Upload
ratna-yulia-dewi
View
424
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien.
Ratna Yulia Dewi (16)Wilda Aldama (21)
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
I. PENGERTIAN SPI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 60 tahun 2008, Sistem pengendalian Intern atau SPI
ialah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem
pengendalian intern berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan,
lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan
telaahan sejawat. Pengawasan intern pemerintah dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan atau BPKP, yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
II. TUJUAN SPI
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan karena selain bertujuan untuk mencapai pengelolaan
keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, Sistem pengendalian Intern
pemerintah juga memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
III. UNSUR SPI
Berdasarkan PP 60 tahun 2008, Unsur -unsur Sistem Pengendalian Intern terdiri dari :
a. lingkungan pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian
yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern
dalam lingkungan kerjanya, melalui:
a) penegakan integritas dan nilai etika;
b) komitmen terhadap kompetensi;
c) kepemimpinan yang kondusif;
d) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia;
g) perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
1 | P a g e
h) hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
b. Penilaian risiko
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko yang terdiri atas:
a. identifikasi risiko; dan
b. analisis risiko.
Dalam rangka penilaian risiko tersebut, pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:
a. tujuan Instansi Pemerintah yang memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur,
dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. dan
b. tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
c. Kegiatan pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai
dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Kegiatan pengendalian terdiri atas:
a) reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
b) pembinaan sumber daya manusia;
c) pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d) pengendalian fisik atas aset;
e) penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
f) pemisahan fungsi;
g) otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
h) pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
i) pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
j) akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
k) dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian
penting.
d. Informasi dan Komunikasi
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan
informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat serta diselenggarakan secara efektif, dimana
sekurang-kurangnya :
a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan
b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.
e. Pemantauan Pengendalian Intern.
2 | P a g e
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern
yang dilaksanakan melalui :
1. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin,
supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan
tugas.
2. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian
efektivitas Sistem Pengendalian Intern yang dapat dilakukan oleh aparat pengawasan
intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dan dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar uji pengendalian intern.
3. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu
lainnya yang ditetapkan.
IV. PERLUKAH SPI? SAAT INI SPI ADA/TIDAK DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN?
Menurut pendapat kami SPI perlu diterapkan dalam pemerintahan. Dalam rangka pengelolaan
keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan pemerintah membutuhkan system yang
dapat memberi keyakinan memadai dalam penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi
Pemerintah untuk mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan
keuangan negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Saat ini, SPI sudah ada dalam penyelenggaraan pemerintahan, namun keberadaannya masih
dikritsi oleh BPK selaku auditor eksternal dan beberapa lembaga pemantau, sebab diakui masih
memiliki kelemahan dalam penerapannya di pemerintah. untuk menghindari adanya
penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran (APBN/APBD). Dalam Pasal 58 ayat (1) dan ayat
(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara memerintahkan
pengaturan lebih lanjut ketentuan mengenai sistem pengendalian intern pemerintah
secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah. Atas dasar tersebut, Pemerintah kemudian
menerbitkan PP No.60/2008 tentang standar pengendalian internal pemerintahan.
V. HUBUNGAN SPI DENGAN KASUS ENRON
Enron Corp. adalah “pencakar langit” dalam dunia bisnis Amerika, sama seperti Gedung World Trade Center yang menjulang tinggi di kota New York. Mirip Tragedi WTC, tapi minus darah dan kematian, Enron menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan diri bangkrut pada 2 Desember lalu, -kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis Amerika sepanjang masa.
Mengejutkan dan mencengangkan. Belum lama berselang, perusahaan raksasa energi itu masih bertengger di peringkat ke-7 dalam “Fortune 500″-daftar perusahaan terkaya dunia versi Majalah
3 | P a g e
Fortune. Omsetnya bisnisnya pada tahun 2000 lalu tercatat sekitar US$ 100 milyar, kurang-lebih sama dengan total pendapatan kotor negeri sebesar Indonesia pada tahun yang sama.
Enron dipandang sukses menyulap diri dari sekadar perusahaan pipanisasi gas alam di Negara Bagian Texas pada 1985 menjadi raksasa global dalam beberapa tahun terakhir. Dia membeli perusahaan air minum di Inggris dan membangun pembangkit listrik swasta di India. Konsep bisnisnya yang visioner dan futuristik membuat dia menjadi anak emas di lantai bursa Wall Street. Harga sahamnya terus meroket.
Akhir 1999, Enron meluncurkan EnronOnline yang dianggap akan mengubah wajah bisnis energi masa depan. Memanfaatkan Internet, divisi e-commerce itu membeli gas, air minum dan tenaga listrik dari produsen dan menjualnya kepada pelanggan atau distributor besar. Enron bahkan memperluas wilayah: membangun jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi serta bertekad menjual bandwidth jaringan itu seperti dia menjual gas dan listrik. Setelah itu mungkin dia akan jual-beli online untuk kertas daur ulang pabrik miliknya.
Tak lama setelah dia memasuki bisnis jasa video-on-demand-menjual tayangan video kepada pelanggan via sambungan internet kecepatan tinggi–harga saham Enron mencapai puncaknya, US$ 90 per lembar, pada Agustus 2000. Meski kemudian merosot bersama jatuhnya saham-saham teknologi dan internet lain, pertengahan tahun lalu nilai pasar Enron (jumlah lembar saham dikalikan harganya) masih berkisar US$ 60 milyar, atau dua kali lipat anggaran belanja Indonesia.
Miliaran dolar menguap hampir seketika. Pada Oktober 2001 Enron menjatuhkan bom di Wall Street dengan melaporkan kerugian ratusan juta dolar pada kwartal itu. Sangat mengejutkan karena Enron hampir selalu membawa berita gembira ke lantai bursa dengan selama empat tahun berturut-turut melaporkan keuntungan. Kabar buruk itu membanting harga saham Enron dari sekitar US$ 30 menjadi US$ 10 per lembar, hanya dalam hitungan hari.
Securities Exchange Commission (SEC), badan pengawas pasar modal, membaui ada yang tidak beres dan mulai menggelar penyidikan. Dalam kondisi terdesak, Enron menjatuhkan bom lebih dahsyat lagi ke lantai bursa ketika pada 8 November mengakui bahwa keuntungannya selama ini adalah fiksi belaka. Enron merevisi laporan keuangan lima tahun terakhir dan membukukan kerugian US$ 586 juta serta tambahan catatan utang sebesar US$ 2,5 miliar.
Harga saham Enron makin berkeping. Namun, pada akhir November, Enron sedikit bisa bernafas lega ketika Dynegy Inc, pesaingnya yang jauh lebih kecil, berniat membeli sahamnya dalam sebuah kesepakatan merger. Harapan itu tak berumur lama. Spiral kematian terus berlanjut. Dynegy mundur setelah Enron makin kehilangan kepercayaan investor dan rating kreditnya jatuh ke titik terendah-berstatus “junk-bond”.
Dalam sebuah hari yang paling “berdarah”, ketika tak kurang seperempat milyar lembar sahamnya dipertukarkan di lantai bursa, harga Enron meluncur ke dasar jurang. Hanya puluhan sen nilainya. Beberapa hari kemudian Enron menyerah: mengajukan petisi bangkrut.
http://iramustika.wordpress.com/2008/04/24/skandal-enron-dan-arthur-andersen/
4 | P a g e
Secara umum terdapat hubungan mengenai SPI dengan kasus ENRON, dimana sebab utama
dari munculya kasus ENRON ialah masalah Sistem Pengendalian Internal.
Dalam kasus tersebut, tercermin bahwa sebenarnya Sistem yang bertindak sebagai pengendali
intern dalam perusahaan ENRON sudah berjalan akan tetapi pelaksanaannya tidak sesuai
dengan ketentuan dan tujuan SPI. Sistem pengendalain intern dalam perusahaan ENRON
dinilai sangat buruk bahkan cenderung melakukan kegiatan criminal (penipuan) sebab auditor
internal melalui pemalsuan laporan keuangan terhadap auditor independen yang kemudian
diaudit dan dipublikasikan kepada para investor dan kreditor sebagai pertimbangan investasi.
Fungsi auditor independen tak hanya memastikan bahwa laporan keuangan sebuah perusahaan
sesuai dengan aturan dan standar akutansi, tapi juga memberi investor maupun kreditor
gambaran yang fair serta akurat tentang apa yang terjadi. Para direktur perusahaan publik pun
mempunyai kewajiban legal dan moral untuk memberikan data keuangan yang jujur, namun
para direksi Enron tidak melakukannya. Saat kenyataan yang terjadi di dalam perusahaan
ENRON mencuat ke permukaan, bahwa selama ini ENRON mengalami kerugian dan hutang
dalam jumlah besar, mengakibatkan dampak yang sangat signifikan bagi berbagai kalangan.
Selain bangkrutnya perusahaan ENRON, para investor pun mengalami kerugian besar serta
adanya pemutusan pekerjaan terhadap ±5000 karyawannya.
5 | P a g e