108
STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER POKLAHSAR (KELOMPOK PENGOLAH DAN PEMASAR) KERUPUK BANDENG DENGAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN FUZZY AHP DI KECAMATAN REJOSO, KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI Oleh: Viviandayu Fathania NIM. 135100300111058 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER POKLAHSAR (KELOMPOK PENGOLAH DAN PEMASAR) KERUPUK

BANDENG DENGAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN FUZZY AHP DI KECAMATAN REJOSO, KABUPATEN

PASURUAN

SKRIPSI

Oleh: Viviandayu Fathania

NIM. 135100300111058

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 2: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

STRATEGI PENGEMBANGAN KLASTER POKLAHSAR (KELOMPOK PENGOLAH DAN PEMASAR) KERUPUK

BANDENG DENGAN METODE K-MEANS CLUSTERING DAN FUZZY AHP DI KECAMATAN REJOSO, KABUPATEN

PASURUAN

Oleh:

Viviandayu Fathania NIM. 135100300111058

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 3: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

Judul TA

Nama Mahasiswa

,NIM

Jurusan

Fakultas

Dosen Pengujill

LETIBAR PENGESAHAN

:Strategi Pengembangan Klaster POKISHSAR(Kelompok Pengolah dan Pemasar) Kerupuk Bandeng

dengan Metode K-Means Clustering dan Fuzzy AHP di

Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan

:Viviandayu Fathania

: 135100300111058

: Teknologi lndustri Pertanian

:Teknologi Pertanian

Dosen Penguji l,

Mas'ud Effendi. STP.. MP.NrP.19800823 200501 1 003

Dosen Penguji lll,

$"r;F,Java Mahar Malioan. STP.. MP.NlP. 19820114 200812 1 003

Page 4: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

iv

VIVIANDAYU FATHANIA. 135100300111058. Strategi Pengembangan Klaster POKLAHSAR (Kelompok Pengolah dan Pemasar) Kerupuk Bandeng dengan Metode K-Means Clustering dan Fuzzy AHP di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. TA. Pembimbing: Dr. Siti Asmaul M., STP, MP dan Jaya Mahar Maligan, STP, MP.

RINGKASAN

Kabupaten Pasuruan memiliki potensi sumberdaya

perikanan kawasan pesisir yang melimpah, salah satunya adalah budidaya tambak air payau dengan komoditi ikan bandeng. Kecamatan Rejoso merupakan salah satu wilayah pengembangan tambak dan produk olahan ikan bandeng. Pengolahan produk dari ikan bandeng dijalankan oleh POKLAHSAR (Kelompok Pengolah dan Pemasar) binaan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan dengan salah satu produk olahan unggulan, yaitu kerupuk bandeng. Namun, ada beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, antara lain dalam pemasaran produk, jumlah tenaga kerja, serta teknologi dan mesin produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membentuk klaster industri dan menentukan strategi pengembangan klaster pada tiap klaster POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso.

Pembentukan klaster UMKM dilakukan dengan metode K-Means Clustering dan strategi pengembangan klaster menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapasitas produksi per bulan (X1), lama berdirinnya UMKM (X2), rata-rata penjualan per bulan (X3), nilai investasi awal (X4) dan jumlah tenaga kerja (X5). Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 pemilik UMKM untuk mengetahui profil usaha dan 3 pakar dari Dinas Perikanan, Disperindag Kabupaten Pasuruan dan ketua AP3 (Asosiasi Pengolah Dan Pemasar Perikanan) untuk menentukan prioritas alternatif strategi pengembangan klaster.

Page 5: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

v

Dari hasil pengklasteran UMKM, terbentuk 2 klaster. Klaster 1 termasuk dalam skala usaha kecil (POKLAHSAR Mina Sentosa dan Mina makmur) dan klaster 2 termasuk dalam skala usaha mikro (POKLAHSAR Mina Usaha, Mina Lestari, dan Mina Bahagia). Anggota UMKM pada klaster 1 memiliki nilai variabel penelitian diatas rata-rata dibandingkan dengan klaster 2. Strategi pengembangan klaster 1 dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern dan peningkatan standarisasi produk. Strategi pengembangan pada klaster 2 dapat dilakukan dengan peningkatan standarisasi produk dan pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM. Kata Kunci : Strategi pengembangan klaster, Kerupuk bandeng

Page 6: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

vi

VIVIANDAYU FATHANIA. 135100300111058. Cluster Development Strategy of Group of Producer and Marketer of Milkfish Crackers Using K-means Clustering and Fuzzy AHP Methods at Rejoso District, Pasuruan Regency. Minor Thesis. Supervisor: Dr. Siti Asmaul M., STP., MP. Co- Supervisor: Jaya Mahar Maligan, STP., MP

SUMMARY

Pasuruan Regency has a wealthy coastal fisheries potential which is milkfish cultivation on brackish water ponds. Rejoso District is one of the development areas of ponds and processed milkfish. The processing is conducted by Group of Producer and Marketer under the supervision of Fisheries Department of Pasuruan Regency. One of the excellent product of Pasuruan Regency is milkfish crackers. However, there are problems that are still occuring and faced by the Group of Producer and Marketer which are product marketing, the number of human resource, technology, and production machinery. This research aims to build an industrial cluster and to determine the cluster development strategy in each cluster of Group of Producer and Marketer of milkfish crackers in Rejoso District.

The establishment of MSME (Micro, Small, and Medium Enterprises) Cluster is done by using K-Means Clustering method meanwhile the development strategy is designed using Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) method. There are three variables used in this research which are monthly production capacity (X1), length of factory operation (X2), average sales per month (X3), initial investation value (X4), and the number of human resource (X5). The respondents used in this research are five business owners to get information about business profile, and three experts from the Department of Fisheries, the Department of Industry and Trade of Pasuruan Regency, and the AP3 (Association of Fish Processing and Marketers) to determine the priority of alternative cluster development strategies.

Page 7: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

vii

The clustering process formed two clusters. The Cluster 1 contains small-scaled business (Mina Sentosa and Mina Makmur) and Cluster 2 contains micro-scaled business (Mina Usaha, Mina Lestari, and Mina Bahagia). The research variables from the UMKM members of Cluster 1 shows above average value than of Cluster 2. Cluster 1 Development Strategy can be done by improving production technology with modern machinery and equipments, also by setting product standards. Meanwhile, Cluster 2 Development Strategy can be done with improving product standardization, and also by holding business development training towards the UMKM owners and employee. Key words : Cluster Development Strategy, Milkfish Crackers

Page 8: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Strategi Pengembangan Klaster POKLAHSAR (Kelompok Pengolah dan Pemasar) Kerupuk Bandeng dengan Metode K-Means Clustering dan Fuzzy AHP di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan”. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Yth. Ibu Dr Siti Asmaul Mustaniroh STP, MP selaku Dosen

Pembimbing I yang senantiasa mengarahkan dan memberi masukan yang bermanfaat.

2. Yth.Bapak Jaya Mahar Maligan, STP, MP selaku dosen pembimbing II yang baik hati dan selalu memberikan masukan yang membangun.

3. Yth. Bapak Mas’ud Effendi, STP, MP selaku dosen penguji skripsi.

4. Bapak Dr. Sucipto, STP, MP, selaku ketua jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Tenologi Pertanian, Universitas Brawijaya

5. Keluargaku tercinta, Bapak, Mama, Tante Rini, Tante Uti, Dipo, Evan, Iki dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan dukungan baik dari segi materi, do’a maupun motivasi tanpa kenal lelah.

6. Ibu-ibu dari POKLAHSAR kerupuk bandeng di Pasuruan, yaitu Mina Sentosa, Mina Makmur, Mina Bahagia, Mina Usaha, dan Mina Lestari yang dengan hangat dan baik hati memberi tempat untuk penulis melakukan penelitian dan membantu kelancaran penelitian penulis

7. Dinas Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Ketua Asosiasi Pengolah dan Pemasar Perikanan (AP3) Kabupaten Pasuruan yang telah meluangkan waktunya dan membantu kelancaran penelitian.

Page 9: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

ix

8. Bankesbangpol Pasuruan yang telah membantu dalam perizinan penelitian

9. Teman-teman seperjuangan tim Pasuruan Salsabila, Narulita Andiniputri, dan Ines Mauliddina yang telah membantu dan menemani selama penelitian

10. Teman-teman tema Klaster Ipeh, Kinan, Nora, dan Desi yang telah membantu kesuksesan skripsi kita semua

11. Teman-teman NGM Sovie, Ike, Nana, Asti, Ragil, Feny, Fina, Arfan, Aqil dan Ryo

12. PH ESP 2015/2016 Faiz, Erik, Iqbal, Irma, Diennur, Hardi, Pingky, dan Lisa yang selalu membawa kesenangan, tawa, lelucon, dan amarah selama bersama

13. Sahabat-sahabat masa kecilku Rina, Mela, Fani, Ditya, Ade, Soraya dan Haikal yang sama-sama berjuang dan saling mendukung di pilihan masing-masing

14. Teman seperjuangan penulis dalam memberi motivasi yaitu teman-teman seangkatan

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini dalam bentuk apapun yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam

penyusunan laporan ini. Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penulisan laporan yang lebih baik.

Malang, 25 Agustus 2017

Penulis

Page 10: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1995, putri sulung dari Bapak Agus Sudiyanto dan Ibu Yayuk Yadiningsih dan memiliki seorang adik bernama Dipo Attalalio Sudiyanto. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDI At-Taqwa pada tahun 2007, kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Tangerang hingga tahun 2010, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 4 Tangerang pada tahun 2013. Pada

tahun 2017 penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Brawijaya Malang dengan Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Aktivitas penulis selama menjadi mahasiswi adalah sebagai mahasiswi aktif dan ikut bergabung dalam organisasi dan beberapa kepanitiaan serta mengikuti beberapa perlombaan di bidang bahasa inggris. Salah satu organisasi yang diikuti penulis adalah ESP (English for Spesific Purposes) FTP UB mulai dari menjadi staff muda pada tahun 2014, staff ahli pada tahun 2015, dan ketua divisi public relation ESP pada tahun 2016. Kegiatan kepanitiaan yang pernah penulis ikuti, antara lain acara seminar & talkshow internasional ESP Great Present pada tahun 2014, 2015, dan 2016, bakti sosial dan program BEWARE (mengajar bahasa inggris ke desa di Malang), dan banyak kegiatan LKM yang menarik lainnya. Perlombaan yang pernah diikuti penulis selama masa kuliah, antara lain lomba debat bahasa inggris tingkat nasional pada English Parade FIA UB pada tahun 2014 dan seleksi cabang storry telling fakultas untuk Olimpiade Brawijaya pada tahun 2015. .

Page 11: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

xi

Alhamdulillah Yaa Allah...

Tak henti-hentinya rasa syukur ku atas semua karunia-Mu,

Karya kecil ini ku persembahkan untuk keluarga ku tercinta,

Bapak, Mama, Mbah Putri & Mbah kakung, Tante Rini, Tante Uti, Dipo, Evan & Iki

yang selalu mendukung dan memberi semangat setulus hati

Page 12: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

xii

Page 13: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

xiii

DAFTAR ISI

RINGKASAN ............................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................. viii RIWAYAT HIDUP ..................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................ xiii DAFTAR TABEL ..................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ............................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xvii I. PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 5 2.1 Kerupuk Bandeng ....................................................... 5 2.2 Klaster Industri ............................................................ 5 2.3 Pengelompokkan UMKM ........................................... 7 2.4 Strategi Pengembangan UMKM .................................. 9 2.5 Metode K-Means Clustering ...................................... 10 2.6 Variabel K-Means Clustering .................................... 10 2.7 Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) ............. 13 2.8 Alternatif Strategi pada Struktur Hierarki FAHP ......... 14 2.9 Penelitian Terdahulu ................................................. 16

III. METODE PENELITIAN .................................................. 19 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................... 19 3.2 Batasan Masalah ...................................................... 19 3.3 Prosedur Penelitian ................................................... 19

3.3.1 Survey Pendahuluan ........................................... 21 3.3.2 Perumusan Masalah ............................................ 21 3.3.3 Penetapan Tujuan ............................................... 21 3.3.4 Studi Literatur ...................................................... 21 3.3.5 Identifikasi Variabel ............................................. 22 3.3.6 Metode Penentuan Sampel ................................ 22 3.3.7 Pembuatan Kuisioner .......................................... 23 3.3.8 Pengumpulan Data .............................................. 23

a. Sumber data ................................................... 23 1. Data Primer ................................................. 23

Page 14: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

xiv

2. Data Sekunder ............................................ 23 b. Pengumpulan Data ........................................ 24

1. Observasi ................................................... 24 2. Wawancara................................................. 24 3. Dokumentasi ............................................... 24

3.3.9 Analisis Data K-Means Clustering ...................... 24 3.3.10 Analisis Data Fuzzy AHP................................... 26 3.3.11 Kesimpulan dan Saran ...................................... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................... 31 4.1 Gambaran Umum POKLAHSAR Kerupuk Bandeng

Kabupaten Pasuruan ................................................ 31 4.1.1 POKLAHSAR Mina Sentosa ............................. 36 4.1.2 POKLAHSAR Mina Usaha ................................ 37 4.1.3 POKLAHSAR Mina Lestari ................................ 37 4.1.4 POKLAHSAR Mina Makmur .............................. 37 4.1.5 POKLAHSAR Mina Bahagia ............................. 38

4.2 Karakteristik Responden ........................................... 38 4.3 Analisis Klaster (K-Means Clustering) ....................... 41

4.3.1 Karakteristik Responden Klaster 1 .................... 43 4.3.2 Karakteristik Responden Klaster 2 .................... 46

4.4 Strategi Pengembangan Klaster UMKM ................... 49 4.4.1 Strategi Pengembangan Klaster 1 ..................... 49

4.4.1.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Klaster 1 .................................................. 49 4.4.1.2 Analisis Strategi Pengembangan Klaster 1

Tiap Komponen Struktur Hierarki ............. 50 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2 ..................... 62

4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Klaster 2 .......... 63

4.4.2.2 Analisis Strategi Pengembangan Klaster 2 Tiap Komponen Struktur Hierarki ........................... 64

4.5 Perbedaan Strategi pengembangan antara Klaster 1 dan Klaster 2 ........................................................... 77

4.6 Implikasi Manajerial .................................................. 80 V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 85 LAMPIRAN ............................................................................. 78

Page 15: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Mutu dan Keamanan Pangan Kerupuk Ikan,

Udang dan Moluska ................................................... 5 Tabel 2.2 Pengelompokkan UMKM Menurut Berbagai Instansi . 8 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ................................................ 16 Tabel3.1 Variabel Pengelompokkan POKLAHSAR kerupuk

Bandeng .................................................................... 22

Tabel 3.2 Skala Perbandingan Tingkat Kepentingan ............... 27 Tabel 3.3 Tabel Random Index (RI) ......................................... 28 Tabel 3.4 Fuzzifikasi Perbandingan Kepentingan Antara Dua

Kriteria ................................................................. 28 Tabel 4.1 Peran Industri dan Institusi terkait terhadap

pengembangan klaster industri ................................ 33

Tabel 4.2 Profil Usaha POKLAHSAR Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan ............... 35

Tabel 4.3 Karakteristik Responden .......................................... 39

Tabel 4.4 Karakteristik Responden pada Masing-Masing Klaster ..................................................................... 43

Tabel 4.5 Perbandingan Antar Faktor Klaster 1 ....................... 52 Tabel 4.6 Perbandingan Antar Tujuan Klaster 1 ...................... 54 Tabel 4.7 Perbandingan Antar Aternatif Strategi Klaster 1 ....... 58 Tabel 4.8 Perbandingan Antar Faktor Klaster 2 ....................... 65 Tabel 4.9 Perbandingan Antar Tujuan Klaster 2 ...................... 68 Tabel 4.10 Perbandingan Antar Aternatif Strategi Klaster 2 ..... 72 Tabel 4.11 Perbedaan Strategi Pengembangan UMKM Klaster

1 & Klaster 2 .......................................................... 78

Page 16: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian ............................... 20 Gambar 3.2 Diagram Alir Metode K-Means Clustering dengan

SPSS 17 ............................................................. 25 Gambar 4.1 Profil Klaster Industri Kerupuk Bandeng di

Kecamatan Rejoso .............................................. 32

Gambar 4.2 Struktur Hierarki Pengembangan Klaster Industri Kerupuk bandeng Klaster 1 ................................. 51

Gambar 4.3 Struktur Hierarki Pengembangan Klaster Industri Kerupuk bandeng Klaster 2 ................................. 64

Page 17: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Profil UMKM ........................................ 92 Lampiran 2 Kuisioner Fuzzy AHP Klaster 1 ............................ 94 Lampiran 3 Kuisioner Fuzzy AHP Klaster 2 .......................... 100 Lampiran 4 Struktur Hirarki Strategi Pengembangan Klaster 1

.......................................................................... 106 Lampiran 5 Struktur Hirarki Strategi Pengembangan Klaster 2

.......................................................................... 107 Lampiran 6 Hasil Olah Data dengan Metode K-Means

Clustering .......................................................... 108 Lampiran 7 Contoh Perhitungan Fuzzy Analytical Hierarchy

Process (FAHP) ................................................ 110 Lampiran 8 Rekapan Hasi Perhitungan Fuzzy analytical

Hierarchy Process (FAHP) ................................ 115 Lampiran 9 Dokumentasi Produk dan Penelitian................... 119

Page 18: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki kekayaan sumberdaya alam perikanan pada kawasan pesisir. Salah satu potensi perikanan kawasan pesisir Kabupaten Pasuruan adalah budidaya tambak air payau dengan komoditi ikan bandeng dan udang (windu dan vanname) yang pembudidayaannya dapat digabung dalam satu tambak, sehingga budidaya lebih efektif dan efisien. Menurut Data Statistik dan Informasi Sekertaris Jenderal Kementerian Perikanan dan Kelautan, sesuai dengan SK Bupati Pasuruan No. 523/482/HK/424.013/2012 tentang penetapan lokasi pengembangan kawasan minapolitan budidaya perikanan di Kabupaten Pasuruan, bahwa Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Lekok merupakan wilayah yang ditunjuk secara resmi oleh pemerintah kabupaten sebagai wilayah budidaya air payau dengan komoditi unggulan ikan bandeng dan udang.

Kabupaten Pasuruan memiliki potensi budidaya tambak air payau pada 5 kecamatan dengan luas mencapai 3966,9 hektar (Pemerintah Kabupaten Pasuruan, 2011). Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan juga memberikan pembinaan berkala kepada POKLAHSAR (Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan) di setiap kecamatan mengenai pengolahan hingga pemasaran produk agar meningkatkan nilai jual dan juga daya saing di pasar. Komoditi yang paling banyak dibudidayakan dan diolah adalah ikan bandeng. Jumlah RTP (Rumah Tangga Perikanan) Tambak di Pasuruan untuk tambak ikan bandeng sebanyak 322 RTP dan untuk tambak ikan bandeng dan udang yang dibudidayakan dalam satu tambak sebanyak 1204 RTP. Jumlah luas tambak keseluruhan di kota dan Kabupaten Pasuruan seluas 4604, 7 Ha. Nilai produksi budidaya tambak bandeng di Kabupaten Pasuruan sebanyak 4609,5 Ton dengan nilai sebesar Rp. 76.173.696.000,-. (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, 2015).

Di Kecamatan Rejoso, terdapat banyak lokasi budidaya tambak ikan bandeng dan terdapat 13 POKLAHSAR yang membuat berbagai macam produk olahan perikanan, antara lain bandeng presto, bandeng asap, nugget udang, kerupuk bandeng,

Page 19: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

2

kerupuk mangrove, dan kerupuk rumput laut. Salah satu produk unggulan dari Kabupaten Pasuruan adalah kerupuk bandeng yang hanya di produksi oleh 5 POKLAHSAR yang aktif dan tersebar di dua desa yang berdekatan di wilayah Kecamatan Rejoso, yaitu Desa Jarangan dan Desa Patuguran. Sejauh ini proses produksi masih dilakukan secara manual dan semi manual dengan rata-rata kapasitas produksi sebanyak 20-100 kg kerupuk bandeng mentah per bulan. Produk kerupuk bandeng dipasarkan ke wilayah Pasuruan, Surabaya, Malang dan wilayah sekitar Jawa Timur lainnya.

POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso memiliki lokasi yang berdekatan dan umumnya memiliki kebutuhan dan tujuan yang sama. Namun, hubungan antar POKLAHSAR masih bersifat individualis dan tidak terjalin hubungan saling bergantung atau kerjasama. Salah satu solusi dari beberapa kendala tersebut adalah membentuk suatu klaster industri. Menurut Djamhari (2006), Klaster industri akan meningkatkan produktivitas karena kebutuhan UMKM dalam mengakses atau memperoleh sumber daya dapat terkonsentrasi di satu tempat. Konsentrasi dan interaksi yang tinggi antar sesama UMKM dalam klaster akan memperlancar proses penyebaran dan pertukaran informasi, pertukaran pengalaman dan sebagainya. Permasalahan-permasalahan lain yang dihadapi oleh POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, antara lain sulitnya pemasaran produk, kurangnya jumlah tenaga kerja, dan kurangnya modal usaha. Menurut Tambunan (2002), salah satu strategi pengembangan UMKM yang sangat baik untuk diterapkan di negara-negara berkembang adalah pengelompokkan (clustering). Kerjasama antar UMKM di sub-sektor yang sama di dalam suatu kelompok (klaster) akan meningkatkan efisiensi bersama dalam poses produksi, spesialisasi yang fleksibel, dan pertumbuhan yang tinggi. Pembentukan klaster industri dapat dilakukan dengan metode K-Means dan pengambilan keputusan strategi pengembangan klaster menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).

K-Means merupakan salah satu metode data clustering non-hirarki yang berusaha mempartisi data yang ada ke dalam bentuk satu atau lebih cluster atau kelompok dan dapat termasuk

Page 20: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

3

salah satu metode yang sering digunakan dalam clustering. Tujuan dari data clustering ini adalah untuk meminimalisasikan objective function yang di set dalam proses clustering, yang pada umumnya berusaha meminimalisir variasi di dalam suatu cluster dan memaksimalisasikan variasi antar cluster (Augusta, 2007). Menurut Ong (2013), Dengan menggunakan metode ini, data-data yang telah didapatkan dapat dikelompokan kedalam beberapa cluster berdasarkan kemiripan dari data-data tersebut. Setelah diketahui jumlah klaster yang terbentuk, maka dilakukan pengembangan pada masing-masing klaster dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya serta menata dalam suatu hirarki (Marimin, 2004). 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan bahwa POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan masih menjalankan usaha secara individual. Selain itu, terdapat kendala lain, meliputi standarisasi produk, pemasaran produk, modal usaha, dan hubungan kemitraan dengan lembaga dan mitra terkait. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dengan cara pembentukan klaster industri untuk meningkatkan performa seluruh POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso dengan menggunakan metode K-Means clustering dan menentukan strategi pengembangan dari klaster yang terbentuk menggunakan metode Fuzzy AHP.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan model klaster pada POKLAHSAR kerupuk

bandeng di Kabupaten Pasuruan dengan metode K-Means clustering.

2. Menentukan strategi pengembangan yang tepat untuk dapat diterapkan pada tiap klaster POKLAHSAR kerupuk ikan bandeng yang terbentuk dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).

