahun, namun
tidak kunjung diperhatikan. Padahal jika tetap demikian, maka bisa saja
memakan korban.
B. Penyajian Data Fokus Penelitian
1. Sinergitas pemerintah desa dengan masyarakat dalam perencanaan
infrastruktur jalan Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi
Perencanaan dilakukan dengan mengacu pada Undang-Undang no. 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dimana
perencaan dilakukan untuk menentukan tindakan apa saja yang akan dilakukan
di masa depan tentu saja dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Demikian halnya dengan perencanaan pembangunan infrastruktur jalan di
Desa Benelan Lor, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi yang
direncanakan untuk dapat dilakukan perbaikan. Namun, perencanaan tidaklah
berjalan secara otomatis, sehingga diperlukan keterlibatan banyak pihak untuk
ikut merencanakan kegiatan perencanaan pembanguan infrastruktur jalan Desa
tersebut. Hubungan keterlibatan diantara pihak-pihak yang berpengaruh untuk
ikut andil dalam kegiatan perencanaan tersebut dinamakan sinergitas. Adapun
78
yang dimaksud di sini tidak lain adalah terjalinnya sinergitas pemerintah desa
dengan masyarakat dalam merealisasikan perencanaan pembangunan
infrastruktur jalan sehingga dapat memperlancar semua kegiatan yang
berkaitan dengan perekonomian yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan temuan bahwa perencanaan
pembangunan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor yang sudah
direncanakan, belum menunjukkan hasil yang nyata, belum ada implementasi
dari hasil perencanaan tersebut. Dari kondisi tersebut, peneliti menarik
hipotesis awal dengan melihat bagaimana sinergitas antara berbagai pihak yang
berkaitan langsung dengan keadaan di lapangan. Fakta di lapanganbahwa pihak
yang secara berkaitan secara langsung adalah pihak pemerintah Desa dengan
masyarakat. Dengan adanya hubungan yang terjalin diantara pemerintah desa
dengan masyarakat yang saling bersinergi dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur jalan guna merealisasikan perencanaan pembangunan
infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor. Dukungan yang diberikan pihak-pihak
tersebut untuk merealisasikan perencanaan pembangunan infrastruktur terjadi
tanpa adanya unsur keterpaksaan diantara masing-masing pihak dan hubungan
pihak-pihak tersebut tidak lain didasarkan pada rasa saling membutuhkan.
Sehingga akan didapatkan hasil bahwa adanya sinergitas yang dapat dilihat dari
peran pemerintah desa dengan masyarakat secara keseluruhan dalam
merealisasikan perencanaan pembangunan infrastruktur di Kabupaten
79
Banyuwangi, khususnya infrastruktur jalan untuk memperlancar kegiatan
perekonomian di Desa benelan Lor.
a. Peran pemerintah terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Pemerintah merupakan lembaga beserta aparaturnya yang
bertanggung jawab untuk melayani dan melaksanakan mandat dari
rakyat di suatu wilayah tertentu. Pemerintah yang dimaksud pada
penelitian ini yaitu pihak pemerintah yang mempunyai
keterkaitansecara langsung dan paling dekat dengan kondisi
permasalahan di lapangan dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur jalan yang ada di Desa Benelan Lor, yaitu pemerintah
Desa Benelan Lor.
Pemerintah Desa Benelan Lor yang berkaitan atau bertanggung
jawab langsung dalam permasalahan infrastruktur jalan Desa yang
dimaksudyaitu, Kepala Desa Benelan Lor yang dibantu olehperangkat
Desauntuk menjalankan sistem pemerintahan di wilayah Desa tertentu.
Sebagaimana pemimpin tertinggi di wilayah Desa Benelan Lor
menyampaikan kronologi kondisi jalan tersebut dan usulan anggaran
yang direncanakan dalam Musrenbang sebesar Rp 2.118.000.000,-
(Untuk rincian, lihat lampiran 4 dan 5).Sebagaimana disampaikan oleh
Bapak Muslih, selakusekretaris Desa Benelan Lorbahwa:
80
“Jalan disini sudah mulai rusak tahun 2008, tapi belum seberapa
mbak. Dulu pernah diaspal, tapi kondisinya tidak seperti kondisi
sekarang, sudah semakin membahayakan masyarakat yang
lewat.Padahal sudah diusulkan lewat Musrenbang setiap tahun, tapi
sampai sekarang masih belum ada yang direalisasi, baru drainase-
nya, itupun sudah beberapa tahun lalu juga. Tapi pihak pemerintah
Desa disini juga tidak tau, tidak pernah ada surat pemberitahuan dari
Dinas tertentu, padahal kan seharusnya ada pemberitahuan ke Desa.
Sekarang kondisinya sudah seperti yang ada sekarang, sudah tidak
cukup menampung air hujan, karena di wilayah sini kalau hujan,
curah hujannya tinggi. Sedangkan drainase-nya tidak kuat
menampung air hujan, jadi airnya meluber ke jalan utama dan bisa
saja membahayakan masyarakat ataupun pengguna jalan disini.”
(Hasil wawancara tanggal 07 maret 2017 pukul 10.37 WIB di Kantor
Desa Benelan Lor)
Selanjutnya, disampaikan lagi oleh Bapak Muslihbahwasanya:
“Kami disini sudah berusaha mengusulkan mulai dari Kecamatan
sampai Kabupaten mbak, tapi ya belum terrealisasi. Mungkin disini
bukan prioritas lah mbak, apalagi sekarang di Banyuwangi
Bupatinya sudah sering mengadakan kegiatan yang punya
tarafInternasional, jadi mungkin di Desa ini belum menjadi prioritas.
Pasti yang diprioritaskan ya akses menuju tempat kegiatannya dan
sarana prasarana disana. Sekalipun untuk menambah pemasukan
Kabupaten, tapi kan kami juga perlu prasarana jalan untuk kegiatan
pertanian dalammemenuhi kebutuhan hidup. Apalagi, masyarakat
disini mayoritas petani, ya hidupnya dari hasil itu.Kalau tidak salah
tahun ini realisainya, tapi tidak tau juga kapan akan dimulai. Kami
berharap supaya bisa segera direalisasikan”(Hasil wawancara
tanggal 07 maret 2017 pukul 10.37 WIB di Kantor Desa Benelan
Lor)
Dari uraian diatas, dipaparkan oleh sekretaris Desa setempat, bahwa
permasalahan infrastruktur jalan Desa sudah dibawa dalam forum
Musrenbang, namun masih belum ada tindakan untuk
mengimplementasikan dokumen perencanaan yang sudah dibuat.
Disampaikan oleh sekretaris Desa bahwa sejak Pemerintah Kabupaten
sering mengadakan kegiatan bertaraf Internasional, pembangunan
masih diprioritaskan untuk perbaikan infrastruktur, sarana dan
81
prasarana untuk mendukung kegiatan yang diadakan pemerintah
Kabupaten, sehingga yang memang dibutuhkan untuk mobilitas
penunjang kegiatan perekonomian pokok seringkali dikesampingkan.
Namun, yang menjadi kabar baik disini bahwa implementasi dari
perencanaan pembangunan infrastruktur jalan Desa Benelan Lor akan
dilaksanakan tahun 2017 dengan kepastian waktu belum dapat
diketahui oleh pihak Pemerintah Desa.
Pemerintah Desa Benelan Lor tergolong dalam pemerintah yang
berperan aktif dalam proses kegiatan mulai dari perencanaan
pembangunan. Salah satu bentuk peran aktif tersebut yaitu adanya
kelengkapan dokumen dan data-data pendukung yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengusulan program-program yang akan dibahas
dalam kegiatan Musrenbang Desa. Sebagai wakil pemerintah pusat
yang ada di daerah, Pemerintah Desa Benelan Lor mengusahakan agar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari, terutama yang sangat erat kaitannya
dengan kegiatan perekonomian, seperti disampaikan oleh Bapak
Muslih dalam kutipan pernyataan bahwa:
“Kami sudah berusaha untuk mengusahakan perbaikan jalan disini
melalui swadana, tapi kan dana untuk pembiayaan perbaikan jalan
itu besar mbak. Sedangkan dana desa yang ada sudah ada peruntukan
penggunaannya. Pemerintah Desa disini juga terus mengajak
masyarakatagarmasyarakat disini tetap mau ikut musyawarah
terutama kegiatan musrenbang, setiap pertemuan rutin musyawarah
desa selalu kami sampaikan bahwa pembangunan jalan itu hak kita,
kan kita suadah bayar pajak ke pemerintah, ya kita juga berhak buat
dapat timbal baliknya.”(Hasil wawancara tanggal 07 maret 2017
pukul 10.37 WIB di Kantor Desa Benelan Lor)
82
Tidak hanya sampai disitu, disampaikan pada pernyataan diatas
bahwa pemerintah memberikan motivasi kepada masyarakat untuk ikut
andil dalam setiap kegiatan seperti Musrenbang sebagai wakil dari Desa
untuk Musrenbang Kecamatan. Pemerintah Desa meyakinkan
masyarakat di wilayah Desa tersebut untuk tidak pernah berhenti
berusaha untuk mendapatkan hak-haknya sebagai masyarakat yang
memang sudah seharusnya bisa mendapat fasilitas yang layak, sebagai
bentuk timbal balik dari pemerintah untuk masyarakat karena sudah
membayar pajak untuk kepentingan Negara dan Pemerintahan di
daerah.
b. Peran masyarakat terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting pada proses
perencanaan pembangunan infrastruktur Desa Benelan Lor. Namun tidak
hanya pemerintah saja yang harus turun tangan dalam sebuah perencanaan
yang menyangkut kesejahteraan masyarakat, perlu dukungan dan
keterlibatan banyak pihak dalam perencanaan pembangunan infrastruktur
maupun proses implementasi yang dapat mendukung setiap proses
perencanaan agar perencanaan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain
pemerintah, pihak lain yang penting dalam perencanaan pembangunan
infrastruktur Desa Benelan Lor tidak lain yaitu masyarakat. Yang dimaksud
83
masyarakat disini adalah masyarakat sebagai pengguna infrastruktur atau
konsumen, karena infrastruktur yang tersedia merupakan kebutuhan
masyarakat yang memang dipergunakan sebagai sarana pendukung segala
kegiatan perekonomian masyarakat. Masyarakat berperan dalam membantu
proses kelancaran perencanaan infrastruktur sebagaimana dengan
membayar pajak setiap tahun kepada Negara dan memberikan masukan ide
maupun tenaga, apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk melakukan
kegiatan swadaya dalam implementasi perencanaan pembangunan
infrastruktur.
Dari hasil wawancara secara interaktif dengan beberapa warga Desa
Benelan Lor seperti disampaikan oleh bapak Solichin bahwa:
“Saya rutin bayar pajak tiap tahun, mbak. Karena selain sudah
menjadi kewajiban, kalau di Desa itu kan bayarnya ditampung jadi
satu di Kantor Desa. Kalau tidak bayar pajak nanti bisa didenda lebih
besar, kan saya juga lebih tidak mampu bayar, mbak. Kalau untuk
sumbangan tenaga ya sudah tidak perlu ditanyakan lagi lah mbak.
Warga disini peduli dengan kegiatan Desa”(Hasil wawancara
tanggal 08 maret 2017 pukul 12.50 WIB di areal persawahan Desa
Benelan Lor)
Pernyataan yang disampaikan bapak Solichin hampir sama halnya dengan
yang disampaikan oleh Ibu Atikbahwa:
“Kalau bayar pajak, sudah pasti rutin mbak tiap tahun. Kalau bayar
pajak kan sudah jadi tanggung jawab. Meskipun saya hidup pas-
pasan, kalau bisa ya jangan sampai lupa buat bayar pajak. Kalau
mbak menanyakan sumbangan secara tenaga sudah pasti kalau
warga desa ya langsung guyub mbak. Tapi kalau ibu-ibu biasanya
bagian dapur, bapak-bapaknya yang kerja, ibu-ibu bagian konsumsi
buat bapak-bapaknya yang kerja bakti.”(Hasil wawancara tanggal 08
maret 2017 pukul 10.50 WIB di areal persawahan Desa Benelan Lor)
84
Wawancara interaktif yang dilakukan secara acak/random didapatkan hasil
bahwa masyarakat Desa tidak merasa keberatan apabila diharuskan
membayar pajak karena itu sudah menjadi kewajiban masyarakat dan
sewaktu-waktu memang sangat diperlukan baik ide maupun tenaga untuk
melakukan kegiatan swadaya demi mendukung kelancaran kegiatan
perekonomian. Bahkan beberapa dari warga yang memiliki perekonomian
lebih dari cukup, mengatakan bahwa mereka siap apabila diminta untuk
memberikan iuran swadana untuk keperluan Desa dengan dalih agar semua
kegiatan perekonomian supaya tidak terganggu dengan kondisi
infrastruktur yang dirasa sangat membutuhkan perbaikan di Desanya.
