Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPAMATERI GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
PADA SISWA KELAS V MI NURUL HIKMAH 02 KEDUNGRINGINKECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
LILIK SUDARWATI
11514088
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPAMATERI GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
PADA SISWA KELAS V MI NURUL HIKMAH 02 KEDUNGRINGINKECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
LILIK SUDARWATI
11514088
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2019
iv
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUANJalanLingkar Salatiga KM.2 Telepon(0298) 6031364 KodePos 50716 SalatigaWebsite:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.ide-mail: [email protected]
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V MI NURUL HIKMAH
KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Disusun oleh:
LILIK SUDARWATI
NIM. 115-14-088
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi JurusanPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu KeguruanInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 7 Agustus 2019 dantelah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M. Pd.
Sekretaris Penguji : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Penguji I : Dra. Hj. Maryatin, M. Pd.
Penguji II : Dr. Mukh. Nursikin, M. S. I.
Salatiga, 14 Agustus 2019
Dekan Fakultas Tarbiyah danIlmu Keguruan
Prof. Dr. H. Mansur, M.AgNIP. 19680613 199403 1004
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Lilik Sudarwati
NIM : 115-14-088
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul : “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heands
Together Pada Siswa Kelas V MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenalkan untuk
dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.
Salatiga, 18 Juli 2019Yang menyatakan
Lilik Sudarwati11514088
vii
MOTTO
Bunga yang tidak akan layu sepanjang jaman adalah kebajikan
(William Cowper)
تعلم وتعلم
(Take and Give/ Belajar dan Mengajar)
(KH Djazuli Utsman)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya, saya
persembahkan skripsi ini kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Subadar dan Ibu Susilowati yang telah
memberikan baik dan berusaha skesempatan saya kuliah, memberikan
kasih sayang tiada terkira, yang selalu memberi motivasi dan nasihat
dalam saya menjalani hidup.
2. Adik saya Febi Indah Cahyani dan Bayu Akbar Maulana yang selalu
memberiku inspirasi untuk berbuat baik dan beusaha semaksimal mungkin
dalam pengerjaan Skripsi ini.
3. Kakek dan nenek saya mbah Parli, mbah Taslim, mbah Tumiyem dan
mbah Marsiyem yang selalu memotivasi dan tanpa lelah mendoakanku.
4. Pengasuh PON PES Putri Darul ‘Ulum Reksosari Suruh yang telah
membimbingku sampai saat ini.
5. Teman-teman seperjuangan MADINDU angkatan 2013 dan 2014
(Masakhi, Miftakhul, Ita, Hanik, Denok, Mj, Solitut, Ihsan, Jamil, Karim,
Mahfud, Topa, Majid, Istianah, Sidqoh, Miftah, Huda, Kotty, Bibah, istri,
dan Eci)
6. Teman-teman SANDUKANA diantarannya (Febby, Umi, Malia, Ifah, Lia,
Ani, Nayla, Idoi, Ganis, Nurul dst.)
7. Teman-teman Fathul Wahab, Fathul Muin, dan Safinah serta Musyawirin
Kls 4 BC yang menginspirasi.
ix
8. Mbak-mbak Laundry yang selalu menemani dan menginspirasi
(Miftakhul, Malia, Anis, Ziah, Karimah, Nur Khayatun).
9. Teman seperjuangan neng Fitriyana Nurul Haqqi dan Ana Miftakhul
Jannah yang menginspirasi.
10. Seseorang yang selalu memperjuangkan sampai saat ini, semoga apa yang
menjadi angan dan ingin segera di beri perwujudan yang nyata.
11. Rekan Kerja saya (Quril, Malia dan Asiyah) terimakasih telah menjadi
patner terbaik dalam mengemban amanah.
12. Mahasiswi Pon Pes Putri Darul ‘Ulum (Umi Hanik, Ulin, Fatonah, Quril,
Atika, Lutfi, Zulfa, Ria, dan Mupidah)
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan PGMI 2014 (Yamti, Nelis dan Grub
Kupu-kupu lainnya) , teman-teman PPL MI Maarif Pulutan Salatiga (Tari,
Putri, Rifki, Puji, Imma, Hida, Elaa dan Amanah) serta teman-teman KKN
2018 Posko 124 Padas Kedungjati (Jannah, Azizah, Idil, Ulva, Bunda,
Fatim, Yasir dan Chalim) dan teman-teman semua yang telah memberikan
banyak pelajaran dalam menghadapi segala rintangan kehidupan ini yang
tak dapat disebutkan satu persatu.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan
pengetahuan. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si, selaku pembimbing yang telah memberikan
saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M. Pd., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat-nasihat serta motivasi setiap bimbingan akademik.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan wawasan
pengetahuan kepada penulis dan karyawan-karyawan dilingkungan Progam
xi
Studi PGMI IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan
kepada penulis.
7. Bapak M. Nur Chabib, S. Pd. I selaku Kepala MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin beserta jajarannya yang telah memberi ijin dan masukan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Bapak Hariyanto, S. PdI, selaku guru kelas V MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin yang turut membantu dalam penelitian dan seluruh siswa kelas V
MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin yang telah membantu dan mendukung
peneliti dalam melakukan penelitian.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karna itu penulis sangat mengharapkan adannya kritik,
saran dan masukan yang dapat kami gunakan untuk menyempurnakan hasil
penelitian mendatang.
Harapan penulis, semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan balasan
dan tercatat sebagi amal kebaikan oleh Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini
semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 22 Juli 2019
Penulis
Lilik Sudarwati
xii
ABSTRAK
Sudarwati, Lilik. 2019. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya MelaluiModel
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Hands Together Pada SiswaKelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh KabupatenSemarangtahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi. Jurusan PendidikanMadrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. InstitutAgama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.
Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Hands Together.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar IPA padasiswa kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin. Terbukti dengan hasil belajarsiswa yang belum mencapai KKM 70. Hal ini dikarenakan muridnya terlalu pasifketikaa kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga, membuat siswa yang belummemahami materi menjadi jenuh dan kurang bersemangat. Rumusan masalah daripenelitian ini adalah apakah dengan model pembelajaran Koeperatif tipeNumbered Hands Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gayapada siswa kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan SuruhKabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019.
Penelitian ini merupakan penilitian tindakan kelas yang dilaksanakandalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaituperencanan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalahsiswa kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh KabupatenSemarang yang berjumlah 21 siswa meliputi 12 siswa laki-laki dan 9 siswwaperempuan. Instrumen penelitian meliputi lembar observasi dan soal tes. Metodepengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Koeperatif tipeNumbered Hands Together dapat meningkatkan hasil belajar kelas V MI NurulHikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang TahunPelajaran 2018/2019. Peningkatan siswa yang tuntas belajar dari Siklus I ke SiklusII 9% Siklus II ke Siklus III 19%. Hal ini dapat dilihat dari perolehan ketuntasanhasil belajar siswa pada Siklus 1 siswa tuntas belajar, Siklus II 71% tuntas belajar,dan Siklus III 90% siswa tuntas belajar.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .i
LEMBAR BERLOGO ii
HALAMAN JUDUL .iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .iv
PENGESAHAN KELULUSAN .v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................vi
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR x
ABSTRAK xii
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 8
E. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan 9
xiv
F. Definisi Operasional 10
G. Metode Penelitian 12
H. Sistematika Penulisan 21
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 22
1. Kajian Teori Belajar 22
a. Peningkatan Hasil Belajar 22
b. Definisi Belajar 22
c. Hasil Belajar 23
d. Ciri-ciri Belajar 25
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 26
2. Hakikat Mata Pelajaran 34
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 34
b. Karakteristik Pembelajaran IPA 35
c. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 36
3. Model Pembelajaran Kooperatif 36
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 36
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif 40
c. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif 41
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Hands Together 43
5. Lanngkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Hands Together 44
6. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
xv
Hands Together 47
7. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Hands Together 48
8. Materi Penelitian 48
a. Gaya Gravitasi Bumi 49
b. Gaya Gesek 51
c. Gaya Magnet 54
B. Kajian Pustaka 59
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin 61
1. Profil MI Nurul Hikmah 02 kedungringin 61
2. Letak Geografis Madrasah 61
3. Visi dan Misi 62
4. Keadaan Guru 63
5. Keadaan Siswa 63
6. Subjek Penelitian 64
7. Kolaboratif Penelitian 65
8. Waktu Penelitian 65
B. Nilai Pra Siklus 66
C. Pelaksanaan Penelitian 68
1. Deskripsi Siklus I 68
2. Deskripsi Siklus II 75
3. Deskripsi Siklus III 82
xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 89
1. Hasil Belajar dan Observasi Siklus I 89
a. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus I 89
b. Lembar Observasi 91
2. Hasil Belajar dan Observasi Siklus II 96
a. Hasil Belajar Siswa Siklus II 96
b. Lembar Observasi 98
3. Hasil Belajar dan Observasi Siswa Siklus III 102
a. Hasil Belajar Siswa Siklus III 102
b. Lembar Observasi 105
B. Pembahasan 109
Bab V Penutup
A. Kesimpulan 111
B. Saran 111
DAFTAR PUSTAKA 113
LAMPIRAN LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Identitas Sekolah 61
Tabel 3.3 Data Guru MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin 63
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Siswa MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin 64
Tabel 3.4 Daftar Siswa Kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin 64
Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 65
Tabel 3.6 Nilai Hasil Belajar Siswa Ulangan Harian 66
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I 89
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru Siklus I 92
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I 94
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus II 96
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Guru Siklus II 98
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II 100
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus III 103
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Guru Siklus III 105
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Siswa Sklus III 107
Tabel 4.10 Rekap Hasil Belajar Dari Pra Siklus – Siklus III 109
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Rencangan Pelaksanaan Tindakan Kelas Arikunto 13
Gambar 2.1 Contoh Gaya Gravitasi Bumi 50
Gambar 2.2 Gaya Gesek Saat Mendorong Kardus 51
Gambar 2.3 Orang Dapat Bersepeda Lancar Karena Adanya Gaya Gesek 52
Gambar 2.4 Magnet Menarik Besi 54
Gambar 2.5 Contoh Benda Magnetis Pisau dan Paku 55
Gambar 2.6 Contoh Benda Non Magnetis Buku dan Kapur 55
Gambar 2.7 Dua Kutub Magnet yang Saling Didekatkan 58
Gambar 3.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra-Siklus 68
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I 91
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II 97
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III 104
Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus- Siklus III 110
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus III
4. Nilai hasil belajar siswa siklus I
5. Nilai hasil belajar siswa siklus II
6. Nilai hasil belajar siswa siklus III
7. Lembar pengamatan gutu siklus I
8. Lembar pengamatan gutu siklus II
9. Lembar pengamatan gutu siklus III
10. Lembar Jawaban siswa Siklus I
11. Lembar Jawaban siswa Siklus II
12. Lembar Jawaban siswa Siklus III
13. Dokumentasi
14. Riwayat hidup penulis
15. Surat tugas pembimbing skripsi
16. Lembar konsultasi skripsi
17. Surat permohonan ijin penelitian
18. Surat keterangan penelitian
19. Daftar nilai SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing
kepada yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Manusia
yang dimaksud ialah seorang pendidik, guru atau pembimbing.
Sedangkan manusia belum dewasa ialah peserta didik, siswa, atau yang
terbimbing. Dengan demikian, pendidikan adalah dimaksudkan untuk
mendewasakan anak (Mansur, 2009:84).
Sejalan dari itu menurut Fazlur Rahman sebagaimana dikutip oleh
Sutrisno, menyebutkan bahwa tujuan pendidikan sebenarnnya adalah
untuk mengembangkan manusian sedemikian rupa sehingga pengetahuan
yang di perolehnnya akan menjadi organ keseluruhan pribadi yang kreatif,
yang memungkinkan manusia untuk memanfatkan sumber-sumber alam
untuk kebaikan manusia dan menciptakan keadilan, kemajuan, dan
keteraturan dunia (Sutrisno, 2011:6-7).
Belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam setruktur koognitif seseorang.
Dimana kita tahu bagaimana mekanisme memori menyimpan
pengetahuan, yang jelas informasi-informasi yang kita dapat tersimpan
dalam otak. Informasi dalam energi fisik (tulisan, bunyi, ucapan, tekanan
untuk sentuhan, dan lain-lain) diterima oleh reseptor yang peka terhadap
2
energi dalam bentuk tertentu. Reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-
tanda dalam bentuk impuls-impuls elektrokimia, ke otak (Martinis, 2005:
103).
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang di rancang
untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian
internal yang berlangsung didalam peserta didik (Daryanto, 2012: 212)
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku seseorang yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak (Susanto, 2013:5).
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar
memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupan. Allah Swt menjanjikan akan mengangkat derajat orang yang
mempelajari ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah Swt dalam
Alquran Surat Al-Mujaadilah ayat 11 (Depag, 2012: 544):
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” makalapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
3
Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” Maka berdirilah,niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang- orang yangberiman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apayang kamu kerjakan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran
pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang
sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia
dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran
sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Guru khususnya yang mengajar
IPA di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat
pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran guru tidak kesulitan
dalam mendesain pembelajaran (Susanto, 2013: 167).
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik,
metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan,
peserta didik, materi dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yan
tepat dan efektif.
Banyak pendekatan pembelajaran pendidikan yang bisa di gunakan
untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar dengan baik
dan bisa diterima, sepertihalnya model kooperatif tipe Numbered Heads
Together yang dipilih penulis dalam penelitian ini.
Ilmu pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran pokok
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk jenjang sekolah
dasar. Ilmu Pengetahun alam (IPA) merupakan usaha manusia memahami
4
alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
mengunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan. Guru khususnya yang mengajar IPA di
sekolah dasar di harapkan mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran
IPA, sehingga dalam pembelajaran guru tidak kesulitan dalam mendesain
pembelajaran (Susanto, 2013: 167).