Page 21: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

4

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kabupaten

Pasuruan adalah untuk membentuk klaster POKLAHSAR kerupuk bandeng dan memberikan informasi untuk POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.

2. Bagi bidang akademik dan keilmuan adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai klaster dalam manajemen agroindustri.

Page 22: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerupuk Bandeng Kerupuk ikan adalah produk makanan kering yang berasal

dari ikan yang dicampur dengan tepung tapioka atau tepung terigu (BPPT, 2000). Salah satu produk kerupuk ikan yang unik dan digemari masyarakat adalah kerupuk ikan bandeng. Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan bandeng dapat dibudidayakan di air payau, laut, toleran terhadap perubahan mutu lingkungan serta tahan terhadap serangan penyakit (Kordi, 2009). Standar Mutu dan Keamanan Pangan Kerupuk ikan, udang dan moluska dengan nomor SNI 8272: 2016 dari Badan Sertifikasi Nasional dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Standar Mutu dan Keamanan Pangan Kerupuk Ikan, Udang

dan Moluska

Parameter Uji Satuan Persyaratan

a Sensori Min. 7,0*

b Kimia Grade I Grade II Grade III

- Kadar air % fraksi massa

Maks. 12,0

- Kadar abu tak larut dalam asam

% fraksi massa

Maks. 0,2

- Kadar protein % fraksi massa

Min. 12** Min. 8***

Min. 8** Min. 5***

Min. 5** Min. 2***

c.Cemaran Mikroba

n c m M

- ALT (3 kelas sampling)

koloni/g 5 2 104 105

- E. Coli (3 kelas sampling)

APM/g 5 1 < 3 3,6

Sumber: BSN (2016)

2.2 Klaster Industri Klaster dapat dikembangkan dari yang sebelumnya sudah

ada semacam sentra, misalnya sentra produksi komoditi tertentu, atau ditumbuhkan dari kondisi tidak terdapat sentra tetapi punya

Page 23: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

6

potensi cukup baik (Sulaeman, 2004). Klaster adalah konsentrasi geografis antara perusahaan-perusahaan yang saling terkait dan bekerjasama, diantaranya melibatkan pemasok barang, penyedia jasa, industri yang terkait, serta sejumlah lembaga yang secara khusus berfungsi sebagai penunjang dan atau pelengkap. Hubungan antar perusahaan dan klaster dapat bersifat horizontal atau vertikal. Bersifat horizontal melalui mekanisme produk jasa komplementer, penggunaan berbagai input khusus, teknologi atau institusi. Sedangkan sifat vertikalnya dilakukan melalui rantai pembelian dan penjualan (Djamhari, 2006). Karakteristik kunci klaster atau industrial districts adalah sebagai berikut (Schmitz dan Musyek, 1993): (1) Didominasi oleh usaha kecil yang beraktivitas pada sektor yang sama (spesialisasi) atau sektor yang berhubungan; (2) Kolaborasi antar usaha yang berdekatan dengan berbagi peralatan, inormasi, tenaga kerja terampil, dan lain sebagainya; (3) Perusahaan-perusahaan tersebut saling bersaing dengan lebih berdasarkan pada kualitas produk daripada menurunkan ongkos produksi termasuk upah; (4) Pengusaha dan pekerja memiliki sejarah panjang pada lokasi tersebut. Hal ini memudahkan saling percaya dalam berhubungan baik antara usaha kecil, antara pekerja, dan tenaga kerja; (5) Pengusaha diorganisir dengan baik dan berpartisipasi aktif dalam organisasi mandiri; (6) Ada pemerintahan lokal dan reginional yang aktif mendukung pengembangan klaster industri lokal atau daerah.

Klaster industri yaitu jaringan perusahaan produksi, pengolahan dan distribusi yang mekanisme kerjanya terjadi pada tingkat lokal di semua rantai manufaktur dan pemasaran (Roda dkk, 2007). Klaster industri akan meningkatkan produktivitas karena kebutuhan UMKM dalam mengakses atau memperoleh sumber daya dapat terkonsentrasi di satu tempat. Konsentrasi dan interaksi yang tinggi antar sesama UMKM dalam klaster akan memperlancar proses penyebaran dan pertukaran informasi, pertukaran pengalaman dan sebagainya (Djamhari, 2006). Menurut Hartanto (2004), Ciri utama klaster adalah sectoral and spatial concentration of firms, atau konsentrasi usaha sejenis pada lokasi tertentu. Menurut Handayani dkk (2010), Klaster industri merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan sebagai strategi pengembangan industri berbasis wilayah.

Page 24: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

7

2.3 Pengelompokkan UMKM Pengelompokkan (Clustering) adalah kebijakan yang

terbukti tepat untuk pengembangan UMKM. Kebijakan yang fokus di wilayah tertentu dan sederhana aplikasinya oleh pemda setempat memberikan dampak baik terhadap UMKM di suatu wilayah (Tim Nasional Pengembang BBN, 2008). Pendekatan klaster UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) sering dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM di masa depan. Pendekatan klaster dianggap strategis untuk proses penumbuhan kembali (revitalization) modal sosial, peningkatan kapasitas internal UMKM, dan upaya penggalangan tindakan bersama untuk menghadapi tantangan dari pihak luar yang semakin dinamis. Pada umumnya, suatu klaster beranggotakan perusahaan penghasil produk, pemasok bahan baku dan bahan penolong, pemasok komponen, mesin-mesin, penyedia jasa, lembaga keuangan serta perusahaan lain yang bergerak dalam industri terkait. Klaster mencakup perusahaan industri hilir, produsen produk/jasa komplementer, penyedia infrastruktur dan penyedia jasa pelatihan, pendidikan, riset dan informasi, serta pemerintah yang banyak berperan dalam klaster (Widyastutik dkk, 2010). Menurut Santosa (2007), pengelompokkan merupakan suatu metode untuk mencari dan mengelompokkan data yang memiliki kemiripan karakteriktik (similarity) antara satu data dengan data yang lain. Klasifikasi adalah sebuah proses untuk menemukan model yang menjelaskan atau membedakan konsep atau kelas data, dengan tujuan untuk dapat memperkirakan kelas dari satu objek yang kelasnya tidak diketahui (Tan et al., 2007).

Tujuan klasifikasi antara lain untuk menemukan model dari training set yang membedakan record kedalam kategori untuk kelas yang sesuai. Tujuan lainnya adalah untuk pengambilan keputusan dengan memprediksikan suatu kasus, berdasarkan hasil klasifikasi yang diperoleh (Tan et al., 2007). Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahannya. Menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 1. Usaha mikro (jumlah karyawan 10 orang); 2. Usaha

Page 25: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

8

kecil (jumlah karyawan 30 orang); dan 3. Usaha menengah (jumlah karyawan 300 orang) (Bank Indonesia, 2015). Pengelompokkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut sumber lainnya, seperti BPS, Kementerian Koperasi dan PKM, dan Bank Indonesia dengan berbagai kriteria disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Pengelompokkan UMKM Menurut Berbagai Instansi

Organisasi Janis Usaha Kriteria

BPS (2009)

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah

- Pekerja 1-4 orang - Omset tahunan < Rp 300 juta - Pekerja 5-19 orang - Omset tahunan < Rp 1 milyar

- Pekerja 20-99 orang - Omset tahunan Rp 1 milyar –

Rp 50 milyar Meneg koperasi dan PKM

Usaha Mikro (UU No. 20/ 2008)

- Asset max. 50 juta - Omset max. 300 juta

Usaha Kecil (UU No. 20/ 2008) Usaha Mikro (UU No. 20/ 2008)

- Asset > 50 juta - 500 juta - Omset > 300 juta – 2,5 milyar - Asset > 500 juta – 10 milyar - Omset > 2,5 milyar – 50

milyar Bank Indonesia (2015)

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha menengah

- Pekerja 1-4 orang - Asset < Rp 50 juta - Omset < Rp 300 juta

- Pekerja 5-19 orang - Asset Rp 50 juta - Rp 500 juta - Omset Rp 300 juta – Rp 2,5

miliar

- Pekerja 20-99 orang - Asset Rp 500 juta - Rp 10

miliar - Omset Rp 2,5 miliar – Rp 50

miliar

Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber (2017)

Page 26: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

9

2.4 Strategi Pengembangan UMKM Salah satu strategi pengembangan UMKM yang sangat

baik untuk diterapkan di negara-negara berkembang adalah pengelompokan (clustering). Kerjasama dan persaingan antar UMKM di sub-sektor yang sama di dalam suatu kelompok (klaster) akan meningkatkan efisiensi bersama dalam proses produksi, spesialisasi yang fleksibel, dan pertumbuhan yang tinggi (Tambunan, 2002). Kementerian Koperasi dan UMKM seperti tersurat dalam buku Pemberdayaan UMKM melalui pemberdayaan SDM dan klaster bisnis, menunjukkan pengertian klaster sebagai kelompok kegiatan yang terdiri atas industri inti, industri terkait, industri penunjang, dan kegiatan-kegiatan ekonomi (sektor-sektor) penunjang dan terkait lain, yang dalam kegiatannya akan saling terkait dan saling mendukung (Handayani dkk, 2012).

Pengembangan UMKM sangat penting dalam membangun ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan maupun pengangguran. UMKM yang memiliki potensi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang belum dapat diatasi dengan optimal sampai saat ini (Ekawati dan Yulis, 2013). Kebijakan dan strategi dalam pengembangan UMKM antara lain (Hamid dan Susilo, 2011),:

1. Berbagai pelatihan dalam pengembangan produk yang lebih variatif dan beorientasi kualitas dengan berbasis sumber daya lokal

2. Dukungan pemerintah pada pengembangan proses produksi dengan revitalisasi mesin dan peralatan yang lebih modern

3. Pengembangan produk yang berdaya saing tinggi dengan muatan ciri khas lokal

4. Kebijakan kredit oleh perbankan dengan bunga lebih murah dan proses lebih sederhana sehingga akan mendukung percepatan proses revitalisasi proses produksi

5. Peningkatan kualitas infrastruktur fisik maupun nonfisik untuk menurunkan biaya distribusi sehingga produk UMKM akan memiliki daya saing lebih tinggi

6. Dukungan kebijakan pengembangan promosi ke pasar ekspor maupun domestik dengan berbagai media yang lebih modern dan bervariatif.

Page 27: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

10

2.5 Metode K-Means Clustering K-Means adalah salah satu algoritma yang biasa digunakan

dalam proses pengelompokkan K-Means. Makna huruf "K" dalam namanya mengacu pada fakta bahwa algoritma mencari tetap jumlah cluster yang didefinisikan dalam hal kedekatan titik data satu sama lain (Kusrini, 2015). K-Means merupakan salah satu metode clustering yang sering sekali digunakan. Untuk menentukan centroid dapat diambil poin secara random. Setiap poin yang berada pada sekitar centroid akan membentuk sebuah kumpulan baru yang dinamakan klaster, lakukan hal tersebut berulang kali sampai tidak terdapat perubahan pada poin klaster ataupun pada centroid. Berikut ini merupakan dasar algoritma dari K-Means (Nugroho dkk, 2012): (1) Dasar algoritma K-Means; (2) Pilih nilai K sebagai centroid; (3) Pengulangan; (4) Pembentukan klaster K dengan menandai setiap poin yang paling dekat dengan centroid; (5) Meng-input kembali centroid dari tiap klaster; (6) Sampai centroid tidak berubah.

K-Means Clustering merupakan salah satu metode data clustering non-hirarki yang mengelompokan data dalam bentuk satu atau lebih cluster (kelompok). Data-data yang memiliki karakteristik yang sama dikelompokan dalam satu cluster atau kelompok dan data yang memiliki karakteristik yang berbeda dikelompokan dengan cluster atau kelompok yang lain sehingga data yang berada dalam satu cluster atau kelompok memiliki tingkat variasi yang kecil (Augusta, 2007). Dengan menggunakan metode ini, data-data yang telah didapatkan dapat dikelompokkan kedalam beberapa cluster berdasarkan kemiripan dari data-data tersebut, sehingga data-data yang memiliki karakteristik yang sama dikelompokan dalam satu cluster dan yang memliki karakteristik yang berbeda dikelompokan dalam cluster yang lain yang memiliki karakteristik yang sama (Ong, 2013). 2.6 Variabel K-Means Clustering

Dalam metode K-Means Clustering akan dilakukan pengelompokan sekumpulan data dengan mengetahui variabel-variabel apa saja yang memiliki kesamaan. Variabel tersebut bisa saling mutual exclusive dan saling representatif (Nugroho dkk, 2012). K-Means Cluster Analysis sebagai solusi untuk

Page 28: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

11

pengklasifikasian karakteristik dari objek. Alasan penggunaan algoritma K-Means diantaranya ialah karena algoritma ini memiliki ketelitian yang cukup tinggi terhadap ukuran objek. Berbeda dengan teknik multivariat lainnya, analisis ini tidak mengestimasi set variabel secara empiris sebaliknya menggunakan set variabel yang ditentukan oleh peneliti itu sendiri (Ediyanto dkk, 2013). Dalam penelitian ini digunakan lima variabel penelitian K-Means clustering, yaitu kapasitas produksi (X1), lama UMKM berdiri (X2), rata-rata penjualan (X3), investasi awal (X4), dan jumlah tenaga kerja (X5).

Kapasitas produksi (X1) merupakan data kapasitas produksi yang digunakan dalam pengolahan data yang telah dilakukan standardisasi. Hal ini dilakukan karena pada setiap UMKM memiliki satuan kapasitas produksi yang berbeda (Ekawati dan Yulis, 2013). Seiring dengan meningkatnya taraf penghidupan masyarakat, maka konsumsi produk cenderung meningkat. Kenaikan permintaan ini akan mendorong peningkatan kapasitas produksi. Hal ini akan menimbulkan masalah jika peningkatan kapasitas produksi ini tidak dapat diimbangi dengan pasokan bahan baku yang cukup. Masalah ini dapat diatasi antara lain dengan memperluas sentra-sentra UMKM itu sendiri. Dengan demikian, ada semacam pola keterkaitan yang khusus antara sentra UMKM di suatu daerah dengan sentra UMKM di daerah lain (Setiawan, 2004).

Lama UMKM berdiri (X2) mengindikasikan bahwa usaha yang dijalankan mampu untuk dapat bertahan. Untuk dapat bertahan dalam menjalankan usaha dibutuhkan pengalaman. Melalui pengalaman berwirausaha akan semakin meningkatkan kemampuan wirausaha untuk mampu bertahan dengan kondisi lingkungan usaha yang tidak selalu stabil. (Martauli, 2016). Perusahaan yang memiliki umur yang muda akan cenderung mengalami kegagalan jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki umur usaha yang lebih tua. Usaha yang telah lama membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya untuk mendapatkan pengalam dari setiap permasalahan yang dihadapinya (Casson et al., 2006). Lama operasi perusahaan, jumlah pegawai, sumber modal sebetulnya tidak berpengaruh terhadap keberhasilan UMKM, namun tetap menjadi salah satu

Page 29: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

12

faktor yang berkaitan dengan UMKM (Kristiningsih dan Adrianto, 2014).

Rata-rata penjualan (X3) adalah jumlah produk yang dapat terjual pada suatu periode tertentu, rata-rata penjualan menentukan laba dari suatu usaha. Nilai penjualan adalah penjualan atau pendapatan yang diperoleh suatu organisasi dalam periode tertentu dan dinyatakan dalam mata uang (Soemohadiwidjojo, 2015). Semakin tinggi jumlah penjualan semakin tinggi pula pendapatan dagang, karena semakin banyak barang yang dapat dijual maka semakin banyak pula uang yang didapat sehingga pendapatan semakin tinggi (Maheswara dkk, 2016).

Nilai Investasi (X4) biasa disebut investasi awal yang merupakan modal awal berdirinya UMKM yang belum termasuk modal bangunan dan tanah (Ekawati dan Yulis, 2013). Modal merupakan asset penting dalam menjalankan kegiatan usaha. Kegagalan dalam mengembangkan usaha dikaitkan dengan modal awal, bahwa semakin banyak jumlah modal yang dikeluarkan pada saat memulai usaha akan meminimalkan tingkat kegagalan. Usaha yang dimulai dengan aset lebih kecil dipaksa untuk mencurahkan bagian yang lebih besar dari kekayaan mereka untuk kegiatan bisnis yang mereka jalankan sehingga tingkat pengembalian asetnya lebih tinggi dan usahanya lebih cepat tumbuh (Casson et al., 2006).

Dalam aspek tenaga kerja (X5), pelaku bisnis UMKM menghadapi beberapa kendala, seperti rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya motivasi, kurang disiplin dan rendahnya produktifitas, tenaga kerja belum dibayar memadai. Jumlah tenaga kerja di UMKM belum dapat melibatkan lebih banyak tenaga kerja karena kemampuan menggaji karyawan. Karena pemilik UMKM masih sering terlibat dalam persoalan teknis, sehingga kurang memikirkan tujuan atau rencana strategis jangka panjang usahanya (Bank Indonesia, 2015). Secara umum, dalam pengertian UMKM mencakup sedikitnya dua aspek, yaitu aspek nilai investasi awal dan aspek jumlah tenaga kerja (Setiawan, 2004). Perekonomian sektor UMKM selama ini telah memainkan peran yang cukup strategis dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional salah satunya dengan menyediakan ragam lapangan

Page 30: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

13

usaha yang luas bagi banyak tenaga kerja (Mokhamad dan Hartono, 2011). 2.7 Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP)

Menurut Wang dan Chin (2010), Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP) terbukti menjadi metode yang sangat berguna untuk beberapa kriteria pengambilan keputusan dalam lingkungan Fuzzy. Penggunaan Fuzzy AHP untuk beberapa kriteria pengambilan keputusan memerlukan pendekatan ilmiah untuk menurunkan bobot dari matriks Fuzzy perbandingan pasangan (pair-wise comparison). Menurut Witjaksono (2009), AHP tradisional masih tidak dapat mewakili penilaian manusia. Skala AHP yang berbentuk bilangan ‘crisp’ (tegas) dianggap kurang mampu menangani ketidakpastian. Pendekatan Fuzzy khususnya pendekatan triangular Fuzzy number terhadap skala AHP diharapkan mampu untuk meminimalisasi ketidakpastian sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih akurat (Anshori, 2012).

Fuzzy AHP adalah metode analisis yang dikembangkan dari AHP tradisional. Walaupun AHP biasa digunakan dalam menangani kriteria kualitatif dan kuantitatif, namun Fuzzy AHP dianggap lebih baik dalam mendeskripsikan keputusan yang samar-samar daripada AHP tradisional (Elveny dan Rahmadsyah, 2014). Proses perhitungan dalam Fuzzy AHP adalah (Murtaza, 2003):

1. Melakukan perbandingan berpasangan untuk setiap kriteria/alternatif dengan menggunakan skala lingustik E, W, S, VS atau A. Hasil perbandingan berpasangan tersebut kemudian diubah ke dalam skala Fuzzy menggunakan Triangular Fuzzy Number (TFN).

2. Menentukan tingkat kepentingan setiap faktor/kriteria dengan mengalikan tiap-tiap nilai dalam TFN (batas bawah, nilai tengah, dan batas atas) pada suatu baris, kemudian diambil akar ke-n dari hasil perkalian tersebut, di mana n adalah banyaknya kriteria/alternatif.

3. Melakukan normalisasi terhadap tingkat kepentingan (weight), dengan aturan: Nilai bawah dibagi dengan jumlah dari nilai atas, nilai atas dibagi dengan jumlah dari nilai

Page 31: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

14

bawah, dan nilai tengah dibagi dengan jumlah dari nilai tengah semua kriteria/alternatif.

2.8 Alternatif Strategi pada Struktur Hierarki FAHP

Pengambilan keputusan AHP dengan banyak kriteria bersifat subjektif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dikembangkan teknik memodifikasi dan teknik himpunan Fuzzy AHP (Elveny dan Rahmadsyah, 2014). AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif secara intuitif yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (Sugiarto dkk, 2010). Dalam penerapan metode Fuzzy AHP penelitian ini digunakan lima alternatif strategi umum untuk kedua klaster yang terbentuk, yaitu peningkatan standarisasi produk, pelaksanaan pelatihan pekerja, peningkatan akses pemodalan, peningkatan akses pemasaran, dan peningkatan kemitraan.

Standarisasi produk akan membuat produk-produk yang dihasilkan semakin berkualitas sehingga mampu bersaing dan akan memberikan keuntungan bagi usaha kecil dalam memasarkan produknya secara luas. Karena, tantangan terbesar kedepannya bagi UMKM adalah standarisasi produk serta akses pasar (Frisdiantara dan Mukhlis, 2016). Upaya standarisasi dan peningkatan kualitas produk akan sangat strategis jika kemitraan dibangun dengan komunitas pemasok. Karena, kualitas produk akhir sangatlah ditentukan oleh kualitas bahan bakunya. Jika bahan baku yang digunakan telah terstandar dan berkualitas baik, maka dapat menjadi modal awal untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berstandar tinggi (Yuswohadi dkk, 2010).

Peningkatan keterampilan tenaga kerja juga penting sehingga UMKM memiliki tenaga kerja yang berkualitas yang dapat menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen (Ruslan, 2007). Dengan pelaksanaan pelatihan kerja karyawan dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif, karena adanya peningkatan pengetahuan dan keahlian. Tersediannya berbagai macam program pendidikan dan pelatihan pada akhirnya dapat mendorong peningkatan dalam keahlian kerja (Frisdiantara dan Mukhlis, 2016). Setelah karyawan bekerja secara berkala harus dilakukan pelatihan-

Page 32: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

15

pelatihan. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pegawai dan menjaga terjadinya keusangan kemampuan pegawai akibat perubahan yang terjadi di lingkungan kerja (Hariandja, 2002).

Penguatan pemodalan dapat memanfaatkan keberpihakan pemerintah berupa penyediaan bantuan dana serta ketersediaan dana di perbankan (Ruslan, 2007). Persoalan akses permodalan kepada lembaga keuangan sudah mulai bisa teratasi. Pemerintah dan legislatif membuktikan perhatiannya terhadap UMKM dengan meluncurkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dengan adanya peraturan yang menjadi payung hukum, gerak UMKM menjadi semakin leluasa. Karena di dalam peraturan itu tercantum mengenai perluasan pendanaan dan fasilitasi oleh perbankan dan lembaga jasa keuangan non-bank. Perbankan pun mulai agresif menyalurkan kredit kepada UMKM. Bisnis UMKM tidak lagi dipandang sebagai bisnis kelas dua. Terbukti, penyaluran kredit ke sektor UMKM lambat laun mengalami pertumbuhan (Bank Indonesia, 2015).

Umumnya, strategi pengembangan pemasaran dan informasi bisnis pada UMKM masih harus dibina karena masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah akses pasar terbatas dan distribusi pemasaran melalui perantara (Ruslan, 2007). Pemasaran produk UMKM masih mengandalkan cara sederhana pemasaran dari mulut ke mulut. Belum menjadikan media sosial atau jaringan internet sebagai alat (Bank Indonesia, 2015). Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMKM. UMKM harus melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti peningkatan kualitas produk dan kegiatan promosi (Anggraini dan Syahir, 2013).