Dari hasil wawancara interaktif yang didapatkan di lapangan, peran
masyarakat pada sinergitas pemerintah daerah dengan masyarakat dalam
hal perencanaan pembangunan infrastruktur jalan antara lain sebagai
pengguna infrastruktur, memberikan ide/masukan, membayar pajak serta
iuran swadana dan tenaga apabila memang sangat diperlukan. Peran
masyarakat tersebut sangat mendukung keberlangsungan sistem
perencanaan pembangun infrastruktur, karena tanpa adanya kontribusi
berupa pajak dari masyarakat maka kegiatan dalam hal implementasi
perencanaan pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik. Namun, pada
kenyataannya dalam menjalankan peran sebagai pengguna infrastruktur,
masyarakat seringkali acuh terhadap pemeliharaan kondisi prasarana
infrastruktur jalan tersebut, seperti kelebihan muatan hasil panen padi yang
dibawa oleh kendaraan pengangkut hasil panen tersebut sehingga seringkali
85
masyarakat tidak menyadari bahwa adanya kelebihan muatan merupakan
salah satu faktor yangmengakibatkan infrastruktur mudah/rentan terhadap
kerusakan.
Aaaa
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
a. Faktor pendukung sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor Kecamatan
Kabat Kabupaten Banyuwangi
1). Dukungan Pemerintah dalam perencanaan infrastruktur
jalan Desa Benelan Lor
Banyak faktor yang mempengaruhi sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan di desa
Benelan Lor. Tentu saja, semua proses baik yang berkaitan dengan
perencanaan infrastruktur jalan Desa maupun proses implementasinya
tidak terlepas dari peran banyak pihak. Dalam hal ini yang mempunyai
pengaruh langsung di wilayah Desa Benelan Lor yaitu Pemerintahdan
Masyarakat. Dimana, hubungan yang terjalin diantara pihak-pihak
tersebut dan dukungan diantara kedua belah pihak dinamakan
sinergitas.Bentuk dukungan dari pemerintah desa, disampaikan oleh
masyarakat Desa, seperti dalam beberapa wawancara dibawah:
“Kepala Desa disini aktif mbak. Beliau orang yang bertanggung
jawab dalam melaksanakan amanahnya sebagai Kepala Desa. Beliau
86
terus mengingatkan supaya warga disini aktif ikut kegiatan
musyawarah. Karena kan untuk warga juga buat Desa supaya lebih
baik. Setiap tahun juga selalu yang dibahas di musyawarah juga
mengenai jalan yang belum diperbaiki ini. Pemerintah Desa juga
selalu mendukung usulan dari warga. Semua yang diusulkan warga
selalu ditampung sama Pak Kades. Warga disini sering diworo-woro
untuk sumbangan sukarela, tapi ya semampunya, sedangkan
perbaikan jalan kan perlu uang banyak, mana mampu kalau Desa
nanggung sendiri.” (Hasil wawancara dengan Ibu Atik tanggal 08
maret 2017 pukul 10.50 WIB di areal persawahan Desa Benelan Lor)
Pernyataan yang sama disampaikan oleh Bapak Solichin bahwa:
“Pak Kades itu orang bertanggung jawab sama warga, mbak. Kalau
ada warga menyampaikan keluhan, selalu ditampung. Dibicarakan
dalam musyawarah, dicari jalan keluarnya bersama-sama. Usulan
dari warga selalu dibawa saat kegiatan musrenbang. Pak Kades yang
minta supaya warga disini aktif waktu kegiatan musrenbang untuk
menyampaikan keluhan, sekalian dicari jalan keluarnya kalau
memang tidak bisa diselesaikan ditingkat Desa. Sekarang yang jadi
masalah penting ya jalan ini mbak, meresahkan warga disini kalau
tidak segera diperbaiki.Woro-woro untuk sumbangan juga sudah
dilakukan, tapi kami disini cuma petani mbak, penghasilan cukup
untuk makan, jadi ya sumbangan sukarela saja. Untuk aspal jalan
kan butuh biaya yang besar, ya tidak mampu lah kami” (Hasil
wawancara dengan Bapak Solichin tanggal 08 maret 2017 pukul
12.50 WIB di areal persawahan Desa Benelan Lor)
Pernyataan yang sama lainnya disampaikan Bapak Saroni selaku Ketua
BPD bahwa:
“Ya sama Pak Kades selalu didukung mbak. Apalagi buat warga
disini. Kalau bicara masalah dukungan ya banyak mbak, seperti
musyawarah rutin Desa, musrenbang, woro-woro untuk sumbangan
sukarela, banyak lah mbak. Saya juga tidak bisa sebutkan satu-satu.
Apalagi kalau sudah musrenbang tahunan, pak kades dan pak sekdes
pasti sudah tidak ada di Desa, sudah ikut musrenbang sampai
Kabupaten.” (Hasil wawancara tanggal 07 maret 2017 pukul 14.50
WIB di areal persawahan Desa Benelan Lor)
Pemerintah, dalam hal ini pemerintah di wilayah desa memberikan
dukungan dalam mengawal hasil musyawarah rencana pembangunan
(Musrenbang) desa yang telahdirumuskan dalam beberapa tahun
87
terakhir. Selain itu, pemerintah desa memberikan motivasi kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengumpulkan pembiayaan
swadana untuk dapat merealisasikan perencanaan infrastruktur yang
sampai saat ini belum menjadi prioritas pemerintah Kabupaten.
Dari hasil pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa
peran Pemerintah dalam perencanaan infrastruktur jalan desa Benelan
Lor memiliki kepentingan yang sangat tinggi dalam mengarahkan
masyarakat di wilayah tersebut untuk peduli terhadap fasilitas atau
sarana dan prasarana infrastruktur yang menunjang kegiatan
masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. Adanya peran pemerintah
menjadi pemicu utama dapat atau tidaknya sebuah perencanaan dapat
berjalan dengan baik. Dapat dikatakan bahwa, salah satu faktor yang
mendukung terciptanya sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
dalam perencanaan infrastruktur jalan di desa Benelan Lor adalah
keterlibatan dan peran aktif Pemerintah untuk memberikan dukungan
sepenuhnya dalam setiap proses perencanaan maupun implementasi
perencanaan tersebut.
2). Peran aktif masyarakat sebagai bentuk partisipasi
masyarakat terhadap perencanaan infrastruktur dalam
perencanaan infrastruktur jalan Desa Benelan Lor
Selain faktor dukungan Pemerintah, faktor lain yang
mempengaruhi terciptanya sinergitas dalam perencanaan infrastruktur
jalan di desa Benelan Lor, tidak lain adalah masyarakat desa. Hal
88
tersebut dapat dilihat dari keluhan yang disampaikan masyarakat
kepada Pemerintah desa untuk segera menindak lanjuti dan mencari
solusi yang berkaitan dengan dampak permasalahan yang ditimbulkan
dari kerusakan jalan. Disampaikan Bapak Muslih, bahwasanya:
“Untuk kegiatan musyawarah disini, rutin dilakukan. Tiap
bulannya bisa beberapa kali untuk masing-masing RT, RW
maupun dusun. Setelah itu biasanya ada laporan ke Desa setelah
dilakukan musyawarah. Kalau untuk musrenbang sudah pasti dari
Pemerintah Desa selalu ada pemberitahuan baik untuk ke Dusun,
RT, atau RW. Tidak hanya itu saja, tokoh masyarakat, tokoh
agama juga kader-kader baik kesehatan atau karang taruna, PKK,
dan lain-lain pasti diberi tahu, mbak. Kan kalau musrenbang
sudah masuk lingkup Desa, jadi semua harus tau. Ya, selama ini
kan kegiatan musrenbang dijadikan tempat untuk menampung
apa yang jadi uneg-unegnya warga, kalau sampai tidak ada
pemberitahuan, kasihan warga kalau sampai kecewa.”(Hasil
wawancara tanggal 07 maret 2017 pukul 10.37 WIB di Kantor
Desa Benelan Lor)
Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Eka, selaku Kaur
Keuangan bahwa:
“Iya memang benar kok mbak. Sama halnya seperti yang
disampaikan Pak Muslih, kami selalu kasih pemberitahuan, baik
itu melalui undangan ke RT, RT, Dusun serta kader-kader
kesehatan, PKK, karang taruna, maupun pemberitahuan yang
kami pasang di papan pengumuman Desa, jadi warga bisa setiap
kali lihat. Dan warga disini selalu merespon baik setiap adanya
kegiatan musrenbang, sekalipun jumlahnya tidak terlalu banyak
memang, karena kegiatan dilaksanakan malam hari”(Hasil
wawancara tanggal 07 maret 2017 pukul 11.47 WIB di Kantor
Desa Benelan Lor)
Kebijakan yang diambil oleh Kepala Desa dengan mengumpulkan
seluruh lapisan masyarakat termasuk RT, RW, tokoh masyarakat, dan
tokoh agama untuk melakukan musyawarah sebagai mana yang selalu
rutin dilakukan di desa setempat untuk membicarakan permasalahan
89
yang berkaitan dan menunjang kegiatan perekonomian masyarakat.
Hasil musyawarah tersebut yang nantinya akan disampaikan dalam
musrenbangdes untuk membentuk daftar prioritas yang akan diajukan
dalam musrenbang di tingkat yang lebih tinggi.
Dari kebijakan yang diambil oleh Kepala Desa Benelan Lor dalam
mengajak masyarakat untuk mengadakan musyawarah yang berkaitan
dengan permasalahan kerusakan infrastruktur di desa mereka, dapat
membuahkan hasil yang baik. Antusias masyarakat terbukti dari
kehadiran perwakilan tiap lembaga desa dan masyarakat dalam
musyawarah bersama Pemerintah Desa untuk perencanaan infrastruktur
jalan di desa Benelan Lor yang tercatat dalam bentuk dokumen adalah
sebagai berikut:
Tabel 8. Jumlah peserta yang hadir dalam rapat/musyawarah
NO JABATAN/UNSUR JUMLAH
1 PERANGKAT DESA 6
2 KA.DUSUN/RT/RW 27
3 LEMBAGA DESA 21
4 TOKOH MASYARAKAT 2
5 LAIN-LAIN 6
TOTAL 62
Sumber: RPJMDesa tahun 2016 - 2021
Dari tabel diatas, sinergitas yang terjalin antara Pemerintah dengan
masyarakat tidak hanya pada musyawarah di awal perencanaan,
melainkan kesanggupan masyarakat dalam memberikan pembiayaan
90
swadana untuk merealisasikan perencanaan infrastruktur di desa
Benelan Lor. Adapun pembiayaan yang disanggupi masyarakat,
merupakan bentuk partisipasi secara aktif dari masyarakat untuk ikut
peduli terhadap keberadaan dari infrastruktur jalan desa tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa keterlibatan dari pihak masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam musyawarah dan ikut berpartisipasi dalam
pembiayaan secara swadana untuk merealisasikan perencanaan
infrastruktur di desa Benelan Lor menjadikan sinergi di antara dalam
perencanaan infrastruktur menjadi lancar.
b. Faktor penghambat sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Proses dalam mencapai suatu tujuan, tentu saja tidak hanya terdapat
faktor pendukung namun ada faktor penghambat dalam menjalani proses
tersebut. Sebagaimana yang terjadi dalam menciptakan sinergitas
pemerintah desa dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Adapun yang menjadi faktor
penghambat dalam sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat dalam
perencanaan infrastruktur jalan Desa adalah sebagai berikut:
1). Perilaku masyarakat terhadap penggunaan infrastruktur
Ada begitu banyak faktor yang menghambat terjalinnya sinergitas
pemerintah Desa dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur
91
jalan di desa Benelan Lor. Namun, permasalahan tersebut juga muncul
akibat dari masyarakat di wilayah tersebut. Sebagaimana fakta di
lapangan yang didapatkan penulis adalah sulitnya membangkitkan
kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap pemeliharan sarana
prasarana infrastruktur jalan. Disampaikan oleh bapak Muslih
mengenai hal yang menjadi penghambat dalam permasalahan jalan
sebagai berikut:
“Kalau bicara soal hambatan, sebenarnya banyak. Apalagi
dengan kondisi warga disini yang hanya berbekal pengetahuan
yang minimum, perlu waktu dan kesabaran untuk memberikan
himbauan untuk ikut menjaga aset yang ada. Salah satu contoh,
mengenai jumlah muatan hasil pertanian yang akan dibawa ke
tempat penggilingan padi. Pemerintah Desa sudah sering
menyampaikan supaya membawa muatan secukupnya. Selain
supaya jalan aspal tidak cepat rusak, juga disatu sisi bisa
meminimalisir tingginya tingkat kecelakaan juga. Tapi warga
disini taunya yang penting menghemat keluarnya biaya, apalagi
disini belum banyak warga yang mempunyai alat transportasi
yang memadai untuk mengangkut hasil pertanian ke tempat
penggilingan padi.” (Hasil wawancara tanggal 07 maret 2017
pukul 10.37 WIB di Kantor Desa Benelan Lor)
Seperti yang sudah disampaikan oleh Bapak Muslih, bahwa
hambatan/kesulitan tersebut juga dikarenakanperilaku masyarakat.