Salah satu kompetensi dasar yang tercantum dalam silabus mata
pelajaran IPA kelas V semester dua adalah materi Gaya. Siswa- siswa
dikenalkan pada gaya dapat mempengaruhi bentuk benda (Silabus IPA
Kelas V MI). Pentingnya siswa dikenalkan pada gaya yang dapat
mempengaruhi bentuk benda, agar siswa mengetahui benda bergerak itu
disebabkan adanya gaya.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata
pelajaran yang selama ini diangap sulit oleh sebagian besar siswa.
Sebagian besar siswa menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah
benar adanya, terbukti dari hasil perolehan ujian akhir sekolah (UAS)
dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang di
harapkan (Susanto, 2013:165).
Kenyataan di lapangan, di MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin ,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang pada kelas V menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini
terbukti dari hasil observasi awal menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang mempunyai nilai ulangan IPA di bawah Kriteria Ketuntasan
5
Minimal (KKM). KKM pelajaran IPA kelas V MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin , sebesar 70.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan dengan guru mata pelajaran
IPA kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin, diduga faktor penyebab
rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan muridnya
terlalu pasif ketika kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga, membuat
siswa yang belum memahami materi menjadi jenuh dan kurang
bersemangat.
Pada hasil penelitian menunjukkan siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran inovatif dan menyenangkan membuat
siswa lebih mudah mengingat materi yang diajarkan. Terbukti pada saat
siswa mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi
dibandingkan apabila siswa yang belajar dengan cara belajar yang pasif.
Model pembelajaran yang dapat memfasilitasi belajar siswa adalah model
pembeljaran kooperatif Numbered Hands Together, yang berarti siswa
diajak aktif untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran.
Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi terkesan
membosankan dan dapat mempengaruhi rendahnnya motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran. Guru menyadari bahwa belum memahami
betul serta kurang adannya sosialisasi mengenai model pembelajaran
inovatif. Guru yang dominan aktif selama proses belajar mengajar
berlangsung. Sedangkan murid hannya pasif, kurang terlibat dalam proses
6
pembelajaran, murid lebih banyak mendengarkan dan hanya
memperhatikan keterangan dari Guru.
Dalam ranah kognitif, pembelajaran IPA mengenai gaya yang
dapat dinalar agar dapat dijadikan alat pengambilan keputusan yang
rasional, jadi bahan kajian IPA bukan hannya sekedar hafalan. Dalam
ranah afektif, pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh siswa
sehingga diharapkan siswa dapat mendorong tindakan yang berdasarkan
nalar, selanjutnnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
ranah psikomotorik, pengetahuan, nilai, dan sikap yang telah dimiliki
siswa dapat dikembangkan dalam keterampilan-keterampilan.
Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together adalah
model pembelajaran yang digunakan untuk melibatkan siswa dalam
penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan
pengarahaan daaripada sebagai penguasa dan pemberi materi kepada
siswa (Daryanto dan Mulyo Rahardjo ,2012: 245).
Model pembelajaran ini menekankan siswa untuk saling berkerja
sama dalam kelompok sehingga masing-masing anggota kelompok paham
dengan hasil kerja kelompoknnya dan bertangung jawab terhadap hasil
kerja tersebut, sehingga dengan sendirinya siswa merasa dirinya harus
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa akan merasa termotivasi
untuk belajar sehingga aktivitas belajar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Selain itu kemampuan siswa dalam belajar IPA pada materi
7
“Gaya” ini dapat meningkatkan kecerdasan dan kecepatan berpikir serta
mempunyai daya tarik universal bagi siswa kelas V MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Alternatif pembelajaran yang menyenangkan dalam rangka
peningkatan hasil belajar peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together agar siswa termotivasi. Guru
seharusnya memiliki metode mengajar yang dapat menggugah minat
siswanya. Salah satunya yaitu dengan mengunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbred Heads Together. Terlebih lagi untuk
pembelajaran IPA di kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, guru dituntut untuk dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan disertai improvisasi, kreasi,
menarik dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil judul: “Peningkatan
Hasil Belajar IPA Materi Gaya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V MI Nurul Hikmah
02 Kedungringin, Kecamatan Suruh Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2019”.
B. Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa
kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2019?
8
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi gaya melalui
model pembelajaran Koopratif tipe Numbered Heads Together pada siswa
kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan kontribusi untuk perbaikan kualitas pembelajaran.
b. Sebagai motivasi untuk meneliti bidang studi lain dan sebagai
acuan penelitian berikutnnya yang sejenis.
c. Siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran pada kualitas yang
lebih baik
d. Sekolah dapat mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan
tingkat kelas.
2. Manfaat Praktis
a. Mengembangkan pendekatan pembelajaran di MI.
b. Tumbuh minat siswa berperan aktif sebagai pelaku utama
pembelajaran.
c. Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan lebih mudah.
d. Pembelajaran akan lebih menarik karenaa akan tumbuh
situasinyang menyenangkan.
e. Guru mendapat masukan dalam meningkatkan hasil belajar pada
mata pelajaran IPA.
9
f. Guru dapat mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran.
g. Meningkatnnya wawasan dan kemampuan guru tentang model
pembelajaran yang tepat yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPA
E. Hipotis dan Indikator Keberhasialan
1. Hipotesis Tindakan
Hipootesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang
paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk
diteliti melalui PTK. Hipotesis tindakan ini adalah: Model
pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa kelas V MI
Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2019.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan individu dalam penelitian ini adalah jika
proposi jawaban benar siswa ≥ 65% dan indikator keberhasilan
klasikal dalam penelitian ini adalah jika dalam kelas tersebut terdapat
≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya ( Trianto, 2015: 241).
F. Definisi Operasional
1. Peningkatan Hasil Belajar
10
Peningkatan adalah upaya menambah tingkata atau derajat agar
menjadi lebih baik. Baik pada hasil, kemampuan, jumlah, dan
kemampuan.
Hasil belajar pada dasarnnya adalah suatu kemampuan yang
berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau
pengalaman yang di peroleh. Dalam hal ini Gagne dan Briggs
mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh
seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Rosma, 2010: 33).
Hasil belajar pada diri seseorang sering tidak langsung tampak
tanpa seseorang itu melakukan tindakan untuk memperlihatkan
kemampuan yang diperolehnnya melalui belajar. Namun demikian,
hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan orang berubah
dalam perilaku, sikap dan kemampuannya. Kemampuan-kemampuan
yang menyebabkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif
yang meliputi pengetahuan, dan pemahaman, kemampuan sensori-
motorik yang meliiputi keterampilan melakukan gerak badan dalam
urutan tertentu, dan kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap
dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Model pembelajaran adalah suatu suatu perencanaan aktau pola
yang digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
11
menentukan peringkat-peringkat pembelajaran termasuk di dalamnnya
buku, film, komputer, dan kurikulum.
Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2011:133).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adannya kelompok-kelompok
(Daryanto , 2012: 241).
Menurut Silvin model pembelajaran Kooperatif mengalakkan
siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok (Rusman,
2011: 201).
Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Numbered Heads Together adalah metode belajar dengan cara
setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara
acak guru memangil nomor dari siswa (Hamdani, 2010: 89).
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang dilandasi oleh
teori belajar kontruktivis. Pendekatan ini memberi penekanan pada
penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi
12
pola interaksi siswa. Pendekatan ini mengajak siswa untuk saling
berkerja sama dalam kelompok sehingga masing-masing anggota
kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan bertangung
jawab terhadap hasil kerja tersebut, sehingga dengan sendirinnya siswa
merasa dirinya harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian sisw menjadi semangat dalam pembelajaran sehingga
aktivitas belajar siswa meningkat.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian
tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat
mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2010: 16).
Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
karena untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
yang dilakukan guru di dalam kelas melalui pendekatan pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Heads Together. Hasil belajar siswa dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered
Heads Together diharapkan dapat meningkat terutama pada mata
pelajaran IPA materi Bagian tubuh hewan dan tmbuhan serta
fungsinnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan adalah
kolaboratif, dimana guru kelas melaksanakan proses belajar mengajar
dan peneliti bertindak sebagai pengamat.
13
Arikunto mengemukakan empat tahapan dalam pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada
gambar (Arikunto. dkk , 2014: 16):
Gambar 1.1Bagan Rancangan Pelaksanaan Tindakan Kelas Arikunto
(2014: 16)
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada mata
pelajaran IPA materi gaya. Jumlah siswa kelas V MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin ada 21 siswa meliputi 12 laki-laki dan 9 siswa
perempuan.
14
Penelitian ini berkolaborasi dengan guru IPA kelas V MI Nurul
Hikmah 02 Kedungringin ( Bapak Hariyanto, S. PdI).
3. Langkah-Langkah Penelitian
a. Perencanaan
Perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi
keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus
dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus.
Perencanaan dalam hal ini hampir sama dengan menyiapkan suatu
kegiatan belajar mengajar (Kusumah, 2010: 39).
Perencanaan penelitian meliputi hal-hal yang dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Merancang desain pembelajaran dengan pendekatan
Kooperatif tipe Numbered Haeds Together, yaitu dengan
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
2) Mempersiapkan setting kelas dan sarana pendukung yang
diperlukan saat proses pembelajaran;
3) Menyusun lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui
kinerja guru dan kondisi siswa saat pelaksanaan pendekatan
pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Haeds Together dalam
proses pembelajaran; dan
4) Menyusun instrumen tes hasil belajar untuk siswa.
15
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau penerapan
isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa dalam pelaksanaan guru harus ingat dan
berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan,
tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, dkk,
2014: 18).
Guru pada tahap ini melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan desain pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap
ini dilakukan apersepsi, pembelajaran dan evaluasi. Peneliti
menggunakan pedoman observasi yang telah direncanakan dalam
melaksanakan pengamatan pembelajaran yaitu terhadap guru dan
siswa, meliputi masalah-masalah yang muncul dan hal-hal yang
mendukung.
c. Pengamatan
Pengamatan memberitanda tentang pencapaian refleksi.
Pengamatan dapat memberikan andil pada perbaikan praktik
melalui pemahaman yang lebih baik dan tindakan yang secara lebih
kritis dipikirkan. Pengamatan seharusnya dilakukan secara
langsung pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pengamatan dapat dilakukan
sendiri atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu.
Pengamat pada saat mengamati haruslah mencatat semua peristiwa
16
atau hal yang terjadi di kelas penelitian, misalnya mengenai kinerja
guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, serta penyajian atau
pembahasan materi (Kusumah, 2010: 40).
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang
dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas.
Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai
masalah yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari
analisis data sebagai bentuk pengaruh tindakan yang telah
dirancang.
Data yang diperoleh pada tahap pengamatan selama proses
pembelajaran dilakukan analisis dan dilakukan refleksi sebagai
bahan penyusun rencana tindakan selanjutnya. Apabila indikator
keberhasilan belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan siklus
berikutnya dengan materi yang berbeda melalui tahap yang sama
dengan siklus sebelumnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data (Sugiyono, 2013: 244).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas yaitu tes, observasi dan dokumentasi.
17
a. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban,
atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan
tujuan mengukur tingkat kemampuan siswa atau mengungkap
aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Suyanto, 2013: 236).
Tes dilaksanakan terhadap siswa untuk mengetahui hasil
belajar siswa kelas IV MI Kedungringin 02 pada mata pelajaran
IPA matrei gaya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Hands Together.
b. Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian,
dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (Kusumah
dan Dwitagama, 2010: 66).
Observasi dilaksanakan untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan yang telah mencapai sasaran. Pada langkah ini peneliti
harus menguraikan jeis data yang dikumpulkan, cara
mengumpulkan data yang relefan.
Observasi ini dilakukan terhadap kinerja guru dan sikap
siswa selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran Kooperatif
tipe Numbered Hands Together dalam pembelajaran IPA materi
gaya.
18
Dalam model pembelajaran ini yang di observasi meliputi
kegiatan guru di dalam kelas (pengelola kelas), kegiatan siswa
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dan observasi yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan
Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada
Siswa Kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini
dilakukan untuk menarik kesimpulan pada setiap siklus yang
kemudian akan direfleksikan pada siklus berikutnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan
lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualintatif
(Sugiono, 2013: 240).
Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh
data tentang jumlah guru dan siswa, sarana dan prasarana, alat atau
media yang digunakan dan lain sebagainya yang di angap penting.
19
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh guru atau
observer untuk mengambil data yang akan digunakan sebagai bahan
untuk menentukan keberhasilan dari rencana tindakan yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini yaitu lembar observasi dan soal tes.
a. Soal Tes
Soal tes digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif
berupa nilai yang menggambarkan pencapaian kompetensi pada
mata pelajaran IPA materi bagian tubuh hewan dan tumbuhan. Soal
tes disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang
telah ditentukan oleh sekolah
b. Lembar Observasi
Lembar observasi berisi indikator yang didesain berdasarkan
fokus penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan
siswa dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Heands Together. Lembar observasi yang digunakan
adalah lembar observasi guru dan lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together.
20
6. Analisis Data
Analisis data merupakan proses yang menghubung-hubungkan,
memisah-misahkan dan mengelompokkan data yang ada sehingga
dapat ditarik kesimpulan yang benar.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ada
dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif ( Arikunto, 2014: 131)
Dalam penelitian ini, ada dua nilai yang harus dihitung yaitu
sebagai berikut:
1) Menghitung Ketuntasan Belajar Siswa Individual.
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual)
dapat dihitung dengan mengunakan persamaan sebagai berikut:KB = x100%Keterangan:
KB : Ketuntasan Belajar
T : Jumlah skor yang di peroleh siswa
Tt : Jumlah skor total
(Trianto, 2015: 241).
2) Menghitung Ketuntasan Belajar Klasikal.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:= x 100%
Keterangan:
P: Jumlah nilai dalam persentase;
21
F: Jumlah siswa yang telah tuntas belajar; dan
N: Jumlah seluruh siswa.
(Djamarah. 2000: 226).
