50
SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PT KALLA ELECTRICAL SYSTEM AHMAD FAIZ DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PT KALLA ELECTRICAL SYSTEM

AHMAD FAIZ

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 2: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

ii

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PT KALLA ELECTRICAL SYSTEM

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

AHMAD FAIZ

A311 12 300

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 3: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

iii

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PT KALLA ELECTRICAL SYSTEM

disusun dan diajukan oleh

AHMAD FAIZ A311 12 300

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 18 Juli 2017

Pembimbing I

Dr. Darwis Said, S.E., M.S.A., Ak. NIP 196608221994031009

Pembimbing II

Dra. Nurleni, Ak., M.Si., CA NIP 195908181987022001

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001

Page 4: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

iv

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PT KALLA ELECTRICAL SYSTEM

disusun dan diajukan oleh

AHMAD FAIZ A311 12 300

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi Pada tanggal 16 Agustus 2017 dan

Dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui, Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Dr. Darwis Said, S.E., M.S.A., Ak. Ketua 1.……………..

2. Dra. Nurleni, Ak., M.Si., CA Sekertaris 2. ……………..

3. Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si., CA Anggota 3. …….……….

4. Dr. Syamsuddin, S.E., M.Si., Ak., CA Anggota 4. ……………..

5. Drs. M. Ishak Amsari, M.Si., Ak., CA Anggota 5. ……………..

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Unifersitas Hasanuddin

Prof. Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP 196509251990022001

Page 5: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

nama : AHMAD FAIZ

NIM : A31112300

departemen/program studi : AKUNTANSI

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA

PT KALLA ELECTRICAL SYSTEM

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam

naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang

lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam

sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan

terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, Juli 2017

Yang membuat pernyataan,

AHMAD FAIZ

Page 6: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan

nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Salam dan shalawat

juga tak lupa peneliti panjatkan kepada sang pencerah Nabi Muhammad SAW,

keluarga beliau serta para sahabat beliau yang telah membawa kedamaian yang

begitu besar di muka bumi ini.

Peneliti sangat mengapresiasi skripsi ini dan mendedikasikan

sepenuhnya terutama kepada kedua orang tua tercinta Tajuddin Kasim dan

Hasniaty Hasan. Terima kasih sebesar-sebesarnya kepada Ayah dan Ibu atas

segala doa dan dukungannya baik itu dalam bentuk material maupun non

material. Dengan menyelesaikan skripsi ini, peneliti berharap dapat

membanggakan kedua orang tua dengan berakhirnya pendidikan kuliah peneliti

pada jenjang Strata Satu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan bantuan

dari beberapa pihak baik itu berupa dukungan materi, spiritual, moral maupun

administrasi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung,

SE, MS, Ak., CA.

2. Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA dan

seluruh dosen FEB UH.

Page 7: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

vii

3. Bapak Dr. Darwis Said, S.E. M.SA., Ak., CA dan Dra. Hj. Nurleni, Ak.,

M.Si., CA selaku pembimbing dari peneliti yang telah meluangkan

waktunya dan telah memberikan arahan serta bimbingan hingga

terselesaikannya skripsi ini. Begitu juga kepada dosen penguji peneliti

Dr. Aini Indrijawati, S.E., Ak., M.Si., CA, Dr. Syamsuddin, S.E,

M. Si., Ak., CA dan Drs. M. Ishak Amsari, M.Si.,Ak.,CA

4. Staf Bagian Akuntansi PT Kalla Electrical System yang telah

menerima peneliti dengan senang hati.

5. Kak Fadil Wiguna selaku kakak pembimbing yang senantiasa

memberikan masukan dan saran untuk peneliti.

6. Adik Putri Purwandari Hasan yang selalu memberikan semangat dan

motivasi kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini

7. Teman-teman seperjuangan di bimbingan belajar Ranu Prima College

dan adik-adik siswa bimbingan yang senantiasa menghibur kami

dikala susah dan penat selama proses penelitian ini.

8. Teman-teman organisasi di kampus yang telah memberikan banyak

pengalaman hidup yang begitu berharga dan membuat masa-masa

kuliah lebih bermanfaat. Keluarga Mahasiswa Masjid Darul Ilmi, Ikatan

Mahasiswa Akuntansi, dan Forum Studi Ekonomi Islam.

9. Seluruh teman-teman PE12ENNIAL yang peneliti tidak bisa sebutkan

namanya satu per satu, terima kasih atas dorongan, dukungan dan

doanya selama menjalani studi di FEB UH.

Tak ada gading yang tak retak. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Segala bentuk masukan, saran, dan kritik yang

membangun peneliti sangat terima demi penelitian yang lebih baik.

Page 8: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

viii

ABSTRAK

Analisis Penerapan Activity Based Costing System pada PT Kalla Electrical System

Analysis of Activity Based Costing System Implementation

in PT Kalla Electrical System

Ahmad Faiz Darwis Said

Nurleni Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penentuan harga pokok produksi Trafo dengan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional dan Activity Based Costing System pada PT Kalla Electrical System. Pada penelitian ini, data yang digunakan terdiri atas, data primer yaitu, wawancara yang dilakukan pada pihak-pihak terkait dan observasi lapangan, serta data sekunder yaitu, data perhitungan harga pokok produksi yang diperoleh dari bagian keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pada sistem penentuan harga pokok berbasis aktivitas dan sistem akuntansi biaya tradisional. Harga pokok produksi Trafo 25 KVA 3 Phasa dan Trafo 100 KVA 3 Phasa masing-masing sebesar Rp 64.640.123 dan Rp 40.872.100 per unit jika dihitung dengan basis aktivitas, sedangkan sistem tradisional sebesar Rp 61.962.389 per unit untuk Trafo 25 KVA 3 Phasa dan Rp 40.896.333 per unit untuk Trafo 100 KVA 3 Phasa. Selisih harga pokok adalah Trafo 25 KVA 3 Phasa sebesar Rp 2.677.734 per unit dan Trafo 100 KVA 3 Phasa sebesar Rp 24.233 per unit. Kata kunci : harga pokok produksi, activity based costing system,

sistem akuntansi biaya tradisional. This research aims to analyze the determination cost of trafo production by using

traditional cost accounting system and activity based costing system in PT Kalla

Electrical System. In this research, data used consist of primary data those are

interviews on the related parties and field observation, and secondary data that is

data calculation of cost of production have taken from financial section. The

research result showed differences on activity based costing system and

traditional cost accounting system. Cost of production of Trafo 25 KVA 3 Phase

and Trafo 100 KVA 3 Phase respectively Rp 64.640.123 and Rp 40.872.100 per

unit if counted by activity based, while traditional system respectively Rp

61.962.389 per unit for Trafo 25 KVA 3 Phase and Rp 40.896.333 per unit for

Trafo 100 KVA 3 Phase. Differences of cost of production of Trafo 25 KVA 3

Phase Rp 2.677.734 per unit and Trafo 100 KVA 3 Phase is Rp 24.233 per unit.

Keyword : cost of production, activity based costing system, traditional cost accounting system

Page 9: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................... v PRAKATA .................................................................................................. vi ABSTRAK .................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 5

1.4.1 Kegunaan Teoretis .......................................................... 5 1.4.2 Kegunaan Praktis ............................................................ 5

1.5 Sistematika Penulisan .............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep ....................................................... 7

2.1.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi BIaya ................................. 7 2.1.1.1 Konsep Biaya ...................................................... 7 2.1.1.2 Klasifikasi Biaya ................................................... 8

2.1.2 Harga Pokok Produksi ..................................................... 10 2.1.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi ....................... 10 2.1.2.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi ............ 11

2.1.3 Sistem Akuntansi Biaya Tradisional ................................. 12 2.1.4 Activity Based Costing ..................................................... 14

2.1.4.1 Pengertian Activity Based Costing System .......... 14 2.1.4.2 Klasifikasi Aktivitas .............................................. 15 2.1.4.3 Pemicu Biaya (Cost Driver) .................................. 17 2.1.4.4 Mekanisme Pendesainan Activity Based Costing

System ................................................................ 19 2.1.4.5 Manfaat Activity Based Costing System ............... 20 2.1.4.6 Keterbatasan Activity Based Costing System ...... 21

2.2 Tinjauan Empirik ....................................................................... 21 2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ....................................................................... 28 3.2 Subjek Penelitian ...................................................................... 28 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 28