Dengan tidak adanya pengetahuan yang cukup, masyarakat di wilayah
Desa Benelan Lor memiliki kecenderungan untuk lebih mementingkan
jumlah biaya yang dikeluarkan dari pada meminimalisir tingginya
tingkat kecelakaan.Disisi lain minimnya pengetahuan yang dimiliki
masyarakat belum mampu membentuk pola pikir untuk menciptakan
kesadaran masyarakat untuk sekedarikut menjaga kondisi jalan yang
92
sebenarnyabisa sedikir memperpanjang life-timedari prasarana jalan
tersebut.
2). Sinergitas yang terjadi masih dalam level perencanaan
Selain faktor-faktor yang menghambat sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat tersebut di atas, faktor lainnya yang menghambat
ialah belum ada implementasi dari usulan yang telah dibuat dan
tertuang dalam RPJMDes. Dengan demikian belum ada sinergitas yang
baik dalam penyelesaian permasalahan isu di Desa Benelan Lor.
Dipaparkan oleh Ibu Eka, bahwa kesulitan/hambatan yang dihadapi
dalam pernyataan berikut:
“Selain dari masyarakat, yang jadi hambatan ya, belum ada
realisasi dari pemerintah pusat. Padahal sudah diusulkan setiap
tahunnya di musrenbang, sudah masuk RPJM Desa juga. Tapi ya,
sejauh ini masih belum ada realisasinya. Sudah ada 5 tahun lebih.
Pernah wargasampai putus asa sebenarnya. Tapi Pak Kades tetap
menyampaikan kalau apa yang jadi hak Desa ya harus
diperjuangkan, apalagi kita sebagai warga sudah bayar pajak”
(Hasil wawancara tanggal 07 maret 2017 pukul 11.47 WIB di
Kantor Desa Benelan Lor)
Dari hasil wawancara tersebut, disampaikan bahwa rencana
pembangunan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor, sudah diusulkan
sejak lama, sudah lebih dari 5 tahun dan sudah rencanakan dan
dimasukkan dalam dokumen RPJM Desa, namun pada kenyataannya
masih belum ada bukti nyata dari hasil perencanaan tersebut.
Melihat kondisi yang ada bahwa isu permasalahan yang dibuat
tertuang dalam dokumen RPJMDes tahun 2010-2015, seharusnya
sudah dapat dilihat hasilnya, meskipun hanya beberapa persen saja, atau
93
minimal sudah dalam proses (on going process). Namun, pada
kenyataannya hingga tahun 2017 belum ada implementasi nyata yang
dapat dilihat dari hasil perencanaan tersebut. Sehingga dari fakta
tersebut, sinergitas yang ada di Desa Benelan Lor dapat dikatakan
masih dalam level perencanaan saja.
C. Analisis Data
1. Proses terjalinnya sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat
Kabupaten Banyuwangi
Proses terjalinnya sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat dalam
perencanaan infrastruktur di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi berawal dari permasalahan kerusakan infrastruktur jalan. Menurut
Adji Adisasmita (2011, dalam Erdian, 2015) Jalan merupakan prasarana
transportasi darat yang meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu intas, yang berada pada
permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah atau air
serta diatas permukaan air. Selain itumenurut Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2004 tentang Jalan pada Bab I, Pasal 1, Butir 4,
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah,
di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan kabel.
94
Sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang, ketentuan lebih lanjut diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan dalam
Wahidi, 2015 Jalan Desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. Jalan Desa
dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi lokal di daerah pedesaan. Fungsi
lokal yang dimaksud disini antara lain sebagai penghubung antar desa atau ke
lokal pemasaran, sebagai penghubung hunian/perumahan, dan sebagai
peghubung desa ke kecamatan/kabupaten/provinsi.Sehingga dapat dikatakan
bahwa Jalan Desa berfungsi untuk dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di
wilayah perdesaan. Dengan adanya jalan Desa, maka distribusi komoditas yang
dihasilkan di desa dapat dinikmati hasilnya baik oleh masyarakat setempat
ataupun masyarakat diluar wilayah tersebut. Selain itu, manfaat jalan desa untuk
masyarakat di perdesaan yaitu:
1. Dapat memperlancar hubungan dan komunikasi dengan tempat lain
2. Dapat mempermudah pengiriman untuk sarana produksi ke desa
3. Dapat mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar di wilayah
desa maupun diluar wilayah desa tersebut
4. Dapat meningkatkan jasa pelayanan social, termasuk kesehatan,
pendidikan dan penyuluhan.
Menurut Erdian (2015), pembangunan infrastruktur jalan pedesaan akan memberikan
beberapa dampak, antara lain:
1. Kualitas pekerjaan yang dihasilkan
95
2. Keberlangsungan operasional dan pemeliharaan infrastruktur
tersebut
3. Kemampuan masyarakat dalam membangun suatu kemitraan
dengan berbagai pihak
4. Penguatan kapasitas masyarakat untuk mampu mandiri
memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam wilayahnya.
Permasalahan yang dimaksud dalam hal ini adalah kerusakan infrastruktur
jalan Desa yang menjadi akses kegiatan perekonomian masyarakat setempat
yang tidak kunjung mendapat respon dari pemerintah Kabupaten. Sebagaimana
penelitian dilapangan, jalan yang memiliki kerusakan yang cukup parah ini,
apabila terjadi hujan lebat dapat mengakibatkan resiko yang cukup besar bagi
setiap pengguna jalan yang melintas didaerah tersebut. Kerusakan infrastruktur
jalan yang ada di Desa Benelan Lor ini tidak hanya menjadi masalah bagi
masyarakat diwilayah tersebut saja, melainkan juga menjadi permasalahan bagi
pemerintah yang dalam hal ini ialah Kepala Desa Benelan Lor, Pemerintah
Kecamatan Kabat serta Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Masalah ini
bahkan menjadi tanggung jawab hingga Pemerintah Pusat.
a. Peran pemerintah terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Hasil yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bagian sebelumnya,
pemerintah dalam hal ini telah melakukan bagian dari tanggung jawabnya
sebagai wakil dari masyarakat untuk setiap proses berlangsungnya
96
pemerintahan di wilayah Desa. Dikutip dalam Rahmawati (2013; 643)
bahwa sinergitas dapat terbangun dengan melalui komunikasi dan
koordinasi. Sebagaimana pernyataan diatas, maka pemerintah Desa Benelan
Lor telah membangun sebuah sinergi dengan masyarakat melalui
komunikasi dan koordinasi.
