Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KOLAM RENANG
DENGAN KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DI
KOLAM RENANG KABUPATEN MADIUN DAN
KABUPATEN PONOROGO
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
OVILIA BERIL ABIDHA
201503035
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
HALAMAN PERNYATAAN
v
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah terhadap Allah SWT, kupersembahkan
karya kecilku ini untuk orang-orang yang aku sayangi :
1. Ayah tercinta Ayudha Wilang Djaja,S.P. dan Ibunda tercinta Enny
Yuliani,S.Pd.,M.Pd.I yang senantiasa selalu memanjatkan do’anya kepada
Allah SWT,memotivasi dan memberi nasehat sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan lancar.
2. Para Pakpuh dan Bupuh tercinta, terutama Pakpuh saya
Moh.Yasin,S.H.,M.Ag dan Bupuh Chusnul Khotimah yang senantiasa
mendukung,memotivasi, mengkritik, dan memberi saran untuk terus maju
dan tidak mudah menyerah dalam menggapai impian penulis.
3. Kakak-kakakku yang selalu mendukung untuk senantiasa tetap menuntut
ilmu dan mendukung untuk lanjut studi S2 hingga S3, memberi arahan,
serta motivasi yaitu Dr.Luluk Yunan Ruhendi,M.Ag.,Zaki
Muttaqin,S.H.,M.H. ,Mukhlis Pribadi,S.T.,M.T.
4. Kakak-kakakku yang lain,yang secara tidak langsung memberi stimulus
dan semangat untuk tetap maju dan sukses bersama antara lain Yuli
Amaliyah,S.Ag. Een Yualika Ekmarinda,S.E.,M.Ak , Moh Sigit
Nugroho,S.Ked , Febriani Nur Ramadhani,S.Kep , Rofingatul
Muthmainnah,S.Farm, dr.Moh Raditya Wicaksono, Alifah Nur,S.ARS
serta kakakku yang lainnya yang masih kuliah ataupun kerja yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
vii
5. Semua rekan-rekan mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang
senantiasa kompak dalam hal mengerjakan Skripsi sehingga dapat lulus
bersama-sama.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, sebagai syarat untuk lulus pendidikan S1.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya –Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan Bakteri
Escherichia coli di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo” ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan,saran, dan
dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis sampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
2. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes selaku ketua Progra Studi Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Hanifah Ardiani, S.KM.,M.KM selaku dewan penguji yang senantiasa
mendampingi dan membantu kelancaran sidang proposal skripsi.
4. Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah membina,
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.
5. Edy Bachrun S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah membina,
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.
ix
6. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data
dan penyusunan proposal skripsi.
7. Keluarga yang selalu memberikan support,dan doa yang terbaik.
8. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun yang saling mendukung dan bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas akhirnya.
Skripsi ini telah penulis susun seoptimal mungkin, namun penulis menyadari
bahwa masih tedapat kekurangan dalam laporan ini. Demi perbaikan proposal
skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun.
Madiun, 30 Juni 2019
Penyusun
x
ABSTRAK
Ovilia Beril Abidha
HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KOLAM RENANG DENGAN
KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DI KOLAM RENANG
KABUPATEN MADIUN DAN KABUPATEN PONOROGO
56 halaman + 17 tabel + 4 gambar + 11 lampiran
Kolam Renang sebagai sarana umum yang ramai dikunjungi masyarakat
dapat berpotensi menjadi sarana penyebaran bibit penyakit maupun gangguan
kesehatan. Hal ini terjadi akibat kondisi sanitasi lingkungan kolan renang yang
buruk dan kualitas air kolam renang yang tercemar. Dalam dua dekade terakhir,
telah terjadi peningkatan yang substansial dalam jumlah wabah RWIs
terkait dengan berenang. Untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya
peningkatan penyakit akibat kualitas air kolam renang yang buruk maka perlu
mengetahui Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan
Bakteri Escherichia coli .
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Observatif dengan desain Cross
Sectional. Populasi studi adalah kolam renang di kabupaten Madiun dan
kabupaten Magetan. Jumlah sampel adalah 20 kolam renang dengan analisis data
menggunakan analisis Univariat dan analisis Bivariat.
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji Fisher Exact didapatkan
nilai p = 0,001 (p-value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara
sanitasi lingkungan kolam renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli di
Kolam renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo. Saran dari peneliti
yaitu hendaknya ada kerjasama antara pemerintah selaku pihak pembuat
xi
keputusan dengan pengelola kolam renang sehingga kolam renang dapat laik
digunakan dan bebas dari penyebaran vektor penyakit.
Kata Kunci : Kolam Renang, Bakteri Escherichia coli
xii
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF SWIMMING POOL SANITATION ENVIRONMENT
WITH THE EXISTENCE OF ESCHERICHIA COLI BACTERIA
56 pages + 17 tables + 4 pictures + 11 attachments
Swimming pool as a public facility which is crowded by the community
can potentially become a means of spreading disease germs and health problems.
This happens due to poor sanitary conditions under the swimming pool and
polluted swimming pool water quality. In the past two decades, there has been a
substantial increase in the number of RWIs outbreaks related to swimming. To
prevent and cope with increased disease due to poor swimming pool water
quality, it is necessary to know the Relationship of Swimming Pool
Environmental Sanitation with the Escherichia coli Bacteria.
This type of research was a descriptive observative with cross sectional
design. The study population was a swimming pool in Madiun and Magetan
districts. The number of samples is 20 swimming pools using Univariate and
Bivariate analyze.
Based on the results of research using the Fisher Exact test obtained p
value = 0.001 (p-value
xiii
as the decision maker and the pool manager so that the pool can be used and it
was free from the spread of disease vectors.
Keywords : Swimming Pools, Escherichia coli bacteria
xiv
DAFTAR ISI
Sampul Luar ...................................................................................................
Sampul Dalam ................................................................................................ i
Lembar Persetujuan ...................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ....................................................................................... iii
Halaman Pernyataan .................................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... v
Halaman Persembahan...................................................................................vi
Kata Pengantar .............................................................................................. .viii
Abstrak........................................................................................................... x
Abstract........................................................................................................... xii
Daftar Isi ......................................................................................................... xiv
Daftar Tabel .................................................................................................... xviii
Daftar Gambar ............................................................................................... xix
Daftar Istilah .................................................................................................. xx
Daftar Singkatan ............................................................................................ xxiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Keaslian Penelitian ..................................................................................... 7
xv
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kolam Renang ............................................................................................ 11
2.1.1 Definisi Kolam Renang ....................................................................... 11
2.1.2 Klasifikasi Kolam Renang .................................................................... 11
2.2 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang .......................................................... 13
2.3 Air Kolam Renang ..................................................................................... 20
2.3.1 Sumber Air Kolam Renang .................................................................. 20
2.3.2 Pencemaran Air Kolam Renang .......................................................... 21
2.3.3 Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang ............................................ 23
2.4 Bakteri Escherichia coli ............................................................................ 28
2.4.1 Klasifikasi Ilmiah Bakteri Escherichia coli ........................................ 29
2.4.2 Morfologi Bakteri Escherichia coli .................................................... 29
2.4.3 Fisiologi Bakteri Escherichia coli ........................................................ 29
2.5 Patogenesis dan Tanda Klinis ................................................................... 30
2.6 Kerangka Teori........................................................................................... 33
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 34
3.2 Hipotesis ..................................................................................................... 35
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 36
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................................. 37
4.2.1 Populasi ............................................................................................ 37
4.2.2 Sampel ............................................................................................. 37
xvi
4.3 Teknik Sampling ....................................................................................... 38
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................................ 39
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 40
4.5.1 Variabel Penelitian ........................................................................... 40
4.6 Definisi Operasional.................................................................................. 40
4.7 Instrumen Penelitian................................................................................... 43
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 43
4.8.1 Lokasi Penelitian………………………………………………….. 43
4.8.2 Waktu Penelitian………………………………………………….. 43
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 44
4.9.1 Observasi………………………………………………………….. 44
4.9.2 Pemeriksaan Sampel Air Kolam Renang…………………………. 45
4.9.3 Checklist…………………………………………………………… 46
4.10 Teknik Pengolahan Data .......................................................................... 46
4.11 Analisa Data ............................................................................................. 47
4.12 Etika Penelitian ........................................................................................ 48
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Madiun.........................................................50
5.2 Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo......................................................52
5.3 Analisis Univariat.........................................................................................53
5.3.1 Gambaran Standar Fisik tentang Bau..................................................54
5.3.2 Gambaran Standar Fisik tentang Kejernihan.......................................54
5.3.3 Gambaran Standar Fisik tentang Kekeruhan.......................................55
xvii
5.3.4 Gambaran Standar Fisik tentang Kepadatan Perenang........................56
5.3.5 Ketersedian Kolam Desinfeksi Kaki...................................................57
5.3.6 Pemeriksaan pH dan Sisa Khlor Secara Berkala.................................58
5.3.7 Terdapat Larangan Berenang Bila Berpenyakit Menular....................59
5.3.8 Air Kolam Renang Penuh dan Ada Resirkulasi Air............................59
5.3.9 Pergantian Air Kolam Renang...........................................................60
5.3.10 Air Kolam Terlindungi dari Pencemaran..........................................60
5.3.11 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang.................................................61
5.3.12 Keberadaan Bakteri Escherichia coli................................................62
5.4 Analisis Bivariat...........................................................................................62
5.4.1 Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan
Bakteri Escherichia coli.....................................................................63
5.5 Pembahasan..................................................................................................64
5.5.1 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang...................................................64
5.5.2 Keberadaan Bakteri Escherichia coli..................................................65
5.5.3 Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan
Keberadaan Bakteri Escherichia coli.................................................67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan...................................................................................................70
6.2 Saran.............................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ....
LAMPIRAN .................................................................................................... ....
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian……………………………………………………...8
Tabel 2.1 Klasifikasi Ilmiah Bakteri E.Coli……………………………………...29
Tabel 2.2 Diagnostik Bakteri E.Coli…………………………………………......30
Tabel 4.1 Definisi Operasional…………………………………………………..41
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tentang Bau................................54
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tentang Kejernihan......................55
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tentang Kekeruhan......................56
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Standar Fisik tenang Kepadatan Perenang...........56
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Kolam Desinfeksi Kaki.................57
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Ph dan Sisa Khlor........................58
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Larangan Bagi yang Berpenyakit.......................59
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kuantitas Air Penuh dan Resirkulasi Air............59
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pergantian Air Kolam Renang..........................60
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Air Kolam Terlindungi dari Pencemaran..........61
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Kolam Renang................61
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Bakteri Escherichia coli.................................62
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Hubungan Sanitasi Lingkungan Kolam
Renang dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli......................................63
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………….33
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……………………………………....34
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian…………………………………………39
Gambar 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Madiun.............................................52
xx
DAFTAR ISTILAH
Artificial Swimming Pool : Pemandian Buatan
Cryptosporidium : Protozoa yang dapat menyebabkan
penyakit saluran pencernaan dan usus
dengan diare pada manusia.
Chloramines : Zat yang terbentuk dari reaksi klorin bebas
dengan zat organik, seperti urine dan
keringat.
Class : Golongan
Escherichia coli : Bakteri yang umum ditemukan pada usus
manusia
Enterobacter sp : Genus umum dari gram negatif dari
keluarga Enterobactericeae
Family : Rumpun
Giardia : Parasit pada usus halus
Genus : Salah satu bentuk pengelompokan dalam
klasifikasi makhluk hidup yang secara
hierarki tingkatannya di atas spesies, tetapi
lebih rendah daripada familia
Haloacetic acids (HAAs) : Senyawa yang mengandung klorine dan
bromine
Kingdom : Tingkatan paling atas dari tingkatan
klasifikasi makhluk hidup
xxi
Klebsiella sp : Spesies yang biasa ditemukan di alam,
seperti;tanah, air, tumbuhan, hewan,
termasuk manusia
Kryolit : Mineral yang digunakan dalam proses
pembuatan aluminium murni
Morganella sp : Bakteri gram negatif yang umumnya
ditemukan dalam usus manusia
Norovirus : Bentuk virus yang dapat menyebabkan
muntah, diare, dan dehidrasi parah
Natural bathing place : Pemandian alam
Ordo : Suatu tingkatan atau takson antara kelas
dan familia
Private swimming pool : Kolam renang perorangan
Public swimming pool : Kolam renang umum
Proteus sp : Genus gram negatif dari proteobacteria
Providencia sp : Bakteri yang umumnya ditemukan di tanah,
air, dan air limbah
Phylum : Cabang
Shigella : Bakteri yang menyerang saluran
pencernaan
Semi public swimming pool : Kolam renang semi umum
xxii
Spesies :Suatu takson yang dipakai dalam taksonomi
untuk menunjuk pada satu atau beberapa
kelompok individu (populasi).
xxiii
DAFTAR SINGKATAN
CDC : Center for Disease Control and Prevention
Cfu : Colony forming units
Ca(OCI)2 : Kaporit
EMB : Eosin Methylene Blue
EPEC : Enteropathogenic Escherichia Coli
ETEC : Enterotoxigenic Escherichia Coli
EHEC :Enterohaemoragic Escherichia Coli
EIEC : Enteroinvasive Escherichia Coli
EAEC :Enteroaggregative Escherichia Coli
P3K : Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
RWIs : Recreational Water Illness
SPSS :Statistical Package for the Social Science
WHO :World Health Organization
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Checklist...........................................................................72
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi................................................................74
Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian.....................................................................75
Lampiran 4 Hasil Uji Fisher Exact.........................................................................76
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian...............................................................80
Lampiran 6 Hasil Pemeriksaan Uji E.coli.............................................................86
Lampiran 6 Dokumentasi.......................................................................................90
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolam Renang sebagai sarana umum yang ramai dikunjungi
masyarakat dapat berpotensi menjadi sarana penyebaran bibit penyakit
maupun gangguan kesehatan. Hal ini terjadi akibat kondisi sanitasi
lingkungan kolan renang yang buruk dan kualitas air kolam renang yang
tercemar. Penyakit paling rentan dialami pengguna kolam renang menurut
Center of Disease Control and Prevention atau pusat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Amerika adalah Recreational Water Illness
(RWIs).(Talita, 2016)
Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang
digunakan untuk olahraga dan kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan. Kualitas air kolam renang harus cukup terpelihara secara
teratur dan terus menerus sehingga air dapat bebas dari pencemaran.
Kondisi ini dapat menahan atau mengurangi penularan penyakit yang
dapat ditularkan melalui air, disebutkan bahwa syarat kesehatan air kolam
renang meliputi persyaratan fisika, kimia dan mikrobiologi.(Permenkes,
2017)
Salah satu indikator pencemar yang menjadi parameter kualitas air
kolam renang yaitu jumlah angka kuman dan koliform total. Menelan
hanya sedikit air yang mengandung kuman dapat mengakibatkan penyakit.
Penyakit akibat aktivitas berenang dikenal pula dengan sebutan
2
recreational water illness (RWIs). RWIs disebabkan oleh kuman dengan
menelan, bernapas dalam aerosol, atau memiliki kontak dengan air
yang terkontaminasi di kolam renang, kolam air panas, taman air, area
bermain air, air mancur interaktif, danau, sungai, atau laut. RWIs juga
dapat disebabkan oleh bahan kimia dalam air atau bahan kimia yang
menguap dari air dan menyebabkan masalah kualitas udara dalam
ruangan. RWIs meliputi berbagai macam infeksi, seperti pencernaan, kulit,
telinga, pernapasan, mata, neurologis, dan infeksi luka. Yang paling
sering dilaporkan adalah diare. Penyakit diare yang disebabkan oleh
kuman seperti Crypto (kependekan Cryptosporidium), Giardia, Shigella,
Norovirus dan E. coli. Sejak tahun 1950-an, beberapa penelitian telah
dilakukan untuk melihat hubungan antara kualitas air rekreasi dengan
masalah kesehatan. Hasil penelitian tersebut melaporkan adanya
peningkatan risiko penyakit yang berkaitan dengan paparan terhadap air
rekreasi. Sebagiannya melakukan penilaian kualitas air dan menunjukkan
bahwa tingginya tingkat kontaminasi dalam air memperbesar risiko
penyebaran penyakit.(Talita, 2016)
Dalam dua dekade terakhir, telah terjadi peningkatan yang
substansial dalam jumlah wabah RWIs terkait dengan berenang.
Crypto, yang dapat tetap hidup selama berhari-hari bahkan di kolam yang
terpelihara dengan baik, telah menjadi penyebab utama wabah penyakit
diare di kolam renang. Dari tahun 2004 hingga 2008, melaporkan kasus
3
Crypto meningkat lebih dari 200% (dari 3.411 kasus pada tahun 2004
menjadi 10.500 kasus pada tahun 2008).
sebuah studi di kolam renang umum yang dilakukan selama
musim renang pada musim panas menemukan bahwa perenang sering
membuang sisa metabolisme tubuh (urine) di dalam kolam renang. Melalui
studi yang dirilis oleh Centers for Disease Control and Prevention
(CDC), peneliti menemukan kuman dalam sampel air kolam yang
dikumpulkan dari kolam renang umum. CDC mengumpulkan sampel air
dari filter kolam renang umum dan menguji sampel. Studi tersebut
menemukan bahwa 58 persen dari sampel air kolam renang yang diuji,
positif mengandung E. coli, bakteri yang biasanya ditemukan dalam usus
manusia dan kotoran. E. coli merupakan penanda untuk kontaminasi tinja.
Penemuan E. coli dengan presentase yang tinggi menunjukkan perenang
sering mencemari air kolam renang ketika mereka melakukan proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh dalam air atau ketika tubuh mereka
kotor karena tidak membasuh tubuh secara menyeluruh terlebih dahulu
sebelum masuk ke dalam air.(Ismail, 2010)
Salah satu indikator pencemar yang menjadi parameter kualitas air
kolam renang yaitu jumlah angka kuman dan Coliform total. Persyaratan
mikrobiologis, yaitu tidak ada bakteri Coliform pada sampel air yang
dinyatakan dengan 0 colony forming units (cfu)/100 ml sampel (Depkes
RI, 1990). Pencemaran mikrobiologis air kolam renang dapat berasal dari
kontaminasi kotoran dari perenang, kontaminasi kotoran yang terdapat
4
pada sumber air yang digunakan sebagai air kolam renang, atau hasil dari
kontaminasi hewan yang ada dikolam renang misalnya dari burung dan
tikus. Selain pencemaran mikrobiologis, pencemaran kimia air kolam
renang dapat berasal dari bahan kimia yang melekat pada tubuh perenang
seperti keringat, urin,sisa sabun dan kosmestik hal tersebut dapat
menyebabkan potensi penyakit (Amala, 2016).
Adanya kontaminasi kotoran tersebut akan menyebabkan
tingginya kandungan mikrobiologis di dalam air kolam renang yang akan
menimbulkan dampak negatif pada kesehatan pengguna kolam renang.
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air kolam renang,
seperti penyakit kulit, penyakit mata, hepatitis serta penyakit yang
berhubungan dengan pencernaan seperti diare dan demam tifoid.
Penyakit-penyakit tersebut dapat ditularkan oleh mikroorganisme patogen
dalam air kolam renang seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa
(Rozanto, 2015).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh
mikroorganisme patogen dalam air kolam renang adalah klorinasi.
Klorinasi adalah suatu proses pemberian klorin ke dalam air yang telah
menjalani proses filtrasi dan proses purifikasi air. Klorin ini banyak
digunakan dalam pengolahan air kolam renang sebagai desinfektan
(Chandra, 2007). Jenis klorin yang sering digunakan dalam proses
klorinasi air kolam renang adalah kaporit Ca(OCl)2. Penggunaan kaporit
juga harus diperhatikan dengan baik dan harus sesuai dengan batas aman
5
yang ada. Penggunaan kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat
menyebabkan kuman yang ada di kolam renang tidak terdesinfeksi
dengan baik. Sedangkan penggunaan kaporit dengan konsentrasi yang
berlebih dapat meninggalkan sisa klor yang menimbulkan dampak bagi
kesehatan (Cita dan Adriyani, 2013). Efek kesehatan yang muncul atau
dirasakan oleh seseorang setalah terpapar klorin antara lain iritasi saluran
napas, dada terasa sesak, gangguan pada tenggorokan, batuk, iritasi pada
kulit dan iritasi pada mata (Rozanto, 2015).
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Sanitasi
Lingkungan Kolam Renang dengan Keberadaan Bakteri Escherichia coli
di kolam renang kabupaten Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan antara Sanitasi Lingkungan Kolam Renang
dengan Keberadaan Bakteri Eschericia coli?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara Sanitasi Lingkungan Kolam Renang dengan
Keberadaan Bakteri Escherichia coli.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran sanitasi lingkungan kolam renang
6
2. Mengidentifikasi keberadaan bakteri Escherichia coli
3. Menganalisis hubungan sanitasi kolam renang dengan keberadaan bakteri
Escherichia coli.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pengelola Kolam Renang
Memberikan intervensi kepada pengelola kolam renang mengenai
pentingnya menjaga kebersihan kondisi lingkungan kolam renang agar
tidak berpotensi menjadi sarana perkembangbiakan bibit penyakit.
1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan
Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai penerapan ilmu selama duduk di bangku kuliah serta dapat
mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan bidang kesehatan
lingkungan terutama mengenai hubungan lingkungan sanitasi kolam
renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli.
1.4.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Menambah bahan perpustakaan STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun tentang hubungan lingkungan sanitasi kolam renang dengan
keberadaan bakteri Escherichia coli.
1.4.4 Bagi Penelitian
Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam
pengembangan diri serta mengabdikan diri pada dunia pendidikan
7
kesehatan, khususnya dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
1.5 Keaslian Penelitian
Berikut adalah hasil dari beberapa penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini, yang berkaitan dengan Hubungan sanitasi
lingkungan kolam renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli di
kolam renang kabupaten Madiun dan kabupaten Ponorogo.
8
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Judul
Penelitian
Metode Variabel Hasil Perbedaan Persamaan
Gambaran
kualitas air
kolam renang
Tirta Lontara
Makassar tahun
2012
-Kuantitatif
-Pendekatan
Deskriptif
-Tehnik
sampling : time
series
Variabel bebas :
Air kolam
renang dewasa
dan anak-anak
Variabel terikat :
Kualitas air
kolam Tirta
Lontara
Makassar secara
fisik, kimia, dan
Kualitas air kolam renang
menurut permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990
tidak memenuhi syarat karena
terdapat salah satu parameter
yang tidak memenuhi syarat
yaitu Bakteriologis MPN
Coliform.
-Variabel terikat :
Kualitas air kolam
renang Tirta
Lontara Makassar
secara
fisik,kimia,biologi.
-Lokasi dan tahun
-Tehnik sampling
Variabel bebas :
Air Kolam
renang sebagai
sampel
penelitian.
9
biologi.
Tinjauan kondisi
sanitasi
lingkungan
kolam renang,
kadar sisa khlor,
dan keluhan
iritasi mata pada
perenang di
kolam renang
umum kota
semarang tahun
2015
-Deskriptif
Kuantitatif
-Pendekatan
Cross Sectional
-Tehnik
sampling :
Proportional
random
sampling
Variabel bebas :
Sanitasi
lingkungan
kolam
renang,kadar sisa
khlor, dan
keluhan iritasi
mata.
Variabel terikat :
Perenang di
kolam renang
umum kota
semarang.
Sanitasi lingkungan kolam
renang dan pH air telah
memenuhi syarat, sedangkan
kadar sisa khlor masih melebihi
batas ketentuan Permenkes,
sebanyak 85 responden, 56
orang (65,9%) mengalami
keluhan iritasi mata pada saat
berenang, sedangkan 29 orang (
34,1%) tidak mengalami
keluhan iritasi mata.
-Variabel terikat :
Perenang pada
kolam renang
umum di kota
Semarang.
-Lokasi dan tahun
penelitian
Tehnik sampling.
-Variabel bebas :
Sanitasi
lingkungan
kolam renang.
-Menggunakan
pendekatan cross
sectional.
10
Kontaminasi
bakteri E.Coli
pada air kolam
renang di kota
Bandar
Lampung.
-Kuantitatif
-Deskriptif
Observatif
-Tehnik
sampling :
Total Sampling
Variabel bebas :
Kolam renang di
kota Bandar
Lampung.
Variabel terikat :
Bakteri E.coli
Terdeteksi adanya bakteri
Coliform pada 11 sampel air
kolam renang di kota Bandar
Lampung. Diantaranya,
terdeteksi adanya bakteri E. coli
sebanyak 3 sampel (27%) dan
Citrobacter freundii sebanyak 8
sampel (73%)
-Variabel bebas :
Kolam renang di
kota Bandar
Lampung.
-Lokasi dan tahun
penelitian
-Tehnik sampling
-Variabel terikat :
Bakteri E.Coli.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kolam Renang
2.1.1 Definisi Kolam Renang
Kolam renang merupakan suatu konstruksi buatan yang dirancang
untuk digunakan berenang, menyelam atau aktivitas air lainnya. Renang
adalah olah raga yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan
manusia. Berenang di kolam renang merupakan kegiatan olah raga atau
rekreasi yang banyak digemari oleh masyarakat. Kolam renang wajib
memiliki standar kolam renang agar pengguna kolam renang dan seluruh
fasilitasnya aman dan terjaga (Burhanudin, 2015; Cita dan Adriyani,
2013).
2.1.2 Klasifikasi Kolam Renang
Kolam renang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut
pembuatan, pemakaian, letak, dan cara pengisian airnya. Menurut
pembuatannya, kolam renang dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pemandian alam (Natural bathing place) adalah pemandian pantai laut,
telaga, sungai dsb. Pengawasan sanitasi pada tipe ini sulit dilakukan, yang
perlu diperhatikan adalah adalah lingkungan sekitar pemandian tersebut
harus dijaga kebersihannya terutama saluran pembuangan air limbah,
pembuangan tinja, buangan bahan-bahan kimia dan radio aktif.
11
12
2. Pemandian buatan (Artificial swimming Pool) adalah pemandian umum
didalam kotamadya/kabupaten, di hotel, dan sebagainya (Ismail, 2010).
Berdasarkan cara pengisian air pada pemandian buatan termasuk kolam
renang dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Fill and draw pool, yaitu pengisian air pada kolam renang yang apabila
kondisi airnya kotor dan diganti secara keseluruhan. Penentuan kondisi air
tersebut ditetapkan dengan melihat kondisi fisik air atau dari jumlah
perenang yang menggunakan.
2. Flow trough pool, yaitu sistem aliran dimana air didalam kolam akan
terus-menerus bergantian dengan yang baru. Tipe ini dianggap yang
terbaik namun membutuhkan banyak air yang berasal dari satu mata air di
alam.
3. Recirculation pool, merupakan tipe pengisian air kolam renang dimana
airnya dialirkan secara sirkulasi dan menyaring air kotor dalam filter-filter
(Rozanto, 2015).
Berdasarkan pemakaiannya, kolam renang dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kolam renang perorangan (private swimming pool) adalah kolam
renang milik pribadi yang terletak di rumah perseorangan.
2. Kolam renang semi umum (semi public swimming pool) adalah kolam
renang yang biasanya terdapat di hotel, sekolah, atau perumahan sehingga
tidak semua orang dapat menggunakannya.
13
3. Kolam renang umum (public swimming pool) adalah kolam renang
yang diperuntukan untuk umum dan biasanya terdapat di perkotaan
(Rozanto, 2015).
Berdasarkan letaknya, tipe kolam renang terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Outdoor swimming pool, yaitu kolam renang yang terletak di tempat
terbuka.
2. Indoor swimming pool, yaitu kolam renang yang terletak di tempat
tertutup atau yang berada di dalam ruangan (Rozanto, 2015).
2.2 Sanitasi Lingkungan Kolam Renang
Kolam renang yang ideal adalah kolam renang yang senantiasa
memenuhi syarat keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Suatu kolam
renang diharapkan mampu memberikan kenyamanan bagi para
pengunjung namun tetap harus mengedepankan faktor keamanan, terutama
untuk semua fasilitas penunjang yang berada di dalam area kolam renang.
Selain itu, aspek kebersihan juga merupakan hal penting untuk
diperhatikan karena berkaitan erat dengan aspek kesehatan khususnya
faktor penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan di
kolam renang meliputi semua penyakit food and water borne disease,
seperti penyakit mata, penyakit kulit, penyakit kuning (hepatitis), dan
penyakit yang berhubungan dengan pencernaan (Mukono, 2000:107).
14
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.061 Tahun 1991,
suatu kolam renang harus memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan
kolam renang, antara lain :
1. Persyaratan umum
1) Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan dapat
mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit serta tidak menjadi
sarang dan perkembangbiakan vektor penular penyakit.
2) Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan kesehatan serta dapat mencegah tejadinya
kecelakaan.
2. Persyaratan tata bangunan
Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata sesuai
fungsinya dan harus memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak
menyebabkan pencemaran terhadap air kolam renang.
3. Persyaratan konstruksi bangunan
1) Lantai
1. Lantai-lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki
permukaan yang rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
15
2. Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus
memiliki kemiringan yang cukup (2-3 persen) ke arah
saluran pembuangan air limbah.
2) Dinding kolam renang
1. Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.
2. Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus
terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
3) Ventilasi
Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam
ruang dengan baik.
4) Sistem pencahayaan
1. Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai.
2. Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus
dilengkapi dengan lampu berkapasitas 12 volt.
5) Atap
Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya
genangan air.
6) Langit-langit
Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter dari
lantai dan mudah dibersihkan.
16
7) Pintu
Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit seperti
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
4. Persyaratan kelengkapan kolam
renang Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan
diantaranya : bak cuci kaki, kamar dan pancuran bilas, kamar ganti dan
penitipan barang, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan
peturasan, serta tempat cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia dan
perlengkapan lain.
5. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi
1) Area kolam renang
a. Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan
area lainnya.
b. Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.
c. Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas
permukaan kolam dibagi 3 m2 .
d. Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna
terang, dan mudah dibersihkan. Sudut dinding dan dasar kolam
harus melengkung.
e. Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak
terjadi kontak antara air bersih yang masuk dengan air kotor.
17
Lubang pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam renang
yang paling rendah dan berseberangan dengan lubang masuknya
air.
f. Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji dan
tidak membahayakan perenang.
g. Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak > 10%.
Pada kedalaman > 1,5 meter kemiringan lantai kolam tidak > 30%.
h. Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat injakan
maka pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan, terbuat dari
bahan berbentuk bulat dan tahan karat.
i. Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah
sisinya.
j. Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal 1
meter, tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.
k. Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan kedalaman
kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat berenang dan
tidak dapat berenang.
l. Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi
ketentuan teknis untuk mencegah kecelakaan.
2) Bak cuci kaki
18
a. Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang 1,5
meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 20 cm dengan pengisian air
yang penuh.
b. Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.
3) Kamar dan pancuran bilas
a. Minimal terdapat 1 pancuran bilas untuk 40 perenang.
b. Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas untuk
wanita.
4) Tempat sampah
a. Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori
tangan.
b. Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat, kedap
air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
c. Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume
yang sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.
d. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak
terbuat dari beton permanen dan tidak menjadi ternpat perindukan
vektor penyakit.
e. Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan minimal
3 x 24 jam.
5) Jamban dan peturasan
19
a. Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan 1
buah jamban untuk tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara
jamban untuk pria dan wanita.
b. Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.
c. Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung
diatas, maka harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2 buah
peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita.
d. Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding berwarna
terang, jamban leher angsa, memiliki ventilasi dan penerangan
cukup, tersedia air pembersih yang cukup, dan memiliki luas lantai
minimal 1 m2 .
e. Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat,
sistem leher angsa, luas lantai minimal 1,5 m2 .
f. Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk
tiap satu peturasan panjangnya minimal 60 m.
6) Tempat cuci tangan
Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau dan
berdekatan dengan jamban peturasan dan kamar ganti pakaian serta
dilengkapi dengan sabun, pengering tangan dan cermin.
7) Gudang bahan kimia
a. Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.
20
b. Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan aluminium
sulfat atau bahan-bahan kimia lainnya.
8) Perlengkapan lain
a. Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan
berenang bagi penderita penyakit kulit, penyakit kelamin, penyakit
epilepsi, penyakit jantung dan lain-lain.
b. Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain :
pelampung, tali penyelamat dan lain-lain.
c. Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam
renang secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air
kolam renang harian, diumumkan kepada pengunjung melalui
papan pengumuman.
d. Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan.
2.3 Air Kolam Renang
2.3.1 Sumber Air Kolam Renang
Air yang digunakan sebagai air kolam renang dapat berasal dari
beberapa sumber air. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi
air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Budiman Chandra,
2007:42).
1. Air angkasa (hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Pada saat
presipitasi air tersebut merupakan air yang paling bersih, namun
21
cenderung akan mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran tersebut dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas, misalnya gas karbon dioksida, nitrogen, dan
ammonia.
2. Air permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan yang sebagian besar berasal
dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian
akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun pencemar
lainnya.
3. Air tanah Air
tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan
mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses yang telah dialami air
hujan tersebut dalam perjalanannya ke bawah tanah akan membuat air
tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.
Akan tetapi, air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang
tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral seperti magnesium,
kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air.
2.3.2 Pencemaran Air Kolam Renang
Pencemaran air kolam renang dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
pencemaran mikrobiologis dan pencemaran kimia.
22
1. Pencemaran Mikrobiologis
Pencemaran mikrobiologis pada air kolam renang dapat
disebabkan karena kontaminasi fekal dan kontaminasi non-fekal.
Kontaminasi fekal berasal dari kotoran yang dikeluarkan oleh pengguna
kolam renang maupun dari kotoran yang terdapat pada sumber air yang
digunakan sebagai air kolam renang. Pada kolam renang terbuka,
kontaminasi fekal juga dapat berasal dari kotoran hewan seperti burung
dan tikus yang berada di area kolam renang. Kontaminasi non-fekal di
kolam renang dapat berasal dari pengguna kolam renang, yaitu dari
muntahan, lendir, air liur, atau lapisan kulit yang mencemari air kolam
renang. Kontaminasi tersebut merupakan sumber potensial dari
mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa dalam
air yang dapat menyebabkan infeksi pada penguna kolam renang lain
apabila kontak dengan air yang telah terkontaminasi tersebut (WHO,
2006:26).
2. Pencemaran kimia
Pencemaran kimia pada air kolam renang berasal dari bahan kimia
yang dihasilkan dari proses desinfeksi serta berasal dari bahan kimia yang
dihasilkan oleh pengguna kolam renang seperti keringat, urin, sisa sabun,
dan lotion kosmetik yang melekat pada tubuh pengguna kolam renang
(WHO, 2006:60).
23
Senyawa kimia yang dihasilkan dari proses desinfeksi berupa
senyawa khlor dapat bereaksi dengan senyawa organik dalam air seperti
amonia dan urea yang berasal dari urin dan keringat. Senyawa-senyawa
tersebut akan bereaksi dan membentuk produk sampingan dari proses
desinfeksi seperti Trihalomethane (THM), Chloramines, dan Haloacetic
acids (HAAs). Produk sampingan tersebut dapat memberikan dampak
negatif terhadap kesehatan seperti iritasi pada mata, kulit, dan saluran
pernafasan (Zarzoso M, et al, 2010:234-235).
2.3.3 Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang
Kualitas air yang digunakan sebagai air kolam renang harus
memenuhi standar persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Adapun persyaratan kualitas air
untuk kategori kolam renang yang telah ditetapkan meliputi persyaratan
fisik, persyaratan kimia, dan persyaratan mikrobiologis.
1. Persyaratan fisik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990,
syarat fisik yang ditetapkan untuk air kolam renang antara lain:
1) Bau
Air yang digunakan dalam kolam renang harus terbebas dari bau
yang mengganggu. Bau pada air kolam renang dapat disebabkan oleh
24
tumbuhan algae yang belebihan, serta dari kontaminasi limbah. Selain itu,
bau pada air juga dapat disebabkan karena kandungan khlor yang tinggi
dalam air kolam renang akibat proses desinfeksi (Soemirat, 2011:132).
2) Benda terapung
Benda terapung merupakan benda-benda asing yang ada di
permukaan air yang dapat berasal dari kotoran-kotoran. Kotoran dapat
dibawa oleh pengguna kolam renang maupun berasal dari lingkungan
disekitar kolam renang. Air kolam renang harus terbebas dari benda
terapung supaya tidak mengganggu kenyamanan dari pengguna kolam
renang.
3) Kejernihan
Kejernihan air kolam renang dapat dilihat dengan piringan yang
diletakan pada dasar kolam yang terdalam. Air kolam renang dapat
dikatakan jernih apabila piringan tersebut dapat dilihat dengan jelas dari
tepi kolam pada jarak lurus 7 m (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416
Tahun 1990).
2. Persyaratan kimia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990,
syarat kimia yang ditetapkan untuk air kolam renang antara lain :
1) Aluminium
25
Aluminium merupakan metal yang mudah dibentuk. Sumber
alamiah dari aluminium adalah bauksit dan kryolit. Pada dosis tinggi
aluminium dapat menimbulkan ganguan kesehatan. Sifat toksisitas
aluminium bergantung dari senyawanya, jika berikatan dengan arsen
seperti Al-arsenat zat tersebut sangat toksik (Soemirat, 2011:135). Batasan
maksimal kandungan aluminium dalam air kolam renang yang ditetapkan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 adalah
sebesar 0,2 mg/l.
2) Kesadahan (CaSO3)
Kesadahan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion magnesium
atau kalsium. Ion-ion tersebut terdapat dalam air dalam bentuk sulfat,
klorida, hidrogen karbonat. Sedangkan pada air alam, kesadahan dapat
disebabkan oleh garam karbonat atau garam asamnya. Adanya kalsium
klorida atau magnesium sulfat disebabkan oleh geologi tanah disekitarnya
(Tresna Sastrawijaya, 2009:106). Batasan minimum kesadahan dalam air
kolam renang yang ditetapkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416 Tahun 1990 adalah 50 mg/l dan maksimalnya adalah 500 mg/l.
3) Oksigen terabsorbsi (O2)
Kadar oksigen terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk
menentukan mutu air. Jika tingkat oksigen terlarut terlalu rendah, maka
organisme anaerob dapat mati ataupun menguraikan bahan organik dan
menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen sulfida yang dapat
26
menyebabkan air berbau busuk (Tresna Sastrawijaya, 2009:100-102).
Kadar oksigen terabsorbsi maksimal yang ditetapkan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 untuk air kolam renang adalah
0,1 mg/l dalam waktu 4 jam pada suhu udara.
4) pH
pH dalam air sebaiknya netral yaitu tidak asam maupun basa.
Kualitas air dengan pH 6,7 - 8,6 dapat dikatakan normal dan tidak
terganggu. Air yang berasal dari pegunungan biasanya memiliki pH yang
tinggi. Akan tetapi semakin lama pH akan menurun menuju suasana asam
akibat dari pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian
membebaskan CO2 jika mengurai (Tresna Sastrawijaya, 2009:105).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, standar pH
untuk air kolam renang adalah 6,5 – 8,5.
5) Sisa khlor
Sisa khlor merupakan sebagian khlor yang tersisa akibat dari reaksi
antara senyawa khlor dengan senyawa organik maupun anorganik yang
terdapat di dalam air (Tri Joko, 2010:158). Kandungan sisa khlor bebas
dalam air sengaja dipertahankan sebesar 0,2 mg/l untuk membunuh kuman
patogen dalam air (Budiman Chandra, 2007:56-67). Batas kandungan sisa
khlor dalam air kolam renang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416 Tahun 1990 sebesar 0,2 - 0,5 mg/l.
27
6) Tembaga (Cu)
Tembaga pada umumnya diperlukan oleh tubuh untuk
perkembangan tubuh manusia. Akan tetapi jika dosisnya terlalu tinggi,
tembaga justru bersifat racun yaitu dapat mengganggu enzim yang terkait
dengan pembentukan sel darah, dapat menimbulkan gejala pada ginjal,
hati, muntaber, pusing, lemah, anemia, kram dan lain sebagainya. Pada
dosis yang terlalu rendah, tembaga dalam air dapat menimbulkan rasa
kesat, berwarna, dan korosi pada pipa (Soemirat, 2011:136). Kadar
maksimal tembaga dalam air kolam renang menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 ditetapkan sebesar 1,5 mg/l.
3. Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang ditetapkan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990 untuk kategori kolam renang
antara lain :
1) Bakteri Coliform
Bakteri Coliform merupakan kelompok bakteri yang memiliki ciri
berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, serta bersifat
aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35o C (APHA,
1989 dalam Kusnadi dkk, 2003). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
28
No.416 Tahun 1990, batasan kandungan bakteri Coliform dalam air kolam
renang adalah 0 per 100 ml sampel air.
2) Kuman
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416 Tahun 1990, jumlah
angka kuman yang ada di dalam air kolam renang ditetapkan sebesar 200
koloni per 1 ml sampel air.
2.4 Bakteri Escherichia Coli
Escherichia Coli merupakan flora normal yang terdapat dalam
usus. Bakteri enterik yang lain (Proteus sp, Enterobacter sp, Klebsiella sp,
Morganella sp, Providencia sp, Citroacter sp, dan Serratia sp) juga
ditemukan sebagai anggota dari floral normal dalam usus, tetapi jaranng
dibandingkan dengan Escherichia Coli. Disebut Opportunistik karena
seiring dijumpai dan dapat hidup pada jaringan tubuh makhluk hidup,
bahkan dapat dijumpai dalam tanah,sampah serta air (Jawetz, et al. 2001
:358).
Escherichia Coli merupakan salah satu floral usus normal yang
mampu menghasilkan vitamin K dalam usus dan merupakan bakteri dalam
famili enterobacteriaceae yag palng sering dijumpai dibandingkan dengan
enterobactericeae lain. Bakteri ini mempunyai kemampuan menyebabkan
infeksi pada jaringan tubuh yang lain.
29
2.4.1 Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi ilmiah bakteri Escherichia Coli
Hierarki Keterangan
Kingdom Bacteria
Phylum Proteobacteria
Class Gammaproteobacteria
Ordo Enterobacteriales
Family Enterobacteriaceae
Genus Escherichia
Species Escherichia Coli
2.4.2 Morfologi
Bakteri berbentuk batang lurus, tidak berspora, ada yang berkapsul,
pda pewarnaan gram bersifat negatif, ukuran 0,4-0,7 x 1,4 mikron,
sebagian dapat bergerak aktif dengan flagel peritrik.
2.4.3 Fisiologi
Escherichia Coli tumbuh pada media sederhana dengan pH 7,2.
Berdasarkan ini dapat tumbuh pada suhu 10-12º dengan suhu optimal
37,5ºC. E.Coli mengurai indol-positif, mwmbwntuk koloni yng khas pada
EMB (Eosin Methylene Blue), beberapa jenis dapat menghemolisis, dan
tumbuh pada suasana aerob dan anaerob. Beberapa uji biokimia yang
30
dipakai untuk diagnostik kuman E.Coli dapat dilihat pada tabel 2.2
berikut.
Tes Hasil
Indol +
Lisin Dekarbosilakse +/-
Peragian Laktosa +
Gas dari Laktosa +
Motilitas +/-
Pigmen Kuning -
2.5 Patogenesis dan Tanda Klinis
Dari berbagai penelitian menunjukkan, beberapa galur atau strain
bakteri Escherichia Coli dapat menyebabkan wabah diare atau muntaber,
terutama pada anak-anak. Bakteri penyebab penyakit yang cukup
berbahaya ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat-sifat
virulensinya. Setiap kelompok dapat menyebabkan penyakit diare melalui
mekanisme yng berbeda-beda.
1. Enteropathogenic Escherichia Coli (EPEC). Bakteri ini merupakan
penyebab diare terpenting pada bayi, terutama di negara berkembang.
Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya pada sel
mukosa usus kecil dan membentuk filamentous actin pedestal sehingga
menyebabkan diare cair (watery diarheae) yang dapat sembuh dengan
31
sendirinya atau berlanjut menjadi kronis. Diare seperti ini dapat
disembuhkan dengn pemberian antibiotik.
2. Enterotoxigenic Escherichia Coli (ETEC). Bakteri ini juga merupakan
penyebab diare umum pada bayi di negara berkembang seperti
Indonesia. Berbeda dengan EPEC, Escherichia Coli jenis ini
memproduksi beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun tidak
tahan panas di bawah kontrol genetik plasmid. Pada umumnya,
eksotoksin yang dihasilkan bekerja dengan cara merangsang sel epitel
usus untuk menyekresi banyak cairan sehingga terjadi diare.
3. Enterohaemoragic Escherichia Coli (EHEC) dan galur yang
memproduksi verotoksin (VTEK). VTEK menyebabkan sejumlah
kejadian luar biasa (KLB) diare dan kolitis hemoragik. Penyakit in
bersifat akut dan dapat disertai darah. Gejala seperti ini merupakan
komplikasi dari diare ringan.
4. Enteroinvasive Escherichia Coli (EIEC). Bakteri ini menyebabkan
penyakit yang mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Shigella sp. Penyakit ini paling terjadi pada anak-anak di negara
berkembang. Bakteri seperti ini menimbulkan penyakit karena
kemampuannya dalam menginvasi sel epitel mukosa usus.
5. Enteroaggregative Escherichia Coli (EAEC). Bakteri ini menyebabkan
diare akut dan kronik pada penduduk di negara berkembang. Penyakit
ini ditandai dengan pola perlekatan yang pada sel usus manusia.
32
Namun, masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut tentang adanya
faktor-faktor virulensi galur EAEC ini.
2.6 Kerangka Teori
Sanitasi
Lingkungan
Kolam Renang
1. Bau
2. Kekeruhan
3. Suhu
4. Kejernihan
5. Kepadatan perenang
6. Tersedia kolam kecil
untuk cuci kaki sebelum
berenang
7. Dilakukan pemeriksaan
Ph dan sisa chlore secara
berkala sesuai standar
mutu
8. Tersedia informasi
tentang larangan
menggunakan kolam bila
berpenyakit menular
9. Air kolam kuantitas
penuh dan ada resirkulasi
air
10. Penggantian air kolam
renang dlakukan sebelum
kualitas air melebihi
standar baku mutu
11. Tidak menjadi tempat
perkembangbiakan
vektor penyakit
Keberadaan
bakteri
Escherichia
coli
33
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan
konsep teori dalam bentuk kerangka konsep penelitian. Kerangka konsep
ini mengacu pada masalah-masalah (bagian-bagian) yang akan diteliti/
berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram
(Hidayat, 2009).
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realita agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak
diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan
hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2016). Hubungan sanitasi
lingkungan kolam renang dengan keberadaan bakteri Escherichia coli di
kolam renang kabupaten Madiun di gambarkan dalam kerangka konsep
sebagai berikut:
33
34
Variabel Independent Variabel Dependent
Keterangan :
= Diteliti
= Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
(Notoatmodjo,2012).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut:
1. Ada hubungan antara sanitasi lingkungan kolam renang dengan
keberadaan bakteri Escherichia Coli di Kolam renang Kabupaten Madiun
dan Kabupaten Ponorogo.
.
Sanitasi Lingkungan
Kolam Renang
Keberadaan
Escherichia coli
35
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian merupakan suatu strategi dalam
mengidentifikasi permasalahan perencanaan akhir pengumpulan data,
digunakan untuk mengidentifikasi struktur dimana penelitian dilaksanakan
(Nursalam, 2013)
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif
Observatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Desain
Cross Sectional adalah suatu penelitian yang menghubungkan antara
variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada obyek
penelitian dan diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu
yang bersamaan) (Hidayat, 2011). Rancangan penelitian Cross Sectional
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Faktor Resiko (FR) Efek /Penyakit
Subjek : Populasi
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
35
36
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian adalah kolam
renang yang ada di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo, 2010:115). Kriteria
sampel yang diambil sebagai responden adalah kriteria inklusi yaitu
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau dan akan diteliti sedangkan kriteria eksklusi yaitu
menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi
dari studi karena sebab.(Nursalam, 2012).
1. Kriteria Inklusi
Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian
ini kriteria inklusinya adalah :
a. Kolam harus memiliki pancuran bilas untuk sarana higiene dan
sanitasi
b. Tersedia kran untuk mencuci kaki dan tangan
c. Kamar mandi laki-laki dan perempuan di pisah
37
4.3 Tehnik Sampling
Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-
probability sampling dengan menggunakan jenis total sampling. Total
Sampling adalah tehnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sugiono, 2007). Alasan mengambil total sampling
karena menurut Sugiono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.
38
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu struktur konseptual dasar yang
digunakan untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks
(Nursalam, 2008). Adapun kerangka kerja sebagai berikut :
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian
Sampel
20 kolam renang di kabupaten Madiun dan kabupaten Ponorogo
Metodologi Penelitian
Cross Sectional
Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan lembar check
list,observasi, dan uji laboratorium
Pengolahan Data
Editing, Coding, Tabulating
Analisis Data
Uji Fisher Exact
Hasil dan Kesimpulan
39
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiono,
2014). Variabel ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen
(variabel bebas) dan variabel independen (variabel terikat).
1. Variabel Independen / Variabel bebas
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Sanitasi lingkungan kolam renang.
2. Variabel Dependen / Variabel terikat
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen atau variabel bebas (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini
variabel dependen adalah Bakteri Escherichia coli.
4.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua istilah
yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga
mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian
(Nursalam, 2008). Adapun definisi operasional penelitian ini akan
diuraikan dalam table berikut :
40
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor / Kriteria
Variabel Independen
1. Sanitasi
Lingkungan
Kolam
Renang
Fasilitas atau
sarana
prasarana
yang
menunjang
terwujudnya
sanitasi
lingkungan
kolam renang
Sesuai permenkes No.32 tahun 2017
tentang standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan
air untuk keperluan,Kolam Renang.
Check list Nominal Memenuhi syarat atau
tidak memenuhi syarat
sesuai permenkes No.32
tahun 2017.
Kriteria :
0 = Tidak memenuhi
syarat
1= Memenuhi syarat
Keterangan :
41
Memenuhi syarat jika 6
dari 10 indikator pada
checklist sesuai
permenkes.
Variabel Dependen
2. Keberadaan
Bakteri
Escherichia
coli
Bakteri yang
dihasilkan
oleh air
kolam renang
yang
terkontamina
si feses
< 1 CFU/100 ml sesuai Permenkes
No.32 tahun 2017
Uji MPN Nominal Memenuhi syarat atau
tidak memenuhi syarat
sesuai Permenkes No.32
tahun 2017
Kriteria :
0 = Tidak memenuhi
syarat
1 = Memenuhi syarat
42
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, dan formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan dan sebagainya (Soekidjo, 2010:87).
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kolam renang yang berada di Kabupaten Madiun dan
Kabupaten Ponorogo.
4.8.2 Waktu Penelitian
Tabel 4.2 Waktu Penelitian
No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1 Pengajuan Judul dan
Skripsi 22 Juni 2019
2 Penyusunan dan
Bimbingan Proposal 24 Juni -12 Juli 2019
3 Ujian Proposal 13 Juli 2019
4 Revisi Proposal 14 Juli - 24 Agustus 2019
5 Pengambilan Data 29 Juli – 10 Agustus 2019
6 Penyusunan dan
Bimbingan Skripsi 11 Agustus – 31 Agustus 2019
7 Ujian Skripsi 3 September 2019
8 Revisi Skripsi 3 September – 7 September 2019
43
Ganchart Waktu Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pengajuan
judul dan
konsul
2 Penyusunan
dan
Bimbingan
Proposal
3 Ujian
Proposal
4 Revisi
proposal
5 Pengambilan
data
6 Penyusunan
dan
bimbingan
skripsi
7 Ujian skripsi
8 Revisi
skripsi
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan observasi
kondisi sanitasi lingkungan kolam renang, pemeriksaan sampel air kolam
renang, serta wawancara dengan pihak pengelola kolam renang.
4.9.1 Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat
44
(Soekidjo, 2010:131). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan
melakukan pengamatan terhadap kondisi sanitasi lingkungan kolam renang
di lokasi penelitian.
4.9.2 Pemeriksaan Sampel Air Kolam Renang
Pemeriksaan sampel air kolam renang dilakukan di laboratorium untuk
mengukur kandungan bakteri Escherichia coli air kolam renang.
Pengukuran kandungan bakteri Escherichia coli dilakukan di laboratorium
Labkesda Magetan.
Adapun prosedur pengambilan sampel air dilakukan sebagai berikut :
1. Buka botol steril,lalu usap beberapa tetes alkohol tepat di mulut
botol untuk menjaga kesterilan sampel air.
2. Celupkan botol ke permukaan air kolam renang dengan posisi
mulut botol melawan arus air kolam renang.
3. Tutup kembali botol yang sudah terisi sampel air dengan rapat, dan
beri label pada botol sampel air.
Untuk metode pemeriksaan sampel dilakukan di Labkesda Magetan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan pengambilan sampel, lalu sampel di
tempatkan di sebuah media pengembangbiakan bakteri yang
disebut Petrifilm.
45
2. Setelah sampel sudah dipindahkan ke wadah Petrifilm, lalu
Petrifilm diletakkan di inkubator selama 24 jam.
3. Jika sudah kurang lebih 24 jam, petrifilm akan memberikan
tanda kehidupan bakteri Escherichia coli dan dengan hal
tersebut kita bisa menghitung secara kasat mata, berapa jumlah
bakteri Escherichia coli yang terdapat di kolam renang.
4.9.3 Checklist
Yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini
peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala
yang dimaksud.
4.10 Tehnik Analisa Data
Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dan di analisa menggunakan
komputer SPSS, analisa penelitian menghasilkan informasi yang benar
paling tidak ada empat tahapan yaitu :
4.10.1 Editing
Proses editing dilakukan dengan mengoreksi kembali data mentah dari
hasil penelitian sehingga sesuai dengan kebutuhan penelitian.
4.10.2 Coding
Proses coding dilakukan dengan memberikan kode terhadap data hasil
penelitian untuk memudahkan proses pengolahan data. Adapun coding
46
untuk variabel Independen yaitu Sanitasi lingkungan kolam renang
dinyatakan 0 = jika tidak memenuhi syarat dan dinyatakan 1 = jika
memenuhi syarat. Sedangkan untuk variabel dependen yaitu keberadaan
bakteri Escherichia coli, dinyatakan 0 = jika tidak memenuhi syarat dan 1
= jika memenuhi syarat.
4.10.3 Entry Data
Entry data dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian yang telah
diberi kode ke dalam program komputer untuk dilakukan pengolahan data
menggunakan aplikasi komputer.
4.10.4 Tabulating
Tabulating dilakukan dengan menyusun data hasil penelitian sehingga
dapat dilakukan analisis sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
4.11 Analisa Data
4.11.1 Analisa Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi
masing-masing variabel, baik variabel bebas yang meliputi sanitasi
lingkungan kolam renang dan bakteri Escherichia coli maupun variabel
terikat yaitu sampel air kolam renang di kabupaten Madiun dan kabupaten
Ponorogo.
47
4.11.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan dengan uji Chi Square (x2) untuk mengetahui
hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan
variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada
tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α, < 0,05), hubungan
dikatakan bermakna apabila nilai p
48
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap responden mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi, maka dari itu seorang
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas responden (Notoatmodjo, 2012).
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian (Notoatmodjo, 2012).
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya.
Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan
bagi subjek (Notoatmodjo, 2012).
49
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan
Mejayan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.52 Tahun 2010. Sebagian
gedung-gedung pemerintahan sudah berada wilayah Caruban yang
merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung pemerintahan lain
telah dipindah secara bertahap dari Kota Madiun ke Caruban sejak 2011.
Luas wilayah Kabupaten Madiun adalah 1.010,86 Km2 atau 101.086 Ha,
secara administratif pemerintahan terbagi ke dalam : 15 Kecamatan, 8
Kelurahan, 198 De Secara astronomis terletak pada posisi 7o12’-7o48’30”
Lintang Selatan dan 111o25’4 - 111o51” Bujur Timur. Batas wilayah
Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro
• Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk
• Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo
• Sebelah Barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi
Bentuk permukaan lahan wilayah Kabupaten Madiun sebagian besar
(67.576 Ha) rel datar dengan tingkat kemiringan lereng 0-15%. Secara
terinci kemiringan lereng Kabupaten Madiun sebagai berikut :
• 2-15 % seluas 23.298,92 Ha (23,05 %)
49
50
• 15-40% seluas 15.585,00 Ha (15,59 %)
• 0-12 % seluas 44.278,375 Ha (43,80 %)
Dan >40 % seluas 17.140,00 Ha (16, 85%)
Berdasarkan penggunaan lahan Wilayah Kabupaten Madiun terinci
sebagai berikut :
• Pemukiman/Pekarangan 15.322,26 Ha 15,16 %
• Sawah 30.951,00 Ha 30,62 %
• Tegal 7.091,54 Ha 7,02 %
• Perkebunan 2.472,00 Ha 2,45 %
• Hutan Negara 40.511,00 Ha 40,08 %
• Perairan (Kolam/waduk) 836,00 Ha 0,83 %
Lain-lain (Jalan,sungai,makam) 3.0902,20 Ha 3,86%
51
5.2 Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur
dengan luas wilayah 1.371,78 km2 yang secara administratif terbagi ke
dalam 21 Kecamatan dan 305 desa/ kelurahan. Menurut kondisi
geografisnya, Kabupaten Ponorogo terletak antara 111o17’ – 111o52’ Bujur
Timur (BT) dan 7o49’ – 8o20’ Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian
antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi
menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan
Ngrayun, Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh belas Kecamatan lainnya
merupakan daerah dataran rendah.
Jarak Ibu Kota Kabupaten Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa
Timur (Surabaya) kurang lebih 200 Km ke arah Timur Laut dan ke Ibu Kota
52
Negara (Jakarta) kurang lebih 800 Km ke arah Barat. Adapun batas-batas
wilayah Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Nganjuk, kabupaten Madiun, dan kabupaten
Magetan
Timur : Kabupaten Tulungagung dan kabupaten Trenggalek
Selatan : Kabupaten Pacitan
Barat : Kabupaten Pacitan dan kabupaten Wonogiri (Provinsi
Jawa Tengah)
Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo
dibagi rnenjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi
Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan dataran
rendah. Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat
dikelompokkan 241 desa berada pada ketinggian dibawah 500 m diatas
permukaan laut, 44 desa berada pada 500-700 m diatas permukaan laut; dan
18 desa berada di ketinggian lebih dari 700 m diatas permukaan laut.
5.3 Analisis Univariat
Hasil analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmojo,2012).
Peneliti menggunakan variabel tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk keperluan Hegiene
Sanitasi, Kolam renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian
Umum,berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
53
32 tahun 2017 Bab II tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan.
Adapun parameter atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
5.3.1 Gambaran Standar Fisik Tentang Bau
Menurut standar baku mutu mutu kesehatan lingkungan untuk
media air kolam untuk keperluan hegeine sanitasi adalah seharusnya
tidak ada bau.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Bau di Kolam
Renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo
Bau F (%)
Memenuhi Syarat 20 100,0
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2019
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 kolam renang
yang telah diteliti atau diobservasi, menunjukkan 20 kolam renang
(100%) semuanya memenuhi syarat standar fisik tentang bau.
5.3.2 Gambaran Standar Fisik Tentang Kejernihan
Berdasarkan parameter fisik kejernihan standar baku mutu
kesehatan lingkungan sesuai permenkes, pengukuran kejernihan dilakukan
dengan menggunakan alat piringan hitam berdiamater 20 cm dan terlihat
jelas dari kedalaman 4,532 m. Namun secara objektif, peneliti tidak
menggunakan alat piringan hitam tersebut untuk pengukuran standar
kejernihan, maka dari itu diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan
alat piringan hitam sebagai alat ukur kejernihan, sehingga hasil dari
54
penelitian lebih akurat. Adapun hasil dari observasi peneliti tentang
kejernihan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Kejernihan di
Kolam Renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten
Ponorogo
Kejernihan F (%)
Memenuhi Syarat 14 70,0
Tidak Memenuhi Syarat 6 30,0
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2019
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 20 sample air kolam renang
menunjukkan bahwa 14 kolam renang (70%) memenuhi syarat
kejernihan, dan sebanyak 6 kolam renang (30%) tidak memenuhi syarat
kejernihan.
5.3.3 Gambaran Standar Fisik Tentang Kekeruhan
Standar baku mutu kekeruhan yang sesuai dengan permenkes
No.32 tahun 2017 adalah 0,5 NTU. Pengukuran ini menggunakan alat
Nephelometer, namun peneliti hanya mengobservasi kekeruhan dengan
melihat secara langsung keadaan air kolam renang, tanpa menggunakan
alat tersebut, sehingga peneliti menghimbau kepada penelitian selanjutnya
untuk menggunakan alat Nephelometer supaya hasil lebih akurat. Adapun
hasil observasi peneliti tentang kekeruhan kolam renang, dapat dilhat pada
tabel sebagai berikut :
55
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Kekeruhan di
Kolam Renang Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo
Kekeruhan F (%)
Memenuhi Syarat 11 55,0
Tidak Memenuhi Syarat 9 45,0
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 11 kolam renang (55%)
memenuhi syarat standar baku mutu kekeruhan, dan 9 kolam renang
(45%) tidak memenuhi syarat standar baku mutu kekeruhan.
5.3.4 Gambaran Standar Fisik Tentang Kepadatan Perenang
Berdasarkan permenkes, standar baku untuk kepadatan perenang
per m2 adalah 2,2 (kedalaman < 1 m); 2,7 (kedalaman 1- 1,5 m); 4
(kedalaman > 1,5 m). Namumn peneliti hanya melakukan dengan
observasi secara langsung saja tanpa mengukur sesuai standar baku mutu
permenkes, sehingga diharapkan untuk peneliti selanjutnya menggunakan
alat untuk mengukur kepadatan perenang di kolam renang. Adapun hasil
dari observasi peneliti dapat dilihat pada tabel sebagai berikut;
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Standar Fisik Tentang Kepadatan
Perenang di Kolam Renang Kabupaten Madiun dan
Kabupaten Ponorogo
Kepadatan Perenang F (%)
Memenuhi Syarat 19 95,0
56
Tidak Memenuhi Syarat 1 5,0
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel di atas, dari 20 kolam renang yang
diobservasi terdapat 19 kolam renang (95%) yang memenuhi syarat
kepadatan perenang, dan 1 kolam renang (5%) yang tidak memenuhi
syarat kepadatan perenang.
5.3.5 Ketersediaan kolam kecil untuk mencuci /disinfeksi kaki sebelum
berenang
Kolam kecil digunakan agar aman dari kemungkinan terjadinya
kontaminasi
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ketersediaan kolam kecil untuk mencuci
/disinfeksi kaki sebelum berenang di Kolam Renang
Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo
Kolam Kecil F (%)
Tidak Memenuhi Syarat 20 100,0
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa dari 20 kolam renang yang telah diteliti atau diobservasi,
menunjukkan 20 kolam renang (100%) tidak menyediakan tempat cuci
kaki.
57
5.3.6 Pemeriksaan pH dan sisa khlor secara berkala
Pemeriksaan pH air kolam dengan menggunakan pH meter, namun
secara objektif peneliti hanya melakukan wawancara pada pengelola
kolam renang,apakah dilakukan pemeriksaan pH air kolam dan sisa klor
secara berkala,sehingga peneliti menghimbau kepada penelitian
selanjutnya agar melakukan penelitian tidak hanya dengan wawancara
observasi secara langsung tetapi juga meneliti dengan alat sehingga hasil
lebih akurat. Adapun hasil observasi peneliti dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan pH Dan Sisa Khlor Secara
Berkala di Kolam Renang Kabupaten Madiun dan
Kabupaten Ponorogo
Pemeriksaan pH dan sisa khlor F (%)
Memenuhi Syarat 16 80,0
Tidak Memenuhi Syarat 4 20,0
Total 20 100
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa 16 kolam renang
(80%) mengadakan pemeriksaan pH air kolam sesuai standar mutu, dan
4 kolam renang (20%) tidak mengadakan pemeriksaan pH air kolam
renang sesuai standar mutu.
58
5.3.7 Adanya larangan menggunakan kolam renang bila berpenyakit
menular
Informasi tentang larangan menggunakan kolam renang bila
berpenyakit menular digunakan agar aman dari kemungkinan terjadinya
kon