Upload
irvan-valovan
View
18
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
artikel
Citation preview
Synopsis of Research Proposal
1
SINOPSIS RENCANA PENELITIAN
SINTESIS SILIKA GEL DARI AMPAS TEBU DAN APLIKASINYAUNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI FENOL DALAM
LIMBAH CAIR INDUSTRI
OLEH
PUSPITA SARI
SEKOLAH TINGGI ANALIS KIMIA CILEGON
2015
Synopsis of Research Proposal
2
Judul Sinopsis SINTESIS SILIKA GEL DARI AMPAS TEBU DANAPLIKASINYA UNTUK MENURUNKANKONSENTRASI FENOL DALAM LIMBAH CAIRINDUSTRI
Nama Calon Mahasiswa Puspita Sari
Asal/Institusi Sekolah Tinggi Analis Kimia (STAK) Cilegon
Jln. KH. Wasyid No. 06 Kec. Jombang Kel. Jombang
Wetan Ds. Barokah, Cilegon – Banten 42411
(0254) 399970
Nama Calon Pembimbing*
Bidang Calon Pembimbing
* Bila sudah ada kontak atau komunikasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan hasil samping atau buangan yang dihasilkan dari
suatu proses produksi baik industri besar maupun rumah tangga yang tidak
dikehendaki dan membahayakan bagi lingkungan mahluk hidup di sekitarnya.
Dampak dari limbah atau zat pencemar sangat bergantung pada jenis dan
karakteristik limbah serta toksisitasnya. Limbah yang dihasilkan dari proses
produksi sebelum dilepaskan ke lingkungan harus diproses dengan baik untuk
menghilangkan toksisitasnya (Alti, 2009).
Menurut Alti (2009) salah satu limbah organik yang dihasilkan dari proses
industri dan rumah tangga adalah fenol. Fenol merupakan salah satu komponen
buangan industri yang dapat berasal dari industri gas batu bara, fibre glass,
penyulingan minyak bumi, cat, tekstil, keramik, plastik, formaldehida, industri
minyak tanah atau industri rumah tangga. Industri bahan pembersih lantai
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan fenol di
lingkungan. Penanganan terhadap limbah buangan yang mengandung fenol
selama ini dilakukan dengan metode adsorpsi menggunakan arang aktif dan kimia
fisika. Pemanfaatan adsorben lainnya masih sangat minim, dalam penelitian ini
akan digunakan jenis adsorben lain yang ketersediaannya masih sangat banyak di
alam, yaitu silika gel yang terbuat dari ampas tebu.
Ampas tebu merupakan limbah hasil pengolahan dari industri gula tebu,
rata-rata ampas yang dihasilkan dari setiap kali proses penggilingan adalah 32%,
potensi ampas yang dihasilkan adalah sekitar 0.8 juta ton/tahun. Ampas tersebut
pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar nira, untuk indutri pulp, sebagai
campuran pembuatan kertas. Menurut Panturau dan Setiawan (2006) kandungan
silika dalam ampas tebu cukup tinggi sekitar 73.5%, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk silika gel.
2
Silika gel adalah senyawa kimia yang tersusun dari silikon dan oksigen
yang membentuk globula - globula SiO44- tetrahedral dalam suatu pola secara acak
dan membentuk kerangka tiga dimensi yang ukurannya lebih besar, dengan
ukuran partikel 1,25µm (Osick, 1982). Silika gel dapat dibuat dari abu ampas tebu
yang dikalsinasi pada suhu tinggi. Silikat pada abu ampas tebu dapat dijadikan
sumber silikat dalam sintesis adsorben. Salah satu contoh adsorben yang
mengandung mineral alumina dan silikat yaitu silika gel (Sulastri dan
Kristianingrum, 2010).
Metode adsorpsi umumnya berdasarkan kepada interaksi ion-ion dengan
gugus fungsi yang ada pada permukaan adsorben melalui interaksi pembentukan
kompleks dan biasanya terjadi pada permukaan padatan yang kaya akan gugus
fungsi seperti -OH, -NH, -SH dan -COOH (Stum dan Morgan, 1996).
Hasil penelitian Daryono (2012) menunjukkan, silika gel sintesis dari
ampas tebu dengan metode sol-gel mampu mengadsorp senyawa paraquat
diklorida hingga 17.79%. Penelitian Buhani dan Suharso (2010), menunjukkan
bahwa kapasitas adsorpsi ion Cd(II) dari larutan menggunakan silika gel yang
dimodifikasi dengan 3-aminopropiltrimetoksisilan pada gugus silanol dan
siloksan, lebih besar 3 kali lipat dari adsorben silika gel.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data efisiensi penurunan
limbah fenol menggunakan silika gel sebagai adsorben dalam variasi waktu
kontak dan pH. Data untuk mengetahui pengaruh perlakuan variasi bobot dan pH
terhadap penurunan nilai fenol dalam limbah yang diperoleh dianalisis
menggunakan rancangan acak lengkap dengan percobaan faktorial.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas diambil batasan masalah sebagai
berikut :
1.Bagaimana pengaruh waktu kontak terhadap efisiensi adsorpsi fenol dalam
air limbah industri menggunakan silika gel.
2.Bagaimana pengaruh pH larutan terhadap efisiensi adsorpsi fenol
menggunakan silika gel.
3
3.Bagaimana pengaruh interaksi antara waktu kontak dan variasi pH larutan
terhadap peningkatan efisiensi penyerapan senyawa fenol menggunakan
adsorben silika gel.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data :
1. Pengaruh waktu kontak adsorben silika gel terhadap efisiensi penyerapan
senyawa fenol.
2. Pengaruh variasi pH terhadap efisiensi penyerapan senyawa fenol.
3. Interaksi antara waktu kontak dan variasi pH terhadap terhadap
peningkatan efisiensi penyerapan senyawa fenol.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menurunkan kadar
senyawa fenol dalam air limbah industri.
1.5 Kerangka Pemikiran
Limbah merupakan hasil samping atau buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri besar maupun rumah tangga yang tidak dikehendaki
dan membahayakan bagi lingkungan mahluk hidup disekitarnya. Dampak dari
limbah atau zat pencemar sangat bergantung pada jenis dan karakteristik limbah
serta toksisitasnya. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi sebelum
dilepaskan ke lingkungan harus diproses dengan baik untuk menghilangkan
toksisitasnya (Murdika Alti, 2009).
Salah satu limbah organik yang dihasilkan dari proses industri dan rumah
tangga adalah fenol. Fenol merupakan salah satu komponen buangan industri yang
dapat berasal dari industri gas batu bara, fibre glass, penyulingan minyak bumi,
cat, tekstil, keramik, plastik, formaldehida, industri minyak tanah atau industri
rumah tangga. Industri bahan pembersih lantai memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap peningkatan fenol di lingkungan. Penanganan terhadap
4
limbah buangan yang mengandung fenol selama ini dilakukan dengan metode
adsorpsi menggunakan arang aktif dan kimia fisika. Pemanfaatan adsorben
lainnya masih sangat minim, oleh karena itu penelitian ini digunakan jenis
adsorben lain yang ketersediaannya masih sangat banyak di alam (Murdika Alti,
2009).
Ampas tebu merupakan limbah hasil pengolahan dari industri gula tebu,
rata-rata ampas yang dihasilkan dari setiap kali proses penggilingan adalah 32%,
potensi ampas yang dihasilkan adalah sekitar 0.8 juta ton/tahun. Ampas tersebut
pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar nira, untuk indutri pulp, sebagai
campuran pembuatan kertas. Menurut Panturau dan Setiawan (2006) kandungan
silika dalam ampas tebu cukup tinggi sekitar 73.5%, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk silika gel.
Silika gel adalah senyawa kimia yang tersusun dari silikon dan oksigen
yang membentuk globula - globula SiO44- tetrahedral dalam suatu pola secara acak
dan membentuk kerangka tiga dimensi yang ukurannya lebih besar, dengan
ukuran partikel 1,25µm (Osick, 1982). Silika gel dapat dibuat dari abu ampas tebu
yang dikalsinasi pada suhu tinggi. Silikat pada abu ampas tebu dapat dijadikan
sumber silikat dalam sintesis adsorben. Salah satu contoh adsorben yang
mengandung mineral alumina dan silikat yaitu silika gel (Sulastri dan
Kristianingrum, 2010).
Metode adsorpsi umumnya berdasarkan kepada interaksi ion-ion dengan
gugus fungsi yang ada pada permukaan adsorben melalui interaksi pembentukan
kompleks dan biasanya terjadi pada permukaan padatan yang kaya gugus
fungsinya seperti -OH, -NH, -SH dan -COOH (Stum dan Morgan, 1996). Hasil
penelitian Daryono (2012) menunjukan silika gel sintesis dari ampas tebu dengan
metode sol-gel mampu mengadsorp senyawa paraquat diklorida hingga 17.79%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penurunan limbah
fenol menggunakan silika gel sebagai adsorben dalam variasi waktu kontak dan
variasi pH, dan dilakukan analisis menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus
apa saja yang terkandung didalam silika gel yang terbuat dari ampas tebu.
5
1.6 Hipotesis
Diduga waktu kontak, variasi pH larutan dan interaksi keduanya dengan
adsorben silika gel dalam air limbah berpengaruh terhadap efisiensi
penyerapan senyawa fenol.
1.7 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian meliputi tahapan pembuatan abu ampas tebu,
pembuatan silika gel, pembuatan deret standar fenol, perlakuan terhadap sampel
fenol dalam air limbah, analisis kadar fenol dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan analisis dengan FTIR.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT. Latinusa,Tbk yang berlokasi
di Jl. Australia Kav- E1 kawasan KIEC, Cilegon pada bulan Oktober sampai
Desember 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena
pengaruh manusia. Sistem pembuangan air adalah infrastruktur fisik yang
mencakup pipa, pompa, penyaring, kanal, dan sebagainya yang digunakan untuk
mengalirkan air limbah dari tempatnya dihasilkan ke titik dimana akan diolah atau
dibuang. Sistem pembuangan air ditemukan di berbagai tipe pengolahan air
limbah, kecuali septic tank yang mengolah air limbah di tempat. (Wikipedia,
2013)
2.2 Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu
(saccharum oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada Industri
pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse).
Kebutuhan energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari
gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan
adalah sekitar 30 % berat tebu dengan kadar air sekitar 50 %. Berdasarkan bahan
kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (Carbon) 47 %, H (Hidrogen) 6,5%,
O (Oksigen) 44 % dan abu (Ash) 2,5 %.
Abu pembakaran ampas tebu merupakan hasil perubahan secara kimiawi
dari pembakaran ampas tebu murni.Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar
untuk memanaskan boiler dengan suhu mencapai 550O-600OC dan lama
pembakaran setiap 4-8 jam dilakukan pengangkutan atau pengeluaran abu dari
dalam boiler. Komposisi kimia dari abu ampas tebu terdiri dari beberapa senyawa
yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
7
Tabel 1. Komposisi Kimia Abu Ampas Tebu
Senyawa Jumlah (%)
SiO2 70.97
Al2O3 0.33
Fe2O3 0.36
K2O 4.82
Na2O 0.43
MgO 0.82
C4H10O5 22.27
Sumber: ITS, 2014
2.3 Fenol
Fenol atau yang memiliki nama lain hidroksibenzena, benzenol, Fenil
alkohol, merupakan senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil yang
tersubtitusi pada inti aromatik. Fenol pada temperatur ruang memiliki bentuk
kristal jarum yang tidak berwarna, bau khas aromatik, jika tidak murni atau
terkena cahaya akan terjadi perubahan warna menjadi merah jambu atau merah.
Senyawa ini memiliki berat molekul 94,11 (g/mol), titik leleh 40-42 0C, dan titik
didih 1850C. Fenol memiliki kelarutan sebesar 8,3 g/100 mL air pada temperatur
20 0C. Fenol dikenal juga sebagai asam karbolik yang memiliki keasaman yang
lebih lemah dibandingkan dengan asam asetat, pKa sebesar 9,95. Fenol larut
dalam pelarut seperti air, etanol, kloroform namun tidak larut dalam eter minyak
tanah.
Gambar 1. Struktur Fenol
Limbah fenol sendiri merupakan limbah organik yang masuk kedalam
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), fenol dapat dengan mudah diadsorpsi
kulit dan efek toksik apabila bersentuhan langsung dengan kulit utuh. Fenol akan
8
memberikan dampak yang buruk bila masuk kedalam tubuh manusia karena fenol
merupakan racun protoplasma, larutan fenol 10% sangat korosif dan
menimbulkan nekrosis kulit. Dosis fatal rata- rata lebih kurang 15 gram, tetapi
pernah terjadi kematian disebabkan karena dosis sebesar 1 gram.