Peningkatan kemitraan sangat penting dalam pengembangan UMKM. Kemitraan mengacu pada pengertian berkerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara sebagai mitra kerja (Anggraini dan Syahir, 2013). Strategi pembinaan dan pengembangan kemitraan yang mengarah pada strategi membangun jaringan distribusi produk, meningkatkan

Page 33: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

16

efektivitas promosi serta melakukan standarisasi desain, merek, kemasan serta ukuran produk yang sesuai dengan permintaan pasar (Ruslan, 2007). 2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga menggunakan hasil penelitian sebelumnya sebagai bahan studi literatur. Hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Nama Jurnal Hasil

1 Rachmad Hidayat dan Sabarudin Akhmad

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol.3 (2): 36-45 (2014)

Analisis K-Means cluster diterapkan dalam penelitian pada UKM batik di Kabupaten Bangkalan. Pada penelitian ditetapkan menjadi tiga skala industri. Klaster 1 beranggotakan UMKM dengan nilai variabel sedikit diatas rata-rata yang merupakan UMKM menengah-sedang yang masih baru. Klaster 2 beranggotakan UMKM yang memiliki nilai variabel diatas rata-rata, pada kategori sedang dan berpengalaman dengan pemodalan yang tidak terlalu besar. Klaster 3 beranggotakan UMKM yang memiliki nilai variabel dibawah rata-rata, dengan skala usaha mikro.

2 Kusrini Procedia Computer Science 72: 495 – 502 (2015)

Tujuan penelitian untuk mengetahui pemantauan berkala stok minimum produk di gudang dan margin keuntungan dengan clustering. Clustering disusun dengan perpaduan data waktu dan variabel nilai transaksi. Digunakan 3 klaster dengan acuan status transaksi barang. Klaster pertama adalah fast moving item, Klaster kedua adalah kategori slow moving item dan Klaster ketiga adalah kategori stop moving item.

Page 34: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

17

3 Marni Astuti dan Riani Nurdin

Jurnal Teknologi, Volume 8 (2): 119-127 (2015)

Hasil pengolahan data dengan menggunakan AHP dan Fuzzy AHP memberikan gambaran bahwa UKM dalam pengadaan bahan baku bambu menggunakan kriteria kualitas sebagai pertimbangan utama. Kriteria pemilihan supplier bahan baku pada UKM bambu adalah kualitas, biaya, delivery dan respon. Pemilihan supplier dengan analisis AHP dan Fuzzy AHP memberikan bobot tertinggi pada kriteria yang sama yaitu kriteria kualitas.

4 Avinash Samvedi, Vipul Jain dan Felix TS Chan

Internati-onal Journal of Product-ion Research Vol. 50(12): 3211–3221 (2012)

Metode Fuzzy AHP digunakan untuk menghitung bobot prioritas tiap kriteria pemilihan mesin. Kriteria nya adalah biaya, fleksibilitas operasi, kemudahan instalasi, perawatan dan servis, produktifitas, kompatibilitas mesin, keamanan, dan ramah pengguna. Adapun bobot prioritas tertinggi terdapat pada kriteria harga dan bobot terendah adalah kemudahan instalasi. Maka, harga menjadi pertimbangan utama dibandingkan dengan kriteria lainnya.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

Page 35: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

18

Page 36: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

19

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan September 2016 – Mei

2017 di POKLAHSAR kerupuk bandeng Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di laboratorium Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

3.2 Batasan Masalah Penentuan batasan masalah pada penelitian bertujuan

untuk menyederhanakan ruang lingkup penelitian. Adapun batasan masalah yang ditetapkan pada penelitian ini adalah:

1. Kriteria yang diambil untuk pengelompokkan POKLAHSAR kerupuk bandeng adalah kapasitas produksi per bulan (kg), lama UMKM berdiri (tahun), rata-rata pendapatan per bulan (Rp), jumlah investasi awal usaha (Rp) dan jumlah tenaga kerja (orang).

2. Faktor yang digunakan dalam penyusunan strategi pengembangan industri meliputi klaster industri, pemerintah, serta industri terkait dan pendukung.

3. Penelitian ini hanya sampai pada penentuan prioritas alternatif strategi pengembangan yang tepat bagi klaster POKLAHSAR kerupuk bandeng, serta tidak membahas tahap implementasi dan evaluasi strategi pengembangan.

3.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini dimulai dengan survey pendahuluan,

perumusan masalah dan penetapan tujuan, studi literatur, identifikasi variabel, penentuan sampel, pengumpulan data. Prosedur penelitian ini dilakukan berdasarkan tahapan penelitian yang digambarkan pada Gambar 3.1.

Page 37: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

20

Mulai

Survey

Pendahuluan

Studi Literatur

Identifikasi Variabel

Penentuan Sampel

Pengumpulan Data

Analisis Hasil Pengolahan

Data (K-Means Clustering

dan Fuzzy AHP)

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Pembuatan

Kuisioner

Valid

Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan

Ya

Tidak

Pengujian Face Validity

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian

Page 38: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

21

3.3.1 Survey Pendahuluan Survey pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan

kunjungan ke seluruh POKLAHSAR yang memproduksi kerupuk bandeng yang ada di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Survey pendahuluan ini dilaksanakan untuk mengetahui kondisi nyata dari objek penelitian sehingga permasalahan yang ada pada objek penelitian dapat diidentifikasi. Pada tahap ini juga mulai dilakukan proses pengumpulan data-data umum seputar objek penelitian atau data-data tertentu yang dapat diambil saat survey pendahuluan. 3.3.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada latar belakang bahwa pada POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan masih menjalankan usaha secara individual. Selain itu, terdapat kendala lain, meliputi pemasaran produk, modal usaha, dan hubungan kemitraan dengan lembaga terkait. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dengan cara pembentukan klaster industri untuk meningkatkan performa seluruh POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso dengan menggunakan metode K-Means clustering dan menentukan strategi pengembangan dari klaster yang terbentuk menggunakan metode Fuzzy AHP. 3.3.3 Penetapan Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan model klaster pada POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan dengan metode K-Means Clustering dan menentukan strategi pengembangan yang sesuai untuk diterapkan pada tiap klaster POKLAHSAR kerupuk bandeng yang terbentuk dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). 3.3.4 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan materi penelitian. Studi literatur bertujuan untuk menunjang materi-materi yang diperlukan dalam penelitian. Literatur yang digunakan berupa buku-buku, jurnal serta artikel mengenai analisis klaster dan strategi pengembangan klaster, e-book, artikel-artikel di internet, data-data dinas terkait.

Page 39: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

22

3.3.5 Identifikasi Variabel POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso,

Kabupaten Pasuruan yang menjadi objek penelitian akan dikelompokan menggunakan beberapa kriteria yang dianggap penting untuk diketahui dan dijadikan sebagai variabel penelitian. Variabel penelitian adalah objek penelitian yang dapat diukur. Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam pengelompokan POKLAHSAR kerupuk bandeng dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Variabel Pengelompokan POKLAHSAR kerupuk Bandeng

Simbol Variabel Definisi Operasional

X1 Kapasitas produksi per bulan

Jumlah produk yang dihasilkan UMKM perbulan dalam satuan kilogram

X2 Lama UMKM berdiri

Lama berdirinya UMKM hingga saat ini masih berproduksi dalam satuan tahun

X3 Rata-rata penjualan per bulan

Jumlah rata-rata produk yang dapat terjual dalam satuan rupiah

X4 Nilai Investasi awal

Biaya awal usaha yang dikeluarkan untuk mendirikan UMKM dalam satuan rupiah

X5 Jumlah tenaga kerja

Banyaknya tenaga kerja yang dimiliki UMKM dalam satuan orang

3.3.6 Metode Penentuan Sampel

Populasi dari penelitian pengelompokan POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kabupaten Pasuruan ini adalah seluruh POKLAHSAR ikan bandeng yang aktif melakukan produksi di Kecamatan Rejoso. Populasi POKLAHSAR ikan bandeng yang terdapat di Kecamatan Rejoso berjumlah 13 berdasarkan informasi dari Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan dan hasil survey ke lokasi tekait. Dari populasi tersebut, digunakan sampel akses sebanyak 5 POKLAHSAR dengan pertimbangan hanya kelima POKLAHSAR tersebut yang memproduksi kerupuk bandeng dan seluruhnya bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan kategori sampling jenuh yaitu pengambilan sampel dengan mengikutsertakan semua anggota populasi sebagai sampel penelitian (Nugroho, 2010).

Page 40: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

23

3.3.7 Pembuatan Kuesioner Kuesioner pengelompokkan POKLAHSAR bertujuan untuk

mengetahui profil POKLAHSAR serta variabel-variabel yang akan digunakan untuk analisis K-Means Clustering. Kuesioner tersebut berupa kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan ditujukan kepada 5 ketua POKLAHSAR yang digunakan sebagai objek penelitian yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan untuk strategi pengembangan POKLAHSAR berupa kuesioner perbandingan berpasangan berbeda dari tiap klaster yang terbentuk yang diberikan kepada responden ahli, yaitu 1 orang dari Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, 1 orang dari Disperindag Kabupaten Pasuruan dan 1 orang ketua Asosiasi Pengolah dan Pemasar Perikanan (AP3) di Kabupaten Pasuruan yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Sebelum Kuesioner tersebut diberikan untuk diisi, dilakukan face validity terhadap Kuesioner untuk mengetahui apakah Kuesioner yang disusun dapat dipahami oleh responden.

3.3.8 Pengumpulan Data a. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah beberapa data yang hanya diketahui oleh pihak internal perusahaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer Data primer akan diperoleh dari pengamatan langsung di

lapangan dan hasil data dari responden melalui kuesioner. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner profil UMKM yang telah diisi oleh pemilik atau ketua POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso. Pada kuesioner perbandingan berpasangan, data primer didapat dari responden yang kompeten dalam kriteria pemilihan strategi pengembangan POKLAHSAR Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso.

2. Data Sekunder Data sekunder yang akan digunakan diperoleh melalui

informasi dan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan. Data sekunder juga diperoleh dari skripsi, jurnal, buku-buku, dan internet.

Page 41: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

24

b. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Observasi Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung

terhadap objek yang dikaji untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang harus sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi dan situasi pada POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.

2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara berkomunikasi secara

langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Wawancara merupakan salah satu metode pengisian kuesioner terbuka mengenai profil UMKM. Wawancara dilakukan kepada para pemilik atau ketua POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.

3. Dokumentasi Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data

sekunder maupun tambahan informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian. Data-data sekunder yang mendukung penelitian dipelajari, dicatat atau didokumentasikan.

3.3.8 Analisis Data K-Means Clustering

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis data kriteria dari internal yang berpengaruh terhadap pengelompokkan POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Metode analisis data yang digunakan yaitu K-means Clustering dan diproses menggunakan SPSS 17. Menurut Santoso (2006), diagram alir metode K-means clustering menggunakan SPSS 17 dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Page 42: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

25

Start

Buka File Data

Pada Kotak Label Cases by ,

Masukkan yg Bukan Menjadi

Variabel

Masukkan Jumlah

Cluster yang Akan

Terbentuk

Klik Save Pada Kotak

Dialog

Klik Menu Option dan Pilih Initial Cluster

Center serta Anova Table Pada Pilihan

Statistic

Selesai

Pilih Cluster Membership dan Distance From

Cluster Center Pada Kotak Dialog yang Muncul,

Kemudian Klik Continue

Pilih Menu

Analyze>Classify>K-means

cluster

Pada Kotak Variabel ,

Masukkan semua

variabel yg digunakan

Tekan Tombol Continue Untuk

Kembali Ke Menu Utama

Tekan OK Pada

Tampilan Menu Utama

Gambar 3.2 Diagram Alir Metode K-Means Clustering dengan SPSS

17 (Santoso, 2006)

Page 43: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

26

3.3.10 Analisis Data Fuzzy Analytical Hierarchy Process Berdasarkan data yang akan diperoleh dari hasil kuesioner

perbandingan berpasangan, dilakukan perhitungan Fuzzy secara manual dan pembobotan menggunakan Analytical Hierarchy Proses. Langkah-langkah penyelesaian penelitian menggunakan Fuzzy AHP adalah sebagai berikut:

1. Membuat Struktur Hirarki Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,

dilanjutkan dengan sub tujuan-tujuan, criteria dan kemungkinan alternatif-alternatif (Elveny dan Rahmadsyah, 2014). Menurut Saaty (2008), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir yaitu level alternatif. Tujuan penggunaan metode FAHP ini adalah untuk mendapatkan strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan pada tiap-tiap klaster yang terbentuk pada POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Penyusunan struktur hirarki dalam penelitian ini dibuat kedalam dua struktur hirarki strategi pengembangan POKLAHSAR Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso yang berbeda, yaitu struktur hirarki strategi pengembangan untuk klaster 1 yang dapat dilihat pada Lampiran 4 dan struktur hirarki strategi pengembangan untuk klaster 2 dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. Menentukan matriks perbandingan berpasangan

Langkah awal menentukan susunan prioritas elemen adalah menyusun perbandingan berpasangan. Matriks ini terdapat perbandingan elemen itu sendiri maka akan bernilai 1. Langkah pertama dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah menyusun perbandingan berpasangan. Perbandingan tersebut kemudian ditransformasikan kedalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Nilai numerik yang di berikan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan dari 1 – 9 (Saaty, 2008). Skala perbandingan tingkat kepentingan dapat dilihat pada Tabel 3.2

Page 44: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

27

Tabel 3.2 Skala Perbandingan Tingkat Kepentingan

Skala Pasangan Definisi

1 1 Sama pentingnya 3 1

3⁄ Agak lebih penting yang satu atas yang lainnya

5 15⁄ Cukup penting

7 17⁄ Sangat penting

9 19⁄ Mutlak lebih penting

2, 4, 6,8 12⁄ , 1 4⁄ , 1 6⁄ , 1 8⁄ Nilai tengah

Sumber: Saaty (2008)

3. Menghitung vektor prioritas (VP) untuk kriteria utama Nilai yang terdapat dalam satu kolom dijumlahkan dan diberi nama total kolom. Lalu, setiap entri matriks dibagi dengan total kolomnya. Rata-rata dari entri-entri matriks yang terdapat dalam satu baris dihitung dan dinyatakan hasilnya sebagai vektor prioritas.

4. Menghitung nilai eigen maks (𝜆𝑚𝑎𝑥)

𝜆maks = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑛

5. Melakukan uji konsistensi matriks perbandingan

berpasangan Menghitung Consistensy Index (CI):

CI = 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛

𝑛 − 1

Menghitung Consistency Ratio (CR):

CR = 𝐶𝐼

𝑅𝐼

Apabila CI bernilai nol, maka matriks pair-wise comparison tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang ditentukan dengan menggunakan persamaan Rasio Konsistensi (Consistency Ratio = CR) (Saaty, 2008). Jika nilai CR > 10%, maka ketidakkonsistenan pendapat dari pengambil keputusan masih dapat diterima dan jika tidak maka penilaian perlu diulang. Untuk Menguji konsistensi hirarki, jika nilai

Page 45: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

28

konsistensi rasio yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang ditetapkan yaitu Consistency Ratio (CR) ≤ 0,1 maka penilaian harus diulang kembali (Apriyanto, 2008). Nilai Random Index (RI) yang digunakan dala, perhitungan CI dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tabel Random Index (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber : Saaty (2008)

6. Menyusun matriks perbandingan berpasangan Fuzzy

Pendekatan triangular fuzzy number dalam metode AHP adalah pendekatan yang digunakan untuk meminimalisasi ketidakpastian dalam skala AHP yang berbentuk nilai ‘crisp’ (Deng, 1999). Cara pendekatan yang dilakukan adalah dengan melakukan fuzzifikasi pada skala AHP sehingga diperoleh skala baru yang disebut skala fuzzy AHP. Pada model AHP, pair-wise comparison menggunakan skala 1 – 9. Dengan mentransformasi Triangular Fuzzy Number terhadap skala AHP maka skala yang digunakan untuk melakukan fuzzifikasi (Anshori, 2012). Tabel Fuzzifikasi perbandingan kepentingan antara dua kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.4. Untuk menghitung matriks perbandingan

berpasangan fuzzy digunakan rumus ∑ 𝑀𝑔𝑖1 =𝑚

𝑗=𝑖

∑ 𝑙𝑗𝑚𝑗=1 , ∑ 𝑚𝑗𝑚

𝑗=1 , ∑ 𝑢𝑗𝑚𝑗=1 dengan operasi penjumlahan pada tiap-

tiap triangular Fuzzy number dalam setiap baris. Tabel 3.4 Fuzzifikasi Perbandingan Kepentingan Antara Dua Kriteria

Skala AHP Skala Fuzzy Invers Skala Fuzzy

1 (1,1,3) (1/3, 1/1, 1/1) 3 (1,3,5) (1/5, 1/3, 1/1) 5 (3,5,7) (1/7, 1/5, 1/3) 7 (5,7,9) (1/9, 1/7, 1/5) 9 (7,9,9) (1/9, 1/9, 1/7) 2 (1,2,4) (1/4, 1/2, 1/1) 4 (2,4,6) (1/6, 1/4, 1/2) 6 (4,6,8) (1/8, 1/6, 1/4)

8 (6,8,9) (1/9, 1/8, 1/6)

Sumber: Chuang dan Liou (2008)

Page 46: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

29

7. Nilai Fuzzy Synthetic Extent

𝑆𝑖 =∑𝑀𝑖𝑗 𝑥

1

∑ ∑ 𝑀𝑖𝑗𝑚

𝑗=1𝑛𝑖=1

𝑚

𝑗=1

∑ 𝑀𝑗𝑖

𝑚

= ∑ 𝑙𝑗

, ∑ 𝑚𝑗 , ∑ 𝑢𝑗

𝑚

𝑚

𝑚

1

∑ ∑ 𝑀𝑖𝑗𝑚

𝑗=1𝑛𝑖=1

= 1

∑ 𝑢𝑖, ∑ 𝑚𝑖, ∑ 𝑙𝑖𝑛𝑖=1

𝑚𝑗=1

𝑛𝑖=1

Keterangan: 𝑀 : bilangan triangular Fuzzy number 𝑗 : kolom

𝑖 : baris

𝑙 : nilai lower

𝑚 : nilai medium 𝑢 : nilai upper

8. Menentukan nilai vektor (V) dan nilai ordinat defuzzifikasi

(𝑑′). Jika hasil yang diperoleh pada setiap matriks Fuzzy, 𝑀2 ≥

𝑀1 (𝑀2 = 𝑙2, 𝑚2, 𝑢2) dan (𝑀1 = 𝑙1, 𝑚1, 𝑢1) maka nilai vektor dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑉(𝑀2 ≥ 𝑀1)

Defuzzifikasi Berfungsi untuk mentransformasikan bilangan-bilangan fuzzy (fuzzy set) yang bersifat fuzzy menjadi bentuk sebenarnya yang bersifat crisp dengan menggunakan aturan defuzzifikasi (Anshori, 2012). Tingkat kemungkinan untuk bilangan Fuzzy dapat diperoleh dengan persamaan berikut:

𝑉(𝑀2 ≥ 𝑀1) =

{

1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑚2 ≥ 𝑚1,

0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑙1 ≥ 𝑢2𝑙1 − 𝑢2

(𝑚2 − 𝑢2) − (𝑚1 − 𝑙1) 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎

9. Normalisasi nilai bobot vektor Fuzzy (w’).

Jika vektor bobot tersebut dinormalisasikan maka akan diperoleh vektor bobot. Maka rumus normalisasi adalah:

𝑑(𝐴𝑛) = 𝑑′(𝐴𝑛)

∑ 𝑑′(𝐴𝑛)𝑛𝑖=1

Page 47: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

30

3.3.11 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan merupakan bagian terakhir yang digunakan

untuk menjawab rumusan masalah serta tujuan penelitian yang telah ditetapkan terkait dengan strategi pengembangan klaster POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Penulisan kesimpulan didasarkan dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh serta teori yang mendukung. Saran pada penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan dalam strategi pengembangan POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan, dinas terkait dan penelitian selanjutnya.

Page 48: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum POKLAHSAR Kerupuk Bandeng Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu wilayah di

Jawa Timur yang memiliki kekayaan sumberdaya alam perikanan pada kawasan pesisir. Daerah pesisir yang terdapat di Provinsi Jawa Timur merupakan yang terbanyak dibandingkan daerah pesisir lain di Pulau Jawa. Menurut Data Statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (2013), kawasan laut dan pesisir Jawa Timur mempunyai luas hampir dua kali luas daratannya seluas ± 47.220 km persegi atau mencapai ±75.700 km persegi. Salah satu potensi perikanan kawasan pesisir Kabupaten Pasuruan adalah budidaya tambak air payau dengan komoditi ikan bandeng. Kabupaten Pasuruan memiliki potensi budidaya tambak air payau pada 5 kecamatan dengan luas mencapai 3966,9 hektar (Pemerintah Kabupaten Pasuruan, 2011). POKLAHSAR (Kelompok Pengolah dan Pemasar) merupakan UMKM binaan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan yang mengolah komoditi perikanan dan memasarkan berbagai macam produk olahannya. Salah satu wilayah tempat pengolahan produk perikanan hasil budidaya tambak di Kabupaten Pasuruan adalah Kecamatan Rejoso.

Kecamatan Rejoso merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Pasuruan yang terkenal akan potensi budidaya tambak air payau serta produk olahan perikanan yang beragam, salah satunya adalah produk olahan kerupuk bandeng. Kecamatan Rejoso juga merupakan wilayah yang ditunjuk secara resmi oleh pemerintah Kabupaten Pasuruan sebagai wilayah budidaya perikanan air payau dengan komoditi unggulan ikan bandeng dan udang sesuai dengan SK Bupati Pasuruan No. 523/482/HK/424.013/2012. Adapun desa yang memproduksi kerupuk bandeng di wilayah Kecamatan Rejoso adalah Desa Patuguran dan Desa Jarangan. Di Kecamatan Rejoso, terdapat banyak lokasi budidaya tambak ikan bandeng dan terdapat 5 POKLAHSAR yang membuat produk kerupuk bandeng. POKLAHSAR Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan memiliki keterkaitan dengan

Page 49: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

32

berbagai pihak untuk mendukung perkembangan usaha dan kelancaran aktivitas industri. Keterkaitan POKLAHSAR Kerupuk Bandeng dengan pihak-pihak tersebut digambarkan dalam profil klaster industri produk kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Profil Klaster Industri Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso (Sumber: Data Primer, 2017)

Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa

hubungan keterkaitan antara industri inti (kerupuk bandeng), industri terkait (pemasok ikan bandeng), industri pendukung (industri bahan tambahan, kemasan dan distribusi) dan institusi terkait (Dinas perikanan, Disperindag, AP3, dan lembaga keuangan). Suatu industri pasti memiliki hubungan keterkaitan dengan industri lain dan institusi terkait dalam melaksanakan

INDUSTRI TERKAIT

Pemasok Ikan Bandeng

INSTITUSI TERKAIT

Dinas Perikanan,

Disperindag, AP3, lembaga

keuangan

INDUSTRI INTI

"Kerupuk Bandeng"

INDUSTRI PENDUKUNG

industri bahan tambahan,

Industri kemasan& distribusi

Page 50: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

33

kegiatan usahanya. Hubungan keterkaitan ini akan berpengaruh terhadap kelancaran berjalannya suatu industri. Pada industri olahan kerupuk bandeng, pemerintah daerah terkait seperti Dinas Perikanan dan Disperindag Kabupaten Pasuruan juga merupakan beberapa institusi yang memiliki keterkaitan erat dengan industri, karena ikan bandeng merupakan komoditi unggulan di wilayah Kabupaten Pasuruan sehingga menjadi perhatian dan fokus pemerintah untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta pengetahuan pengusaha produk olahan ikan bandeng. Industri dan institusi yang terkait dengan POKLAHSAR atau UMKM memiliki peranan masing-masing untuk mendukung kegiatan UMKM. Peran industri dan institusi terkait dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Peran Industri dan Institusi terkait terhadap pengembangan klaster industri

No Jenis

Industri/ Instansi

Anggota Klaster

Fungsi

1 Industri Inti Industri olahan bandeng, seperti kerupuk bandeng

industri yang melakukan kegiatan produksi olahan ikan bandeng menjadi berbagai macam produk, salah satunya adalah produk kerupuk bandeng.

2 Industri Terkait

Pemasok ikan bandeng

industri yang terdiri dari beberapa pemasok ikan bandeng mulai dari petani, pemilik tambak, pedagang eceran dan tengkulak yang mendistribusikan ikan bandeng ke UMKM olahan ikan bandeng di Kabupaten Pasuruan.

Sumber: Data Primer (2017)

Page 51: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

34

Tabel 4.1. Peran Industri dan Institusi terkait terhadap pengembangan klaster industri (Lanjutan)

No Jenis

Industri/ Instansi

Anggota Klaster

Fungsi

3 Industri Pendukung

Industri bahan tambahan, Industri kemasan & distribusi

industri yang menyediakan dan memasok bahan pendukung untuk produksi kerupuk bandeng seperti bahan tambahan makanan (bumbu), bahan pembantu (minyak goreng, LPG), kemasan, dan jasa distribusi.

4 Institusi Terkait

Dinas Perikanan, Disperindag, AP3, lembaga keuangan

Dinas Perikanan berfungsi untuk membina, memberikan pelatihan dan penyuluhan secara rutin tentang pengolahan produk perikanan yang baik dan sesuai standar, Disperindag berfungsi untuk memberikan pelatihan tentang kemasan, penyuluhan tentang cara mendaftarkan merek dagang dan mengurus izin usaha serta memenuhi standarisasi produk agar dapat tembus ke pasar luas. AP3 (Asosiasi Pengolah dan Pemasar Perikanan) berfungsi untuk menyampaikan keputusan pengembangan usaha dan informasi terbaru dari Dinas Perikanan atau Disperindag kepada anggota UMKM serta membantu mengakomodir kebutuhan UMKM. lembaga keuangan berfungsi untuk memberikan bantuan keuangan untuk pengembangan klaster, dengan pemberian kredit lunak untuk dapat meningkatkan skala usaha UMKM.

Sumber: Data Primer (2017)

Page 52: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

35

POKLAHSAR kerupuk bandeng yang terdapat di Kecamatan Rejoso berjumlah lima UMKM, yaitu Mina Sentosa (UMKM A), Mina Usaha (UMKM B), Mina Lestari (UMKM C), Mina Makmur (UMKM D), dan Mina Bahagia (UMKM E). Tenaga kerja yang membantu proses produksi di POKLAHSAR kerupuk bandeng adalah ibu-ibu rumah tangga dari lingkungan sekitar. POKLAHSAR yang termasuk dalam usaha skala kecil dan cukup unggul, melakukan proses produksi secara kontinyu untuk memenuhi permintaan pasar. Sedangkan, POKLAHSAR kerupuk bandeng yang termasuk dalam usaha skala usaha mikro memilih untuk melakukan produksi sesuai dengan jumlah pesanan karena keterbatasan kemampuan produksi dan modal. Data mengenai profil usaha POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Profil Usaha POKLAHSAR Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan

Nama UMKM

Kaprod /bulan (kg)

Lama berdiri UMKM (tahun)

Rata-Rata Penjualan

/bulan (Rp)

Investasi awal (Rp)

Jumlah TK

(orang)

Mina Sentosa 420 12 20000000 10000000 10

Mina Usaha 90 5 2800000 800000 4

Mina Lestari 80 4 1625000 750000 3 Mina Makmur 360 10 16000000 5000000 7 Mina Bahagia 50 5 1350000 1000000 3

Sumber: Data Primer (2017)

Investasi atau modal awal pada awal POKLAHSAR

Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso masih menggunakan dana pribadi pemilik usaha. Berdasarkan Tabel 4.2, kisaran rata-rata nilai penjualan kelima POKLAHSAR kerupuk bandeng sebesar Rp. 1.350.000 – Rp. 20.000.000. Investasi atau modal awal UMKM berkisar antara Rp. 750.000 – Rp. 10.000.000 Akses permodalan sebetulnya dapat diajukan kepada pihak

Page 53: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

36

terkait seperti pinjaman bank bunga ringan, namun akses tersebut seringkali terbentur dengan kurangnya pemahaman pemilik POKLAHSAR kerupuk bandeng. Dengan adanya UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, gerak UMKM menjadi semakin leluasa. Karena di dalam peraturan itu tercantum mengenai perluasan pendanaan dan fasilitasi oleh perbankan dan lembaga jasa keuangan non-bank. Perbankan pun mulai agresif menyalurkan kredit kepada UMKM (Bank Indonesia, 2015). Rata-rata kapasitas produksi per bulan POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso sebanyak 50-420 kg dengan jumlah tenaga kerja berjumlah 3-10 orang. 4.1.1 POKLAHSAR Mina Sentosa (UMKM A)

POKLAHSAR Mina Sentosa yang terletak di Desa Patuguran memproduksi berbagai macam produk olahan sumberdaya perikanan dan kelautan, seperti ikan bandeng presto, kerupuk bandeng, bandeng bakar, kerupuk bandeng, kerupuk rumput laut, dan keripik mangrove. UMKM ini sudah dirintis sejak tahun 2005, namun dinyatakan resmi sebagai POKLAHSAR binaan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan dengan nama “Mina Sentosa” pada awal tahun 2012. Tenaga kerja di POKLAHSAR ini berjumlah 10 orang termasuk ketua, sekertaris dan bendahara. POKLAHSAR Mina Sentosa mampu memproduksi kerupuk ikan bandeng sebanyak 300-420 kg per bulan. Rata-rata penjualan atau omset per bulan dari POKLAHSAR ini sebesar Rp 20.000.000 dengan harga jual kerupuk bandeng Rp 50.000 - Rp 60.000 per kg. Investasi awal dari usaha ini menggunakan dana pribadi dari pemilik sebesar Rp 10.000.000 berupa bahan baku dan peralatan usaha. POKLAHSAR ini juga menerima bantuan hibah mesin dari pemerintah, antara lain mesin giling dan mesin mixer (pencampur adonan). Pemasaran produk kerupuk bandeng dari POKLAHSAR ini dilakukan di toko milik pribadi, di wilayah sekitar Pasuruan, Surabaya, Malang & sekitar Jawa Timur.

Page 54: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

37

4.1.2 POKLAHSAR Mina Usaha (UMKM B) POKLAHSAR Mina Usaha yang terletak di Desa

Patuguran memproduksi dan menjual produk kerupuk bandeng, kerupuk rumput laut, keripik mangrove dan stik mangrove. Tenaga kerja di POKLAHSAR ini berjumlah 4 orang termasuk pemilik usaha. POKLAHSAR Mina Usaha mampu memproduksi kerupuk ikan bandeng sebanyak 70-100 kg per bulan. Rata-rata penjualan per bulan dari POKLAHSAR ini sebesar Rp 2.800.000 dengan harga jual kerupuk bandeng Rp 35.000 – Rp 45.000 per kg. Investasi awal dari usaha ini menggunakan dana pribadi dari pemilik sejumlah Rp 800.000 berupa bahan baku dan peralatan usaha. Pemasaran produk kerupuk bandeng dari POKLAHSAR ini dilakukan di sekitar wilayah Pasuruan dan Surabaya. 4.1.3 POKLAHSAR Mina Lestari (UMKM C)

POKLAHSAR Mina Lestari yang terletak di Desa Jarangan memproduksi dan menjual produk kerupuk bandeng, kerupuk rumput laut, kerupuk ikan dan terasi. Tenaga kerja di POKLAHSAR ini berjumlah 3 orang. POKLAHSAR Mina Lestari mampu memproduksi kerupuk ikan bandeng sebanyak 50-90 kg per bulan Rata-rata penjualan per bulan dari POKLAHSAR ini sebesar Rp 1.625.000 dengan harga jual kerupuk bandeng Rp 25.000 – Rp 40.000 per kg. Investasi awal dari usaha ini menggunakan dana pribadi dari pemilik sebesar Rp 750.000 berupa bahan baku dan peralatan usaha. Pemasaran produk kerupuk bandeng dari POKLAHSAR ini dilakukan di desa sekitar Kecamatan Rejoso dan wilayah Pasuruan. 4.1.4 POKLAHSAR Mina Makmur (UMKM D)

POKLAHSAR Mina Makmur yang terletak di Desa Jarangan memproduksi dan menjual produk kerupuk bandeng, kerupuk wayus, kerupuk kupang, kerupuk udang, dan rengginang udang. POKLAHSAR ini sudah dirintis sejak akhir tahun 2006, namun dinyatakan resmi sebagai POKLAHSAR binaan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan dengan nama “Mina Makmur” pada tahun 2012. Tenaga kerja di POKLAHSAR ini berjumlah 7 orang termasuk pemilik usaha. POKLAHSAR Mina Makmur mampu memproduksi kerupuk ikan bandeng

Page 55: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

38

sebanyak 150–300 kg per bulan yang dijual dan dipasarkan di sekitar wilayah Pasuruan dan juga untuk memenuhi pesanan dari wilayah Jawa Timur, antara lain Surabaya dan Malang. Rata-rata penjualan per bulan dari POKLAHSAR ini sebesar Rp 15.000.000 dengan harga jual kerupuk bandeng Rp 30.000 – Rp 50.000 per kg. Investasi awal dari usaha ini menggunakan dana pribadi dari pemilik sejumlah Rp 5.000.000 berupa bahan baku dan peralatan usaha. POKLAHSAR ini juga menerima bantuan hibah mesin dari pemerintah, antara lain mesin giling dan mesin mixer (pencampur adonan). 4.1.5 POKLAHSAR Mina Bahagia (UMKM E)

POKLAHSAR Mina Bahagia yang terletak di Desa Jarangan memproduksi dan menjual produk kerupuk bandeng, kerupuk udang, dan kerupuk wayus. Tenaga kerja di POKLAHSAR ini berjumlah 3 orang. POKLAHSAR Mina Usaha mampu memproduksi kerupuk ikan bandeng sebanyak 30-50 kg. Rata-rata penjualan per bulan dari POKLAHSAR ini sebesar Rp 1.350.000 dengan harga jual kerupuk bandeng Rp 30.000 – Rp 40.000 per kg. Investasi awal dari usaha ini menggunakan dana pribadi dari pemilik sejumlah Rp 1.000.000 berupa bahan baku dan peralatan usaha. Pemasaran produk kerupuk bandeng dari POKLAHSAR ini dilakukan di sekitar wilayah Pasuruan dan Surabaya. 4.2 Karakteristik Responden

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah POKLAHSAR yang memproduksi kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. POKLAHSAR di Kecamatan Rejoso tersebar di dua desa, yaitu Desa Patuguran dan Desa Jarangan. Terdapat 5 POKLAHSAR yang menjadi objek penelitian dengan karakteristik yang daapat dilihat pada Tabel 4.3.

Page 56: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

39

Tabel 4.3. Karakteristik Responden

No Karakteristik Rata-rata Nilai

minimal Nilai

maksimal

1 Kapasitas produksi per bulan (kg)

200 50 420

2 Lama berdirinya UMKM (tahun)

7,2 4 12

3 Rata-rata penjualan per bulan

8.355.000 1.350.000 20.000.000

4 Nilai Investasi awal (Rp)

3.510.000 750.000 10.000.000

5 Jumlah tenaga kerja (orang)

5 3 10

Sumber: Data Primer (2017)

Kapasitas produksi dari 5 POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 200 Kg per bulan. Umumnya masing-masing POKLAHSAR melakukan proses produksi kerupuk bandeng sebanyak 3-5 kali dalam satu minggu, karena setiap POKLAHSAR juga memproduksi produk lain serta jumlah tenaga kerja yang terbatas. Kapasitas produksi tiap POKLAHSAR berbeda-beda terkait dengan jumlah permintaan, ketersediaan bahan baku, dan kemampuan produksi masing-masing POKLAHSAR. Perencanaan kapasitas produksi yang fleksibel adalah perencanaan kapasitas produksi yang sesuai dengan besarnya kebutuhan permintaan. Kapasitas adalah tingkat kemampuan berproduksi secara optimum dari sebuah fasilitas (Rangkuti, 2005).

Lama beroperasi atau lama berdirinya 5 POKLAHSAR di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan berbeda-beda, namun pengukuhan nama POKLAHSAR berada di tahun yang sama, yaitu tahun 2012 karena dikoordinir oleh ketua AP3 (Asosiasi Pengolahan dan Pemasaran Perikanan) yang bekerja sama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan. UMKM yang pertama kali merintis usaha produk olahan perikanan di Kecamatan Rejoso, yaitu mina sentosa pada tahun 2005 dan mina makmur pada tahun 2007. Data lama berdirinya POKLAHSAR di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan

Page 57: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

40

memiliki rata-rata sebesar 7,2 tahun. Seiring dengan berjalannya waktu, lama berdirinya suatu usaha menggambarkan kematangan usaha dilihat dari standarisasi produk yang dimiliki, kualitas produk, dan relasi yang terjalin untuk penjualan dan pemasaran produk. Semakin lama usaha tersebut berjalan menggambarkan bahwa produk dapat diterima dan bertahan di pasaran sesuai dengan harapan konsumen. Semakin lama bisnis berjalan, semakin banyak pengalaman jatuh bangun yang dilalui dan semakin kuat ketika diterpa masalah (Ramdhan, 2009).

Nilai rata-rata penjualan per bulan tersebut didapatkan dari hasil pengisian kuisioner oleh responden POKLAHSAR yang bersangkutan dan data Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan. Rata-rata penjualan dari keseluruhan POKLAHSAR kerupuk bandeng yang ada di Kecamatan Rejoso sebesar Rp 8.355.000 per bulan atau sekitar Rp 100.260.000 per tahun. Perbedaan nilai rata-rata penjualan antar POKLAHSAR yang cukup signifikan menunjukkan bahwa masih ada POKLAHSAR yang belum melakukan penjualan dan pemasaran produk secara maksimal ke pasar yang lebih luas sehingga belum dapat meningkatkan omset usaha setiap bulan. Mendapatkan omset merupakan prioritas utama para pengusaha. Pengusaha harus mengerahkan daya upaya untuk meningkatkan omset, antara lain melakukan lebih banyak penjualan, meningkatkan jumlah pelanggan, mengupayakan peningkatan frekuensi pembelian dari pembeli lama, dan meningkatkan harga produk sesuai dengan perkembangan pasar (Sutrisna, 2015).

Nilai investasi awal pada 5 POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso memiliki rata-rata sebesar Rp. 3.510.000. Nilai investasi awal yang digunakan oleh 5 POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso cenderung kecil jumlahnya karena umumnya berasal dari dana pribadi pemilik usaha. Untuk menambah nilai investasi atau modal usaha, UMKM di Kabupaten Pasuruan dapat mengajukan pinjaman bunga rendah ke bank atau instansi terkait. Umumnya usaha yang baru berdiri belum memiliki aset yang dapat dijadikan agunan karena mereka belum lama menghimpun keuntungan (laba) dari usaha yang dijalaninya. Bagi pengusaha

Page 58: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

41

mikro, pemerintah melalui Deputi Bidang Pembiayaan Kementrian Koperasi dan UMKM mengeluarkan program berupa dana bergulir melalui koperasi dan kelompok usaha. dana yang diberikan kepada koperasi sebesar Rp 100 juta dan kelompok usaha Rp 50 juta (Juliasty, 2009).

Jumlah tenaga kerja yang terdapat pada 5 POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso memiliki jumlah rata-rata sebanyak 5 orang. Jumlah tenaga kerja tersebut merupakan jumlah tenaga kerja keseluruhan, baik tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. Jumlah tenaga kerja yang ada di tiap POKLAHSAR kerupuk bandeng berbeda-beda jumlahnya tergantung dari kebutuhan UMKM dan kemampuan pemilik untuk menggaji tenaga kerja. Pada tahun 2008, Bappenas berupaya melihat peran UMKM dalam pembangunan. Peran tersebut adalah pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Kemampuan UMKM untuk menyerap tenaga kerja merupakan suatu potensi besar. Usaha kecil menyerap tenaga kerja jauh lebih besar daripada usaha menengah dan usaha besar (Fitriati, 2015).

4.3 Analisis Klaster (K-Means Clustering)

Algoritma k-Means menempatkan suatu objek kedalam cluster tertentu berdasarkan nilai rataan (mean) terdekat (Irwansyah dan Muhammad, 2015). Jumlah klaster yang terbentuk pada penelitian ini sebanyak dua klaster dengan asumsi terdapat dua jenis bentuk usaha, yaitu usaha kecil dan usaha mikro. Jumlah klaster yang terbentuk juga disesuaikan dengan jumlah sampel UMKM yang ada, karena sampel akses yang digunakan hanya berjumlah 5 UMKM. Berdasarkan jumlah sampel akses yang kecil, pembentukan 2 (dua) klaster dirasa menjadi pilihan yang terbaik dengan tujuan mempersempit kemiripan yang timbul sehingga akan didapatkan anggota klaster yang mirip dalam satu klaster dan berbeda nyata dengan anggota klaster lain. Jika terbentuk lebih dari dua klaster dikhawatirkan akan timbul klaster dengan anggota tunggal dan tidak dapat dikategorikan sebagai klaster. Salah satu tahapan pada analisis klaster menggunakan K-Means pada SPSS adalah menentukan “Number of Cluster” atau jumlah klaster

Page 59: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

42

yang akan dibentuk. Pengisian pada umumnya antara 2 sampai 5 cluster, namun hal itu tetap tergantung pada tujuan penelitian dan faktor subyektif (Santoso, 2010).

Berdasarkan hasil analisis, K-means clustering optimal pada iterasi ke-2 dengan jarak minimum antara pusat klaster bernilai 4,849. Klaster 1 memiliki anggota sebanyak 2 UMKM dan klaster 2 memiliki anggota sebanyak 3 UMKM. Dari kedua klaster yang terbentuk, klaster 1 terdiri dari anggota UMKM yang seluruh nilai variabel penelitian nya unggul di atas rata-rata populasi UMKM yang diteliti. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai positif untuk seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian pada tabel final cluster centers, yaitu variabel kapasitas produksi (x1), lama berdirinya UMKM (x2), rata-rata penjualan per bulan (x3), nilai investasi awal (x4), dan jumlah tenaga kerja (x5). Sedangkan, klaster 2 memiliki nilai negatif pada seluruh variabel penelitian dalam tabel final cluster centers karena masih tergolong usaha mikro yang memiliki nilai kapasitas produksi, lama Berdirinya UMKM, rata-rata penjualan per bulan, nilai investasi awal, dan jumlah tenaga kerja yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan klaster 1. Dari proses cluster, akan terbentuk cluster atau kelompok yang mempunyai ciri berbeda satu sama lain. Perbedaan bisa ditelusuri per variabel, dengan interpretasi berdasar tanda positif (+) dan negatif (-) serta besaran angka itu sendiri. Tabel final cluster center merupakan akhir proses clustering yang memiliki analisis angka terkait dengan proses strandarisasi data sebelumnya yang mengacu pada angka z, dengan ketentuan angka negatif berarti data berada dibawah rata-rata total dan angka positif berarti data diatas rata-rata total (Santoso, 2006). Karakteristik responden masing-masing klaster dapat dilihat pada Tabel 4.4. Hasil pengolahan data menggunakan metode k-means clustering dapat dilihat pada Lampiran 6.

Page 60: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

43

Tabel 4.4 Karakteristik Responden pada Masing-Masing Klaster

No Karakteri-

stik

Klaster 1 Klaster 2 (UMKM A dan D ) (UMKM B, C, dan E)

Rata-rata

Min. Maks. Rata-rata

Min. Maks.

1 Kapasitas produksi per bulan (kg)

390 360 420 73,3 50 90

2 Lama Berdirinya UMKM(tahun)

11 10 12 4,7 4 5

3 Rata-rata penjualan per bulan

18.000.000

16.000.000

20.000.000

1.925.000

1.350.000

2.800.000

4 Nilai Investasi awal (Rp)

7.500.000

5.000.000

10.000.000

850.000

750.000

1.000.000

5 Jumlah tenaga kerja (orang)

8,5 7 10 3,3 3 4

Sumber: Data Primer (2017)

4.3.1 Karakteristik Responden Klaster 1

Anggota pada klaster 1 berjumlah 2 UMKM yaitu POKLAHSAR Mina Sentosa (UMKM A) dan POKLAHSAR Mina Makmur (UMKM D). Berdasarkan data yang didapat serta kondisi di lapangan, anggota UMKM pada klaster 1 dapat diklasifikasikan sebagai usaha skala kecil. Menurut BPS (2009), usaha yang memiliki omset tahunan kurang dari Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) termasuk dalam jenis usaha kecil. Menurut bank indonesia (2015), usaha yang tergolong dalam skala kecil memiliki jumlah pekerja sebanyak 5-19 orang.

Rata-rata kapasitas produksi per bulan pada klaster 1 sebesar 390 kg. Jumlah kapasitas produksi kedua UMKM di dalam klaster 1 ini jauh lebih besar dibandingkan dengan UMKM lain, karena kedua UMKM tersebut merupakan pionir yang memiliki masa beroperasi paling lama dan sudah lebih dulu

Page 61: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

44

terkenal produknya dibandingkan UMKM lainnya. Permintaan produk yang tinggi dan penjualan produk dengan cakupan yang lebih luas oleh anggota klaster 1 menyebabkan kapasitas produksi bulanan kedua UMKM tersebut memiliki nilai yang tinggi. Umumnya, UMKM yang sudah lama berdiri lebih dikenal dan dipercaya kualitas rasanya. Rata-rata lama berdirinya UMKM anggota klaster 1 adalah selama 11 tahun. Menurut Ramdhan, (2009), semakin lama bisnis berjalan, semakin banyak pengalaman jatuh bangun yang dilalui dan semakin kuat ketika diterpa masalah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat bahwa rata-rata kapasitas produksi UMKM pada klaster 1 jauh lebih besar daripada klaster 2 pada Tabel 4.4.

Rata-rata penjualan klaster 1 sebesar Rp. 18.000.000,- per bulan atau Rp 216.000.000,- per tahun. Menurut Bank Indonesia (2015), usaha yang memiliki omset kurang dari Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) termasuk dalam jenis usaha kecil. Dapat dilihat pada Tabel 4.4 anggota klaster 1 memiliki karakteristik nilai penjualan yang tinggi dan berada diatas rata-rata dibandingkan dengan anggota UMKM pada klaster 2. Hal tersebut terjadi karena anggota klaster 1 melakukan produksi secara kontinyu dan tidak hanya bergantung pada pesanan serta memasaran produk secara mandiri di toko milik UMKM atau melalui langganan tetap yang secara tidak langsung menjadi reseller produk kerupuk bandeng diluar wilayah Kabupaten Pasuruan. Untuk meningkatkan omset atau penjualan, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, seperti meningkatkan penggunaan, mencari pelanggan baru, dan menaikkan harga (Leman, 2007).

