Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR MINUM DAN ANALISIS
EKONOMI DI IKK JABUNG DAN IKK PAKIS KABUPATEN
MALANG
SKRIPSI
TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI
PENGETAHUAN DASAR TEKNIK SDA
Ditujukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
ABDULLAH CHARIF
NIM. 105060400111062
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
RINGKASAN
ABDULLAH CHARIF, Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya, Agustus 2017, Studi Perencanaan Distribusi Air Minum dan Analisis Ekonomi
di IKK Jabung dan IKK Pakis Kabupaten Malang, Dosen Pembimbing : Widandi Soetopo
dan Jadfan Sidqi Fidari.
Ketersediaan air adalah pertimbangan utama masyarakat untuk tinggal di suatu
wilayah tertentu. Air akan mengalir dari elevasi tinggi menuju elevasi rendah dalam hal
ini faktor topografi sangat berpengaruh dalam pendistribusiannya. maka instansi terkait
(PDAM) dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan air tersebut. Sehingga diperlukan
perencanaan sistem distribusi yang baik oleh PDAM Kabupaten Malang untuk dilaksanakan di
IKK Jabung untuk desa Sukolilo dan IKK Pakis untuk desa Sumberpasir dan desa
Pakiskembar. Kebutuhan air minum di tiga desa di atas dibuat dengan perencanaan
distribusi air minum serta diperlukan analisa manfaat dan ekonomi yang diperoleh guna
memprediksi harga air yang layak secara ekonomi sampai 20 tahun kedepan.
Pada studi perencanaan distribusi air minum ini dilaksanakan dengan beberapa tahap.
Tahap pertama menghitung kebutuhan air minum dengan memproyeksikan jumlah
penduduk di tiga desa (Sukolilo, Sumberpasir dan Pakiskembar) sebagai daerah yang
direncanakan selama 20 tahun, terhitung tahun 2017 sampai 2036 dengan menggunakan uji
kesesuaian metode proyeksi antara eksponensial, aritmatik dan geometri. Pada tahap kedua
membuat rencana anggaran biaya yang berasal dari perhitungan volume pekerjaan
perencanaan jaringan distribusi air minum dan membuat harga satuan pekerjaan. Tahap
selanjutnya melakukan analisa ekonomi proyek perencanaan tersebut dengan mengetahui
besarnya manfaat dan biaya yang kemudian dilakukan analisis ekonomi, yakni B-C, B/C,
IRR, Payback Periode dan Analisis Sensitivitas. Pada tahap terakhir memprediksi harga air
minum per m3 di tahun 2017 sampai 2036.
Hasil perhitungan proyeksi penduduk ketiga desa tersebut menghasilkan metode
aritmatik yang sesuai, kebutuhan air minum menunjukkan masih digolongkan desa kecil
dengan kebutuhan air 80% sampai di tahun 2036, dengan perencanaan distribusi air yang
dibuat menghabiskan biaya sebesar Rp 3.787.005.769,91 dan masih tergolong proyek yang
layak secara ekonomi untuk dilaksanakan dan menghasilkan manfaat bagi pelaksana
proyek (PDAM) dengan prediksi harga air yang menguntungkan bagi masyarakat dan
PDAM di angka Rp 2.000 sampai Rp 5.000 /m3.
Kata Kunci: distribusi air, perencanaan, analisa ekonomi, harga air
SUMMARY
ABDULLAH CHARIF, Department of Water Resources Engineering, Faculty of
Engineering, University of Brawijaya, Agustus 2017, Study of Drinking Water
Distribution Planning and Economic Analiysis in The Capital District of Jabung and
Capital District of Pakis, Malang Regency,Academic Supervisor: Widandi Soetopo and
Jadfan Sidqi Fidari.
The availability of water is the primary consideration of the community to live in a
particular area. Water will flow from high elevation to low elevation in which case the
topography factor is very influential in its distribution. Then the related institution
(PDAM) is required to be able to fulfill the water requirement. So it is necessary to plan a
good distribution system by PDAM Malang Regency to be implemented in IKK Jabung for
Sukolilo Village and IKK Pakis for Sumberpasir and Pakiskembar villages. The need for
drinking water in the above three villages is made by planning the distribution of drinking
water and the necessary benefits and economic analysis are needed to predict
economically viable water prices for up to 20 years.
In this water distribution distribution planning study, it was implemented in several
stages. The first stage calculates the drinking water requirement by projecting the
population in the three villages (Sukolilo, Sumberpasir and Pakiskembar) as the planned
area for 20 years, from 2017 to 2036 using the conformity test of the projection method
between exponential, arithmetic and geometry. In the second stage create a budget plan
that comes from calculating the volume of water distribution network planning work and
making unit price work. The next stage performs the economic analysis of the planning
project by knowing the amount of benefits and costs which then carried out the economic
analysis, B-C, B/C, IRR, Payback Period and Sensitivity Analysis. At the last stage predict
the price of drinking water per m3 in 2017 to 2036.
The result of the projection of the population of the three villages resulted in the
appropriate arithmetic method, the drinking water requirement shows that it is still
classified as a small village with 80% water requirement until 2036, with the water
distribution plan made costing IDR 3,787,005,769,91 and still belonging to the project
Which are economically feasible to be implemented and generate benefits for project
implementers (PDAM) with predicted water prices that benefit the community and PDAM
at Rp 2,000 to Rp 5,000 / m3.
Keywords: water distribution, planning, economic analysis, water price.
i
PENGANTAR
Puji syukur atas kebesaran Allah yang Maha Kuasa lagi Maha Berkehendak karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
(Skripsi) dengan judul “Studi Perencanaan Distribusi Air Minum dan Analisis
Ekonomi di IKK Jabung dan IKK Pakis Kabupaten Malang" ini dengan lancar.
Penyusunan Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa
Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang agar berhak
mendapatkan ijazah S.1 dengan gelar Sarjana Teknik. Penuh kesungguhan diiringi rasa
penuh hormat, penyusun menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Ir. Dwi Priyantoro, MS. selaku dosen penasehat akademik penulis yang penuh
dedikasi memberikan arahan dan nasihat kepada penulis selama perkuliahan.
2. Dr.Ir. Widandi Soetopo, M.Eng. dan Jadfan Sidqi Fidari, ST., MT. selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan masukan-masukan dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Dr. Eng Evi Nur Cahya, ST., MT. dan Rahmah Dara Lufira, ST., MT. selaku dosen
penguji telah berkenan menguji laporan ini serta atas saran dan arahan yang
berharga.
4. Keluarga besar penulis, atas doa dan dukungannya yang selalu mengalir tiada henti
selama proses penyelesaian laporan ini.
5. Staff Recording Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya yang telah sangat
membantu proses administrasi penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
6. Teman-teman Jurusan Teknik Pengairan angkatan 2010 yang telah memberikan
semangat dan motivasinya serta membantu kelancaran dalam laporan ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga dengan penyelesaian skripsi ini dapat menambah wawasan dan penyusun
sungguh sadar bahwa dalam Skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Semoha laporan ini berguna bagi
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 18 Agustus 2017
Penulis
ABDULLAH CHARIF
ii
Halaman ini sengaja dikosongkan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
PENGANTAR…………………………………………………………………......….… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………….… xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 1
1.3 Batasan Penelitian 2
1.4 Rumusan Masalah 2
1.5 Tujuan dan Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Perkembangan Penduduk 5
2.1.1 Metode Ekponensial 5
2.1.2 Metode Aritmatik 5
2.1.3 Metode Geometrik 6
2.1.4 Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk 6
2.2 Kebutuhan Air Bersih 6
2.2.1 Analisa Kebutuhan Air Bersih 7
2.2.2 Kebutuhan Domestik 8
2.2.3 Kebutuhan Air Non Domestik 9
2.2.4 Kehilangan Air 9
2.2.5 Fluktuasi Kebutuhan Air 9
2.3 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih 10
2.3.1 Sistem Distribusi Air Bersih 10
2.3.1 Sistem Pengaliran Air Bersih 11
2.4 Sistem Dan Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum 12
2.4.1 Sitem Penyediaan Air Minum 12
2.4.2 Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum 12
2.5 Hidraulika Aliran Pada Sistem Transmisi Air Baku 12
2.5.1 Aliran Melalui Pipa 13
iv
2.5.2 Perlengkapan Sistem Transmisi 13
2.6 Jaringan Distribusi 14
2.6.1 Kapasitas Sistem Distribusi 15
2.6.2 Kecepatan Aliran dalam Pipa 15
2.6.3 Tekanan Air dalam Pipa 15
2.6.4 Pengaliran dalam Pipa 15
2.7 Perpipaan 17
2.7.1 Pemilihan Jenis Pipa 17
2.7.2 Cara Penyambungan Pipa 19
2.7.3 Lokasi dan Penanaman Pipa 19
2.8 Simulasi Aliran Pada Sistem Jaringan Air Bersih 20
2.8.1 Analisa Pada Kondisi Permanen 20
2.8.2 Analisa Pada Kondisi Tidak Permanen 20
.8.3 Perencanaan Teknik Distribusi 20
2.9 RAB (Rencana Anggaran Biaya) 21
2.9.1 Langkah-langkah Persiapan Perhitungan RAB 23
2.9.2 Dasar Perhitungan 23
2.10 Analisis Biaya 24
2.10.1 Biaya Proyek 25
2.10.2 Biaya Modal (Capital Cost) 25
2.10.3 Biaya Tahunan (Annual Cost) 26
2.10.4 Biaya Konstruksi 26
2.11 Analisa Manfaat 27
2.11.1 Manfaat Langsung (Direct Benefit) 27
2.11.2 Manfaat Tidak Langsung (Indirect Benefits) 27
2.11.3 Manfaat Nyata (Tangible Benefit) 28
2.11.4 Manfaat Tidak Nyata (Intangible Benefits) 28
2.12 Bunga 28
2.12.1 Bunga Biasa (Simple Interest) 28
2.12.2 Bunga Berganda/Majemuk (Compound Interest) 29
2.13 Analisa Ekonomi 29
2.13.1 Hubungan Manfaat-Biaya 30
2.13.2 Indikator Kelayakan Ekonomi 31
2.14 Harga Air 33
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35
3.1 Letak Geografis & Administrasi 35
3.2 Kondisi Topografi 37
3.3 Kondisi Hidroklimatologi 37
3.4 Kondisi Sosial Ekonomi 37
3.4.1 Kependudukan 37
3.4.2 Ketersediaan Air 40
3.5 Pengumpulan Data 40
3.6 Analisis Biaya, Manfaat dan Analisis Ekonomi 40
3.6.1 Analisis Biaya 40
3.6.2 Analisis Manfaat 40
3.6.3 Analisis Ekonomi 40
3.7 Sistematika Pembahasan 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43
4.1 Data Teknis 43
4.2 Data Jumlah Penduduk 43
4.3 Analisa Pertumbuhan Penduduk 44
4.4 Pertumbuhan Eksponensial 45
4.5 Pertumbuhan Aritmatik 47
4.6 Pertumbuhan Geometrik 49
4.7 Uji Kesesuaian Metode Proyeksi 52
4.8 Kebutuhan Air Bersih 57
4.9 Hasil Simulasi Program WaterCAD V8i SS6 Edition pada Junction 70
4.10 RAB (Rencana Anggaran Biaya) 74
4.10.1 Perhitungan Volume Pekerjaan 74
4.10.2 Analisa Harga Satuan 75
4.10.3 Rekapitulasi Uraian Pekerjaan 79
4.11 Biaya Proyek 81
4.11.1 Biaya Modal 81
4.11.1.1 Biaya Langsung (Direct Cost) 81
4.11.1.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) 81
4.11.2 Biaya Tahunan (Annual Cost) 83
4.12 Analisis Manfaat 87
vi
4.12.1 Manfaat Langsung (Direct Cost) 87
4.12.2 Manfaat Tak Langsung (Indirect Cost) 87
4.12.3 Manfaat Nyata (Tangible Benefits) 87
4.12.4 Manfaat Tak Nyata (Intangible Benefits) 87
4.13 Analisi Ekonomi Harga Air Eksisting 87
4.13.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 87
4.13.2 Net Benefit (B-C) 88
4.13.3 Internal Rate Of Return (IRR) 89
4.13.4 Analisa Sensitivitas 90
4.13.5 Payback Period 91
4.14 Analisa Ekonomi Harga Air Pada Saat B = C 92
4.14.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 92
4.14.2 Analisis Sensitivitas 94
4.15.2.1 Biaya Naik 10% dan Produksi Air Tetap 94
4.15.2.2 Biaya Turun 10% dan Produksi Air Tetap 98
4.15.2.3 Biaya Tetap dan Produksi Air Turun 10% 100
4.15.2.4 Biaya Tetap dan Produksi Air Naik 10% 104
4.15.2.5 Biaya Naik 10% dan Produksi Air Turun 10% 107
4.15.2.6 Biaya Turun 10% dan Prosuksi Air Naik 10% 110
4.14.3 Payback Period 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105
5.1 Kesimpulan 105
5.2 Saran 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 2.1. Kriteria Kebutuhan Air Baku ...................................................................... 8
Tabel 2.2. Pengunaan Air Rata-rata untuk Rumah Tangga .......................................... 8
Tabel 2.3. Standart Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga)................................... 9
Tabel 2.4. Kriteria Pemakaian Air Bersih.............................................................. ...... 10
Tabel 2.5. Angka Koefisien C Hazen – William............................................................ 17
Tabel 2.6. Jumlah Bunga dan Modal setelah n Tahun ................................................. 29
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jabung Tahun 2010-2016 ........................... 38
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Pakis Tahun 2010-2016.......... .................... 39
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Tahun 2010-2016..................................................... ...... 43
Tabel 4.2. Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Penduduk Desa Sumberpasir..................... 44
Tabel 4.3. Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Penduduk Desa Pakiskembar..................... 44
Tabel 4.4. Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Penduduk Desa Sukolilo............................ 45
Tabel 4.5. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode
Eksponensial 46
Tabel 4.6. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode
Eksponensial 46
Tabel 4.7. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sukolilo dengan Metode Eksponensial 47
Tabel 4.8. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode
Aritmatik 48
Tabel 4.9. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode
Aritmatik 48
Tabel 4.10. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sukolilo dengan Metode
Aritmatik 49
Tabel 4.11. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode
Geometrik 50
Tabel 4.12. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode
Geometrik 50
Tabel 4.13. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sukolilo dengan Metode
Geometrik 51
Tabel 4.14. Perhitungan Angka Korelasi untuk Metode Aritmatik di Desa Sumberpasir 53
Tabel 4.15. Perhitungan Angka Korelasi Desa Sumberpasir 54
Tabel 4.16. Standart Deviasi Proyeksi Penduduk Desa Sumberpasir 54
viii
Tabel 4.17 Perhitungan Angka Korelasi Metode Aritmatik Desa Pakiskembar 54
Tabel 4.18. Perhitungan Angka Korelasi Desa Pakiskembar 55
Tabel 4.19. Standart Deviasi Proyeksi Penduduk Desa Pakiskembar 56
Tabel 4.20. Perhitungan Angka Korelasi Metode Aritmatik Desa Sukolilo 56
Tabel 4.21. Perhitungan Angka Korelasi Desa Sukolilo 57
Tabel 4.22. Standart Deviasi Proyeksi Penduduk Desa Sukolilo 57
Tabel 4.23. Kriteria Perencanaan Air Bersih 58
Tabel 4.24. Perhitungan Kebutuhan Air 80% Desa Sumberpasir 62
Tabel 4.25. Perhitungan Kebutuhan Air 80% Desa Pakiskembar 64
Tabel 4.26. Perhitungan Kebutuhan Air 80% Desa Sukolilo 66
Tabel 4.27. Total Kebutuhan Airi 68
Tabel 4.28. Total Kehilangan Airi 69
Tabel 4.29. Hasil Simulasi Junction Pipa Distribusi 70
Tabel 4.30. Hasil Simulasi Pipa Distribusi 72
Tabel 4.31. Analisa Harga Satuan 75
Tabel 4.32. Rekapitulasi Uraian Pekerjaan 80
Tabel 4.33. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 81
Tabel 4.34. Biaya Tak Langsung Distribusi Air Minum 82
Tabel 4.35 Biaya Total Proyek Penyediaan Air Minum 82
Tabel 4.36. Analisia Biaya Modal Tahunan 83
Tabel 4.37. Biaya Operasi Pemeliharaan Penyediaan Air Minum IKK Jabung dan IKK
Pakis 84
Tabel 4.38. Biaya Operasional dan Pemeliharaan 85
Tabel 4.39. Biaya Total Rencana 86
Tabel 4.40. Rekapitulasi Rasio Biaya Manfaat Biaya Proyek Dengan Harga Eksisting 88
Tabel 4.41. Net Present Value Proyek pada Berbagai Tingkat Suku Bunga 89
Tabel 4.42. Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Naik 10%
Benefit Tetap 90
Tabel 4.43. Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Turun 10%
Benefit Tetap 90
Tabel 4.44. Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Tetap Benefit
Naik 10% 91
Tabel 4.45. Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Tetap Benefit
Turun 10% 91
Tabel 4.46. Rekapitulasi Analisis Sensivitas 91
Tabel 4.47. Tabel Harga Air pada Saat B=C 93
ix
Tabel 4.48. Cost Naik 10% Tahun 2017-2036 95
Tabel 4.49. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Tetap 96
Tabel 4.50. Tarif Dasar Air Ketika Kondisi Biaya Naik 10% dan Produksi Air Tetap 97
Tabel 4.51. Biaya Turun 10% Tahun 2017-2036 98
Tabel 4.52. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Tetap 99
Tabel 4.53. Tarif Dasar Air Kondisi Biaya Turun 10% dan Produksi Air Tetap 100
Tabel 4.54. Biaya Tetap Tahun 2017-2036 101
Tabel 4.55. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Turun 10% 102
Tabel 4.56. Tarif Dasar Air dengan Kondisi Biaya Tetap dan Produksi Air Turun 10% 103
Tabel 4.57. Biaya Tetap Tahun 2017-2036 104
Tabel 4.58. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Minum Naik 10% 105
Tabel 4.59. Tarif Dasar Air dengan Kondisi Biaya Tetap dan Produksi Air Naik 10% 106
Tabel 4.60. Biaya Naik 10% Tahun 2017-2036 107
Tabel 4.61. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Minum Turun 10% 108
Tabel 4.55. Tarif Dasar Air dengan Kondisi Biaya Naik 10% dan Produksi Air
Turun 10% 109
Tabel 4.56. Biaya Turun 10% Tahun 2017-2036 110
Tabel 4.57. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Minum Naik 10% 111
Tabel 4.58. Tarif Dasar Air dengan Kondisi Biaya Turun 10% dan Produksi Air Naik
10% 112
x
Halaman ini sengaja dikosongkan
xi
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Fluktuasi Pemakaian Air Harian ............................................................. 10
Gambar 2.2 Sistem Jaringan Air Bersih Sederhana ....................................................... 15
Gambar 3.1 Lokasi Pekerjaan di Kecamatan Pakis dan Jabung .................................... 35
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kecamatan Jabung ............................................................ 36
Gambar 3.3 Peta Wilayah Kecamatan Pakis............................................................... 36
Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 42
Gambar 4.1 Grafik proyeksi penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode
Eksponensial, Aritmatik dan Geometri .................................................. 51
Gambar 4.2 Grafik proyeksi penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode
Eksponensial, Aritmatik dan Geometri .................................................. 52
Gambar 4.3 Grafik proyeksi penduduk Desa Sukolilo dengan Metode Eksponensial,
Aritmatik dan Geometri .......................................................................... 52
Gambar 4.2 Grafik Tekanan Pada Pipa Distribusi Profil 1 Pakiskembar .................. 73
Gambar 4.3 Grafik Tekanan Pada Pipa Distribusi Profil 2 Sumberpasir ................... 73
Gambar 4.4 Grafik Tekanan Pada Pipa Distribusi Profil 3 Sukolilo .......................... 74
xii
Halaman ini sengaja Dikosongkan
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1. Harga Satuan Pekerjaan ......................................................................... 117
Lampiran 2. Data Penduduk Kabupaten Malang ......................................................... 130
Lampiran 3. Peta Lokasi Studi .................................................................................... 133
xiv
Halaman ini sengaja Dikosongkan
xv
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2016. Malang: BPS.
Ditjen Cipta Karya. 2006. Pedoman Teknis Penyediaan Air Bersih IKK Pedesaan. Jakarta:
Ditjen Cipta Karya.
Ditjen Cipta Karya Departemen Kimpraswil. 2003. Standar Kebutuhan Air Domestik.
Jakarta: Ditjen Cipta Karya Departemen Kimpraswil.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Kindler, J. & C.S. Russel. 1984. Modeling Water Demands. London: Academic Press Inc.
Kodoatie, Robert. 1995. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta : ANDI OFFSE
Kuiper, E. 1971. Water Resources Project Economics. Canada
Lindsey, Ray K dan Yoseph, B.Franzini. 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Linsley Ray K. 1996. Teknik Sumber Daya Air Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan
No.416/Menkes/PER/IX/1990 Tentang :Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 18/PRT/M/2007 Tentang: Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Muliakusumah, 2000. Proyeksi Penduduk . Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Pujawan, I.N.P. 2004. Ekonomi Proyek. Jogjakarta : Liberty
Situs Pemerintah Kabupaten Malang. 2014. Kecamatan Jabung: Peta Kecamatan Jabung.
Malang: Bag. Pengelola Data Eletronik Malang.
http://jabung.malangkab.go.id/?page_id=2851 (diakses 26 Mei 2017).
Situs Pemerintah Kabupaten Malang. 2014. Kecamatan Pakis: Peta Kecamatan Pakis.
Malang: Bag. Pengelola Data Eletronik. http://pakis.malangkab.go.id/?page_id=186
(diakses 26 Mei 2017)
Suyatno, A. Trie, M.S, dan Roestam, S. 2001. Ekonomi Teknik Sumber Daya Air, Suatu
pengantar praktis. Jakarta: PT. Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHII)
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan unsur utama bagi kehidupan makhluk di planet ini. Manusia tidak
dapat melanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup baik dalam segi kualitas,
kuantitas dan kontinuitas. Air digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan
domestik, industri, perdagangan, wisata, pengairan dan kebutuhan lainnya. Seiring dengan
perkembangan jumlah penduduk, maka kebutuhan terhadap air juga akan meningkat.
Perkembangan jumlah penduduk berpengaruh pada kepadatan lingkungan tempat tinggal.
Masyarakat yang awalnya memperoleh air dari sumur galian menjadi lebih sulit karena
keterbatasan lahan. Selain itu, faktor kondisi alam juga mempengaruhi masyarakat untuk
mendapatkan akses air bersih. Daerah tertentu karena kontur dan tanahnya tidak jarang sulit
memperoleh air bersih.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,
biologis dan radiologis. Sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping
(Ketentuan Umum Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990)
Ketersediaan air adalah pertimbangan utama masyarakat tinggal di suatu wilayah
tertentu. Air akan mengalir dari elevasi tinggi menuju elevasi rendah dalam hal ini faktor
topografi sangat berpengaruh dalam pendistribusiannya. Pada umumnya distribusi air akan
memanfaatkan tinggi tekan pada pipa atau saluran tertutup. Sehubungan dengan
perkembangan kebutuhan air yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, maka PDAM
Kabupaten Malang dituntut mampu memenuhi kebutuhan air tersebut. Maka diperlukan
perencanaan sistem distribusi yang baik serta pengembangan layanan oleh PDAM Kabupaten
Malang.
1.2 Identifikasi Masalah
Melihat dari jumlah penduduk yang semakin meningkat maka perlu diadakan pengelolaan
distribusi air yang baik ditinjau dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Maka dibutuhkan
suatu konsep pengembangan yang mengacu pada kriteria perencanaan yang ada dengan benar.
2
Salah satu alternatif yang sedang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Malang saat ini adalah
dengan mengembangkan suatu sistem zoning. Sistem zoning adalah suatu sistem
pengelompokan daerah distribusi yang ada dengan cara membagi daerah-daerah distribusi
berdasarkan elevasi setiap 10 meter dari elevasi tertinggi sampai elevasi terendah. Pada sistem
zoning ini menggunakan reservoir dengan sarana distribusi utama karena fungsi dari reservoir
ini sendiri adalah untuk meratakan tekanan. Adapun latar belakang dari penerapan sistem
zoning ini karena sistem transmisi dan distribusi yang ada pada saat ini dengan menggunakan
sistem interkolasi dianggap banyak memiliki kelemahan. Antara lain mengakibatkan air tidak
mengalir pada daerah distribusi dengan elevasi yang lebih tinggi dikarenakan sistem distribusi
dengan sistem gravitasi yang ada saat ini memungkinkan air lebih banyak mengalir pada daerah
dengan elevasi yang lebih rendah.
Pada studi ini akan dibahas perencanaan distribusi air minum dan analisis ekonomi di IKK
Jabung di Desa Sukolilo dan IKK Pakis di Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar,
Kabupaten Malang ditinjau terhadap jumlah pelanggan, kebutuhan air, ketersediaan sumber air
serta tingkat pelayanan air minum.
1.3 Batasan Masalah
Studi ini dititik beratkan pada pengembangan layanan PDAM terhadap kebutuhan air
minum di Desa Sukolilo IKK Jabung dan di Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar IKK
Pakis dengan mengambil batasan-batasan sebagai berikut:
1. Daerah studi berada pada wilayah IKK Jabung yakni Desa Sukolilo dan IKK Pakis
yakni Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar, Kabupaten Malang.
2. Pembahasan perencanaan distribusi air minum di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan
IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar).
3. Menganalisa kebutuhan air minum IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK Pakis
(Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar) dengan proyeksi 20 tahun.
4. Biaya manfaat dianalisis pada tahun 2017-2036.
5. Parameter penentu analisa ekonomi adalah Nilai Rasio Biaya Manfaat (B/C), B-C,
Tingkat Pengembangan Kabupaten Malang Internal (IRR), Payback Periode (PBP)
dan Analisa Sensitivitas.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian batasan masalah, maka permasalahan dalam studi ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan distribusi air minum di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan
IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar)?
3
2. Berapa jumlah kebutuhan air minum di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK Pakis
(Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar) dengan proyeksi penduduk 20 tahun?
3. Berapa besar anggaran biaya perencanaan distribusi air minum di IKK Jabung
(Desa Sukolilo) dan IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar)?
4. Berapakah besarnya manfaat yang diperoleh dari perencanaan distribusi air minum
di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa
Pakiskembar)?
5. Bagaimanakah analisa ekonomi proyek perencanaan air minum di IKK Jabung
(Desa Sukolilo) dan IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar) ditinjau
terhadap Nilai Rasio Biaya Manfaat (B/C), Selisih Biaya Manfaat (B-C), Tingkat
Pengembalian Internal (IRR), Payback Periode (PBP) dan Analisa Sensitivitas?
6. Berapa harga air bersih per m3
saat ini sampai 20 tahun yang akan datang untuk
Desa Sukolilo, Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar?
1.5. Tujuan dan Manfaat Dengan memperhatikan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sistem distribusi air minum di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK
Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar).
2. Mengetahui kebutuhan air minum terhadap proyeksi penduduk 20 tahun.
3. Mengetahui besarnya manfaat yang diperoleh dari perencanaan distribusi air
minum di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa
Pakiskembar).
4. Mengetahui analisis ekonomi perencanaan distribusi air minum di IKK Jabung
(Desa Sukolilo) dan IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar).
5. Memprediksi harga air yang layak secara ekonomi sampai 20 tahun yang akan
datang di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa
Pakiskembar).
Manfaat dari studi ini adalah diharapkan dapat membantu instansi/institusi terkait dan
juga masyarakat dalam mengatasi pemasalahan air minum dan menentukan harga air di
IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar).
4
Halaman ini sengaja dikosongkan
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Penduduk
Untuk dapat menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang, terlebih dahulu
perlu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk yang ada pada saat ini dan proyeksi
jumlah penduduk di masa mendatang. Beberapa faktor yang mempengaruhi proyeksi
penduduk adalah:
a. Jumlah populasi penduduk dalam suatu wilayah
b. Kecepatan pertambahan penduduk
c. Kurun waktu proyeksi
Hasil analisa ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan perencanaan
pengembangan sistem penyediaan air bersih. Metode yang digunakan untuk
memproyeksikan jumlah penduduk di masa mendatang adalah:
2.1.1 Metode Ekponensial
Perkembangan penduduk berdasarkan metode ekponensial dapat dilihat dengan
persamaan berikut (Muliakusumah, 2000 : 255):
Pn = P0.er.n
(2-1)
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r = angka pertambahan penduduk (%)
n = periode tahun yang ditinjau (tahun)
e = bilangan logaritma natural (2,7182818)
2.1.2 Metode Aritmatik
Jumlah perkembangan penduduk dengan menggunakan metode ini dirumuskan
sebagai berikut (Muliakusumah, 2000 : 254):
Pn = P0(1+rn) (2-2)
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r = angka pertambahan penduduk per tahun (%)
n = jumlah tahun proyeksi (tahun)
6
2.1.3 Metode Geometrik
Dengan menggunakan metode geometrik, maka perkembangan penduduk suatu daerah
dapat dihitung dengan formula sebagai berikut (Muliakusumah, 2000 : 253):
Pn = P0(1+r)n
(2-3)
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r = angka pertambahan penduduk tiap tahun (%)
n = jumlah tahun proyeksi (tahun)
2.1.4 Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk
Kriteria pemilihan dari kedua metode sebelumnya berdasarkan uji korelasi sederhana
pada nilai koefisien korelasi terbesar, maksudnya nilai koefisien korelasi (r) paling besar
nantinya dipilih. Nilai koefisien korelasi dapat dihitung berdasarkan atas persamaan
berikut:
2
11
2
1
2
1
2
1 1 1
...
