Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
Ade Yusroni Rifqi
(11140430000055)
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H 2021 M
ii
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
Pembimbing
Dr Fuad Thohari MAg
NIP 197003232000031001
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H2021 M
EKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAM
v
ABSTRAK
Ade Yusroni Rifqi NIM 11140430000055 Eksistensi Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK
Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Program Studi Perbandingan
Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 1442 H2021 M
Dalam penulisan skripsi ini disini penulis membahas masalah Eksistensi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang bagaimana cara kerja tugas dan wewenang KPK dengan
sebuah lembaga penegak hukum dalam menangani tindak pidana komisi pemberantasan korupsi dilihat dari konteks kewenangan dan cara kerja setiap lembaga penegak hukum dan lembaga terkait terhadap tindak pidana korupsi menurut sudut pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak lembaga yang terkait
dan kepastian hukumnya Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yakni
Statute Approach (pendekatan perundang-undangan) Dalam penelitian ini penulis menelaah dan meneliti menggunakan data primer sebagai bahan dasar untuk diteliti
dengan cara mengadakan penelusuran terhadap undang-undang peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan tindak pidana komisi pemberantasan korupsi tersebut
Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah penegakan tindak pidana
korupsi di Indonesia masih belum maksimal disebabkan beberapa faktor yang menjadi pengahambat mulai dari undang-undang terkait kewenangan dari setiap lembaga dan sistem tugas kerja tindak pidana korupsi
Dalam hal ini faktor-faktor yang menjadi penghambat tugas dan wewenang
tindak pidana korupsi yaitu Pertama sistem hukum Kedua kewenangan lembaga penegak hukum Ketiga kepastian hukum Keempat tugas KPK
Kata Kunci Peraturan Presiden Tugas dan Wewenang KPK Undang-Undang
Perspektif Hukum Islam Pembimbing Dr Fuad Thohari MAg Daftar Pustaka Tahun 1975 sd Tahun 2021
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22
Januari 1988
a Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
alif tidak dilambangkan ا
ba‟ B Be ة
ta‟ T Te د
sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س
jim J Je ج
ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
kha‟ Kh ka dan ha خ
dal D De د
zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ
ra‟ R Er ز
zai Z Zet ش
sin S Es ض
vii
syin Sy es dan ye غ
sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع
gain G Ge غ
fa F Ef ف
qaf Q Qi ق
kaf K Ka ك
lam L El ه
mim M Em
nun N En
wawu W We
ha‟ H Ha
hamzah ‟ Apostrof ء
ya Y Ye ي
viii
b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد
Ditulis bdquoiddah عدح
c Ta‟ Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
Ditulis hibbah جخ
Ditulis jizyah جصخ
Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā
2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah
ditulis t
اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri
ix
d Vokal Pendek
Kasrah Ditulis i
Fathah Ditulis a
ḍammah Ditulis u ___ۥ__
e Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis Ā
يخ جب Ditulis jāhiliyah
fathah + ya‟ mati Ditulis Ā
Ditulis yas` ā ععى
kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī
Ditulis karīm مس
ḍammah + wawu mati Ditulis Ū
f Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis bainakum ثن
fathah + wawu mati Ditulis Au
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
ii
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
Pembimbing
Dr Fuad Thohari MAg
NIP 197003232000031001
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H2021 M
EKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAM
v
ABSTRAK
Ade Yusroni Rifqi NIM 11140430000055 Eksistensi Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK
Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Program Studi Perbandingan
Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 1442 H2021 M
Dalam penulisan skripsi ini disini penulis membahas masalah Eksistensi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang bagaimana cara kerja tugas dan wewenang KPK dengan
sebuah lembaga penegak hukum dalam menangani tindak pidana komisi pemberantasan korupsi dilihat dari konteks kewenangan dan cara kerja setiap lembaga penegak hukum dan lembaga terkait terhadap tindak pidana korupsi menurut sudut pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak lembaga yang terkait
dan kepastian hukumnya Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yakni
Statute Approach (pendekatan perundang-undangan) Dalam penelitian ini penulis menelaah dan meneliti menggunakan data primer sebagai bahan dasar untuk diteliti
dengan cara mengadakan penelusuran terhadap undang-undang peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan tindak pidana komisi pemberantasan korupsi tersebut
Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah penegakan tindak pidana
korupsi di Indonesia masih belum maksimal disebabkan beberapa faktor yang menjadi pengahambat mulai dari undang-undang terkait kewenangan dari setiap lembaga dan sistem tugas kerja tindak pidana korupsi
Dalam hal ini faktor-faktor yang menjadi penghambat tugas dan wewenang
tindak pidana korupsi yaitu Pertama sistem hukum Kedua kewenangan lembaga penegak hukum Ketiga kepastian hukum Keempat tugas KPK
Kata Kunci Peraturan Presiden Tugas dan Wewenang KPK Undang-Undang
Perspektif Hukum Islam Pembimbing Dr Fuad Thohari MAg Daftar Pustaka Tahun 1975 sd Tahun 2021
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22
Januari 1988
a Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
alif tidak dilambangkan ا
ba‟ B Be ة
ta‟ T Te د
sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س
jim J Je ج
ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
kha‟ Kh ka dan ha خ
dal D De د
zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ
ra‟ R Er ز
zai Z Zet ش
sin S Es ض
vii
syin Sy es dan ye غ
sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع
gain G Ge غ
fa F Ef ف
qaf Q Qi ق
kaf K Ka ك
lam L El ه
mim M Em
nun N En
wawu W We
ha‟ H Ha
hamzah ‟ Apostrof ء
ya Y Ye ي
viii
b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد
Ditulis bdquoiddah عدح
c Ta‟ Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
Ditulis hibbah جخ
Ditulis jizyah جصخ
Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā
2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah
ditulis t
اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri
ix
d Vokal Pendek
Kasrah Ditulis i
Fathah Ditulis a
ḍammah Ditulis u ___ۥ__
e Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis Ā
يخ جب Ditulis jāhiliyah
fathah + ya‟ mati Ditulis Ā
Ditulis yas` ā ععى
kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī
Ditulis karīm مس
ḍammah + wawu mati Ditulis Ū
f Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis bainakum ثن
fathah + wawu mati Ditulis Au
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
v
ABSTRAK
Ade Yusroni Rifqi NIM 11140430000055 Eksistensi Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK
Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Program Studi Perbandingan
Mazhab dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 1442 H2021 M
Dalam penulisan skripsi ini disini penulis membahas masalah Eksistensi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Tugas dan Wewenang Lembaga KPK Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang bagaimana cara kerja tugas dan wewenang KPK dengan
sebuah lembaga penegak hukum dalam menangani tindak pidana komisi pemberantasan korupsi dilihat dari konteks kewenangan dan cara kerja setiap lembaga penegak hukum dan lembaga terkait terhadap tindak pidana korupsi menurut sudut pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak lembaga yang terkait
dan kepastian hukumnya Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif yakni
Statute Approach (pendekatan perundang-undangan) Dalam penelitian ini penulis menelaah dan meneliti menggunakan data primer sebagai bahan dasar untuk diteliti
dengan cara mengadakan penelusuran terhadap undang-undang peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan tindak pidana komisi pemberantasan korupsi tersebut
Hasil penelitian menunjukan bahwa masalah penegakan tindak pidana
korupsi di Indonesia masih belum maksimal disebabkan beberapa faktor yang menjadi pengahambat mulai dari undang-undang terkait kewenangan dari setiap lembaga dan sistem tugas kerja tindak pidana korupsi
Dalam hal ini faktor-faktor yang menjadi penghambat tugas dan wewenang
tindak pidana korupsi yaitu Pertama sistem hukum Kedua kewenangan lembaga penegak hukum Ketiga kepastian hukum Keempat tugas KPK
Kata Kunci Peraturan Presiden Tugas dan Wewenang KPK Undang-Undang
Perspektif Hukum Islam Pembimbing Dr Fuad Thohari MAg Daftar Pustaka Tahun 1975 sd Tahun 2021
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22
Januari 1988
a Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
alif tidak dilambangkan ا
ba‟ B Be ة
ta‟ T Te د
sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س
jim J Je ج
ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
kha‟ Kh ka dan ha خ
dal D De د
zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ
ra‟ R Er ز
zai Z Zet ش
sin S Es ض
vii
syin Sy es dan ye غ
sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع
gain G Ge غ
fa F Ef ف
qaf Q Qi ق
kaf K Ka ك
lam L El ه
mim M Em
nun N En
wawu W We
ha‟ H Ha
hamzah ‟ Apostrof ء
ya Y Ye ي
viii
b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد
Ditulis bdquoiddah عدح
c Ta‟ Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
Ditulis hibbah جخ
Ditulis jizyah جصخ
Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā
2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah
ditulis t
اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri
ix
d Vokal Pendek
Kasrah Ditulis i
Fathah Ditulis a
ḍammah Ditulis u ___ۥ__
e Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis Ā
يخ جب Ditulis jāhiliyah
fathah + ya‟ mati Ditulis Ā
Ditulis yas` ā ععى
kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī
Ditulis karīm مس
ḍammah + wawu mati Ditulis Ū
f Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis bainakum ثن
fathah + wawu mati Ditulis Au
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1581987 dan 0543 bU1987 Tanggal 22
Januari 1988
a Konsonan Tunggal
Huruf
Arab Nama Huruf Latin Keterangan
alif tidak dilambangkan ا
ba‟ B Be ة
ta‟ T Te د
sa‟ ṡ es (dengan titik di atas) س
jim J Je ج
ha‟ ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
kha‟ Kh ka dan ha خ
dal D De د
zal Ż zet (dengan titik di atas) ذ
ra‟ R Er ز
zai Z Zet ش
sin S Es ض
vii
syin Sy es dan ye غ
sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع
gain G Ge غ
fa F Ef ف
qaf Q Qi ق
kaf K Ka ك
lam L El ه
mim M Em
nun N En
wawu W We
ha‟ H Ha
hamzah ‟ Apostrof ء
ya Y Ye ي
viii
b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد
Ditulis bdquoiddah عدح
c Ta‟ Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
Ditulis hibbah جخ
Ditulis jizyah جصخ
Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā
2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah
ditulis t
اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri
ix
d Vokal Pendek
Kasrah Ditulis i
Fathah Ditulis a
ḍammah Ditulis u ___ۥ__
e Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis Ā
يخ جب Ditulis jāhiliyah
fathah + ya‟ mati Ditulis Ā
Ditulis yas` ā ععى
kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī
Ditulis karīm مس
ḍammah + wawu mati Ditulis Ū
f Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis bainakum ثن
fathah + wawu mati Ditulis Au
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
vii
syin Sy es dan ye غ
sad ṣ es (dengan titik di bawah) ص
dad ḍ de (dengan titik di bawah) ض
ta‟ ṭ te (dengan titik di bawah) ط
za‟ ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ
ain bdquo koma terbalik di atasbdquo ع
gain G Ge غ
fa F Ef ف
qaf Q Qi ق
kaf K Ka ك
lam L El ه
mim M Em
nun N En
wawu W We
ha‟ H Ha
hamzah ‟ Apostrof ء
ya Y Ye ي
viii
b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد
Ditulis bdquoiddah عدح
c Ta‟ Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
Ditulis hibbah جخ
Ditulis jizyah جصخ
Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā
2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah
ditulis t
اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri
ix
d Vokal Pendek
Kasrah Ditulis i
Fathah Ditulis a
ḍammah Ditulis u ___ۥ__
e Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis Ā
يخ جب Ditulis jāhiliyah
fathah + ya‟ mati Ditulis Ā
Ditulis yas` ā ععى
kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī
Ditulis karīm مس
ḍammah + wawu mati Ditulis Ū
f Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis bainakum ثن
fathah + wawu mati Ditulis Au
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
viii
b Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
Ditulis mutabdquoaqqidin زعقد
Ditulis bdquoiddah عدح
c Ta‟ Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
Ditulis hibbah جخ
Ditulis jizyah جصخ
Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
الأىبء مساخ Ditulis karāmah al-auliyā
2 Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat fathah kasrah dan ḍammah
ditulis t
اىفطس شمبح Ditulis zakātul fitri
ix
d Vokal Pendek
Kasrah Ditulis i
Fathah Ditulis a
ḍammah Ditulis u ___ۥ__
e Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis Ā
يخ جب Ditulis jāhiliyah
fathah + ya‟ mati Ditulis Ā
Ditulis yas` ā ععى
kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī
Ditulis karīm مس
ḍammah + wawu mati Ditulis Ū
f Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis bainakum ثن
fathah + wawu mati Ditulis Au
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
ix
d Vokal Pendek
Kasrah Ditulis i
Fathah Ditulis a
ḍammah Ditulis u ___ۥ__
e Vokal Panjang
fathah + alif Ditulis Ā
يخ جب Ditulis jāhiliyah
fathah + ya‟ mati Ditulis Ā
Ditulis yas` ā ععى
kasrah + ya‟ mati Ditulis Ī
Ditulis karīm مس
ḍammah + wawu mati Ditulis Ū
f Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati Ditulis Ai
Ditulis bainakum ثن
fathah + wawu mati Ditulis Au
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
x
Ditulis qaulun قه
g Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Ditulis a‟antum أأز
Ditulis ubdquoiddat د أعد
Ditulis la‟in syakartum شنسر ىئ
h Kata Sandang Alif + Lam
a Bila diikuti huruf Qamariyyah
Ditulis al-Qur‟ān اىقسأ
Ditulis al-qiyās اىقبض
b Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya
‟Ditulis as-samā اىعبء
Ditulis asy-syams اىشط
i Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
xi
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
اىفض ذي Ditulis żawī al-furūd
اىعخ أو Ditulis ahl as-sunnah
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