Rata-rata nilai investasi awal pada klaster 1 sebesar Rp. 7.500.000,-. Data nilai investasi yang tertera pada Tabel 4.4 merupakan nilai investasi awal usaha yang menjadi dana permulaan usaha dari dana pribadi pemilik UMKM terkait. Nilai investasi tersebut digunakan untuk membeli bahan baku serta membeli peralatan dan mesin sederhana, kemudian pada tahun 2012 pemerintah Kabupaten Pasuruan memberikan bantuan mesin penggiling otomatis serta mesin mixer dengan kapasitas 5-15 kg. Investasi awal merupakan modal awal berdirinya UMKM yang belum termasuk modal bangunan dan tanah

Page 62: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

45

(Ekawati dan Yulis, 2013). Pada klaster 1 dapat dilihat bahwa nilai investasinya lebih besar dibandingkan dengan anggota UMKM pada klaster 2. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap kemampuan UMKM dalam menjalankan aktivitas produksinya sehingga klaster 1 dapat dikatakan lebih maju dibandingkan dengan klaster 2. Modal merupakan aset penting dalam menjalankan kegiatan usaha. Kegagalan dalam mengembangkan usaha dikaitkan dengan modal awal, bahwa semakin banyak jumlah modal yang dikeluarkan pada saat memulai usaha akan meminimalkan tingkat kegagalan (Casson et al., 2006).

Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh UMKM anggota klaster 1 sebanyak 8,5 atau 9 orang. Menurut Bank Indonesia (2015), usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang. Hal tersebut merupakan salah satu kriteria yang menunjukkan bahwa anggota klaster 1 termasuk kedalam klasifikasi usaha kecil. Jumlah tenaga kerja sendiri merupakan kebijakan setiap UMKM yang disesuaikan dengan kebutuhan usaha serta kemampuan pemilik untuk menggaji para pekerja nya secara layak.

Berdasarkan analisis data primer yang didapat, anggota UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan pada klaster 1 memiliki karakteristik nilai variabel diatas rata-rata dari klaster 2. Dapat dilihat mulai dari data kapasitas produksi, lama berdirinya UMKM, rata-rata penjualan, nilai investasi awal, dan jumlah tenaga kerja pada klaster 1 seluruhnya lebih unggul dibandingkan dengan anggota klaster 2. Berdasarkan literatur dan penjelasan sebelumnya, maka anggota pada klaster 1 dapat diklasifikasikan kedalam usaha skala kecil yang cukup maju jika dibandingkan dengan UMKM lainnya pada klaster 2. Usaha skala kecil ialah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil. Kriteria kekayaan atau hasil penjualan tahunan sebagaiman diatur dalam perundang-undangan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah (Juliasty, 2009).

Page 63: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

46

4.3.2 Karakteristik Responden Klaster 2 Anggota pada klaster 2 berjumlah 3 UMKM, yaitu

POKLAHSAR Mina Usaha (UMKM B), POKLAHSAR Mina Lestari (UMKM C) dan POKLAHSAR Mina Bahagia (UMKM E). Berdasarkan data yang didapat serta kondisi di lapangan, anggota UMKM pada klaster 2 dapat diklasifikasikan sebagai usaha skala mikro. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003, Usaha mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) per tahun. Menurut bank indonesia (2015), usaha yang tergolong dalam skala mikro memiliki jumlah pekerja sebanyak 1-4 orang.

Rata-rata kapasitas produksi per bulan pada klaster 2 sebesar 73,3 kg. Jumlah rata-rata kapasitas produksi kedua UMKM di dalam klaster 2 ini lebih kecil dibandingkan dengan UMKM pada klaster 1, karena UMKM yang menjadi anggota klaster 2 masih melakukan produksi dengan mengandalkan jumlah pesanan setiap bulannya dan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Pasuruan saja, sehingga produksi tidak dilakukan secara kontinyu setiap harinya dan UMKM hanya memiliki stok produk yang sangat sedikit diluar jumlah pesanan. Rendahnya permintaan pasar terhadap produk kerupuk bandeng anggota klaster 2 dikarenakan persaingan antara klaster 1 yang sudah lebih dulu dikenal masyarakat karena usia berdirinya UMKM pada klaster 2 yang lebih muda. Rata-rata lama berdirinya UMKM anggota klaster 2 adalah selama 4,7 tahun. Anggota UMKM di dalam klaster 2 merupakan UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso yang berdiri di pada tahun 2012. Semakin lama suatu usaha berdiri maka pengalaman usaha serta kepercayaan konsumen akan suatu produk juga akan meningkat dan turut mempengaruhi permintaan pasar. Perusahaan yang telah lama berdiri lebih stabil daripada perusahaan yang baru berdiri (Amrin, 2009). Untuk lebih jelasnya, data dapat dilihat Tabel 4.4.

Rata-rata penjualan klaster 2 sebesar Rp. 1.925.000,- per bulan atau Rp 23.100.000,- per tahun. Menurut UU no. 20 tahun 2008, usaha yang memiliki omset kurang dari Rp. 300.000.000,- per tahun (tiga ratus juta rupiah rupiah) termasuk dalam kategori

Page 64: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

47

usaha mikro. Dapat dilihat pada Tabel 4.4 bahwa nilai penjualan anggota klaster 2 berada dibawah rata-rata nilai penjualan pada klaster 1 karena klaster 2 masih mengandalkan pesanan yang tidak kontinyu dengan jumlah kecil maupun jumlah besar setiap bulannya serta belum dapat melakukan pemasaran yang luas, karena terbatas oleh standarisasi produk yang belum terpenuhi yaitu belum memiliki nomor P-IRT untuk dapat dipasarkan di toko-toko besar. Indonesia relatif masih tertinggal dalam hal standarisasi, dalam arti kurang mempunyai keyakinan bahwa standarisasi itu penting dan menjadi kunci globalisasi. Standarisasi adalah platform bagi upaya membangun kompetisi dan kooperasi. Pemerintah saat ini mulai menggerakan pelaku bisnis domestik untuk mempunyai lisensi standarisasi produk, seperti SNI dan ISO (Moeljono, 2005).

Rata-rata nilai investasi awal pada klaster 2 sebesar Rp. 850.000,-. Data nilai investasi yang tertera pada Tabel 4.4 merupakan nilai investasi awal usaha yang menjadi dana permulaan usaha dari dana pribadi pemilik UMKM terkait. Nilai investasi tersebut digunakan untuk membeli bahan baku serta membeli peralatan dan mesin sederhana untuk melakukan produksi skala kecil, kemudian pada tahun 2012 pemerintah Kabupaten Pasuruan memberikan bantuan mesin mixer dengan kapasitas 5-10 kg yang kapasitas nya lebih kecil daripada mesin yang diberikan kepada anggota klaster 1 karena disesuaikan dengan kebutuhan produksi UMKM pada tiap klaster. Namun karena minimnya pengetahuan, tingginya daya listrik yang dibutuhkan serta minimnya kemampuan finansial dari UMKM dalam anggota klaster 2, mesin yang diberikan oleh pemerintah tidak digunakan secara maksimal atau sama sekali tidak digunakan sehingga mesin yang diberikan kepada UMKM dalam klaster 2 ini kebanyakan rusak dan tidak dapat digunakan. Pada klaster 2, nilai investasi atau yang biasa disebut dengan modal usaha merupakan faktor yang penting karena usaha yang masih berkembang membutuhkan banyak peningkatan di berbagai aspek, seperti pembelian bahan baku dan peningkatan fasilitas produksi. Pada klaster 2 dapat dilihat bahwa nilai investasinya lebih kecil dibandingkan dengan anggota UMKM pada klaster 1. Hal tersebut juga menghambat perkembangan UMKM dalam

Page 65: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

48

menjalankan aktivitas produksinya sehingga anggota klaster 2 dapat dikatakan lebih tertinggal dibandingkan dengan anggota klaster 1. Modal merupakan asset penting dalam menjalankan kegiatan usaha. Kegagalan dalam mengembangkan usaha dikaitkan dengan modal awal, bahwa semakin banyak jumlah modal yang dikeluarkan pada saat memulai usaha akan meminimalkan tingkat kegagalan (Casson et al, 2006). Modal usaha dapat diartikan sebagai dana yang digunakan untuk menjalankan usaha agar tetap berjalan. Modal uang (finansial) ialah hal penting walaupun bukan yang terpenting ketika memulai dan mengembangkan usaha (Juliasty, 2009).

Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh UMKM anggota klaster 2 sebanyak 3,3 atau 3 orang. Menurut Bank Indonesia (2015), usaha mikro merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1-4 orang. Hal tersebut merupakan salah satu kriteria yang menunjukkan bahwa anggota klaster 2 termasuk kedalam klasifikasi usaha mikro. Jumlah tenaga kerja sendiri merupakan kebijakan setiap UMKM yang disesuaikan dengan kebutuhan usaha serta kemampuan pemilik untuk menggaji para pekerja nya secara layak.

Berdasarkan data primer yang didapat serta analisis yang dilakukan, anggota UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan pada klaster 2 memiliki karakteristik anggota dengan nilai variabel dibawah rata-rata dari klaster 1. Dapat dilihat mulai dari data kapasitas produksi, lama berdirinya UMKM, rata-rata penjualan, nilai investasi awal, dan jumlah tenaga kerja pada klaster 2 seluruhnya memiliki nilai yang lebih kecil dari data pada klaster 1. Berdasarkan literatur dan penjelasan sebelumnya, maka anggota pada klaster 2 dapat diklasifikasikan kedalam usaha mikro yang masih berkembang jika dibandingkan dengan anggota UMKM pada klaster 1. Usaha skala mikro ialah kegiatan ekonomi skala sangat kecil yang dilakukan oleh perseorangan atau keluarga dengan teknologi yang digunakan masih sederhana. Penjualan yang diperoleh relatif kecil, kebanyakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari (Juliasty, 2009).

Page 66: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

49

4.4 Strategi Pengembangan Klaster UMKM Penentuan prioritas dalam strategi pengembangan klaster

industri UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Struktur hierarki dari penentuan strategi pengembangan industri terdiri dari 4 tingkatan yaitu target untuk pengembangan klaster industri, faktor yang berpengaruh, tujuan dan alternatif strategi pengembangan. Pakar yang telah ditentukan sebelumnya sudah mengisi kuisioner yang disediakan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Hasil dari pengisian kuisioner yang didapatkan kemudian diolah untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil perhitungan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang kemudian dikonversi ke dalam perhitungan Fuzzy Synthetic Extent untuk dapat mengetahui strategi pengembangan yang lebih efektif bagi POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan berdasarkan hasil klaster yang telah terbentuk. Perhitungan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) dilakukan secara manual yang dapat dilihat pada Lampiran 7. 4.4.1 Strategi Pengembangan Klaster 1

Strategi pengembangan klaster industri untuk masing-masing klaster menggunakan struktur hierarki dengan beberapa alternatif strategi yang berbeda dan pakar yang sama. Struktur hierarki yang digunakan mencakup solusi dari permasalahan umum yang ada pada POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Jumlah responden ahli yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 3 pakar.

4.4.1.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) Klaster 1 Perhitungan strategi pengembangan klaster industri

kerupuk bandeng menggunakan metode AHP untuk mengetahui nilai rasio konsistensi (CR). Nilai konsistensi menggambarkan tingkat konsistensi dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. Dengan menghitung dan melihat Nilai CR maka

Page 67: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

50

dapat mengetahui apakah hasil dari kuisioner valid atau tidak ke langkah perhitungan selanjutnya dengan syarat nilai CR harus bernilai ≤ 0,10. Consistency Ratio (CR) merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Seharusnya nilai CR tidak lebih dari 0,10 jika penilaian kriteria telah dilakukan dengan konsisten (Marimin, 2004).

Struktur hierarki yang digunakan dalam hierarki klaster 1 dibagi menjadi 3 level. Target yang ingin dicapai adalah pengembangan klaster industri kerupuk bandeng di di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Level 1 merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan klaster yaitu klaster industri, pemerintah, serta industri terkait dan pendukung. Level 2 merupakan tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan klaster industri yaitu meningkatkan kualitas produk, pengembangan SDM, dan meningkatkan penjualan produk. Level 3 merupakan alternatif strategi yang digunakan dalam pengembangan klaster industri yang terdiri dari pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan yang modern, peningkatan standarisasi produk, pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM, dan perluasan jaringan pemasaran produk ke pasar modern. Berdasarkan hasil dari perhitungan uji konsistensi antara ketiga level hierarki, dapat dilihat bahwa hasil perbandingan matriks ketiga pakar sudah konsisten. Hal ini dapat diketahui dari nilai konsistensi rasio, dimana nilai CR dari hasil perhitungan bernilai ≤0,1 atau ≤10% yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Untuk menguji konsistensi hirarki, jika nilai konsistensi rasio yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang ditetapkan yaitu Consistency Ratio (CR) ≤ 0,1 maka penilaian harus diulang kembali (Apriyanto, 2008). 4.4.1.2 Analisis Strategi Pengembangan Klaster 1 Tiap

Komponen Struktur Hierarki Analisis strategi pengembangan UMKM klaster 1

dilakukan pada masing-masing pakar, terhadap masing-masing level dalam struktur hierarki. Analisis strategi pengembangan UMKM klaster 1 dilakukan untuk mengetahui faktor, tujuan, dan

Page 68: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

51

alternatif strategi yang dominan dalam penentuan strategi pengembangan UMKM klaster 1. Analisis dilakukan dengan memilih bobot tertinggi pada masing-masing pakar terhadap komponen faktor, tujuan, dan alternatif yang berhubungan dengan strategi pengembangan UMKM pada klaster 1 kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. POKLAHSAR kerupuk bandeng yang masuk kedalam klaster 1 termasuk kedalam klasifikasi usaha skala kecil dengan nilai kapasitas produksi dan penjualan diatas rata-rata dibandingkan dengan UMKM lain pada klaster 2. Struktur hierarki strategi pengembangan klaster industri kerupuk bandeng untuk klaster 1 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Pengembangan Klaster Industri

Kerupuk Bandeng

Klaster Industri

(0,21)

Pemerintah

(0,47)

Industri Terkait dan

Pendukung

(0,32)

Meningkatkan

Kualitas Produk

(0,33)

Pengembangan

SDM

(0,37)

Meningkatkan

Penjualan Produk

(0,30)

Pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern

(0,35)

Peningkatan Standarisasi Produk

(0,25)

Pelatihan pengembangan usaha

untuk pemilik dan pekerja UKM

(0,20)

Perluasan jaringan pemasaran produk ke pasar modern

(0,19)

Faktor

Tujuan

Alternatifstrategi

Gambar 4.2 Struktur Hierarki Pengembangan Klaster Industri Kerupuk bandeng Klaster 1

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa faktor

pengembangan klaster industri yang menjadi faktor prioritas dalam klaster 1 adalah pemerintah 47%, tujuan yang menjadi prioritas adalah pengembangan SDM 37% dan alternatif strategi yang menjadi prioritas adalah pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern 35%. Perhitungan dengan menggunakan FAHP dilakukan dengan melakukan perbandingan antar faktor yang berpengaruh dalam

Page 69: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

52

klaster 1. Berdasarkan hasil perhitungan FAHP, diketahui bahwa faktor pemerintah memiliki bobot tertinggi sebesar 47% diikuti industri terkait dan pendukung dengan bobot 32% dan klaster industri yang memiliki bobot 21%. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan klaster industri kerupuk bandeng antara lain klaster industri, pemerintah, dan industri terkait maupun pendukung. Perankingan dan perbandingan antar faktor dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perbandingan Antar Faktor Klaster 1

Faktor Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai Agregat

Kriteria Ranking

Pemerintah 0,50 0,53 0,38 0,47 1 Industri Terkait & Pendukung

0,50 0,03 0,43 0,32 2

Klaster Industri 0,00 0,45 0,19 0,21 3

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Faktor pemerintah menjadi faktor yang utama dalam strategi pengembangan klaster 1 industri kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan seperti yang tertera pada Tabel 4.5. Pemerintah sebagai pemegang dan pemberi otoritas dalam regulasi suatu badan usaha menjadikan setiap usaha terutama UMKM harus mematuhi dan mengikuti regulasi yang dibuat oleh pemerintah. Untuk meningkatkan dan memperkuat UMKM, pemerintah menyusun rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 yang berisi kerangka pikir pemberdayaan koperasi dan UMKM (Fitriati, 2015). Pemerintah memegang peran penting dalam menentukan strategi pengembangan yang baik dan tepat bagi UMKM anggota klaster 1. Pemerintah memiliki peran yang besar untuk melakukan reorientasi ekonomi nasional dengan mendorong terwujudnya iklim usaha yang akomodatif bagi usaha (Ariani, 2013). Klaster 1 memiliki anggota UMKM dengan skala usaha kecil dan lebih unggul dari aspek kapasitas produksi hingga penjualan dibandingkan dengan UMKM lainnya di klaster 2. Menurut BPS (2009), usaha yang memiliki omset tahunan kurang dari Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)

Page 70: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

53

termasuk dalam jenis usaha kecil. Menurut bank indonesia (2015), usaha yang tergolong dalam skala kecil memiliki jumlah pekerja sebanyak 5-19 orang.

Industri terkait dan pendukung yang berkaitan langsung dengan proses produksi harus memiliki kualitas yang baik sehingga dapat mendukung berkembangnya UMKM kerupuk bandeng yang ada di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Kualitas yang dimiliki dari industri terkait dan pendukung akan mempengaruhi kemajuan dari suatu usaha (Jauhari, 2010). Pemilik UMKM harus bekerjasama dengan mitra yang dapat membantu pengembangan usahanya terkait bahan baku, kemasan, maupun peralatan yang mendukung kegiatan produksi yang dilakukan. Kualitas dari mitra yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan produk dan daya beli UMKM karena anggota pada klaster 1 ini memiliki pangsa pasar yang lebih luas dan kapasitas produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan klaster 2. Sejauh ini, klaster 1 sudah memiliki beberapa hubungan kemitraan baik dengan tengkulak ikan bandeng segar di wilayah Kecamatan Rejoso dan dengan toko kemasan di wilayah Kota Malang. Namun kemitraan dengan industri terkait bahan baku, bahan tambahan dan kemasan untuk produk kerupuk bandeng harus ditingkatkan lagi minimal lebih dari 1 mitra untuk berjaga-jaga apabila permintaan pasar sedang melonjak atau untuk berjaga stok barang yang dibutuhkan dapat selalu terpenuhi. Industri terkait adalah pihak yang bekerjasama dengan suatu usaha dan memiliki tujuan usaha yang sama dengan unit usaha yang diajak kerjasama (Komarudin, 2012).

Klaster industri memiliki bobot terendah 21% sesuai dengan data yang tertera pada Tabel 4.5 dibandingkan dengan faktor lain dalam klaster 1. POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso sendiri masih belum membentuk klaster dan masih berjalan masing-masing. Klaster industri terbentuk dari pengelompokkan beberapa UMKM dengan ragam usaha sejenis dan saling berhubungan di dalam cakupan wilayah yang berdekatan membantu pemerintah dalam penentuan strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi UMKM tersebut sehingga upaya pengembangan yang dilakukan akan tepat sasaran. Menurut Hartanto (2004), Ciri utama klaster adalah

Page 71: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

54

sectoral and spatial concentration of firms, atau konsentrasi usaha sejenis pada lokasi tertentu. Klaster dapat dikembangkan dari yang sebelumnya sudah ada semacam sentra, misalnya sentra produksi komoditi tertentu, atau ditumbuhkan dari kondisi tidak terdapat sentra tetapi punya potensi cukup baik (Sulaeman, 2004).

Perhitungan dengan menggunakan metode FAHP juga dilakukan untuk level 2 pada struktur hierarki yang merupakan tujuan pengembangan klaster 1. Tujuan-tujuan dalam strategi pengembangan klaster industri POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, antara lain meningkatkan kualitas produk, pengembangan SDM, dan meningkatkan penjualan produk. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode FAHP pada Tabel 4.6, tujuan pengembangan SDM memiliki bobot tertinggi dengan nilai sebesar 37%, diikuti dengan meningkatkan kualitas produk dengan bobot 33% dan meningkatkan penjualan produk dengan bobot sebesar 30%. Perankingan dari perbandingan antar tujuan pengembangan klaster 1 dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Perbandingan Antar Tujuan Klaster 1

Tujuan Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3

Nilai Agregat Kriteria

Ranking

Pengembangan SDM

0,36 0,35 0,39 0,37 1

Meningkatkan Kualitas Produk

0,34 0,32 0,33 0,33 2

Meningkatkan Penjualan Produk

0,31 0,32 0,28 0,30 3

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Tujuan pengembangan SDM memiliki bobot tertinggi

sebesar 37% seperti yang tertera pada Tabel 4.6, karena jumlah tenaga kerja di lapangan terbatas dan kemampuan dari pekerja yang kurang terlatih. Hal-hal tersebut menyebabkan pengembangan SDM menjadi tujuan kunci yang harus diperbaiki terlebih dahulu dalam komponen tujuan pada strategi pengembangan klaster POKLAHSAR Kerupuk Bandeng.

Page 72: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

55

Keterbatasan jumlah tenaga kerja di lapangan sebetulnya dapat diimbangi jika tenaga kerja yang ada memiliki keterampilan yang mumpuni dan terlatih. Peningkatan keterampilan tenaga kerja juga penting sehingga UKM memiliki tenaga kerja yang berkualitas yang dapat menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen (Ruslan, 2007). Keterampilan pekerja yang terlatih secara rutin tentunya berbeda, pekerja yang memiliki pengetahuan akan memperhatikan bagaimana proses produksi yang baik dan higienis serta mampu mengatur kecepatan bekerjanya agar kapasitas produksi setiap UMKM dapat terpenuhi. Dengan adanya pelatihan tenaga kerja secara rutin juga dapat memberi pengetahuan kepada pekerja mengenai teknologi dan metode terbaru yang dapat diterapkan dalam proses produksi yang akan membawa keuntungan bagi UMKM terkait. Sejauh ini, pemilik serta pekerja di POKLAHSAR kerupuk bandeng klaster 1 di Kecamatan Rejoso sudah mendapatkan beberapa pelatihan umum mengenai pengembangan produk dan proses produksi serta pengemasan, namun pelatihan belum dilaksanakan secara rutin dan cakupannya masih kecil dengan peralatan sederhana. Pemilik POKLAHSAR kerupuk bandeng dapat lebih aktif lagi mengajukan permohonan pelatihan terkait usaha dengan tema tertentu sesuai kebutuhan UMKM kepada dinas terkait seperti Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan atau Disperindag Kabupaten Pasuruan. Tujuan pengembangan SDM adalah meningkatkan kemampuan, keterampilan, sikap dan tanggung jawab karyawan sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran program dan tujuan organisasi (Sutadji, 2010).

