Upload
buikhuong
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI
SISWA-SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL,
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Stepanus Pitra Pragakusuma
NIM : 031114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Tuhan Yesus, aku membutuhkan-Mu. Aku bersyukur
karena Engkau telah mati dikayu salib bagi dosa-dosaku,
aku membuka pintu hatiku dan menerima Engkau sebagai
Juru Selamat dan Tuhanku. Terima kasih karena telah
mengampuni dosa-dosaku dan memberi aku hidup yang
kekal. Kuasailah seluruh hidupku. Jadikan aku pribadi
seperti yang Engkau ingini”. Doa dari Campus Crusade
“ Janganlah kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucap syukur ” (Filipi 4:6).
“ Jadilah Besar dalam hal-hal Kecil…
Lakukan segala sesuatunya dengan kesungguhan Hati yang Besar
Maka sesuatu yang Besar akan kita nikmati dalam hidup ”
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya
Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya
Bapak dan Ibuku tercinta atas semua kasih sayangnya
Kakak dan adikku tersayang
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 November 2008
Penulis
Stepanus Pitra Pragakusuma
vi
ABSTRAK
HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI
SISWA-SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL,
YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Stepanus Pitra Pragakusuma
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2008
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan
aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun
pelajaran 2008/2009 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal.
Penelitian ini menggunakan metode focus group discussion (FGD).
Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apa saja
hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi SMA Stella Duce Bantul,
Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009? (2) Topik-topik bimbingan klasikal
manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul,
Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?. Subyek penelitian adalah siswa-siswi
kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang
berjumlah 41 siswa. Alat penelitian ini adalah pertanyaan panduan FGD yang
disusun oleh peneliti dengan mengembangkan teori Maslow tentang hambatan-
hambatan aktualisasi diri (Koeswara, 1987: 230). Teknik analisa data yang
digunakan adalah menghubung-hubungkan berbagai faktor yang dapat
diidentifikasikan dalam data dan menjelaskannya (Irwanto, 2006: 81).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat aktualisasi diri siswa-siswi
kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 masih
kurang optimal, hal ini disebabkan karena masih banyak hambatan-hambatan
dalam mengaktualisasikan diri. Hambatan-hambatan yang paling dominan adalah
(1) hambatan dari dalam diri individu, yaitu: kurangnya rasa percaya diri, ada 11
siswa (26,82%), dan masih adanya sikap malas dalam diri, ada 10 siswa (24,39%),
(2) hambatan dari luar atau masyarakat, yaitu: kurangnya fasilitas yang
mendukung, ada 20 siswa (48,78%), dan kurangnya dukungan dari orang tua, ada
10 siswa (24,39%). Usulan topik-topik bimbingan klasikal dikembangkan
berdasarkan analisa dan pembahasan terhadap hambatan-hambatan siswa-siswi
dalam mengaktualisasikan dirinya. Topik-topik bimbingan klasikal antara lain:
Siapakah Aku?, Percaya Diri, Mengatur Jadwal Harian, Berpikir Positif,
Kepedulian Sosial, Komunikasi yang Efektif, Cara Membaca yang Efektif,
Dorongan Untuk Berprestasi, Aku dan Keluarga, dan Hidup Sederhana.
vii
ABSTRACT
SELF-ACTUALIZATION OBSTACLES OF THE STUDENTS IN
CLASS XI OF SMA STELLA DUCE BANTUL, YOGYAKARTA IN
2008/2009 ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TO THE
PROPOSAL OF CLASSICAL GUIDANCE TOPICS
Stepanus Pitra Pragakusuma
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2008
The research aimed to describe the self-actualization obstacles of the
students in class XI of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009
academic year and to make the proposal of classical gudance topics.
The method used in this research was focus group discussion (FGD). The
questions specially answered in this research were (1) What are the self-
actualization obstacles for the students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in
2008/2009 academic year? (2) What classical guidance topics which are
appropriate for the students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009
academic year?. The subject of this research were the 41 students of SMA Stella
Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The instrument for this
research was focus group discussion (FGD) guidance question which constructed
by the researcher by developing Maslow theory about self-actualization obstacles
(Koeswara, 1987: 230). The data analysis technic used was an effort to relate the
factors which can be indentified in the data and can be explained too (Irwanto,
2006: 81).
The result showed that level of self-actualization of the students in class XI
SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year is low, it could
be caused by so many obstacles to actualize their selves. The most dominant
obstacles were: (1) inner obstacles, such as: low self-confidence, its was found in
11 students (26,82%), laziness behavior, it was found in 10 students (24,39%),
(2) outside obstacles, such as: minimum facilities, it was found in 20 students
(48,78%) and minimum parents support, it was found in 10 students (24,39%).
The proposal of classical guidance topics were developed based on the analysis
and the discussion towards the students self-actualization obstacles. Those
classical guidance topics were Who Am I?, Self-Confidence, Arranging Daily
Schedule, Positive Thinking, Social Care, Effective Communication, Effective
Way of Reading, Encouragement to get Achievement, Me and Family, and Living
in Simple Way.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Stepanus Pitra Pragakusuma
NIM : 031114013
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Univesitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI SISWA-SISWI KELAS
XI SMA STELLA DUCE BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL”
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Univesitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 04 Desember 2008
Yang menyatakan,
Stepanus Pitra Pragakusuma
ix
KATA PENGANTAR
Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus
Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-Nya, sehingga dapat terselesaikan skripsi
ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Disadari bahwa skipsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan,
perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M. Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan perhatian, masukan-masukan, serta motivasi-motivasi
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. YB. Adimassana, M.A., Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan-masukan bagi penulis demi perbaikan skripsi.
4. Drs. Wens Tanlain, M.Pd., Dosen Penguji yang telah mengkritisi dan
memeriksa skripsi ini.
5. Sr. Louis CB yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan
penelitian di SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta.
6. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis
x
dan telah memberikan banyak bimbingannya selama penulis
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa,
kesabaran dan perhatiannya, membimbing, dan selalu berusaha
memberikan yang terbaik untukku.
8. Kakakku Lorensius Henky Suryakusuma dan istri Yuliana Kurnia
Widhiasih, keponakanku yang cantik Skolastika Violetta Nuradvenza serta
adikku Florianus Garin Dirakusuma yang sudah memberikan dukungan
selama mengerjakan skripsi.
9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doanya selama
menyelesaikan skripsi ini, sehingga menjadi skripsi yang sempurna.
10. Erna Yulianingsih yang telah memberikan banyak perhatian, kasih dan
cintanya sehingga hidupku menjadi lebih berwarna.
11. Sahabat-sahabatku KKY (Komunitas Kolobendono Yogyakarta):
Seprianus, Ardian Septiantono, Kristiadi, Pikal, Sigit Sudarisman, Tyo,
Matius, Angga, Irene.
12. Wahyu Putri, Maria Verawati, Robertus Bayu, yang telah memberikan
bantuannya selama penelitian.
13. Agatha Nila Sukma, yang telah membantu mengoreksi abstrak bahasa
Inggris.
14. Seluruh teman-temanku di Program Studi Bimbingan dan Konseling
angkatan 2003, atas segala kebersamaannya, bantuannya, dan
dukungannya selama mengikuti kuliah bersama.
xi
15. Para siswa-siswi SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran
2008/2009, yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.
Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang berguna bagi siapa saja yang berminat dalam
dunia pendidikan.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ….………………………...
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………
ABSTRAK ………………………………………………………………….
ABSTRACT ………………………………………………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………...
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………..
B. Perumusan Masalah ………………………………………………
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………..
E. Definisi Operasional ……………………………………………...
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………...
A. Aktualisasi Diri …………………………………………………...
1. Pengertian Aktualisasi Diri …………………………………...
2. Hirarki Kebutuhan Maslow …………………………………...
3. Ciri/Sifat Orang Yang Mengaktualisasikan Diri ……………...
4. Hambatan-Hambatan Aktualisasi Diri ………………………..
5. Cara-Cara Mengaktualisasikan Diri …………………………..
B. Siswa SMA Sebagai Remaja ……………………………………...
1. Pengertian Remaja ……………………………………………
2. Tugas Perkembangan Remaja ………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiv
xv
1
1
4
4
4
5
7
7
7
8
11
19
20
24
24
25
xiii
C. Bimbingan Klasikal ……………………………………………….
1. Pengertian Bimbingan Klasikal ………………………………
2. Manfaat Bimbingan Klasikal …………………………………
D. Peran Pelayanan Bimbingan Klasikal Di Sekolah Dalam
Peningkatan Aktualisasi Diri ……………………………………..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………...…..
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………
B. Subyek Penelitian …………………………………………………
C. Alat Penelitian …………………………………………….............
1. Alat Pengumpul Data …………………………………………
a. Pengertian Focus Group Discussion (FGD) ……………...
b. Alasan Menggunakan Focus Group Discussion (FGD) ….
c. Persiapan Focus Group Discussion (FGD) ……………….
d. Manfaat, Keuntungan, Keunggulan, dan Kelemahan
Menggunakan Focus Group Discussion (FGD) ………….
e. Peran Penting Yang Perlu Diperhatikan Oleh Peneliti
Dalam Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) …….
2. Validitas Focus Group Discussion (FGD) ……………………
D. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………………..
1. Tahap Persiapan ………………………………………………
a. Persiapan Teknik ………………………………………….
b. Persiapan Focus Group Discussion (FGD) ……………….
2. Tahap Pelaksanaan ……………………………………………
E. Teknik Analisis Data ……………………………………………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………..
A. Tingkat Aktualisasi Diri Siswa-Siswi Kelas XI SMA Stella Duce
Bantul, Togyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ………………….
B. Pembahasan ……………………………………………………….
BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK
MENINGKATKAN AKTUALISASI DIRI ……………………...
26
26
28
29
31
31
31
33
32
32
32
35
37
39
39
40
40
40
44
45
48
50
50
63
68
xiv
BAB VI PENUTUP ………………………………………………………..
A. Ringkasan …………………………………………………………
B. Kesimpulan ……………………………………………………….
C. Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
LAMPIRAN ………………………………………………………………...
74
74
77
78
80
83
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa-Siswi SMA Stella Duce Bantul
Tahun Pelajaran 2008/2009 …………………………………….
Tabel 2 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian …………………………..
Tabel 3 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa
Kelas XI IPA ……………………………………………………
Tabel 4 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
Kelas XI IPA ……………………………………………………
Tabel 5 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS
Kelompok 1 ……………………………………………………..
Tabel 6 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
Kelas XI IPS Kelompok 1 ………………………………………
Tabel 7 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS
Kelompok 2 ……………………………………………………..
Tabel 8 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
Kelas XI IPS Kelompok 2 ………………………………………
Tabel 9 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS
Kelompok 3 ……………………………………………………..
Tabel 10 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa
Kelas XI IPS Kelompok 3 ………………………………………
Tabel 11 Hasil FGD Dari Keseluruhan Kelas ……………………….……
Tabel 12 Rincian Pernyataan Hambatan Aktualisasi Diri yang Diungkap
Oleh Siswa-Siswi Kelas XI SMA Stella Duce Bantul Tahun
Ajaran 2008/2009 Berdasarkan FGD …………………………...
Tabel 13 Rincian Hasil Hambatan Aktualisasi Diri yang Paling Dominan
Dari 41 Siswa Dari 2 Kelas ……………………………………..
Tabel 14 Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal Siswa-Siswi Kelas XI
SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2008/2009 …………………………………….
Tabel 15 Hasil Evaluasi Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ……..
31
48
51
52
54
54
56
57
58
59
60
61
62
69
77
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pertanyaan Panduan Focus Group Discussion (FGD) ………
Lampiran 2 : Hasil Uji Coba Focus Group Discussion (FGD) …………….
Lampiran 3 : Susunan Tim Focus Group Discussion (FGD) ……………...
Lampiran 4 : Daftar Nama Siswa/Peserta Focus Group Discussion (FGD)..
Lampiran 5 : Foto Proses Focus Group Discussion (FGD) ………………..
Lampiran 6 : Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) ………………..
Lampiran 7 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ……………………………
Lampiran 8 : Surat Keterangan Penelitian …………………………………
83
85
86
87
88
90
106
107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia menginginkan bahwa setiap kebutuhan hidupnya
terpenuhi mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan akan aktualisasi
diri. Keinginan tersebut mendorong manusia untuk berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut. Mereka sering kali mengalami hambatan untuk dapat
mencapai kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri.
Hambatan-hambatan yang dialami seseorang dapat mempengaruhi
mereka dalam mencapai aktualisasi diri. Hambatan-hambatan tersebut antara
lain berasal dari dalam diri individu, seperti rasa kurang percaya diri, malas,
masih bingung, dan ragu dengan kemampuan yang dimiliki. Selain itu
hambatan dari luar individu, seperti kurangnya fasilitas dan dukungan dari
orang tua. Adanya hambatan-hambatan tersebut dapat membuat anak tidak
bebas mengekspresikan kemampuannya.
Maslow (Goble, 1987: 48) melukiskan pengaktualisasian diri sebagai
penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas,
potensi-potensi yang ada pada dirinya dan memenuhi dirinya serta melakukan
yang terbaik yang dapat dilakukannya. Aktualisasi merupakan suatu proses,
karena itu setiap orang perlu terus menerus menggali dan mengembangkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya (Moi, 2003).
2
Setiap orang mengharapkan kepribadian yang sehat, termasuk remaja.
Masa remaja merupakan masa di mana ia beralih dari hidup yang penuh
kebergantungan kepada orang lain, ke masa di mana remaja harus melepaskan
diri dari kebergantungan itu, serta memikul tanggung jawab sendiri, yaitu
masa berlatih dari masa anak-anak ke masa dewasa (Daradjat, 1974: 34).
Remaja mengalami berbagai hambatan dalam mengaktualisasikan diri,
antara lain hambatan yang berasal dari dalam diri dan hambatan yang berasal
dari luar. Semua hambatan tersebut menyebabkan remaja belum dapat
mengaktualisasikan diri secara optimal. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal,
antara lain: keadaan ekonomi yang lemah sehingga keluarga tidak dapat
menyediakan fasilitas yang memadai, masih kurangnya rasa percaya diri pada
anak karena takut kalau kemampuannya tersebut tidak menjamin masa
depannya, merasa minder dengan teman yang lebih mampu, masih adanya
sikap malas dalam diri remaja, dan kurangnya dukungan dari orang tua karena
ini lebih penting untuk membantu perkembangan anak dalam
mengekspresikan potensi yang dimilikinya. Melihat faktor-faktor tersebut
maka peran orang tua dan guru sangat diperlukan/dibutuhkan untuk membantu
siswa (remaja) mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi yang sehat.
Penelitian ini mengkhususkan pada lingkungan sekolah dengan
pertimbangan bahwa guru pembimbing memiliki kesempatan dan peran yang
besar untuk pertumbuhan dan perkembangan aktualisasi diri siswa/remaja.
3
Para guru pembimbing perlu membantu siswanya untuk dapat mengatasi
hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri mereka, sehingga mereka
dapat menjadi pribadi yang sehat bebas dari tekanan-tekanan. Oleh sebab itu
guru pembimbing perlu memiliki topik-topik bimbingan yang relevan dengan
hambatan-hambatan yang dialami para siswa agar dapat membantu mereka
dalam mengaktualisasikan dirinya.
Mengingat pentingnya aktualisasi diri bagi remaja, maka sebagai guru
pembimbing perlu berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan
aktualisasi diri siswa supaya dapat berkembang secara optimal. Upaya
peningkatan aktualisasi diri ini merupakan modal dasar dalam membantu
siswa untuk menjadi manusia seutuhnya dengan kemampuan (potensi) yang
dimilikinya.
Berdasarkan pertimbangan akan pentingnya aktualisasi diri bagi remaja,
maka guru pembimbing mempunyai kesempatan untuk membantu siswanya
dalam mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai aktualisasi diri secara
optimal. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”Hambatan-Hambatan Aktualisasi Diri Siwa-Siswi Kelas XI
SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 dan
Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal”.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA
Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?
2. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk siswa-siswi
kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mengetahui hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI
SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009.
2. Menyusun topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi
kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009
dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan dirinya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa
pihak yaitu:
1. Bagi guru pendamping
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna
demi peningkatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce
Bantul, Yogyakarta dan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang dibuat
5
oleh peneliti dapat menjadi masukan bagi guru pembimbing untuk
pengembangan bimbingan di sekolah, terutama dalam bidang bimbingan
pribadi.
2. Bagi siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul
Siswa-siswi dapat merasakan manfaat dari topik-topik bimbingan pribadi
yang dilaksanakan secara klasikal oleh guru pembimbing dan selanjutnya
mereka dapat mengembangkan aktualisasi diri mereka secara individual.
3. Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman dalam mengungkap aktualisasi diri para siswa-
siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran
2008/2009 dan memperoleh wawasan yang lebih luas tentang aktualisasi
diri.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pembanding dalam
melakukan penelitian berikutnya yang relevan.
E. Definisi Operasional
1. Hambatan-hambatan aktualisasi diri adalah suatu halangan yang dapat
membuat seseorang mengalami suatu ketidakoptimalan dalam
mengaktualisasikan dirinya.
2. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan dan
memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi
6
yang ada pada dirinya serta melakukan yang terbaik yang dapat
dilakukannya (Goble, 1987: 48).
3. Topik-topik bimbingan adalah topik-topik yang berisi pokok-pokok
bahasan dari setiap aspek tugas perkembangan remaja.
4. Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang dilaksanakan di kelas pada jam
tertentu, yang membahas tentang topik tertentu.
5. Focus Group Discussion adalah suatu proses perolehan data yang
dilakukan secara sistematis dan spesifik, guna mendapatkan informasi
tentang masalah-masalah yang sering dihadapi siswa melalui diskusi.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Aktualisasi Diri
1. Pengertian Aktualisasi Diri
Maslow melukiskan pengaktualisasian diri sebagai penggunaan dan
pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi.
Orang yang teraktualisasi akan memenuhi dirinya dan melakukan yang
terbaik yang dapat dilakukannya (Goble, 1987: 48). Penggunaan dan
pemanfaatan bakat dan potensi-potensi dapat disalurkan pada minat
pekerjaannya sehingga dapat memberikan kegembiraan dan kenikmatan.
Maslow berpendapat bahwa aktualisasi diri adalah kebutuhan
individu untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuan (potensi)
yang dimilikinya (Koeswara, 1987: 230). Hal tersebut dipertegas oleh
pendapat Stein dan Book (2004: 124) yang menyatakan bahwa aktualisasi
diri adalah kemampuan untuk mengejawantahkan kemampuannya yang
potensial, sehingga kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi. Kebutuhan-
kebutuhan individu itu antara lain: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan dan
kebutuhan akan aktualisasi diri.
Pengertian aktualisasi diri di atas diperkuat oleh Rogers yang
mengatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sikap-sikap serta potensi-potensi psikologis yang unik.
8
Aktualisasi diri merupakan keberanian untuk ada dan meluncurkan diri
sepenuhnya ke dalam arus kehidupan (Schultz, 1991: 46, 50).
Proses menuju aktualisasi diri membutuhkan waktu yang lama, oleh
sebab itu seseorang perlu membangun kekuatan diri yang tentunya dapat
menghantarkan dirinya pada pencapaian aktualisasi diri. Menurut Moi
(2003: 18) untuk membangun kekuatan diri seseorang perlu: (1) mengenali
kelebihan dirinya, (2) mengembangkan potensi dirinya, (3) memaknai
kelemahan dirinya secara positif, (4) mencari figur/tokoh pendukung, (5)
menumbuhkan optimisme dalam dirinya.
Maslow berpendapat bahwa pribadi yang sehat akan termotivasi oleh
kebutuhan untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-
kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh, sehingga proses
menuju aktualisasi diri dapat tercapai. Proses aktualisasi diri adalah
perkembangan atau penemuan jati diri dan mekarnya suatu potensi yang
ada atau yang terpendam (Goble, 1987: 51, 60). Moi (2003) mengatakan
bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses, karena itu setiap orang
perlu terus menerus menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang
ada dalam dirinya.
2. Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow menjelaskan bahwa manusia mengalami beberapa tingkat
kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis (lapar dan haus), kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan
9
penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Schultz, 1991: 90).
Kebutuhan di atas tersusun bertingkat artinya kebutuhan yang ada di
tingkat dasar pemuasannya lebih mendesak dari kebutuhan yang ada di
atasnya (Koeswara, 1987: 224).
Kebutuhan manusia tersebut antara lain (Maslow, 1984: 39-51):
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan-kebutuhan yang
pemuasannya ditunjukkan pada pemeliharaan proses-proses biologis
dan kelangsungan hidup (Koeswara, 1987: 225). Pemenuhan
kebutuhan fisiologis sangat menentukan terpenuhinya kebutuhan yang
yang selanjutnya. Apabila kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi maka
kebutuhan selanjutnya tidak akan terpuaskan. Menurut Maslow (1984:
41) kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat, oleh
sebab itu manusia akan terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan ini
supaya kebutuhan-kebutuhannya yang lain dapat terpenuhi.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman adalah kebutuhan individu untuk
memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan
lingkungannya (Koeswara, 1987: 226). Kebutuhan akan rasa aman bisa
dipengaruhi oleh pengalaman, misalnya pada anak-anak yang
mengalami penyiksaan dari orang tua. Anak-anak yang pernah
mengalami penyiksaan, ia akan menjadi penakut dan mengembangkan
hasrat yang kuat untuk mencari perlindungan. Sehingga dalam
10
pergaulannya ia akan selalu diliputi rasa ketakutan Hal ini merupakan
suatu hasrat yang mencerminkan menguatnya urgensi kebutuhan akan
rasa aman (Koeswara, 1987: 227) dan pencukupan kebutuhan akan
rasa aman akan membantu seseorang untuk mengetahui rasa takut yang
ia alami (Poduska, 1997: 132).
3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi,
maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki.
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan yang
mendorong individu untuk membangun hubungan afektif dengan orang
lain (lingkungan keluarga dan pergaulan) (Koeswara, 1987: 227).
Terpenuhinya kebutuhan akan cinta, dapat membangun suatu
hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang-orang yang
ada disekitarnya. Kebutuhan-kebutuhan akan cinta mencakup cinta
yang memberi maupun yang menerima (Maslow, 1984: 50).
4. Kebutuhan akan harga diri
Menurut Maslow (1984, 51) pemenuhan kebutuhan akan harga
diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, serta rasa berharga.
Hal ini berarti mereka dapat berelasi dengan orang lain dengan apa
adanya tanpa membuat topeng atau kedok. Mereka akan tampil apa
adanya sesuai dengan dirinya sendiri, karena orang yang memiliki rasa
harga diri yang sehat bersumber pada hasil usaha diri sendiri
(Koeswara, 1987: 229).
11
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang
paling tinggi, dimana setiap manusia mendambakan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan individu untuk
mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya
(Maslow, 1984: 52). Yang harus disertai usaha dan perjuangan untuk
mewujudkan kemampuannya tersebut.
3. Ciri/Sifat Orang yang Mengaktualisasikan Diri
Berdasarkan penelitian-penelitian, Maslow berhasil menyimpulkan
15 ciri/sifat yang spesifik dari orang-orang yang mengaktualisasikan diri.
Berikut ini ciri/sifat yang dimaksud oleh Maslow (Schultz, 1991: 99-100):
a. Mengamati realitas secara efisien
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengamati obyek-
obyek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara obyektif (Schultz,
1991: 99). Hal ini berarti orang yang mengaktualisasikan diri dapat
mengamati segala obyek sesuai dengan realitas, sehingga dalam
pergaulannya dia dapat melihat kekurangan-kekurangan orang lain
dengan baik dan memandang semua hal secara efisien dan secara logis
sesuai dengan realita/kenyataan.
12
b. Menunjukkan penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain
dan diri sendiri
Orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka,
kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan
dan kesusahan. Mereka menerima kodrat mereka sebagaimana adanya
(Schultz, 1991: 100). Mampu menerima diri dan sifatnya sebagaimana
adanya, tanpa sesal atau keluhan, tanpa terlalu banyak pikir (Maslow,
1984: 177). Hal ini berarti mereka akan melihat seseorang tidak
dengan sebelah mata melainkan memandang orang lain sesuai dengan
kodrat sebagai manusia.
c. Memiliki spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
Menurut Maslow, spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran
dari orang-orang yang mengaktualisasikan diri sungguh-sungguh
bersumber dari dalam pribadinya (Koeswara, 1987: 232). Ia dapat
bertingkah laku secara terbuka tanpa berpura-pura, jadi tidak harus
menyembunyikan emosi-emosi mereka tetapi dapat memperlihatkan
emosi-emosi tersebut dengan jujur dan wajar (Schultz, 1991: 101).
Seseorang yang sedang melalui proses aktualisasi diri dibutuhkan
suatu perjuangan dan usaha untuk dapat spontan mengungkapkan
perasaan-perasaannya secara wajar dan jujur yang tidak menyebabkan
orang lain tersakiti, dan secara sederhana menghargai dan bertingkah
laku sesuai dengan kodrat mereka.
13
d. Berfokus pada masalah-masalah di luar diri sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan
mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok bagi
mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan
dan mereka senang melakukan pekerjaan mereka, lebih daripada
sesuatu yang lain dan terus melakukannya (Schultz, 1991: 102).
Maslow berpendapat bahwa orang yang mengaktualisasikan diri
terlibat secara mendalam ke dalam tugas, pekerjaan, atau jabatan
mereka dan memusatkan diri sepenuhnya pada masalah-masalah yang
menjadi bagian tugas mereka (Koeswara, 1987: 232). Hal ini berarti
mereka hanya memfokuskan diri pada satu pekerjaan saja yang
menjadi bagiannya.
e. Menekankan kebutuhan akan privasi dan indepedensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak bergantung pada
orang-orang lain untuk kepuasan-kepuasan mereka. Ini berarti mereka
memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan
dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri (Schultz,
1991: 103). Hal ini berarti bahwa dalam setiap pengambilan keputusan
seseorang tidak bergantung kepada orang lain. Mereka dapat
memutuskan sendiri dengan berbagai pertimbangan termasuk
konsekuensi/akibat dari kuputusan yang telah diambilnya.
14
f. Menunjukkan/menampilkan pribadi yang otonom
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri lebih berfungsi secara
otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik, karena mereka percaya
kepada potensi-potensi yang mereka miliki, sehingga perkembangan
potensi-potensi mereka bersumber dari dalam mereka sendiri. Oleh
sebab itu mereka tidak lagi didorong oleh motif-motif kekurangan,
maka mereka tidak bergantung pada dunia nyata untuk kepuasan
mereka, karena pemuasan dari motif-motif pertumbuhan datang dari
dalam (Schultz, 1991: 104).
g. Mempunyai apresiasi yang senantiasa segar
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri senantiasa menghargai
pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringnya
pengalaman-pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan
kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum (Schultz,
1991: 104). Orang yang mengaktualisasikan diri akan menyadari
berkah yang telah diterimanya dan mempertahankan kesadaran atas
nasib baiknya dan berterimakasih karenanya (Maslow, 1984: 186).
Hal ini berarti mereka akan selalu menunjukkan semua penghargaan
terhadap alam sekitarnya dan menjadikan itu sebagai suatu
pengalaman hidup yang berharga bagi dirinya.
15
h. Memiliki/mengalami pengalaman-pengalaman mistis atau puncak
Menurut Maslow, pengalaman puncak ini menunjuk pada
moment-moment dari perasaan yang mendalam seperti perasaan yang
dihasilkan oleh relaksasi atau meditasi, serta kadang-kadang disertai
kehadiran moment-moment yang menggairahkan. Moment-moment
itu sebagai hasil dari penyatuan, kreativitas, penemuan dan
pemahaman terhadap alam (Koeswara, 1987: 234).
Setiap orang memiliki pengalaman puncak yang bisa membuat
mereka bahagia, dipenuhi oleh perasaan-perasaan terpesona yang
hebat. Begitu juga orang yang mengaktualisasikan diri, ia lebih
banyak memiliki pengalaman-pengalaman puncak yang lebih sering
daripada orang-orang biasa (Schultz, 1991: 105). Hal ini berarti dari
pengalaman-pengalaman puncak dapat membuat ia lebih banyak
memaknai setiap kejadian baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan, sehingga ia dapat menemukan pemahaman
terhadap dirinya sendiri melalui pengalaman-pengalamannya tersebut.
i. Memiliki minat sosial
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki perasaan
simpati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga
suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Mereka adalah
anggota-anggota dari satu keluarga dan memiliki suatu perasaan
persaudaraan dengan setiap anggota. (Schultz, 1991; 107). Menurut
Maslow, minat sosial yang besar dari orang-orang yang
16
mengaktualisasikan diri mirip dengan sikap persaudaraan dari
seseorang terhadap kakak atau adik (Koeswara, 1987: 234). Hal ini
berarti mereka sangat peduli terhadap lingkungan dan mempunyai
keikhlasan membantu manusia.
j. Menghargai hubungan antarpribadi
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri mampu memiliki cinta
yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam. Akan tetapi
hubungan pribadi mereka lebih kuat, namun jumlahnya lebih sedikit
daripada hubungan antarpribadi dari orang-orang yang tidak
mengaktualisasikan diri (Schultz, 1991: 107). Menurut Maslow hal ini
disebabkan karena orang-orang yang mengaktualisasikan diri lebih
suka memilih sahabat yang memiliki persamaan dengan mereka dalam
hal karakter, bakat, dan minat (Koeswara, 1987: 234).
Orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai kesanggupan
untuk lebih banyak meleburkan diri, dan lebih banyak menghapuskan
batas-batas ego mereka (Maslow, 1984: 189). Hal ini berarti bahwa
mereka akan dengan mudah menjalin hubungan dengan orang lain
karena itu semua dapat menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan mereka meskipun pergaulan sangat sedikit
dibandingkan orang-orang yang tidak mengaktualisasikan diri.
17
k. Memiliki struktur watak demokratis
Orang-orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang
tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik
atau agama, ras atau warna kulit. Maslow mengandaikan bahwa
mereka jarang menyadari perbedaan-perbedaan. Dalam hubungan
dengan orang lain mereka tidak mempertahankan suatu sikap angkuh
(Schultz, 1991: 108).
l. Mampu membedakan antara sarana dan tujuan, antara baik dan
buruk
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri membedakan dengan
jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh
lebih penting daripada sarana untuk mencapainya (Schultz, 1991: 109).
Mereka terpusat pada tujuan dan cara, serta menilai suatu tindakan
demi tindakan itu sendiri (Koeswara, 1987: 235).
Sikap yang dimiliki olah seseorang yang mengaktualisasikan diri
adalah sikap tegas dan pengertian yang jelas tentang yang benar dan
yang salah (Goble, 1987: 51), karena dengan memiliki sikap itu ia
tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk dari orang lain. Hal
ini berati mereka dalam mengambil keputusan tidak salah dan tujuan
maupun cita-cita yang telah direncanakan dapat tercapai.
m. Memiliki perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki humor,
namun bukan sembarang humor; mereka tidak akan tertawa oleh
18
lelucon yang mengejek orang lain atau yang membuat orang lain
merasa direndahkan (Goble, 1987: 62). Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri lebih menyukai humor yang mengekspresikan
kritik atas kebodohan manusia (Koeswara, 1987: 235). Humornya
orang yang mengaktualisasikan diri dapat membuat orang tertawa
bukan untuk mencari permusuhan melainkan mereka menganggap
humor lebih dekat pada falsafah yang sebenarnya dan bukan untuk
menertawakan kekurangan orang lain.
n. Memiliki kreativitas
Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan
seseorang dari pengaktualisasi-pengaktualisasi diri. Mereka adalah
asli, inventif dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian
menghasilkan suatu karya seni. Krestivitas lebih merupakan suatu
sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara
bagaimana seseorang mengamati dan bereaksi terhadap dunia dan
bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni.
Orang-orang dalam pekerjaan apa saja dapat memperlihatkan karya
seni (Schultz, 1991: 110).
o. Resistensi terhadap inkulturasi
Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri dapat berdiri sendiri dan
otonom mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial,
untuk beripikir atau bertindak menurut cara-cara tertentu. Mereka
mempertahankan otonomi batin, tidak terpengaruh oleh kebudayaan
19
mereka, dibimbing oleh diri sendiri bukan oleh orang-orang lain
(Schultz, 1991: 110). Adanya sikap otonom dalam diri sendiri,
seseorang dapat menyalurkan potensinya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
Menurut Maslow sifat-sifat pengaktualisasian-pengaktualisasian diri
adalah sifat-sifat yang diinginkan dan diharapkan untuk dimiliki oleh
seseorang. Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri tersebut sebagai
contoh orang-orang yang baik hati, sopan, jujur, dan penuh perhatian dan
masyarakat menjadi tempat kehidupan yang lebih cocok untuk
menampilkan sifat-sifat ini (Schultz, 1991: 115).
4. Hambatan-Hambatan dalam Aktualisasi Diri
Seseorang untuk mencapai aktualisasi diri mengalami berbagai
hambatan-hambatan yang membuat seseorang terkadang sering mengalami
frustasi dan sering mengalami kegagalan dalam mengaktualisasikan
dirinya. Hambatan-hambatan tersebut antara lain (Koeswara, 1987: 230):
a. Hambatan-hambatan yang berasal dari dalam diri individu, yakni
berupa ketidaktahuan, keraguan, dan rasa takut dari individu untuk
mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga ia merasa
kurang percaya diri dengan kemampuan (potensi) yang dimilikinya
dan merasa minder terhadap teman-temannya yang lebih mampu.
Hambatan ini harus dihilangkan, karena dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan seseorang sebagai pribadi.
20
b. Hambatan-hambatan yang berasal dari luar atau masyarakat, yakni
berupa kecenderungan mendepersonalisasi individu terhadap sifat-sifat
bakat dan potensi-potensi. Dengan sikap tersebut membuat anak tidak
merasa bebas untuk menyalurkan kemampuannya, sehingga anak
menjadi frustasi dan suka melakukan hal-hal yang melanggar
etika/sopan santun dalam masyarakat.
Dari hambatan-hambatan di atas dapat disimpulkan bahwa
pencapaian aktualisasi diri di samping membutuhkan kondisi lingkungan
yang menunjang juga menuntut adanya keterbukaan individu terhadap
gagasan dan pengalaman-pengalaman baru. Dari pengalaman-pengalaman
itu orang dapat bertumbuh, berkembang, dan mencapai tingkat-tingkat
kesehatan psikologis yang tinggi. Menurut Maslow, orang yang mencapai
aktualisasi diri lebih menikmati hidup dan peka terhadap keindahan di
dunia ini, sehingga tidak pernah bosan hidup (Goble, 1987: 65).