Page 10: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

x

3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 28 3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 29 3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Opersional .............................. 30 3.7 Metode Analisis ........................................................................ 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................. 34 4.1.1 Sejarah Perusahaan ........................................................ 34 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ................................................ 35 4.1.3 Struktur Organisasi .......................................................... 35 4.1.4 Produk Pabrik .................................................................. 36 4.1.5 Aktivitas Pabrik ................................................................ 36

4.2 Penentuan Harga Pokok Produksi Trafo Distribusi ................... 37 4.2.1 Biaya Bahan Baku Langsung .......................................... 37 4.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung ........................................ 37 4.2.3 Biaya Overhead Pabrik .................................................... 37 4.2.4 Perhitugan Harga Pokok Produksi Trafo dengan Sistem

Tradisional ....................................................................... 38 4.2.5 Penentuan Harga Pokok Produksi Trafo berbasis

Aktivitas ........................................................................... 40 4.3 Perbedaan Harga Pokok Produksi Berbasis Aktivitas dan

Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional ............................... 48 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 50 5.2 Saran ........................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 53

LAMPIRAN ................................................................................................ 56

DAFTAR TABEL

Page 11: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

xi

Tabel Halaman

4.1 Biaya Overhead ...................................................................................... 38

4.2 Biaya Overhead Pabrik ........................................................................... 39

4.3 Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional .............................................. 39

4.4 Perhitungan Biaya Langsung pada Produk ............................................. 41

4.5 Cost Alocation Base PT Kalla Electrical System ..................................... 42

4.6 Pembebanan Indirect Cost ke Pul Biaya Aktivitas

PT Kalla Electrical System ...................................................................... 43

4.7 Activity-Cost Rates for Indirect-Cost Pools .............................................. 45

4.8 Pembebanan Indirect Cost pada Aktivitas Produksi ke Produk ............... 46

4.9 Harga Pokok Produksi Berbasis Aktivitas ............................................... 48

4.10 Perbedaan Biaya produksi Per Unit ...................................................... 49

DAFTAR GAMBAR

Page 12: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

xii

Gambar Halaman 2.1 Pembebanan Biaya Aktivitas Ke Produk/Jasa .................................... 17 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27

Page 13: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia industri sebagai motor penggerak dalam

menunjang ekonomi sebuah negara telah menciptakan iklim kompetitif antara

perusahaan industri yang satu dengan yang lainnya. Banyaknya industri yang

bergerak di sektor bisnis yang sama menjadi tantangan tersendiri bagi

perusahaan agar mampu bersaing dan tetap beroperasi hingga waktu yang

cukup lama. Sehingga, dibutuhkan pengelolaan yang baik demi terciptanya

stabilitas dalam suatu perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik pada

umumnya tercermin pada sebuah laporan keuangan dengan salah satu fokus

utama adalah nilai laba untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Namun, tidak

semua nilai laba yang tercantum dalam sebuah laporan keuangan periodik

berasal dari perhitungan yang efektif dan tepat. Tentunya, ketika hal itu terjadi

akan menyebabkan nilai laba yang disajikan kurang optimal.

Wiguna (2015) dalam penelitian skripsinya menjelaskan tentang proses

produksi barang dan jasa yang terjadi dalam suatu aktivitas perusahaan sangat

memengaruhi optimalisasi nilai laba. Harga pokok yang melekat pada produk

barang dan jasa dapat menginterpretasikan kemampuan suatu perusahaan

dalam menghasilkan laba yang optimal atau tidak. Nilai harga pokok produksi

yang tinggi akan membebani nilai laba.

Salah satu faktor yang menyebabkan nilai harga pokok produksi

cenderung tinggi adalah kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya,

khususnya biaya produksi yang masih belum tepat.

Page 14: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

2

Jenis perusahaan yang pada umumnya masih kesulitan dalam

membebankan biaya produksinya adalah perusahaan yang memproduksi

berbagai macam produk dalam bisnisnya. Setiap varian produk yang di produksi

cenderung memiliki jenis biaya overhead pabrik (BOP) yang berbeda-beda

sehingga akan menyebabkan perusahaan kesulitan dalam membebankan biaya

overhead tersebut ke harga pokok produksinya secara tepat.

Sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas menyajikan

biaya produk yang lebih akurat dan informatif. Hal ini sangat membantu

manajemen dalam menilai dan menentukan harga pokok yang melekat pada

suatu output. Sebelum sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas

mulai diterapkan, biaya overhead dalam proses produksi dikumpulkan menjadi

satu jenis biaya yang berkaitan dan dialokasikan bukan berdasarkan kepada

tingkat aktivitas dari proses produksi tersebut. Prosedur ini dikenal dengan istilah

sistem tradisional.

Islahuzzaman (2011:39) memberikan definisi bahwasanya Activity Based

Costing merupakan pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan

biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan

karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa

produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang

dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya

biaya. Perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk sangat tepat

menerapkan sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas karena

pada umumnya setiap produk yang dihasilkan memiliki aktivitas produksi yang

berbeda-beda dalam intensitas penggunaanya.

Page 15: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

3

PT Kalla Electrical System adalah perusahaan milik swasta, salah satu

anggota dari KALLA GROUP yang didirikan pada tahun 1995. Tujuan dari

perusahaan ini adalah untuk menyediakan dan mendukung kebutuhan listrik dari

PT PLN (Persero) Perusahaan Listrik pemerintah Indonesia, dan swasta di

berbagai daerah di Indonesia timur dengan memproduksi trafo distribusi.

(Sumber: www.kallatrafo.co.id)

PT Kalla Electrical System bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan km

16, Kecamatan Biringkanayya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Jenis produk

yang diproduksi PT Kalla Electrical System saat ini merupakan produk trafo yang

terdiri atas empat jenis produk yaitu 25, 50, 100, dan 160 KVA 3 phasa. PT Kalla

Electrical System sebelumnya juga memproduksi 15-50 KVA 1 phasa, namun

karena permintaan pasar yang kurang terhadap KVA 1 phasa, maka perusahaan

tersebut menghentikan produksinya terhadap jenis produk ini.

Perusahaan yang memiliki banyak produk seperti PT Kalla Electrical

System memiliki permasalahan dalam menentukan secara tepat biaya

produksinya pada masing-masing produk. Meskipun produk yang dihasilkan

bersifat horizontal, namun produk tersebut membutuhkan biaya overhead yang

berbeda. Teknik modern yang digunakan untuk menentukan biaya produk secara

tepat adalah dengan menggunakan Activity Based Costing System (sistem

penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas).

Unit produksi PT Kalla Electrical System menghasilkan berbagai macam

produk dengan tingkat aktivitas yang berbeda-beda. Tiap macam produk tentu

memiliki biaya-biaya yang berbeda sehingga harganya akan cenderung berbeda

untuk tiap produk. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait penentuan

harga pokok produksi dengan menggunakan sistem Activity Based Costing pada

PT Kalla Electrical System. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah

Page 16: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

4

diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk penyusunan

skripsi dengan judul, “Analisis Penerapan Activity Based Costing System

pada PT Kalla Electrical System”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.

a. Apa saja jenis dan komponen biaya produksi tiap jenis produk pada

PT Kalla Electrical System?

b. Bagaimana perbandingan penggunaan sistem harga pokok produksi

antara penggunaan Activity Based Costing System (sistem penentuan

harga pokok produksi berbasis aktivitas) dengan sistem tradisional

pada PT Kalla Electrical System?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu.

a. Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat terkait biaya yang

timbul akibat aktivitas produksi tiap jenis produk pada PT Kalla

Electrical System.

b. Untuk mengetahui perbandingan dalam penentuan harga pokok

produksi dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional

dan Activity Based Costing System pada PT Kalla Electrical System.

Page 17: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

5

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak

lain yang membutuhkan dan diharapkan menjadi bahan bacaaan atau sebagai

referensi bagi penelitian selanjutnya yang juga ingin meneliti topik ini.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi sehingga diharapkan

informasi terkait perhitungan harga pokok produksi lebih akurat. Penelitian ini

juga dapat menjadi sarana bagi pembaca dan penulis sendiri dalam menambah

wawasan dan mengembangkan potensi diri yang berkaitan dengan topik

penelitian yang disajikan.

1.5 Sistematika penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara

keseluruhan dalam penulisan skripsi. Adapun sistematika penulisan adalah

sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pusaka

Bab ini menguraikan tentang landasan teori sebagai pedoman

dalam pembahasan penulisan skripsi berupa tinjauan pustaka,

tinjauan empirik dan kerangka pemikirannya.

