Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)
PADA SEKTOR UMKM
(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)
MUH. KHAEDAR SAHIB
10573 02358 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP)
PADA SEKTOR UMKM
(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)
MUH. KHAEDAR SAHIB
10573 02358 11
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasMuhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebagai Persyratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
HALAMAAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan di terima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
Nomor: 017 Tahun 1437 H/2016 M dan telah dipertanggung jawabkan di depan
penguji pada hari Rabu tanggal 20 bulan Februari tahun 2016, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
15 J. Awal 1437 H24 Februari 2016 M
Panitia Ujian:
1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd(Rektor Unismuh Makassar) ( ........................)
2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM(WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)
4. Penguji :
a. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)
b. H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)
c. Hj. Naidah, SE, M.Si ( ........................)
e. Muh. Nur Rasyid, SE, MM ( ........................)
Makassar,
HALAMAAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan di terima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
Nomor: 017 Tahun 1437 H/2016 M dan telah dipertanggung jawabkan di depan
penguji pada hari Rabu tanggal 20 bulan Februari tahun 2016, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
15 J. Awal 1437 H24 Februari 2016 M
Panitia Ujian:
1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd(Rektor Unismuh Makassar) ( ........................)
2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM(WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)
4. Penguji :
a. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)
b. H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)
c. Hj. Naidah, SE, M.Si ( ........................)
e. Muh. Nur Rasyid, SE, MM ( ........................)
Makassar,
HALAMAAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan di terima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
Nomor: 017 Tahun 1437 H/2016 M dan telah dipertanggung jawabkan di depan
penguji pada hari Rabu tanggal 20 bulan Februari tahun 2016, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
15 J. Awal 1437 H24 Februari 2016 M
Panitia Ujian:
1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd(Rektor Unismuh Makassar) ( ........................)
2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM(WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( ........................)
4. Penguji :
a. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)
b. H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA ( ........................)
c. Hj. Naidah, SE, M.Si ( ........................)
e. Muh. Nur Rasyid, SE, MM ( ........................)
Makassar,
HALAMAAN PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGANBERDASARKAN STANDAR AKUNTANSIKEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITASPUBLIK (SAK ETAP) PADA SEKTOR UMKM(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)
Nama : MUH. KHAEDAR SAHIB
Nomor Stambuk : 10573 02358 11
Jurusan : AKUNTANSI
Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS
Makassar, 24 Februari 2016
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
H. Andi Arman, SE, M.Si. Ak.CA Muttiarni SE, M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak. CANBM : 497 794 NBM : 107 3428
Dengan ini dinyatakan telah mengikuti Ujian Skripsi
HALAMAAN PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGANBERDASARKAN STANDAR AKUNTANSIKEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITASPUBLIK (SAK ETAP) PADA SEKTOR UMKM(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)
Nama : MUH. KHAEDAR SAHIB
Nomor Stambuk : 10573 02358 11
Jurusan : AKUNTANSI
Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS
Makassar, 24 Februari 2016
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
H. Andi Arman, SE, M.Si. Ak.CA Muttiarni SE, M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak. CANBM : 497 794 NBM : 107 3428
Dengan ini dinyatakan telah mengikuti Ujian Skripsi
HALAMAAN PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PENERAPAN LAPORAN KEUANGANBERDASARKAN STANDAR AKUNTANSIKEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITASPUBLIK (SAK ETAP) PADA SEKTOR UMKM(Studi Kasus Pada Usaha “Embung Jaya”)
Nama : MUH. KHAEDAR SAHIB
Nomor Stambuk : 10573 02358 11
Jurusan : AKUNTANSI
Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS
Makassar, 24 Februari 2016
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
H. Andi Arman, SE, M.Si. Ak.CA Muttiarni SE, M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak. CANBM : 497 794 NBM : 107 3428
Dengan ini dinyatakan telah mengikuti Ujian Skripsi
ABSTRAK
Muh. Khaedar Sahib, 2015. Analisis Penerapan Laporan Keuangan BerdasarkanStandar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)pada sektor UMKM (Studi Kasus pada Usaha Embung Jaya). Di bimbing olehBapak H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA dan Ibu Muttiarni, SE, M.Si
Usaha Embung Jaya, sebuah UMKM yang bergerak di pembuatan MakananRingan (snack) yang terletak di daerah Patalassang Kab. Gowa. Mekipun UsahaEmbung Jaya telah cukup lama didirikan, memiliki organisasi serta aktivitas bisnisyang cukup, namun belum dapat menerapkan SAK ETAP dengen baik. Latarbelakang inilah yang menjadikan Usaha Embung Jaya menarik untuk dikaji untukmengetahui; 1) praktik pencatatan keuangan yang dilakukan UMKM tersebut, 2)Faktor-faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan keuangan berbasisSAK ETAP pada UMKM tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang dititik beratkan padadeskripsi serta interpretasi perilaku manusia dalam penerapan pencatatan keuanganberbasis SAK ETAP. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa; 1) Sistem pencatatankeuangan yang dilakukan secara manual dan masih sangat sederhana, 2) Faktor yangmenyebabkan gagalnya SAK ETAP pada Usaha Embung Jaya adalah karena adanyafaktor internal berupa kurangnya pemahaman, kedisiplinan dan sumber dayamanusia, sedangkan faktor eksternalnya karena kurangnya pengawasan daristakeholder yang berkepentingan dengan laporan keuangan.
Kata kunci: SAK ETAP, Sistem pencatatan laporan keuangan, UMKM
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan bagi Mahasiswa Program Sarjana
Ilmu Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar dalam rangka penyelesaian Kuliah
Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari keterbatasan kemampuan
penulis, sehingga tidak menutup kemungkinan di dalam penulisan skripsi ini terdapat
ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menerima kritikan dan saran sebagai masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari, tanpa bantuan dan motivasi serta bimbingan baik moril
maupun materi dari berbagai pihak, maka skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.H.Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr.H.Mahmud Nuhung, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak H. Andi Arman, SE, M.Si.Ak.CA selaku pembimbing pertama dan Ibu
Muttiarni, SE, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya dalam membimbing penulis.
iv
4. Orang tua penulis, yang tak mengenal lelah untuk membimbing penulis agar
menjadi manusia yang berdaya guna dan tak henti-hentinya memberikan bantuan
doa, moril, serta materilnya.
5. Kepada semua teman-teman di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan
Universitas Muhammadiyah Makassar terkhusus kepada kakanda IMMawan
Muh. Ramli, IMMawan Marsan, IMMawati St. Rabasiah, IMMawati Andi
Mirnawati, IMMawati Sri Muliana, IMMawati Lestari Indar P, sahabat saya
IMMawan Harianto dan Adinda IMMawati Gita, IMMawati Arifa Rahmadini
serta IMMawati Nurlisah Jusdar atas support yang telah mereka berikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam
penyajian maupun penyusunannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik yang membangun serta saran dari semua pihak demi
kesempurnaan karya selanjutnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kepada pihak yang
membacanya.
Makassar, 24 Februari 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Mamfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian SAK ETAP....................................................................... 6
B. Manfaat dan Tujuan .......................................................................... 7
C. Karakteristik SAK ETAP................................................................... 8
D. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan .................................. 13
E. Pengguna SAK ETAP........................................................................ 13
F. Implementasi SAK ETAP.................................................................. 14
vii
G. Penyajian Laporan Keuangan ............................................................ 16
H. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ................................................... 21
I. Hambatan UMKM ............................................................................. 24
J. Laporan Keuangan UMKM ............................................................... 25
K. Kerangka Pikir ................................................................................... 29
L. Hipotesis ............................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 30
B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 30
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 31
D. Teknik Analisis Data .......................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil UMKM “Embung Jaya”........................................................... 34
B. SAK ETAP pada Laporan Keuangan UMKM .................................. 36
C. Sistem Pencatatan Keuangan Embung Jaya ...................................... 43
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tidak Terlaksananya
Pencatatan Keuangan Berbasis Sak Etap ....................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 57
B. Saran .................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 61
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka Pikir .............................................................................................. 29
Struktur Organisasi Embung Jaya ................................................................. 35
Diagram Zero Pencatatan Kegiatan di Embung Jaya..................................... 48
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Laporan Laba Rugi......................................................................................... 37
Laporan Harga Pokok ................................................................................... 38
Laporan Perubahan Equitas............................................................................ 39
Laporan Neraca ............................................................................................. 39
Laporan Arus Kas ......................................................................................... 40
Metode Penyusutan dan Masa Manfaat asset tetap ....................................... 41
Aset Tetap ..................................................................................................... 42
Unsur Laporan Keuangan
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pesatnya pembangunan pada dunia industri meningkatkan persaingan yang
terjadi antar perusahaan dalam menghasilkan produk-produk berkualitas
dengan harga yang cukup bersaing. Menghadapi persaingan usaha yang cukup
ketat,perusahaan harus memiliki strategi dan metode yang tepat sehingga
produknya dapat tetap bersaing dan tetap menghasilkan keuntungan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM)
merupakan salah satu industri yangturut bersaing dalam memajukan
perekonomian di Indonesia. UKM mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.Pada krisis ekonomi tahun 1997 yang
lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan
berhentiaktivitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi
perubahansituasi pasar tersebut.
Usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis.
Per akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan
kontribusi terhadap produk domestik bruto 59,08 persen. Kontribusi UMKM
terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16 persen atau 107 juta orang.
Namun, dengan segala peran strategis itu, hanya 20 persen dari total UMKM yang
sudah terakses kredit bank. Demikian paparan I Wayan Dipta, Deputi Bidang
1
2
Pengkajian Sumber Daya UMKM Kementerian Koperasi, dalam seminar tentang
Peluang dan Tantangan UMKM Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015. Pertumbuhan UMKM pada kurun waktu tahun 2009-2013 sebesar 2,3
persen per tahun. Data Kementerian Koperasi menyebutkan, lebih dari 96 persen
perusahaan di ASEAN adalah UMKM. Sumbangan UMKM di ASEAN terhadap
PDB 30-57 persen, sedangkan kontribusi penyerapan tenaga kerja 50-98 persen.
Di Indonesia, pertumbuhan UMKM juga signifikan. Tahun lalu, sekitar 7
persen dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro
menjadi kecil, kecil jadi menengah, maupun menengah jadi komersial atau di luar
UMKM. Kondisi rupiah yang saat ini melemah malahan membantu sebagian
UMKM. Kegiatan produksi UMKM dalam rupiah, sedangkan produksinya
diekspor sehingga pendapatannya dollar AS. Nilainya, kan, terus meningkat.
Sejauh ini ekspor terbesar masih pada sektor garmen. Sekitar 17 persen UMKM
sudah melakukan ekspor produk. Diperkirakan pada akhir tahun 2013 meningkat
menjadi 18 persen.
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, UMKM
diharapkan semakin produktif dan berdaya saing. Kerja sama dengan UMKM lain
di ASEAN juga terbuka. Namun, UMKM Indonesia juga harus mewaspadai
persaingan yang semakin tajam. Kepala Divisi Kerja Sama dan Koordinasi
Program UMKM Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Bank
Indonesia Wini Purwanti menyampaikan, UMKM merupakan peluang untuk
menciptakan wirausaha baru. Saat ini, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia
3
sekitar 8,59 juta orang, sedangkan tingkat wirausaha hanya sekitar 0,18 persen.
Ada juga tantangan baru yang di hadapi dalam pengembangan UMKM di
Indonesia. Tantangan itu antara lain soal akses UMKM terhadap perbankan.
Kelayakan usaha, aspek keuangan, aspek pemasaran dan aspek sumber
daya manusia (tenaga kerja) merupakan permasalahan UMKM yang dirasakan
selama ini oleh pihak Bank (Bank Indonesia, 2005). Belum adanya kesamaan
mindset antara persyaratan bank yang harus dipenuhi oleh UMKM, termasuk
ketersediaan laporan keuangan dan bussines plan (rencana pengembangan
usaha) merupakan kendala yang menyebabkan minimnya akses keuangan
UMKM. Padahal dengan adanya laporan sangat bermanfaat dalam membantu
UMKM untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil.
Beberapa hasil penelitian (Pinasti, Hariyanto, Idrus, Marbun) dalam
Pinasti (2007) menunjukkan bahwa kelemahan usaha kecil di Indonesia adalah
pada umumnya pengelola usaha kecil tidak menguasai dan tidak menerapkan
sistem keuangan yang memadai. Usaha kecil tidak atau belum memiliki
dan menerapkan catatan akuntansi dengan ketat dan disiplin dengan
pembukuan yang sistematis dan teratur. Pengusaha kecil secara umum
menganggap bahwa informasi akuntansi tersebut tidak penting, selain sulit
diterapkan juga membuang waktu dan biaya. Hal terpenting bagi pengelola
usaha kecil adalah bagaimana cara menghasilkan laba yang banyak tanpa
repot menerapkan akuntansi. Kenyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian
Musmini (2008) menunjukkan bahwa kebanyakan usaha kecil di Kecamatan
Buleleng tidak menyelenggarakan catatan akuntansi, beberapa yang mempunyai
4
catatan keuangan modelnya sangat sederhana dan tidak sistematis. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa keberadaan dan pentingnya akuntansi belum
dipahami oleh pengusaha UMKM. Padahal dengan adanya laporan keuangan
sebagai salah satu bentuk penyampaian informasi akuntansi, para pemilik usaha
dapat mengetahui bagaimana posisi serta kinerja keuangannya, tidak
hanya itu pemilik usaha akan lebih mudah untuk menghitung pajak, karena
laporan keuangan merupakan sumber data untuk menghitung pajak.
Usaha Embung Jaya adalah UKM yang bergerak dibidang industri
pembuatan makanan kecil (Snack). Perusahaan ini tidak memperhatikan sistim
akuntansi yang lazim, dimana proses pencatatan biaya tidak dilakukan
sebagaimana mestinya. Pencatatan biaya overhead pabrik dan biaya non produksi
(beban penjualan umum dan biaya administrasi) lainnya seringkali diabaikan,
sehingga biaya-biaya tersebut yang sebenarnya telah dikeluarkan tidak terhitung
dan tidak tercatat pada laporan. Hal tersebut menyebabkan manajemen tidak
akurat dalam membuat perencanaan laba dan pengendaliaan biaya, selain itu
manajemen tidak dapat mebuat laporan keuangan secara tepat yang sesuai dengan
pedoman atau standar yang telah ditentukan, Manajemen dapat menetapkan harga
jauh lebih mudah dan yakin kalau mereka memiliki informasi yang pasti
mengenai biaya pekerjaan atau unit yang akan dijual. Dari latar belakang
permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan
judul“Analisis Penerapan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP pada Sektor
UMKM di Kab. Gowa (Studi Kasus di Usaha Embung Jaya)
5
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini, dengan melihat latar belakang masalah di atas, penulis
dapat mengidentifikasikan masalah yang terkait dengan tema penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana Praktek Pencatatan Laporan Keuangan yang di lakukan pada
UMKM
2. Apa Faktor-Faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan
laporan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM
C. TUJUAN PENELITIAN
Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Praktek Pencatatan Laporan Keuangan yang di
lakukan UMKM
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya
pencatatan laporan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah
a. Mengetahui penyebab UMKM tidak melakukan pencatatan laporan
keuangan yang berbasis SAK ETAP
b. Sebagai pembelajaran bagi pihak yang terkait dalam hal penerapan SAK
ETAP pada UMKM
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN SAK ETAP
Pada tanggal 19 Mei 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP).
SAK ETAP ini nampak seide dengan International Financial Reporting
Standard for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs). Meskipun
memiliki judul yang berbeda, namun baik SAK ETAP maupun IFRS for SMEs
sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, hanya saja
istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and medium-sized
entities (SMEs).
Jadi, apabila kita membandingkan judul pada IFRS for SMEs dan SAK
ETAP, maka istilah entitas tanpa akuntabilitas publik) sama pengertiannya
dengansmall and medium-sized entities. Apabila SAK ETAP telah disahkan pada
bulan Mei 2009, IFRS for SMEs sendiri baru disahkan pada bulan Juli 2009.
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Standar
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa
akuntabilitas publik adalah entitas yang:
6
7
a. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah
pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan
lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan
SAK ETAP.
B. MANFAAT DAN TUJUAN
SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan
keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan
memiliki prinsip going concern yakni menginginkan usahanya terus berkembang.
Untuk mengembangkan usaha perlu banyak upaya yang harus dilakukan. Salah
satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan publik bahwa usaha yang dilakukan
dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi wujud pertanggungjawaban
tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai
8
dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian laporan keuangan yang sesuai
dengan standar, akan membantu manajemen perusahaan untuk memperoleh
berbagai kemudahan, misalnya: untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa
yang datang; dapat memperoleh pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.
Standar ETAP ini disusun cukup sederhana sehingga tidak akan
menyulitkan bagi penggunanya yang merupakan entitas tanpa akuntabilitas public
(ETAP) yang mayoritas adalah perusahaan yang tergolong usaha kecil dan
menengah. ETAP sebagaimana kepanjangan yang telah diuraikan di atas
merupakan unit kegiatan yang melakukan aktifitas tetapi sahamnya tidak dimiliki
oleh masyarakat atau dengan kata lain unit usaha yang dimiliki oleh orang
perorang atau sekelompok orang, dimana kegiatan dan modalnya masih terbatas.