5. Cara-Cara Mengaktualisasikan Diri
Beberapa cara yang dapat membantu seseorang untuk memulai
proses aktualisasi diri, yakni (Moi, 2003: 3-15):
a. Adanya kemauan untuk berubah
Setiap orang ingin menjadi lebih baik dari hari kemarin. Orang
pasti ingin maju, tumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu orang perlu
menumbuhkan adanya kemauan untuk berubah. Adanya kemauan yang
kuat untuk mengubah diri sendiri merupakan hal yang fundamental
21
bagi proses aktualisasi diri. Agar orang dapat berkembang dan
berusaha untuk mengubah diri, orang harus dapat menanyakan pada
diri sendiri, siapakah diri saya sesungguhnya?
b. Memiliki sikap tanggung jawab
Bertanggung jawab berarti adanya kemampuan untuk menjawabi
dan menyikapi semua tantangan yang dihadapi dalam kehidupan.
Memiliki sikap tanggung jawab membantu untuk menghentikan
kebiasaan menyalahkan orang lain atau lingkungan, karena kelemahan
dan kekurangan diri sendiri. Untuk dapat memiliki sikap tanggung
jawab, seseorang perlu berusaha untuk melakukan suatu latihan yang
terus-menerus. Hal yang paling mendasar ialah melatih sikap untuk
mencoba bertanggung jawab pada hal-hal kecil.
c. Memiliki motivasi hidup
Orang sering kali mengalami ketakutan-ketakutan yang membuat
diri mereka menjadi tidak percaya diri. Ketakutan-ketakutan yang
dialami setiap orang haruslah menjadi sebuah tantangan hidup yang
dihadapi. Oleh sebab itu seseorang harus dapat membangun motivasi
dalam diri sebagai suatu langkah untuk menggerakkan seseorang
kepada suatu aktivitas tertentu untuk maju dalam hidup.
Motivasi yang dimiliki seseorang bisa berasal dari dalam diri
(motivasi intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar diri (motivasi
ekstrinsik). Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri, dimana
seseorang memandang bahwa tugas merupakan imbalan, dan motivasi
22
ekstrinsik merupakan motivasi dimana tugas tertentu mengantar
seseorang untuk mencapai tujuan.
d. Memiliki pengalaman yang jujur dan langsung
Orang yang telah memiliki proses aktualisasi diri akan merasa
cukup percaya diri dalam menerima segala macam informasi tanpa
mengubahnya untuk melawan ketakutan yang dihadapinya. Dalam
proses aktualisasi diri, orang perlu memandang dirinya seperti orang
lain memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila seseorang
mempunyai kesalahan, ia harus dengan rendah diri mengakui
kesalahannya.
Kejujuran terhadap pengalaman hidup akan membuat seseorang
mampu terbuka terhadap realitas yang ada, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman nyata yang dialami. Dengan terbuka terhadap
diri dan dunia sekitar, ia akan menuju kepada proses pengaktualisasian
diri dan orang perlu bersikap demikian
e. Siap untuk bersikap berbeda
Setiap orang terkadang mempunyai ketakutan bahwa
pendapatnya tidak diterima atau ditolak orang lain. Ketakutan itu
diakibatkan oleh perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya, takut
dibenci serta tidak didengarkan oleh orang lain. Sebenarnya apabila
pendapatnya benar dan berlandaskan cinta kasih, ia perlu berani
mempertahankan. Untuk memiliki sikap dan pemikiran yang berbeda
dengan yang ada, seseorang perlu membutuhkan suatu landasan, yakni
23
kejujuran, keberanian, dan pengetahuan yang luas, dan landasan ini
perlu ditanamkan dalam diri sendiri.
f. Melibatkan diri
Orang yang telah berusaha untuk menuju proses aktualisasi diri
akan memiliki suatu misi dan visi yang jelas tentang dirinya sendiri.
Orang yang mengaktualisasikan diri akan membaktikan hidupnya
pada pekerjaan, tugas, kewajiban/panggilan tertentu yang mereka
pandang penting (Goble, 1987: 53). Proses aktualisasi diri ini
melibatkan dirinya dalam segala bidang pekerjaan. Melibatkan diri
mengandung makna bahwa diri seseorang memiliki suatu komitmen.
Komitmen yang mengantarkan kepada suatu penghayatan yang
mendalam terhadap perbuatan-perbuatan yang ada di luar dirinya.
g. Menilai kemajuan diri
Seseorang dalam menuju proses aktualisasi diri, perlu
menyediakan waktu untuk duduk tenang dan merenungkan dirinya. Ia
perlu bertanya pada dirinya sendiri: apakah saya sudah mencapai
proses aktualisasi diri? Bagaimana saya mengaktualisasikan diri dalam
kehidupan dan karya-karya yang sedang saya geluti? Dengan
seseorang membuat pertanyaan terebut berarti ia sudah mengarah pada
proses untuk memperbaiki dan menilai diri sendiri dalam rangka
memperbaharui usaha-usaha untuk ke arah yang lebih baik.
24
B. Siswa SMA Sebagai Remaja
1. Pengertian Remaja
Siswa-siswi SMA adalah siswa-siswi yang duduk di bangku sekolah
dengan rentang usia antara 16-18 tahun. Orang yang berusia antara 12-18
tahun disebut sebagai remaja. Jadi siswa-siswi SMA juga disebut sebagai
remaja. Remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Rumini dan Sundari, 2004: 53). Hal ini dipertegas oleh Syahril dan
Ahmad (1986) bahwa remaja adalah individu yang sedang dalam masa
peralihan dari masa anak kepada masa dewasa. Masa peralihan dari anak-
anak ke dewasa ini bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.
Masa remaja adalah suatu masa transisi atau perpindahan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang paling
penting karena perkembangannya masa ini sangat menentukan
perkembangannya di masa-masa selanjutnya sehingga remaja siap
menghadapi masa dewasa. Salzman mengemukakan bahwa remaja
merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap
orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual,
perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu
moral (Yusuf, 2006: 184).
Remaja sebagai individu berada dalam proses berkembang, yaitu
berkembang ke arah kematangan atau kemandirian untuk mencapai
aktualisasi diri. Remaja memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman dan wawasan tentang dirinya dan
25
lingkungannya. Masa-masa perkembangan remaja tersebut masih banyak
yang mengalami masalah-masalah yang bisa membuat mereka gelisah dan
cemas. Remaja yang berhasil memahami dirinya dan peran-perannya maka
remaja akan menemukan jati dirinya, dalam arti remaja akan memiliki
kepribadian yang sehat. Sebaliknya remaja yang gagal akan mengalami
kebimbangan, ia akan cenderung kurang dapat menyesuaikan diri baik
dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan demikian remaja sulit
mencapai aktualisasi.
2. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja yang terkait dengan aktualisasi diri
adalah mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya. (guru, kakak atau orang lain yang lebih dewasa). Remaja harus
bersikap mandiri, mampu mengambil keputusan-keputusan sendiri tanpa
harus menggantungkan diri pada orang tua, sehingga ia dapat
mengembangkan kemampuannya (potensi) dan mampu bersikap mandiri.
Selain tugas perkembangan mencapai kebebasan emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya, seorang remaja juga berusaha untuk
mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk
kompetensi kewarganegaraan, karena remaja mulai tertarik berbicara
ketidakadilan, kemiskinan sehingga ia berani menentang pemerintah atas
ketidakadilan, memperjuangkan kebenaran. Orang yang mengatualisasikan
diri memiliki sikap otonom dan dapat berdiri sendiri (Schultz, 1991: 110).
26
Secara umum, remaja yang memiliki tingkat aktualisasi diri yang
tinggi sudah dapat memimpin dirinya sendiri dalam semua pemeliharaan
kesehatan, memperoleh penerimaan dan penghargaan dari teman-
temannya, memiliki ketrampilan, mampu mengembangkan
kemampuannya, menolak kekuasaan orang tua dalam beberapa masalah,
bertanggung jawab sebagai orang dewasa. Sebaliknya, remaja yang
memiliki tingkat aktualisasi diri yang rendah selalu menolak perbaikan,
banyak tidur dan makan tidak teratur serta tidak kreatif.
Sukses yang diperoleh remaja dalam melaksanakan tugas
perkembangan akan membawa remaja dalam penyesuaian diri yang lebih
baik sepanjang hidupnya dan kesempatan yang baik untuk melaksanakan
tugas perkembangan selanjutnya.
C. Bimbingan Klasikal
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Bimbingan mengandung layanan kepada siapa saja yang
membutuhkan bantuan dan kepada siapa saja yang dibantu. Menurut
Shertzer dan Stone “Bimbingan adalah proses menolong individu
memahami dirinya sendiri dan dunianya. Pengertian tersebut dipertegas
lagi oleh Shirley A. Hamrin yang menyatakan bahwa “Bimbingan adalah
menolong seseorang menerobosi dirinya agar dapat mengenal sedalam-
dalamnya dirinya sendiri” (Aryatmi, 1983). Jadi, dari penjelasan kedua
ahli di atas dapat diartikan bahwa bimbingan adalah suatu proses yang
27
kontinyu, dimana proses tersebut dapat membantu/menolong seseorang
untuk memahami dirinya agar dia dapat mengarahkan dirinya, bertindak
wajar dalam menghadapi masalah.
Bidang bimbingan yang ada dalam penelitian ini adalah bimbingan
klasikal. Bimbingan klasikal diadakan di kelas dan diikuti oleh siswa-siswi
dalam kelas tersebut, dimana bimbingan ini diadakan pada jam bimbingan.
Bimbingan klasikal diadakan di kelas supaya siswa dapat mengemukakan
pendapatnya dalam proses mencapai aktualisasi diri sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuan (potensi) yang dimilikinya tanpa mengalami
hambatan-hambatan.
Menurut Winkel (1997: 520) bimbingan klasikal adalah suatu
bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa yang tergabung dalam
setu satuan kelas di tingkat tertentu pada jenjang pendidikan, pada waktu
yang ditetapkan dalam jadwal bimbingan. Bimbingan klasikal merupakan
sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa,
yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari perkembangan pendidikan
bagi dirinya. Selain itu membantu siswa menghadapi masalah-masalah
pribadi agar mereka dapat mengidentifikasikan, memahami, dan
memecahkan masalah-masalah mereka; baik pribadi maupun sosial. Hal
ini berarti bahwa dari masalah-maslah siswa guru dapat membuat topik-
topik layanan bimbingan berdasarkan kebutuhan siswa-siswi.
Kegiatan layanan bimbingan bertujuan untuk mendampingi siswa
dalam mengenal dirinya, lingkungan dan mengembangkan kariernya
28
(Prayitno, 1997). Layanan bimbingan klasikal di Sekolah Menengah
diarahkan pada terpenuhinya setiap tugas perkembangan remaja pada
bidang akademik, karier, dan pribadi-sosial. Tujuan tersebut diterapkan
melalui penyusunan topik-topik bimbingan klasikal. Topik-topik
bimbingan berisikan pokok-pokok bahasan setiap aspek tugas
perkembangan remaja yang akan diberikan guru pembimbing melalui
bimbingan klasikal.
Menurut Winkel (1997: 519), tujuan pelayanan bimbingan yaitu
supaya siswa yang dilayani mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki
pandangannya sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain,
mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri akibat atau
konsekuensi dari segala tindakannya. Hal ini berarti peran guru
pembimbing sangat dibutuhkan untuk membantu siswa mengembangkan
pribadinya.
2. Manfaat Bimbingan Klasikal
Winkel & Sri Hastuti (2004: 565) mengatakan bahwa bimbingan klasikal
bermanfaat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi para siswa. Manfaat bagi
tenaga bimbingan, antara lain:
a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa sekaligus
dapat mengenal siswa.
29
b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan
dalam suatu kelompok. Misalnya; memberikan informasi yang
memang dibutuhkan oleh semua siswa.
c. Memperluas ruang gerak, lebih-lebih bila jumlah tenaga alternatif di
sekolah hanya satu atau dua orang saja.
E. Peran Pelayanan Bimbingan Klasikal di Sekolah Dalam Peningkatan
Aktualisasi Diri
Pelayanan bimbingan secara professional di Indonesia sampai saat ini
difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah dan
hanya terealisasi pada tahap pendidikan sekolah lanjutan dan perguruan tinggi
(Winkel & Sri Hastuti, 2004: 1). Pelayanan bimbingan di sekolah salah
satunya dilaksanakan dengan cara bimbingan klasikal.
Pelayanan bimbingan di sekolah memegang peranan penting untuk
membantu siswa dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dalam
proses pencapaian aktualisasi diri, siswa membutuhkan bantuan dari orang
yang lebih dewasa untuk memberikan dorongan bagi dirinya dalam
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan (potensi) yang dimilikinya.
Guru dan orang tua berperan penting dalam membantu siswa karena selama
siswa masih mengalami kebingungan dan keraguan untuk memilih
kemampuan apa yang cocok bagi dirinya, dengan cara memberikan informasi,
fasilitas yang mendukung mereka untuk berapresiasi dalam kemampuannya
(potensi).
30
Informasi yang mereka tangkap dari guru maupun orang tua membuat
mereka menjadi lebih tahu apa yang penting bagi dirinya dan bisa membuat
mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri, selain itu informasi yang
mereka dapatkan membuat mereka lebih percaya diri dengan kemampuan
yang mereka miliki. Oleh sebab itu guru pembimbing dapat membantu mereka
untuk mengaktualisasikan diri melalui kegiatan-kegiatan yang ada disekolah.
Pelayanan yang dilakukan terus menerus dalam kurun waktu tertentu
dapat membantu siswa-siswi untuk semakin mengembangkan kemampuan
(potensi) yang dimilikinya serta mampu mewujudkan dirinya apa adanya. Jadi,
pelayanan bimbingan klasikal menjadi suatu bagian yang penting dalam usaha
menumbuhkan dan mengembangkan aktualisasi diri siswa. Pelayanan
bimbingan klasikal, membantu siswa untuk semakin menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuannya (potensi) untuk menjadi pribadi yang sehat,
bertanggungjawab terhadap kehidupannya sendiri serta mampu merencanakan
masa depan.
Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan
sejumlah kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan sejalan dengan
topik-topik yang telah direncanakan berdasarkan kebutuhan siswa, sehingga
siswa dapat mencapai aktualisasi diri melalui topik-topik yang diberikan oleh
guru pembimbing.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD).
Menurut Irwanto (2006) metode Focus Group Discussion (FGD) merupakan
salah satu metode perolehan data yang makin sering digunakan dalam
penelitian sosial. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa-siswi kelas XI SMA Stella
Duce Bantul tahun pelajaran 2008/2009 dalam mengaktualisasikan dirinya.
B. Subyek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI
SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009. Peneliti
memilih penelitian di SMA Stella Duce Bantul dengan pertimbangan SMA
Stella Duce Bantul memiliki guru pembimbing; memiliki jam Bimbingan dan
Konseling di kelas; pembimbing memiliki kesempatan yang besar untuk
meningkatkan dan mengembangkan aktualisasi diri siswa-siswinya.
Tabel 1
Rincian Jumlah Siswa-Siswi SMA Stella Duce Bantul
Tahun Pelajaran 2008/2009
Kelas Jumlah Siswa
XI IPA 13 siswa
XI IPS 28 siswa
Jumlah Total 41 siswa
32
C. Alat Penelitian
1. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Focus Group Discussion (FGD).
a. Pengertian Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) merupakan salah satu metode
perolehan data yang sering digunakan dalam penelitian sosial, karena
FGD sangat sistematis. FGD adalah suatu proses pengumpulan data
dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu
yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1006: 1).
Focus Group Discussion (FGD) sendiri bisa diartikan juga
sebagai sebuah pembicaraan dengan sejumlah terbatas orang antara 6-
10 orang yang dianggap mempunyai sebuah pengalaman serupa yang
menyangkut sebuah topik/persoalan yang ingin diketahui
(www.agarorangtahu.blogspot.com). Apabila ada peserta yang tidak
saling kenal dapat memberikan keuntungan bagi peneliti, karena
tanggapan mereka terhadap masalah bisa bervariasi (Irwanto, 2006).
2. Alasan Menggunakan Focus Group Discussion (FGD)
Menurut Irwanto (2006, 3) minimum ada tiga alasan
menggunakan FGD, yaitu:
33
1) Secara fisiologis peneliti menggunakan FGD, karena:
a) Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber
informasi dari berbagai latar belakang pengalaman tertentu
dalam sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang
berbeda dibanding jika pengetahuan diperoleh dari proses
komunikasi searah antara penelitian dengan yang diteliti.
b) Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai
proses pertemuan antarpribadi merupakan aksi. Artinya, selama
pertemuan peserta mengeluarkan buah pikiran dan berdebat
atau saling mengkonfirmasi pengalaman masing-masing, maka
peserta akan mengalamani perubahan. Untuk mencegah akibat-
akibat yang tidak diinginkan FGD harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga berdampak positif bagi semua peserta, peserta
bebas mengungkapkan pendapatnya.
2. Secara metodologi peneliti menggunakan FGD, karena:
a) Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat
dipahami dengan metode survei atau wawancara individu
karena pendapat kelompok penting.
b) Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu
yang relatif singkat.
c) Sebagai metode yang dirasakan cocok bagi permasalahan yang
bersifat sangat lokal dan spesifik. Oleh karena itu FGD yang
34
melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan
yang paling sesuai.
3. Alasan praktis
Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki
dari masyarakat yang diteliti, sehingga pada saat peneliti
memberikan rekomendasi aksi, dengan mudah masyarakat bisa
menerima rekomendasi tersebut. Partisipan dalam FGD
memberikan jalan bagi tumbuhnya saling memiliki.