Berdasarkan Tabel 4.6, Tujuan meningkatkan kualitas produk pada klaster 1 memiliki bobot sebesar 33%. Kualitas produk yang dihasilkan pada klaster 1 dapat dikatakan sudah baik dilihat dari rata-rata penjualan serta kapasitas produksi usaha yang tinggi dibandingkan dengan UMKM lain. Anggota UMKM klaster 1 sudah menggunakan bantuan mesin penggiling dan mixing untuk produksi serta menggunakan bantuan hand sealer. Dengan menggunakan bantuan mesin, kualitas produk tentunya akan lebih baik karena meminimalisir terjadinya

Page 73: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

56

kontaminasi oleh manusia. Kualitas dapat dikontrol mulai dari proses penanganan bahan baku hingga menjadi produk kerupuk bandeng dan dikemas. Kualitas produk akhir sangatlah ditentukan oleh kualitas bahan bakunya. Jika bahan baku yang digunakan telah terstandar dan berkualitas baik, maka dapat menjadi modal awal untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berstandar tinggi (Yuswohadi dkk, 2010). Anggota UMKM yang masuk dalam klaster 1 ini memiliki kualitas produk kerupuk bandeng yang terbaik diantara POKLAHSAR kerupuk bandeng lain di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Kualitas yang dimaksudkan dinilai dari segi rasa, kerenyahan, sudah memiliki izin usaha P-IRT dan peralatan dan mesin yang digunakan lebih modern. Pengalaman beroperasi UMKM pada klaster 1 yang lebih lama dibanding UMKM lainnya juga turut mempengaruhi kualitas produk. UMKM pada klaster 1 juga memiliki pemasok bahan baku bandeng dalam jumlah besar dan rutin memasok dalam keadaan segar setelah panen dari tambak yang wilayahnya berdekatan dengan lokasi UMKM, sehingga kualitas bahan baku terbaik tetap terjaga dan akan menghasilkan produk yang baik. Di kawasan Jawa Timur, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan peningkatan kualitas produk, yaitu dengan standarisasi produk barang dan jasa yang akan masuk ke wilayah Jawa Timur dan standarisasi produk barang dan jasa yang dihasilkan UKM melalui bantuan sertifikasi SNI, pemenuhan sistem manajemen mutu dan pemberian barcode produk (Direktorat jenderal kerjasama ASEAN, 2015).

Meningkatkan penjualan produk adalah tujuan ranking ketiga dengan nilai 30% yang berbeda tipis dengan tujuan lainnya untuk dilakukan pengembangan POKLAHSAR kerupuk bandeng pada klaster 1. Rata-rata penjualan produk pada klaster ini sudah relatif tinggi dibandingkan dengan rata-rata penjualan pada klaster 2, namun penjualan tersebut harus lebih ditingkatkan kembali. Semakin tinggi kuantitas penjualan produk akan semakin membuat konsumen berasumsi bahwa kualitas dari produk yang dijual sudah baik dan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian pada produk tersebut. Meningkatnya penjualan akan diikuti dengan meningkatnya

Page 74: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

57

kapasitas produksi serta keuntungan maupun laba dari suatu usaha. Dari keuntungan yang didapatkan oleh pelaku usaha, akan mempengaruhi perkembangan dari UMKM. Semakin tinggi jumlah penjualan semakin tinggi pula pendapatan dagang, karena semakin banyak barang yang dapat dijual maka semakin banyak pula uang yang didapat sehingga pendapatan semakin tinggi (Maheswara dkk, 2016). Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan penjualan produk kerupuk bandeng, antara lain kualitas produk, promosi dan pemasaran lebih luas, peningkatam jumlah permintaan pasar pada momen tertentu seperti puasa dan hari raya dan kemasan yang menarik. Penjualan dapat ditingkatkan dengan melakukan promosi dan pemasaran secara kontinyu dan luas ke pasar yang dituju dan menjaga kualitas dari produk itu sendiri. Kualitas produk yang terjaga akan membuat konsumen merasa puas dan melakukan pembelian rutin. Penjualan produk akan tinggi apabila strategi pemasaran yang diterapkan mampu mendapat akses pasar yang luas serta mampu meningkatkan kepuasan konsumen atas produk yang dihasilkan (Sanusi, 2015).

Perhitungan dengan metode FAHP juga dilakukan untuk membandingkan antar alternatif strategi yang digunakan dalam pengembangan UMKM anggota klaster 1. Alternatif strategi yang digunakan dalam strategi pengembangan UMKM anggota klaster 1, antara lain pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan yang modern, peningkatan standarisasi produk, pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM, dan perluasan jaringan pemasaran produk ke pasar modern. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode FAHP, pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern memiliki bobot tertinggi sebesar 35%, peningkatan standarisasi produk dengan bobot sebesar 25%, pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM dengan bobot sebesar 20%, dan perluasan jaringan pemasaran produk ke pasar modern dengan bobot 19%. Perankingan dari perbandingan antar alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Page 75: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

58

Tabel 4.7 Perbandingan Antar Aternatif Strategi Klaster 1

Tujuan Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3

Nilai Agregat Kriteria

Ranking

Pengembangan Tek. Produksi dengan Mesin & Peralatan Modern

0,25 0,46 0,33 0,35 1

Peningkatan Standarisasi Produk

0,33 0,16 0,27 0,25 2

Pelatihan Pengembangan Usaha untuk Pemilik & Pekerja UMKM

0,24 0,23 0,14 0,20 3

Perluasan Jaringan Pemasaran Produk ke Pasar Modern

0,18 0,15 0,26 0,19 4

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern menjadi prioritas alternatif strategi dengan bobot sebesar 35% seperti yang tertera pada Tabel 4.7. UMKM pada klaster 1 sudah memproduksi kerupuk bandeng menggunakan mesin bantuan dari pemerintah Kabupaten Pasuruan, seperti mesin penggilingan dan mesin mixing adonan. Namun, mesin yang ada jumlahnya sangat sedikit dan terkadang mengalami hambatan dalam operasinya seperti mesin rusak. Untuk proses pengolahan kerupuk bandeng yang lainnya masih menggunakan peralatan sederhana dan proses penjemuran kerupuk masih dilakukan secara konvensional dengan mengandalkan sinar matahari. Keterbatasan mesin untuk menunjang proses produksi menghambat proses produksi seiring dengan banyaknya permintaan pasar terhadap produk kerupuk bandeng pada UMKM klaster 1 yang memiliki rata-rata penjualan serta kapasitas produk bulanan yang tinggi. Kapasitas produksi dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Apabila kapasitas produksi bisa ditingkatkan dengan penambahan

Page 76: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

59

mesin-mesin atau penerapan teknologi-teknologi yang mendukung maka skala bisnis tersebut bisa ditingkatkan. (Widjajanto, 2009). Pemilik usaha dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan meminta bantuan kepada dinas terkait, seperti Disperindag untuk pengadaan bantuan mesin dan alat sesuai dengan kebutuhan UMKM, seperti mesin pemotong kerupuk, oven pengering, dan mesin pengemasan atau meminta bantuan akses pendanaan dengan kredit bunga ringan khusus pengusaha UMKM untuk membeli mesin dan peralatan baru yang lebih modern sehingga diharapkan proses produksi akan lebih baik dan efisien, kapasitas produksi terpenuhi bahkan meningkat, dan penjualan juga meningkat yang akhirnya berdampak pada laba yang meningkat dan kesejahteraan UMKM semakin baik. Kemajuan teknologi mempunyai hubungan yang positif dengan output yang dihasilkan. Semakin tinggi teknologi maka proses produksi menjadi semakin baik kualitasnya dan mungkin dari segi kuantitas juga lebih banyak (Pracoyo, 2006).

Berdasarkan Tabel 4.7, peningkatan standarisasi produk memiliki bobot sebesar 25%. Strandarisasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan oleh pelaku usaha karena akan berdampak pada seberapa baik produk yang akan dihasilkan. Umumnya, UMKM tidak terlalu mempedulikan standarisasi baik dalam proses produksi, standarisasi produk dan pelabelan kemasan. Namun, anggota UMKM klaster 1 sudah menyadari pentingnya standarisaasi untuk kemajuan usahanya dengan melakukan standarisasi produk, seperti memiliki nomor P-IRT dan sedang dalam proses pengujian produk untuk mendapatkan izin LPPOM, namun proses produksi kerupuk bandeng belum memiliki SOP dan pengawasan penerapan standar operasinya masih perlu ditingkatkan. Standarisasi produk akan membuat produk-produk yang dihasilkan semakin berkualitas sehingga mampu bersaing dengan produk ternama di pasar yang lebih luas. Akses pasar yang meluas akan memberikan keuntungan bagi usaha kecil dalam memasarkan produknya secara luas. Karena, tantangan terbesar kedepannya bagi UKM adalah standarisasi produk serta akses pasar (Frisdiantara dan Mukhlis, 2016).

Page 77: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

60

Peningkatan standarisasi dapat dilakukan dengan memilih dan menggunakan bahan baku yang baik dan sesuai dengan standar untuk membuat kerupuk bandeng. Peningkatan standarisasi produk yang dicantumkan dalam label kemasan juga harus dilakukan, seperti sertifikasi halal MUI, tanggal kadaluwarsa, dan kandungan gizi dan nutrisi. Pelabelan pada produk adalah menentukan informasi terinci yang perlu dicantumkan pada label makanan (Boone dan David, 2007). Informasi-informasi yang tercantum pada label kemasan tersebut akan membuat konsumen merasa aman dan yakin untuk membeli maupun mengkonsumsi produk tersebut sehingga penjualan produk dan keuntungan juga akan semakin meningkat.

Pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM memiliki bobot 20%, seperti yang tertera pada Tabel 4.7. Pelatihan bagi pekerja maupun pemilik merupakan kegiatan yang wajib dilakukan secara berkala oleh suatu usaha, terutama bagi usaha UMKM karena SDM yang memiliki wawasan dan kemampuan terbatas. Dengan pelaksanaan pelatihan kerja pekerja dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif, karena adanya peningkatan pengetahuan dan keahlian (Frisdiantara dan Mukhlis, 2016). Pemilik UMKM pada klaster 1 termasuk kedalam UMKM yang cukup aktif mengikuti pelatihan untuk pemilik dan pekerja mengenai proses produksi yang baik dan juga pelatihan pengemasan umum oleh dinas terkait, seperti Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan dan Disperindag Kabupaten Pasuruan. Lokasi usaha salah satu anggota pada klaster 1 juga cukup sering digunakan untuk pusat berkumpulnya pelatihan seluruh POKLAHSAR kerupuk bandeng di wilayah Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan Dengan mengikuti pelatihan yang lebih rutin pada anggota klaster 1 dibandingkan dengan klaster 2, menyebabkan kemampuan pekerja di UMKM klaster lebih baik yang dapat dilihat pada kapasitas produksi klaster 1 yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kapasitas produksi klaster 2, namun tentunya pelatihan pekerja dan pemilik harus selalu dilaksanakan secara rutin agar mengetahui perkembangan yang akan menunjang produksi kerupuk bandeng. Kualitas sumber

Page 78: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

61

daya manusia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam suatu proses produksi yang dilakukan (Minarsih dkk, 2015).

Perlusaan jaringan pemasaran produk ke pasar modern memiliki bobot 19%, seperti yang tertera pada Tabel 4.7. Aspek pemasaran sangat erat kaitannya dengan tingkat penjualan dari suatu produk. Pemasaran ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses usaha (Djojobojo dkk, 2014). Namun, alternatif ini menjadi alternatif strategi terakhir dalam pengembangan klaster 1, karena UMKM kerupuk bandeng pada klaster 1 sudah memiliki pangsa pasar dan relasi yang cukup kuat dan konsumen telah mengetahui serta mempercayai kualitas produk kerupuk bandeng pada UMKM klaster 1. Hingga saat ini, area pemasaran masih berada di daerah sekitar Malang, Pasuruan, Surabaya dan area Jawa Timur saja karena keterbatasan tenaga kerja dan transportasi. Perluasan pemasaran yang dilakukan akan membuat produk semakin dikenal dan tentunya berpengaruh juga terhadap tingkat penjualan dan jumlah keuntungan yang akan didapatkan oleh UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso. Anggota UMKM kerupuk bandeng pada klaster 1 sudah memenuhi beberapa standarisasi produk yang dicantumkan dalam pelabelan untuk kemudian dapat dikembangkan jaringan pemasarannya lebih luas ke pasar modern, seperti minimarket, supermarket atau ke pusat oleh-oleh terkemuka baik di dalam wilayah Pasuruan atau di kota-kota lain di wilayah Jawa Timur. Dengan adanya perluasan jaringan pemasaran ke pasar modern diharapkan dapat membuat produk kerupuk bandeng semakin dikenal masyarakat luas sebagai oleh-oleh khas Daerah Pasuruan serta dapat meningkatkan kesejahteraan UMKM produk unggulan di Kabupaten Pasuruan, khususnya produk kerupuk bandeng. Perluasan jaringan pemasaran ke pasar modern sangatlah mungkin apabila UMKM dapat memenuhi standar produk yang diminta oleh pasar modern seperti adanya izin usaha minimal nomor P-IRT, sertifikasi halal dan BPOM atau LPPOM, serta standarisasi produk lainnya. Standarisasi produk akan membuat produk-produk yang dihasilkan semakin berkualitas sehingga

Page 79: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

62

mampu bersaing dengan produk lainnya. Karena, tantangan terbesar kedepannya bagi UKM dan UKM adalah standarisasi produk serta akses pasar (Frisdiantara dan Mukhlis, 2016).

Strategi pengembangan klaster 1 dapat difokuskan pada pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan yang modern, karena permintaan terhadap produk kerupuk bandeng dan rata-rata kapasitas produk yang cukup tinggi. Jika kapasitas produksi telah terpenuhi, maka nilai penjualan dan keuntungan juga meningkat. Akan lebih baik jika peningkatan standarisasi produk juga dilaksanakan agar dengan permintaan yang tinggi kualitas produk tetap terjaga. Alternatif selanjutnya adalah pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM untuk menunjang pegembangan teknologi dan mesin. Alternatif terakhir adalah perluasan jaringan pemasaran produk ke pasar modern sebagai langkah pelebaran sayap usaha apabila semua alternatif strategi sebelumnya sudah terlaksana dengan baik. Alternatif-alternatif tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam RPJMD Dinas terkait. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan (2013), tujuan dan sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013 – 2018 dibuat berdasarkan pernyataan visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan, maka ditetapkanlah tujuan sebagai berikut: (1) meningkatnya produksi dan produktivitas perikanan dan kelautan; (2) meningkatnya kualitas masyarakat perikanan untuk pengembangan usaha perikanan yang memenuhi standar keamanan pangan (3) meningkatnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan secara optimal dan berkelanjutan. 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2

Strategi pengembangan klaster 2 menggunakan struktur hierarki dengan beberapa alternatif strategi yang berbeda dengan klaster 1 dan responden pakar yang sama. Struktur hierarki yang digunakan mencakup solusi dari permasalahan umum yang ada pada POKLAHSAR kerupuk bandeng di

Page 80: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

63

Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Jumlah responden ahli yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 3 pakar. 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) Klaster 2 Perhitungan strategi pengembangan klaster industri

kerupuk bandeng menggunakan metode AHP untuk mengetahui nilai rasio konsistensi. Nilai konsistensi menggambarkan tingkat konsistensi dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. Dengan menghitung dan melihat Nilai CR maka dapat mengetahui apakah hasil dari kuisioner valid atau tidak dengan syarat nilai CR harus bernilai ≤ 0,10. Consistency Ratio (CR) merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Seharusnya nilai CR tidak lebih dari 0,10 jika penilaian kriteria telah dilakukan dengan konsisten (Marimin, 2004).

Struktur hierarki yang digunakan dalam hierarki klaster 2 dibagi menjadi 3 level. Target yang ingin dicapai adalah pengembangan klaster industri kerupuk bandeng di di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Level 1 merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan klaster yaitu klaster industri, pemerintah, serta industri terkait dan pendukung. Level 2 merupakan tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan klaster industri yaitu meningkatkan kualitas produk, pengembangan SDM, dan meningkatkan penjualan produk. Level 3 merupakan alternatif strategi yang digunakan dalam pengembangan klaster industri yang terdiri dari peningkatan standarisasi produk, pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM, peningkatan kemudahan akses pinjaman modal, menjalin kemitraan dengan supplier bahan baku dan kemasan, dan peningkatkan penjualan dan pemasaran produk. Berdasarkan hasil dari perhitungan uji konsistensi antara ketiga level hierarki dapat dilihat bahwa hasil perbandingan matriks ketiga pakar sudah konsisten. Hal ini dapat diketahui dari nilai konsistensi rasio, dimana nilai CR dari hasil perhitungan bernilai ≤0,1 atau ≤10% yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Bila matriks pair-wise comparison dengan nilai ≤ 0,1 maka ketidakkonsistenan pendapat dari pengambil

Page 81: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

64

keputusan masih dapat diterima dan jika tidak maka penilaian perlu diulang. (Anshori, 2012). 4.4.2.2 Analisis Strategi Pengembangan Klaster 2 Tiap

Komponen Struktur Hierarki Analisis strategi pengembangan UMKM klaster 2

dilakukan pada masing-masing pakar, terhadap masing-masing faktor tujuan dan alternatif strategi. Analisis strategi pengembangan UMKM klaster 2 dilakukan untuk mengetahui faktor, tujuan, serta alternatif strategi yang dominan pada pemilihan strategi pengembangan UMKM klaster 2. Analisis dilakukan dengan memilih bobot tertinggi pada masing-masing pakar terhadap komponen. Terdapat perbedaan antara struktur hierarki klaster 2 dengan struktur hierarki klaster 1, yaitu pada level alternatif. Hal tersebut terjadi karena UMKM kerupuk bandeng klaster 2 termasuk dalam usaha skala mikro yang harus melakukan banyak pengembangan usaha, maka alternatif yang dimunculkan lebih banyak dibanding dengan klaster 1. Hierarki strategi pengembangan UMKM kerupuk bandeng pada klaster 2 dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Pengembangan Klaster Industri

Kerupuk Bandeng

Klaster Industri

(0,13)

Pemerintah

(0,56)

Industri Terkait dan

Pendukung

(0,31)

Meningkatkan

Kualitas Produk

(0,34)

Pengembangan

SDM

(0,44)

Meningkatkan

Penjualan Produk

(0,22)

Peningkatan

Standarisasi Produk

(0,31)

Pelatihan pengembangan usaha

untuk pemilik dan pekerja UKM

(0,26)

Peningkatan kemudahan akses pinjaman modal

(0,05)

Menjalin kemitraan dengan supplier bahan baku dan

Kemasan (0,14)

Faktor

Tujuan

Alternatifstrategi

Peningkatan penjualan dan

pemasaran produk (0,23)

Gambar 4.3 Struktur Hierarki Pengembangan Klaster Industri Kerupuk Bandeng Klaster 2

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada klaster 2, faktor pengembangan klaster industri yang menjadi prioritas

Page 82: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

65

adalah pemerintah dengan bobot 56%, tujuan yang menjadi prioritas adalah pengembangan SDM dengan bobot 44% dan alternatif strategi yang menjadi prioritas adalah peningkatan standarisasi produk 31%. Perhitungan dengan menggunakan FAHP dilakukan dengan membandingkan antar faktor yang berpengaruh dalam klaster 2. Berdasarkan hasil perhitungan FAHP diketahui bahwa faktor pemerintah memiliki bobot 56%, industri terkait dan pendukung dengan bobot 31% dan klaster industri yang memiliki bobot 13%. Perankingan dan perbandingan antar faktor dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Perbandingan Antar Faktor Klaster 2

Faktor Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai Agregat

Kriteria Ranking

Pemerintah 0,50 0,70 0,49 0.56 1 Industri Terkait & Pendukung

0,50 0,30 0,13 0.31 2

Klaster Industri 0,00 0,00 0,38 0.13 3

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Dapat dilihat pada Tabel 4.8, faktor pemerintah menjadi

faktor yang memiliki nilai tertinggi dalam strategi pengembangan klaster 2 UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Pemerintah sebagai pemegang dan pemberi otoritas dalam regulasi suatu badan usaha menjadikan setiap usaha terutama UMKM harus mematuhi dan mengikuti regulasi yang dibuat oleh pemerintah. Pemerintah memiliki peran yang besar untuk melakukan reorientasi ekonomi nasional dengan mendorong terwujudnya iklim usaha yang akomodatif bagi usaha (Ariani, 2013). Pemerintah memegang peran penting dalam menentukan strategi pengembangan yang baik dan tepat bagi anggota UMKM kerupuk bandeng klaster 2 yang memiliki anggota UMKM kerupuk bandeng dengan skala usaha mikro. Pengelompokkan skala usaha pada UMKM dapat diketahui dari nilai penjualan dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003, Usaha mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan WNI dan memiliki hasil penjualan

Page 83: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

66

paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) per tahun. Menurut bank indonesia (2015), usaha yang tergolong dalam skala mikro memiliki jumlah pekerja sebanyak 1-4 orang. Anggota UMKM kerupuk bandeng yang masuk dalam klaster 2 tergolong masih berkembang dengan nilai kapasitas produksi hingga penjualan masih dibawah rata-rata dari anggota UMKM pada klaster 1. Dengan bantuan dan dukungan dari pihak pemerintah berupa pelatihan, pengarahan dan pembimbingan usaha kepada pelaku usaha kerupuk bandeng dengan skala mikro diharapkan dapat meningkatkan wawasan yang kemudian berdampak pada peningkatan produksi dan kualitas produk yang akan meningkatkan skala usaha serta meningkatkan kesejahteraan UMKM terkait Pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha (Soemarso,2007).

Industri terkait dan pendukung merupakan faktor penting kedua dalam strategi pengembangan POKLAHSAR kerupuk bandeng dengan bobot 31%. Menurut Jauhari (2010), Industri terkait dan pendukung merupakan mitra usaha yang menentukan tingkat keberhasilan dari suatu usaha. Industri terkait dan pendukung yang terlibat dalam kegiatan industri klaster 2 adalah pemasok ikan bandeng segar, pemasok bahan tambahan dan pemasok kemasan. Namun, hingga saat ini anggota UMKM kerupuk bandeng klaster 2 belum memiliki mitra tetap dalam pemenuhan bahan baku hinga bahan pengemas. Karena permintaan pasar terhadap produk klaster 2 cenderung rendah dan konstan dibanding dengan permintaan kerupuk bandeng pada klaster 1, untuk pemenuhan kebutuhan bahan produksi kerupuk bandeng masih dilakukan pembelian secara umum di pasar sesuai dengan kebutuhan dan apabila permintaan meningkat pada bulan tertentu maka UMKM kerupuk bandeng pada klaster 2 ini akan menghubungi tengkulak untuk memenuhi kebutuhan produksi atau bahkan memanen ikan sendiri dari tambak milik pribadi. Anggota UMKM klaster 2 tidak menggunakan bantuan jasa distributor untuk membantu pemasaran ataupun penjualan produk kerupuk bandeng mereka. Industri terkait dan pendukung dapat

Page 84: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

67

membantu dalam menyediakan kebutuhan usaha seperti bahan baku maupun lainnya. Industri terkait adalah pihak yang bekerjasama dengan suatu usaha dan memiliki tujuan usaha yang sama dengan unit usaha yang diajak kerjasama (Komarudin, 2012).