...
n
i
i
n
i
i
n
i
n
i
ii
n
i
n
i
n
i
iiii
YYnXXn
YXYXn
r
(2-4)
dengan:
r = koefisien korelasi
X = tahun proyeksi
Y = jumlah penduduk hasil proyeksi
2.2 Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air adalah jumlah air yang digunakan secara wajar untuk keperluan pokok
manusia domestik dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Pada umumnya air
banyak dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam suatu
perencanaan sistem jaringan distribusi hendaknya dilakukan perkiraan yang mendekati
besarnya kebutuhan air sehari-hari. Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas hanya
pada keperluan domestik saja, namun juga keperluan industri dan keperluan perkotaan.
Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang lainnya, adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut Linsey dan Franzini
(1985,1986) adalah:
a. Iklim, kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan
sebagainya akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim
7
yang lembab. Pada iklim yang dingin, air mungkin diboroskan di kran-kran untuk
mencegah bekunya pipa-pipa.
b. Tingkat Ekonomi, pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi. Pemakaian per
orang/per kapita di daerah miskin jauh lebih rendah dari pada daerah-daerah kaya.
c. Masalah Lingkungan Hidup, meningkatnya perhatian masyarakat terhadap
berlebihnya pemakaian sumber daya alam telah menyebabkan berkembangnya alat-
alat yang dapat dipergunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah
pemukiman.
d. Keberadaan Industri dan Perdagangan, keberadaan industri dan perdagangan dapat
mempengaruhi banyaknya kebutuhan air per orang (perkapita) dari suatu kota.
e. Harga Air Baku, bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam
pemakaian air dan industri mungkin mengembangkan sistem penyediaan airnya
sendiri dengan biaya yang lebih murah. Para langganan yang jatah air diukur
dengan alat meteran akan cenderung untuk memperbaik kebocoran-kebocoran dan
mempergunakan air dengan efisien.
f. Ukuran Kota, penggunaan air per orang (perkapita) pada kelompok masyarakat
yang mempunyai jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar
daripada di kota kecil. Secara umum, perbedaan itu diakibatkan oleh lebih besarnya
pemakaian air oleh industri, taman-taman, perdagangan, kehilangan air dan
pemborosan di kota-kota besar.
2.2.1 Analisa Kebutuhan Air Bersih
Konsep dasar analisa kebutuhan air bersih yang dilakukan dalam studi ini mengikuti
acuan yang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Malang dengan dasar pertimbangan yaitu
tinjauan kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Analisa kebutuhan air bersih dihitung
berdasarkan beberapa jenis kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan air domestik dengan sambungan langsung
2. Kebutuhan air non domestik yang meliputi sosial, perkantoran, pendidikan, niaga,
fasilitas peribadatan dsb.
3. Kehilangan air
4. Pemadam kebakaran
5. Kebutuhan hari maksimum
6. Kebutuhan jam puncak
8
Tabel 2.1. Kriteria Kebutuhan Air Baku
No Parameter Satuan Kebutuhan
A Tingkat Pelayanan (Target) 80%
B Tingkat Pemakaian Air Liter/orang/hari
1. Domestik :
- Sambungan Halaman (SH)
- Kran Umum (HU)
Liter/orang/hari
Liter/orang/hari
75
30
2. Non Domestik (Industri, Kantor,
Komersial, Sekolah, RS, gereja, dll)
Liter/orang/hari 15% - 30% dari
kebutuhan domestik
C Kebutuhan Hari rata-rata Liter/hari B1 + B2
D Kehilangan Air Liter/hari 20% x C
E Kebutuhan Hari Maksimum Liter/hari (1,15-1,2) x C
F Kebutuhan Jam Puncak Liter/hari 1,75 x C
Sumber: Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan Sistem Penyediaan Air
Minum Perkotaan
2.2.2 Kebutuhan Domestik
Menurut Kindler and Russel (1984), kebutuhan air untuk tempat tinggal (kebutuhan
domestik) meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan penduduk. Seperti kebutuhan air
untuk mempersiapkan makanan, toilet, mencuci pakaian, mandi (rumah ataupun
apartemen), mencuci kendaraan dan untuk menyiram pekarangan. Tingkat kebutuhan air
bervariasi berdasarkan keadaan alam di area pemukiman, banyaknya penghuni rumah,
karakteristik penghuni serta ada atau tidaknya penghitung pemakaian. Penggunaan air
rata-rata untuk rumah tangga dapat di lihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2. Penggunaan Air Rata-Rata Untuk Rumah Tangga No. Jenis Kegiatan Kebutuhan Air (liter/orang/hari)
1 Dapur 45
2 Kamar Mandi 60
3 Toilet 70
4 Mencuci Pakaian 45
5 Lainnya (termasuk keperluan di luar rumah) 75
Total Kebutuhan 295
Sumber: Kindler and Russel (1984).
Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil tahun 2003,
kebutuhan air domestik (rumah tangga) untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
a. Kategori Kota I (Metropolitan)
b. Kategori Kota II (Kota Besar)
c. Kategori Kota III (Kota Sedang)
d. Kategori Kota IV (Kota Kecil)
e. Kategori Kota V (Desa)
9
Untuk mengetahui standar kebutuhan air domestik pada tiap-tiap kategori dapat di lihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3. Standar Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga) Kategori kota Jumlah penduduk (jiwa) Kebutuhan (liter/orang/hari)
Metropolitan >1.000.000 150-210
Besar 500.000-1.000.000 120-150
Sedang 100.000-500.000 100-120
Kecil 20.000-100.000 90-100
Desa <20.000 60-80
Sumber: Standar Kebutuhan Air Domestik, Ditjen Cipta Karya Departemen
Kimpraswil, 2003
2.2.3 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih selain keperluan rumah
tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air untuk sarana sosial, tempat
ibadah, asrama dan untuk keperluan komersil, seperti industri, hotel, perdagangan,
Pelabuhan serta pelayanan jasa umum. Adapun besarnya kebutuhan non domestik
berdasarkan Permen PU Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM adalah sebesar
15% dari kebutuhan domestik.
2.2.4 Kehilangan Air
Kehilangan air bersih harus juga diperhitungkan karena kehilangan air mempengaruhi
juga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan umum tidak mendapatkan manfaatnya.
Kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu:
a. Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya kebocoran dari pipa ditribusi.
b. Kehilangan air akibat faktor non teknis, antara lain sambungan tidak terdaftar,
kerusakan meteran air, kebakaran dan lain-lain.
Sedangkan pada jaringan distribusi dapat diakibatkan oleh rusaknya sambungan serta
kebocoran pada pipa-pipa distribusi. Pada umumnya kehilangan air diperhitungkan antara
10 − 20% dari total kebutuhan air. Kehilangan air dalam perhitungan diasumsikan sebesar
30% dari total kebutuhan (kebutuhan domestik dan non domestik) pada tahap akhir
perencanaan.
2.2.5 Fluktuasi Kebutuhan Air
Besarnya pemakaian air bersih pada suatu daerah tidaklah konstan, tetapi mengalami
fluktuasi. Hal ini tergantung pada aktivitas keseharian dalam penggunaan air oleh
masyarakat. Pada saat-saat tertentu terjadi peningkatan aktivitas penggunaaan air,
sehingga memerlukan pemenuhan kebutuhan air bersih lebih banyak dari kondisi normal,
sementara pada saat-saat tertentu juga terdapat aktivitas yang tidak memerlukan air. Pada
10
umumnya tingkat kebutuhan air pada masyarakat dibagi menjadi tiga kelompok sebagai
berikut:
1. Kebutuhan air rata-rata, yaitu kebutuhan air rata-rata yang dikonsumsi setiap orang
dalam setiap harinya.
2. Kebutuhan harian maksimum, yaitu kebutuhan air terbesar dari kebutuhan rata-rata
harian dalam satu minggu, kebutuhan harian maksimum digunakan untuk
menghitung kebutuhan air bersih pada pipa transmisi.
3. Kebutuhan air pada jam puncak, yaitu kebutuhan puncak pada jam-jam tertentu
dalam satu hari. Kebutuhan air pada jam puncak digunakan untuk menghitung
kebutuhan air pada pipa distribusi.
Corak variasi kebutuhan air bersih harian yang terjadi pada titik simpul dihitung
dengan menggunakan metode pendekatan penelitian corak fluktuasi kebutuhan air bersih
harian yang dilakukan oleh Dirjen Cipta Karya Departemen PU, karena metode pendekatan
berdasarkan penelitian variasi kebutuhan air bersih tersebut diasumsikan dapat mewakili
perubahan kebutuhan air bersih sepanjang waktu di Indonesia.
Gambar 2.1 Fluktuasi Pemakaian Air Harian
Sumber: Ditjen Cipta Karya Departemen PU, 1994:24
Tabel 2.4. Kriteria Pemakaian Air Bersih Jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
LF 0,31 0,37 0,45 0,64 1,15 1,4 1,53 1,56 1,42 1,38 1,27 1,2
Jam 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
LF 1,14 1,17 1,18 1,22 1,31 1,38 1,25 0,98 0,62 0,45 0,37 0,25
Sumber: Grafik Fluktuasi Pemakaian Air Bersih Oleh Ditjen Cipta Karya Departemen PU
11
2.3 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih
2.3.1 Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang
mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh
daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran
kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan dan reservoir distribusi.
Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup dan pompa yang
membawa air yang telah dioalah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran
dan industri yang mengkonsumsi air. Termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas
penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air
lebih besar dari suplai distribusi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya
jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga
keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem ditribusi
air bersih adalah mengantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani
dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan
perancanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersediaan air
setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk yang mempunyai dua macam sistem:
Continuous system
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus
selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat
memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi pada posisi pipa manapun.
Sedangkan kerugiannya yaitu pemakaian air cenderung akan lebih boros dan bila
terjadi kebocoran sedikit saja, maka jumlah yang hilang akan sangat besar.
Intermitten sistem
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore
hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan
perlu menyediakan tempat pemyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air
untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang
digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai
beberapa jam saja. Sedangkan keuntungannya adalah pemborosan air dapat
dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air terbatas.
2.3.2 Sistem Pengaliran Air Bersih
Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup umumnya
dan manusia khususnya. Air sebagai pemenuh kebutuhan untuk berbagai kebutuhan
12
sehari-hari, diantaranya untuk keperluan aktivitas domestik, keperluan industri, sosial,
perkantoran dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Untuk mengalirkan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan
tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan
peralatan yang lain. Di dalam sistem transmisi ada beberapa cara pengaliran yang dapat
dilakukan, antara lain:
Sistem saluran terbuka, sistem ini hanya memperhatikan ketinggian tanah dan
konstruksi saluran untuk dapat mengalirkan air dengan kapasitas besar sehingga
biaya pembuatan dan operasionalnya murah. Saluran yang terbuka amat sensitif
terhadap faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas air yang dialirkan.
Sistem saluran tertutup, sistem ini mampu membawa air dengan kapasitas besar dan
memungkinkan kehilangan air kecil bila dibandingkan dengan debitnya.
Sistem pipa, pada sistem ini aliran tidak tergantung pada profil tanah. Kualitas air
tidak mudah dipengaruhi oleh faktor luar, selain itu operasi dan pemeliharaannya
mudah, walaupun biaya pembuatan lebih mahal jika dibandingkan denga sistem
terbuka dan sistem tertutup.
2.4 Sistem dan Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum
2.4.1 Sistem Penyediaan Air Minum
Dilihat dari sudut bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air minum dapat dibedaan
atas 2 macam sistem, yaitu:
Penyediaan air minum untuk individual adalah sistem untuk penggunaan individual
dan untuk pelayanan terbatas.
Penyediaan air minum komunitas atau perkantoran, sistem pada metode ini
ditujukan untuk suatu kounitas besar atau kota.
2.4.2 Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum
Menurut Linsey dan Franzini (1985), unsur-unsur yang membentuk suatu sistem
penyediaan air yang modern meliputi sumber-sumber penyediaan, Sarana-sarana meliputi
penampungan, penyaluran, pengolahan, tampungan sementara dan sarana-sarana distribusi.
2.5 Hidraulika Aliran Pada Sistem Transmisi Air Baku
Sistem transmisi air baku dari sumber air menuju reservoir atau langsung ke daerah
layanan adalah melalui sistem gravitasi dan sistem pemompaan. Sistem gravitasi
dilakukan dengan menggunakan pipa-pipa transmisi, dimana aliran terjadi karena adanya
perbedaan tinggi tekanan di suatu tempat yang bisa terjadi karena adanya perbedaan
elevasi muka air.
13
2.5.1 Aliran Melalui Pipa
Hiraulika aliran melalui pipa selalu didasarkan pada kondisi pengaliran penuh pada
suatu tampang melintang yang dipengaruhi oleh pressure gradient. Untuk memperoleh
debit pada setiap tampang pipa dapat ditentukan berdasarkan tampang melintang pipa,
ketinggian pipa, tekanan dan kecepatan aliran dalam pipa. Atas dasar itulah maka sistem
transmisi pada sistem jaringan air bersih menggunakan pipa bertekanan. Pipa bertekanan
adalah pipa yang dialiri air dalam keadaan penuh, pipa semacam ini lebih disukai karena
lebih murah dan sedikit kemungkinan tercemar (Linsley, 1986:307).
Aliran air dalam pipa memiliki tiga energi utama yaitu:
1. Energi kinetik, yaitu energi yang ada pada partikel massa air sehubungan dengan
kecepatannya.
2. Energi tekanan, yaitu energi yang ada pada partikel massa air sehubungan dengan
tekanannya.
3. Energi ketinggian, yaitu energi yang ada pada partikel massa air sehubungan
dengan ketinggiannya terhadap garis referensi (datum line).
2.5.2 Perlengkapan Sistem Transmisi
Yang dimaksud disini adalah bangunan dan perlengkapan pipa yang diperlukan dalam
sistem transmisi, antara lain:
1. Kran air manual (gate valve)
Berfungsi untuk mengatur debit aliran dan memungkinkan untuk pemeriksaan,
pemeliharaan serta perbaikan.
2. Kran air berpelampung
Kran ini ditempatkan pada ujung pipa transmisi sebelum masuk ke bak
penampungan (reservoir). Besarnya bukaan kran bekerja secara otomatis karena
ketinggian air yang ada di bak penampung. Jika air dalam bak penuh, maka kran
ini akan tertutup secara otomatis, sehingga air dalam pipa transmisi tidak mengalir.
3. Kran penguras (blow off)
Berfungsi untuk menguras kotoran dan endapan dalam pipa transmisi, juga sangat
diperlukan dalam keadaan darurat, seperti saat perbaikan pipa atau pipa akan
terputus. Pemasangannya pada bagian terendah/tekanan terendah dari jalur pipa.
4. Katup udara (air valve)
Fungsinya untuk mengeluarkan udara yang terakumulasi dalam pipa. Udara yang
terakumulasi dalam pipa dapat disebabkan perhitungan disain yang kurang baik,
dekatnya jarak inlet dengan permukaan debit minimum sumber air, turbulensi aliran
14
dengan kemiringan terlalu tingi. Pemasangannya umumnya pada pipa dengan
elevasi tertingi atau pada lokasi dimana kemiringan lintasannya berubah menjadi
lebih curam.
5. Sambungan pipa (bend)
Sambungan pipa untuk belokan maupun percabangan.
2.6 Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi adalah sistem perpipaan yang digunakan untuk mengalirkan air dari
bak penampungan sementara ke konsumen. Perencanaan suatu jaringan air bersih
bertujuan untuk menyalurkan air secara merata dan seimbang ke seluruh daerah pelayanan,
sehingga masing-masing konsumen dapat menggunakan air bersih sesuai dengan kapasitas
yang dibutuhkan setiap saat.
Beberapa faktor yang sangat menentukan dalam merencanakan suatu sistim distribusi,
antara lain:
- Rencana induk pengembangan kota dengan perkiraan jumlah penduduk di masa
yang akan datang.
- Besarnya jumlah kebutuhan air.
- Fluktuasi pemakaian air
- Keadaan topografi daerah.
- Kondisi jaringan jalan
- Lokasi pengambilan serta reservoir distribusi.
Dasar perencanaan sistim penyediaan air bersih meliputi:
- Periode perencanaan dan penahapan
- Cara pengaliran distribusi
- Sistem jaringan distribusi
- Pembagian daerah pelayanan
15
Gambar 2.2 Sistem Jaringan Air Bersih Sederhana
Sumber: Grigg, 1996 dengan modifikasi
2.6.1 Kapasitas Sistem Distribusi
Kapasitas sistim distribusi sangat dipengaruhi oleh pemakaian air pada jam puncak,
untuk kebutuhan rumah tangga mencapai puncaknya, terjadi sekitar pukul 07.00 − 09.00
pagi dan antara pukul 16.00 − 18.00 sore dimana merupakan saat kesibukan penduduk
dalam menggunakan air setiap hari, misalnya untuk mandi, mencuci, memasak dan lain
sebagainya. Sedangkan untuk keperluan industri dan komersial, puncak pemakaian air
tegantung dari jam kerja masing-masing. Pada malam hari terjadi penggunaan air yang
terendah sesuai aktifitas pemakaian itu sendiri yang dapat dikatakan tidak ada kegiatan.
2.6.2 Kecepatan Aliran dalam Pipa
Kecepatan aliran dalam pipa sangat berpengaruh pada kehilangan tekanan dalam pipa.
Kecepatan berkisar antara 0,6 m/detik sampai 3,0 m/detik dan pengambilan angka
kecepatan bervariasi tergantung pada besar pipa yang digunakan. Kecepatan yang terlalu
rendah akan menyebabkan terjadinya pengendapan di dalam pipa, sedangkan kecepatan
yang besar akan mempercepat penggerusan pada dinding-dinding pipa.
2.6.3 Tekanan Air dalam Pipa
Tekanan air dalam pipa berpengaruh terhadap pengaliran air pada suatu jaringan
distribusi. Untuk menganalisa tekanan didalam pipa distribusi dikenal beberapa cara yang
umum digunakan yakni cara ekivalen dan cara cross. Pada cara ekivalen, prinsip
perhitungan digunakan pipa pengganti yang dianggap ekivalen dengan pipa tersebut.
Sedangkan pada cara cross, perhitungan dilakukan dengan sistem coba-coba.
16
2.6.4 Pengaliran dalam Pipa
Sistem pengaliran di dalam pipa yaitu suatu keadaan dimana air memenuhi seluruh
penampang pipa. Pada saat air tidak penuh, maka pengaliran tersebut harus disamakan
dengan pengaliran di dalam saluran terbuka. Akibat pengaliran dalam pipa, maka akan
terjadi kehilangan energi, hal tersebut disebabkan oleh gesekan di dalam pipa dan akibat
tikungan atau terjadi perubahan penampang pipa.
Kehilangan energi akibat gesekan dalam pipa dapat dihitung dengan metode-metode
antara lain:
1. Rumus Darcy- Weisbach.
Hf = f ∙ gD
L v2
2
(2-5)
dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m)
F = Factor Gesekan
L = Panjang Pipa
V = Kecepatan Aliran (m/det)
D = Diameter Pipa
g = Percepatan Gravitasi (9.8 m/det)
2. Rumus Hazen William
Hf 0.54 =
DC
Q
HW
L
87037,4852,1
852,1
..67416,10
(2-6)
dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m)
L = Panjang Pipa (m)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
D = Diameter Pipa (m)
Q = Debit aliran (m3/dt)
C = Koefisien Hazen William
Besarnya nilai koefisien gesekan (c) tergantung dari jenis pipa, diameter pipa dan
umur pipa. Nilai c dapat dilihat pada tabel berikut
17
Tabel 2.5. Angka koefisien C Hazen – William
Jenis Pipa Koefisien Kehalusan”C”
Pipa besi cor, baru 130
Pipa besi cor, tua 100
Pipa baja, baru 120 – 130
Pipa baja, tua 80 – 100
Pipa dengan lapisan semen 130 – 140
Pipa dengan lapisan asphalt 130 – 140
Pipa PVC 140 – 150
Pipa besi galvanis 110 – 120
Pipa beton (baru, bersih) 120 – 130
Pipa beton (lama) 105 – 110
Alumunium 135 – 140
Pipa bambu (betung, wulung, tali) 70 – 90
Sumber: Hydraulics of pipelines System Berdasarkan rumus hasen William, untuk memperoleh kehilangan tekanan akibat
gesekan air dengan dinding pipa dapat menggunakan grafik nomogram dalam
penyelesaiannya.
3. Rumus Manning
Hf = 3/16
2229359,10
D
L Qn (2-7)
dimana :
Hf = Kehilangan Energi (m)
L = Panjang Pipa (m)
V = Kecepatan Aliran (m/det)
D = Diameter Pipa (m)
Q = Debit aliran (m3/dt)
n = Koefisien Manning
2.7 Perpipaan
2.7.1 Pemilihan Jenis Pipa
Sebelum memilih pipa dengan tepat, maka yang harus diketahui mengenai sifat-sifat
kekuatan pipa yang akan dipakai. Dalam pemilihan pipa yang akan digunakan dipengaruhi
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Kondisi yang digunakan:
Tekanan saat pengoperasian dan pemindahan
Beban tanah, kapasitas tanah dan potensi daerah yang digunakan
Potensi korosi dari tanah
Potensi korosi berasal dari air
18
2. Ketersediaan:
Ketersediaan bahan pipa dan kemampuan pengalaman para ahli dalam
menginstalasi pipa
Ukuran dan ketebalan pipa yang digunakan
Potensi korosi berasal dari air
3. Karakteristik pipa:
Kekuatan pipa yang digunakan
Bentuk pipa
Ketahanan terhadap korosi
Ketahanan terhadapa gesekan air dalam pipa
4. Ekonomi:
Biaya (termasuk biaya pekerjaan dan bahan instalasi)
Usia pipa yang digunakan
Biaya perbaikan dan pemeliharaan
Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem jaringan distribusi air terbuat dari bahan-bahan
seperti di bawah ini:
1. Pipa Besi Tuang (Cast Iron)
Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu. Pipa ini biasanya
dicelupkan dalam larutan kimia untuk perlindungan terhadap karat. Umumnya
panjang pipa adalah 4 m dan 6 m. Tekanan maksimum pipa sebesar 25 kg/cm2 dan
umur pipa dapat mencapai 100 tahun (Linsley, 1996:297).
2. Pipa BesiPGalvanisO(Galvanized7Iron)
Pipa9jenis8ini7bahannyahterbuatjdarikpipalbajatyangFdilapisiyseng.GPelapisan
dengan cara ini merupakan pengendalian karat yang efektif. Umur pipa pendek
yaitu antara/7?–{109tahun.1Pipa berlapis seng digunakan
secara2luas4untuk7jaringan-pelayanan sistem distribusi yang5kecil (Linsley,
1996:297).
3. Pipa PlastikA(PVC)
Pipaoini lebih dikenalgdengan sebutan pipauPVCt(Poly Vinyl Chloride). Panjang
pipa 4 m atau 6 m dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm. Dan
umur pipa dapat mencapai 75 tahun (Linsley, 1996:301).
19
4. Pipa1BajaM(SteelDPipe)
PipaOinipterbuatfdarigbajahlunakjdanLmempunyaivbanyakbragamndi2pasaran,
mempunyai garis tengah sampai lebih dari 6 m. Umur-pipa_baja0yang)cukup
terlindungi2paling4sedikit>40<tahun?(Linsley, 1996:296).
5. Pipa Beton (Concretel Pipe)
Pipaoinihtersedia+dalam-ukuran)garis9tengah&750^mm – 3.600 mm, sedangkan
panjang standar 3,6 – 7,2 m. Pipa ini berumur 30 – 50 tahun (Linsley, 1996:299).
6. PipauHDPEi(HighpDensityoPolyethylene)
Pipagplastiknbertekananmyangbbanyakvdigunakancuntukfpipadairxdangpipaggas.
Disebutepipawplastiktkarena{material}HDPE”berasalzdariapolymerpminyak*bumi
Teknologi1yang2digunakan4untuk6memproduksi7pipa8ini9dikenal sebagai-
ProcessnIntensificationo(IntensifikasilProses)[atau]PI-singkatnya.
Pipa&HDPE*dapat(disambungkan)dengan-cara_pemanasan+(heat9-fusion)6untuk
membentuk\sambungan?bersama?yang?kuat>atau<lebih>kuat6daripada=pipa_itu5s
endiri=dan]tanpa{kebocoran.=Benefit”PipaLHDPEKtidakJakannmenimbulkan
korosi pada pipa, tuberculate atau mendukung pertumbuhan biologisC(jamur).
Pemilihan dari jenis pipa ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu:
- Keadaan tanah daerah pelayanan
- Diameter pipa yang ada di pasaran
- Daya tahan pipa
- Faktor ekonomi
- Keadaan lapangan.
2.7.2 Cara Penyambungan Pipa
Penyambungan pipa yang kedap air harus dilakukan dengan baik untuk mencegah
terjadinya kebocoran/kehilangan air dan mempekecil gangguan di masa yang akan datang.
Dalam penyambungan pipa sering terjadi penyimpangan sudut. Untuk menghindari
kebocoran akibat penyimpangan sudut, maka penyimpangan sudut tersebut harus diatasi
dengan menyesuaikan terhadap jari-jari lengkung minimum dari masing-masing jenis pipa
yang dipakai.
2.7.3 Lokasi dan Penanaman Pipa
Untuk melindungi pipa dari gangguan beban yang diakibatkan oleh beban lalu lintas,
perusakan oleh penduduk dan untuk menjaga temperatur air tetap sejuk, maka jaringan
pipa distribusi air bersih harus tertanam di dalam tanah. Kedalaman penanaman pipa
20
disesuaikan dengan syarat teknis pemasangan yang mana tergantung pada jenis pipa,
ukuran pipa, keadaan tanah lokasi penanaman pipa
2.8. SimulasiIAliranIpadaISistemIJaringan AirIBersih
Terdapat duaIkondisi pengaliran dalam perencanaanIskema jaringan distribusi air
bersih yaitu kondisi permanen dan kondisi tidak permanen. Penentuan jenis kondisiIaliran
amat tergantungIpada pola konsumsi air pada masyarakat untuk setiap jamdalam
perharinya.
2.8.1 Analisa pada Kondisi Permanen
Analisa pada kondisi permanen mengevaluasi kondisiIaliran, tekanan dan kapasitas
dari komponenIsistem distribusi airIbersih termasuk sistem pipa, penampunganIdan sistem
pompa pada corak permintaanItunggal. ISimulasi ini dilakukan pada saat kondisi kritis
pada harianimaksimum, jamipuncak, kebutuhanipuncak, danipengisian tampungan
sehingga memberikan suatu informasi dari kondisi jaringan pada waktu yang diberikan.
2.8.2 Analisa padaiKondisi TidakiPermanen
Analisa pada kondisi tidakipermanen mengevaluasiikondisi aliran, tekanan dan
kapasitas dariikomponen sistem distribusi air bersih termasuk sistemipipa, penampungan
dan sistemipompa pada corakirangkaian permintaaniserial dengan permintaan sistem
berubah-ubah. iDalam simulasiiini terdapatibeberapa parameter yang digunakan seperti:
karakteristik tandon, kontrol operasi, pompa, durasi daninilai tahap waktu, rasio dan faktor
beban (loading factor). Beberapa kriteria daniasumsi yang digunakan yaitu: simulasi
didasarkan pada perhitungan fluktuasiibeban titik simpul sebagai akibaticorak perubahan
permintaan yang dilakukan pada kondisi normalidimana variasi kebutuhan titik simpul
disebabkan olehifluktuasi kebutuhanipelangganitiap jam dengan durasi 24 jam.
2.8.3 PerencanaaniTeknikiDistribusii
Air yang dihasilkan dariiinstalasi pengelolaan airidalam perencanaan jaringan
distribusi, dapatiditampung{dalam|reservoir\yang{berfungsiiuntuk;menjaga'keseimbangan
antaraaproduksiidengankkebutuhan,ssebagaiipenyimpanikebutuhanaairddalam kondisi
daruratddannsebagaippenyediaankkebutuhanaairuuntukkkeperluaniinstalasi. rReservoir
dibangunddalambbentuk rreservoirttanahiyanguumumnyaauntukmmenampungpproduksi-
airadarissistemiinstalasippengelolaannair,yatauddalambbentukimenaraaairgyang-
umumnyauuntukkmengantisipasiikebutuhanppuncakppadaddaerahhdistribusi.
Ketentuan–ketentuanyyanggharussdipenuhiidalammperencanaanddenah((lay-out)
sistemddistribusiiadalahasebagaibberikut:
21
a) Denahh(lay-out) sistemgdistribusiiditentukanjberdasarkanckeadaan{topografi}wilayah
pelayanan-dan+lokasi=instalasi-pengelolaan_air.
b) Tipeesistemmdistribusiuditentukaninberdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan.
c) Jikaakeadaan~topografi tidaki memungkinkanluntuk>sistemigravitasi/seluruhnya,
diusulkanpkombinasiosistemtgravitasifdangpompa.zBilazsemuaiwilayah pelayanan-
relatif8datar,5maka<dapat>digunakan&sistem^pemompaan$langsung, kombinasi-
denganfmenggunakangmenarazairaatautpenambahanbpompaypenguat.(booster.pump).
d) Jikaeterdapattperbedaandelevasigwilayahhpelayananjterlalumbesar”atau”lebih”dari:40
m,owilayahypelayanan7dibagi5menjadi4beberapazzona2sedemikian rupa`sehingga-
memenuhi)persyaratan(tekanan8minimum.-Untuk|mengatasi\tekanan/yang?berlebihan
dapat*digunakan^katup%pelepas$tekan.
2.9 RAB (Rencana Anggaran Biaya)
RAB merupakan estimasi, ialahl’suatu rencanal’biaya sebeluml’bangunan ’atau
proyek dilaksanakan.-Diperlukanl’baikl’oleh’lpemilkl’bangunanl’ataul’owner’lmaupun
kontraktor’lsebagail’pelaksanalpembangunan.’ RAB yang’lbiasal’jugal’disebutl’biaya
konstruksil’dipakail’sebagail ancer-ancerl’danl’peganganl’sementaral’dalaml’pelaksanaan.
Karenal biaya ’konstruksil sebenarnya ’(actual`\cost) |baru dapat disusun`|setelah|`
selesai|`pelaksanaan|iproyek.
Estimasi|ibiaya|ikonstruksi|Idapat|IdibedakanI|atasI|estimasiI|kasaranI|(approximate
|iestimates|Iatau|ipreliminary|iestimates)|idan|iestimasi|iteliti| atau|lestimasi|ldetail|(detailed
estimates).|iEstimasil|kasaranl|biasanyal |diperlukan|-untuk pengusulan|-atau|-pengajuan
anggaran-|kepada-|instansi-|atasan,|misalnya pada pengusulan|DIP|(Daftar|Isian|Proyek)
proyek-proyek|pemerintah dan juga digunakan-dalam|:tahap\;studi|;kelayakan:\suatu
proyek.:\Sedangkanestimasi’\detail\ adalah\ RAB\’lengkap”’yang”’diapakai’’dalam-
penilaian’’penawaran:”pada-pelanggan, serta sebagai pedoman dalam-pelaksanaan-
pembangunan.
Estimasi:,detail.:pada.’hakekatnya merupakan’.RAB’.lengkap ’.yang’.terperinci-
termasuk’.biaya-biaya|tak|langsung|atau.overhead,|keuntungan|dan pajak|diperhitungkan
berdasar/\presentase\/(%)\/terhadap\/biaya\/konstruksi.
Tingkatan\/RAB\/atau\/estimasi dalam\/pekerjaan\/teknik-sipil,-atau-proyek-pada
umumnya, -dapat\/dibagi\/atas\/tujuh\/tingkat\/atau\/tahap:
a. Preliminary-estimate,-merupakan\/hitungan kasaran sebagai\/awal\/estimasi\/atau
estimasi\/kasaran;
22
b. Appraisal-estimates, -dikenal-sebagai-estimasi-kelayakan- (feasibility-estimate);
diperlukan\/dalam/\rangka/\membandingkan/\beberapa/\estimasi/\alternatif?\dan/\sua
tu/\rencana/\(scheme)\/tertentu;
c. Proposal-estimate, adalah-estimasi-dari-rencana-terpilih-(selected-scheme); biasanya
dibuat?\berdasarkan/\suatu?\konsep|/desain?\dan?\studi?\spesifikasi?\desain?\yang-
akan?\mengarah?\kepada?\estimasi?\biaya?\untuk?|pembuatan?\garis-garis?\besar-
desain?\(outline desain);
d. Approved-estimate, -modifikasi//dan\\proposal\\estimate\\bagi||kepentingan||client-
atau||pelanggan,||dengan||maksud||menjadi||dasar||dalam||pengendalian||biaya\\proyek;
e. Pre-tender-estimate,-merupakan\\penyempurnaan\\dan\\approved\\estimate
berdasarkan”desain”pekerjaan”definitif”sesuai”informasi”yang:tersediadalam
dokumen|:tender|:atau|:RKS, dipersiapkan-untuk-evaluasi-penawaran-pada-lelang;
f. Post-contract-estimate, -adalah\\perkembangan\\lebih\\lanjut||mencerminkan\|besar
biaya|\setelah//pelulusan??dan//tercantum|/dalam|/kontrak; -memuat-perincian-uang
dengan`masing-masing}pekerjaan}(bill}\of}\quantities){/sertaipengeluaran`ilainnya;
g. Achieved cost, merupakan besar biaya sesungguhnya atau real cost, disusuni!setelah
proyek!iselesaii!digunakan!isebagai1data!iatauI!masukan!iuntuk’proyek`mendatang.
RAB terdiri dari dua macam:
RAB kasaran (global) perhitungan lebih sederhana dan bersifat global, mislanya
bangunan gedung dihitung berdasarkan besar lantai (m2) , jalan raya berdasar panjang
ruas jalan (dalam km), jembatan berdasarkan panjang bentang (dalam m),dsb.
RAB detail, perhitungan lebih teliti berdasarkan volume masing-masing jenis
pekerjaan pada bangunan tersebut, mislanya untuk bangunan gedung ada pekerjaan
tanah (galian/timbunan), pekerjaan dinding/tembok, pekerjaan kayu, atap, mengecat,
dsb.
Hal-hal yang mencakup dalam perhitungan RAB antara lain:
Harga!:material!:bangunan
Upah!:tenaga kerja
Peralatan!:(beli!:atau:!sewa)
Metode|!pelaksanaan
Waktu!|penyelesaian
23
2.9.1!|Langkah-langkah!|Persiapan Perhitungan RAB
Sebagai|!langkah!|awal!|dalam!|perhitungan!|RAB|`perlu dilakukan upaya~persiapan
agar diperoleh angka yang tepat atau akurat.
Adapun|}kegiatan|[pada|[langkah|[itu|[mencakup|]hal-hal[|berikut:
a. Peninjauan!1ruang!1lingkup!1proyek`pertimbangan|`pengaruhi|lingkungani|lokasii|da
rii|segii|keamanan, tenaga kerja, lalu-lintas dan jalan masuk, ruang untuk gudang, dan
sebagainya terhadap biaya.
b. Penentuani|kuantitasi|ataui|volume|ipekerjaan|idan|ikonstruksi|ibangunan/|proyek.
c. Harga material yang akan digunakan.
d. Harga tenaga (pekerja dan tukang).
e. Harga peralatan kerja (beli atau sewa).
f. Biaya tak terduga dan pembulatan.
2.9.2|\Dasar|\Perhitungan
Perhitungan|\RAB|\pada prinsipnya diperoleh sebagai|\jumlah|\seluruh|\hasil-kali
volume\|tiap\|jenisi pekerjaan||= yang ada|{dengan|{harga|{satuan|}masing-masing.-
Volume|!pekerjaan!|dapat diperoleh!|dan!|membaca!|dan!|menghitung|`atas|~gambar-
desain|`(lebih|`dikenal`|sebagai`|gambar`|bestek).- Biaya-konstruksi-mencakup-harga-
harga-bahan,-upah tenaga, dan peralatan yang digunakan. Semua||unsur|.biaya-
ditentukan|`harga|`satuan|`tiap`|jenis`|pekerjaan, dan untuk ini dapat digunakan pedoman
AHSP bidang Pekerjaan Umum tahun 2013. Secara`|umum`|prosedur`|perhitungan`|RAB-
disusun`|atas`|dasar`|lima`|unsur`|harga`|berikut:
RAB=-Jumlah[|seluruh-hasil-kali|[volume|[tiap|[jenis|[pekerjaan-x-harga[|satuan[|masing-
masing
a. Bahan-bahan atau material bangunan
Dihitung|[kuantitas|[(volume,|[ukuran,|[berat,|[tipe,|[dsb)|[masing-masing|[jenis-
bahan yang digunakan. Juga|-harga|-tiap|-jenis|-bahan|-itu|-sampai|-di|-lokasi-
pekerjaan|-(termasuk|}ongkos-angkut),-bahkan|[kadang-kadang|[mencakup|[biaya-
pemeriksaan|]kualitas|[dan|]pengadaan|]gudang/tempat|]penyimpanan.
b. Upah|]tenaga]|kerja
Dihitung]|jam[|kerja-yang-dibutukan-dan|{jumlah-biaya/upah..Biasanya::digunakan
berdasar::harian;:atau’’per’’hari``sebagai``unit`’waktu,,serta`’volume`’pekerjaan`’y
ang::dapat”diselesaikan’~dalam~unit.waktu)(tersebut..Sebagai’)unit’)waktu)’dapat(
pula(‘atas~dasarrtiapijam.-Perluediketahuihbahwawkemampuanmtiapatenaga-
24
kerjartidakdsamamtergantungnketrampilanpdanapengalaman,-demikian-juga-besar-
upahnya.
c. Peralatan
Dihitunghbanyakydanajenisstiapiperalatanlyangldiperlukanlsertagharga/biayanya
(belieatauesewa).-Biaya-peralatan-termasukeongkoseangkut/mobilisasi,uupah
operatorumesin,bbiayabbahantbakartdantsebagainya.-Kemampuantperalatantper
satuantwaktutperlutdiketahui.
d. Overhead
Biasanya-dikategorikanfsebagaifbiayaftakfterdugakatauhbiayautakulangsung,-dan
dibagi-menjadi-dua-golongan,-yakni-pertama-yang-bersifat-umum,%serta)kedua
yang(berkaitan-dengan-pekerjaan!di!lapangan.-Overhead-umum-misalnya-sewa
kantor,-peralatan-kantor,-listrik,-telepon,-perjalanan,-asuransi/jamsostek,-termasuk
gaji/upahhkaryawanwkantoryyangbterlibatbkegiatanbproyek. Sedangkanvoverhead
lapanganvmerupakanvbiayavyangvtakvdapatvdibebankanvpadavhargavbahan-
bahan, upah pekerja dan peralatan, seperti telepon di proyek, pengamanan, biaya
perizian,tdanvsebagainya.vBiayaaoverheadfkeseluruhantditetapkantberdasar
pengalaman,nbiasanyansekitarb12i1sampai1i30%|!darii!jumlah!iharga!ibahan,
upah, dan peralatan.
e. Keuntungan!idani!pajak
Besar|!keuntungan!|tergantungl|padal!besar-kecilnyal!proyekl!danl!besarnya rasio
serta!ltingkatl1kesulitanl1pekerjaan. Biasanya!lkeuntungan!lberkisarl!antara!l8
sampai,.15%’,dari,’biaya’,konstruksi. Sedangakan pajak:.besarnya.:tergantung.pada
peraturan;pemerintah”yang’berlaku, biasanya antar 10 sampai 18%.
2.10 Analisis Biaya
Biaya merupakan satu-satunya faktor yang memiliki kepastian yang cenderung tinggi
yang berpengaruh dalam penentuan harga jual produk atau jasa. Biaya juga memberikan
informasi batas bawah suatu harga jual yang harus ditentukan. Informasi biaya
memungkinkan manajemen melakukan pengolahan alokasi berbagai sumber ekonomi
untuk menjamin dihasilkannya nilai keluaran yang memiliki nilai ekonomis yang lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai masukan yang keluar, sehingga kegiatan organisai dapat
menghasilkan laba (untuk perusahaan bermotif laba) atau sisa hasil usaha (untuk
perusahaan yang tidak bermotif laba).
25
2.10.1 Biaya Proyek
Biaya investasi proyek dapat didefinisikan sebagai jumlah semua pengeluaran dana
yang diperlukan untuk melaksanakan proyek sampai selesai mulai dari ide, studi
kelayakan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada operasi dan pemeliharaan membutuhkan
bermacam-macam biaya. Pada analisa kelayakan ekonomi, biaya-biaya tersebut
dikelompokkan menjadi beberapa komponen sehingga memudahkan analisa perhitungan
semua biaya (Kodoatie, Robert J., 1995:71). Biaya itu dikelompokkan menjadi dua, yaitu
biaya modal (capital cost) dan biaya tahunan (annual cost).
2.10.2 Biaya Modal (Capital Cost)
Definisi dari biaya modal adalah jumlah semua pengeluaran yang dibutuhkan mulai
dari prastudi sampai proyek selesai dibangun. Semua pengeluaran yang termasuk biaya
modal dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Biaya langsung (Direct Cost)
Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk pembangunan suatu proyek,
misalnya untuk membangun suatu bendungan. Biaya yang diperlukan terdiri dari:
Biaya pembebasan tanah
Biaya bahan bendungan
Biaya pengerjaan (upah tenaga kerja, sewa peralatan, dan lainnya)
Semua inilah yang nantinya menjadi biaya konstruksi yang ditawarkan pada
kontraktor kecuali biaya pembebasan tanah.
2. Biaya tak langsung (Indirect Cost)
Biaya ini ada tiga komponen, yaitu:
a. Kemungkinan/hal yang tak diduga (contingencies) dari biaya langsung.
Kemungkinan/hal yang tidak pasti ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Biaya/pengeluaran yang mungkin timbul tetapi tidak pasti.
2) Biaya yang mungkin timbul namun belum terlihat.
3) Biaya yang mungkin timbul akibat tidak tetapnya harga pada waktu yang
akan datang (misal ada kemungkinan kenaikan harga).
Biasanya biaya untuk ini merupakan suatu angka prosentase dari biaya langsung,
misal 5%, 10%, ataupun 15%. Hal ini sangat tergantung dari pihak pemilik dan
perencana, besarnya prosentase ini lebih kecil.
26
b. Biaya teknik (engineering cost)
Biaya teknik adalah biaya untuk pembuatan desain mulai dari studi awal
(preliminary study), prastudi kelayakan, studi kelayakan, biaya perencanaan dan
biaya pengawasan selama waktu pelaksanaan konstruksi.
c. Bunga (interest)
Dari periode waktu mulai ide sampai pelaksanaan fisik, bunga berpengaruh
terhadap biaya langsung, biaya kemungkinan dan biaya teknik sehingga harus
diperhitungkan.
2.10.3 Biaya Tahunan (Annual Cost)
Waktu sebuah proyek selesai dibangun merupakan waktu awal dari umur proyek
sesuai dengan rekayasa teknik yang telah dibuat pada waktu detail desain. Pada saat ini
pemanfaatan proyek mulai dilaksanakan, misanya sebagai sumber air bersih, irigasi,
pembangkit tenaga listrik dan sebagainya. Selama pemanfaatan proyek ini masih
diperlukan biaya sampai umur proyek selesai. Biaya ini merupakan beban yang masih
harus ditanggung oleh pihak pemilik (Investor).
Biaya tahunan proyek terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Bunga
Biaya ini menyebabkan terjadinya perubahan biaya modal karena adanya tingkat
suku bunga selama umur proyek. Besarnya bisa berbeda dengan bunga selama
waktu dari ide sampai pelaksanaan fisik selesai. Bunga ini merupakan komponen
terbesar yang diperhitungkan terhadap biaya modal.
2. Depresiasi
Depresiasi adalah turunnya/penyusutan suatu harga/nilai dari suatu benda karena
pemakaian dan kerusakan atau keusangan benda itu.
3. Biaya operasi dan pemeliharaan
Agar dapat memenuhi umur proyek sesuai yang direncanakan pada detail desain,
maka diperlukan biaya untuk operasi dan pemeliharaan proyek tersebut.
2.10.4 Biaya Konstruksi
Biaya konstruksi terdiri dari volume pekerjaan satuan, Harga satuan pekerjaan dan
Rencana Anggaran Biaya yang rincian definisinya sebagai berikut:
a. Volume Pekerjaan satuan adalah menghitung banyaknya pekerjaan dalam satu
satuan pekerjaan juga sering disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume
pekerjaan bukan merupakan volume (isi) yang sesungguhnya melainkan jumlah
27
volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan. Volume pekerjaan dapat dihitung
dengan satuan m3 (isi), m
2 (luas), m (panjang).
b. Harga satuan pekerjaan merupakan gabungan dari harga barang dengan besar upah
pekerja. Harga satuan pekerjaan ini biasanya memakai analisa biaya BOW
(Bugerliijke Openbare Werkan). Sebagai contoh adalah sebagai berikut: untuk
mengerjakan pekerjaan 1 m3 galian tanah biasa diperlukan tenaga dan biaya dari
0,75 pekerja dan 0,025 mandor.
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan biaya-biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis tertentu dan biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Tujuan pembuatan anggaran biaya
adalah untuk memberikan gambaran mengenai bentuk/konstruksi, besar biaya dan
pelaksanaan serta penyelesaian. Besarnya RAB dapat dihitung dengan rumus:
(2-8)
2.11 Analisa Manfaat
Manfaat suatu proyek berarti semua pemasukan keuntungan yang diperoleh selama
umur proyek tersebut. Manfaat suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi
(Kadariah,1976:71):
2.11.1 Manfaat Langsung (Direct Benefits)
Merupakan manfaat langsung dan nampak jelas dari hasil adanya proyek, manfaat ini
berupa:
a. Adanya kenaikan dalam output fisik dari kegiatan yang ditangani proyek.
b. Perbaikan mutu produk (quality improvement).
c. Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan.
d. Perubahan dalam bentuk (grading and processing).
e. Penurunan Biaya (cost)
f. Keuntungan dari mekanisasi
Contoh dari manfaat langsung adalah:
1. Pembangunan Ruas Jalan Tol
2. Pembangunan Bendung
3. Pembangunan PLTMH
2.11.2 Manfaat Tidak Langsung (Indirect Benefits)
Manfaat Tidak Langsung disebut juga manfaat sekunder proyek, yaitu manfaat yang
timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi proyek. Manfaat tidak
langsung ini terbagi atas:
28
1. Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggualan skala besar (economics of
scale)
2. Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik, misalkan
perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan perbaikan kesehatan
atau pendidikan.
Contoh Manfaat Tidak Langsung adalah:
1. Pembuatan Tanggul banjir sungai yang dapat mengatasi bencana banjir selama
bertahun-tahun
2. Pembangunan Jembatan yang dapat memudahkan akses transportasi dan berdampak
meningkatkan perekonomian masyarakat
2.11.3 Manfaat Nyata (Tangible Benefit)
Manfaat nyata adalah manfaat yang dapat diukur dalam bentuk suatu nilai mata uang.
Dalam studi ini yaitu hasil penjualan air kepada masyarakat. Sedangkan pendapatan yang
berasal dari selain air yaitu biaya penyambungan pipa untuk pelanggan baru.
2.11.4 Manfaat Tidak Nyata (Intangible Benefits)
Manfaat tidak nyata adalah manfaat proyek yang tidak dapat dinilai dalam bentuk
uang, namun berupa seperti rasa aman, terpeliharanya lingkungan, tersedianya sarana
rekreasi dan sebagainya. Manfaat tidak nyata dapat mencerminkan nilai-nilai yang
sebenarnya dalam suatu proyek, seperti adanya tingkat polusi, suara bising dan
pemandangan yang kurang bersahabat dan sebagainya.
2.12 Bunga
Bunga adalah pembayaran tambahan yang dibayarkan untuk menunggu kembalinya
uang pinjaman. Tingkat bunga yang berlaku adalah suatu ukuran keproduktifan yang
diharapkan dari sumbernya dan tingkat minimum keproduktifan yang diharapkan. Kedua
hal tersebut mengikutsertakan waktu diantara penerimaan dan pengembalian pinjaman
untuk menjamin pendapatan (nilai uang dalam waktu tertentu, time value of money).
Tingkat suku bunga tergantung pada tiga faktor:
1. Kondisi perekonomian negara
2. Besarnya resiko yang dikaitkan dengan pinjaman
3. Tingkat inflasi yang diperkirakan di masa depan.
Terdapat dua cara untuk menghitung bunga, yaitu bunga biasa dan bunga berganda.
2.12.1 Bunga Biasa (Simple Interest)
Apabila suatu tingkat suku bunga biasa diberikan, maka bunga yang diperoleh adalah
secara langsung sebanding dengan modal yang dikaitkan dalam pinjaman. Dinyatakan
sebagai rumus, bunga yang didapat I dihitung dengan (Pujawan,2004:26):
29
I = P . i . n (2-9)
dengan:
P = Jumlah atau modal sekarang (present amaout/principal)
i = Tingkat suku bunga pada suatu periode
n = Jumlah waktu bunga (number of interest periode)
Jika jumlah atau modal yag dipinjamkan P adalah suatu nilai yang tetap,maka bunga
tahunan yang diperhitungkan adalah konstan. Oleh karena itu jumlah total pinjaman yang
berkewajiban untuk membayar kepada yang meminjamkan adalah:
F = P + I
= P + P.i.n
= P (1+ i.n) (2-10)
dengan:
F = Suatu jumlah uang mendatang
P = Jumlah atau modal sekarang (present amaout/principal)
i = Tingkat suku bunga pada suatu periode
n = Jumlah waktu bunga (number of interest periode)
2.12.2 Bunga Berganda/Majemuk (Compound Interest)
Jika bunga pada periode tertentu tidak diambil dan bunga tersebut ditambahkan
kepada modal awalnya maka bunga pada periode berikutnya adalah bunga yang
diperhitungkan terhadap modal awal ditambah bunga pada periode sebelumnya.
Jika modal semula adalah P dan diberikan bunga dengan tingkat suku bunga i% per
tahun maka pada akhir tahun 1 akan mendapatkan bunga P.i untuk jumlah bunga dan
jumlah modal baru dari tahun ke-1 sampai tahun ke- n dapat dihitung seperti pada tabel
berikut (Adhi Suyanto,2001:24).
Tabel 2.6. Jumlah Bunga dan Modal Setelah n Tahun
Tahun
Ke-
Modal
(P)
Jumlah Bunga
(I)
Jumlah Modal Baru
(F)
1 P P.i P + P.i = P (1+i)
2 P (1+1) i P (1+i) + P (1+i) i = P (1+i)
3 P (1+1)2 i P (1+i)
2 (1+i) = P (1+i)
3
n P (1+1)n i P (1+i)
n
Sumber: Ekonomi Teknik Proyek Sumberdaya Air (2001:24)
30
2.13 Analisa Ekonomi
Analisa Ekonomi teknik pada suatu proyek pembangunan mengarahkan para
perencana dalam menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif hasil perencanaan
dalam menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif hasil peerencanaan yang dipilih.
Alternatif ini bisa berupa perbandingan biaya dari beberapa pilihan yang direkomendasi
dapat pula analisis ekonomi melibatkan unsur resiko yang mungkin terjadi. Selain
membandingkan dengan berbagai macam biaya, analisis ekonomi juga dapat
dikembangkan berdasarkan asas manfaat dari proyek yang bersangkutan.
Evaluasi kelayakan proyek didasarkan pada dua konsep analisa, yaitu analisa ekonomi
dan finansial. Analisa ekonomi bertujuan untuk menentukan apakah proyek yang
direncanakan layak untuk dibangun. Sedangkan analisa finansial bertujuan untuk melihat
dampak investasi terhadap peningkatan pendapatan antara sebelum dan sesudah adanya
proyek, dimana rencana pembangunan proyek ini adalah untuk penyediaan air baku.
2.13.1 Hubungan Manfaat-Biaya
Menurut Kuiper (2001:65), ada tiga parameter yang sering dipakai dalam analisis
manfaat dan biaya, yaitu:
1. Perbandingan Manfaat dan Biaya (Benefit/Cost atau B/C)
Seperti ditunjukkan oleh namanya, metode rasio manfaat/biaya mencakup
perhitungan rasio manfaat terhadap biaya. Biaya yang ditanggung oleh suatu
proyek terdiri atas biaya investasi dan OP. Dalam prakteknya biasanya biaya-biaya
OP dimasukkan sebagai manfaat negatif.
Perbandingan antara benefit dan cost yang dihitung adalah dengan membagi harga
present value komponen benefit dengan harga present value komponen cost. Jika
parameter B/C rasio ini menjadi penentu kelayakan proyek kemudian proyek
dikatakan ekonomis dan layak untuk dibangun apabila harga B/C rasio lebih besar
dari 1,0 (>1).
2. Selisih Manfaat dan Biaya (Net Benefit atau B-C)
Metode kedua dalam pemilihan alternatif dengan parameter benefit-cost adalah net
benefit (benefit netto). Net benefit adalah jumlah benefit dikurangi jumlah cost.
Untuk benefit dan cost yang konstan maka net benefit tahunan adalah selisih dari
kedua parameter ini, sedangkan untuk benefit dan cost yang tidak konstan,
selisihnya perlu dihitung berdasarkan pada waktu yang sama. Semakin tinggi
tingkat suku bunga maka selisih biaya dan manfaat akan makin kecil.
31
3. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return atau IRR)
Tingkat pengembalian internal dapat didefinisikan sebagai tingkat suku bunga yang
membuat manfaat dan biaya mempunyai nilai yang sama atau B-C = 0 atau tingkat
suku bunga yang membuat B/C = 1. Bila biaya manfaat tahunan konstan,
perhitungan tingkat pengembalian internal dapat dilakukan dengan dasar tahunan,
tapi bila tidak konstan dapat dilakukan dengan dasar nilai keadaan sekarang
(present value) dan dicari dengan coba-coba (trial and error). Parameter tingkat
pengembalian internal ini sama dengan besarnya bunga komersil yang berlaku,
sehingga sering disebut dengan internal rate of return. Bila besarnya tingkat
pengembalian internal ini sama dengan besarnya bunga komersil yang berlaku,
maka proyek dikatakan impas namun bila lebih besar dikatakan proyek ini
menguntungkan.
Dari ketiga parameter tersebut tidak ada yang paling baik karena pada suatu kondisi
dengan analisis yang mendetail akan didapatkan salah satu parameter yang akan dipakai.
Disamping itu, sering tidak terjadi konsistensi mengenai hubungan ketiga parameter itu,
sehingga bisa terjadi IRR besar tetapi B/C kecil atau sebaliknya. Bisa terjadi pula B/C
besar tetapi B-C minimum.
2.13.2 Indikator Kelayakan Ekonomi
Untuk mendapatkan ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penilaian kelayakan
proyek telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Kiteria-
kriteria yang umum dipakai dan dianjurkan untuk digunakan dalam evaluasi proyek
adalah:
1. Net Benefit Value (NPV)
Net Benefit Value (NPV) merupakan selisih antara nilai seragam (Present Value)
dari manfaat dan nilai seragam dari biaya. Dimana langkah yang harus dilakukan
untuk perhitungan ini tidak banyak berbeda dengan langkah untuk perhitungan
IRR.
Secara umum rumus untuk perhitungan nilai seragam ini adalah sebagai berikut
(Kuiper, 1971:45):
ni1
PA
(2-11)
dengan:
P = nilai sekarang (present value)
32
A = nilai seragam
I = nilai suku bunga
Dalam evaluasi proyek nilai NPV pada suku bunga pinjaman yang berlaku harus
mempunyai harga > 0. Jika NPV=0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis
seperti nilai investasi. Jika NPV<0 berarti proyek tersebut dari segi ekonomi tidak
layak untuk dibangun.
2. Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara manfaat (benefit) dengan
biaya. Secara umum rumus untuk perhitungan BCR ini adalah (I Nyoman
Pujawan, 1995:259):
biaya
manfaatBCR
(2-12)
dengan :
BCR = benefit cost ratio
Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek dengan BCR ini adalah jika
BCR > 1, maka proyek dikatakan layak dikerjakan dan sebaliknya jika nilai BCR
< 1 proyek tersebut secara ekoomi tidak layak untuk dibangun.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan nilai suku bunga yang diperoleh jika
BCR nilainya sama dengan 1 atau nilai suku bunga jika B-C bernilai sama dengan
0. IRR dihitung atas dasar penerimaan bersih dan total nilai untuk keperluan
investasi. Nilai IRR sangat penting diketahui untuk melihat sejauh mana
kemampuan proyek ini dapat dibiayai dengan melihat nilai suku bunga pinjaman
yang berlaku. Perhitungan nilai IRR ini dapat diproleh dengan rumus sebagai
berikut (Kuiper, 1971:16):
C)"-(B - C)'-(B
C-BI'IRR
(2-13)
dengan:
I’ = suku bunga memberikan nilai B-C positif
I” = suku bunga memberikan nilai B-C negatif
B-C =selisih antara nilai seragam dari manfaat dan biaya
(B-C)’ = B-C positif
(B-C)” = B-C negatif
33
4. Analisa Sensitivitas
Penentuan nilai-nilai untuk keadaan sesudah proyek seperti produksi, harga dan
lainnya merupakan estimasi dari perencana, terdapat kemungkinan yakni keadaan
sebenarnya yang akan terjadi tidak sama dengan nilai estimasi tersebut. Dengan
melakukan analisa sensitivitas dapat diperkirakan dampak yang akan terjadi
apabila keadaan yang sebenarnya terjadi sesudah proyek adalah tidak sama
dengan estimasi pertama.
Analisa sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa sensitif suatu keputusan
terhadap perubahan faktor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhi
setiap pengambilan keputusan pada ekonomi teknik. Tujuan lainnya adalah untuk
mengurangi resiko kerugian dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan
yang harus diambil.
Analisa sensitivas biasanya dilakukan dengan mengubah salah satu elemen proyek
(seperti biaya) dan menghitung IRR nya dengan harga tersebut. Beberapa
keadaan yang terjadi dalam analisa sensitivitas proyek pengairan seperti:
1. Terjadi 10% penurunan pada nilai benefit yang diperkirakan
2. Terjadi 10% kenaikan pada biaya proyek yang diperkirakan
3. Tertundanya penyelesaian proyek selama dua tahun.
Secara teoritis ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan Analisa
sensitivitas, yaitu:
1. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, misalnya
penurunan hasil pendapatan akibat penurunan jumlah pemakaian/konsumsi
air minum.
2. Terjadinya kesalahan dalam perkiraan hasil/manfaat proyek
3. Terdapat ”cost overrun”, misalnya terjadi kenaikan dalam biaya konstruksi.
Hal tersebut terjadi terumata pada proyek-proyek yang memerlukan biaya
kontruksi yang besar.
2.14 Harga Air
Suatu harga atau penilaian barang dalam bentuk uang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor itu bisa suatu faktor yang mempengaruhi secara langsung adanya barang tersebut
(modal, upah tenaga kerja, biaya pengiriman, dsb) dan faktor yang tidak langsung seperti
keadaan sosial dan politik. Faktor yang tidak langsung tidak akan dibahas dalam penulisan
ini. Parameter yang dipakai dalam penentuan harga air bersih biasanya adalah:
34
1. Perbandingan biaya dan manfaat (benefit cost ratio), manfaat dalam hal ini adalah
rencana harga itu sendiri, maksudnya adalah BCR harus lebih dari 1. Sehingga jika
harga yang akan kita rencanakan dimana dengan biaya tertentu bila dibandingkan
nilainya tidak boleh satu, harus lebih dari satu.
2. Selisih benefit dengan cost, jika pemasukan dikurangi pengeluaran hasilnya
diharapkan di atas nol (untung).
3. Bunga, bunga sangat berpengaruh besar terhadap suatu perencanaan harga. Bunga
disini adalah bunga bank jika aktivitas pengadaan air oleh PDAM dananya
dipinjam dari bank.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Letak Geografis & Administrasi
Kabupaten Malang adalah sebuah kawasan yang terletak pada bagian tengah selatan
wilayah Propinsi Jawa Timur. Posisi koordinat Kabupaten Malang terletak antara 112o 17’
10,90” – 112o 57’ 00” Bujur Timur dan 7
o 44’ 55,11” – 8
o 26’ 35,45” Lintang Selatan.
Secara administrasi Kabupaten Malang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Pasuruan
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Blitar
Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang
Dengan luas wilayah sekitar 3.238,26 km2 Kabupaten Malang terletak pada urutan
luas terbesar kedua setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38 Kabupaten/kota di wilayah
Propinsi Jawa Timur.
Secara rinci wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Malang terbagi menjadi 33
wilayah kecamatan yang membawahi 12 kelurahan dan 378 desa, yang terbagi habis ke
dalam 3.154 RW dan 14.685 RT. Lokasi studi disajikan dalam Gambar 3.1
Gambar 3.1 Lokasi Pekerjaan di Kecamatan Pakis dan Jabung
Sumber: Peta Administrasi Kabupaten Malang
Lokasi Studi
35
36
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kecamatan Jabung
Sumber: http://jabung.malangkab.go.id/?page_id=2851 (diakses pada 26 Mei 2017)
Gambar 3.3 Peta Wilayah Kecamatan Pakis
Sumber: http://pakis.malangkab.go.id/?page_id=186 (diakses pada 26 Mei 2017)
37
3.2 Kondisi Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Malang merupakan daerah dataran tinggi yang
dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran rendah atau daerah lembah pada ketinggian
250-500 meter diatas permukaan laut (dpl) yang terletak di bagian tengah wilayah
Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi merupakan daerah perbukitan kapur
(Pegunungan Kendeng) di bagian selatan pada ketinggian 0-650 meter dpl, daerah lereng
Tengger-Semeru di bagian timur membujur dari utara ke selatan pada ketinggian 500-3600
meter dpl dan daerah lereng Kawi-Arjuno di bagian barat pada ketinggian 500-3300 meter
dpl.
Terdapat sembilan gunung dan satu pegunungan yang menyebar merata di sebelah
utara, timur, selatan dan barat wilayah Kabupaten Malang. Beberapa gunung telah dikenal
secara nasional yaitu Gunung Semeru (3.676 meter) gunung tertinggi di Pulau Jawa,
Gunung Bromo (2.329 meter), Gunung Kawi (2.651 meter), Gunung Kelud (1.731 meter)
Gunung Welirang (2.156 meter), Gunung Panderman (2.040 meter), Gunung Arjuno
(3.339meter), Gunung Anjasmoro (2.277 meter), Gunung Batok (2.868 meter) dan
Pegunungan Kendeng (600 meter).
3.3 Kondisi Hidroklimatologi
Berdasarkan hasil pemantauan Stasiun Klimatologi Karangploso-Malang, pada tahun
2014 suhu udara rata-rata relatif rendah, berkisar antara 22ºC hingga 26,8ºC. Kelembaban
udara rata-rata berkisar antara 66,0 persen hingga 91,0 persen dan curah hujan rata-rata
berkisar antara 15,3 mm hingga 417,4 mm. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada
bulan juli, hasil pemantauan Pos Karangkates. Sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi
terjadi juga pada bulan Desember, hasil pemantauan Pos Karangploso.
3.4 Kondisi Sosial Ekonomi
3.4.1 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Jabung pada tahun 2016 sebesar 73.121 jiwa, dengan
jumlah penduduk desa Sukolilo tahun 2016 sebesar 5.926 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk di Kecamatan Pakis tahun 2016 sebesar 150.210 jiwa penduduk desa
Sumberpasir pada tahun 2016 sebesar 5.912 jiwa dan desa Pakiskembar sebesar 7.938
jiwa.
38
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Jabung Tahun 2010-2016
No. Desa Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Kenongo 4,076 4,383 2,675 2,719 2,714 2,714 2,701
2 Ngadirejo 1,608 1,464 2,049 2,020 2,061 2,061 2,062
3 Taji 145 1,073 1,280 1,437 1,316 1,316 1,304
4 Pandansari Lor 4,352 4,414 4,397 4,404 4,318 4,318 4,319
5 Sukopuro 5,814 5,896 5,845 5,844 5,859 5,859 5,859
6 Sidorejo 2,377 2,022 3,596 3,654 3,646 3,646 3,638
7 Sukolilo 5,399 5,353 5,541 5,856 5,894 5,911 5,926
8 Sidomulyo 4,422 4,496 4,389 4,379 4,428 4,428 4,415
9 Gading Kembar 3,587 3,373 3,588 3,577 3,666 3,666 3,633
10 Kemantren 11,438 11,649 11,483 11,440 11,525 11,525 11,500
11 Argosari 3,975 4,078 4,021 4,012 4,056 4,056 4,045
12 Slamparejo 5,150 5,268 5,184 5,172 5,222 5,222 5,210
13 Kemiri 6,438 6,614 6,477 6,466 6,556 6,556 6,523
14 Jabung 8,409 8,544 8,457 8,446 8,518 8,518 8,494
15 Gunungjati 3,446 3,522 3,476 3,451 3,496 3,496 3,492
Jumlah 70,636 72,149 72,750 72,877 73,337 73,337 73,121
Sumber: BPS Kabupaten Malang
38
39
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Pakis Tahun 2010-2016
No. Desa Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Sekarpuro 11,029 11,254 11,217 11,250 12,856 12,856 13,785
2 Ampeldento 5,260 5,269 5,288 5,303 5,975 5,975 6,411
3 Sbr. Kradenan 6,087 6,091 6,082 6,086 6,468 6,468 6,939
4 Kedungrejo 6,048 6,048 6,036 6,037 6,476 6,476 6,942
5 Banjarejo 6,591 6,615 6,635 6,735 7,247 7,247 7,775
6 Pucangsono 2,673 2,664 2,686 2,725 2,721 2,721 2,920
7 Sukoanyar 6,119 6,081 6,039 6,038 6,313 6,313 6,774
8 Sbr. Pasir 5,703 5,720 5,683 5,731 5,833 5,857 5,912
9 Pakiskembar 7,596 7,614 7,550 7,618 7,715 7,894 7,938
10 Pakisjajar 9,633 9,595 9,594 9,577 12,618 12,618 13,539
11 Bunutwetan 8,568 8,613 8,642 8,711 9,291 9,291 9,969
12 Asrikaton 12,056 12,074 12,283 12,413 13,960 13,960 14,982
13 Saptorenggo 13,283 13,349 13,181 13,191 15,809 15,809 16,964
14 Mangliawan 14,086 14,138 14,230 14,156 17,165 17,165 18,416
15 Tirtomoyo 8,933 8,960 8,987 9,008 10,198 10,198 10,944
Jumlah 123,665 124,085 124,133 124,579 140,645 140,848 150,210
Sumber: BPS Kabupaten Malang 3
9
40
3.4.2 Ketersediaan Air
Ketersediaan air yang terdapat di IKK Jabung dan IKK Pakis berasal Mata Air Sumber
Pitu Desa Duwet Krajan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang dengan Debit 500 L/s
dan ditampung di Tandon Jeru dan Tandon Cokro yang berlokasi di Kecamatan Tumpang
Dengan rincian debit ketersedian sebagai berikut:
1. Tandon Jeru, Kapasitas = 1000 m3
Elevasi = +588 m
Debit = 80 L/detik
2. Tandon Cokro, Kapasitas = 300 m3
Elevasi = + 583 m
Debit = 20 L/detik
3.5 Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam studi perencanaan distribusi air minum ini adalah
data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait dalam
pekerjaan ini. Adapun data-data yang diperlukan adalah:
1. Data penduduk Kabupaten Malang tahun 2010 - 2016.
2. Data debit Tandon
3. Peta Topografi Kecamatan Jabung dan Kecamatan Pakis
4. Harga Satuan Pekerjaan Kabupaten Malang tahun 2016
3.6 Analisis Biaya, Manfaat, Analisis Ekonomi
3.6.1 Analisis Biaya
Analisis biaya ini terdiri dari:
a. Biaya konstruksi dan biaya tak terduga
b. Biaya engineering dan administrasi
c. Total biaya
d. Biaya operasi dan pemeliharaan
3.6.2 Analisis Manfaat
Analisis Manfaat terdiri dari:
a. Manfaat langsung
b. Manfaat tidak langsung
c. Manfaat nyata
d. Manfaat tidak nyata
3.6.3 Analisis Ekonomi
Parameter-parameter yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah:
a. Nilai B/C
b. B-C
41
c. IRR
d. Payback Periode
e. Analisis Sensitivitas
3.7 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam studi ini secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data teknis. Data teknis meliputi Peta Topografi, data elevasi dan
debit sumber air, data penduduk kabupaten Malang, harga satuan pekerjaan
kabupaten Malang dan SNI analisa harga satuan
2. Menghitung Proyeksi jumlah penduduk dihitung sampai 20 tahun dari data jumlah
penduduk dengan menggunakan metode Geometrik, Eksponensial, Aritmatik.
3. Uji kesesuaian metode proyeksi penduduk dengan membandingkan standar deviasi
dan koefisien korelasi.
4. Analisis besarnya kebutuhan air minum dihitung berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk.
5. Pembuatan skema jaringan distribusi air
6. Perhitungan volume pekerjaan dan anggaran biaya pengembangan distribusi air
minum di IKK Jabung dan IKK Pakis.
7. Besarnya produksi air dihitung dari tingkat pemakaian air penduduk di IKK Jabung
dan IKK Pakis, sehingga diperoleh nilai manfaat.
8. Setelah mengetahui besarnya manfaat dan biaya selanjutnya dilakukan analisis
ekonomi yaitu B-C, B/C, IRR, Payback Periode dan Analisis Sensitivitas.
9. Penetapan prediksi harga air per m3
saat ini dan di masa yang akan mendatang
berdasarkan analisis ekonomi.
Tahapan penyajian dan pengolahan data dalam studi ini akan digambarkan dalam
diagram alir seperti pada gambar 3.3
42
Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian
Data jumlah
penduduk
Data Debit
Mata Air
Data Debit
Tandon
Analisis manfaat
Skema Jaringan,
Volume Pekerjaan
Analisis Biaya
Analisa ekonomi
B-C=0, B/C>1, IRR,
Analisa Sensitivitas, PBP
Penetapan harga air per m3
Selesai
Analisa kebutuhan air
penduduk
Mulai
Analisa Rencana
Anggaran Biaya
Tidak
Ya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Teknis
Nama Proyek : Studi Perencanaan Distribusi Air Minum dan Analisis
Ekonomi di IKK Pakisidan IKK Jabung Kabupaten Malang
Lokasi : Desa Sumberpasir, Desa Pakiskembar Kecamatan Pakis dan
Desa Sukolilo KecamataniJabung Kabupaten Malang
Usia Guna : 20 tahun
Sumber Air : Tandon Cokro
Kapasitas Volume : 300 m3
Debit : 20 L/detik
4.2 Data Jumlah Penduduk
Pada daerah studi Desa Sumberpasir, Desa Pakiskembar Kecamatan Pakis dan Desa
Sukolali Kecamatan Jabung Kabupaten Malang data jumlah penduduk terlampir pada tabel
4.1.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Tahun 2010 – 2016
No. Desa Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Sumberpasir 5.703 5.720 5.683 5.731 5.833 5.857 5.912
2 Pakiskembar 7.596 7.614 7.550 7.618 7.715 7.894 7.938
3 Sukolilo 5.399 5.353 5.541 5.856 5.894 5.911 5.926
Sumber : BPS Kabupaten Malang
43
44
4.3 Analisa Pertumbuhan Penduduk
Perhitunganiproyeksi penduduk pada studiiini denganimenggunakanitiga metode,
yakni metode eksponensial, metode aritmatikidan metode geometrik. Setelah diketahui
hasil perhitunganidari setiap metode, makaidigunakan metode penentuaninilai koefisien
korelasi untukimenentukan metode perhitungan yang akan digunakan dalam perhitungan
proyeksiikebutuhan air. Kriteriaipenentuan metodeiproyeksi penduduk yang dipilih
berdasarkan pada nilai koefisienikorelasi yang terbesar mendekati 1.
Tabel 4.2. Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Penduduk Desa Sumberpasir
No. Desa Tahun
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Pertambahan
Penduduk Prosentase
Kenaikan
Jumlah
Penduduk
(%) (jiwa) (%)
Sumberpasir
2010 5703 - -
0,60%
2011 5720 17 0,30%
2012 5683 -37 -0,65%
2013 5731 48 0,84%
2014 5833 102 1,75%
2015 5857 24 0,41%
2016 5912 55 0,93%
Jumlah 209 3,57% 0,0060
Total Pertambahan Penduduk 209 jiwa
Total Jumlah Pertumbuhan Penduduk 3,57%
Total Laju Pertumbuhan Penduduk 0,0060
Sumber: Perhitungan
Tabel 4.3. Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Penduduk Desa Pakiskembar
No. Desa Tahun
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Pertambahan
Penduduk
Prosentase
Kenaikan
Jumlah
Penduduk (%) (jiwa) (%)
Pakiskembar
2010 7.596 - -
0,73%
2011 7.614 18 0,24%
2012 7.550 -64 -0,85%
2013 7.618 68 0,89%
2014 7.715 97 1,26%
2015 7.894 179 2,27%
2016 7.938 44 0,55%
Jumlah 342 4,36% 0,0073
Total Pertambahan Penduduk 342
Total Jumlah Pertumbuhan Penduduk 4,36%
Total Laju Pertumbuhan Penduduk 0,0073
Sumber: Perhitungan
45
Tabel 4.4. Rata-rata Tingkat Pertumbuhan Penduduk Desa Sukolilo
No. Desa Tahun Jumlah Penduduk
(jiwa)
Pertambahan
Penduduk Prosentase
Kenaikan
Jumlah
Penduduk (%) (jiwa) (%)
Sukolilo
2010 5.399 - -
1,52%
2011 5.353 -46 -0,86%
2012 5.541 188 3,39%
2013 5.856 315 5,38%
2014 5.894 38 0,64%
2015 5.911 17 0,29%
2016 5.926 15 0,25%
Jumlah 527 9,10% 0,0152
Total Pertambahan Penduduk 527
Total Jumlah Pertumbuhan Penduduk 9,10%
Total Laju Pertumbuhan Penduduk 0,0152
Sumber : Perhitungan
4.4 Pertumbuhan Eksponensial
Perhitungan proyeksiipertumbuhan jumlah penduduk dengan menggunakan metode
Eksponensial dihitung berdasarkan persamaan ( 2-1 ). Contoh perhitungan pertumbuhan
penduduk untuk desaiSumberpasir pada tahun 2017
Contoh perhitungan :
a) Data :
Laju pertambahan penduduk (r) hhh = 0,60%
Jumlah tahun proyeksi (n) hhh = 1 tahun
Jumlah pendudukiawal tahun proyeksi (Po) tahun 2016 = 5912 orang
b) Menghitungijumlah penduduk pada tahun 2017 (Pn) dengan persamaan :
Pn = Po .er.n
Pn = 5912. e(0,006 . 1)
Pn = 5912. 2,718281828
(0,006 .1)
Pn = 5947 orang
Dengan caraiyang sama, didapatkan pula hasil proyeksi jumlah penduduk hingga
tahun 2036 yang ditampilkan pada tabel 4.4
46
Tabel 4.5. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode
Eksponensialhhh
No. Tahun Jumlah
(jiwa) No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 5947
11 2027 6312
2 2018 5983
12 2028 6350
3 2019 6019 13 2029 6388
4 2020 6054 14 2030 6426
5 2021 6091 15 2031 6464
6 2022 6127 16 2032 6503
7 2023 6164
17 2033 6542
8 2024 6200
18 2034 6581
9 2025 6237
19 2035 6620
10 2026 6275
20 2036 6660
Sumber: Perhitungan
Tabel 4.6. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode
Eksponensialhhh
No. Tahun Jumlah
(jiwa) No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 7996
11 2027 8599
2 2018 8054
12 2028 8661
3 2019 8113
13 2029 8725
4 2020 8172
14 2030 8788
5 2021 8232
15 2031 8852
6 2022 8292
16 2032 8917
7 2023 8352
17 2033 8982
8 2024 8413
18 2034 9047
9 2025 8475
19 2035 9113
10 2026 8536
20 2036 9180
Sumber: Perhitungan
47
Tabel 4.7. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sukolilo dengan Metode
Eksponensialhhh.
No. Tahun Jumlah
(jiwa) No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 6017
11 2027 7002
2 2018 6108
12 2028 7109
3 2019 6202
13 2029 7217
4 2020 6297
14 2030 7328
5 2021 6393
15 2031 7439
6 2022 6490
16 2032 7553
7 2023 6590
17 2033 7669
8 2024 6690
18 2034 7786
9 2025 6793
19 2035 7905
10 2026 6896
20 2036 8025
Sumber : Perhitungan
4.5 Pertumbuhan Aritmatikhhh
Perhitunganiproyeksi pertumbuhan penduduk dengan menggunakan metode Aritmatik
dihitungiberdasarkan persamaan (2-2). Contoh perhitungan pertumbuhan penduduk untuk
Desa Sumberpasir pada tahun 2017:
Contoh perhitungan: hhh
a) Data:
Lajuipertambahan penduduk (r) = 0,60%
Jumlah tahun proyeksi (n) = 1 tahun
Jumlahipenduduk awal tahun proyeksi (Po) tahun 2016 = 5912 orang
b) Menghitung jumlahipenduduk pada tahun 2017 (Pn) dengan persamaan:
Pn = Po (1 + r.n)
Pn = 5912. (1 + 0,006 .1)
Pn = 5947 oranghhh
Dengan cara yang sama, ididapatkan pula hasil proyeksi jumlah penduduk hingga
tahun 2036 yang ditampilkan pada tabel 4.8
48
Tabel 4.8. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode
Aritmatikhh
No. Tahun Jumlah
(jiwa)
No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 5947
11 2027 6299
2 2018 5982
12 2028 6334
3 2019 6018 13 2029 6370
4 2020 6053 14 2030 6405
5 2021 6088 15 2031 6440
6 2022 6123 16 2032 6475
7 2023 6158
17 2033 6510
8 2024 6194
18 2034 6546
9 2025 6229
19 2035 6581
10 2026 6264
20 2036 6616
Sumber : Perhitungan
Tabel 4.9. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode
Aritmatikhh
No. Tahun Jumlah
(jiwa) No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 7996
11 2027 8573
2 2018 8053
12 2028 8630
3 2019 8111
13 2029 8688
4 2020 8169
14 2030 8746
5 2021 8226
15 2031 8803
6 2022 8284
16 2032 8861
7 2023 8342
17 2033 8919
8 2024 8400
18 2034 8976
9 2025 8457
19 2035 9034
10 2026 8515
20 2036 9092
Sumber : Perhitungan
49
Tabel 4.10. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sukolilo dengan Metode
Aritmatikhhh
No. Tahun Jumlah
(jiwa)
No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 6016
11 2027 6914
2 2018 6106
12 2028 7004
3 2019 6196 13 2029 7094
4 2020 6285 14 2030 7184
5 2021 6375 15 2031 7274
6 2022 6465 16 2032 7364
7 2023 6555
17 2033 7454
8 2024 6645
18 2034 7543
9 2025 6735
19 2035 7633
10 2026 6825
20 2036 7723
Sumber : Perhitungan
4.6 Pertumbuhan Geometrik
Perhitungan proyeksi pertumbuhanipenduduk dengan menggunakan metode
Geometrik dihitung berdasarkanipersamaan (2-3). Contoh perhitungan pertumbuhan
penduduk untuk Desa Sumberpasir pada tahun 2017:
Contoh perhitungan: hhh
a) Data :
Laju pertambahan penduduki (r) = 0,60%
Jumlah tahun proyeksi (n) = 1 tahun
Jumlah penduduk awalitahun proyeksi (Po) tahun 2016 = 5912 orang
b) Menghitung jumlah penduduk pada tahun 2017 (Pn) dengan persamaan: hhh
Pn = Po (1 + r)1
Pn = 5912 (1 + 0.006)
1
Pn = 5947 orang
Dengan cara yang sama, ididapatkan pula hasil proyeksi jumlah penduduk hingga
tahun 2036 yang ditampilkan pada tabel 4.11
50
Tabel 4.11. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode
Geometrik
No. Tahun Jumlah
(jiwa) No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 5947
11 2027 6311
2 2018 5983
12 2028 6349
3 2019 6018
13 2029 6386
4 2020 6054
14 2030 6424
5 2021 6090
15 2031 6463
6 2022 6126
16 2032 6501
7 2023 6163
17 2033 6540
8 2024 6200
18 2034 6579
9 2025 6236
19 2035 6618
10 2026 6274
20 2036 6657
Sumber: Perhitungan
Tabel 4.12. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode
Geometrik
No. Tahun Jumlah
(jiwa) No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 7996
11 2027 8596
2 2018 8054
12 2028 8659
3 2019 8112
13 2029 8722
4 2020 8171
14 2030 8785
5 2021 8231
15 2031 8849
6 2022 8290
16 2032 8913
7 2023 8351
17 2033 8978
8 2024 8411
18 2034 9043
9 2025 8473
19 2035 9109
10 2026 8534
20 2036 9175
Sumber: Perhitungan
51
Tabel 4.13. Proyeksi Pertambahan Penduduk Desa Sukolilo dengan Metode
Geometrik
No. Tahun Jumlah
(jiwa) No. Tahun
Jumlah
(jiwa)
1 2017 6016 11 2027 6993
2 2018 6107 12 2028 7099
3 2019 6200 13 2029 7207
4 2020 6294 14 2030 7316
5 2021 6389 15 2031 7427
6 2022 6486 16 2032 7539
7 2023 6584 17 2033 7654
8 2024 6684 18 2034 7770
9 2025 6786 19 2035 7888
10 2026 6888 20 2036 8007
Sumber: Perhitungan
Gambar 4.1 Grafik proyeksi penduduk Desa Sumberpasir dengan Metode Eksponensial,
Aritmatik dan Geometri
52
Gambar 4.2 Grafik Proyeksi Penduduk Desa Pakiskembar dengan Metode Ekspenonsial,
Aritmatik dan Geometri
Gambar 4.3 Grafik Proyeksi Penduduk Desa Sukolilo dengan Metode Ekspenonsial,
Aritmatik dan Geometri
4.7 Uji Kesesuaian Metode Proyeksi
Perhitungan ujiikesesuaianimetode proyeksi yaitu dengan menggunakan angka
koefisien korelasi pada persamaan (2-4). Dari hasil perhitungan koefisien korelasi pada
ketiga metode tersebut, diperoleh hasil bahwa metodeiAritmatik memiliki koefisien
korelasi terbesar dan mendekati +1. Dengan demikian metode yang dipilih untuk proyeksi
jumlah penduduk pada Desa Sumberpasir, Desa Pakiskembar dan Desa Sukolilo hingga
53
tahun 2036 adalah metode Aritmatik karena metode ini mendekati perkembangan
penduduk sesungguhnya. Berikut adalah contoh perhitungan angka korelasi:
Tabel 4.14. Perhitungan Angka Korelasi untuk Metode Aritmatik desa Sumberpasir
Tahun Jumlah Data Jumlah Proyeksi
X.Y X2 Y
2
X Y
2013 5731 5717 32763192,46 32844361 32682225
2014 5833 5751 33543680,66 34023889 33070250
2015 5857 5785 33879879,75 34304449 33460565
2016 5912 5818 34398071,79 34951744 33853170
Sumber : Perhitungan
X = 23.333
(X)2 = 544.428.889
Y = 23.070
(Y)2 = 532.241.941
XY = 134.584.825
X2 = 136.124.443
Y2 = 133.066.210
Menghitung angka koefisien kolerasi
2
11
2
1
2
1
2
1 1 1
...
...
n
i
i
n
i
i
n
i
n
i
ii
n
i
n
i
n
i
iiii
YYnXXn
YXYXn
r
=
= 0,9661
Dengan cara yang sama, didapatkan pula hasil perhitungan angka korelasi untuk
metode Eksponensial dan Geometrik. Berikut hasil perhitungan nilai koefisien korelasi
yang disajikan pada Tabel 4.15 dan 4.16
54
Tabel 4.15. Perhitungan Angka Korelasi Desa Sumberpasir
∑ Sumberpasir
Eksponensial Aritmatik Geometrik
x 23333 23333 23333
y 23073 23070 23072
xy 538371909 538300928 538348076
x2 544428889 544428889 544428889
y2 532382315 532241941 532335181
n 4 4 4
r 0,9657 0,9661 0,9657
Sumber: Perhitungan
Tabel 4.16. Standart Deviasi Proyeksi Penduduk Desa Sumberpasir
Lokasi Eksponensial Aritmatik Geometrik
Sumberpasir 44,33908298 43,68329269 44,20565048
Standart deviasi diambil yang terkecil
Nilai Eksponensial Aritmatik Geometrik
Koefisien Reduksi 0,9657 0,9661 0,9657
Standart Deviasi 44,339 43,683 44,206
Sumber : Perhitungan
Perhitungan Angka Korelasi di desa Pakiskembar juga berlaku sebagai berikut
Tabel 4.17. Perhitungan Angka Korelasi Metode Aritmatik Desa Pakiskembar
Tahun Jumlah Data Jumlah Proyeksi
X.Y X2 Y
2
X Y
2013 7.618 7.605 57.933.895
58.033.924
57.834.038
2014 7.715 7.660 59.094.884
59.521.225
58.671.597
2015 7.894 7.715 60.899.116
62.315.236
59.515.178
2016 7.938 7.769 61.674.112
63.011.844
60.364.780
Sumber : Perhitungan
55
X = 31.165
(X)2 = 971.257.225
Y = 30.749
(Y)2 = 945.482.158
XY = 239.602.007
X2 = 242.882.229
Y2 = 236.385.593
Menghitung angka koefisien kolerasi
2
11
2
1
2
1
2
1 1 1
...
...
n
i
i
n
i
i
n
i
n
i
ii
n
i
n
i
n
i
iiii
YYnXXn
YXYXn
r
=
= 0,9772
Dengan cara yang sama, didapatkan pula hasil perhitungan angka korelasi untuk
metode Eksponensial dan Geometrik. Berikut hasil perhitungan nilai koefisien korelasi
yang disajikan pada Tabel 4.18 dan 4.19
Tabel 4.18. Perhitungan Angka Korelasi Desa Pakiskembar
∑ Pakiskembar
Eksponensial Aritmatik Geometrik
x 31165 31165 31165
y 30755 30749 30753
xy 958470962 958283036 958407762
x2
971257225 971257225 971257225
y2
945853026 945482158 945728295
n 4 4 4
r 0,9769 0,9772 0,9769
Sumber: Perhitungan
56
Tabel 4.19. Standart Deviasi Proyeksi penduduk desa Pakiskembar
Lokasi Eksponensial Aritmatik Geometrik
Pakiskembar 72,1364814 70,83603998 71,87088553
Standart deviasi diambil yang terkecil
Nilai Eksponensial Aritmatik Geometrik
Koefisien Reduksi 0,9769 0,9772 0,9769
Standart Deviasi 72,1365 70,8360 71,8709
Sumber : Perhitungan
Perhitungan Angka Korelasi di desa Sukolilo juga berlaku sebagai berikut
Tabel 4.20. Perhitungan Angka Korelasi Metode Aritmatik Desa Sukolilo
Tahun Jumlah Data Jumlah Proyeksi
X.Y X2 Y
2
X Y
2013 5.856 5.625 32.940.123 34.292.736 31.640.861
2014 5.894 5.709 33.649.093 34.739.236 32.593.160
2015 5.911 5.793 34.242.795 34.939.921 33.559.578
2016 5.926 5.877 34.827.599 35.117.476 34.540.115
Sumber : Perhitungan
X = 23.856
(X)2 = 139.089.369
Y = 23.004
(Y)2 = 132.333.713
XY = 135.659.610
X2 = 139.089.369
Y2 = 132.333.713
Menghitung angka koefisien kolerasi
2
11
2
1
2
1
2
1 1 1
...
...
n
i
i
n
i
i
n
i
n
i
ii
n
i
n
i
n
i
iiii
YYnXXn
YXYXn
r
=
= 0,9720
57
Dengan cara yang sama, didapatkan pula hasil perhitungan angka korelasi untuk
metode Eksponensial dan Geometrik. Berikut hasil perhitungan nilai koefisien korelasi
yang disajikan pada Tabel 4.21 dan 4.22
Tabel 4.21. Perhitungan Angka Korelasi di Desa Sukolilo
∑ Sukolilo
Eksponensial Aritmatik Geometrik
x 23587 23587 23587
y 23024 23004 23017
xy 543058757 542600293 542903089
x2
556346569 556346569 556346569
y2
530088311 529193661 529784455
n 4 4 4
r 0,9705 0,9720 0,9705
Sumber: Perhitungan
Tabel 4.22. Standart Deviasi Proyeksi Penduduk Desa Sukolilo
Lokasi Eksponensial Aritmatik Geometrik
Sukolilo 112,6729599 108,4705987 111,7952554
Standart deviasi diambil yang terkecil
Nilai Eksponensial Aritmatik Geometrik
Koefisien Reduksi 0,9705 0,9720 0,9705
Standart Deviasi 112,673 108,471 111,795
Sumber : Perhitungan
Hasil perhitungan uji kesesuaian metode proyeksiipenduduk menunjukkan koefisien
korelasi Desa Sumberpasir sebesar 0,9661, desa Pakiskembar sebesar 0,9772 dan desa
Sukolilo sebesar 0,9720 dengan menggunakan metode aritmatik, Sehingga perhitungan
proyeksi penduduk yang akan diambil yaitu menggunakan metode Aritmatik karena
memiliki angka mendekati 1 dibandingkan metode yang lainnya.
4.8 Kebutuhan Air Bersihi
Analisis kebutuhan airibersih untuk masa mendatang dilaksanakan dengan dasar
analisis pertumbuhan penduduk masing-masing desai Kebutuhan air bersih terdiri atas
kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik.
58
Tabel 4.23. Kriteria Perencanaan Air Bersih
Sumber :DPU Cipta Karya, Dir. Air Bersih, 2006
Desa Sumberpasir, desa Pakiskembar dan desa Sukolilo memiliki jumlah penduduk
masih dibawah 10000 jiwa pada tahun 2017 dan termasuk kategori desa kecil maka untuk
analisa kehilangan air dalam studi ini diambil sebesar 20%.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :
A. Kebutuhan Domestik
1. Sambungan Rumah Tangga ( SR )
Berdasarkan jumlah penduduk pada ketiga desa tersebut tahun 2017 termasuk
kriteria desaikecil, maka kebutuhan air rerata untuk golongan rumah tangga
direncanakan sebesar 60 lt/orang/hari.
B. Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan nonidomestik digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada :
1. Fasilitas sosial, termasuk didalamnya tempat ibadah, sekolah, rumah sakit dan
lain sebagainya.
2. Pelangganiinstansi dan perkantoran.
3. Pelangganiniga dan industri.
Besarikebutuhan non domestik untuk tahun 2017 ditetapkan 15% dari kebutuhan
domestik. hhh
URAIAN
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK ( JIWA )
>
1.000.00
0
500.000 - 100.000 - 20.000 -
10.000
- <
10.000 1.000.00
0 500.000 100.000 20.000
METRO BESAR
SEDAN
G KECIL DESA
DESA
KECI
L
1. Konsumsi Unit Sambungan
rumah (SR) 190 170 150 130 100 60
ltr/org/hr
2. Konsumsi Unit Hidran
Umum
( HU ) 30 30 30 30 30 30
3. Konsumsi Unit Non
Domestik > 30 20 - 30 20 - 30 10 - 20 10 - 20 < 10
4. Kehilangan air ( % ) 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 -30 20 - 30 20 -30
5. Faktor Harian Maksimum 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
6. Faktor Jam Puncak 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
7. Jumlah Jiwa Per SR 5 5 5 6 6 6
8. Jumlah Jiwa Per HU 100 100 100
100 -
200 200 200
9. Sisa Tekan Dijaringan
distribusi 10 10 10 10 10 10
10. Jam Operasi 24 24 24 24 24 24
59
C. KehilanganiAir
Merupakanibesar air yang hilang selama proses pendistribusiannya, untuk
kehilangan air diasumsikan setiap tahun terjadi 20%.
D. Fluktuasi Kebutuhan airhhh
Besarnyaipemakaian air bersih pada suatu daerah tidaklah konstan, tetapi
mengalami fluktuasi. Hal ini tergantung pada aktivitas keseharian dalam penggunaan
air. Adapunidalam perhitungan kebutuhan air bersih ini diambil :
- Kebutuhan harian maksimum = 1,1 x ikebutuhan air rata-rata
- Kebutuhan jam puncaki = 1,5 x ikebutuhan air maksimum
E. Parameter yang ditetapkanihhh
Parameter ini merupakanitetapan dan merupakan data untuk dasar perhitungan
selanjutnya
a. Pelayananhhh
Sambungan Rumah ( SR ) = 6 jiwa
Hidran Umum = 200 jiwa
b. Faktor pemakaianhhh
Kebutuhan harian maksimum = 1,1
Kebutuhan jam puncak = 1,5
c. Tingkat kehilangan air akibat kebocoran 20%hhh
d. Kebutuhan air bersih di daerah pelayananhhh
Sambungan Rumah ( SR ) = 60 lt/orang/hari
Hidran Umum = 30 lt/orang/hari
e. Presentase kebutuhan non domestik sebesar 10%
F. Jumlah Pendudukidan Tingkat Pelayananhhh
Perhitunganikebutuhan air bersih 2017 dengan kehilangan air 20% dengan
pendudukiterlayani 80% adalah sebagai contoh berikut :
a. Proyeksi jumlah penduduk Sumberpasir tahun 2017 = 5947 jiwahhh
b. Presentase penduduk yangidilayani pada Desa Sumberpasir = 80%
c. Jumlah penduduk yang dilayani pada Desa Sumberpasir
= Jumlah Penduduk Domestik + 80%
= 5947 + 80%
= 4758 jiwa
G. Kebutuhan Air Bersihhhh
Kebutuhan domestik hhh
60
a. Kebutuhan Air Bersih untukiRumah Tanggahhh
= Jumlah pendudukiyang dilayani x kebutuhan air daerah layananhhh
= 4758 x 60
= 273.465,65 lt//hari
= 3,17 lt/dt
b. Kebutuhan Air Bersihiuntuk Hidran Umumhhh
= Jumlahipenduduk terlayani x kebutuhan air daerah pelayananhhh
= 200 x 30
= 6000 lt//harihhh
= 0,07 lt/dt
c. Total Kebutuhanidomestikhhh
= Kebutuhan airirumah tangga + kebutuhan air hidran umumhhhhhh
= 3,17 + 0,07
= 3,23 lt/dt
d. Kebutuhan nonidomestikhhh
= 10 % x total kebutuhan domestikhhh
= 10 % x 3,23
= 0,32 lt/dt
e. Kebutuhan airitotalhhh
= Kebutuhaniair domestik + kebutuhan air non domestikhhh
= 3,23 + 0,32
= 3,56 lt/dt
f. Kehilanganiair akibat kebocoranhhh
= 20 % x kebutuhan air totalhhh
= 20 % x 3,56
= 0,71 lt/dt
g. Kebutuhaniair rata-ratahhh
= kebutuhan air total + kehilangan air akibat kebocoranhhh
= 3,56 + 0,71
= 4,27 lt/dt
h. Kebutuhaniharian maksimumhhh
= 1,1 x kebutuhan air rata-rata
= 1,1 x 4,27
= 4,70 lt/dt
61
i. Kebutuhanijam puncakhhh
= 1,5 x kebutuhan air rata-rata
= 1,5 x 4,70
= 6,40 lt/dt
Untuk perhitunganikebutuhan air penduduk Desa Sumberpasir, Desa Pakiskembar dan
Desa Sukolilo tahun 2017-2036 dengan jumlah terlayani 80% akan ditampilkan dalam
tabel 4.24. hingga tabel 4.26.
62
Tabel 4.24. Perhitungan Kebutuhan Air 80% Desa Sumberpasir
NO U R A I A N SATUAN Tahun
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
A Parameter yang Ditetapkan
1 Penduduk yang dilayani tiap sambungan
a. Rumah Tangga org/sambungan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
b. Hidran Umum org/sambungan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
2 Faktor Pemakaian Air
a. Harian Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
b. Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
3 Kebutuhan Non Domestik % 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Kehilangan % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
B Perhitungan Kebutuhan Air
1 Jumlah Penduduk jiwa 5.947 5.982 6.018 6.053 6.088 6.123 6.158 6.194 6.229 6.264
2 Penduduk yang dilayani % 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Jumlah Penduduk yang dilayani jiwa 4.758 4.786 4.814 4.842 4.870 4.899 4.927 4.955 4.983 5.011
4 Kebutuhan Air Domestik
a. Sambungan rumah tangga
* Pemakaian Air lt/org/hari 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 4.558 4.586 4.614 4.642 4.670 4.699 4.727 4.755 4.783 4.811
* Jumlah Sambungan unit 759,63 764,32 769,01 773,71 778,40 783,09 787,79 792,48 797,17 801,87
* Kebutuhan Air lt/hari 273.465,62 275.155,24 276.844,86 278.534,48 280.224,10 281.913,72 283.603,34 285.292,96 286.982,58 288.672,20
lt/det 3,17 3,18 3,20 3,22 3,24 3,26 3,28 3,30 3,32 3,34
b. Sambungan Hidran Umum
* Pemakaian Air lt/org/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
* Jumlah Sambungan unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
* Kebutuhan Air lt/hari 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00
lt/det 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
c. Total Kebutuhan Domestik lt/hari 279.465,62 281.155,24 282.844,86 284.534,48 286.224,10 287.913,72 289.603,34 291.292,96 292.982,58 294.672,20
lt/det 3,23 3,25 3,27 3,29 3,31 3,33 3,35 3,37 3,39 3,41
5 Kebutuhan Air Non Domestik lt/hari 27.946,56 28.115,52 28.284,49 28.453,45 28.622,41 28.791,37 28.960,33 29.129,30 29.298,26 29.467,22
lt/det 0,32 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,34 0,34 0,34 0,34
6 Kebutuhan Air Total lt/hari 307.412,18 309.270,76 311.129,35 312.987,93 314.846,51 316.705,09 318.563,67 320.422,25 322.280,84 324.139,42
(Domestik+Non Domestik) lt/det 3,56 3,58 3,60 3,62 3,64 3,67 3,69 3,71 3,73 3,75
m3/tahun 110.668,39 111.337,47 112.006,56 112.675,65 113.344,74 114.013,83 114.682,92 115.352,01 116.021,10 116.690,19
7 Kehilangan Air lt/hari 61.482,44 61.854,15 62.225,87 62.597,59 62.969,30 63.341,02 63.712,73 64.084,45 64.456,17 64.827,88
lt/det 0,71 0,72 0,72 0,72 0,73 0,73 0,74 0,74 0,75 0,75
m3/tahun 22.133,68 22.267,49 22.401,31 22.535,13 22.668,95 22.802,77 22.936,58 23.070,40 23.204,22 23.338,04
8 Kebutuhan Air Rata-Rata lt/hari 368.894,62 371.124,92 373.355,21 375.585,51 377.815,81 380.046,11 382.276,41 384.506,71 386.737,00 388.967,30
lt/det 4,27 4,30 4,32 4,35 4,37 4,40 4,42 4,45 4,48 4,50
9 Kebutuhan Harian Maksimum lt/hari 405.784,08 408.237,41 410.690,74 413.144,06 415.597,39 418.050,72 420.504,05 422.957,38 425.410,70 427.864,03
lt/det 4,70 4,72 4,75 4,78 4,81 4,84 4,87 4,90 4,92 4,95
10 Kebutuhan Jam Puncak lt/hari 553.341,93 556.687,37 560.032,82 563.378,27 566.723,72 570.069,16 573.414,61 576.760,06 580.105,51 583.450,95
lt/det 6,40 6,44 6,48 6,52 6,56 6,60 6,64 6,68 6,71 6,75
Sumber : Hasil Perhitungan
62
63
NO U R A I A N SATUAN Tahun
2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036
A Parameter yang Ditetapkan
1 Penduduk yang dilayani tiap sambungan
a. Rumah Tangga org/sambungan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
b. Hidran Umum org/sambungan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
2 Faktor Pemakaian Air
a. Harian Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
b. Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
3 Kebutuhan Non Domestik % 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Kehilangan % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
B Perhitungan Kebutuhan Air
1 Jumlah Penduduk jiwa 6.299 6.334 6.370 6.405 6.440 6.475 6.510 6.546 6.581 6.616
2 Penduduk yang dilayani % 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Jumlah Penduduk yang dilayani jiwa 5.039 5.068 5.096 5.124 5.152 5.180 5.208 5.236 5.265 5.293
4 Kebutuhan Air Domestik
a. Sambungan rumah tangga
* Pemakaian Air lt/org/hari 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 4.839 4.868 4.896 4.924 4.952 4.980 5.008 5.036 5.065 5.093
* Jumlah Sambungan unit 806,56 811,25 815,95 820,64 825,33 830,03 834,72 839,41 844,11 848,80
* Kebutuhan Air lt/hari 290.361,82 292.051,44 293.741,06 295.430,68 297.120,30 298.809,92 300.499,54 302.189,16 303.878,78 305.568,40
lt/det 3,36 3,38 3,40 3,42 3,44 3,46 3,48 3,50 3,52 3,54
b. Sambungan Hidran Umum
* Pemakaian Air lt/org/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
* Jumlah Sambungan unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
* Kebutuhan Air lt/hari 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00
lt/det 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
c. Total Kebutuhan Domestik lt/hari 296.361,82 298.051,44 299.741,06 301.430,68 303.120,30 304.809,92 306.499,54 308.189,16 309.878,78 311.568,40
lt/det 3,43 3,45 3,47 3,49 3,51 3,53 3,55 3,57 3,59 3,61
5 Kebutuhan Air Non Domestik lt/hari 29.636,18 29.805,14 29.974,11 30.143,07 30.312,03 30.480,99 30.649,95 30.818,92 30.987,88 31.156,84
lt/det 0,34 0,34 0,35 0,35 0,35 0,35 0,35 0,36 0,36 0,36
6 Kebutuhan Air Total lt/hari 325.998,00 327.856,58 329.715,16 331.573,75 333.432,33 335.290,91 337.149,49 339.008,07 340.866,65 342.725,24
(Domestik+Non Domestik) lt/det 3,77 3,79 3,82 3,84 3,86 3,88 3,90 3,92 3,95 3,97
m3/tahun 117.359,28 118.028,37 118.697,46 119.366,55 120.035,64 120.704,73 121.373,82 122.042,91 122.712,00 123.381,09
7 Kehilangan Air lt/hari 65.199,60 65.571,32 65.943,03 66.314,75 66.686,47 67.058,18 67.429,90 67.801,61 68.173,33 68.545,05
lt/det 0,75 0,76 0,76 0,77 0,77 0,78 0,78 0,78 0,79 0,79
m3/tahun 23.471,86 23.605,67 23.739,49 23.873,31 24.007,13 24.140,95 24.274,76 24.408,58 24.542,40 24.676,22
8 Kebutuhan Air Rata-Rata lt/hari 391.197,60 393.427,90 395.658,20 397.888,49 400.118,79 402.349,09 404.579,39 406.809,69 409.039,99 411.270,28
lt/det 4,53 4,55 4,58 4,61 4,63 4,66 4,68 4,71 4,73 4,76
9 Kebutuhan Harian Maksimum lt/hari 430.317,36 432.770,69 435.224,02 437.677,34 440.130,67 442.584,00 445.037,33 447.490,66 449.943,98 452.397,31
lt/det 4,98 5,01 5,04 5,07 5,09 5,12 5,15 5,18 5,21 5,24
10 Kebutuhan Jam Puncak lt/hari 586.796,40 590.141,85 593.487,29 596.832,74 600.178,19 603.523,64 606.869,08 610.214,53 613.559,98 616.905,43
lt/det 6,79 6,83 6,87 6,91 6,95 6,99 7,02 7,06 7,10 7,14
Sumber : Hasil Perhitungan
6
3
64
Tabel 4.25. Perhitungan Kebutuhan Air 80% Desa Pakiskembar
NO U R A I A N SATUAN Tahun
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
A Parameter yang Ditetapkan
1 Penduduk yang dilayani tiap sambungan
a. Rumah Tangga org/sambungan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
b. Hidran Umum org/sambungan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
2 Faktor Pemakaian Air
a. Harian Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
b. Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
3 Kebutuhan Non Domestik % 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Kehilangan % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
B Perhitungan Kebutuhan Air
1 Jumlah Penduduk jiwa 7.996 8.053 8.111 8.169 8.226 8.284 8.342 8.400 7.996 8.053
2 Penduduk yang dilayani % 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Jumlah Penduduk yang dilayani jiwa 6.397 6.443 6.489 6.535 6.581 6.627 6.673 6.720 6.397 6.443
4 Kebutuhan Air Domestik
a. Sambungan rumah tangga
* Pemakaian Air lt/org/hari 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 6.197 6.243 6.289 6.335 6.381 6.427 6.473 6.520 6.197 6.243
* Jumlah Sambungan unit 1.032,76 1.040,45 1.048,14 1.055,83 1.063,53 1.071,22 1.078,91 1.086,60 1.032,76 1.040,45
* Kebutuhan Air lt/hari 371.793,08 374.562,16 377.331,24 380.100,31 382.869,39 385.638,47 388.407,55 391.176,63 371.793,08 374.562,16
lt/det 4,30 4,34 4,37 4,40 4,43 4,46 4,50 4,53 4,30 4,34
b. Sambungan Hidran Umum
* Pemakaian Air lt/org/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
* Jumlah Sambungan unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
* Kebutuhan Air lt/hari 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00
lt/det 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
c. Total Kebutuhan Domestik lt/hari 377.793,08 380.562,16 383.331,24 386.100,31 388.869,39 391.638,47 394.407,55 397.176,63 377.793,08 380.562,16
lt/det 4,37 4,40 4,44 4,47 4,50 4,53 4,56 4,60 4,37 4,40
5 Kebutuhan Air Non Domestik lt/hari 37.779,31 38.056,22 38.333,12 38.610,03 38.886,94 39.163,85 39.440,76 39.717,66 37.779,31 38.056,22
lt/det 0,44 0,44 0,44 0,45 0,45 0,45 0,46 0,46 0,44 0,44
6 Kebutuhan Air Total lt/hari 415.572,39 418.618,37 421.664,36 424.710,35 427.756,33 430.802,32 433.848,31 436.894,29 415.572,39 418.618,37
(Domestik+Non Domestik) lt/det 4,81 4,85 4,88 4,92 4,95 4,99 5,02 5,06 4,81 4,85
m3/tahun 149.606,06 150.702,61 151.799,17 152.895,72 153.992,28 155.088,83 156.185,39 157.281,94 149.606,06 150.702,61
7 Kehilangan Air lt/hari 83.114,48 83.723,67 84.332,87 84.942,07 85.551,27 86.160,46 86.769,66 87.378,86 83.114,48 83.723,67
lt/det 0,96 0,97 0,98 0,98 0,99 1,00 1,00 1,01 0,96 0,97
m3/tahun 29.921,21 30.140,52 30.359,83 30.579,14 30.798,46 31.017,77 31.237,08 31.456,39 29.921,21 30.140,52
8 Kebutuhan Air Rata-Rata lt/hari 498.686,86 502.342,05 505.997,23 509.652,41 513.307,60 516.962,78 520.617,97 524.273,15 498.686,86 502.342,05
lt/det 5,77 5,81 5,86 5,90 5,94 5,98 6,03 6,07 5,77 5,81
9 Kebutuhan Harian Maksimum lt/hari 548.555,55 552.576,25 556.596,95 560.617,66 564.638,36 568.659,06 572.679,76 576.700,46 548.555,55 552.576,25
lt/det 6,35 6,40 6,44 6,49 6,54 6,58 6,63 6,67 6,35 6,40
10 Kebutuhan Jam Puncak lt/hari 748.030,30 753.513,07 758.995,85 764.478,62 769.961,40 775.444,17 780.926,95 786.409,72 748.030,30 753.513,07
lt/det 8,66 8,72 8,78 8,85 8,91 8,98 9,04 9,10 8,66 8,72
Sumber : Hasil Perhitungan
64
65
NO U R A I A N SATUAN Tahun
2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036
A Parameter yang Ditetapkan
1 Penduduk yang dilayani tiap sambungan
a. Rumah Tangga org/sambungan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
b. Hidran Umum org/sambungan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
2 Faktor Pemakaian Air
a. Harian Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
b. Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
3 Kebutuhan Non Domestik % 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Kehilangan % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
B Perhitungan Kebutuhan Air
1 Jumlah Penduduk jiwa 8.457 8.515 8.573 8.630 8.688 8.746 8.803 8.861 8.919 8.976
2 Penduduk yang dilayani % 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Jumlah Penduduk yang dilayani jiwa 6.766 6.812 6.858 6.904 6.950 6.997 7.043 7.089 7.135 7.181
4 Kebutuhan Air Domestik
a. Sambungan rumah tangga
* Pemakaian Air lt/org/hari 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 6.566 6.612 6.658 6.704 6.750 6.797 6.843 6.889 6.935 6.981
* Jumlah Sambungan unit 1.094,29 1.101,99 1.109,68 1.117,37 1.125,06 1.132,75 1.140,44 1.148,14 1.155,83 1.163,52
* Kebutuhan Air lt/hari 393.945,71 396.714,79 399.483,86 402.252,94 405.022,02 407.791,10 410.560,18 413.329,26 416.098,34 418.867,41
lt/det 4,56 4,59 4,62 4,66 4,69 4,72 4,75 4,78 4,82 4,85
b. Sambungan Hidran Umum
* Pemakaian Air lt/org/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
* Jumlah Sambungan unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
* Kebutuhan Air lt/hari 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00
lt/det 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
c. Total Kebutuhan Domestik lt/hari 399.945,71 402.714,79 405.483,86 408.252,94 411.022,02 413.791,10 416.560,18 419.329,26 422.098,34 424.867,41
lt/det 4,63 4,66 4,69 4,73 4,76 4,79 4,82 4,85 4,89 4,92
5 Kebutuhan Air Non Domestik lt/hari 39.994,57 40.271,48 40.548,39 40.825,29 41.102,20 41.379,11 41.656,02 41.932,93 42.209,83 42.486,74
lt/det 0,46 0,47 0,47 0,47 0,48 0,48 0,48 0,49 0,49 0,49
6 Kebutuhan Air Total lt/hari 439.940,28 442.986,26 446.032,25 449.078,24 452.124,22 455.170,21 458.216,20 461.262,18 464.308,17 467.354,16
(Domestik+Non Domestik) lt/det 5,09 5,13 5,16 5,20 5,23 5,27 5,30 5,34 5,37 5,41
m3/tahun 158.378,50 159.475,06 160.571,61 161.668,17 162.764,72 163.861,28 164.957,83 166.054,39 167.150,94 168.247,50
7 Kehilangan Air lt/hari 87.988,06 88.597,25 89.206,45 89.815,65 90.424,84 91.034,04 91.643,24 92.252,44 92.861,63 93.470,83
lt/det 1,02 1,03 1,03 1,04 1,05 1,05 1,06 1,07 1,07 1,08
m3/tahun 31.675,70 31.895,01 32.114,32 32.333,63 32.552,94 32.772,26 32.991,57 33.210,88 33.430,19 33.649,50
8 Kebutuhan Air Rata-Rata lt/hari 527.928,33 531.583,52 535.238,70 538.893,88 542.549,07 546.204,25 549.859,44 553.514,62 557.169,80 560.824,99
lt/det 6,11 6,15 6,19 6,24 6,28 6,32 6,36 6,41 6,45 6,49
9 Kebutuhan Harian Maksimum lt/hari 580.721,17 584.741,87 588.762,57 592.783,27 596.803,98 600.824,68 604.845,38 608.866,08 612.886,78 616.907,49
lt/det 6,72 6,77 6,81 6,86 6,91 6,95 7,00 7,05 7,09 7,14
10 Kebutuhan Jam Puncak lt/hari 791.892,50 797.375,28 802.858,05 808.340,83 813.823,60 819.306,38 824.789,15 830.271,93 835.754,70 841.237,48
lt/det 9,17 9,23 9,29 9,36 9,42 9,48 9,55 9,61 9,67 9,74
Sumber : Hasil Perhitungan
65
66
Tabel 4.26. Perhitungan Kebutuhan Air 80% Desa Sukolilo
NO U R A I A N SATUAN Tahun
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
A Parameter yang Ditetapkan
1 Penduduk yang dilayani tiap sambungan
a. Rumah Tangga org/sambungan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
b. Hidran Umum org/sambungan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
2 Faktor Pemakaian Air
a. Harian Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
b. Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
3 Kebutuhan Non Domestik % 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Kehilangan % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
B Perhitungan Kebutuhan Air
1 Jumlah Penduduk jiwa 6.016 6.106 6.196 6.285 6.375 6.465 6.555 6.645 6.735 6.016
2 Penduduk yang dilayani % 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Jumlah Penduduk yang dilayani jiwa 4.813 4.885 4.956 5.028 5.100 5.172 5.244 5.316 5.388 4.813
4 Kebutuhan Air Domestik
a. Sambungan rumah tangga
* Pemakaian Air lt/org/hari 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 4.613 4.685 4.756 4.828 4.900 4.972 5.044 5.116 5.188 4.613
* Jumlah Sambungan unit 768,78 780,76 792,74 804,72 816,71 828,69 840,67 852,65 864,63 768,78
* Kebutuhan Air lt/hari 276.761,23 281.074,46 285.387,68 289.700,91 294.014,14 298.327,37 302.640,59 306.953,82 311.267,05 276.761,23
lt/det 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 3,45 3,50 3,55 3,60 3,20
b. Sambungan Hidran Umum
* Pemakaian Air lt/org/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
* Jumlah Sambungan unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
* Kebutuhan Air lt/hari 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00
lt/det 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
c. Total Kebutuhan Domestik lt/hari 282.761,23 287.074,46 291.387,68 295.700,91 300.014,14 304.327,37 308.640,59 312.953,82 317.267,05 282.761,23
lt/det 3,27 3,32 3,37 3,42 3,47 3,52 3,57 3,62 3,67 3,27
5 Kebutuhan Air Non Domestik lt/hari 28.276,12 28.707,45 29.138,77 29.570,09 30.001,41 30.432,74 30.864,06 31.295,38 31.726,71 28.276,12
lt/det 0,33 0,33 0,34 0,34 0,35 0,35 0,36 0,36 0,37 0,33
6 Kebutuhan Air Total lt/hari 311.037,35 315.781,90 320.526,45 325.271,00 330.015,55 334.760,10 339.504,65 344.249,20 348.993,76 311.037,35
(Domestik+Non Domestik) lt/det 3,60 3,65 3,71 3,76 3,82 3,87 3,93 3,98 4,04 3,60
m3/tahun 111.973,45 113.681,48 115.389,52 117.097,56 118.805,60 120.513,64 122.221,68 123.929,71 125.637,75 111.973,45
7 Kehilangan Air lt/hari 62.207,47 63.156,38 64.105,29 65.054,20 66.003,11 66.952,02 67.900,93 68.849,84 69.798,75 62.207,47
lt/det 0,72 0,73 0,74 0,75 0,76 0,77 0,79 0,80 0,81 0,72
m3/tahun 22.394,69 22.736,30 23.077,90 23.419,51 23.761,12 24.102,73 24.444,34 24.785,94 25.127,55 22.394,69
8 Kebutuhan Air Rata-Rata lt/hari 373.244,82 378.938,28 384.631,74 390.325,20 396.018,66 401.712,12 407.405,58 413.099,05 418.792,51 373.244,82
lt/det 4,32 4,39 4,45 4,52 4,58 4,65 4,72 4,78 4,85 4,32
9 Kebutuhan Harian Maksimum lt/hari 410.569,30 416.832,11 423.094,92 429.357,72 435.620,53 441.883,34 448.146,14 454.408,95 460.671,76 410.569,30
lt/det 4,75 4,82 4,90 4,97 5,04 5,11 5,19 5,26 5,33 4,75
10 Kebutuhan Jam Puncak lt/hari 559.867,23 568.407,42 576.947,61 585.487,80 594.028,00 602.568,19 611.108,38 619.648,57 628.188,76 559.867,23
lt/det 6,48 6,58 6,68 6,78 6,88 6,97 7,07 7,17 7,27 6,48
Sumber : Hasil Perhitungan
66
67
NO U R A I A N SATUAN Tahun
2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036
A Parameter yang Ditetapkan
1 Penduduk yang dilayani tiap sambungan
a. Rumah Tangga org/sambungan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
b. Hidran Umum org/sambungan 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
2 Faktor Pemakaian Air
a. Harian Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
b. Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
3 Kebutuhan Non Domestik % 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Kehilangan % 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
B Perhitungan Kebutuhan Air
1 Jumlah Penduduk jiwa 6.825 6.914 7.004 7.094 7.184 7.274 7.364 7.454 7.543 7.633
2 Penduduk yang dilayani % 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
3 Jumlah Penduduk yang dilayani jiwa 5.460 5.532 5.603 5.675 5.747 5.819 5.891 5.963 6.035 6.107
4 Kebutuhan Air Domestik
a. Sambungan rumah tangga
* Pemakaian Air lt/org/hari 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 5.260 5.332 5.403 5.475 5.547 5.619 5.691 5.763 5.835 5.907
* Jumlah Sambungan unit 876,61 888,59 900,57 912,56 924,54 936,52 948,50 960,48 972,46 984,44
* Kebutuhan Air lt/hari 315.580,28 319.893,51 324.206,73 328.519,96 332.833,19 337.146,42 341.459,64 345.772,87 350.086,10 354.399,33
lt/det 3,65 3,70 3,75 3,80 3,85 3,90 3,95 4,00 4,05 4,10
b. Sambungan Hidran Umum
* Pemakaian Air lt/org/hari 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* Jumlah penduduk yang dilayani jiwa 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
* Jumlah Sambungan unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
* Kebutuhan Air lt/hari 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00 6.000,00
lt/det 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
c. Total Kebutuhan Domestik lt/hari 321.580,28 325.893,51 330.206,73 334.519,96 338.833,19 343.146,42 347.459,64 351.772,87 356.086,10 360.399,33
lt/det 3,72 3,77 3,82 3,87 3,92 3,97 4,02 4,07 4,12 4,17
5 Kebutuhan Air Non Domestik lt/hari 32.158,03 32.589,35 33.020,67 33.452,00 33.883,32 34.314,64 34.745,96 35.177,29 35.608,61 36.039,93
lt/det 0,37 0,38 0,38 0,39 0,39 0,40 0,40 0,41 0,41 0,42
6 Kebutuhan Air Total lt/hari 353.738,31 358.482,86 363.227,41 367.971,96 372.716,51 377.461,06 382.205,61 386.950,16 391.694,71 396.439,26
(Domestik+Non Domestik) lt/det 4,09 4,15 4,20 4,26 4,31 4,37 4,42 4,48 4,53 4,59
m3/tahun 127.345,79 129.053,83 130.761,87 132.469,90 134.177,94 135.885,98 137.594,02 139.302,06 141.010,10 142.718,13
7 Kehilangan Air lt/hari 70.747,66 71.696,57 72.645,48 73.594,39 74.543,30 75.492,21 76.441,12 77.390,03 78.338,94 79.287,85
lt/det 0,82 0,83 0,84 0,85 0,86 0,87 0,88 0,90 0,91 0,92
m3/tahun 25.469,16 25.810,77 26.152,37 26.493,98 26.835,59 27.177,20 27.518,80 27.860,41 28.202,02 28.543,63
8 Kebutuhan Air Rata-Rata lt/hari 424.485,97 430.179,43 435.872,89 441.566,35 447.259,81 452.953,27 458.646,73 464.340,19 470.033,65 475.727,11
lt/det 4,91 4,98 5,04 5,11 5,18 5,24 5,31 5,37 5,44 5,51
9 Kebutuhan Harian Maksimum lt/hari 466.934,56 473.197,37 479.460,18 485.722,98 491.985,79 498.248,60 504.511,40 510.774,21 517.037,02 523.299,82
lt/det 5,40 5,48 5,55 5,62 5,69 5,77 5,84 5,91 5,98 6,06
10 Kebutuhan Jam Puncak lt/hari 636.728,95 645.269,14 653.809,33 662.349,52 670.889,71 679.429,91 687.970,10 696.510,29 705.050,48 713.590,67
lt/det 7,37 7,47 7,57 7,67 7,76 7,86 7,96 8,06 8,16 8,26
Sumber : Hasil Perhitungan
67
68
Rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan air penduduk bisa dilihat di tabel 4.27 dan
tabel 4.28.
