Upload
alfina-rahmi
View
55
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
retensio plasenta
Citation preview
Scenario B 2010
Ny. YS, berusia 40 tahun P5A1 dirujuk oleh bidan desa ke Puskesmas Rawat
Inap PONED, ia mengalami perdarahan setelah melahirkan spontan pervaginam 1
jam yang lalu. Berat bayi yang dilahirkan sekitar 2800 gram, bugar dan langsung
menangis.
Menurut bidan proses persalinannya lancar, tapi plasenta belum lahir disertai
perdarahan banyak dan aktif. Bidan telah mencoba mengeluarkan plasenta tapi tidak
berhasil.
Ny. YS hanya sekali melakukan pemeriksaan ANC di klinik bersalin swasta
yaitu pada kehamilan 8 bulan karena tidak ada biaya. Pada saat itu, Ny. YS terlihat
pucat dan lemas dan hasil pemeriksaan darah : kadar Hb 8 gr/dl. Bidan telah
menganjurkan untuk dirawat tapi Ny. YS menolak.
Pemeriksaan Fisik (Post partum):
Keadaan Umum: somnolen
Tanda vital: TD: 80/60 mmHg, N:124 x/menit, lemah, regular, isi kurang;RR:
28x/menit ; T:36 °C
Pemeriksaan Spesifik :
- Kepala : Konjungtiva pucat
- Thoraks : jantung dan paru-paru dalam batas normal
- Abdomen : hepar dan lien dalam batas normal
- Ekstremitas : Akral dingin
Status Obstetrikus :
- Palpasi: kontraksi uterus baik dan teraba fundus uteri ½ pusat – prosesus
xiphoideus
- Inspeculo: tampak tali pusat pada jalan lahir, robekan jalan lahir tidak ada,
fluksus (+) darah aktif, stolsel(+)
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : Hb: 6 gr%,gol darah : B, rhesus (+), MCV:70 sl, MCH: 25 pg, MCHC:
28 gr/l, Leukosit : 10.000 /mm3, Ht: 18 mg%
Identifikasi Masalah
1. Ny. YS, 40 tahun P5A1 dirujuk oleh bidan desa ke Puskesmas Rawat Inap
PONED karena mengalami perdarahan setelah melahirkan spontan pervaginam
1 jam yang lalu. Berat bayi yang dilahirkan sekitar 2800 gram, bugar dan
langsung menangis.
2. Menurut bidan proses persalinannya lancar, tapi plasenta belum lahir disertai
perdarahan banyak dan aktif. Bidan telah mencoba mengeluarkan plasenta tapi
tidak berhasil.
3. Ny. YS hanya sekali melakukan pemeriksaan ANC di klinik bersalin swasta
yaitu pada kehamilan 8 bulan karena tidak ada biaya. Pada saat itu, Ny. YS
terlihat pucat dan lemas dan hasil pemeriksaan darah : kadar Hb 8 gr/dl. Bidan
telah menganjurkan untuk dirawat tapi Ny. YS menolak.
4. Pemeriksaan Fisik (Post partum):
Keadaan Umum: somnolen
Tanda vital: TD: 80/60 mmHg, N:124 x/menit, lemah, regular, isi kurang;RR:
28x/menit ; T:36 °C
Pemeriksaan Spesifik :Kepala : Konjungtiva pucat, Ekstremitas : Akral dingin
5. Status Obstetrikus :
Palpasi: teraba fundus uteri ½ pusat – prosesus xiphoideus
Inspeculo: tampak tali pusat pada jalan lahir, robekan jalan lahir tidak ada,
fluksus (+) darah aktif, stolsel(+)
6. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : Hb: 6 gr%,gol darah : B, rhesus (+), MCV:70 sl, MCH: 25 pg, MCHC:
28 gr/l, Leukosit : 10.000 /mm3, Ht: 18 mg%
Analisis Masalah
1.a. Bagaimana anatomi jalan lahir ?
Scenario B 2010
Anatomi Jalan Lahir Keras (Pelvis/Panggul)
Terdapat 4 tipe pelvis dengan karakteristik berlainan.
Ginekoid Android Antropoid Platipeloid
Diameter
transversa PAP> 12 cm > 12 cm > 12 cm > 12 cm
Diameter
anterpost PAP11 cm 11 cm > 12 cm 10 cm
Dinding lateral lurus konvergen sempit Lebar
Pelvis depan lebar Sempit divergen Lurus
Incisura
ischiadicasedang Sempit Ke belakang Ke depan
Inklinasi sacrum sedang Ke depan lebar Sempit
Spina ischiadica Tidak menonjol menonjol Tidak menonjol Tidak menonjol
Arcus pubis lebar Sempit sedang Lebar
Diameter
transversa PBP10 cm < 10 cm 10 cm 10 cm
Pelvis (pelvis minor) terdiri atas :
Pintu Atas Panggul (PAP)
Bidang ini terletak miring dengan bidang horizontal membentuk sudut
550 (inklinasi pelvis) makin kecil sudut inklinasi prognosis persalinan
makin jelek. Ukurang yang penting adalah :
Konjugata vera : 11 cm
Diameter transversa : 12,5 – 13 cm
Konjugata obstetrika : 10,6 cm
2. Pintu Tengah Panggul (PTP)
Bagian panggul tersempit, karena terdapat spina ischiadica (apalagi
jika menonjol).
Di batasi oleh :
Batas depan : tepi bawah symphisis
Batas lateral : spina ischiadica
Batas belakang : sacrum setinggi S 3-4
Ukurang yang penting :
Distansia insterspinosum : 10,5 cm
Diameter anteroposterior : 12 cm
3. Pintu Bawah Panggul
Dibatasi oleh :
Batas depan : tepi bawah symphisis
Batas lateral : tuber ischiadicum
Batas belakang : articulatio sacrococcygea
Ukuran yang penting :
diameter anteroposterior : 11,5 – 12 cm
distansia intertuberosum : 10,5 – 11 cm
arcus pubis : 900
Bidang Hodge :
Digunakan untuk menentukan sampai dimanakan bagian terendah janin
turun dalam panggul selama persalinan.
Hodge I : antara PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium
Hodge II : sejajar hodge I, terletak setinggi tepi bawah symphisis
Hodge III : Sejajar Hodge I dan II, terletak setinggi spina ischiadica
kanan dan kiri
Hodge IV : Sejajajr Hodge I, II, dan III, terletak setinggi articulatio
sacrococcygea.
Scenario B 2010
Station :
Digunakan untuk menentukan sampai di mana penurunan bagian terendah
janin dalam panggul. Sebagai patokan Station 0, yaitu setinggi spina
ischiadica (setara Hodge III).
Anatomi Jalan Lahir Lunak :
Pada kala pengeluaran (kala II) segmen bawah uterus, serviks uteri
dan vagina ikut membentuk jalan lahir.
Otot-otot yang menahan dasar panggul dibagian luar
- M. Sphincter ani externus
- M. Bulbocavernosus yang melingkari vagina
- M. Perinei transversus superfisialis
Di bagian tengah:
- M. Sphincter urethrae yang melingkari urethra
- M. Iliococcygis
- M. Ischiococcygis
- M. Perinei transversus profundus
Di bagian lebih kedalam lagi ada otot-otot yang paling kuat, disebut
diapraghma pelvis, terutama m. Levator ani yang berfungsi menahan dasar
panggul.
b. Bagaimana fisiologi persalinan ?
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I : (Kala Pembukaan)
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10
cm. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu:
1. Fase laten: di mana pembukaan serviks berlangsung lambat; sampai
pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2. Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
a. Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan jadi
10 cm atau lengkap.
Fase-fase yang dikemukakan di atas dijumpai pada primigravida. Bedanya
dengan multigravida ialah:
Primi Multi
Serviks mendatar (effacement) dulu, baru
dilatasi.
Mendatar dan
membuka bisa
bersamaan.
Berlangsung 13-14 jam. Berlangsung 6-7 jam.
Scenario B 2010
2. Kala II: (Kala Pengeluaran Janin)
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti
mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin
mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi: 1 ½-2 jam pada multi ½-1 jam.
3. Kala III: (Kala Pengeluaran Uri)
Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 x
sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam
vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis
atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi
lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc.
4. Kala IV: (Kala Pengawasan/nifas)
Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam.
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
c. Apa saja pelayanan yang ada pada PONED di puskesmas?
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus
Emergensi Dasar. Pelayanan yang dilakukan di puskesmas untuk menangani
kegawatdaruratan dasar pada masalah kebidanan sebagai pertolongan
pertama. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter.
Petugas kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan,
perawat dan tim PONED Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih.
PONED diadakan bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih dari 2
jam dan untuk memutuskan mata rantai rujukan itu sendiri. Tugas
Puskesmas PONED :
Menerima rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya, Puskesmas
pembantu dan Pondok bersalin Desa
Melakukan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik neonatal
sebatas wewenang
Melakukan rujukan kasus secara aman ke rumah sakit dengan
penanganan pra hospital.
Syarat Puskesmas PONED :
Pelayanan buka 24 jam
Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih PONED dan siap
melayani 24 jam
Tersedia alat transportasi siap 24 jam
Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat
dan Dokter Spesialis Obgyn dan spesialis anak
d. Apa makna P5A1 ?
P5 : Partus sudah terjadi 5 kali
A1 : Abortus pernah terjadi 1 kali
Dan ini menandakan bahwa status Ny. YS sudah Grande multipara.
Scenario B 2010
e. Apa saja kemungkinan penyebab dan mekanisme perdarahan setelah
kelahiran spontan pervaginam?
Rahim yang terlalu meregang
• bayi yg besar
• kehamilan kembar
• hidramnion
• grande multipara
• partus lama
• plasenta previa dan solutio plasenta
Mekanisme secara umum :
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam
uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah
dalam stratum spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat
insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh
darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah
tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti.
Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan pasca
persalinan.
f. Apa klasifikasi dari perdarahan post partum ?
Klasifikasi perdarahan postpartum
1) Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage),
yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utamanya adalah atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan
robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama
2) Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum
hemorrhage), yaitu-perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Penyebab utamanya adalah subinvolusi didaerah insersi plasenta dan
luka bekas seksio sesaria.
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu
juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh
darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam
kalkulasi pemberian darah pengganti.
g. Apakah penyebab dan mekanisme perdarahan pada kasus ?
Perdarahan pascapersalinan antara lain dapat disebabkan oleh:
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya Perdarahan pascapersalinan.
Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
Predisposisi atonia uteri :
Grandemultipara
Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar (BB >
4000 gr)
Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi)
Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan anteparturn)
Partus lama (exhausted mother)
Partus precipitatus
Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis)
Infeksi uterus
Anemi berat
Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus)
Scenario B 2010
Riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya atau riwayat plasenta
manual
Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong-dorong
uterus sebelum plasenta terlepas
IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati)
Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam.
2. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari Perdarahan
pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
a. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan
serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta
sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
b. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan spekulum.
Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.
Hal ini terjadi apabila pada persalinan yang disproporsi sefalopelvik terjadi
regangan segmen bawah uterus dengan servik uteri tidak terjepit antara kepala
janin dengan tulang panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh
vagina, jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan, terjadi robekan vagina
pada batas antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang
terfiksasi pada jaringan sekitarnya. Kolpaporeksis juga bisa timbul apabila pada
tindakan pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam uterus
terjadi kesalahan, dimana fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar untuk
mencegah uterus naik ke atas.
Fistula
Fistula akibat pembedahan vaginal makin lama makin jarang karena tindakan
vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea.
Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus
kandung kemih atau rektum, misalnya oleh perforator atau alat untuk
dekapitasi, atau karena robekan serviks menjalar ke tempat-tempat tersebut.
Jika kandung kemih luka, urin segera keluar melalui vagina. Fistula dapat
berupa fistula vesikovaginalis atau rektovaginalis.
c. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di
garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul
bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika.
3. Retensio plasenta
Rentensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta ½ jam setelah anak lahir.
Tidak semua retensio plasenta menyebabkan terjadinya perdarahan. Apabila
terjadi perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu.
4. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)
Scenario B 2010
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak
ada perdarahan dengan sisa plasenta.
5. Inversio uterus
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat
melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan berjalannya
waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan
uterus akan terisi darah.
Mekanisme :
Jika plasenta lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi
untuk mengeluarkannya, Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan
karena sinus-sinus maternalis di tempat insersinya pada dinding uterus terbuka.
Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena
uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara
kedua bagian itu.
Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena
adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan
penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta
inkarserata).
h. Bagaimana hubungan usia dan riwayat gestasi dengan perdarahan yang
dialami Ny YS?
Umur
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35
tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah
20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal
sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama
perdarahan akan lebih besar
Paritas
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum
primer. Pada paritas yang rendah (paritas 1) dapat menyebabkan ketidaksiapan
ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dalam
menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
Sedangkan semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan
(paritas lebih dari 3) maka uterus semakin lemah sehingga besar risiko
komplikasi kehamilan
Riwayat Persalinan Buruk Sebelumnya
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan dengan hasil kehamilan
dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan yang lalu buruk petugas harus
waspada terhadap terjadinya komplikasi dalam persalinan yang akan
berlangsung. Riwayat persalinan buruk ini dapat berupa abortus, kematian
janin, eklampsi dan preeklampsi, sectio caesarea, persalinan sulit atau lama,
janin besar, infeksi dan pernah mengalami perdarahan antepartum dan
postpartum.
i. Apa dampak dari perdarahan post partum terhadap ibu ?
Dampak perdarahan postpartum, yaitu :
1. Syok hipovolemik
2. Mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat perdarahan yang berasal
dari trauma jalan lahir.
3. Sindrom sheehan: terjadi atropi dan nekrosis dari master of gland,
kelenjar hipofisis dengan berbagai tingkatannya.
Scenario B 2010
4. Kematian maternal
j. Apa makna melahirkan spontan pervaginam ?
Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
k. Apa makna Ny.YS mengalami perdarahan setelah melahirkan spontan
pervaginam 1 jam yang lalu ?
Ny.YS mengalami perdarahan post partum primer / dini (early postpartum
hemarrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama yang
disebabkan karena retensio plasenta.
l. Bagaimana kriteria bayi normal ?
a. Bayi menangis dengan keras dan nyaring.
b. Warna kulit kemerahan, dari muka, bibir, hingga tangan dan bagian
kaki
c. Lengan dan tungkai bergerak aktif, tangan mengepal dan menekuk
di siku, tungkai setengah tekuk di sendi paha dan lutut.
d. Napas bayi teratur dan tenang, dinding dada dan dinding perut
bergerak teratur
e. Semua anggota badan lengkap sempurna, dari ujung kaki hingga
ujung rambut. Tak terkecuali lubang mulut, lubang dubur dan pusar.
f. Tinja pada hari pertama sampai ke-7 berwarna hijau, hari berikutnya
berubah jadi kuning. Sedangkan warna urin jernih atau kekuningan.
g. Warna putih mata tetap putih, tidak kuning.
h. Jika di usia 4 minggu dinilai semua fungsi tubuh baik, berarti
normal.
Tambahan :
Berat badan
Kisaran 2500 – 3500 g
Berat dipengaruhi oleh ras dan usia ibu, serta ukuran bayi
Panjang
Rata-rata 50 cm
Kisaran 48 – 52 cm
Pertumbuhan 2 cm per bulan pada 6 bulan pertama
Lingkar kepala
Rata-rata 32 – 37 cm
Kira-kira 2 cm lebih besar dari lingkar dada
2.a. Apakah penyebab plasenta belum lahir ?
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena :
1. plasenta belum lepas dari dinding uterus; atau
2. plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas
sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-
perkreta).
3. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Pada kasus Ny.YS terjadi perdarahan intrapartum karena plasentanya belum
keluar.
Scenario B 2010
b. Apa makna proses persalinannya lancar, tapi plasenta belum lahir disertai
perdarahan banyak dan aktif ?
Telah terjadi retensio plasenta. Apabila plasenta belum lahir sama sekali,
tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
c. Mengapa plasenta tidak berhasil dikeluarkan oleh bidan ?
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa karena :
1. plasenta belum lepas dari dinding uterus; atau
2. plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Bidan tidak berhasil mengeluarkan plasenta mungkin karena :
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-
perkreta).
3. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Bukan kompetensi seorang bidan untuk menangani kasus ini, sehingga harus
segera merujuk ke dokter spesialis Obgyn.
d. Bagaimana kriteria plasenta normal ?
Cara memeriksa plasenta dan selaputnya :
Periksa sisi maternal (yang menempel pada dinding uterus) untuk
memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh tidak ada yang bagian yang
hilang
Pasangkan bagian-bagian placenta yang robek atau terpisah untuk
memastikan tidak ada bagian yang hilang
Periksa placenta bagian fetal (yang menghadap kejanin) untuk memastikan
tidak ada kemungkinan loba ekstra (suksenturiata)
Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
Ukuran Plasenta :
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 – 20
cm
tebal lebih kurang 2,5 cm
beratnya rata-rata 500 gr
Jumlah kotiledon mencapai 15- 20 buah
e. Bagaimana langkah-langkah pengeluaran plasenta ?
1. Dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal : Tangan kanan
penolong meregangkan tali pusat sedang tangan yang lain mendorong ringan.
2. Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose)
Melahirkan plasenta dengan cara memasukkan tangan penolong kedalam
cavum uteri, melepaskan plasenta dari insertio dan mengeluarkanya.
3. Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose yang
dalam pun tangan tak dapat masuk, maka dapat dilakukan hysterectomia untuk
melahirkan plasentanya.
3.a. Kapan saja waktu untuk melakukan pemeriksaan ANC ?
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan yaitu :
1 kali pada trimester I (1-12 mgg)
1 kali pada trimester II (13-24 mgg)
2 kali pada trimester III (>24 mgg)
Scenario B 2010
b. Apa tujuan dan manfaat ANC ?
Dalam pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain :
1) Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan
bayi.
3) Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum
yaitu pembedahan dan kebidanan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
tumbuh dan berkembang secara normal.
7) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, nifas dan aspek keluarga berencana.
8) Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal
Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara
lain:
1) Bagi ibu
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan
mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.
b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil
dalam menghadapi persalinan.
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan
ASI.
d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi.
2) Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi
persalinan prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik
awal kualitas suber daya manusia
1. Memastikan kehamilan melalui alat konvensional atau yang modern seperti
ultrasonografi (USG), bidan atau dokter akan memastikan kehamilan Anda.
2. Posisi kehamilan perlu diketahui sedini mungkin dengan USG, agar bila
terjadi sesuatu dapat dilakukan tindakan sedini mungkin.
3. Mengetahui usia kehamilan penting diketahui untuk memperkirakan kapan
perkiraan melahirkan.
4. Mengetahui perkembangan janin, perkembangan janin dalam kandungan
merupakan salah satu faktor penentu perkembangan mental intelektual
selanjutnya.
5. Meneropong kelainan. Jika dicurigai ada kelainan janin, misalnya dapat
dilakukan amniocenesis, yakni mengambil cairan ketuban (amnion) dan
menganalisa kromosomnya.
6. Mengetahui posisi bayi, dokter atau bidan dapat mengetahui posisi janin,
terutama pada trimester 3. Misalnya bayi sungsang atau melintang. Tujuannya
agar ibu dan bayi mendapat pertolongan yang tepat ketika saat persalinan tiba.
7. Penyakit kehamilan seiring bertambahnya usia kehamilan, beban organ
tubuh ibu akan semakin bertambah. Beberapa gangguan yang mungkin muncul
antara lain:
Kadar hemoglobin (Hb) rendah
Diabetes gestasional
Pre-eklampsia/ eklampsia
b. Bagaimana hubungan Ny.YS hanya sekali melakukan pemeriksaan ANC
dengan kasus ?
Scenario B 2010
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu
pada trimester I dan trimester II. Sedangkan Ny.YS hanya sekali melakukan
pemeriksaan ANC dan menolak untuk dirawat inap, padahal telah mengalami
gejala anemia. Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan
meninggikan frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga
menyebabkan peningkatan risiko perdarahan post partum. Ibu yang mengalami
anemia berisiko 2,8 kali mengalami perdarahan postpartum primer disbanding
ibu yang tidak mengalami anemia.
c. Apa makna Ny.YS terlihat pucat dan lemas dan hasil pemeriksaan darah :
kadar Hb 8g/dl ?
Menunjukan bahwa os mengalami anemia, yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya pendarahan yang dialaminya.
Hb 7,0 gr% - 8,9gr% disebut anemia sedang (Manuaba,1998)
d. Apakah etiologi dan mekanisme pucat, lemas, dan Hb : 8 ?
- Defisiensi besi
- Defisiensi asam folat
- Defisiensi vitamin b12
- Toksisitas zat kimia
e. Apakah indikasi bidan menganjurkan Ny.YS untuk dirawat pada saat itu ?
Karena anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan:Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada
kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janindalam rahim, asfiksia aintrauterin
sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkenainfeksi, IQ rendah dan
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan
gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan
anemia,dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, retensio placenta,
pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan
involusio uteri.
4 Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari :
a. KU : somnolen penurunan oksigen darah ke otak sehingga mengantuk
b. TV : TD :80/60 , N:124 x/menit, lemah, regular, isi kurang, RR :28 x/menit,
T:36 C
TD : hipotensi
kehilangan banyak vol. darah venous return stroke volume
tekanan darah (hipotensi)
N: tacicardia
kehilangan banyak vol. darah kurang perfusi ke jaringan baroreseptor
kompensasi s. saraf simpatis peningkatan denyut nadi (takikardi)
RR: tacipnea
kehilangan banyak vol. darah kurang suplai oksigen kompensasi
s.s. simpatis peningkatan f. napas (takipnea)
T: hipotermi
kehilangan banyak vol. darah vasokontriksi perifer aliran darah ke kulit
panas berkurang (hipotermi)
c. P. Spesifik : Kepala : konjungtiva pucat, ekstremitas akral dingin
Pemeriksaan kepala : konjungtiva pucat
Interpretasi : Abnormal
Syok Kehilangan banyak vol. darah mempertahankan perfusi ke organ
vital suplai darah kepermukaan konjungtiva berkurang tampak pucat
Pemeriksaan ekstrimitas: akral dingin
Interpretasi :
Scenario B 2010
Syok kehilangan banyak vol. darah vasokontriksi perifer aliran darah
ke kulit berkurang panas berkurang (dingin)
5. Bagaimana Interpretasi dan mekanisme Status obstetrikus ?
a. Palpasi : teraba fundus uteri ½ pusat – prosesus xiphoideus : menunjukkan
tertahannya plasenta dalam uterus
b. Inspekulo : tampak tali pusat pada jalan lahir, robekan jalan lahir tidak ada,
fluksus(+), stolsel(+) : menunjukkan perdarahan bukan dari robekan jalan
lahir
6. Bagaimana interpretasi dan mekanisme P.lab :
Darah rutin : Hb: 6 gr%,gol darah : B, rhesus (+), MCV:70 sl, MCH: 25 pg,
MCHC: 28 gr/l, Leukosit : 10.000 /mm3, Ht: 18 mg%
Hb 6gr% : anemia sedang
Kadar Hb 10-8 gram: anemia ringan.
Kadar Hb 8-5 gram: anemia sedang.
Kadar Hb kurang dari 5 gram: anemia berat.
MCV: 70 fl menurun, ( normalnya: 76-100 fl )
MCH: 25 pg menurun, ( normalnya: 27-33 pg )
MCHC: 28 gr/l menurun, ( normalnya: 33-37 gr/dl )
Anemia hipokrom mikrositer: pewarnaan yang berkurang karena warna
berasal dari hemoglobin, sel-sel ini mengandung hb dalam jumlah yang
kurang dari normal keadaan ini umumnya mencerminkan insufiensi sintesis
heme atau kekurangan zat besi dan mikrositer berarti ukuran sel yang kecil.
Wanita hamilkebutuhan oksigen meningkatproduksi eritropoietin
meningkatvolume plasma meningkat dan sel eritrosit
meningkatvolume plasma lebih besar dari pada eritrosit konsentrasi
Hb menurun.
7. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini ?
Anamnesis
identitas pasien : Ny. YS 40 tahun
keluhan utama : perdarahan setelah melahirkan spontan pervaginam
keluhan tambahan :-
riwayat obstetri :pada skenario didapatkan status obstetri P5A1
Anamnesis tambahan
pernahkah terjadi komplikasi selama kehamilan?
riwayat kehamilan dan persalinan?
pernahkah melahirkan bayi prematur atau retardasi atau bayi besar?
adakah kematian janin sebelumnya?
Riwayat medis terdahulu: adakah penyakit akut atau kronis?
Riwayat keluarga : adakah penyakit yang dapat diturunkan secara genetik
seperti anemia sel sabit, fibrosis kistik atau distrofi muskular?
Riwayat menstruasi: siklus, lama, gangguan, umur saat menarche
Riwayat perkawinan: riwayat menikah, riwayat kapan saja pernah
melahirkan anak
Riwayat perdarahan saat kehamilan?
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan atau jamu?
Riwayat mengkonsumsi alkohol?
Status sosioekonomi: dari keluarga yang bertaraf ekonomi rendah
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: somnolen : penurunan kesadaran
2. Vital sign : BP : 80/60 mmHg : menurun
Pulse :124x/m : meningkat(normal : 60- 100 x/m) ;
RR: 28x/m :meningkat (normal : 16-24 x/m) ;
T :36oC : menurun
3. Konjungtiva palpebra terlihat pucat : indikasi anemia
Scenario B 2010
4. Teraba Fundus uteri ½ pusat – prosesus xiphoideus : menunjukkan
tertahannya plasenta dalam uterus
5. Pemeriksaan ekstremitas: akral dingin menunjukkan vasokonstriksi perifer
aliran darah ke kulit berkurang
6. Pemeriksaan inspeculo: robekan jalan lahir tidak ada, fluksus (+) , stolsel (+)
8. Apa Diagnosis banding pada kasus ?
Retensio plasenta
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
Gangguan pembekuan darah
Sisa plasenta
9. Apa diagnosis kerja pada kasus ?
Retensio plasenta
10. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ?
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid
(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
11. Apa saja komplikasi yang terjadi pada kasus ?
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfusi organ.
Sepsis
Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki
anak selanjutnya
12. Bagaimana prognosis pada kasus ini ?
Penatalaksaan yang baik, dan penghentian perdarahan segera pada
perdarahan yang aktif dan banyak,
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functional : Dubia ad bonam
Scenario B 2010
13. KDU ?
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(kasus gawat darurat).
14. Bagaimana Pandangan Islam terhadap kasus ini ?
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia. Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
perkataan “ah”, dan janganlah kamu membentak mereka. Dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra:
23).
Usia Multipara Sosial ekonomi
Otot melemah
Retensio plasenta
Invasi plasenta
deciduas basalis
Perubahan
endometriumJaringan
penyangga
uterus
longgar Perdarahan
Anemia ; Hb:6
Konjungtiva pucat
Akral dingin
Hipotensi
Takikardi
Takipnea
Nutrisi
kurang
Anemia ; Hb :8
Syok
hipovolemik