Klaster industri memiliki bobot terendah sebesar 13%. POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso sendiri masih berjalan masing-masing belum membentuk klaster. Klaster industri yang terbentuk dari pengelompokkan beberapa UMKM dengan ragam usaha sejenis saling berhubungan di dalam cakupan wilayah yang berdekatan serta menjalin kemitraan Dalam hierarki klaster 2, dapat dilihat bahwa prioritas faktor berada di pemerintah kemudian disusul industri terkait dan pendukung yang tentunya juga akan mempengaruhi pembentukaan dan pengembangan klaster industri kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Klaster industri dapat berkembang dengan baik jika terjadi aliran formal dan informal dari hubungan antar usaha yaitu pemerintah serta industri terkait dan pendukung (Sugiarto dkk., 2010). Klaster industri akan meningkatkan produktivitas karena kebutuhan UKM dalam mengakses atau memperoleh sumber daya dapat terkonsentrasi di satu tempat. Hal ini membantu meringankan biaya transaksi (transaction cost). Konsentrasi dan interaksi yang tinggi antar sesama UKM dalam klaster akan memperlancar proses penyebaran dan pertukaran informasi, pertukaran pengalaman dan sebagainya (Djamhari, 2006).

Perhitungan dengan menggunakan metode FAHP juga dilakukan untuk hierarki level 2 yang merupakan tujuan pengembangan klaster 2. Tujuan dalam strategi pengembangan klaster industri UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan antara lain meningkatkan kualitas produk, pengembangan SDM, dan meningkatkan penjualan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode FAHP, tujuan untuk pengembangan SDM memiliki bobot sebesar 44%, diikuti meningkatkan kualitas produk dengan bobot 34% dan meningkatkan penjualan produk dengan bobot sebesar 22%. Perankingan dari perbandingan antar tujuanpengembangan klaster 2 dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Page 85: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

68

Tabel 4.9 Perbandingan antar Tujuan Klaster 2

Tujuan Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3

Nilai Agregat Kriteria

Ranking

Pengembangan SDM

0,36 0,62 0,35 0,44 1

Meningkatkan Kualitas Produk

0,34 0,29 0,38 0,34 2

Meningkatkan Penjualan Produk

0,30 0,09 0,27 0,22 3

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Dapat dilihat pada Tabel 4.9, tujuan pengembangan SDM

memiliki bobot tertinggi sebesar 44%, karena jumlah pekerja di lapangan masih sangat sedikit dan kemampuan dari pekerja yang kurang terlatih sehingga produksi kerupuk bandeng juga kurang maksimal. Hal-hal tersebut menyebabkan tujuan dari strategi pengembangan UMKM klaster 2 adalah pengembangan SDM. Pengembangan SDM dari segi keterampilan dan keahlian adalah salah satu solusi agar suatu usaha yang telah berdiri dapat berkembang dan menjadi lebih baik jika belum mampu menambah jumlah pekerja. Sumber daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh suatu usaha akan mempengaruhi produk akhir yang dihasilkan oleh suatu usaha. Dengan keterampilan pekerja yang terlatih, pekerja akan memiliki pengetahuan dan memperhatikan bagaimana proses produksi yang baik dan higienis serta mampu mengatur kecepatan dalam bekerjanya agar kapasitas produksi setiap UMKM dapat terpenuhi. Sejauh ini, pemilik serta pekerja di UMKM kerupuk bandeng klaster 2 di Kecamatan Rejoso sudah mendapatkan beberapa pelatihan umum mengenai pengembangan produk dan proses produksi serta pengemasan, namun pelatihan belum dilaksanakan secara rutin dan cakupan nya masih sangat kecil dengan menggunakan peralatan sederhana. Pemilik usaha kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso pada klaster 2 dapat lebih aktif lagi mengajukan permohonan pelatihan dengan tema tertentu sesuai dengan kebutuhan UMKM kepada dinas terkait seperti Disperindag

Page 86: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

69

Kabupaten Pasuruan atau Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan. Setelah karyawan bekerja secara rutin, maka harus dilakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan produktivitas pegawai dan menjaga terjadinya keusangan kemampuan pegawai akibat perubahan yang terjadi di lingkungan kerja (Hariandja, 2002). Tujuan pengembangan SDM adalah meningkatkan kemampuan, keterampilan, sikap dan tanggung jawab karyawan sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran program dan tujuan organisasi (Sutadji, 2010).

Dapat dilihat pada Tabel 4.9, meningkatkan kualitas produk pada klaster 2 memiliki bobot 34%. Kualitas produk kerupuk bandeng pada setiap UMKM yang ada di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan berbeda-beda tergantung dari bagaimana setiap UMKM berproduksi. Proses penanganan bahan baku hingga menjadi produk kerupuk bandeng dapat menentukan bagaimana kualitas produk yang dihasilkan. Penanganan serta pengolahan yang baik dan sesuai dengan prosedur maupun standar yang ada akan menjamin baiknya kualitas dari produk yang dihasilkan. Pada UMKM anggota klaster 2 ini kualitas produk kerupuk bandeng dapat dikatakan belum terjamin karena UMKM masih belum memiliki standar operasi yang tetap dan belum memiliki sertifiksi produk, seperti nomor P-IRT yang masih diurus dan belum keluar serta sertifikasi lainnya untuk dicantumkan di label kemasan. Kualitas produk dapat ditingkatkan dengan menjaga bahan baku yang digunakan, cara pengolahan yang sesuai dengan standar operasi, penanganan yang baik dan tepat terhadap produk yang telah jadi serta memiliki sertifikasi produk. Upaya standarisasi dan peningkatan kualitas produk akan sangat strategis jika kemitraan dibangun dengan komunitas pemasok (Yuswohadi dkk, 2010). Di kawasan Jawa Timur, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan peningkatan kualitas produk, yaitu dengan standarisasi produk barang dan jasa yang akan masuk ke wilayah Jawa Timur dan standarisasi produk barang dan jasa yang dihasilkan UKM melalui bantuan sertifikasi SNI, pemenuhan sistem manajemen mutu dan pemberian barcode produk (Direktorat jenderal kerjasama ASEAN, 2015).

Page 87: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

70

Dapat dilihat pada Tabel 4.9, meningkatkan penjualan produk pada klaster 2 memiliki bobot 22%. Peningkatan penjualan produk menandakan bahwa kualitas dari produk baik sehingga mampu membuat konsumen melakukan pembelian pada produk tersebut. Meningkatnya penjualan diikuti dengan meningkatnya kapasitas produksi serta keuntungan maupun laba dari suatu usaha. Setiap usaha yang didirikan memiliki tujuan untuk mendapatkan profit yang sebesar-besarnya sehingga tingkat penjualan dari produk mempengaruhi perkembangan dari suatu usaha. Penjualan dapat ditingkatkan dengan melakukan promosi yang baik kepada pangsa pasar serta menjaga kualitas dari produk itu sendiri. Kualitas produk yang terjaga membuat konsumen merasa puas dan tidak ragu untuk melakukan pembelian selanjutnya. Penjualan produk kerupuk bandeng pada UMKM klaster 2 ini masih rendah jika dibandingkan dengan UMKM lain pada klaster 1.

Kurangnya promosi dalam pemasaran serta terbatasnya jumlah produk kerupuk bandeng yang diproduksi oleh pemilik POKLAHSAR kerupuk bandeng pada klaster 2 menjadi penyebab rendahnya penjualan produk tersebut. Rata-rata pemilik POKLAHSAR kerupuk bandeng melakukan penjualan secara langsung tanpa memakai bantuan dari jasa distributor maupun reseller. Pemilik tidak menggunakan jasa tersebut karena merasa tidak mampu untuk menyediakan stok produk dalam jumlah yang besar secara rutin. Selain itu, produk sisa yang tidak laku terjual juga menjadi ketakutan tersendiri bagi para pemilik usaha untuk berkembang dan meningkatkan penjualan, sehingga selama ini POKLAHSAR kerupuk bandeng dalam klaster 2 hanya memproduksi kerupuk bandeng sesuai dengan pesanan dan produksi berkala dengan stok sedikit. Untuk meningkatkan penjualan produk kerupuk bandeng pada klaster 2, Pemilik usaha dapat melakukan promosi yang lebih gencar dan kreatif ke masyarakat dengan menggunakan berbagai media menarik seperti media online yang banyak diakses oleh orang-orang saat ini. Sehingga pangsa pasar penjualan bisa lebih luas dan penjualan dari produk tersebut akan meningkat. Promosi yang baik dan tepat sangat berpengaruh bagi suatu usaha. Tujuan diakukannya promosi

Page 88: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

71

adalah memasarkan segala sesuatu yang diperjualbelikan pada konsumen. Promosi dilakukan sebagai media untuk mengenalkan suatu produk yang baru atau memperkuat brand image suatu produk yang telah ada sebelumnya (Halim, 2010). Semakin tinggi jumlah penjualan semakin tinggi pula pendapatan dagang, karena semakin banyak barang yang dapat dijual maka semakin banyak pula uang yang didapat sehingga pendapatan semakin tinggi (Maheswara dkk, 2016).

Perhitungan dengan metode FAHP juga dilakukan untuk membandingkan antar alternatif strategi yang digunakan dalam pengembangan UMKM anggota klaster 2. Alternatif strategi yang digunakan dalam strategi pengembangan UMKM anggota klaster 2 antara peningkatan standarisasi produk, pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM, peningkatan kemudahan akses pinjaman modal, menjalin kemitraan dengan supplier bahan baku & kemasan, peningkatan penjualan dan pemasaran produk. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode FAHP, peningkatan standarisasi produk memiliki bobot sebesar 31% pelatihan dan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM dengan bobot 26%, Peningkatan penjualan dan pemasaran produk dengan bobot 23%, menjalin kemitraan dengan supplier bahan baku & kemasan dengan bobot 14%, dan Peningkatan Kemudahan akses Pinjaman Modal dengan bobot 5%. Perankingan dari perbandingan antar alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Peningkatan standarisasi produk memiliki bobot terbesar 31% Strandarisasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan oleh pelaku usaha karena akan berdampak pada seberapa baik produk yang akan dihasilkan. Umumnya, pelaku UMKM kerupuk bandeng kurang memperhatikan standarisasi baik dalam proses produksi, standarisasi produk dan pelabelan kemasan. UMKM anggota klaster 2 masih belum menerapkan standarisasi pada produk kerupuk bandeng yang mereka hasilkan. Standarisasi produk akan membuat produk-produk yang dihasilkan semakin berkualitas sehingga mampu bersaing dengan produk ternama kemudian akses pasar akan

Page 89: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

72

memberikan keuntungan bagi usaha kecil dalam memasarkan produknya secara luas (Frisdiantara dan Mukhlis, 2016). Tabel 4.10 Perbandingan Antar Aternatif Strategi Klaster 2

Tujuan Pakar

1 Pakar

2 Pakar

3 Nilai Agregat

Kriteria Ranking

Peningkatan Standarisasi Produk

0,31 0,33 0,28 0,31 1

Pelatihan Pengembangan Usaha untuk Pemilik & Pekerja UMKM

0,29 0,32 0,18 0,26 2

Peningkatan penjualan dan pemasaran produk

0,19 0,22 0,29 0,23 3

Menjalin Kemitraan dengan supplier bahan baku & kemasan

0,18 0,08 0,17 0,14 4

Peningkatan Kemudahan Akses Pinjaman Modal

0,03 0,05 0,06 0,05 5

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Peningkatan standarisasi dapat dilakukan dengan memilih dan menggunakan bahan baku yang baik dan memiliki standar operasi pembuatan kerupuk bandeng. Pencantuman tanggal kadaluwarsa, nomor PIRT, serta LPPOM pada kemasan produk juga dapat membantu meningkatkan standarisasi. Informasi yang tercantum pada kemasan tersebut akan membuat konsumen merasa yakin untuk membeli produk tersebut sehingga tingkat penjualan produk juga akan semakin meningkat. Kualitas produk akhir sangatlah ditentukan oleh kualitas bahan bakunya. Jika bahan baku yang digunakan telah terstandar dan berkualitas baik, maka dapat menjadi modal awal

Page 90: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

73

untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berstandar tinggi (Yuswohadi dkk, 2010). Anggota UMKM kerupuk bandeng pada klaster 2 sudah mulai sadar akan pentingnya standarisasi produk, sehingga seluruh anggota UMKM kerupuk bandeng dalam klaster 2 sedang mengurus izin nomor P-IRT produk sebagai langkah awal sebelum memenuhi standar lainnya. Tentunya standar yang baik dapat dijalankan jika kualitas pekerja UMKM juga sudah baik dan terampil.

Berdasarkan Tabel 4.10, pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM menjadi alternatif strategi kedua yang harus dilakukan pada klaster 2 untuk meningkatkan keahlian dan menambah wawasan baik bagi pekerja maupun pemilik. Pemilik usaha kerupuk bandeng pada klaster 2 kurang begitu memperhatikan pentingnya pelatihan bagi pekerjanya karena proses produksi dilakukan oleh pemilik serta dibantu oleh pekerja yang dimiliki dan sudah terbiasa dengan cara produksi kerupuk bandeng dan permintaan yang ada belum terlalu banyak dan masih bisa dipenuhi oleh pekerja yang ada. Setelah karyawan bekerja secara rutin harus dilakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan produktivitas pegawai dan menjaga terjadinya keusangan kemampuan pegawai akibat perubahan yang terjadi di lingkungan kerja (Hariandja, 2002). Karena pemerintah terkait sadar bahwa pelatihan usaha memakan biaya yang banyak dan membutuhkan peran tenaga ahli, maka tidak mungkin dilakukan secara individu dan menggunakan biaya individu UMKM. Maka dari itu, pemerintah melalui Disperindag setempat memiliki program pendanaan serta bantuan pelatihan bagi UMKM yang ingin melakukan pelatihan usaha dengan mengajukan proposal permohonan pelatihan, namun karena kesadaraan UMKM pada klaster 2 yang rendah akan pentingnya program pelatihan usaha dan keterbatasan pengetahuan, tidak ada UMKM yang memanfaatkan kesempatan tersebut. UMKM kerupuk bandeng dalam klaster 2 hanya menunggu pelatihan yang diadakan secara serempak di wilayah Kecamatan Rejoso saja. Menurut Minarsih dkk (2015), Kualitas sumber daya manusia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam suatu proses produksi yang dilakukan. Peningkatan

Page 91: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

74

keterampilan tenaga kerja juga penting sehingga UKM memiliki tenaga kerja yang berkualitas yang dapat menghasilkan produk sesuai dengan permintaan konsumen (Ruslan, 2007).

Peningkatan penjualan dan pemasaran produk menjadi alternatif strategi pengembangan klaster industri yang ketiga dengan bobot sebesar 23%, seperti yang tertera pada Tabel 4.10. Pemasaran yang baik kepada masyarakat maupun konsumen akan berpengaruh terhadap meningkatnya kapasitas produksi yang kemudian diikuti dengan peningkatan nilai penjualan produk dan keuntungan dari suatu usaha. Pemasaran yang dilakukan hingga saat ini oleh anggota UMKM kerupuk bandeng klaster 2 kurang begitu luas karena hanya mengandalkan pesanan yang berasal dari relasi yang sudah mengenal produk dari mulut ke mulut ataupun keluarga yang berada diluar wilayah Pasuruan saja serta hanya menitipkan produk di warung sekitar Kecamatan Rejoso. Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala kritis bagi perkembangan UKM. UKM harus melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti peningkatan kualitas produk dan kegiatan promosi (Anggraini dan Syahir, 2013).

Pengembangan UMKM dapat dicapai dengan melakukan peningkatan pemasaran yang bisa dilakukan dengan pemanfaatan sistem penjualan berbasis online dan penggunaan media sosial. Cara tersebut akan sangat membantu pemasaran suatu produk karena jangkauannya yang luas dan biaya pemasaran yang rendah dengan hanya mengandalkan kekuatan internet. Area pemasaran klaster 2 juga dirasa kurang begitu luas karena pemilik usaha merasa takut tidak dapat memenuhi permintaan akibat terbatasnya tenaga kerja dan modal. Pemilik usaha juga merasa takut produknya akan kalah bersaing dengan kompetitor lain yang lebih besar karena UMKM tidak memiliki mitra terkait usaha. Area pemasaran dapat difokuskan pada daerah sekitar Pasuruan dan Surabaya terlebih dulu karena keterbatasan tenaga produksi. Umumnya, strategi pengembangan pemasaran dan informasi bisnis pada UKM masih harus dibina karena masih memiliki beberapa kelemahan,

Page 92: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

75

diantaranya adalah akses pasar terbatas dan distribusi pemasaran melalui perantara (Ruslan, 2007).

Dapat dilihat pada Tabel 4.10, menjalin Kemitraan dengan supplier bahan baku & kemasan merupakan alternatif strategi yang keempat dengan bobot sebesar 14%. Anggota UMKM kerupuk bandeng di klaster 2 masih berjalan sendiri-sendiri sehingga membuat perkembangan UMKM pada klater 2 cukup lambat. Pemilik usahanya merasa belum perlu untuk menjalin hubungan kemitraan yang lebih intensif dengan pihak lain karena keterbatasan akses komunikasi dan kurangnya pengetahuan akan pentingnya menjalin kemitraan, terutama dengan supplier bahan baku dan kemasan yang dibutuhkan secara kontinyu. Menurut Ruslan, (2007), strategi pembinaan dan pengembangan kemitraan mengarah pada strategi membangun jaringan distribusi produk, meningkatkan efektivitas promosi serta melakukan standarisasi desain, merek, kemasan serta ukuran produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Alternatif strategi ini tidak menjadi prioritas karena sejauh ini pasokan bahan baku dan kemasan yang dibeli secara langsung di pasar dirasa masih dapat memenuhi kebutuhan produksi UMKM. Anggota UMKM kerupuk bandeng pada klaster 2 harus diberikan pemahaman oleh institusi terkait tentang pentingnya menjalin kemitraan, apa saja dampaknya bagi produk dan usaha, bagaimana menjalin kemitraan secara profesional. Kemitraan mengacu pada pengertian berkerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar (Anggraini dan Syahir, 2013).

Peningkatan Kemudahan Akses Pinjaman Modal memiliki ranking terendah dengan bobot 5%, seperti yang tertera pada Tabel 4.10. Modal merupakan salah satu aspek penting untuk mengembangkan usaha kerupuk bandeng terutama bagi anggota UMKM kerupuk bandeng pada klaster 2 yang masih termasuk usaha skala mikro. Modal uang (finansial) ialah hal penting walaupun bukan yang terpenting ketika memulai dan mengembangkan usaha (Juliasty, 2009). Adanya peraturan baru dari pemerintah terkait ditiadakannya sistem hibah bantuan dana bagi UMKM di Pasuruan dan dialihkan kepada akses

Page 93: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

76

pinjaman modal untuk UMKM dengan bunga rendah dari dinas koperasi atau bank yang bekerjasama dengan pemerintah setempat membuat banyak UMKM di klaster 2 mengurungkan niatnya untuk mengajukan modal tambahan. Hal tersebut terjadi karena beberapa alasan, antara lain kurangnya pemahaman tentang sistem peminjaman modal, pemilik hanya mengetahui informasi bahwa ada syarat jaminan berupa surat berharga kepada pihak pemberi pinjaman dan keyakinan masing-masing individu untuk tidak berhutang kepada bank karena kekhawatiran tidak mampu membayar cicilan. Sedangkan, para pengusaha dengan skala usaha mikro maupun kecil memerlukan tambahan modal dari pihak luar baik dari pemerintah maupun berupa pinjaman usaha (Evelyn, 2007). Untuk dapat perlahan mengubah paradigma yang muncul, pemerintah dan lembaga terkait UMKM kerupuk bandeng di Kabupaten Pasuruan dapat bekerjasama untuk memberikan edukasi mengenai bagaimana proses peminjaman modal dengan bunga rendah serta membantu memberikan kemudahan akses yang untuk UMKM mendapatkan pinjaman.

Keberhasilan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia tidak terlepas dari dukungan dan peran pemerintah dalam mendorong penyaluran kredit kepada UMKM. Peran pemerintah dalam skim-skim kredit UMKM ini adalah pada sisi penyediaan dana APBN untuk subsidi bunga kredit, sementara kredit atau pembiayaan seluruhnya (100%) berasal dari bank-bank yang ditunjuk pemerintah sebagai bank pelaksana. Saat ini yang paling familiar di masyarakat adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dengan kategori layak, namun tidak mempunyai agunan yang cukup dalam rangka persyaratan perbankan (Karnida dkk, 2013). Karena Pemberian peminjaman modal sangat beguna untuk dapat meminimalisir usaha mikro maupun kecil yang tidak berkembang karena kurangnya modal untuk menjalankan usaha. Penguatan pemodalan dapat dengan memanfaatkan keberpihakan pemerintah berupa penyediaan bantuan dana serta ketersediaan dana di perbankan (Ruslan, 2007).

Strategi pengembangan klaster 2 dapat difokuskan kepada peningkatan standarisasi produk yang saat ini belum

Page 94: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

77

terpenuhi oleh anggota UMKM klaster 2, seperti izin P-IRT yang sedang dalam proses. Pelatihan pengembangan usaha untuk pemilik dan pekerja UMKM juga penting mengingat jumlah pekerja yang sedikit maka dibutuhkan pelatihan untuk meningkatkan keahlian dan wawasan. Selanjutnya, peningkatan penjualan dan pemasaran produk juga penting untuk meningkatkan pendapatan UMKM. Menjalin kemitraan dengan supplier bahan baku dan kemasan dapat terwujud jika UMKM terkait menyadari pentingnya menjalin kemitraan dengan mitra terkait. Alternatif peningkatan kemudahan akses pinjaman modal yang sebetulnya penting, namun dikesampingkan karena alternatif strategi yang lainnya yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Alternatif-alternatif tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dalam RPJMD Dinas terkait. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan (2013), tujuan dan sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013 – 2018 dibuat berdasarkan pernyataan visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan, maka ditetapkanlah tujuan sebagai berikut: (1) meningkatnya produksi dan produktivitas perikanan dan kelautan; (2) meningkatnya kualitas masyarakat perikanan untuk pengembangan usaha perikanan yang memenuhi standar keamanan pangan (3) meningkatnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan secara optimal dan berkelanjutan. 4.5 Perbedaan Strategi pengembangan antara Klaster 1

dan Klaster 2 Anggota UMKM kerupuk bandeng pada klaster 1 termasuk

UMKM dengan skala usaha kecil karena rata-rata hasil penjualan per tahun UMKM yaitu lebih dari Rp. 200.000.000 dan jumlah pekerja lebih dari 5 orang. Anggota UMKM klaster 2 temasuk UMKM dengan skala usaha mikro dengan rata-rata penjualan per tahun bernilai kurang dari Rp. 200.000.000 dan jumlah pekerja kurang dari 5 orang. Perbedaan skala usaha pada UMKM klaster 1 dan 2 menyebabkan fokus dan prioritas strategi pengembangan antar klaster menjadi berbeda.

Page 95: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

78

Tabel 4.11 Perbedaan Strategi Pengembangan UMKM Klaster 1 dan

Klaster 2

No Klaster 1 Klaster 2

1. Klaster 1 merupakan anggota UMKM kerupuk bandeng dengan penjualan produk yang tinggi karena permintaan produk tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk klaster 1 sudah dikenal dan pemasaran produk di UMKM kerupuk bandeng klaster 1 sudah bagus. Penjualan serta pemasaran produk harus lebih ditingkatkan kembali agar UMKM kerupuk bandeng di klaster 1 dapat berkembang dengan harapan skala usahanya dapat terus meningkat.