Tabel 4.27. Total Kebutuhan Air
Tahu
n
Kebutuhan air (m3/tahun) Total Kebutuhan
(m3/tahun) Sumberpasir Pakiskembar Sukolilo
2017 110.668 149.606
111.973
372.248
2018 111.337 150.703
113.681
375.722
2019 112.007 151.799
115.390
379.195
2020 112.676 152.896
117.098
382.669
2021 113.345 153.992
118.806
386.143
2022 114.014 155.089
120.514
389.616
2023 114.683 156.185
122.222
393.090
2024 115.352 157.282
123.930
396.564
2025 116.021 158.379
125.638
400.037
2026 116.690 159.475
127.346
403.511
2027 117.359 160.572
129.054
406.985
2028 118.028 161.668
130.762
410.458
2029 118.697 162.765
132.470
413.932
2030 119.367 163.861
134.178
417.406
2031 120.036 164.958
135.886
420.879
2032 120.705 166.054
137.594
424.353
2033 121.374 167.151
139.302
427.827
2034 122.043 168.247
141.010
431.300
2035 122.712 169.344
142.718
434.774
2036 123.381 170.441
144.426
438.248
Sumber: Perhitungan
69
Tabel 4.28. Total Kehilangan Air
Tahun Kehilangan air (m3/tahun) Total Kehilangan
(m3/tahun) Sumberpasir Pakiskembar Sukolilo
2017 22.134 29.921 22.395 74.450
2018 22.267 30.141 22.736 75.144
2019 22.401 30.360 23.078 75.839
2020 22.535 30.579 23.420 76.534
2021 22.669 30.798 23.761 77.229
2022 22.803 31.018 24.103 77.923
2023 22.937 31.237 24.444 78.618
2024 23.070 31.456 24.786 79.313
2025 23.204 31.676 25.128 80.007
2026 23.338 31.895 25.469 80.702
2027 23.472 32.114 25.811 81.397
2028 23.606 32.334 26.152 82.092
2029 23.739 32.553 26.494 82.786
2030 23.873 32.772 26.836 83.481
2031 24.007 32.992 27.177 84.176
2032 24.141 33.211 27.519 84.871
2033 24.275 33.430 27.860 85.565
2034 24.409 33.649 28.202 86.260
2035 24.542 33.869 28.544 86.955
2036 24.676 34.088 28.885 87.650
Sumber : Perhitungan
70
4.9 Hasil Simulasi Program WaterCAD V8i SS6 Edition pada Junction
Junction merupakan titik bayangan yang berguna sebagai titik kontrol dalam
perencanaan. Data yang diperlukan adalah data elevasi dan data kebutuhan air penduduk.
Dari hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan program WaterCAD V8i SS6
Edition dapat diketahui profil tekanan pada setiap junction pipa distribusi.
Tabel 4.29. Hasil Simulasi Junction Pipa Distribusi
ID Label
Elevation
(m) Hydraulic Grade (m)
Pressure
(mbar)
34 J-1 612,00 660,14 4.712
36 J-2 569,50 659,20 8.779
38 J-3 569,50 658,80 8.74
40 J-4 540,15 658,53 11.586
42 J-5 537,50 658,46 11.838
44 J-6 513,30 658,25 14.186
46 J-7 510,87 658,22 14.421
48 J-8 487,50 658,15 16.702
50 J-9 487,50 658,08 16.694
52 J-10 487,50 658,07 16.694
54 J-11 480,50 658,07 17.378
56 J-12 475,50 658,07 17.868
58 J-13 478,50 658,07 17.574
60 J-14 485,50 658,07 16.889
63 J-15 475,50 658,06 17.867
67 J-17 478,60 658,05 17.563
69 J-18 478,23 658,03 17.597
71 J-19 475,80 658,02 17.834
73 J-20 475,00 658,01 17.911
75 J-21 478,50 658,05 17.572
77 J-22 513,30 658,22 14.184
79 J-23 513,00 658,22 14.213
81 J-24 513,00 658,22 14.212
83 J-25 512,80 658,22 14.232
85 J-26 513,00 658,21 14.211
87 J-27 510,00 658,21 14.505
89 J-28 508,57 658,20 14.645
91 J-29 512,50 658,20 14.26
93 J-30 505,68 658,18 14.924
95 J-31 505,68 658,17 14.924
97 J-32 490,30 658,17 16.429
99 J-33 487,50 658,16 16.703
101 J-34 485,21 658,16 16.926
103 J-35 486,30 658,15 16.818
105 J-36 536,21 658,45 11.963
107 J-37 536,21 658,45 11.963
71
ID Label
Elevation
(m) Hydraulic Grade (m)
Pressure
(mbar)
109 J-38 535,22 658,45 12.06
111 J-39 536,00 658,45 11.984
113 J-40 535,20 658,45 12.062
115 J-41 536,46 658,44 11.938
117 J-42 535,26 658,44 12.056
119 J-43 535,50 658,44 12.032
121 J-44 536,46 658,44 11.938
123 J-45 534,90 658,44 12.091
125 J-46 535,12 658,44 12.07
127 J-47 540,00 658,50 11.598
129 J-48 540,00 658,48 11.596
131 J-49 539,00 658,46 11.691
133 J-50 538,46 658,43 11.741
135 J-51 538,00 658,35 11.778
137 J-52 537,50 658,32 11.825
139 J-53 512,50 658,10 14.249
141 J-54 523,45 657,99 13.167
143 J-55 524,20 657,95 13.09
145 J-56 524,00 657,93 13.108
147 J-57 523,75 657,93 13.132
149 J-58 525,00 657,92 13.009
151 J-59 525,00 657,91 13.008
153 J-60 525,00 657,90 13.007
155 J-61 523,35 657,90 13.168
157 J-62 523,20 657,88 13.181
159 J-63 523,00 657,87 13.199
161 J-64 523,00 657,86 13.199
163 J-65 515,45 657,82 13.933
165 J-66 511,36 657,80 14.332
167 J-67 559,15 657,81 9.656
169 J-68 530,15 657,74 12.487
171 J-69 535,20 657,72 11.991
173 J-70 535,20 657,73 11.992
175 J-71 525,00 657,70 12.987
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i SS6 Edition
72
Tabel 4.30. Hasil Simulasi Pipa Distribusi
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i SS6 Edition
ID Label Length (Scaled) (m) Start Node Stop NodeDiameter
(in)Hazen-Williams C
Flow
(L/s)
Velocity
(m/s)
Headloss Gradient
(ft/ft)
35 P-1 284 T-5 J-1 8,0 120,0 22 0,68 0,003
37 P-2 314 J-1 J-2 8,0 120,0 22 0,68 0,003
39 P-3 132 J-2 J-3 8,0 120,0 22 0,68 0,003
41 P-4 88 J-3 J-4 8,0 120,0 22 0,68 0,003
43 P-5 53 J-4 J-5 8,0 120,0 15 0,46 0,001
45 P-6 299 J-5 J-6 8,0 120,0 10 0,31 0,001
47 P-7 203 J-6 J-7 8,0 120,0 4 0,12 0,000
49 P-8 149 J-7 J-8 6,0 130,0 4 0,22 0,000
51 P-9 170 J-8 J-9 6,0 130,0 4 0,22 0,000
53 P-10 72 J-9 J-10 6,0 130,0 2 0,08 0,000
55 P-11 48 J-10 J-11 6,0 130,0 2 0,08 0,000
57 P-12 34 J-11 J-12 6,0 130,0 1 0,03 0,000
59 P-13 49 J-11 J-13 6,0 130,0 1 0,03 0,000
61 P-14 53 J-11 J-14 6,0 130,0 1 0,03 0,000
62 P-15 53 J-14 J-9 6,0 130,0 -2 0,14 0,000
64 P-16 38 J-14 J-15 6,0 130,0 3 0,16 0,000
70 P-19 132 J-17 J-18 6,0 130,0 2 0,11 0,000
72 P-20 72 J-18 J-19 6,0 130,0 2 0,11 0,000
74 P-21 93 J-19 J-20 6,0 130,0 2 0,11 0,000
76 P-22 103 J-17 J-21 6,0 130,0 1 0,05 0,000
78 P-23 83 J-6 J-22 8,0 120,0 6 0,19 0,000
80 P-24 92 J-22 J-23 8,0 120,0 1 0,02 0,000
82 P-25 32 J-22 J-24 8,0 120,0 5 0,15 0,000
84 P-26 103 J-24 J-25 8,0 120,0 1 0,03 0,000
86 P-27 85 J-24 J-26 8,0 120,0 4 0,12 0,000
88 P-28 94 J-26 J-27 8,0 120,0 1 0,03 0,000
90 P-29 156 J-27 J-28 8,0 120,0 1 0,03 0,000
92 P-30 51 J-26 J-29 8,0 120,0 3 0,09 0,000
94 P-31 372 J-29 J-30 8,0 120,0 3 0,09 0,000
96 P-32 31 J-30 J-31 8,0 120,0 3 0,09 0,000
98 P-33 79 J-31 J-32 8,0 120,0 3 0,09 0,000
100 P-34 32 J-32 J-33 8,0 120,0 3 0,09 0,000
102 P-35 109 J-33 J-34 8,0 120,0 3 0,09 0,000
104 P-36 130 J-34 J-35 8,0 120,0 3 0,09 0,000
106 P-37 43 J-5 J-36 8,0 120,0 5 0,15 0,000
108 P-38 8 J-36 J-37 8,0 120,0 4 0,12 0,000
110 P-39 56 J-37 J-38 8,0 120,0 1 0,03 0,000
112 P-40 72 J-36 J-39 8,0 120,0 1 0,03 0,000
114 P-41 41 J-39 J-40 8,0 120,0 1 0,03 0,000
116 P-42 23 J-37 J-41 8,0 120,0 3 0,09 0,000
118 P-43 39 J-41 J-42 8,0 120,0 1 0,03 0,000
120 P-44 28 J-42 J-43 8,0 120,0 1 0,03 0,000
122 P-45 29 J-41 J-44 8,0 120,0 1 0,03 0,000
124 P-46 79 J-44 J-45 8,0 120,0 1 0,03 0,000
126 P-47 71 J-41 J-46 8,0 120,0 1 0,03 0,000
128 P-48 82 J-4 J-47 8,0 120,0 7 0,22 0,000
130 P-49 58 J-47 J-48 8,0 120,0 7 0,22 0,000
132 P-50 75 J-48 J-49 8,0 120,0 7 0,22 0,000
134 P-51 87 J-49 J-50 8,0 120,0 7 0,22 0,000
136 P-52 61 J-50 J-51 6,0 130,0 7 0,38 0,001
138 P-53 22 J-51 J-52 6,0 130,0 7 0,38 0,001
140 P-54 177 J-52 J-53 6,0 130,0 7 0,38 0,001
142 P-55 82 J-53 J-54 6,0 130,0 7 0,38 0,001
144 P-56 35 J-54 J-55 6,0 130,0 7 0,38 0,001
146 P-57 55 J-55 J-56 6,0 130,0 3 0,16 0,000
148 P-58 32 J-56 J-57 6,0 130,0 3 0,16 0,000
150 P-59 29 J-57 J-58 6,0 130,0 3 0,16 0,000
152 P-60 20 J-58 J-59 6,0 130,0 3 0,16 0,000
154 P-61 38 J-59 J-60 6,0 130,0 3 0,16 0,000
156 P-62 11 J-60 J-61 6,0 130,0 3 0,16 0,000
158 P-63 77 J-61 J-62 6,0 130,0 3 0,16 0,000
160 P-64 43 J-62 J-63 6,0 130,0 3 0,16 0,000
162 P-65 20 J-63 J-64 6,0 130,0 3 0,16 0,000
164 P-66 174 J-64 J-65 6,0 130,0 3 0,16 0,000
166 P-67 66 J-65 J-66 6,0 130,0 3 0,16 0,000
168 P-68 311 J-55 J-67 6,0 130,0 4 0,22 0,000
170 P-69 147 J-67 J-68 6,0 130,0 4 0,22 0,000
172 P-70 193 J-68 J-69 6,0 130,0 2 0,11 0,000
174 P-71 129 J-68 J-70 6,0 130,0 2 0,11 0,000
176 P-72 197 J-70 J-71 6,0 130,0 2 0,11 0,000
411 P-190 29 J-15 J-17 6,0 130,0 3 0,16 0,000
414 P-191 166 T-7 T-5 8,0 120,0 84 2,60 0,036
73
Berikut merupakan penyajian grafik tekanan pada distribusi:
Gambar 4.1 Grafik Tekanan Pada Pipa Distribusi Profil 1 Pakiskembar
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i SS6 Edition
Gambar 4.2 Grafik Tekanan Pada Pipa Distribusi Profil 2 Sumberpasir
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i SS6 Edition
74
Gambar 4.3 Grafik Tekanan Pada Pipa Distribusi Profil 3 Sukolilo
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i SS6 Edition
4.10 RAB (Rencana AnggaraniBiaya)
Perhitungan RencanaiAnggaran Biaya diperlukan data harga satuan pekerjaan. Data
satuan pekerjaan untuk perencanaan jaringan distribusi air bersih adalah sebagai berikut:
4.10.1 Perhitungan Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan perencanaan jaringan distribusi air minum sebagai berikut:
Jaringan Pipa distribusi air minum sepanjang 6.627 m atau 6,63 km dengan menggunakan
jenis pipa HDPE diameter 8 inchi sebagai pipa utama sepanjang 3.613 m dan pipa HDPE
diameter 6 inchi sepanjang 3.014 m
Dari jumlah panjang pipa diketahui volume pekerjaan yang teridiri dari :
Volume Pembersihan = Panjang pipa x Lebar pembersihan lapangan
= 6.627 m x 1 m
= 6.627 m2
Volume Galian = Panjang Pipa x Lebar galian x kedalaman galian
= 6627 m x 1 m x 0,5 m
= 3313,5 m3
75
4.10.2 Analisa Harga Satuan
Tabel 4.31. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Jaringan Distribusi Air Minum
Jenis Pekerjaan : Pembersihan Lokasi
Referensi : An. SNI ( Revisi ) 6.8
Satuan Pembayaran : m2
No Satuan Indeks Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6
A TENAGA
1 Pekerja OH 0,100 50.000,00 5.000,00
2 Mandor OH 0,050 70.000,00 3.500,00
Harga Satuan Pekerjaan 8.500,00
Uraian Kegiatan
Jenis Pekerjaan : Galian Tanah Biasa 1 meter
Referensi : An. SNI ( Revisi ) 6.5.1
Satuan Pembayaran : m3
No Satuan Indeks Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6
A TENAGA
1 Pekerja OH 0,400 50.000,00 20.000,00
2 Mandor OH 0,040 70.000,00 2.800,00
Harga Satuan Pekerjaan 22.800,00
Uraian Pekerjaan
Jenis Pekerjaan : Pemadatan Tanah
Referensi : An. SNI ( Revisi ) 6.9.1
Satuan Pembayaran : m3 1/3 volume Penggalian
No Uraian Pekerjaan Satuan Indeks Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6
A TENAGA
1 Pekerja OH 0,500 50.000,00 25.000,00
2 Mandor OH 0,050 70.000,00 3.500,00
Harga Satuan Pekerjaan 28.500,00 Jenis Pekerjaan : Pengukuran jaringan pipa
Referensi : Pendekatan
Satuan Pembayaran : km1
No Uraian Kegiatan Satuan Indeks Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6
A TENAGA
1 Pekerja OH 1,000 50.000,00 50.000,00
2 Mandor OH 0,333 70.000,00 23.333,33
B BAHAN
1 Cat Meni kayu kg 0,240 22.000,00 5.280,00
2 Usuk 5/7 m3 0,054 4.200.000,00 226.800,00
Harga Satuan Pekerjaan 305.413,33
76
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1 m pipa HDPE Ø 150 mm
Satuan Pembayaran : 1 M' Kode : R.83
Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,062 50.000 3100
Tukang pipa OH
0,031 60.000 1860
Mandor OH 0,006 70.000 420
B PERALATAN
Sewa Tripot/Tackel &
handle crane 2 T hari 0,019
65.000,00 1235
6615JUMLAH
No
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1 m pipa HDPE Ø 200 mm
Satuan Pembayaran : 1 M' Kode : R.88
Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,102 50.000 5100
Tukang pipa OH 0,051 60.000 3060
Mandor OH 0,01 70.000 700JUMLAH
TENAGA
B PERALATAN
Sewa Tripot/Tackel &
handle crane 2 T hari 0,019
65.000 1235
10095Jumlah
No
Jenis Pekerjaan Penyambungan Pipa HDPE, S-8 Ø 6" (SDR -17) PN10
Satuan Pembayaran : bh Kode : R.127
No Uraian Pekerjaan Satuan Indeks Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6
A TENAGA
1 Pekerja Biasa Or Hr 0,145 50.000,00 7.225,00
2 Tukang Pipa Or Hr 0,072 55.000,00 3.976,50
3 Kepala Tukang Pipa Or Hr 0,072 60.000,00 4.338,00
4 Mandor Or Hr 0,010 70.000,00 700,00
B BAHAN
1 Solar ltr 0,723 10.000,00 7.226,80
2 Minyak pelumas ltr 0,013 30.000,00 375,00
C ALAT
1 Sewa Butt Welding Machine 160 (manual)hari 0,072 425.000,00 30.727,50
2 Sewa Genset hari 0,072 650.000,00 46.995,00
Jumlah 101.563,80
77
Jenis Pekerjaan Penyambungan Pipa HDPE, S-8 Ø 8" (SDR -17) PN10
Satuan Pembayaran : bh Kode : R.128
No Uraian Pekerjaan Satuan Indeks Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6
A TENAGA
1 Pekerja Biasa Or Hr 0,167 50.000,00 8.365,00
2 Tukang Pipa Or Hr 0,084 55.000,00 4.598,00
3 Kepala Tukang Pipa Or Hr 0,084 60.000,00 5.016,00
4 Mandor Or Hr 0,010 70.000,00 700,00
B BAHAN
1 Solar ltr 0,836 10.000,00 8.363,86
2 Minyak pelumas ltr 0,013 30.000,00 375,00
C ALAT
1 Sewa Butt Welding Machine 160 (manual)hari 0,084 425.000,00 35.530,00
2 Sewa Genset hari 0,084 650.000,00 54.340,00
Jumlah 117.287,86 Jenis
Pekerjaan
: Pemasangan 1 buah Tee Ø 150 mm
Satuan
Pekerjaan
: bh Kode : AHSP A.8.4.3.15
No Uraian Satuan Koefisien
Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,106
50.000 5300
Tukang pipa OH 0,053
55.000 2915
Mandor OH 0,011
70.000 770
B PERALATAN
Sewa Tripot/Tackel
& handle crane 2 T hari 0,028
65.000,00 1820
C Jumlah (A+B) 10805
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1 buah Tee Ø 200 mm
Satuan Pekerjaan : bh Kode : AHSP A.8.4.3.16
Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,216 50.000,00 10800
Tukang pipa OH 0,108 55.000,00 5940
Mandor OH 0,022 70.000,00 1540
B PERALATAN
Sewa Tripot/Tackel &
handle crane 2 Thari 0,029 65.000,00 1885
20165
No Uraian Satuan Koefisien
jumlah
78
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1 buah Knie Ø 150 mm
Satuan Pekerjaan : bh Kode : AHSP A.8.4.3.16
Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,106 50.000 5300
Tukang pipa OH 0,053 55.000 2915
Mandor OH 0,011 70.000 770
B PERALATAN
Sewa Tripot/Tackel &
handle crane 2 Thari 0,029 65.000 1885
10870
Jenis Pekerjaan : Pemasangan 1 buah Knie Ø 200 mm
Satuan Pekerjaan : bh Kode : AHSP A.8.4.3.16
Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,216 50.000,00 10800
Tukang pipa OH 0,108 55.000,00 5940
Mandor OH 0,022 70.000,00 1540
B PERALATAN
Sewa Tripot/Tackel &
handle crane 2 Thari 0,03 65.000,00 1950
20230
jumlah
No Uraian Satuan Koefisien
Satuan Koefisien
jumlah
No Uraian
Jenis Pekerjaan : Pengetesan 1 m pipa Ø 150 mm
Referensi : Pendekatan Kode : AHSP A.8.4.5.4
Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,008 50.000 400
Mandor OH 0,0008 70.000 56
B BAHAN
Air test (air bersih) m3
0,018 5,00 0,09
Bahan bakar liter 0,06 10.000,00 600
Oli liter 0,002 30.000,00 60
C PERALATAN
0,0003 75.000,00 22,50
jumlah 1.138,59
No Uraian Satuan Koefisien
79
Jenis Pekerjaan : Pengetesan 1 m pipa Ø 200 mm
Referensi : Pendekatan Kode : AHSP A.8.4.5.5
Harga Satuan Jumlah
(Rp) Harga
(Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,008 50.000 400
Mandor OH 0,0008 70.000 56
B BAHAN
Air test (air bersih) m3
0,031 5,00 0,155
Bahan bakar liter 0,06 10.000,00 600
Oli liter 0,002 30.000,00 60
660,155
C PERALATAN
alat tes pengetesan jam 0,0003 75.000,00 22,50
1.798,81
JUMLAH HARGA BAHAN
jumlah
No Uraian Satuan Koefisien
Jenis Pekerjaan : Lapisan Perkerasan 15 cm AC (padat digilas)
Referensi : Supplemen SNI 2008
Satuan Pembayaran : M2
No Uraian Pekerjaan Satuan Indeks Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 2 3 4 5 6
A BAHAN
1 m3 0,05 238.560,00 11.928,00
2 Batu Kali Belah 15/20 cm m3 0,2 170.000,00 34.000,00
3 Kg 5,32 10.000,00 53.200,00
B SEWA ALAT
jam 0,015 287.500,00 4.312,50
C UPAH
Mandor OH 0,019 70.000,00 1.330,00
Pekerja Terampil OH 0,375 50.000,00 18.750,00
Tenaga Pemasak Aspal OH 0,123 55.000,00 6.765,00
Harga Satuan Pekerjaan 130.285,50
Biaya Menggilas
Batu Pecah Mesin (3/5
Aspal panas AC 60/70
Sumber: Perhitungan
4.10.3 Rekapitulasi Uraian Pekerjaan
Hasil dari analisa harga satuan pekerjaan dengan Harga Satuan Pekerjaan maka
menghasilkan uraian perkerjaan yang terbagi menjadi 3, yakni pekerjaan persiapan,
pekerjaan pengadaan-pemasangan pipa dan pekerjaan perlintasan jalan. Rincian ketiga
pekerjaan tersebut dapat diketahui di tabel 4.31.
80
Tabel 4.32. Rekapitulasi Uraian Pekerjaan
No Pekerjaan Volume Satuan Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
I PEKERJAAN PERSIAPAN
I.1 Pengukuran jaringan Pipa 6,63 km 305.413,33 2023974,16
I.2 Pembersihan Lokasi 6.627 m
2 8.500,00 56329500
SUB TOTAL I 58.353.474,16
II PEKERJAAN PENGADAAN-PEMASANGAN PIPA DISTRIBUSI UTAMA & ACCESSORIES
II.1 Pengadaan Pipa
-Pengadaan Pipa HDPE, S-8 Ø 8"
(SDR -17) PN10 3014 m
1 445.150,00 1.341.682.100,00
-Pengadaan Pipa HDPE, S-8 Ø 6"
(SDR -17) PN10 3613 m
1 285.260,00 1.030.644.380,00
II.2 Pemasangan Pipa
-Pemasangan Pipa HDPE, S-8 Ø 8"
(SDR -17) PN10 3014 m
1 10.095,00 30.426.330,00
-Pemasangan Pipa HDPE, S-8 Ø 6"
(SDR -17) PN10 3613 m
1 6.615,00 23.899.995,00
II.3 Penyambungan Pipa
-Penyambungan Pipa HDPE, S-8 Ø
8" (SDR -17) PN10 504 bh 117.287,86 59.113.080,62
-Penyambungan Pipa HDPE, S-8 Ø
6" (SDR -17) PN10 604 bh 101.563,80 61.344.535,79
II.3 Galian tanah biasa 3314 m
3 22.800,00 75.547.800,00
II.4 Pemadatan tanah 3314 m
3 28.500,00 94.434.750,00
II.5 Pengurugan tanah 1105 m
3 28.500,00 31.478.250,00
II.6 Accesories
-Tee Ø 150 mm 4 bh 609.500,00 2.438.000,00
-Tee Ø 200 mm 12 bh 777.400,00 9.328.800,00
-Knie Ø 150 mm 4 bh 868.000,00 3.472.000,00
-Knie Ø 200 mm 24 bh 1.000.000,00 24.000.000,00
II.7 Pemasangan Accesories
-Pemasangan Tee Ø 150 mm 4 bh 10.805,00 43.220,00
-Pemasangan Tee Ø 200 mm 12 bh 20.165,00 241.980,00
-Pemasangan Knie Ø 150 mm 4 bh 10.870,00 43.480,00
-Pemasangan Knie Ø 200 mm 24 bh 20.230,00 485.520,00
SUB TOTAL II 2.788.624.221,41
III PEKERJAAN PERLINTASAN JALAN
III. 1 Pelapisan Aspal kembali 100 m
2 130.285,50 13.028.550,00
SUB TOTAL III 13.028.550,00
JUMLAH TOTAL I+II+III 2.860.006.245,57
Sumber: Perhitungan
81
Tabel 4.33. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
No Pekerjaan Jumlah Harga (Rp)
I PEKERJAAN PERSIAPAN 58.353.474,16
II PEKERJAAN PIPA 2.788.624.221,41
III PEKERJAAN PERLINTASAN JALAN 13.028.550,00
JUMLAH 2.860.006.245,57
PPN 10% 286.000.624,56
Jumlah Total 3.146.006.870,12
Sumber: Perhitungan
Rencana Anggaran Biaya Perencanaan Jaringan Distribusi Air minum di IKK Jabung
(desa Sukolilo) dah IKK Pakis (desa Sumberpasir dan desa Pakiskembar) menghabiskan
anggaran sebesar Rp 3.146.006.870,12 (Tiga Miliyar Seratus Empat Puluh Enam Juta
Enam Ribu Delapan Ratus Tujuh Puluh Rupiah)
4.11 Biaya Proyeki8
Biaya investasi dapat didefinisikanisebagaiajumlahasemua pengeluaran dana yang
diperlukan untuk melaksanakan proyekasampai selesai. Biaya proyek dapat dibagi menjadi
2 yaitu Biaya Modal ( Capital Cost ) daniBiaya Tahunana( Annual Cost ).
4.11.1 Biaya Modal
Terdiri dari 2 macam biaya yaituaBiayaiLangsung ( Direct Cost ) dan Biaya Tidak
Langsung ( Indirect Cost )
4.11.1.1 Biaya Langsung ( Direct Cost ) i
Biaya ini merupakan biayaayangidiperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.
Meliputi seluruh biaya yangadigunakaniuntuk pembangunan yang terdiri dari pekerjaan
sipil. Biaya konstruksi dalamaperencanaan penyediaan air minum ini adalah biaya di tabel
RAB 4.33.