Page 18: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

6

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang pendekatan penelitian yang

digunakan, objek dan subjek penelitian, ruang lingkup penelitian,

jenis dan sumber data, prosedur pengambilan data serta metode

analisis yang digunakan oleh penulis dalam melakukan sebuah

penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian

Bab ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang

telah dijelaskan sebelumnya dan menggunakan data yang telah

diolah sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dan

landasan teoritis yang ada.

BAB V Penutup

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulis yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manapun yang membaca

dan mempelajari penelitian ini.

Page 19: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep

2.1.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya

2.1.1.1 Konsep Biaya

Dalam melaksanakan sebuah tanggung jawab pengendalian dan

pengambilan sebuah keputusan, manajemen membutuhkan pemahaman akan

definisi dan terminologi terkait dengan biaya. Horngren, Datar , dan Rajan

(2015:29) mendefinisikan biaya sebagai “…a resource sacrificed or forgone to

achieve a specific objective.” Adapun definisi yang lain menurut para ahli terkait

dengan biaya yang pada dasarnya memiliki pengertian yang sama adalah

sebagai berikut.

Cost is the cash or cash-equivalent value sacrificed for goods and services that is expected to bring a current or future benefit to the organization (Hansen and Mowen, 2007:35)

Sementara itu, definisi biaya menurut Mulyadi (2010:8) yang membagi

biaya tersebut kedalam empat unsur utama yaitu.

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat empat unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu: (1) Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, (2) Diukur dalam satuan uang, (3) Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, (4) Pengorbanan untuk tujuan tertentu. Biaya tidak hanya berhubungan dengan pengorbanan yang terjadi, tetapi meliputi juga pengorbanan yang akan direncanakan. Biaya yang dikeluarkan akan mendatangkan pendapatan (revenue). Bila tidak, maka biaya yang dikeluarkan akan menyebabkan rugi.

Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu

pengorbanan (sacrifice) sumber ekonomi yang dinilai kas atau setara kas untuk

mencapai suatu tujuan tertentu dan memiliki manfaat ekonomi masa yang akan

datang.

Page 20: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

8

Seringkali istilah biaya disamakan dengan beban, padahal keduanya

cenderung berbeda. Menurut Carter (2009:30), biaya berbeda dengan istilah

beban (expense) karena beban dapat diartikan sebagai arus keluar dari barang

atau jasa yang pendapatan untuk menentukan laba. Beban menyebabkan

penurunan pada aset atau kenaikan pada kewajiban yang berkaitan dengan

proses produksi dan penyerahan barang atau jasa.

2.1.1.2 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya sangatlah penting sebagai alat manajemen dalam

mengambil keputusan pengalokasian biaya secara tepat. Ada beberapa jenis

biaya (cost) yang diklasifikasikan sesuai dengan tujuannya.

Garrison, Noreen, dan Brewer (2013:26) mengklasifikasikan biaya yang

secara umum terjadi dalam suatu perusahaan. Biaya-biaya tersebut dibagi

menjadi dua bagian yaitu, biaya produksi dan biaya nonproduksi. Berikut ini

adalah klasifikasi biaya secara umum.

1. Biaya Produksi

Biaya produksi mencakup biaya yang dikeluarkan perusahaan sejak

bahan baku diperoleh hingga produk telah siap untuk dijual. Sebagian besar

perusahaan membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori: bahan baku

langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya

overhead pabrik (manufacturing overhead).

a. Bahan Baku Langsung

Bahan Baku langsung (direct material) adalah bahan baku yang

menjadi bagian utama dari produk jadi dimana biayanya dapat ditelusuri

dengan mudah ke produk jadi. Pada dasarnya, bahan baku terbagi

menjadi dua yaitu, bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung.

Selain bahan baku yang tidak menjadi unsur utama dalam memproduksi

Page 21: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

9

suatu produk maka digolongkan sebagai bahan baku tidak langsung.

Bahan baku ini akan dimasukkan kedalam perhitungan biaya overhead

pabrik.

b. Tenaga Kerja langsung

Tenaga kerja langsung (direct labor) meliputi biaya tenaga kerja yang

dapat ditelusuri dengan mudah ke masing-masing unit produk. Adapun

tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri ke produk tertentu karena rumit

dan memakan biaya disebut tenaga kerja tidak lansung (indirect labor).

Seperti halnya bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung

dimasukkan ke dalam biaya overhead pabrik.

c. Overhead Pabrik

Overhead pabrik (manufacturing overhead) merupakan elemen ketiga

dari biaya produksi yang mencakup seluruh biaya produksi yang tidak

bisa dikategorikan dalam bahan baku langsung dan tenaga kerja

langsung. Misalnya, bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak

langsung, pelmeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan

gas, pajak properti, depresiasi, dan asuransi fasilitas produksi.

Perusahaan juga mengeluarkan biaya listrik dan gas, pajak properti,

depresiasi, dan lainnya yang berkaitan dengan fungsi penjualan dan

administrasi.

2. Biaya Nonproduksi

Biaya nonproduksi umumnya dibagi menjadi dua kategori: (1) biaya

penjualan dan (2) biaya administrasi. Biaya penjualan (selling costs) meliputi

semua biaya yang biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan pelanggan.

Biaya-biaya disebut pemerolehan pesanan (order-getting) dan pemenuhan

Page 22: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

10

pesanan (order-filling). Biaya administrasi (administrative costs) mencakup

semua biaya yang berhubungan dengan manajemen umum perusahaan.

Selain perbedaan antara biaya produksi dan nonproduksi, biaya juga

dapat dikelompokkan sebagai biaya produk (product cost) dan biaya periodik

(period cost). Biaya produk mencakup biaya pemerolehan atau pembuatan suatu

produk. Sedangkan, biaya periodik mencakup biaya yang tidak terkait dengan

proses produksi, seperti biaya penjualan dan administrasi.

Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer (2013:29), biaya produksi

dikelompokkan dalam dua jenis yaitu, biaya pokok (prime cost) dan biaya

konversi (conversion cost). Biaya pokok adalah biaya yang menjadi aktivitas

utama dalam pengolahan bahan baku yang terdiri atas biaya bahan baku

langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan, biaya konversi adalah

biaya yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang

terdiri atas biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

2.1.2 Harga Pokok Produksi

2.1.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer (2013:104) menjelaskan

bahwasanya harga pokok produksi (cost of goods manufactured) merupakan

semua biaya produksi yang berhubungan dengan pesanan tersebut hingga

selesai. Selain itu, harga pokok produksi juga didefinisikan mewakili jumlah biaya

barang yang diselesaikan pada sebuah periode tertentu.

The cost of goods manufactured represents the total cost of goods completed during the current period. The only costs assigned to goods completed are the manufacturing costs of direct materials, direct labor, and overhead. (Hansen and Mowen, 2007: 44)

Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga

pokok produksi merupakan biaya yang terjadi dalam sebuah aktivitas produksi,

Page 23: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

11

dimulai dari awal pembelian bahan baku hingga proses produksi telah selesai.

Biaya-biaya produksi dikeluarkan secara sistematis sesuai dengan aliran proses

produksi pada periode tertentu.

Aliran biaya produksi menuju ke akun persediaan barang dalam proses di

laporan posisi keuangan (neraca), kemudian nantinya akan masuk ke dalam

harga pokok penjualan di laporan laba rugi. Pada harga pokok penjualan, jumlah

yang ditransfer dari akun barang dalam proses ke barang jadi merupakan harga

pokok produksi. Biaya yang ditransfer dari akun persediaan barang jadi ke

produk yang dijual merupakan harga pokok penjualan. Adapun, pengeluaran lain

yang terlibat dalam proses produksi dikumpulkan dan dicatat sebagai beban

yang pada umumnya bersifat periodik dan nantinya akan disajikan sebagai

beban penjualan dan administrasi.

2.1.2.2 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi bermanfaat untuk melihat tingkat biaya yang

dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi

barang jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga pokok produksi

penting bagi sebuah perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang

berguna sebagai pedoman dan sumber informasi bagi manajemen dalam

pengambilan keputusan. Adapun manfaat informasi harga pokok produksi

sebagai pedoman manajemen menurut Mulyadi (2005:65-67) adalah sebagai

berikut.