xii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan tugas akhir
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Saya bersyukur dapat membuat karya tulis ilmiah ini
walaupun hanya berupa tugas akhir Mudah-mudahan ini merupakan ini menjadi
langkah awal saya untuk mengabdikan diri pada negara amin
Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung
membantu serta memberikan masukan dalam proses saya menyelesaikan tugas akhir
ini Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada
1 Bapak Dr Ahmad Tholabi Kharlie SH MH MA Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Ibu Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazdhab
Bapak Hidayatullah SH MH Sekertaris Program Studi Perbandingan
Madzhab
3 Bapak Dr Fuad Thohari MAg selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan skripsi ini
4 Seluruh staf pengajar atau dosen program studi Perbandingan Mazhab yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat
saya Tidak lupa pula kepada pimpinan dan seluruh staff perpustakaan yang
telah menyediakan fasilitas untuk keperluan studi kepustakaan terutama
perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum
5 Bapak Dr Alfitra SHMHUM selaku penguji I yang telah senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah dan dalam proses penulisan skripsi ini terima kasih penulis ucapkan
Mufidah SHI MH selaku penguji II yang telah memberikan rekomendasi
dan saran untuk penyempurnaan penulisan dalam skripsi ini
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
xiii
6 Bapak dan Mamah H Tamsur Buchori SAg dan Hj Masriyah yang selalu
memberikan dukungan dari lisan materil maupun doa agar skripsi ini cepat
selesai tugas akhir ini kupersembahkan untukmu Mamah semoga cepat
sembuh pulih sehat seperti sedia kala amin
7 Kakak tercinta Yayah Khoeriyah SThI yang selalu memberi arahan dan
motivasi dalam kuliah selama ini
8 Adik-adik kesayanganku Muhammad Surya Dwi Perdana Yang selalu
menjadi motivasi saya untuk menjadi kakak yang baik
9 Dinda Wilastri Andriyani yang selalu memberikan semangat motivasi serta
mendoakan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini
10 Keluarga Besar Bani Jumron yang Selalu memberikan motivasi penuh
ketika masa isolasi mandiri di rumah dan dalam pengerjaan Skripsi ini
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan dan juga
doa yang telah diberikan kepada penulis Semoga kebaikan kalian menjadi berkah
dan amal jariyah untuk kita semua Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya
penulis serta pembaca pada umumnya saya memohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini
Karawang 01 Juli 2021
Ade Yusroni Rifqi
NIM 11140430000055
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
PEDOMAN LITERASI vi
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah 7
1 Identifikasi Masalah 7
2 Pembatasan Masalah 8
3 Rumusan Masalah 8
C Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
1 Tujuan Penelitian 8
2 Manfaat Penelitian 9
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu 9
E Metode Penelitian 11
1 Pendekatan Penelitian 11
2 Jenis Penelitian 12
3 Sumber Data 12
F Teknik Pengumpulan Data 13
G Teknik Analisis Data 14
H Teknik Penulisan 14
I Sistematika Penulisan 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS 16
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
xv
A Teori Checks And Balance 16
B Teori Good Governance 18
1 Ciri-ciri Good Governance 18
2 Prinsip-prinsip Good Governance 19
C Teori Keadilan 22
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi 26
E Pemberantasan Korupsi dalam Perspektif Islam 38
BAB III KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN 29
A Pengertian Makna Lembaga Independen 29
B Sejarah Terbentuknya KPK 30
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan 32
1 Sistem Kerja KPK 32
2 Sistem Kerja Kepolisian 35
3 Sistem Kerja Kejaksaan 37
BAB IV ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI) 39
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 39
B Fungsi KPK 42
C Tugas dan Wewenang Tindak Pidana korupsi menurut pandangan
Hukum Islam 45
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi46
1 Koordinasi 46
2 Monitoring 47
3 Supervisi 48
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK 50
1 Konstitusi 50
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
xvi
2 Legislasi 52
3 Syura dan Demokrasi 53
BAB V PENUTUP 55
A Kesimpulan 55
B Rekomendasi 56
1 Kepada Lembaga-Lembaga dan Instansi 56
2 Kepada Pemerintah 56
DAFTAR PUSTAKA 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sebagaimana yang
telah tercantum di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesian Tahun 1945 Aturan ini bermakna bahwa didalam Negara republik
Indonesia Hukum merupakan tujuan hidup dari seluruh aspek kehidupan dan
hukum mempunyai posisi yang strategis didalam kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat
Hukum adalah sebagai suatu pola yang dapat diupayakan dengan baik dan benar
di tengah masyarakat Untuk itu Hukum diperlukan institusi-institusi yang dilengkapi
dengan kewenangan-kewenangan di bidang penegak hukum Sistem Hukum menurut
Lawrence Meir Friedman terbentuk dari sub-sub sistem hukum berupa subtansi
hukum struktur hukum dan budaya hukum Ketiga sistem hukum itu (Three elements
of Legal System) ini sangat menetukan suatu sistem hukum yang dapat berjalan
dengan baik atau tidak Isi hukum biasanya menyangkut aspek-aspek pengaturan
hukum atau peraturan perundang-undangan Struktur hukum penekanannya lebih
kepada sarana dan prasarana hukum itu sendiri Sementara budaya hukum
menyangkut perilaku masyarakat itu sendiri1 Namun sistem hukum merupakan
sebuah teori yang diperkenalkan oleh Lawrence Meir Friedman mengenai sistem
hukum
Menurut Lawrence Meir Friedman mengatakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegak hukum tergantung tiga sistem hukum yakni struktur hukum
(structure of law) subtansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
1Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspecktive (New York Russel
Sage Foundation 1975) h 11
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml
2
culture) Adapun struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum selanjutnya
Isi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan
hukum yang hidup atau di ikuti ditengah masyarakat Sistem hukum dibuat dalam
rangka menciptakan Negara hukum sebagai panglima dalam penyelengaraan
Negara2
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Sebagai lembaga Negara dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Hal ini menunjukan kedudukan KPK memiliki indepedensi
lebih dibandingkan dengan kepolisian maupun kejaksaan yang juga berwenang
dalam penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai lembaga super body karena melaksanakan tugas
kepolisian dan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana yang dapat mengambil ahli
fungsi kasus yang ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan baik kepentingan
ataupun kurang cepat dalam menangani tindak pidana korupsi Dilihat dari pasal 6
KUHAP diatur bahwa yang diberi tugas penyidikan adalah pejabat polisi Negara
republik Indonesia Oleh karena itu penjelasan undang-undang nomor 14 tahun 2004
tentang kejaksaan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
kejaksaan dan KPK
Problematika korupsi merupakan suatu problem yang bisa disebut sebagai
masalah yang sejalan dengan kehidupan manusia Tidak ada dalam kehidupan
manusia yang tidak ada korupsinya Kejahatan ini memberikan gambaran tentang
kondisi manusia dan bangsa di dunia Perlu diketahui bahwa masalah korupsi telah
menjadi masalah global Tidak ada di Negara manapun dimuka bumi ini yang tidak
sedang menghadapi masalah korupsi Dengan demikian kewenangan yang dimiliki
oleh KPK kepolisian dan kejaksaan maka akan sangat kemungkinan akan terjadi
2Lawrence Meir Friedman The Legal System A Social Science Perspektive (New York Russel
sage Foundation 1975) h 4-5
3
pertentangan peraturan perundang-undangan yang dapat menyebabkan
ketidakjelasaan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan
institusi Dengan hal ini tentu akan mengakibatkan adanya pertentangan peraturan
perundang-undangan yang ketidakjelasan yang dimiliki oleh masing-masing institusi
penyidik sebagaimana yang sudah diuraikan di atas seperti pengambilalihan perkara
yang sudah ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan oleh karena itu dalam
melaksanakan penyidikan ketiga institusi penyidik terjadi perbedaan pada
pelaksanaan hukumnya sehingga menyebabkan tumpang tindih dalam penyidikan
oleh adanya kompetisi dalam perkara baik saling melakukan penangkapan dan
penyadapan Sebab itu tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisasian sesama
institusi penyidik karena ketiga organ tersebut mempunyai tujuan dalam penegakan
hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi3 Keberadaan tindak pidana dalam
hukum positif di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama yaitu sejak berlakunya
kitab undang-undang hukum pidana (wetboek van strafrecht) 1 januari 19184
Jimly Asshiddiqie berpendapat bahwa trias politica tidak lagi sesuai dengan usia
ini mengingat tidak mungkin lagi mempertahankan bahwa ketiga organ negara
tersebut hanya berurusan secara eksklusif dengan salah satu dari tiga fungsi
kekuasaan tersebut Mahkamah konstitusi berpendapat bahwa KPK merupakan
lembaga negara yang berada di ranah kekuasaan eksekutif karena menjalankan tugas
penyelidikan penyidikan dan penuntutan dalam tindak pidana korupsi yang sejatinya
sama dengan kewenangan kepolisian dan kejaksaan Putusan ini menegaskan bahwa
Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai bagian dari kekuasaan eksekutif dapat
menjadi obyek penggunaan hak angket DPR Mahkamah Konstitusi menyatakan
3Oly Viana Agustine Erlina Maria Cristin Sinaga dan Rizkisyabana Yulistyaputri ldquoPolitik
Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019) h 333-334
4Cynthia Dewi Kusumastuti Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang Independent
Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam
Pemberantasan Korupsirdquo Recidive IV 3 (September-Desember 2015) h 277-278
4
bahwa hal ini bersifat independensi dan bebasnya KPK dari pengaruh kekuasaan
manapun adalah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Mahkamah
Konstitusi akan menjamin superioritas normatif hukum konstitusi ditegakan melalui
penafsiran-penafsiran kewenangannya berdasarkan konstitusi sehingga Mahkamah
Konstitusi juga disebut sebagai the sole interpreter of the constitution 5
Bahkan satu hal yang perlu ditegaskan terkait dengan kedudukan KPK yaitu
bahwa rumusan dalam pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak memberikan kemungkinan adanya
penafsiran lain yang di rumuskan dalam ketentuan pasal tersebut adalah
independensi dan kebebasan KPK dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangya Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri
berwenang melakukan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi melibatkan aparat penegak hukum Oleh sebab itu pihak-pihak yang paling
potensial untuk diselidiki disidik atau dituntut oleh KPK karena tindak pidana
korupsi itu adalah pihak-pihak yang melaksanakan kekuasaan Negara sehingga
diperlukan ketegasan dan keberanian diri setiap anggota KPK Komisi
Pemberantasan Korupsi sendiri dibentuk dengan berlatarbelakang yang dilakukan
hingga saat ini belum dapat dilaksanakan secara optimal Sehingga pembentukan
lembaga KPK dapat dianggap penting secara konstitusional yang tercantum di dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Adapula yang tidak tercantum di
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melainkan dibentuk
berdasarkan undang-undang termasuk KPK sebagai lembaga Negara bantu Dengan
demikian keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi
dan sosiologis yang telah menjadikan sebuah kebutuhan sebuah bangsa dan Negara
Secara hierarki lembaga Negara dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu
5Jimly Asshiddiqie Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi
(Jakarta Sinar Grafika 2011) h 132
5
lembaga tinggi Negara lembaga Negara dan lembaga daerah Lembaga tinggi
Negara yaitu lembaga yang bersifat pokok yaitu DPR MPR Presidenwakil
Presiden MA MK dan DPD Lembaga tersebut merupakan lembaga tinggi Negara
Lembaga Negara yaitu lembaga Negara lapis kedua Sedangkan lembaga daerah
merupakan lembaga berada ditingkat daerah Dilihat secara hierarki maka KPK
kurang efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa eksistensi kewenangan KPK dalam penuntutan perkara diawali dan
disahkanya UU KPK Dimana KPK memiliki tiga kewenagan untuk melakukan
penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi
Didalam eksistensi KPK dalam pelaksanaan kewenangan tersebut tetap
berkoordinasi dengan lembaga penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan
Disini keberadaan KPK dalam menjalankan tugasnya menjalin hubungan fungsional
koordinatif dengan lembaga penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan6
Pembelajaran hukum islam sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang
sebagai upaya untuk istinbath hukum setiap ujung dari studi hukum islam adalah
ditemukanya status hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum islam
Meskipun masalah pemahaman itu tidak salah tetapi itu hanya sebagian kecil makna
studi hukum islam
Ketika membahas Hukum islam dilihat sebagai bagian dari studi islam yang titik
fokusnya adalah aspek hukum dari ajaran islam baik dari segi isi ajaran itu dan
bagaimana ajaran itu dijabarkan dan diterapkan Serta respon bagaimana lingkungan
sosial dan budaya terhadap penerapan ajaran itu sendiri Studi hukum islam dapat
dilihat sebagai bagian dari studi hukum pada umumnya yang mengambil hukum
islam sebagai obyeknya Baik berupa pokok subtansi hukumnya dan bagaimana
hukum itu dijabarkan dan diterapkan serta bagaimana respon lingkungan sosial dan
6Anastasia Sumakul ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dan
Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
h 98-100
6
budaya terhadap penerapan hukum itu
Perlu diketahui dari kedua rumusan diatas terlihat bahwa baik bagian dari studi
islam dan bagian dari studi hukum studi hukum islam mencakup tiga hal utama
yaitu isi ajaran islam mengenai hukum upaya penjabaran dan penerapan hukum itu
untuk mengikuti perkembangan zaman dan respon lingkungan sosial dan budaya
terhadap penerapan hukum itu sendiri Perlu diketahui ketika kita mencoba
meletakan lebel doktrinal terhadap kitab fiqih sebagai kumpulan aturan tertulis
hukum islam maka mengundang kerancuan Alasanya adalah bahwa kitab fiqih itu
memang bersifat doktrinal ketika isinya bersandar kepada ayat-ayat hukum dari Al-
Quran atau hadis-hadis hukum bahwa sebagian besar isi kitab fiqih juga hasil ijtihad
ulama yang tidak dapat dikategorikan sebagai doktrinal ajaran agama Sebab obyek
