Click here to load reader
Upload
annisa-sintadevi
View
41
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sistem Pertanian Terpadu
Citation preview
SISTEM PERTANIAN TERPADU
Tugas Makalah Teknologi Budidaya Tanaman
Oleh :
Annisa Sintadevi 20140210110Arum Wahyu Ningsih 20140210023Fathurahman Khomeri 20140210105Iin Anggi Pranata 20140210018Maulana Yusuf 20140210002Wiji Hestri Wahyuningrum20140210012
PRODI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAYOGYAKARTA
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan nasional tidak hanya pada sektor – sektor industri
atau semacamnya. Pertanian juga merupakan sektor dalam menuju pembangunan
nasional. Apalagi di Indonesia yang merupakan negara agraris. Banyak jenis
usaha yang dapat dilakukan untuk memajukan tingkat ekonomi melalui sektor
pertanian. Mengkolaborasikan pertanian dengan bidang tertentu dapat dihasilkan
manfaat yang lebih besar lagi. Dunia pertanian (perkebunan, perikanan, pertanian
tanaman pangan, peternakan) merupakan usaha yang mampu memberi nilai
ekonomis dan meningkatkan kemantapan swasembada produk pertanian untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan usaha pertanian saat ini
kebanyakan masih dilaksanakan secara parsial sehingga eksplorasi usaha yang
dapat saling mendukung tidak dapat optimal. Pelaksanaan usaha pertanian yang
saling terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling
melengkapi dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya terjadi.
Sistem pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh
potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian terpadu
melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan
ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi.
Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik didalam tanah dan
penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang
menggunakan pupuk kimia dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut
dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu
berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor
produksi tanaman, peternakan, kehutanan maupun perikanan. Keberadaan sektor-
sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap
dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan
dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil
produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi
produksi akan tercapai. Bagi negara agraris seperti Indonesia, peran sektor
pertanian sangat penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama
sebagai penyedia bahan pangan, sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta
penghasil komoditas ekspor nonmigas untuk menarik devisa.
Pola pertanian terpadu sendiri merupakan suatu pola
yang mengintegrasikan beberapa unit usaha dibidang pertanian yang dikelola
secara terpadu, berorientasi ekologis sehingga diperoleh peningkatan nilai
ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi. Melalui pertanian
terpadu, akan dapat dihasilkan produk-produk pertanian, perkebunan dan
peternakan melalui sinergitas antar unit dengan mengedepankan kelestarian
lingkungan yang selanjutnya akan menghasilkan peningkatan secara ekonomis
karena penambahan nilai daya dan guna melalui efisiensi dan efektifitas tinggi
serta nilai produktifitas usaha yang baik.
B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan sistem pertanian terpadu?
b) Bagaimana model pertanian terpadu?
c) Apa sajakah jenis-jenis sistem pertanian terpadu?
C. Tujuan
a) Mengenal sistem pertanian terpadu dan model-modelnya.
b) Mengetahui jenis-jenis sistem pertanian terpadu.
c) Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan sistem pertanian terpadu.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pertanian Terpadu
Pertanian pada umumnya dikenal hanya sebagai tanah dan tanaman yang
dikelola. Namun di luar itu pertanian mempunyai peranan lain yang berhubungan
dengan bidang lain. Peranan ini tentunya menguntungkan bagi kedua bidang.
Hubungan antara pertanian dengan bidang lain yang di dalamnya dapat
menghasilkan keuntungan bagi masing-masing bidang.
Sistem pertanian terpadu merupakan sistem dimana pertanian dapat
bermanfaat dan berperan penting dalam suatu bidang tertentu baik itu secara
langsung maupun tidak langsung, begitu pula sebaliknya. Namun, tentunya tidak
semua bidang dapat menerapkan sistem pertanian di dalamnya. Umumnya bidang-
bidang tersebut mempunyai hubungan tertentu yang lebih spesifik dengan
pertanian. Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan
kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait
dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu
solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan
konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu. Diharapkan
kebutuhan jangka pendek, mene-ngah, dan panjang petani berupa pangan,
sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini
B. Model Pertanian Terpadu
Model pertanian terpadu dalam satu siklus biologi (Integrated Bio Cycle
Farming) yang tidak ada limbah, semua bermanfaat. Limbah pertanian untuk
pakan ternak dan limbah peternakan diolah jadi biogas dan kompos sehingga
impian membentuk masyarakat tani yang makmur dan mandiri terkonsep dengan
jelas.
