130
SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MIE KERING JAGUNG SUBSTITUSI DAN PENDUGAAN UMUR SIMPANNYA DENGAN METODE AKSELERASI-MODEL ARRHENIUS Oleh Indriati Wahyuningrum F24051936 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

  • Upload
    lyhuong

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

SKRIPSI

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MIE

KERING JAGUNG SUBSTITUSI DAN PENDUGAAN UMUR

SIMPANNYA DENGAN METODE AKSELERASI-MODEL ARRHENIUS

Oleh

Indriati Wahyuningrum

F24051936

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MIE

KERING JAGUNG SUBSTITUSI DAN PENDUGAAN UMUR

SIMPANNYA DENGAN METODE AKSELERASI-MODEL ARRHENIUS

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Indriati Wahyuningrum

F24051936

2010

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,
Page 4: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

Analisis Preferensi Konsumen terhadap Produk Mie Kering Jagung Substitusi dan Pendugaan Umur Simpannya dengan

Metode Akselerasi-Model Arrhenius Consumer Preference Analyse and Shelf Life Prediction of Dried Substitute Corn

Noodle with Accelerated Method-Arrhenius Model

Feri Kusnandar1), Dede R. Adawiyah1) dan Indriati Wahyuningrum2)

1) Lecturer of Food Science and Technology, IPB 2) Student of Food Science and Technology, IPB

Corn flour is potentially used as a raw material in the production of corn noodles. The use of corns as a main ingredient hopefully can reduce high consume of rice as a main staple of Indonesian people. This researh was objected to evaluate the consumer acceptibility, and to find the shelf life of this product by accelerated method, with Arrhenius model. Consumer preference tests showed that the degree liking of this product was high enough. It’s about 43 % of respondents who answer “like” substitute corn noodle product which is present in meatball product. Most of them (90%) agree if substitute corn noodle was processed into meatball product. And 81% of them agree too if this product become an alternative commercial noodle. Meanwhile, shelf life prediction in this research was conducted in the following steps (1) to develope a trained panelist, (2) to determine a critical attribute on dried corn noodle, (3) to calculate kinetic of decreasing a critical attribute and (4) to predict the shelf life-time of this product. Substitute corn noodle stored in three extreme condition temperature (37, 45 and 50 oC). Then, evaluated by panelist and also by an objective analyse (cooking loss, TBA analyse and colour-Hunter) every 7 days in 5 weeks. Constanta-decline value in lightness, off odor and taste attribute respectively are 0.0681 /day; 0.0358/day; and 0.0162/day. So, these research can predict the shelf life-time of products in temperature 28 oC respectively are 74.92 days (2.46 month); 137.00 days (4.57 month); and 346.14 days (11.54 month). Shelf life-time prediction in this research use an off odor attribute as a critical attribute which is sensitive enough with change of temperature. Therefore, shelf life-time prediction of substitute corn noodle is about 4.57 month in temperature condition 28 oC. Keywords: corn noodle, shelf life, Arrhenius, consumer preference

Page 5: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

Indriati Wahyuningrum. F24051936. Analisis Preferensi Konsumen terhadap Produk Mie Kering Jagung Substitusi dan Pendugaan Umur Simpannya dengan Metode Akselerasi-Model Arrhenius. Dibawah bimbingan: Feri Kusnandar dan Dede R. Adawiyah.

RINGKASAN

Mie kering berbasis jagung merupakan salah satu program diversifikasi pangan yang telah dikembangkan sejak lama. Penggunaan bahan baku jagung dalam ingredien sebagai substitusi maupun seluruhnya diharapkan mampu memberi kontribusi pada masalah terlalu tingginya ketergantungan bangsa Indonesia pada beras dan tepung terigu. Berbagai penelitian mie jagung telah banyak dilakukan hingga menghasilkan karakteristik mutu terbaik. Informasi lain yang belum diketahui adalah mengenai data preferensi konsumen terhadap mie jagung serta data masa simpan produk sebelum sampai di tangan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat penerimaan konsumen terhadap produk mie kering jagung substitusi serta untuk menentukan umur simpan produk dengan menggunakan pendekatan model Arrhenius. Penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap penelitian pendahuluan, tahap analisis preferensi konsumen dan tahap pendugaan umur simpan produk mie kering jagung substitusi dengan metode akselerasi-model Arrhenius. Rangkaian penelitian pada tahap pendahuluan meliputi proses pembuatan tepung jagung dari jagung pipil varietas Pioneer 21, pembuatan mie kering jagung substitusi serta karakterisasinya. Karakterisasi dilakukan dengan menganalisis kualitas masak (cooking loss), tekstur dan warna mie. Ketiganya merupakan parameter mutu obyektif mie yang terpenting. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai KPAP mie jagung substitusi sebesar 4.41 %, nilai kekerasan, kelengketan dan elastititas mie menggunakan Texture Analyzer TA-XT2 berturut-turut sebesar 3135.18 gf, 188.55 gf dan 0.7343 serta nilai warna meliputi nilai L, a dan b masing-masing sebesar 48.04, 0.69 dan 20.56. Tahap penelitian mengenai tingkat preferensi konsumen terhadap produk mie jagung substitusi dilakukan kepada 100 orang responden lingkar kampus IPB. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa 43 % responden menyatakan “suka” terhadap produk mie jagung substitusi yang disajikan dalam produk mie bakso. Sebagian besar responden (90 %) “setuju” jika mie jagung ini diolah menjadi produk mie bakso, dan sebanyak 81 % responden diantaranya menyatakan “setuju” pula apabila mie jagung substitusi dijadikan sebagai alternatif pengganti mie terigu. Adapun, alternatif produk pangan olahan lainnya dapat pula diterapkan dengan menggunakan mie jagung substitusi ini. Produk olahan yang dipilih oleh responden diantaranya mie goreng (43.55 %); soto mie (33.87 %); toge goreng (14.52 %); dan lainnya seperti spaghetti dan ifu mie (8.06 %). Tahap penelitian berikutnya adalah pendugaan umur simpan produk mie kering jagung substitusi dengan metode akselerasi, model Arrhenius. Rangkaian penelitian pada tahapan ini meliputi pembentukan panelis terlatih, penetapan parameter kritis mie jagung substitusi, percobaan penyimpanan mie pada kondisi suhu ekstrim, penghitungan kinetika penurunan mutu parameter kritis dan penentuan umur simpan pada suhu yang diinginkan. Panelis terlatih sebanyak 9

Page 6: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

orang pada penelitian ini berguna dalam pengevaluasian kualitas mie jagung substitusi selama penyimpanan secara subyektif. Panelis ini didapatkan melalui proses seleksi dan pelatihan panelis secara periodik. Penetapan parameter kritis yang menyebabkan produk tidak dapat diterima secara organoleptik dilakukan bersama dengan panelis terlatih melalui diskusi fokus grup (FGD). Parameter-parameter kritis yang selanjutnya akan dianalisis selama penyimpanan ini diantaranya parameter sensori (warna, kecerahan, tekstur/kerapuhan, off odor, off flavor); parameter fisik (KPAP, warna-Hunter); dan parameter kimia (bilangan TBA). Percobaan penyimpanan produk dilakukan pada 3 kondisi suhu ekstrim (37, 45 dan 50 oC), dengan waktu sampling setiap 7 hari selama 5 minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kinetika penurunan parameter mutu yang signifikan terhadap suhu adalah parameter sensori. Diantara parameter sensori tersebut, parameter mutu yang memiliki tren nilai konstanta penurunan mutu (k) meningkat terhadap kenaikan suhu adalah parameter kecerahan, off odor dan off flavor. Orde reaksi yang sesuai digunakan dalam penurunan mutu ini adalah orde reaksi nol. Nilai konstanta/laju penurunan mutu pada parameter kecerahan, off odor dan off flavor berturut-turut adalah 0.0681 /hari; 0.0358/hari; dan 0.0162/hari. Dengan demikian, dapat ditentukan umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28 oC masing-masing sebesar 74.92 hari (2.46 bulan); 137.00 hari (4.57 bulan); dan 346.14 hari (11.54 bulan). Penetapan umur simpan berdasarkan parameter tertentu selanjutnya dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat sensitivitas reaksi penurunan mutu terhadap perubahan suhu, yaitu salah satunya ditandai dengan nilai energi aktivasi yang cenderung kecil. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai energi aktivasi untuk parameter kecerahan, off odor dan off flavor berturut-turut adalah 2534.14 kJ/mol; 7818.88 kJ/mol; dan 14211.82 kJ/mol. Parameter kecerahan memberikan nilai energi aktivasi yang rendah. Akan tetapi, diperkirakan parameter ini tidak memberikan prediksi umur simpan yang baik karena umur simpan yang didapatkan hanya berkisar 2 bulan. Padahal, pengamatan empiris pada jangka waktu itu masih menunjukkan kualitas mie yang baik. Oleh karena itu, parameter penduga umur simpan mie jagung substitusi yang dipilih adalah parameter off odor, yaitu memberikan informasi masa simpan produk selam 4.57 bulan.

Page 7: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Indriati Wahyuningrum, dilahirkan pada

tanggal 28 Oktober 1987 di Jakarta dan merupakan putri

keempat dari pasangan Wahyu Djatmiko dan Sundari.

Penulis menempuh pendidikan di TK Assakinah (1992-

1993), pendidikan dasar di SDN 05 Menteng Dalam

Jakarta (1993-1999), pendidikan menengah pertama di

SLTPN 7 Bogor (1999-2002), dan pendidikan menengah atas di SMUN 3 Bogor

(2002-2005).

Penulis diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Insitut

Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur USMI. Selama menempuh

pendidikan di IPB penulis aktif sebagai pengurus BEM Fateta (2006-2007),

pengurus FBI Fateta (2006-2007), dan anggota HIMITEPA (2006-2009). Seminar

dan Training HACCP V 2007 serta Indonesian Food Expo (IFOODEX) 2007

merupakan salah satu kegiatan yang pernah diikuti penulis dalam kegiatan

kepanitiaan. Seminar dan training yang penah penulis ikuti antara lain Seminar

“Menuju Ketahanan Pangan yang Kokoh” oleh SEAFAST CENTER-IPB tahun

2008, Training Sistem Manajemen Halal tahun 2008, Training Auditor HACCP

oleh Mbrio tahun 2008 serta training ISO 9001 dan ISO 22000 pada tahun 2008.

Selama masa kuliah, penulis mendapatkan beasiswa dari Bantuan Belajar

Mahasiswa (BBM) pada tahun 2008 dan 2009 serta memperoleh Hibah DIKTI

dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2007 dan 2009. Penulis

juga pernah menjadi asisten pelatih proses pembuatan mie jagung batch I, batch II

dan untuk UKM serta pernah menjadi koordinator proses produksi rutin mie

jagung pada tahun 2009.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian

dengan Judul “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Produk Mie Kering

Jagung Substitusi Dan Pendugaan Umur Simpannya Dengan Metode Akselerasi-

Model Arrhenius” di bawah bimbingan Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc dan Dr. Ir.

Dede R. Adawiyah, M.Si.

Page 8: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, tak henti penulis panjatkan hanya ke hadirat

Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Preferensi Konsumen terhadap

Produk Mie Kering Jagung Substitusi dan Pendugaan Umur Simpannya dengan

Metode Akselerasi-Arrhenius”. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan

pula kepada junjungan Nabi Besar, Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu, mendukung, serta membimbing penulis

baik secara langsung maupun tidak langsung hingga skripsi ini selesai ditulis,

terutama kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu sabar dan tak pernah mengenal lelah

dalam mendidik penulis. Terima kasih atas segala kasih sayang, motivasi dan

curahan doa tanpa henti untuk penulis. Untuk saudara-saudara tersayang; Mas

Andri, Mbak Wied dan Mas Indra terima kasih atas kasih sayang, dukungan,

dan kehangatan keluarga yang indah ini.

2. Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc sebagai dosen pembimbing, atas kesabaran,

nasihat, motivasi serta segala pelajaran hidup yang telah diberikan kepada

penulis selama 3 tahun ini.

3. Dr. Ir. Dede R. Adawiyah, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberikan masukan-masukan berguna hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, M.Sc selaku dosen penguji, atas kesediaan serta

saran dan kritik yang membangun demi perbaikan karya ini.

5. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah

memberikan bekal ilmu bermanfaat yang mendukung kemajuan penulis, serta

laboran-laboran ITP dan Seafast Center (Pak Wahid, Bu Rub, Pak Rojak dan

Pak Jun) yang banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

6. Irfan Rianto, atas kasih sayang, doa dan kobaran semangat tak kunjung

padam kepada penulis di penghujung jalan skripsi ini. Terima kasih atas

pelangi yang indah di malam hari.

Page 9: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

ii

7. Teman-teman seperjuangan dan se-bimbingan, Isna, Juju dan Ka Gema, atas

kebersamaan, kekompakan, dukungan dan kerja sama yang indah.

8. Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

Galih, Fahmi, Ari, Dewi, Wiwiw, Fera, Reni, Kamlit dan seluruh keluarga

besar ITP 42, atas kontribusi chapter yang indah dalam hidupku. Semoga

kekeluargaan kita akan tetap terjaga meski tak selalu bersama.

9. Teman-teman sekaligus “keluarga” WBA, Hesti, Ema, Kochan, Gita, Wastu,

Ida, Nisa dan adik-adik angkatan tersayang, yang selalu setia ada baik dalam

suka maupun duka. Terima kasih atas keceriaan, keunikan dan kebersamaan

yang manis selama 3 tahun ini.

10. Para Panelisku, Tsani, Safie, Victor, Sandra, Angga, Weje, Wahyu, Dilla,

Fitri, Stella, dan Bintang atas bantuan dan kerjasama yang baik.

11. Teman-teman tim produksi mie jagung, atas kebersamaan dan kerjasama

yang indah. Semoga organisasi dan produktivitas kita ke depan semakin baik

lagi.

12. Kepada pihak-pihak lain yang belum disebutkan, penulis mengucapkan

terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah

kalian berikan.

Seperti kata pepatah Tiada Gading yang Tak Retak, penulis menyadari

skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2010

Penulis

Page 10: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2

C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

A. Jagung .................................................................................................. 4

1. Jenis Jagung ................................................................................... 4

2. Morfologi dan Anatomi Biji Jagung .............................................. 6

3. Komposisi Kimia Biji Jagung ........................................................ 7

4. Tepung Jagung ............................................................................... 8

B. Mie Kering Jagung .............................................................................. 10

C. Preferensi Konsumen ........................................................................... 14

D. Kinetika Reaksi Kimia dan Prinsip Pendugaan Umur Simpan

Metode Akselerasi (Model Arrhenius). ............................................... 15

1. Kinetika Reaksi Kimia ................................................................... 15

a. Reaksi Kimia Ordo Nol ............................................................ 16

b. Reaksi Kimia Ordo Satu .......................................................... 16

2. Prinsip Pendugaan Umur Simpan .................................................. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 20

A. Bahan .................................................................................................. 20

B. Alat ..................................................................................................... 20

C. Metode Penelitian ................................................................................ 20

1. Penelitian Pendahuluan ................................................................. 20

a. Pembuatan Tepung Jagung ...................................................... 21

b. Pembuatan Mie Kering Jagung Substitusi ............................... 22

Page 11: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

iv

c. Karakterisasi Mie Kering Jagung Substitusi ............................ 22

2. Analisis Preferensi Konsumen ....................................................... 22

a. Pengambilan Contoh (Simple Random Sample). ...................... 23

b. Jenis dan Cara Pengumpulan Data, Metode Survei .................. 23

3. Pendugaan Umur Simpan Mie Kering Jagung Substitusi Model

Arrhenius ...................................................................................... 24

a. Pembentukan Panelis Terlatih .................................................. 24

b. Penetapan Parameter dan Batas Kritis Kerusakan Mie Kering 24

c. Percobaan Penyimpanan Mie pada Kondisi Suhu Ekstrim ...... 24

d. Penghitungan Kinetika Penurunan Mutu Parameter Kritis ...... 25

e. Penentuan Umur Simpan pada Suhu yang Diinginkan ............ 26

D. Metode Analisis .................................................................................. 27

1. Analisis Fisik ................................................................................ 27

a. Analisis Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (KPAP) ....... 27

b. Analisis Profil Tekstur ............................................................. 28

c. Analisis Warna-Hunter ............................................................ 28

2. Analisis Kimia .............................................................................. 29

Analisis Bilangan TBA ................................................................. 29

3. Analisis Sensori ............................................................................ 30

a. Seleksi Panelis .......................................................................... 30

b. Pelatihan Panelis Terlatih ......................................................... 32

c. Diskusi Fokus Grup ................................................................. 33

d. Uji Skoring/Rating ................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 34

A. Penelitian Pendahuluan ....................................................................... 34

1. Pembuatan Tepung Jagung ........................................................... 34

2. Pembuatan Mie Kering Jagung Substitusi .................................... 35

3. Karakterisasi Mie Jagung Substitusi ............................................. 38

a. Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (KPAP) ..................... 38

b. Profil Tekstur-TA ..................................................................... 39

c. Warna-Hunter ........................................................................... 40

Page 12: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

v

B. Preferensi Konsumen terhadap Produk Mie Kering Jagung

Substitusi. ............................................................................................ 41

1. Profil Responden .......................................................................... 42

2. Profil Responden dalam Mengkonsumsi Mie. .............................. 43

3. Preferensi Responden terhadap Mie Kering Jagung

Substitusi.dalam Produk Mie Bakso .............................................. 45

4. Analisis Kesesuaian Mie Kering Jagung Substitusi pada Produk

Olahan Mie Bakso ......................................................................... 47

C. Pendugaan Umur Simpan Produk Mie Kering Jagung Substitusi. ...... 49

1. Panelis Terlatih ............................................................................. 49

a. Seleksi Panelis .......................................................................... 49

b. Pelatihan Panelis ...................................................................... 49

c. Focuss Group Discussion (FGD) ............................................. 51

2. Penetapan Parameter dan Batas Mutu Kritis Kerusakan Mie

Kering ........................................................................................... 52

a. Penetapan Parameter Mutu Kritis ............................................ 52

b. Penetapan Nilai/Batas Mutu Kritis .......................................... 53

3. Percobaan Penyimpanan Mie pada Kondisi Suhu Ekstrim .......... 54

4. Kinetika Penurunan Mutu Parameter Kritis ................................. 54

a. Atribut warna ........................................................................... 54

b. Atribut Kecerahan ................................................................... 56

c. Atribut Kerapuhan .................................................................... 57

d. Atribut Aroma Tengik ............................................................... 58

e. Atribut Rasa ............................................................................. 60

f. Bilangan TBA .......................................................................... 61

g. Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (KPAP) ..................... 62

h. Warna-Hunter ........................................................................... 63

5. Pendugaan Umur Simpan pada Suhu yang Diinginkan ................ 64

a. Parameter Kecerahan ................................................................ 66

b. Parameter Aroma Tengik ......................................................... 66

c. Parameter Rasa .......................................................................... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 71

Page 13: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

vi

A. Kesimpulan .......................................................................................... 71

B. Saran .................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 73

LAMPIRAN ............................................................................................................... 78

Page 14: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Bagian-Bagian Anatomi Biji Jagung ................................................................. 7

2. Komposisi Kimia Biji Jagung ............................................................................ 8

3. Distribusi Protein di dalam Endosperma Jagung ............................................... 8

4. Komposisi Kimia Tepung Jagung dari Varietas Pioneer 21 dan Tepung

Jagung Kuning secara Umum ............................................................................ 9

5. Syarat Mutu Mie Kering Menurut SNI 01-2974-1996 ...................................... 11

6. Komposisi Tepung Terigu Cakra Kembar per 100 g ......................................... 13

7. Konsentrasi Larutan Uji Deskripsi Rasa Dasar .................................................. 30

8. Konsentrasi Larutan Uji Rangking Intensitas .................................................... 31

9. Hasil FGD Mie Jagung Substitusi Sebelum Penyimpanan dan Mie Jagung

Substitusi Simulasi Rusak ................................................................................... 51

10. Nilai Awal dan Nilai Kritis Berdasarkan Beberapa Parameter .......................... 54

11. Plot Hubungan Nilai Slope dan Suhu Penyimpanan pada Parameter

Organoleptik ....................................................................................................... 65

12. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Kecerahan .............. 66

13. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Aroma .................. 67

14. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Rasa........................ 67

15. Umur Simpan Mie Kering Substitusi Jagung dengan Menggunakan Berbagai

Parameter Mutu ................................................................................................... 68

16. Nilai Energi Aktivasi Penurunan Mutu pada Berbagai Parameter ..................... 69

Page 15: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Beberapa Tipe Jagung Berdasarkan Tipe Kernelnya (dari Kiri ke Kanan: dent,

flint, pop, flour, sweet dan pod) .......................................................................... ..5

2. Struktur Biji Jagung ............................................................................................ ..6

3. Proses Pembuatan Tepung Jagung ...................................................................... 21

4. Proses Pembuatan Mie Kering Metode Sheeting ................................................ 22

5. Pendugaan Umur Simpan Produk Mie Kering Substitusi ................................... 27

6. Tepung Jagung P-21 Berukuran 100 Mesh ......................................................... 35

7. (a) Mie Jagung Substitusi dalam Produk Olahan Mie Bakso ............................. 41

(b) Evaluasi Mie Jagung Substitusi oleh Responden di Baso Kabayan ............. 41

8. Profil Responden Konsumen Mie Jagung Substitusi dalam Produk Mie

Bakso ................................................................................................................... 42

9. Data Frekuensi Konsumsi Mie ............................................................................ 43

10. Faktor Penentu Responden dalam Mengkonsumsi Mie ...................................... 44

11. Atribut Mutu Mie yang Paling Penting bagi Responden .................................... 45

12. Pengetahuan Responden terhadap Mie Jagung ................................................... 46

13. Tingkat Kesukaan Responden terhadap Mie Kering Jagung Substitusi pada

Produk Mie Bakso ............................................................................................... 47

14. Diagram Tingkat Kesesuaian Mie Jagung Substitusi pada Produk Olahan Mie

Bakso ................................................................................................................. 47

15. Tingkat Kesesuaian Mie Jagung sebagai Alternatif Mie Terigu Komersial ...... 48

16. Tingkat Kesesuaian Mie Jagung pada Produk Olahan Lain ............................... 48

17. Perubahan Mutu Atribut Warna Selama Penyimpanan ....................................... 55

18. Perubahan Mutu Atribut Kecerahan Selama Penyimpanan ................................ 56

19. Perubahan Mutu Atribut Kerapuhan Selama Penyimpanan................................ 57

20. Perubahan Mutu Atribut Aroma Tengik Selama Penyimpanan.......................... 59

21. Perubahan Mutu Atribut Rasa Selama Penyimpanan ......................................... 60

22. Perubahan Mutu Bilangan TBA Selama Penyimpanan ...................................... 62

23. Perubahan Mutu Atibut KPAP Selama Penyimpanan ........................................ 63

24. Perubahan Mutu Atribut Warna-Hunter Selama Penyimpanan .......................... 64

Page 16: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Format Kuesioner Analisis Preferensi Konsumen .......................................... 78

2. Format Kuesioner Seleksi Panelis ................................................................... 81

3. Format Kuesioner Uji Rating .......................................................................... 83

4. Performa Calon Panelis Terlatih Pada Rangkaian Proses Seleksi .................. 85

5. Rekapitulasi Konsep Pelatihan Panelis Mie Kering Jagung Substitusi .......... 86

6. Tabulasi Data Uji Umur Simpan ..................................................................... 87

7. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Warna .................................................. 95

8. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Warna .. 96

9. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Kecerahan ............................................ 97

10. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Kecerahan

....................................................................................................................... 98

11. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Kerapuhan ............................................ 99

12. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Kerapuhan

....................................................................................................................... 100

13. Grafik Plot Ordo Nol dan Satu pada Parameter Aroma Tengik ...................... 101

14. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Aroma

Tengik ............................................................................................................. 102

15. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Rasa ..................................................... 103

16. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Rasa ..... 104

17. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Warna ................ 105

18. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Kecerahan ......... 106

19. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Kerapuhan ......... 107

20. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Aroma Tengik ... 108

21. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Rasa ................... 109

22. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter TBA ............................... 110

23. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter KPAP ............................. 111

24. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Warna-Hunter (Nilai L) . 112

25. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Warna-Hunter (Nilai a) .. 113

26. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Warna-Hunter (Nilai b) .. 114

Page 17: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengembangan mie kering berbasis jagung merupakan salah satu “entry

point” dalam program diversifikasi pangan. Penggunaan bahan baku jagung

dalam ingredien substitusi maupun seluruhnya diharapkan mampu memberi

kontribusi pada masalah terlalu tingginya ketergantungan bangsa Indonesia

pada beras dan tepung terigu.

Survey yang dilakukan oleh Juniawati (2003) menunjukkan bahwa

jagung adalah bahan pangan non-beras yang paling disukai oleh konsumen.

Sementara mie adalah produk pangan olahan non-beras yang paling sering

dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan produk pangan non-beras lainnya.

Hal ini menunjukkan potensi mie berbasis jagung sangat potensial untuk

dikembangkan di masyarakat.

Penelitian mengenai pengembangan mie jagung substitusi telah

dilakukan. Informasi yang belum diketahui adalah data preferensi konsumen

terhadap mie jagung, khususnya produk mie kering jagung substitusi.

Informasi ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar penerimaan produk

mie jagung oleh konsumen.

Informasi lain yang belum diketahui adalah berapa lama umur simpan

mie jagung substitusi dan faktor kritis apa yang paling menentukan

kerusakannya sehingga menjadi penentu umur simpannya. Umur simpan mie

jagung perlu ditetapkan agar masyarakat/konsumen mengetahui ketahanan mie

jagung selama penyimpanan. Informasi tentang umur simpan ini merupakan

hak konsumen seperti yang diatur dalam PP No 69 tahun 1999 tentang label

pangan pada Bab II pasal 2 dan 3, yaitu setiap orang yang memproduksi

pangan untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada kemasan,

dimana keterangan dalam label ini wajib mencantumkan masa kadaluarsa

produk. Oleh karena itu, masa kadaluarsa sebagai indikator keamanan produk

menjadi persyaratan paling utama dalam industri atau usaha kecil menengah

untuk ditetapkan.

Page 18: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

2

Pendugaan umur simpan produk mie kering dapat dilakukan dengan

mengevaluasi perubahan mutunya selama penyimpanan. Syarief dan Halid

(1993) menyatakan bahwa perubahan mutu pangan terutama dapat diketahui

dari adanya perubahan faktor/parameter mutu produk. Metode konvensional

yang dilakukan dengan menyimpan produk hingga rusak memerlukan waktu

yang cukup lama. Oleh karena itu, dikembangkan metode pendugaan umur

simpan produk pangan yaitu metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT).

Metode ASLT dapat memperpendek waktu penentuan umur simpan, yaitu

dengan cara mempercepat terjadinya reaksi penurunan mutu produk pada suatu

kondisi penyimpanan yang ekstrim. Salah satu metode ASLT adalah model

Arrhenius. Model Arrhenius umumnya digunakan untuk menduga umur

simpan produk pangan yang kerusakannya banyak dipengaruhi oleh perubahan

suhu, yaitu dengan memicu terjadinya reaksi-reaksi kimia yang berkontribusi

pada kerusakan produk (Kusnandar, 2006).

Mie kering berbahan baku tepung jagung memiliki kemungkinan

kerusakan akibat perubahan suhu ekstrim (oksidasi asam lemak) menjadi

tengik. Adanya proses oksidasi lemak akibat tingginya kandungan lemak pada

mie kering berbasis tepung jagung ini dapat dipicu oleh kenaikan suhu dan

paparan sinar matahari selama penyimpanan atau suhu udara pada saat

distribusi dan transportasi. Oleh karena itu, pendugaan umur simpan produk

mie kering substitusi jagung yang berpotensi mengalami oksidasi asam lemak

dilakukan dengan metode akselerasi dengan pendekatan model Arrhenius

(Kusnandar, 2006).

Kusnandar (2006) menambahkan bahwa pada prinsipnya, pendugaan

umur simpan model Arrhenius ini dilakukan dengan menyimpan produk

pangan pada suhu ekstrim. dimana kerusakan produk pangan lebih cepat

terjadi. Kemudian, umur simpan ditentukan berdasarkan ekstrapolasi ke suhu

penyimpanan.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat penerimaan

konsumen terhadap produk mie kering substitusi jagung serta untuk

Page 19: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

3

menentukan umur simpan produk dengan menggunakan pendekatan model

Arrhenius.

C. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini berupa tersedianya

informasi mengenai tingkat penerimaan konsumen terhadap produk mie kering

jagung substitusi serta ketahanan masa simpannya setelah diproduksi. Selain

itu, diharapkan pula hasil penelitian ini dapat dilanjutkan hingga tahap

pengadopsian secara industrialisasi dalam rangka diversifikasi pangan pokok

dan pengurangan ketergantungan pada impor terigu.

Page 20: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. JAGUNG

1. Jenis Jagung

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman biji-

bijian dari keluarga rumput–rumputan (Graminae). Jagung diklasifikasikan

ke dalam divisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Poales,

famili Poaceae, dan genus Zea. Menurut sejarahnya, tanaman jagung

berasal dari Amerika dan merupakan tanaman sereal yang paling penting di

benua tersebut (Anonima, 2009).

Propinsi utama penghasil jagung di Indonesia adalah Jawa Timur

dengan pangsa produksi pada tahun 2005 sebesar 35%, diikuti oleh Jawa

Tengah 17%, Lampung 11%, Sumatera Utara 6%, Sulawesi Selatan 6%, dan

Nusa Tenggara Timur 5% (Deptan, 2005a). Apabila laju peningkatan

produksi jagung dalam negeri dapat dipertahankan seperti pada tahun 2000

– 2004, yakni sebesar 4,24% per tahun dan laju peningkatan kebutuhan

jagung mencapai 2,74% per tahun, maka sejak tahun 2007 Indonesia sudah

mempunyai kelebihan produksi yang cukup besar (sekitar 339 ribu ton)

untuk diekspor. Pada tahun 2010, Indonesia diperkirakan dapat mengekspor

jagung hingga mencapai 1 juta ton (Deptan, 2005b). BPS (2009)

memperkirakan bahwa produktivitas jagung meningkat sebesar 0.72 persen

dari 53.85 kuintal per hektar pada tahun 2008 menjadi 54.23 kuintal per

hektar pada tahun 2009.

Menurut Suprapto (1998), varietas jagung dapat dibedakan

berdasarkan beberapa kriteria antara lain tinggi tempat penanaman, umur

varietas, perbenihannya, serta warna dan tipe biji. Namun secara umum,

pengklasifikasian jagung dibedakan berdasarkan bentuk kernelnya.

Berdasarkan bentuk kernelnya ada 6 tipe utama jagung, yaitu: dent,

flint, flour, sweet, pop dan pod corns. Perbedaan terutama didasarkan pada

kualitas, kuantitas dan komposisi endosperma. Jagung jenis dent dicirikan

dengan adanya selaput corneous, horny endosperm pada bagian sisi dan

belakang kernel, pada bagian tengah inti jagung lunak dan bertepung.

Page 21: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

5

Endosperma yang lunak akan menjulur hingga mahkota membentuk tipe

tertentu yang merupakan ciri khas jagung jenis dent (Johnson, 1991).

Gambar 1. Beberapa Tipe Jagung Berdasarkan Tipe Kernelnya

(Dari Kiri ke Kanan: dent. flint. pop. flour. sweet dan pod) (Jugenheimer, 1976)

Jagung jenis flint memiliki bentuk yang tebal, keras, dengan lapisan

horny endosperm disekeliling granula tengah, kecil, dan halus. Jagung

jenis flour merupakan salah satu jagung yang sangat tua dimana hampir

seluruh endospermanya berisi pati yang lunak dan mudah dibuat tepung

(Darrah et al., 2003). Jagung jenis sweet diyakini sebagai jenis jagung

mutasi yang mengandung sedikit pati dengan endosperma berwarna

bening. Jagung ini biasanya dikonsumsi sebagai campuran sayuran. Jagung

jenis pop memiliki kernel kecil dan keras seperti jenis flint dengan

kandungan pati yang lebih sedikit. Sedangkan jagung jenis pod merupakan

jagung hias dengan kernel tertutup dan pada umumnya jagung jenis ini

tidak ditanam secara komersial (Johnson, 1991).

Menurut Suprapto dan Marzuki (2005), jagung yang banyak ditanam

di Indonesia adalah tipe mutiara (flint) dan setengah mutiara (semiflint),

seperti jagung Arjuna (mutiara), jagung Harapan (setengah mutiara),

Pioneer-2 (setengah mutiara), Hibrida C-1 (setengah mutiara) dan lain-

lain. Selain jagung tipe mutiara dan setengah mutiara, di Indonesia juga

terdapat jagung tipe berondong (pop corn), jagung gigi kuda (dent corn)

dan jagung manis (sweet corn).

Page 22: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

6

2. Morfologi dan Anatomi Biji Jagung

Biji jagung dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu kulit

(pericarp), endosperma, lembaga (germ) dan tudung pangkal (tip cap).

Menurut Watson (2003), perikarp merupakan lapisan pembungkus biji

jagung yang tersusun dari jaringan yang tebal. Ketebalan perikarp bervariasi

dari 62-160 μm tergantung genotipnya. Perikarp terdiri dari beberapa

bagian, yaitu epidermis (lapisan paling luar), mesokarp (lapisan paling

tebal), cross cells, tube cells dan tegmen (seed coat). Bagian terakhir ini

terdiri dari dua lapis sel yaitu spermoderm dan periperm yang mengandung

lemak (Johnson, 1991).

Bagian terbesar biji jagung adalah endosperma yang mengandung

pati sebagai cadangan energi. Sel endosperma ditutupi oleh granula pati

yang membentuk matriks dengan protein, yang sebagian besar adalah zein

(Johnson, 1991).

Gambar 2. Struktur Biji Jagung (Johnson, 1991)

Page 23: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

7

Jagung normal mengandung 10-12% lembaga dari berat biji.

Lembaga tersusun dari dua bagian, yaitu embrio dan skutelum. Embrio

mencakup 1.1% dari berat biji jagung (sekitar 10% bagian lembaga) dan

mengandung 30.8% protein. Sedangkan skutelum merupakan tempat

penyimpanan cadangan makanan selama perkecambahan biji. Skutelum

terdiri dari beberapa jaringan, yaitu epithelium, parenkim, epidermis dan

provaskular. Jaringan parenkim terdiri dari sel yang mengandung nukleus,

sitoplasma, beberapa granula pati dan oil bodies yang mencakup 83% dari

total lemak dalam biji jagung (Watson, 2003). Adapun bagian terkecil pada

biji jagung adalah tip cap atau tudung pangkal yang merupakan bekas

tempat melekatnya biji jagung pada tongkol jagung.

Tabel 1. Bagian-Bagian Anatomi Biji Jagung Bagian anatomi Jumlah (%) Pericarp (bran) 5.3

Endosperma 82.9 Lembaga (germ) 11.1

Tip cap 0.8 Sumber: Watson (2003)

3. Komposisi Kimia Biji Jagung

Menurut Boyer dan Shannon (2003), komponen kimia terbesar

dalam biji jagung adalah karbohidrat (72% dari berat biji) yang sebagian

besar berisi pati dan mayoritas terdapat pada bagian endosperma.

Endosperma matang terdiri dari 86% pati dan sekitar 1% gula. Pati terdiri

dari dua polimer glucan, yaitu amilosa dan amilopektin. Secara umum, pati

jagung mengandung amilosa sekitar 25-30% dan amilopektin sekitar 70-

75%.

Page 24: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

8

Tabel 2. Komposisi Kimia Biji Jagung

Komponen Pati (%)

Protein(%)

Lipid (%)

Gula (%)

Abu (%)

Serat (%)

Biji utuh 73.4 9.1 4.4 1.9 1.4 9.5 Endosperma 87.6 8.0 0.8 0.62 0.3 1.5

Lembaga 8.3 18.4 33.2 10.8 10.5 14 Perikarp 7.3 3.7 1.0 0.34 0.8 90.7 Tip cap 6.3 9.1 3.8 1.6 1.6 95

Sumber: Watson (2003)

Menurut Lawton dan Wilson (2003), kadar protein pada biji jagung

bervariasi dari 6-18%. Protein tersebut meliputi albumin, globulin, prolamin

(zein) dan glutelin. Albumin dan globulin terkonsentrasi pada sel aleuron,

pericarp dan lembaga. Sedangkan prolamin dan globulin banyak ditemukan

pada endosperma.

Tabel 3. Distribusi Protein di dalam Endosperma Jagung

Protein Kandungan pada jagung Normal (%) Opaque-2 (%) Floury-2 (%)

Albumin 4.7 20.2 5.6 Globulin 3.5 - 3.4 Prolamin 45.8 14.6 32.3 Glutelin 38.0 53.2 44.3 Residu 9.0 12.0 14.5

Sumber: Lawton dan Wilson (2003)

4. Tepung Jagung

Menurut SNI 01-3727-1995, tepung jagung adalah tepung yang

diperoleh dengan cara menggiling biji jagung yang bersih dan baik.

Penggilingan biji jagung ke dalam bentuk tepung merupakan suatu proses

pemisahan kulit, endosperm, lembaga dan tip cap. Endosperm merupakan

bagian biji jagung yang digiling menjadi tepung dan memiliki kadar

karbohidrat yang tinggi. Kulit yang memiliki kandungan serat tinggi harus

dipisahkan karena dapat membuat tepung bertekstur kasar. Sementara itu,

lembaga yang merupakan bagian biji jagung dengan kandungan lemak

tertinggi juga harus dipisahkan agar tidak membuat tepung menjadi tengik.

Bagian jagung lain, yaitu tip cap merupakan tempat melekatnya biji jagung

Page 25: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

9

pada tongkol. Tip cap juga merupakan bagian yang harus dipisahkan

sebelum penepungan untuk menghindari terdapatnya butir-butir hitam pada

tepung olahan (Lestari, 2009).

Secara umum, metode pembuatan tepung jagung dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu penggilingan basah dan penggilingan kering.

Perbedaan kedua cara penggilingan ini terletak pada penggunaan air untuk

mempermudah proses penggilingan. Pada penggilingan basah, dilakukan

penambahan air secara kontinu saat penggilingan. Proses penggilingan

basah ini lebih aplikatif di masyarakat (Soraya, 2006). Akan tetapi menurut

Suprapto (1998), proses penggilingan kering lebih sering digunakan dalam

pembuatan tepung skala besar.

Komposisi kimia tepung jagung varietas Pioneer 21 berdasarkan

hasil penelitian Etikawati (2007) dan jagung kuning secara umum

(FAO, 2005) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Kimia Tepung Jagung dari Varietas Pioneer 21 dan Tepung Jagung Kuning secara Umum

Komposisi kimia Varietas Pioneer 21 Jagung kuning Kadar air (%) 5.46 14

Kadar protein (%) 6.32 6.6 Kadar abu (%) 0.31 0.5

Kadar lemak (%) 1.73 2.8 Kadar karbohidrat (%) 86.18 76.1 Kadar Amilopektin (%) 43.52 -

Kadar Amilosa (%) 23.04 - Kadar karoten (ppm) - 1.3

Retinol equivalen (ppm) - 0.21 Keterangan: (-) Tidak tercantum

Secara kuantitatif, warna tepung jagung dapat diukur dengan

menggunakan kromameter metode Hunter. Hasil penelitian Etikawati (2007)

menyatakan bahwa tepung jagung P-21 memiliki derajat Hue 82.65, yang

berarti bahwa tepung ini memiliki warna yellow red. Warna kuning pada

tepung jagung disebabkan oleh adanya pigmen xantofil yang terdapat pada

biji jagung. Xantofil termasuk ke dalam pigmen karotenoid yang memiliki

gugus hidroksil. Pigmen xantofil yang utama adalah lutein dan zeaxanthin,

yaitu mencapai 90% dari total pigmen karotenoid di dalam jagung.

Page 26: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

10

Kandungan pigmen xantofil yang terdapat pada jagung rata-rata sebesar 23

mg/kg dengan kisaran 12-36 mg/kg. Sedangkan total karoten rata-rata

sebesar 2.8 mg/kg (Watson, 2003).

B. MIE KERING JAGUNG

Menurut SNI 01-2974-1996, mie kering didefinisikan sebagai produk

makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan

makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan yang berbentuk

khas mie. Syarat mutu mie kering menurut dapat dilihat pada Tabel 5.

Mie dalam bentuk kering mempunyai padatan minimal 87%, artinya

kandungan airnya harus di bawah 13%. Mie kering yang baik memiliki

penampakan putih, tidak pecah dan hancur selama pemasakan, memiliki

permukaan yang lembut dan tidak ditumbuhi mikroba (Oh et al., 1985). Mie

kering dihasilkan dengan cara mengeringkan mie mentah di dalam oven pada

suhu ± 60oC. Dengan demikian, mie kering memiliki umur simpan yang lebih

lama dibandingkan dengan mie basah. Umur simpan ini akan dipengaruhi oleh

kadar air dan cara penyimpanannya.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1992), dalam 100 gram mie kering

terkandung 337 kkal energi, protein 7.9 g, lemak 11.8 g, karbohidrat 50.0 g,

kalsium 49 mg, fosfor 47 mg, besi 2.8 mg, vitamin B1 0.01 mg dan air 28.9 g.

Page 27: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

11

Tabel 5. Syarat Mutu Mie Kering Menurut SNI 01-2974-1996 No Jenis Uji Satuan Persyaratan

Mutu I Persyaratan

Mutu II 1 Keadaan:

1.1 Bau 1.2 Warna 1.3 Rasa

- Normal Normal Normal

Normal Normal Normal

2 Air % b/b Maks 8 Maks 10

3 Protein (N x 6.25)

% b/b Min 11 Min 8

4 Bahan Tambahan Makanan: 4.1 Boraks 4.2 Pewarna Tambahan

Tidak boleh ada sesuai dengan SNI 01-0222-1995

5 Cemaran Logam: 5.1 Timbal (Pb) 5.2 Tembaga (Cu) 5.3 Seng (Zn) 5.4 Raksa (Hg)

mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

Maks 1.0

Maks 10.0 Maks 40.0 Maks 0.05

Maks 1.0

Maks 10.0 Maks 40.0 Maks 0.05

6 Arsen (As) mg/kg Maks 0.5 Maks 0.5 7 Cemaran

Mikroba: 7.1 Angka Lempeng Total 7.2 E. coli 7.3 Kapang

koloni/g

APM/g koloni/g

Maks 1.0 x 106

Maks 10

Maks 1.0 x 104

Maks 1.0 x 106

Maks 10

Maks 1.0 x 104

Mie jagung adalah mie yang dibuat dari tepung atau pati jagung.

Berbagai teknik pembuatan mie jagung telah dikembangkan dan secara umum

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) pembuatan mie jagung dengan

teknik calendering yang meliputi proses pembentukan lembaran atau

modifikasi teknik mie terigu (Juniawati 2003; Budiyah 2005; Fadlillah 2005;

Rianto 2006; Soraya 2006; Kurniawati 2006; Putra 2008) dan (2) pembuatan

mie jagung dengan teknik ekstrusi (Fahmi 2007; Etikawati 2007; Hatorangan

2007; Ekafitri 2009; Zulkhair 2009; Putra 2009; Aminullah 2009).

Proses pengolahan mie jagung berbeda dengan mie yang terbuat dari

terigu. Penggunaan teknik calendering pada produk mie yang berbahan baku

non terigu sulit dilakukan karena adonan tidak dapat membentuk lembaran

yang kohesif, ekstensibel dan elastis. Oleh karena itu, proses pembuatan mie

Page 28: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

12

jagung 100% pada teknik ini memerlukan tambahan tahapan proses berupa

pengukusan adonan sebelum dibentuk menjadi lembaran (Soraya, 2006).

Pengukusan bertujuan untuk menggelatinisasi sebagian besar pati yang

berperan sebagai pengikat adonan. Menurut Soraya (2006) dan Putra (2008),

pembentukan adonan pada pembuatan mie jagung berasal dari matriks yang

terbentuk akibat gelatinisasi pati. Dengan demikian, lembaran adonan tepung

jagung tidak dapat dibentuk dan dicetak menjadi untaian mie apabila tidak

dilakukan pengukusan tepung terlebih dahulu. Hal ini disebabkan protein

endosperma jagung banyak mengandung zein yang tidak dapat membentuk

massa adonan elastis-kohesif bila hanya ditambahkan air dan diuleni, seperti

halnya gliadin dan glutelin pada gandum (Soraya, 2006).

Berbeda halnya dengan proses pengolahan mie jagung 100%, tahapan

proses pengukusan sebelum pembentukan lembaran adonan pada proses mie

jagung substitusi tidak diperlukan. Mie yang disubstitusi dengan 35% tepung

jagung memiliki sisa 65% tepung terigu yang masih mengandung protein

gluten cukup memadai untuk dapat berperan dalam pembentukan lembaran

adonan yang elastis. Penyempurnaan gelatinisasi pati dalam tepung jagung

hanya perlu dilakukan setelah untaian mie dibentuk sebagaimana halnya dalam

proses pengolahan mie kering berbasis terigu (Kusnandar, 2008).

Bahan yang digunakan untuk pembuatan mie pada penelitian ini

diantaranya tepung terigu Cakra Kembar, tepung jagung, garam, guar gum, Na-

karbonat, K-karbonat dan air. Tepung terigu sebagai bahan baku utama yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tepung terigu merk Cakra Kembar yang

diproduksi oleh PT Bogasari Flour Mill. Tepung terigu jenis ini tergolong ke

dalam tepung terigu keras dengan kadar protein 10-13% (Fadlillah, 2005).

Kandungan protein yang tinggi dalam Cakra Kembar akan menghasilkan sifat

adonan mie yang baik. Karakteristik kimia Cakra Kembar dapat dilihat pada

Tabel 6.

Page 29: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

13

Tabel 6. Komposisi Tepung Terigu Cakra Kembar per 100 g Komposisi Jumlah Energi (kkal) 340.0 Protein (g) 11.0 Lemak (g) 0.9 Air (g) Maks. 14.5 Serat kasar (g) 0.4 Karbohidrat (g) Min. 70 Kalsium (mg) 13.0

Sumber: PT Bogasari Flour Mills (Hadiningsih, 1999)

Tepung jagung sebagai bahan baku pembuatan mie pada penelitian ini

menggunakan persentase sebesar 35 %. Menurut Kusnandar (2008),

penggunaan tepung jagung dalam persentase 35 % mampu memberikan hasil

karakteristik yang paling optimum, yaitu lembaran adonan yang dihasilkan

sangat kompak, baik dan mudah dibentuk serta produk memiliki nilai KPAP

yang rendah.

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan mie kering jagung

substitusi diantaranya garam, guar gum, Na2CO3 dan K2CO3. Garam dapur

berfungsi untuk memberi rasa, memperkuat tekstur mie, mengikat air,

meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie serta mengurangi kelengketan

adonan (Budiyah, 2005). Natrium karbonat dan kalium karbonat berperan

dalam pembentukan gluten, meningkatkan elastisitas dan ekstensibilitas serta

menghaluskan tekstur (Kusnandar, 2008). Sementara itu, hasil penelitian

Fadlillah (2005) menunjukkan bahwa penambahan guar gum mampu

memberikan pengaruh yang besar dalam mengurangi kelengketan dan KPAP

mie jagung.

Air merupakan komponen penting dalam pembentukan gluten. Air

berfungsi sebagai media dalam pencampuran garam dan pengikatan

karbohidrat, sehingga membentuk adonan yang baik. Penambahan air akan

menyebabkan pada saat proses gelatinisasi, granula pati akan mengembang

karena molekul-molekul air akan berpenetrasi masuk ke dalam granula pati dan

terperangkap pada susunan molekul amilosa-amilopektin (Ekafitri, 2009). Air

yang ditambahkan pada penelitian ini sebanyak 40% dari berat terigu.

Penambahan air dalam jumlah yang kurang dapat menyebabkan adonan

Page 30: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

14

menjadi rapuh dan sulit dicetak. Namun penambahan air yang berlebih juga

dapat berakibat adonan menjadi sangat lengket.

Mie jagung memiliki keunggulan dibandingkan mie terigu, yaitu tidak

menggunakan pewarna tambahan. Warna kuning pada mie jagung disebabkan

oleh pigmen kuning alami pada tepung jagung, yaitu karotenenoid, lutein dan

zeasanthin (Merdiyanti, 2008).

C. PREFERENSI KONSUMEN

Preferensi terhadap suatu makanan dapat didefinisikan sebagai tingkat

atau derajat kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap suatu jenis

makanan tertentu. Suatu produk makanan dapat dikatakan lebih disukai oleh

konsumen jika konsumen menempatkan produk makanan tersebut sebagai

pilihan pertama. Menurut Cardello (1994), makanan merupakan perangsang

dari segi sensori, sedangkan karakteristik fisiko-kima yang ditentukan oleh

ingredien, proses dan penyimpanan akan berinteraksi dengan indera manusia

sehingga membentuk preferensi.

Tingkat kesukaan akan sesuatu dapat dilihat dari persentase jumlah

responden yang memilih dan menyukai produk tersebut. Tingkat kesukaan ini

sangat beragam bagi setiap individu, sehingga akan mempengaruhi tingkat

konsumsi pangan (Suhardjo, 1989).

Menurut Sanjur (1982), ada tiga faktor utama yang mempengaruhi

preferensi konsumen terhadap suatu jenis produk, diantaranya (1) karakteristik

individu, meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan

pengetahuan gizi; (2) karakteristik produk, meliputi rasa, warna, aroma,

kemasan, tekstur dan harga; (3) karakteristik lingkungan, meliputi jumlah

anggota keluarga, tingkat sosial, pekerjaan, musim dan mobilitas. Semua

peubah tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Hal ini

diperkuat oleh Sutisna (2001) yang menyatakan bahwa interaksi dengan

keluarga, teman, kombinasi rasa, warna, aroma dan bentuk produk serta

penyajian merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi preferensi.

Sementara itu menurut Stepherd dan Spark (1994), faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat kesukaan terhadap makanan dapat dikelompokkan

Page 31: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

15

sebagai berikut (1) faktor intrinsik, yaitu penampakan, aroma, tekstur, kualitas,

kuantitas dan cara penyajian makanan; (2) faktor ekstrinsik, yaitu lingkungan

sosial, iklan produk dan waktu penyajian; (3) faktor personal, yaitu tingkat

pendugaan, pengaruh orang lain, mood, selera dan emosi; (4) faktor biologis,

fisik dan psikologis, yaitu umur, jenis kelamin, keadaan psikis, aspek psikologi

dan biologis; (5) faktor sosial ekonomi, yaitu pendapatan keluarga, harga

makanan dan status sosial; (6) faktor pendidikan, yaitu status pengetahuan

individu dan keluarga serta pengetahuan tentang gizi; dan (7) faktor kultur,

agama dan daerah, yaitu asal kultur, agama, kepercayaan dan tradisi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

preferensi konsumen terhadap suatu produk adalah faktor individu yang

mencakup kebutuhan, motivasi, gaya hidup dan tingkat pengetahuan serta

faktor lingkungan, yakni budaya, sosial ekonomi dan jumlah keluarga.

D. KINETIKA REAKSI KIMIA DAN PRINSIP PENDUGAAN UMUR

SIMPAN METODE AKSELERASI (MODEL ARRHENIUS)

1. Kinetika Reaksi Kimia

Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut deteriorasi.

Produk pangan mengalami deteriorasi segera setelah diproduksi. Reaksi

deteriorasi ini disebabkan oleh persentuhan produk dengan udara, oksigen,

uap air, cahaya atau akibat perubahan suhu (Arpah, 2001). Sementara itu,

Kusnandar (2006) menambahkan bahwa bahan dan produk pangan dapat

pula mengalami reaksi-reaksi kimia selama penyimpanan yang dipicu oleh

komponen-komponen kimia di dalamnya. Reaksi kimia yang dapat terjadi

diantaranya oksidasi lemak, reaksi kecoklatan (Maillard) akibat interaksi

gula pereduksi dan asam amino/protein, serta denatutasi protein.

Reaksi penurunan mutu dalam bahan/produk pangan umumnya

mengikuti reaksi ordo nol dan ordo satu. Hanya sedikit penurunan mutu

makanan yang mengikuti ordo reaksi lain, misalnya degradasi vitamin C

yang mengikuti reaksi ordo dua (Hariyadi et al., 2006). Penjelasan dari

kedua model ordo reaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Page 32: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

16

a. Reaksi Kimia Ordo Nol

Pada reaksi ordo nol, laju perubahan A menjadi B dinyatakan

sebagai berikut (persamaan 1):

AT

k (1)

dengan mengintegralkan kedua ruas persamaan diatas, diperoleh

persamaan sebagai berikut:

A Ao kt Dimana: A = nilai mutu yang tersisa setelah waktu t

Ao= nilai mutu awal

t = waktu penyimpanan (dalam hari. bulan atau

tahun)

Menurut Labuza (1982) dan Hariyadi et al. (2006), tipe kerusakan

pangan yang mengikuti model reaksi ordo nol adalah perubahan kadar

air; degradasi enzimatis (misalnya pada buah dan sayuran segar serta

beberapa pangan beku); reaksi kecoklatan non-enzimatis (misalnya pada

biji-bijian kering dan produk susu kering); dan reaksi oksidasi lemak

(misalnya peningkatan ketengikan pada snack, makanan kering dan

pangan beku).

b. Reaksi Kimia Ordo Satu

Jika pada reaksi ordo nol, persentase penurunan mutu bersifat

konstan pada suhu tetap, maka pada reaksi ordo satu penurunan mutu

terjadi secara eksponensial. Pada reaksi ordo satu, laju perubahan A

menjadi B dinyatakan sebagai berikut (persamaan 2):

AT

kA (2)

dengan integrasi, diperoleh persamaan sebagai berikut:

ln A ln A kt Dimana; A = nilai mutu yang tersisa setelah waktu t

Ao = nilai mutu awal

k = konstanta laju reaksi ordo satu

t = waktu penyimpanan (dalam hari. bulan

atau tahun)

Page 33: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

17

Tipe kerusakan bahan pangan yang termasuk dalam rekasi ordo

satu diantaranya (1) ketengikan (misalnya pada minyak salad dan sayuran

kering); (2) pertumbuhan mikroorganisme (misal pada ikan dan daging,

serta kematian mikoorganisme akibat perlakuan panas); (3) produksi off

flavor oleh mikroba; (4) kerusakan vitamin dalam makanan kaleng dan

makanan kering; dan (5) kehilangan mutu protein (makanan kering)

(Labuza, 1982 dan Hariyadi et al., 2006).

Konstanta laju reaksi kimia (k), baik ordo nol maupun ordo satu

dapat dipengaruhi oleh suhu. Secara umum reaksi kimia lebih cepat

terjadi pada suhu tinggi. Oleh sebab itu konstanta laju reaksi kimia (k)

akan semakin besar pada suhu yang lebih tinggi. Seberapa besar

konstanta laju reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu dapat dilihat dengan

menggunakan model persamaan Arrhenius (persamaan 3) sebagai

berikut:

k = ko.exp (‐Ea/RT) (3)

Dimana; k = konstanta laju penurunan mutu

ko = konstanta (faktor frekuensi yang tidak

tergantung suhu)

Ea = energi aktivasi

T = suhu mutlak (K)

R = konstanta gas (1.986 kal/mol.K)

2. Prinsip Pendugaan Umur Simpan

Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan

dalam suatu kondisi penyimpanan untuk sampai pada level atau tingkatan

degradasi mutu tertentu (Floros, 1993). Arpah (2001) menambahkan bahwa

umur simpan produk pangan sebagai selang waktu antara saat produksi

hingga saat konsumsi dimana produk berada didalam kondisi yang

memuaskan pada sifat-sifat penampakan, rasa, aroma, tekstur dan nilai gizi.

Kerusakan pangan dapat disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia.

Reaksi kimia yang terjadi di dalam produk pangan bersifat akumulatif dan

irreversible selama penyimpanan, sehingga setelah mencapai waktu tertentu

Page 34: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

18

kerusakan mutu pangan tidak dapat lagi diterima oleh konsumen dan pangan

dinyatakan telah mencapai masa kadaluarsa (Syarief dan Halid, 1993).

Penentuan umur simpan dilakukan dengan mengevaluasi perubahan mutu

produk selama penyimpanan hingga penurunan mutu mencapai tingkat yang

tidak dapat diterima lagi oleh konsumen.

Menurut Syarief et al. (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi

umur simpan bahan pangan yang dikemas diantaranya (1) keadaan alamiah

atau sifat makanan dan mekanisme berlangsungnya perubahan, misalnya

kepekaan terhadap air dan oksigen dan kemungkinan terjadinya perubahan

kimia internal dan fisik; (2) ukuran kemasan dalam hubungan dengan

volume; (3) kondisi atmosfer, terutama suhu dan kelembaban, dimana

kemasan dapat bertahan selama transit dan sebelum digunakan; dan (4)

kekuatan keseluruhan dari kemasan terhadap keluar masuknya air, gas dan

bau, termasuk perekatan, penutupan dan bagian-bagian yang terlipat.

Metode penentuan umur simpan dapat dilakukan dengan menyimpan

produk hingga rusak pada kondisi penyimpanan/lingkungan yang normal.

Cara ini menghasilkan informasi yang paling valid, namun memerlukan

waktu yang lama dan tidak praktis untuk aplikasi di industri. Oleh karena itu

dikembangkan metode pendugaan umur simpan dengan metode yang

dipercepat (Accelerated Shelf-Life Testing atau ASLT method), dimana

produk disimpan pada kondisi penyimpanan ekstrim yang dapat

mempercepat kerusakannya.

Umur simpan selanjutnya diduga dengan menggunakan model

matematika, dimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan

produk dimasukkan ke dalam model matematika tersebut. Metode ASLT

membutuhkan waktu pengujian yang relatif singkat dengan tingkat akurasi

yang masih dapat diterima. Semakin valid model matematika yang

digunakan, maka pendugaannya akan semakin valid pula.

Metode ASLT yang sering digunakan untuk pendugaan umur simpan

adalah model kadar air kritis dan model Arrhenius. Model kadar air kritis

diterapkan untuk pendugaan umur simpan produk pangan yang rusak oleh

adanya penyerapan air oleh produk. Model ini terutama untuk produk

Page 35: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

19

pangan yang kering. Kerusakan dievaluasi dari perubahan tekstur (misal

kerenyahan yang hilang dan peningkatan kelengketan) atau terjadinya

penggumpalan (Kusnandar, 2006).

Model Arrhenius diterapkan untuk produk-produk pangan yang

mudah rusak akibat reaksi kimia, seperti oksidasi lemak, reaksi Maillard dan

denaturasi protein. Secara umum, laju reaksi kimia akan semakin cepat

meningkat pada suhu yang lebih tinggi, dimana penurunan mutu produk

semakin cepat terjadi (Hariyadi et al., 2006). Menurut Kusnandar (2006),

produk pangan yang dapat ditentukan umur simpannnya dengan model

Arrhenius adalah makanan kaleng steril komersial, susu UHT, susu

bubuk/formula, produk chip/snack, jus buah, mie instan, daging beku dan

produk pangan lain yang mengandung lemak tinggi (berpotensi terjadinya

oksidasi lemak) atau yang mengandung gula pereduksi dan protein

(berpotensi terjadinya reaksi kecoklatan).

Reaksi kimia pada umumnya dipengaruhi oleh suhu. Oleh sebab itu

model Arrhenius mensimulasikan percepatan kerusakan produk pada

kondisi penyimpanan suhu tinggi di atas suhu penyimpanan normal. Laju

reaksi kimia yang dapat memicu kerusakan produk pangan umumnya

mengikuti laju reaksi ordo 0 dan ordo 1 (Kusnandar, 2006).

Model Arrhenius dilakukan dengan menyimpan produk pangan

dengan kemasan pada minimal tiga suhu penyimpanan ekstrim. Percobaan

dengan metode Arrhenius bertujuan untuk menentukan konstanta laju reaksi

(k) pada beberapa suhu penyimpanan ekstrim, yang selanjutnya dilakukan

ekstrapolasi untuk menghitung konstanta laju reaksi (k) pada suhu

penyimpanan yang diinginkan melalui persamaan Arrhenius (persamaan 3).

Dari persamaan tersebut dapat ditentukan nilai k (konstanta penurunan

mutu) pada suhu penyimpanan umur simpan, kemudian dihitung umur

simpan sesuai dengan ordo reaksinya (persamaan 1 dan 2).

Page 36: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung jagung

tepung, terigu Cakra Kembar, Na2CO3, K2CO3, guar gum, garam, dan akuades

serta bahan-bahan analisis. Tepung jagung diproses dari jagung pipil varietas

Pioneer 21 yang diperoleh dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

B. ALAT

Alat-alat yang digunakan dalam produksi tepung jagung adalah multi

mill, disc mill, hammer mill, dan ayakan bertingkat. Alat yang digunakan untuk

produksi mie jagung adalah timbangan, oven pengering, vary mixer, noodle

sheeter dan pengukus (steamer). Peralatan proses tersebut menggunakan

fasilitas lini produksi mie di Pilot Plant SEAFAST Center-IPB.

Alat-alat yang digunakan dalam analisis adalah neraca analitik, Texture

Analyzer (TA-XT2), spektrofotometer, alat destilasi, Chromameter CR-200

Minolta, inkubator, oven, gelas piala dan kompor penangas. Peralatan untuk uji

organoleptik yang diperlukan adalah piring saji, sendok plastik dan wadah saji.

Uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Sensori Pangan di SEAFAST

Center.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap penelitian

pendahuluan, tahap analisis preferensi konsumen dan tahap pendugaan umur

simpan produk mie kering jagung substitusi dengan metode akselerasi-model

Arrhenius.

1. Penelitian Pendahuluan

Rangkaian penelitian awal pada tahap persiapan ini meliputi proses

pembuatan tepung jagung dari jagung pipil varietas Pioneer 21, pembuatan

mie kering jagung substitusi serta karakterisasi fisik.

Page 37: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

21

a. Pembuatan Tepung Jagung

Tahap proses penepungan jagung terdiri dari dua jenis

penggilingan. Penggilingan pertama menggunakan hammer mill,

menghasilkan bagian endosperm, kulit ari dan lembaga. Kulit ari dan

lembaga ini selanjutnya dipisahkan dari bagian endosperm melalui proses

perendaman dan penirisan. Setelah itu, grits jagung yang telah

dikeringkan akan melalui proses penggilingan kedua menggunakan disc

mill menghasilkan tepung kasar. Tepung kasar ini diayak dengan

vibrating screen berukuran 100 mesh, sehingga diperoleh tepung jagung

berukuran 100 mesh yang siap digunakan sebagai bahan baku pembuatan

mie kering. Secara ringkas, proses pembuatan jagung pipil menjadi

tepung jagung dapat dilihat pada Gambar 3.

Jagung Kering Pipil

Penggilingan I (hammer mill)

Grits, lembaga, tip cap dan kulit

Pemisahan endosperm dari Lembaga, kulit, lembaga, kulit, dan tip cap dan tip cap

Grits Jagung

Penirisan dan Pengeringan

Penggilingan II (disc mill)

Tepung Kasar

Pengayakan 100 mesh (vibrating screen)

Tepung Jagung 100 mesh

Gambar 3. Proses Pembuatan Tepung Jagung (Putra, 2008)

Page 38: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

22

b. Pembuatan Mie Kering Jagung Substitusi

Pembuatan mie kering substitusi tepung jagung pada penelitian ini

dilakukan dengan mengacu pada Kusnandar (2008). Dalam penelitian ini,

tingkat substitusi tepung jagung yang digunakan adalah 35%. Tahap

pembuatan mie jagung substitusi terdiri dari proses pencampuran bahan,

pembulatan (pengistirahatan adonan), pencetakan (pressing, slitting, dan

cutting), pengukusan dan pengeringan. Secara skematis, proses produksi

mie jagung substiutusi dapat dilihat pada Gambar 4.

tepung jagung 35 % - tepung terigu 65 %, air 40% garam 1%, guar gum 0.5%, baking powder 0.1%, K2CO3 0.1%

Pencampuran dengan vary mixer selama 10 menit

Pengistirahatan adonan selama 10 menit

Pembentukan lembaran mie (sheeting) hingga ketebalan 1.6 mm

Pencetakan untaian mie (slitting)

Pemotongan mie (cutting)

Pengukusan (steaming) 100 0C, 10 menit

Pengeringan mie (drying) 70 0C, 80 menit

Pengemasan mie Gambar 4. Proses Pembuatan Mie Kering Metode Sheeting c. Karakterisasi Mie Kering Jagung Substitusi

Karakterisasi mie jagung substitusi dilakukan secara fisik, meliputi

analisis tekstur TA-XT2, analisis KPAP dan analisis warna (Hunter).

2. Analisis Preferensi Konsumen

Analisis preferensi konsumen dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesukaan serta penerimaan konsumen terhadap produk mie jagung

substitusi. Produk yang akan diuji ini disajikan dalam produk olahan mie

Page 39: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

23

bakso. Hal ini dikarenakan sasaran produk olahan mie kering adalah mie

bakso.

a. Jenis dan Cara Pengumpulan Data, Metode Survei (Simamora,

2002)

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh

melalui penyebaran kuesioner. Pertanyaan yang diajukan dalam

kuesioner meliputi persepsi konsumsi responden terhadap pangan mie

bakso serta preferensi responden terhadap produk olahan mie berbasis

jagung (Lampiran 1). Pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat tertutup.

Setiap responden diminta untuk memberikan tanggapan terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dengan cara memilih satu atau

lebih dari jawaban yang tersedia.

Metode untuk penentuan lokasi pengambilan responden

menggunakan metode Non Probability Sampling (NPS), yaitu seleksi

unsur populasi berdasarkan pertimbangan peneliti. Metode NPS terdiri

dari tiga jenis contoh, yaitu contoh kemudahan (accidental sampling),

pertimbangan (purposive sampling) dan quota (Singarimbun dan Effendi,

1989). Data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden

kemudian ditampilkan dalam bentuk diagram frekuensi.

b. Cara Pengujian Sampel

Cara penyajian sampel uji ini bekerjasama dengan pedagang baso

Kabayan dan Favorit di lingkar kampus IPB Darmaga. Responden

merupakan 100 orang masyarakat berbagai latar belakang sosial ekonomi

yang diambil secara acak di sekitar kampus. Dalam penelitian ini, metode

yang digunakan adalah metode purposive sampling. Responden yang

dipilih adalah masyarakat umum yang pernah membeli atau

mengkonsumsi mie serta yang sesuai dengan target usia, jenis kelamin

dan tingkat ekonomi yang telah ditentukan.

Sampel mie kering jagung substitusi dalam produk mie bakso

disajikan kepada responden berikut dengan form kuesioner. Responden

Page 40: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

24

kemudian diminta untuk mengevaluasi sampel berdasarkan

pengalamannya dalam mengkonsumsi mie.

3. Pendugaan Umur Simpan Mie Kering Jagung Substitusi Model

Arrhenius

a. Pembentukan Panelis Terlatih

Tahap awal yang dilakukan dalam proses pendugaan umur simpan

mie jagung substitusi adalah penyiapan panelis terlatih. Panelis terlatih

ditujukan untuk pengevaluasian produk mie jagung substitusi secara

sensori selama penyimpanan. Di samping itu, panelis terlatih pada

penelitian ini juga berperan dalam penetapan parameter mutu kritis mie

kering jagung substitusi. Proses pembentukan panelis terlatih meliputi

seleksi panelis, pelatihan panelis dan diskusi fokus grup (FGD).

b. Penetapan Parameter dan Batas Kritis Kerusakan Mie Kering

Untuk menetapkan parameter mutu kritis mie kering yang paling

cepat mengalami kerusakan dan paling berpengaruh terhadap penerimaan

konsumen, maka dilakukan simulasi kerusakan mie kering dengan

menyimpannya pada suhu penyimpanan ekstrim (50oC). Tahapan ini

dilakukan sebelum percobaan pendugaan umur simpan. Mie kering

disimpan hingga dapat diamati saat produk tidak dapat diterima lagi

secara organoleptik. Penetapan parameter mutu kritis ini dilakukan

bersama dengan panelis terlatih melalui diskusi fokus grup (FGD).

Parameter-parameter mutu kritis ini selanjutnya ditetapkan batas

kritisnya, yaitu batasan mutu saat produk sudah tidak diterima secara

organoleptik. Penetapan batas kritis untuk parameter sensori dilakukan

berdasarkan persepsi panelis dalam memberi skor terhadap produk.

c. Percobaan Penyimpanan Mie pada Kondisi Suhu Ekstrim

Produk mie kering jagung substitusi (15 g) yang dikemas dengan

kemasan plastik PP tertutup disimpan pada tiga kondisi suhu

penyimpanan ekstrim, yaitu 37, 45 dan 50oC. Total sampel mie jagung

substitusi yang disiapkan untuk ketiga suhu penyimpanan adalah 504

buah kemasan. Produk mie kering substitusi jagung ini kemudian diamati

Page 41: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

25

dan dianalisis parameter mutu kritisnya setiap minggu selama satu bulan,

yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28 dan 35.

d. Penghitungan Kinetika Penurunan Mutu Parameter Kritis

Data parameter kritis yang telah dikumpulkan selama periode

pengamatan, selanjutnya dianalisis kinetika penurunan mutunya dan

ditentukan ordo reaksinya (ordo nol atau ordo satu) yang sesuai. Data

pada masing-masing suhu penyimpanan ini kemudian diplotkan dalam

bentuk grafik hubungan antara nilai mutu (Q) dan waktu penyimpanan

(untuk ordo reaksi 0) atau hubungan antara nilai Ln (Q) dan waktu

penyimpanan (untuk ordo reaksi 1). Berdasarkan plot data tersebut, dapat

ditentukan model persamaan dari masing-masing ordo reaksi beserta nilai

R2-nya. Persamaan ordo nol dan ordo satu adalah sebagai berikut:

Ordo nol: Qt = Qo – kTt

Ordo satu: ln Qt = ln Qo - kTt

Dimana: Qo = nilai mutu awal penyimpanan Qt = nilai mutu pada waktu penyimpanan t kT = konstanta laju reaksi/penurunan mutu pada

suhu T t = waktu penyimpanan (hari)

Dengan membandingkan nilai R2-nya, dapat ditentukan orde reaksi

yang paling sesuai, yaitu orde reaksi yang nilai R2-nya lebih tinggi.

Kemudian melalui persamaan yang diperoleh, ditentukan nilai konstanta

laju penurunan parameter mutu produk (k) pada masing-masing suhu

penyimpanan. Dengan demikian, akan diperoleh nilai k pada tiga suhu

yang berbeda. Data konstanta laju reaksi (k) pada masing-masing suhu

kemudian diplotkan ke dalam model persamaan Arrhenius sehingga

dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:

Page 42: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

26

ln k ln k RT

Dimana: k = konstanta (laju reaksi) Ea = energi aktivasi T = suhu mutlak (K) R = konstanta gas (1.986 kal/mol K)

Nilai k pada suhu T penyimpanan dihitung dengan menggunakan

persamaan Arrhenius tersebut.

e. Penentuan Umur Simpan pada Suhu yang Diinginkan

Penghitungan umur simpan produk pada suhu tertentu selanjutnya

dapat ditentukan dengan menghubungkan nilai k yang telah diperoleh ke

dalam persamaan ordo reaksi nol atau ordo reaksi satu sebagai berikut:

Umur simpan ordo nol:

t A ‐ k

Umur simpan ordo satu:

t A ln

k

Dimana: t = umur simpan (hari) A0 = nilai mutu awal/konsentrasi awa

At = nilai mutu akhir/konsentrasi pada titik batas kadaluarsa (titik kritis)

k = konstanta laju reaksi pada suhu penyimpanan yang diinginkan

Secara keseluruhan, tahapan pendugaan umur simpan melalui

penghitungan kinetika penurunan mutu pada penelitian utama ini dapat

dilihat pada Gambar 5.

Page 43: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

27

Mie kering substitusi tepung jagung

Penyimpanan pada suhu 35oC, 45oC, dan 50oC

Pengamatan obyektif dan subyektif (organoleptik) pada hari ke-0, 7, 14, 21, 28, 35

Pemplotan nilai (skor) mutu dan waktu pengamatan pada

masing-masing suhu dan atribut/parameter

Penetapan nilai mutu awal dan batas kritis produk

Penetapan ordo reaksi (ordo nol atau ordo satu) melalui kurva dengan nilai R2 tertinggi

Pemrolehan nilai konstanta penurunan parameter mutu produk (k)

pada masing-masing suhu penyimpanan

Pemplotan data konstanta laju reaksi (k) ke dalam model persamaan Arrhenius

Penghitungan umur simpan produk pada suhu tertentu dengan

menghubungkan nilai k yang telah diperoleh

Gambar 5. Pendugaan Umur Simpan Produk Mie Kering Substitusi

D. METODE ANALISIS

Mie kering dengan substitusi tepung jagung sebesar 35 % kemudian

dikarakterisasi berdasarkan analisis sifat fisik, kimia dan sensori. Karakterisasi

fisik mie dilakukan pada mie kering segar sebelum penyimpanan, sedangkan

karakterisasi mie kering selama penyimpanan dilakukan berdasarkan analisis

kimia, sensori dan fisik (KPAP dan warna-Hunter).

1. Analisis Fisik

a. Analisis Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (KPAP)/ cooking

loss (Oh et al., 1985)

Penentuan KPAP dilakukan dengan cara merebus 5 gram mie

dalam air. Setelah mencapai waktu optimum perebusan, mie ditiriskan

Page 44: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

28

dan disiram air, kemudian ditiriskan kembali selama 5 menit. Mie kering

kemudian ditimbang dan dikeringkan pada suhu 100oC sampai beratnya

konstan, lalu ditimbang kembali. KPAP dihitung dengan rumus berikut:

KPAP 1‐ berat sampel setelah dikeringkan

berat awal 1‐KA contoh

b. Analisis Profil Tekstur-TA

Analisis profil tekstur dengan menggunakan Texture Analyzer

dilakukan untuk mengkorelasikan tekstur keseluruhan produk yang

dievaluasi oleh indera manusia dengan instrumen. Analisis ini dilakukan

dengan menggunakan probe berbentuk silinder, dengan diameter 35 mm.

Pengaturan kondisi pengukuran Texture Analyzer dilakukan berdasarkan

golongan contoh bahan yang diukur.

Seuntai sampel mie kering yang telah direhidrasi dengan panjang

melebihi diameter probe diletakkan di atas landasan, lalu ditekan oleh

probe. Hasilnya berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara gaya

untuk mendeformasi dengan waktu. Nilai kekerasan ditunjukkan dengan

absolute (+) peak dan nilai kelengketan ditunjukkan dengan absolute (-)

peak, dengan satuan gram force (gf). Elastisitas diperoleh berdasarkan

ketebalan awal mie dibandingkan dengan ketebalan mie setelah diberi

tekanan pertama.

c. Analisis Warna-Hunter (Hutching, 1999)

Penentuan warna secara objektif pada penelitian ini menggunakan

instrumen Chromameter CR-200 Minolta dengan metode Hunter.

Pengukuran dengan alat tersebut dapat ditampilkan dalam skala Yxy.

L*a*b*, L*C*H*, Hunter Lab atau nilai stimulus XYZ. Metode Hunter

yang digunakan dalam penelitian ini memberikan tiga nilai pengukuran

L, a dan b dengan standar kalibrasi Y = 68.3; x = 0.420; y = 0.438. Untuk

mendapatkan nilai L, a, b. nilai-nilai tersebut dikonversi melalui

persamaan berikut:

Y Y L 10 Y /

X Y x/y a 17.5 1.02X Y /Y /

Z Y 1 x y /y b 7.0 Y 0.847 Z /Y /

Page 45: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

29

Nilai L menyatakan parameter kecerahan (0=hitam: 100=putih).

Warna kromatik campuran merah-hijau ditunjukkan oleh nilai a (a+ = 0-

80 untuk warna merah; a- = 0-(-80) untuk warna hijau). Sedangkan

warna kromatik campuran biru-kuning ditunjukkan oleh nilai b (b+ = 0-

70 untuk warna kuning; b- = 0-(-70) untuk warna biru).

2. Analisis Kimia

Analisis Bilangan TBA (Apriyantono, 1989)

Pada prinsipnya, asam 2-thiobarbituriat akan bereaksi dengan

malonaldehid membentuk warna merah, yang intensitasnya dapat diukur

dengan spektrofotometer. Malonaldehid sebagai hasil oksidasi lipid

mengindikasikan adanya ketengikan pada produk. Analisis bilangan TBA

ini dilakukan selama sampling dalam penyimpanan, sehingga dapat

mendukung hasil analisis sensori subyektif oleh panelis.

Sebanyak 10 gram mie kering dihancurkan dengan hand blender

dengan penambahan 50 ml akuades (selama 2 menit). Sampel kemudian

dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu destilasi sambil dicuci dengan

47.5 ml akuades. Nilai pH diatur menjadi 1.5 dengan menambahkan HCl

4M sebanyak 2.5 ml. Kemudian ditambahkan batu didih dan pencegah buih

secukupnya dan labu destilasi dipasang pada alat destilasi. Destilasi

dijalankan dengan pemanasan tinggi sehingga diperoleh 50 ml destilat

selama 10 menit pemanasan.

Destilat yang diperoleh diaduk secara merata, kemudian 5 ml destilat

dipipet ke dalam tabung reaksi bertutup. Sebanyak 5 ml pereaksi TBA

ditambahkan, kemudian tabung reaksi ditutup, dicampur merata dan

dipanaskan selama 35 menit dalam air mendidih. Selanjutnya larutan blanko

dibuat dengan menggunakan 5 ml akuades dan 5 ml pereaksi dan diberi

perlakuan seperti penetapan sampel. Tabung reaksi didinginkan dengan air

pendingin, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 528

nm dengan larutan blanko sebagai titik nol.

Page 46: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

30

3. Analisis Sensori

a. Seleksi panelis

Untuk mengevaluasi mutu sensori mie kering jagung substitusi

selama penyimpanan digunakan panelis terlatih. Pembentukan panelis

terlatih ini diawali dengan seleksi panelis, kemudian dilakukan pelatihan

panelis. Menurut Meilgaard (1999), tahapan seleksi panelis terlatih untuk

uji pembedaan meliputi matching test (uji kesesuaian/uji identifikasi

terhadap rasa dan aroma), uji rangking dan uji pembedaan (uji segitiga).

Uji identifikasi terhadap rasa dan aroma dilakukan untuk

mengetahui kemampuan panelis dalam mengenali dan mendeskripsikan

baik stimulus rasa maupun aroma dasar. Calon panelis diminta untuk

menentukan lima rasa dasar dalam 5 larutan uji serta mendeskripsikan

aroma dari flavor-flavor yang disajikan. Bahan uji yang digunakan untuk

uji identifikasi rasa dapat dilihat pada Tabel 7. Sedangkan bahan uji

untuk uji identifikasi aroma meliputi contoh aroma mint, orange, fruity,

savoury dan nutty.

Cara pengujian untuk jenis uji ini dilakukan hanya satu kali dan

tidak diperbolehkan untuk mengulang. Penetralan indera perasa untuk uji

deskripsi rasa dasar dilakukan dengan menggunakan air mineral.

sementara indera pembau untuk uji deskripsi aroma dengan

menggunakan bubuk kopi, sesaat sebelum melakukan pengujian sampel

berikutnya. Respon stimulus yang dirasakan oleh panelis. dideskripsikan

dengan perbendaharaan kata masing-masing. Format kuesioner seleksi

panelis yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 7. Konsentrasi Larutan Uji Deskripsi Rasa Dasar

Rasa dasar Konsentrasi Manis Sukrosa 1 % Asam Asam sitrat 0.04 % Asin NaCl 0.2 % Pahit Kafein 0.05 %

Umami MSG 0.015 % Sumber: Thomson (1986)

Page 47: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

31

Tahapan pengujian berikutnya yang dilakukan pada proses seleksi

panelis adalah uji rangking intensitas. Uji ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan calon panelis dalam mengenali perbedaan intensitas dan

mengurutkan intensitasnya dari konsentrasi tertinggi hingga konsentrasi

terendah.