Klaster 2 merupakan anggota UMKM dengan tingkat penjualan produk yang rendah, untuk dapat meningkatkan penjualan produk harus dipantau secara berkala oleh pihak Dinas terkait. Dinas dapat melaksanakan pameran produk unggulan dari Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan dimana UMKM anggota klaster 2 harus berpartisipasi sehingga pihak Dinas dapat memantau penjualan serta pemasaran produk tersebut.

2. Karena permintaan produk di UMKM klaster 1 cukup tinggi, pengembangan teknologi mesin dan peralatan perlu dilakukan untuk memenuhi kapasitas produk, menghemat waktu dan biaya produksi dengan menggunakan mesin produksi kerupuk bandeng yang lebih modern seperti alat pemotong kerupuk, oven pengering, dan mesin pengemas produk. Agar produk kerupuk bandeng yang dihasilkan memiliki tampilan yang bagus dan ukurannya seragam.

Karena permintaan pasar dan kapasitas produk yang masih rendah, pengembangan teknologi dan mesin modern tidak dimunculkan pada strategi pengembangan klaster 2. Karena, teknologi dan mesin yang didapat dari pemerintah juga tidak digunakan dengan alasan biaya produksi justru lebih tinggi karena kebutuhan listrik mesin yang tinggi namun produksi rendah.

Page 96: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

79

Tabel 4.11 Perbedaan Strategi Pengembangan UMKM Klaster 1 dan Klaster 2 (Lanjutan)

No Klaster 1 Klaster 2

3. Beberapa standarisasi produk dasar pada klaster 1 sudah dilakukan, namun masih harus ditingkatkan. Pemberian informasi tambahan kandungan gizi, komposisi, label halal serta nomor LPPOM dapat mningkatkan kualitas produk dan meyakinkan konsumen. Perbaikan kemasan juga harus dilakukan karena area pemasaran produk klaster 1 ini lebih luas sehingga dibutuhkan kemasan yang baik untuk dapat menjaga kualitas produk.

Standarisasi produk pada klaster 1 belum dildapatkan, namun untuk nomor P-IRT standarisasi dasar untuk produk kerupuk bandeng sedang dalam proses verifikasi dan beberapa produk UMKM juga sedang diuji untuk mendapatkan sertifikasi LPPOM. Dengan cara tersebut, diharapkan dapat meningkatkan standarisasi produk yang berdampak pada meningkatnya pejualan produk karena kepecayaan konsumen kan kualitas produk juga meningkat.

4. Peningkatan serta kemudahan akses permodalan tidak dimunculkan sebagai alternatif strategi pengembangan klaster 1 karena dirasa tidak mendesak untuk dilakukan. Karena modal awal yang digunakan oleh masing-masing UMKM klaster 1 sudah tergolong besar dan omset serta keuntungan yang dimiliki juga besar sehingga masih mampu untuk memenuhi kebutuhan produksi secara kontinyu.

Peningkatan kemudahan akses permodalan menjadi suatu alternatif yang penting bagi anggota UMKM klaster 2, karena masih tergolong usaha mikro. Modal dapat digunakan oleh UMKM kerupuk bandeng untuk meningkatkan kapasitas produksi, membeli bahan baku dan kemasan yang terbaik serta melengkapi pelengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi dan membantu meningkatkan kualitas dan penjualan produk.

Page 97: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

80

4.6 Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian terbentuk 2 klaster UMKM

atau POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Masing-masing klaster yang terbentuk memiliki strategi pengembangan yang berbeda, maka dapat diberikan implikasi manajerial kepada UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan yang diharapkan dapat membantu pengembangan UMKM yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan klaster pada anggota UMKM klaster 1 dapat dicapai dengan menggunakan pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern. Penggunaan teknologi dan mesin dapat meningkatkan standar dan kualitas produk kerupuk bandeng. Namun, pembelian mesin juga harus disesuaikan dengan kebutuhan UMKM kerupuk bandneg agar biaya produksinya lebih rendah bukan sebaliknya. Dengan meningkatnya kualitas produk, maka turut mempengruhi peningkatan penjualan sehingga UMKM kerupuk bandeng dapat berkembang lebih baik. Mesin yang dibutuhkan untuk pengembangan UMKM kerupuk bandeng, antara lain mesin pemotong kerupuk agar bentuk kepingan seragam, oven pengering agar pengeringan tidak terhambat saat musim hujan, dan mesin pengemas produk, seperti sealer dengan spek dan kualitas yang lebih baik agar kemasan tidak bocor atau terbuka saat sampai ke tangan konsumen. Mesin kemasan yang baik dapat menambah umur simpan dari produk tersebut. Pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern membutuhkan banyak biaya untuk pembelian di awal, namun mesin tersebut dapat menjadi investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan serta berpengaruh terhadap pegembangan UMKM anggota klaster 1. Untuk bantuan biaya, pihak UMKM dapat berkonsultasi dengan dinas terkait seperti Disperindag, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro maupun Dinas Perikanan karena pengadaan bantuan alat dapat diadakam dari pihak dinas untuk para pelaku UMKM tergantung tingkat kepentingannya.

Page 98: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

81

2. Peningkatan standarisasi produk pada anggota UMKM klaster 1 difokuskan pada kemasan dari produk karena standarisasi pada produk kerupuk bandeng UMKM anggota klaster 1 dinilai sudah cukup baik terbukti dari tingkat nilai penjualan produk yang tinggi. Peningkatan standarisasi pada kemasan produk dapat dilakukan dengan cara mencantumkan tanggal kadaluwarsa, label halal, nomor PIRT, izin LPPOM, dan nilai kandungan gizi sebagai informasi untuk konsumen. Informasi yang jelas akan membuat konsumen yakin bahwa produk yang akan mereka beli tersebut aman dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, penggunaan kemasan vakum atau kemasan kedap udara juga dapat diterapkan untuk membuat produk kerupuk bandeng lebih awet. Kemasan kerupuk bandeng yang baik juga dapat menjamin terjagannya produk saat proses distribusi dan pemasaran produk karena area pemasaran dari UMKM anggota klaster 1 yang cukup luas.

3. Peningkatan standarisasi produk pada produk UMKM klaster 2 difokuskan pada produk kerupuk bandeng. Peningkatan standarisasi kerupuk bandeng dapat dicapai dengan memilih bahan baku ikan bandeng yang segar dan berkualitas, melakukan proses produksi sesuai dengan standar yang ditentukan dan menjaga kebersihan sekitar tempat produksi, serta tidak menggunakan bahan-bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan konsumen. Peningkatan standarisasi produk belum sampai pada pemenuhan standarisasi pelabelan kemasan produk kerupuk bandeng, karena standar tersebut membutuhkan biaya yang cukup banyak dan UMKM pada klaster 2 memiliki keterbatasan modal. Namun, anggota UMKM kerupuk bandeng pada klaster 2 perlahan sudah menyadari pentingnya standarisasi pelabelan produk untuk memenuhi standar pasar dan meningkatkan penjualan produk, sehingga anggota UMKM pada klaster 2 sudah mulai mengurus perizinan P-IRT. Peningkatan standarisasi juga dapat dilakukan dengan mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh

Page 99: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

82

UMKM. Hal ini sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh klaster 2 dimana SDM ataupun pekerja dengan jumlah sedikit tetap dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dengan kemampuan serta keahlian yang didapatkan dari pelatihan usaha.

4. Pelatihan pengembangan usaha bagi pemilik serta pekerja UMKM pada klaster 2 merupakan syarat yang paling mendasar dan harus dilakukan. Pelatihan usaha bagi pemilik serta pekerja UMKM merupakan kegiatan yang cukup penting untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan dari para pekerja dan pemilik POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas UMKM. Pelatihan tersebut dapat diikuti oleh pemilik maupun pekerja UMKM disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan yang diinginkan. Pelatihan dapat dilakukan secara individu ataupun dengan mengikuti kegiatan yang diadakan oleh dinas terkait seperti Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, Disperindag Kabupaten Pasuruan dan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pasuruan. Dengan meningkatnya kemampuan, keahlian dan wawasan dari pekerja dapat membuat kegiatan produksi berjalan lebih produktif, efektif dan produk yang dihasilkan akan bertambah baik kualitasnya.

Page 100: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

83

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pengklasteran POKLAHSAR Kerupuk Bandeng di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan dilakukan dengan menggunakan metode K-Means Clustering, dari hasil pengolahan data terbentuk 2 klaster. Klaster 1 merupakan UMKM yang termasuk kedalam klasifikasi usaha skala kecil (POLAHSAR Mina Sentosa dan Mina makmur) dan klaster 2 merupakan UMKM dengan usaha skala mikro (POKLAHSAR Mina Usaha, Mina Lestari, Mina Bahagia). UMKM anggota klaster 1 memiliki kapasitas produksi, rata-rata penjualan, nilai investasi awal, jumlah tenaga kerja dan pengalaman lama beroperasi yang lebih tinggi dan berada diatas rata-rata dibandingkan dengan UMKM klaster 2. Strategi pengembangan klaster POKLAHSAR Kerupuk Bandeng didapatkan dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Strategi pengembangan klaster 1 dapat dilakukan dengan memprioritaskan pengembangan teknologi produksi dengan mesin dan peralatan modern dan peningkatan standarisasi produk mulai dengan menerapkan standar produksi, memperhatikan kualitas produk dari bahan baku hingga kemasan dan memiliki sertifikasi untuk produk. Strategi pengembangan pada klaster 2 dilakukan dengan memprioritaskan peningkatan standarisasi produk mulai dari bahan baku hingga pemberian informasi produk pada kemasan dan pelatihan pengembangan usaha untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan pemilik dan pekerja UMKM. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut: 1. Bagi POKLAHSAR Kerupuk bandeng, diharapkan untuk

terus meningkatkan dan menjaga kualitas kerupuk bandeng dengan rutin melakukan evaluasi produk, mengikuti pelatihan yang difasilitasi oleh dinas terkait, seperti Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan untuk pengembangan

Page 101: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

84

teknologi dalam proses produksi dan Disperindag yang membantu mengarahkan pelatihan pengemasan serta pemasaran. Hal-hal tersebut dilakukan untuk kemajuan UMKM terkait.

2. Bagi Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, sebaiknya lebih rutin lagi melakukan penyuluhan kepada UMKM kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso untuk menyadarkan pentingnya menjaga standar produk dan bagaimana proses produksi yang baik sesuai ketentuan yang berlaku agar kualitas produk juga tetap baik dan dapat bersaing dengan produk sejenis di pasaran. Disperindag selaku pemberi izin usaha seperti P-IRT serta mengatur standar produk UMKM apa saja yang harus diurus dan dimiliki oleh UMKM harus lebih agresif lagi dalam melakukan pendekatan dan mengajak UMKM untuk memenuhi standar-standar yang ada sehingga UMKM mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Disperindag juga diharapkan dapat membantu melancarkan birokrasi yang sering dikeluhkan rumit dan membuat bingung para pemilik POKLAHSAR kerupuk bandeng di Kecamatan Rejoso.

Page 102: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

85

DAFTAR PUSTAKA Amrin, A. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan

Syariah. Grasindo. Jakarta Anggraini dan Syahir. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat

(KUR) Bagi Pengembangan Umkm di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI). Jurnal Ekonomi dan Keuangan. 1(3): 105-116

Anshori, Y. 2012. Pendekatan Triangular Fuzzy Number dalam Metode Analytic Hierarchy Process. Jurnal Ilmiah Foristek. 2(1): 127-130

Apriyanto, A. 2008, Perbandingan Kelayakan Jalan Beton Dan Aspal Dengan Metode Analityc Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus Jalan Raya Demak – Godong). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Ariani, N dan Ayu S. 2013 Pengaruh Kualitas Tenaga Kerja, Bantuan Modal Usaha Dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Jimbaran. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udatyana. 2(2): 102-107

Astuti, M dan Riani, N. 2015. Analisa Seleksi Supplier Guna Meningkatkan Daya Saing UKM Kerajinan Bambu. Jurnal Teknologi. 8(2): 119-127

Augusta, Y. 2007. K-Means–Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait. Jurnal Sistem dan Informatika. 3(1): 47-60

Bank Indonesia. 2015. Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Dilihat 6 Februari 2017. <www.bi.go.id/id/ /Profil%20Bisnis%20UMKM.pdf.>

Boone, LE Dan David LK. 2007. Pengantar Bisnis: Kontemporer. Salemba Empat. Jakarta

BPPT. 2000. Produksi Krupuk Udang dan Ikan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta

BSN. 2016. SNI 8272: 2016; Kerupuk Ikan, Udang dan Moluska. Badan Sertifikasi Nasional. Jakarta

Casson M, Yeung B, Basu A, dan Wadeson N. 2006. The Oxford Handbook of Entrepreneurship. Oxford University Press Inc. New York

Page 103: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

86

Chuang, ML dan Liou JH. 2008. A Hybrid MCDM Model for Evaluating The Corporate Image of The Airline Industry. International Journal of Applied Management Science. 1(1): 41 – 54

Deng, H. 1999. Multicriteria Analysis With Fuzzy Pairwise Comparison. International Journal of Approximate Reasoning. 1(21): 215-231

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2015. Laporan Tahunan Statisitik Perikanan Budidaya di Jawa Timur Tahun 2015. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. Surabaya

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. 2015. Masyarakat ASEAN. Kementerian Luar Negeri. Jakarta

Djamhari, C. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sentra UKM Menjadi Klaster Dinamis. Infokop. 21(29): 83

Djojobojo, C dan Hendra N. 2014. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Inovasi dan Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Pemasaran Usaha Nasi Kuning di Kota Manado. Jurnal EMBA. 2(3): 1214-1224

Ediyanto, Muhlasah, NM dan Neva, S. 2013. Pengklasifikasian Karakteristik Dengan Metode K-Means Cluster Analysis.Buletin Ilmiah Mat. Stat. Dan Terapannya (Bimaster). 2(2): 133 - 136

Ekawati, R dan Yulis, N. 2013. Klasifikasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Sektor Industri Dengan Metode Fuzzy C-Means Clustering Wilayah Kota Cilegon. Seminar Nasional IENACO. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tangerang

Elveny, M dan Rahmadsyah. 2014. Analisis Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP) Dalam Menentukan Posisi Jabatan. Jurnal Penelitian Teknik Informatika. 4(1): 112-115

Evelyn, L. 2007. Analisa Pengaruh Kredit Permodalan dan Faktor-Faktor Internal Terhadap Pendapatan Pengusaha Kecil yang Menjadi Nasabah Penerima Kredit BPR Gunung Ringgit KKP Ranugrati

Page 104: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

87

Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Dilihat 17 Juli 2017. <http://www.yangky.us/ijcc/pdf/ijcc413.pdf.>

Fitriati, R. 2015. Menguak Daya Saing UMKM Industri Kreeatif: Sebuah Riset Tindakan Berbasis Soft Systems Methodology. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta

Frisdiantara, C dan Mukhlis, I. 2016. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbitan Universitas Kanjuruhan. Malang

Hafiluddin, Perwitasari, Y, Budiarto, S. 2014. Analisis Kandungan Gizi dan Bau Lumpur Ikan Bandeng (Chanos chanos) dari Dua Lokasi yang Berbeda. Jurnal Kelautan. 7(1): 34

Halim, C. 2010. Tip Praktis Promosi Online untuk Berbagai Event. Elex Media Komputindo. Jakarta

Hamid, ES dan Susilo, YS. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 12(1): 45-55

Handayani, NU, Santoso H, dan Pratama AI. 2010. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peningkatan Daya Saing Klaster Mebel di Kabupaten Jepara. Jurnal Teknik Industri. 13(1): 22–30

Hariandja, MTE. 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia. Grasindo. Jakarta Hartanto, A. 2004. Strategi Clustering dalam Industri

Indonesia. Pennerbit ANDI. Yogyakarta. Hidayat, R dan Sabarudin, A. 2014. Cluster Industri Kecil

Menengah Berdasarkan Kinerja Supply Chain. Jurnal Rekayasa Sistem Industri. 3(2): 36-45

Irwansyah, E dan Muhammad F. 2015. Advanced Clustering: Teori dan Aplikasi. Deepublish. Yogyakarta

Juliasty, S. 2009. Cerdas Mendapatkan dan Mengelola Modal Usaha. Balai Pustaka. Jakarta

Karnida, B, Purwenigtyas, S dan Naomi, T. 2013. Direktori Skim Kredit Perbankan Provinsi Kalimantan Tengah. Unit pemberdayaan sektor riil dan UMKM- KpwBI Prov. Kalteng. Kalimantan Tengah

Page 105: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

88

Kordi, G.M. 2009. Sukses Memproduksi Bandeng Super untuk Umpan, Ekspor, dan Indukan. Penerbit Andi. Jakarta

Kristiningsih dan Adrianto, T. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus Pada Ukm di Wilayah Surabaya). The 7th NCFB and Doctoral Colloquium 2014. Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya

Kusrini. 2015. Grouping of Retail Items by Using K-Means Clustering. Procedia Computer Science. 72(1): 495 – 502

Leman, 2007. The Best of Chinese Strategies: Memenangkan Kompetisi Bisnis dengan 36 Strategi yang Telah Teruji Selama Ribun Tahun. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Maheswara, AANG, Nyoman, DS, dan Ida, ANS. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di Kota Denpasar. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 5(12): 4280-4294

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta

Martauli, ED. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Wanita Wirausaha Kerupuk Udang Di Provinsi Jambi. Tesis. IPB. Bogor

Minarsih, M dan Fathoni A. 2015. Pengaruh Modal, Kualitas, Sumber Daya Manusia (SDM) dan Promosi Terhadap Pemberdayaan UMKM. Jurnal universitas padjajaran. 1(3): 5-21

Moeljono, D. 2005. Galang Gagas Tantangan SDM, Kepemimpinan, Dan Perilaku Organisasi. Elex Media Komputindo. Jakarta

Mokhamad, T dan Hartono. 2011. Model Pengembangan Usaha Kecil Menengah Berbasis Potensi Ekonomi Masyarakat. Jurnal WIGA. 1(1): 1-12

Murtaza M. 2003. Fuzzy-AHP Apllication to Country Risk Assestment. American Business Review. 21(2): 109-116

Page 106: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

89

Nugroho, CA, Rully, AH dan Irmasari, H. 2012. Clustering Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam Menentukan Kebijakan Bantuan Badan Pemberdayaan Masyrakat di Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Self-Organizing Map (SOM) dan K-Means. Jurnal Teknik ITS. 1(1): 368-373

Ong, JO. 2013. Implementasi Algoritma K-Means Clustering Untuk Menentukan Strategi Marketing President University. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 12(1): 10-20

Pemerintah Kabupaten Pasuruan. 2011. Potensi Budidaya Air Payau. Dilihat 13 Desember 2016. <http://www.pasuruankab.go.id/potensi 46-budidaya-air-payau.html>

Pracoyo, A. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta

Ramdan, A. 2014. Sukses Bisnis Online: Panduan Membangun Toko Online Profesional. Shahara Digital Publishing. Jakarta

Ramdhan, H E. 2009. Franchise untuk Orang Awam. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Rangkuti, F. 2005. Teknik menyusun dan penerapan estimasi penjualan untuk perencanaan kapasitas daan anggaran yang fleksibel. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Roda, JM., Cadene, P., Guizol, P., Santoso, L., dan Fauzan, AU. 2007. Atlas Industri Mebel Kayu di Jepara Indonesia. French Agricultiral Research Centre for International Development. Perancis

Ruslan, D. 2007. Strategi Pengembangan dan Kemitraan UKM di Provinsi Sumatera Utara (Menggunakan Metode AHP dan SWOT). Jurnal Tabularasa PPS Unimed. 4(1): 97-113

Saaty, T.L., 1990. The Analytic Hierarchy Process. McGraw-Hill. New York. Saaty, TL. 2008. Decision Making With The Analytic

Hierarchy Process. International Journal Services Sciences. 1(1): 83-9

Page 107: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

90

Samvedi, A, Vipul, J dan Felix TSC. 2012. An Integrated Approach for Machine Tool Selection Using Fuzzy Analytical Hierarchy Process and Grey Relational Analysis. International Journal of Production Research. 50(12): Hal 3211–3221

Santosa, B. 2007. Data Mining: Teknik Pemanfaatan Data untuk Keperluan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta

Santoso, S. 2006. Seri Solusi Bisnis Berbasis IT: Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Elex Media Komputindo. Jakarta

Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Elex Media Komputindo. Jakarta

Sanusi. 2015. Faktor Penentu Keberhasilan UMKM pada Klaster Bordir Dan Konveksi Kudus. Jurnal iqtishadia. 8(1): 41-58

Schmitz, H dan Musyek, B. 1993. Industrial District in Europe: Policy Lessons for Developing Countries. Institute of development studies University of Sussex Press. USA

Septioko, T. 2012. Aplikasi K-Means untuk Pengelompokkan Rumah Tangga di Salatiga Berdasarkan Data Susenas 2011. Prociding ilmiah dosen FEB. 1(2): 353-372

Setiawan, AH. 2004. Fleksibilitas Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Dinamika Pengembangan. 1(2): 118-124

Soemarso, SR. 2007. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Penerbit salemba. Jakarta

Soemohadiwidjojo, AT. 2015. Panduan Praktis Menyusun KPI. Penerbit Raih Asa Sukses. Jakarta

Sulaeman, S. 2004. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global. Infokop. 20(25): 118-120

Sugiarto, D, Syamsul M, Illah, S, Sukardi, Suharto H. 2010. Pemilihan Strategi Pengembangan Klaster Industri dan Strategi Manajemen Pengetahuan Pada Klaster Industri Barang Celup Lateks. Jurnal Teknik Industri Pertanian. 20(2): 89-100

Page 108: SKRIPSI - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/4046/1/Viviandayu Fathania.pdf · 4.4.2 Strategi Pengembangan Klaster 2..... 62 4.4.2.1 Hasil Perhitungan dengan Metode Analytical

91

Sutadji, SP. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Dee Publish. Yogyakarta

Sutrisna, E. 2015. 12 Jurus Jitu Meroketkan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Tambunan, THT. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonsia: Beberapa Isu Penting. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Tan, HP, Plowman D, dan Hancock P. 2007. Intelectual Capital and Financial Returns of Companies. Journal of Intelectual Capital. 8(1): 76-95

Tim Nasional Pengembang BBN. 2008. Bahan Bakar Nabati. Penebar Swadaya. Jakarta

Wahyono, R dan Marzuki. 2010. Pembuatan Aneka Krupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Wang, YM and Chin, KS. 2010. Fuzzy Analytic Hierarchy Process: A Logarithmic Fuzzy Preference Programming Methodology. International Journal of Approximate Reasoning. 52(1): 541–553

Widjajanto, B. 2009. Franchise Cara Aman Memulai Bisnis. Grasindo. Jakarta

Widyastutik, Heti, M dan Eka, IKP. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Klaster UMKM Alas Kaki di Kota Bogor yang Berdaya Saing. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 7(1): 16-18

Witjaksono, A.W. 2009. Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja di Apotik XYZ Dengan Menggunakan Metode Integrated Performance Asurement Systems (IPMS) dan Pembobotan Triangular Fuzzy AHP. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Yuswohadi, Palupi DH, dan Pambudi TS. 2010. Womanology-The art of marketing to woman. Gramedia Pustakan Utama. Jakarta