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka memudahkan para pembaca dalam mengkaji uraian
dari penelitian ini, maka penulis menguraikan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini memuat tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
hipotesis dan indikator keberhasilan, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori. Bab ini memuat tentang kajian teori
meliputi kajian materi penelitian, hakikat hasil belajar, hakikat IPA, model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, dan penelitian
tindakan kelas serta kajian pustaka berupa hasil penelitian yang relevan.
BAB III Pelaksanan Penelitian. Bab ini memuat tentang gambaran
umum Madrasah Ibtidaiyyah Kedungringin 02 Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang dan pelaksanaan penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memuat tentang
deskripsi hasil penelitian per siklus dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V Penutup. Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kajian Teori Belajar
a. Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan adalah upaya untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas pembelajaran yang menekankan pada
proses dan hasil belajar siswa dengan mengunakan teknik yang
tepat dan waktu yang efektif (Sumadayo, 2013:98 ).
Dapat kita ketahui bahwa peningkatan pembelajaran adalah
perubahan dari yang sebelumnya kurang menjadi bertambah, yang
bisa meningkatkan produktivitas maupun kualitas pembelajaran
secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
b. Definisi Belajar
Belajar sebagai suatu proses dimana organisma berubah
perilakunnya diakibatkan pengalaman. Demikian juga Harold
Spear mendefinisikan bahwa belajar terdiri dari pengamatan,
pendengaran, membaca, dan meniru (Martinis, 2005: 99).
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku
akibat adannya interaksi individu dan lingkungan. Dalam arti
umum belajar mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
sikap dan sebagainnya Menurut (Rosma, 2010: 31).
23
Belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku
tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi
paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari
kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
lingkungan maupun individu itu sendiri (Trianto, 2009: 17).
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat
interaksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat
dilihat atau diminati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap
secara mental dan fisik (Daryanto, 2012:211).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan perubahan tingkahlaku seseorang dari pengalaman
yang ia dapat dari pengalaman, pendengaran, membaca, dan
meniru. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, berfikir
moderen, cekatan, pandai, dan bijaksana didapat melalui proses
membaca, melihat, mendengar, dan meniru.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnnya adalah suatu kemampuan yang
berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan
atau pengalaman yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti
proses belajar. Lima kemampuan yang diperoleh seseorang sebagai
hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi, kognitif,
informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap (Rosma, 2011:
34).
24
Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, Bloom
membagi ke dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik (Rosma, 2011:35).
1. Aspek Kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintetis, evaluasi.
Hasil belajar dalam ranah kognitif menurut Bloom ini
secara rinci mencakup kemampuan mengingat dan memecahkan
masalah berdasarkan apa yang telah dipelajari peserta didik.
Dalam hal ini mencakup keterampilan intelektual yang
merupakan salah satu tugas dan kegiatan pendidikan yang
meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
Kemampuan ini ditandai dengan kemampuan siswa
untuk mengingat kembali fakta dan informasi yang didapatkan
pada pembelajaran yang telah ditempuh. Dibuktikan dengan
lembar evaluasi yang sudah disediakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam ranah kognitif.
2. Aspek afektif meliputi: kemampuan menerima, kemampuan
menggapi, ketekunan.
Hasil belajar ranah afektif menekankan pada perasaan,
emosi, apresiasi, pertimbangan dan tingkat penerimaan atau
penolakan terhadap suatu nilai. Hasil belajar ranah afektif ini
25
ditandai adannya penerimaan, pemberian respon, penilaian,
mengonseptualisasikan sesuatu dan mengkonveresi nilai-nilai.
Dalam hal ini siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat
menerima materi yang diajarkan oleh guru, dengan di tandai
dengan ketika guru menjelaskan siswa dapat menanggapi apa
yang menjadi pertanyaan guru atau tidak.
3. Aspek psikomotorik meliputi: menggunakan, membersihkan,
menampilkan, menghubungkan, menyusun, menemukan,
mengambil, dan menyatukan.
Perolehan hasil belajar pada kawasan psikomotor
menekankan pada keterampilan motorik dan manipulasi bahan,
maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan antara lain
dalam hal imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan adaptasi.
Dari definisi diatas hasil belajar merupakan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran
dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, dan sintetis, yang diraih siswa dan merupakan tingkat
penguasaan setelah menerima pengalaman belajar.
d. Ciri-ciri Belajar
Darsono (dalam Hamdani, 2011: 47) berpendapat bahwa
ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis. Maksudnya, belajar tidak dengan asal-asalan.
26
Belajar harus mempunyai tujuan yang tepat, terarah dan butuh
terhadap perencanaan yang matang supaya waktu yang
digunakan dalam pembelajaran tidak terbuang sia-sia.
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi
siswa dalam belajar. Dengan pembelajaran yang menarik dan
inovatif sehingga menarik perhatian siswa menjadi aktif dalam
proses pembelajaran berlangsung dan memotivasi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik
perhatian dan menantang siswa. Dengan model, metode
maupun strategi pembelajaran yang menarik, siswa merasa
tertantang untuk melakukan pembelajaran sehingga secara
otomatis siswa akan fokus dalam suatu pembelajaran tersebut.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Pada dasarnnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu dari dalam
(internal) dan faktor dari luar (eksternal) (Hamdani, 2011:139).
1) Faktor Internal
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor
ini antara lain.
a) Kecerdasan (intelgensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
27
dihadapinnya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh
tinggi-rendahnya intelgensi yang normal selalu menujukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
(Hamdani, 2011:139).
Kecerdasan anak sangat mempengaruhi cepat
lambatnnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau
tidaknnya permasalahan. Kecerdasan anak sangat
membantu guru dalam memprediksi kemampuan dan
keberhasilan siswa.
b) Faktor Jasmaniah atau Fisiologis
Kondisi jasmaniah atau faktor fisiologis pada
umumnnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang.
faktor jasmaniah yaitu pancaindra yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinnya, seperti mengalami sakit, cacat
tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna,
berfungsinnya kelenjar yang membawa kelainan tingkah
laku. (Hamdani, 2011: 140).
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi
panca indra sanagat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat
kesehatan indra pendengar dan indra penglihat, sangat
28
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan kelas.
c) Sikap
Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap
untuk bereaksi dengan cara baik ataupun buruk terhadap
orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada
prinsipnya sikap itu dapat dianggap suatu kecenderungan
siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. ( Islamuddin,
2012: 167).
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi
terhadap suatu hal, orang, atau bendadengan suka, tidak
suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi
oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif
(menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunnya.
Sikap positif ini akan mengerakkannya untuk belajar.
Adapun siswa yang sikapnnya negatif (menolak) kepada
sesama siwsa atau gurunnya tidak akan mempunyai
kemauan untuk belajar.
d) Minat
Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat
sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya
29
dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat
dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada
sesuatu. (Hamdani, 2011: 140).
Minat memiliki pengaruh besar terhadap
pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa
akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban. Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.
(Hamdani, 2011: 141).
Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa minat
memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar atau
kegiatan. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah
dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar. Unuk menambah minat seorang siswa di dalam
menerima pelajaran di sekolah, siswa diharapkan dapat
mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai untuk mencapai prestasi sampai
30
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
(Hamdani, 2011: 141).
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya
keahian trtentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat
yang dimilikinya. Bakat memengaruhi tinggi-rendahnya
prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses
belajar, terutam belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil aka prestasi
yang baik.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat
menentukan baik-tidaknnya dalam mencapai tujuan
sehingga semakin besar kesuksesan belajarnnya, motivasi
juga dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu.
(Hamdani, 2011: 142).
Mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakkan
siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan
sesuatu. Motivasi membuat siswa dapat melakukan kegiatan
belajar dengan kehendak sendiri dan beelajar secara aktif.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu
lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
31
Menurut Muhubbin Syah, yang termasuk dalam
lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf
administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal
siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang termasuk
dalam lingkungan nonsial adalah gedung sekolah, tempat
tingal, dan waktu belajar ( Hamdani, 2011:143).
Menurut Muhibbin yang termasuk lingkungan sosial
adalah guru, kepala seekolah, staf administrasi, teman-teman
sekelas, rumah tempat tinggal siswa, ala-alat belajar, dan lain-
lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial
adalah gedung sekolah , tempat tinggal, dan waktu belajar
(Hamdani, 2011:143)
Pengaruh lingkungan pada umumnnya bersifat positif
dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut
Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar
adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam
masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan.
Sebagai mana yang dijelaskan Slamato, bahwa keluarga
adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga
yang sehat besar artinnya untuk pendidikan kecil, tetapi
32
bersifat menentukan dalam ukuran besar, yaitu pendidikan
bangsa, negara, dan dunia. Adannya rasa aman dalam
keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang
dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong
untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan
salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah
motivasi.
Hasbullah mengatakan bahwa keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi
pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
(Hamdani, 2011:143).
Oleh karna itu, orangtua hendaknnya menyadari
bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Adapun sekolah
merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan
informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerja
sama yang baik antara orangtua dan guru sebagai pendidik
dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerja
samayang baik antara orangtua dan guru sebagai pendidik
dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerja
sama yang perlu ditingkatkan, ketika orangtua harus
33
menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di
rumah. Perhatian orangtua dapat memberikan motivasi
sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Hal ini karena
anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik
untuk belajar.
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa. Oleh karna itu, lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar
lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian
pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran,
dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang
kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnnya.
Menurut Kartono guru dituntut untuk menguasai
Bahan pelajaran yang akan diajarkan dan memiliki tingkah
laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus
menguasai bahan pelajaran yang disajikan dan memiliki
metode yang tepat dalam mengajar. (Hamdani, 2011: 144).
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan
kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang
sebayannya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan
34
anak-anak yang rajin belajar, anak akan terangsang untuk
mengikuti jejak mereka. (Hamdani, 2011:144)
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan
alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan
lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.
2. Hakikat Mata Pelajaran
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut laksmi Prihantoro Ilmu Pengetahuan Alam adalah
pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan
dengan gejala-gejala kebendaan dan di dasarkan terutama atas
pengamatan dan dedukasi. (Trianto, 2015: 136).
Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari alam semesta, benda-
benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di
luar angkasa, baik yang dapat diamati dengan indra maupun yang
tidak dapat diamati dengan indra. Oleh karna itu, dalam
menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih
dahulu. Kadi dan Nur mengatakan IPA atau ilmu kealaman adalah
ilmu tentang zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang
diamati. (Trianto, 2015: 136).
35
Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik, dan penginannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak
hanya ditandai oleh adannya kumpulan fakta, tetapi oleh adannya
ilmiah dan sikap ilmiah. (Trianto, 2015: 136).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan ilmu teori sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang
melalui metode ilmiah seperti observasi eksperimen serta menuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan dan
sebagainnya.
b. Karakteristik Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki karakteristik
sebagai dasar untuk memahaminya. Jacobson & Bergman
berpendapat bahwa karakteristik pembelajaran IPA meliputi
(Susanto, 2013: 170):
1) IPA merupakan kumpulan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum, dan teori;
2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya;
3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan dan ketekunan dalam
menyingkap rahasia alam; dan
36
4) IPA tidak dapat membuktikan semua, akan tetapi hanya
sebagian atau beberapa saja.
c. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan
Standar Nasional Pendidikan (Susanto, 2013: 171-172) yaitu:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan;
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan
memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
3. Model Pembelajaran Kooperatif.
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
37
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan
belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. (Hamdani, 2011: 30).
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok
strategi pengajaran yang melibatkan siswa berkarja secara
kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. (Trianto, 2009: 58).
Salah satu landasan teoritis pendidikan modern termasuk
CTL adalah teori pembelajaran kontruktivisme. Pendekatan ini
pada dasarnnya menekankan pentingnnya siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. (Trianto, 2009: 111).
Dengan definisi diatas diharapkan siswa dapat membangun
sendiri pengetahuan mereka dengan keterlibatan aktif pada saat
proses belajar mengajar, siswa mampu menemukan
pengetahuannya saat siswa mencoba mempraktekkan apa yang ia
peroleh dengan kenyatannya dalam kehidupan nyata. Seperti
halnya saat siswa diminta untuk melemparkan bola ke atas pada
saat praktik pembelajaran. Siswa dapat menyimpulkan bahwa
benda yang di lempar akan selalu jatuh ke bawah.
Contructivism (kontruktivisme) merupakan landasan
berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnnya di perluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
38
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata. (Trianto, 2009:113).
Hal yang mendasar dari belajar kontruktivisme ini adalah
belajar pada siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru
mengajarkan sesuatu padanya, belajar terjadi karena siswa
memang mengkontruksi pengetahuan secara aktif darinnya, dan
ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang
hal yang dipelajari. Hal ini tidaklah meniadakan faktor guru
dalam proses pembelajaran, justru sebaliknyalah yang terjadi.
Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplotasi,
melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara
simbolik, bertanya dan mencari jawaban, membandingkan
jawaban dari siswa lain akan lebih membantu siswa dalam belajar
dan memahami sesuatu.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut.
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama”.
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa
lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam materi yang dihadapi.
39
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki
tujuan yang sama.
4) Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab di antara
anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memperoleh
keterampilan berkerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
(Hamdani, 2009: 31).
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu suatu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam
orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksudnnya
kelompok heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan
siswa, jenis kelamin, dan suka.
Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima
perbadaan cara berkerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnnya. (Hamdani, 2009: 31).
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-
keterampilan khusus agar siswa dapat berkerja sama dengan baik
dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi
40
lembar kegiatan berisi pertanyaan atau tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri pembelajaran kooperatif adalah:
1) Setiap anggota memiliki peran;
2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
3) Setiap anggota kelompok bertangung jawab atas cara
belajarnnya dan juga teman-teman sekelompoknnya;
4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok;
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan;
Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif,
(Hamdani, 2009:32).
1) Penghargaan Kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada
penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antarpersonal yang saling
mendukung, membantu, dan peduli.
2) Pertangungjawaban Individu
41
Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertangungjawaban
tersebut menitikberatkan aktivitas anggota kelompok yang
saling membantu dalam belajar. Adannya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap
anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya
secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknnya.
3) Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing
yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan
prestasi yang diperoleh siswa yang terdahulu. Dengan
mengunakan metode skorsing ini siswa yang berprestasi
rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknnya.
c. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, yaitu keberhasilan
individu diorentasikan pada kegagalan orang lain. (Hamdani, 2009:
32).
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi,
yaitu keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif ini
42
dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting
yang dirangkum oleh Ibrahim, yaitu sebagai berikut.
1) Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif, selain mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademik penting lsainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-
konsep sulit. Para pengembang model ini menunjukkan bahwa
model struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan
nilai siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping itu, pelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan, baik kepada kelompok
siswa bawah maupun kelompok siswa atas, yang berkerja sama
menyelaisaikan tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari siswa-siswa yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan tidak
kemampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik
dan struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
43
3) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan pengembangan keterampilan sosial adalah
mengajarkan pada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan–keterampilan sosial penting dimiliki
oleh siswa sebab banyak di antara mereka yang keterampilan
sosialnnya masih kurang.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Hands Together
Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
struktur kelas tradisional. (Trianto,2009: 82).
Numbered Heads Together pertama kali dikembangkan oleh
Spencer Kagen pada tahun 1993. Pada umumnya Numbered Heads
Together digunakan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Numbered Heads Together adalah metode belajar dengan cara
setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian
diacak, guru mengambil nomor dari siswa. (Hamdani, 2009: 89).
Pada umumnnya Numbered Heads Together melibatkan siswa
dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. (Daryanto dkk, 2012:
245).
44
Tujuan dari Numbered Heads Together adalah memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk
meningkatkan kerja sama siswa, Numbered Heads Together juga bisa
diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat kelas. (Miftakhul
Huda, 2014: 203)
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together.
Menurut (Hamdani, 2009:90) langkah-langkah:
1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok
mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk
mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
bahwa setiap anngota kelompok dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang
nomornnya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5) Siswa lain diminta untuk memberi tangapan, kemudian guru
menunjuk nomor lain.
6) Kesimpulan.
Langkah-langkah penerapan Numbered Heads Together menurut
(Daryanto dkk, 2012:245):
45
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar awal.
3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
nama.
4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu
nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah
satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari
kelompok.
6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir
pembelajaran.
7) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke sekor kuis berikutnnya (terkini).
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks Numbered Heads
Together (Trianto, 2009:82).
46
1) Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-
5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara
1-5.
2) Fase 2: Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam
bentuk kalimat tanya. Misalnnya, “ berapakah jumlah gigi orang
dewasa?” Atau berbentuk arahan, misalnnya “Pastikan setiap
orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di Pulau
Sumatra.”
3) Fase 3 : Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4: Menjawab
Guru memangil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengancungkan tangannya dan mencoba
untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Sintak atau tahap-tahap pelaksanaan Numbered Hands
Together pada hakikatnya hampir sama dengan diskusi kelompok,
47
yang rinciannya adalah sebagai berikut: (Miftakhul Huda, 2014:
203).
a) Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.
b) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
c) Guru memberi tugas/ pertanyaan pada masing-masing
kelompok untuk mengerjakannya.
d) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan
jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua
anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.
e) Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
f) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan
jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.
6. Kelebihan model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together
Menurut (Hamdani, 2009:90) Kelebihan Metode ini adalah:
a. Setiap siswa menjadi siap semua;
b. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sunguh-sunguh;
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelebihan metode Numbered Heads Together (Suwarno, 2010).
a. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara
bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b. Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh
manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
48
c. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi
pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa
dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.
d. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat
kepemimpinan
7. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together
Menurut (Hamdani,2009: 90) Kelemahan metode ini adalah:
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipangil lagi oleh guru;
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Kekurangan dari metode Numbered Heads Together menurut
(Suwarno, 2010).
a. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
b. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar
menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman
yang memadai.
c. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
8. Materi Penelitian
Gaya merupakan salah satu materi pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang terdapat pada kelas V di SD/MI. Materi tentang gaya
49
memuat tentang tiga materi pokok yaitu gaya gravitasi bumi, gaya
gesek, dan gaya magnet.
a. Gaya Gravitasi Bumi
Gaya gravitasi bumi adalah gaya tarik bumi. Gaya graviasi
bumi adalah gaya yang menarik benda-benda untuk jatuh ke
permukaan bumi. Setiap benda dalam keadaan bebas di atas bumi
akan tertarik ke bumi. Benda ditarik selalu menuju ke permukaan
bumi. Pusat bumi yang menarik benda di permukaan bumi disebut
gaya gravitasi bumi.
Seperti pada dalil Al-qur’an di terangkan benda dalam keadaan
bebas akan tertatik ke bumi.
Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib,tidak ada yang mengetahuinnya kecuali Dia sendiri, danDia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dantiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Diamengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pundalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basahatau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yangnyata (Lauh Mahfudz)”.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa setiap benda dalam
keadaan bebas akan jatuh kebumi. Benda bergerak karena gaya
gravitasi bumi tidak dipengaruhi oleh berat, dan ukuran benda.
Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tergantung pada
jarak benda dari pusat bumi.
50
Jika semakin jauh letak benda dari pusat bumi, maka gaya
gravitasi semakin kecil. Gravitasi bumi membuat seseorang tetap
dipermukaan bumi, dapat berjalan di atas tanah, benda-benda dan
makhluk yang ada di bumi tidak melayang-layang di udara. Buah
kelapa yang jatuh ke bawah merupakan salah satu contoh dari
adanya gravitasi bumi (Sulistyowati, 2009: 80). Gambar tentang
contoh gaya gravitasi bumi kelapa jatuh akibat gaya gravitasi bumi
ditampilkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Contoh Gaya Gravitasi Bumi
(Sumber: Sulistyowati, 2009: 80)
Benda dapat jatuh menuju bumi karena bumi menarik
benda tersebut. Jadi, bumi memiliki gaya tarik, gaya tarik bumi
dinamakan gaya gravitasi bumi. Gaya inilah yang menarik
semuabenda jatuh menuju bumi. Gerak jatuh yang disebabkan
oleh gaya gravitasi disebut gerak jatuh bebas. (Haryanto, 2012:
131).
51
b. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah kekuatan hambatan akibat gesekan.
Seseorang ketika mendorong kardus terjadi gesekan antara
permukaan kardus dengan lantai. Jadi, gaya gesek merupakan
gaya yang menimbulkan hambatan ketika dua permukaan
benda saling bersentuhan. (Azmiyawati, 2008 : 84). Gambar
tentang adanya gaya gesek ditampilkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2. 2 Gaya Gesek saat Mendorong Kardus (Sumber Azmiyawati,
2008: 84)
Permukaan benda-benda itu berbeda-beda, ada yang kasar,
licin, bergelombang, atau datar. Gerak benda di permukaan yang
halus lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan gerak benda
di atas permukaan kasar. (Susilowati, 2010: 121).
1) Manfaat Gaya Gesek
Manfaat gaya gesek yaitu membantu benda bergerak
tanpa tergelincir; menghentikan benda yang sedang
bergerak; dan menahan benda-benda agar tidak bergeser.
52
a) Membantu Benda Bergerak Tanpa Tergelincir .
b) Menghentikan Benda yang Sedang Bergerak
c) Menahan Benda-Benda agar Tidak bergeser
Gaya gesek mampu menahan benda agar tidak
tergelincir, termasuk juga berbagai benda dalam kehidupan
sehari-hari seperti perabotan rumah. Tanpa adanya gaya
gesek, perabotan rumah mudah tergeser. Gambar tentang
manfaat gaya gesek ditampilkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Orang dapat bersepeda dengan lancarkarena adanya
gaya gesek (Sumber: Priyono, 2010: 117)
2) Benda-Benda yang Memperbesar Gaya Gesek
Benda-benda yang memperbesar gaya gesek contohnya
adalah bahan karet dan paku-paku.
a) Bahan karet
b) Paku-paku atau pul
3) Kerugian Akibat Gaya Gesek
Gaya gesek tidak hanya memberi manfaat, namun
gaya gesek juga bisa merugikan. Beberapa kerugian akibat
53
gaya gesek yaitu menghambat gerakan, mengikis
permukaan yang bergesekan, dan memboroskan energi
untuk mengatasi gaya gesek.
a) Menghambat Gerakan
b) Mengikis Permukaan yang Bergesekan
c) Memboroskan Energi untuk Mengatasi Gaya Gesek
Gaya gesek yang muncul harus dilawan agar benda
dapat bergerak, sehingga perlu adanya gaya tambahan.
Gaya tambahan diperoleh dari energi. Gaya gesek yang
memboroskan energi contohnya adalah ketika seseorang
memerlukan tenaga yang lebih kuat untuk menarik benda di
atas karpet daripada benda di atas lantai yang licin.
4) Cara Mengurangi Gaya Gesek
Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kerugian akibat gaya gesek adalah dengan mengecilkan
gaya gesek tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi gaya gesek yaitu memasang roda,
memasang bantalan peluru, dan menghaluskan permukaan
benda.
a) Memasang roda
b) Memasang bantalan peluru
c) Menghaluskan permukaan benda
c. Gaya Magnet
54
Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan logam yang
dapat menarik benda-benda lain yang juga terbuat dari logam.
Gaya magnet berasal dari magnet. Istilah magnet berasal dari
kata “magnesia”. Magnesia adalah nama sebuah daerah di
Yunani (Haryanto, 2012: 116). Gambar magnet yang dapat
menarik besi ditampilkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Magnet Menarik Besi
(Sumber: Susilowati, 2010: 104)
1) Benda Magnetis dan Non-magnetis
a) Benda Magnetis
Benda magnetis adalah benda-benda yang dapat
ditarik atau digerakkan oleh magnet. Benda magnetis
antara lain mengandung besi, baja, nikel, dan kobalt.
Contohnya paku, mur, baut, pisau, dan sebagainya.
Benda yang dapat ditarik oleh magnet disebut juga benda
ferromagnetis (Winarti, 2009: 66). Benda magnetis
contohnya ditampilkan pada Gambar 2.5.
55
Gambar 2.5 Contoh Benda Magnetis Pisau dan Paku
(Sumber: Winarti, 2009: 66)
b) Benda Nonmagnetis
Benda nonmagnetis adalah benda yang tidak dapat
ditarik atau digerakkan oleh magnet. Bendan
nonmagnetis banyak ditemui dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu berupa benda-benda yang tidak dapat ditarik
magnet. Benda nonmagnetis dapat berupa unsur logam
maupun nonlogam. Benda nonmagnetis contoh yaitu
aluminium, seng, plastik,kayu, kapur, kertas, dan kaca
(Winarti, 2009: 66). Benda nonmagnetis contohnya
ditampilkan pada
Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Contoh Benda Nonmagnetis Buku dan Kapur Tulis
(Sumber: Winarti, 2009: 67)
56
2) Kekuatan Gaya Magnet
Kekuatan gaya magnet mampu menembus
penghalang, yaitu benda nonmagnetis. Gaya tarik magnet
masih berpengaruh terhadap benda magnetis di balik
penghalang tersebut. Jika penghalang itu terlalu tebal, maka
pengaruh magnet bisa hilang. Kekuatan gaya tarik magnet
dipengaruhi oleh ketebalan penghalang antara magnet dan
benda magnetis. (Haryanto, 2012: 119).
Gaya magnet masih berpengaruh terhadap benda-
benda logam meskipun ada penghalang di antara magnet
dan benda yang ditariknya. Daya tembus gaya magnet
besarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis
penghalang, tebal tipisnya penghalang, dan kekuatan
magnet. Gaya magnet pengaruhnya juga ditentukan oleh
jarak magnet dengan benda. (Azmiyawati, 2008: 89).
Benda dan magnet yang jaraknya makin dekat
membuat kekuatan gaya magnet makin kuat. Gaya tarik
magnet ini menyebabkan magnet harus disimpan dengan
hati-hati. Magnet harus dijauhkan dari peralatan elektronik
yang rumit, seperti jam, telepon genggam, radio, televisi,
komputer. (Haryanto, 2012: 120).
Kekuatan gaya tarik magnet tidaklah merata di
seluruh sisi atau bagiannya. Gaya magnet terkuat di kedua
57
kutubnya. Pada magnet batang, gaya magnet terkuat berada
di kedua ujungnya, yaitu kutub-kutubnya. Jika beberapa
benda magnetis didekatkan magnet, maka benda-benda
tersebut cenderung untuk segera ditarik ke kutub-kutub
tersebut. (Haryanto, 2012: 121).
Daerah sekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh
gaya magnet disebut medan magnet. Area medan magnet itu
biasa ditunjukkan dengan garis-garis gaya magnet. Garis-
garis gaya magnet tersebut saling bertemu di ujung kedua
kutubnya (Azmiyawati, 2008: 89).
3) Magnet Memiliki Dua Kutub
Magnet memiliki dua kutub. Jika magnet bisa
bergerak bebas, maka ada satu kutub yang menunjuk ke
arah utara. Kutub itu dinamakan kutub utara magnet,
biasanya diberi warna merah atau huruf N (north). Kutub
satunya lagi yangmenunjuk ke arah selatan, disebut kutub
selatan magnet, biasanya diberi warna biru atau huruf S
(south). (Haryanto, 2012: 123).
Magnet pada keadaan bebas akan selalu menunjuk
ke arah utara dan selatan. Ujung magnet yang mengarah ke
utara disebut kutub utara, sedangka ujung magnet yang
mengarah ke selatan disebut kutub selatan. (Azmiyawati,
2008: 90).
58
Kutub-kutub magnet mempunyai sifat-sifat khusus.
Saat kutub magnet yang sama dari dua buah magnet batang
saling didekatkan, kedua magnet akan saling menolak.
