13
Gambaran Klinis Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa dalam hitungan minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial), dan kewaspadaan Gejala Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok gejala positif dan gejala negatif. a. Gejala Negatif

skizo pujel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skizo pujel

Citation preview

Page 1: skizo pujel

Gambaran Klinis

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif

dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa

dalam hitungan minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas.

Gejala tersebut meliputi hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan

fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah

keluarga dan teman. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

Pada fase aktif gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik,

inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada

fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat

mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.

Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase

prodromal tetapi gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala gejala yang terjadi

pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan

berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial), dan

kewaspadaan

Gejala

Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok gejala positif dan gejala negatif.

a. Gejala Negatif

Pada gejala negatif terjadi penurunan, pengurangan proses mental atau proses perilaku

(Behavior). Hal ini dapat menganggu bagi pasien dan orang disekitarnya.

1) Gangguan afek dan emosi

Gangguan dan emosi pada skizofrenia berupa adanya kedangkalan afek dan emosi

(emotional blunting), misalnya : pasien menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal yang penting

untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarga dan masa depannya serta perasaan halus sudah

hilang, hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik (emotional

rapport), terpecah belahnya kepribadian maka hal-hal yang berlawanan mungkin terdapat

bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama atau menangis, dan

tertawa tentang suatu hal yang sama (ambivalensi)

2) Alogia

Page 2: skizo pujel

Penderita sedikit saja berbicara dan jarang memulai percakapan dan pembicaraan.

Kadang isi pembicaraan sedikit saja maknanya. Ada pula pasien yang mulai berbicara yang

bermakna, namun tiba-tiba ia berhenti bicara, dan baru bicara lagi setelah tertunda beberapa waku

3) Avolisi

Ini merupakan keadaan dimaa pasien hampir tidak bergerak, gerakannya miskin. Kalau

dibiarkan akan duduk seorang diri, tidak bicara, tidak ikut beraktivitas jasmani (Lumbantobing,

2007).

Page 3: skizo pujel

4) Anhedonia

Tidak mampu menikmati kesenangan, dan menghindari pertemanan dengan orang lain

(Asociality) pasien tidak mempunyai perhatian, minat pada rekreasi. Pasien yang sosial tidak

mempunyai teman sama sekali, namun ia tidak memperdulikannya

5) Gejala Psikomotor

Adanya gejala katatonik atau gangguan perbuatan dan sering mencerminkan gangguan

kemauan. Bila gangguan hanya kemauan saja maka dapat dilihat adanya gerakan yang kurang

luwes atau agak kaku, stupor dimana pasien tidak menunjukkan pergerakan sam sekali dan dapat

berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang bertahun-tahun lamanya pada pasien yang

sudah menahun; hiperkinese dimana pasien terus bergerak saja dan sangat gelisah

b. Gejala Positif

Gejala positif dialami sensasi oleh pasien, padahal tidak ada yang merangsang atau mengkreasi

sensasi tersebut. Dapat timbul pikiran yang tidak dapat dikontrol pasien.

1) Delusi(Waham )

Merupakan gejala skizofrenia dimana adanya suatu keyakinan yang salah pada pasien.

Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali tetapi pasien tidak menginsyafi hal ini dan

dianggap merupakan fakta yang tidak dapat dirubah oleh siapapun.Waham yang sering muncul

pada pasien skizofrenia adalah waham kebesaran,waham kejaran,waham sindiran, waham dosa

dan sebagainya (Kaplan and Sadock, 2010).

