Skripsi Demam Berdarah Dengue

  • Upload
    udiet

  • View
    43

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skripsi tentang suatu penelitia deskriptif tentang DBD di daerah Malaysia, sangat bagus untuk menjadi bahan rujukan bilamana ada yang ingin meneliti hal yang sama

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang cukup serius di negara-negara berkembang tropis. Angka kejadian demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) meningkat secara signifikan pada beberapa tahun terakhir. Malaysia menggesa secretariat WHO dan negara-negara anggota untuk memberikan perhatian khas kepada penyakit demam Denggi yang didapati telah meningkat dengan secara mendadak sejak 50 tahun yang lalu di seluruh dunia. Wabak denggi kini telah menyebar ke lebih dari 100 Negara dengan peningkatan dua kali lipat jumlah kasus yang dilaporkan kepada WHO iaitu dari 1.2 juta pada tahun 2008 kepada 2.3 juta pada 2010. Statistik WHO menganggarkan lebih 40% daripada penduduk dunia terdedah kepada risiko penyakit Denggi. Di Malaysia, rata-rata 5000 kasus dilaporkan kasus DBD setiap tahun pada awal tahun 1990. Angka kejadian juga menunjukkan tren yang meningkat dari 44,3 kasus / 100.000 penduduk pada tahun 1999 menjadi 181 kasus / 100.000 penduduk pada tahun 2007.1Denggi disebabkan oleh virus flavivirus yang mempunyai 4 serotip (DEN1,2,3 dan 4) yang menular melalui gigitan nyamuk Aedes betina. Dianggarkan 20% kes Denggi adalah asimptomatik dan bagi kes yang bersimptom, presentasi boleh dalam DD, DDB dan DSS dan kematian selalunya berlaku akibat daripada DDB atau DSS. Seorang boleh dijangkiti Denggi lebih daripada sekali dalam hidupnya, jangkitan daripada satu jenis serotip tidak memberi perlindungan kepada jangkitan serotip yang lain. Majoriti daripada kes yang dilaporlan berlaku di kawasan bandar dan maklumat pemantauan vektor mendapati 80% lokaliti yang wabak mempunyai indeks pembiakan Aedes yang melebihi paras sensitif. Pembiakan dalam rumah masih tinggi yang didapati tidak diambil perhatian oleh penghuni. Di luar rumah selain daripada kebersihan persekitaran yang tidak bersih, sistem pelupusan sampah yang tidak teratur juga menyebabkan tempat-tempat pengumpulan sampah menjadi tempat pembiakan nyamuk Aedes. 2Gambar 1.1 dan 1.2 menunjukkan di Malaysia, penyakit DBD masih mempunyai incidence rate (IR) yang tinggi yaitu 45.6 per 100.000 penduduk untuk tahun 2011. Di daerah Melaka sendiri terdapat peningkatan jumlah kasus dengue dari tahun 2013 sehingga tahun 2014. Sejumlah 2,765 kasus yang didapatkan pada tahun 2013 dan 4055 kasus dengue pada tahun 2014. 3Sejumlah 90 lokaliti wabak yang masih aktif dilaporkan di 6 negeri iaitu 40 lokaliti di Selangor, 26 lokaliti di Johor, 21 lokaliti di WP Kuala Lumpur & Putrajaya dan masing-masing 1 lokaliti di Perak, Terengganu dan Sabah. Jika tiada tindakan daripada masyarakat dan semua pihak berkenaan, kes serta kematian denggi akan terus meningkat di Malaysia. Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah manejemen lingkungan tempat tinggal terkait pengkontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia. Kawalan dan pencegahan Denggi adalah tanggungjawab semua pihak termasuk ahli masyarakat itu sendiri. Hospital Melaka adalah di antara Rumah Sakit yang mempunyai angka kejadian DBD yang tinggi di Melaka. Namun, belum ada penelitian yang dilakukan terkait Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue di Hospital Melaka, Malaysia Periode 1 Januari 2014- 31 Desember 2014. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.1

Tabel 1.1: Tabel 10 Penyakit Menular Terbesar Di Malaysia Tahun 2010, 2011.3

Tabel Gambar 1.2: Jumlah Kasus Yang Terjangkit Demam Berdarah Dengue Dan Meninggal Menurut Provinsi Tahun 2013 Dan 2014.2

1.2 Rumusan masalah Walaupun angka kematian dan kejadian demam berdarah di Malaysia menurun tiap tahunnya, namun penyakit ini merupakan suatu penyakit yang akut dan dapat mengancam jiwa jika terlambat ditangani atau ditangani dengan tidak tepat. Berdasarkan latar belakang tersebut , maka rumusan masalah penelitian ini adalah tidak diketahui karakteristik penderita demam berdarah dengue di Hospital Melaka, Malaysia Periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014.1.3 Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik pasien demam berdarah dengue di Hospital Melaka, Malaysia Periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014.

2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui karakteristik pasien demam berdarah dengue di Hospital Melaka,Malaysia Periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014 menurut:

1) Umur 2) Jenis kelamin 3) Tempat tinggal 4) Bulan kejadian 5) Derajat penyakit 6) Gejala klinis lain

7) Keadaan pasien keluar rumah sakit 8) Pemeriksaan kadar hematocrit 9) Pemeriksaan kadar trombosit

1.4 Manfaat penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik pasien demam berdarah dengue di Hospital Melaka, Malaysia Periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan memperkaya ilmu pengetahuan di bidang kesehatan

2. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat member informasi kepada pemerintah dan institusi terkait dalam menentukan prioritas perencanaan program dan menentukan arah kebijakan penanggulangan kejadian demam berdarah 3. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman. b. Dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca penelitian ini.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama. Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. 4Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam.4,5

Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.6

2.2 Etiologi Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.6Virus dengue memiliki empat serotipe antigen terkait tetapi berbeda: DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Studi genetik dari strain liar menunjukkan bahwa 4 serotipe berevolusi dari satu nenek moyang pada populasi primata sekitar 1000 tahun yang lalu dan kesemua 4 serotipe ini menyebar dalam siklus penularan perkotaan manusia 500 tahun yang lalu di Asia atau Afrika. Pada tahun 1944, Albert Sabin melakukan diferensiasi terhadap virus ini. Setiap serotipe diketahui mempunyai genotipe yang beragam. Keparahan penyakit dipengaruhi oleh genotipe dan serotipe virus, dan urutan dari infeksi dengan serotipe yang berbeda. Tinggal di daerah endemik daerah tropis (atau panas, iklim lembab seperti Amerika Serikat bagian selatan), di mana vektor nyamuk berkembang merupakan faktor risiko utama untuk terinfeksi. Urbanisasi yang tidak dirancang dengan baik serta ledakan pertumbuhan populasi manusia di dunia menyebabkan nyamuk mempunyai kontak yang lebih dekat dengan manusia di sekitarnya.9

2.3 Epidemiologi Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan (environment).6

1. Agent (virus dengue) Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae.Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tesebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.6

2. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah :

a. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue.Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir.Saat pertama kali terjadi epidemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.8,9b. Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.8c. Nutrisi Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi apabila gizi yang buruk mempengaruhi penurunan antibodi dan karena ada reaksi antigen pada tubuh maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.6,8

d. Populasi Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.6e. Mobilitas penduduk Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer an angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue .63. Lingkungan (environment) Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:

a. Letak geografis Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya.8Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (viffdaagsekoorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain.5,7b. Musim Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.6Studi regional yang dilakukan di seluruh Malaysia menunjukkan bahwa jumlah curah hujan, suhu, dan kelembaban semua secara langsung terkait dengan wabah penyakit demam berdarah. bulan puncak untuk melaporkan kasus penyakit DBD cenderung mengelompok sekitar bulan Januari - Maret dan Juni-November (yaitu, sebagian besar selama dua musim hujan curah hujan tinggi). Namun, pengawasan bulanan lokal dan nasional menunjukkan bahwa penyakit demam berdarah bisa terjadi sepanjang tahun.Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.2.4 Patofisiologi Demam berdarah adalah penyakit disebabkan oleh 1 dari 4 virus terkait namun berbeda dari segi serotipe yang ditularkan oleh nyamuk. Infeksi dengan satu serotipe dengue menyebabkan seseorang mempunyai imunitas homotipik untuk seusia hidup dan kekebalan heterotypic parsial dalam waktu yang sangat singkat, tetapi setiap individu pada akhirnya dapat terinfeksi oleh semua serotipe 4. Beberapa serotipe yang berbeda mungkin terdapat dalam suatu wilayah selama terjadinya epidemik.9Nyamuk Aedes telah beradaptasi dengan baik dalam lingkungan tempat tinggal manusia. Mereka seringkali berkembang biak di sekitar tempat yang terdapatnya genangan air yang kecil dan biasanya ditemukan di ban bekas atau wadah kecil lainnya yang dibuang oleh manusia. Manusia adalah inang yang paling mereka gemari. Nyamuk Aedes betina mencari makanan pada siang hari. Gigitannya sering kali tidak disadari dan mereka lebih cenderung menghisap darah di bagian badan seperti belakang leher dan pergelangan kaki. Nyamuk ini sering mudah terganggu ketika sedang menghisap darah dan akan berpindah ke mangsa yang lain. Hal inilah yang memungkinkan mereka menjadi vektor penyakit DBD yang paling efisien. Biasanya, seluruh keluarga terinfeksi dalam jangka waktu 24 hingga 36-jam dan sumber infeksi tersebut mungkin dari gigitan tunggal seekor nyamuk yang terinfeksi.9Manusia berfungsi sebagai reservoir utama penyakit demam berdarah. Beberapa primata yang bukan manusia di Afrika dan Asia juga berfungsi sebagai inang, namun tidak menyebabkan demam berdarah dengue. Nyamuk terinfeksi oleh virus ketika mereka menghisap darah manusia pembawa virus. Seseorang dengan virus dengue di dalam darahnya dapat menularkan virus terhadap nyamuk 1 hari sebelum terjadinya onset periode demam. Pasien tersebut dapat menularkan penyakit DBD selama 6-7 hari berikutnya.9Nyamuk dapat menularkan dengue jika segera menggigit host lain. Selain itu, penularan terjadi setelah 8-12 hari replikasi virus dalam kelenjar ludah nyamuk (masa inkubasi ekstrinsik). Virus tidak mempengaruhi nyamuk. Nyamuk tetap terinfeksi selama sisa hidupnya. Siklus hidup aegypti biasanya 21 hari, tetapi bervariasi dari 15 hingga 65 hari. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan terhadap kondisi kering kira-kira selama 1 tahun, teatpi dapat mati sekiranya berada di bawah suhu 10 C. Setelah diinokulasi ke dalam inang manusia, demam berdarah memiliki masa inkubasi 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari) ketika replikasi virus terjadi dalam sel dendritik target. Infeksi virus dengue sering kali tidak jelas. Dalam kebanyakan kasus, terutama pada anak-anak berusia kurang 15 tahun, pasien mempunyai gejala yang asimtomatik atau demam ringan yang berlangsung 5-7 hari. Gejala biasanya sembuh dalam waktu setelah 7-10 hari. Demam berdarah dengue dan sindroma syok dengue biasanya terjadi pada hari ketiga hingga hari ketujuh pada infeksi dengue yang kedua pada pasien yang telah memiliki imunitas terhadap serotipe virus dengue heterolog yang diperoleh samada secara aktif atau pasif. Demam berdarah dengue jarang terjadi berbanding demam dengue, namun memiliki presentasi klinis lebih dramatis. Di sebagian besar wilayah Asia, DBD menjadi antara penyakit utama yang menyerang anak-anak.9Demam berdarah dengue biasanya dimulai dengan manifestasi awal seperti demam dengue biasa. Pada fase akut dengan demam (suhu 40 C), seperti demam berdarah, gejala berlangsung sekitar 2-7 hari. Namun, pada individu dengan DBD, demam muncul kembali, memberikan gambaran demam tersebut seperti kurva bifasik atau saddleback.9 Bersamaan dengan demam bifasik, pasien dengan DBD mengalami trombositopenia progresif, peningkatan hematokrit (20% peningkatan absolut dari baseline) dan albumin rendah (tanda-tanda syok hemokonsentrasi sebelumnya), manifestasi hemoragik yang lebih jelas (> 50% dari pasien memiliki tes tourniquet positif), dan efusi progresif (pleura atau peritoneal). Limfositosis, seringkali dengan limfosit atipikal, biasanya terjadi sebelum penurunan suhu atau awal syok. Transaminase mungkin akan sedikit meningkat disertai dengan hepatomegali pada pasien dengan hepatitis akut. Fibrinogen yang rendah dan peningkatan produk fibrin yang pecah adalah tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata.Asidosis metabolik berat dan gagal sirkulasi darah turut bisa terjadi.9Fitur kritis dari demam berdarah dengue adalah kebocoran plasma. Kebocoran plasma adalah disebabkan oleh permeabilitas kapiler yang meningkat dan dapat bermanifestasi sebagai hemokonsentrasi, efusi pleura dan ascites. Perdarahan adalah disebabkan oleh kerapuhan kapiler dan thrombositopenia serta bisa bermanifestasi dalam berbagai bentuk gejala, mulai dari peteki hingga perdarahan gastrointestinal yang mengancam jiwa. Kerusakan hati bermanifestasi sebagai peningkatan kadar alanine aminotransferase dan aspartat aminotransferase, albumin rendah, dan gangguan parameter koagulasi (waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial).9Pada dasarnya DSS adalah DBD yang berprogresif menjadi gangguan peredaran darah, sehingga menyumbang kepada hipotensi, selisih tekanan nadi yang sempit ( 20% 2) Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Diagnosis infeksi dengue dikonfirmasi dengan melakukan isolasi virus dengan metode kultur atau polymerase chain reaction (PCR) spesimen seperti serum pada tahap awal demam. Penelitian serologis positif didefinisikan sebagai peningkatan empat kali lipat atau lebih dalam tes inhibisi hemaglutinasi antara serum akut dan konvalesen atau tes positif demam berdarah-spesifik IgM/IgG, dilakukan oleh enzim-linked immunosorbent assay (ELISA). Infeksi dengue sekunder didefinisikan sebagai titer penghambatan hemaglutinasi adalah 1:2560 atau lebih, atau rasio IgG dan IgM adalah> 1,8.11

2.8 Penatalaksanaan

WHO telah mengeluarkan dokumen yang memfokuskan kepada pedoman pengobatan demam dengue dan DBD/DSS. Pedoman ini mudah diikuti dan dapat digunakan di rumah sakit sehingga pasien dimasukkan ke unit perawatan intensif (ICU). Pengobatan demam dengue pada fase demam adalah pengobatan simptomatik. Demam diobati dengan parasetamol. Salisilat dan NSAID harus dihindari karena mengakibatkan kecenderungan pada anak-anak untuk terjadinya perdarahan mukosa. Setiap pasien yang mengalami ekstremitas dingin, gelisah, sakit perut akut, penurunan output urin, hemokonsentrasi dan perdarahan harus dirawat di rumah sakit. Anak-anak dengan tingkat hematokrit meningkat dan trombositopenia tanpa gejala klinis harus dirawat di rumah sakit. Anak-anak harus didorong untuk meningkatkan asupan cairan oral mereka. Terapi cairan suportif dan agresif adalah landasan manajemen DBD karena tidak ada obat antivirus khusus untuk infeksi dengue. Hal ini adalah penting untuk mengawal tingkat fatalitas kasus DBD.12

Penatalaksanaan penderita dengan DBD adalah sebagai berikut :8 1. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DBD. 2. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. 3. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 4. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 5. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminope dan monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

6. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. 7. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 30 ml/kg BB.6Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi.Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.4,5,6Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat.Indikasi pemberian transfusi pada penderita DBD yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.4Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :6a) Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi. b) Hematokrit yang cenderung mengikat

2.9 Pencegahan Prinsip yang tepat dalam pencegahan DBD ialah sebagai berikut :81. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DBD. 2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan. 3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. 4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Tanpa insektisida, Caranya adalah :10 1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari). 2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. 3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

2.10 Komplikasi dan Prognosis

Tingkat fatalitas kasus demam berdarah dengue adalah setinggi 50% tanpa pengobatan. Namun,dengan perawatan suportif yang tepat, tingkat fatalitas kasus bisa berkurang menjadi 2-10%. Jika pasien bertahan hidup, biasanya tidak ada komplikasi yang menyertai setelah demam berdarah dengue.13

BAB IIIKERANGKA TEORI, DASAR PEMIKIRAN VARIABEL, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1 Kerangka Teori

EtiologiMempunyai 4 serotipeDENV-1DENV-2DENV-3DENV-4Faktor yang mempengaruhiUmur Jenis kelamin Nutrisi Populasi Mobilitas pendudukLetak geografis Musim Gambaran KlinisDemam tinggi mendadak 2-7 hari Sakit kepalaPembengkakan sekitar mataTanda tanda perdarahanPembesaran hati , linfa, kelenjar getah beningPeningkatan nilai hematokriPenurunan trombositPenangananMinum banyak (2.5-4 liter)Pemberian cairan IVPeriksa Hb, Ht dan trombosit / hariMonitor tanda vitalPemberian antipiretikKlasifikasiDerajat IDerajat IIDerajat IIIDerajat IVDemam berdarah dengueDefinisiDemam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan

Gambar 1.1 Kerangka Teori

3.2 Dasar pemikiran variabel yang diteliti

Berdasarkan pada tinjauan pustaka, manfaat dan tujuan penelitian, maka ditentukan karakteristik penderita DBD berdasarkan umur, jenis kelamin,tempat tinggal, cara masuk rumah sakit,bulan kejadian, derajat penyakit, gejala klinis lain, riwayat demam di rumah, lama dirawat dirumah sakit,keadaan keluar rumah sakit, pemeriksaan hematokrit, dan pemeriksaan trombosit. Penentuan variabel ini didasarkan dari ketersediaan data dari rekam medis pasien dengan tetap mempertimbangkan kepentingan keterkaitan variabel tersebut dengan kasus demam berdarah dengue .

1. Umur Kasus DBD terjadi pada usia anak-anak dan jarang terjadi pada bayi dan dewasa. Namum sudah terjadi pergeseran kelompok umur pada kasus DBD yang cenderung terjadi pada umur >15 tahun

2. Jenis kelamin Mengenai kasus DBD baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kemungkinan sama menderita penyakit tersebut dan sebagai bahan perbandingan akan kami teliti tingkat kerentanan DBD berdasarkan jenis kelamin.

3. Tempat tinggal Tempat tinggal sangat berpengaruh erat dengan kejadian DBD, mulai dari sanitasi dan kebijakan pemerintah setempat terhadap penanggulangan penyakit

4. Bulan kejadian Mengevaluasi bulan-bulan yang menjadi puncak dari kejadian DBD di kota makassar terutam di daerah yang menjadi ruang lingkup dari rumah sakit terkait5. Derajat penyakit Derajat penyakit dapat memberikan penilaian terhadap pemahaman masyarakat tentang DBD

6. Gejala klinis lain Gejala klinis lain untuk setiap pasien DBD akan berbeda-beda tergantung kondisi fisik pasien itu ketika terserang penyakit. Namun gejala awal yang umumnya muncul dan menjadi keluhan adalah demam.

7. Keadaan pasien keluar dari rumah sakit Keadaan pasien ketika keluar dari rumah sakit dapat membantu kita mengevaluasi kinerja dari rumah sakit terkait dan dokter yang merawat.

8. Kadar hematokrit Kadar hematokrit yang diperiksa saat pertama kali masuk rumah sakit memiliki peran penting dalam menggambarkan keadaan plasma yg tersisa dalam pembuluh darah, semakin tinggi nilai hematokrit maka akan semakin berkurang kadar plasma darah.

9. Kadar trombosit Jumlah trombosit yang di temukan pada pemeriksaan pertama di rumah sakit dapat menggambarkan kemungkinan resiko perdarahan yang terjadi dalam tubuh pasien, semakin sedikit jumlah trombosit maka semakin besar resiko perdarahan pada pasien.

