Upload
alhy-stoteles
View
70
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Diare Skripsi
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih
dalam 1 hari). Penyakit diare samapi kini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfliktasi, dan
kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan
mengalami penurunan namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan
KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan
kematian. (Dinkes, 2013).
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab
kematian nomor satu di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh
nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara
UNICEF memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu orang yang
meninggal dunia karena Diare. Dan Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita
meninggal karena Diare.
Pada kasus diare sebenarnya bukan diarenya yang menyebabkan
Kematian tetapi karena keluarnya cairan yang tidak di imbangi dengan
pemasukan sehingga menyebabkan Kematian. Oleh karena itu perlunya
2
penanganan awal yang baik sehingga tidak berdampak makin serius keadaan
pasien.
Berdasarkan profil kesehatan kabupaten / kota pada tahun 2009, kasus
diare kembali mengalami penurunan yaitu 209,153 kasus, tertinggi masih di
Kota makassar (45.929 kasus), berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Makassar tahun 2012, jumlah penderita diare sebanyak
39.740 orang dan 21.002 atau sebesar 52,8% diantaranya adalah balita,
sedangkan yang ditangani sebesar 195.801 kasus (57,61%).
( Agusyanti, 2012)
Penyakit diare yang terjadi di Kabupaten Wajo, tergolong tinggi
dimana dalam Tiga bulan terakhir masih menempati posisi ke dua dengan
jumlah kasus 1634.
Data pasien Diare yang diperoleh di Puskesmas Sabbangparu pada
tahun 2011 mulai bulan Januari sampai Desember adalah 48, pada tahun 2012
mulai bulan Januari sampai Desember adalah 64, dan pada tahun 2013 mulai
bulan Januari sampai Desember adalah 107. Pada tahun 2011 sampai tahun
2013 kasus Diare di Desa Sompe meningkat di karenakan kurangnya
pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masnyarakat. Dan
faktor yang cukup berpengaruh adalah masalah kebersihan lingkungan sekitar
serta makanan yang sehat.
Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “
Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyakit diare di desa
sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo “.
3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang tampak adalah
apakah ada hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyakit
Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mrngetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
terhadap penyakit Diare di desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten
Wajo.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Penyakit
Diare di desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo..
b. Untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit
Diare di desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan umumnya dalam bidang ilmu
keperawatan, dan wawasan dalam ilmu kebersihan dan kesehatan
masyarakat.
2. Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini Insya allah akan menjadi bahan bacaan di
perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Bone.
4
b. Bagi Peneliti
Sebagai latihan dan pengalaman berharga bagi peneliti untuk
mengetahui bagaimana hubungan penyakit Diare terhdap Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat.
c. . Bagi Masyarakat Setempat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan antara
perilaku hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat dapat
mengetahui pentingnya serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyakit diare
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Diare
1. Defenisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang
air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. (WHO 2012).
Diare adalah sesuai dengan defenisi Hippocrates, maka diare adalah
buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan
konsistensi tinja lebih lembek atau cair.
Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari.
Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai
contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah
diberikan makan padat sebelum waktunya. (Dinkes, 2009).
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan
bakteri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan
pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat
cacingan. (Dinkes, 2009).
Penyakit diare sampai sekarang ini masi menjadi masalah
kesehatan masyarakat, walaupun sacara umum angka kesakitan masi
berfluktasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan
6
keder kesehatan mengalami penurunan, namun penyakit diare ini masih
sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulakan
kematian. (Dinkes, 2011)
2. Etiologi
Penyebab diare yang paling sering ditemukan adalah infeksi
bakteri, virus dan parasit. Diare yang disebabkan oleh bakteri galur di
arrheagenic Escherichia coli, disebabkan dalam 4 kategori, yaitu :
Enterotosigenic (penyebab utama diare pada turis dan bayi atau negara
berkembang), Enteroin Vasi Vasive (penyebab disentry), Entropatogenic
(penyebab diare pada bayi) dan Entrohemorrhagic (penyebab diare kolitis
berdarah dan sidrom uremia berdarah). (Nasruddin, dkk. 2008).
3. Batasan krakteristik
a. Nyeri abdomen
b. Sedikitnya tiga kali buang air besar cair / hari
c. Kram
d. Bising usus hiperaktif
e. Ada dorongan (Nanda, 2010).
4. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infekasi, proses ini dapat diawali adanya mikrooganisme
(kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
7
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan sistem teransporaktif dalam usus sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemungkinan
menyebabkan diare.
d. Faktor fsikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare. (A. Aziz Alimul. H, 2008).
5. Patogenesis
Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih
hidup ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung.
Jasad renik itu berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad
renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan
lain-lain. (WHO 2012).
8
Patogenesis menurut etiologi dapat dibadakan menjadi :
a. Produksi enteritiksin : E.coli enterotoksigenik (ETEC) dan V.cholera
b. Kerusakan sel dan radang : Rotavirus dan Norwalk agent
c. Penitrasi epitel : ETEC, Shigella dan Salmonella
Walaupun terdapat permasalahan klinis pada diare akut sebagai
akibat etiologi yang berbeda, namun mekanisme terjadinya dapat berbeda
(dilihat pada tabel I)
a.
Tabel I
Patogenesis diare akut karena infeksi bakteri
Jenis
bakteri
Rota
Virus
E.coli
eterotaksi
gonik
Virus
cholerae
E.coli
entero
invasif
Salmonell
a
Shige
lla
Tempat
sekresi
Usus
halus
Usus halus Usus halus Usus
halus
dan
kolon
Ileum dan
kolon
Ileum
distal
dan
kolon
Mekanism
e patogene
Merusk
sel
radang
Produksi
enterotoksin
Produksi
enterotoksin
Penetras
i epitel
Penetrasi
epitel
Penetrasi
epitel
Sumber : (siregar,2009).
b. Patogenesis bakteri karena virus
9
Dikemukakan bahwa invasi pada mukosa usus menyebabkan
kerusakan sel vili. Terdapatlah ‘villous bluting’ dan usus kurag mampu
mengabsorpsi garam dan air. Juga terdapat kekurangan enzim, terutama
disakaridase.
c. Kerusakan mukosa usus halus
Sebagai akibat kerusakan mukosa usus halus akan terjadi
defesiensi enzim dan sakaridase, intoleransi gula dan juga malabsorpsi
lemak, protein, vitamin, asam empedu dan mineral.
d. Hubungan malnutrisi protein energi dan penyakit diare
Diare akut yang berulang dapat menjurus ke malnutrisi protein
energi. Juga saluran pencernaan sendiri, terutama usus halus,
mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan oleh absorpsi yang
tidak adekuat dan terjadilah diare yang berualng kronik.
6. Gejala klinik
Gajala spesifik
a. Vebrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan bau
amis,
b. Desentrifrm : tinja berlendir dan berdarah. (WHO 2012)
Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewal, masi bisa
bermain seperti biasanya, umumnya karena diarenya masi tidak berat
anak masi mau makan dan minum seperti biasa.
10
b. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah,
mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika
dicubit.
c. Dehidrasi berat anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada
cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat anak terlihat lemah.
(Widyono, 2008)
Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian
timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau
lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena
tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang
terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila
penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala
dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.
(WHO 2012)
Penyakit diare dapat menyebabkan kematian bila kekurangan
cairan tubuh tidak teratasi dengan baik dan dapat mencetuskan
gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi
yang adekuat. Sebagian besar Diare pada anak akan sembuh sendiri
11
asalkan dicegah terjadinya dedihdrasi yang merupakan penyebab
kematian. (Siregar, 2009)
6. Komplikasi
a. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
b. Dehidrasi , malnutrisi, dan anemia
c. Obstruksi usus dan ferforasi
d. Hemoragi
e. Pre syok dan syok
f. Pestula dan peritoniti
g. Depresi. (Siregar, 2009).
7. Pencegahan
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Apabila cara pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting
yaitu :
1) Sebelum makan,
2) Setelah buang air besar,
3) Sebelum memegang bayi,
4) Setelah menceboki anak,
5) Sebelum menyiapkan makanan,
b. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara memasak, dan proses penyaringan,
12
c. Pengelolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, lipan dan lain-lain),
d. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban denagn tengki septik.(Siregar, 2009).
8. Penanggulangan
a. Minum air putih
Sering- seringlah minum air putih untuk mengantikan cairan
tubuh yang hilang akibat diare dan minum orelit yang merupakan
larutan gula garam untuk membantu pembentukan energi dan menahan
diare. Hindari minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu
merangsang asam lambung.
b. Makan makanan khusus
Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur
dan buah-buahan karena makanan berserat hanya akan memperpanjang
diare. Makanan berserat hanya baik untuk pendarita susah buang air
besar. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan rendah serat dan
harus seperti bubur nasi atau lembek dengan lauk telur asin. Di sini nasi
akan menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur asin akan
memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai zat
pembangun tubuh. Hindari makan makanan di luar sembarangan serta
makanan yang pedas mangandung cabei dan lada.
c. Istirahat yang cukup
13
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang mengalami diare akan
tersa lemah, lemas, lesu, kurang gairah, dan sebagainya. Untuk itu bagi
anda yang sudah merasa sangat lemas sebaiknya istirahat yang cukup
guna mengembalikan stamina yang hilang.
d. Minum obat diare
Sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter dan meminta obat
yang tepat untuk mengatasi diare. Biasanya dokter akan memberikan
obat mulas, obat mencret, vitamin dan antibiotik. Untuk obat mules dan
mencret sebaiknya diminum jika perut mules dan diare saja dan
dihentikan jika sudah berhenti mules dan diare. Sedangkan untuk
antibiotek wajib dihabiskan agar kuman dan bibit penyakit lainnya mati
total dan tidak membentuk resistensi. Untuk vitamin tersarah anda mau
dihabiskan atau tidak, akan tetapi tidak ada salahnya jika dihabiskan
karena vitamin baik untuk anda asalkan tidak berlebihan.
(Yulianti, 2010).
9. Pengobatan
Diare merupakan suatu gajala dan pengobatannya tergantung pada
penyebabnya. Kebanykan penderita diare hanya perlu menghilangkan
penyebabnya, misalnya obat-obatn tertentu untuk menghentikan diare.
Untuk meringankan diare, diberikan obat seperti difeniksilat,
codein, peragonik (opium tinctur) atau loparemide. Kadang-kadang,
bulking agents yang digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau
14
metilselulosa) bisa membantu meringatkan diare. Untuk membantu
mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka
penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan penganti
melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan
larutan yang mengandung air, gula dan garam.
Jika seseorang atau balita telah terserang diare, langkah awal yang
dapat dilakukan adalah :
a. Berikan minum dan makan secara normal untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang,
b. Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu),
c. Berikan larutan gula garam (oralit).
Segeralah periksakan penderita ke dokter apabila diare
berkelanjutan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang
tidak diinginkan. (Siregar, 2009).
B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1. Perilaku Kesehatan
a. Pengertian
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulasi atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan
(Notoadmodjo, 2003),
15
perilaku kesehatan dapat dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh)
kelompok yaitu :
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-
usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha untuk menyembuhkan bila mana sakit.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik
sistem pelayanan kesehatan moderen maupun tradisional.
3) Perilaku terhadap makanan
Respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan manuasia, dalam hal ini makanan tidak hanya dipandang
dari segi rasa ataupun gizinya akan tetapi juga perlu diperhatikan halal
atau tidaknya.
Pengaruh makanan cepat saji pada kesehatan, makanan siap saji
yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,
praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya
diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tunggi dan
memberikan berbagai zat adaktif untuk mengawetkan dan memberikan
cita rasa bagi produk tersebut. Zat adaktif adalah bahan kimia yang
dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan meningkatkan kualitas,
menambahkan rasa, dan mendapatkkan kesegaran produk tersebut.
16
Dampak negatif zat adaktif terhadap kesehatan dapat secara
langsung, dalam jangka pendek maupun panjang.
Tabel II
Dampak Zat adaktif terhadap kesehatan
Zat adaktif Dampak terhadap kesehatan
Sulfit Sesak nafas, gatal-gatal, dan bengkak.
Zat warna Menimbulkan alergi dan kanker hati,
menyebabkan hypertrophy, hyperplasia, dan
carcinomas kelenjar tiriod.
MSG Kerusakan otok, kalainan hati, trauma, hipertensi,
stress, demam tinggi, mempercepat proses
penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma,
ketidak mampuan belajar, dan depresi.
BHT dan BHA Menyebabkan klainan kromosom pada orang yang
alergi terhadap aspirin.
Pemanis Menyebabkan kanker kantong kemih (saccharin),
gangguan nafas dan tumor otak (aspartan),
mutagenik.
Sumber : (Emirfan TM, 2011)
4) Pengelolaan Air Munum
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia
akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada
kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
17
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55 – 60 % berat
badan terdiri dari air, untuk anak – anak 65 %, bayi 80%.
Pada dasarnya semua air dapat di proses menjadi air minum,
sumber – sumber air ini sebagai berikut :
a) Air Hujan,
b) Air Sungai dan Danau,
c) Mata Air,
d) Air Sumur Dangkal,
e) Air Sumur Dalam.
Adapun beberapa cara pengelolaan air minum diantaranya:
a) Pengelolaan Alamiah
Pengelolaan ini dilakukan dalam bentuk penyimpangan
(storage) dari air yang diperoleh dari berbagai sumber seperti air
danau, kali, sumur dan sebagainya.
b) Pengelolaan air dengan Penyaringan
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan krikil,
dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh
PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikomsumsi
umum.
c) Pengelolaan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman – kuman yang terdapat pada
air. Pengolahan dengan cara ini hanya tepat untuk komsusmsi kecil
misalnya hanya untuk keburtuhan rumah tangga.
18
5) Berolahraga
Olahraga secara teratur dapat memelihara jantung, predaran
darah, dan frekuensi nadi. Macam-macam olahraga yang dapat kita
lakukan antara lain, bersepeda, lari, berenang dan senam. Didalam
olahraga ini cukup dan berlari-lari di tempat dan menggerakkan
otot-otot kaki, tangan, perut, dan lehar. Sambil menghirup udara pagi
yang segar kita selalu melakukan olahraga pagi setiap pagi. Didalam
olahraga ini biasanya cukup dilakukan sepuluh atau liam belas menit.
Berolahraga secara teratur dapat mencegah osteoporosis dan juga
menjadi terapi penyembuhannya. Osteoporosis merupakan kelainan
tulang sistemik yang melibatkan massa tulang rendah dan kerusakan
jaringan tulang. (Emirfan TM, 2011)
6) Tidur yang cukup
Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk
memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan
keterampilan kita meningkat. Sususnan saraf serta tubuh terpelihara
agar tetap segar dan sehat. (Kusirianto 2004).
7) Perilaku terhadap kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang mengelola lingkungan sehingga tiadak
mengganggu masyarakatnya sendiri, keluarga atau masyarakat.
(Helmia Gani, 2011).
19
2. Perilaku kebersihan
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higyene yang baik.
Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar
sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebabkan kotoran, atau
menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri seperti :
a. Mandi dua kali sehari
Mengapa kita harus mandi ? Alasan utama ialah agar tubuh
sehat dan segar bugar, mengapa mandi membuat tubuh kita sehat?
Mandi membersihkan seluruh tubuh kita urutannya adalah sebagai
berikut;
1) Seluruh tubuh kita cuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun,
semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas
dari permukaan kulit, kemudian tubuh kita siram bersih-bersih.
2) Seluruh tubuh kita gosok hingga keluar semua kotoran atau daki.
Kita keluakan daki dari wajah, kaki, dan lipatan-lipatan. Gosok
terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai
bersih dari daki.
Dengan demikian, kulit serta pori-pori bersih dan tidak
tertutup atau tersumbat kotoran lagi. Kulit dapat lancar lagi
mengeluatkan kotoran kotoran berupa keringat. Badan tidak bau
busuk.
b. Rambut harus bersih
20
Rambut harus dirawat supaya tetap bersih dan rapih. Rambut
itu berlemak dan kotoran debu mudah melekat pada rambut. Lemak
dan kotoran pada rambut membusuk dalam waktu 24 jam. Oleh
karena itu kita harus mencuci atau keramas dan kulit kepala tiap kali
kita mandi. Dengan begitu hilanglah semua kotoran yang melekat,
pori-pori kulit kepala terbuka , kemudian dikeringkan. Rambut terasa
menjadi segar dan sehat kembali. Hilang rasa lesu, gairah berfikir
pulih, dan daya berfikir menjadi cerah.
c. Cuci Tangan
Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak
berhubungan dengan apa saja, berapa kali tangan menjamah sesuatu
sepanjang hari? Tidak terhitung banyaknya. Sehabis memegang
sesesuatu yang kotor atau mengandung penyakit, tangan langsung
menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serrta minuman.
