Upload
ghusti-rahmatika
View
264
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 Sistem Penghidu
1/24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan penghidu adalah gangguan dari saraf olfaktorius, yang
merupakan saraf untuk menghidu. Gangguan penghidu disebut dengan osmia.
Gangguan pembauan dapat bersifat total (seluruh bau), parsial (hanya
sejumlah bau), atau spesifik (hanya satu atau sejumlah kecil bau). 4
2.2 Anatomi Hidung
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke
bawah adalah pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung, alar
nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh
kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung. erangka tulang terdiri dari tulang hidung (os nasalis),
prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontal, sedangkan
kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak di bagian bawah hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis lateralis
superior, sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga
sebagai kartilago alar mayor, beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi
anterior kartilago septum.!
3
8/20/2019 Sistem Penghidu
2/24
Gambar " #$natomi Hidung %uar
&ongga hidung atau ka'um nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi ka'um
nasi kanan dan kiri. intu atau lubang masuk ka'um nasi bagian depan
disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana)
yang menghubungkan ka'um nasi dengan nasofaring.!
i antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga
sempit yang disebut meatus. *ergantung dari letak meatus, ada tiga meatus
yaitu meatus inferior, medius dan superior. +eatus inferior terletak di antara
konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. ada
meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis.!
inding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os
maksila dan os palatum. inding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dan
rongga hidung.
4
8/20/2019 Sistem Penghidu
3/24
Gambar 2 Ka!um Nasi
2.2.1 Persarafan Hidung
agian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris
dari n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang
berasal dan n.oftalmikus (./-0). er'us olfaktorius turun melalui lamina
kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir
pada sel-sel reseptor penghidu pada rnukosa olfaktorius di daerah sepertiga
atas hidung.!,
Gambar " Ner!us o#fa$torius
5
8/20/2019 Sistem Penghidu
4/24
2.2.2 %u$osa Hidung
&ongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa
penghidu (mukosa olfaktorius). +ukosa pernapasan terdapat pada sebagian
besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel toraks berlapis
semu (pseudostratified columnar epitelium) yang mempunyai silia dan di
antaranya terdapat sel-sel goblet.!
Gambar & %u$osa 'idung
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum. artikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan
palut lendir atau bila menarik napas dengan kuat. +ukosa olfaktorius terdapat
pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.
+ukosa ini dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak bersilia
( pseudostratified columnar non ciliated epithelium). 1pitelnya dibentuk oleh
tiga macam sel yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu.
6
8/20/2019 Sistem Penghidu
5/24
aerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan. i antara sel-sel
reseptor (neuron) terdapat banyak kelenjar owman penghasil mukus (air,
mukopolisakarida, en2im, antibodi, garam-garam dan protein pengikat bau).
3ejumlah besar kelenjar owman terdapat dalam lamina propria pada region
olfaktorius. 3el-sel reseptor bau merupakan satu-satunya sistem saraf pusat
yang dapat berganti secara regular (4- minggu). ",5,6
Gambar ( %u$osa )eng'idu
3istem olfaktorius terdiri dari mukosa olfaktorius pada bagian atas
ka'um nasal, fila olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus
orbitalis. 3araf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya
berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari
tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus
olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal
bagian medial sisi yang sama. euroepitel olfaktorius terletak di bagian atas
rongga hidung di dekat cribiform plate, septum nasi superior dan dinding
nasal superolateral. 3truktur ini merupakan neuroepitelium pseudostratified
khusus yang didalamnya terdapat reseptor olfaktorius utama.",4,
/ariasi menghidu pada indi'idu mencirikan struktur region penghidu,
7
8/20/2019 Sistem Penghidu
6/24
perbedaan ini berhubungan dengan ketebalan mukosa (biasanya sekitar 67
mikron), ukuran sel dan 'esikel olfaktorius. 1pitelium olfaktorius terdiri atas
tiga lapisan sel yaitu saraf bipolar olfaktorius, sel sustentakular penyokong
yang besar jumlahnya dan sejumlah sel basal. 3el-sel olfaktorius merupakan
suatu neuron bipolar. 8jung distal sel ini merupakan suatu dendrit yang telah
mengalami modifikasi yang menonjol di atas permukaan epitel membentuk
'esikel olfaktorius. 3ilia berdiri di atas tonjolan mukosa yang dinamakan
'esikel olfaktorius dan masuk ke dalam lapisan sel-sel reseptor olfaktoria.
