[Siskomdig] Rev DVB-S Final

Embed Size (px)

Citation preview

25MakalahSINYAL DIGITAL PADA PENYIARAN TELEVISI SATELIT BERBAYAR(DIGITAL VIDEO BROADCASTING SATELIT)Makalah ini Diajukkan untuk MemenuhiTugas Pada Mata Kuliah Sistem Komunikasi DigitalDisusun Oleh:Veronica Angelina Panggabean (12223709)Laila Nuzha Lubis (12223716)Wira Andrea Masco (12223727)Fatra Chairullah (12223730)Yuliant Rochmatin Nuresa (12223724)Muhamad Bainurahman (12223726)Noviyanti Tri Hapsari (12223753)Gilang Haritama (12223707)Jurusan Teknik TelekomunikasiFakultas Teknik ElektroUniversitas Institut Sains Teknologi NasionalJAKARTA2013DAFTAR ISI Table of ContentsHYPERLINK \l "_Toc375342278" BAB I4HYPERLINK \l "_Toc375342279" PENDAHULUAN4HYPERLINK \l "_Toc375342280" 1.1 Latar Belakang4HYPERLINK \l "_Toc375342281" 1.2 Rumusan Masalah5HYPERLINK \l "_Toc375342282" 1.3 Tujuan5HYPERLINK \l "_Toc375342283" 1.4 Ruang Lingkup6HYPERLINK \l "_Toc375342284" BAB II7HYPERLINK \l "_Toc375342285" DASAR TEORI7HYPERLINK \l "_Toc375342286" 2.1 Digital Video Broadcasting (DVB-S)7HYPERLINK \l "_Toc375342287" 2.1.1 Sejarah Perkembangan DVB (Digital Video Broadcasting)7HYPERLINK \l "_Toc375342288" 2.1.2 Sistem Transmisi pada DVB9HYPERLINK \l "_Toc375342289" 2.2 Conditional Access System (CAS)9HYPERLINK \l "_Toc375342290" 2.2.1 Interactivity10HYPERLINK \l "_Toc375342291" 2.2.2 Interoperability11HYPERLINK \l "_Toc375342292" 2.3 Pengembangan DVB12HYPERLINK \l "_Toc375342293" 2.3.1 DVB-S13HYPERLINK \l "_Toc375342294" 2.3.2 DVB-S213HYPERLINK \l "_Toc375342295" 2.4 Televisi Satelite (Berlangganan)14HYPERLINK \l "_Toc375342296" 2.4.1 Sejarah Televisi Satelite14HYPERLINK \l "_Toc375342297" 2.4.2 Media kabel15HYPERLINK \l "_Toc375342298" 2.4.3 Media satelit16HYPERLINK \l "_Toc375342299" BAB III18HYPERLINK \l "_Toc375342300" CARA KERJA DVB-S18HYPERLINK \l "_Toc375342301" 3.1 Blok Diagram DVB-S18HYPERLINK \l "_Toc375342302" 3.2 Komponen Blok Diagram DVB-S18HYPERLINK \l "_Toc375342303" 3.3 Konversi Data ke Audio21HYPERLINK \l "_Toc375342304" 3.4 Pengkodean Program (Channel Televisi)22HYPERLINK \l "_Toc375342305" 3.5 Algoritma Televisi Satelit23HYPERLINK \l "_Toc375342306" BAB IV24HYPERLINK \l "_Toc375342307" PENUTUP24HYPERLINK \l "_Toc375342308" 4.1 Kesimpulan24HYPERLINK \l "_Toc375342309" 4.2 Saran24HYPERLINK \l "_Toc375342310" DAFTAR PUSTAKA26BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPada masa kini, menyalurkan siaran televisi modulasi digital melalui satelit telah mulai dipergunakan di beberapa negara. Sebagai contoh adalah Canada menggunakan satelit Anik (Guthekonda V. Rao., 1978) dan Amerika menggunakan satelit Intelsat IV (K. Miya, 1981).Sinyal video warna yang digunakan dipilih dalam bentuk komponen yaitu luminan Y, krominan (B-Y) dan (R-Y). Sinyal video luminan menurut standar 625 garis (CCIR), mempunyai frekuensi tertinggi sebesar 5 MHz. Dengan sampling frequency sebesar 10 MSp/det, pengkodean sinyal menjadi PCM 8 bit, maka bit rate sinyal PCM untuk sinyal luminan Y saja telah mencapai sebesar 80 Mbit/det.Sistem komunikasi satelit Palapa B yang dewasa ini digunakan untuk menyalurkan sinyal televisi analog melalui pita frekuensi sebesar J>h MHz, akan diteliti untuk menyalur kan koda pulsa. Sesuai dengan efisiensi yang telah tercapai yaitu 0,98 bit/Hz untuk PSK 2 fasa dan 1,667 bit/Hz untuk PSK k fasa, maka sistem tersebut mampu menyalurkan koda pulsa sebesar 33*6 Mbit/det dengan bantuan PSK 2 fasa dan se besar 56,66 Mbit/det dengan bantuan PSK k fasa.Sinyal luminan dalam bentuk PCM tersebut telah jauh melampaui kemampuan sistem penyalur yang tersedia. Jika sinyal luminan dan sinyal krominan masing-masing dialihkan menjadi bentuk PCM 8 bit, kemudian ditransmisikan dengan bantuan PSK 2 fasa akan diperlukan pita frekuensi yang jauh melampaui kemampuan penyaluran sistem komunikasi Palapa B. Upaya agar sinyal PCM-PSK ini dapat disalurkan, pita frekuensi (BW) sinyal tersebut harus direduksi.Metoda untuk mereduksi BW sinyal video warna modulasi digital akan berkembang seirama dengan kemajuan teknologi. Oleh sebab itu, metoda reduksi BW sinyal tersebut harus selalu dikembangkan agar diperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Dalam memilih metoda reduksi BW sinyal ini, yang perlu dipertimbangkan antara lain: Kemungkinan metoda tersebut dapat direalisasi, digunakan untuk sinyal video de ngan kwalitas siaran, dan sesuai dengan fasilitas sistem ko munikasi satelit palapa B.Gelombang radio yang dipancarkan oleh antena pemancar diterima di penerima. Daya akan jauh lebih kecil karena adanya redaman propagasi yang besarnya sebagai fungsi kwadrat dari jarak dan frekuensi. Kwalitas sinyal yang diterima akan baik jika derau yang menyertainya kecil, maka untuk penilaian sistem komunikasi ini dapat digunakan perbandingan sinyal terhadap suhu derau (C/T) dipenerima. Oleh karena sistem komunikasi satelit mempunyai dua hubungan yaitu dari stasiun pemancar di bumi ke Satelit dan dari pemancar satelit ke sta siun penerima di Bumi, maka (C/T) dihitung untuk (C/T)T total dari kedua hubungan tersebut.Sistem komunikasi satelit palapa mempunyai satelit palapa B dengan ketinggian 35800 km diatas katulistiwa pada posisi 108 BT. Stasiun bumi baik sebagai pemancar maupun sebagai penerima mempunyai koordinat tertentu. Jarak r antara stasiun bumi dan satelit akan terdekat jika kedudukan stasiun bumi di khatulistiwa pada 108 BT. Jarak r tersebut akan makin besar jika kedudukan stasiun bumi menjauh dari koordinat 108 BT di katulistiwa. Untuk setiap kedudukan stasiun bumi pada satu koordinat dapat dihitung jarak r. Perhitungan tersebut dengan menganggap bahwa bumi berbentuk bola dengan jari-jari re.1.2 Rumusan MasalahPermasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:Bagaimana Blok Diagram DVB-S?Berdasarkan blok diagram DVB-S, dimanakah letak komponen data-data Customer, MPEG 2, dan MPEG 4?Bagaimana konsep konversi data menjadi Audio?Bagaimana konsep pengkodean Channel TV?Bagaimana analisis pemograman DVB-S?1.3 TujuanBerdasarkan Rumusan Masalah yang disebutkan, maka dengan adanya makalah ini diharapkan:Mengetahui Blok Diagram DVB-SMemahami data-data (Customer, MPEG 2, MPEG 4) yang terdapat pada blok diagram DVB-SMemahami konsep hasil konversi data ke Audio pada blok diagramMemahami konsep pengkodean Channel TVMenganalisa pemograman DVB-S1.4 Ruang LingkupSecara umum, ruang lingkup materi ini adalah untuk mengetahui konsep TV satelit beserta diagram blok dan komponen-komponennya.BAB IIDASAR TEORI2.1 Digital Video Broadcasting (DVB-S)DVB-S adalah Digital Video Broadcasting original dengan forward error coding dengan modulasi standard untuk Televisi Satelit sejak tahun 1995. DVB-S digunakan via satelit yang melayani setiap benua diseluruh dunia. DVB-S2 berdasarkan standard DVB-S adalah yang digunakan untuk Broadcasting pada satelit, dan standard DVB-DSNG, yang digunakan oleh mobile unit untuk mengirimkan external footage kembali ke stasiun televisi. Pada saat ini dapat dikatakan bahwa seluruh mata rantai broadcasting mulai dari proses produksi hingga ke distribusi televisi telah dilakukan secara digital, namun mata rantai terakhir proses transmisi ke end-user umumnya masih dilakukan secara analog. DVB (Digital Video Broadcast) adalah salah satu sistem yang digunakan untuk mentransmisikan siaran TV digital hingga ke end-user.2.1.1 Sejarah Perkembangan DVB (Digital Video Broadcasting)Upaya pengembangan DVB sebagai standard global untuk penyiaran televisi digital baik melalui satelit maupun terestrial berawal dari pembentukan DVB Project pada tahun 1993. DVB Project beranggotakan sekitar 250 institusi yang berasal dari 30-an negara dan terdiri dari broadcaster, manufaktur, network operator, badan regulasi dan institusi akademik. Project DVB tidak menjalankan fungsi sebagai regulator melainkan bekerja berdasarkan aspek bisnis dan komersial.Dalam perkembangan selanjutnya Project DVB telah berhasil mengembangkan serangkaian spesifikasi DVB yang tidak terbatas pada video broadcasting namun juga telah merambah hingga ke aplikasi dan layanan multimedia.DVB dikembangkan berdasarkan latar belakang pentingnya sistem broadcasting yang bersifat terbuka (open system) yang ditunjang oleh kemampuan interoperability, fleksibilitas dan aspek komersial. Sebagai suatu open system, maka standard DVB dapat dimanfaatkan oleh para vendor untuk mengembangkan berbagai layanan inovatif dan jasa nilai tambah yang saling kompatibel dengan perangkat DVB dari vendor lain. Selain itu program digital yang dikirimkan berdasarkan spesifikasi DVB dapat ditransfer dari satu medium transmisi ke medium transmisi lain dengan murah dan mudah. Pendekatan yang dilakukan oleh DVB adalah dengan memaksimalkan perangkat eksisting dan sistem umum yang tersedia di pasar komersial.Dengan teknologi digital, DVB dapat memanfaatkan penggunaan bandwidth secara lebih efisien. Satu transponder satelit yang biasanya hanya dapat digunakan untuk satu program TV analog, dengan menggunakan DVB dapat digunakan untuk menyiarkan 8 kanal TV digital. Selain penambahan kapasitas kanal TV, pada media transmisi terestrial dapat diperoleh kualitas gambar yang lebih baik dan bahkan pada media kabel TV, DVB-C menawarkan layanan interaksi two-way.Salah satu keputusan mendasar yang diambil dalam menetapkan standard DVB adalah pemilihan MPEG-2 sebagai "data containers". Dengan konsepsi tersebut maka transmisi informasi digital dapat dilakukan secara fleksibel tanpa perlu memberikan batasan jenis informasi apa yang akan disimpan dalam "data container" tersebut. Pemilihan MPEG-2 untuk sistem koding dan kompresi dilakukan karena terbukti bahwa MPEG-2 mampu memberikan kualitas yang baik sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Dari sudut pandang komersial, pengadopsian MPEG-2 yang merupakan standard eksisting dan proven sangat menguntungkan karena memungkinkan DVB untuk berkonsentrasi pada upayanya dalam menemukan cara untuk mengemas paket data MPEG-2 melalui media transmisi yang berbeda-beda termasuk satelit, kabel, SMATV, LMDS, maupun terestrial. Chip-sets untuk keperluan coding dan decoding MPEG-2 telah tersedia secara komersial sehingga harga decoder di pasar komersial berharga murah. Walaupun demikian karena MPEG-2 yang terdapat pada dokumen ISO bersifat generik, maka Projek DVB mengembangkan dokumen yang berisikan pembatasan terhadap sintaks dan parameter MPEG-2 serta rekomendasi nilai yang digunakan dalam aplikasi DVB.Layanan DVB masa depan akan terdiri dari berbagai jenis program yang dikembangkan melalui sejumlah kanal transmisi. Agar IRD dapat ditune untuk layanan tertentu secara otomatis melalui sistem navigasi yang user friendly maka DVB menambahkan alat bantu navigasi DVB-SI (Service Information) yang merupakan perluasan Programme Specific Information (PSI) dari MPEG-2. Service information pada DVB berfungsi sebagai header terhadap kontainer MPEG sehingga receiver dapat mengetahui apa yang diperlukan untuk mendecode sinyal.Selain itu, MPEG-2 memungkinkan desain decoder yang fleksibel seiring peningkatan kualitas pada sisi encoding. Setiap peningkatan unjuk kerja baru karena pengembangan sistem encoding akan secara otomatis direfleksikan pada kualitas gambar dari decoder.2.1.2 Sistem Transmisi pada DVBStandard DVB dapat diterapkan untuk berbagai media transmisi mulai dari satelit (DVB-S), Kabel (DVB-C) ataupun gelombang radio terestrial (DVB-T). Standard DVB-S adalah produk pertama project DVB yang memungkinkan pengiriman sinyal DVB melalui satelit. Dokumen tersebut menggambarkan berbagai tools untuk keperluan pengkodingan kanal termasuk implementasi modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK).Sistem channel coding dan modulasi DVB pada sistem Cable (CATV) digambarkan pada dokumen standard DVB-C. Dokumen ini menjadi dasar pengembangan lebih jauh bagi spesifikasi [DVB-CS yang menggunakan, (Satellite) Master Antenna TV (SMATV). DVB juga mengatur penggunakan media transmisi terrestrial dalam spesifikasi DVB-T. Pemanfaatan gelombang mikro untuk pengiriman sinyal DVB melalui MMDS (Multichannel Microwave Distribution System) dibedakan menjadi dua spesifikasi: untuk MMDS pada frekuensi diatas 10 GHz (DVB-MS) menggunakan spesifikasi DVB-S sedangkan untuk Frekuensi dibawah 10 GHz (DVB-MC) terutama didasarkan pada DVB-C.2.2 Conditional Access System (CAS)CAS (Conditional Access System) adalah subsistem yang berfungsi sebagai kontrol akses terhadap program atau layanan sehingga yang dapat menerima layanan hanyalah user yang sudah mendapat otorisasi. CAS terdiri dari beberapa blok diantaranya mekanisma untuk mengacak program atau layanan, Subscriber Management System (SMS), Subscriber Authorization System (SAS) dll. SMS pada dasarnya adalah data base yang berisi informasi pelanggan suatu layanan, sedangkan SAS berfungsi meng-encrypt dan mengirimkan code-words yang memungkinkan IRD dapat mendescrambler suatu program. DVB Project tidak membuat CAS sebagai bagian dari standard DVB. Namun DVB mengembangkan suatu Common Scrambling Algorithm, yaitu tools untuk mengacak Transport Streams atau Program Elementary Streams. DVB membebaskan penggunaan jenis CAS yang sesuai dengan kebutuhan operator dari beberapa vendor anggota DVB yang menawarkan produk komersialnya secara kompetitif.Disamping standard DVB memungkinkan terjadinya cross-medium interoperabillity yang memungkinkan berbagai media delivery berbeda dapat saling berinteroperasi, salah satu aspek dari interoperability adalah bahwa semua perangkat yang DVB-compliant dari vendor yang berbeda dapat dengan mudah saling terhubung dalam satu mata rantai broadcast.Walaupun demikian integrated receiver-decoders (IRD) yang menggunakan teknologi Conditional Access yang berbeda mungkin tidak selalu dapat saling berinteroperasi. Ada dua pendekatan yang dilakukan DVB untuk terjadinya interoperasi di antara berbagai CAS yang berbeda yaitu:SimulCrypt, dalam hal ini beberapa program provider melakukan negosiasi komersil sehingga memungkinkan pengguna yang telah memiliki IRD dengan CAS proprietary yang embedded di dalamnya dapat menikmati layanan dari CAS yang berbeda karena adanya supply informasi proprietary yang diperlukan.Multicrypt, berbagai teknologi CAS dapat berada pada satu platform IRD yang sama sehingga dapat menerima program yang dibroadcast secara simultan dari beberapa program yang CASnya berbeda.2.2.1 InteractivitySistem DVB mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan return path antara IRD dan Service Provider melalui modul Subscriber Management System. Untuk keperluan return path ini diperlukan modem dan jaringan telepon atau cable TV return path atau bahkan satelit uplink. Return path ini dapat digunakan untuk mengirimkan sinyal balik dari user seperti pada aplikasi televoting, games playing, tele-shopping, and tele-banking, dan juga untuk mengirimkan command browsing pada website internet. Walaupun keterbatasan bandwidth untuk return path tersebut tidak cocok untuk mengirimkan citra video bergerak dari rumah ke broadcaster, pengembangan tahap berikutnya diperkirakan akan memungkinkan hal tersebut terjadi. Selain itu DVB juga menawarkan sejenis interaktifitas tanpa memerlukan return path yaitu penyediaan beragam program pilihan sesuai dengan pilihan user.Banyak layanan yang ditawarkan dalam DVB akan membutuhkan beberapa bentuk interaksi antara pengguna dan program provider atau operator network. Interaksi tersebut bisa berupa transmisi sekelumit perintah tapi mungkin juga memerlukan interaksi cukup intensif seperti yang terjadi pada komunikasi melalui internet. TV interaktif diidentifikasi sebagai salah satu kunci penting yang akan menguasai sistem transmisi digital di masa mendatang. Berbagai anggota DVB telah mengembangkan rencana komprehensif pengenalan TV interaktif sejak tahun 1997. Terjadinya konvergensi dalam area ini memungkinkan terjadinya titik balik pada masa depan dunia broadcasting.Berbagai spesifikasi return channel DVB telah dipublikasikan oleh ETSI termasuk didalamnya DVB-RCC (Cable) dan DVB-RCT (Telephone or ISDN) yang merupakan komplemen dari DVB-NIP (Network Independent Protocols) yang berdasarkan kepada MPEG-2 DSM-CC (Digital Storage Media Command and Control).DVB memungkinkan terjadinya interaksi tersebut dan menspesifikasikan dua jenis tools untuk keperluan tersebut. Yang pertama adalah tools interatif yang bersifat network-independent yang dapat dianggap sebagai layer 2 atau tiga pada protocol stack ISO/OSI yang diturunkan dari protokol Digital Storage Media Command Control (DSM-CC) dari MPEG.Kelompok kedua yaitu berhubungan dengan layer yang lebih rendah (layer 1 atau dua) dari model OSI/ISO yang berupa tools interaktif yang bersifat network-dependent. Ada beberapa spesifikasi yang telah dikembangkan antara lain melalui Public Switched Telephone Networks (PSTN) dan Integrated Services Digital Networks (ISDN). Selain itu juga dikembangkan solusi komprehensif untuk interaksi melalui jaringan CATV, Hybrid Fibre Coaxial (HFC), Terrestrial Systems, Satellite Master Antenna Television Systems (SMATV), LDMS, VSAT, DECT, dan GSM. 2.2.2 InteroperabilitySistem DVB didesain dengan memanfaatkan secara maksimal berbagai elemen umum yang ada di pasar komersial. Hal tersebut memungkinkan starndard digunakan dalam mendistribusikan sinyal tanpa harus melakukan proses rumit dalam proses decoding dan coding ulang dari satu medium ke medium lain. Interoperability di antara standard memungkinkan pabrikan untuk mencapai skala ekonomi. Kebanyakan elemen yang sama digunakan dalam semua sisytem. Diagram berikut menggambarkan rangkaian yang umum terdapat pada DVB IRD. 2.3 Pengembangan DVBHasil yang telah dicapai DVB Project berupa berbagai dokumen komprehensif baik yang bersifat teknis maupun non-teknis, menggambarkan solusi yang diperlukan oleh para pemain di pasar untuk mendayagunakan teknologi digital dalam bidang broadcasting. Sejak diterimanya DAVIC (Digital Audio-Visual Council) sebagai badan pusat koordinasi untuk aspek-aspek konvergensi media digital, DVB telah bekerja sama dalam hal menentukan solusi teknis dan operasional dalam pengembangan berbagai media transmisi multimedia. Banyak diantara sistem DVB yang diterima sebagai standard DAVIC. Apa yang dilakukan oleh DVB dan DAVIC telah meluas dari hanya sekedar aspek broadcasting menuju ke arah pengembangan end-to-end interoperability. Sistem DVB dengan MPEG-2 sebagai inti skema koding video, audio dan data dapat digunakan untuk mengemas semua macam format yang digunakan untuk keperluan multimedia baik berupa teks, citra, grafik, dan berbagai tipe citra bergerak memungkinkan ekstensi multimedia ditambahkan pada saat kemunculannya, namun yang patut diperhatikan adalah bahwa kunci pokok dari DVB adalah 'broadcasting", sehingga fokus dari pengembangan DVB adalah untuk pasar broadcasting komersial. Sistem DVB tergolong teknologi baru bagi vendor, broadcaster maupun network providers. Salah satu kekuatan dari teknologi DVB terletak pada kenyataan bahwa DVB memungkinkan transmisi sejumlah desar data pada kecepatan tinggi secara point-to-multipoint dengan cara yang aman dari kemungkinan kesalahan transmisi. Untuk memungkinkan transmisi data yang dimaksud termasuk kemungkinan pengulangan transmisi data yang sama pada interval waktu yang tetap atau tak tetap maka DVB telah mengembangkan spesifikasi untuk data broadcasting.Walaupun DVB project telah mencapai tahap kematangannya namun berbagai aktivitas pengembangan terus berlanjut diantaranya, pengembangan solusi DVB untuk membroadcast High Definition TeleVision (HDTV), Spesifikasi untuk Digital Satellite News Gathering (D-SNG), Spesifikasi untuk interface yang akan menghubungkan dunia sinyal DVB dengan jaringan PDH, ATM dan SDH yang dikelola oleh para operator jaringan telekomunikasi, dll2.3.1 DVB-SDVB-S adalah singkatan dari Digital Video Broadcasting Satelit, coding dan demodulation standar untuk siaran televisi satelit yang dirilis pada tahun 1994 untuk pertama kalinya, menggunakan mode siaran jaringan feed multi channel per-carrier (MCPC) dan SCPC untuk siaran langsung. Standar DVB-S sebenarnya hanya menetapkan karakteristik link pisik dan framing, trans port stream yang digunakan DVB-S adalah MPEG-2 dikenal sebagai MPEG transport stream (MPEG-TS) berbasis transmisi SDTV.2.3.2 DVB-S2DVB-S2 adalah singkatan dari Digital Video Broadcasting Satelit Generasi Kedua yang dirancang sebagai pengganti dari DVB-S standar siaran televisi digital yang lebih dulu populer, dikembangkan pada tahun 2003 dan diratifikas i oleh ETSI pada bulan Maret 2005. Hal ini didasarkan pada mengumpulkan berita elektronik DVB-S DSNG (atau Digital Satellite News Gathering) standar yang digunakan oleh unit mobile untuk mengirim suara dan gambar ke lokasi terpencil di seluruh dunia. DVB-S 2 dipertimbangkan untuk layanan siaran HDTV maupun standar, layanan interaktif termasuk akses internet dan distribusi data konten. Pengembangan DVBS 2 bertepatan dengan mulai diperkenal kannya HDTV dan H.264 (MPEG-4 AVC) video codec. Dua fitur utama baru yang di tambahkan adalah:- Kekuatan coding skema berdasarkan modem kode LDPC.- VCM (Variabl Encoding Modulation) dan ACM (Adaptive Coding Modulation) mode, yang memungkinkan mengoptimalkan pemanfaatan bandwith dengan dinamis mengubah parameter trans misi. Fitur lain termasuk peningkatan modulasi skema sampai dengan 32 APSK dan pengenal an mekanisme transportasi umum IP data paket termasuk MPEG-4 audio video stream, juga mendukung kompatibilitas dengan yang ada MPEG-2 TS berbasis transmisi. Kinerja DVB-S 2 melebihi DVB-2 adalah sekitar 30% pada bandwith transporder satelit dalam kapasitas dan daya sinyal dipancarkan yang sama pada DVB-S pertama berbasis MPEG-2 SDTV. Proses upgrade dari DVB-S ke DVB-S2 diperkirakan memakan waktu sekitar 10 tahun dari pertama diperkenalkan untuk menyinkronkan dengan kedatangan teknologi HDTV.2.4 Televisi Satelite (Berlangganan)Televisi berlangganan adalah jasa penyiaran saluran televisi yang dilakukan khusus untuk pemirsa yang bersedia membayar (berlangganan) secara berkala. Jasa ini biasanya disediakan dengan menggunakan sistem digital ataupun analog melalui media satelit. Saat ini sistem penyiaran dengan digital adalah yang paling lazim digunakan.Di beberapa negara seperti di Perancis dan Amerika Serikat, sinyal-sinyal analog terkode juga mulai diperkenalkan sebagai salah satu cara berlangganan.Di Indonesia televisi berlangganan yang pertama kali hadir adalah Indovision, yang berdiri pada 8 Agustus 1988. Indovision juga dikenal sebagai televisi berlangganan yang pertama kali menggunakan satelit penyiaran langsung (Direct Broadcast Satellite (DBS).2.4.1 Sejarah Televisi SateliteIstilah televisi berlangganan bagi sebagian penduduk yang bermukim di kota besar tentunya tidak asing lagi. Perkembangan televisi berlangganan di Indonesia sendiri tidak dapat dipisahkan dari kemunculannya yang pertama kali. Televisi berlangganan mengalami perkembangan yang panjang, sama halnya dengan televisi konvensional. Dimulai saat Zenith meneliti kemungkinan adanya televisi berlangganan ketika televisi sendiri masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Akhirnya pada tahun 1940-an, Zenith-lah yang memperkenalkan sebuah sistem televisi berlangganan yang diberi nama Phonevision(mdr 0815). Phonevision ini memberikan layanan bagi konsumen yang menginginkan pemutaran film-film hanya dengan pemesanan melalui telepon. Pada pola televisi berlangganan semacam ini, sistem kabel menjadi sarana paling penting pada proses penyiaran program televisi berlangganan sebelum ditemukannya sistem yang lebih cangggih, yaitu satelit.Awalnya televisi berlangganan sering diidentikkan dengan TV kabel, karena bermula pada tahun 1948 ketika warga Pennsylvania, Amerika Serikat kesulitan menerima siaran televisi karena terhalang perbukitan. Untuk mengatasi masalah ini, warga setempat memasang antenna untuk menangkap sinyal UHF yang dipakai dalam penyiaran program kemudian menarik kabel dari antena tersebut dan memasangnya ke rumah-rumah. Pada tahun 1972, HBO (Home Box Office) muncul dan memikat hati banyak kalangan, dan tentu saja dengan kemunculannya ini mata rantai televisi berlangganan makin kuat. Belum lagi tuntutan dan kebutuhan akan hiburan yang makin besar, membuat satelit pada era 1980-an menjadi primadona bagi perkembangan televisi berlangganan selanjutnya, sebut saja sistem DBS (Direct Broadcast Satellite) yang banyak diaplikasikan di berbagai negara. Sejarah dan perkembangan televisi berlangganan di Amerika memberikan peluang bagi terbukanya lahan komersial ini di wilayah lain seperti Eropa, Asia, dan Australia. Untuk kawasan regional Asia, Jepang pada tahun 1984 memperkenalkan sistem DBS (Direct Broadcast Satellite) yang pada akhirnya dipakai dalam industri televisi berlangganan.2.4.2 Media kabelSebagian besar lembaga penyiaran berlangganan di Indonesia telah memanfaatkan satelit dan kabel sebagai media penyalur dalam penyampaian program kepada konsumen. Di Indonesia, PT Telkom yang menggunakan jaringan kabel dalam industri TV berlangganan tidak menggunakan serat optik dalam pendistribusian, namun memakai kabel broadband.2.4.2.1 Komponen utama sistem kabelUntuk media penyaluran melalui kabel, terdapat beberapa komponen utama dalam sistem kabel yang konvensional, antara lain:Headend: komponen atau alat yang digunakan untuk menangkap sinyal yang dibawa dari satelit maupun gelombang lain di udara yang kemudian akan didistribusikan kepada cable plant (jaringan kabel).Trunk Cable: komponen kabel yang membawa sinyal, biasanya dilengkapi dengan broadband amplifiers setiap 2000 kaki yang digunakan untuk mempertinggi kekuatan sinyal.Distribution of feeder cable: memperpanjang sinyal dari trunk menuju gardu induk sebelum disalurkan kepada masing-masing pelanggan di setiap rumah.Subscriber drop: menyalurkan sinyal dari gardu induk kepada masing-masing pelanggan.Terminal equipment: komponen yang diletakkan di setiap rumah pengguna layanan ini. Dapat berupa kabel modem, seperangkat televisi atau alat lain.2.4.2.2 Kekurangan Media NirkabelKetersediaan layanan ini sangat bergantung pada berapa banyak kabel yang dimiliki oleh provider dan wilayah mana saja yang akan menjadi target pemasarannya. Ketika suatu wilayah belum terdapat jaringan kabel, maka wilayah tersebut belum mampu menerima layanan dari provider. Mekanisme pendistribusian pada layanan kabel sebenarnya sederhana tapi membutuhkan dana yang besar untuk biaya operasional. Suatu perusahaan atau provider harus membentangkan, menanam, sekaligus merawat jaringan kabel. Untuk keperluan peningkatan kualitas dan kapasitas, penggunaan serat optik merupakan pilihan yang tepat, karena potensi terkena gangguan terhadap kabel yang ditanam maupun yang digantung yang makin besar. Terlebih lagi media kabel konvensional dan serat optik ternyata masih mampu untuk disadap.2.4.3 Media satelitMedia lain yang juga sangat menarik dalam industri televisi berlangganan kita adalah satelit. Untuk lebih menjelaskan secara rinci, saya akan menggunakan dua provider dengan pangsa pasar yang besar di Indonesia, yakni Indovision, Astro, dan TelkomVision.2.4.3.1 IndovisionIndovision yang telah mengklaim sebagai penyedia layanan televisi berlangganan pertama di Indonesia dengan sistem DBS memulai operasi dengan menggunakan frekuensi C-Band melalui satelit Palapa C-2 pada awal tahun 1994, sampai akhirnya menggunakan perangkat S-Band melalui satelit INDOSTAR-1 atau lebih dikenal dengan nama CAKRAWARTA-1 pada akhir tahun 1997. Beberapa belas tahun yang lalu, S-Band banyak digunakan untuk keperluan militer, namun, saat ini telah banyak digunakan untuk kepentingan komersial. Dengan beroperasi pada frekuensi 2.5 GHz, S-Band cocok diaplikasikan untuk wilayah Indonesia yang tropis.Pada Mei 2009, Indovision meluncurkan Satelit INDOSTAR-2 guna menggantikan posisi Satelit INDOSTAR-1. Masih dengan menggunakan frekuensi S-Band, INDOSTAR-2 dioperasikan untuk mendukung transmisi teknologi penyiaran paling terbaru sehingga dimungkinkan untuk mendapat kapasitas 2 kali lipat dibandingkan satelit berikutnya.2.4.3.2 TelkomVisionPT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (PT Telkom) menawarkan dua pilhan sekaligus, TV berbayar melalui media satelit (Direct To Home) serta TV Kabel (Digital CATV Broadband) dengan nama TelkomVision. Untuk layanan satelit di kota-kota besar, Telkom turut menyediakan akses Internet yang diberi nama Telkom Speedy. TelkomVision ini menggunakan frekuensi transmisi satelit C-Band yang beroperasi pada level 4-6 GHz. Penggunaan frekuensi satelit C-Band ternyata memiliki kemampuan terbatas dalam menghindari interferensi sistem gelombang mikro dan terrestrial.2.4.3.3 Alat penangkap sinyal satelitUntuk mengakses beberapa bahkan sampai ratusan saluran televisi, kita harus memiliki alat-alat penangkap sinyal satelit. Beberapa Peralatan tersebut antara lain:Satellite dish (Out Door Unit): komponen ini berbentuk seperti antena parabola dengan diameter sekitar 60-180 cm.Decoder: Alat yang berfungsi mengakses layanan seperti penggantian saluran.Smart card: Alat untuk mengakses sistem. BAB IIICARA KERJA DVB-S3.1 Blok Diagram DVB-SPATRA3.2 Komponen Blok Diagram DVB-SSistem DVB - S2 terdiri dari sejumlah fungsional blok peralatan melakukan adaptasi dari sinyal digital baseband dari output dari satu atau lebih Aliran MPEG transport multiplexer (ISO / IEC 13818-1) atau satu atau lebih sumber data generik ke satelit karakteristik saluran. Layanan data dapat diangkut dalam format transport stream menurut (EN - 301-192) (misalnya menggunakan multi-protokol enkapsulasi (MPE)) atau aliran generik (GS) format. DVB - S2 menyediakan QEF Target kualitas ' kurang dari satu peristiwa kesalahan tidak dikoreksi per jam transmisi pada tingkat 5 Mbit / s tunggal TV layanan decoder ', kira-kira sesuai dengan transportasi sungai rasio kesalahan paket (PER) kurang dari 10-7 sebelum de- multiplexer.Adaptasi Mode adalah aplikasi tergantung. itu menyediakan blok fungsi berikut:masukan aliran interfacing masukan sinkronisasi aliran (opsional) null- paket penghapusan (untuk ACM dan Transportasi Streaming format masukan saja), CRC - 8 coding untuk deteksi kesalahan pada tingkat paket di penerima (untuk input packetized stream saja) penggabungan input stream (untuk Multiple Input Mode aliran saja) dan mengiris ke data LapanganMenambahkan Baseband header di depan data lapangan, untuk memberitahu penerima input Format aliran dan jenis modus adaptasi. catatan bahwa MPEG paket transportasi multipleks mungkin asynchronous dipetakan ke frame baseband (BB frame).Adaptasi Stream memiliki dua fungsi:padding untuk menyelesaikan bingkai BBBB bingkai berebut.Encoding FEC dilakukan oleh dua coding fungsi dan satu fungsi interleaving:Kode BCH luarLDPC kode batin (tarif 1/4, 1/3, 2/5, 1/2, 3/5, 2/3, 3/4, 4/5, 5/6, 8/9, 9/10)Interleaving diterapkan untuk Coded FEC bit untuk 8PSK, dan 16APSK 32APSK. Pemetaan peta aliran bit dari FEC ke QPSK, 8PSK, 16APSK dan 32APSK konstelasi tergantung pada daerah aplikasi. Pemetaan Gray dari rasi bintang digunakan untuk QPSK dan 8PSK. Digital Video Broadcasting (DVB) set standar TV digital menentukan sistem dasar untuk berbagai Media transmisi: satelit, kabel, terrestrial, dll Setiap standar sistem dasar didefinisikan saluran coding dan modulasi skema untuk itu media transmisi. Sumber coding diadaptasi dariMPEG - 2 standar.Rancangan sistem baru telah menciptakan permintaan untuk pemahaman umum dari pengukuran teknik dan interpretasi hasil pengukuran. Dokumen ini merupakan upaya untuk memberikan rekomendasi dalam bidang ini dengan mendefinisikan sejumlah teknik pengukuran secara rinci sehingga hasilnya benar-benar sebanding asalkan Pengukuran dilakukan sesuai dengan definisi yang diberikan.Insinyur berusaha menerapkan metode yang dijelaskan dalam dokumen ini harus akrab dengan standar untuk sistem dasar masing-masing. Meskipun sebagian besar dari parameter yang ditentukan di masa kini Dokumen sudah dikenal dalam komunikasi, sebagian besar dari mereka harus ditafsirkan sehubungan dengan baru lingkungan, terutama transmisi sinyal TV digital atau layanan terkait lainnya.Dimasukkannya setiap parameter dalam dokumen ini didasarkan pada persyaratan dari mereka yang membayangkan harus bekerja bersama prosedur yang ditetapkan. Ini termasuk operator jaringan dan penyedia peralatan untuk instalasi jaringan, serta produsen Terpadu Receiver Decoder (IRD) atau uji dan peralatan pengukuran.Rekomendasi dari dokumen ini dapat digunakan:untuk set-up ranjang tes atau peralatan laboratorium untuk pengujian perangkat keras untuk TV digital dan terkait lainnya jasa.Untuk mengatur instrumen untuk parameter yang sesuaiUntuk mendapatkan hasil yang jelas yang bisa langsung dibandingkan dengan hasil dari tes lainnya set-upUntuk membentuk dasar potensial untuk mengkomunikasikan hasil-hasil dalam cara yang efisien dengan menggunakan definisi dalam Dokumen ini sebagai referensi.Mereka tidak dimaksudkan untuk menggambarkan serangkaian tes wajib. Rekomendasi dikelompokkan dalam beberapa klausul. Karena MPEG - 2 TS adalah format sinyal yang digunakan untuk input dan output dari semua sistem dasar, ayat 3 dikhususkan untuk deskripsi memeriksa prosedur untuk parameter-parameter yang dapat diakses di TS header paket, yaitu tanpa decoding orak atau dienkripsi data. Tujuan dari tes ini adalah penyediaan pemeriksaan kesehatan sederhana dan cepat. itu dimaksudkan tidak sebagai uji kesesuaian MPEG - 2 atau sebagai uji kepatuhan untuk semua masalah DVB terkait.Pasal 6 berisi parameter yang biasanya ditangani oleh berbagai media transmisi. untuk Misalnya, pengukuran ketersediaan sistem transmisi atau link termasuk dalam kategori ini, dan mungkin diinginkan untuk memiliki definisi yang sama untuk ketersediaan independen dari sistem yang sebenarnya digunakan. Klausul 7 dan 8 alamat parameter yang spesifik untuk kabel dan satelit, DVB - C dan DVB - S,mereka juga berlaku untuk sistem SMATV, DVB - CS, dan sistem mungkin MMDS seperti DVB - MC dan DVB - MS.Pasal 9 ditujukan parameter khusus untuk lingkungan DVB terestrial (DVB - T). Klausul 6, 7, 8, dan 9 dari dokumen ini mengikuti struktur yang sama. Untuk setiap parameter ada deskripsi tujuan prosedur pengukuran yang direkomendasikan, antarmuka mana instrumen pengukuran harus diterapkan, dan deskripsi dari metode sebenarnya dari pengukuran itu sendiri. Terlepas dari klausa sejumlah lampiran yang disertakan, yang berisi rekomendasi untuk umum aspek, contoh tes set- up dan persyaratan tertentu untuk pengujian dan pengukuran peralatan.Jika interface untuk prosedur pengukuran yang dijelaskan dapat ditemukan dalam pemancar, yang notasi disediakan sesuai dengan Gambar 1 dan Gambar 12 untuk terestrial. Jika antarmuka untuk prosedur pengukuran yang dijelaskan dapat ditemukan dalam receiver (penerima atau uji IRD), notasi disediakan sesuai dengan Gambar 2 dan Gambar 13 untuk terestrial. Angka-angka ini menggambarkan umum kasus pemancar dan penerima DVB, meskipun blok fungsional tertentu hanya muncul dalam tertentu sistem.Sebagian besar parameter dapat diukur dengan peralatan standar seperti analisa spektrum atau analisis konstelasi. Parameter lainnya didefinisikan dengan cara baru sebagai permintaan untuk menguji dan pengukuran produsen peralatan untuk mengintegrasikan fungsi ini dalam produk mereka.3.3 Konversi Data ke AudioSebuah sistem audio digital dimulai dengan sebuah ADC yang mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital.ADC berjalan pada tingkat sampling dan mengkonversi pada resolusi sedikit diketahui. Sebagai contoh, CD audio memiliki tingkat sampling dari 44,1 kHz (44.100 sampel per detik) dan resolusi 16-bit untuk setiap saluran. Untuk stereo ada dua saluran: 'kiri' dan 'benar'. Jika sinyal analog belum bandlimited maka anti-aliasing filter diperlukan sebelum konversi, untuk mencegah aliasing dalam sinyal digital (Aliasing terjadi ketika frekuensi di atas frekuensi Nyquist belum band terbatas, dan sebagai gantinya muncul sebagai artefak terdengar dalam frekuensi yang lebih rendah)Siklus hidup suara dari sumbernya, melalui pengolahan ADC, digital, DAC, dan akhirnya sebagai suara lagi. Audio penyimpanan digital bisa di CD, sebuah pemutar audio digital, sebuah hard drive, flash drive USB, CompactFlas, atau digital lainnya perangkat penyimpanan data. Sinyal digital kemudian dapat diubah dalam proses yang disebut pemrosesan sinyal digital di mana ia dapat disaring atau memiliki efek diterapkan. Data kompresi Audio teknik seperti MP3, Advances Audio Coding, Ogg Vorbis atau FLAC - yang biasa digunakan untuk mengurangi ukuran file. Audio digital dapat dialirkan ke perangkat lain. Langkah terakhir adalah untuk audio digital yang akan dikonversi kembali ke sinyal analog dengan DAC. Seperti ADC, DAC dijalankan pada tingkat sampling spesifik dan resolusi bit tapi melalui proses oversampling, upsampling dan downsampling, sampling rate ini mungkin tidak sama dengan tingkat sampling awal. Untuk melakukan konversi berbagai format audio dan video, diperlukan Codec yaitu seperangkat software yang mengompres (compress) dan mendekompres (decompress) data di file media bila file tersebut ingin dibuka kembali. Hal yang penting untuk diketahui adalah memahami tampilan frame standard dari format video tersebut:VCD NTSC (352240 ; 29,97fps)VCD PAL (352288 ; 25 fps)SVCD PAL (480576 ; 25 fps)DVD NTSC (720480 ; 29,97 fps)DVD PAL (720576 ; 25 fps)Ukuran frame tersebut di atas, mempengaruhi kualitas tampilan gambar apabila ingin disimpan dalam keping vcd, svcd atau dvd. Disarankan apabila tidak memiliki dvd writer, sebaiknya lakukan pembakaran/burning pada cd dalam bentuk SVCD, yang memiliki kulitas gambar di atas kualitas vcd.3.4 Pengkodean Program (Channel Televisi)Setelah video di kompres, penyedia layanan TV satelit membuat algoritma dari video tersebut untuk mencegah orang yang tidak dikehendaki mengakses channel TV secara gratis. Pengalgoritma membuat data digital teracak dan hanya dapat dikembalikan jika diterima oleh receive yang mempunyai kode keamanan. Saat sinyal dikompres dan dialgoritma, pemancar pusat memancarkan langsung sinyal tersebut ke satelit. Satelit menangkap sinyal, menguatkannya, dan mengirim sinyal tersebut kembali ke bumi, dimana pelanggan dapat menangkap sinyal tersebut.3.5 Algoritma Televisi SatelitDi pusat penyiaran, video digital yang berkualitas tinggi dikirim melalui pengodean MPEG yang mengubah program ke video MPEG-4 berukuran tepat dan diformat untuk diterima receiver satelit di rumah. Pengkodean bekerja di saluran penghubung dengan pengompresan untuk menganalisa setiap frame video dan mengurai kelebihan data atau data yang tidak relevandan mengekstrapolasi informasi dari frame lain. Proses ini mengurangi ukuran file secarakeseluruhan. Setiap frame dapat dikodekan dengan tiga cara, yaitu:Sebagai intraframe, yang berisikan gambar data yang lengkap dari frame. Metode ini melengkapi pengompresan yang terkecil. Sebagai prediksi frame, yang hanya berisikan informasi yang cukup untuk memberitahu penerima satelit bagaimana untuk menggambarkan frame berdasarkan penggambaran intraframe yang paling terbaru atau memprediksi frame. Pemprediksi frame hanya terdiri dari data yang menjelaskan bagaimana gambar dapat berubah dari frame sebelumnya.Sebagai bidirectional frame, yang menggambarkan informasi dari intraframe sekitar atau memprediksi frame. Penggunaan data dari frame sekitar yang terdekat, receiver menambahkan posisi dan warna pada setiap pixel.Kadar pengompresan tergantung dari jenis program. Jika encoder merubah siaran berita, dekoder dapat menggunakan frame yang terprediksi lebih banyak karena kebanyakan adegan tetap sama dari frame ke frame. Dalam program yang adegannya cepat dari frame ke frame, enkoder harus membuat lebih banyak intraframe. Hasilnya, siaran berita pada umumnya dikompres ke ukuran yang lebih kecil daripada program seperti balap mobil. Proses ini kadang-kadang menimbulkan masalah teknis dalam gambar video. Salah satu masalah tersebut adalah macroblocking, yang membuat gambar rusak. Masalah macrobloking sering disebut pixilating. Di layar TV terdapat pixel-pixel. Pixel-pixel tersebut terlalu kecil untuk dilihat mata manusia secara terpisah. Pixel merupakan data video berbentuk kotak kecil yang mempertajam gambar yang dilihat. Masalah macrobloking menyebabkan pixel-pixel tersebut rusak.BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanKesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan materi mengenai sinyal digital pada penyiaran televise satelit berbayar (DVB-S) adalah:Pada proses kerja sinyal dimana modulator menerima sinyal PCM dan mengubahnya ke sinyal PCM-psk, kemudian frekuensinya ditranslasikan sekitar 6,405 Ghz. Pada proses tersebut nantinya Antena menerima sinyal PSK menyalurkan ke Penerima dengan besar frekuensi sinyal PSK di daerah sekitar 4,16 GHz diperkuat dan diturunkan frekuensinya, kemudian diberikan ke demodulator.demodulator akan mendapatkan sinyal digital yang dikeluarkan dari terminal keluaranya, yaitu sinyal PCM.Pengkodean bekerja di saluran penghubung dengan pengompresan untuk menganalisa setiap frame video dan mengurai kelebihan data atau data yang tidak relevan dan mengekstrapolasi informasi dari frame lain. Setiap frame dapat dikodekan dengan tiga cara, yaitu intraframe, bidirectional frame, Kadar pengompresan.Terdapat beberapa kompotenen pada suatu layanan telivisi satelit, dimana antena parabola menjadi penerima sinyal dari satelit, LNBF (Low Noise Block - Feed) berfungsi untuk mengubah sinyal C/Ku Band menjadi sinyal L-Band dan Receiver mempunyai beberapa fungsi salah satunya adalah Membalikkan pengkodean sinyal. untuk membuka pengkodean.4.2 SaranPada pembahasan materi mengenai sinyal digital pada penyiaran televise satelit berbayar (DVB-S) didapatkan beberapa kelemahan dan gangguan, maka dari itu terdapat beberapa saran agar hal tersebut dapat diatasi, yaitu:Pada layanan TV satelit masih terdapat beberapa gangguan pada tampilan outputnya diantaranya SFA, Ghosting dan Hum. Menyarankan untuk penyesuaian frekuensi yang sesuai dengan lokasi tersebut.Menyarankan agar mengupgrate kompoenen komponen perangkat pada layanan satelit sehingga tidak membutuhkan banyak komponen untuk menjadikan suatu layanan berbasis satelit. DAFTAR PUSTAKAhttp://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F007080_MKP.pdf" http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/05/L2F007080_MKP.pdf [diakses pada tanggal 30 Oktober 2013]http://www.etsi.org/technologies-clusters/technologies/satellite/dvb-s" http://www.etsi.org/technologies-clusters/technologies/satellite/dvb-s [diakses pada tanggal 30 Oktober 2013]http://blog.unud.ac.id/alitpw/?p=106" http://blog.unud.ac.id/alitpw/?p=106 [diakses pada tanggal 30 Oktober 2013]http://www.elektroindonesia.com/elektro/assi0700.html" http://www.elektroindonesia.com/elektro/assi0700.html [diakses pada tanggal 30 Oktober 2013]http://vmangapati.wordpress.com/2012/09/28/blok-diagram-atau-konfigurasi-stasiun-bumi/ [diakses pada tanggal 30 Oktober 2013]