133
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari). Penyakit diare samapi kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfliktasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian. (Dinkes, 2013). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan

SKRIPSI DIARE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Diare Skripsi

Citation preview

Page 1: SKRIPSI DIARE

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih

dalam 1 hari). Penyakit diare samapi kini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfliktasi, dan

kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan

mengalami penurunan namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan

KLB (kejadian luar biasa) yang cukup banyak bahkan menimbulkan

kematian. (Dinkes, 2013).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab

kematian nomor satu di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh

nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara

UNICEF memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu orang yang

meninggal dunia karena Diare. Dan Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita

meninggal karena Diare.

Pada kasus diare sebenarnya bukan diarenya yang menyebabkan

Kematian tetapi karena keluarnya cairan yang tidak di imbangi dengan

pemasukan sehingga menyebabkan Kematian.  Oleh karena itu perlunya

Page 2: SKRIPSI DIARE

2

penanganan awal  yang baik sehingga tidak berdampak makin serius keadaan

pasien.

Berdasarkan profil kesehatan kabupaten / kota pada tahun 2009, kasus

diare kembali mengalami penurunan yaitu 209,153 kasus, tertinggi masih di

Kota makassar (45.929 kasus), berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kota Makassar tahun 2012, jumlah penderita diare sebanyak

39.740 orang dan 21.002 atau sebesar 52,8% diantaranya adalah balita,

sedangkan yang ditangani sebesar 195.801 kasus (57,61%).

( Agusyanti, 2012)

Penyakit diare yang terjadi di Kabupaten Wajo, tergolong tinggi

dimana dalam Tiga bulan terakhir masih menempati posisi ke dua dengan

jumlah kasus 1634.

Data pasien Diare yang diperoleh di Puskesmas Sabbangparu pada

tahun 2011 mulai bulan Januari sampai Desember adalah 48, pada tahun 2012

mulai bulan Januari sampai Desember adalah 64, dan pada tahun 2013 mulai

bulan Januari sampai Desember adalah 107. Pada tahun 2011 sampai tahun

2013 kasus Diare di Desa Sompe meningkat di karenakan kurangnya

pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masnyarakat. Dan

faktor yang cukup berpengaruh adalah masalah kebersihan lingkungan sekitar

serta makanan yang sehat.

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “

Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan penyakit diare di desa

sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo “.

Page 3: SKRIPSI DIARE

3

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang tampak adalah

apakah ada hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyakit

Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mrngetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

terhadap penyakit Diare di desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten

Wajo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Penyakit

Diare di desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo..

b. Untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit

Diare di desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan umumnya dalam bidang ilmu

keperawatan, dan wawasan dalam ilmu kebersihan dan kesehatan

masyarakat.

2. Praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini Insya allah akan menjadi bahan bacaan di

perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Bone.

Page 4: SKRIPSI DIARE

4

b. Bagi Peneliti

Sebagai latihan dan pengalaman berharga bagi peneliti untuk

mengetahui bagaimana hubungan penyakit Diare terhdap Prilaku

Hidup Bersih dan Sehat.

c. .      Bagi Masyarakat Setempat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan antara

perilaku hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat dapat

mengetahui pentingnya serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyakit diare

Page 5: SKRIPSI DIARE

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Diare

1. Defenisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari

biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai

kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang

air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. (WHO 2012).

Diare adalah sesuai dengan defenisi Hippocrates, maka diare adalah

buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan

konsistensi tinja lebih lembek atau cair.

Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari.

Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai

contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah

diberikan makan padat sebelum waktunya. (Dinkes, 2009).

Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan

bakteri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan

pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat

cacingan. (Dinkes, 2009).

Penyakit diare sampai sekarang ini masi menjadi masalah

kesehatan masyarakat, walaupun sacara umum angka kesakitan masi

berfluktasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan

Page 6: SKRIPSI DIARE

6

keder kesehatan mengalami penurunan, namun penyakit diare ini masih

sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulakan

kematian. (Dinkes, 2011)

2. Etiologi

Penyebab diare yang paling sering ditemukan adalah infeksi

bakteri, virus dan parasit. Diare yang disebabkan oleh bakteri galur di

arrheagenic Escherichia coli, disebabkan dalam 4 kategori, yaitu :

Enterotosigenic (penyebab utama diare pada turis dan bayi atau negara

berkembang), Enteroin Vasi Vasive (penyebab disentry), Entropatogenic

(penyebab diare pada bayi) dan Entrohemorrhagic (penyebab diare kolitis

berdarah dan sidrom uremia berdarah). (Nasruddin, dkk. 2008).

3. Batasan krakteristik

a. Nyeri abdomen

b. Sedikitnya tiga kali buang air besar cair / hari

c. Kram

d. Bising usus hiperaktif

e. Ada dorongan (Nanda, 2010).

4. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai

kemungkinan faktor diantaranya :

a. Faktor infekasi, proses ini dapat diawali adanya mikrooganisme

(kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian

berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat

Page 7: SKRIPSI DIARE

7

menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan

kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus

dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin

bakteri akan menyebabkan sistem teransporaktif dalam usus sehingga

sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan

elektrolit akan meningkat.

c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu

diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan penurunan

kesempatan untuk menyerap makanan yang kemungkinan

menyebabkan diare.

d. Faktor fsikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik

usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang

dapat menyebabkan diare. (A. Aziz Alimul. H, 2008).

5. Patogenesis

Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih

hidup ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung.

Jasad renik itu berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad

renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi

yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang

menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan

lain-lain. (WHO 2012).

Page 8: SKRIPSI DIARE

8

Patogenesis menurut etiologi dapat dibadakan menjadi :

a. Produksi enteritiksin : E.coli enterotoksigenik (ETEC) dan V.cholera

b. Kerusakan sel dan radang : Rotavirus dan Norwalk agent

c. Penitrasi epitel : ETEC, Shigella dan Salmonella

Walaupun terdapat permasalahan klinis pada diare akut sebagai

akibat etiologi yang berbeda, namun mekanisme terjadinya dapat berbeda

(dilihat pada tabel I)

a.

Tabel I

Patogenesis diare akut karena infeksi bakteri

Jenis

bakteri

Rota

Virus

E.coli

eterotaksi

gonik

Virus

cholerae

E.coli

entero

invasif

Salmonell

a

Shige

lla

Tempat

sekresi

Usus

halus

Usus halus Usus halus Usus

halus

dan

kolon

Ileum dan

kolon

Ileum

distal

dan

kolon

Mekanism

e patogene

Merusk

sel

radang

Produksi

enterotoksin

Produksi

enterotoksin

Penetras

i epitel

Penetrasi

epitel

Penetrasi

epitel

Sumber : (siregar,2009).

b. Patogenesis bakteri karena virus

Page 9: SKRIPSI DIARE

9

Dikemukakan bahwa invasi pada mukosa usus menyebabkan

kerusakan sel vili. Terdapatlah ‘villous bluting’ dan usus kurag mampu

mengabsorpsi garam dan air. Juga terdapat kekurangan enzim, terutama

disakaridase.

c. Kerusakan mukosa usus halus

Sebagai akibat kerusakan mukosa usus halus akan terjadi

defesiensi enzim dan sakaridase, intoleransi gula dan juga malabsorpsi

lemak, protein, vitamin, asam empedu dan mineral.

d. Hubungan malnutrisi protein energi dan penyakit diare

Diare akut yang berulang dapat menjurus ke malnutrisi protein

energi. Juga saluran pencernaan sendiri, terutama usus halus,

mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan oleh absorpsi yang

tidak adekuat dan terjadilah diare yang berualng kronik.

6. Gejala klinik

Gajala spesifik

a. Vebrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan bau

amis,

b. Desentrifrm : tinja berlendir dan berdarah. (WHO 2012)

Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewal, masi bisa

bermain seperti biasanya, umumnya karena diarenya masi tidak berat

anak masi mau makan dan minum seperti biasa.

Page 10: SKRIPSI DIARE

10

b. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah,

mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika

dicubit.

c. Dehidrasi berat anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada

cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat anak terlihat lemah.

(Widyono, 2008)

Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian

timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau

lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena

tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang

terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila

penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala

dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan

turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.

(WHO 2012)

Penyakit diare dapat menyebabkan kematian bila kekurangan

cairan tubuh tidak teratasi dengan baik dan dapat mencetuskan

gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi

yang adekuat. Sebagian besar Diare pada anak akan sembuh sendiri

Page 11: SKRIPSI DIARE

11

asalkan dicegah terjadinya dedihdrasi yang merupakan penyebab

kematian. (Siregar, 2009)

6. Komplikasi

a. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

b. Dehidrasi , malnutrisi, dan anemia

c. Obstruksi usus dan ferforasi

d. Hemoragi

e. Pre syok dan syok

f. Pestula dan peritoniti

g. Depresi. (Siregar, 2009).

7. Pencegahan

Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Apabila cara pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :

a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting

yaitu :

1) Sebelum makan,

2) Setelah buang air besar,

3) Sebelum memegang bayi,

4) Setelah menceboki anak,

5) Sebelum menyiapkan makanan,

b. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain

dengan cara memasak, dan proses penyaringan,

Page 12: SKRIPSI DIARE

12

c. Pengelolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar

serangga (lalat, kecoa, lipan dan lain-lain),

d. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya

menggunakan jamban denagn tengki septik.(Siregar, 2009).

