Upload
dimas-adriyono
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
1/13
LI.1 MM Cedera Cranio Cerebral
LO.1.1 Definisi
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan
garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang
merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor
dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak
sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Doenges, 1989). asan (!""") mengatakan
cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
Cedera kepala menurut #uriadi $ %ita (!""1) adalah suatu trauma yang mengenai daerah
kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala. #edangkan menurut #atya (1998), cedera kepala adalah keadaan
dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, durameter, pembuluh
darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma tumpul maupun trauma tembus.
LO.1.2 Etiologi
1. &enurut 'udak dan allo (199 * 1"8) mendiskripsikan bah+a penyebab cedera kepala
adalah karena adanya trauma yang dibedakan menjadi ! faktor yaitu *
a. rauma primer
erjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi dan deselerasi)
b. rauma sekunder
erjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia,
hiperkapnea, atau hipotensi sistemik.
!. rauma akibat persalinan
-. ecelakaan, kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil, kecelakaan pada saat olahraga.
. /atuh
0. Cedera akibat kekerasan.
LO.1.3 Klasifikasi
Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut *
1. erdasarkan &ekanisme
a. rauma umpul
rauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan
saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).
b. rauma embus
rauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda2benda tajam3runcing.
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
2/13
!. erdasarkan eratnya Cidera
Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera didasarkan pada penilaian lasgo+ #cala Coma
(C#) dibagi menjadi -, yaitu *
a. Cedera kepala ringan
4 C# 1- 2 10
4 Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari -" menit.
4 idak ada fraktur tengkorak, kontusio serebral dan hematoma
b. Cedera kepala sedang
4 C# 9 2 1!
4 #aturasi oksigen 5 9" 6
4 ekanan darah systole 5 1"" mm'g
4 7ama kejadian 8 jam
4 ehilangan kesedaran dan atau amnesia 5 -" menit tetapi ! jam
4 Dapat mengalami fraktur tengkorak
c. Cedera kepala berat
4 C# - 8
4 ehilangan kesadaran dan atau amnesia 5! jam
4 &eliputi hematoma serebral, kontusio serebral
:ada penderita yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan misal oleh karena aphasia, makareaksi ;erbal diberi tanda , atau oleh karena kedua mata edema berat sehingga tidak dapat di
nilai reaksi membuka matanya maka reaksi membuka mata diberi nilai , sedangkan jika
penderita dilakukan traheostomy ataupun dilakukan intubasi maka reaksi ;erbal diberi nilai .
-. erdasarkan &orfologi
a. Cedera kulit kepala
Cedera yang hanya mengenai kulit kepala. Cedera kulit kepala dapat menjadi pintu masuk infeksi
intrakranial.
b. ?raktur engkorak
?raktur yang terjadi pada tulang tengkorak. ?raktur basis cranii secara anatomis ada perbedaan
struktur didaerah basis cranii dan kal;aria yang meliputi pada basis caranii tulangnya lebih tipis
dibandingkan daerah kal;aria, durameter daerah basis lebih tipis dibandingkan daerah kal;aria,
durameter daerah basis lebih melekat erat pada tulang dibandingkan daerah kal;aria. #ehingga
bila terjadi fraktur daerah basis mengakibatkan robekan durameter klinis ditandai dengan bloody
otorrhea, bloody rhinorrhea, liquorrhea, brill hematom, batle’s sign, lesi nervus cranialis yang
paling sering n i, n;ii dan n;iii (asan, !""").
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
3/13
#edangkan penanganan dari fraktur basis cranii meliputi *
1. Cegah peningkatan tekanan intrakranial yang mendadak, misal cegah batuk, mengejan,
makanan yang tidak menyebabkan sembelit.
!. /aga kebersihan sekitar lubang hidung dan lubang telinga, jika perlu dilakukan tampon steril
(consul ahli tht) pada bloody otorrhea3otoli@uorrhea.
-. :ada penderita dengan tanda2tanda bloody otorrhea3otoli@uorrhea penderita tidur dengan
posisi terlentang dan kepala miring keposisi yang sehat (asan * !""").
c. Cedera Atak
1) Commotio Cerebri (egar Atak)
Commotio Cerebri (egar Atak) adalah cidera otak ringan karena terkenanya benda tumpul berat
ke kepala dimana terjadi pingsan 1" menit. Dapat terjadi gangguan yang timbul dengan tiba2
tiba dan cepat berupa sakit kepala, mual, muntah, dan pusing. :ada +aktu sadar kembali, pada
umumnya kejadian cidera tidak diingat (amneBia antegrad), tetapi biasanya korban3pasien tidak
diingatnya pula sebelum dan sesudah cidera (amneBia retrograd dan antegrad).
&enurut dokter ahli spesialis penyakit syaraf dan dokter ahli bedah syaraf, gegar otak terjadi jika
coma berlangsung tidak lebih dari 1 jam. alau lebih dari 1 jam, dapat diperkirakan lebih berat
dan mungkin terjadi komplikasi kerusakan jaringan otak yang berkepanjangan.
!) Contusio Cerebri (&emar Atak)
&erupakan perdarahan kecil jaringan akibat pecahnya pembuluh darah kapiler. 'al ini terjadi
bersama2sama dengan rusaknya jaringan saraf3otak di daerah sekitarnya. Di antara yang paling
sering terjadi adalah kelumpuhan . ?acialis atau . 'ypoglossus, gangguan bicara, yang
tergantung pada lokalisasi kejadian cidera kepala.
Contusio pada kepala adalah bentuk paling berat, disertai dengan gegar otak encephalon dengantimbulnya tanda2tanda koma, sindrom gegar otak pusat encephalon dengan tanda2tanda gangguan
pernapasan, gangguan sirkulasi paru 2 jantung yang mulai dengan bradikardia, kemudian
takikardia, meningginya suhu badan, muka merah, keringat profus, serta kekejangan tengkuk
yang tidak dapat dikendalikan (decebracio rigiditas).
-) :erdarahan ntrakranial
a) Epiduralis haematoma
adalah terjadinya perdarahan antara tengkorak dan durameter akibat robeknya arteri meningen
media atau cabang2cabangnya. Epiduralis haematoma dapat juga terjadi di tempat lain, seperti
pada frontal, parietal, occipital dan fossa posterior.
b) #ubduralis haematoma
#ubduralis haematoma adalah kejadian haematoma di antara durameter dan corteks, dimana
pembuluh darah kecil ;ena pecah atau terjadi perdarahan. ejadiannya keras dan cepat, karena
tekanan jaringan otak ke arteri meninggia sehingga darah cepat tertuangkan dan memenuhi
rongga antara durameter dan corteks. ejadian dengan cepat memberi tanda2tanda meningginya
tekanan dalam jaringan otak ( F ekanan ntra ranial).
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
4/13
c) #ubrachnoidalis 'aematoma
ejadiannya karena perdarahan pada pembuluh darah otak, yaitu perdarahan pada permukaan
dalam duramater. entuk paling sering dan berarti pada praktik sehari2hari adalah perdarahan
pada permukaan dasar jaringan otak, karena ba+aan lahir aneurysna (pelebaran pembuluh darah).
ni sering menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak.
d) ntracerebralis 'aematoma
erjadi karena pukulan benda tumpul di daerah korteks dan subkorteks yang mengakibatkan
pecahnya ;ena yang besar atau arteri pada jaringan otak. :aling sering terjadi dalam subkorteks.
#elaput otak menjadi pecah juga karena tekanan pada durameter bagian ba+ah melebar sehingga
terjadilah subduralis haematoma.
. erdasarkan :atofisiologi
a. Cedera kepala primer
Gkibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi2decelerasi rotasi) yang menyebabkan
gangguan pada jaringan. :ada cedera primer dapat terjadi gegar kepala ringan, memar otak danlaserasi.
b. Cedera kepala sekunder
:ada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti hipotensi sistemik, hipoksia,
hiperkapnea, edema otak, komplikasi pernapasan, dan infeksi 3 komplikasi pada organ tubuh yang
lain.
LO.1.4 Patofisiologi
Atak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan di dalam sel2sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Atak
tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak +alaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan
bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari !" mg 6, karena akan menimbulkan koma.
ebutuhan glukosa sebanyak !0 6 dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai H" 6 akan terjadi gejala2gejala permulaan disfungsi cerebral.
:ada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob.
'al ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flo+ (C?)
adalah 0" 2 " ml3menit31"" gr. jaringan otak, yang merupakan 10 6 dari cardiac output dan
akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan ;askuler, dimana penurunan tekanan
;askuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi
&enurut 7ong (199) trauma kepala terjadi karena cidera kepala, kulit kepala, tulang
kepala, jaringan otak. rauma langsung bila kepala langsung terluka. #emua itu berakibat
terjadinya akselerasi, deselerasi dan pembentukan rongga. rauma langsung juga menyebabkan
rotasi tengkorak dan isinya, kekuatan itu bisa seketika3menyusul rusaknya otak dan kompresi,
goresan3tekanan. Cidera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari obyek yang bergerak
dan menimbulkan gerakan. Gkibat dari akselerasi, kikisan3konstusio pada lobus oksipital dan
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
5/13
frontal batang otak dan cerebellum dapat terjadi. #edangkan cidera deselerasi terjadi bila kepala
membentur bahan padat yang tidak bergerak dengan deselerasi yang cepat dari tulang tengkorak.
:engaruh umum cidera kepala dari tengkorak ringan sampai tingkat berat ialah edema
otak, deficit sensorik dan motorik. :eningkatan terjadi dalam rongga tengkorak (
normal 210 mm'g). erusakan selanjutnya timbul masa lesi, pergeseran otot.
Cedera primer, yang terjadi pada +aktu benturan, mungkin karena memar pada
permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. #ebagai akibat, cedera
sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area
cedera. onsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan ;olume darah) pada area peningkatan
permeabilitas kapiler, serta ;asodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial,
dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (). eberapa kondisi yang dapat menyebabkan
cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
enneralli dan ka+an2ka+an memperkenalkan cedera kepala dan
sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih khusus.
Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom
intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar
secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu* cedera akson menyebar, kerusakan otak
hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. /enis cedera
ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar
pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua2duanya.
#edangkan patofisiologi menurut &arkum (1999). trauma pada kepala menyebabkan
tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang terjadi tergantung pada besarnya getaran makin
besar getaran makin besar kerusakan yang timbul, getaran dari benturan akan diteruskan menuju
alia aponeurotika sehingga banyak energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu
menyebabkan pembuluh darah robek sehingga akan menyebabkan haematoma epidural, subdural,
maupun intracranial, perdarahan tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak
menurun sehingga suplay oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan menyebabkan
odema cerebral.
Gkibat dari haematoma diatas akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke
arah yang berla+anan yang berakibat pada kenaikan .. (ekanan ntra ranial) merangsang
kelenjar pituitari dan steroid adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat akibatnya timbul
rasa mual dan muntah dan anaroksia sehingga masukan nutrisi kurang (#atya, 1998).
LO.1.5 Manifestasi Klinis
1. 'ilangnya kesadaran kurang dari -" menit atau lebih
!. ebingungan
-. ritabel
. :ucat
0. &ual dan muntah
. :using
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
6/13
H. yeri kepala hebat
8. erdapat hematoma
9. ecemasan
1". #ukar untuk dibangunkan
11. ila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan
telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
LO.1.6 Diagnosis
Gnamnesis
• &ekanisme trauma, jenis trauma apakah tembus atau tidak, +aktu terjadinya trauma
• %i+ayat kejang, penurunan kesadaran, serta mual dan muntah
• Gpakah terdapat kelemahan pada salah satu sisi tubuh
:emeriksaan ?isik
• GC (air+ay , breathing, circulation) dan skala koma lasgo+ sebagai pemeriksaan a+al
• :eriksa apakah ada*
Atorea atau rinorea. Atorea merupakan tanda fraktur basis cranii media
Racoon eye: ekimosis periorbital bilateral.
Racoon eye dan rinorea merupakan tanda dari fraktur basis cranii anterior.
Battle’s Sign: Ekimosis(memar) mastoid bilateral. Battle’s Sign merupakan tanda
dari fraktur basis cranii posterior.
• :emeriksaan neurologis lengkap setelah pasien stabil
esadaran
:emeriksaan ner;us kranialis * lebar pupil, rangsang cahaya, pergerakan bola
mata. :ada pasien koma, respon okulosefalik dan okulo;estibular dilakukan
:emeriksaan fungsi motoric, refleI (fisiologis dan patologis), fungsi batang otak
:emeriksaan :enunjang
• :emeriksaan radiologi* C #can kepala tanpa kontras (pilihan). /ika tidak ada dapat
dilakukan foto polos kepala posisi anteroposterior (G:), lateral, dan tangensial.
• :emeriksaan laboratorium* darah lengkap, gula darah, urem, kreatinin, anilisis gas darah.
Jrinalisis juga dilakukan.
LO.1. Diagnosis !anding
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
7/13
LO.1." Penatalaksanaan
ata 7aksana G+al (di %uang a+at Darurat)
1. #$r%ei &ri'er( untuk menstabilkan kondisi pasien*
a. Gir+ay (jalan nafas)
i. :astikan tidak ada benda asing atau cairan yang menghalangi jalan nafas
ii. 7akukan intubasi jika diperlukan (a+as cedera cer;ical)
b. reathing (pernafasan)* berikan A! dengan target saturasi A! .59!6
c. Circulation* :asang jalur intra;ena dan infus aCl ",96 atau %7. 'indari cairan
hipotonis. :ertahankan tekanan darah sistolik 59"6
2. #$r%ei sek$nder, dilakukan setelah pasien stabil*
a. :emeriksaan radiologisdan laboratorium
b. :enentuan apakah pasien harus mejalani operasi, di ra+at di ruang intensif, ruang
ra+at biasa, atau boleh ra+at jalan
ata 7aksana di %uang %a+at
1. :enurunan ekanan ntrakranial
a. :osisi ditinggikan -" derajat
b. :emberian mannitol !"6
i. Dosis a+al 1 gr3 g diberikan selama !"2-" menit, diberikan secara drip
cepat
ii. Dosis lanjutan diberikan jam setelah dosis a+al. erikan ",0 gr3g drip
cepat selama !"2-" menit bila diperlukan
!. Gtasi komplikasi
a. ejang* profilaksis dengan obat anti epilepsy selama H hari diberikan pada kasus impresi
lebih dari ! diplo
b. nfeksi* antibiotic profilaksis pada fraktur basis kranii, fraktur terbuka, atau
pneumoensefal. Dosis sesuai dengan dosis yang diberikan pada infeksi intracranial
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
8/13
c. :erdarahan saluran cerna dan gangguan saluran gastrointestinal* berikan anti emetic,
anntasida, ::,
d. Demam (jaga temperature tubuh -8" Celcius)
e. oagulasi intra;ascular diseminata* berikan anti koagulan
-. Cairan dan nutrisi yang adekuat
ata 7aksana :asien cedera kepala ringan (skor skala koma lasgo+ 10 tanpa deficit neurologis)
1. :asien dira+at selama ! I ! jam, apabila terdapat indikasi berikut*
a. angguan orientasi +aktu atau tempat
b. #akit kepala dan muntah
c. idak ada penga+as di rumah
d. 7etak rumah jau dan sulit untuk kembali ke rumah sakit
!. :osisi kepala ditinggikan -" derajat
-. :era+atan luka2luka
. :emberian obat2obatan simptomatik seperti analgesic, anti emetic, dll
0. Gpabila pasien mengalami sakit kepala yang semakin berat, muntah proyektil, atau cenderung
semakin mengantuk, keluarga dianjurkan untuk memba+a pasien ke rumah sakit
Jntuk kasus cedera kepala berat, pasien dira+at di ruang ra+at intensif.
LO.1.) Ko'&likasi
omplikasi dari trauma kepala dibagi kedalam ! kategori yaitu*
1. #istemik omplikasi
omplikasi sistemik yang perlu ditakutkan jika pasien mendapatkan penanganan ra+atintensif yaitu KE (Kenous hromboembolism) karena terlalu lama berada di CJ dan
berlebihan hyperkoagulasi thomboelastogram
!. eurologis komplikasi
Defisit neurologis, kejang, dan rain death
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
9/13
LO.1.1* Prognosis
:rognosis akan buruk tergantung dengan beratnya cedera, kecilnya skor C# dan usia lanjut
LO.1.11 Pen+ega,an
Jpaya pencegahan rauma kapitis pada dasarnya adalah suatu tindakan pencegahanterhadap peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas yang berakibat trauma pada kepala. Jpaya
yang dilakukan yaitu *
1. Pen+ega,an -ingkat Perta'a Pri'ar/ Pre%ention0 Pen+ega,an &ri'er yaitu upaya
pencegahan sebelum peristi+a terjadi yang dirancang untuk mencegah faktor2faktor yang
menunjang terjadinya rauma kapitis seperti * lampu lalu lintas dan kendaraan bermotor,
memakai sabuk pengaman, dan memakai helm.
!. Pen+ega,an -ingkat Ked$a #e+ondar/ Pre%ention0 Pen+ega,an sek$nder yaitu berupa
upaya pencegahan pada saat peristi+a kecelakaan untuk menggurangi atau meminimalkan
beratnya rauma yang dialami. Jni;ersitas #umatera Jtara Dilakukan dengan memberikan
pertolongan pertama, yaitu * menghentikan pendarahan, usahakan jalan nafas yang lapang,memberikan bantuan nafas buatan bila keadaaan berhenti bernafas. indakan :engobatan rauma
kapitis craniotomy0,11 a. &eningkatkan jalan nafas dan pola nafas yang efektif :ada pasien
rauma kapitis dengan tindakan craniotomy kesadaran menurun tidak dapat mempertahankan
jalan nafas dan pola nafas yang efekif, maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik tanda2tanda ;ital,
memberikan posisi ekstensi pada kepala, mengkaji pola nafas, memberikan jalan nafas tetap
terbuka dan tidak ada sekret (sputum) yang mengganggu pola nafas b. &empertahankan perfusi
otak ekanan perfusi otak dipengaruhi oleh tekanan darah arteri dan tekanan intrakranial. Aleh
karena itu pada rauma kapitis dengan tindakan craniotomy tekanan darah perlu diperhatikan
supaya tidak menurun. /ika terdapat syok dan pendarahan, harus segera diatasi serta menghindari
terjadinya infeksi pada otak c. &eningkatkan perfusi jaringan serebral :ada pasien rauma kapitis
craniotomy dengan kesadaran menurun perlu diberikan tindakan dengan cara meninggikan posisi
kepala 102-" derajat posisi untuk menurunkan tekanan ;ena
jugularis, dan menghindarkan hal2hal yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial Jni;ersitas
#umatera Jtara d. Cairan dan elektrolit :ada pasien rauma kapitis craniotomy dengan kesadaran
menurun atau pasien dengan muntahan, pemberian cairan dan elektrolit melalui infus merupakan
hal yang penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada tubuh e. utrisi :ada pasien dengan
rauma kapitis craniotomy dengan kesadaran menurun kebutuhan kalori dapat meningkat karena
terdapat keadaan katabolik. :erlu diberikan makanan melalui sonde lambung f. :asien yang
gelisah :ada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang, misalnya haloperidol. Jntuk
nyeri kepala dapat diberikan obat analgetik
-. Pen+ega,an -ingkat Ketiga -ertiar/ Pre%ention0 Pen+ega,an tersier yaitu upaya untuk
menggurangi akibat patologis dari rauma kapitis. Dilakukan dengan memba+a penderitarauma kapitis ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut dengan tindakan
segera craniotomy.
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
10/13
LI.2 MM Perdara,an Intrakranial
LO.2.1 Klasifikasi
a) Epiduralis haematoma
adalah terjadinya perdarahan antara tengkorak dan durameter akibat robeknya arteri meningenmedia atau cabang2cabangnya. Epiduralis haematoma dapat juga terjadi di tempat lain, seperti
pada frontal, parietal, occipital dan fossa posterior.
b) #ubduralis haematoma
#ubduralis haematoma adalah kejadian haematoma di antara durameter dan corteks, dimana
pembuluh darah kecil ;ena pecah atau terjadi perdarahan. ejadiannya keras dan cepat, karena
tekanan jaringan otak ke arteri meninggia sehingga darah cepat tertuangkan dan memenuhi
rongga antara durameter dan corteks. ejadian dengan cepat memberi tanda2tanda meningginya
tekanan dalam jaringan otak ( F ekanan ntra ranial).
c) #ubrachnoidalis 'aematoma
ejadiannya karena perdarahan pada pembuluh darah otak, yaitu perdarahan pada permukaan
dalam duramater. entuk paling sering dan berarti pada praktik sehari2hari adalah perdarahan
pada permukaan dasar jaringan otak, karena ba+aan lahir aneurysna (pelebaran pembuluh darah).
ni sering menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak.
d) ntracerebralis 'aematoma
erjadi karena pukulan benda tumpul di daerah korteks dan subkorteks yang mengakibatkan
pecahnya ;ena yang besar atau arteri pada jaringan otak. :aling sering terjadi dalam subkorteks.
#elaput otak menjadi pecah juga karena tekanan pada durameter bagian ba+ah melebar sehingga
terjadilah subduralis haematoma.
e) Diffuse GIonal njury
&erupakan penyebab koma yang lama, pasca terjadinya trauma kapitis. :asien juga mengalami
demam tinggi dan disfungsi syaraf otonom. :emeriksaan C #can pada a+alnya tidak
menunjukan adanya tanda perdarahan, kontusio, atau edema. #etelah diulang dalam ! jam
tampak edema yang luas.
LO.2.2 Diagnosis dan Diagnosis !anding
Diagnosa cedera kepala dibuat melalui suatu pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
diagnostik. #elama pemeriksaan, bisa didapatkan ri+ayat medis yang lengkap dan mekanisme
trauma. rauma pada kepala dapat menyebabkan gangguan neurologis dan mungkin memerlukan
tindak lanjut medis yang lebih jauh. Glasan kecurigaan adanya suatu fraktur cranium atau cedera penetrasi antara lain *
L eluar cairan jernih (C#?) dari hidung
L eluar darah atau cairan jernih dari telinga
L Gdanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata (panda eyes)
L Gdanya luka memar di belakang telinga (attleMs sign)
L Gdanya ketulian unilateral yang baru terjadi
L 7uka yang signifikan pada kulit kepala atau tulang tengkorak.
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
11/13
Dianosis anding
Echimosis periorbita (racoon eyes) dapat disebabkan oleh trauma langsung seperti kontusio fasial
atau blo+2out fracture dimana terjadi fraktur pada tulang2tulang yang membentuk dasar orbita
(arcus os Bygomaticus, fraktur 7e ?ort tipe atau , dan fraktur dinding medial atau sekeliling
orbital).
%hinorrhea dan otorrhea selain akibat fraktur basis cranii juga bisa diakibatkan oleh *L ongenital
L Gblasi tumor atau hidrosefalus
L :enyakit2penyakit kronis atau infeksi
L indakan bedah
LI.3 MM -rias C$s,ing
Cushings refleI F a hypothalamic response to brain ischemia +herein the sympathetic ner;ous system is
acti;ated +hich causes increased peripheral ;ascular resistance +ith a subse@uent increase in :. he
increased : then acti;ates the parasympathetic ner;ous system ;ia carotid artery baroreceptors, resulting
in ;agal2induced bradycardia. he brain ischemia that leads to cushings refleI is usually due to the poor
perfusion that results from increased C: due to head bleeds or mass lesions. Cushings refleI leads to the
clinical manifestation of Cushings triad. Cushings triad F hypertension, bradycardia, and irregular
respirations (Cheyne2#tokes breathing). #ome sources describe +idened pulse pressure (increasing
difference bet+een systolic and diastolic :) as the -rd component of the triad, rather than irregular
respirations. Cushings triad signals impending danger of brain herniation, and thus, the need for
decompression. Consider administering mannitol, hyper;entilation, and ele;ation of the head of bed as
temporiBing measures. Cushings triad +as first described in 19"! by 'ar;ey Nilliams Cushing, an
Gmerican neurosurgeon.
LI.4 MM rakt$r !asis Cranii
LO.4.1 Klasifikasiiga subtipe dari fraktur temporal yaitu * tipe longitudinal, trans;ersal, dan tipe campuran
(miIed).
a. ?raktur longitudinal terjadi pada regio temporoparietal dan melibatkan pars skuamosa os
temporal, atap dari canalis auditorius eksterna, dan tegmen timpani. ?raktur2fraktur ini dapat
berjalan ke anterior dan ke posterior hingga cochlea dan labyrinthine capsule, berakhir di fossa
media dekat foramen spinosum atau pada tulang mastoid secara berurut.
b. ?raktur trans;ersal mulai dari foramen magnum dan meluas ke cochlea dan labyrinth, berakhir
di fossa media.
c. ?raktur campuran merupakan gabungan dari fraktur longitudinal dan fraktur trans;ersal. &asih
ada sistem pengelompokan lain untuk fraktur os temporal yang sedang diusulkan. ?rakturtemporal dibagi menjadi fraktur petrous dan nonpetrousO dimana fraktur nonpetrous termasuk
didalamnya fraktur yang melibatkan tulang mastoid. ?raktur2fraktur ini tidak dikaitkan dengan
defisit dari ner;us cranialis.
?raktur condylus occipital adalah akibat dari trauma tumpul bertenaga besar dengan kompresi ke
arah aksial, lengkungan ke lateral, atau cedera rotasi pada ligamentum alar. ?raktur jenis ini
dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan mekanisme cedera yang terjadi. Cara lain membagi fraktur
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
12/13
ini menjadi fraktur bergeser dan fraktur stabil misalnya dengan atau tanpa cedera ligamentum
yakni *
a. ?raktur tipe , adalah fraktur sekunder akibat kompresi aIial yang mengakibatkan fraktur
kominutif condylus occipital. ?raktur ini adalah suatu fraktur yang stabil.
b. ?raktur tipe merupakan akibat dari benturan langsung. &eskipun akan meluas menjadi
fraktur basioccipital, fraktur tipe dikelompokkan sebagai fraktur stabil karena masih utuhnyaligamentum alae dan membran tectorial.
c. ?raktur tipe adalah suatu fraktur akibat cedera a;ulsi sebagai akibat rotasi yang dipaksakan
dan lekukan lateral. ni berpotensi menjadi suatu fraktur yang tidak stabil.
?raktur cli;us digambarkan sebagai akibat dari benturan bertenaga besar yang biasanya
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. #umber literatur mengelompokkannya menjadi
tipe longitudinal, trans;ersal, dan obli@ue. ?raktur tipe longitudinal memiliki prognosis paling
buruk, terutama bila mengenai sistem ;ertebrobasilar. iasanya fraktur tipe ini disertai dengan
defisit n.K dan n.K.
/enis fraktur lain pada tulang tengkorak yang mungkin terjadi yaitu * L ?raktur linear yang paling sering terjadi merupakan fraktur tanpa pergeseran, dan umumnyatidak diperlukan inter;ensi.
L ?raktur depresi terjadi bila fragmen tulang terdorong kedalam dengan atau tanpa kerusakan pada
scalp. ?raktur depresi mungkin memerlukan tindakan operasi untuk mengoreksi deformitas yang
terjadi.
L ?raktur diastatik terjadi di sepanjang sutura dan biasanya terjadi pada neonatus dan bayi yang
suturanya belum menyatu. :ada fraktur jenis ini, garis sutura normal jadi melebar.
L ?raktur basis merupakan yang paling serius dan melibatkan tulang2tulang dasar tengkorak
dengan komplikasi rhinorrhea dan otorrhea cairan serebrospinal (Cerebrospinal ?luid).
LO.4.2 Diagnosis dan Diagnosis !anding
PEMEIK# PE7
a. Pemeriksaan Laboratorium
#ebagai tambahan pada suatu pemeriksaan neurologis lengkap, pemeriksaan darah rutin, dan
pemberian tetanus toIoid (yang sesuai seperti pada fraktur terbuka tulang tengkorak),
pemeriksaan yang paling menunjang untuk diagnosa satu fraktur adalah pemeriksaan radiologi.
b. Pemeriksaan Radiologi
L ?oto %ontgen* #ejak ditemukannya C2scan, maka penggunaan foto %ontgen cranium dianggap
kurang optimal. Dengan pengecualian untuk kasus2kasus tertentu seperti fraktur pada ;erteI yang
mungkin lolos dari C2can dan dapat dideteksi dengan foto polos maka C2scan dianggap lebih
menguntungkan daripada foto %ontgen kepala.
Di daerah pedalaman dimana C2scan tidak tersedia, maka foto polos I2ray dapat memberikan
informasi yang bermanfaat. Diperlukan foto posisi G:, lateral, o+neMs ;ie+ dan tangensial
terhadap bagian yang mengalami benturan untuk menunjukkan suatu fraktur depresi. ?oto polos
cranium dapat menunjukkan adanya fraktur, lesi osteolitik atau osteoblastik, atau pneumosefal.
?oto polos tulang belakang digunakan untuk menilai adanya fraktur, pembengkakan jaringan
lunak, deformitas tulang belakang, dan proses2proses osteolitik atau osteoblastik.
L C scan * C scan adalah kriteria modalitas standar untuk menunjang diagnosa fraktur pada
cranium. :otongan slice tipis pada bone +indo+s hingga ketebalan 121,0 mm, dengan
8/17/2019 SKENARIO 2 Blok Emergency Dimasadriyonow 1102012067
13/13
rekonstruksi sagital berguna dalam menilai cedera yang terjadi. C scan 'elical sangat membantu
untuk penilaian fraktur condylar occipital, tetapi biasanya rekonstruksi tiga dimensi tidak
diperlukan.
L &% (&agnetic %esonance Gngiography) * bernilai sebagai pemeriksaan penunjang tambahan
terutama untuk kecurigaan adanya cedera ligamentum dan ;askular. Cedera pada tulang jauh
lebih baik diperiksa dengan menggunakan C scan. &% memberikan pencitraan jaringan lunak
yang lebih baik dibanding C scan.
c. Pemeriksaan Penunjang Lain
:erdarahan melalui telinga dan hidung pada kasus2kasus yang dicurigai adanya kebocoran C#?,
bila di dab dengan menggunakan kertas tissu akan menunjukkan adanya suatu cincin jernih pada
tissu yang telah basah diluar dari noda darah yang kemudian disebut suatu atau
sign. #uatu kebocoran C#? juga dapat diketahui dengan menganalisa kadar glukosa dan
mengukur tau2transferrin, suatu polipeptida yang berperan dalam transport ion ?e.