Sebaliknya jika kutub magnet yang berbeda saling
didekatkan, akan terjadi tarik-menarik (Azmiyawati, 2008:
90). Gambar tentang dua kutub magnet ditampilkan pada
Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Dua Kutub Magnet yang Saling Didekatkan
(Sumber: Susilowati, 2010: 111)
4) Cara Membuat Magnet
Benda-benda yang terbuat dari besi dan baja dapat
dibuat menjadi magnet dengan cara-cara tertentu
(Azmiyawati, 2008: 91).
a) Cara Induksi
b) Cara Gosokan
c) Dialiri Arus Listrik
59
B. Kajian Pustaka
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Supriyatun, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2017 dengan judul “ Peningkatan
Hasil Belajar IPS Materi Keragaman Sosial dan Budaya Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada Siswa
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kemusu Kecamatan
Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017/2018”. Persamaaan
Skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada metode
penelitiannya yang sama-sama menggunakan metode penelitian
tindakan kelas, sedangkan perbedaannya terletak pada materi
pembelajarannya yaitu pada skripsi ini menggunakan materi IPS.
2. Skripsi yang ditulis oleh Khadzik Misja Mahasiswa IAIN Salatiga
Tahun 2016 dengan judul “ Peningkatan minat belajar IPS materi
sejarah kerajaan islam melalui metode Numbered Head Together (NHT)
dengan media visual pada siswa kelas V SDN Duren 01 Tengaran
Kabupaten Semarang tahun pealajaran 2015/2016. Sedangkan
perbedaannya terletak pada metode penelitiannya skripsi ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan penulis
menggunakan metode penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan penelitian diatas, posisi penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas. Akan tetapi penelitian diatas materinnya
60
berbeda untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Peneliti
menggunakan metode Numbered Heads Together dalam penelitian
Tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya
melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Togerher
pada siswa kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang tahun ajaran 2018/2019.
61
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin
1. Profil MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin
Tabel 3.1 Identitas Sekolah
No. Identitas Keterangan1. Nama Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Hikmah 02 Kedungringin2. Akreditasi A3. Yayasan Penyelengara LP. Ma’arif NU Kab. Semarang4. NSS/ NSM 111233220036
5. Alamat:DusunDesaKecamatanKabupatenPropinsiKode Pos
Krajan, RT: 08/ RW: 02KedungringinSuruhSemarangJawa Tengah50776
6. NPSN 607128417. Didirikan 16 September 19898. Status Swasta9. SK Pengesahan Depag RI Nomor MK.14/5.b/PP.01.1/197310. SK Oprasional MI Wk/5b/Pgm/MI/198911. Luas Tanah 860 m2
(Sumber: Dokumentasi Sekolah)
2. Letak Geografis Madrasah
Data geografi madrasah merupakan dataran rendah yang terletak
pada lintang -7.3354 dan bujur +110.53
Utara : Rumah Warga
Barat : Jalan Raya Utama Kedungringin-Suruh
62
Selatan : Rumah Warga
Timur : Masjid
3. Visi dan Misi
Visi MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang Terwujudnya peserta didik yang berkepribadian
islmai, disiplin, berilmu, dan peduli lingkungan, serta unggul dalam
prestasi akademik.
Misi MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang:
a. Mewujudkan pembentukan karakter islam pada peserta didik yang
mampu mengaktualisasiakan dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Meenyelengarakan pembelajaran dan pembiasaan disiplin dalam
lingkungan madrasah pada semua kegiatan.
c. Menyelengarakan pendidikan yang profesional, yang selalu
berorientasi pada peserta didik yang menguasai ilmu umum dan
agama.
d. Menyelengarakan pendidikan yang mengarah pada pembentukan
siswa mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan.
e. Menyelengarakan pendidikan yang brkualitas dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran yang tepat dan dapat
merangsang peserta didik aktif serta kreatif.
f. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme teenaga pendidik
sesui dengan perkembangan dunia pendidikan.
63
g. Mewujudkan pmbelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
menyenangkan, dan islami dalam mencapai prestasi dan berdaya
saing peserta didik.
h. Menyelengarakan tata kelola madrasah yang efektif, efesien,
transparan, dan akuntabel.
4. Keadaan Guru
Keadaan guru MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Guru MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin
No. Nama Tempat TanggalLahir
L/P Ijazah
1. M. Nur Chabib, S. Pd. I Byl, 26 Agustus 1975 L SI/PAI2. Sri Lestari, S. Pd. Smg, 25 Mei 1970 P SI/BK3. Padil, S. Ag. Smg, 06 Agustus
1970L SI/PAI
4. Tamam Syarif, S. Pd. I Smg, 15 Mei 1991 L SI/PAI5. Martini, S. Pd. I Smg, 03 Oktober
1985P SI/PAI
6. Hariyanto, S. PdI. Smg, 10 Oktober1977
L SI/PAI
7. Ummi Farida, S. Pd. I Byl, 15 Juli 1980 P SI/PAI
(Sumber: Dokumentasi Sekolah)
5. Keadaan Siswa
Keadaan siswa MI Nurul Hikmah 02 Keedungringin Kecamatan
suruh Kabupaten Semarang pada tahun 2019 berjumlah 140 siswa
dengan rincian pada tabel 3.3.
64
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Siswa MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin
Kelas Jumlah Siswa Jumlah SiswaLaki-laki Perempuan
I 10 13 23II 15 14 29III 9 14 23IV 12 10 22V 12 9 21VI 14 8 22
Jumlah 72 68 140
(Sumber: Dokumentasi Sekolah)
6. Subjek Penelitian
Karakteristik siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa
kelas V di MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin yang berjumlah 21
siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa prempuan.
Rincian data siswa kelas V dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Daftar Siswa Kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin
No. Nama Siswa Jenis Kelamin1. M. Ilham Pratama Laki-laki2. M. Alif Qurqon Laki-laki3. Aditya Saputra Laki-laki4. Anita Yulia Safitri Perempuan5. Bagus Dwi Sasmito Laki-laki6. Citra Rebeca Agustin Perempuan7. Danu Marianto Laki-laki8. Faza Rafi Ahmad Laki-laki9. Lufita Nurmala Sari Perempuan10. Dani Irfansah Laki-laki11. Arif Wahyu Prayoga Laki-laki12. Iqbal Setiawan Laki-laki13. M. Rendi Setiawan Laki-laki14. M. Zaenal Arifin Laki-laki15. Novi Nurmala Perempuan16. Novi Nurmila Perempuan
65
17. Nuzulia Amelatus Sholehah Perempuan18. Rafi Ahmad Maulana Laki-laki19. Ria Hidayah Ramadani Perempuan20. Riska Amelia Perempuan21. Putri Syifa Aulia Perempuan
(Sumber: Dokumentasi Sekolah)
7. Kolaboratif Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengunakan jenis penelitian
kolaboratif. Guru kelas yang melakukan kegiatan proses pembelajaran
beersama siswa. Peneliti membantu menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan
serta melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa berkaitan
dengan langkah-langkah proses pembelajaran dan pelaksanaan model
pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together.
8. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan 3 kali pertemuan (3 siklus) di MI
Nurul Hikmah 02 Kedungringin. Waktu Penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No. Siklus Pelaksanaan Penelitian1. Siklus I Senin, 11 Maret 20192. Siklus II Sabtu, 14 Maret 20193. Siklus III Sabtu, 21 Maret 2019
(Sumber: Data Primer)
66
B. Nilai Prasiklus
Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti mengetahui
kondisi awal siswa dimana dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa
masih rendah atau cukup tidak memenuhi kriteria ketuntasan yang telah
ditentukan, kondisi ini yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan
penelitian. Penulis melaksanakan observasi pra siklus ini pada hari Sabtu,
09 Maret 2019. Disana peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas
V yaitu Bapak Hariyanto, S. PdI.
Berdasarkan pengmaatan tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan siswa mash tergolong rendah terhadap mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada materi gaya. Hal tersebut dapat dibuktikan
dari hasil ulangan harian siswa yang masih banyak kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun hasil pre-test dapat dilihat dalam
tabel brikut:
Tabel: 3.6 Nilai Hasil Belajar Siswa Ulangan Harian
No. Nama KKM Nilai Keterangan1. MIP 70 40 Belum Tuntas2. MAQ 70 50 Belum Tuntas3. AS 70 60 Belum Tuntas4. AYS 70 70 Tuntas5. BDS 70 60 Belum Tuntas6. CRA 70 50 Belum Tuntas7. DM 70 60 Belum Tuntas8. FRA 70 80 Tuntas9. LNS 70 80 Tuntas10. DI 70 30 Belum Tuntas11. AWP 70 40 Belum Tuntas12. IS 70 60 Belum Tuntas13. MRS 70 70 Tuntas14. MZA 70 60 Belum Tuntas
67
(Sumber: Data Primer )
Keterangan:
Tuntas : 9 Siswa
Belum Tuntas : 12 Siswa
Kriteria Ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
P =
P = × 100%
P = 42, 85%
P = 43% ( Pembulatan )
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa siswa tuntas KKM 70
dalam pembelajaran IPA materi gaya sebanyak 9 siswa (43%), sedangkan
yang belum tuntas sebanyak 12 siswa (57%) dari keseluruhan jumlah
siswa yaitu 21 siswa di kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin.
15. NNA 70 100 Tuntas16. NNI 70 90 Tuntas17. NAS 70 80 Tuntas18. RAM 70 50 Belum Tuntas19. RHR 70 60 Belum Tuntas20. RA 70 80 Tuntas21. PSA 70 60 Belum Tuntas
Jumlah 1330
Rata-rata Kelas 63,3
68
43%57%
SiswaTuntas
BelumTuntas
Rata-rata nilai siswa adalah 63,3% jad persentase belum mencapai
indikator keberhasilan yaitu sebesar 85% dari seluruh siswa dalam satu
kelas. Yang dapat dilihat dari grafik dibawah ini
Gambar 3. 1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus(Data Primer)
C. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan tiga siklus
penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
1) Peneliti menyiapkan materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dengan bahasan pokok gaya gravitasi bumi.
2) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mata pelajaran IPA materi gaya gravitasi bumi dengan
69
mengunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together.
3) Peneliti membuat lembar kerja kelompok (LKK) yang akan di
gunakan siswa saat proses pembelajaran.
4) Peneliti menyiapkan media pembelajaran.
5) Peneliti menyiapkan soal evaluasi .
6) Peneliti menyiapkan lembar observasi guru dalam
melaksanakan pembelajaran IPA sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, dan
7) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan aktivitas
siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPA mengunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numberes Heads Together.
8) Pembentukan kelompok belajar menjadi 5 kelompok.
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari
Senin, 11 Maret 2019 pukul 07.00 samapi 08.10 WIB di ruang
kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa sebanyak 21 dan
seluruh siswa hadir. Penelitian tindakna kelas ini berlangsung
selama satu kali pertemuan (2x 35 menit). Materi yang diajarkan
pada siklus I adalah tentang gaya gravitasi bumi. Berikut ini adalah
langkah-langkah pelaksanaan siklus I:
70
1. Pendahuluan (10 menit)
a. Guru mengucapkan salam;
b. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin
berdo’a;
c. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
d. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi gaya
gravitasi bumi; dan
e. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang gaya
gravitasi bumi di buku pelajaran IPA halaman 82-84 dan
melihat contoh gambar gaya gravitasi bumi;
b. Guru menjelaskan garis besar materi tentang gaya
gravitasi bumi yang telah dibaca siswa;
c. Guru membentuk kelompok belajar siswa sebanyak 5
kelompok dengan cara berhitung;
d. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk melakukan eksperimen tentang gerak jatuh benda
dan perbandingan kecepatannya.
e. Guru mengajak siswa untuk melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together;
f. Guru menyampaikan permasalahan kepada siswa tentang
gerak jatuh pada benda dan perbandingan kecepatannya;
71
g. Guru menjelaskan tujuan Model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together;
h. Guru mendampingi siswa membuat kelompok;
i. Guru menjelaskan aturan dan langkah-langkahnya dalam
melakukan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together;
1) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.
2) Guru memberikan tugas dan setiap kelompok disuruh
untuk mengamati eksperimen tentang gerak jatuh benda
dan perbandingan kecepatannya.
3) Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar
dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4) Guru akan memanggil salah satu nomor siswa dan
siswa yang nomornya di panggil melaporkan hasil kerja
sama mereka.
5) Siswa yang lain diminta untuk memberi tanggapan,
kemudian guru menunjuk nomor lain.
j. Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen
tentang gerak jatuh benda dan perbandingan kecepatannya
sesuai dengan lembar kerja siswa yang telah dibagikan
terlebih dahulu;
72
k. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil
eksperimen tentang gaya gravitasi bumi dengan
kelompoknya;
l. Guru meminta siswa untuk mencatat hasil diskusi di
lembar kerja siswa;
m. Guru meminta masing-masing kelompok untuk
mempresentesikan hasil diskusi tentang gaya gravitasi
bumi di depan kelas dan siswa lain menanggapi;
n. Guru memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa
dengan bertepuk tangan;
o. Guru memberikan penjelasan tambahan tentang gaya
gravitasi bumi;
p. Guru memberikan klarifikasi dan penguatan terhadap hasil
kerja siswa;
q. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
beranya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami; dan
r. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi
yang sudah disiapkan oleh guru.
3. Penutup (10 menit)
a. Guru bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan
hasil pembelajaran;
b. Guru melakukan penelitian atau refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan;
73
c. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran serta mengaitkan materi pelajaran dengan
lingkungan sekitar dan kekuasaan Allah Swt;
d. Guru menginformasikan rencana kegiatan untuk
pertemuan berikutnya yaitu materi gaya gesek;
e. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin
berdo’a; dan
f. Guru mengucapkan salam sebagai penutup.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara peneliti langsung selama
proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disusun. Peneliti dalam melaksanakan pengamatan
mengunakan dua lebar observasi. Lembar observasi pertama
digunakan untuk ketrampilan guru dalam melaksanakan
pembelajaran IPA sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Lembar observasi kedua
digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam melaksanakan
pembelajaran IPA mengunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together. Hasil pengamatan berupa lembar
observasi akan dilampirkan pada lembar catatan lapangan.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peeneliti terhadap hasil pelaksanaan
pembelajaran pada penelitian siklus I untuk mengetahui kelemahan
74
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan siswa sehingga
dapat digunakan sebagai acuan melaksanakan perbaikan pada
siklus berikutnya untuk mencapai indikator keberhasilan belajar.