Dari ketiga alasan di atas, pelaksanaan FGD dapat berjalan lancar
apabila didukung dengan adanya kerja tim, karena pembentukan tim
adalah langkah awal yang paling menentukan keberhasilan FGD. Team
work tersebut antara lain (Irwanto, 2006: 16):
a. Moderator
Moderator adalah orang yang memimpin atau memfasilitasi diskusi.
Ia harus memahami tujuan dan pertanyaan penelitian dan terampil
dalam mengelola diskusi.
b. Pencatat Proses
Pencatat poses bertugas merekam inti permasalahan yang
didiskusikan serta dinamika kelompoknya.
c. Penghubung Peserta
Penghubung peserta adalah orang yang bertugas mencari peserta
FGD sesuai dengan kriteria yang telah diterapkan. Orang yang
35
bertugas ini harus mengetahui situasi setempat dan tahu cara
memperoleh dukungan.
d. Bloker
Bloker adalah anggota tim dengan tugas khusus menjaga agar proses
FGD tidak terganggu, sehingga FGD dapat berjalan dengan lancar
dan tertib.
e. Petugas Logistik
Petugas logistik adalah anggota tim yang membantu memberikan
transformasi kepada para peserta, memastikan adanya tempat untuk
FGD, dan memastikan terpenuhinya kebutuhan lainnya, seperti
konsumsi dan alat-alat komunikasi.
3. Persiapan Focus Group Discussion (FGD)
Sebelum melakukan FGD diperlukan persiapan yang matang dan
memerlukan waktu yang lama, karena keberhasilan dalam FGD sangat
tergantung dari hal-hal yang telah disiapkan. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal dibawah ini (Irwanto, 2006: 61):
1) Pengembangan pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang hendak digunakan lebih baik
dipersiapkan di rumah, dengan membaca kembali tujuan
penelitian/FGD dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan tersebut
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh
36
peserta. Pertanyaan-pertanyaan panduan dalam FGD sebagai
berikut:
Pada pertemuan pertama:
Sebelum proses FGD dimulai diberikan cerita pengantar yang
berjudul “Souvenir Kehidupan”, dapat dilihat pada lampiran 1.
a) Apa makna dari cerita diatas?
b) Apakah Anda sudah menemukan “Souvenir Kehidupan”
(kemampuan/potensi) kalian?
Jika Ya, sebutkan wujud nyatanya?
Jika Tidak, apa alasannya?
c) Apakah Anda sudah mengungkapkan kemampuan yang Anda
miliki kepada orang tua? Ceritakan?
d) Di sekolah aktivitas belajar apa yang telah Anda lakukan untuk
mengasah kemampuan Anda?
e) Di luar sekolah aktivitas apa yang telah kalian lakukan untuk
mengasah kemampuan Anda?
Pada pertemuan kedua:
a) Apa saja hambatan-hambatan yang Anda alami ketika akan
mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut?
b) Apa saja usaha-usaha yang telah Anda lakukan untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut?
c) Gambarkan suatu lambang yang dapat mewakili “souvenir
kehidupan” Anda?
37
2) Mendaftar peserta
Peserta hendaknya didaftar, karena bermanfaat untuk analisis data
dimana data tersebut dapat digunakan untuk membuat analisis.
3) Pencatatan proses
Pencatatan proses adalah komponen penting dalam persiapan FGD,
karena dapat membuat kesimpulan dari proses FGD. Adapun tugas
pencatat proses adalah: (1) mencatat proses diskusi, (2)
memberitahukan moderator jika ada topik yang luput dari
perhatian.
4. Manfaat, Keuntungan, Keunggulan, dan Kelemahan
Menggunakan Focus Group Discussion (FGD)
1) Manfaat dari FGD (www.agarorangtahu.blogspot.com)
1) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat
2) Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai
kepercayaan, sikap, dan perilaku kelompk tertentu.
3) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih dalam
4) Cross-cek data dari sumber lain atau dengan metode lain.
2) Keuntungan menggunakan FGD (Krueger, 1994)
a) FGD merupakan penelitian yang berorientasi sosial, mereka
dipengaruhi oleh pendapat dari orang lain dan membuat
keputusan setelah mendengarkan saran dari orang-orang sekitar
mereka.
38
b) Format FGD berada di tangan moderator.
c) FGD memiliki validitas yang tinggi, tekniknya mudah dpahami
dan hasilnya dapat dipercaya.
d) FGD hanya membutuhkan biaya yang murah.
3) Keunggulan FGD (Krueger, 1994)
a) Riset dapat diadakan secara tepat
b) Responden tidak dipaksa untuk menjawab pertanyaan, mereka
akan memberikan pikiran dan jawaban serius.
c) Responden mudah angkat bicara karena tidak ada perbedaan
diantara mereka.
d) Suasana kelompok akan membantu menstimulus responden
untuk bicara.
e) Terjadi efek simultan, saat responden berpendapat maka yang
lain akan ikut berkomentar.
f) Sinergi diciptakan oleh kelompok.
4) Kelemahan FGD (Krueger, 1994)
a) Diskusi dapat didominasi pembicaraannya oleh segelintir
orang.
b) Informasi hanya dapat diperoleh dari setiap responden.
c) Terdapat ketidakmerataan cakupan dari setiap topik
pembicaraan.
d) Sudut pandang anggota minoritas kelompok dapat terabaikan
atau tidak berpengaruh.
39
5. Peran Penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam
pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
1) Memahami tujuan dan garis besar dari penelitian yang akan
dilakukan.
2) Mendesain panduan moderator dan alur diskusi disesuaikan dengan
tujuan penelitian.
3) Menyeleksi responden berdasarkan kriteria penelitian sebagai
peserta FGD.
4) Mengatur tim dalam membantu pelaksanaan, antara lain bagian
akomodasi, perlengkapan, logistik, konsumsi, dan dokumentasi.
5) Bersama tim menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan, yakni ruang
pertemuan khusus (tenang dan luas), alat pencatat (bolpen atau
pensil dan kertas atau buku).
2. Validitas Focus Group Discussion (FGD)
Menurut Krueger (1994: 31) Focus Group Discussion (FGD) dapat
dikatakan valid bila digunakan dengan hati-hati untuk satu masalah atau
permasalahan yang cocok untuk penyelidikan focus group. Validitas
adalah tingkat sebuah prosedur, apakah prosedur tersebut dapat mengukur
hal yang menjadi tujuan dari pengukuran.
Focus group pada umumnya memiliki validitas, yang dilihat melalui
tingkat kepercayaan pada pendapat partisipan. Jumlah kelompok dalam
FGD 2-4 kelompok dan jumlah masing-masing dari kelompok tersebut
40
berjumlah antara 7-11 orang, dan peserta yang memiliki pengalaman yang
sama namun peserta harus heterogen (Krueger, 1994: 32).
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Sebelum alat penelitian dipergunakan dalam penelitian, alat diuji
coba terlebih dahulu. Uji coba bertujuan untuk mengetahui kualitas
pertanyaan FGD. Uji coba pertanyaan panduan FGD dilakukan pada
tanggal 11 Agustus 2008 dan pesertanya adalah mahasiswa BK angkatan
2004 dengan keseluruhan subyek sebanyak 7 mahasiswa. Pelaksanaan uji
coba berjalan dengan lancar dan para mahasiswa melakukan diskusi
dengan tenang dan antusias. Hasil uji coba dapat dilihat pada lampiran 2.
a. Persiapan Teknis
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengubungi koordinator
BK SMA Stella Duce Bantul untuk meminta ijin penelitian. Peneliti
menghubungi koordinator BK dengan tujuan untuk memperoleh
informasi dan waktu (jadwal) untuk penelitian, yang disesuaikan
dengan waktu bimbingan klasikal. Selanjutnya peneliti dianjurkan
untuk menggunakan waktu bimbingan klasikal di kelas untuk
penelitian.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam persiapan teknis adalah
sebagai berikut:
41
1) Pembentukan Tim
Sebelum melakukan penelitian, peneliti membentuk tim
untuk membantu proses FGD. Dalam pemilihan teman-teman yang
akan membantu dalam proses FGD, peneliti berusaha memilih
orang-orang yang kompeten dan mampu melaksanakan tugas yang
telah ditentukan dengan penuh tanggung jawab. Orang-orang yang
dapat diandalkan dalam mengelola kelas, menguasai materi, dan
mampu menjalin relasi yang baik dengan tim serta mampu
menjalin kerjasama dengan peserta FGD. Selain itu peneliti
berusaha memilih tim yang lancar menggunakan bahasa daerah
setempat, agar proses FGD berjalan dengan lancar.
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti mengadakan
briefing pada setiap anggota tim yang dilakukan pada tanggal 19
Agustus 2008, tujuannya adalah agar mereka mengerti hal-hal yang
harus dilakukan saat FGD berlangsung, selanjutnya melakukan
briefing antara moderator dan asisten moderator (Krueger,
1994:127). Peneliti menjelaskan tentang aktualisasi diri,
mempersiapkan hal-hal yang akan ditanyakan saat FGD dan
menjelaskan tugas-tugas yang akan dilakukan pada setiap anggota
tim.
Dalam proses FGD maka diperlukan tim sebagai berikut serta
fungsi masing-masing anggota tim yaitu:
42
a) Moderator
Moderator adalah orang yang memimpin atau
memfasilitasi diskusi. Moderator harus dapat memahami tujuan
dan pertanyaan penelitian, dan terampil dalam mengelola
diskusi.
Menurut Irwanto (2006: 28), dalam melaksanakan FGD,
moderator memerlukan berbagai keterampilan. Melatih
moderator untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan agar
kualitas FGD dan tujuan penelitian dapat tercapai. Ada dua
kategori yang perlu dipelajari yaitu :
Keterampilan substansi, yaitu keterampilan yang
diperlukan moderator dalam memahami substansi
permasalahan yang didiskusikan. Keterampilan ini harus
memungkinkan moderator memahami isi diskusi atau arti dari
setiap ucapan moderator.
Keterampilan proses, yaitu keterampilan yang perlu
dikuasai moderator untuk mengatur proses diskusi, sehingga
tujuan yang ingin dicapai dengan memfokuskan diskusi pada
persoalan yang hendak diteliti dapat benar-benar tercapai.
b) Pencatat Proses
Pencatat proses adalah orang yang mempunyai tugas
sebagai pencatat proses diskusi yang sedang berlangsung dan
43
merekam inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika
kelompoknya.
Tugas yang dilakukan oleh pencatat proses antara lain :
1) Mencatat proses diskusi, terutama tema yang muncul,
konflik-konflik, perasaan-perasaan yang dikemukakan,
siapa yang dominan pada topik, dan apakah ada peserta
yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan
bicara.
2) Memberitahu moderator jika ada topik atau permasalahan
yang luput dari perhatiannya. Moderator juga dapat
bertanya pencatat proses untuk mengecek apakah ada yang
terlewat.
c) Penghubung Peserta
Penghubung peserta adalah orang yang menghubungi
pihak sekolah untuk meminta ijin kepada Kepala Sekolah dan
Koordinator BK di sekolah untuk melakukan FGD.
d) Bloker
Bloker adalah anggota tim dengan tugas khusus, menjaga
agar FGD tidak terganggu.
e) Petugas Logistik
Petugas logistik adalah anggota tim yang membantu
menentukan tempat dan alat-alat komunikasi selama
melaksanakan proses FGD.
44
2) Memilih Tempat
Ruang yang digunakan saat melakukan FGD dipilih ruang
yang nyaman dan sedikit gangguan, ruang yang dipilih dalam
melakukan FGD adalah ruang yang terbuka dan luas, yaitu ruang
aula.
Dalam pemilihan tempat duduk, siswa duduk di bawah
(lesehan) dengan tujuan agar siswa dapat menjadi lebih santai dan
leluasa dalam bergerak. Posisi duduk melingkar agar siswa fokus
pada topik yang akan dibahas. Dan selain itu peserta dapat saling
menjalin hubungan yang baik.
2. Persiapan FGD
a) Pengembangan pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan kunci untuk FGD sebelum
mengadakan diskusi kelompok dengan siswa. Beberapa rumusan
pertanyaan untuk melakukan FGD :
1) Tujuan penelitian: Mengetahui apa saja hambatan-hambatan
aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul.
2) Pertanyaan penelitian: Hambatan-hambatan apa saja yang
dialami siswa-siswi dalam mengembangkan kemampuannya.
b) Mendaftar peserta
Peserta didaftar agar dalam melakukan analisa dapat lebih
mudah dalam memasukkan data-data yang diperlukan.
45
c) Mengurus logistik
Untuk menunjang pelaksanaan FGD maka dibutuhkan
perencanaan yang baik, seperti menyiapkan alat pencatat, ruang
dan tempat duduk, pengeras suara jika dimungkinkan,
ruang/tempat untuk melakukan blocking, dan makanan kecil.
d) Pencatat proses
Pencatat proses adalah komponen penting dalam persiapan
FGD. Orang yang mencatat proses adalah rekan kerja moderator.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan FGD adalah
sebagai berikut:
a Jumlah Peserta
Dalam pelaksanaan FGD jumlah peserta merupakan faktor
penting yang harus dipertimbangkan. Agar efektif, maka jumlah
peserta harus sangat dibatasi. Menurut Dawson, Manderson & Tallo
(1993) berbagai literatur tentang FGD jumlah yang ideal adalah 7-11
orang. Bila terlalu sedikit tidak memberi variasi yang menarik, dan
terlalu banyak akan mengurangi kesempatan masing-masing peserta
untuk memberikan sumbangan pikiran yang mendalam (dalam
Irwanto, 2006).
46
b Ciri-ciri peserta
Peserta yang dipilih dari populasi atau komunitas yang benar-
benar relevan dengan persoalan yang dihadapi. Ada beberapa isu
homogen-heterogen kelompok yang perlu dipahami yaitu :
1) Pemilihan ciri-ciri peserta homogenitas dan heterogenitas peserta,
harus sesuai dengan tujuan diadakannya FGD.
2) Dalam mempertimbangkan persoalan hetero-homogenitas perlu
dipertimbangkan variabel yang akan diupayakan untuk haterogen
atau homogen.
3) Semakin homogen, sebenarnya semakin tidak perlu diadakan FGD
karena dengan melakukan wawancara satu orang hasilnya sudah
sama.
4) Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisa hasil FGD
karena variasi terlalu besar. Setiap perbedaan adalah sah, dan oleh
karena itu tidak akan menghasilkan pemahaman yang bermanfaat.
5) Homogenitas-heterogenitas tergantung dari aspek-aspeknya. Jika
jenis kelamin, status social ekonomi, latar belakang agama,
homogen, tetapi pengalaman dalam melaksanakan usaha kecil
heterogen, maka kelompok masih dapat berjalan dengan baik dan
FGD masih dianggap perlu.
6) Dengan demikian, yang perlu dipertimbangkan adalah ciri-ciri
mana yang harus heterogen dan ciri-ciri mana yang harus
homogen. Pengalaman dalam hal materi hendaknya dipahami
47
sebaiknya ada heterogenitas, walau tidak terlalu besar. Sedangkan
faktor-faktor lain, yang tidak berhubungan dengan pengalaman
tersebut dapat sangat homogen.
c Komunikasi moderator-pencatat prosedur
Dalam melaksanakan FGD, moderator harus dapat
berkomunikasi dengan pencatat proses. Untuk itu terdapat aturan
sebagai berikut:
1) Pemimpin diskusi tetap moderator, bukan pencatat proses. Jika ada
tidak dimengerti pencatat proses, lebih baik ditanyakan pada
moderator, namun jangan memotong pembicaraan sendiri.
2) Komunikasi dilakukan dengan kertas-kertas kecil atau berbicara
seperlunya dengan suara pelan pada moderator.
3) Dalam keadaan sangat mendesak, pencatat proses dapat meminta
waktu pada moderator untuk klarifikasi.
Komunikasi moderator-pencatat proses harus dua arah, dan
pencatat proses dapat mengambil inisiatif. Akan tetapi, cara yang
ditempuh tidak menganggu jalannya diskusi.
Pelaksanaan penelitian dilakukan di luar ruang kelas. Dalam
melakukan FGD, masing-masing kelas menggunakan waktu 45 menit.
Setiap kelas di bagi menjadi 2 kali pertemuan.
48
Tabel 2
Jadwal Pengumpulan Data Penelitian
Kelas Tanggal
Pengumpulan Data
Waktu Pengumpulan
Data
Jumlah
siswa
XI IPA 21 Agustus 2008 45 menit 13 siswa
XI IPS (1) 21 Agustus 2008 45 menit 10 siswa
XI IPA 28 Agustus 2008 45 menit 13 siswa
XI IPS (1) 28 Agustus 2008 45 menit 10 siswa
XI IPS (2) 04 September 2008 45 menit 9 siswa
XI IPS (2) 11 September 2008 45 menit 9 siswa
XI IPS (3) 18 September 2008 45 menit 9 siswa
XI IPS (3) 25 September 2008 45 menit 9 siswa
Sebelum melakukan FGD, peneliti terlebih dahulu memberi pengantar
dan maksud serta tujuan kepada siswa. Setelah diberikan penjelasan, sebelum
memulai FGD moderator memberikan sebuah cerita yang berjudul “Souvenir
Kehidupan” untuk masuk ke topik masalah. Setelah siswa membaca cerita
“Souvenir Kehidupan” moderator langsung ke topik permasalahan yang akan
dibahas dengan memberikan pertanyaan dan siswa diminta untuk
mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh moderator, dan petugas lain
melakukan tugasnya sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pada akhir
pertemuan, peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa yang telah
bersedia melakukan FGD.
E. Teknik Analisa Data
Tehnik analisa data dari penelitian ini adalah menghubungkan-
hubungkan faktor yang dapat diidentifikasi dalam data dan menjelaskannya.
Dalam penelitian akademik yang melibatkan lebih dari satu kelompok FGD,
49
maka data catatan proses yang ada harus disajikan dalam bentuk yang dapat
dibaca oleh peneliti.
Dalam melakukan analisis, maka langkah-langkah yang perlu diambil
adalah (Irwanto, 2006: 82-84):
1. Peneliti memeriksa terlebih dahulu apakah tujuan FGD tercapai, dengan
melihat dari jumlah pertanyaan yang ditanyakan sesuai dengan rencana
atau tidak.
2. Apakah ada perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena input dari
peserta?
3. Peneliti mengidentifikasikan masalah utama yang dikemukakan oleh
peserta.
4. Peneliti merumuskan variasi peserta dalam persoalan utama, variasi
sebagai perbedaan-perbedaan yang timbul, dari yang sangat ekstrem
sampai yang hanya berbeda sedikit saja. Jika perbedaan ini muncul, maka
keduanya harus disajikan secara obyektif.
5. Peneliti membuat kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul
berdasarkan sumberdaya yang ada.
6. Penelitian melakukan koding sesuai dengan faktor-faktor yang
dikehendaki.
7. Dalam berpikir mengenai rekomendasi atau implikasi dari penelitian
dilandasi pemikiran bahwa akan ada kemungkinan FGD dilakukan
berdasarkan cita-cita besar, baik teoritis maupun praktis, maka analisa
tidak menghilangkan ciri-ciri lokal data yang ada.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu “Apa saja
hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul
Tahun Pelajaran 2008/2009” serta “Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang
sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul tahun pelajaran
2008/2009”. Penyajian hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan terhadap
hasil penelitian tersebut.
Ada beberapa hal yang dikemukakan oleh peneliti dengan keterbatasan yang
terkandung dalam penelitian ini. Pertama, yang berkaitan dengan pertanyaan
penelitian. Pertanyaan penelitian yang berbentuk terbuka memungkinkan tidak
semua siswa mengungkapkan semua yang dirasakan oleh siswa karena mereka
merasa malu. Kedua, yang berkaitan dengan hasil penelitian. Hasil penelitian ini
bukanlah hal yang tetap atau permanen karena aktualisasi diri bisa berubah-ubah
sesuai dengan kebutuhan siswa.
A. Tingkat Aktualisasi Diri Siswa-Siswi SMA Kelas XI Stella Duce Bantul,
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009
Aktualisasi diri siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta
tahun pelajaran 2008/2009. Pengumpulan data kualitatif digunakan untuk
penggunaan instrumen wawancara mendalam dan pengamatan, penggunaan
data kuantitatif untuk mengetahui persentasi jawaban-jawaban dari siswa
51
karena penelitian yang dilakukan berusaha untuk menerangkan realita sosial
sebagaimana yang dialami oleh individu atau siswa.
Susunan Tim untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) telah di
bahas pada bab III. Susunan Tim FGD dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil
FGD SMA Stella Duce Bantul Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah:
1. Kelas XI IPA
Proses FGD dilakukan 2 kali pertemuan. Antara lain:
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2008
dengan jumlah peserta 13 siswa, 10 orang siswa putri dan 3 orang
siswa putra. Pertemuan ini membahas apakah siswa-siswi kelas XI IPA
sudah menemukan kemampuan (potensi) yang terpendam dalam diri
mereka. Hasil FGD sebagai berikut:
Tabel 3
Menemukan potensi yang ada dalam diri siswa
No Pernyataan Jumlah siswa yang
mengungkapkan
1 Sudah menemukan kemampuan/potensinya 2 siswa
2 Belum menemukan kemampuan/potensinya 11 siswa
Di kelas ini hanya 2 orang yang bisa menemukan potensi yang
ada dalam dirinya dan 11 siswa yang lain belum menemukan potensi
yang dimilikinya. Hal ini karena mereka belum yakin dengan
kemampuan yang ia miliki, kurang mengenal kemampuannya, dan
belum mendalami kemampuannya tersebut.
52
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2008
dengan jumlah peserta 13 siswa, 10 orang siswa putri dan 3 orang
siswa putra. Pertemuan ini membahas tentang hambatan-hambatan dan
usaha-usaha yang dilakukan siswa-siswi kelas XI IPA. Siswa diajak
untuk membuat lambang diri yang bisa mewakili kemampuannya.
Hasil FGD sebagai berikut:
Tabel 4
Hambatan-hambatan dalam mengaktualisasi diri
No Pernyataan Jumlah Siswa yang
mengungkapkan
1 Kurangnya fasilitas yang mendukung. 9 siswa
2 Kurangnya dukungan dari keluarga. 5 siswa
3 Kurang percaya diri (malu). 3 siswa
4 Masih adanya sikap malas dari dalam diri. 3 siswa
5 Takut mengganggu kenyamanan orang lain
pada saat latihan.
2 siswa
6 Tidak adanya minat karena tidak ada teman. 1 siswa
7 Susah untuk bersosialisasi dengan
lingkungan
1 siswa
8 Masih bingung dengan kemampuan yang
dimiliki.
1 siswa
Di kelas ini hambatan yang paling dominan adalah berasal dari
luar atau masyarakat, seperti: kurangnya fasilitas yang mendukung dan
kurangnya dukungan dari orang tua. Anak mempunyai kemampuan
tetapi apabila tidak mendapatkan fasilitas dan dukungan dari orang tua
maupun masyarakat ia tidak dapat mengembangkannya dengan baik
atau anak tidak merasa bebas untuk menyalurkan kemampuannya,
53
pada akhirnya mereka merasa kurang percaya diri dengan kemampuan
(potensi) yang dimilikinya
Usaha yang dilakukan siswa apabila fasilitas dan dukungan dari
orang tua maupun masyarakat ada, mereka akan belajar, berlatih dan
mengasah kemampuan yang ada, berusaha mengembangkan diri
dengan ikut kegiatan yang menunjang potensi, belajar menabung
(hidup sederhana) untuk mencukupi fasilitas.
2. Kelas XI IPS
Pada kelas IPS jumlah peserta 28 siswa, sehingga moderator membagi
menjadi 3 kelompok. Karena dalam prosedur FGD peserta antara 7-11
orang (Krueger, 1994). Kelompok 1 berjumlah 10 orang; terdiri dari 5
orang siswa putri dan 5 orang siswa putra. Kelompok 2 berjumlah 9 orang;
terdiri dari 4 orang siswa putri dan 5 orang siswa putra. Kelompok 3
berjumlah 9 orang; terdiri dari 5 orang siswa putri dan 4 orang siswa putra.
a. Kelas IPS kelompok 1
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, dilakukan pada tanggal 21 Agustus
2008 dengan jumlah peserta 10 siswa, 5 orang siswa putri dan 5
orang siswa putra. Pertemuan ini membahas apakah siswa-siswi
kelas XI IPS sudah menemukan kemampuan/potensi yang
terpendam dalam diri mereka. Hasil FGD sebagai berikut:
54
Tabel 5
Menemukan potensi yang ada dalam diri siswa
No Pernyataan Jumlah siswa yang
mengungkapkan
1 Sudah menemukan kemampuan/potensinya 2 siswa
2 Belum menemukan kemampuan/potensinya 8 siswa
Di kelas ini hanya 2 orang yang bisa menemukan potensi
yang ada dalam dirinya dan 8 siswa yang lain belum menemukan
potensi yang dimilikinya, karena mereka belum yakin dan masih
bingung dengan kemampuan yang ia miliki, belum punya pendirian
yang kuat dengan kemampuannya dan terkadang masih sering
terpengaruh teman-teman.
1. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, dilakukan pada tanggal 28 Agustus
2008 dengan jumlah peserta 10 siswa, 5 orang siswa putri dan 5
orang siswa putra. Pertemuan ini membahas tentang hambatan-
hambatan dan usaha-usaha yang dilakukan siswa-siswi kelas XI
IPS. Siswa diajak untuk membuat lambang diri yang bisa mewakili
kemampuannya. Hasil FGD sebagai berikut:
Tabel 6
Hambatan-hambatan dalam mengaktualisasi diri
No Pernyataan Jumlah Siswa yang
mengungkapkan
1 Masih adanya sikap malas dari dalam
diri.
3 siswa
55
2 Masih bingung dengan kemampuan
yang dimiliki.
3 siswa
3 Adanya pandangan yang berbeda antara
orang tua dan anak.
2 siswa
4 Kurang percaya diri (malu). 2 siswa
5 Kurangnya biaya. 2 siswa
6 Kurangnya motivasi dari diri sendiri. 2 siswa
7 Lingkungan yang kurang mendukung 1 siswa
8 Kurangnya dukungan dari orang tua. 1 siswa
9 Mudah menyerah dan mudah putus asa. 1 siswa
10 Takut salah/gagal. 1 siswa
Di kelas ini hambatan yang paling dominan adalah berasal
dari dalam diri individu, seperti: masih adanya sikap malas untuk
mengembangkan dirinya, rasa kebingungan dengan kemampuan
yang dimiliki, sehingga ia merasa kurang percaya diri dengan
kemampuan (potensi) yang dimilikinya. Selain itu kurangnya
fasilitas dan dukungan dari orang tua menjadi faktor yang penting
karena dengan tidak adanya kedua dukungan tersebut anak tidak
akan berusaha untuk mengembangkan kemampuannya. Karena
keterbatasan fasilitas ini, dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak menjadi pribadi yang sehat.
Usaha yang dilakukan siswa adalah mereka akan belajar,
berlatih dan mengasah kemampuan yang ada, berusaha
mengembangkan diri dengan ikut kegiatan yang menunjang
56
potensi dan yang paling penting adalah adanya kemauan untuk
memotivasi diri dan untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
b. Kelas IPS kelompok 2
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, dilakukan pada tanggal 04
September 2008 dengan jumlah peserta 9 siswa, 4 orang siswa
putri dan 5 orang siswa putra. Pertemuan ini membahas apakah
siswa-siswi kelas XI IPS sudah menemukan kemampuan/potensi
yang terpendam dalam diri mereka. Hasil FGD sebagai berikut:
Tabel 7
Menemukan potensi yang ada dalam diri siswa
No Pernyataan Jumlah siswa yang
mengungkapkan
1 Sudah menemukan kemampuan/potensinya 5 siswa
2 Belum menemukan kemampuan/potensinya 4 siswa
Di kelas ini ada 5 orang yang bisa menemukan potensi yang
ada dalam dirinya dan 4 siswa yang lain belum menemukan potensi
yang dimilikinya. Mereka belum yakin dan bingung dengan
kemampuan yang ia miliki, masih kurang menggali lagi
kemampuan yang telah dimilikinya, belum menyadari kemampuan
yang dimilikinya.
57
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, dilakukan pada tanggal 11 September
2008 dengan jumlah peserta 9 siswa, 4 orang siswa putri dan 5
orang siswa putra. Pertemuan ini membahas tentang hambatan-
hambatan dan usaha-usaha yang dilakukan siswa-siswi kelas XI
IPS. Siswa diajak untuk membuat lambang diri yang bisa mewakili
kemampuannya. Hasil FGD sebagai berikut:
Tabel 8
Hambatan-hambatan dalam mengaktualisasi diri
No Pernyataan Jumlah Siswa yang
mengungkapkan
1 Kurang dukungan dari orang tua 3 siswa
2 Kurang percaya diri 2 siswa
3 Masih bingung dan ragu dengan
kemampuan yang dimiliki.
2 siswa
4 Kurangnya fasilitas yang mendukung. 2 siswa
5 Masih ingin coba-coba semua kegiatan 2 siswa
7 Kurang bisa membagi waktu antara
kegiatan dan belajar
1 siswa
8 Belum bisa fokus terhadap kegiatan
yang dilakukan
1 siswa
9 Wawasan masih kurang 1 siswa
10 Malas 1 siswa
Di kelas ini hambatannya berasal dari dalam diri individu dan
berasal dari luar atau masyarakat, seperti: kurang percaya diri
dengan kemampuannya, rasa bingung dan ragu dengan
kemampuan yang dimiliki, selain itu kurangnya fasilitas dan
58
kurangnya dukungan dari orang tua menjadi faktor yang penting.
Sehingga anak belum dapat mengembangkan kemampuan (potensi)
secara maksimal dan masih memerlukan bantuan dari orang-orang
yang ada disekitarnya.
Usaha yang dilakukan siswa adalah mereka akan belajar,
berlatih dan mengasah kemampuan yang ada, berusaha
mengembangkan diri dengan terus menggali potensinya dan yang
paling penting adalah adanya kemauan untuk memotivasi diri dan
untuk percaya diri. Selain itu untuk memenuhi fasilitas yang ada,
siswa belajar untuk hidup sederhana dengan cara menabung.
c. Kelas IPS kelompok 3
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, dilakukan pada tanggal 18
September 2008 dengan jumlah peserta 9 siswa, 5 orang siswa
putri dan 4 orang siswa putra. Pertemuan ini membahas apakah
siswa-siswi kelas XI IPS sudah menemukan kemampuan/potensi
yang terpendam dalam diri mereka. Hasil FGD sebagai berikut:
Tabel 9
Menemukan potensi yang ada dalam diri siswa
No Pernyataan Jumlah siswa yang
mengungkapkan
1 Sudah menemukan kemampuan/potensinya 4 siswa
2 Belum menemukan kemampuan/potensinya 5 siswa
59
Di kelas ini hanya 4 siswa yang bisa menemukan potensi
yang ada dalam dirinya dan 5 siswa yang lain belum menemukan
potensi yang dimilikinya. Hal ini karena mereka belum yakin dan
bingung dengan kemampuan yang ia miliki, masih takut, dan ragu.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, dilakukan pada tanggal 25 September
2008 dengan jumlah peserta 9 siswa, 4 orang siswa putri dan 5
orang siswa putra. Pertemuan ini membahas tentang hambatan-
hambatan dan usaha-usaha yang dilakukan siswa-siswi kelas XI
IPS. Siswa diajak untuk membuat lambang diri yang bisa mewakili
kemampuannya. Hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10
Hambatan-hambatan dalam mengaktualisasi diri
No Pernyataan Jumlah Siswa yang
mengungkapkan
1 Kurangnya fasilitas yang mendukung. 5 siswa
2 Kurang percaya diri 4 siswa
3 Kurangnya biaya 2 siswa
4 Kurang bisa membagi waktu antara
kegiatan dan belajar
1 siswa
5 Masih sering terpengaruh teman (belum
mempunyai pendirian)
1 siswa
7 Kurang dukungan dari orang tua 1 siswa
Di kelas ini hambatannya berasal dari dalam diri individu dan
berasal dari luar atau masyarakat, seperti: kurang percaya diri
60
dengan kemampuannya, kurangnya fasilitas dan kurangnya
dukungan dari orang tua menjadi faktor yang penting. Sehingga
anak belum dapat mengembangkan kemampuan (potensi) secara
maksimal dan masih memerlukan bantuan dari orang-orang yang
ada disekitarnya.
Usaha yang dilakukan siswa adalah mereka akan belajar,
berlatih dan mengasah kemampuan yang ada, berusaha
mengembangkan diri dengan terus menggali potensinya dan
memenuhi fasilitas yang ada, siswa belajar untuk hidup sederhana
dengan cara menabung, selain itu belajar untuk dapat membagi
waktu dengan membuat jadwal harian.
Tabel 11
Hasil FGD Dari Keseluruhan Kelas
Hal-Hal Yang Menghambat Siswa Dalam Mengaktualisasikan Diri
No Pernyataan Jumlah Siswa yang
mengungkapkan
1 Kurangnya fasilitas yang mendukung
(faktor ekonomi keluarga)
20 siswa
2 Rasa kurang percaya diri 11 siswa
3 Kurangnya dukungan dari orang tua 10 siswa
4 Masih adanya sikap malas dalam diri 10 siswa
5 Masih bingung dan ragu dengan
kemampuannya
6 siswa
6 Belum bisa fokus pada kegiatan
tertentu
4 siswa
7 Adanya pandangan yang berbeda
antara orang tua dan anak
3 siswa
8 Kurang bisa membagi waktu antara 2 siswa
61
kegiatan dan belajar
9 Takut menganggu kenyamanan orang
lain
2 siswa
10 Susah bersosialisasi dengan
lingkungan
1 siswa
11 Mudah menyerah dan mudah putus
asa
1 siswa
12 Lingkungan yang kurang mendukung 1 siswa
13 Wawasan pengetahuan masih kurang 1 siswa
14 Takut gagal/ salah 1 siswa
Tabel 12
Rincian Pernyataan Hambatan Aktualisasi Diri Yang
Diungkapkan Oleh Siswa SMA Stella Duce Bantul
Tahun Pelajaran 2008/2009 Berdasarkan FGD
No Hambatan Aktualisasi Diri
1. Hambatan yang berasal dari dalam diri individu
a. Rasa kurang percaya diri
b. Masih adanya sikap malas dalam diri
c. Masih bingung dan ragu dengan kemampuannya
d. Belum bisa fokus pada kegiatan tertentu
e. Kurang bisa membagi waktu antara kegiatan dan belajar
f. Takut menganggu kenyamanan orang lain
g. Susah bersosialisasi dengan lingkungan
h. Mudah menyerah dan mudah putus asa
i. Wawasan pengetahuan masih kurang
j. Takut gagal/ salah
2. Hambatan yang berasal dari luar atau masyarakat
a. Kurangnya fasilitas yang mendukung
b. Kurangnya dukungan dari orang tua
c. Adanya pandangan yang berbeda antara orang tua dan anak
d. Lingkungan yang kurang mendukung
62
Tabel di atas menunjukkan bahwa hambatan yang berasal dari
dalam diri individu lebih besar jumlahnya daripada hambatan yang
berasal dari luar atau masyarakat. Hal ini disebabkan karena siswa
masih mengalami kebingungan, keraguan, dan rasa takut dari dalam
dirinya untuk mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Akhirnya ia merasa kurang percaya diri dengan kemampuan (potensi)
yang dimilikinya, merasa rendah diri terhadap teman-temannya.
Dari pernyataan 41 siswa dari 2 kelas dapat disimpulkan bahwa
hambatan yang paling dominan dari siswa adalah hambatan yang
berasal dari luar atau masyarakat, seperti kurangnya fasilitas yang
mendukung, kurangnya dukungan dari orang tua. Selain itu hambatan
yang berasal dari dalam diri individu, seperti perasaan kurang percaya
diri, dan masih adanya sikap malas dari dalam diri siswa.
Tabel 13
Rincian Hasil Hambatan Aktualisasi Diri yang Paling
Dominan dari 41 siswa dari 2 kelas
No Hambatan Aktualisasi Diri Jml Siswa yang
mengungkapkan
Persentasi
kelas XI
Termasuk
Kebutuhan
1. Hambatan yang berasal dari
luar atau masyarakat:
1. Kurangnya fasilitas yang
mendukung
2. Kurangnya dukungan dari
orang tua
20 siswa
10 siswa
48,78 %
24, 39 %
Kebutuhan
cinta, rasa
memiliki
2. Hambatan yang berasal dari
dalam diri individu:
1. Rasa kurang percaya diri
2. Masih adanya sikap malas
dalam diri
11 siswa
10 siswa
26,82 %
24, 39 %
Kebutuhan
harga diri
63
B. Pembahasan
Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa kelas XI SMA Stella Duce
Bantul tahun pelajaran 2008/2009 dalam mengaktualisasikan diri akan dibahas
dalam bab ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan dari dalam diri
yang paling besar adalah rasa kurang percaya diri, masih adanya rasa malas
dari dalam diri, sedangkan hambatan dari luar adalah kurangnya fasilitas yang
mendukung dan kurangnya dukungan dari orang tua.
Dari hasil diskusi yang peneliti lakukan dari 2 kelas, rasa percaya diri
yang dihadapi siswa disebabkan karena: siswa belum yakin dengan
kemampuan yang ia miliki, belum punya pendirian yang kuat dengan
kemampuannya dan terkadang masih sering terpengaruh oleh teman, merasa
rendah diri terhadap teman yang lebih mampu, dan masih takut jika
kemampuannya tidak menjamin masa depan.
Penyebab diatas dipertegas lagi oleh Hakim (2002) yang memberikan
ciri-ciri orang yang tidak percaya diri adalah mudah cemas dalam menghadapi
persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu. Latar belakang pendidikan
keluarga yang kurang baik dapat berpengaruh terhadap kepercayaan diri
seseorang bahkan berpengaruh pula pada bakat dan kemampuannya.
Akibatnya ia kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu
bagaumana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan itu, serta
cenderung menghindari tanggung jawab. Sedangkan Lie (2003) memaparkan
ciri-ciri orang yang percaya diri adalah yakin pada diri sendiri, merasa diri
berharga, rendah hati dan memiliki keberanian untuk bertindak.
64
Menurut Maslow, percaya diri merupakan dasar modal untuk
pengembangan aktualisasi diri. Dengan percaya diri seseorang akan mampu
mengenal dan memahami diri sendiri dan tidak merasa pesimis dalam
menghadapi tantangan dan bimbang dalam menentukan pilihan
(Iswidharmanjaya, 2004: 13). Rasa percaya yang tinggi perlu dipupuk dan
dikembangkan sejak dini terutama dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga
merupakan awal munculnya rasa percaya diri pada anak.
Selain rasa kurang percaya diri hambatan yang ada di dalam individu
adalah masih adanya rasa malas dalam diri, yang disebabkan karena:
terpengaruh lingkungan, malas ikut kegiatan karena tidak ada teman dalam
latihan, dan kurangnya motivasi dari dalam dirinya. Apabila rasa malas ini
dipupuk terus menerus maka anak tidak akan mencapai kesuksesan, oleh
sebab itu keluarga perlu memupuk kedisplinan terhadap anaknya.
Hambatan yang lain adalah kurangnya fasilitas yang mendukung, baik
dari sekolah maupun dari keluarga. Fasilitas dari sekolah yang dirasakan
kurang mendukung antara lain; kurangnya sarana prasarana belajar misalnya:
peralatan olahraga, musik dan teater, dan kurangnya kegiatan ekstrakurikuler
yang sesuai dengan bakat dan minat siswa, seperti musik, teater, tari, olahraga.
Selain itu faktor ekonomi keluarga menjadi kendala mereka dalam
mengembangkan kemampuan (potensi), misalnya: tidak adanya motor untuk
latihan, tidak ada alat musik, dan sarana lain. Dari keterangan siswa, ada orang
tua yang mengatakan “Lebih baik uangnya buat makan daripada buat beli alat
musik”, sehingga potensi yang mereka miliki menjadi terhambat. Hambatan
65
lainnya adalah kurangnya dukungan dari orang tua, karena: banyak orang tua
yang masih berpandangan bahwa potensi yang dimiliki siswa tidak
mendukung untuk masa depan. Sebagai contoh: bakat musik, mekanik, elektro
yang dimiliki siswa dipandang kurang menunjang masa depan, dan ada orang
tua yang cenderung memaksakan kehendaknya tentang kegiatan yang harus
dilakukan siswa, sehingga siswa terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya.
Hambatan dari luar terutama orang tua dapat menghambat anak untuk
mengaktualisasikan dirinya secara bebas terutama dalam mengekspresikan
kemampuan/potensinya. Dalam penelitian ini beberapa siswa menceritakan
bahwa pendapat orang tua harus dianggap benar sehingga siswa harus
mengikuti/mentaatinya, meskipun pada kenyataannya pendapat orang tua
memang tidak selalu benar. Pada penelitian ini, siswa dengan latar belakang
orang tua yang keras cenderung membuat anak menjadi mudah frustasi, suka
membantah pendapat orang tua. Sebaiknya orang tua tahu mana yang terbaik
untuk anaknya, sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan (potensi)
secara optimal yang bisa dibanggakan, sehingga ia menjadi pribadi yang sehat.
Peneliti juga berpendapat bahwa dukungan/dorongan dari orang tua
mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengembangan bakat, potensi
anak, karena orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak.
Dengan memberikan fasilitas dan perhatian dapat membuat anak bersemangat
dalam mencapai prestasi.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan masih banyak anak yang belum
menemukan kemampuan (potensi) yang mereka miliki secara optimal.
66
Penyebabnya mereka belum yakin dengan kemampuannya, masih bingung
dan ragu dengan kemampuannya. Oleh sebab itu peranan dari orang yang
lebih dewasa khususnya orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam
membimbing mereka menemukan potensi mereka. Dari hambatan-hambatan
tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang untuk mencapai aktualisasi diri
dibutuhkan kondisi lingkungan yang menunjang yang menuntut adanya
keterbukaan individu terhadap gagasan dan pengalaman-pengalaman baru.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan siswa (remaja) belum dapat
mengaktualisasikan diri secara optimal, antara lain: keadaan ekonomi yang
lemah sehingga keluarga tidak dapat menyediakan fasilitas yang memadai,
masih kurangnya rasa percaya diri pada anak karena takut kalau
kemampuannya tersebut tidak menjamin masa depannya, merasa minder
dengan teman yang lebih mampu, masih adanya sikap malas dalam diri
remaja, dan kurangnya dukungan dari orang tua, karena ini lebih penting
untuk membantu perkembangan anak dalam mengekspresikan potensi yang
dimilikinya. Melihat faktor-faktor tersebut maka peran orang tua dan guru
sangat diperlukan/dibutuhkan untuk membantu siswa (remaja)
mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi yang sehat.
Hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri dapat berpengaruh
pada tugas perkembangan maupun karakteristik perkembangan remaja. Jika
remaja tidak dapat melakukan tugas perkembangan dengan baik, maka dapat
mengarahkan anak-anak pada tingkah laku neurosis Misalnya remaja sulit
menyesuaikan diri maupun orang lain, memiliki konsep diri yang kurang baik,
67
sulit untuk memahami orang lain maupun diri sendiri, merasa tidak percaya
diri.
Dari hasil penelitian yang ada maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
aktualisasi diri siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul tahun pelajaran
2008/2009 kurang optimal, hal ini disebabkan masih banyak yang
menghambat mereka dalam mengaktualisasikan diri, baik hambatan yang
berasal dari dalam diri individu maupun hambatan dati luar individu. Maka
dari itu masih membutuhkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa untuk
mengarahkannya dalam mengaktualisasian diri sehingga menjadi pribadi yang
sehat.
68
BAB V
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK
MENINGKATKAN AKTUALISASI DIRI
Pada bab ini disajikan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang
diperlukan untuk meningkatkan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella
Duce Bantul. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan berdasarkan pada
hasil penelitian tingkat aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce
Bantul tahun pelajaran 2008/2009. Dengan harapan siswa-siswi tersebut mampu
mengembangkan aktualisasi diri yang sudah ada maupun yang belum ada pada
dirinya dan mengarahkan dirinya ke aktualisasi diri yang lebih optimal.
Topik-topik untuk Meningkatkan Aktualisasi Diri Bagi Siswa-Siswi SMA
Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009
1. Siapa Aku?
2. Percaya Diri.
3. Mengatur Jadwal Harian
4. Berpikir Positif
5. Kepedulian Sosial
6. Komunikasi Yang Efektif
7. Cara Membaca Yang Efektif
8. Dorongan Untuk Berprestasi
9. Aku dan Keluarga
Hidup Sederhana
69
Tabel 14
USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL BAGI SISWA-SISWI KELAS XI
SMA STELLA DUCE BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
No Tujuan Penelitian Materi Bimbingan Waktu Bidang
Bimbingan
Metode Sumber Pustaka Keterangan
Topik Sub Topik
1
a. Siswa mampu menerima
keadaan dalam dirinya
b. Siswa menyadari
kemampuan (potensi) yang
ada dalam dirinya.
c. Siswa dapat tumbuh secara
maksimal sesuai dengan
kemampuan (potensi) yang
dimiliki.
Siapa Aku? a. Kekuatan dan
kelemahanku
b. Menggali
kemampuan
(potensiku).
c. Mengembang
kan potensiku
1 x 45
menit Pribadi Ceramah,
permainan
Handoko, M & Riyanto,
M. 2006. 100 Permainan
Penyegar Pertemuan.
Yogyakarta: Kanisius.
2. Siswa semakin yakin dengan
kemampuan yang dimiliki
Percaya Diri
(1.a)
a. Pengertian
percaya diri
b. Ciri orang yang
percaya diri
1 x 45
menit Pribadi-
sosial
Ceramah, diskusi,
tanya jawab
1. Hartono, Bambang.
1997. Melatih Anak
Percaya Diri. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia.
2. Iswidharmanjaya, D.
2004. Satu Hari Menjdai
Lebih Percaya Diri.
Jakarta: Gramedia.
3. a. Siswa melaksanakan tugas-
tugasnya dengan pengaturan
waktu yang baik.
b. Siswa dapat/mampu
meminimalkan kesulitan-
kesulitan pengaturan waktu.
belajar.
Mengatur
jadwal harian
(1. e)
a. Membuat jadwal
harian
b. Bisa
membedakan
yang penting
dan mendesak
dengan tidak
penting dan
tidak mendesak
1 x 45
menit Pribadi-
sosial
Ceramah, diskusi,
tanya jawab
Depdikbud. Pusat
Pengembangan
Kurikulum dan Sarana
Pendidikan. 1984.
Bimbingan Karier.
Jakarta: Depdibud
70
No Tujuan Penelitian Materi Bimbingan Waktu Bidang
Bimbingan
Metode Sumber Pustaka Keterangan
Topik Sub Topik
4.
a. Siswa semakin peka dengan
keadaan dirinya yangtidak
mengembangkan bakat dan
kemampuannya.
b. Siswa semakin terfokus
untuk pengembangan dirinya
yang positif.
Berpikir
positif
(1. b, d)
a. Arti berpikir
positif
b. Ciri-ciri orang
yang berpikir
positif
1 x 45
menit Pribadi Ceramah,
permainan
1. Peale, N. V. 2004. The
Positif Principle Today-
Kiat Mempertahankan
Prinsip Hidup dan
Berpikir Positif. (Terj.
Joko.K).Yogyakarta:
Media Abadi.
2. Sinurat, R.H.Dj. 2002.
Daftar Inventory Sifat
Positif (Handout).
Yogyakarta. Universitas
Sanata Dharma.
5.
Siswa tumbuh menjadi pribadi
yang peduli terhadap
lingkungan
Kepedulian
sosial
(1. f, g)
a. Arti kepedulian
b. Usaha-usaha
untuk
menumbuhkan
sikap peduli
1 x 45
menit Pribadi-
sosial
Ceramah,
permainan,
diskusi
Handoko, M & Riyanto,
M. 2006. 100 Permainan
Penyegar Pertemuan.
Yogyakarta: Kanisius.
6. Siswa mampu
mengkomunikasikan apa yang
menjadi kebutuhannya kepada
orang tua
Komunikasi
yang efektif
(2. c)
a. Arti komunikasi
b. Usaha-usaha
yang dilakukan
untuk dapat
membangun
komunikasi
dengan orang
lain.
1 x 45
menit Pribadi-
sosial
Ceramah,
permainan
1. Liliweri, Alo. 1991.
Komunikasi Antar
Pribadi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
2. Lunandi, A.G. 1987.
Komunikasi Mengena;
Meningkatkan
Efektivitas Komunikasi
Antar Pribadi.
Yogyakarta: Kanisius.
71
No Tujuan Penelitian Materi Bimbingan Waktu Bidang
Bimbingan
Metode Sumber Pustaka Keterangan
Topik Sub Topik
7. Siswa mampu menggali
pengetahuan-pengetahuan yang
masih kurang dalam belajar
dengan membaca.
Cara
Membaca
yang efektif
(1. j)
a. Cara membaca
yang efektif.
b. Cara membaca
yang tidak
efektif.
c. Upaya-upaya
yang akan
dilakukan.
1 x 45
menit Pribadi-
belajar
Ceramah, diskusi,
tugas, tanya
jawab
Staf Yayasan Cipta
Loka Caraka. (1983).
Aku Berhasil Dalam
Studi. Jakarta: Cipta
Loka Caraka.
8. a. Mampu menentukan
prioritas.
c. Siswa mampu merumuskan
tujuan hidup
d. Siswa mampu
menumbuhkan keyakinan
bahwa ia mempunyai
kemampuan
Dorongan
untuk
berprestasi
(1. c, h, k)
a. Tujuan hidupku
b. Prioritasku
1 x 45
menit Pribadi Ceramah, diskusi,
sharing
1. Covey, Sean. 2001. The
7 Habits of Highly
Effective Teens-7
Kebiasaan Remaja yang
Sangat Efektif. Jakarta:
Binarupa Aksara.
2. Prijosaksono, A &
Sanjaya, D.2002. If You
Want to Get Everything
You Ever Wanted Use
Your 7 Power-Kekuatan
dasar Untuk
Membangun Kehidupan
Yang Berkelimpahan.
Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
72
No Tujuan Penelitian Materi Bimbingan Waktu Bidang
Bimbingan
Metode Sumber Pustaka Keterangan
Topik Sub Topik
10. a. Siswa mampu memahami
keadaan keluarganya
b. Dengan keadaan dirinya,
siswa termotivasi untuk tetap
mengembangkan kemampuan
(potensi) meskipun fasilitas
kurang mendukung.
Hidup
sederhana
(2.a)
a. Arti
kesederhanaan
b. Pentingnya
hidup
sederhana.
1 x 45
menit
Pribadi Ceramah,
diskusi, tanya
jawab
Lewis , Barbara. 2004.
Character Building
untuk Remaja. Jakarta:
Kharisma Publising
Group
9. a. Menyadari perannya sehari-
hari sebagai anak dan
sebagai siswa.
b. Menunjukkan rasa hormat
kepada orang tua.
c. Mempu menjalin relasi yang
hangat dengan orang tua.
Aku dan
keluarga
(2. b)
a. Peranku dalam
keluarga
b. Pentingnya
sebuah keluarga
dalam hidupku
1 x 45
menit Pribadi-
sosial
Ceramah, diskusi,
tanya jawab
Lewis , Barbara. 2004.
Character Building
untuk Remaja. Jakarta:
Kharisma Publising
Group
73
Usulan topik-topik bimbingan di atas dapat dilaksanakan melalui bimbingan
klasikal. Untuk itu pelaksanaannya, tentu saja dibutuhkan keterlibatan dan
kerjasama dari pihak sekolah.
Contoh-contoh usulan topik-topik aktualisasi diri di atas dapat dilihat pada
lampiran 6.
74
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan ringkasan, kesimpulan, dan saran. Bagian
ringkasan memuat masalah, metodologi, dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan
memuat kesimpulan akhir dari penelitian. Kesimpulan yang diambil dalam
penelitian ini hanya sebatas populasi yang digunakan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti di SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009.
saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian, ditujukan kepada pihak yang
terkait serta usulan untuk penelitian berikutnya.
A. Ringkasan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan
aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun
pelajaran 2008/2009. dan usulan topik-topik bimbingan klasikal. Pertanyaan yang
dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) hambatan-hambatan apa saja yang
dialami oleh siswa-siswi kelas XI SMA Stella duce Bantul, Yogyakarta tahun
pelajaran 2008/2009 dalam mengaktualisasikan dirinya yang diungkap melalui
metode Focus Group Discussion, (2) Topik-topik bimbingan klasikal manakah
yang sesuai untuk para siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul tahun
pelajaran 2008/2009.
75
Penelitian ini menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD).
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul,
Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak 41 orang. Jadwal
pengumpulan data sebagai berikut:
Kelas Tanggal Pengumpulan
Data
Waktu
Pengumpulan Data
Jumlah
siswa
XI IPA 21 Agustus 2008 45 menit 13 siswa
XI IPS (1) 21 Agustus 2008 45 menit 10 siswa
XI IPA 28 Agustus 2008 45 menit 13 siswa
XI IPS (1) 28 Agustus 2008 45 menit 10 siswa
XI IPS (2) 04 September 2008 45 menit 9 siswa
XI IPS (2) 11 September 2008 45 menit 9 siswa
XI IPS (3) 18 September 2008 45 menit 9 siswa
XI IPS (3) 25 September 2008 45 menit 9 siswa
Alat penelitian adalah pertanyaan panduan FGD yang disusun oleh
peneliti dengan mengembangkan teori Maslow tentang hambatan-hambatan
aktualisasi diri (Koeswara, 1987: 230). Sebelum dilakukan penelitian alat
diujicobakan terlebih dahulu kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling
angkatan 2004, sebanyak 7 mahasiswa.
Tehnik analisa data dari penelitian ini adalah upaya untuk
menghubungkan-hubungkan atau faktor yang dapat diidentifikasi dalam data
yang menjelaskannya. Dalam penelitian akademik yang melibatkan lebih dari
satu kelompok focus group discussion (FGD), maka data catatan proses yang
ada harus disajikan dalam bentuk yang dapat dibaca oleh peneliti.
Dalam melakukan analisis data, maka langkah-langkah yang perlu
diambil adalah (Irwanto, 2006: 82-84):
76
1. Peneliti memeriksa terlebih dahulu apakah tujuan FGD tercapai, dengan
melihat dari jumlah pertanyaan yang ditanyakan sesuai dengan rencana
atau tidak.
2. Apakah ada perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena input dari
peserta?
3. Peneliti mengidentifikasikan masalah utama yang dikemukakan oleh
peserta.
4. Peneliti merumuskan variasi peserta dalam persoalan utama, variasi
sebagai perbedaan-perbedaan yang timbul, dari yang sangat ekstrem
sampai yang hanya berbeda sedikit saja. Jika perbedaan ini muncul, maka
keduanya harus disajikan secara obyektif.
5. Peneliti membuat kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul
berdasarkan sumberdaya yang ada, kemendesakan persoalan dan
kemungkinan dipecahkan dalam waktu dekat, jangka menengah dan
jangka panjang.
6. Penelitian melakukan koding sesuai dengan faktor-faktor yang
dikehendaki.
7. Dalam berpikir mengenai rekomendasi atau implikasi dari penelitian
dilandasi pemikiran bahwa akan ada kemungkinan FGD dilakukan
berdasarkan cita-cita besar, baik teoritis maupun praktis, maka analisa
tidak menghilangkan ciri-ciri lokal data yang ada.
77
HASIL EVALUASI KEGIATAN FOCUS GROUP DISCUSSION
Kelas Pertemuan
ke-
Tanggal Hasil Evaluasi
XI IPA I 21 Agustus
2008
1. Ditemukan bahwa 2 siswa yang
sudah menemukan kemampuannya.
2. Ditemukan bahwa 11 siswa yang
belum menemukan kemampuannya.
II 28 Agustus
2008
Hambatan yang paling dominan, yaitu
kurangnya fasilitas yang mendukung,
kurangnya dukungan dari orang tua,
kurang percaya diri, masih adanya sikap
malas dari dalam diri.
XI IPS (1) I 21 Agustus
2008
1. Ditemukan bahwa 2 siswa yang
sudah menemukan kemampuannya.
2. Ditemukan bahwa 8 siswa yang
belum menemukan kemampuannya.
II 28 Agustus
2008
Hambatan yang paling dominan, yaitu
masih adanya sikap malas dari dalam diri,
masih bingung dengan kemampuan yang
dimiliki, adanya pandangan yang berbeda
antara orang tua dan anak.
XI IPS (2) I 04 September
2008
1. Ditemukan bahwa 5 siswa yang
sudah menemukan kemampuannya.
2. Ditemukan bahwa 4 siswa yang
belum menemukan kemampuannya.
II 11 September
2008
Hambatan yang paling dominan, yaitu
kurangnya dukungan dari orang tua,
kurang percaya diri, masih bingung dan
ragu dengan kemampuan yang dimiliki.
XI IPS (3) I 18 September
2008
1. Ditemukan bahwa 4 siswa yang
sudah menemukan kemampuannya.
2. Ditemukan bahwa 5 siswa yang
belum menemukan kemampuannya.
II 25 September
2008
Hambatan yang paling dominan, yaitu
kurangnya fasilitas yang mendukung,
kurang percaya diri, kurangnya biaya.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian dan
pembahasannya adalah aktualisasi diri siswa-siswi SMA Stella Duce Bantul,
78
Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 masih kurang optimal dan perlu
ditingkatkan. Siswa-siswi masih membutuhkan bimbingan dari orang yang
lebih dewasa untuk mengarahkan dirinya dalam mengaktualisasian diri
sehingga menjadi pribadi yang sehat. Salah satu cara memberikan bimbingan
klasikal dengan topik-topik yang relevan dengan kebutuhan siswa-siswi SMA
Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009. Selain itu
diharapkan usulan topik-topik bimbingan klasikal dapat membantu siswa-
siswi untuk meningkatkan kemampuan (potensi) yang mereka miliki.
C. Saran
Berdasarkan penelitian ini disarankan pada beberapa pihak sebagai
berikut:
1. Sekolah
a. Segenap staf pengajar di sekolah hendaknya ikut bertanggung jawab
terhadap perkembangan aktualisasi diri siswa-siswi
b. Segenap staf pengajar ikut mendukung guru BK untuk merealisasikan
topik-topik bimbingan yang diusulkan dalam penelitian ini.
c. Perlunya disediakan lebih banyak fasilitas yang menunjang siswa-siswi
dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi.
2. Guru Pembimbing
Guru pembimbing hendaknya dapat menyusun kegiatan bimbingan
pribadi-sosial, akademik, karier sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
siswa-siswi supaya mereka dapat meningkatkan dan mengembangkan
79
kemampuan (potensi) yang mereka miliki, sehingga mereka dapat menjadi
pribadi yang sehat.
3. Orang tua
a. Orang tua lebih memahami kebutuhan aktualisasi diri anaknya dan
mendukung kegiatan yang memperkembangkan anaknya.
b. Terbatasnya jam bimbingan di sekolah hendaknya orang tua
melanjutkan bimbingan di rumah yang dapat mengarahkan remaja
supaya dapat mencapai aktualisasi diri yang optimal.
4. Peneliti Lain
a. Mengingat pentingnya aktualisasi diri bagi remaja dalam
mengembangkan kemampuan (potensi) yang dimilikinya, alangkah
baiknya apabila peneliti-peneliti lain akan mengembangkannya,
hendaknya memeriksa penyebab hambatan-hambatan aktualisasi diri
itu secara lebih detail supaya siswa dapat mengembangkannya secara
optimal.
b. Peneliti lain hendaknya memeriksa lebih lanjut aspek-aspek aktualisasi
diri manakah yang banyak dimiliki oleh siswa-siswi remaja dan yang
kurang dimiliki oleh siswa-siswi.
80
DAFTAR PUSTAKA
Aryatmi. 1983. Bimbingan Pengertian dan Skopa. Salatiga. Pusat Bimbingan
UKSW.
Covey, Sean. 2001. The 7 Habits of Highly Effective Teens-7 Kebiasaan Remaja
yang Sangat Efektif (Penerjemah: Drs. Arvin Saputra). Jakarta: Binarupa
Aksara.
Daradjat, Z. 1974. Problema Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Depdikbud. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. 1984.
Bimbingan Karier. Jakarta: Depdibud.
Goble, F. G. 1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Yogyakarta: Kanisius.
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa
Swara.
Handoko, M & Riyanto, M. 2006. 100 Permainan Penyegar Pertemuan.
Yogyakarta: Kanisius
Hartono, Bambang. 1997. Melatih Anak Percaya Diri. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
Irwanto. 2006. Focused Group Discussion. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Iswidharmanjaya, D. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta:
Gramedia.
Koeswara, E. 1987. Motivasi: Teori dan Penelitiannya. Bandung: Angkasa.
Krueger, R. A. 1994. Focus Group-A Practical Guide For Applied Reseacrh.
California: Sage Publications, Inc.
Lewis , Barbara. 2004. Character Building untuk Remaja. Jakarta: Kharisma
Publising Group.
Lie, Anita. 2003. 101 Cara Untuk Menumbuhkan Percaya Diri Anak. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
81
Lunandi, A. G. 1987. Komunikasi Mengena; Meningkatkan Efektivitas
Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Maslow, A. H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. (Penerjemah: Nurul Iman).
Jakarta: PT. Gramedia.
Moi. A. A. D. 2003. Proses Aktualisasi Diri. Malang: Dioma.
Peale, N. V. 2004. The Positif Principle Today-Kiat Mempertahankan Prinsip
Hidup dan Berpikir Positif. (Penerjemah: Joko. K).Yogyakarta: Media
Abadi.
Poduska, B. 1997. 4 Teori Kepribadian (Eksistensialis, Behavioris, Psikoanalitik
dan Aktualisasi Diri). Jakarta: Restu Agung.
Prayitno.1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SLTA. Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi.
Prijosaksono, A & Sanjaya, D.2002. If You Want to Get Everything You Ever
Wanted Use Your 7 Power-Kekuatan dasar Untuk Membangun Kehidupan
Yang Berkelimpahan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Rumini, S & Sundari, S. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka
Cipta.
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat.
(Penerjemah: Drs. Yustinus, MSc. OFM). Yogyakarta: Kanisius.
Sinurat, R.H.Dj. 2002. Daftar Inventory Sifat Positif (Handout). Yogyakarta.
Universitas Sanata Dharma.
Soenarno, Adi. 2007. Decision Making & Problem Solving-Games untuk
Pelatihan Manajemen. Yogyakarta: Andi.
Staf Yayasan Cipta Loka Caraka. (1983). Aku Berhasil Dalam Studi. Jakarta:
Cipta Loka Caraka
Stein, S.J & Book, H.E. 2004. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan
Emosional Meraih Sukses. (Penerjemah: Trinanda Rainy Januarsari & Yudhi
Murtanto). Bandung: Kaifa.
Syahril & Ahmad, R.1986. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang:
Angkasa Raya.
82
Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Winkel, W. S & M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Yusuf, H. S. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
www.agarorangtahu.blogspot.com/2007/FGD(Focus-Group-Discussion).html.
diakses tanggal 24 Mei 2008.
Lampiran 1
Cerita Pengantar Proses
Focus Group Discussion
(FGD)
Souvenir Kehidupan
Suatu hari saya berjalan-jalan ke butik yang menjual batik. Selain batik,
disana juga tersedia berbagai souvenir tradisional khas daerah Jawa Tengah dan
beberapa dari Bali. Sekedar melihat-lihat barang itu, saya tertarik untuk melihat
harganya. Wow!! ternyata harganya mahal banget!! Barang-barang yang biasanya
bisa ditemukan di pasar tradisional dengan harga murah, ternyata dijual sangat
mahal disana. Sebelum ngomel-ngomel dalam hati karena harga yang nggak
sopan itu, saya perhatikan lagi barang-barang itu lebih detail lagi. Ternyata
memang hasil kerajinan yang dijual disana pengerjaannya halus dan rapi. Tidak
ada serat-serat kayu yang kasar atau tak beraturan. Kayu yang dipilih berkualitas
baik. Barang-barang dari kain dan batu juga sama. Semuanya dikerjakan dengan
kualitas yang sangat baik. Nampak tertempel di sana stiker bertuliskan “eksport
quality (kualitas eksport)”. Oh….pantas harganya juga beda dengan di pasar-
pasar.
Barang berbahan sama setelah digarap dengan cara yang berbeda ternyata
memiliki nilai yang berbeda juga. Hidup kita juga hampir bisa diumpamakan
seperti itu. Lihat saja teman-teman kita satu sekolahan dulu. Ada yang jadi
pengamen, ada yang tidak melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya, ada yang
nganggur di rumah, ada yang membantu orang tua bekerja. Padahal seharusnya
satu alumnus sekolah yang sama setidaknya punya kualitas yang sama bukan??
Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu kan?? Setiap orang punya cara sendiri-
sendiri untuk mengatur hidupnya. Setiap penggarapan (pengerjaannya) itulah yang
menentukan mutu hidup kita. Orang yang sungguh-sungguh sekolah pastilah
berhak menikmati hasil yang lebih banyak daripada yang suka bolos dan asal-
asalan saja merencanakan hidupnya.
Hidup ini bagaikan proses pembentukan karakter kita, dengan motivasi
hidup yang jelas untuk berkembang, kemampuan memperjuangkan hidup untuk
maju, jadilah kita manusia yang berkualitas. Ditambah lagi dengan segala talenta
(kemampuan) yang dianugerahkan Tuhan, kita jadi makhluk yang sangat berharga
melebihi segala ciptaannya di bumi ini. Kita tinggal memoles sedikit kemampuan
tersebut, maka jadilah ia orang yang bermutu baik yang bisa menjadi kebanggaan.
Jadilah diri kita bermutu tinggi dan punya nilai lebih dari kebanyakan orang
lainnya. Kelak ketika Tuhan puas melihat hidup kita, Dia pasti akan menempatkan
kita di tempat yang lebih mulia.
Lampiran 2
Hasil Uji Coba
Focus Group Discussion
(FGD)
Ujicoba FGD dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2008 dengan jumlah peserta 7
orang, 1 putri dan 6 putra. Dengan hasil sebagai berikut:
Hambatan-hambatan mahasiswa dalam mengaktualisasikan diri
No Pernyataan Jumlah Siswa yang
mengungkapkan
1 Masih adanya rasa malas 7 mahasiswa
2 Rasa tidak percaya diri 4 mahasiswa
3 Apabila keinginan tidak terpenuhi menjadi kecewa 2 mahasiswa
4 Tidak dapat mengungkapkan suatu masalah 2 mahasiswa
5 Adanya kecenderungan depersonalisasi dari
masyarakat terhadap kemampuan yang dimilikinya.
1 mahasiswa
6 Mudah menjadi pesimis 1 mahasiswa
7 Selalu berpikiran negatif terhadap kekurangan-
kekurangannya
1 mahasiswa
8 Kurang disiplin 1 mahasiswa
Usaha-usaha mahasiswa dalam mengaktualisasikan diri
No Pernyataan Jumlah Siswa yang
mengungkapkan
1 Berani tampil dimuka umum 3 mahasiswa
2 Belajar disiplin 2 mahasiswa
3 Adanya kemauan memberanikan diri untuk
mengungkapkan suatu masalah/keinginan
1 mahasiswa
4 Membuat target dalam menyelesaikan tugas 1 mahasiswa
5 Menerapkan kelebihan yang dimiliki dalam
kehidupan sehari-hari
1 mahasiswa
6 Belajar bertanggungjawab dan mau memanajemen
diri sendiri.
1 mahasiswa
Dari hasil FGD di atas semua mahasiswa aktif dalam memberikan pendapatnya,
sehingga FGD dapat berjalan dengan baik. Hal-hal yang menghambat mereka
dalam mengaktualisasikan diri dapat terungkap dan usaha untuk mengantisipasi
hambatan tersebut telah mereka ungkapkan dengan baik dan lancar.
Lampiran 3
Susunan Tim
Focus Group Discussion
(FGD)
SUSUNAN TIM FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
TUGAS NAMA
Moderator Stepanus Pitra Pragakusuma
Pencatat Proses Maria Verawati Alvares, Wahyu Putri
Penghubung Peserta Sr. Louis CB (Guru Pembimbing)
Bloker Robertus Bayu Wibowo
Petugas Logistik Wahyu Putri
Lampiran 4
Daftar Nama Siswa/
Peserta Focus Group
Discussion (FGD)
DAFTAR SISWA/PESERTA FGD
Kelas IPA Kelas XI IPS kelompok 1
No Nama Siswa/Peserta No Nama Siswa/Peserta
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Agustina Tyas Sunaningsih
Anna Prabandari
Angela Merici Titan Pratiwi
Cicilia ayuk Putri Palma N.
Devi Afriani
Elizabet Ananda Putri
Fransisca Currie Oktaviani
Fristy Pratama Widodo
Ignatius Tri Prasetyo
Ika Janti
Jenny Intan Widianti
Natalia Septi Rahmawati
Wawan Setiawan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Antonia Christy
Ch. Puji Susanti
Deri Resto
Desi Hartiningsih
Frederikus Martanto Nugroho
Gendhis Setyoningtyas
Rizki Putra Marbetha
Sigit Trianto
Yohanes Widodo
Vicky Angela
Kelas XI IPS kelompok 2 Kelas XI IPS kelompok 3
No Nama Siswa/Peserta No Nama Siswa/Peserta
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ana Pawestrin
Basilius Rudi Setyadi
Carolus Aprelio Eri Aryoko
F. Agung Kurniawan
Lucia Dian Rosita
Lucia Inggit Nurlina Wati
Marcellius Windu S. H
Nugroho Eko Santosa
Veronica Hanis Megasari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bernadus Widaryanto
Cirilus Ryan Mahendra
Fabiola Lintang
Herdian Trilaksono N
Margaretha Dhiah R
Maria Tri Wijayanti
Puput Kus Arieyanti
Sesar Dwi Cahyo
Theodorus Hendrikus
Lampiran 5
Foto Proses Focus Group
Discussion (FGD)
FOTO PROSES FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
Lampiran 6
Contoh Satuan
Pelayanan Bimbingan
(SPB)
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik/ Pokok Bahasan : Siapakah Aku?
