Upload
farnisyah-febriani
View
140
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tinjauan pustaka
Citation preview
BAB II TINAJUAN PUSTAKA
2.1. Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan
memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan
tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia
(Badri, 2008).
Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri,
memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri
dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003).
Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan unutk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Usaha kesehatan pribadi adalah : daya upaya dari seorang demi seorang untuk
memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri ( Entjang, 2000)
Usaha – usaha itu adalah :
a.Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan
berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami
seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah,
2003)
Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan,
rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi
permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran
tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari
sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh
didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan
oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang
disebabkan oleh parasit adalah Skabies ( DJuanda, 2000).
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan
kulit. Mandi yang baik adalah : 1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah
tropis. 2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang
mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai
kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik
tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4). Bersihkan anus dan genitalia dengan
baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai
sabun dan handuk yang tidak sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006).
b.Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan
tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi
penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang
lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku
sebelum dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan,
setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus
meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan.2). Handuk yang
digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3).
Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain
saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong
kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).
c. Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum
remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,
apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka
garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena
area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu
contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua
mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus
dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang
Universitas Sumatera Utara
ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena
infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat
genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain,
selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia
mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat
reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).
2.1.1. Kebutuhan Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari- hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dalam dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan
kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang di perhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,
padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum ( Tarwoto & Wartonah, 2003).
2.1.2. Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan factor penting dalam usaha pemeliharaan
kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat. Menjaga kebersihan diri berarti juga
menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan sebagai
berikut :
a) Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan
menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus dibersihkan
serta bagian genitalia.
Universitas Sumatera Utara
b) Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman,
sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.
c) Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi
sumber infeksi.
d) Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci
bersih dengan sabun/ detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan di
setrika (Wolf, 2000)
2.2 Penyakit Kulit Infeksi
Penyakit kulit infeksi adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh karena
parasit,contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu Skabies, Pedikulosis,
Creeping Eruption (Arif, M, dkk, 2000)
2.2.1 Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes
scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan
hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies
sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia,
dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara
langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah
dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau
sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela
jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren,
penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terajaga, sanitasi yang buruk,
Universitas Sumatera Utara
kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari
secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas
yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak
dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang
skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah
tertular kembali penyakit skabies (Yosefw, 2007).
2.2.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.
Gambar 1.Sarcoptes Scabiei
Universitas Sumatera Utara
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001).
2.2.3 Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau (Handoko,2001)
2.2.4 Cara Penularan.
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau
Universitas Sumatera Utara
dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan
penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan
orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan
melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 1999).
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan
lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu
tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak
kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam
melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan
kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air
bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita
jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada
(Benneth, 1997).
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur
yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas
asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak
langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum
yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).
2.2.5 Gejala Klinis Skabies
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
Universitas Sumatera Utara
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di
pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang
oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini
bersifat sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan
tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola
mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak
kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada
kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Mawali,2000).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Ruam Pada Skabies
2.2.6 Klasifikasi Skabies
Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia
adalah sebagai berikut :(a). Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada
orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu
biasanya hilang akibat mandi secara teratur. (b). Skabies pada bayi dan anak lesi
skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka. (c). Skabies yang
ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan
erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa
Universitas Sumatera Utara
gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat
kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-
bersih.(d). Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering
dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap
beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies. (e).Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau
sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada.
Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan
lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons
imun selular. (f). Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit
kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita
skabies yang lesinya terbatas. (g). Skabies krustosa ( Norwegian Scabies), lesinya
berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi
kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei
di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat
tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang
diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke
orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi
mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes
dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan
penderita imunosupresif (Emier, 2007).
2.2.7 Pengobatan Skabies
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan
Universitas Sumatera Utara
air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan
lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia
organic maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan
didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang
karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian
sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering.
Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang
skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007).
2.2. 8 Prognosis.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan
memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000 ).
2.3 Lingkungan
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan
berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara
membersihkan jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci
peralatan makan, membersihkan kamar, serta membuang sampah. Kebersihan
lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan
membersihkan jalan di depan asrama dari sampah (Ponpes, 2008).
Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan
lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam
lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab,
dan sanitasi buruk (Badri, 2008). Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti
Universitas Sumatera Utara
menggantung pakaian di kamar, tidak dibawah terik matahari, dan saling bertukar
pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)
2.4 Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,
biologi,social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana
lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan
diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di
Indonesia terutama meliputi :
a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun
kwantitasnya.
b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah
c. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-
rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk
(Entjang, 2000)
Istilah Hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu
mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam
penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik
beratkan pada factor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik
beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 1986).
Sanitasi dasar lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan. Oleh
karena itu untuk mencapai kemampuan hidup sehat di masyarkat, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah :
Universitas Sumatera Utara
a.Penyediaan air Bersih
Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
penyakit (Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi
persyaratan seperti :
a. Syarat Fisik : Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening,
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
b. Syarat Bakteriologis : Air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas
dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.
c. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia
(Notoatmodjo, 2003).
Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan dan merupakan salah satu
bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang
banyak dipergunakan oleh ,masyarakat adalah air permukaan (air sungai, danau,
rawa, dan sebagainya). Apabila tidak diperhatikan, maka air dari sumber tersebut
diatas dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya penyakit
yang dapat ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan terutama untuk air
minum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. (Depkes RI, 1993).
Universitas Sumatera Utara
b.Jamban
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi
penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman ( Dirjen
P2M & PL, 1998).
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai
penyakit seperti diare, cholera, dysentri, ascariasis, dan sebagainya.kotoran manusia
merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga
merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen penyebab
penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun dari peralatan yang
terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkinkan tinja
atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran
pernafasan.
c.Pengelolaan Sampah
Sampah ialah suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan
aktfitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-
cara saniter kecuali bungan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 2000)
Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah
harus memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup
2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian
dalam rata dan dilengkapi dengan penutup
3. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan sertiap
kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10
meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan tunggu
5. Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah dikosongkan, tidak
terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut
sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.
d.Pengelolaan Air Limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industry
dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan
zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih
dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).
Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk SPAL
tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka.
Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vector dan bernilai negative
dari aspek estetika (Soejadi, 2003).
2.5 Kondisi Fisik Rumah
2.5.1. Ventilasi
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan
dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat
memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada penghuni tersebut, untuk
itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian udara
didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang dipersyaratkan
minimal 20% dari luas lantai (Soejadi,2003).
2.5.2 Kelembaban
Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman
penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tentang persyaratan kesehatan
rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dpersyaratkan ruangan mempunyai
tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak
sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju,
handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikur berperan
dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies (memudahkan tungau
Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai
pejamu baru (Soedjadi, 2003).
2.5.3. Pencahayaan
Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena
suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan
kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).
Menurut Sukini (1989), sinar matahari berperan secara langsung dalam
mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dilingkungan rumah,
Universitas Sumatera Utara
khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri
patogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah
terutama ruangan tidur.
Pencahayaan alami dan / atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
(Kepmenkes RI,1999).
2.5.4. Kepadatan Penghuni
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab
penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara
didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat
udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan
cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).
Tingkat kepadatan penghuni di ponpes cenderung padat namun dalam batas
toleransi persyaratan.Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan
rumah pemondokan termasuk ponpes, karena dengan kepadatan hunian yang tinggi
terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak
dari satu santri kepada santri lainnya (Soejadi, 2003).
Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari :
Kepadatan hunian runag tidur : Luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak
dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia
5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Pesantren
Pesantren adalah tempat mengaji, belajar`agama islam. Suatu lembaga
pendidikan islam dikatakan pesantren apabila terdiri dari unsure-unsur
Kyai/Syekh/Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada
mesjid/ musalla dan ada pondok/asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama
adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya
yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat, dan sebagai tempat
bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006)
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Personal Hygiene Santri
1. Kebersihan Kulit 2. Kebersihan Tangan
dan Kuku. 3. Kebersihan
Genitalia. 4. Kebersihan
Pakaian 5. Kebersihan
Handuk 6. Kebersihan Tempat
Tidur dan Sprei
Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies
Sanitasi Lingkungan Pesantren
1. Kelembaban 2. Ventilasi 3. Pencahayaan 4. Kepadatan Hunian
Ruangan Tidur 5. Sarana Air Bersih 6. Sarana
Pembuangan Limbah
7. Sarana Pembuangan Kotoran
8. Sarana Pembuangan Sampah
Kepemenkes RI/Non.829/Menkes/SK/VII/1999
Universitas Sumatera Utara
2.8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian
sebagai berikut :
1. Ada hubungan kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies
pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
2. Ada hubungan Kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian penyakit kulit
infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
3. Ada hubungan kebersihan genitalia dengan kejadian penyakit kulit infeksi
scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
4. Ada Hubungan Kebersihan Pakaian dengan kejadian penyakit kulit infeksi
pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
5. Ada hubungan Kebersihan handuk dengan kejadian penyakit kulit infeksi
scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru
6. Ada hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian penyakit
kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru
Universitas Sumatera Utara