Kelemahan-kelemahan yang dihadapi pada pelaksanaan Siklus I
dapat dijelaskan di bawah ini:
1) Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas
dan bermakna;
2) Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran;
3) Kelompok belajar yang dibuat tidak berdasarkan tingkat
kecerdasan siswa;
4) Guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
5) Guru kurang dalam melatih aktivitas pemecahan masalah; dan
6) Guru kurang memberi umpan balik kepada siswa.
7) Metode yang digunakan sebelumnya kurang tepat.
8) Metode pembelajarannya masih cederung monoton, sehingga
siswa cederung bosan.
Peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan yang dihadapi saat pelaksanaan
pembelajaran mengunakan model pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Heads Together pada siklus I. Hal ini dilakukan untuk
merencanakan perbaikan supaya siklus berikutnya tidak terjadi lagi
kelemahan yang sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:
75
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan
bermakna;
2) Guru memberikan stimulus kepada siswa supaya aktif dalam
proses pembelajaran;
3) Guru merencanakan pembagian kelompok belajar berdasarkan
tingkat kecerdasan siswa;
4) Guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
5) Guru melatih siswa aktivitas pemecahan masalah;
6) Guru memberikan umpan balik kepada siswa.
7) Guru berusaha menyiapkan metode yang pas saat
pembelajaran.
8) Guru mengikuti workshop metode pembelajaran supaya metode
yang digunakan tidak monoton.
Kelemahan-kelemahan yang telah peneliti paparkan merupakan
salah satu komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan
belum tercapai, pada siklus II diharapkan mealui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada
pembelajaran IPA materi gaya gravitasi bumi hasil belajar siswa
dapat meningkat.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap
perencanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
76
1) Peneliti menyiapkan materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dengan bahasan pokok gaya gravitasi bumi.
2) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mata pelajaran IPA materi gaya gravitasi bumi dengan
mengunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together.
3) Peneliti membuat lembar kerja kelompok (LKK) yang akn di
gunakan siswa saat proses pembelajaran.
4) Peneliti menyiapkan media pembelajaran.
5) Peneliti menyiapkan soal evaluasi .
6) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru
dalam melaksanakan pembelajaran IPA sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, dan
7) Peneliti menyiapkan lembar observasi kererampilan guru dan
aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPA
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numberes
Heads Together.
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada
Kamis, 14 Maret 2019 pukul 08.10 sampai 09.20 WIB di ruang
kelas V MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa dan
seluruh siswa hadir. Penelitian tindakan kelas berlangsung selama
77
satu kali pertemuan ( 2 x 35 menit ). Materi yang diajarkan pada
siklus II adalah tentang gaya gesek. Berikut adalah langkah-
langkah pelaksanaan siklus II:
Pendahuluan (10 menit):
a. Guru mengucapkan salam;
b. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin berdo’a;
c. Guru menyapa siswa dan melakukan presensi;
d. Guru bertanya kepada siswa, apakah siswa sudah siap
mengikuti pembelajaran;
e. Guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari di
pertemuan sebelumnya, dilanjutkan bertanya jawab tentang
fenomena dunia nyata yang barkaitan dengan materi gaya
gesek yang akan dipelajari untuk membangkitkan rasa ingin
tahu siswa; dengan menanyai:
1) “Ada yang masih ingat pertemuan sebelumnya kita telah
belajar tentang apa?”
2) “Pernahkah kalian naik sepeda kemudian mengeremnya?
Kenapa sepeda bisa berhenti?”
Kegiatan Inti (50 menit):
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
dengan jelas dan bermakna.
78
b. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang gaya
gesek dan melihat contoh gambar yang ada di buku
pelajaran halaman 84-87.
c. Guru menjelaskan garis besar materi tentang gaya gesek
yang telah dibaca siswa;
d. Guru mengajak siswa untuk melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together;
e. Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah tentang
pengaruh bentuk permukaan benda terhadap gaya gesek
dengan melakukan eksperimen;
f. Guru bersama siswa menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk melakukan eksperimen tentang gaya
gesek;
g. Guru menjelaskan tujuan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together;
h. Guru mendampingi siswa membuat kelompok;
i. Guru menjelaskan aturan dan langkah-langkahnya dalam
melakukan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together;
1) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.
2) Guru memberikan tugas dan setiap kelompok disuruh
untuk mengamati eksperimen tentang gerak jatuh benda
dan perbandingan kecepatannya.
79
3) Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar
dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
4) Guru akan memanggil salah satu nomor siswa dan
siswa yang nomornya di panggil melaporkan hasil kerja
sama mereka.
5) Siswa yang lain diminta untuk memberi tanggapan,
kemudian guru menunjuk nomor lain.
j. Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen
tentang gaya gesek;
k. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya
tentang gaya gesek yang telah yang diamati oleh siswa
melalui kegiatan eksperimen;
l. Guru meminta siswa untuk mencatat hasil diskusi di lembar
kerja siswa;
m. Guru meminta masing-masing kelompok untuk
mempresentesikan hasil diskusi tentang gaya gesek di
depan kelas dan siswa lain menanggapi;
n. Guru memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa
dengan bertepuk tangan;
o. Guru memberikan penjelasan tambahan tentang gaya gesek
dan memberikan klarifikasi dan penguatan terhadap hasil
kerja siswa;
80
p. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk beranya
jawab tentang hal-hal yang belum dipahami; dan
q. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi yang
sudah disiapkan oleh guru.
Penutup (10 menit)
a. Guru bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan
hasil pembelajaran;
b. Guru melakukan penelitian atau refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan;
c. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran serta mengaitkan materi pelajaran dengan
lingkungan sekitar dan kekuasaan Allah Swt;
d. Guru menginformasikan rencana kegiatan untuk pertemuan
berikutnya yaitu materi gaya maghnet;
e. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin berdo’a;
dan
f. Guru mengucapkan salam sebagai penutup.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan peneliti secara langsung selama
proses pembelajaran dengan mengunakan lembar pengamatan yang
telah disusun oleh sebagaimana pada Siklus I. Peneliti dalam
melaksanakan pengamatan mengunakan dua lembar observasi,
masing-masing lembar observasi ini digunakan untuk mengamati
81
apakah ada perubahan aktivitas guru dan siswa dari siklus
sebelumnya pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Lembar
observasi pertama digunakan untuk mengamati keterampilan guru
dalam melaksanakan pembelajaran IPA sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Lembar
observasi kedua digunakan untuk mengamati keterampilan guru
dan aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPA
mengunakan modl pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together. Hasil pngamatan berupa lembar observasi akan
dilampirkan pada lembar catatan lapangan.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan pada hasil pelaksanaan penelitian
Siklus II untuk mengetahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang
telah trlaksana pada siklus II sehingga dapat digunakan sebagai
acuan melaksanakan perbaikan pada siklus berikutnya untuk
mencapai indikator keberhasilan belajar. Kelemahan-kelemahan
yang dihadapi pada pelaksanaan Siklus II dapat dijelaskan di
bawah ini:
1) Terdapat 8 (delapan) siswa yang belum terlibat penuh dalam
pembelajaran;
2) Saat salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi,
terdapat lima siswa yang tidak memperhatikan; dan
82
3) Terdapat enam siswa yang belum bisa dalam menemukan
pengetahuanya sendiri.
Peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi saat peelaksanaan pembelajaran
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together pada siklus II. Hal ini dilakukan untuk merencanakan
pebaikan supaya siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan
yang sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:
1) Guru memberikan perhatian kepada semua siswa agar terlibat
penuh dalam pembelajaran;
2) Guru meminta perwakilan siswa dari masing-masing kelompok
untuk menanggapi hasil diskusi kelompok lain yang telah
presentasi di depan kelas; dan
3) Guru memotivasi dan memberikan stimulus yang bermakna agar
siswa dapat menentukan pengetahuannya sendiri.
3. Deskripsi Siklus III
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan siklus III adalah sebagai berikut:
1) Peneliti menyiapkan materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dengan bahasan pokok gaya gravitasi bumi.
2) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mata pelajaran IPA materi gaya gravitasi bumi dengan
83
mengunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together.
3) Peneliti membuat lembar kerja kelompok (LKK) yang akn di
gunakan siswa saat proses pembelajaran.
4) Peneliti menyiapkan media pembelajaran.
5) Peneliti menyiapkan soal evaluasi .
6) Peneliti menyiapkan lembar observasi keterampilan guru
dalam melaksanakan pembelajaran IPA sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun,
dan
7) Peneliti menyiapkan lembar observasi kererampilan guru dan
aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPA
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numberes
Heads Together.
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas Siklus III dilaksanakan pada Kamis,
21 Maret 2019 pukul 08.10 sampai 09.20 WIB di ruang kelas V MI
Nurul Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang dengan jumlah siswa sebanyak 21 dan seeluruh siswa
hadir. Penelitian tindakan kelas ini berlangsung selama satu kali
pertemuan (2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada Siklus III
adalah tentang gaya magnet. Berikut ini adalah langkah-langkah
pelaksanaan Siklus III:
84
1. Kegiatan Awal (10 menit):
a. Guru mengucapkan salam;
b. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin berdo’a
kemudian mengabsen siswa;
c. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa siap
belajar dan aktif dalam melaksanakan pembelajaran;
d. Guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari di
pertemuan sebelumnya, dilanjutkan bertanya tentang fenomena
dunia nyata yang berkaitan dengan gaya magnet yang akan
dipelajari untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa; dan
1) “ Ada yang masih ingat pertemuan sebelumnya kita
telah belajar tentang apa?”
2) “Pernahkan kaliaan melihat magnet menarik benda-
benda disekitarnya?”
e. Guru menjelaskaan tujuan pembelajaarn yang akan dicapai
dengan jelas dan bermakna.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang gaya
magnet di buku pelajar halaman 88-93 dan melihat contoh
gambar gaya magnet;
b. Guru menjelaskan garis besar materi tentang gaya magnet
yang telah dibaca siswa;
85
c. Guru membentuk kelompok belajar ssiswa menjadi 5
kelompok berdasarkan presentasi;
d. Guru mengajak siswa untuk melaksanakan model
pembelajaran Numbered Heads Together;
e. Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah tentang
faktor yang memengaruhi kekuatan gaya magnet terhadap
suatu benda yang melakukan eksperimen;
f. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
melakukan eksperimen tentang gaya magnet;
g. Guru menjelaskan tujuan menggunakan model pembelajaran
Numbered Heads Together;
h. Guru mendampingi siswa membuat kelompok;
i. Guru menjelaskan aturan dan langkah-langkah dalam
melakukan model pembelajaran Numbered Heads Together;
j. Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen
tentang benda magnetis da benda non magnetis serta
kekuatan gaya magnet sesuai dengan lembar kerja siswa yang
telah dibagikan terlebih dahulu;
k. Guru melihat siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya
tentang magnet yang telah diamati oleh siswa melalui
kegiatan eksperimen;
l. Guru memberikan stimulus kepada siswa, agar sisswa dapat
menemukan pengetahuannya sendiri;
86
m. Guru meminta siswa untuk mencatat hasil diskusi di lembar
kerjaa siswa;
n. Guru meminta masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hassil diskusi tentang gaya magnet di
depan kelaas;
o. Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok
untuk mmenanggapi hasil presentasi dari kelompok lain;
p. Guru memberikan umpan balik terhadap tanggapan sisswa;
q. Guru memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa
dengan bertepuk tangan dan meminta siswa untuk
menempelkan hasil kerja siswa di depan kelas; dan
r. Guru memberikan penjelasan tambahan tentang gaya
magnet;
s. Guru memberikan klarifikasi dan penguatan terhadap hasil
kerja siswa;
t. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
jawab tentang hal-hal yang belum dipahami; dan
u. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi yang
ssudah disiapkan oleh guru.
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Guru bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan
hasil pembelajaran;
87
b. Guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan;
c. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran serta mengaitkan materi pelajaran dengan
lingkungan sekitar dan kekuasaan Allah Swt;
d. Guru menginformasikaan rencana kegiataan untuk pertemuan
berikutnya;
e. Guru meminta salaah seorang siswa untuk memimpin berdo’a;
dan
f. Guru mengucapkan salam sebagai penutup.
c. Pengamatan
Peneliti melaksanakan pengamatan secara langsung selama
proses pembelajaran berlangsung dengan mengunakan lembar
pengamatan yang telah disususn sebagaimana pada Siklus I dan
Siklus II. Peneliti dalam melaksanakan pengamatan mengunakan
dua lembar obseervasi, masing-masing lemabar observasi ini
digunakan untuk mengamati apakah ada perubahan aktivitas guru
dan siswa dari siklus sebelumnya. Lembar observasi prtama
digunakan untuk mengamati keterampilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran IPA sesua dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disususn. Lembar
observas kedua dgunakan untuk mengamati kerterampilan guru dan
aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran IPA
88
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together. Hasil pengamatan berupa lembar observasi akan
dilampirkan pada leembar catatan lapangan.
d. Refleksi
Refleksi yang dilakukan peenelit pada hasil pelaksanaan
penelitian Siklus III menunjukkan bahwa pada siklus III sudah
tidak ditemukan kelemahan-kelemahan dalam proses
pembelajaran.kelemahan-kelemahan yang terjadi di Siklus II dapat
diatasi pada Siklus III ini. Penelitian dihentikan sampai Siklus III
karena hasil belajar siswa sudah menunjukkan ndikator ktuntasan
klasikal yang diharapkan yaitu ≥ 85 % siswa tuntas belajar. Siswa
yang tidak tuntas pada SIklus III akan di berikan tindakan mandiri
berupa latihan-latihan atau remidi yang dipantau oleh guru
sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.
