Upload
dangdieu
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“STRATEGI HIDUP KELUARGA MISKIN DALAM MENGHADAPI
KENAIKAN BBM DI KOTA SURAKARTA”
(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Perilaku Masyarakat Miskin
dan Konflik Sosial akibat Kenaikan BBM bulan Mei 2008 di Kota Surakarta)
Di Susun Oleh :
GLEN FELIX
NIM D0304040
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi ini, Bahan Bakar Minyak (BBM) sangatlah penting dan sangat
dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, bisa dikatakan bahwa
manusia tidak bisa hidup tanpa BBM. BBM dunia saat ini merupakan sumber energi alam yang
mulai langka karena BBM merupakan sumber energi alam yang tidak bisa diperbaharui dan
seiring berjalannya waktu, menyebabkan energi tersebut akan habis, sehingga harga jualnya
dipasaran dunia semakin bertambah mahal.
BBM banyak digunakan masyarakat untuk membuat makanan (yaitu minyak goreng dan
minyak tanah), untuk kendaraan bermotor dan perindustrian (yaitu premium, pertamax, avtur,
dan solar). Bagi masyarakat ekonomi menengah keatas, masalah harga BBM nasional yang naik
tidak menjadi masalah bagi mereka, tetapi bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah
kebawah hal tersebut merupakan beban hidup mereka.
Pada tanggal 25 bulan Mei 2008, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk
menaikkan harga BBM hingga 28,7 persen sebagai dampak lonjakan harga bahan bakar dunia.
Pada awalnya harga BBM terutama Premium Rp 4.500,-
menjadi Rp6.000,- , Minyak Tanah harga sebelumnya Rp2.000,- menjadi Rp2.500,- , dan Solar
Rp4.300,- menjadi Rp5.500,- (Permen ESDM No.16/2008)
Meskipun pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 28,7 persen, tetapi dampaknya
sangatlah terasa berat bagi masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu atau keluarga
miskin (Gakin). Karena dengan naiknya harga BBM, akan diikuti oleh naiknya harga sembako,
tarif angkutan umum (transportasi), harga barang dan jasa, serta harga bahan baku industri. Bagi
Gakin, kenaikkan harga BBM tidak diikuti oleh kenaikkan gaji atau pendapatan, dan diperparah
lagi apabila dari anggota Gakin tersebut terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari tempat
kerjanya. Sehingga bagi yang terkena PHK, mereka akan menganggur sedangkan kebutuhan
keluarganya (istri dan anaknya) harus dipenuhi. Akibatnya banyak terjadi tindakan kejahatan
yang disebabkan karena kekurangan ekonomi.
Menurut Drajat Wibowo yang merupakan pengamat ekonomi dan anggota komisi XI
DPR-RI bahwa kenaikkan BBM akan menaikkan angka kemiskinan sebesar 3 juta jiwa. Padahal
harga BBM di Indonesia saat ini sudah termasuk salah satu yang terendah di kawasan Asia,
bahkan lebih rendah dari
negara-negara miskin lainnya seperti Timor Leste, Kamboja dan Bangladesh serta negara
berkembang lainnya seperti Filipina, Thailand dan Singapura
(http://kepritoday.com/content/view/8844/36/).
Kenaikan harga minyak sudah terjadi sejak 1999 dan bahkan sejak 2003 berada pada
tingkat di atas $25/barrell dan terus meningkat sampai mendekati $80/barrel. Para ahli
berpendapat bahwa kenaikan harga tersebut disebabkan oleh ketatnya cadangan prasarana
pengadaan minyak: kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang-kilang.
Memang berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau
juga menurunkan harga, di samping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan
permintaan akan minyak di negara maju berjalan lambat sekalipun pertumbuhan ekonomi tetap
berlangsung. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama menyebabkan naiknya
permintaan akan energi, khususnya minyak. Penduduk di negara maju hampir tidak bertambah.
Permintaan minyak yang naik tajam berasal dari Asia, khususnya China dan India
(Surjadi.2008:1). Dengan demikian, kenaikan harga BBM yang tinggi menyebabkan tidak sedikit
masyarakat kelas ekonomi menengah keatas (keluarga kaya) menjadi miskin, sedangkan
masyarakat kelas ekonomi kebawah (keluarga miskin) yang sebelumnya sudah hidup sulit
semakin bertambah sulit.
Karena dengan melejitnya harga BBM, dipastikan biaya transportasi hingga sayur mayur
akan cepat terkena virus kenaikan harga. Virus tersebut dibebankan kepada rakyat miskin, hal ini
belum termasuk beban psikologis yang diderita banyak rakyat (terutama rakyat miskin) akibat
pemotongan subsidi (Eko Prasetyo, 2005:15).
Di kota Surakarta, jumlah Gakin dan masyarakat miskin menurut pendataan BAPPEDA
pada bulan September 2007 adalah 29.764 Kepala Keluarga (KK) atau 107.004 jiwa. Masyarakat
miskin yang paling banyak terdapat di Kelurahan Pajang pada Kacamatan Laweyan, Kelurahan
Joyotakan dan Kelurahan Tipes pada Kecamatan Serengan, Kelurahan Semanggi dan Kelurahan
Sangkrah pada Kecamatan Pasar Kliwon, Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo pada
Kecamatan Jebres, serta Kelurahan Nusukan dan Kelurahan Gilingan pada Kecamatan
Banjarsari. Hal ini merupakan suatu fenomena sosial yang sangat bagus untuk diteliti dari sudut
pandang sosiologi, mengingat sosiologi merupakan ilmu masyarakat. Untuk itu, penulis ingin
mengetahui bagaimana strategi keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan harga BBM di
kehidupannya sehari-hari di Kota Surakarta.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan di atas, terdapat konflik sosial yang menarik untuk dikaji secara
lebih mendalam, yaitu “Bagaimanakah Strategi Hidup Keluarga Miskin dalam Menghadapi
Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Surakarta?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin yang dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui strategi hidup keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan Bahan Bakar
Minyak (BBM) di Kota Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan agar dapat memberi gambaran
mengenai strategi keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di
Kota Surakarta.
Secara rinci hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai strategi keluarga miskin dalam menghadapi
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Surakarta. Penelitian ini dapat dipakai sebagai
bahan masukan untuk penelitian serupa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan informasi kepada masyarakat yang terkait dan siapa saja yang
ingin mengetahui strategi keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan Bahan Bakar
Minyak (BBM) di Kota Surakarta. Serta untuk membentuk pola pikir kritis dan dinamis,
mengembangkan penalaran sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.
b. Memberikan masukan bagi para pengambil kebijakan di pemerintahan dalam hal Bahan
Bakar Minyak (BBM).
c. Sebagai syarat kelulusan studi di Jurusan Sosiologi FISIP UNS.
E. TINJAUAN PUSTAKA
a. Strategi
Istilah strategi dalam bahasa yunani disebut strategos, yaitu kepemimpinan dalam
ketentaraan. Dalam bahasa Indonesia, strategos berarti jendral atau perwira tinggi. Jadi,
strategi adalah ilmu dan seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan
lingkungan secara efektif yang terbaik. Strategi adalah sarana untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Strategist adalah individu yang paling bertanggungjawab atas kesuksesan atau
kegagalan suatu organisasi atau keluarga (Mulyana, 2007:1)
Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai
PERSPECTIF, strategi sebagai POSISI, strategi sebagai PERENCANAAN, strategi sebagai
POLA kegiatan, dan strategi sebagai “PENIPUAN” (Ploy) yaitu muslihat rahasia.Sebagai
Perspektif, di mana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada
semua aktivitas. Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan,
dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di
mana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian (Arianto,
2007:1)
Cara berpikir strategi yang terjadi pada intensitas dan tingkat kekompleksan yang
semakin besar yang terjadi pada era modern inilah yang kemudian memunculkan suatu
kebutuhan akan adanya suatu pola atau model yang lebih terstruktur dan sistematis yang akan
membantu para pembuat keputusan (kepala keluarga) untuk secara lebih sederhana dapat
memandang dan menganalisa permasalahan serta merumuskan suatu strategi yang paling
mampu memberikan hasil yang terbaik untuk keluarganya. Hal inilah yang dalam dunia luas
dikenal dengan manajemen strategi (Dirgantoro, 2001: 7 – 8).
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu. Didalam
strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor
pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien
dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi
dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang
lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata
tersebut (www.wikipedia.com).
Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi, yaitu: kemampuan, sumber
daya, lingkungan, dan tujuan. Empat unsur tersebut yang kemudian disatukan secara rasional
dan indah sehingga muncul beberapa alternatif pilihan yang kemudian dievaluasi dan diambil
yang terbaik. Lalu hasilnya dirumuskan secara tersurat sebagai pedoman taktik yang
selanjutnya dipraktekkan pada tindakan operasional. Rumusan strategi minimal harus
memberikan informasi apa yang akan dilakukan, mengapa dilakukan demikian, siapa yang
melakukan dan bertanggung jawab, berapa besar biaya dan lama waktu pelaksanaan, serta
hasil apa yang akan diperoleh. Pada akhirnya, keberadaan strategi pun harus konsisten
dengan lingkungannya, mempunyai alternatif strategi, fokus keunggulan dan menyeluruh,
mempertimbangkan kehadiran risiko, serta dilengkapi tanggung jawab sosial.
Kesimpulannya, strategi yang ditetapkan tidak boleh mengabaikan tujuan, kemampuan,
sumber daya, dan lingkungannya. Keberadaan strategi mempunyai jangka waktu relatif
panjang, sehingga perubahan lingkungan penting memperoleh perhatian. Ibarat sebuah
pedang pemain anggar yang memiliki kelenturan pergerakan (Mulyana. 2007:1).
Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Departemen P & K. 1989: 859). Tujuan
merupakan dasar untuk merencanakan dan menentukan alternatif tindakan seperti yang
dinyatakan oleh Hartini dan G. Saputra dalam Kamus Sosiologi dan Kependudukan yang
member arti pada kata strategi sebagai:
“Suatu siasat dalam menjalankan suatu maksud atau tujuan tertentu atas suatu prosedur yang mempunyai alternative-alternatif pada berbagai langkah (Hartini dan G. Saputra, 1992:406)”
Oleh karena itu, strategi sangatlah berguna bagi makhluk hidup terutama manusia.
Tidak hanya manusia yang menggunakan strategi, hewan dan tumbuhan pun memakai
strategi untuk bertahan hidup. Untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, makhluk hidup
memerlukan suatu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi manusia, cara dalam hal ini
bisa disebut juga dengan strategi, sedangkan bagi hewan dan tumbuhan adalah insting. Dalan
kehidupan manusia, tidak hanya membutuhkan strategi saja untuk bertahan hidup, tetapi
memerlukan bantuan sesama manusia. Sehingga manusia membentuk suatu keluarga dan
hidup saling tolong menolong dalam bermasyarakat. Ketika sudah berkeluarga pun, manusia
memerlukan strategi agar keluarga tersebut dapat berjalan dengan damai. Untuk menjalankan
strategi dalam keluarga, diperlukan rasa saling percaya dan tanggungjawab yang besar dari
para anggota keluarganya. Ibarat sebuah catur, setiap anggota keluarga mempunyai peran dan
fungsi masing-masing. Pemegang kekuasaan untuk mengatur strategi adalah kepala keluarga,
sedangkan budaya di Indonesia yang menjadi kepala keluarga adalah seorang laki-laki.
Sehingga diharapkan seorang laki-laki dapat memimpin sebuah keluarga dengan strategi
yang dipunyainya.
b. Keluarga
Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggungjawab untuk
mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia (Goode, 1983: 16). Pada saat
seseorang ingin membentuk suatu kepribadian, maka keluargalah yang menjadi lembaga
sosial pertama yang akan mengajarkan hal-hal penting dalam kehidupan kepadanya,
termasuk mengajarkan kemampuan berbicara dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-
fungsi sosial lainnya.
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara
historis, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan
mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan
suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang
lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri
tersebut karena tumbuhnya mereka ke arah pendewasaan (Khairuddin, 1985:10)
Telah menjadi aturan umum (terutama di Indonesia), bahwa orang yang lebih tua
(patrilinear: laki-laki yang lebih tua) memegang kontrol atas pembagian sumber-sumber daya
non-material (agama), dan apa yang disebut sebagai “pengetahuan sosial” berupa silsilah dan
pengetahuan tentang aturan-aturan yang mengontrol perkawinan (Clammer,2003:148).
Sehingga laki-laki dijadikan pemimpin suatu keluarga yang berperan dalam mengatur segala
hal yang berkaitan dengan kehidupan anggota keluarganya. Keluarga merupakan lembaga
sosial yang tidak resmi, dalam arti bahwa segala peraturan keluarga adalah untuk keluarga
tersebut dan tanggung jawab dipegang oleh masing-masing anggota keluarga. Berikut adalah
beberapa definisi mengenai Keluarga (Irhash, 2008:3), yaitu:
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) :
“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan” Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) :
“Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dalam ikatan perkawinan atau pertalian
darah yang hidup dalam satu rumah tangga serta dipimpn oleh seorang kepala rumah tangga,
saling berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai peran
dan tanggungjwabnya masing-masing, salah satunya adalah menciptakan atau
mempertahankan suatu kebudayaan.
Setiap kehidupan keluarga pasti mempunyai tahapannya sendiri-sendiri, keluarga
yang satu dengan keluarga lainnya berbeda-beda. Namun pada umumnya, setiap kehidupan
keluarga akan mengalami tahapan sebagai berikut (Irhash, 2008: 3 – 4), yaitu:
1). Tahap pembentukan keluarga, tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.
2). Tahap menjelang kelahiran anak, tugas utama keluarga untuk mendapatkan keturunan
sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang
merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
3). Tahap menghadapi bayi, dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan memberikan
kasih sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat bergantung
kepada orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
4). Tahap menghadapi anak prasekolah, pada tahap ini anak sudah mulai mengenal
kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan
dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang
bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas
keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama,
norma-norma sosial budaya, dan sebagainya.
5). Tahap menghadapi anak sekolah, dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana
mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan
anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas di sekolah anak dan meningkatkan
pengetahuan umum anak.
6). Tahap menghadapi anak remaja, tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam
tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena
itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
7). Tahap melepaskan anak ke masyarakat, setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat
menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan
memulai kehidupan berumah tangga.
8). Tahap berdua kembali, setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-
sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi,
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
9). Tahap masa tua, tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
Terlihat jelas dari tahapan-tahapan tersebut, faktor suami-istri sangatlah penting
dalam membangun suatu keluarga. Tidak hanya peran suami sebagai seorang pemimpin
keluarga, istri pun mempunyai peran yang sangat penting dalam keluarga, karena seorang
anak membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Itulah mengapa dalam keluarga, suami-istri
harus saling harus harmonis.
Untuk membedakan keluarga dengan organisasi sosial lainnya, maka perlu diketahui
terlebih dahulu ciri-ciri umum dan ciri-ciri khususunya. Ciri-ciri umum keluarga menurut
Mac Iver dan Page (Khairuddin, 1985:12), yaitu:
1). Keluarga merupakan hubungan perkawinan;
2). Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara;
3). Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan;
4). Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak;
5). Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun
tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga
Sedangkan ciri-ciri khusus keluarga, yaitu:
1). Kebersamaan: merupakan bentuk yang paling universal diantara bentuk-bentuk sosial
lainnya.
2). Dasar-dasar emosional: hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan-dorongan yang
sangat mendalam dari sifat organis seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan akan
maternal, dan perhatian orangtua
3). Pengaruh perkembangan: merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal dari
semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia, dan pengaruh
perkembangan yang paling besar dalam kesadaran hidup yang mana merupakan
sumbernya.
4). Ukuran yang terbatas: keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya, yang
dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan
identitasnya.
5). Posisi inti dalam struktur sosial: keluarga merupakan inti dari organisasi sosial lainnya
6). Tanggungjawab para anggota: keluarga memiliki tuntutan-tuntutan yang lebih besar dan
kontinyu daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya.
7). Aturan kemasyarakatan: hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu di
dalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-
kondisinya
8). Sifat kekekalan dan kesementaraannya: sebagai institusi, keluarga merupakan sesuatu
yang demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi merupakan organisasi yang
bersifat paling sementara dan yang paling mudah berubah dari seluruh organisasi-
organisasi penting lainnya dalam masyarakat
Struktur keluarga bermacam-macam pada setiap negara bahkan pada setiap kota
dalam sebuah negara. Karena suatu kota mempunyai suku bangsa atau kebudayaannya
sendiri. Dalam kebudayaan tersebut struktur keluarga tercipta. Secara garis besar (Irhash,
2008:5), struktur keluarga terdiri dari:
1). Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2). Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3). Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4). Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah suami.
5). Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan warga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.
Di Indonesia, struktur keluarga yang sering dipakai oleh masyarakat adalah struktur
keluarga yang patrilineal. Dan biasanya sepasang suami-istri yang tinggal di perkotaan akan
tinggal beda rumah dengan orangtua mereka masing-masing, sedangkan di pedesaan banyak
pasangan suami-istri yang tinggal bersama dengan orangtuanya maupun dengan keluarga
besarnya. Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga :
1). Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan, antara anggota keluarga.
2). Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3). Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing
Ada bemacam-macam bentuk keluarga di dunia ini, dari bermacam bentuk tersebut
dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga (Irhash, 2008:
5 – 6) adalah :
1). Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-
anak.
2). Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga Inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3). Keluarga brantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari satu wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4). Keluarga Duda / Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
5). Keluarga berkomposisi (Camposite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama.
6). Keluarga Kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi
membentuk suatu keluarga.
Keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family) karena
masyarakat Indonesia yang terdiri dari beberapa suku hidup dalam suatu komuniti dengan
adat istiadat yang sangat kuat.
Dalam suatu keluarga, sudah pasti terdapat seorang yang mempunyai kekuasaan atas
para anggota keluarganya, karena suatu keluarga akan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan para anggota keluarganya tergantung kepada pemegang kekuasaan dalam
keluarga, para pemegang kekuasaan tersebut (Irhash, 2008:6) adalah sebagai berikut:
1). Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak Ayah.
2). Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak Ibu.
3). Equlitarian, yang memegang dalam keluarga adalah Ayah dan Ibu
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga (Irhash, 2008:6) adalah sebagai berikut:
1). Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2). Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3). Peranan Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual
Keluarga mempunyai multifungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi ini tidak
hanya untuk pasangan suami – istri (intern), tetapi juga untuk bermasyarakat (ekstern).
Beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga (Irhash, 2008:7) adalah sebagai berikut:
1). Fungsi Biologis
a). Untuk meneruskan keturunan
b). Memelihara dan membesarkan anak
c). Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d). Memelihara dan merawat anggota keluarga
2). Fungsi Psikologis
a). Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b). Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c). Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d). Memberikan Identitas anggota keluarga.
3). Fungsi Sosialisasi
a). Membina sosialisasi pada anak
b). Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c). Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4). Fungsi Ekonomi
a). Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b). Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
c). Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya
pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
5). Fungsi Pendidikan
a). Menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, keterampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai bakat dan minat yang dimilikinya.
b). Mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c). Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya
Ahli lain membagi fungsi keluarga, sebagai berikut :
1). Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.
2). Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana
keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3). Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan
merasa aman.
4). Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain
dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5). Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak
anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala
keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
6). Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber
kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja
untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7). Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke
tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton
TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.
8). Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.
Dari berbagai fungsi di atas ada tiga fungsi pokol keluarga terhadap keluarga lainnya
(Irhash, 2008: 9 – 10) yaitu :
1). Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan,pada anggota
keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
kebutuhannya.
2). Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya
selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental,
sosial, dan spiritual.
3). Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia
dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
Selain mempunyai fungsi, keluarga mempunyai dasar tugas pokok yang harus
dilakukan agar keluarga dapat berjalan dengan serasi an harmonis. Dasarnya tugas keluarga
ada delapan tugas pokok (Irhash, 2008:10) sebagai berikut:
1). Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2). Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3). Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
4). Sosialisasi antar anggota keluarga
5). Pengaturan jumlah anggota keluarga
6). Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7). Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8). Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak mereka. Sedangkan poligini dan
poliandri adalah dua bentuk poligami. Poligini adalah seorang laki-laki memiliki dua orang
istri atau lebih, sehingga rumah tangga itu terbentuk dari dua atau lebih keluarga inti, dimana
satu laki-laki yang sama menjadi suami untuk beberapa wanita. Sebaliknya, poliandri adalah
seorang wanita yang menjadi beberapa laki-laki. Beragam bentuk rumah tangga mempunyai
banyak pengertian bagi interaksi keluarga. Rumah tangga membantu mempengaruhi
hubungan suatu keluarga. Misalnya kesempatan berkurang atau bertambah eratnya hubungan
sosial antara anggota kelompok dan sanak saudara (Goode, 1983: 89 – 90). Sedangkan
definisi rumah tangga itu sendiri adalah:
“Suatu kesatuan sosial ekonomi yang anggotanya berada dalam satu rumah atau bagian dari rumah dan ini merupakan kelompok-kelompok lokal (special group). Biasanya anggotanya mempunyai ikatan perkawinan, keturunan, dan adopsi (Darsono Wisadirana, 2004: 130 – 131)”.
Menurut Evans (1985), konsep rumah tangga lebih ditekankan pada fungsi domestic
exchange seperti belanja (expenditures) untuk kebutuhan sehari-hari, dan pendapatan
(income), serta fungsi penyediaan tempat tinggal, sedangkan defisini keluarga lebih terpusat
pada hubungan serta proses reproduksi biologis. Tersirat didalam definisi ini pengertian co-
residential yang tidak harus selalu ada keterkaitan darah antar anggota-anggota didalamnya.
Namun demikian, dalam banyak kasus rumah tangga merupakan suatu keluarga (Firman,
1990:77).
c. Kemiskinan
Menurut Mari’e Muhammad, mantan Menkeu RI, kemiskinan adalah
ketidakmampuan individu, keluarga, maupun lembaga/kelompok masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pangan atau pun non-pangan, khususnya pendidikan
dasar, kesehatan dasar, perumahan, dan kebutuhan transportasi. Hal ini biasa disebut dengan
kemiskinan absolut. Isu tentang seputar ketimpangan dalam pembagian pendapatan, mereka
sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan, namun masih berada dibawah kemampuan
rata-rata masyarakat disekitarnya. Hal ini disebut dengan Kemiskinan Relatif. Kemiskinan
Kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau
berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya, walaupun banyak pihak lain yang berusaha
membantunya. Sedangkan kemiskinan dtruktural adalah ketidakberdayaan sekelompok
masyarakat dibawah situasi sistem pemerintahanan atau politik, yang menyebabkan mereka
berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi (Basuki dan Prasetyo, 2007: 7 – 8).
Menurut IFPRI (sebuah institut penelitian kebijakan pangan internasional), jumlah
penduduk miskin di Indonesia mencapai 17 persen dengan penghasilan dibawah 2 dolar AS
per hari, dan 7 persen dibawah garis kemiskinan dengan penghasilan dibawah 1 dolar AS per
hari. Kesimpulannya, seperempat penduduk Indonesia belum dapat hidup secara layak,
karena belum terpenuhi kehidupan dasarnya. IFPRI juga mendapati penduduk termiskin di
dunia adalah mereka yang kebanyakan hidup di kawasan terpencil, minoritas etnik, atau
anggota kelompok yang sangat terluar, sehingga mereka tidak punya akses terhadap
pendidikan, aset kesehatan, dan aset terhadap pasar
Bila mengacu pada tulisan Prof. Dr. Sajogyo, maka yang digolongkan miskin adalah
orang yang pengeluaran rumah tangganya sama dengan, atau di bawah 320 kg/orang/tahun
untuk pedesaan, dan 480 kg/orang/tahun untuk perkotaan. Salah satu kunci utama untuk
menghindarkan penderitaan itu menjadi musibah lebih berat adalah keterbukaan dan
kelancaran informasi tentang kelaparan dan kemiskinan di tiap daerah (Sajogyo, 1996:10).
Pertumbuhan angkatan kerja di kota-kota sebagai akibat migran desa-kota lebih cepat
dibandingkan peluang kerja yang ad. Keadaan yang demikian, menyebabkan pengangguran
termasuk di kalangan penduduk usia muda serta makin banyaknya sektor informal di dalam
kota (Leibo, 2004:10). Menurut Syahrial Syarbaini, yang dimaksud dengan kemiskinan
adalah:
“Suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendiri yang sesuai dengan kehidupan kelompoknya dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok itu (Syarbaini, 2002:21)”.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi yaitu kemiskinan
alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan “alamiah” terjadi akibat sumber daya alam yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi
karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat
tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, sehingga
mereka tetap miskin (Nurkse, 1953:1).
Kemiskinan merupakan persoalan multi dimensional yang tidak saja melibatkan
faktor ekonomi, tetapi juga sosial, budaya dan politik. Pertama, yang paling terlihat jelas
adalah bahwa kemiskinan berdimensi ekonomi atau material. Dimensi ini menjelma dalam
berbagai kebutuhan dasar manusia yang sifatnya material, yaitu pangan, sandang,
perumahan, kesehatan, dan lain-lain. Dimensi ini dapat diukur dalam rupiah meskipun
harganya akan selalu berubah-ubah setiap tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu
sendiri.
Kedua, kemiskinan berdimensi sosial budaya. Ukuran kuantitatif kurang dapat
dipergunakan untuk memahami dimensi ini, sehingga ukurannya sangat bersifat kualitatif.
Lapisan yang secara ekonomis miskin akan membentuk kantong-kantong kebudayaan yang
disebut budaya kemiskinan demi kelangsungan hidup mereka. Budaya kemiskinan ini
tercermin dengan adanya nilai-nilai seperti apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan
lain-lain. Oleh karena itu, serangan terhadap kemiskinan adalah sama dengan pengikisan
budaya ini. Apabila budaya ini tidak dihilangkan, maka kemiskinan ekonomi pun juga sulit
diatasi.
Ketiga, kemiskinan berdimensi struktural atau politik, diartikan bahwa orang yang
mengalami kemiskinan ekonomi pada hakekatnya karena mengalami kemiskinan structural
atau politik. Kemiskinan ini terjadi karena orang miskin tersebut tidak memiliki sarana untuk
terlibat dalam proses politik dan tidak mempunyai kekuatan politik, sehingga menduduki
struktur sosial yang paling bawah. Terdapat asumsi yang menegaskan bahwa orang yang
miskin secara structural atau politis akan berakibat pula miskin dalam bidang material
(ekonomi). Untuk itu, langkah pengentasan kemiskinan salah satunya adalah harus
mengatasinya dari yang sifatnya structural atau politis. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut
pada hakekatnya merupakan gambaran bahwa kemiskinan bukan hanya dalam pengertian
ekonomi saja, sehingga diperlukan program pengentasan kemiskinan tidak hanya
memprioritaskan bidang ekonomi saja, melainkan bidang lainnya.
Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok atau ekonomi memang memerlukan
prioritas, selain itu diperlukan juga prioritas target untuk mengatasi kemiskinan non-
ekonomi. Hal ini sejalan dengan pergeseran strategi pembangunan nasional bahwa yang
dikejar bukan semata-mata pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga pembangunan kualitas
manusia seutuhnya dalam tataran sosial, budaya, dan politik.
Kesulitan akan timbul ketika fenomena kemiskinan difokuskan dalam bentuk angka-
angka. Hal ini seperti pengukuran dan penentuan sebuah garis batas kemiskinan, yang hingga
kini menjadi perdebatan. Dengan kata lain, tidaklah mudah untuk menentukan berapa rupiah
pendapatan yang harus dimiliki oleh setiap orang agar terhindar dari garis batas kemiskinan.
Jadi, dalam hal ini kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan kuantitatif saja,
melainkan kualitatif juga. Terkadang di dalam masyarakat terkadang yang secara kuantitatif
atau obyektif yang apabila dihitung pendapatannya dengan rupiah merupakan tergolong
miskin dan tinggal di lingkup budaya tertentu, orang tersebut merasa tidak miskin. Bahkan,
merasa cukup dan justru berterima kasih kepada nasibnya. Hal ini biasanya berkaitan dengan
nilai-nilai budaya tertentu seperti nilai nrimo, takdir, nasib, dan lain-lain (Dewanta, 1995:
29 – 30).
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung kemiskinan adalah data
SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional), yang diperbaharui setiap tiga tahun sekali.
Ada 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006 data kemiskinan hasil SUSENAS. Selain
SUSENAS, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pula Pendataan Sosial Ekonomi
Penduduk (PSE) untuk memperoleh data mikro yang memuat informasi nama kepala rumah
tangga dan lokasi tempat tinggal secara lengkap dari penerima BLT (Bantuan Langsung
Tunai). Sasarannya tidak hanya rumah tangga miskin sekali dan miskin, tetapi juga yang
mendekati miskin. Jumlah penerima BLT versi BPS adalah 19,2 juta rumah tangga.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan (Basuki dan Prasetyo, 2007: 8), yaitu :
1). Kemiskinan alamiah
Terjadi akibat sumber daya alam (SDA) yang terbatas, teknologi rendah dan terjadi
bencana alam
2). Kemiskinan buatan
Terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat tersebut membuat sebagian
anggota masyarakatnya tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lainnya yang tersedia, sehingga mereka tetap miskin
Kriteria Rumah Tangga (keluarga) Miskin (Basuki dan Prasetyo, 2007: 12) adalah :
1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang
2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah / bambu / kayu murahan
3) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah / tembok
tanpa plester
4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama dengan rumah tangga lain
5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6) Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai / air hujan
7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak tanah
8) Hanya mengonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu
9) Hanya membeli satu set pakaian baru dalam setahun
10) Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari
11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik
12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah Rp 600.000 per bulan (petani, buruh
tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya)
13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah / tidak tamat SD / hanya SD
14) Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000,
seperti sepeda motor (kredit / non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal
lainnya.
Selama ini, banyak pihak yang menilai bahwa persoalan kemiskinan hanya ada pada
tataran gejala-gejala yang terlihat dari luar atau di permukaannya saja, yaitu dimensi politik,
sosial, ekonomi, asset dan lain-lain. Dimensi-dimensi tersebut muncul dalam berbagai bentuk
(Buku Pedoman Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan), seperti:
a). Dimensi politik
Sering muncul dalam bentuk tidak adanya atau tidak dimilikinya wadah/organisasi yang
mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka
benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri
mereka. Akibatnya, mereka juga tidak bisa memiliki akses yang memadai ke berbagai
sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak,
termasuk akses informasi.
b). Dimensi sosial
Sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasinya warga miskin ke dalam institusi sosial
yang ada, serta terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia
dan etos kerja mereka, serta pudarnya nilai-nilai capital sosial.
c). Dimensi lingkungan
Sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak beriorientasi
pada pembangunan berkelanjutan, sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta
permukiman.
d). Dimensi ekonomi
Sering muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan, sehingga tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak.
e). Dimensi aset
Ditandai dengan rendahnya tingkat kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang
mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk asset kualitas SDM (Human Capital),
peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan dan sebagainya.
Berbagai program kemiskinan yang telah dilaksanakan pada masa lalu yang bersifat
parsial, sektoral, dan charity yang dalam kenyataannya sering menghadapi kondisi yang
kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial,
dan melemahkan nilai-nilai capital sosial (gotong royong, musyawarah, keswadayaan, dan
lain-lain) yang ada dimasyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian,
kebersamaan, dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama.
Kondisi tersebut disebabkan salah satunya oleh keputusan, kebijakan serta tindakan
dari pengelola program kemiskinan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini
cenderung tidak adil, tidak transparan, dan tidak tanggungjawab (not pro poor and good
governance oriented), sehingga menimbulkan kecurigaan, stereotype dan skeptisme di
masyarakat.
Bank Dunia membuat definisi yang dikategorikan di bawah garis kemiskinan yakni
mereka yang berpenghasilan 2 dolar AS (kini Rp20.000 dengan kurs 9.000 per 1 dolar AS)
per kapita sehari. Rata-rata satu keluarga dua anak, yang bekerja dua orang; bapak dan ibu
dengan kalori yang dihasilkan 2 x 2.100 sama dengan 4.200 kalori untuk empat orang atau
rata-rata 1.150 kalori perkapita per hari. Dengan 1.150 kalori perkapita per hari bagi seorang
anak sudah dibawah kebutuhan dasar. Di sisi lain, belum tentu pula penghasilan, produksi
dan kalori yang diperoleh pekerja, petani atau peternak dan nelayan itu dikonsumsi sebagai
makanan, karena masih ada yang dipergunakan untuk membeli rokok, sehingga
kemungkinan yang dikonsumsi jauh di bawah 1.150 kalori per hari. Departemen Kesehatan
Indonesia mencatat 76,4 juta (35 persen dari total 220 juta penduduk) adalah masyarakat
miskin dan tidak mampu. Bila mengacu pada standar BPS, penduduk miskin adalah suatu
kondisi seseorang yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya kurang dari 2.100
kalori per hari atau setara dengan pendapatan sebesar 1,55 dolar AS per hari, pada tahun
2007 World Bank (Bank Dunia) menetapkan standar garis kemiskinan yakni berpendapatan 2
dolar AS per hari (http://kepritoday.com/content/view/8844/36/).
Gakin singkatan dari keluarga miskin yaitu kelompok keluarga yang dikategorikan
miskin atau miskin sekali. pengelompokan ini didasarkan atas pendapatan keluarga dimaksud
dalam sebulan. Menurut badan pusat statistik (BPS), keluarga miskin adalah keluarga yang
pendapatan per-orang dalam sebulan sebesar Rp175.000. Bila satu keluarga mempunyai 2
orang anak, maka rata-rata pendapatan keluarga miskin tadi sebesar Rp 175.000 x 4 = Rp
600.000.
Keluarga dikatakan miskin sekali apabila pendapatan perorang dalam sebulan kurang dari Rp
175.000. Artinya kalau keluarga tersebut (mempunyai 2 orang anak) mempunyai pendapatan
kurang dari Rp 600.000/bulan, dapat dikatakan
sebagai keluarga miskin sekali (http://id.answers.yahoo.com/question
/index?qid=20080115024303AAzv5UK). Kategori kemiskinan Gakin dilihat dari
pengeluaran makan dalam sebulan, pengeluaran makan kurang dari
Rp 480.000,- (Rp 120.000/orang/bulan) adalah sangat miskin, diantara
Rp 480.000 – 600.000,- (Rp 150.000/orang/bulan) adalah miskin,
dan diantara Rp 600.000 – 700.000,- (Rp 175.000/orang/bulan) adalah
dekat miskin (http://www.litbang.depkes.go.id/download/seminar/askes_cisarua/
UNAIR/KetepatanFinal.pdf )
Kemiskinan di kota Surakarta pada bulan September 2007 sudah sangat kronis.
Sekitar 29.764 Kepala Keluarga (KK) atau 107.004 jiwa, yaitu 20% dari sekitar 530.000
warga kota Surakarta berada dibawah garis kemiskinan (Sumber: Keputusan Walikota
No.470/98/1/2007). Dengan demikian, Surakarta menempati urutan ke 29 dari 33 kota paling
miskin di Jawa dan Bali.
Kemiskinan tidak terjadi pada Negara berkembang saja, bahkan Negara seperti di
Negara maju seperti Negara Amerika. Hal tersebut dijelaskan
Wiley (2009) dalam jurnalnya yang berjudul “Causes and Effect of Poverty”. Dan pada jurnal
tersebut, ia juga menjelaskan definisi tentang kemiskinan absolut (poverty absolute) dan
kemiskinan relatif (relative poverty).
“Any discussion of social class and mobility would be incomplete without a
discussion of poverty, which is defined as the lack of the minimum food and shelter
necessary for maintaining life. More specifically, this condition is known as absolute
poverty. Today it is estimated that more than 35 million Americans approximately 14
percent of the population live in poverty. Of course, like all other social science
statistics, these are not without controversy. Other estimates of poverty in the United
States range from 10 percent to 21 percent, depending on one's political leanings.
This is why many sociologists prefer a relative, rather than an absolute, definition of
poverty. According to the definition of relative poverty, the poor are those who lack
what is needed by most Americans to live decently because they earn less than half of
the nation's median income. By this standard, around 20 percent of Americans live in
poverty, and this has been the case for at least the past 40 years. Of these 20 percent,
60 percent are from the working class poor”.
(Setiap diskusi tentang kelas sosial dan mobilitas tidak akan lengkap tanpa sebuah
diskusi tentang kemiskinan, yang didefinisikan sebagai kekurangan pangan dan papan
minimum yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. Lebih khusus lagi, kondisi
ini dikenal sebagai kemiskinan absolut. Hari ini diperkirakan lebih dari 35 juta warga
Amerika sekitar 14 persen dari jumlah penduduk-hidup dalam kemiskinan. Tentu
saja, seperti semua statistik ilmu sosial lainnya, ini bukan tanpa kontroversi. Perkiraan
lain kemiskinan di Amerika Serikat berkisar dari 10 persen menjadi 21 persen,
tergantung pada kecenderungan politik. Inilah sebabnya mengapa banyak sosiolog
lebih suka relatif, bukan absolut, definisi kemiskinan. Menurut definisi kemiskinan
relatif, orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki apa yang dibutuhkan oleh
sebagian besar warga Amerika untuk hidup layak karena mereka mendapatkan kurang
dari setengah dari pendapatan rata-rata nasional. Dengan standar ini, sekitar 20 persen
orang Amerika hidup dalam kemiskinan, dan ini telah terjadi setidaknya selama 40
tahun. Dari jumlah tersebut 20 persen, 60 persen berasal dari kelas pekerja miskin).
Dalam sebuah jurnal lain dengan judul Reinventing Poverty Alleviation
Strategies through Corporate Social Responsibility yang dibuat oleh Denni Arli,
Pamela D. Morrison, dan Mohammed A. Razzaque, mereka menyebutkan ada tiga
strategi untuk menanggulangi kemiskinan, yaitu:
In general, there are three types of poverty alleviation strategies used by
corporations. The first model is the ‘profit’ strategy. This model enables the company
to explore the untapped market of low income consumers by creating affordable
goods and services with the expectation to find profit within these low income
consumers The starting point is the company’s resources and capabilities, then the
creation of innovative products and/or services to match the needs of low income
consumers. The poor then will bring the wealth back to the company. The second
model is the ‘non-profit’ strategy. The poverty alleviation programs are launched by
non-profit organizations. The organization directly provides help for the poor with
nothing expected in return. The final model is a CSR model. This is where the
company has a social mission. This model uses the problems and challenges faced by
low income consumers as a starting point. The problems are critically analysed and
solved with both parties reaping the benefits. The starting point of this strategy is the
poor. The poor offer challenges and opportunities; subsequently social strategy is
created to solve these problems. The products and services will bring wealth to the
low income consumer and then transfers back to the company who supplies it.
(Secara umum, ada tiga jenis strategi pengentasan kemiskinan yang digunakan oleh
perusahaan. Model pertama adalah 'keuntungan' strategi. Model ini memungkinkan
perusahaan untuk menjelajahi belum dimanfaatkan pasar konsumen berpenghasilan
rendah dengan menciptakan barang dan jasa yang terjangkau dengan The harapan
untuk mencari keuntungan dalam konsumen berpenghasilan rendah ini. Titik awalnya
adalah perusahaan sumber daya dan kemampuan, maka penciptaan inovatif produk
dan / atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen berpenghasilan rendah.
Orang miskin kemudian akan membawa kekayaan kembali ke perusahaan. Model
kedua adalah 'non-profit' strategi. Program-program pengentasan kemiskinan yang
diluncurkan oleh organisasi nirlaba. Organisasi secara langsung memberikan bantuan
bagi masyarakat miskin dengan apa-apa diharapkan kembali. Model terakhir adalah
model CSR. Ini adalah di mana perusahaan memiliki misi sosial. Model ini
menggunakan masalah dan tantangan yang dihadapi oleh konsumen berpenghasilan
rendah sebagai titik awal. Masalah-masalah yang kritis dianalisis dan dipecahkan
dengan kedua belah pihak memetik manfaat. Titik awal dari strategi ini adalah
masyarakat miskin. Orang miskin menawarkan tantangan dan kesempatan; strategi
sosial kemudian dibuat untuk menyelesaikan masalah ini. Produk dan jasa akan
membawa kekayaan kepada konsumen berpendapatan rendah dan kemudian transfer
kembali ke perusahaan yang menyediakannya itu).
d. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Bahan Bakar Minyak adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak
Bumi. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral
atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk
batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan
yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. Minyak dan Gas Bumi
adalah Minyak Bumi dan Gas Bumi (Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi).
BBM dapat dibagi menjadi berbagai macam jenis, dan jenis-jenis tersebut dapat
digunakan untuk kehidupan sehari-hari manusia baik untuk
kehidupan berumah tangga, perindustrian maupun transportasi.
Nama dan jenis BBM tersebut (http://www.bphmigas.go.id/p/bphmigaspages/
bbm/jenis_bbm.html) antara lain:
a) Avgas ( Aviation Gasoline)
Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi
minyak bumi. Avgas didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem
pembakaran dalam (internal combution), mesin piston dengan sistem pengapian.
Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane number antara nilai dibawah 100 dan
juga diatas nilai 100 . Nilai octane jenis Avgas yang beredar di Indonesia memiliki nilai
100/130.
b) Avtur (Aviation Turbine)
Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari fraksi
minyak bumi. Avtur didisain untuk bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin
(external combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur ditentukan oleh
karakteristik kemurnian bahan bakar, model pembakaran turbin dan daya tahan struktur
pada suhu yang rendah.
c) Bensin
Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama umum untuk beberapa jenis BBM
yang diperuntukkan untuk mesin dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia
terdapat beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu pembakaran
berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung berdasarkan nilai RON (Randon
Otcane Number). Berdasarkan RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3
jenis yaitu:
1) Premium (RON 88) :
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih.
Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan
premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin
bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan lain-lain. Bahan bakar ini
sering juga disebut motor gasoline atau petrol.
2) Pertamax (RON 92) :
Ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar
beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk
kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan
teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters.
3) Pertamax Plus (RON 95) :
Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance International World Wide Fuel
Charter (WWFC). Ditujukan untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang
mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan ramah lingkungan.
Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi
ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI),
Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers dan catalytic
converters.
d) Minyak Tanah (Kerosene)
Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari minyak mentah yang memiliki titik
didih antara 150 °C dan 300 °C dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahun-tahun
sebagai alat bantu penerangan, memasak, water heating, dll. Umumnya merupakan
pemakaian domestik (rumahan), usaha kecil.
e) Minyak Solar (HSD)
High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar yang memiliki angka performa
cetane number 45, jenis BBM ini umumnya digunakan untuk mesin trasportasi mesin
diesel yang umum dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik (injection pump) dan
electronic injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk jenis kendaraan bermotor
trasportasi dan mesin industri.
f) Minyak Diesel (MDF)
Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam yang berbentuk cair
pada temperatur rendah. Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat
diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh karena itulah, diesel
oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF).
g) Minyak Bakar (MFO)
Minyak Bakar bukan merupakan produk hasil destilasi tetapi hasil dari jenis residu yang
berwarna hitam. Minyak jenis ini memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan
minyak diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk pembakaran langsung pada
industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar untuk steam power station dan
beberapa penggunaan yang dari segi ekonomi lebih murah dengan penggunaan minyak
bakar. Minyak Bakar tidak jauh berbeda dengan Marine Fuel Oil (MFO)
h) Biodiesel
Jenis Bahan Bakar ini merupakan alternatif bagi bahan bakar diesel berdasar-petroleum
dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nebati atau hewan. Secara kimia, ia
merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang
asam lemak. Jenis Produk yang dipasarkan saat ini merupakan produk biodiesel dengan
campuran 95 persen diesel petrolium dan mengandung 5 persenCPO yang telah dibentuk
menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME)
i) Pertamina Dex
Adalah bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai standar
emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane number 53
keatas, memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300 ppm, jenis BBM
ini direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi injeksi terbaru (Diesel Common Rail
System), sehingga pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan
tenaga yang lebih besar.
j) Minyak goreng
Adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan
berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti
kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai, dan kanola. Minyak goreng
biasanya bisa digunakan hingga
3 - 4 kali penggorengan. Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna.
Pemerintah Indonesia dalam upaya menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi
yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi
lingkungan serta mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional sehingga mampu
mendukung kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, telah menetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang telah disetujui oleh DPR RI.
Situasi harga minyak mentah dunia sering tidak menentu, sehingga harga BBM
Nasional pun ikut berubah-ubah (naik – turun). Tercatat, harga BBM Nasional sudah
mengalami sebelas kali perubahan dari tahun 1980 – 2008. Harga BBM Nasional yang
termurah terjadi pada tanggal 1 Mei 1980, yaitu: Minyak Tanah Rp 37.5,-; Minyak Solar
(Solar) Rp 52.5,-; Bensin (Premium) Rp 150,-.
Dan termahal terjadi pada tanggal 24 Mei 2008, yaitu: Minyak Tanah Rp 2.500,-;
Minyak Solar (Solar) Rp 5.500,-; Bensin (Premium) Rp 6000,.
(http://www.bphmigas.go.id/p/bphmigaspages/bbm/harga_bbm_int.html).
Tabel 1
Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Dalam Negeri
(TAHUN 1980 - 2008)
NO.
TERHITUNG MULAI
HARGA BBM (Rp/liter)
KETERANGAN TANGGAL MINYAK TANAH
MINYAK SOLAR
BENSIN PREMIUM
1 1 Mei 1980 37.5 52.5 150 Keppres
2 11 Juli 1991 220 300 550 Keppres
3 8 Januari 1993 280 380 700 Keppres
4 5 Mei 1998 350 600 1,200 Keppres
5 1 Oktober
2000 350 600 1,150 Keppres 135/2000
6 16 Juni 2001 400 900 1,450 Keppres 73/2001
7 17 Januari
2002 600 1,150 1,550 Keppres 9/2002
8 2 Januari 2003 700 1,890 1,810 Keppres 90/2002
9 1 Maret 2005 700 2,100 2,400 Perpres 22/2005
10 1 Oktober
2005 2,000 4,300 4,500 Perpres 55/2005
11 24 Mei 2008 2,500 5,500 6,000 Permen ESDM No. 16/2008
Sumber: Bagian Hukum & Humas BPH Migas
Untuk selanjutnya, agar semua kota di Indonesia dapat menikmati BBM secara adil &
merata, pemerintah membagi wilayah Indonesia menjadi empat Wilayah Distribusi Niaga
yang disingkat (WDN). WDN yang terdiri dari
kota-kota besar dan beberapa provinsi yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Pembagian Wilayah Distribusi Niaga (WDN)
WDN I WDN II
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung
Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Bali
WDN III WDN IV
Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Gorontalo Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
Dan dalam Peraturan Presiden RI No.55 Tahun 2005 pasal 2 ayat 2 memutuskan bahwa:
“Harga jual eceran Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk Usaha Kecil, Transportasi, dan Pelayanan Umum di titik serah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk setiap liter ditetapkan sebagai berikut: a. Bensin Premium : Rp. 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah) b. Minyak Solar (Gas Oil) : Rp. 4.300,00 (empat ribu tiga ratus rupiah)”
Pemerintah Indonesia berusaha agar setiap pulau di Indonesia mendapatkan BBM.
Hal ini diharapkan agar Negara Indonesia bisa menjadi makmur dan perekonomiannya
menjadi lancar, karena sebagian besar atau hampir seluruh proses perekonomian di Indonesia
bergantung kepada BBM, baik dari perekonomian kecil, menengah hingga perekonomian
besar. Untuk lebih mudah mengetahuinya berikut adalah Peta Pembagian Wilayah Ditribusi
Niaga (WDN).
Bagan 1
Peta Pembagian Wilayah Distribusi Niaga (WDN)
Sumber: http://www.bphmigas.go.id/export/sites/default/bphmigaspages/images/Peta_wdn_gede.gif
F. LANDASAN TEORI
Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat,
dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang Ilmu Sosial yang mempelajari
masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Sebagai cabang Ilmu, Sosiologi
dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, August Comte. Comte kemudian dikenal sebagai
Bapak Sosiologi. Namun, sejarah mencatat bahwa Émile Durkheim (ilmuwan sosial Perancis)
yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Istilah sosiologi
pertama kali muncul pada tahun 1839 yaitu pada keterangan sebuah paragraph dalam pelajaran
ke 47 Cours de la philosophie (Kuliah Filsafat) karya Auguste Comte. Ketika menemukan istilah
sosiologi, Comte belum terkenal.
Pelajaran dalam Cours itu berupa “hukum tiga keadaan” yang menurut Comte meringkas
perkembangan pemikiran manusia. Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan dianggap telah
melalui tiga zaman yang terkait dengan tiga periode sejarah serta tiga masa intelektual (Anthony
Giddens, Daniel Bell, Michel Forse,etc., 2004: 8-9), yakni:
a. Zaman Teologi atau “fiktif”
Adalah masa kanak-kanak kemanusiaan. Jiwa atau semangat manusia mencari penyebab dari
timbulnya fenomena-fenomena, baik dengan cara menghubungkannya dengan benda-benda
yang dimaksud (memuja jimat) atau dengan menganggap adanya makhluk gaib (agama
politheis) atau dengan satu Tuhan (monotheisme). “Jiwa manusia menghadirkan gambaran
bahwa fenomena dihasilkan lewat perbuatan kekuatan gaib (supranatural) yang jumlahnya
sedikit atau banyak, secara langsung dan terus menerus”. Masa ini adalah masa kepercayaan
magis, percaya pada jimat, roh, dan agama. Dunia bergerak menuju alam baka, menuju ke
pemujaan terhadap nenek moyang, menuju ke sebuah dunia dimana “orang mati mengatur
orang hidup”.
b. Zaman Metafisika “abstrak”
Adalah masa remaja pemikiran manusia. Kekuatan gaib diganti dengan kekuatan abstrak,
yaitu “Alam”nya Spinoza, “Tuhan Geometri”nya Descartes, “Materi”nya Diderot atau “Akal
Sehat”nya Abad Pencerahaan. Masa ini dianggap sebagai masa kemajuan jika dikaitkan
dengan pemikiran antropomorfis sebelumnya. Namun, pemikiran-pemikirannya masih
terbelenggu oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal. Orang mengaitkan realitas
dengan prinsip-prinsip pertama (metode filsuf).
c. Zaman Positif
Adalah keadaan intelegensia kita yang berani. Semangat positif menyingkirkan pencarian
menyangkut pertanyaan hakiki “mengapa” yang terkait dengan segala sesuatu dalam
memikirkan tentang perbuatan, yaitu: “hokum-hukum efektif berupa hubungan suksesi dan
kesamaan yang tidak berubah” (Cours, I). positivism berupaya meninggalkan spekulasi dan
konsep tidak berguna yang berasal dari imajinasi agar berpegang pada objektivitas ilmu
pengetahuan yang disusun dari pengalaman, observasi peristiwa, dan penalaran yang eksak.
Demikianlah bunyi kredo positivism, yaitu doktrin antimetafisika yang kelak akan menjadi
salah satu aliran pemikiran terpenting pada abad XX.
a. Teori Konflik
Teori mengenai sebab-sebab konflik yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori
kebutuhan manusia. Teori ini menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh
kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal
yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan
otonomi (www.WordPress.com.). Sasarannya adalah mengidentifikasi dan mengupayakan
bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan
pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Menurut Simmel (1955), konflik merupakan salah satu bentuk dasar interaksi.
Konflik sangat erat terjalin dengan pelbagai proses yang mempersatukan dalam kehidupan
sosial, dan bukan hanya sekedar lawan dari persatuan. Konflik dan persatuan dapat dilihat
sebagai bentuk lain dari sosiasi, yang satu tidak lebih penting atau lebih mutlak dari yang
lainnya. Keduanya biasa, dan merupakan interaksi yang bersifat timbal-balik
(Johnson.1986:269).
Lawan dari persatuan bukanlah konflik, sering kali hubungan sosial yang ditandai
oleh kekompakan yang tinggi juga ditandai oleh ketegangan-ketegangan yang laten dan
konflik periodik. Tanpa elemen antagonistik ini, kepribadian (individuality) akan diresap
tuntutan-tuntutan orang lain dan harapan-harapan kelompok.
Mengansumsikan bahwa ketegangan dan konflik adalah sesuatu yang “abnormal”
atau bahwa keduanya merusakkan persatuan kelompok merupakan suatu perspektif yang
penuh bias yang tidak didukung oleh kenyataan. Dalam pandangan sosiologi, lawan dari
persatuan bukanlah konflik tetapi ketidak-terlibatan (noninvolvement, artinya tidak ada
satupun bentuk interaksi timbal-balik). Sesungguhnya, kalau suatu hubungan sosial dapat
dirusakkan oleh meledaknya perselisihan, hal ini mungkin merupakan suatu pertanda yang
baik bahwa tingkat kesatuan itu benar-benar rendah. Perspektif Simmel mengenai konflik
dan persatuan sebagai alternatif (kecuali sama pentingnya dan merupakan bentuk-bentuk
interaksi yang sangat saling tergantung) merupakan juga suatu alternatif yang menjembatani
Marx yang memusatkan pada konflik sosial dan Durkheim yang memberikan tekanan pada
integrasi dan solidaritas sosial. Marx menekankan proses konflik sebagai proses sosial yang
paling dasar, munculnya kesatuan atau integrasi sosial diabaikan. Menurut dia, kesatuan atau
integrasi sosial merupakan hasil dari kesadaran palsu dalam hubungan yang meliputi
perbedaan. Sedangkan Durkheim menekankan proses sosial adalah yang meningkatkan
integrasi sosial dan kekompakan. Meskipun dia mengakui bahwa konflik terjadi di dalam
kehidupan sosial, dia cenderung untuk memperlakukan konflik yang berlebih-lebihan sebagai
sesuatu yang tidak normal dalam integrasi masyarakat (Johnson.1986:269).
Tidak hanya hubungan-hubungan yang terutama bersifat kompak yang mempunyai
beberapa elemen konflik, tetapi juga hubungan-hubungan antagonisme dan konflik memiliki
beberapa elemen yang mempersatukan. Dalam pertandingan-pertandingan kompetisi
misalnya, orang-orang yang berkompetisi harus dengan jelas sepakat akan peraturan-
peraturan permainan. Lalu peraturan itulah yang membentuk suatu ikatan bersama di
kalangan mereka yang berkompetisi. Pada suatu tingkat yang lebih luas, perang juga
dikendalikan oleh pemahaman internasional yang bersifat umum yang mengatur tindakan
berperang. Dan juga apabila dua partai atau lebih berada dalam konflik atau kompetisi untuk
suatu hadiah atau jenis keuntungan material lainnya, sekaligus mereka juga disatukan oleh
keinginan mereka akan hadiah atau keuntungan tersebut. Contoh lain yang memperlihatkan
saling ketergantungan yang erat antara konflik dan persatuan adalah kenyataan bahwa
mereka yang bersaing dalam pasar ekonomi sering mengembangkan strategi untuk
membatasi besarnya kompetisi mereka, sehingga menciptakan suatu ikatan diantara mereka.
b. Paradigma Perilaku Sosial
Dalam sosiologi terdapat tiga macam paradigma yaitu paradima fakta sosial,
paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial. Paradigma adalah cara pandang
yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya
dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan tentang
apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana
seharusnya menjawab serta aturan-aturan apa saja yang harus diikuti dalam
menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-
persoalan tersebut.
Tindakan sosial didefinisikan sebagai tindakan individu sepanjang tindakannya itu
mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain
(Ritzer,1985:45).
Dalam strategi ini juga melibatkan orang lain, antara lain anggota keluarga, sanak
saudara, tetangga, dan pemerintah. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber
membedakannya menjadi 4 tipe (Ritzer,1992:47), yaitu:
1) Zwerk Rational Action (Rasionalitas Instrumental)
Aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya, tetapi
juga menentukan nilai dari tujuan tersebut. Tujuan dari Zwerk Rational Action tidak
absolut, tetapi bisa juga menjadi cara dari tujuan lain berikutnya. Bila aktor berkelakuan
dengan cara yang paling rasional, maka mudah memahami tindakannya itu.
2) Werk Rational Action (Rasionalitas yang Berorientasi Nilai)
Aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling
tepat atau lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Hal ini menunjuk kepada tujuan
itu sendiri. Dalam werk rational action, dapat disadari bahwa antara tujuan dan cara-cara
mencapainya cenderung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tujuan ini rasional
karena pilihan terhadap cara-caranya, kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan.
Dan tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan untuk dipahami.
3) Affectual Action (tindakan yang dibuat-buat)
Tindakan ini dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan ini
sukar dipahami dan kurang bahkan tidak rasional.
4) Traditional Action
Adalah tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di
masa lalunya.
Paradigma perilaku sosial memusatkan kepada hubungan antara individu dengan
lingkungannya yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Sedangkan persoalan dari
paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan
faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Terlihat disini
terdapat hubungan yang fungsional antara tingkah laku dan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan actor. Paradigma perilaku sosial mengganggap individu kurang memiliki
kebebasan, tanggapan ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya, jadi
tingkah laku bersifat mekanis (Ritzer,1985:884-85).
Blau yang menerima prinsip pertukaran sosial dalam ahli psikologi Skinner, yang
kemudian dibahas oleh Homans seperti yang telah dikemukakan diatas. Termasuk dalam
prinsip-prinsip tersebut adalah adanya daya tarik individu terhadap satu sama lain, serta
keinginan akan berbagai jenis ganjaran sosial. Memang tidak semua perilaku manusia
dibimbing oleh pertukaran sosial, Blau berpendapat kebanyakan memang demikian. Lebih
lanjut Blau mengetengahkan dua prasyarat yang harus dipenuhi bagi perilaku yang menjurus
kepada pertukaran sosial, sebagai berikut:
1) Perilaku harus berorientasi kepada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melalui
interaksi dengan orang lain.
2) Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan
tersebut (Poloma;1987:83)
Di dalam proses sosial manusia memperoleh beberapa karakteristik yang
mempengaruhi perilakunya, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga komponen, yaitu
komponen afektif, komponen konatif, dan komponen kognitif. Komponen afektif merupakan
aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek intelektual,
yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Sedangkan komponen konatif adalah
aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Berkenaan dengan
komponen afektif yang mempengaruhi tingkah laku, Melvin H. Marx memberikan
pendapatnya tentang apa yang dinamakan motif kompetisi. Adanya suatu motif bahwa setiap
orang ingin membuktikan ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun. Motif kompetisi
ini erat hubungannya dengan kebutuhan rasa aman, dimana seseorang ingin memperoleh
jaminan masa tuanya dengan berbagai tindakan sebagai investasi ekonomi (Rakhmat;
1985:46-47).
G. KERANGKA BERPIKIR
Harga minyak mentah dunia naik
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional naik
Kerangka berpikir strategi keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan harga BBM
BBM merupakan suatu zat yang sangat berharga dan sangat dibutuhkan oleh manusia di
dunia untuk kehidupan. Harga BBM sedunia pun ditetapkan secara bersama-sama sebagian besar
negara dunia. Sehingga ketika harga minyak mentah dunia naik, maka harga BBM diseluruh
dunia pun ikut naik, tak terkecuali Indonesia. Di indonesia, efek dari naiknya harga BBM adalah
naiknya harga segala kebutuhan masyarakat baik sandang, pangan, dan papan. Bagi masyarakat
Harga kebutuhan sandang, pangan,dan papan serta kebutuhan lainnya ikut naik
Strategi Keluarga Miskin : 1. Pasrah a). Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa b). Menerima keadaan dengan apa adanya 2. Mengatur keuangan
a). Membelanjakan uang untuk kebutuhan pokok atau penting b). Membayar hutang terlebih dahulu c). Membeli barang tidak sampai banyak
3. Hemat dalam pengeluaran keluarga a). Mengirit-irit uang dan segala hal b). Membeli segala sesuatu yang dibutuhkan saja c). Mengurangi jumlah kebutuhan d). Mengganti minyak tanah dengan bahan bakar lain e). Menggunakan BBM ketika dibutuhkan
4. Kerja keras a). Mengorbankan barang atau peliharaan untuk menghasilkan
uang b). Meminjam uang kepada sanak saudara, tetangga, teman,
kelompok sosial atau bank c). Mencari pekerjaan lain d). Mengatur dagangan e). Kerjasama sesama anggota keluarga f). Menambah jam kerja g). Menggunakan kemampuan yang ada dengan maksimal
yang mempunyai keuangan yang cukup bahkan lebih dari cukup, naiknya harga segala
kebutuhan tersebut bukanlah suatu masalah baginya. Sedangkan masyarakat miskin atau
keluarga miskin (miskin), naiknya harga segala kebutuhan merupakan masalah bagi kehidupan
keluarganya. Sehingga dalam menghadapi kenaikan harga BBM, berusaha menyusun strategi
yang baik dan benar agar keluarganya dapat hidup sejahtera. Menyusun strategi adalah tindakan
yang pertama kali dilakukan gakin, karena menyusun strategi merupakan salah satu modal besar
manusia agar terpenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, terutama ketika sudah berkeluarga.
Penerapan strategi yang baik dan benar akan membawa pengaruh yang besar untuk kelangsungan
hidup berumah tangga. Strategi hidup berumah tangga dalam membelanjakan uang untuk
kebutuhan keluarga (strategi keuangan), dan strategi atau manajemen konflik dalam suatu
keluarga sangatlah dibutuhkan agar tercipta keluarga yang harmonis dalam menghadapi
tantangan dunia (manajemen konflik). Apabila pada saat semua harga kebutuhan pokok atau
harga kebutuhan sehari-hari sedang mengalami kenaikkan yang tinggi, strategi keuangan yang
baik dan benar akan menjadikan suatu keluarga tidak mengalami kerugian finansial. Dan adapun
manajemen atau strategi dalam menghadapi konflik sangat dibutuhkan untuk menghilangkan
konflik ketika dampak sosial yang negatif yang terjadi di lingkungan keluarga yang diakibatkan
oleh konflik dari dalam maupun dari luar keluarga termasuk kenaikkan harga BBM.
H. DEFINISI KONSEPTUAL
Definisi konsep adalah definisi yang dipakai untuk variabel-variabel yang dipilih untuk
diteliti. Pada penelitian ini variabelnya sebagai berikut.:
1. Strategi
Strategi dalam kamus sosiologi dan kependudukan diartikan sebagai sebuah siasat dalam
menjalankan suatu maksud dan tujuan tertentu dalam suatu prosedur yang mempunyai
alternatif-alternatif pada berbagai langkah (Hartini dan G. Saputra, 1992: 406). Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka pengertian strategi menunjuk
pada rencana, yaitu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus
(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembina dan Pengembangan Bahasa.1983:100). Sehingga
strategi adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dalam keluarga
diatur hubungan antar anggota keluarga, sehingga tiap anggota keluarga mempunyai peran
dan fungsi yang jelas (Dra. Kun Maryati dan Juju Suryawati, S.Pd, 2004: 83).
3. Kemiskinan
Miskin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “miskin” adalah tidak berharta benda, serba
kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut (Soerjono Soekanto, 1982:320). Jadi, keluarga miskin adalah unit sosial
terkecil dalam masyarakat yang tidak mempunyai harta benda, kurang mampu, serta tidak
sanggup memelihara dan memanfaatkan dirinya dalam suatu masyarakat atau kelompok.
4. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Adalah minyak yang dipakai untuk menimbulkan energi atau menimbulkan api (panas).
Bahan bakar non-solid yang bisa diubah menjadi suatu energi yang berguna bagi kehidupan
manusia. Terdiri dari Avgas ( Aviation Gasoline), Avtur (Aviation Turbine), Bensin, Minyak
Tanah (Kerosene), Minyak Solar (HSD), Minyak Diesel (MDF), Minyak Bakar (MFO),
Biodiesel,dan Pertamina Dex. Dalam kehidaupan berumah tangga, BBM yang dipakai adalah
Minyak Tanah, Bensin atau Premium, minyak goreng, dan Solar.
I. METODE PENELITIAN
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa kelurahan di Kota Surakarta, yaitu di
Kelurahan Pajang (Kecamatan Laweyan), Kelurahan Joyotakan dan Tipes (Kecamatan
Serengan), Kelurahan Semanggi dan Sangkrah (Kecamatan Pasar Kliwon), Kelurahan
Jebres dan Mojosongo (Kecamatan Jebres), dan Kelurahan Nusukan dan Gilingan
(Kecamatan Banjarsari). Semua kelurahan yang diteliti adalah sembilan kelurahan
dikarenakan kelurahan-kelurahan tersebut mewakili kecamatan yang ada di Kota Surakarta,
kelurahan-kelurahan tersebut dijadikan obyek penelitian dikarenakan jumlah keluarga
miskinnya terbanyak diantara kelurahan lainnya dalam satu kecamatan, dan dengan
pertimbangan untuk mempermudah mengumpulkan data serta melakukan penelitian bagi
penulis, mengingat domisili penulis berada di Kota Surakarta. Lebih lengkapnya mengenai
lokasi penelitian adalah pada tabel berikut:
Tabel 3
Lokasi Penelitian
Kecamatan Kelurahan
Kecamatan Laweyan Kelurahan Pajang
Kecamatan Pasar Kliwon
Kelurahan Sangkrah Kelurahan Semanggi
Kecamatan Banjarsari
Kelurahan Gilingan Kelurahan Nusukan
Kecamatan Serengan
Kelurahan Tipes Kelurahan Joyotakan
Kecamatan Jebres
Kelurahan Jebres Kelurahan Mojosongo
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Penulis mendeskripsikan
suatu gejala berdasarkan pada indikator-indikator yang dijadikan dasar atas suatu gejala
yang diteliti.
c. Sumber Data
1). Data Primer
Adalah data di lapangan yang merupakan sumber utama untuk dijadikan landasan
dalam penulisan penelitian, yaitu informasi dari pemerintah daerah dan keluarga
miskin di Kota Surakarta.
2. Data Sekunder
Adalah data yang mendukung, menjelaskan serta mempunyai hubungan yang erat
dengan bahan primer, yang terdiri dari :
a) Buku–buku tentang ilmu sosial yang menyangkut perilaku manusia dalam
kehidupan sosial masyarakat.
b) Buku–buku, arsip, dokumentasi, koran, website dan berbagai data yang memuat
tentang kenaikan BBM serta buku–buku/karya tulis yang relevan bagi pemecahan
permasalahan dalam penelitian.
d. Teknik Pengambilan Data
a) Wawancara Mendalam ( indept interviewing )
Teknik wawancara mendalam ini, tidak menggunakan struktur yang ketat dan
formal, namun dengan strategi untuk menggiring pertanyaan yang makin membesar,
sehingga informasi yang dikumpulkan cukup memadai, memiliki kedalaman dan
keleluasaan sehingga mampu mengorek kejujuran, tanpa memaksakan kehendak kita
dalam mengajukan pertanyaan. Dalam proses wawancara ini selain panca indera peneliti
yang digunakan sebagai pengumpul data, ditunjang pula dengan penggunaan alat rekam
tape recorder yang telah dikemas sedemikian rupa agar tidak mengganggu proses
wawancara.
Untuk memperlancar jalannya wawancara digunakan petunjuk umum wawancara
yang berupa daftar pertanyaan yang telah disusun sebelum terjun ke lapangan. Wawancara
dengan menggunakan petunjuk umum wawancara untuk mendapatkan informasi dengan
cara bertanya langsung kepada responden dimana peneliti membuat kerangka dan garis
besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara.
b) Observasi (langsung dan berperanserta)
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal. Dasar utama
observasi adalah penggunaan indera visual, tetapi dapat juga melibatkan indera-indera lain
seperti pendengaran, rabaan, dan penciuman
Observasi ini dilakukan secara informal sehingga mampu mengarahkan peneliti untuk
mendapatkan sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Observasi ini berkaitan dengan hubungan interaksi sosial yang terjadi akibat kenaikan
harga BBM.
Peneliti berperan sebagai pengamat, tidak turut serta sebagai aktor yang
melibatkan diri di dalam suatu kegiatan masyarakat yang diteliti.
c) Dokumentasi
Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara melihat kembali
berbagai literatur, foto dokumentasi yang relevan dengan
penelitian ini.
e. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan unit analisisnya adalah kepala keluarga
dan teknik pengambilan sampelnya adalah stratified random sampling (penarikan sampel
secara acak terstratifikasi). Digunakan apabila populasi dibagi menjadi beberapa stratum
(tata jenjang) berdasarkan variabel yang akan dianalisis (Susanto,2006:118). Tata jenjang
dalam penelitian ini adalah miskin sekali, setengah miskin, dan agak miskin. Dan
pengambilan keseluruhan responden berjumlah 58 sampel yang dibagi ke dalam tata
jenjang tersebut. Alasan peneliti mengambil sampel sebanyak 58 Gakin karena peneliti
ingin mengetahui berbagai macam strategi hidup keluarga miskin dari berbagai jenis
pekerjaan. Serta sebanyak 5 sampel yang dibahas secara mendalam oleh peneliti. Para
responden utama adalah kepala keluarga yang hidup miskin dengan kondisi rumah dan
harta benda yang serba kekurangan. Peneliti memperoleh data sampel berdasarkan aparat
pemerintah (Kelurahan) dan ketua RT setempat. Ke 5 responden yang akan dibahas lebih
dalam adalah:
1. Bapak Sawiji (41 tahun) asal Kelurahan Pajang
2. Bapak Tukiran (43 tahun) asal Kelurahan Jebres
3. Bapak Joko (30 tahun) asal Kelurahan Nusukan
4. Bapak Hadisusanto (51 tahun) asal Kelurahan Tipes
5. Bapak Sunaryo (55 tahun) asal Kelurahan Semanggi
Tabel 4
Responden yang Dibahas Lebih Dalam
Kecamatan Jumlah Gakin
Kelurahan Kategori
Kecamatan Laweyan
11 Kelurahan Pajang 2 Sangat miskin 6 Miskin 3 Dekat miskin
Kecamatan Pasar Kliwon
13
· Kelurahan Sangkrah · Kelurahan Semanggi
5 Sangat miskin 5 Miskin 3 Dekat miskin
Kecamatan Banjarsari
10 · Kelurahan Gilingan · Kelurahan Nusukan
3 Sangat miskin 2 Miskin 5 Dekat miskin
Kecamatan Serengan
13 · Kelurahan Tipes · Kelurahan Joyotakan
7 Sangat miskin 3 Miskin 3 Dekat miskin
Kecamatan Jebres
11 · Kelurahan Jebres · Kelurahan Mojosongo
5 Sangat miskin 3 Miskin 3 Dekat miskin
f. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti
harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, cara yang dipilih peneliti untuk pengembangan
validitas data penelitian adalah dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber dan
metode. Trianggulasi sumber mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data,
peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama
atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang
berbeda. Sedangkan trianggulasi metode menekankan pada perbedaan teknik
pengumpulan data.
informan 1
data wawancara informan 2
informan 3
atau :
wawancara informan
data content analysis dokumen / arsip
observasi aktivitas
Sumber : (Sutopo, 2002 : 78-80)
g. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa interaktif,
yaitu bahwa ketiga komponen aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan
data berbagai proses siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga
komponen analisis, yaitu data reduction (reduksi data), data display (sajian data) dan data
conclusion drawing (penarikan kesimpulan).
Sedangkan proses kerja analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik atau menggambarkan
kesimpulan. Menurut Miles dan Hubberman, model analisa ini disebut dengan Interactive
Model Analysis. Pengumpulan data dilakukan mengikuti proses siklus interaktif dari ketiga
alur berikut.ini:
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabastrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian.
b. Penyajian Data
Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menyederhanakan informasi yang kompleks ke
dalam suatu bentuk yang disederhanakan dan selektif atau konfigurasi yang mudah
dipahami.
c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Sejak awal pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari informasi, mendata setiap
hasil pengamatan dan wawancara, sehingga akhirnya menjadi landasan yang kuat untuk
diambil suatu kesimpulan (Sutopo, HB, 2002:
94-96). Berikut ini alur analisis data:
Bagan 2
Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Reduksi data Penyajian data
Sumber : (Sutopo , 2002 : 96)
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Persiapan
a) Menyusun proposal sebagai awalan melakukan kegiatan penelitian.
b) Mengurus perijinan penelitian : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Negeri Sebelas Maret, KesBangLinMas Surakarta, lima Kecamatan dan sembilan
Kelurahan di Surakarta
c) Melakukan peninjauan awal di daerah lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi
awal di daerah tersebut. Dari kegiatan tersebut dimungkinkan untuk mendapatkan
informasi dalam penentuan responden yang tepat untuk dijadikan responden kunci
dalam penelitian.
d) Menyusun serta mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam wawancara maupun
observasi seperti penyusunan pedoman wawancara, handrecord, alat tulis serta
kamera untuk pengambilan dokumentasi di lapangan.
2) Pengumpulan Data
a) Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan wawancara mendalam kepada
para Keluarga Miskin (Gakin).
Penarikan kesimpulan/ Verifikasi
b) Mencatat dokumen data sekunder dari Kantor KesBangLinMas Surakarta, lima
Kecamatan dan sembilan Kelurahan di Surakarta.
c) Menentukan strategi pengumpulan data yang paling tepat, dan menentukan fokus,
serta pendalaman dan pemantapan data pada proses pengumpulan data berikutnya.
d) Mulai awal proses wawancara dan observasi peneliti membuat deskripsi situasi dan
keadaan, deskripsi kejadian-kejadian khusus yang ada serta deskripsi aktivitas dari
informan.
e) Mengatur data dalam kelompok untuk kepentingan analisis, dengan memperhatikan
semua variabel dan indikator yang terlibat yang tergambar pada kerangka pikir.
3) Analisis Data
a) Melakukan validasi data dengan cara mengkroscekkan data yang diperoleh dari
responden I ke responden yang selanjutnya dan berjalan seterusnya hingga informan
yang terakhir.
b) Semua hasil wawancara direkam dalam hand record, yang kemudian dibuat
naratifnya, reduksi dan belum dibuat kesimpulannya.
c) Hasil wawancara tersebut peneliti pilih yang sesuai dengan konsep yang dipakai
dalam penelitian, kemudian peneliti sajikan dalam bentuk
matriks-matriks hasil wawancara. Data yang dimasukkan ke dalam matriks adalah
data yang telah direduksi (dibuang yang tidak perlu) oleh peneliti
d) Dari matrik yang telah dibuat, peneliti melakukan analisis dan kesimpulan. Analisis
dilakukan untuk mengetahui strategi keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan
harga BBM.
4) Penyusunan Laporan Penelitian
a) Penyusunan laporan awal
b) Peneliti menyusun semua data dan analisis yang telah dibuat.
c) Setelah semua disusun secara sistematis, peneliti mendiskusikannya dengan dosen
pembimbing. Kemudian diberikan kritik dan masukan oleh dosen pembimbing.
d) Peneliti memperbaiki hal-hal yang kurang sesuai dan menambahkan masukan yang
diberikan oleh dosen pembimbing.
e) Perbanyakan laporan sesuai dengan kebutuhan.
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Gambaran Umum
Kota Surakarta atau juga disebut Kota Solo atau Sala adalah nama sebuah kota di Provinsi
Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini luasnya 44,04 km2 terletak di dataran rendah di cekungan lereng
pegunungan Lawu dan Merapi dengan ketinggian
92 meter diatas permukaan laut diantara 1100 46’ 49’’ – 1100 51’ 30’’ Bujur Timur & 70 31’ 43’’
– 70 35’ 28’’ Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah oleh 3 sungai besar yaitu sungai atau kali
Jenes, sungai Pepe, dan sisi timur kota ini dilewati sungai yang diabadikan dalam salah satu lagu
keroncong, yaitu “Bengawan Solo”. Suhu udara maksimalnya adalah 32,5o celcius dan minimal 21,9o
celcius. Rata-rata tekanan udaranya adalah 1010,9 MBS, kelembaban udara 75%, kecepatan
angin 4 knot dengan arah angin 240o. Beriklim Tropis dengan musim hujan dan kemarau
bergantian 6 bulan setiap tahun.
Kota Surakarta bagian Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar dan
Boyolali, bagian Timur berbatasan dengan Sukoharjo dan Karanganyar, bagian Barat dengan
Sukoharjo dan Karanganyar, sedangkan di bagian Selatan berbatasan dengan Sukoharjo.
Kota ini dahulunya merupakan tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan
Surakarta di masa awal kemerdekaan. Posisi ini sekarang dihapuskan dan menjadi "daerah
pembantu gubernur".Kota Surakarta memiliki semboyan “BERSERI” yang merupakan akronim
dari Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah. Selain itu Solo juga memiliki slogan pariwisata Solo the
Spirit of Java” yang diharapkan bisa membangun pandangan kota Solo sebagai pusat kebudayaan
Jawa.(http://www.surakarta.go.id/kspsolo/index.php?option=isi&task=view&id=2&Iemid=37)
Sejarah Kota Surakarta bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan
Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda
J.A.B. Van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru sebagai
ganti ibu kota Kerajaan Mataram di Kartasura yang hancur akibat pemberontakan orang-orang
Cina (Tionghoa) melawan kekuasaan Susuhunan Paku Buwono II (Pribumi) yang bertahta di
Kartasura yang dikenal dengan Geger Pacinan pada tahun 1742. Begitu hebatnya
pemberontakan ini, sehingga Keraton Kartasura hancur dan PB II menyingkir ke Ponorogo, Jawa
Timur. Berkat bantuan VOC, pemberontakan dapat ditumpas dan Kartasura direbut kembali,
tetapi bangunan keraton sudah hancur. Mempertimbangan faktor fisik dan non fisik, akhirnya
terpilih suatu desa di tepi Sungai Bengawan yang bernama desa Sala (1745 M atau 1671 Jawa).
Sejak saat itu desa Sala berubah menjadi Kota Surakarta Hadiningrat dan terus berkembang
pesat.
Adanya Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755 menyebabkan Mataram Islam terpecah
menjadi Kasunanan Kota Surakarta dengan rajanya Paku Buwono II dan Kasunanan Yogyakarta
dengan rajanya Hamengku Buwono (HB) I, serta Kota Surakarta terpecah lagi dalam perjanjian
Salatiga 1767 menjadi Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Dari fakta sejarah Kota Surakarta
perkembangan Kota Surakarta pada jaman dahulu sangat dipengaruhi oleh keberadaan pusat
pemerintahan Kasunanan dan Mangkunegaran, Benteng Vastenburg sebagai pusat pengawasan
kolonial Belanda terhadap Kota Surakarta serta Pasar Gedhe Hardjonagoro (Thomas Kaarsten)
sebagai pusat perekonomian kota (http://www.Kota Solonet.co.id/Kota Sololama/sekilas.htm).
Berbeda dengan posisi keraton di Yogyakarta yang mulai dibangun pada 1755 (dengan
pola tata kota yang sama dengan Kota Surakarta yang lebih dahulu dibangun), Keraton Surakarta
dan Pura Mangkunegaran memiliki fungsi sebagai tempat pengembangan seni dan budaya jawa.
Bertempat di Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran, penduduk dapat mengikuti dan
berperan serta dalam berbagai kegiatan budaya. Dikedua istana itulah kepribadian dan jati diri
Kota Solo tetap terjaga. Perubahan fungsi itu disebabkan oleh banyaknya kerusuhan, penculikan
dan pembunuhan oleh kelompok komunis yang tidak menyukai sistem monarki keraton pada saat
pemerintahan resmi NKRI yang mengakui Kota Solo sebagai Daerah Istimewa Surakarta
(DIS). Pengakuan ini merupakan respon dari Presiden Soekarno ketika Susuhunan dan
Mangkunegara memberikan pengakuan mereka atas kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 dan
menyatakan diri berdiri di belakang Republik.
Sebagai kota yang sudah berusia lebih dari 250 tahun, Kota Surakarta memiliki banyak
kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan
berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk
beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-masing. Seperti kawasan
Kauman. Perkampungan ini dipenuhi dengan beragam arsitektur rumah gedongan. Awalnya,
Kampung Kauman yang berada di sisi barat depan Keraton Kasunanan ini diperuntukkan bagi
tempat tinggal (kaum) ulama kerajaan dan kerabatnya. Letaknya berdampingan dengan Masjid
Agung keraton, di sisi barat alun-alun utara. Tetapi pada perkembangannya, Kauman mirip
dengan kawasan Laweyan. Jika Kauman terletak di sisi barat depan alun-alun utara, di sisi
timurnya terletak perkampungan Pasar Kliwon, kawasan ini merupakan pemukiman warga
keturunan Arab. Di Kota Surakarta, warga keturunan Arab yang bermukim di kawasan Pasar
Kliwon biasa dipanggil Encik Sar Kliwon. Banyak warga Arab yang sukses berdagang batik,
sehingga kawasan ini juga dipenuhi dengan rumah gedongan.
Agak ke utara, di sekitar Pasar Gedhe Harjonagoro (salah satu warisan monumental
Sinuhun Pakubuwono X, dirancang oleh arsitek Belanda bernama Thomas Karsten, 1930)
terletak kawasan perdagangan Balong. Kawasan ini merupakan konsentrasi pemukiman warga
etnis Cina yang mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Sebagai pecinan, kawasan ini memiliki
banyak bangunan dengan arsitektur Cina. Di Kota Surakarta, warga keturunan Cina yang
bermukim di kawasan Balong biasa dipanggil Singkek Balong.
Laweyan, Kauman, Balong, Lodji Wetan atau Pasar Kliwon bukanlah sekadar kawasan
dengan sekumpulan gedung tua, tapi juga merupakan jejak sejarah perkembangan tata kota Kota
Solo, dengan warna arsitektur dan latar belakang sosiologisnya masing-masing. Dari hal tersebut
bisa kita temui berbagai gedung dengan corak arsitektur Jawa, Eropa, India, Art Deco, Cina,
hingga Timur Tengah. Selain di tempat-tempat tersebut, bangunan-bangunan tua bersejarah juga
banyak terdapat di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi, walaupun sebagian besar
keberadaannya tertutup bangunan komersial seperti mall dan ruko yang tidak jelas pakem
arsitektur-nya.
Dalam konteks Kota Solo, kelahiran kota ini sendiri merupakan peristiwa sejarah yang
ditandai perpindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala. Menurut Sudarmono, sejarawan
Universitas Sebelas Maret (UNS), pemilihan lokasi dibangunnya Keraton Surakarta sendiri
bermakna bagi eksistensi kerajaan. Konsep “kutaraja” yang dikelilingi benteng Baluwarti
dihadirkan di lokasi yang awalnya pusat perdagangan Bengawan Solo, mengingat di sana ada
pertemuan sejumlah sungai yang waktu itu merupakan sarana transportasi perdagangan
(http://forum.Kota Solo.web.id/showthread.php?p=1133)
Lokasi dibangunnya keraton pada awalnya berupa kedung dan merupakan pertemuan
sejumlah sungai. Ada Sungai Batangan yang bertemu dengan Sungai Tempuran. Lalu ada Sungai
Laweyan atau Banaran yang bertemu dengan Sungai Batangan. Sementara dari arah selatan ada
Sungai Wingko dan dari utara ada Sungai Pepe.
Komunitas perdagangan sudah ada sejak lama di sekitar pertemuan anak sungai tersebut.
Sehingga peristiwa hadirnya keraton dengan dominasi rajanya, hadir di peradaban perdagangan
sungai. Konsep kutaraja ini, menurut Sudarmono, hadir dengan simbol-simbol sakral magis. Dari
tata letaknya bisa terlihat, ada Pasar Gedhe Harjonagoro di sebelah timur sebagai simbol sifat
duniawi yang terkait dengan hal ekonomis. Ada Masjid Agung di sebelah barat sebagai simbol
untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Ada poros tugu Pemandengan Dalem sebagai
simbol visi raja yang luas. Eksistensi Kutaraja yang dibangun 1745 ini dipotong oleh Belanda
dengan menghadirkan konsep Kutanegara. Ini ditandai dengan dibangunnya Benteng Vastenberg
dan poros jalan menuju Pabelan, tiga tahun setelah keraton didirikan. Peradaban perdagangan
sungai berangsur hilang karena tertutup jalan-jalan yang dibuat Belanda.
Masih menurut Sudarmono, sejarah perkembangan Kutanegara yang dikembangkan
Belanda ini juga ditandai keberadaan pejabat residen untuk mengimbangi dominasi raja, serta
penunjukkan asisten residen mendampingi keberadaan bupati di luar keraton yang berada
dibawah kekuasaan keraton. Konsep Kutanegara ini makin lengkap dengan dibangunnya
sejumlah pabrik dan membuat ruang publik.
Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Secara de facto tanggal
16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan
Mangkunegaran. Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan penetapan Pemerintah
tahun 1946 Nomor 16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai
pertimbangan faktor-faktor
historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai
hari jadi Pemerintah Kota Surakarta (http://www.Kota Surakarta.go.id/
kspKota Solo/index.php?option=isi&task=view&id=2&Itemid=37)
Perjalanan Kota Solo sarat dengan peristiwa yang mewarnai sejarah bangsa Indonesia.
Sebut saja peristiwa lahirnya Serikat Islam pada tahun 1911, di mana saat itu reaksi wong Solo
bergolak atas campur tangan ekonomi kolonial. Tahun 1924 dengan pergerakan faham komunis
di bawah Haji Mizbah yang saat itu bisa menguasai kereta api. Pada era pasca kemerdekaan,
Solo terpilih sebagai tempat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) I tahun 1948.
Saat itu Stadion Sriwedari merupakan satu-satunya stadion yang dimiliki Indonesia. Sejarah
kelam bangsa ini juga hadir di Solo saat geger pecinan dan kerusuhan Mei 1998.
Tabel 5
Biodata Kota Surakarta
Provinsi Luas wilayah Penduduk Kepadatan Suku bangsa Bahasa Agama Kecamatan Kelurahan Walikota Wakil Walikota Kode telepon
Wilayah Surakarta kini terbagi dalam 5 Kecamatan,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari.
Serta terdapat 51 Kelurahan yang mencakup 692 RW dan 2.644 RT.
dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabuapt
dengan Kabupaten Sukoharjo dan sebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Dengan jumlah
KK sebesar 130.264, maka rata-rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 49 KK dengan luas
mencapai 44,06 km2. Dari luas lahan tersebut, s
pemukiman dengan persentase sebesar 61,68% dan sebanyak 20 % digunakan untuk kegiatan
bidang ekonomi (Kota Surakarta Dalam Angka “data hasil olahan SUSENAS 2006”). Ini
Jawa > Jawa Tengah 44,03 km² 552.542 (2005) 12.998,97/km² Jawa, Tionghoa, Arab Jawa, Indonesia Kejawen, Islam, Katholik RomaKristen Protestan, Hindu, Buddha5 51 Ir. Joko Widodo F.X. Hadi Rudyatmo 0271
Wilayah Surakarta kini terbagi dalam 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari.
yang mencakup 692 RW dan 2.644 RT. Sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabuapten Karanganyar, sebelah selatan
dengan Kabupaten Sukoharjo dan sebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Dengan jumlah
rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 49 KK dengan luas
. Dari luas lahan tersebut, sebagian besar digunakan untuk tempat
pemukiman dengan persentase sebesar 61,68% dan sebanyak 20 % digunakan untuk kegiatan
bidang ekonomi (Kota Surakarta Dalam Angka “data hasil olahan SUSENAS 2006”). Ini
Katholik Roma, Buddha
yaitu Kecamatan Laweyan,
Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari.
Sebelah utara berbatasan
en Karanganyar, sebelah selatan
dengan Kabupaten Sukoharjo dan sebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Dengan jumlah
rata jumlah KK setiap RT berkisar sebesar 49 KK dengan luas
ebagian besar digunakan untuk tempat
pemukiman dengan persentase sebesar 61,68% dan sebanyak 20 % digunakan untuk kegiatan
bidang ekonomi (Kota Surakarta Dalam Angka “data hasil olahan SUSENAS 2006”). Ini
menunjukkan bahwa sebagian penduduk Kota Surakarta bergerak di bidang perekonomian.
Adapun jumlah penduduk sekarang adalah
(Kota Surakarta Dalam Angka “data hasil olahan SUSENAS 2006”):
Tabel 6
Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006
Tahun Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
0-4 18.177 19.053 37.320
5-9 21.243 16.425 37.668
10-14 20.367 21.024 41.391
15-19 20.805 21.681 42.486
20-24 26.061 24.747 50.808
25-29 30.441 25.185 55.256
30-34 23.433 22.557 45.990
35-39 15.330 17.520 32.850
40-44 18.834 22.238 41.172
45-49 14.454 18.177 32.631
50-54 16.863 15.111 31.974
55-59 9.855 10.512 20.367
60-64 6.570 8.541 15.111
65> 11.826 15.768 27.594
Jumlah 254.259 258.639 512.898
Sumber: BPS Kota Surakarta
B. Lokasi Penelitian
1. Kecamatan Laweyan
Adalah kecamatan yang terletak di barat kota Surakarta. Kecamatan ini terkenal karena
penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak dulu sampai sekarang.
Di sinilah tempat berdirinya Sarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan
oleh para produsen dan pedagang batik pribumi, pada 1912. Ada 11 kelurahan yang terdapat di
kecamatan ini, yaitu Kelurahan Pajang, Kelurahan Laweyan, Kelurahan Bumi, Kelurahan
Panularan, Kelurahan Penumping, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Purwosari, Kelurahan
Sondakan, Kelurahan Kerten, Kelurahan Jajar, dan Kelurahan Karangasem. Batas kecamatan ini
adalah:
Utara : Kabupaten Boyolali & Kecamatan Banjarsari
Selatan : Kabupaten Sukoharjo & Kecamatan Serengan
Barat : Kabupaten Boyolali & Kabupaten Sukoharjo
Timur : Kecamatan Banjarsari & Kecamatan Serengan
Kelurahan Pajang
Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Pajang pada bulan November tahun 2008 sebanyak 5.047
atau sebanyak 24.200 jiwa. Gakin di kelurahan ini berjumlah 1.218 atau 4.339 jiwa (sumber:
Keputusan Walikota, No.470/98/I/ 2007), sebanyak 24% Gakin di Kelurahan Pajang. Kelurahan
Pajang dipimpin oleh Sarwoko, SE. Kode posnya adalah 57146 dan nomor telepon kantor
Kelurahan Pajang adalah (0271) 721096. Jalan Dr. Rajiman merupakan jalan satu-satunya yang
bisa dilewati untuk menuju ke kantor kelurahan ini. Batas utara adalah Kelurahan Jajar dan
Kelurahan Kerten, sebelah timur adalah Kelurahan Sondakan dan Kelurahan Laweyan, sebelah
barat adalah Kabupaten Sukoharjo, dan sebelah selatan Kabupaten Sukoharjo. Terdapat 16 RW
dan 87 RT di Kelurahan ini.
2. Kecamatan Pasar Kliwon
Adalah sebuah kecamatan yang terletak di tenggara Kota Surakarta. Wilayah Pasar Kliwon
saat ini terkenal sebagai tempat perkampungan suku bangsa
Arab-Indonesia yang biasa disebut sebagai ‘encik-encik’. Mereka biasa hidup dari penjualan
tekstil. Di daerah ini terdapat Pasar Klewer, yaitu pasar batik terbesar di Indonesia. Kampung
Kauman, yang disebut sebagai Kampung Wisata Batik, terletak di kecamatan ini, yaitu di
sebelah Pasar Klewer. Selain itu, Keraton Surakarta juga terletak di kecamatan ini, banyak
masjid yang dibangun suku bangsa Arab-Indonesia yang biasa dikunjungi banyak penduduk
Solo maupun luar Solo, pertokoan atau ruko-ruko, dan terdapat pula Rumah Sakit Islam Kustati.
Ada 9 kelurahan di kecamatan ini, yaitu Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Semanggi, Kelurahan
Pasar Kliwon, Kelurahan Gajahan, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan
Kedunglumbu, Kelurahan Sangkrah, dan Kelurahan Kauman. Kecamatan Pasar Kliwon
berbatasan dengan:
Utara : Kecamatan Jebres
Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Barat : Kecamatan Serengan & Kecamatan Banjarsari
Timur : Kabupaten Karanganyar
a) Kelurahan Sangkrah
Kelurahan ini terdiri dari 13 RW 58 RT dengan jumlah 2987 Kepala Keluarga (KK) pada
bulan September 2008. Serta terdapat 1.010 Gakin atau sebanyak 3.879 jiwa yang mengalami
kemiskinan pada Bulan September 2007 (Sumber: Keputusan Walikota No.470/98/1/2007).
Kepala Kelurahan Sangkrah adalah Mahendra Nugrahadi, S.Sos, kantornya berlamatkan di
Demangan, dengan nomor telepon kantor adalah 0271-636628 dan kode Kelurahan Sangkrah
adalah 57119. Sebelah utara Kelurahan Sangkrah berbatasan dengan kelurahan Gandekan yang
perbatasannya ditandai oleh kali Pepe, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo
yang perbatasannya ditandai oleh sungai Bengawan Solo, sebelah selatan berbatasan langsung
dengan Kelurahan Semanggi, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kedunglumbu yang
perbatasannya ditandai oleh anak kali Pepe. Pada Kelurahan ini terdapat pula makam Sorogaten
dan makam Kleco.
b) Kelurahan Semanggi
Kelurahan Semanggi terdiri dari 23 RW 131 RT dengan jumlah 8.502 Kepala Keluarga
(KK) pada bulan September 2008. Serta terdapat 2.779 Gakin atau sebanyak 9.160 jiwa yang
mengalami kemiskinan pada Bulan September 2007 (Sumber: Keputusan Walikota
No.470/98/1/2007). Kepala Kelurahan Semanggi adalah Drs. Agus Santoso. Kantor Kelurahan
ini dapat ditempuh melalui jalan Kapten Mulyadi, dengan nomor telepon kantor adalah 0271-
638038 dan kode Kelurahan Semanggi adalah 57117. Sebelah utara Kelurahan Semanggi
berbatasan dengan kelurahan Kedung Lumbu yang perbatasannya ditandai oleh kali Pepe,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar yang perbatasannya ditandai oleh
sungai Bengawan Solo, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kelurahan Pasar Kliwon,
sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Baluwarti yang perbatasannya ditandai oleh anak
kali Pepe.
3. Kecamatan Banjarsari
Merupakan kecamatan yang terletak di pusat Kota Surakarta. Di kecamatan ini terdapat
stasiun Solo Balapan yang melayani perjalanan kereta api menuju Jakarta/Yogyakarta,
Surabaya dan Semarang (luar kota). Di daerah ini terletak pula Terminal Tirtonadi yang
merupakan terminal bus dalam kota maupun luar kota, dan tidak jauh dari terminal tersebut
terdapat terminal mobil travel yang melayani perjalanan ke luar kota. Selain itu, di kecamatan ini
terletak Pura Mangkunagaran, istana kerajaan Mangkunegara, salah satu ahli waris kerajaan
Mataram Baru, serta banyak hotel berbintang internasional dan pertokoan juga terletak di
kecamatan ini. Hal inilah yang menyebabkan kecamatan ini menjadi yang terbesar dan yang
paling kaya di Kota Surakarta. Selain itu terdapat tiga pemakaman penting di kecamatan ini:
TPU Bonoloyo, Astana Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur. Ada 13 kelurahan di
kecamatan ini, yaitu Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Gilingan, Kelurahan
Stabelan, Kelurahan Kestalan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Timuran, Kelurahan Ketelan,
Kelurahan Punggawan, Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber, dan
Kelurahan Banyuanyar. Kecamatan Banjarsari berbatasan dengan:
Utara : Kabupaten Boyolali & Kabupaten Karanganyar
Selatan : Kecamatan Serengan & Kecamatan Pasar Kliwon
Barat : Kecamatan Laweyan
Timur : Kecamatan Jebres
a) Kelurahan Gilingan
Kelurahan ini terdiri dari 21 RW 112 RT dengan jumlah 4689 Kepala Keluarga (KK)
pada bulan September 2008. Terdapat 1.539 Gakin atau sebanyak 6.117 jiwa yang mengalami
kemiskinan pada Bulan September 2007 (Sumber: Keputusan Walikota No.470/98/1/2007).
Kepala Kelurahan Gilingan adalah Drs. Mardiono Joko Setiawan, kantor Kelurahan ini dapat
dtempuh melalui Jalan Jenderal Ahmad Yani, nomor telepon kantor adalah 0271-725038 dan
kode Kelurahan Gilingan adalah 57134. Kelurahan ini dekat dengan tempat-tempat keramain,
yaitu Terminal Tirtonadi dan Pasar Burung, sehingga kantor kelurahan ini mudah untuk dicari.
Sebelah utara Kelurahan Gilingan berbatasan langsung dengan kelurahan Nusukan; sebelah
timur berbatasan dengan kelurahan Tegalharjo; sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan
Stabelan; sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Manahan, Mangkubumen, dan Kestalan.
b) Kelurahan Nusukan
Kelurahan ini terdiri dari 24 RW 143 RT dengan jumlah 7.230 Kepala Keluarga (KK)
pada bulan September 2008. Terdapat 1.695 Gakin atau sebanyak 5.573 jiwa yang mengalami
kemiskinan pada Bulan September 2007 (Sumber: Keputusan Walikota No.470/98/1/2007).
Kepala Kelurahan Nusukan adalah Drs. Joko Sulistyo, kantor Kelurahan ini dapat ditempuh
melalui Jalan Kyai Mangun Sarkoro, Jalan Kapten Tendean, Jalan Kolonel Sugiono, dan Jalan
Sumpah Pemuda. Nomor telepon kantor adalah 0271- 718879 serta kode Kelurahan ini adalah
57135. Kelurahan Nusukan dekat dengan Universitas Slamet Riyadi, dan Pasar Nusukan,
Kelurahan Nusukan sebelah utara berbatasan langsung dengan Kelurahan Kadipiro; sebelah
timur berbatasan langsung dengan Kelurahan Mojosongo; sebelah selatan berbatasan langsung
dengan Kelurahan Nusukan; sebelah barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Banyuanyar.
4. Kecamatan Serengan
Adalah kecamatan yang terletak di selatan Kota Surakarta dan merupakan kecamatan
terkecil kota ini. Terdapat 2 industri yaitu industri Konimeks dan tekstil, pertokoan-pertokoan,
dan warung makan kecil maupun besar, hotel, pasar serta makro. Hali inilah yang walaupun
kecamatan terkecil di kota Solo tetapi menyebabkan ramainya arus lalu lintas. Terdapat jalan
menuju ke Sukoharjo yang melalui kecamatan ini. Terdapat 7 kelurahan, yaitu Kelurahan
Joyotakan, Kelurahan Danukusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Tipes, Kelurahan
Kratonan, Kelurahan Jayengan, dan Kelurahan Kemlayan.Kecamatan Serengan berbatasan
dengan:
Utara : Kecamatan Banjarsari
Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Barat : Kecamatan Laweyan dan Kabupaten Sukoharjo
Timur : Kecamatan Pasar Kliwon
a) Kelurahan Tipes
Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Tipes pada bulan November tahun 2008
adalah 3.022 atau sebanyak 13.560 jiwa, dan terdapat 664 Gakin atau sekitar 2.189 jiwa (sumber:
Keputusan Walikota, No.470/98/I/ 2007) atau 22% Gakin di kelurahan ini. Kepala Kelurahan
Tipes diduduki oleh Agus Mulyanto. Kode pos Kelurahan Tipes adalah 57154 dan nomor
telepon kantor Kelurahan Tipes adalah (0271) 716504, kantor ini melewati Jalan Veteran. Batas
utara Kelurahan Tipes adalah Kelurahan Panularan Kecamatan Laweyan, sebelah timur adalah
Kelurahan Kratonan dan Kelurahan Serengan, sebelah barat adalah Kelurahan Cemani
Kabupaten Sukoharjo, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Terdapat
15 RW dan 69 RT di Kelurahan ini.
b) Kelurahan Joyotakan
Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Joyotakan pada bulan Oktober 2008 adalah
1.840 atau sebanyak 8.669 jiwa, dan terdapat 624 Gakin atau sekitar 2.154 jiwa (sumber:
Keputusan Walikota, No.470/98/I/ 2007) atau 34,9% Gakin yang terdapat di kelurahan ini.
Kepala Kelurahannya adalah Drs. Chairul Anwar. Kode pos Kelurahan Joyotakan adalah 57157,
dan nomor teleponnya adalah (0271) 642114. Bila ingin mendatangi kantor Kelurahan Joyotakan
bisa melalui jalan Brigjen Sudarto atau jalan Yos Sudarso. Batas utara Kelurahan ini adalah
Kelurahan Danukusuman, batas timur adalah Kecamatan Pasar Kliwon, batas barat dan selatan
adalah Kelurahan Cemani Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Sukoharjo. Terdapat 6 RW dan
42 RT di Kelurahan Joyotakan.
5. Kecamatan Jebres
Adalah kecamatan kota Surakarta yang terletak di utara. Wilayah kecamatan ini agak berbukit-
bukit dan hampir semua pemakaman di kota Surakarta terletak di kecamatan ini. Bangunan
penting yang terdapat di kecamatan ini adalah Universitas Sebelas Maret, Taman Budaya Jawa
Tengah, Tempat Peti Kemas Pendaringan, Rumah Sakit Muwardi, Rumah Sakit Jiwa, dan Taman
Wisata Jurug (Kebun Binatang). Ada 11 kelurahan, yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan
Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan
Pucangsawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan
Jebres, dan Kelurahan Mojosongo. Kecamatan ini berbatasan dengan:
Utara : Kabupaten Karanganyar
Selatan : Kabupaten Karanganyar & Kecamatan Pasar Kliwon
Barat : Kecamatan Banjarsari
Timur : Kabupaten Karanganyar
a) Kelurahan Jebres
Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Jebres pada bulan September tahun 2008
adalah 6.483 atau sebanyak 32.485 jiwa, dan terdapat 1.700 Gakin atau sekitar 6.098 jiwa
(sumber: Keputusan Walikota, No.470/98/I/ 2007), sekitar 26% Gakin terdapat di Kelurahan
Jebres. Kepala Kelurahan Tipes diduduki oleh Drs. Tamso. Kode pos Kelurahan Tipes adalah
57126 dan nomor telepon kantor Kelurahan Tipes adalah (0271) 636506, kantor ini
berseberangan dengan jalan raya yaitu Jalan Kolonel Sutarto. Batas utara Kelurahan Jebres
adalah Kelurahan Mojosongo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah timur adalah Kabupaten
Karanganyar, sebelah barat adalah Kelurahan Tegalharjo dan Kelurahan Purwodiningrat, dan
sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagalan dan Kelurahan Pucangsawit. Terdapat 36
RW dan 128 RT.
b) Kelurahan Mojosongo
Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Mojosongo pada bulan September tahun
2008 adalah 11.023 atau 43.726 jiwa. Gakin di kelurahan ini mencapai 1.333 (12%) atau 5.045
jiwa (sumber: Keputusan Walikota, No.470/98/TH 2007) 22%. Kepala Kelurahan Mojosongo
adalah Drs A . Sri Wahyono, M.Si. 57127 adalah kode pos Kelurahan Mojosongo, dan nomor
teleponnya adalah (0271) 853673. Untuk menuju kantor ini, bisa memlalui Jalan Berigjen
Katamso dan Jalan Sumpah Pemuda. Bagian utara dan timur berbatasan langsung dengan
Kabupaten Karanganyar, bagian barat berbatasan dengan Kelurahan Kadipiro dan Kelurahan
Nusukan, dan bagian selatan berbatasan dengan Kelurahan Jebres. Terdapat 35 RW dan 172 RT
di Kelurahan ini.
C. Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kota Surakarta oleh Pemerintah Surakarta
Dilihat dari peran dan letak geografis Kota Surakarta yang tersebut, maka kota ini
memiliki berbagai potensi dan daya tarik (buku pedoman Strategi Penanggulangan Kemiskinan
di Kota Surakarta.2008:1) sebagai berikut:
1. Sebagai kota pelayanan (service city) bagi hinterland-nya, yaitu Boyolali, Sukoharjo,
Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten atau yang lebih dikenal dengan singkatan
SUBOSUKAWONOSRATEN dan sekarang lebih terkenal dengan istilah SOLO RAYA.
2. Berkembangnya 8 kawasan andalan di wilayah SOLO RAYA, yaitu:
a. Kawasan Bandara Internasional Adisumarmo
b. Kawasan Industri Gondangrejo (Sragen)
c. Kawasan Industri Mojosongo
d. Kawasan Industri Nguter
e. Koridor Kawasan Bandara Internasional Adisumarmo – Surakarta
f. Koridor Kawasan Palur
g. Koridor Kawasan Surakarta – Sukoharjo
h. Koridor Kawasan Surakarta – Boyolali
3. Sebagai Pusat Kegiatan Pembangunan Wilayah Jawa Tengah bagian timur khususnya eks
Karisidenan Surakarta (Subosukawonosraten)
4. Kawasan Surakarta Utara yang relatif masih terbuka untuk mengembangkan pemanfaatan
spatial
5. Merupakan simpul distribusi barang dan mobilitas masyarakat lintas kawasan
6. Sejarah panjang sebagai pusat pemerintahan, budaya, dan bisnis
7. Rencana pembangunan jaringan jalan tol Semarang – Surakarta
Dari potensi dan daya tarik tersebut, maka timbullah suatu permasalahan sosial di Kota
Surakarta (buku pedoman Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kota Surakarta.2008:2),
seperti:
1. Arus urbanisasi yang tinggi
2. Munculnya Daerah Hunian Kumuh (Slum Area) dan bahkan tidak berijin (Squatters) yang
menempati area-area terlarang yang sebagian besar dihuni oleh keluarga miskin
3. Tingginya kegiatan di sektor informal
4. Adanya penduduk miskin dan kelompok masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PKMS)
Kota Surakarta, yang lebih dikenal dengan sebutan kota Solo merupakan kota yang
multikultur karena banyak sekali pendatang dari luar kota maupun luar pulau jawa yang datang
serta menetap di kota ini dengan berbagai macam kepentingan. Banyak pula etnis (Arab, Cina,
Madura, dan lain-lain) yang sudah menetap lama di kota ini, sehingga kota Solo menjadi rawan
dan mudah disulut oleh konflik horizontal. Kemajuan teknologi dan pendidikan merupakan salah
satu daya tarik kota Solo yang menjadi alasan pendatang menetap di kota ini dalam jangka waktu
yang panjang. Seiring berjalannya waktu, pelan tapi pasti, kota Solo yang awal mulanya
merupakan kota dikenal dengan sebutan kota pewaris budaya Indonesia terutama budaya Jawa
(keraton) berubah menjadi kota modern penuh dengan bangunan-bangunan baru seperti mall,
perhotelan, tempat olahraga, dan lain sebagainya. Bangunan-bangunan bersejarah atau bangunan
yang menjadi simbol kebudayaan kurang terurus bahkan telah digantikan dengan bangunan
modern. Disamping itu, walikota Solo juga sedang menarik para investor untuk
menginvestasikan keuangannya di kota Solo. Sehingga banyak investor dari kota-kota satelit
Solo (Boyolali, Wonogiri, Sragen, dan Karanganyar) yang berimigran ke kota ini serta investor
dari kota-kota besar disekitar kota Solo yaitu Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Tidak hanya
bidang teknologi dan pendidikan yang dimodernisasi, bidang ekonomi, sosial, agama, kesehatan
dan politik pun telah dimodernisasi oleh pemerintah kota Solo. Akibatnya, tidak hanya para
pelajar dan mahasiswa yang datang tidak untuk menetap (ngelaju) atau datang untuk menetap di
kota ini, tetapi para pengusaha, politikus, pedagang, tokoh-tokoh agama (baik dari dalam
maupun luar negeri), pekerja amatir sampai pekerja profesional datang ke kota Solo. Serta tidak
dapat dipungkiri, bahwa para pendatang tersebut merupakan para agen perubahan di kota Solo.
Disadari atau tidak, hal tersebut telah melahirkan konflik sosial besar yaitu kemiskinan yang
dihasilkan oleh pembangunan terencana dan modern dari kota ini baik di sektor sosial, ekonomi,
pendidikan, kesehatan, politik, teknologi, maupun agama. Sedangkan tindakan penanganan
kemiskinan menghadapai permasalahan serta tantangan yang banyak (buku pedoman Strategi
Penanggulangan Kemiskinan di Kota Surakarta.2008:3) adalah sebagai berikut:
1. Tolak ukur kriteria penduduk miskin berbeda-beda, sehingga data yang dihasilkan juga
berbeda
2. Belum sepenuhnya memberdayakan masyarakat
3. Terjadi salah sasaran
4. Tidak optimalnya pengelolaan dana
5. Usaha yang dipilih tidak berorientasi pasar
6. Distribusi dana kurang berdasarkan pada kebutuhan nyata
7. Belum terpadunya pelaksaan kegiatan
8. Mental dan perilaku ketergantungan pada bantuan dan lemahnya motivasi untuk melakukan
usaha produktif (budaya malu dan etos kerja kurang)
Dapat disimpulkan, bahwa perlu adanya beberapa hal yang perlu dicermati untuk
penanganan kemiskinan dalam jangka waktu kedepan (buku pedoman Strategi Penanggulangan
Kemiskinan di Kota Surakarta.2008:4) yaitu:
1. Kemiskinan adalah gejala multidimensional yang menyangkut segi ekonomi, sosial, politik,
dan cultural
2. Memperhatikan aspek proses, yaitu partisipasi dari para pemegang kepentingan
(Stakeholders), mulai dari penyusunan program/kegiatan pelaksanaan hingga pemantauan
dan pengawasan sejalan dengan proporsi masing-masing
3. Memacu pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan riil
4. Pemberian bantuan (Charity) tanpa melakukan kegiatan produktif, harus dilakukan secara
selektif dan tidak terus menerus, untuk mengantisipasi melemahnya sendi-sendi
keberdayaan (Empowering) masyarakat
5. Penanganan diarahkan langsung pada sasaran dan tidak sentralistik, agar lebih efisien dan
minimalisasi kesalahan sasaran
Adapun strategi utama penanggulangan kemiskinan tingkat nasional (buku pedoman
Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kota Surakarta.2008:6) adalah sebagai berikut:
1. Perluasan kesempatan
Dilakukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan sosial, politik, dan ekonomi yang
memungkinkan masyarakat miskin memperoleh kesempatan seluas-luasnya dalam
memenuhi hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup berkelanjutan
2. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Dilakukan untuk memperkuat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya serta
memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik
yang menjamin penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak dasar
3. Peningkatan kapasitas
Dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat
miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan
4. Perlindungan sosial
Dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan
(perempuan kepala rumah tangga, fakir miskin, jompo, anak telantar, dan penyandang
cacat) serta masyarakat miskin baru karena bencana alam, krisis ekonomi, maupun konflik
social
5. Penataan kemitraan global
Diakukan untuk mengembangkan dan menata ulang hubungan dan kerjasama internasional,
untuk mendukung pelaksanaan strategi tersbut diatas
Berdasarkan kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan pemerintah pusat
(Nasional dan Provinsi Jawa Tengah), serta permasalahan sosial dan kondisi factual Kota
Surakarta sendiri, maka telah dibuat kebijakan dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SKPD), (buku pedoman Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kota Surakarta.2008:7 – 13)
sebagai berikut:
1. Goodwill/Politicalwill
Pemerintah Daerah dan DPRD Kota Surakarta, bahwa pengangan kemiskinan harus
didukung dengan otoritas politik dan komitmen yang kuat, yang dicerminkan dalam
kelembagaan, perencanaa, dan penganggaran.
2. Planning Policy yang jelas
(1) Kebijakan penanggulangan kemiskinan diformulasikan dalam produk perencanaan
strategis (RPJM) maupun tahunan (RKPD) untuk menjamin kesinambungan dan
konsistensi penanganan dan pencapaian target yang jelas dan pencapaian target yang
jelas pada setiap tahapan
( 2 ) RPJM Kota Surakarta 2005 – 2010 merumuskan strategi pembangunan sebagai
berikut:
· Strategi Reaktualisasi Tata Kehidupan masyarakat kota yang berbudaya,
· Strategi optimalisasi potensi dalam mewujudkan pembangunan Surakarta Kota
Budaya
dan salah satu agenda, sasaran dan prioritas yang hendak dicapai dalam kaitan
penanggulangan kemiskinan adalah:
Agenda : Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kota, yang mencakup:
- Sasaran : Penurunan tingkat kemiskinan masyarakat
- Prioritas : Penanggulangan kemiskinan
Selanjutnya dalam rencana tahunan (RKPD) yang merupakan rekatualisasi tematis dari
rencana strategis disesuaikan dengan kodisi faktual, aspirasi masyarakat, dan target
sasaran. Dengan prioritas yang meliputi:
a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin
b. Peningkatan kualitas pendidikan
c. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
d. Pembangunan ekonomi melalui peningkatan daya saing produk, peningkatan
kesempatan kerja, revitalisasi UKM/IKM, peningkatan pariwisata, pengembangan
ekspor dan investasi
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dan kapasitas pemerintah daerah,
pembangunan politik, hokum, keamanan dan ketertiban masyarakat
f. Peningkatan ifrastruktur kota dan pembangunan kawasan Kota Surakarta bagian
utara, dengan tetap mempertimbangkan daya dukung dan konservasi
lingkungan hidup maupun pendayagunaan ekosistem
g. Penataan ruang kota sejalan dengan rencana tata ruang, konservasi lingkungan
hidup dan penciraan kota yang meliputi penataan/penertiban PKL dan hunian tak
berijin, revitalisasi kawasan publik, kawasan bersejarah dan budaya
Bahwa upaya dan sasaran utama untuk mengentaskan kelompok masyarakat miskin
dari jerat kemiskinan adalah dengan meningkatkan kesejahteraan mereka dalam
berbagai bidang seperti papan, pangan, pendapatan/pekerjaan, kesejahteraan dan
pendidikan secara terpadu, berkelanjutan dan berkesinambungan.
Upaya tersebut tentunya harus sejalan dan sinergis dengan upaya pemerintah atasan
(Nasional dan Provinsi), dan dalam bingkai bidang kewenangan/urusan Pemerintah
Daerah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, diantaranya adalah
urusan sosial, pendidikan, KB dan KS, kesehatan, perumahan, pekerjaan umum,
tenaga kerja, perdagangan, perkoperasian dan UKM beserta program dan kegiatannya
yang dilaksanakan oleh SKPD.
(3) Perencanaan kegiatan penanganan langsung
Yaitu desain kegiatan operasional yang langsung menyelesaikan
perrnasalahan bidang-bidang pada target sasaran yang ditetapkan.
(4) Perencanaan kegiatan yang berdampak kuat pada penanganan kemiskinan
Yaitu desain kegiatan operasional prioritas kota yang mempunyai dampak kuat
terhadap proses penanganan kemiskinan dan pemberdayaan maupun produktivitas
target sasaran
3. Planning strategy
Keterpaduan, berkelanjutan, berkesinambungan program dan kegiatan, baik antar SKPD
maupun dengan pemerintah atasan dan juga pihak ketiga (Stakeholders) yang punya
komitmen atas penanganan kemiskinan (sektor privat, LSM dan penggiat, lembaga non
profit dan BUMN)
4. Budgeting Policy yang pasti
a. Pro poor, pro jobs, pro growth
Pengarusutamaan anggaran (budgeting mainstream) diarahkan pada alokasi anggaran
dalam proporsi dan jumlah yang signifikan serta berkesinambungan berorientasi utama
pada upaya penanggulangan kemiskinan, disisi lain sebagai hal yang tidak terpisahkan,
diproyeksikan mampu menumbuhkan lapangan kerja dan usaha, mampu memacu
pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
b. Belanja langsung
Diarahkan untuk mendanai program dan kegiatan penanganan kemiskinan sesuai bidang
kewenangan/urusan pemerintah daerah dengan tujuan dan target sasaran yang jelas
c. Belanja tidak langsung
Pengalokasian anggaran dalam bentuk bantuan (charity) diarahkan secara selektif
dan tidak terus menerus, utamanya pada kondisi kritis yang benar-benar memerlukan.
d. Pendanaan dari pemerintah atasan (Pusat dan Propinsi)
5. Budgeting Strategy
a. Proporsionalitas, signifikansi dan kesinambungan alokasi anggaran.
b. Optimalisasi capaian kinerja kegiatan pada setiap tahapan dan akhir perencanaan
strategis dapat diwujudkan.
c. Pencapaian target kinerja pada setiap kegiatan
d. Untuk memastikan bahwa setiap alokasi anggaran kegiatan SKPD sesuai bidang
penanganannya dapat diukur secara benar sesuai dokumen anggaran atas dasar ketaatan
pada prosedur dan administrasi maupun ketepatan sasaran, hasil, dan manfaatnya
6. Kebijakan Kelembagaan
Agar perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dapat dirumuskan dan dijalankan
secara terpadu dan konsisten oleh Pemerintah Kota Surakarta maka harus didukung
peraangkat struktur otoritas yang kuat. Untuk itu kebijakan kelembagaan diarahkan
pada:
a . Penguatan peran lembaga Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota
Surakarta, yang berada dibawah koordinasi Wakil Walikota dan bertanggungjawab
langsung kepada Walikota
b. Penetapan kebijakan, koordinasi pelaksanaan, pengendalian dan money
kegiatan secara terpadu dan sinergis dilakukan oleh TKPK Kota Surakarta.
c . Penguatan peran serta lembaga masyarakat
7. Strategi Implementasi Penanganan
Dalam tataran dan pada ranah implementasi, dikembangkan strategi dalam rangka
menyelesaikan permasalahan utama terkait data dan sasaran pokok, yaitu meliputi:
a. Strategi penanganan Data, yaitu dikembangkan methode atau cara untuk
menghasilkan data induk yang valid, reliabel, akurat dan terstruktur agar
dapat clijaclikan rujukan utama dalam pengembangarl data spesifik penanganan masalah
pokok.
b. Strategi penanganan masalah pokok Papan, Pangan, Pendapatan dan Pekerjaan,
Kesehatan dan Pendidikan, untuk mernberikan gambaran yang jelas tentang metode dan
cara penanganan pada masing-masing masalah pokok untuk target sasarannya.
c. Strategi opersional kegiatan, mengambarkan tentang bentuk, mekanisme,
tahapan clan model penanganan masalah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan operasional
antar dan lintas SKPD pada target sasaran.
d. Perumusan output yang jelas dan terukur pada setiap
tahapan waktu (time frame) perencanaan tahunan, yang berisi kegiatan operasional,
sasaran dan target capaian yang terukur.
e. Perumusan outcome secara rill, yang menggarnbarkan tingkat capaian kineja dari
kegiatan yang dilaksanakan.
7.1 Strategi penanganan Data
Validasi dan reaktualisasi data dan peta merujuk pada indikator yang jelas
dan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
7.2 Strategi penanganan masalah pokok
1. Revitalisasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), sanitasi dan
infrastruktur lirigkungan RTLH.
2. Fasilitasi akses mudah dan murah untuk Air Bersih, Listrik.
3. Land consolidation (penataan lahan lingkungan) dan resolusi konflik tanah.
4. Penyedian hunian layak dan murah/terjangkau.
5. Pemenuhan kebutuhan standar nutrisi.
6. Kemudahan dan keterjangkauan akses pememihan kebutuhan pokok.
7. Penguatan kemampuan/skill dan peluang/fasilitas usaha/kerja.
8. Pemberian kemudahan akses dan keterjangkauan pendidikan
9. Pemberian kemudahan akses dan keterjangkauan fasilitas kesehatan
10. Perubahan perilaku ke arah pola hidup sehat dan produktif
7.3. Strategi opersional penanganan (kegiatan)
· Keterpaduan (sinergitas, integratif) antar dan lintas SKPD:
kolaboratif, kombinatif, komplementatif,
· Kerja sama dengan Pihak ketiga
· Pemberdayaan dan partsipasi kelompok sa:;aran.
· Gradual, berkelanjutan dan berkesinambungan
7.4. Out Put
· Kegaitan operasional
· Data valid, realibel dan kredibel sebagai rujukan kegiatan dan capaian kinerja
maupun capaian target sasaran dalam setiap tahapan
· Jadwal terpadu dan keterpaduan kegiatan antar/ lintas SKPD
7.5. Outcome
· Capaian target kuantitatif sesuai tahapan pada setiap indikator.
· Pengurangan secara terukur atas target sasaran pada
masingmasing indicator
7.6 Model
Berdasarkan data, permasalahan, strategi penanganan dan keterpaduan kegiatan
yang dirancang, maka dapat dirumuskan model-model penanganannya sebagai
berikut:
1. Penanganan terpadu dari berbagai bidang pada klaster-klaster
2. Terpadu dalam lingkup kota
3. Pengembangan kelompok-kelompok binaan dalam klaster atau pada
lokasi kantung-kantung kemiskinan oleh Pihak ketiga (BUMN, BUMD,
LSM dan penggiat, Lembaga kemasyarakatan lainnya).
Menurut Dinas Pekerjaan Umum melalui P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan), yang merupakan akar dari kemiskinan (Buku Pedoman Umum P2KP) adalah sebagai
berikut:
1. Lunturnya nilai-nilai universal kemanusiaan atau aspek moral (jujur, adil, ikhlas, dll)
2. Pudarnya prinsip-prinsip kemasyarakatan atau aspek good governance (partisipasi,
demokrasi, transparansi, akuntabilitas, dll)
3. Orientasi pembangunan berkelanjutan atau aspek Tridaya (perlindungan lingkungan,
pembangunan sosial, dan pengembangan ekonomi)
Sedangkan yang menjadi penyebab kemiskinan serta uraiannya akan dijelaskan pada
tabel dibawah ini:
Tabel 7
Pandangan P2KP Tentang Penyebab Kemiskinan
Penyebab Kemiskinan Uraian
Politik yang tidak membuka akses kepada
kaum miskin
Tidak transparan, tidak partisipatif, tidak
akuntabel, demokrasi semu, berorientasi
kepada diri sendiri dan kelompok
interestnya, dominasi elite, dll
Lingkungan dan Pemukiman yang tidak
memadai
Pencemaran & kerusakan alam, pemukiman
kumuh, tinggal di kawasan illegal, tidak
berorientasi kepada pembangunan yang
berkelanjutan, dan sebagainya
Lemahnya kapital sosial di kehidupan
masyarakat
Kehidupan sosial yang segregatif, pudarnya
solidaritas sosial, proses marginalisasi,
SDM rendah, pendidikan tidak memadai,
pengangguran, budaya miskin, dan lain
sebagainya
Ekonomi yang tidak memihak kaum miskin Tidak ada kesempatan, keterampilan
rendah, masih sulit mengakses ke sumber
daya kunci & permodalan, tidak
membangun jiwa kewiraswataan, dan lain
sebagainya
Keputusan, kebijakan, tindakan, dan
kegiatan yang tidak adil serta tidak berpihak
kepada kaum miskin
Tidak berjalannya jarring pengaman sosial
di masyarakat akibat memudarnya kapital
sosial (musyawarah, gotong royong,
keswadayaan, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi, dll)
Institusi pengambil keputusan yang tidak
adil dan tidak berpihak kepada kaum miskin
serta cenderung egois pada kepentingan
sendiri dan kelompoknya
Citra negatif pada kaum miskin (belum
mampu, belum punya pengalaman, kurang
berpendidikan, kurang dapat dipercaya, dll)
Perilaku atau cara pandang yang keliru dan
tidak manusiawi (tidak ikhlas, tidak peduli,
tidak mandiri, tidak pro kemiskinan, dan
internalisasi budaya miskin
Masyarakat kurang peduli terhadap kaum
miskin, pudarnya keikhlasan serta mental
bergantung kepada bantuan dari pihak luar,
dll
Para pengambil kebijakan yang cenderung
bersifat tidak adil, tidak ikhlas, tidak jujur,
kurang peduli terhadap kaum miskin, dan
kurang dapat dipercaya
Budaya dan perilaku miskin (tertutup,
kurang ulet, boros, minder, sikap
skeptic/pasrah, kurang bertanggungjawab,
dll
Sumber: Buku Pedoman Umum P2KP
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Surakarta tahun
2005 – 2010, walaupun indikator makro ekonomi memperlihatkan perbaikan, ternyata masih
banyak permasalahan yang mendasar yang terkait dengan tingginya tingkat kemiskinan,
pengangguran, dan rendahnya daya beli masyarakat secara nyata. Terkait dengan kondisi
kemiskinan, dari data Bappeda kota Surakarta tahun 2006, tercatat jumlah keluarga miskin
(Gakin) 25.117 KK dengan total 88.474 (17,69%). Data kemiskinan di Kota Surakarta dalam SK
Walikota Surakarta No.47/36/1/2007, tercatat jumlah jiwa Gakin menurun menjadi 65.889 dari
total jumlah penduduk 561.509 (11,73%).
Tabel 8
Perbandingan Jumlah Gakin di Kota Surakarta Tahun 2006 – 2007
Kecamatan 2006* 2007**
Laweyan
Serengan
Banjarsari
Pasar Kliwon
Jebres
4.428 kk
2.381 kk
7.942 kk
5.554 kk
6.221 kk
4.407 kk
2.372 kk
6.812 kk
5.296 kk
6.230 kk Jumlah 26.526 kk 25.117 kk
Sumber: *Data DKRPP dan KB Tahun 2005 **BPS Tahun 2006
Jumlah angkatan kerja di kota Surakarta pada tahun 2005 mencapai 237.888 (44,50%)
dari seluruh penduduk Surakarta. Dari jumlah tersebut, jumlah yang bekerja mencapai 89,14%.
Sedangkan, sebesar 10,86% termasuk dalam kategori pengangguran terbuka. Penduduk wanita
yang bekerja mencapai angka 34,64% dari angkatan kerja yang bekerja. Berikut adalah
lengkapnya:
Tabel 9
Angka Pengangguran di Kota Surakarta Tahun 2006
Jumlah Pengangguran 26.196 jiwa
Jumlah Pencari Kerja 9.183 jiwa
Jumlah Lowongan yang Tersedia 3.235 jiwa
Jumlah Penempatan 1.218 jiwa
Sumber: Data Disnaker Kota Surakarta Tahun 2006
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa Pembangunan Nasional
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara jasmani dan rohani. Kebijakan
Pembangunan daerah secara umum tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang,
Menengah maupun Tahunan, yang penyusunannya melibatkan pastisipasi aktif stakeholder di
daerah dengan tetap memperhatikan dokumen-dokumen perencanaan Nasional maupun Provinsi.
Sehingga prioritas Pembangunan kota Surakarta Tahun 2005 – 2010 secara umum diarahkan
pada:
a. peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, kualitas pendidikan dan kesehatan
masyarakat
b. pembangunan ekonomi melalui kemandirian dan peningkatan daya saing ekonomi daerah
serta peningkatan daya beli masyarakat miskin melalui revitalisasi UKM/IKM.
pariwisata, pengembangan ekspor non-migas, investasi dengan didukung infrastruktur
yang memadai
peningkatan kualitas pelayanan publik dan kapasitas pemerintah daerah,
pembangunan politik, hukum, keamanan dan ketertiban masyarakat
Untuk menanggulangi kemiskinan di Kota Surakarta, Walikota Surakarta Ir. Joko
Widodo membuat cara penanggulangan kemiskinan dan strategi penanganan yang berkelanjutan
yang melibatkan semua komponen permasalahan serta tidak bersifat temporer (Basuki dan
Prasetyo.2007:xi — xiii). Program Pemkot Surakarta dalam upaya penanggulangan kemiskinan
adalah:
Ø Relokasi dan pemberdayaan PKL
Ø Revitalisasi pasar dan pemberdayaan UKM
Ø Puskesmas buka sampai sore hari
Ø Puskesmas rawat inap
Ø Rumah layak huni
Ø Sekolah plus
Ø Solo kota vokasi
Ø Membuka peluang investasi, sehingga tercipta lapangan pekerjaan dan mampu mengurangi
jumlah pengangguran
Ø Prosentase penurunan kemiskinan yang akan dilakukan oleh walikota dalam satu tahun
anggaran 2008 dengan melihat posisi kemiskinan di Kota Surakarta berada pada peringkat
ke 29 dari 33 kota di pulau Jawa dan Bali adalah dengan meningkatkan prosentase anggaran
untuk meningkatkan penanggulangan kemiskinan dari yang sekarang untuk yang akan
datang.
Ø Upaya yang akan dilakukan Pemkot dalam membangun stakeholder forum dalam rangka
menanggulangi kemiskinan dengan berdasarkan Strategi Nasional Penanggulangan
Kemiskinan (SNPK) yang diterjemahkan dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD) melalui proses inklusif dengan menerapkan Analisis Kemiskinan
Partisipatoris (AKP)
Ø Memfasilitasi stakeholder forum dalam penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan
dengan membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
Ø Memberdayakan masyarakat miskin untuk meningkatkan keswadayaan dan kemandiriannya, dalam
mengatasi kemiskinannya Menyusun agenda pembangunan, daerah dengan pemberantasan
kemiskinan sebagai skala prioritas yang utama. Membangkitkan kesadaran kolektif agar semua
memahami kemiskinan sebagai musuh bersama, dan meningkatkan partisipasi semua pihak dalam
memberantas kemiskinan Strategi dan kebijakan altenatif yang berpihak kepada, rakyat miskin, option
for the poor menjadi kebutuhan mutlak menanggulangi kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan
tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri dalam jangka pendek, tetapi memerlukan
peran dan partisipasi aktif segenap stakeholder, terutama masyarakat itu sendiri, sehingga
sinergi positif dalam menyejahterakan rakyat
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia merupakan termasuk Negara kaya Sumber Daya
Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), tetapi termasuk juga salah satu negara miskin
di dunia. Miskin dalam pengertian sehari-hari adalah orang yang tidak dapat memperoleh sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan kemiskinan merupakan suatu keadaan ketika
seseorang kehilangan harga diri, terbentur pada ketergantungan, terpaksa menerima perlakuan
kasar dan hinaan, serta tidak dipedulikan ketika sedang mencari pertolongan. Secara umum
masalah kemiskinan di Kota Surakarta tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain yang
berkarakter perkotaan, bersifat multidimensional menyangkut berbagai aspek kehidupan,
sehingga cara menanggulangi masalah kemiskinan tidak mungkin melalui satu bidang ataupun
dilakukan oleh satu pihak. Permasalahan kemiskinan yang dialami oleh 105.603 masyarakat
miskin Kota Surakarta antara lain menyangkut kelemahan akses pada berbagai sumber daya
ekonomi, layanan dasar pendidikan dan kesehatan, serta marjinalisasi peran sosial maupun
keterlibatan dalam pengambilan keputusan politik. Upaya penanggulangan kemiskinan bertujuan
untuk mewujudkan kondisi ideal yaitu membebaskan masyarakat, khususnya masyarakat miskin
dari jerat kemiskinan dan mengembangkan kemampuan mereka untuk sepenuhnya dapat
berpartisipasi dalam proses pembangunan di semua bidang.
B. Biodata Responden Secara Umum
a. Usia
Berdasarkan data dari penelitian, kelompok umur 40 – 49 adalah yang paling banyak, yaitu
ada 21 kepala keluarga. Dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 20 – 29 dan 70 – 79.
Hal ini bahwa kemiskinan lebih banyak dialami oleh kepala keluarga yang berumur diantara
40 sampai 49 tahun. Lebih lengkapnya terdapat pada tabel dibawah.
Tabel 10
Kelompok Umur Responden
Sumber: hasil wawancara
b. Pendidikan Terakhir
Terdapat dua puluh enam kepala keluarga yang berpendidikan tamat SD dan dua orang yang
tidak sekolah, hal ini menunjukkan bahwa penyebab kemiskinan salah satunya merupakan
hasil dari rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Sedangkan dua orang tidak
No. Umur Jumlah
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
60 – 69
70 – 79
2
13
21
16
4
2
Total 58
memberitahukan pendidikan terakhir mereka karena suatu alasan yang peneliti tidak
mengetahuinya. Lebih lengkapnya ada dibawah ini.
Tabel 11
Pendidikan Terakhir Responden
Sumber: hasil wawancara
c. Jumlah Anggota Keluarga
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 15 keluarga miskin mempunyai anggota
keluarganya empat dan lima orang yang terdiri dari suami, istri, dan dua atau tiga anak. Hal
ini menunjukkan bahwa keluarga miskin sudah mulai menyadari bahwa banyak anak tidak
Pendidikan Terakhir Jumlah
Tamat Sekolah Dasar (SD) 26
Tamat Sekolah Menegah Pertama (SMP) 11
Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) 17
Tidak Sekolah 2
Tidak diberitahukan 2
Total 58
selalu mendatangkan banyak rejeki. Sedangkan dua keluarga masih mempunyai jumlah
sembilan anggota keluarga. Lebih lengkapnya ada dibawah ini.
Tabel 12
Jumlah Anggota Keluarga Responden
Jumlah Anggota
Keluarga (orang) Jumlah
10
2
3
4
5
6
7
8
9
3
2
6
15
15
8
4
3
2
Total 58
Sumber: hasil wawancara
d. Luas Rumah
Berdasarkan data lapangan, sebanyak 12 Gakin yang paling banyak mempunyai luas rumah
berkisar 20 - 29 m2. Dan paling sedikit Gakin mempunyai luas rumah berukuran 60 - 69 m2.
Hal ini menunjukkan bahwa keadaan ekonomi yang kurang mempengaruhi keadaan luas
rumah. Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut.
Tabel 13
Luas Rumah Responden
Luas Rumah Jumlah
10 - 19 m2 5
12
4
6
8
2
4
3
8
5
20 - 29 m2
30 - 39 m2
40 - 49 m2
50 - 59 m2
60 - 69 m2
80 - 89 m2
90 - 99 m2
> 100 m2
< 10 m2
Total 58
Sumber: hasil wawancara
e. Status Rumah
Sebanyak 24 Gakin mempunyai rumah dengan status warisan, sedangkan rumah milik sendiri
sebanyak 18 Gakin. Hal ini menandakan bahwa rumah tempat tinggal Gakin sebagian besar
merupakan hasil peninggalan dari keluarganya.Dan yang paling sedikit adalah Gakin yang
tinggal di rumah kost serta membangun rumah diatas tanah milik pemerintah, masing-masing
sebanyak 1 Gakin. Sedangkan Gakin yang tinggal di rumah milik pemerintah, mereka hanya
dikenakan biaya pajak PBB saja oleh pemerintah. Lengkapnya adalah sebagai berikut.
Tabel 14
Status Rumah Responden
Status Rumah Jumlah
Rumah milik pemerintah
Tinggal dengan orangtua
Kontrak
Kost
Milik sendiri
Tanah milik pemerintah
Warisan
4
2
8
1
18
1
24
Total 58
Sumber: hasil wawancara
f. Kendaraan
Peneliti menemukan secara keseluruhan dari 58 Gakin yang diteliti bahwa paling banyak
kendaraan yang dimiliki Gakin adalah motor yaitu 53 buah dan sepeda yang berjenis ontel
maupun federal berjumlah 46 buah. Hal ini menunjukkan bahwa motor dan sepeda merupakan
kendaraan yang lebih sering dimiliki oleh Gakin dibandingkan dengan kendaraan lainnya.
Tabel dibawah ini adalah informasi selengkapnya.
Tabel 15
Kendaraan yang Dimiliki Responden
Jenis kendaraan Jumlah Kendaraan
Sepeda
Motor
46
53
Total 99
Sumber: hasil wawancara
g. Tabungan Keluarga
Dari hasil penelitian, didapatkan hasil terbanyak yang membuktikan bahwa Gakin tidak
mempunyai tabungan keluarga yaitu sebanyak 54 Gakin, sedangkan yang mempunyai
tabungan keluarga dengan nominal banyak dan nominal sedikit masing-masing sebanya 2
Gakin. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Gakin tidak bisa menabung dengan kondisi ekonomi
keluarga yang ada. Lebih lengkapnya ada di table dibawah ini.
Tabel 16
Tabungan Keluarga Responden
Tabungan Jumlah Gakin
Banyak
Sedikit
Tidak punya
2
2
54
Total 58
Sumber: hasil wawancara
h. Uang Konsumsi
Dapat dilihat dari tabel dibawah bahwa pengeluaran untuk biaya konsumsi keluarga yang
terbanyak adalah lebih dari Rp 500.000,- berjumlah 23 Gakin dan yang terendah adalah Rp
100.000 – 199.000,- berjumlah 2 Gakin. Hal ini membuktikan bahwa tingginya pengeluaran
Gakin untuk konsumsinya dalam sebulan. Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut.
Tabel 17
Uang Konsumsi Responden
Uang Konsumsi Jumlah Gakin
Rp 100.000 - 199.000,-
Rp 200.000 - 299.000,-
Rp 300.000 - 399.000,-
Rp 400.000 - 499.000,-
> Rp 500.000,-
Tidak Tentu
2
6
10
9
23
8
Total 58
Sumber: hasil wawancara
i. Iuran Sekolah (SPP)
Data penelitian diperoleh bahwa sebanyak 20 Gakin membayar SPP berkisar Rp 10.000 –
99.000,- dan terdapat 7 Gakin yang tidak membayar SPP disebabkan anaknya belum sekolah,
SPP gratis, dan anaknya sudah lulus sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pembayaran
SPP yang harus dibayar oleh Gakin masih tinggi untuk setiap bulannya. Dan ada 15 Gakin
yang tidak menyebutkan iuran SPPnya dengan alasan yang peneliti tidak mengetahuinya.
Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut.
Tabel 18
Iuran SPP Responden
Iuran SPP Jumlah Gakin
Belum sekolah
Gratis
Rp 10.000 - 99.000,-
> Rp 100.000,-
Tidak diberitahukan
Lulus sekolah
2
3
20
16
15
2
Total 58
Sumber: hasil wawancara
j. Biaya Transportasi
Salah satu dampak naiknya harga BBM adalah bertambahnya biaya transportasi (uang bensin,
dan tarif angkutan umum). Dari data penelitian, diperoleh bahwa 25 Gakin tidak ada biaya
transportasi atau tidak mengeluarkan biaya transportasi. Dan sebanyak 17 Gakin
mengeluarkan uang berkisar Rp 10.000 - 99.000,- dalam sebulan. Serta 14 Gakin
mengeluarkan biaya transportasi lebih dari Rp 100.000,-. Sisanya, 2 Gakin tidak tentu
nominal biaya transportasinya. Hal ini menunjukkan bahwa Gakin lebih banyak tidak
menggunakan kendaraan atau transportasi yang mengeluarkan biaya. Untuk mengetahui
secara lebih rinci ada di tabel dibawah ini.
Tabel 19
Biaya Transportasi Responden
Biaya Transportasi Jumlah Gakin
Tidak ada
Rp 10.000 - 99.000
> Rp 100.000
Tidak tentu
25
17
14
2
Total 58
Sumber: hasil wawancara
k. Kegunaan BBM bagi Informan
Sebagian besar Gakin menggunakan BBM adalah untuk memasak yaitu 28 Gakin. Sedangkan
yang berjumlah 1 Gakin, masing-masing digunakan untuk kerikan badan; memasak,
berdagang dan transportasi; dan transportasi serta berdagang. Hal ini menunjukkan bahwa
Gakin lebih sering menggunakan BBM untuk memasak dibandingkan yang lainnya. Lebih
lengkapnya ada di tabel dibawah ini.
Tabel 20
Kenggunaan BBM bagi Informan
Kegunaan BBM Jumlah Gakin
Dipakai kerikan badan
Memasak dan transportasi
Memasak, berdagang, dan transportasi
Memasak
Memasak dan berdagang
Memasak dan bekerja
Transportasi
Transportasi dan berdagang
1
17
1
28
3
4
3
1
Total 58
Sumber: hasil wawancara
l. Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Sampingan
Dibawah ini merupakan beraneka macam pekerjaan utama maupun sampingan yang dilakukan
Gakin berdasarkan hasil penelitian. Hampir seluruh Gakin yang diteliti mempunyai istri yang
juga bekerja. Istri yang ikut bekerja mencari nafkah, peneliti menganggapnya merupakan
pekerjaan sampingan sedangkan pekerjaan utama adalah mata pencaharian yang dilakukan
suami. Tidak sedikit pula, suami yang mempunyai banyak mata pencaharian, sehingga mata
pencarian yang lain tersebut peneliti menganggapnya sebagai pekerjaan sampingan. Lebih
lengkapnya adalah sebagai berikut.
Tabel 21
Pekerjaan Utama dan Sampingan Informan
Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan
· Bengkel modifikasi
· Buka toko kelontong kecil
· warung makan
· Buruh serabutan
· Buruh bangunan
· Buruh di perusahaan kantong plastik
· Buruh gudang gula
· Buruh pabrik batik
· Cleaning service di SPBU
· Pembersih sampah masyarakat
· Jualan kue leker
· Jualan obat-obatan dari bahan ular
kobra
· Jualan soto (dibantu istri)
· Kerajinan anyaman tas/keranjang plastik
· Kernet truk / pesuruh
· Linmas (satpam) di kantor kelurahan
· Pembersih rumah
· Mengurus taman jalan daerah Jurug
Menitipkan gorengan di angkringan
· Menjadi Yogo di Keraton (semi
karawitan)
· Penjahit
· Merakit sepeda ontel
· Pedagang
· Pemasangan Sumur Pompa & servis
pompa
· Pengamen
· Membetulkan sesuatu selain pompa
air
· Istri buruh konveksi
· Ketua RT
· Jualan pulsa dan jasa tempel
stiker buku tulis
· Istri buruh cuci pakaian dan
menyetrika
· Istri kerja PRT
· Istri jadi buruh konveksi garmen
· Istri karyawan batik Pasar
Klewer
· Istri membantu adiknya
memasak untuk dijual
· Istri jualan jenang
· Istri buka warung klontong kecil
· Jualan gorengan
· Jualan makanan kecil dan
minuman
· Jualan gula pasir
· Jual-beli mebel
· Petani dan jual ternak
· Istri jualan makanan kecil
· Istri memberikan jasa nyuci, pijit
serta kerokan, dan. penjahit
· Istri menjadi buruh, dan menjual
· Penjaga pintu air Joyotakan
· Room boy di hotel permatasari
· Salesman
· Semir sepatu
· Pembuat sarung
keris
· Sol sepatu
· Supir mobil box makanan ringan
· Supir pribadi
· Supir taksi angkasa
· Supir truk
· Tambal
ban
· Tukang
batu
· Tukang becak
· Juru parkir
rongsokan yang sudah diperbaiki
· Istri penjahit
· Istri berdagang
· Jualan tembakau
· Istri jualan nasi soto
· Istri jualan bakmi dan minyak
tanah
· Jualan kayu bakar, jual ternak,
dan wedangan di nikahan
· Istri jaga bayi setengah hari
· Istri kerja di pabrik perlak
· Membuat tempat samir 7 bulanan
balita
Sumber: hasil wawancara
C. Biodata Informan Secara Khusus
Dari jumlah lima kecamatan di Kota Surakarta, maka peneliti membahas lima informan
secara khusus dan mendalam untuk mewakili setiap kecamatan di Kota Surakarta. Hal ini
dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan peneliti dengan
lebih rinci. Data tersebut adalah seperti dibawah ini.
1. Bapak Sawiji (41 tahun)
Beliau merupakan Gakin yang tinggal di Tegal Keputren RT 03 RW 05, Pajang (ketua RT).
Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Anggota keluarga beliau
berjumlah empat orang yang terdiri suami (beliau), istri, dan dua anak (yang berpendidikan
tamat SMK dan taman kanak-kanak).
a. Kondisi Rumah
Luas rumah adalah 40 m2 yang dindingnya terbuat dari batubata yang kurang sempurna,
lantai rumah terbuat dari tegel lama, genteng lama masih beliau gunakan untuk menutup
bagian atas rumahnya, status rumahnya merupakan warisan dari orangtuanya.
“rumah saya biasa saja mas, namanya juga orang cilik, luas rumah saya kecil mas hanya 40 m2, dindingnya dari batubata yang kurang sempurna, lantai rumah saya dari tegel lama. Sebenarnya itu rumah orangtua saya mas, saya hanya disuruh tinggal disitu saja” (wawancara 10 Oktober 2008)
b. Harta benda
Perabotan yang beliau miliki adalah sofa biasa yang sudah lama, televisi dan radio yang
sudah lama.
“wah mas, perabotan yang saya punya hanya sedikit, seperti televisi sama radio yang sudah berumur, terus sama sofa biasa, itu juga sofanya sudah lama mas” (wawancara 10 Oktober 2008)
Beliau tidak mempunyai sawah atau kebun serta ternak, tabungan keluarga juga tidak
dimiliki oleh bapak Sawiji. Kendaraan sehari-hari beliau adalah dua buah sepeda ontel.
“saya tidak punya sawah, ternak, dan juga tabungan keluarga. Kendaraan punya 2 sepeda ontel. Keluarga saya biasa saja mas, tidak sanggup menabung”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Keluarga bapak Sawiji sudah pernah mendapat bantuan dari pihak luar, bantuan tersebut yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT), PKMS (pengobatan gratis), dan ketika hari raya (Idul fitri dan Idul Adha).
“kalau keluarga saya pernah mendapat bantuan, seperti BLT dapat, terus PKMS dan sewaktu lebaran juga dapat”
(wawancara 10 Oktober 2008)
c. Pekerjaan dan pendapatan serta pengeluaran selama sebulan (per-bulan)
Pekerjaan utama beliau adalah merakit sepeda ontel di bengkel (pegawai), dengan
penghasilan /bulan adalah Rp 400.000,-. Beliau sudah 17 tahun bekerja sebagai perakit
sepeda ontel. Dalam pekerjaannya, beliau tidak merasa dirugikan ketika harga BBM naik
dikarenakan pekerjaan beliau tidak memakai BBM. Beliau tidak mempunyai pekerjaan
sampingan, sehingga beliau mengandalkan bekerja sebagai perakit ontel untuk menafkahi
anggota keluarganya.
“pekerjaan harian saya merakit sepeda ontel mas. Sudah 17 tahun saya menjalani pekerjaan ini. Penghasilan saya Alhamdulillah Rp 400.000,- sebulannya. Untungnya saya tidak pakai BBM mas kalau bekerja, jadi saya tidak rugi pas harga BBM naik”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Dalam berkeluarga, beliau mengeluarkan uang konsumsi atau uang dapur sebesar Rp
620.000,-/bulan. Ketika harga BBM naik, konflik beliau adalah susah mencari minyak tanah
karena langka di pasaran.
“uang dapur keluarga saya Rp 620.000 itu untuk sebulan. Masalah yang keluarga saya rasakan pas BBM naik adalah minyak tanah susah dicarinya dimana-mana”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Sedangkan untuk biaya pendidikan anaknya, totalnya adalah Rp 85.000,- /bulan, tidak ada
konflik ketika harga BBM naik. Urusan kesehatan keluarga, beliau mendapatkan kartu
ASKESKIN, sehingga gratis biaya pengobatan.
“SPP anak-anak saya semuanya jadi Rp 85.000,-, tidak ada masalah pas BBM naik. Untuk urusan kesehatan, kan kami dapat ASKESKIN jadi gratis kalau sakit”(wawancara 10 Oktober 2008)
Biaya listrik Rp 65.000,-/bulan, dan air untuk kebutuhan keluarga menggunakan air sumur,
ketika harga BBM naik tidak terjadi konflik. Iuran rutin kampung Rp 10.000,- /bulan.
Beliau mempunyai cicilan kredit kepada majikan atau atasan di tempat kerja untuk
membayar sekolah (SPP), seminggu beliau menyicil Rp 20.000,- (sebulan Rp 80.000,-).
“Pengeluaran keluarga saya buat listrik Rp 65.000 sebulan, kalau air saya pakai air sumur bukan PDAM, iuran bulanan kampung Rp 10.000,-, ada juga cicilan kredit ke atasan saya Rp 80.000 sebulan tapi saya nyicil seminggu Rp 20.000 buat SPP anak saya”
(wawancara 10 Oktober 2008)
d. Kegunaan BBM dan strategi atau solusi ketika harga BBM naik
Beliau sebelum harga BBM naik, sudah mengetahuinya melalui kabar dari
teman-teman di lingkungan rumahnya. Tetapi beliau tidak mengetahui alasan pemerintah
menaikkan harga BBM.
“saya sudah mengetahui BBM akan naik sebelum naik benaran BBMnya, mengetahui dari teman rumah saya. Tapi saya tidak tahu alasan pemerintah menaikkan harga BBM”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Dalam kebutuhan keluarga, beliau membeli minyak tanah 3 liter/minggu
(Rp 4.900/liter) dan minyak goreng sebanyak 250 ml Rp 6.500. Tidak ada pengganti BBM
sehingga walaupun harga BBM naik, beliau tetap membelinya. Beliau membeli BBM hanya
untuk memasak, tidak untuk yang lain. BBM yang sering beliau beli adalah minyak tanah.
“istri saya biasanya beli minyak tanah 3 liter itu untuk seminggu, belinya di tempat eceran, per liternya Rp 4.900,- terus sama beli minyak goreng cuman 250 ml Rp 6.500,-. Saya bingung mas mau ganti BBM pakai apa, jadi walaupun harganya mahal ya saya beli saja. Saya beli BBM buat mengisi kompor saja mas, lebih sering beli minyak tanah, saya tidak punya motor soalnya”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Strategi hidup beliau ketika harga BBM naik adalah kerja lembur (Rp 20.000,-/lembur,
pulang sampai jam 21.00 malam, sehari kerja jam 8.00 - 16.30, selama 6 hari /minggu) dan
giat bekerja dengan cara membawa pekerjaan ke rumah agar mendapatkan tambahan uang,
gunakan pendapatan dengan maksimal, pinjam uang ke majikan (tanpa bunga). Keluarga
beliau dalam bepergian lebih sering menggunakan sepeda ontel atau jalan kaki, sehingga
mereka tidak terpengaruh dengan harga BBM yang naik.
“strategi keluarga saya ketika harga BBM naik adalah saya kerja lembur, karena dapat Rp 20.000,- sekali lembur, pulang ke rumah sampai jam 9 malam, per hari saya kerja jam 8.00 - 4.30 selama 6 hari, terus giat bekerja buat cari tambahan uang, terus bawa pekerjaan ke rumah supaya dapat tambahan uang, menggunakan pendapatan dengan maksimal, pinjam uang ke majikan tanpa bunga buat bayar SPP”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Konflik yang terjadi di masyarakat ketika harga BBM naik menurut beliau hanyalah
menjadi bahan perbincangan bagi wanita.
“ketika BBM naik, tidak ada masalah di keluarga saya dan di masyarakat, tidak sampai bertengkar atau rebut-ribut mas, paling hanya jadi bahan gosip saja buat kaum hawa”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Beliau mempunyai saran untuk pemerintah untuk mencari jalan keluar lain selain
menaikkan harga BBM. Beliau setuju dengan program pemerintah BLT dari segi
kemiskinannya tetapi dampak buruk BLT beliau tidak setuju.
“apakah tidak ada jalan lain selain menaikkan BBM, kasihan para buruh seperti saya semakin buruk. Kalau dari segi kemiskinan, saya setuju ada BLT, tapi dari efek sampingnya saya tidak setuju”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Beliau mengalami kekurangan materi sudah sejak dari dahulu, tetapi yang paling sering
kekurangan adalah sekarang. Penghasilan beliau digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
keluarga sehingga penghasilan diberikan kepada istri
(istri yang mengatur keuangan).
“kalau kekurangan materi, keluarga saya sudah dari dahulu mas tapi sekarang saya rasakan lebih kekurangan karena semua harga naik. Gaji saya pasti digunakan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga saya mas, tidak buat foya-foya atau piknik karena kebutuhan keluarga banyak, gaji saya yang mengurusi istri biar dia yang mengatur keuangan keluarga”
(wawancara 10 Oktober 2008)
Dari keseluruhan hidup berumahtangga, ketika harga BBM naik, keluarga bapak Sawiji
merasa semakin susah atau rugi. Tetapi antar anggota keluarga tidak sampai bertengkar.
“jujur mas, keluarga saya semakin terjepit ketika BBM naik. Tapi tidak sampai bertengkar saya dengan istri atau sama anak saya”
(wawancara 10 Oktober 2008)
2. Bapak Tukiran (43 tahun)
Beliau merupakan Gakin yang tinggal di Petatar RT 03 RW 07, Jebres. Pendidikan terakhir
beliau adalah Sekolah Dasar (SD). Anggota keluarga beliau berjumlah tujuh orang yang
terdiri suami (beliau), istri, dua anak belum sekolah, satu anak yang berpendidikan SD, dan
dua anak yang sudah menikah.
a. Kondisi Rumah
Luas rumahnya adalah 48 m2 yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan seng, lantai
rumah adalah semen, atap rumahnya sudah berupa genteng, status rumahnya adalah warisan.
“rumah saya luasnya 48 m2, dindingnya dari anyaman bambu sama seng. Atap rumah saya genteng. Tapi rumah ini bukan rumah saya mas, ini warisan dari orangtua saya” (wawancara 11 Oktober 2008)
Perabotan rumah yang dimiliki beliau hanya televisi, sedangkan alat elektronik lain tidak
dimiliki beliau.
“saya hanya punya TV saja, yang lain tidak punya, maklum orang miskin” (wawancara 11 Oktober 2008)
Beliau tidak mempunyai sawah atau kebun, ternak, tabungan keluarga, dan kendaraan juga
tidak dimiliki oleh bapak Tukiran.
“tidak punya apa-apa mas, tabungan tidak punya, ternak juga tidak punya, sawah tidak punya, kendaraan tidak punya, kebun tidak punya juga”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Keluarga beliau sudah pernah mendapat bantuan dari pihak luar, bantuan tersebut yaitu
Bantuan Langsung Tunai (BLT), PKMS, dan hari raya (Idul fitri dan Idul Adha).
“Alhamdulillah saya dapat BLT, PKMS, dan sembako waktu hari raya Idul Adha dan Idul Fitri”
(wawancara 11 Oktober 2008)
b. Pekerjaan dan pendapatan serta pengeluaran selama sebulan (/bulan)
Pekerjaan utama adalah kuli bangunan, penghasilan tetapnya sebulan rata-rata Rp 300.000,-.
Ketika harga BBM naik, pekerjaan beliau menjadi merugi karena banyak yang tidak bekerja
yang disebabkan bahan material menjadi mahal. Lama bekerja adalah dua puluh lima tahun.
Pekerjaan sampingan yang dilakukan istri beliau adalah jualan jenang dengan penghasilan
Rp 7.000/hari (bersih). Ketika harga BBM naik, pekerjaan sampingan menjadi rugi karena
bahan baku jenangnya mahal. Lama pekerjaan sampingannya adalah satu tahun.
“pekerjaan saya jadi kuli bangunan, istri saya jualan jenang. Jadi kuli bangunan gajinya Rp 300.000/bulan, kalau hasil jualan jenang dapatnya sedikit Rp 7.000/hari. Saya udah lama jadi kuli bangunan sekitar 25 tahun. Jualan jenang baru setahun. Ya jelas rugi lah mas ketika harga BBM naik, banyak yang mogok kerja karena tidak ada materialnya karena harga material jadi naik, harga bahan baku jenang menjadi naik”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Beliau mengeluarkan uang konsumsi atau uang dapur sebesar Rp 450.000,-/bulan atau Rp
20.000,-/hari. Ketika harga BBM naik, konflik beliau adalah harga beras dan minyak tanah
menjadi naik.
“biasanya saya mengeluarkan uang untuk belanja Rp 20.000,-/hari, jadi kira-kira sebulan Rp 450.000,-. Harga BBM naik, harga beras naik sama minyak tanah ikut naik, itu masalah saya mas pas harga BBM naik”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Untuk biaya pendidikan anaknya, beliau mengeluarkan uang untuk Rp 15.000,- /bulan.
Beliau tidak mendapatkan ASKESKIN atau PKMS, sehingga apabila berobat tetap bayar.
Beliau tidak ada biaya untuk transportasi karena tidak ada kendaraan.
“Bayar kursus Rp 15.000,-/bulan. SPP gratis mas. Tidak ada masalah kok mas ketika BBM naik, saya tidak dapat ASKESKIN dari pemerintah. Transportasi juga tidak ada masalah karena saya tidak punya kendaraan”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Biaya listrik Rp 20.000,-/bulan, dan air untuk kebutuhan keluarga menggunakan air sumur,
ketika harga BBM naik tidak terjadi konflik. Iuran rutin kampung Rp 7.000,- /bulan. Beliau
tidak mempunyai cicilan kredit.
“PLN saya bayar Rp 20.000,-/bulan, Alhamdulillah tidak naik tarifnya pas harga BBM naik, tidak ada masalah juga dengan listrik mas. Airnya kami pakai sumur saja, lebih enak. Iya, disini ada iuran kampung, Rp 7.000,-/bulan.”
(wawancara 11 Oktober 2008)
c. Kegunaan BBM dan strategi atau solusi ketika harga BBM naik
Beliau sudah mengetahui harga BBM mau naik dari berita dan tetangga. Tetapi beliau tidak
mengetahui alasan pemerintah menaikkan harga BBM.
“iya mas, saya mengetahui harga BBM mau naik waktu itu dari berita dan tetangga. Saya tidak tahu alasan pemerintah menaikkan harga BBM”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Beliau membeli minyak tanah satu liter diirit-irit untuk dua hari (Rp 3.100,-/liter) dan minyak
goreng sebanyak satu kilogram Rp 4.000,- untuk empat hari di warung. Bila tidak sanggup
membeli minyak tanah, maka beliau menggantinya dengan kayu dengan cara membeli Rp
4.000,- di pasar. Minyak tanah digunakan beliau untuk memasak masakan.
“minyak tanah saya beli 1 liter diirit-irit untuk dua hari, kalau tidak diirit-irit saya bisa kehabisan minyak tanah, seliternya saya beli Rp 3.100,- di eceran. Minyak goreng belinya 1 kg buat 4 hari Rp 4.000,- di warung dekat rumah. Pengganti BBM saya biasanya pakai kayu bakar beli di pasar dekat rumah Rp 4.000,-. BBM yang sering saya pakai cuma minyak tanah buat memasak makanan harian”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Strategi beliau adalah mengirit segala sesuatu, bila sesuatu tidak diperlukan maka tidak
dibeli. Ketika malam hari menghangatkan sayuran memakai minyak tanah, dan memasak
jenang memakai kayu bakar, lalu menaikkan harga jual jenang karena harga bahan baku
jenang naik.
“diirit-irit saja mas, kalau tidak perlu tidak dibeli. Malam hari hangetin sayuran pakai minyak tanah, kalau memasak jenang memakai kayu bakar. Ingin mencari sampingan tapi waktu tidak cukup, jual apa saja yang bisa jadi uang kalau gadai barang takut tidak bisa menebusnya, mengutang tetangga tidak pakai bunga, pinjam buat kebutuhan sehari-hari” (wawancara 11 Oktober 2008)
Konflik yang terjadi di keluarga ketika harga BBM naik adalah harga beras menjadi naik,
sering meminjam uang kepada orang lain dan jarang sekali meminjam uang kepada anaknya
yang sudah menikah. Beliau juga sering mengalami kekurangan materi atau ekonomi.
“iya mas muncul masalah ketika harga BBM naik, dahulunya harga beras murah, sekarang jadi naik. Saya jadi sering ngutang, tidak bisa bayar. Jarang banget minta bantuan anak yang sudah nikah setahun 1 kali. Sering sekali saya kekurangan uang mas”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Beliau mempunyai saran untuk pemerintah adalah jangan menaikkan harga BBM terlalu
tinggi agar harga sembako bisa stabil. Beliau setuju dengan program BLT dari pemerintah
karena untuk menambah keuangan keluarga.
“jangan naikkan harga BBM terlalu tinggi, biar harga kebutuhan sehari-hari bisa stabil (harga sembako). Setuju dengan BLT karena dapat uang tambahan.”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Beliau sering mengalami kekurangan materi. Penghasilan beliau digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari keluarga, tidak untuk bersenang-senang.
“saya sering kekurangan uang mas. Gaji saya digunakan buat kebutuhan sehari-hari karena buat yang lain belum tentu cukup”
(wawancara 11 Oktober 2008)
Dari keseluruhan hidup berumahtangga, ketika harga BBM naik, keluarga bapak Tukiran
menjadi merugi. Sehingga anggota keluarga sering bertengkar karena uang belanja tidak
cukup.
“iya mas rugi saya pas BBM nai. Kalau bertengkar itu sering mas, karena uang belanja kurang. Bagaimana tidak kurang mas uang belanjanya, semua barang jadi naik harganya”
(wawancara 11 Oktober 2008)
3. Bapak Joko (30 tahun)
Beliau merupakan Gakin yang tinggal di Bonorejo, RT 01 RW 15, Nusukan. Pendidikan
terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anggota keluarga beliau berjumlah
tiga orang yang terdiri suami (beliau), istri, dan satu anak yang masih SD.
a. Kondisi Rumah
Luas rumahnya adalah 15 m2 yang dindingnya terbuat dari batubata (tembok), lantai rumah
adalah ubin, atap rumahnya sudah berupa genteng, status rumahnya adalah kepunyaan
sendiri.
“luas rumah saya 15 m2. Dinding rumah saya seperti rumah lainnya, berupa tembok, lantainya ubin, atap dari genteng. Rumah saya statusnya milik saya sendiri bukan orang lain” (wawancara 12 Oktober 2008)
Barang elektronik yang dimiliki beliau adalah televisi, VCD, dan dua Handphone.
“elektronik yang saya punya itu seperti TV, VCD sama 2 HP saja. Motor kendaraan saya buat mengantar anak dan istri saya kerja” (wawancara 12 Oktober 2008)
Beliau tidak mempunyai sawah atau kebun, dan ternak. Beliau mempunyai tabungan
keluarga, dan motor.
“sawah sama kebun saya tidak punya, kalau tabungan sedikit-sedikit dan motor saya punya”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Keluarga beliau sudah pernah mendapat bantuan dari pihak luar, bantuan tersebut yaitu
Bantuan Langsung Tunai (BLT).
“BLT saja mas yang saya dapat, yang lainnya saya tidak dapat”
(wawancara 12 Oktober 2008)
b. Pekerjaan dan pendapatan serta pengeluaran selama sebulan (per-bulan)
Pekerjaan utama adalah sol sepatu, penghasilan sebulannya tidak tentu
rata-rata Rp 500.000,-. Ketika harga BBM naik, keluarga beliau biasa saja karena pekerjaan
beliau tidak memakai BBM. Lama bekerja adalah sepuluh tahun menjadi sol sepatu. Istri
beliau bekerja menjadi buruh garmen. Dengan pendapatan tetap Rp 600.000,-/bulan. Istri
beliau idak merasa dirugikan dipekerjaannya ketika harga BBM naik.
“jadi sol sepatu mas, itu tempat kerja saya diseberang jalan raya yang ada tulisannya ‘joko sol sepatu’. Ga tentu mas penghasilannya, tapi rata-rata biasanya dapat Rp 500.000,-. BBM naik tidak jadi masalah buat pekerjaan saya, karena ga pakai BBM. Saya udah 10 tahun kerja sol sepatu. Istri saya kerja juga di pabrik garmen jadi buruh, Rp 600.000,- gaji sebulannya, biasa saja mas tidak dirugikan istri saya pas BBM naik.”.
(wawancara 12 Oktober 2008)
Beliau mengeluarkan uang konsumsi atau uang dapur sebesar Rp 700.000,-/bulan atau Rp
15.000,-/hari. Ketika harga BBM naik, beliau tidak ada konflik karena membeli makanan di
warung makan atau angkringan.
“istri saya tidak belanja, beli makanan jadi di warung makan atau di angkringan. Sehari bisa beli makan Rp 15.000,-. Kalau dihitung-hitung sebulannya habis Rp 700.000,-. Pas BBM naik tidak ada masalah dengan uang makan keluarga saya mas, adem ayem saja”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Untuk biaya pendidikan anaknya, beliau mengeluarkan uang SPP adalah
Rp 75.000,-/bulan. Ketika harga BBM naik, SPP ikut naik. Beliau tidak mendapatkan
ASKESKIN atau PKMS. Beliau mengeluarkan biaya untuk transportasi sebesar Rp 120.000,-
/bulan, beliau menerima apa adanya jika harga BBM naik.
“SPP anak saya Rp 75.000,-/bulan di sekolah swasta, karena saya ingin sekolahin anak saya di sekolah yang bagus, ketika BBM naik SPP juga ikut naik. ASKESKIN saya ga dapat dari pemerintah. Biaya transportasi sebulan Rp 120.000 karena dipakai buat mengantar istri kerja dan anak sekolah. Saya terima apa adanya, saya tidak dijadikan susah dengan naiknya BBM”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Biaya listrik Rp 20.000 – 25.000,-/bulan, tidak ada konflik mengenai biaya listrik ketika
harga BBM naik. Air untuk kebutuhan keluarga menggunakan air sumur, sehingga tidak
menjadi masalah ketika harga BBM naik. Iuran rutin kampung Rp 15.000,- /bulan. Beliau
tidak mempunyai cicilan kredit.
“listrik saya bayar Rp 20.000 – 25.000,-/bulan, saya tinggal bersama orang tua, jadi tidak ada masalah karena kerjasama untuk bayar listrik. Saya air memakai sumur, jadi tidak ada masalah ketika BBM naik. Iuran kampung saya Rp 15.000,-/bulan. Cicilan kredit tidak ada” (wawancara 12 Oktober 2008)
c. Kegunaan BBM dan strategi atau solusi ketika harga BBM naik
Beliau mengetahui harga BBM naik ketika harga BBM sudah naik.
“saya mengetahuinya ketika BBM udah naik harganya, sebelumnya saya tidak mengetahui kalau mau naik”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Beliau lebih sering membeli premium atau bensin Rp 6.000/liter di SPBU. Minyak tanah
sebanyak dua liter/minggu Rp 3.500 – 4.000,-/liter di eceran dan minyak goreng beli satu
kilogram Rp 6.000 – 6.500,-. Beliau tidak mempunyai alternatif lain pengganti BBM.
Sebagian besar BBM yang beliau pakai adalah premium untuk mengantar-jemput istri dan
anak.
“Minyak tanah saya beli 2 liter untuk seminggu harganya Rp3.500 – 4.000,-/liter di eceran karena di pangkalan tidak dikasih dan Minyak Goreng sebanyak 1 kg harganya Rp6.000 – 6.500,-. BBM yang saya sering beli bensin Rp 6.000/liter di SPBU buat anter-jemput istri dan anak-anak, saya beli tidak tentu jadi saya tidak tahu berapa liter seharinya. Saya tidak ada pengganti BBM mas, saya pakai BBM saja, saya terima walaupun mahal.”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Strategi hidup beliau ketika harga BBM naik adalah sesuatu yang tidak penting dikurangi
pembeliannya, mengatur keuangan keluarga, menjaga kesehatan keluarga dan pinjam uang
ke saudara.
“yang tidak penting dikurangi, jarang beli baju. Dahulu, sebulan sekali beli baju setelah BBM naik jadi 3 bulan baru beli terus beli pulsa tadinya 2 hari sekali pas BBM naik jadi 4 hari sekali beli pulsa. Kalau ada uang sedikit segera ditabung, menjaga kesehatan keluarga dengan cara anak dikasih susu bergizi biar sehat, harus pintar-pintar ngatur keuangan, beli barang-barang secukupnya saja. Pinjam uang juga pernah ke saudara”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Konflik yang terjadi di masyarakat ketika harga BBM naik adalah pada awal harga BBM
naik terasa berat, tapi seiring dengan berjalannya waktu tidak menjadi beban.
“awalnya jadi beban pada waktu BBM naik, tapi lama kelamaan tidak jadi beban”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Beliau mempunyai saran untuk pemerintah adalah diusahakan harga BBM diturunkan. Beliau
setuju dengan program pemerintah yaitu BLT karena sedikit meringankan beban ekonomi
keluarga.
“kalau bisa BBM diturunkan. Saya setuju dengan adanya BLT karena sedikit meringankan beban saya”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Beliau jarang mengalami kekurangan materi karena tidak memikirkan untung ruginya dalam
perekonomian keluarganya. Penghasilan beliau digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
keluarga dan untuk tabungan keluarga.
“jarang kekurangan karena tidak berpikir untung ruginya. Penghasilan saya dan istri saya buat kebutuhan keluarga dan buat tabungan”
(wawancara 12 Oktober 2008)
Dari keseluruhan hidup berumahtangga, ketika harga BBM naik, keluarga bapak Joko merasa
biasa saja. Sehingga anggota keluarga tidak bertengkar.
“biasa saja mas karena saya tidak memikirkan hal itu”
(wawancara 12 Oktober 2008)
4. Bapak Hadisusanto (51 tahun)
Beliau merupakan Gakin yang tinggal di Puspan, RT 01 RW 05, Tipes. Pendidikan
terakhirnya adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anggota keluarga beliau berjumlah
empat orang yang terdiri suami (beliau), istri, dan dua anaknya yang berpendidikan SD serta
STM.
a. Kondisi Rumah
Luas rumah beliau adalah 18 m2 yang dindingnya terbuat dari bambu dan kayu atau triplek,
lantai rumah adalah semen, atap rumahnya sudah berupa genteng, status rumahnya adalah
warisan dari mertua.
“sekitar 18 m2 luas rumah saya, dindingnya masih gedek, dibuat dari bambu dan kayu/triplek. Kalau lantai udah semen, atap rumah juga sudah genteng, rumah saya warisan orangtua, bukan rumah sendiri” (wawancara 13 Oktober 2008)
Di rumah beliau tidak ada kursi, sehingga beliau sekeluarga hanya duduk lesehan. Barang
elektronik yang beliau punya adalah televisi, dan rice cooker.
“kursi saya tidak punya, jadi hanya lesehan kayak gini mas. Barang elektronik saya rice cooker sama hanya 1 hiburan dari televisi” (wawancara 13 Oktober 2008)
Beliau tidak mempunyai sawah atau kebun, ternak, tabungan keluarga. Kendaraan beliau
mempunyai dua sepeda ontel, bila pergi jauh beliau lebih suka memakai kendaraan bus
umum”.
“saya tidak punya sawah, kebun, ternak, tabungan juga tidak punya mas. Kendaraan yang saya punya 2 sepeda ontel, kalau pergi jauh saya memakai bus umum”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Keluarga beliau pernah mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT), JAMKESMAS atau
PKMS, dan sembako dari gereja.
“iya saya dapat BLT, terus JAMKESMAS sama sembako dari gereja”
(wawancara 13 Oktober 2008)
b. Pekerjaan dan pendapatan serta pengeluaran selama sebulan (per-bulan)
Pekerjaan sehari-hari beliau adalah penjual obat-obatan dari organ ular kobra, penghasilan
sebulannya tidak tetap rata-rata Rp 310.000,- atau Rp 10.000,-/hari (bersih). Ketika harga
BBM naik, pekerjaan beliau tidak terganggu. Lama bekerja adalah dua puluh delapan tahun.
Pekerjaan sampingan beliau adalah menjual rongsokan barang elektronik, sudah satu bulan
beliau melakukan usaha sampingannya. Istri beliau menjadi buruh di warung makan dengan
penghasilan Rp 30.000,-/bulan.
“hanya wiraswasta atau mandiri, jualan obat-obatan dari ramuan organ ular kobra. Pendapatannya tidak tetap, kadang dapat uang kadang ga dapat uang. Ketika BBM naik, kami tidak ada masalah karena saya memasak memakai kayu, batok kelapa, dan arang. Jual obat-obatannya saya ke pasar-pasar yang dekat saja biar ongkos transport tidak banyak. Saya punya keahlian ini karena belajar dari teman. Saya beragang jarang samapai keluar kota. Saya jualan ini dari tahun 1980. Uang dari hasil penjualan obat-obatan, dibelikan rongsokan
elektronik terus diperbaiki sendiri. Rongsokan ini berupa tabungan saya mas, tabungan saya tidak berupa uang. Setelah diperbaiki, saya jual rongsokannya dipinggir jalan, pendapatannya tidak tentu tapi rata-rata Rp 30.000 – 70.000,-. Istri saya menjadi buruh di warung makan, pendapatannya Rp 30.000,-/bulan. Saya dengan istri saya gotong royong masalah pekerjaan”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Beliau mengeluarkan uang konsumsi atau uang dapur tidak menentu, lebih banyak
mengeluarkan uang konsumsi Rp 10.000 per hari. Ketika harga BBM naik, beliau biasa-biasa
saja atau tidak ada konflik.
“tidak tentu mas, tapi biasanya Rp 10.000 sehari. Ketika BBM naik, yang saya rasakan biasa-biasa saja, karena hidup ini seperti roda berputar kadang ada diatas kadang ada dibawah”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Untuk biaya pendidikan anaknya, beliau mengeluarkan uang Rp 155.000 /bulan, untuk
anaknya yang berpendidikan STM. Sedangkan SPP anaknya yang SD beliau tidak tahu
jumlahnya karena yang membayar SPP tersebut adalah gereja. Beliau tidak mendapatkan
ASKESKIN atau PKMS, sedangkan uang transportasinya adalah Rp 13.000,-/hari.
“anak saya yang STM bayar Rp 155.000,-/bulan, sedangkan yang SD saya tidak tahu berapa karena yang bayar gereja. Tidak ada masalah ketika BBM naik. Saya tidak dapat ASKESKIN. Uang transportasi Rp 10.000,- sebagai ongkos bus umum pulang pergi, kalau anak saya sekolah membawa sepeda. Tidak ada masalah juga buat transportasi saya ketika BBM naik”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Biaya listrik beliau dibayar oleh adiknya, air untuk kebutuhan keluarga menggunakan air
sumur, sehingga beliau tidak ada konflik ketika harga BBM naik. Tidak ada iuran kampung
yang harus dibayar. Beliau tidak mempunyai cicilan kredit.
“masalah penerangan listrik kami dibayari adik saya, air saya gunain air sumur, tidak ada sama sekali iuran kampung dan kami sama sekali tidak ada cicilan kredit”
(wawancara 13 Oktober 2008)
c. Kegunaan BBM dan strategi atau solusi ketika harga BBM naik
Beliau sudah mengetahui harga BBM mau naik dari televisi. Tetapi beliau tidak mengetahui
alasan pemerintah menaikkan harga BBM.
“iya kami sudah mengetahui kalau BBM mau naik dari televisi. Alasan pemerintah menaikkan BBM kami tidak tahu”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Beliau minyak goreng sebanyak ½ kilogram untuk tiga hari, beliau tidak mengetahui
harganya karena yang biasa membeli adalah istri beliau, membeli minyak goreng tersebut di
eceran. Beliau memakai batok kelapa, kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar
masakannya. Batok kelapa dan kayu bakar beliau mencarinya di halaman rumahnya,
sedangkan arang beli di pasar Rp 3.500/kg untuk tiga hari. Batok kelapa, kayu bakar atau
arang digunakan beliau untuk memasak.
“kami tidak memakai minyak tanah tapi sehari-harinya kami memakai batok kelapa, kayu atau arang. Minyak goreng tidak tentu kadang ½ kg buat 3 hari, istri saya yang mengetahui harganya, beli di tempat eceran”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Strategi hidup beliau menyerahkan urusan keuangan keluarga kepada isrinya karena beliau
cenderung boros bila memegang uang, pasrah kepada pemerintah, makan sederhana (daging
diganti dengan tempe dan tahu), menjual pakaian ke pasar, dan menggadai sepeda di
pegadaian dengan bunga 10%.
“menyerahkan kepada istri mengenai pengaturan keuangan keluarga. Lebih baik memegang dagangan yang banyak daripada memegang uang banyak karena suka boros. Saya pasrah saja kepada pemerintah, saya manut saja. Yang tadinya kami makan daging, sekarang jadi makan temped an tahu, makan yang sederhana saja. Kami makan masak sendiri, kalau mau makan enak beli di warung makan tapi itu juga jarang-jarang. Pernah jual pakaian ke pasar buat makan sehari-hari, menggadai sepeda di pegadaian negeri dengan bunga kecil (10%) untuk ongkos kerja dan makan, kami tidak pernah pinjam uang karena takut tidak bisa bayarnya”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Konflik yang terjadi di tetangga ketika harga BBM naik menurut beliau adalah minyak tanah
menjadi langka.
“keluarga kami tidak terjadi konflik karena tidak memakai minyak tanah, tetapi bagi tetangga yang menggunakan kompor minyak sering mengeluh tentang kelangkaan minyak tanah.”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Beliau mempunyai saran untuk pemerintah adalah diharapkan pemerintah dapat
menanggulangi urusan kebutuhan pokok rakyat kecil. Dan beliau menyetujui dengan adanya
BLT karena beliau termasuk rakyat kecil yang tidak punya apa-apa.
“semoga pemerintah bisa menanggulangi masalah kebutuhan pokok, karena rakyat-rakyat kecil seperti saya ini hanya bisa manut saja, yang penting bisa beli BBM apabila ada barangnya. Saya setuju dengan adanya bantuan BLT sebab kami adalah rakyat kecil dan tidak punya”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Beliau jarang mengalami kekurangan materi karena masih berusaha mencari rejeki dengan
banyak cara.
“masalah kekurangan adalah hal biasa tapi selama setahun ini kami masih bisa berusaha cari rejeki dengan cara berjualan ke pasar atau dagang kecil-kecilan.”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Penghasilan beliau digunakan untuk makan sehari-hari keluarga, dan untuk modal usaha
dagangannya.
“masalah pendapatan dan hasil kerja, semua orang berumahtangga hasilnya untuk pikirin kebutuhan keluarganya, dan untuk kulakan dagangan”
(wawancara 13 Oktober 2008)
Dari keseluruhan hidup berumahtangga, ketika harga BBM naik, keluarga beliau biasa-biasa
saja. Pernah bertengkar tetapi bukan karena urusan harga BBM yang naik.
“masalah untung dan rugi saat BBM naik, saya pikir biasa-biasa saja sebab saya memakai batok kelapa, kayu, atau arang untuk masak. Pertengkaran pernah terjadi tapi bukan karena BBM”
(wawancara 13 Oktober 2008)
5. Bapak Sunaryo (55 tahun)
Beliau merupakan Gakin yang tinggal di RT 01 RW 19, Semanggi. Pendidikan terakhirnya
adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anggota keluarga beliau berjumlah tujuh orang
yang terdiri suami (beliau), istri, dan lima anak yang sudah tidak bersekolah lagi (pendidikan
terakhir yang dipelajari anaknya adalah empat orang berpendidikan SMP dan seorang SMA).
a. Kondisi Rumah
Luas rumahnya adalah 24 m2 yang dindingnya terbuat dari triplek/papan, lantai rumah adalah
semen, atap rumahnya sudah berupa genteng, status rumahnya adalah warisan orangtua.
“rumah saya panjangnya 6 m dan lebar 4 m, dinding dari triplek, lantai masih sederhana dari semen, atap dari genteng belum bisa memperbaiki, rumah ini bukan rumah saya tapi warisan dari orangtua”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Perabotan yang dimiliki beliau adalah radio dan televisi lama, tidak ada kursi di rumah
sehingga beliau sekeluarga lesehan.
“yang kami punya radio dan televisi yang sudah lama. Kami lesehan di rumah karena tidak ada kursi” (wawancara 14 Oktober 2008)
Beliau tidak mempunyai sawah atau kebun, ternak, tabungan keluarga. Kendaraan yang
beliau miliki adalah vespa .
“kami cuma punya vespa sebagai kendaraan sehari-hari. Wah, ternak, sawah atau kebun, sama tabungan tidak punya semua mas”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Keluarga beliau sudah pernah mendapat bantuan dari pihak luar, bantuan tersebut yaitu
Bantuan Langsung Tunai (BLT). PKMS tidak didapat oleh keluarga ini.
“BLT saja yang saya dapat, yang lainnya tidak dapat.”
(wawancara 14 Oktober 2008)
b. Pekerjaan dan pendapatan serta pengeluaran selama sebulan (per-bulan)
Pekerjaan utama adalah pengamen, penghasilan tidak tentu rata-rata Rp 20.000,-/hari. Ketika
harga BBM naik, pekerjaan beliau menjadi merugi karena menambah beban berat dalam
menafkahi keluarga. Lama bekerja adalah tiga puluh delapan tahun. Beliau tidak mempunyai
pekerjaan sampingan selain pengamen.
“saya jadi pengamen jalanan, iya rugi alasannya menambah beban berat dalam mencari nafkah untuk keluarga. Jadi pengamen dari tahun 1970 an. Tidak ada pekerjaan sampingan apa-apa”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Beliau mengeluarkan uang konsumsi atau uang dapur tidak tentu tapi rata-rata sebesar Rp
1.000.000,- lebih selama sebulan atau Rp 20.000,-/hari. Ketika harga BBM naik, konflik
beliau adalah penghasilannya menjadi tidak bisa ditabung untuk kebutuhan lain-lain dan
makan menjadi secukupnya. Jika harga BBM tidak naik, beliau berencana ingin membeli
keyboard untuk mengejar cita-cita yaitu mengamen di kafe.
“uang dapur saya tidak pasti, maksimal 1 juta sebulan, Rp 20.000,-/hari. Pas BBM naik, saya jadi tidak bisa menabung buat kebutuhan lain-lainnya, makan pas-pasan. Kalau BBM tidak naik, bisa beli keyboard buat mengamen di kafe, mengejar cita-cita”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Beliau sudah tidak mengeluarkan biaya untuk pendidikan anaknya karena tidak punya uang
untuk biaya sekolah semua anaknya. Beliau tidak mendapatkan ASKESKIN atau PKMS,
sehingga apabila berobat tetap bayar. Biaya transportasi Rp 10.000,- untuk dua hari.
“anak-anak saya udah tidak sekolah karena tidak punya biaya. Tidak dapat ASKESKIN atau PKMS. Bensin habis Rp 10.000 untuk 2 hari”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Biaya listrik Rp 30.000,-/bulan, air untuk kebutuhan keluarga menggunakan air sumur, iuran
rutin kampung sukarela. Tidak ada masalah ketika harga BBM naik. Beliau tidak mempunyai
cicilan kredit.
“disini ada enam keluarga, masing-masing bayar Rp 30.000,-/bulan untuk biaya listrik. Air menggunakan sumur. Pas BBM naik tidak jadi masalah. Iuran rutin kampung itu sukarela di kampung ini. Tidak punya cicilan kredit.”
(wawancara 14 Oktober 2008)
c. Kegunaan BBM dan strategi atau solusi ketika harga BBM naik
Pada saat harga BBM mau naik, beliau belum mengetahuinya. Dan beliau juga tidak
mengetahui alasan pemerintah menaikkan harga BBM.
“saya mengetahuinya BBM naik pas sudah naik, sebelumnya saya tidak mengetahui mas kalau mau naik. Alasan pemerintah menaikkan BBM juga tidak tahu saya”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Beliau membeli minyak tanah satu liter untuk satu hari Rp 4.000,-/liter beli di tempat
saudara, premium Rp 6.000,-/liter di SPBU, dan minyak goreng sebanyak satu liter Rp
9.000,- beli dari kelurahan untuk ½ bulan karena yang digoreng tidak ada. Bila tidak sanggup
membeli minyak tanah atau tidak mendapatkan minyak tanah, maka beliau menggantinya
dengan arang Rp 2.500,-/kg untuk satu hari dan kayu dengan cara mencarinya sendiri dari
pohon langsung serta dari pagar tanaman tapi pengganti minyak tanah ini jarang beliau
lakukan. Sebagian besar BBM dipakai untuk kebutuhan keluarga seperti memasak, dan
bahan bakar kendaraan. BBM yang lebih sering beliau gunakan adalah minyak tanah dan
premium atau bensin.
“beli minyak tanah beli 1 liter buat 1 hari Rp 4.000,-/liter beli di tempat saudara, bensin Rp 6.000,-/liter di pom bensin, minyak goreng beli satu liter Rp 9.000,- beli dari kelurahan buat ½ bulan karena tidak ada yang di goreng soalnya. Ganti minyak tanah biasanya saya pakai arang beli Rp 2.500,-/kg buat 1 hari sama kayu mencari dari pohon sama pagar-pagar tanaman. Saya gunain buat kebutuhan keluarga sendiri bukan buat usaha. Lebih sering saya menggunakan minyak tanah sama bensin buat memasak dan bahan bakar vespa saya”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Strategi beliau ketika harga BBM naik adalah terima apa adanya, segala sesuatu dicukup-
cukupkan, membeli barang banyak ketika ada uang banyak, tidak perlu dijadikan susah
ketika harga BBM naik, menjual perhiasaan di pasar Klewer untuk kebutuhan makan
keluarga, dan menggadai sepeda ontel di pegadaian (Rp 200.000,- dicicil Rp 6.000,-/bulan).
“saya terima apa adanya, dicukup-cukupkan. Kalau ada uang banyak, beli barang banyak, tidak dijadikan susah mas, saya jual perhiasan di klewer untuk menyambung hidup (makan), terus ontel di pegadaian, tiap Rp 200.000,- bayar Rp 6.000/bulan buat makan”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Tidak ada konflik yang terjadi di masyarakat lingkungan beliau ketika harga BBM. Diangap
biasa saja oleh masyarakat.
“biasa-biasa saja mas, tidak ada masalah di lingkungan saya”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Beliau mempunyai saran untuk pemerintah adalah sampai kapan berhenti menaikkan harga
BBM, harga distabilkan. Beliau setuju dengan BLT asalkan dibagikan kepada masyarakat
miskin tepat sasaran.
“kapan berhenti menaikkan harga BBM, buatlah harga stabil. Saya setuju sama BLT asal tepat sasaran saja, bagi orang tidak punya seperti keluarga miskin pada umumnya”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Beliau sering mengalami kekurangan materi setiap tahunnya.
“saya sering mengalami kekurangan uang tiap tahunnya”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Penghasilan beliau digunakan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga, untuk yang lainnya.
“buat kehidupan sehari-hari mas, kenapa buat yang lainnya”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Ketika harga BBM naik, beliau merasa dirugikan karena banyak cita-cita yang tidak bisa
beliau lakukan karena barang-barang semua harganya mahal. Tetapi tidak membuat keluarga
sampai bertengkar dengan naiknya harga BBM.
“banyak yang tidak bisa saya cita-citakan karena barang-barang semua harganya mahal (gagal). Tidak pernah bertengkar saya dengan keluarga saya gara-gara naik BBM”
(wawancara 14 Oktober 2008)
Pada bab III ini penulis menyusun sebuah matriks. Matriks ini merangkum keseluruhan
bahasan pada bab III, agar pembaca lebih mengerti dan memahami pokok bahasan bab III.
Matriks 1
Pokok Bahasan Bab III
NO. POKOK BAHASAN
SUB-BAB KETERANGAN
A. Gambaran Umum Secara umum masalah kemiskinan di
Kota Surakarta bersifat multidimensional
menyangkut berbagai aspek kehidupan,
sehingga cara menanggulangi masalah
kemiskinan tidak mungkin melalui satu
bidang ataupun satu pihak. Permasalahan
kemiskinannya antara lain menyangkut
kelemahan akses pada berbagai sumber
daya ekonomi, layanan dasar pendidikan
dan kesehatan, serta marjinalisasi peran
sosial maupun keterlibatan dalam
pengambilan keputusan politik.
B.
Biodata Responden Secara Umum
Menerangkan biodata rata-rata
keseluruhan responden:
a. Usia
b. Pendidikan terakhir
c. Jumlah anggota keluarga
d. Luas rumah
e. Status rumah
f. Kendaraan
g. Tabungan keluarga
h. Uang konsumsi
i. Iuran sekolah
j. Biaya transportasi
k. Kegunaan BBM bagi informan
l. Pekerjaan utama dan sampingan
C. Biodata Responden Secara Khusus 1. Bapak Sawiji (41 tahun)
2. Bapak Tukiran (43 tahun)
3. Bapak Joko (30 tahun)
4. Bapak Hadisusanto (51 tahun)
5. Bapak Sunaryo (55 tahun)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Bahan Bakar Minyak dan Kegunaannya Bagi Manusia
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terbuat dari hasil endapan tumbuhan dan jasad hewan
yang terkubur berabad-abad di dalam tanah. Pada awalnya tidak terlalu diperhatikan oleh
manusia, karena manusia pada saat itu sebagian besar masih belum mengerti tentang kegunaan
BBM. Seiring berjalannya waktu, makhluk hidup terutama manusia secara bertahap mengalami
suatu evolusi pada dirinya, baik evolusi secara jasmani maupun rohani. Evolusi secara jasmani
terlihat dari bentuk tubuh yang semakin lama semakin mengecil, organ tubuh bagian dalam juga
mengalami hal yang serupa. Perbedaan tersebut terlihat dari temuan fosil purbakala oleh para
ilmuwan purbakala. Pada manusia pun demikian, pada jaman purba manusia memiliki tubuh
yang tinggi, besar, dan juga organ dalam tubuhnya masih berukuran besar tidak seperti ukuran
manusia pada jaman sekarang. Dan evolusi secara rohani terlihat dari sikap manusia yang pada
awal kehidupannya menyerupai sikap hewan serta berpakaian hanya seadanya, sekarang menjadi
lebih bermoral serta berpakaian rapi. Munculnya agama merupakan salah satu bentuk evolusi
rohani. Evolusi rohani hanya terjadi pada manusia, tidak pada makhluk hidup lainnya seperti
tumbuhan dan hewan.
Dari evolusi tersebut, maka pola pikir manusia pun berkembang menjadi lebih pintar dan lebih
kreatif. Akibat pemikiran manusia yang berkembang bahkan menjadi maju,
muncullah suatu peradaban dimana manusia menemukan teori ilmu pengetahuan baru sehingga
manusia menjadi mengerti kegunaan BBM serta manusia menciptakan suatu mesin untuk
membantunya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, peradaban ini lalu disebut
dengan revolusi industri. Tidak hanya berhenti sampai disitu, mesin-mesin baru pun makin
banyak ditemukan dan sebagian besar bermanfaat untuk kehidupan makhluk hidup terutama
manusia, misalnya mesin uap, mesin tenun, mesin industri, mobil, bohlam, dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak jumlah mesin baru tersebut, hampir seluruhnya menggunakan BBM untuk
mengoperasikannya. Karena dirasakan mesin-mesin baru tersebut bermanfaat bagi manusia,
maka diperbanyak jumlahnya secara terus menerus. Setelah diteliti lebih jauh, ternyata BBM
berguna tidak hanya untuk teknologi mesin tetapi juga berguna untuk memasak karena BBM
mudah terbakar. Sehingga, BBM pun secara terus menerus diambil dari dalam tanah di daratan
maupun di lautan. Pada akhirnya, BBM menjadi suatu zat yang sangat berharga bagi munusia.
Bahkan setetes BBM yang hilang bisa mengakibatkan kerugian dalam suatu industri besar.
Dalam perindustrian, BBM yang digunakan adalah minyak solar (High Speed Diesel), Minyak
Bakar (MFO). Sedangkan untuk transportasi BBM yang digunakan adalah Premium (RON 88),
Pertamax (RON 92), Pertamax Plus (RON 95), Minyak Diesel (MDF), Biodiesel, Avgas
(Aviation Gasoline), Avtur (Aviation Turbine). Dan BBM untuk rumah tangga adalah Minyak
Tanah (Kerosene).
Karena BBM sudah menjadi bahan yang penting dan berharga untuk kehidupan manusia,
maka ditentukanlah harga pokok BBM mentah secara internasional. Sehingga apabila harga
pokok BBM mentah tersebut naik, secara otomatis harga BBM Nasional pun ikut naik. Ketika
harga pokok BBM menyentuh U$120/barrel, menyebabkan pertentangan dari berbagai lapisan
sosial terutama lapisan sosial dengan ekonomi menengah kebawah (masyarakat miskin) atau
keluarga miskin (Gakin) di seluruh dunia. Ada tiga hal pokok yang menentukan harga BBM
dalam negeri (Nasional), yakni stabilitas harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS, dan kesepakatan besaran subsidi yang diatur bersama DPR.
B. Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Masyarakat Miskin dan Keluarga Miskin
Pertentangan masyarakat di Indonesia ketika harga BBM naik adalah naiknya seluruh harga
kebutuhan manusia (sandang, pangan, dan papan). Hal ini menimbulkan suatu konflik di masyarakat.
Banyak masyarakat yang menentang dengan berbagai cara ketika harga BBM akan naik dan bahkan
ketika harga BBM sudah naik. Ada yang menentang dengan cara berdemo, membuat artikel atau
karya tulis yang diedarkan melalui berbagai surat kabar dan media elektronik lainnya, melakukan
tindakan yang merusak sarana dan prasarana umum, masyarakat menjadi tidak percaya kepada
pemerintah dan lain sebagainya. Kondisi yang demikian akan berakibat buruk, bukan hanya pada
perekonomian, tetapi juga dinamika dan modal sosial suatu bangsa. Dintaranya menjamin
tersedianya kebutuhan sembako, pangan, BBM di masyarakat. Tapi dampak yang lebih besar
adalah seperti yang dikatakan oleh Wiley (2009), yaitu banyaknya masyarakat yang kekurangan
pangan dan papan yang diperlukan untuk mempertahankan hidup, kondisi ini dikenal dengan
sebutan kemiskinan absolut. Serta semakin banyaknya masyarakat yang tidak memiliki apa yang
dibutuhkan untuk hidup layak karena pendapatan mereka kurang dari setengah pendapatan rata-
rata nasional.
Sebelum harga BBM naik dan sesudah harga BBM naik terjadi banyak konflik di
beberapa kota di Indonesia, yaitu:
· penimbunan BBM terjadi di Kota Banda Aceh (Koran Tempo, 17 Mei 2008)
· sekelompok massa yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Miskin Kota
Jabodetabek, Serikat Becak Jakarta, dan Urban Poor Consortium, berdemonstrasi
menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di depan Istana Merdeka Jakarta
(Koran KOMPAS, 12 Mei 2008)
· untuk mengatasi antrian panjang, pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan,
seperti pada Kota Jakarta mobil pribadi dibatasi pembelian bensin di SPBU maksimal
Rp 75.000 atau 16,66 liter, angkutan umum Rp 100.000 atau 22,22 liter, dan sepeda
motor Rp 15.000 atau 3,33 liter. Untuk pembelian solar pada mobil pribadi di SPBU
maksimal Rp 75.000 atau 17,44 liter, angkutan kota Rp 100.000 atau 23,25 liter, truk
Rp 250.000 atau 58,13 liter dan antarkota Rp 250.000
atau 58,13 liter (surat edaran bernomor 501/F 13100/2008 S3
tertanggal 15 Mei 2008 dalam Koran Tempo, 17 Mei 2008)
· larangan membeli BBM di SPBU dengan menggunakan dirigen di Kota Surakarta, sehingga
masyarakat yang ingin membeli solar untuk gensetnya tidak bisa membeli solar (Koran
Solopos, 12 Mei 2008)
· para pengusaha dibandung berencana akan mengurangi jam kerja untuk menyiasati ongkos
produksi yang membengkak ketika harga BBM naik, kenaikan harga BBM juga membuat
ongkos produksi naik, dan bisa memicu para buruh untuk demonstrasi yang akhirnya berimbas
pasa kinerja perusahaan (Koran Tempo, 24 Mei 2008)
Selain konflik yang telah terjadi diberbagai kota di Indonesia. Di Kota Surakarta juga
terjadi konflik terutama ketika harga BBM sudah naik dalam semua bidang kehidupan masyarakat.
Dalam penelitian, diperoleh data mengenai konflik yang terjadi pada Gakin dan masyarakat sekitar
rumahnya, konflik konsumsi keluarga, konflik dalam iuran sekolah (SPP), dan konflik transportasi
Gakin. Dari data penelitian tersebut, konflik yang terjadi ternyata menimbulkan kerugian yang
sangat berarti bagi mereka. Konflik tersebut berupa berubahnya kebiasaan hobby seseorang karena
ditegur oleh anggota keluarganya untuk tidak pergi memancing karena tempat memncingnya jauh
sehingga membutuhkan biaya transportasi yang banyak, menghutang uang kepada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya, minyak tanah langka dan harganya semakin mahal, yang sudah
menjadi pelangganan pembeli minyak tanah di pangkalan lebih diutamakan oleh para penjual
minyak tanah tersebut karena dianggap masyarakat biasa yang membeli minyak tanah di pangkalan
akan ditimbun, dan lain sebagainya. Sedangkan konflik dalam hal kebutuhan dasar manusia
lainnya yaitu air dan listrik tidak ditemukan pada penelitian ini.
Pada konflik mengenai konsumsi keluarga, diperoleh data dalam penelitian bahwa semua
harga kebutuhan masyarakat menjadi naik, penghasilan keluarga tidak mencukupi untuk membeli
kebutuhan makan sehingga menghutang kepada orang lain, pengeluaran keluarga menjadi tidak
terkendali karena naiknya harga kebutuhan hidup, dan lain sebagainya. Dalam urusan konsumsi
keluarga, ternyata diperoleh data dari hasil penelitian adalah menimbulkan banyak dampak yang
langsung dirasakan Gakin ketika harga BBM melambung tinggi karena konsumsi keluarga
merupakan kebutuhan dasar manusia yang banyak memerlukan penggunaan BBM (minyak tanah
dan minyak goreng) dan sumber pangan yang beranekaragam baik yang berupa hewani maupun
nabati.
Mengenai urusan pendidikan anak tidak diketemukan dampak yang berat bagi sebagian
besar Gakin. Hal itu karena untuk pendidikan Sekolah Dasar (SD) biaya SPPnya digratiskan oleh
pemerintah Kota Surakarta. Dan sebagian besar Gakin yang diteliti mempunyai anak yang masih
berpendidikan SD. Walaupun demikian, urusan pendidikan tetap terkena dampak kenaikan harga
BBM yaitu bertambahnya biaya pengeluaran keluarga karena penghasilan yang didapat sedikit.
Mengenai transportasi Gakin, dari hasil penelitian diperoleh empat konflik yang
dirasakan oleh Gakin, yaitu harga premium dan biaya angkutan (transportasi) menjadi naik,
penghasilan menjadi berkurang, sebelum harga BBM naik dapat berkunjung ke rumah saudara
ketika harga BBM naik menjadi tidak bisa berkunjung, dan tidak menggunakan kendaraan (jalan
kaki) karena tidak mempunyai uang.
Dari keseluruhan dampak kenaikan BBM dari hasil penelitian adalah masyarakat miskin
mempermasalahkan harga-harga barang lainnya ikut naik tinggi serta yang paling utama adalah
harga sembako yang pasti akan ikut naik tinggi pula ketika harga BBM naik, walaupun
prosentase kenaikan harga BBM hanya di bawah 30 persen. Sebelum harga BBM naik, harga
pangan dan sembako sudah melambung sangat tinggi karena dampak dari krisis energi dan
pangan yang saat ini sedang melanda dunia. Di samping itu, pendapatan masyarakat tidak
bertambah. Bahkan secara riil pendapatannya semakin berkurang dan tidak sebanding, serta tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang paling minimalis. Di PHK nya
banyak pekerja di banyak perusahaan dan bangkrutnya para wirausahawan ketika harga BBM
naik, menambah banyak jumlah pengangguran dan jumlah masyarakat miskin di Indonesia.
Akibatnya, keluarga miskin yang sebagian besar mempunyai ekonomi yang rendah tidak bisa
apa-apa. Dalam hal fisik, mereka menjadi tidak bisa mengkonsumsi makanan yang bergizi,
mental mereka menjadi turun dalam menggapai cita-cita, dan mereka menjadi tidak bisa
berkunjung ke rumah saudara atau pergi ke tempat yang jauh. Hal ini sesuai dengan teori
kebutuhan manusia, teori ini menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh
kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi.
(www.wordPress.com.).
Peneliti dari Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi Reforminer Institute,
menghitung kemungkinan penambahan pengangguran per tahun bisa mencapai 16,92 persen.
Salah satu penyebab membengkaknya jumlah pengangguran adalah faktor kenaikan harga solar
(http:sekartanjung.blogspot.com). Hal ini sesuai dengan pernyataan Simmel, bahwa persaingan
tidak perlu mencakup kontak antar-pribadi secara langsung, melainkan sebaliknya. Mereka yang
bersaing mungkin berjuang sendiri-sendiri untuk suatu tujuan bersama, dengan antagonisme
yang muncul dari kenyataan bahwa keuntungan bagi seseorang berarti kerugian bagi pihak lain
(Johnson.1986:271).
Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya kompleks
dan multi dimensional karena persoalan kemiskinan bukan hanya menyangkut
dimensi ekonomi melainkan dimensi sosial, budaya, politik, agama, bahkan ideologi.
Kemiskinan dapat membuat jutaan anak tidak bisa mengeyam pendidikan
berkualitas dan tidak bisa meneruskan pendidikan sampai ke tingkat tinggi, keluarga
miskin (Gakin) sulit mengakses kesehatan dan pelayanan publik, kurangnya
lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap
keluarga (asuransi jiwa), menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan kemiskinan
menyebabkan jutaan Gakin hanya memenuhi kebutuhan dasarnya (sandang,
pangan, dan pangan) dengan terbatas.
Kemiskinan telah membatasi hak-hak Gakin untuk memperoleh hak asasi
manusia seutuhnya atau hak dasar rakyat. Dalam penelitian ini diperoleh data
bahwa Gakin susah mendapatkan sumber daya alam (SDA) yaitu berupa minyak
tanah, hal ini ini dikarenakan program konversi dari minyak tanah ke gas oleh
pemerintah. Akibatnya, pasokan minyak tanah dikurangi oleh pemerintah sehingga
harga minyak tanah semakin mahal di pasaran. Dan dibidang kesehatan, Gakin ada
yang tidak mendapatkan kartu kesehatan untuk berobat gratis (PKMS atau
JAMKESMAS). Sedangkan hak dasar rakyat (Basuki dan Prasetyo.2007:23) adalah:
1) Hak atas pangan
2) Hak atas pendidikan
3) Hak atas layanan kesehatan
4) Hak atas pekerjaan dan kesempatan berusaha
5) Hak atas tanah
6) Hak atas air bersih dan aman, serta sanitasi yang baik
7) Hak atas SDA dan lingkungan hidup
8) Hak untuk berpartisipasi
9) Hak atas rasa aman
10) Hak atas perumahan
Untuk menghidupi anggota keluarganya, Gakin lebih banyak membuka usaha
dengan modal sendiri karena tidak adanya lapangan pekerjaan. Biasanya Gakin
membuka usaha dengan modal yang tidak banyak (seadanya) serta usahanya
tersebut cenderung tak resmi atau disebut pula dengan sektor informal. Sektor
informal mempunyai ciri-ciri (Leibo.2004:9) sebagai berikut:
1). Kegiatan usahanya tidak teroganisasi dengan baik, sebab tidak menggunakan fasilitas
kelembagaan yang tersedia di sektor ini
2). Kegiatan usahanya tidak mempunyai ijin usaha
3). Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam kerja
4). Kebijaksanaan pemerintah dalam membantu golongan ekonomi lemah tidak menyentuh
sektor ini
5). Unit usaha sudah keluar masuk dari sub sektor ke lain sub sektor
6). Teknologi yang dipakai cukup sederhana
7). Modal dan perputaran usaha relatif kecil
8). Usaha yang dijalankan tidak memerlukan pendidikan formal, tetapi hanya pengalaman
bekerja
9). Unit usaha yang dijalankan sendirian, dan kalaupun ada buruh, mereka ada pertalian
keluarga
10). Sumber dana sebagai modal usaha yang berasal dari tabungan sendiri atau dari
lembaga keuangan yang tidak resmi serta hasil produksi dan jasa, dikonsumsi
oleh golongan kota atau desa, yang berpenghasilan rendah, tetapi terkadang
juga yang berpenghasilan menengah
Hal diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bpk Sugiyono (52 tahun) yang bekerja
sebagai pekerjaan buruh bangunan. Beliau memperoleh keahlian pekerjaannya berasal dari
orangtuanya.
“keahlian saya jadi buruh bangunan dari bapak, saya belajar dari beliau” (Wawancara pada tanggal 15 Oktober 2008)
Dan bekerja dengan tenaga kerja yang masih berasal dari keluarganya, seperti yang dilakukan
oleh Bpk Agus (43 tahun) dengan pekerjaan warung makan soto ayam yang dibantu oleh istrinya
sendiri.
“Saya jualan soto dibantu istri saya, biar cepat laku” (Wawancara pada tanggal 15 Oktober 2008)
Perputaran usaha yang tidak menentu dan relatif kecil juga dirasakan oleh Bpk Giyanto (44
tahun) dengan pekerjaan pembuat sarung keris. Beliau mempunyai penghasilan yang tidak tentu,
bahkan beliau akan banyak menganggur bila tidak ada pesanan dari konsumen.
“Kalau ada pesanan, ya saya dapat sekitar Rp 30.000,- seharinya. Kalau misalnya setiap hari ada pesanan, sebulan bisa dapat Rp 900.000,- tapi kalau saya tidak dapat pesanan jadi menganggur saja mas dirumah”
(Wawancara pada tanggal 15 Oktober 2008)
Ketika harga BBM naik tinggi, mereka sangat kesulitan dalam menafkahi keluarganya
karena harga bahan produksi atau bahan baku naik menjadi mahal. Akibat yang terparahnya dari
kenaikan BBM terhadap Gakin adalah usaha yang mereka lakukan lambat laun bisa bangkrut dan
bisa mengakibatkan meningkanya jumlah kematian karena kelaparan atau dapat meningkatkan
jumlah kriminalitas di Kota Surakarta.
Dampak pembagian BLT terhadap masyarakat miskin juga menimbulkan kemiskinan
kultural. Seperti yang dikatakan Mari’e Muhammad, kemiskinan dtruktural adalah
ketidakberdayaan sekelompok masyarakat dibawah situasi sistem pemerintahanan atau politik,
yang menyebabkan mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Masyarakat
miskin hanya bisa menjadi objek kebijakan oleh pemerintah tanpa bisa berbuat apa-apa. Mereka
hanya menerima kebijakan BLT dengan pasrah, walaupun mereka mengetahui bahwa kebijakan
tersebut ada yang membuat diri mereka rugi.
Sedangkan bantuan pemerintah berupa pembagian gas 3 kg (konversi) serta
kompor gas gratis kepada masyarakat miskin tidak membuahkan hasil yang baik di
masyarakat miskin secara nasional. Hal itu terbukti di kota Kendal pada tahap pertama
pembagian, puluhan warga ketahuan menjual kompor gas gratis seharga Rp 100.000,-
per tabung. Pada tahap kedua dan ketiga, harga kompor gas gratis dari pemerintah
meningkat menjadi Rp 250.000 (Koran SINDO tanggal 6 Agustus 2008). Salah satu
sebabnya adalah Gakin sudah terbiasa menggunakan minyak tanah dibandingkan
dengan gas. Dan alasan lain mengapa Gakin tidak menggunakan gas adalah karena gas
berbahaya dan ditakutkan akan meledak serta kompor gas harganya mahal.
“Saya tidak berani memakai gas karena membahayakan”
(Wawancara dengan bapak Hadisusanto pada tanggal 13 Oktober 2008)
“Tidak berani memakai gas mas karena takut meledak dan takut anak-anak
memainkan gas”
(Wawancara dengan bapak Sardjono pada tanggal 13 Oktober 2008)
“Saya sebenarnya berani memakai gas, tapi kompor gasnya yang saya tidak sanggup
membelinya karena mahal harganya”
(Wawancara dengan bapak Wagiyanto pada tanggal 14 Oktober 2008)
Bila dikaitkan dengan tinjauan sosiologi, maka fenomena-fenomena tersebut sesuai
dengan teori kebutuhan manusia (teori konflik). Teori ini menerangkan bahwa konflik yang
terjadi atau yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental, dan
sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Pemikiran awal tentang fungsi konflik sosial
berasal dari George Simmel, tetapi diperluas oleh Coser yang menyatakan bahwa
konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar.
Masyarakat mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan masyarakat lain, dapat
memperbaiki kepaduan integrasi. Konflik dengan satu kelompok dapat membantu
menciptakan kohesi melalui aliansi dengan kelompok lain. Konflik juga membantu fungsi
komunikasi. Sebelum konflik, kelompok-kelompok mungkin tidak jelas dan mereka
mungkin tidak percaya terhadap posisi musuh atau permasalahan mereka. Tetapi akibat konflik,
posisi dan batas antar kelompok ini menjadi diperjelas. Karena itu, individu bertambah
mampu memutuskan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan
musuh atau permasalahan mereka. Konflik juga memungkinkan pihak yang bertikai
menemukan ide yang lebih baik mengenai kekuatan relatif mereka dan meningkatkan
kemungkinan untuk saling mendekati atau saling berdamai (Ritzer dan
Goodman.2003:159). Konflik adalah salah satu bagian sosiologis yang merupakan
bentuk interaksi dimana tempat, waktu, serta intensitas dan lain sebagainya tunduk
pada perubahan. Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam
pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menetapkan
dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain
dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke
dalam dunia sosial disekelilingnya (Poloma.1979:107).
C. Pendapat Gakin Mengenai Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
dan Saran Gakin Kepada Pemerintah
Kesenjangan sosial, kerawanan sosial, dan kriminalitas cenderung akan mengalami
peningkatan yang tinggi ketika harga BBM naik. Hal itu merupakan patologi sosial (penyakit
masyarakat) yang menyebabkan kesatuan masyarakat mudah terpecah belah. Antisipasi
menanggulangi konflik sosial tersebut dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp
100.000/bulan kepada masyarakat miskin, dirasakan oleh banyak pihak bukan penyelesaian yang
bijaksana dan mendidik. BLT hanya akan memperbaiki masyarakat miskin sementara waktu saja
karena masyarakat miskin masih ada yang menganggur dan harga kebutuhan hidupnya masih
mahal.
“Saya kurang setuju dengan BLT karena membuat masyarakat malas untuk bekerja” (wawancara dengan bapak Sukirno pada tanggal 10 Oktober 2008)
“Kalau saya setuju dengan program BLT karena dapat meringankan keuangan keluarga saya untuk membeli sembako dan lain-lain, karena semua harga mahal-mahal”. (wawancara dengan bapak Sudibyo pada tanggal 14 Oktober 2008)
Perbaikan daya beli masyarakat miskin perlu dilakukan, yaitu dengan penataan sistem
yang bisa menggerakkan perkembangan sektor riil agar bisa berjalan normal. Misalnya dengan
membuka lapangan kerja bagi masyarakat, melalui program padat karya. Dari pengalaman tahun
sebelumnya, pelaksanaan BLT banyak menimbulkan masalah akibat ketidakakuratan aparatur
pemerintah dalam melakukan pendataan bagi mereka yang benar-benar miskin, karena acuan
pembagian BLT masih menggunakan data BPS tahun 2005.
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) itu sendiri diberlakukan pemerintah
karena untuk membantu masyarakat miskin ketika harga BBM naik. Program tersebut
adalah membagikan uang secara langsung kepada masyarakat miskin sebesar
Rp 100.000/bulan melalui seluruh kantor pos di Indonesia.
Indikator kemiskinan pada satu Rumah Tangga Miskin memiliki
ciri-ciri (http://bersamatoba.com/tobasa/berita/14-indikator-kemiskinan-di-rumah-tangga
berhak-menerima-bantuan-langsung-tunai.html), yaitu:
1). Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2). Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan
3). Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/
tembok tanpa plester
4). Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain
5). Sumber Penerangan Rumah Tangga tidak menggunakan listrik
6). Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai /air hujan.
7). Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
8). Hanya mengkomsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu
9). Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10). Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
11). Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/ poliklinik
12). Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
0.5 ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan
pendapatan dibawah Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan
13). Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD atau
hanya SD
14). Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.500.000.-(lima
ratus ribu rupiah), seperti: Sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal
motor atau barang modal lainnya.
Ke 14 indikator itu, adalah ciri-ciri kemisikinan pada satu rumah tangga yang
berhak menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang memenuhi 9 indikator berhak
untuk menerimanya. Dalam penelitian diperoleh pendapat yang beranekaragam
mengenai program BLT dari pemerintah, sebagian besar mereka setuju dengan
program BLT. Sebagian besar pendapat Gakin setuju dengan program BLT, pendapat
tersebut adalah:
1) Mau tidak mau kami setuju bila itu agenda pemerintah
2) Kalau dari segi kemiskinan setuju, tetapi dari efek sampingnya tidak setuju
3) Asalkan BLT mengenai sasaran yang tepat, jadi tidak timbul masalah
4) Karena masyarakat yang tidak mampu bisa terbantu
5) Kalau bisa BLT diberikan ke tepat sasaran. Karena BLT dikurangi sebagian oleh ketua RT
dengan alasan untuk diberikan ke masyarakat yang tidak mendapat BLT
6) Disaat harga-harga naik, BLT akan sedikit membantu bagi perekonomian masyarakat yang
kurang mampu
7) Membantu bagi keluarga yang kekurangan biaya untuk kebutuhan sehari-hari dan
pendidikan anak-anaknya yang kurang mampu
8) Dapat meringankan beban keluarga
9) Kami rakyat kecil yang tidak punya
10) Kami memang membutuhkannya, yang dibutuhkan rakyat sendiri dicukupi baru BBM diberi
ke luar negeri
11) Sangat membantu rakyat kecil
12) Dapat membantu keuangan keluarga untuk modal kerja/dagang
Sedangkan pendapat Gakin yang tidak setuju dengan program BLT adalah:
1) Tidak tepat sasaran yang benar
2) Tidak mendidik masyarakat
3) Menjadikan orang malas (menunggu bantuan orang lain), jadi ketergantungan
4) Tidak setuju karena tidak mendapat BLT
5) Seharusnya BBM tidak dijual ke luar negeri
6) Yang seharusnya layak mendapat BLT menjadi tidak dapat
7) Saya tidak setuju tapi kami terima saja, apa yang cukup dengan
Rp 100.000/bulan
Kenaikan BBM pada tanggal 24 Mei 2008 sangatlah terasa berat oleh sebagian besar
Gakin, dari hasil penelitian diperoleh banyak saran dari Gakin untuk pemerintah mengenai
kenaikan BBM. Saran tersebut adalah sebagai berikut:
a) Agar BBM tidak naik lagi dan kasihanilah masyarakat miskin
b) Agar lebih mempedulikan rakyat kecil
c) Apakah tidak ada jalan lain selain menaikkan BBM, kasihan para buruh semakin buruk
d) Bagi pengrajin kecil perlu diperhatikan kesejahteraannya karena pengrajin kecil bisa
mengurangi pengangguran
e) BBM boleh naik asal disertai timbal baliknya untuk masyarakat yang baik, seperti
digunakan untuk subsidi masyarakat dan bantuan-bantuan untuk pendidikan dan masyarakat
yang kurang mampu
f) BBM diturunkan, kasihan rakyat kecil apalagi sekarang ini BBM sulit dicari
g) BBM naik cukup saat ini, dan berantaslah koruptor
h) Berharap harga BBM bisa kembali murah seperti dahulu serta mudah ditemukan
i) Harga BBM diturunkan, mendapat BLT tetapi harga BBM naik menjadi tidak berpengaruh
j) Harga BBM naik, pengangguran semakin banyak
k) Harga BBM harus disubsidi lagi soalnya kalau harga BBM naik, kebutuhan pokok ikut naik
tetapi pendapatan minim
l) Harga jangan naik lagi, dan BBM sebisa mungkin mudah ditemukan
m) Harga BBM mohon diturunkan serta apabila harga BBM dinaikkan, gaji pun dinaikkan juga
n) Harga pangan tolong distabilkan
o) Harga sembako dan harga barang-barang mohon diturunkan
p) Jangan menaikkan harga BBM terlalu tinggi, agar harga kebutuhan sehari-hari bisa stabil
terutama harga sembakonya
q) Diusahakan BBM tidak usah dinaikkan, tetapi pajak kendaraan & pajak pembuatan
kendaraan yang dinaikkan serta adanya pembatasan produksi kendaraan untuk menghemat
BBM
r) Diusahakan harga BBM tidak naik turun, sebab kalau naik turun berakibat banyak orang
yang menimbun BBM karena penimbunan menjadi susah mendapatkan BBM
s) Saya menginginkan harga BBM yang murah dan pemerintah menciptakan lapangan kerja
biar masyarakat tenang dan tentram seperti dahulu
D. Macam-macam Strategi Hidup Keluarga Miskin Dalam Menghadapi
Kenaikan BBM
Dalam menghadapi kenaikan harga BBM, Gakin mempunyai strategi atau solusi
tersendiri. Hal ini mereka lakukan agar dapat bertahan hidup. Strategi merupakan cara hidup
dalam menghadapi suatu urusan atau masalah, agar urusan atau masalah tersebut dapat
dijalankan dengan baik dan benar. Dari hasil penelitian, diperoleh banyak sekali strategi atau
cara Gakin dalam menghadapi kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008. Dari jumlah strategi
tersebut, dikelompokkan menjadi empat macam strategi. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
1. Pasrah
Pengertian pasrah disini adalah melakukan hal yang berurusan dengan yang bersifat non
fisik, seperti perasaan hati, rendah hati, menerima keadaan yang sedang dialami,
menghubungkan dan menyerahkan diri pada Tuhan (termasuk berharap pertolongan Tuhan).
Otak dan fisik tidak memiliki kemampuan mengendalikan hal tersebut, tetapi hati memiliki
kemampuan mengendalikan hal tersebut. Fisik mereka sudah mengalami kelelahan, dan pikiran
mereka mengalami jalan buntu. Pasrah merupakan akibat dari suatu keadaan yang tidak
menguntungkan. Dalam hal ini, keadaan semua harga kebutuhan manusia menjadi naik, sehingga
membuat keluarga miskin atau Gakin tidak bisa berbuat apa-apa walaupun mereka sudah
berusaha sekuat tenaga. Ada dua cara yang dilakukan oleh Gakin pada tindakan pasrah ini, yaitu:
a. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Gakin sangat berharap bantuan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan sebenarnya mereka
memerlukan bantuan dari orang lain yang mampu, tetapi mereka tidak mau meminta-minta
kepada orang lain untuk dikasihani. Mereka percaya bahwa kehidupan ini sudah ada yang
mengaturnya, sehingga mereka hanya pasrah kepada yang mengatur kehidupan ini. Mereka
menyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan menolong mereka bila mereka pasrah dan berdoa
kepadaNya. Hal tersebut
mereka lakukan karena tidak bisa apa-apa dengan penghasilan yang
kecil. Tetapi mereka tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Menerima keadaan dengan apa adanya
Gakin tidak bisa melakukan sesuatu lagi untuk merubah keadaan keluarganya walaupun
sudah berusaha merubahnya, sehingga mereka hanya menerima keadaan yang ada. Mereka tidak
bangga diri dan lauk apa adanya, hidup apa adanya atau terima apa adanya (disyukuri dan
pasrah), tidak mengikuti kemauan (ditahan bila menginginkan sesuatu yang melebihi batas
kemampuan), bila ada uang memasak sendiri, tetapi bila tidak ada uang membeli lauk pauk di
warung makan, dan berhutang makanan di warung makan
Gakin hanya menerima keadaan yang sudah mereka usahakan. Sehingga mereka pun
menyadari bahwa hidup sederhana tapi sehat lebih baik daripada hidup kaya raya tapi sakit-
sakitan. Gakin pun mempunyai keinginan untuk hidup mewah seperti orang kaya raya, tapi
mereka tidak mengikuti keinginannya tersebut karena mereka sadar bahwa kemampuan mereka
belum bisa untuk hidup mewah.
Teori yang sesuai dengan strategi ini adalah teori tindakan Werk Rational Action
(Rasionalitas yang Berorientasi Nilai). Sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting
adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar,
tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan
nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya.
Nilai-nilai akhir tersebut bersifat non-rasional dalam hal dimana seseorang tidak dapat
memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih.
Tindakan religius merupakan bentuk dasar dari rasionalitas yang berorientasi nilai ini. Orang
yang beragama mungkin menilai pengalaman subyektif mengenai kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa bersamanya atau perasaan damai dalam hati atau dengan manusia seluruhnya suatu nilai
akhir dimana dalam perbandingannya
nilai-nilai lain menjadi tidak penting. Nilainya sudah ada, individu memilih alat seperti meditasi,
sholat, do'a, dan ke tempat ibadah untuk memperoleh pengalaman religius. Nilai tersebut tidak
dapat dibuktikan secara obyektif dengan cara yang sama seperti kita membuktikan keberhasilan
dalam mencapai tujuan dalam tindakan instrumental (Johnson.1986:221).
Pada hasil penelitian, Gakin melakukan tindakan pasrah berupa berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan hidup dengan apa adanya. Strategi ini berhubungan langsung manusia
dengan Tuhannya, sehingga bersifat non-rasional atau tidak terlihat oleh mata telanjang. Pasrah
memerlukan suatu keyakinan yang kuat, kerena tindakan pasrah adalah menyerahkan diri kepada
sesuatu atau seseorang yang dapat memberikan pertolongan atau hal yang positif baginya
sehingga merasa damai dalam hati. Dan biasanya, tindakan pasrah ini dilakukan ketika keadaan
individu mengalami tekanan yang kuat yang terasa sulit untuk dihilangkan walaupun sudah
dengan usaha yang maksimal untuk menghilangkan tekanan tersebut, sehingga individu mencari
sesuatu yang bisa menghilangkan tekanan itu. Sesuatu yang dapat menghilangkan segala
tekanan diyakini individu adalah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga individu pasrah kepadaNya.
Pada strategi ini, Gakin paling banyak melakukan tindakan menerima keadaan apa adanya, hal
menunjukkan bahwa Gakin sudah tidak bisa berbuat sesuatu lagi yang dapat merubah nasib
keluarganya. Sehingga mereka hanya bisa menerima hasil usaha dengan lapang dada.
2. Mengatur keuangan keluarga
Pengaturan keuangan adalah cara memanfaatkan kondisi keuangan seseorang, keluarga
atau kelompok sosial untuk dipergunakan demi kepentingan yang berharga (pokok) atau
kebutuhan mendesak. Dalam hal pengaturan keuangan, Gakin
benar-benar sangat mengatur serta mengendalikan keuangan keluarga mereka agar segala
kebutuhan keluarga dapat terpenuhi terutama kebutuhan yang pokok dan kebutuhan mendesak.
Strategi ini sangat perlu kerjasama dan pengendalian diri anggota keluarganya dari keinginan-
keinginan untuk membeli barang yang kurang atau tidak dibutuhkan keluarga (suami, istri, dan
anak). Apabila dari salah satu anggota keluarga tidak dapat bekerja sama, maka akibatnya akan
langsung dirasakan oleh semua anggota keluarga tersebut. Dari sekian banyak permasalahan
yang ada dalam keluarga miskin (Gakin) ketika harga BBM naik berdasarkan hasil penelitian,
yang terbesar adalah masalah pendapatan keluarga atau keuangan keluarga. Harga barang dan
jasa pun ikut naik ketika harga BBM naik. Karena merasa sembako adalah kebutuhan yang
sangat penting untuk anggota keluarga sehingga mereka sangat berhati-hati sekali dalam
mempergunakan uang. Penghasilan Gakin dalam bekerja seringkali tidak tetap bahkan tidak
mendapatkan uang setiap bulannya. Hal ini dikarenakan mereka bekerja bergantung kepada
konsumen yang memerlukan barang atau jasa mereka. Ada tiga cara yang dilakukan Gakin dalam
tindakan mengatur keuangan keluarga, yaitu:
a. Membelanjakan uang untuk kebutuhan pokok atau penting
Merupakan tindakan yang dilakukan Gakin ketika memperoleh uang banyak, agar semua
kebutuhan pokok dapat terpenuhi terlebih dahulu. Karena bagi Gakin, kebutuhan pokok
merupakan kebutuhan yang harus diutamakan. Bila tidak diutamakan terlebih dahulu, maka akan
menimbulkan konflik atau permasalahan dalam keluarga. Biasanya Gakin membeli bahan pokok
dahulu sisa uangnya dibelikan kebutuhan lain-lain (sabun, minyak goreng 6 kg/minggu, dan lain-
lain), penghasilan untuk belanja sembako untuk seminggu atau 2 minggu untuk persediaan
cadangan, penghasilan bulanan langsung dibelikan sembako pokok untuk sebulan, sisa
penghasilan untuk membayar listrik, SPP serta membayar kontrak rumah, membeli sesuatu yang
diperlukan saja dan selagi ada uang yang banyak maka untuk dibelanjakan banyak barang, biaya
SPP tertunda dahulu untuk biaya makan
sehari-hari karena anak-anak tidak ingin ditelantarkan, dan pengaturan keuangan keluarga
diserahkan kepada istri.
Hal ini merupakan tindakan yang dilakukan Gakin ketika sadar bahwa kebutuhan
keluarganya banyak, sehingga mereka mendahulukan kepentingan yang mendasar keluarga
dahulu (sandang, pangan, dan papan). Mereka melakukan hal tersebut agar anggota keluarganya
dapat hidup dengan sejahtera walaupun masih banyak kebutuhan keluarga yang belum terpenuhi.
b. Membayar hutang terlebih dahulu
Ada sebagian Gakin yang merasa hutang adalah beban keluarga, sehingga apabila tidak
segera dilunasi akan menimbulkan permasalahan dalam keluarga. Jadi, ketika mereka
memperoleh uang, maka akan segera dilunasi. Lalu penghasilan diperhitungkan untuk membayar
kredit di bank, dan awal bulan membayar PDAM lalu minggu ke dua membayar PKK.
Hutang merupakan suatu masalah tertentu bagi suatu keluarga, karena di pikiran akan
terus mengganggu oleh hutang tersebut. Untuk menghilangkan pikiran tersebut adalah dengan
melunasinya. Oleh karena itu, ketika Gakin memperoleh uang mereka langsung segera
melunasinya atau membayar iuran masyarakat.
c. Membeli barang tidak banyak
Jika membeli barang terlalu banyak, maka akan membutuhkan banyak uang, bagi Gakin
hal itu merupakan keborosan. Sehingga Gakin mengorbankan suatu barang demi mencukupi
kebutuhan yang mendesak. Mereka apabila membeli suatu barang tidak membeli barang yang
lain dan apabila sudah membeli beras tidak membeli gula atau bila anaknya sudah
mengkonsumsi gula maka orangtuanya tidak mengkonsumsi gula lagi.
Bagi Gakin, banyak barang merupakan hal yang tidak manfaat karena setiap uang yang
digunakan untuk membeli barang yang bisa digunakan. Karena kondisi keuangan keluarga
sangatlah kurang dari cukup, sehingga untuk memperoleh uang walaupun dengan jumlah
yang sedikit memerlukan kerja keras.
Strategi ini sesuai dengan teori tindakan Zwerk Rational Action. Individu
memiliki bermacam-macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar
suatu kriteria menentukan satu pilihan diantara tujuan-tujuan yang saling bersaing
ini. Individu tersebut lalu menilai suatu yang mungkin dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah dipilihnya. Hal ini mencakup pengumpulan informasi,
mencatat kemungkinan-kemungkinan serta hambatan-hambatan yang terdapat
dalam lingkungan, dan mencoba untuk meramalkan konsekuensi-konsekuensi
yang mungkin dari beberapa alternatif tindakan tersebut. Pada akhirnya, suatu
pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan yang sekiranya mencerminkan
pertimbangan individu efisiensi dan efektivitasnya. Sesudah tindakan itu
dilaksanakan, orang tersebut dapat menentukan secara obyektif sesuatu yang
berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai (Johnson. 1986:220).
Tindakan yang dilakukan oleh Gakin pada strategi ini adalah membelanjakan uang
untuk kebutuhan pokok atau penting, membayar hutang terlebih dahulu, dan membeli
barang tidak sampai banyak. Seseorang atau kepala keluarga melakukan tindakan yang
rasional yaitu mengatur keuangan keluarga, terutama mengatur pengeluaran atau
belanja keluarga. Tindakan ini dilakukan agar semua kebutuhan keluarga (sandang, pangan,
dan papan) dapat terpenuhi sehingga keluarga dapat hidup sejahtera. Nilai dari tujuan
strategi ini adalah keluarga hidup sejahtera. Yang paling banyak dilakukan oleh Gakin
adalah tindakan membelanjakan uang untuk kebutuhan pokok atau penting, hal ini
menunjukkan bahwa Gakin benar-benar mengutamakan kebutuhan pokok atau kebutuhan
dasar manusia lebih penting daripada kebutuhan lainnya.
3. Hemat dalam pengeluaran keluarga
Hemat adalah membelanjakan uang dengan jumlah yang sedikit atau secukupnya sesuai
kebutuhan yang diperlukan, kata kunci berhemat adalah untuk bisa memenuhi kebutuhan
keluarga dan ada anggaran untuk tabungan. Dengan kondisi keuangan yang tidak menentu dan
bahkan kurang, maka hemat merupakan jalan keluar yang terbaik agar terpenuhi kebutuhan
hidup keluarga. Hampir sebagian besar Gakin yang diteliti melakukan hemat ketika harga BBM
naik. Dalam hal ini, hemat tidak hanya dalam segi keuangan tetapi hemat dalam segala hal baik
berupa uang, makanan, barang maupun BBM itu sendiri (minyak tanah, minyak goreng, dan
bensin). Ada lima cara yang dilakukan Gakin dalam tindakan hemat, yaitu:
a. Mengirit uang dan dalam segala hal
Mengirit adalah mempergunakan segala sesuatu dengan sedikit-sedikit agar tidak cepat
habis. Istilah mengirit adalah istilah lain dari hemat. Strategi yang dilakukan Gakin adalah
berhemat dengan cara membeli sesuatu yang lebih murah, memaksimalkan pendapatan untuk
kebutuhan sehari-hari melakukan kebutuhan yang dibutuhkan saja, uangnya dihemat biar tidak
ada hutang, bila malam hari menghangatkan sayuran memakai minyak tanah, ketika harga BBM
naik menjadi tiga bulan baru membeli baju, biasanya beli pulsa 2 hari sekali sekarang menjadi 4
hari sekali, bila ada uang sedikit segera ditabung, menghemat penggunaan minyak tanah dan
minyak goreng, bila tidak ada makanan menjadi tidak makan sehingga makan diirit-irit,
menghemat dengan cara memakai sepeda sehingga uang bensin bisa dipakai untuk keperluan
yang lain, sebelum harga BBM naik makan di warung makan,sekarang makan di rumah dengan
lauk pauk sederhana, memasak menggunakan sayuran yang murah, dan bersepeda ke sekolah.
Dalam hal ini Gakin lebih mengirit sembako daripada yang lain, karena sembako
merupakan sumber tenaga untuk hidup. Dan selanjutnya adalah mengirit menggunakan BBM,
karena sekarang minyak tanah jarang ditemukan dan semakin mahal harganya.
b. Membeli segala sesuatu yang dibutuhkan
Ketika mempunyai uang, maka yang dibeli adalah barang yang benar-benar diperlukan
dan berguna bagi keluarga. Dengan cara ini, maka tidak akan sia-sia dalam mengeluarkan uang
maupun tenaga. Gakin hanya membeli barang-barang secukupnya saja, mengurangi penggunaan
kebutuhan keluarga (hal-hal yang tidak perlu atau tidak penting sekali ditinggalkan dahulu), dan
tidak pernah memasak hanya beli sayuran matang.
Berdasarkan penelitian, tindakan “yang tidak penting tidak digunakan” merupakan
tindakan yang paling banyak dilakukan oleh Gakin ketika harga BBM naik, hal ini dikarenakan
semua harga barang ikut naik, sehingga diperlukan suatu seleksi kegunaan dari suatu barang bagi
keluarga tersebut. Karena bila salah membeli barang atau kebutuhan, maka akan berdampak pada
semua anggota keluarga tersebut.
c. Mengurangi jumlah kebutuhan
Bila sebelum harga BBM naik, biasanya membeli segala sesuatu yang dibutuhkan
keluarga dengan jumlah yang banyak karena harganya masih terjangkau oleh Gakin. Tetapi
ketika harga BBM naik, maka banyak jumlah kebutuhan keluarga yang dikurangi agar kebutuhan
yang lain dapat terpenuhi. Mereka mengatur pola makan (sebelumnya makan daging menjadi
makan tempe dan tahu serta sebelumnya makan enak di warung makan sekarang memasak
sendiri), merokok dan memancing dikurangi untuk membeli kebutuhan lainnya, Uang jajan
dikurangi, Jarang memakai motor, Jarang membeli baju baru, Membeli sembako sedikit-sedikit
terutama kebutuhan makan seperti telur hanya dua butir dan gula 1/4kg, dan Memasak makanan
sehari sekali.
Banyaknya Gakin yang sebelum harga BBM naik masih makan daging atau makan
makanan empat sehat lima sempurna. Tapi ketika harga BBM naik, mereka menjadi jarang bisa
makan makanan tersebut bahkan menjadi sama sekali tidak memakannya diakibatkan karena
uang untuk membeli makanan empat sehat lima sempurna digunakan untuk kebutuhan keluarga
lainnya. Uang jajan anak pun dikurangi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sehingga perlu
mengorbankan sebagian kebutuhan lain untuk menggunakan kebutuhan lainnya.
d. Mengganti minyak tanah dengan bahan bakar lain
Semakin mahal dan jarangnya minyak tanah apalagi ketika ada kebijakan dari pemerintah
untuk mengganti minyak tanah ke gas (konversi minyak tanah menjadi gas), maka diperlukan
bahan bakar lain sebagai penggantinya. Tindakan yang dilakukan Gakin adalah mengganti
minyak tanah dengan arang dan kayu bakar, menghangatkan makanan memakai arang, memasak
makanan memakai minyak tanah serta merebus air memakai kayu bakar, dan memasak memakai
batok kelapa atau kayu.
Bahan bakar yang sering digunakan Gakin sebagai pengganti minyak tanah adalah arang,
kayu, dan batok kelapa. Gakin mencari bahan bakar pengganti yang lebih murah atau tidak bayar
karena mencari di halaman rumahnya sendiri. Biasanya mereka mengganti minyak tanah dengan
bahan bakar lain ketika ingin menghemat persediaan minyak tanahnya, tidak mempunyai uang
atau ketika minyak tanah jarang ditemukan di masyarakat.
e. Menggunakan BBM ketika dibutuhkan
Adalah menggunakan minyak tanah dan bensin atau solar ketika dibutuhkan atau ketika
ingin memakai kendaraan saja. Cara ini dapat menghemat banyak jumlah persediaan BBM yang
dimiliki. Selain itu mereka ketika memasak baru membeli minyak tanah, menjemput anak
dengan motor sendiri, pemakai vespa adalah yang mengisi bensin, tidak pergi kemana-mana bila
tidak penting sekali, naik sepeda ontel bila jaraknya dekat, tidak pernah menggunakan
kendaraan,
Karena mahalnya harga BBM, maka Gakin sering menggunakan BBM (minyak tanah,
bensin atau solar) ketika benar-benar dibutuhkan sekali. Tidak menggunakan kendaraan
bermotor juga mereka lakukan ketika harga BBM naik.
Zwerk Rational Action juga merupakan teori yang sesuai dengan strategi ini. Tindakan
diarahkan secara rasional ke suatu sistem dari tujuan-tujuan individu yang memiliki sifat-
sifatnya sendiri apabila tujuan tersebut, alat, dan akibat-akibat sekundemya
diperhitungkan dan dipertimbangkan semuanya secara rasional. Hal ini mencakup
pertimbangan rasional etos alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, pertimbangan mengenai
hubungan-hubungan tujuan itu dengan hasil-hasil yang mungkin dari penggunaan alat
tertentu apa saja, dan akhimya pertimbangan mengenai pentingnya tujuan-tujuan yang
mungkin berbeda secara relatif (Johnson. 1986:220).
Dalam strategi ini, kepala keluarga melakukan tindakan mengirit keuangan
keluarga dalam segala hal. Sehingga segala sesuatu dibeli sesuai yang dibutuhkan saja,
mengurangi jumlah kebutuhan, mengganti minyak tanah dengan bahan bakar lain, dan
menggunakan BBM ketika dibutuhkan. Hal tersebut merupakan cara yang rasional yang
dilakukan oleh kepala keluarga. Tujuan dari tindakan tersebut adalah agar anggota
keluarganya, dapat hidup sejahtem. Dari data diatas, diperoleh tindakan yang paling banyak
dilakukan oleh Gakin adalah mengirit-irit uang dan segala hal. Karena semua harga
kebutuhan semakin mahal dan penghasilan dapat sedikit bahkan tidak mencukupi untuk
menghidupi anggota keluarganya.
4. Kerja keras
Kerja keras adalah kegiatan yang sering dilakukan untuk maksud tertentu. Biasanya
seseorang melakukan kerja keras mempunyai suatu motivasi tersendiri. Kerja keras bisa
dilakukan secara sendirian maupun bersama-sama. Dalam hal ini, kerja keras dilakukan karena
maksud untuk mencari penghasilan yang cukup dengan motivasi adalah untuk membahagiakan
keluarga. Dalam Gakin, kerja keras sebagian besar dilakukan oleh semua anggota keluarga. Pada
strategi ini, ada beberapa macam cara yang dilakukan keluarga miskin untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya, sebagai berikut:
a. Mengorbankan barang atau hewan peliharaan untuk menghasilkan uang
Mengorbankan barang atau peliharaan adalah merelakan barang atau peliharaannya untuk
dijual atau digadaikan untuk mendapatkan uang. Barang tersebut bisa berupa barang atau
peliharaan yang disukai maupun yang tidak disukai. Strategi ini adalah menjual perhiasan,
menggadai perhiasan, menjual pakaian ke tukang loak pakaian, menggadai sepeda ontel ke
tetangga atau menjualnya, menjual barang bekas, menjual hewan, menjual barang elektronik,
menjual koran dan kertas, menggadai BPKB motor, menggadai atau menjual televisi, menjual
keris peninggalan suami, menggadai radio, menjual perabotan rumah, dan menjual pakaian atau
menggadai pakaian bekas.
Dari hasil data diatas, diperoleh bahwa barang-barang yang menurut Gakin merupakan
barang yang berharga, maka barang tersebut akan dijadikan uang dengan segala cara. Yang
paling banyak adalah dengan cara menjual dan menggadai barang berharga. Barang berharga
menurut Gakin adalah barang yang bisa dijadikan uang. Serta biasanya Gakin menjual atau
menggadai barang berharganya tersebut kepada orang-orang dekat yang ada disekitar rumahnya
atau kepada orang-orang yang sudah kenal lama (keluarga atau teman). Gakin menjual atau
menggadai barang berharganya bisa dengan sukarela atau terpaksa. Bedanya adalah kalau
menjual atau menggadai barang berharga dengan sukarela biasanya Gakin tidak terlalu mendesak
dalam membutuhkan uang. Tetapi bila terpaksa, sebaliknya Gakin menjual atau menggadai
karena mendesak membutuhkan uang cepat.
b. Meminjam uang kepada orang lain (sanak saudara, tetangga, teman, kelompok sosial atau
bank)
Salah satu cara tercepat untuk mendapatkan uang adalah meminjam uang kepada orang-
orang yang dikenal dan yang dekat dengan kita. Terdapat bunga pinjaman dari kolompok sosial
dan bank, terkadang dari tetangga atau teman juga dikenai bunga pinjaman juga. Strategi tersebut
adalah mencari pinjaman uang karena keuangan keluarga tidak cukup untuk keperluan mendadak
kepada saudara atau teman (terkadang ada bunga 10%), ke bank atau tempat kerja (melunasinya
dengan cara potong gaji), serta ke PKK (bunga 10%).
Bila Gakin tidak mempunyai barang berharga yang bisa dijual atau digadaikan, maka
mereka mendapatkan uang dengan cara meminjam. Biasanya Gakin meminjam uang kepada
orang-orang dekat yang ada disekitar rumahnya, kepada orang-orang yang sudah kenal lama
(keluarga atau teman), dan kelompok-kelompok sosial yang menyediakan jasa simpan-pinjam.
Untuk dapat meminjam uang kepada kelompok-kelompok sosial, Gakin dikenakan persyaratan
bunga beberapa persen dari pembayaran hutangnya. Biasanya Gakin meminjam uang kepada
kelompok-kelompok sosial merupakan pilihan terakhir jika saudara, teman, atau tetangganya
tidak bisa meminjamkannya uang.
c. Mencari pekerjaan lain
Banyaknya pekerjaan akan menghasilkan banyak uang. Pekerjaan bisa dilakukan dengan
ikut bekerja dengan orang lain atau perusahaan lain atau pekerjaan yang dibuat oleh Gakin
(wirausaha). Pekerjaan merupakan sarana seseorang untuk mendapatkan uang atau penghasilan,
untuk itu banyak masyarakat yang mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang, bahkan mereka
ingin mencari pekerjaan yang memberikan suatu penghasilan yang besar. Strategi tersebut adalah
mencari atau menambah pekerjaan dengan menghilangkan rasa malu (menjadi tukang parkir dan
bila ada truk rusak mau bantu perbaiki karena 1 x Rp15.000 sampai 20.000 ditambah makan),
membantu usaha tetangga, dan ekonomi keluarga dibantu anak kandung yang sudah bekerja
dengan uang Rp100.000.
Bagi Gakin, hanya mempunyai satu pekerjaan tidaklah cukup, apalagi ketika harga BBM
naik. Untuk itu mereka mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan keluarga.
Gakin melakukan kerja apa saja walaupun di mata orang banyak pekerjaan tersebut merupakan
hal yang rendah, tetapi jika pekerjaan tersebut halal, maka Gakin akan melakukannya.
Pada sebuah jurnal internasional yang berjudul Reinventing Poverty Alleviation
Strategies through Corporate Social Responsibility (lebih lengkapnya ada di Bab I)
menyebutkan bahwa salah satu cara yang baik untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan
diikutsertakan masyarakat miskin dengan
perusahaan-perusahaan. Dan perusahaan tersebut bersedia membantu mengurangi jumlah
masyarakat miskin. Ada tiga strategi dalam mengentasan angka kemiskinan, yaitu:
1) Keuntungan strategi
Model ini memungkinkan perusahaan untuk menjelajahi belum dimanfaatkan pasar
konsumen berpenghasilan rendah dengan menciptakan barang dan jasa yang terjangkau
dengan harapan untuk mencari keuntungan dalam konsumen berpenghasilan rendah ini.
Titik awalnya adalah perusahaan sumber daya dan kemampuan, maka penciptaan inovatif
produk dan / atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen berpenghasilan rendah.
Orang miskin kemudian akan membawa kekayaan kembali ke perusahaan.
2) Strategi 'non-profit'
Program-program pengentasan kemiskinan yang diluncurkan oleh organisasi nirlaba.
Organisasi secara langsung memberikan bantuan bagi masyarakat miskin dengan apa-apa
diharapkan kembali.
3) Model CSR
Ini adalah di mana perusahaan memiliki misi sosial. Model ini menggunakan masalah
dan tantangan yang dihadapi oleh konsumen berpenghasilan rendah sebagai titik awal.
Masalah-masalah yang kritis dianalisis dan dipecahkan dengan kedua belah pihak
memetik manfaat. Titik awal dari strategi ini adalah masyarakat miskin. Orang miskin
menawarkan tantangan dan kesempatan; strategi sosial kemudian dibuat untuk
menyelesaikan masalah ini. Produk dan jasa akan membawa kekayaan kepada konsumen
berpendapatan rendah dan kemudian transfer kembali ke perusahaan yang menyediakan
itu.
d. Mengatur dagangan
Mengatur dagangan adalah merubah bentuk, jumlah porsi atau harga dagangan. Hal itu
dilakukan agar mendapatkan keuntungan dari dagangannya tanpa melupakan pelanggan tetap
dagangannya. Mengatur dagangan dikarenakan suatu sebab, yaitu internal maupun eksternal.
Sebab internal adalah mengatur dagangan disebabkan oleh penjualnya itu sendiri dengan alasan
tertentu, sedangkan sebab eksternal adalah mengatur dagangan disebabkan oleh hal-hal diluar
kendali penjual. Misalnya adalah karena harga bahan baku naik atau karena uang sewa tempat
berdagangnya tinggi, dan lain-lain. Strategi tersebut adalah menaikkan harga jual dagangan
(harga jual leker sebelumnya Rp 400,- menjadi Rp 500,- serta ukurannya diperkecil, harga jasa
jahitan dinaikan, dan harga jual jenang dinaikkan), mengirit arang (bila lagi sepi pelanggan,
hanya satu tungku yang dinyalakan karena arang tidak boleh mati, tungku menyala pada saat
jam anak sekolah pulang sekolah dan sore hari ketika anak-anak kecil main diluar rumah), dan
bahan jualan dikurangi agar bisa dialokasikan untuk keperluan yang lain tetapi harga jualnya
tetap.
Salah satu dampak kenaikan BBM adalah harga bahan baku produksi serta bahan baku
dagangan juga naik. Sehingga Gakin yang mempunyai usaha dagang akan menaikkan pula harga
dagangannya agar mereka tidak rugi, ada pula pedagang yang mengurangi porsi semangkuk
dagangannya tapi dengan harga tetap agar mereka tidak rugi. Hal ini mereka lakukan dengan
terpaksa, karena mereka mengetahui apabila harga dagangan dinaikkan maka para konsumen
terutama pelanggan akan pergi (tidak laku). Untuk itu kebanyakan Gakin menaikkan harga
dagangannya tidak tinggi untuk mempertahankan pelanggannya.
e. Kerjasama sesama anggota keluarga
Kerjasama bisa diartikan saling bantu membantu antara sesama makhluk hidup, terutama
sesama manusia. Dalam suatu keluarga diperlukan suatu kerjasama antar anggota keluarga, agar
tercipta keluarga yang harmonis. Kerjasama dalam keluarga mempunyai lingkup yang luas,
kerjasama dibidang pendidikan, ekonomi, agama, sosial, dan sebagainya. Strategi tersebut adalah
musyawarah dengan istri bila ingin membeli sesuatu, ketika istri sudah membeli minyak tanah
dipangkalan, setelah itu suaminya yang membeli di pangkalan yang sama, mengumpulkan uang
konsumsi setiap kepala keluarga yang ada didalam rumah dan membagikan tugas untuk membeli
bahan makanan, serta menjaga kesehatan keluarga dengan cara anak diberi susu yang bergizi
agar tetap sehat.
Gakin melakukan kerjasama sesama anggota keluarganya agar memperoleh penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Salah satu bentuk kerjasamanya
adalah terkadang istri dan anak ikut bekerja lalu penghasilannya dijadikan satu atau anak
membiayai SPPnya dengan penghasilan dari bekerja. Tidak hanya dalam urusan mencari
penghasilan, dalam memenuhi kebutuhan keluarga, masing-masing anggota keluarga saling bahu
membahu agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.
f. Menambah jam kerja
Dalam bekerja, menambah waktu kerja sama saja dengan menambah jumlah penghasilan.
Karena dengan berambahnya waktu kerja, akan memperoleh hasil pekerjaan yang maksimal atau
keuntungan yang lebih. Untuk itu, banyak masyarakat yang bekerja dari pagi hari sampai malam
hari. Strategi tersebut adalah kerja lembur (Rp 20.000/lembur, atau mendapat uang lembur Rp
2.500/jam dengan maksimal lembur 2 jam), kerja keras dengan cara cepat membuatkan barang
pesanan pemesan barang, pulang ke rumah dari tempat kerja sampai jam sembilan malam, dan
bekerja lebih giat dan lebih pagi setiap hari tanpa libur.
Bagi Gakin, pekerjaan apa saja dan berapa lama waktu yang harus dilakukan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih banyak akan dilakukan sehingga mereka terkadang pulang
ke rumah sampai larut malam. Mereka melakukan hal itu dengan hati yang senang dan semangat,
tidak jarang pula sampai mengorbankan kondisi tubuh yang sudah lelah untuk bekerja lebih
lama.
g. Menggunakan kemampuan yang ada dengan maksimal
Adalah mengusahakan dengan sekuat tenaga dari kemampuan yang dimiliki agar
keluarga dapat hidup dengan baik. Kemampuan bisa berupa kondisi fisik maupun kondisi
keuangan. Strategi tersebut adalah menggunakan pendapatan dengan maksimal, giat bekerja,
memperluas pasaran kerja, manahan lapar (suami akan makan ketika anak-anak sudah makan),
menawarkan kayu bakar ke tetangga, dan tidak meminta-minta bila masih bisa bekerja.
Dalam penelitian diperoleh bahwa banyak Gakin yang berusaha untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarganya. Mereka akan menggunakan semua yang dimilikinya termasuk
dirinya dengan maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Gakin melakukan tindakan
mengorbankan barang atau hewan peliharaan untuk menghasilkan uang, meminjam uang kepada
sanak saudara, tetangga, teman, kelompok sosial atau bank, mencari pekerjaan lain, mengatur
dagangan, kedasama dengan sesame anggota keluarga, menambah jam kerja dan menggunakan
kemampuan yang ada dengan. maksimal. Mereka meyakini bahwa dengan bekerja keras akan
mendapatkan penghasilan yang banyak.
Secara sosiologis, Zwerk Rational Action merupakan teori yang sesuai dengan strategi
ini, yaitu seseorang tidak sekedar menilai cara atau tindakan yang terbaik untuk mencapai
tujuannya, melainkan juga menentukan nilai dari tujuan tersebut. Tindakan yang dimaksud pada
teori ini adalah tindakan yang bersifat rasional. Tingkat rasionalitas yang paling tinggi ini
meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan
alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Turner dan Mangin mengatakan bahwa tidak hanya
dengan kerja lembur banyak keluarga miskin (Gakin) mampu mengkonsolidasikan perumahan
mereka, tetapi juga reaksi golongan miskin terhadap kemiskinan bersifat rasional dan keluarga
miskin tersebut memahami cara yang tepat untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka sendiri
(Gilbert dan Gugler.1996:112). Dari keempat strategi tersebut, yang paling banyak dilakukan
oleh keluarga miskin atau Gakin di kota Surakarta adalah bekerja keras. Hal ini menunjukkan
bahwa Gakin masih ingin berusaha mencari penghasilan dahulu atau tidak menyerah dengan
keadaan yang susah.
Mengenai strategi hidup Gakin yang telah dibahas sebelumnya, lalu penulis pisahkan
berdasarkan kategori kemiskinan (lebih jelasnya mengenai kategori kemiskinan dapat dilihat
pada tinjauan pustaka di bab 1). Lebih jelasnya dapat dilihat pada matriks dibawah ini.
Matriks 2
Strategi Hidup Gakin Menurut Kategori Kemiskinan
Kategori
Gakin
Strategi Hidup
Internal Eksternal
Dekat Miskin · Berhemat dalam segala hal
· Melakukan segala sesuatu
yang diperlukan saja
· Uang saku anak dikurangi
· Mengganti minyak tanah
dengan kayu bakar dan arang
· Hidup apa adanya (sederhana)
· Pasrah dan berdo’a kepada
Tuhan YME
· Hobby yang memerlukan
uang harus dikurangi agar
uangnya untuk membeli
kebutuhan lain
· Giat bekerja (kerja lembur)
· Tidak bepergian bila tidak
penting sekali
· Menjual barang yang bisa
dijual dan menggadai
barang
· Mencari pekerjaan lain
· Pinjam uang kepada
saudara, teman, perusahaan,
dan lain-lain
· Membeli barang secukupnya
· Bergantian antri minyak
tanah di pangkalan
· Mengutang makanan di
warung makan
· Penghasilan dibelikan
sembako pokok dahulu,
sisanya untuk kebutuhan
lain
Miskin · Giat bekerja (kerja lembur)
· Mencari pekerjaan lain
· Mengganti minyak tanah
dengan kayu bakar dan arang
· Pasrah dan berdo’a kepada
· Pinjam uang kepada
saudara, teman, perusahaan,
dan lain-lain
· Penghasilan dibelikan
sembako pokok dahulu,
Tuhan YME
· Melakukan segala sesuatu
yang diperlukan saja
· Hidup apa adanya (sederhana)
· Berhemat dalam segala hal
sisanya untuk kebutuhan
lain
· Menjual barang yang bisa
dijual dan menggadai
barang
· Tidak bepergian bila tidak
penting sekali
Sangat Miskin · Berhemat dalam segala hal
· Giat bekerja (kerja lembur)
· Pasrah dan berdo’a kepada
Tuhan YME
· Mengganti minyak tanah
dengan kayu bakar dan arang
· Hidup apa adanya (sederhana)
· Mengurangi pemakaian
kebutuhan yang tidak penting
· Sudah membeli suatu
barang, tidak membeli
barang yang sama lagi
· Menjual barang yang bisa
dijual dan menggadai
barang
· Mencari pekerjaan lain
· Tidak bepergian bila tidak
penting sekali
· Penghasilan dibelikan
sembako pokok dahulu,
sisanya untuk kebutuhan
lain
Sumber: Hasil Wawancara
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi hidup keluarga miskin dalam
menghadapi kenaikan BBM di Kota Surakarta adalah:
1. Giat bekerja (kerja lembur)
2. Mencari pekerjaan lain
3. Mengganti minyak tanah dengan kayu bakar dan arang
4. Pasrah dan berdo’a kepada Tuhan YME
5. Melakukan segala sesuatu yang diperlukan saja
6. Hidup apa adanya (sederhana)
7. Berhemat dalam segala hal
8. Pinjam uang (kepada saudara, teman, perusahaan, dan lain-lain)
9. Penghasilan dibelikan sembako pokok dahulu lalu sisanya untuk kebutuhan lain
10. Menjual barang yang bisa dijual dan menggadai barang
11. Tidak bepergian bila tidak penting sekali
Untuk dapat memudahkan pembaca dalam membaca bahasan pada bab IV ini, maka
penulis menyusun sebuah matriks. Matriks ini merangkum keseluruhan bahasan pada bab IV.
Lengkap terdapat pada halaman selanjutnya.
Matriks 3
Pokok Bahasan Bab IV
NO. POKOK BAHASAN
SUB-BAB KETERANGAN
A.
Asal Mula Bahan Bakar Minyak
dan Kegunaannya Bagi Manusia
BBM terbentuk dari hasil endapan fosil
tumbuhan dan hewan yang sudah ribuan
tahun tertanam di dalam tanah. Dalam
perindustrian, BBM yang digunakan
adalah minyak solar (High Speed
Diesel), Minyak Bakar (MFO).
Sedangkan untuk transportasi BBM yang
digunakan adalah Premium (RON 88),
Pertamax (RON 92), Pertamax Plus
(RON 95), Minyak Diesel (MDF),
Biodiesel, Avgas (Aviation Gasoline),
Avtur (Aviation Turbine). Dan BBM
untuk rumah tangga adalah Minyak
Tanah (Kerosene).
B.
Dampak Kenaikan Harga BBM
Terhadap Masyarakat Miskin dan
Keluarga Miskin
Masyarakat miskin mempermasalahkan
harga-harga barang lainnya ikut naik
tinggi serta yang paling utama adalah
harga sembako yang pasti akan ikut naik
tinggi pula ketika harga BBM naik.
C Pendapat Gakin Mengenai
Program Bantuan Langsung Tunai
(BLT) dan Saran Gakin Kepada
Pemerintah
Berdasarkan penelitian, terdapat dua
belas pendapat Gakin yang setuju dengan
program BLT, dan delapan Gakin tidak
setuju dengan program tersebut.
Sedangkan saran Gakin kepada
pemerintah ada sembilan belas point.
D. Macam-macam Strategi Hidup
Keluarga Miskin Dalam
Menghadapi Kenaikan BBM
1. Pasrah
a. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
b. Menerima keadaan dengan apa
adanya
2. Mengatur keuangan keluarga
a. Membelanjakan uang untuk
kebutuhan pokok atau penting
b. Membayar hutang terlebih dahulu
c. Membeli barang tidak banyak
3. Hemat dalam pengeluaran keluarga
a. Mengirit uang dan dalam segala
hal
b. Membeli segala sesuatu yang
dibutuhkan
c. Mengurangi jumlah kebutuhan
d. Mengganti minyak tanah dengan
bahan bakar lain
e. Menggunakan BBM ketika
dibutuhkan
4. Kerja keras
a. Mengorbankan barang atau hewan
peliharaan untuk menghasilkan
uang
b. Meminjam uang kepada orang lain
(sanak saudara, tetangga, teman,
kelompok sosial atau bank)
c. Mencari pekerjaan lain
d. Mengatur dagangan
e. Kerjasama sesama anggota
keluarga
f. Menambah jam kerja
g. Menggunakan kemampuan yang
ada dengan maksimal
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam bab lima ini penulis menyimpulkan beberapa hal yang diperoleh dari
penelitian yang telah dilakukan. Ada beberapa hal yang muncul dan dibahas dalam bab ini
yang merupakan hasil refleksi dari bab-bab terdahulu. Untuk memudahkan dalam proses
pemahaman, sajian di dalam bab ini berisi pokok-pokok temuan yang merupakan rumusan
dari berbagai hal yang telah dibahas pada bab-bab terdahulu.
Dalam rumusan masalah, peneliti menemukan satu masalah pokok ketika harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) naik, namun di dalam bab pembahasan peneliti juga membagi
masalah tersebut menjadi beberapa sub permasalahan. Dari sub-sub permasalahan tersebut
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, dalam setiap kehidupan masyarakat tidak terlepas dari BBM baik dari kebutuhan
dasar masyarakat (sandang, pangan, dan papan) hingga kebutuhan lainnya (transportasi,
ekonomi, dan lain sebagainya). Setiap jenis BBM mempunyai kegunaannya masing-masing
sesuai kebutuhan masyarakat. Untuk kebutuhan dasar masyarakat, BBM yang digunakan
adalah Minyak Tanah (Kerosene). Sedangkan untuk kebutuhan lainnya, BBM yang
digunakan adalah
minyak solar (High Speed Diesel), Minyak Bakar (MFO), Premium (RON 88), Pertamax
(RON 92), Pertamax Plus (RON 95), Minyak Diesel (MDF), Biodiesel, Avgas (Aviation
Gasoline), Avtur (Aviation Turbine). Ketika harga minyak mentah dunia naik hingga
U$120/barrel, harga BBM nasional juga mengalami kenaikan di bawah 30 persen. Sehingga
harga minyak tanah yang awalnya Rp 2.000,- menjadi Rp 2.500,-; solar Rp 4.300,- menjadi
Rp 5.500,-; dan premium/bensin Rp 4.500,- menjadi Rp 6.000,-.
Kedua, ketika kenaikan harga BBM nasional mengalami pertentangan oleh beberapa
lapisan sosial terutama oleh lapisan sosial paling bawah atau masyarakat miskin. Mereka
yang paling merasakan dampak langsung dari kenaikan BBM tersebut. Karena tidak hanya
harga BBM saja yang naik, tetapi semua harga kebutuhan manusia ikut naik. Sedangkan
penghasilan masyarakat miskin tidak menentu bahkan sangat kurang untuk menghidupi
keluarganya sendiri. Dari hasil penelitian, ditemukan banyak permasalahan yang terjadi pada
Keluarga Miskin (Gakin) baik dari hal konsumsi keluarga (uang dapur), pendidikan anak,
transportasi, dan lain sebagainya. Tetapi dari permasalahan tersebut, yang paling dirasakan
Gakin ketika harga BBM naik adalah mengenai urusan konsumsi keluarga. Karena tidak
hanya harga pangan yang naik tetapi minyak tanah menjadi susah ditemukan (langka). Dalam
menghadapi semua permasalahan tersebut, Gakin mempunyai
bermacam-macam strategi hidup yang dikembangkan mereka agar dapat bertahan hidup.
Strategi hidup tersebut dikelompokkan menjadi 4 macam strategi, yaitu: (1). Pasrah: berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menerima keadaan dengan apa adanya (2). Mengatur
keuangan keluarga: membelanjakan uang untuk kebutuhan pokok atau penting, membayar
hutang terlebih dahulu, dan membeli barang tidak banyak (3). Hemat dalam pengeluaran
keluarga: mengirit uang dan dalam segala hal, membeli segala sesuatu yang dibutuhkan,
mengurangi jumlah kebutuhan, mengganti minyak tanah dengan bahan bakar lain,
menggunakan BBM ketika dibutuhkan (4). Kerja keras: mengorbankan barang atau hewan
peliharaan untuk menghasilkan uang, meminjam uang kepada orang lain (sanak saudara,
tetangga, teman, kelompok sosial atau bank), mencari pekerjaan lain, mengatur dagangan,
kerjasama sesama anggota keluarga, menambah jam kerja, dan menggunakan kemampuan
yang ada dengan maksimal.
Dan strategi Keluarga Miskin dalam menghadapi kenaikan BBM di Kota Surakarta adalah
Giat bekerja (kerja lembur), mencari pekerjaan lain, mengganti minyak tanah dengan kayu
bakar dan arang, pasrah dan berdo’a kepada Tuhan YMEMelakukan segala sesuatu yang
diperlukan saja, hidup apa adanya (sederhana), berhemat dalam segala hal, pinjam uang
(kepada saudara, teman, perusahaan, dan lain-lain), penghasilan dibelikan sembako pokok
dahulu lalu sisanya untuk kebutuhan lain, menjual barang yang bisa dijual dan menggadai
barang, dan tidak bepergian bila tidak penting sekali.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Sehubungan penelitian yang telah dilakukan adalah mengenai strategi hidup
keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan harga BBM, maka teori yang
digunakan adalah teori manajemen strategi Crown Dirgantoro, yaitu cara berpikir
strategi yang terjadi pada intensitas dan tingkat kekompleksan yang semakin besar
yang terjadi pada era modern inilah yang kemudian memunculkan suatu
kebutuhan akan adanya suatu pola atau model yang lebih terstruktur dan
sistematis yang akan membantu para pembuat keputusan (kepala keluarga) untuk
secara lebih sederhana dapat memandang dan menganalisa permasalahan serta
merumuskan suatu strategi yang paling mampu memberikan hasil yang terbaik
untuk keluarganya. Dalam penelitian ini, kepala keluarga (suami) berperan
mengambil keputusan bagi anggota keluarganya, kepala keluarga bermusyawarah
dengan anggota keluarganya dalam mengambil suatu keputusan (aturan) yang
menyangkut keluarganya agar terjalin keharmonisan dalam keluarga (tidak
bertengkar). Terutama pada erea modern ini yang makin banyak tingkat
kemajemukan dan kekompleksannya sosialnya ketika terjadi kenaikan harga BBM.
Hal ini juga sesuai dengan teori John Clammer, bahwa orang yang lebih tua
(patrilinear: laki-laki yang lebih tua) memegang kontrol atas pembagian sumber-
sumber daya non-material (agama), dan apa yang disebut sebagai “pengetahuan
sosial” berupa silsilah dan pengetahuan tentang aturan-aturan yang mengontrol
perkawinan. Sehingga laki-laki dijadikan pemimpin suatu keluarga yang berperan
dalam mengatur segala hal yang berkaitan dengan kehidupan anggota keluarganya.
Menurut Mari’e Muhammad, kemiskinan absolut adalah ketidakmampuan
individu, keluarga, maupun lembaga/kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik pangan atau pun non-pangan, khususnya pendidikan dasar, kesehatan
dasar, perumahan, dan kebutuhan transportasi. Kemiskinan relatif adalah ketimpangan
dalam pembagian pendapatan, mereka sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan,
namun masih berada dibawah kemampuan rata-rata masyarakat disekitarnya. Kemiskinan
Kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak
mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya, walaupun banyak pihak lain yang
berusaha membantunya. Sedangkan Kemiskinan Struktural adalah ketidakberdayaan
sekelompok masyarakat dibawah situasi sistem pemerintahanan atau politik, yang
menyebabkan mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Pada
penelitian ini, Gakin hanya bisa menerima kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga
BBM dan program-program pengurangan kemiskinan (pembagian BLT, konversi minyak
tanah ke gas elpiji 3 kg, dan lain sebagainya) tanpa bisa berbuat apa-apa. Kebijakan-
kebijakan tersebut dalam kenyataannya tidak berjalan sesuai dengan yang diharapakan,
sehingga bagi masyarakat yang sudah miskin secara absolut menjadi tambah miskin
secara kultural dan struktural.
Ada dua penyebab kondisi kemiskinan bisa terjadi yaitu kemiskinan alamiah dan
kemiskinan buatan. Kemiskinan “alamiah” terjadi akibat sumber daya alam (SDA) yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan"
terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota
masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang
tersedia, sehingga mereka tetap miskin. Pada kenyataannya dalam penelitian diperoleh
bahwa masyarakat miskin atau keluarga miskin menjadi miskin (diluar faktor keluarga)
adalah karena langkanya SDA (minyak tanah) yang disebabkan oleh kebijakan
pemerintah untuk mengurangi pasokan minyak tanah di seluruh Indonesia dan
menggantinya dengan tabung gas elpiji 3 kg (konversi minyak tanah ke tabung gas)
sehingga masyarakat miskin atau Gakin tidak mampu menguasai berbagai fasilitas lain
(transportasi, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya).
Kemiskinan merupakan persoalan multi dimensional yang tidak saja melibatkan
faktor ekonomi, tetapi juga sosial, budaya dan politik. Pertama, yang paling terlihat jelas
adalah bahwa kemiskinan berdimensi ekonomi atau material. Dimensi ini terdiri dari
berbagai kebutuhan dasar manusia yang berupa material (pangan, sandang, perumahan,
kesehatan, dan lain-lain). Dimensi ini dapat diukur dalam rupiah meskipun harganya akan
selalu berubah-ubah setiap tahunnya tergantung dari tingkat inflasi rupiah itu sendiri.
Data penelitian diperoleh bahwa pada saat harga BBM naik tinggi, harga kebutuhan dasar
manusia yang berupa material juga ikut naik tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
perubahan pola hidup Gakin yang semakin sulit karena mereka menjadi membatasi,
mengurangi bahkan tidak lagi mengkonsumsi kebutuhan dasar mereka sendiri.
Kedua, kemiskinan berdimensi sosial budaya. Ukuran kualitatif yang dipergunakan
untuk memahami dimensi ini. Lapisan yang secara ekonomis miskin akan membentuk
kantong-kantong kebudayaan yang disebut budaya kemiskinan demi kelangsungan hidup
mereka. Budaya kemiskinan ini tercermin dengan adanya nilai-nilai seperti apatis,
apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, serangan terhadap
kemiskinan adalah sama dengan pengikisan budaya ini. Apabila budaya ini tidak
dihilangkan, maka kemiskinan ekonomi pun juga sulit diatasi. Dalam penelitian diperoleh
bahwa pada saat harga BBM akan naik, terjadi banyak permasalahan di beberapa kota di
Indonesia. Permasalahan tersebut adalah banyaknya masyarakat atau pihak-pihak tertentu
yang sengaja menimbun BBM, pengisian bensin di SPBU mengalami antri yang panjang,
keributan dalam memperebutkan minyak tanah di pangkalan, akan bangkrutnya suatu
perusahaan yang mengandalkan produksinya dengan menggunakan BBM, dan lain
sebagainya. Dan ketika harga BBM naik, banyak sekali masyarakat miskin yang
mengalami ketidakberdayaan dalam mengurusi rumah tangganya akibat harga kebutuhan
dasar mereka melambung tinggi.
Ketiga, kemiskinan berdimensi struktural atau politik, diartikan bahwa orang
yang mengalami kemiskinan ekonomi pada hakekatnya karena mengalami
kemiskinan struktural atau politik. Kemiskinan ini terjadi karena orang miskin
tersebut tidak memiliki sarana untuk terlibat dalam proses politik dan tidak
mempunyai kekuatan politik, sehingga menduduki struktur sosial yang paling
bawah. Terdapat asumsi yang menegaskan bahwa orang yang miskin secara
struktural atau politis akan berakibat pula miskin dalam bidang material
(ekonomi). Untuk itu, langkah pengentasan kemiskinan salah satunya adalah harus
mengatasinya dari yang sifatnya struktural atau politis. Dimensi-dimensi
kemiskinan tersebut pada hakekatnya merupakan gambaran bahwa kemiskinan
bukan hanya dalam pengertian ekonomi saja, sehingga diperlukan program
pengentasan kemiskinan tidak hanya memprioritaskan bidang ekonomi saja,
melainkan bidang lainnya. Dalam penelitian, sebagian besar kebijakan pemerintah
dalam mengatasi kemiskinan hanya berdasarkan persepsi atau pendapat dari
pemerintah saja (satu pihak) sedangkan pendapat dari masyarakat miskinnya
jarang sekali diikut sertakan dalam pembuatan kebijakan tersebut bahkan
masyarakat miskin cenderung diabaikan sehingga kebijakan pemerintah yang
menyinggung masyarakat miskin banyak mengalami kegagalan sehingga
mengakibatkan kerugian yang banyak bukan hanya kerugian dari pihak
masyarakat miskin tetapi pihak pemerintah juga mengalami kerugian. Misalnya
program pemerintah BLT dan konversi minyak tanah ke tabung gas 3 kg,
bukannya menghasilkan hal yang positif melainkan menimbulkan masalah baru di
masyarakat.
2. Implikasi Metodologis
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif
Penelitian ini mendeskripsikan mengenai gambaran umum kemiskinan yang terjadi di
Kota Surakarta, permasalahan yang terjadi ketika harga BBM naik di keluarga miskin
(gakin), dan juga mengenai strategi hidup Gakin dalam menghadapi kenaikan BBM
tersebut. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen penelitian dalam
mencari dan mengumpulkan data yang lengkap dengan keterbatasan yang dimiliki
peneliti. Peneliti memilih informan menggunakan teknik stratified random sampling
(penarikan sampel secara acak terstratifikasi) dengan dibagi menjadi beberapa stratum
(tata jenjang). Untuk memenuhi tujuan mendapatkan keragaman data tersebut peneliti
secara keseluruhan mengambil 58 orang informan dari keluarga miskin di Kota
Surakarta. Selain itu data juga diperoleh dari data literature, data monografi, artikel, data
internet serta data dokumentasi foto.
Bentuk wawancara yang dilakukan secara informal yaitu dengan wawancara
secara santai, tidak terstruktur ketat dan dalam suasana yang nyaman bagi informan.
Secara keseluruhan peneliti tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan dan
memperoleh informasi dari para informan karena para informan bersikap terbuka,
antusias dan menerima dengan baik kehadiran peneliti, sehingga adanya peneliti
ditengah-tengah aktivitas mereka tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang ingin
meneliti mereka dan akhirnya informasi pun dapat mengalir dengan mudah dan lancar.
Untuk keperluan trianggulasi data, peneliti melakukan pengecekan dengan
trianggulasi sumber untuk memperoleh data yang memiliki validitas yang tinggi. Selain
itu peneliti juga melakukan kroscek dengan sumber lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian ini yaitu ketua RT tempat tinggal Gakin dan aparat pemerintah setempat.
Pengecekan tersebut membuktikan data-data yang dikumpulkan oleh peneliti memang
benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan karena pengkroscekan data telah berjalan
sesuai dengan tujuan. Dan untuk menganalisis data, penulis menggunakan analisis
interaktif.
Secara metodologi, penelitian ini memiliki keunggulan yaitu hasil penelitian ini
dapat terjaga kebenarannya karena dilakukan pengecekan melalui trianggulasi sumber.
Artinya data yang dihasilkan dari informan pertama dapat dicek kebenarannya kepada
informan selanjutnya. Kemudian dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan
wawancara secara informal memudahkan peneliti untuk memperoleh data yang luas, jelas
dan mendalam.
Sedangkan kelemahan dari penelitian ini yaitu karena dalam penelitian ini
informan yang diambil adalah isu kenaikan BBM tidak akan berjalan lama sehingga
peneliti dalam mengumpulkan data harus cepat pada waktu kenaikan harga BBM itu
terjadi. Dan banyaknya jumlah keluarga miskin yang diteliti membuat proses penelitian
memerlukan waktu yang lama, yaitu satu semester. Lamanya penelitian juga diakibatkan
karena Gakin yang diteliti mencakup 5 kecamatan dan 9 kelurahan di Kota Surakarta.
3. Implikasi Empiris
Dalam penelitian mengenai strategi hidup keluarga miskin dalam menghadapi
kenaikan harga BBM pada tanggal 24 Mei 2008 menunjukkan bahwa terdapat banyak
sekali permasalahan yang terjadi di masyarakat tidak hanya sesudah harga BBM naik
melainkan sebelum harga BBM naik juga terjadi permasalahan (ketika diumumkan harga
BBM akan naik). Pemerintah menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disebabkan harga minyak mentah dunia
naik. Kenaikan BBM pada bulan Mei tahun 2008 adalah kenaikan yang ketiga kalinya
dalam masa pemerintahan Susilo Bambang Hudoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK).
Ternyata kenaikan harga BBM mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia,
mulai dari kebutuhan dasar hingga kebutuhan lainnya. Pada keluarga mampu, hal tersebut
tidaklah menyusahkan karena ekonomi mereka sudah mencukupi dan sudah menetap.
Sedangkan untuk keluarga miskin, kenaikan harga BBM membuat kehidupan
keluarganya makin sulit karena ekonomi mereka sedikit dan tidak menentu. Ini menjadi
tugas berat bagi pemimpin keluarga miskin (suami) dalam mencari cara untuk
menghidupi anggota keluarganya. Strategi hidup yang baik dibutuhkan dalam
menghadapi kenaikan kebutuhan.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap keluarga miskin dalam
menghadapi kenaikan harga BBM pada tanggal 24 Mei 2008. Oleh karena itu, melalui hasil
penelitian ini penulis memberikan beberapa masukan yang berupa pemikiran serta saran yang
positif untuk beberapa komponen di atas guna membantu dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, antara lain bagi:
1. Pemerintahan
a. Bagi pemerintah setempat, hendaknya lebih memperhatikan, membela, dan mengatur
masyarakatnya yang miskin karena mereka membutuhkan bantuan dari pemerintah.
b. Pemerintah juga diharapkan membuat peraturan yang lebih tegas untuk mengatur
masyarakat yang melakukan tindakan kejahatan terkait dengan isu kenaikan harga
BBM.
c. Menyediakan ataupun memberikan kesempatan pekerjaan yang lebih luas dan lebih
baik kepada masyarakat miskin sehingga dapat untuk mengurangi jumlah masyarakat
miskin.
d. Meningkatkan intensitas komunikasi dan kerjasama dengan pemerintah dan berupaya
memperoleh dukungan dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat.
e. Mengoptimalkan segala potensi yang ada di masyarakat untuk dikembangkan secara
berkelanjutan.
f. Memanfaatkan dana dari lemabaga donor secara optimal untuk melakukan program
pemberdayaan masyarakat dan sedapat mungkin mungkin memperkecil terjadinya
penyelewengan.
g. Memberikan dukungan terhadap program-program pemberdayaan masyarakat dan
LSM yang memiliki strategi sebagai problem solver dan stimulator dan yang benar-
benar bertujuan meningkatkan kemandirian dan keswadayaan masyarakat dalam
programnya.
h. Membuat kebijakan dan program pembangunan yang lebih memperlihatkan spek
keswadayaan daripada bantuan langsung yang menjadikan masyarakat hanya sebagai
obyek pembangunan.
2. Peneliti lainnya
a. Dapat menjadi referensi tertulis yang bermanfaat.
b. Selain itu, masih terbatasnya penelitian tentang pemberdayaan masyarakat miskin
dapat menjadi pertimbangan utama untuk lebih mengenal dan memahami lagi dengan
melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.
3. Masyarakat sasaran
a. Lebih membuka diri dan menghindarkan sifat kecurigaan untuk bekerjasama dengan
pemerintah dalam melakukan program yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
b. Mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah serta meningkatkan keswadayaan
sehingga mampu mengatasi permasalahannya sendiri dan dapat menjadi pelaku
langsung dari pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Alan Gilbert dan Josef Gugler. 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga.
Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya
Alif Basuki dan Yanu Endar Prasetyo. 2007. Memuseumkan Kemiskinan. Surakarta:
PATTIRO
Aman Setya Dewanta. 1995. Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia. Yogyakarta: Aditya
Media
Anthony Giddens, Daniel Bell, Michel Forse, etc. SOSIOLOGI Sejarah
dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004
Crown Dirgantoro. 2001. Manajemen Strategik; Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta:
PT Grasindo
Darsono Wisadirana. 2004. Sosiologi Pedesaan (Kajian Kultural dan Struktural Masyarakat
Pedesaan). Malang: UMM Press
Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
Doyle Paul Johnson. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia
Eko Prasetyo. 2005. Orang Miskin Tanpa Subsidi. Yogyakarta: Resist Book
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Hartini dan G. saputra.1992.Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta:
Bumi Aksara
HB Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Jefta Leibo, SU. 2004. Problem Perkotaan dan Konflik Sosial: Sebuah Perspektif Sosiologi.
Yogyakarta: Institut Pengembangan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia [INPEDHAM]
John Clammer. 2003. NEO MARXISME ANTROPOLOGI:Studi Ekonomi Politik dan
Pembangunan.Yogyakarta: Sadasiva
Kaare Svalastoga. 1989. Diferensiasi Sosial. Jakarta: PT Bina Aksara
Khairuddin H. 1985. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nurcahaya
Kun Maryati dan Juju Suryawati. 2004. Sosiologi SMA untuk Kelas X. Jakarta: Esis
Margaret M. Poloma. 1979. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sajogyo. 1996. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan.Yogyakarta: Aditya
Media
Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Susanto. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Syahrial Syarbaini. 2002. Sosiologi Politik. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tomin Firman. 1990. Strategi Alokasi Tenaga Kerja pada Rumah Tangga Pedesaan dalam
Prisma No.3 Tahun XIX. LP3 ES. Jakarta
William J. Goode. 1983. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT BINA AKSARA
Sumber lain:
A.J.Surjadi. 2008. Masalah Dampak Tingginya Harga Minyak Terhadap Perekonomian [
On-line ] www.csis.or.id
Arianto Samier Irhash. 2008. Pengertian Keluarga [ On-line ]
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/12/pengertian-keluarga.html
Buku Pedoman Umum P2KP
Iman Mulyana. 2007. Mengupas Konsep Strategi [ On-line ] http://id.shvoong.com/business-
management/management/1658495-mengupas-konsep-strategi/\
Jasarmen Purba (Anggota DPRD Kota Batam). 2008. Listrik, FTZ ( Free Trade Zone ) dan
Indonesia Bisa [ On-line ] http://kepritoday.com/content/view/8844/36/
Ragnar Nurkse. 1953. Memahami Kemiskinan [ On-line ]
http://www.pu.go.id/publik/P2KP/Des/memahami99.htm
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
http://sekartanjung.blogspot.com/2008/06/kenaikan-bbm-picu-inflasi-spiral.html
http://kepritoday.com/content/view/8844/36/
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080115024303AAzv5UK
http://www.bphmigas.go.id/p/bphmigaspages/bbm/jenis_bbm.html
http://www.surakarta.go.id/kspsolo/index.php?option=isi&task=view&id=2
&Itemid=37
http://www.litbang.depkes.go.id/download/seminar/askes_cisarua/UNAIR/KetepatanFinal.pdf
http://bersamatoba.com/tobasa/berita/14-indikator-kemiskinan-di-rumah-tangga-berhak-
menerima-bantuan-langsung-tunai.html
www.wikipedia.com
Koran Seputar Indonesia , 6 Agustus 2008
Koran Solopos, 12 Mei 2008
Koran KOMPAS, 12 Mei 2008
Koran Tempo, 17 Mei 2008
Koran Tempo, 17 Mei 2008
Koran Tempo, 24 Mei 2008
Koran SINDO tanggal 6 Agustus 2008