11
UU NO 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG UU NO 1 TAHUN 2014 TENTANG PWP3K UU NO 1 TAHUN 2011 TENTANG PERMUKIMAN UU NO 32 TAHUN 2009 TENTANG PPLH UU NO 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMDA PP NO 40 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PWP3K PP NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI PP NO 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA WP3K

SINTESA UNDANG-UNDANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sintesa undang Undang

Citation preview

PP NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAIUU NO 32 TAHUN 2009 TENTANG PPLHUU NO 1 TAHUN 2011 TENTANG PERMUKIMAN

UU NO 1 TAHUN 2014 TENTANG PWP3KUU NO 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMDA

UU NO 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN

PP NO 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA WP3KPP NO 40 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PWP3K

MUH.ICHSAN HASAN60800112063UU NO 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Keterkaitan UU NO 32 TAHUN 2009 TENTANG PPLH dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam pasal 2 disebut bahwa Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas keberlanjutan, kelestarian, keterpaduan, keadilan. Dalam Pasal 14 Huruf a disebut bahwa Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup salah satunya adalah Tatat Ruang Dalam Hal ini adalah RTRW Dalam Pasal 15 ayat 2 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS ke dalam penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Dalam pasal 16 ayat 1 Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS. Dalam pasal 16 ayat 2 Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Keterkaitan UU NO 32 TAHUN 2009 TENTANG PPLH dengan UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dalam pasal 1 ayat 5 Menyatakan Bahwa Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Dalam pasal 1 ayat 18 Menyatakan Bahwa Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Dalam pasal 1 ayat 29 Menyatakan Bahwa Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Dalam pasal 1 ayat 30 Menyatakan Bahwa Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Dalam pasal 1 ayat 30 Menyatakan Bahwa Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.UU NO 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTANKeterkaitan UU NO 32 TAHUN 2014 Tentang Kelautan dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam pasal 1 ayat 1 disebut bahwa Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan geogralis dan ekologis beserta segenap unsur terkait, dan yang batas dan sistemnya ditentukan oleh peraturanperundang-undangan dan hukum internasional. Dalam Pasal 1 ayat 9 Menyatakan Bahwa Pengelolaan Ruang Laut adalah perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian ruang Laut. Dalam Pasal 42 ayat 2 Menyatakan Bahwa Pengelolaan ruang Laut meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Dalam pasal 42 ayat 3 Menyatakan Bahwa Pengelolaan ruang Laut sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan berdasarkan karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepuiauan dan mempertimbangkan potensi sumber daya dan lingkungan Kelautan. Dalam pasal 43 ayat 2 Menyatakan Bahwa Perencanaan tata ruant Laut nasional sebagaimana dimaksud merupakan proses perencanaan untuk menghasilkan rencana tata ruang Laut nasional.Keterkaitan UU NO 32 TAHUN 2014 Tentang Kelautan dengan UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dalam pasal 1 ayat 7 Menyatakan Bahwa Sumber Daya Kelautan adalah sumber daya Laut, baikyang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Dalam pasal 14 ayat 2 huruf c Menyatakan bahwa Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan salah satunya adalah sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam pasal 22 ayat 2 huruf f Menyatakan Bahwa Pengelolaan dan pemanfaatan sebagaimana dimaksud bertujuan melindungi mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan. Dalam pasal 22 ayat 3 Menyatakan Bahwa Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang meliputi sumber daya hayati, sumber daya nonhayati, sumber daya buatan, dan jasa lingkungan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam pasal 43 ayat 1 huruf b Menyatakan Bahwa Perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Dalam pasal 43 ayat 4 Menyatakan Bahwa Perencanaan zonasi kawasan Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan perencanaan untuk menghasilkan rencana zonasi kawasan strategis nasional, rencana zonasi kawasan strategis nasionai tertentu, dan rencana zonasi kawasan antarwilayah.PP NO 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA WP3KKeterkaitan PP NO 64 TAHUN 2010 Tentang Mitigasi Bencana WP3K dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam pasal 1 ayat 4 disebut Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.. Dalam Pasal 16 ayat 1 huruf e dan f Menyatakan Bahwa Kegiatan nonstruktur/nonfisik untuk mitigasi bencana sebagaimana dimaksud meliputi penyusunan tata ruang dan penyusunan zonasi Dalam Pasal 16 ayat 6 Menyatakan Bahwa Penyusunan tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi kegiatan penyusunan rencana tata ruang yang terdiri atas pola ruang dan struktur ruang daratan berbasis mitigasi bencana.