Konsep terapan pertanian terpadu akan menghasilkan F4 yang sebenarnya
adalah langkah pengamanan terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan
energi secara regional maupun nasional, terutama pada kawasan kawasan remote
area dari jajaran kepulauan Indonesia.
1. F1 [ FOOD]
Pangan manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kacangan, jamur,
sayuran, dll.), produk peternakan (daging, susu, telor, dll.), produk budidaya
ikan air tawar (lele, mujair, nila, gurame, dll.) dan hasil perkebunan (salak,
kayumanis, sirsak, dll.)
2. F2 [FEED]
Pakan ternak termasuk di dalamnya ternak ruminansia (sapi, kambing,
kerbau, kelinci), ternak unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll.),
pakan ikan budidaya air tawar (ikan hias dan ikan konsumsi).
Dari budidaya tanaman padi akan dihasilkan produk utama beras dan
produk sampingan bekatul, sekam padi, jerami dan kawul, semua produk
sampingan apabila diproses lanjut masih mempunyai kegunaan dan nilai
ekonomis yang layak kelola. Jerami dan malai kosong (kawul) dapat disimpan
sebagai hay (bahan pakan kering) untuk ternak ruminansia atau dibuat silage
(makanan hijau terfermentasi), sedangkan bekatul sudah tidak asing lagi
sebagai bahan pencampur pakan ternak (ruminansia, unggas dan ikan). Pakan
ternak ini berupa pakan hijauan dari tanaman pagar, azolla, dan eceng gondok.
3. F3 [FUEL] Akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (bio
gas) untuk kebutuhan domestik/masak memasak, energi panas untuk industri
makanan di kawasan pedesaan juga untuk industri kecil. Hasil akhir dari bio
gas adalah bio fertilizer berupa pupuk organik cair dan kompos.
Pemakaian tenaga langsung lembu untuk penarik pedati, kerbau untuk
meng-olah lahan pertanian sebenarnya adalah produk berbentuk fuel/energi.
Sekam padi dapat dikonversi menjadi energi (pembakaran langsung
maupun gasifikasi) dan masih akan menghasilkan abu maupun arang sekam
yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organic, sementara apabila
energi sekam padi digunakan untuk gas diesel engine akan didapatkan lagi
hasil sampingan berupa asap cair (cuka kayu) yang dapat digunakan untuk
pengewet makanan atau campuran pestisida organik.
4. F4 [ FERTILIZER]
Sisa produk pertanian melalui proses decomposer maupun pirolisis akan
menghasilkan organic fertilizer dengan berbagai kandungan unsur hara dan C-
organik yang relative tinggi. Bio/organic fertilizer bukan hanya sebagai
penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah (soil conditioner), yang dari sisi
keekonomisan maupun karakter hasil produknya tidak kalah dengan pupuk
buatan (anorganik fertilizer) bahkan pada kondisi tertentu akan dihasil-kan bio
pestisida (dari asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis gasifikasi) yang
dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak berbahaya (bio
preservative).
C. Jenis-jenis Sistem Pertanian Terpadu
1. Pertanian – Kehutanan Sistem pertanian terpadu pertanian-kehutanan digunakan untuk mengurangi
penebangan hutan untuk lahan pertanian, dan menjadi solusi untuk keterbatasan
lahan pertanian. Salah satu bentuk system pertanian terpadu pertanian-kehutanan
adalah agroforestry yaitu penanaman tanaman tahunan, dengan tanaman semusim.
Tanaman tahunan, dalam bentuk tanaman hutan, keras, guna untuk rehabilitasi,
disamping untuk rehabilitasi, ditanamkan juga tanaman semusim untuk faktor
ekonomi.
Beberapa ciri penting agroforestri adalah:
a. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman
dan/atau hewan).
b. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.
c. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman
tidak berkayu.
d. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan
ternak, bakar, buah-buahan, obat-obatan.
e. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya
pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat
berkumpulnya keluarga/masyarakat.
f. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri
tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama
dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.
g. Agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi)
maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya
monokultur.
Agroforestri dapat dilihat pada sistem penanamannya. Contohnya adalah
penanaman tanaman semusim diberi sela dengan tanaman tahunan. Padi dengan
pematang sawah berupa pohon nangka atau pohon sengon dapat dijadikan contoh
dari sistem ini.
Manfaat pertanian dalam kehutanan adalah dengan mengetahui sistem
penanaman yang benar dapat dihasilkan produk yang lebih. Di sisi lain
lingkungan terjaga dengan adanya tumbuhan (yang hidup atau daya panennya
dalam jangka waktu lama) yang dapat menjaga kadar air tanah, manusia juga
mendapatkan hasilnya di saat panen. Selain itu, keberadaan sistem ini juga dapat
menjadikan kelestarian alam lebih terjaga dan rapi.
2. Pertanian – Perikanan
Kaitan antara bidang pertanian dan perikanan tentunya ada pada pertanian
dengan sistem yang membutuhkan air cukup banyak, misalnya pada lahan sawah
irigasi. Pada lahan ini dapat dilakukan usaha tani berupa mina padi. Secara umum
mina padi berarti memanfaatkan air pada saat penanaman padi untuk kehidupan
ikan.
Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman
padi, sebagai penyelang diantara dua musim tanam padi atau pemeliharaan ikan
sebagai pengganti palawija di persawahan. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada
sistem tersebut adalah ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain. Ikan mas
dan karper merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah, karena
ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta lebih
tahan terhadap matahari. Agar pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu,
pemeliharaan ikan di sawah harus disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada,
sehingga produksi padi tidak terganggu.
Usaha mina padi selain merupakan usaha yang menguntungkan, juga dapat
meningkatkan pendapatan petani, serta membantu program pemerintah dalam
usaha memenuhi gizi keluarga.
a) Potensi Minapadi dalam Mendukung Produksi Ikan Nasional
Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan padi sawah
yaitu pengelolaan tanah yang meliputi: penggenangan, perbaikan pematang,
pembabadan jerami, pembajakan dan pencangkulan serta pemerataan permukaan
tanah. Selain itu, pada saat awal dilakukan penanaman padi, tidak banyak yang
dapat dilakukan petani selain melakukan pengeringan tanah untuk menekan
serangan keong mas, menyemprot hama dan menunggu tanaman padi membesar.
Sayangnya kegiatan-kegiatan tersebut kurang memberikan nilai tambah bagi
petani sebaliknya mengeluarkan cukup banyak biaya.Sebaliknya dengan sistem
minapadi, petani bisa mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya
meningkatnya produktifitas lahan, memperoleh pendapatan dari panen padi dan
ikan dan berkurangnya biaya produksi.
Dalam sistem minapadi, setelah proses pengolahan tanah sambil menunggu
waktu tanam, lahan ditanami bibit ikan dan dipelihara selama 30-40 hari.
Selanjutnya ikan dipanen dan dilakukan penanaman padi. Penanaman bibit ikan
baru dilakukan beberapa hari kemudian dan dilakukan pemeliharaan selama 30
sampai 40 hari. Dengan demikian dalam sekali siklus budidaya minapadi dapat
dilakukan pemanenan ikan 2 kali dan sekali pemanenan padi.
Selain itu penerapan minapadi dapat menekan pertumbuhan gulma,
mengurangi serangan hama dan penyakit dan meningkatkan jumlah musuh alami
bagi hama tanaman. Benih ikan memakan plankton dan organisme kecil lain yang
jatuh atau terdapat di air termasuk telur dan larva hama padi. Hal ini
menguntungkan karena ikan yang dipelihara memperoleh makanan tambahan.
Selain itu, berkurangnya aplikasi pestisida dalam budidaya minapadi memberi
keuntungan lain karena mendorong berkembangnya musuh alami bagi hama padi.
Dengan berkurangnya aplikasi pestisida selain memberi keuntungan bagi petani
dengan berkurangnya biaya produksi, juga memberi keuntungan bagi kesehatan
manusia dan pelestarian lingkungan.
Dengan potensi lahan persawahan Indonesia yang cukup besar yakni
mencapai 7 juta hektar maka produksi perikanan yang cukup besar bisa diperoleh
dari penerapan minapadi. Sehubungan dengan besarnya potensi tersebut maka
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan program
”gerakan sejuta hektar mina padi” atau disingkat GENTANADI. Dari program
tersebut selain produksi ikan nasional akan meningkat juga memberi manfaat bagi
meningkatnya kesejahteraan masyarakat khususnya petani.
b) Optimalisasi Kondisi Lingkungan Untuk Budidaya Minapadi
Pada prinsipnya kondisi sawah yang cenderung selalu tergenang air
memungkinkan untuk budidaya ikan. Namun kenyataanya sawah yang didesain
hanya untuk budidaya padi kondisinya kurang optimum untuk budidaya ikan.
Sebagai contoh, petani melakukan pengeringan pada pertanaman padi untuk
melakukan penyiangan, menekan perkembangan hama keong dan mendorong
berkembangnya anakan padi. Kondisi tersebut tentu tidak cocok untuk budidaya
ikan. Selain itu aplikasi pestisida untuk membunuh hama dalam pertanaman padi
dapat membunuh ikan budidaya. Oleh karena itu, agar sawah dapat sesuai untuk
budidaya minapadi maka desain dan pengelolaan sawah harus dapat mendukung
untuk pertumbuhan ikan dan padi.
Agar kondisi lahan sawah ideal bagi budidaya minapadi maka beberapa
modifikasi perlu dilakukan. Pada dasarnya modifikasi yang dilakukan adalah
untuk memperdalam area bagi budidaya ikan tanpa membuat tanaman padi
tergenang lebih dalam serta meminimalkan akses ikan masuk lokasi budidaya
padi. Paling tidak ada empat perbaikan fisik untuk budidaya minapadi yaitu: 1)
meningkatkan tinggi pematang sehingga meningkatkan tinggi genangan dan
meminimalkan kerusakan bila lokasi terendam air; 2) memasang jaring atau
pembatas sehingga ikan tidak melarikan diri serta melindungi dari masuknya
predator; 3) melakukan pengeringan; dan 4) membuat daerah yang lebih dalam
untuk perlindungan ikan.
c) Kawasan Minapadi untuk Mendukung Wisata Lingkungan (Ekowisata)
Istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke
daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam,
sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi
masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Prinsip-prinsip pengembangan
ekowisata berbasis masyarakat dan konservasi adalah keberlanjutan ekowisata
dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (prinsip konservasi dan partisipasi
masyarakat); 2) Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (Prinsip
partisipasi masyarakat); 3) Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi
masyarakat); dan Prinsip Edukasi. Ekowisata memberikan banyak peluang untuk
memperkenalkan kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan
penghargaan terhadap kebudayaan lokal.
Salah satu bentuk wisata yang marak berkembang belakangan ini adalah
wisata pertanian dimana wisatawan terlibat langsung dalam kegiatan pertanian
seperti membajak sawah, bercocok tanam, berternak, memancing dan berbagai
kegiatan pertanian lainnya. Berbagai daerah diketahui telah mengembangkan
wisata pertanian seperti Desa Cinangneng, Bogor, Desa Kebonagung di
Yogjakarta dan lain-lain.
Pengembangan minapadi pada kawasan pertanian sawah akan lebih
meningkatkan daya tarik wisata pertanian karena lebih banyak variasi wisata yang
dapat diperoleh serta sifatnya yang ramah lingkungan. Pada lokasi minapadi,
wisatawan tidak hanya menemukan padi di lahan persawahan tetapi juga dapat
menemukan ikan. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perikanan juga dapat
dikembangkan sebagai alternatif wisata seperti memancing dan menjala ikan,
memberi makan ikan dan lain lain. Disisi lain sistem budidaya minapadi yang
dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida
pengaruhnya yang baik dalam meningkatkan musuh alami dari hama dan penyakit
tanaman padi memungkinkan dihasilkannya produk pertanian organik yang lebih
sehat.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
makanan sehat seperti produk organik, maka proses produksi bahan organik juga
dapat menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan sekaligus media pendidikan yang
baik untuk kampanye pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap
kebudayaan lokal.
3. Pertanian – PeternakanHubungan antara pertanian dengan peternakan dalam sistem pertanian
terpadu sangat beraneka ragam, tergantung pada sudut pandang yang diambil.
Salah satu manfaat dari mempelajari sistem pertanian terpadu adalah bisa
mengetahui hubungan saling ketergantungan antara pertanian dengan peternakan.
Selain itu dapat pula diketahui berbagai keuntungan yang bisa diambil saat
mempelajari hubungan antara sistem pertanian dengan peternakan.
Ciri utama integrasi pertanian-perternakan adalah adanya sinegrisme atau
keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dan ternak. Petani
memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik untuk tanamannya,
kemudian memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak (Reijntjes et al.,
1999 dalam Ismail dan Andi Djayanegara, 2004).
Pada model sistem pertanian terpadu pertanian-perternakan, petani
mengatasi permasalahan ketersediaan pakan dengan memanfaatkan limbah
tanamaan seperti jerami padi, jerami jagung, limbah kacang-kacangan, dan limbah
pertanian lainnya. Terutama pada musim kemarau, limbah ini bisa menyediakan
pakan berkisar 33,3 % dari total rumput yang dibutuhkan (kariyasa, 2003).
Dengan sistem ini petani bisa memanfaatkan kotoran ternak (sapi, kambing, ayam,
dll) sebagai pupuk organik disamping mampu menghemat penggunaan pupuk
anorganik, juga sekaligus mampu memperbaiki struktur dan ketersediaan unsur
hara tanah, Dampak ini akan terlihat dengan meningkatnya produktifitas lahan.
Hasil kajian Adnyana et al. (2003) menunjukan bahwa model ini mampu
mengurangi penggunaan pupuk anorganik 25-35% dan meningkatkan
produktifitas 20-29%.
Namun permasalahan yang cukup mengkhawatirkan dalam peternakan
adalah persaingan antara pakan dan pangan. Sistem pemberian pakan dalam
peternakan menggunakan sumberdaya yang sama dengan yang dimakan manusia.
Serealia dan tepung kedele adalah komponen terbesar pakan ternak yang juga
dikonsumsi oleh manusia. Diperkirakan hampir 50% dari supply biji-bijian dunia
dikonsumsi ternak. Jika semua biji-bijian dunia dicadangkan untuk konsumsi
manusia saja maka akan cukup untuk memberi makan 9 – 10 milyar penduduk
dunia pada titik mana populasi dunia diharapkan akan stabil. Oleh karena
itu, pemecahan terhadap masalah memenuhi kebutuhan pangan di tahun
mendatang adalah mengembangkan sistem produksi ternak yang tidak tergantung
pada biji-bijian serealia.
4. Pertanian – Wisata Hubungan antara pertanian dengan wisata sering disebut dengan
agrowisata. Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek wisata
utamanya adalah lanskap pertanian, maka dapat dikatakan bahwa agrowisata
merupakan wisata yang memanfaatkan obyek-obyek pertanian. Agrowisata juga
merupakan kegiatan wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian
dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi
pertanian maupun komoditi pertanian.
Beberapa sumber menjelaskan bahwa agrowisata adalah salah satu bentuk
kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan
pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya
seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil
panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli
produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata tersebut ikut melibatkan
wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian.
Agrowisata umumnya berada pada daerah yang memiliki iklim dingin atau
dengan kata lain ada pada dataran tinggi di mana pertanian dapat terlaksana
dengan baik. Pengembangan wisata dengan metode pertanian memiliki
kesenangan tersendiri. Di dalamnya para wisatawan dapat mengetahui lebih lanjut
tentang pertanian dan bahkan dapat melakukannya. Pendekatan ini secara tidak
langsung menambah pengetahuan mengenai pertanian bagi para wisatawan. Selain
itu, dengan adanya agrowisata petani dan masyarakat sekitar pun mendapatkan
pendapatan yang lebih. Keberadaan tempat wisata menyebabkan masyarakat turut
berperan dalam meramaikan pasarnya.
Manfaat lain dari agrowisata adalah kelestarian alam sekitar terjaga.
Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan
kedatangan konsumen secara langsung ditempat wisata yang diselenggarakan.
Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian,
keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas
lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-
wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari
pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut, masyarakat/petani setempat perlu
diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian
lingkungannya.
Beberapa contoh agrowisata di Indonesia adalah agrowisata di Pagilaran,
Tamah Buah Mekarsari, agrowisata di daerah Guci, Tegal, Kebun Teh Kaligua,
Agrowisata Durian H. Djahuri di Semarang, Agrowisata Kusuma di Batu,
Malang, dan masih banyak lagi.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa :
1. Sistem pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh
potensi energi yang ada dengan memanfaatkan limbah dari bidang
pertanian menjadi input bagi bidang lainnya, seperti perternakan,
kehutanan, perikanan, dan lain-lain.
2. Beberapa macam sistem pertanian terpadu seperti pertanian – perkebunan,
pertanian – kehutanan, pertanian – peternakan, pertanian – perikanan, dan
pertanian – wisata.
B. Saran
Dalam makalah ini tidak sepenuhnya menuliskan tentang topik secara
sempurna. Tentunya membutuhkan sumber lain sebagai pedoman selanjutnya
sehingga didapat wawasan lebih luas lagi. Saran untuk pembaca, lebih baik lagi
apabila membaca sumber lain mengenai topik ini agar didapat pengetahuan lebih
lanjut tentang sistem pertanian terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, et al. 2003. Pengkajian dan Sintesis Kebijakan Pengembangan
Peningkatan Produktifitas Padi dan Ternak (P3T) ke Deptan. Laporan
Teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Litbang
Pertanian. Bogor.
Anonim. 2012. Mengenai Mina Padi.
http://ceritanurmanadi.wordpress.com/2012/10/22/mengenal-mina-padi/.
Diakses tanggal 7 Maret 2015.
Anonim. 2012. Sistem pertanian terpadu.
http://ag1992.blogspot.com/2012/11/sistem-pertanian-terpadu.html/ .
Diakses tanggal 7 Maret 2015.
Ismail I.G. dan A. Djajanegara. 2004. Kerangka Dasar Pengembangan SUT
Tanaman Ternak (Draft). Proyek PAATP. Jakarta.
Kariyasa K. 2003. Hasil Laporan Pra Survei Kelembagaan Usaha Tanaman-
Ternak Terpadu dalam Sistem dan Usaha Agribisnis. Proyek PAATP.
Jakarta.
Nasril Lubis. 2013. Sistem Pertanian Terpadu.
http://nasrillubis.blogspot.com/2013/06/sistem-pertaanian-terpadu.html.
Diakses tanggal 7 Maret 2015
Windi Artaji. 2011. Sistem Pertanian terpadu Model Pertanian Terpadu dalam Satu Sikus Biologi Integrated Biocycle Farming. http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/10/12/sistem-pertanian-terpadu-model-pertanian-terpadu-dalam-satu-siklus-biologi-integrated-bio-cycle-farming-402784.html. Diakses tanggal 7 Maret 2015.