2.4 Silika Gel
Silika adalah senyawa hasil polimerisasi asam silikat, yang tersusun dari
rantai satuan SiO4 tetrahedral dengan formula umum SiO2. Silika gel merupakan
salah satu bahan kimia berbentuk padatan yang banyak dimanfaatkan sebagai
adsorben. Silika gel merupakan silika amorf yang terdiri dari yang tersusun secara
tidak teratur dan beragresi membentuk kerangka tiga dimensi yang lebih besar
(Oscik, 1982, 1822).
Rumus kimia silika gel secara umum adalah SiO2.xH2O. Struktur satuan
mineral silika pada dasarnya mengandung kation Si4+ yang terkoordinasi secara
tetrahedral dengan anion O2-. Namun demikian, susunan tetrahedral SiO4 pada
silika gel tidak beraturan seperti struktur berikut (Oscik, 1982).
Gambar 2. Susunan tetrahedral SiO4
Sifat silika gel ditentukan oleh orientasi dari ujung tempat gugus hidroksil
berkombinasi. Oleh karena ketidak-teraturan susunan permukaan SiO4
tetrahedral, maka jumlah distribusinya per unit area bukan menjadi ukuran
kemampuan adsorpsi silika gel, meskipun gugus silanol (≡Si-OH) dan siloksan
(≡Si-O-Si≡) terdapat pada permukaan silika gel. Kemampuan adsorpsi ternyata
tidak sebanding dengan jumlah gugus silanol dan gugus siloksan yang ada pada
9
permukaan silika gel, tetapi tergantung pada distribusi gugus OH per unit area
adsorben (Oscik, 1982).
Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada
permukaan adsorben dan gejala pengumpulan molekul-molekul dari suatu zat
pada permukaan antarmuka dari zat yang melakukan kontak karena adanya gaya
van der waals, dimana struktur pori adalah faktor utama dalam proses adsorpsi.
Ukuran partikel yang baik untuk proses penyerapan antara -100/+200mesh.
Contoh adsorpsi silika gel terhadap toluena pada gambar berikut:
.
Gambar 3 Adsorpsi silika gel terhadap toluena (Sulastri dan Kristianingrum, 2010)
2.5 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer
(KHOPKAR, 2003). Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorbansi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi yang ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Pada spektrofotometer, panjang
gelombang yang benar-benar terselaksi dapat diperoleh dengan bantuan alat
pengurai cahaya seperti prisma atau monokromator.
Rumus lambert beer digunakan dalam perhitungan spektrofotometri.
Lambang A merupakan absorbansi, tanda b dikenal sebagai jarak medium yang
dilewati radiasi dan biasanya dalam satuan centimeter (cm), sedangkan satuan c
atau konsentrasi biasanya dalam gram/L atau mol/L. Nilai tetapan K akan
bergantung pada satuan, jika c dalam gram/L maka tetapan tersebut absorptivitas
10
dengan tanda . Oleh kerena itu, rumus ini terdiri atas dua bentuk: A = abcg/L atau
A = bcmol/L
Absorptivitas molar yaitu = a x BM, dimana BM adalah berat molekul
senyawa yang meyerap radiasi dalam larutan. Transmitan (T) adalah fraksi tenaga
jauh yang diterima oleh suatu sampel. Bila A = log (PO/P) dan T = P/PO, maka A
= log (1/T), dalam hukum beer absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi
(DAY dan UNDERWOOD, 2002).
Gambar 4 Skema Bagian Penting Spektrofotometer
(sumber: wanibesak.wordpress.com, 2011)
2.6 Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Absorpsi radiasi sinar merah sesuai dengan tingkat energi vibrasi dan
rotasinya pada ikatan kovalen yang mengalami perubahan momen dipol dalam
suatu molekul. Hal ini berarti hampir seluruh molekul yang berikatan kovalen
dapat mengabsorpsi sinar infra merah.
Molekul-molekul diatomis tertentu misalnya H2, N2, dan O2 tidak dapat
mengabsorpsi inframerah karena vibrasi dan rotasi tidak menghasilkan momen
dipol. Penyerapan daerah infra merah (IR) terbatas pada transisi dengan perbedaan
energi yang kecil yang terdapat diantara tingkatan vibrasi dan rotasi, yaitu daerah
dengan bilangan gelombang 1300-33 cm-1, namun yang biasa digunakan adalah
antara 4000 – 667 cm-1.