1) Menentukan harga jual produk. Salah satu acuan manajemen dalam

menentukan harga jual sebuah produk yakni dengan mengacu pada

informasi Harga pokok produksi dari produk tersebut. Karena dengan

melihat informasi harga pokok produksi, manajemen dapat mengetahui

Page 24: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

12

seberapa besar tingkat biaya produksi per unit produk yang dihasilkan

dalam suatu proses produksi.

2) Memantau realisasi biaya produksi. Jika sebuah produk dalam jangka

waktu tertentu telah diputuskan untuk diproduksi, manajemen akan

memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan

sebagai pedoman dalam melakukan pemantauan. Manajemen tentunya

akan melihat informasi harga pokok produksi untuk melihat kesesuaian

realisasi biaya produksi dalam sebuah rencana produksi dalam jangka

waktu tertentu.

3) Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu. Harga pokok produksi

menjadi salah satu elemen yang diperlukan dalam menghitung laba atau

rugi bruto. Dalam hal ini, harga pokok produksi akan mengurangi nilai

pendapatan bersih yang tercermin dalam nilai harga pokok penjualan

yang disajikan dalam sebuah laporan laba-rugi komprehensif sebuah

perusahaan.

4) Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan barang dalam

proses yang disajikan dalam neraca. Salah satu bentuk

pertanggungjawaban manajemen yakni dengan menyajikan laporan

keuangan periodik. Laporan posisi keuangan (Neraca) merupakan salah

satu jenis laporan keuangan periodik yang memuat informasi tentang

harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok persediaan barang

dalam proses yang diambil dari perhitungan harga pokok produksi dalam

suatu periode produksi tertentu.

2.1.3 Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Penerapan penentuan harga pokok produksi pada sebagaian besar

perusahaan lazim dengan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Hal

Page 25: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

13

ini tidak terlepas karena konsep sistem ini lebih dahulu dikenal dan diterapkan

oleh penggunanya. Sistem akuntansi biaya tradisional dijelaskan oleh para ahli

yakni sebagai berikut.

Menurut Mulyadi (2003:102), “Sistem akuntansi biaya tradisional adalah

suatu sistem yang menyediakan informasi mengenai kumpulan dan alokasi biaya

dari objek biaya, dimana biaya ditelusuri ke setiap produk sebab setiap bagian

produk mengkonsumsi sumber daya.” Dari definisi ini dapat disimpulkan

bahwasanya sistem akuntansi biaya tradisional memuat informasi tentang

pengumpulan dan pengalokasian biaya dari objek biaya ke setiap produk yang

mengomsumsi sumber daya.

Garrison, Noreen, dan Brewer (2013:333-334) menjelaskan bahwasanya

pada sistem akuntansi biaya tradisional, seluruh biaya tidak langsung

dikumpulkan dalam suatu pengelompokan biaya (cost pool), tetapi biaya tersebut

dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based) kepada

suatu objek biaya. Pemilihan dasar alokasi tersebut didasarkan secara hubungan

sebab akibat yang dianggap paling dapat mewakili sebagian biaya tidak langsung

tersebut.

Garrison, Noreen, dan Brewer (2013:333-334) melanjutkan dalam sistem

akuntansi biaya tradisional yang paling umum digunakan sebagai basis alokasi

(allocation bases) seperti jumlah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja

langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin dan jumlah unit yang

dihasilkan. Semua basis alokasi ini merupakan pemicu biaya yang hanya

berhubungan dengan volume atau tingkat produksi (volume related bases or

unit level cost drivers) yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead

pabrik.

Page 26: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

14

Pada penerapan praktik sistem akuntansi biaya tradisional akan

mengalami masalah ketika sebuah perusahaan menghasilkan lebih dari satu

macam produk dalam proses produksi. Masalah tersebut terjadi ketika proses

pembebanan biaya (cost assignment).

Secara umum, sistem biaya yang berjalan dalam suatu perusahaan

meliputi dua hal yaitu, pengumpulan biaya (cost accumulation) dan pembebanan

biaya (cost assignment) tersebut pada objek biaya seperti, produk, departemen,

dan aktivitas. Pada tahap pengumpulan biaya, relatif tidak ada masalah karena

banyak menyangkut masalah identifikasi dan pencatatan biaya yang terjadi

sedangkan pada tahap kedua yang sering menimbulkan pertentangan adalah

masalah pembagian biaya tersebut secara adil pada objek biaya yang menikmati

seperti, pembuatan suatu produk khususnya jika produk yang dibuat bermacam-

macam dengan spesifikasi yang berbeda-beda (Hariadi, 2002:70).

Sistem akuntansi biaya tradisional tentunya akan menimbulkan distorsi

jika suatu perusahaan menghasilkan berbagai macam produk. Hal ini karena

sistem ini dapat mengakibatkan proporsi pembebanan biaya overhead yang lebih

tinggi terhadap produk yang diproduksi dalam jumlah besar. Padahal, belum

tentu proporsi jumlah unit yang dihasilkan lebih besar mengonsumsi biaya

overhead yang besar pula.

2.1.4 Activity Based Costing

2.1.4.1 Pengertian Activity Based Costing System

Distorsi biaya yang terjadi dalam sistem akuntansi biaya tradisional dapat

diminimalisir dengan menggunakan sistem akuntansi biaya lain yang dikenal

dengan sebutan Activity Based Costing System (sistem penentuan harga pokok

produksi berbasis aktivittas). Islahuzzaman (2011:39) mendefinsikan Activity

Page 27: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

15

Based Costing adalah sebuah sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-

aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa dan juga

menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber-sumber daya yang

dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Aktivitas merupakan setiap

kejadian atau transaksi yang menjadi pemicu biaya dan bertindak sebagai faktor

penyebab (casual factor) dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Adapun

definisi yang lain sebagai berikut.

Metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti, sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan. Kebanyakan perusahaan yang menggunakan sistem ABC memiliki dua sistem biaya, sistem biaya resmi yang disiapkan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan aktivitas (Garrison, Noreen, dan Brewer 2013:312).

Sedangkan, Activity Based Costing System menurut Carter (2009:528)

adalah.

Suatu sistem penentuan harga pokok produksi yang mengalokasikan biaya overhead berdasarkan faktor yang tidak berkaitan dengan volume produksi, melainkan faktor lain yang menimbulkan biaya overhead.

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem penentuan

harga pokok produksi berbasis aktivitas merupakan suatu sistem penetapan

harga pokok produksi yang menggunakan dasar aktivitas pada pengalokasian

biaya-biaya overhead dalam satu atau lebih produk yang dihasilkan dan

bertujuan untuk menyediakan informasi yang lebih akurat bagi pihak manajemen

dalam mengambil keputusan taktis maupun strategis dalam suatu perusahaan

serta sebagai solusi alternatif untuk meminimalisir distorsi biaya dan kelemahan-

kelemahan yang ada dalam sistem akuntansi biaya tradisional.

2.1.4.2 Klasifikasi Aktivitas

Activity Based Costing System (sistem penentuan harga pokok produksi

berbasis aktivitas) merupakan suatu metode atau cara yang berfokus melakukan

Page 28: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

16

sebuah proses identifikasi atas berbagai aktivitas yang terjadi dalam suatu

proses produksi dan bertujuan untuk memberikan sebuah informasi biaya yang

lebih akurat. Proses pengidentifikasian ini dilakukan dengan mengklasifikasi

seberapa besar tingkat konsumsi sumber daya yang diserap oleh aktivitas

tersebut. Mulyadi (2007, 14-15) mendeskripsikan sistem penentuan harga pokok

produksi berbasis aktivitas dengan membagi aktivitas kedalam empat tingkatan,

yaitu.

1. Aktivitas Tingkat Unit (Unit-Level Activities). Jenis aktivitas yang dilakukan

untuk memproduksi setiap unit produk atau jasa atau berdasarkan unit yang

dihasilkan dalam suatu aktivitas. Contohnya, pemakaian bahan, pemakaian

jam tenaga kerja langsung, atau penggunaan jam mesin.

2. Aktivitas Tingkat Kelompok Unit (Batch-Level Activities). Jenis aktivitas yang

dilakukan berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi atau mengeset

pekerjaan yang akan dilakukan. Contohnya, aktivitas persiapan mesin,

pemesanan pembelian, dan penjadwalan produksi.

3. Aktivitas Pendukung Produk/Jasa (Product/Service-Sustaining Activities).

Jenis aktivitas yang dilakukan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan oleh

aktivitas produksi atau untuk mendukung produksi produk yang berbeda.

Contohnya, aktivitas desain dan pengembangan produk dan administrasi

suku cadang.

4. Aktivitas Pendukung Fasilitas (Facility-Sustaining Activities). Jenis aktivitas

yang dilakukan berdasarkan fasilitas yang digunakan oleh produk yang

diproduksi atau untuk mendukung proses produksi secara umum.

Contohnya, biaya asuransi, biaya pemeliharaan, dan biaya depresiasi.

Page 29: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

17

AKTIVITAS PRODUK / JASA

Unit- Level Activity driver

Batch - Level Activity driver

Product/Service – Sustaining Activity driver

Facility – Sustaining Activity driver

Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Aktivitas ke Produk/Jasa (Mulyadi, 2007:14)

Mulyadi (2007:233-234) melanjutkan bahwasanya sebuah aktivitas juga

dapat diklasfikasikan kedalam empat golongan yaitu.

4.2.1 Result-producing activity. Sebuah kelompok aktivitas yang

berkaitan langsung dengan dengan pemerolehan pendapatan dari

pelanggan melalui penjualan produk/jasa.

4.2.2 Result-contributing activity. Sebuah kelompok aktivitas yang

khusus memberikan bantuan kepada result-producing activity dalam

memperoleh pendapatan dari pelanggan.

4.2.3 Support activity. Sebuah kelompok aktivitas yang menjadi pusat

layanan jasa (service center) dan menyediakan jasa layanan kepada

result-producing activity dan result-contributing activity.

4.2.4 Hygiene and housekeeping activity. Sebuah kelompok aktivitas

yang menyediakan jasa layanan kebersihan dan kerumahtanggaan pada

tiga kelompok aktivitas sebelumnya.

2.1.4.3 Pemicu Biaya (Cost Driver)

Dalam sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas dasar

yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead dikenal sebagai pemicu

biaya (cost driver). Horngren, Datar , dan Rajan (2015:34) mendefinisikan pemicu

biaya (cost driver) sebagai “…a variable, such as the level of activity or volume,

Page 30: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

18

that causally affects costs over a given time span.” Bahwasanya pemicu biaya

merupakan sebuah variabel seperti tingkatan aktivitas atau volume yang menjadi

penyebab munculnya biaya pada jangka waktu tertentu. Adapun definisi pemicu

biaya (cost driver) yang lain, yakni sebagai berikut.

Pemicu biaya (cost driver) digunakan untuk mengacu pada ukuran aktivitas karena ukuran aktivitas harus “menggerakkan-memicu” biaya yang telah dialokasikan. Yang nantinya ukuran aktivitas akan terbagi menjadi dua jenis yaitu penggerak transaksi (transaction driver) dan penggerak durasi (duration driver). (Garrison, Noreen, dan Brewer 2013:314-315)

Sedangkan, pemicu biaya (cost driver) menurut Islahuzzaman (2011:43)

adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas dan

merupakan sebuah faktor yang dapat diukur dengan membebankan biaya ke

aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya. Dari ketiga definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa pemicu biaya merupakan suatu variabel yang didasarkan

atas sebuah aktivitas yang menyebabkan terjadi perubahan biaya pada jangka

waktu tertentu. Pemicu biaya dijadikan dasar untuk membebankan biaya ke

aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya. Pembebanan ini dilakukan sesuai

dengan tingkat sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas.

Islahuzzaman (2011:43) menambahkan bahwasanya terdapat dua jenis

pemicu biaya, yaitu.

1. Driver sumber daya (resources driver) merupakan ukuran kuantitas

sumber daya yang diserap oleh aktivitas.

2. Driver aktivitas (activity driver) merupakan ukuran frekuensi dan intensitas

permintaan terhadap suatu aktivitas berdasarkan objek biaya.

Page 31: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

19

2.1.4.4 Mekanisme Pendesainan Activity Based Costing System

Garrison, Noreen, dan Brewer (2013:319-325) mengklasifisikan sistem

penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas kedalam beberapa tahapan,

yaitu.

1. Mengidentifikasikan aktivitas, pul biaya aktivitas, dan pengukuran aktivitas.

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam menerapkan sistem

penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas. Ketika aktivitas terjadi dalam

proses produksi maka perlu diidentifkasi terlebih dahulu sebelum nantinya pul

biaya dan pemicu biaya ditentukan. Hal ini dapat dilakukan melalui sebuah

wawancara atau interview langsung dengan pihak-pihak terkait seperti,

supervisor, manajer, dan karyawan.

2. Membebankan biaya overhead ke pul biaya aktivitas.

Pada tahapan ini, informasi terkait dengan biaya overhead yang diperoleh

dari pencatatan perusahaan dikumpulkan dan setelah itu dibebankan ke pul

biaya aktivitas.

3. Menghitung tarif aktivitas.

Tahapan ini merupakan proses menghitung tarif per aktivitas yakni dengan

membagi total biaya overhead dibagi dengan total aktivitas. Hasil dari

perhitungan tarif per aktivitas nantinya akan digunakan untuk menghitung besar

biaya pada suatu pul biaya aktivitas.

4. Membebankan biaya overhead ke objek biaya.

Pada tahapan ini, tarif aktivitas yang telah dihitung sebelumnya dibebankan

ke masing-masing produk. Kemudian, biaya dibebankan ke pesanan pelanggan

sesuai jumlah pesanan dari pelanggan tersebut.

Page 32: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

20

5. Menyiapkan laporan manajemen.

Tahapan ini merupakan proses penyusunan laporan manajemen untuk lebih

memahami kaitan biaya produk yang dipasarkan ke pelanggan. Laporan

manajemen yang dibuat dengan sistem penentuan harga pokok produksi

berbasis aktivitas bertujuan untuk mencapai kualitas produk dan profitabilitas

pelanggan.

2.1.4.5 Manfaat Activity Based Costing System

Penerapan sistem Activity Based Costing menjanjikan berbagai manfaat,

Mulyadi (2007:93) menjelaskan manfaat tersebut antara lain.

1. Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh

perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi pelanggan

2. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis

aktivitas (activity-based budget).

3. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana

pengurangan biaya.

4. Menyediakan secara akurat dan multidimensi biaya produk dan jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan.

Sedangkan menurut Islahuzzaman (2011:50-51) menjelaskan

bahwasanya manfaat utama sistem Activity Based Costing adalah.

1. Sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas memiliki

penyajian produk yang lebih akurat dan informatif untuk mampu

mengukur perolehan laba atas produk yang lebih akurat dan juga memiliki

kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan strategis mengenai

harga jual, lini produk, pasar pelanggan, dan pengeluaran modal.

Page 33: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

21

2. Sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas memberikan

pengukuran yang lebih akurat atas biaya-biaya pemacu aktivitas dan

membantu manajer untuk membuat keputusan desain produk yang lebih

baik.

3. Sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas membantu

manajer untuk lebih mudah mengakses informasi tentang biaya-biaya

yang relevan dalam membuat sebuah keputusan bisnis.

2.1.4.6 Keterbatasan Activity Based Costing System

Walaupun sistem Activity Based Costing menjajikan berbagai manfaat,

tetapi sistem tersebut juga memiliki beberapa keterbatasan. Hansen dan Mowen

(2007:125-126) menjelaskan tentang keterbatasan sistem ini, antara lain.

1. The proportion of non-unit-related overhead costs to total overhead

cost is large. Bahwasanya signifikansi atau ketepatan porsi dari biaya

overhead non-unit terkait dalam produski merupakan sebuah keharusan.

Jika tidak, maka akan terjadi distorsi dalam pemisahan biaya overhead

berdasarkan tiap-tiap aktivitas.

2. The degree of product diversity is great. Secara sistematis keragaman

produk (product diversity) akan menimbulkan biaya overhead dalam porsi

yang berbeda. Dalam penerapan sistem Activity Based Costing, produk-

produk yang dihasilkan perusahaan harus beragam baik dari sisi kualitas,

ukuran, waktu, maupun kompleksitasnya.

2.2 Tinjauan Empirik

Penelitian terkait sistem Activity Based Costing telah diangkat

sebelumnya oleh beberapa peneliti. Maka, dianggap perlu untuk mempelajari

Page 34: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

22

penelitian terdahulu dari peneliti sebelumnya sebagai acuan dan pedoman untuk

melakukan penelitian ini.