2) Halusinasi

Memdengar suara, percakapan, bunyi asing dan aneh atau malah mendengar musik,

merupakan gejala positif yang paling sering dialami penderita skizofrenia

Halusinasi

1. Pengertian

Page 4: skizo pujel

Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang tidak desertai dengan stimuli eksternal yang

nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi waham tentang pengalaman halusinasi

(Kaplan and Sadock, 2010)

Menurut Stuart dan Sundeen (1998, p. 328) klien dengan halusinasi mengalami kecemasan dari

kecemasan sedang sampai panik tergantung dari tahap halusinasi yang dialaminya

2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya neurobiology seperti

halusinasi

1) Biologis

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal berhubungan dengan perilaku

psikotik

b) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebih dan masalah-

masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia (Stuart, 2007).

c) Pembesaraan ventikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadi atropi yang signifikan

pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran

lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan

anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (Post-Mortem)

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi

realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien misalnya anak

diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,

sementara yang mengambil jarak dengannya

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan,

konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai

stress sehingga tidak menutup

Page 5: skizo pujel

kemungkinan budaya ataupun adat yang dianggap terlalu berat bagi seseorang dapat

menyebabkan seseorang menjadi gangguan jiwa.

Page 6: skizo pujel

b. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang

bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan, tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian

individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan

(Keliat, 2006). Menurut (Stuart, 2007), faktor prespitasi terjadi gangguan halusinasi adalah:

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta

abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan

untuk secara menanggapi stimulasi yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stres Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku dan umumnya lingkungan yang dapat mendukung

bertambahnya gangguan jiwa adalah lingkungan perkotaan yang dimana tingkat

individualismenya sangat tinggi.

3) Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor berlebihnya informasi

pada syaraf yang menerima dan memperoses inflamasi dithalamus frontal otak

3. Jenis Halusinasi

Ada 7 jenis halusinasi yaitu :

a. Pendengaran

Adalah mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk

kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas tentang pasien, bahkan sampai

percakapan lengkap antar dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran

yang terdengar dimana pasien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh sesuatu kadang-

kadang membahayakan.

b. Penglihatan

Page 7: skizo pujel

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang

rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti monster.

c. Penghidu

Membahui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, atau feses umumnya bau-bauan yang tidak

menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat strok, tumor, kejang dan dimensia.

d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e. Perabaan

Mengalami rasa nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik

yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.

f. Canesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernakan makanan, atau

pembentukan urin.

g. Kinestetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa gerak.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut :

a. Berbicara sendiri.

b. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.

c. Tertawa sendiri tanpa sebab.

d. Ketakutan.

e. Ekspresi wajah tegang.

f. Tidak mau mengurus diri

g. Sikap curiga dan bermusuhan

h. Menarik diri dan menghindari orang lain

5. Fase-Fase Halusinasi

Page 8: skizo pujel

Halusinasi yang dialami oleh pasien berbeda intensitas dan keparahannya. Halusinasi terbagi

dalam 4 fase yang berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan pasien

mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, pasien semakin berat mengalami ansietas

dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase halusinasi sebagai berikut fase-fase halusinasi

(Stuart and Larai,2005) :

a. Fase I Comforting Ansietas.

Page 9: skizo pujel

Karakteristik klien mengalami perasaan mendalam sperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, takut

dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu

mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika

ansietas dapat ditangani (NON PSIKOTIK).

Perilaku klien Perilaku Pasien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai mengerakkan bibir tanpa

suara pergerakan mata yang cepat respon verbal yang lambat jika sedang asyik. Diam dan asyik

sendiri.

b. Fase II Condemning ansietas

Karakteristik pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan

mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien

mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.

Perilaku klien: meningkatnya tanda – tanda system saraf otonom akibat ansietas, seperti

peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah. Rentang perhatian menyempit, asyik

dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halisinasi dan realita.

c. Fase III Controling Ansietas

Karakteristik klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada

halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman

kesepian jika sensori halusinasi berhenti.

Perilaku klien kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaran berhubungan

dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. Adanya tanda – tanda

fisik ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah.

d. Fase IV Conquering Panik.

Karakteristik pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.

Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik

Perilaku akibat panic. Potensi suicide atau homicide. Aktifitas fisik merefleksi isi halusinasi

seperti: perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau

katatonia. Tidak mampu berespon terhadap perintah yang komplek. Tidak mampu berespon lebih

dari satu orang.