82
i EKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : Ade Yusroni Rifqi (11140430000055) PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

i

EKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

Ade Yusroni Rifqi

(11140430000055)

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H 2021 M

ii

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

Pembimbing

Dr Fuad Thohari MAg

NIP 197003232000031001

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H2021 M

EKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM

v

ABSTRAK

Ade Yusroni Rifqi NIM 11140430000055 Eksistensi Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK

Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Program Studi Perbandingan

Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 1442 H2021 M

Dalam penulisan skripsi ini disini penulis membahas masalah Eksistensi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang bagaimana cara kerja tugas dan wewenang KPK dengan

sebuah lembaga penegak hukum dalam menangani tindak pidana komisi pemberantasan korupsi dilihat dari konteks kewenangan dan cara kerja setiap lembaga penegak hukum dan lembaga terkait terhadap tindak pidana korupsi menurut sudut pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak lembaga yang terkait

dan kepastian hukumnya Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yakni

Statute Approach (pendekatan perundang-undangan) Dalam penelitian ini penulis menelaah dan meneliti menggunakan data primer sebagai bahan dasar untuk diteliti

dengan cara mengadakan penelusuran terhadap undang-undang peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan tindak pidana komisi pemberantasan korupsi tersebut

Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah penegakan tindak pidana

korupsi di Indonesia masih belum maksimal disebabkan beberapa faktor yang menjadi pengahambat mulai dari undang-undang terkait kewenangan dari setiap lembaga dan sistem tugas kerja tindak pidana korupsi

Dalam hal ini faktor-faktor yang menjadi penghambat tugas dan wewenang

tindak pidana korupsi yaitu Pertama sistem hukum Kedua kewenangan lembaga penegak hukum Ketiga kepastian hukum Keempat tugas KPK

Kata Kunci Peraturan Presiden Tugas dan Wewenang KPK Undang-Undang

Perspektif Hukum Islam Pembimbing Dr Fuad Thohari MAg Daftar Pustaka Tahun 1975 sd Tahun 2021

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22

Januari 1988

a Konsonan Tunggal

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif tidak dilambangkan ا

ba‟ B Be ة

ta‟ T Te د

sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س

jim J Je ج

ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

kha‟ Kh ka dan ha خ

dal D De د

zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ

ra‟ R Er ز

zai Z Zet ش

sin S Es ض

vii

syin Sy es dan ye غ

sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط

za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع

gain G Ge غ

fa F Ef ف

qaf Q Qi ق

kaf K Ka ك

lam L El ه

mim M Em

nun N En

wawu W We

ha‟ H Ha

hamzah ‟ Apostrof ء

ya Y Ye ي

viii

b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد

Ditulis bdquoiddah عدح

c Ta‟ Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

Ditulis hibbah جخ

Ditulis jizyah جصخ

Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā

2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah

ditulis t

اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri

ix

d Vokal Pendek

Kasrah Ditulis i

Fathah Ditulis a

ḍammah Ditulis u ___ۥ__

e Vokal Panjang

fathah + alif Ditulis Ā

يخ جب Ditulis jāhiliyah

fathah + ya‟ mati Ditulis Ā

Ditulis yas` ā ععى

kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī

Ditulis karīm مس

ḍammah + wawu mati Ditulis Ū

f Vokal Rangkap

fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis bainakum ثن

fathah + wawu mati Ditulis Au

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 2: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

ii

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

Pembimbing

Dr Fuad Thohari MAg

NIP 197003232000031001

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H2021 M

EKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM

v

ABSTRAK

Ade Yusroni Rifqi NIM 11140430000055 Eksistensi Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK

Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Program Studi Perbandingan

Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 1442 H2021 M

Dalam penulisan skripsi ini disini penulis membahas masalah Eksistensi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang bagaimana cara kerja tugas dan wewenang KPK dengan

sebuah lembaga penegak hukum dalam menangani tindak pidana komisi pemberantasan korupsi dilihat dari konteks kewenangan dan cara kerja setiap lembaga penegak hukum dan lembaga terkait terhadap tindak pidana korupsi menurut sudut pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak lembaga yang terkait

dan kepastian hukumnya Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yakni

Statute Approach (pendekatan perundang-undangan) Dalam penelitian ini penulis menelaah dan meneliti menggunakan data primer sebagai bahan dasar untuk diteliti

dengan cara mengadakan penelusuran terhadap undang-undang peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan tindak pidana komisi pemberantasan korupsi tersebut

Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah penegakan tindak pidana

korupsi di Indonesia masih belum maksimal disebabkan beberapa faktor yang menjadi pengahambat mulai dari undang-undang terkait kewenangan dari setiap lembaga dan sistem tugas kerja tindak pidana korupsi

Dalam hal ini faktor-faktor yang menjadi penghambat tugas dan wewenang

tindak pidana korupsi yaitu Pertama sistem hukum Kedua kewenangan lembaga penegak hukum Ketiga kepastian hukum Keempat tugas KPK

Kata Kunci Peraturan Presiden Tugas dan Wewenang KPK Undang-Undang

Perspektif Hukum Islam Pembimbing Dr Fuad Thohari MAg Daftar Pustaka Tahun 1975 sd Tahun 2021

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22

Januari 1988

a Konsonan Tunggal

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif tidak dilambangkan ا

ba‟ B Be ة

ta‟ T Te د

sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س

jim J Je ج

ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

kha‟ Kh ka dan ha خ

dal D De د

zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ

ra‟ R Er ز

zai Z Zet ش

sin S Es ض

vii

syin Sy es dan ye غ

sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط

za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع

gain G Ge غ

fa F Ef ف

qaf Q Qi ق

kaf K Ka ك

lam L El ه

mim M Em

nun N En

wawu W We

ha‟ H Ha

hamzah ‟ Apostrof ء

ya Y Ye ي

viii

b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد

Ditulis bdquoiddah عدح

c Ta‟ Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

Ditulis hibbah جخ

Ditulis jizyah جصخ

Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā

2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah

ditulis t

اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri

ix

d Vokal Pendek

Kasrah Ditulis i

Fathah Ditulis a

ḍammah Ditulis u ___ۥ__

e Vokal Panjang

fathah + alif Ditulis Ā

يخ جب Ditulis jāhiliyah

fathah + ya‟ mati Ditulis Ā

Ditulis yas` ā ععى

kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī

Ditulis karīm مس

ḍammah + wawu mati Ditulis Ū

f Vokal Rangkap

fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis bainakum ثن

fathah + wawu mati Ditulis Au

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 3: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

v

ABSTRAK

Ade Yusroni Rifqi NIM 11140430000055 Eksistensi Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK

Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Program Studi Perbandingan

Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 1442 H2021 M

Dalam penulisan skripsi ini disini penulis membahas masalah Eksistensi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang bagaimana cara kerja tugas dan wewenang KPK dengan

sebuah lembaga penegak hukum dalam menangani tindak pidana komisi pemberantasan korupsi dilihat dari konteks kewenangan dan cara kerja setiap lembaga penegak hukum dan lembaga terkait terhadap tindak pidana korupsi menurut sudut pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak lembaga yang terkait

dan kepastian hukumnya Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yakni

Statute Approach (pendekatan perundang-undangan) Dalam penelitian ini penulis menelaah dan meneliti menggunakan data primer sebagai bahan dasar untuk diteliti

dengan cara mengadakan penelusuran terhadap undang-undang peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan tindak pidana komisi pemberantasan korupsi tersebut

Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah penegakan tindak pidana

korupsi di Indonesia masih belum maksimal disebabkan beberapa faktor yang menjadi pengahambat mulai dari undang-undang terkait kewenangan dari setiap lembaga dan sistem tugas kerja tindak pidana korupsi

Dalam hal ini faktor-faktor yang menjadi penghambat tugas dan wewenang

tindak pidana korupsi yaitu Pertama sistem hukum Kedua kewenangan lembaga penegak hukum Ketiga kepastian hukum Keempat tugas KPK

Kata Kunci Peraturan Presiden Tugas dan Wewenang KPK Undang-Undang

Perspektif Hukum Islam Pembimbing Dr Fuad Thohari MAg Daftar Pustaka Tahun 1975 sd Tahun 2021

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22

Januari 1988

a Konsonan Tunggal

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif tidak dilambangkan ا

ba‟ B Be ة

ta‟ T Te د

sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س

jim J Je ج

ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

kha‟ Kh ka dan ha خ

dal D De د

zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ

ra‟ R Er ز

zai Z Zet ش

sin S Es ض

vii

syin Sy es dan ye غ

sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط

za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع

gain G Ge غ

fa F Ef ف

qaf Q Qi ق

kaf K Ka ك

lam L El ه

mim M Em

nun N En

wawu W We

ha‟ H Ha

hamzah ‟ Apostrof ء

ya Y Ye ي

viii

b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد

Ditulis bdquoiddah عدح

c Ta‟ Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

Ditulis hibbah جخ

Ditulis jizyah جصخ

Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā

2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah

ditulis t

اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri

ix

d Vokal Pendek

Kasrah Ditulis i

Fathah Ditulis a

ḍammah Ditulis u ___ۥ__

e Vokal Panjang

fathah + alif Ditulis Ā

يخ جب Ditulis jāhiliyah

fathah + ya‟ mati Ditulis Ā

Ditulis yas` ā ععى

kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī

Ditulis karīm مس

ḍammah + wawu mati Ditulis Ū

f Vokal Rangkap

fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis bainakum ثن

fathah + wawu mati Ditulis Au

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 4: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22

Januari 1988

a Konsonan Tunggal

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Keterangan

alif tidak dilambangkan ا

ba‟ B Be ة

ta‟ T Te د

sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س

jim J Je ج

ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

kha‟ Kh ka dan ha خ

dal D De د

zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ

ra‟ R Er ز

zai Z Zet ش

sin S Es ض

vii

syin Sy es dan ye غ

sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط

za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع

gain G Ge غ

fa F Ef ف

qaf Q Qi ق

kaf K Ka ك

lam L El ه

mim M Em

nun N En

wawu W We

ha‟ H Ha

hamzah ‟ Apostrof ء

ya Y Ye ي

viii

b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد

Ditulis bdquoiddah عدح

c Ta‟ Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

Ditulis hibbah جخ

Ditulis jizyah جصخ

Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā

2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah

ditulis t

اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri

ix

d Vokal Pendek

Kasrah Ditulis i

Fathah Ditulis a

ḍammah Ditulis u ___ۥ__

e Vokal Panjang

fathah + alif Ditulis Ā

يخ جب Ditulis jāhiliyah

fathah + ya‟ mati Ditulis Ā

Ditulis yas` ā ععى

kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī

Ditulis karīm مس

ḍammah + wawu mati Ditulis Ū

f Vokal Rangkap

fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis bainakum ثن

fathah + wawu mati Ditulis Au

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 5: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

vii

syin Sy es dan ye غ

sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط

za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع

gain G Ge غ

fa F Ef ف

qaf Q Qi ق

kaf K Ka ك

lam L El ه

mim M Em

nun N En

wawu W We

ha‟ H Ha

hamzah ‟ Apostrof ء

ya Y Ye ي

viii

b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد

Ditulis bdquoiddah عدح

c Ta‟ Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

Ditulis hibbah جخ

Ditulis jizyah جصخ

Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā

2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah

ditulis t

اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri

ix

d Vokal Pendek

Kasrah Ditulis i

Fathah Ditulis a

ḍammah Ditulis u ___ۥ__

e Vokal Panjang

fathah + alif Ditulis Ā

يخ جب Ditulis jāhiliyah

fathah + ya‟ mati Ditulis Ā

Ditulis yas` ā ععى

kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī

Ditulis karīm مس

ḍammah + wawu mati Ditulis Ū

f Vokal Rangkap

fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis bainakum ثن

fathah + wawu mati Ditulis Au

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 6: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

viii

b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد

Ditulis bdquoiddah عدح

c Ta‟ Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

Ditulis hibbah جخ

Ditulis jizyah جصخ

Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā

2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah

ditulis t

اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri

ix

d Vokal Pendek

Kasrah Ditulis i

Fathah Ditulis a

ḍammah Ditulis u ___ۥ__

e Vokal Panjang

fathah + alif Ditulis Ā

يخ جب Ditulis jāhiliyah

fathah + ya‟ mati Ditulis Ā

Ditulis yas` ā ععى

kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī

Ditulis karīm مس

ḍammah + wawu mati Ditulis Ū

f Vokal Rangkap

fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis bainakum ثن

fathah + wawu mati Ditulis Au

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 7: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

ix

d Vokal Pendek

Kasrah Ditulis i

Fathah Ditulis a

ḍammah Ditulis u ___ۥ__

e Vokal Panjang

fathah + alif Ditulis Ā

يخ جب Ditulis jāhiliyah

fathah + ya‟ mati Ditulis Ā

Ditulis yas` ā ععى

kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī

Ditulis karīm مس

ḍammah + wawu mati Ditulis Ū

f Vokal Rangkap

fathah + ya‟ mati Ditulis Ai

Ditulis bainakum ثن

fathah + wawu mati Ditulis Au

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 8: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

x

Ditulis qaulun قه

g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

Ditulis a‟antum أأز

Ditulis ubdquoiddat د أعد

Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ

h Kata Sandang Alif + Lam

a Bila diikuti huruf Qamariyyah

Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ

Ditulis al-qiyās اىقبض

b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

‟Ditulis as-samā اىعبء

Ditulis asy-syams اىشط

i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 9: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

xi

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd

اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 10: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

xii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir

jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini

walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi

langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin

Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung

membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir

ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya kepada

1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab

Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan

Madzhab

3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini

4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat

saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang

telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama

perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum

5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku

kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan

Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi

dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 11: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

xiii

6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu

memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat

selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat

sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin

7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan

motivasi dalam kuliah selama ini

8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu

menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik

9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta

mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh

ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini

Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga

doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah

dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya

penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan

dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini

Karawang 01 Juli 2021

Ade Yusroni Rifqi

NIM 11140430000055

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 12: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

PEDOMAN LITERASI vi

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7

1 Identifikasi Masalah 7

2 Pembatasan Masalah 8

3 Rumusan Masalah 8

C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8

1 Tujuan Penelitian 8

2 Manfaat Penelitian 9

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9

E Metode Penelitian 11

1 Pendekatan Penelitian 11

2 Jenis Penelitian 12

3 Sumber Data 12

F Teknik Pengumpulan Data 13

G Teknik Analisis Data 14

H Teknik Penulisan 14

I Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS 16

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 13: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

xv

A Teori Checks And Balance 16

B Teori Good Governance 18

1 Ciri-ciri Good Governance 18

2 Prinsip-prinsip Good Governance 19

C Teori Keadilan 22

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26

E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38

BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN 29

A Pengertian Makna Lembaga Independen 29

B Sejarah Terbentuknya KPK 30

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32

1 Sistem Kerja KPK 32

2 Sistem Kerja Kepolisian 35

3 Sistem Kerja Kejaksaan 37

BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019 39

B Fungsi KPK 42

C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan

Hukum Islam 45

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46

1 Koordinasi 46

2 Monitoring 47

3 Supervisi 48

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50

1 Konstitusi 50

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 14: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

xvi

2 Legislasi 52

3 Syura dan Demokrasi 53

BAB V PENUTUP 55

A Kesimpulan 55

B Rekomendasi 56

1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56

2 Kepada Pemerintah 56

DAFTAR PUSTAKA 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 15: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang

telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik

Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan

hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara

dan bermasyarakat

Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar

di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi

dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut

Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi

hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements

of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan

dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan

hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih

kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum

menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan

sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem

hukum

Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil

tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum

(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal

1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel

Sage Foundation 1975) h 11

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 16: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk

2

culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya

Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan

hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam

rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan

Negara2

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh

kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi

lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang

dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi

Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas

kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli

fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan

ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6

KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara

republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004

tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh

kejaksaan dan KPK

Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai

masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan

manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang

kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah

menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak

sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki

oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi

2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel

sage Foundation 1975) h 4-5

3

pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan

ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan

institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan

perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi

penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara

yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam

melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada

pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan

oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan

penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama

institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan

hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam

hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya

kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184

Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia

ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara

tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi

kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan

lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas

penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya

sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa

Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat

menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan

3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik

Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334

4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent

Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam

Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278

4

bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan

manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah

Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui

penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah

Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5

Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu

bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya

penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah

independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam

melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri

berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling

potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana

korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga

diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi

Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan

hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan

lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di

dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk

berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan

demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi

dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara

Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu

5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi

(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132

5

lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi

Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil

Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara

Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah

merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK

kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan

disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan

penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi

Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap

berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan

Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional

koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6

Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang

sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah

ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam

Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna

studi hukum islam

Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik

fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan

bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan

sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat

dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum

islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana

hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan

6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan

Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

h 98-100

6

budaya terhadap penerapan hukum itu

Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi

islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama

yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu

untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya

terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba

meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis

hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu

memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-

Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad

ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek

kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat

menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum

islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non

doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat

digunakan7

Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika

ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip

pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh

Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus

memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban

pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau

sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah

satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya

yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban

7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-

Islamika II 1 (20121433) h 92-94

7

masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya

beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya

konflik8

Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi

monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam

pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi

pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita

sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih

serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan

kepolisian9

Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan

menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul

ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG

TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo

B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis

menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut

8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas

Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9

9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-

pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021

8

a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat

b Pengertian komisi pemberantasan korupsi

c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi

d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap

lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya

2 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah

komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan

permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis

membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19

Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

3 Rumusan Masalah

Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan

Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang

komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum

islam

Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum

positif dan hukum islam

C Tujuan dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan

menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga

terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut

pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan

9

kepastian hukumnya

2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas

yang meliputi

a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta

mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam

bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya

b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan

penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara

kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum

tatanegara dan hukum islam

D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh

penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan

lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan

dengan variabel judul skripsi yaitu

1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur

Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim

Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang

bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul

beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi

pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin

berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan

10

korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan

dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan

2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-

imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis

Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan

dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi

menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen

yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah

yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua

lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan

oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-

Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara

atau Pejabat Negara

3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi

Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah

dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini

membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak

dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula

ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi

pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger

mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum

yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan

korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6

huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi

11

tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan

penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga

penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian

Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun

hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat

dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)

Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya

penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk

menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK

Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa

buku jurnal atau karya ilmiah

E Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data

dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat

umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang

diteliti

1 Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif

Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)

(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14

12

2 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis

penelitian normatif11

Dan menganalisa data dengan metode penelitian

kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam

penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12

Dalam hal

ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang

perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang

komisi pemberantasan korupsi

3 Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber

penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

a Data Primer

Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian

kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-

bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah

1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist

11

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29

13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h

141

13

2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan

kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi

3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011

4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK

5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)

1945

b Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan

primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang

berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan

c Data Tersier

Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan

penelitian ini meliputi

1) Kamus Hukum

2) Media Internet

F Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam

penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14

yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat

buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta

artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-

pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang

kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat

14

Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian

UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10

14

G Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik

data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan

pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data

berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah

ini

H Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi

ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku

ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017rdquo

I Sistematika Penulisan

Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam

Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan

gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian

skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam

bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini

BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah

mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan

masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga

menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa

yang digunakan untuk penelitian

BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum

disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga

15

setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan

dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas

dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan

teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan

tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan

pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah

memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan

BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam

pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan

Korupsi

BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi

Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan

penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif

BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan

sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran

dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang

sudah ada sekarang ini

16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A Teori Checks and Balance

1 Pengertian checks and balance

Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar

suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat

menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu

keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak

cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani

Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law

dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of

governmental powers where by powers of one governmental branch checks or

balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan

bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan

mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and

balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu

cabang kekuasaan tertentu

Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya

adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu

dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan

saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan

pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan

kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15

Mekanisme checks and balance

dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat

diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang

15

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance

s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021

17

ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara

institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau

mengawasi bahkan bisa saling mengisi16

Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu

menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan

tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik

secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang

disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance

antar kekuasaan yang ada

Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil

Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah

unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur

aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan

Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini

disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam

menjalankan dan melaksanakan wewenangnya

Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and

balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan

perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling

mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan

transparan17

Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD

16

Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86

17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64

18

1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara

secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang

lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and

balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga

Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan

tantangan zaman18

B Teori Good Governance

Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan

dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah

publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan

tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai

pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser

menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak

lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti

adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga

antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri

Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan

prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi

dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan

disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya

aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten

Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari

pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan

18

Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD

1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264

19

a Ciri-ciri Good Governance

Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih

jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu

1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan

adil

2) Menjamin adanya supremasi hukum

3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan

pada konsesus masyarakat

4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam

proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya

pembangunan

Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah

pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses

pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas

Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi

pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder

b Prinsip-prinsip Good Governance

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola

pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta

sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun

harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada

Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan

organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara

Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam

wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena

peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan

mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para

stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai

20

hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan

aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu

a) Partisipasi (Participation)

Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak

mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa

partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu

bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak

yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak

ada pengawasan dari orang tua mereka

b) Penegakan Hukum (Rule of law)

Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif

apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam

penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna

meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-

aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan

melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi

lembaga hukum dengan seoptimal mungkin

c) Transparansi (Transparency)

Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada

para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat

menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab

manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan

diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun

bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum

d) Responsif (Responsiveness)

Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni

supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di

lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan

masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf

21

menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa

kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang

strategis guna kepentingan kepentingan bersama

e) Konsensus (Orientation)

Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian

supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan

keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu

lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan

kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan

harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat

menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga

keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan

f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)

Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor

dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga

pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu

memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor

yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada

seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang

menjadi haknya

g) Efektifitas dan efisien

Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas

diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya

kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur

dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga

Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu

memberikan kualitas yang memuaskan

h) Akuntabilitas

22

Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-

stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus

beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor

harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun

netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga

i) Visi Strategi (Strategic Vision)

Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi

masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang

mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-

kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani

perubahan yang ada

C Teori Keadilan

Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan

adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya

perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang

harus dipertahankan yaitu

a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para

penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba

manusia

b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus

terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan

yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang

ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya

Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan

keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan

teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian

barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat

23

dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before

the law)

Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara

proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in

proportion to their inequality)19

Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau

corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa

latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris

corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan

tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas

dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan

asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan

terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK

bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat

bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan

informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21

19

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021

20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520

21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-

kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021

24

Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik

menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK

selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak

hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan

pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut

dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice

System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau

kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada

a Kepastian hukum

Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap

kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi

b Keterbukaan

Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja

komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya

c Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d Kepentingan umum

Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif

25

e Proporsionalitas

Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas

wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi

f Penghormatan terhadap hak asasi manusia

Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya22

Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum

pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar

alasan utama yaitu

a Alasan Sosiologis

Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda

bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu

pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap

belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak

konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus

membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan

perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat

b Alasan Praktis

Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi

telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang

menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 5

26

Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara

gotongroyong

c Alasan Politis

Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan

salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam

hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain

gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan

terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara

yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR

tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti

didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya

pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23

D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi

Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah

sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa

Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi

urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat

diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh

Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009

yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu

adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-

Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48

27

Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu

dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang

yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk

peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh

kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat

Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan

Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh

kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada

umumnya tidak berumur panjang

Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang

KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK

menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan

perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK

Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga

dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi

permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan

interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK

Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam

pelaksanaannya

Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh

KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga

ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan

hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan

28

mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah

Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan

horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan

peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif

Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin

yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk

dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang

Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa

penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan

poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh

KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan

dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap

Undang-Undang KPK yang lama24

24

Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei

2020 h 123-124

29

BAB III

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA

INDEPENDEN

A Pengertian Makna Lembaga Independen

Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah

terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru

seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang

menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara

yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam

sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan

untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan

institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur

ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan

terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca

perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga

kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted

power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang

(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar

perintah keputusan presiden

Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang

kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 194525

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR

DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang

dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang

DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa

25

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

30

atau setingkat26

Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga

yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun

kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga

yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan

umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan

adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung

dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam

suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain

Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk

berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara

lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)

Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan

Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan

Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri

Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-

departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada

kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat

sementara bergantung pada kebutuhan negara

Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut

dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-

lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya

ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam

menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-

lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

31

menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin

mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia

B Sejarah Terbentuknya KPK

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari

lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999

lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya

pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya

KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru

Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi

menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30

Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas

antara lain

a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan

perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara

negara

b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi golongan dan rahasia negara

c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil

akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat

32

d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum

dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif

e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan

laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)

f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang

dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus

menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan

hak warga negara pada khususnya27

C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan

1 Sistem Kerja KPK

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional

intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat

independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun

Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung

dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi

fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ

indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)

memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari

pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian

27

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2

Agustus 2021

33

dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya

Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini

memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang

dipaparkan sebagai berikut

Pasal 6

1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi

2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan

publik

3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara

4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan

tindak pidana korupsi

5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7

yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas

pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan

korupsi berwenang

1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan

pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh

masing-masing instansi kementerian dan lembaga

2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring

pendidikan

4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak

pidana korupsi

34

5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan

6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan

tindak pidana korupsi

Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan

pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan

badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru

untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam

perubahan ketentuan pasal 9

Adapun bunyinya berubah sebagai berikut

a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua

lembaga Negara dan lembaga pemerintahan

b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga

pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil

pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi

menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan

c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan

pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan

tidak dilaksanakan28

Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang

serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian

Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim

dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang

diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan

hakim atau putusan pengadilan

2 Sistem Kerja Kepolisian

28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

35

Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari

Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain

lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi

(selanjutnya disingkat KPK)

Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian

keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara

hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang

tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat

preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian

negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara

luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah

dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata

mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara

yang ditimbulkan oleh praktek korupsi

Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat

dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok

Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan

perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan

hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana

(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat

upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat

sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang

lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil

korupsi

36

Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal

penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi

dengan keuangan Negara sebagai berikut

Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana

korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana

dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti

Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus

Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan

investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah

memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu

pembekuan atau perampasan aset

Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan

perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku

tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya

perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari

negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada

pelaku tindak pidana

Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana

korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban

atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara

penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan

tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara

sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset

37

tersebut29

3 Sistem Kerja Kejaksaan

Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1

butir 6 huruf b KUHAP)

Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana

korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak

pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan

selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan

sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain

berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara

(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena

hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini

dapat diajukan ke pengadilan atau tidak

Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu

29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo

(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6

38

a Melakukan penuntutan

b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap

c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat

d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang

e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik

Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan

kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu

Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi

sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan

ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun

2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

39

BAB IV

ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI

A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2019

Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga

yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan

Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530

Apabila dilihat

berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang

berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa

Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena

muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang ada di atas

Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi

mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena

muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru

terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and

proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-

Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil

Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru

dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-

30

Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan

(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183

40

Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan

Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang

Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki

jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan

memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang

tersebut31

Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK

tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK

dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu

mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan

penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai

KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal

dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi

tersebut

Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk

dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam

rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32

31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-

kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021

32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

41

Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status

kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya

peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi

Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat

independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri

Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan

yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di

pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan

penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan

dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo

Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam

revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan

pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk

mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33

Pada pasal 37B ayat 1

dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin

penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum

yaitu Polisi Jaksa dan Hakim

Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai

kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain

hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang

gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana

korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa

diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada

33

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

42

peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu

penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan

untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak

yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang

bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan

kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK

Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena

tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang

dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi

(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas

bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta

tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan

kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan

penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-

asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis

dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi

B Fungsi KPK

Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan

internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai

pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan

hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task

43

Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak

pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah

dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan

tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi

telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional

Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam

kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai

lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super

Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai

lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam

tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang

berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan

lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja

melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga

negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas

dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan

penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11

membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan

mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman

yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara

China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang

melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK

adalah sebagai berikut

a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian

Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK

2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK

44

periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah

sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang

dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah

disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh

kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya

mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol

penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya

tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi

koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK

b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan

yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan

KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan

dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan

impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran

dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil

yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK

telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai

Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928

miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK

dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu

meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan

juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam

konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal

c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK

diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian

seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi

penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat

45

kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh

KPK34

C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi

tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan

pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK

mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi

tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan

korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan

berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan

terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk

mencapai kemakmuran akan sulit terwujud

Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan

dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya

masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi

seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya

pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses

membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting

sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk

melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan

pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan

publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap

34

Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192

46

proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi

menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang

bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan

supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi

dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses

penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan

kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses

penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan

terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya

yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK

melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah

melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan

yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah

kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau

putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35

D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

1 Koordinasi

Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi

hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi

pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain

Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan

penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi

kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak

35

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 113-117

47

hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani

pihak lain

Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan

pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa

menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan

lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang

ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan

Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan

tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi

ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada

instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat

KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi

Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan

dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana

perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah

hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat

penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama

Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang

mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain

memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti

kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada

lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang dilakukan

2 Monitoring

Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang

48

Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa

kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut

Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan

Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan

lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian

sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya

tindak pidana korupsi

Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia

dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK

mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan

3 Supervisi

Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020

tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal

2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi

yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan

kejaksaan (pasal 1 ayat 2)

Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap

perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni

a Pengawasan

b Penelitian

c Penelaahan

49

Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk

mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh

instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan

Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang

1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi

2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik

secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan

3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak

pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau

ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)

Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data

pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara

sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi

oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan

pemberantasan tindak pidana korupsi

Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang

dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan

pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut

1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum

yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain

2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan

3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama

perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan

50

kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan

rekomendasi

Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah

hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta

pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan

penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)

Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut

1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi

2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil

penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak

pidana korupsi yang sedang di supervisi36

E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK

a Konstitusi

Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia

lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara

harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga

UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD

1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi

disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah

seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama

Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam

perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata

hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan

agama

36

Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta

cet pertama Januari 2021) h 123-133

51

Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-

undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber

perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi

ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari

latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam

konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut

Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk

sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan

persatuan dan keutuhan bangsa

Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan

buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh

tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-

masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam

secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat

islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi

yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini

dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah

mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan

konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan

prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut

Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam

masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam

walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas

Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas

muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya

Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu

dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati

52

dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip

piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis

mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak

Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar

sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah

kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh

pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang

didirikan oleh Nabi muhammad SAW

Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang

mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan

roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan

teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan

kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak

berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah

berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis

keturunan

Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945

konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur

antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan

bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan

kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis

permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima

tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan

ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli

Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk

menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi

fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah

53

membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi

kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama

b Legislasi

Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-

tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan

menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan

untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam

dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-

sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)

Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti

kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang

akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan

yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam

Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini

banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah

anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama

kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making

function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-

undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan

mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias

politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak

asasi warga negara lebih terjamin

Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya

yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga

54

macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif

mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis

kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)

maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya

Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu

yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya

kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan

Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-

Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang

(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah

kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut

Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari

ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan

negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya

masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling

mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan

prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)

antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut

dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak

menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan

yang ditentukan oleh konstitusi37

Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum

Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal

37

Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125

55

yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah

dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan

perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman

Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut

ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا

الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب

اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله

م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز

ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman

taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika

kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah

(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah

dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik

akibatnyardquo

Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan

tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan

diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan

beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum

pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica

c Syura dan Demokrasi

56

Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti

mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura

masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna

segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk

pendapat) untuk memperoleh kebaikan38

Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran

ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat

إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع

ي م ز حت اى الل

Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah

untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila

kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah

kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo

Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo

terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti

kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara

dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat

Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang

pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti

pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin

38

Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia

Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

57

berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan

dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-

menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya

untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara

Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat

ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan

mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi

rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam

disebut dengan Ahlul Ikhtiyar

Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin

sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-

permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir

Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam

Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang

keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun

pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura

dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan

didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya

demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu

permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam

mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar

keduanya39

Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik

tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari

39

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2

Agustus 2021

58

sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan

nilai-nilai agama dan moralitas

59

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap

dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam

pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu

lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain

itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam

menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing

lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan

bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan

Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang

berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu

legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super

body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan

korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah

menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019

dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun

kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang

yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan

kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan

dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah

beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada

pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi

60

B Rekomendasi

1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi

KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta

kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan

membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi

laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK

berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi

pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada

masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang

melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye

disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir

KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam

pemberantasan korupsi

2 Kepada Pemerintah

Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi

sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang

berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala

menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting

yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-

masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus

saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi

tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus

ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan

melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak

pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT

Deepublish Cet Pertama 2021)

Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)

Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)

Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New

York Russel Sage Foundation 1975)

Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006

Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT

Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230

Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik

Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)

Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media

Group 2008)

Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)

Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)

Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen

UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012

62

Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011

63

Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

64

Jurnal Artikel Karya Ilmiah

Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana

ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)

Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung 2018)

Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo

Indo-Islamika II 1 (20121433)

Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia

Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016

Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)

Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan

Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan

Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020

Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal

Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017

Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik

Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian

Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan

Bandung 2016)

Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang

Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi

65

Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo

Recidive IV 3 (September-Desember 2015)

Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication

Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal

Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)

Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex

Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)

Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala

Hukum XVIII 1 Juni 2013

66

Website

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada

an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi

httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-

fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_

httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-

diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan

httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur

-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1

httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2

0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah

httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan

httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-

kpk

httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-

429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi

httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-

dalam-islamhtml

Page 17: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 18: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 19: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 20: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 21: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 22: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 23: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 24: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 25: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 26: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 27: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 28: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 29: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 30: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 31: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 32: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 33: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 34: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 35: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 36: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 37: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 38: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 39: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 40: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 41: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 42: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 43: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 44: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 45: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 46: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 47: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 48: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 49: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 50: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 51: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 52: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 53: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 54: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 55: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 56: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 57: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 58: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 59: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 60: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 61: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 62: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 63: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 64: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 65: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 66: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 67: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 68: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 69: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 70: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 71: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 72: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 73: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 74: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 75: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 76: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 77: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 78: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 79: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk
Page 80: SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk