21
Skenario 3 Penyakit Akibat Kerja Maria Ulfah H2A010032

skenario 3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: skenario 3

Skenario 3Penyakit Akibat Kerja

Maria Ulfah

H2A010032

Page 2: skenario 3

Seorang laki-laki berusia 40 tahun dtg ke klinik perusahaan krn mengeluh kurang pendengaran pd kedua telinganya dlm 3 bulan terakhir. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa laki-laki tsb bekerja di pabrik tekstil bagian mesin selama 10 tahun tanpa menggunakan pelindung telinga. Dokter perusahaan menduga telah terjadi gangguan pendengaran yg di akibatkan oleh suara mesin pabrik.

Page 3: skenario 3

Step 1

• Penyakit akibat kerja: penyakit yg diderita karyawan dlm hubungannya dgn kerja baik faktor resiko krn kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yg dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perudahaan dan hasil produksi.

Page 4: skenario 3

Step 2

• Anamnesis: kurang pendengaran 2 telinga sejak 3 bulan, bekerja di bagian mesin 10 th, tdk mengunakan pelindung telinga.

• Diduga gangguan pendengaran akibat pekerjaannya

Page 5: skenario 3

Hubungan Pekerjaan dgn Gangguan Pendengaran

STEP 3

Page 6: skenario 3

Tuli Akibat Bising

• Pada bising industri, karena spektrumnya, akan menyebabkan kerusakan paling dini pada frekuensi antara 3000 sampai 4000 Hz. Dengan gejala awal berupa tinitus.

• Pemeriksaan audiologi didapatkan tanda-tanda tuli sensori neural pada tes penala. Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi antara 3000-6000 Hz

Page 7: skenario 3

Patofisiologi

Paparan bising → sel rambut → stereocilia berkurang ketegangannya shg turunnya respon terhadap rangsangan → meningkatnya intensitas dan durasi paparan bising → kerusakan semakin berat sampai akhirnya terjadi hilangnya stereocilia → sel rambut lalu akan mengalami kerusakan → bertambahnya paparan → sel rambut dan sel-sel pendukung dalam organon corti turut rusak hingga dpt menyebabkan degenerasi syaraf pendengaran dan nukleus pendengaran.

Page 8: skenario 3

Jenis Tuli Akibat Bising

Noise Induced Temporary Threshold Shift (NITTS)• Awalnya terjadi pergeseran ambang batas pendengaran

yg bersifat sementara, yg jika beristirahat dari lingkungan bising >85dB pendengaran dpt kembali normal 3-7 hari kemudian.

Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS)• Gangguan pendengaran sudah menetap karena paparan

yg keras dan terus menerus. Awalnya pasien mengalami kesulitan berkomunikasi di tempat ramai, lalu bila sudah mengenai frekuensi yg lebih rendah akan mengalami kesulitan mendengar suara pelan.

Melnick W. Industrial hearing conservation. Dalam: Katz J, Ed. Handbook of clinical audiology. 4th ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1994.

Page 9: skenario 3

Manifestasi Tuli Akibat Bising

• Bersifat sensorineural• Hampir selalu bilateral• Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat• Apabila paparan bising dihentikan, tdk dijumpai penurun

an pendengaran yg signifikan• Selain mempengaruhi pendengaran, bising berlebihan jg

mempengaruhi komunikasi (wicara), gangguan konsentrasi, gangguan tidur dan stress.

Oedono RMT. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja dibidang THT. Disampaikan pada PIT Perhati, Batu-Malang, 27-29 Oktober 1996

Page 10: skenario 3

Penyakit Akibat Kerja

Penyebab penyakit akibat kerja dapat dibagi menjadi:

• Golongan fisik: bising, vibras, radiasi, suhu ekstrim, tekanan dll

• Golongan kimiawi• Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, parasit• Gangguan fisiologik: berhubungan dengan ergo

nomis, kesesuaian fisiologis dan anatomi• Golongan psikososial: beban kerja yg telralu bes

ar, monotoni pekerjaan

Page 11: skenario 3

Identifikasi Penyakit Akibat Kerja

Ada dua elemen pokok dalam mengidentifikasi penyakit akibat kerja:

• Ada hubungan antara pajanan yg spesifik dgn penyakit• Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit pd

populasi pekerja lebih tinggi daripd masyarakat umum.• Selain itu penyakit tersebut dpt dicegah dgn melakukan

tindakan preventif.

Page 12: skenario 3

Diagnosis

Diagnosa penyakit akibat kerja pada pekerja dpt dilakukan dgn:

1. pendekatan epidemiologis: kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifitas, adanya hubungan waktu dgn kejadian pykt, hubungan dosis, penjelasan patofifiologis

2. Pendekatan klinis:– Menentukan diagnosis klinis– Menentukan pajanan yg dialami– Menentukan adakah hubungan pajanan dan penyakit– Menentukan besarnya pajanan– Adapah ada faktor individu yg berperan– Tentukan adakah faktor lain di luar pekerjaan– Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja

Page 13: skenario 3

Sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis dan menetapkan apakah PAK (Occupational Disease) atau penyakit akibat hubungan kerja (Work Related Disease) diperlukan data pendukung antara lain:

1. Data hasil pemeriksaan kesehatan awal (sebelum tenaga kerja di pekerjakan di perusahaan yang bersangkutan);

2. Data hasil pemeriksaan kesehatan berkala (pemeriksaan yang di lakukan secara periodik selama tenaga kerja bekerja di perusahaan yang bersangkutan);

3. Data hasil pemeriksaan khusus (pemeriksaan dokter yang merawat tenaga kerja tentang riwayat penyakit yang di deritanya);

4. Data hasil pengujian lingkungan kerja oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta balai-balainya, atau lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

5. Data hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara umum di bagian tersebut;

6. Riwayat pekerjaan tenaga kerja;

7. Riwayat kesehatan tenaga kerja;

8. Data medis/rekam medis tenaga kerja;

9. Analisis hasil pemeriksaan lapangan oleh Pengawas Ketenagakerjaan; dan/atau

10. Pertimbangan medis dokter penasehat.

Page 14: skenario 3

Kecacatan Akibat Kerja

Berdasarkan jenis kecacatan penyakit akibat kerja:• cacat anatomis (keadaan hilang anggota badan)• cacat fungsi (keadaan berkurangnya fungsi anggota badan)

Menurut derajat kecacatan, dibedakan:• cacat tetap sebagian (cacat sebagian untuk selama-

lamanya): cacat yang keadaannya menetap untuk selama-lamanya yang secara langsung atau tidak langsung mengaki-batkan berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan

• cacat tetap total (cacat total untuk selama-lamanya): cacat yang keadaannya menetap untuk selama-lamanya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan hilangnya secara total kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.

Page 15: skenario 3

Menurut Kepres no 22 th 1993 ada 31 jenis penyakit, yang 30 jenis = PER01/MEN/1981 ditambah 1 lagi

1. Pneumokoniosis yg disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yg silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat dan kematian.

2. Pykt paru & saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yg disebabkan oleh debu logam keras.3. Pykt paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yg disebabkan oleh debu kapas, vlas,

henep dan sisal (bissinosis).4. Asma akibat kerja yg disebabkan oleh sensitisasi dan zat perangsang yg dikenal yg berada dl

m proses pekerjaan.5. Alveolitis alergika yg disebabkan oleh faktor dari luar sbg akibat penghirupan debu organik.6. Pykt yg disebabkan oleh beriliumatau persenyawaannya yg beracun.7. Pykt yg disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya ug beracun.8. Pykt yg disebabkan fosfor atau persenyawaannya yg beracun.9. Pykt yg disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yg beracun.10. Pykt yg disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yg beracun.11. Pykt yg disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yg beracun.12. Pykt yg disebabkan oleh air raksa atau persenyawaannya yg beracun.13. Pykt yag disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yg beracun.14. Pykt yg disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yg beracun.15. Pykt yg disebabkan oleh karbon disulfida.16. Pykt yg disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alitis atau aromatis

yg beracun.

Page 16: skenario 3

17. Pykt yg disebabkan oleh benzin atau homolognya yg beracun.18. Pykt yg disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzen dan homolognya yg beracun.19. Pykt yg disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.20. Pykt yg disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.21. Pykt yg disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon m

onoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya yg beracun, amoniak seng,braso dan nikel.

22. Kelainan pendengaran yg disebabkan oleh kebisingan.23. Pykt yg disebabkan oleh getaran mekanis (kelainan2 otot, urat, tulang persendian, pembul

uh darah tepi atau saraf tepi).24. Pykt yg disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yg bertekanan lebih.25. Pykt yg disebabkan oleh radiasi elektromagnetis dan radiasi yg mengion.26. Pykt kulit (dermatosis) yg disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau biologis.27. Pykt kulit epitelioma primer yg disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasen

atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tsb.28. 28. Kanker paru atau mesotelioma yg disebabkan oleh asbes.29. Pykt infeksi yg disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yg didapat dlm suatu pekerjaan

yg memiliki resiko kontaminasi khusus.30. Pykt yg disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udar

a tinggi.31. Pykt yg disebabkan oleh kimia lainnya termasuk bahan obat.

Page 17: skenario 3

Pelaporan PAK

Page 18: skenario 3

Step 4

Tatalaksana dan edukasi

Pelaporan PAK

diagnosisDD:•Tuli konduksi•Tuli sensori•Tuli campuran•Berapa derajat ketuliannya

PP: audiometriPF:•Otoskopi•Tes garpu tala

Dokter perusahaan

Anamnesis:•Kurang pendengaran sejak 3 bulan pd kedua telinga•Bekerja di pabrik tekstil, pd bagian mesin selama 10 th

Laki-laki 40 th

Page 19: skenario 3

Sasaran Belajar

• Tatalaksana dan edukasi gangguan pendengaran

• Peran dokter perusahaan dalam pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja

Page 20: skenario 3

Daftar Pustaka

• Rully Satriawan. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. http://medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Gangguan-Pendengaran-Akibat-Bising.html.

• Fox, M. S., 1997. Pemaparan Bising Industri dan Kurang Pendengaran. Dalam: Ballenger, J. J., Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Jilid dua. Alih bahasa: Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa Aksara, Jakarta.

• Oedono RMT. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja dibidang THT. Disampaikan pada PIT Perhati, Batu-Malang, 27-29 Oktober 1996

• Melnick W. Industrial hearing conservation. Dalam: Katz J, Ed. Handbook of clinical audiology. 4th ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1994.

Page 21: skenario 3

Alhamdulillah