4.11.1.2 Biaya Tidak Langsung ( Indirect Cost a)
Biaya tak langsung dari pekerjaan proyek ini terdiri dari ( Kodoatie, 1995 : 72 )
- Biaya Engineering ( 5% dari biaya konstruksi )
- Biaya Administasi ( 2,5 % dari biaya konstruksi )
- Biaya Tak terduga ( 5% dari biaya konstruksi )
Menghitung biaya modal untuk seluruhaperencanaan proyek penyediaan air minum
adalah sebagai berikut :
a. Biaya administrasia : 2,5% x Rp 3.146.006.870 = Rp. 78.650.171,75
b. Biaya engineeringa : 5% x Rp. 3.146.006.870 = Rp. 157.300.343,51
82
c. Biaya tak terdugaa : 5% x Rp. 3.146.006.870 = Rp. 157.300.343,51
Tabel 4.34. Biaya Tak Langsung Distribusi Air Minum
No Uraian Pekerjaan Jumlah
1 Biaya Administrasi (2,5%) Rp 78.650.171,75
2 Biaya Konsultan Pengawas (5%) Rp 157.300.343,51
3 Biaya Tak Terduga (5%) Rp 157.300.343,51
Total Rp 393.250.858,77
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.35. Biaya Total Proyek Penyediaan Air minum
No Uraian Pekerjaan Jumlah
1 Biaya Konstruksi Rp 3.146.006.870,12
2 Biaya Tak Langsung Rp 393.250.858,77
Total Rp 3.539.257.728,89
Sumber: Hasil Perhitungan
Perhitungan dan analisis biaya modal dapat dilihat pada tabel 4.34. dengan langkah
perhitungan sebagai berikut :
a. Menghitung biaya modal untuk Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum yaitu
sebesar Rp 3.539.257.728
b. Menentukan besarnya biaya modal total berdasarkan analisis 2017 yaitu
mengalikan dengan faktor konversi yang sesuai. Dalam perhitungan analisis biaya
ini dijadikan nilai sekarang (present value). Pada studi perencanaan ini di tahun
2017 dan bunga sebesar 7 %.
83
Tabel 4.36. Analisis Biaya Modal Tahunan Tahun Biaya Faktor Konversi Biaya Pertahun
2017 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 1) 1,070 Rp 3.787.005.769,91
2018 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7 2) 1,145 Rp 4.052.450.099,58
2019 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 3) 1,225 Rp 4.335.590.717,89
2020 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 4) 1,311 Rp 4.639.966.882,57
2021 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 5) 1,403 Rp 4.965.578.593,63
2022 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 6) 1,501 Rp 5.312.425.851,06
2023 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 7) 1,606 Rp 5.684.047.912,59
2024 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 8) 1,718 Rp 6.080.444.778,23
2025 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 9) 1,838 Rp 6.505.155.705,69
2026 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 10) 1,976 Rp 6.993.573.272,28
2027 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 11) 2,105 Rp 7.450.137.519,31
2028 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 12) 2,252 Rp 7.970.408.405,45
2029 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 13) 2,410 Rp 8.529.611.126,62
2030 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 14) 2,579 Rp 9.127.745.682,80
2031 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 15) 2,759 Rp 9.764.812.074,00
2032 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 16) 2,952 Rp 10.447.888.815,67
2033 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 17) 3,159 Rp 11.180.515.165,55
2034 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 18) 3,380 Rp 11.962.691.123,64
2035 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 19) 3,617 Rp 12.801.495.205,38
2036 Rp 3.539.257.728,89 (F/P, 7, 20) 3,870 Rp 13.696.927.410,79
Sumber: Hasil Perhitungan
4.11.2 Biaya Tahunan ( Annual Cost )
Biaya tahunan dari perencanaan proyek penyediaan airibersih ini hanya terdiri dari
perhitungan biaya Operasi dan Pemeliharaan. iPerhitungan dan analisis biaya tahunan
dapat dilihat pada tabel 4.27. Dalam biaya operasional ini terdiri dari :
a. Biaya variabel yaitu biaya yangiberhubungan langsung dengan kebutuhan dana
untuk menyalurkanair mulaiidari sumber air sampai ke pelanggan.
b. Biaya tetap yaitu biaya yangimeliputi biaya langsung usaha, beban, administrasi
dan umum.
84
Tabel 4.37. Biaya Operasi Pemeliharaan Penyediaan Air Minum IKK Jabung dan IKK
Pakis
No Uraian Jumlah
1 Biaya Variabel
Biaya Perbaikan Pipa dan Bangunan Rp 3.000.000,00
2 Biaya Tetap
Gaji Pegawai (10 Orang) Rp 15.000.000,00
Biaya Administrasi Umum Rp 2.000.000,00
Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan per Bulan Rp 20.000.000,00
Total Biaya Operasi dan Pemeliharaan per Tahun Rp 240.000.000,00
Sumber : Perhitungan
Menentukan besarnya biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan analisis 2017
yaitu mengalikan dengan faktor konversi yang sesuai.
85
Tabel 4.38. Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Biaya O&P
Tahun 2017
Th.Biaya
O&P Faktor Konversi Biaya O&P
Rp 240,000,000.00 2017 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2018 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2019 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2020 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2021 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2022 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2023 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2024 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2025 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2026 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2027 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2028 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2029 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2030 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2031 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2032 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2033 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2034 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2035 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Rp 240,000,000.00 2036 (P/A, 7, 20) 10.594 Rp 2,542,560,000.00
Sumber : Hasil Perhitungan
86
Menentukan besarnya biaya total rencana yaitu dengan cara menjumlah nilai biaya
modal dan nilai biaya operasi dan pemeliharaan.
Tabel 4.39. Biaya Total Rencana Tahun Biaya Modal Biaya O&P Biaya Total
2017 Rp 3.787.005.769,91 Rp 2.542.560.000,00 Rp 6.329.565.769,91
2018 Rp 4.052.450.099,58 Rp 2.542.560.000,00 Rp 6.595.010.099,58
2019 Rp 4.335.590.717,89 Rp 2.542.560.000,00 Rp 6.878.150.717,89
2020 Rp 4.639.966.882,57 Rp 2.542.560.000,00 Rp 7.182.526.882,57
2021 Rp 4.965.578.593,63 Rp 2.542.560.000,00 Rp 7.508.138.593,63
2022 Rp 5.312.425.851,06 Rp 2.542.560.000,00 Rp 7.854.985.851,06
2023 Rp 5.684.047.912,59 Rp 2.542.560.000,00 Rp 8.226.607.912,59
2024 Rp 6.080.444.778,23 Rp 2.542.560.000,00 Rp 8.623.004.778,23
2025 Rp 6.505.155.705,69 Rp 2.542.560.000,00 Rp 9.047.715.705,69
2026 Rp 6.993.573.272,28 Rp 2.542.560.000,00 Rp 9.536.133.272,28
2027 Rp 7.450.137.519,31 Rp 2.542.560.000,00 Rp 9.992.697.519,31
2028 Rp 7.970.408.405,45 Rp 2.542.560.000,00 Rp 10.512.968.405,45
2029 Rp 8.529.611.126,62 Rp 2.542.560.000,00 Rp 11.072.171.126,62
2030 Rp 9.127.745.682,80 Rp 2.542.560.000,00 Rp 11.670.305.682,80
2031 Rp 9.764.812.074,00 Rp 2.542.560.000,00 Rp 12.307.372.074,00
2032 Rp 11.962.691.123,64 Rp 2.542.560.000,00 Rp 14.505.251.123,64
2033 Rp 12.801.495.205,38 Rp 2.542.560.000,00 Rp 15.344.055.205,38
2034 Rp 13.696.927.410,79 Rp 2.542.560.000,00 Rp 16.239.487.410,79
2035 Rp 16.161.807.825,51 Rp 2.542.560.000,00 Rp 18.704.367.825,51
2036 Rp 17.373.943.412,42 Rp 2.542.560.000,00 Rp 19.916.503.412,42
Sumber : Hasil Perhitungan
87
4.12 Analisis Manfaati
4.12.1 Manfaat langsungi (Direct Cost)
Manfaat langsung merupakanimanfaat yang secara langsung dapat ditimbukan oleh
adanya pembangunanipengembangan jaringan pipa. Sebagai suplai pemenuhan kebutuhan
air
4.12.2 Manfaatitak langsung (indirect benefits)
Manfaatitak langsung dengan adanya perencanaan jaringan pipa di proyek ini
adalah:
a. Peningkatanipemenuhan kebutuhan air baku untuk kebutuhan domestik dan non
domestik yang sebelumnya pada daerah ini minim sekali.
b. Menurunnyaipenyakit yang diakibatkan oleh air, karena air yang disalurkan sudah
diolahisehingga layak untuk dipakai.
4.12.3 Manfaat nyata (tangibleibenefits)
Manfaat nyata adalah manfaatiyang dapat diukur dalam suatu nilai uang.
a. Bertambahnya pendapatan daerah dari sektor pajak.
b. Kebutuhan akaniair baku di Desa Sanankerto mulai terpenuhi
4.12.4 Manfaat tak nyatai (intangible benefits)
a. Perbaikan mutuikesehatan dan terhindar dari wabah penyakit.
b. Terpenuhinyaikebutuhan air baku yang bersih dan layak
4.13 Analisis Ekonomi Harga Air Eksisting
4.13.1 Benefit Cost Ratio ( BCR)
Dalam perhitunganiBenefit Cost Ratio, masing-masing komponen manfaat dan biaya
dijadikan nilai seragam. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan. Tingkat suku
bunga yang dipakai dalam studi ini adalah 7% dan usia guna proyek sampai tahun 2036.
1. Total biayaikonstruksi = Rp 3.787.005.769,91
Total biayaiO&P tahunan = Rp 240.000.000,00
2. Totalikebutuhan air = 372.247,89 m³/tahun
3. Total kehilangan air = 744.495,78 m³/tahun
4. Harga air eksisting = Rp. 2500 / m³
5. Total manfaat = Total kebutuhan air – Total Kehilangan Air x Harga
air eksisting
= 372.247,89 - 744.495,58 x Rp 2500
= Rp 744.495.782,57
Berikut adalah perhitungan analisis Benefit Cost Ratio tahun 2017 :
Komponenibiaya (cost)
88
Total biaya konstruksi = Rp 3.787.005.769,91
Faktor konversi (F/P,7%) = 1,070
Nilai biaya konstruksi = Rp 4.544.205.186
Total biaya O&P = Rp 240.000.000,00
Faktor konversi (P/F,7%) = 1,070
Faktor konversi (P/A,7%,20) = 10,594
Nilai biaya O&P = Rp 2.542.560.000,00
Total biaya rencana = Nilai Biaya Konstruksi + Nilai Biaya O&P
= Rp 6.329.565.769,91
Komponen Manfaat (benefit)
Total manfaat air baku = Rp 744.495,78
Faktor konversi (P/A,7%,20) = 10,594
Nilai manfaat = Rp 7.887.188.310
Sehingga :
BCR = = 1,246
Karena Benefit Cost ratio ≥ 1, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Untuk
perhitungan Benefit Cost Ratio akan disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.40. Rekapitulasi Rasio Biaya Manfaat Biaya Proyek Dengan Harga Air Eksisting
Suku bunga PV Benefit PV Cost B/C
% Rp Rp
6,0% 8.539.366.615 6.504.413.193 1,313
7,0% 7.887.188.310 6.329.565.770 1,246
7,5% 6.571.664.264 5.774.888.459 1,138
8,0% 7.309.459.583 6.178.718.347 1,183
9,0% 6.796.501.990 6.048.750.924 1,124
10,0% 6.338.637.084 5.936.543.502 1,068
15,0% 4.659.799.097 5.572.306.388 0,836
20,0% 3.625.694.456 5.415.909.275 0,669
30,0% 2.468.748.012 5.396.875.048 0,457
Sumber: Hasil Perhitungan
4.13.2 Net Benefit ( B-C)
Metodeikedua adalah analisa ekonomi dengan menggunakan selisih benefit dan cost
(B-C). Dalam evaluasi ini nilai pada B-C pada tingkat suku bunga yang berlaku harus
mempunyai harga > 0. Jika nilai B-C = 0 maka proyek tersebut mempunyai manfaat yang
89
senilaiidengan biaya investasinya. Jika B-C < 0 maka proyek tersebut dari segi ekonomi
tidak layak dibangun.
Contohiperhitungan B-C proyek rencana untuk tingkat suku bunga 7% adalah sebagai
berikut:
PV Benefit = Rp 7.887.188.310
PV Cost = Rp 6.329.565.770
B – C = Rp 1.557.622.540
Untuk perhitungan B-C pada berbagai suku bunga disajikan pada tabel 4.35.
Tabel 4.41. Net Present Value Proyek pada Berbagai Tingkat Suku Bunga Suku bunga PV Benefit PV Cost B-C
% Rp Rp Rp
6 8.539.366.615 6.504.413.193 2.034.953.422
7 7.887.188.310 6.329.565.770 1.557.622.540
8 7.309.459.583 6.178.718.347 1.130.741.236
9 6.796.501.990 6.048.750.924 747.751.065
10 6.338.637.084 5.936.543.502 402.093.582
15 4.659.799.097 5.572.306.388 -912.507.291,4
20 3.625.694.456 5.415.909.275 -1.790.214.818
30 2.468.748.012 5.396.875.048 -2.928.127.036
Sumber: Hasil Perhitungan
4.13.3 Internal Rate of Return ( IRR )
Internal Rate of Return ( tingkat pengembalian internali) didefinisikan sebagai tingkat
suku bunga yang membuat manfaat dan biaya mempunyaiinilai yang sama atau B – C = 0
atau tingkat suku bungaiyang membuat B/C = 1 ( Kodoatie, 1995:112). Contoh perhitungan
tingkat pengembalian internal untuk proyek ini adalah sebagai berikut :
IRR = I’ + ( I”- I’)
Dimana : I’ = suku bunga memberikan nilai NPV positif = 10%
I” = suku bunga memberikan nilai NPV negatif = 15%
(B-C)’= (B-C) positif = Rp 402.093.582
(B-C)”= (B-C) negatif = Rp -912.507.291,4
90
Sehingga
IRR = 10% + ( 15% - 10% )
= 11,53 %
Dari perhitungan tingkatipengembalian internal di atas dapat disimpulkan bahwa
proyek penyediaan airiminum di IKK Jabung dan IKK Pakis layak secara ekonomi. Hal ini
disebabkan karenainilai IRR lebih besar dari nilai yang dipakai dalam evaluasi kajian ini
yaitu sebesar 7%.
4.13.4 Analisa Sensitivitas
Analisaisensivitas adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui apa yang
terjadi dengan hasil proyek apabila terjadi kemungkinan perubahanidalam penentuan nilai-
nilai untuk biaya dan manfaat yang masihimerupakan suatu kemungkinan. Berdasarkan
Bank Indonesia inflasi suku bunga dari tahun 2011-2015istabil di angka 10%. Dalam
analisis ini digunakan prosentasi inflasiipada pengembangan proyek air bersih ditetapkan
sebesar 10%.
Analisisisensitivitas yang dihitungipada studi ini adalah sebagai berikut :
1. Biaya naik 10%, manfaat tetap
2. Biaya turun 10%, manfaat tetap
3. Biaya tetap, manfaat naik 10%
4. Biaya tetap, manfaat turun 10%
Tabel 4.42. Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Naik 10% Benefit
Tetap
6 7 7,5 8 9 10
Cost (Rp) 7.154.854.512 6.962.522.347 6.352.377.304 6.796.590.182 6.653.626.017 6.530.197.852
Benefit (Rp) 8.539.366.615 7.887.188.310 6.571.664.264 7.309.459.583 6.796.501.990 6.338.637.084
B/C 1,194 1,133 1,035 1,075 1,021 0,971
B-C 1.384.512.103 924.665.963 219.286.959 512.869.402 142.875.973 -191.560.768
IRR
Suku Bunga (%)Uraian
9,011 Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.43. Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Turun 10% Benefit
Tetap
6 7 7,5 8 9 10
Cost (Rp) 5.853.971.873 5.696.609.193 5.197.399.613 5.560.846.512 5.443.875.832 5.342.889.152
Benefit (Rp) 8.539.366.615 7.887.188.310 6.571.664.264 7.309.459.583 6.796.501.990 6.338.637.084
B/C 1,459 1,385 1,264 1,314 1,248 1,186
B-C 2.685.394.741 2.190.579.117 1.374.264.651 1.748.613.071 1.352.626.158 995.747.933
IRR
UraianSuku Bunga (%)
12,790 Sumber: Hasil Perhitungan
91
Tabel 4.44. Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Tetap Benefit Naik
10%
6 7 7,5 8 9 10
Cost (Rp) 6.504.413.193 6.329.565.770 5.774.888.459 6.178.718.347 6.048.750.924 5.936.543.502
Benefit (Rp) 9.393.303.276 8.675.907.141 7.228.830.690 8.040.405.542 7.476.152.189 6.972.500.793
B/C 1,444 1,371 1,252 1,301 1,236 1,175
B-C 2.888.890.083 2.346.341.371 1.453.942.232 1.861.687.195 1.427.401.264 1.035.957.291
IRR
UraianSuku Bunga (%)
12,647 Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.45 Analisis Sensivitas Proyek Rencana Untuk Kondisi Cost Tetap Benefit Turun
10%
6 7 7,5 8 9 10
Cost (Rp) 6.504.413.193 6.329.565.770 5.774.888.459 6.178.718.347 6.048.750.924 5.936.543.502
Benefit (Rp) 7.685.429.953 7.098.469.479 5.914.497.838 6.578.513.625 6.116.851.791 5.704.773.376
B/C 1,182 1,121 1,024 1,065 1,011 0,961
B-C 1.181.016.761 768.903.709 139.609.379 399.795.278 68.100.866 -231.770.126
IRR 8,866
UraianSuku Bunga (%)
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.46. Rekapitulasi Analisis Sensivitas
No Kondisi B-C (Rp) B/C IRR (%)
1 Cost Naik 10%, Benefit tetap 924.665.963 1,133 9,011
2 Cost turun 10%, Benefit tetap 2.190.579.117 1,385 12,790
3 Cost tetap, Benefit naik 10% 2.346.341.371 1,371 12,647
4 Cost tetap, Benefit turun 10% 768.903.709 1,121 8,866
Sumber: Hasil Perhitungan
4.13.5 Payback Periode
Analisis Payback Periode pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa lama
investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang pokok (break even point).
Diketahui:
Biaya konstruksi : Rp 3.787.005.769,91
Total Operasional : Rp 240.000.000,00
Total Manfaat : Rp 744.495.782,57
Pada proyek penyediaan air minum ini komponen cash flow benefit dan costnya
bersifat present, maka rumus yang digunakan adalah :
K(PBP) = periode waktu
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau
tidak, diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu. Dalam metode ini rencana investasi
dikatakan layak jika k ≤ usia guna proyek.
K(PBP) =
K(PBP) = 7,02 = 7 tahun
92
Dalam perhitungan didapat K ≤ usia guna proyek, yaitu K = 4 tahun dengan usia
guna 20 tahun. Sehingga proyek penyediaan air minum IKK Jabung dan IKK Pakis layak
secara ekonomis.
4.14 Analisa Ekonomi Harga Air Pada Saat B = C
4.14.1 Benefit Cost Ratio (BCR)
Contoh perhitungan tabel 4.41. pada tahun 2017 dapat dilihat pada uraian berikut :
Biaya konstruksi = Rp 3.787.005.769,91
Biaya O & P = Rp 2.542.560.000,00
Biaya total rencana = Rp 6.329.565.769,91
Kebutuhan air = 372.247,89 m3/tahun
Kehilangan air = 74.449,58 m3/tahun
Penetapan harga air minimum bila B/C = 1
Harga Air per Unit =
-
=
= Rp 2.006 /m³
Nilai Manfaat = (Kebutuhan Air - Kehilangan Air) x Harga Air x Faktor
Konversi
= (372.247,89 – 74.449,58) x 2.006 x 10,594
= Rp 6.329.565.770
93
Tabel 4.47. Tabel Harga Air pada saat B=C
Tahun Biaya Modal Biaya O&P Biaya Total Kebutuhan Air
(m3/tahun)
Kehilangan Air
(m3/tahun)
Harga
Air (Rp) Manfaat
2017 Rp 3.787.005.769,91 Rp 2.542.560.000,00 Rp 6.329.565.769,91 372.247,89 74.449,58 2.006
Rp 6.329.565.770
2018 Rp 4.052.450.099,58 Rp 2.542.560.000,00 Rp 6.595.010.099,58 375.721,57 75.144,31 2.071
Rp 6.595.010.100
2019 Rp 4.335.590.717,89 Rp 2.542.560.000,00 Rp 6.878.150.717,89 379.195,26 75.839,05 2.140
Rp 6.878.150.718
2020 Rp 4.639.966.882,57 Rp 2.542.560.000,00 Rp 7.182.526.882,57 382.668,94 76.533,79 2.215
Rp 7.182.526.883
2021 Rp 4.965.578.593,63 Rp 2.542.560.000,00 Rp 7.508.138.593,63 386.142,62 77.228,52 2.294
Rp 7.508.138.594
2022 Rp 5.312.425.851,06 Rp 2.542.560.000,00 Rp 7.854.985.851,06 389.616,30 77.923,26 2.379
Rp 7.854.985.851
2023 Rp 5.684.047.912,59 Rp 2.542.560.000,00 Rp 8.226.607.912,59 393.089,99 78.618,00 2.469
Rp 8.226.607.913
2024 Rp 6.080.444.778,23 Rp 2.542.560.000,00 Rp 8.623.004.778,23 396.563,67 79.312,73 2.566
Rp 8.623.004.778
2025 Rp 6.505.155.705,69 Rp 2.542.560.000,00 Rp 9.047.715.705,69 400.037,35 80.007,47 2.669
Rp 9.047.715.706
2026 Rp 6.993.573.272,28 Rp 2.542.560.000,00 Rp 9.536.133.272,28 403.511,04 80.702,21 2.788
Rp 9.536.133.272
2027 Rp 7.450.137.519,31 Rp 2.542.560.000,00 Rp 9.992.697.519,31 406.984,72 81.396,94 2.897
Rp 9.992.697.519
2028 Rp 7.970.408.405,45 Rp 2.542.560.000,00 Rp 10.512.968.405,45 410.458,40 82.091,68 3.022
Rp 10.512.968.405
2029 Rp 8.529.611.126,62 Rp 2.542.560.000,00 Rp 11.072.171.126,62 413.932,08 82.786,42 3.156
Rp 11.072.171.127
2030 Rp 9.127.745.682,80 Rp 2.542.560.000,00 Rp 11.670.305.682,80 417.405,77 83.481,15 3.299
Rp 11.670.305.683
2031 Rp 9.764.812.074,00 Rp 2.542.560.000,00 Rp 12.307.372.074,00 420.879,45 84.175,89 3.450
Rp 12.307.372.074
2032 Rp 11.962.691.123,64 Rp 2.542.560.000,00 Rp 14.505.251.123,64 424.353,13 84.870,63 4.033
Rp 14.505.251.124
2033 Rp 12.801.495.205,38 Rp 2.542.560.000,00 Rp 15.344.055.205,38 427.826,82 85.565,36 4.232
Rp 15.344.055.205
2034 Rp 13.696.927.410,79 Rp 2.542.560.000,00 Rp 16.239.487.410,79 431.300,50 86.260,10 4.225
Rp 16.239.487.411
2035 Rp 16.161.807.825,51 Rp 2.542.560.000,00 Rp 18.704.367.825,51 434.774,18 86.954,84 5.076
Rp 18.704.367.826
2036 Rp 17.373.943.412,42 Rp 2.542.560.000,00 Rp19.916.503.412,42 438.247,86 87.649,57 5.362
Rp 19.916.503.412
Sumber: Perhitungan
93
94
4.14.2 Analisis Sensitivitas
Dalam memprediksi tarif dasar airiuntuk 20 tahun kedepan terdapat kemungkinan
bahwa keadaan sebenarnya yang akan terjadi tidak sama dengan nilai estimasi, dengan
melakukan analisis sensitivitas dapatidiperkirakan dampak yang akan terjadi apabila
keadaan yang sebenarnya terjadi tidak sama seperti estimasi awal. Dalam studi ini prediksi
tarif dasar air akan dihitung denganiberbagai kondisi (Terjadi 10% kenaikan pada nilai
biaya yang diperkirakan dan produksi air tetap, terjadi 10% penurunan pada nilai biaya
yang diperkirakan dan produksi airitetap, terjadi pengurangan produksi air sebesar 10%
yang diperkirakan dan biaya tetap, iterjadi pertambahan produksi air sebesar 10% yang
diperkirakan dan biaya tetap, iterjadi 10% kenaikan pada nilai biaya yang diperkirakan dan
produksi airberkurang, terjadii10% penurunan pada nilai biaya yang diperkirakan dan
produksi air bertambah )
4.14.2.1 Biaya Naik 10 % daniProduksi Air Tetap
Contoh Perhitungan :
Biaya Total 2017 = Rp 6.329.565.770
Biaya 2017 (naik 10%) = Rp 6.329.565.770 +(Rp6.329.565.770 x 10%)
= Rp 6.962.522.347
Hasil perhitungan selengkapnyaiditabelkan pada Tabel 4.48. berikut :
95
Tabel 4.48. Cost Naik 10 % Tahun 2017- 2036 Tahun Total Biaya Total Biaya + 10%
2017 6.329.565.770 6.962.522.347
2018 6.595.010.100 7.254.511.110
2019 6.878.150.718 7.565.965.790
2020 7.182.526.883 7.900.779.571
2021 7.508.138.594 8.258.952.453
2022 7.854.985.851 8.640.484.436
2023 8.226.607.913 9.049.268.704
2024 8.623.004.778 9.485.305.256
2025 9.047.715.706 9.952.487.276
2026 9.536.133.272 10.489.746.600
2027 9.992.697.519 10.991.967.271
2028 10.512.968.405 11.564.265.246
2029 11.072.171.127 12.179.388.239
2030 11.670.305.683 12.837.336.251
2031 12.307.372.074 13.538.109.281
2032 14.505.251.124 15.955.776.236
2033 15.344.055.205 16.878.460.726
2034 16.239.487.411 17.863.436.152
2035 18.704.367.826 20.574.804.608
2036 19.916.503.412 21.908.153.754
Sumber: Hasil Perhitungan
96
Produksiiair bersih tetap, prediksi produksi air bersih tahun 2017-2036, dari hasil
perhitungan analisis regresi untuk prediksi produksi air bersih, dan Kehilangan Air dengan
prosentasi Kehilangan Air sebesar 20%
Tabel 4.49. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Tetap Tahun Produksi air Prosentase kehilangan Kehilangan air
2017 372.247,89 20% 74.449,58
2018 375.721,57 20% 75.144,31
2019 379.195,26 20% 75.839,05
2020 382.668,94 20% 76.533,79
2021 386.142,62 20% 77.228,52
2022 389.616,30 20% 77.923,26
2023 393.089,99 20% 78.618,00
2024 396.563,67 20% 79.312,73
2025 400.037,35 20% 80.007,47
2026 403.511,04 20% 80.702,21
2027 406.984,72 20% 81.396,94
2028 410.458,40 20% 82.091,68
2029 413.932,08 20% 82.786,42
2030 417.405,77 20% 83.481,15
2031 420.879,45 20% 84.175,89
2032 424.353,13 20% 84.870,63
2033 427.826,82 20% 85.565,36
2034 431.300,50 20% 86.260,10
2035 434.774,18 20% 86.954,84
2036 438.247,86 20% 87.649,57
Sumber: Hasil Perhitungan
97
Tarif dasar air dengan kondisi biaya naik 10% dan produksi air tetap.
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
Biaya Total tahun 2017 = Rp 6.962.522.347
Produksi air tahun 2017 = 372,247,89 m3
Kehilangan Air tahun 2017 = 74.449,58 m3
Tarif dasar air tahun 2017 = = 2.207 /m3
Untuk hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan pada Tabel 4.50.
Tabel 4.50. Tarif Dasar Air ketika Biaya Naik 10 % daniProduksi Air Tetap
Tahun Biaya Total Produksi Air Bersih
per-tahun (m3)
Kehilangan Air
(m3)
Tarif Dasar
Air (Rp)
2017 6.962.522.347 372.247,89 74.449,58 2.207
2018 7.254.511.110 375.721,57 75.144,31 2.278
2019 7.565.965.790 379.195,26 75.839,05 2.354
2020 7.900.779.571 382.668,94 76.533,79 2.436
2021 8.258.952.453 386.142,62 77.228,52 2.524
2022 8.640.484.436 389.616,30 77.923,26 2.617
2023 9.049.268.704 393.089,99 78.618,00 2.716
2024 9.485.305.256 396.563,67 79.312,73 2.822
2025 9.952.487.276 400.037,35 80.007,47 2.935
2026 10.489.746.600 403.511,04 80.702,21 3.067
2027 10.991.967.271 406.984,72 81.396,94 3.187
2028 11.564.265.246 410.458,40 82.091,68 3.324
2029 12.179.388.239 413.932,08 82.786,42 3.472
2030 12.837.336.251 417.405,77 83.481,15 3.629
2031 13.538.109.281 420.879,45 84.175,89 3.795
2032 15.955.776.236 424.353,13 84.870,63 4.437
2033 16.878.460.726 427.826,82 85.565,36 4.655
2034 17.863.436.152 431.300,50 86.260,10 4.887
2035 20.574.804.608 434.774,18 86.954,84 5.584
2036 21.908.153.754 438.247,86 87.649,57 5.898
Sumber: Hasil Perhitungan
98
4.14.4.2 Biaya Turun 10 % dan Produksi Air Tetap
Contoh perhitungan :
Biaya Total 2017 = Rp 6.329.565.770
Biaya 2017 (turun 10%) = 6.329.565.770 - (6.329.565.770 x 10%)
= Rp 5.696.609.193
Hasil perhitungan selengkapnya ditabelkan pada Tabel 4.51.