Keterkaitan PP NO 64 TAHUN 2010 Tentang Mitigasi Bencana WP3K Kelautan dengan UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam pasal 1 ayat 2 Menyatakan Bahwa Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dalam pasal 1 ayat 6 Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disingkat dengan RZWP-3-K adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan Dalam pasal 7 huruf b Menyatakan Bahwa Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud diantaranya adalah RZWP-3-K Dalam pasal 16 ayat 7 Menyatakan Bahwa Penyusunan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi kegiatan penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di perairan berbasis mitigasi bencana.

PP NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAIKeterkaitan PP NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam pasal 3 ayat 1 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini mengatur mengenai: (a). ketentuan umum, yang meliputi persyaratan, tipologi, aspek sosial, aspek budaya dan aspek ekonomi kawasan, aspek pergerakan, aksesibilitas dan transportasi, serta aspek kemudahan ruang publik (b). ketentuan teknis, yang meliputi struktur ruang kawasan, pola ruang kawasan, pengelolaan lingkungan, prasarana dan sarana, fasilitas umum dan sosial serta kriteria struktur ruang, pola ruang, dan amplop ruang. Dalam Pasal 3 ayat 1 Menyatakan Bahwa ) Pengaturan tentang ketentuan teknis perencanaan tata ruang di kawasan reklamasi pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat secara lengkap dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Dalam Pasal 2 ayat 1 Menyatakan Bahwa Pengaturan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang pada kawasan yang sudah dilakukan reklamasi. Dalam Pasal 2 ayat 2 Menyatakan Bahwa Pengaturan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang di kawasan reklamasi pantai agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Keterkaitan PP NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI dengan UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam pasal 1 ayat 1 Menyatakan Bahwa Reklamasi pantai adalah kegiatan di tepi pantai yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan,atau drainase. Dalam pasal 1 ayat 2 Kawasan reklamasi pantai adalah kawasan hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk pengembangan kawasan baru

PP NO 40 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PWP3KKeterkaitan PP NO 40 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PWP3K dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam pasal 1 ayat 11 menyatakan bahwa Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan Masyarakat. Dalam Pasal 8 huruf c Menyatakan Bahwa melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil memperhatikan keberadaan masyarakat hukum adat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 8 huruf d Menyatakan Bahwa menjaga, memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta kelestarian fungsi lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam Pasal 2 ayat 3 huruf b Menyatakan Bahwa pelatihan penyusunan perencanaan, konservasi, mitigasi bencana, rehabilitasi dan reklamasi;. Keterkaitan PP NO 40 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PWP3K dengan UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam pasal 1 ayat 1 Menyatakan Bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut PWP-3-K adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu Dalam pasal 1 ayat 2 Menyatakan Bahwa Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumber daya hayati, sumber daya nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain; sumber daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di Wilayah Pesisir. Dalam Pasal 4 Menyatakan Bahwa Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam PWP-3-K dalam tahap perencanaan pelaksanaan dan pengawasan. Dalam Pasal 5 Huruf a dan b Menyatakan Bahwa Peran serta masyarakat dalam perencanaan PWP-3-K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilakukan melalui: usulan penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3 K dan penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K.

UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAHKeterkaitan UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional. Dalam Pasal 2 ayat 7 Menyatakan Bahwa Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antarsusunan pemerintahan.

Keterkaitan UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH dengan UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dalam Pasal 1 ayat 1 Menyatakan Bahwa Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal 1 ayat 2 Menyatakan Bahwa Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal 1 ayat 3 Menyatakan Bahwa Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

UU NO 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN PERMUKIMANKeterkaitan UU NO 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN PERMUKIMAN dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Dalam pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Dalam Pasal 1 ayat 15 Menyatakan Bahwa Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang. Dalam Pasal 1 ayat 18 Menyatakan bahwa Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif masyarakat. Dalam Pasal 7 ayat 1 Menyatakan bahwa Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan satu kesatuan yang utuh dari rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

Keterkaitan UU NO 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN PERMUKIMAN dengan UU 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dalam Pasal 1 ayat 27 Menyatakan Bahwa Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pasal 1 ayat 28 Menyatakan Bahwa Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.