Click here to load reader

Skenario 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

,

Citation preview

Skenario 4MENCRET BERKEPANJANGANLO I. Memahami dan Menjelaskan Defisiensi Imun1. Definisi Defisiensi ImunDefisiensi imun berasal dari kata defek dan imun, yang mana arti defek adalah kekurangan dan imun : kekebalan tubuh. Jadi dapat diartikan imunodefisiensi adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami defisit (kurang) sistem kekebalan tubuh. Defek salah satu komponen sistem imun dapat menimbulkan penyakit berat bahkan fatal yang secara kolektif2. Klasifikasi Defisiensi Imun

DEFISIENSI IMUN

NON SPESIFIK SPESIFIK

KomplemenKongenital/PrimerKongenital Sel BFisiologik Sel TDidapat kombinasi sel B dan TInterferon dan LisozimFisiologikKongenital kehamilanDidapat Usia tahun pertamaSel NK Usia tuaKongenital Sekunder/didapatDidapat Obat-obatanSistem fagosit tindakan bedah,keteterisasiKuantitatif infeksiKualitatif penyinaran,kehilangan Ig Aglobulinemia timoma

Defisiensi imun terdiri atas sejumlah penyakit yang menimbulkan kelainan satu atau lebih sistem imun. Manifestasi defisiensi imun tergantung dari sebab dan respons.

(yang lain di catatan)

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan defisiensi imun sekunder

Faktor Komponen yang kena

Proses penuaanInfeksi meningkat, penurunan respons terhadap vaksinasi, penurunan respons sel T dan B serta perubahan dalam kualitas respons imun

MalnutrisiMalnutrisi protein-kalori dan kekurangan elemen gizi tertentu (besi, seng/Zn); sebab tersering defisiensi imun sekunder

Mikroba imunosupresifContohnya; malaria, virus, campak, terutama HIV; mekanismenya melibatkan penurunan fungsi sel T dan APC

Obat imunosupresifsteroid

Obat sitotoksik/radiasiObat yang banyak digunakan terhadap tumor, juga membunuh sel penting dari sistem imun termasuk sel induk, progenitor neutrofil dan limfosit yang cepat membelah dalam organ limfoid.

TumorEfek direk dari tumor terhadap sistem imun melalui penglepasan molekul imunoregulator imunosupresif (TNF-)

TraumaInfeksi meningkat, diduga berhubungan dengan penglepasan molekul imunosupresif seperti glukokortikoid.

Penyakit lain seperti diabetesDiabetes sering berhubungan dengan infeksi

Lain-lain Depresi, penyakit Alzheimer, penyakit coliac, sarkoidosis, penyakit limfoproliferatif, makroglobulinemia Waldenstrom, anemia aplastik, neolasma.

Hal-hal yang menimbulkan imunokompromais

Faktor predisposisiEfek terhadap sistem imunJenis infeksi

Obat atau sinar X pada imunosupresi, resipien alograf ginjal, sumsum tulang, jantung, dan terapi kankerImunitas selular dan humoral menurunInfeksi paru, bakteremi, infeksi jamur, saluran kencing

Virus imunosupresif (rubela, herpes, EBV, virus hepatitis, HIV)Replikasi virus dalam sel limfoid yang menimbulkan gangguan fungsi selInfeksi bakteri sekunder protozoa pada AIDS

TumorReplacement sistem imunBakteremi, pneumoni, infeksi saluran cerna

MalnutrisiHipoplasi limfoidLimfosit dalam sirkulasi menurunKemampuan fagositosis menurunCampak, tuberculosis, infeksi saluran nafas dan cerna

Rokok, inhalasi partikel (silika, spora jamur)Inflamasi paru, endapan kompleks imun terhadap spora jamurInfeksi saluran nafas, respons alergi

Penyakit endokrin kronik (diabetes)Kemampuan fagositosis menurunInfeksi stafilokokus, tuberkulosis, infeksi saluran napas, bakteremi

Defisiensi imun primerImunitas selular dan/humoral menurun

3. Diagnosi

4. Diagnosis Defisiensi Imun

1. Antibodi Mikrobial dalam Pemeriksaan Defisiensi ImunKemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi, biasanya ditemukan dengan esai ELISA.Antibodi terhadap S. pneumonia ditemukan pada hampir semua orang yang sehat, tapi tidak untuk penderita defisiensi imun primer. Bila seseorang diimunisasi, periksa antibodi terhadap toksoid tetanus, difteri dan polio. Bila rendah, tes dengan antigen mati lalu evaluasi 4-6 minggu setelahnya.