Berlangsung sudah pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab
tanggunganya kesehatan. Tangan merupakan perantara penularan
kuman.
Mencuci tangan adalah sanitasi dengan membersihkan tangan
dan jari-jari dengan menggunakan sabun atau pun cairan lain di
dawah air mengalir.
1) Cara cuci tangan
a) Basahi tangan dengan air di bawah karan atau air mengalir.
21
b) Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan akan
lebih baik bila sabun mengandung antisektif,
c) Gosokkan kedua telapak tangan,
d) Gosokkan sampai keujung jari,
e) Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri
(sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang
seling) antara tangan kanan dan tangan kiri. Gosok sela-sela
jari tersebut lakukan sebaliknya,
f) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya
dan saling mengunci,
g) Usap ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan
gerakan berputar. Lakukan hal yang sama ini dengan ibu
jari tangn kiri,
h) Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya
dengan gerakan kedepan, ke belakang dan berputar. Lalu
bersihkan,
i) Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan
lakukan dengan gerakan memutar. Lakukan pula untuk
tangan kiri,
j) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air menglir,
k) Keringkan tangan dengan menggunakan tissue, dan tuutp
keran dengan tissue.
2) Manfaat Cuci Tangan
22
Manfaat cuci tangan adalah mencegah penyebarab penyakit-
penyakit menular, seperti diare, flu burung dan ISPA.
d. Menggosok gigi
Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekeder menyangkut
kesehatan dirongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan
seluruh tubuh. Orang yang giginya sehat dan terwat baik, seluruh
dirinya sehat dan segar bugar.
Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan.
Sikat gigi jangan ditekan keras pada gigi kemuduan digosok cepat-
cepat. Tujuan menggosok gigi dan seluruh rongga mulut.
Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang
membusuk dan menjadi sarang bakteri. Bakteri patogen penyebab
penyakit.
e. Pakaian Harus Bersih
Seluruh tubuh sudah bersih, tapi pakaian tidak, mana
mungkin terasa segar dan sehat Pakaian banyak menyerap keringat,
lemak, dan kotoran yang dilakukan badan. Dalam sehari saja,
pakaian berkeringat dan berlemak ini berbau busuk memuakkan.
Kita perlu menukar pakaian yang bersih setiap hari. Saat tidur
hendaknya mengenakan pakaian yang khusus untuk kita tidur.
(Kusirianto 2004).
f. Jamban Keluarga
23
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membung tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus
atau WC. (Helmia Gani, 2011)
Suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut ,
2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya,
4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat atau kecoa, dan
binatang-binatang lainnya,
5) Tidak menimbulkan bau,
6) Mudah digunakan dan dipelihara,
7) Sederhana desainnya,
8) Murah,
9) Dapat diterima oleh pemakainya. (Notoadmodjo, 2007)
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA
(jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka
melainkan membut jamban untuk diri sendiri dan keluarga.
Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya
disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dilakukan sehabis buang
tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Leher angsa dan lantai jamban
digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban
24
cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi,
agar benda-banda lain tidak masuk. (Helmia Gani, 2011).
Gambar I : Perjalanan bakteri dari tinja ke host
(Notoadmodjo, 2007)
g. Pembuangan Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarkat. Kerena
dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme
penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga binatang seranggan
sehingga pemindahan/ penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu
sampah harus dikelolah dengan baik sampai sekecil mungkin tidak
menganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan
sampah yang baik bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi
juga untuk keindahan lingkungan sekitar. (Notoadmodjo, 2007)
Adapaun beberapa faktor pengaruh PHBS yaitu :
A. Sikap
Mati air
Makanan minuman sayur-sayuran dsb
Penjamu (hots)
Tinja tangan
lalat
Sakit tanah
25
Sikap adalah penilaian (pendapat) seseorang terhadap stimulus
atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk
penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek, proses
selanjutnya akan dinilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek
kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga
sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni :
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penelitian atau pendapat seseorang terhadap:
gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan
penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.
b. Sikap terhadapa cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara
memelihara dan cara-cara berperrilaku hidup sehat.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan
dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku
manusia karena pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya
atau dengan sembarangan saja, tetapi pembentukannya senantiasa
berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan alternatif
yaitu senang atau tidak senang, mendukung atau tidak mendukung,
menjauhi atau tidak menjauhi.
B. Lingkungan
26
Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitarnya, baik
berupa benda hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuki
manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya
interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut. Lingkungan ini
sangat luas, oleh karenanya sering dikelimpokkan untuk
mempermudah pemahamannnya, diantaranya :
Klasifikasi Lingkungan
Tergantung kebutuhan, lingkungan dapat diklasifikasikan
dengan berbagai cara sebagai berikut :
a. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkungan yang tidak hidup
(abiotis),
b. Lingkungan alamiah, dan lingkungan buatan (manusia),
c. Lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal,
d. Lingkungan biopsis dan lingkungan psikososial,
e.Lingkungan air (hydrosfir), lingkungan udara (atmosfir),
lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologis (biosfir), dan
f. Lingkungan sosial (sosiosfir). (Juli Semirat Slamet, 2009).
C. Kesehatan Masyarakat
Sehat adalah karunia tuhan yang perlu disyukuri, sebab sehat
merupakan hak asasi manusia yang perlu dihargai, dijaga, dipelihara
dan ditingkatkan oleh setiap anggoata rumah tangga. (Dinkes, 2004)
Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan
derajat hidup masyarakat, maka semua negara meyelenggarakan
27
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan ini
berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan
kesehatan perseorangan, kelompok, ataupun masyarakat.
(Wiku Adisasmito, 2010)
Kesehatan masyarakat didefenisikan oleh Winslow, pada tahun
1920 sebagai berikut :
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat, untuk :
a. Mencegah penyakit,
b. Memperpanjang harapan hidup, dan
c. Meningkatakan kesehatan dan efesiensi masyarakat.
Melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk :
a. Sanitasi lingkungan
b. Pengendalian penyakit menular
c. Pendidikan higiene perorangan,
d. Mengorganisir pelayanan medis dan perawatan agar dapat
dilakukan diorganisasi dini dan pengobatan pencegahan, serta
e. Membagun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat
menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat
memelihara kesehatan. (Juli Semirat Slamet, 2009).
28
C. Defenisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang / keluarga dapat menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dan berperanaktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau, mampu mempraktikkan
PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa
dikenal PHBS / promosi hygiene merupakan pendekatan terencana
untuk mencegah penyakit menular yang lain melalui pengadopsian
perubahahn perilaku oleh masyarakat inas. Program ini dimulai
dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat
setempat dengan mengembangkan program berdasarkan informasi.
(Nurjuni. B, 2010)
Perilaku hidup bersih dan sehat Adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,
29
terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat
menerapkan cara-cara hidup.
3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan
edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,
melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social
Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan
demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.
4. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup,
bekerja, bermain, beinteraksi dan lain-lain. Terdapat 5 tatanan PHBS
yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan
tempat-tempat umum. (Adnan Agnesa, 2011).
a. PHBS di Rumah Tangga
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya
untuk memeberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu mempertimbangkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat :
30
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2) Pemberian ASI ekslusif.
3) Menimbang balia setiap bulan.
4) Menggunakan air bersih.
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
6) Menggunakan jamban sehat.
7) Memberantas jentik nyamuk di rumah setiap minggu.
8) Makan buah dan sayur setiap hari.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari. (Adnan Agnesa, 2011).
b. PHBS di Sekolah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran menilai PHBS
sekolah yaitu:
1) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
2) Mengkomsumsi makanan sehat di kantin di sekolah.
3) Mengguanakan jamban yang bersih dan sehat.
4) Olahraga yang teratur.
5) Membersihkan jentik nyamuk.
31
6) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.
7) Membuang sampah pada tempatnya. (Adnan Agnesa, 2011).
c. PHBS di Tempat Kerja
PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para
pekerja untuk tahu, mau dan mampu memperaktekkan perilaku hidup
bersaih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tenaga kerja
sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk
menilai PHBS tempat kerja yaitu :
1) Tidak merokok di tempat kerja.
2) Melakukan olahraga secara teratur / aktifitas fisik.
3) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sudah buang air besar dan buang air kecil.
4) Memberantas jenik naymuk di tempat kerja.
5) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar
6) Membuang sampah pada tempatnya.
7) Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
(Adnan Agnesa, 2011).
d. PHBS Industri Kesehatan
PHBS industri kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan
pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta
32
berperan aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan dan mencegah
penularan penyakit di industri kesehatan.
Ada babarapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
PHBS industri kesehehatan yaitu :
1) Menggunakan air Bersih.
2) Menggunaka Jamban.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Tidak merokok di institusi kesehatan.
5) Tidak meludah sembarangan.
6) Memberantas jentik nyamuk. (Adnan Agnesa, 2011).
5. Faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan
Manurut Lawrance green (1980) yang dikutip Notoadmodjo (2005)
prilaku ditemukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Predisposisi (Predisporjsing faktors)
Faktor yang dapat memudahkan atau memepredisposisi terjadinya
perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan
sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan
dilakukan.
b. Faktor pemungkin (Enabing factors)
Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas saran
dan prsarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat.
c. Faktor penguat (Reinforcing facktors)
33
Tokoh masyarakat merupakan faktor penguat bagi terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat, peraturan dan perundang-undangan,
surat keputusan dari pada pejabat pemerintah daerah pusat, juga termasuk
faktor penguat perilaku. (Helmia Gani, 2011).
6.SISTEM PENCERNAAN
Sistem penceranaan makanan dalam tubuh manusiaterjadi di
sepanjang saluran penceranaan dan di bagi menjadi 3 bagian,yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadidalam mulut hingga
lambung,selanjutnya adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang
terjadi di dalam usus,kemudian proses pengeluaran sisa-sisa makanan
melalui anus.
proses pencernaan makanan berlangsung didalam saluran
pencernaan makanan.Proses tersebut dimulai dari rongga mulut.didalam
rongga mulut makanan dipotong-potong oleh gigi seri dan dikunyah oleh
gigi gerahan,sehingga makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
dibantu oleh lidah serta peremasan yang terjadi dilambung,proses
kimiawi yaitupelarutan dan pemecahan makan oleh enzin-enzim
pencernaan dengan mengubah makanan yang bermolekul besar mnjadi
molekul yang berukuran kecil.
Alat-alat pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan.saluran pencernaan terdiri atas
mulut ,pharynk,esophagus,lambung,usus halus,usus besar dan berakhir
pada anus,sedangkan kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar
34
ludah,kelenjar lambung,kelenjar usus,hati dan pankareas.adapun
gangguan-gangguan yang disebabkan oleh sisten pencernaan adalah
diare,sembelit,peritonitis,apendisitis,kolik dan ulkus.
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Adapun dasar pemikiran variabel penelitian berdasarkan variabel yang
akan diteliti :
1. Perilaku Hidup Bersih
Kebersiahan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk
diantarnya debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer
menemukan proses penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba,
kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia
berbahaya.
2. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat
Perilaku Hidup Sehat
3. Penyakit Diare
Diare adalah buang air besar 3-4 kali sehari dengan frekuensi lebih
encer dan bercampur dengan air / lendir.
36
B. Hubungan antar Variabel
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka,
maka skema yang menggambarkan tentang Hubungan antara Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dengan Penyakit Diare di Desa Sompe Kecamatan
Sabbangparu Kabupaten Wajo dalam menyusun skripsi adalah.
Gambar II Pola fikir variabel yang diteliti
Variabel independen Variabel dependen
Keterangan :
: Variabel Independan yang diteliti
: Variabel Dependen yang diteliti
C. Identifikasi Variabel
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variable yang nilainya menentukan
variable lain. Variabel bebas biasanya diamati dan di ukur untuk diketahui
hubunganya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam,2009).
Perilaku Hidup Bersih Penyakit diare
Perilaku Hidup Sehat
37
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat.
2. Varibel dependen
Variabel dependen ialah variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
varaibel lain. Varibel ini adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variable babas
Variabe dependen dari penelitian ini adalah Penyakit Diare.
(Nursalam,2009).
D. Hipotesis
1. Hipotesis alternatif (Ha)
a. Ada hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Penyakit Diare.
b. Ada hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit Diare.
2. Hipotesis nol (Ho)
Tiadak ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan
penyajit diare.
E. Defenisi Oprasional dan Kriteria Objektif
1. Perilaku Hidup Bersih
Kebersiahan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantarnya
debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer
menemukan proses penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba,
kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia
berbahaya.
38
Perilaku Hidup Bersih
Baik : Apabila responden memiliki skore > 28
Tidak Baik : Apabila responden memiliki skore ≤ 28
2. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat
Perilaku Hidup Sehat
Baik : Apabila responden memilik skor > 26
Tidak Baik : Apabila responden memiliki skor ≤ 26
3. Diare
Diare adalah buang air besar melebihi tiga kali sehari dengan
ferekuensi feses lebih lembek atau encer bercampur dengan lendir.
Kriteria Objektif
Sering : Apabila responden mengalami Diare ≥ 2 kali
Tidak Sering : Apabila responden mengalami Diare < 2 kali
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diguanakan adalah Dekstriktif analitik dengan
rancangan cross sectional, untuk melihat hubungan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat terhadap Penyakit Diare. Rancangan cross sectional merupakan
rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara
simultan pada saat sekali waktu/ pada waktu yang sama (Alimul, 2008).
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten soppeng.
2. Waktu
Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada desember
Tahun 2013 di lanjutkan pada bulan februari sampai maret 2014.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Sompe
yang sedang menderita dan pernah menderita diare pada tahun 2013sampai
2014 sebanyak 107 populasi.
40
2. Sampel
Sampel yang diambil disini adalah seluruh masyarakat yang sedang
menderita dan pernah menderita diare selama enam bulan terakhir terhitung
mulai bulan september 2013 samapai bulan februari 2014 yaitu 43 populasi
yang memenuhi kriteria.
populasi yang memenuhi kriteria inskusi .
a.Kriteria Inklusi
1) Semua masyarakat yang sedang menderita dan pernah menderita diare
pada enam bulan terakhir di Desa Sompe Kecamatan sabbangparu
Kabupaten Wajo.mulai bulan septembr 2013 sampai dengan bulan
februari 2014.
2) Umur 15 - 59 tahun.
3) Bersedia menjadi responden.
4) Bisa membaca.
b.Kriteria Eksklusi
1) Warga yang berusia < 15 tahun , > 60 tahun
2) Tidak bersedia menjadi responden.
2. Teknik Sampling
Penelitian ini mengambil sampel masyarakat yang sedang
menderita dan pernah menderita diare selama enam bulan terakhir di Desa
Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dengan cara teknik
Consecutive Sampling.
D. Cara Pengumpulan Data
41
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu:
1. Data primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan membagikan
kuesioner tertutup menggunakan skala Guttman kepada warga mengenai
pendapatnya tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan penyakit diare.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh bagian informasi dari
para perawat / bidan Desa di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu
Kabupaten Wajo.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data,. Pengolahan data
dilakukan secara elektronik atau melalui komputer dengan menggunakan
SPSS 16,0.
1. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah langkah yang harus
ditempuh yaitu editing, coding, entri data, cleaning dan melakukan tekhnik
analisis.
a. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus di
lakukan penyuntingan ( editing ) terlebih dahulu. Secara umum editing
adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau koesioner tersebut.
b. Coding
42
Setelah semua koesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng”kodean” atau ”coding” , yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian
kode ini sangat berguna dalam memasukkan data ( data entry).
c. Memasukkan Data ( Data Entry ) atau processing
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk ”kode” ( angka atau huruf ) di masukkan ke dalam program
atau ”software”komputer.
d. Pembersihan Data ( cleaning ).
Apabila semua data dari setiap sumber data atau setiap responden
selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini di sebut
pembersihan data. (Notoatmojo, 2010 ).
e. Analisis Data
Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel selanjutnya data
di analisis dengan sistem komputerisasi.
1) Analisis Univariant
Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik
di gunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.
43
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusu
frekuensi dan persentase dari setiap variabel.
2) Analisis bevariate
Apabila telah dilakukan analisis univariate tersebut diatas,
hasilnya akan di ketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel,
dan dapat di lanjutkan analisis bevariate. Analisis bevariate yang
dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau
berpolerasi (Notoatmojo,2010).
2. Penyajian Data
Setelah data dikumpulkan dan dianalisa, data hasil penelitian tersebut
selanjutnya akan disajikan secara verbal, visual, dan matematis.