Pratiwi (2006) melakukan penilitian tentang penerapan metode Activity

Based Costing pada penentuan harga pokok produksi gula. Penelitian ini

dilakukan pada sebuah pabrik gula di daerah Mojokerto dengan membandingkan

perhitungan harga pokok produksi gula dengan menggunakan sistem tradisional

dan perhitungan harga pokok produksi gula dengan menggunakan metode

Activity Based Costing System. Peneliti mengambil sebuah kesimpulan

bahwasanya harga pokok produksi gula yang dihasilkan dengan menggunakan

sistem tradisional lebih tinggi sebesar Rp. 132.095,92 per kuintal ketimbang

menggukanan sistem Activity Based Costing. Sehingga, peneliti memberikan

saran agar dalam menghitung harga pokok produksinya perusahaan tersebut

baiknya menggunakan metode perhitungan Activity Based Costing System

karena metode tersebut lebih efisien dalam mereorganisasi proses dan

memperbaiki kualitas serta lebih akurat dalam mengkalkulasi konsumsi dari tiap

aktivitas produksi.

Ardani (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Activity

Based Costing System Sebagai Alternatif Penentuan Harga Pokok Produksi”.

Studi kasus dalam penelitian ini adalah PT Jamu Air Mancur yang bertempat di

Surakarta, perusahaan ini memproduksi berbagai macam produk seperti jamu,

kosmetik, ekstraksi, dan minuman kesehatan sehingga relevan ketika

menggunakan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Activity

Based Costing System. Salah satu manfaat dari penilitian ini adalah diharapkan

menjadi masukan bagi perusahaan mengenai pentingnya penentuan biaya

produksi berdasarkan aktivitas agar nantinya harga pokok produksi untuk setiap

Page 35: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

23

produknya dapat ditaksir secara tepat, sehingga dapat membantu manajemen

dalam pengambilan keputusan.

Akbar (2011) melakukan penelitian tentang penerapan Activity Based

Costing System dalam penentuan harga pokok kamar hotel di Hotel Coklat

Makassar. Peneliti menganalisis tentang penerapan Activity Based Costing

System di perusahaan jasa yang bergerak dibidang perhotelan dengan

membandingkannya dengan sistem konvensial dalam menentukan harga pokok

produksi. Dari hasil ini, peneliti menyarankan untuk mengadakan penelitian yang

lebih lanjut terkait dengan penerapan Activity Based Costing System dan

diharapkan agar lebih meningkatkan sistem informasi dan tenaga kerja yang

memadai ketika memutuskan untuk menerapkan sistem tersebut.

Wijayanti (2011) melakukan peneltian tentang penerapan Activity Based

Costing System untuk menentukan harga pokok produksi pada PT Industri

Sandang Nusantara Unit Patal Secang. Dalam penelitian ini, peneliti

menganalisis dan membandingkan sistem penentuan harga pokok produksi

sistem tradisional dengan sistem Activity Based Costing dan peneliti

menyimpulkan bahwasanya perusahaan industri yang bergerak di bidang

pengolahan tekstil tersebut masih menggunakan sistem tradisional dan

penggunaan sistem ini masih dapat dgunakan selama harga pokok produksinya

tidak melebihi harga dari perusahaan lain serta disarankan untuk menggunakan

sistem Activity Based Costing ketika pihak telah mempertimbangkan cost dan

benefit dari penerapan sistem tersebut.

Lestari (2012) melakukan penelitian tentang penerapan sistem penentuan

harga pokok produksi berbasis aktivitas dalam meningkatkan efisiensi biaya

produksi pada produk Cement Retarder di PT Petrokimia Gresik. Dalam

penelitian ini, terdapat kebutuhan untuk melakukan efisiensi mendorong

Page 36: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

24

perusahaan untuk melakukan pembebanan biaya yang akurat atas sebuah

aktivitas yang dilakukan, yakni dengan menggunakan sistem Activity Based

Costing. Sistem ini dianggap dapat menyediakan informasi perhitungan biaya

yang lebih baik dan akurat ketimbang menggunakan sistem tradisional.

Pelo (2012) melakukan penelitian tentang penerapan Activity Based

Costing pada tarif jasa rawat inap RSUD Daya di Makassar. Penelitian ini

berfokus untuk melihat penerapan Activity Based Costing System pada sebuah

perusahaan jasa yaitu rumah sakit dengan melihat perbedaan tarif jasa rawat

inap dengan menggunakan sistem tradisional dibandingkan dengan

menggunakan Activity Based Costing System. Hasilnya, peneliti menyarankan

kepada RSUD Daya agar menggunakan Activity Based Costing System dalam

menentukan tarif jasa rawat inap karena dianggap lebih akurat ketimbang

menggunakan sistem tradisional.

Setyaningrum (2013) melakukan penelitian tentang analisis penentuan

harga pokok produksi Batik Mustika Blora berdasarkan sistem Activity Based

Costing. Perusahaan batik tersebut memproduksi dua jenis produk yaitu: batik

cetak dan batik lukis. Kedua produk tersebut diproduksi dalam satu pabrik

sehingga akan lebih baik ketika biaya-biaya yang dihasilkan dihitung dengan

menggunakan standar aktivitas. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini

bahwasanya penggunaan sistem Activity Based Costing lebih akurat dan tepat

ketimbang menggunakan sistem tradisional dalam menghitung harga pokok

produksi produk yang dihasilkan oleh perusahaan batik tersebut.

Sadewo (2013) melakukan penelitian tentang design penerapan Activity

Based Costing System untuk menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) pada

perusahaan autobody manufaktur dan komponen otomotif di CV Delima

Mandiri. Peneliti menyarankan kepada perusahaan tersebut untuk menggunakan

Page 37: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

25

Activity Based Costing System agar mendapat laba yang lebih maksimum dan

mengetahui pemicu biaya dalam perhitungan harga pokok produksi.

Gabriella (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Activity

Based Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT Cahaya

Anugrah Sentosa”. Jenis perusahaan yang diteliti merupakan sebuah

perusahaan yang memproduksi jenis-jenis olahan kacang kemasan dengan

membandingkan perhitungan harga pokok produksi sistem tradisional dengan

perhitungan harga pokok produksi dengan sistem Activity Based Costing. Dari

hasil ini, peneliti menyarankan untuk menerapkan sistem Activity Based Costing

agar perusahaan memiliki informasi yang lebih akurat terkait perhitungan harga

pokok produksinya.

Wiguna (2015) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penentuan

Harga Pokok Produksi Beras Berbasis Aktivitas pada PT Pertani (Persero) Unit

Penggilingan Padi Sidrap”. Jenis perusahaan yang diteliti merupakan salah satu

perusahan industri beras terbesar di provinsi Sulawesi selatan dan peneliti

berfokus pada perbandingan penerapan penentuan harga pokok produksi sistem

tradisional dengan sistem activity based costing. Dari penelitian ini disimpulkan

bahwasanya penerapan sistem activity based costing sangat disarankan oleh

peneliti karena penggunaan sistem ini memberikan nilai yang lebih akurat atas

laporan harga pokok produksi beras ketimbang menggunakan sistem tradisional.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teoritis sebelumnya maka dapat disusun sebuah

kerangka berfikir tentang bagaimana penerapan sistem Activity Based Costing

dalam perhitungan harga produksi dan nantinya akan dibandingkan dengan

sistem tradisional. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan

Page 38: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

26

sistem tradisional dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan absorption

costing dan variabel costing. Pendekatan variabel costing lebih relevan

digunakan karena biaya yang sifatnya variabel dan tetap dipisahkan dalam

menghitung harga pokok produksi. Berbeda dengan pendekatan absorption

costing yang menggabungkan kedua jenis biaya tersebut sehingga pendekatan

variabel costing lebih relevan dalam pengambilan sebuah keputusan.Unit

produksi milik PT Kalla Electrical System dalam melakukan proses produksi pada

umumnya menghasilkan tiga jenis biaya, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Ketiga jenis biaya ini akan

diakumulasikan dan sebagai elemen utama dalam menghitung harga pokok

produksi.

