116
i SKRIPSI HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KOLAM RENANG DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DI KOLAM RENANG KABUPATEN MADIUN DAN KABUPATEN PONOROGO Diajukan untuk memenuhi Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : OVILIA BERIL ABIDHA 201503035 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN TAHUN 2019

SKRIPSI HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KOLAM …repository.stikes-bhm.ac.id/617/1/1.pdfDengan mengucap syukur Alhamdulillah terhadap Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini untuk

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    SKRIPSI

    HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KOLAM RENANG

    DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DI

    KOLAM RENANG KABUPATEN MADIUN DAN

    KABUPATEN PONOROGO

    Diajukan untuk memenuhi

    Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Oleh :

    OVILIA BERIL ABIDHA

    201503035

    PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    TAHUN 2019

  • ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

  • iv

    HALAMAN PERNYATAAN

  • v

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Dengan mengucap syukur Alhamdulillah terhadap Allah SWT, kupersembahkan

    karya kecilku ini untuk orang-orang yang aku sayangi :

    1. Ayah tercinta Ayudha Wilang Djaja,S.P. dan Ibunda tercinta Enny

    Yuliani,S.Pd.,M.Pd.I yang senantiasa selalu memanjatkan do’anya kepada

    Allah SWT,memotivasi dan memberi nasehat sehingga penulis dapat

    menyelesaikan Skripsi dengan lancar.

    2. Para Pakpuh dan Bupuh tercinta, terutama Pakpuh saya

    Moh.Yasin,S.H.,M.Ag dan Bupuh Chusnul Khotimah yang senantiasa

    mendukung,memotivasi, mengkritik, dan memberi saran untuk terus maju

    dan tidak mudah menyerah dalam menggapai impian penulis.

    3. Kakak-kakakku yang selalu mendukung untuk senantiasa tetap menuntut

    ilmu dan mendukung untuk lanjut studi S2 hingga S3, memberi arahan,

    serta motivasi yaitu Dr.Luluk Yunan Ruhendi,M.Ag.,Zaki

    Muttaqin,S.H.,M.H. ,Mukhlis Pribadi,S.T.,M.T.

    4. Kakak-kakakku yang lain,yang secara tidak langsung memberi stimulus

    dan semangat untuk tetap maju dan sukses bersama antara lain Yuli

    Amaliyah,S.Ag. Een Yualika Ekmarinda,S.E.,M.Ak , Moh Sigit

    Nugroho,S.Ked , Febriani Nur Ramadhani,S.Kep , Rofingatul

    Muthmainnah,S.Farm, dr.Moh Raditya Wicaksono, Alifah Nur,S.ARS

    serta kakakku yang lainnya yang masih kuliah ataupun kerja yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu.

  • vii

    5. Semua rekan-rekan mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang

    senantiasa kompak dalam hal mengerjakan Skripsi sehingga dapat lulus

    bersama-sama.

    6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini, sebagai syarat untuk lulus pendidikan S1.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

    hidayahnya –Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

    “Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan Bakteri

    Escherichia coli di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo” ini dapat

    terselesaikan dengan baik.

    Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan,saran, dan

    dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis sampaikan ucapan terimakasih

    kepada:

    1. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

    Madiun.

    2. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes selaku ketua Progra Studi Kesehatan

    Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    3. Hanifah Ardiani, S.KM.,M.KM selaku dewan penguji yang senantiasa

    mendampingi dan membantu kelancaran sidang proposal skripsi.

    4. Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah membina,

    menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam

    menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.

    5. Edy Bachrun S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah membina,

    menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam

    menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.

  • ix

    6. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data

    dan penyusunan proposal skripsi.

    7. Keluarga yang selalu memberikan support,dan doa yang terbaik.

    8. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada

    Mulia Madiun yang saling mendukung dan bekerjasama dalam menyelesaikan

    tugas akhirnya.

    Skripsi ini telah penulis susun seoptimal mungkin, namun penulis menyadari

    bahwa masih tedapat kekurangan dalam laporan ini. Demi perbaikan proposal

    skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang

    bersifat membangun.

    Madiun, 30 Juni 2019

    Penyusun

  • x

    ABSTRAK

    Ovilia Beril Abidha

    HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KOLAM RENANG DENGAN

    KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DI KOLAM RENANG

    KABUPATEN MADIUN DAN KABUPATEN PONOROGO

    56 halaman + 17 tabel + 4 gambar + 11 lampiran

    Kolam Renang sebagai sarana umum yang ramai dikunjungi masyarakat

    dapat berpotensi menjadi sarana penyebaran bibit penyakit maupun gangguan

    kesehatan. Hal ini terjadi akibat kondisi sanitasi lingkungan kolan renang yang

    buruk dan kualitas air kolam renang yang tercemar. Dalam dua dekade terakhir,

    telah terjadi peningkatan yang substansial dalam jumlah wabah RWIs

    terkait dengan berenang. Untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya

    peningkatan penyakit akibat kualitas air kolam renang yang buruk maka perlu

    mengetahui Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan

    Bakteri Escherichia coli .

    Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Observatif dengan desain Cross

    Sectional. Populasi studi adalah kolam renang di kabupaten Madiun dan

    kabupaten Magetan. Jumlah sampel adalah 20 kolam renang dengan analisis data

    menggunakan analisis Univariat dan analisis Bivariat.

    Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji Fisher Exact didapatkan

    nilai p = 0,001 (p-value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara

    sanitasi lingkungan kolam renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli di

    Kolam renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo. Saran dari peneliti

    yaitu hendaknya ada kerjasama antara pemerintah selaku pihak pembuat

  • xi

    keputusan dengan pengelola kolam renang sehingga kolam renang dapat laik

    digunakan dan bebas dari penyebaran vektor penyakit.

    Kata Kunci : Kolam Renang, Bakteri Escherichia coli

  • xii

    ABSTRACT

    RELATIONSHIP OF SWIMMING POOL SANITATION ENVIRONMENT

    WITH THE EXISTENCE OF ESCHERICHIA COLI BACTERIA

    56 pages + 17 tables + 4 pictures + 11 attachments

    Swimming pool as a public facility which is crowded by the community

    can potentially become a means of spreading disease germs and health problems.

    This happens due to poor sanitary conditions under the swimming pool and

    polluted swimming pool water quality. In the past two decades, there has been a

    substantial increase in the number of RWIs outbreaks related to swimming. To

    prevent and cope with increased disease due to poor swimming pool water

    quality, it is necessary to know the Relationship of Swimming Pool

    Environmental Sanitation with the Escherichia coli Bacteria.

    This type of research was a descriptive observative with cross sectional

    design. The study population was a swimming pool in Madiun and Magetan

    districts. The number of samples is 20 swimming pools using Univariate and

    Bivariate analyze.

    Based on the results of research using the Fisher Exact test obtained p

    value = 0.001 (p-value

  • xiii

    as the decision maker and the pool manager so that the pool can be used and it

    was free from the spread of disease vectors.

    Keywords : Swimming Pools, Escherichia coli bacteria

  • xiv

    DAFTAR ISI

    Sampul Luar ...................................................................................................

    Sampul Dalam ................................................................................................ i

    Lembar Persetujuan ...................................................................................... ii

    Lembar Pengesahan ....................................................................................... iii

    Halaman Pernyataan .................................................................................... iv

    Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... v

    Halaman Persembahan...................................................................................vi

    Kata Pengantar .............................................................................................. .viii

    Abstrak........................................................................................................... x

    Abstract........................................................................................................... xii

    Daftar Isi ......................................................................................................... xiv

    Daftar Tabel .................................................................................................... xviii

    Daftar Gambar ............................................................................................... xix

    Daftar Istilah .................................................................................................. xx

    Daftar Singkatan ............................................................................................ xxiii

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

    1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 7

  • xv

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kolam Renang ............................................................................................ 11

    2.1.1 Definisi Kolam Renang ....................................................................... 11

    2.1.2 Klasifikasi Kolam Renang .................................................................... 11

    2.2 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang .......................................................... 13

    2.3 Air Kolam Renang ..................................................................................... 20

    2.3.1 Sumber Air Kolam Renang .................................................................. 20

    2.3.2 Pencemaran Air Kolam Renang .......................................................... 21

    2.3.3 Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang ............................................ 23

    2.4 Bakteri Escherichia coli ............................................................................ 28

    2.4.1 Klasifikasi Ilmiah Bakteri Escherichia coli ........................................ 29

    2.4.2 Morfologi Bakteri Escherichia coli .................................................... 29

    2.4.3 Fisiologi Bakteri Escherichia coli ........................................................ 29

    2.5 Patogenesis dan Tanda Klinis ................................................................... 30

    2.6 Kerangka Teori........................................................................................... 33

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 34

    3.2 Hipotesis ..................................................................................................... 35

    BAB 4 METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 36

    4.2 Populasi dan Sampel .................................................................................. 37

    4.2.1 Populasi ............................................................................................ 37

    4.2.2 Sampel ............................................................................................. 37

  • xvi

    4.3 Teknik Sampling ....................................................................................... 38

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................................ 39

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 40

    4.5.1 Variabel Penelitian ........................................................................... 40

    4.6 Definisi Operasional.................................................................................. 40

    4.7 Instrumen Penelitian................................................................................... 43

    4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 43

    4.8.1 Lokasi Penelitian………………………………………………….. 43

    4.8.2 Waktu Penelitian………………………………………………….. 43

    4.9 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 44

    4.9.1 Observasi………………………………………………………….. 44

    4.9.2 Pemeriksaan Sampel Air Kolam Renang…………………………. 45

    4.9.3 Checklist…………………………………………………………… 46

    4.10 Teknik Pengolahan Data .......................................................................... 46

    4.11 Analisa Data ............................................................................................. 47

    4.12 Etika Penelitian ........................................................................................ 48

    BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Umum Kabupaten Madiun.........................................................50

    5.2 Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo......................................................52

    5.3 Analisis Univariat.........................................................................................53

    5.3.1 Gambaran Standar Fisik tentang Bau..................................................54

    5.3.2 Gambaran Standar Fisik tentang Kejernihan.......................................54

    5.3.3 Gambaran Standar Fisik tentang Kekeruhan.......................................55

  • xvii

    5.3.4 Gambaran Standar Fisik tentang Kepadatan Perenang........................56

    5.3.5 Ketersedian Kolam Desinfeksi Kaki...................................................57

    5.3.6 Pemeriksaan pH dan Sisa Khlor Secara Berkala.................................58

    5.3.7 Terdapat Larangan Berenang Bila Berpenyakit Menular....................59

    5.3.8 Air Kolam Renang Penuh dan Ada Resirkulasi Air............................59

    5.3.9 Pergantian Air Kolam Renang...........................................................60

    5.3.10 Air Kolam Terlindungi dari Pencemaran..........................................60

    5.3.11 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang.................................................61

    5.3.12 Keberadaan Bakteri Escherichia coli................................................62

    5.4 Analisis Bivariat...........................................................................................62

    5.4.1 Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan

    Bakteri Escherichia coli.....................................................................63

    5.5 Pembahasan..................................................................................................64

    5.5.1 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang...................................................64

    5.5.2 Keberadaan Bakteri Escherichia coli..................................................65

    5.5.3 Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan

    Keberadaan Bakteri Escherichia coli.................................................67

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan...................................................................................................70

    6.2 Saran.............................................................................................................71

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ....

    LAMPIRAN .................................................................................................... ....

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian……………………………………………………...8

    Tabel 2.1 Klasifikasi Ilmiah Bakteri E.Coli……………………………………...29

    Tabel 2.2 Diagnostik Bakteri E.Coli…………………………………………......30

    Tabel 4.1 Definisi Operasional…………………………………………………..41

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tentang Bau................................54

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tentang Kejernihan......................55

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tentang Kekeruhan......................56

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tenang Kepadatan Perenang...........56

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Kolam Desinfeksi Kaki.................57

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Ph dan Sisa Khlor........................58

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Larangan Bagi yang Berpenyakit.......................59

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kuantitas Air Penuh dan Resirkulasi Air............59

    Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pergantian Air Kolam Renang..........................60

    Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Air Kolam Terlindungi dari Pencemaran..........61

    Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Kolam Renang................61

    Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Bakteri Escherichia coli.................................62

    Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam

    Renang dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli......................................63

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………….33

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……………………………………....34

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian…………………………………………39

    Gambar 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Madiun.............................................52

  • xx

    DAFTAR ISTILAH

    Artificial Swimming Pool : Pemandian Buatan

    Cryptosporidium : Protozoa yang dapat menyebabkan

    penyakit saluran pencernaan dan usus

    dengan diare pada manusia.

    Chloramines : Zat yang terbentuk dari reaksi klorin bebas

    dengan zat organik, seperti urine dan

    keringat.

    Class : Golongan

    Escherichia coli : Bakteri yang umum ditemukan pada usus

    manusia

    Enterobacter sp : Genus umum dari gram negatif dari

    keluarga Enterobactericeae

    Family : Rumpun

    Giardia : Parasit pada usus halus

    Genus : Salah satu bentuk pengelompokan dalam

    klasifikasi makhluk hidup yang secara

    hierarki tingkatannya di atas spesies, tetapi

    lebih rendah daripada familia

    Haloacetic acids (HAAs) : Senyawa yang mengandung klorine dan

    bromine

    Kingdom : Tingkatan paling atas dari tingkatan

    klasifikasi makhluk hidup

  • xxi

    Klebsiella sp : Spesies yang biasa ditemukan di alam,

    seperti;tanah, air, tumbuhan, hewan,

    termasuk manusia

    Kryolit : Mineral yang digunakan dalam proses

    pembuatan aluminium murni

    Morganella sp : Bakteri gram negatif yang umumnya

    ditemukan dalam usus manusia

    Norovirus : Bentuk virus yang dapat menyebabkan

    muntah, diare, dan dehidrasi parah

    Natural bathing place : Pemandian alam

    Ordo : Suatu tingkatan atau takson antara kelas

    dan familia

    Private swimming pool : Kolam renang perorangan

    Public swimming pool : Kolam renang umum

    Proteus sp : Genus gram negatif dari proteobacteria

    Providencia sp : Bakteri yang umumnya ditemukan di tanah,

    air, dan air limbah

    Phylum : Cabang

    Shigella : Bakteri yang menyerang saluran

    pencernaan

    Semi public swimming pool : Kolam renang semi umum

  • xxii

    Spesies :Suatu takson yang dipakai dalam taksonomi

    untuk menunjuk pada satu atau beberapa

    kelompok individu (populasi).

  • xxiii

    DAFTAR SINGKATAN

    CDC : Center for Disease Control and Prevention

    Cfu : Colony forming units

    Ca(OCI)2 : Kaporit

    EMB : Eosin Methylene Blue

    EPEC : Enteropathogenic Escherichia Coli

    ETEC : Enterotoxigenic Escherichia Coli

    EHEC :Enterohaemoragic Escherichia Coli

    EIEC : Enteroinvasive Escherichia Coli

    EAEC :Enteroaggregative Escherichia Coli

    P3K : Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

    RWIs : Recreational Water Illness

    SPSS :Statistical Package for the Social Science

    WHO :World Health Organization

  • xxiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Checklist...........................................................................72

    Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi................................................................74

    Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian.....................................................................75

    Lampiran 4 Hasil Uji Fisher Exact.........................................................................76

    Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian...............................................................80

    Lampiran 6 Hasil Pemeriksaan Uji E.coli.............................................................86

    Lampiran 6 Dokumentasi.......................................................................................90

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kolam Renang sebagai sarana umum yang ramai dikunjungi

    masyarakat dapat berpotensi menjadi sarana penyebaran bibit penyakit

    maupun gangguan kesehatan. Hal ini terjadi akibat kondisi sanitasi

    lingkungan kolan renang yang buruk dan kualitas air kolam renang yang

    tercemar. Penyakit paling rentan dialami pengguna kolam renang menurut

    Center of Disease Control and Prevention atau pusat Pencegahan dan

    Pengendalian Penyakit Amerika adalah Recreational Water Illness

    (RWIs).(Talita, 2016)

    Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang

    digunakan untuk olahraga dan kualitasnya memenuhi syarat

    kesehatan. Kualitas air kolam renang harus cukup terpelihara secara

    teratur dan terus menerus sehingga air dapat bebas dari pencemaran.

    Kondisi ini dapat menahan atau mengurangi penularan penyakit yang

    dapat ditularkan melalui air, disebutkan bahwa syarat kesehatan air kolam

    renang meliputi persyaratan fisika, kimia dan mikrobiologi.(Permenkes,

    2017)

    Salah satu indikator pencemar yang menjadi parameter kualitas air

    kolam renang yaitu jumlah angka kuman dan koliform total. Menelan

    hanya sedikit air yang mengandung kuman dapat mengakibatkan penyakit.

    Penyakit akibat aktivitas berenang dikenal pula dengan sebutan

  • 2

    recreational water illness (RWIs). RWIs disebabkan oleh kuman dengan

    menelan, bernapas dalam aerosol, atau memiliki kontak dengan air

    yang terkontaminasi di kolam renang, kolam air panas, taman air, area

    bermain air, air mancur interaktif, danau, sungai, atau laut. RWIs juga

    dapat disebabkan oleh bahan kimia dalam air atau bahan kimia yang

    menguap dari air dan menyebabkan masalah kualitas udara dalam

    ruangan. RWIs meliputi berbagai macam infeksi, seperti pencernaan, kulit,

    telinga, pernapasan, mata, neurologis, dan infeksi luka. Yang paling

    sering dilaporkan adalah diare. Penyakit diare yang disebabkan oleh

    kuman seperti Crypto (kependekan Cryptosporidium), Giardia, Shigella,

    Norovirus dan E. coli. Sejak tahun 1950-an, beberapa penelitian telah

    dilakukan untuk melihat hubungan antara kualitas air rekreasi dengan

    masalah kesehatan. Hasil penelitian tersebut melaporkan adanya

    peningkatan risiko penyakit yang berkaitan dengan paparan terhadap air

    rekreasi. Sebagiannya melakukan penilaian kualitas air dan menunjukkan

    bahwa tingginya tingkat kontaminasi dalam air memperbesar risiko

    penyebaran penyakit.(Talita, 2016)

    Dalam dua dekade terakhir, telah terjadi peningkatan yang

    substansial dalam jumlah wabah RWIs terkait dengan berenang.

    Crypto, yang dapat tetap hidup selama berhari-hari bahkan di kolam yang

    terpelihara dengan baik, telah menjadi penyebab utama wabah penyakit

    diare di kolam renang. Dari tahun 2004 hingga 2008, melaporkan kasus

  • 3

    Crypto meningkat lebih dari 200% (dari 3.411 kasus pada tahun 2004

    menjadi 10.500 kasus pada tahun 2008).

    sebuah studi di kolam renang umum yang dilakukan selama

    musim renang pada musim panas menemukan bahwa perenang sering

    membuang sisa metabolisme tubuh (urine) di dalam kolam renang. Melalui

    studi yang dirilis oleh Centers for Disease Control and Prevention

    (CDC), peneliti menemukan kuman dalam sampel air kolam yang

    dikumpulkan dari kolam renang umum. CDC mengumpulkan sampel air

    dari filter kolam renang umum dan menguji sampel. Studi tersebut

    menemukan bahwa 58 persen dari sampel air kolam renang yang diuji,

    positif mengandung E. coli, bakteri yang biasanya ditemukan dalam usus

    manusia dan kotoran. E. coli merupakan penanda untuk kontaminasi tinja.

    Penemuan E. coli dengan presentase yang tinggi menunjukkan perenang

    sering mencemari air kolam renang ketika mereka melakukan proses

    pembuangan sisa metabolisme tubuh dalam air atau ketika tubuh mereka

    kotor karena tidak membasuh tubuh secara menyeluruh terlebih dahulu

    sebelum masuk ke dalam air.(Ismail, 2010)

    Salah satu indikator pencemar yang menjadi parameter kualitas air

    kolam renang yaitu jumlah angka kuman dan Coliform total. Persyaratan

    mikrobiologis, yaitu tidak ada bakteri Coliform pada sampel air yang

    dinyatakan dengan 0 colony forming units (cfu)/100 ml sampel (Depkes

    RI, 1990). Pencemaran mikrobiologis air kolam renang dapat berasal dari

    kontaminasi kotoran dari perenang, kontaminasi kotoran yang terdapat

  • 4

    pada sumber air yang digunakan sebagai air kolam renang, atau hasil dari

    kontaminasi hewan yang ada dikolam renang misalnya dari burung dan

    tikus. Selain pencemaran mikrobiologis, pencemaran kimia air kolam

    renang dapat berasal dari bahan kimia yang melekat pada tubuh perenang

    seperti keringat, urin,sisa sabun dan kosmestik hal tersebut dapat

    menyebabkan potensi penyakit (Amala, 2016).

    Adanya kontaminasi kotoran tersebut akan menyebabkan

    tingginya kandungan mikrobiologis di dalam air kolam renang yang akan

    menimbulkan dampak negatif pada kesehatan pengguna kolam renang.

    Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air kolam renang,

    seperti penyakit kulit, penyakit mata, hepatitis serta penyakit yang

    berhubungan dengan pencernaan seperti diare dan demam tifoid.

    Penyakit-penyakit tersebut dapat ditularkan oleh mikroorganisme patogen

    dalam air kolam renang seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa

    (Rozanto, 2015).

    Salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh

    mikroorganisme patogen dalam air kolam renang adalah klorinasi.

    Klorinasi adalah suatu proses pemberian klorin ke dalam air yang telah

    menjalani proses filtrasi dan proses purifikasi air. Klorin ini banyak

    digunakan dalam pengolahan air kolam renang sebagai desinfektan

    (Chandra, 2007). Jenis klorin yang sering digunakan dalam proses

    klorinasi air kolam renang adalah kaporit Ca(OCl)2. Penggunaan kaporit

    juga harus diperhatikan dengan baik dan harus sesuai dengan batas aman

  • 5

    yang ada. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat

    menyebabkan kuman yang ada di kolam renang tidak terdesinfeksi

    dengan baik. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang

    berlebih dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak bagi

    kesehatan (Cita dan Adriyani, 2013). Efek kesehatan yang muncul atau

    dirasakan oleh seseorang setalah terpapar klorin antara lain iritasi saluran

    napas, dada terasa sesak, gangguan pada tenggorokan, batuk, iritasi pada

    kulit dan iritasi pada mata (Rozanto, 2015).

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis

    bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Sanitasi

    Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli

    di kolam renang kabupaten Madiun.

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah ada Hubungan antara Sanitasi Lingkungan Kolam Renang

    dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Mengetahui hubungan antara Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan

    Keberadaan Bakteri Escherichia coli.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Mengidentifikasi gambaran sanitasi lingkungan kolam renang

  • 6

    2. Mengidentifikasi keberadaan bakteri Escherichia coli

    3. Menganalisis hubungan sanitasi kolam renang dengan keberadaan bakteri

    Escherichia coli.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Pengelola Kolam Renang

    Memberikan intervensi kepada pengelola kolam renang mengenai

    pentingnya menjaga kebersihan kondisi lingkungan kolam renang agar

    tidak berpotensi menjadi sarana perkembangbiakan bibit penyakit.

    1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

    Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah

    sebagai penerapan ilmu selama duduk di bangku kuliah serta dapat

    mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan bidang kesehatan

    lingkungan terutama mengenai hubungan lingkungan sanitasi kolam

    renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.

    1.4.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    Menambah bahan perpustakaan STIKES Bhakti Husada Mulia

    Madiun tentang hubungan lingkungan sanitasi kolam renang dengan

    keberadaan bakteri Escherichia coli.

    1.4.4 Bagi Penelitian

    Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam

    pengembangan diri serta mengabdikan diri pada dunia pendidikan

  • 7

    kesehatan, khususnya dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    1.5 Keaslian Penelitian

    Berikut adalah hasil dari beberapa penelitian terdahulu yang

    mendukung penelitian ini, yang berkaitan dengan Hubungan sanitasi

    lingkungan kolam renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli di

    kolam renang kabupaten Madiun dan kabupaten Ponorogo.

  • 8

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    Judul

    Penelitian

    Metode Variabel Hasil Perbedaan Persamaan

    Gambaran

    kualitas air

    kolam renang

    Tirta Lontara

    Makassar tahun

    2012

    -Kuantitatif

    -Pendekatan

    Deskriptif

    -Tehnik

    sampling : time

    series

    Variabel bebas :

    Air kolam

    renang dewasa

    dan anak-anak

    Variabel terikat :

    Kualitas air

    kolam Tirta

    Lontara

    Makassar secara

    fisik, kimia, dan

    Kualitas air kolam renang

    menurut permenkes

    No.416/MENKES/PER/IX/1990

    tidak memenuhi syarat karena

    terdapat salah satu parameter

    yang tidak memenuhi syarat

    yaitu Bakteriologis MPN

    Coliform.

    -Variabel terikat :

    Kualitas air kolam

    renang Tirta

    Lontara Makassar

    secara

    fisik,kimia,biologi.

    -Lokasi dan tahun

    -Tehnik sampling

    Variabel bebas :

    Air Kolam

    renang sebagai

    sampel

    penelitian.

  • 9

    biologi.

    Tinjauan kondisi

    sanitasi

    lingkungan

    kolam renang,

    kadar sisa khlor,

    dan keluhan

    iritasi mata pada

    perenang di

    kolam renang

    umum kota

    semarang tahun

    2015

    -Deskriptif

    Kuantitatif

    -Pendekatan

    Cross Sectional

    -Tehnik

    sampling :

    Proportional

    random

    sampling

    Variabel bebas :

    Sanitasi

    lingkungan

    kolam

    renang,kadar sisa

    khlor, dan

    keluhan iritasi

    mata.

    Variabel terikat :

    Perenang di

    kolam renang

    umum kota

    semarang.

    Sanitasi lingkungan kolam

    renang dan pH air telah

    memenuhi syarat, sedangkan

    kadar sisa khlor masih melebihi

    batas ketentuan Permenkes,

    sebanyak 85 responden, 56

    orang (65,9%) mengalami

    keluhan iritasi mata pada saat

    berenang, sedangkan 29 orang (

    34,1%) tidak mengalami

    keluhan iritasi mata.

    -Variabel terikat :

    Perenang pada

    kolam renang

    umum di kota

    Semarang.

    -Lokasi dan tahun

    penelitian

    Tehnik sampling.

    -Variabel bebas :

    Sanitasi

    lingkungan

    kolam renang.

    -Menggunakan

    pendekatan cross

    sectional.

  • 10

    Kontaminasi

    bakteri E.Coli

    pada air kolam

    renang di kota

    Bandar

    Lampung.

    -Kuantitatif

    -Deskriptif

    Observatif

    -Tehnik

    sampling :

    Total Sampling

    Variabel bebas :

    Kolam renang di

    kota Bandar

    Lampung.

    Variabel terikat :

    Bakteri E.coli

    Terdeteksi adanya bakteri

    Coliform pada 11 sampel air

    kolam renang di kota Bandar

    Lampung. Diantaranya,

    terdeteksi adanya bakteri E. coli

    sebanyak 3 sampel (27%) dan

    Citrobacter freundii sebanyak 8

    sampel (73%)

    -Variabel bebas :

    Kolam renang di

    kota Bandar

    Lampung.

    -Lokasi dan tahun

    penelitian

    -Tehnik sampling

    -Variabel terikat :

    Bakteri E.Coli.

  • 11

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kolam Renang

    2.1.1 Definisi Kolam Renang

    Kolam renang merupakan suatu konstruksi buatan yang dirancang

    untuk digunakan berenang, menyelam atau aktivitas air lainnya. Renang

    adalah olah raga yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan

    manusia. Berenang di kolam renang merupakan kegiatan olah raga atau

    rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat. Kolam renang wajib

    memiliki standar kolam renang agar pengguna kolam renang dan seluruh

    fasilitasnya aman dan terjaga (Burhanudin, 2015; Cita dan Adriyani,

    2013).

    2.1.2 Klasifikasi Kolam Renang

    Kolam renang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut

    pembuatan, pemakaian, letak, dan cara pengisian airnya. Menurut

    pembuatannya, kolam renang dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

    1. Pemandian alam (Natural bathing place) adalah pemandian pantai laut,

    telaga, sungai dsb. Pengawasan sanitasi pada tipe ini sulit dilakukan, yang

    perlu diperhatikan adalah adalah lingkungan sekitar pemandian tersebut

    harus dijaga kebersihannya terutama saluran pembuangan air limbah,

    pembuangan tinja, buangan bahan-bahan kimia dan radio aktif.

    11

  • 12

    2. Pemandian buatan (Artificial swimming Pool) adalah pemandian umum

    didalam kotamadya/kabupaten, di hotel, dan sebagainya (Ismail, 2010).

    Berdasarkan cara pengisian air pada pemandian buatan termasuk kolam

    renang dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :

    1. Fill and draw pool, yaitu pengisian air pada kolam renang yang apabila

    kondisi airnya kotor dan diganti secara keseluruhan. Penentuan kondisi air

    tersebut ditetapkan dengan melihat kondisi fisik air atau dari jumlah

    perenang yang menggunakan.

    2. Flow trough pool, yaitu sistem aliran dimana air didalam kolam akan

    terus-menerus bergantian dengan yang baru. Tipe ini dianggap yang

    terbaik namun membutuhkan banyak air yang berasal dari satu mata air di

    alam.

    3. Recirculation pool, merupakan tipe pengisian air kolam renang dimana

    airnya dialirkan secara sirkulasi dan menyaring air kotor dalam filter-filter

    (Rozanto, 2015).

    Berdasarkan pemakaiannya, kolam renang dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

    1. Kolam renang perorangan (private swimming pool) adalah kolam

    renang milik pribadi yang terletak di rumah perseorangan.

    2. Kolam renang semi umum (semi public swimming pool) adalah kolam

    renang yang biasanya terdapat di hotel, sekolah, atau perumahan sehingga

    tidak semua orang dapat menggunakannya.

  • 13

    3. Kolam renang umum (public swimming pool) adalah kolam renang

    yang diperuntukan untuk umum dan biasanya terdapat di perkotaan

    (Rozanto, 2015).

    Berdasarkan letaknya, tipe kolam renang terbagi menjadi 2 yaitu :

    1. Outdoor swimming pool, yaitu kolam renang yang terletak di tempat

    terbuka.

    2. Indoor swimming pool, yaitu kolam renang yang terletak di tempat

    tertutup atau yang berada di dalam ruangan (Rozanto, 2015).

    2.2 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang

    Kolam renang yang ideal adalah kolam renang yang senantiasa

    memenuhi syarat keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Suatu kolam

    renang diharapkan mampu memberikan kenyamanan bagi para

    pengunjung namun tetap harus mengedepankan faktor keamanan, terutama

    untuk semua fasilitas penunjang yang berada di dalam area kolam renang.

    Selain itu, aspek kebersihan juga merupakan hal penting untuk

    diperhatikan karena berkaitan erat dengan aspek kesehatan khususnya

    faktor penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan di

    kolam renang meliputi semua penyakit food and water borne disease,

    seperti penyakit mata, penyakit kulit, penyakit kuning (hepatitis), dan

    penyakit yang berhubungan dengan pencernaan (Mukono, 2000:107).

  • 14

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.061 Tahun 1991,

    suatu kolam renang harus memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan

    kolam renang, antara lain :

    1. Persyaratan umum

    1) Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat

    mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi

    sarang dan perkembangbiakan vektor penular penyakit.

    2) Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus

    memenuhi persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya

    kecelakaan.

    2. Persyaratan tata bangunan

    Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai

    fungsinya dan harus memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak

    menyebabkan pencemaran terhadap air kolam renang.

    3. Persyaratan konstruksi bangunan

    1) Lantai

    1. Lantai-lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki

    permukaan yang rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan.

  • 15

    2. Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus

    memiliki kemiringan yang cukup (2-3 persen) ke arah

    saluran pembuangan air limbah.

    2) Dinding kolam renang

    1. Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.

    2. Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus

    terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.

    3) Ventilasi

    Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam

    ruang dengan baik.

    4) Sistem pencahayaan

    1. Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai.

    2. Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus

    dilengkapi dengan lampu berkapasitas 12 volt.

    5) Atap

    Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya

    genangan air.

    6) Langit-langit

    Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari

    lantai dan mudah dibersihkan.

  • 16

    7) Pintu

    Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti

    serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.

    4. Persyaratan kelengkapan kolam

    renang Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan

    diantaranya : bak cuci kaki, kamar dan pancuran bilas, kamar ganti dan

    penitipan barang, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan

    peturasan, serta tempat cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia dan

    perlengkapan lain.

    5. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi

    1) Area kolam renang

    a. Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan

    area lainnya.

    b. Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.

    c. Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas

    permukaan kolam dibagi 3 m2 .

    d. Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna

    terang, dan mudah dibersihkan. Sudut dinding dan dasar kolam

    harus melengkung.

    e. Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak

    terjadi kontak antara air bersih yang masuk dengan air kotor.

  • 17

    Lubang pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam renang

    yang paling rendah dan berseberangan dengan lubang masuknya

    air.

    f. Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji dan

    tidak membahayakan perenang.

    g. Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak > 10%.

    Pada kedalaman > 1,5 meter kemiringan lantai kolam tidak > 30%.

    h. Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan

    maka pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan, terbuat dari

    bahan berbentuk bulat dan tahan karat.

    i. Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah

    sisinya.

    j. Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1

    meter, tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.

    k. Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman

    kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan

    tidak dapat berenang.

    l. Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi

    ketentuan teknis untuk mencegah kecelakaan.

    2) Bak cuci kaki

  • 18

    a. Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5

    meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air

    yang penuh.

    b. Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.

    3) Kamar dan pancuran bilas

    a. Minimal terdapat 1 pancuran bilas untuk 40 perenang.

    b. Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk

    wanita.

    4) Tempat sampah

    a. Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori

    tangan.

    b. Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap

    air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

    c. Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume

    yang sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.

    d. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak

    terbuat dari beton permanen dan tidak menjadi ternpat perindukan

    vektor penyakit.

    e. Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal

    3 x 24 jam.

    5) Jamban dan peturasan

  • 19

    a. Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1

    buah jamban untuk tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara

    jamban untuk pria dan wanita.

    b. Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.

    c. Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung

    diatas, maka harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah

    peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita.

    d. Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna

    terang, jamban leher angsa, memiliki ventilasi dan penerangan

    cukup, tersedia air pembersih yang cukup, dan memiliki luas lantai

    minimal 1 m2 .

    e. Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat,

    sistem leher angsa, luas lantai minimal 1,5 m2 .

    f. Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk

    tiap satu peturasan panjangnya minimal 60 m.

    6) Tempat cuci tangan

    Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau dan

    berdekatan dengan jamban peturasan dan kamar ganti pakaian serta

    dilengkapi dengan sabun, pengering tangan dan cermin.

    7) Gudang bahan kimia

    a. Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.

  • 20

    b. Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium

    sulfat atau bahan-bahan kimia lainnya.

    8) Perlengkapan lain

    a. Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan

    berenang bagi penderita penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit

    epilepsi, penyakit jantung dan lain-lain.

    b. Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain :

    pelampung, tali penyelamat dan lain-lain.

    c. Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam

    renang secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air

    kolam renang harian, diumumkan kepada pengunjung melalui

    papan pengumuman.

    d. Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan.

    2.3 Air Kolam Renang

    2.3.1 Sumber Air Kolam Renang

    Air yang digunakan sebagai air kolam renang dapat berasal dari

    beberapa sumber air. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi

    air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Budiman Chandra,

    2007:42).

    1. Air angkasa (hujan)

    Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Pada saat

    presipitasi air tersebut merupakan air yang paling bersih, namun

  • 21

    cenderung akan mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.

    Pencemaran tersebut dapat disebabkan oleh partikel debu,

    mikroorganisme, dan gas, misalnya gas karbon dioksida, nitrogen, dan

    ammonia.

    2. Air permukaan

    Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga,

    waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan yang sebagian besar berasal

    dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian

    akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun pencemar

    lainnya.

    3. Air tanah Air

    tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi

    yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan

    mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses yang telah dialami air

    hujan tersebut dalam perjalanannya ke bawah tanah akan membuat air

    tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.

    Akan tetapi, air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang

    tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral seperti magnesium,

    kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air.

    2.3.2 Pencemaran Air Kolam Renang

    Pencemaran air kolam renang dapat dibedakan menjadi 2, yaitu

    pencemaran mikrobiologis dan pencemaran kimia.

  • 22

    1. Pencemaran Mikrobiologis

    Pencemaran mikrobiologis pada air kolam renang dapat

    disebabkan karena kontaminasi fekal dan kontaminasi non-fekal.

    Kontaminasi fekal berasal dari kotoran yang dikeluarkan oleh pengguna

    kolam renang maupun dari kotoran yang terdapat pada sumber air yang

    digunakan sebagai air kolam renang. Pada kolam renang terbuka,

    kontaminasi fekal juga dapat berasal dari kotoran hewan seperti burung

    dan tikus yang berada di area kolam renang. Kontaminasi non-fekal di

    kolam renang dapat berasal dari pengguna kolam renang, yaitu dari

    muntahan, lendir, air liur, atau lapisan kulit yang mencemari air kolam

    renang. Kontaminasi tersebut merupakan sumber potensial dari

    mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa dalam

    air yang dapat menyebabkan infeksi pada penguna kolam renang lain

    apabila kontak dengan air yang telah terkontaminasi tersebut (WHO,

    2006:26).

    2. Pencemaran kimia

    Pencemaran kimia pada air kolam renang berasal dari bahan kimia

    yang dihasilkan dari proses desinfeksi serta berasal dari bahan kimia yang

    dihasilkan oleh pengguna kolam renang seperti keringat, urin, sisa sabun,

    dan lotion kosmetik yang melekat pada tubuh pengguna kolam renang

    (WHO, 2006:60).

  • 23

    Senyawa kimia yang dihasilkan dari proses desinfeksi berupa

    senyawa khlor dapat bereaksi dengan senyawa organik dalam air seperti

    amonia dan urea yang berasal dari urin dan keringat. Senyawa-senyawa

    tersebut akan bereaksi dan membentuk produk sampingan dari proses

    desinfeksi seperti Trihalomethane (THM), Chloramines, dan Haloacetic

    acids (HAAs). Produk sampingan tersebut dapat memberikan dampak

    negatif terhadap kesehatan seperti iritasi pada mata, kulit, dan saluran

    pernafasan (Zarzoso M, et al, 2010:234-235).

    2.3.3 Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang

    Kualitas air yang digunakan sebagai air kolam renang harus

    memenuhi standar persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan

    Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-

    Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Adapun persyaratan kualitas air

    untuk kategori kolam renang yang telah ditetapkan meliputi persyaratan

    fisik, persyaratan kimia, dan persyaratan mikrobiologis.

    1. Persyaratan fisik

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990,

    syarat fisik yang ditetapkan untuk air kolam renang antara lain:

    1) Bau

    Air yang digunakan dalam kolam renang harus terbebas dari bau

    yang mengganggu. Bau pada air kolam renang dapat disebabkan oleh

  • 24

    tumbuhan algae yang belebihan, serta dari kontaminasi limbah. Selain itu,

    bau pada air juga dapat disebabkan karena kandungan khlor yang tinggi

    dalam air kolam renang akibat proses desinfeksi (Soemirat, 2011:132).

    2) Benda terapung

    Benda terapung merupakan benda-benda asing yang ada di

    permukaan air yang dapat berasal dari kotoran-kotoran. Kotoran dapat

    dibawa oleh pengguna kolam renang maupun berasal dari lingkungan

    disekitar kolam renang. Air kolam renang harus terbebas dari benda

    terapung supaya tidak mengganggu kenyamanan dari pengguna kolam

    renang.

    3) Kejernihan

    Kejernihan air kolam renang dapat dilihat dengan piringan yang

    diletakan pada dasar kolam yang terdalam. Air kolam renang dapat

    dikatakan jernih apabila piringan tersebut dapat dilihat dengan jelas dari

    tepi kolam pada jarak lurus 7 m (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416

    Tahun 1990).

    2. Persyaratan kimia

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990,

    syarat kimia yang ditetapkan untuk air kolam renang antara lain :

    1) Aluminium

  • 25

    Aluminium merupakan metal yang mudah dibentuk. Sumber

    alamiah dari aluminium adalah bauksit dan kryolit. Pada dosis tinggi

    aluminium dapat menimbulkan ganguan kesehatan. Sifat toksisitas

    aluminium bergantung dari senyawanya, jika berikatan dengan arsen

    seperti Al-arsenat zat tersebut sangat toksik (Soemirat, 2011:135). Batasan

    maksimal kandungan aluminium dalam air kolam renang yang ditetapkan

    menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 adalah

    sebesar 0,2 mg/l.

    2) Kesadahan (CaSO3)

    Kesadahan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion magnesium

    atau kalsium. Ion-ion tersebut terdapat dalam air dalam bentuk sulfat,

    klorida, hidrogen karbonat. Sedangkan pada air alam, kesadahan dapat

    disebabkan oleh garam karbonat atau garam asamnya. Adanya kalsium

    klorida atau magnesium sulfat disebabkan oleh geologi tanah disekitarnya

    (Tresna Sastrawijaya, 2009:106). Batasan minimum kesadahan dalam air

    kolam renang yang ditetapkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

    No.416 Tahun 1990 adalah 50 mg/l dan maksimalnya adalah 500 mg/l.

    3) Oksigen terabsorbsi (O2)

    Kadar oksigen terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk

    menentukan mutu air. Jika tingkat oksigen terlarut terlalu rendah, maka

    organisme anaerob dapat mati ataupun menguraikan bahan organik dan

    menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida yang dapat

  • 26

    menyebabkan air berbau busuk (Tresna Sastrawijaya, 2009:100-102).

    Kadar oksigen terabsorbsi maksimal yang ditetapkan menurut Peraturan

    Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 untuk air kolam renang adalah

    0,1 mg/l dalam waktu 4 jam pada suhu udara.

    4) pH

    pH dalam air sebaiknya netral yaitu tidak asam maupun basa.

    Kualitas air dengan pH 6,7 - 8,6 dapat dikatakan normal dan tidak

    terganggu. Air yang berasal dari pegunungan biasanya memiliki pH yang

    tinggi. Akan tetapi semakin lama pH akan menurun menuju suasana asam

    akibat dari pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian

    membebaskan CO2 jika mengurai (Tresna Sastrawijaya, 2009:105).

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, standar pH

    untuk air kolam renang adalah 6,5 – 8,5.

    5) Sisa khlor

    Sisa khlor merupakan sebagian khlor yang tersisa akibat dari reaksi

    antara senyawa khlor dengan senyawa organik maupun anorganik yang

    terdapat di dalam air (Tri Joko, 2010:158). Kandungan sisa khlor bebas

    dalam air sengaja dipertahankan sebesar 0,2 mg/l untuk membunuh kuman

    patogen dalam air (Budiman Chandra, 2007:56-67). Batas kandungan sisa

    khlor dalam air kolam renang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

    No.416 Tahun 1990 sebesar 0,2 - 0,5 mg/l.

  • 27

    6) Tembaga (Cu)

    Tembaga pada umumnya diperlukan oleh tubuh untuk

    perkembangan tubuh manusia. Akan tetapi jika dosisnya terlalu tinggi,

    tembaga justru bersifat racun yaitu dapat mengganggu enzim yang terkait

    dengan pembentukan sel darah, dapat menimbulkan gejala pada ginjal,

    hati, muntaber, pusing, lemah, anemia, kram dan lain sebagainya. Pada

    dosis yang terlalu rendah, tembaga dalam air dapat menimbulkan rasa

    kesat, berwarna, dan korosi pada pipa (Soemirat, 2011:136). Kadar

    maksimal tembaga dalam air kolam renang menurut Peraturan Menteri

    Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 ditetapkan sebesar 1,5 mg/l.

    3. Persyaratan mikrobiologis

    Persyaratan mikrobiologis yang ditetapkan menurut Peraturan

    Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 untuk kategori kolam renang

    antara lain :

    1) Bakteri Coliform

    Bakteri Coliform merupakan kelompok bakteri yang memiliki ciri

    berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, serta bersifat

    aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan

    menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35o C (APHA,

    1989 dalam Kusnadi dkk, 2003). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

  • 28

    No.416 Tahun 1990, batasan kandungan bakteri Coliform dalam air kolam

    renang adalah 0 per 100 ml sampel air.

    2) Kuman

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, jumlah

    angka kuman yang ada di dalam air kolam renang ditetapkan sebesar 200

    koloni per 1 ml sampel air.

    2.4 Bakteri Escherichia Coli

    Escherichia Coli merupakan flora normal yang terdapat dalam

    usus. Bakteri enterik yang lain (Proteus sp, Enterobacter sp, Klebsiella sp,

    Morganella sp, Providencia sp, Citroacter sp, dan Serratia sp) juga

    ditemukan sebagai anggota dari floral normal dalam usus, tetapi jaranng

    dibandingkan dengan Escherichia Coli. Disebut Opportunistik karena

    seiring dijumpai dan dapat hidup pada jaringan tubuh makhluk hidup,

    bahkan dapat dijumpai dalam tanah,sampah serta air (Jawetz, et al. 2001

    :358).

    Escherichia Coli merupakan salah satu floral usus normal yang

    mampu menghasilkan vitamin K dalam usus dan merupakan bakteri dalam

    famili enterobacteriaceae yag palng sering dijumpai dibandingkan dengan

    enterobactericeae lain. Bakteri ini mempunyai kemampuan menyebabkan

    infeksi pada jaringan tubuh yang lain.

  • 29

    2.4.1 Klasifikasi

    Tabel 2.1 Klasifikasi ilmiah bakteri Escherichia Coli

    Hierarki Keterangan

    Kingdom Bacteria

    Phylum Proteobacteria

    Class Gammaproteobacteria

    Ordo Enterobacteriales

    Family Enterobacteriaceae

    Genus Escherichia

    Species Escherichia Coli

    2.4.2 Morfologi

    Bakteri berbentuk batang lurus, tidak berspora, ada yang berkapsul,

    pda pewarnaan gram bersifat negatif, ukuran 0,4-0,7 x 1,4 mikron,

    sebagian dapat bergerak aktif dengan flagel peritrik.

    2.4.3 Fisiologi

    Escherichia Coli tumbuh pada media sederhana dengan pH 7,2.

    Berdasarkan ini dapat tumbuh pada suhu 10-12º dengan suhu optimal

    37,5ºC. E.Coli mengurai indol-positif, mwmbwntuk koloni yng khas pada

    EMB (Eosin Methylene Blue), beberapa jenis dapat menghemolisis, dan

    tumbuh pada suasana aerob dan anaerob. Beberapa uji biokimia yang

  • 30

    dipakai untuk diagnostik kuman E.Coli dapat dilihat pada tabel 2.2

    berikut.

    Tes Hasil

    Indol +

    Lisin Dekarbosilakse +/-

    Peragian Laktosa +

    Gas dari Laktosa +

    Motilitas +/-

    Pigmen Kuning -

    2.5 Patogenesis dan Tanda Klinis

    Dari berbagai penelitian menunjukkan, beberapa galur atau strain

    bakteri Escherichia Coli dapat menyebabkan wabah diare atau muntaber,

    terutama pada anak-anak. Bakteri penyebab penyakit yang cukup

    berbahaya ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat-sifat

    virulensinya. Setiap kelompok dapat menyebabkan penyakit diare melalui

    mekanisme yng berbeda-beda.

    1. Enteropathogenic Escherichia Coli (EPEC). Bakteri ini merupakan

    penyebab diare terpenting pada bayi, terutama di negara berkembang.

    Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya pada sel

    mukosa usus kecil dan membentuk filamentous actin pedestal sehingga

    menyebabkan diare cair (watery diarheae) yang dapat sembuh dengan

  • 31

    sendirinya atau berlanjut menjadi kronis. Diare seperti ini dapat

    disembuhkan dengn pemberian antibiotik.

    2. Enterotoxigenic Escherichia Coli (ETEC). Bakteri ini juga merupakan

    penyebab diare umum pada bayi di negara berkembang seperti

    Indonesia. Berbeda dengan EPEC, Escherichia Coli jenis ini

    memproduksi beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun tidak

    tahan panas di bawah kontrol genetik plasmid. Pada umumnya,

    eksotoksin yang dihasilkan bekerja dengan cara merangsang sel epitel

    usus untuk menyekresi banyak cairan sehingga terjadi diare.

    3. Enterohaemoragic Escherichia Coli (EHEC) dan galur yang

    memproduksi verotoksin (VTEK). VTEK menyebabkan sejumlah

    kejadian luar biasa (KLB) diare dan kolitis hemoragik. Penyakit in

    bersifat akut dan dapat disertai darah. Gejala seperti ini merupakan

    komplikasi dari diare ringan.

    4. Enteroinvasive Escherichia Coli (EIEC). Bakteri ini menyebabkan

    penyakit yang mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

    Shigella sp. Penyakit ini paling terjadi pada anak-anak di negara

    berkembang. Bakteri seperti ini menimbulkan penyakit karena

    kemampuannya dalam menginvasi sel epitel mukosa usus.

    5. Enteroaggregative Escherichia Coli (EAEC). Bakteri ini menyebabkan

    diare akut dan kronik pada penduduk di negara berkembang. Penyakit

    ini ditandai dengan pola perlekatan yang pada sel usus manusia.

  • 32

    Namun, masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang adanya

    faktor-faktor virulensi galur EAEC ini.

    2.6 Kerangka Teori

    Sanitasi

    Lingkungan

    Kolam Renang

    1. Bau

    2. Kekeruhan

    3. Suhu

    4. Kejernihan

    5. Kepadatan perenang

    6. Tersedia kolam kecil

    untuk cuci kaki sebelum

    berenang

    7. Dilakukan pemeriksaan

    Ph dan sisa chlore secara

    berkala sesuai standar

    mutu

    8. Tersedia informasi

    tentang larangan

    menggunakan kolam bila

    berpenyakit menular

    9. Air kolam kuantitas

    penuh dan ada resirkulasi

    air

    10. Penggantian air kolam

    renang dlakukan sebelum

    kualitas air melebihi

    standar baku mutu

    11. Tidak menjadi tempat

    perkembangbiakan

    vektor penyakit

    Keberadaan

    bakteri

    Escherichia

    coli

  • 33

    BAB 3

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konseptual

    Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan

    konsep teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep

    ini mengacu pada masalah-masalah (bagian-bagian) yang akan diteliti/

    berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram

    (Hidayat, 2009).

    Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realita agar dapat

    dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

    keterkaitan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

    diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan

    hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2016). Hubungan sanitasi

    lingkungan kolam renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli di

    kolam renang kabupaten Madiun di gambarkan dalam kerangka konsep

    sebagai berikut:

    33

  • 34

    Variabel Independent Variabel Dependent

    Keterangan :

    = Diteliti

    = Berhubungan

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    3.2 Hipotesis Penelitian

    Hipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

    (Notoatmodjo,2012).

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai

    berikut:

    1. Ada hubungan antara sanitasi lingkungan kolam renang dengan

    keberadaan bakteri Escherichia Coli di Kolam renang Kabupaten Madiun

    dan Kabupaten Ponorogo.

    .

    Sanitasi Lingkungan

    Kolam Renang

    Keberadaan

    Escherichia coli

  • 35

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Rancangan penelitian merupakan suatu strategi dalam

    mengidentifikasi permasalahan perencanaan akhir pengumpulan data,

    digunakan untuk mengidentifikasi struktur dimana penelitian dilaksanakan

    (Nursalam, 2013)

    Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif

    Observatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Desain

    Cross Sectional adalah suatu penelitian yang menghubungkan antara

    variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada obyek

    penelitian dan diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu

    yang bersamaan) (Hidayat, 2011). Rancangan penelitian Cross Sectional

    ini dapat digambarkan sebagai berikut :

    Faktor Resiko (FR) Efek /Penyakit

    Subjek : Populasi

    Ya

    Tidak

    Ya

    Tidak

    Ya

    Tidak

    35

  • 36

    4.2 Populasi dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

    diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian adalah kolam

    renang yang ada di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo.

    4.2.2 Sampel

    Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

    dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2010:115). Kriteria

    sampel yang diambil sebagai responden adalah kriteria inklusi yaitu

    karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang

    terjangkau dan akan diteliti sedangkan kriteria eksklusi yaitu

    menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi

    dari studi karena sebab.(Nursalam, 2012).

    1. Kriteria Inklusi

    Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

    yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian

    ini kriteria inklusinya adalah :

    a. Kolam harus memiliki pancuran bilas untuk sarana higiene dan

    sanitasi

    b. Tersedia kran untuk mencuci kaki dan tangan

    c. Kamar mandi laki-laki dan perempuan di pisah

  • 37

    4.3 Tehnik Sampling

    Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-

    probability sampling dengan menggunakan jenis total sampling. Total

    Sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

    dengan populasi (Sugiono, 2007). Alasan mengambil total sampling

    karena menurut Sugiono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100

    seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

  • 38

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian

    Kerangka kerja adalah suatu struktur konseptual dasar yang

    digunakan untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks

    (Nursalam, 2008). Adapun kerangka kerja sebagai berikut :

    Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian

    Sampel

    20 kolam renang di kabupaten Madiun dan kabupaten Ponorogo

    Metodologi Penelitian

    Cross Sectional

    Pengumpulan Data

    Pengumpulan data menggunakan lembar check

    list,observasi, dan uji laboratorium

    Pengolahan Data

    Editing, Coding, Tabulating

    Analisis Data

    Uji Fisher Exact

    Hasil dan Kesimpulan

  • 39

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

    4.5.1 Variabel Penelitian

    Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

    obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

    peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiono,

    2014). Variabel ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen

    (variabel bebas) dan variabel independen (variabel terikat).

    1. Variabel Independen / Variabel bebas

    Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

    lain (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

    Sanitasi lingkungan kolam renang.

    2. Variabel Dependen / Variabel terikat

    Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

    independen atau variabel bebas (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

    variabel dependen adalah Bakteri Escherichia coli.

    4.6 Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua istilah

    yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga

    mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian

    (Nursalam, 2008). Adapun definisi operasional penelitian ini akan

    diuraikan dalam table berikut :

  • 40

    Tabel 4.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Parameter Alat Ukur Skala

    Data

    Skor / Kriteria

    Variabel Independen

    1. Sanitasi

    Lingkungan

    Kolam

    Renang

    Fasilitas atau

    sarana

    prasarana

    yang

    menunjang

    terwujudnya

    sanitasi

    lingkungan

    kolam renang

    Sesuai permenkes No.32 tahun 2017

    tentang standar baku mutu kesehatan

    lingkungan dan persyaratan kesehatan

    air untuk keperluan,Kolam Renang.

    Check list Nominal Memenuhi syarat atau

    tidak memenuhi syarat

    sesuai permenkes No.32

    tahun 2017.

    Kriteria :

    0 = Tidak memenuhi

    syarat

    1= Memenuhi syarat

    Keterangan :

  • 41

    Memenuhi syarat jika 6

    dari 10 indikator pada

    checklist sesuai

    permenkes.

    Variabel Dependen

    2. Keberadaan

    Bakteri

    Escherichia

    coli

    Bakteri yang

    dihasilkan

    oleh air

    kolam renang

    yang

    terkontamina

    si feses

    < 1 CFU/100 ml sesuai Permenkes

    No.32 tahun 2017

    Uji MPN Nominal Memenuhi syarat atau

    tidak memenuhi syarat

    sesuai Permenkes No.32

    tahun 2017

    Kriteria :

    0 = Tidak memenuhi

    syarat

    1 = Memenuhi syarat

  • 42

    4.7 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

    pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner (daftar

    pertanyaan), formulir observasi, dan formulir lain yang berkaitan dengan

    pencatatan dan sebagainya (Soekidjo, 2010:87).

    4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

    4.8.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di kolam renang yang berada di Kabupaten Madiun dan

    Kabupaten Ponorogo.

    4.8.2 Waktu Penelitian

    Tabel 4.2 Waktu Penelitian

    No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

    1 Pengajuan Judul dan

    Skripsi 22 Juni 2019

    2 Penyusunan dan

    Bimbingan Proposal 24 Juni -12 Juli 2019

    3 Ujian Proposal 13 Juli 2019

    4 Revisi Proposal 14 Juli - 24 Agustus 2019

    5 Pengambilan Data 29 Juli – 10 Agustus 2019

    6 Penyusunan dan

    Bimbingan Skripsi 11 Agustus – 31 Agustus 2019

    7 Ujian Skripsi 3 September 2019

    8 Revisi Skripsi 3 September – 7 September 2019

  • 43

    Ganchart Waktu Penelitian

    No Kegiatan

    Bulan

    Juni Juli Agustus September

    1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

    1 Pengajuan

    judul dan

    konsul

    2 Penyusunan

    dan

    Bimbingan

    Proposal

    3 Ujian

    Proposal

    4 Revisi

    proposal

    5 Pengambilan

    data

    6 Penyusunan

    dan

    bimbingan

    skripsi

    7 Ujian skripsi

    8 Revisi

    skripsi

    4.9 Prosedur Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan observasi

    kondisi sanitasi lingkungan kolam renang, pemeriksaan sampel air kolam

    renang, serta wawancara dengan pihak pengelola kolam renang.

    4.9.1 Observasi

    Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena

    sosial dan gejala-gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat

  • 44

    (Soekidjo, 2010:131). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan

    melakukan pengamatan terhadap kondisi sanitasi lingkungan kolam renang

    di lokasi penelitian.

    4.9.2 Pemeriksaan Sampel Air Kolam Renang

    Pemeriksaan sampel air kolam renang dilakukan di laboratorium untuk

    mengukur kandungan bakteri Escherichia coli air kolam renang.

    Pengukuran kandungan bakteri Escherichia coli dilakukan di laboratorium

    Labkesda Magetan.

    Adapun prosedur pengambilan sampel air dilakukan sebagai berikut :

    1. Buka botol steril,lalu usap beberapa tetes alkohol tepat di mulut

    botol untuk menjaga kesterilan sampel air.

    2. Celupkan botol ke permukaan air kolam renang dengan posisi

    mulut botol melawan arus air kolam renang.

    3. Tutup kembali botol yang sudah terisi sampel air dengan rapat, dan

    beri label pada botol sampel air.

    Untuk metode pemeriksaan sampel dilakukan di Labkesda Magetan

    dengan langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Setelah dilakukan pengambilan sampel, lalu sampel di

    tempatkan di sebuah media pengembangbiakan bakteri yang

    disebut Petrifilm.

  • 45

    2. Setelah sampel sudah dipindahkan ke wadah Petrifilm, lalu

    Petrifilm diletakkan di inkubator selama 24 jam.

    3. Jika sudah kurang lebih 24 jam, petrifilm akan memberikan

    tanda kehidupan bakteri Escherichia coli dan dengan hal

    tersebut kita bisa menghitung secara kasat mata, berapa jumlah

    bakteri Escherichia coli yang terdapat di kolam renang.

    4.9.3 Checklist

    Yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini

    peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala

    yang dimaksud.

    4.10 Tehnik Analisa Data

    Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dan di analisa menggunakan

    komputer SPSS, analisa penelitian menghasilkan informasi yang benar

    paling tidak ada empat tahapan yaitu :

    4.10.1 Editing

    Proses editing dilakukan dengan mengoreksi kembali data mentah dari

    hasil penelitian sehingga sesuai dengan kebutuhan penelitian.

    4.10.2 Coding

    Proses coding dilakukan dengan memberikan kode terhadap data hasil

    penelitian untuk memudahkan proses pengolahan data. Adapun coding

  • 46

    untuk variabel Independen yaitu Sanitasi lingkungan kolam renang

    dinyatakan 0 = jika tidak memenuhi syarat dan dinyatakan 1 = jika

    memenuhi syarat. Sedangkan untuk variabel dependen yaitu keberadaan

    bakteri Escherichia coli, dinyatakan 0 = jika tidak memenuhi syarat dan 1

    = jika memenuhi syarat.

    4.10.3 Entry Data

    Entry data dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian yang telah

    diberi kode ke dalam program komputer untuk dilakukan pengolahan data

    menggunakan aplikasi komputer.

    4.10.4 Tabulating

    Tabulating dilakukan dengan menyusun data hasil penelitian sehingga

    dapat dilakukan analisis sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

    4.11 Analisa Data

    4.11.1 Analisa Univariat

    Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

    masing-masing variabel, baik variabel bebas yang meliputi sanitasi

    lingkungan kolam renang dan bakteri Escherichia coli maupun variabel

    terikat yaitu sampel air kolam renang di kabupaten Madiun dan kabupaten

    Ponorogo.

  • 47

    4.11.2 Analisa Bivariat

    Analisa bivariat dilakukan dengan uji Chi Square (x2) untuk mengetahui

    hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan

    variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada

    tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α, < 0,05), hubungan

    dikatakan bermakna apabila nilai p

  • 48

    2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

    privacy and confidentiality)

    Setiap responden mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

    kebebasan individu dalam memberikan informasi, maka dari itu seorang

    peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

    kerahasiaan identitas responden (Notoatmodjo, 2012).

    3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

    inclusiveness)

    Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

    keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

    dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

    menjelaskan prosedur penelitian (Notoatmodjo, 2012).

    4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

    harms and benefits)

    Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

    bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.

    Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan

    bagi subjek (Notoatmodjo, 2012).

  • 49

    BAB 5

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Umum Kabupaten Madiun

    Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

    Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

    Mejayan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.52 Tahun 2010. Sebagian

    gedung-gedung pemerintahan sudah berada wilayah Caruban yang

    merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung pemerintahan lain

    telah dipindah secara bertahap dari Kota Madiun ke Caruban sejak 2011.

    Luas wilayah Kabupaten Madiun adalah 1.010,86 Km2 atau 101.086 Ha,

    secara administratif pemerintahan terbagi ke dalam : 15 Kecamatan, 8

    Kelurahan, 198 De Secara astronomis terletak pada posisi 7o12’-7o48’30”

    Lintang Selatan dan 111o25’4 - 111o51” Bujur Timur. Batas wilayah

    Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :

    • Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro

    • Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk

    • Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo

    • Sebelah Barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi

    Bentuk permukaan lahan wilayah Kabupaten Madiun sebagian besar

    (67.576 Ha) rel datar dengan tingkat kemiringan lereng 0-15%. Secara

    terinci kemiringan lereng Kabupaten Madiun sebagai berikut :

    • 2-15 % seluas 23.298,92 Ha (23,05 %)

    49

  • 50

    • 15-40% seluas 15.585,00 Ha (15,59 %)

    • 0-12 % seluas 44.278,375 Ha (43,80 %)

    Dan >40 % seluas 17.140,00 Ha (16, 85%)

    Berdasarkan penggunaan lahan Wilayah Kabupaten Madiun terinci

    sebagai berikut :

    • Pemukiman/Pekarangan 15.322,26 Ha 15,16 %

    • Sawah 30.951,00 Ha 30,62 %

    • Tegal 7.091,54 Ha 7,02 %

    • Perkebunan 2.472,00 Ha 2,45 %

    • Hutan Negara 40.511,00 Ha 40,08 %

    • Perairan (Kolam/waduk) 836,00 Ha 0,83 %

    Lain-lain (Jalan,sungai,makam) 3.0902,20 Ha 3,86%

  • 51

    5.2 Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo

    Kabupaten Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur

    dengan luas wilayah 1.371,78 km2 yang secara administratif terbagi ke

    dalam 21 Kecamatan dan 305 desa/ kelurahan. Menurut kondisi

    geografisnya, Kabupaten Ponorogo terletak antara 111o17’ – 111o52’ Bujur

    Timur (BT) dan 7o49’ – 8o20’ Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian

    antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi

    menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan

    Ngrayun, Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh belas Kecamatan lainnya

    merupakan daerah dataran rendah.

    Jarak Ibu Kota Kabupaten Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa

    Timur (Surabaya) kurang lebih 200 Km ke arah Timur Laut dan ke Ibu Kota

  • 52

    Negara (Jakarta) kurang lebih 800 Km ke arah Barat. Adapun batas-batas

    wilayah Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :

    Utara : Kabupaten Nganjuk, kabupaten Madiun, dan kabupaten

    Magetan

    Timur : Kabupaten Tulungagung dan kabupaten Trenggalek

    Selatan : Kabupaten Pacitan

    Barat : Kabupaten Pacitan dan kabupaten Wonogiri (Provinsi

    Jawa Tengah)

    Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo

    dibagi rnenjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi

    Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan dataran

    rendah. Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat

    dikelompokkan 241 desa berada pada ketinggian dibawah 500 m diatas

    permukaan laut, 44 desa berada pada 500-700 m diatas permukaan laut; dan

    18 desa berada di ketinggian lebih dari 700 m diatas permukaan laut.

    5.3 Analisis Univariat

    Hasil analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

    mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmojo,2012).

    Peneliti menggunakan variabel tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

    Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk keperluan Hegiene

    Sanitasi, Kolam renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian

    Umum,berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

  • 53

    32 tahun 2017 Bab II tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan.

    Adapun parameter atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    5.3.1 Gambaran Standar Fisik Tentang Bau

    Menurut standar baku mutu mutu kesehatan lingkungan untuk

    media air kolam untuk keperluan hegeine sanitasi adalah seharusnya

    tidak ada bau.

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Bau di Kolam

    Renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo

    Bau F (%)

    Memenuhi Syarat 20 100,0

    Total 20 100

    Sumber: Data Primer, 2019

    Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 kolam renang

    yang telah diteliti atau diobservasi, menunjukkan 20 kolam renang

    (100%) semuanya memenuhi syarat standar fisik tentang bau.

    5.3.2 Gambaran Standar Fisik Tentang Kejernihan

    Berdasarkan parameter fisik kejernihan standar baku mutu

    kesehatan lingkungan sesuai permenkes, pengukuran kejernihan dilakukan

    dengan menggunakan alat piringan hitam berdiamater 20 cm dan terlihat

    jelas dari kedalaman 4,532 m. Namun secara objektif, peneliti tidak

    menggunakan alat piringan hitam tersebut untuk pengukuran standar

    kejernihan, maka dari itu diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan

    alat piringan hitam sebagai alat ukur kejernihan, sehingga hasil dari

  • 54

    penelitian lebih akurat. Adapun hasil dari observasi peneliti tentang

    kejernihan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Kejernihan di

    Kolam Renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten

    Ponorogo

    Kejernihan F (%)

    Memenuhi Syarat 14 70,0

    Tidak Memenuhi Syarat 6 30,0

    Total 20 100

    Sumber: Data Primer, 2019

    Dari tabel di atas dapat dilihat dari 20 sample air kolam renang

    menunjukkan bahwa 14 kolam renang (70%) memenuhi syarat

    kejernihan, dan sebanyak 6 kolam renang (30%) tidak memenuhi syarat

    kejernihan.

    5.3.3 Gambaran Standar Fisik Tentang Kekeruhan

    Standar baku mutu kekeruhan yang sesuai dengan permenkes

    No.32 tahun 2017 adalah 0,5 NTU. Pengukuran ini menggunakan alat

    Nephelometer, namun peneliti hanya mengobservasi kekeruhan dengan

    melihat secara langsung keadaan air kolam renang, tanpa menggunakan

    alat tersebut, sehingga peneliti menghimbau kepada penelitian selanjutnya

    untuk menggunakan alat Nephelometer supaya hasil lebih akurat. Adapun

    hasil observasi peneliti tentang kekeruhan kolam renang, dapat dilhat pada

    tabel sebagai berikut :

  • 55

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Kekeruhan di

    Kolam Renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo

    Kekeruhan F (%)

    Memenuhi Syarat 11 55,0

    Tidak Memenuhi Syarat 9 45,0

    Total 20 100

    Sumber: Data Primer, 2019

    Berdasarkan tabel di atas, terdapat 11 kolam renang (55%)

    memenuhi syarat standar baku mutu kekeruhan, dan 9 kolam renang

    (45%) tidak memenuhi syarat standar baku mutu kekeruhan.

    5.3.4 Gambaran Standar Fisik Tentang Kepadatan Perenang

    Berdasarkan permenkes, standar baku untuk kepadatan perenang

    per m2 adalah 2,2 (kedalaman < 1 m); 2,7 (kedalaman 1- 1,5 m); 4

    (kedalaman > 1,5 m). Namumn peneliti hanya melakukan dengan

    observasi secara langsung saja tanpa mengukur sesuai standar baku mutu

    permenkes, sehingga diharapkan untuk peneliti selanjutnya menggunakan

    alat untuk mengukur kepadatan perenang di kolam renang. Adapun hasil

    dari observasi peneliti dapat dilihat pada tabel sebagai berikut;

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Kepadatan

    Perenang di Kolam Renang Kabupaten Madiun dan

    Kabupaten Ponorogo

    Kepadatan Perenang F (%)

    Memenuhi Syarat 19 95,0

  • 56

    Tidak Memenuhi Syarat 1 5,0

    Total 20 100

    Sumber: Data Primer, 2019

    Berdasarkan tabel di atas, dari 20 kolam renang yang

    diobservasi terdapat 19 kolam renang (95%) yang memenuhi syarat

    kepadatan perenang, dan 1 kolam renang (5%) yang tidak memenuhi

    syarat kepadatan perenang.

    5.3.5 Ketersediaan kolam kecil untuk mencuci /disinfeksi kaki sebelum

    berenang

    Kolam kecil digunakan agar aman dari kemungkinan terjadinya

    kontaminasi

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ketersediaan kolam kecil untuk mencuci

    /disinfeksi kaki sebelum berenang di Kolam Renang

    Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo

    Kolam Kecil F (%)

    Tidak Memenuhi Syarat 20 100,0

    Total 20 100

    Sumber: Data Primer, 2019

    Berdasarkan tabel 5.5 di atas, Dari tabel di atas dapat diketahui

    bahwa dari 20 kolam renang yang telah diteliti atau diobservasi,

    menunjukkan 20 kolam renang (100%) tidak menyediakan tempat cuci

    kaki.

  • 57

    5.3.6 Pemeriksaan pH dan sisa khlor secara berkala

    Pemeriksaan pH air kolam dengan menggunakan pH meter, namun

    secara objektif peneliti hanya melakukan wawancara pada pengelola

    kolam renang,apakah dilakukan pemeriksaan pH air kolam dan sisa klor

    secara berkala,sehingga peneliti menghimbau kepada penelitian

    selanjutnya agar melakukan penelitian tidak hanya dengan wawancara

    observasi secara langsung tetapi juga meneliti dengan alat sehingga hasil

    lebih akurat. Adapun hasil observasi peneliti dapat dilihat pada tabel

    sebagai berikut:

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan pH Dan Sisa Khlor Secara

    Berkala di Kolam Renang Kabupaten Madiun dan

    Kabupaten Ponorogo

    Pemeriksaan pH dan sisa khlor F (%)

    Memenuhi Syarat 16 80,0

    Tidak Memenuhi Syarat 4 20,0

    Total 20 100

    Sumber: Data Primer, 2019

    Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa 16 kolam renang

    (80%) mengadakan pemeriksaan pH air kolam sesuai standar mutu, dan

    4 kolam renang (20%) tidak mengadakan pemeriksaan pH air kolam

    renang sesuai standar mutu.

  • 58

    5.3.7 Adanya larangan menggunakan kolam renang bila berpenyakit

    menular

    Informasi tentang larangan menggunakan kolam renang bila

    berpenyakit menular digunakan agar aman dari kemungkinan terjadinya

    kon