SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    1/14

    Acara IV

    SUSU KENTAL MANIS

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

    2016

    Disusun oleh: Nama: Debora Rika Angelita

    NIM: 13.70.0041

    Kelompok: D1

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    2/14

    1

    1. TOPIK DAN TUJUAN PRAKTIKUM

    1.1.Topik Praktikum

    Praktikum teknologi pengolahan susu bab susu kental manis kloter D dilaksanakan pada

    Rabu, 1 Juni 2016 di Laboratorium Rekayasa Pangan. Asisten dosen yang bertanggung

    jawab pada praktikum ini adalah Tjan, Ivana Chandra. Susu kental manis yang telah

    dibuat kemudian dianalisa warna, rasa, aroma, kekentalan serta kandungan gulanya

    (brix ) menggunakan hand refractometer .

    1.2. Tujuan Praktikum

    Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan susu kental manis dan

    karakteristik susu kental manis yang baik.

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    3/14

    2

    2. HASIL PENGAMATAN

    Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik, Kandungan Gula dan Kekentalan Susu Kental Manis dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Karakteristik Fisik, Kandungan Gula dan Kekentalan Susu Kental Manis

    Kelompok Warna Rasa Aroma Kekentalan Kandungan Gula (%Brix) Foto Produk

    D1 +++ +++ + ++ 55,3

    D2 ++++ ++++ ++ ++++ 63,6

    D3 ++++ +++ ++ ++++ 65,7

    D4 ++ +++ ++ + 53,4

    D5 +++ +++ ++ ++ 57,8

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    4/14

    3

    Keterangan :Kekentalan Rasa Warna+ = kurang kental + = kurang manis + = agak putih++ = agak kental ++ = agak manis ++ = putih+++ = kental +++ = manis +++ = agak kuning++++ = sangat kental ++++ = sangat manis ++++ = kuning

    Aroma+ = aroma susu kurang kuat

    ++ = aroma susu agak kuat+++ = aroma susu kuat++++ = aroma susu sangat kuat

    Berdasarkan data pada Tabel 1, diketahui bahwa susu kental manis yang dihasilkan kelompok D1 dan D5 berwarna agak kuning, kelompok

    D2 dan D3 berwarna kuning, kelompok D4 berwarna putih. Susu kental manis yang dihasilkan kelompok D1, D3, D4, dan D5 memiliki

    rasa manis, sedangkan kelompok D2 memiliki rasa sangat manis. Susu kental manis yang dihasilkan kelompok D2, D3, D4, dan D5

    memiliki aroma susu agak kuat, sedangkan kelompok D1 aroma susunya kurang kuat. Susu kental manis yang dihasilkan oleh kelompok

    D1 dan D5 agak kental, kelompok D2 dan D3 sangat kental, kelompok D4 kurang kental. Kandungan gula tertinggi diperoleh dari

    kelompok D3 sebesar 65,7%, sedangkan kandungan gula terendah diperoleh dari kelompok D4 sebesar 53,4%.

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    5/14

    4

    3. PEMBAHASAN

    Menurut Saleh (2004), susu kental dibuat dengan menguapkan kandungan air pada susu

    hingga kandungan airnya tersisa 40-50%. Susu kental manis memiliki umur simpan

    yang cukup panjang karena kadar air yang rendah. Susu kental manis dibuat dengan

    penambahan gula dalam proses pembuatan sehingga susu memiliki rasa yang manis.

    Terdapat dua bahan dasar dalam pembuatan susu kental manis, yaitu susu full cream

    (Sweetened Condensed Full Cream Milk ) dan susu skim ( Sweetened Condensed Skim

    Milk ). Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan memodifikasi susu skim dengan

    penambahan lemak mentega sebanyak 8%, beberapa vitamin, dan lain-lain, sehingga

    komposisi susu skim mendekati susu full cream . Susu kental manis yang terbuat dengan

    cara ini disebut juga Sweetened Condensed Full Cream Milk . Menurut Arni (1992),

    tahapan proses pengolahan susu kental manis meliputi persiapan bahan baku,

    pencampuran, penyaringan, homogenisasi, pasteurisasi, deaerasi, pendinginan,

    penyimpanan dan pengalengan.