Bentuk peran pemerintah yang sudah dilakukan dapat dilihat dari
adanya komunikasi dalam mengagendakan kegiatan musyawarah, baik itu
musyawarah RT, RW, Dusun maupun kegiatan musrenbang. Selain itu
pemerintah bersama-sama mengajak warga untuk melakukan koordinasi
melalui kegiatan musyawarah untuk berusaha mencari solusi permasalahan
infrastruktur jalan Desa Benelan Lor.
b. Peran masyarakat terhadap proses sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa
Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Arnstein dalam teorinya mengemukakan bahwa terdapat 8 tingkatan
partisipasi masyarakat diantaranya (1) manipulasi, (2) terapi, (3) pemberian
informasi, (4) konsultasi, (5) penentraman, (6) kemitraan, (7) kekuasaan
yang didelegasikan, (8) kontrol warga. Dari pembahasan pada bagian
sebelumnya mengenai peran masyarakat apabila di lihat dari sudut pandang
teori partisipasi yang dikemukakan oleh Arnstein, masyarakat sebagai
pengguna prasarana infrastruktur jalan, sedikit banyak sudah menunjukkan
bentuk dari partisipasi masyarakat. Bentuk peran yang dilakukan masyarkat
secara signifikan belum menunjukkan poin yang jelas diantara 8 tingkatan
97
partisipasi masyarakat tersebut, namun sudah dapat dilihat bentuk
kolaborasi dari 8 tingkatan partisipasi masyarakat tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarkat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Berhasil tidaknya suatu perencanaan tidak lepas dari sinergitas dan peran
pihak-pihak yang berkaitan langsung yaitu pemerintah Desa dan masyarakat.
Namun dalam mengimplementasikan suatu perencanaan bukan suatu hal yang
mudah. Tentu saja terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sinergitas
pemerintah Desa dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan
maupun implementasi diantaranya faktor pendukung dan faktor penghambat,
sebagaimana dijelaskan seperti berikut.
a. Faktor pendukung sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor Kecamatan
Kabat Kabupaten Banyuwangi
1). Dukungan Pemerintah dalam perencanaan infrastruktur
jalan Desa Benelan Lor
Dukungan pemerintah dalam perencanaan infrastruktur untuk
kesejahteraan masyarakat di Desa Benelan Lor menjadi salah satu
faktor yang mendukung terlaksanaya sinergitas pemerintah Desa
dengan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah mendukung dan
berusaha mengawal permasalahan ini semaksimal mungkin hingga
98
mengarahkan masyarakat untuk dapat mengatasi permasalahan
perbaikan infrastruktur di Desa Benelan Lor. Pemerintah disini juga
terpikir untuk menggerakkan masyarakat untuk dapat menyokong
implementasi perencanaan perbaikan infrastruktur dengan
mengusulkan agar masyarakatnya memberikan bantuan secara swadana
agar permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan segera tanpa
harus mengorbankan kegiatan perekonomian masyarakat yang
mayoritas menggantungkan kehidupannya pada bidang pertanian.
2). Peran aktif masyarakat sebagai bentuk partisipasi
masyarakat terhadap perencanaan infrastruktur dalam
perencanaan infrastruktur jalan Desa Benelan Lor
Selanjutnya, yang menjadi faktor pendukung dalam mempengaruhi
terjalinnya sinergitas stakeholders dalam perencanaan infrastruktur di
Desa Benelan Lor tidak lain adalah peran aktif masyarakat. Peran aktif
masyarakat Desa Benelan Lor terlihat dari bentuk partisipasi
masyarakat yang ikut membantu memberikan dukungan bagi
pemerintah Desa dalam menyelesaikan permasalahan selama beberapa
tahun terakhir yang tidak kunjung menunjukkan hasil. Namun,
masyarakat tidak pernah putus asa untuk memberikan dukungan kepada
Pemerintah Desa. Masyarakat juga mendukung pemerintah apabila
nantinya infrastruktur untuk mobilisasi masyarakat tidak segera
99
terselesaikan, maka masyarakat siap apabila harus menyepakati
perencanaan perbaikan infrastruktur dengan pembiayaan swadana.
Sejauh ini, masyarakat sudah dilibatkan oleh pemerintah Desa
setempat untuk andil sebagai bagian dalam perencanaan dengan
memberikan kebebasan yang sesuai dengan norma-norma yang ada di
masyarakat. Namun tentu saja bentuk partisipasi tersebut tidak
selamanya berjalan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arnstein.
Seperti masyarakat di Desa Benelan Lor ini, Pemerintah memberikan
tempat bagi masyarakat dalam mengutarakan yang menjadi inspirasi
masyarakat, namun disisi lain pemerintah juga memberikan informasi
mengenai hal-hak masyarakat. Sehingga, dalam hal ini ada kombinasi
tingkatan peran masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Arnstein,
yaitu informing (pemberian informasi) dan consultation (konsultasi).
Tidak hanya itu, masih ada tingkatan partisipasi lainnya yang
sebenarnya merupakan kombinasi dari 8 (delapan) bentuk tingkatan
partisipasi masyarakat yang secara tidak langsung sudah dilakukan oleh
masyarakat di wilayah Desa Benelan Lor.
b. Faktor penghambat sinergitas pemerintah Desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
100
1). Perilaku masyarakat terhadap penggunaan atau
pemeliharaan infrastruktur
Sebagai konsumen/pengguna fasilitas pelayanan publik,
masyarakat seyogyanya tidak menggunakan sesuai dengan keinginan
mereka sendiri. Masyarakat diharapkan untuk lebih ikut merawat dalam
penggunaan fasilitas pelayanan publik yang ada disekitarnya.
Perawatan yang dimaksud disini, yaitu bisa saja dengan
menggunakan infrastruktur jalan untuk mengangkut beban/muatan
yang sewajarnya dan tidak terlalu berat. Dengan demikian, secara tidak
langsung sebagai masyarakat akan ikut merawat infrastruktur agar lebih
panjang life-time dari keberadaan infrastruktur tersebut.