Jenis kegiatan seperti ini di Indonesia menempati angka sekitar 80 %. Oleh sebab
itu perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak yang berkepentingan dalam
hal penyajian laporan keuangan.
C. KARAKTERISTIK SAK ETAP
a. Stand alone accounting standard (tidak mengacu ke SAK Umum)
b. Mayoritas menggunakan historical cost concepts
c. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan
Menengah
d. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum
1) Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang paling sederhana
2) Penyerdehanaan pengakuan dan pengukuran
9
3) Pengurangan pengungkapan
e. Tidak akan berubah selama beberapa tahun
Dalam penyusunan Laporan Keuangan ada bebarapa karakteristik dari segi
kualitatif yaitu:
a. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud
ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan
informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa
informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan,
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Materialitas
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas
10
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan
situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan
dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau
membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK
ETAP agar mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja
keuangan atau arus kas suatu entitas.
d. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus
andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari
bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk
mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan
mencapai suatu hasil tertentu.
e. Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini
untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.
f. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan
keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan
peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat
dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur
11
kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam
kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih
tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun
demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan
pembentukan asset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan
kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan sehat tidak
mengijinkan bias.
g. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
ditinjau dari segi relevansi.
h. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan
dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten
untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang
berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat
informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
12
laporan keuangan, perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak
perubahan tersebut.
i. Tepat Waktu
Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan
informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika
terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu
menyeimbangkan secara relative antara pelaporan tepat waktu dan
penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai keseimbangan antara
relevansi dan keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana yang
terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan
ekonomi.
j. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun
demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang
menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus
memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati
oleh pengguna eksternal.
13
D. PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas
untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan.
Proses ini termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:
a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau
sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau
untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan
dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
E. PENGGUNA SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah
pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, investor saham,
dll
14
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator
lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan
SAK ETAP.
F. IMPLEMENTASI SAK ETAP
PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK
ini harus konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah
memutuskan untuk menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan
keuangan, maka untuk selanjutnya tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK
ETAP.
Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak
praktis, maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara
prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah
menyusun laporan keuangan maka:
a. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan
dalam SAK ETAP;
15
b. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut;
c. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban
atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi
merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda
berdasarkan SAK ETAP;
d. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang
diakui.
Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru
diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya.
Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada kejadian atau
transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Sedangkan
penerapan secara prospektif artinya kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan
pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada
penyesuaian yang dilakukan terhadap periode sebelumnya.
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya
berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal
yang sama dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil
penyesuaian yang muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnyasebelum
tanggal efektif SAK ETAP diakui secara langsung pada saldo laba pada tanggal
penerapan SAK ETAP.
16
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan
untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak
berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang
diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian
menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya.
Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP
kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK
ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan
keuangan berdasarkan SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan
keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk
menerapkan SAK ETAP ini kembali
Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun
laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat
menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETA
ini dalam menyusun laporan keuangan.
G. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
1. Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian
jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan
definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban Penerapan
SAK ETAP, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, menghasilkan
17
laporan keuangan yang wajar atas posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan
tertentu dalam SAK ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami
pengaruh dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan
dan kinerja keuangan entitas.
2. Kepatuhan Terhadap Sak Etap
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat
suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement)
atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua
persyaratan dalam SAK ETAP.
3. Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang
menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas
melanjutkan kelangsungan usaha. Entitas mempunyai kelangsungan usaha kecuali
jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan
operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis kecuali melakukan hal-hal
tersebut. Dalam membuat penilaian kelangsungan usaha, jika manajemen
menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan peristiwa atau
kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas
untuk melanjutkan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian
tersebut. Ketika entitas tidak menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi
18
kelangsungan usaha, maka fakta tersebut harus diungkapkan, bersama dengan
dasar penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dianggap
mempunyai kelangsungan usaha.
4. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas
berubah dan laporan keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:
a. Fakta tersebut;
b. Alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan
c. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan
5. Penyajian Yang Konsisten
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode
harus konsisten kecuali:
a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan
penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik
sesuai kriteria pemilihan dan penerapan
b. Kebijakan akuntansi atau
c. SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
19
Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan
diubah, maka entitas harus mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali jika
reklasifikasi tidak praktis. Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut jika
jumlah komparatif direklasifikasi:
a. Sifat reklasifikasi;
b. Jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi; dan
c. Alasan reklasifikasi.
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka entitas harus
mengungkapkan:
a. Alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan; dan
b. Sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif direklasifikasi.
6. Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan
keuangan dan catatan atas laporan keuangan). Entitas memasukkan informasi
komparatif untuk informasi naratif dan deskriptif jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan
7. Materialitas Dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan
yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi
yang sejenis.
20
Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos
dianggap material jika, baik secara individual maupun bersama-sama, dapat
mempengaruhi pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi faktor penentu.
8. Laporan Keuangan Lengkap
Laporan keuangan entitas meliputi:
a. Neraca;
b. Laporan laba rugi;
c. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:
Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;
d. Laporan arus kas; dan
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang
signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
9. Identifikasi Laporan Keuangan
Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan
keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan
merupakan komponen dari laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan
dari informasi lain dalam laporan tersebut. Di samping itu, informasi berikut ini
disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada setiap halaman laporan keuangan:
21
a. Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan
periode terakhir;
b. Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih
tepat bagi setiap komponen laporan keuangan;
c. Mata uang pelaporan,
d. Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Entitas harus mengungkapkan hal berikut ini dalam catatan atas laporan keuangan:
a. Domisili dan bentuk hukum entitas serta alamat kantornya yang terdaftar;
b. Penjelasan sifat operasi dan aktivitas utamanya.
H. USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu
kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor
UMKM sangat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan.
UMKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut
dan arah permintaan pasar.
UU No. 20 tahun 2008 mengenai usaha mikro, kecil dan menengah,
terdapat beberapa definisi yang dapat mengklasifikasikan suatu entitas ke
dalam jenis usaha kecil atau menengah yaitu:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang- Undang ini.
22
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usahamenengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Selain itu, UMKM juga memiliki beberapa kriteria yaitu:
a. Kriteria Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai usaha yang memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
23
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut, memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Definisi UMKM yang pertama adalah tidak adanya pembagian tugas yang
jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil
dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola
perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat
dekatnya.Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembagalembaga
kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembebanan
usahanya darimodal sendiri atau sumber lain seperti keluarga, kerabat,
pedagang perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai
dengan belum memiliki status badan hukum.
Dari pernyataan mengenai definisi UMKM diatas maka secara garis besar
dapat ditarik satu benang merah yang serupa mengenai UMKM. Pertama, jika
dilihat dari sisi kekayaan, UMKM cenderung merupakan suatu entitas yang
memiliki kekayaan bersih tidah kurang dari Rp.10 Milyar. Kedua,UMKM
merupakan suatu unit bisnis yang permodalannya juga lebih banyak
mengandalkan dari struktur modal pribadi atau pada tingkatan yang lebih maju
24
telah menggunakan bantuan yang berasal dari kredit usaha kecil. Ketiga,pada
umumnya UMKM belum memiliki status badan hukum. Keempat, golongan
industri UMKM masih terbatas pada golongan usaha yang cenderung sederhana.
I. HAMBATAN UMKM
Secara umum UMKM sendiri menghadapi dua permasalahan utama,
yaitu masalah finansial dan masalah nonfinansial (organisasi manajemen).
Masalah yang termasuk dalam masalah finansial di antaranya adalah Sulitnya
memperoleh akses kredit atau modal.
1. Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM.
2. Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang
cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang
dikucurkan kecil.
3. Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh
ketiadaan bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.
4. Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi.
5. Banyak UMKM yang belum bankable, baik disebabkan belum adanya
manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan
manajerial dan finansial.
Sedangkan yang termasuk dalam masalah organisasi manajemen (non-
finansial) di antaranya adalah :
25
1. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang
disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan
teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan.
2. Kurangnya pengetahuan akan pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya
informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena
keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan produk/ jasa yang
sesuai dengan keinginan pasar.
3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara kurangnya sumber
daya untuk mengembangkan SDM.
4. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.
J. LAPORAN KEUANGAN UMKM
1. Elemen Laporan Keuangan UMKM
Menurut SAK ETAP 2009, laporan keuangan UMKM terdiri dari:
a. Neraca
Neraca menyajikan aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada suatu saat
tertentu.
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang
diakui dalam suatu periode.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
26
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu
periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secar langsung dalam ekuitas
untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan jumlah investasi oleh, dan
deviden dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tersebut.
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan
setara kas entitas, yang menunjukan secara terpisah perubahan yang terjadi selama
satu periode dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan
penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan
informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan.
Catatan atas laporan keuangan harus :
1) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan.
2) Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP tetapi
tidak disajikan dalam laporan keuangan.
3) Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
27
2. Unsur Laporan Keuangan UMKM
Menurut SAK ETAP 2009, unsur laporan keuangan UMKM terdiri dari:
a. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu darimana manfaat ekonomi dimasa depan akan
diharapkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Weygandt 2007,255:Harta
(Aset) adalah keuntungan ekonomi masa depan yang diperoleh untuk
dikendalikan oleh kesatuan tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian
masa lalu.
b. Kewajiban
Karakteristik esensial dari kewajiban (liabilities) adalah bahwa entitas
mempunyai kewajiban (obligation) masa kini untuk bertindak atau untuk
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat berupa kewajiban
secara hukum dan kewajiban konstruktif.Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.
Suatu kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari suatu
tindakan entitas:
1) Dengan suatu praktik masa lalu, kebijakan yang dikeluarkan atau suatu
Standar kini yang cukup spesifik, entitas telah mengindikasikan kepada
pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu; dan
2) Sebagai konsekuensi, entitas telah menciptakan suatu harapan yang valid
kepada pihak lain bahwa pihak lain akan melepas tanggung jawab tertentu.
28
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya, dengan pembayaran kas; penyerahan aset lain;
pemberian jasa; penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
konversi kewajiban menjadi ekuitas. Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan
cara lain, seperti kreditur melepaskan atau mengorbankan haknya.
c. Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
normal ent itas dan mengacu pada beberapa istilah seperti penjualan, penghasilan
jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa.
d. Beban
Definisi beban adalah beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
normal entitas meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, upah dan penyusutan.
Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti
kas dan setara kas, persediaan dan aset tetap.
e. Ekuitas
Ekuitas adalah hak sisa pada aset suatu entitas setelah dikurangi dengan
seluruh kewajibannya. Ekuitas meliputi investasi pemilik entitas, ditambah dengan
hasil atas investasi yang diperoleh melalui operasi yang menguntungkan dan hasil
yang ditahan kembali untuk digunakan dalam operasi entitas tersebut, dikurangi
dengan penurunan atas investasi pemilik sebagai akibat dari operasi yang
tidak menguntungkan dan alokasi kepada pemilik.
29
K. KERANGKA PIKIR
Kerangka Pikir dalam Penelitin ini yaitu:
Gambar 1 : Kerangka Pikir
L. HIPOTESIS
Berdasarkan pada Rumusan Masalah yang telah di ungkapkan maka dapat di
ambil hipotesi yaitu: UMKM Embung Jaya dalam penyusunan laporan
keuangan belum berdasarkan pada SAK ETAP dan yang menjadi faktornya
yaitu : kapasitas dari pemilik usaha serta kurangnya ketegasan dari pihak luar
yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan itu mengenai
penerapan berdasarkan SAK ETAP.
UMKMEMBUNG JAYA
LAPORAN KEUANGAN UMKM
HASIL ANALISIS(Faktor-Faktor Penyebab)
LAPORAN KEUANGAN SAK ETAP
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Usaha Embung Jaya yang terletak di daerah
Patalassang Kab. Gowa pada bulan September 2015 sampai dengan data-data
yang diperlukan terpenuhi.
B. JENIS DATA DAN SUMBER DATA
1. Jenis Data
Menurut Riduwan (2009:5), data menurut jenisnya ada dua yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi,
karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.
b. Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka.
2. Sumber Data
Adapun yang dimaksud sumber data itu adalah subyek dari mana data itu
dapat diperoleh. Pada penelitian ini sumber datanya adalah sebagai berikut:
a. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari tangan pertama
untuk analisis berikutnya untuk menemukan solusi atau masalah yang
diteliti Sekaran (2006:326). Husein (2008:99) menyebutkan data primer
merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau
30
31
perseorangan atau data yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi
penelitian atau objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang termasuk data
primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan
pihak terkait, yaitu pemilik UMKM.
b. Data sekunder, yatu data yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada,
Sekaran (2006:329). Menurut Husein (2008:100) data sekunder merupakan
data primer yang telah diolah lebih lanjut disajikan baik oleh pihak pengumpul
data primer atau pihak lain. Data sekunder merupakan data penelitian yang
diperoleh secara langsung melalui media perantara (telah diperoleh dan dicatat
dari pihak lain). Data ini pada umumnya berupa data statistik, ataupun
keterangan-keterangan dan publikasi lainnya serta bahan-bahan yang berkaitan
dengan topik permasalahan yang diteliti. Pada penelitian ini data sekunder
yang dipergunakan adalah data jumlah dan informasi UMKM yang didapat
dari Diskoperindag
C. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilaksanakan dengan cara malakukan telaah atas
data-data sekunder yang diperoleh melalui berbagai sumber meliputi jurnal
ilmiah, buku-buku, karya ilmiah, dan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan topik yang teliti.
2. Penelitian Lapangan
a. Observasi
32
Observasi, dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang pencatatan
laporan keuangan Usaha Embung Jaya melalui pengamatan langsung, tanpa
pertolongan alat- alat tertentu untuk keperluan penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan observasi secara langsung dan tersamar. Observasi langsung
dilakukan dengan menyatakan secara langsung kepada sumber data yakni mr. Asri
sebagai pemilik usaha Embung Jaya bahwa peneliti sedang melakukan
penelitian. Namun, suatu saat peneliti juga melakukan observasi secara
tersamar, yaitu saat peneliti mengamati kegiatan operasional karyawan tanpa
membuat karyawan tersebut sadar jika sedang diamati.
b. Wawancara
Wawancara merupakan data yang dikumpulkan melalui interaksi secara
langsung dari responden dengan mengadakan tanya-jawab guna memperoleh data
yang diperlukan terutama kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan
pencatatan, penyusunan, dan penyajian laporan keuangan.
c. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pencatatan dari dokumen
perusahaan yang berhubungan degan penelitian ini.
D. TEKNIK ANALISIS DATA
Menurut Patton (Maleong, 2001:103) Analisis data adalah “proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”.
Dan dari definisi tersebut memberikan gambaran bahwa betapa pentingnya
kedudukan analisis data di lihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip utama dari
33
penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.
Penelitian ini adalah penelitian deskriktif komparatif, dengan lebih banyak
bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi serta melakukan
perbandingan teori dan kenyataan yang terjadi di lapangan. Data yang telah di
peroleh akan di analisis secara kualitatif serta di uraikan dalam bentuk deskriktif
Data diolah memakai teknik analisis data dengan tahapan sebagai berikut
(Miles dan Huberman (1992) dalam Moleong (2004)): Reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), serta menarik kesimpulan (verifikasi).
Tahapan teknik analisis data tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang
terkait dan bisa berlangsung secara ulang-alik, sampai mendapatkan hasil
penelitian akhir, yang bersifat holistik dan sarat makna, dalam konteks pemberian
jawaban terhadap masalah yang dikaji (Atmadja, 2006:22)..
Analisis digunakan untuk mengetahui dilema yang dihadapi Usaha Kecil
dan Menengah dalam menerapkan Laporan Keuangan Sesuai dengan SAK ETAP
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. PROFIL UMKM “EMBUNG JAYA”
Embung Jaya adalah perusahaan milik perseorangan yang didirikan pada
tahun 2013 oleh Mr. Asri. Berdirinya Perusahaan ini dipelopori dari Minat Mr.
Asri dalam hal Berwirausahan dan kebetulan juga beliau tergabung dalam Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia yang memotivasi mahasiswa sekarang untuk berwirausaha
di tengah persaingan era sekarang dalam perebutan peluang kerja di perusahaan-
perusahaan, serta di samping dapat membantu dalam hal pendapatan keluarga
juga dapat membuka peluang kerja di masyarakat luas. Saat ini dalam
menjalankan usahanya Mr. Asri di bantu oleh teman-temannya dalam hal
pengelolahan keuangan dan bagian pemasaran . Embung Jaya adalah usaha
yang bergerak dalam bidang Pembuatan Makanan Kecil (Snack) yang pada
awalnya memiliki Produk yaitu Kripik Stick yang kemudian seiring
berjalannya waktu mengganti produknya yaitu dengan Kripik Dendeng
yang memiliki bahan dasar yaitu daun ubi, keunikan yang dimiliki kripik
dendeng ini adalah pertama, kripik ini merupakan produk langka dalam artian jarang
orang yang memproduksi produk tersebut; kedua, lebih sehat melihat khasiat dari
daun ubi tersebut salah satunya mampu meningkatkan daya tahan tubuh; ketiga, harga
yang relative murah (sesuai dengan dompet anak-anak Mahasiswa)
Strategi promosi yang dilakukan Embung Jaya yaitu dengan cara mouth
to mouth, memasang iklan melalui media social networking yakni melalui
facebook dan sering ikut serta dalam mensponsori kegiatan-kegiatan yang
34
35
dilaksanakan oleh mahasiswa selain itu Mr Asri juga sering membawa tester
produknya sekitar 3-5 bungkus sebagai sampel dan di tawarkan ke beberapa
orang. Adapun visi dan misi dari usaha ini yaitu:
Visi: Menjadikan usaha olahan cemilan ini di kenal oleh Masyarakat, di sukai oleh
semua kalangan.
Misi:
a. Memberi pandangan positif kepada masyarakat mengenai produk ini bahwa
produk ini sehat dan bergizi di lihat dari bahan yang di gunakan.
b. Inovasi baru terkait produk yang masih langkah di temui di masyarakat
c. Kreatifitas dalam hal pemasaran sehingga terlihat unik
Struktur organisasi yang ada pada Usaha Embung Jaya tidak tertulis
dan masih sangat sederhana. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
dengan pemilik Usaha dapat digambarkan struktur organisasi Embung Jaya
sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur Organisasi Embung Jaya (Sumber: Hasil Wawancara, 2015)
Pemilik (Owner)
Mr. Asri
Bagian Keuangan
Ainun
Bagian Pemasaran
Nilam Cahyani Anwar
Karyawan Produksi
36
Pendeskripsian Tugas:
a. Pemilik (Owner)
Bertanggung Jawab atas perusahaan secara keseluruhan
Mengawasi setiap aktifitas usahanya
Pemegang keputusan paling menentukan
b. Bagian Administrasi Keuangan
Pengelola Kas (bertanggung jawab atas kas keluar dan kas masuk)
Membuat Laporan Keuangan (dalam hal ini menurut versinya)
c. Bagian Pemasaran
Melakukan perencanaan mengenai langkah strategis dalam hal pemasaran
produk ke halayak masyarakat.
Memberikan masukan kepada pemilik (owner) dalam hal pemasaran
Memasarkan produk ke masyarakat
d. Karyawan Produksi
Pelaksana teknis dalam setiap aktivitas produksi perusahaan mulai dari berbentuk
bahan mentah kemudian menjadi barang setengah jadi sampai kepada barang jadi
yang siap untuk di pasarkan.
B. SAK ETAP PADA LAPORAN KEUANGAN UMKM
1. Laporan Laba Rugi
Terdapat beberapa unsur didalamnya, yaitu: penjualan, Harga Pokok
Penjualan (HPP), beban dan pajak. Dimana dalam perhitungannya: Penjualan -
HPP – Beban Administrasi – Beban Penjualan – Pajak.
37
Tabel 1. Laporan Laba Rugi
EMBUNG JAYALAPORAN LABA RUGI
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014
Penjualan Rp. 60.000.000
Penjualan BersihHarga Pokok Penjualan (Rp.33.050.000)
Laba Kotor Rp. 26.950.000BebanBeban AdministrasiBeban Perlengkapan Rp. 500.000Beban Pemeliharaan Bangunan Rp. 320.000Beban pemeliharaan kendaraan Rp. 230.000Beban Konsumsi Rp. 100.000Total Beban AdministrasiBeban Penjualan
(Rp. 1.150.000)
Beban transportasi Rp. 500.000Total Beban penjualan (Rp. 500.000)
Laba Bersih sebelum pajak Rp. 25.300.000Beban Pajak Rp. 3.162.500Laba Bersih Rp. 22.137.500
Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis
Ket: Usaha ini tidak melakukan pembayaran pajak tapi penulis menambahkanbeban pajak di karenakan sebuah keharusan Badan Usaha membayar pajakpenghasilan usahanya
Penjualan merupakan seluruh nilai penjualan yang didapat selama tahun
2014, sedangakan HPP merupakan biaya yang dikeluarkan untuk barang-barang
yang terjual. Adapun perhitungan untuk HPP adalah sebagai berikut:
38
Tabel 2. Laporan Harga Pokok
LAPORAN HARGA POKOK PENJUALANEMBUNG JAYA
TAHUN 2014
Persediaan barang jadi awalHPP produksiBiaya bahan baku Rp.29.950.000
Rp. 200.000
Biaya tenaga kerjaBiaya overhead
Rp. 1.200.000Rp. 1.800.000
Total HPP produksi Rp. 32.950.000 +
Barang tersedia untuk dijual Rp. 33.150.000
Persediaan barang jadi akhir Rp. 100.000 -
HPP penjualan Rp. 33.050.000
Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis
Adapun perhitungan pajak bagi UMKM Embung Jaya sebagai berikut :
PPh terutang = 50 % x tarif pajak x penghasilan kena pajak.
PPh terutang = 50% x 25 % x Rp 25.300.000= Rp 3.162.500.
(Pasal 31e UU Nomor 36 Tahun 2008)
2. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik.
Dalam laporan perubahan ekuitas terdapat tiga transaksi yaitu modal awal
ditambah laba tahun berjalan dan dikurangi prive.
39
Tabel 3. Laporan Perubahan Ekuitas
EMBUNG JAYALAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2014
Modal Awal Rp. 128.512.500
Laba Tahun Berjalan Rp. 23.137.500
Modal Akhir Rp. 150.650.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis
3. Laporan Neraca
Pada neraca menampilkan jumlah aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik
Embung Jaya pada 31 Desember 2014. Pada neraca, sisi aset disusun berdasarkan
lancar atau tidaknya sebuah aset, yaitu aset lancar dan aset tetap.
Tabel 4. Laporan Neraca
EMBUNG JAYANERACA
PER 31 DESEMBER 2014
ASET
Aset Lancar
Kas
Rp. Xxx
Kas Rp. 5.450.000Perlengkapan Rp. 650.000Persedian Bahan Baku Rp. 50.000Persedian Barang Jadi Rp. 100.000Total Aset Lancar Rp. 6.250.000
Aset Tetap
Tanah Rp. 120.000.000
40
Arus kas masukArus kas dari aktivitas opersionalPendapatan kas dari penjualan Rp. 60.000.000Total penerimaan kas Rp.60.000.000Arus kas keluarArus kas dari aktivitas operasionalBiaya bahan baku Rp. 29.950.000Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 1.200.000Biaya Listrik & air Rp. 1.800.000Beban Penjualan Rp. 500.000
Bangunan Rp. 52.000.000Kendaraan Rp. 14.000.000Peralatan Rp. 3.500.000Total Aset Tetap Rp. 189.500.000
Akumulasi PenyusutanPenyusutan Bangunan Rp. 7.800.000Penyusutan Kendaraan Rp. 4.200.000Penyusutan peralatan Rp. 350.000Akumulasi Penyusutan (Rp. 12.350.000)Total Aset Rp. 177.150.000KEWAJIBAN DAN EKUITASKewajibanUtang usaha Rp. 5.500.000Total Kewajiban Rp. 5.500.000
Modal Akhir Rp.171.650.000
Total Kewajiban dan Modal Rp. 177.150.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis
4. Laporan Arus Kas
Tabel 5. Laporan Arus Kas
EMBUNG JAYALAPORAN ARUS KAS
PERIODE YANG BERAKHIR PADA DESEMBER 2014
41
Arus kas dari aktivitas pendanaanPrive Rp. -Total Pengeluaran kas Rp. 33.450.000
Arus kas bersih pada tanggal 31 Desember 2014 Rp. 26.550.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
a. Kebijakan Akuntansi
Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan ini disajikan sesuai dengan SAK ETAP, disusun
berdasarkan prinsip berkesinambungan (going concern) serta mengikuti
konvensi harga historis (historical cost). Laporan keuangan ini disusun dengan
menggunakan accrual basis kecuali laporan arus kas. Laporan arus kas
menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas yang dikeluarkan dalam aktivitas
operasi dan pendanaan.
Aset Tetap
Aset tetap dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi
akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode
garis lurus (straight- line method) berdasarkan taksiran umur ekonomis masing-
masing aset.
Tabel 6. Metode Penyusutan dan Masa Manfaat Aset Tetap
Nama Aset Metode Penyusutan Masa ManfaatTanah - -Bangunan Garis Lurus 20Kendaraan Garis Lurus 10Peralatan Produksi Garis Lurus 10
Beban penyusutan dibebankan dalam laporan laba rugi pada saat
terjadinya. Pada saat aset tetap sudah tidak digunakan lagi atau dilepas, maka
42
harga perolehan dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok
asset tetap dan laba yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada usaha
tahun berjalan.
Pengakuan Beban dan Pendapatan
Pendapatan usaha diakui secara proporsional berdasarkan jumlah penjualan
selama satu periode. Beban usaha didasarkan pada pengobanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh pendapatan usaha
dalam periode yang sama. Beban diakui pada saat terjadinya atau sesuai
dengan masa manfaatnya (accrual basis).
b. Kas
Kas merupakan asset yang digunakan untuk memenuhi kebutahan sehari-
hari, baik untuk operasional perusahaan atau untuk mendapatkan asset lainnya,
selain itu ia tidak dijaminkan dan tidak dibatasi penggunaannya
c. Persediaan
Persediaan barang jadi dan bahan baku dinyatakan sesuai harga
perolehan yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata.
d. Aset Tetap
Pada tahun tersebut tidak ada penambahan atau pengurangan aset tetap.
Nilai aset tetap diakui sebesar nilai perolehan dikurangi nilai akumulasi
penyusutan.
Tabel 7. Aset Tetap
Nama Aset1 Januari Tahun
PerolehanPenyusutan per
tahun31 Desember
Tanah Rp. 120.000.000 - - Rp. 120.000.000
43
Bangunan Rp. 52.000.000 2012 Rp. 7.800.000 Rp. 44.200.000Kendaraan Rp. 14.000.000 2012 Rp. 4.200.000 Rp. 9.800.000PeralatanProduksi
Rp. 3.500.000 2012 Rp. 350.000 Rp. 3.150.000
Total Rp. 189.500.000 Rp. 177.150.000Sumber : UMKM Embung Jaya, data di olah oleh penulis
e. Utang Usaha
Jumlah kewajiban yang masih dimiliki adalah bersumber dari dana pinjaman
dari kerabat yang di jadikan salah satu sumber permodalan dalam menjalankan
usaha ini dan sampai tahun 2014 belum terbayarkan.
C. SISTEM PENCATATAN KEUANGAN EMBUNG JAYA
Embung Jaya adalah sejenis usaha di bidang pembuatan makanan
ringan (Snack) yang masih berskala kecil dan berdiri sejak tahun 2013 di
daerah Pattalassang Gowa yang berjalan dengan bantuan tenaga dari
teman sendiri (join) serta bantuan dari keluarga sendiri . Tata cara
pengelolaan masih dilakukan oleh pemilik sendiri yaitu dalam hal pembelian
stock Bahan Mentah, Personalia dan Laporan Keuangan. Pemilik usaha
mengetahui bahwa pencatatan keuangan suatu usaha penting untuk dilakukan
dengan melakukan pencatatan keuangan dapat diketahui seberapa besar
pemasukan dan pengeluaran sehingga nantinya dapat menghitung laba yang
diperoleh dan dapat mengetahui bagaimana kinerja usahanya, seperti yang
tercermin dalam kutipan wawancara dengan Mr. Asri pemilik Usaha Embung
Jaya berikut.
“Pencatatan keuangan perlu, penting sekali, biar kita tahu antara
44
pendapatan dan pengeluaran, tapi kadang-kadang biar tidak seperti pepatah
lebih besar pasak dari pada tiang makanya perlu dicatat”
Namun dalam implementasinya sistem informasi akuntansi yang
dilakukan oleh pemilik Usaha Embung Jaya masih sangat sederhana dan proses
pencatatan yang dilakukan masih dengan cara manual (Pengarsipan Nota).
Dan dinyatakan tidak sesuai dengan SAK ETAP di karenakan tidak melakukan
pencatatan laporan keuangan dan tidak memiliki satupun jenis dalam laporan
keuangan.
Tabel. 8: Jenis Laporan Keuangan
No. Jenis Laporan Keuangan Ada/Tidak
1. Laporan Laba/Rugi -2. Laporan Perubahan Equitas -3. Laporan Neraca -4. Laporan Arus Kas -5. Catatan atas Laporan Keuangan -
Alasan pemilik UMKM Embung Jaya melakukan pencatatan keuangan
semata untuk menentukan besarnya Pendapatan Usahanya dan kemudian dari
pendapatan tersebut berapa yang akan di sisihkan untuk memproduksi Bahan setengah
jadi lagi serta hitungan bagi hasilnya.
Berdasarkan atas hasil pengamatan dan wawancara nampak bahwa
pengalaman Mr Asri selama 3 tahun sebagai pengusaha telah membuat
informan mengerti akan pentingnya melakukan pencatatan atas setiap transaksi
usahanya. Keinginan atau niat yang dimiliki informan untuk mengembangkan
usaha, untuk mempermudah dalam penggajian telah memotivasi informan untuk
45
selalu melakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan dengan alasan untuk
mengetahui peningkatan dan penurunan pendapatan jasa yang terjadi pada
usahanya
Hal ini sejalan dengan teori perilaku beralasan (Theory of Reasoned
Action) yang dikembangkan oleh Ajzen dan Martin Fishbein pada tahun 1980
(Jogiyanto, 2007). Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan atau
tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh
orang tersebut. Dalam pencatatan akuntansi pada UMKM Embung Jaya, bentuk
pencatatan yang kini diterapkan di usaha ini dipengaruhi oleh niat dari pemilik
usaha. Niat atau keinginan pemilik usaha untuk mengembangkan usahanya
telah membuat pengusaha tersebut termotivasi untuk melakukan pencatatan atas
setiap transaksinya dengan rapi. Meskipun format yang digunakan berbeda dan
tidak melakukan penjurnalan seperti pencatatan transaksi pada akuntansi,
karena pengusaha ini membuat catatan menurut pemahamannya pribadi dan
pengalaman yang dimiliki tanpa mempelajari pencatatan transaksi pada
akuntansi.
Pencatatan akuntansi yang diterapkan pada UMKM Embung Jaya masih
jauh dari SAK ETAP sehingga informasi yang diperoleh dari catatan yang
dibuat belum dapat sepenuhnya mendukung atau bermanfaat untuk pengambilan
keputusan yang lebih menyeluruh dari kegiatan operasional perusahaan. Manfaat
dan keputusan usaha yang dapat dijalankan berdasarkan akuntansi dan laporan
akuntansi berdasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Ediraras
(2010) antara lain:
46
1. Penilaian kinerja usaha dan sebagai bahan evaluasi untuk yang akan
datang.
2. Berguna sebagai dasar pertimbangan pembelian bahan baku untuk
produksi dan alat-alat produksi.
3. Keputusan mengenai harga, misalnya penentuan harga jual, banting
harga, kenaikan harga barang/jasa, dan lain-lain.
4. Mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank.
5. Untuk pengembangan usaha, keputusan untuk membuka atau menutup
cabang.
6. Penambahan dan pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan
penghasilan karyawan, pemberian bonus kepada karyawan.
7. Penyusunan anggaran untuk periode berikutnya.
8. Penambahan asset usaha.
9. Promosi usaha.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ediraras, pada usaha kecil,
seperti yang dikemukakan oleh Golrida (2008) dalam Musmini (2012)
memang sangat memerlukan informasi tentang kinerja usaha dan informasi
tentang posisi keuangannya. Penyajian laporan keuangan yang continue pada
usaha kecil harus memperhatikan prinsip konsistensi sehingga laporan dari
periode sebelumnya dapat dibandingkan (komparabilitas) dengan periode
berikutnya. Prinsip daya banding (komparabilitas) dapat memberikan informasi
perkembangan usaha yang dilakukan selama ini. Apakah usaha tersebut
47
menguntungkan ataukah hanya asal berjalan saja, tanpa memperoleh
keuntungan, atau bahkan merugi.
Lebih lanjut Musmini (2012) mengemukakan bahwa prinsip lain yang
harus dipegang dengan baik, tanpa toleransi adalah prinsip kesatuan usaha. Jadi
kepentingan pemilik usaha dan usahanya harus dipisahkan, seperti dalam hal
keuangannya, keuangan perusahaan terpisah dengan keuangan pemiliknya.
Prinsip kesatuan usaha sangat sulit dijalankan, karena cakupan yang kecil dengan
nilai uang yang relatif sedikit. Selain beberapa hal diatas yang relatif
tidak ditemukan pada usaha kecil, teknis mengerjakan akuntansi juga dianggap
sulit diterapkan karena rumit bagi pemilik ataupun manajer perusahaan, tidak
sebanding dengan modal yang berputar pada usaha kecil tersebut yang
relatif sedikit.
Pada usaha kegiatan yang dilakukan selama peneliti melakukan penelitian
antara lain:
a. Pembelian Bahan Produksi,
b. Pejualan Produk kepada Costumer/Pembeli,
c. Mencatat setiap Transaksi pembelian dan Transaksi penjualan,
d. pembayaran hutang/kredit kepada pihak pemberi pinjaman
Prosedur pencatatan transaksi pendapatan Usaha Embung Jaya diawali dari
setelah pemberian produk kepada Costumer/Pembeli, maka bagian pemasaran
akan membuatkan nota rangkap dua, yang nantinya satu lembar nota akan
diberikan kepada pelanggan dan satu lembarnya lagi akan digunakan
48
sebagai arsip. Pada nota tersebut terdapat informasi mengenai identitas
perusahaan, nomor urut nota, tanggal, jenis produk, jumlah satuan, harga satuan,
jumlah dan total tagihan.
Alur pencatatan transaksi yang ada pada usaha Embung Jaya tergambar
pada gambar berikut:
Gambar 3: Diagram Zero Pencatatan Kegiatan di Embung Jaya (Sumber: Hasil
Observasi dan Wawancara, 2015)
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIDAK
TERLAKSANANYA PENCATATAN KEUANGAN BERBASIS SAK
ETAP DI UMKM EMBUNG JAYA
Implementasi pencatatan akuntansi UMKM berbasis SAK ETAP
Bag. Pemasaran
Bag. Keuangan
PembeliPemesanan
Produk
Uang yangharus di bayar
PenerimaanPembayaran Pemilik/owner
Jumlah uang yang harusdi bayar
Uang Pembayaran
Informasi barangpesanan
Bukti Transaksi Penjualan
Transaksi Penjualan
Transaksi Penjualan
49
memberi manfaat bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan, manfaat
tersebut antara lain (Anna, 2011) :
1. Bagi kreditor (pemberi pinjaman) dengan implementasi pencatatan
akuntansi berbasis SAK ETAP UMKM dapat menyajikan laporan
keuangannya sendiri, hal tersebut untuk memenuhi persyaratan utama untuk
mengajukan pinjaman kredit kepada lembaga keuangan atau perbankan, para
kreditur nantinya dapat memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
2. Pemilik UMKM dapat mengetahui laba, posisi keuangan, perubahan ekuitas
pemilik dan arus kas perusahaan lebih sederhana
3. UMKM dapat menghitung besaran pajak secara akurat sesuai informasi
akuntansi,
4. UMKM dapat diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Walaupun telah dilakukan pelatihan dan seminar terkait penyusunan
pencatatan akuntansi untuk usaha namun selama ini UMKM masih gagal dalam
menerapkan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP dan tidak jarang ada
UMKM yang sama sekali tidak melakukan pencatatan keuangan. Faktor-faktor
yang menyebabkan tidak terlaksananya pencatatan keuangan berbasis SAK
ETAP antara lain dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal Penyebab Gagalnya Penerapan SAK ETAP
Faktor internal merupakan faktor dari dalam yang mempengaruhi
implementasi/pengamplikasian dari pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP,
faktor internal yang menyebabkan gagalnya penerapan SAK ETAP ini yakni,
50
Pertama, kurangnya pengetahuaan pemilik Usaha Embung Jaya mengenai
standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan. Selama ini pemahaman
bentuk pencatatan keuangan yang dilakukan sesuai dengan pengetahuan dan
pemahaman yang dimiliki pemilik usaha Embung Jaya. Jadi, pengetahuan
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap bentuk penyusunan pencatatan
keuangan yang diterapkan oleh usaha Embung Jaya;
Kedua, pemilik usaha Embung Jaya merasa belum professional untuk membuat
laporan keuangan sesuai standar akuntansi. Pemilik kurang disiplin dan rajin
dalam pelaksanaan pembukuan akuntansi usahanya ini dikarenakan waktu yang
ada sudah tersita untuk pekerjaan, sehingga sulit sekali menyisihkan waktu untuk
menyusun sistem pembukuan akuntansi pemilik lebih mengutamakan bagaimana
sistem pemasaran yang baik agar produk cepat laku, dan bagaimana agar setiap
harinya dapat memasok produk ke konsumen;
Ketiga, pandangan dari pemilik usaha bahwa kegiatan pencatatan tersebut
dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan perhitungan dan transparansi, ini
sesuai dengan teori perilaku beralasan (theory of reasond action) of reasond
action) yang Icek Ajzen dan Martin Fishbein pada tahun 1980. Teori ini
menyatakan bahwa seseorang atau individu akan memanfaatkan sisten
informasi dengan alasan bahwa sistem informasi tersebut akan memberi
manfaat atau kegunaan bagi dirinya. Melihat dari kenyataan dilapangan terkait
dengan penerapan SAK ETAP jadi dapat dikatakan bahwa Pelaku UMKM
akan memanfaatkan atau mengimplementasikan pencatatan keuangan
berdasarkan SAK ETAP apabila pencatatan tersebut akan memberi manfaat
51
atau kegunaan bagi dirinya.
2. Faktor Eksternal Penyebab Gagalnya Penerapan SAK ETAP
Salah satu penyebab dari Usaha Embung Jaya tidak melakukan
pencatatan akuntansi berbasis SAK ETAP disebabkan pula karena tidak
adanya pengawasan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan UMKM terutama dari pihak pemerintah, lembaga- lembaga terkait dan
regulator. Padahal kepedulian terhadap pengembangan UMKM sudah
semestinya menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai dengan bidang yang
digelutinya. Sejalan dengan hal tersebut, Raharjo (1993) dalam Auliyah
(2012) menyatakan tidak adanya regulasi yang mewajibkan penyusunan
laporan keuangan bagi UMKM mengakibatkan rendahnya penyusunan laporan
keuangan. Jadi perhatian dari pihak regulator terkait dengan peraturan yang
mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi UMKM sangat diperlukan.
Pihak perbankan merupakan salah satu pihak ketiga yang
berhubungan terkait dengan permodalan UMKM adalah pihak perbankan.
Dalam memberikan pinjaman kepada UMKM pihak perbankan selalu
memperhatikan aspek kelayakan suatu kegiatan usaha, aspek legalitas, serta
repayment capacity dan adanya jaminan baik fisik maupun non fisik sebagai
factor pengaman. Untuk menetahui kondisi keuangan calon debitur, maka pihak
perbankan memerlukan laporan keuangan. Selain untuk mengetahui kondisi
kesehatan perusahaan utamanya yang mencakup kondisi likuiditas, kecukupan
modal, porsi hutang, profitabilitas. Pihak perbankan memerlukan adanya laporan
keuangan untuk memperkirakan volume usaha calon debitur yang ditunjukkan
52
dengan besarnya aset dan penjualan. Serta dengan adanya laporan keuangan
pihak perbankan dapat mengestimasi jumlah beban pinjaman yang dapat
ditanggung oleh calon debitur.
Selama ini permasalahan yang dihadapi dalam pemberian fasilitas kredit
kepada calon debitur UMKM, yakni tidak tersedianya laporan keuangan usaha
yang memadai untuk dianalisa oleh pihak perbankan, meskipun usaha UMKM
tersebut feasible namun sebagian besar pengusaha mengalami kesulitan dalam
penyediaan laporan keuangan untuk memenuhi persyaratan kredit bank. Usaha
yang tidak bankable dipandang mengandung risiko kredit macet oleh bank.
Untuk membantu pelaku UMKM dalam memenuhi syarat kelayakan usaha
dengan membuatkan proforma laporan keuangan.
Jadi proforma laporan keuangan merupakan langkah proaktif yang
dilakukan pihak perbankan dalam membantu calon debitur dan
mempermudah dalam melakukan analisis kredit, langkah ini merupakan wujud
kepedulian pihak perbankan terhadap UMKM. Akan tetapi, jika
diinterpretasikan lebih jauh tidak hanya semata-mata sebagai wujud kepedulian
pihak perbankan terhadap UMKM. Pembuatan proforma laporan keuangan ini
juga sebagai bagian dari strategi bisnis perbankan dalam memasarkan kreditnya
kepada masyarakat. Persaingan perbankan dalam menyalur kredinya ke UMKM
sangatlah ketat, ini dapat dilihat dari begitu variatifnya program-program
kredit yang digulirkan untuk para pelaku UMKM maupun para calon
wirausaha muda. Antara Bank satu dengan yang lainnya terjadi persaingan atau
kompetisi dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat, strategi dalam
53
menghadapi persaingan inipun beragam yakni dengan membuka cabang
khusus pelayanan kredit usaha, serta mengeluarkan program yang bunganya
bersaing dengan program kredit dari bank lain.
Mekanisme pembuatan proforma laporan keuangan ini merupakan salah
satu strategi perbankan untuk mempermudah UMKM dalam memenuhi
persyaratan pengajuan kredit, hal ini dapat membahayakan karena bisa
mendorong pihak perbankan untuk menyalurkan kredit kepada pihak yang tidak
tepat. Selain itu hal ini dapat menyebabkan UMKM menjadi malas dalam
memenuhi ketentuan SAK ETAP, karena selama ini mereka telah ‘dimanjakan’
dengan adanya pembuatan proforma laporan keuangan oleh pihak perbankan.
Bahkan seperti yang di lansir dalam situs resmi Bank Mandiri bahwa yang
menjadi persyaratan memperoleh KUR adalah :
- Dokumen legalitas pemohon, misalnya KTP atau Kartu Keluarga
- Dokumen Legalitas Usaha, Misalnya NPWP, SIUP, SKDU
- Foto Copy rekening giro/tabungan 6 bulan
Bahkan menurut Mr. Asri bahwa beliau sempat mengajukan KUR dan
persyaratan yang paling utama adalah menjaminkan BPKB Motor, “Tapi
masalahnya adalah BPKB Motor saya ada pada teman saya, dia telah
menjaminkannya untuk memperoleh kredit atas usahanya dan sampai sekarang
belum di kembalikan”
Selain berhubungan dengan pihak perbankan, pelaku UMKM juga
berhubungan dengan pihak fiskus dalam hal perhitungan serta pembayaran
pajak. Pemasukan tambahan dari pajak UMKM merupakan kontribusi yang
54
sangat penting dalam mendukung program pembangunan yang diusahakan oleh
pemerintah serta untuk melepaskan ketergantungan Indonesia dari pinjaman luar
negeri (Riyanto, 2011). Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak
maka UMKM harus menyusun Laporan keuangan. Namun prakteknya,
kesesuaian pembuatan laporan keuangan UMKM dengan SAK ETAP masih
sangat jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mempermudah
perhitungan pajak bagi pelaku usaha kecil dan menengah maka
dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Penghasilan yang dikenakan pajak
adalah Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1
tahun Pajak. Maksud pemerintah untuk menyederhanakan perhitungan
pajak demi mempermudah perhitungan pajak merupakan suatu hal yang positif,
namun dibalik itu implementasi SAK ETAP pada UMKM akan terasa
semakin berat, karena untuk bisa membayar pajak kini para pelaku
UMKM tidak dituntut untuk membuat laporan keuangan yang sesuai
dengan standar, selain itu kurangnya pengawasan pula dari pihak fiskus
terkait dari apa yang dihitung oleh UMKM terkait dengan pajak yang akan
dibayarkannya. Selama ini pihak fiskus percaya dengan pajak yang telah
dihitung dan dibayarkan oleh pengusaha UMKM, tanpa melakukan crosscheck
langsung dengan data omset yang sebenarnya, jika nanti ditemukan
adanya masalah atau data yang berbeda disaat itulah baru akan
55
dilakukan sinkronisasi oleh pihak fiskus terhadap data yang ditemukan
tersebut.
Jadi, apabila UMKM telah menerapkan pencatatan keuangan sesuai
dengan SAK ETAP pastinya akan mempermudah dalam proses pengajuan
pinjaman ke pihak perbankan dan dalam ketepatan perhitungan pajak
penghasilan. Untuk terciptanya sektor UMKM dengan pengelolaan keuangan
yang baik, professional dan berdaya saing, maka diperlukan unsur “keharusan”
dalam implementasi pencatatan dan pelaporan. Unsur “keharusan” ini
diantaranya dapat dilaksanakan dalam bentuk persyaratan yang harus dipenuhi
oleh suatu entitas UMKM guna memperoleh pembiayaan, maupun perijinan-
perijinan tertentu. Disinilah diperlukan adanya dukungan dan perhatian dalam
bentuk pengawasan (controlling) dan pendampingan terhadap implementasi
pencatatan akuntansi berbasis SAK ETAP pada UMKM.
Pelaku entitas UMKM perlu diberikan dorongan dan pemahaman
terkait manfaat dari pencatatan akuntansi, misalnya manfaat pencatatan
transaksi, baik bagi pelaku usaha sendiri maupun dalam hubungannya dengan
pihak ketiga, misalnya institusi perijinan dan lembaga pembiayaan. Jadi, tahapan
pertama yang dilakukan yakni memunculkan kesadaran/ pemahaman pelaku
UMKM akan manfaat dan pentingnya pencatatan transaksi, selanjutnya perlu
diadakan Pelatihan teknis pencatatan transaksi dan penyusunan laporan. Namun
percuma saja pelatihan diadakan jika tanpa adanya tindak lanjut terkait dengan
implementasi pencatatan akuntansi pada UMKM. Disinilah diperlukan adanya
dukungan dan perhatian stakeholder sebagai wujud pengendalian sosial dalam
56
bentuk pengawasan (controlling) dan pendampingan terhadap implementasi
pencatatan akuntansi berbasis SAK ETAP pada UMKM. Pendampingan ini
ditunjukan untuk memastikan bahwa hasil pelatihan dan standar keuangan yang
ada telah diterapkan dengan baik dalam kegiatan sehari-hari.
Dukungan yang bersifat kelembagaan, baik dalam bentuk adanya suatu
institusi yang menangani peningkatan kapasitas dan kompetensi entitas
UMKM, berbagai kegiatan institusi pemerintah, BUMN maupun BUMS,
serta aspek peraturan dan perundangan yang berfungsi sebagai alas hukum
kegiatan pengembangan kompetensi UMKM sangat diperlukan dalam upaya
implementasi penyusunan laporan keuangan dan rencana usaha berbasis SAK
ETAP pada UMKM.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Keinginan atau niat yang dimiliki informan untuk mengembangkan
usaha, untuk mempermudah dalam penggajian telah memotivasi
informan untuk selalu melakukan bentuk pencatatan keuangan seperti
yang kini dilakukan oleh Usaha Embung Jaya, namun pencatatan yang
dilakukan masih sangat sederhana dan dilakukan dengan cara manual.
2. Tidak terlaksanannya pencatatan akuntansi UMKM berbasis SAK
ETAP disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal ini merupakan faktor yang berasal dari dalam UMKM tersebut,
sedangkan faktor eksternal yakni tidak adanya pengawasan dari pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan UMKM
(stakeholder) yakni dari pihak pemerintah, lembaga-lembaga terkait dan
regulator. Selama ini pihak perbankan selaku stakeholder telah ikut serta
membantu UMKM agar lebih mudah dalam hal pengajuan pinjaman
dengan membantu pembuatan proforma laporan keuangan, kemudian
pemerintah telah mengeluarkan PP No.46 Tahun 2013 tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu untuk memberikan
kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan. Kemudahan yang
diberikan para stakeholder kepada UMKM ini menyebabkan
implementasi SAK ETAP berjalan lamban. Jadi, untuk terciptanya
57
58
sektor UMKM dengan pengelolaan keuangan yang baik, professional
dan berdaya saing, maka diperlukan unsur “keharusan” dalam
implementasi pencatatan dan pelaporan selain itu diperlukan adanya
dukungan dan perhatian dalam bentuk pengawasan (controlling) dan
pendampingan terhadap implementasi pencatatan akuntansi berbasis
SAK ETAP pada UMKM dalam hal ini tentunya pengawasan dari
stakeholder.
B. SARAN
Mengingat besarnya manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan akuntansi,
kepada para pelaku UMKM yang belum menerapkan akuntansi agar mulai
menerapkan akuntansi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Bagi
stakeholder untuk ikut serta dalam mendukung dan mengawasi implementasikan
SAK ETAP. Dukungan dan pengawasan ini tentunya akan membantu
mendisiplinkan UMKM dalam melakukan pencatatan keuangan serta membantu
pihak perbankan dalam menganalisis kelayakan usaha dan pihak fiskus dalam
memenuhi administrasi perpajakan. Selain itu perlu adanya suatu badan
pengawas yang khusus untuk mengawasi dan mengevaluasi implementasi dari
SAK ETAP. Sehingga dengan adanya badan pengawas ini ke depannya seluruh
UMKM yang ada di Indonesia dapat menerapkan pencatatan keuangan
berbasis SAK ETAP.
59
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Yane Devi. 2011. Analisis Penerapan Akuntansi dan Laporan
Keuangan pada Usaha Kecil dan Menengah- Sentra Industri Kaos di
Jawa Barat. Seminar Nasional “Perkuatan UMKM sebagai Leading
Sector Perekonomian Indonesia”. Institut Manajemen Telkom (IMT).
Bandung.
Auliyah, Iim Ma’rifatul. 2012. Penerapan Akuntansi Berdasarkan SAK
ETAP pada UKM Kampung Batik di Sidoarjo. Artikel ilmiah. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Bank Indonesia. 2010. Kajian Mengenai Rumusan Standar Minimum Laporan
Keuangan dan Business Plan untuk UMKM- Persiapan Bank Indonesia
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. Diunduh pada http://www.iaiglobal.or.id/ tanggal
3 Desember 2013
Jogiyanto, 2007. Sistem Informasi Keprilakuan.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Musmini, Lucy Sri. 2012. Sistem Informasi Akuntansi Untuk Menunjang
Pemberdayaan Pengelolaan Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Rumah
Makan Taliwang Singaraja). VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2
No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X. Jurusan Akuntansi Program
Diploma III, FEB Undiksha.
Pinasti, M. 2007. Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi
Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi
Suatu Riset Eksperiman.
Riyanto, Rum. 2011. Keberadaan Pajak UMKM bagi Pembangunan Indonesia.
59
60
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM).
http://www.bankmandiri.co.id/article/umkm-bb-kur.asp