55
Sistem Informasi Manajemen Category: Uncategorised Published on Tuesday, 25 March 2014 Written by Ronny Loekito Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS) adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif. Tujuan Umum Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan). Proses Manajemen Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas: Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya,

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Sistem Informasi Manajemen

 Category: Uncategorised

 Published on Tuesday, 25 March 2014

 Written by Ronny Loekito

Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS)

adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi

pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk

memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi

manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem

informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini

umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan

otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung

keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.

Tujuan Umum

Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.

Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.

Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki akses ke

informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Informasi

akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan

masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua

tahap manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).

Proses Manajemen

Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:

Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.

Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan

Page 2: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.

Pengambilan Keputusan, proses pemilihan di antara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus memilih di antara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.

Menurut Francisco Proses Manajemen adalah suatu proses Penukaran terhadap nilai dan jasa

Bagian

SIM merupakan kumpulan dari sistem informasi:

Sistem informasi akuntansi (accounting information systems), menyediakan informasi dan transaksi keuangan.

Sistem informasi akademik (academic information systems), menyediakan informasi tentang proses pendidikan yang sedang berjalan di suatu akademi/sekolah/perguruan.

Sistem informasi pemasaran (marketing information systems), menyediakan informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.

Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information systems). Sistem informasi personalia (personal information systems). Sistem informasi distribusi (distribution information systems). Sistem informasi pembelian (purchasing information systems). Sistem informasi kekayaan (treasury information systems). Sistem informasi analisis kredit (credit analysis information systems). Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information

systems). Sistem informasi analisis software Sistem informasi teknik (engineering information systems). Sistem informasi Rumah Sakit (Hospital information systems).

Page 3: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

NOTA KESEPAHAMAN

ANTARA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

DENGAN

RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK

NOMOR 445/1817/2.1/IV/2012

NOMOR 41/NK/X-XIII.2/4/2012

TENTANG

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI DALAM RANGKA

PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

Pada hari ini, Senin, tanggal tiga puluh, bulan April, tahun dua ribu dua belas,

bertempat di Bandar Lampung, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

I. Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi

Lampung, yang berkedudukan dan berkantor di Jalan Pangeran Emir M. Noor

Nomor 11B, Bandar Lampung, dalam hal ini diwakili oleh Novy G.A. Pelenkahu

Page 4: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

selaku Kepala Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Perwakilan Provinsi Lampung, dengan demikian bertindak untuk dan atas nama

Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan

Provinsi Lampung, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

II. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, yang berdiri berdasarkan Keputusan Gubernur

Lampung Nomor G/605/B/V/HK/2009 tentang Penetapan RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung sebagai Instansi Pemerintah Daerah Provinsi Lampung

yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah,

berkedudukan di Bandar Lampung dan beralamat di Jalan Dr. Rivai No. 6

Penengahan Bandar Lampung, dalam hal ini diwakili oleh Torry Duet Irianto,

selaku Direktur Utama, dengan demikian bertindak untuk dan atas nama RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Selanjutnya, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut

PARA PIHAK.

PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan dan menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 10 huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang

Badan Pemeriksa Keuangan, PIHAK PERTAMA memiliki kewenangan untuk meminta

dokumen yang wajib diberikan setiap orang serta mengakses data dalam rangka

pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

Page 5: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Selanjutnya, dengan memperhatikan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan di

bawah ini:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3674);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk membuat Nota

Kesepahaman tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi dalam

Rangka Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dengan

Page 6: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

ketentuan sebagai berikut:

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu

Pengertian

Pasal 1

Dalam Nota Kesepahaman ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang

dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar

pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan

informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2. Data PIHAK KEDUA adalah data milik RSUD Dr. H. Abdul Moeloek yang

diperlukan oleh PIHAK PERTAMA dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan

dan tangung jawab keuangan negara.

3. Akses Data PIHAK KEDUA adalah suatu cara atau metode untuk melihat,

Page 7: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

mengirim, mengambil, dan menggunakan Data PIHAK KEDUA dalam rangka

pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

4. Sistem Informasi untuk Akses Data PIHAK KEDUA adalah suatu sistem yang terdiri

dari sistem aplikasi komputer, infrastruktur jaringan komunikasi, dan prosedur yang

digunakan untuk mengakses Data PIHAK KEDUA.

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 2

Mewujudkan hubungan kerja sama pengembangan dan pengelolaan Sistem Informasi

dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

BAB II

RUANG LINGKUP DAN PELAKSANAAN

Bagian Kesatu

Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi pengembangan dan pengelolaan

Sistem Informasi untuk Akses Data PIHAK KEDUA, yang terdiri dari:

a. sistem aplikasi komputer;

Page 8: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

b. infrastruktur jaringan komunikasi; dan

c. prosedur Akses Data.

Pasal 4

Data PIHAK KEDUA yang diperlukan dalam Sistem Informasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 meliputi:

a. sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) RSUD Dr. H. Abdul Moeloek;

b. data selain huruf a yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara;

c. peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara

di lingkungan PIHAK KEDUA; dan

d. hasil pengawasan internal.

Bagian Kedua

Pelaksanaan

Pasal 5

Dalam rangka pengembangan dan pengelolaan Sistem Informasi untuk Akses Data

PIHAK KEDUA, kewajiban PARA PIHAK diatur sebagai berikut:

a. PIHAK KEDUA menyediakan sistem jaringan komunikasi internal sampai dengan

Gateway PIHAK PERTAMA;

b. PIHAK PERTAMA menyediakan sistem jaringan komunikasi antara Gateway

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA;

Page 9: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

c. PIHAK KEDUA menyediakan server untuk menampung Data PIHAK KEDUA

agar dapat diakses oleh PIHAK PERTAMA;

d. PIHAK PERTAMA menyediakan server untuk menampung Data PIHAK KEDUA

yang diakses dari PIHAK KEDUA; dan e. PARA PIHAK memasang/menyediakan aplikasi miliknya atau yang berada di

bawah penguasaannya, yang diperlukan agar bisa terjadi Akses Data antara

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

Pasal 6

(1) PIHAK PERTAMA melaksanakan Akses Data PIHAK KEDUA secara online

dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

(2) PIHAK KEDUA mengupayakan keberlangsungan aplikasi dan ketersediaan data

dalam Sistem Informasi untuk Akses Data PIHAK KEDUA.

Pasal 7

Dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sistem informasi untuk Akses Data

PIHAK KEDUA, PARA PIHAK melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. menyusun rancangan makro sistem Akses Data PIHAK KEDUA;

b. menyiapkan dan mengadakan infrastruktur pendukung Akses Data PIHAK

KEDUA;

c. menyiapkan jenis dan format Data PIHAK KEDUA;

d. membangun aplikasi Akses Data PIHAK KEDUA;

e. melakukan uji coba Akses Data PIHAK KEDUA secara online;

f. menyusun tata cara dan keamanan sarana Akses Data PIHAK KEDUA;

Page 10: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

g. melakukan implementasi Akses Data PIHAK KEDUA;

h. melakukan pengawasan;

i. melakukan evaluasi dan penyelesaian masalah; dan

j. melakukan kegiatan lain dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan Akses

Data PIHAK KEDUA.

Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Nota Kesepahaman ini ditetapkan

dengan Petunjuk Teknis berdasarkan persetujuan PARA PIHAK.

Bagian Ketiga

Tanggung Jawab dan Kerahasiaan

Pasal 9

(1) PIHAK KEDUA menjamin bahwa Data PIHAK KEDUA yang disediakan melalui

Sistem Informasi untuk Akses Data PIHAK KEDUA merupakan data yang

lengkap sesuai permintaan PIHAK PERTAMA dan sesuai dengan kondisi

sebenarnya dalam Sistem Informasi PIHAK KEDUA.

(2) PIHAK PERTAMA menjamin bahwa Sistem Informasi untuk Akses Data PIHAK

KEDUA digunakan hanya untuk kepentingan pemeriksaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara.

Pasal 10

(1) Dalam rangka melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,

Page 11: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

PARA PIHAK membentuk Tim Kerja.

(2) Tim Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan

masing-masing PIHAK.

BAB III

RAPAT KOORDINASI

Pasal 11

(1) Dalam rangka evaluasi, pengembangan, dan penyelesaian masalah dalam

melaksanakan Nota Kesepahaman ini, PARA PIHAK dapat melakukan rapat

koordinasi.

(2) PARA PIHAK dapat menunjuk pejabat di lingkungannya masing-masing untuk

melakukan rapat koordinasi.

BAB IV

PEMBIAYAAN

Pasal 12

Biaya yang timbul dari pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan pada

Anggaran Belanja masing-masing PIHAK.

BAB V

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Page 12: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Pasal 13

Perselisihan yang mungkin timbul dari Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan

dengan cara musyawarah mufakat oleh PARA PIHAK.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

(1) Nota Kesepahaman ini mulai berlaku pada hari dan tanggal penandatanganan

oleh PARA PIHAK.

(2) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Nota Kesepahaman ini

akan diatur berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dan dituangkan secara

tertulis dalam suatu perubahan (addendum), yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini.

Nota Kesepahaman ini dibuat rangkap 2 (dua) asli dan ditandatangani oleh PARA

PIHAK, rangkap pertama dan rangkap kedua mempunyai kekuatan hukum yang sama

untuk PARA PIHAK.

PIHAK PERTAMA,

Page 13: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

PIHAK KEDUA,

NOVY G.A. PELENKAHU TORRY DUET IRIANTO

ODE RS 1801017 

TGL REGISTRASI 27/12/2013 

RUMAH SAKIT RSU Dr H Abdul Moeloek 

JENIS RSU 

KLS RS B 

DIREKTUR RS dr. Hj. Reihana,M.Kes 

PENYELENGGARA Pemprop 

 ALAMAT LOKASI RS  

ALAMAT Jl. Dr. Rivai 6,Penengahan B.Lampung 

KAB/KOTA Kota Bandar Lampung 

KODE POS 35112 

TELEPON 0721 - 703312 

FAX 703952 

EMAIL - 

TELEPON HUMAS - 

WEBSITE - 

Page 14: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

 LUAS RUMAH SAKIT  

LUAS TANAH 81486  m2

LUAS BANGUNAN 39043  m2

NO SURAT IJIN HK.03.05/1/2603/08 

TANGGAL SURAT IJIN 31/07/2008 

SURAT IJIN DARI Menkes RI 

SIFAT SURAT IJIN Sementara 

MASA BERLAKU SURAT IJIN 2015 

STATUS PENYELENGGARA Pemda Propinsi  

SWASTA  

PENTAHAPAN AKREDITASI Pentahapan III (16 Pelayanan) 

STATUS AKREDITASI Lulus 

TGL AKREDITAS 27/02/2012 

 TEMPAT TIDUR  

VVIP 0  Tempat Tidur

VIP 47  Tempat Tidur

KELAS I 58  Tempat Tidur

KELAS II 115  Tempat Tidur

KELAS III 318  Tempat Tidur

ICU 10  Tempat Tidur

Page 15: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

PICU 3  Tempat Tidur

NICU 4  Tempat Tidur

TT Bayi Baru Lahir 29  Tempat Tidur

HCU 0  Tempat Tidur

ICCU 6  Tempat Tidur

TT di Kamar Bersalin 0  Tempat Tidur

TT di Ruang Operasi 10  Tempat Tidur

TT di Ruang Isolasi 3  Tempat Tidur

  TENAGA MEDIS

 DOKTER UMUM DAN SPESIALISDr Umum 55  Orang Dokter Sp A 5

Dokter Sp Og 3  Orang Dokter Sp Okupasi 0

Dokter Sp Pd 6  Orang Dokter Sp Urologi 2

Dokter Sp B 5  Orang Dokter Sp Orthopedi 0

Dokter Sp Rad 2  OrangDokter Sp Kulit dan Kelamin

 

Dokter Sp RM 0  Orang Dokter Sp Forensik 0

Dokter Sp An 5  Orang Dokter Sp Psikiatri 0

Dokter Sp Jp 1  OrangDokter Sp Ofthalmologi

0

Dokter Sp M 3  OrangDokter Sp Patologi Anatomi

2

Dokter Sp THT 2  Orang Dokter Sp Kes. Jiwa 0

Dokter SP PK 3  Orang Dokter Sp Saraf 4

Dokter SP Paru 3  Orang Dokter Sp Lainnya 2

Dokter SP Bedah Thoraks 0  OrangDokter SP Bedah Saraf

2

Dokter SP Bedah Anak 0  OrangDokter SP Bedah Plastik

1

Dokter SP Bedah Orthopedi 1  Orang Dokter Sub Spesialis 1

 DOKTER Gigi DAN SPESIALIS

Page 16: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Dokter Gigi 5  OrangDokter Gigi Sp Karang Gigi

0

Dokter Gigi Sp Bedah Mulut 0  Orang Dokter Gigi Sp Anak 0

Dokter Gigi Sp Konservasi 0  OrangDokter Gigi Sp Gigi Tiruan

0

Dokter Gigi Sp Penyakit Mulut 0  OrangDokter Gigi Sp Periodonsia

0

Dokter Gigi Sp Radiologi 0  OrangDokter Gigi Sp Lainnya

0

 PERAWAT DAN SPESIALISNYANers 22  Orang Perawat gigi 11

Perawat Bedah 10  Orang Perawat Anestesi 0

Perawat Maternitas   Orang Perawat Anak 0

Perawat Komunitas 0  Orang Perawat Lainnya 0

Bidan

Bidan Pendidik 0  Orang Apoteker 10

Bidan Klinik 42  Orang Analis Farmasi 0

Keteknisian Medis Kesehatan Masyarakat

Radiografer 0  Orang Epidemiologi 0

Radioterapis 12  Orang Promosi Kesehatan 0

Elektromedis 2  Orang Perilaku 0

Teknisi Gigi 0  Orang Kesja 0

Analis Kesehatan 43  OrangAdministrasi Kesehatan

0

Refraksionis 1  Orang Biostatistik 0

Rekam Medik 4  Orang Reproduksi 0

Ortotik 0  Orang Informasi Kesehatan 0

Teknisi Transfusi Darah 0  Orang Kesmas Lainnya 0

Teknisi Kardiovaskular 0  Orang    

Tenaga Kesehatan Lainnya

Sanitasi 6  Orang Nutrisionis 0

Entomologi 0  Orang Dietisien 11

Mikrobiologi 0  Orang Fisioterapi 8

Kesehatan Lingkungan 3  Orang Terapi Okupasi 3

Terapi Wicara 2  Orang Akupunturis 0

Tenaga Non Kesehatan

Program Kesehatan 0  Orang Pelaporan 0

Administrasi Keuangan 0  Orang Informasi Teknologi 0

Page 17: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Humas 0  orang Hukum 4

Perencanaan 0  Orang Pekarya 0

Jaminan Kesehatan 0  Orang Perpustakaan 0

Dosen 0  Orang Widyaiswara 0

Psikologi   Orang Tenaga Non Kes 0

 Data Peralatan di Rumah Sakit  Indikator Pelayanan RS Tahun sebelumnya  Lain-Lain  

Meja Operasi    : Ada-Berfungsi Rawat Jalan : 176765 Layanan Unggulan :

Mesin Anestesi : Ada-Berfungsi Rawat Inap : 209131SIMRS                     : Ada-Berfungsi

Ventilator         : Ada-Berfungsi I G D           : 31742Ambulan                : Ada-Berfungsi

Inkubator         : Ada-Berfungsi B O R           : 94.5Bank Darah            : Ada-Berfungsi

Blue Light         : Ada-Berfungsi A L O S        : 4.6  

U S G                : Ada-Berfungsi T O I           : 0.25  

X-Ray               : Ada-Berfungsi N D R           : 31  

CT Scan            : Ada-Berfungsi G D R           : 66  

M R I                :    

E E G                : Ada-Berfungsi    

E K G                : Ada-Berfungsi    

Defibrilator     : Ada-Berfungsi    

Autoclav          : Ada-Berfungsi  

Page 18: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

SISTEM INFORMASI PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

I. PENDAHULUAN

 1.1 LATAR BELAKANG

 Pada saat ini dunia medis memerlukan informasi yang tepat, cepat dan relevan. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentunya harus menggunakan sistem informasi. Sistem informasi menjadi faktor penting untuk meningkatkan pelayanan sekaligus penghematan bagi rumah sakit dan kini telah menjadi salah satu standar mutu sebuah rumah sakit. Informasi yang berkualitas sangatlah penting dalam proses pengelolaan rumah sakit. Kegiatan yang menggunakan system informasi pada rumah sakit salah satunya SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT. Yang menyangkut dari pendaftaran pasien,penggunaan bahan habis pakai (obat),data farmasi,pendaftaran rawat inap,kasir 24 jam.Mengingat pentingnya sistem komputerisasi yang canggih dan efisien sangat membantu dan mempercepat dalam penyediaan informasi dan mampu menampilkan informasi secara lengkap,cepat dan akurat yang berguna bagi pengguna informasi pada rumah sakit.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan proposal pengembangan system dengan judulSISTEM INFORMASI PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

1.2 RUMUSAN MASALAH

Page 19: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

1. Pelayanan data pasien yang sudah terkomputerisasi tapi masih belum cukup efektip penggunaannya oleh pegawai pada rumah sakit terutama pendaftaran pasien dengan jaminan jamkesmas yang tidak tepat pemiliknya (Sistem Belum Ada)

2. Perlunya Pengawasan terhadap penggunaan kartu jaminan kesehatan pada semua golongan baik askes ataupun jamkesmas yang termonitoring melalui internet dan rumah sakit bisa mendapatkan data pengguna kartu jaminan kesehatan baik jamkesmas maupun askes atau astek secara sah sebagai pengguna yang terdaftar di lampung (Sistem Belum Ada)

1.3 BATASAN MASALAH

1. Penyediaan laporan pelayanan/data pasien yang datang secara komputerisasi baik yang sudah keluar ataupun masih dirawat .

2. Pendataan untuk kartu jaminan kesehatan seperti jamkesmas,askes pns,astek, secara terkomputerisasi dan berdasarkan realtime system.

1.4 TUJUAN

1. Di bangunnya system informasi pelayanan rumah sakit untuk mempermudah memenegement data pelayanan pasien pada rumah sakit.

2. Mengetahui berapa jumlah penggunaan kartu jaminan kesehatan secara terkomputerisasi yang online

2.1 PROSEDUR PELAYANAN PASIEN UMUM,ASKES,JAMKESMAS PADA IGD1. Pasien datang ke IGD dan pasien/keluarganya melakukan pendaftaran2. Bagian medical record (MR) melakukan input data social pasien. Lalu bagian MR

mencetak dan memberikan joblist pasien serta nomer mr (no regristrasi) ke pada pasien / keluarga pasien.

Page 21: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Yanuar Nugroho

Create Your Badge<\center>

Kinerja Rumah Sakit Pemerintah (Aplikasi Balanced Scorecard)

 21.24   Yanuar Nugroho   No comments

1. Pendahuluan

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit merupakan suatu organisasi yang memiliki misi

pokok untuk mendukung suatu isu publik yang tidak memiliki tujuan komersil atau mencari laba, dan jika

suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada pihak pemilik entitas tersebut.

Dalam organisasi nirlaba tidak ada kepemilikan seperti pada organisasi bisnis, karena kepemilikannya

Page 22: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, sehingga kepemilikan tersebut tidak mencerminkan

proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas.

Rumah sakit sebagai organisasi nirlaba memiliki peran dalam memberikan jasa pelayanan

kesehatan yang profesional dan bermutu serta terjangkau semua lapisan masyarakat, dan memberikan

pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan lanjutan sesuai kelas rumah sakit dan standar yang

telah ditetapkan. Sehingga, keberadaan rumah sakit merupakan ujung tombak dalam pembangunan

kesehatan masyarakat. Namun, tidak sedikit keluhan selama ini diarahkan pada kualitas kinerja

pelayanan rumah sakit yang dinilai masih rendah. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya sumber daya

baik sumber daya finansial maupun sumber daya non finansial.

Dessler dan Gary (1994) menjelaskan bahwa keberhasilan suatu institusi ditentukan oleh dua

faktor utama, yaitu sumber daya manusia atau tenaga kerja dan sarana dan prasarana pendukung atau

fasilitas kerja. Dari kedua faktor utama tersebut sumber daya manusia lebih penting daripada sarana

dan prasarana pendukung. Secanggih dan selengkap apapun fasilitas pendukung yang dimiliki oleh suatu

organisasi, tanpa adanya sumber daya yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya, maka

organisasi tersebut tidak dapat berhasil mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasinya. Kualitas

sumber daya manusia tersebut diukur dari kinerja karyawan (performance) atau produktifitasnya.

Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek manajemen maupun operasional

sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal

(Hendrawan, 2011). Tuntutan eksternal antara lain adalah dari para stakeholder bahwa rumah sakit

dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya pelayanan kesehatan

terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan dari pihak internal antara lain

adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi

oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku ekonomis, sumber daya professional dan yang

tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi.

Rumah sakit pemerintah yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh

perkembangan tuntutan tersebut. Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum

rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke

bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan

Page 23: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

cenderung terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah

tersebut. Peningkatan biaya kesehatan menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit

pemerintahan karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan

menengah ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah

dan bermutu.

Kinerja rumah sakit merupakan faktor penting yang harus diperhatikan untuk menghadapi

tuntutan lingkungan tersebut. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat dijadikan acuan untuk

mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai dan cocok untuk

organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan berkembang.

Kinerja organisasi dapat diketahui melalui pengukuran kinerja organisasi. Pengukuran kinerja

adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang

dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan

sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang

diinginkan dan efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002). Sedangkan Stout (1993)

dalam Bastian (2001), mendefinisikan pengukuran/penilaian kinerja sebagai proses mencatat dan

mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalan arah pencapaian misi (mission accomplishment)

melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses.

Menurut Mardiasmo (2009), diperlukan adanya pengukuran kinerja sektor publik untuk

memenuhi tiga maksud yaitu (1) pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu

memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah

berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi

dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik; (2) ukuran kinerja sektor

publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan; serta (3) ukuran kinerja

sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki

komunikasi kelembagaan. Oleh pihak legislatif, ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan

biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik. Masyarakat

tentu tidak mau terus-menerus ditarik pungutan sementara pelayanan yang mereka terima tidak ada

peningkatan kualitas dan kuantitasnya.

Page 24: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pelayanan aparatur

pemerintah kepada masyarakat, namun hasilnya belum optimal. Menurut Gunawan (2010), faktor yang

mempengaruhi rendahnya kualitas pelayanan pemerintah adalah role ambiguity, ketidak tahuan

pegawai negeri sipil mengenai apa yang menjadi harapan pimpinan akan pelayanan yang disediakan dan

bagaimana cara memenuhi harapan tersebut; poor employee job fit, ketidak sesuaian antara

kemampuan yang dimiliki pegawai dengan pekerjaan yang harus dilakukan; poor technology job fit,

terlalu minim peralatan serta teknologi yang dipergunakan akan berakibat pelayanan yang diberikan

tidak dapat sesuai dengan diharapkan; inappropriate supervisory control system, tidak adanya sistem

evaluasi dan penghargaan dalam instansi pemerintah; lack of perceived control, ketidakmampuan

pegawai dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam proses pemberian pelayanan yang

disebabkan wewenang yang tidak mereka miliki sehingga mereka juga tidak terlatih untuk mengatasi

permasalahan

yang muncul dengan lebih baik; lack of team work, tidak adanya kerjasama antara pegawai dan

pimpinan organisasi dalam memberikan pelayanan akan berakibat buruk terhadap kinerja yang

dihasilkan. Permasalahan juga bisa diakibatkan kurang adanya dukungan pegawai. Penyebab belum

optimalnya kinerja organisasi pemerintah yang telah disebutkan diatas umumnya terjadi hampir

diberbagai organisasi pemerintah termasuk rumah sakit (Gunawan, 2010).

Pemerintah daerah sebagai pemilik RSUD dan sekaligus manajemen perusahaan, setiap tahun

harus mengevaluasi kinerja dan melakukan analisis yang cermat agar dapat mengetahui keberhasilan

ataupun kegagalan RSUD sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk memperbaiki

kekurangan–kekurangan yang ada sekaligus membuat strategi yang dapat meningkatkan keberhasilan di

masa depan atau sering juga disebut dengan kinerja organisasi. Kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2007). Kata

kinerja sering dipakai sebagai indikator keberhasilan. Kinerja dapat dinilai seandainya organisasi

mempunyai kriteria keberhasilan yang telah dirumuskan. Kriteria keberhasilan berupa pernyataan visi

dan misi organisasi yang dijabarkan kedalam tujuan, sasaran, dan program yang diharapkan akan dicapai

secara ekonomis, efisien, dan efektif. Tanpa adanya visi dan misi, kinerja organisasi tidak akan dapat

diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.

Page 25: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Penelitian Ferdinand (1997) dalam Prasetyono dan Nurul (2007), ditemukan bahwa terdapat tiga

kriteria keberhasilan RSU yang dapat digunakan sebagai tolok ukur, (1) mampu tetap bertahan (survival),

yaitu kemampuan organisasi untuk mencari alternatif untuk mempelopori bentuk pelayanan kesehatan

yang profesional; (2) pertumbuhan (growth), yaitu kemampuan organisasi untuk mengembangkan

usahanya bertahan dalam persaingan dan peningkatan mutu pelayanan; (3) keuntungan (profitability),

yaitu kemampuan usaha organisasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan para karyawan.

Menurut Atkinson, dkk (1995), sistem penilaian kinerja sebaiknya mengandung indikator

kinerja yaitu (1) memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada perspektif

pelanggan, (2) menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja yang mengesahkan

pelanggan, (3) memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komprehensif yang

mempengaruhi pelanggan, dan (4) menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu

anggota organisasi mengenai permasalahan dan peluang untuk melakukan perbaikan.

Dari deskripsi di atas, penilaian kinerja pada rumah sakit sebagai organisasi nirlaba tidak

hanya berfokus pada pencapaian internal organisasi saja, namun juga mencakup berbagai aspek

penting yang perlu banyak mendapat perhatian bagi setiap stakeholder rumah sakit. Tujuan dari

paper ini adalah untuk mereview beberapa penelitian tentang studi kinerja rumah sakit sebagai

organisasi nirlaba di Indonesia.

2. Pembahasan

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi sebuah

perusahaan. Pengukuran tersebut, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan

perusahaan. Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada

sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai

berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan.      

Page 26: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Untuk mengukur kinerja organisasi, maka diperlukan suatu sistem berbasis kinerja. Sistem

pengukuran kinerja yang baik diperlukan sebagai instrumen dalam mengukur kinerja yang handal

dan berkualitas. Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja

kurang mampu mengukur kinerja harta-harta tidak berwujud (intangible assets) dan harta-

harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja dengan cara

ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu perusahaan, kurang memperhatikan

sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik

(Gunawan, 2010).

Hal ini mendorong Kaplan dan Norton (2000) untuk merancang suatu sistem pengukuran

kinerja yang lebih komprehensif yang disebut denganBalanced Scorecard. Konsep Balanced

Scorecard merupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang berusaha untuk

menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan dengan aspek non keuangan dengan memasukkan

empat aspek/perspektif di dalamnya yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif

proses bisnis internal, dan  perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Saat ini banyak rumah sakit telah mengadopsi sistem kinerja yang multidimensional untuk

mendukung dalam pencapaian tujuan dan misinya (Zelman dkk., 2003). Beberapa peneliti dari

Michigan University telah mampu menentukan validitas, reliabilitas, dan sensitivitas dari metode

Balanced Scorecard yang berorientasi pada pembandingan indikator yang digunakan rumah sakit

untuk mengukur kinerjanya dibandingkan dengan kinerja para kompetitornya (Griffith dkk., 2002).

Konseptual Balanced Scorecard tidak hanya mencakup indikator kinerja rumah sakit tetapi

juga untuk membantu dalam membandingkan kinerja rumah sakit. Sehingga metode BSC akan

bermanfaat untuk mengidentifikasi kesempatan dalam peningkatan kinerja akibat dari adanya hasil

pengukuran kinerja yang nilainya masih rendah (Chen dkk., 2006).

Menurut Pramadhany (2011), pada awalnya Balanced Scorecarddirancang untuk

digunakan pada organisasi yang bersifat mencari laba, namun kemudian berkembang dan

diterapkan pada organisasi nirlaba. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

penggunaan pada organisasi laba dengan organisasi nirlaba, diantaranya: pada organisasi

laba perspektif finansial adalah tujuan utama dari perspektif yang ada, sedangkan pada

Page 27: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

organisasi nirlaba perspektif konsumen merupakan tujuan utama dari perspektif yang ada.

Perspektif finansial dalam organisasi laba adalah berupa finansial atau keuntungan,

sedangkan dalam organisasi nirlaba perspektif finansial adalah pertanggungjawaban

keuangan mengenai penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat.

 Berdasarkan penjelasan tentang pentingnya peran metode Balanced Scorecard dalam

mengukur kinerja organisasi, maka beberapa peneliti menggunakan metode tersebut untuk menilai

kinerja rumah sakit sebagai organisasi nirlaba. Maskur (2004) mengukur kinerja Rumah Sakit Dr.

Kariadi Semarang dengan pendekatan Balanced Scorecard dengan hasil masing-masing pada

perspektif keuangan menunjukkan kinerja belum mencapai maksimal, perspektif konsumen

menunjukkan kinerja belum mencapai maksimal, perspektif proses bisnis internal menunjukkan

kinerja jauh dari skor maksimal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan kinerja

belum mencapai maksimal. Namun, secara keseluruhan Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang

termasuk dalam kategori bagus walaupun kinerja masing-masing perspektif belum maskimal yaitu

mencapai skor 71,3 dari skala hingga 100.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari penelitian Maskur (2004), indikator kepuasan

konsumen atau pasien atas pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan di Rumah Sakit Dr. Kariadi

merasa tidak puas atas suasana ketenangan rumah sakit dan waktu tunggu. Sedangkan pada

indikator kepuasan karyawan selama bekerja di Rumah Sakit Dr. Kariadi karyawan merasa tidak

puas atas indikator motivasi. Sehingga diperlukan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh

manajemen Rumah Sakit Dr. Kariadi untuk memperbaiki indikator ketenangan rumah sakit serta

waktu tunggu untuk mendapatkan pemeriksaan dari perpektif konsumen dan perlunya perbaikan

terhadap motivasi karyawan oleh manajemen rumah sakit. Hal ini dikarenakan dengan peningkatan

motivasi kerja karyawan maka akan meningkatkan kinerja atau produktivitas karyawan dalam

melaksanakan tugasnya di Rumah Sakit Dr. Kariadi.

Nany dkk. (2008) juga menerapkan metode Balanced Scorecardsebagai pengukur kinerja

manajemen pada rumah sakit umum daerah (RSUD) Indramayu. Hasil pengukuran kinerja

manajemen RSUD Indramayu menunjukkan bahwa pada perspektif keuangan menunjukkan bahwa

ROI yang digunakan sebagai tolok ukur variabel perspektif keuangan cenderung meningkat, namun

Page 28: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

pertumbuhan pendapatan cenderung menurun. Penurunan pendapatan yang tidak dengan segera

ditangani pada akhirnya akan menurunkan jumlah laba bersih dan ROI. Hasil pengukuran perspektif

pelanggan menunjukkan bahwa retensi pasien cenderung menurun dan akuisisi pasien cenderung

meningkat, namun para pasien merasa belum puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh RSUD

Indramayu. Apabila ketidakpuasan para pasien ini tidak dengan segera ditangani, pada akhirnya

jumlah pasien yang berobat, jumlah pendapatan, jumlah laba bersih dan ROI akan menurun. Hasil

pengukuran perspektif proses bisnis intern menunjukkan bahwa produktivas dan profit

margin cenderung meningkat. Peningkatan produktivitas dan profit margin pada akhirnya akan

meningkatkan kinerja keuangan rumah sakit. Hasil pengukuran perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran menunjukkan bahwa produktivitas karyawan cenderung meningkat, namun retensi

karyawan cenderung meningkat pula serta para karyawan merasa belum puas selama bekerja di

RSUD Indramayu. Apabila ketidakpuasan para karyawan ini tidak dengan segera ditangani, pada

akhirnya jumlah karyawan yang keluar akan meningkat, produktivitas karyawan, kinerja rumah sakit,

jumlah pasien, jumlah laba bersih dan ROI akan menurun.

Nany dkk (2008) menyimpulkan dari hasil pengukuran kinerja RSUD Indramayu

dengan Balanced Scorecard menunjukkan bahwa kinerja manajemen cenderung meningkat, yang

terlihat dari peningkatan ROI, penurunan retensi pasien, peningkatan akuisisi pasien, peningkatan

produktivitas, peningkatan profit margin serta peningkatan produktivitas karyawan. Hasil pengukuran

kinerja manajemen dengan Balanced Scorecardjuga menunjukkan bahwa terdapat beberapa

indikator yang apabila tidak segera ditangani secara serius dapat menjadi ancaman yang serius bagi

kinerja manajemen. Indikator-indikator tersebut antara lain adalah penurunan pertumbuhan

pendapatan, para pasien belum puas terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit, peningkatan

retensi karyawan serta para karyawan belum puas selama bekerja di rumah sakit. Kinerja keuangan

yang buruk seringkali merupakan akibat dari kinerja non keuangan yang buruk. Kinerja non

keuangan yang buruk seringkali merupakan tanda-tanda awal memburuknya kinerja keuangan.

Pramadhany (2011) menerapkan metode Balanced Scorecard sebagai tolok ukur penilaian

kinerja Rumah Sakit Bhayangkara Semarang sebagai organisasi nirlaba karena merupakan rumah

sakit milik Polda Jawa Tengah. Untuk penerapan variabel perspektif keuangan, Pramadhany (2011)

menggunakan instrumen value for money yang terdiri dari rasio ekonomis, rasio efektivitas, dan

Page 29: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

rasio efisiensi. Pada variabel perspektif pelanggan, digunakan pengukuran akuisisi pelanggan,

retensi pelanggan, dan tingkat kepuasan pelanggan. Perspektif proses bisnis internal, meliputi

proses inovasi dan kualitas pelayanan. Untuk tingkat pelayanan diukur dengan menggunakan

standar kinerja pelayanan rumah sakit yaitu Bed Occupancy Rate (BOR), Bed Turn

Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Average Leangth of Stay (ALOS),Gross Death Rate (GDR),

dan net Death Rate (NDR). Pada variabel perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, digunakan

tolok ukur retensi karyawan, dan pelatihan karyawan.

Penelitian pada Rumah Sakit Bhayangkan Semarang dilakukan dengan membandingkan

antara kinerja internal rumah sakit dengan kinerja menurutBalanced Scorecard dari tahun 2008-

2010. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan nilai rata-rata untuk masing-masing perspektif yaitu

keuangan, pelanggan, bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan adalah cukup baik.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja Rumah Sakit Bhayangkara Semarang termasuk

dalam kriteria cukup baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Woro Wijayanti (2010), dalam penelitiannya

“Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Balanced ScorecardSebagai Alternatif (Studi Pada

RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang)” Menyebutkan bahwa dalam perspektif keuangan, tingkat

rasio ekonomi dalam 3 tahun terakhir cukup baik karena terdapat selisih antara anggaran belanja

yang ditetapkan PEMDA terhadap realisasi anggarannya. Dalam perspektif konsumen, terdapat

penurunan pada tingkat kepuasan konsumen yaitu ALOS(Average Length of Stay) tahun 2006

sebesar 23,08 hari menurun menjadi 21 hari di tahun 2007. Penurunan juga terjadi pada tingkat

profitabilitas konsumen di tahun 2007. Dalam perspektif proses bisnis internal, kunjungan rawat

jalan di tahun 2007 meningkat. Tingkat kunjungan rawat inap yang diukur dari tingkat BOR (Bed

Occupancy Rate) , TOI (Turn Over Internal), BTO (Bed Turn Over Rate), GDR (Gross Death rate),

dan NDR (Net Death Rate) dinilai baik. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang

diukur melalui tingkat produktifitas mengalami peningkatan, retensi karyawan yang turun, dan tingkat

kepuasan karyawan yang belum cukup.

Prasetyono dan Nurul (2007) menganalisa kinerja rumah sakit daerah di Jawa Timur dengan

pendekatan Balanced Scorecard berdasarkan komitmen organisasi, pengendalian intern dan

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Hasil penelitian ini mengindikasikan

Page 30: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

bahwa kinerja rumah sakit daerah di Jawa Timur berdasarkan balanced scorecarddapat optimal

apabila didukung oleh komitmen organisasi baik dari individu, karyawan, maupun manajer dalam

rumah sakit daerah dan pengendalian internal yang baik. Dengan adanya pengendalian internal

yang baik maka akan dapat direalisasikan good corporate governance. Disamping itu, secara teoritis

dikatakan bahwa komitmen mempengaruhi perilaku seseorang dalam mendorong efektivitas

organisasi.

Bharata (2011) menerapkan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja Rumah Sakit

Umum Daerah Wonosari tahun 2008-2010. Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari tahun

2008-2010 diukur dari perspektif pelanggan sudah baik. Perspektif pelanggan

dalam  penelitian  ini  diukur dengan menggunakan lima indikator yaitu: kepuasan

pelanggan, customer retention, customer acquistion, rata-rata pasien rawat jalan dan darurat, dan

rata-rata pasien rawat inap. Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari tahun 2008-2010 diukur

dari perspektif finansial sudah baik. Perspektif finansial dalam  penelitian  ini  diukur  dengan

menggunakan sepuluh indikator rasio keuangan   yaitu: return on asset, return on equity, rasio

lancar, rasio efisiensi, rasio perputaran aset, rasio perputaran aset tetap, rata-rata umur piutang,

rasio belanja terhadap pendapatan, rasio ekuitas terhadap aset, dan rasio kewajiban terhadap aset.

Hal  ini  dapat dilihat dari ROA dan ROE yang mempunyai nilai negatif dan berfluktuatif karena

RSUD Wonosari pada tahun 2010 sedang membangun poliklinik terpadu dan ruang

perawatan. KinerjaRumah Sakit Umum Daerah Wonosari tahun 2008-2010 diukur dari perspektif

proses bisnis internal sudah baik. Perspektif proses bisnis internal

dalam penelitian  ini  diukur  dengan menggunakan lima  indikator yaitu: kualitas pelayanan, BTO,

BOR, TOI, AvLos. Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari tahun 2008-2010 diukur dari

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran sudah baik. Perspektif pertumbuhan dan perkembangan

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan lima indikator yaitu: kepuasan pegawai, pelatihan

dan pengembangan pegawai, komitmen pegawai, motivasi kerja pegawai, disiplin pegawai.

Penelitian yang dilakukan Putu Wirasata (2010) menguji metodeBalanced Scorecard pada

RSUD Tg. Uban. Pada variabel keuangan, digunakan tolok ukur neraca, laporan realisasi anggaran,

laporan arus kas, dan analisis rasio keuangan untuk mengukur indikator kinerja keuangan rumah

sakit berdasarkan pengukuran value for money. Dari hasil pengukuran tolok ukur tersebut

Page 31: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

menunjukkan hasil kinerja perspektif keuangan yang cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 3,80

dari kesimpulan kinerja keuangan yang sangat efektif (nilai 5), cukup ekonomis (nilai 3), sangat tidak

efisien (nilai 1), sangat likuid (nilai 5), dan sangat solven (nilai 5). Untuk perspektif kepuasan

pelanggan digunakan tolok ukur aspek wujud fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati.

Berdasarkan pengukuran tiap aspek tolok ukur tersebut tingkat kepuasan pelanggan secara

keseluruhan dikategorikan cukup baik untuk RSUD Tg. Uban. Perspektif bisnis internal, digunakan

tolok ukur aspek sarana dan prasarana rumah sakit, proses, dan kepuasan bekerja. Berdasarkan

penilaian terhadap masing-masing aspek tersebut, sebagian besar responden menyatakan cukup

puas atas upaya pegawai rumah sakit dalam mendukung tujuan manajemen. Pada variabel

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, peneliti menggunakan aspek motivasi (reward and

punishment), kesempatan mengembangkan diri, inovasi, dan suasana dalam bekerja. Hasilnya

menunjukkan bahwa secara umum pegawai rumah sakit menyatakan setuju atas kebijakan

manajemen dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berguna untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal pada masyarakat. Sehingga pengukuran

variabel pertumbuhan dan pembelajaran pada RSUD Tg. Uban dikategorikan baik. Dari keseluruhan

aspek Balanced Scorecard menunjukkan nilai kinerja tertinggi terletak pada perspektif pertumbuhan

dan pembelajaran, dan nilai kinerja terendah pada perspektif kepuasan pelanggan. Sedangkan

secara keseluruhan nilai capai akhir kinerja RSUD Tg. Uban termasuk dalam kategori cukup baik.

Sudarti (2011) mengukur kinerja RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan

metode Balanced Scorecard. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek belum mampu menghasilkan surplus yang stabil karena rumah sakit ini merupakan badan

layanan umum yang tidak berorientasi pada profit. Pelanggan puas atas pelayanan yang diberikan

oleh rumah sakit. Kinerja proses bisnis internal secara umum dapat dikatakan baik. Retensi pegawai

rendah, namun kurang didukung oleh kondisi kerja yang memuaskan dan rendahnya produktivitas.

Penelitian Rasmini dkk. (2009) menilai kinerja Badan Rumah Sakit Umum Tabanan

berdasarkan Balanced Scorecard. Badan Rumah Sakit Umum Tabanan merupakan lembaga

teknis daerah dengan sistem Badan Layanan Umum (BLUD). Sebagai rumah sakit

pemerintah yang dikelola secara sosioekonomis, maka misi sosial menjadi prioritas utama.

Namun, dalam pengelolaannya tidak meninggalkan prinsip-prinsip bisnis dalam

Page 32: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

mengembangkan produk layanan. Penilaian kinerja perspektif keuangan dalam penelitian

ini menggunakan pengukuran Value For Money, yaitu mengukur tingkat ekonomi, tingkat

efisiensi, dan tingkat efektivitas BRSU Tabanan. Data yang digunakan dalam

pengukuran Value For Money adalah anggaran pendapatan, realisasi pendapatan,

anggaran belanja, realisasi belanja pada BRSU Tabanan tahun 2004 sampai dengan 2008.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keuangan BRSU Tabanan dari tahun 2004

sampai dengan 2007 sudah ekonomis, sedangkan tahun 2008 tidak ekonomis. Kondisi

tersebut terjadi karena realisasi belanja lebih besar dibandingkan dengan anggaran belanja,

khususnya pada belanja pegawai pada belanja tidak langsung dan belanja barang dan jasa

pada belanja langsung. Ekonomis berkaitan dengan meminimalkan biaya untuk

memperoleh sumber daya pada tingkat kualitas tertentu (spending less). Untuk tingkat

efisiensi, keuangan BRSU Tabanan belum efisien. Hal itu disebabkan oleh realisasi belanja

lebih besar dari pada realisasi pendapatan. Kegiatan operasional dikatakan belum efisien

karena hasil (output) tertentu belum dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan

dana yang serendah-rendahnya (spending well). Sebaliknya, tingkat efektivitas keuangan

BRSU Tabanan tahun 2004 sampai dengan 2008 sudah efektif. Efektivitas merupakan

hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan

operasional efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan

(spending wisely).

Dalam mengukur variabel kepuasan pelanggan, didapatkan nilai nyata rata-rata

kepuasan pelanggan untuk dimensi bukti langsung dengan predikat puas, keandalan

dengan predikat puas, daya tanggap dengan predikat sangat puas, jaminan dengan

predikat puas, dan empati dengan predikat puas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pelayanan BRSU Tabanan dapat memenuhi harapan pasien dan memuaskan mereka

karena terpenuhinya kepentingan (importance) dengan kenyataan yang dirasakan

(performance). Kualitas pelayanan harus mengacu pada pandangan pelanggan, bukan

pada pihak penyedia jasa. Pelanggan layak menentukan pelayanan itu berkualitas atau

tidak. Kinerja BRSU Tabanan dari perspektif pelanggan adalah baik.

Page 33: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Pada penilaian kinerja dari perspektif proses bisnis internal pada BRSU Tabanan

menunjukkan terjadinya penambahan infrastruktur untuk mendukung operasional BRSU

Tabanan sehingga terjadi peningkatan mutu proses atau mutu layanan. Dengan demikian

kinerja BRSU Tabanan dari perspektif proses bisnis internal adalah baik. Selain itu, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa angka kematian umum (GDR) pada BRSU Tabanan

tahun 2004 sampai dengan 2008 adalah di bawah 45 persen per tahun. Data tersebut

menunjukkan bahwa kualitas pelayanan BRSU Tabanan dari perspektif proses bisnis

internal adalah baik. Sesuai dengan standar Departemen Kesehatan RI bahwa

angka Gross Death Rate (GDR) maksimal 45 persen per 1.000 pasien per tahun kualitas

pelayanan dinilai baik.

Penilaian kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, pada tahun 2005

mengalami penurunan produktivitas karyawan BRSU Tabanan sebesar 24,36% dari tahun

2004. Pada tahun 2006 kembali mengalami penurunan dari tahun 2005 terjadi penurunan

produktivitas 15,78% dan pada tahun 2007 produktivitas karyawan menurun 10,68%.

Sebaliknya, pada tahun 2008 terjadi peningkatan produktivitas yang sangat tinggi, untuk

aspek kepuasan karyawan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan

nilai nyata rata-rata untuk kelima unsur dimensi, yaitu kerja secara mental, ganjaran,

kondisi kerja, rekan kerja, dan kesesuaian dengan kepribadian menunjukkan predikat puas.

Ini berarti bahwa para karyawan puas terhadap pekerjaan yang mereka lakukan di BRSU

Tabanan.

Sedangkan dalam menanggapi fenomena otonomi daerah tentang pentingnya

rumah sakit pemerintah menjadi badan layanan umum (BLU), Mustafa dkk (2009)

melakukan penelitian model pengukuran kinerja rumah sakit swasta dan pemerintah dalam

era otonomi daerah. Studi ini dilakukan pada rumah sakit tipe C/kelas III di kabupaten

Banyumas yaitu dengan objek penelitian RS Islam Purwokerto sebagai rumah sakit swasta

dan RSUD Ajibarang sebagai rumah sakit pemerintah yang telah menjadi BLUD. Penelitian

ini bertujuan untuk menguji perbedaan pengukuran Balanced Scorecard pada kedua rumah

sakit tersebut sebagai pembanding apakah rumah sakit pemerintah yang menjadi BLUD

sudah mampu bersaing dengan rumah sakit swasta dengan tipe rumah sakit yang sama.

Page 34: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perspektif keuangan pada rumah

sakit pemerintah (RSUD Ajibarang) dan rumah sakit swasta (RS Islam Purwokerto). Kedua

kelompok menunjukkan hasil kinerja keuangan rumah sakit swasta lebih baik daripada

rumah sakit pemerintah (RSS > RSP) dengan perbedaan rata-rata sebesar 2,957. Pada

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan kinerja rumah sakit swasta masih lebih baik dari

rumah sakit pemerintah (RSS > RSP) dengan perbedaan rata-rata 3,649. Terdapat

perbedaan kinerja pada perspektif pelanggan (pasien) pada rumah sakit swasta lebih baik

daripada rumah sakit pemerintah (RSS > RSP) dengan perbedaan rata-rata 1,791. Pada

perspektif kinerja pelayanan dan administrasi rumah sakit swasta juga lebih baik daripada

rumah sakit pemerintah (RSS > RSP) dengan perbedaan rata-rata 2,287.

Dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa untuk perspektif kinerja proses

pelayanan terhadap pelanggan rumah sakit pemerintah (RSUD Ajibarang) sudah mampu

bersaing dengan RSS (RS Islam Purwokerto) karena tingkat nilai rata-rata perbedaan yang

tidak terlalu jauh dibandingkan dengan nilai pada perspektif yang lain. Akan tetapi, kinerja

RSP perlu ditingkatkan agar lebih bersaing dengan RSS dengan mengoptimalkan

kemampuan sumber daya manusia yang ada.

Mustafa dan Anton (2009), menggunakan Balanced Scorecard untuk menilai kinerja

dan perbandingannya dari delapan rumah sakit yang dijadikan objek penelitian. Delapan

rumah sakit tersebut dikelompokan berdasarkan tipe/kelasnya yaitu RS Cilacap, RS

Banyumas, dan RS Purworejo sebagai rumah sakit tipe B; dan RS Purbalingga, RS

Ajibarang, RS Kebumen, RS Majenang, dan RS Banjarnegara sebagai rumah sakit tipe C.

Pada rumah sakit tipe B, dari hasil penelitian tersebut menunjukkan RSUD

Banyumas kinerja pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran lebih baik dibandingkan

dengan RSUD Purworejo dan RSUD Cilacap (Banyumas > Purworejo > Cilacap). Terdapat

perbedaan dalam perspektif keuangan pada RS  Cilacap, Banyumas, dan Purworejo. Untuk

perspektif kinerja keuangan RSUD Purworejo lebih baik dibandingkan RSUD Banyumas

dan RSUD Cilacap (Purworejo > Banyumas > Cilacap). Terdapat perbedaan perspektif

pelanggan pada RS Cilacap, Banyumas, dan Purworejo. Menunjukkan kinerja RSUD

Cilacap dari perspektif pelanggan lebih baik dibandingkan dengan RSUD Purworejo dan

Page 35: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

RSUD Banyumas (Cilacap > Purworejo > Banyumas). Pada perspektif pelayanan dan

administrasi pada RS  Cilacap, Banyumas, dan Purworejo menunjukkan RSUD Cilacap

memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan RSUD Banyumas dan RSUD

Purworejo (Cilacap > Banyumas > Purworejo).

Pada rumah sakit tipe C, dari hasil penelitian tersebut menunjukkan RSUD

Purbalingga kinerja pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran lebih baik

dibandingkan dengan RSUD Majenang, RSUD Ajibarang, RSUD Kebumen, dan RSUD

Banjarnegara (Purbalingga > Majenang > Ajibarang > Kebumen > Banjarnegara). Untuk

perspektif kinerja keuangan RSUD Majenang lebih baik dibandingkan RSUD Purbalingga,

RSUD Ajibarang, RSUD Kebumen dan RSUD Banjarnegara (Majenang > Purbalingga >

Ajibarang > Kebumen > Banjarnegara). Pada pengukuran kinerja perspektif pelanggan

menunjukkan kinerja RSUD Ajibarang dari perspektif pelanggan lebih baik dibandingkan

dengan RSUD Kebumen, RSUD Purbalingga, RSUD Majenang, dan RSUD Banjarnegara

(Ajibarang > Kebumen > Purbalinggan > Majenang > Banjarnegara). Pada perspektif

pelayanan dan administrasi menunjukkan RSUD Ajibarang memiliki kinerja yang lebih baik

dibandingkan dengan RSUD Purbalingga, RSUD Kebumen, RSUD Majenang dan RSUD

Banjarnegara (Ajibarang > Purbalingga > Kebumen > Majenang > Banjarnegara).

3. Kesimpulan

Rumah sakit pemerintah sebagai organisasi nirlaba telah mengalami dinamisasi perubahan

seiring banyaknya tuntutan dari lingkungan eskternal dan internal. Rumah sakit pemerintah yang

terdapat di tingkat pusat maupun daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut

yang menilai rumah sakit untuk mencapai kinerja yang lebih baik.

Rumah sakit pemerintah perlu diukur kinerjanya karena pengukuran kinerja dapat digunakan

untuk menilai keberhasilan suatu organisasi serta untuk melakukan penyusunan strategi-strategi yang

sesuai. Beberapa peneliti mencoba menilai kelayakan kinerja rumah sakit di Indonesia dengan

menggunakan metodeBalanced Scorecard. Tujuannya adalah agar dapat diketahui dengan pasti apakah

pencapaian kinerja yang tidak sesuai disebabkan oleh faktor input yang kurang mendukung atau

Page 36: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

kegagalan pihak manajamen. Penggunaan metode ini dianggap cukup handal karena selain mampu

mengukur aspek internal organisasi juga dapat mengukur aspek hubungan dengan pihak eksternal, serta

dapat menilai kinerja yang ekonomis, efisiensi, dan efektif dari sumber data laporan keuangan rumah

sakit.

Dari hasil penelitian mengindikasikan hasil penilaian kinerja rumah sakit yang bervariasi pada

tiap rumah sakit di Indonesia yaitu masih adanya hasil kinerja yang belum maksimal, sehingga rumah

sakit sebagai organisasi milik pemerintah dinilai kinerjanya kurang baik dari hasil pengukuran masing-

masing perspektif tersebut. Secara umum, pada perspektif keuangan kinerja rumah sakit dapat diukur

dari neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan analisis rasio keuangan sebagai tolok ukur

sesuai indikator value for money dalam menguji hasil kinerja keuangan yang ekonomis, efisien, dan

efektif. Untuk perspektif kinerja kepuasan pelanggan digunakan tolok ukur aspek wujud fisik, keandalan,

daya tanggap, jaminan, dan empati terhadap pelanggan (pasien rumah sakit). Untuk kinerja perspektif

bisnis internal, digunakan aspek sarana dan prasarana rumah sakit, proses, dan kepuasan bekerja. Pada

variabel perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, peneliti menggunakan aspek motivasi (reward and

punishment), kesempatan mengembangkan diri, inovasi, dan suasana dalam bekerja.

Berdasarkan hasil dari pengukuran kinerja rumah sakit yang masih memerlukan perhatian dan

aspek perbaikan, rumah sakit pemerintah tampaknya harus didukung oleh birokrasi yang responsif

untuk segera melakukan kebijakan perbaikan dalam mengantisipasi perubahan di lapangan untuk

meningkatkan kinerja internal rumah sakit. Sehingga rumah sakit sebagai organisasi publik dapat

memberikan kepuasan kepada pasiennya; lebih efisien, ekonomis, dan efektif dalam mengelola

keuangan rumah sakit; memiliki proses bisnis internal yang baik untuk mencapai kepuasan dalam

bekerja; serta pegawai rumah sakit berkesempatan dan berani dalam mengembangkan diri, berinovasi,

dan menciptakan budaya organisasi yang baik.

Page 37: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Daftar Pustaka

Atkinson, Anthony A, dkk. 1995. Management Accounting. Second Edition. Prentice Hill. Richard D Irwin, Inc. Pillipines.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Bharata, Risma W. 2011. “Penerapan Balance Scorecard dalam Mengukur Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Tahun 2008-2010”,Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Chen, Xiao Yun., dkk. (2006), “Using the Balanced Scorecard to Measure Chinese and Japanase Hospital Performance”, International Journal of Health Care Quality Assurance, Vol. 19 No. 4. Pp. 339-350.

Dessler, Gary. 1994. Human Resources Management. 6th Edition. Pearson. Upper Saddle River. New Jersey

Griffith, J.R., Alexander, J.A. dan Jelinek, R.C. (2002), “Measuring comparative hospital performance”, Journal of Healthcare Management, Vol. 47 No. 1, pp. 41-57.

Gunawan, Indri. 2010. “Pengaruh Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi dan Pengendalian Intern terhadap Penerepan Good Corporate Governance(GCG) serta Dampaknya pada Kinerja Rumah Sakit”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman.

Hendrawan, Ronny. 2011. “Analisis Penerapan PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba pada Rumah Sakit Berstatus Badan Layanan Umum”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Mahsun, Mohamad. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Page 38: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Pramadhany, W.E.Y. 2011. “Penerapan Metode Balanced Scorecard sebagai Tolok Ukur Penilaian Kinerja pada Organisasi Nirlaba”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Prasetyono, Nurul Kompyurini. 2007. “Analisis Kinerja Rumah Sakit Daerah dengan Pendekatan Balanced Scorecard berdasarkan Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern, dan Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar.

Rasmini, Ni Luh Supadmi, Ni Luh Putu H.C. 2009. “Penilaian Kinerja Badan Rumah Sakit Umum Tabanan”, Ejournal, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Robertson, Gordon. (2002). Review Kinerja, Lokakarya Review Kinerja: BPKP dan Excecutive Education.

Maskur. 2004. “Pengukuran Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard”,Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Mustafa, Anton B.D. 2009. “Model Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dalam Era Otonomi Daerah (Studi pada 6 Kabupaten Eks-Karesidenan Banyumas dan Sekitarnya”, Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional, Universitas Jenderal Soedirman.

Mustafa, Icuk R.B. dan Yanuar Nugroho, 2009. “Model Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah dalam Era Otonomi Daerah”,Penelitian DIPA, Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman.

Nany, Lyna R., Kartika W.H. 2008. “Penerapan Balanced Scorecard sebagai Pengukur Kinerja Manajemen pada Rumah Sakit Umum Daerah Indramayu”, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4 No 1, Hal. 48-58.

Wirasata, Putu. 2010. “Analisis Pengukuran Kinerja RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau dengan Metode Balanced Scorecard”, Tesis, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia.

Zelman, W.N., Pink, G.H. dan Mathias, C.B. (2003), “Use of the balance scorecard in health care”, Journal of Health Care Finance, Vol. 29 No. 4, pp. 1-16.

Page 39: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Posted in: 

II. Metodologi

SMS Gateway adalah suatu platform yang menyediakan mekanisme untuk

menghantar dan menerima SMS dari peralatan mobile (HP, PDA phone, dan lain-lain) yang

menggunakan keyword tertentu. SMS Gateway adalah komunikasi SMS dua arah. SMS

Gateway merupakan salah satu perkembangan fungsi yang dimiliki SMS.

Pada awalnya, SMS Gateway dibutuhkan untuk menjembatani antar SMSC. Hal ini

Page 40: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

dikarenakan SMSC yang dibangun oleh perusahaan yang berbeda memiliki protokol

komunikasi sendiri, dan protokol tersebut bersifat pribadi. SMS Gateway ini kemudian

ditampatkan di antara kedua SMSC yang berbeda protokol tersebut, yang akan

menerjemahkan data dari protokol SMSC satu ke protokol SMSC lainnya yang dituju.

Gambar 1 menunjukkan ilustrasi SMS Gateway:

Gambar 1 Ilustrasi SMS Gateway

Namun seiring perkembangan teknologi komputer dan perkembangan teknologi

komunikasi, SMS Gateway tidak lagi dimaksudkan sebagaimana yang tampak pada gambar

1.Dewasa ini, masyarakat lebih mengartikan SMS Gateway sebagai suatu jembatan

komunikasi yang menghubungkan perangkat komunikasi (dalam hal ini ponsel) dengan

perangkat komputer. Gambar 2 menunjukkan ilustrasi aplikasi SMS Gateway.

Gambar 2 Ilustrasi SMS Gateway

Page 41: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

SMS Gateway kemudian lebih mengarah kepada sebuah program yang

mengkomunikasikan sistem operasi komputer dengan perangkat komunikasi yang terpasang

untuk mengirim atau menerima SMS.

Model yang digunakan dalam membangun aplikasi ini adalah Model Waterfall.

Model proses ini sering disebut sebagai Waterfall atau Classic Life Cycle Model. Model

Waterfall ini merupakan model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun

perangkat lunak. Pada model ini menyarankan pendekatan yang sistematis dan sekuensial

dalam pengembangan perangkat lunak yang dimulai pada level sistem dan bergerak maju

mulai tahap analisis, desain, coding, testing, operation, dan maintenance. Model Waterfall

yang digunakan dalam membuat aplikasi adalah jenis Model Waterfall menurut referensi

Sommerville (Proboyekti, 2008).

Page 42: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Gambar 3 : Model Waterfall Referensi Sommerville

(Sumber : Software Process Model I, Umi Proboyekti)

Rancangan sistem dari Aplikasi Pelayanan Rumah Sakit Berbasis SMS Gateway ini

dapat digambarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD). Hubungan antara

sistem dengan entitas luar pada aplikasi Pelayanan Rumah Sakit Berbasis SMS Gateway ini

dapat digambarkan dengan diagram konteks sebagai berikut.

Gambar 4 : Diagram Konteks Aplikasi Pelayanan Rumah Sakit Berbasis SMS Gateway

Perancangan struktur data perangkat lunak terdiri dari sebelas tabel, yaitu tabel user,

tabel pasien, tabel dokter, tabel absensi dokter, tabel program pemerintah, tabel

pengumuman, tabel registrasi pasien, tabel poliklinik, tabel bangsal, tabel kritik, dan tabel

Page 43: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

periksa kembali pasien. Berikut adalah salah satu contoh tabel rancangan struktur data

perangkat lunak yaitu tabel dokter.

Tabel 1: Rancangan Tabel Dokter

Rancangan antarmuka merupakan rancangan awal dari pembuatan form-form yang

ada pada Aplikasi Pelayanan Rumah Sakit Berbasis SMS Gateway. Salah satunya adalah

form utama. Form ini berisi menu-menu utama yang akan digunakan untuk mengolah data

pelayanan rumah sakit. Berikut adalah contoh rancangan antarmuka form utama dari Aplikasi

Pelayanan Rumah Sakit Berbasis SMS Gateway.

Page 44: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

Gambar 5: Rancangan Antarmuka Form Utama

http://www.carialamat.com/rumah-sakit-umum-dr-h-abdul-moeloek-bandarlampung-73860.html

http://doktersehat.com/rumah-sakit-umum-abdul-moeloek/

http://fiastri-k.blogspot.com/2009/01/sistem-informasi-manajemen-rumah-sakit.html

http://www.ipmg-online.com/index.php?modul=berita&cat=BMedia&textid=281064846414

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)

Latar BelakangSistem Informasi Manajemen (SIM) bagi suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat penting untuk segera diterapkan. Hal ini mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang ada dalam data medik pasien maupun data-data administrasi yang ada di rumah sakit. Namun menyediakan SIM bukanlah hal yang mudah, terutama jika dikaitkan dengan biaya pengadaan SIM yang relatif sangat besar.

Penerapan sistem informasi pada suatu rumah sakit memerlukan suatu perencanaan yang matang. Bila dilakukan secara tergesa-gesa tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu dikhawatirkan akan memakan biaya yang mahal, kemungkinan ada biaya baru baik untuk riset kelayakan dan lain-lain akan menambah biaya selanjutnya. Dalam penerapan sistem informasi maka masalah finansial merupakan faktor yang sangat penting.

AnalisaSistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yaitu sistem, informasi dan manajemen. Sistem adalah suatu himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Informasi adalah data yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunkannya untuk membuat keputusan. Manajemen adalah tindakan memikirkan dan mencapai

Page 45: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

hasil-hasil yang diinginkan melalui usaha kelompok yang terdiri dari tindakan mendayagunakan bakat-bakat manusia dan sumber-sumber daya. Sehingga Sistem Informasi Manajemen berarti suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Jika lebih spesifik lagi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu prosedur pemrosesan data-data baik data-data umum Rumah Sakit maupun data-data medik pasien sehingga dapat mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.Sistem Informasi Manajemen yang dimaksudkan adalah suatu sistem yang telah berbasiskan komputer untuk mengolah data-data medik pasien maupun data-data administrasi yang dimiliki rumah sakit. Selama ini jika kita bicara tentang rumah sakit, yang paling mudah diingat adalah pelayanannya yang tidak memuaskan ketika melakukan administrasi atau waktu yang terlalu yang dibutuhkan oleh perawat untuk mencari data-data medik pasien.Beberapa hambatan-hambatan yang sering dialami oleh pihak Rumah Sakit yang disebabkan oleh system informasi yang belum dikelola dengan baik adalah pencatatan yang berulang yang menyebabkan penduplikasian data, data yang belum terintegrasi atau masih tersebar, pencatatan data masih dilakukan secara manual sehingga banyak terdapat kesalahan dan informasi terlambat disebarkan. Oleh karena system informasi manajemen untuk Rumah Sakit sangat perlu dilakukan agar dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, dapat menyajikan laporan akurat sehingga dapat memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.Sebelum menerapkan suatu system informasi manajemen untuk Rumah Sakit, kita harus mengetahui kelas dan status dari Rumah Sakit tersebut. Dimana masing-masing Rumah Sakit memiliki kebutuhan system informasi berbeda-beda. Status dan kelas Rumah Sakit dapat dibagi menjadi empat (4), yaitu :• Rumah Sakit Vertikal• Rumah Sakit Umum Daerah• Rumah Sakit Umum Swasta• Rumah Sakit specialistSedangkan untuk melakukan penerapan sistem informasi rumah sakit dibutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Banyak yang harus benar-benar dipersiapkan agar hasil yang akan diperoleh seperti apa yang diharapkan. Komponen utama untuk menunjang terlaksananya penerapan sistem informasi yang benar dan sesuai kebutuhan :• Software (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)• Hardware (seperangkat komputer)• Networking (Jaringan LAN, wireless)• SOP (Standar Operasional Prosedur)• SDM (Sumber Daya Manusia)Ketika system informasi telah disiap diimplementasikan ternyata ada beberapa kendala yang terjadi di lapangan, antara lain ketidaksiapan pihak Rumah Sakit dalam menerapkan system informasi yang terintegrasi dan berbasis komputer, sulitnya merubah pola kerja yang telah terbiasa dengan system manual menjadi komputerisasi, dan penyajian data yang belum semuanya dalam bentuk elektronik yang akan memudahkan proses migrasi data.

Kesimpulan1. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) sangat dibutuhkan agar Rumah Sakit dapat meningkatkan pelayanannya baik ke pihak masyarakat umum maupun pihak manajemen.2. Dengan adanya SIMRS, proses bisnis dalam Rumah Sakit dapat tepat waktu dan efektif terutama dalam proses pengambilan keputusan.3. Kelas dan status Rumah Sakit akan mempengaruhi kebutuhan dalam pemilihan system informasi yang akan digunakan.

Daftar Pustaka

Page 46: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Abdul Moeloek

AA Hafizh, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) atau (SIM-RS), http://72.14.235.132/search?q=cache:H3s2EMzm0MIJ:siliwangi.blog.friendster.comEchie, Sekapur Sirih Tentang Sistem Informasi Manajemen, http://72.14.235.132/search?q=cach