2). Sinergitas yang terjadi masih dalam level perencanaan
Dari hasil penelitian di lapangan, salah satu fakta yang menjadi
penemuan penulis yaitu selama beberapa tahun usulan yang
direncanakan dan dituangkan dalam RPJMDes tahun 2010-2015,
ternyata belum menunjukkan hasil yang nyata. Hingga tahun 2017
belum ada implementasi yang menunjukkan adanya perkembangan
untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Dipaparkan oleh
Sekretaris Desa Benelan Lor bahwasanya pernah dilakukan perbaikan
untuk saluran drainase tapi tidak ada pemberitahuan ke pihak Desa
mengenai perbaikan tersebut, tapi masih tidak bisa menampung luberan
air apabila terjadi hujan deras, sehingga makin memperburuk keadaan
101
infrastruktur jalan Desa. Saat dilakukannya penelitian oleh penulis,
kondisi drainase yang menjadi penampang jalan di areal persawahan
sudah cukup buruk. Ditambah dengan permasalahan kondisi
infrastruktur jalan Desa yang semakin hari semakin mencemaskan
masyarakat.
Melihat kenyataan tersebut, penulis menyimpulkanbahwa kondisi
sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat yang terjalin di Desa Benelan
Lor masih terbatas pada levelperencanaan. Sehingga, sinergitas pemerintah
Desa dan masyarakat yang ada di Desa Benelan Lor dapat dikatakan masih
sangat lemah. Ini dibuktikan bahwa sampai saat ini (tahun 2017), belum ada
implementasi terkait dengan perencanaan infrastruktur jalan Desa tersebut.
Akan menjadi percuma apabila sebuah perencanaan hanya berbentuk sebuah
dokumen perencanaan saja tanpa adanya kesungguhan untuk
mengimplementasikan perencanaan tersebut. Dapat dikatakan bahwa
sinergitas yang terjalin di Desa Benelan Lor masih tergolong sangat buruk.
Dikatakan demikian karena selain belum ada kerjasama antara pihak
pemerintah dan pihak swasta, bentuk dukungan pemerintah kepada
masyarakat untuk mengumpulkan pembiayaan secara swadana masih sebatas
wacana yang belum terlaksanakan sampai dengan tahun 2017 serta sinergitas
antar stakeholders masih dalam level perencanaan saja.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengacu pada rumusan masalah, hasil penelitian dilapangan serta pembahasan
berikut dengan analisis yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat dari penelitian yang berjudul “Sinergitas pemerintah Desa
dengan Masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan Desa (Studi pada Desa
benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi)” dijabarkan sebagai
berikut:
1) Sinergitas pemerintah daerah dengan masyarakat dalam perencanaan
infrastruktur jalan Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten
Banyuwangi yaitu:
a) Peran pemerintah terhadap proses sinergitas pemerintah desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan Desa benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Pemerintah sudah menunjukkan bukti nyata peran yang
seharusnya dilakukan oleh pemimpin untuk menjalankan tugas
pemerintahannya seperti adanya hubungan timbal balik dalam
kegiatan Musrenbang yang menjadi agenda rutin setiap tahun.
Meskipun memang masih belum sepenuhnya dapat mengatasi
permasalahan yang ada dilapangan, setidaknya pemerintah Desa
Benelan Lor sudah membuktikan bentuk tanggung jawabnya sebagai
103
kunci pemegang pemerintahan di wilayah Desa.
b) Peran masyarakat terhadap proses sinergitas pemerintah desa dengan
masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan Desa benelan Lor
Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi
Tidak hanya pemerintah Desa yang mampu menunjukkan
bentuk tanggung jawabnya, masyarakat di Desa Benelan Lor sudah
menunjukkan bentuk peran serta dengan berpartisipasi mendukung
pemerintah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam
menjalankan pemerintahan di Desa. Meskipun minimnya
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, tidak menghalangi
masyarakat dalam menunjukkan bentuk partisipasinya untuk ikut
andil dalam setiap proses perencanaan yang ada di Desa.
2) Proses terjalinnya sinergitas pemerintah desa dengan masyarakat dalam
perencanaan infrastruktur Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat
Kabupaten Banyuwangi tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung dan
penghambat antara lain:
a) Faktor pendukung sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
i. Dukungan pemerintah dalam perencanaan infrastruktur jalan
Desa Benelan Lor
Dukungan pemerintah dalam perencanaan infrastruktur
untuk kesejahteraan masyarakat di Desa Benelan Lor
menjadi salah satu faktor yang mendukung terlaksanaya
104
sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat. Bentuk
dukungan pemerintah Desa Benelan Lor sudah dapat dilihat
melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah Desa.
Pemerintah secara konsisten mendukung dan berusaha
mengawal permasalahan ini semaksimal mungkin hingga
mengarahkan masyarakat untuk dapat mengatasi
permasalahan perbaikan infrastruktur di Desa Benelan Lor.
ii. Peran aktif masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyarakat
terhadap perencanaan infrastruktur dalam perencanaan
infrastruktur jalan Desa Benelan Lor
Peran aktif masyarakat Desa Benelan Lor terlihat dari
bentuk partisipasi masyarakat yang ikut membantu
memberikan dukungan bagi pemerintah Desa dalam
menyelesaikan permasalahan. Selain itu, masyarakat sudah
dilibatkan oleh pemerintah Desa setempat untuk andil
sebagai bagian dalam perencanaan dengan memberikan
kebebasan yang sesuai dengan norma-norma yang ada di
masyarakat. Meskipun belum menunjukkan tingkatan mana
yang sudah dicapai, namun bentuk peran masyarakat disini
sudah menunjukkan adanya kombinasi dari 8 (delapan)
bentuk tingkatan partisipasi masyarakat sesuai dengan teori
Arnstein.
105
b) Faktor penghambat sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat
i. Perilaku masyarakat terhadap penggunaan atau pemeliharaan
infrastruktur jalan desa
Sebagai konsumen atau pengguna fasilitas pelayanan
publik sudah seharusnya masyarakat ikut memelihara dan
menjaga keberlangsungan dari prasarana yang ada.