B. Bidang Bimbingan : Pribadi
C. Sasaran : Siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul
D. Kompetensi : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa mampu
mengenali kelebihan dan kelemahan dalam dirinya.
E. Materi Pokok :
1. Menyebutkan kelebihan dan kelemaham dalam dirinya.
2. Menyebutkan potensi yang paling menonjol dalam dirinya
3. Menceritakan pengalaman yang menyenangkan dan menyedihkan.
F. Penyelenggara Layanan : Guru Pembimbing
G. Langkah-Langkah Belajar/Layanan Bimbingan
No Kegiatan Waktu Metode Media Ket
1 Langkah Awal:
Memberikan pengantar dan
menjelaskan tujuan.
5’
Ceramah
2 Langkah Inti:
Memberikan permainan “Suka atau
Tidak Suka”
25
Permainan Alat
tulis
3 Langkah Akhir:
a. Evaluasi: Pernyataan Hasil
Belajarku
b. Membuat kesimpulan
c. Menutup kegiatan
15’
H. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas XI
I. Sumber/Bahan :
Handoko, M & Riyanto, M. 2006. 100 Permainan Penyegar Pertemuan.
Yogyakarta: Kanisius.
J. Rencana Penilaian Tindak Lanjut:
1. Sebutkanlah kelebihan dan kelemahan pada dirimu!
2. Sebutkanlah potensi yang paling menonjol dalam dirimu!
3. Ceritakanlah pengalaman yang menyenangkan dan menyedihkan yang
pernah kamu alami!
4. Manfaat (perubahan diri yang terjadi dalam diri) yang pernah Anda
peroleh dengan melakukan kegiatan yang telah Anda ikuti!
K. Catatan Khusus : -
Yogyakarta, Desember 2008
Mengetahui
Koordinator BK Guru Pembimbing
( ) ( )
Handout Permainan
1. Judul Permainan : Suka atau tidak suka
2. Tujuan : Mengajak peserta untuk menguji persepsi pribadi
peserta tentang apa yang paling disukai dan yang
paling tidak disukai tentang diri mereka sendiri.
3. Waktu yang diperlukan : 15-30 menit
4. Langkah-langkah :
a. Fasilitator menerangkan bahwa peserta akan menguji cara-cara mereka
menerima diri mereka sendiri, dan yang diterima dari yang lain.
b. Setelah membagikan pensil dan kertas kepada semua peserta, fasilitator
meminta para peserta menuliskan urut ke bawah tiga watak/karekter,
bakat, keterampilan, hobi, sikap, dan lain-lain yang sangat mereka senangi
dan yang tidak mereka senangi.
c. Setelah semua peserta menyelesaikan tugasnya, fasilitator meminta kepada
setiap peserta untuk membacakan daftarnya di hadapan kelompok.
Kemudian, kelompok berdiskusi secara singkat tentang persepsi mereka
terhadap peserta yang lain.
d. Setelah permainan selesai fasilitator membacakan pertanyaan yang harus
dijawab peserta secara pribadi, sebagai berikut:
1. Apa yang Anda rasakan saat permainan berlangsung?
2. Bagian mana yang Anda rasakan paling sulit dalam permainan ini?
Bagaimana cara Anda mengatasinya?
e. Fasilitator menutup kegiatan dengan memberikan kesimpulan mengenai
makna permainan dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk
mengisi “Pernyataan Hasil Kegiatan Belajarku”.
PERNYATAAN TENTANG HASIL BELAJARKU
Nama :…………….
Kelas :…………….
Dari pengalamanku mengikuti kegiatan bimbingan kelas mengenai “Siapakah
Aku?”:
1. Aku belajar bahwa aku………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………..
2. Aku menjadi sadar/tahu bahwa aku ……………………………………………
………………………………………………………………………………….
3. Aku menjadi yakin bahwa aku …………………………………………………
………………………………………………………………………………….
4. Aku menjadi teringat kembali bahwa aku………………………………………
…………………………………………………………………………………..
5. Aku perhatikan bahwa aku ……………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
6. Aku temukan bahwa aku ……………………………………………………….
…………………………………………………………………………………..
7. Aku heran bahwa aku …………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
8. Aku senang/bangga/gembira/puas (perasaan positif lain) bahwa aku …………
……….………..………………………………………………………………..
9. Aku tidak senang/kecewa/malu (perasaan negatif lain) bahwa aku …………...
………………………………………………………………………………….
10. Aku putuskan dan nyatakan bahwa aku akan ……………………………….....
………………………………………………………………………………….
11. Aku bermaksud/berencana untuk ………………………………………………
………………………………………………………………………………….
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik/ Pokok Bahasan : Percaya Diri
B. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial
C. Sasaran : Siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul
D. Kompetensi : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa semakin
yakin dengan kemampuan yang dimiliki.
E. Materi Pokok :
1. Menjelaskan arti percaya diri.
2. Menyebutkan ciri-ciri orang yang percaya diri.
3. Menyebutkan ciri-ciri orang kurang yang percaya diri
F. Penyelenggara Layanan : Guru Pembimbing
G. Langkah-Langkah Belajar/Layanan Bimbingan
No Kegiatan Waktu Metode Media Ket
1 Langkah Awal:
Memberikan pengantar dan
menjelaskan tujuan.
5’
Ceramah
2 Langkah Inti:
a. Membagi siswa dalam
kelompok @ 2 anak.
b. Melakukan permainan “Aku
Menjatuhkan Diri”.
c. Memberikan kesempatan
kepada beberapa siswa untuk
mencoba menjatuhkan diri
kebelakang dengan posisi
membelakangi teman dan
menjatuhkan diri. Setelah
permainan selesai
pembimbing menanyakan
perasaannya.
d. Pembimbing menjelaskan inti
permainan.
e. Sharing dengan peserta
25’
diskusi,
tanya
jawab
LKS
3 Langkah Akhir:
d. Evaluasi: pernyataan hasil
belajar.
e. Membuat kesimpulan
f. Menutup kegiatan
15’
H. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas XI
I. Sumber/Bahan :
1. Hartono, Bambang. 1997. Melatih Anak Percaya Diri. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
2. Iswidharmanjaya, D. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri.
Jakarta: Gramedia.
J. Rencana Penilaian Tindak Lanjut:
1. Jelaskanlah arti percaya diri!
2. Sebutkanlah ciri-ciri orang yang percaya diri!
3. Sebutkanlah ciri-ciri orang yang kurang percaya diri!
4. Manfaat (perubahan diri yang terjadi dalam diri) yang pernah Anda
peroleh dengan melakukan kegiatan yang telah Anda ikuti!
K. Catatan Khusus : -
Yogyakarta, Desember 2008
Mengetahui
Koordinator BK Guru Pembimbing
( ) ( )
Handout
1. Arti Percaya Diri
Percaya diri diartikan sebagai penilaian yang relatif tetap tentang diri
sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan, inisiatif, dan sifat-sifat
lain, serta kondisi-kondisi yang mewarnai perasaan manusia
(Iswidharmanjaya, 2004: 13). Selain itu dengan memiliki rasa percaya diri
seseorang akan dapat mengaktualisasikan dirinya (eksplorasi segala
kemampuan dalam diri). Rasa percaya yang tinggi perlu dipupuk dan
dikembangkan sejak dini terutama dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga
merupakan awal munculnya rasa percaya diri pada anak.
2. Ciri-ciri orang yang percaya diri
Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Hartono (1997):
a. Cenderung lebih tenang dan yakin pada diri sendiri.
b. Memiliki kemauan yang besar untuk menempuh resiko dan mencoba hal-
hal baru.
c. Tidak menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang menyedihkan,
memalukan dan mematahkan semangat.
d. Senang berksperimen dan berani menempuh resiko sehingga
kemampuannya berkembang.
3. Ciri-ciri orang yang kurang percaya diri
Ciri-ciri orang yang kurang percaya diri menurut Iswidharmanjaya (2004):
a. Tidak bisa menunjukan kemampuan yang ia miliki
b. Kurang berprestasi dalam studi
c. Malu-malu dan canggung
d. Tidak berani mengungkapkan ide-ide yang ia miliki
e. Cenderung hanya melihat dan menunggu kesempatan
f. Rendah diri, takut, dan merasa tidak aman
g. Suka mencari pengakuan dari orang lain.
PERNYATAAN TENTANG HASIL BELAJARKU
Nama :…………….
Kelas :…………….
Dari pengalamanku mengikuti kegiatan bimbingan kelas mengenai “Percaya
Diri”:
1. Aku belajar bahwa aku………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………..
2. Aku menjadi sadar/tahu bahwa aku ……………………………………………
………………………………………………………………………………….
3. Aku menjadi yakin bahwa aku …………………………………………………
………………………………………………………………………………….
4. Aku menjadi teringat kembali bahwa aku………………………………………
…………………………………………………………………………………..
5. Aku perhatikan bahwa aku ……………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
6. Aku temukan bahwa aku ……………………………………………………….
…………………………………………………………………………………..
7. Aku heran bahwa aku …………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
8. Aku senang/bangga/gembira/puas (perasaan positif lain) bahwa aku …………
……….………..………………………………………………………………..
9. Aku tidak senang/kecewa/malu (perasaan negatif lain) bahwa aku …………...
………………………………………………………………………………….
10. Aku putuskan dan nyatakan bahwa aku akan ……………………………….....
………………………………………………………………………………….
11. Aku bermaksud/berencana untuk ………………………………………………
………………………………………………………………………………….
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik/ Pokok Bahasan : Mengatur Jadwal Harian
B. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial
C. Sasaran : Siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul
D. Kompetensi : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa semakin
memiliki ketrampilan dalam mengatur waktu dan
membuat jadwal harian.
E. Materi Pokok :
1. Membuat jadwal harian.
2. Membuat prosentase.
F. Penyelenggara Layanan : Guru Pembimbing
G. Langkah-Langkah Belajar/Layanan Bimbingan
No Kegiatan Waktu Metode Media Ket
1 Langkah Awal:
Memberikan pengantar singkat dan
menjelaskan tujuan.
5’
Ceramah
2 Langkah Inti:
a. Pembimbing menjelaskan
lembar kerja dan cara mencari
prosentase mengatur waktu
dalam sehari.
b. Peserta diberikan kesempatan
untuk mengerjakan lembar
kerja.
c. Pembimbing memberikan
acuan waktu yang ideal.
d. Peserta diberikan kesempatan
untuk bertanya dan diberi
balikan oleh pembimbing.
30’
Diskusi,
tanya
jawab
LKS
3 Langkah Akhir:
g. Evaluasi
h. Membuat kesimpulan
i. Menutup kegiatan
10’
H. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas XI
I. Sumber/Bahan :
Depdikbud. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. 1984.
Bimbingan Karier. Jakarta: Depdikbud.
J. Rencana Penilaian Tindak Lanjut:
1. Pembimbing memeriksa kembali tugas peserta.
2. Manfaat (perubahan diri yang terjadi dalam diri) yang pernah Anda
peroleh dengan melakukan kegiatan yang telah Anda ikuti!
K. Catatan Khusus : -
Yogyakarta, Desember 2008
Mengetahui
Koordinator BK Guru Pembimbing
( ) ( )
LEMBAR KERJA
Petunjuk: Isilah tabel dibawah ini sesuai dengan kegiatan harian yang Anda
lakukan!
Misal :
No Kegiatan Lamanya
Waktu
Jumlah
Menit
Persentase
1 Bermain 14.00 – 16.00 120’ 8,33%
No Kegiatan Lamanya
Waktu
Jumlah
Menit
Persentase
1 Bermain
2 Tidur siang/istirahat
3 Di sekolah
4 Diskusi dengan keluarga
5 Belajar di rumah
6 Tidur malam
7 Kebutuhan Pribadi (mandi,
makan, berias)
8 Berdoa/Shalat
9 Kegiatan lain-lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Catatan: Persentase = %1006024
menit
Soal:
1. Apakah Anda cukup puas dengan hasil yang telah Anda lakukan/capai?
2. Apa rencana Anda kedepan?
3. Apa hambatan Anda dalam mencapai rencana/tujuan tersebut?
4. Susunlah rencana Anda dalam satu minggu kedepan! Di kumpulkan saat
pertemuan minggu depan!
HANDOUT
Pengaturan Kegiatan Harian
Setiap hari kita melakukan berbagai kegiatan. Kita membutuhkan waktu
untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Oleh karena itu, kita membutuhkan
keterampilan untuk mengatur kegiatan yang akan kita lakukan dalam keseharian
kita, sehingga kegiatan yang sudah kita rencanakan dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan yang kita lakukan setiap hari dapat di bagi menjadi 7 bagian
dalam bentuk persentase, yaitu:
1. Kegiatan bermain/bermain bebas 15%
2. Istirahat/tidur siang 10%
3. Kegiatan di sekolah 25%
4. Kegiatan meningkatkan keterampilan
(les piano, les Bahasa Inggris dll) 10%
5. Diskusi dengan keluarga 5%
6. Belajar di rumah 5%
7. Tidur malam 30%
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Topik/ Pokok Bahasan : Berpikir positif
B. Bidang Bimbingan : Pribadi
C. Sasaran : Siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul
D. Kompetensi : Sesudah mengikuti kegiatan ini siswa semakin
memiliki kematangan dalam berpikir dan bersikap
positif.
E. Materi Pokok :
1. Menyebutkan hal-hal positif yang ada dalam diri.
2. Menyebutkan hal-hal positif yang ada dalam diri orang lain.
3. Menyebutkan cirri-ciri orang yang berpikir positif.
4. Deskripsikan rencana yang akan dilakukan setelah mengetahui hal-hal
positif yang ada dalam diri.
F. Penyelenggara Layanan : Guru Pembimbing
G. Langkah-Langkah Belajar/Layanan Bimbingan
No Kegiatan Waktu Metode Media Ket
1 Langkah Awal:
Memberikan pengantar singkat
5’
Ceramah
2 Langkah Inti:
a. Menjelaskan tentang berpikir
positif.
b. Mengadakan tana jawab
tentang berpikir positif.
c. Membagikan lembar
kuesioner.
d. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk membaca lembar
kuesioner.
e. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengerjakan
kuesioner.
30’
3 Langkah akhir:
a. Mengajak siswa untuk diskusi
dan sharing di depan kelas.
b. Menanyakan kepada siswa
manfaat kegiatan ini baginya.
10’
I. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas XI
J. Sumber/Bahan :
1. Sinurat, R.H.Dj. 2002. Daftar Inventory Sifat Positif (Handout).
Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
2. Peale, N. V. 2004. The Positif Principle Today- Kiat Mempertahankan
Prinsip Hidup dan Berpikir Positif. (Penerjemah: Joko.K).Yogyakarta:
Media Abadi.
K. Rencana Penilaian Tindak Lanjut:
1. Sebutkanlah hal-hal positif yang ada dalam diri.!
2. Sebutkanlah hal-hal positif yang ada dalam diri orang lain!
3. Sebutkanlah cirri-ciri orang yang berpikir positif!
4. Deskripsikanlah rencana yang akan dilakukan setelah mengetahui hal-hal
positif yang ada dalam diri.
L. Catatan Khusus : -
Yogyakarta, Desember 2008
Mengetahui
Koordinator BK Guru Pembimbing
( ) ( )
Handout
Berpikir Positif
Berpikir positif merupakan modal awal dari suatu pemecahan masalah.
Apapun jenis permasalahan yang ada, salah satu alternatif awal yang sangat baik
adalah berpikir positif.
Prinsip berpikir positif itu merupakan suatu kesatuan cara berpikir sehat
yang menyeluruh sifatnya. Mengandung gerak maju yang penuh dengan daya
cipta atas unsur-unsur yang nyata dalam kehidupan manusia.
Ciri-ciri orang yang berpikir positif (Peale, 2004: 2-4):
1. Selalu memandang setiap kesulitan dengan cara gambling dan polos
2. Tidak akan mencari dalih untuk bisa mengelakkan diri dari kesulitan.
3. Penuh rasa percaya diri, optimis dan mempunyai harapan.
4. Tidak akan bertindak emosional dalam keadaan sulit.
5. Selalu didasarkan atas fakta terhadap setiap masalah.
Beberap sifat positif yang dimiliki seseorang antara lain:
1. Suka bekerja keras.
2. Tanggungjawab.
3. Dapat dipercaya.
4. Mendahulukan kepentingan orang lain.
5. Mampu menguasai emosi.
6. Percaya diri.
7. Ramah.
8. Sabar.
9. Kreatif.
10. Rajin.
Kuesioner
Sebutkanlah minimal 5 hal positif yang ada dalam diri!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Sebutkanlah minimal 5 hal positif yang ada dalam diri orang lain!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Rencana apa yang akan dilakukan setelah mengetahui hal-hal positif yang ada
dalam diri!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Sebutkanlah manfaat yang dapat kamu peroleh dari kegiatan bimbingan ini!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Lampiran 8
Surat Permohonan Ijin
Penelitian
Lampiran 9
Surat Keterangan
Penelitian