kajian hukum sebagai doktrinal dan non doktrinal yang di perkenalkan dapat
menimbulkan kerancuan ketika diterapkan kepada salah satu bentuk literatur hukum
islam yang disebut fikih yang memang mengandung unsur-unsur doktrinal dan non
doktrinal keagamaan sekaligus sehingga sebaiknya kategorisasi ini tidak dapat
digunakan7
Selanjutnya Tujuan pelaksanaan tugas dan wewenang KPK tersebut jika
ditinjau dari hukum islam akan bertentangan ke Dalam kajian fiqih siyasah Prinsip
pelaksanaan aturan ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
Mashadir al-syar‟iyyah Yaitu Prinsip dasar dalam hukum Islam yang harus
memenuhi prinsip syura keadilan kebebasan persamaan dan pertanggung jawaban
pemimpin Dalam konteks fiqih siyasah fungsi kelembagaan merupakan alat atau
sarana untuk menciptakan dan memelihara kemaslahatan masyarakat sebagai salah
satu lembaga pengawas yang seharusnya melaksanakan tugas dan wewenangnya
yang berorientasi terciptanya dan terpelihanya kemaslahatan dan ketertiban
7Mohammad Atho‟ Mudzhar ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo Indo-
Islamika II 1 (20121433) h 92-94
7
masyarakat Tujuan yang dimaksud tersebut ini tidak terlaksana dengan adanya
beberapa keputusan yang dibuat justru menjadi peristiwa penyebab munculnya
konflik8
Dapat disimpukan ada lima poin fungsi KPK yaitu koordinasi supervisi
monitoring penindakan dan pencegahan Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK dimana lembaga ini pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (kepolisian dan kejaksaan) yang sering kita
sebut ldquotrigger mechanismrdquo Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih
serta menganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi kejaksaan dan
kepolisian9
Dengan melihat kondisi dari kasus di atas sangatlah penting untuk diteliti dan
menarik perhatian maka penulis akan membuat penelitian dengan judul
ldquoEKSISTENSI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2019 TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KPK PERSPEKTIF HUKUM
POSITIF DAN HUKUM ISLAMrdquo
B Identifikasi Pembatasan dan Rumusan Masalah
1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis
menarik rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut
8Imam Bustomi ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019) h 7-9
9Keberadaan KPK dalam Upaya Pemberantasan Korupsi
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberadaan-kpk-dalam-upaya-
pemberantasan-korupsi Sabtu 30 Januari 2021
8
a Apakah penetapan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi sudah tepat
b Pengertian komisi pemberantasan korupsi
c Bagaimana fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi
d Bagaimana koordinasi komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
lembaga lain dalam mengerjakan tugas dan wewenangnya
2 Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan pembahasan yang ada dalam masalah
komisi pemberantasan korupsi peneliti berusaha untuk menjabarkan
permasalahan tugas dan wewenang didalam rumusan masalah maka penulis
membatasi kajian hanya dalam ruang lingkup Undang-undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
3 Rumusan Masalah
Bagaimana Fungsi tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan
Korupsi melaksanakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
komisi pemberantasan korupsi menurut perspektif hukum positif dan hukum
islam
Bagaimana eksistensi KPK untuk mengetahui Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi perspektif hukum
positif dan hukum islam
C Tujuan dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang sistem tugas dan wewenang dari setiap lembaga
terhadap tindak pidana komisi pemberantasan korupsi menurut sudut
pandang undang-undang tugas-tugas dari pihak setiap lembaga terkait dan
9
kepastian hukumnya
2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian disesuaikan pada perumusan masalah diatas
yang meliputi
a Secara akademik penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat
menambah pengetahuan dan keilmuan dalam memahami serta
mengetahui tugas dan wewenang lembaga KPK khususnya dalam
bidang perbandingan mazhab dan hukum dan pada pembaca umumnya
b Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan wewenang dan cara
kerja penindakan komisi pemberantasan korupsi dalam kajian hukum
tatanegara dan hukum islam
D Tinjauan (Riview) Kajian Studi Terdahulu
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas oleh
penulis lainya maka penulis me-review hasil-hasil penelitian yang sudah dihasilkan
lebih jauh Dalam hal ini penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan variabel judul skripsi yaitu
1 Sariman Damanik Kedudukan Dan Kewenangan KPK Dalam Struktur
Ketatanegaraan Republik Indonesia (Studi Komperatif antara Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 Revisi Kedua dan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002) Program studi ilmu hukum UIN Sultan Syarif Kasim
Pekanbaru Riau Dalam karya tulis ini membahas terkait pemerintahan yang
bebas dari praktek Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN) sehingga muncul
beberapa pendapat yang mengatakan dapat melemahkan komisi
pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif karena penulis ingin
berusaha mengkaji kedudukan serta kewenangan komisi pemberantasan
10
korupsi yang telah diatur di dalam undang-undang yang nantinya akan
dikaji menurut teori-teori serta norma-norma hukum ketatanegaraan
2 Yopa Puspitasari Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Ditinjau Dari Hukum Islam Al-
imarah jurnal pemerintahan dan politik islam Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Dalam karya tulis ini membahas terkait Penelitian Yuridis
Normatif dengan sumber primernya adalah Undang-Undang Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Buku-Buku yang berhubungan
dengan Wilayah Al-Mazalim dimana lembaga Komisi Pemberantas Korupsi
menurut Undang-Undang tersebut merupakan lembaga yang independen
yang bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dan Wilayah al-Hisbah
yakni menyelesaikan perkara yang tidak dapat diselesaikan oleh kedua
lembaga peradilan tersebut yaitu masalah penganiayaan yang dilakukan
oleh para penguasa hakim-hakim atau keluarganya Selain itu Wilayah Al-
Mazhalim bersifat independen yang tidak ada intervensi oleh Kepala Negara
atau Pejabat Negara
3 Zul Amirul Haq Urgensi Tugas Koordinasi dan supervisi Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi di Indonesia Program studi ilmu hukum fakultas syariah
dan hukum UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta Dalam karya tulis ini
membahas kelahiran lembaga komisi pemberantasan korupsi tidak
dimaksudkan untuk menangani semua perkara korupsi dan tidak pula
ditujukan untuk memonopoli penanganan perkara korupsi Lembaga komisi
pemberantasan korupsi (KPK) dicita-citakan sebagai lembaga trigger
mechanism dalam penanganan kasus korupsi bagi lembaga penegak hukum
yang telah ada Dalam kerangka inilah maka lembaga komisi pemberantasan
korupsi (KPK) memiliki tugas dibidang koordinasi dan supervisi Pasal 6
huruf a dan b undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi mengatur tentang fungsi koordinasi dan supervisi
11
tersebut Kedua fungsi ini memiliki kepentingan dalam penyidikan dan
penyelidikan tindak pidana korupsi Dengan terlibatnya tiga unsur lembaga
penegak hukum yakni Komisi pemberantasan korupsi (KPK) kepolisian
Negara republik Indonesia dan kejaksaan agung republik Indonesia Namun
hingga saat ini fungsi supervisi dan koordinasi di nilai belum dapat
dilaksanakan secara maksimal oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK)
Dari penelitian diatas perbedaan dengan skripsi penulis adalah bahwasanya
penulis disini memfokuskan bahasan terkait tugas dan wewenang lembaga untuk
menangulangi suatu tindak pidana korupsi ditinjau dari (Undang-Undang KPK
Nomor 19 Tahun 2019) tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Dalam hal ini belum di kaji dan dijelaskan secara detail baik berupa
buku jurnal atau karya ilmiah
E Metode Penelitian
Metode penelitian adalah langkah-langkah memperoleh dan mengolah data
dalam menyusun kerangka penulisan di dalam sebuah penelitian ini yang bersifat
umum dan terencana yang dilakukan untuk keperluan menjawab persoalan yang
diteliti
1 Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif
Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti10
10
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat)
(Jakarta Rajawali Pers 2001) h 13-14
12
2 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis
penelitian normatif11
Dan menganalisa data dengan metode penelitian
kualitatif Penulis menggunakan perspektif hukum positif dan hukum islam
penafsiran hukum penalaran hukum dan argumentasi rasional12
Dalam hal
ini objeknya ialah Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
komisi pemberantasan korupsi
3 Sumber Data
Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber
penelitian yang berupa data primer data sekunder dan data tersier13
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
a Data Primer
Data primer yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
adalah Bahan primer merupakan bahan yang diperoleh dari kajian
kepustakaan dengan cara membaca mencatat serta mengkaji bahan-
bahan hukum yang terkait dengan penulisan ini adalah
1) Al-Qur‟an dan Al- Hadist
11
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
12Tommy Hendra Purwaka Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007) h 29
13Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media Group 2008) h
141
13
2) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang perubahan
kedua atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi
3) Salinan kitab Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011
4) Salinan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2019 tentang KPK
5) Salinan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD)
1945
b Data Sekunder
Data sekunder adalah bahan yang dapat menjadi penunjang bahan
primer seperti buku-buku jurnal dan karya ilmiah lainya yang
berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan
c Data Tersier
Data tersier yang penulis pergunakan dalam hasil penulisan
penelitian ini meliputi
1) Kamus Hukum
2) Media Internet
F Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan diambil oleh penulis didalam
penulisan penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan (ribrary research)14
yaitu Teknik pengumpulan data dengan membaca mempelajari dan mencatat
buku-buku literatur catatan-catatan peraturan perundang-undangan serta
artikel-artikel penting dari media internet yang erat kaitannya dengan pokok-
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini yang
kemudian dikategorisasikan menurut pengelompokan yang tepat
14
Fahmi Muhammad Ahmadi Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010) Cet 1 h 10
14
G Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dalam penulisan data yang diperoleh baik
data primer data sekunder maupun data tersier maka data tersebut diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan komparatif dengan menggunakan
pendekatan Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menafsirkan data
berdasarkan teori sekaligus menjawab topik permasalahan dalam karya ilmiah
ini
H Teknik Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis dalam skripsi
ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
ldquoPedoman penulisan skripsi Fakultas syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017rdquo
I Sistematika Penulisan
Sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah hasil dalam penelitian dalam
Skripsi Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dan untuk mempermudah dalam pembahasan maka uraian
skripsi ini dimulai dengan menjelaskan prosedur standar suatu penelitian dalam
bentuk skripsi Berikut sistematika penulisan skripsi ini
BAB I Membahas dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah
mengapa penelitian ini dilakukan kemudian identifikasi masalah pembatasan
masalah dan rumusan masalah di samping itu juga tentu saja penulis juga
menjelaskan apa tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan metode apa
yang digunakan untuk penelitian
BAB II Tinjauan umum kepada pembaca tentang lembaga penegak hukum
disertai pengertianya Kewenangan dan tugas yang dimiliki sebuah lembaga
15
setelah itu maka penulis memaparkan hal-hal yang besifat mendalam berkaitan
dengan kepastian hukum yang terkandung dalam permasalahan terksit isu tugas
dan kewenangan komisi pemberantasan korupsi tersebut dan dilanjutkan dengan
teori hukum islam yaitu fiqih siyasah lalu terkait hal-hal yang berkaitan dengan
tugas dan kewenangan dalam sistem pemerintahan diteruskan dengan
pengenalan lebih lanjut terkait tugas dan kewenangan KPK dalam mencegah
memberantas dan menangkap aksi korupsi di instansi pemerintahan
BAB III Menjelaskan tentang objek peneltian yang kemudian dalam
pembahasannya meliputi pasal dalam undang-undang Komisi Pemberantasan
Korupsi
BAB IV Akan menjabarkan analisis terhadap undang-undang Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang tugas dan wewenang meliputi penyelidikan
penyidikan dan penuntutan dalam perspektif hukum islam dan hukum positif
BAB V Penulis memaparkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebagaimana tergambar dalam skripsi ini dan kemudian diakhiri dengan saran
dari penulis tentang pandangan yang relevan untuk perbaikan dari apa yang
sudah ada sekarang ini
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A Teori Checks and Balance
1 Pengertian checks and balance
Kata ldquochecksrdquo berarti suatu pengontrolan yang satu dengan yang lain agar
suatu pemegang kekuasaan tidak berbuat sebebas-bebasnya yang dapat
menimbulkan kesewenang-wenangan Adapun ldquobalancerdquo merupakan suatu
keseimbangan kekuasaan agar masing-masing pemegang kekuasaan tidak
cenderung terlalu kuat (konsentrasi kekuasaan) sehingga menimbulkan tirani
Istilah checks and balance berdasarkan kamus hukum Black‟s law
dictionary karangan Bryan A Garner diartikan sebagai ldquoarrangement of
governmental powers where by powers of one governmental branch checks or
balance those of other brancesrdquo Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa checks and balance merupakan suatu prinsip saling mengimbangi dan
mengawasi antar cabang kekuasaan satu dengan yang lain Tujuan checks and
balance adalah untuk menghindari adanya konsentrasi kekuasaan pada satu
cabang kekuasaan tertentu
Arti checks and balance adalah saling kontrol dan seimbang maksudnya
adalah antara lembaga Negara harus saling mengontrol kekuasaan yang satu
dengan yang lainya agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dan
saling menjatuhkan Tentunya sangat penting untuk terciptanya kestabilan
pemerintah didalam Negara atau tidak terjadi percampuran antar kekuasaan dan
kesewenang-wenangan terhadap kekuasaan15
Mekanisme checks and balance
dalam suatu Negara demokrasi merupakan hal yang wajar bahkan sangat
diperlukan hal itu untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang
15
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks20and20balance
s20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah Selasa 2 agustus 2021
17
ataupun sebuah lembaga institusi karena dengan mekanisme seperti ini antara
institusi yang satu dengan yang lain akan bisa saling mengontrol atau
mengawasi bahkan bisa saling mengisi16
Masalah pembagian atau pemisahan kekuasaan yang telah lama sejak dulu
menjadi perhatian dari para pemikir kenegaraan Pada abad 19 muncul gagasan
tentang pembatasan kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi baik
secara tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya tertuang dalam apa yang
disebut jaminan hak-hak politik masyarakat serta prinsip checks and balance
antar kekuasaan yang ada
Checks and balance merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang
paling mendasar dimana dalam Negara yang menganut sistem presidensial
merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil
Didalam prisip checks and balance terdapat dua unsur yang pertama adalah
unsur aturan dan yang kedua unsur pihak-pihak yang berwenang Untuk unsur
aturan sudah diatur didalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pemerintah dimana dalam unsur aturan didalam pemerintahan
Indonesia dinilai cukup baik namun dalam pelaksanaanya belum optimal hal ini
disebabkan karena adanya pihak-pihak yang tidak professional dalam
menjalankan dan melaksanakan wewenangnya
Indonesia setelah perubahan UUD 1945 menganut prinsip checks and
balance prinsip ini dinyatakan secara tegas oleh MPR sebagai salah satu tujuan
perubahan UUD 1945 yaitu merupakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern melalui pembagian kekuasaan sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan
transparan17
Pendapat lain menyatakan bahwa salah satu tujuan perubahan UUD
16
Affan Gaffar Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006 h 86
17Hamdan Zoelva Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011 h 64
18
1945 adalah untuk menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara
secara demokratis dan modern antara lain melalui pembagian kekuasaan yang
lebih tegas sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances) yang lebih ketat dan transparan serta pembentukan lembaga-lembaga
Negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman18
B Teori Good Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme praktek dan tata cara pemerintahan
dan warga masyarakat mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah
publik Dalam konsep governance pemerintah hanya menjadi salah satu actor dan
tidak selalu menjadi aktor yang menentukan Implikasi peran pemerintah sebagai
pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur akan bergeser
menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak
lain di komunitas Governance menuntut redefinisi peran negara dan itu berarti
adanya redefinisi pada peran warga Adanya tuntutan yang lebih besar pada warga
antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan itu sendiri
Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya
aktifitas usaha Padahal selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten
Dalam kondisi demikian pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam
menjalankan desentralisasi Di sisi lain mereka juga harus mereformasi diri dari
pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan transparan
18
Pataniari Siahaan Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945 Jakarta Konstitusi Press 2012 h 264
19
a Ciri-ciri Good Governance
Dalam dokumen kebijakan united nation development programme lebih
jauh menyebutkan ciri-ciri good governance yaitu
1) Mengikut sertakan semua transparansi dan bertanggung jawab efektif dan
adil
2) Menjamin adanya supremasi hukum
3) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik sosial dan ekonomi didasarkan
pada konsesus masyarakat
4) Memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam
proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya
pembangunan
Penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis saat ini adalah
pemerintahan yang menekankan pada pentingnya membangun proses
pengambilan keputusan publik yang sensitive terhadap suara-suara komunitas
Yang artinya proses pengambilan keputusan bersifat hirarki berubah menjadi
pengambilan keputusan dengan adil seluruh stakeholder
b Prinsip-prinsip Good Governance
Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut untuk merubah pola
pelayanan diri birokratis elitis menjadi birokrasi populis Dimana sektor swasta
sebagai pengelola sumber daya di luar negara dan birokrasi pemerintah pun
harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada
Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan
organisasi masyarakatan sebagai kekuatan penyeimbang Negara
Namun cita good governance kini sudah menjadi bagian sangat serius dalam
wacana pengembangan paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan Karena
peranan implementasi dari prinsip good governance adalah untuk memberikan
mekanisme dan pedoman dalam memberikan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing Dari berbagai
20
hasil yang dikaji Lembaga Administrasi Negara menyimpulkan ada sembilan
aspek fundamental dalam perwujudan good governance yaitu
a) Partisipasi (Participation)
Partisipasi antara masyarakat khususnya orang tua terhadap anak-anak
mereka dalam proses pendidikan sangatlah dibutuhkan Karena tanpa
partisipasi orang tua pendidik (guru) ataupun supervisor tidak akan mampu
bisa mengatasinya Apalagi melihat dunia sekarang yang semakin rusak
yang mana akan membawa pengaruh terhadap anak-anak mereka jika tidak
ada pengawasan dari orang tua mereka
b) Penegakan Hukum (Rule of law)
Dalam pelaksanaan tidak mungkin dapat berjalan dengan kondusif
apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang ditegakkan dalam
penyelenggaraannya Aturan-aturan itu berikut sanksinya guna
meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya Aturan-
aturan tersebut dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan
melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-fungsi
lembaga hukum dengan seoptimal mungkin
c) Transparansi (Transparency)
Persoalan pada saat ini adalah kurangnya keterbukaan supervisor kepada
para staf-stafnya atas segala hal yang terjadi dimana salah satu dapat
menimbulkan percekcokan antara satu pihak dengan pihak yang lain sebab
manajemen yang kurang transparan Apalagi harus lebih transparan
diberbagai aspek baik dibidang hukum baik di bidang keuangan ataupun
bidang-bidang lainnya untuk memajukan kualitas dalam hukum
d) Responsif (Responsiveness)
Salah satu untuk menuju cita good governance adalah responsif yakni
supervisor yang peka tanggap terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
lembaga hukum atasan juga harus bisa memahami kebutuhan
masyarakatnya jangan sampai supervisor menunggu staf-staf
21
menyampaikan keinginan-keinginannya Supervisor harus bisa menganalisa
kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga bisa membuat suatu kebijakan yang
strategis guna kepentingan kepentingan bersama
e) Konsensus (Orientation)
Aspek fundamental untuk cita good governance adalah perhatian
supervisor dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pengambilan
keputusan secara konsensus di mana pengambilan keputusan dalam suatu
lembaga harus melalui musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan
kesepakatan bersama (pencapaian mufakat) Dalam pengambilan keputusan
harus dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak juga dapat
menarik komitmen komponen-komponen yang ada di lembaga Sehingga
keputusan itu memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan
f) Kesetaraan dan keadilan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan ini harus dijunjung tinggi oleh supervisor
dan para staf-staf didalam perlakuannya di mana dalam suatu lembaga
pendidikan yang plural baik segi etnik agama dan budaya akan selalu
memicu segala permasalahan yang timbul Proses pengelolaan supervisor
yang baik itu harus memberikan peluang jujur dan adil Sehingga tidak ada
seorang pun atau para staf yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang
menjadi haknya
g) Efektifitas dan efisien
Efektifitas dan efisien disini berdaya guna dan berhasil guna efektifitas
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau besarnya
kepentingan dari berbagai kelompok Sedangkan efisien dapat diukur
dengan rasionalitasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada di lembaga
Dimana efektifitas dan efisien dalam proses hukum akan mampu
memberikan kualitas yang memuaskan
h) Akuntabilitas
22
Asas akuntabilitas berarti pertanggung jawaban supervisor terhadap staf-
stafnya sebab diberikan wewenang dari pemerintah untuk mengurus
beberapa urusan dan kepentingan yang ada di lembaga Setiap supervisor
harus mempertanggung jawabkan atas semua kebijakan perbuatan maupun
netralitas sikap-sikap selama bertugas di lembaga
i) Visi Strategi (Strategic Vision)
Visi strategi adalah pandangan-pandangan strategi untuk menghadapi
masa yang akan datang karena perubahan-perubahan yang akan datang
mungkin menjadi perangkap bagi supervisor dalam membuat kebijakan-
kebijakan Disinilah diperlukan strategi-strategi jitu untuk menangani
perubahan yang ada
C Teori Keadilan
Menurut Plato sebagaimana dikutip oleh Suteki dan Galang Taufani keadilan
adalah di luar kemampuan manusia biasa Sumber ketidakadilan adalah adanya
perubahan dalam masyarakat Masyarakat memiliki elemen-elemen prinsipal yang
harus dipertahankan yaitu
a Pembagian kelas-kelas yang tegas misalnya kelas penguasa yang diisi oleh para
penggembala dan anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas dengan domba
manusia
b Identifikasi takdir negara dengan takdir kelas penguasanya perhatian khusus
terhadap kelas ini dan persatuannya kepatuhan pada persatuannya aturan-aturan
yang kaku bagi pemeliharaan dan pendidikan kelas ini dan pengawasan yang
ketat serta kolektivisasi kepentingan-kepentingan anggotanya
Keadilan menurut Aristoteles dibedakan antara keadilan ldquodistributiverdquo dengan
keadilan ldquokorektifrdquo atau ldquoremedialrdquo yang merupakan dasar bagi semua pembahasan
teoritis terhadap pokok persoalan Keadilan distributive mengacu kepada pembagian
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat
23
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (equality before
the law)
Aristoteles mengungkapkan keadilan dengan ungkapan untuk hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan yang tidak sama juga diperlakukan tidak sama secara
proporsional (justice consists in treating equals equally and unequalls unequally in
proportion to their inequality)19
Selanjutnya Pengertian korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption atau
corruptus dan bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corrumpere Dari bahasa
latin itulah turun ke berbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti Inggris
corruption corrupt Perancis corruption dan Belanda corruptive atau korruptie
yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi korupsi20
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi Oleh karena itu KPK merupakan lembaga independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
KPK berpedoman kepada enam asas yaitu asas kepastian hukum asas keterbukaan
asas akuntabilitas asas kepentingan umum asas proporsionalitas dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia Maka dari itu pengambilan keputusan pimpinan KPK
bersifat kolektif dan kolegial Salah satunya KPK juga membawahi dalam empat
bidang salah satu diantaranya yang terdiri dari bidang pencegahan penindakan
informasi dan data serta pengawasan internal dan pengaduan masyarakat21
19
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan 2 Agustus 2021
20Ulang Mangun Sosiawan ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019) h 520
21KPK Pengertian Sejarah Fungsi Wewenang Kewajiban amp Tugas KPK
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-fungsi-
kpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_adalah Sabtu 13 Februari 2021
24
Oleh karena itu fungsi KPK adalah mengemban tugas seperti menyidik
menuntut memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana korupsi Manfaat KPK
selaku badan independen dalam mewakili negara dan selaku pembantu penegak
hukum mengemban fungsi untuk melakukan suatu proses hukum dalam peradilan
pidana bersama penegak hukum lainnya Dan sesuai komponen isi struktur tersebut
dalam sistem peradilan pidana yang ada di Indonesia (Integrated Criminal Justice
System) atau Sistem Peradilan Pidana Terpadu
Selain itu Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga Negara atau
kelompok kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada
a Kepastian hukum
Kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan menjalankan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi
b Keterbukaan
Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang kinerja
komisi pemberantasan korupsi dalam menjalankan tugas dan fungsinya
c Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir kegiatan komisi pemberantasan korupsi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d Kepentingan umum
Kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif akomodatif dan selektif
25
e Proporsionalitas
Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas
wewenang tanggung jawab dan kewajiban komisi pemberantasan korupsi
f Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya22
Pembentukan sebuah Undang-Undang baru sebagai suatu instrumen hukum
pidana dalam penanggulangan korupsi dapat didekati dan dianalisis dari tiga dasar
alasan utama yaitu
a Alasan Sosiologis
Krisis rasa kepercayaan dalam setiap sektor kehidupan yang melanda
bangsa Indonesia secara garis besar penyebabnya yaitu belum terciptanya suatu
pemerintahan yang baik bersih dan bebas dari korupsi Pemerintah dianggap
belum bersungguh-sungguh dan cenderung bersikap diskriminatif dalam
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Sikap pemerintah yang tidak
konsisten dalam menegakkan hukum mengakibatkan bangsa ini harus
membayar mahal sebab kenyataan ini korupsi telah menghancurkan
perekonomian negara serta menyengsarakan rakyat
b Alasan Praktis
Bahwa tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia selama ini sangat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Di samping itu Korupsi
telah menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang
menuntut adanya efisiensi yang sangat tinggi Dalam rangka mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur sebagai tujuan kebangsaan berdasarkan
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5
26
Pancasila dan UUD 1945 maka untuk itu Korupsi harus dituntaskan secara
gotongroyong
c Alasan Politis
Semangat untuk memberantas kolusi korupsi dan nepotisme merupakan
salah satu subsistem reformasi total yang sedang bergulir di Indonesia Dalam
hubungan itu terkait semangat untuk menciptakan good goverment antara lain
gerakan untuk memberantas KKN Secara substantif gerakan itu diawali dengan
terbitnya ketetapan MPR Nomor XIMPR1998 tentang penyelenggara negara
yang bersih dari kolusi korupsi dan nepotisme Di dalam ketetapan MPR
tersebut terdapat beberapa tindakan pokok yang disepakati untuk ditindak lanjuti
didalamnya berisikan amanat kepada pemerintah untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara tegas dan konsisten23
D Urgensi Komisi Pemberantasan Korupsi
Hukum dalam arti undang-undang tidak pernah final karena akan selalu berubah
sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem ketatanegaaran suatu bangsa
Namun perubahan suatu Undang-Undang perlu diuraikan hal-hal apa yang menjadi
urgensi sehingga perlu dilakukan perubahan Halhal yang bersifat urgensi dapat
diartikan sebagai kegentingan yang memaksa Sebagaimana telah ditafsirkan oleh
Mahkamah Konstitusi dan dituangkan dalam Putusan MK No 138PUUVII2009
yang pada pokoknya memberikan tiga indikator kegentingan yang memaksa yaitu
adanya kekosongan hukum keadaanya yang mendesak dan pembuatan Undang-
Undang melalui proses yang panjang sehingga perlu dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
23Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2018) h 46-48
27
Sebelum membahas mengenai urgensi revisi Undang-Undang KPK perlu
dikemukakan bahwa Politik hukum mempunyai konsekuensi logis yaitu wewenang
yang dimiliki legislator yang merupakan para elite politik dalam membentuk
peraturan perundang-undangan seringkali dijadikan sarana untuk memperoleh
kepentingan politiknya dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat
Pembentukan peraturan perundang-undangan yang terburu-buru akan menghasilkan
Undang-undang yang tidak memuaskan karena pada umumnya didorong oleh
kepentingan sesaat tidak sistematis kadang isinya tumpang tindih dan pada
umumnya tidak berumur panjang
Kembali pada persoalan urgensi dilakukannya revisi terhadap Undang-undang
KPK Nomor 30 Tahun 2002 Dalam Naskah Akademik Revisi Undang-Undang KPK
menyatakan Undang-Undang KPK yang lama tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang KPK
Maka saat ini Undang-Undang KPK telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 Pada Naskah akademik Revisi Undang-Undang KPK a qou juga
dikatakan bahwa Praktik penegakan hukum pidana korupsi sering menghadapi
permasalahan baik dari segi auturannya maupun dari segi substansi dan
interpretasinya Artinya dalam naskah akademik ini menyatakan bahwa UU KPK
Nomor 30 Tahun 2002 menimbulkan berbagai permasalahan hukum dalam
pelaksanaannya
Ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh
KPK dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menyimpang dan bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sebagaimana diatur dalam KUHP Sehingga
ketentuan mengenai wewenang dan penggunaan wewenang penyidikan oleh KPK
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 termasuk perbuatan yang melawan
hukum Sehingga karena bertentangan maka perlu untuk dilakukan perubahan aturan
28
mengenai wewenang penyidikan oleh KPK tersebut Pada bagian kesimpulan Naskah
Akademik a quo bahwa ditujukan agar terjadi sinkronisasi secara vertikal dan
horizontal dalam rangka tegaknya asas persamaan di depan hukum penyelenggaraan
peradilan pidana yang adil dan proses peradilan pidana yang non-diskriminatif
Berdasarkan uraian dari Naskah Akademik di atas bisa dirangkum beberapa poin
yang menjadikan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dirasa urgent untuk
dilakukan adapun poin tersebut antara lain adalah pertama bahwa Undang-Undang
Tahun 30 Tahun 2002 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dinamika hukum serta sistem ketatanegaraan Republik Indonesia kedua bahwa
penegakan hukum terkait pemberantasan korupsi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 sering menimbulkan berbagai permasalahan hukum dan
poin ketiga bahwa ketentuan mengenai wewenang penyidikan yang dilakukan oleh
KPK didasarkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah bertentangan
dengan ketentuan umum hukum pidana sehingga harus dilakukan revisi terhadap
Undang-Undang KPK yang lama24
24
Madaskolay Viktoris Dahoklory dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei
2020 h 123-124
29
BAB III
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI SEBAGAI LEMBAGA
INDEPENDEN
A Pengertian Makna Lembaga Independen
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah
terjadi sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto Kemunculan lembaga baru
seperti ini bukan merupakan satunya-satunya di dunia Di negara yang sedang
menjalani proses transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara
yang baru Berdirinya lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam
sistem pemerintahan Teori klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk menganalisis relasi kekuasaan antarlembaga negara Untuk menentukan
institusi mana saja yang disebut sebagai lembaga negara bantu dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia terlebih dahulu harus dilakukan pemilihan
terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkan dasar pembentukannya Pasca
perubahan konstitusi Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok Pertama lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (constitutionallyentrusted
power) Kedua lembaga negara yang dibentuk berdasarkan perintah Undang-Undang
(legislativelyentrusted power) Dan ketiga lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah keputusan presiden
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 194525
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 1 yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat yaitu Presiden dan Wakil Presiden MPR DPR
DPD BPK MA MK KY BI Menteri Badan lembaga Komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang dan Pemerintah atas Perintah Undang-Undang
DPRD Provinsi Gubernur DPRD Kabupatenkota Bupatiwalikota Kepala Desa
25
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
30
atau setingkat26
Selain delapan lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga
yang juga disebut dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 namun
kewenangannya tidak disebutkan secara eksplisit oleh konstitusi Lembaga-lembaga
yang dimaksud adalah Kementerian Negara Pemerintah Daerah komisi pemilihan
umum bank sentral Tentara Nasional Indonesia (TNI) Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan dewan pertimbangan presiden Satu hal yang perlu ditegaskan
adalah kedelapan lembaga negara yang sumber kewenangannya berasal langsung
dari konstitusi tersebut merupakan pelaksana kedaulatan rakyat dan berada dalam
suasana yang setara seimbang serta independen satu sama lain
Sementara itu lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara
lain adalah Komisi Ombudsman Nasional (KON) Komisi Hukum Nasional (KHN)
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Dewan
Maritim Nasional (DMN) Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Dewan Pengembangan
Usaha Nasional (DPUN) Dewan Riset Nasional (DRN) Dewan Pembina Industri
Strategis (DPIS) Dewan Buku Nasional (DBN) serta lembaga-lembaga non-
departemen Oleh karena itu Sejalan dengan lembaga-lembaga negara pada
kelompok kedua lembaga-lembaga negara dalam kelompok yang terakhir ini bersifat
sementara bergantung pada kebutuhan negara
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut
dalam penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-
lembaga negara yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam
menyelesaikan persoalan ketatanegaraan Selain itu pada kenyataannya lembaga-
lembaga negara yang telah ada belum berhasil memberikan jalan keluar dan
26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
31
menyelesaikan persoalan yang ada ketika tuntutan perubahan dan perbaikan semakin
mengemuka seiring dengan berkembangnya paham demokrasi di Indonesia
B Sejarah Terbentuknya KPK
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga hukum yang ada sebelumnya KPK sebagai stimulus upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia Cikal bakal KPK bermula pada masa reformasi tahun 1999
lahir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari KKN serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Kemudian pada Tahun 2001 akhirnya lahir Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
sebagai pengganti sekaligus pelengkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 KPK pun terbentuk Selanjutnya
pada tanggal 27 Desember Tahun 2002 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dengan lahirnya
KPK ini maka pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami babak baru
Tidak sampai disini pada 2019 dilakuka revisi UU Pemberantasan Korupsi
menjadi UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 30
Tahun 2002 Dalam menjalankan tugasnya KPK berpedoman terhadap enam asas
antara lain
a Asas Kepastian Hukum Asas ini mengutamakan landasan peraturan
perundangan kepatutan dan keadilan dalam setiap kewajiban penyelenggara
negara
b Asas Keterbukaan Asas ini adalah yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi golongan dan rahasia negara
c Asas Akuntabilitas Asas ini yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat
32
d Asas Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif akomodatif dan selektif
e Asas Proporsionalitas Asas ini mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Tanggung jawab KPK kepada publik dan harus menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
f Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin melindungi dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan
hak warga negara pada khususnya27
C Sistem Kerja Lembaga KPK Lembaga Kepolisian dan Kejaksaan
1 Sistem Kerja KPK
Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional
intensif dan berkesinambungan KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun
Selain digunakanya teori kewenangan teori indepedensi juga mengandung
dua makna yaitu indepedensi institusional (kelembagaan) dan indepedensi
fungsional Artinya kedua teori ini berbeda alur dengan menjalankan organ
indepedensi ini yang pertama indepedensi institusional (kelembagaan)
memiliki arti sebagai lembaga yang mandiri dan harus bebas dari intervensi dari
pihak lain diluar sistem Yang kedua kemandirian fungsional yaitu kemandirian
27
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-kpk Selasa 2
Agustus 2021
33
dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya
Dalam ketentuan tugas dan wewenang komisi pemberantasan korupsi disini
memiliki beberapa poin yang dijelaskan di dalam Undang-Undang KPK yang
dipaparkan sebagai berikut
Pasal 6
1 Tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi
2 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik
3 Monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah Negara
4 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan
tindak pidana korupsi
5 Penyelidikan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
6 Tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Dengan adanya penambahan tugas untuk melakukan pencegahan pasal 7
yang memuat kewenangan KPK diubah dan ditambahkan Adapun untuk tugas
pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 hruf a komisi pemberantasan
korupsi berwenang
1 Melaksanakan supervisi dan koordinasi atas pelaksanaan pendaftaran dan
pemerikasaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara Negara oleh
masing-masing instansi kementerian dan lembaga
2 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
3 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jejaring
pendidikan
4 Melaksanakan dan merencanakan program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi
34
5 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat dan
6 Melakukan kerjasama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut KPK wajib membuat laporan
pertanggungjawaban satu kali dalam satu tahun kepada presiden DPR dan
badan pemeriksa keuangan (BPK) Karena itu kewenangan atas tugas baru
untuk monitoring terhadap penyelenggara pemerintah Negara termuat dalam
perubahan ketentuan pasal 9
Adapun bunyinya berubah sebagai berikut
a Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi disemua
lembaga Negara dan lembaga pemerintahan
b Memberi saran kepada pimpinan lembaga Negara dan lembaga
pemerintahan untuk melakukan perubahan jikqa berdasarkan hasil
pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi
menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi dan
c Melaporkan kepada presiden dewan perwakilan rakyat (DPR) dan badan
pemeriksa keuangan (BPK) jika saran KPK mengenai usulan perubahan
tidak dilaksanakan28
Dari pemaparan diatas Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang
serius yang harus dibenahi diberbagai sektor dan menyengsarakan perekonomian
Negara dan masyarakat Kemudian dalam melaksanakan tugas penetapan hakim
dan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2019 bahwasanya KPK berwenang melakukan tindakan hukum yang
diperlukan dan dapatdi pertanggungjawabkan sesuai dengan isi dari penetapan
hakim atau putusan pengadilan
2 Sistem Kerja Kepolisian
28
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
35
Lembaga penegak Hukum Polri sebagai salah satu sub-sub sistem dari
Sistem Peradilan Pidana (criminal justice system) berwenang melakukan tugas
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya termasuk kasus Korupsi selain
lembaga-lembaga hukum seperti Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi
(selanjutnya disingkat KPK)
Salah satu unsur dalam tindak pidana korupsi ialah adanya kerugian
keuangan negara Sehingga Harapanya dapat memberantas korupsi secara
hukum adalah mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang
tentang pemberantasan korupsi di samping ketentuan terkait yang bersifat
preventif Fokus pemberantasan korupsi juga harus menempatkan kerugian
negara sebagai suatu bentuk pelanggaran hak-hak sosial dan ekonomi secara
luas Pemikiran dasar mencegah timbulnya kerugian keuangan negara telah
dengan sendirinya mendorong agar baik dengan cara pidana atau cara perdata
mengusahakan kembalinya secara maksimal dan cepat seluruh kerugian negara
yang ditimbulkan oleh praktek korupsi
Upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
dilepaskan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tugas pokok
Polri itu menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Undang-Undang POLRI) adalah memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
Pemberantasan korupsi sebenarnya bukan hanya dalam lingkup penegakan
hukum pidana lewat penuntutan (conviction) lewat suatu proses peradilan pidana
(criminal proceedings) semata-mata melainkan juga dapat dilaksanakan lewat
upaya keperdataan (civil proceeding) Strategi pencegahan korupsi harus dilihat
sebagai upaya strategis disamping upaya pemberantasan (represif) Dan yang
lebih penting lagi adalah strategi pengembalian asset (asset recovery) hasil
korupsi
36
Adapun langkah untuk meminimalkan kerugian Negara dan awal
penanganan perkara yang bekerjasama dengan lembaga Negara atau difasilitasi
dengan keuangan Negara sebagai berikut
Tahap Pertama dari rangkaian proses perampasan aset hasil tindak pidana
korupsi adalah tahap pelacakan aset Tahap ini merupakan tahap di mana
dikumpulkannya informasi mengenai aset yang dikorupsi dan alat-alat bukti
Untuk menjaga lingkup dan arah tujuan investigasi menjadi fokus
Tahap kedua adalah tahap pembekuan atau perampasan aset Kesuksesan
investigasi dalam melacak aset-aset yang diperoleh secara tidak sah
memungkinkan pelaksanaan tahap pengembalian aset berikutnya yaitu
pembekuan atau perampasan aset
Tahap ketiga adalah tahap penyitaan aset-aset Penyitaan merupakan
perintah pengadilan atau badan yang berwenang untuk mencabut hak-hak pelaku
tindak pidana korupsi atas aset-aset hasil tindak pidana korupsi Biasanya
perintah penyitaan dikeluarkan oleh pengadilan atau badan yang berwenang dari
negara penerima setelah ada putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana pada
pelaku tindak pidana
Tahap keempat dari rangkaian pengembalian aset hasil tindak pidana
korupsi adalah penyerahan aset-aset hasil tindak pidana korupsi kepada korban
atau negara korban Agar dapat melakukan pengembalian aset-aset baik negara
penerima maupun negara korban perlu melakukan tindakan legislatif dan
tindakan lainnya menurut prinsip-prinsip hukum nasional masing-masing negara
sehingga badan yang berwenang dapat melakukan pengembalian aset-aset
37
tersebut29
3 Sistem Kerja Kejaksaan
Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk
bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang
untuk melakukan penuntutan dalam melaksanakan penetapan hakim (Pasal 1
butir 6 huruf b KUHAP)
Selain Lembaga lain yang merupakan penegak hukum dalam tindak pidana
korupsi adalah kejaksaan Kejaksaan yang merupakan lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan begitupun dalam tindak
pidana korupsi kejaksaan di berikan wewenang untuk melakukan penuntutan
selanjutnya kejaksaan diberikan kewenangan untuk melakukan penyidikan
sebagai wujud dari Undang-Undang Komisi Pemberantas Korupsi Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Pasal 2 Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum karena
hanya institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah perkara pidana ini
dapat diajukan ke pengadilan atau tidak
Wewenang dan tugas dari kejaksaan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yaitu
29Abdul Muis Jauhari ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian Keuangan Negara di Indonesiardquo
(Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan Bandung 2016) h 2-6
38
a Melakukan penuntutan
b Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
c Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat
putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat
d Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang
e Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik
Dalam ketentuan Undang-Undang tersebut maka kejaksaan diberikan
kewenangan lain yaitu melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kewenangan kejaksaan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi
sama dengan kewenangan yang dimiliki oleh penyidik polri dan KPK dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 11 UndangUndang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
39
BAB IV
ANALISIS KEWENANGAN KPK DALAM TINDAK PIDANA KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI
A Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019
Salah satu produk hukum yaitu Undang-Undang dibentuk oleh dua lembaga
yaitu dewan perwakilan rakyat (DPR) dengan persetujuan presiden berdasarkan
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 Undang-Undang dasar 194530
Apabila dilihat
berdasarkan tingkatan hierarki peraturan perundang-undangan letak Undang-Undang
berada dibawah UUD 1945 dan Tap-MPR Sehingga dapat dikatakan bahwa
Undang-Undang memilikiperan penting dalam peraturan perundang-undang karena
muatannya merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang ada di atas
Pada tahun 2019 yang lalu indonesia digemparkan dengan berita atau informasi
mengenai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Setelah kegemparan tersebut terjadi karena
muncul tepat setelah selesainya proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
periode 2019-2023 Dimana dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK yang baru
terjadi penolakan mengenai perserta calom pimpinan serta proses pada proses fit and
proper test oleh publik Akan tetapi publik juga merasa jika perubahan Undang-
Undang tersebut terkesan terburu-buru baik dari segi formil maupun segi materiil
Banyak fakta yang menunjukan jika DPR dan Pemerintah terkesan terburu-buru
dalam mengesahkan revisi rancangan Undang-Undang KPK untuk menjadi Undang-
30
Maria Farida Indrati S Ilmu Perundang-undangan Jenis Fungsi dan Materi Muatan
(Yogyakarta Penerbit Kanisius 2014) h183
40
Undang Dari segi formil saja diketahui bahwa proses pembahasan rancangan
Undang-Undang tersebut hanya membutuhkan waktu 13 hari dengan 5 kali sidang
Sedangkan berdasrkan pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pihak pemerintah memiliki
jangka waktu selama 60 hari untuk membahas rancangan Undang-Undang dan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Undang-Undang
tersebut31
Sedangkan dari segi materiil atau subtansi dari rancangan Undang-Undang KPK
tersebut terdapat beberapa pasal yang direvisi dan dinilai dapat melemahkan KPK
dalam menjalankan tugasnya Setidaknya terdapat 4 materi yang disoroti yaitu
mengenai kedudukan lembaga KPK penghentian penyidikan dan penuntutan aturan
penyadapan dewan pengawas dam status aparat sipil negara (ASN) kepada pegawai
KPK Materi-materi yang telah direvisi tersebut disetujui oleh pemerintah Padahal
dimasyrakat sendiri terjadi penolakan yang masif terhadap materi yang direvisi
tersebut
Selanjutnya materi kedudukan lembaga KPK yang menjadikan KPK masuk
dalam rupum kekuasaan legislatif Sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 1 ayat 3
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Komisi yaitu ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapunrdquo32
31ldquoSurpres Revisi UU KPK Antara Kejanggalan dan Konspirasirdquo
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-
kejanggalan-dan-konspirasi Senin 2 Agustus 2021
32Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
41
Untuk itu selain bergabungnya KPK pada rumpun kekuasaan eksekutif status
kepegawain KPK berubah menjadi ASN (Aparat Sipil Negara) Padahal sebelumnya
peraturan mengenai kepegawaian KPK duatur dalam keputusan Komisi
Pemberantasan Korupsi Tentunya hal ini menimbulkan keresahan mengenai sifat
independensi yang selama ini menjadi ciri dari pegawai KPK itu sendiri
Begitu pula dengan materi kewenangan penghentian penyidikan dan penuntutan
yang sebelumnya KPK tidak berwenang dalam hal ini Kewenangan disini ada di
pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi bahwa ldquoKomisi Pemberantasan Korupsi dapat menghentikan
penyidikan dan penuntutan terhadap perkara Tindak Pidana Korupsi yang penyidikan
dan penuntutanya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama 2 tahunrdquo
Revisi selanjutnya adalah materi tentang aturan penyadapan dalam KPK Dalam
revisi rancangan Undang-Undang KPK di antaranya yang mengatur dewan
pengawas Dewan pengawas adalah bagian dari KPK yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan dari tugas dan wewenang KPK33
Pada pasal 37B ayat 1
dijelaskan tugas dari dewan pengawas yang salah satunya adalah memberi izin
penyadapan penggeledahan serta penyitaan Apabila dicermati kewenangan
tersebut merupakan kewenangan yang biasanya dimiliki oleh aparat penegak hukum
yaitu Polisi Jaksa dan Hakim
Namun di dalam Undang-Undang KPK yang terbaru tidak dijelaskan mengenai
kedudukan dewan pengawas dalam KPK dengan aparat penegak hukum Disisi lain
hal proses perizinan untuk melakukan penyadapan dinilai mempersempit ruang
gerak penyidik KPK dalam mengumpulkan bukti-bukti pada perkara tindak pidana
korupsi Mengingat adanya aturan jangka waktu penyadapan selama 6 bulan dan bisa
diperpanjang 1 kali saja Padahal di Undang-Undang KPK sebelumnya tidak ada
33
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
42
peraturan baik mengenai perizinan ke dewan pengawas ataupun batas waktu
penyadapan Di sisi lain perubahan terhadap Undang-Undang KPK ini di perlukan
untuk menghindari pelabelan lembaga superbody pada KPK dengan dimiliki hak-hak
yang terkesan eksklusif sehingga diperlukan sebuah organ dalam KPK yang
bertugas untuk mengawasi dan mengontrol KPK dalam menjalankan hak dan
kewajibanya Oleh karena itu dibentuklah dewan pengawas di KPK
Selain itu norma hukum dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinyatakan inkonstitusional karena
tidak sesuai dengan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang dasar 1945 serta Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan kehakiman Ketidaksesuaian yang
dimaksud disini adalah mengenai pembentukan pengadilan tindak pidana korupsi
(Tipikor) yang seharunya masuk dalam wilayah kekuasaan yudikatif namun diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang masuk dalam kekuasaan eksekutif Maka sangat jelas
bahwa pengaturan tersebut bertentangan dengan Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 Serta
tidak dimasukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kekuasaan
kehakiman dalam konsideran Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi diartikan bahwa penyelidik penyidik dan
penuntut umum KPK dalam melaksanakan wewenangnya tidak terikat dengan asas-
asas hukum penyelenggaraan peradilan dan tidak menjadikan sebagai acuan yuridis
dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi
B Fungsi KPK
Terkait dengan sistem hukum penanggulangan tindak pidana kejahatan korupsi
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah menjadi ikon nasional dan
internasional di Indonesia Bilamana pada masa lalu ketentuan normatif mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi telah dipandang kurang lengkap peraturan
hukumnya Oleh karena ketiadaan lembaga penegak hukum khusus (Special Task
43
Force for Combating Corrution) menjadi penyebab utama penegakan hukum tindak
pidana korupsi menjadi tidak fektif Karena itu urgensi dibentuknya KPK melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Dengan memberikan amanah
dan tanggungjawab kepada KPK untuk melakukan peningkatan pemberantasan
tindak pidana korupsi lebih profesional dan intensif karena tindak pidana korupsi
telah merugikan keuangan negara dan juga menghambat pembangunan nasional
Dari ketentuan Undang-Undang ini kemudian timbul kesan bahwa KPK dalam
kaitannya dengan kompetensi tugas dan fungsi di lapangan dipandang sebagai
lembaga negara terkuat (Super Body) Status dan sifat KPK yang terkesan Super
Body tersebut antara lain dikarenakan tiga ciri dominan Pertama KPK sebagai
lembaga negara (Special State Agency) yang secara khusus melakukan tugas dalam
tindakan pidana korupsi Kedua keberadaan KPK melebihi peran dan fungsi yang
berada pada lembaga penegak hukum lain antara lain Polisi Kejaksaan dan bahkan
lembaga-lembaga negara lainnya KPK memiliki kewenangan untuk tidak saja
melakukan koordinasi dan supervisi dengan institusi penegak hukum dan lembaga
negara lainnya dalam tindak pidana korupsi Ketiga KPK dapat menyatukan tugas
dan fungsi yang berada dalam kewenangan Kepolisian untuk penyelidikan dan
penyidikan Kejaksaan dalam hal penyidikan dan penuntutan KPK menurut pasal 11
membatasi segala tugas dan kewenanganya terhadap kasus kerugian negara dengan
mominal RP 1000000000- (satu milyar rupiah) Namun tiadanya sanksi hukuman
yang lebih berat yaitu adanya hukuman mati seperti yang diberlakukan di negara
China adalah merupakan alat pengerem kejahatan korupsi juga termurah yang
melemahkan keberadaan UU KPK Persoalan-persoalan terkait dengan kineja KPK
adalah sebagai berikut
a) Masalah Pengambilalihan Kasus Korupsi Berdasarkan catatan dari Indonesian
Corruption Watch (ICW) dan Koalisi Pemantau Peradilan dalam Roadmap KPK
2007-2011 menuju pemberantasan korupsi yang efektif kelemahan KPK
44
periode I dalam melakukan koordinasi dan supervisi (pengawasan) adalah
sedikitnya kasus korupsi yang diambilalih Selain itu tidak ada catatan yang
dapat dikonfirmasi bagaimana kelanjutan dari kasus korupsi yang telah
disupervisi dan dikoordinasikan oleh KPK baik yang ditangani langsung oleh
kejaksaan dan kepolisian Hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu tiadanya
mekanisme supervisi dan koordinasi yang memadai sebagai alat kontrol
penanganan perkara korupsi oleh aparat penegak hukum lain serta tidak adanya
tim khusus supervisi dan koordinasi sehingga selama ini terkesan fungsi
koordinasi dan supervisi adalah pekerjaan yang tidak menjadi prioritas KPK
b) Persoalan Tebang Pilih Dalam Pemberantasan Korupsi KPK memiliki tantangan
yang berat karena kepercayaan masyarakat dengan kesan tebang pilih dilakukan
KPK belum pupus Apalagi hasil KPK untuk mengembalikan uang negara dan
dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat memang masih merupakan
impian belaka Dalam beberapa media menyebutkan bahwa jumlah pengeluaran
dan biaya operasional dari KPK melebih 1 (satu) Triliun rupiah sementara hasil
yang diperoleh baru sekitar ratusan milyar Misalnya dalam tahun ke II KPK
telah menemukan 70 kasus dugaan korupsi di Departemen Sosial dengan nilai
Rp 28789 Milyar Dari jumlah tersebut sekitar 63 kasus dengan nilai 18928
miliar telah ditindak lanjuti Atas dasar itu jelaslah bahwa kedudukan KPK
dengan fungsi yang memiliki kewenangan luas juga menjadi tidak mampu
meyakinkan peran profesionalnya oleh karena tantangan dari masyarakat dan
juga mengabaikan sifat kerjasama kolegial dengan pihak kepolisian dalam
konteks penyelidikan dan penyidikan tidak dilakukan secara optimal
c) Masalah Penindakan terhadap Pelaku Mafia Peradilan Jika kehadiran KPK
diharapkan dapat mendorong trigger mechanism bagi Kejaksaan dan Kepolisian
seharusnya salah satu fokus penindakan KPK adalah membersihkan institusi
penegak hukum Namun nyatanya kasus korupsi yang melibatkan aparat
45
kepolisian kejaksaan advokat dan pengadilan sangat sedikit yang diungkap oleh
KPK34
C Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK mempunyai tugas yang sangat penting sebagaimana telah diatur didalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang komisi pemberantasan korupsi
tugas ini kemudian diatur dalam pasal 6 Yang pertama melakukan tindakan
pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi Setelah itu KPK
mempunyai kewenangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana korupsi
tindakan pencegahan ini tentunya sangat bermanfaat untuk melakukan pencegahan
korupsi Selanjutnya KPK untuk melakukan pencegahan ini dapat melakukan
berbagai hal sepanjang hal tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang korupsi memang masih menjadi problem yang sangat besar dan
terus saja menggerogoti bangsa ini selama korupsi masih terjadi maka potensi untuk
mencapai kemakmuran akan sulit terwujud
Tindakan pencegahan dalam memberantas korupsi memang harus sejalan
dengan penindakan karena penindakan dalam hal ini penegakan hukum tentunya
masih belum mampu menyentuh penyebab utama suatu permasalahan korupsi
seperti misalnya biaya penegak yang membutuhkan cukup banyak Pertama Upaya
pencegahan korupsi akan mampu memberikan dampak besar dalam proses
membangun integritas bangsa kedepan oleh karena itu pencegahan sangat penting
sekali dalam memerangi perilaku korupsi saat ini Kedua KPK memiliki tugas untuk
melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan
pemberantasan korupsi dan instansi lain yang bertugas melakasanakan pelayanan
publik Ketiga tugas KPK berikutnya adalah melakukan monitoring terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara karena melakukan monitoring terhadap
34
Totok Sugiarto ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala Hukum XVIII 1 Juni 2013 h 191-192
46
proses penyelenggaraan pemerintah tentunya sangat penting dilakukan demi
menciptakan pemerintahan yang baik (good goverment) dan pemerintahan yang
bersih (clean goverment) keempat tugas KPK berikutnya adalah melakukan
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi
dalam menjalankan tugas supervisi ini KPK akan mengawasi setiap proses
penanganan kasus korupsi dilembaga penegak hukim lainya seperti kepolisian dan
kejaksaan Kelimatugas berikutnya yang dimiliki KPK adalah melakukan proses
penegakan hukum yang dimulai dari penyelidikan penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi proses penegakan hukum ini adalah tugas lainya
yang dimiliki KPK jadi suatu perkara korupsi bisa ditangani sendiri oleh KPK
melalui proses penyelidikan penyidikan dan penuntutan Keenam tugas KPK adalah
melakukan tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan
yang telah memperoleh berkekuatan hukum tetap Kewenangan ini adalah
kewenangan eksekusi yang dimiliki KPK untuk melaksanakan penetapan hakim atau
putusan pengadilan yang inkracht van gewisdje (memiliki kekuatan hukum tetap)35
D Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
1 Koordinasi
Kewenangan yang dimiliki KPK berikutnya adalah melakukan koordinasi
hal ini tersebut tertuang dalam pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan korupsi Berikut adalah beberapa kewenangan KPK antara lain
Pertama KPK berwenang mengoordinasikan penyelidikan penyidikan dan
penuntutan dalam memberantas tindak pidana korupsi Kewenangan ini menjadi
kewenangan dasar KPK untuk bekerja sama dengan lintas instansi penegak
35
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 113-117
47
hukum lainya Serta mengontrol proses penanganan korupsi yang ditangani
pihak lain
Kedua KPK berwenang menetapkan sistem laporan dalam kegiatan
pemberantasan tindak pidana korupsi kewenangan ini akan membuat KPK bisa
menetapkan suatu sistem dalam bentuk aplikasi dan lainya dan mewajibkan
lembaga lain untuk melaporkan proses penaganan kasus korupsi yang
ditanganinya baik dalam proses penyelidikan penyidikan maupun penuntutan
Ketiga KPK berwenang meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi kepada instansi terkait kewenangan meminta informasi
ini akan menjadi dasar KPK untuk terus melihat proses penanganan kasus pada
instansi kepolisian dan kejaksaan dan permintaan informasi ini akan membuat
KPK bisa melakukan penilaian terhadap suatu kasus tindak pidana korupsi
Keempat KPK berwenang melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan
dengan instansi berwenang dalam melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan pendapat ini tentunya sangat penting untuk melihat bagaimana
perkembangan kasus yang ditangani penegak hukum lain jika mengalami sebuah
hambatan Maka dengan adanya dengar pendapat akan mampu membuat
penyelesaian suatu kasus bisa dilakukan secara besama-sama
Kelima KPK berwenang meminta laporan kepada instansi berwenang
mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi tindak pidana korupsi selain
memantau perkembangan penindakan yang dilakukan oleh lembaga lain seperti
kepolisian dan kejaksaan maka KPK berwenang untuk meminta laporan kepada
lembaga penegak hukum lain terkait dengan upaya pencegahan tindak pidana
korupsi yang dilakukan
2 Monitoring
Kewenangan monitoring sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 9
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang perubahan atas Undang-Undang
48
Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi Berikut beberapa
kewenangan KPK terkait tugas monitoring sebagai berikut
Pertama KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem
pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan
Kedua KPK berwenang memberi saran kepada lembaga negara dan
lembaga pemerintahan untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil kajian
sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya
tindak pidana korupsi
Ketiga KPK berwenang melaporkan kepada presiden republik indonesia
dewan perwakilan rakyat dan badan pemeriksa keuangan jika saran KPK
mengenai usulan perubahan tidak di laksanakan
3 Supervisi
Dalam peraturan presiden republik indonesia Nomor 102 Tahun 2020
tentang pelaksanaan supervisi Pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pasal
2 dijelaskan bahwa KPK berwenang melakukan supervisi terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan korupsi yakni kepolisiaan dan
kejaksaan (pasal 1 ayat 2)
Bentuk supervisi yang dilakukan KPK dan pelaksaan supervisi terhadap
perkara pidana korupsi yang dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan yakni
a Pengawasan
b Penelitian
c Penelaahan
49
Supervisi dalam bentuk pengawasan adalah berupa kegiatan untuk
mengawasi proses penanganan perkara korupsi yang sedang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang kepolisian dan kejaksaan
Untuk itu dalam melakukan pengawasan tersebut maka KPK berwenang
1) Meminta kronologis penanganan perkara tindak pidana korupsi
2) Meminta laporan perkembangan penanganan tindak pidana korupsi baik
secara periode tertentu maupun sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
3) Melakukan gelar perkara bersama terkait dengan perkembangan tindak
pidana korupsi ditempat instansi yang menangani perkara tersebut atau
ditempat lain yang disepakati (pasal 6 ayat 2)
Supervisi dalam bentuk penelitian yakni berupa kegiatan pengumpulan data
pengolahan analisis dan penyajian data atau informasi yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk mengetahui hambatan atau kendala yang dihadapi
oleh instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian untuk melaksanakan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Dalam melakukan penelitian terkait dengan hambatan dan kendala yang
dihadapi instansi yang berwenang kejaksaan dan kepolisian dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi berikut adalah kewenangan KPK sebagai berikut
1) Meneliti pelaksanaan hasil pengawasan mengenai rekomendasi sebelum
yang pernah diberikan KPK kepada instansi lain
2) Memberikan arahan dalam melaksanakan hasil pengawasan
3) Melakukan rapat mengenai perkembangan penanganan perkara bersama
perwakilan dari kepolisian negara republik indoneisa atau perwakilan
50
kejaksaan republik indonesia dengan hasil berupa kesimpulan dan
rekomendasi
Supervisi dalam bentuk penelaahan merupakan kegiatan untuk menelaah
hasil pengawasan dan penelitian untuk menentukan saran dan rekomendasi serta
pengambilan keputusan yang harus dilaksanakan dalam rangka percepatan
penuntasan penanganan perkara tindak pidana korupsi (pasal 8 ayat 1)
Dalam melakukan penelaahan maka KPK berweanang sebagai berikut
1) Menelaah pelaksanaan hasil penelitian dan rekomendasi
2) Melakukan gelar perkara terhadap hasil pengawasan dan laporan hasil
penelitian di lembaga yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang sedang di supervisi36
E Pandangan Siyasah Dusturiyah terhadap lembaga KPK
a Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 setelah proklamasi kemerdekaan indonesia
lahir sebagai negara yang berdaulat Oleh karena itu indonesia sebagai negara
harus memiliki konstitusi untuk mengatur kehidupan ketatanegaraanya sehingga
UUD 1945 disahkan menjadi konstitusi untuk itu bentuk negara dalam UUD
1945 adalah kesatuan republik indonesia Di dalam fiqih siyasah konstitusi
disebut juga dengan dusturi kata ini berasal dari bahasa persia artinya adalah
seseorang memiliki otoritas baik dalam bidang politik maupun agama
Menurut bdquoAbdul wahhab khallaf prinsip-prinsip yang diletakan islam dalam
perumusan Undang-Undang dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia
setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang di mata
hukum tanpa membeda-bedakan stratifikasi sosial kekayaan pendidikan dan
agama
36
Edi Abdullah KPK dalam Sistem Peradilan Pidana Pasca Revisi (PT Depublish Yogyakarta
cet pertama Januari 2021) h 123-133
51
Pembahasan yang berkaitan dengan sumber dan kaidah perundang-
undangan disuatu negara baik sumber materil sumber sejarah sumber
perundangan maupun sumber penafsiran Inti persoalan dalam sumber konstitusi
ini adalah peraturan tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat dari
latarbelakang sejarah negara yang bersangkutan Untuk itu materi dalam
konstitusi sejalan dengan aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut
Sebagai contoh yaitu perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 sebagai tanda semangat masyarakat indonesia yang majemuk
sehingga dapat menampung aspirasi semua pihak dan menjamin kehidupan
persatuan dan keutuhan bangsa
Dasar dalam islam Al-Qur‟an dan Sunnah karena hal ini memang bukan
buku Undang-Undang Pada waktu itu Al-Quar‟an tidak merinci lebih jauh
tentang hubungan pemimpin dan rakyatnya serta hak dan kewajiban masing-
masing Al-Qur‟an hanya memuat dasar prinsip umum pemerintahan islam
secara global Al-Quar‟an dan sunnah menyerahkan sepenuhnya kepada umat
islam untuk membentuk dan mengatur pemerintahan serta menyusun konstitusi
yang sesuai dengan zaman dan kontek sosial masyarakat Dalam uraian ini
dasar-dasar hukum islam lainya seperti ijma‟ qiyas istihsan maslahah
mursalah dan bdquourf memegang peranan sangat penting dalam perumusan
konstitusi Untuk itu penerapan dasar-dasar ini tidak boleh bertentangan dengan
prinsip pokok yang telah di cantumkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Menurut
Munawir Sjadzali meletakan sebuah landasan bagi kehidupan bernegara dalam
masyarakat di madinah Dalam piagam madinah ditegaskan bahwa umat islam
walaupun berasal dari berbagai etnis atau kelompok adalah suatu komunitas
Sistem piagam ini juga mengatur pola hubungan antara sesama komunitas
muslim dan antara komunitas muslim dengan komunitas non-muslim lainnya
Hubungan ini dilandasi atas prinsip bertetangga yang baik saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama membela orang teraniaya saling menasehati
52
dan menghormati kebebasan menjalankan agama Isi penting dalam prinsip
piagam madinah ini adalah membentuk suatu masyarakat yang harmonis
mengatur sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar persamaan hak
Piagam Madinah merupakan suatu konstistusi yang telah meletakkan dasar
sosial politik bagi masyarakat Madinah dalam suatu pemerintahan di bawah
kepemimpinan nabi muhammad SAW selain itu piagam madinah dianggap oleh
pakar politik sebagai Undang-Undangdasar pertama dalam negara islam yang
didirikan oleh Nabi muhammad SAW
Pada waktu itu setelah nabi wafat tidak ada konstitusi tertulis yang
mengatur negara islam Umat islam dari zaman ke zaman dalam menjalankan
roda pemerintahan dan berpedoman kepada prinsip-prinsip Al-Qur‟an dan
teladan nabi SAW dalam sunnahnya Pada masa ini pola peralihan
kepemimpinan umat didasarkan pada kecakapan dan kemampuan dan tidak
berdasarkan keturunan Pasca al-Khulafa‟ al-Rasyidun pola pemerintah sudah
berubah dalam bentuk kerajaan yang menentukan suksesi berdasrkan garis
keturunan
Negara indonesia konstitusinnya diundangkan pada 18 agustus 1945
konstitusi tersebut adalah UUD 1945 merupakan kompromi dari tarik ulur
antara kekuatan islam nasionalis sekuler dan kristen UUD tersebut dituangkan
bahwa indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
kedaulatan terletak ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan Rakyat Presiden dipilih oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun sekali UUD ini juga disebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan
ketuhanan yang maha esa dan presiden adalah orang indonesia atau pribumi asli
Disamping itu konstitusi ini menjamin kebebasan pemeluk agama tuntuk
menjalankan dan melaksanakan agamanya Oleh karena itu negara memberi
fasilitas dan melindungi keberagaman umat masing-masing Disini pemerintah
53
membentuk sebuah departemen khusus yang sekarang di ubah menjadi
kementerian agama untuk melayani kepentingan umat beragama
b Legislasi
Legislasi atau kekuasaan legislatif disebut juga dengan al-sulthah al-
tasyri‟iyah yaitu kekuasaan pemerintahan islam dalam membuat dan
menetapkan hukum Akan tetapi istilah al-sulthah al-tasyri‟iyah digunakan
untuk menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah islam
dalam mengatur masalah kenegaraan di samping kekuasaan eksekutif (al-
sulthah al-tanfidziyah) dan kekuasaan yudikatif (al-sulthah al-qadha‟iyah)
Dalam hal ini kekuasaan legislatif (al al-sulthah al-tasyri‟iyah) berarti
kekuasaan atau kewenangan pemerintah islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan
yang telah diturunkan oleh allah SWT dalam syariat islam
Selanjutnya trias politica merupakan konsep pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di belahan dunia Trias politica adalah
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan Pertama
kekuasaan legislatif atau kekuasaan membuat Undang-Undang (rule making
function) kedua kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-
undang (rule application function) ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran Undang-Undang (rule adjudication function) Trias
politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan (function) ini
sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa Dengan demikian hak-hak
asasi warga negara lebih terjamin
Dengan adanya konsep trias politica Montesquieu menulis dalam bukunya
yang berjudul The Sprit of Law (1748) ldquodalam tiap pemerintahan ada tiga
54
macam kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif kekuasaan eksekutif mengenai
hal-hal yang berkenaan dengan hukum antarbangsa dan kekuasaan yudikatif
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipilrdquo Menurutnya ketiga jenis
kekuasaan ini haruslah terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi)
maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang menyelenggarakannya
Terutama adanya kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu
yang mempunyai latar belakang sebagai hakim karena disinilah letaknya
kemerdekaan individu dan hak asasi manusia perlu dijamin dan dipertaruhkan
Kekuasaan legislatif menurutnya adalah kekuasaan untuk membuat Undang-
Undang kekuasaan eksekutif meliputi penyelenggaraan Undang-Undang
(diutamakan tindakan politik luar negeri) sedangkan kekuasaan yudikatif adalah
kekuasaan mengadili atas pelanggaran Undang-Undang tersebut
Pada dasarnya sistem ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica karena ajaran tersebut adalah ajaran pemisah kekuasaan
negara menjadi tiga eksekutif legislatid dan yudikatif Dan pada akhirnya
masing-masing kekuasaan tersebut dalam menjalankan tidak dapat saling
mempengaruhi dan tidak saling meminta pertanggungjawaban Sedangkan
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pemisahan kekuasaan itu disertai dengan
prinsip hubungan saling mengawasi dan mengimbangi (check and balance)
antara lembaga negara Pada akhirnya Sistem Check and Balance tersebut
dimaksud agar ketiga badan (Legislatif Eksekutif dan Yudikatif) itu tidak
menjalankan kekuasaannya melebihi atau kurang dari masing-masing kekuasaan
yang ditentukan oleh konstitusi37
Untuk itu dengan adanya keterkaitan dengan teori trias politica ini hukum
Islam pun mengatur tentang hal tersebut Dalam konsep hukum Islam hal-hal
37
Wery Gusmansyah Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017 h 124-125
55
yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan di bahas dalam kajian siyasah
dusturiyah dalam bentuk dan peranan pemerintahan yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan agama dan dunia dan dalam hubungannya dengan
perubahan sosial didunia Islam Dasar dasar politik Islam terurai dalam firman
Allah SWT (QS Al-Nisa58-59) sebagai berikut
ا رحن اىبض ا ث ز اذا حن ب ي ذ اىى ا رؤدا ال ا سم أ الله ا
الله م ثبىعده ا الله ا ث ب عظن ع عب ثص ظ ب ا ا ب اىر ب
اىى ء فسد ش ف ربشعز ب ف ن س اىى ال ه ظ اطعا اىس اطعا الله
م ه ا ظ اىس ل الله رأ احع خس ذىل خس ال اى ثبلله رؤ ز
ldquo Artinya Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat Hai orang-orang yang beriman
taatilah Allah dan taatilah Rasulnya dan ulil amri di antara kamu kemudian jika
kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu Maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benarbenar beriman kepada Allah
dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik
akibatnyardquo
Jadi kesimpulanya dalam al-sulthah al-tasyri‟iyah pemerintah menjalankan
tugas siyasah syar‟iyahnya untuk membentuk suatu hukum yang akan
diberlakukan didalam masyarakat demi kemaslahatan umat islam Dengan
beberapa perbedaan telah terdapat dalam pemerintahan islam jauh sebelum
pemikir-pemikir barat merumuskan teori trias politica
c Syura dan Demokrasi
56
Kata syura (syura) berasal dari sya-wa-ra yang secara etimologis berarti
mengeluarkan madu dari sarang lebah Sedangkan dari pengertian ini kata syura
masuk kedalam bahasa indonesia menjadi musyawarah mengandung makna
segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk
pendapat) untuk memperoleh kebaikan38
Adapun ayat al-qur‟an surat Ali Imran
ayat 3159 Allah memerintahkan kepada Nabi SAW untuk melakukan
musyawarah dengan para sahabat
إ و عيى الل م ذ فز س فئذا عص ف الأ ز شب اظزغفس ى فبعف ع
ي م ز حت اى الل
Artinya ldquoMaka maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun keoada allah
untuk mereka serta bermusyawarahlah dalam memutuskan suatu urusan Apabila
kamu telah bertekad bulat dengan keputusan tersebut maka bertawakallah
kepada allah Sesungguhnya allah mencintai orang-orang yang bertawakalrdquo
Arti demokrasi secara bahasa atau secara etimologis yaitu ldquodemokrasirdquo
terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani ldquodemosrdquo yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ldquocrateinrdquo atau ldquocratosrdquo yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan Jadi secara bahasa demokrasi adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat rakyat berkuasa
pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat
Demokrasi dalam artian secara umum merupakan suatu sistem yang
pemegang tampuk kekuasaan tertinggi berada pada rakyat tetapi bukan berarti
pemimpin tidak mempunyai wewenang terhadap rakyat seorang pemimpin
38
Muhammad Iqbal Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT Prenadamedia
Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
57
berhak mengatur dan memerintah rakyat selama hal tersebut tidak bertentangan
dengan syariat Islam Ketika seorang pemimpin memerintah dengan semenah-
menah di sinilah peran penting masyarakat menggunakan hak sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan pendapat dan aspirasinya
untuk kepentingan sosial dan kemasalahatan suatu negara
Untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi rakyat cara yang paling tepat
ialah dengan bermusyawarah Disini peran penting orang-orang yang ahli dan
mempunyai pengaruh yang besar untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi
rakyat tersebut yang dikenal dengan Dewan Permusyawaratan atau dalam Islam
disebut dengan Ahlul Ikhtiyar
Selanjutnya untuk mengetahui mengenai demokrasi dan syura mungkin
sudah banyak para pemikir Islam yang mengulas tentang permasalahan-
permasalahan tersebut permasalahan yang menjadi perdebatan para pemikir
Islam antara lain tentang perbedaan dan persamaan syura dan demokrasi dalam
Islam pendapat para cendikiawan muslim yang banyak mengutip tentang
keduanya banyak bercerita penolakan bahwa syura bukanlah demokrasi ataupun
pendapat yang sepakat mengenai istilah syura sama dengan demokrasi Syura
dan demokrasi merupakan sebuah istilah yang hampir mempunyai kesamaan
didalamnya baik dalam prosesnya maupun dari prinsip teknisnya Intinya
demokrasi dan syura adalah sebuah proses diskursus dalam memecahkan suatu
permasalahan dengan cara bermusyawarah sebagai upaya bersama dalam
mencapai kesepakatan Namun banyak terdapat perbedaan dan persamaan antar
keduanya39
Dari uraian ini bahwa demokrasi dan syura bukanlah dua hal yang identik
tapi bukan yang harus dipertetangkan Demokrasi dapat menjadi bagian dari
39
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-dalam-islamhtml 2
Agustus 2021
58
sistem politik umat islam apabila orientasi dan sistem nilainya diberi muatan
nilai-nilai agama dan moralitas
59
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi tugasnya yaitu melacak menangkap
dan mencegah perbuatan tindak pidana korupsi Keterlibatan KPK dalam
pencegahan dan memberantas korupsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku hanya pada kondisi atau situasi tertentu Olek karena itu
lembaga KPK mempunyai sistem kerja antara kepolisian dan kejaksaan Selain
itu Adapun kewenangan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam
menyelaraskan pembagian porsi tugas dan kewenangan dari masing-masing
lembaga penegak hukum dan kewenangan tersebut mempunyai kesepakatan
bersama baik dari pemerintah ataupun lembaga penegak hukum Kelembagaan
Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dikatakan berdiri sebagai lembaga yang
berbeda dari trias politika Negara terbagi menjadi tiga ranah kekuasaan yaitu
legislatif yudikatif dan eksekutif Hadirnya KPK bisa dikatakan lembaga super
body yang memiliki kewenangan besar dalam melakukan pemberantasan
korupsi Siapapun yang melanggar dan melakukan korupsi baik kepala daerah
menteri anggota DPR Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
dalam pasal 1 butir 3 bahwa KPK adalah lembaga Negara dalam rumpun
kekuasaan eksekutif dengan tugas pencegehan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku saat ini Fungsi sistem kerja KPK kepolisian dan kejaksaan dan
kewenangan KPK seperti koordinasi monitoring supervisi akan terus berjalan
dengan fungsi pencegahan dan penidakan selain itu lembaga KPK sudah
beralih menjadi eksekutif meskipun tentunya independen namun tetap berada
pada ranah membantu presiden dalam menjalankan pemberantasan korupsi
60
B Rekomendasi
1 Kepada lembaga-lembaga dan instansi
KPK berwenang melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta
kekayaan penyelenggara negara KPK harus melakukan pencegahan dan
membuat kebijakan terkait dengan pendaftaran dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan KPK berwenang menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
laporan gratifikasi ini wajib bagi penyelenggara negara terkecuali ASN KPK
berwenang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan KPK juga berwenang merencanakan program sosialisasi
pemberantasan korupsi sosialisasi disini untuk mengingatkan kepada
masyarakat berbagai hal dampak korupsi Selanjutnya KPK berwenang
melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat manfaat dari kampanye
disini masyarakat harus memahami pentingnya melawan korupsi Dan terakhir
KPK berwenang melakukan kerja sama bilateral dan multilateral dalam
pemberantasan korupsi
2 Kepada Pemerintah
Perlu adanya keterangan tertulis seperti undang-undang yang tegas agar menjadi
sumber kejelasan hukum terkait kewenangan setiap lembaga-lembaga yang
berperan agar kapasitas dan penyelesaiannya tidak terhambat kala
menindaklanjuti kasus tindak pidana korupsi Masih ada beberapa poin penting
yang harus diperbaiki dan diharmonisasikan dari tugas dan wewenang masing-
masing lembagannya Lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan harus
saling bekerjasama dengan pemerintah dalam menyelaraskan pembagian porsi
tugas dan kewenangan dari masing-masing lembaga penegak hukum Dan harus
ada kesadaran dimana kewenangan yang terkesan menggantung ini diselesaikan
melalui ketetapan hukum yang dimusyawarahkan bersama baik dari pihak
pemerintah ataupun dari pihak aparat penegak hukum
61
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdullah Edi KPK dalam sistem peradilan pidana pasca revisi (Yogyakarta PT
Deepublish Cet Pertama 2021)
Ahmadi Fahmi Muhammad Jaenal Arifin Metode Penelitian Hukum (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta 2010)
Asshiddiqie Jimly Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Jakarta Sinar Grafika 2011)
Friedman Meir Lawrence The Legal System A Social Science Perspecktive (New
York Russel Sage Foundation 1975)
Gaffar Affan Transisi Menuju Demokrasi Yogyakarta Pustaka Pelajar 2006
Iqbal Muhammad Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (PT
Prenadamedia Group Jakarta cet Pertama Oktober 2014) h 177-230
Indrati Farida Maria ldquoIlmu Perundang-Undangan 2 (Proses dan Teknik
Pembuatanya)rdquo (Jakarta Kanisius Jakarta 2013)
Marzuki Mahmud Peter Penelitian Hukum (Jakarta Kencana Prenada media
Group 2008)
Purwaka Tommy Hendra Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta PUAJ 2007)
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat) (Jakarta Rajawali Pers 2001)
Siahaan Pataniari Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen
UUD 1945 Jakarta Konstitusi Press 2012
62
Zoelva Hamdan Pemakzulan Presiden di Indonesia Jakarta Sinar Grafika 2011
63
Peraturan-Peraturan (Sesuai Pedoman)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 5
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 6 Pasal 7 Pasal 9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
64
Jurnal Artikel Karya Ilmiah
Agustine Viana Oly Sinaga Erlina Maria Cristin dan Yulistyaputri Rizkisyabana
ldquoPolitik Hukum Penguatan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam Sistem Ketatanegaraanrdquo Konstitusi XVI 2 (Juni 2019)
Alexander ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Fiqh Siyasahrdquo
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung 2018)
Atho‟ Mudzhar Mohammad ldquoTangtangan Studi Hukum di Indonesia Dewasa Inirdquo
Indo-Islamika II 1 (20121433)
Bustomi Imam ldquoAnalisis Fiqh Siyasah Terhadap Tugas Dan Kewenangan Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Sampang Menurut UU No 10 Tahun 2016
Tentang Pemilihan Gubernur Bupati Dan Walikotardquo (Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2019)
Dahoklory Viktoris Msdaskolay dan Muh Isra Bil Ali Menyoal Urgensi dan
Prosedur Pembentukan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Korupsi Jurnal Perspektif II 2 Mei 2020
Gusmansyah Wery Trias Politica dalam Perspektif Fikih Siyasah Al-Imarah Jurnal
Pemerintahan dan Politik Islam II 2 2017
Jauhari Muis Abdul ldquoFungsi dan Kewenangan Kepolisian Negara Republik
Indonesia Dalam Tindak Pidana Korupsi Guna Mengembalikan Kerugian
Keuangan Negara di Indonesiardquo (Doktor S3 disertasi Universitas Pasundan
Bandung 2016)
Kusumastuti Dewi Cynthia Ismunarno ldquoPerbandingan Tugas Dan Wewenang
Independent Commission Againts Corupption (Hongkong) Dan Komisi
65
Pemberantasan Korupsi (Indonesia) Dalam Pemberantasan Korupsirdquo
Recidive IV 3 (September-Desember 2015)
Sosiawan Mangun Ulang ldquoPeran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (The Role of Corruption Eradication
Commission (KPK) in Corruption Prevention and Eradication)rdquo Jurnal
Penelitian Hukum DE JURE XIX 19 (Desember 2019)
Sumakul Anastasia ldquoHubungan Dan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Dan Kejaksaan Dalam Menangani Tindak Pidana Korupsirdquo Lex
Crimen V 4 (Oktober-Desember 2012)
Sugiarto Totok ldquoPeranan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesiardquo Jurnal Cakrawala
Hukum XVIII 1 Juni 2013
66
Website
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5ca466cb7f8edkeberada
an-kpk-dalam-upaya-pemberantasan-korupsi
httpswwwjurnalponselompengertian-tugas-sejarah-
fungsikpkPengertian_Komisi_Pemberantasan_Korupsi_
httpmakuratco952409pakar-hukum-nilai-dewasa-kpk-sebaiknya-tidak-
diberikan-kewenangan-terakit-izin-penyadapan
httpswwwhukumonlinecomklinikdetailulasanlt5e3bf06593b05prosedur
-pengangkatan-dewan-pengawas-kpk_ftn1
httpwwwmkriidindexphppage=webBeritaampid=7834~text=Checks2
0and20balances20adalahsaling30$2F11)20siang20di20Mahkamah
httpsinfo-hukumcom20190420teori-keadilan
httpsvoiidberita33739sejarah-tugas-dan-fungsi-yang-harus-dijalankan-
kpk
httpswwwcnnindonesiacomnasional20190912134311-12-
429901surpres-revisi-uu-kpk-antara-kejanggalan-dan-konspirasi
httpmajelispenulisblogspotcom201205antara-syura-dan-demokrasi-
dalam-islamhtml