Pada uji rangking intensitas, panelis diminta untuk mengurutkan

empat jenis larutan berdasarkan intensitasnya. Deretan konsentrasi bahan

uji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Konsentrasi Larutan Uji Rangking Intensitas

Rasa Stimulus sensori

Bahan Konsentrasi (g/L)

Asin NaCl/air 1.0 2.0 5.0 10.0

(Meilgaard et al., 1999)

Selanjutnya, pada proses seleksi panelis tahap kedua dilakukan

serangkaian uji pembedaan (uji segitiga) sehingga dapat diperoleh

panelis yang memiliki kompetensi pembedaan sensori yang optimal.

Pada uji segitiga, calon panelis diminta untuk membedakan satu sampel

berbeda diantara ketiga jenis sampel, dengan dua sampel yang sama. Uji

segitiga yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pembedaan

panelis ini dilakukan sebanyak sembilan set pengulangan. Pengulangan

ini berguna untuk melihat kekonsistenan calon panelis dalam

memberikan jawaban. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa

jawaban panelis bukan hanya tebakan.

Uji segitiga ini meliputi dua jenis pengujian, yaitu pengujian

terhadap atribut tekstur dan aroma. Atribut tekstur yang diuji adalah

kekerasan dan kekenyalan. Bahan uji yang dipakai untuk masing-masing

atribut adalah mie kering terigu komersial dan kwetiau, dengan tingkat

perbedaannya berdasarkan lama pemasakan. Sedangkan satu set lainnya

yaitu uji segitiga aroma tengik. Bahan uji aroma tengik diperoleh dari

minyak goreng yang telah disimulasi rusak melalui pemaparannya

dengan cahaya dan suhu tinggi. Uji segitiga jenis ini bertujuan untuk

Page 48: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

32

mengetahui sensitivitas panelis dalam mendeteksi dan mengenali

perbedaan aroma tengik.

b. Pelatihan Panelis Terlatih

Menurut Meilgaard et al. (1999), proses pelatihan panelis terlatih

membutuhkan waktu selama 40 hingga 120 jam. Semakin kompleks

atribut yang diujikan, maka waktu pelatihan panelis yang dibutuhkan

juga akan semakin lama. Pelatihan panelis terlatih bertujuan melatih dan

meningkatkan kepekaan sensori panelis terhadap atribut rasa dan aroma,

terutama yang terkait dengan kepentingan penelitian. Tahapan ini terdiri

dari pengenalan bahasa flavor, pengenalan skala, dan pelatihan penilaian

suatu sampel (Stone dan Sidel, 2004).

Sebelum mengikuti pelatihan, calon panelis yang telah lolos seleksi

dikonfirmasi kembali mengenai kesediaan waktu luang serta riwayat

kesehatannya yang mungkin mempengaruhi pengujian. Berdasarkan atas

pertimbangan kesediaan waktu panelis, pelatihan dilakukan selama satu

bulan, setiap hari Senin dan Jumat pukul 9.00-11.00 WIB. Disamping

merupakan hasil kesepakatan bersama panelis, pemilihan waktu (jam

pengujian) ini juga dipertimbangkan sebagai waktu yang paling baik

untuk meminimalisasi terjadinya bias panelis. Hal ini dikarenakan pada

jam-jam tersebut kondisi panelis masih segar sehingga dapat lebih

berkonsentrasi (Dilana, 2008) serta panelis cenderung terhindar dari rasa

lapar.

Setiap panelis diberikan latihan selang waktu tertentu secara

berulang-ulang sampai diperoleh hasil evaluasi sensori yang konsisten

serta kesepakatan mengenai istilah sensori tertentu. Latihan sensori ini

meliputi pelatihan terhadap atribut-atibut kritis yang telah diidentifikasi

pada tahap FGD, seperti aroma tengik/menyimpang dan tekstur mie

kering sebelum rehidrasi. Pada pelatihan atribut tengik, panelis

diperkenalkan berbagai jenis tingkat ketengikan pada produk mie kering

serupa.

Page 49: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

33

c. Focuss Group Discussion (FGD)

Focuss Group Discussion (FGD) termasuk ke dalam salah satu

rangkaian proses pelatihan panelis. Kegiatan ini merupakan cara analisis

kualitatif untuk mendapatkan data deskripsi atribut sensori. Disamping

itu, melalui diskusi ini juga dilakukan pembelajaran dan penyamaan

persepsi diantara panelis mengenai skala/skor penilaian suatu atribut.

Diskusi fokus grup (FGD) dapat dilakukan oleh panel leader

bersama dengan para panelis terlatih untuk menentukan atribut mutu

kritis yang menyebabkan produk mie kering menjadi tidak diterima.

Identifikasi produk yang sudah tidak dapat diterima pada tahap simulasi

kerusakan, selanjutnya didiskusikan bersama panelis terlatih melalui

tahap FGD ini.

Sebelum memasuki periode penyimpanan sampel, panelis dalam

bentuk diskusi fokus grup (FGD) me-review dan menyamakan persepsi

kembali terutama dalam hal penskalaan. Pada periode ini, panelis

disajikan contoh mie rusak dan reference serta blind control. Blind

control dalam hal ini memiliki peran untuk mengkonfirmasi jawaban

panelis. Setelah masing-masing panelis mengevaluasi sampel secara

terpisah dalam suatu booth, seluruh panelis dengan dipimpin oleh leader

berdiskusi dan membentuk kesepakatan bersama mengenai nilai

skor/skala yang paling sesuai dengan kondisi setiap sampel.

d. Uji Skoring/Rating

Pengujian atribut mutu produk yang dibandingkan dengan kontrol

dilakukan terhadap (1) warna, (2) kecerahan, (3) kerapuhan, (4) aroma

tengik (off odor) dan (5) rasa pahit, sesuai dengan hasil kesepakatan

dalam FGD. Uji skoring terhadap seluruh atribut mutu kecuali atribut

rasa dilakukan oleh panelis sebelum produk mie kering direhidrasi.

Panelis yang telah mengevaluasi sensori atribut-atribut tersebut,

kemudian diminta untuk menilai/memberi skor masing-masing sampel

uji pada tiap atribut selama sampling penyimpanan. Uji skoring pada

penelitian ini menggunakan skala sensori 0-10. Format uji skoring secara

jelas dapat dilihat seperti pada Lampiran 3.

Page 50: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENELITIAN PENDAHULUAN

1. Pembuatan Tepung Jagung

Jagung yang digunakan sebagai bahan untuk membuat tepung pada

penelitian ini adalah jagung varietas P-21 (Pioneer-21). Varietas ini

diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo. Umur panen varietas

P-21 adalah 105 hari. Penelitian diawali dengan proses penepungan jagung

yang mengacu pada hasil optimasi Putra (2008), yaitu dengan menggunakan

metode penggilingan kering.

Jenis tepung yang digunakan sangat mempengaruhi karakteristik

akhir dari produk mie jagung yang dihasilkannya. Penggunaan tepung

jagung dari hasil penggilingan kering lebih direkomendasikan karena

memberikan hasil sifat/karakteristik mie yang lebih bagus dibandingkan

dengan mie dari tepung hasil penggilingan basah (Merdiyanti, 2008).

Tahapan pembuatan tepung pada metode penggilingan kering

meliputi penggilingan awal, pencucian dan perendaman, penggilingan tahap

akhir, serta pengayakan. Penggilingan tahap awal dilakukan untuk

menggiling biji jagung menjadi grits menggunakan saringan 12 mesh.

Penggilingan yang menggunakan hammer mill ini akan menghasilkan grits,

kulit, lembaga dan tip cap. Pemisahan kulit, lembaga dan tip cap dilakukan

dengan pencucian dan perendaman. Grits akan mengendap sedangkan

bagian lain (kulit, tip cap dan lembaga) akan mengapung. Grits jagung

dikeringkan dengan oven selama 1 jam hingga kadar air ± 35 % untuk

mempermudah ke tahap penggilingan selanjutnya.

Menurut Etikawati (2007), kadar air yang lebih tinggi dari 35%

dapat menyebabkan bahan menempel pada disc mill sehingga menimbulkan

kemacetan pada alat. Sedangkan jika kadar air yang terlalu rendah,

endosperma akan kembali menjadi keras dan sulit untuk ditepungkan serta

pertikel tepung setelah penggilingan menjadi kasar.

Penggilingan tahap akhir merupakan penggilingan grits jagung

dengan menggunakan disc mill untuk menghasilkan tepung jagung

Page 51: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

35

berukuran 48 mesh. Tepung jagung yang diperoleh ini kemudian

dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC selama 3 jam dan selanjutnya

diayak dengan menggunakan ayakan bertingkat berukuran 100 mesh.

Pengayakan ini bertujuan agar ukuran partikel tepung seragam. Menurut

Faridi dan Faubion (1995), perbedaan ukuran partikel dapat menyebabkan

terbentuknya specks (noda) berwarna putih karena ukuran partikel yang

lebih besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyerap air,

sehingga bagian yang tidak menyerap air tersebut akan membentuk noda

berwarna putih. Tepung jagung kering yang sudah diayak kemudian

dikemas dalam plastik polipropilen dan disimpan di dalam freezer untuk

menjaga kadar air tepung konstan.

Gambar 6. Tepung Jagung P-21 Berukuran 100 mesh

2. Pembuatan Mie Kering Jagung Substitusi

Proses pembuatan mie kering jagung substitusi terdiri atas

pencampuran bahan, pembulatan (pengistirahatan adonan), pencetakan

(pressing, slitting dan cutting), pengukusan dan pengovenan. Pembuatan

mie jagung substitusi dalam penelitian ini ditujukan untuk sampel uji

analisis preferensi konsumen serta untuk sampel percobaan penyimpanan.

Proses pencampuran merupakan tahapan untuk menghomogenkan

bahan-bahan dalam pembuatan mie. Disamping menghomogenkan

campuran bahan, proses pencampuran bertujuan pula untuk meratakan

distribusi air ke dalam tepung sehingga adonan tidak membentuk gumpalan.

Bahan baku tepung berupa campuran tepung terigu dan tepung

jagung diaduk dengan vary mixer hingga merata bersama bahan kering

Page 52: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

36

lainnya selain garam. Dalam wadah yang lain, garam yang telah dilarutkan

dengan air ditambahkan ke dalamnya secara bertahap hingga terbentuk

adonan yang homogen. Menurut Astawan (2005), waktu pengadukan

adonan dilakukan selama 15-25 menit dengan suhu adonan sekitar 25-40 oC.

Suhu adonan dapat dipengaruhi oleh gesekan antara adonan dan

pengaduk. Peningkatan suhu ini mampu meningkatkan mobilitas dan

aktivitas air ke dalam jaringan tepung sehingga membantu pengembangan

adonan. Adonan yang terbentuk diharapkan seragam/homogen, mampu

menyerap air secara optimal, dan tidak lengket.

Sebelum adonan dibentuk menjadi lembaran, adonan yang telah

tercampur merata dibentuk bulatan dan diistirahatkan terlebih dahulu selama

10 menit. Tujuannya adalah menyeragamkan distribusi air dan

mengembangkan gluten. Pengistirahatan yang terlalu lama dapat

menyebabkan adonan menjadi kering sehingga mudah patah saat direbus.

Proses pencetakan merupakan tahapan yang dilakukan untuk

membentuk untaian-untaian mie dengan karakter yang diinginkan. Proses

pencetakan ini terdiri atas dua tahap yaitu pembentukan lembaran adonan

(sheeting) dan pembentukan untaian mie (slitting). Kedua proses ini

dilakukan dengan teknik kalendering menggunakan sheeter-noodle

machine.

Pada tahap pencetakan mie terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi mutu mie yang dihasilkan, yaitu pemilihan skala

pengepresan serta ketajaman pisau pemotong untaian mie (slitter). Skala

pengepresan mempengaruhi ketebalan dari lembaran dan untaian mie yang

dihasilkan. Jika terlalu tipis, mie yang dihasilkan menjadi mudah patah.

Sedangkan mie yang terlalu tebal membutuhkan waktu yang lebih lama baik

dalam pengukusan maupun pengeringan. Mengacu pada Kusnandar (2008),

pengepresan lembaran adonan dilakukan sebanyak 10 hingga 12 kali.

Disamping skala roll pengepresan, hal penting lain yang perlu

diperhatikan adalah ketajaman pisau pemotong untaian mie (slitter). Pisau

pemotong yang kurang tajam menyebabkan untaian mie yang terpotong

Page 53: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

37

bergerigi dan tidak rapi. Hasil potongan untaian mie yang kurang rapi dapat

meningkatkan KPAP.

Setelah pembentukan untaian mie, dilakukan proses pengukusan mie

pada suhu 100°C selama 15 menit. Pada proses pengukusan terjadi

gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya dehidrasi

air dari gluten akan menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal ini

disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks

pati gluten lebih rapat. Pada waktu sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak

dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi keras dan kuat (Sunaryo,

1985).

Setelah pengukusan, proses selanjutnya adalah pengeringan mie

jagung dengan oven. Mie substitusi jagung yang telah dikukus lalu

dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan secara sempurna. Proses

pengeringan bertujuan menurunkan kadar air hingga mencapai kadar air 9-

10%. Penurunan kadar air ini berguna untuk memperpanjang masa simpan

produk mie kering substitusi jagung.

Mie kering substitusi jagung yang dihasilkan memiliki kadar air 9.42

%. Hal ini telah memenuhi kriteria mutu mie kering dalam SNI 01-2974-

1996, yang menyatakan kadar air maksimal untuk mie kering adalah 10 %.

Disamping menurunkan kadar air, proses pengeringan juga dapat

meningkatkan porositas akibat keluarnya air dari dalam bahan. Peningkatan

porositas ini membuat produk menjadi lebih mudah untuk direhidrasi.

Prinsip utama pengeringan adalah pengeluaran air dari bahan akibat

proses pindah panas yang berhubungan dengan adanya perbedaan suhu

antara permukaan produk dengan permukaan air pada beberapa lokasi dalam

produk. Ukuran bahan yang akan dikeringkan dapat mempengaruhi

kecepatan waktu pengeringan. Semakin kecil ukuran bahan akan semakin

cepat waktu pengeringannya. Hal ini disebabkan bahan yang berukuran

kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga memudahkan

proses penguapan air dari bahan.

Proses pengeringan dilakukan pada suhu 60-70oC selama 70 menit.

Pengeringan dianggap cukup jika mie tidak menempel rekat lagi pada tray

Page 54: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

38

dan tidak ada lagi bagian mie yang lembek. Menurut Hou dan Kruk (1998).

pengeringan dengan udara panas dari oven yang terlalu cepat dapat

menyebabkan mie kering menjadi rapuh. Lama waktu pengeringan akan

menentukan karakteristik produk akhir yang dihasilkan. Jika waktu

pengeringan terlalu lama, mie kering menjadi lebih rapuh. Hal ini tentunya

akan mempengaruhi kualitas masak dari mie kering tersebut, yaitu mie

menjadi lebih mudah patah/hancur dan air rebusannya berwarna kekeruhan

(KPAP tinggi).

3. Karakterisasi Mie Jagung Substitusi

Karakterisasi mie kering jagung substitusi sebelum penyimpanan

dilakukan secara fisik meliputi analisis KPAP, analisis profil tekstur TA dan

analisis warna-Hunter. Hal ini didukung oleh Oh et al. (1983) yang

menyatakan bahwa kualitas mie dinilai dari parameter kualitas masak

(KPAP), tekstur dan warna.

a. Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (KPAP)

Kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP) menunjukkan

banyaknya padatan dalam mie yang keluar atau terlarut ke dalam air

selama proses pemasakan. Nilai KPAP dinyatakan sebagai perbandingan

antara berat padatan yang terlepas dan berat kering sampel yang

dinyatakan dalam satuan persen (%). KPAP merupakan salah satu

parameter mutu terpenting karena berkaitan dengan kualitas mie setelah

dimasak. Selama pemasakan. padatan yang hilang disebabkan oleh

terlepasnya amilosa pada untaian mie ke dalam air rebusan. Semakin

rendah nilai KPAP mie menunjukkan bahwa mie tersebut memiliki

kualitas tekstur yang baik dan homogen.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai KPAP mie jagung

substitusi adalah 4.41%. Sementara itu, nilai KPAP mie terigu adalah

2.87 % (Fitriani, 2004). Nilai KPAP yang tinggi dapat disebabkan oleh

kurang optimumnya pengikatan matriks pati tergelatinisasi dengan pati

yang tidak tergelatinisasi pada mie jagung (Kurniawati, 2006), sedangkan

Page 55: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

39

pada mie terigu yang mengandung protein gluten dalam jumlah tinggi.

proses gelatinisasi terjadi secara sempurna sehingga mie yang terbentuk

cenderung lebih kompak dan memiliki KPAP yang lebih rendah.

Namun demikian, nilai KPAP mie jagung yang dihasilkan ini

masih tergolong dalam kualitas mie yang baik. Hal ini didukung oleh

penelitian Kusnandar (2008) bahwa nilai KPAP mie terigu adalah sebesar

4.56 %. Artinya, nilai KPAP mie jagung masih berada dalam kisaran

nilai KPAP mie dengan mutu yang baik. Disamping itu, nilai KPAP juga

dipengaruhi oleh kandungan amilosa. Menurut Guo et al. (2003), tepung

terigu dengan kandungan amilosa 21-24 % akan menghasilkan kualitas

mie yang baik. Tepung jagung varietas Pioneer 21 yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki kandungan amilosa sebesar 23.04 %, yaitu masih

berada pada kisaran tersebut.

b. Profil Tekstur-TA

Tekstur merupakan salah satu parameter yang mendukung mutu

mie kering jagung substitusi. Dalam mengevaluasi tekstur produk, sering

dilakukan korelasi yang baik antara pengukuran tekstur secara subjektif

menggunakan indera manusia dengan pengukuran secara objektif

menggunakan instrumen. Analisis profil tekstur menggunakan Texture

Analyzer TAXT-2 mampu memberikan pendekatan korelasi antara kedua

kondisi pengukuran tersebut.

Kekerasan merupakan daya tahan bahan untuk pecah akibat gaya

tekan yang diberikan. Kekerasan ditentukan dari gaya maksimum

(nilai puncak) pada tekanan pertama, sehingga semakin besar gaya

yang dibutuhkan (nilai puncak makin tinggi) maka menandakan

kekerasan semakin meningkat.

Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh hasil bahwa kekerasan

mie kering substitusi jagung adalah 3108.25 gf. Nilai ini hampir

mendekati nilai kekerasan mie kering jagung 100 % hasil penelitian

Putra (2008) dengan suhu pengovenan 60oC, yaitu 3135.18 gf. Tingkat

kekerasan mie jagung 100 % yang diperoleh ini apabila dikorelasikan

dengan nilai organoleptik oleh panelis memberikan skor nilai kesukaan

Page 56: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

40

yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkaan bahwa konsumen menyukai

mie dengan karakter tekstur keras tersebut (Putra, 2008).

Nilai kekerasan mie dapat diakibatkan oleh proses retrogradasi pati

(Eliasson dan Gudmundsson, 1996). Retrogradasi merupakan proses

terbentuknya ikatan antara amilosa-amilosa yang telah terdispersi

kedalam air. Semakin banyak amilosa yang terdispersi, maka proses

retrogradasi pati semakin mungkin terjadi. Dengan demikian, mie yang

memiliki nilai KPAP tinggi (amilosa banyak yang terdispersi) akan

memiliki kecenderungan tingkat kekerasan tekstur yang tinggi pula.

Kelengketan berbanding lurus dengan nilai KPAP (kehilangan

padatan akibat pemasakan). Peningkatan KPAP akan diikuti dengan

peningkatan nilai kelengketan mie. Mie memiliki kualitas makan serta

penampakan yang baik apabila memiliki nilai kelengketan yang rendah.

Nilai kelengketan ini dipengaruhi oleh banyaknya kandungan amilosa

yang terlepas ke dalam air rebusan mie. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Eliasson dan Gudmundsson (1996) bahwa amilosa yang terlepas dari

granula pati dapat menyebabkan kelengketan. Hasil pengukuran

menunjukkan bahwa nilai kelengketan mie kering substitusi jagung

adalah 188.55 gf.

Pengukuran elastisitas dalam penelitian ini diartikan sebagai

kemampuan mie matang untuk kembali ke kondisi semula setelah

diberikan tekanan pertama. Berdasarkan hal tersebut maka nilai

elastisitas akan semakin bagus apabila nilainya mendekati 1 yang

artinya mie dapat kembali ke kondisi (ketebalan) awal setelah diberi

tekanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai elastisitas mie adalah

0.7343.

c. Warna-Hunter

Warna merupakan salah satu parameter mutu terpenting pada mie

yang memegang peranan dalam penerimaan oleh konsumen. Selain itu,

warna dapat memberi petunjuk mengenai adanya perubahan kimia dalam

makanan, seperti reaksi pencoklatan dan karamelisasi (De Man, 1989).

Page 57: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

41

Tiga unsur utama yang menentukan warna bahan pangan adalah

warna kromatis (Hue), warna akromatis (lightness) dan kroma. Warna

kromatis adalah warna nyata yang dapat diamati olah mata seperti warna

merah, kuning, biru dan sebagainya. Warna akromatis disebut juga

sebagai kecerahan, sedangkan warna kroma menyatakan intensitas dari

warna kromatis. Ketiga parameter inilah yang digunakan untuk

menyatakan warna benda secara objektif.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai L dan a mie jagung

substitusi masing-masing sebesar 48.04 dan 0.69. Nilai L ini juga

didukung oleh besaran nilai b, yang memperlihatkan tingkatan/derajat

kuning, yaitu sebesar 20.56.

B. PREFERENSI KONSUMEN

Kajian preferensi konsumen pada penelitian ini dilakukan terhadap 100

orang responden lingkar kampus IPB Darmaga. Lokasi penyebaran kuesioner

bertempat di dua pedagang bakso, yaitu Baso Kabayan dan Baso Favorit.

Evaluasi sampel mie jagung substitusi dalam produk mie bakso oleh responden

dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7. (a) Mie Jagung Substitusi dalam Produk Olahan Mie Bakso (b) Evaluasi Mie Jagung Substitusi oleh Responden di Baso

Kabayan

Page 58: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

1. Profil

memb

memp

karakt

pendid

100 or

kalang

ekonom

Gamba

Gambar

per

3S1

Responden

Karakterist

erikan ga

engaruhi p

teristik demo

dikan, peker

rang respond

gan mahasisw

mi menenga

ar 8.

r 8. Profil Re Mie Bak

57 %

rempuan

R1

31

34 % 1 %1

TidakSekoh

Dip

n

tik demogr

ambaran m

preferensi re

ografi yang

rjaan dan ra

den diketahu

wa dengan k

ah. Secara ke

esponden Kokso

43 %

laki-la

37 %

RpRp

Rp 500.000-Rp1.000.000

12 %22

%

%

kola SMP

S

ploma

rafi respon

mengenai

esponden t

dianalisis m

ata-rata peng

ui bahwa resp

kisaran usia

eseluruhan, p

onsumen Mi

aki

26

7

kansw

w

6 %

p 1.000.000-p 5.000.000

p Rp 3500.00

2 %SMA

nden penti

faktor-fakto

terhadap m

meliputi jenis

geluaran per

ponden kons

16-25 tahun

profil respon

ie Jagung Su

11 % 5 %6-35 th36-45

7 %13 % 7

aryawa

wasta

wiraswastaibu rtang

21 %

36 %

<Rp 300.000

300.000-Rp 00

ing diketah

or yang

mie jagung.

s kelamin, u

r bulan. Dia

sumen didom

n dan dengan

nden dapat d

ubstitusi dala

82 %

% 2 %

16-25 th

5 th > 45 th

72 %

%1 %

pelajar/maha

rumahggalainnya

0

42

hui untuk

mungkin

Beberapa

sia, tingkat

antara total

minasi oleh

n tingkatan

dilihat pada

am Produk

hasisw

Page 59: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

2. Profil

gamba

frekue

katego

pengum

pengko

mengk

mengk

memb

kombi

diantar

mengk

pokok

menen

atribut

konsum

Responden

Informasi r

aran akan pe

ensi konsum

ori, yaitu <

mpulan dat

onsumsi m

konsumsi mi

Gam

Beberapa

konsumsi m

eli, harga y

inasi dari p

ra keempat

konsumsi mi

k. Selisih 3

ntukan respo

t mie dan ha

msi mie oleh

Pers

enta

se J

umla

h R

espo

nden

n dalam Men

responden m

engalaman m

msi mie res

2 kali; 3

ta menunjuk

mie secara

ie kurang da

mbar 9. Data

faktor/alasa

mie diantara

yang terjang

pilihan jaw

pilihan ter

ie karena m

% dengan

onden dalam

arga yang te

h responden

0102030405060

< 2x

54 %

Ko

ngkonsums

mengenai fre

mereka dalam

sponden per

- 4 kali; 5

kkan bahw

rutin, dima

ari 2 kali dala

a Frekuensi

an yang m

anya mutu/k

gkau, sebag

aban terseb

rsebut, respo

mengenyangk

n alasan pi

m mengkon

erjangkau. S

dapat diliha

3-4 x 5

%39 %

onsumsi Mie

si Mie

ekuensi kons

m menilai/m

r minggu d

5 - 7 kali;

a seluruh r

ana sebagia

am seminggu

Konsumsi M

mempengaru

kualitas mi

gai penggant

but. Survei

onden lebih

kan dan seba

ilihan terseb

nsumsi mie

ecara detail,

at pada Gamb

5-7 x >7 x

6 % 1 %

e/Minggu

sumsi mie m

mengevaluasi

dibagi menj

dan > 7 k

responden m

an besar d

u.

Mie

uhi respond

ie, kemudah

ti pangan p

menunjukk

h banyak m

agai pengga

but, faktor

adalah kua

, faktor/alasa

bar 10.

%

43

memberikan

i mie. Data

jadi empat

kali. Hasil

merupakan

diantaranya

den dalam

han untuk

pokok atau

kan bahwa

memutuskan

anti pangan

lain yang

alitas/mutu

an penentu

Page 60: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

Gam

diketah

mutu/k

mie y

mengk

atribut

dalam

atribut

atribut

kecend

karena

atribut

yang m

adanya

yang

merup

respon

Pt

Jl

hR

d

mbar 10. Fak

Dari diagr

hui bahwa

kualitas mie

yang dapat

konsumsi mi

Hasil peng

t mutu mie

mengkonsu

t tekstur jug

t rasa. H

derungan res

a adanya bia

t rasa dan tek

Akan tetap

menjawab k

a pengaruh

tidak mema

pakan respo

nden dengan

01020304050

Pers

enta

se J

umla

h R

espo

nden

ktor Penentu

ram faktor

salah satu a

e. Terdapat

t menunjuk

ie diantarany

umpulan dat

e terpenting

umsi mie. Se

a menduduk

Hasil survei

sponden dal

as responden

kstur pada m

pi, pada sur

kuesioner den

tingkat pen

ahami cara

onden deng

tingkat peke

16 %5 %

Fakto

u Responden

penentu k

alasan respo

beberapa fa

kkan tingka

ya atribut ras

ta menunjuk

yang men

ementara itu

ki prioritas t

i yang m

am menjawa

n dalam meni

mie.

rvei peneliti

ngan tidak b

didikan resp

menjawab

gan tingkat

erjaan ibu ru

%16 %

or Penentu Ko

dalam Men

konsumsi m

onden meng

aktor/atribut

at preferen

sa, aroma, te

kkan bahwa

nimbulkan k

u, Gambar 1

ertinggi dala

memperlihatk

ab atribut ra

ilai serta me

ian ini mas

benar. Hal in

ponden. Seb

kuesioner d

pendidikan

umah tangga

19 %

onsumsi Mie

gkonsumsi M

mie pada G

gkonsumsi m

mutu terpe

nsi respond

ekstur dan w

atribut rasa m

ketertarikan

1 menunjuk

am produk m

kan lebih

asa diperkira

embedakan t

sih terdapat

ni diperkirak

banyak 8 %

dengan bena

n lebih ren

a.

44 %

e

44

Mie

ambar 10,

mie adalah

nting pada

den dalam

warna.

merupakan

responden

kkan bahwa

mie setelah

tingginya

akan terjadi

terminologi

responden

kan karena

responden

ar ternyata

ndah serta

Page 61: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

Ga

3. Prefer

Produ

dijabar

pertim

terhad

penelit

diketah

mende

(1994)

selanju

karena

diujika

menge

cender

jagung

mbar 11. A

rensi Respo

uk Mie Baks

Data peril

rkan pada

mbangan da

dap mie jagu

tian merupa

Namun, ap

hui bahwa h

engar dan tel

) menyebu

utnya berpe

a itu, tingka

an perlu un

enal mie j

rung banya

g di kampus

Pers

enta

se J

umla

h R

espo

nden

tribut Mutu

nden terhad

so

laku respon

bagian se

alam penga

ung. Hasil

akan konsum

pabila dikaitk

hanya sebag

lah mengena

tkan bahw

ngaruh pada

at pengetahu

ntuk diketah

jagung pad

ak menerim

IPB.

010203040506070

rasa

66

Res

pond

enMie yang Pa

dap Mie Ke

nden dalam

ebelumnya

ambilan ke

pengamatan

men yang te

kan dengan

ian dari resp

al mie jagun

wa pengetah

a tingkah la

uan respond

hui. Respond

da umumny

ma informasi

a aroma teks

%

7 %14

Atribut M

aling Penting

ering Jagun

mengkonsu

perlu dike

esimpulan

n menunjukk

elah terbiasa

pengetahuan

ponden (53

g sebelumny

huan memp

aku atau pr

den terhadap

den yang p

ya merupak

i sosialisasi

stur warna tidje

4 %5 %

Mutu Mie

g bagi Respo

g Substitusi

umsi mie y

etahui sebag

preferensi

kan bahwa

a mengkons

n terhadap m

%) yang sud

ya. Stepherd

pengaruhi s

eferensi pan

p produk pa

ernah mend

kan mahasi

i pengemba

dak elas

8 %

45

onden

i dalam

yang telah

gai bahan

konsumen

responden

sumsi mie.

mie jagung

dah pernah

d dan Spark

sikap dan

ngan. Oleh

angan yang

dengar dan

iswa yang

angan mie

Page 62: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

progra

tidak d

dengan

sensor

yang d

mie ke

disajik

all me

berarti

respon

produk

yang m

mengg

menila

menga

diband

Gambar

Pengemban

am diversifik

dapat dipung

n mie teri

rinya. Pada p

diharapkan m

ering terigu k

Mie kerin

kan pada pro

enggunakan

i suka.

Hasil peng

nden “suka”

k mie bakso

menyatakan

gantikan pro

ai produk ini

alami/merasa

dingkan deng

beme

r 12. Penget

ngan produ

kasi telah di

gkiri bahwa

gu komersi

penelitian in

mampu mem

komersial.

ng jagung

oduk olahan

skala 1-5. N

gumpulan d

” terhadap

o. Hal ini d

bahwa kual

oduk mie ter

i ”netral/bias

akan suatu

gan produk m

47 %

lum pernahendengar

tahuan Respo

uk mie jag

ilakukan sej

mie jagung

ial karena

ni, dikemban

miliki tingka

substitusi y

n mie bakso

Nilai 1 bera

data menun

mie jagung

didukung pu

litas sensori

rigu. Sebany

sa saja” dapa

perbedaan

mie terigu k

%

h

onden terhad

gung sebaga

ak beberapa

g cenderung

keterbatasa

ngkan mie k

at preferensi

yang akan

. Penilaian

arti tidak suk

njukkan bah

g substitusi

la oleh hasi

i mie jagung

yak 37 % re

at diartikan b

yang nyata

omersial.

53 %

pernmenr

dap Mie Jagu

ai upaya m

a tahun silam

kurang dapa

an karakteri

ering jagung

konsumsi m

dievaluasi

responden s

ka hingga ni

hwa sebany

yang diola

il kajian Pu

g sudah cuk

esponden lai

bahwa respo

pada produ

nah denga

46

ung

mendukung

m. Namun,

at bersaing

istik mutu

g substitusi

menyerupai

responden

secara over

ilai 5 yang

yak 43 %

ah menjadi

utra (2009),

kup mampu

innya yang

onden tidak

uk apabila

Page 63: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

Gamb

4. Analis

Olaha

jagung

menun

apabila

memp

nyata d

Gamb

respon

sebaga

terbuk

bar 13. TingSubs

sis Kesesuai

an Mie Baks

Hasil peng

g substitusi

njukkan bah

a mie jagun

erlihatkan b

dengan mie

bar 14. DiagProdu

Sebanyak 9

nden diantar

ai alternatif

ka menerima

Pers

enta

se J

umla

h R

dkat Kesukaatitusi pada P

ian Mie Ker

so

gumpulan d

i yang di

hwa sebany

ng substitusi

bahwa karakt

terigu jika d

gram Tingkatuk Olahan M

90 % respon

ranya “setuj

pengganti m

a pilihan ta

01020304050

suka

43 %

Res

pond

en

tidaksesu

an RespondeProduk Mie B

ring Jagung

ata mengen

sajikan pad

yak 90 %

ini diolah m

teristik mie

diolah pada p

t KesesuaianMie Bakso

nden yang m

ju” apabila

mie terigu.

awaran mie

a agak suka

netra

% 12 % 37

Tingkat Kes

90 %

10 %

k uai

s

en terhadap MBakso

g Substitusi

nai tingkat k

da produk

responden

menjadi prod

jagung subs

produk mie b

n Mie Jagung

menyatakan “

mie jagun

Pada dasarn

non terigu

l agak tidak suka

tidak suka

%6 % 2 %

sukaan

%

esuai

Mie Kering J

pada Produ

kesesuaian m

olahan m

menyatakan

duk mie bak

stitusi tidakl

bakso.

g Substitusi

“sesuai” ters

ng substitusi

nya, respond

u yang mem

47

Jagung

uk

mie kering

mie bakso

n “sesuai”

kso. Hal ini

ah berbeda

pada

ebut, 81 %

i dijadikan

den sangat

miliki nilai

Page 64: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

unggu

adalah

mie ter

Gamb

sebelu

peneri

Akan

dengan

dikateg

dan la

secara

diaplik

%); to

%).

Gamb

ul tersendiri.

h mie jagung

rigu.

bar 15. TingKom

Berdasarka

umnya, diket

maan yang

tetapi, altern

n mengguna

gorikan men

ainnya. Dia

a berturut-tu

kasikan pada

oge goreng (

bar 16. Ting Lain

4

Apalagi, d

g substitusi y

kat Kesesuamersial

an hasil surv

tahui bahwa

tinggi ketik

natif produk

akan mie ja

njadi empat

gram lingka

urut respon

a produk ola

14.52 %); d

gkat Kesesuan

19 tidak setuj

43.55 %

8.06 %

dalam hal in

yang masih

aian Mie Jagu

vei seperti y

mie kering

ka disajikan

k pangan ola

agung subst

jenis yaitu s

aran pada G

den memili

ahan mie go

dan lainnya s

aian Mie Jagu

81

%u

s

33.87 %

14.52 %

%

ni mie non

memiliki ka

ung sebagai

yang telah d

jagung subs

n pada prod

ahan lainnya

titusi ini. Pr

soto mie, tog

Gambar 16

ih mie jag

oreng ( 43.5

seperti spagh

ung pada Pr

1 %

setuju

soto mie

toge gore

mie goren

lainnya

terigu yang

arakteristik m

Alternatif M

dijabarkan pa

stitusi memi

duk olahan m

a dapat pula

roduk olaha

ge goreng, m

menunjukk

gung substit

5 %); soto m

hetti dan ifu

roduk Olahan

eng

ng

48

g dimaksud

menyerupai

Mie Terigu

ada bagian

liki tingkat

mie bakso.

diterapkan

an tersebut

mie goreng

kan bahwa

tusi untuk

mie (33.87

u mie (8.06

n

Page 65: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

49

C. PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MIE KERING JAGUNG

SUBSTITUSI

1. Pembentukan Panelis Terlatih

a. Seleksi Panelis

Seleksi panelis merupakan tahap awal untuk mendapatkan panelis

yang memiliki kepekaan sensori yang baik. Calon panelis yang lolos

seleksi menjadi kandidat panelis terlatih adalah panelis yang dapat

menjawab dengan benar sekurang-kurangnya 60% untuk uji segitiga dan

80% untuk uji deskriptif (Meilgaard et al., 1999).

Selanjutnya, panelis yang terpilih dalam kepentingan penelitian ini

adalah panelis yang memiliki waktu dan motivasi tinggi dalam mengikuti

rangkaian pelatihan secara konsisten. Berdasarkan penilaian dari seluruh

rangkaian uji dalam seleksi panelis, diperoleh sebanyak 9 orang calon

panelis terlatih dari total calon kandidat sebanyak 45 orang. Performa

calon panelis terlatih pada rangkaian tahapan proses seleksi dapat dilihat

pada Lampiran 4.

b. Pelatihan Panelis

Calon panelis terlatih yang telah diseleksi harus mengikuti

rangkaian pelatihan secara kontinu sehingga dapat secara layak dikatakan

terlatih dalam hal evaluasi mie kering jagung substitusi. Menurut

Heymann et al. (1993), tahap pelatihan panelis bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan panelis dalam mengenali, membedakan,

mendeskripsikan dan mengkuantifikasikan atribut sensori yang terdapat

dalam suatu produk dengan menggunakan bahasa flavor yang telah

disepakati bersama. Namun demikian, pada intinya tahap pelatihan

panelis pada penelitian ini ditujukan untuk melatih kepekaan dan

konsistensi panelis dalam mengevaluasi kualitas mie dari sudut pandang

beberapa atribut/parameter kritis mie.

Pelatihan panelis periode pertama bertujuan untuk membiasakan

panelis dalam mengevaluasi mie kering, terutama mie kering berbasis

jagung. Pada periode ini, panelis diperkenalkan dengan berbagai jenis

mie kering baik yang dalam keadaan kering maupun yang telah

Page 66: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

50

direhidrasi. Kemudian, dilanjutkan dengan pengenalan terminologi

atribut-atribut mie. Pengenalan terminologi bertujuan untuk menyamakan

konsep sehingga dapat dikomunikasikan antar panelis satu sama lain

(Lawless dan Heymann, 1989).

Tahap pelatihan berikutnya ditujukan untuk melatih panelis dalam

memberikan skor penilaian/merating sampel serta melihat tingkat

kekonsistenannya dalam mengevaluasi sampel pada waktu yang berbeda.

Pembelajaran skor/skala dalam pelatihan menggunakan sampel

reference.

Menurut Dilana (2008), reference untuk pelatihan harus merupakan

reference yang baik (as an anchor point), yaitu memiliki variasi yang

terukur dimana panelis masih dapat membedakan intensitasnya. Dalam

hal ini, reference yang dipakai adalah mie kering jagung substitusi segar

(sebelum penyimpanan). Penggunaan reference pada setiap pengujian

berguna untuk memperlihatkan kepada panelis mengenai batas mutu

awal sampel yang belum mengalami penyimpanan, yaitu terdapat pada

nilai skor/skala tertinggi (skala 10).

Jenis uji yang digunakan pada proses pelatihan ini adalah uji rating

atribut. Contoh format kuesioner pengujian dapat dilihat pada Lampiran

3. Uji rating pada penelitian ini menggunakan skala 0-10. Hal ini

bertujuan untuk memberi keleluasaan pengevaluasian sampel oleh

panelis dalam kisaran/rentang nilai skala yang lebih luas.

Penggunaan jenis skala sensori ini didukung oleh Lawless dan

Heymann (1998) yang menyatakan bahwa penggunaan skala kategori

dengan tingkatan skala yang lebih banyak diperbolehkan. Hal ini justru

dapat memberikan alternatif yang cukup kepada panelis dalam

merepresentasikan tingkat perbedaan yang ada. Dengan kata lain,

penggunaan skala kategorial 3 poin tentu tidak akan cukup efisien jika

diberikan kepada panelis terlatih yang memiliki kemampuan pembedaan

suatu stimulus pada banyak tingkatan. Kuesioner uji pada Lampiran 3

memperlihatkan deskripsi intensitas masing-masing atribut pada setiap

skala kategorial.

Page 67: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

51

Rekapitulasi konsep pelatihan panelis secara ringkas dapat dilihat

pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil pengamatan performa panelis selama

beberapa periode pelatihan, dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap

aroma cenderung lebih sulit dibandingkan dengan atribut lainnya. Hal ini

dapat dilihat dari pemetaan jawaban panelis yang memiliki ragam cukup

tinggi. Menilik penelitian sejenis yang dilakukan oleh Dilana (2008),

diketahui bahwa lebih sukarnya evaluasi atribut aroma diperkirakan

karena adanya kesulitan manusia dalam menghubungkan antara persepsi

olfaktori dengan kemampuan dan memori verbal.

c. Focuss Group Discussion (FGD)

Hasil diskusi fokus grup yang ditujukan untuk melihat deskripsi

perbedaan mutu mie sebelum penyimpanan dan mie yang disimulasi

rusak dapat dilihat pada Tabel 10. Melalui diskusi ini diharapkan panelis

mampu mengetahui perbedaan antara mie segar (mie sebelum

penyimpanan) dan mie yang rusak. Dengan demikian, panelis mampu

berdiskusi lebih lanjut dalam penentuan atribut mutu yang paling

berpengaruh terhadap penolakan produk oleh konsumen.

Tabel 9. Hasil FGD Mie Jagung Substitusi Sebelum Penyimpanan dan

Mie Jagung Substitusi Simulasi Rusak

Atribut Deskripsi

Mie sebelum penyimpanan Mie simulasi rusak

* Sebelum rehidrasi

- warna kuning (+++) kuning (+), cenderung kusam

- aroma aroma jagung, normal aroma tengik/menyimpang - kerapuhan rapuh (+) rapuh (+++) * Setelah rehidrasi - warna kuning normal warna kuning agak kusam - rasa normal, ada aroma jagung agak pahit, agak tengik

- kelengketan tidak lengket (+) lengket (++) - kekenyalan kenyal kenyal

Page 68: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

52

2. Penetapan Parameter dan Batas Mutu Kritis Kerusakan Mie Kering

a. Penetapan Parameter Mutu Kritis

Berdasarkan hasil pengamatan proses simulasi kerusakan mie

kering jagung substitusi pada suhu tinggi, diketahui bahwa parameter

mutu mie yang lebih cepat teramati perubahannya secara subyektif

adalah timbulnya off odor (aroma tengik). Hal ini telah sesuai dengan

dugaan awal bahwa penyebab kerusakan utama pada mie jagung adalah

kerusakan oksidatif (ketengikan).

Mie kering berbahan baku tepung jagung memiliki kemungkinan

kerusakan akibat penyimpanan suhu ekstrim (oksidasi asam lemak)

menjadi tengik. Menurut Fennema (2004), asam lemak dominan

penyusun jagung adalah asam lemak tidak jenuh linoleat dan linolenat.

Sementara itu, hasil penelitian Etikawati (2007) menunjukkan bahwa

kadar lemak tepung jagung Pioneer 21 adalah sebesar 1.73 %.

Kandungan lemak yang terdapat pada mie kering jagung substitusi ini

diperkirakan akan dapat berkontribusi terhadap terjadinya kerusakan

oksidatif selama penyimpanan. Hal ini didukung pula oleh penelitian

Basmal et al. (1995) yang menyatakan bahwa adanya lemak sebesar 2 %

pada mie kering mampu memberikan kesempatan jenis lipolitik untuk

tumbuh bersamaan dengan jenis bakteri pengurai lainnya. Keadaan inilah

yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lemak menghasilkan asam-

asam lemak bebas dan keton yang berbau khas tengik.

Hasil diskusi fokus grup bersama panelis memperlihatkan bahwa

parameter penting yang berperan terhadap penolakan produk oleh

konsumen adalah atribut warna, kerapuhan dan aroma tengik mie

sebelum rehidrasi, serta atribut rasa mie setelah rehidrasi. Penetapan

parameter kritis ini didukung oleh fakta empiris sampel/contoh mie uji

yang merupakan mie kering jagung substitusi hasil produksi rutin yang

telah disimpan pada suhu ruang lebih dari sekitar 5 bulan. Evaluasi

panelis seperti pada Tabel 10 menunjukkan bahwa mie ini secara visual

memiliki karakteristik yang tidak baik, yaitu warnanya yang sangat

kusam, aromanya yang sangat tengik, teksturnya yang rapuh dan sangat

Page 69: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

53

mudah patah, serta rasa setelah direhidrasi yang cenderung pahit dan

tengik.

Beberapa parameter hasil kesepakatan panelis inilah yang

ditetapkan sebagai parameter kritis organoleptik dan selanjutnya

dianalisis selama periode penyimpanan. Untuk parameter warna

digolongkan lagi secara spesifik menjadi parameter warna (warna

kromatis) dan parameter kecerahan (warna akromatis).

Sebagai pendukung data subyektif ini, ditetapkan pula beberapa

analisis obyektif dalam pendugaan umur simpan diantaranya analisis

bilangan TBA, KPAP dan analisis warna dengan Chromameter.

Pemilihan parameter-parameter mutu kritis ini dilakukan dengan

mempertimbangkan asumsi bahwa tidak semua parameter mutu akan

mengalami penurunan mutu yang signifikan selama penyimpanan.

Dengan demikian, pendugaan umur simpan berdasarkan parameter

tertentu dapat lebih leluasa ditetapkan melalui adanya beberapa

parameter kritis tersebut.

b. Penetapan Nilai/Batas Mutu Kritis

Nilai atau batas mutu kritis produk merupakan batasan mutu

dimana akan dilakukan keputusan penolakan terhadap suatu produk

(Kusnandar, 2006). Nilai kritis untuk parameter/atribut sensori ditetapkan

nilai skornya masing-masing sebesar 4 serta skor 6 untuk parameter

aroma tengik dan rasa. Penetapan nilai skor ini didasarkan atas persepsi

panelis dalam memberi skor terhadap produk. Deskripsi skor mutu pada

masing-masing parameter sensori dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai kritis parameter KPAP mie jagung substitusi ditetapkan

sebesar 8.31%. Hal ini mengacu pada nilai KPAP mie kering jagung

100% (sebagai kontrol) hasil penelitian Lestari (2009). Sementara itu

menurut SNI 01-2352-1991 tentang penentuan angka asam

thiobarbiturat, produk yang kualitasnya masih baik mempunyai nilai

TBA kurang dari 3 mg malonaldehida/g sampel. Tabel 11 menunjukkan

nilai awal dan nilai kritis beberapa parameter uji.

Page 70: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

54

Tabel 10. Nilai Awal dan Nilai Kritis Berdasarkan Beberapa Parameter Parameter Nilai awal Nilai Kritis

> Sensori Warna 9.5 4 Kecerahan 9.1 4 tekstur (kerapuhan) 9.2 4 off odor 1.1 6 off flavor 0.4 6 > Fisik KPAP (%) 4.41 8.31 > Kimia bil TBA (mg MDA/g sampel) 0.0012 3

3. Percobaan Penyimpanan Mie pada Kondisi Suhu Ekstrim

Produk mie kering jagung substitusi yang telah dihasilkan

selanjutnya disimpan selama 5 minggu pada tiga kondisi suhu tinggi, yaitu

suhu 37oC, 45oC dan 50oC. Pendugaan umur simpan produk mie kering

jagung substitusi dengan metode Arhenius pada prinsipnya dilakukan

dengan menyimpan produk pada suhu ekstrim, dimana kerusakan akan

terjadi lebih cepat. Kemudian umur simpan ditentukan berdasarkan

ekstrapolasi ke suhu penyimpanan (Kusnandar, 2006).

Pengamatan sampel dan analisis parameter mutu kritis mie jagung

substitusi dilakukan setiap minggu, yaitu pada hari ke- 0, 7, 14, 21, 28, 35.

Penetapan waktu analisis ini dimaksudkan agar semakin banyak titik plot

yang diperoleh, sehingga tren model matematika yang didapatkan pun akan

semakin baik.

4. Kinetika Penurunan Mutu Parameter Kritis

a. Atribut warna

Hasil uji sensori terhadap atribut warna mie kering jagung

substitusi oleh panelis terlatih selama penyimpanan dapat dilihat pada

Gambar 16. Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa selama

penyimpanan atribut warna mengalami perubahan mutu yang cenderung

lambat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan terdapatnya pola perubahan

mutu tidak terlalu tajam pada sampel dua suhu penyimpanan (37oC dan

Page 71: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

55

45oC) yang keduanya hampir saling berhimpit. Kondisi ini

memperlihatkan bahwa atribut warna kurang sensitif terhadap perubahan

suhu.

Gambar 17. Perubahan Mutu Atribut Warna Selama Penyimpanan

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam ANOVA, diketahui bahwa

sampel berpengaruh nyata terhadap skor mutu atribut warna pada taraf

signifikansi 0.05 (Lampiran 17). Uji lanjutan Duncan memperlihatkan

bahwa sampel mie jagung yang disimpan pada suhu penyimpanan 37oC

dan 45oC tidak berbeda nyata satu sama lain. Namun kedua sampel

tersebut berbeda nyata dengan sampel suhu penyimpanan 50oC pada taraf

α 0.05.

Hasil pemplotan grafik penurunan mutu (Lampiran 7)

menunjukkan bahwa nilai R2 pada ordo nol lebih besar dibandingkan

dengan ordo satu. Oleh karena itu, pendugaan umur simpan pada

parameter/atribut warna dilakukan dengan menggunakan ordo nol.

Selanjutnya, ordo reaksi yang dipakai dalam pendugaan umur simpan

produk mie jagung substitusi berdasarkan parameter-parameter mutu

lainnya adalah ordo nol. Penetapan ordo reaksi ini didasarkan oleh

pemrolehan nilai R2 yang lebih tinggi pada ordo nol dibandingkan

dengan ordo satu.

Pengukuran atribut warna mie kering jagung substitusi oleh panelis

memperlihatkan pola nilai konstanta penurunan mutu (k) yang fluktuatif.

Nilai k pada suhu penyimpanan 37oC, 45oC dan 50oC masing-masing

0123456789

10

0 7 14 21 28 35sk

or m

utu

war

na

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37

suhu 45

suhu 50

Page 72: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

56

sebesar 0.087. 0.081 dan 0.104. Nilai k yang diperoleh ini memiliki

kecenderungan pola turun naik yang cukup tajam sehingga dapat

diperkirakan atribut ini bukanlah parameter penduga umur simpan yang

baik.

b. Atribut Kecerahan

Perubahan mutu atribut kecerahan mie kering substitusi jagung

selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 18. Pola grafik

penurunan mutu pada ketiga kondisi suhu penyimpanan terlihat

berhimpitan satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa

atribut/parameter kecerahan cenderung tidak sensitif terhadap perubahan

suhu. Kenaikan suhu diketahui tidak memberikan perubahan penurunan

mutu yang berarti diantara ketiga jenis kondisi penyimpanan sampel.

Gambar 18. Perubahan Mutu Atribut Kecerahan Selama Penyimpanan

Hasil analisis sidik ragam ANOVA menunjukkan bahwa sampel

berpengaruh nyata terhadap skor mutu atribut kecerahan pada taraf

signifikansi 0.05 (Lampiran 18). Uji lanjutan Duncan memperlihatkan

bahwa sampel mie jagung yang disimpan pada ketiga suhu penyimpanan

(37oC, 45oC dan 50oC ) tidak berbeda nyata satu sama lain.

Pengukuran terhadap atribut kecerahan mie kering jagung

substitusi memperlihatkan pola nilai konstanta penurunan mutu (k) yang

memiliki kecenderungan meningkat. Nilai k pada suhu penyimpanan

37oC, 45oC dan 50oC masing-masing sebesar 0.076. 0.088 dan 0.089.

0123456789

10

0 7 14 21 28 35

skor

mut

u ke

cera

han

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37

suhu 45

suhu 50

Page 73: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

57

Adanya tren peningkatan nilai k ini diperkirakan akan memberikan

model Arrhenius yang cukup tinggi nilai koofisien korelasinya (R2).

c. Atribut Kerapuhan

Atribut/parameter mutu lain yang dianalisis pada pendugaan umur

simpan produk mie kering substitusi jagung adalah atribut tekstur

(kerapuhan). Hasil pengamatan bersama panelis memperlihatkan bahwa

mie kering jagung substitusi yang telah lama disimpan mengalami

penurunan mutu tekstur menjadi lebih rapuh dan hancur.

Hasil sensori terhadap atribut kerapuhan mie jagung selama

penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 19. Berdasarkan grafik tersebut.

diketahui bahwa pola data penurunan mutu sampel pada 3 kondisi suhu

penyimpanan cenderung terlihat menyebar dan tidak beraturan. Hal ini

menunjukkan bahwa atribut/parameter mutu ini dikatakan kurang sensitif

terhadap perubahan suhu.

Gambar 19. Perubahan Mutu Atribut Kerapuhan Selama Penyimpanan

Berdasarkan analisis sidik ragam ANOVA. diketahui bahwa

sampel tidak berpengaruh nyata terhadap skor mutu atribut kerapuhan

pada taraf signifikansi 0.05 (Lampiran 19). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa sampel mie jagung yang disimpan pada ketiga suhu

penyimpanan (37oC, 45oC dan 50oC ) tidak berbeda nyata satu sama lain.

Pengukuran terhadap atribut kerapuhan mie kering substitusi

jagung memperlihatkan pola nilai konstanta penurunan mutu (k) yang

juga tidak memiliki kecenderungan meningkat. Nilai k pada suhu

0123456789

10

0 7 14 21 28 35

skor

mut

u ke

rapu

han

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37suhu 45suhu 50

Page 74: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

58

penyimpanan 37oC, 45oC dan 50oC masing-masing sebesar 0.088. 0.086

dan 0.111. Nilai k dengan pola turun naik ini diperkirakan kurang dapat

memberikan model persamaan Arrhenius yang baik, sehingga dapat

dikatakan pula bahwa atribut ini bukanlah atribut/parameter penduga

umur simpan yang baik.

d. Atribut Aroma Tengik

Atribut aroma tengik pada penelitian ini merupakan salah satu

atribut/parameter mutu kritis mie kering jagung substitusi yang utama.

Penolakan produk mie jagung substitusi oleh konsumen diduga karena

adanya off odor (ketengikan). Menurut Nawar (1996), hasil utama

autooksidasi dan oksidasi asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat,

asam linoleat dan asam linolenat adalah malonaldehida. Penetapan atribut

aroma sebagai parameter mutu kritis utama diperkuat oleh hasil

pengamatan yang memperlihatkan penurunan mutu mie kering jagung

substitusi terutama disebabkan oleh timbulnya aroma tengik (Tabel 10).

Hasil evaluasi atribut aroma oleh panelis dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 20 menunjukkan terjadinya peningkatan skor mutu atribut

aroma tengik selama lima minggu pada masing-masing suhu

penyimpanan. Peningkatan nilai skor pada suhu 50oC terlihat lebih tajam

dibandingkan kedua suhu penyimpanan lain. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Nawar (1996) bahwa laju oksidasi akan meningkat seiring

dengan meningkatnya suhu. Peningkatan laju oksidasi ini menyebabkan

semakin banyaknya pelepasan molekul volatil penyebab ketengikan,

sehingga panelis mulai dapat merasakan tengik (off odor) pada produk

(Prasetiawati, 2009).

Page 75: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

59

Gambar 20. Perubahan Mutu Atribut Aroma Tengik Selama Penyimpanan

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam ANOVA, diketahui bahwa

sampel berpengaruh nyata terhadap skor mutu atribut aroma tengik pada

taraf signifikansi 0.05 (Lampiran 20). Uji lanjutan Duncan

memperlihatkan bahwa sampel mie jagung yang disimpan pada masing-

masing suhu penyimpanan berbeda nyata satu sama lain pada taraf α

0.05. Hasil pemplotan grafik penurunan mutu (Lampiran 13)

menunjukkan bahwa nilai R2 pada ordo nol lebih besar dibandingkan

dengan ordo satu. Oleh karena itu, pendugaan umur simpan pada

parameter/atribut aroma tengik selanjutnya dilakukan dengan mengikuti

ordo reaksi nol.

Pada ordo nol, nilai slope atau kemiringan yang diperoleh dari

grafik masing-masing tingkatan suhu menyatakan nilai konstanta

penurunan mutu produk (k). Hasil penelitian menunjukkan pola nilai k

yang memiliki kecenderungan meningkat. Nilai konstanta penurunan

mutu atribut aroma tengik pada suhu penyimpanan 37oC, 45oC dan 50oC

masing-masing sebesar 0.054, 0.066 dan 0.092.

Semakin meningkatnya nilai k pada kondisi penyimpanan suhu

yang lebih tinggi menunjukkan semakin tingginya laju penurunan mutu

produk pada penyimpanan suhu yang semakin tinggi. Adanya tren

0123456789

10

0 7 14 21 28 35

skor

mut

u ar

oma

waktu penyimpanan (hari)

suhu 37

suhu 45

suhu 50

Page 76: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

60

peningkatan nilai k ini diperkirakan akan memberikan model Arrhenius

yang cukup tinggi nilai koofisien korelasinya (R2).

e. Atribut Rasa

Atribut/parameter organoleptik produk mie kering substitusi

jagung setelah rehidrasi yang dianalisis selama periode penyimpanan

adalah atribut rasa menyimpang. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat

pelatihan panelis, diketahui bahwa mie jagung kategori rusak ternyata

memiliki penyimpangan karakteristik atribut rasa yang cukup jelas.

Sebagian besar panelis mampu mendeteksi adanya rasa mie yang

menyimpang, yaitu kecenderungan mengarah pada rasa pahit.

Perubahan mutu atribut rasa mie kering jagung substitusi selama

periode penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 21. Grafik tersebut

memperlihatkan bahwa pola peningkatan skor mutu sampel pada tiga

kondisi suhu penyimpanan memiliki kecenderungan yang sama.

Peningkatan skor mutu pada sampel dengan suhu penyimpanan 50oC

terlihat lebih tajam dibandingkan dengan sampel pada kedua suhu

penyimpanan lainnya. Hal ini menunjukkan hubungan yang sesuai bahwa

penyimpanan sampel pada kondisi suhu penyimpanan lebih tinggi (50oC)

akan menghasilkan pembentukan senyawa oksidatif off flavor yang lebih

jelas terlihat pula. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

atribut/parameter mutu ini dikatakan cenderung cepat dan sensitif

terhadap perubahan suhu.

Gambar 21. Perubahan Mutu Atribut Rasa Selama Penyimpanan

0123456789

10

0 7 14 21 28 35

skor

mut

u ra

sa

waktu penyimpanan (hari)

suhu 37

suhu 45

suhu 50

Page 77: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

61

Hasil analisis sidik ragam ANOVA menunjukkan bahwa sampel

berpengaruh nyata terhadap skor mutu atribut rasa pada taraf signifikansi

0.05 (Lampiran 21). Uji lanjutan Duncan memperlihatkan bahwa pada

taraf α 0.05 sampel mie jagung yang disimpan pada suhu penyimpanan

37oC dan 45oC berbeda nyata dengan sampel pada suhu penyimpanan

50oC. Begitu pula halnya dengan sampel yang disimpan pada suhu

penyimpanan 45oC dan 50oC berbeda nyata dengan sampel pada suhu

penyimpanan 37oC. Namun, diantara dua sampel pada suhu penyimpanan

37oC dan 45oC serta 45oC dan 50oC keduanya tidak berbeda nyata satu

sama lain.

Pengukuran atribut rasa mie kering jagung substitusi

memperlihatkan pola nilai konstanta penurunan mutu (k) yang memiliki

kecenderungan naik. Nilai k pada suhu penyimpanan 37oC, 45oC dan

50oC masing-masing sebesar 0.035, 0.048 dan 0.093. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa atribut/parameter mutu yang memiliki model

matematika cukup baik ini sesuai bila digunakan untuk menduga umur

simpan produk.

f. Bilangan TBA

Pengukuran parameter obyektif bilangan TBA dilakukan terhadap

mie kering jagung substitusi untuk mendukung data subyektif atribut

organoleptik aroma. Sama seperti halnya parameter subyektif.

pengukuran parameter obyektif selama penyimpanan juga dilakukan

setiap minggu yaitu pada hari ke- 0, 7, 14, 21, 28 dan 35. Hasil

pengukuran bilangan TBA selama periode penyimpanan dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Grafik pada Gambar 22 menunjukkan bahwa perubahan mutu

bilangan TBA mie kering jagung substitusi selama penyimpanan

sangatlah tidak beraturan. Hasil uji bilangan TBA seharusnya memiliki

kecenderungan meningkat selama penyimpanan akibat peningkatan

jumlah molekul malonaldehida hasil oksidasi lemak. Namun demikian,

Page 78: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

62

diketahui hal sebaliknya bahwa nilai bilangan TBA yang diperoleh

memiliki pola naik turun tidak teratur dan cukup tajam.

Gambar 22. Perubahan Mutu Bilangan TBA Selama Penyimpanan

Hal ini memperlihatkan bahwa parameter bilangan TBA tidak

sesuai bila digunakan dalam pendugaan umur simpan produk mie jagung.

Dugaan ini diperkuat pula oleh hasil penelitian sejenis yang dilakukan

Harnani (2001), bahwa perbedaan suhu penyimpanan yang digunakan

(30oC, 40oC dan 50oC) ternyata tidak mempengaruhi terjadinya reaksi

oksidasi yang ditunjukkan dengan bilangan TBA.

Pendugaan umur simpan produk dengan parameter bilangan TBA

untuk selanjutnya tidak dapat digunakan mengingat pola/tren penurunan

mutu selama penyimpanannya yang tidak beraturan. Hal ini diperkirakan

dipengaruhi oleh adanya beberapa kelemahan uji TBA menurut Ketaren

(1989), bahwa TBA bersifat tidak stabil dan mampu mengalami

dekomposisi di bawah kondisi pengujian (yaitu dengan adanya

pemanasan dan asam keras), terutama karena adanya peroksida. Hasil

degradasi yang terbentuk ini memiliki warna yang sama dengan

kompleks TBA-malonaldehida, sehingga dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan positif.

g. Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (KPAP)

Pengukuran parameter obyektif KPAP dilakukan terhadap mie

kering jagung substitusi untuk mendukung data subyektif atribut

0,0000,0010,0010,0020,0020,0030,0030,004

0 7 14 21 28

bil T

BA

(mg

MD

A/g

sa

mpe

l)

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37suhu 45suhu 55

Page 79: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

63

organoleptik tekstur. Hasil pengukuran nilai KPAP selama periode

penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Sama halnya dengan parameter bilangan TBA, perubahan mutu

nilai KPAP mie kering jagung substitusi selama penyimpanan juga

sangat tidak beraturan. Hal ini ditunjukkan seperti pada Gambar 23. Pola

penurunan mutu nilai KPAP yang naik turun memperlihatkan bahwa

parameter ini memang tidak sensitif terhadap kenaikan suhu dan dapat

dipastikan akan memiliki nilai koofisien korelasi (R2) yang rendah. Oleh

karena itu, parameter mutu nilai KPAP tidak digunakan pula dalam

pendugaan umur simpan produk mie kering substitusi jagung.

Gambar 23. Perubahan Mutu Atibut KPAP Selama Penyimpanan

h. Warna-Hunter

Salah satu parameter obyektif penting yang digunakan pada

pendugaan umur simpan produk mie kering jagung substitusi adalah

parameter warna dengan metode Hunter. Grafik pada Gambar 24

menunjukkan perubahan mutu warna yang terjadi pada produk mie

kering jagung selama penyimpanan. Hasil yang diperoleh baik pada nilai

kecerahan (L) maupun pada nilai intensitas kuning (b), keduanya tidak

memperlihatkan penurunan mutu yang signifikan terhadap perubahan

suhu. Oleh karena itu, parameter mutu obyektif warna tidak digunakan

pula dalam pendugaan umur simpan produk mie kering jagung substitusi.

0,001,002,003,004,005,006,007,008,00

0 7 14 21 28 35

KPA

P (%

)

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37suhu 45

Page 80: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

64

Gambar 24. Perubahan Mutu Atribut Warna-Hunter Selama

Penyimpanan

5. Pendugaan Umur Simpan pada Suhu yang Diinginkan

Pendugaan umur simpan mie kering jagung substitusi pada

penelitian ini menggunakan beberapa parameter mutu, diantaranya

parameter organoleptik meliputi atribut warna, kecerahan, kerapuhan, aroma

tengik dan rasa menyimpang; serta parameter obyektif meliputi analisis

bilangan TBA, KPAP dan warna-Hunter. Kinetika penurunan mutu selama

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

0 7 14 21 28 35

nila

i Lwaktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37

suhu 45

suhu 50

0,000,200,400,600,801,001,201,40

0 7 14 21 28 35

nila

i a

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37

suhu 45

suhu 50

0

5

10

15

20

25

0 7 14 21 28 35

nila

i b

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37

suhu 45

suhu 50

Page 81: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

65

penyimpanan menunjukkan bahwa diantara parameter-parameter mutu

tersebut, hanya parameter organoleptik yang memiliki penurunan mutu

signifikan terhadap perubahan suhu.

Data mengenai konstanta penurunan mutu pada masing-masing suhu

penyimpanan di setiap parameter organoleptik dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan hasil data pengukuran tersebut, diketahui bahwa tidak semua

parameter memiliki nilai konstanta penurunan mutu (k) dengan

kecenderungan meningkat terhadap peningkatan suhu. Bahkan pada

parameter warna dan kerapuhan, slope penurunan mutu yang diperoleh

memiliki pola turun naik yang cukup tajam. Hal ini tentu tidak akan

memberikan hasil persamaan Arrhenius yang baik sehingga parameter ini

tidak sesuai digunakan untuk menduga umur simpan. Dengan demikian,

dapat ditetapkan bahwa parameter mutu organoleptik yang dijadikan sebagai

penduga umur simpan melalui persamaan Arrhenius adalah parameter

kecerahan, aroma dan rasa.

Tabel 11. Plot Hubungan Nilai Slope dan Suhu Penyimpanan pada Parameter Organoleptik

Parameter Suhu (oC)

Orde Nol Slope (k) Korelasi (R2)

Warna 37 0.087 0.850 45 0.081 0.869 50 0.104 0.941

Kecerahan 37 0.076 0.720 45 0.088 0.775 50 0.089 0.825

Tekstur (Kerapuhan)

37 0.088 0.811 45 0.086 0.813 50 0.111 0.884

Aroma Tengik

37 0.054 0.690 45 0.066 0.903 50 0.092 0.965

Rasa 37 0.035 0.984 45 0.048 0.977 50 0.093 0.936

Page 82: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

66

a. Parameter Kecerahan

Nilai konstanta penurunan mutu (k) atribut kecerahan yang telah

diperoleh pada bagian sebelumnya kemudian diubah dalam bentuk Ln.

lalu diplotkan dengan suhu penyimpanan dalam bentuk 1/T, seperti dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Kecerahan

Suhu Penyimpanan (oC)

T (K) 1/T k Ln k

37 310 0.003226 0.076 -2.577 45 318 0.003145 0.088 -2.430 50 323 0.003096 0.089 -2.419

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat ditentukan

persamaan penurunan mutu sebagai berikut:

y = -1276 x + 1.552

Ln k = -1276 (1/T) + 1.552

Melalui persamaan Arrhenius tersebut, dapat diketahui nilai k dari

berbagai suhu penyimpanan yang berbeda. Apabila dimasukkan suhu

penyimpanan (28 oC), maka dapat diduga laju penurunan mutu k:

Ln k = -1276 (1/301) + 1.552

Ln k = -2.6872

k = 0.0681 /hari

Pada awal penyimpanan skor mutu untuk atribut kecerahan yang

dievaluasi oleh panelis adalah 9.1 dan nilai kritisnya adalah 4. Dengan

demikian, umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28oC adalah:

t = (Q – Qo) / k

t = (9.1 – 4) / 0.0681

t = 74.92 hari (2.46 bulan)

Dengan cara yang sama, nilai laju penurunan mutu k ini dapat pula

digunakan untuk menduga umur simpan produk pada tingkatan suhu lain.

b. Parameter Aroma Tengik

Melalui hasil penurunan mutu terhadap waktu penyimpanan seperti

telah dibahas pada bagian sebelumnya, diperoleh nilai konstanta

Page 83: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

67

penurunan mutu produk (k). Nilai k ini kemudian diubah dalam bentuk

Ln lalu diplotkan dengan suhu penyimpanan dalam bentuk 1/T, seperti

dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 13. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Aroma

Suhu Penyimpanan (oC)

T (K) 1/T k Ln k

37 310 0.003226 0.054 -2.919 45 318 0.003145 0.066 -2.718 50 323 0.003096 0.092 -2.386

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat

ditentukan persamaan penurunan mutu adalah y = -3937 x + 9.749 atau

Ln k = -3937 (1/T) + 9.749.

Melalui persamaan Arrhenius tersebut, dapat diketahui nilai k dari

berbagai suhu penyimpanan yang berbeda. Apabila dimasukkan suhu

penyimpanan (28 oC), maka dapat diduga laju penurunan mutu k adalah

0.0358/hari. Pada awal penyimpanan, skor mutu untuk atribut off odor

yang dievaluasi oleh panelis adalah 1.1 dan nilai kritisnya adalah 6.

Dengan demikian, umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28 oC

adalah 137.00 hari (4.57 bulan).

c. Parameter Rasa

Nilai konstanta penurunan mutu (k) atribut rasa yang telah

diperoleh pada bagian sebelumnya kemudian diubah dalam bentuk Ln.

lalu diplotkan dengan suhu penyimpanan dalam bentuk 1/T, seperti dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 14. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Rasa Suhu Penyimpanan

(oC) T

(K) 1/T k Ln k

37 310 0.003226 0.035 -3.352 45 318 0.003145 0.048 -3.037 50 323 0.003096 0.093 -2.235

Page 84: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

68

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat

ditentukan persamaan penurunan mutu adalah y = -7156 x + 19.65 atau

Ln k = -7156 (1/T) + 19.65.

Melalui persamaan Arrhenius tersebut, dapat diketahui nilai k

dari berbagai suhu penyimpanan yang berbeda. Apabila dimasukkan suhu

penyimpanan (28 oC), maka dapat diduga laju penurunan mutu k adalah

0.0162/hari. Pada awal penyimpanan skor mutu untuk atribut aroma

yang dievaluasi oleh panelis adalah 9.6 dan nilai kritisnya adalah 4.

Dengan demikian, umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28 oC

adalah 346.14 hari (11.54 bulan).

Selanjutnya, melalui beberapa parameter tersebut dapat diketahui

prediksi umur simpan produk pada tingkatan suhu lain seperti dapat dilihat

pada Tabel 16. Pendugaan umur simpan ini ditentukan dengan

mengasumsikan suhu penyimpanan mie kering substitusi jagung setelah

produksi berada pada kisaran 25 oC dan 28 oC, serta suhu transportasi

produk sebesar 30 oC.

Tabel 15. Umur Simpan Mie Kering Substitusi Jagung dengan

Menggunakan Berbagai Parameter Mutu

Namun demikian, melalui beberapa parameter tersebut dapat

diketahui prediksi umur simpan produk dengan mengacu kriteria pemilihan

parameter menurut Kusnandar (2006), diantaranya parameter mutu yang

paling cepat mengalami penurunan selama penyimpanan yang ditunjukkan

dengan nilai koofisien korelasi (R2) paling besar; parameter mutu yang

paling sensitif terhadap perubahan suhu yang dapat dilihat dari nilai slope

persamaan Arrhenius atau dapat dilihat dari nilai energi aktivasi yang paling

rendah; dan apabila terdapat lebih dari satu parameter mutu yang memenuhi

Suhu Penyimpanan (oC) Ordo

Umur Simpan (bulan) Kecerahan Aroma Rasa

25 0 2.61 5.21 14.66 28 0 2.50 4.57 11.54 30 0 2.43 4.19 9.86

Page 85: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

69

kriteria, maka dipilih parameter mutu yang memiliki umur simpan paling

pendek. Berdasarkan ketentuan tersebut, tingkat sensitivitas parameter

terhadap suhu dapat dilihat dari besarnya nilai koofiesien korelasi (R2)

seperti pada Tabel 17.

Tabel 16. Nilai Energi Aktivasi Penurunan Mutu pada Berbagai Parameter

Parameter Reaksi Ordo Nol

Slope (Ea/R)

Ea (kkal/mol) Intersep Persamaan Arrhenius Nilai

R2 Kecerahan 1276 2534.14 1.552 ln k = -1276(1/T) + 1.552 0.903 Aroma 3937 7818.88 9.749 ln k = -3937(1/T) + 9.749 0.921 Rasa 7156 14211.82 19.65 ln k = -7156(1/T) + 19.65 0.885

Tabel 17 memperlihatkan bahwa parameter kritis yang memiliki

nilai R2 tertinggi adalah parameter aroma. Sementara itu menurut Arpah

(2001), nilai energi aktivasi ketiga parameter tersebut masih tergolong

dalam kategori energi aktivasi yang rendah. Oleh sebab itu, parameter kritis

yang ditetapkan sebagai parameter penduga umur simpan produk mie kering

jagung substitusi dalam penelitian ini adalah parameter aroma.

Penetapan parameter ini telah sesuai bahwa parameter/atribut aroma

mie kering jagung substitusi merupakan parameter organoleptik yang paling

mudah dideteksi oleh konsumen saat pertama kali mengkonsumsi. Tabel 16

menunjukkan bahwa umur simpan produk berdasarkan parameter penduga

aroma adalah sebesar 4.57 bulan pada suhu penyimpanan 28 oC. Hal ini

diperkuat oleh hasil FGD panelis (Tabel 10) yang menunjukkan bahwa mie

jagung substitusi kategori rusak akibat aroma tengik merupakan mie jagung

substitusi hasil produksi rutin yang telah disimpan pada suhu ruang lebih

dari sekitar 5 bulan.

Sementara itu, nilai umur simpan yang diperoleh melalui parameter

kecerahan (berkisar 2 bulan) diperkirakan terlalu singkat untuk diterapkan.

Hal ini dikarenakan oleh adanya pengalaman empiris yang memperlihatkan

bahwa penyimpanan mie kering jagung substitusi pada suhu ruang selama 2

bulan tidak sampai menyebabkan terjadinya penurunan mutu yang

mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Dengan demikian, parameter

Page 86: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

70

mutu yang paling tepat dijadikan sebagai penduga umur simpan produk mie

kering jagung substitusi adalah parameter aroma tengik.

Page 87: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil kajian preferensi konsumen menunjukkan bahwa dari total 100

orang responden, sebanyak 43 % responden diantaranya menyatakan “suka”

terhadap mie kering jagung substitusi yang diolah pada produk mie bakso.

Sementara itu, sebanyak 37 % responden lainnya menyatakan “netral/biasa

saja” terhadap produk mie jagung ini. Hal ini memperlihatkan bahwa mie

kering jagung substitusi pada produk olahan mie bakso memiliki tingkat

kesukaan dan penerimaan yang cukup tinggi di mata konsumen.

Berdasarkan persepsi 90% responden, diketahui bahwa produk mie

kering jagung substitusi sesuai apabila disajikan pada produk olahan mie

bakso. Bahkan, sebagian besar responden (81%) menyatakan setuju bila

produk ini dijadikan sebagai alternatif pengganti mie terigu komersial.

Disamping mie bakso, produk ini cocok pula bila diolah menjadi produk

olahan mie goreng (43.55%), soto mie (33.87%), toge goreng (14.52%) dan

lainnya seperti spaghetti (8.06%).

Pendugaan umur simpan produk mie kering jagung substitusi dengan

metode Arrhenius ini menggunakan parameter mutu diantaranya, parameter

mutu organoleptik (atribut warna, kecerahan, kerapuhan, aroma tengik dan rasa

pahit) serta parameter mutu obyektif (bilangan TBA, KPAP dan warna-

Hunter). Hasil evaluasi penurunan mutu selama penyimpanan menunjukkan

bahwa parameter yang signifikan mengalami perubahan terhadap kenaikan

suhu adalah parameter organoleptik meliputi parameter kecerahan, aroma

tengik dan rasa. Ordo reaksi yang sesuai digunakan pada penelitian ini adalah

ordo nol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter aroma merupakan

parameter mutu kritis yang paling sesuai digunakan sebagai penduga umur

simpan produk. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai koofisien korelasi (R2)

yang diperoleh. Umur simpan produk mie kering jagung substitusi yang

dihasilkan melalui parameter ini, yaitu sebesar 4.57 bulan pada suhu

penyimpanan 28 oC.

Page 88: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

72

B. SARAN

Informasi umur simpan produk memiliki arti penting dalam upaya

pengembangan produk mie berbasis jagung ini secara lebih meluas. Hasil

penelitian memberikan nilai umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28 oC sebesar 4.57 bulan. Oleh karena itu, perlu direkomendasikan penelitian

lanjutan berupa kajian penghambatan laju kerusakan oksidatif/ketengikan serta

laju degradasi betakaroten tepung jagung ataupun penggunaan kemasan yang

mampu meminimalisir penurunan mutu tersebut, sehingga mampu

meningkatkan masa simpan produk mie jagung kering substitusi.

Page 89: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

73

DAFTAR PUSTAKA

Aminullah. 2009. Pengaruh Penambahan Tawas, Guar Gum, dan Kadar Air terhadap Mutu Fisik Mie Jagung Giling Basah yang Dibuat dengan Ekstruder Pasta. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anonima. 2009. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. [30 Desember 2009].

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, S. Yasni dan S. Budijanto. 1989. Petunjuk Pelatihan Analisis Pangan. IPB Press, Bogor.

Arpah. 2001. Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Produk. Program Studi Ilmu Pangan. IPB, Bogor.

Astawan, M. 2005. Membuat mi dan bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-3727-1995 tentang Tepung Jagung. BSN, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1996. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2974-1996 tentang Mie kering. BSN, Jakarta.

Basmal, J., Sugiyono, dan Peranginangin, R. 1995. Pengaruh Fortifikasi Surimi Layang Terhadap Mutu Mie Kering Selama Penyimpanan. J Pasca Panen Perikanan. 84: 41-51.

BPS. 2009. Angka Ramalan 2009 dan Angka Sementara 2008 Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Jawa Barat. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 10/03/32 Th. XI.

Budiyah. 2004. Pemanfaatan pati jagung (Corn Starch) dan Protein Jagung (Corn Gluten Meal) dalam Pembuatan Mie Jagung Instan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cardello, A. V. 1994. Consumer Expectation and Their Role in Food Acceptance. Di dalam: MacFie, H. J. H and D. M. H. Thomson (eds). Measurement of Food Preference. Pp 253-291. Blackie Academic and Profesional, Glasgow.

Darrah, L. L., M. D. Mc Mullen, dan M. S. Zuber. 2003. Breeding, Genetics, and Seed Corn Production. Di dalam: White, P. J. dan L. A. Johnson (eds). Corn: Chemistry and Technology, 2nd edition. American Association of Cereal Chemistry Inc., St. Paul, Minnesota, USA.

De Man, J. M. 1989. Principles of Food Chemistry. Kosasih Padmawinata (penerjemah). ITB, Bandung.

Deptana. 2005. Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id. [19 Januari 2010].

Deptanb. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010. BPPT, Jakarta.

Page 90: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

74

Dilana, I. A. 2008. Pembentukan Tim Panelis dan Analisis Deskripsi Citarasa Kacang Salut dengan Variasi Bawang Putih di PT Garudafood, Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ekafitri, R. 2009. Karakterisasi Tepung Lima Varietas Jagung Kuning Hibrida dan Potensinya Untuk Dibuat Mie Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Eliasson, A. C. dan M. Gudmunson. 1996. Starch : Physicochemical and functional aspects. Di dalam : Eliasson, A. C. (ed.) Carbohydrates in Food. Marcel Dekker Inc., New York.

Etikawati E. 2007. Pengaruh Perlakuan Passing, Konsentrasi Na2CO3, dan Kadar Air Terhadap Mutu Mi Basah Jagung yang Dibuat dengan Ektruder Ulir Pemasak. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fadlillah, H. N. 2005 . Verifikasi Formulasi Mie Jagung Instan Dalam Rangka Penggandaan Skala. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fahmi, A. 2007. Optimasi Produksi Mie Basah Berbasis Tepung Jagung dengan Teknologi Ekstrusi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

FAO. 2005. Standart Tabel of Food Composition. http:// www.fao.org/infood/tables_asia_en.sym#japan [10 September 2008]. Di dalam Lestari, O. A. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia dan Evaluasi Nilai gizi Biologis Mie Jagung Kering yang Disubstitusi Tepung Jagung Termodifikasi. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Faridi H, Faubion J M. 1995. Wheat end Uses Around the World. American Association of Cereal Chemists, Minnesota.

Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry. Marcel Dekker Inc., New York.

Fitriani, D. 2004. Kajian Pengembangan Produk, Mikrostruktur dan Analisis Daya Simpan Mie Jagung Instan. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Floros, J. D. 1993. Shelf Life Prediction of Packaged Foods. Chemical, Biological Physical and Nutrition Aspecta. Elsefier Publ, London.

Guo G, DS Jackson, RA Graybosch, and AM Parkhurst. 2003. Asian Salted Noodle Quality: Impact of Amylose Content Adjustments Using Waxy Wheat Flour. J Cereal Chem. 80: 437-445.

Hadiningsih, N. 1999. Pemanfaatan tepung jagung sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan produk mi kering yang difortifikasi dengan tepung bayam. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hariyadi, P dan N. Andarwulan. 2006. Perubahan Mutu (Fisik, Kimia dan Mikrobiologi) Produk Pangan Selama Pengolahan dan Penyimpanan. Di dalam: Modul Pelatihan Pendugaan dan Pengendalian Masa

Page 91: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

75

Kadaluarsa Bahan dan Produk Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, Bogor.

Harnani, N. D. 2001. Kajian Penggunaan Bilangan TBA sebagai Indikator Penduga Umur Simpan Bumbu Masak Siap Pakai. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hatorangan, E.F. 2007. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi NaCl, Kadar Air, dan Passing terhadap Mutu Fisik Mie Basah Jagung yang Diproduksi dengan Menggunakan Ekstruder Ulir Pemasakan dan Pencetak. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Heymann, H., Holt, D. L. dan Cliff, M. A. 1993. Measurement of Flavor by Sensory Descriptive Techniques. Di dalam: Manley, C. H. dan Ho, C. T (eds). Flavor Measurement. Marcell Dekker, Inc., New York.

Hou, Guoquan dan Mark Kruk. 1998. Asian Noodle Technology. http://secure.aibonline.org/catalog/example/V20Iss12.pdf. [28 Juni 2006].

Hutching, J. B. 1999. Food Color and Appearance, 2nd edition. Gaithersburg. Aspen Publisher. Inc, Maryland.

Johnson, L.A. 1991. Corn: Production, Procesing, and Utilization. Di dalam: Lorenz, K. J. dan K. Kulp (eds.). Handbook of Cereal Science and Technology. Marcell Dekker Inc., New York.

Jugenheimer, R. W. 1976. Corn: Improvement, Seed Production, and Uses. John Willey and Sons, New York.

Juniawati. 2003. Optimasi Proses Pengolahan Mie Jagung Instan Berdasarkan Kajian Preferensi Konsumen. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ketaren, S. 1989. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

Kurniawati, R. D. 2006. Penentuan Desain Proses dan Formulasi Optimal Pembuatan Mie Jagung Basah Berbahan Dasar Pati Jagung dan Corn Gluten Meal (CGM). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kurniawati, M. 2007. Penentuan Formula Antioksidan untuk Menghambat Ketengikan pada Bumbu Ayam Goreng Kalasan Selama Satu Bulan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kusnandar, F. 2006. Desain Percobaan dalam Penetapan Umur Simpan Produk Pangan dengan Metode ASLT (Model Arrhenius dan Kadar Air Kritis). Di dalam: Modul Pelatihan Pendugaan dan Pengendalian Masa Kadaluarsa Bahan dan Produk Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, Bogor.

Kusnandar, F. 2008. Mengenal Mie Jagung. Di dalam: Modul Pelatihan Proses Produksi Mie Jagung. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, Bogor.

Page 92: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

76

Labuza, T. P. 1982. Shelf Life Dating of Foods. Westport Connecticut: Food and Nutrition Press Inc.

Lawless, H. T. dan Heymann, H. 1998. Sensory Evaluation of Food Principles and Practises. Kluwer Academic/Plenum Publishers, New York.

Lestari, O. A. 2009. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia dan Evaluasi Nilai gizi Biologis Mie Jagung Kering yang Disubstitusi Tepung Jagung Termodifikasi. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Meilgaard, M., GV. Civille, dan BT Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques. CRC Press, New York.

Merdiyanti, A. 2008. Paket Teknologi Pembuatan Mie Kering dengan Memanfaatkan Bahan Baku Tepung Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nawar, W. W. 1996. Lipids. Di dalam: Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry Third Edition. Marcell Dekker Inc, New York.

Oh, N. H., Seib, P. A., Finney, K. F., dan Pomeranz, Y. 1983. Noodles I. Measuring the textural characteristics of cooked noodles. J Cereal Chem. 60 (6): 433-8. Di dalam Khouryieh, H et al. Quality and Sensory Properties of Fresh Egg Noodles Formulated eith Either Total or Partial Replacement of Egg Substitutes. J Food and Science. 71: S433-S437.

Oh, N. H., Seib, P. A., Finney, K. F., dan Pomeranz, Y. 1985. Oriental Noodles. J Cereal Chem. 63:93-96.

Prasetiawati, W. 2009. Pengembangan Produk Ekstrusi Berbahan Baku Kacang Tanah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putra, S. N. 2008. Optimalisasi Formula dan Proses Pembuatan Mie Jagung dengan Metode Kalendering. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putra, G. B. 2009. Analisis Preferensi Konsumen dan Pedagang Mie Bakso terhadap Mie Basah Jagung dengan teknologi Ekstrusi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rianto, B.F. 2006. Desain Proses Pembuatan dan Formulasi Mie Basah Berbahan Baku Tepung Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sanjur, D. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. Prentice-Hall. Englewood Cliffs, New York.

Setiadi, J. N. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada media, Jakarta.

Simamora, B. 2002. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soraya, A. 2006. Perancangan Proses dan Formulasi Mi Basah Jagung Berbahan Dasar High Quality Protein Maize Varietas Srikandi

Page 93: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

77

Kuning Kering Panen. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Stepherd, R. dan Sparks, P. 1994. Modelling Food Choice. Di dalam: MacFie, H. J. H. dan D. M. H. Thomson (eds). Measurement of Food Preference. Pp 202-223. Blackie Academic and Profesional, Glasgow

Stone, H dan JL. Sidel. 2004. Sensory Evaluation Practises. Elsevier, Amsterdam.

Suhardjo. 1989. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen danTeori Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sunaryo, E. 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-Bijian. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Petanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Cetakan ke-18. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung edisi Revisi. Cetakan ke-14. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syarief, R., S. Santausa, dan St. Isyana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pengemasan Pangan. Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Syarief dan Y. Halid. 1993. Teknologi Pengemasan Pangan. Arcan, Bandung.

Takdir A, Sunarti S, Mejaya M J. 2007. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Thomson, DMH. 1986. The Meaning of Flavor. Di dalam: Birch, GG. dan MG. Lindley (ed.). Development in Food Flavors. Elsevier, London.

Watson, S. A. 2003. Description, Development, Structure and Composition of the Corn Kernel. Di dalam: White, P. J. dan L. A. Johnson (eds). Corn: Chemistry and Technology, 2nd edition. American Association of Cereal Chemistry Inc., St. Paul, Minnesota, USA.

Zulkhair, H. 2009. Karakterisasi Tepung Jagung Lokal dan Mie Basah Jagung yang Dihasilkan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 94: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

78

Lampiran 1. Format Kuesioner Analisis Preferensi Konsumen

Kuesioner ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MIE JAGUNG

OLAHAN Tempat : Baso Favorit/Baso Kabayan* (pilih salah satu) Tanggal : Nama Responden : Jenis Produk Olahan : Mie Bakso/Mie Ayam* (pilih salah satu) Petunjuk pengisian : Responden diharapkan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih. (Mohon diisi dengan lengkap)

A. Profil Responden 1. Jenis kelamin Anda :

a. Laki-laki b. Perempuan

2. Usia Anda saat ini : a. 16-25 tahun b. 26-35 tahun c. 36-45 tahun d. >45 tahun

3. Tingkat pendidikan terakhir Anda adalah : a. SMP b. SMA c. Diploma d. S1 e. S2/S3 f. Lainnya, sebutkan ……..

4. Pekerjaan Anda saat ini : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai Negeri c. Karyawan Swasta d. Wiraswasta e. Ibu Rumah Tangga f. Lainnya, sebutkan …….

5. Rata-rata pengeluaran pribadi Anda per bulan saat ini : a. <Rp. 300.000 b. Rp. 300.000-Rp. 500.000 c. Rp. 500.000-Rp. 1.000.000 d. Rp. 1.000.000-Rp. 5.000.000 e. >Rp. 5.000.000

B. Profil Responden dalam Mengkonsumsi Mie

Page 95: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

79

1. Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi mie dalam seminggu ? a. < 2 kali b. 3 - 4 kali c. 5 – 7 kali d. > 7 kali

2. Faktor/hal apa yang paling menentukan pilihan Anda dalam mengkonsumsi mie ? (jawaban boleh lebih dari 1)

a. Kualitas atau mutu mie (mencakup rasa/tekstur yang enak) b. Kemudahan untuk membeli c. Harga yang terjangkau d. Pengganti pangan pokok (mengenyangkan) e. Lainnya, sebutkan........

3. Menurut Anda, faktor mutu apa yang menentukan pilihan Anda untuk mengkonsumsi mie ? (tolong diurutkan (1) mulai dari yang terpenting hingga (4) yang kurang penting)

Rasa .... Aroma/bau .... Warna .... Tekstur ....

4. Menurut Anda, karakteristik atau ciri-ciri mie ayam/mie dalam bakso seperti apa yang paling banyak disukai? .....................................................................................................................

C. Preferensi Responden terhadap Mie Kering Jagung Substitusi dalam

Produk Mie Bakso

1. Apakah Anda pernah mengenal atau mendengar mie jagung sebelumnya? a. Ya b. Tidak

2. Bagaimana tingkat kesukaan Anda terhadap produk olahan mie jagung ini (secara keseluruhan)?

a. Suka b. Agak suka c. Biasa saja/netral d. Agak tidak suka e. Tidak suka

3. Apa alasan Anda terhadap jawaban pertanyaan no.2 diatas ? .....................................................................................................................

4. Menurut Anda, apakah mie jagung sesuai atau cocok bila diolah menjadi produk ini ?

a. Ya b. Tidak

5. Jika jawaban pertanyaan no. 4 adalah “Ya”, apakah mie jagung ini dapat menggantikan jenis mie yang sudah ada (mie terigu) ?

Page 96: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

80

a. Ya b. Tidak

6. Jika jawaban pertanyaan no. 4 adalah “Tidak”, apa alasan Anda? ………………………………………………………………………………………………………

7. Menurut Anda, apakah produk mie jagung ini cocok pula untuk produk olahan lainnya, seperti di bawah ini (jawaban boleh lebih dari 1) :

a. Soto mie b. Toge goreng c. Mie goreng d. Lainnya, sebutkan ……

****************** terima kasih atas partisipasi Anda ****************** Lampiran 2. Format Kuesioner Seleksi Panelis

Identifikasi Rasa Dan Aroma Dasar

Page 97: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

81

Sampel: larutan rasa dasar Nama: ……………… Tanggal pengujian: …..…… Petunjuk: Berikut ini telah disediakan lima jenis larutan dasar. Lakukan pencicipan secara berurutan dari kiri ke kanan satu per satu. Ambil satu sendok sampel larutan, tempatkan pada sendok pencicip. Rasakan selama 5 detik, kemudian identifikasi rasa tersebut. Lakukan pembilasan lidah setiap akan mencicipi sampel berikutnya. Tidak diperbolehkan mengulang pengujian.

Kode sampel Deskripsi rasa

Sampel: larutan aroma dasar Petunjuk: Berikut ini telah disediakan lima jenis larutan volatil. Lakukan penciuman sampel secara berurutan dari kiri ke kanan satu per satu. Buka botol sampel larutan, kemudian kibaskan tepat didepan hidung. Amati dan identifikasi aroma tersebut. Istirahatkan hidung Anda setiap akan menguji sampel berikutnya.

Kode sampel Deskripsi aroma

Uji Rangking

Sampel: larutan rasa dasar Nama: ……………… Tanggal pengujian: …..……

Page 98: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

82

Petunjuk: Berikut ini telah disediakan 1 set larutan rasa dasar. Lakukan pencicipan secara berurutan dari kiri ke kanan satu per satu. Kemudian, urutkan contoh-contoh dibawah ini berdasarkan intensitas rasanya, dari yang paling tinggi intensitasnya (tulis angka 1 dibawah kolom rangking) hingga yang paling rendah intensitasnya (tulis angka 4 dibawah kolom rangking). Lakukan pembilasan lidah setiap akan mencicipi sampel berikutnya. ~ set 1 (rasa asin)

Kode sampel Rangking

Uji Segitiga Nama : ………….. Produk : mie kering Atribut : kekerasan Petunjuk: Berikut telah disediakan 3 sampel uji, yang terdiri dari 2 sampel sama dan 1 sampel berbeda. Lakukan pencicipan sampel secara berurutan dari kiri ke kanan satu per satu. Kemudian identifikasi mana sampel yang berbeda (dalam atribut kekerasan). Berikan tanda checklist (√) didepan kode sampel berbeda. Set 1 Set 2 Set 3

Lampiran 3. Format Kuesioner Uji Rating

UJI RATING Nama :

Kode sampel Sampel beda

Kode sampel Sampel beda

Kode sampel Sampel beda

Page 99: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

83

Petunjuk : 1. Berikut telah disediakan 2 set sampel mie kering 2. Evaluasi sampel tersebut berdasarkan atribut masing-masing 3. Buka kemasan, evaluasi atribut aroma terlebih dahulu kemudian diikuti atribut lainnya 4. Untuk atribut aroma, letakkan potongan mie didepan hidung untuk dihirup secara dalam

selama 5 detik 5. Untuk atribut kerapuhan, amati sampel dengan menekan/mematahkan mie dengan kedua

tangan 6. Beri tanda checklist (V) sesuai dengan pilihan Anda. (Bandingkan Dengan Sampel

Kontrol).

Atribut Spesifikasi/ intensitas Skor Kode contoh

… … … … … …

Sebelum rehidrasi

Warna

Warna kuning cerah homogen/sama dengan kontrol 10

9

Warna kuning cerah, tidak homogen 8

7

Warna kuning mulai terlihat pudar 6

5

Warna kuning pudar 4

3

Warna kuning pucat 2

1

Warna kuning sangat pucat 0

Tingkat kecerahan

Warna normal/sama dengan kontrol 10

9

Warna mulai terlihat kusam 8

7

Warna sedikit kusam 6

5

Warna kusam sebagian 4

3

Warna kusam dominan menyeluruh 2

1

Warna sangat kusam 0

Atribut Spesifikasi/ intensitas Skor Kode contoh

… … … … … …

Tekstur (kerapuhan)

Tidak mudah patah/sama dengan kontrol 10

9

Cukup mudah patah 8

7

Page 100: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

84

Lampiran 4. Performa Calon Panelis Terlatih Pada Rangkaian Proses Seleksi

Mudah patah 6

5

Mudah patah dan hancur 4

3

Sangat mudah patah dan hancur 2

1

Sangat mudah patah dan sangat mudah hancur 0

Off Odor

Tidak ada off odor/sama dengan kontrol 0

1

Off odor mulai tercium lemah 2

3

Off odor tercium cukup kuat 4

5

Off odor tercium kuat, tengik 6

7

Off odor tercium kuat, sangat tengik 8

9

Off odor tercium sangat kuat, sangat tengik 10

Setelah rehidrasi

Off flavor

Tidak ada off flavor/sama dengan kontrol 0

1

Off flavor (rasa menyimpang) mulai terdeteksi lemah 2

3

Off flavor terdeteksi cukup kuat 4

5

Off flavor kuat, rasa tidak enak 6

7

Off flavor kuat, rasa sangat tidak enak 8

9

Off flavor sangat kuat, rasa sangat tidak enak 10

panelis

persentase (%) lulus seleksiuji identifikasi uji rangking uji segitiga

rasa aroma asin kekerasan kekenyalan aroma panelis 1 100 100 100 100 100 100 ya panelis 2 100 100 100 100 100 100 ya panelis 3 100 80 100 100 100 100 ya

Page 101: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

85

panelis 4 100 100 100 100 100 100 ya panelis 5 100 100 100 100 60 100 ya panelis 6 80 100 100 100 100 100 ya panelis 7 100 100 100 100 60 100 ya panelis 8 100 100 100 100 100 100 ya panelis 9 80 80 100 100 100 100 ya

Page 102: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

86

Lampiran 5. Rekapitulasi Konsep Pelatihan Panelis Mie Kering Jagung Substitusi

Lampiran 6. Tabulasi Data Uji Umur Simpan

No Tujuan Jenis Uji Hasil

1 Mengenalkan berbagai mie kepada panelis, antara lain mie kering-mie instan; mie terigu-mie jagung; dan mie segar-mie rusak

FGD Panelis mengenal dan mampu membedakan antara mie kering-mie instan dan mie segar-mie rusak

2 Menetapkan parameter mutu kritis mie kering substitusi jagung yang berpotensi terhadap kerusakan selama penyimpanan

FGD Parameter mutu kritis hasil kesepakatan panelis adalah rasa untuk mie setelah rehidrasi, serta warna, kerapuhan dan aroma untuk mie sebelum rehidrasi

3 Melatih panelis dalam memberi skor penilaian/merating sampel

Uji rating dan FGD

Belum ada kesepakatan diantara panelis mengenai penilaian skor masing-masing atribut (keragaman penilaian panelis cukup tinggi).

4 Melihat konsistensi panelis dalam memberi skor penilaian

Uji rating dan FGD

Untuk atribut aroma, masih ada beberapa panelis yang keliru dalam melakukan penilaian, yaitu mengganggap bahwa sampel mie yang telah rusak dan cenderung tengik masih tergolong normal dan dapat diterima.

Namun secara keseluruhan, panelis mampu memberi penilaian skor dalam kisaran ragam yang tidak terlalu lebar

5 Melihat konsistensi panelis dalam memberi skor penilaian dan mereview serta menyamakan persepsi

Uji rating dan FGD

Masih ada beberapa panelis yang memberi nilai skor secara ekstrim. Namun hampir sebagian besar panelis telah paham dan memiliki kesepakatan mengenai kualitas mie subtitusi jagung yang normal serta yang telah rusak.

Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa belum seluruh panelis konsisten dan paham dengan benar dalam melakukan penilaian

Page 103: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

87

Parameter Sensori Atribut Warna

H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 351 8 10 9 9 8 9 9 10 9 9 8 7 9 10 9 9 9 8 9 9 9 9 8 9 9 9 9 7 8 9 9 9 9 9 8 82 10 8 9 6 2 1 10 9 8 8 7 4 10 8 7 6 6 4 8 9 8 8 7 1 10 8 9 7 2 1 7 9 7 7 4 43 10 8 9 8 8 6 9 7 8 10 9 6 10 8 9 9 8 6 10 9 8 10 8 6 10 9 8 9 8 7 10 8 9 9 8 74 10 10 9 8 5 2 10 10 10 9 5 4 10 10 9 10 6 5 10 10 10 10 6 4 10 10 8 9 6 3 10 10 9 10 6 25 9 9 8 7 7 10 8 9 10 9 8 10 8 8 9 10 9 9 9 8 8 9 8 10 10 8 9 6 7 8 10 10 9 6 8 96 9 9 8 10 4 5 10 10 10 10 4 6 10 9 8 10 4 2 10 10 10 9 4 3 10 9 8 6 5 2 10 10 10 6 5 37 10 10 9 9 5 8 10 9 8 8 6 8 10 9 9 9 9 8 10 9 8 8 6 8 10 9 10 9 4 8 10 9 8 7 4 88 10 10 10 9 8 10 10 10 10 7 10 6 10 8 10 7 6 6 10 9 10 5 9 10 10 8 8 6 4 6 10 8 8 9 9 69 9 10 8 6 7 2 9 9 10 9 8 4 10 10 9 8 6 3 9 9 10 7 8 7 9 10 10 6 9 7 9 8 9 8 7 4

RATAAN 9.4 9.3 8.8 8.0 6.0 5.9 9.4 9.2 9.2 8.8 7.2 6.1 9.7 8.9 8.8 8.7 7.0 5.7 9.4 9.1 9.0 8.3 7.1 6.4 9.8 8.9 8.8 7.2 5.9 5.7 9.4 9.0 8.7 7.9 6.6 5.7

37U1 U2

45U1 U2

55U1 U2panelis

Parameter Sensori Atribut Kecerahan

Page 104: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

88

H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 351 8 10 9 9 8 9 9 10 10 9 9 7 9 10 10 9 9 8 9 9 9 9 9 9 9 9 10 8 9 9 9 9 10 9 9 82 9 10 9 7 8 7 10 8 8 9 3 4 6 8 9 5 8 6 4 9 9 9 3 3 9 9 9 6 8 6 9 10 9 8 4 33 10 10 9 7 2 1 8 9 9 8 6 4 9 8 9 8 2 4 8 10 9 8 6 2 10 8 9 8 2 1 7 9 9 8 4 14 10 9 9 8 7 6 9 8 8 9 8 6 9 9 9 9 8 6 10 9 9 10 7 6 10 9 9 8 8 7 9 8 9 8 7 75 10 8 9 10 5 2 10 9 9 10 5 2 10 9 9 8 6 2 10 8 10 10 7 2 10 8 8 10 7 3 7 8 8 10 6 16 8 10 10 9 8 10 9 9 10 9 9 10 9 8 9 8 8 9 8 9 9 7 8 9 10 9 9 7 9 5 10 10 10 8 8 97 10 10 8 10 2 2 9 9 10 10 2 2 10 10 9 10 2 3 10 10 10 9 2 3 10 10 8 6 7 1 10 10 10 7 5 38 10 9 9 9 8 8 10 8 9 7 8 8 10 9 8 9 9 8 10 8 9 8 4 8 10 9 9 9 6 9 10 8 9 8 6 89 10 7 9 8 9 8 9 7 8 6 6 8 6 9 10 3 8 2 10 9 9 3 4 8 10 9 7 6 4 6 6 9 7 8 8 6

RATAAN 9.4 9.2 9.0 8.6 6.3 5.9 9.2 8.6 9.0 8.6 6.2 5.7 8.7 8.89 9.11 7.67 6.67 5.33 8.78 9 9.22 8.11 5.56 5.56 9.78 8.89 8.67 7.56 6.67 5.22 8.56 9 9 8.22 6.33 5.11

panelis37 45 55

U1 U2 U1 U2 U1 U2

Parameter Sensori Atribut Kerapuhan

Page 105: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

89

H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 351 9 10 10 9 9 8 10 10 9 8 9 9 10 10 9 8 8 7 9 9 10 8 9 9 9 10 8 7 8 8 10 9 9 7 8 62 10 8 10 6 4 4 7 10 6 6 6 5 10 8 9 7 5 6 8 9 8 6 7 5 10 8 9 6 6 3 8 10 7 8 6 23 10 9 9 9 7 7 10 8 9 9 7 5 9 9 9 8 8 5 10 7 8 8 8 4 10 8 9 8 8 5 10 8 9 7 7 64 9 8 10 10 3 5 8 8 8 10 7 6 9 8 10 6 5 5 8 10 10 10 8 3 9 8 10 5 4 6 9 8 10 4 4 45 10 9 7 8 6 8 8 9 9 8 4 7 9 10 9 10 6 8 8 10 10 8 7 9 7 10 10 7 7 8 8 10 10 9 4 66 10 9 9 4 3 3 9 10 9 7 2 1 10 6 7 6 5 4 9 9 9 5 2 2 9 10 9 5 9 3 10 10 9 9 5 37 10 9 10 8 3 9 10 8 10 4 4 9 10 9 10 7 8 8 10 8 9 5 2 8 10 9 10 6 2 9 10 9 9 3 2 78 8 10 8 9 10 9 8 10 9 9 8 7 9 9 10 8 6 5 9 10 10 6 9 9 10 6 9 6 5 7 10 6 7 8 6 59 8 9 10 8 6 3 9 9 8 8 6 4 9 9 10 9 4 4 9 10 10 7 6 7 9 10 7 8 9 1 10 8 10 9 5 1

RATAAN 9.3 9.0 9.2 7.9 5.7 6.2 8.8 9.1 8.6 7.7 5.9 5.9 9.4 8.7 9.2 7.7 6.1 5.8 8.9 9.1 9.3 7.0 6.4 6.2 9.2 8.8 9.0 6.4 6.4 5.6 9.4 8.7 8.9 7.1 5.2 4.4

panelis37 45 55

U1 U2 U1 U2 U1 U2

Parameter Sensori Atribut Aroma Tengik

Page 106: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

90

H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 351 1 0 1 1 1 2 1 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 2 1 1 1 1 2 2 0 1 1 1 2 2 12 0 0 1 6 6 7 1 1 1 2 8 9 0 1 6 6 7 3 2 1 3 3 8 7 3 2 5 7 8 9 5 1 8 7 8 103 1 0 1 0 5 4 1 1 1 1 1 3 1 0 2 1 4 4 3 2 2 1 2 5 0 2 2 1 2 5 4 2 4 1 2 64 0 2 0 0 1 3 0 1 1 1 3 2 0 2 1 2 2 3 0 1 2 1 2 2 0 2 0 2 2 4 0 1 1 1 3 45 1 2 2 1 4 1 1 1 1 0 4 7 1 1 2 1 5 6 1 2 1 1 4 7 1 1 2 4 3 9 0 1 3 2 5 106 2 1 0 3 5 7 2 1 1 0 5 7 3 0 0 0 4 6 0 2 0 2 2 6 0 0 0 2 3 1 1 0 1 1 4 57 0 0 0 1 2 1 1 2 1 2 5 0 1 0 1 1 2 3 1 2 2 2 4 3 1 2 0 1 2 3 0 2 1 3 6 18 1 0 1 1 0 2 1 0 1 4 0 5 0 3 0 4 2 5 0 2 4 7 1 1 2 4 4 7 5 7 4 4 0 1 2 79 1 1 2 2 2 1 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 4 3 2 1 0 1 2 1 1 1 2 3 1 1 1 1 2 3 4 1

RATAAN 0.8 0.7 0.9 1.7 2.9 3.1 1.0 0.9 1.1 1.4 3.1 4.1 1.0 1.0 1.7 2.0 3.4 3.8 1.1 1.6 1.6 2.2 3.0 3.7 1.0 1.7 1.8 3.2 3.1 4.3 1.8 1.4 2.3 2.3 4.0 5.0

panelis37 45 55

U1 U2 U1 U2 U1 U2

Parameter Sensori Atribut Rasa

Page 107: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

91

H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 35 H-0 7 14 21 28 351 1 0 0 0 0 2 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 1 1 1 1 12 0 1 1 4 4 3 0 0 2 0 1 1 0 0 2 2 1 3 1 1 3 0 3 3 1 1 2 7 4 7 2 1 1 1 3 103 0 0 0 2 1 3 1 0 1 2 2 1 0 2 1 2 1 1 1 2 1 4 3 5 0 2 0 6 5 4 1 1 1 0 6 54 0 1 1 1 1 3 0 1 1 1 1 3 0 2 2 1 2 2 0 1 2 1 2 1 0 1 2 1 2 4 0 1 2 2 2 35 0 1 0 0 1 1 2 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1 2 0 0 0 3 1 2 1 0 3 3 26 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 2 1 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 1 0 27 1 1 0 1 2 3 1 0 1 1 3 3 0 0 2 0 2 6 0 1 0 1 3 5 0 0 3 2 7 7 0 0 4 2 6 98 0 0 2 2 1 1 0 1 2 3 2 2 0 0 1 2 3 2 0 1 1 3 3 2 0 0 2 3 3 2 0 2 2 3 3 29 0 1 0 0 1 0 0 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 0 0 2 3 3 1 0 0 0 0 5 5 0 0 0 3 4 5

RATAAN 0.2 0.7 0.6 1.2 1.3 1.8 0.6 0.4 1.2 1.1 1.3 1.6 0.4 0.8 1.1 1.1 1.4 2.1 0.4 1.0 1.1 1.4 2.1 2.1 0.3 0.4 1.2 2.3 3.4 3.6 0.6 0.8 1.2 1.8 3.1 4.3

panelis37 45 55

U1 U2 U1 U2 U1 U2

Page 108: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

92

Parameter Objektif KPAP H-… T (oC) U b.sampel (B) b.cawan kosong b.cawan+isi sblm oven b.stlh oven (A) KPAP SD

U1 5.0353 3.3284 17.3295 7.7109 4.3566 0.0799U2 5.0416 3.3376 17.9694 7.7204 4.4695U1 5.0040 5.8087 12.6441 10.0778 6.7020 0.6298

5.0092 5.5747 13.1754 9.8399 6.8840U2 5.0015 4.5087 13.1339 8.7991 6.1896

5.0048 3.3051 13.2512 7.6309 5.4780U1 5.0089 5.8605 11.3560 10.0908 7.6404 1.4971

5.0009 5.3858 12.0126 9.6254 7.2893U2 5.0016 5.2494 11.6982 9.5874 5.1507

5.0017 5.3793 12.6400 9.7397 4.6629U1 5.0043 5.0719 11.3640 9.4492 4.3431 0.5421

5.0077 5.0458 11.6818 9.3833 5.2772U2 5.0060 4.2823 12.3517 8.6133 5.3870

5.0075 5.2835 12.4827 9.6584 4.4566U1 5.0050 5.2536 14.0164 9.5485 6.1569 6.1973 0.4281

5.0029 5.3887 13.2997 9.6781 6.2377U2 5.0059 5.5792 13.6544 9.8377 6.9690 6.8858

5.0060 5.0928 14.1606 9.3590 6.8026U1 5.0001 5.2545 12.9444 9.5046 7.0448 7.1232 0.3147

5.0069 3.1279 12.6509 7.3766 7.2016U2 5.0075 3.3044 12.8495 7.5852 6.5117 6.6067

5.0082 3.3573 13.2996 7.6300 6.7016U1 5.0043 4.2842 13.6425 8.6591 4.3955 4.3280 0.1613

5.0082 4.6559 14.1374 9.0404 4.2604U2 5.0001 4.5119 13.1894 8.8842 4.3721 4.5076

5.0088 3.2455 12.8009 7.6130 4.6430U1 5.0062 5.5746 16.0938 9.9685 4.0168 0.2246

5.0006 5.0438 14.1822 9.4197 4.3029U2 5.0033 5.8093 14.3566 10.1784 4.5032

5.0037 5.3774 14.5422 9.7479 4.4802U1 5.0035 3.3176 13.5586 7.6880 4.4786 0.2441

5.0048 5.3783 12.5406 9.7232 5.0606U2 5.0012 4.5083 13.7836 8.8613 4.8152

5.0048 3.1249 14.3503 7.4777 4.8880U1 5.0056 5.8546 13.8585 10.2543 3.8786 0.1684

5.0046 5.4476 13.4779 9.8488 3.8266U2 5.0063 5.3828 15.0235 9.8001 3.5075

5.0068 5.8088 12.6497 10.2195 3.6613U1 5.0097 5.3814 13.5647 9.6183 7.5111 0.2839

5.0025 5.3794 14.8205 9.6318 7.0391U2 5.0034 5.3783 13.5723 9.6221 7.2438

5.0022 5.5804 14.9099 9.8032 7.6806U1 5.0064 5.0716 12.8429 9.4092 5.2504 0.2532

5.0094 4.2797 12.8855 8.6445 4.7134U2 5.0039 5.4482 14.6929 9.7838 5.2468

5.0015 3.1264 14.8183 7.4661 5.1117U1 5.0027 3.2448 12.7917 7.5307 6.3105 0.3425

5.0066 5.4504 13.6726 9.7529 6.0209U2 5.0078 5.2495 13.8280 9.5187 6.7706

5.0001 5.3842 14.4185 9.6517 6.6642U1 5.0048 4.6536 12.0459 8.9740 5.5960 0.4344

5.0041 5.8587 11.9451 10.2017 5.0889U2 5.0070 5.8092 13.3921 10.1114 6.0350

5.0077 5.0719 13.9975 9.3777 5.9695U1 5.0091 5.3800 14.7311 9.7358 4.9042 0.4956

5.0087 5.3863 15.0647 9.7677 4.3376U2 5.0019 4.5103 12.8093 8.9127 3.7484

5.0064 5.0859 13.6593 9.4795 4.0272U1 5.0099 3.3538 12.1742 7.7829 3.3193 0.3467

5.0034 5.5673 13.2699 9.9765 3.6287U2 5.0092 3.3829 13.0427 7.8114 3.3189

5.0045 4.2823 13.2335 8.7307 2.7932

55

rataan

H-0

6.31345.8338

457.4648

6.18584.9068

55

4.81024.8660

4.9218

H-7

376.7930

454.7696

4.81064.8516

H-14

37

45

H-21

37

3.85263.7185

3.5844

4.15994.3258

4.4917

H-28

377.2751

7.36867.4622

454.9819

5.08065.1792

55

3.8878

3.47403.2650

3.0561

6.16576.4416

6.7174

5.6723

4.2543H-35

37

45

55

6.5416

6.8649

4.4178

5.3424

6.0022

4.6209

4.4131

Page 109: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

93

Parameter Objektif TBA H-… T (oC) U b.sampel SD

U1 10.0031 0.014 0.019 0.1092 0.1482 0.0011 0.0015 0.0013U2 10.0039 0.012 0.015 0.0936 0.1170 0.0009 0.0012 0.0011

37 U1 10.0010 0.032 0.031 0.2496 0.2418 0.0025 0.0024 0.0025U2 10.0048 0.033 0.035 0.2574 0.2730 0.0026 0.0027 0.0027

45 U1 10.0067 0.032 0.036 0.2496 0.2808 0.0025 0.0028 0.0027U2 10.0047 0.032 0.036 0.2496 0.2808 0.0025 0.0028 0.0027

55 U1 10.0020 0.032 0.031 0.2496 0.2418 0.0025 0.0024 0.0025U2 10.0051 0.030 0.031 0.2340 0.2418 0.0023 0.0024 0.0024

37 U1 10.0062 0.021 0.022 0.1638 0.1716 0.0016 0.0017 0.0017U2 10.0014 0.023 0.022 0.1794 0.1716 0.0018 0.0017 0.0018

45 U1 10.0067 0.034 0.035 0.2652 0.2730 0.0027 0.0027 0.0027U2 10.0070 0.039 0.038 0.3042 0.2964 0.0030 0.0030 0.0030

55 U1 10.0087 0.030 0.032 0.2340 0.2496 0.0023 0.0025 0.0024U2 10.0096 0.031 0.031 0.2418 0.2418 0.0024 0.0024 0.0024

37 U1 10.0071 0.038 0.038 0.2964 0.2964 0.0030 0.0030 0.0030U2 10.0097 0.035 0.036 0.2730 0.2808 0.0027 0.0028 0.0028

45 U1 10.0026 0.032 0.035 0.2496 0.2730 0.0025 0.0027 0.0026U2 10.0075 0.033 0.032 0.2574 0.2496 0.0026 0.0025 0.0025

55 U1 10.0056 0.036 0.036 0.2808 0.2808 0.0028 0.0028 0.0028U2 10.0013 0.036 0.037 0.2808 0.2886 0.0028 0.0029 0.0028

37 U1 10.0025 0.031 0.031 0.2418 0.2418 0.0024 0.0024 0.0024U2 10.0091 0.032 0.032 0.2496 0.2496 0.0025 0.0025 0.0025

45 U1 10.0042 0.030 0.030 0.2340 0.2340 0.0023 0.0023 0.0023U2 10.0021 0.027 0.030 0.2106 0.2340 0.0021 0.0023 0.0022

55 U1 10.0070 0.040 0.039 0.3120 0.3042 0.0031 0.0030 0.0031U2 10.0053 0.041 0.038 0.3198 0.2964 0.0032 0.0030 0.0031

37 U1 10.0057 0.051 0.052 0.3978 0.4056 0.0040 0.0041 0.0040U2 10.0070 0.053 0.050 0.4134 0.3900 0.0041 0.0039 0.0040

45 U1 10.0047 0.030 0.031 0.2340 0.2418 0.0023 0.0024 0.0024U2 10.0021 0.031 0.031 0.2418 0.2418 0.0024 0.0024 0.0024

55 U1 10.0039 0.048 0.047 0.3744 0.3666 0.0037 0.0037 0.0037U2 10.0056 0.043 0.044 0.3354 0.3432 0.0034 0.0034 0.0034

Abs. bil TBA (mg MDA/ kg sampel) bil TBA (mg MDA/ g sampel) RATAAN (mg MDA/ g sampel)

H-0 0.0012 0.0002

H-7

0.0026 0.0001

0.0027 0.0000

0.0024 0.0001

H-14

0.0017 0.0001

0.0028 0.0002

0.0024 0.0000

H-21

0.0029 0.0001

0.0026 0.0001

0.0028 0.0000

H-28

0.0025 0.0001

0.0023 0.0001

0.0031 0.0000

H-35

0.0040 0.0000

0.0024 0.0000

0.0036 0.0002

Page 110: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

94

Parameter Objektif Warna-Kromameter

I II III IV I II III IV I II III IV37 U1 21.190 21.300 21.390 22.480 0.4057 0.4069 0.4047 0.4076 0.4083 0.4099 0.4087 0.4076

U2 25.380 25.460 27.040 20.800 0.4006 0.4010 0.4028 0.4029 0.4074 0.4084 0.4087 0.410437 U1 18.800 15.240 22.170 22.250 0.4054 0.3993 0.4004 0.3963 0.4085 0.4033 0.4049 0.4019

U2 12.870 21.710 17.330 17.070 0.3968 0.3892 0.3910 0.3944 0.3989 0.3982 0.3970 0.402145 U1 19.930 15.990 19.720 21.430 0.4030 0.4050 0.4039 0.4024 0.4077 0.4099 0.4083 0.4078

U2 21.360 20.620 24.060 22.120 0.3940 0.3928 0.3990 0.4037 0.4016 0.4013 0.4051 0.409355 U1 19.020 15.800 21.750 18.470 0.4023 0.4011 0.4034 0.4078 0.4067 0.4060 0.4086 0.4078

U2 22.730 16.980 26.840 26.330 0.3949 0.3998 0.4008 0.4033 0.3997 0.4026 0.4055 0.407137 U1 22.610 25.530 25.970 29.740 0.4023 0.4005 0.3967 0.4066 0.4069 0.4066 0.4021 0.4103

U2 25.340 29.150 29.650 28.490 0.3906 0.3922 0.3940 0.3975 0.3957 0.3976 0.3987 0.400645 U1 21.570 20.780 24.670 20.020 0.3926 0.4024 0.4017 0.3987 0.3989 0.4063 0.4060 0.4024

U2 20.340 28.460 19.690 23.050 0.3922 0.3956 0.3993 0.3967 0.3980 0.4031 0.4027 0.401355 U1 22.630 26.620 22.700 20.210 0.3973 0.3940 0.3962 0.3920 0.4013 0.3985 0.3950 0.3956

U2 26.690 20.050 21.450 23.080 0.3941 0.3895 0.3879 0.3911 0.4001 0.3950 0.3933 0.396237 U1 23.000 18.870 20.320 23.010 0.4101 0.4040 0.4147 0.4089 0.4129 0.4062 0.4142 0.4108

U2 36.340 28.550 34.020 23.750 0.4096 0.4129 0.4108 0.4118 0.4148 0.4151 0.4162 0.414345 U1 20.400 21.780 18.300 22.920 0.3988 0.3953 0.3999 0.4000 0.4031 0.4004 0.4037 0.4042

U2 19.280 16.410 17.780 20.660 0.4090 0.3999 0.4118 0.4139 0.4119 0.4036 0.4117 0.413855 U1 16.500 16.170 16.810 18.700 0.4012 0.4098 0.4060 0.4067 0.4020 0.4112 0.4086 0.4081

U2 21.280 26.270 19.040 17.400 0.4100 0.4117 0.4075 0.4064 0.4140 0.4140 0.4113 0.408537 U1 23.960 33.300 24.970 26.530 0.3986 0.3985 0.4003 0.3972 0.4009 0.4024 0.4035 0.4017

U2 22.700 27.630 24.960 22.780 0.4045 0.4035 0.4013 0.3994 0.4072 0.4065 0.4043 0.402845 U1 24.340 21.810 23.260 22.710 0.3908 0.3993 0.3982 0.4025 0.3953 0.4036 0.4005 0.4045

U2 16.620 16.230 18.600 16.650 0.3995 0.3972 0.4039 0.4050 0.4029 0.4018 0.4075 0.405455 U1 26.130 19.560 26.530 19.040 0.3931 0.3989 0.3921 0.3967 0.3968 0.4024 0.3960 0.3994

U2 23.330 14.760 25.920 23.470 0.4010 0.3898 0.3979 0.4002 0.4043 0.3943 0.4003 0.401937 U1 24.310 19.790 20.900 20.890 0.3921 0.3904 0.3930 0.3945 0.3981 0.3960 0.3958 0.3984

U2 17.900 25.260 28.460 28.590 0.4038 0.4032 0.3941 0.3943 0.4071 0.4072 0.3993 0.399945 U1 21.870 28.790 24.900 20.630 0.3916 0.3968 0.3952 0.3925 0.3951 0.4010 0.4000 0.3957

U2 21.180 21.220 20.730 29.910 0.3929 0.4002 0.3917 0.3958 0.3990 0.4033 0.3980 0.401655 U1 24.920 29.650 29.270 23.630 0.3888 0.3915 0.3937 0.3940 0.3950 0.3964 0.3933 0.3931

U2 23.590 23.580 27.350 29.150 0.3952 0.3894 0.3987 0.3892 0.3998 0.3932 0.4026 0.3959

H-0

H-… T (oC) U Y x y

H-7

H-14

H-21

H-28

H-35

Page 111: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

95

Lampiran 7. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Warna

Page 112: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

96

Lampiran 8. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Warna

perhitungan nilai k persamaan umur simpan ordo 0 suhu hari ke- skor Ln skor ordo slope intersep R2 suhu k ln k T 1/T

37

0 9.5 2.251 0 -0.087 9.500 0.850

37 0.087 -2.442 310 0.003226

7 9.3 2.230 45 0.081 -2.513 318 0.003145

14 9.0 2.197

50 0.104 -2.263 323 0.003096

21 8.4 2.128 Slope intersep R2

28 6.6 1.887 1 -0.011 2.251 0.821-1144 1.205 0.34

35 6.0 1.792

45

0 9.5 2.251 0 -0.081 9.500 0.869 perhitungan umur simpan (ordo 0) 7 9.0 2.197 suhu 28 (301 K)

suhu 30 (303 K)

14 8.9 2.186 ln k -2.5957

ln k -2.5706

21 8.5 2.140 K 0.0746

k 0.0765

28 7.1 1.960 1 -0.010 73.73 0.832 umur simpan 73.73 umur simpan 71.90 35 6.1 1.808 (hari) (hari)

50

0 9.5 2.251 0 -0.104 9.500 0.941 7 8.9 2.186

14 8.7 2.163

21 7.6 2.028 28 6.2 1.825 1 -0.013 2.251 0.914 35 5.7 1.740

Page 113: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

97

Lampiran 9. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Kecerahan

Page 114: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

98

Lampiran 10. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Kecerahan

perhitungan nilai k persamaan umur simpan ordo 0 suhu hari ke- skor Ln skor ordo slope intersep R2 suhu k ln k T 1/T

37

0 9.1 2.208 0

-0.076 9.1 0.72037 0.076 -2.577 310 0.003226

7 8.9 2.186 45 0.088 -2.430 318 0.003145

14 9.0 2.197

50 0.089 -2.419 323 0.003096

21 8.6 2.152 slope intersep R2 28 6.3 1.841

1 -0.010 2.208 0.705

-1276 1.552 0.903 35 5.8 1.758

45

0 9.1 2.208 0

-0.088 9.1 0.775perhitungan umur simpan (ordo 0)

7 8.9 2.186 suhu 28 (301 K) suhu 30 (303 K) 14 9.2 2.219

ln k -2.6872 ln k -2.6592

21 7.9 2.067 k 0.0681 k 0.0700

28 6.1 1.808 1

-0.012 74.92 0.759umur simpan 74.92 umur simpan 72.85

35 5.4 1.686 (hari) (hari)

50

0 9.1 2.208 0

-0.089 9.1 0.825

7 8.9 2.186 14 8.8 2.175

21 7.9 2.067 28 6.5 1.872

1 -0.012 2.208 0.784

35 5.2 1.649

Page 115: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

99

Lampiran 11. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Kerapuhan

Page 116: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

100

Lampiran 12. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Kerapuhan

perhitungan nilai k persamaan umur simpan ordo 0 suhu hari ke- skor Ln skor ordo slope intersep R2 suhu k ln k T 1/T

37

0 9.2 2.219 0 -0.088 9.2 0.811

37 0.088 -2.430 310 0.003226

7 9.1 2.208 45 0.086 -2.453 318 0.003145

14 8.9 2.186

50 0.111 -2.198 323 0.003096

21 7.8 2.054 slope intersep R2 28 5.8 1.758 1

-0.011 2.219 0.783

-1576 2.615 0.536 35 6.1 1.808

45

0 9.2 2.219 0 -0.086 9.2 0.813

perhitungan umur simpan (ordo 0) 7 8.9 2.186 suhu 28 (301 K)

suhu 30 (303 K)14 9.3 2.230

ln k -2.6209 ln k -2.5863

21 7.3 1.988 k 0.0727 k 0.075328 6.3 1.841 1

-0.011 2.219 0.815umur simpan

71.49 umur simpan 69.06

35 6.0 1.792 (hari) (hari)

50

0 9.2 2.219 0 -0.111 9.2 0.884

7 8.7 2.163

14 8.9 2.186

21 6.8 1.917 28 5.8 1.758 1

-0.015 2.219 0.869

35 5.0 1.609

Page 117: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

101

Lampiran 13. Grafik Plot Ordo Nol dan Satu pada Parameter Aroma Tengik

Page 118: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

102

Lampiran 14. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Aroma Tengik

perhitungan nilai k persamaan umur simpan ordo 0 suhu hari ke- skor Ln skor ordo slope intersep R2 suhu k ln k T 1/T

37

0 8.9 2.186 0 0.054 1.1 0.690

37 0.054 -2.919 310 0.0032267 9.2 2.219 45 0.066 -2.718 318 0.003145

14 9.0 2.197

50 0.092 -2.386 323 0.00309621 8.4 2.128 slope intersep R2 28 7.0 1.946 1

0.027 0.095 0.663

-3937 9.749 0.921 35 6.4 1.856

45

0 8.9 2.186 0 0.066 1.1 0.903

perhitungan umur simpan (ordo 0) 7 8.7 2.163 suhu 28 (301 K)

suhu 30 (303 K) 14 8.4 2.128

ln k -3.3307 ln k -3.2444

21 7.9 2.067 k 0.0358 k 0.039028 6.8 1.917

1 0.034 0.095 0.971

umur simpan 137.00

umur simpan 125.67

35 6.3 1.841 (hari) (hari)

50

0 8.9 2.186 0 0.092 1.1 0.965

7 8.4 2.128

14 7.9 2.067

21 7.2 1.974 28 6.4 1.856 1

0.042 0.095 0.992

35 5.3 1.668

Page 119: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

103

Lampiran 15. Grafik Ordo Nol dan Satu Parameter Rasa

Page 120: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

104

Lampiran 16. Rekapitulasi dan Pendugaan Umur Simpan Berdasarkan Parameter Rasa

perhitungan nilai k persamaan umur simpan ordo 0 suhu hari ke- skor Ln skor ordo slope intersep R2 suhu k ln k T 1/T

37

0 9.6 2.262 0 -0.035 9.6 0.984

37 0.035 -3.352 310 0.0032267 9.4 2.241 45 0.048 -3.037 318 0.003145

14 9.1 2.208

50 0.093 -2.235 323 0.00309621 8.8 2.175 slope intersep R2 28 8.7 2.163 1

0.044 -0.916 0.939-7156 19.65 0.885

35 8.3 2.116

45

0 9.6 2.262 0 -0.048 9.6 0.977

perhitungan umur simpan (ordo 0) 7 9.1 2.208 suhu 28 (301 K) suhu 30 (303 K)

14 8.9 2.186

ln k -4.1241 ln k -3.967221 8.7 2.163 k 0.0162 k 0.018928 8.2 2.104 1

0.053 -0.916 0.823umur simpan

346.14 umur simpan 295.87

35 7.9 2.067 (hari) (hari)

50

0 9.6 2.262 0 -0.093 9.6 0.936

7 9.4 2.241

14 8.8 2.175

21 7.9 2.067 28 6.7 1.902 1

0.071 -0.916 0.97535 6.1 1.808

Page 121: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

105

Lampiran 17. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Warna

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 1193.403(a) 8 149.175 2679.798 .000 hari 31.200 5 6.240 112.096 .000 sampel .583 2 .292 5.240 .028 Error .557 10 .056 Total 1193.960 18

a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = .999) skor Duncan

sampel N

Subset

1 2 sampel 50 6 7.78 sampel 37 6 8.12sampel 45 6 8.20Sig. 1.000 .554

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .056. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 122: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

106

Lampiran 18. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Kecerahan

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 1134.694(a) 8 141.837 2342.259 .000 sampel .274 2 .137 2.266 .154 hari 36.178 5 7.236 119.486 .000 Error .606 10 .061 Total 1135.300 18

a R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .999) skor Duncan

sampel N

Subset

1 sampel 45 6 7.70sampel 50 6 7.75sampel 37 6 7.98Sig. .086

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .061. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 123: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

107

Lampiran 19. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Kerapuhan

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 1101.140(a) 8 137.643 1418.995 .000 hari 37.892 5 7.578 78.127 .000 sampel .643 2 .322 3.316 .079 Error .970 10 .097 Total 1102.110 18

a R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .998) skor Duncan

sampel N

Subset

1 sampel 50 6 7.42sampel 37 6 7.80sampel 45 6 7.83Sig. .051

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .097. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 124: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

108

Lampiran 20. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Aroma Tengik

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 1110.251(a) 8 138.781 4095.189 .000 hari 20.543 5 4.109 121.236 .000 sampel 2.374 2 1.187 35.033 .000 Error .339 10 .034 Total 1110.590 18

a R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = .999) skor Duncan

sampel N

Subset

1 2 3 sampel 50 6 7.30 sampel 45 6 7.83 sampel 37 6 8.18Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .034. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 125: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

109

Lampiran 21. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Sensori Rasa

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 1344.423(a) 8 168.053 576.181 .000 hari 10.553 5 2.111 7.237 .004 sampel 2.590 2 1.295 4.440 .042 Error 2.917 10 .292 Total 1347.340 18

a R Squared = .998 (Adjusted R Squared = .996) skor Duncan

sampel N

Subset

1 2 sampel 50 6 8.08 sampel 45 6 8.73 8.73sampel 37 6 8.98Sig. .064 .441

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .292. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 126: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

110

Lampiran 22. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter TBA

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model .000(a) 8 1.47E-005 64.943 .000 hari 7.53E-006 5 1.51E-006 6.677 .006 sampel 1.90E-007 2 9.50E-008 .421 .668 Error 2.26E-006 10 2.26E-007 Total .000 18

a R Squared = .981 (Adjusted R Squared = .966) skor Duncan

sampel N

Subset

1 sampel 45 6 .002333sampel 37 6 .002483sampel 50 6 .002583Sig. .405

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 2.26E-007. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 127: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

111

Lampiran 23. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter KPAP

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 501.651(a) 8 62.706 100.623 .000 sampel 4.763 2 2.381 3.821 .059 hari 12.598 5 2.520 4.043 .029 Error 6.232 10 .623 Total 507.883 18

a R Squared = .988 (Adjusted R Squared = .978) skor Duncan

sampel N

Subset

1 2 sampel 50 6 4.520333 sampel 45 6 5.268217 5.268217sampel 37 6 5.772467Sig. .132 .294

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .623. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 128: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

112

Lampiran 24. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Warna-Hunter

(Nilai L)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 40543.889(a) 8 5067.986 881.979 .000 hari 47.981 5 9.596 1.670 .229 sampel 17.233 2 8.616 1.499 .269 Error 57.462 10 5.746 Total 40601.350 18

a R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .997) skor Duncan

sampel N

Subset

1 suhu 45 6 46.335100suhu 50 6 47.222960suhu 37 6 48.706966Sig. .133

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 5.746. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 129: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

113

Lampiran 25. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Warna-Hunter

(Nilai a)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 12.134(a) 8 1.517 155.322 .000 hari .533 5 .107 10.911 .001 sampel .087 2 .044 4.478 .041 Error .098 10 .010 Total 12.232 18

a R Squared = .992 (Adjusted R Squared = .986) skor Duncan

sampel N

Subset

1 2 suhu 45 6 .716083 suhu 37 6 .796533 .796533suhu 50 6 .886733Sig. .189 .145

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = .010. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.

Page 130: SKRIPSI ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59836/1/F10iwa.pdf · Teman-teman terbaik, terutama Tuti, Neng Riska, Rika, Iwan, Midun, Arya,

114

Lampiran 26. Hasil Uji Sidik Ragam (ANOVA) pada Parameter Warna-Hunter

(Nilai b)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: skor

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Model 6868.943(a) 8 858.618 567.974 .000 hari 8.331 5 1.666 1.102 .417 sampel 4.574 2 2.287 1.513 .267 Error 15.117 10 1.512 Total 6884.060 18

a R Squared = .998 (Adjusted R Squared = .996) skor Duncan

sampel N

Subset

1 suhu 45 6 19.100562suhu 50 6 19.222876suhu 37 6 20.225846Sig. .161

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1.512. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b Alpha = .05.