Tabel 4.51. Biaya Turun 10% Tahun 2017 - 2036 Tahun Biaya Biaya Turun 10%
2017 6.329.565.770 5.696.609.193
2018 6.595.010.100 5.935.509.090
2019 6.878.150.718 6.190.335.646
2020 7.182.526.883 6.464.274.194
2021 7.508.138.594 6.757.324.734
2022 7.854.985.851 7.069.487.266
2023 8.226.607.913 7.403.947.121
2024 8.623.004.778 7.760.704.300
2025 9.047.715.706 8.142.944.135
2026 9.536.133.272 8.582.519.945
2027 9.992.697.519 8.993.427.767
2028 10.512.968.405 9.461.671.565
2029 11.072.171.127 9.964.954.014
2030 11.670.305.683 10.503.275.115
2031 12.307.372.074 11.076.634.867
2032 14.505.251.124 13.054.726.011
2033 15.344.055.205 13.809.649.685
2034 16.239.487.411 14.615.538.670
2035 18.704.367.826 16.833.931.043
2036 19.916.503.412 17.924.853.071
Sumber: Hasil Perhitungan
Produksi airibersih tetap, prediksi produksi air bersih tahun 2017-2036, dari hasil
perhitungan analisis regresi untuk prediksi produksi air bersih, dan Kehilangan Air dengan
prosentasi Kehilangan Air sebesar 30%.
99
Tabel 4.52. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Tetap
Tahun Produksi Air Bersih Prosentase Kehilangan Air Kehilangan Air
2017 372.247,89 20% 74.449,58
2018 375.721,57 20% 75.144,31
2019 379.195,26 20% 75.839,05
2020 382.668,94 20% 76.533,79
2021 386.142,62 20% 77.228,52
2022 389.616,30 20% 77.923,26
2023 393.089,99 20% 78.618,00
2024 396.563,67 20% 79.312,73
2025 400.037,35 20% 80.007,47
2026 403.511,04 20% 80.702,21
2027 406.984,72 20% 81.396,94
2028 410.458,40 20% 82.091,68
2029 413.932,08 20% 82.786,42
2030 417.405,77 20% 83.481,15
2031 420.879,45 20% 84.175,89
2032 424.353,13 20% 84.870,63
2033 427.826,82 20% 85.565,36
2034 431.300,50 20% 86.260,10
2035 434.774,18 20% 86.954,84
2036 438.247,86 20% 87.649,57
Sumber: Hasil Perhitungan.
Tarif dasar air dengan kondisi cost turun 10% dan produksi air tetap.
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
Biaya Total tahun 2017 = 5.696.609.193
Produksi air tahun 2017 = 372.247,89 m3
Kehilangan Air tahun 2017 = 74.449,58 m3
Tarif dasar air tahun 2017 = = Rp 1.806 /m3
Untuk hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan pada Tabel 4.53.
100
Tabel 4.53. Tarif Dasar Air Ketika Biaya Turun 10 % dan Produksi Air Tetap
Tahun Biaya Total Produksi Air Bersih
per-tahun (m3)
Kehilangan Air
(m3)
Tarif Dasar
Air (Rp)
2017 5.696.609.193 372.247,89 74.449,58 1.806
2018 5.935.509.090 375.721,57 75.144,31 1.864
2019 6.190.335.646 379.195,26 75.839,05 1.926
2020 6.464.274.194 382.668,94 76.533,79 1.993
2021 6.757.324.734 386.142,62 77.228,52 2.065
2022 7.069.487.266 389.616,30 77.923,26 2.141
2023 7.403.947.121 393.089,99 78.618,00 2.222
2024 7.760.704.300 396.563,67 79.312,73 2.309
2025 8.142.944.135 400.037,35 80.007,47 2.402
2026 8.582.519.945 403.511,04 80.702,21 2.510
2027 8.993.427.767 406.984,72 81.396,94 2.607
2028 9.461.671.565 410.458,40 82.091,68 2.720
2029 9.964.954.014 413.932,08 82.786,42 2.841
2030 10.503.275.115 417.405,77 83.481,15 2.969
2031 11.076.634.867 420.879,45 84.175,89 3.105
2032 13.054.726.011 424.353,13 84.870,63 3.630
2033 13.809.649.685 427.826,82 85.565,36 3.809
2034 14.615.538.670 431.300,50 86.260,10 3.998
2035 16.833.931.043 434.774,18 86.954,84 4.568
2036 17.924.853.071 438.247,86 87.649,57 4.826
Sumber: Hasil Perhitungan.
4.14.2.3 Biaya tetap dan Produksi Air turun 10 %
Contoh Perhitungan :
Biaya Total pada tahun 2017 = Rp 6.329.565.770
Hasil perhitungan selengkapnya ditabelkan pada Tabel 4.54.
101
Tabel 4.54. Biaya Tetap Tahun 2017 – 2036 Tahun Biaya
2017 6.329.565.770
2018 6.595.010.100
2019 6.878.150.718
2020 7.182.526.883
2021 7.508.138.594
2022 7.854.985.851
2023 8.226.607.913
2024 8.623.004.778
2025 9.047.715.706
2026 9.536.133.272
2027 9.992.697.519
2028 10.512.968.405
2029 11.072.171.127
2030 11.670.305.683
2031 12.307.372.074
2032 14.505.251.124
2033 15.344.055.205
2034 16.239.487.411
2035 18.704.367.826
2036 19.916.503.412
Sumber: Hasil Perhitungan
Jumlah produksi air bersih berkurang 10%, prediksiiproduksi air bersih Tahun 2017-
2036 dari hasil perhitungan analisis regresi untukiprediksi produksi air bersih, dan
Kehilangan Air dengan prosentasi Kehilangan Air sebesar 20%.
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
Produksi air bersih tahun 2017 = 372.247,89 m3
Produksi air bersih tahun 2017 (berkurang 10%)
= 372.247,89 m3– (372.247,89 m
3x 10%)
= 335.023 m3
Kehilangan Air tahun 2017
102
= 74.449,58 m3 x 20%
= 67.005 m3
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.55.
Tabel 4.55. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air ketika Turun 10%
Tahun Produksi Air Bersih Prosentase Kehilangan Air Kehilangan Air
2017 335.023 20% 67.005
2018 338.149 20% 67.630
2019 341.276 20% 68.255
2020 344.402 20% 68.880
2021 347.528 20% 69.506
2022 350.655 20% 70.131
2023 353.781 20% 70.756
2024 356.907 20% 71.381
2025 360.034 20% 72.007
2026 363.160 20% 72.632
2027 366.286 20% 73.257
2028 369.413 20% 73.883
2029 372.539 20% 74.508
2030 375.665 20% 75.133
2031 378.792 20% 75.758
2032 381.918 20% 76.384
2033 385.044 20% 77.009
2034 388.170 20% 77.634
2035 391.297 20% 78.259
2036 394.423 20% 78.885
Sumber: Hasil Perhitungan
Tarif dasar air dengan kondisi 10% penurunan pada jumlah produksi air bersih dan
biaya tetap.
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
Biaya Total tahun 2017 = Rp 6.329.565.770
Produksi air tahun 2017 = 335.023 m3
103
Kehilangan Air tahun 2017 = 67.005 m3
Tarif dasar air tahun 2017 = = 2.229 /m3
Untuk hasil perhitungan selanjutnya akan ditabelkan pada Tabel 4.56.
Tabel 4.56. Tarif Dasar Air dengan Kondisi Biaya Tetap dan Produksi Air Turun 10 %
Tahun Biaya Total Produksi Air Bersih
per-tahun (m3)
Kehilangan Air
(m3)
Tarif Dasar
Air (Rp)
2017 6.329.565.770 335.023 67.005 2.229
2018 6.595.010.100 338.149 67.630 2.301
2019 6.878.150.718 341.276 68.255 2.378
2020 7.182.526.883 344.402 68.880 2.461
2021 7.508.138.594 347.528 69.506 2.549
2022 7.854.985.851 350.655 70.131 2.643
2023 8.226.607.913 353.781 70.756 2.744
2024 8.623.004.778 356.907 71.381 2.851
2025 9.047.715.706 360.034 72.007 2.965
2026 9.536.133.272 363.160 72.632 3.098
2027 9.992.697.519 366.286 73.257 3.219
2028 10.512.968.405 369.413 73.883 3.358
2029 11.072.171.127 372.539 74.508 3.507
2030 11.670.305.683 375.665 75.133 3.665
2031 12.307.372.074 378.792 75.758 3.834
2032 14.505.251.124 381.918 76.384 4.481
2033 15.344.055.205 385.044 77.009 4.702
2034 16.239.487.411 388.170 77.634 4.936
2035 18.704.367.826 391.297 78.259 5.640
2036 19.916.503.412 394.423 78.885 5.958
Sumber: Hasil Perhitungan.
104
4.14.2.4 BiayaiTetap dan Produksi Air Naik 10 %
Contoh Perhitungan :
Biaya Total pada tahun 2017 = Rp 6.329.565.770
Hasil perhitungan selengkapnya ditabelkan pada Tabel 4.57.
Tabel 4.57. Biaya Total Tetap Tahun 2017 - 2036
Tahun Biaya
2017 6.329.565.770
2018 6.595.010.100
2019 6.878.150.718
2020 7.182.526.883
2021 7.508.138.594
2022 7.854.985.851
2023 8.226.607.913
2024 8.623.004.778
2025 9.047.715.706
2026 9.536.133.272
2027 9.992.697.519
2028 10.512.968.405
2029 11.072.171.127
2030 11.670.305.683
2031 12.307.372.074
2032 14.505.251.124
2033 15.344.055.205
2034 16.239.487.411
2035 18.704.367.826
2036 19.916.503.412
Sumber: Hasil Perhitungan
Jumlah produksi air bersih bertambah 10%, prediksi produksi air bersih Tahun 2017-
2036 dari hasiliperhitungan analisis regresi untuk prediksi produksi air bersih, dan
Kehilangan Air dengan prosentasi Kehilangan Air sebesar 20%.
Produksi air bersih tahun 2017 = 372.247,89 m3
Produksiiair bersih tahun 2017 (bertambah 10%)
105
= 372.247,89 m3+ (372.247,89 m
3x 10%)
= 409.473 m3
Kehilangan Air tahun 2017 = 74.449,58 m3x 20%
= 81.895 m3
Hasil perhitungan selanjutnyaidapat dilihat pada Tabel 4.58.
Tabel 4.58. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air kondisi Naik 10 %
Tahun Produksi Air Bersih Prosentase Kehilangan Air Kehilangan Air
2017 409.473 20% 81.895
2018 413.294 20% 82.659
2019 417.115 20% 83.423
2020 420.936 20% 84.187
2021 424.757 20% 84.951
2022 428.578 20% 85.716
2023 432.399 20% 86.480
2024 436.220 20% 87.244
2025 440.041 20% 88.008
2026 443.862 20% 88.772
2027 447.683 20% 89.537
2028 451.504 20% 90.301
2029 455.325 20% 91.065
2030 459.146 20% 91.829
2031 462.967 20% 92.593
2032 466.788 20% 93.358
2033 470.609 20% 94.122
2034 474.431 20% 94.886
2035 478.252 20% 95.650
2036 482.073 20% 96.415
Sumber: Hasil Perhitungan
Tarif dasar air dengan kondisi 10% penambahan pada jumlah produksi air bersihdan
ibiaya tetap
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
Biaya Total tahun 2017 = Rp 7,086,765,186
106
Produksi air tahun 2017 = 685,803 m3
Kehilangan Air tahun 2017 =137.161 m3
Tarif dasar air tahun 2017 =
= 1.219 /m3
Untuk hasil perhitungan selanjutnya akan ditabelkan pada Tabel 4.60.
Tabel 4.59.Tarif Dasar Air dengan kondisi Biaya Tetap dan Produksi Air Naik 10 %
Tahun Biaya Total Produksi Air Bersih
per-tahun (m3)
Kehilangan Air
(m3)
Tarif Dasar Air
(Rp)
2017 6.329.565.770 409.473 81.895 1.824
2018 6.595.010.100 413.294 82.659 1.883
2019 6.878.150.718 417.115 83.423 1.946
2020 7.182.526.883 420.936 84.187 2.013
2021 7.508.138.594 424.757 84.951 2.086
2022 7.854.985.851 428.578 85.716 2.163
2023 8.226.607.913 432.399 86.480 2.245
2024 8.623.004.778 436.220 87.244 2.332
2025 9.047.715.706 440.041 88.008 2.426
2026 9.536.133.272 443.862 88.772 2.535
2027 9.992.697.519 447.683 89.537 2.634
2028 10.512.968.405 451.504 90.301 2.747
2029 11.072.171.127 455.325 91.065 2.869
2030 11.670.305.683 459.146 91.829 2.999
2031 12.307.372.074 462.967 92.593 3.137
2032 14.505.251.124 466.788 93.358 3.667
2033 15.344.055.205 470.609 94.122 3.847
2034 16.239.487.411 474.431 94.886 4.039
2035 18.704.367.826 478.252 95.650 4.615
2036 19.916.503.412 482.073 96.415 4.875
Sumber: Hasil Perhitungan
107
4.14.2.5 Biaya Naik 10 % dan Produksi AirTurun 10 %
Contoh Perhitungan :
Biaya Total 2017 = Rp 6.329.565.770
Biaya 2017 (naik 10%)
= 6.329.565.770+ (6.329.565.770 x 10%)
= Rp 6.962.522.347
Hasil perhitungan selengkapnya ditabelkan pada Tabel 4.61.
Tabel 4.60. Biaya Naik 10 % Tahun 2017 - 2036
Tahun Biaya Biaya Naik 10%
2017 6.329.565.770 6.962.522.347
2018 6.595.010.100 7.254.511.110
2019 6.878.150.718 7.565.965.790
2020 7.182.526.883 7.900.779.571
2021 7.508.138.594 8.258.952.453
2022 7.854.985.851 8.640.484.436
2023 8.226.607.913 9.049.268.704
2024 8.623.004.778 9.485.305.256
2025 9.047.715.706 9.952.487.276
2026 9.536.133.272 10.489.746.600
2027 9.992.697.519 10.991.967.271
2028 10.512.968.405 11.564.265.246
2029 11.072.171.127 12.179.388.239
2030 11.670.305.683 12.837.336.251
2031 12.307.372.074 13.538.109.281
2032 14.505.251.124 15.955.776.236
2033 15.344.055.205 16.878.460.726
2034 16.239.487.411 17.863.436.152
2035 18.704.367.826 20.574.804.608
2036 19.916.503.412 21.908.153.754
Sumber: Hasil Perhitungan
108
Jumlahiproduksi air bersih berkurang 10%, prediksi produksi air bersih Tahun 2017-
2036 dari hasil perhitungan analisis regresi untuk prediksi produksi air bersih, dan
KehilanganiAir dengan prosentasi Kehilangan Air sebesar 20%.
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
Produksi air bersih tahun 2017
= 372.247,89 m3
Produksi air bersih tahun 2016 (berkurang 10%)
= 372.247,89 m3– (372.247,89 m
3x 10%)
= 335.023 m3
Kehilangan Air tahun 2017
= 74.449,58 m3 x 20%
= 67.005 m3
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.62.
Tabel 4.61. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Turun 10%
Tahun Produksi Air Bersih Prosentase Kehilangan
Air Kehilangan Air
2017 561,112 20% 112,222
2018 580,594 20% 116,119
2019 600,076 20% 120,015
2020 619,558 20% 123,912
2021 639,040 20% 127,808
2022 658,522 20% 131,704
2023 678,004 20% 135,601
2024 697,486 20% 139,497
2025 716,969 20% 143,394
2026 736,451 20% 147,290
2027 755,933 20% 151,187
2028 775,415 20% 155,083
2029 794,897 20% 158,979
2030 814,379 20% 162,876
2031 833,861 20% 166,772
2032 853,343 20% 170,669
2033 872,825 20% 174,565
2034 892,308 20% 178,462
2035 911,790 20% 182,358
2036 931,272 20% 186,254
Sumber: Hasil Perhitungan
Tarif dasar air dengan kondisi 10% penurunan pada jumlah produksi air bersih dan
ibiaya naik 10 %.
109
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
iBiaya Total tahun 2017 = Rp 6.962.522.347
Produksi air tahun 2017 = 335.023 m3
KehilanganiAir tahun 2017 = 67.005 m3
Tarif dasar air tahun 2017 = = Rp 2.452 /m3
Untuk hasil perhitungan selanjutnya akan ditabelkan pada Tabel 4.63.
Tabel 4.63. Tarif Dasar Air dengan kondisi biaya Naik 10% dan Produksi Air Turun 10 % Tahun Biaya Total Produksi Air Bersih
per-tahun (m3)
Kehilangan Air
(m3)
Tarif Dasar
Air (Rp)
2017 6.962.522.347 335.023 67.005 2.452
2018 7.254.511.110 338.149 67.630 2.531
2019 7.565.965.790 341.276 68.255 2.616
2020 7.900.779.571 344.402 68.880 2.707
2021 8.258.952.453 347.528 69.506 2.804
2022 8.640.484.436 350.655 70.131 2.907
2023 9.049.268.704 353.781 70.756 3.018
2024 9.485.305.256 356.907 71.381 3.136
2025 9.952.487.276 360.034 72.007 3.262
2026 10.489.746.600 363.160 72.632 3.408
2027 10.991.967.271 366.286 73.257 3.541
2028 11.564.265.246 369.413 73.883 3.694
2029 12.179.388.239 372.539 74.508 3.857
2030 12.837.336.251 375.665 75.133 4.032
2031 13.538.109.281 378.792 75.758 4.217
2032 15.955.776.236 381.918 76.384 4.929
2033 16.878.460.726 385.044 77.009 5.172
2034 17.863.436.152 388.170 77.634 5.430
2035 20.574.804.608 391.297 78.259 6.204
2036 21.908.153.754 394.423 78.885 6.554
Sumber: Hasil Perhitungan
110
4.14.2.6 Biaya Turun 10 %dan Produksi AirNaik 10 %
Contoh perhitungan :
Biaya Total 2017 = Rp 6.329.565.770
Biaya 2017 (turun 10%) = 6.329.565.770 - (6.329.565.770 x10%)
= Rp 5.696.609.193
Hasil perhitungan selengkapnya ditabelkan pada Tabel 4.64.
Tabel 4.64. Biaya Turun 10% Tahun 2017 - 2036
Tahun Biaya Biaya Turun 10%
2017 6.329.565.770 5.696.609.193
2018 6.595.010.100 5.935.509.090
2019 6.878.150.718 6.190.335.646
2020 7.182.526.883 6.464.274.194
2021 7.508.138.594 6.757.324.734
2022 7.854.985.851 7.069.487.266
2023 8.226.607.913 7.403.947.121
2024 8.623.004.778 7.760.704.300
2025 9.047.715.706 8.142.944.135
2026 9.536.133.272 8.582.519.945
2027 9.992.697.519 8.993.427.767
2028 10.512.968.405 9.461.671.565
2029 11.072.171.127 9.964.954.014
2030 11.670.305.683 10.503.275.115
2031 12.307.372.074 11.076.634.867
2032 14.505.251.124 13.054.726.011
2033 15.344.055.205 13.809.649.685
2034 16.239.487.411 14.615.538.670
2035 18.704.367.826 16.833.931.043
2036 19.916.503.412 17.924.853.071
Sumber: Hasil Perhitungan
Jumlahiproduksi air bersih bertambah 10%, prediksi produksi air bersih Tahun 2017-
2036 dari hasil perhitungan analisis regresi untuk prediksi produksi air bersih, dan
Kehilangan Air dengan prosentasi Kehilangan Air sebesar 20%.
111
Produksi air bersih tahun 2017 = 372.247,89 m3
Produksi air bersih tahun 2017 (bertambah 10%)
= 372.247,89 m3+ (372.247,89 m
3x 10%)
= 409.473 m3
Kehilangan Air tahun 20167
= 74.449,58 m3x 20%
= 81.895 m3
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.65.
Tabel 4.65. Prediksi Produksi dan Kehilangan Air Naik 10%
Tahun Produksi Air Bersih Prosentase Kehilangan Air Kehilangan Air
2017 409.473 20% 81.895
2018 413.294 20% 82.659
2019 417.115 20% 83.423
2020 420.936 20% 84.187
2021 424.757 20% 84.951
2022 428.578 20% 85.716
2023 432.399 20% 86.480
2024 436.220 20% 87.244
2025 440.041 20% 88.008
2026 443.862 20% 88.772
2027 447.683 20% 89.537
2028 451.504 20% 90.301
2029 455.325 20% 91.065
2030 459.146 20% 91.829
2031 462.967 20% 92.593
2032 466.788 20% 93.358
2033 470.609 20% 94.122
2034 474.431 20% 94.886
2035 478.252 20% 95.650
2036 482.073 20% 96.415
Sumber: Hasil Perhitungan
112
Tarif dasar air dengan kondisi 10% penambahan pada jumlah produksi air bersih
dan biaya turun.
Contoh perhitungan pada tahun 2017:
Biaya Total tahun 2017 = Rp 5.696.609.193
Produksi air tahun 2017 = 409.473 m3
Kehilangan Air tahun 2017 = 81.895 m3
Tarif dasar air tahun 2017 = =Rp 1.642 /m3
Untuk hasil perhitungan selanjutnya akan ditabelkan pada Tabel 4.66.
Tabel 4.67. Tarif Dasar Air dengan Kondisi Biaya Turun 10 % dan Produksi Air Naik 10 %
Tahun Biaya Total Produksi Air Bersih
per-tahun (m3)
Kehilangan Air
(m3)
Tarif Dasar
Air (Rp)
2017 5.696.609.193 409.473 81.895 1.642
2018 5.935.509.090 413.294 82.659 1.695
2019 6.190.335.646 417.115 83.423 1.751
2020 6.464.274.194 420.936 84.187 1.812
2021 6.757.324.734 424.757 84.951 1.877
2022 7.069.487.266 428.578 85.716 1.946
2023 7.403.947.121 432.399 86.480 2.020
2024 7.760.704.300 436.220 87.244 2.099
2025 8.142.944.135 440.041 88.008 2.183
2026 8.582.519.945 443.862 88.772 2.281
2027 8.993.427.767 447.683 89.537 2.370
2028 9.461.671.565 451.504 90.301 2.473
2029 9.964.954.014 455.325 91.065 2.582
2030 10.503.275.115 459.146 91.829 2.699
2031 11.076.634.867 462.967 92.593 2.823
2032 13.054.726.011 466.788 93.358 3.300
2033 13.809.649.685 470.609 94.122 3.462
2034 14.615.538.670 474.431 94.886 3.635
2035 16.833.931.043 478.252 95.650 4.153
2036 17.924.853.071 482.073 96.415 4.387
Sumber: Hasil Perhitungan
113
4.14.3 Payback Period
Analisis Payback Period pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa lama
investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang pokok (break even point)
pada kondisi B=C.
Diketahui:
Biaya konstruksi : Rp 6.329.565.769,91
Biaya Operasional : Rp 2.542.560.000,00
Total Manfaat : Rp 6.329.565.770
Pada proyek penyediaan air bersih di Desa Sanankertoini komponen cash flow benefit
dan costnya bersifat present, maka rumus yang digunakan adalah :
K(PBP) = periode waktu
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak,
diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu. Dalam metode ini rencana investasi dikatakan
layak jika k ≤ usia guna proyek.
K(PBP) =
K(PBP) = 1,67 tahun ≈ 2 tahun
Dalam perhitungan didapat K ≤ usia guna proyek, yaitu K = 2 tahun dengan usia guna
20 tahun. Sehingga proyek Distribusi air minum di IKK Jabung (Desa Sukolilo) dan IKK
Pakis (Desa Sumberpasir dan Desa Pakiskembar) layak secara ekonomis.
114
Halaman ini sengaja dikosongkan
115
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulani
Berdasarkanihasil analisis data dapat disimpulkan sebagaiiberikut:
1. Perencanaan jaringan distribusi air minum di IKK Jabung dan IKK Pakis yakni
pemasangan jaringan pipa. Perencanaan pemasangan pipa menggunakan jenis pipa
HDPE dengan 2 variasi diameter, yaitu 8 inchi untuk jaringan utama dan 6 inchi
untuk jaringan sekunder dengan total panjang sebesar 6,67 km. Dari hasil simulasi
WaterCad V8i SS6 Edition diketahui kecepatan tertinggi yaitu sebesar 2,6 m/dtk.
Tekanan maksimum yaitu sebesar 14,332 mbar. Headloss Gradient maksimum
yaitu sebesar 0,036 m/km.
2. Jumlah kebutuhan Air minum di IKK Jabung dan IKK Pakis sebesar pada tahun ke-
20 atau tahun 2036 sebesar 438.248 m3/tahun, dengan rincian untuk desa
Sumberpasir sebesar 123.381 m3/tahun, desa Pakiskembar sebesar 170.441
m3/tahun dan desa Sukolilo sebesar 144.426 m
3/tahun.
3. Besaribiaya totaliyang harus dikeluarkan dalam perencanaan Distribusi Air Minum
di IKK Jabung dan IKK Pakis Kabupaten Malang sebesar: Rp 3.539.257.728,89
4. Manfaat yang diperoleh dari perencanaan Distribusi Air Minum di IKK Jabung
dan IKK Pakis Kabupaten Malang pada bunga 7% pada tahun 2017 adalah :
- Manfaat dengan harga air eksisting : Rp 7.887.188.310
- Manfaat dengan harga air B=C : Rp 6.329.565.770
2. Nilai kelayakan ekonomi dilihat dari indikator yang digunakan, yaitu BCR, NPV,
IRR, titik impas investasi, dan analisis sensitivitas. BCR pada saat suku bunga 7%,
nilai BCR adalah 1,246, Nilai tersebut adalah layak karena BCR > 1. NPV pada
saat suku bunga 7%, nilai NPV adalah Rp 7.887.188.310. Nilai tersebut adalah
layak karena NPV bernilai positif. IRR yang berlaku adalah 11,53 % karena hasil
perhitungan IRR proyek ini lebih dari suku bunga komersial yang berlaku (7%) dari
BI, sehingga proyek ini dapat dikatakan menguntungkan. Titik impas investasi pada
saat suku bunga 7%, titik impas investasi terjadi pada tahun ke-7. Analisis
sensivitas pada saat Cost naik 10%, Benefit tetap nilai B-C adalah Rp
924.665.963,- nilai B/C sebesar 1,133dan nilai IRR 9,011. Pada saat Cost turun
10%, Benefit tetap nilai B-C adalah Rp 2.190.579.117,- nilai B/C adalah 1,385 dan
116
116
3. nilai IRR 12,790. Pada saat Cost tetap, Benefit naik 10% nilai B-C adalah Rp
2.346.341.371,- nilai B/C sebesar 1,371 dan nilai IRR sebesar 12,647. Pada saat
Cost tetap, Benefit turun 10% nilai B-C adalah Rp 768.903.709,- B/C 1,121dan IRR
8,866.
5. Dari perhitungan analisa ekonomi didapatkan harga air di desa Sumberpasir, desa
Pakirkembar dan Desa Sukolilo dalam berbagai kondisi:
- Harga Air Eksisting (2016) : Rp 2500,00
- Harga Air minimal saat B=C pada tahun 2017 : Rp 2.006
Dan pada tahun 2036 harga minimal sebesar : Rp 5.362
5.2 Saran
1. Untuk pemerintah setempat, khususnya dinas PDAM perlunya ketelitian dalam
pencatatan data terkait dalam menentukan harga air. Sehingga didapat data yang
jelas dan transparan agar semua pihak merasa diuntungkan dan tidak dirugikan
2. Diperlukan peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan air bersih untuk
kebutuhan pokok.
3. Sebaiknya penentuan harga air tidak melihat hanya dari sisi keuntungan saja namun
juga melihat dari sisi kemampuan ekonomi masyarakat setempat.
4. Debit dan tampungan tandon diperbesar agar dapat mendistribusikan daerah
layanan yang sudah ada secara 100%.
5. Diperlukan pola jam operasi pelayanan sehingga pelanggan dapat terlayani secara
maksimal dan meminimalisir keluhan pelayanan PDAM.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2016. Malang: BPS.
Ditjen Cipta Karya. 2006. Pedoman Teknis Penyediaan Air Bersih IKK Pedesaan. Jakarta:
Ditjen Cipta Karya.
Ditjen Cipta Karya Departemen Kimpraswil. 2003. Standar Kebutuhan Air Domestik.
Jakarta: Ditjen Cipta Karya Departemen Kimpraswil.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Kindler, J. & C.S. Russel. 1984. Modeling Water Demands. London: Academic Press Inc.
Kodoatie, Robert. 1995. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta : ANDI OFFSE
Kuiper, E. 1971. Water Resources Project Economics. Canada
Lindsey, Ray K dan Yoseph, B.Franzini. 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Linsley Ray K. 1996. Teknik Sumber Daya Air Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990. Peraturan Menteri Kesehatan
No.416/Menkes/PER/IX/1990 Tentang :Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 18/PRT/M/2007 Tentang: Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Muliakusumah, 2000. Proyeksi Penduduk . Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Pujawan, I.N.P. 2004. Ekonomi Proyek. Jogjakarta : Liberty
Situs Pemerintah Kabupaten Malang. 2014. Kecamatan Jabung: Peta Kecamatan Jabung.
Malang: Bag. Pengelola Data Eletronik Malang.
http://jabung.malangkab.go.id/?page_id=2851 (diakses 26 Mei 2017).
Situs Pemerintah Kabupaten Malang. 2014. Kecamatan Pakis: Peta Kecamatan Pakis.
Malang: Bag. Pengelola Data Eletronik. http://pakis.malangkab.go.id/?page_id=186
(diakses 26 Mei 2017)
Suyatno, A. Trie, M.S, dan Roestam, S. 2001. Ekonomi Teknik Sumber Daya Air, Suatu
pengantar praktis. Jakarta: PT. Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHII)