121
PERSEPSI GURU KIMIA TENTANG INTEGRASI ISLAM DAN KIMIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: RIDHO ZUKHRUFIAN AL ISLAM NIM. 1113016200001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36125/1/RIDHO... · universitas Islam pada umumnya harus mengembangkan mata

  • Upload
    lethuy

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERSEPSI GURU KIMIA TENTANG INTEGRASI ISLAM DAN

KIMIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RIDHO ZUKHRUFIAN AL ISLAM

NIM. 1113016200001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

ii

iii

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Persepsi Guru Kimia tentang Integrasi Islam dan Kimia

disusun oleh RIDHO ZUKHRUFIAN AL ISLAM Nomor Induk Mahasiswa

1113016200001, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah

pada tanggal 28 September 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis

berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta, Oktober 2017

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 001 ............. .............................

Penguji I

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 001 ............. .............................

Penguji II

Dewi Murniati, M.Si

NIP. ............. .............................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.

NIP. 19550421 198203 1 007

v

ABSTRAK

Ridho Zukhrufian Al Islam, “Persepsi Guru Kimia tentang Integrasi Islam

dan Kimia”, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.

Persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki

seseorang dalam mengintepretasikan suatu objek. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui persepsi guru kimia terhadap integrasi Islam dan kimia. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner

yang berisi 7 butir pertanyaan two-tier. Data penelitian dianalisis secara deskriptif.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, mayoritas guru (91,9%) mendukung

dan meyakini bahwa materi kimia dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai

keislaman dan mayoritas guru (85,5%) meyakini bahwa wawasan keislaman yang

mereka miliki berpengaruh terhadap cara mereka mengajar kimia di kelas. Dari

penelitian ini direkomendasikan agar pemerintah khususnya Kemendikbud

sebagai pengembang kurikulum harus harus diberi tahu bahwa kepercayaan

religius guru bersifat variabel yang sangat efektif yang dapat memberi pengaruh

positif atau negatif terhadap keseluruhan proses pendidikan. Universitas terutama

universitas Islam pada umumnya harus mengembangkan mata kuliah maupun

mengadakan pelatihan yang mengajarkan integrasi Islam dan kimia sehingga

dapat mencetak lulusan-lulusan yang mampu mengajarkan materi kimia yang

terintegrasi nilai-nilai Islam dengan lisan maupun tulisan. Guru-guru kimia

terutama yang beragama Islam harus proaktif dalam menambah pengetahuannya

tentang isu-isu Islam dan kimia melalui training/pelatihan, media cetak maupun

digital, dan diskusi bersama guru agama Islam memperkuat argumen saat

mengaitkan materi kimia dan nilai-nilai keislaman agar penjelasan guru lebih

mudah diterima siswa.

Kata Kunci: Persepsi, Guru, Integrasi Islam dan Kimia.

vi

ABSTRACT

Ridho Zukhrufian Al Islam, “Chemistry Teacher’s Perception About

Integration Of Islam And Chemistry”, Department of Chemistry Education,

Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2017.

Perception is a process of using knowledge that has been owned by someone in

interpreting an object. This study aims to determine the perception of chemistry

teachers on the integration of Islam and chemistry. This research uses descriptive

method. The instrument used was a questionnaire containing seven point two-tier

question. Research data were analyzed descriptively. Based on the data obtained

by the researchers, the majority of teachers (91.9%) support and believe that the

chemistry can be integrated with Islamic values and the majority of teachers

(85.5%) believe that their Islamic insight has influenced the way they teach

chemistry at class. From this study it is recommended that the government

especially Kemendikbud as a curriculum developer should be told that the

religious trust of teachers is highly effective variable that can give positive or

negative influence to the whole process of education. Universities especially

Islamic universities in general must develop courses and conduct training that

teaches the integration of Islam and chemistry so as to print graduates who are

able to teach chemistry that integrates Islamic values with oral and written.

Chemistry teachers, especially Muslims, should be proactive in increasing their

knowledge of Islamic and chemistry issues through training, print and digital

media, and discussions with Islamic teachers strengthen the argument when

linking chemistry and Islamic values to teacher explanation More easily accepted

students.

Keywords: Perception, Teacher, Integration of Islam and Chemistry.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,

hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan

untuk menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan

kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika

4. Ibu Salamah Agung, Ph. D dan Bapak Buchori Musim, M.Pd selaku dosen

pembimbing yang telah memberi masukan, ilmu, dan arahan yang amat

bermanfaat kepada penulis selama menyusun skripsi.

5. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Ibu yang tidak henti-hentinya

memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun materil.

6. Teman-teman Pendidikan Kimia 2013 yang senantiasa membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan

saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan

penulis semoga skripsi ini bermanfaat.

Ciputat, 23 Agustus 2017

Ridho Zukhrufian Al Islam

viii

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5

D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6

A. Dasar Teori ...................................................................................... 6

B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 20

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 22

A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 22

B. Metode Penelitian .......................................................................... 22

C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 22

D. Populasi dan Sampel...................................................................... 23

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 24

F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 25

G. Analisis Data ................................................................................. 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 28

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 28

B. Pembahasan ................................................................................... 34

BAB V : PENUTUP .............................................................................................. 60

A. Kesimpulan .................................................................................... 60

ix

B. Saran-saran .................................................................................... 60

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................66

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model ENRICH Zain et al. 2016 ................................................... 11

Gambar 2.2. Model PRB Mansour (2008) .......................................................... 16

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian ......................................................................... 23

Gambar 3.2. Grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) .............. 24

Gambar 3.3. Kuesioner yang diunggah ke Google Form ................................... 25

Gambar 3.4. Contoh Analisis Data Kualitatif ..................................................... 27

Gambar 4.1. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Hubungan Kimia dan

Islam ............................................................................................... 29

Gambar 4.2. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Tanggung Jawab Mengajar

Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam .............................................. 30

Gambar 4.3. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan dalam Mengajar

Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam .............................................. 31

Gambar 4.4. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Pengalaman Mengikuti

Pelatihan dalam Isu Kimia dan Islam ............................................ 31

Gambar 4.5. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Preferensi Mengajar Kimia

Terintegrasi Nilai-nilai Islam ......................................................... 32

Gambar 4.6. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan Adanya Pengaruh

antara Wawasan Keislaman yang Dimiliki dengan Cara Mengajar

Kimia ............................................................................................. 33

Gambar 4.7. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Kapan Memulai Mengajar

Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam di Kelas ................................ 34

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................................ 66

2. Surat Permohonan Validasi ........................................................................ 68

3. Lembar Validasi Instrumen ........................................................................ 69

4. Instrumen Penelitian .................................................................................. 72

5. Olahan Data Mentah .................................................................................. 74

6. Lembar Uji Referensi ............................................................................... 105

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tafakkur tentang ciptaan Allah swt. merupakan ibadah yang

kedudukannya sangat tinggi dalam Islam. Alangkah meruginya orang-orang

tidak mengunakan hati, pendengaran, mata, dan pikirannya untuk

mentafakkuri tanda-tanda kekuasaan Allah swt. yang terhampar luas dan jelas

di hadapan mata mereka sejak pagi hingga sore hari dan malam hari. Allah

berfirman: “Dan banyak sekali tanda-anda (kekuasaan Allah) di langit dan di

bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya” (Q.S. 12:105).

Bahkan, sebagian dari orang-orang yang lalai ini mengetahui banyak tanda

kekuasaan Allah swt. dalam alam materi, energi dan segala yang berkaitan

dengan sains, akan tetapi pengetahuan mereka itu terbatas pada segi lahiriyah

saja. Oleh karena itu, alam ciptaan yang indah dan agung ini tidak mampu

membuat mereka beriman pada Tuhan yang menciptakan dan memeliharanya.

(Djudin, 2011).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam (Trianto, 2010: 136). Kimia adalah salah satu

cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari materi dan

perubahannya (Chang, 2005: 3). Alam adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Sudah seharusnya orang yang mempelajari alam terutama muslim di Indonesia

– negara dengan jumlah muslim terbesar itu semakin mengenal dan meyakini

adanya Tuhan Yang Menciptakan alam semesta. Namun yang terjadi justru

sebaliknya, orang mempelajari ilmu alam saat ini malah semakin merosot

moralnya dan menggunakan ilmunya untuk mengeksploitasi alam untuk

memuaskan egonya. Ini tak lain karena IPA yang mereka pelajari saat ini

dibangun atas dasar sekularisme dan materialisme yang berasal dari barat

2

sejak zaman renaissans bukan atas dasar akidah dan ajaran Islam yang berasal

dari timur tengah karya ulama’ Islam saat masa kekhalifahan Islam.

Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang berhubungan

dengan sains, salah satu ayat yang berhubungan dengan kimia adalah QS. Al-

Anbiyaa’ ayat 30 yang menjelaskan asal-muasal unsur kimia.

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan

bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan

antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Terdapat kurang lebih 118 unsur yang telah ditemukan di alam dan

telah teridentifikasi, 98 diantaranya terjadi secara alami melalui peristiwa-

peristiwa alam, mulai dari peristiwa Dentuman besar (big bang) sesuai dengan

QS. Al-Anbiyaa’ ayat 30, Cahaya-cahaya kosmik (cosmic rays), Bintang-

bintang berukuran kecil (small stars), Bintang-bintang berukuran besar (large

stars), Supernova atau ledakan bintang, dan Non-alamiah atau buatan manusia

(Muslim, 2017).

Islam tidak mengenal dikotomi ilmu agama yang sakral dengan ilmu-

ilmu umum yang profan dan bersifat dunia. Semua ilmu bermuara pada

akidah, pada ke-Mahatahuan Dzat Yang Maha Tahu. Semakin tinggi derajat

keilmuan dan profesionalisme seseorang mengenai berbagai persoalan

duniawi, ia semakin ahli dalam ilmu-ilmu Islam, ia pun menjadi hamba yang

semakin saleh. Profesionalisme, tsaqofah Islam, dan kepribadian Islam

seharusnya menjelma dalam diri seorang ilmuwan muslim (Maman, 2012).

Kini sains modern khususnya kimia telah berkembang di barat dengan

berwatak sekuler-materialistik. Disamping itu, sains dan teknologi sudah

mengalamai spesialisasi sedemikian rupa dengan kecenderungan pragmatis,

yakni penguasaan sains dan teknologi di tingkat hilir tanpa memperhatikan

3

landasan-landasan filosofis yang menjadi dasar bangunan sains. Ketika sains

barat yang berkembang dengan yang berkembang dengan watak sekuler dan

menolak eksistensi Tuhan, maka suatu hal yang mustahil untuk

menyatukannya dengan agama. Karena itu, untuk mencapai keterpaduansains

dengan agama, perlu adanya dekonstruksi pandangan-pandangan sekuleristik,

baik pada tatanan epistemologi, ontologi, dan aksiologi; lalu

merekonstruksinya dengan berbasis akidah dan nilai-nilai ajaran Islam

(Maman, 2012: 6).

Sesuai dengan amanah yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun

2003, Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pasal 1,

dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,

penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya berkewajiban

mengajarkan siswa konsep-konsep pengetahuan saja, tapi juga bertanggung

jawab dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa.

Namun selama ini pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah maupun

kampus hanya terfokus dalam aspek kognitif saja tanpa memperhatikan aspeg

afektif atau nilai-nilai karakter siswa. Selain itu, kebanyakan buku ajar tidak

memasukkan nilai-nilai karakter sebagaimana tercantum dalam KI dan KD

dalam kurikulum 2013. Kalaupun ada, nilai-nilai karakter yang dimasukkan

tidak terhubung secara integral dengan materi sehingga menimbulkan

kebingungan bagi siswa (Sudrajat, 2014).

Menurut Esbenshade (1993), banyak murid yang kebingungan tentang

bagaimana cara menghubungkan teori-teori IPA/sains yang mereka pelajari

4

dengan pelajaran agama dan keyakinan yang mereka anut. Ini menyebabkan

adanya gangguan personal maupun intelektual yang menyertai mereka saat

belajar IPA. Menurut Mansour (2011), guru-guru muslim sangat meyakini

bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk, bukan hanya untuk ilmuwan tapi juga

untuk seluruh manusia dalam segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana

manusia menekuni IPA, apa metodenya dan apa etika yang harus diikuti.

Namun sebaliknya, menurut penelitian yang dilakukan Khalijah et al. (2011),

Guru-guru IPA memiliki persepsi buruk tentang integrasi sains dan Islam.

Akan tetapi setalah mereka mendapatkan perlakuan, persepsi mereka akhirnya

membaik. Mereka pun yakin jika IPA dibangun atas konsep tauhid maka akan

membuat pembelajaran IPA lebih menarik bagi siswa. Konsep tersebutlah

yang harus dibangun untuk mengubah persepsi mereka terhadap suatu bidang

ilmu yang dalam hal ini adalah ilmu kimia.

Persepsi berperan penting dalam memperoleh pengetahuan. Dengan

pengetahuan seseorang dapat memberikan penafsiran terhadap objek yang

dipersepsikan sehingga akan menghasilkan suatu penilaian atau tanggapan

sebagai konsekuensi akhir dari suatu persepsi (Fitrianasari, 2015). Persepsi

berpengaruh terhadap motivasi (Wood, 1997: 47). Persepsi guru kimia

tentunya berpengaruh terhadap motivasi guru dalam mengajarkan materi

kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam. Gurulah yang menjadi pelaksana

pembelajaran di kelas. Guru pula yang berpengalaman menyampaikan

pengetahuan di kelas. Guru juga yang mengolah pengetahuan sesuai

pemahaman siswa sebelum disampaikan kepada siswa. Dengan demikian,

persepsi guru mengenai integrasi nilai-nilai Islam dalam materi pembelajaran

kimia lebih dibutuhkan sebelum dilakukan integrasi Islam dan kimia.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui

persepsi para guru sains terutama para guru mata pelajaran kimia tentang

integrasi nilai-nilai Islam dan kimia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

5

1. Guru-guru IPA tidak tahu bagaimana cara mengintegrasikan konten materi

IPA yang diajarkan dengan nilai-nilai Islam.

2. Banyak siswa mempelajari ilmu pengetahuan alam (IPA) khususnya kimia

kebingungan tentang bagaimana cara menghubungkan teori-teori

IPA/sains yang mereka pelajari dengan pelajaran agama dan keyakinan

yang mereka anut.

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti

merasa perlu adanya pembatasan masalah, yakni:

1. Penelitian dilakukan sebatas pada guru-guru kimia dari seluruh Indonesia

yang tergabung dalam Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI).

2. Bahan kajian terbatas pada integrasi nilai-nilai Islam dan konten materi

kimia.

D. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Bagaimanakah persepsi guru kimia tentang integrasi nilai-nilai Islam dan

kimia?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kimia tentang

integrasi Islam dan kimia.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah

pemerintah dan guru-guru kimia dapat mengembangkan rencana strategis

untuk mengimplementasikan pembelajaran sains terutama kimia yang

terintegrasi nilai-nilai Islam.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Persepsi

Kata persepsi berasal dari kata “perception“ yang berarti

penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu

yang diawali dengan penginderaan kemudian ditransfer ke otak (Echols,

1995: 424). Persepsi sangat penting dalam kehidupan karena persepsi

tersebut akan mempengaruhi cara pandang, pemahaman, tanggapan,

sikap dan perilaku seseorang terhadap objek yang dipersepsi. Persepsi

merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki

seseorang dalam mengintepretasikan suatu objek. Persepsi berperan

penting dalam memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang

dapat memberikan penafsiran terhadap objek yang dipersepsi sehingga

akan menghasilkan suatu penilaian atau tanggapan sebagai konsekuensi

akhir dari suatu persepsi (Fitrianasari, 2015). Dengan demikian, luasnya

wawasan keislaman seorang guru sains khususnya guru mata pelajaran

kimia akan mempengaruhi intensitas nilai-nilai Islam yang ia integrasikan

ke dalam konten materi kimia yang diajarkannya.

Sedangkan menurut definisi para ahli banyak mengemukakan

pendapat masing-masing berbeda satu sama lain mengenai persepsi. Riva‟i

(2006: 359) menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai tanggapan

(penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui

beberapa hal melalui penginderaannya. Hal ini berarti persepsi itu

didahului oleh proses penginderaan. Proses individu mengenali objek-

objek dengan alat penginderaannya sehingga individu tersebut menyadari

apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, kemudian individu tersebut

mengalami persepsi. Sedangkan menurut Sarwono (1986: 39) persepsi

adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan,

memfokuskan pada satu objek. Menurut Sabri (1993: 45) persepsi adalah

aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-

7

rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya,

dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia atau individu

mengenali millieu hidupnya. Adapun menurut Mutmainah (1999: 71)

persepsi adalah cara kita menginterpretasi atau mengerti pesan yang

telah diproses oleh sistem inderawi kita. Dengan kata lain, persepsi adalah

proses memberi makna pada sensasi. Dengan melakukan persepsi,

manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi

menjadi informasi. Sedangkan menurut pendapat Lutfi et al. (2009: 25)

persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan.

Dalam kamus Psikologi kata persepsi juga berasal dari kata

“perception” yang berarti proses untuk mengingat atau

mengidentifikasikan sesuatu (Drever, 1988: 338). Dalam interaksi dengan

manusia khususnya dengan lingkungan sosialnya, setiap individu

memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menanggapi, memahami

dan menafsirkan suatu objek yang dirasakan dan dilihatnya. Persepsi

pada setiap individu berasal dari stimulus atau rangsangan yang

diterimanya. Didalam psikologi, proses sensasi dan persepsi berbeda.

Sensasi ialah penerimaan stimulus melalui alat indera. Sedangkan

persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak (Fauzi,

1997: 37). Maka persepsi merupakan keadaan yang terintegrasi dalam

diri setiap orang terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi pada

hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam

memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk

memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya

suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2007: 142).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah

suatu proses pemahaman seseorang dari hasil interaksinya dengan

8

orang lain dalam lingkungan yang berupa pendapat dan penelitian

dirinya terhadap apa yang diterima dan di tangkapnya selama

melakukan kegiatan atau pekerjaan di lingkungan tersebut. Dengan

adanya persepsi maka baik buruknya seseorang atau suatu objek dapat

diketahui dengan jelas sesuai dengan keadaan yang terjadi.

Sedangkan berkaitan dengan guru, sesuai dengan Peraturan

Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, dijelaskan pada

pasal 1 bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam

hal ini guru sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial tidak

terlepas dari persepsi sosial, yaitu proses pemberian nilai atau

pemahaman diantara sesama makhluk yang saling berinteraksi secara

sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, persepsi guru yang dimaksud

oleh peneliti adalah proses penerimaan, penyeleksian, pengorganisasian

dan penafsiran dari stimulus yang diterima oleh guru melalui alat-alat

inderanya. Dalam hal ini bagaimana guru memberikan tanggapan,

penafsiran dan memberikan perhatian dan penilaian tentang integrasi

nilai-nilai Islam dan kimia.

Menurut Mansour (2010), masalah guru sains yang gagal

mengintegrasikan sains barat dengan Islam adalah karena tidak adanya

kemampuan untuk membangun sains dalam segi epistemologis sehingga

mereka memiliki persepsi negatif terhadap integrasi Islam dan sains barat.

Namun untuk bisa mengintegrasikan Islam dan sains tidak hanya wawasan

keislaman yang diperlukan, tapi juga penguasaan materi sainsnya, karena

jika hanya wawasan keislaman yang dimiliki maka hanya akan

menimbulkan kefanatikan dan tidak tersampaikannya tujuan kognitif

(Ashgar, 2013). Pendapat ini menunjukkan bahwa persepsi guru tentang

integrasi Islam dan sains dipengaruhi pengetahuan guru dari aspek

9

ontologis terhadap sains. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

persepsi guru tentang integrasi Islam dan sains khususnya kimia

dipengaruhi oleh pengetahuan guru dari aspek epistemologis dan ontologis

terhadap kimia.

2. Integrasi Nilai-Nilai Islam pada Ilmu Kimia

Kata integrasi mengandung arti: 1) mengenai keseluruhannya;

meliputi bagian yang perlu untuk dijadikan lengkap; utuh, bulat,

sempurna; 2) tidak terpisah, terpadu. Berintegrasi berarti bergabung

supaya menjadi kesatuan yang utuh, yang tidak akan bisa berubah lagi.

Sedangkan integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model

pendekatan tertentu terhadaap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan

(Maman, 2012: 76-77).

Menurut Turgut (2016), terdapat dua pendapat terkait hubungan

Islam dan sains, pertama adalah integrasi yakni Islam menyediakan jalan

dan stimulus untuk mempelajari sains dan sains berperan untuk

meningkatkan iman. Kedua adalah dialog, yakni Islam dan sains dapat

searah dalam satu aspek tapi bisa pula Islam membatasi sains dalam

beberapa aspek lain.

Kini sains modern khususnya kimia telah berkembang di barat

dengan berwatak sekuler-materialistik. Disamping itu, sains dan teknologi

sudah mengalamai spesialisasi sedemikian rupa dengan kecenderungan

pragmatis, yakni penguasaan sains dan teknologi di tingkat hilir tanpa

memperhatikan landasan-landasan filosofis yang menjadi dasar bangunan

sains. Ketika sains barat yang berkembang dengan yang berkembang

dengan watak sekuler dan menolak eksistensi Tuhan, maka suatu hal yang

mustahil untuk menyatukannya dengan agama. Karena itu, untuk mencapai

keterpaduansains dengan agama, perlu adanya dekonstruksi pandangan-

pandangan sekuleristik, baik pada tatanan epistemologi, ontologi, dan

aksiologi; lalu merekonstruksinya dengan berbasis akidah dan nilai-nilai

ajaran Islam (Maman, 2012: 6).

10

Konflik utama antara agama dan sains khususnya kimia tidak

dalam ide-ide ilmiah tertentu seperti evolusi, tapi bagaimana ilmuwan tiba

di kesimpulan. Oleh karena itu, memperdebatkan hubungan antara agama

dan sains khususnya kimia harus mempertimbangkan dengan hati-hati

orientasi epistemologis dan ontologis mereka. Jadi, bahasannya sangat

kompleks untuk sekedar mengklaim bahwa agama bertentangan dengan

kimia dan karenanya seseorang yang religius tidak minat dalam kimia

(Mansour, 2015).

Anas (2013) merangkum model-model pengintegrasian Islam dan

sains yang telah digagaskan cendekiawan-cendekiawan muslim dari

seluruh dunia yang jumlahnya ada sepuluh model, yakni:

a. IFIAS Model

b. ASASI Model

c. Islamic Worldview Model

d. Structure of Islamic Knowledge Model

e. Bucaillisme Model

f. Knowledge Integration based on Classical Philosophy Model

g. Knowledge Integration based on Tasawuf Model

h. KnowledgeIntegration based on Fiqh Model

i. Ijmali Group Model

j. Aligargh Group Model

Model-model tersebut dibuat untuk menjawab sekularisme dan

westernisasi sains.

Zain et al. (2016) menggagaskan suatu model pengintegrasian

Islam dan sains yang mereka sebut ENRICH Tool. Model integrasi ini

memiliki 6 langkah yakni

11

Gambar 2.1. Model ENRICH Zain et al. 2016

(1) Eliminate, mengidentifikasi dan mengeliminasi unsur–unsur barat dan

sekuler pada materi pembelajaran. (2) Nourish, Memasukkan paradigma

Tauhid. (3) Readapt, Mengganti nama materi pembelajaran. (4) Infuse,

memasukkan nilai-nilai keislaman. (5) Create, Membuat fitur box zikir,

fikir dan syukur. (6) Harmonize, Menata ulang konten susunan dan format

materi pembelajaran.

Menurut Saputro (2011), cara penyampaian nilai–nilai religius

yang disisipkan dalam penjelasan pelajaran kimia dapat dilakukan

dengan berbagai cara, tergantung kreativitas guru yang mengajar.

Alternatif metode yang dapat ditempuh antara lain adalah : 1) Mengutip

beberapa ayat Al Qur‟an yang ada hubungannya dengan materi pelajaran

yang akan dipelajari disertai penjelasan maknanya pada awal pelajaran

sebelum memasuki materi pelajaran, 2) Menyisipkan nilai – nilai relegius

dalam materi pelajaran, misalnya setelah selesai menjelaskan sub pokok

bahasan tertentu, 3) Mengkaitkan kesimpulan materi pelajaran dengan

nilai-nilai religius dengan merujuk kepada ayat – ayat Al Qur‟an maupun

12

Hadits, 4) Memberikan suatu kasus yang mengandung nilai-nilai religius

untuk dihayati dan direnungkan secara mendalam oleh siswa.

Menurut Amin Abdullah dalam Fatonah (2007), pengintegrasian

nilai-nilai ajaran Islam dalam pembelajaran kimia dalam hal ini merujuk

pada pengembangan kurikulum UIN Sunan Kalijaga yang membedakan

pada empat tingkat, yaitu tingkat filosofi, materi, metodologi dan

strategi.

1. Tingkat Filosofis

Integrasi dan nilai-nilai ajaran Islam pada level filosofis dalam

pengajaran dimaksudkan bahwa setiap pelajaran harus diberi nilai

fundamental eksistensial dalam kaitannya dengan disiplin keilmuan

lainnya dan dalam gubungannya dengan nilai-nilai humanistiknya.

Mengajarkan kimia misalnya disamping makna fundamentalnya

sebagai ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya

(diantaranya) dalam ajaran Islam, dalam pengajaran kimia bisa juga

ditanamkan pada peserta didik bahwa eksistensi materi tidaklah

berdiri sendiri atau bersifat self-sufficient, melainkan berkembang

bersama disiplin keilmuan lainnya seperti agama (misalnya pasti ada

yang menciptakan, yaitu Allah Swt), biologi, matematika, dan lain-lain

sebagainnya. Pada level filosofis dengan demikian berupa suatu

penyadaran eksistensi bahwa suatu disiplin ilmu selalu bergantung

pada disiplin ilmu lainnya.

2. Tingkat Materi.

Integrasi pada level materi merupakan suatu proses mengintegrasikan

nilai-nilai kebenaran universal umumnya dan keislaman khususnya ke

dalam pengajaran umum seperti, kimia, fisika biologi, sosiologi, dan lain

sebagainya dan sebaliknya ilmu-ilmu umum ke dalam kajian-kajian

keagamaan dan keislaman. Oleh karena itu implementasi integrasi dan

nilai- nilai Islam pada level materi bisa dengan dua model yakni: Pertama,

model pengintegrasian ke dalam paket kurikulum. Kedua, model

pengintegrasian ke dalam konsep. Model ini menginjeksikan nilai-nilai

13

Islam dalam teori-teori kimia terkait sebagai wujud interkoneksitas antara

keduanya tanpa embel-embel nama Islam. Model seperti ini bergantung

sepenuhnya padapengembangan silabi yang akan menggambarkan

bangunan interkoneksi keilmuan dimaksud dan juga menuntut guru untuk

memiliki wawasan luas dan integratif. Selain itu perlu diintegrasikan

dalam silabi adalah pembahasan tentang tema-tema kontemporer

seperti zat adiktif dan psikotropika, kejujuran dan sikap ilmiah,

kesadaran akan lingkungan, dan lain sebagainya dalam pelajaran.

Belajar kimia, dibahas juga didalamnya tentang kasus-kasus aktual

seperti menipisnya bahan bakar minyak, dan sumber daya alam lain,

pencemaran lingkungan yang semakin tinggi, upaya yang dapat

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

3. Tingkat Metodologi.

Yang dimaksud metodologi di sini yaitu metodologi yang digunakan

dalam pengembangan ilmu kimia. Setiap ilmu memiliki metodologi

penelitian yang khas yang biasa digunakan dalam pengembangan

keilmuannya. Dalam hal ini metodologi dalam pengertian pendekatan

(approach). Sebagai contoh dalam kimia dikenal pendekatan-pendekatan

ilmiah, yang dapat diintegrasikan antara lain,tanggung jawab/amanah,

dan disiplin.

4. Tingkat Strategi.

Yang dimaksud strategi di sini adalah pelaksanaan atau praksis dari proses

pembelajaraan kimia. Dalam konteks ini, setidaknya kualitas keilmuan

serta ketrampilan mengajar guru menjadi kunci keberhasilan

pembelajaran berbasis pola pikir terintergrasi. Pembelajaran model

active learning dengan berbagai strategi dan metodenya dapat

membantu penanaman nilai-nilai ajaran Islam ini. Sebagai contoh

metode pemberian tugas proyek seperti di bawah ini:

a. Menyelidiki pemakaian bahan aditif pada jajanan pasar. Buatlah

kelompok terdiri dari empat orang, pergilah ke pasar tanya kepenjual

14

jajanan pasar tentang zat aditif alami yang digunakan untuk jajanannya.

Hasilnya dimasukan dalam tabel dan kumpulkan ke bapak atau ibu guru.

b. Menyelidiki pemakaian bahan aditif pada produk makanan kemasan.

Buatlah kelompok terdiri dari empat orang. Carilah bahan aditif

buatan pada produk makanan kemasan dengan melihat pada komposisinya.

Hasilnya dimasukan dalam tabel dan kumpulkan ke bapak atau ibu guru.

Strategi pembelajaran kimia ini akan memberikan pengalaman pada

siswa tentang berbagai macam zat aditif yang terdapat dalam berbagai

produk makanan, sehingga siswa menjadi lebih berhati-hati dalam

memilih makanan. Hal ini akan lebih baik jika dikoneksikan pelajaran

agama Islam, yakni tentang makanan yang halal dan haram menurut

ajaran agama Islam.

Integrasi sains dan Islam memiliki banyak manfaat terutama bagi

siswa, diantaranya (1) menunjang proses keimanan, (2) meluruskan

kesalah pahaman dan memudahkan manusia untuk memahami taqdir yang

ditetapkan Allah SWT, dan (3) menghasilkan kader-kader orang saleh

dengan multi-keahlian (Maman, 2012: 241-259).

Oleh karena itu, secara strategi pembelajaran ini kelemahan

pada guru bisa diatasi dengan model pembelajaran team teaching.

Dalam paradigma ini, semakin banyak disiplin keilmuan yang

diintegrasikan dan diinterkoneksikan dalam suatu matakuliah, semakin

membutuhkan strategi pembelajaran yang melibatkan banyak komponen

terkait dengan ilmu yang dikaji.

Menurut Mansour (2008), kurikulum sains harus menyajikan

pandangan yang berbeda tentang sains dan agama, dan juga harus

mempertanyakan gagasan bahwa ada konflik antara sains dan agama untuk

menunjukkan kontradiksi palsu antara sains dan agama. Seperti yang

dicatat Hefner (2002), hal ini dapat dicapai dengan memperdebatkan

alasan konflik palsu ini pada tiga tuduhan. Pertama, sains telah sampai

pada suatu titik di mana metode mencari pengetahuan dan kebenarannya

berbeda secara substansial dari agama. Kedua, dalam dua pencarian

15

kebenaran, penggunaan bahasa dan konsep juga berbeda. Ketiga, baik

sains maupun agama telah dikooptasi oleh kekuatan masyarakat dan

budaya yang kepentingannya berbeda cenderung menonjolkan konflik

antara sains dan agama. Dengan demikian, peran kita sebagai pendidik

guru kimia adalah untuk membuat guru kita mendapatkan lebih banyak

kesadaran akan penggunaan bahasa. Perbedaan antara bahasa ilmiah dan

agama, dan sifat ekspresi kuno makna.

Pendidikan guru sains harus melatih guru agar perspektif ilmiah

dan religius sesuai (Katz, 2002), karena guru sains harus mengenali

hubungan timbal balik antara sains dan agama. Ilmu pengetahuan harus

mengakui kebutuhan manusia akan pengalaman religius, dan agama perlu

mengenali dan mempercayai keinginan untuk memiliki pengetahuan

ilmiah yang lebih luas mengenai kehidupan manusia dan lingkungan

mereka. Tidak perlu ada konflik antara domain ini: sains adalah proses

manusia dan agama menjelaskan apa yang membuat kita tetap manusiawi

(Katz, 2002). Dalam hal ini, Bausor & Poole (2002) menyarankan tiga cara

di mana pendidikan guru sains dapat membantu dalam mengajarkan isu-

isu sains dan agama: (1) dengan menawarkan kursus; (2) dengan

menawarkan bantuan kepada penyedia pendidikan guru awal dalam

meliput isu-isu tersebut; (3) dengan memproduksi bahan tulis dan bahan

lainnya yang merinci poin utama yang ditujukan untuk membantu guru

sains untuk membahas beberapa faktor spiritual / religius dalam

pengajaran sains.

Menurut Mansour (2008), keyakinan religius guru sangat

berpengaruh terhadap cara mengajar guru sains di kelas, bahkan jauh lebih

berpengaruh dari pada pengalaman pedagogis dan sosial mereka. Mansour

menciptakan model yang menjelaskan bagaimana keyakinan religius

mempengaruhi cara guru mengajar di kelas. Model ini disebut Model PRB

atau Personal Religious Model.

16

Gambar 2.2. Model PRB Mansour (2008)

Model PRB memiliki 5 dimensi, diantaranya:

Keyakinan religius personal (PRB), pengalaman dan interpretasi

guru.

Interpretasi guru terhadap pengalaman mereka dan proses

terbentuknya keyakinan pedagogis.

Keyakinan pedagogis guru, kerangka berpikir guru dalam

bertindak dan praktik mengajar.

Pengetahuan dan keyakinan guru

1

2

3

4

5

17

Identitas guru sebagai produk dari interaksi antara keyakinan

religius guru, pengalaman, keyakinan pedagogis dan praktik

mengajar guru.

Berikut penjelasan mengenai 5 dimensi diatas:

1. Keyakinan Keagamaan pribadi, Pengalaman dan Interpretasi Guru

Keyakinan guru tentang peran mereka, peran siswa, tujuan ilmu

pengetahuan dan metode pengajaran mereka sangat dibentuk oleh

keyakinan agama pribadi berasal dari nilai-nilai dan petunjuk yang

melekat dalam agama. Keyakinan agama pribadi guru bekerja sebagai

„skema‟ yang dipengaruhi apa yang dirasakan. Skema dibangun

melalui pertemuan dengan lingkungan 'konteks sosial' dan dapat

dimodifikasi oleh pengalaman.

Skema agama dari guru-guru ini mempengaruhi cara mereka

memandang pengalaman baru. Guru mengatur unsur-unsur konteks

sosial mereka untuk mencerminkan organisasi keyakinan agama

pribadi mereka sendiri atau skema agama. Seorang guru dengan

keyakinan agama pribadi atau skema agama lebih mungkin untuk

memaksa interpretasi agama terhadap pengalaman daripada guru yang

tidak memiliki keyakinan agama pribadi atau skema agama. Selain itu,

guru-guru dengan keyakinan agama pribadi tertentu mungkin

memahami situasi atau pengalaman yang sangat berbeda dari orang-

orang tanpa keyakinan agama pribadi ini. Namun, guru juga

memegang keyakinan tentang diri mereka sendiri, sifat ilmu

pengetahuan, siswa individual, mengajar dan belajar sains, sifat materi

yang mereka ajarkan, konteks sosial di mana mereka hidup,

lingkungan sekolah di mana mereka bekerja, dan kendala yang mereka

miliki untuk ditangani. keyakinan ini, pada gilirannya, bekerja melalui

lensa pengalaman masa lalu, karena mereka diterjemahkan ke dalam

praktek guru dalam konteks kompleks kelas.

Model ini juga mengemukakan bahwa keyakinan agama

pribadi (PRB) bertindak sebagai filter untuk pengalaman baru; yaitu

18

pemahaman atau penafsiran keyakinan agama Islam guru bekerja

sebagai kriteria atau dasar untuk menginterpretasi pengalaman baru.

Dalam hal ini, pemahaman agama guru ditentukan pemahaman mereka

tentang apa maksud pengalaman awal untuk seseorang pada suatu

peristiwa.

Pengaruh keyakinan agama pribadi di jenis lain dari

pengalaman adalah diwakili dalam Gambar 2.1 di atas dengan panah

tebal yang mengarah dari “keyakinan agama pribadi” pada

“Pengalaman guru” serta membentuk keyakinan dan praktik guru.

Model PRB ini juga menunjukkan bahwa pengalaman pribadi dapat

mempengaruhi keyakinan pribadi guru. Namun, pengaruh interaktif

antara pengalaman guru dan keyakinan agama pribadi mereka tidak

sama, keyakinan agama pribadi berpengaruh lebih kuat.

2. Interpretasi guru sebagai penghubung antara Pengalaman dan

Keyakinan

Guru tidak hanya dibentuk atau disosialisasikan melalui

pengalaman hidup mereka; Sebenarnya mereka adalah peserta aktif

dalam menafsirkan pengalaman ini, interpretasi tertentu yang

ditugaskan pada sebuah pengalaman diubah menjadi "skema", yang ia

definisikan sebagai "cara untuk memahami atau filter kognitif dan

dasar untuk praktik kelas yang berpusat pada guru". Dalam model PRB

ini, istilah "skema instruksional" berarti sistem kepercayaan pedagogis

yang menetap setelah proses penyaringan oleh kepercayaan dan

pengalaman religius guru sebelumnya.

Interpretasi dan skema selanjutnya yang dikembangkan oleh

individu sehubungan dengan praktik kelas dan pengalaman relevan

lainnya, sangat istimewa; Individu yang mengalami peristiwa tunggal

akan memiliki banyak perspektif dalam acara tersebut. Skema atau

keyakinan yang telah ditetapkan menentukan cara di mana seorang

guru dapat mengambil langkah-langkah tertentu, sehingga skema

19

tersebut menjadi alat evaluatif untuk memeriksa praktik guru dan

diubah menjadi kerangka kerja untuk bertindak.

Sejauh ini, Model PRB yang dikembangkan (Gambar 2.1) telah

menyoroti gagasan bahwa interpretasi guru adalah penghubung atau

pemancar antara pengalaman guru dan telah membentuk kepercayaan

guru. Model PRB juga menunjukkan bahwa hubungan interaktif antara

pengalaman "guru" dan "interpretasi guru", atau antara "interpretasi

guru" dan "kepercayaan guru" sebenarnya adalah hubungan timbal

balik.

3. Keyakinan Pedagogis Guru, Kerangka Tindakan dan Praktiknya

Orientasi nilai sosial guru memberi kontribusi pada pilihan

strategi untuk mengatasi dilema sosio-moral (dalam penelitian ini,

pilihan strategi disebut "kerangka kerja untuk tindakan"). Namun,

mengubah kerangka tindakan ini menjadi praktik nyata di kelas

bergantung pada faktor kontekstual lainnya, mis. Kendala, lingkungan

sekolah, keyakinan dan pengalaman pribadi guru, dan identitas guru.

Model PRB menyajikan gagasan "kerangka kerja untuk

tindakan" untuk menunjukkan bahwa guru berniat untuk menerapkan

kepercayaan mereka di kelas. Hal ini juga memperjelas bahwa faktor

lain membatasi atau memfasilitasi pengoperasian rencana atau

kerangka kerja guru untuk bertindak. Gambar 2.1 menunjukkan

interaksi timbal balik antara praktik guru dan kerangka tindakan di

masa depan.

4. Pengetahuan dan Keyakinan Guru

Skema "keyakinan" para guru yang telah menetap atau

dikembangkan bertindak sebagai penyelenggara informasi dan

kategoriser prioritas, dan pada gilirannya mengendalikan cara

penggunaannya. Dalam interaksi antara pengetahuan dan kepercayaan,

kepercayaan menguasai pengetahuan dan pengetahuan mempengaruhi

kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa guru perlu menciptakan

pengetahuan (pedagogik maupun konten) mereka sendiri melalui

20

proses interaksi antara keyakinan dan basis pengetahuan mereka yang

ada, dan gagasan baru yang mereka berhubungan dengannya. Seperti

yang ditunjukkan pada Gambar diatas, ada interaksi timbal balik antara

keyakinan dan pengetahuan guru di satu sisi, dan antara pengalaman

dan pengetahuan guru di sisi lain.

5. Identitas Guru sebagai Produk Interaksi antara Keyakinan,

Pengalaman, Keyakinan Pedagogi dan Praktik Pribadi mereka.

Identitas peran guru ditentukan oleh pengalaman keluarga awal,

menjadi siswa muda, model peran guru, pengalaman mengajar

sebelumnya, dan pengalaman sebelumnya yang signifikan. Namun,

penelitian saat ini menambahkan keyakinan religius pribadi guru

sebagai salah satu pengaruh formatif utama pada identitas guru.

Selama pengalaman seorang guru berubah setiap hari, identitasnya

berubah secara berurutan. Identitas selalu berubah. Pengalaman

seorang guru memainkan peran penting dalam identitasnya. Setiap

guru memiliki pengalaman yang berbeda, itulah yang membuat semua

guru unik. Dengan demikian, konstruksi identitas dan identitas

merupakan proses yang berkelanjutan.

Tidak hanya pengalaman yang berbeda, dan sistem kepercayaan

yang kemudian terbentuk, menciptakan dasar bagi identitas peran guru;

Mereka juga menentukan orientasi (negatif atau positif) dari identitas

itu. Model ini juga menunjukkan bahwa sifat identitas peran guru (baik

negatif maupun positif) menentukan sejauh mana pengaruh guru

terhadap kendala sosial atau lingkungan sekolah. Model PRB (Gambar

2.1) menunjukkan bahwa identitas guru adalah produk sosial dari

interaksi antara keyakinan religius pribadi, pengalaman guru,

kepercayaan guru dan praktik guru. Namun, kepercayaan religius guru

menghasilkan pengaruh paling kuat dalam membentuk identitas guru.

B. Penelitian Yang Relevan

Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini mengacu pada penelitian

yang pernah dilaksanakan sebelumnya oleh peneliti lain, yang dianggap

21

relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teachers’ Concerns, Perception and Acceptance toward Tauhidic Science

Education oleh Khalijah et al. (2011). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa guru-guru muslim yakin bahwa ilmu berbasis Islam/tauhid berperan

dalam pembentukan karakter dan mendekatkan diri kepada Tuhan YME.

Mereka pun yakin jika IPA dibangun atas konsep tauhid maka akan

membuat pembelajaran IPA lebih menarik bagi siswa.

2. Science teachers’ views of science and religion vs. the Islamic perspective:

conflicting or compatible? Oleh Nasser Mansour (2011). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa guru-guru muslim sangat meyakini bahwa Al-Qur‟an

adalah petunjuk, bukan hanya untuk ilmuwan tapi juga untuk seluruh

manusia dalam segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana manusia

menekuni IPA, apa metodenya dan apa etika yang harus diikuti.

3. Science Teachers’ Views and Stereotypes of Religion, Scientists and

Scientific Research: A call for scientist–science teacher partnerships to

promote inquiry-based learning oleh Nasser Mansour (2015). Hasil

penelitian menunjukkan guru-guru sains memiliki persepsi bahwa sisi

epistemologis dan ontologis dari suatu penemuan saintifik harus dipandu

oleh kepercayaan budaya dan religius.

Dari ketiga peneltian tersebut, penulis merasakan perlu adanya

penelitian yang khusus meneliti persepsi guru kimia terhadap integrasi

nilai-nilai Islam dan kimia.

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu pada tanggal 1-28

Februari 2017 pada guru-guru mata pelajaran kimia yang beragama Islam

yang tergabung dalam Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) dari seluruh

Indonesia.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Arikunto

(1998), penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang dimaksudkan

untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada,

yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dimulai dari penerjemahan dan adaptasi instrumen berupa

kuesioner dari penelitian Mansour (2008) kemudian dilakukan validasi

terjemahan oleh dosen ahli. Selanjutnya kuesioner diinput ke google form

sehingga kuesioner dapat diisi secara online. Tautan google form kemudian

disebarkan di grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI). Setelah

itu dilakukan pengisisan kuesioner secara online oleh guru-guru mata

pelajaran kimia yang beragama Islam yang tergabung dalam grup Facebook

AGKI dari seluruh Indonesia. Setelah itu data kuesioner yang didapat akan

dianalisis.

23

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian

D. Populasi dan Sampel

Obyek penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran kimia yang

yang tergabung dalam grup facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI).

Guru kimia dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam grup facebook AGKI

ini berjumlah 5037 anggota. Pilihan responden didasarkan pada tujuan

penelitian yang ingin melihat persepsi guru kimia yang beragama Islam.

Tautan ditautkan dalam grup facebook ini dan diharapkan semua anggota

AGKI, terutama yang beragama Islam mengisi survey ini.

24

Gambar 3.2. Grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis (kuesioner) dalam bentuk online

yang diunggah ke google form kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2008). Kuesioner yeng telah diunggah dalam google form

kemudian diambil tautannya, lalu tautan google form

(https://goo.gl/forms/KJQZqzVlrS4YlX7u2) disebar melalui grup facebook

Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI).

25

Gambar 3.3. Kuesioner yang diunggah ke Google Form

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

berisi 7 pertanyaan two-tier yang diadaptasi dari kuesioner penelitian Mansour

(2008). Instrumen two-tier ini dikembangkan dengan mempertimbangkan

kondisi serta kebutuhan sampel yang banyak. Berikut 7 pertanyaan tersebut:

1. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan Islam dan kimia?

a. Bertentangan

b. Independen, tidak berkaitan satu sama lain

c. Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam

d. Integrasi, saling mendukung satu sama lain

e. Lainnya:_______________________________________________

Alasan:___________________________________________________

_________________________________________________________

________________________________________________

2. Siapa yang menurut Anda yang bertanggung jawab dalam mengajarkan

hubungan antara kimia dan Islam?

a. Guru kimia

b. Guru Agama Islam

c. Keduanya

d. Lainnya:_______________________________________________

26

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

3. Apakah wawasan keislaman Anda mempengaruhi cara Anda mengajar

kimia? Bagaimana?

a. Ya

b. Tidak

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

4. Kapan kiranya Anda bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia?

a. Jika siswa meminta

b. Jika terdapat di buku teks

c. Jika ada topik yang mendukung

d. Lainnya:_______________________________________________

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

5. Apakah Anda merasa yakin saat Anda mengajarkan materi yang

mengandung isu Islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan

alam semesta, atom, kesetimbangan alam)?

a. Yakin

b. Tidak yakin

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

6. Bagaimana cara Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islam-

kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

a. Dengan orientasi saintifik

b. Dengan orientasi Islam

c. Dengan orientasi sains-Islam

d. Lainnya:_______________________________________________

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

7. Pernahkah Anda pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca

artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya?

Jika iya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel

yang Anda ikuti dan Anda baca tersebut!

a. Ya

b. Tidak

Rincian:_____________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

27

G. Analisis Data

Data yang didapat terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif didapat dari frekuensi jawaban responden terhadap

pilihan ganda sedangkan data kualitatif didapat dari alasan responden atas

jawaban pilihan ganda. Frekuensi jawaban guru dari pilihan ganda dihitung

masing-masing persentasenya dengan rumus:

Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif yang disajikan dalam

bentuk tabel. Sedangkan data kualitatif yang didapat dianalisis dengan cara

direduksi sehingga didapat data hasil reduksi yang sama yang kemudian

dikelompokkan menjadi beberapa tema (Hokayem, 2008). Contohnya

ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 3.4. Contoh Analisis Data Kualitatif

Alasan yang dikemukakan oleh masing guru direduksi kemudian hasil

reduksi dikelompokkan dalam satu tema yang sama. Kelompok tema

dibedakan dengan warna yang berbeda bagi masing-masing tema.

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Responden adalah guru kimia muslim yang berjumlah 62 responden

dari 23 provinsi yang mewakili Indonesia bagian timur, tengah, dan barat.

Dari 62 responden, sebanyak 17 orang diantaranya adalah laki-laki dan 45

orang sisanya adalah perempuan dengan usia antara 25 s.d 50 tahun dan

pengalaman mengajar kimia antara 3 s.d 35 tahun. Seluruh responden telah

menyelesaikan S1 dan sebanyak 25 diantaranya telah menyelesaikan

pendidikan S2. Sebanyak 20 reponden merupakan guru senior (lebih dari 15

tahun mengajar) sedangkan sisanya adalah guru junior.

Semua responden telah mengisi kuesioner two-tier yang diadaptasi dari

penelitian Mansour (2008). Kuesioner ini berisi 7 pertanyaan dan masing-

masing pertanyaan terdapat beberapa pilihan atau opsi dan dilengkapi alasan

masing-masing guru. Data yang didapat terdiri dari 2 jenis, yaitu data

kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif didapat dari frekuensi jawaban

responden terhadap pilihan ganda sedangkan data kualitatif didapat dari alasan

responden atas jawaban pilihan ganda. Data kuantitatif dari jawaban pilihan

ganda beserta persentase guru yang memilih opsi dari masing-masing

pertanyaan dirangkum dalam diagram-diagram dibawah ini.

1. Hubungan Kimia dan Islam

Persepsi guru kimia pada indikator pertama tentang hubungan

kimia dan Islam dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

29

Gambar 4.1. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Hubungan Kimia

dan Islam

Seperti yang ditunjukkan pada diagram diatas, tidak ada satupun

guru dari 62 responden (0%) yang melihat konflik atau pertentangan

dalam hubungan antara Islam dan kimia. Hanya dua responden (3,2%)

yang menyatakan bahwa hubungan Islam dan kimia adalah independen.

Terdapat satu orang guru (1,6%) yang mewakili pandangan dialog.

Berbeda dengan pandangan konflik dan independen, mayoritas yang

signifikan (57 guru atau 91,9%) menyatakan pandangan integrasi dalam

hubungan antara Islam dan kimia. Terdapat dua orang guru (3,2%) yang

memiliki pandangan terhadap hubungan Islam dan kimia selain empat

pilihan jawaban yang ditawarkan peneliti.

2. Tanggung jawab mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam

Persepsi guru kimia pada indikator kedua tentang tanggung jawab

mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di

bawah ini:

30

Gambar 4.2. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Tanggung Jawab

Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam

Sebanyak 27 orang guru (43,5%) berpendapat bahwa guru

kimialah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia

terintegrasi nilai-nilai Islam. Hanya satu orang guru (1,6%) berpendapat

bahwa guru agama Islam yang bertanggung jawab. Sebanyak 30 orang

guru (48,4%) berpendapat bahwa keduanya (guru kimia dan guru agama

Islam) yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia

terintegrasi nilai-nilai Islam. Terdapat empat orang guru (6,5%) yang

memiliki pendapat diluar pilihan jawaban kuesioner pada indikator ini.

3. Keyakinan dalam mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam

Persepsi guru kimia pada indikator ketiga tentang keyakinan dalam

mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di

bawah ini:

31

Gambar 4.3. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan dalam

Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam

Sebanyak 24 orang guru (38,7%) merasa yakin untuk mengajarkan

materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Sebanyak 38 orang guru

(61,3%) merasa tidak yakin untuk mengajarkan materi kimia terintegrasi

nilai-nilai Islam.

4. Pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam

Persepsi guru kimia pada indikator keempat tentang pengalaman

mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam dapat dilihat pada diagram

di bawah ini:

Gambar 4.4. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Pengalaman

Mengikuti Pelatihan dalam Isu Kimia dan Islam

32

Hanya 11 orang guru (17,7%) memiliki pengalaman mengikuti

pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Sebanyak 51 orang guru (82,3%)

memiliki pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam.

5. Preferensi mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam

Persepsi guru kimia pada indikator kelima tentang preferensi

mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di

bawah ini:

Gambar 4.5. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Preferensi

Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam

Sebanyak sembilan orang guru (14,5%) menyarankan agar materi

kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi saintifik.

Hanya satu orang guru (1,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi

nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi Islam. Sebanyak 50 orang guru

(80,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam

diajarkan dengan orientasi sains-Islam. Terdapat dua orang guru (3,2%)

yang memiliki pendapat lain selain tiga pilihan yang peneliti tawarkan.

6. Keyakinan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki

dengan cara mengajar kimia

33

Persepsi guru kimia pada indikator keenam tentang keyakinan

adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara

mengajar kimia dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.6. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan

Adanya Pengaruh antara Wawasan Keislaman yang Dimiliki dengan

Cara Mengajar Kimia

Sebanyak 53 orang guru (85,5%) meyakini adanya pengaruh antara

wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di

kelas. Sebanyak enam orang guru (9,7%) ragu dan hanya tiga orang guru

(4,8%) yang tidak meyakini adanya pengaruh antara wawasan keislaman

yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di kelas.

7. Mulai mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas Islam

Persepsi guru kimia pada indikator ketujuh tentang kapan memulai

mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas dapat dilihat pada

diagram di bawah ini:

34

Gambar 4.7. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Kapan Memulai

Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam di Kelas

Dari jawaban kuesioner tidak satupun guru (0%) yang menyatakan

akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas

dengan alasan permintaan siswa. Hanya satu orang guru (1,6%) yang

menyatakan akan mulai jika terdapat di buku teks. Sebanyak 46 orang

guru (74,2%) yang menyatakan akan mulai jika ada topik yang

mendukung. Terdapat 15 orang guru (24,2%) yang memiliki pendapat

diluar pilihan jawaban kuesioner pada indikator ini.

B. Pembahasan

Data hasil menunjukkan bahwa tema sentral yang mewakili tanggapan

dari hampir semua responden adalah Islam prioritas pertama dan kimia

prioritas kedua. Namun, analisis data yang lebih halus menegaskan bahwa

pandangan mayoritas guru tentang hubungan antara Islam dan kimia jatuh ke

dalam kategori integrasi yang membentuk dan mengkonfirmasi sentralitas

PRB guru dalam pikiran dan pandangan mereka tentang masalah Islam dan

kimia.

1. Hubungan antara Islam dan Kimia

Dalam literatur tentang sains dan agama, ada beberapa cara untuk

memahami hubungan antara keduanya. Barbour dalam Mansour (2008)

mengkategorikan hubungan antara sains dan agama menjadi empat kategori

35

yaitu konflik, independen, dialog dan integrasi. Berikut pembahasan

pandangan guru kimia tentang hubungan antara kimia dan Islam berdasarkan

empat kategori Barbour:

b. Bertentangan

Seperti yang ditunjukkan pada diagram diatas, tidak ada

satupun guru dari 62 responden (0%) yang melihat konflik atau

pertentangan dalam hubungan antara Islam dan kimia.

Barbour dalam Mansour (2008) mengemukakan bahwa dia

mengelompokkan dua ekstrem, Sains dan Agama, dalam kategori

konflik: Pasangan yang pada awalnya tampak aneh. Saya melakukan

ini karena materialisme ilmiah dan literalisme alkitabiah mengklaim

bahwa sains dan agama membuat pernyataan literal saingan tentang

domain yang sama, sejarah alam, jadi seseorang harus memilih di

antara keduanya.

Dalam penelitian ini, guru tidak melihat adanya pertentangan

antara kimia dan Islam karena mereka menganggap alam semesta

termasuk ilmu kimia adalah ciptaan Allah sehingga tidak mungkin

bertentangan. Menurut Mansour (2008), guru sains khususnya guru

kimia, seperti muslim manapun di dunia Islam pada umumnya,

mendasarkan keyakinan mereka (aqidah) atas klaim bahwa Tuhan

adalah pencipta segalanya. Unsur-unsur cerita penciptaan ditemukan di

seluruh Al-Qur'an; Beberapa dinyatakan lebih dari sekali dan dengan

cara yang berbeda. Di dalam Al-Qur'an, Tuhan berfirman:

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-

baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang

hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke

dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali

bersyukur” (Al Qur'an, 32: 7-9).

c. Independen

Hanya dua responden (3,2%) yang menyatakan bahwa

hubungan Islam dan kimia adalah independen. Barbour dalam Mansour

36

(2008) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan agama dapat

dibedakan sesuai dengan pertanyaan yang mereka tanyakan, domain

yang mereka referensikan, dan metode yang mereka gunakan. Seorang

guru sains dalam penelitian ini mengungkapkan pandangan independen

tentang hubungan antara agama dan sains yang sesuai dengan

pernyataan Barbour, berikut pendapat beliau:

Agama berasal dari iman tanpa perlu membuktikan. Bertanya

dan mempertanyakan diperbolehkan dalam agama asal

berangkat dari kepercayaan. Sedangkan sains berasal dari

ketidakpercayaan yang mana mempertanyakan sesuatu dalam

lingkup sains adalah suatu keharusan. Ini dikarenakan di alam

semesta ini, kebaruan adalah suatu keniscayaan dan perubahan

merupakan hal biasa dan diterima untuk menghapus keadaan

lama jika yang lama dapat dibuktikan salah. Sehingga agama

dan sains dapat bertemu di tengah dan dapat pula tidak, namun

tidak saling meniadakan.

Menurut Mansour (2008), pandangan ini tidak sejalan dengan

epistemologi pengetahuan Islam, yang mendorong perolehan

pengetahuan di berbagai bidang sains dan dengan metode penelitian

yang berbeda. Dalam sejarah ilmu Islam, ada tiga sumber untuk

perolehan pengetahuan: akal, pengalaman dan bukti transmisi dari

sumber yang andal.

Ahmed (1999) berpendapat bahwa ketika kita menjadi ahli

dalam menguji sumber pengetahuan ini satu sama lain, maka kita tahu

bahwa kita mendekati kebenaran. Al-Qur’an memberikan pujian yang

tinggi untuk tiga sumber pengetahuan ini. Ini memuji akal dan

berulang kali mengecam orang-orang musyrik karena kepatuhan

mereka terhadap gagasan yang bertentangan dengan akal intelektual

mereka. Al-Qur’an menegaskan:

“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di

atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan

menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak

sedikitpun?” (QS 50: 6).

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu

sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha

37

Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-

ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS

67: 3)

Pandangan Islam tentang sains dan penelitian sains sesuai

dengan karya ilmiah modern dengan apa yang oleh beberapa orang

disebut metode ilmiah dan oleh yang lainnya disebut inductive science

atau penalaran induktif. Idenya adalah alasan kita harus sesuai dengan

pengamatan kita dan bahwa teori kita harus diuji oleh eksperimen kita.

Ada siklus besar di mana teori-teori yang terinspirasi oleh pengamatan

diuji oleh eksperimen yang mengarah pada sebuah teori yang harus

disempurnakan atau digulingkan oleh eksperimen atau pengamatan

yang lebih jauh (Ahmed, 1999).

d. Dialog

Seperti yang ditunjukkan pada diagram di atas, hanya satu

orang guru (1,6%) yang mewakili pandangan dialog. Guru ini

menekankan bahwa apa yang kita ajarkan sudah tercantum dan nyata

tertulis di Al-Qur'an. Barbour dalam Mansour (2008) mengemukakan

bahwa salah satu bentuk dialog adalah perbandingan metode dua

bidang, yang mungkin menunjukkan kesamaan bahkan ketika

perbedaan tersebut diakui. Dialog mungkin muncul saat sains

meningkat pada batas-batas batasnya sehingga pertanyaan itu sendiri

tidak dapat dijawab. Juga, dialog terjadi ketika konsep dari sains

digunakan sebagai analogi untuk membicarakan hubungan Tuhan

dengan dunia.

Pernyataan guru kimia tentang dialog antara kimia dan Islam

didasarkan pada pemahaman mereka bahwa apa yang diajarkan sudah

tercantum dan nyata tertulis di Al-Qur'an. Menurut Mansour (2008),

pernyataan ini didasarkan pada pemahaman bahwa kimia

membutuhkan agama untuk membimbingnya, mengendalikannya dan

mengingatkan orang-orang terhadap bahaya-bahayanya. Mereka juga

mengungkapkan pandangan tentang peran dominan agama dalam

penelitian ilmiah. Pemahaman tentang hubungan dialog antara kimia

38

dan Islam ini muncul dari pemahaman guru bahwa agama harus

memiliki otoritas dalam ilmu kimia.

e. Integrasi

Berbeda dengan pandangan konflik dan independen, mayoritas

yang signifikan (57 guru atau 91,9%) menyatakan pandangan integrasi

dalam hubungan antara Islam dan kimia. Dari 57 orang guru, sebanyak

15 orang tidak memberikan alasan atas jawaban yang mereka pilih, dan

sisanya memberikan alasan yang beragam. Sebagian dari mereka

berpendapat bahwa kimia merupakan ayat-ayat kauniyah yang menjadi

bukti kebesaran Allah yang bisa menambah keyakinan agama yang kita

anut. Salah seorang guru berpendapat:

Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat membantu kita

mengungkap tabir rahasia alam. Setelah kita memahami ilmu

kimia, kita akan menyadari kebesaran dan kemahakuasaan

Allah yang mana dapat kita syukuri, dan membuat kita lebih

dekat denganNya. Karena semua hal yang kita kaji ternyata

telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’annya.

Dan diperkuat oleh pendapat yang lain bahwa:

Ilmu kimia dapat menambah keyakinan kita betapa Maha Besar

Allah SWT. Contoh: seandainya air tidak memiliki ikatan

hidrogen maka air tidak berbentuk cair tapi gas, kita tak bisa

minum, mandi menggunakan air. Allah maha besar.

Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan dasar

sains sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka:

Al-Qur’an merupakan dasar penemuan penemuan di bidang

kimia.

Salah seorang dari mereka berpendapat integrasi Islam dan kimia

merupakan anugerah dari Allah SWT. Guru ini mengatakan:

Islam terintegrasi dalam ilmu kimia adalah anugerah dari Allah

SWT untuk dipergunakan sebijak mungkin agar bermanfaat

bagi ummat.

Ada pula yang memilih pandangan integrasi dengan argumen

banyaknya fenomena sains dalam Al-Qur’an dan Islam. Sebagaimana

pendapat salah seorang guru:

39

Karena dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk

pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai

manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini juga telah

menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk

mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di

dalamnya, di antaranya yaitu ayat-ayat yang berhubungan

dengan kejadian manusia.

Dan diperkuat oleh pendapat yang lain bahwa:

Dalam ilmu kimia banyak sekali fenomena alam yang sangat

menarik dan beragam sesuai dengan ajaran Islam bahwa

sesungguhnya ilmu Allah itu tidak berbatas.

Dan didukung oleh salah seorang guru yang menyatakan bahwa:

Salah satu contoh: Dalam Al-Qur’an ada surat Al-Hadid (besi),

dijelaskan tentang sifat logam besi.

Ada pula kelompok yang berargumen bahwa sains berkaitan dengan

kehidupan beragama, sebagaimana pendapat salah seorang dari

mereka:

Kaidah-kaidah kimia sesuai dengan ajaran Islam, konsep

energi mengalir dari suhu tinggi ke rendah, sesuai dengan

zakat/sedekah, orbital pada atom sesuai dengan tata surya dan

sebagainya.

Sebagian guru yang memegang keyakinan bahwa ada hubungan

integrasi antara Islam dan kimia karena kimia merupakan bagian dari

ciptaan Allah. Salah seorang guru menyatakan bahwa:

Alam adalah ciptaan Allah sehingga semua hukum alam sesuai

dengan ajaran agama.

Salah seorang dari mereka berpendapat konsep kimia lebih mudah

disampaikan dengan diintegrasikan dengan Al-Qur’an. Guru ini

berpendapat:

Dalam menyampaikan konsep kimia kadang lebih mudah

dijelaskan dengan ayat ayat Al-Qur’an seperti konsep ikatan

kimia, konsep atom, kesetimbangan dan lain-lain. Demikian

juga sebaliknya.

Barbour dalam Mansour (2008) mengatakan bahwa pendukung

kategori integrasi mencari korelasi yang lebih dekat dengan keyakinan

agama tertentu dengan teori ilmiah tertentu daripada yang dianjurkan

40

oleh kategori dialog. Teologi alam diwakili oleh model Tuhan sebagai

Pencipta yang mengekspresikan kepercayaan utama komunitas

religius namun menggabungkan reformulasi teologis sebagai

tanggapan terhadap kosmologi saat ini.

Pendapat Barbour mendukung temuan penelitian ini bahwa

mayoritas guru percaya ada hubungan integrasi antara kimia dan

Islam. Mereka memandang Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu

tetapi juga memandang kimia sebagai bagian dari ciptaan Tuhan. Jadi,

sama sekali tidak ada konflik. Berbeda dengan gagasan dialog tentang

dominasi agama dalam komunikasi antara ilmuwan sains dan ilmuwan

agama, guru menganggap bahwa komunikasi semacam itu harus

didasarkan pada rasa hormat dan kesetaraan. Guru juga memandang

kimia dan Islam sebagai satu kesatuan, dan menganggap bahwa

mereka saling melengkapi satu sama lain. Mereka adalah dua sisi dari

satu koin dan tidak ada perbedaan di antara keduanya. Kata ‘ilm dalam

bahasa Arab dan turunannya sering digunakan dalam Al Qur'an. Ini

berarti pengetahuan dalam pengertian umumnya, termasuk ilmu alam

dan humaniora. Dengan perspektif ini, secara epistemologis, tidak ada

pemisahan ilmu agama dan ilmu sekuler, dan tidak ada dikotomi atau

dualisme - satu-satunya yang ada adalah kategori (Yahya, 2005).

f. Lainnya

Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pandangan

terhadap hubungan Islam dan kimia selain empat pilihan jawaban

yang ditawarkan peneliti (bertentangan, independen, dialog, dan

integrasi). Salah seorang dari mereka berpandangan bahwa ilmu kimia

sesuai dengan ajaran Islam, guru ini beralasan bahwa kimia

merupakan ayat-ayat kauniyah. Salah seorang yang lain berpandangan

hubungan Islam dan kimia sangat kuat kaitannya, dngan argumen

karena yg ada di kimia adalah kehidupan nyata dalam Islam, aplikasi

ciptaan Allah.

41

Dalam penelitian ini, sebanyak 91,9% guru meyakini Islam dan kimia

saling terintegrasi satu sama lain, hal ini tidak perlu diragukan lagi karena

kimia merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta dan perubahan-

perubahan yang terjadi di dalamnya yang mana alam semesta merupakan

ayat kauniyah yang menunjukkan kepada kebesaran Tuhan. Lagipula, bagi

banyak orang, tidak ada pemisahan antara agama dan semua aspek

kehidupan, dan, seperti yang diketahui, Islam bukan hanya agama tapi cara

hidup. Selain itu, Islam mendorong sains dan perolehan pengetahuan. Juga

tidak perlu mempertahankan posisi Islam dalam pengetahuan atau

penelitian. Islam datang untuk mendidik dan untuk memberi manfaat bagi

kehidupan masyarakat. Tidak ada ilustrasi yang lebih baik tentang

hubungan dekat antara Islam dan pengetahuan daripada pernyataan Nabi

Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa: Mencari pengetahuan itu

wajib bagi setiap muslim; bahwa; Mencari pengetahuan selama satu jam

lebih baik daripada berdoa selama tujuh puluh tahun; dan bahwa; Siapa

pun yang mengikuti jalan mencari pengetahuan, Tuhan (Allah) akan

membuat jalannya menuju surga menjadi mudah (Mansour, 2008).

Muslim (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Kimia dalam

Perspektif Islam” menjelaskan mengenai hubungan Islam dan kimia.

Menurutnya, kimia secara tidak langsung sebetulnya sudah muncul pada

saat alam semesta ini terbentuk yang dibuktikan dengan teori big bang

yang menghasilkan unsur Hidrogen (H) dan Helium (He), bukti ini

diperkuat dengan firman Allah dalam QS. Al-Anbiyaa: 30. Unsur-unsur

kimia lainnya terbentuk melalui proses cahaya-cahaya kosmik (cosmic

rays), bintang-bintang berukuran kecil (small stars) dan besar (large

stars), supernova serta unsur yang merupakan buatan manusia (non-

natural). Berdasarkan perkembangan sejarah pun alkimia pertamakali

diperkenalkan pada masa umat muslim pada abad ke-7 (700-1400 M),

yang dibuktikan dengan hasil karya umat muslim ternama seperti: Jabir

bin Hayyan, Ar-Razi atau Rhazez dan Izz Al-Din Al-Jaldaki yang

menghasilkan 200 judul buku yang kemudian diadopsi oleh orang Eropa,

42

diantaranya: Kitab Al-Ushul Al-Kimyai menjadi Book of the Composition

of Alchemy dan Gebrt Arabic Chimia Sive Traditio Summae Perfectioniset

Investigatio Mafisterii; Kitab Asy-Syam Al-Kamil menjadi Sun of

Perfection pada tahun 1678 M, The Work of Geber pada tahun 1678 M

dan Great Arab Alchemist pada tahun 1928 M; Kitab Al-‘Asah menjadi

The Nerves; Kitab Al-Jami menjadi The Universal pada tahun 1498-1866

M. Masa kejayaannya hingga akhir abad ke-11. Kemudian dilanjutkan

oleh ilmuwan eropa pada era Renaissance abad ke-16, yang dipelopori

oleh Francisco Bacon (1561-1626), dimana untuk mendapatkan

pengetahuan yang dikenal sebagai metode ilmiah mengadopsi eksperimen

yang dilakukan Jabir bin Hayyan, dari sinilah lahir kimia modern pada

abad ke -18. Akhir abad ke-19 kimia dibagi menjadi beberapa cabang

yaitu: kimia organik, anorganik, analitik, kimia nuklir dan kimia fisik

(termodinamika dan elektrokimia).

2. Keyakinan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki

dengan cara mengajar kimia

a. Ada pengaruh

Sebanyak 53 orang guru (85,5%) meyakini adanya pengaruh

antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia

mereka di kelas. Dari 53 orang, sebanyak 38 orang mengemukakan

alasan mereka sedangkan 15 orang sisanya tidak mengemukakan

alasan mereka atas jawaban yang mereka pilih. Sebagian besar

kelompok ini meyakini bahwa pengetahuan agama yang baik sangat

mendukung kemampuan mengaitkan ilmu kimia dengan kebesaran

Allah. Sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka:

Sangat jelas karena dengan pemahaman tentang Islam yang

luas akan mempengaruhi cara kita mengajar kimia dengan tetap

memasukkan nilai-nilai keislaman.

Sebagian guru berpendapat bahwa jika pembelajaran kimia

tidak didasari dengan wawasan keislaman akan berhenti sebatas

pelajaran biasa yang tidak bermakna. Sebagian lain berpendapat bahwa

wawasan keislaman menunjang pendidikan aqidah, akhlak/karakter,

43

serta menunjang kesadaran akan kebesaran Allah. Seorang guru

berpendapat:

Setiap yang diajarkan dikaitkan dengan kekuasaan Allah

supaya kita tidak sombong, dan anak-anak tidak mengeluh

mengapa harus belajar kimia.

Ada pula sebagian guru yang meyakini adanya pengaruh

wawasan keislaman yang dimiliki terhadap cara mengajar itu

disebabkan kimia berkaitan dengan Islam, seorang guru mengatakan:

Ya, kimia hanya menjelaskan berdasarkan gejala yang terjadi,

Al-Qur’an menjelaskan mengapa gejala itu bisa terjadi.

Seorang guru menambahkan bahwa pengaruh tersebut

disebabkan cara pandang islami berpengaruh pada pengajaran. Salah

seorang yang lain juga menambahkan bahwa muslim harus

menyesuaikan pengajaran dengan orientasi Islam.

b. Mungkin ada pengaruh

Sebanyak enam orang guru (9,7%) ragu akan adanya pengaruh

antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia

mereka di kelas. Dari enam orang, sebanyak tiga orang memberikan

alasan dan tiga orang lainya tidak memberikan alasan. Salah seorang

guru dari kelompok ini beralasan bahwa dia masih harus belajar dan

jika mengajar kimia tanpa memiliki wawasan keislaman, maka tidak

akan balance, tidak akan ada kepekaan, kebijakan dalam memberikan

pengajaran terhadap siswa. Salah seorang yang lain mengatakan bahwa

masih harus terus belajar, dan salah seorang yang lain pula

mengatakan bahwa makin banyak belajar kimia makin berpikir tentang

ciptaanNya.

c. Tidak ada pengaruh

Hanya tiga orang guru (4,8%) yang tidak meyakini adanya

pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara

mengajar kimia mereka di kelas namun tidak satupun dari mereka yang

menyatakan alasan atas ketidakyakinan mereka tersebut.

44

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru kimia berpendapat

adanya pengaruh dari pandangan mereka tentang hubungan kimia dan

Islam terhadap cara mereka mengajarkan kimia. Sebanyak 85,5% guru

meyakini bahwa wawasan keislaman yang mereka miliki berpengaruh

pada cara mereka mengajar di kelas. Data tersebut diperkuat pula dengan

sebanyak 81,5% guru diantara guru-guru yang memilih pandangan

integrasi berpendapat bahwa wawasan keislaman mereka miliki

berpengaruh terhadap cara mereka mengajar di kelas. Data ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bagaimana guru dengan

cara yang berbeda dalam menghubungkan sains dan agama mengajarkan

ilmu pengetahuan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda sesuai

keyakinan mereka tentang sains dan agama (Jackson et al, 1995; Cobern &

Loving, 2002).

Data ini sesuai pula dengan model PRB mansour bahwa PRB

mempengaruhi cara mengajar guru di kelas. PRB berperan sebagai filter

terhadap pengalaman-pengalaman guru di kelas, guru-guru kemudian

menginterpretasikan pengalaman-pengalaman mereka dengan keyakinan

agama mereka (PRB) sehingga terbentuk keyakinan pedagogis. Bahkan

terkadang guru memaksakan hubungan keyakinan agama mereka dengan

materi pembelajaran yang dibuktikan dengan banyaknya guru yang

mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan materi kimia walaupun hubungan

tersebut tidak sepenuhnya benar menurut ilmu tafsir. Ini membuktikan

bahwa keyakinan agama (PRB) memiliki pengaruh yang sangat kuat

dibandingkan pengetahuan dan pengalaman pedagogis guru. Data ini juga

sesuai dengan karya Nyhof-Young (2000) dan Stolberg (2007), yang

menemukan bahwa pandangan guru tentang sains dan agama mengatur

peran dan pendekatan mereka sendiri dalam pengajaran di kelas. Muslim

(2017) menjelaskan pentingnya mengajarkan hubungan Islam dan kimia

dalam proses pembelajaran. Adapun yang menjadi alasan Islam

menganjurkan untuk belajar ilmu kimia ada tiga hal, yaitu: pertama,

karena kimia selalu berada di sekitar kita, kedua, dengan mempelajari ilmu

45

kimia kita jadi mengetahui keMahaBesaran Allah SWT, dan ketiga, ilmu

kimia merupakan ilmu pengetahuan dimana Allah SWT menjanjikan akan

mengangkat derajat orang-orang berilmu.

3. Keyakinan dalam mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam

a. Yakin

Sebanyak 24 orang guru (38,7%) merasa yakin untuk

mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 24 orang

guru yang memilih jawaban ini sebanyak 17 orang memberikan alasan

sedangkan tujuh orang sisanya tidak memberikan alasan. Keyakinan

sebagian dari mereka dilandasi dengan adanya bekal wawasan

keislaman yang telah mereka miliki sebalumnya. Seorang guru

mengatakan:

Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan

guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin

menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan.

Sebagian lain yakin dengan berlandaskan pemahaman mereka bahwa

pada dasarnya ilmu kimia telah tersirat dalam Al-Qur’an. Salah

seorang guru berargumen bahwa:

Saya merasa yakin karena semua ada penjelasannya di Al-

Qur'an, tetapi dalam level tertentu kita menjelaskan kepada

anak didik dengan bahasa anak yang mudah dimengerti (itu

pengalaman saya selama ini) contoh kesetimbangan alam

dalam hal ini 3 fase air.

Sebagian lain yakin dengan berlandaskan pemahaman mereka bahwa

pada dasarnya ilmu kimia berhubungan dengan Islam. Salah seorang

guru mengatakan:

Saya yakin, kata “kimia” saja berasal dari bahasa arab.

Penciptaan alam semesta, atom dan kesetimbangan alam pasti

bersesuaian dengan Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an bertentangan

dengan ilmu berarti Al-Qur’an punya kelemahan dan itu artinya

Al-Qur’an bukan wahyu. Tapi sampai sekarang tidak ada

temuan ilmu yang bertentangan dengan Al-Qur’an.

Salah seorang guru yakin dengan alasan Al-Qur’an tidak pernah salah.