(Alimul, 2009).
a. Penyajian verbal merupakan cara untuk mengkomunikasikan hasil
penelitian dalam bentuk uraian kalimat yang mudah dipahami pembaca.
b. Penyajian visual merupakan panyajian hasil penelitian dengan
menggunakan grafik, gambar dan sebagainya.
c. Sedangkan penyajian matematis merupakan penyajian hasil penelitian
dengan menggunakan angka-angka dalam bentuk tabel/ menggunakan
simbol-simbol bilangan matematis
F. Etika Penelitian
Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informed Consent
44
Lembar persetujuan diberikan kepada resonden yang memenuhi criteria
inklusi, disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
2. Anomity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencamtungkan nama klien,
tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
45
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian sesuai
dengan tujuan penelitian yang ditetapkan, dan penjelasan dari
hasil penelitian ini, yaitu hasil yang diperoleh dari penelitian,
akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan pembahasan-
pembahasan yang meliputi :
1) Data umum mengenai karakteristik responden antara lain
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
responden.
2) Data khusus mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan
Penyakit Diare Di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo.
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa sompe kabupaten
sabbangparu kabupaten wajo mulai dari bulan desembar
2013 di lanjutkan pada bulan februari sampai maret 2014
dengan jumlah sampel 43 responden.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung
terhadap responden, selanjutnya peneliti melakukan
obserpasi pada responden dan lingkungan sekitar rumah
46
responden kemudian memberikan penjelasan sesuai dengan
etika penelitian.
Data primer diambil dengan membagikan kuisioner
dan melakukan obserpasi. Setelah data terkumpul dilakukan
proses editing, koding, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabulasi data. Hasil penelitian dianalisa secara univariat dan
bivariat dengan menggunakan SPSS 16.0 serta dibahas
sesuai dengan variabel yang diteliti.
1. Krakteristik Umum Responden
Analisis ini dilakukan tiap variabel penelitian,
dimana terdapat data demografi responden (nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), variabel
independen (PHBS) terdiri dari Perilaku Hidup Sehat dan
Perilaku Hidup Bersih variabel dependen (Penyakit Diare).
a. Umur Responden
Tabel II. I
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Responden di Desa Sompe Kecamatan
Sabbangparu Kabupaten Wajo
Umur Frekuensi (n) Persentase (%)
15-30 16 37,2
47
31-46 20 46,5
47-59 7 16,3
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 1
Diagram distribusi responden berdasarkan umur
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
15-30 tahun 31-46 tahun 47-59 tahun0
5
10
15
20
25
16
20
7
Berdasarkan tabel dan Diagram diatas dari 43
responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi
berada pada pada umur 31-46 tahun sebanyak 20
responden (46,5%) disusul umur 31-46 tahun sebanyak
48
16 responden (37,2%) dan terendah pada umur 47-59
tahun sebanyak 7 responden (16,3%).
Umur tertinggi yang mengalami Diare terdapat
pada umur 31-46 disebabkan oleh karena pada
responden lebih dominan yang berumur 31-46tahun.
b. Jenis Kelamin
Tabel II. 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 14 23,6
Perempuan 29 67,4
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 2
49
Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Laki-laki Perempuan0
5
10
15
20
25
30
35
14
29
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 43
responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi
berada pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29
responden (67,4%) dan terendah pada jenis laki-laki yaitu
sebanyak 14 responden (32,6%).
Pada jenis kelamin yang tertinggi adalah
perempuan di sebabkan oleh karena pada responden
lebih dominan yang mengalami Diare yaitu perempuan.
c. Pendidkan
50
Tabel II. 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD/SR 15 34,9
SMP 10 23,3
SMA 12 27,9
Perguruan Tinggi 6 14,0
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 3
Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendidikan
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
51
SD/SR SMP SMA Perguruan Tinggi
02468
10121416 15
1012
6
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34
responden pendidikan dapat diketahui jumlah responden
tertinggi berada pada SD/SR yaitu sebanyak 15 responden
(34,9%) disusul oleh SR/SD yaitu sebanyak 12 responden
(27,9%), SMP sebanyak 10 responden (23,3%) dan
terendah pada Perguruan tinggi yaitu sebanyak 6
responden (14,0%).
Pada Pendidikan yang tertinggi adalah SD/SR di
sebabkan oleh karena pada responden lebih dominan
yang mengalami Diare yaitu yang mempunyai pendidikan
terakhir SD/SR.
d. Pekerjaan
Tabel II. 4
52
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
PNS 6 14,0
Siswa 12 27,9
Swasta 14 32,6
IRT 11 25,6
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
PNS Siswa swasta IRT
02468
10121416
6
1214
11
53
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34
responden Pekerjaan dapat diketahui jumlah responden
tertinggi berada pada swasta yaitu sebanyak 14
responden (32,6%) disusul Siswa yaitu sebanyak 12
responden (27,9%) IRT sebanyak 11 responden (25,6%),
dan terendah pada PNS yaitu sebanyak 6 responden
(14,0%).
Pada Pekerjaan yang tertinggi adalah Swasta di
sebabkan oleh karena pada responden lebih banyak
mempunyai pekerjaan swasta di Desa sompe atau di
tempat penelitian.
2. Analisis Univariat
e. Perilaku Hidup Bersih
Tabel II. 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Hidup Bersih
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Perilaku Hidup Bersih Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Baik 25 58,1
Baik 18 41,9
Total 43 100,0
54
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup
Bersih
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupten wajo
Tidak Baik Baik0
5
10
15
20
25
3025
18
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat
diketahui jumlah responden tertinggi berada pada
Perilaku Hidup Bersih yang Tidak Baik yaitu sebanyak 25
responden (58,1%) dan terendah berada Perilaku Hidup
Bersih yang Baik yaitu sebanyak 18 responden (41,9%).
55
Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang
didapat lebih banyak responden yang memilih membuang
sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat
pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,
serta sebagian besar warga mempunyai WC / jamban
sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari WC
tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar
WC yang baik dan sehat.
f. Perilaku Hidup Sehat
Tabel II. 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Hidup Sehat
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Perilaku Hidup Sehat Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Baik 24 55,8
Baik 19 44,2
Total 43 100,0
56
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup
Sehat
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Tidak Baik Baik
0
5
10
15
20
25
3024
19
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat
diketahui jumlah responden tertinggi berada pada
Perilaku Hidup Sehat yang Tidak Baik yaitu sebanyak 24
responden (55,8%) dan terendah berada Perilaku Hidup
Sehat yang Baik yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).
Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang
didapat lebih banyak responden yang mengambil air
minum pada sumur gali di karenakan air PDAM di Desa
Sompe ini Tidak tersedia, dan lebih banyak pula yang
mengkomsumsi air sebelum dimasak di kerenakan
57
kurangnya pengetahuan warga tentang kondisi airnya
sekarang dan warga pun mengatakan bahwa biarpun air
sudah dimasak maka ia akan mudah untuk influenza dan
rasanya pun tidak enak bahkan merasa lebih enak
mengkonsumsi air yang belum di masak dibanding air
yang telah di masak..
g. Penyakit Diare
Tabel II. 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit
Diare
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Penyakit Diare Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Sering 19 44,2
Sering 24 55,8
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit
Diare
58
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Tidak Sering Sering
0
5
10
15
20
25
30
19
24
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat
diketahui jumlah responden tertinggi berada pada
Penyakit Diare yang Sering yaitu sebanyak 24 responden
(55,8%) dan terendah berada Penyakit Diare yang Tidak
Sering yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).
Dikarenakan banyak warga yang tidak berperilaku hidup
bersih dengan baik dan tidak berperilaku hidup sehat pun
dengan baik.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Penyakit Diare di desa
sompe kecamtan sabbangparu kabupaten wajo dilakukan
dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan
tingkat kemaknaan p < 0,05 seperti yang tertera dibawah
ini.
59
a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare
Tabel II. 8
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
sabbangparu kabupaten wajo
Perilaku
Hidup
Bersih
Penyakit Diare
TotalTidak
Sering Sering
N % N % N %
P = 0,011
Tidak
Baik 7 16,3 18 41,9 25 58
Baik 12 27,9 6 14,0 18 42
Total 19 44,2 24 44,2 43
10
0
Sumber : Data Primer 2014
60
Diagram 8
Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Tidak Baik Baik02468
101214161820
7
12
18
6
Tidak SeringSering
Tabel dan diagram 8 menunjukkan bahwa dari 25
responden (58 %) dengan Perilaku Hidup Bersih yang Tidak
Baik, terdapat 18 responden yang Sering mengalmi Diare
(41,9%) dan yang Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7
responden (16,3%).
61
Dari 18 (42%) responden berperilaku Hidup Bersih
yang Baik, terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare
(27,9%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 6
responden (14,0%).
Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai P
= 0,011 Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan
interpretasi ditemukannya ada hubungan Perilaku Hidup
Bersih dengan Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
sabbangparu kabupaten wajo.
b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Penyakit Diare
Tabel II. 9
Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
kabupaten wajo
Perilaku
Hidup
Sehat
Penyakit Diare
TotalTidak
Sering Sering
N % N % N %
P = 0,001Tidak
Baik 5 11,6 19 44,2 24 56
Baik 14 32,6 5 11,6 19 44
62
Total 19 44,2 24 15,8 43
10
0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 9
Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamtan sabbangparu
kabupaten wajo
63
Tidak Baik Baik02468
101214161820
5
14
19
5
Tidak SeringSering
Tabel dan diagram 9 menunjukkan bahwa dari 24
responden (55,8%) dengan Perilaku Hidup Sehat yang
Tidak Baik, terdapat 5 responden yang Tidak Sering
mengalami Diare (11,6%) dan yang Sering mengalami
Diare terdapat 19 responden (44,2%).
Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik
(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare
(32,6%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 5
responden (11,6%).
Berdasarkan uji statistik Chi- Square diperoleh nilai P
= 0,001. Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan
interpretasi ditemukannya hubungan Perilaku Hidup Sehat
terhadap Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
sabbangparu kabupaten wajo.
64
B. Pembahasan
a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dengan Penyakit
Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu
Kabupaten Wajo
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa
Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43
responden paling banyak warga yang beperilaku hidup
tidak bersih sebanyak 25 responden (58 %), dan Sering
mengalami Diare sebanyak 18 (41,9%) dikarenakan banyak
responden yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup
Bersihnya terutama pada kehidupan sehari-hari, misalkan
kebersihan sekitar tempat tinggal kebersihan kakus dan
tempat pembuangan kotoran serta pembuangan limbah
rumah tangga sehingga 18 responden mengalami diare ≥
2 kali dalam 6 bulan, dan yang berperilaku hidup tidak
bersih dan Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7
responden (16,3%). Dikarenakan pada 7 responden yang
berperilaku hidup bersih tidak baik dan tidak sering
mengalami diare tersebut sudah mendapat informasi dan
sudah memperhatikan perilaku kebersihannya di sekitar
tempat tinggal, kebersihan kakus maupun pembuangan
limbah rumah tangga, sehingga 7 responden ini hanya
mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.
65
Dari 18 responden berperilaku Hidup Bersih yang Baik
(42%), terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare
(27,9%) dikarenakan banyak responden yang sudah
mengerti dan memperhatikan perilaku kebersihannya baik
kebersihan diri maupun kebersihan sehari-hari sehingga 12
responden yang tidak sering mengalami diare < 2 kali
dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare terdapat
6 responden (14,0%) dikearenakan pada 6 responden yang
berperilaku hidup bersih baik dan sering mengalami diare
belum memperhatikan dan tidak pernah mendapatkan
informasi tentang kebersihan sehingga mengalami diare ≥
2 kali dalam 6 bulan.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squere
Hubungan Perilaku Hidup Bersih Terhadap Diare diperoleh
dengan nilai p = 0,011, hal ini menunjukkan adanya
Hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Diare di Desa
sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
oleh (Helmia Gani, 2011) yang berjudul Hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat terhadap Diare di wilayah kerja
puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya
hubungan antara perilaku hidup bersih dengan penyakit
diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai
66
perilaku hidup bersih yang tidak baik sebanyak 35 (70%)
responden, sedangkan perilaku hidup bersih yang baik
sebanyak 15 (30%) responden.
Kebersiahan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantarnya
debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer
menemukan proses penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba,
kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia
berbahaya (Kusirianto, 2004).
Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti, peneliti
beasumsi Perilaku Hidup Besrih yang Tidak baik paling
banyak di Desa Sompe peneliti ditemukan tidak Hubungan
Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare dikarenakan
banyak banyak responden yang memilih membuang
sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat
pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,
sebagian warga pula mempunyai pembuangan limbah
rumah tangga yang langsung ke sungai dan di pinggir
jembatan, serta sebagian besar waraga mempunyai WC /
jamban sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari
WC tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar
WC yang baik dan sehat. Penelitian ini didukung oleh (Soemirat
Selamet, 2007) yang mengatakan bahwa Kebersihan adalah salah satu
tanda dari keadaan higyene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan
67
lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak
menyebabkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri.
b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan Penyakit
Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu
Kabupaten Wajo
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa
Sompe kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43
responden, 24 responden (55,8%) beperilaku Hidup Sehat
yang Tidak Baik, terdapat 19 responden yang Sering
mengalami Diare (44,2%), dikarenakan banyak responden
yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup sehatnya
misalkan kebiasaan mengambil dan mengomsumsi air
minum sehari-hari yang tidak menggunakan air PDAM dan
tidak memasak terlebih dahulu sebelum dikomsumsi
sehingga banyak responden yang mengalami diare ≥ 2 kali
dalam 6 bulan, dan yang Tidak Sering mengalami Diare
terdapat 5 responden (11,6%) dikarenakan pada 5
responden yang berperilaku Hidup sehat tidak baik dan
sering mengalami diare tersebut sudah mengetahui dan
mendapatkan informasi tentang syarat dari air bersih dan
sehat serta sudah memasak air sebelum dikomsumsi
meskipun menggunakan air sumur gali sehingga
responden mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.
68
Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik
(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare
(32,6%) dikarenakan banyak responden yang sudah
mengerti dan memperhatikan perilaku hidup sehatnya
misalkan kebiasaan menggunakan dan mengkomsumsi air
bersih yang meskipun responden rata-rata menggunakan
air sumur gali tetapi banyak responden yang yang sudah
mengolah air sebelum dikomsusmsi dengan memasak
terlebih dahulu sehingga responden mengalami diare < 2
kali dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare
terdapat 5 responden (11,6%) dikearenakan pada 5
responden yang berperilaku hidup sehat baik dan sering
mengalami diare belum terlalu memperhatikan dan
mendapatkan informasi tentang syarat dari air sehat
sehingga mengalami diare ≥ 2 kali dalam 6 bulan.
Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square
Hubungan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Penyakit Diare
diperoleh dengan nilai p = 0.001, hal ini menunjukkan
adanya hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit
Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten
Wajo.
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya
yang dilakukan (Helmia Gani, 2011) yang berjudul
69
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja
Puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya
hubungan antara perilaku hidup sehat dengan penyakit
diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai
perilaku hidup sehat yang tidak baik sebanyak 40 (80%)
responden, sedangkan perilaku sehat bersih yang baik
sebanyak 10 (20%) responden.
Dalam bukunya (Notoadmodjo, 2003) mengatakan
bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulasi atau objek yang diberikan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesahatan, makanan dan
minuman serta lingkungan.
Sedangkan (Emirfan TM, 2011) dalam bukunya
menyatakan bahwa hidup sehat adalah sikap bertanggung
jawab dalam memiliki kesahatan untuk sekarang dan masa
depan, makan makanan yang bergizi, menjaga kondisi
tubuh, kesehatan emosional, kesehatan spiritual, dan
pencegahannya merupakan bagian dari bagaimana
seseorang menciptakan pola hidup yang sehat.
Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti
beasumsi bahwa lebih banyak responden yang
mengambil air minum pada sumur gali di karenakan air
PDAM di Desa Sompe ini Tidak tersedia, dan lebih banyak
70
pula yang mengkomsumsi air sebelum dimasak di
kerenakan kurangnya pengetahuan warga tentang kondisi
airnya sekarang dan warga pun mengatakan bahwa
biarpun air sudah dimasak maka ia akan mudah untuk
influenza dan rasanya pun tidak enak bahkan merasa
lebih enak mengkonsumsi air yang belum di masak
dibanding air yang telah di masak., serta banyak pula
yang tidak mengetahui syarat air minum yang baik itu
tidak berasa, berwarna, dan berbau karena mereka terus
mengkomsumsi air tersebut. Penelitian ini didukung oleh
WHO dalam buku (Emirfan TM, 2011) yang
mendefenisikan kesehatan adalah keadaan dimana
seseorang dengan fisik, mental dan sosial yang baik
secara keseluruhan.
71
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian sesuai
dengan tujuan penelitian yang ditetapkan, dan penjelasan dari
hasil penelitian ini, yaitu hasil yang diperoleh dari penelitian,
akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan pembahasan-
pembahasan yang meliputi :
1) Data umum mengenai karakteristik responden antara lain
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
responden.
2) Data khusus mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan
Penyakit Diare Di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo.
C. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa sompe kabupaten
sabbangparu kabupaten wajo mulai dari bulan desembar
72
2013 di lanjutkan pada bulan februari sampai maret 2014
dengan jumlah sampel 43 responden.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung
terhadap responden, selanjutnya peneliti melakukan
obserpasi pada responden dan lingkungan sekitar rumah
responden kemudian memberikan penjelasan sesuai dengan
etika penelitian.
Data primer diambil dengan membagikan kuisioner
dan melakukan obserpasi. Setelah data terkumpul dilakukan
proses editing, koding, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabulasi data. Hasil penelitian dianalisa secara univariat dan
bivariat dengan menggunakan SPSS 16.0 serta dibahas
sesuai dengan variabel yang diteliti.
2. Krakteristik Umum Responden
Analisis ini dilakukan tiap variabel penelitian,
dimana terdapat data demografi responden (nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), variabel
independen (PHBS) terdiri dari Perilaku Hidup Sehat dan
Perilaku Hidup Bersih variabel dependen (Penyakit Diare).
a. Umur Responden
Tabel II. I
73
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Responden di Desa Sompe Kecamatan
Sabbangparu Kabupaten Wajo
Umur Frekuensi (n) Persentase (%)
15-30 16 37,2
30-46 20 46,5
47-59 7 16,3
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 1
Diagram distribusi responden berdasarkan umur
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
74
15-30 TAHUN 31-46 TAHUN 47-59 TAHUN0
5
10
15
20
25
16
20
7
Berdasarkan tabel dan Diagram diatas dari 43
responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi
berada pada pada umur 31-46 tahun sebanyak 20
responden (46,5%) disusul umur 15-30 tahun sebanyak
16 responden (37,2%) dan terendah pada umur 47-59
tahun sebanyak 7 responden (16,3%).
Umur tertinggi yang mengalami Diare terdapat
pada umur 31-46 disebabkan oleh karena pada
responden lebih dominan yang berumur 31-46 tahun.
b. Jenis Kelamin
Tabel II. 2
75
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 14 23,6
Perempuan 29 67,4
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 2
Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Laki-laki Perempuan0
5
10
15
20
25
30
35
14
29
76
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 43
responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi
berada pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29
responden (67,4%) dan terendah pada jenis laki-laki yaitu
sebanyak 14 responden (32,6%).
Pada jenis kelamin yang tertinggi adalah
perempuan di sebabkan oleh karena pada responden
lebih dominan yang mengalami Diare yaitu perempuan.
c. Pendidkan
Tabel II. 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD/SR 15 34,9
SMP 10 23,3
SMA 12 27,9
Perguruan Tinggi 6 14,0
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2014
77
Diagram 3
Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendidikan
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
SD/SR SMP SMA Perguruan Tinggi
02468
10121416 15
1012
6
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34
responden pendidikan dapat diketahui jumlah responden
tertinggi berada pada SD yaitu sebanyak 15 responden
(34,9%) disusul oleh SMA yaitu sebanyak 12 responden
(27,9%), SMP sebanyak 10 responden (23,3%) dan
terendah pada Perguruan tinggi yaitu sebanyak 6
responden (14,0%).
78
Pada Pendidikan yang tertinggi adalah SD di
sebabkan oleh karena pada responden lebih dominan
yang mengalami Diare yaitu yang mempunyai pendidikan
terakhir SD.
d. Pekerjaan
Tabel II. 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
PNS 6 14,0
Siswa 12 27,9
Swasta 14 32,6
IRT 11 25,6
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
79
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
PNS Siswa swasta IRT
02468
10121416
6
1214
11
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34
responden Pekerjaan dapat diketahui jumlah responden
tertinggi berada pada Swasta yaitu sebanyak 14
responden (32,6%) disusul Siswa yaitu sebanyak 12
responden (27,9%) IRT sebanyak 11 responden (25,6%),
dan terendah pada PNS yaitu sebanyak 6 responden
(14,0%).
Pada Pekerjaan yang tertinggi adalah Swasta di
sebabkan oleh karena pada responden lebih banyak
mempunyai pekerjaan Swasta di Desa sompe atau di
tempat penelitian.
2. Analisis Univariat
e. Perilaku Hidup Bersih
80
Tabel II. 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Hidup Bersih
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Perilaku Hidup Bersih Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Baik 25 58,1
Baik 18 41,9
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup
Bersih
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupten wajo
81
Tidak Baik Baik0
5
10
15
20
25
3025
18
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat
diketahui jumlah responden tertinggi berada pada
Perilaku Hidup Bersih yang Tidak Baik yaitu sebanyak 25
responden (58,1%) dan terendah berada Perilaku Hidup
Bersih yang Baik yaitu sebanyak 18 responden (41,9%).
Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang
didapat lebih banyak responden yang memilih membuang
sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat
pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,
serta sebagian besar warga mempunyai WC / jamban
sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari WC
tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar
WC yang baik dan sehat.
f. Perilaku Hidup Sehat
82
Tabel II. 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Hidup Sehat
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Perilaku Hidup Sehat Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Baik 24 55,8
Baik 19 44,2
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup
Sehat
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Tidak Baik Baik
0
5
10
15
20
25
3024
19
83
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat
diketahui jumlah responden tertinggi berada pada
Perilaku Hidup Sehat yang Tidak Baik yaitu sebanyak 24
responden (55,8%) dan terendah berada Perilaku Hidup
Sehat yang Baik yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).
Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang
didapat lebih banyak responden yang mengambil air
minum pada sumur gali di karenakan air PDAM di Desa
Sompe ini Tidak tersedia, dan lebih banyak pula yang
mengkomsumsi air sebelum dimasak di kerenakan
kurangnya pengetahuan warga tentang kondisi airnya
sekarang dan warga pun mengatakan bahwa biarpun air
sudah dimasak maka ia akan mudah untuk influenza dan
rasanya pun tidak enak bahkan merasa lebih enak
mengkonsumsi air yang belum di masak dibanding air
yang telah di masak.
g. Penyakit Diare
Tabel II. 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit
Diare
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
84
Penyakit Diare Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Sering 19 44,2
Sering 24 55,8
Total 43 100,0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit
Diare
Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
Tidak Sering Sering
0
5
10
15
20
25
30
19
24
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat
diketahui jumlah responden tertinggi berada pada
Penyakit Diare yang Sering yaitu sebanyak 24 responden
(55,8%) dan terendah berada Penyakit Diare yang Tidak
85
Sering yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).
Dikarenakan banyak warga yang tidak berperilaku hidup
bersih dengan baik dan tidak berperilaku hidup sehat pun
dengan baik.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Penyakit Diare di desa
sompe kecamtan sabbangparu kabupaten wajo dilakukan
dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan
tingkat kemaknaan p < 0,05 seperti yang tertera dibawah
ini.
a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare
Tabel II. 8
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
sabbangparu kabupaten wajo
Perilaku Penyakit Diare Total
86
Hidup
Bersih
Tidak
Sering Sering
N % N % N %
P = 0,011
Tidak
Baik 7 16,3 18 41,9 25 58
Baik 12 27,9 6 14,0 18 42
Total 19 44,2 24 44,2 43
10
0
Sumber : Data Primer 2014
Diagram 8
Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan sabbangparu
kabupaten wajo
87
Tidak Baik Baik02468
101214161820
7
12
18
6
Tidak SeringSering
Tabel dan diagram 8 menunjukkan bahwa dari 25
responden (58 %) dengan Perilaku Hidup Bersih yang Tidak
Baik, terdapat 18 responden yang Sering mengalmi Diare
(41,9%) dan yang Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7
responden (16,3%).
Dari 18 (42%) responden berperilaku Hidup Bersih
yang Baik, terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare
(27,9%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 6
responden (14,0%).
Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai P
= 0,011 Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan
interpretasi ditemukannya ada hubungan Perilaku Hidup
Bersih dengan Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
sabbangparu kabupaten wajo.
88
b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Penyakit Diare
Tabel II. 9
Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
kabupaten wajo
Perilaku
Hidup
Sehat
Penyakit Diare
TotalTidak
Sering Sering
N % N % N %
P = 0,001
Tidak
Baik 5 11,6 19 44,2 24 56
Baik 14 32,6 5 11,6 19 44
Total 19 44,2 24 15,8 43
10
0
Sumber : Data Primer 2014
89
Diagram 9
Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan
Penyakit Diare di Desa sompe kecamtan sabbangparu
kabupaten wajo
Tidak Baik Baik02468
101214161820
5
14
19
5
Tidak SeringSering
Tabel dan diagram 9 menunjukkan bahwa dari 24
responden (55,8%) dengan Perilaku Hidup Sehat yang
Tidak Baik, terdapat 5 responden yang Tidak Sering
mengalami Diare (11,6%) dan yang Sering mengalami
Diare terdapat 19 responden (44,2%).
Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik
(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare
(32,6%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 5
responden (11,6%).
90
Berdasarkan uji statistik Chi- Square diperoleh nilai P
= 0,001. Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan
interpretasi ditemukannya hubungan Perilaku Hidup Sehat
terhadap Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan
sabbangparu kabupaten wajo.
D. Pembahasan
a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dengan Penyakit
Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu
Kabupaten Wajo
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa
Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43
responden paling banyak warga yang beperilaku hidup
tidak bersih sebanyak 25 responden (58 %), dan Sering
mengalami Diare sebanyak 18 (41,9%) dikarenakan banyak
responden yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup
Bersihnya terutama pada kehidupan sehari-hari, misalkan
kebersihan sekitar tempat tinggal kebersihan kakus dan
tempat pembuangan kotoran serta pembuangan limbah
rumah tangga sehingga 18 responden mengalami diare ≥
2 kali dalam 6 bulan, dan yang berperilaku hidup tidak
bersih dan Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7
responden (16,3%). Dikarenakan pada 7 responden yang
91
berperilaku hidup bersih tidak baik dan tidak sering
mengalami diare tersebut sudah mendapat informasi dan
sudah memperhatikan perilaku kebersihannya di sekitar
tempat tinggal, kebersihan kakus maupun pembuangan
limbah rumah tangga, sehingga 7 responden ini hanya
mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.
Dari 18 responden berperilaku Hidup Bersih yang Baik
(42%), terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare
(27,9%) dikarenakan banyak responden yang sudah
mengerti dan memperhatikan perilaku kebersihannya baik
kebersihan diri maupun kebersihan sehari-hari sehingga 12
responden yang tidak sering mengalami diare < 2 kali
dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare terdapat
6 responden (14,0%) dikearenakan pada 6 responden yang
berperilaku hidup bersih baik dan sering mengalami diare
belum memperhatikan dan tidak pernah mendapatkan
informasi tentang kebersihan sehingga mengalami diare ≥
2 kali dalam 6 bulan.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squere
Hubungan Perilaku Hidup Bersih Terhadap Diare diperoleh
dengan nilai p = 0,011, hal ini menunjukkan adanya
Hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Diare di Desa
sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo.
92
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
oleh (Helmia Gani, 2011) yang berjudul Hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat terhadap Diare di wilayah kerja
puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya
hubungan antara perilaku hidup bersih dengan penyakit
diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai
perilaku hidup bersih yang tidak baik sebanyak 35 (70%)
responden, sedangkan perilaku hidup bersih yang baik
sebanyak 15 (30%) responden.
Dalam buku (Kusirianto, 2004) mengtakan bahwa Kebersiahan
adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantarnya debu, sampah,
dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer menemukan proses
penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti
bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya.
Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti, peneliti
beasumsi Perilaku Hidup Besrih yang Tidak baik paling
banyak di Desa Sompe peneliti ditemukan tidak Hubungan
Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare dikarenakan
banyak banyak responden yang memilih membuang
sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat
pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,
sebagian warga pula mempunyai pembuangan limbah
rumah tangga yang langsung ke sungai dan di pinggir
93
jembatan, serta sebagian besar warga mempunyai WC /
jamban sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari
WC tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar
WC yang baik dan sehat. Penelitian ini didukung oleh (Soemirat
Selamet, 2007) yang mengatakan bahwa Kebersihan adalah salah satu
tanda dari keadaan higyene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan
lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak
menyebabkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri.
b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan Penyakit
Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu
Kabupaten Wajo
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa
Sompe kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43
responden, 24 responden (55,8%) beperilaku Hidup Sehat
yang Tidak Baik, terdapat 19 responden yang Sering
mengalami Diare (44,2%), dikarenakan banyak responden
yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup sehatnya
misalkan kebiasaan mengambil dan mengomsumsi air
minum sehari-hari yang tidak menggunakan air PDAM dan
tidak memasak terlebih dahulu sebelum dikomsumsi
sehingga banyak responden yang mengalami diare ≥ 2 kali
dalam 6 bulan, dan yang Tidak Sering mengalami Diare
terdapat 5 responden (11,6%) dikarenakan pada 5
94
responden yang berperilaku Hidup sehat tidak baik dan
sering mengalami diare tersebut sudah mengetahui dan
mendapatkan informasi tentang syarat dari air bersih dan
sehat serta sudah memasak air sebelum dikomsumsi
meskipun menggunakan air sumur gali sehingga
responden mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.
Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik
(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare
(32,6%) dikarenakan banyak responden yang sudah
mengerti dan memperhatikan perilaku hidup sehatnya
misalkan kebiasaan menggunakan dan mengkomsumsi air
bersih yang meskipun responden rata-rata menggunakan
air sumur gali tetapi banyak responden yang yang sudah
mengolah air sebelum dikomsusmsi dengan memasak
terlebih dahulu sehingga responden mengalami diare < 2
kali dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare
terdapat 5 responden (11,6%) dikarenakan pada 5
responden yang berperilaku hidup sehat baik dan sering
mengalami diare belum terlalu memperhatikan dan
mendapatkan informasi tentang syarat dari air sehat
sehingga mengalami diare ≥ 2 kali dalam 6 bulan.
Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square
Hubungan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Penyakit Diare
95
diperoleh dengan nilai p = 0.001, hal ini menunjukkan
adanya hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit
Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten
Wajo.
Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya
yang dilakukan (Helmia Gani, 2011) yang berjudul
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja
Puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya
hubungan antara perilaku hidup sehat dengan penyakit
diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai
perilaku hidup sehat yang tidak baik sebanyak 40 (80%)
responden, sedangkan perilaku sehat bersih yang baik
sebanyak 10 (20%) responden.
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulasi atau objek yang diberikan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesahatan, makanan dan
minuman serta lingkungan (Notoadmodjo, 2003).
hidup sehat adalah sikap bertanggung jawab dalam
memiliki kesahatan untuk sekarang dan masa depan,
makan makanan yang bergizi, menjaga kondisi tubuh,
kesehatan emosional, kesehatan spiritual, dan
pencegahannya merupakan bagian dari bagaimana
96
seseorang menciptakan pola hidup yang sehat (Emirfan
TM, 2011).
Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti beasumsi
bahwa lebih banyak responden yang mengambil air minum
pada sumur gali di karenakan air PDAM di Desa Sompe ini
Tidak tersedia, dan lebih banyak pula yang mengkomsumsi
air sebelum dimasak di kerenakan kurangnya pengetahuan
warga tentang kondisi airnya sekarang dan warga pun
mengatakan bahwa biarpun air sudah dimasak maka ia
akan mudah untuk influenza dan rasanya pun kurang enak
bahkan merasa lebih enak mengkonsumsi air yang belum
di masak dibanding air yang telah di masak, serta banyak
pula yang tidak mengetahui syarat air minum yang baik itu
tidak berasa, berwarna, dan berbau karena mereka terus
mengkomsumsi air tersebut. Penelitian ini didukung oleh
WHO dalam buku (Emirfan TM, 2011) yang mendefenisikan
kesehatan adalah keadaan dimana seseorang dengan fisik,
mental dan sosial yang baik secara keseluruhan.
97
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan dessember
2013 dan dilanjutkan pada bulan februari hingga maret 2014 mengenai
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap penyakit Diare yang di
lakukan di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare di
Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.
98
2. Ada hubungan antara Perilaku Hidup Sehat dengan Penyakit Diare di
Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada pemerintah Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu
Kabupaten Wajo agar dapat lebih meningkatkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehatnya sehingga kehidupan
Masyarakat Desa Sompe agar dapat terhindar dari
berbagai penyakit lainnya terutama Diare.
2. Kepada masyarakat agar bisa dipertahankan atau
ditingkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya agar
supaya dapat terhindar dari berbagai macam penyakit
menular lainnya yang disebabkan oleh lingkungan dan
pola hidup.
3. Buat peneliti. Lebih banyak belajar lagi belajar tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Penyakit Diare, agar supaya
pengetahuan dapat bertambah lagi.
4. Untuk peneliti selanjutnya agar dapt memperhatikn faktor-
faktor lain yang diduga berpenaruh terhadap Perilaku
Hidup Bersih dan sehat yang Berhubungan dengan Diare.