8. Penanggulangan

a. Minum air putih

Sering- seringlah minum air putih untuk mengantikan cairan

tubuh yang hilang akibat diare dan minum orelit yang merupakan

larutan gula garam untuk membantu pembentukan energi dan menahan

diare. Hindari minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu

merangsang asam lambung.

b. Makan makanan khusus

Hindari makan makanan yang berserat seperti agar-agar, sayur

dan buah-buahan karena makanan berserat hanya akan memperpanjang

diare. Makanan berserat hanya baik untuk pendarita susah buang air

besar. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan rendah serat dan

harus seperti bubur nasi atau lembek dengan lauk telur asin. Di sini nasi

akan menjadi gula untuk memberikan energi, sedangkan telur asin akan

memberikan protein dan garam untuk menahan mencret dan sebagai zat

pembangun tubuh. Hindari makan makanan di luar sembarangan serta

makanan yang pedas mangandung cabei dan lada.

c. Istirahat yang cukup

Page 13: SKRIPSI DIARE

13

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang mengalami diare akan

tersa lemah, lemas, lesu, kurang gairah, dan sebagainya. Untuk itu bagi

anda yang sudah merasa sangat lemas sebaiknya istirahat yang cukup

guna mengembalikan stamina yang hilang.

d. Minum obat diare

Sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter dan meminta obat

yang tepat untuk mengatasi diare. Biasanya dokter akan memberikan

obat mulas, obat mencret, vitamin dan antibiotik. Untuk obat mules dan

mencret sebaiknya diminum jika perut mules dan diare saja dan

dihentikan jika sudah berhenti mules dan diare. Sedangkan untuk

antibiotek wajib dihabiskan agar kuman dan bibit penyakit lainnya mati

total dan tidak membentuk resistensi. Untuk vitamin tersarah anda mau

dihabiskan atau tidak, akan tetapi tidak ada salahnya jika dihabiskan

karena vitamin baik untuk anda asalkan tidak berlebihan.

(Yulianti, 2010).

9. Pengobatan

Diare merupakan suatu gajala dan pengobatannya tergantung pada

penyebabnya. Kebanykan penderita diare hanya perlu menghilangkan

penyebabnya, misalnya obat-obatn tertentu untuk menghentikan diare.

Untuk meringankan diare, diberikan obat seperti difeniksilat,

codein, peragonik (opium tinctur) atau loparemide. Kadang-kadang,

bulking agents yang digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau

Page 14: SKRIPSI DIARE

14

metilselulosa) bisa membantu meringatkan diare. Untuk membantu

mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.

Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka

penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan penganti

melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan

larutan yang mengandung air, gula dan garam.

Jika seseorang atau balita telah terserang diare, langkah awal yang

dapat dilakukan adalah :

a. Berikan minum dan makan secara normal untuk menggantikan

cairan tubuh yang hilang,

b. Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu),

c. Berikan larutan gula garam (oralit).

Segeralah periksakan penderita ke dokter apabila diare

berkelanjutan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang

tidak diinginkan. (Siregar, 2009).

B. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

1. Perilaku Kesehatan

a. Pengertian

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulasi atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan

(Notoadmodjo, 2003),

Page 15: SKRIPSI DIARE

15

perilaku kesehatan dapat dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh)

kelompok yaitu :

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-

usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha untuk menyembuhkan bila mana sakit.

2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik

sistem pelayanan kesehatan moderen maupun tradisional.

3) Perilaku terhadap makanan

Respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi

kehidupan manuasia, dalam hal ini makanan tidak hanya dipandang

dari segi rasa ataupun gizinya akan tetapi juga perlu diperhatikan halal

atau tidaknya.

Pengaruh makanan cepat saji pada kesehatan, makanan siap saji

yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,

praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya

diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tunggi dan

memberikan berbagai zat adaktif untuk mengawetkan dan memberikan

cita rasa bagi produk tersebut. Zat adaktif adalah bahan kimia yang

dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan meningkatkan kualitas,

menambahkan rasa, dan mendapatkkan kesegaran produk tersebut.

Page 16: SKRIPSI DIARE

16

Dampak negatif zat adaktif terhadap kesehatan dapat secara

langsung, dalam jangka pendek maupun panjang.

Tabel II

Dampak Zat adaktif terhadap kesehatan

Zat adaktif Dampak terhadap kesehatan

Sulfit Sesak nafas, gatal-gatal, dan bengkak.

Zat warna Menimbulkan alergi dan kanker hati,

menyebabkan hypertrophy, hyperplasia, dan

carcinomas kelenjar tiriod.

MSG Kerusakan otok, kalainan hati, trauma, hipertensi,

stress, demam tinggi, mempercepat proses

penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma,

ketidak mampuan belajar, dan depresi.

BHT dan BHA Menyebabkan klainan kromosom pada orang yang

alergi terhadap aspirin.

Pemanis Menyebabkan kanker kantong kemih (saccharin),

gangguan nafas dan tumor otak (aspartan),

mutagenik.

Sumber : (Emirfan TM, 2011)

4) Pengelolaan Air Munum

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia

akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada

kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian

Page 17: SKRIPSI DIARE

17

besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55 – 60 % berat

badan terdiri dari air, untuk anak – anak 65 %, bayi 80%.

Pada dasarnya semua air dapat di proses menjadi air minum,

sumber – sumber air ini sebagai berikut :

a) Air Hujan,

b) Air Sungai dan Danau,

c) Mata Air,

d) Air Sumur Dangkal,

e) Air Sumur Dalam.

Adapun beberapa cara pengelolaan air minum diantaranya:

a) Pengelolaan Alamiah

Pengelolaan ini dilakukan dalam bentuk penyimpangan

(storage) dari air yang diperoleh dari berbagai sumber seperti air

danau, kali, sumur dan sebagainya.

b) Pengelolaan air dengan Penyaringan

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan krikil,

dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh

PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat dikomsumsi

umum.

c) Pengelolaan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih

Tujuannya untuk membunuh kuman – kuman yang terdapat pada

air. Pengolahan dengan cara ini hanya tepat untuk komsusmsi kecil

misalnya hanya untuk keburtuhan rumah tangga.

Page 18: SKRIPSI DIARE

18

5) Berolahraga

Olahraga secara teratur dapat memelihara jantung, predaran

darah, dan frekuensi nadi. Macam-macam olahraga yang dapat kita

lakukan antara lain, bersepeda, lari, berenang dan senam. Didalam

olahraga ini cukup dan berlari-lari di tempat dan menggerakkan

otot-otot kaki, tangan, perut, dan lehar. Sambil menghirup udara pagi

yang segar kita selalu melakukan olahraga pagi setiap pagi. Didalam

olahraga ini biasanya cukup dilakukan sepuluh atau liam belas menit.

Berolahraga secara teratur dapat mencegah osteoporosis dan juga

menjadi terapi penyembuhannya. Osteoporosis merupakan kelainan

tulang sistemik yang melibatkan massa tulang rendah dan kerusakan

jaringan tulang. (Emirfan TM, 2011)

6) Tidur yang cukup

Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk

memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan

keterampilan kita meningkat. Sususnan saraf serta tubuh terpelihara

agar tetap segar dan sehat. (Kusirianto 2004).

7) Perilaku terhadap kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang mengelola lingkungan sehingga tiadak

mengganggu masyarakatnya sendiri, keluarga atau masyarakat.

(Helmia Gani, 2011).

Page 19: SKRIPSI DIARE

19

2. Perilaku kebersihan

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higyene yang baik.

Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar

sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebabkan kotoran, atau

menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri seperti :

a. Mandi dua kali sehari

Mengapa kita harus mandi ? Alasan utama ialah agar tubuh

sehat dan segar bugar, mengapa mandi membuat tubuh kita sehat?

Mandi membersihkan seluruh tubuh kita urutannya adalah sebagai

berikut;

1) Seluruh tubuh kita cuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun,

semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas

dari permukaan kulit, kemudian tubuh kita siram bersih-bersih.

2) Seluruh tubuh kita gosok hingga keluar semua kotoran atau daki.

Kita keluakan daki dari wajah, kaki, dan lipatan-lipatan. Gosok

terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai

bersih dari daki.

Dengan demikian, kulit serta pori-pori bersih dan tidak

tertutup atau tersumbat kotoran lagi. Kulit dapat lancar lagi

mengeluatkan kotoran kotoran berupa keringat. Badan tidak bau

busuk.

b. Rambut harus bersih

Page 20: SKRIPSI DIARE

20

Rambut harus dirawat supaya tetap bersih dan rapih. Rambut

itu berlemak dan kotoran debu mudah melekat pada rambut. Lemak

dan kotoran pada rambut membusuk dalam waktu 24 jam. Oleh

karena itu kita harus mencuci atau keramas dan kulit kepala tiap kali

kita mandi. Dengan begitu hilanglah semua kotoran yang melekat,

pori-pori kulit kepala terbuka , kemudian dikeringkan. Rambut terasa

menjadi segar dan sehat kembali. Hilang rasa lesu, gairah berfikir

pulih, dan daya berfikir menjadi cerah.

c. Cuci Tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak

berhubungan dengan apa saja, berapa kali tangan menjamah sesuatu

sepanjang hari? Tidak terhitung banyaknya. Sehabis memegang

sesesuatu yang kotor atau mengandung penyakit, tangan langsung

menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serrta minuman.