ada permukaan 'esikel terdapat "7 sampai " silia nonmotil. 8jung
proksimal sel membentuk akson, di mana akson ini bergabung dengan akson
lainnya membentuk neuron olfaktorius.",4,
euron olfaktorius mempunyai akson yang tidak bermielin, akson
dari sensosel dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk serat saraf yang
melalui lamina kribrosa ke dalam bulbus olfaktorius. ulbus olfaktorius
terletak di basal lobus frontalis. ulbus olfaktorius terdiri atas beberapa
lapisan ( dari luar ke dalam bulbus), yaitu lapisan gromerular, lapisan
pleksiformis eksternalis, lapisan sel mitral, lapisan pleksiformis internal dan
lapisan sel granula. i dalam bulbus olfaktorius terjadi sinaps dengan dendrit
neuron kedua. $kson-akson neuron kedua membentuk traktus olfaktorius,
yang berjalan ke otak untuk berhubungan dengan sejumlah nuklei, fasikuli
dan traktus lainnya.4,
8
8/20/2019 Sistem Penghidu
7/24
Gambar * Area o#fa$torius
2." +isio#ogi Pen,iuman
3ensasi penghidu diperantarai oleh stimulasi sel reseptor olfaktorius
oleh 2at - 2at kimia yang mudah menguap. 8ntuk dapat menstimulasi reseptor
olfaktorius, molekul yang terdapat dalam udara harus mengalir melalui
rongga hidung dengan arus udara yang cukup turbulen dan bersentuhan
dengan reseptor. 9aktor-faktor yang menentukan efekti'itas stimulasi bau
meliputi durasi, 'olume dan kecepatan menghirup. *iap sel reseptor
olfaktorius merupakan neuron bipolar sensorik utama.4,6
alam rongga hidung rata-rata terdapat lebih dari "77 juta reseptor.
euron olfaktorius bersifat unik karena secara terus-menerus dihasilkan oleh
sel-sel basal yang terletak dibawahnya. 3el-sel reseptor baru dihasilkan
kurang lebih setiap 57-67 hari."
ada inspirasi dalam, molekul udara lebih banyak menyentuh mukosa
olfaktorius sehingga sensasi bau bisa tercium. *erdapat beberapa syarat 2at-
2at yang dapat menyebabkan perangsangan penghidu yaitu 2at-2at harus
mudah menguap supaya mudah masuk ke dalam ka'um nasi, 2at-2at harus
9
8/20/2019 Sistem Penghidu
8/24
sedikit larut dalam air supaya mudah melalui mukus dan 2at-2at harus mudah
larut dalam lemak karena sel-sel rambut olfaktoria dan ujung luar sel-sel
olfaktoria terdiri dari 2at lemak."
:at-2at yang ikut dalam udara inspirasi akan larut dalam lapisan
mukus yang berada pada permukaan membran. +olekul bau yang larut dalam
mukus akan terikat oleh protein spesifik (G-;&). G-protein ini akan
terstimulasi dan mengakti'asi en2im $denyl 3iklase. $kti'asi en2im $denyl
3iklase mempercepat kon'ersi $* kepada c$+. $ksi c$+ akan
membuka saluran ion ;a
8/20/2019 Sistem Penghidu
9/24
Gambar - Transdu$si sina# o#fa$tori
Transmisi Sensasi Bau
11
8/20/2019 Sistem Penghidu
10/24
2.&. Gangguan Peng'idu
+acam-macam kelainan penghidu!,4 #
$gnosia # tidak bisa menyebutkan atau membedakan bau, walaupun
penderita dapat mendeteksi bau.
$nosmia # tidak bisa mendeteksi bau. $nosmia dapat timbul akibat
trauma di daerah frontal atau oksipital, setelah infeksi oleh
'irus, tumor, proses degenerasi pada orang tua.
Hiposmia # penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau.
Hiperosmia # peningkatan sensisti'itas mendeteksi bau.
isosmia # distorsi identifikasi bau.
arosmia # perubahan persepsi pembauan meskipun terdapat sumber
bau, biasanya bau tidak enak, biasanya disebabkan oleh
trauma.
akosmia # timbul pada epilepsi unsinatus, lobus temporalis,
kelainan psikologik atau kelainan psikiatri seperti depresi
dan psikosis.
hantosmia # persepsi bau tanpa adanya sumber bau.
resbiosmia # penurunan atau kehilangan persepsi pembauan yang
terjadi pada orang tua.
12
8/20/2019 Sistem Penghidu
11/24
2.( /tio#ogi dan Patogenesis
Gangguan pembauan dapat disebabkan oleh proses-proses patologis di
sepanjang jalur olfaktorius. elainan ini dianggap serupa dengan gangguan
pendengaran yaitu berupa defek konduktif atau sensorineural. ada defek
konduktif (transport) terjadi gangguan transmisi stimulus bau menuju
neuroepitel olfaktorius. ada defek sensorineural prosesnya melibatkan
struktur saraf yang lebih sentral. 3ecara keseluruhan, penyebab defisit
pembauan yang utama adalah penyakit pada rongga hidung dan>atau sinus,
sebelum terjadinya infeksi saluran nafas atas karena 'irus? dan trauma kepala.
". Defe$ $ondu$tif
a. Proses inf#amasi0)eradangan
roses inflamasi>peradangan dapat mengakibatkan gangguan
pembauan. elainannya meliputi rhinitis (radang hidung) dari berbagai
macam tipe, termasuk rhinitis alergika, akut, atau toksik (misalnya pada
pemakaian kokain). enyakit sinusitis kronik seringkali diikuti dengan
penurunan fungsi pembauan meski telah dilakukan inter'ensi medis,
alergis dan pembedahan secara agresif.
b. Adana massa0tumor
+assa>tumor dapat menyumbat rongga hidung sehingga
menghalangi aliran odorant ke epitel olfaktorius. elainannya meliputi
polip nasal (paling sering), in'erting papilloma, dan keganasan.
13
8/20/2019 Sistem Penghidu
12/24
c. as,a #aringe$tomi atau tra$eotomi
asien pasca laringektomi atau trakeotomi dapat menderita
hiposmia karena berkurang atau tidak adanya aliran udara yang melalui
hidung. asien anak dengan trakeotomi dan dipasang kanula pada usia
yang sangat muda dan dalam jangka waktu yang lama kadang tetap
menderita gangguan pembauan meski telah dilakukan dekanulasi. Hal ini
terjadi karena tidak adanya stimulasi sistem olfaktorius pada usia yang
dini.
!. Defe$ sentra#0sensorineura#
a. Proses infe$si0inf#amasi
roses infeksi>inflamasi menyebabkan defek sentral dan gangguan
pada transmisi sinyal. elainannya meliputi infeksi 'irus (yang merusak
neuroepitel), sarkoidosis (mempengaruhi stuktur saraf), @egener
granulomatosis, dan sklerosis multipel.
b. Kongenita#
elainan congenital menyebabkan hilangnya struktur saraf.
allman syndrome ditandai oleh anosmia akibat kegagalan ontogenesis
struktur olfakorius dan hipogonadisme hipogonadotropik.
c. Gangguan endo$rin
14
8/20/2019 Sistem Penghidu
13/24
Gangguan endokrin seperti hipotiroidisme, hipoadrenalisme, dan
diabetes mellitus berpengaruh pada fungsi pembauan.
d. Trauma $e)a#a o)erasi ota$ , atau )endara'an subara,'noid
*rauma kepala, operasi otak atau pendarahan subarachnoid dapat
menyebabkan regangan, kerusakan atau terpotongnya fila olfaktoria yang
halus dan mengakibatkan anosmia.
e. *o$sisitas dari obatobatan sistemi$ atau in'a#asi
isfungsi pembauan juga dapat disebabkan oleh toksisitas dari
obat-obatan sistemik atau inhalasi seperti aminoglikosida dan formaldehid.
anyak obat-obatan dan senyawa yang dapat mengubah sensiti'itas bau,
diantaranya alkohol, nikotin, bahan terlarut organik, dan pengolesan garam
2ink secara langsung.
f. Defisiensi gi3i
efisiensi 'itamin $, thiamin, dan 2ink dapat mempengaruhi
pembauan.
g. Aumlah serabut pada bulbus olfaktorius berkurang dengan laju "B per
tahun. erkurangnya struktur bulbus olfaktorius ini dapat terjadi sekunder
karena berkurangnya sel-sel sensorik pada mukosa olfaktorius dan
penurunan fungsi proses kognitif di susunan saraf pusat.5
15
8/20/2019 Sistem Penghidu
14/24
h. Proses degeneratif
roses degeneratif pada sistem saraf pusat (penyakit arkinson,
$l2heimer disease, proses penuaan normal) dapat menyebabkan hiposmia.
ada kasus $l2heimer disease, hilangnya fungsi pembauan kadang
merupakan gejala pertama dari proses penyakitnya. 3ejalan dengan proses
penuaan, berkurangnya fungsi pembauan lebih berat daripada fungsi
pengecapan, dimana penurunannya nampak paling menonjol selama usia
dekade ketujuh.!
2.* Diagnosis
*ahapan pertama dalam mendiagnosis adalah melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. erikan penekanan khusus pada
riwayat 03$, patologi hidung atau sinus, riwayat trauma, masalah medis
lainnya, dan obat-obatan yang diminum. %akukan ;* scan jika dipandang
perlu. 3eringkali dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan +&0 apabila
riwayat penyakitnya tidak mendukung atau ditemukan gejala dan tanda
neurologis sekunder. 5
2.*.1 Tanda dan Ge4a#a
$nosmia unilateral jarang menjadi keluhan. $nosmia hanya dapat
dikenali dengan menguji bau secara terpisah pada masing-masing lubang
16
8/20/2019 Sistem Penghidu
15/24
hidung. $nosmia bilateral, di lain pihak, membuat pasien mencari
pertolongan dokter. asien-pasien anosmik biasanya mengeluhkan hilangnya
kemampuan merasa meskipun ambang rasanya mungkin berada pada kisaran
normal. ada kenyataannya, mereka mengeluhkan hilangnya deteksi rasa,
yang sebagian besar merupakan fungsi dari penciuman.5
2.*.2 Pemeri$saan +isi$
emeriksaan fisik harus dilakukan secara teliti dan menyeluruh yang
meliputi pemeriksaan telinga, hidung, kepala dan leher. emeriksaan tersebut
berguna untuk mengidentifikasi jenis dan asal kelainan.
a. onduktif
emeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya massa atau polip,
perdarahan dan bekuan darah, de'iasi septum atau adanya fraktur pada tulang
kribriformis yang biasa dijumpai pada trauma kepala yang menghalangi aliran
udara ke sel epitel olfaktori. $danya inflamasi atau iritasi mukosa hidung
yang bisa disebabkan oleh allergen, bakteri, 'irus ataupun bahan iritan juga
bisa mengakibatkan gangguan konduktif
3elain pemeriksaan hidung, pemeriksaan telinga juga bisa dilakukan
untuk memastikan otitis media serosa yang menandakan adanya massa atau
inflamasi pada nasofaring. +assa nasofaring yang menonjol ke rongga mulut
atau drainase purulen di orofaring dapat ditemukan pada pemeriksaan mulut.
%eher harus dipalpasi untuk mencari massa atau pembesaran tiroid.
b. 3ensorineural
17
8/20/2019 Sistem Penghidu
16/24
emeriksaan sensorik fungsi penciuman dibutuhkan untuk (")
memastikan keluhan pasien, (!) menge'aluasi kemanjuran terapi, dan (5)
menentukan derajat gangguan permanen.
1. %angkah pertama menentukan sensasi kualitatif.
%angkah pertama dalam pemeriksaan sensorik adalah menentukan
derajat sejauh mana keberadaan sensasi kualitatif. eberapa metode sudah
tersedia untuk pemeriksaan penciuman diantaranya #
a5 *es Cdor stiD E *es Cdor stiD menggunakan sebuah pena ajaib mirip
spidol yang menghasilkan bau-bauan. ena ini dipegang dalam jarak
sekitar 5-6 inci dari hidung pasien untuk memeriksa persepsi bau oleh
pasien secara kasar.
b5 *es alkohol "! inci E 3atu lagi tes yang memeriksa persepsi kasar
terhadap bau, tes alkohol "! inci, menggunakan paket alkohol
isopropil yang baru saja dibuka dan dipegang pada jarak sekitar "!
inci dari hidung pasien.
,5 3cratch and sniff card (artu gesek dan cium) E *ersedia scratch and
sniff card yang mengandung 5 bau untuk menguji penciuman secara
kasar.
d5 *he 8ni'ersity of ennsyl'ania 3mell 0dentification *est (830*) E
*es yang jauh lebih baik dibanding yang lain adalah 830*? ia sangat
dianjurkan untuk pemeriksaan pasien dengan gangguan penciuman.
18
8/20/2019 Sistem Penghidu
17/24
*es ini menggunakan 47 item pilihan-ganda yang berisi bau-bauan
scratch and sniff berkapsul mikro. 3ebagai contoh, salah satu itemnya
berbunyi Fau ini paling mirip seperti bau (a) coklat, (b) pisang, (c)
bawang putih, atau (d) jus buah, dan pasien diharuskan menjawab
salah satu dari pilihan jawaban yang ada. *es ini sangat reliabel
(reliabilitas tes-retes jangka pendek r 7,I) dan sensitif terhadap
perbedaan usia dan jenis kelamin. *es ini merupakan penentuan
kuantitatif yang akurat untuk derajat relatif defisit penciuman. Crang-
orang yang kehilangan seluruh fungsi penciumannya akan mencapai
skor pada kisaran =-"I dari maksimal 47. 3kor rata-rata untuk pasien-
pasien anosmia total sedikit lebih tinggi dibanding yang diperkirakan
menurut peluang saja karena dimasukannya sejumlah bau-bauan yang
beraksi melalui rangsangan trigeminal.
Gambar 6 a#at tes sniffin sti,$
19
8/20/2019 Sistem Penghidu
18/24
Gambar 7 ,ara me#a$u$an tes sniffin sti,$
2. %angkah ke-dua menentukan ambang deteksi. 3etelah dokter menentukan
derajat sejauh mana keberadaan sensasi kualitatif, langkah kedua pada
pemeriksaan sensorik adalah menetapkan ambang deteksi untuk bau
alkohol feniletil. $mbang ini ditetapkan menggunakan rangsangan
bertingkat. 3ensiti'itas untuk masing-masing lubang hidung ditentukan
dengan ambang deteksi untuk fenil-teil metil etil karbinol. *ahanan hidung
juga dapat diukur dengan rinomanometri anterior untuk masing-masing
sisi hidung.
3ebenarnya pemeriksaan olfaktorius dapat juga terbagi menjadi !
macam yaitu pemeriksaan olfaktorius subjektif dan objektif. ada
pemeriksaan olfaktorius subjektif, pelbagai bahan diletakkkan di depan
hidung penderita secara terpisah antara kedua lubang hidung sebelum dan
setelah dekongesti dari mukosa hidung. eberapa jenis substansi digunakan,
yaitu yang mempunyai bau yang akan menstimulasi hanya ner'us olfaktorius
(kopi, coklat, 'anilla, la'ender), substansi yang menstimulasi komponen
trigeminal (menthol, asam asetat), serta substansi yang turut mempunyai
komponen pengecapan (kloroform piridine) .
20
8/20/2019 Sistem Penghidu
19/24
emeriksaan olfaktorius subjektif juga bisa dilakukan menggunakan
alat test yang siap pakai, misalnya 3niffinJ 3ticks. 3niffinJ 3ticks
menggunakan sejumlah stik n-butanol yang berbentuk seperti pen dan
mengandung bau dengan konsentrasi yang berbeda. +elalui penggunaan alat
ini, kemampuan mendeteksi bau, membedakan bau-bau yang berlainan serta
kemampuan mengidentifikasi bau dapat dinilai. asien yang dites akan
ditutup matanya, kemudian pemeriksa akan meminta pasien menghidu tiga
stik, dimana antara ketiga-tiga stik tersebut hanya satu stik yang mempunyai
bau. Aika pasien tidak bisa mendeteksi sembarang bau atau mengidentifikasi
stik yang salah, maka digunakan stik dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
onsentrasi stik yang diberikan akan terus meningkat sehingga pasien dapat
mengidentifikasi dengan benar paling kurang dua kali. 3etelah itu dinilai pada
konsentrasi yang mana pasien bisa mendeteksi bau tersebut dengan benar. *es
ini hanya memerlukan waktu "7 menit dan mudah dilakukan.
emeriksaan olfaktorius objektif jauh lebih mahal dibanding
pemeriksaan subjektif dan biasanya dilakukan di pusat-pusat yang lebih besar.
au murni serta stimulan ner'us trigeminus diberikan kepada pasien secara
terpisah, kemudian respon yang terjadi diukur dan dianalisis menggunakan
komputer. emeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah tes gula
darah, tes reduksi urin dan lain- lain.5
2.*." Temuan 8aboratorium
21
8/20/2019 Sistem Penghidu
20/24
@alau tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
standar namun dapat dilakukan pemeriksaan alergi, +, fungsi tiroid, fungsi
ginjal dan hepar, fungsi endokrin, dan defisiensi gi2i berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik. *elah dikembangkan teknik-teknik untuk
biopsi neuroepitelium olfaktorius. amun, karena degenerasi neuroepitelium
olfaktorius yang luas dan interkalasi epitel pernapasan pada daerah
penciuman orang dewasa tanpa disfungsi penciuman yang jelas, material
biopsi harus diinterpretasikan dengan hati-hati.
2.*.& Pen,itraan
;* scan atau +&0 kepala dibutuhkan untuk menyingkirkan neoplasma
pada fossa kranii anterior, fraktur fossa kranii anterior yang tak diduga
sebelumnya, sinusitis paranasalis, dan neoplasma pada rongga hidung dan
sinus paranasalis. elainan tulang paling bagus dilihat melalui ;*, sedangkan
+&0 bermanfaat untuk menge'aluasi bulbus olfaktorius, 'entrikel, dan
jaringan-jaringan lunak lainnya di otak. ;* koronal paling baik untuk
memeriksa anatomi dan penyakit pada lempeng kribiformis, fossa kranii
anterior, dan sinus.5
2.- Penata#a$sanaan
Hiposmia yang hilang timbul dan ber'ariasi derajatnya dapat
disebabkan oleh rhinitis 'asomotor, rhinitis alergi atau sinusitis. eluhan ini
dapat hilang bila penyebabnya diobati. ada polip nasi, tumor hidung rhinitis
22
8/20/2019 Sistem Penghidu
21/24
kronis spesifik (rhinitis atrofi, sifilis, lepra, skleroma, tuberkulosis) terjadi
hiposmia akibat dari sumbatan, yang akan hilang bila penyakitnya diobati.
&initis medikamentosa akibat dari pemakaian obat tetes hidung
menyebabkan hiposmia atau anosmia yang akan sembuh bila pemakaian obat-
obatan penyebabnya dihentikan.*umor n.olfaktorius bentuknya mirip polip
nasi. iagnosis pasti berdasarkan pemeriksaaan histologi dan diterapi dengan
pembedahan.
9aktor usia lanjut dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya daya
penghidu, terutamanya tidak mampu menghidu 2at yang berbentuk gas.
elainan ini tidak dapat diobati.
*rauma kepala ringan atau berat dapat menimbulkan anosmia. *rauma
dapat mengenai daerah oksipital atau frontal. ada pascatrauma, dapat terjadi
parosmia, yaitu penciuman bau sangat berbeda dengan yang seharusnya dan
biasanya tercium bau yang tidak enak dan kadang-kadang sensasi bau ini
timbul secara spontan. elainan penghidu ini mungkin dapat sembuh, yang
akan terjadi dalam beberapa minggu setelah trauma. ila setelah tiga bulan
tidak membaik, berarti prognosisnya buruk.
*umor intrakranial yang menekan n.olfaktorius mula-mula akan
menaikkan ambang penghidu dan mungkin akan menimbulkan masa kelelahan
penghidu yang makin lama makin memanjang. Csteomata atau meningiomata
di dasar tengkorak atau sinus paranasalis dapat menimbulkan anosmia
unilateral. *umor lobus frontal selain menyebabkan gangguan penghidu sering
23
8/20/2019 Sistem Penghidu
22/24
juga disertai dengan gejala lain, yaitu gangguan penglihatan, sakit kepala dan
kadang-kadang kejang lokal.
1pilepsi lobus temporal dapat didahului oleh aura penghidu. 3eringkali
halusinasi bau yang timbul adalah bau busuk atau bau sesuatu yang terbakar,
jarang yang bau wangi. Gejala ini tidak menetap.
elainan psikologik seperti rendah diri mungkin menyebabkan merasa
bau badan atau bau napas sendiri. asien setelah diperiksa, bila ternyata tidak
ada kelainan perlu diyakinkan dan dihilangkan gangguan psikologiknya.
elainan psikiatrik seperti depresi, ski2ofrenia atau demensia senilis dapat
menimbulkan halusinasi bau. asus demikian perlu dirujuk ke seorang
psikiater. adang-kadang ada keluhan hilangnya penghidu pada pasien
hysteria atau berpura-pura (malingering) pascaoperasi hidung atau trauma.
ila diperiksa biasanya pasien mengatakan tidak dapat mendeteksi ammonia.5
Tera)i
1. Hi)osmia Kondu$tif
*erapi bagi pasien-pasien dengan kurang penciuman hantaran akibat
rinitis alergi, rinitis dan sinusitis bakterial, polip, neoplasma, dan kelainan-
kelainan struktural pada rongga hidung dapat dilakukan secara rasional dan
dengan kemungkinan perbaikan yang tinggi. *erapi berikut ini seringkali
efektif dalam memulihkan sensasi terhadap bau yaitu pengelolaan alergi,
terapi antibiotik, terapi glukokortikoid sistemik dan topikal dan operasi untuk
polip nasal, de'iasi septum nasal, dan sinusitis hiperplastik kronik.
24
8/20/2019 Sistem Penghidu
23/24
2. Hi)osmia Sensorineura#
*idak ada terapi dengan kemanjuran yang telah terbukti bagi kurang
penciuman sensorineural. 8ntungnya, penyembuhan spontan sering terjadi.
3ebagian dokter menganjurkan terapi 2ink dan 'itamin. efisiensi 2ink yang
mencolok tidak diragukan lagi dapat menyebabkan kehilangan dan gangguan
sensasi bau, namun bukan merupakan masalah klinis kecuali di daerah-daerah
geografik yang sangat kekurangan. *erapi 'itamin sebagian besar dalam
bentuk 'itamin $. egenerasi epitel akibat defisiensi 'itamin $ dapat
menyebabkan anosmia, namun defisiensi 'itamin $ bukanlah masalah klinis
yang sering ditemukan di negara-negara barat. ajanan pada rokok dan
bahan-bahan kimia beracun di udara yang lain dapat menyebabkan metaplasia
epitel penciuman. enyembuhan spontan dapat terjadi bila faktor pencetusnya
dihilangkan? karenanya, konseling pasien sangat membantu pada kasus-kasus
ini.5
2.7 Prognosis
Hasil akhir disfungsi penciuman sebagian besar bergantung pada
etiologinya. isfungsi penciuman akibat sumbatan yang disebabkan oleh
polip, neoplasma, pembengkakan mukosa, atau de'iasi septum dapat
disembuhkan. ila sumbatan tadi dihilangkan, kemampuan penciuman
semestinya kembali. 3ebagian besar pasien yang kehilangan indra
penciumannya selama menderita infeksi saluran napas bagian atas sembuh
sempurna kemampuan penciumannya? namun, sebagian kecil pasien tak
pernah sembuh setelah gejala-gejala 03$ lainnya membaik. arena alasan-
25
8/20/2019 Sistem Penghidu
24/24
alasan yang belum jelas, pasien-pasien ini sebagian besar adalah wanita pada
dekade keempat, kelima, dan keenam kehidupannya. rognosis
penyembuhannya biasanya buruk. emampuan dan ambang pengenalan bau
secara progresif turun seiring bertambahnya usia. *rauma kepala di daerah
frontal paling sering menyebabkan kurang penciuman, meskipun anosmia
total lima kali lebih sering terjadi pada benturan terhadap oksipital.
enyembuhan fungsi penciuman setelah cedera kepala traumatik hanyalah
"7B dan kualitas kemampuan penciuman setelah perbaikan biasanya buruk.
ajanan terhadap racun-racun seperti rokok dapat menyebabkan metaplasia
epitel penciuman. enyembuhan dapat terjadi dengan penghilangan bahan
penyebabnya.5