Pemeliharaan yang dimaksudkan disini lebih ditujukan
kepada perilaku masyarakat dalam memperhatikan jumlah
muatan hasil produksi pertanian yang akan didistribusikan,
sehingga dengan memperhatikan muatan tersebut dengan
kondisi prasarana infrastruktur jalan dapat membantu
memperpanjang keberlangsungan prasarana infrastruktur
jalan Desa.
ii. Sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat masih dalam
level perencanaan
Dari hasil penelitian yang ada dilapangan, sinergitas
pemerintah Desa dengan masyarakat selama beberapa tahun
terakhir belum menunjukkan adanya perubahan yang terjadi
terutama dalam mengimplementasikan dokumen hasil
perencaan. Sehingga kesimpulan yang diambil oleh peneliti,
bahwa sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat masih
sangat lemah, karena sinergitas tersebut masih dalam level
perencanaan dan belum dapat diimplementasikan.
106
Dari kesimpulan dan saran diatas, yang menjadi titik fokus penekanan utama
yaitu sebuah perencanaan bukan berarti apa-apa tanpa adanya implementasi yang
nyata, namun bukan berarti perencanaan itu dapat berjalan secara otomatis begitu
saja; sehingga dalam setiap proses perencanaan diperlukan sebuah sinergi dari
berbagai pihak untuk dapat mengimpelementasikan atau merealisasikan agar
sebuah perencanaan bukan hanya sebuah dokumen melainkan nyata dan dapat
bermanfaat dalam mendukung kesejahteraan masyarakat.
B. Saran
Mengkolaborasikan/mensinergikan berbagai pihak yang termasuk
dalamperencanaan bukan merupakan hal yang mudah. Dikatakan bukan hal yang
mudah karena pola pikir dan latar belakang pendidikan mempengaruhi setiap
individu dalam proses pengambilan sebuah keputusan.Begitu pula dengan cara
pandang masing-masing individu dalam melihat isu permasalahan yang terjadi akan
selalu dikaitkan dengan berbagai macam indikator yang dapat menguntungkan pada
masing-masing pihak.
1. Pemerintah
Pemerintah dalam menjalankan peran sebagai pengambil keputusan
diharapkan mampu mengambil langkah-langkah diantaranya:
a. Memperbaiki sistem koordinasi dan komunikasi baik dengan
masyarakat, antar badan Desa maupun dengan pemerintah pada tingkat
yang lebih tinggi yaitu Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah
Kabupaten.
107
b. Menumbuhkan tingkat kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan
tnfrastruktur prasarana jalan desa.
c. Menjaga dan memelihara hubungan baik dengan masyarakat
d. Lebih memperhatikan sinergi antar program pembangunan yang akan
direncanakan agar tidak terjadi tumpang tindih antara program satu
dengan yang lain.
2. Masyarakat
Dalam menjalankan peran sebagai konsumen/pengguna, masyarakat
diharapkan:
a. Ikut menjaga dan memelihara dalam pemeliharaan fasilitas prasarana
yang ada, sehingga dapat memperpanjang life-time prasarana tersebut.
b. Memberikan dukungan dan dorongan kepada pemerintah untuk dapat
menyelesaikan permasalahan infrastruktur jalan yang membutuhkan
perbaikan sesegera mungkin, dengan tetap memantau kinerja
pemerinah dengan memperhatikan kondisi terkini yang ada di wilayah
tersebut.
108
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Bayu R., Sarwono., Mochamad Rozikin. 2014.Sinergitas Stakeholders
untuk Administrasi Publik yang Demokratis dalam Perspektif Teori Good
Governance. Studi pada Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Mulyoagung
Bersatu Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. JAP, Vol. 2 No. 3:407-413
Admin Balitbang. 2013. Atasi Krisis Pangan, Jatim Siap jadi Penyangga Pangan
Nasional http://balitbang.jatimprov.go.id/berita/detail/200/atasi-krisis-
pangan-jatim-siap-jadi-penyangga-pangan-nasional, (diakses tanggal 9
Maret 2014)
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penellitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Benelan Lor. 2015. Peraturan Desa Benelan Lor No 05 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengan Desa (RPJMDes) Benelan Lor
periode 2016 s.d 2021. Lembaran Desa benelan Lor Tahun 2015, No.5.
Sekretariat Desa. Benelan Lor
Bhabinkamtibmas Benelan Lor. 2011. Peta Desa benelan Lor
http://bhabinkamtibmasBenelan Lor.blogspot.co.id/ (diakses tanggal april
2017)
BPS Kabupaten Banyuwangi. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Banyuwangi
2011. Banyuwangi: BPS Kabupaten Banyuwangi
BPS Kabupaten Banyuwangi. 2015. Kecamatan Kabat dalam Angka2015.
Banyuwangi: BPS Kabupaten Banyuwangi
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press
Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2012. Pembangunan Wilayah: Perspektif
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rusdakarya
Rahmawati, Triana., Irwan Noor., Ike Wanusmawatie. 2014. Sinergitas
Stakeholder dalam Inovasi Daerah. Studi pada Program Seminggu di Kota
Probolinggo (SEMIPRO). JIAP, Vol. 2 No. 4:641-647
109
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang no 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2004,
No.104. Sekretariat Kabinet. Jakarta
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang no 38 tahun 2004 tentang
Jalan.Lembaran Negara RI Tahun 2004, No.132. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah 34 th 2006 tentang Jalan.
Lembaran Negara RI Tahun 2006, No.86. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia.2014. Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang
Desa.Lembaran Negara RI Tahun 2014, No.7. Sekretariat Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No.244. Sekretariat Negara.
Jakarta
Republik Indonesia. 2015. Undang-Undang No 9 Tahun 2015 Pemerintah Daerah.
Lembaran Negara RI Tahun 2015, No.58. Sekretariat Negara. Jakarta
Rustiadi, dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: Refika Aditama
Seputar Mahasiswa. 2013. Pengertian CSR, Manfaat CSR, dan Perusahaan yang
Menerapkan CSRhttp://seputar-mahasiswa.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-csr-
manfaat-csr-dan_3763.html, Mei 2016
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuanitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sumarto, Hetifah Sj. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20
Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1980. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT.Gunung
Agung
110
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
WALHI. 2013. Mengatasi Partisipasi Semu Warga terdampak Wilayah
Pertambangan. Jakarta: WALHI
Wirawan, Ricky., Mardiyono., Ratih Nurpratiwi. 2015. Partisipasi Masyarakat
dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. JISIP, Vol. 4, No.2: 301-312
Edvan Erdian. 2015. Pembangunan Jalan untuk Kesejahteraan Masyarakat.
http://edvanerdian.blogspot.co.id/2015/10/makalah-pembangunan-jalan-
untuk.html, diakses tanggal 08 Agustus 2017
http://banyuwangikab.go.id
http://banyuwangikab.bps.go.id
http://bps.go.id