Berlangsung sudah pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab

tanggunganya kesehatan. Tangan merupakan perantara penularan

kuman.

Mencuci tangan adalah sanitasi dengan membersihkan tangan

dan jari-jari dengan menggunakan sabun atau pun cairan lain di

dawah air mengalir.

1) Cara cuci tangan

a) Basahi tangan dengan air di bawah karan atau air mengalir.

Page 21: SKRIPSI DIARE

21

b) Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan akan

lebih baik bila sabun mengandung antisektif,

c) Gosokkan kedua telapak tangan,

d) Gosokkan sampai keujung jari,

e) Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri

(sebaliknya) dengan jari-jari saling mengunci (berselang

seling) antara tangan kanan dan tangan kiri. Gosok sela-sela

jari tersebut lakukan sebaliknya,

f) Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya

dan saling mengunci,

g) Usap ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan

gerakan berputar. Lakukan hal yang sama ini dengan ibu

jari tangn kiri,

h) Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya

dengan gerakan kedepan, ke belakang dan berputar. Lalu

bersihkan,

i) Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan

lakukan dengan gerakan memutar. Lakukan pula untuk

tangan kiri,

j) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air menglir,

k) Keringkan tangan dengan menggunakan tissue, dan tuutp

keran dengan tissue.

2) Manfaat Cuci Tangan

Page 22: SKRIPSI DIARE

22

Manfaat cuci tangan adalah mencegah penyebarab penyakit-

penyakit menular, seperti diare, flu burung dan ISPA.

d. Menggosok gigi

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekeder menyangkut

kesehatan dirongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan

seluruh tubuh. Orang yang giginya sehat dan terwat baik, seluruh

dirinya sehat dan segar bugar.

Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan.

Sikat gigi jangan ditekan keras pada gigi kemuduan digosok cepat-

cepat. Tujuan menggosok gigi dan seluruh rongga mulut.

Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang

membusuk dan menjadi sarang bakteri. Bakteri patogen penyebab

penyakit.

e. Pakaian Harus Bersih

Seluruh tubuh sudah bersih, tapi pakaian tidak, mana

mungkin terasa segar dan sehat Pakaian banyak menyerap keringat,

lemak, dan kotoran yang dilakukan badan. Dalam sehari saja,

pakaian berkeringat dan berlemak ini berbau busuk memuakkan.

Kita perlu menukar pakaian yang bersih setiap hari. Saat tidur

hendaknya mengenakan pakaian yang khusus untuk kita tidur.

(Kusirianto 2004).

f. Jamban Keluarga

Page 23: SKRIPSI DIARE

23

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan

untuk membung tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus

atau WC. (Helmia Gani, 2011)

Suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut ,

2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,

3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya,

4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat atau kecoa, dan

binatang-binatang lainnya,

5) Tidak menimbulkan bau,

6) Mudah digunakan dan dipelihara,

7) Sederhana desainnya,

8) Murah,

9) Dapat diterima oleh pemakainya. (Notoadmodjo, 2007)

Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA

(jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka

melainkan membut jamban untuk diri sendiri dan keluarga.

Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya

disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dilakukan sehabis buang

tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Leher angsa dan lantai jamban

digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban

Page 24: SKRIPSI DIARE

24

cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi,

agar benda-banda lain tidak masuk. (Helmia Gani, 2011).

Gambar I : Perjalanan bakteri dari tinja ke host

(Notoadmodjo, 2007)

g. Pembuangan Sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarkat. Kerena

dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme

penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga binatang seranggan

sehingga pemindahan/ penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu

sampah harus dikelolah dengan baik sampai sekecil mungkin tidak

menganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan

sampah yang baik bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi

juga untuk keindahan lingkungan sekitar. (Notoadmodjo, 2007)

Adapaun beberapa faktor pengaruh PHBS yaitu :

A. Sikap

Mati air

Makanan minuman sayur-sayuran dsb

Penjamu (hots)

Tinja tangan

lalat

Sakit tanah

Page 25: SKRIPSI DIARE

25

Sikap adalah penilaian (pendapat) seseorang terhadap stimulus

atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk

penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek, proses

selanjutnya akan dinilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek

kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga

sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penelitian atau pendapat seseorang terhadap:

gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan

penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

b. Sikap terhadapa cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara

memelihara dan cara-cara berperrilaku hidup sehat.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan

dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku

manusia karena pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya

atau dengan sembarangan saja, tetapi pembentukannya senantiasa

berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan alternatif

yaitu senang atau tidak senang, mendukung atau tidak mendukung,

menjauhi atau tidak menjauhi.

B. Lingkungan

Page 26: SKRIPSI DIARE

26

Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitarnya, baik

berupa benda hidup, benda mati, benda nyata atau abstrak, termasuki

manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk karena terjadinya

interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut. Lingkungan ini

sangat luas, oleh karenanya sering dikelimpokkan untuk

mempermudah pemahamannnya, diantaranya :

Klasifikasi Lingkungan

Tergantung kebutuhan, lingkungan dapat diklasifikasikan

dengan berbagai cara sebagai berikut :

a. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkungan yang tidak hidup

(abiotis),

b. Lingkungan alamiah, dan lingkungan buatan (manusia),

c. Lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal,

d. Lingkungan biopsis dan lingkungan psikososial,

e.Lingkungan air (hydrosfir), lingkungan udara (atmosfir),

lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologis (biosfir), dan

f. Lingkungan sosial (sosiosfir). (Juli Semirat Slamet, 2009).

C. Kesehatan Masyarakat

Sehat adalah karunia tuhan yang perlu disyukuri, sebab sehat

merupakan hak asasi manusia yang perlu dihargai, dijaga, dipelihara

dan ditingkatkan oleh setiap anggoata rumah tangga. (Dinkes, 2004)

Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan

derajat hidup masyarakat, maka semua negara meyelenggarakan

Page 27: SKRIPSI DIARE

27

pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan ini

berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-

sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan

kesehatan perseorangan, kelompok, ataupun masyarakat.

(Wiku Adisasmito, 2010)

Kesehatan masyarakat didefenisikan oleh Winslow, pada tahun

1920 sebagai berikut :

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat, untuk :

a. Mencegah penyakit,

b. Memperpanjang harapan hidup, dan

c. Meningkatakan kesehatan dan efesiensi masyarakat.

Melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk :

a. Sanitasi lingkungan

b. Pengendalian penyakit menular

c. Pendidikan higiene perorangan,

d. Mengorganisir pelayanan medis dan perawatan agar dapat

dilakukan diorganisasi dini dan pengobatan pencegahan, serta

e. Membagun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat

menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat

memelihara kesehatan. (Juli Semirat Slamet, 2009).

Page 28: SKRIPSI DIARE

28

C. Defenisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang / keluarga dapat menolong

diri sendiri di bidang kesehatan dan berperanaktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau, mampu mempraktikkan

PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa

dikenal PHBS / promosi hygiene merupakan pendekatan terencana

untuk mencegah penyakit menular yang lain melalui pengadopsian

perubahahn perilaku oleh masyarakat inas. Program ini dimulai

dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat

setempat dengan mengembangkan program berdasarkan informasi.

(Nurjuni. B, 2010)

Perilaku hidup bersih dan sehat Adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka

jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui

pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan

pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian

masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,

Page 29: SKRIPSI DIARE

29

terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat

menerapkan cara-cara hidup.

3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu

kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,

melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social

Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan

demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya

sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatannya.

4. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup,

bekerja, bermain, beinteraksi dan lain-lain. Terdapat 5 tatanan PHBS

yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan

tempat-tempat umum. (Adnan Agnesa, 2011).

a. PHBS di Rumah Tangga

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya

untuk memeberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan

mampu mempertimbangkan perilaku hidup bersih dan sehat serta

berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat :

Page 30: SKRIPSI DIARE

30

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

2) Pemberian ASI ekslusif.

3) Menimbang balia setiap bulan.

4) Menggunakan air bersih.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

6) Menggunakan jamban sehat.

7) Memberantas jentik nyamuk di rumah setiap minggu.

8) Makan buah dan sayur setiap hari.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari. (Adnan Agnesa, 2011).

b. PHBS di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat

lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan

kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan

sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran menilai PHBS

sekolah yaitu:

1) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.

2) Mengkomsumsi makanan sehat di kantin di sekolah.

3) Mengguanakan jamban yang bersih dan sehat.

4) Olahraga yang teratur.

5) Membersihkan jentik nyamuk.

Page 31: SKRIPSI DIARE

31

6) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.

7) Membuang sampah pada tempatnya. (Adnan Agnesa, 2011).

c. PHBS di Tempat Kerja

PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para

pekerja untuk tahu, mau dan mampu memperaktekkan perilaku hidup

bersaih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tenaga kerja

sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk

menilai PHBS tempat kerja yaitu :

1) Tidak merokok di tempat kerja.

2) Melakukan olahraga secara teratur / aktifitas fisik.

3) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan

sudah buang air besar dan buang air kecil.

4) Memberantas jenik naymuk di tempat kerja.

5) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar

6) Membuang sampah pada tempatnya.

7) Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

(Adnan Agnesa, 2011).

d. PHBS Industri Kesehatan

PHBS industri kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan

pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu

untuk mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta

Page 32: SKRIPSI DIARE

32

berperan aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan dan mencegah

penularan penyakit di industri kesehatan.

Ada babarapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS industri kesehehatan yaitu :

1) Menggunakan air Bersih.

2) Menggunaka Jamban.

3) Membuang sampah pada tempatnya.

4) Tidak merokok di institusi kesehatan.

5) Tidak meludah sembarangan.

6) Memberantas jentik nyamuk. (Adnan Agnesa, 2011).

5. Faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan

Manurut Lawrance green (1980) yang dikutip Notoadmodjo (2005)

prilaku ditemukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Predisposisi (Predisporjsing faktors)

Faktor yang dapat memudahkan atau memepredisposisi terjadinya

perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan

sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan

dilakukan.

b. Faktor pemungkin (Enabing factors)

Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas saran

dan prsarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku

seseorang atau masyarakat.

c. Faktor penguat (Reinforcing facktors)

Page 33: SKRIPSI DIARE

33

Tokoh masyarakat merupakan faktor penguat bagi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat, peraturan dan perundang-undangan,

surat keputusan dari pada pejabat pemerintah daerah pusat, juga termasuk

faktor penguat perilaku. (Helmia Gani, 2011).

6.SISTEM PENCERNAAN

Sistem penceranaan makanan dalam tubuh manusiaterjadi di

sepanjang saluran penceranaan dan di bagi menjadi 3 bagian,yaitu proses

penghancuran makanan yang terjadidalam mulut hingga

lambung,selanjutnya adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang

terjadi di dalam usus,kemudian proses pengeluaran sisa-sisa makanan

melalui anus.

proses pencernaan makanan berlangsung didalam saluran

pencernaan makanan.Proses tersebut dimulai dari rongga mulut.didalam

rongga mulut makanan dipotong-potong oleh gigi seri dan dikunyah oleh

gigi gerahan,sehingga makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil

dibantu oleh lidah serta peremasan yang terjadi dilambung,proses

kimiawi yaitupelarutan dan pemecahan makan oleh enzin-enzim

pencernaan dengan mengubah makanan yang bermolekul besar mnjadi

molekul yang berukuran kecil.

Alat-alat pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar

pencernaan.saluran pencernaan terdiri atas

mulut ,pharynk,esophagus,lambung,usus halus,usus besar dan berakhir

pada anus,sedangkan kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar

Page 34: SKRIPSI DIARE

34

ludah,kelenjar lambung,kelenjar usus,hati dan pankareas.adapun

gangguan-gangguan yang disebabkan oleh sisten pencernaan adalah

diare,sembelit,peritonitis,apendisitis,kolik dan ulkus.

Page 35: SKRIPSI DIARE

35

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Adapun dasar pemikiran variabel penelitian berdasarkan variabel yang

akan diteliti :

1. Perilaku Hidup Bersih

Kebersiahan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk

diantarnya debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer

menemukan proses penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba,

kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia

berbahaya.

2. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk

memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan

Masyarakat

Perilaku Hidup Sehat

3. Penyakit Diare

Diare adalah buang air besar 3-4 kali sehari dengan frekuensi lebih

encer dan bercampur dengan air / lendir.

Page 36: SKRIPSI DIARE

36

B. Hubungan antar Variabel

Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka,

maka skema yang menggambarkan tentang Hubungan antara Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat dengan Penyakit Diare di Desa Sompe Kecamatan

Sabbangparu Kabupaten Wajo dalam menyusun skripsi adalah.

Gambar II Pola fikir variabel yang diteliti

Variabel independen Variabel dependen

Keterangan :

: Variabel Independan yang diteliti

: Variabel Dependen yang diteliti

C. Identifikasi Variabel

1. Variabel independen

Variabel independen adalah variable yang nilainya menentukan

variable lain. Variabel bebas biasanya diamati dan di ukur untuk diketahui

hubunganya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam,2009).

Perilaku Hidup Bersih Penyakit diare

Perilaku Hidup Sehat

Page 37: SKRIPSI DIARE

37

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat.

2. Varibel dependen

Variabel dependen ialah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

varaibel lain. Varibel ini adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variable babas

Variabe dependen dari penelitian ini adalah Penyakit Diare.

(Nursalam,2009).

D. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif (Ha)

a. Ada hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Penyakit Diare.

b. Ada hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit Diare.

2. Hipotesis nol (Ho)

Tiadak ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan

penyajit diare.

E. Defenisi Oprasional dan Kriteria Objektif

1. Perilaku Hidup Bersih

Kebersiahan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantarnya

debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer

menemukan proses penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba,

kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia

berbahaya.

Page 38: SKRIPSI DIARE

38

Perilaku Hidup Bersih

Baik : Apabila responden memiliki skore > 28

Tidak Baik : Apabila responden memiliki skore ≤ 28

2. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk

memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan

Masyarakat

Perilaku Hidup Sehat

Baik : Apabila responden memilik skor > 26

Tidak Baik : Apabila responden memiliki skor ≤ 26

3. Diare

Diare adalah buang air besar melebihi tiga kali sehari dengan

ferekuensi feses lebih lembek atau encer bercampur dengan lendir.

Kriteria Objektif

Sering : Apabila responden mengalami Diare ≥ 2 kali

Tidak Sering : Apabila responden mengalami Diare < 2 kali

Page 39: SKRIPSI DIARE

39

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diguanakan adalah Dekstriktif analitik dengan

rancangan cross sectional, untuk melihat hubungan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat terhadap Penyakit Diare. Rancangan cross sectional merupakan

rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara

simultan pada saat sekali waktu/ pada waktu yang sama (Alimul, 2008).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten soppeng.

2. Waktu

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada desember

Tahun 2013 di lanjutkan pada bulan februari sampai maret 2014.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Sompe

yang sedang menderita dan pernah menderita diare pada tahun 2013sampai

2014 sebanyak 107 populasi.

Page 40: SKRIPSI DIARE

40

2. Sampel

Sampel yang diambil disini adalah seluruh masyarakat yang sedang

menderita dan pernah menderita diare selama enam bulan terakhir terhitung

mulai bulan september 2013 samapai bulan februari 2014 yaitu 43 populasi

yang memenuhi kriteria.

populasi yang memenuhi kriteria inskusi .

a.Kriteria Inklusi

1) Semua masyarakat yang sedang menderita dan pernah menderita diare

pada enam bulan terakhir di Desa Sompe Kecamatan sabbangparu

Kabupaten Wajo.mulai bulan septembr 2013 sampai dengan bulan

februari 2014.

2) Umur 15 - 59 tahun.

3) Bersedia menjadi responden.

4) Bisa membaca.

b.Kriteria Eksklusi

1) Warga yang berusia < 15 tahun , > 60 tahun

2) Tidak bersedia menjadi responden.

2. Teknik Sampling

Penelitian ini mengambil sampel masyarakat yang sedang

menderita dan pernah menderita diare selama enam bulan terakhir di Desa

Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dengan cara teknik

Consecutive Sampling.

D. Cara Pengumpulan Data

Page 41: SKRIPSI DIARE

41

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu:

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan membagikan

kuesioner tertutup menggunakan skala Guttman kepada warga mengenai

pendapatnya tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan penyakit diare.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh bagian informasi dari

para perawat / bidan Desa di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu

Kabupaten Wajo.

E. Pengolahan dan Penyajian Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data,. Pengolahan data

dilakukan secara elektronik atau melalui komputer dengan menggunakan

SPSS 16,0.

1. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah langkah yang harus

ditempuh yaitu editing, coding, entri data, cleaning dan melakukan tekhnik

analisis.

a. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus di

lakukan penyuntingan ( editing ) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau koesioner tersebut.

b. Coding

Page 42: SKRIPSI DIARE

42

Setelah semua koesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau ”coding” , yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian

kode ini sangat berguna dalam memasukkan data ( data entry).

c. Memasukkan Data ( Data Entry ) atau processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk ”kode” ( angka atau huruf ) di masukkan ke dalam program

atau ”software”komputer.

d. Pembersihan Data ( cleaning ).

Apabila semua data dari setiap sumber data atau setiap responden

selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini di sebut

pembersihan data. (Notoatmojo, 2010 ).

e. Analisis Data

Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel selanjutnya data

di analisis dengan sistem komputerisasi.

1) Analisis Univariant

Analisis Univariate bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik

di gunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.

Page 43: SKRIPSI DIARE

43

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusu

frekuensi dan persentase dari setiap variabel.

2) Analisis bevariate

Apabila telah dilakukan analisis univariate tersebut diatas,

hasilnya akan di ketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel,

dan dapat di lanjutkan analisis bevariate. Analisis bevariate yang

dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau

berpolerasi (Notoatmojo,2010).

2. Penyajian Data

Setelah data dikumpulkan dan dianalisa, data hasil penelitian tersebut

selanjutnya akan disajikan secara verbal, visual, dan matematis.

(Alimul, 2009).

a. Penyajian verbal merupakan cara untuk mengkomunikasikan hasil

penelitian dalam bentuk uraian kalimat yang mudah dipahami pembaca.

b. Penyajian visual merupakan panyajian hasil penelitian dengan

menggunakan grafik, gambar dan sebagainya.

c. Sedangkan penyajian matematis merupakan penyajian hasil penelitian

dengan menggunakan angka-angka dalam bentuk tabel/ menggunakan

simbol-simbol bilangan matematis

F. Etika Penelitian

Etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Informed Consent

Page 44: SKRIPSI DIARE

44

Lembar persetujuan diberikan kepada resonden yang memenuhi criteria

inklusi, disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencamtungkan nama klien,

tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 45: SKRIPSI DIARE

45

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian sesuai

dengan tujuan penelitian yang ditetapkan, dan penjelasan dari

hasil penelitian ini, yaitu hasil yang diperoleh dari penelitian,

akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan pembahasan-

pembahasan yang meliputi :

1) Data umum mengenai karakteristik responden antara lain

nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan

responden.

2) Data khusus mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan

Penyakit Diare Di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo.

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa sompe kabupaten

sabbangparu kabupaten wajo mulai dari bulan desembar

2013 di lanjutkan pada bulan februari sampai maret 2014

dengan jumlah sampel 43 responden.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung

terhadap responden, selanjutnya peneliti melakukan

obserpasi pada responden dan lingkungan sekitar rumah

Page 46: SKRIPSI DIARE

46

responden kemudian memberikan penjelasan sesuai dengan

etika penelitian.

Data primer diambil dengan membagikan kuisioner

dan melakukan obserpasi. Setelah data terkumpul dilakukan

proses editing, koding, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam

tabulasi data. Hasil penelitian dianalisa secara univariat dan

bivariat dengan menggunakan SPSS 16.0 serta dibahas

sesuai dengan variabel yang diteliti.

1. Krakteristik Umum Responden

Analisis ini dilakukan tiap variabel penelitian,

dimana terdapat data demografi responden (nama, umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), variabel

independen (PHBS) terdiri dari Perilaku Hidup Sehat dan

Perilaku Hidup Bersih variabel dependen (Penyakit Diare).

a. Umur Responden

Tabel II. I

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Responden di Desa Sompe Kecamatan

Sabbangparu Kabupaten Wajo

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

15-30 16 37,2

Page 47: SKRIPSI DIARE

47

31-46 20 46,5

47-59 7 16,3

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 1

Diagram distribusi responden berdasarkan umur

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

15-30 tahun 31-46 tahun 47-59 tahun0

5

10

15

20

25

16

20

7

Berdasarkan tabel dan Diagram diatas dari 43

responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi

berada pada pada umur 31-46 tahun sebanyak 20

responden (46,5%) disusul umur 31-46 tahun sebanyak

Page 48: SKRIPSI DIARE

48

16 responden (37,2%) dan terendah pada umur 47-59

tahun sebanyak 7 responden (16,3%).

Umur tertinggi yang mengalami Diare terdapat

pada umur 31-46 disebabkan oleh karena pada

responden lebih dominan yang berumur 31-46tahun.

b. Jenis Kelamin

Tabel II. 2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 14 23,6

Perempuan 29 67,4

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 2

Page 49: SKRIPSI DIARE

49

Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Laki-laki Perempuan0

5

10

15

20

25

30

35

14

29

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 43

responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi

berada pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29

responden (67,4%) dan terendah pada jenis laki-laki yaitu

sebanyak 14 responden (32,6%).

Pada jenis kelamin yang tertinggi adalah

perempuan di sebabkan oleh karena pada responden

lebih dominan yang mengalami Diare yaitu perempuan.

c. Pendidkan

Page 50: SKRIPSI DIARE

50

Tabel II. 3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD/SR 15 34,9

SMP 10 23,3

SMA 12 27,9

Perguruan Tinggi 6 14,0

Total 34 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 3

Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pendidikan

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Page 51: SKRIPSI DIARE

51

SD/SR SMP SMA Perguruan Tinggi

02468

10121416 15

1012

6

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34

responden pendidikan dapat diketahui jumlah responden

tertinggi berada pada SD/SR yaitu sebanyak 15 responden

(34,9%) disusul oleh SR/SD yaitu sebanyak 12 responden

(27,9%), SMP sebanyak 10 responden (23,3%) dan

terendah pada Perguruan tinggi yaitu sebanyak 6

responden (14,0%).

Pada Pendidikan yang tertinggi adalah SD/SR di

sebabkan oleh karena pada responden lebih dominan

yang mengalami Diare yaitu yang mempunyai pendidikan

terakhir SD/SR.

d. Pekerjaan

Tabel II. 4

Page 52: SKRIPSI DIARE

52

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

PNS 6 14,0

Siswa 12 27,9

Swasta 14 32,6

IRT 11 25,6

Total 34 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

PNS Siswa swasta IRT

02468

10121416

6

1214

11

Page 53: SKRIPSI DIARE

53

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34

responden Pekerjaan dapat diketahui jumlah responden

tertinggi berada pada swasta yaitu sebanyak 14

responden (32,6%) disusul Siswa yaitu sebanyak 12

responden (27,9%) IRT sebanyak 11 responden (25,6%),

dan terendah pada PNS yaitu sebanyak 6 responden

(14,0%).

Pada Pekerjaan yang tertinggi adalah Swasta di

sebabkan oleh karena pada responden lebih banyak

mempunyai pekerjaan swasta di Desa sompe atau di

tempat penelitian.

2. Analisis Univariat

e. Perilaku Hidup Bersih

Tabel II. 5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku

Hidup Bersih

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Perilaku Hidup Bersih Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Baik 25 58,1

Baik 18 41,9

Total 43 100,0

Page 54: SKRIPSI DIARE

54

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup

Bersih

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupten wajo

Tidak Baik Baik0

5

10

15

20

25

3025

18

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat

diketahui jumlah responden tertinggi berada pada

Perilaku Hidup Bersih yang Tidak Baik yaitu sebanyak 25

responden (58,1%) dan terendah berada Perilaku Hidup

Bersih yang Baik yaitu sebanyak 18 responden (41,9%).

Page 55: SKRIPSI DIARE

55

Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang

didapat lebih banyak responden yang memilih membuang

sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat

pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,

serta sebagian besar warga mempunyai WC / jamban

sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari WC

tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar

WC yang baik dan sehat.

f. Perilaku Hidup Sehat

Tabel II. 6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku

Hidup Sehat

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Perilaku Hidup Sehat Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Baik 24 55,8

Baik 19 44,2

Total 43 100,0

Page 56: SKRIPSI DIARE

56

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup

Sehat

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Tidak Baik Baik

0

5

10

15

20

25

3024

19

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat

diketahui jumlah responden tertinggi berada pada

Perilaku Hidup Sehat yang Tidak Baik yaitu sebanyak 24

responden (55,8%) dan terendah berada Perilaku Hidup

Sehat yang Baik yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).

Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang

didapat lebih banyak responden yang mengambil air

minum pada sumur gali di karenakan air PDAM di Desa

Sompe ini Tidak tersedia, dan lebih banyak pula yang

mengkomsumsi air sebelum dimasak di kerenakan

Page 57: SKRIPSI DIARE

57

kurangnya pengetahuan warga tentang kondisi airnya

sekarang dan warga pun mengatakan bahwa biarpun air

sudah dimasak maka ia akan mudah untuk influenza dan

rasanya pun tidak enak bahkan merasa lebih enak

mengkonsumsi air yang belum di masak dibanding air

yang telah di masak..

g. Penyakit Diare

Tabel II. 7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit

Diare

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Penyakit Diare Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Sering 19 44,2

Sering 24 55,8

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit

Diare

Page 58: SKRIPSI DIARE

58

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Tidak Sering Sering

0

5

10

15

20

25

30

19

24

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat

diketahui jumlah responden tertinggi berada pada

Penyakit Diare yang Sering yaitu sebanyak 24 responden

(55,8%) dan terendah berada Penyakit Diare yang Tidak

Sering yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).

Dikarenakan banyak warga yang tidak berperilaku hidup

bersih dengan baik dan tidak berperilaku hidup sehat pun

dengan baik.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Penyakit Diare di desa

sompe kecamtan sabbangparu kabupaten wajo dilakukan

dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan

tingkat kemaknaan p < 0,05 seperti yang tertera dibawah

ini.

Page 59: SKRIPSI DIARE

59

a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare

Tabel II. 8

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

sabbangparu kabupaten wajo

Perilaku

Hidup

Bersih

Penyakit Diare

TotalTidak

Sering Sering

N % N % N %

P = 0,011

Tidak

Baik 7 16,3 18 41,9 25 58

Baik 12 27,9 6 14,0 18 42

Total 19 44,2 24 44,2 43

10

0

Sumber : Data Primer 2014

Page 60: SKRIPSI DIARE

60

Diagram 8

Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Tidak Baik Baik02468

101214161820

7

12

18

6

Tidak SeringSering

Tabel dan diagram 8 menunjukkan bahwa dari 25

responden (58 %) dengan Perilaku Hidup Bersih yang Tidak

Baik, terdapat 18 responden yang Sering mengalmi Diare

(41,9%) dan yang Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7

responden (16,3%).

Page 61: SKRIPSI DIARE

61

Dari 18 (42%) responden berperilaku Hidup Bersih

yang Baik, terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare

(27,9%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 6

responden (14,0%).

Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai P

= 0,011 Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan

interpretasi ditemukannya ada hubungan Perilaku Hidup

Bersih dengan Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

sabbangparu kabupaten wajo.

b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Penyakit Diare

Tabel II. 9

Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

kabupaten wajo

Perilaku

Hidup

Sehat

Penyakit Diare

TotalTidak

Sering Sering

N % N % N %

P = 0,001Tidak

Baik 5 11,6 19 44,2 24 56

Baik 14 32,6 5 11,6 19 44

Page 62: SKRIPSI DIARE

62

Total 19 44,2 24 15,8 43

10

0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 9

Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamtan sabbangparu

kabupaten wajo

Page 63: SKRIPSI DIARE

63

Tidak Baik Baik02468

101214161820

5

14

19

5

Tidak SeringSering

Tabel dan diagram 9 menunjukkan bahwa dari 24

responden (55,8%) dengan Perilaku Hidup Sehat yang

Tidak Baik, terdapat 5 responden yang Tidak Sering

mengalami Diare (11,6%) dan yang Sering mengalami

Diare terdapat 19 responden (44,2%).

Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik

(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare

(32,6%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 5

responden (11,6%).

Berdasarkan uji statistik Chi- Square diperoleh nilai P

= 0,001. Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan

interpretasi ditemukannya hubungan Perilaku Hidup Sehat

terhadap Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

sabbangparu kabupaten wajo.

Page 64: SKRIPSI DIARE

64

B. Pembahasan

a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dengan Penyakit

Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu

Kabupaten Wajo

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa

Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43

responden paling banyak warga yang beperilaku hidup

tidak bersih sebanyak 25 responden (58 %), dan Sering

mengalami Diare sebanyak 18 (41,9%) dikarenakan banyak

responden yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup

Bersihnya terutama pada kehidupan sehari-hari, misalkan

kebersihan sekitar tempat tinggal kebersihan kakus dan

tempat pembuangan kotoran serta pembuangan limbah

rumah tangga sehingga 18 responden mengalami diare ≥

2 kali dalam 6 bulan, dan yang berperilaku hidup tidak

bersih dan Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7

responden (16,3%). Dikarenakan pada 7 responden yang

berperilaku hidup bersih tidak baik dan tidak sering

mengalami diare tersebut sudah mendapat informasi dan

sudah memperhatikan perilaku kebersihannya di sekitar

tempat tinggal, kebersihan kakus maupun pembuangan

limbah rumah tangga, sehingga 7 responden ini hanya

mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.

Page 65: SKRIPSI DIARE

65

Dari 18 responden berperilaku Hidup Bersih yang Baik

(42%), terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare

(27,9%) dikarenakan banyak responden yang sudah

mengerti dan memperhatikan perilaku kebersihannya baik

kebersihan diri maupun kebersihan sehari-hari sehingga 12

responden yang tidak sering mengalami diare < 2 kali

dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare terdapat

6 responden (14,0%) dikearenakan pada 6 responden yang

berperilaku hidup bersih baik dan sering mengalami diare

belum memperhatikan dan tidak pernah mendapatkan

informasi tentang kebersihan sehingga mengalami diare ≥

2 kali dalam 6 bulan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squere

Hubungan Perilaku Hidup Bersih Terhadap Diare diperoleh

dengan nilai p = 0,011, hal ini menunjukkan adanya

Hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Diare di Desa

sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

oleh (Helmia Gani, 2011) yang berjudul Hubungan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat terhadap Diare di wilayah kerja

puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya

hubungan antara perilaku hidup bersih dengan penyakit

diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai

Page 66: SKRIPSI DIARE

66

perilaku hidup bersih yang tidak baik sebanyak 35 (70%)

responden, sedangkan perilaku hidup bersih yang baik

sebanyak 15 (30%) responden.

Kebersiahan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantarnya

debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer

menemukan proses penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba,

kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia

berbahaya (Kusirianto, 2004).

Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti, peneliti

beasumsi Perilaku Hidup Besrih yang Tidak baik paling

banyak di Desa Sompe peneliti ditemukan tidak Hubungan

Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare dikarenakan

banyak banyak responden yang memilih membuang

sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat

pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,

sebagian warga pula mempunyai pembuangan limbah

rumah tangga yang langsung ke sungai dan di pinggir

jembatan, serta sebagian besar waraga mempunyai WC /

jamban sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari

WC tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar

WC yang baik dan sehat. Penelitian ini didukung oleh (Soemirat

Selamet, 2007) yang mengatakan bahwa Kebersihan adalah salah satu

tanda dari keadaan higyene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan

Page 67: SKRIPSI DIARE

67

lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak

menyebabkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri.

b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan Penyakit

Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu

Kabupaten Wajo

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa

Sompe kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43

responden, 24 responden (55,8%) beperilaku Hidup Sehat

yang Tidak Baik, terdapat 19 responden yang Sering

mengalami Diare (44,2%), dikarenakan banyak responden

yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup sehatnya

misalkan kebiasaan mengambil dan mengomsumsi air

minum sehari-hari yang tidak menggunakan air PDAM dan

tidak memasak terlebih dahulu sebelum dikomsumsi

sehingga banyak responden yang mengalami diare ≥ 2 kali

dalam 6 bulan, dan yang Tidak Sering mengalami Diare

terdapat 5 responden (11,6%) dikarenakan pada 5

responden yang berperilaku Hidup sehat tidak baik dan

sering mengalami diare tersebut sudah mengetahui dan

mendapatkan informasi tentang syarat dari air bersih dan

sehat serta sudah memasak air sebelum dikomsumsi

meskipun menggunakan air sumur gali sehingga

responden mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.

Page 68: SKRIPSI DIARE

68

Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik

(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare

(32,6%) dikarenakan banyak responden yang sudah

mengerti dan memperhatikan perilaku hidup sehatnya

misalkan kebiasaan menggunakan dan mengkomsumsi air

bersih yang meskipun responden rata-rata menggunakan

air sumur gali tetapi banyak responden yang yang sudah

mengolah air sebelum dikomsusmsi dengan memasak

terlebih dahulu sehingga responden mengalami diare < 2

kali dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare

terdapat 5 responden (11,6%) dikearenakan pada 5

responden yang berperilaku hidup sehat baik dan sering

mengalami diare belum terlalu memperhatikan dan

mendapatkan informasi tentang syarat dari air sehat

sehingga mengalami diare ≥ 2 kali dalam 6 bulan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square

Hubungan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Penyakit Diare

diperoleh dengan nilai p = 0.001, hal ini menunjukkan

adanya hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit

Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten

Wajo.

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya

yang dilakukan (Helmia Gani, 2011) yang berjudul

Page 69: SKRIPSI DIARE

69

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja

Puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya

hubungan antara perilaku hidup sehat dengan penyakit

diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai

perilaku hidup sehat yang tidak baik sebanyak 40 (80%)

responden, sedangkan perilaku sehat bersih yang baik

sebanyak 10 (20%) responden.

Dalam bukunya (Notoadmodjo, 2003) mengatakan

bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

terhadap stimulasi atau objek yang diberikan dengan sakit

dan penyakit, sistem pelayanan kesahatan, makanan dan

minuman serta lingkungan.

Sedangkan (Emirfan TM, 2011) dalam bukunya

menyatakan bahwa hidup sehat adalah sikap bertanggung

jawab dalam memiliki kesahatan untuk sekarang dan masa

depan, makan makanan yang bergizi, menjaga kondisi

tubuh, kesehatan emosional, kesehatan spiritual, dan

pencegahannya merupakan bagian dari bagaimana

seseorang menciptakan pola hidup yang sehat.

Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti

beasumsi bahwa lebih banyak responden yang

mengambil air minum pada sumur gali di karenakan air

PDAM di Desa Sompe ini Tidak tersedia, dan lebih banyak

Page 70: SKRIPSI DIARE

70

pula yang mengkomsumsi air sebelum dimasak di

kerenakan kurangnya pengetahuan warga tentang kondisi

airnya sekarang dan warga pun mengatakan bahwa

biarpun air sudah dimasak maka ia akan mudah untuk

influenza dan rasanya pun tidak enak bahkan merasa

lebih enak mengkonsumsi air yang belum di masak

dibanding air yang telah di masak., serta banyak pula

yang tidak mengetahui syarat air minum yang baik itu

tidak berasa, berwarna, dan berbau karena mereka terus

mengkomsumsi air tersebut. Penelitian ini didukung oleh

WHO dalam buku (Emirfan TM, 2011) yang

mendefenisikan kesehatan adalah keadaan dimana

seseorang dengan fisik, mental dan sosial yang baik

secara keseluruhan.

Page 71: SKRIPSI DIARE

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian sesuai

dengan tujuan penelitian yang ditetapkan, dan penjelasan dari

hasil penelitian ini, yaitu hasil yang diperoleh dari penelitian,

akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan pembahasan-

pembahasan yang meliputi :

1) Data umum mengenai karakteristik responden antara lain

nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan

responden.

2) Data khusus mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan

Penyakit Diare Di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo.

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa sompe kabupaten

sabbangparu kabupaten wajo mulai dari bulan desembar

Page 72: SKRIPSI DIARE

72

2013 di lanjutkan pada bulan februari sampai maret 2014

dengan jumlah sampel 43 responden.

Pengumpulan data dilakukan secara langsung

terhadap responden, selanjutnya peneliti melakukan

obserpasi pada responden dan lingkungan sekitar rumah

responden kemudian memberikan penjelasan sesuai dengan

etika penelitian.

Data primer diambil dengan membagikan kuisioner

dan melakukan obserpasi. Setelah data terkumpul dilakukan

proses editing, koding, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam

tabulasi data. Hasil penelitian dianalisa secara univariat dan

bivariat dengan menggunakan SPSS 16.0 serta dibahas

sesuai dengan variabel yang diteliti.

2. Krakteristik Umum Responden

Analisis ini dilakukan tiap variabel penelitian,

dimana terdapat data demografi responden (nama, umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), variabel

independen (PHBS) terdiri dari Perilaku Hidup Sehat dan

Perilaku Hidup Bersih variabel dependen (Penyakit Diare).

a. Umur Responden

Tabel II. I

Page 73: SKRIPSI DIARE

73

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Responden di Desa Sompe Kecamatan

Sabbangparu Kabupaten Wajo

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

15-30 16 37,2

30-46 20 46,5

47-59 7 16,3

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 1

Diagram distribusi responden berdasarkan umur

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Page 74: SKRIPSI DIARE

74

15-30 TAHUN 31-46 TAHUN 47-59 TAHUN0

5

10

15

20

25

16

20

7

Berdasarkan tabel dan Diagram diatas dari 43

responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi

berada pada pada umur 31-46 tahun sebanyak 20

responden (46,5%) disusul umur 15-30 tahun sebanyak

16 responden (37,2%) dan terendah pada umur 47-59

tahun sebanyak 7 responden (16,3%).

Umur tertinggi yang mengalami Diare terdapat

pada umur 31-46 disebabkan oleh karena pada

responden lebih dominan yang berumur 31-46 tahun.

b. Jenis Kelamin

Tabel II. 2

Page 75: SKRIPSI DIARE

75

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 14 23,6

Perempuan 29 67,4

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 2

Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Laki-laki Perempuan0

5

10

15

20

25

30

35

14

29

Page 76: SKRIPSI DIARE

76

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 43

responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi

berada pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29

responden (67,4%) dan terendah pada jenis laki-laki yaitu

sebanyak 14 responden (32,6%).

Pada jenis kelamin yang tertinggi adalah

perempuan di sebabkan oleh karena pada responden

lebih dominan yang mengalami Diare yaitu perempuan.

c. Pendidkan

Tabel II. 3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD/SR 15 34,9

SMP 10 23,3

SMA 12 27,9

Perguruan Tinggi 6 14,0

Total 34 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Page 77: SKRIPSI DIARE

77

Diagram 3

Diagram Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pendidikan

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

SD/SR SMP SMA Perguruan Tinggi

02468

10121416 15

1012

6

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34

responden pendidikan dapat diketahui jumlah responden

tertinggi berada pada SD yaitu sebanyak 15 responden

(34,9%) disusul oleh SMA yaitu sebanyak 12 responden

(27,9%), SMP sebanyak 10 responden (23,3%) dan

terendah pada Perguruan tinggi yaitu sebanyak 6

responden (14,0%).

Page 78: SKRIPSI DIARE

78

Pada Pendidikan yang tertinggi adalah SD di

sebabkan oleh karena pada responden lebih dominan

yang mengalami Diare yaitu yang mempunyai pendidikan

terakhir SD.

d. Pekerjaan

Tabel II. 4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

PNS 6 14,0

Siswa 12 27,9

Swasta 14 32,6

IRT 11 25,6

Total 34 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Page 79: SKRIPSI DIARE

79

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

PNS Siswa swasta IRT

02468

10121416

6

1214

11

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dari 34

responden Pekerjaan dapat diketahui jumlah responden

tertinggi berada pada Swasta yaitu sebanyak 14

responden (32,6%) disusul Siswa yaitu sebanyak 12

responden (27,9%) IRT sebanyak 11 responden (25,6%),

dan terendah pada PNS yaitu sebanyak 6 responden

(14,0%).

Pada Pekerjaan yang tertinggi adalah Swasta di

sebabkan oleh karena pada responden lebih banyak

mempunyai pekerjaan Swasta di Desa sompe atau di

tempat penelitian.

2. Analisis Univariat

e. Perilaku Hidup Bersih

Page 80: SKRIPSI DIARE

80

Tabel II. 5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku

Hidup Bersih

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Perilaku Hidup Bersih Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Baik 25 58,1

Baik 18 41,9

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup

Bersih

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupten wajo

Page 81: SKRIPSI DIARE

81

Tidak Baik Baik0

5

10

15

20

25

3025

18

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat

diketahui jumlah responden tertinggi berada pada

Perilaku Hidup Bersih yang Tidak Baik yaitu sebanyak 25

responden (58,1%) dan terendah berada Perilaku Hidup

Bersih yang Baik yaitu sebanyak 18 responden (41,9%).

Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang

didapat lebih banyak responden yang memilih membuang

sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat

pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,

serta sebagian besar warga mempunyai WC / jamban

sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari WC

tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar

WC yang baik dan sehat.

f. Perilaku Hidup Sehat

Page 82: SKRIPSI DIARE

82

Tabel II. 6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku

Hidup Sehat

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Perilaku Hidup Sehat Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Baik 24 55,8

Baik 19 44,2

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Hidup

Sehat

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Tidak Baik Baik

0

5

10

15

20

25

3024

19

Page 83: SKRIPSI DIARE

83

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat

diketahui jumlah responden tertinggi berada pada

Perilaku Hidup Sehat yang Tidak Baik yaitu sebanyak 24

responden (55,8%) dan terendah berada Perilaku Hidup

Sehat yang Baik yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).

Berdasarkan hasil dor to dor dan obsevasi yang

didapat lebih banyak responden yang mengambil air

minum pada sumur gali di karenakan air PDAM di Desa

Sompe ini Tidak tersedia, dan lebih banyak pula yang

mengkomsumsi air sebelum dimasak di kerenakan

kurangnya pengetahuan warga tentang kondisi airnya

sekarang dan warga pun mengatakan bahwa biarpun air

sudah dimasak maka ia akan mudah untuk influenza dan

rasanya pun tidak enak bahkan merasa lebih enak

mengkonsumsi air yang belum di masak dibanding air

yang telah di masak.

g. Penyakit Diare

Tabel II. 7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit

Diare

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Page 84: SKRIPSI DIARE

84

Penyakit Diare Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Sering 19 44,2

Sering 24 55,8

Total 43 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyakit

Diare

Responden di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Tidak Sering Sering

0

5

10

15

20

25

30

19

24

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat

diketahui jumlah responden tertinggi berada pada

Penyakit Diare yang Sering yaitu sebanyak 24 responden

(55,8%) dan terendah berada Penyakit Diare yang Tidak

Page 85: SKRIPSI DIARE

85

Sering yaitu sebanyak 19 responden (44,2%).

Dikarenakan banyak warga yang tidak berperilaku hidup

bersih dengan baik dan tidak berperilaku hidup sehat pun

dengan baik.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Penyakit Diare di desa

sompe kecamtan sabbangparu kabupaten wajo dilakukan

dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan

tingkat kemaknaan p < 0,05 seperti yang tertera dibawah

ini.

a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare

Tabel II. 8

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

sabbangparu kabupaten wajo

Perilaku Penyakit Diare Total

Page 86: SKRIPSI DIARE

86

Hidup

Bersih

Tidak

Sering Sering

N % N % N %

P = 0,011

Tidak

Baik 7 16,3 18 41,9 25 58

Baik 12 27,9 6 14,0 18 42

Total 19 44,2 24 44,2 43

10

0

Sumber : Data Primer 2014

Diagram 8

Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan sabbangparu

kabupaten wajo

Page 87: SKRIPSI DIARE

87

Tidak Baik Baik02468

101214161820

7

12

18

6

Tidak SeringSering

Tabel dan diagram 8 menunjukkan bahwa dari 25

responden (58 %) dengan Perilaku Hidup Bersih yang Tidak

Baik, terdapat 18 responden yang Sering mengalmi Diare

(41,9%) dan yang Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7

responden (16,3%).

Dari 18 (42%) responden berperilaku Hidup Bersih

yang Baik, terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare

(27,9%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 6

responden (14,0%).

Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai P

= 0,011 Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan

interpretasi ditemukannya ada hubungan Perilaku Hidup

Bersih dengan Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

sabbangparu kabupaten wajo.

Page 88: SKRIPSI DIARE

88

b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Penyakit Diare

Tabel II. 9

Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

kabupaten wajo

Perilaku

Hidup

Sehat

Penyakit Diare

TotalTidak

Sering Sering

N % N % N %

P = 0,001

Tidak

Baik 5 11,6 19 44,2 24 56

Baik 14 32,6 5 11,6 19 44

Total 19 44,2 24 15,8 43

10

0

Sumber : Data Primer 2014

Page 89: SKRIPSI DIARE

89

Diagram 9

Diagram Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan

Penyakit Diare di Desa sompe kecamtan sabbangparu

kabupaten wajo

Tidak Baik Baik02468

101214161820

5

14

19

5

Tidak SeringSering

Tabel dan diagram 9 menunjukkan bahwa dari 24

responden (55,8%) dengan Perilaku Hidup Sehat yang

Tidak Baik, terdapat 5 responden yang Tidak Sering

mengalami Diare (11,6%) dan yang Sering mengalami

Diare terdapat 19 responden (44,2%).

Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik

(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare

(32,6%) dan yang Sering mengalami Diare terdapat 5

responden (11,6%).

Page 90: SKRIPSI DIARE

90

Berdasarkan uji statistik Chi- Square diperoleh nilai P

= 0,001. Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima dengan

interpretasi ditemukannya hubungan Perilaku Hidup Sehat

terhadap Penyakit Diare di Desa sompe kecamatan

sabbangparu kabupaten wajo.

D. Pembahasan

a. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dengan Penyakit

Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu

Kabupaten Wajo

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa

Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43

responden paling banyak warga yang beperilaku hidup

tidak bersih sebanyak 25 responden (58 %), dan Sering

mengalami Diare sebanyak 18 (41,9%) dikarenakan banyak

responden yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup

Bersihnya terutama pada kehidupan sehari-hari, misalkan

kebersihan sekitar tempat tinggal kebersihan kakus dan

tempat pembuangan kotoran serta pembuangan limbah

rumah tangga sehingga 18 responden mengalami diare ≥

2 kali dalam 6 bulan, dan yang berperilaku hidup tidak

bersih dan Tidak Sering mengalami Diare terdapat 7

responden (16,3%). Dikarenakan pada 7 responden yang

Page 91: SKRIPSI DIARE

91

berperilaku hidup bersih tidak baik dan tidak sering

mengalami diare tersebut sudah mendapat informasi dan

sudah memperhatikan perilaku kebersihannya di sekitar

tempat tinggal, kebersihan kakus maupun pembuangan

limbah rumah tangga, sehingga 7 responden ini hanya

mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.

Dari 18 responden berperilaku Hidup Bersih yang Baik

(42%), terdapat 12 responden yang Tidak Sering Diare

(27,9%) dikarenakan banyak responden yang sudah

mengerti dan memperhatikan perilaku kebersihannya baik

kebersihan diri maupun kebersihan sehari-hari sehingga 12

responden yang tidak sering mengalami diare < 2 kali

dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare terdapat

6 responden (14,0%) dikearenakan pada 6 responden yang

berperilaku hidup bersih baik dan sering mengalami diare

belum memperhatikan dan tidak pernah mendapatkan

informasi tentang kebersihan sehingga mengalami diare ≥

2 kali dalam 6 bulan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-squere

Hubungan Perilaku Hidup Bersih Terhadap Diare diperoleh

dengan nilai p = 0,011, hal ini menunjukkan adanya

Hubungan Perilaku Hidup Bersih terhadap Diare di Desa

sompe kecamatan sabbangparu kabupaten wajo.

Page 92: SKRIPSI DIARE

92

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

oleh (Helmia Gani, 2011) yang berjudul Hubungan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat terhadap Diare di wilayah kerja

puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya

hubungan antara perilaku hidup bersih dengan penyakit

diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai

perilaku hidup bersih yang tidak baik sebanyak 35 (70%)

responden, sedangkan perilaku hidup bersih yang baik

sebanyak 15 (30%) responden.

Dalam buku (Kusirianto, 2004) mengtakan bahwa Kebersiahan

adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantarnya debu, sampah,

dan bau. Di zaman modern, setelah Lousi Pastuer menemukan proses

penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti

bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya.

Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti, peneliti

beasumsi Perilaku Hidup Besrih yang Tidak baik paling

banyak di Desa Sompe peneliti ditemukan tidak Hubungan

Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare dikarenakan

banyak banyak responden yang memilih membuang

sampahnya sembarang tempat di karenakan tempat

pembuangan sampah akhir di Desa Sompe ini tidak ada,

sebagian warga pula mempunyai pembuangan limbah

rumah tangga yang langsung ke sungai dan di pinggir

Page 93: SKRIPSI DIARE

93

jembatan, serta sebagian besar warga mempunyai WC /

jamban sendiri tapi kurang memperhatikan kebersihan dari

WC tersebut di karenakan warga tidak mengetahui standar

WC yang baik dan sehat. Penelitian ini didukung oleh (Soemirat

Selamet, 2007) yang mengatakan bahwa Kebersihan adalah salah satu

tanda dari keadaan higyene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan

lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak

menyebabkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri.

b. Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan Penyakit

Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu

Kabupaten Wajo

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa

Sompe kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo dari 43

responden, 24 responden (55,8%) beperilaku Hidup Sehat

yang Tidak Baik, terdapat 19 responden yang Sering

mengalami Diare (44,2%), dikarenakan banyak responden

yang tidak memperhatikan Perilaku Hidup sehatnya

misalkan kebiasaan mengambil dan mengomsumsi air

minum sehari-hari yang tidak menggunakan air PDAM dan

tidak memasak terlebih dahulu sebelum dikomsumsi

sehingga banyak responden yang mengalami diare ≥ 2 kali

dalam 6 bulan, dan yang Tidak Sering mengalami Diare

terdapat 5 responden (11,6%) dikarenakan pada 5

Page 94: SKRIPSI DIARE

94

responden yang berperilaku Hidup sehat tidak baik dan

sering mengalami diare tersebut sudah mengetahui dan

mendapatkan informasi tentang syarat dari air bersih dan

sehat serta sudah memasak air sebelum dikomsumsi

meskipun menggunakan air sumur gali sehingga

responden mengalami diare < 2 kali dalam 6 bulan.

Dari 19 responden Perilaku Hidup Sehat yang Baik

(44,2%), terdapat 14 responden yang Tidak Sering Diare

(32,6%) dikarenakan banyak responden yang sudah

mengerti dan memperhatikan perilaku hidup sehatnya

misalkan kebiasaan menggunakan dan mengkomsumsi air

bersih yang meskipun responden rata-rata menggunakan

air sumur gali tetapi banyak responden yang yang sudah

mengolah air sebelum dikomsusmsi dengan memasak

terlebih dahulu sehingga responden mengalami diare < 2

kali dalam 6 bulan, dan yang Sering mengalami Diare

terdapat 5 responden (11,6%) dikarenakan pada 5

responden yang berperilaku hidup sehat baik dan sering

mengalami diare belum terlalu memperhatikan dan

mendapatkan informasi tentang syarat dari air sehat

sehingga mengalami diare ≥ 2 kali dalam 6 bulan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square

Hubungan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Penyakit Diare

Page 95: SKRIPSI DIARE

95

diperoleh dengan nilai p = 0.001, hal ini menunjukkan

adanya hubungan Perilaku Hidup Sehat terhadap Penyakit

Diare di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten

Wajo.

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya

yang dilakukan (Helmia Gani, 2011) yang berjudul

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja

Puskesmas Pallanro Kabupaten Barru, mengatakan adanya

hubungan antara perilaku hidup sehat dengan penyakit

diare dari 50 responden paling banyak yang mempunyai

perilaku hidup sehat yang tidak baik sebanyak 40 (80%)

responden, sedangkan perilaku sehat bersih yang baik

sebanyak 10 (20%) responden.

kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulasi atau objek yang diberikan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesahatan, makanan dan

minuman serta lingkungan (Notoadmodjo, 2003).

hidup sehat adalah sikap bertanggung jawab dalam

memiliki kesahatan untuk sekarang dan masa depan,

makan makanan yang bergizi, menjaga kondisi tubuh,

kesehatan emosional, kesehatan spiritual, dan

pencegahannya merupakan bagian dari bagaimana

Page 96: SKRIPSI DIARE

96

seseorang menciptakan pola hidup yang sehat (Emirfan

TM, 2011).

Dari hasil peneliti yang didapatkan peneliti beasumsi

bahwa lebih banyak responden yang mengambil air minum

pada sumur gali di karenakan air PDAM di Desa Sompe ini

Tidak tersedia, dan lebih banyak pula yang mengkomsumsi

air sebelum dimasak di kerenakan kurangnya pengetahuan

warga tentang kondisi airnya sekarang dan warga pun

mengatakan bahwa biarpun air sudah dimasak maka ia

akan mudah untuk influenza dan rasanya pun kurang enak

bahkan merasa lebih enak mengkonsumsi air yang belum

di masak dibanding air yang telah di masak, serta banyak

pula yang tidak mengetahui syarat air minum yang baik itu

tidak berasa, berwarna, dan berbau karena mereka terus

mengkomsumsi air tersebut. Penelitian ini didukung oleh

WHO dalam buku (Emirfan TM, 2011) yang mendefenisikan

kesehatan adalah keadaan dimana seseorang dengan fisik,

mental dan sosial yang baik secara keseluruhan.

Page 97: SKRIPSI DIARE

97

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan dessember

2013 dan dilanjutkan pada bulan februari hingga maret 2014 mengenai

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap penyakit Diare yang di

lakukan di Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dengan Penyakit Diare di

Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.

Page 98: SKRIPSI DIARE

98

2. Ada hubungan antara Perilaku Hidup Sehat dengan Penyakit Diare di

Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah Desa Sompe Kecamatan Sabbangparu

Kabupaten Wajo agar dapat lebih meningkatkan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehatnya sehingga kehidupan

Masyarakat Desa Sompe agar dapat terhindar dari

berbagai penyakit lainnya terutama Diare.

2. Kepada masyarakat agar bisa dipertahankan atau

ditingkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya agar

supaya dapat terhindar dari berbagai macam penyakit

menular lainnya yang disebabkan oleh lingkungan dan

pola hidup.

3. Buat peneliti. Lebih banyak belajar lagi belajar tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Penyakit Diare, agar supaya

pengetahuan dapat bertambah lagi.

4. Untuk peneliti selanjutnya agar dapt memperhatikn faktor-

faktor lain yang diduga berpenaruh terhadap Perilaku

Hidup Bersih dan sehat yang Berhubungan dengan Diare.