89
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Belajar dan Observasi Siklus I
a. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Penelitian Siklus I dilaksanakan pada Kamis, 11 Maret
2019. Pembelajran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit).
Materi pokok yang diajarkan pada Siklus I adalah gaya gravitasi
bumi. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada Siklus I
menunjukkan bahwa siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Hands Together, meskipun belum semua siswa
akatif dalam mengikuti pembbelajaran. Nilai hasil belajar siswa
pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4. 1
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Nama KKM Nilai Keterangan1. MIP 70 40 Belum Tuntas2. MAQ 70 50 Belum Tuntas3. AS 70 70 Tuntas4. AYS 70 70 Tuntas5. BDS 70 60 Belum Tuntas6. CRA 70 70 Tuntas7. DM 70 60 Belum Tuntas8. FRA 70 80 Tuntas9. LNS 70 80 Tuntas10. DI 70 30 Belum Tuntas11. AWP 70 70 Tuntas12. IS 70 60 Belum Tuntas13. MRS 70 70 Tuntas
90
14. MZA 70 60 Belum Tuntas15. NNA 70 100 Tuntas16. NNI 70 90 Tuntas17. NAS 70 80 Tuntas18. RAM 70 50 Belum Tuntas19. RHR 70 70 Tuntas20. RA 70 80 Tuntas21. PSA 70 70 Tuntas
Jumlah 1410Rata-rata Kelas 67,1
Keterangan 6 Siswa belumTuntas
(Sumber: Data Primer)
Keterangan :
Tuntas : 13 Siswa
Belum Tuntas : 8 Siswa
P =
P = × 100%
P = 61,90 %
P = 62 % (Pembulatan)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai terendah yaitu 40. Dan
nilai tertinggi 100 yang diperoleh oleh satu siswa. Nilai rata-rata
yang dicapai siswa adalah 67,1. Data hasil belajar siklus I dapat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
91
Gambar 4.1Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
(Sumber: Data Primer)
Data yang diperoleh dari hasil belajar Siklus I menunjukkan
bahwa terdapat 13 siswa (62%) yang tuntas belajar, sedangkan
yang tidak tuntas belajar 8 siswa (38%) dengan nilai rata-rata 67,1.
Hasil belajar yang diperoleh siswa dari Pra-Siklus ke Siklus I
mengalami peningkatan 19%. Hasil belajar pada Siklus I secara
klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70
(nilai KKM) hanya mencapai 62% dari jumlah siswa secara
keseluruhan, sehingga penelitian ini dilanjutkan pada Siklus II
dengan materi dan waktu yang berbeda.
b. Lembar Observasi
1. Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Selama proses pembelajran berlangsung peneliti mengamati
kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran. Data yang
diperoleh dari pembelajaran siklus I tentang aktivitas siswa dan
92
guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas V MI
Nurul Hikmah 02 Kedungringin yaitu Bapak Hariyanto, S. PdI
sealama proses pembelajaran dapat disajikan data sebagai
berikut:
Tabel 4.2Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Aspek yang dinilai Skala PartisipasiA B C D
I PRA PEMBELAJARAN1. Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran2. Memeriksa kesiapan siswa3. Melakukan kegiatan Presentasi
ѴѴѴ
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARANa. Penguasaan Materi Pembelajaran
1. Menunjukkan Penguasaan materiPembelajaran
2. Mengaitkan materi denganpengetahuan lain yang relevan
3. Menyampaikan materi dengan jelas4. Mengaitkan materi dengan
realita kehidupan
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
b.Pendekatan/ Strategi Pembelajaran1. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi (tujuan)yang akan dicapai
2. Melaksanakan Pembelajaran secararuntut dengan model pembelajaranKooperatif Numbered HandsTogether
3. Menguasai Kelas4. Melaksanakan pembelajaran yang
bersifat kontekstual5. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yangdirencanakan
Ѵ
Ѵ
ѴѴ
Ѵ
c. Pembelajaran yang Melibatkan Siswa1. Menimbulkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dengandiskusi dan presentasi di depan kelas
2. Respon siswa terhadap
Ѵ
Ѵ
93
pembelajaran yang baik3. Meningkatkan antusias siswa
dalam pembelajaran4. Daya pikir siswa yang semakin
Berkembang
Ѵ
Ѵ
d.Penilaian Proses dan Hasil Belajar1. Memantau kemajuan siswa dalam
pembelajaran2. Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
Ѵ
Ѵ
e. Penguasaan Materi Pembelajaran1. Penyampaian materi menggunakan
bahasa yang jelas dan benar2. Menyampaikan pesan sesuai
dengan apa yang hendak diutarakan
Ѵ
Ѵ
III PENUTUP1. Melakukan refleksi memberikan
kesimpulan materi pembelajarandengan melihat siswa
2. Mengetes siswa denganmemberikansoal evaluasi pembelajaran
Ѵ
Ѵ
Jumlah 16 54Total 70Katagori Baik
Keterangan:
Nilai 81-100 ( A Skor 4 = Sangat baik )
Nilai 61-80 (B Skor 3 = Baik )
Nilai 41-60 (C Skor 2 = Cukup)
Nilai 21-40 (D Skor 1 = Kurang )
Tabel 4.3 menunjukan hasil pengamatan guru siklus I
bahwa pada setiap aspek yang diamati guru rata-rata
menunjukkan hasil baik. Hasil pengamatan guru mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Hands Together.
94
2. Lembar Observasi Siswa Siklus I
Tabel 4.3Hasil Pengamatan Siswa Siklus I
No Nama Skor TotalSkor
Nilai PredikatA B C D E
1. MIP 2 2 2 1 1 8 D Kurang2. MAQ 1 2 2 1 1 7 D Kurang3. AS 2 2 2 2 2 10 C Cukup4. AYS 2 2 2 2 2 10 C Cukup5. BDS 2 1 2 2 1 8 D Kurang6. CRA 2 2 2 2 2 10 C Cukup7. DM 2 1 2 1 1 7 D Kurang8. FRA 2 2 2 1 1 8 D Kurang9. LNS 2 2 2 2 2 10 C Cukup10. DI 1 1 1 1 1 5 D Kurang11. AWP 2 2 1 2 2 9 D Kurang12. IS 2 1 1 2 1 7 D Kurang13. MRS 2 2 2 2 1 9 D Kurang14. MZA 2 1 1 1 2 7 D Kurang15. NNA 3 2 3 3 4 13 C Cukup16. NNI 3 2 3 4 2 12 C Cukup17. NAS 3 2 3 3 2 13 C Cukup18. RAM 3 3 2 2 3 13 C Cukup19. RHR 3 3 4 2 3 15 B Baik20. RA 3 2 3 3 2 13 C Cukup21. PSA 3 3 3 3 3 15 B Baik
Keterangan:
A = Disiplin
B = Tangung Jawab
C = Kerja Sama
D = Teliti
E = Kreatif
Nilai 4 = Sangat Baik ( 81-100)
Nilai 3 = Baik ( 61-80)
Nilai 2 = Cukup ( 41-60 )
95
Nilai 1 = Kurang ( 21-40 )
Kegiatan pembelajaran pada siklus I berjalan dengan baik. Hal
ini dapat kita lihat pada tabel pengamatan siswa. Sebagian siswa
antusias mengikuti pembelajaran mengunakan pembelajaran tipe
Numbered Hands Together.
1. Keberhasilan
a) Secara keseluruhan siswa mampu melaksanakan
pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Hands Together.
b) Siswa lebih aktif dan bersemangat pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
c) Siswa mampu mengerjakan soal dengan baik.
d) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Gaya
lebih meningkat daripada prasiklus.
2. Kekurangan
a) Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat ketika
berkelompok msaih belum sesuai harapan dikarenakan baru
pertama kali mengunakan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Hands Together.
b) Kegiatan pembelajaran masih kurang berjalan kondusif
karena masih ada siswa yang masih asik sendiri bercerita dan
masih banyak yang melamun.
96
2. Hasil Belajar dan Observasi Siklus II
a. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Peneliti Siklus II dilaksanakan pada Kamis, 14 Maret 2019.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit ( 2 x 35 mnit ). Materi
pokok yang diajarkan pada Siklus II adalah gaya gesek.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pembelajaran Siklus I
berhasil diperbaiki pada Siklus II. Nilai hasil belajar siswa pada
Siklus II dapat dilihat pada Tabel 4. 4.
Tabel 4. 4.
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Nama KKM Nilai Keterangan1. MIP 70 50 Belum Tuntas2. MAQ 70 60 Belum Tuntas3. AS 70 70 Tuntas4. AYS 70 70 Tuntas5. BDS 70 70 Tuntas6. CRA 70 70 Tuntas7. DM 70 60 Belum Tuntas8. FRA 70 80 Tuntas9. LNS 70 80 Tuntas10. DI 70 50 Belum Tuntas11. AWP 70 70 Tuntas12. IS 70 60 Belum Tuntas13. MRS 70 70 Tuntas14. MZA 70 70 Tuntas15. NNA 70 100 Tuntas16. NNI 70 90 Tuntas17. NAS 70 80 Tuntas18. RAM 70 50 Belum Tuntas19. RHR 70 70 Tuntas
20. RA 70 80 Tuntas21. PSA 70 70 Tuntas
Jumlah 1470
97
Rata-rata Kelas 70
( Sumber: Data Primer )
Keterangan:
Tuntas : 15 Siswa
Belum tuntas : 6 Siswa
Presentase Ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
P =
P = × 100 %
P = 71, 42 %
Tabel 4.4 menujukkan bahwa nilai 100 di peroleh oleh 3
siswa sedangkan nilai yang belum tuntas ada 4 siswa dengan nilai
terendah 40. Nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 75,2. Data
hasil belajar siswa siklus II dapat digambarkan dalam grafik
sebagai berikut:
Gambar 4.2Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
(Sumber: Data Primer)
98
Tabel 4. 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai
siswa pada pada Siklus II Mencapai 70. Siklus II siswa yang tuntas
belajar terdapat 15 siswa (71% ), sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar terdapat 6 siswa (29% ). Hasil belajar pada Siklus II
secara klasikal belum berhasil karena siswa yang memperoleh nilai
≥ 70 (Nilai KKM ) hanya mencapai 71% dari jumlah siswa secara
keseluruhan. Hasil presentase belum mencapai indikator
keberhasilan secara klasikal yaitu 85% dari jumlah seluruh siswa,
jadi harus dilaksanakan siklus selanjutnya yaitu Siklus III
b. Lembar Observasi
Pada siklus II peneliti mengamati proses pembelajaran siswa
dan guru ketika melakukan kegiatan belajar mengajar dikelas V MI
Nurul Hikmah 02 Kedungringin selama proses pembelajaran
berlangsung dapat diketahui melalui tabel berikut.
1. Lembar Observasi Siklus II
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Aspek yang dinilai Skala Partisipasi
A B C D
I PRA PEMBELAJARAN1. Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran2. Memeriksa kesiapan siswa3. Melakukan kegiatan Presentasi
Ѵ
ѴѴ
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARANa. Penguasaan Materi Pembelajaran
1. Menunjukkan Penguasaan materi Ѵ
99
Pembelajaran2. Mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan3. Menyampaikan materi dengan jelas4. Mengaitkan materi dengan
realita kehidupan
Ѵ
ѴѴ
b. Pendekatan/ Strategi Pembelajaran1. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi (tujuan)yang akan dicapai
2. Melaksanakan Pembelajaran secararuntut dengan model pembelajaranKooperatif Numbered HandsTogether
3. Menguasai Kelas4. Melaksanakan pembelajaran yang
bersifat kontekstual5. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yangdirencanakan
Ѵ
Ѵ
ѴѴ
Ѵ
c. Pembelajaran yang Melibatkan Siswa1. Menimbulkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dengandiskusi dan presentasi di depan kelas
2. Respon siswa terhadappembelajaran yang baik
3. Meningkatkan antusias siswadalam pembelajaran
4. Daya pikir siswa yang semakinBerkembang
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
d. Penilaian Proses dan Hasil Belajar1. Memantau kemajuan siswa dalam
pembelajaran2. Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
Ѵ
Ѵ
e. Penguasaan Materi Pembelajaran1. Penyampaian materi menggunakan
bahasa yang jelas dan benar2. Menyampaikan pesan sesuai
dengan apa yang hendak diutarakan
Ѵ
Ѵ
III PENUTUP1. Melakukan refleksi memberikan
kesimpulan materi pembelajaranѴ
100
dengan melihat siswa2. Mengetes siswa dengan memberikan
soal evaluasi pembelajaranѴ
Jumlah 36 39Total 75Katagori Baik
Tabel 4.5 menunjukkan hasil pengamatan guru siklus I
bahwa pada setiap aspekyang diamati guru rata-rata
menunjukkan hasil baik. Hasil pengamatan guru mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Hands
Together.
2. Lembar Observasi Siswa Siklus II
Tabel 4.6Hasil Pengamatan Siswa Siklus II
NO Nama Skor TotalSkor
Nilai Predikat
A B C D E
1 MIP 2 3 3 3 3 16 B Baik
2 MAQ 2 3 3 3 2 13 C Cukup
3 AS 3 4 3 4 2 16 B Baik
4 AYS 3 2 4 2 3 13 C Cukup
5 BDS 3 4 3 3 2 15 B Baik
6 CRA 2 4 3 2 2 13 C Cukup
7 DM 2 3 3 2 1 11 C Cukup
8 FRA 2 3 2 3 3 13 C Cukup
9 LNS 3 3 2 3 3 14 C Cukup
10 DI 3 2 3 2 2 12 C Cukup
11 AWP 3 4 3 2 2 14 C Cukup
101
12 IS 3 3 2 2 2 12 C Cukup
13 MRS 3 2 3 4 2 14 C Cukup
14. MZA 2 2 3 3 3 13 C Cukup
15. NNA 4 3 4 3 4 18 B Baik
16. NNI 4 3 2 3 4 16 B Baik
17. NAS 3 3 3 3 4 16 B Baik
18. RAM 3 3 2 3 2 13 C Cukup
19. RHR 4 3 2 3 3 15 B Baik
20. RA 3 3 3 3 3 15 B Baik
21. PSA 3 4 3 2 4 16 B Baik
Kegiatan pembelajaran pada Siklus II dengan baik.
Hal ini dapat kita lihat pada tabel pengamatan siswa. Seluruh
siswa antusias mengikuti pembelajaran IPA materi Gaya
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together. Siswa semakin terlatih untuk beriskusi dan siswa
memahami menjelaskan materi kepada temannya yang belum
memahami.
c. Tahap Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus II selesai, peneliti melakukan
refleksi atas kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran
berlangsung. Ternyata keberhasilan suatu proses pembelajaran
tergantung pada persiapan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru
terhadap siswa. Selain itu, kesiapan berfikir siswa juga menjadi
faktor keberhasilan belajar siswa.
102
1. Keberhasilan
a. Pembelajaran siklus II dinyatakan sudah mengalami
peningkatan karena dilihat dari 21 siswa yang nilainnya
tuntas (KKM) sebanyak 17 siswa atau 71, 42%.
b. Hasil pengamatan terhadap siswa sudah memperhatikan
guru dengan baik walaupun masih ada sebagian siswa ada
yamg masih asik serta siswa semangat mengikuti
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together.
c. Siswa sudah mempunyai keberanian untuk bertanya, pada
hal-hal yang belum diketahui.
2. Kekurangan
a. Masih ada 4 siswa yang belum mencapai hasil maksimal
atau belum memenuhi KKM. Kondisi ini karena siswa
tersebut masih asik dengan teman sekelompoknya ketika
pengerjaan soal evaluasi pembelajaran.
b. Terdapat 4 siswa yang kurang memperhatikan pelajaran
yang masih asik deengan teman sekelompoknya.
3. Hasil Belajar dan Observasi Siklus III
a. Hasil Belajar Siswa Siklus III
Penelitian Siklus III dilaksanakan pada Kamis, 21
Maret 2019. Pembelajaran beralngsung selama 70 menit (2
x 35 menit). Materi pokok yang diajarkan pada Siklus III
103
adalah gaya magnet. Kelemahan-kelemahan yang terjadi
pada pembelajaran Siklus II berhasil diperbaiki pada
Siklus III. Nilai hasil belajar siswa pada Siklus III dapat
dilihat pada Tabel 4. 7
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus III
No. Nama KKM Nilai Keterangan1. MIP 70 60 Belum Tuntas2. MAQ 70 80 Tuntas3. AS 70 90 Tuntas4. AYS 70 90 Tuntas5. BDS 70 80 Tuntas6. CRA 70 100 Tuntas7. DM 70 80 Tuntas8. FRA 70 90 Tuntas9. LNS 70 100 Tuntas10. DI 70 60 Belum Tuntas11. AWP 70 80 Tuntas12. IS 70 90 Tuntas13. MRS 70 80 Tuntas14. MZA 70 90 Tuntas15. NNA 70 100 Tuntas16. NNI 70 100 Tuntas17. NAS 70 100 Tuntas18. RAM 70 70 Tuntas19. RHR 70 90 Tuntas20. RA 70 100 Tuntas21. PSA 70 90 Tuntas
Jumlah 1820
Rata-rata Kelas 86,66
(Sumber: Data Primer )
Keterangan:
Tuntas : 19 Siswa
Belum Tuntas : 2 Siswa
104
Presentase Ketuntasan dihitung berdasarkan rumus
berikut:
P =
P = × 100 %
P = 90,47 %
P = 90% ( Pembulatan )
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 6 siswa
memperoleh nilai 100 dan nilai terendah adalah 60. Nilai
rata-rata siswa adalah 86,66. Data hasil belajar siswa
siklus III dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 4.3
Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III
(Sumber: Data Primer)
105
b. Lembar Observasi
Pada siklus III peneliti memngamati proses
pembelajaran siswa dan guru ketika melakukan kegiatan
belajar mengajar di kelas V MI Nurul Hikmah 02
Kedungringin selama proses pembelajaran langsung dapat
diketahui melalui tabel berikut ini :
1. Lembar Observasi Guru Siklus III
Tabel 4.8
Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Aspek yang dinilai Skala PartisipasiA B C D
I PRA PEMBELAJARAN1. Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran2. Memeriksa kesiapan siswa3. Melakukan kegiatan Presentasi
Ѵ
ѴѴ
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARANa. Penguasaan Materi Pembelajaran1. Menunjukkan Penguasaan materi
Pembelajaran2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan3. Menyampaikan materi dengan jelas4. Mengaitkan materi dengan realita
kehidupan
Ѵ
Ѵ
ѴѴ
b. Pendekatan/ Strategi Pembelajaran1. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi (tujuan) yang akandicapai
2. Melaksanakan Pembelajaran secararuntut dengan model pembelajaranKooperatif Numbered Hands Together
3. Menguasai Kelas4. Melaksanakan pembelajaran yang
bersifat kontekstual
Ѵ
Ѵ
ѴѴ
106
5. Melaksanakan pembelajaran sesuaidengan alokasi waktu yangdirencanakan
Ѵ
c. Pembelajaran yang Melibatkan Siswa1. Menimbulkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran dengan diskusi danpresentasi di depan kelas
2. Respon siswa terhadap pembelajaranyang baik
3. Meningkatkan antusias siswa dalampembelajaran
4. Daya pikir siswa yang semakinberkembang
Ѵ
Ѵ
Ѵ
Ѵ
d. Penilaian Proses dan Hasil Belajar1. Memantau kemajuan siswa dalam
pembelajaran2. Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensiѴ
Ѵ
e. Penguasaan Materi Pembelajaran1. Penyampaian materi menggunakan
bahasa yang jelas dan benar2. Menyampaikan pesan sesuai dengan apa
yang hendak diutarakan
Ѵ
Ѵ
III PENUTUP1. Melakukan refleksi memberikan
kesimpulan materi pembelajarandengan melihat siswa
2. Mengetes siswa dengan memberikansoal evaluasi pembelajaran
Ѵ
Ѵ
Jumlah 68 15Total 83Katagori Sangat Baik
Tabel 4.8 menunjukkan hasil pengamatan guru
siklus II bahwa pada setiap aspek yang diamati guru
rata-rata menunjukkan hasil pengamatan guru mampu
melaksanakan kegian pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together.
107
2. Lembar Observasi Siswa Siklus III
Tabel 4.9Hasil Pengamatan Siswa Siklus III
No Nama Skor TotalSkor
Nilai PredikatA B C D E
1. MIP 3 3 3 3 3 15 B Baik2. MAQ 3 3 3 3 3 15 B Baik3. AS 3 4 3 4 3 17 B Baik4. AYS 3 3 4 3 4 17 B Baik5. BDS 3 4 3 3 3 16 B Baik6. CRA 3 4 4 3 3 17 B Baik7. DM 3 3 4 3 3 16 B Baik8. FRA 3 4 3 3 4 17 B Baik9. LNS 3 4 3 4 3 17 B Baik10. DI 3 3 3 3 3 15 B Baik11. AWP 3 4 3 3 3 16 B Baik12. IS 3 3 3 3 3 15 B Baik13. MRS 3 3 4 4 3 17 B Baik14. MZA 3 3 3 3 4 16 B Baik15. NNA 4 4 4 4 3 19 B Baik16. NNI 3 4 3 4 4 18 B Baik17. NAS 4 3 3 3 4 17 B Baik18. RAM 3 3 3 4 3 16 B Baik19. RHR 4 3 3 3 4 17 B Baik20. RA 3 3 4 4 3 17 B Baik21. PSA 3 4 3 3 4 17 B Baik
Kegiatan pembelajaran pada siklus III berjalan
denga baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel
pengamatan siswa. Seluruh siswa antusias mengikuti
pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Hands
Together. Siswa semakin terlatih untuk berdiskusi dan
siswa yang lebih memahami menjelaskan materi
kepada temannya yang belum memahami.
108
c. Tahap Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus III selesai, peneliti
melakukan refleksi atas kekurangan dan kelebihan selama
proses pembelajaran berlangsung. Ternyata keberhasilan
suatu proses pembelajara tergatung pada persiapan dan
evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa. Selain
itu, kesiapan berfikir siswa juga menjadi faktor
keberhasilan belajar siswa.
1. Keberhasilan
a. Pembelajaran siklus III dinyatakan sudah berhasil
karena dilihat dari 21 siswa yang nilainya tuntas
(KKM) sebanyak 19 siswa atau 90%.
b. Hasil pengamatan terhadap siswa menunjukkan
peningkatan yaitu siswa sudah memperhatikan guru
dengan baik serta siswa semangat mengikuti
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together materi
Gaya.
2. Kekurangan
Masih ada 2 siswa yang belum mencapai hasil
maksimal atau belum memenuhi KKM. Kondisi ini
dikarenakan siswa tersebut belum lancar membaca. Jadi
ketika sedang mengerjakan soal kesulitan.
109
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian berdasarkan analisis pengumpulan
data diperoleh rekapitulasi data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil
belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4. 10 berikut:
Tabel 4.10Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Dari Pra-Siklus - Siklus III.
Siklus Kategori Jumlah PresentasePra-Siklus Tuntas 9 43%
Belum Tuntas 12 57%Siklus I Tuntas 13 62%
Belum Tuntas 8 38%Siklus II Tuntas 15 71%
Belum Tuntas 6 29%Siklus III Tuntas 19 90%
Belum Tuntas 2 10%(Sumber: Data Primer)
Tabel 4.10 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa
setelah dilakukan tindakan. Hasil belajar siswa yang mengalami
peningkatan pada setiap siklus merupakan bukti keberhasilan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada
proses pembelajaran.
Pembahasan ketuntasan belajar siswa Pra-Siklus- Siklus III dapat
dicermati pada 4.4
110
Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra-Siklus – Siklus III
(Sumber: Data Primer)
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah
diterapkan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together terjadi peningkatan dari Pra-Siklus terdapat 43% siswa
yang tuntas belajar, Siklus I terdapat 62% siswa yang tuntas belajar, Siklus
II terdapat 71% siswa yang tuntas belajar dan pada Siklus III terdapat 90%
siswa yang tuntas belajar. Peningkatan siswa dari Pra-Siklus ke Siklus I
19%, Siklus I ke Siklus II 9%, Siklus II ke Siklus III 19%.
111
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa
kelas V semester II MI Nurul Hikmah 02 Kedungrungin Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Peningkatan siswa yang
tuntas belajar dari Pra Siklus ke Siklus I 19% dari Siklus I ke Siklus II 9%
dari Siklus II Ke Siklus III 19%. Hal ini dapat dilihat dari perolehan
ketuntasan hasil belajar siswa pada Pra Siklus 43% siswa tuntas belajar,
Siklus I 62% siswa tuntas belajar, Siklus II 71% Siswa tuntas belajar, dan
Siklus III 90% siswa tuntas belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran IPA materi
gaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester II MI Nurul
Hikmah 02 Kedungringin Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2018/2019.
B. SARAN
1. Kepala Sekolah
Bagi kepala madrasah sebaiknya memberikan dukungan kepada
guru dengan memfasilitasi kebutuhan guru dalam mengajar, denagn
112
adanya fasilitas yang memadai maka guru akan semakin baik dalam
mengajar.
2. Guru Kelas
Bagi guru kelas diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam
pembelajaran, dan perlu memperhatikan pendekatan, model, metode,
srategi maupun media pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh
dengan pembelajaran yang itu-itu saja dan supaya siswa tertarik
dengan pembelajaran.
3. Siswa
Bagi siswa diharapkan siswa untuk lebih aktif dan tidak malu
bertanya apabila mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran
berlangsung.
4. Orang Tua
Diharapkan kerjasama orang tua siswa untuk memantau
aktivitas belajar siswa dan memberi dukungan secara penuh dalam
peningkatan hasil belajar siswa.
113
DAFTAR PUSTAKA
Azmiyawati, Choiril, Wigati Hadi Omegawati & Rohana Kusumawati.2008. IPASalingteams untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, DepartemenPendidikan Nasional
Daryanto dan Mulyo.2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: GAVAMEDIA.
Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Bandung.Haryanto. 2012. Sains untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Erlangga.Huda, Miftakhul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Priyono & Titik Sayekti. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk SD dan MI Kelas
V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.Sam’s, Rosma Hartiny. (2010). Model Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Teras.Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo.Sulistiyowati & Sukarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas V SD/MI.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Perdana Media Group.Susilowati, Eko, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 5 untuk Kelas 5 SD/MI.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.Trianto. (2015). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan
Implementasinnya dalam kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Bumi Aksara
Winarti,Wiwik, Joko Winarto & Widha Sunarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alamuntuk SD Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen PendidikanNasional.
Dokumentasi Kegiatan Belajar MengajarDalam Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 1. Gedung Sekolah dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2. Guru Membuka Pelajaran dengan berdoa bersama
Gambar 3. Guru Menjelaskan Materi Gaya Gravitasi
Gambar 4. Siswa Berdiskusi dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe Numbered Heads Together
Gambar 5. Mempraktikkan Gaya Gravitasi dengan menggunakan bola yang dilempar keatas oleh salah satu siswa
Gambar 6. Siswa mengerjakan soal tes formatif tertulis siklus II
Gambar 7. Foto bersama setelah selesai melakukan Pembelajaran Siklus I di ruangkelas V
Gambar 8. Ruang Kepala MI Nurul Hikmah 02 Kedungringin
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lilik SudarwatiTTL : Semarang, 09 Desember 1994Agama : IslamJenis Kelamin : PerempuanNIM : 115-14-088Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)Alamat : Boro Kidul RT 16/03, Kedungringin, Suruh, SemarangNo. Hp : 0855-4044-8059Pendidikan :
1. SDN Kedungringin 03 20072. SMP NU Suruh 20093. SMK NU Suruh 20134. IAIN Salatiga Proses
Demikian riwayat hidup saya ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 23 Juli 2019Yang menyatakan,
Lilik SudarwatiNIM. 11514088