Ada pula seorang guru yang yakin dengan alasan siswa akan lebih

paham kimia dengan dalil Al-Qur’an, guru ini mengatakan:

46

Saya yakin dengan dalil di Al-Qur’an /agama siswa lebih

mudah memahami dan meyakini teori atau konsep kimia.

Namun sebanyak tiga orang guru mengaku yakin namun alasan yang

mereka kemukakan menunjukkan bahwa mereka tidak yakin untuk

mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Mereka beralasan

karana agama siswa di kelas tidak homogen, takut salah

menghubungkan, dan khawatir terjadi miskonsepsi di kelas.

b. Tidak yakin

Sebanyak 38 orang guru (61,3%) merasa tidak yakin untuk

mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Sebanyak 22

guru memberikan alasan dan 16 orang sisanya tidak memberikan

alasan atas jawaban ini. Alasan ketidakyakinan sebagian mereka

adalah takut salah, perlunya diskusi dahulu dengan yang lebih

mengerti tentang Islam, dan masih perlunya membaca lebih banyak

referensi. Berikut pandangan seorang guru:

Sebelum menyampaikan ke siswa, harus diskusi dahulu dengan

orang yang lebih mengerti tentang Islam, dan harus membaca

banyak referensi.

Seorang guru berpendapat bahwa beliau tidak yakin karena tidak ingin

memaksakan hubungan Islam dan kimia:

Saya justru khawatir jika materi dipaksakan Islami, nantinya

keteraturan struktur kemudian dibantah oleh ketidakpastian

dalam mekanika kuantum dengan pertanyaan: "Jadi Allah

menciptakan keteraturan atau ketidakberaturan?". Jika agama

diyakini benar, tidak patut menjadi alasan untuk membuat sains

menjadi salah. Tidak mematuhi metode ilmiah.

dan juga pendapat salah seorang guru yang menyatakan kimia sudah

dikuasai non muslim:

Karena kita mengajarkan dari ilmu kimia, yang sedikit banyak

sudah dikuasai oleh non muslim, tetapi sudah dideklarasikan.

Ada pula yang berpendapat bahwa kimia disalahgunakan pihak yang

bertanggung jawab, seorang guru mengatakan:

Karena siswa meyakini bahwa dasarnya perkembangan ilmu

pengetahuan adalah untuk kemaslahatan umat. namun ada

47

pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab telah menyalah-

gunakannya.

Namun sebanyak 14 orang guru mengaku tidak yakin namun alasan

yang mereka kemukakan menunjukkan bahwa mereka yakin untuk

mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Mereka beralasan

bahwa ada hubungan saling dukung antara Islam dan kimia, kimia

memperjelas tanda-tanda kekuasaan Allah, dan karena Islam itu benar

dan haq.

4. Pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam

a. Ada pengalaman

Sebanyak 11 orang guru (17,7%) memiliki pengalaman

mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Selain pelatihan atau

workshop, mereka juga mendapatkan wawasan tentang isu Islam dan

kimia dari buku, artikel dari internet, video youtube, video karya

Harun Yahya, serta dari kurikulum dan silabus pembelajaran.

b. Tidak ada pengalaman

Sebanyak 51 orang guru (82,3%) memiliki pengalaman

mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Mereka justru sangat

menginginkan adanya pelatihan yang khusus membahas isu Islam dan

kimia. Sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka:

Justru yang saya inginkan workshop, seminar, atau artikel

kimia yang berkaitan dengan Islam, karena sepertinya untuk

workshop atau seminar saya belum pernah mendengarnya.

5. Mulai mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas

a. Jika siswa meminta

Dari jawaban kuesioner tidak satupun guru (0%) yang

menyatakan akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai

Islam di kelas dengan alasan permintaan siswa.

b. Jika terdapat di buku teks

Terdapat satu orang guru (1,6%) yang menyatakan akan mulai

mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas jika terdapat

di buku teks. Guru ini beralasan:

48

Siswa bisa membaca buku berulang ulang yang dengannya

materi bisa menyentuh perasaan dan pikiran siswa.

c. Jika ada topik yang mendukung

Sebanyak 46 orang guru (74,2%) yang menyatakan akan mulai

mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas jika ada topik

yang mendukung. Dari 46 orang, sebanyak 26 orang memberikan

alasan dan 20 orang sisanya tidak memberikan alasan. Rata-rata dari

mereka beralasan bahwa tidak semua topik bisa dihubungkan secara

langsung dengan nilai-nilai keislaman sehingga dengan adanya topik

yang mendukung akan lebih memperkuat argumen dan penjelasan saat

mereka mengajar di kelas serta tidak terkesan memaksakan. Berikut

pandangan seorang guru:

Tidak selalu bisa dipaksakan untuk mengaitkan setiap materi

dengan Islam, tapi kalau secara umum memang selalu terkait.

Namun kita tidak perlu selalu mengaitkan kalau sifatnya

umum.

Dan didukung oleh pendapat yang lain:

Dengan topik yang mendukung maka akan lebih memperkuat

argumen dalam mengajar.

Salah seorang guru menambahkan bahwa topik yang cocok akan

mempermudah penjelasan:

Karena biasanya topik yang pas mempermudah memberikan

pembahasan wawasan keislaman.

Seorang guru beralasan karena banyak topik kimia yang berhubungan

dengan Islam, guru ini mengatakan:

Banyak topik kimia yang berhubungan dengan ayat-ayat atau

tanda tanda kebesaran Alloh swt., contoh sederhananya adalah

kata kimia berasal dari bahasa arab yang notabenenya

merupakan bahasa Al-Qur’an dan Islam.

Ada pula yang beralasan karena pemahaman masing-masing siswa

berbeda, sebagaimana pendapat seorang guru:

Karena pemahaman anak didik bervariasi sehingga cara yang

tepat dan aman dari segi konsep kimianya adalah dengan cara

seperti pilihan diatas.

49

Salah seorang yang lain yang lain berargumen bahwa alokasi waktu

tidak akan cukup jika semua materi dikaitkan dengan nilai keislaman,

guru ini berkata:

Karena waktu tidak cukup, maka hanya dikaitkan jika sampai

pada topik yang berkaitan langsung.

d. Lainnya

Terdapat 15 orang guru (24,2%) yang memiliki pendapat diluar

pilihan jawaban kuesioner pada pertanyaan ini. Dalam kelompok ini,

11 orang memberikan alasan dan empat orang sisanya tidak

memberikan alasan. Mayoritas guru-guru ini menyarankan agar

mengajar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan kapan

saja bahkan setiap kali mengajar karena pada dasarnya kimia

menjelaskan kebesaran Allah sebagaimana pendapat seorang guru:

Sebaiknya di setiap topik pembelajaran, sebagai wujud

bersyukur terhadap Allah SWT bahwa setiap materi

pembelajaran kimia memiliki manfaat untuk kehidupan

manusia, jika dipergunakan secara bijak.

Diantara guru-guru ini ada yang berpendapat bahwa materi kimia

dihubungkan dengan Islam jika ada bagian sejarah kimia yang

menyebut tentang ilmuwan muslim. Bahkan ada beberapa guru yang

menyatakan bahwa materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam sudah

tercantum dalam kurikulum sekolahnya dan semua guru diwajibkan

memakainya, berikut pernyataan seorang guru:

Karena saya mengajar di sekolah Islam terpadu yang

menggunakan KTSP berpadu dengan JSIT yang menuntut para

guru menyusun RPP yang didalamya ada ayat yang

berhuhungan dengan materi kimia. tapi banyak materi yang

saya ajarkan sebagian saya belum dapat materi yang

berhubungan dengan kimia.

Sebanyak 61,3% guru tidak yakin dalam mengajar isu Islam dan kimia,

dan sebanyak 82,3% guru mengatakan belum pernah mengikuti pelatihan yang

membahas isu Islam dan kimia. Lebih dari setengah (61,4%) guru-guru yang

memilih pandangan integrasi juga mengatakan tidak yakin untuk memulai

50

mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam, dan dari 57 guru

yang memilih pandangan integrasi, hanya 19,3% yang memiliki pengalaman

mempelajari isu Islam-kimia. Dua pasang data ini saling berhubungan sebab

akibat yakni tidak yakinnya mayoritas guru dalam mengajarkan kimia yang

terintegrasi nilai-nilai Islam dikarenakan mayoritas guru tidak pernah

mengikuti pelatihan maupun mendapatkan materi yang membahas hubungan

Islam dan kimia. Hal ini juga diperkuat dengan data angket bahwa 85,1% guru

yang memilih orientasi sains-islam dalam mengajarkan kimia terintegrasi nilai-

nilai Islam dan 72,7% guru yang yakin untuk memulai pembelajaran kimia

terintegrasi Islam tidak memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia,

dan diperkuat pula dengan data lain yang menunjukkan bahwa 74,2% guru

akan mulai mengajar kimia terintegrasi nilai keislaman jika ada topik yang

mendukung. Ini menunjukkan bahwa guru-guru masih belum siap dari segi

mental dan konten materi. Menurut Mansour (2008), pembuat keputusan

pendidikan dan pendidik sains di seluruh dunia harus diberi tahu bahwa

kepercayaan religius guru bersifat variabel yang sangat efektif yang dapat

memberi pengaruh positif atau negatif terhadap keseluruhan proses pendidikan.

Hal itu juga menunjukkan bahwa kepercayaan religius guru dapat dianggap

sebagai faktor positif dalam mengembangkan sikap positif antar guru terhadap

sains dan pengajaran sains.

Oleh karena itu disarankan agar para pengambil keputusan,

pengembang kurikulum dan pendidik sains harus melakukan refleksi dan

diskusi yang matang mengenai pengembangan berbagai program studi. Ini

akan bertindak sebagai sumber pengetahuan formal tentang hubungan antara

Islam dan kimia dan juga akan melatih guru bagaimana untuk

memperdebatkan isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan kimia. Dalam hal

ini, Nyhof-Young (2000) berpendapat bahwa sebagai pendidik, adalah peran

kunci kita untuk mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum agar sesuai

dengan pengetahuan, prioritas dan konteks pengajaran kita yang unik yang

dalam konteks ini adalah disesuaikan dengan nilai-nilai Islam.

51

Kurikulum sains harus menyajikan pandangan yang berbeda tentang

sains dan agama, dan juga harus mempertanyakan gagasan bahwa ada konflik

antara sains dan agama untuk menunjukkan kontradiksi palsu antara sains dan

agama. Seperti yang dicatat Hefner (2002), hal ini dapat dicapai dengan

memperdebatkan alasan konflik palsu ini pada tiga tuduhan. Pertama, sains

telah sampai pada suatu titik di mana metode mencari pengetahuan dan

kebenarannya berbeda secara substansial dari agama. Kedua, dalam dua

pencarian kebenaran, penggunaan bahasa dan konsep juga berbeda. Ketiga,

baik sains maupun agama telah dikooptasi oleh kekuatan masyarakat dan

budaya yang kepentingannya berbeda cenderung menonjolkan konflik antara

sains dan agama. Dengan demikian, peran kita sebagai pendidik guru sains

khususnya kimia adalah untuk membuat guru kita mendapatkan lebih banyak

kesadaran akan penggunaan bahasa. Perbedaan antara bahasa ilmiah dan

agama, dan sifat ekspresi kuno makna. Pendidikan guru sains harus melatih

guru agar perspektif ilmiah dan religiusnya sesuai (Katz, 2002), karena guru

kimia harus mengenali hubungan timbal balik antara kimia dan agama. Sains

yang dalam hal ini adalah ilmu kimia harus mengakui kebutuhan manusia akan

pengalaman religius, dan agama perlu mengenali dan mempercayai keinginan

untuk memiliki pengetahuan ilmiah yang lebih luas mengenai kehidupan

manusia dan lingkungan mereka. Tidak perlu ada konflik antara domain ini:

sains adalah proses manusia dan agama menjelaskan apa yang membuat kita

tetap manusiawi (Katz, 2002).

Dalam hal ini, Bausor & Poole (2002) menyarankan tiga cara di mana

pendidikan guru sains dapat membantu dalam mengajarkan isu-isu sains

khususnya kimia dan agama dari segi pedagogis: (1) dengan menawarkan

kursus; (2) dengan menawarkan bantuan kepada penyedia pendidikan guru

awal dalam meliput isu-isu tersebut; (3) dengan memproduksi bahan tulis dan

bahan lainnya yang merinci poin utama yang ditujukan untuk membantu guru

sains untuk membahas beberapa faktor spiritual/religius dalam pengajaran

sains. Dalam hal integrasi Islam dan kimia dari segi konten materi, Muslim

(2017) dalam bukunya yang berjudul “Kimia Dasar Islami Jilid I” mengatakan

52

bahwa ada beberapa konsep kimia yang dapat diintegrasikan dengan keislaman

diantaranya: Sejarah Perkembangan Ilmu Kimia Menurut Pandangan Islam,

Asal Mula Unsur-unsur Kimia dalam Pandangan Islam, Struktur Atom

Menurut Islam, Ikatan Kimia yang Terdapat pada Molekul Air dan DNA

Manusia dalam Merespon Do’a, Konsep Stoikiometri Menjelaskan Keteraturan

Alam Semesta kepada Pencipta-Nya, Konsep Hukum Termodinamika I, II, dan

III dapat Menjelaskan Terjadinya Peristiwa Hari Kiamat, Kesetimbangan

Kimia Menurut Al-Qur’an, Konsep Asam-Basa Menjelaskan Fenomena Hujan

Asam, Peran Larutan Penyangga dalam Tubuh Manusia, Peran Konsep

Hidrolisis Garam dalam Mengatasi Penyakit Maag dan Masalah Pertanian

Menurut Islam, dan Aplikasi Sifat Koligatif Larutan dalam Kehidupan Sehari-

hari.

6. Tanggung jawab mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam

a. Guru kimia

Sebanyak 27 orang guru (43,5%) berpendapat bahwa guru

kimialah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia

terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 27 orang yang memilih jawaban ini,

17 orang memberikan alasan dan sepuluh orang tidak memberikan

alasan atas jawaban yang mereka pilih. Rata-rata mereka beralasan

bahwa yang paling tahu cara menghubungkan materi kimia dan nilai-

nilai keislaman adalah guru mata pelajaran kimia itu sendiri karena

guru kimia yang beragama Islam sudah tentu memiliki pengetahuan

tentang nilai-nilai keislaman sehingga tinggal menghubungkan dengan

konten materi kimia. Seorang guru berpendapat bahwa:

Yang lebih tahu tentang kimia adalah guru kimia. Guru kimia

harus mengaitkan ilmu yang diajarkannya dengan ajaran Islam.

guru kimia bisa belajar tentang Islam, karena belajar tentang

Islam adalah kewajiban semua umat Islam. Tapi guru agama

tidak bisa belajar kimia tanpa bantuan institusi pendidikan

kimia.

Salah seorang dari mereka beralasan bahwa guru kimia juga orang

Islam. Salah seorang yang lain berpendapat bahwa guru kimia perlu

berkomunikasi dengan guru agama Islam, guru ini mengatakan:

53

Karena sambil mengajar kimia kita juga perlu komunikasi

dengan guru agama mengenai suatu materi yang belum kita

ketahui cara mengaitkannya dengan agama misalnya atom,

ayat apa yang terdapat di dalamnya dan aplikasinya

bagaimana.

Ada yang berargumen bahwa guru agama tidak menguasai konsep

kimia, sehingga kemungkinan tidak tahu korelasinya. Ada pula yang

berpendapat bahwa guru harus mengajar sesuai kompetensisnya

masing-masing. Dan didukung pulah oleh salah seorang dari mereka

yang berpendapat bahwa ilmu kimia spesifik sedangkan ilmu agama

fardhu a'in.

b. Guru Agama Islam

Hanya satu orang guru (1,6%) berpendapat bahwa guru agama

Islam yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia

terintegrasi nilai-nilai Islam. Alasan guru ini adalah guru Agama Islam

dapat membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara Agama Islam

dan Kimia.

c. Keduanya

Sebanyak 30 orang guru (48,4%) berpendapat bahwa keduanya

(guru kimia dan guru agama Islam) yang bertanggung jawab dalam

mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 30 orang

yang memilih jawaban ini, seluruhnya memberikan alasan yang

beragam. Sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa guru kimia

dan guru agama Islam perlu saling mendukung/berintegrasi dan

menjalin komunikasi satu sama lain untuk memperkuat argumen

tentang integrasi Islam dan kimia sehingga penjelasan guru di kelas

dapat membuat peserta didik lebih paham. Berikut pandangan seorang

guru:

Guru kimia dan guru agama Islam harus bersinergi, guru kimia

dapat belajar dengan guru agama Islam untuk memahami ayat-

ayat yang terkait dengan fenomena kimia demikian sebaliknya.

dan diperkuat oleh pendapat guru lain yang menyatakan bahwa:

54

Guru kimia perlu mengaitkan kimia dengan Islam dalam

pembelajaran agar sifatnya lebih kontekstual dan transmisi nilai

terjadi secara terus-menerus. Hal tersebut perlu dukungan dari

guru agama agar materi pelajaran yang sangat dekat dengan

kimia dikaitkan agar pembelajaran menjadi saintifik dan saling

mendukung antar setiap mata pelajaran.

Sebagian dari mereka berargumen bahwa guru agama Islam dan guru

kimia harus bisa mengaitkan Islam dan kimia. Sebagaimana pendapat

salah seorang dari mereka:

Guru agama Islam dan guru kimia hendaklah memiliki

kompetensi keterkaitan kedua ilmu tersebut.

Ada pula sebagian dari mereka yang berargumen bahwa guru yang

paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan Islam. Berikut

pandangan dari salah seorang guru:

Integrasi hanya bisa diajarkan oleh siapapun yang paham

keduanya.

d. Lainnya

Terdapat empat orang guru (6,5%) yang memiliki pendapat

diluar pilihan jawaban kuesioner pada pertanyaan ini. Salah satu dari

mereka berpendapat bahwa yang bertanggung jawab dalam

mengajarkan isu Islam dan kimia adalah semua umat Islam dengan

alasan bahwa umat Islam harus tahu bahwa semua ciptaan Allah di

alam adalah berkaitan dengan kimia, dan harus di syukuri dengan

mempelajarinya, dan tidak menyalahgunakannya. Salah seorang yang

lain berpendapat bahwa yang bertanggung jawab adalah guru apa saja

yang mampu memberi penjelasan dengan alasan bahwa ilmu kimia

juga mencatut ilmu yang lain. Sedangkan terdapat seorang guru dari

kelompok independen – yang meyakini bahwa Islam dan kimi tidak

berkaitan satu sama lain – yang berpendapat bahwa tidak ada yang

bertanggung jawab dalam mengajarkan isu Islam dan kimia

dikarenakan Islam dan kimia memang tidak berkaitan atau saling

independen satu sama lain.

7. Preferensi mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam

55

a. Dengan orientasi saintifik

Sebanyak sembilan orang guru (14,5%) menyarankan agar

materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi

saintifik. Dari sembilan orang hanya dua orang guru yang memberikan

alasan sedangkan tujuh orang sisanya tidak memberikan alasan. Salah

seorang guru dari kelompok ini berargumen bahwa saintifik itu berarti

logis, dan logis itu Islami karena Islam itu logis. Salah seorang yang

lain berargumen bahwa isu Islam dijadikan sebagai pendukung dan

penegasan terhadap sains.

b. Dengan orientasi Islam

Hanya satu orang guru (1,6%) menyarankan agar materi kimia

terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi Islam. Guru ini

beralasan bahwa materi kimia juga dibahas dalam Al-Qur’an.

c. Dengan orientasi sains-Islam

Sebanyak 50 orang guru (80,6%) menyarankan agar materi

kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi sains-

Islam. Dari 50 orang, sebanyak 26 orang memberikan alasan

sedangkan 24 sisanya tidak memberikan alasan. Kelompok ini

berargumen bahwa akan lebih mudah dipahami jika materi kimia

terintegrasi nilai-nilai keislaman diajarkan dengan orientasi sains-Islam

karena keduanya saling berkaitan dan saling mendukung. Berikut

pandangan seorang guru:

Ada keterkaitan antara sains dan Islam, justru siswa harus lebih

memahami bahwa adanya penciptaan alam semesta, atom,

keseimbangan alam harus menambah keyakinan siswa terhadap

Islam.

salah seorang guru menambahkan:

Banyak temuan baru yang sebenarnya sudah dijelaskan 14 abad

yang lalu di dalam Al-Qur’an, dan sebaliknya banyak temuan

baru yang justru memperkuat kebenaran ayat-ayat dalam Al-

Qur’an.

Sebagian dari mereka memilih orientasi sains-Islam dengan alasan

agar siswa tidak bingung, tidak kaku pola pikirnya, dan agar siswa

56

lebih mengerti dan menerima penjelasan guru, serta konsep kimia

lebih mudah disampaikan jika dihubungkan dengan Islam. Ada pula

yang beralasan bahwa kimia dan Islam tidak bisa dipisahkan. Salah

seorang guru menambahkan alasan yakni agar penjelasan konsep

kimia bisa diterima dari sisi sains maupun Islam.

d. Lainnya

Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pendapat lain

selain tiga pilihan yang peneliti tawarkan. Salah seorang guru

mengatakan bahwa beliau mengajarkan kimia dengan orientasi sains

KTSP dengan alasan mengikuti aturan sekolah. Salah seorang yang

lain mengatakan bahwa isu kimia-Islam diajarkan sambil lalu

mengajarkan konsep kimia secara umum.

Poole (1996) berpendapat bahwa kompatibilitas diperlukan antara

pendidikan agama dan pendidikan sains. Sebanyak 48,4% guru kimia dan

54,3% dari guru yang memilih pandangan integrasi berpendapat bahwa

mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam merupakan tanggungjawab

guru kimia dan guru agama Islam, dan sebanyak 80,6% guru kimia dan

66,7% guru yang memilih pandangan integrasi menyarankan agar materi

kimia diajarkan dengan orientasi sains-Islam. Data ini masih berhubungan

dengan data yang dibahas sebelumnya bahwa mayoritas guru belum

memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia, sehingga para guru

menginginkan tanggungjawab integrasi Islam dan kimia dibebankan tidak

hanya kepada guru kimia namun juga kepada guru PAI. Hal ini ditujukan

agar guru kimia dapat mengembangkan wawasan keislaman dan cara

mengintegrasikannya dengan benar kepada guru PAI. Ini sesuai dengan

penelitian Mansour (2008) bahwa dalam budaya dimana agama memiliki

pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat terutama dalam hal ini

Indonesia yang merupakan negara dengan mayorutas penduduk beragama

Islam, pengembangan kurikulum sains harus dilakukan dalam kemitraan

antara pendidik sains dan ilmuwan agama, terutama yang berkaitan dengan

isu ilmiah sosial yang terkait dengan agama. Proses ini akan memberi

57

kesempatan untuk menantang keyakinan religius pribadi guru, untuk

mengenalkan persepsi sikap religius yang sesuai, dan membiarkan pintu

terbuka untuk pandangan yang berbeda dan pemahaman yang berbeda.

Sebagai contoh penyampaian materi kimia dengan orientasi sains-

Islam, Muslim et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pembelajaran Kimia melalu Metode Eksperimen Berbasis Bahan Sehari-

hari Ditinjau dalam Perspektif Islam” memberikan contoh pembelajaran

yang islami melalui metode eksperimen berbasis bahan sehari-hari dalam

pembelajaran kimia. Kreativitas guru dituntut untuk terus berkreasi

melakukan inovasi pendidikan terutama dalam pelaksanaan praktikum.

Banyak guru yang tidak melaksanakan praktikum kimia dengan alasan

ketidaktersediaannya peralatan laboratorium. Disini Islam mengajarkan

kepada pengikutnya untuk tidak mempersulit proses pembelajaran dalam

pelaksanaan praktikum kimia seperti yang dinyatakan dalam surat Al-

Baqarah: 185, An-Nisa’: 28, dan Al-Hajj: 78. Islam memberikan solusi

seperti yang tertuang dalam surat Hud: 61, dengan memanfaatkan alam

sekitar (peralatan sehari-hari) untuk praktikum kimia, sehingga tidak ada

lagi alasan bagi para guru untuk tidak melaksanakan praktikum kimia.

Bahkan berbagai penelitian relevan menunjukkan bahwa praktikum

(eksperimen) berbasis bahan sehari-hari dapat meningkatkan aktivitas,

minat, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia.

Muslim et al. (2014) juga memberikan contoh sintaksis pembelajaran

kimia melalui metode eksperimen berbasis bahan sehari-hari ditinjau

dalam perspektif Islam, yaitu: Pertama dengan mempelajari secara

mendalam materi yang akan diajarkan, lalu mencari hubungan setiap

konsep yang ada dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, setelah menemukan suatu fenomena, cobalah berrpikir bagaimana

mengangkat fenomena tersebut menjadi suatu rancangan percobaan

sederhana. Ketiga, membuat langkah-langkah pengujian pembuktiannya.

Keempat melakukan ujicoba sesuai dengan rancangan yang dibuat.

Kelima, menuliskan rancangan dengan format urutan sederhana yang

58

terdiri dari: judul, tujuan percobaan, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja,

tabel dasar, pertanyaan, kesimpulan, dan daftar pustaka.

Dalam penelitian Mansour (2008) disebutkan bahwa ada beberapa

orang yang diwawancarai dalam penelitiannya mengatakan bahwa

kurikulum sains saat ini mencerminkan monokultur, yaitu budaya Barat

dan bukan budaya Arab mereka. Mereka mengatakan bahwa kurikulum

difokuskan pada pengembangan sains oleh ilmuwan Barat, dan ini

mungkin berdampak negatif terhadap identitas siswa dan sikap mereka

terhadap pembelajaran sains atau mengambil karir di bidang sains. Dalam

hal ini, Reiss dalam Mansour (2008) menyebutkan bahwa ketika sains

diletakkan dalam konteks historis di sekolah, konteks itu sering bias,

dengan karya ilmuwan kulit putih yang terlalu terwakili. Oleh karena itu,

ada kebutuhan bagi pengembang kurikulum untuk memikirkan apa yang

oleh Reiss disebut ilmu multikultural, di mana siswa bisa dibantu untuk

melihat bahwa sains adalah kegiatan budaya, dan tidak dapat dihindari

bahwa budaya yang berbeda akan menghasilkan ilmu yang berbeda.

Dalam hal ini, Loo (2001) berpendapat bahwa pendidikan sains harus

memperhatikan pengajaran pengetahuan ilmiah. Epistemologi sains tidak

seobjektif seperti yang terlihat. Karena sains adalah cabang pengetahuan

yang dihasilkan oleh manusia, penyelidikan ilmiah adalah proses

humanistik yang tidak didirikan semata-mata berdasarkan landasan akal.

Stanley & Brickhouse (2001) berpendapat bahwa sains kita adalah ilmu

manusia, dan kenyataan itu - apapun yang kita dapatkan darinya - adalah

artefak praktik konsensual dari komunitas manusia yang layak. Oleh

karena itu, pendidikan guru harus mempersiapkan guru untuk memiliki

pengetahuan ilmiah dan religius, sehingga mereka dapat membantah

masalah baik secara ilmiah maupun agama, berdasarkan bukti yang

didukung. Dalam pemahaman kita tentang konsep kewarganegaraan

global, perlu dipikirkan bagaimana sains dan agama dipresentasikan

kepada murid-murid di kelas yang multikultural dalam hal agama

(misalnya, Muslim, Kristen, dan lain-lain). Sains harus disampaikan

59

kepada semua siswa kita sebagai warganegara kita di masa depan. Dalam

hal ini, saya sangat setuju dengan Loving & Foster (2000) bahwa guru

sains saat ini dihadapkan pada tantangan menakutkan untuk memastikan

literasi sains bagi semua siswa. Siswa harus keluar dari sekolah dengan

pemahaman yang lebih baik tentang sifat sains dan bagaimana hasilnya.

Memenuhi tantangan ini membutuhkan pemahaman sains yang

komprehensif sebagai sebuah disiplin.

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kimia tentang

integrasi Islam dan kimia. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan

pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, mayoritas guru (91,9%)

mendukung dan meyakini bahwa materi kimia dapat diintegrasikan

dengan nilai-nilai keislaman dan mayoritas guru (85,5%) meyakini bahwa

wawasan keislaman yang mereka miliki berpengaruh terhadap cara

mereka mengajar kimia di kelas.

2. Lebih dari setengah (61,3%) guru-guru mengatakan tidak yakin untuk

memulai mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam

dikarenakan sebagian besar dari mereka (82,3%) belum memiliki

pengalaman mempelajari isu Islam-kimia.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang

belum terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran

tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah khususnya Kemendikbud sebagai pengembang kurikulum

harus harus diberi tahu bahwa kepercayaan religius guru bersifat variabel

yang sangat efektif yang dapat memberi pengaruh positif atau negatif

terhadap keseluruhan proses pendidikan. Hal itu juga menunjukkan

bahwa kepercayaan religius guru dapat dianggap sebagai faktor positif

dalam mengembangkan sikap posiif antar guru terhadap kimia dan

pengajaran kimia. Oleh karena itu disarankan agar para pengambil

keputusan, pengembang kurikulum dan pendidik sains harus melakukan

refleksi dan diskusi yang matang mengenai pengembangan berbagai

program studi. Ini akan bertindak sebagai sumber pengetahuan formal

tentang hubungan antara Islam dan kimia dan juga akan melatih guru

61

bagaimana untuk memperdebatkan isu-isu yang berkaitan dengan Islam

dan kimia.

2. Universitas-universitas terutama universitas Islam pada umumnya harus

mengembangkan mata kuliah maupun mengadakan pelatihan yang

mengajarkan integrasi Islam dan kimia sehingga dapat mencetak lulusan-

lulusan yang mampu mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-

nilai Islam dengan lisan maupun tulisan.

3. Guru-guru kimia terutama yang beragama Islam harus proaktif dalam

menambah pengetahuannya tentang isu-isu Islam dan kimia melalui

training/pelatihan, media cetak maupun digital, dan diskusi bersama guru

agama Islam memperkuat argumen saat mengaitkan materi kimia dan

nilai-nilai keislaman agar penjelasan guru lebih mudah diterima siswa.

4. Penelitian selanjutnya harus melakukan validasi konstruk untuk instrumen

yang diadaptasi agar instrumen lebih valid dan dapat diterima, dan harus

mengumpulkan data guru yang berkaitan dengan semua komponen pada

model PRB Mansour (2008) serta memperbanyak responden agar data

lebih kaya dan argumen lebih kuat.

62

Daftar Pustaka

Ahmed, I. “Islamic Contributions to Modern Scientific Methods.” Kuliah

disampaikan pada acara the tenth anniversary of the Centre for Faith and

Science Exchange, 20 Maret, Boston: Islamic Society of Boston, 1999.

Anas, Norazmi. The Integration of Knowledge in Islam: Concept and Challenges.

Global Journal of Human-Social Science Research. 2013.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta. 1998.

Asghar, Anila. Canadian and Pakistani Muslim teachers’ perceptions of

evolutionary science and evolution education. Evolution: Education and

Outreach. 6, 2013.

Bausor, J. dan Poole, M. Science-and-Science in the Agreed Syllabuses: an

investigation and some suggestions, British Journal of Religious Education.

25, 2002.

Chang, Raymond. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.

2005.

Cobern, W. dan Loving, C. Investigation of Preservice Elementary Teachers’

Thinking about Science, Journal of Research in Science Teaching. 39, 2002.

Djudin, Tomo. Menyisipkan Nilai-Nilai Agama dalam Pembelajaran Sains: Upaya

Alternatif Memagari Aqidah Siswa, Jurnal Khatulistiwa. 1, 2011.

Drever, James. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara. 1988.

Esbenshade Jr, Donald H. Student perceptions about science & religion. The

American Biology Teacher. 1993.

Fatonah, Siti. Intergrasi Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran (Studi Kasus

Pembelajaran Kimia di SMA Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta). 2009.

Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Fitrianasari, Hanik. Persepsi Guru terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

Sesuai Latar Pendidikan di Kabupaten Blitar. Jurnal Pendidikan Khusus.

2015.

63

Hefner, P. How Science Is a Resource and a Challenge for Religion: perspective

of a theologian, Zygon. 37, 2002.

Hokayem, Hayat, and Saouma BouJaoude. College students' perceptions of the

theory of evolution. Journal of Research in Science teaching. 45, 2008.

Jackson, D., et al., Hearts and Minds in the Science Classroom: the education of a

confirmed evolutionist, Journal of Research in Science Teaching. 32, 1995.

Katz, S.H. Questions for a Millennium: religion and science from the perspective

of a scientist, Zygon. 37, 2002.

Khalijah., et al., Teachers’ Concerns, Perception and Acceptance toward Tauhidic

Science Education. 4, 2011.

Loo, S. Islam, Science and Science Education: conflict or concord?. Studies in

Science Education. 36, 2001.

Loving, C. & Foster, A. The Religion-in-the-science-classroom Issue: seeking

graduate student conceptual change, Science Education, 84, 2000.

Lutfi, Ikhwan., et al., Psikologi Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2009.

M. Echols, Jhon., dan Sadily, Hasan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia. 1995.

Maman Kh, Pola Berpikir Sains: Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan

Islam. Bogor: QMM Publishing. 2012.

Mansour, Nasser. Religious beliefs: A hidden variable in the performance of

science teachers in the classroom. European Educational Research Journal.

7, 2008a.

Mansour, N. The Experiences and Personal Religious Beliefs of Egyptian Science

Teachers as a Framework for Understanding the Shaping and Reshaping of

their Beliefs and Practices about Science‐Technology‐Society (STS).

International Journal of Science Education. 30, 2008b.

Mansour, Nasser. Science teachers’ interpretations of Islamic culture related to

science education versus the Islamic epistemology and ontology of science.

Cultural studies of science education. 5, 2010.

Mansour, Nasser. Science teachers' views of science and religion vs. the Islamic

perspective: Conflicting or compatible?. Science Education. 95, 2011.

64

Mansour, Nasser. Science Teachers’Views and Stereotypes of Religion, Scientists

and Scientific Research: A call for scientist–science teacher partnerships to

promote inquiry-based learning. International Journal of Science Education.

37, 2015.

Muslim, Buchori., et al., Pembelajaran kimia melalui metode eksperimen berbasis

lingkungan alam sekitar ditinjau dalam perspektif islam. TARBIYA: Journal

of Education in Muslim Society. 1, 2014.

Muslim, Buchori. “Kimia dalam Perspektif Islam.” Makalah disampaikan pada

Proceeding Seminar & Bedah Buku “Islam Dan Sains Upaya

Pengintegrasian Islam Dan Sains Di Indonesia”, Jakarta: UIN Jakarta,

2016.

Muslim, Buchori. Kimia Dasar Islami Jilid 1. Belum diterbitkan. 2017.

Mutmainah, Nina. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999.

Nyhof-Young, J. Education for the Heart and Mind: feminist pedagogy and the

religion and science curriculum, Zygon. 35, 2000.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008.

http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=

2164&filename=PP%2074%20Tahun%202008.pdf

Poole, M. … for more and better religious education. Science & Education, 5,

1996.

Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. 2006.

Sabri, Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangannya. Jakarta: CV. Pedoman

Ilmu Jaya. 1993.

Saputro, A. N. C. Pengintegrasian nilai-nilai relegius dalam buku pelajaran kimia

sma/ma sebagai metode alternatif membentuk karakter insan mulia pada

siswa. Prosiding Seminar Biologi. 8, 2011.

Sarwono, Wirawan, Sarlito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan

Bintang. 1986.

Stanley, W. dan Brickhouse, N. Teaching Sciences: the multicultural question

revisited, Science Education, 85. 2001.

65

Stolberg, T. The Religio-scientific Frameworks of Pre-service Primary Teachers:

an analysis of their influence on their teaching of science, International

Journal of Science Education. 29, 2007.

Sudrajat, Ajat, dan Putri Lynna A, Luthan. Pengembangan Buku Ajar Kimia

SMA/MA Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Siswa. Jurnal Penelitian

Bidang Pendidikan. 21, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.

Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada. 2007.

Trianto,. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya

dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara. 2010.

Turgut, Halil. Pre-Service Science Teachers' Perceptions about Relationship

between Religion and Science in the Context of Their Worldviews.

International Online Journal of Educational Sciences. 8, 2016.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.

http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf

Wood, Julia. Communication in Our Lives. Belmont: Wadsworth Publishing.

1997.

Company. Yahya, I. “Integration of Religion and Science in the Indonesian State

Islamic Universities.” Makalah disampaikan pada Science and Religion:

Global Perspectives program, 4-8 June, Philadelphia : Metanexus Institute,

2005.

Zain, Saidi, et al. Development Of Integrated Science Textbooks By Applying

The Enrich Tool. Journal of Education and Social Sciences. 2016.

66

Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi

67

Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi

68

Lampiran 2. Surat Permohonan Validasi

69

Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen

70

Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen

71

Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen

72

1. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan Islam dan kimia?

a. Bertentangan

b. Independen, tidak berkaitan satu sama lain

c. Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam

d. Integrasi, saling mendukung satu sama lain

e. Lainnya:_______________________________________________

Alasan:___________________________________________________

_________________________________________________________

________________________________________________

2. Siapa yang menurut Anda yang bertanggung jawab dalam mengajarkan

hubungan antara kimia dan Islam?

a. Guru kimia

b. Guru Agama Islam

c. Keduanya

d. Lainnya:_______________________________________________

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

3. Apakah wawasan keislaman Anda mempengaruhi cara Anda mengajar

kimia? Bagaimana?

a. Ya

b. Tidak

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

4. Kapan kiranya Anda bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia?

a. Jika siswa meminta

b. Jika terdapat di buku teks

c. Jika ada topik yang mendukung

d. Lainnya:_______________________________________________

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

5. Apakah Anda merasa yakin saat Anda mengajarkan materi yang

mengandung isu Islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan

alam semesta, atom, kesetimbangan alam)?

a. Yakin

b. Tidak yakin

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

6. Bagaimana cara Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islam-

kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

a. Dengan orientasi saintifik

b. Dengan orientasi Islam

Lampiran 4. Instrumen Penelitian

73

c. Dengan orientasi sains-Islam

d. Lainnya:_______________________________________________

Alasan:______________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

7. Pernahkah Anda pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca

artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya?

Jika iya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel

yang Anda ikuti dan Anda baca tersebut!

a. Ya

b. Tidak

Rincian:_____________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________

74

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam

Karena apa yg kita ajarkan sdh tercantum dan nyata tertulis di al-qur'an

fenomena sains dalam alquran

Ilmu kimia sesuai dengan ajaran islam

Kimia merupakan ayat-ayat kauniyah

alam adalah ayat Tuhan

Independen, tidak berkaitan satu sama lain

Agama berasal dari iman, tanpa perlu membuktikan. Pertanyaan dan mempertanyakan bisa dan diperbolehkan. Tapi berangkat dari kepercayaan. Sains berasal dari ketidakpercayaan. Mempertanyakan adalah suatu keharusan. Kebaruan itu niscaya. Perubahan itu biasa saja dan diterima untuk menghapus keadaan lama jika yang lama dapat dibuktikan salah. Agama dan sains dapat bertemu di tengah, dapat pula tidak. Dan tidak saling meniadakan.

agama tidak perlu pembuktian

Independen, tidak berkaitan satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Semua yg ada di alam merupakan ayat-ayat Tuhan

alam adalah ayat Tuhan

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Alam adalah ciptaan Alloh sehingga semua hukum alam sesuai dengan ajaran agama

alam ciptaan Allah

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Ada kesesuaian...keteraturan..dengan ciptaan Tuhan.

alam ciptaan Allah

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Alquran merupakan dasar penemuan penemuan di biding kimia

alquran sebagai dasar sains

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Karena sumber segala Ilmu adalah Al Quran

alquran sebagai dasar sains

Lampiran 5. Olahan Data Mentah

75

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Kimia bisa menjelaskan Al Qur'an alquran sebagai dasar sains

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Dalam menyampaikan konsep kimia kadang lebih mudah dijelaskan dengan ayat ayat Alquran seperti konsep ikatan kimia, konsep atom, kesetimbangan dll. Demikian juga sebaliknya!

alquran sebagai dasar sains

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Islam terintegrasi dalam ilmu kimia sebagai anugrah dari Allah SWT untuk dipergunakan sebijak mungkin agar bermanfaat bg umat

anugerah untuk bermanfaat

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Karena dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini juga telah menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya, di antaranya yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan kejadian manusia

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Fenomena dialam ada tersirat dalam alqur'an...Al quran kunci dari semua ilmu yg ada di dunia ini...

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Bsnyak konsep/ teori tlh dijelaskan dlm Alquran

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Banyak ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang kimia

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Banyak hal dalam kimia yang sudah tercantum dalam Al-Qur'an.

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

seperti isotop besi Fe-57 yg paling banyak di alam saya hubungkan dg surat ke 57 di Al-quran ( al-Hadid : besi ) dan lainnya

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Salah satu contoh:Dalam al quran ada surat Al hadid(besi),dijelaskan tentang sifat logam besi

fenomena sains dalam alquran

76

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Karena setiap hukum atau teori kimia sebenrnya ada dalam al-quran

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Sesuai dg kaidah islam, dan terimplisit dalam al quran

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Kimia adalah ilmu alam yang kesemuanya bersumber dari alquran.

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

kimia adalah ilmu yg mikroskopik,, sesuai yg tercantum dlm Al Qur'an

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Banyak teori-teori kimia yang sebenarnya ada dalam Al-Qur'an

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Tidak ada temuan kimia yang bertentangan dengan Alqur'an bahkan justru membenarkan ayat dalaM ALQUR'AN

fenomena sains dalam alquran

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Islam bisa menjelaskan fenomena kimia

fenomena sains dalam Islam

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Banyak konsep kimia yang didasari hukum Islam

fenomena sains dalam Islam

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Banyak prinsip2 ilmu kimia yg sesuai dengan prinsip agama islam

fenomena sains dalam Islam

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Dalam ilmu kimia banyak sekali fenomena alam yang sangat mnarik dan beragam sesuai dengan ajaran islam bahwa sesungguhnya ilmu Allah itu tidak brbatas.

fenomena sains dalam Islam

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Kimia jg dipelajari dlm islam fenomena sains dalam Islam

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Menunjukkan kebesaran Tuhan kebesaran Allah

77

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Ilmu kimia dpt menambah keyakinan kt betapa Maha Besar Allah SWT. Contoh: seandainya air tdk memiliki ikatan hidrogen maka air tdk berbentuk cair tp gas .... kt tak bisa minum... mandi menggunakan air. Allah maha besar

kebesaran Allah

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat membantu kita mengungkap tabir rahasia alam... Dan semua itu setelah memahami ilmunya maka kita akan menyadari bahwa kebesaran dan kemahakuasaan Allah dapat kita syukuri...kita lebih dekat denganNya... Karena semua hal yg kita kaji ternyata telah di firmankan Allah dalam alqurannya

kebesaran Allah

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

mempelajari kimia adalah tentang materi dan perubanhannya sebagai tanda-tanda kekuasaan Allohu swt.

kebesaran Allah

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Ajaran islam dapat menjabarkan sifat keilmuan yg ada dalam kimia dari segi sunnatullah dan kebesaran Allah subhanahuwataala

kebesaran Allah

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Fenomena kimia mengenalkan manusia dengan penciptanya

mengenal pencipta

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Mempelajari kimia sama dg mempelajari ayat kauniyah. Saat belajar kimia bisa dimasuki tuntunan2 islam yg sesuai

sains adalah ayat Tuhan

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Dalam setiap materi kimia dapat dikaitkan dengan kehidupan beragama Islam

sains berkaitan dengan kehidupan beragama

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Ilmu kimia berkaitan dengan kehidupan sehari hari dan Islam mengatur segala hal, termasuk kimia pun ada dlm Al-Quran.

sains berkaitan dengan kehidupan beragama

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Kaidah kaidah kimia sesuai dng ajaran Islam, konsep Energi mengalir dari suhu tinggi ke rendah, sesuai dng zakat/sedekah,

sains berkaitan dengan kehidupan beragama

78

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Orbital pada atom sama dengan tata Surya dsb

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Karena ketika kita mempelajari ilmu tanpa kekuatan agama, ilmu bisa disalahgunakan, sebagai contoh pembuatan bom

sains berkaitan dengan kehidupan beragama

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Proses kimia erat kaitannya dengan sang Pencipta.

sains berkaitan dengan Tuhan

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

banyak ilmu kimia yang sangat berkaitan dengan Islam

sains berkaitan dengan Tuhan

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

hubungan islam dengan kimia sangatlah bagus karena harus ada hubungannya agar kita tdk hanya belajar ilmu alam ilmu agama juga bukan hanya kimia ilmu lainnya juga harus di kaitkan dgn agama

sains berkaitan dengan Tuhan

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Materi kimia berhubungan dengan kehidupan dan islam merupakan ajaran yang menuntun tentang kehidupan

sains berkaitan dengan Tuhan

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Hampir semua materi kimia bisa dikaitkan dengan agama islam

sains berkaitan dengan Tuhan

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

79

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Integrasi, saling mendukung satu sama lain

Sangat kuat kaitannya

Karena yg ada diKimia adalah kehidupan nyata dlm Islam, Aplikasi ciptaan Allah

alam ciptaan Allah

80

2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung

jawab dalam mengajarkan

hubungan antara kimia dan islam?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Guru Agama Islam

Untuk membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara Agama Islam dan Kimia.

islam dan kimia tidk bertentangan

Guru apa saja yang mampu memberi penjelasan

Karena Ilmu Kimia juga mencatut ilmu yg lain

Guru kimia

karena sambil mengajar kimia kita juga perlu komunikasi dgn guru agama mengenai suatu materi yang belum kita ketahui dgn agama misalnya atom.ayat apa yang terdapat di dalamnya dan aplikasinya bagaimana

guru kimia berkomunikasi dengan guru PAI

Guru kimia guru kimia jg org islam Guru kimia juga beragama islam

Guru kimia Yang paling paham hubungan keduanya adalah guru mata pelajaran

guru kimia yang paling paham

Guru kimia

Karena guru kimia yang paling kompeten, tapi tidak menampik jika guru agama pun mengajarkan kimia

guru kimia yang paling paham

Guru kimia guru kimia yang paling paham

Guru kimia Guru kimia yang lebih spesifik untuk mengaitkan ilmu kimia dengan islam

guru kimia yang paling paham

Guru kimia Guru kimia yang faham kimia, Tinggal menyertakan ayat-ayatnya

guru kimia yang paling paham

Guru kimia

yg tahu tentang kimia adalah guru kimia. guru kimia harus mengaitkan ilmu yg diajarkannya dg ajaran islam. guru kimia bisa belajar tentang islam, krn belajar tentang islam adalah kewajiban semua umat islam. tp guru agama tdk bisa belajar kimia tanpa bantuan institusi pendidikan kimia

guru kimia yang paling paham

Guru kimia Yang mengerti kimia adalah guru kimia

guru kimia yang paling paham

81

2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung

jawab dalam mengajarkan

hubungan antara kimia dan islam?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Guru kimia Guru kimia lebih tahu cara mnghubungkan dalil2 yg sesuai dengan materi

guru kimia yang paling paham

Guru kimia

Karena yg tahu kimia ya guru kimia, sehingga lebih baik kita mengajarkan kimia dikaitkan dg Islam agar siswa bisa bertambah pengetahuan ttg islam dan kimia

guru kimia yang paling paham

Guru kimia

Karena yang mampu menghubungkan adalah yang ahli di kedua bidang tersebut

guru kimia yang paling paham

Guru kimia Karena guru kimia lebih tahu akan isi dan keterkaitan

guru kimia yang paling paham

Guru kimia

Karena guru Agam tidak menguasai konsep kimia, sehingga kemungkinan tidak tahu korelasinya

guru PAI tidak dapat menghubungkan kimia

Guru kimia Ilmu kimia spesifik sedangkan ilmu agama fardhu a'in

Ilmu kimia lebih spesifik dari ilmu agama

Guru kimia Dalam kimia banyak berkaitan dengan alquran

kimia berkaitan dengan alquran

Guru kimia sesuai kompetensi masing-masing

sesuai kompetensi

Guru kimia

Guru kimia

Guru kimia

Guru kimia -

Guru kimia

Guru kimia

Guru kimia

Guru kimia

Guru kimia

Guru kimia

Guru kimia yang berintegrasi dengan guru pendidikan agama islam

Guru kimia bertanya kaitan materinya dengan guru pendidikan agama islam, karena belum tentu guru agama islam dapat menjelaskan topik kimia yg akan disampaikan

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya Karena kimia dan islam sangat berkaitan, tidak hanya guru kimia yang

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

82

2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung

jawab dalam mengajarkan

hubungan antara kimia dan islam?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

mengajarkan kaitan kimia dan islam tetapi juga guru agama, sehingga siswa menjadi yakin.

Keduanya

Membuat peserta didik lebih memahami,kalo guru agama menerangkan secara umum,guru kimia menjelaskan secara khusus

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

Saling mendukung dan memberi penjelasan tentang hubungan keduanya akan lebih mudah dipahami siswa

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya Agar saling melengkapi Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya Saling menjelaskan Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

Akan lebih saling mendukung bila keduanya saling menjelaskan dan menghubungkan

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

Guru kimia dan guru agama dapat saling membantu menafsirkan ayat Alquran dan dikembangkan sesuai dengan materi

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

Guru kimia menjelaskan dari sudut pandang sains dan guru agama mencari ayat2 Al Qur'an yg melandasi dasar sains

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

Guru kimia dan guru agama islam hrs bersinergi... guru kimia dpt belajar dg guru agama uslam utk memahami ayat2 yg terkait dg fenomena kimia demikian sebaliknya.

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

Karena guru agama tanpa memahami dasar ilmu kimia jika berhubungan dengan fenomena alam tidak mampu menjwab dengan tuntas.... Tai justru jika saling menyempurnakan maka akan di pahami alasan2 dalam agama... Kenapa dan kenapa dari segi sains atau kimia

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

83

2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung

jawab dalam mengajarkan

hubungan antara kimia dan islam?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Keduanya

Guru kimia perlu mengaitkan kimia dengan islam dalam pembelajaran agar sifatnya lebih kontekstual dan transmisi nilai terjadi secara terus-menerus. Hal tersebut perlu dukungan dari guru agama agar materi pelajaran yang sangat dekat dengan kimia dikaitkan agar pembelajaran menjadi saintifik dan saling mendukung antar setiap mapel

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya Karena penjelasan dari dua belah pihak akan lebih menguatkan

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

guru kimia yg muslim wajib memperdalam keislamannya, guru agama islam wajb mengaitkan pembelajaran keislaman dengan kehidupan sehari-hari salah satunya pelajaran kimia

Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI

Keduanya

Baik guru kimia maupun guru PAI harus bisa memadukan antara ilmu kimia sama ilmu agama

Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam'

Keduanya

Guru agama islam dan guru kimia hndaklah memiliki kompetensi keterkaitan kedua ilmu tsb

Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam'

Keduanya

Setiap guru harus punya wawasan luas serta mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan, agar pembelajaran lebih bermakna

Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam'

Keduanya Siapapun yang memiliki keilmuan wajib untuk mengajarkanmya

guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam

Keduanya Integrasi hanya bisa diajarkan oleh siapapun yang paham keduanya.

guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam

Keduanya Yang lebih memahami persoalan kedua orang tsb

guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam

Keduanya Sdh jelas. other

84

2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung

jawab dalam mengajarkan

hubungan antara kimia dan islam?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Keduanya

Semua guru berkewajiban membimbing siswa supaya mempunyai karakter yg handal

semua guru wajib membimbing karakter siswa

Keduanya Semua guru wajib menghub. materi dg agama

semua guru wajib menghubungkan materi dengan agama

Keduanya Spy tdk ada dualisme ilmu dunia dan ilmu akhirat

supaya tidak ada dualisme

Keduanya

Keduanya

Keduanya

Keduanya

Keduanya

Keduanya

Keduanya

Semua umat islam

Umat islam hrs tau bawa semua ciptaan Allah di alam adalah berkaitan dengan kimia, dan harus di syukuri dengan mempelajarinya, dan tidak menyalah gunakan..

umat islam harus mengetahui bahwa semua ciptaan Allah berkaitan dengan kimia

tidak ada Dari pertanyaan no. 1 sudah dijawab tidak berkaitan.

3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Mungkin

Mungkin

Mungkin

Mungkin Masih terus belajar

Mungkin

Mengajar kimia tanpa memiliki wawasan keislaman,maka tidak akan balance,tidak akan ada kepekaan,kebijakan dlm memberikan pengajaran thd siswa

Mungkin Makin banyak belajar kimia makin berpikir tentang ciptaanNya

Tidak -

85

3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Tidak

Tidak

Ya

Sebagai guru kimia tidak hanya bertujuan siswa bisa kimia tetapi lebih ke pemahaman siswa sebagai mahluk ciptaan Allah dan kesadaran besarnya kekuasaan Allah sehingga mereka bisa bersyukur.

agar siswa bersyukur

Ya

Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan.

bekal dari ajaran agama meyakinkan hubungan islam dan kimia

Ya

Cara pandangnya yang hakiki yaitu Islam akan mempengaruhi pengajaran dan pendidikan kimia yang benar

cara pandang islami berpengaruh pada pengajaran

Ya

Pengetahuan tentang kimia yang ada dalam AlQuran sebisa mungkin disampaikan ke siswa

kewajiban menyampaikan kimia dlam quran

Ya Alquran erat sekali dengan kimia,

kimia berkaitan dengan islam/alquran

Ya

Jelas karena setiap kita memahami materi kimia itu sesuai dengan yg ada dalam al-quran

kimia berkaitan dengan islam/alquran

Ya Sdh pasti dikaitkan dengan kebesaran Allah SWT.

kimia berkaitan dengan islam/alquran

Ya Karena kuat erat kaitannya dalam ilmu kimia

kimia berkaitan dengan islam/alquran

Ya

ya, kimia hanya menjelaskan berdasarkan gejala yang terjadi, Alquran menjelaskan mengapa gejala itu bisa terjadi

kimia berkaitan dengan islam/alquran

Ya Karena antara ilmu dunia dan Al Quran saling berhubungan erat

kimia berkaitan dengan islam/alquran

Ya Selaku muslim kita akan berusaha mengajar sesuai orientasi islam

muslim harus menyesuaikan pengajaran dengan keislaman

86

3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Ya

Setiap sy mengajar pasti sy katkan dg kebesaran Allah SWT, misal ttg atom yg mengelilingi inti ... spt org sdg tawaf di ka'bah.... shg bisa disimpulkan bahwa semua benda terdiri dr atom dan semua bertawaf.

pembelajaran dikaitkan dengan kebesaran Allah

Ya Kalau tidak mengenal agama belajar kimia serasa kurang mendalam

pembelajaran kurang bermakna tanpa integrasi

Ya

jika tidak didasari dg wawasan keislaman akan berhenti sebatas pelajaran biasa yg tidak bermakna

pembelajaran kurang bermakna tanpa integrasi

Ya

Kalau kita mmpunyai pengetahuan yang cukup dalam Islam siswa lebih tertarik dan merasa lebih brmakna belajar kimia

pembelajaran lebih bermakna dengan integrasi

Ya

Karena dengan dengan melalukan pendekatan islam dan apa2 hukum dalam islam d tinjau dari aspek kimia.... Akan lebih mendekatkan dan lebih di senangi siswa

pembelajaran menyenangkan dengan integrasi

Ya

setiap yang diajarkan dikaitkan dengan kekuasaan Alloh supaya kita tidak sombong , dan anak2 tidak mengeluh mengapa harus belajar kimia

pembelajaran tanpa mengeluh bila ada integrasi

Ya

Sedapat mungkin anak2 tidak sekedar dapat ilmu dunia tapi akhiratnya juga krn hal itu yg bermanfaat dlm jangka panjang

pengajaran ilmu dunia dan akhirat

Ya Saya tdk mungkin mengajarkan ilmu yg bertentangan dg islam.

tidak mengajari yang bertentangan

Ya

Dengan mengetahui ajaran agama Dan juga ilmu kimia maka kita bIsa lebih memahami kebenaran agama shg lebih meningkatkn iman kita yang bisa kita sampaikan juga ke anak didik kita

wawasan islam dan kimia menunjang keimanan

87

3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Ya Saya lebih menyadari kebesaran Allah setelah mengajar kimia

wawasan islam menunjang kesadaran akan kebesaran Allah saat mengajar

Ya Untuk mendidik anak yg berakhlak

wawasan islam menunjang pendidikan akhlak

Ya Untuk pendidikan karakter wawasan islam menunjang pendidikan karakter

Ya

Degan memahami islam analogi bahkan fakta nyata bisa dikaitkan dalam pembelajaran

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Karena wawasan Keislaman yg luas tentu bisa menjelaskan keislaman secara luas

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Karena terkadang akan memberikan ilustrasi berdasarkan ajaran islam sejauh yg dapat dijelaskan

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Dah pasti...ilmu yg diajarkan sesuai dgn pemahamankita terhadap agama...semua hrs merujuk kpd rasa syukur pd Allah SWT

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Makin banyak wawasan ke islam an seseorang,maka ia pun bisa mengaitkan pembelajaran kimia dengan islam

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Pengetahuan agama yg baik sgt mendukung kemampuan mengaitkan ilmu kim dg kebesaran Allah

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Semakin dalam kita memahami islam maka semakin mudah untuk mengaitkan nya.

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Semakin banyak ilmu agama, semakin mudah mengaitkan dengan ilmu kinia

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Kadang dalam memberi analogi dalam pembelajaran berhubungan dengan agama.

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Semakin luas wawasan keislaman dan kimia, maka semakin yakin dengan kebenaran Islam

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

88

3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Ya semakin luas wawasan maka cara mengajar semakin baik

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Sangat jelas karena dg pemahaman ttg islam yang luas akan mempengaruhi cara kita mengajar kimia dg tetap nemasukkan nilai2 keislaman

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya Karena berwawasan guru mudah mengkorelasikan materi kimia dan Islam

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

Ya

Ya

Ya sy mengajarkan menurut islam

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

iya..semakin tahu tentang ayat yang berhubungan dgn kimia kita bisa mengaplikasikan dlam kehidupan sehari-hari dengan baik

wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia

4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai

mengajarkan hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Disetiap awal pljrn

Jika ada bagian sejarah kimia yang menyebut tentang ilmuwan muslim.

Tidak perlu.

89

4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai

mengajarkan hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Jika ada topik yang mendukung

Topik yang menarik dan jika kls yg dimasuki kelas homogen...islam

2 alasan

Jika ada topik yang mendukung

Sebenarnya jawaban lebih dari 1 krn sewaktu2 kita bisa mengajarkan hubungannya, entah krn topiknya sesuai atau krn siswa yg minta

2 alasan

Jika ada topik yang mendukung

Ya karena ada keterbtasan saya memahami islam nya

ada keterbatasan memahami islam

Jika ada topik yang mendukung

banyak topik kimia yang berhubungan dengan ayat ayat atau tanda tanda kebesaran Alloh swt. contoh sederhana kata kimia berasal dari bhs arab yang notanen bahasa alqur,an dan islam.

banyak topik kimia yang berhubungan dengan islam

Jika ada topik yang mendukung

Setiap materi saya coba untuk mengajarkan anak akhlak dan budi pekerti serta kebesaran Tuhan.

materi dikaitkan dengan pengajaran akhlak

Jika ada topik yang mendukung

Tidak bisa dipaksakan, ketika ada topik yang sesuai dengan pemahaman saya maka itu bisa dikaitkan.

materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Ya jika ada topik yg mendukung pasti akan sy kaitkan dg kebesaran Allah SWT

materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang bisa dihubungkan dengan Agama Islam dan saya mengetahui dan memahaminya.

materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Di sesuaikan dg bahasan materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Setiap ada topik yg berhubungan dng ajaran Islam langsung di hubungkan

materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

karena memang ada beberapa topik kimia yang langsung berkaitan dengan ayat-ayat alquran

materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Sesuaikan dengan pokok bahasan

materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Menyesuaikan dengan topik yang mendukung

materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

90

4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai

mengajarkan hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Jika ada topik yang mendukung

Disesuaikan materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Ya materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Ada hubungannya other

Jika ada topik yang mendukung

Pada materi atom contohnya. other

Jika ada topik yang mendukung

karena pemahaman anak didik bervariasi sehingga cara yg tepat dan aman dari segi konsep kimianya yaa dg cara seperti pilihan diatas

pemahaman siswa berbeda

Jika ada topik yang mendukung

Dengan topik yang mendukung lebih memperkuat dalam mengajar

penjelasan lebih kuat jika topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Supaya tidal ngaco penjelasannya

penjelasan tidak kacau jika topik sesuai

Jika ada topik yang mendukung

Sebenarnya semua topik mendukung apalagi dalam K 13 di KI 1 sdh ada.

semua topik mendukung dr ki 1

Jika ada topik yang mendukung

Karena tdk semua materi kimia yg dapat dikaitkan secara langsung dg Islam

tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam

Jika ada topik yang mendukung

Tdk selalu bisa dipaksakan untuk mengaitkan setiap materi dg islam, tp kalau secara umum memang selalu terkait, tp kita kan tdk perlu selalu mengaitkan kalau sifatnya umum, selalu dlm alasan yg sama

tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam

Jika ada topik yang mendukung

Karena tidak semua topik kita punya referensi yang tepat..

tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam

Jika ada topik yang mendukung

Karena biasanya topik yg pas membantu lebih mudah dalam memberikan pembahasan wawasan keislaman

topik yang cocok mempermudah penjelasan

Jika ada topik yang mendukung

Karena waktu tidak cukup maka hanya dikaitkan jika sampai pada topik yang berkaitan langsung

waktu tidak cukup jika semua materi kimia dikaitkan dengan islam

Jika ada topik yang mendukung

91

4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai

mengajarkan hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

-

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung

Jika ada topik yang mendukung dan juga ada pada buku teks

Kadang kita teringat ketika ada topik yang mendukung dan ada pada teks.

dikaitkan jika ada topik sesuai

Jika terdapat di buku teks

Siswa bisa membaca buku berulang ulang yg bisa menyentuh ke perasaan dan

92

4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai

mengajarkan hubungan Islam dan

kimia?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

pikiran

kapan saja dari mana saja saya bisa masuk

kapan saja

Kemampuan unt menghubungkan islam dan kimia sgt ptg unt menambah motivasi anak2

Kapan saja tidak menentu

Biasanya pada saat memberikan analogi agar materi kimia menjadi kontekstual atau pada saat materi yang mendukung.

Sebanyak mungkin, sesering mungkin..

Setiap materi Tiap materi selalu berusaha dihubungkan

semua materi kimia dikaitkan dengan islam

Setiap materi yang diajarkan

Pada dasarnya kimia menjelaskan kebesaran Allaah

kimia menjelasakan keberasan Allah

Setiap mengajar Kita belajar karena Allah..

Setiap Mengajar Kimia Karena menuntut ilmu dan mangajarkannya termasuk ibadah

semua materi kimia dikaitkan dengan islam agar bernilai ibadah

Setiap mengajar, karena integrasi AL AZHAR (ciri khas)

Setiap saat Semua termasuk kimia ada kaitannya dengan islam

semua materi kimia dikaitkan dengan islam

karena saya mengajar di sekola islam terpadu yang menggunakan ktsp berpadu dgn jsit yang menuntut para guru menyusun rpp yg didalamya ada ayat yang berhuhungan dgn materi kimia. tapi banyak materi yang saya ajarkan sebagian saya belum dapat materi yang berhubungan dengan kimia

integrasi sudah dicantumkan di kurikulum sekolah

Sebaiknya disetiap topik pembelajaran,sbg wujud bersyukur thd Allah SWT bahwa setiap materi pwmbelajaran kimia memiliki manfaat utk khidupan mns,jk dipergunakan secara bijak

semua materi kimia dikaitkan dengan islam agar siswa bersyukur

93

5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau

khawatir saat Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Tidak

Karena kita mengajarkan dari ilmu kimia, yang sedikit banyak sudah di kuasai oleh non muslim, tetapi sudah di deklarasikan

ilmu kimia sudah dikuasai non muslim

Tidak Jika yang disampaikan salah barulah khawatir

takut salah

Tidak

Saya justru khawatir jika materi dipaksakan Islami. Keteraturan struktur kemudian dibantah oleh ketidakpastian dalam mekanika kuantum. "Jadi Allah menciptakan keteraturan atau ketidakberaturan?" Kalau agama diyakini benar, tidak patut menjadi alasan untuk membuat sains menjadi salah. Tidak mematuhi metode ilmiah.

tidak ingin memaksakan pengaitan kimia dan islam

Tidak sy yakin dan tdk khawatir tolak

Tidak

Karena memang benar adanya dan terdapat dalam kitab suci AlQuran serta dalam sejarah cendekiawan muslim

tolak

Tidak Krn antara teori kimia dan Kajiam Islam justru saling mendukung

tolak

Tidak

Mengajarkan isu kimia islam malah akan mengingatkan kembali hakikat siswa sbg manusia, sehingga semakin tertarik dg kimia

tolak

Tidak Saya tidak khawatir tolak

Tidak Karena tdk ada yg perlu dikahawtirkan

tolak

Tidak Islam adl bnr dan haq, tinggal bgmn manusia

tolak

94

5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau

khawatir saat Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

mampu memahaminya

Tidak Karena itu adalah kebenaran yang nyata.

tolak

Tidak Semuanya bisa sejalan tolak

Tidak

Ada keyakinan bahwa islam itu benar, dan bahwa alam itu sunatullah, berjalan sesuai kehendak Allah yg maha benar, tdk berubah_ubah dan logis

tolak

Tidak Justru bangga kalo bisa menghubungkan kimia dan islam

tolak

Tidak Jangan khawatir dengan kebenaran islam

tolak

Tidak

tidak ragu dan khawatir karena memperjelas tanda-tanda kekuasaaan Alloh yang belum diketahui ooleh siswa

tolak

Tidak Yakin karena segala sesuatu ada sisi negatif dan positif

tolak

Tidak

Keyakinan akan Islam menjadi hal yg ada dalam guru yang mengerti kimia dan islam

yakin jika ada ilmu

Tidak

Sebelum menyampaikan ke siswa, diskusi dahulu dengan yang lebih mengerti tentang islam, dan membaca banyak referensi

yakin jika ada ilmu

Tidak Sesuai dengan fakta

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak -

Tidak

Tidak

Tidak

95

5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau

khawatir saat Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Karena siswa meyakini bahwa dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan adalah untuk kemaslahatan umat..namun ada pihak2 yg tdk brtanggung jawab menyalahgunakannya.

ada pihak yang menyalahgunakan

Tidak

Tidak

Tidak Apa adanya saja

Tidak

Tidak

Ya Karena memang sesuai dengan agama islan

ada hubungan antara islam dan kimia

Ya

saya yakin, kimia saja dari bahasa arab, tentang penciptaan alam semesta, atom dan kesetimbangan alam pasti bersesuaian dengan alquran. jika alquran bertentangan dengan ilmu berarti alquran punya kelemahan dan itu artinya bukan wahyu. Tapi sampai sekarang tidak ada temuan ilmu yang bertentangan dengan alquran.

ada hubungan antara islam dan kimia

Ya Yakin bahwa ilmu kimia berhubungan dengan islam

ada hubungan antara islam dan kimia

Ya Sdh yakin ad hubungannya dengan penciptaan..

ada hubungan antara islam dan kimia

Ya Yakin, karena pada dasarnya ilmu kimia telah tersirat dalam Al-Qur'an,

ilmu kimia ada dalam al quran

96

5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau

khawatir saat Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

hanya perlu digali dan dikaji lebih dalam lg

Ya Ya, karena sebagian besar teori terdapat dlm Al Qur'an

ilmu kimia ada dalam al quran

Ya Dipengaruhi oleh wawasan keIslaman

karena ada wawasan islam

Ya

Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan.

karena ada wawasan islam

Ya

Kadang ada rasa khawatir dlm mengajarkannya, krn tdk semua siswa sy beragama islam ...

karena agama siswa tidak homogen

Ya

merasa yakin karena semua ada penjelasannya di Al-qur'an, tetapi dalam level tertentu kita menjelaskan kepada anak didik dg bahasa anak yg mudah dimengerti ( itu pengalaman saya selama ini ) contoh kesetimbangan alam dalam hal ini 3 fase air (kok pertanyaan no 5 ambigu)

konsep kimia ada dalam al quran

Ya tidak..saya yakin ayat Alquran tidak ada salahb

quran tidak mungkin salah

Ya

Saya yakin dengan dalil di Alquran/agama siswa lebih mudah memahami dan meyakini teori atau konsep kimia.

siswa lebih paham kimia dengan dalil alquran

Ya Khawatirnya cuma pada ketakutan munculnya miskonsepsi

takut miskonsepsi di kelas

Ya Takut tidak sesuai dg yang sebenatnya

takut salah

97

5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau

khawatir saat Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Ya

Yakin jika kesesuai ini saya kuasai baik materi kimia maupun ayat2 al- quran atau haditsnya

yakin jika ada ilmu

Ya

Ya

Ya

Ya Yakin

Ya

Ya Karena Ada yang kimia Karena alquran

Ya

Ya

Ya

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Dengan orientasi Islam

Do alquran juga dibahas quran sudah membahas kaitan islam dan kimia

Dengan orientasi sains-islam

Biar konsep yg disampaikan bisa diterima secara saintifik tetapi sesuai dengan ajaran Islam

agar bisa diterima sains dan islam

98

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Dengan orientasi sains-islam

Ada keterkaitan antara sains dan islam,justru siswa hrs lebih memahami bahwa adanya penciptaan alam smt,atom,kes.alam hrs menambah keyakinan siswa thd islam

agar menambah keyakinan siswa

Dengan orientasi sains-islam

untuk membiasakan pola berpikir anak didik agar tidak kaku (saklek)

agar pola pikir siswa tidak kaku

Dengan orientasi sains-islam

Supaya lebih seimbang dan benar

agar seimbang antara kimia dan islam

Dengan orientasi sains-islam

Dgn sains ank lbh cpt mengerti, dan akan menyadari kebesaran Allah

agar siswa lebih mengerti

Dengan orientasi sains-islam

Keduanya dihubungkan spy siswa yg tdk bingungana yg bnr anta islam atau sains

agar siswa tidak bingung

Dengan orientasi sains-islam

Spt alasan ttg titik didih air yg memiliki ikatan hidrogen

contoh

Dengan orientasi sains-islam

mengaitkan dan memberikan contoh tokoh tokoh sainstist islam seperti ibnu sina ibnu rusyid, ibnu khaldun dsb

contoh

Dengan orientasi sains-islam

Selagi bisa kita mengaitkan dengan ajaran islam, maka akan diajarkan sesuai dengan orientasi islam

dikaitkan selagi bisa

Dengan orientasi sains-islam

Islam adalah agama yg lenkap dalam memberikan pelajaran bagi umatnya semua ada analisis dan kaitannya. baik secara ilmiah atau keislaman itu sendiri

islam itu lengkap

99

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Dengan orientasi sains-islam

Kita ajarkan teori kimianya lalu kita katakan di dalam al quran dijelaskan tentang atom

kimia diajarkan terlebih dahulu lalu dikaitkan dengan quran

Dengan orientasi sains-islam

Lebih mudah disampaikan Lebih mudah disampaikan

Dengan orientasi sains-islam

Lebih mudah di pahami Lebih mudah disampaikan

Dengan orientasi sains-islam

murid lebih bisa nerima penjelasan

murid lebih menerima

Dengan orientasi sains-islam

Sesuai dengan hand book Dan quran

paduan handbook dan quran

Dengan orientasi sains-islam

Sains di hubungkan dengan keislaman, misalnya materi tentang atom yang dihubungkan denga ayat Al-Quran yg terkait

sains dihubungkan dengan islam

Dengan orientasi sains-islam

Jelas sain islam sehingga apa yg diteorikan para ilmuwan sesuai dg islam

sains sesuai dengan islam

Dengan orientasi sains-islam

nyambung aja.. pengetahuan dan agama saling berhubungan..

kimia dan islam saling berhubungan

Dengan orientasi sains-islam

Karena saling mendukung satu sama lain

kimia dan islam saling dukung

100

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Dengan orientasi sains-islam

Siswa diharapkan dapat selalu berorientasi dunia dan akhirat yg bisa disederhanakan sebagai sains dan Islam.

siswa berorientasi dunia akhirat

Dengan orientasi sains-islam

Keduanya tidak bisa dipisahkan

islam dan kimia tak bisa dipisahkan

Dengan orientasi sains-islam

Karena tidak dapat berdiri sendiri

islam dan kimia tidak independen

Dengan orientasi sains-islam

Banyak temuan baru yang sebenarnya sudah dijelaskan 14 abad yang lalu di dalam alquran. dan sebaliknya banyak temuan baru yang justru memperkuat kebenaran ayat ayat dalam alquran

temuan ilmiah kimia membenarkan ayat quran

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

101

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Itu yang seharusnya

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Lebih baik

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi sains-islam

Dengan orientasi saintifik

Kalau saintifik berarti logis, kalo logis berarti islami, krn islam itu logis

saintifik adalah ciri islami

102

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu

mengajarkan materi yang mengandung

isu islam-kimia (misalnya: sejarah

kimia dan penciptaan alam semesta, atom,

kesetimbangan alam)?

Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data

Dengan orientasi saintifik

Isu islam dijadikan sebagai pendukung dan penegasan terhadap sains.

kimia dan islam saling dukung

Dengan orientasi saintifik

Dengan orientasi saintifik

-

Dengan orientasi saintifik

Dengan orientasi saintifik

Dengan orientasi saintifik

Dengan orientasi saintifik

Dengan orientasi saintifik

Orientasi islam-sains Islam terlebih dahulu maka cara berfikir kimia menjadi benar

dahulukan pola pikir islam

sains ktsp karena disekolah masih menggunakan ktsp

ikut aturan sekolah

Sambil lalu...

7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti

workshop atau seminar atau

membaca artikel yang mengulas

integrasi Islam-kimia dan cara

mengajarkannya?

Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau

membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara

mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop,

seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu

baca tersebut!

Reduksi Data

Tidak

Tidak

103

7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti

workshop atau seminar atau

membaca artikel yang mengulas

integrasi Islam-kimia dan cara

mengajarkannya?

Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau

membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara

mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop,

seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu

baca tersebut!

Reduksi Data

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak -

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak saya hanya menggunakan beberapa reverensi buku, salah satunya yaitu buku ilmiah islam menuju iman

buku

Tidak blm pernah

Tidak -

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

104

7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti

workshop atau seminar atau

membaca artikel yang mengulas

integrasi Islam-kimia dan cara

mengajarkannya?

Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau

membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara

mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop,

seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu

baca tersebut!

Reduksi Data

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Justru yg sy inginkan workshop, seminar, atau artikel kimia yg berkaitan dg islam, krn sepertinya untuk workshop atau seminar sy blm pernah mendengarnya..

request

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya Dengan membaca buku-buku yg populer mengupas kajaian sains dan islam

buku

Ya buku buku imtaq dari dkinas buku

Ya

Ya Workshop pengajaran kimia dengan imtaq

workshop

Ya

Ya Cuma buku yang berhubungan dengan sains.

buku

Ya

Saya membaca artikel di media internet dan video melalui youtube dan disanalah berbagai fenomena alam bisa menunjukkan kebenaran Islam.

internet

Ya Buku dan video karya harun yahya buku dan video

Ya

Ya

Ya

kaitan imtaq dan iptek di era kurikulum 98 dan 2004 dalam silabus dicantumkan ayat alqur'an dan matri yang sesuai

kurikulum dan silabus

105

Lampiran 6. Lembar Uji Referensi

106

Lampiran 6. Lembar Uji Referensi

107

Lampiran 6. Lembar Uji Referensi

108

Lampiran 6. Lembar Uji Referensi

109

Lampiran 6. Lembar Uji Referensi

110

Lampiran 6. Lembar Uji Referensi