Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN PERDA NO. 1 TAHUN 2016 PADA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DAN DESA KABUPATEN MAMUJU
SUPARDI 105730496614
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
2
SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN PERDA NO. 1 TAHUN 2016 PADA
DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
KABUPATEN MAMUJU
OLEH
SUPARDI 105730496614
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Strata 1 Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
3
PERSEMBAHAN
Ayahanda dan Ibunda, saudaraku Beserta keluargaku tersayang terima
kasih atas segenap ketulusan cinta & kasih sayangnya selama ini. Do’a,
Nasehat, Motivasi dan Perhatian Perjuangan dan Pengorbanan demi
kesuksesanku.
MOTTO HIDUP
Jika Ada Yang Mengatakan Kegagalan itu adalah Keberhasilan, Maka
Kesuksesan Akan Terhenti karena Keberhasilan. Sukses adalah
Perjalanan Bukan Tujuan”.
“Tak ada kata untuk berhenti sukses, tapi Hanya ada Koma untuk sukses
dalam mencapai kemenangan”
4
5
6
7
ABSTRAK
SUPARDI, 2020. Analisis Penerapan PERDA No. 1 Tahun 2016 pada
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju, Skripsi
Program Studi akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Ansyarif Khalid dan
Pembimbing II Hasanuddin.
Penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Perda No.
1 Tahun 2016 pada DPMD Kabupaten Mamuju telah sesuai dengan
Permendagri No. 13 Tahun 2006. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif yaitu menganalisis data sedemikian rupa
sesuai dengan teori yang relevan dengan permasalahan kemudian dibuat
kesimpulan. Dari hasil Penelitian ini dapat disimpulkan DPMD Kabupaten
Mamuju dalam Dasar Hukum Perda No. 1 Tahun 2016 telah menerapkan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 bab XI seperti Prosedur Akuntansi Penerimaan
Kas, Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas, Penerapan akuntansi keuangan
daerah, dan Laporan keuangan.
Kata Kunci : Perda No. 1 Tahun 2016, Pengelolaan Keuangan Daerah.
8
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada rasulullah Muhammadiyah SAW
beserta para Keluarga, Sahabat dan parapengikutnya. Merupakan nikmat yang
tiada ternilai manakala penulis skripsi yang berjudul “ Analisis Penerapan Perda
No. 1 Tahun 2016 pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Mamuju”.
Skripsi yang penulis baut bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Studi (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
Kedua orang tua yang tersayang Ayahanda “Syarifuddin” dan Ibunda
“Rosmiati” yang telah banyak memberikan dorongan, bantuan Moral, maupun
Material serta Do’a-nya yang tak henti-hentinya dipanjatkan selama ini. Dan
saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan Seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan didunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak.CA.CSP selaku Ketua Jurusan
program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar
9
4. Bapak Dr. H. Ansyarif Khalid, SE., M.Si. Ak.CA selaku pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulis, sehinnga skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Hasanuddin, SE.,M.Si selaku pembimbing II yang telah berteman
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi
6. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
Ilmunya kepada Penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Terkhusus Untuk seseorang yang selama ini memberikan semangat dan
Dorongan kepada saya.
9. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorong, sehingga saya
bisa menyelesaikan studi ini.
10. Rekan – Rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
akuntansi Angkatan 2014 dan yang selalu memberikan bantuannya
kepada saya.
11. Rekan – Rekan di :
I. Himpunan Pelajar Mahasiswa Papalang
II. Hipermaju
III. Aspura II Manakarra
Ucapan terima kasih kepada kalian yang segenap hati dan keikhlasan
sehingga saya dapat menyelesaikan studi karena bantuan teman-teman
semua. Dan ucapan terima kasih kepada teman-teman semua yang
memberikan saran maupun kritikan kepada penulis.
Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terkait, dan semoga semua bantuan dan partisipasi yang diberikan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin
Makassar, Juli 2020 Penulis
10
DAFTAR ISI
SAMPUL. ............................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ..................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR. ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. . xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ ........... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
A. Landasan Teori ............................................................................... 7
1. Pengertian Sistem .............................................................. 7
2. Pengertian Akuntansi ......................................................... 7
3. Pengertian Sistem Akuntansi ............................................. 8
4. Pemerintah Desa ............................................................... 9
11
5. Pemberdayaan Masyarakat ............................................... 10
6. Pengertian sistem Akuntansi Keuangan Daerah .............. 12
7. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah ....................... 12
B. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 ............................................... 13
C. Sistem Pencatatan dan Dasar Pengakuan Akuntansi Keuangan
Daerah .............................................................................................. 15
D. Dasar Akuntansi ............................................................................... 17
E. Siklus Akuntansi ............................................................................... 18
F. Siklus akuntansi keuangan Daerah ................................................. 21
G. Sistem akuntansi keuangan daerah ................................................ 21
H. Peneliti terdahulu.............................................................................. 24
I. Kerangka Fikir .................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 29
A. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 29
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................... 29
C. Jenis dan Sumber Data.................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30
E. Metode Analisis ................................................................................ 31
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................. 33
A. Dasar Hukum Organisasi ................................................................. 33
B. Fungsi Organisasi ............................................................................ 33
C. Visi Organisasi ................................................................................. 34
D. Misi Organisasi ................................................................................. 36
12
E. Tujuan dan sasaran Organisasi Jangka Menengah (OPD) ............ 37
F. Struktur Organisasi .......................................................................... 42
G. Tugas, Fungsi, dan Struktur organisasi DPMD ............................... 44
H. Sumber Daya Manusia DPMD ......................................................... 56
I. Pegawai DPMD ................................................................................ 58
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 60
A. Penyusunan Laporan Keuangan DPMD ......................................... 60
B. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan........................ 60
C. Iktisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan DPMD ...... 63
D. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan
Laporan keuangan ........................................................................... 67
E. Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan
Laporan keuangan ........................................................................... 68
F. Penerapan kebijakan Akuntansi berkaitan dengan ketentuan
Yang ada dalam standar akuntansi pemerintah pada SKPD .......... 68
G. Peneliti Terdahulu yang mendukung Penelitian .............................. 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 90
A. Kesimpulan ....................................................................................... 90
B. Saran ............................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... xvi
13
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Tabel Penelitian Terdahulu ............................................... 24
2. Tabel Tujuan dan sasaran Jangka Menengah (OPD) ...... 39
3. Tabel tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan DPMD ....... 40
4. Tabel Golongan jabatan DPMD ......................................... 59
5. Tabel iktisar pendapatan DPMD ........................................ 63
6. Tabel iktisar belanja DPMD ............................................... 65
7. Tabel ikhtisar Belanja Langsung DPMD ............................ 65
14
TABEL GAMBAR
No Hal
1. Kerangka Fikir ................................................................. 28
2. Susunan struktur DPMD ...................................................... 43
3. Status Kepegawaian DPMD ................................................ 59
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk Organisasi non profit
yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum
yang dapat berupa peningkatan keamanan, peningkatan mutu pendidikan
atau peningkatan mutu kesehatan dan lain lain. Apabila dibandingkan
dengan instansi lain, instansi pemerintah memiliki karakteristik tersendiri
yang telah terkesan sebagai lembaga politik dari pada lembaga ekonomi.
Akan tetapi, sebagaimana bentuk-bentuk instansi lainnya, instansi
pemerintah juga memiliki aspek sebagai lembaga ekonomi. Instansi
pemerintah melakukan berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di satu sisi, dan di sisi lain instansi ini
harus melakukan berbagai upaya untuk memperoleh penghasilan guna
menutupi seluruh biaya tersebut.
Sistem Akuntansi Keuangan daerah dibentuk untuk menyediakan
informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan akurat sehingga dapat
menyajikan laporan keuangan yang handal, dapat
mempertanggungjawabkan, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi pelaksanaan keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak eksternal pemerintah daerah untuk masa
yang akan datang.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah
menyajikan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas pemerintah daerah.
16
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Beban Daerah.
Terbitnya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah
daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah merupakan dinamika dalam perkembangan
pemerintahan daerah dalam rangka menjawab permasalahan yang terjadi
pada pemerintahan daerah. Perubahan kebijakan pemerintah daerah yang
diatur dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang pemerintah
Daerah telah memberikan dampak yang cukup besar bagi berbagai
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemerintah
daerah, termasuk pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah.
Dalam hal ini perubahan undang – undang Nomor 32 tahun 2004
sebagaimana diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang pemerintah daerah menjelaskan bahwa daerah memberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahnya.
Tujuannya adalah demi mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat di daerah. . Berkaitan dengan hal itu, Pemerintah Kabupaten
Mamuju Mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pokok – Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 1 ayat 6 menjelaskan “keuangan
daerah adalah semua hak dan Kewajiban daerah dalam rangka
17
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut;” dilanjutkan pasal 7 yang menjelaskan
“pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan daerah”. Sehingga pasal
8 menjelaskan “anggaran dan pendapatan belanja daerah, selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah”, Maka pada Pasal 9 menjelaskan “
peraturan bupati adalah peraturan yang dibentuk oleh bupati mamuju untuk
melaksanakan peraturan daerah, atau peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, atau mengadakan kebijakan baru”, dan dilanjutkan pasal 10
yang berbunyi “pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah
bupati yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah”.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten
Mamuju, yang beralamat Jln. Kurungan Bassi - Kabupaten Mamuju, Trans
Sulawesi. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 18 Tahun 2016 Lembaga
Perangkat Daerah. Berdasarkan peraturan daerah tersebut, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju, adalah sebagai
unsur penunjang pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan
bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah desa Kabupaten
Mamuju.
18
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa adalah sebuah perangkat
daerah yang mempunyai tugas penting dalam melaksanakan urusan
pemerintah bidang pemberdayaan masyarakat dan desa, sehingga menjadi
dasar untuk meweujudkan kesejahteraan hidup dan penghidupan yang
berkualitas.
Masyarakat dan Desa merupakan system nilai dalam tata pemerintahan
yang harus dibangun dan menjadi daya dukung terhadap terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dan mandiri.
Namun dalam melaksanakan program-program Dinas pemberdayaan
masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju tidak Lepas dari berbagai
Permasalahan yang di hadapi karena masih rendahnya tata kelola
pemerintah serta masih rendahnya tingkat pendidikan SDM di Desa, kurang
tersedianya sarana dan Prasarana sesuai kebutuhan yang menunjang
aktivitas dalam mengeksplorasi potensi untuk meningkatkan pendapatan asli
desa serta mengangkat kesejahteraan masyarakat desa, Regulasi
kelembagaan desa belum terakomodir dalam Produk-produk hokum didesa
atau peraturan desa yang menjadi legalitas Formal otoritas pemerintah desa
yang seharusnya dapat menjadi eksistensi lembaga-lembaga di desa.
Keadaan perekonomian saat ini terkhususnya yang berada dikabupaten
mamuju. Karena, tidak adanya peningkatan kelembagaan ekonomi didesa
yang optimal, kurangnya kesiapan modal usaha untuk akses kegiatan
ekonomi pedesaan, kurangnya tingkat ruang untuk memasarkan produk-
produk unggulan hasil dari usaha kecil menengah pedesaan.
19
Selanjutnya, Pada tahun 2016 Pemerintah daerah kabupaten mamuju
mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai aturan Pengelolaan Pokok-
Pokok Keuangan Daerah sehingga ini menjadi acuan agar dalam pengelolan
keuangan dapat seperti yang di harapakan oleh masyarakat maupun
pemerintah desa itu sendiri, sehingga sistem penerapan keuangan daerah
meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggung jawaban, dan pengawasan Keuangan daerah pada
Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yang sesuai dengan
pengelolaan keuangan pada daerah itu sendiri.
Maka dengan pertimbangan tersebut penulis merasa tertarik untuk
memilih judul “Analisis Penerapan Perda No. 1 Tahun 2016 pada Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka penulis
mencoba merumuskan masalah sebagai berikut ;
“Apakah Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah pada Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju telah sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah:
“Untuk mengetahui apakah Pengelolaan Sistem Pengelolaan Keuangan
Daerah pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Mamuju telah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016”
20
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari peneliti adalah :
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Mengetahui sejauh mana sistem pengelolan keuangan dalam
kepemerintahan.
b. Sebagai bahan masukan dalam membandingkan teori-teori yang
selama ini diterima pada perkuliahan dengan kenyataan yang
dihadapi dilapangan.
2. Manfaat Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam perusahaan
dengan menggunakan aturan standar akuntansi publik.
3. Manfaat bagi Pembaca
Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat
menjadikan bahan pembelajaran tentang konsep Pengelolaan
keuangan yang sesuai dengan aturan Permendagri Nomor 13 Tahun
2006.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Sistem
Menurut Romney dan Steinbart (2015 : 3) Sistem adalah
rangakaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sebagian
besar sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil yang mendukung
sistem yang lebih besar.
Sistem menurut Mulyadi (2016 : 5) adalah Suatu Jaringan prosedur
yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan
pokok perusahaan
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
kumpulan dari komponen-komponen yang saling berkaitan satu dengan
yang lain untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan suatu kegiatan
pokok perusahaan.
2. Pengertian Akuntansi
Menurut Hans Kartikahadi, dkk. (2016 : 3) pengertian akuntansi
adalah :“Menyatakan bahwa akuntansi ialah suatu sistem informasi
keuangan, yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan
informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan”.
Menurut Kieso, et al. (2016 : 2) pengertian akuntansi ialah:
“Akuntansi terdiri dari 3 aktivitas yang mendasar yakni identifikasi,
pencatatan dan pengkomunikasian peristiwa ekonomi sebuah organisasi
22
kepada pihak yang berkepentingan. Perusahaan mengidentifikasi
peristiwa ekonomi sesuai dengan aktivitas usahanya dan mencatat
peristiwa tersebut untuk menyediakan catatan kegiatan keuangan.
Pencatatan dilaksanakan secara sistematis, kronologis setiap peristiwa,
dalam satuan mata uang. Akhirnya pada pengkomunikasian kumpulan
informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan dalam sebuah
bentuk laporan akuntansi atau dikenal dengan laporan keuangan”.
Jadi, berdasarkan kutipan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Akuntansi merupakan suatu yang terdiri dari beberapa aktivitas
sehinnga dapat memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi
perusahaan Sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan
transaksi keuangan dan penginterpretasian hasil proses tersebut
3. Pengertian Sistem Akuntansi
Pengertian Sistem Akuntansi menurut Mulyadi (2016 : 3) adalah
“organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan”.
Dari definisi sistem akuntansi tersebut unsur sistem akuntansi
pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar,
dan buku pembantu serta laporan.
23
Pengembangan sistem akuntansi menurut Mulyadi (2016 : 5)
memiliki tujuan umum yaitu :
a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha
baru.
b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang
sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian,
maupun struktur informasinya.
c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan
intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi
akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai
pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.
4. Pemerintah Desa
Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah mengartikan Desa sebagai berikut : “Desa atau yang disebut
nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 12).
Sedangkan pemerintahan desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, pasal 6 menyebutkan bahwa
24
pemerintah desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh
pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa dalam mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jadi, berdasarkan dari defini diatas dapat di tarik bahwa pemerintah
desa merupakan suatu sistem yang diatur oleh pemerintah desa itu
sendiri dan memilik batas wilayah dalam penyenggaraan urusan
pemerintah untuk mengurus kepentingan masyarakat setempat.
5. Pemberdayaan Masyarkat
Pemberdayaan masyarakat, secara lugas dapat diartikan sebagai
suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui
pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku
masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut
terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku
masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat.
Robbins yang dikutip pada buku “Manajemen Kinerja” memberikan
pengertian yaitu: Pemberdayaan sebagai menempatkan pekerja
bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan. Dengan demikian,
manajer belajar untuk berhenti mengontrol dan pekerja belajar
bagaimana bertanggung jawab atas pekerjaannya dan membuat
keputusan yang tepat. Pemberdayaan dapat mengubah gaya
kepimpinan, hubungan kekuasaan, cara pekerjaan dirancang, dan cara
organisasi distrukturkan.
25
Berdasarkan defini diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberdayaan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang
maupun kelompok melalui berbagai kegiatan pemberian ketrampilan,
pengembangan pengetahuan, penguatan kemampuan atau potensi
yang mendukung agar dapat terciptanya kemandirian, dan keberdayaan
pada masyarakat baik itu dari segi ekonomi, sosial, budaya, maupun
pendidikan untuk membantu memecahkan berbagai masalah-masalah
yang dihadapi.
Proses pemberdayaan masyarakat yang dikemukan oleh
Mardikanto dan Soebiato (2015 : 126), yaitu:
a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan,serta
peluangpeluangya.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian.
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok.
d. Memantau proses hasil kegiatan secara terus menerus secara
partisipatif.
Disiplin yang baik akan mencerminkan besarnya rsa tanggung
jawab seseorng terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini
mendorong gariah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan
perusahaan, pegawai dan masyarakatnya. Oleh karena itu setiap
pimpinan selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin
yang baik. Sesorang pimpinan dikatakan efektif dalam
kepemimpinannya jika para bawahannya berdisiplin baik.
26
6. Pengertian sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Menurut Pemendagri No. 64 Tahun 2014 Pasal 1 mengenai sistem
pemerintah daerah adalah sebagai berikut: “sistem akuntansi pemrintah
daerah atau sistem akuntansi daerah yang selanjutnya disingkat SAPD /
SAKD adalah rangakain sistematik dari prosedur, penyelenggara,
peralatan dan elemen alin untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak
analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
organisasi pemerintah daerah.”
Sedangkan menurut peraturan pemerintah No. 71 tahun 2010
pengertian sistem akunatnsi keuangan daerah adalah sebagai berikut:
“Rangakaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan
elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analis transaksi
sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah.”
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik keimpulan bahwa
sistem akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian prosedur
yang saling berhubungan baik menggunakan metode manual maupun
secara terkomputerisasi dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang ditujukan untuk mengahasilkan informasi
dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan pihak intern dan
pihak ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan ekonomi.
7. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintah
Standar Akuntansi Pemerintah dinyatakan dalam bentuk pernyataan
Standar akuntansi pemerintah (PSAP). PSAP Merupakan SAP yang
diberikan Nomor, judul, isi, dan tanggal berlaku. Berikut ini beberapa
27
pengertian standar akuntansi pemerintah menurut para ahli, Dadang
Suwanda (2015 : 8) Menyatakan bahwa; “Standar Akuntansi pemerintah
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah”
Hal Senada dikatakan Baldric Siregar (2015 : 72) Bahwa: “Standar
akuntansi pemrintah adalah prinsip-prinsio akuntansi yang diterapkan
dalam penyusunan dala oenyajian alporan keuangan pemerintah”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa standar
akuntansi pemerintah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang menerapkan
dalam menyusun penyajian laporan keuangan pemerintah.
B. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
Sistem akuntansi pemerintahan daerah menurut permendagri nomor 13
tahun 2006 pasal 232 ayat (3) meliputi serangkaian prosedur, mulai dari
proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas
transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Untuk
menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah
menetapkan sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan mengacu pada
peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah,
disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan standar
akuntansi pemerintahan.
Dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapakan entitas pelaporan
dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi
28
pemerintahan daerah. Sistemakuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan
oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) pada Satuan Kerja
Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) dan Sistem Akuntansi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sistem akuntansi
pemerintahan daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur
akuntansi, yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas,
selain kas, dan asset.
1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Sistem dan prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD
meliputi serangkaian proses baik manual maupun terkomputerisasi
mulai dari pencatatan, pengikhtisaran atas transaksi dan kejadian
keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas
pada SKPD.
2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD meliputi
serangkaian prosedur baik manual ataupun terkomputeriasi mulai dari
pencatatan, pengiktisaran atas dasar pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD.
3. Prosedur Akuntansi Aset Tetap
Prosedur Akuntansi Aset Tetap/Barang milik daerah pada SKPD
meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan,
pemeliharaan, rehalibitasi, perubahan klarifikasi, dan penyusutan
terhadap aset tetap yang dikuasai SKPD.
29
4. Prosedur Akuntansi Selain Kas
Prosedur Akuntansi Selain Kas pada SKPD meliputi serangkaian
proses baik manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan,
pengikhtisaran atas transaksi dan kejadian keuangan dalam rangka
pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan selain
kas.
C. Sistem Pencatatan dan Dasar Pengakuan Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi Keuangan Daerah masih menganut prinsip dasar Akuntansi
pada umumnya. Namun terdapat beberapa perbedaan dari segi teknis
pencatatan dan lingkup yang dituju. Akuntansi Keuangan Daerah adalah
proses mencatat, menilai, dan mengidentifikasi semua transaksi bisnis yang
terjadi pada entitas Pemerintah Daerah, seperti provinsi, kota, atau
kabupaten. Output berupa laporan keuangan dari Akuntansi Keuangan
Daerah ditujukan kepada pihak-pihak seperti Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Badan Pengawas Keuangan (BPK), kreditor, investor,
donatur, dan pihak berkepentingan lainnya.
Pemberlakuan Akuntansi Keuangan Daerah diatur oleh Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi
Pemerintah, PP Nomor 58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan
Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 13
Tahun 2006. Output yang akan dipakai oleh pihak-pihak berkepentingan
terkait Akuntansi Keuangan Daerah adalah:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Neraca
3. Laporan Arus Kas
30
4. Laporan Perubahan Ekuitas Dana
5. Catatan atas Laporan Keuangan
a. Sistem Pencatatan
terdapat tiga metode pencatatan dalam Akuntansi Keuangan Daerah,
yaitu Single Entry, Double Entry, dan Triple Entry. Metode pencatatan
Single Entry sekarang ini semakin ditinggalkan, walau masih ada
beberapa area Pemda yang masih memakai karena mempunyai
beberapa kelemahan seperti: tidak mencerminkan kinerja secara riil,
dan tidak memberikan informasi yang komprehensif. Maka dari itu,
metode Double Entry hadir untuk mengisi kelemahan dari metode
Single Entry.
1) Single Entry
Pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem
tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem pencatatan
transaksi ekonomi dilakukan secara tunggal (tidak berpasangan).
Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada
sisi pengeluaran.
2) Double Entry
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan
sistem tata buku berpasangan. Menurut Permendagri Nomor 13
Tahun 2006, yang melakukan sistem akuntansi ini adalah
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD pada level
SKPD dan Bendahara Umum Daerah (BUD) pada level Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Menurut sistem ini
31
pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali
(double = berpasangan/ganda, entry = pencatatan).
Dalam setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan
persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi
merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan ini.
Persamaan dasar akuntansi tersebut berbentuk sebagai berikut.
ASET + BEBAN = UTANG + EKUITAS + PENDAPATAN
3) Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan
pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double
entry, ditambahkan dengan pencatatan pada buku anggaran.
Sistem pencatatan double entry diterapkan untuk mencatat
transaksi yang ditujukan untuk menyusun neraca, laporan
operasional, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas
(laporan finansial), sedangkan transaksi yang bertujuan untuk
LRA dan laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dicatat
dalam buku anggaran.
D. Dasar Akuntansi
Sistem akuntansi merupakan faktor utama pendorong agar manajemen
perusahaan dapat menghasilkan informasi akuntansi yang terstruktur dan
mengandung arti. Maka dari itu, untuk dapat menentukan kapan suatu
transaksi dicatat, digunakan sistem prosedur sebagai basis/dasar akuntansi
atau sistem pencatatan:
32
1. Basis Kas (Cas basis)
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, menetapkan pengakuan
pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi
tersebut menimbulkan perubahan pada kas, maka transaksi tersebut
dicatat.
2. Basis Akrual (Acrual Basis)
Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi (bukan
hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar).
3. Basis Kas Modifikasian (Modified Cash Basis)
Basis kas modifikasi mencatat transaksi dengan basis kas selama
tahun anggaran berdasarkan basis akrual.
4. Basis Akrual Modifikasian (Modified Acrual Basis)
Basis akrual modifikasi mencatat transaksi dengan basis kas selama
tahun anggaran berdasarkan basis akrual.
E. Siklus Akuntansi
Pengertian siklus akuntansi adalah tahap-tahap yang ada dalam sistem
akuntansi. Tahap-tahap tersebut meliputi :
1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan
analisis transaksi keuangan tersebut. Menurut Halim (2012 : 58) untuk
memahami analisis transaksi dengan menggunakan alat bantu
persamaan dasar akuntansi dan analisis pengaruhnya terhadap kas
untuk menentukan pencatatan di buku anggaran.
33
2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal. Tahapan ini disebut
menjurnal. Jurnal dibedakan menjadi dua yakni jurnal umum dan jurnal
khusus. Jurnal umum adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat
semua jenis transaksi. Jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan
untuk mencatat satu jenis transaksi saja. Contoh jurnal khusus adalah
Jurnal Penerimaan Kas, sebagaimana yang dicontohkan dalam
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Berdasarkan Permendagri Nomor
13 Tahun 2006, buku jurnal yang digunakan dalam akuntansi keuangan
daerah meliputi Buku Jurnal, Penerimaan Kas, Buku Jurnal Pengeluaran
Kas, dan Buku Jurnal Umum.
3. Meringkas, dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang sudah
dijurnal. Tahapan ini disebut posting atau mengakunkan. Buku besar
adalah sebuah buku yang berisi kumpulan rekening/akun/perkiraan
(account). Dan memasukkan rekening-rekening dari jurnal ke dalam
buku besar inilah yang disebut posting. Didalam Permendagri Nomor 13
Tahun 2006, pemerintah telah menetapkan format-format jurnal umum,
jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, buku besar, dan buku
besar pembantu
4. Menentukan saldo-saldo buku besar diakhir periode dan
menuangkannya dalam neraca saldo. Neraca saldo adalah daftar
rekening-rekening beserta saldo yang menyertainya. Adapun saldo
transaksi diambil angkanya dari saldo terakhir yang ada disetiap
transaksinya.
5. Menyesuaikan buku besar berdasar pada informasi yang paling up-to-
date (muthakhir). Jurnal penyesuaian ini menurut Permendagri Nomor
34
13 Tahun 2006 dicatat dalam jurnal umum karena termasuk kategori
akuntansi selaian aset. Penjurnalan ini dilakukan baik oleh entitas
akuntansi (SKPD) maupun entitas pelaporan (SKPD).
6. Menentukan Saldo-saldo buku besar setelah penyesuian dan
menuangkannya dalam neraca saldo setelah penyesuain. Neraca saldo
setelah penyesuaian adalah neraca saldo yang disusun setelah
pembuatan jurnal-jurnal penyesuaian.
7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan NSSP. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2006.
Laporan keuangan Pemerintah terdiri atas :
a. Laporan realisasi anggaran
b. Neraca
c. Laporan arus kas
d. Catatan atas laporan keuangan
8. Menutup buku besar. Istilah transfer saldo transaksi temporer kedalam
rekening ekuitas adalah menutup rekening temporer, dan proses ini
disebut dengan penutupan rekening temporer.
Proses penutupan transaksi temporer meliputi beberapa tahap:
a. Menutup rekening pendapatan ke transaksi ikhtisar surplus
defisit-LO atau surplus/defisit-LO.
b. Menutup rekening beban ke rekening ikhtisaran surplus defisit-
LO atau surplus/defisit-LO.
c. Menutup rekening ikhtisaran surplus defisit-LO ke rekening
ekuitas.
9. Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkannya dalam neraca
saldo setelah penutupan. Karena proses penutupan rekening temporer
35
mentransfer saldo transaksi-transaksi pendapatan dan beban ke
rekening ekuitas, maka dalam neraca saldo setelah tutup buku tidak
akan dijumpai rekening-rekening nominal sudah kembali nol, sedangkan
rekening-rekening temporer tersebut.
F. Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Setelah penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, dapat disusun
laporan perhitungan APBD. Untuk lebih mempermudah penyusunan laporan
keuangan yang lain yakni laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
neraca, biasanya terlebih dahulu dilakukan proses tutup buku dengan
membuat jurnal penutup. Kemudian setelah jurnal penutup ini di posting,
barulah disusun ketiga laporan dimaksud.
Siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti tahap-tahap yang ada
dalam siklus akuntansi tersebut. Perbedaan yang ada adalah pada
pembuatan jurnal penutup sebelum penyusunan laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan neraca dengan tujuan untuk mempermudah
penyusunan ketiga laporan tersebut.
G. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah menurut pasal 232 ayat (3)
Permendagri No. 13 Tahun 2006, yaitu meliputi serangkaian prosedur mulai
dari proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan peringkasan
atas transaksi dan/kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan
secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Berdasarkan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang disesuaikan dengan SAP Berbasis
36
Akrual peraturan Permendagri No. 17 Tahun 2010, Sistem akuntansi
pemerintah daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur :
1. Prosedur Penerimaan Kas
Prosedur penerimaan kas adalah meliputi serangkaian proses, baik
manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan,
dan peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan, hingga
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan
APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada SKPD dan/atau
SKPKD. Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas
pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada pejabat
penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD). Sedangkan pada
SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Prosedur akuntansi pengeluaran
kas meliputi serangkaian proses, baik manual maupun
terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan
transaksi dan/atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan
dengan pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD. Fungsi yang
terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPKD. Sedangkan,
pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
3. Prosedur Akuntansi Selain Kas
Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi transaksi
dan/kejadian keuangan yang berupa :
37
a. Pengesahan pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran dana yang
merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui
mekanisme uang persediaan/ganti uang tambahan.
b. Koreksi kesalahan pencatatan yang merupakan koreksi terhadap
kesalahan dalam membuat jurnal yang telah diposting ke buku
besar.
c. Penerimaan hibah selain kas merupakan sumber ekonomi non kas
yang bukan merupakan pelaksanaan APBD, tetapi mengandung
konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah.
d. Pembeliaan secara kredit yang merupakan transaksi pembelian
aset tetap yang pembayarannya dilakukan dimasa yang akan
datang.
e. Retir pembelian kredit yang merupakan pengembalian aset
tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan
pemindah tanganan aset tetap kepada pihak ketiga karena suatu
hal tanpa ada penggantian berupa kas .
f. Penerimaan aset tetap/barang milik dearah tanpa konsekuensi kas
yang merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar-menukar
(ruilslaag) dengan pihak ketiga.
4. Prosedur Akuntansi Aset
Prosedur akuntansi aset meliputi serangkaian proses, baik
manual maupun terkomputerisasi, mulai dari pencatatan dan pelaporan
akuntansi atas perolehan, hingga pemeliharaan, rehabilitasi,
penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan
38
penyusutan terhadap aset yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau
SKPKD.
H. Peneliti Terdahulu
NO Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
1 Sri Gusmaistia
( 2014)
Analisis Penerapan Permendagri No. 13 Tahun 2006 pada Kantor Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu
kualitatif
telah menerapkan
Permendagri No. 13
Tahun 2006 yang
disesuaikan dengan SAP
Berbasis Akrual Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun
2010.
2 Riki Pernandes
(2016)
Analisis penerapan permendagri no. 13 tahun 2006 pada badan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa kabupaten rokan hulu
Kualitatif
Penerapan permendagri no 13 tahun 2006 yang terapkan kantor BPMPD Kabupaten Rokan Hulu
3 Billy Rivaldy
Pangalila, Dkk (2016)
Analisis penerapan sistem akuntansi pemerintah pada dinas pendapatan daerah kabupaten minahasa tenggara
Kualitatif
Sistem akuntansi pemerintah di dinas pendapatan daerah kabupaten minahasa tenggara sudah sesuai berdasarkan peraturan-peraturan akuntansi pemerintah yang berlaku dan perlu adanya penggantian nama akun pada laporan perubahan ekuitas
4 Fitri Ningsih (2013)
Analisis penerapan sistem akuntansi akuntansi keuangan pemerintah pada kantor camat pendalian IV koto kabupaten Rokan Hulu
Kualitatif
Penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah pada kantor camat pendalian IV koto kabupaten rokan hulu belum sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2005 dan peraturan menteri dalam
39
negeri nomor 13 tahun 2006
5 Anissa putri
prabangsari (2018)
Pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, sistem pengendalian intern dan kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan dengan standar akuntansi berbasis akrual sebagai variabel intervening (studi empiris pada badan dan dinas satuan kerja perangkat daerah kabupaten wonogiri)
Kuantitatif
Sistem akuntansi keuangan daerah dan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah, sedangkan sistem pengendalian intern dan kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
6 Riska Korompot
(2015)
Analisis penyusunan anggaran pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah kota mobagu tahun anggaran 2014
Kualitatif
DPPKAD kota mobagu telah melaksanakan proses penyusunan anggaran sesuai dengan permendagri no. 27 tahun 2013tentang pedoman penyusunan PABD tahun anggaran 2014
7 Chandra Kusuma Putra, Dkk ( 2013)
Pengelolaan alokasi desa dalam pemberdayaan masyarakat desa (studi kasus desa wonorejo Kecamatan singosari kabupaten malang)
Kualitatif
Menunjukkan bahwa sebagian dari dana ADD untuk pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD sehingga penggunaan ADD tidak sesuai dengan peruntukannya
8 Monika Sutri
Kolinung, Dkk ( 2015)
Analisis pengelolaan aset tetap pada dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah kota tomohon
Kualitatif
Sehingga Pengelolaan aset tetap pada DPPKAD kota tomohon dengan permendagri no. 17 tahun 2007 belum sepenuhnya sesuai.
40
9 Danang wahyu pribadi (2018)
Pengaruh kinerja pengelolaan keuangan dan penerapan sistem akuntansi keuangan
daerah terhadap kualitas laporan keuangan pada pemerintah kota kediri
(Studi kasus pada BPPKAD Kota Kediri)
kuantitatif
1. Kinerja pengelola keuangan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pada badan pengelola pendapatan keuangan dan aset daerah kota kediri
2. Penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pada badan pengelols pendapatan keuangan dan aset daerah kota kediri.
3. Berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pada badan pengelola pendapatan keuangan dan aset daerah kota kediri.
10 Siska Yulia Defitri
(2018)
Pengaruh Pengelolaan keuangan daerah dan
sistem akuntansi keuangan daerah
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah
kuantitatif
Pengelolaan keuangan daerah memiliki hubungan yang positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporang keuangan daerah, sedangkan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
41
I. Kerangka Fikir
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mempunyai tugas
merumuskan kebijakan teknis, mengkoordinasikan, membina dan
memfasilitasi pelaksanaan program-program Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa.
Sehingga untuk Melaksanakan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju mengeluarkan Perda Nomor 1
Tahun 2016 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana yang disebut dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
bahwa daerah memberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahannya. Dengan kata lain, pemerintah kabupaten
mamuju mengeluarkan aturan PERDA tersebut. agar bisa dijadikan
Pedoman dalam pengelolaan keuangan sehingga hasil yang dicapai dalam
aktivitas tersebut dapat memfasilitasi masyarakat dalam pengembangan
usaha ekonomi, Pengembangan Produksi dan Pemasaran Hasil Usaha
Masyarakat, dan Pembangunan yang ada didesa kabupaten mamuju itu
sendiri. Maka hal ini bisa dijadikan sebagai acuan penelitian di kantor DPMD
Kabupaten Mamuju. apakah dari uraian diatas telah direalisasikan seperti
yang di atur dalam PERDA. namun Jika tidak sesuai yang dilakukan maka
hasil yang capai dalam hal ini sebagai lembaga yang bergerak untuk
mengkoordinasikan atau membina dalam pemberdayaan masyarakat dan
Desa kurang berhasil artinya bahwa pemberdayaan masyarakat dan desa
perlu di perhatikan lebih spesifik.
42
Berdasarkan uraian diatas maka muncullah kerangka fikir, sebagai
berikut :
Gambar Kerangka Fikir 2.1
Perda Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kesimpulan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Mamuju
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah
Catatan Laporan Keuangan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Kabuapten Mamuju
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang dikenal dengan
pendekatan kualitatif. Creswell Menyatakan penelitian kualitatif sebagai
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriftif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualktatif, peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai penjelasan, dan berakhir dengan
suatu teori (Noo, 2015:34).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi objek penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju Prov. Sulbar bertempat di Jln
Kurungan Bassi (Trans Sulawesi) No. 75. Rimuku. Kec. Mamuju Kabupaten
mamuju, Sulawesi Barat, Kode Pos 91511. Sedangkan waktu yang
diperlukan untuk penelitian hingga pembahasan dalam bentuk penulisan
Proposal membutuhkan interval waktu kurang lebih dua (2) bulan lamanya,
yaitu 1 - 3 bulan 2019.
44
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terbagi atas :
a. Data kualitatif : data yang tidak berbentuk angka. Misalnya :
Kuesioner Pertanyaan tentang Susunan Kerja. Kualitas pelayanan
sebuah Instansi, atau gaya kepemimpinan, Dll
b. Data Kuantitatif : data yang berbentuk angka. Misalnya :, laporan
keuangan, dll. Adapun jenis data kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu : sejarah singkat, visi dan misi, tugas pokok dan
fungsi dinas pendapatan daerah Kabupaten Mamuju, dan jenis data
kuantitatif yang digunakan yaitu : Laporan keuangan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan
penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
dari Lokasi penelitian, menentukan perumusan dan identifikasi
permasalahan.
Kegiatan ini Meliputi :
a. Menentukan pilihan metode berdasarkan pada kemampuan data
yang hendak digunakan.
b. Mengaati kondisi lapangan serta menaksirkan keadaan yang
berkaitan dengan mutu data yang diambil.
45
2. Studi lapangan (Field research)
Studi lapangan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara dan mengumpulkan data langsung dari lokasi penelitian
3. Studi Kepustakaan (library research)
Maksud dari studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data teoritis
yang menjadi landasan teori untuk melaksankan penelitian ini dengan
cara mempelajari berbagai buku dan literatur yang berhubungan dengan
penyusunan dan penelitian.
E. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan Metode Analisis Deskriptif Kualitatif.
Menurut (Sugiono. 2010 : 9), Kualitatif adalah penelitian dimana peneliti
ditempatkan sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara penggabungan dan analisis data bersifat induktif. Sementara itu,
Penelitian Deskriptif yaitu data yang mengacu bentuk yang akan membuat
pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau
angka yang diuraikan.
Dalam peneilitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan
pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar
variabel pada objek yang di teliti lebih bersifat interaktif yaitu saling
mempengaruhi, sehinnga penelitian kualitatif lebih menekankan kedalaman
informasi pada objek penelitian. Laporan keuangan Mulai dari Penerimaan
Kas Hingga Pengeluaran Kas, dengan Mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi pemerintah. dalam hal
ini,Penerapan Perda No. 1 tahun 2016 Tentang Poko-pokok Pengelolaan
keuangan yang didasari Oleh Permendagri Nomor 13 tahun 2006 Tentang
46
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sehingga dari pelaksanaan
peraturan daerah tersebut dapat diketahui apakah pemerintah kabupaten
mamuju Telah Menerapkan Landasan Hukum Penyusunan Laporan
keuangan yang di terapkan sekarang, salah satunya adalah Perda No. 1
Tahun 2016.
47
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Dasar Hukum Organisasi
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dibentuk Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Mamuju. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa adalah unsur
pelaksana urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa,
dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
B. Fungsi Organisasi
Fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju:
Dalam melaksanakan tugas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Mamuju mempunyai fungsi :
1. Penyelenggaraan penataan Desa.
2. Fasilitasi kerja sama antar Desa dalam 1 (satu) Daerah kabupaten/kota.
3. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan administrasi
pemerintahan Desa.
4. Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat tingkat
Desa.
5. Melaksanakan Administrasi Umum, Perencanaan Program dan
Anggaran, Ketatausahaan, dan
6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
48
C. Visi Organisasi
Sebuah organisasi harus memiliki sebuah alat manajemen yang akan
menentukan kearah mana sebuah organisasi tersebut bergerak dan
bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Visi adalah suatu gambaran
tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin
diwujudkan .Mengacu kepada Visi dan Misi Kabupaten Mamuju yaitu
MEWUJUDKAN MAMUJU YANG MAJU, SEJAHTERA, DAN RAMAH”.
serta berdasar kepada tugas dan fungsi yang dilembaga Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Mamuju ,oleh karena itu
maka Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Mamuju
menentukan Visi yang merupakan suatu proyeksi organisasi di masa yang
akan datang dan merupakan suatu komitmen yang akan menjadi motivasi
bagi aparat untuk melakukan tugas dan fungsinya, penetapan Visi tersebut
sebagai berikut : “MENJADI PENGGERAK PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA MENUJU MASYARAKAT
SEJAHTERA DAN MANDIRI ”. Penggerakan Pemberdayaan Masyarakat
merupakan upaya pengaktualisasian sumberdaya pembangunan yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan berkelanjutan sebagai modal
dasar guna mewujudkan kesejahteraan hidup dan penghidupan yang
berkualitas. Masyarakat dan Pemerintahan Desa merupakan satu kesatuan
sistem nilai dalam tata pemerintahan yang harus dibangun dan menjadi daya
dukung terhadap terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Guna
mencapai keadaan dimaksud maka Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan
Desa Kabupaten Mamuju sesuai dengan tugas dan fungsinya berkewajiban
49
melaksanakan,mengembangkan dan memfasilitasi berbagai program secara
terencana, terukur dan berkelanjutan.
1. Penggerak Pemberdayaan Masyarakat.
Bahwa Dinas Pemberdayan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju
sebagai motor atau penggerak Pemberdayaan masyarakat adalah proses
pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses
kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terlaksana apabila warganya ikut
berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai
"pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas atau
masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga
sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan
penerima manfaat.
2. Penggerak Pemerintahan Desa.
Bahwa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju
menjadi Penggerak atau motor dalam fasilitasi dan regulasi tata kelola
manajemen dan pembangunan urusan pemerintahan desa.
3. Masyarakat Sejahtera.
Penyediaan pelayanan sosial di berbagai aspek kehidupan Masyarakat.
Sejahtera dimaknai dengan terwujudnya kesejahteraan sosial yang
merupakan keadaan dimana individu atau komunitas masyarakat merasa
nyaman,tentram,bahagia, serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
4. Masyarakat Mandiri.
Bahwa masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian pembangunan.
50
D. Misi Organisasi
Untuk mencapai visi tersebut diatas, maka Misi Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju ditetapkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kinerja aparatur sehingga tanggap terhadap masyarakat
dan mampumemberikan pelayanan dibidang pemberdayaan masyarakat
dan pemerintahan desa.
2. Pengembangan usaha ekonomi Kreatif masyarakat;
3. Peningkatan pemanfaatan sumber daya alam berwawasan lingkungan
dan pemberdayaan tekhnologi tepat guna.
4. Pemantapan penyelenggaraan pemerintahan desa.
5. Menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan prioritas,
potensi dan nilai kearifan lokal.
6. Mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembangunan desa.
Tugas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju
sebagai berikut :
1. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa mempunyai tugas
melaksanakan urusan pemerintahan bidang pemberdayaan masyarakat
desa yang menjadi kewenangan daerah;
2. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desamelaksanakan kewenangan
urusan pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Kabupaten melalui tugas perbantuandi bidang
pemberdayaan masyarakat desa.
51
E. Tujuan dan Sasaran Organisasi Jangka Menengah (OPD)
Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan
dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada
isu-isu dan analisa strategis sedangkan sasaran adalah hasil yang ingin
dicapai oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur
dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang
pula indikator sasaran yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran
untuk diwujudkan pada tahunyang bersangkutan. Setiap indikator sasaran
disertai dengan rencana tingkat capaiannya masing-masing.
Untuk kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang tujuan dan sasaran yang
diharapkan dalam pencapaian visi dan misi DPMD Kabupaten Mamuju ,
sepertii pada tabel berikut :
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET KINERJA PADA TAHUN KE
2017 2018 2019 2020 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Meningkatkan Sumber Daya Manusia Pegawai di lingkungan DPMD Kab. Mamuju.
Meningkatkan tingkat pendidikan dan keterampilan Pegawai.
Pegawai yang mendapat pelatihan
6 9 12 20 20
2 Meningkatkan kinerja kelembagaan masyarakat, kelembagaan Adat dan Budaya
1. Meningkatkan
Kinerja
Kelembagaan
Masyarakat.
Lembaga Masyarakat yang berprestasi
3 Kec 6 Kec 9 Kec 11 Kec 11 Kec
2. Meningkatkan
Pengelolaan
Lembaga Adat.
Tersedianya data base Lembaga Adat yang ada
4 Kec 7 Kec 10
Kec 11
Kec 11
3
Meningkatkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan.
1. Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
1. Terlaksananya penggalian gagasan pembangunan di Desa.
88 Desa
88 Desa 88
Desa 88
Desa 88
Desa
52
pembangunan.
2. Meningkatkan
keterlibatan
masyarakat
dalam
pelaksanaan
pembangunan
sarana dan
prasarana di
perdesaan.
3. Meningkatkan
partisipasi
masyarakat dlm
pemeliharaan
dan pelestarian
hasil pemb. Di
perdesaan.
2. Terlaksananya
musyawarah pembangunan di Desa.
3. Pelaksanaan
pembangunan sarana dan prasarana Desa oleh masyarakat.
4. Terbentuknya lembaga masyarakat pelestarian hasil pembangunan di perdesaan.
Meningkatnya gotong royong masyarakat dalam membangun di perdesaan.
Kelompok Gotong Royong di masyarakat yang terbentuk
88 Klp 88 Klp 88 Klp 88 Klp 88 Klp
4 Meningkatkan pelaksanaan pelatihan masyarakat.
Meningkatkan
pelaksanaan
pelatihan-pelatihan
masyarakat di
perdesaan.
Jumlah masyarakat yang terlatih
20 % 40 % 70 % 100 % 100 %
5 Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat perdesaan
1. Meningkatkan
akses dan
pelatihan
ekonomi
masyarakat di
perdesaan.
Jumlah BUMDES yang terbentuk
49 % 60 % 80 % 90 % 100 %
2. Meningkatkan
potensi usaha
dan pendapatan
masyarakat
perdesaan.
Lembaga ekonomi masyarakat berprestasi
40 % 45 % 75 % 85 % 100 %
53
6 Meningkatkan kinerja kelembagaan ekonomi masyarakat.
Meningkatkan
kinerja
kelembagaan
ekonomi
masyarakat.
Jumlah pasar Desa yang dibangun.
35 % 75 % 85 % 90 % 100 %
Jumlah Pengelola Pasar Yang terlatih.
49 % 65 % 85 % 90 % 100 %
7 Mendorong pemanfaatan sumber daya dan teknologi tepat guna.
1. Menggali sumber
daya alam lokal
dan teknologi
tepat guna di
perdesan.
Jumlah Alat Teknologi Tepat Guna.
35 % 60 % 80 % 100 % 100 %
2. Meningkatkan
pemanfaatan
sumberdaya
alam dan teknolgi
tepat guna.
1. Jumlah Promosi alat TTG melalui Pameran.
30 % 60 % 80 % 100 % 100 %
2. Jumlah Pos Pelayanan Teknologi ( POSYANTEK ) yang terbentuk
15 % 30 % 70 % 90 % 100 %
8 Meningkatkan otonomi desa dan kinerja pemerintahan desa.
1. Meningkatkan
regulasi yang
mengatur
pemerintahan
desa.
Jumlah kebijakan dan peraturan Perundang-undangan yang mengatur pemerintahan desa.
2 4 4 4 4
2. Meningkatkan
kinerja dan tata
kelola
pemerintahan
desa.
Jumlah Kantor Desa yang terbangun ( dalam kondisi baik )
60 % 70 % 80 % 90 % 100 %
3. Menigkatkan
SDM
pemerintahan
desa.
1. Jumlah Pemerintahan Desa yang berprestasi.
30 % 45 % 60 % 75 % 90 %
2. Jumlah Perangkat Desa yang terlatih.
88 Org 176 Org
176 Org
264 Org
264 Org
54
4. Meningkatkan
sumber
pendapatan
desa.
Jumlah Desa yang mendapatkan Alokasi Dana Desa ( ADD ).
88 Desa
88 Desa
88 Desa
88 Desa
88 Desa
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan OPD Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Visi :” MEWUJUDKAN MAMUJU YANG MAJU, SEJAHTERA, DAN RAMAH”.
Misi 4 : Mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang kompeten dan bersahaja serta
mendorong semakin kuatnya penerapan prinsip Good Governance dan Clean
Government.
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Pegawai di lingkungan DPMD Kab. Mamuju.
Meningkatkan tingkat
pendidikan dan
keterampilan Pegawai.
Meningkatkan dan
mengikutsertakan pegawai dalam
pendidikan dan pelatihan, Bintek
serta pendidikan kedinasan bagi
Pegawai DPMD Kab. Mamuju.
Peningkatan Sumber
Daya Manusia dan
Pelayanan Prima.
2. Meningkatkan kinerja kelembagaan masyarakat, kelembagaan Adat dan Budaya
1. Meningkatkan Kinerja
Kelembagaan
Masyarakat.
2. Meningkatkan Kinerja
Lembaga Adat.
1. Meningkatkan pelatihan dan
bimbingan teknis bagi
lembaga masyarakat.
2. Meningkatkan pembinaan,
fasilitasi dan pemberian
bantuan stimulans bagi
lembaga masyarakat.
3. Meningkatkan keikutsertaan
lembaga kemasyarakatan
dalam proses perencanaan
pembangunan di perdesaan.
Peningkatan kinerja
kelembagaan
masyarakat.
3. Meningkatkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan.
1. Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam perencanaan
pembangunan.
2. Meningkatkan
keterlibatan
masyarakat dalam
pelaksanaan
pembangunan sarana
dan prasarana di
perdesaan.
1. Meningkatkan sarana dan
prasarana infrastruktur Desa.
2. Meningkatkan keterlibatan
masyarakat dan kelembagaan
masyarakat dlm pelaksanaan
pembangunan di perdesaan.
3. Berdayakan LPM dlm
pelaksanaan pembangunan di
perdesaan.
4. Meningkatkan kinerja Tim
Pemelihara dalam
1. Peningkatan kinerja
kelembagaan
masyarakat.
2. Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan di
perdesaan.
55
3. Meningkatkan
partisipasi masyarakat
dlm pemeliharaan dan
pelestarian hasil pemb.
Di perdesaan.
4. Meningkatkan gotong
royong masyarakat dlm
pembangunan di
perdesaan.
pemeliharaan.
5. Meningkatkan kegiatan
gotong royong masyarakat
dan bantuan stimulan gotong
royong masyarakat.
4. Meningkatkan pelaksanaan pelatihan masyarakat.
Meningkatkan
pelaksanaan pelatihan-
pelatihan masyarakat
di perdesaan.
Meningkatkan pelatihan dan
bimbingan teknis bagi
kelembagaan masyarakat
sesuai kebutuhan masyarakat.
Peningkatan Sumber
Daya Manusia dan
pelayanan prima.
5. Meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat perdesaan
1. Meningkatkan akses
dan pelatihan ekonomi
masyarakat di
perdesaan.
2. Meningkatkan potensi
usaha dan pendapatan
masyarakat
perdesaan.
1. Meningkatkan kinerja
kelompok Usaha Bersama
dan kembangkan Bumdes.
2. Meningkatkan promosi usaha
melalui pameran usaha dan
pemberian bantuan stimulan.
1. Peningkatan kinerja
kelembagaan
masyarakat.
2. Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan di
perdesaan.
3. Penguatan
perekonomian
masyarakat di
perdesaan.
6. Meningkatkan kinerja kelembagaan ekonomi masyarakat.
Meningkatkan kinerja
kelembagaan ekonomi
masyarakat.
Meningkatkan pelatihan dan
bintek bagi kelembagaan ekonomi
masyarakat dan pemberian
bantuan stimulan bagi
kelembagaan ekonomi
masyarakat.
1. Peningkatan kinerja
kelembagaan
masyarakat.
2. Peningkatan partisipasi
masyarakat dlm
pembangunan di
perdesaan.
3. Penguatan
perekonomian
masyarakat di
perdesaan.
56
Tabel 4.2 Tujuan, Sasaran, Strategi Dan Kebijakan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
F. Stuktur Organisasi
Struktur/Bagan Organisasi merupakan peta penting bagi para jajaran
pegawai yang telah mengetahui bagaimana posisi yang dikembangkan agar
tugasnya tidak saling tumpang tindih, juga untuk meningkatkan efektivitas
menyelenggarakan urusan di bidang pengawasan penyelenggaraan
pemerintah daerah berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantu sebagaimana diatur dalam peraturan daerah provinsi
sulawesi selatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang perubahahn ketiga atas
7. Mendorong pemanfaatan sumber daya dan teknologi tepat guna.
1. Menggali sumber daya
alam lokal dan
teknologi tepat guna di
perdesan.
2. Meningkatkan
pemanfaatan
sumberdaya alam dan
teknolgi tepat guna.
Meningkatkan penggalian dan
pemanfaatan sumberdaya dan
teknologi tepat guna di
perdesaan.
1. Peningkatan kinerja
kelembagaan
masyarakat.
2. Peningkatan partisipasi
masyarakat dlm
pembangunan di
perdesaan.
3. Penguatan
perekonomian
masyarakat di
perdesaan.
8. Meningkatkan otonomi desa dan kinerja pemerintahan desa.
1. Meningkatkan regulasi
yang mengatur
pemerintahan desa.
2. Meningkatkan kinerja
dan tata kelola
pemerintahan desa.
3. Menigkatkan SDM
pemerintahan desa.
4. Meningkatkan sumber
pendapatan desa.
1. Meningkatkan penyusunan
regulasi pemerintahan desa.
2. Meningkatkan kinerja
pemerintahan desa dalam
pemberian pelayanan publik.
3. Meningkatkan kinerja aparatur
pemerintahan desa.
4. Meningkatkan ADD dan
bantuan stimulan.
1. Peningkatan kinerja
kelembagaan
masyarakat.
2. Peningkatan
partisipasi masyarakat
dlm pembangunan di
perdesaan.
3. Penguatan
perekonomian
masyarakat di
perdesaan.
4. Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dan
pemerintahan desa.
57
peraturan daerah provinsi sulawesi selatan nomor 9 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja inspektorat, badan perencanaan pembangunan
daerah, lembaga Teknis daerah dan lembaga lain provinsi sulawesi selatan,
yang dalam penyusunannya, mengacu pada peraturan menteri dalam negeri
nomor 64 tahun 2007 tentang pedoman teknis organisasi dan tata kerja
inspektorat provinsi dan kabupaten/kota.
Gambar 4.1 Susunan Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Mamuju
SEKSI BINA ORGANISASI
PEMERINTAHAN
DESA SEKSI
BINA ADMINISTRASI
DAN PELAPORAN
DESA
SEKSI BINA APARATUR
PEMERINTAHAN
DESA
BIDANG BINA PEMERINTAHAN
DESA
SEKSI
BINA PENDAPATAN
DESA
SEKSI BINA PERENCANAAN
KEUANGAN DESA SEKSI
BINA PERTANGGUNG
JAWABAN DESA
BIDANG BINA KEUANGAN
DESA
SEKSI BINA PEMBERDAYAAN
&LEMBAGA KEMASYARAKATAN
DESA SEKSI
BINA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
&KAWASAN PERDESAAN
SEKSI PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA ALAM &TEKHNOLOGI TEPAT
GUNA
BIDANG BINA PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DAN PEMBAGUNAN DESA
KEPALA
DINAS
UPTD
SEKRETARIA
T
SUB BAGIAN UMUM,
PERENCANAAN DAN EVALUASI
SUB BAGIAN
KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
58
G. Tugas, Fungsi, dan Strtukur Organisasi Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa.
1. Tugas Pokok Kepala Dinas.
Kepala dinas mempunyai tugas pokok memimpin dinas dalam
menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah kabupaten di bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala Dinas mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan penataan Desa.
b. Fasilitasi kerjasama antar Desa dalam 1 (satu) Daerah
kabupaten/kota.
c. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan administrasi
pemerintahan Desa.
d. Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat tingkat
Desa.
e. Melaksanakan Administrasi Umum, Perencanaan Program dan
Anggaran Ketatausahaan.
2. Sekretariat.
Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, urusan umum, rumah tangga,
perencanaan dan pelayanan administrasi kepada seluruh satuan
organisasi dalam lingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa.
Untuk melaksanakan tugas , Sekretaris Mempunyai Fungsi :
59
a. Penyusunan rencana kerja sekretariat;
b. Perumusan kebijakan teknis kesekretariatan;
c. Penyelenggaraan urusan umum;
d. Penyelenggaraan urusan kepegawaian;
e. Penyelenggaraan urusan keuangan;
f. Penyelenggaraan urusan perencanaan dan evaluasi;
g. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas satuan organisasi;
h. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana
kerjasekretariat
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
3. Sub Bagian Umum, Perencanaan dan Evaluasi
Sub Bagian Umum, Perencanaan dan Evaluasi melaksanakan
sebagian tugas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di bidang
kesekretariatan Sub Bagian Umum, Perencanaan dan Evaluasi.
Sub Bagian Umum, Perencanaan dan Evaluasi menyelenggarakan
fungsi:
a. Perencanaan program kerja Sub Bagian Umum, Perencanaan dan
Evaluasi;
b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi Sub Bagian Umum,
Perencanaan dan Evaluasi;
c. Pengevaluasian tugas administrasi Sub Bagian Umum,
Perencanaan dan Evaluasi;
d. Pelaporan pelaksanaan tugas Sub Bagian Umum, Perencanaan
dan Evaluasi; dan
60
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian
Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian melaksanakan sebagian tugas
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di bidang kesekretariatan
Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian.
Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:
a) Perencanaan program kerja Sub Bagian Keuangan dan
Kepegawaian;
b) Penyelenggaraan pelayanan administrasi Sub Bagian Keuangan
dan Kepegawaian;
c) Pengevaluasian tugas administrasi Sub Bagian Keuangan dan
Kepegawaian;
d) Pelaporan pelaksanaan tugas Sub Bagian Keuangan dan
Kepegawaian; dan
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
5. Bidang Bina Pemerintahan Desa
Bidang Bina Pemerintahan Desa mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pembinaan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Bidang Bina Pemerintahan Desa,
mempunyai fungsi :
61
a. Penyusunan Kebijakan Tekhnis Bidang Bina Pemerintahan Desa;
b. Penyelenggaraan Program dan Kegiatan Bidang Bina
Pemerintahan Desa;
c. Pembinaan, pengoorganisasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional lingkup
Bidang Bina Pemerintahan Desa;
d. Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan serta penyusunan
laporan pelaksanaan rencana kerja Bidang Bina Pemerintahan
Desa;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai tugas
dan fungsinya.
1) Seksi Bina Organisasi Pemerintahan Desa
Seksi Bina Organisasi Pemerintahan Desa mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan
organisasi pemerintahan desa.
Seksi Bina Organisasi Pemerintahan Desadalam
melaksanakan tugas menjalankan fungsi:
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina Organisasi
Pemerintahan Desa;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Bina Organisasi
Pemerintahan Desa;
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Organisasi Pemerintahan Desa; dan
62
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2) Seksi Bina Administrasi dan Pelaporan Desa
Seksi Bina Administrasi dan Pelaporan Desa mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan pembinaan dan pengawasan
Administrasi dan Pelaporan Desa.
Seksi Bina Administrasi dan Pelaporan Desa
menyelenggarakan fungsi:
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina Administrasi dan
Pelaporan Desa;
b) Pelaksanaan Program dan Kegiatan Seksi Bina
Administrasi dan Pelaporan Desa;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Administrasi dan Pelaporan Desa;
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi Bina
Administrasi dan Pelaporan Desa; dan
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3) Seksi Bina Aparatur Pemerintahan Desa
Seksi Bina Aparatur Pemerintahan Desa mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan pembinaan, pengembangan dan
pengawasan Aparatur Pemerintah Desa.
Seksi Bina Aparatur Pemerintahan Desa menyelenggarakan
fungsi:
63
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina Aparatur
Pemerintahan Desa;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Bina Aparatur
Pemerintahan Desa;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Aparatur Pemerintahan Desa;
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi Bina
Aparatur Pemerintahan Desa; dan
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
6. Bidang Bina Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
Bidang Bina Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
mempunyai tugasmenyelenggarakan pembinaan pemberdayaan
masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa.
Bidang Bina Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
berfungsi :
a. Penyusunan Kebijakan Teknis Bidang Bina Pemberdayaan
Masyarakat dan Pembangunan Desa;
b. Penyelanggaraan Program dan Kegiatan Bidang Bina
Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa;
c. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, pengawasan program
dan kegiatan Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional lingkup Bidang
Bina Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa;
64
d. Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan serta penyusunan
laporan pelaksanaan rencana kerja Bidang Bina Pemberdayaan
Masyarakat dan Pembangunan Desa; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
1) Seksi Bina Pemberdayaan dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa
Seksi Bina Pemberdayaan dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan
dan pemberdayaan masyarakat.
Seksi Bina Pemberdayaan dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa menyelenggarakan fungsi:
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina Pemberdayaan
dan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Bina
Pemberdayaan dan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Pemberdayaan dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa;
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi Bina
Pemberdayaan dan Lembaga Kemasyarakatan Desa; dan
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
65
2) Seksi Bina Perencanaan Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan
Seksi Bina Perencanaan Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pembinaan dan pengawasan Perencanaan Pembangunan
Desa dan Kawasan Perdesaan.
Seksi Bina Perencanaan Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan menjalankan fungsi :
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina Perencanaan
Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Bina
Perencanaan Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Perencanaan Pembangunan Desa dan
Kawasan Perdesaan; dan
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi Bina
Perencanaan Pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan; dan
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
66
3) Seksi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Tekhnologi
Tepat Guna
Seksi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Tekhnologi
Tepat Guna mempunyai tugas pokok pembinaan,
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Tekhnologi Tepat
Guna.
Seksi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Tekhnologi
Tepat Guna menyelenggarakan fungsi:
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Pengembangan
Sumber Daya Alam dan Tekhnologi Tepat Guna;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Pengembangan
Sumber Daya Alam dan Tekhnologi Tepat Guna;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Tekhnologi
Tepat Guna;
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Tekhnologi Tepat
Guna; dan
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
67
7. Bidang Bina Keuangan Desa
Bidang Bina Keuangan Desa mempunyai tugaspokok
menyelenggarakan pembinaan, dan pengawasan keuangan desa.
Bidang Bina Pembangunan Keuangan Desa, menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan Kebijakan Teknis Bidang Bina Keuangan Desa;
b. Penyelanggaraan Program dan Kegiatan Bidang Bina Keuangan
Desa;
c. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, pengawasan program
dan kegiatan Kepala Seksi dan Pejabat Fungsional lingkup Bidang
Bina Keuangan Desa;
d. Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan serta penyusunan
laporan pelaksanaan rencana kerja Bidang Bina Keuangan Desa;
dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
1) Seksi Bina Pendapatan Desa
Seksi Bina Pendapatan Desa melaksanakan sebagian tugas
pokok menyelenggarakan pembinaan, pengawasan dan
pengembangan pendapatan desa.
Seksi Bina pendapatan desa menyelenggarakan fungsi:
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina Pendapatan
Desa;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Bina
Pendapatan Desa;
68
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Pendapatan Desa;
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi Bina
Pendapatan Desa; dan
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2) Seksi Bina Perencanaan Keuangan Desa
Seksi Bina Perencanaan Keuangan Desa mempunyai tugas
pokok menyelemggarakan pembinaan dan pengawasan
Perencanaan Keuangan Desa.
Seksi Bina Perencanaan Keuangan Desa menyelenggarakan
fungsi:
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina Perencanaan
Keuangan Desa;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Bina
Perencanaan Keuangan Desa;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Perencanaan Keuangan Desa;
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi Bina
Perencanaan Keuangan Desa; dan
e) Pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
69
3) Seksi Bina Pertanggungjawaban Desa
Seksi Bina Pertanggungjawaban Desa mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pembinaan, dan pengawasan
Pertanggungjawaban Desa.
Seksi Bina Pertanggungjawaban Desa menyelenggarakan
fungsi:
a) Pelaksanaan kebijakan teknis Seksi Bina
Pertanggungjawaban Desa;
b) Pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Bina
Pertanggungjawaban Desa;
c) Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendalian,pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup
Seksi Bina Pertanggungjawaban Desa;
d) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan Seksi Bina
Pertanggungjawaban Desa; dan
e) Pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Keterangan Bagan :
1. Kepala Dinas
2. Sekretraris, membawahi :
- Kasubag Umum,Perencanaan dan Evaluasi
- Kasubag Keuangan dan Kepegawaian
3. Kepala Bidang Bina Pemerintahan Desa
- KasiBina Organisasi Pemerintahan Desa
- KasiBina Administrasi dan Pelaporan Desa
70
- Kasi Bina Aparatur Pemerintahan Desa
4. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa
- KasiBina Pemberdayaan dan Lembaga Kemasyarakatan Desa
- Kasi Perencanaan Pembangunan Desa dan Kawasan Pedesaan
- Kasi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Tehnologi Tepat
Guna
5. Kepala Bidang Bina Keuangan Desa
- KasiBina Pendapatan Desa
- Kasi Bina Perencanaan Keuangan Desa
- Kasi Bina Pertanggung Jawaban Desa
6. Kelompok Jabatan Fungsional
H. Sumber Daya Manusia
Jumlah Sumber Daya Manusia Aparatur Dinas Pemberdayan
Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju sebanyak 64 orang yang terdiri
atas seorang pimpinan,seorang sekertaris dan 3 orang kepala bidang , 11
orang kepala seksi dan 22 orang staf PNS dan 28 orang berstatus tenaga
honorer
Susunan Kepegawaian dan asset yang dikelola oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Mamujuadalah sebagai berikut ;
71
No Pendidikan , Golongan dan
Esolon
Sumber daya Manusia
Laki Laki Wanita Jumlah
A Pendidikan
1 SD - - -
2 SMP - - -
3 SLTA 7 8 15
4 SARJANA MUDA - - -
5 SI 12 6 18
6 S2 3 3
JUMLAH 22 14 36
B GOLONGAN
1 I - - -
2 II 5 8 13
3 III 14 6 20
4 IV 3 - 3
JUMLAH 22 14 36
C ESELON
1 II 1 - 1
2 III 4 - 4
3 IV 6 3 9
JUMLAH 11 3 14
Tabel 4.3 Susunan Kepegawaian dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah desa
Kabupaten Mamuju.
72
1. Berdasarkan Jabatan Struktural :
Kepala Badan (esselon II b) : 1 orang
Sekretaris Badan (esselon IIIa) : 1 orang
Kepala Bidang (esselon IIIb) : 3 orang
Kepala Sub Bidang (esselon IVa) : 11 orang
Staf Pelaksana (PNS) : 22 orang
Staf Pelaksana (Kontrak ) : 28 orang
Komposisi Esselonering Dinas Pemberdayan Masyarakat Dan Desa
Esselon II b Esselon III a Esselon III b Esselon IV a
2. Berdasarkan Jenjang Pendidikan
S2 : 3 orang
S1 : 21 orang
SLTA : 13 orang
SLTP : tidak ada
Dilihat dari tingkat pendidikan tersebut diatas,pegawai
BadanPemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Mamuju dalam melaksanakan tugas di dalam melaksanakantugas pokok
dan fungsinya didalam menentukan proses perencanaan, serta
mensinergikan program kegiatan apabila dilihat dari tingkat pendidikan
pegawai yan terdiri atas terdiri atas : SD sebesar 0 persen, SLTPsebesar
73
0 persen, SLTA sebesar 20persen, D3 sebesar 0 persen, S1 sebesar
70persen dan S2 sebesar 10 persen.
I. Pegawai Dinas Pemberdayan Masyarakat dan Desa berdasarkan
Golongan
Dari tabel 4.3 di atas pegawai Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kabupaten Mamuju berdasarkan golongan terdiri atas,
golongan I sebanyak 0 persen, golonganII sebanyak 21,5 persen, golongan
III sebanyak 67,4 persen dan golongan IVsebanyak 11,1persen. Melihat
komposisi tersebut, jumlah pegawai Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa hanya 36 orang sehingga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
memerlukan banyak tambahan pegawai golongan II untuk tenaga
administrasi pada setiap bidangnya.
No Gol.Ruang Status Kepegawaian
Jumlah %
PNS CPNS
1 Gol I 0 0 0 0
2 Gol II 13 0 13 21,5
3 Gol III 20 0 20 67,4
4 Gol IV 3 0 3 11,1
Jumlah 36 0 36 100 Tabel 4.4
Golongan Jabatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Mamuju
74
Gambar 4.2 Status Kepegawaian Dinas Pemberdayaan masyarakat dan Desa Kabupaten
mamuju
75
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyusunan Laporan Keuangan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintah Desa Kabupaten Mamuju
Laporan Keuangan adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa atas pengelolaan
keuangan beserta kinerja atas penyelenggaraan Program/kegiatan pada
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Mamuju.
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang andal
dan relevan mengenai posisi keuangan serta seluruh transaksi yang
dilakukan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan SKPD juga digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan.
B. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Secara rinci landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Tahun 2018 meliputi:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 74
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
76
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kali dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
8. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5043);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun
2006 Nomor 25 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
77
Pemerintahan (Tambahan Lembaran Negara Nomor 5165);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Mamuju;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Barang Milik Daerah Kabupaten Mamuju;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 10 Tahun 2016 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju Nomor 8 Tahun 2017 tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2017;
17. Peraturan Bupati Mamuju Nomor 31 Tahun 2017 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Kabupaten Mamuju;
18. Peraturan Bupati Mamuju Nomor 32 Tahun 2017 tentang Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju
78
C. Iktisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pendapatan yang dikelola Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
yaitu Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari Hasil Retribusi
Ketatausahaan. Tahun Anggaran 2018 Target Pendapatan sebesar
Rp35.200.000,00 dan Realisasi Rp44.200.000,00 atau 125,57%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel.
No. URAIAN ANGGARAN
(Rp) REALISASI
(Rp) %
1.
Pendapatan Retribusi
Ketatausahaan 35.200.000,00 44.200.000,00 125,57
Tabel 5.1
Ikhtisar Pendapatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Berkaitan dengan target Pendapatan Asli Daerah Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Tahun Anggaran 2018 realisasi melebihi target karena
beberapa hal berikut ini :
1. Pencairan ADD setiap desa sebanyak dua kali dan untuk pencairan
Dana Desa sebanyak tiga kali.
Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good
governance), Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)
Kabupaten Mamuju pada Tahun Anggaran 2018 melalui APBD
mendapatkan alokasi anggaran belanja sebesar Rp3.770.873.463,00
(Tiga Miliar Tujuh Ratus Tujuh Puluh juta Delapan Ratus Tujuh Puluh
Tiga Ribu Empat Ratus Enam Puluh Tiga Rupiah) dan terealisasi
79
sebesar 3.685.959.368,00 (Tiga Miliar Enam Ratus Delapan Puluh Lima
Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Sembilan Ribu Tiga Ratus Enam Puluh
Delapan) atau terealisasi sebesar 97,75 % dengan sisa anggaran total
sebesar Rp84.914.095,00 (Delapan Puluh Empat Juta Sembilan Ratus
Empat Belas Ribu Sembilan Puluh Lima Rupiah).
Total anggaran belanja tahun 2018 sebesar Rp3.770.873.463,00
(Tiga Miliar Tujuh Ratus Tujuh Puluh juta Delapan Ratus Tujuh Puluh
Tiga Ribu Empat Ratus Enam Puluh Tiga Rupiah) yang terdiri dari
belanja tidak langsung sebesar Rp2.152.567.463,00 (Dua miliar seratus
lima puluh dua juta lima ratus enam puluh tujuh ribu empat ratus enam
puluh tiga rupiah) yang diarahkan pada Belanja Gaji dan tunjangan
serta tambahan penghasilan bagi pegawai dengan total terealisasi
sebesar Rp2.121.205.986,00 (Dua seratus dua puluh satu juta dua ratus
lima ribu Sembilan ratus delapan puluh enam rupiah) atau 97,75%
dengan sisa anggaran sebesar Rp84.914.095,00 (Delapan puluh empat
juta Sembilan ratus empat belas ribu Sembilan puluh lima rupiah) dan
pagu anggaran belanja langsung sebesar Rp1.618.306.000,00 (Satu
miliar enam ratus delapan belas juta tiga ratus enam ribu rupiah)
terealisasi sebesar Rp1.564.753.382,00 (Satu miliar lima ratus enam
puluh empat juta tujuh ratus lima puluh tiga ribu tiga ratus delapan puluh
dua rupiah) atau 96,69 % dengan sisa anggaran sebesar
Rp53.552.618,00 (Lima puluh tiga juta lima ratus lima puluh dua ribu
enam ratus delapan belas rupiah) yang ditujukan pada (10) sepuluh
program dengan berbagai jenis kegiatan. Rincian total anggaran dan
realisasi dapat dilihat pada tabel berikut :
80
No. URAIAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI
(Rp) %
1. Belanja Tidak Langsung 2.152.567.463,00 2.121.205.986,00 98,54
2. Belanja Langsung 1.618.306.000,00 1.564.753.382,00 96,69
Total 3.770.873.463,00 3.685.959.368,00 97,75
Tabel 5.2 Ikhtisar Belanja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
No NAMA PROGRAM ANGGARAN
(Rp) REALISASI (Rp) %
1.
Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran
574.202.100,00 569.418.786,00 99,17
2.
Prog. Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
94.593.000,00 89.592.960,00 94,71
3.
Peningkatan Kapasitas
Sumber Daya Aparatur
30.460.000,00
3.970.000,00
13,03
4.
Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
27.704.000,00
27.704.000,00
100,0
0
5.
Peningkatan
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Organisasi Pedesaan
227.315.000,00 216.681.951,00 95,32
6. Pengembangan
Lembaga Ekonomi 60.685.000,00 55.741.285,00 91,85
81
Pedesaan
7.
Peningkatan Partisipasi
Masyarakat dalam
Membangun Desa
291.979.200,00 291.424.450,00 99,81
8.
Peningkatan Kapasitas
aparatur Pemerintah
Desa
242.736.000,00 241.588.250,00 99,53
9.
10
.
Penataan Peraturan
Perundang-Undangan
Pembinaan dan
Fasilitasi Pengelolaan
Keuangan Desa
39.763.900,00
28.867.800,00
39.763.900,00
28.867.800,00
100,0
0
100,0
0
TOTAL 1.618.306.000,0
0
1.564.753.382,0
0 96,69
Tabel 5.3 Ikhtisar Belanja Langsung Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
D. Basis Akuntansi Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menggunakan 2 basis
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan yaitu:
1. Akuntansi berbasis Kas digunakan untuk Laporan Realisasi
Anggaran yaitu untuk pengakuan pendapatan, belanja;
2. Akuntansi berbasis Akrual digunakan untuk :
a. Neraca yaitu menggambarkan posisi keuangan entitas
akuntansi mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada periode
tertentu;
82
b. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya dikelola oleh
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa dalam satu periode pelaporan;
c. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Sedangkan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca.
E. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang
diterpkan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan
menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi
atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh
aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi
yang digunakan untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu
dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan nilai
83
tukar/kurs tengah bank sentral yang berlaku pada tanggal transaksi.
F. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan Yang Ada
Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan pada SKPD
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa per 31 Desember 2018 telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP), Kebijakan Akuntansi merupakan prinsip-
prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, atuiran-aturan dan praktik-praktik
spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
laporan keuangan ini merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Mamuju melalui Keputusan Bupati Mamuju Nomor 31 tahun 2017.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam
penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Mamuju adalah
sebagai berikut :
1. Neraca
Unsur neraca terdiri:
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial
di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya;
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peritiwa masa lalu yang
84
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah daerah;
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pada Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pada tanggal
pelaporan.
Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada
Laporan Perubahan Ekuitas.
Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut:
1) Kas dan Setara Kas
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap
saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan Pemerintah
Daerah. Kas juga meliputi seluruh Uang Yang Harus
Dipertanggungjawabkan (UYHD)/Uang Persediaan (UP) yang
belum dipertanggungjawabkan hingga tanggal neraca.
Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid
yang siap dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko
perubahan nilai yang signifikan.
2) Piutang
Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju dan/atau hak
Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat pemberian barang/jasa dan
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.
85
Piutang antara lain terdiri dari :
a) Piutang Pajak;
b) Piutang Retribusi;
c) Piutang Dana Perimbangan/Bagi Hasil termasuk DAU dan
DAK;
d) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran;
e) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi;
f) Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan;
g) Piutang Lain-Lain PAD yang sah;
Agar nilai piutang sama dengan nilai bersih yang
dapat direalisasikan (Net Realizable Value) maka
disesuaikan dengan melakukan penyisihan piutang tak
tertagih. Penyisihan Piutang tak tertagih dihitung
berdasarkan kualitas umur piutang, jenis atau karakteristik
piutang, dan diterapkan dengan melakukan modifikasi
tertentu tergantung kondisi dari debiturnya.
3) Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan merupakan aset berwujud yang berupa :
a) Barang atau perlengkapan (supplies) yang
86
digunakan dalam rangka kegiatan operasional
Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju
b) Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam
proses produksi
c) Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat
d) Barang yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat.
4) Investasi Jangka Panjang
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat
sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi jangka
panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih
dari 12 (dua belas) bulan.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman
investasinya dibagi menjadi dua,yaitu:
a) Investasi Jangka Panjang Non Permanen;
Investasi non permanen dapat berupa:
Pembelian Surat Utang Negara yang jatuh temponya lebih
dari 12 bulan;
Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang
dapat dialihkan kepada fihak ketiga;
Modal Kerja yang digulirkan ke masyarakat/kelompok
masyarakat atau biasa disebut dengan Dana Bergulir;
87
Investasi non permanen lainnya.
Investasi Non Permanen Dana Bergulir merupakan dana
yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada
masyarakat oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa
Pengguna Anggaran yang bertujuan untuk meningkatkan
ekonomi rakyat dan tujuan lainnya. Adapun Karakteristik
Dana Bergulir adalah sebagai berikut:
Dana Tersebut merupakan bagian dari keuangan daerah;
Dana tersebut dicantumkan dalam APBD dan atau laporan
keuangan;
Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki, dan atau
dikendalikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran;
Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada
masyarakat dan ditagih kembali dari masyarakat dengan
atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana disalurkan
kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat
demikian seterusnya (bergulir);
Pemerintah daerah dapat menarik kembali dana
bergulir dengan pertimbangan tertentu.
Penyajian Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan (NRV) dari
Dana Bergulir bertujuan agar dalam penyajian nilai yang
tercatat di Neraca dapat menggambarkan nilai bersih yang
dapat direalisasikan (net realizable value) maka harus
dilakukan penyesuaian secara periodik terhadap nilai
88
perolehan dana bergulir. Alat untuk menyesuaikan nilai
Investasi Non Permanen Dana Bergulir adalah dengan
melakukan penyisihan Investasi Non Permanen Dana
Bergulir Diragukan Tertagih.
b) Investasi Jangka Panjang Permanen
Invesastasi Permanen dapat berupa:
Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan daerah
dan badan usaha lainnya yang bukan milik daerah.
Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat
berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan
non surat berharga yaitu kepemilikan modal bukan dalam
bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan;
Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah untuk menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Investasi
permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak
bisa dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi
jangka panjang yang dibeli oleh pemerintah, dan
penanaman modal dalam proyek pembangunan yang
dapat dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi
dalam properti yang tidak tercakup dalam pernyataan ini.
5) Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju atau
89
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan
pengertian tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Mamuju harus mencatat suatu aset tetap yang dimilikinya
meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak ketiga.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk
memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dipergunakan.
Masa manfaat adalah:
a) Periode suatu aset diharapkan digunakan untuk
aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau
b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan
diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau
pemerintahan publik.
Nilai sisa adalah jumlah netto yang diharapkan dapat
diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah
dikurangi taksiran biaya pelepasan.
Nilai tercatat adalah nilai buku aset tetap, yang dihitung dari
biaya perolehan suatu aset tetap setelah dikurangi akumulasi
penyusutan.
Aset Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan
dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas.
Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut :
a) Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah
90
tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.
b) Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan
peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam
kondisi siap pakai.
c) Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan
bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.
d) Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan
jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
e) Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas,
yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
f) Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang
sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal
laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
g) Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan
operasional pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap
91
dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.
Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi
kriteria sebagai berikut :
a) Berwujud;
b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas;
e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
f) Nilai Rupiah pembelian barang material atau
pengeluaran untuk pembelian barang tersebut memenuhi
batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah
ditetapkan
Pada dasarnya pengeluaran untuk aset tetap dapat
dikategorikan menjadi belanja modal (capital expenditures)
dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap adalah
pengeluaran pengadaan baru atau penambahan nilai aset
tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi,
perbaikan atau restorasi.
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap menentukan
apakah perolehan suatu aset harus dikapitalisasi atau tidak.
6) Aset Lain-lain
Aset lainnya adalah aset pemerintah daerah yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang,
92
aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya terdiri atas:
a) Tagihan Piutang Penjualan Angsuran
Menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan
asset pemerintah daerah secara langsung kepada pegawai
Pemerintah Daerah / Kepala Daerah / Wakil Kepala
Daerah. Contoh: tagihan piutang penjualan angsuran
antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan
kendaraan dinas.
Tagihan piutang penjualan angsuran dinilai sebesar nilai
nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang
telah dibayarkan oleh pegawai pemerintah daerah / Kepala
Daerah / Wakil Kepala Daerah ke kas umum daerah
atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
b) Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Tuntutan perbendaharaan (TP) merupakan suatu proses
yang dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk
menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita
oleh Negara/daerah sebagai akibat langsung maupun
tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian
dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.
Tuntutan perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal
dalam Surat Keputusan Pembebanan setelah dikurangi
dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara
93
yang bersangkutan ke kas umum daerah.
Tuntutan ganti rugi (TGR) merupakan suatu proses
yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan
bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian
atas suatu kerugian yang diderita oleh pemerintah/daerah
sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai
tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas
kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam
Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM)
setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh
pegawai yang bersangkutan ke kas umum daerah.
c) Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan
yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset
dan /atau hak usaha yang dimiliki. Bentuk kemitraan antara
lain berupa :
Bangun, Kelola/Guna, Serah adalah suatu bentuk
kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah daerah
oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak
ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan dan/atau
sarana lain berikut fasilitasnya serta
mendayagunakannya dalam jangka waktu tertentu, untuk
94
kemudian menyerahkannya kembali dan/atau sarana lain
berikut fasilitasnya kepada pemerintah daerah setelah
berakhirnya jangka waktu yang disepakati (masa
konsesi). Dalam perjanjian ini pencatatannya dilakukan
terpisah oleh masing-masing pihak. Dicatat sebesar nilai
aset yang diserahkan oleh pemerintah kepada pihak
ketiga/investor untuk membangun aset Bangun,
Kelola/Guna, Serah tersebut. Aset yang berada dalam
Bangun, Kelola/Guna, Serah ini disajikan terpisah dari
Aset Tetap.
Bangun, Serah, Kelola/Guna adalah pemanfaatan aset
pemerintah daerah oleh pihak ketiga/investor, dengan
cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan bangunan
dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya kemudian
menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada
pemerintah daerah untuk dikelola/digunakan sesuai
dengan tujuan pembangunan aset tersebut oleh pihak
ketiga/investor tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang disepakati.
Bangun, Serah, Kelola/Guna dicatat sebesar nilai
perolehan aset yang dibangun, yaitu sebesar nilai aset
yang dipisahkan dari aset tetap ditambah dengan jumlah
aset yang dibangun oleh pihak ketiga/investor sesuai
dengan perjanjian kerjasama.
Kerjasama Operasi (KSO) adalah perikatan antara
95
Pemerintah Daerah yang menyediakan aset daerah
dengan pihak ketiga menanamkan modalnya,
selanjutnya kedua belah pihak secara bersama-sama
atau bergantian mengelola manajemen dan proses
operasionalnya sesuai dengan kesepakatannya.
Pengakuan dan penilaian berdasarkan harga perolehan
pada saat bangunan atau aset lainnya tersebut selesai
dibangun.
d) Aset Tidak Berwujud
Aset Tidak Berwujud adalah aset yang secara fisik tidak
dapat dinyatakan atau tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang
atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk
hak atas kekayaan intelektual. Contoh : hak paten, hak
cipta, hak merek, serta biaya riset dan pengembangan.
Aset tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian
atau dapat dikembangkan sendiri oleh pemerintah daerah.
Aset tidak berwujud meliputi :
Software komputer yang dipergunakan dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun;
Lisensi dan franchise;
Hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya;
Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat
jangka panjang.
e) Aset Lain-Lain
96
Pos aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya
yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak
Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan
Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan
dengan Pihak Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah
aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
Pemerintah Daerah.
7) Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek
dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer
pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu
bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan
berikutnya.
Kewajiban jangka pendek terdiri dari :
a) Utang kepada Pihak Ketiga;
b) Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK);
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), terdiri dari :
Utang Taspen, Utang Askes, Utang PPh Pusat, Utang
PPN Pusat, Utang Taperum dan Utang Perhitungan Fihak
Ketiga Lainnya
c) Utang Bunga (untuk PPKD)
Utang Bunga, terdiri dari Utang Bunga kepada Pemerintah
97
Pusat, Utang Bunga kepada Daerah Otonom Lainnya,
Utang Bunga kepada BUMN/BUMD, Utang Bunga kepada
Bank/Lembaga Keuangan, Utang Bunga Dalam Negeri
Lainnya dan Utang Bunga Luar Negeri.
d) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang (untuk PPKD)
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang terdiri dari Utang
Bank, Utang Obligasi, Utang kepada Pemerintah Pusat,
Utang kepada Pemerintah Provinsi, Utang
kepada Pemerintah Daerah/Daerah lain.
e) Pendapatan Diterima Dimuka (untuk SKPD)
Pendapatan Diterima Dimuka, terdiri dari Setoran
Kelebihan Pembayaran Kepada Pihak III, Uang Muka
Penjualan Produk Pemerintah Daerah Dari Pihak III dan
Uang Muka Lelang Penjualan Aset Daerah.
f) Utang Beban
Utang Beban diakui sebesar beban yang belum dibayar
oleh pemerintah daerah sesuai dengan perjanjian atau
perikatan sampai dengan tanggal neraca.
g) Utang Jangka Pendek Lainnya
Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar
yang tidak termasuk dalam kategori yang ada.
Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya tersebut
adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan
keuangan disusun.
8) Kewajiban Jangka Panjang
98
Kewajiban jangka panjang biasanya muncul sebagai
akibat dari pembiayaan yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah untuk menutup defisit anggarannya. Secara umum
kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban Pemerintah
Daerah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12 bulan sejak
tanggal pelaporan.
Kewajiban Jangka Panjang terdiri dari :
a) Utang Dalam Negeri
Utang Dalam negeri terdiri dari Utang Dalam Negeri
Sektor Perbankan dan Utang Dalam Negeri Obligasi.
b) Utang Jangka Panjang Lainnya
9) Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah
Kabupaten Mamuju yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju pada
tanggal laporan. Komponen ekuitas terdiri dari 2 komponen,
yaitu:
Ekuitas diklasifikasikan kedalam :
a) Ekuitas; dan
b) Ekuitas SAL;
Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas awal ditambah (dikurang)
oleh Surplus/Defisit LO dan perubahan lainnya seperti koreksi
nilai persediaan, selisih revaluasi Aset Tetap, dan lain-lain
Ekuitas SAL digunakan untuk mencatat akun perantara dalam
rangka penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
99
Perubahan SAL mencakup antara lain Estimasi Pendapatan,
Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Apropriasi Belanja,
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan, dan Estimasi Perubahan
SAL, Surplus/Defisit - LRA. Kenaikan atau penurunan setiap
akun dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
Perubahan SAL akan menaikkan atau menurunkan Ekuitas
SAL.
2. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran SKPD menyajikan sekurang-
kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA;
b. Belanja;
c. Surplus/Defisit;
d. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran ( SiLPA / SiKPA).
Laporan Realisasi Anggaran PPKD dan Pemerintah Kabupaten
menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA;
b. Belanja;
c. Transfer
d. Surplus/Defisit-LRA;
e. Penerimaan Pembiayaan;
f. Pengeluaran Pembiayaan;
g. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA).
100
3. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan
yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas yang penyajiannya disandingkan
dengan periode sebelumnya.
Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO terdiri dari:
1) Pendapatan Asli Daerah : Pendapatan Pajak Daerah,
Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Pendapatan Asli
Daerah Lainnya
2) Pendapatan Transfer : Transfer Pemerintah Pusat – Dana
Perimbangan, Transfer Pemerintah Pusat Lainnya dan
Transfer Pemerintah Propinsi.
3) Lain-lain Pendapatan Yang Sah: Pendapatan Hibah,
Pendapatan Dana Darurat dan Pendapatan Lainnya.
b. Beban terdiri dari:
1) Beban Operasi : Beban Pegawai, Beban Barang dan Jasa,
Beban Bunga, Beban Subsidi, Beban Hibah, Beban
Bantuan Sosial, Beban Penyusutan dan Amortisasi, Beban
Penyisihan Piutang dan Beban Lain-lain.
2) Beban Transfer : Transfer Bagi Hasil Pajak, Transfer Bagi Hasil
Pendapatan Lainnya, dan Tranfer Keuangan Lainnya
c. Surplus/Defisit dari Operasi
101
d. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasi terdiri dari
1) Surplus/Defisit Penjualan Aset Non lancar
2) Surplus/Defisit Kewajiban Jangka Panjang
3) Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
e. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
f. Pos Luar Biasa terdiri dari :
1) Pendapatan Luar Bisara
2) Beban Luar Biasa
g. Surplus/Defisit-LO
Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas
Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan
dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti kebijakan
fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut
angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan
Tujuan Kebijakan Akuntansi pada Laporan Perubahan Ekuitas
adalah mengatur perlakuan akuntansi yang dipilih dalam penyajian
Laporan Perubahan Ekuitas untuk pemerintah daerah dalam rangka
memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Pernyataan kebijakan ini berlaku untuk setiap entitas akuntansi dan
entitas pelaporan yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD,
termasuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), tidak termasuk
perusahaan daerah.
Unsur-unsur yang disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas
102
sekurang-kurangnya adalah:
a) Ekuitas awal
b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan
oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:
1) Periode sebelumnya;
2) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d) Ekuitas akhir
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Setiap entitas akuntansi diharuskan untuk menyajikan Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan
keuangan untuk tujuan umum.
Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan
keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas
hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas akuntansi.
Oleh karena itu, laporan keuangan mungkin mengandung informasi
yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman di antara
pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan
harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi
untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang
penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan
103
yang memadai, antara lain:
a) Informasi Umum tentang Entitas Akuntansi;
b) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian
target;
c) Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksidan kejadian-kejadian penting lainnya;
d) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan
pada lembar muka laporan keuangan;
e) Informasi Non Keuangan SKPD
f) Penutup
G. Peneliti terdahulu yang Mendukung Penelitian
Penelitian-peneltian mengenai Penerapan Akuntansi yang Telah
dilakukan : Riki Pernandes (2016) dengan judul “ Analisis Penerapan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 pada Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pemerintah Desa Kabupaten Rokann Hulu”. Dari hasil penelitian BPMPD
Kabupaten Rokan Hulu telah menerapkan Permendagri No. 13 Tah1un 2006
bab XI seperti Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas, Prosedur Akuntansi
Pengeluaran Kas, Penerapan akuntansi keuangan daerah, dan Laporan
keuangan.
Namun, dari penelitian ini penulis Lebih menekankan pada Landasan
Hukum yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju yaitu
Perda No. 1 Tahun 2016 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah, tetapi Landasan Hukum tersebut tidak lepas dari Permendagri
104
No. 13 Tahun 2006. Sehinggal hasil yang ditemukan pada dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa adalah sesuainya Perda No.1 tahun
2016 dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006, ini bisa dilihat dari
Prosedur Akuntansi Penerimaan, Prosedur Akuntansi Pengeluaran,
Penerapan akuntansi keuangan daerah, Prosedur Akuntansi Aset dan
Laporan keuangan.
105
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari Hasil Penelitian dan pembahasan diatas dapat di simpulkan :
1. Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang diterapkan melalui Dasar
Hukum Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Mamuju yaitu Perda No. 1 Tahun 2016 telah sesuai.
2. Prosedur akuntansi penerimaan kas Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa telah mempunyai Bukti-bukti Transaksi yang
sesuai dengan Perda No. 1 Tahun 2016.
3. Prosedur akuntansi pengeluaran kas Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa telah mempunyai bukti-bukti transaksi yang
sesuai dengan perda no. 1 tahun 2016
4. Penerapan akuntansi keuangan daerah Pada Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Mamuju sudah
diterapkan sesuai dengan Perda No. 1 Tahun 2016, dengan
terlaksananya perda tersebut maka telah dilakukan Pemendagri No.
13 Tahun 2006 dengan bunyi bab XI Pasal 232, “ setiap transaksi-
transaksi yang terjadi dicatat dalam buku kas umum (BKU), baik itu
transaksi penerimaan maupun pengeluaran kas”.
5. Laporan keuangan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa
Kabupaten Mamuju telah sesuai dengan perda No. 1 tahun 2016.
karena, dilihat dari Pemendagri No. 13 Tahun 2006 pada bab XI Pasal
240 dimana DPMPD kabupaten mamuju telah membuat laporan
keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca dan CALK.
106
B. Saran
Adapun Saran Penulis Untuk Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan
Desa Kabupaten Mamuju Sebagai Berikut :
1. Harus Meningkatkan Sumber Daya Manusia Pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa Kabupaten
Mamuju Sehingga Dapat Mempengaruhi Tingkat Pemberdayaan
Masyarakat Dan Desa.
2. Pihak Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa
Sebaiknya Memfasilitasi Sarana Dan Prasarana Untuk Menunjang
Operasional Kerja.
3. Meningkatkan Kualitas Aparatur Desa Dalam Implementasi
Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi Sesuai Peraturan Perundang-
Undangan Dalam Melaksanakan Pembangunan.
4. Sebaiknya Meningkatkan Tingkat Pembinaan Desa-Desa Yang
Susah Dijangkau, Sehingga Meningkatkan Potensi Masyarakat
Untuk Bergotong Royong Dan Berswadaya.
107
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah
Billy Rivaldy Pangalila, Dkk (2016). Analisis Penerapan Sistem akuntansi
pemerintah pada dinsa pendapatan daerah kabupaten minahasa
tenggara.(online).Diakses pada tanggal 12 Desember 2019.
Diana, Anastasia, 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Andi Offset. Yogyakarta
Daniel Sukalele, “Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Era Otonomi Daerah”, dalam wordpress.com/about/pemberdayaan-masyarakat-miskin-di-era-otonomi-daerah diakses pada tanggal 12 Desember 2019
Fernandez, Ricky Ryan. 2015. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas
Operasi Terhadap Kebijakan Pembagian Dividen Kas. Skripsi.
Melaluih.http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/12
3456789/5679/Bab%202.pdf?sequence=10. Diakses pada 28
September 2016
Gusmaistia, Sri, 2014. Analisis Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu. Skripsi. Kabupaten Rokan Hulu
Halim, Abdul, 2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta Selatan.
Hall. A, 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta
Hans Kartikahadi., dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Hery, 2012. Akuntansi dan Rahasia di Baliknya. Bumi Aksara. Jakarta
Jusuf, Haryono, 2006. Dasar-dasar Akuntansi. UGM.
Julian Chandra, Reno, 2009. Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Indragiri Hulu. Skripsi. Pekanbaru
108
Korompot, Riska (2015). https://docplayer.info/29957693-Analisis-penyusunan-anggaran-pada-dinas-pendapatan-pengelolaan-keuangan-dan-aset-daerah-kota-kotamobagu-tahun-anggaran-2014.html diakses pada tanggal 12 desember 2019
Kolinung, Monika Sutri, dkk. 2015. “analisispengelolaan aset tetap Pada
dinas pendapatan epngelolaan keuangan dan aset daerah kota tomohon”. Jurnal manado : Universitas Sam Ratulangi
Mulyadi, 2008. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta
Mulyadi. (2016). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat Nuryasin, Pengertian dan Definisi Pemberdayaan Masyarakat Menurut
Para Ahli (online),(https://grobogan.go.id/info/artikel/579-pemberdayaan-masyarakat-dalam-pembangunan-desa) di akses pada tanggal 12 Desember 2019
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Prabangsari, putri, Anissa. (2018), https://docplayer.info/86378791-
Disusun-oleh-anissa-putri-prabangsari-b.html. diakses pada tanggal 12 desember 2019
Romsey, Marshall b., dan Paull John Steinbart. 2015. Accounting Information
Systems, 13th ed, England: Pearson Education Limited.
Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2014). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Rudianto, 2012. Pengantar Akuntansi. Erlangga. Jakarta
Sumaryadi, I Nyoman (2005) Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta,Citra Utama.)
Tanjung, Abdul Hafiz. 2012. Akuntansi Pemerintahan Daerah. Bandung :
Alfabeta Totok Mardikanto, Poerwoko Soebiato. 2015. Pemberdayaan Masyarakat,
Bandung: Alfabeta
109
Wahjudin, Sumpeno (2011) Perencanaan Desa Terpadu. Banda
Aceh,Reinforcement Action and Development.
110
LAMPIRAN
111
112
113
114
115
116
117
118
BIOGRAFI PENULIS
Nama saya Supardi sebagai Penulis Skripsi ini, dilahirkan
pada tanggal 21 Oktober 1996 sebagai putra Pertama dari
Enam bersaudara, Buah hati dari pasangan Bapak
Syarifuddin dan Ibu Rosmiati. Penulis sekarang bertempat tinggal Aspura II
Mamuju di Jln. Alauddin 2 Lr. 2d Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate,
Kota Makassar. Pendidikan yang ditempuh penulis oleh penulis yaitu SDN Inpres
Papalang Lulus pada tahun 2008, SMPN 3 Papalang Lulus pada tahun 2011,
SMK Ma’arif Husnul Khatimah lulus pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, Penulis Melanjutkan pendidikan di Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat perlindungan dan pertolongan Allah SWT, dan dengan ketekunan
mootivai tinggi dari keluarga dan sahabat untuk terus belajar dan berusaha,
penulis telah menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan
tugas akhir skripsi ini mampu memberikan arahan positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Perda No. 1
Tahun 2016 pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Mamuju”.