    Menurut Hassan et al. (2015), susu kental manis banyak dimanfaatkan sebagai bahan

    pembuatan berbagai macam makanan penutup. Susu kental manis memiliki umursimpan yang lebih panjang dan tidak mudah mengalami kerusakan karena

    mikroorganisme. Susu kental manis merupakan sumber kalori yang tinggi dan lebih

    bernutrisi jika dibandingkan dengan susu segar. Menurut Kalinina et al. (2014), tekstur

    berpasir yang sering ditemukan pada susu kental manis juga akan menurunkan kualitas

    dari produk. Terlalu banyak mengkonsumsi susu kental manis dapat memicu terjadinya

    diabetes maupun kelebihan berat badan karena kandungan gula dan kalorinya yang

    tinggi.

    Menurut Lin Xu et al. (2014), walaupun susu kental manis mengandung kadar gula

    yang tinggi sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat, susu kental manis

    merupakan produk yang tidak steril. Beberapa mikroorganisme osmofilik dan

    osmodurik seperti yeast, micrococci osmotoleran, dan fungi xerofilik dapat tumbuh dan

    merusak produk susu kental manis. Kerusakan yang disebabkan oleh yeast antara lain

    memproduksi gas, off flavor , perubahan tekstur, dan discoloration .

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    6/14

    5

    Pada praktikum ini, susu full cream dipanaskan pada suhu 80 oC hingga volume susu

    setengah dari volume semula kemudian dipanaskan kembali susu dengan api konstan.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2004), pada proses pembuatan susu kental manis,

    sebelum dan sesudah penambahan gula, susu dipanaskan pada suhu 80 C selama 15

    menit, dikentalkan pada tekanan tertentu, kemudian didinginkan. Setelah dingin, susu

    kental manis biasanya dimasukkan ke dalam kaleng dan ditutup rapat. Cara lain yang

    dapat digunakan yaitu metode Ultra High Temperature (UHT). UHT adalah pemanasan

    pada temperatur tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Keuntungan metode UHT

    adalah dapat mencegah membekunya susu kental manis dan mencegah kerusakan

    selama penyimpanan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Winarno (1980), prinsip

    pembuatan susu kental manis adalah dengan menguapkan sebagian besar kandungan air

    pada susu hingga mencapai 40-50% dengan memanaskan hingga mencapai suhu 80 °C.

    Pemanasan ini tidak boleh dilakukan hingga mendidih. Menurut Van Den Berg (1990),

    pre-heating pada suhu di atas 100 °C dapat menurunkan kemampuan susu untuk

    mengental.

    Penambahan gula dilakukan diawal pemanasan oleh kelompok D1, D2, dan D3,

    sedangkan pada kelompok D4 dan D5 penambahan gula dilakukan pada akhir pemanasan. Setelah ditambahkan gula, susu dipanaskan kembali hingga mulai

    mengental. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckle (1985), proses pengolahan susu

    kental manis diawali dengan pasteurisasi susu pada suhu 65-95 C selama 10-15 menit.

    Selanjutnya dilakukan penambahan gula tebu hingga konsentrasi gula 62,5% pada

    produk akhir kemudian susu diuapkan dan didinginkan secara cepat.

    Setelah ditambahkan gula dan dipanaskan, susu akan menjadi kental. Hal ini sesuaidengan pendapat Saleh (2004), pengentalan pada susu terjadi karena sebagian besar

    kandungan air pada susu telah menguap. Selain itu menurut Winarno (1980), gula

    merupakan salah satu senyawa pengikat air, sehingga susu menjadi kental. Hal ini

    didukung oula oleh pendapat Nurwantoro & Djarijah (1997), gula dapat mengikat air

    sehingga mampu menurunkan a w. Selain itu, gula juga dapat mengikat air pada sel

    mikroorganisme sehingga sel mikroorganisme akan mengkerut (mengalami plasmolisis

    atau kehilangan air), karena terjadinya peningkatkan tekanan osmosis.

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    7/14

    6

    Selanjutnya susu kental manis didinginkan dengan air yang bersuhu ±25 °C, proses

    pendinginan ini harus diikuti dengan pengadukan. Pendinginan dan pengadukan

    berfungsi untuk menghindari terbentuknya kristal laktosa pada susu kental manis.

    Menurut Bylund (1995), dalam kondisi penyimpanan 15-25 °C sambil tetap diaduk,

    kristal laktosa akan tetap terdispersi dalam susu. Adanya kristal laktosa pada susu kental

    manis dapat merusak tekstur susu kental manis menjadi berpasir. Selain karena laktosa,

    kristal sukrosa juga dapat menjadi penyebab timbulnya tekstur berpasir pada susu kental

    manis. Menurut Van Den Berg (1990), sukrosa yang ditambahkan pada proses

    pembuatan susu kental manis apabila ter jadi kondisi supersaturasi dan kristalisasi, dapat

    terbentuk kristal dengan ukuran besar, apabila proses pengadukan tidak dilakukan

    dengan baik.

    Berdasarkan data hasil pengamatan, susu kental manis yang dihasilkan kelompok D1

    dan D5 berwarna agak kuning, kelompok D2 dan D3 berwarna kuning, kelompok D4

    berwarna putih. Seharusnya, susu kental manis kelompok D1, D2, dan D3 memiliki

    warna yang lebih coklat dibandingkan kelompok D4 dan D5 karena penambahan gula

    yang dilakukan diawal proses pemanasan dibandingkan susu kental manis yang penambahan gulanya dilakukan setelah sebagian volume susu menguap. Menurut

    Walstra (2006), gula yang ditambahkan telah mengalami reaksi Maillard selama

    pemanasan sehingga warna susu dapat berubah menjadi kecoklatan. Semakin lama

    proses pemanasan, maka warna susu kental manis yang dihasilkan pun akan semakin

    coklat. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh penggunaan besar kecilnya api yang

    berbeda oleh masing-masing kelompok sehingga suhu yang terukur tidak konstan 80 oC

    dan menyebabkan data pengamatan menjadi bias. Terdapat alternatif lain menambahkangula dalam bentuk sirup kental di tengah-tengah proses evaporasi, seperti yang

    dilakukan pada kelompok D4 dan D5 sehingga tidak terjadi proses karamelisasi yang

    berlebihan. Pada pembuatan susu kental manis, penambahan gula lebih baik dilakukan

    ditengah proses evaporasi susu sehingga gula tidak dipanaskan terlalu lama yang dapat

    menyebabkan karamelisasi berlebihan sehingga susu kental manis berwarna kecoklatan.

    Menurut Smykov et al. (2015), pencoklatan ini dapat dicegah dengan subsitusi sukrosa

    dengan sirup glukosa.

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    8/14

    7

    Susu kental manis yang dihasilkan oleh kelompok D1 dan D5 agak kental, kelompok

    D2 dan D3 sangat kental, kelompok D4 kurang kental. Seharusnya susu kental manis

    yang dihasilkan memiliki viskositas yang kental. Menurut Van Den Berg (1990), tekstur

    yang kental ini dapat dikarenakan beberapa faktor yaitu kandungan padatan bukan

    lemak dan suhu pre-heating. Kandungan padatan bukan lemak yang tinggi dalam susu

    dapat meningkatkan kecenderungan pembentukan tekstur yang lebih kental.

    Penambahan sukrosa sebelum pemanasan dapat menurunkan stabilitas susu.

    Peningkatan keasaman juga dapat memberikan efek flavor yang tidak diinginkan.

    Faktor lain adalah suhu pre-heating . Pada saat suhu pemanasan awal mulai naik,

    kecenderungan timbulnya kekentalan yang berlebihan akan berkurang. Suhu yang

    terlalu tinggi akan memberikan efek tekstur yang terlalu encer pada susu yang dapat

    meningkatkan kecenderungan pemisahan lemak serta pembentukan kristal. Terjadinya

    pemisahan lemak dapat ditimbulkan oleh karena ukuran globula lemak yang terlalu

    besar, khususnya apabila viskositas susu rendah. Ketidaksesuaian pada kelompok D4

    karena produk yang dihasilkan kurang kental dapat disebabkan oleh suhu pemanasan

    susu yang terlalu tinggi, melebihi 80 oC seperti yang dijelaskan oleh teori di atas.

    Keragaman data hasil pengamatan yang ditinjau dari kekentalan, kadar gula, dan rasa

    yang terjadi pada hasil praktikum ini dapat disebabkan oleh suhu dan waktu pemanasanyang berbeda-beda, yang menyebabkan berbedanya kadar air pada susu yang

    dievaporasikan. Apabila air yang dievaporasikan rendah, maka kadar gula, tingkat

    kemanisan, serta kekentalannya juga akan menurun, begitu pula sebaliknya.

    Menurut SNI 01-2971-1998, standar karakteristik susu kental manis adalah memiliki

    bau dan rasa yang normal, berwarna putih sampai kekuningan, konsistensinya kental

    dan homogen, kadar airnya 20-30%, kadar protein 7-10%, kadar lemak minimal 8%,kadar laktosa minimal 10%, kadar sukrosa 43-48%, serta tidak boleh mengandung

    pewarna buatan. Apabila dibandingkan dengan data hasil pengamatan, sebagian besar

    kelompok sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SNI pada aspek

    kekentalan, warna, rasa, dan aroma. Namun pada kandungan gula susu kental manis

    yang dihasilkan oleh seluruh kelompok jauh melebihi syarat yang telah ditetapkan oleh

    SNI. Susu kental manis yang dihasilkan kelompok D1, D3, D4, dan D5 memiliki rasa

    manis, sedangkan kelompok D2 memiliki rasa sangat manis. Kandungan gula tertinggi

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    9/14

    8

    diperoleh dari kelompok D3 sebesar 65,7%, sedangkan kandungan gula terendah

    diperoleh dari kelompok D4 sebesar 53,4%. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh

    suhu dan waktu pemanasan yang berbeda-beda oleh tiap kelompok, sehingga kadar air

    pada susu yang dievaporasikan berbeda pula. Air yang dievaporasikan dimungkinkan

    terlalu tinggi, sehingga kadar gula yang dihasilkan jauh melebihi syarat yang telah

    ditetapkan oleh SNI.

    Susu kental manis yang dihasilkan kelompok D2, D3, D4, dan D5 memiliki aroma susu

    agak kuat, sedangkan kelompok D1 aroma susunya kurang kuat. Aroma susu yang

    kurang kuat pada beberapa kelompok dapat disebabkan oleh tersamarkannya aroma

    susu dengan aroma karamel karena adanya reaksi maillard yang berlebihan. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Savitri et al. (2014), aroma susu sapi tersamarkan karena

    hilangnya senyawa yang terdapat dalam aroma susu akibat penambahan gula dan

    terjadinya proses pemanasan. Bau khas susu disebabkan oleh beberapa senyawa yang

    mempunyai aroma spesifik dan sebagian bersifat volatil sehingga dapat bereaksi dengan

    syaraf penciuman. Hassan et al. (2015) menambahkan bahwa, flavor karamel pada susu

    kental manis ini tidak dikehendaki.

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    10/14

    9

    4. KESIMPULAN

    Susu kental manis dibuat dengan menguapkan kandungan air pada susu hingga

    kandungan airnya tersisa 40-50%.

    Susu kental manis memiliki umur simpan yang cukup panjang karena kadar air yang

    rendah.

    Semakin lama proses pemanasan, maka warna susu kental manis yang dihasilkan pun

    akan semakin coklat.

    Penambahan gula lebih baik dilakukan ditengah proses evaporasi susu sehingga tidak

    menyebabkan karamelisasi berlebihan sehingga susu kental manis berwarna

    kecoklatan.

    Proses pendinginan susu kental manis harus disertai dengan proses pengadukan

    untuk menghindari pembentukan kristal yang berlebihan yang nantinya

    menyebabkan tekstur berpasir pada susu kental manis.

    Tekstur yang kental pada susu kental manis dapat dikarenakan beberapa faktor yaitu

    kandungan padatan bukan lemak, seperti gula dan suhu pre-heating.

    Apabila air yang dievaporasikan rendah, maka kadar gula, tingkat kemanisan, serta

    kekentalan susu kental manis juga akan menurun, begitu pula sebaliknya.

    Aroma susu sapi pada susu kental manis tersamarkan karena hilangnya senyawa

    yang terdapat dalam aroma susu akibat penambahan gula dan terjadinya proses

    pemanasan.

    Susu kental manis yang dihasilkan pada praktikum ini belum memenuhi persyaratan

    SNI.

    Semarang, 7 Juni 2016

    Praktikan, Asisten Dosen :

    - Tjan, Ivana Chandra

    Debora Rika Angelita

    (13.70.0041)

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    11/14

    10

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Arni, Y. (1992). Penyehatan Lingkungan Industri Susu Kental Manis. Paper. Fakultas

    Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

    Buckle.(1985). Food Science . Australia Vicc.

    Bylund, G. (1995). Dairy Processing Handbook . Tetra Pak Processing Systems AB.Sweden.

    Hassan, S. M., Khaskheli M., Shah, A. H., Shah M. G., Umer M., Nisha A. R., TariqM., Rahman A. and Khan M. S. (2015). Physio-chemical evaluation of skimmedand condensed milk of Buffalo. Journal of Chemical and Pharmaceutical

    Research , 7(2):698-707.

    Kalinina, Olena, Oleksandr Kovalenko, Olga Kornilova. (2014). Investigation ofviscosity of whole hydrolyze sweetened condensed milk. Ukrainian Food

    Journal . Volume 3. Issue 2

    Lin Xu, Xi; Guang-Li Feng; Hong-Wei Liu; Xiao-Feng Li; Guang-lei Zhao; Xing-LongXiao. (2014). Isolation, identification and control of osmophilic spoilage yeasts insweetened condensed milk. African Journal of Microbiology Research. Vol 8(10).1032-1039.

    Nurwantoro & A. S. Djarijah. (1997). Mikrobiologi Pangan Nabati dan Hewani .Kanisius.Yogyakarta.

    Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. UniversitasSumatera Utara.

    Savitri, D., Ahmad Nimatullah Al-Baarri, Setya Budi M. Abduh. (2014). EfekPemanasan Pada Susu Sapi Full Cream Dengan Penambahan Gula Sukrosa, D-Fruktosa dan D- Galaktosa Terhadap Intensitas Warna dan Aroma. Jurnal

    Aplikasi Teknologi Pangan 3 (4). 157-159.

    Smykov, Igor T.; Anna I. Gnezdilova; Yuliya V. Vinogradova; Valentina L. Popova.(2015). Microstructural changes in condensed milk with the starch syrup during prolonged storage: an electron microscopy study. Iranian Food Science andTechnology Research Journal Vol. 11, No. 3, p. 279-284.

    SNI 01-2971-1998. Susu Kental Manis. Badan Standarisasi Nasional.

    Van Den Berg, J.C.T. (1990). Evaporated and Condensed Milk. Ministry of Agricultureand Fisheries.Netherlands.

    Walstra,P. (2006). Dairy Science and Technology 2 nd Ed. Taylor & Francis Group,

    LLC. Boca Raton.

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    12/14

    11

    Winarno, F.G. (1980). Pengantar Teknologi Pangan . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    13/14

    12

    6. LAMPIRAN

    6.1. SNI Susu Kental Manis (SNI 01-2971-1998)

  • 8/15/2019 SKM_Debora Rika Angelita_13.70.0041_D1

    14/14

    13

    6.2. Abstrak Jurnal

    6.3. Laporan Sementara