1. Pemeriksaan In VitroSel B dapat dihitung dengan flow cytometry yang menggunakan CD19, CD20 dan CD22. Sel T dapat dihitung dengan flow cytometry menggunakan antibodi monoklonal terhadap CD23 atau CD2, CD5 , CD7, CD4 dan CD8. Penderita dengan defisiensi sel T hanya hiporeaktif atau tidak reaktif terhadap tes kulit dengan antigen tuberculin, kandida, trikofiton, streptokinase/streptodornase dan virus parotitis. Produksi sitokin berkurang bila dirangsang dengan Phytohaemagglutinin atau mitogen nonspesifik lain.Tes in vitro dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterial, reduksi Nitroblue-tetrazolium atau stimulasi produksi superoksida yang memberi nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal.

1. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Defisiensi ImunPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis imunodefisiensi adalah pemeriksaan direct dan pemeriksaan indirect. Pemeriksaan direct di sini mendeteksi adanya Ab tehadap penyakit imunodefisiensi yang disebabkan infeksi. Pemeriksaan indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya Ag terkait penyakit imunodefisiensi yang dikarenakan virus (bakteri), selain pemeriksaan itu dapat pula dilakukan PCR untuk dapat mendeteksi adanya kelainan-kelainan dalam sistemis DNA untuk penyakit genetikLO 2. Memahami dan Menjelaskan HIV/AIDS1. Definisi HIV/AIDSAIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS adalah tahap akhir infeksi HIV.1. Epidemiologi HIV/AIDS

Meratanya HIV diantara orang dewasa per negara pada akhir tahun 2005. 1550% 515% 15%0.51.0% 0.10.5%10%10%III

DiagnosisBergejala infeksi HIV/AIDS

Tanpa gejala>30%

30%>10%10%III

IIIIIII

Pada keadaan yang memenuhi dilakukannya strategi I, hanya dilakukan 1 kali pemeriksaan. Bila hasil pemeriksaan reaktif, maka dianggap sebagai kasus terinfeksi HIV dan bila hasil pemeriksaan non-reaktif dianggap tidak terinfeksi HIV.Strategi II menggunakan 2 kali pemeriksaan jika serum pada pemeriksaan pertama memberikan hasil reaktif. Jika pada pemeriksaan pertama hasilnya non-reaktif, maka dilaporkan hasil tesnya negatif. Bila hasil pemeriksaan kedua juga reaktif, maka disimpulkan sebagai terinfeksi HIV. Namun jika hasil pemeriksaan yang kedua adalah non-reaktif, maka pemeriksaan harus diulang dengan ke-2 metode. Bila hasil tetap tidak sama, maka dilaporkan sebagai indeterminate.Strategi III menggunakan 3 kali pemeriksaan. Bila hasil pemeriksaan pertama, kedua, dan ketiga reaktif, maka dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut memang terinfeksi HIV. Bila hasil pemeriksaan tidak sama, misalnya hasil tes pertama reaktif, kedua reaktif, ketiga non-reaktif atau pertama reaktif, kedua non-reaktif, ketiga non-reaktif, maka keadaan ini disebut sebagai equivocal atau indeterminate bila pasien yang diperiksa memiliki riwayat pemaparan terhadap HIV atau berisiko tinggi tertular HIV. Sedangkan bila hasil seperti yang disebut sebelumnya terjadi pada orang tanpa riwayat pemaparan terhadap HIV atau tidak berisiko tertular HIV, maka hasil pemeriksaan dilaporkan sebagai non-reaktif.0. Diagnosis HIV/AIDSSeseorang dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik pemeriksaan direk (serologis) dan indirek (deteksi Ag). Diagnosis AIDS ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunisti atau limfosit CD4+ < 200mm3.

CMV (selain hati, limpa, atau KGB)CMV, retinitis (penurunan fungsi penglihatan)Enselopati HIVHSV (Herpes Simplex Virus)HistoplamosisIsosporiasisKandidiasis (bronkus, trakea, esofagus)Cervix cancerLimfomaM.aviumM.tuberculosaePneumonia pneumocystis cariniiPneumonia rekurenSindrom kaposiToksoplasmosis otakWasting syndrome

0. Penatalaksanaan HIV/AIDSPenatalaksanaan infeksi HIV/AIDS meliputi penatalaksanaan fisik, psikologis, dan sosial.Penatalaksanaan medik terdiri atas :1. Pengobatan suportif1. Nutrisi dan vitamin yang cukup1. Bekerja1. Pandangan hidup yang positif1. Hobi1. Dukungan psikologis1. Dukungan sosial1. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan kanker1. Pengobatan antiretroviralNucleoside reverse transcriptase inhibitor1. AZT (zidovudin)1. ddI (didanosin)1. ddC ( zalsitabin)1. d4T (stavudin)1. 3TC (lamivudin)1. Abakavir

Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor1. Nevirapin1. Delavirdin1. Efavirenz

Protease inhibitor1. Saquinavir1. Ritonavir1. Indinavir1. Nelfinavir

Obat ini juga direkomendasikan pada :1. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350 sel/mm3 dapat ditawarkan untuk memulai terapi1. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ >350 sel/mm3 dan viral load >100.000 kopi/ml tetapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula ditunda.1. Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ >350 sel/mm3 dan viral load