11
Gambar 5 Prinsip spektrofotometer Inframerah (Murdika Alti, 2010)
Energi daerah inframerah sangat lemah, sehingga digunakan lensa cekung
yang dilapisi alumunium mengkilap agar sinar infra merah yang jatuh pada
sampel dipantulkan kembali (Murdika Alti, 2009).
Tabel 2. Material zat padat yang mentransmisikan Inframerah dengan baik
Material Batas Panjang gelombang (cm-1)
Gelas Optik 0.4 - 2.6LiF 0.16 - 4.0
CaF2 0.12 - 9.0
Ge 1.8 - 23NaCl 0.2 - 25KBr 0.25 - 40
Sumber: Wikipedia, 2011
2.7 pH
pH (power of Hydrogen) adalah menunjukkan derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu
larutan. pH memiliki nilai antara 0 – 14 yang menunjukan jumlah relatif ion H+
terhadap ion OH-,apabila nilai pH >7 menunjukan zat tersebut memiliki sifat basa
sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman tertinggi dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.
12
2.8 Rancangan Acak Lengkap Desain Faktorial
Rancangan acak lengkap adalah desain dimana perlakuan dengan faktor
tunggal dicobakan sepenuhnya secara acak kepada unit-unit eksperimen atau
sebaliknya. Hal ini biasa dilakukan apabila unit-unit dan lokasi eksperimen
keadaanya homogen. Rancangan acak lengkap dikenal sebagai desain klasifikasi
satu arah tanpa pembatasan pengacakan. Faktor dinotasikan oleh A, taraf-taraf
oleh variabel koding (x), dan respon oleh y. Desain dengan ukuran sampel sama
setiap perlakuan disebut desain seimbang (balanced design) seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Skema Data Pengamatan Hasil AnalisisPerlakuan Jumlah
1 2 …… K
Pengamatan…. ….. ….. ….
JumlahUkuran Sampel
Rataan
Desain faktorial sangat efisien untuk menganalisis efek dua atau lebih
faktor, karena masing-masing pengamatan memberikan informasi semua faktor.
Jika terdapat A dan B masing-masing dua taraf yaitu A1, A2, B1 dan B2, maka
antara faktor A dan B dapat diplotkan dalam satu kurva. Dalam desain faktorial
setiap pengulangan haruslah memiliki semua kombinasi perlakuan, jika faktor A
dengan taraf a dan faktor B dengan taraf b, maka pada setiap replikasi harus
memiliki ab kombinasi perlakuan, sehingga dikenal dengan istilah efek utama dan
efek interaksi (Sudjana, 1996).
1
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tebu, kristal
fenol 99.99% (C6H5OH) p.a, aquadest, NaOH 1.5 M, HCl 6M, 4-amino antipirin
20%, NH4OH 0.5N, K4Fe(CN)6 8%, Buffer posfat pH 7.9.
3.1.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, tanur,
corong kaca, batang pengadung, gegep besi, desikator, gelas kimia 500 ml, kertas
saring, kertas Whattman 42, pipet mohr 5 mL dan 10 mL, oven, gelas ukur 100
ml,labu ukur 1000ml, stopwatch, sentrifuse, FTIR, Spektrofotometer UV-VIS
ayakan 200 mesh.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Abu Ampas Tebu
Ampas tebu dibersihkan, dicuci dan dijemur di bawah sinar matahari.
Kemudian dipanaskan pada suhu 150oC dalam oven selama 2.5 jam, kemudian
diabukan pada suhu 700oC, abu berwarna putih tersebut diayak dengan ayakan
200 mesh.
3.2.2 Pembuatan Silika Gel
Sebanyak 50 gram abu ampas tebu ditambahkan 300mL NaOH 1.5M,
dididihkan selama 15 menit sambil diaduk. Kemudian disaring dan ditambahkan
300 mL NaOH kembali kemudian dididihkan. Setelah dingin disaring, filtratnya
disatukan dengan filtrat pertama. Kemudian ditambah dengan HCl 6M secara
perlahan dan diaduk secara perlahan sampai tidak terbentuk gel lagi. Aquagel
yang terbentuk dicuci dengan akuades, dan disaring dengan kertas saring
Whatman 42, dikeringkan pada suhu 50OC selama 18 jam. Tahapan pembuatan
silika gel disajikan pada Gambar 3.1.
2
Ampas tebu Ampas kering
Diabukan dalam tanur(T=700oC, 4 jam)
Abu diayak 200mesh.
Ditimbang 50 g abuampas tebu.
Filtrat 1Filtrat 2
Filtrat 1 dan 2digabungkan.
Oven( T =150oC, 2 Jam)
Aquagel.
Gambar 3.1 Tahapan Pembuatan Silika Gel
- dicuci- dijemur
- (+)300mL NaOH 1.5 M- didihkan 15 min.- disaring
+ 300mL NaOH 1.5M- didihkan 15 min.- disaring
- (+) HCl 6M- diaduk
- (+) HCl 6 M- diaduk- disaring (whatman 42)
Silika gel
Abu ampas tebu
Ampas tebutanpa kadar air
3
3.2.3 Pembuatan Deret Standar fenol
Dibuat deret standar konsentrasi larutan fenol mulai 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm,
4 ppm dan 5 ppm, masing-masing sebanyak 25 mL. Kemudian ditambahkan 5
tetes NH4OH 0.5 N dan buffer posfat untuk mengatur kondisi larutan pada pH 7.9
± 0.1. Selanjutnya ditambahkan pereaksi K4Fe(CN)6 8% dan 4-aminoantipirin 2%,
masing-masing sebanyak 0.1 mL. Sedangkan larutan blanko dibuat dengan
mengambil 25 mL aquadest dan diatur kondisi larutan pada pH 7.9 ± 0.1.
Selanjutnya ditambahkan K4Fe(CN)6 8% dan 4-aminoantipirin 2%, selanjutnya
dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 480 nm atau 500 nm.
3.2.4 Perlakuan Sampel
Air limbah diambil sebagai sampel sebanyak 5000 mL dan dicek pH awal
menggunakan pH meter. Kemudian dari sampel tersebut diambil 50 mL dan dicek
kadar fenol menggunakan metode amino antipirin dan dibaca absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ = 500nm. Absorbansi dan kadar
fenol awal pada limbah dicatat.
Sampel diambil sebanyak 250 mL dan dimasukan kedalam 9 buah gelas
kimia 500 mL dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian pada setiap 3 gelas
kimia larutan tersebut diatur dalam kondisi pH 2, pH 6 dan pH 10 menggunakan
HCl dan NaOH yang diteteskan perlahan, sambil diukur kondisi pH larutan
dengan pH meter.
Larutan tersebut ditambahkan dengan silika gel sebanyak 2 gram dan selama
proses adsorpsi larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Pada 30 menit
pertama, diambil 3 sampel dari larutan pH 2, pH 6 dan pH 10. Sampel tersebut
kemudian disaring menggunakan kertas Whatman 42 sehingga didapat filtratnya.
Selanjutnya dilakukan perlakuan yang sama pada setiap 3 sampel berbeda pada
interval waktu 50 menit dan 80 menit. Tahapan pada perlakuan sampel disajikan
pada Gambar 3.2.
4
Gambar 3.2 Perlakuan sampel fenol dalam air limbah
5
3.2.5 Analisis Kadar fenol
Hasil filtrat yang didapat diambil 50 mL, kemudian ditambahkan 2.5 mL
larutan NH4OH 0.5N, ditambahkan buffer posfat 2 mL, lalu tambahkan 1 mL 4-
aminoantipirin 2% homogenkan. Setelah itu tambahkan K4Fe(CN)6 8% sebanyak
1 mL dan diamkan selama 15 menit. Kemudian dibaca dan dicatat absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada gelombang 500 nm. Tahapan pada
analisis kadar fenol disajikan pada gambar 3.3.
3.2.6 Rancangan Percobaan
Data penurunan kandungan fenol dalam air limbah setelah di adsorpsi
dengan silika gel selanjutnya diolah dengan rancangan faktorial untuk mengetahui
pengaruh waktu dan variasi pH terhadap efisiensi penurunan kadar fenol (%).
Rancangan percobaan disajikan pada tabel 3.1.
Gambar 3.3 Analisis kadar fenol
Filtrat yang didapatdiambil 50 mL
Ditambah 2.5 mLlarutan NH4OH 0.5N
dan buffer posfat 2mL.
Ditambah 1 mL aminoantipirin 2% dan
homogenkan
Kemudian ditambahK4Fe(CN)6 8% 1mL
Larutan didiamkanselama 15 menit
Dibaca dan dicatatabsorbansinya dengan spektro
UV-Vis pada λ= 500nm
6
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Acak Desain Faktorial
Waktu kontak (B)pH (A)
(a1) (a2) (a3)
(b1)- - -
- - -
- - -
- - -
(b2)
- - -
- - -
- - -
- - -
(b3)
- - -
- - -
- - -
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
H0 = Variasi pH larutan dan lama waktu kontak adsorben tidak
berpengaruh pada penurunan kadar fenol.
H1 = Variasi pH larutan dan lama waktu kontak adsorben berpengaruh
pada penurunan kadar fenol.
Yijk = µ + αi + βj + τk+ αβij+Eijk…….
Keterangan:
Yijk : nilai respon yang teramati
µ : nilai rataan umum
αi : konstribusi taraf ke-i dari faktor pH
βj : konstribusi taraf ke-j dari faktor waktu kontak
αβij : interaksi antara taraf ke-I faktor pH dan taraf ke-j faktor waktu kontak
Eijk : sisaan umum
7
DAFTAR PUSTAKA
Bangham, AD.,C.J.Morley, and M.C. Philips.1997.”The Physical Properties of anEffect lung Surfactant”, Biochim Biophys.Acta.Vol 573,hal 552-556.
Bell, C., P Neaves & A.P williams. 2005. Food Microbiology and LaboratoryPractice. Blackwell Science. Australia
Daryono,2012. Adsorpsi Senyawa Paraquat Diklorida pada pestisida dengan silikagel dari limbah ampas tebu (Saccharum Officinarum). Skripsi.Yogyakarta.FST. Universitas Islam Negeri Kalijaga.
Harry M. Freeman: 1989. Standard Handbook of hazardous Waste treatment anddisposal, Mc. Graw Hill Book Company, U.S.A
Hugot E., 1986. Handbook of cane sugar engineering. 3rd ed. Elsevier (translatedby G. H. Jenkins)
Imami. W.N., 2008. Sintesis Silika Gel dari Kaca dengan menggunakan NaOHdan HCl. Skripsi. Semarang: Jurusan Kimia. FMIPA. UniversitasDiponogoro.
Junedi Irfan.M.2013.Upaya penurunan kadar aflatoksin dalam kacang tanahmenggunakan Adsorben Zeolit jenis Sodalit. Skripsi. Cilegon. SekolahTinggi Analis Kimia Cilegon Mandiri.
Khopkar, S. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Kristianingrum Susila, Dwi Siswani Endang, & Fillaeli Annisa., 2011. Pengaruh Jenisasam pada sintesis silika gel dari abu bagasse dan uji adsorptifnyaterhadap ion logam tembaga (II). FMIPA. Yogyakarta. Universitas NegeriYogyakarta
Miller, J.C. dan J.N. Miller. 1991. Statistika untuk Kimia Analitik. Edisi ke dua.Terjemahan Suroso. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Murdika,Alti.2009.Aplikasi teknik kombinasi Adsorpsi dan elektrolisis untukmenurunkan kandungan fenol dalam limbah industri bahan kimiasanitasí.Skripsi. Jakarta.FMIPA.Universitas Indonesia.
Nuraisyah, Siregar. 2010. Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu dan TanahLiat pada pembuatan Batu Bata.Medan. Universitas Sumatra Utara.
Oscik,J (1982), Adsorption, New York. John Wiley & Sons
Sudjana. 1996. Cara Statistika. Edisi ke enam. Tarsito. Bandung.
8
Scott, R. P.W. 1993. Silika Gel and Bonded Phases. Chicester : John Wiley andSon’s Ltd.
SNI 06-6989.21-2004.2004. Air dan air limbah-Bagian 21: cara uji kadar fenolsecara spektrofotometri. BSN. Jakarta.
Sulastri,S dan Kristianingrum,S. 2010. Berbagai macam senyawa silika:sintesis,karakterisasi dan pemanfaatan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta. Universitas NegeriYogyakarta.
Sunardi. 2006. Penuntun Praktikum Analisa Instrumentasi. Departemen KimiaFMIPA UI. Depok.
Vimal C. Srivastava, Mahadeva M. Swany, Indra D. Mall, Bashaswar Prasad, andIndra M. Misrha, (2005). “Adsorptive removal of phenol by beggase flyash and activated carbon : Equilibrium, kinetics and thermodynamics”Colloid and Surface area A : Physicochem. Eng Aspect vol 272 p.89-104
Wood, R., A. Nilsson, and H. Wallin. 1998.Quality in the Food AnalysisLaboratory. The Royal Society of Chemistry. Cambridge. UK.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol.14 Februari 2014
http://wanibesak.wordpress.com/tag/bagian-bagian-spektrofotometer, 4 Juli 2011
DAFTAR PUSTAKA
Bangham, AD.,C.J.Morley, and M.C. Philips.1997.”The Physical Properties of anEffect lung Surfactant”, Biochim Biophys.Acta.Vol 573,hal 552-556.
Bell, C., P Neaves & A.P williams. 2005. Food Microbiology and LaboratoryPractice. Blackwell Science. Australia
Daryono,2012. Adsorpsi Senyawa Paraquat Diklorida pada pestisida dengan silikagel dari limbah ampas tebu (Saccharum Officinarum). Skripsi.Yogyakarta.FST. Universitas Islam Negeri Kalijaga.
Harry M. Freeman: 1989. Standard Handbook of hazardous Waste treatment anddisposal, Mc. Graw Hill Book Company, U.S.A
Hugot E., 1986. Handbook of cane sugar engineering. 3rd ed. Elsevier (translatedby G. H. Jenkins)
Imami. W.N., 2008. Sintesis Silika Gel dari Kaca dengan menggunakan NaOHdan HCl. Skripsi. Semarang: Jurusan Kimia. FMIPA. UniversitasDiponogoro.
Junedi Irfan.M.2013.Upaya penurunan kadar aflatoksin dalam kacang tanahmenggunakan Adsorben Zeolit jenis Sodalit. Skripsi. Cilegon. SekolahTinggi Analis Kimia Cilegon Mandiri.
Khopkar, S. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Kristianingrum Susila, Dwi Siswani Endang, & Fillaeli Annisa., 2011. Pengaruh Jenisasam pada sintesis silika gel dari abu bagasse dan uji adsorptifnyaterhadap ion logam tembaga (II). FMIPA. Yogyakarta. Universitas NegeriYogyakarta
Miller, J.C. dan J.N. Miller. 1991. Statistika untuk Kimia Analitik. Edisi ke dua.Terjemahan Suroso. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Murdika,Alti.2009.Aplikasi teknik kombinasi Adsorpsi dan elektrolisis untukmenurunkan kandungan fenol dalam limbah industri bahan kimiasanitasí.Skripsi. Jakarta.FMIPA.Universitas Indonesia.
Nuraisyah, Siregar. 2010. Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu dan TanahLiat pada pembuatan Batu Bata.Medan. Universitas Sumatra Utara.
Oscik,J (1982), Adsorption, New York. John Wiley & Sons
Sudjana. 1996. Cara Statistika. Edisi ke enam. Tarsito. Bandung.
Scott, R. P.W. 1993. Silika Gel and Bonded Phases. Chicester : John Wiley andSon’s Ltd.
SNI 06-6989.21-2004.2004. Air dan air limbah-Bagian 21: cara uji kadar fenolsecara spektrofotometri. BSN. Jakarta.
Sulastri,S dan Kristianingrum,S. 2010. Berbagai macam senyawa silika:sintesis,karakterisasi dan pemanfaatan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,Pendidikan dan Penerapan MIPA. Yogyakarta. Universitas NegeriYogyakarta.
Sunardi. 2006. Penuntun Praktikum Analisa Instrumentasi. Departemen KimiaFMIPA UI. Depok.
Vimal C. Srivastava, Mahadeva M. Swany, Indra D. Mall, Bashaswar Prasad, andIndra M. Misrha, (2005). “Adsorptive removal of phenol by beggase flyash and activated carbon : Equilibrium, kinetics and thermodynamics”Colloid and Surface area A : Physicochem. Eng Aspect vol 272 p.89-104
Wood, R., A. Nilsson, and H. Wallin. 1998.Quality in the Food AnalysisLaboratory. The Royal Society of Chemistry. Cambridge. UK.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol.14 Februari 2014
http://wanibesak.wordpress.com/tag/bagian-bagian-spektrofotometer, 4 Juli 201