3.3 Kerangka Konsep

UmurJenis kelaminTempat tinggalBulan kejadianDerajat penyakitGejala klinisKeadaan pasien keluar dari rumah sakitKadar hematokritKadar trombosit

Kejadian DBD

Gambar 1.2 Kerangka Variabel Yang Diteliti

3.4 Definisi Operasional

1. Umur Definisi: Lama hidup penderita sejak dilahirkan sampai pada saat datang ke rumah sakit yang dinyatakan dalam satuan tahun. Alat ukur : Lembar isian Cara ukur : Mencatat umur penderita dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isian Hasil ukur: berupa data kategorik yaitu:a) 0 - 4 tahunb) 5 - 9 tahunc) 10 - 14 tahund) 15 - 19 tahune) 20 - 24 tahunf) 25 - 29 tahung) 30 - 34 tahunh) 35 - 39 tahuni) 40 - 44 tahunj) 45 tahun

2. Jenis kelamin Definisi: Identitas gender penderita yang tercantum dalam rekam medik. Alat ukur: Lembar isian Cara ukur: Mencatat jenis kelamin penderita dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isian Hasil ukur : berupa data kategorik yaitu: a. Laki-laki b. Perempuan

3. Tempat tinggal Definisi : Suatu daerah dimana seseorang menetap Alat ukur: Lembar isian Cara ukur: mencatat alamat pasien yang terdapat pada rekam medis Hasil ukur: berupa data kategorik yaitu:a) Melaka b) Luar Melaka4. Bulan kejadian Definisi: waktu yang menjadi puncak kejadian penyakit Alat ukur: Lembar isian Cara ukur: Mencatat dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isianHasil ukur: berupa data kategorik yaitu:

a. Januari April b. Mei Agustus c. September Desember

5. Derajat penyakit Definisi: Hal yang menunjukkan tingkat keparahan dari sebuah penyakit Alat ukur: Lembar isian Cara ukur: Mencatat penderita dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isian Hasil ukur: berupa data kategorik yaitu: a. Derajat I b. Derajat II c. Derajat III d. Derajat IV

6. Gejala klinis lain Definisi: Hal yang dirasakan penderita, sehingga membuatnya datang berobat ke Rumah Sakit Alat ukur: Lembar isian Cara ukur: Mencatat gejala klinis lain penderita dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isian Hasil ukur: berupa data kategorik yaitu:

a. Anoreksia b. Sakit kepala c. Nyeri ulu hati d. Diare/obstipasi

e. Mual/muntah

f. Epistaksis

7. Keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit Definisi: kondisi akhir yang dialami oleh penderita setelah mendapat perawatan di rumah sakit Alat ukur: Lembar isianCara ukur: Mencatat keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit penderita dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isian Hasil ukur: berupa data kategorik yaitu: a. Sembuh b. Membaik c. Belum sembuh d. Meninggal

8. Kadar hematokrit Definisi : Angka yang menunjukkan presentasi zat padat dalam darah terhadap cairan darah Alat ukur: Lembar isian Cara ukur: Mencatat kadar hematokrit penderita pada saat pertama kali masuk rumah sakit dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isian Hasil ukur: berupa data kategorik yaitu: a. Rendah b. Normal c. > Normal

9. Jumlah trombosit Definisi: Bagian terkecil dari unsur seluler sumsum tulang yang penting dalamproses hemostasis dan pembekuan Alat ukur: Lembar isian Cara ukur: Mencatat jumlah trombosit penderita pada saat pertama kali masuk rumah sakit dari data pada rekam medis ditulis pada tabel di lembar isianHasil ukur: berupa data kategorik yaitu: a. < 150.000 b. 150.000-400.000 c. >400.000

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan data sekunder yang maksudnya yaitu semua variabel diteliti dalam waktu yang bersamaan berdasarkan fakta yang telah terjadi tanpa adanya intervensi dalam kejadian yang terdapat dalam rekam medis penderita, dimana peneliti diarahkan untuk mendeskripsikan suatu keadaan dalam suatu komunitas.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan dari tanggal 20 - 24 Juli 2015

2. Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di Hospital Melaka berdasarkan pertimbangan bahwa Hospital Melaka merupakan satu-satunya Rumah Sakit di Melaka,Malaysia.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Target Populasi target adalah penderita Demam Berdarah Dengue yang dirawat di Hospital Melaka, Malaysia. 2. Populasi terjangkau Populasi terjangkau adalah penderita Demam Berdarah Dengue yang dirawat di ruang perawatan Hospital Melaka, Malaysia pada periode 1 Januari 31 Desember 2014

3. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien demam berdarah dengue yang dirawat di Hospital Melaka, Malaysia terhitung sejak tanggal 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel.

4. Kriteria seleksi

Kriteria inklusi: Semua pasien Demam Berdarah Dengue yang dirawat di Hospital Melaka, Malaysia yang tercatat di rekam medik dan di bagian administrasi.Kriteria ekslusi : Semua pasien Demam Berdarah Dengue yang dirawat di Hospital Melaka, Malaysia periode 1 Januari 31 Desember 2014 yang tidak ditemui rekam medisnya

4.4 Jenis Data dan Instrumen Penelitian 1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui rekam medis subjek penelitian

2. Instrumen penelitian Alat pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar pengisian data dengan tabel-tabel tertentu untuk mencatat data yang dibutuhkan dari rekam medis.

4.5 Manajemen Penelitian

1. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari pihak pemerintah dan Hospital Melaka,Malaysia. Kemudian nomor rekam medis pasien Demam Berdarah Dengue dalam periode yang telah ditentukan dikumpulkan di ruang rekam medic Hospital Melaka, Malaysia. Setelah itu dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung ke dalam tabel yang telah disediakan.

2. Pengolahan dan Analisa data Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data dari rekam medis yang dibutuhkan ke dalam tabel check list dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan. Microsoft Excel sebagai tempat untuk mengolah hasil penelitian

3. Penyajian data Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan karakteristik pasien demam berdarah dengue yang dirawat di Hospital Melaka, Malaysia Periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014.

4.6 Etika Penelitian

Menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam medis, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

BAB VHASIL PENELITIAN

Selama proses pengumpulan data yang dilakukan di Hospital Melaka, Malaysia diperoleh 120 catatan medik pasien di komputer sebagai populasi penelitian. Setelah dilakukan seleksi sesuai kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan sebelumnya, seluruh catatan medik yang terkumpul telah terisi lengkap dan memberikan informasi mengenai seluruh variabel yang diteliti. Namun sebanyak 24 rekam medis tidak ditemukan karena lemari-lemari tidak tersusun. Akhirnya didapatkan 96 sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, yang kemudian dilakukan input data, dengan hasil sebagai berikut. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut.

5.1 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Umur

Gambar 5.1 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Umur

Gambar 5.1 menunjukkan demam berdarah dengue paling sering terjadi pada umur di atas 10 14 tahun, dimana terjadi pada 24 (25%) sampel pasien demam berdarah dengue pada penelitian ini. Manakala golongan kelompok umur 5-9 tahun menempati tempat kedua yaitu sebanyak 15 (16%) sampel dan golongan kelompok umur >45 tahun menempati tempat terakhir yaitu sebanyak 4 ( 4%) dari total sampel yang diperoleh.5.2 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.2 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.2 menunjukkan demam berdarah dengue lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 54 (54%) sampel sedangkan pada wanita sebanyak 42(44%) dari total sampel

5.3 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Tempat Tinggal

Gambar 5.3 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Tempat Tinggal

Gambar 5.3 menunjukkan pasien yang tinggal di Melaka lebih banyak terjadi demam berdarah denggi yaitu sebanyak 70 (73%) sampel berbanding pasien yang tinggal di luar Melaka dengan jumlah sampel sebanyak 26 (27%).

5.4 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan BulanGambar 5.4 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Bulan

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bulan kejadian DBD paling tinggi adalah Januari - April yaitu sebanyak 50 (52%) sampel diikuti bulan kedua tertinggi adalah bulan Mei- Agustus yaitu sebanyak 28 (29%) sampel dan distribusi pasien paling rendah berdasarkan bulan adalah September - Desember yaitu sebanyak 19 (20%) dari total sampel.

5.5 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Derajat Penyakit

Gambar 5.5 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Derajat Penyakit

Dari keseluruhan sampel yang didapatkan didapati pasien demam berdarah dengue paling sering adalah Derajat I yaitu sebanyak 56 (58%) sampel. Jumlah pasien kedua tertinggi adalah pada Derajat II yaitu sebanyak 25 (26%) sampel berbanding dengan pasien pada Derajat III yaitu sebanyak 10 (10%) sampel didapatkan. Pada kelompok golongan derajat IV didapatkan hanya 5 (5%) sampel dari total pasien.

5.6 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Gejala Klinis Lain

Gambar 5.6 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Gejala Klinis Lain

Sebagaimana yang terlihat dari gambar 5.6, frekuensi gejala klinis lain selain demam paling tinggi yang dideritai pasien adalah sakit kepala yaitu sebanyak 45 (47%) sampel. Kelompok gejala klinis yang kedua adalah mual / muntah yaitu sebanyak 44 (45%) sampel dari total pasien. Terdapat 15 (15%) sampel dari total pasien datang dengan gejala anoreksia. Selain itu, nyeri ulu hati merupakan frekuensi terendah dari gejala klinis yaitu sebanyak 5 (5%) sampel dari hasil penelitian yang didapatkan.

5.7 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Keadaan Pasien Saat Keluar Rumah Sakit

Gambar 5.7 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Keadaan Pasien Saat Keluar Rumah Sakit

Gambar 5.7 menunjukkan distribusi pasien DBD berdasarkan keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit dengan keadaan membaik yang paling tinggi adalah sebanyak 48 (50%) sampel dengan keadaan membaik saat keuar dari rumah sakit. Selain itu, terdapat 24 (25%) sampel dari total sampel keluar rumah sakit dengan keadaan yang sembuh. Terdapat juga pasien yang belum sembuh dan meninggal saat keluar dari rumah sakit yaitu sebanyak 20 (21%) sampel dan 5 (6%) sampel pasien yang meninggal.

5.8 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Kadar Hematokrit

Gambar 5.8 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Kadar Hematokrit

Dari keseluruhan sampel yang didapatkan, terdapat sebanyak 58 (61%) sampel yang mempunyai kadar hematokrit yang melebihi nilai normal berbanding terdapat 27 (28%) sampel dari total sampel mempunyai kadar hematokrit yang normal. Manakala terdapat sedikit dari total sampel mempunyai kadar hematokrit yang rendah yaitu sebanyak 11(12%) sampel dari total sampel yang diperolehi.

5.9 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Kadar Trombosit

Gambar 5.9 Distribusi Pasien DBD Berdasarkan Kadar Trombosit

Berdasarkan dari gambar 5.9 terdapat sebanyak 62 (66%) sampel dari total sampel mempunyai kadar trombosit yang kurang dari 150.000 dan terdapat juga sebanyak 34 (35%) sampel dari total sampel mempunyai kadar trombosit di antara 150.000 400.000. Walaubagaimanapun, tidak ada didapatkan sampel dengan kadar trombosit lebih dari 400.000

BAB VIPEMBAHASANHasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian dari 96 rekam medis pasien DBD yang memiliki data lengkap dan teregistrasi di Hospital Melaka , Malaysia periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014.6.1 Distribusi Pasien DBD Menurut Karakteristik UmurBerdasarkan kelompok umur pasien DBD yang rawat inap di Hospital Melaka, Malaysia periode 1 Januari 2014 31 Desember 2014 lebih banyak pada kelompok umur 10 14 tahun, kemudian disusul kelompok usia 5 9 tahun, sementara kelompok umur yang lainnya terbagi dalam proporsi yang kecil. Banyaknya pasien pada kelompok umur 10 - 14 tahun karena pada usia tersebut merupakan usia sekolah mahasiswa. Ini karena sekolah adalah tempat penularan yang paling baik karena merupakan tempat perkumpulan yang ramai, sehingga memungkinkan mereka untuk digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus dengue. Selain itu, pada kelompok umur 10 14 tahun anak-anak lebih banyak beraktifitas berbanding kelompok umur yang lain.Data epidemiologi yang ditunjukkan dalam beberapa penelitian mengenai demam berdarah dengue menunjukkan bahwa penyakit ini paling sering terkena pada distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%). Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. 14Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Aryu Candra, Semarang mengatakan bahwa jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak 90% di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. 15Dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur