11
DISLOKSI Definisi Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain. Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Klasifikasi Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya adalah: 1. Dislokasi kongenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul. 2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang 3. Dislokasi traumatik, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi : 1. Dislokasi Akut

skenario 4 (dislokasi)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gangguan ototo

Citation preview

DISLOKSIDefinisi Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain. Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis.

Klasifikasi Klasifikasi dislokasi menurut penyababnya adalah:1. Dislokasi kongenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.2. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang3. Dislokasi traumatik, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :1. Dislokasi AkutUmumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.2. Dislokasi Kronik3. Dislokasi BerulangJika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Etiologi 1. Cedera olah ragaOlah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah ragaBenturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.3. TerjatuhTerjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakankompenen vital penghubung tulang

Patofisiologi Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi.Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.

Manifestasi Klinis1. Nyeri akut2. Perubahan kontur sendi3. Perubahan panjang ekstremitas4. Kehilangan mobilitas normal5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

Diagnosis a. Anamnesis Identitas KlienMeliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dan lainnya. Riwayat Penyakit SekarangPengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari dislokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit. Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan pasien dan menghambat proses penyembuhan.

b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan umum (Status Generalisata) Keadaan umum (KU) ; baik / buruk Yang dicatat adalah tanda tanda vital, yaitu : Kesadaran penderita ; compos mentis / delirium / soporus / coma. Kesakitan Tanda vital ; tensi, nadi, pernafasan dan suhu. Pemeriksaan setempat (Status Lokalis).Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota tubuh terutama mengenai status neurovaskuler. Pada pemeriksaan orthopedi / musculoskeletal yang penting adalah:1. Look (Inspeksi)Perhatikan apa yang dapat dilihat, antara lain : Sikatrik (jaringan parut, baik yang alamiah maupun yang buatan (bekas pembedahan)) Warna (kemerahan / kebiruan (livide) / hiperpigmentasi) Benjolan / pembengkakan / cekukan dengan hal hal yang tidak biasa. Posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas). Cara pasien berjalan2. Feel (Palpasi)Pada waktu ingin melakukan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari posisi netral / posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa maupun bagi penderita. Karena itu perlu selalu diperhatikan wajah penderita atau menanyakan perasaan penderita.Yang dicatat adalah : Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema, terutama daerah persendian. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal / medial / distal) Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi. Benjolan yang terdapat dipermukaan tulang atau melekat pada tulang. Sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya dan pergerakan terhadap permukaan atau dasar, nyeri atau tidak dan ukurannya. Power (Kekuatan otot)Grade 0,1,2,3,4,5 (Lumpuh s/d normal)3. Move (Pergerakan, terutama mengenai lingkup gerak)Setelah memeriksa power, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan move, periksalah bagian tubuh yang normal terlebih dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk mengetahui gerakan normal penderita. Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal didaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete). Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakah ada gangguan gerak. Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita sendiri yang menggerakan karena disuruh oleh pemeriksa) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang menggerakan). Fungsiolaesa (kehilangan fungsi)

c. Pemeriksaan Klinis atau Penunjanga. Radiologib. CT-Scanc. MRI / NMR (Magnectic Resonance Imaging atau Nuclear Magnectic Resonance)d. Pemeriksaan laboratorium penunjang lainnya adalah : Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui keadaan umum, infeksi akut / menahun. Atas indikasi tertentu, diperlukan pemeriksaan :1. Kimia darah2. Reaksi imunologi3. Fungsi hati / ginjal4. Bila perlu dilakukan pemeriksaan Bone Marrow Pemeriksaan urin rutin (+Esbach, Bence jones) Pemeriksaan micro organism kultur dan sensitivity test.

Tatalaksana A. Pemberian obat-obatanPemberian obat-obatan ini bertujuan untuk membantu pasien mengontrol rasa nyeri yang tidak tertahankan, ataupun mengatasi reaksi inflamasi yang berlebihan sehingga tidak menghalangi proses regenerasi sendi.

B. ImmobilisasiImmobilisasi dilakukan dengan membalut atau membidai, yang seperti yang kita tahu bahwa membalut dan membidai memiliki beberapa tujuan dan keuntungan, antara lain: Mengurangi rasa nyeri/sakit Mempertahankan lokasi asepsis Mempercepat regenerasi sendi Meminimalisir gerakan Mencegah pergeseran

C. ReposisiReposisi diadakan dengan gerakan atau perasat yang berlawanan dengan gaya trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan atau kekerasan karena mungkin sekali dapat menyebabkan patah tulang. Untuk mengendurkan kontraksi dan spasme otot, dapat diberikan anastesia local atau umum. Kekenduran otot akan mempermudah reposisi. Reposisi dilakukan untuk memperbaiki letak sendi yang bergeser agar ke depannya sendi akan beregenerasi dan sembuh seperti semula. Namun terdapat beberapa sendi yang dianjurkan untuk tidak dilakukan reposisi, seperti sendi pada leher dan gelang bahu yang jika direposisi, dapat mengakibatkan komplikasi-komplikasi lainnya.

D. Pengobatan alternative: a. Laser TherapyTerapi ini merupakan terapi alternative yang dapat dilakukan seseorang untuk mempercepat proses penyembuhan. Telah terbukti bahwa terapi ini akan mempersingkat proses penyembuhan sebanyak 4x semula dengan cara meningkatkan sirkulasi, drainase limfatik, dan proses pembaharuan sel. Terapi ini juga berefek pada memperkuat ligament atau tendon pengganti yang terbentuk setelah terjadinya cedera dan memperkecil pembentukan scar/bekas luka.b. ProsthesesProsthese merupakan sebuah sendi buatan, yang merupakan pengobatan alternative untuk pasien arthritis kronis. Walaupun fungsinya tidak dapat menggantikan posisi sendi asli, namun pemasangan prosthese sangat bermanfaat bagi para pasien arthritis kronis untuk membantu mereka beraktivitas sehari-hari.

E. FisioterapiFisioterapis akan memeriksa lutut untuk menentukan jenis cedera, tingkat keparahan dan penyebab cedera, serta dapat mengusulkan X-ray atau rujuk ke dokter jika perlu. Penanganan sedini mungkin akan mengurangi nyeri atau pembengkakan.Teknik khusus yang dinamakan imobilisasi akan membantu meningkatkan pergerakan lutut (bila diperlukan), menunjang penyembuhan anda. Fisioterapis akan mengajarkan latihan-latihan untuk menjaga kekuatan lutut dan otot-otot tungkai bawah yang lain untuk menunjang kesembuhan dan membantu mencegah cedera selanjutnya.

F. RehabilitasiPenyembuhan dapat dimulai sedini mungkin setelah cedera. Teknik rehabilitasi fisioterapi akan membantu mengurangi nyeri dan terbatas bergerak sehingga dapat kembali bekerja dan berolahraga secepat mungkin. Rehabilitasi juga memfasilitasi perbaikan kualitas ligament dan pengembalian fungsi otot dan saraf kembali normal.Hindari faktor-faktor HARM pada 48 jam pertama untuk menghindari pembengkakan lebih parah dan membantu untuk pulih, antara lain : Heat, Alcohol, Running, Massage.

G. Metode RICESecepat mungkin, dan untuk 72 jam setelah cedera, lakukan RICE :Rest : hanya gerakkan hingga batas nyeri.Ice : secepat mungkin, dan selama 20 menit setiap 2 jam, gunakan es atau frozen gel pack yang dibungkus handuk untuk mengompres. Ini membantu mengontrol perdarahan dan nyeri serta mengurangi kerusakan jaringan sekunder.Compression : balut dengan kuat lutut dan termasuk 5cm di atas dan di bawah sendi. Ini membantu untuk mengontrol pembengkakan.Elevation : sesering mungkin, tinggikan tungkai lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi pembengkakan.