Dalam penerapan sistem Activity Based Costing akan memfokuskan

perhitungannya pada biaya overhead pabrik dengan mengidentifikasi aktivitas-

aktivitas yang berhubungan dengan biaya pabrik selama proses produksi dan

diklasifikasikan ke dalam empat kategori umum aktivitas yaitu aktivitas tingkat

unit, tingkat batch, tingkat produk, dan tingkat fasilitas yang disertai dengan

pembebanan biaya kepada ke empat kategori aktivitas tersebut sesuai dengan

besaran biaya yang dihabiskan oleh aktivitas tersebut. Hasil dari kalkulasi

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan sistem

Activity Based Costing maka akan didapatkan besaran harga pokok

produksinya. Berdasarkan uraian di atas maka skema kerangka berpikir sebagai

berikut.

Page 39: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

27

Produk I. II, III dan IV

Bahan Baku Langsung

Tenaga Kerja Langsung

Overhead Pabrik

Penentuan Cost pool and Cost

Driver

Unit- Level Activity

Batch- Level

Activty

Product-

Sustaining

Activity

Facilty-

Sustaining

Activity

BOP yang dibebankan

Harga Pokok Produksi berdasarkan sistem Activity Based Costing

Dibandingkan

Penentuan Rate Activity

Produk I, II, III dan IV

Bahan Baku Langsung

Tenaga Kerja Langsung

Overhead Pabrik

BOP yang dibebankan

Harga Pokok Produksi berdasarkan sistem Tradisional

Perhitungan Harga Pokok Produk

Sistem Activity Based Costing

Perhitungan Harga Produksi

Sistem Tradisional

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Page 40: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah penerapan Activity Based Costing (sistem

penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas) dalam penentuan harga

pokok produk trafo PT Kalla Electrical System.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah produk trafo yang dihasilkan oleh PT Kalla

Electrical System. Unit produksi PT Kalla Electical System memproduksi empat

jenis produk. Dari tiap produk tersebut, terdapat aktivitas produksi yang

bervariasi.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di PT Kalla Electrical System di Jalan

Perintis Kemerdekaan km 16, Kecamatan Biringkanayya, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2016 sampai

selesai.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah.

1) Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang bukan

dalam bentuk angka-angka tetapi dalam bentuk lisan maupun tertulis seperti

keterangan-keterangan, informasi-informasi lisan dari karyawan dan pihak

manajemen, gambaran umum perusahaan, prosedur-prosedur perusahaan,

dan pembagian tugas masing-masing departemen dalam perusahaan.

Page 41: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

29

2) Data Kuantitatif, yaitu data atau informasi yang diperoleh dari perusahaan

dalam bentuk angka-angka, seperti laporan jumlah pelanggan, laporan

biaya-biaya yang terkait, dan sebagainya.

Sedangkan sumber data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi

ini adalah.

a) Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan observasi

secara langsung pada perusahaan serta melakukan wawancara langsung

dengan pihak pimpinan dan sejumlah staf dan karyawan yang ada

kaitannya dengan penelitian ini.

b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan mengumpulkan

dokumen-dokumen serta laporan-laporan perusahaan yang ada kaitannya

dengan penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah.

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan bahan-bahan

kepustakaan, dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan penilitian

ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan teknik.

1. Observasi, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan

mengadakan pengamatan secara langsung dalam perusahaan untuk

lebih memahami sistem kerja perusahaan dan untuk mendapatkan

informasi yang berhubungan dengan pembahasan penelitian yang

akan dilakukan.

Page 42: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

30

2. Wawancara, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan

mengadakan wawancara atau tanya-jawab yang prosedurnya telah

disiapkan sebelumnya dengan pihak perusahaan yang ditunjuk atau

pejabat berwenang yang ada hubungannya dengan data-data proses

produksi dan biaya produksi yang dibahas dalam penelitian ini.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Activity Based

Costing System (sistem penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas) dan

Akuntansi Biaya Tradisional untuk menentukan harga pokok produksi pada

produk yang dihasilkan PT Kalla Electrical System. Adapun definisi

operasionalisasi variabel sebagai berikut.

1. Harga Pokok Produksi

Berdasarkan landasan teoritis pada pembahasan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan biaya yang terjadi dalam

sebuah aktivitas produksi, dimulai dari awal pembelian bahan baku hingga

proses produksi telah selesai. Biaya-biaya produksi dikeluarkan secara

sistematis sesuai dengan aliran proses produksi pada periode tertentu.

2. Activity Based Costing System

Berdasarkan landasan teoritis pada pembahasan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa Activity Based Costing System adalah suatu sistem

penetapan harga pokok produksi yang menggunakan dasar aktivitas pada

pengalokasikan biaya-biaya overhead dalam satu atau lebih produk yang

dihasilkan dan bertujuan untuk menyediakan informasi yang lebih akurat bagi

pihak manajemen dalam mengambil keputusan taktis maupun strategis dalam

suatu perusahaan serta sebagai solusi alternatif untuk meminimalisir distorsi

Page 43: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

31

biaya dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem akuntansi biaya

tradisional.

3. Akuntansi Biaya Tradisional

Berdasarkan landasan teoritis pada pembahasan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa akuntansi biaya tradisional adalah suatu sistem yang

menyediakan informasi mengenai kumpulan dan alokasi biaya dari objek biaya,

dimana biaya ditelusuri ke setiap produk sebab setiap bagian produk

mengkonsumsi sumber daya. Sehingga, sistem akuntansi biaya tradisional

memuat informasi tentang pengumpulan dan pengalokasian biaya dari objek

biaya ke setiap produk yang mengonsumsi sumber daya.

3.7 Metode Analisis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif

yaitu transformasi data ke dalam model yang lebih mudah dipahami dan

diinterpretasi, dengan melakukan analisa dari data-data keuangan dan informasi

yang diperoleh dari perusahaan. Metode deskriptif ini diharapkan dapat

memusatkan masalah bukan berfokus pada mengumpulkan dan mengolah data

saja, tetapi juga menganalisis, meneliti dan menginterpretasikan serta membuat

kesimpulan dan memberi saran dalam peneltian yang akan dilakukan nantinya.

Tahapan yang digunakan dalam mendesain penerapan Activity Based

Costing System pada Unit Produksi PT Kalla Electrical System yakni mengacu

pada tahapan yang dijelaskan oleh Garrison, Noreen, dan Brewer (2013: 319-

325) dalam bukunya. Adapun tahapannya yaitu.

Page 44: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

32

1. Mengeditifkasikan aktivitas, pul biaya aktivitas dan pengukuran aktivitas .

Langkah pertama dalam menerapkan sistem penentuan harga pokok

produksi berbasis aktivitas adalah dengan mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas

yang terjadi pada proses produksi tersebut. Secara umum dengan melakukan

wawancara terhadap semua pihak yang terlibat dalam proses produksi atau

setidaknya supervisor dan manajer dalam departemen yang telah memahami

secari detail aktivitas yang terjadi dalam unit produksi tersebut. Biasanya, akan

diperoleh catatan aktivitas yang sangat panjang. Berdasarkan catatan aktivitas

tersebut, dapat ditentukan jenis aktivitas, pul biaya aktivitas, dan pengukuran

aktivitas tersebut.

2. Membebankan biaya overhead ke pul biaya aktivitas.

Langkah berikutnya yakni dengan membebankan biaya overhead ke pul

biaya aktivitas. Alokasi tahap pertama (first-stage allocation) dalam Activity

Based Costing System adalah proses pembebanan biaya overhead fungsional

yang berasal dari jurnal umum di bagian akuntansi PT Kalla Electrical System ke

pul biaya aktivitas. Alokasi tahap pertama biasanya berdasarkan hasil

wawancara dengan karyawan yang terkait langsung dengan aktivitas produksi

produk tersebut.

3. Menghitung Tarif Aktivitas

Langkah berikutnya adalah dengan menentukan total aktivitas untuk tiap

pul biaya yang diharapkan diproduksi. Tarif per aktivitas, dengan rumus total

biaya dibagi dengan total aktivitas. Tarif per aktivitas akan dijadikan dasar untuk

menghitung seberapa besar biaya yang ditanggung oleh suatu pul biaya

aktivitas.

Page 45: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

33

4. Membebankan Biaya Overhead ke Objek Biaya

Langkah selanjutnya dalam penerapan Activity Based Costing System

disebut alokasi tahap kedua (second-stage allocation). Tarif aktivitas yang telah

dihitung sebelumnya dibebankan ke masing-masing produk. Kemudian, biaya

dibebankan ke pesanan pelanggan sesuai jumlah pesanan dari pelanggan

tersebut.

5. Menyiapkan Laporan Manajemen

Langkah selanjutnya setelah alokasi tahap kedua selesai, saatnya

membuat laporan yang dapat membantu menjelaskan mengapa perusahaan

mengalami keuntungan atau kerugian. Proses penyusunan laporan manajemen

untuk lebih memahami kaitan biaya produk yang dipasarkan ke pelanggan.

Laporan manajemen yang dibuat dengan sistem penentuan harga pokok

produksi berbasis aktivitas bertujuan untuk mencapai kualitas produk dan

profitabilitas pelanggan.

Page 46: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

50

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya.

Peneliti membuat kesimpulan antara lain sebagai berikut.

1. Penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas pada produksi Trafo

25 KVA 3 Phasa dan 100 KVA 3 Phasa dilakukan dengan cara

membebankan biaya tidak langsung ke objek biaya masing-masing

dengan berdasar pada proporsi ukuran aktivitas yang dikonsumsi oleh

tiap jenis produk trafo. Penentuan harga pokok produksi trafo berbasis

aktivitas ini menghasilkan informasi yang akurat biaya overhead yang

dikonsumsi oleh produk trafo baik trafo 25 KVA 3 Phasa maupun 100

KVA 3 phasa. Beda halnya dengan penentuan harga pokok produksi

sistem tradisional, biaya overhead dibebankan ke objek biaya sesuai

jumlah unit produksi masing-masing produk trafo. Metode ini tentu

menghasilkan distorsi atas porsi biaya overhead yang dikonsumsi oleh

kedua jenis trafo tersebut karena belum tentu salah satu jenis trafo

mengonsumsi biaya overhead sesuai perbandingan jumlah produksi saja,

namun ada faktor pembebanan lain yang mempengaruhi.

2. PT Kalla Electrical System memiliki tiga jenis aktivitas yang menimbulkan

biaya pada produksinya. Ketiga jenis aktivitas ini adalah aktivitas Produksi

(Result – Producing Activity) yang meliputi aktivitas Material

Management, aktivitas Production Planning Inventory Control, aktivitas

Electrical Design, aktivitas Pemasaran, aktivitas Quality Control, serta dua

Page 47: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

52

macam Aktivitas Pendukung (Support Activity) yaitu, Aktivitas Supporting

dan Aktivitas Pergudangan. Driver Aktivitas (Activity Driver) dari aktivitas

Material Management, aktivitas Production Planning Inventory Control,

aktivitas Electrical Design, aktivitas Pemasaran, aktivitas Quality Control

adalah jumlah pembelian bahan baku, jumlah produksi, jumlah tenaga

kerja langsung dan jumlah penjualan. Sedangkan, Aktivitas Supporting

dan Aktivitas Pergudangan adalah jumlah pekerja dan luas lahan.

3. Biaya produksi per unit dari hasil perhitungan harga pokok produksi

berbasis aktivitas berbeda dengan hasil perhitungan metode tradisional.

Produk Trafo 25 KVA 3 Phasa mengonsumsi biaya produksi sebesar Rp

62.044.577,5 per unit jika dihitung dengan basis aktivitas. Sedangkan

sistem tradisional menunjukkan nilai sebesar Rp 61.962.389,5 per unit.

Selisih dari keduanya adalah Rp 82.168. Adapun produk Trafo 100 KVA 3

Phasa jika dihitung dengan basis aktivitas mengomsumsi biaya sebesar

Rp. 40.895.589 per unitnya. Sedangkan sistem tradisional menunjukkan

nilai sebesar Rp. 40.896.333 per unitnya. Selisih dari keduanya adalah

Rp. 744 per unit

5.2 Saran

Penentuan harga pokok atas produksi Trafo 25 KVA 3 Phasa dan 100

KVA 3 Phasa pada hasil penelitian dan pembahasan menjadi bukti yang jelas

bahwa penggunaan sistem berbasis aktivitas atau sering disebut Activity Based

Costing System memberikan nilai yang lebih relevan dan akurat atas laporan

harga pokok produksi PT Kalla Electrical System. Perhitungan sistem tradisional

dan sistem berbasis aktivitas menghasilkan perbedaan biaya produksi per

Page 48: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

53

unitnya yang cukup materil. Sehingga peneliti memberikan saran kepada PT

Kalla Electrical System sebagai berikut.

1. Penentuan harga pokok produksi berbasis aktivitas atau sering disebut

Activity Based Costing System menjadi salah satu pilihan metode yang

sangat baik dan dianjurkan untuk PT Kalla Electrical System dalam

menentukan harga pokok produksi trafo, agar informasi biaya produksi

yang dihasilkan lebih tepat dijadikan acuan dalam pengambilan

keputusan kedepannya, khususnya dalam pengendalian biaya produksi.

2. Kompleksitas kegiatan dan aktivitas dalam sebuah perusahaan

khususnya dibagian produksi menjadi kendala dalam penerapan harga

pokok produksi berbasis aktivitas, namun peneliti hanya mampu

menyajikan variabel yang sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Oleh karena itu, penerapan harga pokok produksi berbasis aktivitas atau

Activity Based Costing System pada produksi trafo masih membutuhkan

banyak pengembangan lebih lanjut sehingga informasi yang dihasilkan

semakin akurat.

Page 49: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2009. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar Konsep Biaya &

Pengambilan Keputusan – Ed.Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Akbar, Muhammad. 2011. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing

System Dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat

Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin.

Ardani, Deni Nur. 2009. Penerapan Activity Based Costing System Sebagai

Alternatif Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi pada PT Jamu Air

Mancur Surakarta). Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Carter, William K. 2006. Cost Accounting, 14th Edition, dialihbahasakan oleh

Krista, “Akuntansi Biaya, Buku 2”. 2009. Jakarta: Salemba Empat.

Gabriella, Sheila. 2014. Penerapan Activity Based Costing dalam Perhitungan

Harga Pokok Produksi pada PT Cahaya Anugrah Sentosa. Skripsi tidak

diterbitkan. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin

Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., and Brewer, Peter C. 2013. Managerial

Accounting, 14th Edition, dialihbahasakan oleh Kartika Dewi, “Akuntansi

Manajerial, Buku 1”. 2013.Jakarta: Salemba Empat

Hansen, Don R. and Mowen, Maryanne M. 2007. Managerial Accounting, 8th

Edition, dialihbahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwary,

“ Akuntansi Manajerial”.2012. Jakarta:Salemba Empat.

Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang Edisi

Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Horngren, Datar, dan Rajan. 2015. Cost Accounting A Managerial Emphasis.

Fifteenth Edition. Pearson Education, Inc.

Islahuzzaman. 2011. Activity Based Costing Teori dan Aplikasi. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Kallatrafo. 2014. Tentang Kami. http://www.kallatrafo.co.id. (Diakses pada

tanggal 21 Februari 2016)

Page 50: SKRIPSI - COREvi PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, baik itu nikmat kesehatan maupun nikmat waktu luang sehingga peneliti dapat

55

Lestari, Nur Arini Puji. 2012. Analisa Penerapan ABC System dalam

Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi pada Produk Cement Retarder di

PT Petrokimia Gresik. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Mulyadi. 2007. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP STIM AMP YKPN.

Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP STIM AMP YKPN.

Pelo, Gabryela Horman. 2012. Penerapan Activity Based Costing pada Tarif Jasa

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Daya di Makassar. Skripsi tidak

diterbitkan. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin.

Pratiwi, Yunita Eka. 2006. Penerapan Metode Activity Based Costing System

pada Penentuan Harga Pokok Produksi Gula di Pabrik Gula Gempolkerp,

PTPN X, Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan.Bogor: Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor.

Sadewo, Lanang. 2013. “Design Penerapan Activity Based Costing System untuk

Menentukan Harga Pokok Produksi Studi Kasus pada Perusahaan

Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri”.

Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Setyaningrum, Dyah Ayu. 2013. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Batik

Mustika Blora berdasarkan Sistem Activity Based Costing. Skripsi tidak

diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Wiguna, A. Muh. Fadil. 2015. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Beras

Berbasis Aktivitas pada PT Pertani (Persero) Unit Penggilingan Padi

Sidrap. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Wijayanti, Ratna. 2011. Penerapan Activity Based Costing System untuk

Menentukan Harga Pokok Produksi pada PT Industri Sandang Nusantara

Unit Patal Secang. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Ilmu

Sosial dan Ekonomi Universitas Yogyakarta.