Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SERTA UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI SENYAWA ORGANOTIMAH(IV) 4-HIDROKSI
BENZOAT TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF Bacillus subtilis DAN
GRAM NEGATIF Pseudomonas aeruginosa
(Skripsi)
Oleh
Dira Fauzi Ridwan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
SYNTHESIS, CHARACTERIZATION, AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY
TEST OF ORGANOTIN(IV) 4-HIDROXYBENZOATE ON BACTERIA
GRAM POSITIVE Bacillus subtilis AND GRAM NEGATIVE Pseudomonas
aeruginosa
By
Dira Fauzi Ridwan
In this research, the synthesis of diphenyltin(IV) di(4-hydroxybenzoat) and
triphenyltin(IV) 4-hydroxybenzoat have been performed by the reaction beetwen
diphenyltin(IV) dihydroxide and triphenyltin(IV) hydroxide with 4-hydroxybenzoate
acid as a ligand on the refulks optimum during four hours. Both of compounds were
produced as white solid with the yield of 89.35% and 98.08%, respectively.
The yields were validated using infrared, NMR, UV-Vis spectroscopies and
microelemental analyzer. Result of infrared spectroscopies showed adsorption of
C=O for the compounds on the 1600,79 cm-1
and 1611,79 cm-1
which indicated
presence carbonyl from 4-hydroxybenzoat acid. Both of the compound characterized
by UV-Vis spectroscopies too, and there are displacement of wavelength on 210,00
nm to 220 nm. Result of microanalysis with microelemental analyzer showed
compound of synthesis have been pure with difference between result and theory
ranging from 1-2 %. Based on characterized with NMR, there are displacement of 13
C
on 166,80 ppm and 165,11 ppm. The test of antibacterial on the diffusion method,
founded triphenyltin(IV) 4-hydroxybenzoate has less antibacterial activity for
Pseudumonas aeruginosa and medium for Bacillus subtillis. On the dilution method,
triphenyltin(IV) 4-hydroxybenzoate has effective antibacterial activity to Bacillus
subtillis and Pseudomonas aeruginosa on the 2,5 mg/15 mL.
Keyword : antibacterial, Bacillus subtilis, diphenyltin(IV) 4-hydroxybenzoate
ABSTRAK
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SERTA UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI SENYAWA ORGANOTIMAH(IV) 4-HIDROKSI
BENZOAT TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF Bacillus subtilis DAN
GRAM NEGATIF Pseudomonas aeruginosa
Oleh
Dira Fauzi Ridwan
Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis senyawa difeniltimah(IV) di(4-
hidroksibenzoat dan trifeniltimah(IV) 4- hidroksibenzoat yang disintesis dari
senyawa awal difeniltimah(IV) dihidroksida dan trifeniltimah(IV) hidroksida
dengan ligan asam 4-hidroksibenzoat pada waktu refluks optimum empat jam dan
didapatkan hasil berupa padatan putih kecoklatan dengan rendemen masing-
masing senyawa 89,354 %dan 98,08 %. Hasil karakterisasi spektrofotometri IR
menunjukkan adanya serapan C=O untuk senyawa tersebut berturut-turut adalah
pada 1600,79 cm-1 dan 1611,79 cm-1 yang menandakan terdapatnya gugus karbonil
yang berasal dari asam 4-hidrokorobenzoat. Senyawa hasil sintesis berupa
senyawa difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV) 4-
hidroksibenzoat juga dikarakterisasi dengan spektrofotometri UV-Vis untuk
melihat pergeseran panjang gelombangnya dan didapatkan transisi elektron π→π*
dan n→π* berturut-turut yaitu pada λmax 210,0 nm dan 220,00 nm serta 254,00 nm
dan 258,00 nm. Data mikroanalisis menggunakan microelemental analyzer
menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis telah murni dengan perbedaan hasil
mikroanalisis dengan perhitungan secara teori berkisar 1-2 %. Senyawa
difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat
juga di analisis menggunakan spektrofotometer 1H dan 13C NMR, hasil
karakterisasi menunjukkan adanya pergeseran kimia 13C yang khas yaitu karbon
pada karbonil 166,80 ppm dan 165,11 ppm. Pengujian aktivitas antibakteri pada
metode difusi didapatkan senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat memiliki
aktivitas antibakteri yang bersifat lemah terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan bersifat sedang terhadap bakteri Bacillus subtilis. Pada uji dilusi
menunjukkan senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis yang
efektif adalah pada kadar 2,5 mg/15 mL.
Kata kunci : antibakteri, Bacillus subtilis, difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat),
Pseudomonas
ii
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SERTA UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI SENYAWA ORGANOTIMAH(IV) 4-HIDROKSI
BENZOAT TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF Bacillus subtilis DAN
GRAM NEGATIF Pseudomonas aeruginosa
Oleh
Dira Fauzi Ridwan
skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Karawang, pada tanggal 12 Januari 1996 sebagai anak
ketujuh dari tujuh bersaudara, terlahir dari pasangan Endang Damiri dan Karmi.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Jayamakmur 1 pada
tahun 2008, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Jayakerta pada tahun 2011,
dan sekolah menengah pertama di SMAN 1 Rengasdengklok pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi finalis Olimpiade Nasional
MIPA tingkat Nasional pada tahun 2016. Selain itu, penulis juga pernah menjadi
asisten praktikum Kimia Anorganik I dan Kimia Anorganik II, praktikum Kimia
Dasar tahun 2016 dan 2017. Penulis juga aktif mengikuti beberapa organisasi, seperti
menjadi anggota Bidang Sains dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK) Himpunan
Mahasiswa Kimia tahun 2015-2016, wakil ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa tahun
2016 dan menjadi Wakil Koordinator Wilayah 1 (Sumatera) Himpunan Mahasiswa
Kimia Indonesia periode 2016-2018.
Motto
Kemaksiatan terbesar adalah kebodohan . . . (Habib Segaf Baharun, M.HI.)
Bahagiakanlah terlebih dahulu Orang yang
Membahagiakanmu . . .
Ketika dunia jahat padamu, Maka kau harus menghadapinya
(Roronoa Zoro)
Semua kilauan itu bukanlah emas… (Spongebob Squarpants)
Nothing lasts forever, we can change the future.
(Alucard)
Break… the limits! (Gusion)
Jangan mengerjakan pekerjaan hari ini jika masih bisa dikerjakan besok.
(Squidward Tentacles)
i
PERSEMBAHAN
Puji syukurku pada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya dapat
menyelesaikan penulisan laporan ini.
Kupersembahkan karya kecilku in untuk :
Ibu dan Ayahku tercinta
Yang telah mendidik, dan membesarkanku dengan segala do’a terbaiknya,
kesabaran dan limpahan kasih sayangnya, selalu menguakatku mendukungku
dalam segala langkahku, menuju kesuksesan dan kebahagiaanku . . .
Karya ini kupersembahkan untuk sahabat seperjuanganku Setiani Siti Faatihah
yang telah mendukung dan menamniku serta membantu dalam keadaan apapun . .
Seluruh teman-teman seperjuanganku di Kimia 2014 Universitas Lampung, dan
teruntuk sahabat – sahabat Ikahimki dari Sabang sampai Lampung.
iii
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan penelitian yang berjudul “Sintesis danKarakterisasi ,
serta Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa Organotimah(IV) 4-hidroksibenzoat
Terhadap Bakteri Gram Positif Bacillus subtilis dan Gram negatif
Pseudumonas aeruginosa”.
Dalam penulisan karya tulis ini, banyak pihak yang telah terlibat untuk terus
memberikan bantuan dan semangat dan tentunya itu semua tidak lepas dari
anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini. Atas segala bantuan tersebut, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Sutopo Hadi, M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing Kerja Praktik atas
segala bimbingan, bantuan, nasihat, dan saran hingga selesainya penulisan
laporan kerja praktik..
2. Bapak Drs. Supriyanto. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas segala
bimbingan, bantuan, nasihat, dan saran hingga selesainya penulisan laporan
kerja praktik..
3. Bapak Dr.Eng Suripto Dw Yuwono.,M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia yang
telah menyetujui laporan kerja praktik ini. Deni Diora, Widia Sari, dan Bayu
iv
Andani selaku partner yang selalu membantu, menasehati dan memberikan
motivasi kepada penulis. Terimaksih atas kerjasamanya.
4. Sahabat terbaiku Setiani Siti Faatihah yang selalu memberi dukungan dan
nasihat untuk menyelesaikan praktik kerja lapangan ini.
5. Ayah, ibu, saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan dukungan,
motivasi dan do’a untuk penulis
6. Keluarga Ikahimki wilayah 1, terutama badan inti bapewil Ridwan Yahya,
Novelia Riska Putri, dan Sandra Viani Aseri yang telah memberi banyak arti
dan kenangan selama kuliah disini.
7. Kakaku di Pekanbaru kak Nurhayati yang telah membimbing, mengayomi dan
memberikan pengalaman serta ilmu dalam Ikahimki.
8. Terkhusus untuk adiku tersayang Arina Alhaq yang telah memberikan
dukungan, do’a dan motivasinya.
Atas segala kebaikan Bapak/Ibu/Sdr/i, semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin.
Bandar Lampung, Oktober 2018
Penulis,
Dira Fauzi Ridwa
v
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
C. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6
A. Timah .............................................................................................................. 6
B. Organologam .................................................................................................. 7
C. Organotimah ................................................................................................... 9
D. Turunan Organotimah .................................................................................. 11
1. Senyawa organotimah halida ................................................................... 11
2. Senyawa organotimah hidroksida dan oksida ......................................... 12
3. Senyawa organotimah karboksilat ........................................................... 12
E. Sintesis Senyawa Organotimah .................................................................... 13
F. Sifat Kimia Organotimah .............................................................................. 15
G. Analisis Senyawa Organotimah ................................................................... 16
1. Analisis spektroskopi UV-Vis senyawa organotimah ................................. 16
2. Analisis spektroskopi IR senyawa organotimah ......................................... 18
3. Analisis unsur dengan menggunakan microelemental analyzer ................ 19
vi
H. Aplikasi Organotimah .................................................................................. 20
I. Toksisitas Organotimah ................................................................................ 22
J. Bakteri ........................................................................................................... 23
K. Bakteri Bacillus subtilis ............................................................................... 25
L. Bakteri Pseudomonas aeruginosa .............................................................. 26
P. aeruginosa termasuk dalam kelas Gamma Proteobacteria dan famili .......... 26
M. Antibakteri .................................................................................................. 28
N. Uji Aktivitas Antibakteri ............................................................................. 29
1. Metode difusi ........................................................................................... 29
2. Metode Dilusi .......................................................................................... 31
III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 33
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 33
B. Alat dan Bahan ........................................................................................... 33
C. Cara Kerja .................................................................................................. 34
1. Sintesis Senyawa Awal Difeniltimah(IV) dihidroksida ............................ 34
2. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) di-(4-hidroksibenzoat) ..................... 35
3. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat ............................ 35
4. Uji Aktivitas Antibakteri ......................................................................... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................38
A. Sintesis........................................................................................................38
1. Sintesis Senyawa Difeniltimah(IV) dihidroksida.......................................38
2. Sintesis Senyawa Difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat)........................40
3. Sintesis Senyawa Trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat.............................43
B. Karakterisasi Menggunakan Spektrofotometer IR......................................45
1. Senyawa Asam 4-hidroksibenzoat.............................................................45
2. Senyawa difeniltimah(IV) diklorida dan difeniltimah(IV) dihidroksida...46
3. Senyawa Difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat).....................................48
4. Senyawa Trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3Sn(OH)] dan
Trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat..........................................................49
C. Karakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV.....................................51
1. Asam 4-hidroksibenzoat ............................................................................51
2. Difenil(IV) diklorida dan difeniltimah(IV) dihidroksida...........................52
vii
3. Difeniltimah(IV) dihiroksida dan difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat)..............54
4. Senyawa trifeniltimah(IV) hiroksida dan triifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat......57
. D. Karakterisasi Menggunakan Spektrofotometer 1H dan 13C –NMR ........................57
E. Analisis Unsur Menggunakan Microelemental Analyzer .........................................61
1. Uji Difusi .................................................................................................................62
2. Uji Dilusi..................................................................................................................70
V. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..……………...77
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…….79
LAMPIRAN……………………………………………………………………………87
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Serapan inframerah gugus fungsional senyawa organik.................................19
2. Bilangan gelombang untuk gugus fungsi yang terdapat pada senyawa
asam 4-hidroksibenzoat..................................................................................46
3. Serapan bilangan gelombang untuk senyawa difeniltimah(IV) diklorida difeniltimah(IV) dihidroksida dan difeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat.........49
4. Bilangan gelombang untuk gugus fungsi tang terdapat pada senyawa
trifeniltimah (IV) hidroksida dan trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat ..........51
5. Serapan panjang gelombang maksimum spektrum UV-Vis dari senyawa
Organotimah (IV) hidroksibenzoat yang telah disintesis dengan bahan
awal berbeda...................................................................................................58
6. Spektra 1H-NMR dan
13C-NMR pada senyawa hasil sintesis..........................62
7. Hasil Analisis Unasur Microelemental Analyzer............................................62
8. Ukuran zona hambat dari senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida terhadap bakteri Bacillus sp............................................................................64
9. Ukuran zona hambat dari senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida terhadap
bakteri Bacillus sp...........................................................................................65
10. Ukuran zona hambat dari senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida terhadap
bakteri P. aeruginosa......................................................................................65
11. Ukuran zona hambat dari senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida terhadap
bakteri P. aeruginosa......................................................................................65
ix
12. Ukuran zona hambat dari senyawa difeniltimah(IV)
di(4-hidroksibenzoat terhadap bakteri Bacillus sp..........................................66
13. Ukuran zona hambat dari senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoata
terhadap bakteri Bacillus sp............................................................................66
14. Ukuran zona hambat dari senyawa difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat)
terhadap bakteri P. aeruginosa.......................................................................66
15. Ukuran zona hambat dari senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat
terhadap bakteri P. aeruginosa.......................................................................67
16. Hasil uji dilusi senyawa trifeniltimah (IV) 4-hidroksibenzoat terhadap
bakteri Bacillus sp...........................................................................................71
17. Hasil uji dilusi senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat terhadap
bakteri P.aeruginosa.......................................................................................73
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Struktur asam 4-hidroksibenzoat....................................................................13
2. Skema reaksi sintesis senyawa organotimah..................................................14
3. Reaksi sintesis senyawa (a) difeniltimah(IV) di-(4-Hidroksibenzoat) dan
(b)trifeniltimah(IV) 4- hidroksibenzoat..........................................................15
4. Struktur senyawa triorganotimah(IV) hidroksida...........................................16
5. Skema transisi elektronik dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang
lebihtinggi..................................................................................... ………….17
6. Senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida………………………………….….38
7. Reaksi pembentukan senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida………………39
8. Senyawa difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat)…………………………...40
9. Reaksi pembentukan senyawa difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat)…….40
10. Deret spektrokimia…………………………………………...……………...41
11. Senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat……………………………….43
12. Reaksi pembentukan senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat………..44
13. Spektrum IR asam 4-hidroksibenzoat…………………………..…………..45
14. Spektrum IR difeniltimah(IV) diklorida dan
difeniltimah(IV) dihidroksida………………………………………………47
15. Difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat)…………….……………...………48
16. Spektrum IR trifeniltimah(IV) hidroksida dan trifeniltimah(IV)
4-hidroksibenzoat………………………………………………………….50
xi
17. Spektrum UV-Vis asam 4-hidroksibenzoat……………………………...…52
18. Spektrum UV-Vis difenitimah(IV) dihidroksida dan
difeniltimah(IV) diklorida………………………………………………....53
19. Spektrum UV-Vis difeniltimah(IV) dihidroksida dan difeniltimah(IV)
di(4-hidroksibenzoat)……………………………………………………...55
20. Spektrum UV-Vis trifeniltimah(IV) hidroksisda dan trifeniltimah(IV)
4-hiroksibenzoat…………………………………………………………..57
21. Uji dilusi senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat terhadap bakteri
Bacillus subtilis …………………………………………………………...68
22. Uji dilusi senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa …………………………………………………70
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan memungkinkan setiap manusia hidup produktif secara sosial dan
ekonomis dengan kondisi yang sejahtera dari raga, jiwa, dan sosial. Pada kondisi
saat ini tingkat kesehatan menghadapi tantangan yang sangat berat (Nurwidodo,
2006). Jenis penyakit yang masih paling banyak diderita oleh penduduk di negara
berkembang termasuk Indonesia yakni penyakit infeksi. Penyebab penyakit
infeksi salah satunya adalah bakteri. Bakteri dapat dilihat hanya dengan bantuan
mikroskop tidak dapat dilihat dengan mata telanjang ini dikarenakan bakteri
merupakan mikroorganisme (Radji, 2011).
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam dunia kesehatan, hampir
setiap negara memiliki masalah penyakit infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit
yang disebabkan masuknya bibit penyakit, penyebab utama infeksi di antaranya
adalah bakteri (Suwito, 2010). Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
adalah bakteri Bacillus subtilis (gram positif) dan Pseudomonas aeruginosa (gram
negatif) (Jawetz et al., 2005).
2
Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada
kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu
mendegradasi xylane dan karbohidrat (Cowan dan Steel, 1973). Bacillus sp.
adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan anggota
dari divisi Firmicutes. Bacillus sp. merupakan bakteri yang bersifat aerob obligat
atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase. Bacillus sp. secara alami
terdapat dimana-mana dan termasuk spesies yang hidup bebas atau bersifat
patogen. Beberapa spesies Bacillus sp. menghasilkan enzim ekstra seluler seperti
protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan dalam
tubuh hewan (Wongsa and Werukhamkul, 2007).
P. aeruginosa merupakan bakteri yang tersebar luas di tanah, air, tumbuhan dan
hewan termasuk manusia. P. aeruginosa dapat berada pada orang sehat, yang
bersifat saprofit. Bakteri ini menjadi patogenik jika berada pada tempat dengan
daya tahan abnormal (Jawetz et al., 2005). P. aeruginosa menimbulkan berbagai
penyakit diantaranya adalah infeksi pada luka dan luka bakar dapat menimbulkan
nanah hijau kebiruan, infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas mengakibatkan
pneumonia yang disertai nekrosis, otitis eksterna ringan pada perenang, dan
infeksi mata (Ryan, 2004).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
pada mahluk hidup adalah dengan membuat suatu bahan atau zat antibakteri
(Irianto, 2007). Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh
atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara.
3
Antibakteri terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya
atau tujuan penggunaannya. Bahan antibakteri berdasarkan peruntukannya dapat
berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer, dan sebagainya (Pelczar and
Chan, 1986).
Penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat
dilakukan dengan mekanisme berupa perusakan dinding sel dengan cara
menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk,
perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya
bahan makanan dari dalam sel, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan
sintesis asam nukleat dan protein. Salah satu senyawa antibakteri adalah senyawa
organotimah.
Senyawa organotimah merupakan senyawa yang sedikitnya memiliki satu ikatan
antara atom-atom karbon dari gugus organik yang terikat pada logam timah
secara langsung. Senyawa organotimah dapat berbentuk mono, di, tri, dan
tetraorganotimah bergantung pada gugus alkil (R) atau aril (Ar) yang terikat
pada Sn. Anion yang terikat (X) biasanya berupa klorida, oksida, hidroksida,
merkaptoester, suatu karboksilat, atau suatu tiolat (Pellerito and Nagy, 2002).
Senyawa organotimah(IV) merupakan senyawa yang memiliki berbagai aktivitas
biologis. Jumlah dasar dari gugus organik yang terikat pada atom pusat Sn
menentukan kereaktifan biologis dari senyawa organotimah(IV) itu sendiri.
Anion yang terikat pada senyawa organotimah(IV) walaupun sebagai penentu
sekunder kereaktifan senyawa organotimah(IV), namun berperan penting dan
4
dapat meningkatkan kereaktifan dalam berbagai uji biologis. Dari bermacam-
macam senyawa kompleks organotimah dengan molekul biologi, kompleks
organotimah karboksilat mendapat perhatian khusus karena senyawa ini memiliki
aktivitas biologis lebih kuat dibandingkan dengan kompleks organotimah lainnya.
(Pellerito and Nagy, 2002; Szorcsik et al., 2002).
Pada penelitian sebelumnya, Setiawan (2016) menggunakan asam 4-klorobenzoat
sebagai ligan asam karboksilat diperoleh efisiensi inhibisi tertinggi sebesar 0,0012
% Pitaloka (2016), menggunakan asam 2-klorobenzoat sebagai ligan asam
karboksilat diperoleh efisiensi inhibisi tertinggi sebesar 0,002 % dan pada
penelitian Annisa et al.,(2017) yang menggunakan trieniltimah(IV) 3-
klorobenzoat, didapatkan hasil yang efektif pada uji aktivitas antibakteri dan
memiliki konsentrasi hambat minimum pada kadar 2,5 mL dalam 15 mL media
agar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini akam
dilakukan pula uji aktivitas antibakteri senyawa turunan organotimah(IV)
karboksilat dengan menggunakan asam 4-hidroksibenzoat sebagai ligan asam
karboksilatnya. Pada penelitian ini senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida dan
trifeniltimah(IV) hidroksida direaksikan dengan asam 4-hidroksibenzoat sebagai
ligan sehingga dihasilkan senyawa difeniltimah(IV) di (4-hidroksibenzoat), dan
trifeniltimah(IV) 4- hidrobenzoat kemudian dikarakterisasi menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer IR,spektrofotometer NMR, dan
microelemental analyzer. Kedua senyawa hasil sintesis kemudian dilakukan uji
aktivitas terhadap bakteri gram positif Bacilus sp dan P. aeruginosa .
5
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mensintesis senyawa difeniltimah(IV) di (4-hidroksibenzoat) dan
trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat.
2. Mengkarakterisasi senyawa hasil sintesis difeniltimah(IV) di (4-
hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat, menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer IR, spektrofotometer NMR dan
microelemental analyzer.
3. Menguji aktivitas antibakteri dari senyawa difeniltimah(IV) di (4-
hidroksibenzoat), dan trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat terhadap bakteri
gram positif Bacilus sp.dan bakteri gram negatif P. aeruginosa.
4. Membandingkan aktivitas terbaik dari dua senyawa tersebut sebagai
antibakteri.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang organologam serta memperbanyak
jenis dari senyawa organologam yang bisa digunakan dalam bidang kesehatan
sebagai antibakteri.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Timah
Timah (Sn) merupakan unsur IV A dalam tabel periodik. Persenyawaan timah
ditemukan di lingkungan dengan keadaan oksidasi +2 atau +4. Namun, bentuk
trivalen tidak stabil sehingga senyawa stannous (SnX2) yang berupa timah
bivalen, dan senyawa stannic (SnX4) yang berupa timah tetravalen merupakan dua
jenis utama timah. Anionik stannite dan stannate tidak larut dalam air dan stabil
sedangkan kationik Sn2+
dan Sn4 +
stabil. Timah merupakan salah satu unsur yang
berlimpah pada kerak Bumi (Bakirdere, 2013).
Timah merupakan logam berwarna putih dan melebur pada suhu 232 oC. Timah
larut dalam asam maupun basa, senyawa-senyawa oksidanya dengan asam atau
basa akan membentuk garam. Timah tidak reaktif terhadap oksigen bila dilapisi
oleh oksida film dan tidak reaktif terhadap air pada suhu biasa, tetapi akan
mempengaruhi kilauannya (Svehla, 1985). Terdapat beberapa jenis timah,
diantaranya timah β berwarna putih, dan timah α berwarna abu-abu (Jones and
Lappert, 1966). Timah α stabil di bawah suhu 13.2 °C.
Adapun bentuk ketiga merupakan timah γ dan dikatakan stabil pada
7
suhu lebih dari 161 °C belum dibuktikan (Smith, 1998). Timah memainkan peran
penuh dalam peningkatan aktivitas yang tinggi dalam kimia organologam yang
mulai dikenal pada tahun 1949 (Davies, 2004).
B. Organologam
Senyawa organologam merupakan senyawa yang setidaknya terdapat satu atom
karbon dari gugus organik yang berikatan langsung dengan atom logam. Senyawa
yang mengandung ikatan karbon dengan fosfor, arsen, silikon, ataupun boron
termasuk dalam katagori organologam, tetapi untuk senyawa yang mengandung
ikatan antara atom logam dengan oksigen, belerang, nitrogen, maupun dengan
suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa organologam. Sebagai contoh
suatu alkoksida seperti Ti(C3H7O)4 bukan termasuk senyawa organologam karena
gugus organiknya terikat pada Ti melalui atom oksigen. Sedangkan senyawa
(C6H5)Ti(OC3H7)3 adalah senyawa organologam karena terdapat satu ikatan
langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam Ti. Berdasarkan bentuk
ikatan pada senyawa organologam, senyawa tersebut dapat dikatakan sebagai
jembatan antara kimia organik dan anorganik. Sifat senyawa organologam yang
umum ialah memiliki atom karbon yang lebih elektronegatif daripada kebanyakan
logamnya. Terdapat beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk
pada senyawaan organologam (Cotton and Wilkinson, 2007):
8
Sifat senyawa organologam yang umum ialah dimilikinya atom karbon yang lebih
elektronegatif daripada kebanyakan logamnya. Terdapat beberapa kecenderungan
jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan organologam:
a. Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Senyawa organologam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat
ionik, dan tidak larut dalam pelarut organik, serta sangat reaktif terhadap
udara dan air. Senyawa ini terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat
pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam
alkali atau alkali tanah.
b. Senyawaan organotimah yang memiliki ikatan σ (sigma)
Senyawa ini memiliki ikatan σ yang terbentuk antara gugus organik dan atom
logam dengan keelektropositifan rendah. Jenis ikatannya dapat digolongkan
sebagai ikatan kovalen (meskipun masih ada sifat ionik) dan sifat kimianya
ditentukan dari sifat kimia karbon yang disebabkan oleh beberapa faktor
berikut:
1. Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih tinggi, seperti pada
SiR4 yang tidak tampak dalam CR4.
2. Kemampuan donor alkil atau aril dengan pasangan elektron
menyendiri seperti pada Pet3, Sme2 dan sebagainya.
3. Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh
seperti pada BR3 atau koordinasi tak jenuh seperti pada ZnR2.
4. Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara ikatan logam-karbon
(M-C) atau karbon-karbon.
9
c. Senyawaan organologam yang terikat secara nonklasik.
Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam
pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ikatan ionik atau
pasangan elektron. Senyawa ini terbagi menjadi dua golongan:
1. Senyawa organologam yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan
2. Senyawa organologam yang terbentuk antara logam-logam transisi dengan
alkena, alkuna, benzena, dan sistem cincin lainnya seperti C5H5- (Cotton
dan Wilkinson, 1989).
Senyawa organologam dari golongan IV A relatif stabil dan memiliki reaktivitas
kimia yang relatif rendah karena memiliki hibridisasi sp3. Oleh karena itu,
tetrametiltimah tidak reaktif terhadap udara dan air, berbanding terbalik dengan
trimetilindium dan trimetilstibin. Tanda peningkatan stabilitas pada senyawa
R4Sn dibandingkan R2Sn juga ditunjukkan dengan adanya efek peningkatan oleh
hibridisasi (Gora, 2005).
C. Organotimah
Senyawa organotimah adalah senyawa yang memiliki paling sedikit satu
ikatan timah-karbon. Senyawa organotimah pertamakali dijelaskan pada tahun
1852 oleh Lowig (Bishop and Zuckerman, 1974). Sebagian besar senyawa
organotimah dapat dianggap sebagai turunan dari RnSn(IV)X4-n(n = 1-4) dan
diklasifikasikan sebagai mono-, di-, tri-, dan tetra- organotimah(IV),
tergantung dari jumlah gugus alkil (R) atau aril (Ar) yang terikat. Anion yang
terikat (X) biasanya adalah klorida, fluorida, oksida, hidroksida, suatu
10
karboksilat atau suatu thiolat (Pellerito and Nagy, 2002). Ikatan Sn-X memiliki
derajat ion tertentu bergantung pada anion (X) dan alkil (R). Sebagai contoh,
titik leleh dari (CH3)3SnX bervariasi untuk fluorida (300 ºC) > klorida (37 ºC)
> bromida (27 ºC) > iodida (3,4 ºC) (Tayer, 1988).
Senyawa organotimah telah dikenal sejak tahun 1850. Aplikasi komersial
organotimah sebagai PVC stabilizer dikenalkan pada tahun 1940. Gugus
organik yang paling umum berikatan dengan timah adalah metil, butil, oktil,
fenil, dan sikloheksil (Davies, 2004). Senyawa organotimah tahan terhadap
hidrolisis atau oksidasi pada kondisi normal meskipun dibakar menjadi SnO2,
CO2, dan H2O. Kemudahan putusnya ikatan Sn-C oleh halogen atau reagen
lainnya bervariasi tergantung pada gugus organik yang terikat pada timah dan
urutannya meningkat dengan urutan sebagai berikut: Bu (paling stabil) < Pr
<et< me < vinil < Ph < Bz < alil < CH2CN < CH2CO2R (paling tak stabil).
Penggabungan SnR4 melalui gugus alkil sama sekali tidak teramati. Senyawa-
senyawa dengan rumus R3SnX atau R2Sn2X tergabung secara luas melalui
jembatan X sehingga meningkatkan bilangan koordinasi Sn menjadi lima,
enam, atau bahkan tujuh. Dalam hal ini, fluorin lebih efektif dibandingkan
unsur-unsur halogen lainnya. Sebagai contoh Me3SnF memiliki struktur
trigonal bipiramida, Me2SnF2 memiliki struktur oktahedral, sedangkan
jembatan Cl yang lebih lemah memiliki struktur terdistorsi (Van der Weij,
1981).
11
D. Turunan Organotimah
Ada tiga macam turunan organotimah yaitu (Wilkinson, 1982):
1. Senyawa organotimah halida
Senyawa organotimah halida dengan rumus umum RnSnX4-n (n = 1-3; X = Cl, Br,
I) pada umumnya merupakan padatan kristalin dan sangat reaktif. Organotimah
halida tersebut dapat disintesis secara langsung melalui logam timah, Sn (II) atau
Sn (IV) dengan alkil halida yang reaktif. Metode untuk pembuatan dialkiltimah
dihalida ini digunakan secara luas. Sintesis langsung organotimah halida ditinjau
ulang oleh Murphy dan Poller melalui Persamaan 1, 2, 3, dan 4.
2 EtI + Sn Et2Sn + I2………………………………………………..(1)
Metode lain yang sering digunakan untuk pembuatan organotimah halida adalah
reaksi disproporsionasi tetraalkiltimah dangan timah(IV) klorida. Caranya adalah
dengan mengubah perbandingan mol material awal, seperti ditunjukkan pada
Persamaan 2 dan 3.
3 R4Sn + SnCl4 4 R3SnCl……………………………………….(2)
R4Sn + SnCl4 2 R2SnCl2………………………………………(3)
Senyawa organotimah klorida digunakan sebagai senyawa awal induk
(melepaskan klorida yang terikat pada Sn) yang direaksikan dengan logam halide
lain yang sesuai seperti ditunjukkan pada Persamaan 4.
R4SnCl4-n + (4-n) MX R4SnX4-n + (4-n) MCl…………………….(4)
(X = F, Br atau I; M = K, Na, NH4) (Wilkinson, 1982).
12
2. Senyawa organotimah hidroksida dan oksida
Hidrolisis dari trialkiltimah halida dan senyawa yang berikatan R3SnX yang
menghasilkan produk kompleks, merupakan rute utama pada trialkiltimah
oksida dan trialkiltimah hidroksida. Prinsip tahapan intermediet ditunjukkan
pada Persamaan 5.
OH
R3SnX R3SnX R3SnOSnR3X
X
XR3SnOSnR3OH R3SnO atau R3SnOH ..............................................(5)
(Wilkinson, 1982).
3. Senyawa organotimah karboksilat
Pada umumnya senyawa organotimah karboksilat dapat disintesis melalui dua
cara yaitu dari organotimah hidroksida atau organotimah oksidanya dengan asam
karboksilat, dan dari organotimah halidanya dengan garam karboksilat. Metode
yang biasa digunakan untuk sintesis organotimah karboksilat adalah dengan
menggunakan organotimah halida sebagai material awal.
Organotimah halida direaksikan dengan garam karboksilat dalam pelarut yang
sesuai, biasanya karbon tetraklorida atau aseton. Reaksinya dapat dilihat pada
Persamaan 6.
RnSnCl4-n + (4-n) MOCOR CCl
4 RnSn(OCOR)4-n + (4-n) MCl..................(6)
13
Reaksi esterifikasi dari asam karboksilat dengan organotimah oksida atau
hidroksida dilakukan melalui dehidrasi azeotropik dari reaktan dalam toluena,
seperti ditunjukkan pada Persamaan 7.
R2SnO + 2 R’COOH Toluena
R2Sn(OCOR’)2 + H2O……………………..(7)
(Wilkinson, 1982).
Asam 4-hidroksibenzoat merupakan salah satu turunan asam benzoat. Asam 4-
hidroksibenzoat berupa kristal tak berwarna, memiliki titik leleh 214,5 - 212,5 °C
serta cepat larut dalam air panas dan etanol. Senyawa tersebut sering
diaplikasikan dalam makanan dan kosmetik (Hans-Dieter and Jeschkeit, 1994).
Struktur asam 4-hidroksibenzoat ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur asam 4-hidroksibenzoat (Hinwood, 1987).
E. Sintesis Senyawa Organotimah
Metode pembuatan senyawa organotimah selalu terdiri dari dua prinsip,
yang pertama membuat ikatan langsung timah-karbon pada senyawa seperti
R4Sn. Tahap kedua adalah koproporsionasi, senyawa R4Sn direaksikan
dengan timah klorida untuk memproduksi senyawa dari jenis R3SnCl,
14
R2SnCl2, dan RSnCl3. Turunan lain nya dihasilkan dari reaksi lanjut
senyawa klorida tersebut. Skema reaksi sintesis senyawa organotimah
ditunjukkan pada Gambar 2.
Grignard
RMgCl
R3SnCl
SnCl4 WURTZ RCl-Na
R4Sn + SnCl4 R2SnCl2
AlR3 RSnCl3
Alkil Alumunium
Reaksi Koproporsionasi
Sintesis Langsung RX2
Sn SnX2
Gambar 2. Skema reaksi sintesis senyawa organotimah (Lehn, 1964).
Sintesis senyawa organotimah dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan
senyawa awal dialkiltimah(IV) hidroksida dengan suatu ligan tertentu yang
diinginkan. Kedua senyawa tersebut dilarutkan dalam pelarut metanol dan
direfluks selama empat jam pada suhu 60 oC. Setelah itu kemudian dikeringkan
dalam desikator sampai terbentuk padatan berwarna putih (Hadi and Rilyanti,
2010).
Pada penelitian ini senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida dan trifeniltimah(IV)
hidroksida direaksikan dengan asam 4-hidroksienzoat sebagai ligan sehingga
diharapkan senyawa difeniltimah(IV) di-(4-hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV)
4-hidroksibenzoat dapat terbentuk berdasarkan reaksi pada Gambar 3.
15
Gambar 3. Reaksi sintesis senyawa (a) difeniltimah(IV) di-(4-Hidroksibenzoat)
dan (b) trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat.
F. Sifat Kimia Organotimah
Ikatan timah-karbon stabil dalam air dengan kondisi oksigen pada atmosfer berada
pada temperatur normal dan cukup stabil terhadap panas (banyak organotimah
dapat didestilasi di bawah tekanan rendah dengan dekomposisi sedikit). Asam
kuat, halogen, dan agen elektrofilik lain nya dapat membelah ikatan timah-karbon.
Bentuk timah dengan beberapa senyawa didominasi oleh ikatan kovalen tetapi
ikatan itu menunjukkan tingkat karakter ionik yang tinggi karena timah bertindak
sebagai senyawa elektropositif. Triorganotimah(IV) hidroksida tidak bersifat
seperti alkohol tetapi basa anorganik. Meskipun basa kuat memindahkan proton
pada triorganotimah hidroksida tertentu karena timah dapat bersifat amfoter
(Gora, 2005).
16
Gambar 4. Struktur senyawa triorganotimah(IV) Hidroksida
G. Analisis Senyawa Organotimah
Pada penelitian ini, hasil yang diperolah dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer IR, dan analisis unsur C dan H
menggunakan alat microelemental analyzer.
1. Analisis spektroskopi UV-Vis senyawa organotimah
Pada spektroskopi UV-Vis, senyawa yang dianalisis akan mengalami transisi
elektronik sebagai akibat penyerapan radiasi sinar UV dan sinar tampak oleh
senyawa yang dianalisis. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan
atau pasangan elektron bebas dan orbital antiikatan. Panjang gelombang serapan
merupakan ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital-orbital. Agar
elektron dalam ikatan sigma tereksitasi maka diperlukan energi paling tinggi dan
akan memberikan serapan pada 120-200 nm (1 nm = 10-7
cm = 10 Å). Daerah ini
dikenal sebagai daerah ultraviolet hampa, karena pada pengukuran tidak boleh ada
udara, sehingga sukar dilakukan dan relatif tidak banyak memberikan keterangan
untuk penentuan struktur.
Serapan di atas 200 nm merupakan daerah eksitasi elektron dari orbital p, d, dan
orbital π terutama sistem π terkonjugasi mudah pengukurannya dan spektrumnya
17
memberikan banyak keterangan. Kegunaan spektrofotometer UV-Vis ini terletak
pada kemampuannya mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjugasi aromatik di
dalam suatu molekul. Spektrofotometer ini dapat secara umum membedakan
diena terkonjugasi dari diena tak terkonjugasi, diena terkonjugasi dari triena dan
sebagainya. Letak serapan dapat dipengaruhi oleh subtituen dan terutama yang
berhubungan dengan subtituen yang menimbulkan pergeseran dalam diena
terkonjugasi dari senyawa karbonil (Sudjadi, 1985).
Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorpsi lebar pada daerah panjang
gelombang yang lebar. Hal ini disebabkan transisi elektronik yaitu suatu elektron
dalam orbital ikatan (bonding) dieksitasikan ke orbital antibonding. Transisi
elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan dasar ke subtingkat
apa saja dari keadaan eksitasi seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Skema transisi elektronik dari tingkat energi rendah ke tingkat energi
yang lebih tinggi (Fessenden dan Fessenden, 1986)
Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas
daripada dalam daerah inframerah, dikarenakan pita serapan pada daerah UV-Vis
18
terlalu lebar dan kurang terperinci. Tetapi gugus-gugus fungsional tertentu seperti
karbonil, nitro, dan sistem tergabung menunjukkan puncak karakteristik dan dapat
diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus tersebut dalam
molekul (Day dan Underwood, 1998).
2. Analisis spektroskopi IR senyawa organotimah
Pada spektroskopi IR, radiasi inframerah dengan rentang panjang gelombang dan
intensitas tertentu dilewatkan terhadap sampel. Molekul-molekul senyawa pada
sampel akan menyerap seluruh atau sebagian radiasi itu. Penyerapan ini
berhubungan dengan adanya sejumlah vibrasi yang terkuantisasi dari atom-atom
yang berikatan secara kovalen pada molekul-molekul itu. Penyerapan ini juga
berhubungan dengan adanya perubahan momen dari ikatan kovalen pada waktu
terjadinya vibrasi. Bila radiasi itu diserap sebagian atau seluruhnya, radiasi itu
akan diteruskan. Detektor akan menangkap radiasi yang diteruskan itu dan
mengukur intensitasnya.
Secara umum, spektrum serapan IR dapat dibagi menjadi tiga daerah:
a. Inframerah dekat, dengan bilangan gelombang antara 14.300 hingga
4.000 cm-1
. Fenomena yang terjadi ialah absorpsi overtone C-H.
b. Inframerah sedang, dengan bilangan gelombang antara 4.000 hingga
650 cm-1
. Fenomena yang terjadi ialah vibrasi dan rotasi.
c. Inframerah jauh, dengan bilangan gelombang 650 hingga 200 cm-1
.
Fenomena yang terjadi ialah penyerapan oleh ligan atau spesi lainnya yang
berenergi rendah.
19
d. Dengan menggunakan analisis spektroskopi IR terhadap senyawa
organotimah karboksilat, dapat ditunjukkan adanya vibrasi ulur Sn-O pada
bilangan gelombang 500 – 400 cm-1
dan Sn-C pada bilangan gelombang
600 – 500 cm-1
. Selain itu dapat pula ditunjukkan beberapa karakteristik
adsorpsi gelombang IR dari asam karboksilat seperti yang terdapat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Serapan inframerah gugus fungsional senyawa organik.
Bilangan gelombang (cm-1) Tipe ikatan Keterangan
3200-3600 O-H Ikatan hidogen dapat
memperlebar
absorpsi. Ikatan hidrogen
internal yang sangat kuat
dapat
menutupi serapan C-H alifatik
dan aromatik.
1372-1290 N-O Menunjukkan adanya ikatan
N-O asimetri
3310-3320 C-H Terdapat pada semua molekul
Asetilenik organik, karenanya
3000-3100 C-H aromatic kegunaannya untuk analisis
dan etilenik gugus fungsi terbatas
2500-3600 -COOH Serapan gugus karboksilat
sangat lebar, kuat. Puncak
dekat 3500 cm-1
menunjukkan
vibrasi O-H bebas (yang tidak
berikatan hidrogen).
(Fessenden dan Fessenden, 1986).
20
3. Analisis unsur dengan menggunakan microelemental analyzer
Mikroanalisis adalah penentuan kandungan unsur penyusun suatu senyawa yang
dilakukan dengan menggunakan microelemental analyzer. Unsur yang umum
ditentukan adalah karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), dan sulfur (S). Sehingga
alat yang biasanya digunakan untuk tujuan mikroanalisis ini dikenal sebagai
CHNS microelemental analyzer. Hasil yang diperoleh dari mikroanalisis ini
dibandingkan dengan perhitungan secara teori. Walaupun seringnya hasil yang
diperoleh berbeda, perbedaan biasanya antara 1–5%, namun analisis ini tetap
sangat bermanfaat untuk mengetahui kemurnian suatu sampel (Costecsh
Analytical Technologies, 2011).
Prinsip dasar dari microelemental analyzer yaitu sampel dibakar pada suhu tinggi.
Produk yang dihasilkan dari pembakaran tersebut merupakan gas yang telah
dimurnikan kemudian dipisahkan berdasarkan masing-masing komponen dan
dianalisis dengan detektor yang sesuai. Pada dasarnya, sampel yang diketahui
jenisnya dapat diperkirakan beratnya dengan menghitung setiap berat unsur yang
diperlukan untuk mencapai nilai kalibrasi terendah atau tertinggi (Caprette, 2007).
H. Aplikasi Organotimah
Senyawa organotimah dapat dimanfaatkan sebagai polivinilklorida stabilizer
(Pereyre et al., 1987) katalis (Evans et al., 1985), aktivitas biosidal, antigumpal
cat, pengawet kayu, pertanian, kaca untuk membentuk pelapis timah oksida
(Gitlitz et al., 1992). Mono- dan diorganotimah digunakan secara luas sebagai
stabilizer.
21
Polivinilklorida untuk mengurangi degradasi polimer polivinilklorida. Empat tipe
utama penstabil timah berdasarkan gugus alkilnya yaitu : oktil, butil, fenil dan
metil. Oktiltimah diketahui memiliki kandungan timah paling sedikit dan tidak
efisien. Ligan-ligan utama yang digunakan untuk membedakan berbagai penstabil
timah yaitu, asam tioglikolat ester dan asam karboksilat. Senyawa organotimah
yang paling umum digunakan sebagai katalis dalam sintesis kimia yaitu katalis
mono dan diorganotimah. Senyawa organotimah merupakan katalis yang bersifat
homogen yang baik untuk pembuatan polisilikon, poliuretan dan untuk sintesis
poliester. Senyawa organotimah ditemukan berikutnya antara lain sebagai biocide
(senyawa yang mudah terdegradasi), sebagai pestisida yang pertama kali
diperkenalkan di Jerman yaitu dari senyawa trifeniltimah asetat pada akhir
1950-an. Kegunaan yang utama dari agrokimia senyawa organotimah karena
senyawa ini relatif memiliki fitotoksisitas (daya racun pada tanaman) yang rendah
dan terdegradasi dengan cepat sehingga residunya tidak berbahaya terhadap
lingkungan (Cotton dan Wilkinson, 2007).
Senyawa organotimah(IV) telah diketahui memiliki aktivitas biologi yang kuat.
Sebagian besar senyawa organotimah(IV) bersifat toksik walaupun pada
konsentrasi rendah. Aktivitas biologi ini ditentukan oleh jumlah dan gugus
organik yang terikat pada pusat atom Sn. Senyawa organotimah karboksilat
diberikan perhatian khusus dikarenakan senyawa ini memiliki kemampuan biologi
yang kuat dibandingkan senyawa organotimah lainnya (Mahmood et al., 2003;
Pellerito dan Nagy, 2002).
22
Senyawa organotimah memiliki rentang aplikasi yang luas dan merupakan
salah satu bahan kimia organologam yang paling banyak digunakan. Senyawa
organotimah(IV) menunjukkan aktifitas biologis yang signifikan (Kang et al.,
2009; Wu et al., 2009). Senyawa-senyawa tersebut telah diketahui sebagai
antibakterial (Maiti et al., 1988; Gleeson et al., 2008; Annisa et al.,2017; Hadi et
al., 2018), antijamur ( Hadi et al.,2008; Manav et al., 2000; Singh and Kaushik,
2008), antitumor (Mohan et al.,1988; Ruan et al., 2011; Hadi et al, 2012; Hadi
and Rilyanti, 2010), dan antiviral (Singh et al., 2000), insektisida terhadap
nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria (Hansch and Rajeshwar, 2008),
dan sebagai antimalaria (Awang et al., 2014 ; dan Pellie et al., 2006). Selain itu,
penelitian terbaru menjelaskan bahwa senyawa organotimah dapat dimanfaatkan
sebagai inhibitor korosi (Rastogi et al.,2005; Singh et al.,2010; Rastogi et
al.,2011; Afriyani, 2014; Anggraini, 2014; Kurniasiah et al.,2015; Hadi et al.,
2015 ).
I. Toksisitas Organotimah
Toksisitas senyawa timah sangat luas, pertama tergantung pada gugus
organik yang terikat pada timah dan yang kedua bergantung pada gugus
organik yang ada pada senyawa. Senyawa timah anorganik pada umumnya
memilki toksisitas yang rendah. Toksisitas tertinggi telah diketahui pada
senyawa triorganotimah sedangkan senyawa diorganotimah dan
monoorganotimah diketahui memiliki toksisitas yang rendah. Toksisitas
senyawa tetraorganotimah rendah. Akan tetapi, di bawah kondisi lingkungan
akan terdekomposisi menjadi triorganotimah yang bersifat toksik. Gugus
23
organik yang menempel pada timah juga menentukan toksisitas
organotimah. Seperti trietiltimah bersifat lebih toksik, diikuti oleh metil,
propil, dan butil. Senyawa trioktiltimah memiliki toksisitas rendah,
sedangkan trifenil dan trisikloheksiltimah memiliki toksisitas yang cukup
tinggi (Smith, 1977).
J. Bakteri
Bakteri merupakan organisme hidup bersel tunggal, tidak memiliki klorofil, dan
memiliki DNA dan RNA. Bakteri dapat melakukan metabolisme, tumbuh dan
berkembang biak. Sebagian besar bakteri berukuran sangat kecil misalnya kokus
bergaris tengah 1 sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Lapisan terluar
bakteri terdiri dari dua komponen yakni dinding sel yang kaku dan membran
sitoplasma atau membran plasma. Di dalamnya terdapat sitoplasma seperti
ribosom, mesosom, granula, vakuola, dan inti sel. Sel bakteri dapat diliputi oleh
lapisan berupa gel yang mudah lepas atau tersusun sebagai suatu simpai. Selain
itu beberapa bakteri juga mempunyai struktur tumbuhan lain seperti filamen yang
menonjol keluar dari permukaan sel yaitu flagella yang berfungsi sebagai alat
penggerak dan fimbria sebagai alat untuk melekatkan diri (Gupte, 1990).
Di alam terdapat ribuan jenis bakteri dan setiap jenis mempunyai sifat-sifat
sendiri. Sebagian besar dari jenis bakteri tersebut tidak berbahaya bagi manusia,
bahkan ada yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mausia seperti bakteri
pencernaan, Lactobacillus bulgaricus yang digunakan dalam pembuatan
24
yoghurt, dan lain-lain. Tetapi juga terdapat bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia (bersifat patogen) seperti Escherihcia coli, Salmonella
thypimurium (bakteri gram negatif) serta Staphylococcus aureus dan Bacillus sp
(bakteri gram positif) yang menyebabkan keracunan pada makanan (Alaerts dan
Santika, 1984).
Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri dibagi menjadi dua yaitu bakteri gram
positif dan gram negatif. Keduanya mempunyai respon yang berbeda terhadap
antibiotik karena adanya perbedaan struktur dan komposisi dari dinding selnya
(Pelczar and Chan, 1986).
Bakteri gram negatif mengandung lipid, lemak atau substansi seperti lemak dalam
persentasi lebih tinggi dari pada yang dikandung bakteri gram positif. Dinding sel
bakteri gram negatif lebih tipis dibandingkan dengan bakteri gram positif.
Struktur bakteri gram negatif memiliki membran lapisan luar yang menyelimuti
lapisan tipis peptidoglikan, struktur luar peptidoglikan ini adalah lapisan ganda
yang mengandung fosfolipid, protein dan lipopolisakarida (LPS). LPS terletak
pada lapisan luar dan merupakan karakteristik bakteri gram negatif. Sementara sel
bakteri gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan
yang tebal dimana didalamnya mengandung senyawa teikoat dan lipoteikoat .
Sedangkan bakteri gram positif memiliki ciri antara lain truktur dinding selnya
tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer. Dinding selnya
mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai
lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan,
mengandung asam tekoat, bersifat lebih rentan terhadap penisilin, pertumbuhan
25
dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal, komposisi nutrisi
yang dibutuhkan lebih rumit, lebih resisten terhadap gangguan fisik, resistensi
terhadap alkali (1% KOH) larut, tidak peka terhadap streptomisin, toksin yang
dibentuk eksotoksin (Pelczar and Chan, 1986).
K. Bakteri Bacillus subtilis
Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada
kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu
mendegradasi xylane dan karbohidrat (Cowan dan Steel, 1973).
Bacillus sp. adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan
anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus sp. merupakan bakteri yang bersifat aerob
obligat atau fakultatif. Bacillus sp. secara alami terdapat dimana-mana dan
bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus sp. menghasilkan enzim ekstraseluler
seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan
dalam tubuh hewan (Wongsa and Werukhamkul, 2007).
Menurut Madigan (2005) klasifikasi Bacillus sp. adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Species : Bacillus sp.
26
Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang, dengan ukuran 0,3 – 2,2
μm x 127 – 7,0 μm. Sebagian besar Bacillus sp. bersifat motil, bergerak dengan
flagelum lateral yang khas. Dalam keadaan lingkungan yang tidak mendukung
biasanya bakteri ini membentuk endospora. Bakteri ini merupakan bakteri gram
positif, dengan sifat kemoheterotrof. Kemoheterotrof adalah organisme yang
memperoleh sumber energinya dari senyawa kimia, sedangkan sumber nutrisi
untuk metabolismenya berasal dari bahan organik. Jalur metabolisme Bacillus sp.
adalah melalui respirasi aerob, yaitu proses perombakan bahan organik menjadi
ATP dibantu oleh adanya oksigen (Pelczar dan Chan, 1986).
L. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
P. aeruginosa termasuk dalam kelas Gamma Proteobacteria dan famili
Pseudomonadaceae. Berdasarkan pada conserved macromolecules (misalnya 16S
ribosomal RNA) famili Pseudomonadaceae mencakup hanya anggota dari genus
Pseudomonas yang dibagi menjadi delapan kelompok P. aeruginosa adalah
spesies jenis kelompok tersebut yang terdiri dari 12 anggota lain (Todar, 1990).
Adapun Taksonomi dari bakteri P. aeruginosa yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Fillum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeruginosa
27
P.aeruginosa adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang halus atau
lengkung, motil, berukuran sekitar 0,6 x 2 mm. Bakteri ini dapat ditemukan
soliter, berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai pendek dan merupakan
bakteri motil karena mempunyai flagela monotrika (flagel tunggal pada kutub)
dan memerlukan oksigen untuk motilitas.
P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis
media pembiakan, kadang-kadang berbau manis seperti anggur atau seperti bau
corn taco. Beberapa strain dari P. aeruginosa menghemolisis agar darah.
P.aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37 – 42 ºC. Pertumbuhannya pada
suhu 42 ºC membantu membedakannya dari spesies Pseudomonas lain dalam
kelompok fluoresen. Bakteri ini oksidase positif, nonfermenter tetapi beberapa
strain ada yang mengoksidasi glukosa (Kayser et al., 2005).
P. aeruginosa memiliki kebutuhan nutrisi yang sederhana seperti amonia dan
karbon dioksida sebagai satu-satunya sumber nitrogen dan karbon. Suasana aerob
diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme optimal, tetapi kebanyakan strain
P. aeruginosa juga dapat tumbuh dengan lambat dalam kondisi anaerobik jika
tersedia nitrat (NO3) sebagai akseptor elektron.
P. aeruginosa dapat menghasilkan satu atau lebih pigmen, beberapa pigmen
tersebut antara lain:
Piosianin, pigmen berwarna biru
Pioverdin, pigmen berwarna kehijauan
28
Piorubin, pigmen berwarna merah
Piomelanin, pigmen berwarna hitam (Duc et al., 2004).
P. aeruginosa mampu mentolerir terhadap berbagai kondisi fisik termasuk suhu.
Bakteri ini resisten terhadap konsentrasi tinggi garam, zat pewarna, antiseptik dan
berbagai antibiotik yang sering digunakan (Kayser et al., 2005).
M. Antibakteri
Antibakteri merupakan zat yang dapat membasmi bakteri, khususnya bakteri yang
merugikan bagi manusia (Vincent, 1987). Antibakteri digolongkan berdasarkan
cara kerja, spektrum kerja, dan daya bunuh terhadap bakteri. Menurut Crueger and
Crueger (1984), antibakteri digolongkan berdasarkan pada susunan kimia dan
sasaran kerjanya.
Kelompok antibakteri dilihat dari cara kerjanya, yaitu :
1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Tekanan osmosis dalam sel mikroba lebih tinggi daripada di luar sel, sehingga
kerusakan dinding sel mikroba akan menyebabkan terjadinya lisis, yang
merupakan dasar dari efek bakterisidal terhadap mikroba yang peka
(Setyaningsih, 2004). Seperti golongan polypeptide, cephalosporin, penicillin,
vankomisin, basitrasin, dan sikloserin (Jawetz et al., 2005).
29
2. Menghambat sintesis protein.
Banyak jenis antibakteri, terutama golongan aminoglycoside, macrolide,
chloramphenicol, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline, gentamycine,
kanamycine (Todar, 2009). Menghambat sintesis asam nukleat seperti
quinolon, pyrimethamin, rifampicin, sulfonamide, trimethoprim (Jawetz, et al.,
2005).
N. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri terdiri dari dua metode utama yaitu :
1. Metode difusi
Pada metode ini, zat antibakteri akan berdifusi ke dalam media agar yang
telah ditanami bakteri. Teknik metode ini secara umum adalah dengan
menginokulasikan kuman secara merata diseluruh pemukaan media agar,
kemudian sampel yang di uji ditempatkan diatas permukaan tersebut.
Setelah inkubasi, selama 18 - 24 jam pada suhu 37 °C, akan terbentuk zona
hambat di sekeliling reservoir sampel. Pengamatan berdasarkan ada atau
tidaknya zona hambat pertumbuhan bakteri di sekeliling cakram. Ada tiga
macam teknik difusi, yaitu : cara parit, cara lubang atau sumuran, dan cara
cakram.
Pada metode parit, media agar yang ditanami bakteri dibuat parit yang
kemudian diisi dengan larutan yang mengandung zat antibakteri dan diinkubasi
selama 18 - 24 jam pada suhu 37 °C. Kemudian dilihat ada atau tidaknya zona
30
hambatan di sekeliling parit (Balsam dan Sagarin, 1972; Jawetz et al., 1986). Cara
lubang atau sumuran, pada media agar yang ditanami bakteri dibuat lubang atau
dengan meletakkan silinder besi tahan karat pada medium agar yang kemudian
diisi dengan larutan yang mengandung zat antibakteri dan diinkubasikan selama
18 – 24 jam pada suhu 37 °C, kemudian dilihat ada atau tidaknya zona hambatan
di sekeliling silinder (Balsam dan Sagarin, 1972; Jawetz et al., 1986).
Cara cakram, pada media agar yang telah ditanami bakteri diletakkan diatas kertas
cakram yang mengandung zat antibakteri dan diinkubasikan selama 18 – 24 jam
pada suhu 37 °C, kemudian dilihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling
cakram. Sedangkan pada cara parit, sampel hanya berdifusi secara dua dimensi
(Jawetz et al., 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode difusi adalah ketebalan agar,
komposisi dari media agar, konsentrasi inokulum, suhu, dan waktu inkubasi.
Ketebalan lapisan agar yang sedikit saja bervariasi akan menghasilkan efek dan
besar zona hambat yang jauh berbeda. Oleh karena itu, diperlukan ketebalan
lapisan agar yang sama. Cawan petri yang digunakan harus benar-benar rata dan
agar harus dituang pada posisi yang tepat. Media agar mempengaruhi besarnya
zona hambatan dengan 3 cara, yaitu : mempengaruhi aktivitas suatu antibakteri,
mempengaruhi kecepatan difusi suatu sampel antibakteri, dan mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan bakteri. Aktivitas dari antibakteri dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti adanya kation dalam media, pH dari media, dan adanya
bermacam-macam zat antagonis (pengganggu). Kecepatan difusi dari obat
ditentukan oleh konsenstrasi agar, konsentrasi beberapa ion dalam media, dan
31
perpanjangan pengikatan lektrostatik antar sampel dan group yang terionisasi di
dalam media agar. Viskositas dari media juga mempengaruhi kecepatan difusi dan
hal ini tergantung juga pada waktu inkubasi. Kapasitas nutrisi dari media agar
sangat ditentukan oleh panjangnya fasa lag dan waktu pertumbuhan untuk bakteri
yang diteliti.
2. Metode Dilusi
Metode ini digunakan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) sampel antibakteri terhadap bakteri uji. Metode dilusi ini dilakukan
dengan mencampurkan zat antibakteri dengan media yang kemudian
diinokulasikan dengan bakteri. Pengamatannnya dengan melihat ada atau tidaknya
pertumbuhan bakteri (Lorian, 1980). Berdasarkan media yang digunakan dalam
percobaan, metode ini dibagi menjadi dua yaitu penipisan lempeng agar dan
pengenceran tabung. Pada penipisan lempeng agar, zat antibakteri yang akan diuji
dilarutkan lebih dahulu dalam air suling steril atau dalam pelarut steril lain yang
sesuai. Kemudian dilakukan dengan pengenceran secara serial dengan kelipatan
dua sampai kadar terkecil yang dikehendaki. Pada pengenceran tabung, zat
antibakteri dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian diencerkan dengan
kaldu berturut-turut pada tabung-tabung yang disusun dalam satu deret terkecil
yang dikehendaki, dengan metode Kerby Bauwer yang dimodifikasi.
Tiap tabung yang berisi 1 mL campuran dengan berbagai kadar tersebut
diinokulasikan dengan suspensi kuman yang mengandung kira-kira 105
sampai 106 sel bakteri/mL. Kemudian diinkubasikan selama 18 sampai 24
jam pada suhu 37 °C.
32
Sebagai kontrol gunakan paling sedikit satu tabung cair dengan inokulum bakteri
tersebut. Kedua cara diatas biasanya digunakan dalam penentuan Kadar Hambat
minimal (KHM) (Lorian, 1980; Case dan Johnson, 1984).
33
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Mei
2018 di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik FMIPA Universitas Lampung.
Analisis senyawa menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan di
Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung dan analisis
senyawa menggunakan spektrofotometer IR dilakukan di Universitas Islam
Indonesia. Untuk analisis unsur, yakni dengan menggunakan microelemental
analyzer dilakukan di School of Chemical and Food Technology, Universitas
Kebangsaan Malaysia, dan pengujian aktivitas antibakteri dilakukan di
Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gelas ukur, cawan petri, gelas
kimia, kertas saring Whatman No. 42, bulp, pipet gondok, satu set alat refluks,
34
hot plate stirrer, desikator, instrumentasi: spektrofotometer IR,
spektrofotometer UV-Vis, dan microelement alanalyzer (untuk analisis unsur).
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam 4-
klorobenzoat, asam 4-hidroksibenzoat, trifeniltimah(IV) hidroksida, NaOH,
metanol p.a., akuades, akuabides, media agar NA (Nutrient Agar), Dimetil
Sulfoksida (DMSO), Streptomisin, bakteri Bacillus sp.dan bakteri P.
aeruginosa.
C. Cara Kerja
Prosedur umum untuk sintesis senyawa R2Sn(OOCR)2 ataupun
R3Sn(OOCR) dengan R baik alkil maupun fenil dilakukan berdasarkan
prosedur yang telah dilakukan sebelumnya (Hadi et al., 2009; Hadi and
Rilyanti, 2010; Hadi et al., 2012) yang merupakan adaptasi dari Szorcsik et
al. (2002). Sedangkan prosedur uji antibakteri, zat dilakukan berdasarkan
prosedur yang telah dilakukan oleh Salam et al. (2012).
1. Sintesis Senyawa Awal Difeniltimah(IV) dihidroksida
Senyawa difeniltimah(IV) diklorida [(C6H5)2SnCl2)] sebanyak 3,44gram (0,01
mol) direaksikan dengan NaOH 0.8 gram (0,02 mol) (perbandingan mol 1:2)
dalam 30 mL pelarut metanol, menggunakan hot plate stirrer selama 1 jam
pada suhu 60 oC. Endapan yang dihasilkan disaring menggunakan kertas saring
Whattman No.42 menggunakan corong pisah, kemudian dicuci dengan
akuabides dan metanol. Endapan yang diperoleh disimpan dalam desikator
35
hingga diperoleh padatan [(C6H5)2Sn(OH)2]. Hasil yang diperoleh
dikarakterisasi dengan spektrofotmeter IR, UV-Vis, dan microelemental
analyzer.
2. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) di-(4-hidroksibenzoat)
Senyawa difeniltimah(IV) dihidroksida [(C6H5)2Sn(OH)2] sebanyak 0,921 gram
(0,003) direaksikan dengan asam 4-hidroksibenzoat [(C6H4(OH)COOH)]
sebanyak 0,834 gram dengan perbandingan mol 1:2 dalam 30 mL pelarut metanol
p.a. dan direfluks selama 4 jam dengan pemanasan pada suhu 60 oC. Setelah
reaksi sempurna, metanol diuapkan dan dikeringkan di dalam desikator sampai
diperoleh padatan kering. Padatan hasil sintesis dikarakterisasi dengan
spektrofotometer IR dan UV-Vis yang diukur pada panjang gelombang 180-380
nm (Sudjadi,1985), spektrofotometer NMR dan dianalisis kandungan unsur C dan
H dengan microelementer analyzer, serta diuji aktivitas antibakterinya terhadap
Bacillus sp, dan P.aeruginosa.
3. Sintesis senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat
Senyawa trifeniltimah(IV) hidroksida [(C6H5)3SnOH)] sebanyak 1,1001 gram
direaksikan dengan asam 4-hidroksibenzoat [(C6H4(OH)COOH)] sebanyak 0,417
gram dengan perbandingan mol 1:1 dalam 30 mL pelarut metanol p.a. dan
direfluks selama 4 jam dengan pemanasan pada suhu 60 oC. Setelah reaksi
sempurna, metanol diuapkan dan dikeringkan di dalam desikator sampai diperoleh
padatan kering.
36
Padatan hasil sintesis dikarakterisasi dengan spektrofotometer IR dan UV-Vis yang
diukur pada panjang gelombang 180-380 nm (Sudjadi,1985), spektrofotometer
NMR dan dianalisis kandungan unsur C dan H dengan microelementer analyzer,
serta diuji aktivitas antibakterinya terhadap Bacillus sp, dan P. aeruginosa.
4. Uji Aktivitas Antibakteri
a. Penyiapan Media Uji
Penyiapan media uji dilakukan dengan pembuatan NA (Nutrient Agar).
Sebanyak 2,8 gram NA dilarutkan dalam 100 mL aquades, kemudian
dipanaskan dan disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 1
atm selama 15 menit. Sebanyak 15 mL media NA yang telah steril kemudian
dituangkan ke dalam cawan petri yang telah disterilisasi. Penuangan tersebut
dilakukan dalam Laminar Air Flow. Kemudian media didinginkan sampai
memadat, jika tidak terlihat adanya kontaminan/pengotor, maka media ini
dapat digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri.
b. Uji Bioaktivitas Dengan Metode Difusi Agar
Sebanyak 1 mata ose bakteri Bacillus sp. dan P. aeruginosa . diencerkan
dengan 1 mL air salin, kemudian digunakan sebagai suspensi bakteri.
Kemudian suspensi bakteri tersebut dituangkan ke dalam media uji dan
diratakan menggunakan sprider (batang berbentuk huruf L).
Sebanyak 3 kertas cakram diletakkan pada permukaan agar. Pada kertas
cakram pertama diberikan senyawa antara dan senyawa hasil sintesis dengan
variasi konsentrasi 200, 250, 300; 400; dan 500 ppm.
37
Senyawa antara yang digunakan yaitu difeniltimah(IV) dihidroksida dan
trifeniltimah(IV) hidroksida, sedangkan senyawa hasil sintesis terdiri dari
difeniltimah(IV) di (4-hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV) 4-
hidroksibenzoat. Kertas cakram kedua diberikan kontrol negatif yaitu pelarut
senyawa inhibitor. Kertas cakram terakhir diberi larutan kontrol positif
(dalam percobaan ini menggunakan kontrol positif streptomisin)
(Lorian, 1980).
Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 °C, dan setelahnya diamati
untuk melihat zona hambatnya. Senyawa yang memiliki konsentrasi
penghambatan paling efektif akan kembali diuji dengan metode dilusi (Salam
et al. 2012).
c. Uji Bioaktivitas Dengan Metode Dilusi Agar
Dari hasil pengujian secara difusi didapatkan senyawa trifeniltimah(IV) 4-
hidroksibenzoat atau difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat) yang memiliki
konsentrasi penghambatan paling efektif, kemudian senyawa tersebut
dilarutkan dalam pelarut DMSO. Selanjutnya senyawa uji dicampurkan ke
dalam 15 mL media agar dengan variasi volume 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5
mL. Bakteri Bacillus sp. dan P. aeruginosa diletakkan tepat di tengah media
Nutrient Agar yang telah tercampur dengan senyawa kimia uji. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 2-3 hari dan diamati pertumbuhan
bakteri setiap harinya. Senyawa yang paling efektif adalah senyawa yang
memiliki variasi konsentrasi kecil namun memiliki daya penghambat
pertumbuhan bakteri yang paling besar (Lorian, 1980).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Hasil sintesis senyawa difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV)
4-hidroksibenzoat berupa padatan putih dengan rendemen masing-masing sebesar
89,35% dan 98,08%.
2. Sintesis senyawa difeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat) dan trifeniltimah(IV) 4-
hidroksibenzoat telah berhasil dilakukan dengan karakaterisasi menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer IR, NMR dan analisis unsur dengan
menggunakan microelemental analyzer menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis
adalah murni.
3. Hasil karakterisasi UV –Vis menunjukan adanya transisi elektronik π→π* pada
puncak λmax 210 nm untukdifeniltimah(IV) di(4-hidroksibenzoat) dan puncak 220
untuk trifenil(IV) 4-hidroksibenzoat . Sedangkan transisi elektronik n→π* pada λmax
254 nm dan 258 nm untuk masing – masing senyawa hasil sintesis.
78
4. Hasil uji difusi senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat bersifat lemah
terhadap bakteri P.aeruginosa, dan bersifat sedang terhadap bakteri Bacillus sp,
meskipun senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat memiliki aktivitas sebagai
antibakteri namun aktivitasnya masih lebih rendah dibandingkan Streptomisin.
5. Hasl uji dilusi senyawa trifeniltimah(IV) 4-hidroksibenzoat efektif menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus sp dan P.aeruginosa pada kadar 2,5 mL dalam 15 mL
media agar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, untuk penelitian selanjutnya disarankan
menggunakan metode pemurnian secara kualitatif untuk membuktikan apakah
senyawa hasil sintesisnya telah murni dan tidak terdapat senyawa lain yang
mengganggu aktivitas antibakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyani, H. 2014. Kajian Aktivitas Antikorosi Beberapa Senyawa Turunan
Organotimah(IV) 3-Nitrobenzoat pada Baja Lunak dalam Medium Korosif
DMSO-HCl. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 76 hlm.
Aini, A.N, dan S. Hadi. 2015. Sintesis, dan Karakterisasi, Serta Uji Aktivitas
Antikorosi Senyawa Turunan Organotimah(IV) 3-nitrobenzoat pada Baja
Lunak dalam Medium Korosif. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 81 hlm.
Annisa, T.Suhartati, Yandri and S. Hadi. 2017. Antibacterial Activity of
Diphenyltin(IV) and Triphenyltin(IV) 3-Chlorobenzoate Againts
Pseudomonas aeruginosa and Bacillus subtilis. Oriental J. of Chemistry. 33
(3), 1133-1139
Alaerts, G. dan S. S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional.
Surabaya.
Anggraini, W. D. 2014. Kajian Senyawa Turunan Organotimah(IV) 2-nitrobenzoat
Sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Lunak dalam Medium Korosif. (Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 95 hlm.
Awang, N., H, Jumat., S, A, Ishak., N, F, Kamaludin. 2014. Evaluation of the Ex vivo
Antimalarial Activity of Organotimah(IV) Ethylphenyldithiocarbamate on
Erythrocytes Infected With Plasmodium berghei Nk 65. Pakistan J. of Bio
Sciences.17(6): 836-842.
Bakirderee, S. 2013. Speciation Studies in Soil, Sediment and Environmental
Samples. Taylor and Francis Group, LLC. France. Hal 577.
Balsam, M. S. and E. Sagarin. 1972. Cosmetics Science and Technology. 2nd
Edition.
Jhon Willy and Son, Inc. London. Hal. 64.
Bishop, M. E and J.J. Zuckerman. 1974. Inorganic Chemistry. 122.cl. Lawrence
Berkeley National Laboratory. University of California.
80
Caprette, D.R. 2007. Using a CauntingChamber. Lab Guides Rice University. Texas.
Case, L.C., and R.T. Johnson. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology.
The Benjamin Cummings Publishing Company. Inc. California. pp. 161-
163, 211-213.
Costech Analytical Technologies. 2011. Elemental Combiustion System CHNS.
http://costech analytical.com/. Diakses pada 01 Desember 2017.
Cotton, F.A. dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Terjemahan oleh
S. Suharto. UI Press. Jakarta.
Cotton, F. A. dan G. Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Alih bahasa
oleh: S.Suharto. Penerbit UI Press. Jakarta. Hal 403-405.
Cowan, J. and W. Steel. 1973. Manual and for the Identification of Medical Bacteria.
3rd
Edition. Cambridge University Press. New York. pp. 21-25.
Crueger, W. And A. Crueger. 1984. Biotechnology, A Text Book of Industrial
Microbio. Stnaeur Associates, Inc. Sunderland. Hal.151-153.
Davies, A.G. 2004. Organotin Chemistry. VCH Weinhein. Germany. Hal 36-37.
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Duc L. H, A.H. Huynh, M.B. Teresa, O.H. Andriano, M.C. Simon. 2004.
Characterization of bacillus probiotics available for human use. J. Appl
Environ Microbiol. 70(4): 2161-2171.
Elianasari dan S. Hadi. 2012. Aktivitas in vitro dan Studi Perbandingan Beberapa
Senyawa Organotimah(IV) 4-hidroksibenzoat terhadap Sel Leukimia, L-1210.
Jurnal Sains MIPA. 18 (1): 23-28
Evans, C.J.S., and Karpel. 1985. Organotin Compounds in Modern Technology.
J. Organometallic Chemistry Library. Elsevier.
Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga
Jilid 2. Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Gitlitz, M.H., R. Dirkx, and D.A. Russo. 1992. Organotin Application.
Chemistry techonology, 552.
81
Gleeson, B., J. Claffey, D. Ertler, M. Hogan and H. Muller-Bunz, F. Paradisi, D.
Wallis, M. Tacke. 2008. Novel organotin antibacterial and anticancer
drug. Polyhedron. 27: 3619-3624.
Gora, W.B. 2005. Synthesis and Characterization of Organotin(IV) Complexes
With Donor Ligands. (Tesis). Department of Chemistry, Gomal University
Dera Ismail Khan. Pakistan.
Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan E. Suryawidjaja : The Short
Textbook of Medical Microbiology. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Hadi , S., B. Irawan and Efri. 2008. The Antifungal Activity Test Of Some
Organotin(IV) Carboxylates. J. Appl. Sci. Res. 4 (11): 1521-1525.
Hadi, S. and M. Rilyanti. 2010. Synthesis and In Vitro Anticancer Activity of some
Organotin(IV) Benzoate Compounds. Oriental J. of Chem.
26 (3): 775-779.
Hadi, S., E. Hermawati, Noviany, T. Suhartati and Yandri. 2018. Antibacterial
Activity Test of Diphenyltin(IV Dibenzoate and Triphenyltin(IV) Benzoate
Compounds against Bacillus Substilis and Pseudomonas aeruginosa. Asian J
Microbiol. Biotech. Env. Sci. 20 (1),113-119.
Hadi, S., H. Afriyani, W.D. Anggraini, H.I. Qudus, T. Suhartati. 2015. The Synthesis
and Potency Study of Some Dibutyltin(IV) Dinitrobenzoate Compounds as
Corrosion Inhibitor for Mild Steel HRP in DMSO-HCl Solution. Asian J.
Chem., 27(13), 1509-1512.
Hadi, S., M. Rilyanti, and Nurhasanah. 2009. Comparative Study on the Antifungal
Activity of Some Di- and Tributyltin(IV) Carboxylate Compounds. Modern
Appl. Science. 3 (2): 12-17.
Hadi, S., M. Rilyanti, and Suharso. 2012. In Vitro Activity and Comparative Studies
of Some Organotin(IV) benzoat Compounds. Indonesian J. of Chemistry. 12
(1): 172-177.
Hans-Dieter, J and H. Jeschkeit. 1994. Concise Encyclopedia Chemistry. De
Gruyer. New York.
Hansch, C. and Rajeshwar P.V. 2008. Larvicidal Activities of Some Organotin
Compounds on Mosquito Larvae: A QSAR Study. European J. of Medicinal
Chemistry. 44: 260-273.
82
Hinwood, B. 1987. A Textbook of Science for The Health Professions.
Department of biological Science Sydney Institute of Technology.
Australia.
Ibrahim, M. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV.
Yrama Widya. Bandung.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. CV. Yrama
Widya. Bandung.
Jawetz, E., L.J. Melnick, and A.E. Adelberg. 1986. Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan ed 16, terjemahan Tonang, H. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta. Hal.31,34,145-147,150-152.
Jawetz, E., L.J. Melnick, and A.E. Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Jawetz, E., L.J. Melnick, dan A.E. Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran
Edisi Ke-3. Alih Bahasa : Huriwati Hartanto. Penerbit Buku Kedokteran
ECG.Jakarta. Hal 28-35.
Jones, K and M. F. Lappert. 1966. Organotin(IV) N, N-disubstitued
dithiocarbamates. J. of Organometalic Chem. Rev 1, 67.
Kang, W., X. Wu, and J. Huang. 2009. Synthesis, Crystal Structure and Biological
Activities of Four Novel Tetranuclear Di-organotin(IV) Carboxylates.
J.of Organometallic Chemistry. 694: 2402-2408.
Kayser, F. H., K.A. Bienz, J. Eckert, R.M. Zinkernagel. 2005. Medical
Microbiologi. Thieme Stuttgart. New York.
Kurniasiah, H. M. Nurissalam, B. Iswantoro, H. Afiyani, H.I. Qudus, S. Hadi.
2015. The Synthesis, Characterization and Comparative Anticorrosion
Study of Some Organotin(IV) 4-Chlorobenzoates, Orient. J. Chem., 31(12),
2377-2383.
Lehn, W.L. 1964. Preparation of tris (trimethylsilyl)-and tris (trimethylstannyl)
amines. J. of the American Chem.Society. 86 (2), pp 305–305.
Lorian, V. 1980. Antibiotics in Laboratory Medical. Wiliam and Wilkins Co.
Baltimore. London. Hal. 1-22.
83
Madigan, M. T. and J. Martinko. 2006. Brock Biology of Microorganisms.
Eleventh edition. By Pearson Education, Inc. Pearson Prentice Hall. USA.
divison of Wiley and Sons Inc., New York, London, Sydney, Toronto.
1972. hal. 641-645.
Mahmood, S.S., M. H. Ali, M. Bhatti, R. Mazhar, and Iqbal. 2003. Synthesis,
Characterization, and Biological Applications of Organotin(IV) Derivates of
2-(2-Fluoro-4-biphenyl) Propanoic Acid. Turkish J. Chemistry. 27: 657666.
Maiti, A., A. K. Guha, and S. Ghosh. 1988. Ligational Behavior of Two Biologically
Actives N-S Donors Toward Oxovanadium(IV) Ion and Potentiation of Their
Antibacterial Activities by Chelation to. J. Inorganic Biochem. 33: 57-65.
Manav, N., N. Ghandhi and N.K. Kaushik, 2000.Some tribenzyl tin(IV)
complexes with thiohydrazides and thiodiamines. Synthesis, characterization
and thermal studies. J. Therm. Anal. Calorom. 61: 127-134.
Mohan, M., A. Agarwal, and N. K. Jha. 1988. Synthesis, Characterization, and Antitumor
Properties of Some Metal Complexes of 2,6-diacetylpyridine bis(N4- azacyclic
thiosemicarbazones). J. Inorganica Biochem. 34: 41-54.
Nurwidodo. 2006. Pencegahan dan Promosi Kesehatan Secara Tradisonal untuk
Peningkatan Status Masyarakat di Sumenep. Madura.Jurnal Humanity.
1(2): 96-105.
Pelczar M.J and E.C.S Chan. 1986 Dasar-dasar mikrobiologi 2. Diterjemahkan
oleh Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta. hal. 489-522.
Pellerito, L. and L. Nagy. 2002. Organotin (IV)n+
Complexes Formed with
Biologically Active Ligands: Equilibrium and Structural Studies and Some
Biological Aspect. Coor. Chem. Rev. 224: 111–150.
Pellie, M., G.G. Lobbia, M. Mancini, R. Spagna and C. SAntini, 2006. Synthesis and
characterization of new organtimah(IV) coplexes with polyfunctional ligands.
J. Organometal. Chem. 691: 1615-1621.
Pereyre, M., J.P. Quintard, and A. Rahm. 1987. Tin in Organic Synthesis.
Butterworths. Heinemann.
Pitaloka, J. 2016. Sintesis, Karakterisasi, serta Uji Bioaktivitas Senyawa
Trifeniltimah(IV) 2-Nitrobenzoat dan Trifeniltimah(IV) 2-Klorobenzoat t
erhadap Bakteri Bacillus Subtilis ITBCCB148. [Skripsi]. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
84
Radji, M. 2011. Mikrobiologi. Buku Kedokteran. ECG. Jakarta.
Rastogi, R.B., M.M. Singh, K. Singh and M. Yadav.2005. Organotin
Dithiohydrazodicarbonamides as Corrosion Inhibitors for Mild Steel
Dimethyl Sulfoxide Containing HCl. Portugaliae Electrochimica Acta.(22),
pp 315–332.
Rastogi, R.B., M.M. Singh, K. Singh and M. Yadav. 2011. Organotin Dithiobiuretsas
Corrosion Inhibitors for MildSteel-Dimethyl Sulfoxide Containing HCl. Afr.
J. of Pure Appl. Chem. (2), pp 19-33.
Ruan, B., Y. Tian, H. Zhou, J. Wu, R. Hu, C. Zhu, J. Yang, H. Zhu. 2011. Synthesis,
characterization and in vitro antitumor activity of three organotin(IV)
complexes with carbazole ligand. Inor. Chem. Acta. 365: 302-308.
Ryan, K.J. and Ray C.G. 2004. Sherris Medical Microbiology An Introduction to
infection Ed Ke-4 . Medical Publishing Division. New York.
Salam, M.A., R.Saha, F.B. Ahmad, and Norihan Sam. 2012. Synthesis,
Characterization and In Vitro Antibacterial Studies of Organotin(IV)
Complexes with 2-Hydroxyacetophenone-2- methylphenylthiosemicarbazone.
J. of Appl.Inorganic Chem (1), pp 9-12. Setiawam,A. 2016. Kajian Aktivitas Antibakteri Senyawa Trifeniltimah(IV)4-
Klorobenzoat Terhadap Bakteri Gram Positif Bacillus sp. (Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 76 hlm.
Setyaningsih, I. 2004. Resistensi Bakteri dan Antibiotik Alami dari Laut.
Makalah Falsafah Sains. IPB. Bogor.
Singh, N.K., A. Srivastava, A. Sodhi, and P. Ranjan. 2000. In vitro and in vivo
antitumour studies ofa new thiosemicarbazide derivative and its complexes
with 3d-metal ions. Transit. Metal Chem. 25: 133-140.
Singh, R. and N.K. Kaushik. 2008. Spectral and thermal studies with anti-fungal
aspects of some organotin(IV) complexes with nitrogen and sulphur donor
ligands derived from 2-phenylethylamine. Spec. Acta Part A: Mol. Biomol.
Spectr. 71: 669-675.
Singh, R., P. Chaudary, and N.K. Khausik. 2010. A Review: Organotin
Compounds in Corrosion Inhibition. Review Inorganica Chem. 30 (4):
275 – 294.
85
Smith, P.J. 1977. Toxicological Data on Organotin Compounds. ITRI Publication
538. International Research Institute. Perivale. UK.
Smith, P.J. 1998. Chemistry of Tin. Springer Science+Business Media
Dordrecht. British. Hal 3.
Subowo. 1995. Biologi Sel. Angkasa. Bandung
Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm
128-188.
Sukarjo. 1992. Kimia Koordinasi. PT. Bina Aksara. Jakarta.
Sulistriani, A. 2012. Sintesis dan Karakterisasi sertaUji Pendahuluan Aktivitas
Antikanker Beberapa Senyawa Organotimah(IV) 3-Hidroksibenzoat
Terhadap Sel Leukemia L-1210 (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Suwito, W. 2010. Bakteri Yang Sering Mencemari Susu:Deteksi, Patogenesis,
Epidemiologi, Dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian. 29 (3)
Svehla, G. 1985. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Diterjemahkan oleh: Setiono dan A. H. Pudjaatmaka. PT
Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Szorcsik, A., L. Nagy, K. Gadja-Schrantz, L. Pallerito, E. Nagy, and E.T.
Edelmann. 2002. Structural Studies on Organotin(IV) Complexes Formed with
Ligands Containing {S, N, O} Donor Atoms. J. Radioanal. Nucl. Chem. 252 (3):
523 – 530.
Tayer, J. 1988. Organometallic Chemistry and Overview. VCH Publisher
Inc/United State. Page 7, 12, 14.
Todar, K. 1990. Biological identity of Procaryotes. Department of Baceriology
University of Wisconsin-Madison. USA.
Todar, K. 2009. Antimicrobial Agents Used in the Treatment of Infectious
Disease. www.textbookofbacteriology.net. Diakses pada tanggal 16
November 2017 pukul 01.28 WIB.
Van Der Weij, F. W. 1981. Kinetics and Mechanism of Urethane Formation
Catalysed by Organotin Compound. J. Polymer Science:
Polymer Chemistry. 19 (2): 381-388.
86
Vincent, G. 1987. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-3. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Volk, W. A dan M.F Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarata
Wilkinson, G. 1982. Compreherensive Organometalic Chemistry. International
Tin Research Insitute, Publication No. 618. Pergamon Press.
Windiyani, Melli N. 2015. Sintesis, Karakterisasi, dan Uji Aktivitas Biologi
Beberapa Senyawa Turunan Trifeniltimah(IV) 4-NO2 benzoat sebagai
Antibakteri terhadap Bakteri Bacillus sp (Skripsi). Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Wongsa, P. and P. Werukhamkul. 2007. Product Development and Technical
Service, Bisolution International. Thailand : Bangkadi Industrial Park
133/4.
Wu, X,. W. Kang, D. Zhu, C. Zhu and S. Liu. 2009. Synthesis, crystal structure
and biological activitiesof two novel organotin(IV) complexes constructed
from 12-(methylbenzoyl)-9,10-dihydro-9,10-ethanoanthracene- II-carboxylic
acid. J. Organo. Chem. 694: 2981-2986.